hubungan gaya belajar siswa dengan hasil belajar ips pada

advertisement
HUBUNGAN GAYA BELAJAR SISWA DENGAN
HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SDN
DI GUGUS WIBISONO KECAMATAN JATI
KABUPATEN KUDUS
SKRIPSI
disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Lina Damayanti
1401412293
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
i
ii
iii
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Moto
Kunci menuju sukses belajar dan bekerja adalah menemukan keunikan gaya
belajar dan gaya bekerja Anda sendiri (Barbara Prashnig).
Persembahan
Skripsi ini penulis persembahkan untuk Ibu dan Ayah tercinta
(Ibu Sri Hartini dan Bapak Bambang Suharto) yang selalu memberikan
dukungan, semangat dan doa terindahnya.
v
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi yang berjudul “Hubungan Gaya Belajar Siswa dengan Hasil Belajar IPS
pada Siswa Kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”.
Skripsi ini merupakan syarat akademis dalam menyelesaikan pendidikan S1
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang.
Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan rintangan, tetapi
berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, kesulitan itu dapat teratasi.
Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih, kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di
Universitas Negeri Semarang;
2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah
memberikan izin penelitian;
3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang
telah memberikan bantuan pelayanan khususnya dalam memperlancar
penyelesaian skripsi ini;
4. Dra. Sri Susilaningsih, S.Pd., M.Pd., Dosen Pembimbing Utama yang dengan
sabar memberikan bimbingan dan arahan yang berharga serta berbagai
wawasan yang baru untuk dipelajari;
5. Drs. H. A. Zaenal Abidin, M.Pd., Dosen Pembimbing Pendamping yang
dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan yang berharga serta berbagai
wawasan yang baru untuk dipelajari;
6. Dra. Munisah, M.Pd., Dosen Penguji Utama yang telah memberikan
bimbingan dan nasehat sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan
lancar;
vi
7. Kepala SDN 01 Tumpangkrasak, SDN 02 Tumpangkrasak, SDN 03
Tumpangkrasak, SDN 01 Ngembal Kulon, SDN 02 Ngembal Kulon, SDN 03
Ngembal Kulon, dan SDN 04 Ngembal Kulon yang telah memberikan izin
kepada peneliti untuk mengadakan penelitian;
8. Seluruh guru dan karyawan serta siswa SDN 01 Tumpangkrasak, SDN 02
Tumpangkrasak, SDN 03 Tumpangkrasak, SDN 01 Ngembal Kulon, SDN 02
Ngembal Kulon, SDN 03 Ngembal Kulon, dan SDN 04 Ngembal Kulon yang
telah membantu peneliti melaksanakan penelitian;
9. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.
Atas bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan, semoga mendapat
berkah dari Allah SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Semarang,
Peneliti
vii
Agustus 2016
ABSTRAK
Damayanti, Lina. 2016. Hubungan Gaya Belajar Siswa dengan Hasil Belajar
IPS pada Siswa Kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Dra.
Sri Susilaningsih, S.Pd., M.Pd. dan Drs. H.A. Zaenal Abidin, M.Pd.
Gaya belajar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil
belajar IPS siswa. Cara siswa dalam belajar IPS yang berbeda-beda dapat
menyebabkan hasil belajar IPS tiap siswa pun berbeda-beda, seperti yang terjadi
pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah: (1) bagaimanakah gaya belajar siswa kelas V SDN?, (2) adakah hubungan
yang positif dan signifikan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada
siswa kelas V?, (3) seberapa besar hubungan gaya belajar siswa dengan hasil
belajar IPS pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus? Tujuan penelitian ini untuk: (1) mengetahui gaya belajar
siswa kelas V, (2) mengetahui adakah hubungan yang positif dan signifikan antara
gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada siswa kelas V, dan (3)
mengetahui seberapa besar hubungan gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS
pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Populasi dalam penelitian
ini adalah siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten
Kudus sebanyak 124 siswa, kemudian peneliti mengambil sampel sebanyak 95
siswa dengan menggunakan teknik pengambilan sampel proportional random
sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan angket, dokumentasi, dan
wawancara. Uji persyaratan analisis menggunakan uji normalitas dan uji
linearitas. Setelah data normal dan linearitas, langkah selanjutnya yaitu
menghitung korelasi product moment dan koefisien determinasi.
Hasil penelitian menunjukkan nilai r hitung (0,605) > r tabel (0,202). Hal
tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
gaya belajar dengan hasil belajar IPS siswa kelas V. Keeratan hubungan antara
gaya belajar dengan hasil belajar IPS sebesar 36,6%.
Simpulan penelitian ini adalah: (1) siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono
Kecamatan Jati mayoritas memiliki gaya belajar visual, (2) terdapat hubungan
yang positif dan signifikan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS
siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus dengan
koefisien korelasi sebesar 0,605, dan tingkat keeratan hubungannya sebesar
36,6%. Saran bagi guru maupun orang tua adalah diharapkan guru dan orang tua
dapat mengenal gaya belajar yang dimiliki siswa, sehingga pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar karena disesuaikan dengan gaya belajar siswa.
Kata kunci: gaya belajar siswa, hasil belajar, IPS
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iii
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................. iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................ v
PRAKATA ............................................................................................................... iv
ABSTRAK ............................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1
Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2
Rumusan Masalah ......................................................................................... 8
1.3
Tujuan Penelitian ........................................................................................... 8
1.4
Manfaat Penelitian ......................................................................................... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................. 11
2.1
Kajian Teori ................................................................................................... 11
2.1.1
Hakikat Belajar dan Pembelajaran ................................................................ 11
2.1.1.1 Pengertian Belajar ......................................................................................... 11
2.1.1.2 Tujuan Belajar ............................................................................................... 12
2.1.1.3 Prinsip-Prinsip Belajar .................................................................................. 14
ix
2.1.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar .................................................. 16
2.1.1.5 Teori-Teori Belajar ........................................................................................ 18
2.1.1.6 Pengertian Pembelajaran ............................................................................... 20
2.1.2 Hakikat Gaya Belajar .................................................................................... 21
2.1.2.1 Pengertian Gaya Belajar ................................................................................ 21
2.1.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Belajar ........................................ 23
2.1.2.3 Macam-Macam Gaya Belajar ........................................................................ 25
2.1.2.4 Karakteristik Gaya Belajar ............................................................................. 28
2.1.2.5 Indikator Gaya Belajar .................................................................................. 32
2.1.2.6 Pentingnya Mengetahui Gaya Belajar Siswa ................................................ 36
2.1.3 Hakikat Hasil Belajar .................................................................................... 38
2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar ................................................................................ 38
2.1.4 Pembelajaran IPS di SD ................................................................................ 42
2.1.4.1 Pengertian IPS ............................................................................................... 42
2.1.4.2 Ruang Lingkup IPS ....................................................................................... 43
2.1.4.3 Tujuan IPS ..................................................................................................... 46
2.1.4.4 Karakteristik Pendidikan IPS di SD .............................................................. 49
2.1.5 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ............................................................... 50
2.1.6 Hubungan Gaya Belajar dengan Hasil Belajar .............................................. 53
2.2
Kajian Empiris ............................................................................................... 54
2.3
Kerangka Berpikir ......................................................................................... 60
2.4
Hipotesis ........................................................................................................ 61
x
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 63
3.1
Jenis dan Desain Penelitian ........................................................................... 63
3.2
Prosedur Penelitian ........................................................................................ 64
3.3
Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian .......................................................... 67
3.4
Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................... 67
3.4.1 Populasi Penelitian ........................................................................................ 67
3.4.2 Sampel Penelitian .......................................................................................... 68
3.5
Variabel Penelitian ........................................................................................ 70
3.5.1 Variabel Bebas atau Independent Variable (X) ............................................. 70
3.5.2 Variabel Terikat atau Dependent Variable (Y) ............................................. 71
3.6
Definisi Operasional ...................................................................................... 71
3.6.1 Variabel Gaya Belajar Siswa ......................................................................... 71
3.6.2 Variabel Hasil Belajar IPS ............................................................................ 71
3.7
Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 72
3.7.1 Kuesioner/Angkat .......................................................................................... 72
3.7.2 Dokumentasi .................................................................................................. 73
3.7.3 Wawancara .................................................................................................... 73
3.8
Instrumen Penelitian ...................................................................................... 74
3.8.1 Uji Coba Instrumen ........................................................................................ 77
3.8.1.1 Uji Validitas .................................................................................................. 77
3.8.1.2 Uji Reliabilitas ............................................................................................... 79
3.9
Analisis Data ................................................................................................. 80
3.9.1 Analisis Statistik Deskriptif .......................................................................... 80
xi
3.9.1.1 Deskripsi Data Gaya Belajar Siswa .............................................................. 80
3.9.1.2 Deskripsi Hasil Belajar IPS ........................................................................... 82
3.9.2 Analisis Data Awal ........................................................................................ 83
3.9.2.1 Uji Normalitas ............................................................................................... 83
3.9.2.2 Uji Linearitas ................................................................................................. 84
3.9.3 Analisis Data Akhir ....................................................................................... 85
3.9.3.1 Uji Product Moment ...................................................................................... 85
3.9.3.2 Uji Koefisien Determinasi ............................................................................. 86
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 88
4.1
Deskripsi Data Hasil Penelitian ..................................................................... 88
4.1.1
Subjek Penelitian ........................................................................................... 88
4.1.2
Deskripsi Data Gaya Belajar Siswa .............................................................. 88
4.1.3
Deskripsi Data Hasil Belajar IPS .................................................................. 104
4.1.4
Hasil Analisis Data Awal .............................................................................. 106
4.1.4.1 Uji Normalitas Data ...................................................................................... 106
4.1.4.2 Uji Linearitas Data ........................................................................................ 106
4.1.5
Hasil Analisis Data Akhir ............................................................................. 107
4.1.5.1 Analisis Korelasi ........................................................................................... 107
4.1.5.2 Uji Koefisien Determinasi ............................................................................. 111
4.2
Pembahasan .................................................................................................. 111
4.2.1
Pemaknaan Hasil Temuan ............................................................................. 111
4.3
Implikasi Hasil Penelitian ............................................................................. 119
xii
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 121
5.1
Simpulan ........................................................................................................ 121
5.2
Saran .............................................................................................................. 121
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 123
LAMPIRAN ............................................................................................................. 126
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ruang Lingkup Materi IPS Kelas V Semester 2 ...................................... 45
Tabel 3.1 Populasi Penelitian .................................................................................... 68
Tabel 3.2 Perhitungan Sampel Penelitian ................................................................. 69
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Wawancara dengan Siswa tentang Gaya Belajar ...................... 74
Tabel 3.4 Tabel Penskoran Angket Gaya Belajar Siswa ........................................... 76
Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Angket Gaya Belajar Siswa Sebelum Uji Coba ....... 76
Tabel 3.6 Interpretasi Nilai Reliabilitas .................................................................... 80
Tabel 3.7 Kategori Gaya Belajar Siswa .................................................................... 83
Tabel 3.8 Kategori Hasil Belajar IPS ........................................................................ 83
Tabel 3.9 Interpretasi Koefisien Korelasi ................................................................. 86
Tabel 4.1 Sampel Penelitian ...................................................................................... 88
Tabel 4.2 Analisis Statistik Deskriptif Gaya Belajar ................................................ 90
Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Variabel Gaya Belajar ............................................... 91
Tabel 4.4 Distribusi Skor Belajar dengan Cara Visual ............................................. 93
Tabel 4.5 Distribusi Skor Mengingat Apa yang Didengar daripada Apa yang
didengar .................................................................................................... 93
Tabel 4.6 Distribusi Skor Rapi dan Teratur .............................................................. 94
Tabel 4.7 Distribusi Skor Tidak Terganggu dengan Keributan ................................ 95
Tabel 4.8 Distribusi Skor Sulit Menerima Instruksi Verbal ..................................... 96
Tabel 4.9 Distribusi Skor Belajar dengan Cara Mendengar ..................................... 97
Tabel 4.10 Distribusi Skor Baik dalam Aktivitas Lisan ........................................... 97
xiv
Tabel 4.11 Distribusi Skor Memiliki Kepekaan terhadap Musik ............................. 98
Tabel 4.12 Distribusi Skor Mudah Terganggu dengan Keributan ............................ 99
Tabel 4.13 Distribusi Skor Lemah dalam Aktivitas Visual ...................................... 100
Tabel 4.14 Distribusi Skor Belajar dengan Aktivitas Fisik ....................................... 100
Tabel 4.15 Distribusi Skor Peka terhadap Ekspresi dan Bahasa Tubuh ................... 101
Tabel 4.16 Distribusi Skor Berorientasi pada Fisik dan Banyak Bergerak ............... 102
Tabel 4.17 Distribusi Skor Suka Coba-Coba dan Kurang Rapi ................................ 102
Tabel 4.18 Distribusi Skor Menyukai Kerja Kelompok dan Praktik ........................ 103
Tabel 4.19 Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar IPS ............................................. 104
Tabel 4.20 Distribusi Nilai Hasil Belajar IPS ........................................................... 105
Tabel 4.21 Uji Linearitas Data .................................................................................. 107
Tabel 4.22 Uji Korelasi Gaya Belajar dengan Hasil Belajar IPS .............................. 108
Tabel 4.23 Uji Korelasi Gaya Belajar Visual dengan Hasil Belajar IPS .................. 109
Tabel 4.24 Uji Korelasi Gaya Belajar Auditorial dengan Hasil Belajar IPS ............ 109
Tabel 4.25 Uji Korelasi Gaya Belajar Kinestetik dengan Hasil Belajar IPS ............ 109
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ................................................................................. 61
Gambar 3.1 Desain Penelitian Korelasional ............................................................. 63
Gambar 4.1 Diagram Pengelompokkan gaya Belajar Siswa .................................... 90
Gambar 4.2 Diagram Persentase Gaya Belajar Siswa .............................................. 92
Gambar 4.2 Diagram Distribusi Nilai Hasil Belajar IPS .......................................... 105
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kisi-Kisi Angket Gaya Belajar Siswa (Uji Coba) .................................. 127
Lampiran 2 Uji Coba Angket Gaya Belajar Siswa ................................................... 128
Lampiran 3 Hasil Validitas dan Reliabilitas Angket Gaya Belajar ........................... 132
Lampiran 4 Kisi-Kisi Angket Gaya Belajar Siswa ................................................... 138
Lampiran 5 Angket Gaya Belajar Siswa ................................................................... 139
Lampiran 6 Rekapitulasi Skor Angket Gaya Belajar Siswa ..................................... 143
Lampiran 7 Pengelompokkan Gaya Belajar Siswa ................................................... 152
Lampiran 8 Hasil Perhitungan Analisis Deskriptif ................................................... 155
Lampiran 9 Kategori Skor Angket Gaya Belajar Siswa ........................................... 167
Lampiran 10 Kategori Nilai Hasil Belajar IPS ......................................................... 172
Lampiran 11 Hasil Perhitungan Uji Normalitas ....................................................... 174
Lampiran 12 Hasil Uji Linearitas .............................................................................. 175
Lampiran 13 Hasil Uji Korelasi ................................................................................ 176
Lampiran 14 Kisi-Kisi Wawancara Siswa tentang Gaya Belajar ............................. 178
Lampiran 15 Sampel Wawancara dengan Siswa ...................................................... 179
Lampiran 16 Surat Keterangan Validasi Penilai Ahli ............................................... 183
Lampiran 17 Surat Ijin Penelitian ............................................................................. 187
Lampiran 18 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ........................................ 194
Lampiran 19 Dokumentasi ........................................................................................ 201
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Setiap manusia di dunia ini membutuhkan pendidikan bahkan dimulai sejak
manusia itu masih dalam kandungan, karena pendidikan saat ini menjadi
kebutuhan pokok yang harus terpenuhi. Seperti yang telah dijelaskan dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa tujuan pendidikan nasional yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 bab II pasal 4 tentang
standar nasional pendidikan yang menjelaskan bahwa standar nasional pendidikan
bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat. Dalam mencapai tujuan pendidikan, diperlukan adanya suatu
program belajar yang disusun secara sistematis, dan program tersebutlah yang
dinamakan kurikulum.
Kurikulum sekolah dasar yang berlaku saat ini adalah kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP). Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005, KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan. BSNP (2006: 11) menyatakan bahwa
kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan
diri. Salah satu mata pelajaran yang dimuat adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
1
2
Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah mata pelajaran IPS harus
mencakup beberapa standar kompetensi dan kompetensi dasar. Standar
Kompetensi dan Kompetensi Dasar tingkat SD/MI tertuang dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 yang isinya tentang standar
isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan
dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi
Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. (BSNP, 2006:173)
Jarolimek (dalam Soewarso dan Susila, 2010: 1) menyatakan bahwa IPS
mengkaji manusia dalam hubungannya dengan lingkungan sosial dan fisiknya.
Nasution (dalam Soewarso dan Susila, 2010: 1) juga menjelaskan bahwa IPS
merupakan suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan, yang
pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun dalam
lingkungan sosial, dan bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial.
IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang cakupan materinya luas,
yaitu mencakup konsep maupun teori. Cakupan materi yang luas tersebut,
membuat siswa merasa kesulitan mempelajari materi IPS dan akhirnya berdampak
pada hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan
tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris (Sudjana, 2014:3). Apabila
siswa belum mengalami peningkatan dalam bidang kognitif, afektif, ataupun
psikomotorik maka siswa belum memperoleh hasil belajar yang maksimal.
Faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar pada setiap orang
3
yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor dari luar siswa (ekstern) terdiri dari
lingkungan (alam dan sosial) dan instrumental (kurikulum/bahan pelajaran,
guru/pengajar, sarana dan fasilitas, administrasi/manajemen). Sedangkan faktor
dari dalam (intern) terdiri dari aspek fisiologi (kondisi fisik dan kondisi panca
indera) dan aspek psikologi (bakat, minat, kecerdasan, motivasi, kemampuan
kognitif). Cara siswa dalam menyerap informasi juga menentukan bagaimana
hasil belajar yang diperoleh siswa.
Setiap siswa memiliki cara yang berbeda-beda dalam menerima suatu
informasi yang disampaikan oleh guru, hal tersebutlah yang menyebabkan hasil
belajar setiap siswa berbeda-beda. Cara belajar siswa tersebut sering disebut
sebagai gaya belajar. Menurut Gunawan (dalam Ghufron, 2014:11), gaya belajar
adalah cara-cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan berpikir,
memproses dan mengerti suatu informasi. Marton, dkk (dalam Ghufron, 2014: 12)
berpendapat bahwa kemampuan seseorang untuk mengetahui sendiri gaya
belajarnya dan gaya belajar orang lain dalam lingkungannnya akan meningkatkan
efektivitasnya dalam belajar, sehingga akan berpengaruh pula terhadap hasil
belajarnya.
Hasil observasi yang dilakukan di SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar IPS masih kurang
optimal, hal tersebut dibuktikan dengan perolehan rata-rata hasil ulangan akhir
semester 1 mata pelajaran IPS di SDN 01 Tumpangkrasak yaitu sebesar 69,5.
Dari 18 siswa hanya 9 siswa (47%) yang mendapatkan nilai di atas Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70, sedangkan yang nilainya di bawah KKM
4
ada 10 siswa (53%). Pada SDN 02 Tumpangkrasak diperoleh rata-rata nilai UAS
77, dari 21 siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 15 siswa (71,4%)
sedangkan yang nilainya di bawah KKM ada 6 siswa (28,6%).
Pada SDN 03 Tumpangkrasak diperoleh rata-rata nilai UAS 70. Dari 18
siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 10 siswa (55,5%) sedangkan yang
nilainya di bawah KKM ada 8 siswa (44,5%). Pada SDN 01 Ngembal Kulon
diperoleh rata-rata nilai UAS 73. Dari 26 siswa, yang mendapat nilai di atas KKM
ada 21 siswa (80,7%) sedangkan yang nilainya di bawah KKM ada 5 siswa
(19,3%). Pada SDN 02 Ngembal Kulon diperoleh rata-rata nilai UAS 68, dari 15
siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 7 siswa (46,6%) sedangkan yang
nilainya di bawah KKM ada 8 siswa (53,4%). Pada SDN 03 Ngembal Kulon
diperoleh rata-rata nilai UAS 73, dari 10 siswa yang mendapat nilai di atas KKM
ada 5 siswa (50%) sedangkan yang nilainya di bawah KKM ada 5 siswa (50%).
Pada SDN 04 Ngembal Kulon diperoleh rata-rata nilai UAS 70, dari 16 siswa
yang mendapat nilai di atas KKM ada 7 siswa (43,75%) sedangkan yang nilainya
di bawah KKM ada 9 siswa (56,25%).
Ada beberapa masalah yang menyebabkan kurang optimalnya perolehan
hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus, yaitu antara siswa satu dengan siswa yang lainnya memiliki
karakteristik yang berbeda-beda, terutama dalam menyerap suatu informasi yang
disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran. Siswa memiliki kesulitan
dalam memahami materi pelajaran yang akhirnya berdampak pada hasil belajar
mereka, terutama pada mata pelajaran IPS. Menurut penjelasan guru, ada siswa
5
yang sering membuat keributan di dalam kelas, tetapi siswa tersebut memperoleh
hasil belajar IPS yang bagus. Ada juga siswa yang terlihat serius memperhatikan
tetapi hasil belajar IPS justru kurang bagus.
Siswa juga merasa kesulitan menyesuaikan cara belajar mereka dengan cara
mengajar guru di sekolah, dalam hal ini metode yang digunakan guru dalam
pembelajaran kurang bervariasi, hanya berorientasi pada ceramah dan tanya
jawab. Padahal, ada siswa yang lebih suka jika guru menggunakan media gambar,
ada siswa yang sangat senang belajar dengan hanya mendengarkan penjelasan dari
guru, ada siswa yang senang belajar dengan berdiskusi maupun praktik, bahkan
ada juga siswa yang lebih mudah menyerap informasi dengan menggabungkan
cara-cara belajar tersebut.
Menurut siswa kelas V di SDN 01 Tumpangkrasak, Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang dirasa cukup sulit, karena
menurut mereka materi IPS memiliki cakupan materi pelajaran yang luas,
sehingga siswa merasakan kesulitan dalam memahami dan menguasai materi –
materi pelajaran IPS. Siswa tersebut merasa kesulitan menghafal materi IPS
dengan cara membaca, ia lebih suka belajar dengan mendengarkan secara
langsung penjelasan guru. Namun, ada juga siswa yang lebih suka belajar dengan
membaca, siswa merasa kesulitan jika harus mendengarkan penjelasan guru
secara langsung.
Terdapat beberapa penelitian yang memperkuat penelitian ini dan
mengungkap variabel yang hampir sama, diantaranya adalah penelitian yang
dilakukan oleh Khosiyah pada tahun 2012 (Volume 9, No. 1) dalam jurnal
6
Tabularasa PPS UNIMED dengan judul “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan
Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa SD Inti No.
060873 Medan”. Hasil penelitian menunjukan bahwa Rata-rata hasil belajar PAI
siswa diajar dengan strategi pembelajaran STAD ( X = 29,95) lebih baik daripada
rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran ekspositori (
X = 28,62). Hal ini menunjukkan bahwa strategi STAD terbukti efektif dapat
meningkatkan hasil belajar siswa secara keseluruhan baik untuk kelompok siswa
dengan gaya belajar visual, auditori maupun kinestetik. Jika diperhatikan lebih
lanjut bahwa dalam strategi pembelajaran STAD rata-rata hasil belajar siswa
dengan gaya belajar kinestetik ( X = 31,5) lebih tinggi daripada hasil belajar siswa
dengan gaya belajar visual ( X = 29,14) maupun siswa dengan gaya belajar
auditori ( X = 29,86). Sedangkan pada strategi pembelajaran ekspositori, rata-rata
hasil belajar siswa dengan gaya belajar auditori ( X = 30,69) lebih tinggi daripada
hasil siswa dengan gaya belajar visual ( X = 26) maupun dengan gaya belajar
kinestetik ( X = 29,80). Hal ini menunjukkan bahwa gaya belajar cukup signifikan
untuk membedakan hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan semua
hipotesis penelitian yaitu: (1) hasil belajar dari siswa dengan gaya belajar visual,
auditori dan kinestetik berbeda signifikan, dan (2) terdapat interaksi antara strategi
pembelajaran dan gaya belajar dalam memberikan pengaruh terhadap hasil belajar
siswa.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Ni Kade Bintarini, A. A. I. N Marhaeni
dan I Wayan Lasmawan pada tahun 2013 dalam jurnal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha (Volume 3, Hal 1-11), dengan judul
7
“Determinasi Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Sumber Belajar
Terhadap Gaya Belajar dan Pemahaman Konsep IPS pada Siswa kelas IV SDN
Gugus Yudistira Kecamatan Negara.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1)
gaya belajar dengan pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar lebih
baik secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional (Fhitung = 41,467 dengan p < 0,05) ; (2) pemahaman konsep IPS
dengan pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah lebih baik secara signifikan
dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (Fhitung
= 141,793 dengan p < 0,05) ; (3) gaya belajar dan pemahaman konsep IPS lebih
baik secara signifikan yang mengikuti pembelajaran pemanfaatan lingkungan
sekitar sekolah sebagai sumber belajar dibandingkan dengan siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional (Fhitung = 86,169 dengan p < 0,05).
Penelitian yang lainnya dilakukan oleh Soghra Akbarai Chermahini, Ali
Ghanbari, Mohammad Ghanbari pada tahun 2013 dengan judul “Learning Styles
and Academic Performence of Students in English as a Second-Language Class in
Iran”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara gaya belajar dan kinerja dalam tes bahasa Inggris. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya belajar dapat dianggap sebagai prediktor
yang baik dari setiap kinerja akademik bahasa kedua, dan itu harus diperhitungkan
untuk meningkatkan hasil siswa khusus dalam belajar dan mengajarkan bahasa
kedua, dan juga menunjukkan bahwa perbedaan individu dalam gaya belajar
memainkan peran penting dalam domain ini.
8
Berdasarkan uraian di atas, peneliti sudah melakukan penelitian guna
mengetahui hubungan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS. Peneliti
akan mengangkat judul penelitian “Hubungan Gaya Belajar Siswa dengan Hasil
Belajar IPS pada Siswa Kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus”.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka peneliti
merumuskan masalah sebagai berikut :
1) Bagaimanakah gaya belajar siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan
Jati Kabupaten Kudus?
2) Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara gaya belajar siswa dengan
hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus?
3) Seberapa besarkah hubungan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS
pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten
Kudus?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui gaya belajar siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono
Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.
9
2) Untuk mengetahui hubungan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS
pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten
Kudus.
3) Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara gaya belajar siswa dengan
hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
1) Penelitian
ini
memberikan
tambahan
ilmu
pengetahuan
tentang
keanekaragaman gaya belajar siswa.
2) Penelitian ini juga dapat dijadikan referensi baik hanya sebagai bacaaan
ataupun sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
3) Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi yang ilmiah bagi mahasiswa
yang tertarik dengan keanekaragaman gaya belajar siswa.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Siswa
Siswa menjadi lebih tahu dengan gaya belajarnya, sehingga mereka lebih
mudah mencerna pelajaran yang diberikan oleh guru.
1.4.2.2 Bagi Guru
Menambah pengetahuan guru tentang hubungan gaya belajar siswa dengan
10
hasil belajar siswa.
1.4.2.3 Bagi Orang Tua
Orang tua dapat mengetahui gaya belajar anak dan mengarahkan anak ketika
belajar di rumah agar hasil belajar anak optimal sesuai dengan yang diharapkan.
1.4.2.4 Bagi Peneliti
Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan gaya
belajar dan hasil belajar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 KAJIAN TEORI
2.1.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Jika kita berbicara tentang pendidikan, maka satu kata yang terlintas dalam
pikiran kita adalah belajar. Inti dari proses pendidikan adalah belajar dan
pembelajaran. Belajar dan pembelajaran merupakan suatu istilah yang sudah tidak
asing bagi kita, terutama bagi seorang pelajar. Belajar adalah suatu kegiatan untuk
mencapai perubahan perilaku, sedangkan pembelajaran adalah proses interaksi.
2.1.1.1 Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu kata yang sudah akrab di semua lapisan
masyarakat. Bagi para pelajar, kata belajar merupakan kata yang sudah tidak asing
lagi, bahkan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan
mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Seseorang belajar
tidak hanya untuk meningkatkan pengetahuan saja, tetapi juga untuk
mengembangkan keterampilan maupun sikapnya. Pengalaman merupakan hal
yang sangat berarti dalam kegiatan belajar, karena seseorang belajar didasarkan
pada pengalaman pribadi seseorang tersebut, hal tersebut didukung oleh pendapat
Ahmadi dan Widoso Supriyono (2013:128) yang menyebutkan pengertian belajar
secara psikologis merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan di dalam
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi ke-
11
12
butuhan hidupnya.
Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor
(Djamarah, 2011:13).
Sebagian besar masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha
pengusaan materi ilmu pengetahuan. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya salah,
sebab seperti yang dikatakan Reber (dalam Suprijono, 2013:3) bahwa belajar
adalah the process of acquiring knowledge. Belajar adalah proses mendapatkan
pengetahuan.
Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2013:2) belajar adalah perubahan
disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan
disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang
secara alamiah.
Cronbach (dalam Djamarah, 2011:13) menyatakan bahwa “learning shown
by change in behavior as a result of experience”. Belajar sebagai suatu aktivitas
yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
2.1.1.2 Tujuan Belajar
Tujuan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi adanya perubahan
tingkah laku dari individu yang telah melaksanakan proses belajar. Seseorang
belajar bertujuan untuk meningkatkan aspek kognitif, psikomotorik, maupun
afektif. Selain itu, melalui kegiatan belajar diharapkan seseorang dapat
memperoleh hasil belajar yang baik serta pengalaman hidup. Hal tersebut
13
didukung oleh pendapat Sardiman (2011: 25) yang menyebutkan ada 3 tujuan
belajar, yaitu :
1) Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan
kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain,
tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan,
sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan tujuan inilah
yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan
belajar.
2) Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu
keterampilan. Jadi, soal keterampilan yang bersifat jasmani maupun rohani.
