penerapan marketing 3.0 berbasis tri hita karana

advertisement
133
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016
PENERAPAN MARKETING 3.0 BERBASIS TRI HITA KARANA
(THK) PADA HOTEL DI UBUD
Melati Putri Wulandari
ABSTRACT
Globalization is a phenomenon that is inevitable. All classes, like it or not, have to
accept the fact that globalization is a deadly virus that could adversely affect the fading
existence of local cultures, reduced sense of solidarity, the rise of a westernized style.
Therefore, in the contemporary era now, the biggest test facing the local culture is
maintaining its presence in the middle of the exposure to globalization. One example of a
culture that still maintain the culture that is culture Ubud Bali in particular, because of Ubud
is one area that still has a very diverse artistic value although it has entered the era of
globalization. Ubud also has the potential of natural beauty that can lure tourists, especially
foreign tourists. Nature tourism is that the development of hotels, villas and boutique hotels
that give a feel of natural beauty and uniqueness of Ubud. Such as those offered by The Royal
Pita Maha. But the natural beauty and uniqueness of The Royal Pita Maha could not be
separated from the concept of Marketing 3.0 and Tri Hita Karana (THK) by using marketing
strategies STP (Segmenting, Targeting, Positioning) and combined with the marketing mix
strategy (Differentiation and Branding).
Keywords: Marketing 3.0, Tri Hita Karana (THK), Segmenting, Targeting, Positioning,
Differentiation and Branding.
I. PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta arus globalisasi yang
semakin pesat dan menyebar keseluruh penjuru dunia yang berlangsung secara cepat dan
meluas, tak terbatas pada negara-negara maju dengan pertumbuhan ekonomi tinggi, tapi juga
melintasi batas negara-negara berkembang dan miskin dengan pertumbuhan ekonomi rendah.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dengan derasnya arus globalisasi
merupakan dua proses yang saling terkait satu sama lain. Keduanya saling mendukung. Tak
ada globalisasi tanpa kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi juga berjalan lambat jika
masyarakat tidak berpikir secara global. Diakui aktor yang berperan dalam proses globalisasi
masi kini dipegang oleh negara-negara maju yang memiliki budaya berbeda dengan negaranegara berkembang, sehingga nilai-nilai yang dimiliki oleh negara maju dapat menjadi
ancaman bagi kelestarian nilai dan budaya lokal di negara berkembang salah satu contoh
negara Indonesia. Maka dari itu Indonesia harus tetap menjaga nilai-nilai dan budayanya
sendiri agar tidak punah dan menjadi penonton di negara sendiri akibat dari globalisasi.
Sebagai salah satu contoh wilayah yang masih kental dengan budayanya yaitu wilayah Bali
khususnya kabupaten Ubud.
Salah satu contoh kebudayaan Ubud yaitu, dimana Ubud merupakan salah satu daerah
yang masih memiliki nilai seni yang sangat ragam meskipun telah memasuki era globalisasi.
Ubud menggambarkan keindahan dari Bali umumnya dan khususnya sebuah kerajaan yang
masih memegang teguh nilai-nilai budaya dan memadukannya dengan konsep pariwisata
alam. Dimana Ubud memiliki potensi keindahan alam yang dapat memikat para wisatawan
khususnya wisatawan asing. Pariwisata alam yang dimaksud yaitu pengembangan hotel, villa
@JMB 2015
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
134
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016
serta hotel butik yang memberikan nuansa keindahan alam serta keunikan Ubud. Seperti yang
ditawarkan oleh Hotel di kawasan Ubud di desa Kedewatan yang bernama The Royal
Pitamaha.
Daya saing yang menjadi unjung tombak untuk meningkatkan daya tarik The Royal
Pitamaha tersebut tidak terlepas dari unsur kebudayaan dan keindahan alam yang telah masuk
dalam salah satu nilai-nilai yang terkandung dalam penerapan Merketing 3.0 yang berbasis
Tri Hita Karana (THK). Menurut pakar marketing legendaris, Philip Kotler berserta
Hermawan Kartajaya dan Iwan Setiawan telah mengidentifikasi hal ini dengan model yang
disebut Marketing 3.0 adalah melakukan pendekatan kepada pelanggan yaitu dengan melihat
pelanggan sebagai manusia yang multidimensi, value-driven, dan sebagai mitra kolaborasi.
Pelanggan telah menyadari bahwa daya beli mereka berdampak global, sehingga pelanggan
bertindak dan saling berkomunikasi mengenai pilihan yang mereka buat. Marketing 3.0
menjelaskan bagaimana anda dapat terlibat dalam komunikasi ini, memposisikan merek anda
sebagai kekuatan positif di dunia, dan sukses berkolaborasi dengan para pelanggan.
1.3 Rumusan Masalah
Berlandaskan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimanakah strategi penerapan marketing 3.0 dari sebuah hotel berbasis Tri Hita
Karana (THK)?
2. Bagaimanakah dampak dari penerapan strategi marketing 3.0 berbasis Tri Hita Karana
(THK)?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai
antara lain:
1. Untuk mengetahui strategi penerapan marketing 3.0 dari sebuah villa berbasis Tri Hita
Karana (THK).
2. Untuk mengetahui dampak dari penerapan strategi marketing 3.0 berbasis Tri Hita
Karana (THK).
