ANALISIS KONTRIBUSI USAHA KECIL MENENGAH DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2000-2014) AZZAHRANI GIRI SAPUTRI Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi,Universitas Muhammadiyah Yogyakarta E-mail: [email protected] ABSTRACT Small medium enterprises (SMEs) is one of the solutions to reduce poverty and unemployment because SMES are able to absorb the workforce and encourage the acceleration of economic growth. The success of SMES that could lead to economic growth can be seen of success of SME contribution. This research using secondary date obtained from the Badan Pusat Statistik DIYogyakarta from 2000-2014. Variable used is the variable the absorption of labor SMEs, Export SMEs, and Investment SMEs. The regression model used in this research is a model of regression panel data from the analysis Fixed Effect. The results showed that in the partial absorption of labor SMEs influential negative but statistically significant. While the Export SMEs statistically has no effect against the real GDP, and investment in SMEs influential to GDP. While simultaneously throughout the independent variable (the absorption of labor SMEs, Export SMEs, and Investment in SMEs) effect significantly to GDP in 2000-2014 in the amount of 93,77%. Keywords : Contribution of SMEs, the absorption of labor SMEs, Export SMEs, InvestmentSMEs, GDP, and Fixed Effect Model. PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi adalah hal yang sangat penting dalam suatu Negara terutama dalam meningkatkan pendapatan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Menurut Sukirno (2006), pembangunan ekonomi yang dilaksanakan oleh Negara berkembang bertujuan untuk memeratakan pembangunan ekonomi dan hasilnya pada seluruh masyarakat, meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi,meningkatkan kesempatan kerja, pemerataan pendapatan, mengurangi perbedaan kemampuan antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang. Akan tetapi, terdapat permasalahan dan problematika mendasar yang dihadapi oleh Negara berkembang. Masalah pokok dan isu pembangunan yang dihadapi adalah kemiskinan dan pengangguran, tidak terkecuali Indonesia. Rendahnya daya serap penyerapan tenaga kerja yang ada, membuat kondisi tersebut belum mampu diselesaikan secara tuntas oleh pemerintah atau instansi terkait lainnya. Oleh karena itu, dibutuhkan solusi tepat untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran. Salah satunya yaitu dengan mendorong laju pertumbuhan dan pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM). Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya (Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Depkop, 2010-2011). Penelitian yang dilakukan oleh Dyah Ratih (2004) penyerapan tenaga kerja di Indonesia masih didominasi oleh UKM. Maka dari itu, keberadaan UKM sangat penting mengingat jumlah penduduknya berlimpah sementara keterbatasan UB dalam Analisis Kontribusi Usaha Kecil Menengah Di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2000-2014) 1 menyerap tenaga kerja. Selain itu, UKM memiliki peran penting dalam mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi. Faktanya terdapat ketidakseimbangan antara sumbangan UKM dalam penyedia lapangan kerja dengan kontribusi dalam membentuk nilai tambah. Padahal, pertumbuhan UKM yang lebih cepat dibanding kelompok usaha besar akan mampu memperbaiki struktur usaha dan distribusi pendapatan secara keseluruhan (Ikhsan, dalam Raselawati 2011). Gambaran peran strategis UKM terhadap perkembangan perekonomian di DIYogyakarta dapat dilihat pada tabel 1.4 dimana UKM memberi kontribusi terhadap pertumbuhan PDRB harga konstan di DIYogyakarta dimana pertumbuhan PDRB dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan signifikan. Tabel 1. 1 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Harga Konstan Tahun Dasar 2000 di DIYogyakarta Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 1 Pertanian 3643.696 3.632.681 3.557.865 37.306,92 2 Pertambangan dan Penggalian 138.748 139.967 156.711 159,81 3 Industri Pengolahan 2.610.760 2.793.580 2.983.167 2.915,12 4 Listrik, Gas, & Air Bersih 185.599 193.027 201.243 215,54 5 Bangunan 1.923.720 2.040.306 2.187.805 2.318,45 6 Perdagangan, Hotel-Restoran 4.162.116 4.383.851 4.611.402 4.920,05 7 Pengangkutan & Komunikasi 2.128.594 2.250.664 2.430.696 2.581,62 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 1.903.411 2.024.368 2.185.221 2.402,72 9 Jasa-jasa 3.368.614 3.585.598 3.817.665 4.088,34 PDRB 20.065.258 21.044.042 22.131.775 24.567,48 Sumber; Badan Pusat Statistik, data diolah Perkembangan PDRB DIYogyakarta untuk tahun 2010 ke tahun 2011 menunjukkan kenaikan sebesar Rp 21,04 triliun dari tahun 2010 menjadi sebesar Rp 22,13 triliun menghasilkan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 5,17 persen. Selama tahun 2011 hampir semua sektor ekonomi pembentuk PDRB DIY mengalami pertumbuhan kecuali sektor pertanian yang berkontraksi sebesar 2,12 persen. Pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian yang mencapai angka 11,96 persen diikuti oleh sektor pengangkutan dan komunikasi (8,00 %), sektor jasa-jasa (7,95%), sektor konstruksi (6,47%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (5,19%), serta sektor listrik, gas dan air bersih (4,26%). Tingkat keberhasilan UKM dapat dilihat dari kinerja makro UKM. Kinerja UKM secara makro menurut Badan Pusat Statistik dapat dilakukan dengan melihat beberapa indikator yaitu; (1) Nilai Tambah, (2) Jumlah unit usaha, Penyerapan tenaga kerja dan Produktivitas, (3) Ekspor, dan (4) Investasi. Perkembangan jumlah UKM di DIY dari tahun 2008 hingga tahun 2012 mengalami peningkatan. Tercatat jumlah unit usaha pada tahun 2012 sebanyak 81,515 unit dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 300,539 orang. Kondisi tahun Analisis Kontribusi Usaha Kecil Menengah Di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2000-2014) 2 2012 mengalami peningkatan dari tahun 2011. Sebagaimana disajikan pada tabel 1.3 sektor industri selama tahun 2012, mengalami perkembangan positif. Hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan jumlah unit usaha (2,86%), penyerapan tenaga kerja (2,01%), dan nilai investasi (14,75%). Tabel 1. 