133 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016 PENERAPAN MARKETING 3.0 BERBASIS TRI HITA KARANA (THK) PADA HOTEL DI UBUD Melati Putri Wulandari ABSTRACT Globalization is a phenomenon that is inevitable. All classes, like it or not, have to accept the fact that globalization is a deadly virus that could adversely affect the fading existence of local cultures, reduced sense of solidarity, the rise of a westernized style. Therefore, in the contemporary era now, the biggest test facing the local culture is maintaining its presence in the middle of the exposure to globalization. One example of a culture that still maintain the culture that is culture Ubud Bali in particular, because of Ubud is one area that still has a very diverse artistic value although it has entered the era of globalization. Ubud also has the potential of natural beauty that can lure tourists, especially foreign tourists. Nature tourism is that the development of hotels, villas and boutique hotels that give a feel of natural beauty and uniqueness of Ubud. Such as those offered by The Royal Pita Maha. But the natural beauty and uniqueness of The Royal Pita Maha could not be separated from the concept of Marketing 3.0 and Tri Hita Karana (THK) by using marketing strategies STP (Segmenting, Targeting, Positioning) and combined with the marketing mix strategy (Differentiation and Branding). Keywords: Marketing 3.0, Tri Hita Karana (THK), Segmenting, Targeting, Positioning, Differentiation and Branding. I. PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta arus globalisasi yang semakin pesat dan menyebar keseluruh penjuru dunia yang berlangsung secara cepat dan meluas, tak terbatas pada negara-negara maju dengan pertumbuhan ekonomi tinggi, tapi juga melintasi batas negara-negara berkembang dan miskin dengan pertumbuhan ekonomi rendah. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dengan derasnya arus globalisasi merupakan dua proses yang saling terkait satu sama lain. Keduanya saling mendukung. Tak ada globalisasi tanpa kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi juga berjalan lambat jika masyarakat tidak berpikir secara global. Diakui aktor yang berperan dalam proses globalisasi masi kini dipegang oleh negara-negara maju yang memiliki budaya berbeda dengan negaranegara berkembang, sehingga nilai-nilai yang dimiliki oleh negara maju dapat menjadi ancaman bagi kelestarian nilai dan budaya lokal di negara berkembang salah satu contoh negara Indonesia. Maka dari itu Indonesia harus tetap menjaga nilai-nilai dan budayanya sendiri agar tidak punah dan menjadi penonton di negara sendiri akibat dari globalisasi. Sebagai salah satu contoh wilayah yang masih kental dengan budayanya yaitu wilayah Bali khususnya kabupaten Ubud. Salah satu contoh kebudayaan Ubud yaitu, dimana Ubud merupakan salah satu daerah yang masih memiliki nilai seni yang sangat ragam meskipun telah memasuki era globalisasi. Ubud menggambarkan keindahan dari Bali umumnya dan khususnya sebuah kerajaan yang masih memegang teguh nilai-nilai budaya dan memadukannya dengan konsep pariwisata alam. Dimana Ubud memiliki potensi keindahan alam yang dapat memikat para wisatawan khususnya wisatawan asing. Pariwisata alam yang dimaksud yaitu pengembangan hotel, villa @JMB 2015 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 134 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016 serta hotel butik yang memberikan nuansa keindahan alam serta keunikan Ubud. Seperti yang ditawarkan oleh Hotel di kawasan Ubud di desa Kedewatan yang bernama The Royal Pitamaha. Daya saing yang menjadi unjung tombak untuk meningkatkan daya tarik The Royal Pitamaha tersebut tidak terlepas dari unsur kebudayaan dan keindahan alam yang telah masuk dalam salah satu nilai-nilai yang terkandung dalam penerapan Merketing 3.0 yang berbasis Tri Hita Karana (THK). Menurut pakar marketing legendaris, Philip Kotler berserta Hermawan Kartajaya dan Iwan Setiawan telah mengidentifikasi hal ini dengan model yang disebut Marketing 3.0 adalah melakukan pendekatan kepada pelanggan yaitu dengan melihat pelanggan sebagai manusia yang multidimensi, value-driven, dan sebagai mitra kolaborasi. Pelanggan telah menyadari bahwa daya beli mereka berdampak global, sehingga pelanggan bertindak dan saling berkomunikasi mengenai pilihan yang mereka buat. Marketing 3.0 menjelaskan bagaimana anda dapat terlibat dalam komunikasi ini, memposisikan merek anda sebagai kekuatan positif di dunia, dan sukses berkolaborasi dengan para pelanggan. 1.3 Rumusan Masalah Berlandaskan pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah strategi penerapan marketing 3.0 dari sebuah hotel berbasis Tri Hita Karana (THK)? 