ANALISIS KONTRIBUSI USAHA KECIL

advertisement
ANALISIS KONTRIBUSI USAHA KECIL MENENGAH
DI KABUPATEN/KOTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
(Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun 2000-2014)
AZZAHRANI GIRI SAPUTRI
Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi,Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
E-mail: [email protected]
ABSTRACT
Small medium enterprises (SMEs) is one of the solutions to reduce poverty and
unemployment because SMES are able to absorb the workforce and encourage the
acceleration of economic growth. The success of SMES that could lead to economic growth
can be seen of success of SME contribution.
This research using secondary date obtained from the Badan Pusat Statistik
DIYogyakarta from 2000-2014. Variable used is the variable the absorption of labor SMEs,
Export SMEs, and Investment SMEs. The regression model used in this research is a model of
regression panel data from the analysis Fixed Effect.
The results showed that in the partial absorption of labor SMEs influential negative
but statistically significant. While the Export SMEs statistically has no effect against the real
GDP, and investment in SMEs influential to GDP. While simultaneously throughout the
independent variable (the absorption of labor SMEs, Export SMEs, and Investment in SMEs)
effect significantly to GDP in 2000-2014 in the amount of 93,77%.
Keywords : Contribution of SMEs, the absorption of labor SMEs, Export SMEs,
InvestmentSMEs, GDP, and Fixed Effect Model.
PENDAHULUAN
Pembangunan ekonomi adalah hal yang
sangat penting dalam suatu Negara terutama
dalam meningkatkan pendapatan ekonomi
dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
Menurut Sukirno (2006), pembangunan
ekonomi yang dilaksanakan oleh Negara
berkembang bertujuan untuk memeratakan
pembangunan ekonomi dan hasilnya pada
seluruh masyarakat, meningkatkan laju
pertumbuhan
ekonomi,meningkatkan
kesempatan kerja, pemerataan pendapatan,
mengurangi perbedaan kemampuan antar
daerah dan struktur perekonomian yang
seimbang.
Akan
tetapi,
terdapat
permasalahan dan problematika mendasar
yang dihadapi oleh Negara berkembang.
Masalah pokok dan isu pembangunan yang
dihadapi
adalah
kemiskinan
dan
pengangguran, tidak terkecuali Indonesia.
Rendahnya daya serap penyerapan
tenaga kerja yang ada, membuat kondisi
tersebut belum mampu diselesaikan secara
tuntas oleh pemerintah atau instansi terkait
lainnya. Oleh karena itu, dibutuhkan solusi
tepat untuk mengurangi kemiskinan dan
pengangguran.
Salah satunya yaitu dengan mendorong
laju pertumbuhan dan pemberdayaan Usaha
Kecil Menengah (UKM). Pemberdayaan
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi
sangat strategis, karena potensinya yang
besar dalam menggerakkan kegiatan
ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi
tumpuan sumber pendapatan sebagian besar
masyarakat
dalam
meningkatkan
kesejahteraannya (Statistik Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah Depkop, 2010-2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Dyah
Ratih (2004) penyerapan tenaga kerja di
Indonesia masih didominasi oleh UKM.
Maka dari itu, keberadaan UKM sangat
penting mengingat jumlah penduduknya
berlimpah sementara keterbatasan UB dalam
Analisis Kontribusi Usaha Kecil Menengah Di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun
2000-2014)
1
menyerap tenaga kerja. Selain itu, UKM
memiliki peran penting dalam mendorong
percepatan pertumbuhan ekonomi. Faktanya
terdapat
ketidakseimbangan
antara
sumbangan UKM dalam penyedia lapangan
kerja dengan kontribusi dalam membentuk
nilai tambah. Padahal, pertumbuhan UKM
yang lebih cepat dibanding kelompok usaha
besar akan mampu memperbaiki struktur
usaha dan distribusi pendapatan secara
keseluruhan (Ikhsan, dalam Raselawati
2011).
Gambaran peran strategis UKM
terhadap perkembangan perekonomian di
DIYogyakarta dapat dilihat pada tabel 1.4
dimana UKM memberi kontribusi terhadap
pertumbuhan PDRB harga konstan di
DIYogyakarta dimana pertumbuhan PDRB
dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan
signifikan.
Tabel 1. 1 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Harga Konstan
Tahun Dasar 2000 di DIYogyakarta
Lapangan Usaha
2009
2010
2011
2012
1
Pertanian
3643.696
3.632.681
3.557.865
37.306,92
2
Pertambangan dan Penggalian
138.748
139.967
156.711
159,81
3
Industri Pengolahan
2.610.760
2.793.580
2.983.167
2.915,12
4
Listrik, Gas, & Air Bersih
185.599
193.027
201.243
215,54
5
Bangunan
1.923.720
2.040.306
2.187.805
2.318,45
6
Perdagangan, Hotel-Restoran
4.162.116
4.383.851
4.611.402
4.920,05
7
Pengangkutan & Komunikasi
2.128.594
2.250.664
2.430.696
2.581,62
8
Keuangan, Persewaan & Jasa
Perusahaan
1.903.411
2.024.368
2.185.221
2.402,72
9
Jasa-jasa
3.368.614
3.585.598
3.817.665
4.088,34
PDRB
20.065.258
21.044.042
22.131.775
24.567,48
Sumber; Badan Pusat Statistik, data diolah
Perkembangan PDRB DIYogyakarta
untuk tahun 2010 ke tahun 2011
menunjukkan kenaikan sebesar Rp 21,04
triliun dari tahun 2010 menjadi sebesar Rp
22,13
triliun
menghasilkan
laju
pertumbuhan ekonomi sebesar 5,17 persen.
Selama tahun 2011 hampir semua sektor
ekonomi pembentuk PDRB DIY mengalami
pertumbuhan kecuali sektor pertanian yang
berkontraksi
sebesar
2,12
persen.
Pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada
sektor pertambangan dan penggalian yang
mencapai angka 11,96 persen diikuti oleh
sektor pengangkutan dan komunikasi (8,00
%), sektor jasa-jasa (7,95%), sektor
konstruksi (6,47%), sektor perdagangan,
hotel dan restoran (5,19%), serta sektor
listrik, gas dan air bersih (4,26%).
Tingkat keberhasilan UKM dapat
dilihat dari kinerja makro UKM. Kinerja
UKM secara makro menurut Badan Pusat
Statistik dapat dilakukan dengan melihat
beberapa indikator yaitu; (1) Nilai Tambah,
(2) Jumlah unit usaha, Penyerapan tenaga
kerja dan Produktivitas, (3) Ekspor, dan (4)
Investasi.
Perkembangan jumlah UKM di DIY
dari tahun 2008 hingga tahun 2012
mengalami peningkatan. Tercatat jumlah
unit usaha pada tahun 2012 sebanyak 81,515
unit dengan penyerapan tenaga kerja
sebanyak 300,539 orang. Kondisi tahun
Analisis Kontribusi Usaha Kecil Menengah Di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun
2000-2014)
2
2012 mengalami peningkatan dari tahun
2011. Sebagaimana disajikan pada tabel 1.3
sektor industri selama tahun 2012,
mengalami perkembangan positif. Hal
tersebut dapat dilihat dari peningkatan
jumlah unit usaha (2,86%), penyerapan
tenaga kerja (2,01%), dan nilai investasi
(14,75%).
