HUBUNGAN GAYA BELAJAR SISWA DENGAN HASIL BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS V SDN DI GUGUS WIBISONO KECAMATAN JATI KABUPATEN KUDUS SKRIPSI disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Lina Damayanti 1401412293 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016 i ii iii iv MOTO DAN PERSEMBAHAN Moto Kunci menuju sukses belajar dan bekerja adalah menemukan keunikan gaya belajar dan gaya bekerja Anda sendiri (Barbara Prashnig). Persembahan Skripsi ini penulis persembahkan untuk Ibu dan Ayah tercinta (Ibu Sri Hartini dan Bapak Bambang Suharto) yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doa terindahnya. v PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Gaya Belajar Siswa dengan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”. Skripsi ini merupakan syarat akademis dalam menyelesaikan pendidikan S1 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari hambatan dan rintangan, tetapi berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, kesulitan itu dapat teratasi. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih, kepada: 1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar di Universitas Negeri Semarang; 2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin penelitian; 3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah memberikan bantuan pelayanan khususnya dalam memperlancar penyelesaian skripsi ini; 4. Dra. Sri Susilaningsih, S.Pd., M.Pd., Dosen Pembimbing Utama yang dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan yang berharga serta berbagai wawasan yang baru untuk dipelajari; 5. Drs. H. A. Zaenal Abidin, M.Pd., Dosen Pembimbing Pendamping yang dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan yang berharga serta berbagai wawasan yang baru untuk dipelajari; 6. Dra. Munisah, M.Pd., Dosen Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan dan nasehat sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar; vi 7. Kepala SDN 01 Tumpangkrasak, SDN 02 Tumpangkrasak, SDN 03 Tumpangkrasak, SDN 01 Ngembal Kulon, SDN 02 Ngembal Kulon, SDN 03 Ngembal Kulon, dan SDN 04 Ngembal Kulon yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian; 8. Seluruh guru dan karyawan serta siswa SDN 01 Tumpangkrasak, SDN 02 Tumpangkrasak, SDN 03 Tumpangkrasak, SDN 01 Ngembal Kulon, SDN 02 Ngembal Kulon, SDN 03 Ngembal Kulon, dan SDN 04 Ngembal Kulon yang telah membantu peneliti melaksanakan penelitian; 9. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Atas bantuan dan pengorbanan yang telah diberikan, semoga mendapat berkah dari Allah SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Semarang, Peneliti vii Agustus 2016 ABSTRAK Damayanti, Lina. 2016. Hubungan Gaya Belajar Siswa dengan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Dra. Sri Susilaningsih, S.Pd., M.Pd. dan Drs. H.A. Zaenal Abidin, M.Pd. Gaya belajar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar IPS siswa. Cara siswa dalam belajar IPS yang berbeda-beda dapat menyebabkan hasil belajar IPS tiap siswa pun berbeda-beda, seperti yang terjadi pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) bagaimanakah gaya belajar siswa kelas V SDN?, (2) adakah hubungan yang positif dan signifikan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada siswa kelas V?, (3) seberapa besar hubungan gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus? Tujuan penelitian ini untuk: (1) mengetahui gaya belajar siswa kelas V, (2) mengetahui adakah hubungan yang positif dan signifikan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada siswa kelas V, dan (3) mengetahui seberapa besar hubungan gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus sebanyak 124 siswa, kemudian peneliti mengambil sampel sebanyak 95 siswa dengan menggunakan teknik pengambilan sampel proportional random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan angket, dokumentasi, dan wawancara. Uji persyaratan analisis menggunakan uji normalitas dan uji linearitas. Setelah data normal dan linearitas, langkah selanjutnya yaitu menghitung korelasi product moment dan koefisien determinasi. Hasil penelitian menunjukkan nilai r hitung (0,605) > r tabel (0,202). Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya belajar dengan hasil belajar IPS siswa kelas V. Keeratan hubungan antara gaya belajar dengan hasil belajar IPS sebesar 36,6%. Simpulan penelitian ini adalah: (1) siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati mayoritas memiliki gaya belajar visual, (2) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus dengan koefisien korelasi sebesar 0,605, dan tingkat keeratan hubungannya sebesar 36,6%. Saran bagi guru maupun orang tua adalah diharapkan guru dan orang tua dapat mengenal gaya belajar yang dimiliki siswa, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar karena disesuaikan dengan gaya belajar siswa. Kata kunci: gaya belajar siswa, hasil belajar, IPS viii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................. ii PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iii PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................. iv MOTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................................ v PRAKATA ............................................................................................................... iv ABSTRAK ............................................................................................................... viii DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xvi DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 8 1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 8 1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................. 11 2.1 Kajian Teori ................................................................................................... 11 2.1.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran ................................................................ 11 2.1.1.1 Pengertian Belajar ......................................................................................... 11 2.1.1.2 Tujuan Belajar ............................................................................................... 12 2.1.1.3 Prinsip-Prinsip Belajar .................................................................................. 14 ix 2.1.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar .................................................. 16 2.1.1.5 Teori-Teori Belajar ........................................................................................ 18 2.1.1.6 Pengertian Pembelajaran ............................................................................... 20 2.1.2 Hakikat Gaya Belajar .................................................................................... 21 2.1.2.1 Pengertian Gaya Belajar ................................................................................ 21 2.1.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Belajar ........................................ 23 2.1.2.3 Macam-Macam Gaya Belajar ........................................................................ 25 2.1.2.4 Karakteristik Gaya Belajar ............................................................................. 28 2.1.2.5 Indikator Gaya Belajar .................................................................................. 32 2.1.2.6 Pentingnya Mengetahui Gaya Belajar Siswa ................................................ 36 2.1.3 Hakikat Hasil Belajar .................................................................................... 38 2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar ................................................................................ 38 2.1.4 Pembelajaran IPS di SD ................................................................................ 42 2.1.4.1 Pengertian IPS ............................................................................................... 42 2.1.4.2 Ruang Lingkup IPS ....................................................................................... 43 2.1.4.3 Tujuan IPS ..................................................................................................... 46 2.1.4.4 Karakteristik Pendidikan IPS di SD .............................................................. 49 2.1.5 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ............................................................... 50 2.1.6 Hubungan Gaya Belajar dengan Hasil Belajar .............................................. 53 2.2 Kajian Empiris ............................................................................................... 54 2.3 Kerangka Berpikir ......................................................................................... 60 2.4 Hipotesis ........................................................................................................ 61 x BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 63 3.1 Jenis dan Desain Penelitian ........................................................................... 63 3.2 Prosedur Penelitian ........................................................................................ 64 3.3 Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian .......................................................... 67 3.4 Populasi dan Sampel Penelitian .................................................................... 67 3.4.1 Populasi Penelitian ........................................................................................ 67 3.4.2 Sampel Penelitian .......................................................................................... 68 3.5 Variabel Penelitian ........................................................................................ 70 3.5.1 Variabel Bebas atau Independent Variable (X) ............................................. 70 3.5.2 Variabel Terikat atau Dependent Variable (Y) ............................................. 71 3.6 Definisi Operasional ...................................................................................... 71 3.6.1 Variabel Gaya Belajar Siswa ......................................................................... 71 3.6.2 Variabel Hasil Belajar IPS ............................................................................ 71 3.7 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 72 3.7.1 Kuesioner/Angkat .......................................................................................... 72 3.7.2 Dokumentasi .................................................................................................. 73 3.7.3 Wawancara .................................................................................................... 73 3.8 Instrumen Penelitian ...................................................................................... 74 3.8.1 Uji Coba Instrumen ........................................................................................ 77 3.8.1.1 Uji Validitas .................................................................................................. 77 3.8.1.2 Uji Reliabilitas ............................................................................................... 79 3.9 Analisis Data ................................................................................................. 80 3.9.1 Analisis Statistik Deskriptif .......................................................................... 80 xi 3.9.1.1 Deskripsi Data Gaya Belajar Siswa .............................................................. 80 3.9.1.2 Deskripsi Hasil Belajar IPS ........................................................................... 82 3.9.2 Analisis Data Awal ........................................................................................ 83 3.9.2.1 Uji Normalitas ............................................................................................... 83 3.9.2.2 Uji Linearitas ................................................................................................. 84 3.9.3 Analisis Data Akhir ....................................................................................... 85 3.9.3.1 Uji Product Moment ...................................................................................... 85 3.9.3.2 Uji Koefisien Determinasi ............................................................................. 86 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 88 4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian ..................................................................... 88 4.1.1 Subjek Penelitian ........................................................................................... 88 4.1.2 Deskripsi Data Gaya Belajar Siswa .............................................................. 88 4.1.3 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS .................................................................. 104 4.1.4 Hasil Analisis Data Awal .............................................................................. 106 4.1.4.1 Uji Normalitas Data ...................................................................................... 106 4.1.4.2 Uji Linearitas Data ........................................................................................ 106 4.1.5 Hasil Analisis Data Akhir ............................................................................. 107 4.1.5.1 Analisis Korelasi ........................................................................................... 107 4.1.5.2 Uji Koefisien Determinasi ............................................................................. 111 4.2 Pembahasan .................................................................................................. 111 4.2.1 Pemaknaan Hasil Temuan ............................................................................. 111 4.3 Implikasi Hasil Penelitian ............................................................................. 119 xii BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 121 5.1 Simpulan ........................................................................................................ 121 5.2 Saran .............................................................................................................. 121 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 123 LAMPIRAN ............................................................................................................. 126 xiii DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Ruang Lingkup Materi IPS Kelas V Semester 2 ...................................... 45 Tabel 3.1 Populasi Penelitian .................................................................................... 68 Tabel 3.2 Perhitungan Sampel Penelitian ................................................................. 69 Tabel 3.3 Kisi-Kisi Wawancara dengan Siswa tentang Gaya Belajar ...................... 74 Tabel 3.4 Tabel Penskoran Angket Gaya Belajar Siswa ........................................... 76 Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Angket Gaya Belajar Siswa Sebelum Uji Coba ....... 76 Tabel 3.6 Interpretasi Nilai Reliabilitas .................................................................... 80 Tabel 3.7 Kategori Gaya Belajar Siswa .................................................................... 83 Tabel 3.8 Kategori Hasil Belajar IPS ........................................................................ 83 Tabel 3.9 Interpretasi Koefisien Korelasi ................................................................. 86 Tabel 4.1 Sampel Penelitian ...................................................................................... 88 Tabel 4.2 Analisis Statistik Deskriptif Gaya Belajar ................................................ 90 Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Variabel Gaya Belajar ............................................... 91 Tabel 4.4 Distribusi Skor Belajar dengan Cara Visual ............................................. 93 Tabel 4.5 Distribusi Skor Mengingat Apa yang Didengar daripada Apa yang didengar .................................................................................................... 93 Tabel 4.6 Distribusi Skor Rapi dan Teratur .............................................................. 94 Tabel 4.7 Distribusi Skor Tidak Terganggu dengan Keributan ................................ 95 Tabel 4.8 Distribusi Skor Sulit Menerima Instruksi Verbal ..................................... 96 Tabel 4.9 Distribusi Skor Belajar dengan Cara Mendengar ..................................... 97 Tabel 4.10 Distribusi Skor Baik dalam Aktivitas Lisan ........................................... 97 xiv Tabel 4.11 Distribusi Skor Memiliki Kepekaan terhadap Musik ............................. 98 Tabel 4.12 Distribusi Skor Mudah Terganggu dengan Keributan ............................ 99 Tabel 4.13 Distribusi Skor Lemah dalam Aktivitas Visual ...................................... 100 Tabel 4.14 Distribusi Skor Belajar dengan Aktivitas Fisik ....................................... 100 Tabel 4.15 Distribusi Skor Peka terhadap Ekspresi dan Bahasa Tubuh ................... 101 Tabel 4.16 Distribusi Skor Berorientasi pada Fisik dan Banyak Bergerak ............... 102 Tabel 4.17 Distribusi Skor Suka Coba-Coba dan Kurang Rapi ................................ 102 Tabel 4.18 Distribusi Skor Menyukai Kerja Kelompok dan Praktik ........................ 103 Tabel 4.19 Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar IPS ............................................. 104 Tabel 4.20 Distribusi Nilai Hasil Belajar IPS ........................................................... 105 Tabel 4.21 Uji Linearitas Data .................................................................................. 107 Tabel 4.22 Uji Korelasi Gaya Belajar dengan Hasil Belajar IPS .............................. 108 Tabel 4.23 Uji Korelasi Gaya Belajar Visual dengan Hasil Belajar IPS .................. 109 Tabel 4.24 Uji Korelasi Gaya Belajar Auditorial dengan Hasil Belajar IPS ............ 109 Tabel 4.25 Uji Korelasi Gaya Belajar Kinestetik dengan Hasil Belajar IPS ............ 109 xv DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ................................................................................. 61 Gambar 3.1 Desain Penelitian Korelasional ............................................................. 63 Gambar 4.1 Diagram Pengelompokkan gaya Belajar Siswa .................................... 90 Gambar 4.2 Diagram Persentase Gaya Belajar Siswa .............................................. 92 Gambar 4.2 Diagram Distribusi Nilai Hasil Belajar IPS .......................................... 105 xvi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kisi-Kisi Angket Gaya Belajar Siswa (Uji Coba) .................................. 127 Lampiran 2 Uji Coba Angket Gaya Belajar Siswa ................................................... 128 Lampiran 3 Hasil Validitas dan Reliabilitas Angket Gaya Belajar ........................... 132 Lampiran 4 Kisi-Kisi Angket Gaya Belajar Siswa ................................................... 138 Lampiran 5 Angket Gaya Belajar Siswa ................................................................... 139 Lampiran 6 Rekapitulasi Skor Angket Gaya Belajar Siswa ..................................... 143 Lampiran 7 Pengelompokkan Gaya Belajar Siswa ................................................... 152 Lampiran 8 Hasil Perhitungan Analisis Deskriptif ................................................... 155 Lampiran 9 Kategori Skor Angket Gaya Belajar Siswa ........................................... 167 Lampiran 10 Kategori Nilai Hasil Belajar IPS ......................................................... 172 Lampiran 11 Hasil Perhitungan Uji Normalitas ....................................................... 174 Lampiran 12 Hasil Uji Linearitas .............................................................................. 175 Lampiran 13 Hasil Uji Korelasi ................................................................................ 176 Lampiran 14 Kisi-Kisi Wawancara Siswa tentang Gaya Belajar ............................. 178 Lampiran 15 Sampel Wawancara dengan Siswa ...................................................... 179 Lampiran 16 Surat Keterangan Validasi Penilai Ahli ............................................... 183 Lampiran 17 Surat Ijin Penelitian ............................................................................. 187 Lampiran 18 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ........................................ 194 Lampiran 19 Dokumentasi ........................................................................................ 201 xvii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap manusia di dunia ini membutuhkan pendidikan bahkan dimulai sejak manusia itu masih dalam kandungan, karena pendidikan saat ini menjadi kebutuhan pokok yang harus terpenuhi. Seperti yang telah dijelaskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 bab II pasal 4 tentang standar nasional pendidikan yang menjelaskan bahwa standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Dalam mencapai tujuan pendidikan, diperlukan adanya suatu program belajar yang disusun secara sistematis, dan program tersebutlah yang dinamakan kurikulum. Kurikulum sekolah dasar yang berlaku saat ini adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. BSNP (2006: 11) menyatakan bahwa kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. Salah satu mata pelajaran yang dimuat adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). 1 2 Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah mata pelajaran IPS harus mencakup beberapa standar kompetensi dan kompetensi dasar. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tingkat SD/MI tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 yang isinya tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. (BSNP, 2006:173) Jarolimek (dalam Soewarso dan Susila, 2010: 1) menyatakan bahwa IPS mengkaji manusia dalam hubungannya dengan lingkungan sosial dan fisiknya. Nasution (dalam Soewarso dan Susila, 2010: 1) juga menjelaskan bahwa IPS merupakan suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan, yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan fisik maupun dalam lingkungan sosial, dan bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial. IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang cakupan materinya luas, yaitu mencakup konsep maupun teori. Cakupan materi yang luas tersebut, membuat siswa merasa kesulitan mempelajari materi IPS dan akhirnya berdampak pada hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris (Sudjana, 2014:3). Apabila siswa belum mengalami peningkatan dalam bidang kognitif, afektif, ataupun psikomotorik maka siswa belum memperoleh hasil belajar yang maksimal. Faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar pada setiap orang 3 yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor dari luar siswa (ekstern) terdiri dari lingkungan (alam dan sosial) dan instrumental (kurikulum/bahan pelajaran, guru/pengajar, sarana dan fasilitas, administrasi/manajemen). Sedangkan faktor dari dalam (intern) terdiri dari aspek fisiologi (kondisi fisik dan kondisi panca indera) dan aspek psikologi (bakat, minat, kecerdasan, motivasi, kemampuan kognitif). Cara siswa dalam menyerap informasi juga menentukan bagaimana hasil belajar yang diperoleh siswa. Setiap siswa memiliki cara yang berbeda-beda dalam menerima suatu informasi yang disampaikan oleh guru, hal tersebutlah yang menyebabkan hasil belajar setiap siswa berbeda-beda. Cara belajar siswa tersebut sering disebut sebagai gaya belajar. Menurut Gunawan (dalam Ghufron, 2014:11), gaya belajar adalah cara-cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses dan mengerti suatu informasi. Marton, dkk (dalam Ghufron, 2014: 12) berpendapat bahwa kemampuan seseorang untuk mengetahui sendiri gaya belajarnya dan gaya belajar orang lain dalam lingkungannnya akan meningkatkan efektivitasnya dalam belajar, sehingga akan berpengaruh pula terhadap hasil belajarnya. Hasil observasi yang dilakukan di SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar IPS masih kurang optimal, hal tersebut dibuktikan dengan perolehan rata-rata hasil ulangan akhir semester 1 mata pelajaran IPS di SDN 01 Tumpangkrasak yaitu sebesar 69,5. Dari 18 siswa hanya 9 siswa (47%) yang mendapatkan nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 70, sedangkan yang nilainya di bawah KKM 4 ada 10 siswa (53%). Pada SDN 02 Tumpangkrasak diperoleh rata-rata nilai UAS 77, dari 21 siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 15 siswa (71,4%) sedangkan yang nilainya di bawah KKM ada 6 siswa (28,6%). Pada SDN 03 Tumpangkrasak diperoleh rata-rata nilai UAS 70. Dari 18 siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 10 siswa (55,5%) sedangkan yang nilainya di bawah KKM ada 8 siswa (44,5%). Pada SDN 01 Ngembal Kulon diperoleh rata-rata nilai UAS 73. Dari 26 siswa, yang mendapat nilai di atas KKM ada 21 siswa (80,7%) sedangkan yang nilainya di bawah KKM ada 5 siswa (19,3%). Pada SDN 02 Ngembal Kulon diperoleh rata-rata nilai UAS 68, dari 15 siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 7 siswa (46,6%) sedangkan yang nilainya di bawah KKM ada 8 siswa (53,4%). Pada SDN 03 Ngembal Kulon diperoleh rata-rata nilai UAS 73, dari 10 siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 5 siswa (50%) sedangkan yang nilainya di bawah KKM ada 5 siswa (50%). Pada SDN 04 Ngembal Kulon diperoleh rata-rata nilai UAS 70, dari 16 siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 7 siswa (43,75%) sedangkan yang nilainya di bawah KKM ada 9 siswa (56,25%). Ada beberapa masalah yang menyebabkan kurang optimalnya perolehan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus, yaitu antara siswa satu dengan siswa yang lainnya memiliki karakteristik yang berbeda-beda, terutama dalam menyerap suatu informasi yang disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran. Siswa memiliki kesulitan dalam memahami materi pelajaran yang akhirnya berdampak pada hasil belajar mereka, terutama pada mata pelajaran IPS. Menurut penjelasan guru, ada siswa 5 yang sering membuat keributan di dalam kelas, tetapi siswa tersebut memperoleh hasil belajar IPS yang bagus. Ada juga siswa yang terlihat serius memperhatikan tetapi hasil belajar IPS justru kurang bagus. Siswa juga merasa kesulitan menyesuaikan cara belajar mereka dengan cara mengajar guru di sekolah, dalam hal ini metode yang digunakan guru dalam pembelajaran kurang bervariasi, hanya berorientasi pada ceramah dan tanya jawab. Padahal, ada siswa yang lebih suka jika guru menggunakan media gambar, ada siswa yang sangat senang belajar dengan hanya mendengarkan penjelasan dari guru, ada siswa yang senang belajar dengan berdiskusi maupun praktik, bahkan ada juga siswa yang lebih mudah menyerap informasi dengan menggabungkan cara-cara belajar tersebut. Menurut siswa kelas V di SDN 01 Tumpangkrasak, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang dirasa cukup sulit, karena menurut mereka materi IPS memiliki cakupan materi pelajaran yang luas, sehingga siswa merasakan kesulitan dalam memahami dan menguasai materi – materi pelajaran IPS. Siswa tersebut merasa kesulitan menghafal materi IPS dengan cara membaca, ia lebih suka belajar dengan mendengarkan secara langsung penjelasan guru. Namun, ada juga siswa yang lebih suka belajar dengan membaca, siswa merasa kesulitan jika harus mendengarkan penjelasan guru secara langsung. Terdapat beberapa penelitian yang memperkuat penelitian ini dan mengungkap variabel yang hampir sama, diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Khosiyah pada tahun 2012 (Volume 9, No. 1) dalam jurnal 6 Tabularasa PPS UNIMED dengan judul “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa SD Inti No. 060873 Medan”. Hasil penelitian menunjukan bahwa Rata-rata hasil belajar PAI siswa diajar dengan strategi pembelajaran STAD ( X = 29,95) lebih baik daripada rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran ekspositori ( X = 28,62). Hal ini menunjukkan bahwa strategi STAD terbukti efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara keseluruhan baik untuk kelompok siswa dengan gaya belajar visual, auditori maupun kinestetik. Jika diperhatikan lebih lanjut bahwa dalam strategi pembelajaran STAD rata-rata hasil belajar siswa dengan gaya belajar kinestetik ( X = 31,5) lebih tinggi daripada hasil belajar siswa dengan gaya belajar visual ( X = 29,14) maupun siswa dengan gaya belajar auditori ( X = 29,86). Sedangkan pada strategi pembelajaran ekspositori, rata-rata hasil belajar siswa dengan gaya belajar auditori ( X = 30,69) lebih tinggi daripada hasil siswa dengan gaya belajar visual ( X = 26) maupun dengan gaya belajar kinestetik ( X = 29,80). Hal ini menunjukkan bahwa gaya belajar cukup signifikan untuk membedakan hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan semua hipotesis penelitian yaitu: (1) hasil belajar dari siswa dengan gaya belajar visual, auditori dan kinestetik berbeda signifikan, dan (2) terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan gaya belajar dalam memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Penelitian lain juga dilakukan oleh Ni Kade Bintarini, A. A. I. N Marhaeni dan I Wayan Lasmawan pada tahun 2013 dalam jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha (Volume 3, Hal 1-11), dengan judul 7 “Determinasi Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Sumber Belajar Terhadap Gaya Belajar dan Pemahaman Konsep IPS pada Siswa kelas IV SDN Gugus Yudistira Kecamatan Negara.