BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Obligasi 2.1.1 Pengertian Obligasi

advertisement
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Obligasi
2.1.1 Pengertian Obligasi
Secara umum, obligasi adalah tanda bukti perusahaan memiliki utang jangka
panjang masyarakat yaitu di atas 3 tahun. Pihak yang membeli obligasi disebut
pemegang obligasi (bondholder) dan pemegang obligasi akan menerima kupon
sebagai pendapatan dari obligasi yang dibayarkan setiap 3 bulan atau 6 bulan sekali.
Pada saat pelunasan obligasi oleh perusahaan, pemegang obligasi akan menerima
kupon dan pokok obligasi.
Menurut Abdul Halim (1993:12) ciri – ciri obligasi antara lain:
1. Jaminan aktiva
Surat obligasi tidak dijamin dengan aktiva tertentu namun pemegang surat
obligasi berhak atas aktiva-aktiva perusahaan bilamana bunga dan pokok
pinjaman tidak dapat dibayar oleh perusahaan
2. Jatuh tempo
Surat obligasi mempunyai jatuh tempo atau masa pelunasan tertentu.
3. Kupon
Umumnya surat obligasi dilampiri kupon-kupon yang berisi tanggal-tanggal
pengambilan bunga.
6
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Jenis Obligasi
Menurut M.Samsul (2006:217) terdapat beberapa jenis obligasi yang dikenal
dalam perdagangan di bursa efek antara lain:
a.
Government bonds adalah obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat.
b.
Corporate bonds adalah obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan.
c.
Convertible bonds adalah obligasi yang dapat ditukarkan dengan saham
perusahaan penerbit obligasi.
d.
Municipal bonds adalah obligasi yang diterbitkan oleh Kotapraja atau
Kotamadya.
e.
Serie bonds adalah obligasi yang diterbitkan melalui beberapa tahapan.
f.
Serial bonds adalah obligasi yang pelunasannya dilakukan secara angsur.
g.
Term bonds adalah obligasi yang diterbitkan dan dilunasi sekaligus.
h.
Balloon bonds adalah obligasi yang pelunasannya dimulai dari sedikit dan
semakin lama semakin besar.
i.
Euro bonds adalah obligasi dalam mata uang asing US$ dan beredar di luar
Amerika Serikat.
j.
Puttable bonds adalah obligasi yang pelunasannya dapat diminta dengan segera
oleh pemegang obligasi sebelum jatuh tempo, tetapi sesudah protection period.
k.
Callable bonds adalah obligasi yang dapat dilunasi oleh emiten sebelum jatuh
tempo tetapi sesudah protection period.
l.
Secured bonds adalah obligasi yang dijamin oleh aktiva.
7
Universitas Sumatera Utara
m. Unsecured bonds adalah obligasi tanpa jaminan aktiva atau tanpa guarantor.
n.
Bearer bonds adalah obligasi atas pembawa yang dapat diperjualbelikan
antarinvestor tanpa melalui perantara.
o.
Registered bonds adalah obligasi atas nama yang harus diperjuabelikan melalui
bursa efek.
p.
Zero coupon bonds adalah obligasi tanpa kupon. Obligasi ini dijual dengan harga
diskon (at discount) dan dilunasi dengan harga nominal. Obligasi yang
membayar kupon disebut coupon bonds, dimana pembayarannya dapat dilakukan
secara triwulanan dan tengah tahunan.
Sedangkan surat utang yang tercatat di BEI terdiri dari :
1. Obligasi Korporasi adalah obligasi yang di terbitkan oleh Perusahaan Swasta
Nasional termasuk BUMN dan BUMD.
2. Surat Utang Negara adalah Surat Berharga yang diterbitkan oleh Pemerintah
sesuai Undang-Undang No. 24 Tahun 2002, terdiri dari:
o
Obligasi Negara (termasuk Obligasi Negara Retail/ORI)
o
Surat Perbendaharaan Negara (SPN)
3. Sukuk Korporasi
adalah Instrumen berpendapatan tetap yang diterbitkan
berdasarkan prinsip syariah sesuai ketentuan Bapepam&LK Np.IX.A.13 tentang
Efek Syariah.Pendapatan Sukuk Korporasi berdasarkan akad-akad yang tertuang
dalam ketentuan Bapepam&LK tentang Akad-akad Efek Syariah.