2. Bagaimanakah dampak dari penerapan strategi marketing 3.0 berbasis Tri Hita Karana (THK)? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai antara lain: 1. Untuk mengetahui strategi penerapan marketing 3.0 dari sebuah villa berbasis Tri Hita Karana (THK). 2. Untuk mengetahui dampak dari penerapan strategi marketing 3.0 berbasis Tri Hita Karana (THK). 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1.4.1 Kegunaan Teoritik Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk menambah dan memperluas ide dan konsep penerapan strategi yang dibangun oleh The Royal Pitamaha dalam bidang pemasaran dari sisi Segmenting, Positioning, Targeting, Difrensiasi dan Branding dan mampu bersaing diera globalisasi. Selain itu juga sebagai bahan referensi yang akan melakukan penelitian penerapan strategi dibidang pemasaran khususnya hotel di masa yang akan datang. 1.4.2 Kegunaan Aplikatif Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi The Royal Pitamaha agar dapat memberikan informasi dan bahan masukan dalam meningkatkan value serta menjalin kerjasama antar tamu, karyawan, penduduk sekitar, dan vendor yang terkait didalemannya. II. TELAAH PUSTAKA 2.1 Pengertian Marketing Prihanto (dalam Wijayanti 2014:V) mengatakan : “marketing adalah hal paling fundamental dalam suatu perusahaan komersial maupun organisasi nonoprofit. Dalam kerangka bisnis komersial, customer atau siapa pun yang memiliki pengalaman dengan @JMB 2015 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 135 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016 produk dan pelayanan akan terdorong untuk melakukan pembelian di kemudian hari, dan juga persepsi yang akan mereka bagikan kepada orang lain”. Suryantoro (dalam Wijayanti 2014:V) mengatakan : “marketing adalah sebuah seni yang dapat diartikan dalam bentuk makna dan arti dari si pelaku yang menjalankan seni tersebut. Dengan mengenali kebutuhan konsumen, segmentasi, target dan positioning dari suatu produk (tangible atau intagible) berakibat akan diterimanya produk atau jasa di pasar konsumen dan juga biaya-biaya yang akan timbul tidak terlalu besar, sehingga profitibility yang dikehendaki dapat terealisasi sesuai rencana”. Wijayanti (2014:1) mengatakan : “Dalam arti umum marketing adalah suatu sistem kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi, dan mendistribusikan barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai target pasar dan sesuai dengan tujuan bisnis perusahaan. Marketing juga berarti menyesuaikan kemampuan perusahaan dengan kebutuhan para pelanggan demi mencapai tujuan perusahaan berupa profit yang berkelanjutan. Ada empat tahap dalam marketing : manajemen analisis situasi marketing, perencanaan strategi marketing, pengembangan program marketing, serta pembuatan strategi pelaksanaan dan pengelolaan”. 2.2 Konsep Marketing 3.0 Kartajaya (2013:58) mengatakan : “Marketing 3.0 juga bertujuan untuk memuaskan konsumen, namun perusahaan yang menjalankan Marketing 3.0 memiliki mission, vision, dan values yang lebih luas, yaitu bertujuan untuk dapat berperan dalam memperbaiki masalah dunia. Marketing 3.0 percaya bahwa konsumen adalah manusia utuh yang kebutuhan dan harapannya tidak boleh diabaikan sehingga marketing 3.0 sebenernya melengkapi emosional dan human spiritual”. Kotler (2011:3) mengatakan : “Era Marketing 3.0 adalah era di mana praktik pemasaran yang sangat dipengaruhi oleh perubahan perilaku konsumen dan sikap. Ini adalah bentuk yang lebih canggih dari era konsumen-sentris dimana konsumen menuntut pendekatan pemasaran yang lebih kolaboratif, budaya, dan spiritual”. 2.3 Konsep Tri Hita Karana (THK) Menurut Gunarta (2014:1) mengatakan : “konsep Tri Hita Karana sebagai hubungan harmonis antara tiga hal dan mengaplikasikannya ke dalam berbagai bidang kehidupan, seperti di dalam membuat rumah, membuat pura, persaudaraan, mata pencaharian dan lainnya. Tri artinya ‘tiga’, hita artinya ‘kebahagian’, ‘kemakmuran’, ‘kesejahteraan’, dan karana artinya penyebab. Tri Hita Karana artinya tiga penyebab kebahagiaan atau tiga hal yang menyebabkan masyarakat sejahtera, makmur. Adapun ketiga komponen tersebut adalah Parahyangan, Palemahan, dan Pawongan”. Parahyangan adalah aspek spritual dan hal-hal yang berhubungan dengan ketuhanan dan kepercayaan dapat diwujudkan dengan kejujuran hati. Pawongan adalah aspek kemanusiaan dan hubungan antara manusia satu dengan manusia lainnya dapat diwujudkan dengan diwujudkan dengan saling bertoleransi antar masyarakat sosial, karyawan, mitra distribusi dan pemegang saham. Palemahan adalah aspek lingkungan dan menjadikan satu pilar yang membuat bangunan kehidupan alam semesta bisa berjalan harmonis dapat diwujudkan melalui pelestarian lingkungan dan budaya. Peters dan Wardana (2014:2) mengatakan : “Tri Hita Karana (THK) sebagai filosofi hidup orang bali. Filosofi tersebut terdiri atas tiga unsur, yaitu spritualitas, kesejahteraan sosial, dan alam semesta yang dari dahulu kala telah diterapkan atau dilaksanakan oleh orang bali di desanya. Dengan menjaga keseimbangan antara tiga unsur tersebut, orang bali hidup @JMB 2015 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 136 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016 secara harmonis dan mampu mempertahankan kebersamaan satu dengan lainnya dan menemukan kebahagiaan dalam hidupnya. 