1.5
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1.4.1 Kegunaan Teoritik
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk menambah dan memperluas ide dan
konsep penerapan strategi yang dibangun oleh The Royal Pitamaha dalam bidang pemasaran
dari sisi Segmenting, Positioning, Targeting, Difrensiasi dan Branding dan mampu bersaing
diera globalisasi. Selain itu juga sebagai bahan referensi yang akan melakukan penelitian
penerapan strategi dibidang pemasaran khususnya hotel di masa yang akan datang.
1.4.2 Kegunaan Aplikatif
Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi The Royal Pitamaha agar dapat
memberikan informasi dan bahan masukan dalam meningkatkan value serta menjalin
kerjasama antar tamu, karyawan, penduduk sekitar, dan vendor yang terkait didalemannya.
II. TELAAH PUSTAKA
2.1
Pengertian Marketing
Prihanto (dalam Wijayanti 2014:V) mengatakan : “marketing adalah hal paling
fundamental dalam suatu perusahaan komersial maupun organisasi nonoprofit. Dalam
kerangka bisnis komersial, customer atau siapa pun yang memiliki pengalaman dengan
@JMB 2015
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
135
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016
produk dan pelayanan akan terdorong untuk melakukan pembelian di kemudian hari, dan
juga persepsi yang akan mereka bagikan kepada orang lain”.
Suryantoro (dalam Wijayanti 2014:V) mengatakan : “marketing adalah sebuah seni
yang dapat diartikan dalam bentuk makna dan arti dari si pelaku yang menjalankan seni
tersebut. Dengan mengenali kebutuhan konsumen, segmentasi, target dan positioning dari
suatu produk (tangible atau intagible) berakibat akan diterimanya produk atau jasa di pasar
konsumen dan juga biaya-biaya yang akan timbul tidak terlalu besar, sehingga profitibility
yang dikehendaki dapat terealisasi sesuai rencana”.
Wijayanti (2014:1) mengatakan : “Dalam arti umum marketing adalah suatu sistem
kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi, dan
mendistribusikan barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai target pasar dan
sesuai dengan tujuan bisnis perusahaan. Marketing juga berarti menyesuaikan kemampuan
perusahaan dengan kebutuhan para pelanggan demi mencapai tujuan perusahaan berupa
profit yang berkelanjutan. Ada empat tahap dalam marketing : manajemen analisis situasi
marketing, perencanaan strategi marketing, pengembangan program marketing, serta
pembuatan strategi pelaksanaan dan pengelolaan”.
2.2
Konsep Marketing 3.0
Kartajaya (2013:58) mengatakan : “Marketing 3.0 juga bertujuan untuk memuaskan
konsumen, namun perusahaan yang menjalankan Marketing 3.0 memiliki mission, vision,
dan values yang lebih luas, yaitu bertujuan untuk dapat berperan dalam memperbaiki masalah
dunia. Marketing 3.0 percaya bahwa konsumen adalah manusia utuh yang kebutuhan dan
harapannya tidak boleh diabaikan sehingga marketing 3.0 sebenernya melengkapi emosional
dan human spiritual”.
Kotler (2011:3) mengatakan : “Era Marketing 3.0 adalah era di mana praktik
pemasaran yang sangat dipengaruhi oleh perubahan perilaku konsumen dan sikap. Ini adalah
bentuk yang lebih canggih dari era konsumen-sentris dimana konsumen menuntut pendekatan
pemasaran yang lebih kolaboratif, budaya, dan spiritual”.
2.3
Konsep Tri Hita Karana (THK)
Menurut Gunarta (2014:1) mengatakan : “konsep Tri Hita Karana sebagai hubungan
harmonis antara tiga hal dan mengaplikasikannya ke dalam berbagai bidang kehidupan,
seperti di dalam membuat rumah, membuat pura, persaudaraan, mata pencaharian dan
lainnya. Tri artinya ‘tiga’, hita artinya ‘kebahagian’, ‘kemakmuran’, ‘kesejahteraan’, dan
karana artinya penyebab. Tri Hita Karana artinya tiga penyebab kebahagiaan atau tiga hal
yang menyebabkan masyarakat sejahtera, makmur. Adapun ketiga komponen tersebut adalah
Parahyangan, Palemahan, dan Pawongan”.
Parahyangan adalah aspek spritual dan hal-hal yang berhubungan dengan ketuhanan
dan kepercayaan dapat diwujudkan dengan kejujuran hati. Pawongan adalah aspek
kemanusiaan dan hubungan antara manusia satu dengan manusia lainnya dapat diwujudkan
dengan diwujudkan dengan saling bertoleransi antar masyarakat sosial, karyawan, mitra
distribusi dan pemegang saham. Palemahan adalah aspek lingkungan dan menjadikan satu
pilar yang membuat bangunan kehidupan alam semesta bisa berjalan harmonis dapat
diwujudkan melalui pelestarian lingkungan dan budaya.
Peters dan Wardana (2014:2) mengatakan : “Tri Hita Karana (THK) sebagai filosofi
hidup orang bali. Filosofi tersebut terdiri atas tiga unsur, yaitu spritualitas, kesejahteraan
sosial, dan alam semesta yang dari dahulu kala telah diterapkan atau dilaksanakan oleh orang
bali di desanya. Dengan menjaga keseimbangan antara tiga unsur tersebut, orang bali hidup
@JMB 2015
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
136
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016
secara harmonis dan mampu mempertahankan kebersamaan satu dengan lainnya dan
menemukan kebahagiaan dalam hidupnya.