Tabel 1. 2 Perkembangan Industri Kecil Menengah di Provinsi DIYogyakarta
Indikator
2008
76.267
2009
77.851
Capaian Tahun
2010
2011
78.122
80.056
2012
81.515
295.461
300.539
1.003.678,05
1.010.585,42
Jumlah unit usaha
Penyerapan tenaga
273.621
291.391
292.625
kerja (orang)
Nilai Investasi (Rp
769.274,52 871.110,10 878.063,50
Miliar)
Sumber : Disperindagkop dan UKM Prop DIY, data diolah
Pemberdayaan UKM dari tahun ke
tahun selalu dimonitor dan dievaluasi dalam
memberikan kontribusi terhadap penciptaan
produk domestik bruto (PDB) secara
nasional atau PDRB secara regional,
penyerapan tenaga kerja, ekspor, dan
perkembangan pelaku usahanya serta
keberadaan investasi UKM melalui
pembentukan modal tetap bruto (investasi).
Indikator ekonomi makro tersebut selalu
dijadikan acuan indikator keberhasilan
UKM (Kristiyanti, 2012).
Permasalahan yang dihadapi oleh UKM
di DIY adalah masih belum terciptanya
iklim usaha yang belum kondusif karena
pertumbuhan ekonomi yang masih rendah.
Sehingga kedepannya akan mempengaruhi
kinerja UKM dalam menjalankan usahanya
(Paparan Disperindangkop DIY, 2013).
Kinerja nyata yang dihadapi oleh sebagian
besar usaha terutama kecil dan menengah di
DIYogykarta yang paling menonjol adalah
rendahnya tingkat produktivitas, rendahnya
nilai tambah, dan rendahnya kualitas
produk. Walau diakui bahwa UKM menjadi
lapangan kerja bagi sebagian besar pekerja,
tetapi kontribusi dalam output daerah masih
dikategorikan rendah dibandingkan usaha
besar.
Berdasarkan
penjelasan
diatas,
pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) menjadi sangat strategis. Karena
potensinya yang besar dalam menggerakkan
kegiatan ekonomi masyarakat, UKM dapat
menjadi salah satu alternatif untuk
mengurangi kemiskinan dan pengangguran
dengan perannya yang menyerap tenaga
kerja. Selain itu, kontribusi UKM terhadap
pertumbuhan nilai PDRB, Ekspor, dan
Investasi. Dengan demikian, permasalahan
yang akan diteliti adalah apakah
Penyerapan Tenaga Kerja UKM, Ekspor
UKM, dan Investasi UKM dapat
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
ekonomi. Maka perumusan masalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Apakah variabel penyerapan tenaga
kerja UKM berpengaruh terhadap
pertumbuhan PDRB DIYogyakarta
Tahun 2000-2014 ?
2. Apakah
variabel
ekspor
UKM
berpengaruh terhadap pertumbuhan
PDRB DIYogyakarta Tahun 2000-2014
?
3. Apakah variabel investasi UKM
berpengaruh terhadap pertumbuhan
PDRB DIYogyakarta Tahun 2000-2014
?
Analisis Kontribusi Usaha Kecil Menengah Di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun
2000-2014)
3
4. Apakah variabel penyerapan tenaga
kerja UKM, ekspor UKM, dan investasi
UKM
secara
bersama-sama
berpengaruh terhadap pertumbuhan
PDRB DIYogyakarta Tahun 2000-2014
?
LANDASAN TEORI
1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM)
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS).
Usaha Kecil merupakan entitas usaha yang
memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19
orang, sedangkan Usaha Menengah
merupakan entitas usaha menengah
merupakan entitas usaha yang memiliki
tenaga kerja 20 s.d 99 orang. Sementara
Kementrian Menteri Negara Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan
UKM) yang dimaksud dengan Usaha Kecil
(UK) adalah entitas usaha yang memiliki
kekayaan bersih paling banyak Rp
200.000.000, tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha, dan memiliki
penjualan tahunan paling banyak Rp
1.000.000.000. Sementara itu, Usaha
Menengah (UM) merupakan entitas usaha
milik warga negara Indonesia yang
memiliki kekayaan bersih lebih besar dari
Rp 200.000.000 s.d Rp 10.000.000.000,
tidak termasuk tanah dan bangunan,
merupakan entitas usaha.
Pengukuran Kinerja UKM menurut
Badan Pusat Statistik dapat dilihat dari
beberapa indikator ekonomi makro yang
dapat digunakan untuk, diantaranya; a)
Nilai Tambah, b) Jumlah unit usaha,
Penyerapan tenaga kerja dan Produktivitas.
banyaknya jumlah unit usaha UKM, c)
Ekspor, d) Investasi.
UKM berperan dalam ekonomi
Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah
usaha maupun dari penciptaan lapangan
kerja. UKM termasuk kelompok usaha yang
penting dalam perekonomian Indonesia.
Hal ini disebabkan usaha kecil dan
menengah merupakan sektor usaha yang
memiliki jumlah terbesar dengan daya serap
angkatan kerja yang signifikan. Pentingnya
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di
Indonesia ini telah ditunjukkan oleh
bertahannya UKM di tengah krisis ekonomi
global yang melanda beberapa tahun lalu
(Kristiyanti, 2002).
Sedangkan menurut Dinas Koperasi
(2008), peran UKM dalam perekonomian
nasional yatiu; (1) UKM sebagai peran
utama dalam kegiatan ekonomi. (2) UKM
penyedia lapangan terbesar. (3) UKM
berperan
dalam
mengembangkan
perekonomian lokal dan juga pemberdayaan
masyarakat. (4) UKM mampu menciptakan
pasar baru dan sumber inovasi, serta
kelima, UKM mampu membeerikan
kontribusinya terhadap neraca pembayaran.
2. Penyerapan Tenaga Kerja UKM
Penyerapan tenaga kerja adalah
banyaknya lapangan kerja yang sudah terisi
yang tercermin dari banyaknya jumlah
penduduk bekerja. Penduduk yang bekerja
terserap dan tersebar di berbagai sektor
perekonomian. Terserapnya penduduk
bekerja disebabkan oleh adanya permintaan
akan penyerapan tenaga kerja. Oleh karena
itu, penyerapan tenaga kerja dapat
dikatakan sebagai permintaan penyerapan
tenaga kerja (Kuncoro, 2002).
Permintaan penyerapan tenaga kerja
menjelaskan tentang hubungan kuantitas
penyerapan tenaga kerja yang dikehendaki
dengan tingkat upah. Permintaan pengusaha
atas jumlah penyerapan tenaga kerja yang
diminta karena orang tersebut dapat
meningkatkan jumlah barang atau jasa yang
diproduksi dan kemudian dijual kepada
konsumen.Adanya pertambahan permintaan
perusahaan terhadap penyerapan tenaga
kerja bergantung kepada pertambahan
permintaan masyarakat akan barang dan
jasa yang diproduksi (Simanjuntak, 2011).