Keterampilan jasmani adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat,
diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak/penampilan
dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Sedangkan keterampilan
rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah
keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih
abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, dan keterampilan
berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah
atau konsep.
3) Pembentukan sikap
Untuk menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi siswa, guru harus
lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk itu, dibutuhkan keca-
14
kapan dalam mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa
menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model. Pembentukan
sikap mental dan perilaku siswa, tidak akan terlepas dari soal penanaman nilainilai, transfer of values. Oleh karena itu, guru tidak sekadar pengajar, tetapi
betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada
anak didiknya. Dengan dilandasi nilai-nilai itu, siswa akan tumbuh kesadaran
dan kemauannya, untuk mempraktikkan segala sesuatu yang sudah dipelajari.
2.1.1.3 Prinsip - Prinsip Belajar
Untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan, perlu
diketahui mengenai prinsip-prinsip belajar. Setiap guru seharusnya dapat
menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar, yaitu prinsip belajar yang dapat
dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara
individual. Prinsip belajar tersebut dijadikan dasar dalam kegiatan pembelajaran,
baik bagi siswa maupun guru dalam upaya mencapai proses belajar mengajar
yang berjalan dengan baik.
Dimyati dan Mudjiono (2009:42) menyebutkan ada 7 prinsip-prinsip
belajar, yaitu:
1) Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Selain
perhatian, motivasi juga mempunyai peranan penting dalam kegiatan
belajarkarena bersifat mengarahkan aktivitas seseorang.
2) Keaktifan
Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk
15
yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mewmpunyai
kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain
dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin
terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.
3) Keterlibatan langsung/berpengalaman
Belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar melalui pengalaman
langsung, siswa tidak sekadar mengamati secara langsung tetapi ia harus
menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab
terhadap hasilnya.
4) Pengulangan
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan dikemukakan oleh
teori Psikologi Daya. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang
ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat,
mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan
pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. Daya-daya yang
dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempurna
5) Tantangan
Dalam situasi belajar, siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi
selalu terdapat hambatan yaitu bahan belajar, maka timbul motif untuk
mengatasi hambatan itu, yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.
Apabila hambatan tersebut telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai,
maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya.
16
Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik
maka bahan belajar haruslah menantang.
6) Balikan dan penguatan
Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil
yang baik. Hasil yang baik tersebut merupakan balikan yang menyenangkan
dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya.
7) Perbedaan individual
Siswa merupakan individu yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang
sama persis. Tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya.
Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifatnya.
Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Oleh
karena itu, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya
pembelajaran.
2.1.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tentunya juga turut
mempengaruhi hasil belajar. Syah (2015:145) menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar menjadi tiga macam, yaitu:
1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa)
yaitu keadaan kondisi jasmani dan rohani peserta didik. Faktor internal
meliputi aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniyah) dan aspek psikologis (yang
bersifat rohaniyah). Faktor-faktor rohaniyah yang lebih dianggap esensial yaitu
tingkat kecerdasan/ intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi.
17
2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa)
yaitu kondisi lingkungan di sekitar peserta didik. Faktor eksternal dibagi
menjadi dua yaitu lingkungan sosial (guru, kepala sekolah, staf, teman) dan
lingkungan non-sosial (gedung sekolah dan lokasinya, rumah siswa dan
lokasinya, alat-alat belajar, kondisi cuaca, serta waktu belajar yang digunakan
siswa.
3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning)
yaitu jenis upaya belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan
untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Djaali (2014:101) bahwa di dalam
proses belajar, banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain motivasi, sikap,
minat, kebiasaan belajar, dan konsep diri.
1) Motivasi
Motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna
mencapai suatu tujuan (kebutuhan).
2) Sikap
Trow (dalam Djaali, 2014:114) mendefinisikan sikap sebagai suatu kesiapan
mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat.
3) Minat
Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Minat dapat diekspresikan melalui pernyataan
yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya,
18
dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat
tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian.
4) Kebiasaan belajar
Kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap pada
diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas,
dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan.
5) Konsep Diri
Konsep diri adalah bayangan seseorang tentang keadaan dirinya sendiri pada
saat ini dan bukanlah bayangan ideal dari dirinya sendirisebagaimana yang
diharapkan atau disukai oleh individu yang bersangkutan.
Ghufron (2014:10) menyatakan bahwa peningkatan hasil belajar dapat
dicapai dengan memperhatikan beberapa aspek, baik internal maupun eksternal.
Aspek eksternal meliputi bagaimana lingkungan belajar dipersiapkan dan fasilitasfasilitas diberdayakan, sedangkan aspek internal meliputi aspek perkembangan
anak dan keunikan personal individu anak (gaya belajar tiap anak). Pendapat dari
para ahli tersebut menegaskan bahwa seseorang belajar ditentukan oleh faktor dari
dalam dan faktor dari luar diri.
2.1.1.5 Teori-Teori Belajar
Slameto (2010: 8) menyebutkan ada beberapa teori belajar yang perlu
diketahui, di antaranya yaitu:
1) Teori Gestalt
Belajar yang terpenting adalah adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh
response yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi. Belajar yang
19
penting bukan mengulang hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau
memperoleh insight. Prinsip belajar menurut teori Gestalt adalah belajar
berdasarkan keseluruhan; belajar adalah suatu proses perkembangan; siswa
sebagai organisme keseluruhan; terjadi transfer; belajar adalah reorganisasi
pengalaman; belajar harus dengan insight; dan belajar lebih berhasil bila
berhubungan dengan minat, keinginan, dan tujuan siswa.
2) Teori belajar menurut J. Bruner
Belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah
kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih
banyak dan mudah. Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi
aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan.
Tahapan belajar Bruner ada tiga yaitu: tahap enaktif, ikonik, dan simbolik.
3) Teori Belajar dari Piaget
Teori kognitif dari Piaget meliputi aspek-aspek struktur intelek yang digunakan
untuk mengetahui sesuatu. Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif
bukan hanya hasil kematangan oranisme, bukan pula pengaruh lingkungan
semata, melainkan hasil interaksi diantara keduanya. Tahapan perkembangan
intelektual anak dibagi dalam 4 periode, yaitu: periode sensori-motor (0-2
tahun), peiode pra-operasional (2-7 tahun), periode operasional konkret (7-11
tahun), dan periode operasional formal (11- dewasa).
Teori belajar yang sesuai dengan penelitian ini adalah teori belajar kognitif
dari Piaget, karena dalam penelitian ini membahas tentang hasil belajar kognitif
siswa kelas V sekolah dasar. Siswa kelas V termasuk ke dalam tahapan perkem-
20
bangan operasional konkret karena berada di usia 7 – 11 tahun.
2.1.1.6 Pengertian Pembelajaran
Seseorang yang belajar tidak lepas dari orang yang mengajarkannya.
Adanya proses interaksi antara guru dengan siswa saat belajar itulah yang
dinamakan pembelajaran. Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang
kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Sama halnya dengan pendapat
Al-Tabany (2014:19) yang menjelaskan bahwa pembelajaran secara sederhana
dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan
pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks, pembelajaran hakikatnya
adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya
(mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka
mencapai tujuan yang diharapkan. Makna tersebut menjelaskan bahwa
pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan siswa, di mana
antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju
pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya. Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar (Sisdiknas, 2006:2).
Seseorang belajar tentunya memiliki cara sendiri dalam memahami suatu
informasi, dan cara belajar itulah yang sering kita kenal sebagai gaya belajar.
Tidak semua orang memiliki cara yang sama dalam menyerap informasi, mereka
memiliki cara yang unik dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru.
21
2.1.2 Hakikat Gaya Belajar
Siswa merupakan individu yang unik, karena mereka memiliki cara yang
berbeda-beda dalam menangkap suatu informasi. Setiap siswa memiliki gaya
tersendiri dalam belajar untuk memudahkannya dalam menyerap suatu
pembelajaran. Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengertian gaya belajar,
macam-macam gaya belajar, karakteristik gaya belajar, pentingnya memahami
gaya belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi gaya belajar, indikator gaya
belajar, serta pentingnya mengetahui gaya belajar siswa.
2.1.2.1 Pengertian Gaya Belajar
Akhir-akhir ini timbul pikiran baru yakni, bahwa mengajar itu harus
memperhatikan gaya belajar atau learning style siswa. Gaya belajar siswa tersebut
merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam belajar. Gaya belajar
dapat diartikan sebagai cara yang ditempuh seseorang dalam belajar. Dalam hal
ini, belajar diartikan sebagai proses dalam menyerap suatu informasi. Seseorang
memiliki cara yang berbeda-beda dalam menyerap suatu informasi. Seperti yang
dikemukakan oleh Nasution (2013:93), bahwa gaya belajar yaitu cara ia bereaksi
dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses belajar.
Para peneliti menggolongkan berbagai belajar pada siswa menurut kategorikategori sebagai berikut :
1) Setiap siswa belajar menurut cara sendiri yang kita sebut gaya belajar. Guru
juga mempunyai gaya mengajar masing-masing.
2) Kita dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrumen tertentu.
3) Kesesuaian gaya mengajar dan gaya belajar mempertinggi efektivitas belajar.
22
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Gunawan (dalam Ghufron, 2014:11),
bahwa gaya belajar adalah cara-cara yang lebih kita sukai dalam melakukan
kegiatan berpikir, memproses dan mengerti suatu informasi. Susilo, M. Djoko
(2010:94) mengemukakan bahwa gaya belajar yaitu suatu cara yang cenderung
dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses
informasi tersebut.
Gaya bersifat individual bagi setiap orang, dan untuk membedakan antara
orang satu dengan orang lainnya. Dengan demikian, secara umum gaya belajar
diasumsikan mengacu pada kepribadian-kepribadian, kepercayaan-kepercayaan,
pilihan-pilihan, dan perilaku-perilaku yang digunakan oleh individu untuk
membantu anak dalam belajar.
Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap,
kemampuan mengatur dan mengolah informasi (Suparman, 2010:63). Secara
umum, ada dua kategori utama tentang bagaimana seseorang belajar, pertama,
bagaimana seseorang menyerap informasi dengan mudah (modalitas) dan kedua,
bagaimana cara seseorang tersebut mengatur dan mengolah informasi (dominan
otak). Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan
kemudian mengatur serta mengolah informasi (De Porter, 2010:110).
Antara siswa satu dengan yang lainnya pasti memiliki gaya belajar yang
berbeda-beda. Hal tersebut sangat bergantung pada faktor yang mempengaruhi
individu itu sendiri, untuk itu siswa harus mampu memahami gaya belajarnya agar
siswa dapat memahami informasi yang didapatnya.
23
2.1.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Belajar
Gaya belajar merupakan sesuatu yang sangat penting bagi siapapun dalam
melaksanakan kegiatan belajarnya, baik di rumah, masyarakat, dan terutama di
sekolah. Gaya belajar antara satu siswa dengan siswa lain berbeda, hal tersebut
terjadi karena beberapa faktor, baik faktor dari dalam siswa (intern) maupun
faktor dari luar siswa (ekstern).
Dunn (dalam De Porter, 2010:110) menemukan banyak variabel yang
mempengaruhi cara belajar orang, mencakup faktor fisik, emosional, sosiologis,
dan lingkungan. Misalnya: (1) seseorang dapat belajar dengan paling baik apabila
cahaya terang, sedangkan sebagian yang lain dengan pencahayaan yang suram, (2)
ada orang yang belajar secara baik dengan berkelompok, sedangkan yang lain
lebih memilih adanya orang tua atau guru yang mendampingi tetapi ada juga yang
lebih senang belajar sendiri, (3) sebagian orang memerlukan musik sebagai
pangantar belajar, namun ada juga yang belajar dalam keadaan sepi, (4) ada
orang-orang yang memerlukan lingkungan belajar yang rapi dan teratur, tetapi ada
juga yang suka menggelar segala sesuatunya agar semua dapat terlihat.
Ketika belajar siswa pelu berkonsentrasi dengan baik. Untuk bisa
berkonsentrasi dengan baik, maka perlu adanya lingkungan yang mendukung
kegiatan belajar siswa. Berikut ini faktor lingkungan yang mempengaruhi
konsentrasi belajar siswa adalah :
a) Suara
Tiap orang mempunyai reaksi yang berbeda terhadap suara. Ada yang
menyukai belajar sambil mendengarkan musik keras, musik lembut, ataupun
24
nonton TV. Ada juga yang suka belajar di tempat yang ramai, bersama teman,
tapi ada juga yang tidak dapat berkonsentrasi jika banyak orang di sekitarnya.
Bahkan bagi orang tertentu, musik atau suara apapun akan mengganggu
konsentrasi belajar mereka. Mereka memilih belajar tanpa musik atau di tempat
yang mereka anggap tenang tanpa suara. Namun, beberapa orang tertentu tidak
merasa terganggu baik ada suara ataupun tidak. Mereka tetap dapat
berkonsentrasi belajar dalam keadaan apapun.
b) Pencahayaan
Pencahayaan merupakan faktor yang pengaruhnya kurang begitu dirasakan
dibandingkan pengaruh suara. Mungkin karena relatif mudah mengatur
pencahayaan sesuai dengan yang dibutuhkan.
c) Temperatur
Pengaruh temperatur terhadap konsentrasi belajar pada umumnya juga tidak
terlalu dipermasalahkan orang. Namun, perlu diketahui bahwa reaksi tiap orang
terhadap temperatur berbeda. Ada yang memilih belajar di tempat dingain atau
sejuk, sedangkan yang lainnya memilih di tempat yang hangat.
d) Desain Belajar
Jika sedang belajar yang membutuhkan konsentrasi, ada yang merasa lebih
nyaman untuki melakukannya sambil duduk santai di kursi, sofa, tempat tidur,
tikar, karpet atau duduk santai di lantai tapi ada juga yang sambil berbaring,
berjalan-jalan, memanjat pohon. Ada dua desain belajar yaitu : desain formal
dan tidak formal.
25
2.1.2.3 Macam-Macam Gaya Belajar
Seseorang belajar menggunakan panca inderanya, terutama indera
penglihatan, indera pendengaran, maupun indera peraba. Pada dasarnya, gaya
belajar yang cenderung dimiliki siswa berkaitan dengan ketiga indera tersebut,
yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat
De Porter (2010:112), bahwa ada tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas
yang digunakan individu dalam memproses informasi, yaitu :
1) Gaya belajar visual
Seseorang yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual lebih senang dengan melihat apa yang sedang ia pelajari. Seseorang akan lebih memahami informasi yang disajikan melalui gambar atau simbol.
2) Gaya belajar auditorial
Seseorang yang memiliki kecenderungan gaya belajar auditorial kemungkinan
akan belajar lebih baik dengan cara mendengarkan. Mereka menikmati saatsaat mendengarkan apa yang disampaikan oleh orang lain. Karakteristik model
belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama
menyerap informasi atau pengetahuan. Hal ini berarti bahwa langkah awal
dalam belajar siswa harus mendengar, baru kemudian bisa mengingat dan
memahami informasi yang diterima.
3) Gaya belajar kinestetik
Seseorang yang memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik akan belajar
lebih baik apabila terlibat secara fisik dalam kegiatan langsung. Mereka akan
belajar apabila mereka mendapat kesempatan untuk memanipulasi media untuk
26
mempelajari informasi baru.
Sementara itu, Kolb (dalam Ghufron, 2014:97) menjelaskan ada empat gaya
belajar seseorang, yaitu :
1) Gaya diverger
Gaya diverger merupakan kombinasi dari perasaan dan pengamatan. Individu
dengan tipe diverger unggul dalam melihat situasi konkret dari banyak sudut
pandang yang berbeda. Pendekatannya pada setiap situasi adalah mengamati
dan bukan bertindak, termasuk perilaku orang lain, diskusi dan sebagainya.
Individu seperti ini mempunyai tugas belajar yang menuntut untuk
menghasilkan ide-ide (brainstorming), mempelajari hal-hal baru, biasanya juga
menyukai isu budaya. Ingin segera mengalami suatu pengalaman, misalnya
memecahkan suatu persoalan, dan tidak takut untuk mencoba. Namun cepat
bosan jika persoalan membutuhkan waktu yang lama dapat dipahami,
dipecahkan, atau diselesaikan.
2) Gaya assimilator
Gaya belajar assimilator merupakan kombinasi dari berpikir dan mengamati.
Individu dengan tipe assimilator memiliki kelebihan dalam memahami
berbagai sajian informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber, dan
dipandang dari berbagai perspektif dirangkum dalam suatu format yang logis,
singkat, dan jelas. Biasanya individu tipe ini kurang perhatian pada orang lain
dan lebih menyukai ide serta konsep yang abstrak. Mereka juga cenderung
lebih teoritis, mengasimilasikan fakta ke dalam teori, berpikir dengan objektif,
analitis, runtut, sistematis, melakukan pendekatan masalah dengan logika,
27
berusaha benar-benar memahami suatu permasalahan terlebih dahulu sebelum
melakukan tindakan.
3) Gaya konverger
Gaya belajar konverger merupakan kombinasi dari berpikir dan berbuat.
Individu dengan tipe ini unggul dalam menemukan fungsi praktis dari berbagai
ide dan teori. Biasanya mereka mempunyai kemampuan yang baik dalam
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Mereka juga cenderung
untuk menyukai tugas-tugas teknis (aplikatif) daripada masalah sosial atau
hubungan antarpribadi, karena lebih suka untuk mencoba-coba ide, teori-teori
ke dalam suatu aplikasi.
4) Gaya akomodator
Gaya belajar akomodator merupakan kombinasi dari perasaan dan tindakan.
Individu dengan tipe ini memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil
pengamatan nyata yang dilakukannya sendiri. Mereka suka membuat rencana
dan melibatkan dirinya dalam berbagai pengalaman baru dan menantang.
Mereka cenderung bertindak berdasarkan intuisi atau dorongan hati daripada
berdasarkan analisis logis.
Penelitian gaya belajar model Witkin, Oltman, Raskin, dan Karp (dalam
Ghufron ,2014: 86) menghasilkan dua tipe gaya belajar yang ada pada individu,
yaitu:
1) Gaya belajar field dependence
Individu yang mempunyai gaya belajar field dependence adalah individu yang
mempersepsikan diri dikuasai lingkungan. Contoh individu yang memiliki
28
gaya belajar field dependence adalah ketika individu tersebut naik bus dan
ingin membaca buku maka individu tersebut akan merasa terganggu dan
kurang berkonsentrasi dengan suasana berisik dan gaduh dalam bus tersebut.
2) Gaya belajar field independence
Individu yang mempunyai gaya belajar field independence adalah apabila
individu mempersepsikan diri bahwa sebagian besar perilaku tidak dipengaruhi
oleh lingkungan. Individu yang memiliki gaya belajar field independence tidak
akan merasa terganggu dengan suasana yang gaduh dan berisik.
Berdasarkan kenyataan di lapangan, gaya belajar yang biasa dimiliki oleh
siswa SD adalah gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik karena gaya belajar
tersebut mudah diterapkan oleh siswa SD. Ketiga gaya belajar tersebut
berhubungan dengan indera penglihatan, pendengaran, maupun peraba. Seseorang
belajar pada dasarnya memanfaatkan ketiga indera tersebut. Dalam penelitian ini,
gaya belajar yang akan dibahas adalah gaya belajar visual, auditorial, dan
kinestetik.
Tiap gaya belajar siswa pasti memiliki ciri yang khusus, sehingga dapat
dibedakan antara gaya belajar yang satu dengan yang lainnya. Berikut ini akan
dijelaskan tentang karakteristik dari gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik.
2.1.2.4 Karakteristik Gaya Belajar
Setiap gaya belajar pasti memiliki karakteristik yang berbeda. Gaya belajar
visual lebih menekankan pada indera penglihatan, gaya belajar auditorial
menekankan pada indera pendengarannya, sedangkan gaya belajar kinestetik lebih
menekankan pada kegiatan secara langsung (praktik).
29
De Porter (2010:116-118) mengemukakan karakteristik dari gaya belajar,
yaitu:
1) Gaya belajar visual
Gaya belajar visual adalah belajar dengan cara melihat. Ciri-ciri siswa yang
kecenderungan belajar adalah:
a) selalu rapi dan teratur;
b) berbicara dengan cepat;
c) teliti pada detail;
d) mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi;
e) pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam
pikiran mereka;
f) mengingat apa yang dilihat dari pada yang didengar;
g) mengingat dengan asosiasi visual;
h) pembaca cepat dan tekun;
i) suka membaca daripada dibacakan;
j) suka mencoret-coret tanpa arti bila sedang berbicara atau mendengar;
k) sering menjawab pertanyaan dengan singkat seperti ya dan tidak;
l) lebih suka memperagakan dari pada berbicara;
m) lebih suka seni daripada musik;
n) seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai
memilih kata-kata;
o) kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan;
p) lebih mudah mengingat jika dibantu gambar.
30
2) Gaya belajar auditorial
Ciri-ciri seseorang yang memiliki gaya belajar auditorial adalah sebagai
berikut:
a) berbicara kepada diri sendiri saat bekerja;
b) mudah terganggu oleh keributan;
c) menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika
membaca;
d) senang membaca dengan keras dan mendengarkan;
e) dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara;
f) merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita;
g) berbicara dalam irama yang terpola;
h) biasanya pembicara yang fasih;
i) lebih suka musik daripada seni;
j) belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan
daripada yang dilihat;
k) suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar;
l) mempunyai
masalah
dengan
pekerjaan-pekerjaan
yang
melibatkan
visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain;
m) lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya;
n) lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik.
3) Gaya belajar kinestetik
Seseorang yang memiliki gaya belajar kinestetik ciri-cirinya adalah sebagai
berikut:
31
a) berbicara dengan perlahan;
b) menanggapi perhatian fisik;
c) menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka;
d) berdiri dekat ketika berbicara dengan orang;
e) selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak;
f) mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar;
g) belajar melalui memanipulasi dan praktik;
h) menghafal dengan cara berjalan dan melihat;
i) menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca;
j) banyak menggunakan isyarat tubuh;
k) tidak dapat duduk diam untuk waktu lama.
Suparman (2010:66-70) mengemukakan strategi untuk mempermudah
proses belajar siswa yang bergaya belajar VAK (Visual, Auditori, Kinestetik) adalah sebagai berikut:
a) Gaya belajar visual
1) Gunakan materi visual seperti tulisan, gambar-gambar, diagram dan peta.
2) Gunakan warna untuk menandai hal-hal penting.
3) Ajak anak-anak untuk membaca buku-buku berilustrasi.
4) Gunakan multimedia visual seperti komputer dan video.
5) Arahkan anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam bentuk
tulisan atau gambar.
b) Gaya belajar auditori
1) Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam setiap diskusi yang dilakukan
32
secara verbal.
2) Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras.
3) Gunakan musik sebagai background untuk mengajarkan anak.
4) Arahkan anak agar merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan minta
dia untuk senantiasa mendengarkannya sebelum tidur.
5) Sebagai orang tua, sebaiknya bantu anak ketika belajar dengan membaca
materi pelajarannya atau mengajaknya berdiskusi mengenai materi
pelajarannya.
c) Gaya belajar kinestetik
1) Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam.
2) Arahkan anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya,
misalnya belajar menanam dengan cara langsung mempraktikannya.
3) Izinkan anak untuk mengunyah sesuatu, misalnya permen karet saat belajar.
4) Gunakan warna terang untuk menandai hal-hal penting dalam bacaan.
5) Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik, sebab biasanya
ketika mereka belajar dengan musik, anggota tubuhnya (misalnya kepala
atau kakinya) ikut bergerak mengikuti irama musik.
2.1.2.5 Indikator Gaya Belajar
Mengacu pada teori dan ciri-ciri gaya belajar visual, auditorial, dan
kinestetik menurut De Porter (2010:116-118), maka dapat dibuat indikator dari
ketiga gaya belajar tersebut sebagai berikut:
1) Gaya belajar visual
a) Belajar dengan cara visual
33
Mata /penglihatan memiliki peranan yang sangat penting dalam kegiatan
belajar. Siswa dapat lebih mudah memahami pelajaran dengan melihat
secara langsung proses pembelajaran tersebut, misalnya mereka lebih suka
membaca sendiri materi pelajaran daripada dibacakan orang lain.
b) Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar
Siswa lebih mudah mengingat apa yang mereka lihat, sehingga mereka bisa
mengerti tentang posisi, bentuk, angka, maupun warna.
c) Rapi dan teratur
Siswa yang
memiliki gaya belajar visual akan lebih memperhatikan
penampilannya.
d) Tidak terganggu dengan keributan
Siswa yang memiliki gaya belajar visual lebih mengingat apa yang dilihat
daripada didengarnya. Mereka tidak terlalu memperhatikan suara yang ada
di sekitarnya, sehingga mereka tidak akan merasa terganggu dengan
keributan di sekitarnya.
e) Sulit menerima instruksi verbal
Siswa dengan gaya belajar visual akan mudah lupa dengan sesuatu yang
disampaikan secara lisan dan sering kali harus minta bantuan orang lain
untuk mengulanginya.
2) Gaya belajar auditorial
a) Belajar dengan cara mendengar
Siswa yang memiliki gaya belajar auditorial lebih mengandalkan
pendengarannya dalam kegiatan belajarnya. Mereka lebih memahami pela-
34
jaran dengan mendengarkan apa yang dikatakan oleh guru.
b) Baik dalam aktivitas lisan
Siswa bergaya auditorial akan fasih dalam berbicara. Menyukai diskusi dan
menjelaskan segala sesuatu dengan panjang lebar.
c) Memiliki kepekaan terhadap musik
Siswa akan mampu mengingat dengan baik apa yang didengarnya, sehingga
dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara.
d) Mudah terganggu dengan keributan
Siswa yang bergaya auditorial sangat peka terhadap suara-suara yang
didengarnya, jadi mereka merasa terganggu jika ada suara di dalam kegiatan
belajarnya.
e) Lemah dalam aktivitas visual
Siswa merasa kesulitan memperoleh informasi yang sifatnya tertulis.
3) Gaya belajar kinestetik
a) Belajar dengan aktivitas fisik
Siswa dengan gaya belajar kinestetik lebih menyukai belajar sambil
bergerak, menyentuh, dan melakukan. Mereka tidak tahan jika harus duduk
berlama-lama mendengarkan pelajaran dan merasa bisa belajar dengan baik
jika prosesnya disertai dengan kegiatan fisik.
b) Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh
Siswa lebih mudah menghafal dengan cara melihat gerakan tubuh/fisik
sambil berjalan mempraktikannya.
c) Berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
35
Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca, banyak menggunakan
isyarat tubuh, dan lebih menyukai praktik.
d) Suka coba-coba dan kurang rapi
Belajar melalui memanipulasi dan praktik, kemungkinan tulisannya kurang
rapi.
e) Menyukai kerja kelompok dan praktik
Siswa merasa senang jika guru memintanya untuk kerja kelompok, siswa
akan merasa, siswa akan bertanggung jawab dengan tugas kelompoknya.
Dari uraian di atas, maka indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui
gaya belajar siswa adalah:
1) Gaya belajar visual
a) Belajar dengan cara visual, misalnya siswa dapat memahami penjelasan dari
guru secara langsung.
b) Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar, misalnya siswa
dapat mengingat materi dengan melihat penjelasan guru di depan kelas.
c) Rapi dan teratur, misalnya siswa merapikan seragamnya setiap saat.
d) Tidak terganggu dengan keributan, misalnya siswa tetap dapat belajar
meskipun suasana kelas ramai.
e) Sulit menerima instruksi verbal, misalnya siswa mudah lupa jika guru hanya
menjelaskan materi sekali saja dan tidak diulangi lagi.
2) Gaya belajar auditorial
a) Belajar dengan cara mendengar, misalnya siswa dapat memahami materi
hanya dengan mendengar penjelasan guru saja.
36
b) Baik dalam aktivitas lisan, misalnya siswa senang jika belajar sambil
diskusi.
c) Memiliki kepekaan terhadap musik, misalnya siswa belajar sambil
mendengarkan musik.
d) Mudah terganggu dengan keributan, misalnya siswa tidak dapat
berkonsentrasi belajar jika suasana ramai.
e) Lemah dalam aktivitas visual, misalnya siswa merasa malas jika disuruh
mencatat materi.
3) Gaya belajar kinestetik
a) Belajar dengan aktivitas fisik, misalnya siswa senang jika melakukan
praktik.
b) Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh, misalnya siswa senang
menghafalkan materi sambil berjalan.
c) Berorientasi pada fisik dan banyak bergerak, misalnya siswa menggunakan
jari sebagai penunjuk saat membaca.
d) Suka coba-coba dan kurang rapi, misalnya siswa suka mengerjakan soalsoal tanpa disuruh terlebih dahulu.
e) Menyukai kerja kelompok dan praktik, misalnya siswa lebih bersemangat
jika ia belajar bersama teman-temannya.
2.1.2.6 Pentingnya Mengetahui Gaya Belajar Siswa
Mengetahui gaya belajar merupakan hal yang sangat pengting, baik oleh
siswa itu sendiri maupun bagi guru. Siswa dapat memaksimalkan kemampuannya
dalam belajar guna meningkatkan hasil belajarnya, sedangkan bagi guru, dengan
37
mengetahui gaya belajar masing-masing siswanya akan membantu guru dalam
memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswanya.
Kemampuan seseorang untuk mengetahui sendiri gaya belajarnya dan gaya belajar
orang lain dalam lingkungannya akan meningkatkan afektifitasnya dalam belajar.
Honey & Mumford (dalam Ghufron, 2014:138) menjelaskan tentang pentingya
individu mengetahui gaya belajarnya masing-masing adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan kesadaran kita tentang aktivitas belajar mana yang cocok atau
tidak cocok dengan gaya belajar kita.
2) Membantu menentukan pilihan yang tepat dari sekian banyak aktivitas.
Menghindarkan kita dari pengalaman belajar yang tidak tepat.
3) Individu dengan kemampuan belajar efektif yang kurang, dapat melakukan
improvisasi.
