LP3K dan Pesparani Tidak Sekedar Ada

advertisement
ISSN 2252-360X
Edisi 3 Tahun VI, Nomor 38, April 2017
Bernas
Dari Nusa Tenggara Timur Untuk Nusantara
LP3K dan Pesparani
Tidak Sekedar Ada
KEBANGKITAN NASIONAL :
MOMEN PENCERAHAN DAN KONSIENTISASI PERAN
@KanwilKemenagProvNTT
@KemenagNTT
[email protected].
KELUARGA BESAR
KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
BERSAMA
DHARMA WANITA PERSATUAN UNIT KANWIL KEMENTERIAN AGAMA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Mengucapkan
Drs. Sarman Marselinus
Kakanwil
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
Membangun Masyarakat Beragama NTT
Beriman, Cerdas, Rukun, dan Sejahtera
Salam Redaksi
Pelindung :
Kepala Kantor Wilayah
Kementerian Agama
Provinsi Nusa Tenggara Timur
(ex-officio)
Salam Sejahtera.
Jumpa lagi dengan Bernas edisi Mei 2017. Kiranya, melalui
perjumpaan ini membawa sebentuk harapan untuk tetap menyalakan
api optimisme kita dalam pengabdian terhadap masyarakat beragama
khususnya di Bumi Flobamora tercinta melalui pelayanan memuaskan.
Dengan demikian semangat Kebangkitan Nasional yang kita peringati
mampu membawa negeri ini semakin hari semakin baik terutama dalam
upaya mensejahterahkan masyarakat serta bersaing dengan bangsa –
bangsa di dunia.
Kebangkitan Nasional : Momen Pencerahan dan Konsientisasi Peran,
kami sajikan pada rubrik Fokus Utama. Kesadaran semua anak bangsa akan
peran masing-masing dan terlibat dalam pembangunan serta menyadari
bahwa semua memiliki tanggung jawab untuk membangun negeri mesti
menjadi spirit kebangkitan nasional. Virus positif ini mestinya menjadi spirit
bersama anak bangsa sehingga tidak ada lagi ruang untuk mengutak-atik
persatuan dan kesatuan bangsa yang sudah menjadi konsensus bersama.
Liputan dari Neo Hotel menyikapi Peraturan Menteri Agama RI
Nomor 35 Tahun 2016 tentang Pembentukan Lembaga Pembinaan dan
Pengembangan Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik (LP3K) kami rangkum
dan tuangkan dalam rubrik Liputan Khusus. Diharapkan, melalui lembaga
yang dibentuk atas inisiatif dan prakarsa umat dan terdiri dari tokohtokoh agama yang terpercaya mampu memberikan nilai tambah bagi
pengembangan nilai iman umat Katolik.
Berbagai peristiwa menonjol yang terjadi selama bulan Mei di
lingkungan Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT kami sajikan pada
rubrik Seputar Kanwil. Tak lupa, berbagai peristiwa di berbagai satker
daerah yang menonjol kami hadirkan untuk pembaca nan budiman dalam
rubrik Lintas Flobamora.
“Mari kita bangkit! Jangan ditunda.” Pesan sederhana sarat makna
menjadi epilog perjumpaan kita pada edisi kali ini sekaligus mengenal
lebih dekat sosok yang menahkodai jajaran Bidang Pendidikan Islam Kanwil
Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam wawancara
eksklusif pada rubrik Sahabat Bernas. Selamat membaca, kiranya spirit
Kebangkitan Nasional menjiwai pelayanan kita!
Redaksi
DITERBITKAN OLEH
SUB BAGIAN INFORMASI DAN HUMAS
KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Penanggungjawab :
Kepala Bagian Tata Usaha
Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Nusa Tenggara Timur
(ex-officio)
Pemimpin Umum :
Drs. Sarman Marselinus
Wakil Pemimpin Umum:
H. Hasan Manuk, S.Pd, M.Pd
Pemimpin Redaksi./
Redaktur Pelaksana :
John. B. Seja
Dewan Redaksi :
Yohanes F. G.M. Wassa
Bobby Babaputra
Yakobus Sabon Igor
Genoveva Menggol
Robertus Fidianto
Daniel H. N. Ngaji, S.Kom
Sirkulasi :
Genoveva Menggol; Gabriel Were
Design Grafis/Layout/ Foto :
Daniel H. N. Ngaji, S.Kom
Kontributor Daerah :
Kantor Kementerian Agama Kabupaten/
Kota dan Madrasah Negeri se-NTT
ALAMAT REDAKSI/ SIRKULASI :
Subbag Informasi dan Humas
Kanwil Kementerian Agama NTT
Jl. Frans Seda Kupang,
Telp/Fax 0380-8553929
[email protected]
Diterbitkan sebagai
Media Komunikasi dan Informasi
Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi Nusa Tenggara Timur
PERCETAKAN :
CV. INARA
Jl. Amabi, Samping Gereja Maranatha Oebufu
HP. 0812 46 646 222, Kupang - NTT
Redaksi menerima berita, opini, baik dari kalangan internal
maupun dari penulis di luar lingkup Kanwil Kementerian Agama
Provinsi Nusa Tenggara Timur sesuai dengan misi penerbitan
majalah ini. Redaksi berhak melakukan editing tanpa mengubah isi
dan struktur naskah.
Naskah yang tidak dimuat tidak dikembalikan
1
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
DAFTAR ISI
Fokus Utama Hal. 4 - 7
Salam Redaksi
1
Daftar Isi
2
Editorial
3
Fokus Utama
Ssst, Ini Bukan SARA
Liputan Khusus
4-7
8
9-13
Bidik Lensa
14-16
Seputar Kanwil
17-22
Lintas Flobamora
23-29
Sahabat BERNAS
30-31
Bianglala
32
Kebangkitan Nasional:
Momen Pencerahan
dan Konsientisasi Peran
“Het wonder is geschied,
insulinde, de schoone slaapeter, is
ontwaakt,” demikian komentar Mr.
C. Th. Van Deventer, tokoh pencetus
politis etis Trias Politica, di majalah
De Gidds beberapa saat setelah
Boedi Oetomo diumumkan pada
20 Mei 1908. Artinya kurang lebih:
“suatu keajaiban telah terjadi, si
putri tidur telah bangkit.” Ya, Putri
tidur itu ia ibaratkan sebagai bangsa Indonesia. Tidak
salah bila kemudian Manuel Kaisepo beranggapan bahwa
penyebutan istilah “kebangkitan nasional” terinspirasi dari
kata “ontwaakt” Van Deventer tersebut.
Liputan Khusus Hal. 9 - 13
LP3K dan Pesparani
Tidak Sekedar Ada
“Kami berharap agar melalui kegiatan
Pesparani Katolik nanti umat Katolik semakin
mencintai imannya, mengembangkan, dan
mengamalkan imannya dengan baik sehingga
bermanfaat bagi kehidupan bersama,”
Sahabat BERNAS Hal. 30 - 31
Mari Kita bangkit,
Jangan Ditunda
“Untuk mencapai SDM yang handal tentu melalui proses-proses
seperti pelatihan, proses pendidikan secukupnya agar mampu mengatasi
tugas-tugas yang diperhadapkan setiap hari. Langkah- langkah yang kami
tempuh terus melakukan pembinaan, pembenahan, dan peningkatan
karir kepada pegawai-pegawai yang ada. Untuk sementara cukup
memadai namun untuk mencapai ideal dan hasil yang maksimal
masih perlu pembenahan,”
2
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
K
Editorial
Gerbong Kebangkitan Nasional
ebangkitan Nasional yang diperingati setiap
tanggal 20 Mei merupakan moment bangsa
ini untuk mengenang perjuangan pergerakan
Boedi Oetomo sekaligus untuk membangkitkan kembali
semangat kebangsaan dan semangat nasionalisme
kita sebagai anak bangsa. Sebagaimana yang dimuat
dalam pedoman penyelenggaraan peringatan Hari
Kebangkitan Nasional (HARKITNAS) tahun 2017,
tujuan peringatan
109 tahun
Kebangkitan
Nasional adalah
untuk terus
memelihara,
menumbuhkan,
dan menguatkan
jiwa nasionalisme
kebangsaan kita
sebagai landasan
dasar dalam
m e l a k s a n a ka n
pembangunan,
menegakkan nilai-nilai demokrasi berlandaskan moral
dan etika berbangsa dan bernegara, mempererat
persaudaraan untuk mempercepat terwujudnya visi
dan misi bangsa kita kedepan dalam bingkai Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
Kebangkitan Nasional berarti perihal bangkitnya
seluruh rakyat Indonesia sebagai satu kesatuan bangsa
melawan dan mengusir penjajah melalui berbagai
cara. Itu artinya, siapapun yang mengaku warga
Negara Indonesia wajib hukumnya untuk melawan dan
mengusir penjajah dalam berbagai bentuk penjajahan
yang berupaya merongrong nasionalisme kebangsaan
kita, nilai-nilai demorkrasi berlandaskan moral dan
etika berbangsa dan bernegara kita, demi mewujudkan
visi dan misi bangsa kita dalam bingkai NKRI melalui
berbagai cara dan berbagai aspek.
Tema yang diusung pada HARKITNAS tahun 2017
yakni ‘Pemerataan Pembangunan Indonesia yang
Berkeadilan sebagai Wujud Kebangkitan Nasional’
patut kita tanamkan dalam sanubari terutama sebagai
anak bangsa yang berkecimpung dalam pemerintahan.
Sudahkah kita memainkan peran sebagaimana yang
dirajut para pendahulu kita dalam mewujudkan
pemerataan pembangunan yang berkeadilan sosial?
Pertanyaan reflektif tersebut hanya bisa dijawab
melalui gerak kita dalam menyusun strategi, kebijakan,
program, dan implementasi yang berorientasi
kepada pelayanan kepada masyarakat sebagai wujud
penghormatan kita kepada para pendahulu bangsa
yang telah berjuang memperkokoh dasar-dasar
kebangsaan. Dalam konteks ini, sebagaimana sambutan
pada perayaan HARKITNAS tahun 2017, “kebangkitan
nasional hanya berarti jika tidak ada satu anak bangsa
pun yang tercecer
dari gerbong
kebangkitan
tersebut.”
U n t u k
m e w u j u d ka n nya
t e n t u
membutuhkan kerja
keras semua kita.
Namun, sebelum
menyentuh hal
tersebut, syarat
utama yang wajib
dilakoni semua anak
bangsa yaitu mesti bersatu padu dalam semangat
persaudaraan yang kokoh sebagai sebuah bangsa tanpa
ada sekat dalam rupa apapun. Pendiri bangsa ini, Bung
Karno menyadari pentingnya persatuan dan kesatuan.
Tersirat dari pesannya,”Perjuangan saya lebih mudah
karena mengusir penjajah, perjuanganmu lebih sulit
karena melawan bangsamu sendiri.” Tanpa semangat
nasionalisme dan kebangsaan, mustahil kita melangkah
jauh mewujudkan Indonesia yang berkeadilan sosial.
Di tengah upaya membangun pemerataan
pembangunan Indonesia yang berkeadilan sebagai
wujud kebangkitan nasional, ASN Kementerian Agama
RI secara khusus Kanwil Kementerian Agama Provinsi
NTT selaku fasilitator mesti menjadi pelopor fungsi
pembinaan kerukunan. Seperti yang disampaikan
Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin bahwa
kerukunan memiliki relevansi positif yang kuat
terhadap pembangunan, semakin rukun suatu
masyarakat semakin cepat pembangunan dapat
dilakukan. Oleh karenanya, memelihara kerukunan
menjadi keniscayaan dan kebutuhan kita bersama.
Akhirnya, mari kita lawan segala macam bentuk
penjajahan yang mencoba meruntuhkan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian,
gerbong Kebangkitan Nasional menjadi milik kita
bersama. n
3
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
Fokus Utama
Kebangkitan Nasional:
Momen Pencerahan
dan Konsientisasi Peran
“Het wonder is geschied, insulinde, de schoone
slaapeter, is ontwaakt,” demikian komentar Mr.
C. Th. Van Deventer, tokoh pencetus politis etis
Trias Politica, di majalah De Gidds beberapa saat
setelah Boedi Oetomo diumumkan pada 20 Mei
1908. Artinya kurang lebih: “suatu keajaiban telah
terjadi, si putri tidur telah bangkit.” Ya, Putri tidur
itu ia ibaratkan sebagai bangsa Indonesia. Tidak
salah bila kemudian Manuel Kaisepo beranggapan
bahwa penyebutan istilah “kebangkitan nasional”
terinspirasi dari kata “ontwaakt” Van Deventer
tersebut.
Terlepas dari benar tidaknya dari mana istilah
kebangkitan nasional berasal, tetapi yang jelas bahwa
sejarah Indonesia mencatat kelahiran Boedi Oetomo,
yang digagas oleh Wahidin Soedirohoesodo dan dr.
Soetomo sebagai titik awal kesadaran rakyat Indonesia
akan rasa nasionalisme. Meski berawal dari embrio
yang bersifat kultural, rasa nasionalisme tersebut
kemudian bertumbuh dengan lahirnya organisasiorganisasi modern baru yang memiliki semangat dasar
yang sama, yaitu nasionalisme.