2.4
Pengertian Hotel
Hotel yang berasal dari Bahasa Yunani, Hosteis yang memberikan arti sebagai tempat
perlindungan terhadap setiap pengunjung yang datang dan menghabiskan malamnya.
Beberapa pengertian hotel:
1. Dari sudut arsitektur, menurut pendapat Prof. Fred Lawson “hotel is defined a public
establishment offering travelers, against payment, two basic services accomodation and
catering”. (Hotel adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa akomodasi serta
pelayanan makan dan minum bagi para pelancong dengan imbalan pembayaran).
2. Menurut kamus Oxford, The advance learned’s Dictionary adalah “Building where meals
and rooms are provided for travelers.” (bangunan fisik yang menyediakan layanan
kamar, makananan, dan minuman bagi tamu).
3. Menurut The American Hotel and Motel Association (AHMA), Hotel dapat didefinisikan
sebagai sebuah bangunan yang dikelola secara komersial dengan memberikan fasilitas
penginapan untuk umum dengan fasilitas pelayanan makan dan minum, pelayanan
kamar, pelayanan barang bawaan, pencucian pakaian dan dapat menggunakan fasilitas
atau perabotan dan dapat menikmati hiasan-hiasan yang ada di dalamnya.
Berdasarkan beberapa pengertian menurut berbagai sumber yang berbeda dapat
disimpulkan bahwa hotel merupakan menggunakan bangunan fisik, menyediakan jasa
penginapan, makanan, dan minuman serta jasa lainnya, diperuntukan bagi umum, serta
dikelola secara kemorsial.
2.5
Landasan Teori
Dalam penelitian ini menggunakan teori Siklus Hidup Produk (Produk Life Cycle)
dimana teori ini merupakan salah satu sarana penting untuk mengambil keputusan dalam
memformulasikan strategi pemasaran.
2.5.1 Strategi Siklus Hidup Produk (Produk Life Cycle)
Strategi secara PLC ini tumbuh dengan berlandaskan pada pengertian tentang siklus
kehidupan produk yang dihasilkan suatu perusahaan, yang secara berurutan dimulai dari
tahap pengenalan (introduction), pertumbuhan (growth) dan kematangan (maturity) sampai
menuju tahap penurunan (decline). Siklus Hidup Produk (PLC) dapat disajikan dengen
gambar 2.1:
Sumber : Google 2015
@JMB 2015
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
137
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016
2.6
2.7
1.
2.
3.
4.
5.
Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Definisi Operasional
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan:
Globalisasi yaitu proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan
dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan yang nantinya dapat
mempengaruhi dunia pariwisata khususnya pariwisata dibali oleh karena itu setiap
perusahaan harus memiliki strategi yang tepat untuk mempertahankan dan mampu
bersaing didunia bisnis. Salah satu contoh kebudayaan yang masih mempertahankan
budayanya yaitu kebudayaan Bali khususnya Ubud, karena ubud merupakan salah satu
daerah yang masih memiliki nilai seni yang sangat ragam meskipun telah memasuki era
globalisasi.
Konsep Marketing 3.0 berbasis Konsep Tri Hita Karana (THK) sebagai konsep yang
sangat berperan penting bagi pengambilan keputusan dan pembangunan strategi dari
hotel tersebut dari segala aspek termasuk meningkatkan volume penjualan, menarik
konsumen, promosi, daya saing terhadap kompetitor. Dimana unsur kebudayaan dan
keindahan alam masuk dalam salah satu nilai-nilai yang terkandung dalam penerapan
Merketing 3.0 yang berbasis Tri Hita Karana (THK).
Teori Product Life Cycle sebagai siklus kehidupan produk yang dihasilkan suatu
perusahaan, yang secara berurutan dimulai dari tahap pengenalan (introduction),
pertumbuhan (growth) dan kematangan (maturity) sampai menuju tahap penurunan
(decline), yang juga merupakan landasan dari konsep marketing 3.0 dalam membangun
dan mengambil keputusan dalam memformulasikan strategi pemasaran.
Tourism / Wisatawan adalah konsumen yang akan menikmati nilai-nilai yang terkandung
dalam sebuah hotel sehingga nantinya wisatawan bisa merecomen tempat tersebut
kepada orang lain.
Hotel menggunakan bangunan fisik, menyediakan jasa penginapan, makanan, dan
minuman serta jasa lainnya, diperuntukan bagi umum, serta dikelola secara kemersial.
III. METODE PENELITIAN
3.1
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada sebuah hotel dikarenakan memiliki keunikan tersendiri
yang tidak dmiliki oleh kompetitor lainnya dimana hotel ini masih melestarikan lingkungan
dan mengedepankan budaya alam ubud, seperti: lokasi di tebing dan terbuka dipenuhi oleh
pepohonan, dan berada pada aliran sungai ayung. Hotel ini bernama “The Royal Pita Maha”
yang berlokasi di Jl. Suweta, ubud-gianyar. Penelitian ini diambil guna untuk mengetahui
@JMB 2015
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
138
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016
konsep strategi yang telah dipergunakan apakah sudah menerapakan konsep Marketing 3.0
dari aspek strategi pemasaran hotel tersebut.
3.2
Desain Penelitian
Desain penelitin sangat penting dalam melakukan penelitian agar penelitian memiliki
kerangka dan langkah-langkah yang jelas serta hasil penelitian yang valid (Nazir, 2011:84).