8
Universitas Sumatera Utara
4. Surat Berharga Syariah Negara/SBSN atau Sukuk Negara adalah Surat Berharga
yang diterbitkan oleh Pemerintah yang berdasarkan Syariah Islam sesuai dengan
Undang-Undang No. 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN).
5. Efek Beragun Aset (EBA) adalah Efek bersifat utang yang diterbitkan dengan
Underlying Aset sebagai dasar penerbitan.
2.2
Bond Rating
2.2.1 Pengertian Bond Rating
Secaraumum, bond rating dapat diartikan sebagai suatu tingkat pengukuran
kualitas dan keamanan dari sebuah obligasi(bond) yang diterbitkan yang didasarkan
pada kondisi finansial dari bond issuer. Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001:18)
Bond rating diartikan sebagai skala resiko dari semua obligasi yang diperdagangkan
dimana skala ini menunjukkan seberapa aman suatu obligasi bagi investor.
Yayan (2006) menyebutkan bahwa terdapat beberapa pengertian bond rating
seperti:
a. Moody’s (1984), menyatakan bahwa pemeringkat didesain secara ekslusif
untuk tujuan mencapai obligasi (bond) yang sesuai dengan kualitas investasi.
b. Standard & Poor’s (1984), menyatakan bahwa peringkat hutang perusahaan
maupun municipal adalah penilaian asset saat ini atas kewajaran kelayakan
kredit dari penerbit obligasi dengan menekankan pada obligasi tertentu.
9
Universitas Sumatera Utara
c. Australian rating (1984) menyatakan bahwa peringkat hutang perusahaan
memberikan sistem garansi yang sederhana kepada peminjam tentang
kemampuan membayar bunga dan hutangnya tepat waktu.
d. PT.Pefindo (1997) menyatakan bahwa pada umumnya peringkat obligasi
merupakan indikator kemungkinan pembayaran bunga dan hutangnya tepat
waktu, sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.
2.2.2. Manfaat Bond Rating
Adapun beberapa manfaat rating bagi investor adalah sebagai berikut:
a. Informasi resiko investasi. Dengan adanya rating maka diharapkan dapat
memberikan informasi tentang resiko yang ada sehingga investor dapat
mengambil keputusan yang lebih tepat.
b. Rekomendasi investasi. Dengan adanya informasi rating maka diharapkan
dapat memberikan rekomendasi tentang obligasi mana yang lebih baik
sehingga dapat melakukan strategi investasi yang tepat.
c. Perbandingan hasil rating akan dijadikan patokan dalam membandingkan
obligasi yang satu dengan yang lain.
Bagi emiten, manfaat adanya rating diantaranya:
a. Informasi posisi bisnis. Dengan adanya informasi rating maka pihak
perusahaan (emiten) dapat mengetahui posisi bisnis dan kinerja usahanya
dibandingkan dengan perusahaan lain sejenisnya.
10
Universitas Sumatera Utara
b. Menentukan struktur obligasi. Dengan adanya informasi rating maka dapat
diketahui kelebihan dan kelemahan manajemen sehingga bisa menentukan
struktur obligasi yang akan diterbitkan meliputi suku bunga, jens obligasi,
jangka waktu jatuh tempo, jumlah emisi obligsi serta berbagai struktur
pendukung lainnya.
c. Mendukung kinerja. Apabila emiten mendapatkan rating yang cukup bagus
maka kewajiban menyediakan sinking fund atau jaminan kredit bisa dijadikan
pilihan alternatif.
d. Alat pemasaran. Dengan adanya informasi rating yang bagus, maka dapat
menjadi daya tarik perusahaan bagi investor.
e. Menjaga kepercayaan investor. Hasil rating yang independen akan membuat
investor merasa lebih aman sehingga kepercayaan investor dapat terjaga
dengan baik.
Manfaat umum lain dengan adanya proses pemeringkatan ini antara lain:
1. Sistem informasi keterbukaan pasar yang transparan yang menyangkut
berbagai macam obligasi akan menciptkan pasar obligasi yang sehat dan
transparan.