4) Membantu individu untuk merencanakan tujuan dari belajarnya, serta
menganalisis tingkat keberhasilan seseorang.
Menurut Montgomery dan Groat (dalam Ghufron, 2014:138) ada beberapa
alasan mengapa pemahaman guru terhadap gaya belajar siswa perlu diperhatikan
dalam proses pengajaran, yaitu:
1) membuat proses belajar mengajar dialogis;
2) memahami pelajar lebih berbeda;
3) berkomunikasi melalui pesan;
4) membuat proses pengajaran lebih banyak memberi penghargaan;
5) memastikan masa depan dari disiplin-disiplin yang dimiliki siswa.
Gaya belajar siswa yang berbeda-beda tentunya akan mempengaruhi hasil
38
belajar siswa. Gaya belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
hasil belajar, apabila siswa belajar sesuai dengan gaya belajarnya maka hasil
belajar yang didapat pun baik.
2.1.3 Hakikat Hasil Belajar
Pada dasarnya belajar bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif,
keterampilan, maupun sikap. Hal tersebut dapat kita lihat dari hasil yang telah kita
capai dalam proses belajar. Hasil belajar itulah yang menjadi patokan apakah
siswa tersebut sudah mencapai kemampuan belajar dengan baik atau belum.
Melalui hasil belajar tersebut, guru dapat mengetahui kemampuan dari tiap
siswanya. Sehingga guru dapat memaksimalkan diri dalam proses pembelajaran.
2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar
Seseorang belajar bertujuan untuk mencapai hasil belajar yang baik. Hasil
belajar merupakan hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar, karena
kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan hasil belajar merupakan suatu
pencapaian yang diperoleh siswa dalam proses belajar tersebut. Pencapaian
tersebut tidak hanya menyangkut tentang pengetahuan siswa saja, tetapi juga
berkaitan dengan sikap dan keterampilan siswa. Hal tersebut didukung oleh
pendapat Sudjana (2014:3) yang menyebutkan bahwa hasil belajar siswa pada
hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar
dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris.
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne (dalam
Suprijono, 2013:5), hasil belajar berupa :
39
1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik
terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan
manipulasi simbol, pemecahan masalah, maupun penerapan aturan.
2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengkategorisasi,
kemampuan analitis-sintetis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip
keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan
aktivitas kognitif bersifat khas.
3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri. Kemmapuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah
dalam memecahkan masalah.
4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani
dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian
terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan
ekternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai
sebagai standar perilaku.
Benjamin
Bloom
(dalam
Poerwanti,
2008:1-23)
mengelompokkan
kemampuan manusia ke dalam dua ranah (domain) utama, yaitu ranah kognitif
dan ranah non-kognitif. Ranah non-kognitif dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu ranah afektif dan ranah psikomotorik. Setiap ranah diklasifikasikan secara
berjenjang mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks.
40
1) Ranah Kognitif
Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang, yaitu: pengetahuan
(knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis
(analysis), evaluasi, dan kreasi.
Dalam pembelajaran IPS, hasil belajar kognitif lebih menekankan pada
aspek pengetahuan dan berkenaan dengan hasil belajar intelektual. Tujuan
aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir yang mencakup
kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat sampai pada
kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran
IPS di SD ini bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan sosial yang
berguna dalam kehidupan sehari-hari, setelah memiliki pengetahuan yang
cukup, barulah siswa tersebut dapat mengembangkan sikap maupun
keterampilannya.
2) Ranah Afektif
Ranah afektif diartikan sebagai internalisasi sikap yang menunjuk ke arah
pertumbuhan batiniah yang terjadi bila individu menjadi sadar tentang nilai
yang diterima dan kemudian mengambil sikap sehingga kemudian menjadi
bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah lakunya.
Jenjang kemampuan dalam ranah afektif, yaitu: menerima (receiving),
menjawab ( responding ), menilai (valuing), dan organisasi (organization).
Hasil belajar afektif lebih menekankan pada penilaian sikap siswa dalam
suatu pembelajaran. Penanaman sikap melalui pembelajaran IPS tidak terlepas
dari mengajarkan nilai dan sisten nilai yang berlaku di masyarakat. Strategi
41
pembelajaran nilai dan sistem nilai pada IPS bertujuan untuk membina dan
mengembangkan sikap mental yang baik. Sikap yang harus dikembangkan
dalam pembelajaran IPS adalah sikap menghargai, tenggang rasa, jujur, adil,
demokratis, bertanggung jawab, penghargaan terhadap alam, penghormatan
kepada Sang Pencipta, dll.
3) Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagianbagiannya mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Tingkatan
domain dalam ranah psikomotorik yaitu: gerakan refleks, gerakan dasar (basic
fundamental movements), gerakan persepsi (perceptual abilities), gerakan
kemampuan fisik (physical abilities), gerakan terampil (skilled movements),
gerakan indah dan kreatif (non-discursive communication).
Hasil belajar psikomotorik lebih menekankan pada aspek keterampilan
dan kemampuan bertindak setelah menerima pengalaman belajar. Dalam
pembelajaran IPS, keterampilan siswa harus diperhatikan dalam mencapai hasil
belajar yang baik, selain itu juga untuk bertahan dengan lingkungan
masyarakat. Keterampilan dasar IPS yang dapat diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat adalah keterampilan mental, personal, dan sosial.
Pada penelitian ini, hasil belajar yang akan diteliti adalah hasil belajar IPS
yang mencakup ranah kognitif, karena dalam penilaian hasil belajar IPS lebih
banyak mencakup ranah kognitif. Seseorang yang belajar diharapkan mampu
mengembangkan pengetahuan terlebih dahulu, setelah memiliki pengetahuan yang
cukup baru dapat mengembangkan sikap maupun keterampilannya. Hasil belajar
42
kognitif lebih menekankan pada aspek pengetahuan dan berkenaan dengan hasil
belajar intelektual. Pembelajaran IPS dapat tercapai dengan baik apabila siswa
mampu mencapai ranah kognitif dengan baik. Hasil belajar kognitif IPS ini
didapat setelah melakukan evaluasi yang berupa tes.
2.1.4 Pembelajaran IPS di SD
2.1.4.1 Pengertian IPS
Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang secara resmi mulai dipergunakan
di Indonesia sejak tahun 1975 adalah istilah Indonesia untuk pengertian social
studiesseperti di Amerika Serikat. Dalam dunia pengetahuan kemasyarakatan atau
pengetahuan sosial kita mengenal beberapa istilah seperti ilmu sosial, studi sosial,
dan ilmu pengetahuan sosial.
Ilmu sosial penekanannya pada keilmuan yang berkenaan dengan kehidupan
masyarakat atau kehidupan sosial. Oleh karena itu, ilmu sosial ini secara khusus
dipelajari dan dikembangkan ditingkat pendidikan tinggi. Mackenzie (dalam
Ischak, 2004:1.31) mengemukakan bahwa ilmu sosial adalah semua bidang ilmu
yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau dengan kata lain
adalah semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota
masyarakat.
Jarolimek (dalam Ischak, 2004:1.34) mengisyaratkan bahwa studi sosial
lebih bersifat praktis, yaitu memberikan kemampuan kepada anak didik dalam
mengelola dan memanfaatkan kekuatan-kekuatan fisik dan sosial dalam
menciptakan kehidupan yang serasi. Studi sosial ini juga mempersiapkan anak
didik untuk mampu memecahkan masalah sosial dan memiliki keyakinan akan
43
kehidupan masa mendatang. Sedangkan menurut Ischak (2004:1.35), studi sosial
adalah bidang pengetahuan dan penelaahan gejala dan masalah sosial di
masyarakat yang ditinjau dari berbagai aspek kehidupan sosial, dalam usaha
mencari jalan keluar dari masalah-masalah tersebut.
IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala
dan masalah sosial di mayarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan
atau satu perpaduan (Ischak, 2004:1.36).
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu
sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah,
Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat
menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab serta
warga dunia yang cinta damai.
2.1.4.2 Ruang Lingkup IPS
IPS sebagai program pendidikan, tidak hanya menyajikan pengetahuan
sosial semata-mata, melainkan harus pula membina peserta didik menjadi warga
masyarakat dan warga negara yang memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan
bersama dalam arti yang seluas-luasnya. Oleh karena itu siswa yang dibinanya
tidak hanya cukup berpengetahuan dan berkemampuan berpikir tinggi, melainkan
harus pula memiliki kesadaran yang tinggi serta tanggung jawab yang kuat
terhadap kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara. Dengan demikian, pokok
bahasan yang disajikan, tidak hanya terbatas pada materi yang bersifat
44
pengetahuan, melainkan juga meliputi nilai-nilai yang wajib melekat pada siswa
sebagai warga masyarakat dan warga negara (Sumaatmadja, 2003:1.18).
Sebagai bidang pengetahuan, ruang lingkup IPS menjelaskan tentang
kehidupan manusia dalam masyarakat atau manusia sebagai anggota masyarakat
atau dapat juga dikatakan dalam konteks sosial. Ruang lingkup sebagai
pengetahuan jika ditinjau aspek-aspeknya meliputi hubungan sosial, ekonomi,
psikologi sosial, budaya, sejarah, geografi, dan aspek politik. Dari ruang lingkup
kelompoknya, meliputi keluarga; rukun tetangga; rukun kampung; warga desa;
organisasi masyarakat; sampai ke tingkat bangsa. Keluarga dengan skala karakter,
fungsi, peranan, kedudukan, dan proses perkembangannya merupakan salah satu
ruang lingkup penting IPS. Dalam masyarakat yang bagaimanapun, keluarga yang
merupakan segitiga abadi ini selalu ada. Mulai dari keluarga inilah tumbuhnya
seseorang menjadi suatu pribadi , dan dalam keluarga ini juga mulai berkembang
aspek-aspek kehidupan sosial yang meliputi hubungan sosial, ekonomi, psikologi
sosial, budaya, sejarah, geografi serta aspek politik.
Sebagai program pendidikan, ruang lingkup IPS juga menjelaskan tentang
nilai-nilai yang menjadi karakter program pendidikannnya. Nilai-nilai tersebut
mencakup nilai edukatif, nilai praktis, nilai teoritis, nilai filsafat, dan nilai ketuhanan (Sumaatmadja, 2003:1.18). Dalam proses pembelajaran pendidikan IPS,
guru harus tetap berpegang pada ruang lingkupnya, yaitu manusia sebagai anggota
masyarakat atau manusia dalam konteks sosial. Oleh karena itu, proses tersebut
tidak dapat terlepas dari kondisi masyarakat sebagai suatu kenyataan.
45
Secara bertahap dan berkesinambungan, lingkup masyarakat yang menjadi
objek formal dalam pembelajaran, mulai dari lingkungan keluarga, para tetangga,
kampung, desa, kabupaten, propinsi, dst., sedangkan yang menjadi objek
materialnya, meliputi aspek-aspek hubungan sosial, ekonomi, psikologi, budaya,
sejarah, geografi dan politik (Sumaatmadja, 2003:1.29).
Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut :
1) manusia, tempat, dan lingkungan;
2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan;
3) sistem sosial dan budaya;
4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan (BSNP, 2006: 176).
Adapun ruang lingkup materi IPS kelas V semester 2 sesuai KTSP
(Permendiknas, 2006: 180) adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Ruang Lingkup Materi IPS Kelas V semester Genap
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Menghargai peranan tokoh 2.1 Mendeskripsikan perjuangan para
pejuang dan masyarakat
tokoh pejuang pada masa penjajadalam mempersiapkan dan
han Belanda dan Jepang.
mempertahankan
2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh
perjuangan dalam mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia.
kemerdekaan Indonesia.
2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh
perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
2.4 Menghargai perjuangan para tokoh
dalam
mempertahankan
kemerdekaan Indonesia.
46
Berdasarkan tabel ruang lingkup materi IPS kelas V semester genap,
penelitian ini mengkaji pada Kompetensi Dasar 2.1 mendeskripsikan
perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang;
2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia, dengan indikator-indikator sebagai berikut 2.1.1
menyebutkan tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang;
2.1.2 menceritakan perjuangan tokoh pejuang pada masa penjajahan
Belanda dan Jepang; 2.1.3 menerapkan perjuangan para tokoh pejuang pada
masa penjajahan Belanda dalam kehidupan sehari-hari; 2.2.1 menyebutkan
tokoh yang berjuang dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia; 2.2.2
menjelaskan beberapa usaha para tokoh dalam rangka mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia, 2.2.3 menjelaskan cara menghargai jasa tokoh
perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
2.1.4.3 Tujuan IPS
Pendidikan IPS bertujuan untuk membina anak didik menjadi warga negara
yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kepedulian sosial yang
berguna bagi dirinya sendiri serta bagi masyarakat dan negara. Untuk
merealisasikan tujuan tersebut, proses mengajar dan membelajarkannya tidak
hanya terbatas pada aspek-aspek pengetahuan (kognitif) dan keterampilan
(psikomotor) saja, melainkan meliputi juga aspek akhlak (afektif) dalam
menghayati serta menyadari kehidupan yang penuh dengan masalah, tantangan,
hambatan dan persaingan ini. Melalui pendidikan IPS, anak didik dibina dan
dikembangkan kemampuan mental-intelektual menjadi warga negara yang
47
berketerampilan dan berkepedulian sosial serta bertanggung jawab sesuai dengan
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila (Sumaatmadja, 2003:1.10).
Hamalik (dalam Hidayati, 2008:1.24) merumuskan tujuan pendidikan IPS
berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu:
1) Pengetahuan dan pemahaman
Salah satu pengajaran IPS adalah mentransmisikan pengetahuan dan
pemahaman tentang masyarakat berupa fakta-fakta dan ide-ide kepada anak.
Selain itu juga mengembangkan rasa kontinuitas dan stabilitas, memberikan
informasi dan teknik-teknik sehingga mereka dapat ikut memajukan
masyarakat sekiarnya.
2) Sikap hidup belajar
IPS juga bertujuan untuk mengemnbangkan sikap belajar yang baik. Artinya,
dengan belajar IPS anak memiliki kemampuan menyelidiki (inkuiri) untuk menemukan ide-ide, konsep-konsep baru sehingga mereka mampu melakukan
perspektif untuk masa yang akan datang. Sikap belajar tersebut diarahkan pada
pengembangan motivasi untuk mengetahui, berimajinasi, minat belajar,
kemampuan merumuskan masalah dan hipotesis pemecahannya, keinginan
melanjutkan eksplorasi IPS sampai ke luar kelas, dan kemampuan menarik
kesimpulan berdasarkan data.
3) Nilai-nilai sosial dan sikap
Anak membutuhkan nilai-nilai untuk menafsirkan fenomena dunia sekitarnya,
sehingga mereka mampu melakukan perspektif.nilai-nilai sosial merupakan
unsur penting di dalam pengajaran IPS. Berdasarkan nilai-nilai sosial yang
48
berkembang dalam masyarakat, maka akan berkembang pula sikap-sikap soaial
anak. Faktor keluarga, masyarakat, pribadi/tingkah laku guru sendiri besar
pengaruhnya terhadap perkembangan nilai-nilai dan sikap anak. Guru dapat
mengembangkan sikap anak, misalnya menghormati dan menaati peraturan,
mengembangkan rasa tanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat,
mengenal, dan menggunakan sumber-sumber alam dengan sebaik-baiknya,
baik kritis dan analitis, dan sebagainya.
4) Keterampilan
Anak belajar menggunakan keterampilan dan alat-alat studi sosial, misalnya
mencari bukti dengan berpikir ilmiah, keterampilan mempelajari data
masyarakat, mempertimbangkan validitas dan relevansi data, mengklasifikasi
dan menafsirkan data-data sosial, dan merumuskan kesimpulan. Dengan
demikian IPS memperkenalkan siswa bahwa manusia dalam hidup bersama
dituntut rasa tanggung jawab sosial. Mereka akan menyadari bahwa dalam
hidup bersama itu akan mengahadapi berbagai masalah.
Mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai
berikut:
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan denagn kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
49
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (BSNP, 2006:
175).
2.1.4.4 Karakteristik Pendidikan IPS SD
Bidang studi IPS merupakan gabungan ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi
atau terpadu. Karena IPS terdiri dari disiplin ilmu-ilmu sosial, dapat dikatakan
bahwa IPS itu mempunyai ciri-ciri khusus atau karakteristik tersendiri yang
berbeda dengan bidang studi lainnya. Hidayati (2008:1-26) mengemukakan
karakteristik IPS dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya sebagai berikut:
1) Materi IPS
Mempelajari IPS pada hakikatnya adalah menelaah interaksi antara individu
dan masyarakat dengan lingkungan (fisik dan sosial-budaya). Materi IPS digali
dari segala aspek kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu,
pengajaran IPS yang merupakan masyarakat sebagai sumber dan objeknya
merupakan suatu bidang ilmu suatu bidang ilmu yang tidak berpijak pada
kenyataan. Ada 5 macam sumber materi IPS antara lain:
a) Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari
keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas seperti
negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya.
b) Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan,
produksi, komunikasi, dan transportasi.
c) Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan
antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai
50
yang terjauh.
d) Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang
dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh
dan kejadian-kejadian yang besar.
e) Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian,
permainan, dan keluarga.
Masyarakat dan lingkungan memiliki peran yaitu selain menjadi sumber
materi IPS juga sekaligus menjadi laboratoriumnya. Pengetahuan konsep, teoriteori IPS yang diperoleh anak di dalam kelas dapat dicocokkan sekaligus dalam
kehidupannya sehari-hari di masyarakat.
2) Strategi penyampaian pengajaran IPS
Menurut Mukminan (dalam Hidayati, 2008:1-27), strategi penyampaian
pengajaran IPS, sebagian besar adalah didasarkan pada suatu tradisi, yaitu
materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri),keluarga, masyarakat/tetangga,
kota, region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti ini disebut “The
Wedining Horizon or Expanding Environment Curriculum ”.
Tipe kurikulum tersebut, didasarkan pada asumsi bahwa anak pertamatama dikenalkan atau perlu memperoleh konsep yang berhubungan dengan
lingkungan terdekat atau diri sendiri. Selanjutnya secara bertahap dan
sistematis bergerak dalam lingkungan konsentrasi keluar dari lingkungan
tersebut, kemudian mengembangkan kemampuannya untuk menghadapi unsurunsur dunia yang lebih luas.
2.1.5 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
51
Di Indonesia pada saat ini, anak usia SD dimulai dari umur 6 tahun sampai
dengan 12 tahun. Secara psikologis, periode ini dikategorikan masa kanak-kanak
akhir. Para pendidik menyebut masa tersebut sebagai masa sekolah dasar,
sedangkan para psikolog menyebutnya sebagai masa berkelompok atau masa
penyesuaian diri. Sesuai dengan pendidikan anak usia sekolah dasar, guru perlu
memahami dengan benar sifat dan karakteristik siswa agar dapat mendidik dan
mengajar dengan baik, sehingga potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa
terbina dan terasah dengan optimal. Hidayati (2008: 1-29) menjelaskan
karakteristik siswa SD berdasarkan kelas-kelas yang terdapat di SD.
1) Karakteristik pada masa kelas rendah SD (Kelas 1, 2, dan 3)
a. Ada hubungan kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah.
b. Suka memuji diri sendiri.
c. Apabila tidak dapat menyelesaikan sesuatu, hal itu dianggapnya tidak
penting.
d. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain dalam hal yang
menguntungkan dirinya.
e. Suka meremehkan orang lain.
2) Karakteristik pada masa kelas tinggi SD (Kelas 4, 5, dan 6)
a. Perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari.
b. Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis.
c. Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus.
d. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi
belajarnya di sekolah.
52
Menurut Piaget dalam Rifa’i dan Anni (2012 : 32–35), perkembangan
kognitif mencakup empat tahap, yaitu :
1) Tahap Sensorimotorik (0-2 tahun). Pada tahap ini bayi menyusun pemahaman
dunia dengan mengkordinasikan pengalaman indera (sensori) mereka (seperti
melihat dan mendengar) dengan gerakan motorik (otot) mereka (menggapai
dan
menyentuh). Pada awal tahap ini, bayi hanya memperlihatkan pola
reflektif untuk beradaptasi dengan dunia dan menjelang akhir tahap ini bayi
menunjukkan pola sensorimotorik yang lebih kompleks. Selama dalam tahap
ini, pengetahuan bayi tentang dunia adalah terbatas pada persepsi yang
diperoleh dari penginderaannya dan kegiatan motoriknya.
2) Tahap Pra-operasional (2-7 Tahun). Pada tahap ini pemikiran anak bersifat
simbolis, egoisentries, dan intuitif, sehingga tidak melibatkan pemikiran
operasional. Pemikiran pada tahap ini terbagi menjadi dua sub-tahap, yaitu
simbolik dan intutitif. Sub-tahap simbolis (2-4 tahun) yaitu di mana anak
secara mental sudah mampu mempresentasikan objek yang tidak nampak dan
penggunaan bahasa mulai berkembang ditunjukkan dengan sikap bermain,
sehingga muncul egoism dan animism. Sub-tahap intuitif (4-7 tahun) yaitu
pada tahap ini anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu
jawaban dari semua pertanyaan. Disebut intuitif karena anak merasa yakin
akan pengetahuan dan pemahaman mereka, namun belum menyadari
bagaiamana mereka bisa mengetahui cara-cara yang mereka ingin ketahui.
3) Tahap Operasional Kongkrit (7-11 tahun). Pada tahap ini anak mampu
mengoperasikan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda konkrit.
53
4) Tahap Operasional Formal (7-11 tahun). Pada tahap ini anak sudah mampu
berpikir abstrak, idealis, dan logis. Pemikiran operasional formal tampak lebih
jelas dalam pemecahan problem verbal. Pemikiran ini bisa menjadi fantasi,
sehingga mereka seringkali menunjukkan keinginan untuk segera mewujudkan
cita-citanya.
Menurut Piaget (dalam Hidayati, 2008: 1-29), usia siswa SD (7-12 tahun)
berada pada stadium operasional konkrit. Oleh karena itu, guru harus mampu
merancang pembelajaran yang dapat membangkitkan siswa, misalnya penggalan
waktu belajar tidak terlalu panjang, peristiwa belajar harus bervariasi, dan sajian
harus dibuat menarik bagi siswa. Hal ini dilakukan karena perhatian anak pada
tingkat usia tersebut masih mudah beralih, artinya dalam jangka waktu tertentu
perhatian anak dapat tertarik pada banyak hal, tetapi pada waktu tertentu pula
perhatian anak berpindah-pindah.
2.1.6 Hubungan Gaya Belajar dengan Hasil belajar
Hasil belajar merupakan suatu pencapaian yang diperoleh siswa dalam
proses belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah
laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup
bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Untuk mengetahui seberapa jauh hasil
belajar yang diperoleh siswa, maka diperlukan pengukuran dan penilaian hasil
belajar tersebut. Menurut Suryabrata (dalam Ghufron, 2014:10), pengukuran
tersebut mencakup segala cara untuk memperoleh informasi mengenai hasil
belajar yang dapat dikuantifikasikan.
54
Peningkatan hasil belajar siswa dapat ditentukan beberapa faktor, yaitu
faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal di antaranya adalah
bagaimana lingkungan belajar dipersiapkan dan fasilitas-fasilitas diberdayakan,
sedangkan aspek internal meliputi aspek perkembangan anak dan keunikan personal individu anak.
Setiap siswa memiliki keunikan tersendiri dan antara siswa satu dengan
yang lainnya memiliki pengalaman hidup yang berbeda. Dalam kegiatan belajar,
siswa memiliki cara yang berbeda-beda dalam memperoleh suatu informasi. Cara
siswa dalam menyerap informasi tersebutlah yang dinamakan gaya belajar.
Marton dkk. (dalam Ghufron, 2014: 12) berpendapat bahwa kemampuan
seseorang untuk mengetahui sendiri gaya belajarnya dan gaya belajar orang lain
dalam lingkungannya akan meningkatkan efektivitasnya dalam belajar. Gaya
belajar mempunyai peran penting dalam pendidikan. Gaya belajar mempunyai
peran penting dalam bidang pendidikan. Berdasarkan hasil dari beberapa riset
belajar, Marton ( dalam Ghufron, 2014: 12) dengan mengukuhkan suatu
kesimpulan tentang hubungan konsep belajar individu sebagai salah satu usaha
yang dilakukan individu untuk belajar, dan hasil usaha individu untuk belajar.
Keberadaan dari hubungan tersebut secara spesifik berupa gaya belajar dan
pengukuran hasil belajar.
Siswa yang dapat memahami gaya belajarnya dan menerapkan gaya belajar
yang dimilikinya, maka hasil belajar yang diperoleh akan baik, namun jika siswa
tersebut belajar tidak sesuai gaya belajarnya, maka hasil belajar yang diperoleh
akan kurang baik.
55
2.2 KAJIAN EMPIRIS
Beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan tentang gaya belajar siswa
memperkuat peneliti melakukan penelitian serupa. Hasil penelitian tersebut antara
lain:
1) Penelitian yang dilakukan oleh Etin Solihatin dalam jurnal ilmiah Mimbar
Demokratis (Volume 10, No.1, Tahun 2011). Penelitian ini berjudul “Pengaruh
Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Pendidikan
Kewarganegaraan”. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) hasil belajar PKn
pada peserta didik yang memiliki gaya belajar field independent dan
mendapatkan strategi pembelajaran Cooperative Learning lebih tinggi daripada
peserta didik yang mendapatkan strategi belajar Ekspositori; (2) hasil belajar
PKn pada peserta didik yang memiliki gaya belajar field dependent dan
mendapat strategi pembelajaran Cooperative Learning lebih rendah daripada
peserta didik yang mendapatkan strategi pembelajaran Ekspositori; (3) terdapat
pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan gaya belajar terhadap hasil
belajar PKn; (4) terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dengan gaya
belajar terhadap hasil belajar PKn.
2) Penelitian yang dilakukan oleh Ramlah, S.Pd., M.Pd., Dani Firmansyah, S.
Pd., Hamzah Zubair, S.Si. pada tahun 2014 dalam Jurnal Ilmiah Solusi
(Volume 1, No. 3). Penelitian ini berjudul “ Pengaruh Gaya Belajar dan
Keaktifan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika (Survey pada SMP
Negeri di Kecamatan Klari Kabupaten Karawang)”. Hasil penelitian
56
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan gaya belajar terhadap
prestasi belajar matematika, hal ini ditunjukan dengan nilai sig = 0,001 < 0,05.
Terdapat pengaruh yang signifikan keaktifan terhadap prestasi belajar
matematika, hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung = 13,418 > F tabel = 3, 08,
dengan sig= 0,00 < α = 0,05.
3) Penelitian yang dilakukan oleh Nur Oktavianti Lestari, Saur M. Tampubolon,
dan Yuyun Elizabeth Patras pada tahun 2015 (Volume 7, No. 2). Penelitian ini
berjudul “Analisis terhadap Pola Asuh dan Gaya Belajar Siswa Berprestasi”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh orang tua siswa berprestasi di
Sekolah Dasar Negeri Papandayan bersifat demokratis. Subjek menunjukan
kombinasi gaya belajar visual, audio, dan kinestetik (gaya belajar vak), namun
subjek memiliki kecenderungan pada satu gaya belajar yaitu gaya belajar
visual. Prestasi subjek dari kelas I - III dikatakan baik, hal ini dibuktikan
dengan nilai raport subjek yang selalu berada di atas batas minimal prestasi
belajar. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa seorang
siswa berprestasi tidak terlepas dari pola asuh demokratis yang diterapkan
orang tua dan gaya belajar visual subjek.
4) Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Halim pada tahun pelajaran 2009/2010
dalam jurnal Tabularasa PPS UNIMED (Volume 9, No. 2). Penelitian ini
berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar Terhadap Hasil
Belajar Fisika Siswa SMPN 2 Secanggang Kabupaten Langkat”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara strategi pembelajaran
terhadap hasil belajar fisika pada α = 5%. Hasil belajar fisika siswa yang diajar
57
dengan tipe STAD lebih tinggi dibandingkan tipe TPS. Ada pengaruh gaya
belajar terhadap hasil belajar fisika siswa pada α = 5%. Siswa yang memiliki
kecenderungan gaya belajar auditorial memperoleh hasil belajar fisika lebih
tinggi dibandingkan siswa dengan gaya belajar visual dan kinestetik. Terdapat
interaksi antara strategi pembelajaran dan gaya belajar terhadap hasil belajar
fisika siswa, Hasil uji lanjut menggunakan uji Scheffe diketahui bahwa
kelompok siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar auditorial
memperoleh hasil belajar fisika lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya.
5) Penelitian yang dilakukan oleh Khosiyah pada tahun 2012 dalam jurnal
Tabularasa PPS UNIMED (Volume 9, No.1) dengan judul “Pengaruh Strategi
Pembelajaran dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama
Islam Siswa SD Inti No. 060873 Medan”. Hasil penelitian menunjukan bahwa
Rata-rata hasil belajar PAI siswa diajar dengan strategi pembelajaran STAD (
X = 29,95) lebih baik daripada rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan
strategi pembelajaran ekspositori ( X = 28,62). Hal ini menunjukkan bahwa
strategi STAD terbukti efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara
keseluruhan baik untuk kelompok siswa dengan gaya belajar visual, auditori
maupun kinestetik. Jika diperhatikan lebih lanjut bahwa dalam strategi
pembelajaran STAD rata-rata hasil belajar siswa dengan gaya belajar kinestetik
( X = 31,5) lebih tinggi daripada hasil belajar siswa dengan gaya belajar visual
( X = 29,14) maupun siswa dengan gaya belajar auditori ( X = 29,86).
Sedangkan pada strategi pembelajaran ekspositori, rata-rata hasil belajar siswa
dengan gaya belajar auditori ( X = 30,69) lebih tinggi daripada hasil siswa
58
dengan gaya belajar visual ( X = 26) maupun dengan gaya belajar kinestetik ( X
= 29,80). Hal ini menunjukkan bahwa gaya belajar cukup signifikan untuk
membedakan hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan semua
hipotesis penelitian yaitu: (1) hasil belajar dari siswa dengan gaya belajar
visual, auditori dan kinestetik berbeda signifikan, dan (2) terdapat interaksi
antara strategi pembelajaran dan gaya belajar dalam memberikan pengaruh
terhadap hasil belajar siswa.