2.4 Pengertian Hotel Hotel yang berasal dari Bahasa Yunani, Hosteis yang memberikan arti sebagai tempat perlindungan terhadap setiap pengunjung yang datang dan menghabiskan malamnya. Beberapa pengertian hotel: 1. Dari sudut arsitektur, menurut pendapat Prof. Fred Lawson “hotel is defined a public establishment offering travelers, against payment, two basic services accomodation and catering”. (Hotel adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa akomodasi serta pelayanan makan dan minum bagi para pelancong dengan imbalan pembayaran). 2. Menurut kamus Oxford, The advance learned’s Dictionary adalah “Building where meals and rooms are provided for travelers.” (bangunan fisik yang menyediakan layanan kamar, makananan, dan minuman bagi tamu). 3. Menurut The American Hotel and Motel Association (AHMA), Hotel dapat didefinisikan sebagai sebuah bangunan yang dikelola secara komersial dengan memberikan fasilitas penginapan untuk umum dengan fasilitas pelayanan makan dan minum, pelayanan kamar, pelayanan barang bawaan, pencucian pakaian dan dapat menggunakan fasilitas atau perabotan dan dapat menikmati hiasan-hiasan yang ada di dalamnya. Berdasarkan beberapa pengertian menurut berbagai sumber yang berbeda dapat disimpulkan bahwa hotel merupakan menggunakan bangunan fisik, menyediakan jasa penginapan, makanan, dan minuman serta jasa lainnya, diperuntukan bagi umum, serta dikelola secara kemorsial. 2.5 Landasan Teori Dalam penelitian ini menggunakan teori Siklus Hidup Produk (Produk Life Cycle) dimana teori ini merupakan salah satu sarana penting untuk mengambil keputusan dalam memformulasikan strategi pemasaran. 2.5.1 Strategi Siklus Hidup Produk (Produk Life Cycle) Strategi secara PLC ini tumbuh dengan berlandaskan pada pengertian tentang siklus kehidupan produk yang dihasilkan suatu perusahaan, yang secara berurutan dimulai dari tahap pengenalan (introduction), pertumbuhan (growth) dan kematangan (maturity) sampai menuju tahap penurunan (decline). Siklus Hidup Produk (PLC) dapat disajikan dengen gambar 2.1: Sumber : Google 2015 @JMB 2015 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 137 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016 2.6 2.7 1. 2. 3. 4. 5. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Definisi Operasional Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan: Globalisasi yaitu proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan yang nantinya dapat mempengaruhi dunia pariwisata khususnya pariwisata dibali oleh karena itu setiap perusahaan harus memiliki strategi yang tepat untuk mempertahankan dan mampu bersaing didunia bisnis. Salah satu contoh kebudayaan yang masih mempertahankan budayanya yaitu kebudayaan Bali khususnya Ubud, karena ubud merupakan salah satu daerah yang masih memiliki nilai seni yang sangat ragam meskipun telah memasuki era globalisasi. Konsep Marketing 3.0 berbasis Konsep Tri Hita Karana (THK) sebagai konsep yang sangat berperan penting bagi pengambilan keputusan dan pembangunan strategi dari hotel tersebut dari segala aspek termasuk meningkatkan volume penjualan, menarik konsumen, promosi, daya saing terhadap kompetitor. Dimana unsur kebudayaan dan keindahan alam masuk dalam salah satu nilai-nilai yang terkandung dalam penerapan Merketing 3.0 yang berbasis Tri Hita Karana (THK). Teori Product Life Cycle sebagai siklus kehidupan produk yang dihasilkan suatu perusahaan, yang secara berurutan dimulai dari tahap pengenalan (introduction), pertumbuhan (growth) dan kematangan (maturity) sampai menuju tahap penurunan (decline), yang juga merupakan landasan dari konsep marketing 3.0 dalam membangun dan mengambil keputusan dalam memformulasikan strategi pemasaran. Tourism / Wisatawan adalah konsumen yang akan menikmati nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah hotel sehingga nantinya wisatawan bisa merecomen tempat tersebut kepada orang lain. Hotel menggunakan bangunan fisik, menyediakan jasa penginapan, makanan, dan minuman serta