2 Perkembangan Industri Kecil Menengah di Provinsi DIYogyakarta Indikator 2008 76.267 2009 77.851 Capaian Tahun 2010 2011 78.122 80.056 2012 81.515 295.461 300.539 1.003.678,05 1.010.585,42 Jumlah unit usaha Penyerapan tenaga 273.621 291.391 292.625 kerja (orang) Nilai Investasi (Rp 769.274,52 871.110,10 878.063,50 Miliar) Sumber : Disperindagkop dan UKM Prop DIY, data diolah Pemberdayaan UKM dari tahun ke tahun selalu dimonitor dan dievaluasi dalam memberikan kontribusi terhadap penciptaan produk domestik bruto (PDB) secara nasional atau PDRB secara regional, penyerapan tenaga kerja, ekspor, dan perkembangan pelaku usahanya serta keberadaan investasi UKM melalui pembentukan modal tetap bruto (investasi). Indikator ekonomi makro tersebut selalu dijadikan acuan indikator keberhasilan UKM (Kristiyanti, 2012). Permasalahan yang dihadapi oleh UKM di DIY adalah masih belum terciptanya iklim usaha yang belum kondusif karena pertumbuhan ekonomi yang masih rendah. Sehingga kedepannya akan mempengaruhi kinerja UKM dalam menjalankan usahanya (Paparan Disperindangkop DIY, 2013). Kinerja nyata yang dihadapi oleh sebagian besar usaha terutama kecil dan menengah di DIYogykarta yang paling menonjol adalah rendahnya tingkat produktivitas, rendahnya nilai tambah, dan rendahnya kualitas produk. Walau diakui bahwa UKM menjadi lapangan kerja bagi sebagian besar pekerja, tetapi kontribusi dalam output daerah masih dikategorikan rendah dibandingkan usaha besar. Berdasarkan penjelasan diatas, pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi sangat strategis. Karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, UKM dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran dengan perannya yang menyerap tenaga kerja. Selain itu, kontribusi UKM terhadap pertumbuhan nilai PDRB, Ekspor, dan Investasi. Dengan demikian, permasalahan yang akan diteliti adalah apakah Penyerapan Tenaga Kerja UKM, Ekspor UKM, dan Investasi UKM dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Maka perumusan masalah ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah variabel penyerapan tenaga kerja UKM berpengaruh terhadap pertumbuhan PDRB DIYogyakarta Tahun 2000-2014 ? 2. Apakah variabel ekspor UKM berpengaruh terhadap pertumbuhan PDRB DIYogyakarta Tahun 2000-2014 ? 3. Apakah variabel investasi UKM berpengaruh terhadap pertumbuhan PDRB DIYogyakarta Tahun 2000-2014 ? Analisis Kontribusi Usaha Kecil Menengah Di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2000-2014) 3 4. Apakah variabel penyerapan tenaga kerja UKM, ekspor UKM, dan investasi UKM secara bersama-sama berpengaruh terhadap pertumbuhan PDRB DIYogyakarta Tahun 2000-2014 ? LANDASAN TEORI 1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Usaha Kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan Usaha Menengah merupakan entitas usaha menengah merupakan entitas usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d 99 orang. Sementara Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM) yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK) adalah entitas usaha yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 s.d Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan, merupakan entitas usaha. Pengukuran Kinerja UKM menurut Badan Pusat Statistik dapat dilihat dari beberapa indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk, diantaranya; a) Nilai Tambah, b) Jumlah unit usaha, Penyerapan tenaga kerja dan Produktivitas. banyaknya jumlah unit usaha UKM, c) Ekspor, d) Investasi. UKM berperan dalam ekonomi Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah usaha maupun dari penciptaan lapangan kerja. UKM termasuk kelompok usaha yang penting dalam perekonomian Indonesia. Hal ini disebabkan usaha kecil dan menengah merupakan sektor usaha yang memiliki jumlah terbesar dengan daya serap angkatan kerja yang signifikan. Pentingnya Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia ini telah ditunjukkan oleh bertahannya UKM di tengah krisis ekonomi global yang melanda beberapa tahun lalu (Kristiyanti, 2002). Sedangkan menurut Dinas Koperasi (2008), peran UKM dalam perekonomian nasional yatiu; (1) UKM sebagai peran utama dalam kegiatan ekonomi. (2) UKM penyedia lapangan terbesar. (3) UKM berperan dalam mengembangkan perekonomian lokal dan juga pemberdayaan masyarakat. (4) UKM mampu menciptakan pasar baru dan sumber inovasi, serta kelima, UKM mampu membeerikan kontribusinya terhadap neraca pembayaran. 2. Penyerapan Tenaga Kerja UKM Penyerapan tenaga kerja adalah banyaknya lapangan kerja yang sudah terisi yang tercermin dari banyaknya jumlah penduduk bekerja. Penduduk yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor perekonomian. Terserapnya penduduk bekerja disebabkan oleh adanya permintaan akan penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu, penyerapan tenaga kerja dapat dikatakan sebagai permintaan penyerapan tenaga kerja (Kuncoro, 2002). Permintaan penyerapan tenaga kerja menjelaskan tentang hubungan kuantitas penyerapan tenaga kerja yang dikehendaki dengan tingkat upah. Permintaan pengusaha atas jumlah penyerapan tenaga kerja yang diminta karena orang tersebut dapat meningkatkan jumlah barang atau jasa yang diproduksi dan kemudian dijual kepada konsumen.Adanya pertambahan permintaan perusahaan terhadap penyerapan tenaga kerja bergantung kepada pertambahan permintaan masyarakat akan barang dan jasa yang diproduksi (Simanjuntak, 2011). 