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) gaya belajar dengan pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (Fhitung = 41,467 dengan p < 0,05) ; (2) pemahaman konsep IPS dengan pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (Fhitung = 141,793 dengan p < 0,05) ; (3) gaya belajar dan pemahaman konsep IPS lebih baik secara signifikan yang mengikuti pembelajaran pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (Fhitung = 86,169 dengan p < 0,05). Penelitian yang lainnya dilakukan oleh Soghra Akbarai Chermahini, Ali Ghanbari, Mohammad Ghanbari pada tahun 2013 dengan judul “Learning Styles and Academic Performence of Students in English as a Second-Language Class in Iran”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara gaya belajar dan kinerja dalam tes bahasa Inggris. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya belajar dapat dianggap sebagai prediktor yang baik dari setiap kinerja akademik bahasa kedua, dan itu harus diperhitungkan untuk meningkatkan hasil siswa khusus dalam belajar dan mengajarkan bahasa kedua, dan juga menunjukkan bahwa perbedaan individu dalam gaya belajar memainkan peran penting dalam domain ini. 8 Berdasarkan uraian di atas, peneliti sudah melakukan penelitian guna mengetahui hubungan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS. Peneliti akan mengangkat judul penelitian “Hubungan Gaya Belajar Siswa dengan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus”. 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : 1) Bagaimanakah gaya belajar siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus? 2) Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus? 3) Seberapa besarkah hubungan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui gaya belajar siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. 9 2) Untuk mengetahui hubungan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. 3) Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. 1.4 MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.4.1 Manfaat Teoritis 1) Penelitian ini memberikan tambahan ilmu pengetahuan tentang keanekaragaman gaya belajar siswa. 2) Penelitian ini juga dapat dijadikan referensi baik hanya sebagai bacaaan ataupun sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya. 3) Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi yang ilmiah bagi mahasiswa yang tertarik dengan keanekaragaman gaya belajar siswa. 1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Bagi Siswa Siswa menjadi lebih tahu dengan gaya belajarnya, sehingga mereka lebih mudah mencerna pelajaran yang diberikan oleh guru. 1.4.2.2 Bagi Guru Menambah pengetahuan guru tentang hubungan gaya belajar siswa dengan 10 hasil belajar siswa. 1.4.2.3 Bagi Orang Tua Orang tua dapat mengetahui gaya belajar anak dan mengarahkan anak ketika belajar di rumah agar hasil belajar anak optimal sesuai dengan yang diharapkan. 1.4.2.4 Bagi Peneliti Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan gaya belajar dan hasil belajar. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Hakikat Belajar dan Pembelajaran Jika kita berbicara tentang pendidikan, maka satu kata yang terlintas dalam pikiran kita adalah belajar. Inti dari proses pendidikan adalah belajar dan pembelajaran. Belajar dan pembelajaran merupakan suatu istilah yang sudah tidak asing bagi kita, terutama bagi seorang pelajar. Belajar adalah suatu kegiatan untuk mencapai perubahan perilaku, sedangkan pembelajaran adalah proses interaksi. 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu kata yang sudah akrab di semua lapisan masyarakat. Bagi para pelajar, kata belajar merupakan kata yang sudah tidak asing lagi, bahkan sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal. Seseorang belajar tidak hanya untuk meningkatkan pengetahuan saja, tetapi juga untuk mengembangkan keterampilan maupun sikapnya. Pengalaman merupakan hal yang sangat berarti dalam kegiatan belajar, karena seseorang belajar didasarkan pada pengalaman pribadi seseorang tersebut, hal tersebut didukung oleh pendapat Ahmadi dan Widoso Supriyono (2013:128) yang menyebutkan pengertian belajar secara psikologis merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi ke- 11 12 butuhan hidupnya. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor (Djamarah, 2011:13). Sebagian besar masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha pengusaan materi ilmu pengetahuan. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya salah, sebab seperti yang dikatakan Reber (dalam Suprijono, 2013:3) bahwa belajar adalah the process of acquiring knowledge. Belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan. Menurut Gagne (dalam Suprijono, 2013:2) belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Cronbach (dalam Djamarah, 2011:13) menyatakan bahwa “learning shown by change in behavior as a result of experience”. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. 2.1.1.2 Tujuan Belajar Tujuan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi adanya perubahan tingkah laku dari individu yang telah melaksanakan proses belajar. Seseorang belajar bertujuan untuk meningkatkan aspek kognitif, psikomotorik, maupun afektif. Selain itu, melalui kegiatan belajar diharapkan seseorang dapat memperoleh hasil belajar yang baik serta pengalaman hidup. Hal tersebut 13 didukung oleh pendapat Sardiman (2011: 25) yang menyebutkan ada 3 tujuan belajar, yaitu : 1) Untuk mendapatkan pengetahuan Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan tujuan inilah yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan belajar. 2) Penanaman konsep dan keterampilan Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Jadi, soal keterampilan yang bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmani adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitikberatkan pada keterampilan gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, dan keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep. 3) Pembentukan sikap Untuk menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi siswa, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk itu, dibutuhkan keca- 14 kapan dalam mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model. Pembentukan sikap mental dan perilaku siswa, tidak akan terlepas dari soal penanaman nilainilai, transfer of values. Oleh karena itu, guru tidak sekadar pengajar, tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya. Dengan dilandasi nilai-nilai itu, siswa akan tumbuh kesadaran dan kemauannya, untuk mempraktikkan segala sesuatu yang sudah dipelajari. 2.1.1.3 Prinsip - Prinsip Belajar Untuk menciptakan kegiatan belajar mengajar yang menyenangkan, perlu diketahui mengenai prinsip-prinsip belajar. Setiap guru seharusnya dapat menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar, yaitu prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual. Prinsip belajar tersebut dijadikan dasar dalam kegiatan pembelajaran, baik bagi siswa maupun guru dalam upaya mencapai proses belajar mengajar yang berjalan dengan baik. Dimyati dan Mudjiono (2009:42) menyebutkan ada 7 prinsip-prinsip belajar, yaitu: 1) Perhatian dan motivasi Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Selain perhatian, motivasi juga mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajarkarena bersifat mengarahkan aktivitas seseorang. 2) Keaktifan Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk 15 yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mewmpunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. 3) Keterlibatan langsung/berpengalaman Belajar haruslah dilakukan sendiri oleh siswa, belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar melalui pengalaman langsung, siswa tidak sekadar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. 4) Pengulangan Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan dikemukakan oleh teori Psikologi Daya. Menurut teori ini belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. Daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempurna 5) Tantangan Dalam situasi belajar, siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu bahan belajar, maka timbul motif untuk mengatasi hambatan itu, yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan tersebut telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. 16 Agar pada anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang. 6) Balikan dan penguatan Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik tersebut merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar selanjutnya. 7) Perbedaan individual Siswa merupakan individu yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis. Tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifatnya. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran. 2.1.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar Belajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tentunya juga turut mempengaruhi hasil belajar. Syah (2015:145) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi tiga macam, yaitu: 1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa) yaitu keadaan kondisi jasmani dan rohani peserta didik. Faktor internal meliputi aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniyah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniyah). Faktor-faktor rohaniyah yang lebih dianggap esensial yaitu tingkat kecerdasan/ intelegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi. 17 2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yaitu kondisi lingkungan di sekitar peserta didik. Faktor eksternal dibagi menjadi dua yaitu lingkungan sosial (guru, kepala sekolah, staf, teman) dan lingkungan non-sosial (gedung sekolah dan lokasinya, rumah siswa dan lokasinya, alat-alat belajar, kondisi cuaca, serta waktu belajar yang digunakan siswa. 3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning) yaitu jenis upaya belajar yang meliputi strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Djaali (2014:101) bahwa di dalam proses belajar, banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan konsep diri. 1) Motivasi Motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan). 2) Sikap Trow (dalam Djaali, 2014:114) mendefinisikan sikap sebagai suatu kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat. 3) Minat Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Minat dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, 18 dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. 4) Kebiasaan belajar Kebiasaan belajar dapat diartikan sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas, dan pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan. 5) Konsep Diri Konsep diri adalah bayangan seseorang tentang keadaan dirinya sendiri pada saat ini dan bukanlah bayangan ideal dari dirinya sendirisebagaimana yang diharapkan atau disukai oleh individu yang bersangkutan. Ghufron (2014:10) menyatakan bahwa peningkatan hasil belajar dapat dicapai dengan memperhatikan beberapa aspek, baik internal maupun eksternal. Aspek eksternal meliputi bagaimana lingkungan belajar dipersiapkan dan fasilitasfasilitas diberdayakan, sedangkan aspek internal meliputi aspek perkembangan anak dan keunikan personal individu anak (gaya belajar tiap anak). Pendapat dari para ahli tersebut menegaskan bahwa seseorang belajar ditentukan oleh faktor dari dalam dan faktor dari luar diri. 2.1.1.5 Teori-Teori Belajar Slameto (2010: 8) menyebutkan ada beberapa teori belajar yang perlu diketahui, di antaranya yaitu: 1) Teori Gestalt Belajar yang terpenting adalah adanya penyesuaian pertama yaitu memperoleh response yang tepat untuk memecahkan problem yang dihadapi. Belajar yang 19 penting bukan mengulang hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight. Prinsip belajar menurut teori Gestalt adalah belajar berdasarkan keseluruhan; belajar adalah suatu proses perkembangan; siswa sebagai organisme keseluruhan; terjadi transfer; belajar adalah reorganisasi pengalaman; belajar harus dengan insight; dan belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan, dan tujuan siswa. 2) Teori belajar menurut J. Bruner Belajar tidak untuk mengubah tingkah laku seseorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah. Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Tahapan belajar Bruner ada tiga yaitu: tahap enaktif, ikonik, dan simbolik. 3) Teori Belajar dari Piaget Teori kognitif dari Piaget meliputi aspek-aspek struktur intelek yang digunakan untuk mengetahui sesuatu. Piaget menyatakan bahwa perkembangan kognitif bukan hanya hasil kematangan oranisme, bukan pula pengaruh lingkungan semata, melainkan hasil interaksi diantara keduanya. Tahapan perkembangan intelektual anak dibagi dalam 4 periode, yaitu: periode sensori-motor (0-2 tahun), peiode pra-operasional (2-7 tahun), periode operasional konkret (7-11 tahun), dan periode operasional formal (11- dewasa). Teori belajar yang sesuai dengan penelitian ini adalah teori belajar kognitif dari Piaget, karena dalam penelitian ini membahas tentang hasil belajar kognitif siswa kelas V sekolah dasar. Siswa kelas V termasuk ke dalam tahapan perkem- 20 bangan operasional konkret karena berada di usia 7 – 11 tahun. 2.1.1.6 Pengertian Pembelajaran Seseorang yang belajar tidak lepas dari orang yang mengajarkannya. Adanya proses interaksi antara guru dengan siswa saat belajar itulah yang dinamakan pembelajaran. Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Sama halnya dengan pendapat Al-Tabany (2014:19) yang menjelaskan bahwa pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks, pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Makna tersebut menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan siswa, di mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Sisdiknas, 2006:2). Seseorang belajar tentunya memiliki cara sendiri dalam memahami suatu informasi, dan cara belajar itulah yang sering kita kenal sebagai gaya belajar. Tidak semua orang memiliki cara yang sama dalam menyerap informasi, mereka memiliki cara yang unik dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. 21 2.1.2 Hakikat Gaya Belajar Siswa merupakan individu yang unik, karena mereka memiliki cara yang berbeda-beda dalam menangkap suatu informasi. Setiap siswa memiliki gaya tersendiri dalam belajar untuk memudahkannya dalam menyerap suatu pembelajaran. Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengertian gaya belajar, macam-macam gaya belajar, karakteristik gaya belajar, pentingnya memahami gaya belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi gaya belajar, indikator gaya belajar, serta pentingnya mengetahui gaya belajar siswa. 2.1.2.1 Pengertian Gaya Belajar Akhir-akhir ini timbul pikiran baru yakni, bahwa mengajar itu harus memperhatikan gaya belajar atau learning style siswa. Gaya belajar siswa tersebut merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam belajar. Gaya belajar dapat diartikan sebagai cara yang ditempuh seseorang dalam belajar. Dalam hal ini, belajar diartikan sebagai proses dalam menyerap suatu informasi. Seseorang memiliki cara yang berbeda-beda dalam menyerap suatu informasi. Seperti yang dikemukakan oleh Nasution (2013:93), bahwa gaya belajar yaitu cara ia bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses belajar. Para peneliti menggolongkan berbagai belajar pada siswa menurut kategorikategori sebagai berikut : 1) Setiap siswa belajar menurut cara sendiri yang kita sebut gaya belajar. Guru juga mempunyai gaya mengajar masing-masing. 2) Kita dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrumen tertentu. 3) Kesesuaian gaya mengajar dan gaya belajar mempertinggi efektivitas belajar. 22 Pendapat lain juga dikemukakan oleh Gunawan (dalam Ghufron, 2014:11), bahwa gaya belajar adalah cara-cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses dan mengerti suatu informasi. Susilo, M. Djoko (2010:94) mengemukakan bahwa gaya belajar yaitu suatu cara yang cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi tersebut. Gaya bersifat individual bagi setiap orang, dan untuk membedakan antara orang satu dengan orang lainnya. Dengan demikian, secara umum gaya belajar diasumsikan mengacu pada kepribadian-kepribadian, kepercayaan-kepercayaan, pilihan-pilihan, dan perilaku-perilaku yang digunakan oleh individu untuk membantu anak dalam belajar. Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, kemampuan mengatur dan mengolah informasi (Suparman, 2010:63). Secara umum, ada dua kategori utama tentang bagaimana seseorang belajar, pertama, bagaimana seseorang menyerap informasi dengan mudah (modalitas) dan kedua, bagaimana cara seseorang tersebut mengatur dan mengolah informasi (dominan otak). Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi (De Porter, 2010:110). Antara siswa satu dengan yang lainnya pasti memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Hal tersebut sangat bergantung pada faktor yang mempengaruhi individu itu sendiri, untuk itu siswa harus mampu memahami gaya belajarnya agar siswa dapat memahami informasi yang didapatnya. 23 2.1.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Belajar Gaya belajar merupakan sesuatu yang sangat penting bagi siapapun dalam melaksanakan kegiatan belajarnya, baik di rumah, masyarakat, dan terutama di sekolah. Gaya belajar antara satu siswa dengan siswa lain berbeda, hal tersebut terjadi karena beberapa faktor, baik faktor dari dalam siswa (intern) maupun faktor dari luar siswa (ekstern). Dunn (dalam De Porter, 2010:110) menemukan banyak variabel yang mempengaruhi cara belajar orang, mencakup faktor fisik, emosional, sosiologis, dan lingkungan. Misalnya: (1) seseorang dapat belajar dengan paling baik apabila cahaya terang, sedangkan sebagian yang lain dengan pencahayaan yang suram, (2) ada orang yang belajar secara baik dengan berkelompok, sedangkan yang lain lebih memilih adanya orang tua atau guru yang mendampingi tetapi ada juga yang lebih senang belajar sendiri, (3) sebagian orang memerlukan musik sebagai pangantar belajar, namun ada juga yang belajar dalam keadaan sepi, (4) ada orang-orang yang memerlukan lingkungan belajar yang rapi dan teratur, tetapi ada juga yang suka menggelar segala sesuatunya agar semua dapat terlihat. Ketika belajar siswa pelu berkonsentrasi dengan baik. Untuk bisa berkonsentrasi dengan baik, maka perlu adanya lingkungan yang mendukung kegiatan belajar siswa. Berikut ini faktor lingkungan yang mempengaruhi konsentrasi belajar siswa adalah : a) Suara Tiap orang mempunyai reaksi yang berbeda terhadap suara. Ada yang menyukai belajar sambil mendengarkan musik keras, musik lembut, ataupun 24 nonton TV. Ada juga yang suka belajar di tempat yang ramai, bersama teman, tapi ada juga yang tidak dapat berkonsentrasi jika banyak orang di sekitarnya. Bahkan bagi orang tertentu, musik atau suara apapun akan mengganggu konsentrasi belajar mereka. Mereka memilih belajar tanpa musik atau di tempat yang mereka anggap tenang tanpa suara. Namun, beberapa orang tertentu tidak merasa terganggu baik ada suara ataupun tidak. Mereka tetap dapat berkonsentrasi belajar dalam keadaan apapun. b) Pencahayaan Pencahayaan merupakan faktor yang pengaruhnya kurang begitu dirasakan dibandingkan pengaruh suara. Mungkin karena relatif mudah mengatur pencahayaan sesuai dengan yang dibutuhkan. c) Temperatur Pengaruh temperatur terhadap konsentrasi belajar pada umumnya juga tidak terlalu dipermasalahkan orang. Namun, perlu diketahui bahwa reaksi tiap orang terhadap temperatur berbeda. Ada yang memilih belajar di tempat dingain atau sejuk, sedangkan yang lainnya memilih di tempat yang hangat. d) Desain Belajar Jika sedang belajar yang membutuhkan konsentrasi, ada yang merasa lebih nyaman untuki melakukannya sambil duduk santai di kursi, sofa, tempat tidur, tikar, karpet atau duduk santai di lantai tapi ada juga yang sambil berbaring, berjalan-jalan, memanjat pohon. Ada dua desain belajar yaitu : desain formal dan tidak formal. 25 2.1.2.3 Macam-Macam Gaya Belajar Seseorang belajar menggunakan panca inderanya, terutama indera penglihatan, indera pendengaran, maupun indera peraba. Pada dasarnya, gaya belajar yang cenderung dimiliki siswa berkaitan dengan ketiga indera tersebut, yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat De Porter (2010:112), bahwa ada tiga jenis gaya belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi, yaitu : 1) Gaya belajar visual Seseorang yang memiliki kecenderungan gaya belajar visual lebih senang dengan melihat apa yang sedang ia pelajari. Seseorang akan lebih memahami informasi yang disajikan melalui gambar atau simbol. 2) Gaya belajar auditorial Seseorang yang memiliki kecenderungan gaya belajar auditorial kemungkinan akan belajar lebih baik dengan cara mendengarkan. Mereka menikmati saatsaat mendengarkan apa yang disampaikan oleh orang lain. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi atau pengetahuan. Hal ini berarti bahwa langkah awal dalam belajar siswa harus mendengar, baru kemudian bisa mengingat dan memahami informasi yang diterima. 3) Gaya belajar kinestetik Seseorang yang memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik akan belajar lebih baik apabila terlibat secara fisik dalam kegiatan langsung. Mereka akan belajar apabila mereka mendapat kesempatan untuk memanipulasi media untuk 26 mempelajari informasi baru. Sementara itu, Kolb (dalam Ghufron, 2014:97) menjelaskan ada empat gaya belajar seseorang, yaitu : 1) Gaya diverger Gaya diverger merupakan kombinasi dari perasaan dan pengamatan. Individu dengan tipe diverger unggul dalam melihat situasi konkret dari banyak sudut pandang yang berbeda. Pendekatannya pada setiap situasi adalah mengamati dan bukan bertindak, termasuk perilaku orang lain, diskusi dan sebagainya. Individu seperti ini mempunyai tugas belajar yang menuntut untuk menghasilkan ide-ide (brainstorming), mempelajari hal-hal baru, biasanya juga menyukai isu budaya. Ingin segera mengalami suatu pengalaman, misalnya memecahkan suatu persoalan, dan tidak takut untuk mencoba. Namun cepat bosan jika persoalan membutuhkan waktu yang lama dapat dipahami, dipecahkan, atau diselesaikan. 2) Gaya assimilator Gaya belajar assimilator merupakan kombinasi dari berpikir dan mengamati. Individu dengan tipe assimilator memiliki kelebihan dalam memahami berbagai sajian informasi yang dikumpulkan dari berbagai sumber, dan dipandang dari berbagai perspektif dirangkum dalam suatu format yang logis, singkat, dan jelas. Biasanya individu tipe ini kurang perhatian pada orang lain dan lebih menyukai ide serta konsep yang abstrak. Mereka juga cenderung lebih teoritis, mengasimilasikan fakta ke dalam teori, berpikir dengan objektif, analitis, runtut, sistematis, melakukan pendekatan masalah dengan logika, 27 berusaha benar-benar memahami suatu permasalahan terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan. 3) Gaya konverger Gaya belajar konverger merupakan kombinasi dari berpikir dan berbuat. Individu dengan tipe ini unggul dalam menemukan fungsi praktis dari berbagai ide dan teori. Biasanya mereka mempunyai kemampuan yang baik dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Mereka juga cenderung untuk menyukai tugas-tugas teknis (aplikatif) daripada masalah sosial atau hubungan antarpribadi, karena lebih suka untuk mencoba-coba ide, teori-teori ke dalam suatu aplikasi. 4) Gaya akomodator Gaya belajar akomodator merupakan kombinasi dari perasaan dan tindakan. Individu dengan tipe ini memiliki kemampuan belajar yang baik dari hasil pengamatan nyata yang dilakukannya sendiri. Mereka suka membuat rencana dan melibatkan dirinya dalam berbagai pengalaman baru dan menantang. Mereka cenderung bertindak berdasarkan intuisi atau dorongan hati daripada berdasarkan analisis logis. Penelitian gaya belajar model Witkin, Oltman, Raskin, dan Karp (dalam Ghufron ,2014: 86) menghasilkan dua tipe gaya belajar yang ada pada individu, yaitu: 1) Gaya belajar field dependence Individu yang mempunyai gaya belajar field dependence adalah individu yang mempersepsikan diri dikuasai lingkungan. Contoh individu yang memiliki 28 gaya belajar field dependence adalah ketika individu tersebut naik bus dan ingin membaca buku maka individu tersebut akan merasa terganggu dan kurang berkonsentrasi dengan suasana berisik dan gaduh dalam bus tersebut. 2) Gaya belajar field independence Individu yang mempunyai gaya belajar field independence adalah apabila individu mempersepsikan diri bahwa sebagian besar perilaku tidak dipengaruhi oleh lingkungan. Individu yang memiliki gaya belajar field independence tidak akan merasa terganggu dengan suasana yang gaduh dan berisik. Berdasarkan kenyataan di lapangan, gaya belajar yang biasa dimiliki oleh siswa SD adalah gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik karena gaya belajar tersebut mudah diterapkan oleh siswa SD. Ketiga gaya belajar tersebut berhubungan dengan indera penglihatan, pendengaran, maupun peraba. Seseorang belajar pada dasarnya memanfaatkan ketiga indera tersebut. Dalam penelitian ini, gaya belajar yang akan dibahas adalah gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Tiap gaya belajar siswa pasti memiliki ciri yang khusus, sehingga dapat dibedakan antara gaya belajar yang satu dengan yang lainnya. Berikut ini akan dijelaskan tentang karakteristik dari gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. 