jasa lainnya, diperuntukan bagi umum, serta dikelola secara kemersial. III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada sebuah hotel dikarenakan memiliki keunikan tersendiri yang tidak dmiliki oleh kompetitor lainnya dimana hotel ini masih melestarikan lingkungan dan mengedepankan budaya alam ubud, seperti: lokasi di tebing dan terbuka dipenuhi oleh pepohonan, dan berada pada aliran sungai ayung. Hotel ini bernama “The Royal Pita Maha” yang berlokasi di Jl. Suweta, ubud-gianyar. Penelitian ini diambil guna untuk mengetahui @JMB 2015 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 138 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016 konsep strategi yang telah dipergunakan apakah sudah menerapakan konsep Marketing 3.0 dari aspek strategi pemasaran hotel tersebut. 3.2 Desain Penelitian Desain penelitin sangat penting dalam melakukan penelitian agar penelitian memiliki kerangka dan langkah-langkah yang jelas serta hasil penelitian yang valid (Nazir, 2011:84). Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dengan desain penelitian kualitatif, maka peneliti diharapkan dapat menganalisis, mengkaji dan menjelaskan fenomenafenomena yang ada di lapangan secara mendalam sehingga dapat mencapai tujuan penelitian. 3.3 Teknik Pengumpulan Data Dalam melaksanakan penelitian, peneliti membutuhkan data yang diperlukan dalam melengkapi penelitiannya sehingga tujuan dari penelitian tersebut dapat tercapai. (Bungin, 2008:77) “pengumpulan data kualitatif menggunakan metode pengamatan dari tradisi kualitatif seperti wawancara bertahap dan mendalam (in-depth interview) dan observasi partisipatif (participant observer)”. 3.4 Teknik Pemilihan Informan Arikunto (2010:188) mengatakan: tentang responden dan informan. Informan adalah orang yang memberikan informasi. Dengan pengertian ini maka informan dapat dikatakan sama dengan responden, apabila pemberian keterangannya karena dipancing oleh pihak peneliti. Istilah informan ini banyak digunakan dalam penelitian kualitatif. Sejalan dengan pendapat tersebut di atas, maka penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling dimana menentukan objek sesuai tujuan dan sudah ditetapkan tempat yang dituju dengan menggunakan pertimbangan pribadi yang sesuai dengan topik penelitian, peneliti memilih subjek/objek sebagai unit analisis. Berdasarkan teori di atas, maka informan dalam penelitian ini adalah: No. Nama Umur Jabatan 1. Tjokorda Gede Raka Sukawati 55 th Owner 2. Senawati 41 th Corporate Director Of Sales 3. Suarsa 53 th E-Commerce Manager 4. Suweta 56 th Corporate Marketing 3.5 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Untuk memperoleh kredibelitas penelitian kualitatif, maka dipergunakan metode triangulasi yang memperkuat study dengan mengkombinasikan berbagai metode. Selain metode triangulasi, untuk mendapatkan kredibelitas maka juga dibutuhkan keterlibatan dalam penelitian sehingga didapatkan pemahaman yang mendalam. Dalam penelitian ini, untuk memperoleh validitas dan kredibelitas data, maka dilakukan pemeriksaan keabsahan data melalui teknik: Triangulasi, peneliti dan stakeholder yang berkaitan dengan penerapan strategi dari “The Royal Pita Maha”. 3.6 Analisis data Analisis data dilakukan untuk mengolah data yang diperoleh oleh peneliti sehingga mampu menjawab apa yang menjadi tujuan penelitian yang dilakukan. Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2009:248): Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari data menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. @JMB 2015 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 139 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016 Interaksi komponen-komponen dalam aktivitas analisa data dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 3.1 : Komponen-Komponen Analisa Data Model Interaktif IV. PEMBAHASAN 4.1 Penerapan Strategi The Royal Pitamaha Sebelum memasuki penerapan strategi yang diterapkan oleh The Royal Pitamaha secara mendetail, mari kita simak terlebih dahulu penjelasan singkat dari konsep awal dibangunnya The Royal Pitamaha ini oleh Tjokorda selaku Owner mengatakan: “Pembangunan hotel ini semata-mata tidak hanya berfokus pada komersial tapi juga berusaha menyeimbangkan antara komersial, sosial, kultur dan spiritual.” Setelah melakukan wawancara dengan informan melalui teknik purposive sampling, dapat disimpulkan bahwa penerapan strategi yang dipergunakan oleh The Royal Pitamaha ini menggunakan strategi marketing STP (Segmenting, Targeting, Positioning) serta dipadukan dengan strategi bauran marketing (Diferensiasi dan Branding), (Wijayanti, 2014). 