2. Efisiensi biaya. Hasil rating yang baik biasanya memberikan keuntungan
yaitu menghindarkan kewajiban persyaratan keuangan yang biasanya
memberatkan perusahaan seperti penyediaan sinking fund (jaminan aset).
11
Universitas Sumatera Utara
3. Menentukan besarnya coupon. Semakin bagus hasil peringkatnya maka
semakin rendah nilai coupon, begitu juga sebaliknya.
4. Memberikan
informasi
yang
objektif
dan
independen
menyangkut
kemampuan pembayaran utang, tingkat resiko investasi yang mungkin timbul,
serta jenis dan tingkat utang tersebut.
5. Mampu menggambarkan kondisi pasar obligasi dan kondisi ekonomi pada
umumnya.
2.2.2 Aspek Pemeringkatan
Aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan proses pemeringkatan
obligasi adalah:
1. Kinerja industri. Dalam aspek ini akan dibahas mengenai persaingan industri,
prospek dan pangsa pasar, adanya ketersediaan bahan baku, struktur industri
yang kuat, pengaruh kebijakan pemerintah dan kebijakan ekonomi lainnya.
2. Kinerja keuangan. Dalam apek ini akan dibahas mengenai aspek kualitas aset,
rasio profitabilitas, pengelolaan aset dan passiva, rasio kecukupan modal,
tingkat pengelolaan modal, pengelolaan hutang, dan rasio kecukupan
pembayaran bunga.
3. Kinerja non-keuangan. Dalam aspek ini akan dibahas mengenai aspek
manajemen, reputasi perusahaan, serta perjanjian indenture (meliputi sinking
fund, debt test, dividend test, merger, dan sales of asset)
12
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Lembaga Pemeringkat
Pihak institusi yang memberikan evaluasi dan penilaian atas rating pada
umumnya disebut lembaga pemeringkat (rating company). Seperti Standard & Poor’s
(S&P), Moody’s, Fitch dan sebagainya. Di Indonesia, lembaga pemeringkat yang
diakui yaitu PT.Pefindo (Pemeringkat Efek Indonesia), Moody’s Indonesia
(sebelumnya PT.Kasnic Credit Rating Indonesia) dan Fitch Indonesia.
Terdapat beberapa peringkat hutang menurut PT.Pefindo antara lain:
a. Peringkat idAAA
Peringkat ini merupakan peringkat tertinggi yang menggambarkan obligor
memiliki kapasitas dan kemampuan yang superior untuk memenuhi komitmen
finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor
Indonesia lainnya.
b. Peringkat idAA
Peringkat ini menggambarkan obligor memiliki kemampuan yang sangat kuat
untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran
hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya.
c. Peringkat idA
Peringkat ini menggambarkan obligor memiliki kemampuan yang kuat untuk
memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya
relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Sekuritas hutang ini lebih mudah
13
Universitas Sumatera Utara
terpengaruh terhadap perubahan kondisi ekonomi dibandingkan sekuritas hutang
dengan peringkat yang lebih tinggi.
d. Peringkat idBBB
Peringkat ini menggambarkan obligor memiliki kemampuan yang cukup untuk
memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya
relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Perubahan kondisi ekonomi dianggap
dapat melemahkan kapasitas obligor dalalm memenuhi komitmen finansial
jangka panjang dalam pembayaran hutangnya.
e. Peringkat idBB
Peringkat ini menggambarkan obligor memiliki kemampuan yang agak lemah
untuk memenuhi komitmen jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif
terhadap obligor Indonesia lainnya. Kapasitas obligor untuk memenuhi
komitmen jangka panjang dalam pembayaran hutangnya mudah terpengaruh oleh
ketidakpastian atau perubahan kondisi bisnis, keuangan dan kondisi ekonomi
lainnya.
f. Peringkat idB
Peringkat ini menggambarkan obligor memiliki kemampuan yang lemah untuk
memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya
relative terhadap obligor Indonesia lainnya. Walaupun obligor memiliki kapasita
untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran
hutangnya, adanya perubahan kondisi bisnis, keuangan dan kondisi ekonomi
14
Universitas Sumatera Utara
lainnya dapat melemahkan kapasitas (willingness) pemenuhan kewajiban obligor
tersebut.
g. Peringkat idCCC
Peringkat ini menggambarkan obligor memiliki kemampuan yang rentan untuk
tidak memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran
hutangnya relatif terhadp obligor Indonesia lainnya.
h. Peringkat idD
Peringkat ini menggambarkan obligor tidak memiliki kemampuan untuk
memenuhi komitmen financial jangka panjang dalam pembayaran hutangnya
relatif terhadap obligor Indonesia lainnya. Dengan kata lain obligor dalam
kondisi default (gagal bayar).