3. Ekspor UKM
Ekspor adalah penjualan barang ke luar
negeri dengan menggunakan system
pembayaran, kualitas, kuantitas, dan syarat
Analisis Kontribusi Usaha Kecil Menengah Di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun
2000-2014)
4
penjualan lainnya yang telah disepakati
oleh pihak eksportir dan juga importer.
Permintaan ekspor adalah jumlah barang
serta jasa yang diminta untuk diekspor dari
suatu Negara ke Negara lain. Proses ekspor
pada umumnya adalah tindakan untuk
mengeluarkan barang atau komoditas dari
dalam negeri untuk memasukannya ke
Negara lain (Sukirno, 2013).
Menurut WIdhiyana dan Sulastri (2015)
Ekspor dan PDRB memiliki keterkaitan
dimana
ekspor
secara
langsung
menyumbang pertumbuhan pendapatan
nasional dan ekspor merupakan salah satu
sumber untuk menambah devisa Negara
serta mampu menciptakan kesempatan
kerja. Dengan adanya peningkatan ekspor
maka akan meningkakan PDRB.
4. Investasi UKM
Menurut Sukirno (2013) investasi dapat
disebut dengan istilah penanaman modal
atau pembentukan modal. Investasi
merupakan
komponen
kedua
yang
menentukan tingkat pengeluaran agregat.
Investasi juga dapat diartikan sebagai
pengeluaran atau pengeluaran penanaman
modal untuk membeli barang-barang modal
dan perlengkapan-perlengkapan produksi
untuk
menambah
kemampuan
memproduksi barang-barang dan jasa-jasa
yang tersedia dalam perekonomian di masa
yag akan datang.
Terdapat dua tujuan utama dalam
investasi, yakni (1) Mengganti bagian dari
penyediaan modal yang rusak (depresiasi)
dan tambahan penyediaan modal yang ada.
Sedangkan tujuan lainnya menyebutkan
bahwa pengeluaran investasi adalah
pembelian barang-barang yang memberi
harapan menghasilkan keuntungan di masa
akan datang. Harapan keuntungan ini
digunakan sebagai faktor utama dalam
pengambilan keputusan investasi (Kunarjo
dalam Wahyudi, 2010).
Investasi dalam teori Harold dan
Dommar memberi peran penting terhadap
pertumbuhan ekonomi khususnya mengenai
watak ganda yang dimiliki investasi.
Pertama, investasi memiliki peran ganda
dimana dapat menciptakan pendapatan, dan
kedua investasi dapat memperbesar
kapasitas produksi perekonomian dengan
cara meningkatkan stok modal (Jhingan
dalam Wiranto, 2010).
5. Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB)
Menurut Arsyad (dalam Ahmad, 2014)
PDRB adalah jumlah nilai tambah yang
ditimbulkan berbagai sektor atau lapangan
usaha yang melakukan kegiatan usahanya
di suatu daerah (regional). PDRB
merupakan jumlah nilai output bersih
perekonomian yang dihasilkan oleh
kegiatan ekonomi suatu wilayah (provinsi
dan kabupaten/kota), dalam satu kurun
waktu tertentu (satu tahun).
Sementara definisi PDRB menurut
Badan Pusat Statistik (BPS) adalah jumlah
nilai tambhan yang dihasilkan untuk
seluruh wilayah usaha dan jasa dalam suatu
wilayah dengan menjumlah seluruh nilai
barang dan jasa akhir yang dihasilkan
seluruh unit ekonomi. Terdapat beberapa
pendekatan untuk menghitung PDRB,
yaitu;
a. Pendekatan Produksi
PDRB merupakan jumlah nilai barang
dan jasa akhir yang dihasilkan seluruh
unit usaha kegiatan ekonomi di suatu
daerah/wilayah
tertentu.
Unit-unit
ekonomi
tersebut
dikelompokkan
menjadi 9 lapangan usaha/sektor, yaitu;
(1) Pertanian, (2) Pertambangan dan
Penggalian, (3) Industri Pengolahan, (4)
Listrik, Gas,dan Air Bersih, (5)
Konstruksi, (6) Perdagangan, Hotel, dan
Restoran, (7) Pengangkutan dan
Komunikasi, (8) Keuangan, Real Estat,
dan Jasa Perusahaan, (9) Jasa-jasa.
b. Pendekatan Pengeluaran
PDRB merupakan jumlah seluruh
komponen permintaan akhir suatu
daerah dalam jangka waktu tertentu
Analisis Kontribusi Usaha Kecil Menengah Di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun
2000-2014)
5
(satu tahun). Komponen tersebut,
meliputi; pengeluaran rumah tangga,
pengeluaran konsumsi lembaga swasta
nirlaba,
pengeluaran
konsumsi
pemerintah, pembentukan modal tetap
domestik bruto, perubahan infrastruktur,
dan ekspor neto.
c. Pendekatan Pendapatan
PDRB merupakan jumlah seluruh balas
jasa yang diterima oleh faktor-faktor
produksi yang ikut serta pada proses
produksi suatu daerah/wilayah dalam
jangka waktu tertentu (satu tahun).
Misalnya, upah dan gaji, sewa tanah,
bunga modal, dan keuntungan. PDRB
mencakup penyusutan barang modal
tetap dan pajak tak langsung.
METODOLOGI PENELITIAN
Obyek penelitian dalam penelitian ini
adalah Kontribusi Usaha Kecil Menengah
(UKM) yang ada di tiga kota/kabupaten di
DIYogyakarta yaitu Kota Yogyakarta,
Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon
Progo. Dengan variabel yang digunakan
adalah penyerapan tenaga kerja UKM,
ekspor UKM, dan investasi UKM.
Sementara subyek yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi
daerah yang dicerminkan dalam Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) di
Provinsi DIYogyakarta tahun 2000 sampai
dengan 2014.
Data yang digunakan dalam penelitian
ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik
(BPS) Provinsi DIYogyakarta, BPS
Kabupaten Bantul, BPS Kota Yogyakarta,
dan literatur-literatur lainya seperti bukubuku, website pemerintah, serta jurnal
ekonomi.
Untuk memperjelas dan mempermudah
pemahaman terhadap variabel-variabel
yang akan dianalisis dalam penelitian ini,
maka perlu dirumuskan defenisi operasional
sebagai berikut :
1. PDRB (Y)
:
Data PDRB yang
digunakan adalah PDRB yang ada di
tiga kota/kabupaten di DIYogyakarta
yaitu Kota Yogyakarta, Kabupaten
Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo
pada tahun 2000-2014 (dalam Rp juta).
2. Penyerapan tenaga kerja UKM : jumlah
penyerapan tenaga kerja yang bekerja
pada UKM tiga wilayah yatiu; Kota
Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan
Kabupaten Kulon Progo pada tahun
2000-2014 (dalam satuan orang).