6) Penelitian yang dilakukan oleh Prihma Sinta Utami dan Abdul Gafur pada
tahun 2015 dalam jurnal Pendidikan IPS (Volume 2, No.1). Penelitian ini
berjudul “Pengaruh Metode Pembelajaran dan Gaya Belajar Siswa Terhadap
Hasil Belajar IPS di SMP Negeri di Kota Yogyakarta”. Hasil dari penelitian
tersebut menunjukan bahwa: (1) terdapat pengaruh antara gaya belajar terhadap
hasil belajar IPS siswa dan hasil belajar dengan metode Think Pair Share lebih
tinggi dibandingkan hasil belajar dengan metode Problem-Based Learning
pada kelompok gaya belajar visual; (2) hasil belajar dengan metode Think Pair
Share lebih tinggi dibandingkan hasil belajar dengan metode Problem-Based
Learning pada kelompok gaya belajar auditorial; (3) tidak terdapat pengaruh
antara metode pembelajaran dan gaya belajar terhadap hasil belajar IPS.
7) Penelitian yang dilakukan oleh Ni Kade Bintarini, A. A. I. N Marhaeni dan I
Wayan Lasmawan pada tahun 2013 dalam jurnal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha (Volume 3, Hal. 1-11), dengan judul
“Determinasi Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Sumber
Belajar Terhadap Gaya Belajar dan Pemahaman Konsep IPS pada Siswa kelas
59
IV SDN Gugus Yudistira Kecamatan Negara.” Hasil penelitian menunjukkan
bahwa : (1) gaya belajar dengan pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai
sumber belajar lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional (Fhitung = 41,467 dengan p < 0,05) ; (2)
pemahaman konsep IPS dengan pemanfaatan lingkungan seitar sekolah lebih
baik
secara
signifikan
dibandingkan
dengan
siswa
yang
mengikuti
pembelajaran konvensional (Fhitung = 141,793 dengan p < 0,05) ; (3) gaya
belajar dan pemahaman konsep IPS lebih baik secara signifikan yang
mengikuti pembelajaran pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai
sumber belajar dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional (Fhitung = 86,169 dengan p < 0,05).
8) Penelitian yang lainnya juga dilakukan oleh Soghra Akbarai Chermahini, Ali
Ghanbari, Mohammad Ghanbari pada tahun 2013 dengan judul “Learning
Styles and Academic Performence of Students in English as a SecondLanguage Class in Iran”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara gaya belajar dan kinerja dalam tes bahasa
Inggris. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya belajar dapat
dianggap sebagai prediktor yang baik dari setiap kinerja akademik bahasa
kedua, dan itu harus diperhitungkan untuk meningkatkan hasil siswa khusus
dalam belajar dan mengajarkan bahasa kedua, dan juga menunjukkan bahwa
perbedaan individu dalam gaya belajar memainkan peran penting dalam
domain ini.
60
9) Penelitian yang dilakukan oleh Mary Wilson dalam Srate Journal (Volume 22,
No.1) yang berjudul “Students’ Learning Style Preferences and Teachers’
Instructional Strategies: Correlations Between Matched Styles and Academic
Achievement”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara variabel, yaitu antara gaya belajar yang sesuai dengan prestasi
akademik siswa.
10) Penelitian yang dilakukan oleh Dr.Oluwatomi M. Alade and Mrs Angela C.
Ogbo dalam IOSR Journal of Research & Method in Education (Volume 4, No.
1) yang berjudul “ A Comparative Study of Chemistry Students’ Learning
Styles Preferences in Selected Public and Private Schools in Lagos
Metropolis”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara preferensi gaya belajar siswa dan kinerja mereka dalam tes
kimia di kedua sekolah negeri dan swasta. Gaya belajar visual adalah gaya
belajar yang dominan di kalangan siswa di kedua jenis sekolah. Peneliti
merekomendasikan bahwa guru kimia harus menggunakan berbagai gaya
pengajaran untuk mengakomodasi berbagai gaya belajar siswa mereka.
2.3 KERANGKA BERPIKIR
Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda, termasuk dalam
kegiatan belajar. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana cara ia memperoleh
suatu informasi dan cara siswa mengolah informasi tersebut. Cara memperoleh
informasi tersebutlah yang dinamakan gaya belajar.
Setiap siswa memiliki gaya belajarnya sendiri. Kunci menuju kesuksesan
61
adalah dapat menemukan keunikan gaya belajarnya sendiri. Tiap siswa
merupakan individu yang unik karena memiliki gaya belajar yang berbeda-beda.
Gaya belajar tersebut menjadi salah satu faktor penyebab keberhasilan siswa
dalam belajar. Siswa yang mampu belajar dengan menerapkan gaya belajar
mereka yang dominan dapat mencapai hasil belajar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan cara yang tidak sejalan dengan
gaya belajarnya. Apabila siswa dapat mengenali gaya belajarnya, maka siswa
tersebut akan lebih mudah dalam menerima pelajaran. Oleh karena itu, saat
mengajar guru harus dapat mengenali gaya belajar dari tiap siswanya. Guru harus
menggunakan metode dan media yang dapat melayani keunikan gaya belajar siswanya yaitu visual, auditorial, dan kinestetik.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik suatu kerangka berpikir seperti
berikut ini:
Hubungan antara gaya belajar dengan hasil belajar IPS
Gaya belajar siswa
Gaya belajar visual
Gaya belajar auditorial
Hasil belajar kognitif
IPS
 Nilai UTS IPS
semester genap
tahun ajaran
2015/2016
Gaya belajar kinestetik
Ada hubungan yang positif dan signifikan
antara gaya belajar dengan hasil belajar IPS
62
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
2.4 HIPOTESIS
Sugiyono (2013:96) menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah, di mana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena
jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Berdasarkan latar belakang, kajian teori, dan kerangka berpikir, maka hipotesis
dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara
gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN di Gugus
Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 JENIS DAN DESAIN PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan jenis penelitian
korelasi. Menurut Arikunto (2010: 4),penelitian korelasi adalah penelitian yang
dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel
atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data
yang memang sudah ada.Dalam penelitian korelasional ini menggunakan teknik
analisis kuantitatif. Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme. Filsafat positivisme
memandang realitas/gejala/fenomena itu dapat diklasifikasikan, relatif tetap,
konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat (Sugiyono,
2013:14). Penelitian korelasi dengan pendekatan kuantitatif ini digunakan untuk
mengetahui apakah terdapat hubungan antara gaya belajar siswa dengan hasil
belajar IPS pada siswa kelas V SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati. Bentuk
hubungan dalam penelitian ini adalah hubungan kausal, yaitu hubungan yang
bersifat sebab akibat, karena ada variabel independen (variabel yang
mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi) (Sugiyono, 2013:59). Bentuk
hubungan penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
X
Y
Gambar 3.1 Desain Penelitian Korelasional
63
64
Keterangan:
X = Gaya belajar siswa
Y = Hasil belajar IPS siswa
Selain termasuk penelitian korelasi, penelitian ini juga termasuk penelitian
ex post facto karena peneliti melakukan penelitian pada variabel yang sudah
terjadi sebelum penelitian dilaksanakan, yaitu variabel gaya belajar siswa serta
hasil belajar IPS pada saat Ulangan Tengah Semester 2. Hal ini selaras dengan
pendapat Arikunto (2010: 17) bahwa penelitian tentang variabel yang kejadiannya
sudah terjadi sebelum penelitian dilaksanakan, disebut penelitian ex post facto.
Hasil belajar IPS Ulangan Tengah Semester (UTS) semester 2 dipilih karena soal
UTS yang diberikan pada siswa di gugus Wibisono adalah sama.
3.2 PROSEDUR PENELITIAN
Arikunto (2010:61) menjelaskan tentang langkah-langkah dalam penelitian
adalah sebagai berikut:
1) Memilih masalah
Memilih masalah merupakan langkah awal dalam sebuah penelitian. Masalah
yang dipilih peneliti adalah gaya belajar siswa yang turut mempengaruhi hasil
belajar IPS di SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus yang
berjumlah 7 sekolah dasar.
2) Studi pendahuluan
Sebelum mengadakan penelitian yang sesungguhnya, peneliti mengadakan
suatu studi pendahuluan, yaitu menjajagi kemungkinan diteruskannya
65
pekerjaan meneliti. Dalam penelitian ini, studi pendahuluan yang dilakukan
peneliti adalah memperbanyak membaca referensi teoritis, dan penemuan
penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan
dilaksanakan.
3) Merumuskan masalah
Agar penelitian dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka peneliti harus
merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus mulai, ke mana
harus pergi dan dengan apa.
4) Merumuskan anggapan dasar
Anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti
yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi
peneliti di dalam melaksanakan penelitinya. Dalam penelitian ini, peneliti
beranggapan bahwa terdapat hubungan gaya belajar siswa dengan hasil
belajar IPS pada siswa kelas V SD.
a) Hipotesis
Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti,
tetapi masih harus dibuktikan, dites, atau diuji kebenarannya. Hipotesis
yang ditetapkan peneliti adalah terdapat hubungan yang positif dan
signifikan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada siswa
Kelas V SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati?
5) Memilih pendekatan
Yang dimaksud pendekatan di sini adalah metode atau cara mengadakan
penelitian seperti halnya eksperimen atau non-eksperimen. Penentuan
66
pendekatan ini akan sangat menentukan apa variabel atau objek penelitian
yang akan ditatap, dan sekaligus menentukan subjek penelitian atau sumber
di mana kita akan memperoleh data. Pendekatan pada penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif, sampel, non-eksperimen, penelitian korelasi.
6) Menentukan variabel dan sumber data
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel independen dan
varibel dependen. Variabel independen atau yang mempengaruhi adalah gaya
belajar siswa, sedangkan variabel dependen atau yang dipengaruhi adalah
hasil belajar IPS. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN
Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.
7) Menentukan dan menyusun instrumen
Setelah peneliti mengetahui dengan pasti ada yang akan diteliti dan dari mana
data bisa diperoleh, maka langkah yang segera diambil adalah menentukan
dengan apa data akan dikumpulkan. Instrumen ini sangat tergantung dari jenis
data dan dari mana diperoleh. Instrumen dalam penelitian ini adalah angket.
8) Mengumpulkan data
Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan melaui angket dan
dokumentasi.
9) Analisis data
Data dalam penelitian ini berbentuk data interval, oleh karena itu teknik
analisis yang digunakan adalah korelasi Product Moment.
10) Menarik kesimpulan
Menarik kesimpulan merupakan langkah terakhir dari kegiatan penelitian.
67
Pekerjaan meneliti telah selesai, dan peneliti tinggal mengambil kesimpulan.
11) Menulis laporan
Kegiatan penelitian menuntut agar hasilnya disusun dan ditulis dalam bentuk
laporan penelitian agar hasil dan prosedur penelitian tersebut diketahui orang
lain, serta dapat mengecek kebenaran dari pekerjaan penelitain tersebut.
3.3 SUBJEK , LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
3.3.1 Subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Gugus Wibisono
Kecamatan Jati kabupaten Kudus sebanyak 124 siswa.
3.3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati yang
terdiri dari 7 SD, yaitu: SDN 1 Tumpangkrasak , SDN 2 Tumpangkrasak, SDN 3
Tumpangkrasak, SDN 1 Ngembal Kulon, SDN 2 Ngembal Kulon, SDN 3
Ngembal Kulon, dan SDN 4 Ngembal Kulon.
3.3.3 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Juni 2016.
3.4 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN
3.4.1 Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:117).
68
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Gugus Wibisono
Kecamatan Jati sebanyak 124 siswa dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.1
Populasi Penelitian
No.
Nama Sekolah
Jumlah Siswa Kelas V
1.
SDN 1 Tumpangkrasak
18
2.
SDN 2 Tumpangkrasak
21
3.
SDN 3 Tumpangkrasak
18
4.
SDN 1 Ngembal Kulon
26
5.
SDN 2 Ngembal Kulon
15
6.
SDN 3 Ngembal Kulon
10
7.
SDN 4 Ngembal Kulon
16
Jumlah
124
Sumber: Data Siswa Kelas V SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten
Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016
3.4.2 Sampel Penelitian
Sugiyono (2013:118) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini
teknik sampling yang digunakan adalah teknik Proportional Random Sampling,
jumlah anggota sampel yang diambil dari setiap sub-populasi berproporsi sama.
Arikunto (2010:182) menjelaskan bahwa teknik pengambilan sampel proporsi
atau sampel imbangan ini dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan teknik
sampel berstrata atau sampel wilayah. Untuk memperoleh sampel yang
representatif, pengambilan subjek dari setiap strata atau setiap wilayah ditentukan
seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek dalam masing-masing strata
atau wilayah. Pada sampel random, peneliti mencampur subjek-subjek di dalam
populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Penentuan ukuran sampel dari
69
populasi dari penelitian ini menggunakan rumus Slovin. Adapun rumusnya adalah
sebagai berikut
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = nilai presisi 95% atau sig = 0,05.
(Bungin, 2014: 115)
Berdasarkan rumus tersebut, diperoleh jumlah sampel sebagai berikut:
= 94,656 (dibulatkan jadi 95)
Berdasarkan ukuran sampel di atas, peneliti menentukan perwakilan tiap
sekolah dengan menggunakan undian, nomor pada undian yang terambil itulah
yang dijadikan sampel. Peneliti mengambil undian sebanyak sampel yang
dibutuhkan untuk setiap sub populasi. Adapun rincian jumlah anggota sampel tiap
sub-populasi sebagai berikut.
No.
Nama Sekolah
1. SDN 1 Tumpangkrasak
2. SDN 2 Tumpangkrasak
Tabel 3.2
Sampel Penelitian
Jumlah Sampel
70
3. SDN 3 Tumpangkrasak
4. SDN 1 Ngembal Kulon
5. SDN 2 Ngembal Kulon
6. SDN 3 Ngembal Kulon
7. SDN 4 Ngembal Kulon
Jumlah
95 siswa
Sumber: Data penelitian tahun 2016
3.5 VARIABEL PENELITIAN
Menurut Sugiyono (2013:61), variabel penelitian adalah suatu atribut atau
sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu
yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpualnnya.
Variabel dapat diartikan sebagai konsep yang mempunyai nilai. Sedangkan
menurut Suharsimi Arikunto, variabel adalah objek penelitian atau apa yang
menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini, variabel ditetapkan
ada dua, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
3.5.1 Variabel Bebas atau Independent Variable (X)
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (variabel terikat). Variabel
bebas dalam penelitian ini yaitu gaya belajar siswayang meliputi gaya belajar
visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik yang diberikan simbol
huruf X.
71
3.5.2 Variabel Terikat atau Dependent Variable (Y)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
hasil belajar IPS yang diberi simbol huruf Y.
3.6 DEFINISI OPERASIONAL
3.6.1 Variabel Gaya Belajar Siswa
Gaya belajar siswa adalah suatu cara yang ditempuh siswa dalam menerima
informasi dan mengolah informasi tersebut sehingga siswa memahami materi
yang disampaikan oleh guru. Gaya belajar yang dibahas dalam penelitian ini ada
tiga macam, yaitu:
1) Gaya belajar visual, yaitu belajar dengan cara melihat.
2) Gaya belajar auditorial, yaitu belajar dengan cara mendengarkan.
3) Gaya belajar kinestetik, yaitu belajar dengan cara bergerak.
3.6.2 Variabel Hasil Belajar IPS
Hasil belajar IPS merupakan variabel terikat (variabel yang dipengaruhi).
Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi setelah melalui
proses belajar, perubahan tingkah laku tersebut mencakup perubahan kognitif,
afektif, maupun psikomotorik siswa. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian
ini adalah hasil belajar IPS dalam aspek kognitif yang diperoleh dari nilai ulangan
tengah semester genap tahun pelajaran 2015/2016.
72
3.7 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
3.7.1 Kuesioner/Angket
Menurut Sugiyono (2013: 199), kuesioner merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel
yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Metode ini
digunakan untuk memperoleh data bimbingan gaya belajar siswa
Menurut Sutrisno Hadi (dalam Widoyoko, 2015: 34) penggunaan angket
sebagai metode pengumpulan data dalam penelitian didasarkan pada anggapan:
1) Bahwa subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.
2) Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat
dipercaya.
3) Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
kepadanya adalah sama dengan yang dimaksudkan oleh peneliti.
Dalam penelitian ini, metode angket digunakan untuk memperoleh data
tentang gaya belajar siswa. Angket yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk
angket langsung, tertutup, dan berskala. Adapun yang dimaksud angket langsung
adalah responden diminta menjawab pernyataan dalam angket sesuai dengan
keadaan dirinya. Sementara itu yang dimaksud tertutup adalah responden sudah
diberi alternatif jawaban dan tinggal memilih jawaban mana yang sesuai dengan
dirinya, dan berskala artinya bahwa jawaban yang dipilih mempunyai skala nilai
yang berbeda. Pada angket berskala, peneliti menyediakan empat pilihan jawaban
73
yaitu:
1) SL (Selalu)
: jika dilakukan 7 kali seminggu
2) SR (Sering)
: jika dilakukan 4-6 kali seminggu
3) KD (Kadang-Kadang)
: jika dilakukan 1-3 kali seminggu
4) TP (Tidak Pernah)
: jika tidak pernah dilakukan sama sekali.
3.7.2 Dokumentasi
Menurut Arikunto (2010: 201), dokumentasi berasal dari kata dokumen
yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi
peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. Metode
dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh hasil nilai UTS IPS semester 2
tahun pelajaran 2015/2016.
3.7.3 Wawancara
Wawancara merupakan cara pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara yang digunakan
dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur hanya berupa garis-garis
besar permasalahan yang ditanyakan (Sugiyono, 2015: 191). Dalam wawancara
tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti jawaban apa yang akan
diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan
oleh responden. Wawancara tersebut dilakukan sebagai pendukung data yang
diperoleh dari teknik angket. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara
dengan siswa kelas V di SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.
Berikut kisi-kisi wawancara dengan siswa tentang gaya belajar siswa.
74
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Wawancara dengan Siswa tentang Gaya Belajar
Variabel
Gaya
Belajar
Sub
Variabel
Indikator
Belajar dengan cara visual.
Mengingat apa yang dilihat
daripada apa yang didengar
Gaya
Rapi dan teratur
belajar
Tidak terganggu dengan
visual
keributan
Sulit menerima instruksi
verbal
Belajar dengan cara mendengar.
Baik dalam aktivitas lisan.
Gaya
Memiliki kepekaan terhadap
belajar
Musik.
auditorial Mudah terganggu dengan
keributan.
Lemah dalam aktivitas
visual.
Belajar dengan aktivitas
fisik.
Peka terhadap ekspresi dan
bahasa tubuh
Gaya
Berorientasi pada fisik dan
belajar
banyak bergerak
kinestetik
Suka coba-coba dan kurang
rapi
Menyukai kerja kelompok
dan praktik.
Jumlah
1
Jumlah
Pertanyaan
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
1
10
1
11
1
12
1
13
1
14
1
15
1
No. Butir
Pertanyaan
15
3.8 INSTRUMEN PENELITIAN
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap
fenomena sosial maupun alam. Dalam melakukan pengukuran, maka harus ada
alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen
penelitian. Jadi, instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur
75
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini
disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2013:147-148).
Instrumen dalam penelitian ini berbentuk angket atau kuesioner yang
disusun dengan skala likert. Skala likert digunkan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator
variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk
menyusun item-item instrumen yang berupa pernyataan atau pertanyaan
(Sugiyono, 2013:148).
Angket yang dibuat berjumlah 36 pernyataan yang terdiri dari pernyataan
positif dan negatif. Angket yang disusun dengan skala likert pada penelitian ini,
subjek hanya diminta untuk memilih jawaban dengan memberi tanda checklist (√)
pada
pilihan
jawaban
yang
tersedia
sesuai
dengan
keadaan
yang
sebenarnya.Penelitian ini menggunakan skala likert dengan rentang 4 dikarenakan
jika menggunakan skala likert dengan rentang 5, seandainya semua responden
memiliki kecenderungan memberikan jawaban pada kategori tengah, dengan
alasan kemanusiaan, maka peneliti tidak memperoleh informasi yang pasti. Untuk
mengatasi hal ini, peneliti membuat tes skala likert dengan menggunakan kategori
pilihan genap yaitu rentang 4. Skala ukur dalam penelitian ini yaitu selalu, sering,
kadang-kadang, dan tidak pernah. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka
jawaban itu dapat diberi skor sebagai berikut:
76
Tabel 3.4
Tabel Penskoran Angket Gaya Belajar Siswa
Alternatif
Jawaban
Selalu
Sering
Kadang-Kadang
Tidak Pernah
Pernyataan
(+)
4
3
2
1
(-)
1
2
3
4
Angket terlebih dahulu dibuat dengan menentukan indikator, yang
selanjutnya dirumuskan ke dalam kisi-kisi angket uji coba. Selanjutnya, disusun
angket yang akan digunakan. Angket yang telah disusun harus dilakukan uji coba
terlebih dahulu. Uji coba dilakukan karena angket tersebut belum merupakan
angket yang valid dan reliabel. Uji coba angket diberikan kepada 30 siswa diluar
populasi. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kerahasiaan instrumen agar tidak
terjadi kebocoran instrumen. Berikut ini kisi-kisi instrumen angket gaya belajar
siswa.
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Instrumen Angket Gaya Belajar Siswa Sebelum Uji Coba
No. Butir
Sub
Jumlah
Pernyataan
Variabel
Indikator
Variabel
Pernyataan
(+)
(-)
Gaya
Belajar dengan cara
1,2
2
Belajar
visual
Mengingat apa yang
dilihat daripada apa
3,4
2
Gaya
yang didengar
belajar
Rapi dan teratur
6,7
5
3
visual
Tidak
terganggu
8,10
9
3
dengan keributan
Sulit
menerima
12
11
2
instruksi verbal
Belajar dengan cara
Gaya
13
14
2
mendengar
belajar
auditorial Baik dalam aktivitas 15,16
17
3
77
lisan
Memiliki kepekaan
terhadap musik
Mudah
terganggu
dengan keributan
Lemah dalam aktivitas visual
Belajar
dengan
aktivitas fisik
Peka
terhadap
ekspresi dan bahasa
tubuh
Gaya
belajar
Berorientasi pada fisik
kinestetik dan banyak bergerak
Suka coba-coba dan
kurang rapi
Menyukai kerja kelompok dan praktik.
Jumlah
18, 19
-
2
20
21
2
22, 24
23
3
-
25,26
2
27, 28
-
2
29, 30,
31
-
3
32
33
2
34, 35
36
3
36
3.8.1 Uji Coba Instrumen
3.8.1.1 Uji Validitas
Setelah instrumen penelitian selesai disusun, hal selanjutnya yang dilakukan
adalah uji validitas. Hasil penelitian yang valid, bila terdapat kesamaan antara data
yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti
(Sugiyono, 2013:172). Arikunto (2013: 211) menjelaskan bahwa validitas adalah
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
alat ukur. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
seharusnya diukur.
Angket yang digunakan sebagai pengumpul data terlebih dahulu diuji
validitasnya, jadi untuk mengukur validitas instrumen angket gaya belajar siswa
digunakan rumus Pearson Product. Adapun rumus yang dimaksud adalah:
78
∑
√{ ∑
∑
∑
∑
}{ ∑
∑
}
Keterangan:
= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
X
= skor butir
Y
= skor soal
N
= jumlah responden uji coba
(Eko Putro Widoyoko, 2015: 147)
Widoyoko (2014: 156) apabila rxy hitung lebih besar atau sama dengan rxy
tabel (rh ≥ rt) berarti korelasi bersifat signifikan, artinya instrumen tersebut dapat
dikatakan valid. Begitu juga sebaliknya apabila rxy hitung lebih kecil atau sama
dengan rxy tabel (rh ≥ rt) berarti korelasi tidak signifikan kesimpulannya instrumen
tersebut tidak valid.
Nilai r hitung dihitung menggunakan program Ms. Excel 2007. Instrumen
angket diuji cobakan di luar populasi, yaitu di SDN 5 Jepang Kecamatan Mejobo
Kabupaten Kudus. Uji coba angket ini dilakukan oleh siswa kelas V yang
berjumlah 45 siswa. Untuk jumlah responden sebanyak 45 responden dengan taraf
signifikansi 5 %, maka r tabel yang diperoleh adalah 0,294, jadi apabila nilai r
hitung > r tabel (0,294) maka butir angket tersebut dikatakan valid, tetapi
sebaliknya jika r hitung < r tabel (0,294) maka butir angket tersebut dikatakan
tidak valid. Berdasarkan hasil uji coba instrumen angket yang sebanyak 36 butir
pernyataan didapat 30 butir pernyataan yang valid.
79
3.8.1.2 Uji Reliabilitas
Setelah melakukan validitas instrumen penelitian, tahap selanjutnya adalah
mengukur reliabilitas data. Hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan
data dalam waktu yang berbeda. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang
bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan
menghasilkan data yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono,
2013:172-173). Untuk mengetahui reliabilitas instrumen dalam penelitian ini
menggunakan rumus Alpha Cronbach yaitu sebagai berikut:
{
ri =
∑
}
Keterangan:
k = mean kuadrat antara subjek
∑
= mean kuadrat kesalahan
= varians total
(Sugiyono, 2012: 365)
Rumus untuk varians total dan varians item:
=
=
∑
-
∑
-
keterangan:
JKi= jumlah kuadrat seluruh skor item
JKs = jumlah kuadrat subjek
(Sugiyono, 2012: 365)
80
Nilai r hitung dihitung dengan menggunakan program Ms. Excel 2007.
Kriteria uji reliabilitas tersebut yaitu jika probabilitas atau tingkat kesalahan r
hitung > r tabel maka instrumen dapat dikatakan reliabel. Setelah didapat 30 butir
pernyataan yang valid, langkah selanjutnya
yaitu menghitung reliabilitasnya.
Untuk jumlah responden sebanyak 45 responden, dengan taraf signifikansi 5 %
maka diperoleh r tabel yaitu 0,294, dan dari hasil perhitungan reliabilitas
diperoleh r hitung sebesar 0,842 sehingga r hitung > r tabel, jadi dapat dikatakan
bahwa instrumen angket gaya belajar siswa tersebut reliabel.
Tabel 3.6
Interprestasi Nilai Reliabilitas
Besarnya Nilai r
Interprestasi
Antara 0,800-1,000
Tinggi
Antara 0,600-0,800
Cukup Tinggi
Antara 0,400-0,600
Agak Rendah
Antara 0,200-0,400
Rendah
Antara 0,000-0,200
Sangat Rendah
3.9 ANALISIS DATA
3.9.1 Analisis Statistik Deskriptif
Sugiyono (2015: 207) mengemukakan bahwastatistik deskriptif adalah
statistik yang digunakan untuk mengalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul tanpa bermaksud membuat
kesimpulan yang berlaku secara umum. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui
gaya belajar yang dimiliki siswa kelas V SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus ini menggunakan statistik deskriptif.
3.9.1.1 Deskripsi Data Gaya Belajar Siswa
Data gaya belajar siswa diperoleh menggunakan teknik angket yang selanjut-
81
nya diolah menggunakan statistik deskriptif. Adapun untuk teknik angket, setiap
butir pernyataan diikuti dengan empat alternatif jawaban, yaitu “selalu, sering,
kadang-kadang, dan tidak pernah”, dengan skoring 4, 3, 2, 1 untuk pernyataan
positif, sedangkan untuk pernyataan negatif diberi skor 1,2,3,4. Jumlah item
pernyataan ada 30 item dengan rincian untuk pernyataan tentang gaya belajar
visual ada 10, pernyataan tentang gaya belajar auditorial ada 10, dan untuk
pernyataan tentang gaya belajar kinestetik ada 10 item. Setelah data terkumpul,
peneliti melakukan skoring (penilaian) terhadap data gaya belajar siswa dengan
standar skor yang telah ditentukan. Kemudian disusun dalam tabel hasil angket
gaya belajar siswa.
Selanjutnya masing-masing data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi
skor mean dan tabel nilai distribusi frekuensi. Untuk menghitung sebaran
persentase dari frekuensi tersebut dapat digunakan rumus:
Keterangan:
N = jumlah kejadian
Fx = frekuensi individu
(Bungin. 2014: 182)
Setelah dilakukan penghitungan skor maka dilakukan penggolongan
kecenderungan gaya belajar siswa, masing-masing gaya belajar dihitung jumlah
siswanya dan dibandingkan dengan jumlah siswa seluruhnya, dilakukan
pemberian tingkatan gaya belajar siswa (visual, auditori, dan kinestetik) dan
peneliti menggolongkan skor gaya belajar siswa menjadi 4 kategori, yaitu Sangat
82
Baik, Baik, Cukup Baik, Kurang Baik (Widoyoko, 2015: 113). Adapun langkah
membuat tabel kategori gaya belajar siswa sesuai dengan pedoman yang dibuat
Widoyoko (2015:110) sebagai berikut:
1) Menetapkan skor tertinggi
= skor tertinggi x jumlah butir pernyatan
= 4 x 30
= 120
2) Menetapkan skor terendah
= skor terendah x jumlah butir pernyataan
= 1 x 30
= 30
3) Menetapkan jumlah kelas
=4
4) Menetapkan jarak interval
=
=
= 22,5 dibulatkan menjadi23
Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori gaya belajar siswa
sebagai berikut:
Tabel 3.7
Kategori Gaya Belajar Siswa
Jumlah skor jawaban
Klasifikasi Sikap
99 – 121
Sangat baik
76 – 98
Baik
53 – 75
Cukup Baik
30 – 52
Kurang Baik
3.9.1.2 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS
Data hasil belajar IPS yang diperoleh dari hasil ulangan tengah semester 2
83
dideskripsikan berdasarkan kategori yang terdapat dalam buku petunjuk kegiatan
akademik IKIP Yogyakarta sebagai berikut:
Tabel 3.8
Kategori Hasil Belajar IPS
Interval Nilai
Kategori
80 – 100
Baik Sekali
66 – 79
Baik
56 – 65
Cukup
40 – 55
Kurang
30 – 39
Gagal
Sumber: (Arikunto, 2013: 281)
3.9.2 Analisis Data Awal
3.9.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi
normal atau tidak. Penggunaan statistik parametris mensyaratkan bahwa data
setiap variabel yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan rumus Chi Kuadrat.