Pada peringkat dari idAA sampai idB dapat dimodifikasikan menggunakan
notasi plus (+) atau minus (-) untuk menunjukkan kekuatan relatif dalam kategori
peringkat tersebut.
Adapun yang disebut dengan rating outlook adalah penilaian atas propek
jangka menengah dan panjang mengenai penerbit obligasi (obligor) yang diperingkat.
Dalam penentuannya, rating outlook mengevaluasi perubahan kondisi perekonomian
serta bisnis dari obligor tersebut. Penilaian rating outlook tidak dapat digunakan
sebagai patokan untuk menentukan credit alert atas sekuritas yang diperingkat.
Beberapa istilah yang digunakan adalah sebagai berikut:
15
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1
Outlook dalam Bond Rating
Outlook
Positif
Negatif
Stabil
Developing
Defenisi
Rating diperkirakan mengalami peningkatan
Rating diperkirakan mengalami penurunan
Rating diperkirakan tidak berubah
Rating diperkirakan dapat mengalami baik
peningkatan maupun penurunan
Rating(peringkat) obligasi diklasifikasikan menjadi 2 kelas umum yaitu:
a. Investment grade. Kelas ini mengindikasikan bahwa obligasi yang ditawarkan
memiliki resiko gagal bayar (default risk) yang lebih kecil.
b. Speculative grade. Kelas ini mengindikasikan bahwa obligasi yang ditawarkan
memiliki resiko gagal bayar yang lebih besar.
Gambaran kelas dari peringkat obligasi menurut S&P, Moody’s dan PT.Pefindo
dari Nugraha (2010) dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2
Pembagian Berdasarkan Rating Class
S&P
Investment Grade
Highest Grade
High Grade
Upper Medium Grade
Medium Grade
Speculative Grade
Lower Medium Grade
Speculative
Poor Standing
Highly Speculative
Lowest Quality
In Default
Moody’s
Pefindo
AAA
AA (+,none,-)
A (+,none,-)
BBB (+,none,-)
Aaa
Aa (1,2,3)
A (1,2,3)
Baa (1,2,3)
AAA
AA (+,none,-)
A (+,none,-)
BBB (+,none,-)
BB (+,none,-)
B (+,none,-)
CCC (+,none,-)
CC
C
D
Ba (1,2,3)
B (1,2,3)
Caa (1,2,3)
Ca
C
BB (+,none,-)
B (+,none,-)
CCC
D
16
Universitas Sumatera Utara
Nugraha (2010) menyatakan bahwa investment grade mengacu pada grade
yang memiliki default probability di bawah 10%. Dari nilai tersebut dapat dikatakan
bahwa peringkat obligasi dalam kategori ini memiliki default probability yang rendah
sehingga dianggap layak menjadi suatu sekuritas yang bersifat investasi. Sebaliknya
speculative grade mengacu pada grade yang memiliki default probability 10% ke
atas. Obligasi dengan peringkat ini memiliki default probability yang dianggap cukup
tinggi sehingga bersifat speculative bagi para pelaku pasar modal.
2.3. Saham
2.3.1. Pengertian Saham
Saham merupakan salah satu instrumen dalam pasar modal. Menurut
Mohammad Samsul (2006:45), saham dapat didefenisikan sebagai tanda bukti
memiliki perusahaan di mana pemiliknya disebut juga sebgai pemegang saham
(shareholder atau stockholder).
2.3.2. Jenis Saham
Menurut Mohammad Samsul (2006:45) jenis-jenis saham dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu:
a. Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa adalah jenis saham yang akan menerima laba setelah laba
bagian
saham
preferen
dibayarkan.