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dengan desain penelitian kualitatif,
maka peneliti diharapkan dapat menganalisis, mengkaji dan menjelaskan fenomenafenomena yang ada di lapangan secara mendalam sehingga dapat mencapai tujuan penelitian.
3.3
Teknik Pengumpulan Data
Dalam melaksanakan penelitian, peneliti membutuhkan data yang diperlukan dalam
melengkapi penelitiannya sehingga tujuan dari penelitian tersebut dapat tercapai. (Bungin,
2008:77) “pengumpulan data kualitatif menggunakan metode pengamatan dari tradisi
kualitatif seperti wawancara bertahap dan mendalam (in-depth interview) dan observasi
partisipatif (participant observer)”.
3.4
Teknik Pemilihan Informan
Arikunto (2010:188) mengatakan: tentang responden dan informan. Informan adalah
orang yang memberikan informasi. Dengan pengertian ini maka informan dapat dikatakan
sama dengan responden, apabila pemberian keterangannya karena dipancing oleh pihak
peneliti. Istilah informan ini banyak digunakan dalam penelitian kualitatif.
Sejalan dengan pendapat tersebut di atas, maka penentuan informan dalam penelitian
ini dilakukan secara purposive sampling dimana menentukan objek sesuai tujuan dan sudah
ditetapkan tempat yang dituju dengan menggunakan pertimbangan pribadi yang sesuai
dengan topik penelitian, peneliti memilih subjek/objek sebagai unit analisis.
Berdasarkan teori di atas, maka informan dalam penelitian ini adalah:
No.
Nama
Umur
Jabatan
1.
Tjokorda Gede Raka Sukawati
55 th
Owner
2.
Senawati
41 th
Corporate Director Of Sales
3.
Suarsa
53 th
E-Commerce Manager
4.
Suweta
56 th
Corporate Marketing
3.5
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk memperoleh kredibelitas penelitian kualitatif, maka dipergunakan metode
triangulasi yang memperkuat study dengan mengkombinasikan berbagai metode. Selain
metode triangulasi, untuk mendapatkan kredibelitas maka juga dibutuhkan keterlibatan dalam
penelitian sehingga didapatkan pemahaman yang mendalam.
Dalam penelitian ini, untuk memperoleh validitas dan kredibelitas data, maka
dilakukan pemeriksaan keabsahan data melalui teknik: Triangulasi, peneliti dan stakeholder
yang berkaitan dengan penerapan strategi dari “The Royal Pita Maha”.
3.6
Analisis data
Analisis data dilakukan untuk mengolah data yang diperoleh oleh peneliti sehingga
mampu menjawab apa yang menjadi tujuan penelitian yang dilakukan.
Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2009:248): Analisis data kualitatif
adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data,
memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari data
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan
apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
@JMB 2015
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
139
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016
Interaksi komponen-komponen dalam aktivitas analisa data dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 3.1 : Komponen-Komponen Analisa Data Model Interaktif
IV. PEMBAHASAN
4.1 Penerapan Strategi The Royal Pitamaha
Sebelum memasuki penerapan strategi yang diterapkan oleh The Royal Pitamaha
secara mendetail, mari kita simak terlebih dahulu penjelasan singkat dari konsep awal
dibangunnya The Royal Pitamaha ini oleh Tjokorda selaku Owner mengatakan:
“Pembangunan hotel ini semata-mata tidak hanya berfokus pada komersial tapi juga berusaha
menyeimbangkan antara komersial, sosial, kultur dan spiritual.”
Setelah melakukan wawancara dengan informan melalui teknik purposive sampling,
dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi yang dipergunakan oleh The Royal Pitamaha ini
menggunakan strategi marketing STP (Segmenting, Targeting, Positioning) serta dipadukan
dengan strategi bauran marketing (Diferensiasi dan Branding), (Wijayanti, 2014).
1.
Hasil pemaparan dari informan Sena mengenai Segmenting dari The Royal
Pitamaha: Segmentasi geografis adalah dipilihnya ubud sebagai tempat dibangunnya hotel
ini disebabkan ubud masih mempertahankan norma-norma dan nilai-nilai kebudayaan
yang kental, agama dan keindahan alam Bali yang berwawasan lingkungan hidup,
meningkatkan pendapatan sosial masyarakat ubud sendiri, serta memperluas dan
meratakan kesempatan berusaha dan memperbanyak lapangan kerja didaerah ubud.
Letaknya berada di sekitaran Sungai Ayung dimana letak ini dipilih agar tetap menjaga
kelestarian keindahan alam dan bernuansa alami. Segementasi demografis ini para
wisatawan dari local maupun asing.
Berdasarkan hasil dari informan serta hasil penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa
Segmenting yang dipergunakan oleh The Royal Pitamaha dan Kantor Cabang Mikro Ciawi
Bogor adalah sama-sama membaginya dengan cara mengelompokan pasar secara geografis
dan demografis.
2.
Hasil pemaparan dari informan Suarsa Targeting dari The Royal Pitamaha: Target
pasar yang telah dicapai yaitu target pasar nasionality diseluruh dunia mencakup semua
benoa dengan melakukan kerjasama dengan travel agent dan airlines baik di dalam negeri
maupun luar negeri serta melakukan kunjungan setiap tahun keluar negeri guna
memaintanance kemitraan yang telah bekerjasama selama ini. Memasarkan produk lewat
website, berusaha membalancing tamu dari semua benoa. Jika melakukan target baru
harus memkirkan juga dari aspek-aspek people guest information, bahasa, menu makanan,
siaran TV dan kebudayaan/ kebiasaan dari tamu itu sendiri.