Langkah-langkah pengujian normalitas data dengan Chi Kuadrat adalah
sebagai berikut:
1) Merangkum data seluruh variabel yang akan diuji normalitasnya. Dalam hal ini
yang di uji normalitasnya yaitu variabel gaya belajar siswa dan hasil belajar
IPS siswa.
2) Menentukan jumlah kelas interval. Dalam hal ini jumlah kelas intervalnya = 6,
karena luas kurve normal dibagi menjadi enam, yang masing-masing luasnya
adalah 2,7%; 13,34%; 33,96%; 33,96%; 13,34%; 2,7%.
3) Menentukan panjang kelas interval yaitu: (data terbesar – data terkecil) dibagi
jumlah kelas interval (6).
84
4) Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi yang sekaligus merupakan tabel
penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat
5) Menghitung frekuensi yang diharapkan (fh), dengan cara mengalikan
persentase luas tiap bidang kurve normal dengan jumlah anggota sampel.
6) Memasukkan harga-harga fh kedalam tabel kolom fh, sekaligus menghitung
harga-harga (fo – fh) dan
Harga
dan menjumlahkannya.
adalah merupakan harga Chi Kuadrat (χh2) hitung.
7) Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat Tabel. Bila
harga Chi Kuadrat hitung lebih kecil atau sama dengan harga Chi Kuadrat
Tabel (χh2 ≤ χt2), maka distribusi data dinyatakan normal, dan bila lebih besar
(>) dinyatakan tidak normal.
3.9.2.2 Uji Linearitas
Langkah selanjutnya setelah uji normalitas adalah uji linearitas. Uji
linearitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah garis regresi antara variabel X
(gaya belajar siswa) dan variabel Y (hasil belajar IPS) membentuk garis linear
atau tidak. Jika membentuk garis linear, maka regresi dapat dilanjutkan
(Sugiyono, 2016:265).
Pada uji linearitas, peneliti menggunakan bantuan program SPSS for
Windows Seri 21 dengan langkah-langkah sebagai berikut: klik Analyze –
Compare Means – Means. Masukkan variabel gaya belajar siswa (X) dimasukkan
pada kotak Independent List. Pilih kotak dialog Options dan mengaktifkan bagian
Test for Linearity. Pilih Continue lalu OK (Priyatno, 2010: 73-6). Dua variabel
85
dikatakan memiliki hubungan yang linear, apabila nilai signifikansinya kurang
dari 0,05.
3.9.3 Analisis Data Akhir
Pada penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan untuk menguji
hipotesis ada tidaknya hubungan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar
IPS adalah korelasi product moment dan dilanjutkan dengan menentukan seberapa
signifikansi antar variabel dilakukan uji t (uji signifikansi)
3.9.3.1 Uji Product Moment
Untuk mengetahui besaran hubungan antara gaya belajar siswa (X) dan hasil
belajar IPS siswa (Y) menggunakan rumus korelasi Product moment sebagai
berikut:
Rumus korelasi Product Moment
∑
√{ ∑
∑
∑
∑
}{ ∑
∑
}
Keterangan:
= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
X
= gaya belajar siswa
Y
= hasil belajar siswa
N
= jumlah responden pada sampel
(Eko Putro Widoyoko, 2015: 147)
86
Berdasarkan dari perhitungan rumus korelasi product moment di atas dapat
di jelaskan bahwa untuk taraf kesalahan 5% jika nilai rxy (hitung) lebih besar
dibandingkan dengan nilai rxy (tabel) ( rxy (hitung) > rxy (tabel) ), maka
hipotesis yang diajukan dapat di terima yaitu ada hubungan yang signifikan antara
gaya belajar siswa dengan hasil belajar siswa.
Tabel 3.9
Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00-0,199
Sangat Rendah
0,20-0,399
Rendah
0,40-0,599
Sedang
0,60-0,799
Kuat
0,80-1,000
Sangat Kuat
3.9.3.2 Uji Koefisien Determinasi
Setelah dilakukan uji korelasi, langkah selanjutnya yaitu melakukan uji
koefisien determinasi. Tujuan melakukan uji koefisien determinasi adalah untuk
mengetahui tingkat persentase keberpengaruhan atau kontribusi dari variabel X
terhadap variabel Y. Rumus yang digunakan dalam uji ini yaitu:
KD = r2 x 100%
Keterangan:
KD
= koefisien determinasi (kontribusi variabel X terhadap variabel Y)
r2
= koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y.
(Sugiyono, 2012: 275)
87
Apabila Koefisien Determinasi (KD) yang diperoleh kurang dari 100%,
maka sisanya (100% - KD) merupakan kontribusi dari faktor-faktor lain yang
tidak diteliti dalam penelitian.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 DESKRIPSI DATA HASIL PENELITIAN
4.1.1 Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di sekolah dasar Gugus Wibisonoyang terletak di
Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. Subyek dalam penelitian ini adalah semua
siswa kelas V di SDN 1 Tumpangkrasak, SDN 2 Tumpangkrasak, SDN 3
Tumpangkrasak, SDN 1 Ngembal Kulon, SDN 2 Ngembal Kulon, SDN 3
Ngembal Kulon, SDN 4 Ngembal Kulon Gugus Wibisono Kecamatan Jati
Kabupaten Kudusdengan sampel berjumlah 95siswa. Rincian sampel penelitian
sebagai berikut:
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Tabel 4.1
Sampel Penelitian
Nama Sekolah
Jumlah Siswa
SDN 1 Tumpangkrasak
14
SDN 2 Tumpangkrasak
16
SDN 3 Tumpangkrasak
14
SDN 1 Ngembal Kulon
20
SDN 2 Ngembal Kulon
11
SDN 3 Ngembal Kulon
8
SDN 4 Ngembal Kulon
12
Jumlah
95 Siswa
4.1.2 Deskripsi Data Gaya Belajar Siswa
Instrumen gaya belajar pada penelitian ini menggunakan skala likert yang
mempunyai pilihan jawaban selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah
dengan interval skor 1-4 dengan 30 item pernyataan positif dan negatif.Penskoran
88
89
untuk item pernyataan positifyaitu: selalu dengan skor 4, sering dengan skor 3,
kadang-kadang dengan skor 2, dan tidak pernah dengan skor 1, sedangkan untuk
penskoran item pernyataan negatif yaitu: selalu diberi skor 1, sering diberi skor 2,
kadang-kadang diberi skor 3, dan tidak pernah diberi skor 4.
Berdasarkan jawaban siswa pada saat mengisi angket, maka siswa yang
tergolong menggunakan gaya belajar visual sebanyak 54 siswa, siswa yang
menggunakan gaya belajar auditorial sebanyak 25 siswa, dan siswa yang
mengunakan gaya belajar kinestetik sebanyak 16 siswa,selanjutnya dihitung
persentase masing-masing gaya belajar. Berikut disajikan cara menghitung
persentase gaya belajar siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus:
a) Persentase gaya belajar visual
=
b) Persentase gaya belajar auditorial =
c) Persentase gaya belajar kinestetik =
.
Data persentase gaya belajar siswa akan disajikan dalam bentuk diagram
lingkaran seperti berikut:
90
Pengelompokkan Gaya Belajar Siswa
Kinestetik
17%
Auditorial
26%
Visual
57%
Visual
Auditorial
Kinestetik
Gambar 4.1 Diagram Pengelompokkan Gaya Belajar Siswa
Pada diagram lingkaran, dapat dilihat jika 57% siswa cenderung memiliki
gaya belajar visual, 26% siswa cenderung memiliki gaya belajar auditorial, dan
17% siswa cenderung memiliki gaya belajar kinestetik. Setelah mengelompokkan
gaya belajar siswa, peneliti akan menggolongkan skor gaya belajar. Berikut
disajikan hasil analisis data statistik deskriptif gaya belajar :
Tabel 4.2
Analisis Deskriptif Data Gaya Belajar Siswa
Mean
92,17894737
Standard Error
0,835652771
Median
92
Mode
96
Standard Deviation
8,144935703
Sample Variance
66,3399776
Kurtosis
0,058335848
Skewness
0,322888704
Range
40
Minimum
72
Maximum
112
Sum
8757
Count
95
Sumber : Data diolah menggunakan microsoft excel, 2007
91
Tabel analisis deskriptif gaya belajar di atas menunjukkan bahwa rerata skor gaya
belajar siswa yang diperoleh sebesar 92,17894737dan skor yang paling banyak
muncul adalah 96 dengan standar deviasi sebesar 8,144935703. Kemudian
perolehan skor terendah sebesar 72 dan skor tertinggi sebesar 112 sehingga
diperoleh rentang data sebesar 40, dan dari data tersebut akan dibuat tabel
distribusi frekuensi gaya belajar.
Data skor variabel gaya belajar siswa dapat dibuat daftar distribusi frekuensi
dengan panjang kelas yang sama. Peneliti menggolongkan skor gaya belajar siswa
menjadi 4 kategori, yaitu sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik. Langkah
selanjutnya yaitu membuat tabel kategori gaya belajar siswa sesuai dengan
pedoman dari Widoyoko (2015:143). Kategori didasarkan pada jumlah skor
jawaban seluruh siswa, diperoleh nilai maksimal (ideal) = 4 (skor butir maksimal)
x 30 (butir pernyataan) = 120. Nilai minimal = 1 (skor butir minimal) x 30 = 30.
Rentang = 120 – 30 = 90, dan panjang kelas = 90/4 = 22,5 dibulatkan menjadi 23.
Berdasarkan hasil tersebut maka disusun klasifikasi sebagai berikut.
Tabel 4.3
Distribusi Jawaban Variabel Gaya Belajar
Skor
Jumlah Siswa
Jumlah Siswa dalam
Persentase (%)
99 – 121
15
15,78%
76 – 98
79
83,15%
53 – 75
1
1,05%
30 – 52
0
0%
Sumber: data penelitian tahun 2016
Kategori
Sangat baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Data skor variabel gaya belajar siswa akan diinterpretasikan ke dalam
diagram seperti berikut:
92
Gaya Belajar Siswa
1%
16%
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
84%
Kurang Baik
Gambar 4.2 Diagram Persentase Gaya Belajar Siswa
Diagram persentase gaya belajar siswa menunjukkan bahwa variabel gaya belajar
siswa untuk kategori sangat baik sebesar 16% (15 siswa), kategori baik sebesar
84% (79 siswa), dan kategori cukup baik sebesar 1% (1 siswa). Berdasarkan hasil
tersebut, dapat disimpulkan bahwa gaya belajar sebagian siswa kelas V SDN di
Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus termasuk dalam kategori baik
yaitu sebesar 84%.
Untuk lebih jelas mengenai gaya belajar siswa, berikut ini akan diuraikan
deskripsi setiap indikator dari masing-masing gaya belajar.
a) Gaya belajar visual
1) Belajar dengan cara visual
Data gaya belajar visual siswa yang telah peneliti analisis dapat
diketahui kategori gaya belajar visual pada indikator belajar dengan cara
visual adalah sebagai berikut:
93
Tabel 4.4
Distribusi Skor Belajar dengan Cara Visual
Skor
Jumlah Siswa Jumlah Siswa dalam
Kategori
Persentase (%)
8–9
11
20,37%
Sangat Baik
6–7
32
59,25%
Baik
4–5
11
20,37%
Cukup Baik
2–3
0
0%
Kurang Baik
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016
Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator belajar dengan
cara visual yang berada pada kategori sangat baik ada 20,37% (11 siswa),
kategori baik sebesar 59,25% (32 siswa), kategori cukup baik sebesar
20,37% (11 siswa), dan kategori kurang baik sebesar 0%.
Hasil perhitungan angket mengenai indikator belajar dengan cara
visual diperkuat dengan hasil wawancara siswa kelas V SDN di Gugus
Wibisono yang menyatakan bahwa siswa lebih memahami materi IPS
dengan cara membaca materi sendiri, siswa lebih senang jika harus melihat
secara langsung proses pembelajaran tersebut.
2) Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar
Data gaya belajar visual siswa yang telah peneliti analisis dapat
diketahui kategori gaya belajar visual pada indikator mengingat apa yang
dilihat daripada apa yang didengaradalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
Distribusi Skor Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar
Jumlah Siswa dalam
Skor
Jumlah Siswa
Kategori
Persentase (%)
8–9
9
16,66%
Sangat Baik
6–7
33
61,11%
Baik
4–5
11
20,37%
Cukup Baik
2–3
1
1,85%
Kurang Baik
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016
94
Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator mengingat apa
yang dilihat daripada apa yang didengar berada pada kategori sangat baik
sebesar 16,66% (9 siswa), kategori baik sebesar 61,11% (33 siswa), kategori
cukup baik sebesar 20,37% (11 siswa), dan kategori kurang baik sebesar
1,85% (1 siswa).
Hasil perhitungan angket tentang indikator mengingat apa yang dilihat
daripada apa yang didengar juga diperkuat dengan hasil wawancara, dari
hasil wawancara tersebut, peneliti mengetahui bahwa siswa yang memiliki
gaya belajar visual lebih mengingat materi IPS jika mereka membaca materi
secara langsung, siswa merasa kesulitan memahami materi jika hanya
mendengar penjelasan guru saja.
3) Rapi dan teratur
Data gaya belajar visual siswa yang telah peneliti analisis dapat
diketahui kategori gaya belajar visual pada indikator rapi dan teratur adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.6
Distribusi Skor Rapi dan Teratur
Skor Jumlah Siswa Jumlah Siswa dalam
Persentase (%)
8–9
32
59,25%
6–7
19
35,18%
4–5
3
5,55%
2–3
0
0%
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016
Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator rapi dan teratur
berada pada kategori sangat baik sebesar 59,25% (32 siswa), kategori baik
95
sebesar 35,18% (19 siswa), kategori cukup baik sebesar 5,55% (3 siswa),
dan kategori kurang baik sebesar 0%.
Hasil angket tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan siswa
yang
menyebutkan
bahwa
siswa
tersebut
selalu
memperhatikan
penampilannya, siswa akan selalu merapikan seragamnya dan selalu
memperhatikan kerapian pada buku catatannya.
4) Tidak terganggu dengan keributan
Data gaya belajar visual siswa yang telah peneliti analisis dapat
diketahui kategori gaya belajar visual pada indikator tidak terganggu dengan
keributan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7
Distribusi Skor Tidak Terganggu dengan Keributan
Jumlah Siswa dalam
Skor
Jumlah Siswa
Kategori
Persentase (%)
8–9
6
11,11%
Sangat Baik
6–7
38
70,37%
Baik
4–5
9
16,66%
Cukup Baik
2–3
1
1,85%
Kurang Baik
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016
Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator tidak terganggu
dengan keributan berada pada kategori sangat baik sebesar 11,11% (6
siswa), kategori baik sebesar 70,37% (38 siswa), kategori cukup baik
sebesar 16,66% (9 siswa), dan kategori kurang baik sebesar 1,85% (1
siswa).
Hasil perhitungan angket diperkuat dengan hasil wawancara bahwa
siswa bergaya belajar visual lebih mengingat apa yang dilihat daripada dide-
96
ngarnya, jadi siswa tidak terlalu memperhatikan suara yang ada
disekitarnya, dan mereka tidak akan terganggu dengan keributan di
sekitarnya.
5) Sulit menerima instruksi verbal
Data gaya belajar visual siswa yang telah peneliti analisis dapat
diketahui kategori gaya belajar visual pada indikator sulit menerima
instruksi verbal adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8
Distribusi Skor Sulit menerima instruksi verbal
Skor Jumlah Siswa Jumlah Siswa dalam
Kategori
Persentase (%)
8–9
11
20,37%
Sangat Baik
6–7
35
64,81%
Baik
4–5
8
14,81%
Cukup Baik
2–3
0
0%
Kurang Baik
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016
Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator sulit menerima
instruksi verbal berada pada kategori sangat baik sebesar 20,37% (11
siswa), kategori baik sebesar 64,81% (35 siswa), kategori cukup baik
sebesar 14,81% (8 siswa), dan kategori kurang baik sebesar 0%.
Hasil perhitungan angket juga diperkuat dengan hasil wawancara,
yang menyatakan bahwa siswa yang memiliki gaya belajar visual mudah
lupa jika guru hanya menyampaikan materi secara lisan saja, sehingga siswa
meminta bantuan teman untuk menjelaskan materi IPS.
b) Gaya belajar auditorial
1) Belajar dengan cara mendengar
Data gaya belajar auditorial siswa yang telah peneliti analisis dapat
97
diketahui kategori gaya belajar auditorial pada indikator tidak terganggu
dengan keributan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9
Distribusi Skor Belajar dengan Cara Mendengar
Skor
Jumlah Siswa Jumlah Siswa dalam
Kategori
Persentase (%)
8-9
3
12%
Sangat Baik
6–7
19
76%
Baik
4–5
3
24%
Cukup Baik
2–3
0
0%
Kurang Baik
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016
Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator belajar dengan
cara mendengar berada pada kategori sangat baik sebesar 12% (3 siswa),
kategori baik sebesar 76% (19 siswa), kategori cukup baik sebesar 12% (3
siswa), dan kategori kurang baik sebesar 0%.
Hasil wawancara juga menyatakan bahwa siswa yang bergaya belajar
auditorial lebih mengandalkan pendengarannya dalam kegiatan belajarnya.
Siswa lebih mudah mengingat hanya dengan mendengarkan penjelasan guru
saja.
2) Baik dalam aktivitas lisan
Data gaya belajar auditorial siswa yang telah peneliti analisis dapat
diketahui kategori gaya belajar auditorial pada indikator baik dalam
aktivitas lisan adalah sebagai berikut:
Skor
8-9
6–7
4–5
2–3
Tabel 4.10
Distribusi Skor Baik dalam Aktivitas Lisan
Jumlah Siswa Jumlah Siswa dalam
Kategori
Persentase (%)
7
28%
Sangat Baik
18
72%
Baik
0
0%
Cukup Baik
0
0%
Kurang Baik
98
Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator baik dalam
aktivitas lisan yang berada pada kategori sangat baik sebesar 28% (7 siswa),
kategori baik sebesar 72% (18 siswa).
Hasil perhitungan angket tersebut diperkuat dengan hasil wawancara,
yang menyatakan bahwa siswa fasih dalam berbicara, sehingga siswa suka
menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar. Siswa juga mampu mengulangi
materi yang disampaikan guru secara rinci.
3) Memiliki kepekaan terhadap musik
Data gaya belajar auditorial siswa yang telah peneliti analisis dapat
diketahui kategori gaya belajar auditorial pada indikator memiliki kepekaan
terhadap musik adalah sebagai berikut:
Tabel 4.11
Distribusi Skor Memiliki Kepekaan terhadap Musik
Skor Jumlah Siswa
Jumlah Siswa dalam
Kategori
Persentase (%)
8-9
4
16%
Sangat Baik
6–7
14
56%
Baik
4–5
5
20%
Cukup Baik
2–3
2
8%
Kurang Baik
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016
Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator memiliki
kepekaan terhadap musik berada pada kategori sangat baik sebesar 16% (4
siswa), kategori baik sebesar 56% (14 siswa), kategori cukup baik sebesar
20% (5 siswa), dan kategori kurang baik sebesar 8% (2 siswa).
Hasil wawancara juga menyatakan bahwa siswa mampu mengingat
materi dengan mendengarnya saja. Siswa lebih senang jika guru
99
menjelaskan
materi
melalui
lagu,
karena
siswa
merasa
suasana
pembelajaran menjadi menyenangkan.
4) Mudah terganggu dengan keributan
Data gaya belajar auditorial siswa yang telah peneliti analisis dapat
diketahui kategori gaya belajar auditorial pada indikator mudah terganggu
dengan keributan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.12
Distribusi Skor Mudah Terganggu dengan Keributan
Jumlah Siswa dalam
Skor
Jumlah Siswa
Kategori
Persentase (%)
4
10
40%
Sangat Baik
3
14
56%
Baik
2
0
0%
Cukup Baik
1
1
4%
Kurang Baik
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016
Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator mudah terganggu
dengan keributan berada pada kategori sangat baik sebesar 40% (10 siswa),
kategori baik sebesar 56% (14 siswa), kategori cukup baik sebesar 0%, dan
kategori kurang baik sebesar 4% (1 siswa).
Hasil wawancara juga menyatakan bahwa siswa merasa terganggu jika
ada teman yang ribut di kelas. Siswa tidak dapat berkonsentrasi jika keadaan
kelas ramai. Siswa akan mencari suasana yang nyaman agar ia bisa belajar
dengan tenang.
5) Lemah dalam aktivitas visual
Data gaya belajar auditorial siswa yang telah peneliti analisis dapat
diketahui kategori gaya belajar auditorial pada lemah dalam aktivitas visual
adalah sebagai berikut:
100
Tabel 4.13
Distribusi Skor Lemah dalam Aktivitas Visual
Skor Jumlah Siswa
Jumlah Siswa dalam
Kategori
Persentase (%)
12 – 14
1
4%
Sangat Baik
9 – 11
24
96%
Baik
6–8
0
0%
Cukup Baik
3–5
0
0%
Kurang Baik
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016
Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator lemah dalam
aktivitas visual berada pada kategori sangat baik sebesar 4% (1 siswa),
kategori baik sebesar 96% (24 siswa). Hasil wawancara menyatakan bahwa
siswa merasa kesulitan memahami tulisan guru di papan tulis. Siswa lebih
memahami materi IPS dengan mendengar penjelasan guru saja.
c) Gaya belajar kinestetik
1) Belajar dengan aktivitas fisik
Data gaya belajar kinestetik siswa yang telah peneliti analisis dapat
diketahui kategori gaya belajar kinestetik pada indikator belajar dengan
aktivitas fisik adalah sebagai berikut:
Tabel 4.14
Distribusi Skor Belajar dengan Aktivitas Fisik
Jumlah Siswa dalam
Skor
Jumlah Siswa
Kategori
Persentase (%)
4
7
43,75%
Sangat Baik
3
9
56,25%
Baik
2
0
11,57%
Cukup Baik
1
0
4,21%
Kurang Baik
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016
Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator belajar dengan
aktivitas fisik berada pada kategori sangat baik sebesar 43,75% (7 siswa),
101
kategori baik sebesar 56,25% (9 siswa). Hasil angket tersebut juga diperkuat
dengan hasil wawancara, yang menyatakan bahwa siswa dengan gaya
belajar kinestetik suka bergerak-gerak dan memainkan alat tulisnya. Siswa
merasa cepat bosan, sehingga siswa merasa tidak tahan jika harus duduk
lama untuk mendengarkan penjelasan guru.
2) Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh
Data gaya belajar kinestetik siswa yang telah peneliti analisis dapat
diketahui kategori gaya belajar kinestetik pada indikator peka terhadap
ekspresi dan bahasa tubuh adalah sebagai berikut:
Tabel 4.15
Distribusi Skor Peka Terhadap Ekspresi dan Bahasa Tubuh
Skor Jumlah Siswa
Jumlah Siswa dalam
Kategori
Persentase (%)
8-9
4
25%
Sangat Baik
6–7
10
62,5%
Baik
4–5
2
12,5%
Cukup Baik
2–3
0
0%
Kurang Baik
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016
Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa peka terhadap ekspresi dan
bahasa tubuh berada pada kategori sangat baik sebesar 25% (4 siswa),
kategori baik sebesar 62,5% (10 siswa), kategori cukup baik sebesar 12,5%
(2 siswa).
Hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa lebih mudah menghafal
materi hanya dengan melihat guru menyampaikan materi. Siswa juga
senang mempraktikkannya sambil berjalan.
3) Berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
Data gaya belajar kinestetik siswa yang telah peneliti analisis dapat
102
diketahui kategori gaya belajar kinestetik pada indikator berorientasi pada
fisik dan banyak bergerak adalah sebagai berikut:
Tabel 4.16
Distribusi Skor Berorientasi pada Fisik dan Banyak Bergerak
Skor Jumlah Siswa Jumlah Siswa dalam
Kategori
Persentase (%)
12 – 14
3
18,75%
Sangat Baik
9 – 11
8
50%
Baik
6–8
5
31,25%
Cukup Baik
3–5
0
0%
Kurang Baik
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016
Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator berorientasi pada
fisik dan banyak bergerak berada pada kategori sangat baik sebesar 18,75%
(3 siswa), kategori baik sebesar 50% (8 siswa), kategori cukup baik sebesar
31,25% (5 siswa). Hasil wawancara menyatakan bahwa siswa sering
menggunakan jari tangannya sebagai penunjuk ketika membaca, siswa juga
sering menggerakkan kepalanya saat membaca.
4) Suka coba-coba dan kurang rapi
Data gaya belajar kinestetik siswa yang telah peneliti analisis dapat
diketahui kategori gaya belajar kinestetik pada indikator suka coba-coba dan
kurang rapi adalah sebagai berikut:
Tabel 4.17
Distribusi Skor Suka Coba-Coba dan Kurang Rapi
Skor
Jumlah Siswa Jumlah Siswa dalam
Kategori
Persentase (%)
8–9
2
12,5%
Sangat Baik
6–7
14
87,5%
Baik
4–5
0
0%
Cukup Baik
2–3
0
0%
Kurang Baik
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016
103
Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator suka coba-coba
dan kurang rapi berada pada kategori sangat baik sebesar 12,5% (2 siswa),
kategori baik sebesar 87,5% (14 siswa). Hasil wawancara menyatakan
bahwa siswa yang bergaya belajar kinestetik lebih suka mengerjakan
sesuatu tanpa disuruh
guru terlebih
dahulu, siswa juga kurang
memperhatikan penampilannya.
5) Menyukai kerja kelompok dan praktik
Data gaya belajar kinestetik siswa yang telah peneliti analisis dapat
diketahui kategori gaya belajar kinestetik pada indikator lemah dalam
aktivitas belajar adalah sebagai berikut:
Tabel 4.18
Menyukai Kerja Kelompok dan Praktik
Jumlah Siswa dalam
Skor
Jumlah Siswa
Kategori
Persentase (%)
8–9
2
12,5%
Sangat Baik
6–7
14
87,5%
Baik
4–5
0
0%
Cukup Baik
2–3
0
0%
Kurang Baik
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016
Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator menyukai kerja
kelompok dan praktik berada pada kategori sangat baik sebesar 12,5% (2
siswa), kategori baik sebesar 87,5% (14 siswa). Hasil perhitungan angket
tersebut juga diperkuat dengan hasil wawancara yang menyatakan bahwa
siswa bersemangat jika guru menyuruh untuk kerja kelompok. Siswa akan
bertanggung jawab dengan tugas yang diamanatkannya.
104
4.1.3 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS yang diambil
dari dokumentasi hasil ulangan tengah semester 2, peneliti menggunakan
penelitian jenis ex post facto yaitu dimana data atau nilai hasil belajar diambil dari
nilai hasil Ulangan Tengah Semester Genap tahun ajaran 2015/2016. Berikut
disajikan hasil analisis data statistik deskriptifnya:
Tabel 4.19
Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar IPS
Mean
78,536842
Standard Error
0,908318
Median
80
Mode
74
Standard Deviation
8,8531885
Sample Variance
78,378947
Kurtosis
0,1970936
Skewness
-0,290123
Range
46
Minimum
52
Maximum
98
Sum
7461
Count
95
Sumber : Data diolah menggunakan microsoft excel, 2007
Berdasarkan tabel yang disajikan di atas dapat diketahui bahwa rerata nilai hasil
belajar Ilmu Pengetahuan Sosial yang diperoleh sebesar 78,536842dan nilai yang
paling banyak muncul adalah 74 dengan standar deviasi sebesar8,8531885.
Perolehan nilai terendah sebesar 52 dan nilai tertinggi sebesar 98 sehingga
diperoleh rentang data sebesar 46. Selanjutnya dilakukan pengkategorian data
hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial untuk menunjukkan kategori hasil belajar
IPSpada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati kabupaten Kudus
105
berada pada kategori yang mana, maka terdapat 5 kategori, yaitu baik sekali, baik,
cukup, kurang, dan gagal.
Tabel 4.20
Distribusi NilaiHasil Belajar IPS
Nilai
Frekuensi
Persen (%)
Kategori
80 – 100
66 – 79
56 – 65
40 – 55
30 – 39
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Gagal
Total
Sumber: Data Penelitian Tahun 2016
50
36
8
1
0
95
52,63%
37,89%
8,42%
1,05%
0%
100%
Kumulatif
Persen
53%
38%
8%
1%
0%
100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai ulangan tengah semester genap kelas V
SDN di gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus yang berada pada
kategori baik sekali sebanyak 50 siswa (53%), kategori baik sebanyak 36 siswa
(38%), kategori cukup sebanyak 8 siswa (8%), kategori kurang sebanyak 1 siswa
(1%), sedangkan kategori gagal tidak ada.
Berikut ini distribusi nilai hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dibuat
dalam bentuk diagram batang :
Nilai Ulangan Tengah Semester Genap IPS
Tahun Pelajaran 2015/2016
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
53%
38%
8%
1%
Baik Sekali
Baik
Cukup
Gambar 4.3 Diagram Distribusi Nilai Hasil Belajar IPS
Kurang
106
Berdasarkan hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa subjek dalam
penelitian yaitu siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus memiliki hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dalam kategori
baik sekali yaitu sebesar 53%.