Apabila
perusahaan
mengalami
kebangkrutan, maka pemegang saham preferen akan lebih didahulukan.
17
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan indeks saham didasarkan pada harga saham biasa. Pemegang
saham biasa yang hanya memiliki hak suara dalam RUPS.
b. Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham preferen adalah jenis saham yang memiliki hak erlebih dahulu
untuk menerima laba dan memiliki hak kumulatif. Hak kumulatif adalah hak
untuk mendapatkan laba yang tidak dibagikan pada suatu tahun yang
mengalami kerugian, tetapi akan dibayar pada tahun yang mengalami
keuntungan, sehingga pemegang saham ini akan menerima laba dua kali.
2.3.3. Harga Saham
Harga saham dapat diartikan sebagai harga terakhir (penutupan) yang terbentuk
sebagai akibat dari mekanisme penawaran dan permintaan yang terjadi di pasar
modal.
Menurut Hernawati dan Setyaningsih (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi
harga pasar saham antara lain:
1. Proyeksi laba per lembar saham
Yang dimaksud dengan proyeksi laba per saham adalah nilai pendapatan per
saham (earning per share/EPS) yang nilainya diperoleh dengan membagi jumlah
yang diperoleh perusahaan dengan jumlah saham yang beredar.
18
Universitas Sumatera Utara
2. Saat diperolehnya laba
Saat diperolehnya laba sangat menentukan harga saham. Laba yang besar dapat
mencerminkan bahwa perusahaan tersebut sehat dan layak investasi sehingga
dapat mengakibatkan kenaikan harga saham
3. Tingkat resiko dengan proyeksi laba
Apabila tingkat resiko terhadap laba yang akan didapat di masa mendatang
bernilai kecil, maka hal ini akan memberikan nilai positif terhadap kenaikan
harga saham. Sebaliknya jika tingkat resiko tidak sebanding dengan laba yang
diharapkan diperoleh di masa mendatang, maka hal ini akan menmberikan nilai
negative terhadap harga saham.
4. Proporsi hutang perusahaan terhadap ekuitas
Apabila proporsi hutang perusahaan terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio/DER)
bernilai kecil maka hal ini berarti perusahaan memiliki kemampuan untuk
membayar hutang
5. Kebijakan pembagian deviden
Dengan posisi likuiditas yang lebih kuat maka perusahaan akan mempunyai
kemampuan yang lebih besar untuk membayar deviden. Akan tetapi beberapa
perusahaan yang memperoleh laba tidak membayar dividen untuk digunakan
sebagai cadangan terhadap hal-hal yang tidak pasti di masa depan.
6. Kendala eksternal
Kendala eksternal seperti kondisi perekonomian, pajak maupun hal-hal yang lain.
Apabila perekonomian dalam kondisi perekonomian dalam kondisi yang baik
19
Universitas Sumatera Utara
maka akan menarik minat investor sehingga dapat membantu meningkatkan
harga pasar.
2.4. Volume Perdagangan
Volume perdagangan dapat diartikan sebagai jumlah lembar saham yang
diperdagangkan atau ditransaksikan pada kurun waktu tertentu. Volume perdagangan
dapat menjadi ukuran besarnya volume saham tertentu yang diperdagangkan dan
dapat juga mngindikasikan kemudahan dalam memperdagangkan saham tersebut.
Edward (2011) menjelaskan bahwa Trading Volume Activity merupakan
sautu indikator yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap
informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan saham di pasar
modal. Besarnya variabel volume perdagangan dapat diketahui dengan mengamati
kegiatan perdagangan saham yang harian dengan melihat aktivitas volume
perdagangan.
2.5. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian Aiky (2010) dijelaskan tentang penelitian awal mengenai
dampak bond rating terhadap return saham yang dilihat dari harga sahamnya yang
dilakukan antara lain oleh Pinches dan Singleton (1978), Weinstein (1977), serta
Wakemen (1988). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada dampak signifikan
akibat pengumuman bond rating terhadap harga saham.Penelitian dari Holthausen
dan Leftwich (1986) menunjukkan hasil yang berbeda dari penelitian sebelumnya.