3. Ekspor UKM : variabel ini menjelaskan
perkembangan ekspor UKM yang
berkembang di tiga wilayah yatiu; Kota
Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan
Kabupaten Kulon Progo pada tahun
2000-2014 (dalam Rp juta).
4. Investasi UKM : Investasi yang
dimaksud adalah penanaman modal
untuk sektor UKM yang ada di tiga
wilayah yatiu; Kota Yogyakarta,
Kabupaten Bantul, dan Kabupaten
Kulon Progo pada tahun 2000-2014
(dalam Rp juta).
1. Uji Kualitas Data
a. Uji Multikoleniearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk
menguji ada tidaknya korelasi diantara
variabel bebas. Bila nilai korelasi
independen lebih dari 0,85 maka terdapat
multikolinearitas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas timbul apabila nilai
residual dari model tidak memiliki varians
yang konstan (Kuncoro, 2011). Terdapat
beberapa metode pengujian yang dapat
dgunakan untuk mendeteksi ada atau
tidaknya
masalah
heterosekdastisitas,
diantaranya; Uji Park, dan Uji Glesjer.
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi dapat dideteksi melalui
metode Durbin-Watson (DW). Dasar
pengambilan keputusan sebagai berikut;
1) Jika DW lebih kecil dari dL atau lebih
besar dari (4-dL), maka hipotesis nol
ditolak, yang berarti ada autokorelasi.
Analisis Kontribusi Usaha Kecil Menengah Di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun
2000-2014)
6
2) Jika Du < DW < 4-dU .maka hipotesis
nol diterima, yang berarti tidak ada
autokorelasi.
3) Jika DW terletak antara dL dan dU atau
diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak
menghasilkan kesimpulan yang pasti.
Terdapat salah satu cara yang dapat
digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya autokorelasi. Prosedur tersebut
dapat menggunakan metode CochraneOrcutt (Gunawan, 2007).
2. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini
dengan menggunakan Regresi Data Panel.
Data yang digunakan dalam penelitian ini
dari tahun 2000-2014. Pengolahan data
yang digunakan untuk menganalisis adalah
program software Microsoft Excel dan EViews 7.0.
Model persamaan data panel dalam
penelitian ini merupakan gabungan dari
data cross section dan data time series
adalah sebagai berikut:
a. Pooled Least Squares (PLS)
Pendekatan yang sering digunakan
adalah metode Ordinary Least Squares
(OLS). Bentuk untuk model Ordinary Least
Squares (OLS) adalah :
b. Model Efek Tetap (Fixed Effect)
Persamaan
estimasi
dengan
menggunakan Fixed Effect Model adalah
sebagai berikut :
Dimana :
Yit = Variabel terikat untuk individu ke-I
dan waktu ke-t
Xit = Variabel bebas untuk individu ke-I
dan waktu ke-t
Wit dan Zit variabel dummy yang
didefinisikan sebagai berikut:
Wit = 1 ; untuk individu i;i = 1,2, …, N
= 0 ; lainnya
Zit = 1 ; untuk periode t;t = 1,2,… T
= 0 ; lainnya
Keterangan :
= Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) sebagai variabel terikat
(dependent)
= Penyerapan tenaga kerja
= Ekspor
= Investasi
= sentinitas ke-i
= periode ke-
c. Model Efek Random (Random Effect)
Model yang tepat untuk digunakan
dalam mengestimasi Random Effect adalah
Generalized Least Squares (GLS) sebagai
estimatornya, karena dapat meningkatkan
efisiensi dari least Squares. Dengan
demikian, persamaan dalam Random Effect
Model dapat dinyatakan sebagai berikut :
Di dalam analisis regresi data panel
terdapat tiga jenis teknik estimasi model
regresi data panel, yaitu model dengan
metode Pooled Least Squares (PLS), Fixed
Effect Model dan Random Effect Model.
Dalam mengestimasi parameter model
dengan
menggunakan
data
panel,
ditawarkan beberapa teknik, yaitu :
Dari persamaan diatas, dapat dilihat
bahwa komponen error individual tidak
terkorelasi satu sama lain dan tidak ada
autokorelasi baik antara unit cross section
dan time series. Dan deviasi efek secara
random yang dinyatakan dalam ui pada data
cross section.
Analisis Kontribusi Usaha Kecil Menengah Di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun
2000-2014)
7
Telah diketahui bahwa :
|
|
Maka dapat disimpulkan bahwa varians
eror tersebut dapat ditulis sebagai berikut :
3. Uji Regresi Data Panel
Di dalam analisis regresi data panel
terdapat tiga jenis teknik estimasi model
regresi data panel maka dari ketiga teknik
estimasi tersebut perlu dipilih pendekatan
mana yang terbaik.
a. Uji Chow
Uji Chow merupakan pengujian untuk
menentukan model Fixed Effect
atau
Common Effect yang lebih tepat digunakan
dalam mengestimasi data panel. Dasar
penolakan terhadap hipotesis diatas adalah
dengan membandingkan perhitungan F
statistik dengan F tabel. Perbandingan
dipakai apabila hasil F hitung > F tabel,
maka H0 ditolak yang artinya model yang
lebih tepat digunakan adalah Fixed Effect
Model. Sebaliknya, jika F hitung < F tabel,
maka H0 diterima dan model yang lebih
tepat digunakan adalah Common Effect
Model.
Rumus perhitungan F statistik untuk Uji
Chow :
Keterangan
: R2 Fixed Effect
: R2 Common Effect
N
: Jumlah individual (cross section)
T
: Jumlah series waktu (time series)
K
: Jumlah variabel independen
b. Uji Hausman
Untuk memilih apakah metode Fixed
Effect
atau Random Effect yang lebih
tepat digunakan dalam melakukan analisis,
perlu dilakukan pengujian Hausman test.
Dengan hipotesis pengujian adalah sebagai
berikut :
H0 : Random Effect Model
H1 : Fixed Effect Model
Statistik Uji Hausman ini mengikuti
distribusi dari statistik Chi-Squaress dengan
degree of freedom sebanyak k, dimana k
merupakan jumlah variabel independen.
Jika nilai statistik Hausman > nilai kritisnya
maka H0 ditolak dan model yang tepat
adalah model Fixed Effect . Sebaliknya, jika
nilai statistik Hausman < nilai kritisnya
maka model yang tepat adalah Random
Effect.
Uji Parameter Model (Uji Statistik)
a. Koefisien Determinasi (R2)
Pengujian ini dimaksudkan untuk
mengetahui berapa besar angka R-Squares
variabel terikat dipengaruhi oleh variabel
bebas dan seberapa besar sisa angka RSquares yang dipengaruhi oleh faktor lain
diluar dari penelitian.