Presiden I Republik Indonesia, Ir. Soekarno,
dalam pidato peringatan Hari
Kebangkitan Nasional 20 Mei
1952 menyebut Boedi Oetomo
sebagai penanda bahwa bangsa
Indonesia untuk pertama kalinya
menyadari pentingnya persatuan
dan kesatuan. Boedi Oetomo
menurutnya telah memberikan
ide memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia melalui
perserikatan, perhimpunan
partai politik, dan persatuan.
"Pada hari itu kita mulai
memasuki satu cara baru untuk
melaksanakan satu 'ide', satu
4
naluri pokok daripada bangsa Indonesia. Naluri pokok
ingin merdeka, naluri pokok ingin hidup berharkat
sebagai manusia dan sebagai bangsa. Cara baru itu
ialah cara mengejar sesuatu maksud dengan alat
organisasi politik, cara berjuang dengan perserikatan
dan perhimpunan politik, cara berjuang dengan tenaga
persatuan," ucap Soekarno kala itu.
Rasa nasionalisme, semangat persatuan dan
kesatuan, perjuangan bersama melalui perhimpunan
politik inilah yang kemudian menjadi cikal bakal lahirnya
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan perjuangan
merebut kemerdekaan Indonesia yang berpuncak pada
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Tepat bila
momen kebangkitan nasional 20 Mei 1908 disebut
sebagai gerak budi, momen aufklarung, enlightenment,
pencerahan bagi anak bangsa yang menyadari jati
diri dan aspirasi sejatinya. Pencerahan tersebut tentu
tidak berhenti pemahaman belaka, tetapi melahirkan
konsientisasi (penyadaran) akan peran apa yang mesti
dilakoni serta upaya-upaya apa yang perlu dibuat agar
jati diri dan aspirasi bangsa dapat terwujud.
Kebangkitan Nasional Dalam Konteks Kekinian
Hari Kebangkitan Nasional tetap diperingati setiap
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
tahun pada tanggal 20 Mei karena ia selalu memiliki
relevansi pada konteks kekinian. Tidak bisa dipungkiri,
bahwa bangsa Indonesia perlu terus disadari akan
pentingnya rasa nasionalisme dan semangat persatuan
dan kesatuan bangsa dalam menjaga keutuhan bangsa
dan negara. Tanpa semangat
nasionalisme, maka keutuhan
bangsa dan negara menjadi
rapuh dan tinggal menunggu
waktu untuk runtuh.
Peringatan Kebangkitan
Nasional pada saat ini menjadi
lebih penting lagi, apalagi
bangsa Indonesia saat ini sedang
dilanda ancaman bertubitubi. Masuknya paham-paham
asing, bertumbuhnya gerakan
radikalisme dan terorisme,
p e s a t n y a p e r ke m b a n g a n
teknologi informasi, sadar atau
tidak, merupakan ancaman sangat serius dan nyata
terhadap keutuhan bangsa. Nasionalisme sebagai
perekat bangsa Indonesia semakin dilunturkan oleh
semangat sektarianisme yang memperjuangkan
kepentingan kelompok tertentu. Karena itu seruan
untuk kembali ke semangat dasar yang mempersatukan
bangsa senantiasa perlu terus digaungkan, terutama
pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional.
Demikianpun, seiring perkembangan jaman yang
ditandai dengan globalisasi, dunia yang berjejaring
(networked world), persaingan antar bangsa dalam
banyak segi kehidupan, tentu perjuangan bangsa
Indonesia pun semakin kompleks. Perjuangan bangsa
tidak terbatas lagi sebagai anamneses sejarah
masa lampau pada bagaimana menumbuhkan rasa
nasionalisme, merebut, dan mempertahankan
kemerdekaan, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa,
tetapi meliputi pula pada bagaimana meningkatkan
kesejahteraan rakyat Indonesia, meningkatkan daya
saing dan kapasitas sumber daya manusia, dan
memberikan kontribusi bagi peradaban dunia. Untuk itu,
dalam dunia yang berjejaring ini, kecepatan, inovasi dan
kreativitas, akurasi, transparansi, akuntabilitas menjadi
kata-kata kunci untuk bisa unggul dalam persaingan
baik di tingkat regional maupun
global. Tantangan kebangsaan
kita sekarang ini karenanya
menuntut pula sensibilitas atau
kepekaan terhadap jaman.
Reformasi Birokrasi Dalam
Konteks Kebangkitan Nasional
Sebagai Aparatur
Sipil Negara, momen Hari
Kebangkitan Nasional dapat
d i m a k n a i d a l a m b i n g ka i
reformasi birokrasi. Dalam
p a r a d i g m a ke b a n g k i t a n
nasional, reformasi birokrasi
dapat dipahami sebagai upaya untuk melakukan
pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap
sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama
menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi),
ketatalaksanaan (business process), dan sumber
daya manusia aparatur. Berbagai permasalahan dan
hambatan yang mengakibatkan sistem penyelenggaraan
pemerintahan tidak berjalan atau diperkirakan tidak
akan berjalan dengan baik harus ditata ulang atau
diperbaharui. Reformasi birokrasi dilaksanakan dalam
rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
baik (good governance). Dengan kata lain, reformasi
birokrasi adalah langkah strategis untuk membangun
aparatur negara agar lebih berdaya guna dan berhasil
guna dalam mengemban tugas umum pemerintahan
dan pembangunan nasional.
Seiring dengan tujuan reformasi birokrasi tersebut,
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi (MenPAN-RB), Asman Abnur,
pada peringatan Hari Kebangkitan Nasional
(Harkitnas) 2017ini menawarkan sebuah
model kerja baru untuk para aparatur sipil
negara (ASN) dan birokrat. Menurutnya, harus
ada perubahan cara kerja agar dapat maju.
Perubahan cara kerja tersebut merupakan
tuntutan dasar sehingga sebuah negara dapat
maju.
"Ini harus dengan model kerja baru
terutama birokrasi. Karena tidak ada satu
negara pun yang bisa maju tanpa penyelenggara
5
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
negaranya cara kerjanya itu tidak berubah," demikian
kata MenPAN-RB pada Sabtu (20/5/2017) sebagaimana
dikutip situs berita detik.com.
Seorang birokrat, menurutnya, tidak boleh lagi
kalah oleh cara kerja yang dilakukan pihak swasta.
Sebagai contoh, Ia menyoroti perilaku pelayanan di
bank-bank yang tidak ada obrolan saat kerja. Layanan
oleh ASN semestinya lebih dari perilaku kerja di swasta.
Dengan demikian, negara pasti bisa maju.
Pada kesempatan tersebut, Asman mengingatkan
kembali pesan presiden terkait persaingan antar negara
yang saat ini terjadi. Paradigma persaingan sekarang
bergeser bukan lagi antara negara besar atau kecil. Tapi
kepada siapa negara yang cepat mengalahkan negara
yang lambat. Untuk mendorong itu, KemenPAN-RB
juga sedang mendorong sistem pemerintahan berbasis
teknologi informasi. Sistem penilaian dilakukan
berdasarkan manajemen kerja dan percepatan
peningkatan pelayanan publik. Seorang aparatur sipil
negara juga selalu didorong untuk selalu sigap melayani
dan berjiwa hospitable.
Kementerian Agama dalam Alur Kebangkitan Nasional
Inspirasi Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908
dan tuntutan Reformasi Birokrasi tentunya menjadi
kekuatan bagi Kementerian Agama Republik
Indonesia untuk terus berbenah dari dalam segala
aspek pelayanannya. Sebagai perpanjangan tangan
pemerintah dalam pembangunan di bidang agama,
Kementerian Agama senantiasa berinovasi untuk
meningkatkan dan mendekatkan pelayanannya kepada
seluruh umat beragama di Indonesia. Tema “Bersih
Melayani”, moto “Lebih Dekat Melayani Umat”, dan
ajakan Menteri Agama pada Perayaan Hari Amal Bakti
2017 tentu perlu tetap berdengung dalam sanubari
terdalam seluruh ASN Kementerian Agama. Menteri
mengatakan bahwa moto tersebut mengandung
makna bahwa aparatur Kementerian Agama harus
6
lebih peka mendeteksi aspirasi masyarakat, lebih sigap
membereskan masalah, dan lebih cekatan memenuhi
kebutuhan umat. Hal tersebut tentu baru bisa tercapai
jika ASN Kementerian Agama mampu mengembangkan
wawasan dan menyingkirkan ego sektoral sehingga
mampu menempatkan kepentingan masyarakat,
bangsa dan negara di atas kepentingan kelompok.
“Seluruh jajaran Aparatur Sipil Negara (ASN),
Kementerian Agama harus senantiasa mengembangkan
wawasan serta meningkatkan keterampilan dan
kesigapan dalam bertugas. Ego sektoral, sektarianisme,
dan sejenisnya harus disingkirkan dari lingkungan
kerja Kementerian Agama. Kita harus bersikap sebagai
agamawan sekaligus negarawan yang menempatkan
kepentingan umat dan bangsa di atas kepentingan
pribadi dan kelompok. Di tengah cepatnya perubahan
sosial dan pesatnya teknologi informasi, kita juga harus
menjadi pelayan publik yang dapat
diandalkan,” demikian pesan Menteri
saat itu.
Perjuangan seluruh Aparatur
Kementerian Agama dalam
meningkatkan kualitas pelayanan publik
dari tahun ke tahun pun semakin
menunjukkan peningkatan yang berarti.
Publik semakin memberikan penilaian
positif terhadap kinerja Kementerian
Agama. Banyak program sudah semakin
memenuhi harapan masyarakat. Hal ini
tergambar dalam sejumlah survei yang memperlihatkan
capaian sasaran program Kementerian Agama. Rilis
Badan Pusat Statistik (BPS) pada November 2016
menunjukkan kenaikan Indeks Kepuasan Jemaah
Haji Indonesia (IKJHI) sebesar 1,16 poin dari tahun
sebelumnya, atau meningkat menjadi 83,83 persen.
Kenaikan juga terjadi pada indeks kerukunan umat
beragama tahun 2016, yang mengalami peningkatan
sebesar 0,11 persen dari tahun sebelumnya menjadi
75,36 persen. Demikian dengan indeks reformasi
birokrasi yang naik dari CC menjadi B. Keseriusan
meningkatkan pelayanan publik kepada masyarakat ini
juga tergambar dalam opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang
berhasil diraih Kementerian Agama untuk Laporan
Keuangan Kementerian Agama (LKKA) Tahun 2016.
Pencapaian-pencapaian tersebut tidak lalu
membuat seluruh aparatur Kementerian Agama
berpuas diri dan tinggal dalam status quo. Spirit
Kebangkitan Nasional yang diterjemahkan dalam
Lima Nilai Budaya Kerja (NBK) Kementerian Agama,
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
senantiasa menjadi pendorong untuk terus melahirkan
berbagai inovasi dan gebrakan dalam meningkatkan dan
mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Tahun ini
misalnya Kementerian Agama telah membangun Pusat
Layanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) sebagai upaya
mencapai standar mutu yang prima dalam melayani
umat. Dengan memanfaatkan teknologi informasi,
segala proses perizinan, beasiswa, hingga bantuan
sosial dilakukan secara lebih simpel, pasti, dan bebas
pungli. Berbagai aplikasi manajemen yang menunjang
kerja juga sedang dikembangkan demi tercapainya
kinerja yang lebih baik.
Dalam konteks yang lebih kecil, di wilayah NTT,
spirit kebangkitan nasional juga menginspirasi Kanwil
Kementerian Agama Provinsi NTT juga melahirkan
berbagai inovasi dalam meningkatkan perannya
dalam membangun masyarakat beragama NTT.
Upaya membangun kehidupan beragama tersebut
tentu saja tidak sia-sia. Di akhir tahun 2015 lalu, NTT
berhasil menoreh tinta emas sebagai juara pertama
tingkat nasional dan mendapat trofi kerukunan umat
beragama.
Pencapaian tersebut tentu tidak membuat kita
berpuas diri. Perkembangan dan kompleksitas jaman
terus menuntut dilakukannya strategi dan terobosan
baru untuk meningkatkan kualitas kehidupan beragama
dan pendidikan agama. Di tahun 2017 ini misalnya,
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
NTT telah menetapkan tiga belas sasaran strategis
sebagai implementasi tujuan pembangunan di bidang
agama dan bidang pendidikan. Di bidang agama,
sasaran strategis tersebut meliputi meningkatnya
kualitas dan ketersediaan bimbingan dan fasilitas
keagamaan; meningkatnya harmoni sosial dan
kerukunan antar umat beragama; meningkatnya
kualitas pelayanan kehidupan beragama; meningkatnya
kualitas dan akuntabilitas pengelolaan potensi ekonomi
keagamaan; meningkatnya mutu/kualitas
penyelenggaraan ibadah haji dan umrah
yang transparan, efisien dan akuntabel;
meningkatnya tata kelola pembangunan
bidang agama dalam menunjang
penyelenggaraan pembangunan bidang
agama yang efektif, efisien, transparan,
dan akuntabel. Di bidang pendidikan
meliputi: meningkatnya akses masyarakat
tidak mampu terhadap Program
Indonesia Pintar pada pendidikan dasar
dan menengah; meningkatnya angka
partisipasi penduduk usia pendidikan
dasar dan menengah; menurunnya jumlah siswa
yang tidak melanjutkan pendidikan; meningkatnya
jaminan kualitas pelayanan pendidikan; meningkatnya
proporsi pendidik yang kompeten dan profesional pada
pendidikan umum berciri khas agama; meningkatnya
ketersediaan guru pendidikan agama yang telah
bersertifikat; dan meningkatnya akses pendidikan
keagamaan sesuai aspirasi umat. Tiga belas sasaran
strategis ini menunjukkan bahwa fokus pembangunan
agama dan pendidikan di Nusa Tenggara Timur tidak
hanya berpusat pada kuantitas dan tingkat aksesibilitas,
tetapi juga pada jaminan kualitas atau mutu kehidupan
agama dan pendidikan agama.