1. Hasil pemaparan dari informan Sena mengenai Segmenting dari The Royal Pitamaha: Segmentasi geografis adalah dipilihnya ubud sebagai tempat dibangunnya hotel ini disebabkan ubud masih mempertahankan norma-norma dan nilai-nilai kebudayaan yang kental, agama dan keindahan alam Bali yang berwawasan lingkungan hidup, meningkatkan pendapatan sosial masyarakat ubud sendiri, serta memperluas dan meratakan kesempatan berusaha dan memperbanyak lapangan kerja didaerah ubud. Letaknya berada di sekitaran Sungai Ayung dimana letak ini dipilih agar tetap menjaga kelestarian keindahan alam dan bernuansa alami. Segementasi demografis ini para wisatawan dari local maupun asing. Berdasarkan hasil dari informan serta hasil penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa Segmenting yang dipergunakan oleh The Royal Pitamaha dan Kantor Cabang Mikro Ciawi Bogor adalah sama-sama membaginya dengan cara mengelompokan pasar secara geografis dan demografis. 2. Hasil pemaparan dari informan Suarsa Targeting dari The Royal Pitamaha: Target pasar yang telah dicapai yaitu target pasar nasionality diseluruh dunia mencakup semua benoa dengan melakukan kerjasama dengan travel agent dan airlines baik di dalam negeri maupun luar negeri serta melakukan kunjungan setiap tahun keluar negeri guna memaintanance kemitraan yang telah bekerjasama selama ini. Memasarkan produk lewat website, berusaha membalancing tamu dari semua benoa. Jika melakukan target baru harus memkirkan juga dari aspek-aspek people guest information, bahasa, menu makanan, siaran TV dan kebudayaan/ kebiasaan dari tamu itu sendiri. Berdasarkan hasil dari informan dan penelitian terdahulu dapat disimpulakan bahwa targeting yang dilakukaan The Royal Pitamaha dan KCM Ciawi sama-sama melakukan kerjasama dengan vendor-vendor yang dapat membantu kelancaran bisnis yang dibangunnya serta taerget yang tepat. misalkan pada The Royal Pitamaha bekerjasama dengan travel agent dan airlines serta tidak melupakan kegiatan memaintanance kemitraan dan melakukan acara rutin setiap tahun demi memuaskan para vendor yang telah bekerjasama selama ini baik @JMB 2015 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 140 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016 dalam negeri maupun luar negeri. Memasarkan produk lewat website, berusaha membalancing tamu dari semua benoa. Sedangkan pada KCM Ciawi vendor yang bekerjasama yaitu pada 6 sektor unggulan seperti Pengusaha sembako / kelontong, rongsokan, bengkel, Kontrakan atau kos-kosan, warung makan, dan pakaian jadi. 3. Hasil pemaparan dari informan Suweta Positioning dari The Royal Pitamaha: a. Mencipatakan rasa unik experiend kepada customer saat menginap dihotel, menerapkan konsep marketing 3.0 dimana menyatukan perasaan tamu dengan hotel, memiliki getaran batin terhadap nilai spritual serta tetap mengedepankan kultur dari ubud. b. Selain itu hotel ini juga menyediakan fasilitas tambahan seperti: meeting room untuk para pembisnis yang ingin mengadakan acaranya serta wellness helling center, dapat menikmati berbagai aktivitas yang berhubungan dengan ke.sehatan dan penyembuhan seperti yoga dan meditasi, tradisional terapi, serta restaurant dengan makanan dan minuman yang berbahan dasar organik yang langsung ditanam dihotel. c. Menciptakan rasa bangga kepada karyawan dengan memberikan kesempatan untuk maju dan berkembang, memberikan kesempatan untuk melakukan keagamaan, memberikan rasa kekeluargaan saat melakukan pekerjaan, selalu memperhatikan kondisi lingkungan kerja yang meneyenangkan. d. Penduduk lokal yang berada disekitar lingkungan The Royal Pitamaha dapat merasakan manfaat dari aktifitas bisnis yang dilakukan dengan memperkerjakan karyawan yang berasal dari lingkungan sekitar dengan sistem banjar guna meningkat perekonomian masyarakat di ubud, selain aktifitas yang dilakukan mencapi target value dari sisi provit, dengan adanya ketersediannya lapangan kerja yang deket dengan daerah tempat tingal mereka, mereka tetep bisa berkumpul dengan keluarga tanpa harus mengekost lagi, melakukan aktifitas keagaman, dan kegiatan sosial seperti: sosial life dan spiritual life secara seimbang. e. Menyakinkan dan selalu mensupport supplier dengan melakukan mitra yang baik agar tetap berkerjasama dengan Hotel karena supplier ini juga sangat berpengaruh terhadap konsistensi kualitas yang dihasilkan. Berdasarkan hasil dari informan dan penelitian terdahulu dapat disimpulakan bahwa positioning dari The Royal Pitamaha dan KCM Ciawi sangatlah berbeda dimana The Royal Pitamaha telah mampu menyeimbangankan antara Karyawan, Customer, Masyarakat Lokal dan Supplier demi kesuksesaannya dan tidak lupa tetap mempertahankan kebudayaan, pelestarian lingkungan dan selalu mencipatakan