Nilai R2 terletak antara 0 (nol) hingga
satu. Semakin mendekati satu maka model
dapat dikatakan membaik. Nilai R2 dapat
bernilai negatif jika tidak menggunakan
intersep atau konstanta. R2
b. Uji F-Statistik
Pengujian ini akan memperlihatkan
hubungan atau pengaruh antar variabel
independen secara bersama-sama terhadap
variabel dependen, sebagai berikut:
H0 : βi = 0, maka variabel independen
secara bersama-sama tidak mempengaruhi
variabel independen.
Sedangkan F tabel didapat dari:
Analisis Kontribusi Usaha Kecil Menengah Di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun
2000-2014)
8
Hi : βi ≠ 0, maka variabel independen
secara
bersama-sama
mempengaruhi
variabel dependen.
Hasil pengujian adalah;
H0 diterima (tidak signifikan) jika F hitung
< Ftabel (df = n-k)
H0 ditolak (signifikan) jika F hitung > F
tabel (df = n-k)
Dimana :
= Koefisien determinasi
K : Jumlah variabel
N : Jumlah pengamatan
c. Uji t-Statistik
Dengan pengujian ini bermaksud untuk
melihat hubungan atau pengaruh antara
variabel independen secara individual
terhadap variabel dependen. Jika t tabel ≥ t
hitung, H0 diterima berarti variabel
independen
secara
individual
tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Jika t tabel < t hitung, H0 ditolak. Artinya,
variabel independen secara individu
berpengaruh terhadap variabel dependen.
PEMBAHASAN
Dalam regresi data panel dapat
dilakukan dengan melakukan 3 pendekatan,
yaitu; Pooled Least Squares (PLS), Model
Efek Tetap (Fixed Effecr Model), dan
Model Efek Random (Random Effect
Model).
Langkah pertama yang harus dilakukan
adalah memilih model yang tepat dari
ketiga model yang tersedia. Data panel
yang telah dikumpulkan, diregresikan
dengan menggunakan model pooled least
terlebih dahulu. Model ini mengestimasi
data panel dengan metode OLS (Ordinary
Least Square) sebagai salah satu syarat
melakukan uji F-Restricted. Pengolahan
estimasi model ini mendapatkan hasil RSquared sebesar 0,41675.
Setelah melakukan uji Pooled kemudian
kembali
melakukan
regresi
dengan
menggunakan metode Fixed Effect. Model
ini mengestimasi data panel dengan
menggunakan metode OLS (Ordinary Least
Square) sebagai pembanding pada uji FRestricted. Pengolahan estimasi model ini
mendapatkan hasil R-Squared sebesar
0,548901.
Dalam penelitian ini tidak dapat
dilakukan pendekatan Random Effect Model
karena persamaan regresi tidak memenuhi
syarat. Karena syarat untuk pendekatan
Random Effect Model mengatakan bahwa
number of unit cross section > number of
coefficient. Sementara pada penelitian ini
jumlah number of unit cross section <
number of coefficient sehingga pendekatan
Random Effect Model diabaikan.
Setelah melakukan estimasi parameter
dengan melakukan beberapa pendekatan,
kemudian dilakukan uji parameter teknik
estimasi data panel dalam menentukan
model mana yang terbaik antara Pooled
Least Squares dan Fixed Effect Model.
Langkah selanjutnya adalah dengan
melakukan Uji Chow untuk memilih model
yang tepat antara Pooled Least Squares dan
Fixed Effect.
Dari hasil dari Uji dihasilkan F-tabel
(5%) = 2,36 maka F-hit > F-tabel (5,27350
> 2,36). Yang berarti metode yang
digunakan adalah Fixed Effect.
1. Uji Kualitas Data
a. Multikolinearitas
TK
EKSP
INV
TK
1
-0.1462 -0.0909
EKSP
-0.1462 1
0.82395
INV
-0.0909 0.82395 1
Dari hasil korelasi yang dihasilkan pada
output diatas, dapat dilihat bahwa nilai
koefisien terbesar adalah 0,82
masih
berada dibawah 0,85 yaitu korelasi yang
terjadi antara INV dan EKSP. Maka,
berdasarkan
hasil
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
tidak
terdapat
permasalahan multikolinearitas.
Analisis Kontribusi Usaha Kecil Menengah Di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun
2000-2014)
9
b. Heteroskedastisitas
Variabel Koef.
t-Statis. Prob.
Konstanta 73.0227 0.56332 0.5774
T. Kerja
-5.3414 -0.3944 0.6961
Ekspor
-1.3991 -1.3383 0.1909
Investasi -0.6009 -0.361
0.7206
Dari output diatas, dapat diketahui
bahwa koefisien dari masing-masing
variabel independen bernilai > 0,05. Maka
dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah
heteroskedastisitas, sehingga hipotesis noll
dapat diterima.
c. Autokorelasi
Pada penelitian ini, dalam pengujian
dengan metode fixed effext nilai DW yang
ada sebesar 0,567942 dimana nilai tersebut
masih berada jauh diangka 2. Maka, dalam
pengujian tersebut terdapat permasalahan
autokorelasi sehingga digunakan Metode
Cochrane-Orcrutt untuk menyembuhkan
permasalahan autokorelasi yang terdapat
dalam penelitian ini.
Hasil regresi didapatkan bahwa nilai
DW statistik adalah 2,00 sementara nilai
dL= 1,3064 dU =1,7202. Sehingga nilai 4dU = 2,2798 dan nilai 4-dL = 2,63936.
Hasil tersebut menjelaskan bahwa nilai dL
< DW < 4-dU sehingga uji autokorelasi
dalam penelitian ini tidak mengandung
autokorelasi.
2. Model Estimasi Data Panel
Model yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dengan Fixed Effect, dapat
dijelaskan melalui persamaan sebagai
berikut :
PDRB = -3,92549 - 3,28779TK +
0,035143 EKSP + 3,362697 Investasi + e
Dari persamaan regresi diatas dapat
diketahui bahwa apabila variabel lain
dianggap konstan, maka kontribusi UKM
terhadap PDRB akan turun sebesar 3,92%.
Dan diikuti dengan:
a. Penyerapan Tenaga Kerja
UKM
memiliki nilai koefisien sebesar 3,288779. Yang berarti, jika penyerapan
tenaga kerja mengalami kenaikan
sebesar 1 orang maka PDRB akan turun
sebesar Rp 3.288.779,-.
b. Ekspor UKM memiliki nilai koefisien
sebesar 0,035143. Yang berarti, apabila
ekspor UKM mengalami kenaikan
sebesar 1 juta rupiah maka PDRB akan
mengalami kenaikan sebesar Rp
35.143.000,- cateris paribus.
c. Investasi UKM memiliki nilai koefisien
sebesar 3,362697. Artinya, apabila
investasi mengalami kenaikan sebesar 1
juta rupiah, maka PDRB akan
mengalami kenaikan sebesar Rp
3.362.697,Untuk melihat secara statistik tingkat
signifkansi atau pengaruh dari masingmasing variabel independen terhadap
variabel dependen maka dilakukan uji
individu (parsial).Dengan membandingkan
nilai t-statistik tiap variabel dengan nilai ttabel dalam menolak atau menerima
hipotesis. Jika t-statistik > t-tabel yang
berarti Ho ditolak. Sementara jika t-statistik
< t-tabel berarti Ho diterima. Pada tingkat
kepercayaan α = 5%, df = 39, maka
diperoleh t-tabel 1,68488.