2.1.2.4 Karakteristik Gaya Belajar Setiap gaya belajar pasti memiliki karakteristik yang berbeda. Gaya belajar visual lebih menekankan pada indera penglihatan, gaya belajar auditorial menekankan pada indera pendengarannya, sedangkan gaya belajar kinestetik lebih menekankan pada kegiatan secara langsung (praktik). 29 De Porter (2010:116-118) mengemukakan karakteristik dari gaya belajar, yaitu: 1) Gaya belajar visual Gaya belajar visual adalah belajar dengan cara melihat. Ciri-ciri siswa yang kecenderungan belajar adalah: a) selalu rapi dan teratur; b) berbicara dengan cepat; c) teliti pada detail; d) mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi; e) pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka; f) mengingat apa yang dilihat dari pada yang didengar; g) mengingat dengan asosiasi visual; h) pembaca cepat dan tekun; i) suka membaca daripada dibacakan; j) suka mencoret-coret tanpa arti bila sedang berbicara atau mendengar; k) sering menjawab pertanyaan dengan singkat seperti ya dan tidak; l) lebih suka memperagakan dari pada berbicara; m) lebih suka seni daripada musik; n) seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih kata-kata; o) kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan; p) lebih mudah mengingat jika dibantu gambar. 30 2) Gaya belajar auditorial Ciri-ciri seseorang yang memiliki gaya belajar auditorial adalah sebagai berikut: a) berbicara kepada diri sendiri saat bekerja; b) mudah terganggu oleh keributan; c) menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca; d) senang membaca dengan keras dan mendengarkan; e) dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara; f) merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita; g) berbicara dalam irama yang terpola; h) biasanya pembicara yang fasih; i) lebih suka musik daripada seni; j) belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat; k) suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar; l) mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain; m) lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya; n) lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik. 3) Gaya belajar kinestetik Seseorang yang memiliki gaya belajar kinestetik ciri-cirinya adalah sebagai berikut: 31 a) berbicara dengan perlahan; b) menanggapi perhatian fisik; c) menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka; d) berdiri dekat ketika berbicara dengan orang; e) selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak; f) mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar; g) belajar melalui memanipulasi dan praktik; h) menghafal dengan cara berjalan dan melihat; i) menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca; j) banyak menggunakan isyarat tubuh; k) tidak dapat duduk diam untuk waktu lama. Suparman (2010:66-70) mengemukakan strategi untuk mempermudah proses belajar siswa yang bergaya belajar VAK (Visual, Auditori, Kinestetik) adalah sebagai berikut: a) Gaya belajar visual 1) Gunakan materi visual seperti tulisan, gambar-gambar, diagram dan peta. 2) Gunakan warna untuk menandai hal-hal penting. 3) Ajak anak-anak untuk membaca buku-buku berilustrasi. 4) Gunakan multimedia visual seperti komputer dan video. 5) Arahkan anak untuk mencoba mengilustrasikan ide-idenya ke dalam bentuk tulisan atau gambar. b) Gaya belajar auditori 1) Ajak anak untuk ikut berpartisipasi dalam setiap diskusi yang dilakukan 32 secara verbal. 2) Dorong anak untuk membaca materi pelajaran dengan keras. 3) Gunakan musik sebagai background untuk mengajarkan anak. 4) Arahkan anak agar merekam materi pelajarannya ke dalam kaset dan minta dia untuk senantiasa mendengarkannya sebelum tidur. 5) Sebagai orang tua, sebaiknya bantu anak ketika belajar dengan membaca materi pelajarannya atau mengajaknya berdiskusi mengenai materi pelajarannya. c) Gaya belajar kinestetik 1) Jangan paksakan anak untuk belajar sampai berjam-jam. 2) Arahkan anak untuk belajar sambil mengeksplorasi lingkungannya, misalnya belajar menanam dengan cara langsung mempraktikannya. 3) Izinkan anak untuk mengunyah sesuatu, misalnya permen karet saat belajar. 4) Gunakan warna terang untuk menandai hal-hal penting dalam bacaan. 5) Izinkan anak untuk belajar sambil mendengarkan musik, sebab biasanya ketika mereka belajar dengan musik, anggota tubuhnya (misalnya kepala atau kakinya) ikut bergerak mengikuti irama musik. 2.1.2.5 Indikator Gaya Belajar Mengacu pada teori dan ciri-ciri gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik menurut De Porter (2010:116-118), maka dapat dibuat indikator dari ketiga gaya belajar tersebut sebagai berikut: 1) Gaya belajar visual a) Belajar dengan cara visual 33 Mata /penglihatan memiliki peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar. Siswa dapat lebih mudah memahami pelajaran dengan melihat secara langsung proses pembelajaran tersebut, misalnya mereka lebih suka membaca sendiri materi pelajaran daripada dibacakan orang lain. b) Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar Siswa lebih mudah mengingat apa yang mereka lihat, sehingga mereka bisa mengerti tentang posisi, bentuk, angka, maupun warna. c) Rapi dan teratur Siswa yang memiliki gaya belajar visual akan lebih memperhatikan penampilannya. d) Tidak terganggu dengan keributan Siswa yang memiliki gaya belajar visual lebih mengingat apa yang dilihat daripada didengarnya. Mereka tidak terlalu memperhatikan suara yang ada di sekitarnya, sehingga mereka tidak akan merasa terganggu dengan keributan di sekitarnya. e) Sulit menerima instruksi verbal Siswa dengan gaya belajar visual akan mudah lupa dengan sesuatu yang disampaikan secara lisan dan sering kali harus minta bantuan orang lain untuk mengulanginya. 2) Gaya belajar auditorial a) Belajar dengan cara mendengar Siswa yang memiliki gaya belajar auditorial lebih mengandalkan pendengarannya dalam kegiatan belajarnya. Mereka lebih memahami pela- 34 jaran dengan mendengarkan apa yang dikatakan oleh guru. b) Baik dalam aktivitas lisan Siswa bergaya auditorial akan fasih dalam berbicara. Menyukai diskusi dan menjelaskan segala sesuatu dengan panjang lebar. c) Memiliki kepekaan terhadap musik Siswa akan mampu mengingat dengan baik apa yang didengarnya, sehingga dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara. d) Mudah terganggu dengan keributan Siswa yang bergaya auditorial sangat peka terhadap suara-suara yang didengarnya, jadi mereka merasa terganggu jika ada suara di dalam kegiatan belajarnya. e) Lemah dalam aktivitas visual Siswa merasa kesulitan memperoleh informasi yang sifatnya tertulis. 3) Gaya belajar kinestetik a) Belajar dengan aktivitas fisik Siswa dengan gaya belajar kinestetik lebih menyukai belajar sambil bergerak, menyentuh, dan melakukan. Mereka tidak tahan jika harus duduk berlama-lama mendengarkan pelajaran dan merasa bisa belajar dengan baik jika prosesnya disertai dengan kegiatan fisik. b) Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh Siswa lebih mudah menghafal dengan cara melihat gerakan tubuh/fisik sambil berjalan mempraktikannya. c) Berorientasi pada fisik dan banyak bergerak 35 Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca, banyak menggunakan isyarat tubuh, dan lebih menyukai praktik. d) Suka coba-coba dan kurang rapi Belajar melalui memanipulasi dan praktik, kemungkinan tulisannya kurang rapi. e) Menyukai kerja kelompok dan praktik Siswa merasa senang jika guru memintanya untuk kerja kelompok, siswa akan merasa, siswa akan bertanggung jawab dengan tugas kelompoknya. Dari uraian di atas, maka indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui gaya belajar siswa adalah: 1) Gaya belajar visual a) Belajar dengan cara visual, misalnya siswa dapat memahami penjelasan dari guru secara langsung. b) Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar, misalnya siswa dapat mengingat materi dengan melihat penjelasan guru di depan kelas. c) Rapi dan teratur, misalnya siswa merapikan seragamnya setiap saat. d) Tidak terganggu dengan keributan, misalnya siswa tetap dapat belajar meskipun suasana kelas ramai. e) Sulit menerima instruksi verbal, misalnya siswa mudah lupa jika guru hanya menjelaskan materi sekali saja dan tidak diulangi lagi. 2) Gaya belajar auditorial a) Belajar dengan cara mendengar, misalnya siswa dapat memahami materi hanya dengan mendengar penjelasan guru saja. 36 b) Baik dalam aktivitas lisan, misalnya siswa senang jika belajar sambil diskusi. c) Memiliki kepekaan terhadap musik, misalnya siswa belajar sambil mendengarkan musik. d) Mudah terganggu dengan keributan, misalnya siswa tidak dapat berkonsentrasi belajar jika suasana ramai. e) Lemah dalam aktivitas visual, misalnya siswa merasa malas jika disuruh mencatat materi. 3) Gaya belajar kinestetik a) Belajar dengan aktivitas fisik, misalnya siswa senang jika melakukan praktik. b) Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh, misalnya siswa senang menghafalkan materi sambil berjalan. c) Berorientasi pada fisik dan banyak bergerak, misalnya siswa menggunakan jari sebagai penunjuk saat membaca. d) Suka coba-coba dan kurang rapi, misalnya siswa suka mengerjakan soalsoal tanpa disuruh terlebih dahulu. e) Menyukai kerja kelompok dan praktik, misalnya siswa lebih bersemangat jika ia belajar bersama teman-temannya. 2.1.2.6 Pentingnya Mengetahui Gaya Belajar Siswa Mengetahui gaya belajar merupakan hal yang sangat pengting, baik oleh siswa itu sendiri maupun bagi guru. Siswa dapat memaksimalkan kemampuannya dalam belajar guna meningkatkan hasil belajarnya, sedangkan bagi guru, dengan 37 mengetahui gaya belajar masing-masing siswanya akan membantu guru dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswanya. Kemampuan seseorang untuk mengetahui sendiri gaya belajarnya dan gaya belajar orang lain dalam lingkungannya akan meningkatkan afektifitasnya dalam belajar. Honey & Mumford (dalam Ghufron, 2014:138) menjelaskan tentang pentingya individu mengetahui gaya belajarnya masing-masing adalah sebagai berikut : 1) Meningkatkan kesadaran kita tentang aktivitas belajar mana yang cocok atau tidak cocok dengan gaya belajar kita. 2) Membantu menentukan pilihan yang tepat dari sekian banyak aktivitas. Menghindarkan kita dari pengalaman belajar yang tidak tepat. 3) Individu dengan kemampuan belajar efektif yang kurang, dapat melakukan improvisasi. 4) Membantu individu untuk merencanakan tujuan dari belajarnya, serta menganalisis tingkat keberhasilan seseorang. Menurut Montgomery dan Groat (dalam Ghufron, 2014:138) ada beberapa alasan mengapa pemahaman guru terhadap gaya belajar siswa perlu diperhatikan dalam proses pengajaran, yaitu: 1) membuat proses belajar mengajar dialogis; 2) memahami pelajar lebih berbeda; 3) berkomunikasi melalui pesan; 4) membuat proses pengajaran lebih banyak memberi penghargaan; 5) memastikan masa depan dari disiplin-disiplin yang dimiliki siswa. Gaya belajar siswa yang berbeda-beda tentunya akan mempengaruhi hasil 38 belajar siswa. Gaya belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar, apabila siswa belajar sesuai dengan gaya belajarnya maka hasil belajar yang didapat pun baik. 2.1.3 Hakikat Hasil Belajar Pada dasarnya belajar bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif, keterampilan, maupun sikap. Hal tersebut dapat kita lihat dari hasil yang telah kita capai dalam proses belajar. Hasil belajar itulah yang menjadi patokan apakah siswa tersebut sudah mencapai kemampuan belajar dengan baik atau belum. Melalui hasil belajar tersebut, guru dapat mengetahui kemampuan dari tiap siswanya. Sehingga guru dapat memaksimalkan diri dalam proses pembelajaran. 2.1.3.1 Pengertian Hasil Belajar Seseorang belajar bertujuan untuk mencapai hasil belajar yang baik. Hasil belajar merupakan hal yang berhubungan dengan kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan hasil belajar merupakan suatu pencapaian yang diperoleh siswa dalam proses belajar tersebut. Pencapaian tersebut tidak hanya menyangkut tentang pengetahuan siswa saja, tetapi juga berkaitan dengan sikap dan keterampilan siswa. Hal tersebut didukung oleh pendapat Sudjana (2014:3) yang menyebutkan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne (dalam Suprijono, 2013:5), hasil belajar berupa : 39 1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah, maupun penerapan aturan. 2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengkategorisasi, kemampuan analitis-sintetis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. 3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemmapuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. 4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. 5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan ekternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku. Benjamin Bloom (dalam Poerwanti, 2008:1-23) mengelompokkan kemampuan manusia ke dalam dua ranah (domain) utama, yaitu ranah kognitif dan ranah non-kognitif. Ranah non-kognitif dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu ranah afektif dan ranah psikomotorik. Setiap ranah diklasifikasikan secara berjenjang mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. 40 1) Ranah Kognitif Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang, yaitu: pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), evaluasi, dan kreasi. Dalam pembelajaran IPS, hasil belajar kognitif lebih menekankan pada aspek pengetahuan dan berkenaan dengan hasil belajar intelektual. Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat sampai pada kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPS di SD ini bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan sehari-hari, setelah memiliki pengetahuan yang cukup, barulah siswa tersebut dapat mengembangkan sikap maupun keterampilannya. 2) Ranah Afektif Ranah afektif diartikan sebagai internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah yang terjadi bila individu menjadi sadar tentang nilai yang diterima dan kemudian mengambil sikap sehingga kemudian menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah lakunya. Jenjang kemampuan dalam ranah afektif, yaitu: menerima (receiving), menjawab ( responding ), menilai (valuing), dan organisasi (organization). Hasil belajar afektif lebih menekankan pada penilaian sikap siswa dalam suatu pembelajaran. Penanaman sikap melalui pembelajaran IPS tidak terlepas dari mengajarkan nilai dan sisten nilai yang berlaku di masyarakat. Strategi 41 pembelajaran nilai dan sistem nilai pada IPS bertujuan untuk membina dan mengembangkan sikap mental yang baik. Sikap yang harus dikembangkan dalam pembelajaran IPS adalah sikap menghargai, tenggang rasa, jujur, adil, demokratis, bertanggung jawab, penghargaan terhadap alam, penghormatan kepada Sang Pencipta, dll. 3) Ranah Psikomotor Ranah psikomotor berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagianbagiannya mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Tingkatan domain dalam ranah psikomotorik yaitu: gerakan refleks, gerakan dasar (basic fundamental movements), gerakan persepsi (perceptual abilities), gerakan kemampuan fisik (physical abilities), gerakan terampil (skilled movements), gerakan indah dan kreatif (non-discursive communication). Hasil belajar psikomotorik lebih menekankan pada aspek keterampilan dan kemampuan bertindak setelah menerima pengalaman belajar. Dalam pembelajaran IPS, keterampilan siswa harus diperhatikan dalam mencapai hasil belajar yang baik, selain itu juga untuk bertahan dengan lingkungan masyarakat. Keterampilan dasar IPS yang dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat adalah keterampilan mental, personal, dan sosial. Pada penelitian ini, hasil belajar yang akan diteliti adalah hasil belajar IPS yang mencakup ranah kognitif, karena dalam penilaian hasil belajar IPS lebih banyak mencakup ranah kognitif. Seseorang yang belajar diharapkan mampu mengembangkan pengetahuan terlebih dahulu, setelah memiliki pengetahuan yang cukup baru dapat mengembangkan sikap maupun keterampilannya. Hasil belajar 42 kognitif lebih menekankan pada aspek pengetahuan dan berkenaan dengan hasil belajar intelektual. Pembelajaran IPS dapat tercapai dengan baik apabila siswa mampu mencapai ranah kognitif dengan baik. Hasil belajar kognitif IPS ini didapat setelah melakukan evaluasi yang berupa tes. 2.1.4 Pembelajaran IPS di SD 2.1.4.1 Pengertian IPS Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang secara resmi mulai dipergunakan di Indonesia sejak tahun 1975 adalah istilah Indonesia untuk pengertian social studiesseperti di Amerika Serikat. Dalam dunia pengetahuan kemasyarakatan atau pengetahuan sosial kita mengenal beberapa istilah seperti ilmu sosial, studi sosial, dan ilmu pengetahuan sosial. Ilmu sosial penekanannya pada keilmuan yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat atau kehidupan sosial. Oleh karena itu, ilmu sosial ini secara khusus dipelajari dan dikembangkan ditingkat pendidikan tinggi. Mackenzie (dalam Ischak, 2004:1.31) mengemukakan bahwa ilmu sosial adalah semua bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya atau dengan kata lain adalah semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat. Jarolimek (dalam Ischak, 2004:1.34) mengisyaratkan bahwa studi sosial lebih bersifat praktis, yaitu memberikan kemampuan kepada anak didik dalam mengelola dan memanfaatkan kekuatan-kekuatan fisik dan sosial dalam menciptakan kehidupan yang serasi. Studi sosial ini juga mempersiapkan anak didik untuk mampu memecahkan masalah sosial dan memiliki keyakinan akan 43 kehidupan masa mendatang. Sedangkan menurut Ischak (2004:1.35), studi sosial adalah bidang pengetahuan dan penelaahan gejala dan masalah sosial di masyarakat yang ditinjau dari berbagai aspek kehidupan sosial, dalam usaha mencari jalan keluar dari masalah-masalah tersebut. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di mayarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan (Ischak, 2004:1.36). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta damai. 2.1.4.2 Ruang Lingkup IPS IPS sebagai program pendidikan, tidak hanya menyajikan pengetahuan sosial semata-mata, melainkan harus pula membina peserta didik menjadi warga masyarakat dan warga negara yang memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan bersama dalam arti yang seluas-luasnya. Oleh karena itu siswa yang dibinanya tidak hanya cukup berpengetahuan dan berkemampuan berpikir tinggi, melainkan harus pula memiliki kesadaran yang tinggi serta tanggung jawab yang kuat terhadap kesejahteraan masyarakat, bangsa dan negara. Dengan demikian, pokok bahasan yang disajikan, tidak hanya terbatas pada materi yang bersifat 44 pengetahuan, melainkan juga meliputi nilai-nilai yang wajib melekat pada siswa sebagai warga masyarakat dan warga negara (Sumaatmadja, 2003:1.18). Sebagai bidang pengetahuan, ruang lingkup IPS menjelaskan tentang kehidupan manusia dalam masyarakat atau manusia sebagai anggota masyarakat atau dapat juga dikatakan dalam konteks sosial. Ruang lingkup sebagai pengetahuan jika ditinjau aspek-aspeknya meliputi hubungan sosial, ekonomi, psikologi sosial, budaya, sejarah, geografi, dan aspek politik. Dari ruang lingkup kelompoknya, meliputi keluarga; rukun tetangga; rukun kampung; warga desa; organisasi masyarakat; sampai ke tingkat bangsa. Keluarga dengan skala karakter, fungsi, peranan, kedudukan, dan proses perkembangannya merupakan salah satu ruang lingkup penting IPS. Dalam masyarakat yang bagaimanapun, keluarga yang merupakan segitiga abadi ini selalu ada. Mulai dari keluarga inilah tumbuhnya seseorang menjadi suatu pribadi , dan dalam keluarga ini juga mulai berkembang aspek-aspek kehidupan sosial yang meliputi hubungan sosial, ekonomi, psikologi sosial, budaya, sejarah, geografi serta aspek politik. Sebagai program pendidikan, ruang lingkup IPS juga menjelaskan tentang nilai-nilai yang menjadi karakter program pendidikannnya. Nilai-nilai tersebut mencakup nilai edukatif, nilai praktis, nilai teoritis, nilai filsafat, dan nilai ketuhanan (Sumaatmadja, 2003:1.18). Dalam proses pembelajaran pendidikan IPS, guru harus tetap berpegang pada ruang lingkupnya, yaitu manusia sebagai anggota masyarakat atau manusia dalam konteks sosial. Oleh karena itu, proses tersebut tidak dapat terlepas dari kondisi masyarakat sebagai suatu kenyataan. 45 Secara bertahap dan berkesinambungan, lingkup masyarakat yang menjadi objek formal dalam pembelajaran, mulai dari lingkungan keluarga, para tetangga, kampung, desa, kabupaten, propinsi, dst., sedangkan yang menjadi objek materialnya, meliputi aspek-aspek hubungan sosial, ekonomi, psikologi, budaya, sejarah, geografi dan politik (Sumaatmadja, 2003:1.29). Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut : 1) manusia, tempat, dan lingkungan; 2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan; 3) sistem sosial dan budaya; 4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan (BSNP, 2006: 176). Adapun ruang lingkup materi IPS kelas V semester 2 sesuai KTSP (Permendiknas, 2006: 180) adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Ruang Lingkup Materi IPS Kelas V semester Genap Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 1. Menghargai peranan tokoh 2.1 Mendeskripsikan perjuangan para pejuang dan masyarakat tokoh pejuang pada masa penjajadalam mempersiapkan dan han Belanda dan Jepang. mempertahankan 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. kemerdekaan Indonesia. 2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. 46 Berdasarkan tabel ruang lingkup materi IPS kelas V semester genap, penelitian ini mengkaji pada Kompetensi Dasar 2.1 mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang; 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, dengan indikator-indikator sebagai berikut 2.1.1 menyebutkan tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang; 2.1.2 menceritakan perjuangan tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang; 2.1.3 menerapkan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dalam kehidupan sehari-hari; 2.2.1 menyebutkan tokoh yang berjuang dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia; 2.2.2 menjelaskan beberapa usaha para tokoh dalam rangka mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, 2.2.3 menjelaskan cara menghargai jasa tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. 2.1.4.3 Tujuan IPS Pendidikan IPS bertujuan untuk membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri serta bagi masyarakat dan negara. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, proses mengajar dan membelajarkannya tidak hanya terbatas pada aspek-aspek pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor) saja, melainkan meliputi juga aspek akhlak (afektif) dalam menghayati serta menyadari kehidupan yang penuh dengan masalah, tantangan, hambatan dan persaingan ini. Melalui pendidikan IPS, anak didik dibina dan dikembangkan kemampuan mental-intelektual menjadi warga negara yang 47 berketerampilan dan berkepedulian sosial serta bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila (Sumaatmadja, 2003:1.10). Hamalik (dalam Hidayati, 2008:1.24) merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu: 1) Pengetahuan dan pemahaman Salah satu pengajaran IPS adalah mentransmisikan pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat berupa fakta-fakta dan ide-ide kepada anak. Selain itu juga mengembangkan rasa kontinuitas dan stabilitas, memberikan informasi dan teknik-teknik sehingga mereka dapat ikut memajukan masyarakat sekiarnya. 2) Sikap hidup belajar IPS juga bertujuan untuk mengemnbangkan sikap belajar yang baik. Artinya, dengan belajar IPS anak memiliki kemampuan menyelidiki (inkuiri) untuk menemukan ide-ide, konsep-konsep baru sehingga mereka mampu melakukan perspektif untuk masa yang akan datang. Sikap belajar tersebut diarahkan pada pengembangan motivasi untuk mengetahui, berimajinasi, minat belajar, kemampuan merumuskan masalah dan hipotesis pemecahannya, keinginan melanjutkan eksplorasi IPS sampai ke luar kelas, dan kemampuan menarik kesimpulan berdasarkan data. 3) Nilai-nilai sosial dan sikap Anak membutuhkan nilai-nilai untuk menafsirkan fenomena dunia sekitarnya, sehingga mereka mampu melakukan perspektif.nilai-nilai sosial merupakan unsur penting di dalam pengajaran IPS. Berdasarkan nilai-nilai sosial yang 48 berkembang dalam masyarakat, maka akan berkembang pula sikap-sikap soaial anak. Faktor keluarga, masyarakat, pribadi/tingkah laku guru sendiri besar pengaruhnya terhadap perkembangan nilai-nilai dan sikap anak. Guru dapat mengembangkan sikap anak, misalnya menghormati dan menaati peraturan, mengembangkan rasa tanggung jawab terhadap kesejahteraan masyarakat, mengenal, dan menggunakan sumber-sumber alam dengan sebaik-baiknya, baik kritis dan analitis, dan sebagainya. 4) Keterampilan Anak belajar menggunakan keterampilan dan alat-alat studi sosial, misalnya mencari bukti dengan berpikir ilmiah, keterampilan mempelajari data masyarakat, mempertimbangkan validitas dan relevansi data, mengklasifikasi dan menafsirkan data-data sosial, dan merumuskan kesimpulan. Dengan demikian IPS memperkenalkan siswa bahwa manusia dalam hidup bersama dituntut rasa tanggung jawab sosial. Mereka akan menyadari bahwa dalam hidup bersama itu akan mengahadapi berbagai masalah. Mata pelajaran IPS bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan denagn kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan 49 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (BSNP, 2006: 175). 2.1.4.4 Karakteristik Pendidikan IPS SD Bidang studi IPS merupakan gabungan ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi atau terpadu. Karena IPS terdiri dari disiplin ilmu-ilmu sosial, dapat dikatakan bahwa IPS itu mempunyai ciri-ciri khusus atau karakteristik tersendiri yang berbeda dengan bidang studi lainnya. Hidayati (2008:1-26) mengemukakan karakteristik IPS dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya sebagai berikut: 1) Materi IPS Mempelajari IPS pada hakikatnya adalah menelaah interaksi antara individu dan masyarakat dengan lingkungan (fisik dan sosial-budaya). Materi IPS digali dari segala aspek kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS yang merupakan masyarakat sebagai sumber dan objeknya merupakan suatu bidang ilmu suatu bidang ilmu yang tidak berpijak pada kenyataan. Ada 5 macam sumber materi IPS antara lain: a) Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas seperti negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya. b) Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi, dan transportasi. c) Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai 50 yang terjauh. d) Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh dan kejadian-kejadian yang besar. e) Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, dan keluarga. Masyarakat dan lingkungan memiliki peran yaitu selain menjadi sumber materi IPS juga sekaligus menjadi laboratoriumnya. Pengetahuan konsep, teoriteori IPS yang diperoleh anak di dalam kelas dapat dicocokkan sekaligus dalam kehidupannya sehari-hari di masyarakat. 