Peran dan Tugas yang Berkelanjutan
Kebangkitan Nasional senantiasa menuntut suatu
konsientisasi peran dan partisipasi yang berkelanjutan.
Bangsa Indonesia pasti akan menjadi bangsa yang
besar, bukan dalam arti geografis dan demografis
saja, bila semua anak bangsanya terus menyadari
akan peran masing-masing dan sungguh terlibat
dalam pembangunan bangsa. Semua komponen
bangsa perlu menyadari bahwa semuanya memiliki
tanggungjawab untuk membangun negeri. Semangat
positif kebangkitan nasional harus terus mengalir dan
dijangkitkan, sebaliknya paham, ideologi, hasutan
dan ujaran kebencian yang mengganggu semangat
persatuan dan pembangunan bangsa harus dapat
dikubur dalam-dalam.
Tentu tidak mudah menjaga spirit kebangkitan
nasional tersebut agar tetap hidup. Namun bila
terdapat ketulusan dan kecintaan terhadap negeri ini,
maka sebesar apapun hambatan dan tantangan yang
dihadapi pasti akan mampu teratasi. Indonesia, si
putri tidur (de schoone slaapeter) itu telah bangkit (is
ontwaakt). Jangan biarkan ia tertidur kembali.
*** (Patrix Wea)
7
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
Sssttt...Ini Bukan SARA
Anak Memilih
Bapak
Anak
Bapak
Anak
Bapak
Anak
Bapak
: “Siapa yang paling kau suka Bapak atau Mama?
: “Dua-duanya…!!”
: “Serius ini…Bapak atau Mama?
: “ Iya…dua-duanya.”
: Putuskan yang betul. Bapak atau Mama yang kau pilih?
: Dua duaannyaaaa…
: “Kalau Bapak pergi ke Kupang terus Mama pergi ke Bali
kemana kau mau ikut?”
Anak : Bali.
Bapak : Berarti kau lebih memilih mama.
Anak : Tidak! Cuma Bali khan lebih indah dari Kupang.
Bapak : Terus…Kalau Bapak yang ke Bali, Mama pergi ke Kupang.
Kau ikut kemana?
Anak : Kupang.
Bapak : Lha…berarti benar kau pilih Mama?
Anak : Khan tadi saya sudah ke Bali.
Larantuka, Ende, dan Rote
Peu (Orang Larantuka)
Korang tau Gunung Sion? Itu torang pung nenek moyang
yang uruk sampai jadi gunung.
Dulu dia pung nama Lembah Sion.
Linus (Orang Ende)
Akhhh…begitu saja miu pamer. Tahu Gurun Sahara to…
dulu dia punya nama Taman Sahara!!
Jao punya Bapak - Bapak dulu yang tebang
semua pohon jadi rata dengan tanah.
Meki (Orang Rote)
“Ha…ha…ha…baru begitu sa besong dua su sombong
setengah mati! Tahu Laut Mati ko sonde?”
“Itu beta yang bunuh!”
8
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
Liputan Khusus
LP3K dan Pesparani
Tidak Sekedar Ada
Kupang (BERNAS) - Sejumlah tokoh
Katolik berkumpul di Neo Aston Hotel,
Selasa (23/05/2017). Bukan saja yang berasal
dari kalangan awam dan pejabat Gereja,
tetapi juga ada sebagian awam Katolik yang
menempati posisi strategis di pemerintahan
hadir disana. Kehadiran mereka di tempat
itu merupakan respon atas undangan yang
disebar oleh Bidang Urasan Agama Katolik
Kanwil Kementerian Agama NTT. Tentu ada
satu alasan penting bahkan bisa dikatakan
mendesak yang harus diperbincangkan.
Bukan hanya soal memenangkan gagasan
tetapi bagaimana mengakomodir semua ide
agar menjadi sebuah pemahaman bersama
untuk diputuskan menjadi sikap dan tindakan
apa yang mesti dilakukan untuk masyarakat
NTT khususnya umat Katolik di Flobamorata.
Bagaimana upaya yang pantas agar umat
Katolik dari sekian cara yang telah dilakukan
Gereja dan awam selama ini bisa didukung
lagi dengan cara dan kegiatan yang menurut
kaca mata pemerintah layak untuk disediakan
ruang dan kesempatan bagi umat Katolik
mengasah dan memperdalam serta menghayati
secara lebih baik makna keagamaan melalui
kegiatan-kegiatan liturgis Gereja. Mungkin
dengan alasan yang terbilang sederhana
inilah, maka Bidang Urusan Agama Katolik
Kanwil Kementerian Agama NTT ‘terpaksa’
harus mendudukkan sejumlah tokoh Katolik
agar memiliki kesempatan mendengarkan dari
9
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
berbagai pendapat bagaimana melahirkan ide yang
cemerlang menyikapi Peraturan Menteri Agama
Nomor 35 Tahun 2016 Tentang Pembentukan
Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesta
Paduan Suara Gerajani Katolik (LP3K).
Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani
Gerejani Katolik
Peraturan Menteri Agama Nomor 35 Tahun
2016 tentang Pembentukan Lembaga Pembinaan
dan Pengembangan Paduan Suara Gerejani Katolik
atau yang dikenal dengan singkatan LP3K merupakan
jawaban Pemerintah dalam hal ini Kementerian
Agama dalam memenuhi harapan umat Katolik
yang selama ini tidak memiliki sebuah lembaga
resmi yang berfungsi menjadi pelaksana kegiatankegiatan sekaligus berperan dalam memberikan
pembinaan terhadap berbagai upaya yang dilakukan
umat Katolik dengan tujuan menciptakan suasana
perayaan peribadatan yang hikmat sehingga
berimplikasi pada sikap penghayatan yang lebih
dalam dan berkualitas dalam kehidupan bergereja,
bermasyarakat, dan berbangsa. Hal ini bukan berarti
menafikkan upaya-upaya yang selama ini telah
10
dilakukan baik oleh Gereja sendiri maupun yang
didukung oleh pemerintah. Akan tetapi diharapkan
melalui lembaga yang dibentuk atas inisiatif dan
prakarsa umat dan terdiri dari tokoh-tokoh agama
yang terpercaya ini mampu memberikan nilai
tambah bagi pengembangan nilai iman umat Katolik.
Secara singkat sesuai rumusan yang terdapat dalam
Peraturan Menteri Agama tersebut mengartikan LP3K
adalah sebuah lembaga yang dibentuk berdasarkan
prakarsa masyarakat Katolik untuk menggali dan
mengembangkan seni budaya Gerejani.
Berdasarkan pemahaman itu, maka menjadi
bijaklah bila Kanwil Kemenag NTT mengambil
insiatif mengumpulkan para tokoh agama dalam
kegiatan curah pikir sehingga dari sana dapat
diperoleh berbagai pandangan dan pendapat tentang
bagaimana seharusnya lembaga ini terbentuk dan
siapa-siapa saja yang patut untuk duduk dalam
kepengurusan serta bagaimana roda lembaga ini
dapat digerakkan sehingga mampu sampai ke tujuan
seperti cita-cita awalnya.
Sesuai kedudukan, tugas dan fungsi, LP3K
dibentuk secara hirarki dari pusat sampai di
tingkat daerah. LP3K Nasional yang berkedudukan
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
pengawasan program. LP3K juga melaksanakan
fungsi membangun hubungan dengan pemerintah
pusat, daerah, lembaga gereja dan instansi lainnya.
Selain melaksanakan fungsi-fungsi tersebut LP3K
sebagai sebuah organisasi menyelenggarakan fungsi
administrasi dan informasi.
di Jakarta memiliki tugas menyelenggarakan
Pesparani Nasional (Pesta Paduan Suara Gerajani)
sedangkan LP3K di daerah peran dan fungsinya
adalah menyiapkan, menyeleksi peserta Pesparani.
Jika ada ruang yang disediakan oleh LP3K daerah
untuk berkompetisi di tingkat daerah, maka LP3K
daerah dapat menyelenggarakan Pesparani di tingkat
lokal sebagai wadah untuk mendapatkan peserta
yang terseleksi secara baik sehingga menjadi utusan
daerah yang dapat diandalkan di ajang Pesparani
tingkat nasional.
Secara terperinci LP3K nasional melaksanakan
fungsi antara lain; perumusan visi, misi dan
ketentuan pelaksanaan pengembangan serta
peningkatan music Gerejani dan paduan suara
Gerejani, menyelenggarakan Pesparani Nasional,
pelayanan dan bimbingan kepada LP3K daerah di
bidang musik Gerejani, lomba cipta lagu Gerejani,
kursus atau penataran, pembinaan musisi liturgis,
dirigen dan paduan suara Gerejani, penerapan music
dan lagu-lagu Gerejani sebagai sarana memuji Tuhan
dan memupuk rasa persaudaraan sebagai ungkapan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, pengorganisasian,
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan
Menyambut Pesparani Nasional
Gaung Pesparani mungkin saja belum bergema
secara merata di seantero Nusantara. Boleh jadi
Pesparani sendiri belum terlalu akrab di telinga
masyarakat Katolik, di lingkungan Gereja dan juga
di antara ASN Katolik Kementerian Agama. Ini
harus menjadi pekerjaan awal dari LP3K untuk
memperkenalkan dan juga mempromosikan kegiatan
Pesparani sehingga semakin dikenal luas sekaligus
mematik semangat umat Katolik agar bergairah
menyiapkan diri menyambut gelaran perdana yang
akan berlangsung tahun 2018 nanti. Untuk itu,
diharapkan Surat Keputusan tentang Pembentukan
LP3K nasional dan daerah secepatnya dalam waktu
singkat segera terbit. Dengan Surat Keputusan
tersebut, maka baik nasional maupun daerah
akan segera menyusun agenda penyelenggaraan
Pesparani yang akan berpengaruh pada persiapan.
Sebelum terbitnya LP3K, Ditjen Bimas Katolik dan
Bimas Katolik di daerah perlu mengambil langkah
koordinasi, membangun komunikasi dengan
berbagai elemen terkait sehingga ketika Surat
Keputusan itu terbit, kepengurusan LP3K mulai
bergerak menyiapkan segala hal yang berkaitan
dengan penyelenggaraan Pesparani mengingat waktu
pelaksanaannya sesuai agenda akan berlangsung
tahun 2018. Acuannya sudah pasti merujuk pada
PMA nomor 35 Tahun 2016 yang memberikan
gambaran secara umum tentang langkah-langkah
apa saja yang akan dilakukan dan bagaimana tujuan
akhir dapat dicapai secara maksimal dan berdampak
pada pengembangan iman umat.
Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT telah
memulai dengan mengumpulkan para tokoh dari
kalangan Katolik baik pejabat Gereja maupun awam
yang duduk dalam jabatan di jajaran eksekutif dan
legislatif. Beragam cara pandang, pendapat, dan
usul saran telah terakomodir yang berujung pada
11
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
satu kesepakatan bahwa Pesparani layak untuk
diselenggarakan. Karena itu, perlu membentuk LP3K
Provinsi NTT yang kepengurusannya juga terdiri dari
tokoh awam pemerintahan dan juga pejabat Gereja.
Hal ini disadari bahwa tokoh awam perlu bekerja
ekstra dalam membangun komunikasi yang baik
dengan pemerintah sehingga pelaksanaannya pun
tidak terganggu. Mengingat Pemerintah sebagai
penyuplai dana utama bagi terselenggaranya
Pesparani. Hal ini secara eksplisit disampaikan wakil
Ketua DPRD Provinsi NTT dari Fraksi PDIP, Gusti
Beribe bahwa dengan terbentuknya LP3K di NTT,
dewan akan berusaha mengalokasikan anggaran
untuk mendukung kegiatan umat beragama. Dari
pemerintah yang diwakili Kepala Biro Kesra NTT,
Bartol Badar mengatakan dengan tegas yakni
Pesparani harus dilaksanakan karena hal itu adalah
perintah PMA.
Namun hal yang paling penting, adalah
12
bagaimana agar umat terlibat dan dilibatkan
sehingga perayaan Pesparani sungguh –sungguh
menjadi perayaan umat Katolik dan bukan seolaholah hanya kepentingan dan kehendak untuk
memperoleh hak dan perhatian yang sama dari
Pemerintah karena agama-agama yang lain telah
melakukan hal yang sama di lingkungan agamanya
masing-masing. Tentu bukan ini tujuannya. LP3K dan
Pesparani, terbentuk dan terselenggara agar iman
umat semakin berkembang. Dengan demikian, selain
memperkaya kehidupan umat dalam menggereja
tetapi juga mendukung terwujudnya pembangunan
nasional.