3. Ekspor UKM Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri dengan menggunakan system pembayaran, kualitas, kuantitas, dan syarat Analisis Kontribusi Usaha Kecil Menengah Di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2000-2014) 4 penjualan lainnya yang telah disepakati oleh pihak eksportir dan juga importer. Permintaan ekspor adalah jumlah barang serta jasa yang diminta untuk diekspor dari suatu Negara ke Negara lain. Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke Negara lain (Sukirno, 2013). Menurut WIdhiyana dan Sulastri (2015) Ekspor dan PDRB memiliki keterkaitan dimana ekspor secara langsung menyumbang pertumbuhan pendapatan nasional dan ekspor merupakan salah satu sumber untuk menambah devisa Negara serta mampu menciptakan kesempatan kerja. Dengan adanya peningkatan ekspor maka akan meningkakan PDRB. 4. Investasi UKM Menurut Sukirno (2013) investasi dapat disebut dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal. Investasi merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat pengeluaran agregat. Investasi juga dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pengeluaran penanaman modal untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian di masa yag akan datang. Terdapat dua tujuan utama dalam investasi, yakni (1) Mengganti bagian dari penyediaan modal yang rusak (depresiasi) dan tambahan penyediaan modal yang ada. Sedangkan tujuan lainnya menyebutkan bahwa pengeluaran investasi adalah pembelian barang-barang yang memberi harapan menghasilkan keuntungan di masa akan datang. Harapan keuntungan ini digunakan sebagai faktor utama dalam pengambilan keputusan investasi (Kunarjo dalam Wahyudi, 2010). Investasi dalam teori Harold dan Dommar memberi peran penting terhadap pertumbuhan ekonomi khususnya mengenai watak ganda yang dimiliki investasi. Pertama, investasi memiliki peran ganda dimana dapat menciptakan pendapatan, dan kedua investasi dapat memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal (Jhingan dalam Wiranto, 2010). 5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Arsyad (dalam Ahmad, 2014) PDRB adalah jumlah nilai tambah yang ditimbulkan berbagai sektor atau lapangan usaha yang melakukan kegiatan usahanya di suatu daerah (regional). PDRB merupakan jumlah nilai output bersih perekonomian yang dihasilkan oleh kegiatan ekonomi suatu wilayah (provinsi dan kabupaten/kota), dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun). Sementara definisi PDRB menurut Badan Pusat Statistik (BPS) adalah jumlah nilai tambhan yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dan jasa dalam suatu wilayah dengan menjumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit ekonomi. Terdapat beberapa pendekatan untuk menghitung PDRB, yaitu; a. Pendekatan Produksi PDRB merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh unit usaha kegiatan ekonomi di suatu daerah/wilayah tertentu. Unit-unit ekonomi tersebut dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha/sektor, yaitu; (1) Pertanian, (2) Pertambangan dan Penggalian, (3) Industri Pengolahan, (4) Listrik, Gas,dan Air Bersih, (5) Konstruksi, (6) Perdagangan, Hotel, dan Restoran, (7) Pengangkutan dan Komunikasi, (8) Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan, (9) Jasa-jasa. b. Pendekatan Pengeluaran PDRB merupakan jumlah seluruh komponen permintaan akhir suatu daerah dalam jangka waktu tertentu Analisis Kontribusi Usaha Kecil Menengah Di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2000-2014) 5 (satu tahun). Komponen tersebut, meliputi; pengeluaran rumah tangga, pengeluaran konsumsi lembaga swasta nirlaba, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan infrastruktur, dan ekspor neto. c. Pendekatan Pendapatan PDRB merupakan jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut serta pada proses produksi suatu daerah/wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Misalnya, upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan. PDRB mencakup penyusutan barang modal tetap dan pajak tak langsung. METODOLOGI PENELITIAN Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah Kontribusi Usaha Kecil Menengah (UKM) yang ada di tiga kota/kabupaten di DIYogyakarta yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo. Dengan variabel yang digunakan adalah penyerapan tenaga kerja UKM, ekspor UKM, dan investasi UKM. Sementara subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi daerah yang dicerminkan dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi DIYogyakarta tahun 2000 sampai dengan 2014. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DIYogyakarta, BPS Kabupaten Bantul, BPS Kota Yogyakarta, dan literatur-literatur lainya seperti bukubuku, website pemerintah, serta jurnal ekonomi. Untuk memperjelas dan mempermudah pemahaman terhadap variabel-variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan defenisi operasional sebagai berikut : 1. PDRB (Y) : Data PDRB yang digunakan adalah PDRB yang ada di tiga kota/kabupaten di DIYogyakarta yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2000-2014 (dalam Rp juta). 2. Penyerapan tenaga kerja UKM : jumlah penyerapan tenaga kerja yang bekerja pada UKM tiga wilayah yatiu; Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2000-2014 (dalam satuan orang). 