2) Strategi penyampaian pengajaran IPS Menurut Mukminan (dalam Hidayati, 2008:1-27), strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagian besar adalah didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri),keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti ini disebut “The Wedining Horizon or Expanding Environment Curriculum ”. Tipe kurikulum tersebut, didasarkan pada asumsi bahwa anak pertamatama dikenalkan atau perlu memperoleh konsep yang berhubungan dengan lingkungan terdekat atau diri sendiri. Selanjutnya secara bertahap dan sistematis bergerak dalam lingkungan konsentrasi keluar dari lingkungan tersebut, kemudian mengembangkan kemampuannya untuk menghadapi unsurunsur dunia yang lebih luas. 2.1.5 Karakteristik Siswa Sekolah Dasar 51 Di Indonesia pada saat ini, anak usia SD dimulai dari umur 6 tahun sampai dengan 12 tahun. Secara psikologis, periode ini dikategorikan masa kanak-kanak akhir. Para pendidik menyebut masa tersebut sebagai masa sekolah dasar, sedangkan para psikolog menyebutnya sebagai masa berkelompok atau masa penyesuaian diri. Sesuai dengan pendidikan anak usia sekolah dasar, guru perlu memahami dengan benar sifat dan karakteristik siswa agar dapat mendidik dan mengajar dengan baik, sehingga potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh siswa terbina dan terasah dengan optimal. Hidayati (2008: 1-29) menjelaskan karakteristik siswa SD berdasarkan kelas-kelas yang terdapat di SD. 1) Karakteristik pada masa kelas rendah SD (Kelas 1, 2, dan 3) a. Ada hubungan kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah. b. Suka memuji diri sendiri. c. Apabila tidak dapat menyelesaikan sesuatu, hal itu dianggapnya tidak penting. d. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain dalam hal yang menguntungkan dirinya. e. Suka meremehkan orang lain. 2) Karakteristik pada masa kelas tinggi SD (Kelas 4, 5, dan 6) a. Perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari. b. Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis. c. Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus. d. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah. 52 Menurut Piaget dalam Rifa’i dan Anni (2012 : 32–35), perkembangan kognitif mencakup empat tahap, yaitu : 1) Tahap Sensorimotorik (0-2 tahun). Pada tahap ini bayi menyusun pemahaman dunia dengan mengkordinasikan pengalaman indera (sensori) mereka (seperti melihat dan mendengar) dengan gerakan motorik (otot) mereka (menggapai dan menyentuh). Pada awal tahap ini, bayi hanya memperlihatkan pola reflektif untuk beradaptasi dengan dunia dan menjelang akhir tahap ini bayi menunjukkan pola sensorimotorik yang lebih kompleks. Selama dalam tahap ini, pengetahuan bayi tentang dunia adalah terbatas pada persepsi yang diperoleh dari penginderaannya dan kegiatan motoriknya. 2) Tahap Pra-operasional (2-7 Tahun). Pada tahap ini pemikiran anak bersifat simbolis, egoisentries, dan intuitif, sehingga tidak melibatkan pemikiran operasional. Pemikiran pada tahap ini terbagi menjadi dua sub-tahap, yaitu simbolik dan intutitif. Sub-tahap simbolis (2-4 tahun) yaitu di mana anak secara mental sudah mampu mempresentasikan objek yang tidak nampak dan penggunaan bahasa mulai berkembang ditunjukkan dengan sikap bermain, sehingga muncul egoism dan animism. Sub-tahap intuitif (4-7 tahun) yaitu pada tahap ini anak mulai menggunakan penalaran primitif dan ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan. Disebut intuitif karena anak merasa yakin akan pengetahuan dan pemahaman mereka, namun belum menyadari bagaiamana mereka bisa mengetahui cara-cara yang mereka ingin ketahui. 3) Tahap Operasional Kongkrit (7-11 tahun). Pada tahap ini anak mampu mengoperasikan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda konkrit. 53 4) Tahap Operasional Formal (7-11 tahun). Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak, idealis, dan logis. Pemikiran operasional formal tampak lebih jelas dalam pemecahan problem verbal. Pemikiran ini bisa menjadi fantasi, sehingga mereka seringkali menunjukkan keinginan untuk segera mewujudkan cita-citanya. Menurut Piaget (dalam Hidayati, 2008: 1-29), usia siswa SD (7-12 tahun) berada pada stadium operasional konkrit. Oleh karena itu, guru harus mampu merancang pembelajaran yang dapat membangkitkan siswa, misalnya penggalan waktu belajar tidak terlalu panjang, peristiwa belajar harus bervariasi, dan sajian harus dibuat menarik bagi siswa. Hal ini dilakukan karena perhatian anak pada tingkat usia tersebut masih mudah beralih, artinya dalam jangka waktu tertentu perhatian anak dapat tertarik pada banyak hal, tetapi pada waktu tertentu pula perhatian anak berpindah-pindah. 2.1.6 Hubungan Gaya Belajar dengan Hasil belajar Hasil belajar merupakan suatu pencapaian yang diperoleh siswa dalam proses belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Untuk mengetahui seberapa jauh hasil belajar yang diperoleh siswa, maka diperlukan pengukuran dan penilaian hasil belajar tersebut. Menurut Suryabrata (dalam Ghufron, 2014:10), pengukuran tersebut mencakup segala cara untuk memperoleh informasi mengenai hasil belajar yang dapat dikuantifikasikan. 54 Peningkatan hasil belajar siswa dapat ditentukan beberapa faktor, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal di antaranya adalah bagaimana lingkungan belajar dipersiapkan dan fasilitas-fasilitas diberdayakan, sedangkan aspek internal meliputi aspek perkembangan anak dan keunikan personal individu anak. Setiap siswa memiliki keunikan tersendiri dan antara siswa satu dengan yang lainnya memiliki pengalaman hidup yang berbeda. Dalam kegiatan belajar, siswa memiliki cara yang berbeda-beda dalam memperoleh suatu informasi. Cara siswa dalam menyerap informasi tersebutlah yang dinamakan gaya belajar. Marton dkk. (dalam Ghufron, 2014: 12) berpendapat bahwa kemampuan seseorang untuk mengetahui sendiri gaya belajarnya dan gaya belajar orang lain dalam lingkungannya akan meningkatkan efektivitasnya dalam belajar. Gaya belajar mempunyai peran penting dalam pendidikan. Gaya belajar mempunyai peran penting dalam bidang pendidikan. Berdasarkan hasil dari beberapa riset belajar, Marton ( dalam Ghufron, 2014: 12) dengan mengukuhkan suatu kesimpulan tentang hubungan konsep belajar individu sebagai salah satu usaha yang dilakukan individu untuk belajar, dan hasil usaha individu untuk belajar. Keberadaan dari hubungan tersebut secara spesifik berupa gaya belajar dan pengukuran hasil belajar. Siswa yang dapat memahami gaya belajarnya dan menerapkan gaya belajar yang dimilikinya, maka hasil belajar yang diperoleh akan baik, namun jika siswa tersebut belajar tidak sesuai gaya belajarnya, maka hasil belajar yang diperoleh akan kurang baik. 55 2.2 KAJIAN EMPIRIS Beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan tentang gaya belajar siswa memperkuat peneliti melakukan penelitian serupa. Hasil penelitian tersebut antara lain: 1) Penelitian yang dilakukan oleh Etin Solihatin dalam jurnal ilmiah Mimbar Demokratis (Volume 10, No.1, Tahun 2011). Penelitian ini berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan”. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) hasil belajar PKn pada peserta didik yang memiliki gaya belajar field independent dan mendapatkan strategi pembelajaran Cooperative Learning lebih tinggi daripada peserta didik yang mendapatkan strategi belajar Ekspositori; (2) hasil belajar PKn pada peserta didik yang memiliki gaya belajar field dependent dan mendapat strategi pembelajaran Cooperative Learning lebih rendah daripada peserta didik yang mendapatkan strategi pembelajaran Ekspositori; (3) terdapat pengaruh interaksi antara strategi pembelajaran dan gaya belajar terhadap hasil belajar PKn; (4) terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dengan gaya belajar terhadap hasil belajar PKn. 2) Penelitian yang dilakukan oleh Ramlah, S.Pd., M.Pd., Dani Firmansyah, S. Pd., Hamzah Zubair, S.Si. pada tahun 2014 dalam Jurnal Ilmiah Solusi (Volume 1, No. 3). Penelitian ini berjudul “ Pengaruh Gaya Belajar dan Keaktifan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika (Survey pada SMP Negeri di Kecamatan Klari Kabupaten Karawang)”. Hasil penelitian 56 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan gaya belajar terhadap prestasi belajar matematika, hal ini ditunjukan dengan nilai sig = 0,001 < 0,05. Terdapat pengaruh yang signifikan keaktifan terhadap prestasi belajar matematika, hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung = 13,418 > F tabel = 3, 08, dengan sig= 0,00 < α = 0,05. 3) Penelitian yang dilakukan oleh Nur Oktavianti Lestari, Saur M. Tampubolon, dan Yuyun Elizabeth Patras pada tahun 2015 (Volume 7, No. 2). Penelitian ini berjudul “Analisis terhadap Pola Asuh dan Gaya Belajar Siswa Berprestasi”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh orang tua siswa berprestasi di Sekolah Dasar Negeri Papandayan bersifat demokratis. Subjek menunjukan kombinasi gaya belajar visual, audio, dan kinestetik (gaya belajar vak), namun subjek memiliki kecenderungan pada satu gaya belajar yaitu gaya belajar visual. Prestasi subjek dari kelas I - III dikatakan baik, hal ini dibuktikan dengan nilai raport subjek yang selalu berada di atas batas minimal prestasi belajar. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa seorang siswa berprestasi tidak terlepas dari pola asuh demokratis yang diterapkan orang tua dan gaya belajar visual subjek. 4) Penelitian yang dilakukan oleh Abdul Halim pada tahun pelajaran 2009/2010 dalam jurnal Tabularasa PPS UNIMED (Volume 9, No. 2). Penelitian ini berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMPN 2 Secanggang Kabupaten Langkat”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara strategi pembelajaran terhadap hasil belajar fisika pada α = 5%. Hasil belajar fisika siswa yang diajar 57 dengan tipe STAD lebih tinggi dibandingkan tipe TPS. Ada pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar fisika siswa pada α = 5%. Siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar auditorial memperoleh hasil belajar fisika lebih tinggi dibandingkan siswa dengan gaya belajar visual dan kinestetik. Terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan gaya belajar terhadap hasil belajar fisika siswa, Hasil uji lanjut menggunakan uji Scheffe diketahui bahwa kelompok siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar auditorial memperoleh hasil belajar fisika lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya. 5) Penelitian yang dilakukan oleh Khosiyah pada tahun 2012 dalam jurnal Tabularasa PPS UNIMED (Volume 9, No.1) dengan judul “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa SD Inti No. 060873 Medan”. Hasil penelitian menunjukan bahwa Rata-rata hasil belajar PAI siswa diajar dengan strategi pembelajaran STAD ( X = 29,95) lebih baik daripada rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran ekspositori ( X = 28,62). Hal ini menunjukkan bahwa strategi STAD terbukti efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara keseluruhan baik untuk kelompok siswa dengan gaya belajar visual, auditori maupun kinestetik. Jika diperhatikan lebih lanjut bahwa dalam strategi pembelajaran STAD rata-rata hasil belajar siswa dengan gaya belajar kinestetik ( X = 31,5) lebih tinggi daripada hasil belajar siswa dengan gaya belajar visual ( X = 29,14) maupun siswa dengan gaya belajar auditori ( X = 29,86). Sedangkan pada strategi pembelajaran ekspositori, rata-rata hasil belajar siswa dengan gaya belajar auditori ( X = 30,69) lebih tinggi daripada hasil siswa 58 dengan gaya belajar visual ( X = 26) maupun dengan gaya belajar kinestetik ( X = 29,80). Hal ini menunjukkan bahwa gaya belajar cukup signifikan untuk membedakan hasil belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan semua hipotesis penelitian yaitu: (1) hasil belajar dari siswa dengan gaya belajar visual, auditori dan kinestetik berbeda signifikan, dan (2) terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan gaya belajar dalam memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. 6) Penelitian yang dilakukan oleh Prihma Sinta Utami dan Abdul Gafur pada tahun 2015 dalam jurnal Pendidikan IPS (Volume 2, No.1). Penelitian ini berjudul “Pengaruh Metode Pembelajaran dan Gaya Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar IPS di SMP Negeri di Kota Yogyakarta”. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa: (1) terdapat pengaruh antara gaya belajar terhadap hasil belajar IPS siswa dan hasil belajar dengan metode Think Pair Share lebih tinggi dibandingkan hasil belajar dengan metode Problem-Based Learning pada kelompok gaya belajar visual; (2) hasil belajar dengan metode Think Pair Share lebih tinggi dibandingkan hasil belajar dengan metode Problem-Based Learning pada kelompok gaya belajar auditorial; (3) tidak terdapat pengaruh antara metode pembelajaran dan gaya belajar terhadap hasil belajar IPS. 7) Penelitian yang dilakukan oleh Ni Kade Bintarini, A. A. I. N Marhaeni dan I Wayan Lasmawan pada tahun 2013 dalam jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha (Volume 3, Hal. 1-11), dengan judul “Determinasi Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Sumber Belajar Terhadap Gaya Belajar dan Pemahaman Konsep IPS pada Siswa kelas 59 IV SDN Gugus Yudistira Kecamatan Negara.” Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) gaya belajar dengan pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (Fhitung = 41,467 dengan p < 0,05) ; (2) pemahaman konsep IPS dengan pemanfaatan lingkungan seitar sekolah lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (Fhitung = 141,793 dengan p < 0,05) ; (3) gaya belajar dan pemahaman konsep IPS lebih baik secara signifikan yang mengikuti pembelajaran pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (Fhitung = 86,169 dengan p < 0,05). 8) Penelitian yang lainnya juga dilakukan oleh Soghra Akbarai Chermahini, Ali Ghanbari, Mohammad Ghanbari pada tahun 2013 dengan judul “Learning Styles and Academic Performence of Students in English as a SecondLanguage Class in Iran”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara gaya belajar dan kinerja dalam tes bahasa Inggris. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya belajar dapat dianggap sebagai prediktor yang baik dari setiap kinerja akademik bahasa kedua, dan itu harus diperhitungkan untuk meningkatkan hasil siswa khusus dalam belajar dan mengajarkan bahasa kedua, dan juga menunjukkan bahwa perbedaan individu dalam gaya belajar memainkan peran penting dalam domain ini. 60 9) Penelitian yang dilakukan oleh Mary Wilson dalam Srate Journal (Volume 22, No.1) yang berjudul “Students’ Learning Style Preferences and Teachers’ Instructional Strategies: Correlations Between Matched Styles and Academic Achievement”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel, yaitu antara gaya belajar yang sesuai dengan prestasi akademik siswa. 10) Penelitian yang dilakukan oleh Dr.Oluwatomi M. Alade and Mrs Angela C. Ogbo dalam IOSR Journal of Research & Method in Education (Volume 4, No. 1) yang berjudul “ A Comparative Study of Chemistry Students’ Learning Styles Preferences in Selected Public and Private Schools in Lagos Metropolis”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara preferensi gaya belajar siswa dan kinerja mereka dalam tes kimia di kedua sekolah negeri dan swasta. Gaya belajar visual adalah gaya belajar yang dominan di kalangan siswa di kedua jenis sekolah. Peneliti merekomendasikan bahwa guru kimia harus menggunakan berbagai gaya pengajaran untuk mengakomodasi berbagai gaya belajar siswa mereka. 2.3 KERANGKA BERPIKIR Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda, termasuk dalam kegiatan belajar. Hal tersebut dapat dilihat dari bagaimana cara ia memperoleh suatu informasi dan cara siswa mengolah informasi tersebut. Cara memperoleh informasi tersebutlah yang dinamakan gaya belajar. Setiap siswa memiliki gaya belajarnya sendiri. Kunci menuju kesuksesan 61 adalah dapat menemukan keunikan gaya belajarnya sendiri. Tiap siswa merupakan individu yang unik karena memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Gaya belajar tersebut menjadi salah satu faktor penyebab keberhasilan siswa dalam belajar. Siswa yang mampu belajar dengan menerapkan gaya belajar mereka yang dominan dapat mencapai hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya belajarnya. Apabila siswa dapat mengenali gaya belajarnya, maka siswa tersebut akan lebih mudah dalam menerima pelajaran. Oleh karena itu, saat mengajar guru harus dapat mengenali gaya belajar dari tiap siswanya. Guru harus menggunakan metode dan media yang dapat melayani keunikan gaya belajar siswanya yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik suatu kerangka berpikir seperti berikut ini: Hubungan antara gaya belajar dengan hasil belajar IPS Gaya belajar siswa Gaya belajar visual Gaya belajar auditorial Hasil belajar kognitif IPS Nilai UTS IPS semester genap tahun ajaran 2015/2016 Gaya belajar kinestetik Ada hubungan yang positif dan signifikan antara gaya belajar dengan hasil belajar IPS 62 Gambar 2.1. Kerangka Berpikir 2.4 HIPOTESIS Sugiyono (2013:96) menyatakan bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Berdasarkan latar belakang, kajian teori, dan kerangka berpikir, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 JENIS DAN DESAIN PENELITIAN Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan jenis penelitian korelasi. Menurut Arikunto (2010: 4),penelitian korelasi adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada.Dalam penelitian korelasional ini menggunakan teknik analisis kuantitatif. Penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme. Filsafat positivisme memandang realitas/gejala/fenomena itu dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat (Sugiyono, 2013:14). Penelitian korelasi dengan pendekatan kuantitatif ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati. Bentuk hubungan dalam penelitian ini adalah hubungan kausal, yaitu hubungan yang bersifat sebab akibat, karena ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi) (Sugiyono, 2013:59). Bentuk hubungan penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut: X Y Gambar 3.1 Desain Penelitian Korelasional 63 64 Keterangan: X = Gaya belajar siswa Y = Hasil belajar IPS siswa Selain termasuk penelitian korelasi, penelitian ini juga termasuk penelitian ex post facto karena peneliti melakukan penelitian pada variabel yang sudah terjadi sebelum penelitian dilaksanakan, yaitu variabel gaya belajar siswa serta hasil belajar IPS pada saat Ulangan Tengah Semester 2. Hal ini selaras dengan pendapat Arikunto (2010: 17) bahwa penelitian tentang variabel yang kejadiannya sudah terjadi sebelum penelitian dilaksanakan, disebut penelitian ex post facto. Hasil belajar IPS Ulangan Tengah Semester (UTS) semester 2 dipilih karena soal UTS yang diberikan pada siswa di gugus Wibisono adalah sama. 3.2 PROSEDUR PENELITIAN Arikunto (2010:61) menjelaskan tentang langkah-langkah dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1) Memilih masalah Memilih masalah merupakan langkah awal dalam sebuah penelitian. Masalah yang dipilih peneliti adalah gaya belajar siswa yang turut mempengaruhi hasil belajar IPS di SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus yang berjumlah 7 sekolah dasar. 2) Studi pendahuluan Sebelum mengadakan penelitian yang sesungguhnya, peneliti mengadakan suatu studi pendahuluan, yaitu menjajagi kemungkinan diteruskannya 65 pekerjaan meneliti. Dalam penelitian ini, studi pendahuluan yang dilakukan peneliti adalah memperbanyak membaca referensi teoritis, dan penemuan penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakan. 3) Merumuskan masalah Agar penelitian dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka peneliti harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus mulai, ke mana harus pergi dan dengan apa. 4) Merumuskan anggapan dasar Anggapan dasar adalah sesuatu yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti di dalam melaksanakan penelitinya. Dalam penelitian ini, peneliti beranggapan bahwa terdapat hubungan gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD. a) Hipotesis Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi masih harus dibuktikan, dites, atau diuji kebenarannya. Hipotesis yang ditetapkan peneliti adalah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada siswa Kelas V SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati? 5) Memilih pendekatan Yang dimaksud pendekatan di sini adalah metode atau cara mengadakan penelitian seperti halnya eksperimen atau non-eksperimen. Penentuan 66 pendekatan ini akan sangat menentukan apa variabel atau objek penelitian yang akan ditatap, dan sekaligus menentukan subjek penelitian atau sumber di mana kita akan memperoleh data. Pendekatan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, sampel, non-eksperimen, penelitian korelasi. 6) Menentukan variabel dan sumber data Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel independen dan varibel dependen. Variabel independen atau yang mempengaruhi adalah gaya belajar siswa, sedangkan variabel dependen atau yang dipengaruhi adalah hasil belajar IPS. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. 7) Menentukan dan menyusun instrumen Setelah peneliti mengetahui dengan pasti ada yang akan diteliti dan dari mana data bisa diperoleh, maka langkah yang segera diambil adalah menentukan dengan apa data akan dikumpulkan. Instrumen ini sangat tergantung dari jenis data dan dari mana diperoleh. Instrumen dalam penelitian ini adalah angket. 8) Mengumpulkan data Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan melaui angket dan dokumentasi. 9) Analisis data Data dalam penelitian ini berbentuk data interval, oleh karena itu teknik analisis yang digunakan adalah korelasi Product Moment. 10) Menarik kesimpulan Menarik kesimpulan merupakan langkah terakhir dari kegiatan penelitian. 67 Pekerjaan meneliti telah selesai, dan peneliti tinggal mengambil kesimpulan. 11) Menulis laporan Kegiatan penelitian menuntut agar hasilnya disusun dan ditulis dalam bentuk laporan penelitian agar hasil dan prosedur penelitian tersebut diketahui orang lain, serta dapat mengecek kebenaran dari pekerjaan penelitain tersebut. 3.3 SUBJEK , LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN 3.3.1 Subjek penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati kabupaten Kudus sebanyak 124 siswa. 3.3.2 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati yang terdiri dari 7 SD, yaitu: SDN 1 Tumpangkrasak , SDN 2 Tumpangkrasak, SDN 3 Tumpangkrasak, SDN 1 Ngembal Kulon, SDN 2 Ngembal Kulon, SDN 3 Ngembal Kulon, dan SDN 4 Ngembal Kulon. 3.3.3 Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Juni 2016. 3.4 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.4.1 Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013:117). 68 Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati sebanyak 124 siswa dengan rincian sebagai berikut: Tabel 3.1 Populasi Penelitian No. Nama Sekolah Jumlah Siswa Kelas V 1. SDN 1 Tumpangkrasak 18 2. SDN 2 Tumpangkrasak 21 3. SDN 3 Tumpangkrasak 18 4. SDN 1 Ngembal Kulon 26 5. SDN 2 Ngembal Kulon 15 6. SDN 3 Ngembal Kulon 10 7. SDN 4 Ngembal Kulon 16 Jumlah 124 Sumber: Data Siswa Kelas V SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016 3.4.2 Sampel Penelitian Sugiyono (2013:118) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah teknik Proportional Random Sampling, jumlah anggota sampel yang diambil dari setiap sub-populasi berproporsi sama. Arikunto (2010:182) menjelaskan bahwa teknik pengambilan sampel proporsi atau sampel imbangan ini dilakukan untuk menyempurnakan penggunaan teknik sampel berstrata atau sampel wilayah. Untuk memperoleh sampel yang representatif, pengambilan subjek dari setiap strata atau setiap wilayah ditentukan seimbang atau sebanding dengan banyaknya subjek dalam masing-masing strata atau wilayah. Pada sampel random, peneliti mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama. Penentuan ukuran sampel dari 69 populasi dari penelitian ini menggunakan rumus Slovin. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut Keterangan: n = jumlah sampel N = jumlah populasi d = nilai presisi 95% atau sig = 0,05. (Bungin, 2014: 115) Berdasarkan rumus tersebut, diperoleh jumlah sampel sebagai berikut: = 94,656 (dibulatkan jadi 95) Berdasarkan ukuran sampel di atas, peneliti menentukan perwakilan tiap sekolah dengan menggunakan undian, nomor pada undian yang terambil itulah yang dijadikan sampel. Peneliti mengambil undian sebanyak sampel yang dibutuhkan untuk setiap sub populasi. Adapun rincian jumlah anggota sampel tiap sub-populasi sebagai berikut. No. Nama Sekolah 1. SDN 1 Tumpangkrasak 2. SDN 2 Tumpangkrasak Tabel 3.2 Sampel Penelitian Jumlah Sampel 70 3. SDN 3 Tumpangkrasak 4. SDN 1 Ngembal Kulon 5. SDN 2 Ngembal Kulon 6. SDN 3 Ngembal Kulon 7. SDN 4 Ngembal Kulon Jumlah 95 siswa Sumber: Data penelitian tahun 2016 3.5 VARIABEL PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013:61), variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpualnnya. Variabel dapat diartikan sebagai konsep yang mempunyai nilai. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini, variabel ditetapkan ada dua, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. 3.5.1 Variabel Bebas atau Independent Variable (X) Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (variabel terikat). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu gaya belajar siswayang meliputi gaya belajar visual, gaya belajar auditorial dan gaya belajar kinestetik yang diberikan simbol huruf X. 71 3.5.2 Variabel Terikat atau Dependent Variable (Y) Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS yang diberi simbol huruf Y. 3.6 DEFINISI OPERASIONAL 3.6.1 Variabel Gaya Belajar Siswa Gaya belajar siswa adalah suatu cara yang ditempuh siswa dalam menerima informasi dan mengolah informasi tersebut sehingga siswa memahami materi yang disampaikan oleh guru. Gaya belajar yang dibahas dalam penelitian ini ada tiga macam, yaitu: 1) Gaya belajar visual, yaitu belajar dengan cara melihat. 2) Gaya belajar auditorial, yaitu belajar dengan cara mendengarkan. 3) Gaya belajar kinestetik, yaitu belajar dengan cara bergerak. 3.6.2 Variabel Hasil Belajar IPS Hasil belajar IPS merupakan variabel terikat (variabel yang dipengaruhi). Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi setelah melalui proses belajar, perubahan tingkah laku tersebut mencakup perubahan kognitif, afektif, maupun psikomotorik siswa. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS dalam aspek kognitif yang diperoleh dari nilai ulangan tengah semester genap tahun pelajaran 2015/2016. 72 3.7 TEKNIK PENGUMPULAN DATA 3.7.1 Kuesioner/Angket Menurut Sugiyono (2013: 199), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden. Metode ini digunakan untuk memperoleh data bimbingan gaya belajar siswa Menurut Sutrisno Hadi (dalam Widoyoko, 2015: 34) penggunaan angket sebagai metode pengumpulan data dalam penelitian didasarkan pada anggapan: 1) Bahwa subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri. 2) Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya. 3) Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepadanya adalah sama dengan yang dimaksudkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini, metode angket digunakan untuk memperoleh data tentang gaya belajar siswa. Angket yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk angket langsung, tertutup, dan berskala. Adapun yang dimaksud angket langsung adalah responden diminta menjawab pernyataan dalam angket sesuai dengan keadaan dirinya. Sementara itu yang dimaksud tertutup adalah responden sudah diberi alternatif jawaban dan tinggal memilih jawaban mana yang sesuai dengan dirinya, dan berskala artinya bahwa jawaban yang dipilih mempunyai skala nilai yang berbeda. Pada angket berskala, peneliti menyediakan empat pilihan jawaban 73 yaitu: 1) SL (Selalu) : jika dilakukan 7 kali seminggu 2) SR (Sering) : jika dilakukan 4-6 kali seminggu 3) KD (Kadang-Kadang) : jika dilakukan 1-3 kali seminggu 4) TP (Tidak Pernah) : jika tidak pernah dilakukan sama sekali. 