4.1.4
Hasil Analisis Data Awal
4.1.4.1 Uji Normalitas Data
Dalam analisis data awal, peneliti melakukan uji normalitas gaya belajar dan
hasil belajar IPS dengan bantuan Ms. Excel 2007 dengan menggunakan teknik chi
kuadrat. Berdasarkan perhitungan dengan Ms. Excel 2007, diketahui bahwa harga
Chi Kuadrat untuk masing-masing variabel yaitu untuk data gaya belajar siswa
harga Chi Kuadrat hitung = 5,941725, sedangkan data hasil belajar IPS harga Chi
Kuadrat hitung = 9,32634. Harga tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga
Chi Kuadrat tabel dengan dk (derajat kebebasan) 6 – 1 = 5, dan taraf kesalahan
5% maka harga Chi Kuadrat tabel = 11,070. Harga Chi Kuadrat hitung data gaya
belajar siswa lebih kecil dari harga Chi Kuadrat tabel (5,941 < 11,070) dan harga
Chi Kuadrat hitung data hasil belajar IPS lebih kecil dari harga Chi Kuadrat tabel
(9,326 < 11,070), maka distribusi data gaya belajar siswa (X) dan data hasil
belajar IPS (Y) tersebut normal.
4.1.4.2 Uji Linearitas Data
Uji linearitas digunakan untuk mengetahui linearitas data, yaitu apakah dua
variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak, apabila tidak linear maka
analisis regresi tidak dapat dilanjutkan ( Sugiyono, 2013:265 ). Pada penelitian
ini, uji linearitas menggunakan bantuan program SPSS for Windows Seri 21
107
dengan langkah-langkah sebagai berikut: Klik Analyze – Compare Means –
Means, kemudian masukkan variabel hasil belajar IPS (Y) ke dalam kotak
Dependent List, sedangkan variabel gaya belajar siswa (X) dimasukkan pada
kotak Independent List. Pilih kotak dialog Options dan mengaktifkan bagian Test
for Linearity. Pilih continue lalu OK (Priyatno, 2010:73).
Tabel 4.21
Uji Linearitas Data
ANOVA Table
Sum of
Squares
(Combined)
3718,831
2698,121
Linearity
VAR00003 Between Groups
*
Deviation from
VAR00002
Linearity
Within Groups
Total
df
1020,710
Mean
F
Sig.
Square
28 132,815 2,402 ,002
1 2698,12 48,80 ,000
1
4
27 37,804 ,684 ,862
3648,790
7367,621
66
94
55,285
Tabel uji linearitas di atas, menunjukkan bahwa data dari gaya belajar siswa dan
hasil belajar memiliki nilai signifikansi 0,000. Nilai 0,000 < 0,05, maka dapat
dikatakan bahwa data tersebut linear.
4.1.5 Hasil Analisis Data Akhir
4.1.5.1 Analisis Korelasi
Hipotesis yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini adalah
hubungan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada siswa kelas V
SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati kabupaten Kudus. Dalam penelitian ini
penulis merumuskan satu macam hipotesis yaitu (Ha) : ada hubungan yang positif
108
dan signifikan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada siswa kelas
V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.
Uji hipotesis penelitian ini menggunakan korelasi product moment dengan
berbantuan program SPSS for Windows Seri 21 dengan dua kriteria pengujian
yaitu berdasarkan nilai signifikansi dan berdasarkan rhitung. Jika harga
signifikansi < 0,05 dan rhitung> dari rtabel maka Ha diterima, yang berarti ada
hubungan yang positif dan signifikan antara gaya belajar siswa dengan hasil
belajar IPS pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus. Berikut ini merupakan hasil uji korelasi sederhana antara
variabel gaya belajar siswa dengan hasil belajar kognitif IPS.
Tabel 4.22
Uji Korelasi Gaya Belajar dengan Hasil Belajar
Correlations
VAR00002
VAR00003
Pearson Correlation
1
,605**
Gaya belajar
Sig. (2-tailed)
,000
N
95
95
**
Pearson Correlation
,605
1
Hasil Belajar
Sig. (2-tailed)
,000
N
95
95
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan penghitungan data diatas, nilai koefisien korelasi antara variabel
gaya belajar dengan hasil belajar IPS sebesar 0,605 dengan nilai sig. (2-tailed)
sebesar 0,000. Dikarenakan harga signifikansinya 0,000 < 0,05 dan rhitungnya
0,605 > dari rtabel 0,294 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
positif dan signifikan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada
siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus.
109
Koefisien determinasi gaya belajar terhadap hasil belajar dapat diperoleh dengan
rumus r x r x 100% = 0,605 x 0,605 x 100% = 36,60%
Secara
khusus,
peneliti
mengelompokkan
tiap
gaya
belajar
dan
mengkorelasikannya dengan hasil belajar IPS.
a) Gaya belajar visual
Tabel 4.23
Uji Korelasi Gaya Belajar Visual dengan Hasil Belajar
Visual
Visual
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Hasil Belajar
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Hasil Belajar
,404**
,000
95
95
1
,404**
,00
95
1
95
**. Correlation is significant at the 0.00 level (2-tailed).
Pada tabel uji korelasi gaya belajar visual dengan hasil belajar, dapat diketahui
bahwa koefisien korelasi antara gaya belajar visual dengan hasil belajar sebesar
0,404 dan nilai signifikansi 0,000. Nilai r hitung > r tabel menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Koefisien
determinasi gaya belajar vuisual dengan hasil belajar sebesar 0,404 x 0,404 x
100% = 16,32%.
b) Gaya belajar auditorial
Tabel 4.24
Uji Korelasi Gaya Belajar Auditorial dengan Hasil Belajar
Auditorial
Auditorial
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
1
95
,416**
Hasil Belajar
,416**
,000
95
1
110
Hasil Belajar
Sig. (2-tailed)
N
,00
95
95
**. Correlation is significant at the 0.00 level (2-tailed).
Pada tabel uji korelasi gaya belajar auditoial dengan hasil belajar, dapat
diketahui bahwa koefisien korelasi antara gaya belajar auditorial dengan hasil
belajar sebesar 0,416 dan nilai signifikansi 0,000. Nilai r hitung > r tabel
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel
tersebut. Koefisien determinasi gaya belajar vuisual dengan hasil belajar sebesar
0,416 x 0,416 x 100% = 17,30%.
c) Gaya belajar kinestetik
Tabel 4.25
Uji Korelasi Gaya Belajar Kinestetik dengan Hasil Belajar
Kinestetik
Hasil Belajar
Pearson Correlation
1
,449**
Kinestetik
Sig. (2-tailed)
,000
N
95
95
Pearson Correlation
,449**
1
Hasil Belajar
Sig. (2-tailed)
,00
N
95
95
**. Correlation is significant at the 0.00 level (2-tailed).
Tabel uji korelasi gaya belajar kinestetik dengan hasil belajar di atas
menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara gaya belajar kinestetik dengan hasil
belajar sebesar 0,449 dan nilai signifikansi 0,000. Nilai r hitung > r tabel
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel
tersebut. Koefisien determinasi gaya belajar visual dengan hasil belajar sebesar
0,449 x 0,449 x 100% = 20,16%.
111
4.1.5.2 Uji Koefisien Determinasi
Setelah diketahui koefisien korelasinya, analisis dapat dilanjutkan dengan
menghitung koefisien determinasinya. Koefisien determinasi dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar kontribusi antara gaya belajar siswa dengan hasil
belajar IPS. Hasil nilai koefisien determinasi dalam penelitian ini adalah 36,6%,
hal tersebut dapat diartikan bahwa gaya belajar siswa dapat meningkatkan hasil
belajar IPS sebesar 36,6% dan 63,4% dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya pola
asuh orang tua, motivasi belajar, lingkungan sekolah, dll.
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Pemaknaan Hasil Temuan
Gaya belajar merupakan salah satu faktor yang dianggap penting dalam
suatu pembelajaran, karena dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Gaya belajar
merupakan cara yang dilakukan oleh seseorang dalam menyerap suatu informasi.
Gaya belajar merupakan faktor yang ada di dalam diri siswa, sehingga memiliki
pengaruh besar dalam proses pembelajaran. Penelitian ini akan mengukur gaya
belajar yang dimiliki oleh siswa yang meliputi gaya belajar visual, auditorial, dan
kinestetik. Pelajar visual belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar auditorial
belajar melalui apa yang mereka dengar, sedangkan pelajar kinestetik belajar
melalui gerak dan sentuhan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa sudah menerapkan gaya belajar
yang dimiliki dengan baik. Siswa mampu menyesuaikan gaya belajarnya dengan
metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru, hal tersebut dibuktikan dengan
112
perolehan hasil belajar IPS siswa yang baik pula. Berdasarkan penjelasan tersebut,
dapat diketahui bahwa gaya belajar memiliki kontribusi yang besar dalam
perolehan hasil belajar IPS.
4.2.2 Pembahasan Hasil Analisis Gaya Belajar Siswa
Gaya belajar merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam
pekerjaan di sekolah maupun di dalam situasi antarpribadi. Gaya belajar menjadi
salah satu faktor yang penting dalam pembelajaran, karena berkaitan dengan
bagaimana cara siswa dalam menyerap informasi. Seperti yang dikemukakan
oleh Ghufron dan Risnawita (2014:10) bahwa peningkatan hasil belajar dapat
dicapai dengan memperhatikan faktor internal maupun eksternal, salah satunya
adalah gaya belajar.
Pada dasarnya, gaya belajar merupakan cara seseorang dalam belajar. De
Porter dan Hernacki (2010: 110) menyatakan bahwa gaya belajar merupakan
kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah
informasi. Pada awal pengalaman belajar, langkah awal yang ditempuh adalah
dengan mengenali gaya belajar siswa. Gaya belajar yang dimiliki siswa usia SD
adalah gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik.
Berdasarkan analisis data yang telah peneliti lakukan diketahui bahwa siswa
kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus memiliki
rerata skor gaya belajar sebesar 92,17894737. Siswa yang tergolong
menggunakan gaya belajar visual sebanyak 54 siswa (57%), siswa yang
menggunakan gaya belajar auditorial sebanyak 25 siswa (26%), dan siswa yang
mengunakan gaya belajar kinestetik sebanyak 16 siswa (17%). Dari data tersebut
113
dapat diketahui bahwa, sebagian besar siswa SDN Gugus Wibisono Kecamatan
Jati Kabupaten Kudus cenderung memiliki gaya belajar visual. Siswa cenderung
belajar dengan cara melihat langsung, misalnya saja dengan membaca materi
sendiri. Siswa juga akan senang jika guru menggunakan alat peraga dalam
pembelajaran IPS. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh
De Porter dan Hernacki (2010, 116) bahwa gaya belajar visual mengandalkan
penglihatan atau melihat dulu buktinya baru bisa mempercayainya. Siswa yang
menggunakan gaya belajar visual tentunya berhubungan dengan hasil belajarnya,
karena menyerap pelajaran melalui penglihatan.
Perhitungan analisis deskriptif mengenai gaya belajar pada siswa kelas V
SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus menunjukkan bahwa
variabel gaya belajar siswa untuk untuk kategori sangat baik sebesar 16% dengan
jumlah siswa sebanyak 15 siswa, kategori baik sebesar 84% dengan jumlah siswa
sebanyak 79 siswa, dan kategori cukup baik sebesar 1% dengan jumlah siswa
sebanyak 1 siswa. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa gaya
belajar sebagian siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus termasuk dalam kategori baik yaitu sebesar 84%. Artinya,
siswa belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimilikinya.
Pada hasil analisis dekskriptif tiap indikator, sebagian besar siswa kelas V
SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus berada dalam kategori
baik. Hal tersebut menyatakan bahwa sebagian besar siswa sudah menyesuaikan
gaya belajarnya. 59,25% siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono berada dalam
kategori baik pada indikator belajar dengan cara visual. Pada indikator mengingat
114
apa yang dilihat daripada apa yang didengar sebagian besar siswanya berada
dalam kategori baik pula yaitu 61,11%. Pada indikator tidak terganggu dengan
keributan, sebagian besar siswanya berada dalam kategori baik yaitu 70,37%,
sedangkan untuk indikator sulit menerima instruksi verbal
sebagian besar
siswanya berada dalam kategori baik yaitu sebesar 64,81%.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa mampu menerapkan gaya belajar
visualnya dengan baik, di mana siswa telah mencapai indikator dari gaya belajar
visual dengan baik pula. Siswa selalu mengingat materi jika ia membaca daripada
mendengarkan penjelasan guru, selain itu siswa juga suka jika guru menjelaskan
materi dengan media gambar. Kelebihan dari siswa yang bergaya belajar visual
adalah ia tetap dapat berkonsentrasi belajar jika suasana kelas ramai, ia tidak akan
terpengaruh dengan keadaan di sekitarnya. Namun siswa mudah lupa jika guru
menjelaskan materi hanya sekali, apabila lupa siswa akan meminta bantuan teman
untuk menjelaskan materinya kembali.
Pada indikator belajar dengan cara mendengar, 76% siswa kelas V SDN di
Gugus Wibisono berada dalam kategori baik . Pada indikator baik dalam aktivitas
lisan 72% siswa berada dalam kategori baik pula. Pada indikator memiliki
kepekaan terhadap musik 56% siswa berada dalam kategori baik. Pada indikator
mudah terganggu dengan keributan 56% siswanya berada dalam kategori baik,
dan untuk indikator lemah dalam aktivitas visual sebanyak 96% siswa berada
dalam kategori baik pula.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah baik dalam menerapkan
gaya belajar auditorial, di mana siswa suka mendengarkan cerita guru. Siswa yang
115
bergaya belajar auditorial selalu berbicara dengan baik dan bahasa yang
digunakannya pun tertata dengan baik. Jika suasana kelas ramai, siswa tidak
dapat berkonsentrasi dalam belajar, namun siswa suka belajar sambil
mendengarkan musik. Hal yang kurang disukai siswa yang bergaya belajar
auditorial adalah mencatat materi, karena siswa merasa mampu menghafal materi
hanya dengan mendengarkan saja sehingga ia tidak perlu mencatat materi lagi.
Siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono berada dalam kategori baik pada
indikator belajar dengan aktivitas fisik yaitu sebesar 56,25% . Pada indikator
peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh, 62,5% siswa berada dalam kategori
baik. Pada indikator berorientasi pada fisik dan banyak bergerak, 50% siswa
berada dalam kategori baik, untuk indikator suka coba-coba dan kurang rapi,
87,5% siswa berada dalam kategori baik. Untuk indikator menyukai kerja
kelompok dan praktik, 87,5% siswa berada dalam kategori baik.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa mampu menerapkan gaya belajar
kinestetik dengan baik. Siswa merasa senang jika melakukan praktik di kelas
maupun di luar kelas. Ia juga sering menggunakan jarinya sebagai penunjuk
ketika membaca. Apabila sedang menghafalkan materi, siswa melakukannya
sambil berjalan. Ketika ada soal-soal yang belum diminta guru untuk
mengerjakan, ia selalu mengerjakan soal-soalnya terlebih dahulu. Namun siswa
yang bergaya belajar kinestetik ini kurang memperhatikan kerapian pada
tulisannya, sehingga tulisannya terkesan kurang rapi. Hal yang paling disukai
siswa adalah ketika belajar kelompok, siswa akan bertanggung jawab terhadap
tugas yang diberikan dan mengerjakannya dengan baik.
116
Indikator gaya belajar siswa yang memiliki presentase tertinggi sebesar
59,25% yaitu indikator rapi dan teratur. Indikator tersebut merupakan indikator
dari gaya belajar visual, dan termasuk dalam kategori sangat baik. Hal tersebut
menunjukkan bahwa siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati
Kabupaten Kudus hampir setengahnya memiliki penampilan yang rapi dan teratur.
Siswa yang cenderung memiliki gaya belajar visual akan selalu memperhatikan
penampilannya terutama kerapian seragamnya, siswa juga selalu mempersiapkan
buku-buku sebelum pelajaran dimulai. Siswa selalu merencanakan setiap kegiatan
yang dilakukannya, sehingga siswa belajar secara teratur.
4.2.3 Pembahasan Analisis Hasil Belajar IPS Siswa
Seseorang belajar bertujuan untuk memperoleh hasil belajar yang baik, hasil
belajar
yang
diperoleh
tidak
semata-mata
hanya
untuk
meningkatkan
pengetahuannya saja tetapi juga sikap maupun keterampilannya. Sudjana (2014:
3) menyebutkan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan
tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Dalam penelitian ini,
peneliti hanya memfokuskan pada hasil belajar kognitif IPS saja yang diperoleh
melalui hasil UTS IPS semester genap tahun pelajaran 2015/2016.
Hasil penelitian mengenai hasil belajar IPS siswa kelas V SDN di Gugus
Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus menunjukkan bahwa nilai maksimum
yang diperoleh siswa adalah 98, sedangkan nilai minimum yang diperoleh siswa
adalah 52. Rerata nilai ulangan tengah semester genap siswa kelas V adalah
78,536842. Nilai ulangan tengah semester genap kelas V SDN di gugus Wibisono
117
Kecamatan Jati Kabupaten Kudus yang berada pada kategori sangat baik kategori
baik sekali sebanyak 50 siswa (53%), kategori baik sebanyak 36 siswa (38%),
kategori cukup baik sebanyak 8 siswa (8%), kategori kurang baik sebanyak 1
siswa (1%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa telah menerapkan gaya
belajarnya dengan baik sehingga diperoleh hasil belajar yang baik pula.
4.2.4 Hubungan antara Gaya Belajar Siswa dengan Hasil Belajar IPS
Hubungan antara gaya belajar dengan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus
dapat diketahui melalui uji hipotesis dengan uji korelasi product moment. Pada
perhitungan koefisien korelasi di dapat rhitung sebesar 0,605 lebih besar dari
rtabel dengan taraf signifikansi 5%, yaitu 0,202 dan harga signifikansinya 0,000 <
0,05. Dari penelitian ini diketahui ada hubungan yang positif dan signifikan antara
gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS, karena r hitung > r tabel sehingga Ho
ditolak dan Ha diterima. Hubungan yang positif artinya semakin tinggi gaya
belajar siswa
maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa, dan sebaliknya
semakin rendah gaya belajar siswa maka semakin rendah pula hasil belajar siswa.
Berdasarkan tabel intrepretasi skor yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012: 231),
maka dapat diketahui bahwa korelasi antara gaya belajar siswa dengan hasil
belajar IPS termasuk dalam kategori kuat, yaitu berada pada rentang 0,60 – 0,799.
Gaya belajar yang memiliki hubungan paling tinggi dengan hasil belajar
adalah gaya belajar kinestetik yaitu 0,449 dan berada pada kategori sedang.
Diantara ketiga gaya belajar tersebut, gaya belajar kinestetik lah yang paling
berhubungan dengan hasil belajar IPS dibandingkan dengan gaya belajar visual
118
dan auditorial. Menurut De Porter dan Hernacki (2010: ), gaya belajar kinestetik
mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan
informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya.
Kontribusi antara gaya belajar dengan hasil belajar IPS diperoleh sebesar
36,6%. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa gaya belajar dapat
meningkatkan hasil belajar IPS sebesar 36,6% dan 63,4% dipengaruhi oleh faktor
lain.
Berdasarkan hasil analisis deskriptif dan perhitungan korelasi maupun
koefisien determinasi yang telah dibahas, diketahui bahwa gaya belajar siswa
memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan perolehan hasil belajar IPS
siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Marton (dalam Ghufron, 2014:12)
bahwa kemampuan seseorang untuk mengetahui sendiri gaya belajarnya dan gaya
belajar orang lain dalam lingkungannnya akan meningkatkan efektivitasnya dalam
belajar. Marton (dalam Ghufron, 2014:12) dengan studi phenomenographic
menemukan sekaligus mengukuhkan suatu kesimpulan tentang hubungan konsep
belajar individu sebagai usaha yang dilakukan individu untuk belajar, dan hasil
usaha individu untuk belajar. Keberadaan dari hubungan itu secara spesifik berupa
gaya belajar dan pengukuran hasil belajar serta prestasi akademis. Dengan
demikian, siswa perlu mengetahui gaya belajarnya, begitu juga dengan guru. Guru
harus mengenali setiap gaya belajar yang dimiliki siswanya, karena keberhasilan
belajar siswa dapat tercapai dengan baik apabila ia mengetahui gaya belajarnya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh
Ramlah, S.Pd., M.Pd., Dani Firmansyah, S. Pd., Hamzah Zubair, S.Si. pada tahun
119
2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
gaya belajar terhadap prestasi belajar matematika, hal ini ditunjukan dengan nilai
sig = 0,001 < 0,05. Terdapat pengaruh yang signifikan antara keaktifan terhadap
prestasi belajar matematika, hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung = 13,418 > F
tabel = 3, 08, dengan sig= 0,00 < α = 0,05.
Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Abdul Halim pada tahun pelajaran
2009/2010. Penelitian ini berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya
Belajar Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMPN 2 Secanggang Kabupaten
Langkat”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara strategi
pembelajaran terhadap hasil belajar fisika pada α = 5%. Hasil belajar fisika siswa
yang diajar dengan tipe STAD lebih tinggi dibandingkan tipe TPS. Ada pengaruh
gaya belajar terhadap hasil belajar fisika siswa pada α = 5%. Siswa yang memiliki
kecenderungan gaya belajar auditorial memperoleh hasil belajar fisika lebih tinggi
dibandingkan siswa dengan gaya belajar visual dan kinestetik. Terdapat interaksi
antara strategi pembelajaran dan gaya belajar terhadap hasil belajar fisika siswa,
4.3 IMPLIKASI HASIL PENELITIAN
4.3.1 Teoritis
Adanya hubungan yang positif dan signifikan antara gaya belajar siswa
dengan hasil belajar IPS memberikan implikasi secara teoritis yang memperkuat
teori yang sudah ada, bahwa gaya belajar memiliki peran dalam proses
pembelajaran dalam rangka pencapaian hasil belajar IPS yang baik. Siswa yang
belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimilikinya maka hasil belajar IPS yang
120
diperoleh pun akan baik pula. Hal tersebut diperkuat dengan teori dari Marton
(dalam Ghufron, 2014: 12) yang menyatakan bahwa kemampuan seseorang untuk
mengetahui sendiri gaya belajarnya dan gaya belajar orang lain dalam
lingkungannya akan meningkatkan efektivitasnya dalam belajar.
4.3.2 Praktis
Untuk mencapai hasil belajar yang baik diperlukan pihak-pihak yang dapat
membantu dalam pencapaian hasil belajar tersebut. Dalam hal ini, guru memiliki
peranan yang penting dalam pencapaian hasil belajar siswa. Penelitian ini dapat
menambah wawasan bagi guru dalam membandingkan gaya belajar siswa,
sehingga guru dapat menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan gaya
belajar siswa. Dalam upaya mencapai pembelajaran yang efektif, guru dapat
mengoptimalkan potensi dan karakteristik yang dimiliki siswa dalam upaya
peningkatan hasil belajar siswa.
4.3.3 Pedagogis
Penelitian ini memiliki implikasi terhadap dunia pendidikan, terutama
pendidikan dasar. Dalam peningkatan efektivitas pembelajaran, selain didukung
oleh penguasaan materi dan penerapan model pembelajaran yang tepat juga perlu
diperhatikan faktor dari dalam diri siswa, salah satunya yaitu gaya belajar siswa.
Siswa yang mampu menerapkan gaya belajar mereka yang dominan dapat
mencapai hasil belajar yang tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar tidak
sejalan dengan gaya belajarnya.
BAB V
PENUTUP
5.1. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB IV, dapat
disimpulkan bahwa:
a) Mayoritas siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten
Kudus cenderung memiliki gaya belajar visual yaitu sebanyak 54 siswa (57%).
b) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara gaya belajar siswa (visual,
audio, kinestetik) dengan hasil belajar IPS.Besar koefisien korelasi antara gaya
belajar siswa (visual, audio, kinestetik) dengan hasil belajar IPS yaitu sebesar
0,605, dan termasuk dalam kategori kuat. Hal tersebut menunjukkan bahwa
sebesar 36,6% hasil belajar IPS dipengaruhi oleh gaya belajar siswa, sedangkan
sisanya yaitu 63,4% dipengaruhi oleh faktor lain seperti motivasi belajar, pola
asuh orang tua, dan lingkungan belajar.
5.2. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan , maka dapat diajukan saran
sebagai berikut:
a) Bagi siswa sebaiknya mengetahui gaya belajarnya dan mampu menerapkan
gaya belajarnya agar siswa lebih mudah mencerna pelajaran yang disampaikan
oleh guru.
121
122
b) Bagi Guru sebaiknya mengenali gaya belajar setiap siswanya. Guru sebaiknya
mengajar dengan berbagai metode sesuai dengan gaya belajar siswanya.
c) Bagi orang tua sebaiknya mengetahui gaya belajar anak dan mengarahkan anak
ketika belajar di rumah agar hasil belajar anak optimal sesuai dengan yang
diharapkan.
123
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 2015. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Alade, Oluwatomi M. 2014. A Comparative Study of Chemistry Students’
Learning Styles Preferences in Selected Public and Private Schools in Lagos
Metropolis. IOSR Journal of Research & Method in Education (IOSRJRME), No.1, Hal. 45-53
Al Tabany, Trianto Ibnu. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,
Progresif, dan Kontekstual. Jakarta: Prenadamedia Group
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
________________. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Bintarini, Ni Kade, A.A.I.N. Marhaeni, I Wayan Lasmayan. 2013. Determinasi
Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sekolah Sebagai Sumber Belajar
Terhadap Gaya Belajar dan Pemahaman Konsep IPS pada Siswa Kelas IV
SDN Gugus Yudhistira Kecamatan Nagara. e-Journal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 3, Hal. 1-11.
BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:
Badan Standar Nasional Pendidikan.
Bungin, Burhan. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif Edisi Kedua. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
De Porter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2010. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
_____________________________. 2010. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djaali. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2011. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta
Ghufron, M. Nur dan Rini Risnawita. 2014. Gaya Belajar Kajian Teoritik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
124
Halim, Abdul. 2012. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar Terhadap
Hasil Belajar Fisika Siswa SMPN 2 Secanggang Kabupaten Langkat. Jurnal
Tabularasa, No.2, Hal.141-158
Hidayati, dkk. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional
Ischak. 2004. Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka
Kosiyah. 2012. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar terhadap Hasil
Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa SD Inti No. 060873 Medan. Jurnal
Tabularasa PPS UNIMED, No. 1, Hal. 63-80.
Lestari, Nur Oktavianti. 2015. Analisis terhadap Pola Asuh dan Gaya Belajar
Siswa Berprestasi. Jurnal Ilmiah Pendidikan PEDAGOGIA, Volume 7,
Nomor 2, Hal. 291-295.
Nasution. 2013. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik dengan SPSS. Jakarta: Media
Com.
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005.
Purwanto, Ngalim. 2014. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Poerwanti, Endang. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jenderal
Pendidikan Nasional.
Ramlah. 2014. Pengaruh Gaya Belajar dan Keaktifan Siswa Terhadap Prestasi
Belajar Matematika ( Survey pada SMP Negeri di Kecamatan Klari
Kabupatenj Karawang). Jurnal Ilmiah Solusi, No.3, Hal. 68-75.
Rifa’i, Ahmad dan Anni. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press
Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
125
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Soewarso dan Susila. 2010. Pendidikan IPS Di Sekolah Dasar. Salatiga: Widya
Sari Press Salatiga.
Solihatin, Etin. 2011. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar terhadap
Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Jurnal Ilmiah Mimbar
Demokrasi, No.2 , Hal.1-17.
Sudjana, Nana. 2014. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya Offset.
Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
_______. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Sumaatmadja, Nursid. 2003. Konsep dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka.
Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susilo, M. Djoko. 2006. Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar. Yogyakarta:
PINUS.
Triwiyanto, Teguh. 2014. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Utami, Prihma Sinta. 2015. Pengaruh Metode Pembelajaran dan Gaya Belajar
Siswa Terhadap Hasil Belajar IPS di SMP Negeri di Kota Yogyakarta.
Jurnal Pendidikan IPS, No.1, Hal.97-103.
Widoyoko, Eko Putro. 2015.Teknik
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Penyusunan
Instrumen
Penelitian.
Wilson, Mary. 2012. Students’Learning Style Preferencesand Teachers’
Instructional Strategies: Correlations Between Matched Styles andAcademic
Achievement. SRATE Journal, No.1, Hal.36-44.
126
LAMPIRAN
127
Lampiran 1
KISI-KISI ANGKET GAYA BELAJAR SISWA (UJI COBA)
Variabel
Sub
Variabel
Gaya Belajar
Gaya belajar
visual
Gaya belajar
auditorial
Gaya belajar
kinestetik
Indikator
Belajar dengan cara visual
Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar
Rapi dan teratur
Tidak terganggu dengan keributan
Sulit menerima instruksi verbal
Belajar dengan cara mendengar
Baik dalam aktivitas lisan
Memiliki kepekaan terhadap musik
Mudah terganggu dengan keributan
Lemah dalam aktivitas visual
Belajar dengan aktivitas fisik
Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh
Berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
Suka coba-coba dan kurang rapi
Menyukai kerja kelompok dan praktik
Jumlah
No. Butir Pernyataan
(+)
(-)
1,2
3,4
6,7
5
8,10
9
12
11
13
14
15, 16
17
18, 19
20
21
22,24
23
25,26
27, 28
29, 30, 31
32
33
34, 35
36
Jumlah
Pernyataan
2
2
3
3
2
2
3
2
2
3
2
2
3
2
3
36
128
Lampiran 2
UJI COBA ANGKET GAYA BELAJAR SISWA
Nama
:
Kelas/No. Absen
:
Sekolah
:
Pengantar :
1. Angket ini digunakan untuk mengetahui gaya belajar siswa di sekolah maupun
di rumah.
2. Hasil dari pengisian angket tidak akan mempengaruhi nilai.
3. Isilah dengan jujur sesuai dengan kenyataan yang kalian alami.
4. Apabila ada pernyataan yang kurang jelas bertanyalah.
Petunjuk pengisian angket :
1. Isilah daftar identitas yang telah disediakan.
2. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti dan seksama.
3. Berilah tanda centang (√) pada empat pilihan jawaban yang dianggap paling
sesuai dengan keadaan diri sendiri seperti contoh di bawah ini.
No.
Pernyataan
1.
Saya lebih memahami materi IPS
dengan cara membaca.
4. Keterangan pilihan :
SL
= Selalu
SR
= Sering
KD = Kadang-Kadang
TP
= Tidak Pernah
Alternatif Jawaban
SL
SR
KD
TP
129
No
1.