3. Ekspor UKM : variabel ini menjelaskan perkembangan ekspor UKM yang berkembang di tiga wilayah yatiu; Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2000-2014 (dalam Rp juta). 4. Investasi UKM : Investasi yang dimaksud adalah penanaman modal untuk sektor UKM yang ada di tiga wilayah yatiu; Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo pada tahun 2000-2014 (dalam Rp juta). 1. Uji Kualitas Data a. Uji Multikoleniearitas Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi diantara variabel bebas. Bila nilai korelasi independen lebih dari 0,85 maka terdapat multikolinearitas. b. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas timbul apabila nilai residual dari model tidak memiliki varians yang konstan (Kuncoro, 2011). Terdapat beberapa metode pengujian yang dapat dgunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah heterosekdastisitas, diantaranya; Uji Park, dan Uji Glesjer. c. Uji Autokorelasi Autokorelasi dapat dideteksi melalui metode Durbin-Watson (DW). Dasar pengambilan keputusan sebagai berikut; 1) Jika DW lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL), maka hipotesis nol ditolak, yang berarti ada autokorelasi. Analisis Kontribusi Usaha Kecil Menengah Di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2000-2014) 6 2) Jika Du < DW < 4-dU .maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi. 3) Jika DW terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti. Terdapat salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi. Prosedur tersebut dapat menggunakan metode CochraneOrcutt (Gunawan, 2007). 2. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan Regresi Data Panel. Data yang digunakan dalam penelitian ini dari tahun 2000-2014. Pengolahan data yang digunakan untuk menganalisis adalah program software Microsoft Excel dan EViews 7.0. Model persamaan data panel dalam penelitian ini merupakan gabungan dari data cross section dan data time series adalah sebagai berikut: a. Pooled Least Squares (PLS) Pendekatan yang sering digunakan adalah metode Ordinary Least Squares (OLS). Bentuk untuk model Ordinary Least Squares (OLS) adalah : b. Model Efek Tetap (Fixed Effect) Persamaan estimasi dengan menggunakan Fixed Effect Model adalah sebagai berikut : Dimana : Yit = Variabel terikat untuk individu ke-I dan waktu ke-t Xit = Variabel bebas untuk individu ke-I dan waktu ke-t Wit dan Zit variabel dummy yang didefinisikan sebagai berikut: Wit = 1 ; untuk individu i;i = 1,2, …, N = 0 ; lainnya Zit = 1 ; untuk periode t;t = 1,2,… T = 0 ; lainnya Keterangan : = Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai variabel terikat (dependent) = Penyerapan tenaga kerja = Ekspor = Investasi = sentinitas ke-i = periode ke- c. Model Efek Random (Random Effect) Model yang tepat untuk digunakan dalam mengestimasi Random Effect adalah Generalized Least Squares (GLS) sebagai estimatornya, karena dapat meningkatkan efisiensi dari least Squares. Dengan demikian, persamaan dalam Random Effect Model dapat dinyatakan sebagai berikut : Di dalam analisis regresi data panel terdapat tiga jenis teknik estimasi model regresi data panel, yaitu model dengan metode Pooled Least Squares (PLS), Fixed Effect Model dan Random Effect Model. Dalam mengestimasi parameter model dengan menggunakan data panel, ditawarkan beberapa teknik, yaitu : Dari persamaan diatas, dapat dilihat bahwa komponen error individual tidak terkorelasi satu sama lain dan tidak ada autokorelasi baik antara unit cross section dan time series. Dan deviasi efek secara random yang dinyatakan dalam ui pada data cross section. Analisis Kontribusi Usaha Kecil Menengah Di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2000-2014) 7 Telah diketahui bahwa : | | Maka dapat disimpulkan bahwa varians eror tersebut dapat ditulis sebagai berikut : 3. Uji Regresi Data Panel Di dalam analisis regresi data panel terdapat tiga jenis teknik estimasi model regresi data panel maka dari ketiga teknik estimasi tersebut perlu dipilih pendekatan mana yang terbaik. a. Uji Chow Uji Chow merupakan pengujian untuk menentukan model Fixed Effect atau Common Effect yang lebih tepat digunakan dalam mengestimasi data panel. Dasar penolakan terhadap hipotesis diatas adalah dengan membandingkan perhitungan F statistik dengan F tabel. Perbandingan dipakai apabila hasil F hitung > F tabel, maka H0 ditolak yang artinya model yang lebih tepat digunakan adalah Fixed Effect Model. Sebaliknya, jika F hitung < F tabel, maka H0 diterima dan model yang lebih tepat digunakan adalah Common Effect Model. Rumus perhitungan F statistik untuk Uji Chow : Keterangan : R2 Fixed Effect : R2 Common Effect N : Jumlah individual (cross section) T : Jumlah series waktu (time series) K : Jumlah variabel independen b. Uji Hausman Untuk memilih apakah metode Fixed Effect atau Random Effect yang lebih tepat digunakan dalam melakukan analisis, perlu dilakukan pengujian Hausman test. Dengan hipotesis pengujian adalah sebagai berikut : H0 : Random Effect Model H1 : Fixed Effect Model Statistik Uji Hausman ini mengikuti distribusi dari statistik Chi-Squaress dengan degree of freedom sebanyak k, dimana k merupakan jumlah variabel independen. Jika nilai statistik Hausman > nilai kritisnya maka H0 ditolak dan model yang tepat adalah model Fixed Effect . Sebaliknya, jika nilai statistik Hausman < nilai kritisnya maka model yang tepat adalah Random Effect. Uji Parameter Model (Uji Statistik) a. Koefisien Determinasi (R2) Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui berapa besar angka R-Squares variabel terikat dipengaruhi oleh variabel bebas dan seberapa besar sisa angka RSquares yang dipengaruhi oleh faktor lain diluar dari penelitian. Nilai