3.7.2 Dokumentasi Menurut Arikunto (2010: 201), dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. Metode dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh hasil nilai UTS IPS semester 2 tahun pelajaran 2015/2016. 3.7.3 Wawancara Wawancara merupakan cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang ditanyakan (Sugiyono, 2015: 191). Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti jawaban apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh responden. Wawancara tersebut dilakukan sebagai pendukung data yang diperoleh dari teknik angket. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan siswa kelas V di SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. Berikut kisi-kisi wawancara dengan siswa tentang gaya belajar siswa. 74 Tabel 3.3 Kisi-Kisi Wawancara dengan Siswa tentang Gaya Belajar Variabel Gaya Belajar Sub Variabel Indikator Belajar dengan cara visual. Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar Gaya Rapi dan teratur belajar Tidak terganggu dengan visual keributan Sulit menerima instruksi verbal Belajar dengan cara mendengar. Baik dalam aktivitas lisan. Gaya Memiliki kepekaan terhadap belajar Musik. auditorial Mudah terganggu dengan keributan. Lemah dalam aktivitas visual. Belajar dengan aktivitas fisik. Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh Gaya Berorientasi pada fisik dan belajar banyak bergerak kinestetik Suka coba-coba dan kurang rapi Menyukai kerja kelompok dan praktik. Jumlah 1 Jumlah Pertanyaan 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 1 10 1 11 1 12 1 13 1 14 1 15 1 No. Butir Pertanyaan 15 3.8 INSTRUMEN PENELITIAN Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam. Dalam melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi, instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur 75 fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian (Sugiyono, 2013:147-148). Instrumen dalam penelitian ini berbentuk angket atau kuesioner yang disusun dengan skala likert. Skala likert digunkan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel, kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang berupa pernyataan atau pertanyaan (Sugiyono, 2013:148). Angket yang dibuat berjumlah 36 pernyataan yang terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Angket yang disusun dengan skala likert pada penelitian ini, subjek hanya diminta untuk memilih jawaban dengan memberi tanda checklist (√) pada pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.Penelitian ini menggunakan skala likert dengan rentang 4 dikarenakan jika menggunakan skala likert dengan rentang 5, seandainya semua responden memiliki kecenderungan memberikan jawaban pada kategori tengah, dengan alasan kemanusiaan, maka peneliti tidak memperoleh informasi yang pasti. Untuk mengatasi hal ini, peneliti membuat tes skala likert dengan menggunakan kategori pilihan genap yaitu rentang 4. Skala ukur dalam penelitian ini yaitu selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor sebagai berikut: 76 Tabel 3.4 Tabel Penskoran Angket Gaya Belajar Siswa Alternatif Jawaban Selalu Sering Kadang-Kadang Tidak Pernah Pernyataan (+) 4 3 2 1 (-) 1 2 3 4 Angket terlebih dahulu dibuat dengan menentukan indikator, yang selanjutnya dirumuskan ke dalam kisi-kisi angket uji coba. Selanjutnya, disusun angket yang akan digunakan. Angket yang telah disusun harus dilakukan uji coba terlebih dahulu. Uji coba dilakukan karena angket tersebut belum merupakan angket yang valid dan reliabel. Uji coba angket diberikan kepada 30 siswa diluar populasi. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kerahasiaan instrumen agar tidak terjadi kebocoran instrumen. Berikut ini kisi-kisi instrumen angket gaya belajar siswa. Tabel 3.5 Kisi-Kisi Instrumen Angket Gaya Belajar Siswa Sebelum Uji Coba No. Butir Sub Jumlah Pernyataan Variabel Indikator Variabel Pernyataan (+) (-) Gaya Belajar dengan cara 1,2 2 Belajar visual Mengingat apa yang dilihat daripada apa 3,4 2 Gaya yang didengar belajar Rapi dan teratur 6,7 5 3 visual Tidak terganggu 8,10 9 3 dengan keributan Sulit menerima 12 11 2 instruksi verbal Belajar dengan cara Gaya 13 14 2 mendengar belajar auditorial Baik dalam aktivitas 15,16 17 3 77 lisan Memiliki kepekaan terhadap musik Mudah terganggu dengan keributan Lemah dalam aktivitas visual Belajar dengan aktivitas fisik Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh Gaya belajar Berorientasi pada fisik kinestetik dan banyak bergerak Suka coba-coba dan kurang rapi Menyukai kerja kelompok dan praktik. Jumlah 18, 19 - 2 20 21 2 22, 24 23 3 - 25,26 2 27, 28 - 2 29, 30, 31 - 3 32 33 2 34, 35 36 3 36 3.8.1 Uji Coba Instrumen 3.8.1.1 Uji Validitas Setelah instrumen penelitian selesai disusun, hal selanjutnya yang dilakukan adalah uji validitas. Hasil penelitian yang valid, bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti (Sugiyono, 2013:172). Arikunto (2013: 211) menjelaskan bahwa validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu alat ukur. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Angket yang digunakan sebagai pengumpul data terlebih dahulu diuji validitasnya, jadi untuk mengukur validitas instrumen angket gaya belajar siswa digunakan rumus Pearson Product. Adapun rumus yang dimaksud adalah: 78 ∑ √{ ∑ ∑ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ } Keterangan: = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X = skor butir Y = skor soal N = jumlah responden uji coba (Eko Putro Widoyoko, 2015: 147) Widoyoko (2014: 156) apabila rxy hitung lebih besar atau sama dengan rxy tabel (rh ≥ rt) berarti korelasi bersifat signifikan, artinya instrumen tersebut dapat dikatakan valid. Begitu juga sebaliknya apabila rxy hitung lebih kecil atau sama dengan rxy tabel (rh ≥ rt) berarti korelasi tidak signifikan kesimpulannya instrumen tersebut tidak valid. Nilai r hitung dihitung menggunakan program Ms. Excel 2007. Instrumen angket diuji cobakan di luar populasi, yaitu di SDN 5 Jepang Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus. Uji coba angket ini dilakukan oleh siswa kelas V yang berjumlah 45 siswa. Untuk jumlah responden sebanyak 45 responden dengan taraf signifikansi 5 %, maka r tabel yang diperoleh adalah 0,294, jadi apabila nilai r hitung > r tabel (0,294) maka butir angket tersebut dikatakan valid, tetapi sebaliknya jika r hitung < r tabel (0,294) maka butir angket tersebut dikatakan tidak valid. Berdasarkan hasil uji coba instrumen angket yang sebanyak 36 butir pernyataan didapat 30 butir pernyataan yang valid. 79 3.8.1.2 Uji Reliabilitas Setelah melakukan validitas instrumen penelitian, tahap selanjutnya adalah mengukur reliabilitas data. Hasil penelitian yang reliabel, bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2013:172-173). Untuk mengetahui reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach yaitu sebagai berikut: { ri = ∑ } Keterangan: k = mean kuadrat antara subjek ∑ = mean kuadrat kesalahan = varians total (Sugiyono, 2012: 365) Rumus untuk varians total dan varians item: = = ∑ - ∑ - keterangan: JKi= jumlah kuadrat seluruh skor item JKs = jumlah kuadrat subjek (Sugiyono, 2012: 365) 80 Nilai r hitung dihitung dengan menggunakan program Ms. Excel 2007. Kriteria uji reliabilitas tersebut yaitu jika probabilitas atau tingkat kesalahan r hitung > r tabel maka instrumen dapat dikatakan reliabel. Setelah didapat 30 butir pernyataan yang valid, langkah selanjutnya yaitu menghitung reliabilitasnya. Untuk jumlah responden sebanyak 45 responden, dengan taraf signifikansi 5 % maka diperoleh r tabel yaitu 0,294, dan dari hasil perhitungan reliabilitas diperoleh r hitung sebesar 0,842 sehingga r hitung > r tabel, jadi dapat dikatakan bahwa instrumen angket gaya belajar siswa tersebut reliabel. Tabel 3.6 Interprestasi Nilai Reliabilitas Besarnya Nilai r Interprestasi Antara 0,800-1,000 Tinggi Antara 0,600-0,800 Cukup Tinggi Antara 0,400-0,600 Agak Rendah Antara 0,200-0,400 Rendah Antara 0,000-0,200 Sangat Rendah 3.9 ANALISIS DATA 3.9.1 Analisis Statistik Deskriptif Sugiyono (2015: 207) mengemukakan bahwastatistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk mengalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku secara umum. Dalam penelitian ini, untuk mengetahui gaya belajar yang dimiliki siswa kelas V SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus ini menggunakan statistik deskriptif. 3.9.1.1 Deskripsi Data Gaya Belajar Siswa Data gaya belajar siswa diperoleh menggunakan teknik angket yang selanjut- 81 nya diolah menggunakan statistik deskriptif. Adapun untuk teknik angket, setiap butir pernyataan diikuti dengan empat alternatif jawaban, yaitu “selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah”, dengan skoring 4, 3, 2, 1 untuk pernyataan positif, sedangkan untuk pernyataan negatif diberi skor 1,2,3,4. Jumlah item pernyataan ada 30 item dengan rincian untuk pernyataan tentang gaya belajar visual ada 10, pernyataan tentang gaya belajar auditorial ada 10, dan untuk pernyataan tentang gaya belajar kinestetik ada 10 item. Setelah data terkumpul, peneliti melakukan skoring (penilaian) terhadap data gaya belajar siswa dengan standar skor yang telah ditentukan. Kemudian disusun dalam tabel hasil angket gaya belajar siswa. Selanjutnya masing-masing data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi skor mean dan tabel nilai distribusi frekuensi. Untuk menghitung sebaran persentase dari frekuensi tersebut dapat digunakan rumus: Keterangan: N = jumlah kejadian Fx = frekuensi individu (Bungin. 2014: 182) Setelah dilakukan penghitungan skor maka dilakukan penggolongan kecenderungan gaya belajar siswa, masing-masing gaya belajar dihitung jumlah siswanya dan dibandingkan dengan jumlah siswa seluruhnya, dilakukan pemberian tingkatan gaya belajar siswa (visual, auditori, dan kinestetik) dan peneliti menggolongkan skor gaya belajar siswa menjadi 4 kategori, yaitu Sangat 82 Baik, Baik, Cukup Baik, Kurang Baik (Widoyoko, 2015: 113). Adapun langkah membuat tabel kategori gaya belajar siswa sesuai dengan pedoman yang dibuat Widoyoko (2015:110) sebagai berikut: 1) Menetapkan skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyatan = 4 x 30 = 120 2) Menetapkan skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan = 1 x 30 = 30 3) Menetapkan jumlah kelas =4 4) Menetapkan jarak interval = = = 22,5 dibulatkan menjadi23 Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori gaya belajar siswa sebagai berikut: Tabel 3.7 Kategori Gaya Belajar Siswa Jumlah skor jawaban Klasifikasi Sikap 99 – 121 Sangat baik 76 – 98 Baik 53 – 75 Cukup Baik 30 – 52 Kurang Baik 3.9.1.2 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS Data hasil belajar IPS yang diperoleh dari hasil ulangan tengah semester 2 83 dideskripsikan berdasarkan kategori yang terdapat dalam buku petunjuk kegiatan akademik IKIP Yogyakarta sebagai berikut: Tabel 3.8 Kategori Hasil Belajar IPS Interval Nilai Kategori 80 – 100 Baik Sekali 66 – 79 Baik 56 – 65 Cukup 40 – 55 Kurang 30 – 39 Gagal Sumber: (Arikunto, 2013: 281) 3.9.2 Analisis Data Awal 3.9.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Penggunaan statistik parametris mensyaratkan bahwa data setiap variabel yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rumus Chi Kuadrat. Langkah-langkah pengujian normalitas data dengan Chi Kuadrat adalah sebagai berikut: 1) Merangkum data seluruh variabel yang akan diuji normalitasnya. Dalam hal ini yang di uji normalitasnya yaitu variabel gaya belajar siswa dan hasil belajar IPS siswa. 2) Menentukan jumlah kelas interval. Dalam hal ini jumlah kelas intervalnya = 6, karena luas kurve normal dibagi menjadi enam, yang masing-masing luasnya adalah 2,7%; 13,34%; 33,96%; 33,96%; 13,34%; 2,7%. 3) Menentukan panjang kelas interval yaitu: (data terbesar – data terkecil) dibagi jumlah kelas interval (6). 84 4) Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi yang sekaligus merupakan tabel penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat 5) Menghitung frekuensi yang diharapkan (fh), dengan cara mengalikan persentase luas tiap bidang kurve normal dengan jumlah anggota sampel. 6) Memasukkan harga-harga fh kedalam tabel kolom fh, sekaligus menghitung harga-harga (fo – fh) dan Harga dan menjumlahkannya. adalah merupakan harga Chi Kuadrat (χh2) hitung. 7) Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat Tabel. Bila harga Chi Kuadrat hitung lebih kecil atau sama dengan harga Chi Kuadrat Tabel (χh2 ≤ χt2), maka distribusi data dinyatakan normal, dan bila lebih besar (>) dinyatakan tidak normal. 3.9.2.2 Uji Linearitas Langkah selanjutnya setelah uji normalitas adalah uji linearitas. Uji linearitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah garis regresi antara variabel X (gaya belajar siswa) dan variabel Y (hasil belajar IPS) membentuk garis linear atau tidak. Jika membentuk garis linear, maka regresi dapat dilanjutkan (Sugiyono, 2016:265). Pada uji linearitas, peneliti menggunakan bantuan program SPSS for Windows Seri 21 dengan langkah-langkah sebagai berikut: klik Analyze – Compare Means – Means. Masukkan variabel gaya belajar siswa (X) dimasukkan pada kotak Independent List. Pilih kotak dialog Options dan mengaktifkan bagian Test for Linearity. Pilih Continue lalu OK (Priyatno, 2010: 73-6). Dua variabel 85 dikatakan memiliki hubungan yang linear, apabila nilai signifikansinya kurang dari 0,05. 3.9.3 Analisis Data Akhir Pada penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis ada tidaknya hubungan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS adalah korelasi product moment dan dilanjutkan dengan menentukan seberapa signifikansi antar variabel dilakukan uji t (uji signifikansi) 3.9.3.1 Uji Product Moment Untuk mengetahui besaran hubungan antara gaya belajar siswa (X) dan hasil belajar IPS siswa (Y) menggunakan rumus korelasi Product moment sebagai berikut: Rumus korelasi Product Moment ∑ √{ ∑ ∑ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ } Keterangan: = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y X = gaya belajar siswa Y = hasil belajar siswa N = jumlah responden pada sampel (Eko Putro Widoyoko, 2015: 147) 86 Berdasarkan dari perhitungan rumus korelasi product moment di atas dapat di jelaskan bahwa untuk taraf kesalahan 5% jika nilai rxy (hitung) lebih besar dibandingkan dengan nilai rxy (tabel) ( rxy (hitung) > rxy (tabel) ), maka hipotesis yang diajukan dapat di terima yaitu ada hubungan yang signifikan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar siswa. Tabel 3.9 Interpretasi Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00-0,199 Sangat Rendah 0,20-0,399 Rendah 0,40-0,599 Sedang 0,60-0,799 Kuat 0,80-1,000 Sangat Kuat 3.9.3.2 Uji Koefisien Determinasi Setelah dilakukan uji korelasi, langkah selanjutnya yaitu melakukan uji koefisien determinasi. Tujuan melakukan uji koefisien determinasi adalah untuk mengetahui tingkat persentase keberpengaruhan atau kontribusi dari variabel X terhadap variabel Y. Rumus yang digunakan dalam uji ini yaitu: KD = r2 x 100% Keterangan: KD = koefisien determinasi (kontribusi variabel X terhadap variabel Y) r2 = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y. (Sugiyono, 2012: 275) 87 Apabila Koefisien Determinasi (KD) yang diperoleh kurang dari 100%, maka sisanya (100% - KD) merupakan kontribusi dari faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 DESKRIPSI DATA HASIL PENELITIAN 4.1.1 Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di sekolah dasar Gugus Wibisonoyang terletak di Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. Subyek dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas V di SDN 1 Tumpangkrasak, SDN 2 Tumpangkrasak, SDN 3 Tumpangkrasak, SDN 1 Ngembal Kulon, SDN 2 Ngembal Kulon, SDN 3 Ngembal Kulon, SDN 4 Ngembal Kulon Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudusdengan sampel berjumlah 95siswa. Rincian sampel penelitian sebagai berikut: No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Tabel 4.1 Sampel Penelitian Nama Sekolah Jumlah Siswa SDN 1 Tumpangkrasak 14 SDN 2 Tumpangkrasak 16 SDN 3 Tumpangkrasak 14 SDN 1 Ngembal Kulon 20 SDN 2 Ngembal Kulon 11 SDN 3 Ngembal Kulon 8 SDN 4 Ngembal Kulon 12 Jumlah 95 Siswa 4.1.2 Deskripsi Data Gaya Belajar Siswa Instrumen gaya belajar pada penelitian ini menggunakan skala likert yang mempunyai pilihan jawaban selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah dengan interval skor 1-4 dengan 30 item pernyataan positif dan negatif.Penskoran 88 89 untuk item pernyataan positifyaitu: selalu dengan skor 4, sering dengan skor 3, kadang-kadang dengan skor 2, dan tidak pernah dengan skor 1, sedangkan untuk penskoran item pernyataan negatif yaitu: selalu diberi skor 1, sering diberi skor 2, kadang-kadang diberi skor 3, dan tidak pernah diberi skor 4. Berdasarkan jawaban siswa pada saat mengisi angket, maka siswa yang tergolong menggunakan gaya belajar visual sebanyak 54 siswa, siswa yang menggunakan gaya belajar auditorial sebanyak 25 siswa, dan siswa yang mengunakan gaya belajar kinestetik sebanyak 16 siswa,selanjutnya dihitung persentase masing-masing gaya belajar. Berikut disajikan cara menghitung persentase gaya belajar siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus: a) Persentase gaya belajar visual = b) Persentase gaya belajar auditorial = c) Persentase gaya belajar kinestetik = . Data persentase gaya belajar siswa akan disajikan dalam bentuk diagram lingkaran seperti berikut: 90 Pengelompokkan Gaya Belajar Siswa Kinestetik 17% Auditorial 26% Visual 57% Visual Auditorial Kinestetik Gambar 4.1 Diagram Pengelompokkan Gaya Belajar Siswa Pada diagram lingkaran, dapat dilihat jika 57% siswa cenderung memiliki gaya belajar visual, 26% siswa cenderung memiliki gaya belajar auditorial, dan 17% siswa cenderung memiliki gaya belajar kinestetik. Setelah mengelompokkan gaya belajar siswa, peneliti akan menggolongkan skor gaya belajar. Berikut disajikan hasil analisis data statistik deskriptif gaya belajar : Tabel 4.2 Analisis Deskriptif Data Gaya Belajar Siswa Mean 92,17894737 Standard Error 0,835652771 Median 92 Mode 96 Standard Deviation 8,144935703 Sample Variance 66,3399776 Kurtosis 0,058335848 Skewness 0,322888704 Range 40 Minimum 72 Maximum 112 Sum 8757 Count 95 Sumber : Data diolah menggunakan microsoft excel, 2007 91 Tabel analisis deskriptif gaya belajar di atas menunjukkan bahwa rerata skor gaya belajar siswa yang diperoleh sebesar 92,17894737dan skor yang paling banyak muncul adalah 96 dengan standar deviasi sebesar 8,144935703. Kemudian perolehan skor terendah sebesar 72 dan skor tertinggi sebesar 112 sehingga diperoleh rentang data sebesar 40, dan dari data tersebut akan dibuat tabel distribusi frekuensi gaya belajar. Data skor variabel gaya belajar siswa dapat dibuat daftar distribusi frekuensi dengan panjang kelas yang sama. Peneliti menggolongkan skor gaya belajar siswa menjadi 4 kategori, yaitu sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik. Langkah selanjutnya yaitu membuat tabel kategori gaya belajar siswa sesuai dengan pedoman dari Widoyoko (2015:143). Kategori didasarkan pada jumlah skor jawaban seluruh siswa, diperoleh nilai maksimal (ideal) = 4 (skor butir maksimal) x 30 (butir pernyataan) = 120. Nilai minimal = 1 (skor butir minimal) x 30 = 30. Rentang = 120 – 30 = 90, dan panjang kelas = 90/4 = 22,5 dibulatkan menjadi 23. Berdasarkan hasil tersebut maka disusun klasifikasi sebagai berikut. Tabel 4.3 Distribusi Jawaban Variabel Gaya Belajar Skor Jumlah Siswa Jumlah Siswa dalam Persentase (%) 99 – 121 15 15,78% 76 – 98 79 83,15% 53 – 75 1 1,05% 30 – 52 0 0% Sumber: data penelitian tahun 2016 Kategori Sangat baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Data skor variabel gaya belajar siswa akan diinterpretasikan ke dalam diagram seperti berikut: 92 Gaya Belajar Siswa 1% 16% Sangat Baik Baik Cukup Baik 84% Kurang Baik Gambar 4.2 Diagram Persentase Gaya Belajar Siswa Diagram persentase gaya belajar siswa menunjukkan bahwa variabel gaya belajar siswa untuk kategori sangat baik sebesar 16% (15 siswa), kategori baik sebesar 84% (79 siswa), dan kategori cukup baik sebesar 1% (1 siswa). Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa gaya belajar sebagian siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus termasuk dalam kategori baik yaitu sebesar 84%. Untuk lebih jelas mengenai gaya belajar siswa, berikut ini akan diuraikan deskripsi setiap indikator dari masing-masing gaya belajar. a) Gaya belajar visual 1) Belajar dengan cara visual Data gaya belajar visual siswa yang telah peneliti analisis dapat diketahui kategori gaya belajar visual pada indikator belajar dengan cara visual adalah sebagai berikut: 93 Tabel 4.4 Distribusi Skor Belajar dengan Cara Visual Skor Jumlah Siswa Jumlah Siswa dalam Kategori Persentase (%) 8–9 11 20,37% Sangat Baik 6–7 32 59,25% Baik 4–5 11 20,37% Cukup Baik 2–3 0 0% Kurang Baik Sumber: Data Penelitian Tahun 2016 Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator belajar dengan cara visual yang berada pada kategori sangat baik ada 20,37% (11 siswa), kategori baik sebesar 59,25% (32 siswa), kategori cukup baik sebesar 20,37% (11 siswa), dan kategori kurang baik sebesar 0%. Hasil perhitungan angket mengenai indikator belajar dengan cara visual diperkuat dengan hasil wawancara siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono yang menyatakan bahwa siswa lebih memahami materi IPS dengan cara membaca materi sendiri, siswa lebih senang jika harus melihat secara langsung proses pembelajaran tersebut. 2) Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar Data gaya belajar visual siswa yang telah peneliti analisis dapat diketahui kategori gaya belajar visual pada indikator mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengaradalah sebagai berikut: Tabel 4.5 Distribusi Skor Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar Jumlah Siswa dalam Skor Jumlah Siswa Kategori Persentase (%) 8–9 9 16,66% Sangat Baik 6–7 33 61,11% Baik 4–5 11 20,37% Cukup Baik 2–3 1 1,85% Kurang Baik Sumber: Data Penelitian Tahun 2016 94 Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar berada pada kategori sangat baik sebesar 16,66% (9 siswa), kategori baik sebesar 61,11% (33 siswa), kategori cukup baik sebesar 20,37% (11 siswa), dan kategori kurang baik sebesar 1,85% (1 siswa). Hasil perhitungan angket tentang indikator mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar juga diperkuat dengan hasil wawancara, dari hasil wawancara tersebut, peneliti mengetahui bahwa siswa yang memiliki gaya belajar visual lebih mengingat materi IPS jika mereka membaca materi secara langsung, siswa merasa kesulitan memahami materi jika hanya mendengar penjelasan guru saja. 3) Rapi dan teratur Data gaya belajar visual siswa yang telah peneliti analisis dapat diketahui kategori gaya belajar visual pada indikator rapi dan teratur adalah sebagai berikut: Tabel 4.6 Distribusi Skor Rapi dan Teratur Skor Jumlah Siswa Jumlah Siswa dalam Persentase (%) 8–9 32 59,25% 6–7 19 35,18% 4–5 3 5,55% 2–3 0 0% Sumber: Data Penelitian Tahun 2016 Kategori Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator rapi dan teratur berada pada kategori sangat baik sebesar 59,25% (32 siswa), kategori baik 95 sebesar 35,18% (19 siswa), kategori cukup baik sebesar 5,55% (3 siswa), dan kategori kurang baik sebesar 0%. Hasil angket tersebut diperkuat dengan hasil wawancara dengan siswa yang menyebutkan bahwa siswa tersebut selalu memperhatikan penampilannya, siswa akan selalu merapikan seragamnya dan selalu memperhatikan kerapian pada buku catatannya. 4) Tidak terganggu dengan keributan Data gaya belajar visual siswa yang telah peneliti analisis dapat diketahui kategori gaya belajar visual pada indikator tidak terganggu dengan keributan adalah sebagai berikut: Tabel 4.7 Distribusi Skor Tidak Terganggu dengan Keributan Jumlah Siswa dalam Skor Jumlah Siswa Kategori Persentase (%) 8–9 6 11,11% Sangat Baik 6–7 38 70,37% Baik 4–5 9 16,66% Cukup Baik 2–3 1 1,85% Kurang Baik Sumber: Data Penelitian Tahun 2016 Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator tidak terganggu dengan keributan berada pada kategori sangat baik sebesar 11,11% (6 siswa), kategori baik sebesar 70,37% (38 siswa), kategori cukup baik sebesar 16,66% (9 siswa), dan kategori kurang baik sebesar 1,85% (1 siswa). Hasil perhitungan angket diperkuat dengan hasil wawancara bahwa siswa bergaya belajar visual lebih mengingat apa yang dilihat daripada dide- 96 ngarnya, jadi siswa tidak terlalu memperhatikan suara yang ada disekitarnya, dan mereka tidak akan terganggu dengan keributan di sekitarnya. 5) Sulit menerima instruksi verbal Data gaya belajar visual siswa yang telah peneliti analisis dapat diketahui kategori gaya belajar visual pada indikator sulit menerima instruksi verbal adalah sebagai berikut: Tabel 4.8 Distribusi Skor Sulit menerima instruksi verbal Skor Jumlah Siswa Jumlah Siswa dalam Kategori Persentase (%) 8–9 11 20,37% Sangat Baik 6–7 35 64,81% Baik 4–5 8 14,81% Cukup Baik 2–3 0 0% Kurang Baik Sumber: Data Penelitian Tahun 2016 Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator sulit menerima instruksi verbal berada pada kategori sangat baik sebesar 20,37% (11 siswa), kategori baik sebesar 64,81% (35 siswa), kategori cukup baik sebesar 14,81% (8 siswa), dan kategori kurang baik sebesar 0%. Hasil perhitungan angket juga diperkuat dengan hasil wawancara, yang menyatakan bahwa siswa yang memiliki gaya belajar visual mudah lupa jika guru hanya menyampaikan materi secara lisan saja, sehingga siswa meminta bantuan teman untuk menjelaskan materi IPS. b) Gaya belajar auditorial 1) Belajar dengan cara mendengar Data gaya belajar auditorial siswa yang telah peneliti analisis dapat 97 diketahui kategori gaya belajar auditorial pada indikator tidak terganggu dengan keributan adalah sebagai berikut: Tabel 4.9 Distribusi Skor Belajar dengan Cara Mendengar Skor Jumlah Siswa Jumlah Siswa dalam Kategori Persentase (%) 8-9 3 12% Sangat Baik 6–7 19 76% Baik 4–5 3 24% Cukup Baik 2–3 0 0% Kurang Baik Sumber: Data Penelitian Tahun 2016 Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator belajar dengan cara mendengar berada pada kategori sangat baik sebesar 12% (3 siswa), kategori baik sebesar 76% (19 siswa), kategori cukup baik sebesar 12% (3 siswa), dan kategori kurang baik sebesar 0%. Hasil wawancara juga menyatakan bahwa siswa yang bergaya belajar auditorial lebih mengandalkan pendengarannya dalam kegiatan belajarnya. Siswa lebih mudah mengingat hanya dengan mendengarkan penjelasan guru saja. 2) Baik dalam aktivitas lisan Data gaya belajar auditorial siswa yang telah peneliti analisis dapat diketahui kategori gaya belajar auditorial pada indikator baik dalam aktivitas lisan adalah sebagai berikut: Skor 8-9 6–7 4–5 2–3 Tabel 4.10 Distribusi Skor Baik dalam Aktivitas Lisan Jumlah Siswa Jumlah Siswa dalam Kategori Persentase (%) 7 28% Sangat Baik 18 72% Baik 0 0% Cukup Baik 0 0% Kurang Baik 98 Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator baik dalam aktivitas lisan yang berada pada kategori sangat baik sebesar 28% (7 siswa), kategori baik sebesar 72% (18 siswa). Hasil perhitungan angket tersebut diperkuat dengan hasil wawancara, yang menyatakan bahwa siswa fasih dalam berbicara, sehingga siswa suka menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar. Siswa juga mampu mengulangi materi yang disampaikan guru secara rinci. 