Hal senada juga diharapkan oleh Kakanwil
Kementerian Agama Provinsi NTT, Drs. Sarman
Marselinus dalam kegiatan Curah Pikir Lembaga
Pembinaan Pengembangan Pesparani Katolik Tingkat
Provinsi NTT di Neo Aston belum lama ini. “Kami
berharap agar melalui kegiatan Pesparani Katolik
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
nanti umat Katolik semakin mencintai imannya,
mengembangkan, dan mengamalkan imannya
dengan baik sehingga bermanfaat bagi kehidupan
bersama,” kata Kakanwil Sarman.
Penutup
Sesuai informasi yang berkembang Pesparani
akan dilaksanakan tahun 2018. Itu artinya kita
tinggal menghitung bulan. Persiapan harus dimulai
sekarang namun tidak gegabah. Perlu persiapan
dan perencanaan matang. Hingga bulan awal
juni, LP3K Nasional dan daerah belum terbentuk.
Masih menunggu hasil rapat Ditjen Bimas Katolik
yang mengagendakan secara khusus tentang LP3K.
Optimisme harus selalu ada bahwa pada saatnya
Pesparani akan terwujud. Tidak perlu menunggu.
Perlu tindakan-tindakan kecil secara bersama-sama
untuk memulai sehingga pada waktunya semua
akan terlaksana dengan rapi, lancar, dan berkualitas.
Ibarat sebuah paduan suara perlu beragam suara
yang turut bersenandung agar mencapai harmoni
yang sesungguhnya sehingga menampilkan keindahan
yang layak bagi yang mendengarkannya. Jika sungguh
dilaksanakan dan disadari sebagai sebuah panggilan
pengabdian, tidak mustahil akan menghasilkan sebuah
karya yang bermanfaat dan berkualitas. Pesparani mesti
dipandang sebagai sebuah cara dan kesempatan untuk
menampilkan karya seni terbaik untuk keagungan Tuhan
dan meninggikan martabat manusia. Dapatkah karya
seni; lagu dan nyanyian yang akan tersaji nanti dalam
Pesparani menjadi doa yang pantas dipanjatkan kepada
Sang Pencipta? Seperti kata peribahasa latin, Qui Bene
Cantat Bis Orat. Bernyanyi Baik Sama Dengan Berdoa
Dua Kali. Jika mungkin, maka LP3K dan Pesparani tidak
sekedar ada. Ini tantangan! ***(bobbybabaputra)
13
Bidik Lensa
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
Kakanwil Kemenag
NTT, Drs. Sarman
Marselinus pose
bersama peserta
kegiatan Workshop
Penyusunan
Perangkat
Pembelajaran
Pendidikan Agama
Katolik tingkat Dasar
dan Menengah se –
Provinsi NTT, Rabu
(03/05/2017).
Kakanwil Kemenag Provinsi
NTT, Drs. Sarman Marselinus
ketika memberikan sambutan
sekaligus membuka kegiatan
Sosialisasi Kurikulum Sekolah
Minggu Buddha di Hotel
Naka, Senin (08/05/2017).
Kepala Bagian Tata
Usaha, H. Hasan
Manuk, S.Pd, M.Pd
menerima kunjungan
utusan Pramuka Tuna
Rungu Nasional di
ruang kerjanya, Selasa
(09/05/2017).
14
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
Kakanwil Kemenag
Provinsi NTT, Drs. Sarman
Marselinus memberikan
sambutan pada acara
perayaan Waisak
bersama di gedung FKUB
NTT, Kamis (11/05/2017).
Kakanwil Kemenag NTT,
Drs. Sarman Marselinus
bersama para tokoh
awam Katolik seKabupaten Rote Ndao,
Jumat (12/05/2017).
Kakanwil Kemenag
Provinsi NTT, Drs. Sarman
Marselinus memberikan
sambutan sekaligus
membuka kegiatan
pertemuan Pembina kursus
persiapan perkawinan
Katolik di Neo Hotel, Rabu
(17/05/2017).
15
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
Diskusi para tokoh
Katolik yang juga diikuti
Kakanwil Kemenag NTT,
Drs. Sarman Marselinus
pada kegiatan
Sosialisasi LP3K di
Neo Hotel, Selasa
(23/05/2017).
Kakanwil Kemenag NTT,
Drs. Sarman Marselinus
didampingi Kepala Bagian
Tata Usaha, H. Hasan
Manuk dan Kepala Bidang
Pendis, Drs. Husen Anwar
membuka kegiatan KSM &
AKSIOMA tingkat Provinsi
NTT yang ditandai dengan
pelepasan balon, Rabu
(24/05/2017).
Siswa/i MAN Model Kupang
membawakan Gema
Sholawat pada pembukaan
kegiatan KSM & AKSIOMA
tingkat Provinsi NTT, Rabu
(24/05/2017)
16
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
Seputar Kanwil
Bahas Pesparani Katolik, Kanwil Kemenag NTT
Kumpulkan Tokoh Agama dan Pemerintah
Kupang (Bernas) - Tidak seperti di kalangan Kristen,
Islam, Hindu dan Buddha yang secara rutin menggelar
lomba baca Kitab Suci dan Seni Suara dengan biaya yang
disediakan dari APBN dan APBD. Untuk tahun-tahun
yang akan datang, Kementerian Agama melalui Ditjen
Bimas Katolik juga telah menyiapkan program kegiatan
yang hampir sama yakni akan menyelenggarakan Pesta
Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Katolik. Hal ini
merupakan perintah dari Peraturan Menteri Agama
(PMA) nomor 35 tahun 2016.
Terkait rencana pegelaran Pesparani Katolik,
Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT melalui unit
teknis Bidang Urusan Agama Katolik menggelar rapat
curah pendapat di Hotel Neo Aston.
Curah Pendapat dimaksudkan untuk menggali
pandangan dan sikap guna memantapkan rencana
kegiatan termasuk menyusun rancangan susunan
badan pengurus yang akan menduduki lembaga
yang menaungi Pesparani Katolik yakni Lembaga
Pengembangan dan Pembinaan Pesparani Katolik
(LP3K).
Sejumlah tokoh diundang diantaranya Vikjen
Keuskupan Agung Kupang, RD. Gerardus Duka, Kabiro
Kesra Setda NTT, Bartol Badar, Anggota DPRD NTT, Gusti
Beribe dan Anton Bele, dan beberapa tokoh awam serta
wakil dari Komisi di Keuskupan Agung Kupang.
Kepala Kantor Wilayah Kemenag NTT, Sarman
Marselinus dalam kesempatan itu mengharapkan
agar melalui kegiatan Pesparani Katolik nanti umat
Katolik semakin mencintai imannya, mengembangkan,
dan mengamalkan imannya dengan baik sehingga
bermanfaat bagi kehidupan bersama.
"Mari kita buka percakapan dan pembicaraan
seluas luasnya dan menggali sampai ke akar-akarnya
sehingga kita mendapatkan alasan yang jelas. Mungkin
kita bisa bawa ke tingkat nasional. NTT maunya apa.
Kiranya aspirasi kita dapat tersalurkan dengan baik
dan menjelma menjadi kenyataan yang indah," kata
Kakanwil.
Menanggapi hal tersebut, Vikjen KAK, RD. Gerardus
Duka mengatakan pada prinsipnya Gereja mendukung
kegiatan yang memiliki manfaat mengembangkan iman
umat. Sementara dari Pemprov NTT, Kabiro Kesra,
Bartol Badar menyampaikan bahwa karena Peraturan
Menteri Agama (PMA) ini bersifat perintah, maka
wajib dilaksanakan. Sedangkan Gusti Beribe, Anggota
DPRD NTT merespon positip terbentuknya LP3K di NTT
sebagai bentuk penguatan iman masyarakat. Gusti
mengatakan dengan adanya Peraturan Menteri Agama
tersebut, maka dewan akan menyusun program dan
anggarannya untuk menyokong kegiatan ini.
Sebelumnya, Kabid Urusan Agama Katolik Kanwil
Kemenag NTT, Yakobus Beda Kleden mengatakan
bahwa hasil dari rapat akan berupa draf pembentukan
LP3K NTT. Draf tersebut selanjutnya akan dibawa ke
Ditjen Bimas Katolik dan KWI di Jakarta.
"ini juga sesuai arahan dari Bapak Uskup Agung
Kupang," kata Kleden. ***(bobby/pryli/yen)
17
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
Dua Jemaah Calon Haji NTT
Belum Lunasi Biaya Haji
Kupang (Bernas) - Dua jemaah calon haji regular asal
Nusa Tenggara Timur hingga memasuki hari hari terakhir masa
pelunasan tahap kedua belum melunasi biaya haji tahun 2017.
Sementara waktu pelunasan tahap kedua akan berakhir tanggal
02 juni 2017 pekan ini. Informasi ini disampaikan Kepala Bidang
Haji dan Bimbingan Masyarakat Islam Kanwil Kemenag NTT, Drs.
Syamsul Maarif di ruang kerjanya, Selasa (30/05/2017)
Syamsul Maarif mengatakan jika pelunasan tahap kedua
telah rampung maka selanjutnya akan diadakan manasik
regular. Sebelumnya, para Jemaah calon haji telah mendapatkan
pembekalan pra manasik mandiri di Kabupaten/Kota masingmasing.
Terkait pengurusan paspor, Syamsul Maarif yang
didampingi Kasi Pelayanan dan Pembinaan Haji dan Umrah,
Gafur Jafar, S. Ag menyampaikan sudah 525 paspor yang telah
diterbitkan, masih tersisa 145 paspor dalam tahap penyelesaian.
NTT tahun ini, jelas Syamsul mendapat pengembalian
jumlah kuota normal sebanyak 647 sehingga kuota regular
menjadi 665. Jumlah ini ditambah Petugas Pendamping Haji
sebanyak 5 orang. Secara keseluruhan Jemaah NTT yang akan
berangkat haji berjumlah 670 orang. Jumlah ini lebih besar
jika dibandingkan selama periode empat tahun terakhir, yakni
518 jemaah. Jemaah asal NTT, katanya, akan bergabung dalam
kloter di Surabaya.
“Kita masih bergabung dengan Jawa Timur. Bedanya,
tahun ini ada kebaikan hati dari Jawa Timur yang memberikan
tambahan satu pendamping haji sehingga masing-masing
kelompok terbang, pendamping haji dari kita ada dua orang,”
kata Syamsul Maarif. *** (bobby/jw/yen)
Kakanwil Buka Kegiatan KSM dan Aksioma Prov. NTT
Kupang (Bernas) - Kepala Kantor Wilayah
Kemetenterian Agama Prov. NTT, Drs. Sarman
Marselinus, membuka secara resmi Kegiatan
Kompetisi Sains Madrasah (KSM) dan Ajang
Kompetisi Seni dan Olahraga Madrasah (AKSIOMA),
Rabu (24/05/2017), bertempat di MTs Negeri
Kupang.
Sarman Marselinus pada awal sambutan
menyampaikan terima kasih kepada Kepala Bidang
Pendidikan Islam dan kebanggaan kepada seluruh
peserta kegiatan KSM dan AKSIOMA dari seluruh
Kabupaten se - Provinsi NTT yang telah hadir pada
18
ajang akbar ini.
"Kompetisi atau perlombaan adalah istilah yang
menciutkan nyali kita. Kontingen ini datang sebagai
yang terbaik dari daerahnya dan akan bertarung untuk
menentukan siapa yang terbaik. Ajang ini menjadi
kesempatan untuk membuktikan prestasi yang diraih
dari daerah masing-masing," ucap Sarman.
"Saya yakin dan percaya bahwa prestasi yang
peserta raih adalah hasil pendidikan yang ditempuh dari
lembaga pendidikan dan tentu juga hasil jerah lelah dari
orang tua masing-masing. Berjuanglah di sini sebagai
rasa syukur kepada lembaga dan orang tua kita. Jangan
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
Awan Menutupi Hilal di Masjid Nurul Hidayah
Kupang (Bernas) – “Awan tebal menutupi hilal sehingga
dari tempat ini hilal tak terlihat," penjelasan Kepala BMKG klas
I Kupang, Hasanudin sekaligus menutup kegiatan Rukyatul Hilal
Awal Ramadhan 1438 H/2017 M yang berlangsung di Masjid Nurul
Hidayah, Kelapa Lima, Kupang. Sebelumnya, di tempat yang sama,
Kepala Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT, Drs. Sarman
Marselinus dalam sambutan saat membuka kegiatan mengharapkan
peran dan partisipasi semua pihak guna menyambut dan mengisi
bulan suci Ramadhan. "Jangan sampai karena kesibukan, kita lupa
bahwa kita telah memasuki bulan suci Ramadhan," kata Kakanwil
Sarman mengingatkan dengan mengutip tulisan Menteri Agama,
Lukman Hakim Saifuddin dengan judul Maafkan Aku Ya Ramadhan.
Meneruskan pesan Menteri Agama, Kakanwil menyampaikan bahwa
agama dalam upaya memanusiakan manusia diharapkan dapat
terwujud. Karenanya, bulan suci Ramadhan mesti diisi dengan
sebaik-baiknya.
Lebih jauh, orang nomor satu di lingkungan Kanwil
Kemenag Provinsi NTT ini mengatakan bahwa bulan suci
Ramadhan yang telah dirindukan memiliki kekhusyukan
yang tidak hanya dirasakan umat Islam tapi juga dirasakan
oleh umat lainnya. Karenanya, Kakanwil mengharapkan agar
hikmat selama bulan suci Ramadhan tetap terpelihara dan
dijauhi oleh berbagai gangguan baik dari dalam maupun dari
khianati dan apa pun yang kita peroleh hendaknya
menjadi persembahan terbaik bagi lembaga, Bangsa
dan Negara," lanjut Sarman Marselinus.