Berdasarkan hasil dari informan dan penelitian terdahulu dapat disimpulakan bahwa
targeting yang dilakukaan The Royal Pitamaha dan KCM Ciawi sama-sama melakukan
kerjasama dengan vendor-vendor yang dapat membantu kelancaran bisnis yang dibangunnya
serta taerget yang tepat. misalkan pada The Royal Pitamaha bekerjasama dengan travel agent
dan airlines serta tidak melupakan kegiatan memaintanance kemitraan dan melakukan acara
rutin setiap tahun demi memuaskan para vendor yang telah bekerjasama selama ini baik
@JMB 2015
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
140
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016
dalam negeri maupun luar negeri. Memasarkan produk lewat website, berusaha
membalancing tamu dari semua benoa. Sedangkan pada KCM Ciawi vendor yang
bekerjasama yaitu pada 6 sektor unggulan seperti Pengusaha sembako / kelontong,
rongsokan, bengkel, Kontrakan atau kos-kosan, warung makan, dan pakaian jadi.
3.
Hasil pemaparan dari informan Suweta Positioning dari The Royal Pitamaha:
a.
Mencipatakan rasa unik experiend kepada customer saat menginap dihotel,
menerapkan konsep marketing 3.0 dimana menyatukan perasaan tamu dengan hotel,
memiliki getaran batin terhadap nilai spritual serta tetap mengedepankan kultur dari ubud.
b.
Selain itu hotel ini juga menyediakan fasilitas tambahan seperti: meeting room
untuk para pembisnis yang ingin mengadakan acaranya serta wellness helling center, dapat
menikmati berbagai aktivitas yang berhubungan dengan ke.sehatan dan penyembuhan
seperti yoga dan meditasi, tradisional terapi, serta restaurant dengan makanan dan
minuman yang berbahan dasar organik yang langsung ditanam dihotel.
c.
Menciptakan rasa bangga kepada karyawan dengan memberikan kesempatan untuk
maju dan berkembang, memberikan kesempatan untuk melakukan keagamaan,
memberikan rasa kekeluargaan saat melakukan pekerjaan, selalu memperhatikan kondisi
lingkungan kerja yang meneyenangkan.
d.
Penduduk lokal yang berada disekitar lingkungan The Royal Pitamaha dapat
merasakan manfaat dari aktifitas bisnis yang dilakukan dengan memperkerjakan karyawan
yang berasal dari lingkungan sekitar dengan sistem banjar guna meningkat perekonomian
masyarakat di ubud, selain aktifitas yang dilakukan mencapi target value dari sisi provit,
dengan adanya ketersediannya lapangan kerja yang deket dengan daerah tempat tingal
mereka, mereka tetep bisa berkumpul dengan keluarga tanpa harus mengekost lagi,
melakukan aktifitas keagaman, dan kegiatan sosial seperti: sosial life dan spiritual life
secara seimbang.
e.
Menyakinkan dan selalu mensupport supplier dengan melakukan mitra yang baik
agar tetap berkerjasama dengan Hotel karena supplier ini juga sangat berpengaruh
terhadap konsistensi kualitas yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil dari informan dan penelitian terdahulu dapat disimpulakan bahwa
positioning dari The Royal Pitamaha dan KCM Ciawi sangatlah berbeda dimana The Royal
Pitamaha telah mampu menyeimbangankan antara Karyawan, Customer, Masyarakat Lokal
dan Supplier demi kesuksesaannya dan tidak lupa tetap mempertahankan kebudayaan,
pelestarian lingkungan dan selalu mencipatakan rasa unik experiend kepada customer saat
menginap, hal ini dilakukan sesuai dengan penerapan konsep marketing 3.0 dimana
menyatukan perasaan tamu dengan hotel, memiliki getaran batin terhadap nilai spritual serta
tetap mengedepankan kultur dari ubud dan Konsep Tri Hita Karana (THK). Sedangkan KCM
Ciawi hanya mementingkan sosial dan meningkatkan benefit saja tanpa mementingkan
lingkungan sekitar dan kebudayaan yang ada.
4.
Diferensiasi tersebut dapat digolongkan kembali menjadi tiga bagian yaitu:
diferensiasi produk, diferensiasi pelayanan (service) dan diferensiasi citra yang dapat
dijabarkan sebagai berikut:
a.
Diferensiasi Produk
Cokorda memaparkan diferensiasi produk dari The Royal Pitamaha: Diferensiasi
produk/tawaran jasa adalah persepsi para pengunjung terhadap keunikan produk yang
ditawarkan oleh The Royal Pitamaha. Menyunsung konsep budaya yang kental, lokasi
ditebing dan dibawah ada aliran sungai ayung, desain menggunakan tatanan arsitektur
budaya Bali yaitu atap alang-alang, bahan baku dari lokal dengan dominan pekerjaan
@JMB 2015
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
141
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016
tangan, dan lay out sesuai kondisi tebing, adapun pemandangan sawah. Akses masuk ke
hotel melewati rumah warga namun pintu rumah warga telah didesign sama seperti
penglipuran. Namun juga tidak melupakan konsep kekinian dengan memberikan fasilitas
seperti: TV kabel, wifi, coffee table, bathtub, private swimming pool.
b.