3) Memiliki kepekaan terhadap musik Data gaya belajar auditorial siswa yang telah peneliti analisis dapat diketahui kategori gaya belajar auditorial pada indikator memiliki kepekaan terhadap musik adalah sebagai berikut: Tabel 4.11 Distribusi Skor Memiliki Kepekaan terhadap Musik Skor Jumlah Siswa Jumlah Siswa dalam Kategori Persentase (%) 8-9 4 16% Sangat Baik 6–7 14 56% Baik 4–5 5 20% Cukup Baik 2–3 2 8% Kurang Baik Sumber: Data Penelitian Tahun 2016 Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator memiliki kepekaan terhadap musik berada pada kategori sangat baik sebesar 16% (4 siswa), kategori baik sebesar 56% (14 siswa), kategori cukup baik sebesar 20% (5 siswa), dan kategori kurang baik sebesar 8% (2 siswa). Hasil wawancara juga menyatakan bahwa siswa mampu mengingat materi dengan mendengarnya saja. Siswa lebih senang jika guru 99 menjelaskan materi melalui lagu, karena siswa merasa suasana pembelajaran menjadi menyenangkan. 4) Mudah terganggu dengan keributan Data gaya belajar auditorial siswa yang telah peneliti analisis dapat diketahui kategori gaya belajar auditorial pada indikator mudah terganggu dengan keributan adalah sebagai berikut: Tabel 4.12 Distribusi Skor Mudah Terganggu dengan Keributan Jumlah Siswa dalam Skor Jumlah Siswa Kategori Persentase (%) 4 10 40% Sangat Baik 3 14 56% Baik 2 0 0% Cukup Baik 1 1 4% Kurang Baik Sumber: Data Penelitian Tahun 2016 Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator mudah terganggu dengan keributan berada pada kategori sangat baik sebesar 40% (10 siswa), kategori baik sebesar 56% (14 siswa), kategori cukup baik sebesar 0%, dan kategori kurang baik sebesar 4% (1 siswa). Hasil wawancara juga menyatakan bahwa siswa merasa terganggu jika ada teman yang ribut di kelas. Siswa tidak dapat berkonsentrasi jika keadaan kelas ramai. Siswa akan mencari suasana yang nyaman agar ia bisa belajar dengan tenang. 5) Lemah dalam aktivitas visual Data gaya belajar auditorial siswa yang telah peneliti analisis dapat diketahui kategori gaya belajar auditorial pada lemah dalam aktivitas visual adalah sebagai berikut: 100 Tabel 4.13 Distribusi Skor Lemah dalam Aktivitas Visual Skor Jumlah Siswa Jumlah Siswa dalam Kategori Persentase (%) 12 – 14 1 4% Sangat Baik 9 – 11 24 96% Baik 6–8 0 0% Cukup Baik 3–5 0 0% Kurang Baik Sumber: Data Penelitian Tahun 2016 Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator lemah dalam aktivitas visual berada pada kategori sangat baik sebesar 4% (1 siswa), kategori baik sebesar 96% (24 siswa). Hasil wawancara menyatakan bahwa siswa merasa kesulitan memahami tulisan guru di papan tulis. Siswa lebih memahami materi IPS dengan mendengar penjelasan guru saja. c) Gaya belajar kinestetik 1) Belajar dengan aktivitas fisik Data gaya belajar kinestetik siswa yang telah peneliti analisis dapat diketahui kategori gaya belajar kinestetik pada indikator belajar dengan aktivitas fisik adalah sebagai berikut: Tabel 4.14 Distribusi Skor Belajar dengan Aktivitas Fisik Jumlah Siswa dalam Skor Jumlah Siswa Kategori Persentase (%) 4 7 43,75% Sangat Baik 3 9 56,25% Baik 2 0 11,57% Cukup Baik 1 0 4,21% Kurang Baik Sumber: Data Penelitian Tahun 2016 Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator belajar dengan aktivitas fisik berada pada kategori sangat baik sebesar 43,75% (7 siswa), 101 kategori baik sebesar 56,25% (9 siswa). Hasil angket tersebut juga diperkuat dengan hasil wawancara, yang menyatakan bahwa siswa dengan gaya belajar kinestetik suka bergerak-gerak dan memainkan alat tulisnya. Siswa merasa cepat bosan, sehingga siswa merasa tidak tahan jika harus duduk lama untuk mendengarkan penjelasan guru. 2) Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh Data gaya belajar kinestetik siswa yang telah peneliti analisis dapat diketahui kategori gaya belajar kinestetik pada indikator peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh adalah sebagai berikut: Tabel 4.15 Distribusi Skor Peka Terhadap Ekspresi dan Bahasa Tubuh Skor Jumlah Siswa Jumlah Siswa dalam Kategori Persentase (%) 8-9 4 25% Sangat Baik 6–7 10 62,5% Baik 4–5 2 12,5% Cukup Baik 2–3 0 0% Kurang Baik Sumber: Data Penelitian Tahun 2016 Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh berada pada kategori sangat baik sebesar 25% (4 siswa), kategori baik sebesar 62,5% (10 siswa), kategori cukup baik sebesar 12,5% (2 siswa). Hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa lebih mudah menghafal materi hanya dengan melihat guru menyampaikan materi. Siswa juga senang mempraktikkannya sambil berjalan. 3) Berorientasi pada fisik dan banyak bergerak Data gaya belajar kinestetik siswa yang telah peneliti analisis dapat 102 diketahui kategori gaya belajar kinestetik pada indikator berorientasi pada fisik dan banyak bergerak adalah sebagai berikut: Tabel 4.16 Distribusi Skor Berorientasi pada Fisik dan Banyak Bergerak Skor Jumlah Siswa Jumlah Siswa dalam Kategori Persentase (%) 12 – 14 3 18,75% Sangat Baik 9 – 11 8 50% Baik 6–8 5 31,25% Cukup Baik 3–5 0 0% Kurang Baik Sumber: Data Penelitian Tahun 2016 Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator berorientasi pada fisik dan banyak bergerak berada pada kategori sangat baik sebesar 18,75% (3 siswa), kategori baik sebesar 50% (8 siswa), kategori cukup baik sebesar 31,25% (5 siswa). Hasil wawancara menyatakan bahwa siswa sering menggunakan jari tangannya sebagai penunjuk ketika membaca, siswa juga sering menggerakkan kepalanya saat membaca. 4) Suka coba-coba dan kurang rapi Data gaya belajar kinestetik siswa yang telah peneliti analisis dapat diketahui kategori gaya belajar kinestetik pada indikator suka coba-coba dan kurang rapi adalah sebagai berikut: Tabel 4.17 Distribusi Skor Suka Coba-Coba dan Kurang Rapi Skor Jumlah Siswa Jumlah Siswa dalam Kategori Persentase (%) 8–9 2 12,5% Sangat Baik 6–7 14 87,5% Baik 4–5 0 0% Cukup Baik 2–3 0 0% Kurang Baik Sumber: Data Penelitian Tahun 2016 103 Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator suka coba-coba dan kurang rapi berada pada kategori sangat baik sebesar 12,5% (2 siswa), kategori baik sebesar 87,5% (14 siswa). Hasil wawancara menyatakan bahwa siswa yang bergaya belajar kinestetik lebih suka mengerjakan sesuatu tanpa disuruh guru terlebih dahulu, siswa juga kurang memperhatikan penampilannya. 5) Menyukai kerja kelompok dan praktik Data gaya belajar kinestetik siswa yang telah peneliti analisis dapat diketahui kategori gaya belajar kinestetik pada indikator lemah dalam aktivitas belajar adalah sebagai berikut: Tabel 4.18 Menyukai Kerja Kelompok dan Praktik Jumlah Siswa dalam Skor Jumlah Siswa Kategori Persentase (%) 8–9 2 12,5% Sangat Baik 6–7 14 87,5% Baik 4–5 0 0% Cukup Baik 2–3 0 0% Kurang Baik Sumber: Data Penelitian Tahun 2016 Tabel distribusi skor di atas menunjukkan bahwa indikator menyukai kerja kelompok dan praktik berada pada kategori sangat baik sebesar 12,5% (2 siswa), kategori baik sebesar 87,5% (14 siswa). Hasil perhitungan angket tersebut juga diperkuat dengan hasil wawancara yang menyatakan bahwa siswa bersemangat jika guru menyuruh untuk kerja kelompok. Siswa akan bertanggung jawab dengan tugas yang diamanatkannya. 104 4.1.3 Deskripsi Data Hasil Belajar IPS Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS yang diambil dari dokumentasi hasil ulangan tengah semester 2, peneliti menggunakan penelitian jenis ex post facto yaitu dimana data atau nilai hasil belajar diambil dari nilai hasil Ulangan Tengah Semester Genap tahun ajaran 2015/2016. Berikut disajikan hasil analisis data statistik deskriptifnya: Tabel 4.19 Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar IPS Mean 78,536842 Standard Error 0,908318 Median 80 Mode 74 Standard Deviation 8,8531885 Sample Variance 78,378947 Kurtosis 0,1970936 Skewness -0,290123 Range 46 Minimum 52 Maximum 98 Sum 7461 Count 95 Sumber : Data diolah menggunakan microsoft excel, 2007 Berdasarkan tabel yang disajikan di atas dapat diketahui bahwa rerata nilai hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial yang diperoleh sebesar 78,536842dan nilai yang paling banyak muncul adalah 74 dengan standar deviasi sebesar8,8531885. Perolehan nilai terendah sebesar 52 dan nilai tertinggi sebesar 98 sehingga diperoleh rentang data sebesar 46. Selanjutnya dilakukan pengkategorian data hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial untuk menunjukkan kategori hasil belajar IPSpada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati kabupaten Kudus 105 berada pada kategori yang mana, maka terdapat 5 kategori, yaitu baik sekali, baik, cukup, kurang, dan gagal. Tabel 4.20 Distribusi NilaiHasil Belajar IPS Nilai Frekuensi Persen (%) Kategori 80 – 100 66 – 79 56 – 65 40 – 55 30 – 39 Baik Sekali Baik Cukup Kurang Gagal Total Sumber: Data Penelitian Tahun 2016 50 36 8 1 0 95 52,63% 37,89% 8,42% 1,05% 0% 100% Kumulatif Persen 53% 38% 8% 1% 0% 100% Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai ulangan tengah semester genap kelas V SDN di gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus yang berada pada kategori baik sekali sebanyak 50 siswa (53%), kategori baik sebanyak 36 siswa (38%), kategori cukup sebanyak 8 siswa (8%), kategori kurang sebanyak 1 siswa (1%), sedangkan kategori gagal tidak ada. Berikut ini distribusi nilai hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dibuat dalam bentuk diagram batang : Nilai Ulangan Tengah Semester Genap IPS Tahun Pelajaran 2015/2016 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 53% 38% 8% 1% Baik Sekali Baik Cukup Gambar 4.3 Diagram Distribusi Nilai Hasil Belajar IPS Kurang 106 Berdasarkan hasil tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa subjek dalam penelitian yaitu siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus memiliki hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial dalam kategori baik sekali yaitu sebesar 53%. 4.1.4 Hasil Analisis Data Awal 4.1.4.1 Uji Normalitas Data Dalam analisis data awal, peneliti melakukan uji normalitas gaya belajar dan hasil belajar IPS dengan bantuan Ms. Excel 2007 dengan menggunakan teknik chi kuadrat. Berdasarkan perhitungan dengan Ms. Excel 2007, diketahui bahwa harga Chi Kuadrat untuk masing-masing variabel yaitu untuk data gaya belajar siswa harga Chi Kuadrat hitung = 5,941725, sedangkan data hasil belajar IPS harga Chi Kuadrat hitung = 9,32634. Harga tersebut selanjutnya dibandingkan dengan harga Chi Kuadrat tabel dengan dk (derajat kebebasan) 6 – 1 = 5, dan taraf kesalahan 5% maka harga Chi Kuadrat tabel = 11,070. Harga Chi Kuadrat hitung data gaya belajar siswa lebih kecil dari harga Chi Kuadrat tabel (5,941 < 11,070) dan harga Chi Kuadrat hitung data hasil belajar IPS lebih kecil dari harga Chi Kuadrat tabel (9,326 < 11,070), maka distribusi data gaya belajar siswa (X) dan data hasil belajar IPS (Y) tersebut normal. 4.1.4.2 Uji Linearitas Data Uji linearitas digunakan untuk mengetahui linearitas data, yaitu apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak, apabila tidak linear maka analisis regresi tidak dapat dilanjutkan ( Sugiyono, 2013:265 ). Pada penelitian ini, uji linearitas menggunakan bantuan program SPSS for Windows Seri 21 107 dengan langkah-langkah sebagai berikut: Klik Analyze – Compare Means – Means, kemudian masukkan variabel hasil belajar IPS (Y) ke dalam kotak Dependent List, sedangkan variabel gaya belajar siswa (X) dimasukkan pada kotak Independent List. Pilih kotak dialog Options dan mengaktifkan bagian Test for Linearity. Pilih continue lalu OK (Priyatno, 2010:73). Tabel 4.21 Uji Linearitas Data ANOVA Table Sum of Squares (Combined) 3718,831 2698,121 Linearity VAR00003 Between Groups * Deviation from VAR00002 Linearity Within Groups Total df 1020,710 Mean F Sig. Square 28 132,815 2,402 ,002 1 2698,12 48,80 ,000 1 4 27 37,804 ,684 ,862 3648,790 7367,621 66 94 55,285 Tabel uji linearitas di atas, menunjukkan bahwa data dari gaya belajar siswa dan hasil belajar memiliki nilai signifikansi 0,000. Nilai 0,000 < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa data tersebut linear. 4.1.5 Hasil Analisis Data Akhir 4.1.5.1 Analisis Korelasi Hipotesis yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini adalah hubungan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati kabupaten Kudus. Dalam penelitian ini penulis merumuskan satu macam hipotesis yaitu (Ha) : ada hubungan yang positif 108 dan signifikan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. Uji hipotesis penelitian ini menggunakan korelasi product moment dengan berbantuan program SPSS for Windows Seri 21 dengan dua kriteria pengujian yaitu berdasarkan nilai signifikansi dan berdasarkan rhitung. Jika harga signifikansi < 0,05 dan rhitung> dari rtabel maka Ha diterima, yang berarti ada hubungan yang positif dan signifikan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. Berikut ini merupakan hasil uji korelasi sederhana antara variabel gaya belajar siswa dengan hasil belajar kognitif IPS. Tabel 4.22 Uji Korelasi Gaya Belajar dengan Hasil Belajar Correlations VAR00002 VAR00003 Pearson Correlation 1 ,605** Gaya belajar Sig. (2-tailed) ,000 N 95 95 ** Pearson Correlation ,605 1 Hasil Belajar Sig. (2-tailed) ,000 N 95 95 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Berdasarkan penghitungan data diatas, nilai koefisien korelasi antara variabel gaya belajar dengan hasil belajar IPS sebesar 0,605 dengan nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,000. Dikarenakan harga signifikansinya 0,000 < 0,05 dan rhitungnya 0,605 > dari rtabel 0,294 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. 109 Koefisien determinasi gaya belajar terhadap hasil belajar dapat diperoleh dengan rumus r x r x 100% = 0,605 x 0,605 x 100% = 36,60% Secara khusus, peneliti mengelompokkan tiap gaya belajar dan mengkorelasikannya dengan hasil belajar IPS. a) Gaya belajar visual Tabel 4.23 Uji Korelasi Gaya Belajar Visual dengan Hasil Belajar Visual Visual Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Hasil Belajar Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Hasil Belajar ,404** ,000 95 95 1 ,404** ,00 95 1 95 **. Correlation is significant at the 0.00 level (2-tailed). Pada tabel uji korelasi gaya belajar visual dengan hasil belajar, dapat diketahui bahwa koefisien korelasi antara gaya belajar visual dengan hasil belajar sebesar 0,404 dan nilai signifikansi 0,000. Nilai r hitung > r tabel menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Koefisien determinasi gaya belajar vuisual dengan hasil belajar sebesar 0,404 x 0,404 x 100% = 16,32%. b) Gaya belajar auditorial Tabel 4.24 Uji Korelasi Gaya Belajar Auditorial dengan Hasil Belajar Auditorial Auditorial Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation 1 95 ,416** Hasil Belajar ,416** ,000 95 1 110 Hasil Belajar Sig. (2-tailed) N ,00 95 95 **. Correlation is significant at the 0.00 level (2-tailed). Pada tabel uji korelasi gaya belajar auditoial dengan hasil belajar, dapat diketahui bahwa koefisien korelasi antara gaya belajar auditorial dengan hasil belajar sebesar 0,416 dan nilai signifikansi 0,000. Nilai r hitung > r tabel menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Koefisien determinasi gaya belajar vuisual dengan hasil belajar sebesar 0,416 x 0,416 x 100% = 17,30%. c) Gaya belajar kinestetik Tabel 4.25 Uji Korelasi Gaya Belajar Kinestetik dengan Hasil Belajar Kinestetik Hasil Belajar Pearson Correlation 1 ,449** Kinestetik Sig. (2-tailed) ,000 N 95 95 Pearson Correlation ,449** 1 Hasil Belajar Sig. (2-tailed) ,00 N 95 95 **. Correlation is significant at the 0.00 level (2-tailed). Tabel uji korelasi gaya belajar kinestetik dengan hasil belajar di atas menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara gaya belajar kinestetik dengan hasil belajar sebesar 0,449 dan nilai signifikansi 0,000. Nilai r hitung > r tabel menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel tersebut. Koefisien determinasi gaya belajar visual dengan hasil belajar sebesar 0,449 x 0,449 x 100% = 20,16%. 111 4.1.5.2 Uji Koefisien Determinasi Setelah diketahui koefisien korelasinya, analisis dapat dilanjutkan dengan menghitung koefisien determinasinya. Koefisien determinasi dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kontribusi antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS. Hasil nilai koefisien determinasi dalam penelitian ini adalah 36,6%, hal tersebut dapat diartikan bahwa gaya belajar siswa dapat meningkatkan hasil belajar IPS sebesar 36,6% dan 63,4% dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya pola asuh orang tua, motivasi belajar, lingkungan sekolah, dll. 4.2 PEMBAHASAN 4.2.1 Pemaknaan Hasil Temuan Gaya belajar merupakan salah satu faktor yang dianggap penting dalam suatu pembelajaran, karena dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Gaya belajar merupakan cara yang dilakukan oleh seseorang dalam menyerap suatu informasi. Gaya belajar merupakan faktor yang ada di dalam diri siswa, sehingga memiliki pengaruh besar dalam proses pembelajaran. Penelitian ini akan mengukur gaya belajar yang dimiliki oleh siswa yang meliputi gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Pelajar visual belajar melalui apa yang mereka lihat, pelajar auditorial belajar melalui apa yang mereka dengar, sedangkan pelajar kinestetik belajar melalui gerak dan sentuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa sudah menerapkan gaya belajar yang dimiliki dengan baik. Siswa mampu menyesuaikan gaya belajarnya dengan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru, hal tersebut dibuktikan dengan 112 perolehan hasil belajar IPS siswa yang baik pula. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa gaya belajar memiliki kontribusi yang besar dalam perolehan hasil belajar IPS. 4.2.2 Pembahasan Hasil Analisis Gaya Belajar Siswa Gaya belajar merupakan kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan di sekolah maupun di dalam situasi antarpribadi. Gaya belajar menjadi salah satu faktor yang penting dalam pembelajaran, karena berkaitan dengan bagaimana cara siswa dalam menyerap informasi. Seperti yang dikemukakan oleh Ghufron dan Risnawita (2014:10) bahwa peningkatan hasil belajar dapat dicapai dengan memperhatikan faktor internal maupun eksternal, salah satunya adalah gaya belajar. Pada dasarnya, gaya belajar merupakan cara seseorang dalam belajar. De Porter dan Hernacki (2010: 110) menyatakan bahwa gaya belajar merupakan kombinasi dari bagaimana ia menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Pada awal pengalaman belajar, langkah awal yang ditempuh adalah dengan mengenali gaya belajar siswa. Gaya belajar yang dimiliki siswa usia SD adalah gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Berdasarkan analisis data yang telah peneliti lakukan diketahui bahwa siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus memiliki rerata skor gaya belajar sebesar 92,17894737. Siswa yang tergolong menggunakan gaya belajar visual sebanyak 54 siswa (57%), siswa yang menggunakan gaya belajar auditorial sebanyak 25 siswa (26%), dan siswa yang mengunakan gaya belajar kinestetik sebanyak 16 siswa (17%). Dari data tersebut 113 dapat diketahui bahwa, sebagian besar siswa SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus cenderung memiliki gaya belajar visual. Siswa cenderung belajar dengan cara melihat langsung, misalnya saja dengan membaca materi sendiri. Siswa juga akan senang jika guru menggunakan alat peraga dalam pembelajaran IPS. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh De Porter dan Hernacki (2010, 116) bahwa gaya belajar visual mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya baru bisa mempercayainya. Siswa yang menggunakan gaya belajar visual tentunya berhubungan dengan hasil belajarnya, karena menyerap pelajaran melalui penglihatan. Perhitungan analisis deskriptif mengenai gaya belajar pada siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus menunjukkan bahwa variabel gaya belajar siswa untuk untuk kategori sangat baik sebesar 16% dengan jumlah siswa sebanyak 15 siswa, kategori baik sebesar 84% dengan jumlah siswa sebanyak 79 siswa, dan kategori cukup baik sebesar 1% dengan jumlah siswa sebanyak 1 siswa. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa gaya belajar sebagian siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus termasuk dalam kategori baik yaitu sebesar 84%. Artinya, siswa belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimilikinya. Pada hasil analisis dekskriptif tiap indikator, sebagian besar siswa kelas V SDN Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus berada dalam kategori baik. Hal tersebut menyatakan bahwa sebagian besar siswa sudah menyesuaikan gaya belajarnya. 59,25% siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono berada dalam kategori baik pada indikator belajar dengan cara visual. Pada indikator mengingat 114 apa yang dilihat daripada apa yang didengar sebagian besar siswanya berada dalam kategori baik pula yaitu 61,11%. Pada indikator tidak terganggu dengan keributan, sebagian besar siswanya berada dalam kategori baik yaitu 70,37%, sedangkan untuk indikator sulit menerima instruksi verbal sebagian besar siswanya berada dalam kategori baik yaitu sebesar 64,81%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa mampu menerapkan gaya belajar visualnya dengan baik, di mana siswa telah mencapai indikator dari gaya belajar visual dengan baik pula. Siswa selalu mengingat materi jika ia membaca daripada mendengarkan penjelasan guru, selain itu siswa juga suka jika guru menjelaskan materi dengan media gambar. Kelebihan dari siswa yang bergaya belajar visual adalah ia tetap dapat berkonsentrasi belajar jika suasana kelas ramai, ia tidak akan terpengaruh dengan keadaan di sekitarnya. Namun siswa mudah lupa jika guru menjelaskan materi hanya sekali, apabila lupa siswa akan meminta bantuan teman untuk menjelaskan materinya kembali. Pada indikator belajar dengan cara mendengar, 76% siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono berada dalam kategori baik . Pada indikator baik dalam aktivitas lisan 72% siswa berada dalam kategori baik pula. Pada indikator memiliki kepekaan terhadap musik 56% siswa berada dalam kategori baik. Pada indikator mudah terganggu dengan keributan 56% siswanya berada dalam kategori baik, dan untuk indikator lemah dalam aktivitas visual sebanyak 96% siswa berada dalam kategori baik pula. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah baik dalam menerapkan gaya belajar auditorial, di mana siswa suka mendengarkan cerita guru. Siswa yang 115 bergaya belajar auditorial selalu berbicara dengan baik dan bahasa yang digunakannya pun tertata dengan baik. Jika suasana kelas ramai, siswa tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar, namun siswa suka belajar sambil mendengarkan musik. Hal yang kurang disukai siswa yang bergaya belajar auditorial adalah mencatat materi, karena siswa merasa mampu menghafal materi hanya dengan mendengarkan saja sehingga ia tidak perlu mencatat materi lagi. Siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono berada dalam kategori baik pada indikator belajar dengan aktivitas fisik yaitu sebesar 56,25% . Pada indikator peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh, 62,5% siswa berada dalam kategori baik. Pada indikator berorientasi pada fisik dan banyak bergerak, 50% siswa berada dalam kategori baik, untuk indikator suka coba-coba dan kurang rapi, 87,5% siswa berada dalam kategori baik. Untuk indikator menyukai kerja kelompok dan praktik, 87,5% siswa berada dalam kategori baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa mampu menerapkan gaya belajar kinestetik dengan baik. Siswa merasa senang jika melakukan praktik di kelas maupun di luar kelas. Ia juga sering menggunakan jarinya sebagai penunjuk ketika membaca. Apabila sedang menghafalkan materi, siswa melakukannya sambil berjalan. Ketika ada soal-soal yang belum diminta guru untuk mengerjakan, ia selalu mengerjakan soal-soalnya terlebih dahulu. Namun siswa yang bergaya belajar kinestetik ini kurang memperhatikan kerapian pada tulisannya, sehingga tulisannya terkesan kurang rapi. Hal yang paling disukai siswa adalah ketika belajar kelompok, siswa akan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dan mengerjakannya dengan baik. 116 Indikator gaya belajar siswa yang memiliki presentase tertinggi sebesar 59,25% yaitu indikator rapi dan teratur. Indikator tersebut merupakan indikator dari gaya belajar visual, dan termasuk dalam kategori sangat baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus hampir setengahnya memiliki penampilan yang rapi dan teratur. Siswa yang cenderung memiliki gaya belajar visual akan selalu memperhatikan penampilannya terutama kerapian seragamnya, siswa juga selalu mempersiapkan buku-buku sebelum pelajaran dimulai. Siswa selalu merencanakan setiap kegiatan yang dilakukannya, sehingga siswa belajar secara teratur. 4.2.3 Pembahasan Analisis Hasil Belajar IPS Siswa Seseorang belajar bertujuan untuk memperoleh hasil belajar yang baik, hasil belajar yang diperoleh tidak semata-mata hanya untuk meningkatkan pengetahuannya saja tetapi juga sikap maupun keterampilannya. Sudjana (2014: 3) menyebutkan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Dalam penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan pada hasil belajar kognitif IPS saja yang diperoleh melalui hasil UTS IPS semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Hasil penelitian mengenai hasil belajar IPS siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus menunjukkan bahwa nilai maksimum yang diperoleh siswa adalah 98, sedangkan nilai minimum yang diperoleh siswa adalah 52. Rerata nilai ulangan tengah semester genap siswa kelas V adalah 78,536842. Nilai ulangan tengah semester genap kelas V SDN di gugus Wibisono 117 Kecamatan Jati Kabupaten Kudus yang berada pada kategori sangat baik kategori baik sekali sebanyak 50 siswa (53%), kategori baik sebanyak 36 siswa (38%), kategori cukup baik sebanyak 8 siswa (8%), kategori kurang baik sebanyak 1 siswa (1%). Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa telah menerapkan gaya belajarnya dengan baik sehingga diperoleh hasil belajar yang baik pula. 4.2.4 Hubungan antara Gaya Belajar Siswa dengan Hasil Belajar IPS Hubungan antara gaya belajar dengan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus dapat diketahui melalui uji hipotesis dengan uji korelasi product moment. Pada perhitungan koefisien korelasi di dapat rhitung sebesar 0,605 lebih besar dari rtabel dengan taraf signifikansi 5%, yaitu 0,202 dan harga signifikansinya 0,000 < 0,05. Dari penelitian ini diketahui ada hubungan yang positif dan signifikan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS, karena r hitung > r tabel sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hubungan yang positif artinya semakin tinggi gaya belajar siswa maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa, dan sebaliknya semakin rendah gaya belajar siswa maka semakin rendah pula hasil belajar siswa. Berdasarkan tabel intrepretasi skor yang dikemukakan oleh Sugiyono (2012: 231), maka dapat diketahui bahwa korelasi antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS termasuk dalam kategori kuat, yaitu berada pada rentang 0,60 – 0,799. Gaya belajar yang memiliki hubungan paling tinggi dengan hasil belajar adalah gaya belajar kinestetik yaitu 0,449 dan berada pada kategori sedang. Diantara ketiga gaya belajar tersebut, gaya belajar kinestetik lah yang paling berhubungan dengan hasil belajar IPS dibandingkan dengan gaya belajar visual 118 dan auditorial. Menurut De Porter dan Hernacki (2010: ), gaya belajar kinestetik mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Kontribusi antara gaya belajar dengan hasil belajar IPS diperoleh sebesar 36,6%. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa gaya belajar dapat meningkatkan hasil belajar IPS sebesar 36,6% dan 63,4% dipengaruhi oleh faktor lain. Berdasarkan hasil analisis deskriptif dan perhitungan korelasi maupun koefisien determinasi yang telah dibahas, diketahui bahwa gaya belajar siswa memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan perolehan hasil belajar IPS siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Marton (dalam Ghufron, 2014:12) bahwa kemampuan seseorang untuk mengetahui sendiri gaya belajarnya dan gaya belajar orang lain dalam lingkungannnya akan meningkatkan efektivitasnya dalam belajar. Marton (dalam Ghufron, 2014:12) dengan studi phenomenographic menemukan sekaligus mengukuhkan suatu kesimpulan tentang hubungan konsep belajar individu sebagai usaha yang dilakukan individu untuk belajar, dan hasil usaha individu untuk belajar. Keberadaan dari hubungan itu secara spesifik berupa gaya belajar dan pengukuran hasil belajar serta prestasi akademis. Dengan demikian, siswa perlu mengetahui gaya belajarnya, begitu juga dengan guru. Guru harus mengenali setiap gaya belajar yang dimiliki siswanya, karena keberhasilan belajar siswa dapat tercapai dengan baik apabila ia mengetahui gaya belajarnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Ramlah, S.Pd., M.Pd., Dani Firmansyah, S. Pd., Hamzah Zubair, S.Si. pada tahun 119 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan gaya belajar terhadap prestasi belajar matematika, hal ini ditunjukan dengan nilai sig = 0,001 < 0,05. Terdapat pengaruh yang signifikan antara keaktifan terhadap prestasi belajar matematika, hal ini dapat dilihat dari nilai F hitung = 13,418 > F tabel = 3, 08, dengan sig= 0,00 < α = 0,05. Penelitian lainnya juga dilakukan oleh Abdul Halim pada tahun pelajaran 2009/2010. Penelitian ini berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMPN 2 Secanggang Kabupaten Langkat”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara strategi pembelajaran terhadap hasil belajar fisika pada α = 5%. Hasil belajar fisika siswa yang diajar dengan tipe STAD lebih tinggi dibandingkan tipe TPS. Ada pengaruh gaya belajar terhadap hasil belajar fisika siswa pada α = 5%. Siswa yang memiliki kecenderungan gaya belajar auditorial memperoleh hasil belajar fisika lebih tinggi dibandingkan siswa dengan gaya belajar visual dan kinestetik. Terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dan gaya belajar terhadap hasil belajar fisika siswa, 4.3 IMPLIKASI HASIL PENELITIAN 4.3.1 Teoritis Adanya hubungan yang positif dan signifikan antara gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS memberikan implikasi secara teoritis yang memperkuat teori yang sudah ada, bahwa gaya belajar memiliki peran dalam proses pembelajaran dalam rangka pencapaian hasil belajar IPS yang baik. Siswa yang belajar sesuai dengan gaya belajar yang dimilikinya maka hasil belajar IPS yang 120 diperoleh pun akan baik pula. Hal tersebut diperkuat dengan teori dari Marton (dalam Ghufron, 2014: 12) yang menyatakan bahwa kemampuan seseorang untuk mengetahui sendiri gaya belajarnya dan gaya belajar orang lain dalam lingkungannya akan meningkatkan efektivitasnya dalam belajar. 4.3.2 Praktis Untuk mencapai hasil belajar yang baik diperlukan pihak-pihak yang dapat membantu dalam pencapaian hasil belajar tersebut. Dalam hal ini, guru memiliki peranan yang penting dalam pencapaian hasil belajar siswa. Penelitian ini dapat menambah wawasan bagi guru dalam membandingkan gaya belajar siswa, sehingga guru dapat menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa. Dalam upaya mencapai pembelajaran yang efektif, guru dapat mengoptimalkan potensi dan karakteristik yang dimiliki siswa dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa. 4.3.3 Pedagogis Penelitian ini memiliki implikasi terhadap dunia pendidikan, terutama pendidikan dasar. Dalam peningkatan efektivitas pembelajaran, selain didukung oleh penguasaan materi dan penerapan model pembelajaran yang tepat juga perlu diperhatikan faktor dari dalam diri siswa, salah satunya yaitu gaya belajar siswa. Siswa yang mampu menerapkan gaya belajar mereka yang dominan dapat mencapai hasil belajar yang tinggi dibandingkan dengan siswa yang belajar tidak sejalan dengan gaya belajarnya. BAB V PENUTUP 5.1. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB IV, dapat disimpulkan bahwa: a) Mayoritas siswa kelas V SDN di Gugus Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus cenderung memiliki gaya belajar visual yaitu sebanyak 54 siswa (57%). b) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara gaya belajar siswa (visual, audio, kinestetik) dengan hasil belajar IPS.Besar koefisien korelasi antara gaya belajar siswa (visual, audio, kinestetik) dengan hasil belajar IPS yaitu sebesar 0,605, dan termasuk dalam kategori kuat. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebesar 36,6% hasil belajar IPS dipengaruhi oleh gaya belajar siswa, sedangkan sisanya yaitu 63,4% dipengaruhi oleh faktor lain seperti motivasi belajar, pola asuh orang tua, dan lingkungan belajar. 5.2. SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan , maka dapat diajukan saran sebagai berikut: a) Bagi siswa sebaiknya mengetahui gaya belajarnya dan mampu menerapkan gaya belajarnya agar siswa lebih mudah mencerna pelajaran yang disampaikan oleh guru. 121 122 b) Bagi Guru sebaiknya mengenali gaya belajar setiap siswanya. Guru sebaiknya mengajar dengan berbagai metode sesuai dengan gaya belajar siswanya. c) Bagi orang tua sebaiknya mengetahui gaya belajar anak dan mengarahkan anak ketika belajar di rumah agar hasil belajar anak optimal sesuai dengan yang diharapkan. 123 DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 2015. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Alade, Oluwatomi M. 2014. A Comparative Study of Chemistry Students’ Learning Styles Preferences in Selected Public and Private Schools in Lagos Metropolis. IOSR Journal of Research & Method in Education (IOSRJRME), No.1, Hal. 45-53 Al Tabany, Trianto Ibnu. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual. Jakarta: Prenadamedia Group Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta ________________. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Bintarini, Ni Kade, A.A.I.N. Marhaeni, I Wayan Lasmayan. 2013. Determinasi Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sekolah Sebagai Sumber Belajar Terhadap Gaya Belajar dan Pemahaman Konsep IPS pada Siswa Kelas IV SDN Gugus Yudhistira Kecamatan Nagara. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 3, Hal. 1-11. BSNP. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. Bungin, Burhan. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif Edisi Kedua. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. De Porter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2010. Quantum Learning. Bandung: Kaifa. _____________________________. 2010. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa. Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djaali. 2014. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Ghufron, M. Nur dan Rini Risnawita. 2014. Gaya Belajar Kajian Teoritik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 124 Halim, Abdul. 2012. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMPN 2 Secanggang Kabupaten Langkat. Jurnal Tabularasa, No.2, Hal.141-158 Hidayati, dkk. 2008. Pengembangan Pendidikan IPS SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Ischak. 2004. Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Universitas Terbuka Kosiyah. 2012. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa SD Inti No. 060873 Medan. Jurnal Tabularasa PPS UNIMED, No. 1, Hal. 63-80. Lestari, Nur Oktavianti. 2015. Analisis terhadap Pola Asuh dan Gaya Belajar Siswa Berprestasi. Jurnal Ilmiah Pendidikan PEDAGOGIA, Volume 7, Nomor 2, Hal. 291-295. Nasution. 2013. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisis Statistik dengan SPSS. Jakarta: Media Com. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005. Purwanto, Ngalim. 2014. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Poerwanti, Endang. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional. Ramlah. 2014. Pengaruh Gaya Belajar dan Keaktifan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Matematika ( Survey pada SMP Negeri di Kecamatan Klari Kabupatenj Karawang). Jurnal Ilmiah Solusi, No.3, Hal. 68-75. Rifa’i, Ahmad dan Anni. 2012. Psikologi Pendidikan. Semarang: Unnes Press Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 125 Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Soewarso dan Susila. 2010. Pendidikan IPS Di Sekolah Dasar. Salatiga: Widya Sari Press Salatiga. Solihatin, Etin. 2011. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Jurnal Ilmiah Mimbar Demokrasi, No.2 , Hal.1-17. Sudjana, Nana. 2014. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset. Sugiyono. 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. _______. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sumaatmadja, Nursid. 2003. Konsep dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka. Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Susilo, M. Djoko. 2006. Gaya Belajar Menjadikan Makin Pintar. Yogyakarta: PINUS. Triwiyanto, Teguh. 2014. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Utami, Prihma Sinta. 2015. Pengaruh Metode Pembelajaran dan Gaya Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar IPS di SMP Negeri di Kota Yogyakarta. Jurnal Pendidikan IPS, No.1, Hal.97-103. Widoyoko, Eko Putro. 2015.Teknik Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Penyusunan Instrumen Penelitian. Wilson, Mary. 2012. Students’Learning Style Preferencesand Teachers’ Instructional Strategies: Correlations Between Matched Styles andAcademic Achievement. SRATE Journal, No.1, Hal.36-44. 126 LAMPIRAN 127 Lampiran 1 KISI-KISI ANGKET GAYA BELAJAR SISWA (UJI COBA) Variabel Sub Variabel Gaya Belajar Gaya belajar visual Gaya belajar auditorial Gaya belajar kinestetik Indikator Belajar dengan cara visual Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar Rapi dan teratur Tidak terganggu dengan keributan Sulit menerima instruksi verbal Belajar dengan cara mendengar Baik dalam aktivitas lisan Memiliki kepekaan terhadap musik Mudah terganggu dengan keributan Lemah dalam aktivitas visual Belajar dengan aktivitas fisik Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh Berorientasi pada fisik dan banyak bergerak Suka coba-coba dan kurang rapi Menyukai kerja kelompok dan praktik Jumlah No. Butir Pernyataan (+) (-) 1,2 3,4 6,7 5 8,10 9 12 11 13 14 15, 16 17 18, 19 20 21 22,24 23 25,26 27, 28 29, 30, 31 32 33 34, 35 36 Jumlah Pernyataan 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 36 128 Lampiran 2 UJI COBA ANGKET GAYA BELAJAR SISWA Nama : Kelas/No. Absen : Sekolah : Pengantar : 1. Angket ini digunakan untuk mengetahui gaya belajar siswa di sekolah maupun di rumah. 2. Hasil dari pengisian angket tidak akan mempengaruhi nilai. 3. Isilah dengan jujur sesuai dengan kenyataan yang kalian alami. 4. Apabila ada pernyataan yang kurang jelas bertanyalah. Petunjuk pengisian angket : 1. Isilah daftar identitas yang telah disediakan. 2. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti dan seksama. 3. Berilah tanda centang (√) pada empat pilihan jawaban yang dianggap paling sesuai dengan keadaan diri sendiri seperti contoh di bawah ini. No. Pernyataan 1. Saya lebih memahami materi IPS dengan cara membaca. 4. Keterangan pilihan : SL = Selalu SR = Sering KD = Kadang-Kadang TP = Tidak Pernah Alternatif Jawaban SL SR KD TP 129 No 1. 2. Pernyataan Saya lebih memahami materi IPS dengan cara membaca buku sendiri. Saya membaca materi IPS dengan cepat. Saya mudah mengingat materi jika 3. melihat penjelasan guru secara langsung di depan kelas. Saya mudah memahami materi IPS jika 4. guru menjelaskannya dengan bagan/peta konsep. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Ketika maju ke depan kelas, saya tidak merapikan seragam terlebih dahulu. Saya menyiapkan buku pelajaran untuk esok hari pada malam harinya. Sebelum berangkat sekolah, saya merapikan seragam terlebih dahulu. Saya dapat belajar dengan nyaman walaupun suasana kelas ramai. Saya malas belajar jika ada teman yang berisik. Saat di rumah, saya belajar sambil menonton TV. Saya mudah lupa jika guru menjelaskan materi hanya sekali. Jika ada materi yang belum saya pahami, 12. saya meminta bantuan teman untuk menjelaskan materi tersebut. 13. Saya lebih memahami materi hanya dengan mendengar penjelasan guru saja. Alternatif Jawaban SL SR KD TP 130 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. Saya cepat bosan jika mendengar penjelasan materi dari guru. Saya bersemangat jika diminta guru untuk berdiskusi. Saya mampu jika diminta guru menjelaskan materi secara rinci. Saya merasa malas jika guru menyuruh untuk berdiskusi. Ketika di rumah, saya belajar sambil mendengarkan musik. Saya bersemangat jika guru menjelaskan materi melalui lagu. Saat belajar IPS, saya merasa terganggu jika ada teman yang mengajak berbicara. Saya marah jika ada yang mengganggu saya belajar. Saya biasa mencatat materi IPS tanpa disuruh guru terlebih dahulu. Saya kesulitan memahami tulisan guru di papan tulis. Saya semangat jika harus membaca materi IPS yang terlalu banyak. Saya tidak betah jika harus duduk lama mendengarkan penjelasan materi dari Saya bermain sendiri di kelas ketika guru sedang menjelaskan materi. Saya menghafalkan materi IPS sambil berjalan. Saya semangat jika guru mengajak siswanya melakukan praktik di kelas 131 maupun di luar kelas. 29. 30. Saya menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca. Saya menggerak-gerakkan kepala saat membaca. Saya menggerakkan bolpoint atau alat 31. tulis yang lain saat mendengarkan penjelasan guru. 32. 33. 34. 35. 36. Saya mengerjakan soal yang ada di LKS terlebih dahulu sebelum disuruh guru. Saya tidak memperhatikan kerapian tulisan pada catatan saya. Saya bersemangat jika guru meminta untuk bekerja kelompok. Saya bertanggung jawab terhadap tugas kelompok yang diberikan guru. Ketika pelajaran sedang berlangsung, saya keberatan jika guru meminta untuk bekerja kelompok. 132 Lampiran 3 HASIL VALIDITAS DAN RELIABILITAS ANGKET GAYA BELAJAR Hasil validitas angket gaya belajar siswa No. Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 1 4 4 2 3 1 4 1 2 3 2 4 3 1 2 1 3 1 2 2 1 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 1 2 2 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 2 1 3 4 2 1 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 1 2 2 4 5 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 2 4 4 3 6 1 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 1 3 4 3 4 4 7 2 2 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 2 3 2 4 8 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 4 2 3 2 2 2 No. Item 9 10 3 3 3 1 4 1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1 3 2 4 3 3 2 2 1 3 1 3 3 3 3 3 1 1 2 11 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 12 2 1 3 4 3 4 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 4 13 2 2 1 2 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 14 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 2 2 3 3 4 15 2 2 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 2 3 4 16 2 1 3 2 2 2 3 2 1 2 2 3 1 2 1 2 1 17 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 18 2 1 1 1 2 1 1 1 2 3 1 1 2 1 3 1 1 133 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 2 1 2 2 3 1 3 3 4 2 3 2 3 1 2 4 3 2 3 2 2 4 3 1 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 1 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 4 3 2 3 3 1 4 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 4 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 1 3 3 2 1 2 4 3 2 3 1 2 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 2 3 3 2 4 4 4 2 3 4 3 2 4 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 3 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 4 3 2 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 2 1 4 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 2 4 3 2 4 3 2 3 2 4 3 1 3 2 3 2 2 2 1 3 1 2 3 2 2 2 4 2 1 2 1 2 1 2 1 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 1 3 3 4 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 4 3 3 2 2 4 2 2 3 2 2 4 4 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 4 2 3 3 3 2 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 2 3 4 4 4 3 4 4 2 4 2 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 2 2 2 4 4 4 2 3 2 3 4 3 2 4 2 3 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 3 2 2 1 1 2 2 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 2 4 4 4 3 4 3 2 3 4 4 1 3 1 3 1 1 2 1 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 134 42 43 44 45 Jumlah r hitung 0,326 0,445 0,618 0,545 0,396 0,261 Keterangan valid valid valid valid valid Tidak Tidak Tidak valid valid valid valid valid valid valid valid valid Valid valid valid valid No. Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 3 3 1 1 107 19 3 1 3 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 100 20 2 4 3 2 2 2 3 3 2 4 3 2 1 3 115 21 3 4 2 3 3 3 3 4 2 1 2 3 3 3 110 22 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 3 2 3 4 150 23 4 4 4 3 3 2 4 2 3 4 4 1 2 4 156 24 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 4 3 3 3 159 4 2 2 2 119 0,415 0,343 25 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 26 2 2 4 3 3 3 4 3 3 2 4 3 2 3 133 0,276 4 3 2 1 92 3 2 1 3 126 3 3 1 4 120 4 2 2 3 120 3 3 4 3 156 3 2 2 4 142 0,303 0,432 0,578 0,394 0,432 0,371 No. Item 27 28 2 4 1 2 1 4 1 4 2 4 1 4 1 3 1 3 2 4 2 4 29 2 1 2 2 4 2 4 2 4 3 30 1 2 1 4 2 4 1 2 3 3 31 2 2 2 4 2 4 3 2 3 4 32 1 1 2 2 2 2 2 2 2 3 33 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 93 4 3 3 4 166 2 2 1 2 68 0,201 0,387 0,309 34 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 35 3 1 3 2 2 2 3 2 2 2 36 3 4 4 4 3 4 4 3 3 3 135 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 2 3 3 4 3 1 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 4 3 2 3 2 4 4 2 3 2 2 3 3 4 2 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 2 2 3 2 4 3 4 2 3 1 1 3 4 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 1 4 2 2 2 4 3 4 3 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 3 2 2 1 4 1 2 1 3 1 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 3 3 4 3 3 3 2 3 3 4 3 4 3 2 2 3 2 2 4 2 3 3 2 3 3 4 2 3 2 1 2 3 2 3 3 2 3 4 4 2 3 4 3 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 3 2 4 2 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 2 3 3 1 1 2 1 2 2 1 1 1 4 3 1 1 2 1 1 1 3 1 2 1 1 1 2 4 4 2 3 3 1 4 3 2 3 2 3 4 3 3 3 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 2 3 3 2 3 4 3 3 4 3 4 3 3 1 3 3 4 3 3 4 4 1 2 3 1 1 2 3 1 2 1 2 1 3 1 4 1 1 1 2 2 2 3 4 1 1 2 3 2 3 1 4 2 2 1 2 3 2 2 3 2 1 1 2 3 2 2 4 2 3 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 2 3 3 4 2 4 3 4 3 4 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 4 3 1 3 3 4 2 3 2 2 3 4 2 1 3 2 4 2 2 2 2 3 3 1 4 3 1 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4 4 2 3 2 2 3 4 4 3 3 3 3 4 3 2 3 4 4 4 4 3 136 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 45 Jumlah r hitung 2 3 2 2 4 4 4 4 2 2 3 3 118 2 3 2 2 4 3 3 4 2 3 3 3 126 1 2 3 2 3 4 1 2 3 3 3 3 117 1 2 1 1 4 2 2 2 1 1 2 2 86 2 3 2 3 4 4 3 4 3 4 4 4 144 2 2 3 2 3 4 3 3 3 1 1 1 114 2 2 3 3 3 3 3 2 1 2 4 4 142 0,325 0,392 0,277 Keterangan valid valid Tidak Tidak Tidak valid valid valid valid valid valid valid Valid valid valid valid valid valid valid valid Valid 0,437 0,334 0,369 0,444 3 1 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 148 0,236 1 1 1 1 1 4 1 2 1 1 2 2 67 3 2 3 3 4 4 3 4 3 4 2 2 147 2 2 4 3 3 4 2 3 2 1 4 4 131 0,359 0,449 0,561 1 1 1 2 2 4 1 1 2 1 2 2 86 0,487 1 2 1 2 1 4 2 2 2 1 2 2 100 1 2 3 1 2 3 2 2 2 1 3 3 83 2 3 1 3 2 3 3 3 2 3 4 4 143 2 2 1 2 2 4 2 2 2 2 3 3 107 1 1 1 3 3 1 1 2 1 2 3 3 104 0,544 0,359 0,408 0,532 0,406 3 3 3 4 2 3 4 3 4 4 3 3 148 -0,10 137 Perhitungan reliabilitas menggunakan rumus Alpha Cronbach ri = { = { ∑ } = 1,0344 (1 – 0,1851) = 1,0344 X 0,8148 = 0,8429. } 138 Lampiran 4 KISI-KISI ANGKET GAYA BELAJAR SISWA Variabel Sub Variabel Gaya Belajar Gaya belajar visual Gaya belajar auditorial Gaya belajar kinestetik Indikator Belajar dengan cara visual Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar Rapi dan teratur Tidak terganggu dengan keributan Sulit menerima instruksi verbal Belajar dengan cara mendengar Baik dalam aktivitas lisan Memiliki kepekaan terhadap music Mudah terganggu dengan keributan Lemah dalam aktivitas visual Belajar dengan aktivitas fisik Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh Berorientasi pada fisik dan banyak bergerak Suka coba-coba dan kurang rapi Menyukai kerja kelompok dan praktik Jumlah No. Butir Pernyataan (+) (-) 1,2 3,4 6 5 7,8 10 9 11 12 13 14 15, 16 17 18, 20 19 21 22, 23 24, 25, 26 27 28 29, 30 - Jumlah Pernyataan 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 1 2 3 2 2 30 139 Lampiran 5 ANGKET GAYA BELAJAR SISWA Nama : Kelas/No. Absen : Sekolah : Pengantar : 1. Angket ini digunakan untuk mengetahui gaya belajar siswa di sekolah maupun di rumah. 2. Hasil dari pengisian angket tidak akan mempengaruhi nilai. 3. Isilah dengan jujur sesuai dengan kenyataan yang kalian alami. 4. Apabila ada pernyataan yang kurang jelas bertanyalah. Petunjuk pengisian angket : 1. Isilah daftar identitas yang telah disediakan. 2. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti dan seksama. 3. Berilah tanda centang (√) pada empat pilihan jawaban yang dianggap paling sesuai dengan keadaan diri sendiri seperti contoh di bawah ini. No. Pernyataan 1. Saya lebih memahami materi IPS dengan cara membaca. 4. Keterangan pilihan : SL = Selalu SR = Sering KD = Kadang-Kadang TP = Tidak Pernah Alternatif Jawaban SL SR KD TP 140 No 1. 2. Pernyataan Saya lebih memahami materi IPS dengan cara membaca buku sendiri. Saya membaca materi IPS dengan cepat. Saya mudah mengingat materi jika meli- 3. hat penjelasan guru secara langsung di depan kelas. Saya mudah memahami materi IPS jika 4. guru menjelaskannya dengan bagan/peta konsep. 5. 6. 7. 8. 9. Ketika maju ke depan kelas, saya tidak merapikan seragam terlebih dahulu. Sebelum berangkat sekolah, saya merapikan seragam terlebih dahulu. Saya dapat belajar dengan nyaman walaupun suasana kelas ramai. Saat di rumah, saya belajar sambil menonton TV. Saya mudah lupa jika guru menjelaskan materi hanya sekali. Jika ada materi yang belum saya pahami, 10. saya meminta bantuan teman untuk menjelaskan materi tersebut. 11. 12. 13. Saya lebih memahami materi hanya dengan mendengar penjelasan guru saja. Saya cepat bosan jika mendengar penjelasan materi dari guru. Saya bersemangat jika diminta guru untuk berdiskusi. Alternatif Jawaban SL SR KD TP 141 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. Saya merasa malas jika guru menyuruh untuk berdiskusi. Ketika di rumah, saya belajar sambil mendengarkan musik. Saya bersemangat jika guru menjelaskan materi melalui lagu. Saat belajar IPS, saya merasa terganggu jika ada teman yang mengajak berbicara. Saya biasa mencatat materi IPS tanpa disuruh guru terlebih dahulu. Saya kesulitan memahami tulisan guru di papan tulis. Saya semangat jika harus membaca materi IPS yang terlalu banyak. Saya tidak betah jika harus duduk lama 21. mendengarkan penjelasan materi dari guru. 22. Saya menghafalkan materi IPS sambil berjalan. Saya semangat jika guru mengajak 23. siswanya melakukan praktik di kelas maupun di luar kelas. 24. 25. Saya menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca. Saya menggerak-gerakkan kepala saat membaca. Saya menggerakkan bolpoint atau alat 26. tulis yang lain saat mendengarkan penjelasan guru. 27. Saya mengerjakan soal yang ada di LKS 142 terlebih dahulu sebelum disuruh guru. 28. 29. 30. Saya tidak memperhatikan kerapian tulisan pada catatan saya. Saya bersemangat jika guru meminta untuk bekerja kelompok. Saya bertanggung jawab terhadap tugas kelompok yang diberikan guru. 143 Lampiran 6 REKAPITULASI SKOR ANGKET GAYA BELAJAR SISWA No.Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 1 4 4 3 2 4 3 3 3 3 3 2 4 3 3 4 3 4 4 4 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 4 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 4 4 4 4 4 4 2 3 5 4 2 4 4 4 4 3 4 3 4 2 4 3 3 3 3 3 4 4 6 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 3 7 3 4 4 4 4 2 4 2 2 3 2 4 2 3 4 3 3 3 3 No. Item 8 9 3 4 2 4 2 3 2 2 4 4 4 2 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 10 3 4 4 3 4 3 3 3 4 2 3 4 2 3 4 4 4 2 4 11 3 4 3 2 3 2 3 3 2 2 3 4 2 3 3 4 3 3 4 12 3 1 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 13 4 4 3 3 4 3 4 3 2 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 14 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3 3 2 3 15 2 1 3 2 3 4 3 4 4 2 4 3 3 2 3 4 3 3 4 144 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 4 3 2 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 2 4 2 2 4 4 2 2 4 4 3 4 2 3 3 3 2 3 1 2 3 4 3 4 3 3 4 2 1 4 2 1 4 4 3 2 2 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 2 4 4 4 4 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 2 3 4 2 3 2 4 1 4 4 1 4 4 2 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4 3 1 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 2 4 4 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 2 2 3 3 2 4 3 3 2 3 1 3 3 4 3 3 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 1 2 4 3 3 3 3 4 3 2 1 4 4 3 3 3 4 2 2 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 2 4 4 3 3 3 3 2 4 3 2 4 3 3 4 2 3 2 4 2 3 2 4 3 4 3 3 4 4 2 3 3 3 4 3 3 2 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 2 4 4 3 3 3 3 3 4 4 2 3 4 4 2 4 4 2 2 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 1 3 3 3 3 1 2 2 4 4 2 3 2 2 3 4 1 4 3 1 145 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 3 4 3 3 3 3 2 3 3 4 4 4 2 2 3 4 4 3 2 4 2 4 3 2 4 4 1 3 4 4 1 2 3 3 4 4 2 1 2 3 3 4 1 3 2 1 3 4 4 4 4 2 4 4 2 3 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 2 2 4 3 3 4 4 2 1 4 2 1 1 3 3 2 3 3 2 3 3 4 3 3 3 4 2 3 2 2 3 4 3 3 1 1 4 2 4 4 4 3 2 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 2 4 4 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 1 4 2 2 2 4 2 4 2 3 3 3 3 3 4 4 1 2 3 2 2 2 1 3 2 3 2 4 3 3 4 4 2 4 1 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 1 3 2 3 3 4 3 2 4 1 2 1 4 1 2 2 3 1 2 2 3 4 2 3 1 3 2 4 3 2 2 3 4 3 4 3 2 3 3 3 4 2 1 4 3 3 3 4 4 3 3 4 2 3 3 2 4 3 2 2 4 4 2 3 3 4 2 4 2 4 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 4 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4 4 2 4 2 4 4 3 4 3 4 2 4 2 4 3 4 1 3 4 4 3 4 4 3 3 2 3 1 4 3 3 1 3 4 1 3 1 3 1 4 3 3 1 2 1 3 1 2 3 4 1 146 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 2 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 2 4 3 4 4 4 3 2 3 3 4 4 1 2 3 3 4 4 2 4 3 3 2 4 3 2 2 4 3 3 4 2 4 2 2 4 1 3 3 3 3 4 4 2 2 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 2 2 2 2 2 2 4 3 3 2 4 2 2 4 2 2 3 3 3 4 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 1 1 4 1 2 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 2 4 2 2 4 4 2 3 3 3 3 4 4 3 2 3 2 3 3 3 4 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 1 2 1 2 3 4 3 4 3 2 3 4 1 4 4 4 2 4 3 4 4 2 2 3 4 4 1 4 4 4 2 3 4 3 4 3 2 3 3 2 3 4 3 3 3 2 3 4 3 4 4 2 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 2 2 2 2 2 2 2 4 4 3 4 4 4 3 4 2 2 4 2 3 3 4 4 3 4 3 4 2 2 4 4 2 2 4 1 2 3 4 2 4 3 3 2 4 4 2 4 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 2 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 1 3 3 3 3 1 2 2 1 2 4 1 4 1 3 4 3 2 2 2 4 2 3 147 92 93 94 95 No.Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 4 4 4 2 310 16 4 4 3 1 3 3 2 3 2 3 3 4 4 3 4 3 2 2 269 17 4 3 3 3 4 3 3 2 3 2 3 4 3 2 4 3 3 2 318 18 3 4 2 4 4 3 4 3 3 2 3 4 4 3 3 3 4 2 269 19 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 2 315 20 3 4 3 2 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 352 21 4 4 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 1 274 22 2 3 3 1 4 2 3 4 2 2 2 4 3 3 3 4 4 1 282 No. Item 23 3 4 4 4 4 3 3 4 3 4 2 4 4 4 4 3 4 3 303 24 3 4 3 4 3 2 4 2 2 2 2 3 3 3 4 3 3 2 289 25 3 4 3 2 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 288 26 3 4 3 2 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 27 2 4 3 3 3 4 4 4 2 2 2 4 3 4 3 4 2 3 303 4 4 2 4 315 4 4 3 3 319 28 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 29 3 2 4 2 4 3 2 3 2 3 4 3 3 3 30 4 4 3 2 4 4 4 4 3 2 4 3 3 4 2 2 4 4 249 Jumlah 98 100 97 84 112 94 98 98 88 86 85 112 98 96 148 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 2 3 4 3 4 3 4 2 3 3 2 4 4 4 2 1 2 3 3 1 1 1 4 2 2 4 3 1 3 4 4 3 2 2 2 2 3 3 2 4 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 1 4 3 4 3 3 2 3 4 3 2 3 2 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 2 3 3 3 4 4 2 4 4 3 3 3 4 2 2 2 4 4 3 4 3 3 3 3 3 1 2 4 3 2 2 3 4 4 4 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 3 3 4 1 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 1 2 4 3 2 2 1 2 2 3 4 4 3 4 3 4 3 3 2 3 3 4 4 3 4 2 4 4 3 1 3 3 4 4 4 3 2 2 4 3 3 3 3 4 4 3 2 2 1 4 4 2 2 4 4 2 3 3 3 3 2 2 4 4 3 3 3 3 3 4 2 3 3 2 4 3 3 2 1 2 4 4 4 4 2 4 3 3 3 4 2 4 2 3 3 3 2 2 4 3 3 3 1 3 3 2 3 3 2 3 4 4 3 3 2 4 4 3 4 2 1 2 4 2 2 2 2 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 2 4 3 2 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 2 2 4 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 4 4 3 3 1 3 3 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 2 4 2 2 2 3 3 1 4 4 2 4 96 106 103 85 102 108 106 96 95 78 94 94 104 96 85 83 89 109 96 78 97 79 92 87 149 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 4 1 4 3 4 2 3 3 2 4 1 3 2 4 3 2 2 3 4 2 4 4 2 4 4 4 4 3 4 3 4 3 2 1 3 4 1 1 2 1 3 4 4 2 1 3 3 4 4 4 4 2 3 2 3 2 4 3 2 3 2 4 2 2 2 2 3 2 3 1 2 3 3 4 4 3 2 2 3 3 3 3 2 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 2 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 2 3 3 1 3 3 4 2 2 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 2 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 1 4 4 1 2 4 2 1 4 3 2 3 1 2 2 2 2 3 3 2 3 3 1 2 1 2 3 4 4 4 4 1 4 4 3 4 4 3 4 1 4 3 4 4 2 3 3 4 4 4 2 4 3 3 4 2 4 4 3 3 1 4 3 4 4 3 1 3 3 4 2 2 4 3 4 2 2 4 2 1 3 3 2 3 1 1 4 2 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 3 2 3 4 1 4 4 3 2 4 3 3 1 3 3 2 3 1 3 3 4 4 3 4 4 3 2 3 4 3 3 4 3 1 4 4 1 2 3 1 2 2 3 1 2 2 3 3 4 2 4 4 3 4 4 3 4 4 2 3 3 2 4 4 4 4 3 4 4 1 4 4 4 2 4 4 2 4 3 3 4 2 1 3 3 3 4 1 1 3 4 3 2 4 3 3 2 4 4 3 1 3 4 4 4 1 3 3 3 3 3 1 3 3 3 1 2 4 4 3 99 80 112 96 78 91 106 86 88 85 83 86 72 90 93 84 92 89 86 85 92 97 93 92 150 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 2 2 2 4 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 4 3 3 2 4 2 1 1 3 3 3 1 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 2 3 2 4 4 2 4 2 3 3 2 4 4 2 2 3 3 3 4 2 3 4 4 2 4 2 2 2 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 2 4 4 4 3 2 2 3 3 4 2 3 2 3 4 4 2 4 2 3 4 4 4 1 2 4 3 2 2 2 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 1 3 2 4 4 2 2 4 1 3 3 3 1 3 2 1 3 3 1 2 3 4 3 1 2 4 1 1 4 4 3 4 4 2 4 2 3 3 4 4 3 2 4 4 3 4 4 2 2 4 3 4 4 1 4 3 2 3 3 4 4 2 4 2 4 4 3 3 2 3 3 3 4 2 2 4 3 2 3 3 1 3 4 2 2 3 3 3 4 3 3 1 2 2 1 3 3 2 2 1 1 2 3 1 4 3 2 3 2 3 3 2 4 2 2 3 3 3 2 4 3 4 2 2 2 2 2 3 3 2 4 2 1 3 2 2 4 1 4 2 3 2 4 2 4 2 2 3 1 4 4 1 3 4 3 3 3 2 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 2 3 4 3 4 2 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 2 2 3 2 3 2 3 3 3 4 2 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 2 3 4 4 3 1 84 83 86 85 89 93 86 90 84 89 94 98 94 91 86 88 93 87 94 80 89 92 96 93 151 87 88 89 90 91 92 93 94 95 Jumlah 3 2 3 3 3 3 2 4 3 1 3 4 4 3 3 4 4 4 2 4 2 3 3 4 4 3 4 271 275 286 2 3 4 4 4 3 2 2 3 305 2 4 4 4 4 4 3 4 4 300 3 3 3 4 2 1 4 4 2 307 2 2 3 3 3 3 4 2 4 238 4 3 2 2 4 1 4 4 3 316 3 3 4 3 4 4 3 2 2 287 4 3 2 4 3 4 3 2 2 268 2 2 2 4 3 3 1 1 2 3 3 4 3 3 2 3 2 4 273 262 4 3 3 3 3 3 4 4 3 322 4 4 2 4 2 3 1 2 3 1 2 4 4 2 2 4 4 3 280 300 96 87 96 86 98 103 97 94 85 8745 152 Lampiran 7 PENGELOMPOKKAN GAYA BELAJAR SISWA KELAS V SDN DI GUGUS WIBISONO KECAMATAN JATI KABUPATEN KUDUS No. Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Visual 34 32 34 29 38 29 34 31 31 30 24 40 31 33 36 35 37 32 34 38 36 30 33 29 32 34 36 32 34 27 31 35 Jumlah Auditorial Kinestetik 33 31 32 36 30 33 28 27 37 37 33 32 31 33 32 35 29 28 28 28 32 29 38 34 34 33 29 34 29 31 36 35 32 34 29 24 36 32 34 36 35 35 34 32 30 32 21 28 28 34 30 30 35 33 34 30 22 29 30 26 36 32 36 38 Jumlah gaya belajar Kategori 98 100 97 84 112 94 98 98 88 86 85 112 98 96 96 106 103 85 102 108 106 96 95 78 96 94 104 96 85 83 99 109 Visual Kinestetik Visual Visual Visual Auditorial Visual Kinestetik Visual Visual Auditorial Visual Auditorial Kinestetik Visual Auditorial Visual Visual Auditorial Visual Visual Auditorial Visual Visual Kinestetik Visual Visual Auditorial Visual Auditorial Auditorial Kinestetik 153 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 34 28 36 29 34 25 31 23 38 34 28 31 36 25 26 33 30 17 28 27 35 33 36 26 23 31 33 35 36 25 31 24 30 30 31 26 30 30 29 33 26 32 23 30 29 36 29 39 29 30 24 35 31 28 30 28 36 20 33 24 29 26 34 30 29 30 33 23 34 26 28 29 27 28 34 29 36 27 29 24 29 27 28 33 32 28 35 33 20 36 35 30 34 22 25 33 24 30 34 22 30 29 33 25 29 29 34 33 27 31 27 28 30 33 27 24 28 96 78 97 79 92 87 99 80 112 96 78 91 106 86 88 85 83 86 72 90 93 84 92 89 86 85 92 97 93 92 84 83 86 85 89 93 86 90 84 Visual Visual Visual Visual Visual Kinestetik Auditorial Auditorial Auditorial Visual Auditorial Kinestetik Visual Kinestetik Kinestetik Visual Visual Auditorial Visual Auditorial Visual Visual Visual Auditorial Kinestetik Visual Visual Visual Visual Auditorial Visual Kinestetik Visual Visual Visual Auditorial Visual Auditorial Visual 154 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 28 36 34 34 32 28 32 32 28 33 24 28 34 36 34 36 28 33 33 34 38 33 34 21 29 29 28 31 29 28 27 31 29 36 29 31 33 32 32 28 30 35 29 36 36 30 31 35 32 27 36 29 30 30 29 30 30 25 27 30 25 28 27 32 29 28 24 28 29 34 29 29 89 94 98 94 91 86 88 93 87 94 80 89 92 96 93 96 87 96 86 98 103 97 94 85 Kinestetik Visual Kinestetik Visual Visual Kinestetik Visual Visual Kinestetik Auditorial Auditorial Auditorial Visual Visual Visual Visual Auditorial Visual Visual Auditorial Visual Kinestetik Visual Auditorial 155 Lampiran 8 HASIL PERHITUNGAN ANALISIS DESKRIPTIF Perhitungan Kategori Indikator Variabel Gaya Belajar Siswa (X) a) Gaya Belajar Visual 1) Belajar dengan cara visual a. Menghitung skor tertinggi dengan rumus: Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyataan =4x2 =8 b. Menghitung skor terendah dengan rumus: Skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan =1x2 =2 c. Menetapkan jumlah kelas = 4 d. Menentukan jarak interval Jarak interval = = = 1,5 dibulatkan menjadi 2 Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator belajar dengan cara visual sebagai berikut: Jumlah Skor Jawaban 8-9 6–7 4–5 2–3 Kategori Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik 2) Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar 1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus: Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyataan 156 =4x2 =8 2. Menghitung skor terendah dengan rumus: Skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan =1x2 =2 3. Menetapkan jumlah kelas = 4 4. Menentukan jarak interval Jarak interval = = = 1,5 dibulatkan menjadi 2 Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar sebagai berikut: Jumlah Skor Jawaban 8-9 6–7 4–5 2–3 Kategori Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik 3) Rapi dan teratur 1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus: Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyataan =4x2 =8 2. Menghitung skor terendah dengan rumus: Skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan =1x2 =2 3. Menetapkan jumlah kelas = 4 4. Menentukan jarak interval 157 Jarak interval = = = 1,5 dibulatkan menjadi 2 Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator rapi dan teratur sebagai berikut: Jumlah Skor Jawaban 8-9 6–7 4–5 2–3 Kategori Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik 4) Tidak terganggu dengan keributan 1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus: Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyataan =4x2 =8 2. Menghitung skor terendah dengan rumus: Skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan =1x2 =2 3. Menetapkan jumlah kelas = 4 4. Menentukan jarak interval Jarak interval = = = 1,5 dibulatkan menjadi 2 Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator tidak terganggu dengan keributan sebagai berikut: 158 Jumlah Skor Jawaban 8-9 6–7 4–5 2–3 Kategori Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik 5) Sulit menerima instruksi verbal 1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus: Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyataan =4x2 =8 2. Menghitung skor terendah dengan rumus: Skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan =1x2 =2 3. Menetapkan jumlah kelas = 4 4. Menentukan jarak interval Jarak interval = = = 1,5 dibulatkan menjadi 2 Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator sulit menerima instruksi verbal sebagai berikut: Jumlah Skor Jawaban 8–9 6–7 4–5 2–3 Kategori Sangat Baik Baik Cukup Baik Tidak Baik b) Gaya belajar auditorial 1) Belajar dengan cara mendengar 1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus: Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyataan 159 =4x2 =8 2. Menghitung skor terendah dengan rumus: Skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan =1x2 =2 3. Menetapkan jumlah kelas = 4 4. Menentukan jarak interval Jarak interval = = = 1,5 dibulatkan menjadi 2 Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator belajar dengan cara mendengar sebagai berikut: Jumlah Skor Jawaban 8-9 6–7 4–5 2–3 Kategori Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik 2) Baik dalam aktivitas lisan 1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus: Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyataan =4x2 =8 2. Menghitung skor terendah dengan rumus: Skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan =1x2 =2 3. Menetapkan jumlah kelas = 4 4. Menentukan jarak interval 160 Jarak interval = = = 1,5 dibulatkan menjadi 2 Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator baik dalam aktivitas lisan sebagai berikut: Jumlah Skor Jawaban 8-9 6–7 4–5 2–3 Kategori Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik 3) Memiliki kepekaan terhadap musik 1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus: Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyataan =4x2 =8 2. Menghitung skor terendah dengan rumus: Skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan =1x2 =2 3. Menetapkan jumlah kelas = 4 4. Menentukan jarak interval Jarak interval = = = 1,5 dibulatkan menjadi 2 Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator memiliki kepekaan terhadap musik sebagai berikut: Jumlah Skor Jawaban 8–9 6–7 Kategori Sangat Baik Baik 161 4–5 2–3 Cukup Baik Kurang Baik 4) Mudah terganggu dengan keributan 1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus: Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyataan =4x1 =4 2. Menghitung skor terendah dengan rumus: Skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan =1x1 =1 3. Menetapkan jumlah kelas = 4 4. Menentukan jarak interval Jarak interval = = = 0,75 dibulatkan menjadi 1 Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar sebagai berikut: Jumlah Skor Jawaban 4 3 2 1 Kategori Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik 5) Lemah dalam aktivitas visual 1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus: Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyataan =4x3 = 12 2. Menghitung skor terendah dengan rumus: Skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan 162 =1x3 =3 3. Menetapkan jumlah kelas = 4 4. Menentukan jarak interval Jarak interval = = = 2,25 dibulatkan menjadi 3 Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator lemah dalam aktivitas visual sebagai berikut: Jumlah Skor Jawaban 12 – 14 9 – 11 6–8 3–5 Kategori Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik c) Gaya belajar kinestetik 1) Belajar dengan aktivitas fisik 1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus: Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyataan =4x1 =4 2. Menghitung skor terendah dengan rumus: Skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan =1x1 =1 3. Menetapkan jumlah kelas = 4 4. Menentukan jarak interval Jarak interval = 163 = = 0,75 dibulatkan menjadi 1 Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator belajar dengan aktivitas fisik sebagai berikut: Jumlah Skor Jawaban 4 3 2 1 Kategori Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik 2) Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh 1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus: Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyataan =4x2 =8 2. Menghitung skor terendah dengan rumus: Skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan =1x2 =2 3. Menetapkan jumlah kelas = 4 4. Menentukan jarak interval Jarak interval = = = 1,5 dibulatkan menjadi 2 Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh sebagai berikut: Jumlah Skor Jawaban 8–9 6–7 4–5 2–3 Kategori Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik 164 3) Berorientasi pada fisik dan banyak bergerak 1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus: Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyataan =4x3 = 12 2. Menghitung skor terendah dengan rumus: Skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan =1x3 =3 3. Menetapkan jumlah kelas = 4 4. Menentukan jarak interval Jarak interval = = = 2,25 dibulatkan menjadi 3 Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator berorientasi pada fisik dan banyak bergerak sebagai berikut: Jumlah Skor Jawaban 12 – 14 9 – 11 6–8 3–5 Kategori Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik 4) Suka coba-coba dan kurang rapi 1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus: Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyataan =4x2 =8 2. Menghitung skor terendah dengan rumus: Skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan =1x2 =2 165 3. Menetapkan jumlah kelas = 4 4. Menentukan jarak interval Jarak interval = = = 1,5 dibulatkan menjadi 2 Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator suka coba-coba dan kurang rapi sebagai berikut: Jumlah Skor Jawaban 8–9 6–7 4–5 2–3 Kategori Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik 5) Menyukai kerja kelompok dan praktik 1. Menghitung skor tertinggi dengan rumus: Skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah butir pernyataan =4x2 =8 2. Menghitung skor terendah dengan rumus: Skor terendah = skor terendah x jumlah butir pernyataan =1x2 =2 3. Menetapkan jumlah kelas = 4 4. Menentukan jarak interval Jarak interval = = = 1,5 dibulatkan menjadi 2 Berdasarkan hasil tersebut, maka disusun tabel kategori indikator lemah dalam aktivitas belajar sebagai berikut: 166 Jumlah Skor Jawaban 8–9 6–7 4–5 2–3 Kategori Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik 167 Lampiran 9 KATEGORI SKOR ANGKET GAYA BELAJAR SISWA No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Indikator 1 Skor Kategori 6 B 6 B 4 C 7 B 6 B 5 C 5 C 8 SB 7 B 8 SB 7 B 8 SB 7 B 8 SB 5 C 7 B 7 B 7 B 8 SB Indikator 2 Skor Kategori 7 B 7 B 6 B 7 B 7 B 7 B 5 C 8 SB 8 SB 8 SB 5 C 7 B 7 B 5 C 5 C 6 B 7 B 6 B 6 B Indikator 3 Skor Kategori 8 SB 8 SB 8 SB 8 SB 7 B 7 B 8 SB 8 SB 7 B 7 B 8 SB 8 SB 8 SB 7 B 7 B 7 B 8 SB 8 SB 8 SB Indikator 4 Skor Kategori 6 B 6 B 6 B 8 SB 7 B 5 C 6 B 8 SB 7 B 7 B 7 B 8 SB 7 B 7 B 6 B 7 B 6 B 7 B 6 B Indikator 5 Skor Kategori 7 B 7 B 5 C 8 SB 7 B 7 B 6 B 8 SB 7 B 7 B 5 C 7 B 7 B 6 B 6 B 7 B 8 SB 6 B 6 B 168 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 6 7 5 7 4 8 7 7 5 7 8 8 5 7 7 7 7 5 6 6 5 6 8 6 B B C B C SB B B C B SB SB C B B B B C B B C B SB B 6 8 5 7 8 8 8 6 4 7 6 7 7 7 8 7 5 6 6 5 3 5 5 7 B SB C B SB SB SB B C B B B B B SB B C B B C K C C B 6 8 8 7 8 6 7 5 8 8 8 8 8 8 7 8 7 5 7 8 8 7 7 8 B SB SB B SB B B C SB SB SB SB SB SB B SB B C B SB SB B B SB 4 7 6 6 6 7 6 5 5 6 3 7 5 7 6 8 7 6 7 6 7 5 8 6 C B B B B B B C C B K B C B B SB B B B B B C SB B 6 6 5 7 8 7 5 7 6 7 8 6 6 4 7 6 5 8 4 6 7 6 8 7 B B C B SB B C B B B B B B C B B C SB C B B B SB B 169 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 No. Responden 1 2 3 4 5 6 7 7 7 6 8 7 7 7 7 5 8 6 B B B SB B B B B C SB B Indikator 1 Skor Kategori 6 B 5 C 7 B 6 B 7 B 6 B 6 B 5 7 6 6 6 7 8 7 7 7 7 C B B B B B SB B B B B 7 7 5 7 8 8 8 8 8 8 8 B B C B SB SB SB SB SB SB SB 6 6 8 5 7 6 7 4 5 7 6 B B S C B B B C C B B Gaya Belajar Auditorial Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Skor Kategori Skor Kategori Skor Kategori 8 SB 6 B 4 SB 8 SB 5 C 3 B 6 B 6 B 3 B 7 B 3 K 3 B 8 SB 6 B 4 SB 7 B 7 B 3 B 7 B 5 C 3 B 7 5 7 8 8 6 6 7 8 8 7 B C B SB SB B B B SB SB B Indikator 5 Skor Kategori 9 B 11 SB 8 B 9 B 12 SB 10 SB 10 SB 170 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 7 6 6 7 8 6 6 6 7 6 6 7 7 7 7 5 5 6 B B B B SB B B B B B B B B B B C C B 6 5 7 6 7 7 6 6 7 6 6 7 7 7 7 7 5 6 B C B B B B B B B B B B B B B B C B 7 6 5 7 7 7 5 5 7 7 6 8 6 7 6 7 4 5 B B C B B B C C B B B SB B B B B C C 2 3 2 3 4 3 2 2 4 3 1 3 4 4 3 2 2 2 C B C B SB B C C SB B K B SB SB B C C C 10 9 8 9 12 11 10 10 11 10 10 11 10 10 11 9 5 9 SB B B B SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB SB B K B 171 No. Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Indikator 1 Skor Kategori 6 B 6 B 6 B 4 C 7 B 6 B 6 B 6 B 5 C 5 C 4 C 8 SB 6 B 6 B 7 B 7 B Indikator 2 Skor Kategori 7 B 6 B 7 B 6 B 7 B 5 C 7 B 6 B 7 B 5 C 5 C 8 SB 8 SB 7 B 8 SB 7 B Indikator 3 Skor Kategori 8 SB 6 B 8 SB 8 SB 8 SB 7 B 7 B 8 SB 7 B 8 SB 4 C 8 SB 7 B 7 B 7 B 7 B Indikator 4 Skor Kategori 6 B 6 B 6 B 6 B 8 SB 6 B 7 B 5 C 5 C 6 B 5 C 8 SB 5 C 7 B 7 B 6 B Indikator 5 Skor Kategori 7 B 8 SB 7 B 5 C 8 SB 5 C 7 B 6 B 7 B 6 B 6 B 8 SB 5 C 6 B 7 B 8 SB 172 Lampiran 10 KATEGORI NILAI HASIL BELAJAR IPS No. Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Nilai UTS 86 81 81 74 98 82 81 91 76 78 74 90 89 74 80 94 86 76 86 91 Kategori BS BS BS B BS BS BS BS B B B BS BS B BS BS BS B BS BS No. Responden 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 Nilai UTS 89 64 87 74 78 80 74 78 98 80 74 87 90 80 80 81 87 84 72 77 Kategori BS C BS B B BS B B BS BS B BS BS BS BS BS BS BS B B No. Responden 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 Nilai UTS 62 75 81 58 65 80 68 61 83 77 65 80 80 70 65 75 83 70 75 52 Kategori C B BS C C BS B C BS B C BS BS B C B BS B B K 173 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 90 86 83 70 81 81 93 84 80 70 84 94 BS BS BS B BS BS BS BS BS B BS BS 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 80 82 68 74 71 70 89 90 73 83 74 62 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 BS BS B B B B BS BS B BS B C 68 74 83 78 68 78 74 86 75 83 75 B B BS B B B B BS B BS B Distribusi Nilai Hasil Belajar IPS Kategori Baik Sekali Baik Cukup Kurang Gagal Nilai 80 – 100 66 – 79 56 – 65 40 – 55 30 – 39 Total Frekuensi 50 36 8 1 0 Persen (%) 52,63% 37,89% 8,42% 1,05% 0% Kumulatif Persen 53% 38% 8% 1% 0% 95 100% 100% 174 Lampiran 11 HASIL PERHITUNGAN UJI NORMALITAS Menghitung harga fh sebagai berikut: Fh = 2,7% x 95 = 2,565 =3 = 13,34% x 95 = 12,673 = 13 =33,96% x 95 = 32,262 = 33 = 33,96% x 95 = 32,262 = 33 = 13,34% x 95 =12,673 = 13 = 2,7% x 95 = 2,565 =3 Tabel Penolong untuk Pengujian Normalitas Data Gaya Belajar Siswa Interval fo Fh (fo - fh) (fo - fh)2 72 – 78 79 – 85 86 – 92 93 – 99 100 – 106 107 – 113 Total 4 17 27 34 8 5 95 3 13 33 33 13 3 1 4 -6 1 -5 2 1 16 36 1 25 4 0,33 1,23 1,09 0,03 1,92 1,33 5,94 Tabel Penolong untuk Pengujian Normalitas Data Hasil Belajar IPS Interval 52 – 59 60 – 67 68 – 75 76 – 83 84 – 91 92 – 99 fo Fh (fo - fh) (fo - fh)2 2 7 27 34 20 5 95 3 13 33 33 13 3 -1 -6 -6 1 7 2 1 36 36 1 49 4 1,33 2,76 1,09 0,03 3,76 1,33 9,326 175 Lampiran 12 HASIL UJI LINEARITAS Gaya Belajar Between Groups * Hasil Belajar Within Groups Total ANOVA Table Sum of Squares (Combined) 3718,831 Linearity 2698,121 Deviation from 1020,710 Linearity 3648,790 7367,621 df Mean F Sig. Square 28 132,815 2,402 ,002 1 2698,121 48,804 ,000 27 37,804 ,684 ,862 66 94 55,285 176 Lampiran 13 HASIL UJI KORELASI GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR IPS 1) Korelasi gaya belajar siswa dengan hasil belajar IPS Correlations Gaya Belajar Pearson Correlation 1 Gaya belajar Sig. (2-tailed) N 95 Pearson Correlation ,605** Hasil Belajar Sig. (2-tailed) ,000 N 95 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Hasil Belajar ,605** ,000 95 1 95 2) Korelasi gaya belajar visual dengan hasil belajar IPS Visual Visual Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Hasil Belajar Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Hasil Belajar ,404** ,000 95 95 1 ,404** ,00 95 1 95 **. Correlation is significant at the 0.00 level (2-tailed). 3) Korelasi gaya belajar auditorial dengan hasil belajar IPS Auditorial Auditorial Hasil Belajar Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N 1 95 ,416** ,00 95 **. Correlation is significant at the 0.00 level (2-tailed). Hasil Belajar ,416** ,000 95 1 95 177 4) Korelasi gaya belajar kinestetik dengan hasil belajar IPS Kinestetik Kinestetik Hasil Belajar Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N 1 95 ,449** ,00 95 **. Correlation is significant at the 0.00 level (2-tailed). Hasil Belajar ,449** ,000 95 1 95 178 Lampiran 14 KISI-KISI WAWANCARA SISWA TENTANG GAYA BELAJAR Variabel Sub Variabel Gaya Belajar Gaya belajar visual Gaya belajar auditorial Gaya belajar kinestetik Indikator Belajar dengan cara visual Mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar Rapi dan teratur Tidak terganggu dengan keributan Sulit menerima instruksi verbal Belajar dengan cara mendengar Baik dalam aktivitas lisan Memiliki kepekaan terhadap musik Mudah terganggu dengan keributan Lemah dalam aktivitas visual Belajar dengan aktivitas fisik Peka terhadap ekspresi dan bahasa tubuh Berorientasi pada fisik dan banyak bergerak Suka coba-coba dan kurang rapi Menyukai kerja kelompok dan praktik. Jumlah No. Butir Jumlah Pertanyaan Pertanyaan 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 7 1 8 1 9 1 10 1 11 1 12 1 13 1 14 1 15 1 15 179 Lampiran 15 SAMPEL WAWANCARA DENGAN SISWA Narasumber 1 Hari/tanggal : Selasa, 24 Mei 2016 Narasumber : Muhammad Nabil Tempat : SDN 03 Tumpangkrasak Pertanyaan 1. Apakah kamu suka membaca materi IPS? Iya, saya sering membaca-baca materi IPS di buku paket. 2. Apakah kamu lebih menghafal materi IPS dengan cara membaca? Iya, saya menghafal materi IPS dengan membaca buku. 3. Sebelum pelajaran dimulai, apakah kamu selalu menyiapkan buku dan alat tulis di meja? Saya selalu menyiapkan buku pelajaran. 4. Apakah kamu dapat belajar dengan keadaan yang gaduh? Saya masih tetap dapat belajar walaupun teman saya ribut. 5. Apakah kamu suka mencatat materi yang dijelaskan oleh guru tanpa disuruh terlebih dahulu? Setiap guru menjelaskan, saya langsung mencatat materi. 6. Apakah kamu senang jika guru menjelaskan materi secara lisan? Saya kurang memahami jika guru menjelaskan materi. 7. Apakah kamu senang jika guru bercerita padamu? Saya merasa bosan jika guru hanya bercerita saja. 8. Jika ada waktu luang apakah kamu suka mendengarkan musik? Saya kurang menyukai musik 9. Jika dalam pelajaran ada temanmu yang bermain sendiri, apakah kamu merasa terganggu? Saya tetap dapat belajar walau teman saya mengganggu, tapi saya juga merasa kesal. 10. Apakah kamu merasa kesulitan memahami tulisan guru di papan tulis? Ya, saya agak kesulitan, karena tulisannya kurang jelas. 11. Apakah kamu betah jika harus duduk berlama-lama mendengarkan penjelasan guru? Saya merasa capek kalau duduk lama. 180 12. Apakah kamu suka menghafalkan materi sambil berjalan? Saya menghafal materi dengan duduk. 13. Ketika membaca, apakah kamu suka menggunakan jari sebagai penunjuk? Kadang-kadang saya menggunakan jari saya saat membaca. 14. Apakah kamu suka mengerjakan soal sebelum disuruh guru? Saya mengerjakan soal jika disuruh guru. 15. Apakah kamu menyukai kerja kelompok? Saya lebih suka mengerjakan tugas sendirian, karena jika kerja kelompok pasti ada teman yang tidak ikut bekerja 181 Narasumber 2 Hari/tanggal : Rabu, 24 Mei 2016 Narasumber : Miladia Najwa Tempat : SDN 03 Ngembal Kulon Pertanyaan 1. Apakah kamu suka membaca materi IPS? Saya kurang suka kalau disuruh baca buku. 2. Apakah kamu lebih menghafal materi IPS dengan cara membaca? Saya sulit mengingat materi IPS kalau hanya membaca saja. 3. Sebelum pelajaran dimulai, apakah kamu selalu menyiapkan buku dan alat tulis di meja? Kadang-kadang saya menyiapkan alat tulis saya terlebih dahulu. 4. Apakah kamu dapat belajar dengan keadaan yang gaduh? Saya tidak dapat berkonsentrasi jika kelas ramai. 5. Apakah kamu suka mencatat materi yang dijelaskan oleh guru tanpa disuruh terlebih dahulu? Ya kadang-kadang saya melakukannya. 6. Apakah kamu senang jika guru menjelaskan materi secara lisan? Saya lebih senang mendengarkan penjelasan guru. 7. Apakah kamu senang jika guru bercerita padamu? Saya sangat tertarik jika guru bercerita tentang materi IPS, apalagi bercerita tentang Indonesia. 8. Jika ada waktu luang apakah kamu suka mendengarkan musik? Ya kalau saya lagi bosan saya suka mendengarkan musik. 9. Jika dalam pelajaran ada temanmu yang bermain sendiri, apakah kamu merasa terganggu? Iya, saya merasa terganggu. 10. Apakah kamu merasa kesulitan memahami tulisan guru di papan tulis? Kadang-kadang tulisan guru kurang jelas. 11. Apakah kamu betah jika harus duduk berlama-lama mendengarkan penjelasan guru? Iya saya merasa betah. 12. Apakah kamu suka menghafalkan materi sambil berjalan? Saya lebih sering menghafalkan materi sambil duduk. 182 13. Ketika membaca, apakah kamu suka menggunakan jari sebagai penunjuk? Iya, kadang-kadang saya melakukannya. 14. Apakah kamu suka mengerjakan soal sebelum disuruh guru? Kalau saya lagi tidak malas, saya akan mengerjakan soa-soal tanpa disuruh guru. 15. Apakah kamu menyukai kerja kelompok? Saya lebih suka mengerjakan tugas sendiri, tapi jika ada kesulitan saya bertanya guru atau teman. 183 Lampiran 16 SURAT KETERANGAN VALIDASI PENILAI AHLI 184 185 186 187 Lampiran 17 SURAT IJIN PENELITIAN 188 189 190 191 192 193 194 Lampiran 18 SURAT KETERANGAN MELAKSANAKAN PENELITIAN 195 196 197 198 199 200 201 Lampiran 19 DOKUMENTASI Gambar 1 Gambar 2 Pada gambar 1 dan 2, peneliti melakukan perkenalan dengan para siswa Gambar 3 Gambar 4 Pada gambar 3 dan 4, peneliti sedang membagikan angket kepada siswa kelas V Gambar 5 Gambar 6 Pada gambar 5 dan 6, peneliti menjelaskan petunjuk pengisian angket 202 Gambar 7 Gambar 8 Pada gambar 7 dan 8, siswa sedang mengisi angket gaya belajar Gambar 9 Gambar 10 Pada gambar 9 dan 10, peneliti mengecek pengisian angket siswa Gambar 11 Gambar 12 Pada gambar 11 dan 12, peneliti mewancarai siswa tentang gaya belajarnya