rasa unik experiend kepada customer saat menginap, hal ini dilakukan sesuai dengan penerapan konsep marketing 3.0 dimana menyatukan perasaan tamu dengan hotel, memiliki getaran batin terhadap nilai spritual serta tetap mengedepankan kultur dari ubud dan Konsep Tri Hita Karana (THK). Sedangkan KCM Ciawi hanya mementingkan sosial dan meningkatkan benefit saja tanpa mementingkan lingkungan sekitar dan kebudayaan yang ada. 4. Diferensiasi tersebut dapat digolongkan kembali menjadi tiga bagian yaitu: diferensiasi produk, diferensiasi pelayanan (service) dan diferensiasi citra yang dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Diferensiasi Produk Cokorda memaparkan diferensiasi produk dari The Royal Pitamaha: Diferensiasi produk/tawaran jasa adalah persepsi para pengunjung terhadap keunikan produk yang ditawarkan oleh The Royal Pitamaha. Menyunsung konsep budaya yang kental, lokasi ditebing dan dibawah ada aliran sungai ayung, desain menggunakan tatanan arsitektur budaya Bali yaitu atap alang-alang, bahan baku dari lokal dengan dominan pekerjaan @JMB 2015 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 141 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016 tangan, dan lay out sesuai kondisi tebing, adapun pemandangan sawah. Akses masuk ke hotel melewati rumah warga namun pintu rumah warga telah didesign sama seperti penglipuran. Namun juga tidak melupakan konsep kekinian dengan memberikan fasilitas seperti: TV kabel, wifi, coffee table, bathtub, private swimming pool. b. Diferensiasi Pelayanan Soka memaparkan diferensiasi pelayanan ini meliputi: sikap karyawan yang memberikan pelayanan seperti dirumah sendiri, pelayanan dengan fleksibilitas tinggi sesuai kebutuhan dan keinginan tamu, memiliki karyawan yang berasal dari orang bali dengan sistem banjar dan sekitar 80% berasal dari ubud guna meningkat perekonomian masyarakat di ubud, serta dengan unsur kekeluargaan dan kebersamaan yang kental sehingga nilai turn off karyawan pun sedikit sekali. c. Diferensiasi Citra Suarsa memaparkan diferensiasi citra adalah persepsi para pengunjung terhadap kesan positif dan negatif yang telah dibangun atau diciptakan oleh The Royal Pitamaha. Diferensiasi citra meliputi: konsen terhadap kegiatan sosial, budaya lokal, dikelola lokal dengan pasar global, media plan berskala international baik offline maupun online serta menerapkan konsep marketing 3.0 dimana menyatukan perasaan tamu dengan hotel, memiliki getaran batin terhadap nilai spritual serta tetap mengedepankan kultur dari ubud. Dan Hal yang sama juga dipaparkan oleh hasil penelitian Mandhara yang kebetulan lokasi penelitiannya sama. 5. Suweta memaparkan branding yang dipergunakan oleh The sRoyal Pitamaha yaitu Local Brand dimana brand ini menjunjung tinggi nilai kearifran lokal dan Tri Hita Karana. Karena salah satu kegiatan pariwisata adalah sebuah pola untuk menjaga perdamaian agar tetap mempertahankan budaya, serta bagaimana aktifitas yang kita lakukan itu bisa menjadi brand dari bisnis yang telah dibangun. Berdasarkan hasil dari informan dan penelitian terdahulu dapat disimpulakan bahwa The Royal Pitamaha dan CV. Kawani Sarana sama-sama telah memikirkan brand untuk memuaskan konsumennya dan dapat dilihat dari sejauh mana pelanggan rela mengorbankan materi untuk suatu brand dan sejauh mana pelanggan puas akan brand tersebut, misalkan pada The Royal Pitamaha mempergunakan Local Brand dimana brand ini menjunjung tinggi nilai kearifran lokal dan Tri Hita Karana. Karena salah satu kegiatan pariwisata adalah sebuah pola untuk menjaga perdamaian agar tetap mempertahankan budaya dan tidak melupakan budaya kita sendiri meskipun sudah memasuka era globalsasi. Sedangkan CV. Kawani Sarana dilihat dari ekuitas merek. Berikut uraian Strategi pemasaran The Royal Pitamaha terhadap Teori Produk Life Cycle dimana sebelum didirikankan The Royal Pitamaha, pertamakali dibangunnya Tjampuhan Hotel pada tahun 1928 yang terletak di Jl. Raya Tjampuhan,Ubud yang berkonsep sederhana dan tetap mengutamakan keindahan alam, hotel ini awal dibangunnya tahun 1928 hanya dipergunkan sebagai tempat pertemuan dan saling bertukar pikiran antara para seniman dari luar negeri salah satunya Walten Spies dengan Raja Ubud disni disebut sebagai Tahap Perkenalan (Indtroduction). Tahap Perkenalan (Indtroduction) dan Tahap Pertumbuhan (Growth) menggunakan strategi marketing STP (Segmenting, Targeting, Positioning) serta dipadukan dengan strategi bauran marketing (Diferensiasi dan Branding), (Wijayanti, 2012). Tahap Pertumbuhan (Growth) Pada tahun 1994 untuk memperingati kelahiran kekuatan seni dan mempertahankan filosofi yang asli dibangunlah Pita Maha Resort and Spa