2.
Pernyataan
Saya lebih memahami materi IPS dengan
cara membaca buku sendiri.
Saya membaca materi IPS dengan cepat.
Saya mudah mengingat materi jika
3.
melihat penjelasan guru secara langsung
di depan kelas.
Saya mudah memahami materi IPS jika
4.
guru menjelaskannya dengan bagan/peta
konsep.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Ketika maju ke depan kelas, saya tidak
merapikan seragam terlebih dahulu.
Saya menyiapkan buku pelajaran untuk
esok hari pada malam harinya.
Sebelum berangkat sekolah, saya merapikan seragam terlebih dahulu.
Saya dapat belajar dengan nyaman
walaupun suasana kelas ramai.
Saya malas belajar jika ada teman yang
berisik.
Saat di rumah, saya belajar sambil menonton TV.
Saya mudah lupa jika guru menjelaskan
materi hanya sekali.
Jika ada materi yang belum saya pahami,
12.
saya meminta bantuan teman untuk
menjelaskan materi tersebut.
13.
Saya lebih memahami materi hanya
dengan mendengar penjelasan guru saja.
Alternatif Jawaban
SL
SR
KD
TP
130
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
Saya cepat bosan jika mendengar penjelasan materi dari guru.
Saya bersemangat jika diminta guru
untuk berdiskusi.
Saya mampu jika diminta guru menjelaskan materi secara rinci.
Saya merasa malas jika guru menyuruh
untuk berdiskusi.
Ketika di rumah, saya belajar sambil
mendengarkan musik.
Saya bersemangat jika guru menjelaskan
materi melalui lagu.
Saat belajar IPS, saya merasa terganggu
jika ada teman yang mengajak berbicara.
Saya marah jika ada yang mengganggu
saya belajar.
Saya biasa mencatat materi IPS tanpa
disuruh guru terlebih dahulu.
Saya kesulitan memahami tulisan guru di
papan tulis.
Saya semangat jika harus membaca
materi IPS yang terlalu banyak.
Saya tidak betah jika harus duduk lama
mendengarkan penjelasan materi dari
Saya bermain sendiri di kelas ketika guru
sedang menjelaskan materi.
Saya menghafalkan materi IPS sambil
berjalan.
Saya semangat jika guru mengajak
siswanya melakukan praktik di kelas
131
maupun di luar kelas.
29.
30.
Saya menggunakan jari sebagai penunjuk
ketika membaca.
Saya menggerak-gerakkan kepala saat
membaca.
Saya menggerakkan bolpoint atau alat
31.
tulis
yang
lain
saat
mendengarkan
penjelasan guru.
32.
33.
34.
35.
36.
Saya mengerjakan soal yang ada di LKS
terlebih dahulu sebelum disuruh guru.
Saya tidak memperhatikan kerapian tulisan pada catatan saya.
Saya bersemangat jika guru meminta
untuk bekerja kelompok.
Saya bertanggung jawab terhadap tugas
kelompok yang diberikan guru.
Ketika pelajaran sedang berlangsung,
saya keberatan jika guru meminta untuk
bekerja kelompok.
132
Lampiran 3
HASIL VALIDITAS DAN RELIABILITAS ANGKET GAYA BELAJAR
 Hasil validitas angket gaya belajar siswa
No.
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
1
4
4
2
3
1
4
1
2
3
2
4
3
1
2
1
3
1
2
2
1
2
2
2
2
3
3
2
2
2
3
2
2
2
2
2
3
3
1
2
2
3
2
4
2
3
3
3
3
3
3
2
1
3
4
2
1
3
3
2
3
2
3
3
3
3
2
2
1
2
2
4
5
4
3
4
3
3
3
4
3
4
4
3
3
3
2
4
4
3
6
1
4
4
3
4
3
4
4
4
4
4
1
3
4
3
4
4
7
2
2
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
2
2
3
2
4
8
2
2
3
3
2
3
3
3
2
3
3
4
2
3
2
2
2
No. Item
9
10
3
3
3
1
4
1
3
3
3
3
3
3
3
2
3
1
3
2
4
3
3
2
2
1
3
1
3
3
3
3
3
1
1
2
11
2
3
3
3
2
3
3
3
3
3
3
3
4
2
3
3
3
12
2
1
3
4
3
4
2
2
3
3
3
3
3
2
2
2
4
13
2
2
1
2
3
2
2
3
3
3
2
3
3
3
2
2
3
14
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
2
2
3
3
4
15
2
2
4
4
3
4
3
3
4
4
3
4
3
4
2
3
4
16
2
1
3
2
2
2
3
2
1
2
2
3
1
2
1
2
1
17
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
18
2
1
1
1
2
1
1
1
2
3
1
1
2
1
3
1
1
133
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
2
1
2
2
3
1
3
3
4
2
3
2
3
1
2
4
3
2
3
2
2
4
3
1
2
2
3
3
3
3
3
3
2
2
2
2
3
1
2
2
3
2
2
2
2
3
2
2
2
2
3
3
4
3
2
3
3
1
4
3
3
2
3
3
2
2
2
2
2
4
3
2
3
2
2
3
2
2
3
2
3
1
3
3
2
1
2
4
3
2
3
1
2
4
4
1
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
2
3
3
2
4
4
4
2
3
4
3
2
4
2
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
2
4
3
4
2
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
3
3
4
4
4
4
3
4
4
4
4
3
2
3
2
2
3
3
3
2
2
4
3
2
3
3
4
4
3
2
3
3
3
3
2
1
4
2
3
3
3
3
4
3
3
3
3
2
3
2
4
3
2
4
3
2
3
2
4
3
1
3
2
3
2
2
2
1
3
1
2
3
2
2
2
4
2
1
2
1
2
1
2
1
3
3
2
3
3
3
3
4
3
3
3
3
2
2
3
2
3
3
3
1
3
3
4
3
2
2
3
2
2
3
3
2
3
2
4
3
3
2
2
4
2
2
3
2
2
4
4
2
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
2
3
4
2
3
3
3
2
4
4
3
4
4
3
3
4
4
4
4
3
2
3
4
4
4
3
4
4
2
4
2
4
4
4
3
3
3
4
4
3
3
3
3
3
4
3
4
2
2
2
4
4
4
2
3
2
3
4
3
2
4
2
3
2
2
2
2
2
2
3
1
2
2
2
2
3
2
2
1
1
2
2
2
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
4
3
2
4
4
4
3
4
3
2
3
4
4
1
3
1
3
1
1
2
1
1
1
2
1
2
1
2
2
2
1
1
1
2
1
2
1
134
42
43
44
45
Jumlah
r hitung
0,326 0,445 0,618 0,545 0,396
0,261
Keterangan
valid valid valid valid valid
Tidak
Tidak
Tidak
valid valid
valid valid valid valid valid valid
valid Valid
valid
valid
valid
No.
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
3
3
1
1
107
19
3
1
3
2
3
3
2
2
2
3
2
2
2
2
100
20
2
4
3
2
2
2
3
3
2
4
3
2
1
3
115
21
3
4
2
3
3
3
3
4
2
1
2
3
3
3
110
22
2
2
3
2
2
2
2
2
1
2
3
2
3
4
150
23
4
4
4
3
3
2
4
2
3
4
4
1
2
4
156
24
2
3
3
3
3
2
3
3
2
2
4
3
3
3
159
4
2
2
2
119
0,415 0,343
25
3
4
3
3
4
3
4
3
3
3
26
2
2
4
3
3
3
4
3
3
2
4
3
2
3
133
0,276
4
3
2
1
92
3
2
1
3
126
3
3
1
4
120
4
2
2
3
120
3
3
4
3
156
3
2
2
4
142
0,303 0,432 0,578 0,394 0,432 0,371
No. Item
27
28
2
4
1
2
1
4
1
4
2
4
1
4
1
3
1
3
2
4
2
4
29
2
1
2
2
4
2
4
2
4
3
30
1
2
1
4
2
4
1
2
3
3
31
2
2
2
4
2
4
3
2
3
4
32
1
1
2
2
2
2
2
2
2
3
33
3
4
4
4
3
4
4
3
3
3
3
3
3
2
93
4
3
3
4
166
2
2
1
2
68
0,201
0,387
0,309
34
2
2
2
2
2
2
2
2
3
3
35
3
1
3
2
2
2
3
2
2
2
36
3
4
4
4
3
4
4
3
3
3
135
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
2
3
3
4
3
1
2
2
2
3
2
2
2
2
3
2
4
3
2
3
2
4
4
2
3
2
2
3
3
4
2
3
2
3
3
3
2
4
3
3
3
2
2
3
2
4
3
4
2
3
1
1
3
4
2
3
2
3
2
3
3
2
3
3
1
4
2
2
2
4
3
4
3
2
2
2
2
2
1
2
2
1
2
2
2
3
2
2
1
4
1
2
1
3
1
2
3
3
3
3
3
4
3
3
3
2
3
4
3
3
4
3
3
3
2
3
3
4
3
4
3
2
2
3
2
2
4
2
3
3
2
3
3
4
2
3
2
1
2
3
2
3
3
2
3
4
4
2
3
4
3
4
4
2
4
4
4
4
4
4
2
3
2
4
2
4
3
4
4
4
4
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
3
4
3
2
3
3
1
1
2
1
2
2
1
1
1
4
3
1
1
2
1
1
1
3
1
2
1
1
1
2
4
4
2
3
3
1
4
3
2
3
2
3
4
3
3
3
2
4
4
4
3
4
4
4
3
4
3
2
3
3
2
3
4
3
3
4
3
4
3
3
1
3
3
4
3
3
4
4
1
2
3
1
1
2
3
1
2
1
2
1
3
1
4
1
1
1
2
2
2
3
4
1
1
2
3
2
3
1
4
2
2
1
2
3
2
2
3
2
1
1
2
3
2
2
4
2
3
1
2
2
2
1
2
1
1
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
1
2
1
2
2
2
3
4
4
3
3
3
4
3
4
4
3
3
4
4
3
2
3
3
4
2
4
3
4
3
4
3
2
2
2
3
2
2
2
3
2
2
2
4
3
1
3
3
4
2
3
2
2
3
4
2
1
3
2
4
2
2
2
2
3
3
1
4
3
1
3
3
3
3
3
4
2
3
3
4
4
2
3
2
2
3
4
4
3
3
3
3
4
3
2
3
4
4
4
4
3
136
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
45
Jumlah
r hitung
2
3
2
2
4
4
4
4
2
2
3
3
118
2
3
2
2
4
3
3
4
2
3
3
3
126
1
2
3
2
3
4
1
2
3
3
3
3
117
1
2
1
1
4
2
2
2
1
1
2
2
86
2
3
2
3
4
4
3
4
3
4
4
4
144
2
2
3
2
3
4
3
3
3
1
1
1
114
2
2
3
3
3
3
3
2
1
2
4
4
142
0,325
0,392
0,277
Keterangan
valid
valid
Tidak
Tidak
Tidak
valid valid valid valid
valid valid valid Valid valid valid valid valid valid
valid
valid
Valid
0,437 0,334 0,369 0,444
3
1
3
3
4
3
3
4
4
3
3
3
148
0,236
1
1
1
1
1
4
1
2
1
1
2
2
67
3
2
3
3
4
4
3
4
3
4
2
2
147
2
2
4
3
3
4
2
3
2
1
4
4
131
0,359 0,449 0,561
1
1
1
2
2
4
1
1
2
1
2
2
86
0,487
1
2
1
2
1
4
2
2
2
1
2
2
100
1
2
3
1
2
3
2
2
2
1
3
3
83
2
3
1
3
2
3
3
3
2
3
4
4
143
2
2
1
2
2
4
2
2
2
2
3
3
107
1
1
1
3
3
1
1
2
1
2
3
3
104
0,544 0,359 0,408 0,532 0,406
3
3
3
4
2
3
4
3
4
4
3
3
148
-0,10
137
 Perhitungan reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach
ri =
{
=
{
∑
}
= 1,0344 (1 – 0,1851)
= 1,0344 X 0,8148
= 0,8429.
}
138
Lampiran 4
KISI-KISI ANGKET GAYA BELAJAR SISWA
Variabel
Sub
Variabel
Gaya Belajar
Gaya belajar
visual
Gaya belajar
auditorial
Gaya belajar
kinestetik
Indikator
Belajar dengan cara visual
Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar
Rapi dan teratur
Tidak terganggu dengan keributan
Sulit menerima instruksi verbal
Belajar dengan cara mendengar
Baik dalam aktivitas lisan
Memiliki kepekaan terhadap music
Mudah terganggu dengan keributan
Lemah dalam aktivitas visual
Belajar dengan aktivitas fisik
Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh
Berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
Suka coba-coba dan kurang rapi
Menyukai kerja kelompok dan praktik
Jumlah
No. Butir Pernyataan
(+)
(-)
1,2
3,4
6
5
7,8
10
9
11
12
13
14
15, 16
17
18, 20
19
21
22, 23
24, 25, 26
27
28
29, 30
-
Jumlah
Pernyataan
2
2
2
2
2
2
2
2
1
3
1
2
3
2
2
30
139
Lampiran 5
ANGKET GAYA BELAJAR SISWA
Nama
:
Kelas/No. Absen
:
Sekolah
:
Pengantar :
1. Angket ini digunakan untuk mengetahui gaya belajar siswa di sekolah maupun
di rumah.
2. Hasil dari pengisian angket tidak akan mempengaruhi nilai.
3. Isilah dengan jujur sesuai dengan kenyataan yang kalian alami.
4. Apabila ada pernyataan yang kurang jelas bertanyalah.
Petunjuk pengisian angket :
1. Isilah daftar identitas yang telah disediakan.
2. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti dan seksama.
3. Berilah tanda centang (√) pada empat pilihan jawaban yang dianggap paling
sesuai dengan keadaan diri sendiri seperti contoh di bawah ini.
No.
Pernyataan
1.
Saya lebih memahami materi IPS
dengan cara membaca.
4. Keterangan pilihan :
SL
= Selalu
SR
= Sering
KD = Kadang-Kadang
TP
= Tidak Pernah
Alternatif Jawaban
SL
SR
KD
TP
140
No
1.
2.
Pernyataan
Saya lebih memahami materi IPS dengan
cara membaca buku sendiri.
Saya membaca materi IPS dengan cepat.
Saya mudah mengingat materi jika meli-
3.
hat penjelasan guru secara langsung di
depan kelas.
Saya mudah memahami materi IPS jika
4.
guru menjelaskannya dengan bagan/peta
konsep.
5.
6.
7.
8.
9.
Ketika maju ke depan kelas, saya tidak
merapikan seragam terlebih dahulu.
Sebelum berangkat sekolah, saya merapikan seragam terlebih dahulu.
Saya dapat belajar dengan nyaman
walaupun suasana kelas ramai.
Saat di rumah, saya belajar sambil menonton TV.
Saya mudah lupa jika guru menjelaskan
materi hanya sekali.
Jika ada materi yang belum saya pahami,
10.
saya meminta bantuan teman untuk menjelaskan materi tersebut.
11.
12.
13.
Saya lebih memahami materi hanya
dengan mendengar penjelasan guru saja.
Saya cepat bosan jika mendengar penjelasan materi dari guru.
Saya bersemangat jika diminta guru
untuk berdiskusi.
Alternatif Jawaban
SL
SR
KD
TP
141
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Saya merasa malas jika guru menyuruh
untuk berdiskusi.
Ketika di rumah, saya belajar sambil
mendengarkan musik.
Saya bersemangat jika guru menjelaskan
materi melalui lagu.
Saat belajar IPS, saya merasa terganggu
jika ada teman yang mengajak berbicara.
Saya biasa mencatat materi IPS tanpa
disuruh guru terlebih dahulu.
Saya kesulitan memahami tulisan guru di
papan tulis.
Saya semangat jika harus membaca
materi IPS yang terlalu banyak.
Saya tidak betah jika harus duduk lama
21.
mendengarkan penjelasan materi dari
guru.
22.
Saya menghafalkan materi IPS sambil
berjalan.
Saya semangat jika guru mengajak
23.
siswanya melakukan praktik di kelas
maupun di luar kelas.
24.
25.
Saya menggunakan jari sebagai penunjuk
ketika membaca.
Saya menggerak-gerakkan kepala saat
membaca.
Saya menggerakkan bolpoint atau alat
26.
tulis
yang
lain
saat
mendengarkan
penjelasan guru.
27.
Saya mengerjakan soal yang ada di LKS
142
terlebih dahulu sebelum disuruh guru.
28.
29.
30.
Saya tidak memperhatikan kerapian tulisan pada catatan saya.
Saya bersemangat jika guru meminta
untuk bekerja kelompok.
Saya bertanggung jawab terhadap tugas
kelompok yang diberikan guru.
143
Lampiran 6
REKAPITULASI SKOR ANGKET GAYA BELAJAR SISWA
No.Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
1
4
4
3
2
4
3
3
3
3
3
2
4
3
3
4
3
4
4
4
2
2
2
3
2
3
3
3
3
2
2
2
4
3
3
3
4
4
3
3
3
3
4
4
4
4
3
4
3
4
3
3
4
4
3
4
3
4
3
3
4
4
2
3
2
3
2
3
3
3
2
2
4
4
4
4
4
4
2
3
5
4
2
4
4
4
4
3
4
3
4
2
4
3
3
3
3
3
4
4
6
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
3
7
3
4
4
4
4
2
4
2
2
3
2
4
2
3
4
3
3
3
3
No. Item
8
9
3
4
2
4
2
3
2
2
4
4
4
2
3
4
3
3
3
3
3
4
3
3
4
4
3
3
4
3
3
3
3
4
4
3
4
3
4
3
10
3
4
4
3
4
3
3
3
4
2
3
4
2
3
4
4
4
2
4
11
3
4
3
2
3
2
3
3
2
2
3
4
2
3
3
4
3
3
4
12
3
1
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
13
4
4
3
3
4
3
4
3
2
4
3
3
3
3
4
4
3
4
4
14
4
4
3
4
4
4
3
3
3
3
3
4
4
3
2
3
3
2
3
15
2
1
3
2
3
4
3
4
4
2
4
3
3
2
3
4
3
3
4
144
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
4
3
2
4
3
3
4
4
3
4
4
4
4
4
3
3
2
4
2
2
4
4
2
2
4
4
3
4
2
3
3
3
2
3
1
2
3
4
3
4
3
3
4
2
1
4
2
1
4
4
3
2
2
3
3
4
3
3
4
4
3
4
3
4
3
4
2
4
4
4
4
2
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
2
3
4
2
3
4
2
3
2
4
1
4
4
1
4
4
2
3
3
3
4
4
4
4
4
4
3
4
2
4
4
3
1
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
3
4
2
4
4
4
4
3
3
3
2
3
3
3
3
3
2
3
4
3
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
4
4
4
4
4
3
4
3
3
4
2
2
3
3
2
4
3
3
2
3
1
3
3
4
3
3
3
2
3
3
4
4
3
3
3
3
4
3
3
3
2
3
3
3
3
4
4
4
4
4
4
4
3
3
3
4
4
3
1
2
4
3
3
3
3
4
3
2
1
4
4
3
3
3
4
2
2
3
3
3
4
3
4
4
4
3
3
4
4
3
3
3
3
3
2
2
4
4
3
3
3
3
2
4
3
2
4
3
3
4
2
3
2
4
2
3
2
4
3
4
3
3
4
4
2
3
3
3
4
3
3
2
4
3
3
4
4
4
3
3
3
4
4
2
4
4
3
3
3
3
3
4
4
2
3
4
4
2
4
4
2
2
3
4
4
4
4
4
3
3
4
4
1
3
3
3
3
1
2
2
4
4
2
3
2
2
3
4
1
4
3
1
145
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
3
4
3
3
3
3
2
3
3
4
4
4
2
2
3
4
4
3
2
4
2
4
3
2
4
4
1
3
4
4
1
2
3
3
4
4
2
1
2
3
3
4
1
3
2
1
3
4
4
4
4
2
4
4
2
3
3
4
4
4
2
4
4
4
4
4
3
2
2
4
3
3
4
4
2
1
4
2
1
1
3
3
2
3
3
2
3
3
4
3
3
3
4
2
3
2
2
3
4
3
3
1
1
4
2
4
4
4
3
2
4
4
3
4
4
3
3
3
3
4
4
3
3
3
4
4
2
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
2
4
2
2
4
4
2
3
2
3
3
3
2
3
3
3
1
4
2
2
2
4
2
4
2
3
3
3
3
3
4
4
1
2
3
2
2
2
1
3
2
3
2
4
3
3
4
4
2
4
1
3
4
3
3
3
4
4
3
4
3
4
3
4
4
4
3
1
3
2
3
3
4
3
2
4
1
2
1
4
1
2
2
3
1
2
2
3
4
2
3
1
3
2
4
3
2
2
3
4
3
4
3
2
3
3
3
4
2
1
4
3
3
3
4
4
3
3
4
2
3
3
2
4
3
2
2
4
4
2
3
3
4
2
4
2
4
3
3
4
4
4
4
3
4
3
3
3
3
4
3
4
3
3
4
3
4
3
2
3
4
3
3
3
3
3
4
2
3
3
4
4
2
4
2
4
4
3
4
3
4
2
4
2
4
3
4
1
3
4
4
3
4
4
3
3
2
3
1
4
3
3
1
3
4
1
3
1
3
1
4
3
3
1
2
1
3
1
2
3
4
1
146
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
2
4
4
3
3
4
3
4
3
4
4
4
3
2
4
3
4
4
4
3
2
3
3
4
4
1
2
3
3
4
4
2
4
3
3
2
4
3
2
2
4
3
3
4
2
4
2
2
4
1
3
3
3
3
4
4
2
2
3
4
3
3
3
4
3
3
4
4
3
4
4
4
2
2
2
2
2
2
4
3
3
2
4
2
2
4
2
2
3
3
3
4
2
3
3
3
4
4
3
3
3
3
4
4
4
4
3
1
1
4
1
2
3
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
2
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
4
4
4
4
2
4
4
4
2
4
2
2
4
4
2
3
3
3
3
4
4
3
2
3
2
3
3
3
4
2
2
3
2
3
3
3
3
4
3
3
3
2
3
4
1
2
1
2
3
4
3
4
3
2
3
4
1
4
4
4
2
4
3
4
4
2
2
3
4
4
1
4
4
4
2
3
4
3
4
3
2
3
3
2
3
4
3
3
3
2
3
4
3
4
4
2
4
4
4
3
3
4
4
3
4
4
4
3
2
2
2
2
2
2
2
4
4
3
4
4
4
3
4
2
2
4
2
3
3
4
4
3
4
3
4
2
2
4
4
2
2
4
1
2
3
4
2
4
3
3
2
4
4
2
4
3
3
4
4
3
3
3
2
3
3
4
4
3
4
3
4
4
4
3
3
4
3
3
4
3
3
3
4
4
4
4
3
3
2
4
4
4
3
4
4
4
3
4
4
4
3
1
3
3
3
3
1
2
2
1
2
4
1
4
1
3
4
3
2
2
2
4
2
3
147
92
93
94
95
No.Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
4
4
4
2
310
16
4
4
3
1
3
3
2
3
2
3
3
4
4
3
4
3
2
2
269
17
4
3
3
3
4
3
3
2
3
2
3
4
3
2
4
3
3
2
318
18
3
4
2
4
4
3
4
3
3
2
3
4
4
3
3
3
4
2
269
19
3
3
3
3
4
4
3
4
3
3
3
4
4
4
4
3
4
2
315
20
3
4
3
2
4
3
3
3
3
3
3
4
3
3
4
4
4
4
352
21
4
4
4
3
4
3
3
4
3
3
3
3
3
3
4
3
2
1
274
22
2
3
3
1
4
2
3
4
2
2
2
4
3
3
3
4
4
1
282
No. Item
23
3
4
4
4
4
3
3
4
3
4
2
4
4
4
4
3
4
3
303
24
3
4
3
4
3
2
4
2
2
2
2
3
3
3
4
3
3
2
289
25
3
4
3
2
3
3
3
3
4
3
4
3
4
4
4
3
4
3
288
26
3
4
3
2
4
4
3
3
4
4
3
4
3
3
27
2
4
3
3
3
4
4
4
2
2
2
4
3
4
3
4
2
3
303
4
4
2
4
315
4
4
3
3
319
28
4
3
3
4
4
4
4
4
3
3
3
3
4
3
29
3
2
4
2
4
3
2
3
2
3
4
3
3
3
30
4
4
3
2
4
4
4
4
3
2
4
3
3
4
2
2
4
4
249
Jumlah
98
100
97
84
112
94
98
98
88
86
85
112
98
96
148
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
2
3
4
3
4
3
4
2
3
3
2
4
4
4
2
1
2
3
3
1
1
1
4
2
2
4
3
1
3
4
4
3
2
2
2
2
3
3
2
4
3
3
4
3
3
2
3
3
3
3
3
3
4
3
3
4
4
1
4
3
4
3
3
2
3
4
3
2
3
2
3
4
3
4
4
3
4
4
4
4
2
3
3
3
4
4
2
4
4
3
3
3
4
2
2
2
4
4
3
4
3
3
3
3
3
1
2
4
3
2
2
3
4
4
4
3
3
2
3
4
3
3
3
3
3
4
4
4
3
3
3
3
4
3
4
4
4
4
2
4
4
4
4
3
3
3
4
1
3
3
3
3
4
2
3
3
3
3
3
1
2
4
3
2
2
1
2
2
3
4
4
3
4
3
4
3
3
2
3
3
4
4
3
4
2
4
4
3
1
3
3
4
4
4
3
2
2
4
3
3
3
3
4
4
3
2
2
1
4
4
2
2
4
4
2
3
3
3
3
2
2
4
4
3
3
3
3
3
4
2
3
3
2
4
3
3
2
1
2
4
4
4
4
2
4
3
3
3
4
2
4
2
3
3
3
2
2
4
3
3
3
1
3
3
2
3
3
2
3
4
4
3
3
2
4
4
3
4
2
1
2
4
2
2
2
2
3
4
3
4
4
4
4
4
4
3
2
4
3
2
4
3
4
4
3
4
4
3
4
4
3
3
3
3
2
2
4
3
3
3
3
3
4
3
3
2
3
4
4
3
3
1
3
3
4
3
3
4
4
3
3
4
3
4
4
4
3
3
2
4
2
2
2
3
3
1
4
4
2
4
96
106
103
85
102
108
106
96
95
78
94
94
104
96
85
83
89
109
96
78
97
79
92
87
149
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
4
1
4
3
4
2
3
3
2
4
1
3
2
4
3
2
2
3
4
2
4
4
2
4
4
4
4
3
4
3
4
3
2
1
3
4
1
1
2
1
3
4
4
2
1
3
3
4
4
4
4
2
3
2
3
2
4
3
2
3
2
4
2
2
2
2
3
2
3
1
2
3
3
4
4
3
2
2
3
3
3
3
2
4
3
3
3
4
3
4
3
4
4
3
3
4
4
3
4
2
4
4
4
3
3
4
4
4
3
4
3
2
3
3
1
3
3
4
2
2
4
4
3
3
4
3
3
3
4
3
2
4
4
4
4
2
4
4
3
4
4
1
4
4
1
2
4
2
1
4
3
2
3
1
2
2
2
2
3
3
2
3
3
1
2
1
2
3
4
4
4
4
1
4
4
3
4
4
3
4
1
4
3
4
4
2
3
3
4
4
4
2
4
3
3
4
2
4
4
3
3
1
4
3
4
4
3
1
3
3
4
2
2
4
3
4
2
2
4
2
1
3
3
2
3
1
1
4
2
3
4
3
4
4
4
3
3
4
4
3
3
2
3
4
1
4
4
3
2
4
3
3
1
3
3
2
3
1
3
3
4
4
3
4
4
3
2
3
4
3
3
4
3
1
4
4
1
2
3
1
2
2
3
1
2
2
3
3
4
2
4
4
3
4
4
3
4
4
2
3
3
2
4
4
4
4
3
4
4
1
4
4
4
2
4
4
2
4
3
3
4
2
1
3
3
3
4
1
1
3
4
3
2
4
3
3
2
4
4
3
1
3
4
4
4
1
3
3
3
3
3
1
3
3
3
1
2
4
4
3
99
80
112
96
78
91
106
86
88
85
83
86
72
90
93
84
92
89
86
85
92
97
93
92
150
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
2
2
2
4
3
3
3
3
3
3
3
2
4
3
3
3
3
4
3
3
2
4
2
1
1
3
3
3
1
3
3
3
2
2
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
3
3
3
4
3
2
3
2
4
4
2
4
2
3
3
2
4
4
2
2
3
3
3
4
2
3
4
4
2
4
2
2
2
3
3
4
3
4
4
3
3
4
3
4
3
3
3
3
4
3
3
3
4
3
2
2
4
4
4
3
2
2
3
3
4
2
3
2
3
4
4
2
4
2
3
4
4
4
1
2
4
3
2
2
2
3
3
4
4
3
3
3
2
3
3
1
3
2
4
4
2
2
4
1
3
3
3
1
3
2
1
3
3
1
2
3
4
3
1
2
4
1
1
4
4
3
4
4
2
4
2
3
3
4
4
3
2
4
4
3
4
4
2
2
4
3
4
4
1
4
3
2
3
3
4
4
2
4
2
4
4
3
3
2
3
3
3
4
2
2
4
3
2
3
3
1
3
4
2
2
3
3
3
4
3
3
1
2
2
1
3
3
2
2
1
1
2
3
1
4
3
2
3
2
3
3
2
4
2
2
3
3
3
2
4
3
4
2
2
2
2
2
3
3
2
4
2
1
3
2
2
4
1
4
2
3
2
4
2
4
2
2
3
1
4
4
1
3
4
3
3
3
2
4
3
3
3
3
4
4
4
3
3
2
3
4
3
4
2
4
4
4
3
3
3
3
4
3
3
3
3
4
4
2
2
3
2
3
2
3
3
3
4
2
3
4
3
4
3
3
3
4
4
4
4
3
4
4
4
4
2
3
4
4
3
1
84
83
86
85
89
93
86
90
84
89
94
98
94
91
86
88
93
87
94
80
89
92
96
93
151
87
88
89
90
91
92
93
94
95
Jumlah
3
2
3
3
3
3
2
4
3
1
3
4
4
3
3
4
4
4
2
4
2
3
3
4
4
3
4
271 275 286
2
3
4
4
4
3
2
2
3
305
2
4
4
4
4
4
3
4
4
300
3
3
3
4
2
1
4
4
2
307
2
2
3
3
3
3
4
2
4
238
4
3
2
2
4
1
4
4
3
316
3
3
4
3
4
4
3
2
2
287
4
3
2
4
3
4
3
2
2
268
2
2
2
4
3
3
1
1
2
3
3
4
3
3
2
3
2
4
273 262
4
3
3
3
3
3
4
4
3
322
4
4
2
4
2
3
1
2
3
1
2
4
4
2
2
4
4
3
280 300
96
87
96
86
98
103
97
94
85
8745
152
Lampiran 7
PENGELOMPOKKAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS V
SDN DI GUGUS WIBISONO KECAMATAN JATI KABUPATEN KUDUS
No.