a. Kontribusi Penyerapan Tenaga Kerja
UKM terhadap PDRB
Diketahui bahwa nilai t-statistik
variabel penyerapan tenaga kerja (TK)
UKM sebesar -2,3137. Sementara nilai ttabel sebesar 1,68488. Yang berarti tstastitik < t-tabel. Maka, dengan
diterimanya Ho penyerapan tenaga kerja
UKM berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap PDRB dengan nilai koefisien
regresi sebesar -3,28779 yang berarti jika
penyerapan tenaga kerja UKM mengalami
penururnan sebesar 1 orang maka PDRB
cenderung turun sebesar Rp 3.287.790,Berpengaruhnya penyerapan tenaga
kerja (TK) UKM secara negatif terhadap
PDRB dikarenakan pada beberapa sektor-
Analisis Kontribusi Usaha Kecil Menengah Di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun
2000-2014)
10
sektor pembentuk PDRB DIY kinerja
ekonomi mengalami peningkatan namun
tidak diikuti peningkatan penyerapan
tenaga kerja tetapi justru terjadi penurunan
penyerapan tenaga kerja. Selain itu,
masalah yang terdapat dalam usaha kecil
dalam melakukan ekspansi adalah bahwa
produktivitasnya yang masih rendah dalam
penciptaan nilai tambah.
Dengan begitu, penyerapan tenaga
kerja yang kurang maksimal yang
dipengaruhi oleh faktor lain, seperti
produktifitas, kualitas, dan peningkatan
mutu menyebabkan output yang dihasilkan
kurang maksimal. Sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Widhiyana dan
Sulastri (2015) dimana akibat kurang
maksimalnya peran tenaga kerja maka akan
mengakibatkan produksi akan menurunkan
tingkat
konsumsi
yang
berakibat
menurunnya tingkat investasi. Dengan
menurunnya output produksi makan akan
menurungkan tingkat konsumsi yang
berakibat menurunnya tingkat investasi
yang akan membuat kegiatan perekonomian
lemah (Widhiyana dan Sulastri, 2015).
Menurut Madona (2011) dalam
penelitian yang dilakukan Widhiyana dan
Sulastri (2015) bahwa peningkatan mutu
penyerapan
tenaga
kerja
dengan
pengelolaan yang efektif dan tepat sasaran
diharapkan akan mampu meningkatkan
PDRB. Penyerapan tenaga kerja sebagai
salah satu sumber daya lokal perlu
ditingkatkan kualitasnya. Kondisi tersebut
perlu ditingkatkan mengingat semakin
ketatnya
persaingan
yang
semakin
mengglobal.
ditunjukkan oleh nilai t-statistik yang lebih
kecil dari nilai t-tabel.
Sementara nilai koefisien regresi ekspor
sebesar 0,035143 yang berarti jika ekspor
UKM mengalami peningkatan sebesar 1
juta rupiah maka PDRB cenderung turun
sebesar Rp 35.143.000,- dan apabila ekspor
UKM mengalami penurunan sebesar 1 juta
rupiah maka PDRB akan meningkat sebesar
Rp 35.143.000,Hal ini sejalan dengan penelitian Lihan
dan Yogi (2003) dimana dari hasil
penelitian empiris besarnya nilai ekspor
tidak
berpengaruh
nyata
terhadap
pertumbuhan PDRB. Selain itu, penelitian
yang dilakukan oleh Jung dan Marshall
(dalam Lihan dan Yogi, 2003) menyatakan
bahwa kondisi tersebut diakibatkan oleh
kondisi ekspor yang tidak efisien atau
menurun efisiennya diukur dengan konsep
“domestic resource cost”. Dikarenakan
adanya produk baru di sektor ekspor yang
sangat bergantung pada input hasil ekspor.
Secara statistik ekspor UKM di tiga
wilayah (Kota Yogyakarta, Kabupaten
Bantul dan Kabupaten Kulon Progo) tidak
menyebabkan adanya peningkatan yang
signifikan pada PDRB. Hasil temuan ini
diperkuat oleh fakta dimana ekspor di tiga
wilayah Kota/Kabupaten (Kota Yogyakarta,
Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon
Progo) belum banyak berperan dalam
mendorong
pertumbuhan
dan
perkembangan ekonomi. Adanya kondisi
ekonomi yang cenderung berfluktuatif
menyebabkan kinerja ekspor UKM belum
mampu memberikan kontribusi terhadap
PDRB.
b. Kontribusi Ekspor UKM terhadap
PDRB
Diketahui bahwa nilai t-statistik
variabel ekspor (EKSP) UKM sebesar 1.06481 . Sementara nilai t-tabel sebesar
1,68488. Yang berarti t-stastitik < t-tabel.
Maka dengan diterimanya Ho, ekspor UKM
cenderung berpengaruh positif namun
secara statistik kurang signifikan . Hal ini
c. Kontribusi Investasi UKM terhadap
PDRB
Diketahui bahwa nilai t-statistik
variabel investasi (INV) UKM sebesar 8.15923. Sementara nilai t-tabel sebesar
1,68488. Yang berarti t-stastitik > t-tabel
dan Ho ditolak. Maka dengan ditolaknya
Ho, investasi UKM mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap PDRB.
Analisis Kontribusi Usaha Kecil Menengah Di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun
2000-2014)
11
Sementara nilai koefisien regresi ekspor
sebesar 3,362697 yang berarti jika ekspor
UKM mengalami peningkatan sebesar 1
juta rupiah maka PDRB cenderung turun
sebesar Rp 3.362.697,- dan apabila ekspor
UKM mengalami penurunan sebesar 1 juta
rupiah maka PDRB akan meningkat sebesar
Rp 3.362.697,Hal ini sesuai dengan teori HarrodDomar dimana investasi memiliki pengaruh
yang signifikan dengan pertumbuhan
ekonomi. Adanya peningkatan investasi
maka akan meningkatkan nilai tambah atau
penghasilan di masa yang akan datang.
Sedangkan 6,3% dijelaskan oleh faktorfaktor lain yang tidak terdapat dalam
penelitian ini.
Sejalan dengan itu, menurut Mankiw
(2000), semakin tinggi nilai investasi yang
dikelola maka kondisi perekonomian suatu
wilayah akan semakin meningkat. Hal ini
sesuai dengan pernyataan bahwa investasi
dapat mendorong perubahan ekonomi yang
berkesinambungan.
Disamping
itu,
penelitian ini juga sesuai dengan hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Tejasari (2008) dimana investasi memiliki
hubungan
yang
positif
terhadap
pertumbuhan ekonomi karena peningkatan
PDB tidak dapat dipisahkan dari
meningkatnya investasi. Investasi yang ada
disektor UKM mampu mendorong adanya
kenaikan oputput serta permintaan input
sehingga dapat berpengaruh terhadap
kenaikan pendapatan dan perluasan
kesempatan kerja yang nantinya dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi.