Dengan menggunakan data saham periode 1977 – 1982 dan data bond rating yang
20
Universitas Sumatera Utara
dikeluarkan oleh Moody’s dan S&P, penelitian ini memperlihatkan adanya dampak
signifikan terhadap harga akibat adanya penurunan peringkat (downgrade). Namun
untuk kenaikan peringkat (upgrade) obligasi tidak ditemukan adanya reaksi yang
signifikan tehadap harga saham.
Jorion dan Zhang (2007) melakukan pengujian peringkat obligasi terhadap
perubahan harga saham. Dengan menggunakan metode merton yang menghubungkan
perubahan probabilitas default terhadap perubahan harga saham, maka diperoleh hasil
adanya reaksi pasar yang lebih signifikan pada perubahan rating downgrade
dibandingkan dengan reaksi pasar ketika terjadi rating upgrade.
Penelitian juga dilakukan oleh Pefindo. Penelitian menggunakan data dari tahun
1996-2006. Hasil statistik penilitian mempunyai implikasi terhadap perubahan harga
saham yang terjadi, dimana obligasi dengan peringkat yang rendah mempunyai resiko
yang tinggi, sebagai akibatnya investor mengharapkan tingkat keuntungan yang
tinggi juga sebanding dengan resiko yang ditanggung. Ketika peringkat obligasi turun
sampai pada rating yang tidak layak investasi maka investor kemungkinan akan
menjual saham yang dimiliki karena resiko gagal bayar menjadi lebih tinggi. Pada
kondisi ini, terjadi peningkatan penawaran dan penurunan permintaan terhadap saham
obligasi dengan peringkat yang rendah. Oleh karena itu akan mengakibatkan
terjadinya penurunan pada harga saham perusahaan.
21
Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian Yan, Wang dan John (2007) dengan menggunakan sampel
dari tahun 1996 – 2004 dimana terdapat 279 upgrade dan 310 downgrade
menemukan bahwa perubahan peringkat mempengaruhi persepsi investor terhadap
keterbukaan perusahaan sehingga memperngaruhi informasi perdagangan yang
asimetris dan resiko informasi lainnya.
Dalam penelitian Amirah menyebutkan bahwa Pratiwi (2002) menguji
pengaruh pengumuman peringkat obligasi terhadap return saham dan volume
perdagangan. Dengan menggunakan 10 sampel perusahaan yang mengalami
penurunan peringkat obligasi tahun 1997-1999. Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa terdapat abnormal return pada 1 hari sebelum dan sesudah pengumuman
penurunan peringkat obligasi, serta terdapat penurunan rata-rata volume perdagangan
harian pada hari pengumuman dibandingkan dengan hari di luar pengumuman
penurunan peringkat obligasi.
Penelitian lainnya dari Lestari (2003) dimana mengambil sampel dari 12
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang melakukan pengumuman bond
rating pada periode 2002. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengumuman bond
rating tidak berdampak terhadap aktifitas volume perdagangan saham sebelum, saat
dan sesudah pengumuman bond rating.
22
Universitas Sumatera Utara
2.4. Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Harga Saham
Pengumuman
Bond Rating
Volume
Perdagangan
2.5. Hipotesis Penelitian
Penelitian dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) yang mengeluarkan informasi peringkat obligasi dengan periode pengamatan
dari tahun 2008 sampai dengan 2011 dan penelitian ini hanya menguji pengaruh
pengumuman peringkat obligasi terhadap harga saham dan volume perdagangan.
Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1.
𝐻1 :Terdapat perbedaan yang signifikan antara harga saham sebelum dan saat
pengumuman bond rating
2.
𝐻2 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara harga saham pada saat dan
setelah pengumuman bond rating
3.
𝐻3 :Terdapat perbedaan yang signifikan antara Harga saham sebelum dan setelah
pengumuman bond rating
23
Universitas Sumatera Utara
4.
𝐻4 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara Volume perdagangan sebelum
dan saat pengumuman bond rating
5.
𝐻5 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara volume perdagangan saat dan
setelah pengumuman bond rating
6.
𝐻6 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara volume perdagangan sebelum
dan setelah pengumuman bond rating
24
Universitas Sumatera Utara
Download