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Visual
34
32
34
29
38
29
34
31
31
30
24
40
31
33
36
35
37
32
34
38
36
30
33
29
32
34
36
32
34
27
31
35
Jumlah
Auditorial Kinestetik
33
31
32
36
30
33
28
27
37
37
33
32
31
33
32
35
29
28
28
28
32
29
38
34
34
33
29
34
29
31
36
35
32
34
29
24
36
32
34
36
35
35
34
32
30
32
21
28
28
34
30
30
35
33
34
30
22
29
30
26
36
32
36
38
Jumlah gaya
belajar
Kategori
98
100
97
84
112
94
98
98
88
86
85
112
98
96
96
106
103
85
102
108
106
96
95
78
96
94
104
96
85
83
99
109
Visual
Kinestetik
Visual
Visual
Visual
Auditorial
Visual
Kinestetik
Visual
Visual
Auditorial
Visual
Auditorial
Kinestetik
Visual
Auditorial
Visual
Visual
Auditorial
Visual
Visual
Auditorial
Visual
Visual
Kinestetik
Visual
Visual
Auditorial
Visual
Auditorial
Auditorial
Kinestetik
153
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
34
28
36
29
34
25
31
23
38
34
28
31
36
25
26
33
30
17
28
27
35
33
36
26
23
31
33
35
36
25
31
24
30
30
31
26
30
30
29
33
26
32
23
30
29
36
29
39
29
30
24
35
31
28
30
28
36
20
33
24
29
26
34
30
29
30
33
23
34
26
28
29
27
28
34
29
36
27
29
24
29
27
28
33
32
28
35
33
20
36
35
30
34
22
25
33
24
30
34
22
30
29
33
25
29
29
34
33
27
31
27
28
30
33
27
24
28
96
78
97
79
92
87
99
80
112
96
78
91
106
86
88
85
83
86
72
90
93
84
92
89
86
85
92
97
93
92
84
83
86
85
89
93
86
90
84
Visual
Visual
Visual
Visual
Visual
Kinestetik
Auditorial
Auditorial
Auditorial
Visual
Auditorial
Kinestetik
Visual
Kinestetik
Kinestetik
Visual
Visual
Auditorial
Visual
Auditorial
Visual
Visual
Visual
Auditorial
Kinestetik
Visual
Visual
Visual
Visual
Auditorial
Visual
Kinestetik
Visual
Visual
Visual
Auditorial
Visual
Auditorial
Visual
154
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
28
36
34
34
32
28
32
32
28
33
24
28
34
36
34
36
28
33
33
34
38
33
34
21
29
29
28
31
29
28
27
31
29
36
29
31
33
32
32
28
30
35
29
36
36
30
31
35
32
27
36
29
30
30
29
30
30
25
27
30
25
28
27
32
29
28
24
28
29
34
29
29
89
94
98
94
91
86
88
93
87
94
80
89
92
96
93
96
87
96
86
98
103
97
94
85
Kinestetik
Visual
Kinestetik
Visual
Visual
Kinestetik
Visual
Visual
Kinestetik
Auditorial
Auditorial
Auditorial
Visual
Visual
Visual
Visual
Auditorial
Visual
Visual
Auditorial
Visual
Kinestetik
Visual
Auditorial
155
Lampiran 8
HASIL PERHITUNGAN ANALISIS DESKRIPTIF
Perhitungan Kategori Indikator Variabel Gaya Belajar Siswa (X)
a) Gaya Belajar Visual
1) Belajar dengan cara visual
a. Menghitung skor tertinggi dengan rumus:
Skor tertinggi
= skor tertinggi x jumlah butir pernyataan
=4x2
=8
b. Menghitung skor terendah dengan rumus:
Skor terendah
= skor terendah x jumlah butir pernyataan
=1x2
=2
c. Menetapkan jumlah kelas = 4
d. Menentukan jarak interval
Jarak interval
=
=
= 1,5 dibulatkan menjadi 2
Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator belajar
dengan cara visual sebagai berikut:
Jumlah Skor Jawaban
8-9
6–7
4–5
2–3
Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
2) Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar
1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus:
Skor tertinggi
= skor tertinggi x jumlah butir pernyataan
156
=4x2
=8
2. Menghitung skor terendah dengan rumus:
Skor terendah
= skor terendah x jumlah butir pernyataan
=1x2
=2
3. Menetapkan jumlah kelas = 4
4. Menentukan jarak interval
Jarak interval
=
=
= 1,5 dibulatkan menjadi 2
Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator
mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar sebagai berikut:
Jumlah Skor Jawaban
8-9
6–7
4–5
2–3
Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
3) Rapi dan teratur
1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus:
Skor tertinggi
= skor tertinggi x jumlah butir pernyataan
=4x2
=8
2. Menghitung skor terendah dengan rumus:
Skor terendah
= skor terendah x jumlah butir pernyataan
=1x2
=2
3. Menetapkan jumlah kelas = 4
4. Menentukan jarak interval
157
Jarak interval
=
=
= 1,5 dibulatkan menjadi 2
Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator rapi
dan teratur sebagai berikut:
Jumlah Skor Jawaban
8-9
6–7
4–5
2–3
Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
4) Tidak terganggu dengan keributan
1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus:
Skor tertinggi
= skor tertinggi x jumlah butir pernyataan
=4x2
=8
2. Menghitung skor terendah dengan rumus:
Skor terendah
= skor terendah x jumlah butir pernyataan
=1x2
=2
3. Menetapkan jumlah kelas = 4
4. Menentukan jarak interval
Jarak interval
=
=
= 1,5 dibulatkan menjadi 2
Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator tidak
terganggu dengan keributan sebagai berikut:
158
Jumlah Skor Jawaban
8-9
6–7
4–5
2–3
Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
5) Sulit menerima instruksi verbal
1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus:
Skor tertinggi
= skor tertinggi x jumlah butir pernyataan
=4x2
=8
2. Menghitung skor terendah dengan rumus:
Skor terendah
= skor terendah x jumlah butir pernyataan
=1x2
=2
3. Menetapkan jumlah kelas = 4
4. Menentukan jarak interval
Jarak interval
=
=
= 1,5 dibulatkan menjadi 2
Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator sulit
menerima instruksi verbal sebagai berikut:
Jumlah Skor Jawaban
8–9
6–7
4–5
2–3
Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Tidak Baik
b) Gaya belajar auditorial
1) Belajar dengan cara mendengar
1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus:
Skor tertinggi
= skor tertinggi x jumlah butir pernyataan
159
=4x2
=8
2. Menghitung skor terendah dengan rumus:
Skor terendah
= skor terendah x jumlah butir pernyataan
=1x2
=2
3. Menetapkan jumlah kelas = 4
4. Menentukan jarak interval
Jarak interval
=
=
= 1,5 dibulatkan menjadi 2
Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator belajar
dengan cara mendengar sebagai berikut:
Jumlah Skor Jawaban
8-9
6–7
4–5
2–3
Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
2) Baik dalam aktivitas lisan
1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus:
Skor tertinggi
= skor tertinggi x jumlah butir pernyataan
=4x2
=8
2. Menghitung skor terendah dengan rumus:
Skor terendah
= skor terendah x jumlah butir pernyataan
=1x2
=2
3. Menetapkan jumlah kelas = 4
4. Menentukan jarak interval
160
Jarak interval
=
=
= 1,5 dibulatkan menjadi 2
Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator baik
dalam aktivitas lisan sebagai berikut:
Jumlah Skor Jawaban
8-9
6–7
4–5
2–3
Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
3) Memiliki kepekaan terhadap musik
1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus:
Skor tertinggi
= skor tertinggi x jumlah butir pernyataan
=4x2
=8
2. Menghitung skor terendah dengan rumus:
Skor terendah
= skor terendah x jumlah butir pernyataan
=1x2
=2
3. Menetapkan jumlah kelas = 4
4. Menentukan jarak interval
Jarak interval
=
=
= 1,5 dibulatkan menjadi 2
Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator
memiliki kepekaan terhadap musik sebagai berikut:
Jumlah Skor Jawaban
8–9
6–7
Kategori
Sangat Baik
Baik
161
4–5
2–3
Cukup Baik
Kurang Baik
4) Mudah terganggu dengan keributan
1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus:
Skor tertinggi
= skor tertinggi x jumlah butir pernyataan
=4x1
=4
2. Menghitung skor terendah dengan rumus:
Skor terendah
= skor terendah x jumlah butir pernyataan
=1x1
=1
3. Menetapkan jumlah kelas = 4
4. Menentukan jarak interval
Jarak interval
=
=
= 0,75 dibulatkan menjadi 1
Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator
mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar sebagai berikut:
Jumlah Skor Jawaban
4
3
2
1
Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
5) Lemah dalam aktivitas visual
1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus:
Skor tertinggi
= skor tertinggi x jumlah butir pernyataan
=4x3
= 12
2. Menghitung skor terendah dengan rumus:
Skor terendah
= skor terendah x jumlah butir pernyataan
162
=1x3
=3
3. Menetapkan jumlah kelas = 4
4. Menentukan jarak interval
Jarak interval
=
=
= 2,25 dibulatkan menjadi 3
Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator lemah
dalam aktivitas visual sebagai berikut:
Jumlah Skor Jawaban
12 – 14
9 – 11
6–8
3–5
Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
c) Gaya belajar kinestetik
1) Belajar dengan aktivitas fisik
1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus:
Skor tertinggi
= skor tertinggi x jumlah butir pernyataan
=4x1
=4
2. Menghitung skor terendah dengan rumus:
Skor terendah
= skor terendah x jumlah butir pernyataan
=1x1
=1
3. Menetapkan jumlah kelas = 4
4. Menentukan jarak interval
Jarak interval
=
163
=
= 0,75 dibulatkan menjadi 1
Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator belajar
dengan aktivitas fisik sebagai berikut:
Jumlah Skor Jawaban
4
3
2
1
Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
2) Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh
1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus:
Skor tertinggi
= skor tertinggi x jumlah butir pernyataan
=4x2
=8
2. Menghitung skor terendah dengan rumus:
Skor terendah
= skor terendah x jumlah butir pernyataan
=1x2
=2
3. Menetapkan jumlah kelas = 4
4. Menentukan jarak interval
Jarak interval
=
=
= 1,5 dibulatkan menjadi 2
Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator peka
terhadap ekspresi dan bahasa tubuh sebagai berikut:
Jumlah Skor Jawaban
8–9
6–7
4–5
2–3
Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
164
3) Berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus:
Skor tertinggi
= skor tertinggi x jumlah butir pernyataan
=4x3
= 12
2. Menghitung skor terendah dengan rumus:
Skor terendah
= skor terendah x jumlah butir pernyataan
=1x3
=3
3. Menetapkan jumlah kelas = 4
4. Menentukan jarak interval
Jarak interval
=
=
= 2,25 dibulatkan menjadi 3
Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator
berorientasi pada fisik dan banyak bergerak sebagai berikut:
Jumlah Skor Jawaban
12 – 14
9 – 11
6–8
3–5
Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
4) Suka coba-coba dan kurang rapi
1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus:
Skor tertinggi
= skor tertinggi x jumlah butir pernyataan
=4x2
=8
2. Menghitung skor terendah dengan rumus:
Skor terendah
= skor terendah x jumlah butir pernyataan
=1x2
=2
165
3. Menetapkan jumlah kelas = 4
4. Menentukan jarak interval
Jarak interval
=
=
= 1,5 dibulatkan menjadi 2
Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator suka
coba-coba dan kurang rapi sebagai berikut:
Jumlah Skor Jawaban
8–9
6–7
4–5
2–3
Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
5) Menyukai kerja kelompok dan praktik
1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus:
Skor tertinggi
= skor tertinggi x jumlah butir pernyataan
=4x2
=8
2. Menghitung skor terendah dengan rumus:
Skor terendah
= skor terendah x jumlah butir pernyataan
=1x2
=2
3. Menetapkan jumlah kelas = 4
4. Menentukan jarak interval
Jarak interval
=
=
= 1,5 dibulatkan menjadi 2
Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator lemah
dalam aktivitas belajar sebagai berikut:
166
Jumlah Skor Jawaban
8–9
6–7
4–5
2–3
Kategori
Sangat Baik
Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
167
Lampiran 9
KATEGORI SKOR ANGKET GAYA BELAJAR SISWA
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Indikator 1
Skor Kategori
6
B
6
B
4
C
7
B
6
B
5
C
5
C
8
SB
7
B
8
SB
7
B
8
SB
7
B
8
SB
5
C
7
B
7
B
7
B
8
SB
Indikator 2
Skor Kategori
7
B
7
B
6
B
7
B
7
B
7
B
5
C
8
SB
8
SB
8
SB
5
C
7
B
7
B
5
C
5
C
6
B
7
B
6
B
6
B
Indikator 3
Skor Kategori
8
SB
8
SB
8
SB
8
SB
7
B
7
B
8
SB
8
SB
7
B
7
B
8
SB
8
SB
8
SB
7
B
7
B
7
B
8
SB
8
SB
8
SB
Indikator 4
Skor Kategori
6
B
6
B
6
B
8
SB
7
B
5
C
6
B
8
SB
7
B
7
B
7
B
8
SB
7
B
7
B
6
B
7
B
6
B
7
B
6
B
Indikator 5
Skor
Kategori
7
B
7
B
5
C
8
SB
7
B
7
B
6
B
8
SB
7
B
7
B
5
C
7
B
7
B
6
B
6
B
7
B
8
SB
6
B
6
B
168
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
6
7
5
7
4
8
7
7
5
7
8
8
5
7
7
7
7
5
6
6
5
6
8
6
B
B
C
B
C
SB
B
B
C
B
SB
SB
C
B
B
B
B
C
B
B
C
B
SB
B
6
8
5
7
8
8
8
6
4
7
6
7
7
7
8
7
5
6
6
5
3
5
5
7
B
SB
C
B
SB
SB
SB
B
C
B
B
B
B
B
SB
B
C
B
B
C
K
C
C
B
6
8
8
7
8
6
7
5
8
8
8
8
8
8
7
8
7
5
7
8
8
7
7
8
B
SB
SB
B
SB
B
B
C
SB
SB
SB
SB
SB
SB
B
SB
B
C
B
SB
SB
B
B
SB
4
7
6
6
6
7
6
5
5
6
3
7
5
7
6
8
7
6
7
6
7
5
8
6
C
B
B
B
B
B
B
C
C
B
K
B
C
B
B
SB
B
B
B
B
B
C
SB
B
6
6
5
7
8
7
5
7
6
7
8
6
6
4
7
6
5
8
4
6
7
6
8
7
B
B
C
B
SB
B
C
B
B
B
B
B
B
C
B
B
C
SB
C
B
B
B
SB
B
169
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
No.
Responden
1
2
3
4
5
6
7
7
7
6
8
7
7
7
7
5
8
6
B
B
B
SB
B
B
B
B
C
SB
B
Indikator 1
Skor Kategori
6
B
5
C
7
B
6
B
7
B
6
B
6
B
5
7
6
6
6
7
8
7
7
7
7
C
B
B
B
B
B
SB
B
B
B
B
7
7
5
7
8
8
8
8
8
8
8
B
B
C
B
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
6
6
8
5
7
6
7
4
5
7
6
B
B
S
C
B
B
B
C
C
B
B
Gaya Belajar Auditorial
Indikator 2
Indikator 3
Indikator 4
Skor Kategori Skor Kategori Skor Kategori
8
SB
6
B
4
SB
8
SB
5
C
3
B
6
B
6
B
3
B
7
B
3
K
3
B
8
SB
6
B
4
SB
7
B
7
B
3
B
7
B
5
C
3
B
7
5
7
8
8
6
6
7
8
8
7
B
C
B
SB
SB
B
B
B
SB
SB
B
Indikator 5
Skor Kategori
9
B
11
SB
8
B
9
B
12
SB
10
SB
10
SB
170
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
7
6
6
7
8
6
6
6
7
6
6
7
7
7
7
5
5
6
B
B
B
B
SB
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
C
C
B
6
5
7
6
7
7
6
6
7
6
6
7
7
7
7
7
5
6
B
C
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
B
C
B
7
6
5
7
7
7
5
5
7
7
6
8
6
7
6
7
4
5
B
B
C
B
B
B
C
C
B
B
B
SB
B
B
B
B
C
C
2
3
2
3
4
3
2
2
4
3
1
3
4
4
3
2
2
2
C
B
C
B
SB
B
C
C
SB
B
K
B
SB
SB
B
C
C
C
10
9
8
9
12
11
10
10
11
10
10
11
10
10
11
9
5
9
SB
B
B
B
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
SB
B
K
B
171
No.
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Indikator 1
Skor Kategori
6
B
6
B
6
B
4
C
7
B
6
B
6
B
6
B
5
C
5
C
4
C
8
SB
6
B
6
B
7
B
7
B
Indikator 2
Skor Kategori
7
B
6
B
7
B
6
B
7
B
5
C
7
B
6
B
7
B
5
C
5
C
8
SB
8
SB
7
B
8
SB
7
B
Indikator 3
Skor Kategori
8
SB
6
B
8
SB
8
SB
8
SB
7
B
7
B
8
SB
7
B
8
SB
4
C
8
SB
7
B
7
B
7
B
7
B
Indikator 4
Skor Kategori
6
B
6
B
6
B
6
B
8
SB
6
B
7
B
5
C
5
C
6
B
5
C
8
SB
5
C
7
B
7
B
6
B
Indikator 5
Skor Kategori
7
B
8
SB
7
B
5
C
8
SB
5
C
7
B
6
B
7
B
6
B
6
B
8
SB
5
C
6
B
7
B
8
SB
172
Lampiran 10
KATEGORI NILAI HASIL BELAJAR IPS
No.
Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
Nilai
UTS
86
81
81
74
98
82
81
91
76
78
74
90
89
74
80
94
86
76
86
91
Kategori
BS
BS
BS
B
BS
BS
BS
BS
B
B
B
BS
BS
B
BS
BS
BS
B
BS
BS
No.
Responden
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
Nilai
UTS
89
64
87
74
78
80
74
78
98
80
74
87
90
80
80
81
87
84
72
77
Kategori
BS
C
BS
B
B
BS
B
B
BS
BS
B
BS
BS
BS
BS
BS
BS
BS
B
B
No.
Responden
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
Nilai
UTS
62
75
81
58
65
80
68
61
83
77
65
80
80
70
65
75
83
70
75
52
Kategori
C
B
BS
C
C
BS
B
C
BS
B
C
BS
BS
B
C
B
BS
B
B
K
173
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
90
86
83
70
81
81
93
84
80
70
84
94
BS
BS
BS
B
BS
BS
BS
BS
BS
B
BS
BS
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
80
82
68
74
71
70
89
90
73
83
74
62
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
BS
BS
B
B
B
B
BS
BS
B
BS
B
C
68
74
83
78
68
78
74
86
75
83
75
B
B
BS
B
B
B
B
BS
B
BS
B
Distribusi Nilai Hasil Belajar IPS
Kategori
Baik Sekali
Baik
Cukup
Kurang
Gagal
Nilai
80 – 100
66 – 79
56 – 65
40 – 55
30 – 39
Total
Frekuensi
50
36
8
1
0
Persen (%)
52,63%
37,89%
8,42%
1,05%
0%
Kumulatif Persen
53%
38%
8%
1%
0%
95
100%
100%
174
Lampiran 11
HASIL PERHITUNGAN UJI NORMALITAS
Menghitung harga fh sebagai berikut:
Fh
= 2,7% x 95
= 2,565
=3
= 13,34% x 95 = 12,673 = 13
=33,96% x 95 = 32,262 = 33
= 33,96% x 95 = 32,262 = 33
= 13,34% x 95 =12,673 = 13
= 2,7% x 95
= 2,565
=3
Tabel Penolong untuk Pengujian Normalitas Data Gaya Belajar Siswa
Interval
fo
Fh
(fo - fh)
(fo - fh)2
72 – 78
79 – 85
86 – 92
93 – 99
100 – 106
107 – 113
Total
4
17
27
34
8
5
95
3
13
33
33
13
3
1
4
-6
1
-5
2
1
16
36
1
25
4
0,33
1,23
1,09
0,03
1,92
1,33
5,94
Tabel Penolong untuk Pengujian Normalitas Data Hasil Belajar IPS
Interval
52 – 59
60 – 67
68 – 75
76 – 83
84 – 91
92 – 99
fo
Fh
(fo - fh)
(fo - fh)2
2
7
27
34
20
5
95
3
13
33
33
13
3
-1
-6
-6
1
7
2
1
36
36
1
49
4
1,33
2,76
1,09
0,03
3,76
1,33
9,326
175
Lampiran 12
HASIL UJI LINEARITAS
Gaya Belajar Between Groups
*
Hasil Belajar
Within Groups
Total
ANOVA Table
Sum of
Squares
(Combined)
3718,831
Linearity
2698,121
Deviation from 1020,710
Linearity
3648,790
7367,621
df
Mean
F
Sig.
Square
28 132,815 2,402 ,002
1 2698,121 48,804 ,000
27
37,804
,684 ,862
66
94
55,285
176
Lampiran 13
HASIL UJI KORELASI GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR
IPS
1) Korelasi gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS
Correlations
Gaya Belajar
Pearson Correlation
1
Gaya belajar
Sig. (2-tailed)
N
95
Pearson Correlation
,605**
Hasil Belajar
Sig. (2-tailed)
,000
N
95
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil Belajar
,605**
,000
95
1
95
2) Korelasi gaya belajar visual dengan hasil belajar IPS
Visual
Visual
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Hasil Belajar
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Hasil Belajar
,404**
,000
95
95
1
,404**
,00
95
1
95
**. Correlation is significant at the 0.00 level (2-tailed).
3) Korelasi gaya belajar auditorial dengan hasil belajar IPS
Auditorial
Auditorial
Hasil Belajar
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
1
95
,416**
,00
95
**. Correlation is significant at the 0.00 level (2-tailed).
Hasil Belajar
,416**
,000
95
1
95
177
4) Korelasi gaya belajar kinestetik dengan hasil belajar IPS
Kinestetik
Kinestetik
Hasil Belajar
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
1
95
,449**
,00
95
**. Correlation is significant at the 0.00 level (2-tailed).
Hasil Belajar
,449**
,000
95
1
95
178
Lampiran 14
KISI-KISI WAWANCARA SISWA TENTANG GAYA BELAJAR
Variabel
Sub Variabel
Gaya Belajar
Gaya belajar
visual
Gaya belajar
auditorial
Gaya belajar
kinestetik
Indikator
Belajar dengan cara visual
Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar
Rapi dan teratur
Tidak terganggu dengan keributan
Sulit menerima instruksi verbal
Belajar dengan cara mendengar
Baik dalam aktivitas lisan
Memiliki kepekaan terhadap musik
Mudah terganggu dengan keributan
Lemah dalam aktivitas visual
Belajar dengan aktivitas fisik
Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh
Berorientasi pada fisik dan banyak bergerak
Suka coba-coba dan kurang rapi
Menyukai kerja kelompok dan praktik.
Jumlah
No. Butir
Jumlah
Pertanyaan Pertanyaan
1
1
2
1
3
1
4
1
5
1
6
1
7
1
8
1
9
1
10
1
11
1
12
1
13
1
14
1
15
1
15
179
Lampiran 15
SAMPEL WAWANCARA DENGAN SISWA
Narasumber 1
Hari/tanggal
: Selasa, 24 Mei 2016
Narasumber
: Muhammad Nabil
Tempat
: SDN 03 Tumpangkrasak
Pertanyaan
1.
Apakah kamu suka membaca materi IPS?
Iya, saya sering membaca-baca materi IPS di buku paket.
2.
Apakah kamu lebih menghafal materi IPS dengan cara membaca?
Iya, saya menghafal materi IPS dengan membaca buku.
3.
Sebelum pelajaran dimulai, apakah kamu selalu menyiapkan buku dan alat
tulis di meja? Saya selalu menyiapkan buku pelajaran.
4.
Apakah kamu dapat belajar dengan keadaan yang gaduh? Saya masih tetap
dapat belajar walaupun teman saya ribut.
5.
Apakah kamu suka mencatat materi yang dijelaskan oleh guru tanpa disuruh
terlebih dahulu? Setiap guru menjelaskan, saya langsung mencatat materi.
6.
Apakah kamu senang jika guru menjelaskan materi secara lisan? Saya kurang
memahami jika guru menjelaskan materi.
7.
Apakah kamu senang jika guru bercerita padamu? Saya merasa bosan jika
guru hanya bercerita saja.
8.
Jika ada waktu luang apakah kamu suka mendengarkan musik? Saya kurang
menyukai musik
9.
Jika dalam pelajaran ada temanmu yang bermain sendiri, apakah kamu
merasa terganggu? Saya tetap dapat belajar walau teman saya mengganggu,
tapi saya juga merasa kesal.
10. Apakah kamu merasa kesulitan memahami tulisan guru di papan tulis? Ya,
saya agak kesulitan, karena tulisannya kurang jelas.
11. Apakah kamu betah
jika harus duduk berlama-lama mendengarkan
penjelasan guru? Saya merasa capek kalau duduk lama.
180
12. Apakah kamu suka menghafalkan materi sambil berjalan? Saya menghafal
materi dengan duduk.
13. Ketika membaca, apakah kamu suka menggunakan jari sebagai penunjuk?
Kadang-kadang saya menggunakan jari saya saat membaca.
14. Apakah kamu suka mengerjakan soal sebelum disuruh guru? Saya
mengerjakan soal jika disuruh guru.
15. Apakah kamu menyukai kerja kelompok?
Saya lebih suka mengerjakan tugas sendirian, karena jika kerja kelompok
pasti ada teman yang tidak ikut bekerja
181
Narasumber 2
Hari/tanggal
: Rabu, 24 Mei 2016
Narasumber
: Miladia Najwa
Tempat
: SDN 03 Ngembal Kulon
Pertanyaan
1.
Apakah kamu suka membaca materi IPS?
Saya kurang suka kalau disuruh baca buku.
2.
Apakah kamu lebih menghafal materi IPS dengan cara membaca?
Saya sulit mengingat materi IPS kalau hanya membaca saja.
3.
Sebelum pelajaran dimulai, apakah kamu selalu menyiapkan buku dan alat
tulis di meja? Kadang-kadang saya menyiapkan alat tulis saya terlebih
dahulu.
4.
Apakah kamu dapat belajar dengan keadaan yang gaduh? Saya tidak dapat
berkonsentrasi jika kelas ramai.
5.
Apakah kamu suka mencatat materi yang dijelaskan oleh guru tanpa disuruh
terlebih dahulu? Ya kadang-kadang saya melakukannya.
6.
Apakah kamu senang jika guru menjelaskan materi secara lisan? Saya lebih
senang mendengarkan penjelasan guru.
7.
Apakah kamu senang jika guru bercerita padamu? Saya sangat tertarik jika
guru bercerita tentang materi IPS, apalagi bercerita tentang Indonesia.
8.
Jika ada waktu luang apakah kamu suka mendengarkan musik? Ya kalau saya
lagi bosan saya suka mendengarkan musik.
9.
Jika dalam pelajaran ada temanmu yang bermain sendiri, apakah kamu
merasa terganggu? Iya, saya merasa terganggu.
10. Apakah kamu merasa kesulitan memahami tulisan guru di papan tulis?
Kadang-kadang tulisan guru kurang jelas.
11. Apakah kamu betah
jika harus duduk berlama-lama mendengarkan
penjelasan guru? Iya saya merasa betah.
12. Apakah kamu suka menghafalkan materi sambil berjalan? Saya lebih sering
menghafalkan materi sambil duduk.
182
13. Ketika membaca, apakah kamu suka menggunakan jari sebagai penunjuk?
Iya, kadang-kadang saya melakukannya.
14. Apakah kamu suka mengerjakan soal sebelum disuruh guru? Kalau saya lagi
tidak malas, saya akan mengerjakan soa-soal tanpa disuruh guru.
15. Apakah kamu menyukai kerja kelompok?
Saya lebih suka mengerjakan tugas sendiri, tapi jika ada kesulitan saya
bertanya guru atau teman.
183
Lampiran 16
SURAT KETERANGAN VALIDASI PENILAI AHLI
184
185
186
187
Lampiran 17
SURAT IJIN PENELITIAN
188
189
190
191
192
193
194
Lampiran 18
SURAT KETERANGAN MELAKSANAKAN PENELITIAN
195
196
197
198
199
200
201
Lampiran 19
DOKUMENTASI
Gambar 1
Gambar 2
Pada gambar 1 dan 2, peneliti melakukan perkenalan dengan para siswa
Gambar 3
Gambar 4
Pada gambar 3 dan 4, peneliti sedang membagikan angket kepada siswa kelas V
Gambar 5
Gambar 6
Pada gambar 5 dan 6, peneliti menjelaskan petunjuk pengisian angket
202
Gambar 7
Gambar 8
Pada gambar 7 dan 8, siswa sedang mengisi angket gaya belajar
Gambar 9
Gambar 10
Pada gambar 9 dan 10, peneliti mengecek pengisian angket siswa
Gambar 11
Gambar 12
Pada gambar 11 dan 12, peneliti mewancarai siswa tentang gaya belajarnya
Download