R2 terletak antara 0 (nol) hingga satu. Semakin mendekati satu maka model dapat dikatakan membaik. Nilai R2 dapat bernilai negatif jika tidak menggunakan intersep atau konstanta. R2 b. Uji F-Statistik Pengujian ini akan memperlihatkan hubungan atau pengaruh antar variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen, sebagai berikut: H0 : βi = 0, maka variabel independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel independen. Sedangkan F tabel didapat dari: Analisis Kontribusi Usaha Kecil Menengah Di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2000-2014) 8 Hi : βi ≠ 0, maka variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Hasil pengujian adalah; H0 diterima (tidak signifikan) jika F hitung < Ftabel (df = n-k) H0 ditolak (signifikan) jika F hitung > F tabel (df = n-k) Dimana : = Koefisien determinasi K : Jumlah variabel N : Jumlah pengamatan c. Uji t-Statistik Dengan pengujian ini bermaksud untuk melihat hubungan atau pengaruh antara variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Jika t tabel ≥ t hitung, H0 diterima berarti variabel independen secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Jika t tabel < t hitung, H0 ditolak. Artinya, variabel independen secara individu berpengaruh terhadap variabel dependen. PEMBAHASAN Dalam regresi data panel dapat dilakukan dengan melakukan 3 pendekatan, yaitu; Pooled Least Squares (PLS), Model Efek Tetap (Fixed Effecr Model), dan Model Efek Random (Random Effect Model). Langkah pertama yang harus dilakukan adalah memilih model yang tepat dari ketiga model yang tersedia. Data panel yang telah dikumpulkan, diregresikan dengan menggunakan model pooled least terlebih dahulu. Model ini mengestimasi data panel dengan metode OLS (Ordinary Least Square) sebagai salah satu syarat melakukan uji F-Restricted. Pengolahan estimasi model ini mendapatkan hasil RSquared sebesar 0,41675. Setelah melakukan uji Pooled kemudian kembali melakukan regresi dengan menggunakan metode Fixed Effect. Model ini mengestimasi data panel dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) sebagai pembanding pada uji FRestricted. Pengolahan estimasi model ini mendapatkan hasil R-Squared sebesar 0,548901. Dalam penelitian ini tidak dapat dilakukan pendekatan Random Effect Model karena persamaan regresi tidak memenuhi syarat. Karena syarat untuk pendekatan Random Effect Model mengatakan bahwa number of unit cross section > number of coefficient. Sementara pada penelitian ini jumlah number of unit cross section < number of coefficient sehingga pendekatan Random Effect Model diabaikan. Setelah melakukan estimasi parameter dengan melakukan beberapa pendekatan, kemudian dilakukan uji parameter teknik estimasi data panel dalam menentukan model mana yang terbaik antara Pooled Least Squares dan Fixed Effect Model. Langkah selanjutnya adalah dengan melakukan Uji Chow untuk memilih model yang tepat antara Pooled Least Squares dan Fixed Effect. Dari hasil dari Uji dihasilkan F-tabel (5%) = 2,36 maka F-hit > F-tabel (5,27350 > 2,36). Yang berarti metode yang digunakan adalah Fixed Effect. 1. Uji Kualitas Data a. Multikolinearitas TK EKSP INV TK 1 -0.1462 -0.0909 EKSP -0.1462 1 0.82395 INV -0.0909 0.82395 1 Dari hasil korelasi yang dihasilkan pada output diatas, dapat dilihat bahwa nilai koefisien terbesar adalah 0,82 masih berada dibawah 0,85 yaitu korelasi yang terjadi antara INV dan EKSP. Maka, berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat permasalahan multikolinearitas. Analisis Kontribusi Usaha Kecil Menengah Di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2000-2014) 9 b. Heteroskedastisitas Variabel Koef. t-Statis. Prob. Konstanta 73.0227 0.56332 0.5774 T. Kerja -5.3414 -0.3944 0.6961 Ekspor -1.3991 -1.3383 0.1909 Investasi -0.6009 -0.361 0.7206 Dari output diatas, dapat diketahui bahwa koefisien dari masing-masing variabel independen bernilai > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah heteroskedastisitas, sehingga hipotesis noll dapat diterima. c. Autokorelasi Pada penelitian ini, dalam pengujian dengan metode fixed effext nilai DW yang ada sebesar 0,567942 dimana nilai tersebut masih berada jauh diangka 2. Maka, dalam pengujian tersebut terdapat permasalahan autokorelasi sehingga digunakan Metode Cochrane-Orcrutt untuk menyembuhkan permasalahan autokorelasi yang terdapat dalam penelitian ini. Hasil regresi didapatkan bahwa nilai DW statistik adalah 2,00 sementara nilai dL= 1,3064 dU =1,7202. Sehingga nilai 4dU = 2,2798 dan nilai 4-dL = 2,63936. Hasil tersebut menjelaskan bahwa nilai dL < DW < 4-dU sehingga uji autokorelasi dalam penelitian ini tidak mengandung autokorelasi. 2. Model Estimasi Data Panel Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Fixed Effect, dapat dijelaskan melalui persamaan sebagai berikut : PDRB = -3,92549 - 3,28779TK + 0,035143 EKSP + 3,362697 Investasi + e Dari persamaan regresi diatas dapat diketahui bahwa apabila variabel lain dianggap konstan, maka kontribusi UKM terhadap PDRB akan turun sebesar 3,92%. Dan diikuti dengan: a. Penyerapan Tenaga Kerja UKM memiliki nilai koefisien sebesar 3,288779. Yang berarti, jika penyerapan tenaga kerja mengalami kenaikan sebesar 1 orang maka PDRB akan turun sebesar Rp 3.288.779,-. b. Ekspor UKM memiliki nilai koefisien sebesar 0,035143. Yang berarti, apabila ekspor UKM mengalami kenaikan sebesar 1 juta rupiah maka PDRB akan mengalami kenaikan sebesar Rp 35.143.000,- cateris paribus. c. Investasi UKM memiliki nilai koefisien sebesar 3,362697. Artinya, apabila investasi mengalami kenaikan sebesar 1 juta rupiah, maka PDRB akan mengalami kenaikan sebesar Rp 3.362.697,Untuk melihat secara