Diferensiasi Pelayanan
Soka memaparkan diferensiasi pelayanan ini meliputi: sikap karyawan yang memberikan
pelayanan seperti dirumah sendiri, pelayanan dengan fleksibilitas tinggi sesuai kebutuhan
dan keinginan tamu, memiliki karyawan yang berasal dari orang bali dengan sistem banjar
dan sekitar 80% berasal dari ubud guna meningkat perekonomian masyarakat di ubud,
serta dengan unsur kekeluargaan dan kebersamaan yang kental sehingga nilai turn off
karyawan pun sedikit sekali.
c.
Diferensiasi Citra
Suarsa memaparkan diferensiasi citra adalah persepsi para pengunjung terhadap kesan
positif dan negatif yang telah dibangun atau diciptakan oleh The Royal Pitamaha.
Diferensiasi citra meliputi: konsen terhadap kegiatan sosial, budaya lokal, dikelola lokal
dengan pasar global, media plan berskala international baik offline maupun online serta
menerapkan konsep marketing 3.0 dimana menyatukan perasaan tamu dengan hotel,
memiliki getaran batin terhadap nilai spritual serta tetap mengedepankan kultur dari ubud.
Dan Hal yang sama juga dipaparkan oleh hasil penelitian Mandhara yang kebetulan lokasi
penelitiannya sama.
5.
Suweta memaparkan branding yang dipergunakan oleh The sRoyal Pitamaha yaitu
Local Brand dimana brand ini menjunjung tinggi nilai kearifran lokal dan Tri Hita Karana.
Karena salah satu kegiatan pariwisata adalah sebuah pola untuk menjaga perdamaian agar
tetap mempertahankan budaya, serta bagaimana aktifitas yang kita lakukan itu bisa
menjadi brand dari bisnis yang telah dibangun.
Berdasarkan hasil dari informan dan penelitian terdahulu dapat disimpulakan bahwa The
Royal Pitamaha dan CV. Kawani Sarana sama-sama telah memikirkan brand untuk
memuaskan konsumennya dan dapat dilihat dari sejauh mana pelanggan rela mengorbankan
materi untuk suatu brand dan sejauh mana pelanggan puas akan brand tersebut, misalkan
pada The Royal Pitamaha mempergunakan Local Brand dimana brand ini menjunjung tinggi
nilai kearifran lokal dan Tri Hita Karana. Karena salah satu kegiatan pariwisata adalah sebuah
pola untuk menjaga perdamaian agar tetap mempertahankan budaya dan tidak melupakan
budaya kita sendiri meskipun sudah memasuka era globalsasi. Sedangkan CV. Kawani
Sarana dilihat dari ekuitas merek.
Berikut uraian Strategi pemasaran The Royal Pitamaha terhadap Teori Produk Life
Cycle dimana sebelum didirikankan The Royal Pitamaha, pertamakali dibangunnya
Tjampuhan Hotel pada tahun 1928 yang terletak di Jl. Raya Tjampuhan,Ubud yang
berkonsep sederhana dan tetap mengutamakan keindahan alam, hotel ini awal dibangunnya
tahun 1928 hanya dipergunkan sebagai tempat pertemuan dan saling bertukar pikiran antara
para seniman dari luar negeri salah satunya Walten Spies dengan Raja Ubud disni disebut
sebagai Tahap Perkenalan (Indtroduction).
Tahap Perkenalan (Indtroduction) dan Tahap Pertumbuhan (Growth)
menggunakan strategi marketing STP (Segmenting, Targeting, Positioning) serta dipadukan
dengan strategi bauran marketing (Diferensiasi dan Branding), (Wijayanti, 2012).
Tahap Pertumbuhan (Growth) Pada tahun 1994 untuk memperingati kelahiran
kekuatan seni dan mempertahankan filosofi yang asli dibangunlah Pita Maha Resort and Spa
yang terletak di Jl. Sanggingan, Ubud dan didesign hidup dan bernafas sebagai salah satu
desa di Bali yang alami dengan memiliki 24 kamar yang ditata secara traditional dan karena
@JMB 2015
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
142
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016
perkembangan hotel ini sangat meningakat dan memiliki respon yang baik maka didirikanlah
satu hotel lagi Pada tahun 1999 bernama The Royal Pitamaha yang terletak di Desa
Kedewatan Ubud dengan fasilitas 70 kamar dan dibangun dengan cara tradisional arsitek Bali
dilengkapi dengan aneka karya seni yang dirancang oleh putra daerah yang mempunyai cita
rasa seni yang tinggi yang merupakan salah satu anggota keluarga besar Puri Saren Ubud
yang juga sangat memperhatikan kelestarian alam sekitarnya.
Tahap Kedewasaan (Maturity) The Royal Pitamaha tidak hanya sampai disini baru
saja pada tahun 2015 telah mengembangkan kembali Hotel dengan membangun sebanyak
100 kamar dengan konsep hotel bintang 3 yang letaknya masih sama didalam The Royal
Pitamaha sendiri yang hingga sekarang masih dalam proses pembangunan.
Berdasarkan dari hasil diatas bahwa The Royal Pitamaha sedang berada di Tahap
Kedewasaan (Maturity) dengan terus memberikan inovasi baru demi memuaskan para
konsumennya namun tetap menonjolkan kebudayaan itu sendiri.