"Semoga dalam ajang ini siswa/i dapat berinterkasi
dengan baik sehingga tumbuh rasa persaudaraan,
kesatuan baik sebagai umat Islam dan juga sebagai
saudara/i se bangsa dan se tanah air agar pendidikan
yang berciri khas Islam ini menumbuhkan generasi
muda yang mencintai agamanya, juga mencintai
Bangsa dan Negara ini. Jangan sampai kita digerogoti
oleh virus-virus yang tidak hanya ada dalam komputer
tapi dalam diri kita yang masuk dalam hati, sikap dan
pikiran kita. Kita hendaknya meninggalkan kebiasaan
atau virus negatif dari dalam diri kita," tegas Kakanwil.
"Ajang ini sekaligus menjadi momen yang
menunjukkan kepada khayalak ramai, mengapa harus
luar. "Semoga bulan Ramadhan membawa sukacita bagi kita
sekalian. Selamat menjalani ibadah puasa. Semoga amal ibadah
kita diterima dihadirat Allah SWT," pungkas Kakanwil Sarman.
Pembimbing Syariah, Dra. Hj. Ening Murtiningsih yang ditemui
di sela-sela kegiatan menyampaikan bahwa pengamatan hilal
awal Ramadhan di Kota Kupang dilaksanakan di tiga tempat
berbeda yakni di Amfoang dilakukan oleh Universitas Nusa
Cendana, di puncak gedung On The Rock Hotel dilakukan oleh
tim Boscha, serta di Masjid Nurul Hidayah kerjasama Kanwil
Kemenag Provinsi NTT dan BMKG klas I Kupang. "Infomasi dari
puncak Hotel On The Rock, tim Boscha melihat hilal," pungkas
Ibu Ning sembari bersiap untuk menuju Hotel On The Rock untuk
pengambilan sumpah.*** (JW/bbp/yen).
memilih untuk masuk ke sekolah Madrasah. Tidak
cukup dengan kata-kata dan penjelasan dan harus
dengan bukti. Dan bukti yang paling kuat adalah ada
pada anak-anak. Kepada jajaran pendidikan Islam,
kelola baik-baik madrasah kita agar tetap menjadi
andalan umat untuk terus menegakkan kejayaan
Bangsa dan Negara kita," pinta Sarman Marselius.
"Tetap jaga kesehatan, jaga pola makan
dan istirahat yang seimbang. Belajarlah bergaul,
berkomunikasi dengan orang lain dan jangan
melupakan teman agar relasi kita tetap baik. Semoga
semuanya dapat meraih medali dan jika medalinya
kurang, kita tammbahkan," akhiri Sarman Marselinus
dalam sambutannya.*** (Prily/bbp/yen)
19
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
ASN Kanwil Ramai-Ramai Periksa Mata
Kupang (Bernas) - Jumat, (19/05/2017) ASN
Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT ramai-ramai
melakukan pemeriksaan mata. Pemandangan tak
lazim pun tampak sejak pagi hari jam masuk kantor.
Sejumlah ASN sudah mengantri di selasar kantor guna
melakukan pemeriksaan mata sistem komputerisasi
(Auto Reparatcometer) secara gratis.
Disela-sela kegiatan, Genoveva Menggol, S.Sos
yang dipercaya mengkoordinir kegiatan dimaksud
mengkonfirmasi bahwa kegiatan pemeriksaan mata
gratis ini dilakukan berkat kerjasama dengan pihak
Optik Bhineka pimpinan Asep Iwan Hidayat. "Selain
pemeriksaan mata secara gratis, Optik Bhineka juga
menyediakan berbagai macam merk/model frame dan
lensa kepada yang membutuhkan kacamata," terang
Ibu Yeni yang diamini Asep Iwan Hidayat.
Antusias ASN Kanwil untuk melakukan pemeriksaan
mata gratis ini diluar dugaan. Saling canda dan tawa
terdengar disela-sela pemeriksaan membuat suasana
begitu cair dalam balutan nuansa kekeluargaan.
Sebanyak 20 buah kacamata pun laku terjual
usai pemeriksaan mata dilakukan. Hal ini didukung
oleh Koperasi Pegawai Negeri Rahmat yang siap
memfasilitasi untuk kelancaran administrasi. ***(JW/Yen)
Kakanwil Ajak Keluarga Tanamkan Nilai Pancasila
Kupang (Bernas) - Kakanwil Kementerian Agama
NTT, Drs. Sarman Marselinus mengajak keluargakeluarga untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila
ke dalam diri anak-anak sejak usia dini. Ajakan itu
disampaikan Kakanwil ketika memberikan arahan pada
kegiatan Pembinaan Bimbingan Keluarga Katolik Regio
Timor, Kamis (18/05/2017) di Neo Aston Kupang.
Kakanwil mengatakan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila seperti pengakuan akan adanya
kemajemukan dan solidaritas harus juga menjadi
perhatian
ke l u a rga
dewasa ini
sehingga
ge n e ra s i
bangsa ini
tumbuh dengan
memiliki prinsip
hidup yang
baik.
"Tentang
Pancasila perlu
disinggung,
selain ajaran-
20
ajaran agama sehinga jati diri bangsa ini tidak
menimbulkan dualisme. Tidak ada keterpecahan,"
kata Kakanwil.
Keluarga, jelas Kakanwil adalah sel dari masyarakat.
Keluarga juga disebut eclesia domestika. Jika keluarga
mengalami keterpecahan, maka akan mengganggu
keutuhan masyarakat, Gereja, dan bangsa. Karena itu,
penting sekali menjaga agar keluarga keluarga tetap
kuat dan utuh sehingga negara dan gereja pun akan
kuat dan utuh pula.
Kementerian Agama, tambah Kakanwil, memiliki
dua fungsi yakni fungsi pendidikan dan fungsi agama.
Melalui fungsi agama, pemerintah berupaya agar
pemahaman masyarakat atau umat semakin baik dan
terjadi keseimbangan antara hal rohani dan jasmani
dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber
daya yang ada.
"visi kita adalah menjadi umat katolik 100%
juga 100% warga negara Indonesia. Kiranya dengan
ini, keluarga keluarga terus menanamkan nilai-nilai
agama secara benar dan utuh serta menumbuhkan
semangat kebangsaan sehingga terhindar dari bahaya
radikalisme, intoleran dan fundamentalisme," ungkap
Kakanwil. *** (bobby/prily/yen)
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
Ekstrimis Tidak Bisa Mendirikan
Satu Negara dengan Satu Agama
Kupang (Bernas) - Plh. Kepala Kantor
Wilayah Kementerian Agama Prov. NTT,
Drs. Yakobus Beda Kleden, MM bertindak
selaku Pembina pada Apel Kesadaran, Rabu
(17/05/2017), mengingatkan kepada seluruh
ASN lingkup Kantor Wilayah Kementerian Agama
Prov. NTT pada 2 (dua) hal penting sebagai
refleksi atas pelaksanaan Apel Kesadaran yang
dilaksanakan setiap tanggal 17 dalam bulan.
Hal penting utama yang disampaikan
Yakobus B. Kleden berkaitan dengan waktu. Waktu
menurut beliau sangat penting karena kita ada dan
bergerak dalam waktu. Waktu menurut Yakobus terbagi
atas waktu sakral dan waktu profan. Waktu sakral
menunjukkan relasi antara manusia sebagai ciptaan
dan Tuhan sebagai Pencipta. Waktu sakral menunjukan
rasa syukur kita terhadap Pencipta dan sifatnya abadi.
Sedangkan waktu profan adalah waktu dimana kita
sebagai ciptaan hadir untuk melaksanakan tugas dan karya
yang diembankan pada masing-masing kita. Waktu ini
bersifat pragmatis karena kita hidup dalam kurun waktu
yang terbatas.
"Dalam kurun waktu profan yang terbatas, kita
disadarkan untuk melihat seluruh tugas dan kerja kita
terhadap pengelolaan anggaran yang tertuang dalam DIPA
halaman 3. Kita diharapkan untuk senantiasa mengadakan
evaluasi terhadap pelaksanaan program semester I dan
persiapan pada evaluasi semester II sehingga kita dapat
mencapai terget yang diharapkan. Hal ini juga erat
berkaitan dengan semangat Kementerian Agama dalam
hal reformasi birokrasi," jelas Yakobus Kleden.
"Hal yang perlu diperhatikan selain fokus pada
target realisasi anggaran ialah kesadaran terhadap aturan
yang berlaku dan fokus pada pelaksanaan anggaran
sebagaimana yang telah menjadi komitmen bersama.
Mari kita bersama membangun sinergitas baik sebagai
Pejabat maupun Staf," tegas Yakobus Kleden.
Hal penting kedua lanjut Yakobus Kleden adalah
soal identitas dan jati diri kita. Contoh paling sederhana
menurut beliau adalah penggunaan atribut dan seragam
kantor.
"Kementerian Agama telah menetapkan seragam
untuk dikenakan, kita diharapkan menggunakan pakaian
seragam sesuai dengan yang berlaku di Kementerian
Agama," imbau Yakobus Kleden.
"Dengan mengenakan pakaian KORPRI pada hari
ini dan mengucapkan Panca Prasetya KORPRI pada point
pertama yang berbunyi setia dan taat kepada Negara
Kesatuan dan Pemerintah Republik Indonesia yang
berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945, menujukkan
komitmen kita pada keyakinan bahwa Negara ini milik
seluruh rakyat Indonesia dengan berbagai etnis, suku,
bahasa dan budaya serta kita patut menjaga dan
melestarikannnya," pinta Yakobus Kleden.
Pada point kedua ini, Kleden mengatakan sejak
negara ini dibentuk tidak ada satu agama pun disepakati
menjadi dasar negara. Kesepakatan bangsa ini hanya
mengakui adanya satu ideologi yang sama yakni Pancasila.
Kesepakatan itu, jelas Kleden telah diakui sejak tahun
1908, 1928 dan 1945. Karena itu, menurutnya jika
meributkan agama dengan keinginan untuk mendasarkan
negara ini hanya dengan satu agama saja, hal itu tidak
akan pernah terjadi.
"itu hanya membuang energi yang tidak perlu.
Karena sampai negara ini bubar pun tidak akan pernah
terjadi. Sekalipun ekstrimis menang, mereka tidak bisa
mendirikan satu negara dengan satu agama," tegas Kleden
Kepala Bidang Urusan Agama Katolik Kanwil Kemenag
NTT itu mengajak ASN di lingkungan Kementerian Agama
untuk tidak ikut terlibat dalam simpang siur politik yang
mencampuradukannya dengan agama. Jika tidak, maka hal
itu akan memicu keterpecahan di kalangan Kementerian
Agama sendiri.
"Mari kita tunjukan bahwa kita bersama bisa menjaga
kesatuan bangsa ini dengan mengakui satu ideologi yang
sama dengan satu undang-undang dasar yang sama.
kita bukan saja dipercaya oleh negara tetapi diberi tugas
oleh Tuhan untuk bekerja di tempat ini dengan terus
memberikanyang terbaik untuk negara dan bangsa ini,"
ajak Kleden.
Bertepatan dengan pelaksanaan Apel Kesadaran
tersebut, juga berlangsung penyerahan SK Kenaikan
Pangkat kepada dua (2) orang ASN yang mengabdi pada
Kantor Wilayah Kementerian Agama Prov. NTT yakni
Bernadinus Asiela Epu, S.Sos dan Genoveva Menggol,
S.Sos.
Bernadinus A. Epu bekerja pada Sub Bagian Ortala
dan Kepegawaian dalam jabatan Analis Ketatalaksanaan
Sub Bagian Organisasi, Tata Laksana dan Kepegawaian
Bagian Tata Usaha Kanwil Kementerian Agama Prov. NTT
mengalami Kenaikan Pangkat dari golongan III/c ke III/d
dan Genoveva Menggol yang bekerja pada Sub Bagian
Informasi dan Humas dalam jabatan Pengelola Data
mengalami Kenaikan Pangkat dari golongan III/c ke III/d.
Pada kesempatan yang sama, Yakobus B. Kleden
mengucapkan proficiat dan selamat atas nama Kepala
Kantor Wilayah Kementerian Agama Prov. NTT untuk
Kenaikan Pangkat yang dialami oleh 2 (dua) ASN tersebut.
"Kenaikan Pangkat adalah penghargaan dan
penghormatan yang diberikan Negara atas kerja dan
dedikasi ASN yang telah melaksanakan tugas dengan
baik," ungkap Yakobus B. Kleden.***(bobby/jw/prily/yen)
21
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
Kakanwil Buka Workshop Penyusunan
Perangkat Pembelajaran PAK
Kupang (Bernas) - Bertempat di Aula Hotel John's,
Oebufu-Kupang, Kepala Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur, Drs. Sarman
Marselinus, membuka kegiatan Workshop Penyusunan
Perangkat Pebelajaran Pendidikan Agama Katolik
Tingkat Dasar dan Menengah Se Provinsi Nusa tenggara
timur, Rabu malam (03/05/2017). Hadir dalam kegiatan
yang diselenggarakan Bidang pendidikan Katolik Kanwil
Kemenag Prov. NTT tersebut Kabid Pendidikan Katolik,
Drs. Djata Dominikus, para Kabid/Pembimbing, dan
para Kasubbag lingkup Kanwil Kementerian Agama
Prov. NTT.