yang terletak di Jl. Sanggingan, Ubud dan didesign hidup dan bernafas sebagai salah satu desa di Bali yang alami dengan memiliki 24 kamar yang ditata secara traditional dan karena @JMB 2015 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 142 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016 perkembangan hotel ini sangat meningakat dan memiliki respon yang baik maka didirikanlah satu hotel lagi Pada tahun 1999 bernama The Royal Pitamaha yang terletak di Desa Kedewatan Ubud dengan fasilitas 70 kamar dan dibangun dengan cara tradisional arsitek Bali dilengkapi dengan aneka karya seni yang dirancang oleh putra daerah yang mempunyai cita rasa seni yang tinggi yang merupakan salah satu anggota keluarga besar Puri Saren Ubud yang juga sangat memperhatikan kelestarian alam sekitarnya. Tahap Kedewasaan (Maturity) The Royal Pitamaha tidak hanya sampai disini baru saja pada tahun 2015 telah mengembangkan kembali Hotel dengan membangun sebanyak 100 kamar dengan konsep hotel bintang 3 yang letaknya masih sama didalam The Royal Pitamaha sendiri yang hingga sekarang masih dalam proses pembangunan. Berdasarkan dari hasil diatas bahwa The Royal Pitamaha sedang berada di Tahap Kedewasaan (Maturity) dengan terus memberikan inovasi baru demi memuaskan para konsumennya namun tetap menonjolkan kebudayaan itu sendiri. 4.2 Dampak dari Penerapan Strategi Marketing 3.0 Berbasis Tri Hita Karana (THK) Dampak yang dihasilkan dari penerapan Marketing 3.0 berbasis THK pada hotel The Royal Pitamaha ini adalah tidak adanya dampak negatif melainkan dampak positif yang dirasakan oleh para wisatawan dengan menghabiskan liburannya menginap dihotel ini, salah satu contoh: para pengunjung dapat merasakan penyatauan jiwa terhadap lingkungan dan budaya yang sangat kental yang masih dijunjungi tinggi serta dapat merasakan getaran batin terhadap nilai spiritual. Dampak positif yang dihasilkan dari pembahasan dapat dijabarkan juga dari sisi dampak sosial, ekonomi, lingkungan dan spiritual yaitu: a. Dampak Sosial Dampak sosial yang dimaksud disni dari segi masyarakat atau penduduk lokal yang berada disekitar lingkungan masuk hotel maupun diluar hotel The Royal Pitamaha. Pembangunan hotel ini telah memberikan respon yang positif dimana akses jalan masuk ke hotel sudah mempergunakan paving, ditanami dengan pepohonan serta dibuatkan angkulangkul yang serupa disetiap rumah sehingga terlihat indah dan memberikan kesan unik bagi para customer yang menginap dihotel dari awal kedatangannya tanpa melupakan keindahan budaya Bali. Serta tetap menjaga keharmonisan antara manajemen hotel dengan masyarakat yang tinggal disekitar hotel. b. Dampak Ekonomi Dampak ekonomi ini lebih kepada masyarakat khususnya di Ubud dapat meningkatkan perekonomiannya karena adanya lapangan pekerjaan baru hal ini disebabkan oleh tenaga kerja yang dipekerjai 80% berasal dari masyarakat lokal Ubud dengan cara sistem banjar. Sehingga provit yang didapat juga terus meningkat, yang menjadi salah satu penyebabnya dikarena tingkat loyalitas karyawan akan pekerjaannya sangat tinggi. c. Dampak Lingkungan Dampak lingkungan ini menggunakan konsep Tri hita karana (THK) dimana The Royal Pitamaha ini telah mampu menyeimbangkan ketiga unsur tersebut yaitu: Kejujuran, Sosial dan Lingkungan yang menjadikan hotel ini selalu berbeda dan unik. Lingkungan disini telah memberikan energi positif bagi hotel dimana para customer dapat menikmati indahnya pepohonan yang tumbuh disekitar hotel dan dibuat seperti tebing, dapat melihat indahnya sawah yang berada di tepi sungai ayung serta menikmati indahnya aliran sungai ayung yang mengalir deras. @JMB 2015 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 143 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016 d. Dampak Spiritual Dampak spritual ini juga terkandung dalam konsep Marketing 3.0 dimana hotel ini telah mampu menyeimbangkan value propositions (fungsional, emosional dan spritual). Tidak semata-mata sebagai tempat tinggal dan meningkatkan provit namun disini juga mementingkan getaran batin terhadap nilai magis dan spiritual dengan cara memperkenalkan budaya dan keindahan alam Ubud. V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan tersebut diatas, maka selanjutnya dapat dirumuskan kesimpulan. Adapun rumusan kesimpulan sebagai berikut: 1. Penerapan strategi The Royal Pitamaha sudah menerapkan Marketing 3.0 dan berbasis Tri Hita Karana (THK) dimana Pembangunan hotel ini semata-mata tidak hanya berfokus pada komersial tapi juga berusaha menyeimbangkan antara komersial, sosial, kultur dan spiritual. The Royal Pitamaha ini menggunakan strategi marketing STP (Segmenting, Targeting, Positioning) serta dipadukan dengan strategi bauran marketing (Diferensiasi dan Branding). 