statistik tingkat signifkansi atau pengaruh dari masingmasing variabel independen terhadap variabel dependen maka dilakukan uji individu (parsial).Dengan membandingkan nilai t-statistik tiap variabel dengan nilai ttabel dalam menolak atau menerima hipotesis. Jika t-statistik > t-tabel yang berarti Ho ditolak. Sementara jika t-statistik < t-tabel berarti Ho diterima. Pada tingkat kepercayaan α = 5%, df = 39, maka diperoleh t-tabel 1,68488. a. Kontribusi Penyerapan Tenaga Kerja UKM terhadap PDRB Diketahui bahwa nilai t-statistik variabel penyerapan tenaga kerja (TK) UKM sebesar -2,3137. Sementara nilai ttabel sebesar 1,68488. Yang berarti tstastitik < t-tabel. Maka, dengan diterimanya Ho penyerapan tenaga kerja UKM berpengaruh negatif dan signifikan terhadap PDRB dengan nilai koefisien regresi sebesar -3,28779 yang berarti jika penyerapan tenaga kerja UKM mengalami penururnan sebesar 1 orang maka PDRB cenderung turun sebesar Rp 3.287.790,Berpengaruhnya penyerapan tenaga kerja (TK) UKM secara negatif terhadap PDRB dikarenakan pada beberapa sektor- Analisis Kontribusi Usaha Kecil Menengah Di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2000-2014) 10 sektor pembentuk PDRB DIY kinerja ekonomi mengalami peningkatan namun tidak diikuti peningkatan penyerapan tenaga kerja tetapi justru terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja. Selain itu, masalah yang terdapat dalam usaha kecil dalam melakukan ekspansi adalah bahwa produktivitasnya yang masih rendah dalam penciptaan nilai tambah. Dengan begitu, penyerapan tenaga kerja yang kurang maksimal yang dipengaruhi oleh faktor lain, seperti produktifitas, kualitas, dan peningkatan mutu menyebabkan output yang dihasilkan kurang maksimal. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Widhiyana dan Sulastri (2015) dimana akibat kurang maksimalnya peran tenaga kerja maka akan mengakibatkan produksi akan menurunkan tingkat konsumsi yang berakibat menurunnya tingkat investasi. Dengan menurunnya output produksi makan akan menurungkan tingkat konsumsi yang berakibat menurunnya tingkat investasi yang akan membuat kegiatan perekonomian lemah (Widhiyana dan Sulastri, 2015). Menurut Madona (2011) dalam penelitian yang dilakukan Widhiyana dan Sulastri (2015) bahwa peningkatan mutu penyerapan tenaga kerja dengan pengelolaan yang efektif dan tepat sasaran diharapkan akan mampu meningkatkan PDRB. Penyerapan tenaga kerja sebagai salah satu sumber daya lokal perlu ditingkatkan kualitasnya. Kondisi tersebut perlu ditingkatkan mengingat semakin ketatnya persaingan yang semakin mengglobal. ditunjukkan oleh nilai t-statistik yang lebih kecil dari nilai t-tabel. Sementara nilai koefisien regresi ekspor sebesar 0,035143 yang berarti jika ekspor UKM mengalami peningkatan sebesar 1 juta rupiah maka PDRB cenderung turun sebesar Rp 35.143.000,- dan apabila ekspor UKM mengalami penurunan sebesar 1 juta rupiah maka PDRB akan meningkat sebesar Rp 35.143.000,Hal ini sejalan dengan penelitian Lihan dan Yogi (2003) dimana dari hasil penelitian empiris besarnya nilai ekspor tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan PDRB. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Jung dan Marshall (dalam Lihan dan Yogi, 2003) menyatakan bahwa kondisi tersebut diakibatkan oleh kondisi ekspor yang tidak efisien atau menurun efisiennya diukur dengan konsep “domestic resource cost”. Dikarenakan adanya produk baru di sektor ekspor yang sangat bergantung pada input hasil ekspor. Secara statistik ekspor UKM di tiga wilayah (Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo) tidak menyebabkan adanya peningkatan yang signifikan pada PDRB. Hasil temuan ini diperkuat oleh fakta dimana ekspor di tiga wilayah Kota/Kabupaten (Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo) belum banyak berperan dalam mendorong pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Adanya kondisi ekonomi yang cenderung berfluktuatif menyebabkan kinerja ekspor UKM belum mampu memberikan kontribusi terhadap PDRB. b. Kontribusi Ekspor UKM terhadap PDRB Diketahui bahwa nilai t-statistik variabel ekspor (EKSP) UKM sebesar 1.06481 . Sementara nilai t-tabel sebesar 1,68488. Yang berarti t-stastitik < t-tabel. Maka dengan diterimanya Ho, ekspor UKM cenderung berpengaruh positif namun secara statistik kurang signifikan . Hal ini c. Kontribusi Investasi UKM terhadap PDRB Diketahui bahwa nilai t-statistik variabel investasi (INV) UKM sebesar 8.15923. Sementara nilai t-tabel sebesar 1,68488. Yang berarti t-stastitik > t-tabel dan Ho ditolak. Maka dengan ditolaknya Ho, investasi UKM mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap PDRB. Analisis Kontribusi Usaha Kecil Menengah Di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2000-2014) 11 Sementara nilai koefisien regresi ekspor sebesar 3,362697 yang berarti jika ekspor UKM mengalami peningkatan sebesar 1 juta rupiah maka PDRB cenderung turun sebesar Rp 3.362.697,- dan apabila ekspor UKM mengalami penurunan sebesar 1 juta rupiah maka PDRB akan meningkat sebesar Rp 3.362.697,Hal ini sesuai dengan teori HarrodDomar dimana investasi memiliki pengaruh yang signifikan dengan pertumbuhan ekonomi. Adanya peningkatan investasi maka akan meningkatkan nilai tambah atau penghasilan di masa yang akan datang. Sedangkan 6,3% dijelaskan oleh faktorfaktor lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini. Sejalan dengan itu, menurut Mankiw (2000), semakin tinggi nilai investasi yang dikelola maka kondisi perekonomian suatu wilayah akan semakin meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa investasi dapat mendorong perubahan ekonomi yang berkesinambungan. Disamping itu, penelitian ini juga sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tejasari (2008) dimana investasi memiliki hubungan yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi karena peningkatan PDB tidak dapat dipisahkan dari meningkatnya investasi. Investasi yang ada disektor UKM mampu mendorong adanya kenaikan oputput serta permintaan input sehingga dapat berpengaruh terhadap kenaikan pendapatan dan perluasan kesempatan kerja yang nantinya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. 