Dalam arahan pembuka, Kakanwil menekankan
tentang peran pendidikan agama dalam membina
kerukunan. Ia melihat adanya benang merah antara
kerukunan dan pendidikan agama.
"Kerukunan merupakan praktik hidup beragama,
Katolik untuk selalu mengajarkan dan menanamkan
nilai-nilai agama secara utuh kepada anak didiknya.
Menurutnya, pemahaman yang parsial hanya akan
melahirkan pengertian yang timpang, yang melahirkan
sikap ekstrim yang selalu memaksakan kehendak.
Penanaman nilai-nilai agama yang utuh ini pada
gilirannya akan menghasilkan siswa/i yang toleran, cinta
akan Pancasila, UUD 45, NKRI, dan Bhinneka tunggal
Ika. Hal lain yang turut diangkat Kakanwil adalah
menyangkut internalisasi dan implementasi lima Nilai
Budaya Kerja Kementerian Agama. Ia meminta agar 24
guru dan 6 pengawas yang menjadi peserta workshop
untuk betul-betul mengejahwantahkan lima nilai
budaya kerja dalam kehidupan dan pelayanan mereka
sehari-hari, baik di lingkungan sekolah, gereja, maupun
masyarakat umumnya.
Kegiatan workshop yang rencananya dilaksanakan
yang terjadi karena pemahaman, penghayatan, dan
pengamalan yang baik ttg agama. Praktik hidup tersebut
sesungguhnya telah diwarisi secara turun temurun di
NTT. Pendidikan agama yg baik tidak lain menjadi
daya yg kuat untuk merawat kerukunan beragama,"
ungkap Kakanwil. Maka demi tercapainya maksud
tersebut, Kakanwil meminta agar para guru agama
selama lima hari, hingga 07 Mei 2017, ini menghadirkan
tujuh narasummber. Beberapa narasumber dari luar
Kementerian Agama adalah Wahid Nuna Aman, S.Pd
(Kantor Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Prov.
NTT), Dr. Watu Yohanes Vianey (Kepala Pusat Penelitian
Etika dan Humaniora Unika Widya Mandira), dan Daniel
Boli Kotan (KWI Jakarta).***(phw/bobby/yen)
22
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
Lintas FLOBAMORA
Kemenag Mabar Masuk Nominasi
Pemerintah Daerah Kabupaten
Manggarai Barat.
Mendapat apresiasi dari badan
Kearsipan Daerah, Kakankemenag
Manggarai Barat, Yohanes Daketi
Ase, S.Fil dalam kesempatan Apel
Ke s a d a ra n , R a b u , 1 7 / 5 / 2 0 1 7
mengharapkan jajaran unit terkait
untuk mempersiapkan diri sebaikbaiknya agar bisa menjadi salah satu
pemenang lomba ini. Menyambut
rencana penilaian yang dilakukan oleh
tim penilai pada, Kamis, 18 Mei 2017,
seluruh jajaran di unit sekretariat
melakukan upaya pembenahan dengan menyusun,
merapikan, serta membersihkan kembali semua arsip
yang sudah tertata sesuai aturan kearsipan modern
selama dua hari dari Rabu 16 hingga 17 Mei 2017.
Sementara kriteria penilaian, di antaranya terdiri
dari aspek teknis seperti registrasi surat-menyurat,
pemberkasan, penyimpanan dan pemeliharaan, akses,
penyusutan, dan lain-lain. Sementara aspek pendukung di
antaranya SDM. Pengumuman pemenang lomba sendiri
akan diumumkan pada tanggal 22 Mei 2017 tepat pada
Hari Arsip Nasional yang untuk tingkat Provinsi NTT akan
dilaksanakan di Labuan Bajo.***(JM/JW)
Lomba Tata Kelola Arsip
Labuan Bajo (BERNAS) - Kementerian Agama
boleh sedikit berbangga terkait penataan dan
pengelolaan arsip. Betapa tidak,Kementerian Agama
Kabupaten Manggarai Barat menjadi salah satu dari dua
intansi vertikal yang masuk nominasi Lomba Penataan
dan Penggeloaan Arsip Tingkat Kabupaten Manggarai
Barat Tahun 2017 sesuai surat bernomor DKP.040/99/
IV/2017.
Salah satu dari dua intansi vertikal yang masuk
nominasi ini adalah Komisi Pemilihan Umum Daerah
(KPUD) Kabupaten Manggarai Barat sementara 36
intansi lainnya adalah dinas/SKPD di Lingkungan
Rencana Pendirian Madrasah Aliyah
Kejuruan Negeri di Ende
Ende (BERNAS) - "Pendidikan harus mampu
mengembangkan aspek kehidupan lainnya seperti
ekonomi masyarakat."
Hal ini dikatakan Direktur Kurikulum, Sarana,
Kelembagaan dan Kesiswaan Madrasah, Prof. Dr. Phil.
H. M. Nur Kholis Setiawan, MA, pada acara tatap muka
pembinaan Pendidikan Islam di halaman MAS Al- Ikhlas
Anaraja, Jumad (05/05/2017).
Pendidikan kejuruan yang berorientasi dan
berbasis pada karaktersistik budaya dan potensi sumber
daya serta topografi masyarakat setempat diharapkan
akan berdampak pada aspek pengembangan ekonomi
masyarakat. “MAKN di tempat ini, saya pastikan akan
mulai beroperasi pada tahun ajaran 2017/2018. Ini
menjadi salah satu dari 6 MAKN pilot projek di
Indonersia, menjawabi harapan Bapak Presiden
Jokowi,” terang Nur Kholis Setiawan.
Usai tatap muka, Prof Nur Kholis didampingi
Kakankemenag Ende, Kabid Pendis, Camat
Nangapanda, Pendiri dan Pemilik Yayasan AlIkhlas serta beberapa tamu undangan memantau
seluruh lokasi dan aset yang akan diserahkan
kepada Negara (baca = Kemenag) untuk
pengembangan MAKN tersebut.***(Nipa/Prily)
23
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
40 Penyuluh Multi Agama Non PNS
Mengikuti Diklat Teknis Substansif
Ruteng (BERNAS) - Bertempat di Aula Kantor
Kementerian Agama Kabupaten Manggarai, 40 orang
Penyuluh Agama (Multi Agama) Non PNS mengikuti
Diklat Teknis Substansif Penyuluh Agama, mulai
dari tanggal 15 S/d 21 Mei 2017, di Ruteng ibukota
Kabupaten Manggarai. Demikian laporan Ketua Panitia
Pelaksana Diklat Teknis Substansif Penyuluh Agama
(Multi Agama) Non PNS, Ibu Ni Made Suntriani, SE. MM.
Keberadaan Penyuluh Agama Non PNS, katanya
Perkenalkan Kemenag
Dalam Rekoleksi Bulanan
Pastor Katolik
Maumere (BERNAS) - Kepala Bidang Urusan
Agama Katolik Kanwil Kemenag Provinsi NTT,
Drs. Yakobus Beda Kleden, MM, didampingi
Kakankemenag Sikka, Drs. Petrus Fahik, diundang
secara resmi oleh pihak Keuskupan Maumere
untuk memaparkan materi pada kesempatan
rekoleksi bulanan para Imam dan Biarawan/ti seKeuskupan Maumere.
24
memiliki peran strategis dalam pembangunan bangsa.
Penyuluh Agama Non PNS yang selama ini dikenal
dengan penyuluh agama honorer merupakan salah
satu subyek diklat teknis. Keikutsertaan peserta dalam
kegiatan Diklat Teknis
S u b sta n s i f Pe ny u l u h
Agama ini terdiri dari
Penyuluh Agama Katolik
berjumlah 25 orang ,
Penyuluh Agama Islam
13 orang, dan Penyuluh
Agama Kristen 2 orang.
Lebih lanjut, ketua
panitia melaporkan
bahwa pelaksanaan
Diklat Teknis Substansif
ini merujuk pada PMA
RI Nomor 75 Tahun 2015
tentang Penyelenggaraan
Pendidikan dan
Pelatihan Pegawai
Pada Kementerian Agama yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan sikap pegawai untuk
melaksanakan tugas jabatan secara profesional yang
di landasi kepribadian dan kode etik pegawai sesuai
dengan kebutuhan kementerian agama.*** (HardiM/bbp)
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
Petrus Kanisius : Beranekaragam
Tapi Kita Tetap Satu
MTsN Witihama
(BERNAS) - Hal ini
diungkapkan oleh
Petrus Kanisius Hama
Doni, S.Pd. guru
matematika SMP
Katolik Awas Hinga
Kecamatan Kelubagolit
di sela-sela jalin kasih
usai melaksanakan
tugas negara sebagai
pengawas ruang Ujian
Nasional Kertas Pensil (UNKP) di MTsN Witihama, Senin
(08/05/2017).
Sudah menjadi tradisi di MTsN Witihama, setelah
melaksanakan ujian panitia menggelar jalin kasih
sebagai ungkapan rasa syukur atas terselenggaranya
ujian. Petrus Kanisius mewakili para pengawas
menuturkan rasa bangga dengan situasi dan kondisi
yang ada di Madrasah. Dirinya merasakan bahwa
seluruh warga MTsN Witihama merupakan bagian dari
keluarga, kendati pun baru perdana menjadi pengawas
ruang. "Meski kita berasal dari sekolah yang beraneka
ragam, tapi dengan suasana kebersamaan selama masa
ujian, kami boleh mengatakan kita tetap satu. MTsN
Witihama bukan milik warga Madrasah saja tapi milik
kita semua,” ujar Petrus.
Pada kesempatan yang sama, Hasan Sanga Pure
pimpinan Madrasah mengungkapkan rasa syukur dan
terima kasih kepada para pengawas. "Kita menjadi
satu bagian yang terintegrasi dalam suatu jalinan
kekeluargaan yang solid. Hari terakhir berjalan mulus,
tidak ada kesalahan fatal sebagai bukti kesolidan dalam
bekerja," ungkap HSP. Lebih lanjut HSP menambahkan,
perbedaaan bukan merupakan penghalang dalam
bekerja. Meski berbeda-beda tetapi tetap satu dan
harus merasa memiliki lembaga sebagai taman
mencerdaskan generasi penerus bangsa.***(ABK/bbp)
Pada kesempatan itu, Yakobus memperkenalkan
Kementerian Agama di hadapan para peserta Rekoleksi
tersebut. Menurut Yakobus, tusi Kemenag terfokus
dalam tiga hal yakni Urusan Agama, Pendidikan Agama,
dan Tata Kelola Perkantoran. Lebih lanjut, orang nomor
satu pada bidang Urakat Kanwil Kemenag Prov. NTT ini
menuturkan tentang bantuan yang dapat diberikan
oleh Kemenag kepada lembaga Gereja.
"Bantuan yang diberikan oleh Kemenag bukan
lagi berciri bantuan sosial melainkan bantuan dengan
nomenklatur lain, seperti bantuan operasional,
bantuan sarana/prasarana, dan bantuan rehab dan
atau bangun," ujar Kabid Urakat di Wisma Nazareth
Nelle, Rabu (10/5/2017).
Yakobus juga menjabarkan tentang peran Penyuluh
Agama Katolik non-PNS. Menurutnya, Penyuluh
Agama Katolik itu adalah ujung tombak Kemenag
dalam urusan pelayanan keagamaan. Dikatakan,
nomenklatur Penyuluh dipakai karena telah
ditetapkan secara nasional walaupun dalam
Gereja yang dipakai adalah Katekis. Oleh karena
itu, kata Penyuluh Agama dalam hal ini sama
dengan Katekis yang ada dalam Gereja Katolik.
Hadir juga pada saat pemaparan materi
tersebut, selain para Imam dan Biarawan/wati
Keuskupan Maumere, YM Uskup Maumere Mgr.
Gerulfus Cherubim Pareira, SVD, Vikaris Jenderal
(Vikjen) Keuskupan Maumere, RD. Martinus
Edwaldus Sedu dan Kasi Urakat Sikka, Cyrillus Don
Ferdinand RH, S. Sos, M. Si. ***(yongkyparera/bbp)
25
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
Pencanangan Pembangunan
Gedung SMAK Tambolaka
Tambolaka (BERNAS) - Kepala Kantor Kementerian
Agama Kab. Sumba Barat Daya, Drs. Fransiskus,
menghadiri acara misa syukur pencanangan
pembangunan gedung SMAK St. Dominikus Tambolaka,
di lokasi pendirian SMAK St. Dominikus Tambolaka,
Sabtu (06/5/2017).
Misa syukur ini dilaksanakan sebagai awal
perencanaan pembangunan gedung SMAK sebab sejak
adanya SMAK St. Dominikus Tambolaka dari tahun 2013
sampai sekarang masih menggunakan gedung SMAK St.
Alfonsus Weetebula.
Misa tersebut dipimpin oleh Rm. Marselinus P.
Lamunde, Pr selaku Ketua Yapnusda Kabupaten Sumba
Barat dan didampingi Rm. Andres Era, O’Carm selaku
Pendidik pada SMAK St. Dominikus Tambolaka. Hadir
pada kesempatan itu, Kepala Sekolah St. Dominikus
bersama staf pengajar, seluruh pegawai Kantor
Kementerian Agama beragama Katolik dan pemerintah
setempat.