4.2 Dampak dari Penerapan Strategi Marketing 3.0 Berbasis Tri Hita Karana (THK)
Dampak yang dihasilkan dari penerapan Marketing 3.0 berbasis THK pada hotel The
Royal Pitamaha ini adalah tidak adanya dampak negatif melainkan dampak positif yang
dirasakan oleh para wisatawan dengan menghabiskan liburannya menginap dihotel ini, salah
satu contoh: para pengunjung dapat merasakan penyatauan jiwa terhadap lingkungan dan
budaya yang sangat kental yang masih dijunjungi tinggi serta dapat merasakan getaran batin
terhadap nilai spiritual.
Dampak positif yang dihasilkan dari pembahasan dapat dijabarkan juga dari sisi
dampak sosial, ekonomi, lingkungan dan spiritual yaitu:
a.
Dampak Sosial
Dampak sosial yang dimaksud disni dari segi masyarakat atau penduduk lokal yang
berada disekitar lingkungan masuk hotel maupun diluar hotel The Royal Pitamaha.
Pembangunan hotel ini telah memberikan respon yang positif dimana akses jalan masuk ke
hotel sudah mempergunakan paving, ditanami dengan pepohonan serta dibuatkan angkulangkul yang serupa disetiap rumah sehingga terlihat indah dan memberikan kesan unik bagi
para customer yang menginap dihotel dari awal kedatangannya tanpa melupakan keindahan
budaya Bali. Serta tetap menjaga keharmonisan antara manajemen hotel dengan masyarakat
yang tinggal disekitar hotel.
b.
Dampak Ekonomi
Dampak ekonomi ini lebih kepada masyarakat khususnya di Ubud dapat
meningkatkan perekonomiannya karena adanya lapangan pekerjaan baru hal ini disebabkan
oleh tenaga kerja yang dipekerjai 80% berasal dari masyarakat lokal Ubud dengan cara
sistem banjar. Sehingga provit yang didapat juga terus meningkat, yang menjadi salah satu
penyebabnya dikarena tingkat loyalitas karyawan akan pekerjaannya sangat tinggi.
c.
Dampak Lingkungan
Dampak lingkungan ini menggunakan konsep Tri hita karana (THK) dimana The
Royal Pitamaha ini telah mampu menyeimbangkan ketiga unsur tersebut yaitu: Kejujuran,
Sosial dan Lingkungan yang menjadikan hotel ini selalu berbeda dan unik. Lingkungan disini
telah memberikan energi positif bagi hotel dimana para customer dapat menikmati indahnya
pepohonan yang tumbuh disekitar hotel dan dibuat seperti tebing, dapat melihat indahnya
sawah yang berada di tepi sungai ayung serta menikmati indahnya aliran sungai ayung yang
mengalir deras.
@JMB 2015
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
143
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016
d.
Dampak Spiritual
Dampak spritual ini juga terkandung dalam konsep Marketing 3.0 dimana hotel ini
telah mampu menyeimbangkan value propositions (fungsional, emosional dan spritual).
Tidak semata-mata sebagai tempat tinggal dan meningkatkan provit namun disini juga
mementingkan getaran batin terhadap nilai magis dan spiritual dengan cara memperkenalkan
budaya dan keindahan alam Ubud.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut diatas, maka selanjutnya dapat dirumuskan
kesimpulan. Adapun rumusan kesimpulan sebagai berikut:
1. Penerapan strategi The Royal Pitamaha sudah menerapkan Marketing 3.0 dan berbasis
Tri Hita Karana (THK) dimana Pembangunan hotel ini semata-mata tidak hanya berfokus
pada komersial tapi juga berusaha menyeimbangkan antara komersial, sosial, kultur dan
spiritual. The Royal Pitamaha ini menggunakan strategi marketing STP (Segmenting,
Targeting, Positioning) serta dipadukan dengan strategi bauran marketing (Diferensiasi dan
Branding).
2. The Royal Pitamaha sedang berada di Tahap Kedewasaan (Maturity) dengan terus
memberikan inovasi baru untuk meningkatkan rasa kepuasan bagi para konsumennya namun
tetap menonjolkan kebudayaan Ubud itu sendiri.
3. Dampak yang dihasilkan dari penerapan Marketing 3.0 berbasis THK pada hotel The
Royal Pitamaha ini adalah tidak adanya dampak negatif melainkan dampak positif. Dampak
positif yang dihasilkan dari pembahasan dapat dijabarkan juga dari sisi dampak sosial,
ekonomi, lingkungan dan spiritual.
5.2
Saran
1.
Inovasi-inovasi yang berbasis komputerisasi di era modern ini harus selalu dipadukan
dengan kebudayaan dan unsur seni yang sudah melekat dihati masyarakat Ubud. Selain itu
pentingnya menjaga keunggulan daya saing di Hotel The Royal Pitamaha pada persaingan
didunia perhotelan di Bali khususnya di Ubud.
2.
Tetap mempergunakan strategi marketing terbaru misalkan jika nantinya telah muncul
marketing 4.0 agar tetap menjadi hotel yang memberikan perbeda dan keunikan tersendiri
dari pesaing lainnya. Dikarenakan setiap perubahan tahap marketing dari tahap marketing
1.0, 2.0 sampai 3.0 selalu memberikan dan menjadikan konsep marketing yang lebih
sempurna.
3.