3. Pengaruh
variabel
penyerapan
tenaga kerja UKM, ekspor UKM,
dan investasi UKM secara simultan
(bersama-sama) terhadap PDRB
DIY.
Pengujian
ini
dilakukan
untuk
mengetahui
apakah
variabel
bebas
berpengaruh secara simultan terhadap
variabel terikat dan seberapa besar
pengaruhnya secara simultan, maka
digunakan uji F dengan membandingkan
nilai F-statistik dengan F-tabel pada derajat
kebebasan (k-1, n-k-1) dan pada tingkat
signifikansi (α = 5%) untuk menentukan
diterima atau tidaknya hipotesis.
Dari hasil olahan data diperoleh hasil
F-statistik > F-tabel. (60,26205 > 2,80)
dengan tingkat kepercayaan α = 5%.
Dengan demikian berarti F-statistik lebih
besar dari F-tabel yang berarti secara
bersama-sama variabel penyerapan tenaga
kerja UKM, ekspor UKM, dan investasi
UKM berpengaruh signifikan terhadap
PDRB.
4. Uji Koefisien Determinasi
Besarnya kontribusi yang diberikan
penyerapan tenaga kerja UKM, ekspor
UKM, dan investasi UKM terhadap PDRB
dapat dilihat pada koefisien determinasi
(R2) sebesar 0,937. Hal ini berarti 93,7%
dari PDRB dipengaruhi oleh penyerapan
tenaga kerja UKM, ekspor UKM, dan
investasi UKM.
Interpretasi Koefisien Individual Effect
Variabel
Koefisien
Efek Individu
Konstanta
-3,92549
_YK—C
-9,51545
2.97864
_BTL—C
-10,2477
-3.0018
_KP—C
17,39826
-0.5772
Berdasarkan hasil estimasi dengan
menggunakan model fixed effect, TK,
EKSP, dan INV dipersepsikan sama dengan
nol (tidak mengalami perubahan). Maka
persentase kontribusi yang diberikan UKM
terhadap PDRB sebesar -3,92549 persen.
Akan tetapi, jika dilihat berdasar masingmasing kabupaten terdapat perbedaan yang
signifikan antar kabupaten, dengan asumsi
variabel lain di abaikan. Hal tersebut dapat
dilihat dari konstanta berdasar dummy
variabel masing-masing kabupaten;
a. Kontribusi yang diberikan UKM di
Kota Yogyakarta terhadap PDRB
Analisis Kontribusi Usaha Kecil Menengah Di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun
2000-2014)
12
apabila variabel lain di abaikan, akan
turun sebesar
-9,51545. Namun
kontribusi UKM di Kota Yogyakarta
lebih kecil 9,51 persen dibandingkan
dengan kontribusi UKM terhadap
PDRB yang diberikan oleh Kabupaten
Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo.
Sementara pada efek individual apabila
terdapat perubahan penyerapan tenaga
kerja UKM, ekspor UKM, dan investasi
UKM baik antar wilayah antar waktu,
maka akan memiliki pengaruh individu
terhadap PDRB sebesar 2.97864 rupiah.
b. Kontribusi yang diberikan UKM di
Kabupaten Bantul terhadap PDRB
apabila variabel lain di abaikan, akan
turun sebesar
-10,2477. Namun
kontribusi UKM di Kabupaten Bantul
lebih besar -10,24 persen dibandingkan
dengan kontribusi UKM terhadap
PDRB yang diberikan oleh Kota
Yogyakarta namun lebih kecil dari
Kabupaten Kulon Progo. Sementara
pada efek individual apabila terdapat
perubahan penyerapan tenaga kerja
UKM, ekspor UKM, dan investasi
UKM baik antar wilayah antar waktu,
maka akan memiliki pengaruh individu
terhadap PDRB sebesar -3.0018 rupiah.
c. Kontribusi yang diberikan UKM di
Kabupaten Kulon Progo terhadap
PDRB apabila variabel lain di abaikan,
akan naik sebesar 17,39826. Namun
kontribusi UKM di Kabupaten Kulon
Progo masih lebih besar 17,39 persen
dibandingkan dengan kontribusi UKM
terhadap PDRB yang diberikan oleh
Kota Yogyakarta dan Kabupaten
Bantul. Sementara pada efek individual
apabila terdapat perubahan penyerapan
tenaga kerja UKM, ekspor UKM, dan
investasi UKM baik antar wilayah antar
waktu, maka akan memiliki pengaruh
individu terhadap PDRB sebesar 0.5772 rupiah.
SIMPULAN
1. Berdasarkan hasil estimasi data panel
dengan menggunakan metode Fixed
Effect Model (FEM) dijelaskan bahwa
secara simultasn Penyerapan Tenaga
Kerja UKM, Ekspor UKM, dan
Investasi UKM berpengaruh signifikan
terhadap PDRB pada tahun 2000-2014
pada tingkat kepercayaan 95%.
2. Berdasarkan hasil estimasi dengan
metode Fixed Effect Model (FEM)
dijelaskan secara parsial bahwa
Penyerapan Tenaga Kerja UKM
berpengaruh secara negatif namun
signifikan secara statistik. Sementara
Ekspor UKM secara statistik tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap
PDRB
pada
tahun
2000-2014.
Sedangkan Investasi UKM berpengaruh
terhadap PDRB tahun 2000 sampai
2014.
SARAN
Berdasarkan
hasil
analisis
dan
penelitian, maka saran yang dapat
diberikan oleh penulis adalah sebagai
berikut :
1. Pemerintah DIY disarankan untuk terus
memberdayakan
UKM
dengan
meningkatkan kinerja UKM, mengingat
kinerja UKM dapat memberikan
kontribusi
sekitar
95%
pada
pertumbuhan PDRB DIY.
2. Berdasarkan kesimpulan yang ada dapat
dirokemendasikan bahwa hendaknya
Pemerintah Daerah atau Pemerintah
Kota/Kabupaten
agar
dapat
memperhatikan lagi indikator-indikator
makro kinerja UKM untuk dapat
meningkatkan kemampuan penyerapan
tenaga kerja dan mengurangi tingkat
penggangguran. Dan dengan begitu,
kualitas kualitas mutu tenaga kerja
dapat
meningkat
sehingga
meningkatkan PDRB DIY.
3. Dari segi kinerja Ekspor, baik
Pemerintah Daerah atau Pemerintah
Kota/Kabupaten
hendaknya
membangun infrastruktur pendukung
ekspor yang belum merata di tiap
wilayah DIY agar mempermudah para
pelaku UKM. Selain itu perlu dilakukan
Analisis Kontribusi Usaha Kecil Menengah Di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun
2000-2014)
13
peningkatan efekstifitas dan efisiensi
pemasaran produk unggulan ke pasar
regional dan global (ekspor).
KETERBATASAN MASALAH
1. Terdapat banyak variabel kinerja UKM
sehingga peneliti melakukan pemilahan
terhadap indikator kinerja yang
memiliki informasi ketersediaan data
yang lebih lengkap dibandingkan
variabel yang lain.