3. Pengaruh variabel penyerapan tenaga kerja UKM, ekspor UKM, dan investasi UKM secara simultan (bersama-sama) terhadap PDRB DIY. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas berpengaruh secara simultan terhadap variabel terikat dan seberapa besar pengaruhnya secara simultan, maka digunakan uji F dengan membandingkan nilai F-statistik dengan F-tabel pada derajat kebebasan (k-1, n-k-1) dan pada tingkat signifikansi (α = 5%) untuk menentukan diterima atau tidaknya hipotesis. Dari hasil olahan data diperoleh hasil F-statistik > F-tabel. (60,26205 > 2,80) dengan tingkat kepercayaan α = 5%. Dengan demikian berarti F-statistik lebih besar dari F-tabel yang berarti secara bersama-sama variabel penyerapan tenaga kerja UKM, ekspor UKM, dan investasi UKM berpengaruh signifikan terhadap PDRB. 4. Uji Koefisien Determinasi Besarnya kontribusi yang diberikan penyerapan tenaga kerja UKM, ekspor UKM, dan investasi UKM terhadap PDRB dapat dilihat pada koefisien determinasi (R2) sebesar 0,937. Hal ini berarti 93,7% dari PDRB dipengaruhi oleh penyerapan tenaga kerja UKM, ekspor UKM, dan investasi UKM. Interpretasi Koefisien Individual Effect Variabel Koefisien Efek Individu Konstanta -3,92549 _YK—C -9,51545 2.97864 _BTL—C -10,2477 -3.0018 _KP—C 17,39826 -0.5772 Berdasarkan hasil estimasi dengan menggunakan model fixed effect, TK, EKSP, dan INV dipersepsikan sama dengan nol (tidak mengalami perubahan). Maka persentase kontribusi yang diberikan UKM terhadap PDRB sebesar -3,92549 persen. Akan tetapi, jika dilihat berdasar masingmasing kabupaten terdapat perbedaan yang signifikan antar kabupaten, dengan asumsi variabel lain di abaikan. Hal tersebut dapat dilihat dari konstanta berdasar dummy variabel masing-masing kabupaten; a. Kontribusi yang diberikan UKM di Kota Yogyakarta terhadap PDRB Analisis Kontribusi Usaha Kecil Menengah Di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2000-2014) 12 apabila variabel lain di abaikan, akan turun sebesar -9,51545. Namun kontribusi UKM di Kota Yogyakarta lebih kecil 9,51 persen dibandingkan dengan kontribusi UKM terhadap PDRB yang diberikan oleh Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo. Sementara pada efek individual apabila terdapat perubahan penyerapan tenaga kerja UKM, ekspor UKM, dan investasi UKM baik antar wilayah antar waktu, maka akan memiliki pengaruh individu terhadap PDRB sebesar 2.97864 rupiah. b. Kontribusi yang diberikan UKM di Kabupaten Bantul terhadap PDRB apabila variabel lain di abaikan, akan turun sebesar -10,2477. Namun kontribusi UKM di Kabupaten Bantul lebih besar -10,24 persen dibandingkan dengan kontribusi UKM terhadap PDRB yang diberikan oleh Kota Yogyakarta namun lebih kecil dari Kabupaten Kulon Progo. Sementara pada efek individual apabila terdapat perubahan penyerapan tenaga kerja UKM, ekspor UKM, dan investasi UKM baik antar wilayah antar waktu, maka akan memiliki pengaruh individu terhadap PDRB sebesar -3.0018 rupiah. c. Kontribusi yang diberikan UKM di Kabupaten Kulon Progo terhadap PDRB apabila variabel lain di abaikan, akan naik sebesar 17,39826. Namun kontribusi UKM di Kabupaten Kulon Progo masih lebih besar 17,39 persen dibandingkan dengan kontribusi UKM terhadap PDRB yang diberikan oleh Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Sementara pada efek individual apabila terdapat perubahan penyerapan tenaga kerja UKM, ekspor UKM, dan investasi UKM baik antar wilayah antar waktu, maka akan memiliki pengaruh individu terhadap PDRB sebesar 0.5772 rupiah. SIMPULAN 1. Berdasarkan hasil estimasi data panel dengan menggunakan metode Fixed Effect Model (FEM) dijelaskan bahwa secara simultasn Penyerapan Tenaga Kerja UKM, Ekspor UKM, dan Investasi UKM berpengaruh signifikan terhadap PDRB pada tahun 2000-2014 pada tingkat kepercayaan 95%. 2. Berdasarkan hasil estimasi dengan metode Fixed Effect Model (FEM) dijelaskan secara parsial bahwa Penyerapan Tenaga Kerja UKM berpengaruh secara negatif namun signifikan secara statistik. Sementara Ekspor UKM secara statistik tidak berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB pada tahun 2000-2014. Sedangkan Investasi UKM berpengaruh terhadap PDRB tahun 2000 sampai 2014. SARAN Berdasarkan hasil analisis dan penelitian, maka saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut : 1. Pemerintah DIY disarankan untuk terus memberdayakan UKM dengan meningkatkan kinerja UKM, mengingat kinerja UKM dapat memberikan kontribusi sekitar 95% pada pertumbuhan PDRB DIY. 2. Berdasarkan kesimpulan yang ada dapat dirokemendasikan bahwa hendaknya Pemerintah Daerah atau Pemerintah Kota/Kabupaten agar dapat memperhatikan lagi indikator-indikator makro kinerja UKM untuk dapat meningkatkan kemampuan penyerapan tenaga kerja dan mengurangi tingkat penggangguran. Dan dengan begitu, kualitas kualitas mutu tenaga kerja dapat meningkat sehingga meningkatkan PDRB DIY. 3. Dari segi kinerja Ekspor, baik Pemerintah Daerah atau Pemerintah Kota/Kabupaten hendaknya membangun infrastruktur pendukung ekspor yang belum merata di tiap wilayah DIY agar mempermudah para pelaku UKM. Selain itu perlu dilakukan Analisis Kontribusi Usaha Kecil Menengah Di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2000-2014) 13 peningkatan efekstifitas dan efisiensi pemasaran produk unggulan ke pasar regional dan global (ekspor). KETERBATASAN MASALAH 1. Terdapat banyak variabel kinerja UKM sehingga peneliti melakukan pemilahan terhadap indikator kinerja yang memiliki informasi ketersediaan data yang lebih lengkap dibandingkan variabel yang lain. 2. Dalam penelitian ini terdapat pengaruh variabel lain diluar penelitian. 