Untuk diketahui, pada tahun anggaran 2017,
Kementerian Agama melalui DIPA Ditjen Bimas
Katolik telah mengalokasikan bantuan pembangunan
gedung Sekolah Menengah Agama Katolik (SMAK) St.
Dominikus Tambolaka sebesar 2 Milyar yang proses
pengadaannya mengikuti ketentuan PBJ Pemerintah
dan diproses melalui LPSE Kemenag.
Pada kesempatan ini pula, Fransiskus berharap
agar dalam proses penddikan pada SMAK St. Dominikus
Tambolaka dapat berjalan sesuai apa yang diharapkan
dan menghasilkan output yang berguna bagi umat
beragama.***(@me Yos/Prily)
Akreditasi A Untuk MAN Ende
MAN Ende (BERNAS) Madrasah Aliyah Negeri Ende
dengan segudang prestasi yang
dimiliki saat ini menjadi satusatunya Madrasah Aliyah di Kota
Ende yang masuk dalam kategori
akreditasi A.
Berdasarkan Surat
Keputusan Badan Akreditasi
Provinsi Sekolah/Madrasah
Provinsi Nusa Tenggara Timur
Nomor: 12/SK/BAP-S/M NTT/
IV/2017 tentang Pleno Penetapan Hasil Akreditasi
MA Tahun 2017 menempatkan MAN Ende bersama
beberapa MA lainnya se - Provinsi NTT dalam kategori
A. Akreditasi ini berlangsung beberapa waktu lalu oleh
tim akreditasi Provinsi.
Kepala MAN Ende, Siti Ardewi, merasa bersyukur
dan bangga MAN Ende meraih akreditasi A.
"Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT yang
telah menjadikan MAN Ende dalam kategori (akreditasi)
26
A," ujarnya saat ditemui pada Senin, (08/05/2017).
Ditambahkan, masuknya MAN Ende dalam
kategori A berkat kerja sama dan doa dari guru dan
karyawan.
Ardewi berjanji untuk terus meningkatkan
mutu dan kualitas Madrasah. "Insya Allah kita akan
terus meningkatkan mutu dan kualitas Madrasah
kedepannya sehingga prestasi ini tetap ada pada kita,"
tambahnya.***(Syaiful Liga./Prily)
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
Direktur Pendidikan Katolik Kunjungi Kemenag Mabar
Labuan Bajo (BERNAS) - Direktur Pendidikan
Katolik Bimas Katolik Kementerian Agama RI, Fransiskus
Endang seusai melakukan visitasi akreditasi di STIPAS
St. Sirilus Ruteng berkesempatan mengunjungi Kantor
Kemenag Kab. Manggarai Barat, Kamis (04/05/2017).
Fransiskus diterima oleh Kepala Kantor Kemang
Manggarai Barat, Yohanes Daketi, Ase, S.Fil melalui
upacara adat dengan penyematan peci dan selendang
khas Manggarai Barat.
Frans Endang yang didampingi
Kakankemenag dan Kasi Penkat, Adrianus
P. Jaya kemudian menemui para pengawas
dan guru PAK untuk memberi penguatan
dan pencerahan terkait penyelenggaraan
pendidikan Katolik di Indonesia termasuk
upaya-upaya yang dilakukan untuk
peningkatkan mutu pendidikan agama
serta peningkatan kesejahteraan para
Guru Agama Katolik.
Lebih lanjut, Frans Endang pun
memberi kabar baik bahwa sudah ada 25
SMAK (Sekolah Menengah Agama Katolik)
di Indonesia dan 5 di antaranya sedang
diusulkan untuk dinegerikan. Sementara
salah seorang peserta, Yohanes Taumai
pada kesempatan tersebut mengeluhkan kurangnya
tenaga pengawas PAK di Manggarai Barat. Jumlah
pengawas yang hanya berjumlah 5 orang sangat tidak
berimbang dengan jumlah sekolah yang dilayani.
***(JM/bbp)
583 Guru PAK Mengikuti Sosialisasi Simpatika
Soe (BERNAS) - Pengawas PAK (Pendidikan Agama
Kristen) tingkat menengah Kantor Kementerian Agama
Kab. TTS, Soleman Baun, S.Pd.M.Pdk didampingi Ketua
POKJAWAS PAK, Amram M. D. Isu, S.Pd dan operator
SIMPATIKA Gustaf I. Abanat, S.PdK mengadakan
pertemuan bersama 583 Guru Agama Kristen bertempat
di aula Haumeni pada Rabu, (03/05/2017).
Pada kesempatan ini, semua guru PAK setelah
memperoleh informasi tentang Simpatika, juga
diminta untuk melengkapi data diri dalam SIMPATIKA.
Data ini wajib
diperbaharui
setiap 6 bulan
sekali melalui
SIMPATIKA.
Sebagai
tindak lanjut
dari sosialisasi
ini, kepada
para guru
pendidikan
agama Kristen dibagikan format SIMPATIKA untuk
diisi oleh para guru dan selanjutnya akan direkap oleh
operator SIMPATIKA.
Pada kesempatan ini para guru penerima tunjangan
sertifikasi juga diminta memasukan laporan bulanan
untuk proses pembayaran tunjangan. Selain itu, kepada
para guru pendidikan agama Kristen yang belum S1
diharapkan untuk mengikuti kuliah pada STAKN Kupang
agar kualifikasi pendidikan sebagai pendidik dapat
diakui secara akademik.***(moyfallo/edykatu)
27
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
Monitoring UN pada Sekolah
Menengah Pertama Teologia Kristen
Oelamasi (BERNAS) - Kepala SMPTK Kasih Karunia
Oefafi, Yandri N. Elia, S.Pd dan Kepala SMPTK Tarus,
Sem Nitti, S.Pd serta guru-guru yang mengajar
di kedua Lembaga Pendidikan Kristen tersebut,
menyambut baik kunjungan monitoring UN Kepala
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kupang, Drs.
Sem Saetban, MM yang didampingi Kepala Seksi PAK,
Sem Nobrihas, dan Pengawas PAK Tingkat Menengah,
Imanuel Snae serta tim monitoring UN dari Bidang
Bimas Kristen Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi NTT, Yeny Saefatu
dan Dewi Snae, Selasa,
(02/05/2017).
Kepala SMPTK Kasih
Karunia melaporkan kepada
Kepala Kankemenag Kab.
Kupang bahwa jumlah
peserta ujian 16 orang.
“Kami berharap agar
peserta UN SMPTK Kasih
Karunia dapat melanjutkan
studi pada SMTK Kasih
Karunia,” harap Kepala
SMPTK (Sekolah Menengah Pertama Teologia Kristen)
Kasih Karunia.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Kepala SMPTK
Tarus yakni bahwa jumlah peserta ujian pada SMPTK
Tarus adalah 11 orang dengan harapan agar mereka
juga mau melanjutkan studi pada SMTK Tarus.
Kunjungan Monitoring yang dilakukan bersama oleh
tim dari Kementerian Agama Kabupaten Kupang dan
tim dari Bidang Bimas Kristen Kanwil Kemenag Provinsi
NTT diakhiri dengan foto bersama.***(Sem Nobrihas/Prily)
Pertemuan Tokoh Awam Katolik Rote Ndao
Ba'a (BERNAS) - Kepala Kantor Wilayah
Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur,
Drs. Sarman Marselinus, pada Jumat (12/05/2017),
membuka Kegiatan Pertemuan Tokoh Awam Katolik
se - Kabupaten Rote Ndao yang dilaksanakan di aula
Hotel Videsi, Ba'a, Rote Ndao.
Hadir pada kegiatan pembukaan tersebut, Kepala
Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rote Ndao,
Abnela Fobia, SE, Kepala Bidang Urusan Agama Katolik
Kanwil Kementerian Agama
Prov. NTT, Drs. Yakobus Beda
Kleden, MM, dan segenap
pejabat eselon IV pada
Kantor Kementerian Agama
Kab. Rote Ndao.
Kegiatan pertemuan
tokoh awam Katolik dengan
30 peserta, oleh Bidang
Urusan Agama Katolik ini
mendapat apresiasi dari
28
Kakanwil. "Pertemuan ini penting dalam memperkuat
ikatan afektif dengan masyarakat. Hal ini menjadi
modal dasar dalam penyusunan program-program
Kementerian Agama," tegasnya.
Kegiatan Pertemuan Tokoh Awam Katolik yang
berlangsung selama sehari ini menghadirkan beberapa
pemateri lain, di antaranya Kakanmenag Kab. Rote
Ndao, Kabid. Urusan Agama Katolik, dan Pastor Paroki
St. Kristoforus Ba'a. ***(phw/bbp)
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
Kemenag Sumtim
Gelar Acara Perpisahan
dan Buka Puasa Bersama
Waingapu (BERNAS) - Senin (29/05/2017)
bertempat di Aula Kankemang Sumba Timur, seluruh
jajaran Kankemenag Kab. Sumba Timur bersama para
Kepala KUA dan para Kepala Madrasah mengadakan
acara perpisahan dengan Kasi Bimas Islam, H.
Muhammad Mudjahit, S.IP, yang memasuki masa
purna bhakti sekaligus berbuka puasa bersama.
Kankanmenag Kab. Sumba Timur, Maxy Lak’apu,
S.Pd.,M.Pd.K bersama Kasubag TU, Hau Tanggumara,
S.Pd, menyerahkan cenderamata kepada H. Muhammad
Mudjahid. Pada kesempatan yang sama, Muhammad
Mudjahit didaulat menyampaikan pesan dan kesan.
"Kementerian Agama adalah darah daging
saya. Anak-anak dan keluarga saya dibesarkan
oleh Kementerian Agama dengan masa kerja yang
cukup lama ini. Saya berjanji
sebagai tokoh agama di daerah
ini, saya akan terus berjuang
mempertahankan kerukunan di
daerah ini dengan menjaga NKRI.
Semoga apa yang dilakukan akan
menciptakan harmonisasi," janji
Muh Mudjahit.
Maxy Lak'apu saat memberi sambutan pada
acara perpisahan mendapat kejutan istimewa saat
beberapa karyawati PTT Kankemenag Sumba Timur
membawa kue tart bertuliskan Happy Birthday sambil
menyanyikan ucapan selamat ulang tahun secara
berulang-ulang. Momen perpisahan dengan Kasi Bimas
Islam ini bertepatan dengan hari ulang tahun orang
nomor satu Kankemenag Kab. Sumba Timur yang genap
berusia 55 Tahun.
Maxy Lak'apu mengaku terharu dengan suasana
pada hari ini. beliau menyampaikan selamat memasuki
bulan suci Ramadhan bagi umat Muslim dan juga
selamat memasuki masa purna bhakti kepada H. Muh
Mudjahit.***(Jefry Sft/Prily)
29
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
Sahabat BERNAS
Mari Kita bangkit,
Jangan Ditunda
N
ada bicaranya pelan namun bukan berarti
tanpa ketegasan dalam setiap ucapan yang
terlontar dari mulutnya. Pria kelahiran
Manggarai, 52 tahun silam ini bukanlah orang baru
dalam dunia pendidikan Islam di Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Drs. Husen Anwar sebelum
dipercayakan menjabat sebagai Kepala Bidang
Pendidikan Islam pada Kanwil Kementerian Agama
Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2013
silam, pria yang gemar berolahraga ini menjabat sebagai
Kepala Seksi Kependidikan Islam dan Pemberdayaan
Masjid pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten
Manggarai.
Saat berbincang dengan Bernas di ruang kerjanya,
mantan Kepala MAN Reo ini menegaskan bahwa berbicara
kebangkitan nasional mestinya memandang seluruh
aspek kehidupan kita baik dari aspek ideology, potilik,
ekonomi, sosial budaya, dan sebagainya. Sebagai nahkoda
di jajaran Bidang Pendidikan Islam Provinsi Nusa Tenggara
Timur, Pak Husen, mengakui bahwa makna kebangkitan
nasional baginya adalah upaya yang sudah dan akan terus
dilakukan menyangkut pelaksanaan penyelenggaraan
pendidikan secara khusus Bidang Pendidikan Islam seperti
peningkatan akses, moto, prestasi, relevansi, dan daya
saing. Diakuinya, kondisi riil masih banyak yang perlu
dibenahi untuk mencapai hasil yang maksimal. Karena
itu, masih perlu upaya lanjutan.
Suami dari Ny. Mutmainnah ini lantas membeberkan
beberapa langkah yang sudah terbangun selama ini dalam
barisan pendidikan Islam di Nusa Tenggara Timur guna
memajukan pendidikan yakni dalam hal peningkatan
kompetensi guru melalui bimbingan teknis. Menurut ayah
dari Hilmah, Wilda Ramdani, dan Nandito Zulfa Mahendra
ini, guru merupakan kunci utama untuk memajukan
prestasi dan mutu pendidikan karena ada banyak teori
yang mendukung dengan tiga pilar utama yakni input,
proses, dan output. Walau, diakuinya, ada juga teori yang
mengatakan bahwa bukan hanya guru.