2. Dalam penelitian ini terdapat pengaruh
variabel lain diluar penelitian.
3. Adanya keterbatasan data sehingga
beberapa data missing/hilang.
4. Diambilanya tiga wilayah dikarenakan
pada dua wilayah di DIY data yang
dibutuhkan tidak lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia,
Anggi.
2015.
Pengaruh
Pertumbuhan
Ekonomi,
Tingkat
Pengangguran Terbuka, dan Indeks
Pembangunan Manusia Terhadap
Tingkat Kemiskinan (Studi Kasus di
Malang Raya Tahun 2004-2013).
Jurnal
Ilmiah.
Malang:
FEB
Universitas Brawijaya.
Ariyoso. 2015. Koreksi Autokorelasi
Dengan Model Cochrane-Orcutt.
httpp://www.statistik4life.com diakses
15 Mei sampai 21 Mei.
Badan Pusat Statistik. 2014. Indikator
Ekonomi Kota Yogyakarta. Badan
Pusat Statistik. Kota Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. 2015. Data
Strategis
Daerah
Istimewa
Yogyakarta. Badan Pusat Statistik.
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik. 2000-2014. Kota
Yogyakarta Dalam Angka. BPS Kota
Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik. 2000-2014. Kulon
Progo Dalam Angka. BPS Kabupaten
Kulon Progo.
Badan Pusat Statistik. 2000-2014. Bantul
Dalam Angka. BPS Kabupaten Bantul
Batari, S. K. 2013. 2013. “Pengaruh
Investasi, Tenaga Kerja, dan Ekspor
Terhadap PDRB Sektor Industri Kota
Semarang Tahun 1993-2010. Skripsi.
Semarang:
FEB
Universitas
Diponegoro.
Basri, H. Faisal. 2002. Perekenomian
Indonesia: Tantangan dan Harapan
Bagi
Kebangkitan
Ekonomi
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Endri, Dr. Model Regresi Panel Data dan
Aplikasi Eviews.
Gujarati, D. 2003. Basic Econometrics, 4th
Edition, McGraw-Hill International.
_________.
2006.
Dasar-Dasar
Ekonometrika. Jakarta: Erlangga.
Gunawan,
S.
2007.
Ekonometrika
Pengantar. Yogyakarta: BPFE.
Karlita, B. S. 2013. “Pengaruh Investasi,
Tenaga Kerja, dan Ekspor Terhadap
PDRB Sektor Industri Kota Semarang
Tahun
1993-2010”.
Skripsi.
Semarang:
FEB
Universitas
Diponegoro.
Kementrian Perencanaan Pembangunan
Nasional. 2010. Laporan Pencapaian
Tujuan
Pembangunan
Milineum
Indonesia 2010. Badan Perencanaan
dan Pemabangunan Daerah.
Kristiyanti, M. 2012. Peran Strategis Usaha
Kecil Menengah (UKM) Dalam
Pembangunan Nasional. Majalah
Ilmiah INFORMATIKA Vol. 3 No.1,
Januari.
Kuncoro, M. 2000. “Usaha Kecil di
Indonesia: Profil, Masalah dan
Strategi Pemberdayaan”. Makalah
dalam Stadium Generale di STIE
Kerja
Sama,
Yogyakarta,
18
November 2000.
__________. 2001. Metodologi Penelitian
untuk Ekonomi dan Bisnis. Jakarta:
P.T. Erlangga.
Lihan, I dan Yogi. Analisis Perkembangan
Ekspor dan Pengaruhnya Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia.
Jurnal Ekonomi dan Bisnis,no.1, jilid
8, tahun 2003.
Analisis Kontribusi Usaha Kecil Menengah Di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun
2000-2014)
14
Lincolin, A. 2004. Ekonomi Pembangunan.
Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE
YKPN.
Mankiw, N. Gregory. 2006. Makroekonomi
Edisi Keenam. Jakarta: Gelora Aksara
Pratama.
Mulyadi, S. 2012. Ekonomi Sumber Daya
Manusia
Dalam
Persepektif
Pembangunan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Payaman, Simanjuntak. 2011. Manajemen
dan Evaluasi Kinerja. Jakarta:
Fakultas Ekonomi UI.
Raselawati,
A.
2011.
“Pengaruh
Perkembangan
Usaha
Kecil
Menengah Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Pada Sektor UKM di
Indonesia”.
Skripsi.
Jakarta.
Universitas Islam Negeri.
Ratih, D. A. 2004. Dinamika Usaha Kecil
dan Menengah (UKM) Analisis
Konsentrasi Regional UKM di
Indonesia 1999-2001. Jurnal Ekonomi
Pembangunan Vol.9 No.2, Desember
2004.
Sukirno, Sadono. 2006. Makroekonomi
Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali
Pers.
_____________. 2013. Makrekonomi Teori
Pengantar. Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada.
Sulistyastuti, D. A. 2004. “Dinamika Usaha
Kecil dan Menengah (UKM): Analisis
Konsentrasi Regional UKM di
Indonesia
1999-2001”,
Jurnal
Ekonomi. Pembangunan, Vol. 9 No.2,
Desember, halaman 143 – 164.
Susilo, H. P. Pengaruh Investasi dan
Tenaga Kerja Terhadap Output Sektor
Industri Kecil Analisis Panel Data.
Jurnal Studi Ekonomi Indonesia.
Universitas Sebelas Maret.
Tambunan, T. 2013. Usaha Kecil dan
Menengah di Indonesia: Beberapa Isu
Penting. Jakarta: Salemba Empat.
Tejasari, M. 2008.”Peranan Sektor Usaha
Kecil
dan
Menengah
dalam
Penyerapan Tenaga Kerja dan
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”
Skripsi. Bogor: Institut Pertanian
Bogor.
Todaro, M. P. 2000. Pembangunan
Ekonomi Dunia Ketiga, Edisi 7.
Jakarta: Erlangga.
Wahyuningsih, S. 2009. Peranan UKM
dalam
Perekonomian
Indonesia.
Jurnal Mediagro, vol.5., no.1,
halaman 1-14.
Widarjono, A. 2007. Ekonometrika, Teori
dan Aplikasi untuk Ekonomi dan
Bisnis. Yogyakarta: EKONISIA.
Widhiyana, D dan Sulastri. 2015.
“Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja,
dan Ekspor Terhadap PDRB Sektor
Industri di Pulau Jawa Tahun Era
Rezim SBY (2004-2014)”. Jurnal
PESAT, Vol. 6, Oktober.
Widdyantoro, A. 2013. “Pengaruh PDB,
Investasi, dan Jumlah Unit Usaha
Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja
Usaha Kecil dan Menengah di
Indonesia
Periode
20002011”.Skripsi. Jakarta : Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayyatullah.
Analisis Kontribusi Usaha Kecil Menengah Di Kabupaten/Kota Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta (Studi Kasus Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo Tahun
2000-2014)
15
Download