Karyawan harus selalu diingatkan dan diberikan pelatihan dalam melayani para
customer sehingga menimbulkan rasa puas pada diri cutomer. Dan tetap menjalin hubungan
yang harmonis antara pihak hotel, customer dan vendor yang terkait didalamnya. Serta tetap
memelihara kondisi bangunan hotel dengan baik sehingga mampu pertahankan kelestarian
dan daya minat customer.
DAFTAR PUSTAKA
a. Sumber dari Buku
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta.
Bungin, Burhan. (2008). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Penerbit PT Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Gunarta. I Made. (2014). Kearifan Bali : Bicara Melalui Tindakan. Penerbit Yayassan
Kryasta Guna, Gianyar.
@JMB 2015
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
144
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016
Hendrik. Jan Peters dan Wisnu Warna. (2015). Memahami Roh Bali : Desa Adat Sebagai
Ikon Tri Hita Karana. Penerbit Udayana University Press, Denpasar.
Kartajaya. Hermawan. (2013). Tourism Marketing 3.0 : Turning Tourist to Advocate.
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kotler, Philip. (2011). Marketing 3.0 : From Products to Customers to The Human Spirit.
Penerbit PT Segitiga Emas Bussiness Park, CBD B 01/01, Jakarta.
Kotler, Philip. Kartajaya, Hermawan & Setiawan, Iwan. (2010). Marketing 3.0. Penerbit
Erlangga, Cetakan PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta .
Moloeng, Lexy J. (2009). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Penerbit PT Remaja Roda Karya,
Bandung.
Nazir, Moh. (2011). Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor.
Scholte, JA. (2001). The Globalization of World Politics. Oxford: Oxford University Press.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Penerbit ALFABETA,
Bandung.
Usman, Husaini & Setiady Akbar, Purnomo. (2009). Metodelogi Penelitian Sosial. Penerbit
PT Bumi Aksara, Jakarta.
Wijayanti, Titik. (2014). Marketing Plan!: Dalam Bisnis. Penerbit PT Elex Media
Komputindo Kompas Gramedia, Jakarta.
b. Sumber dari Jurnal Ilmiah
Gersom & Sugiharto, (2013). Analisa Pengaruh Experiential Marketing Terhadap Minat Beli
Ulang Konsumen Cafe Buntos 99 Sidoarjo, Jurnal Manajemen Pemasaran, Jurusan
Manajemen Pemasaran, Universitas Kristen Petra, Surabaya. Vol. 1 No. 2, 1-8.
Hendri Sukotje dan Sumanto Radix A. (2010). Analisa Marketing Mix-7P (Produk, Price,
Promotion, Place, Partisipant, Process, dan Physical Evidence) terhadap Keputusan
Pembelian Produk Klinik Kecantikan Teta di Surabaya, Jurnal Mitra Ekonomi dan
Manajemen Bisnis, Vol.1, No. 2, Oktober 2010, 216-228.
Kumalasari, Catharina. (2013). Upaya Peningkatan Kunjungan Pasien Poli Gigi Dengan
Pendekatan Marketing 3.0, The Effort In Increasing Out-Patients Visits At Dental
Clinic Using Marketing 3.0 Approach, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Airlangga, Surabaya, Vol. 11, No. 1, Jan–April 2013: 11–15.
Retno & Rini. (2013). Membangun Nation Branding Dalam Upaya Meningkatkan Daya
Saing Sektor Pariwisata Indonesia, Program Studi Manajemen, Stie Multi Data
Palembang, Vol. 5 Oktober 2013.
Tafi’a Bardin, Rofiaty. (2015). Penerapan Marketing 3.0 Pada Pt. Otto Nusantara Energy.
Jurnal Pemasaran, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Brawijaya.
c. Sumber dari Hasil Penelitian
Andrew, Broery (2014). Pengaruh Lokasi, Kualitas Pelayanan Dan Retail Brand Loyalty
Terhadap Kesetiaan Pelanggan Toko CV. Kawani Sarana Petualang, Tesis, Program
Magister Manajemen, Universitas Katolik Parahyangan.
Mandhara (2014). Pengaruh Strategi Diferensiasi Terhadap Upaya Membangun Keunggulan
Daya Saing Berkelanjutan Pada Hotel The Royal Pitamaha Ubud-Gianyar, Skripsi,
Program Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Denpasar.
Rizky, Meisyali (2014). Analisis Strategi Pemasaran Kredit Usaha Mikro Berbasis
Marketing 3.0 Di Kantor Cabang Mikro Ciawi Bogor, Skripsi, Program Manajemen,
Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
Sukawati, Tjorkorda (2014). Merajut Nilai-Nilai Kearifan Lokal Untuk Membangun
Keunggulan Daya Saing Berkelanjutan (Studi Etnografi Pemasaran Pariwisata di
@JMB 2015
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
145
Jurnal Manajemen & Bisnis
ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016
Ubud), Disertasi, Program Doktor Ilmu Manajemen, Falkutas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya Malang.
d. Sumber dari Internet
Kotler (1997). Product Life Cycle, Available http://jurnal-sdm.blogspot. co.id/2010/01/siklushidup-produk-product-life-cycle_28.html (2015 July 20).
Lawson,
Fred.
AHMA
&
kamus
Oxford,
Available
http://ejournal.uajy.ac.id/170/3/2TA13053.pdf (2015 July 20).
@JMB 2015
http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive
Download