Sebagai seorang ASN, alumnus IAIN Alauddin Ujung
Pandang tahun 1989 ini menyadari betul bahwa di jajaran
Bidang Pendidikan Islam dalam hubungannya dengan
reformasi birokrasi yang sedang giat dilaksanakan masih
perlu pembenahan dan peningkatan. Karena, baginya,
untuk mencapai target atau tujuan maksimal sebuah
30
organisasi dibutuhkan SDM yang handal.
“Untuk mencapai SDM yang handal tentu melalui
proses-proses seperti pelatihan, proses pendidikan
secukupnya agar mampu mengatasi tugas-tugas yang
diperhadapkan setiap hari. Langkah- langkah yang kami
tempuh terus melakukan pembinaan, pembenahan, dan
peningkatan karir kepada pegawai-pegawai yang ada.
Untuk sementara cukup memadai namun untuk mencapai
ideal dan hasil yang maksimal masih perlu pembenahan,”
jelas mantan Kepala MAS Muslim Pancasila Reo.
Banyaknya ujaran kebencian antar sesama anak
bangsa yang bisa berdampak pada disintegrasi bangsa
juga mendapat porsi perhatian peraih penghargaan
SATYALANCANA KARYA SATYA 20 Tahun ini. Alumnus MAN
Ende ini mengakui bahwa isu-isu nasional cukup sensitif
terutama yang dihadapi sekarang merupakan tantangan
yang cukup berat yaitu krisis ideology dan merupakan
hambatan untuk kebangkitan nasional.
“Yang hari ini kita saksikan semacam ada degradasi
moral. Satu-satunya pilihan untuk bisa mengatasi itu kita
harus kembali ke nilai-nilai budaya kita. Artinya nilai-nilai
Pancasila yang sudah terpatri mendalam dan sudah bisa
menjiwai bangsa kita ini. Tanpa itu, saya pikir tantangan
yang kita hadapi tidak bisa kita taklukan. Sementara
tantangan itu sendiri terus berkembang, tidak mengenal
waktu, dan zamannya. Terus berkembang. Nah, ini jika
dibiarkan terus kita akan tertinggal. Karena itu, kami
di jajaran Bidang Pendidikan Islam terus berupaya
menyadarkan bahwa tantangan yang dihadapi kita
kedepan cukup besar dan berat. Karena itu, kita harus
mulai dari sekarang untuk melihat tanda-tanda yang cukup
fenomenal ini untuk kita antisipasi terutama kaum muda
terpelajar menjadi tanggung jawab kita bersama khusus
di Bidang Pendidikan Islam,” ujar pria yang memulai karir
di Kementerian Agama sejak tahun 1991.
Terkait hal tersebut, diakuinya, upaya yang sudah
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
dilakukan seperti biasa berdasarkan kurikulum yang
ada. Muatan pendidikan agama, menurutnya, cukup
banyak dan mendalam namun dalam perkembangannya
muatan-muatan tersebut masih terasa kurang karena arus
tantangan cukup besar. Untuk itu, diperlukan pelatihan
dan pembinaan khusus bagi generasi muda agar tidak
terjebak pada radikalisme, kekerasan, dan intimidasi pada
kaum perempuan. Hal ini, imbuhnya, menjadi hal krusial
terutama di Bidang Pendidikan Islam di Nusa Tenggara
Timur.
Walau ada begitu banyak tantangan yang mesti
dihadapi, buah hati pasangan (Alm) Anwar H. A Karim
dan (Almh) Saadiyah H. A Rahman ini mengaku optimis
dengan penyelenggaraan pemerintah sekarang ini. Beliau
merasa cukup optimis untuk menuju sebuah bangsa yang
besar, maju, dan mensejahterakan masyarakat. Tapi,
ditambahkan Husen, upaya kearah sana mestinya ada
keseimbangan antara pembangunan infrastruktur dan
pembangunan mental SDM. Padahal, menurutnya, mental
ini penting dan strategis untuk mengatasi tantangan yang
muncul kemudian. Baginya, mesti ada keseimbangan
pembangunan fisik dan mental. Lahir dan batin.
Sebagai pamungkas percakapan dengan Bernas, anak
keempat dari enam bersaudara ini menitip pesan kepada
jajaran Bidang Pendidikan Islam secara khusus dan ASN
di lingkup Kanwil Kementerian Agama Provinsi NTT pada
umumnya dengan ajakan untuk bangkit sesuai bidang
tugas masing-masing apapun jabatan yang diemban
dengan dimulai dari diri sendiri. Dimulai sekarang dan
jangan ditunda.
“Mari kita bangkit. Mari kita mulai dari hal-hal yang
kecil karena tidak mungkin mengapai hal besar kalau tidak
dimulai dari hal kecil. Mulai sekarang jangan ditunda.
Kapan lagi kalau tidak sekarang,” pungkasnya dengan
nada ajakan sembari mengaku gembira karena peringatan
Harkitnas tahun 2017 ada hubungannya dengan
kebangkitan pendidikan Katolik di bidang Pendidikan
Agama Katolik dengan lahirnya SMAK.***(Gerald Wassa)
BIODATA
Nama : Drs. Husen Anwar
NIP
: 196412011991031004
Tempat/Tanggal Lahir : Manggarai, 01 Desember 1964
Pangkat/ Gol. Ruang : Pembina Tingkat I, IV/b
Jabatan
: Kepala Bidang Pendidikan Islam Kanwil Kementerian Agama
Provinsi NTT
Riwayat Pendidikan : 1. SD MIN Reo tamat 1976
2. SLTP MTsN Reo tamat 1980
3. SLTA MAN Ende tamat 1983
4. S1 IAIN Alauddin Ujung Pandang Fakultas Syari’ah
Perdata Pidana Islam 1989.
Riwayat Jabatan
: 1. Guru Madya / Kepala MAS Muslim Pancasila Reo
Kabupaten Manggarai
2. Guru Dewasa Tk. I/ Kepala MAN Reo Kabupaten Manggarai
3. Kepala Seksi Kependidikan Agama Islam dan Pemberdayaan Masjid Kantor Kementerian Agama Kabupaten Manggarai
4. Kepala Bidang Pendidikan Islam Kanwil Kementerian Agama Provinsi Nusa Tenggara Timur
Data Keluarga
Nama Istri
: Mutmainnah
Pekerjaan
: Guru Swasta
Anak
: 1. Hilmah
2. Wilda Ramdani
3. Nandito Zulfa Mahendra
31
Edisi 4 Tahun VI, Nomor 39
Mei 2017
Bianglala
Pendidikan dan Komitmen Kebangsaan
Apolonius Ado Atawuwur, S.Fil., M.Th
(Penyuluh Agama Katolik pada Kantor Kementerian Agama Kab. Lembata)
S
etiap tahun di bulan Mei, bangsa Indonesia
memperingati dua moment penting. Dua
moment itu adalah Hari Pendidikan Nasional
yang diperingati pada tanggal 2 Mei dan Hari Kebangkitan
Nasional pada tanggal 20 Mei. Sesungguhnya kedua
moment itu memiliki muatan yang saling mengandaikan,
apabila orang tidak hanya berhenti pada ranah seremonial,
melainkan benar-benar sampai pada pemaknaan
keduanya secara substansial.
Pendidikan yang baik dan berkualitas menjadi
prasyarat utama (conditio sine qua non) kebangkitan
bangsa ini. Sebaliknya, kebangkitan bangsa dari
keterpurukan hanya mungkin terjawab melalui suatu
model pendidikan yang dilaksanakan secara berkualitas.
Keduanya, baik pendidikan maupun kebangkitan bangsa,
dalam satu kesatuan hadir sebagai kekuatan yang
menentukan keberadaan dan keberlangsungan bangsa
dan negara ini.
Jika pendidikan adalah syarat utama bagi kebangkitan
bangsa, maka menjadi suatu tuntutan penting adalah
bahwa pendidikan harus menjadi prioritas utama dalam
pembangunan bangsa. Dalam proses pelaksanaannya,
pendidikan yang berkualitas diterapkan sedemikian rupa
agar ia tidak saja saja membangkitkan nasionalisme,
melainkan juga menjaga dan memeliharanya untuk
kepentingan bangsa itu sendiri. Tidak dapat dibayangkan
bagaimana eksisnya suatu bangsa tanpa nasionalisme.
Bangsa Amerika, juga bangsa-bangsa modern dan
liberal lainnya, tidak pernah menganggap nasionalisme
sebagai suatu yang out of date, suatu yang lengkang
oleh perubahan dalam dunia globalisasi yang semakin
menderu hingga dewasa ini. Perkembangan dalam
segala aspek kehidupan sebagai suatu bangsa modern
dan liberal tidak pernah dilepaskan dari konteks
semangat nasionalisme. Dan pendidikan adalah suatu
wadah yang paling efektif untuk membangun, menjaga,
dan memelihara nasionalisme. Bangsa-bangsa itu
membuktikan bahwa nasionalisme adalah bagian tak
terhindarkan dari eksistensi dan keberlangsungan suatu
bangsa. Bangsa yang kokoh adalah bangsa yang berdiri di
atas semangat nasionalisme.
Di Indonesia, semangat kebangsaan ini sudah
dipelopori sejak berdirinya organisasi Budi Utomo.
Pendidikan lagi-lagi menjadi perhatian utama. Timbul
suatu kesadaran baru pada masa itu bahwa nasib
bangsa ini tidak bertumpu pada suatu impian ratu adil,
melainkan pada suatu generasi yang terdidik secara baru
dan yang bertindak secara baru sebagai konsekuensi dari
pendidikan secara baru. Para penggagas Budi Utomo
berkeyakinan bahwa pendidikan adalah kekuatan yang
membentuk kesadaran kolektif, mula-mula berawal
dari wilayah Jawa dan Madura, dan kemudian secara
32
perlahan menyebar dan menyentuh hampir semua
wilayah Indonesia dan berkembang menjadi kekuatan
bersama bangsa Indonesia. Lahirnya organiasi-organiasi
di seluruh wilayah Indonesia pasca Budi Utomo juga
merupakan buah dari kesadaran baru bangsa Indonesia
saat itu.
Harus diakui bahwa kesadaran kolektif yang telah
dirinstis sejak berdirinya Budi Utomo dengan pendidikan
sebagai garda utamanya telah mempengaruhi keberadaan
dan keberlangsungan bangsa dan negara kita. Bangsa
Indonesia kokoh berdiri karena kesadaran kolektif sebagai
suatu bangsa. Namun di tengah usaha mempertahankan
eksistensi dan keberlangsungannya, bangsa ini tidak bebas
dari usaha-usaha sektarian yang merong-rong kesadaran
kolektif itu. Di sana-sini ada gerakan yang melumpuhkan
kesadaran itu. Gerakan yang paling destruktif, hemat
penulis, adalah “pendidikan” yang memenjarakan
generasi muda dalam suatu kerangka berpikir yang sempit,
berprasangka dan menolak “keberagaman bangsa ini”
sebagai suatu kekayaan dan kekuatan unik bangsa ini.
Jika gerakan semacam ini dibiarkan berkembang terusmenerus maka, bukan tidak mungkin bahwa pada suatu
tahap tertentu dalam sejarah bangsa ini terjadi suatu
pembalikan arah dari titik arah yang sudah dirintis sejak
awal mula. Bangsa ini terkotak-kotak menurut kepentingan
masing-masing, dan dengan demikian, bangsa ini bukan
lagi berjalan menuju peradaban suatu bangsa, melainkan
berjalan menuju keterpurukan.
Sebagai suatu langkah antisipatif terhadap
perkembangan situasi bangsa kita ini, maka dibutuhkan
suatu peremajaan kembali kesadaran kolektif sebagai
suatu bangsa yang unik. Kesadaran ini adalah jiwa
atau nadi bangsa ini. Untuk tujuan ini, maka kita harus
berjalan kembali kepada semangat awal berdirinya
Budi Utomo. Dengan bebas dari prasangka apapun, Budi
Utomo membangun kesadaran kolektif dan komitmen
bersama bangsa ini (nasionalisme) melalui pengembangan
pendidikan dan kebudayaan yang dijalankan. Demikianlah
kita dewasa ini mengembangkan suatu model pendidikan
yang membebaskan bangsa ini dari situasi “penjara”
sebaliknya memberi ruang gerak untuk berkembang
menjadi suatu bangsa yang beradab dan bermartabat.
Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang
dirancang bersama untuk tujuan bersama. Pendidikan
demikian akan menolong semua warga negara, khususnya
kaum muda sebagai penerus bangsa ini memiliki
komitmen kebangsaan, warga negara yang memiliki
komitmen pada nasionalisme bangsannya sendiri. Justru
dalam komitmen kebangsaan ini, kita sebagai bangsa
memiliki landasan yang kuat untuk berkiprah di tengah
situasi dunia yang berubah dari waktu ke waktu tanpa
kehilangan identitas.***
KELUARGA BESAR
KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
BERSAMA
DHARMA WANITA PERSATUAN UNIT KANWIL KEMENTERIAN AGAMA
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Mengucapkan
Selamat Memperingati
Hari Suci
Kenaikan
Yesus Kristus
Kepada Segenap Umat Kristiani
di Provinsi Nusa Tenggara Timur
Drs. Sarman Marselinus
Kakanwil
Kakanwil Kemenag NTT, Drs. Sarman Marselinus tampak berbincang dengan salah satu pendamping siswa
peserta KSM & AKSIOMA usai membuka kegiatan dimaksud, Rabu (24/05/2017).
ISSN 2252-360X
Download