3. Adanya keterbatasan data sehingga beberapa data missing/hilang. 4. Diambilanya tiga wilayah dikarenakan pada dua wilayah di DIY data yang dibutuhkan tidak lengkap. DAFTAR PUSTAKA Aprilia, Anggi. 2015. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran Terbuka, dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Tingkat Kemiskinan (Studi Kasus di Malang Raya Tahun 2004-2013). Jurnal Ilmiah. Malang: FEB Universitas Brawijaya. Ariyoso. 2015. Koreksi Autokorelasi Dengan Model Cochrane-Orcutt. httpp://www.statistik4life.com diakses 15 Mei sampai 21 Mei. Badan Pusat Statistik. 2014. Indikator Ekonomi Kota Yogyakarta. Badan Pusat Statistik. Kota Yogyakarta. Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 2015. Data Strategis Daerah Istimewa Yogyakarta. Badan Pusat Statistik. Daerah Istimewa Yogyakarta. Badan Pusat Statistik. 2000-2014. Kota Yogyakarta Dalam Angka. BPS Kota Yogyakarta. Badan Pusat Statistik. 2000-2014. Kulon Progo Dalam Angka. BPS Kabupaten Kulon Progo. Badan Pusat Statistik. 2000-2014. Bantul Dalam Angka. BPS Kabupaten Bantul Batari, S. K. 2013. 2013. “Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan Ekspor Terhadap PDRB Sektor Industri Kota Semarang Tahun 1993-2010. Skripsi. Semarang: FEB Universitas Diponegoro. Basri, H. Faisal. 2002. Perekenomian Indonesia: Tantangan dan Harapan Bagi Kebangkitan Ekonomi Indonesia. Jakarta: Erlangga. Endri, Dr. Model Regresi Panel Data dan Aplikasi Eviews. Gujarati, D. 2003. Basic Econometrics, 4th Edition, McGraw-Hill International. _________. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika. Jakarta: Erlangga. Gunawan, S. 2007. Ekonometrika Pengantar. Yogyakarta: BPFE. Karlita, B. S. 2013. “Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan Ekspor Terhadap PDRB Sektor Industri Kota Semarang Tahun 1993-2010”. Skripsi. Semarang: FEB Universitas Diponegoro. Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional. 2010. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milineum Indonesia 2010. Badan Perencanaan dan Pemabangunan Daerah. Kristiyanti, M. 2012. Peran Strategis Usaha Kecil Menengah (UKM) Dalam Pembangunan Nasional. Majalah Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No.1, Januari. Kuncoro, M. 2000. “Usaha Kecil di Indonesia: Profil, Masalah dan Strategi Pemberdayaan”. Makalah dalam Stadium Generale di STIE Kerja Sama, Yogyakarta, 18 November 2000. __________. 2001. Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis. Jakarta: P.T. Erlangga. Lihan, I dan Yogi. Analisis Perkembangan Ekspor dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Bisnis,no.1, jilid 8, tahun 2003. Analisis Kontribusi Usaha Kecil Menengah Di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2000-2014) 14 Lincolin, A. 2004. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN. Mankiw, N. Gregory. 2006. Makroekonomi Edisi Keenam. Jakarta: Gelora Aksara Pratama. Mulyadi, S. 2012. Ekonomi Sumber Daya Manusia Dalam Persepektif Pembangunan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Payaman, Simanjuntak. 2011. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI. Raselawati, A. 2011. “Pengaruh Perkembangan Usaha Kecil Menengah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Pada Sektor UKM di Indonesia”. Skripsi. Jakarta. Universitas Islam Negeri. Ratih, D. A. 2004. Dinamika Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Analisis Konsentrasi Regional UKM di Indonesia 1999-2001. Jurnal Ekonomi Pembangunan Vol.9 No.2, Desember 2004. Sukirno, Sadono. 2006. Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. _____________. 2013. Makrekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Sulistyastuti, D. A. 2004. “Dinamika Usaha Kecil dan Menengah (UKM): Analisis Konsentrasi Regional UKM di Indonesia 1999-2001”, Jurnal Ekonomi. Pembangunan, Vol. 9 No.2, Desember, halaman 143 – 164. Susilo, H. P. Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap Output Sektor Industri Kecil Analisis Panel Data. Jurnal Studi Ekonomi Indonesia. Universitas Sebelas Maret. Tambunan, T. 2013. Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia: Beberapa Isu Penting. Jakarta: Salemba Empat. Tejasari, M. 2008.”Peranan Sektor Usaha Kecil dan Menengah dalam Penyerapan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia” Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Todaro, M. P. 2000. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga, Edisi 7. Jakarta: Erlangga. Wahyuningsih, S. 2009. Peranan UKM dalam Perekonomian Indonesia. Jurnal Mediagro, vol.5., no.1, halaman 1-14. Widarjono, A. 2007. Ekonometrika, Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: EKONISIA. Widhiyana, D dan Sulastri. 2015. “Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja, dan Ekspor Terhadap PDRB Sektor Industri di Pulau Jawa Tahun Era Rezim SBY (2004-2014)”. Jurnal PESAT, Vol. 6, Oktober. Widdyantoro, A. 2013. “Pengaruh PDB, Investasi, dan Jumlah Unit Usaha Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia Periode 20002011”.Skripsi. Jakarta : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayyatullah. Analisis Kontribusi Usaha Kecil Menengah Di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2000-2014) 15