2. The Royal Pitamaha sedang berada di Tahap Kedewasaan (Maturity) dengan terus memberikan inovasi baru untuk meningkatkan rasa kepuasan bagi para konsumennya namun tetap menonjolkan kebudayaan Ubud itu sendiri. 3. Dampak yang dihasilkan dari penerapan Marketing 3.0 berbasis THK pada hotel The Royal Pitamaha ini adalah tidak adanya dampak negatif melainkan dampak positif. Dampak positif yang dihasilkan dari pembahasan dapat dijabarkan juga dari sisi dampak sosial, ekonomi, lingkungan dan spiritual. 5.2 Saran 1. Inovasi-inovasi yang berbasis komputerisasi di era modern ini harus selalu dipadukan dengan kebudayaan dan unsur seni yang sudah melekat dihati masyarakat Ubud. Selain itu pentingnya menjaga keunggulan daya saing di Hotel The Royal Pitamaha pada persaingan didunia perhotelan di Bali khususnya di Ubud. 2. Tetap mempergunakan strategi marketing terbaru misalkan jika nantinya telah muncul marketing 4.0 agar tetap menjadi hotel yang memberikan perbeda dan keunikan tersendiri dari pesaing lainnya. Dikarenakan setiap perubahan tahap marketing dari tahap marketing 1.0, 2.0 sampai 3.0 selalu memberikan dan menjadikan konsep marketing yang lebih sempurna. 3. Karyawan harus selalu diingatkan dan diberikan pelatihan dalam melayani para customer sehingga menimbulkan rasa puas pada diri cutomer. Dan tetap menjalin hubungan yang harmonis antara pihak hotel, customer dan vendor yang terkait didalamnya. Serta tetap memelihara kondisi bangunan hotel dengan baik sehingga mampu pertahankan kelestarian dan daya minat customer. DAFTAR PUSTAKA a. Sumber dari Buku Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta. Bungin, Burhan. (2008). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Penerbit PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Gunarta. I Made. (2014). Kearifan Bali : Bicara Melalui Tindakan. Penerbit Yayassan Kryasta Guna, Gianyar. @JMB 2015 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 144 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016 Hendrik. Jan Peters dan Wisnu Warna. (2015). Memahami Roh Bali : Desa Adat Sebagai Ikon Tri Hita Karana. Penerbit Udayana University Press, Denpasar. Kartajaya. Hermawan. (2013). Tourism Marketing 3.0 : Turning Tourist to Advocate. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Kotler, Philip. (2011). Marketing 3.0 : From Products to Customers to The Human Spirit. Penerbit PT Segitiga Emas Bussiness Park, CBD B 01/01, Jakarta. Kotler, Philip. Kartajaya, Hermawan & Setiawan, Iwan. (2010). Marketing 3.0. Penerbit Erlangga, Cetakan PT. Gelora Aksara Pratama, Jakarta . Moloeng, Lexy J. (2009). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Penerbit PT Remaja Roda Karya, Bandung. Nazir, Moh. (2011). Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor. Scholte, JA. (2001). The Globalization of World Politics. Oxford: Oxford University Press. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Penerbit ALFABETA, Bandung. Usman, Husaini & Setiady Akbar, Purnomo. (2009). Metodelogi Penelitian Sosial. Penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta. Wijayanti, Titik. (2014). Marketing Plan!: Dalam Bisnis. Penerbit PT Elex Media Komputindo Kompas Gramedia, Jakarta. b. Sumber dari Jurnal Ilmiah Gersom & Sugiharto, (2013). Analisa Pengaruh Experiential Marketing Terhadap Minat Beli Ulang Konsumen Cafe Buntos 99 Sidoarjo, Jurnal Manajemen Pemasaran, Jurusan Manajemen Pemasaran, Universitas Kristen Petra, Surabaya. Vol. 1 No. 2, 1-8. Hendri Sukotje dan Sumanto Radix A. (2010). Analisa Marketing Mix-7P (Produk, Price, Promotion, Place, Partisipant, Process, dan Physical Evidence) terhadap Keputusan Pembelian Produk Klinik Kecantikan Teta di Surabaya, Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis, Vol.1, No. 2, Oktober 2010, 216-228. Kumalasari, Catharina. (2013). Upaya Peningkatan Kunjungan Pasien Poli Gigi Dengan Pendekatan Marketing 3.0, The Effort In Increasing Out-Patients Visits At Dental Clinic Using Marketing 3.0 Approach, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya, Vol. 11, No. 1, Jan–April 2013: 11–15. Retno & Rini. (2013). Membangun Nation Branding Dalam Upaya Meningkatkan Daya Saing Sektor Pariwisata Indonesia, Program Studi Manajemen, Stie Multi Data Palembang, Vol. 5 Oktober 2013. Tafi’a Bardin, Rofiaty. (2015). Penerapan Marketing 3.0 Pada Pt. Otto Nusantara Energy. Jurnal Pemasaran, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Brawijaya. c. Sumber dari Hasil Penelitian Andrew, Broery (2014). Pengaruh Lokasi, Kualitas Pelayanan Dan Retail Brand Loyalty Terhadap Kesetiaan Pelanggan Toko CV. Kawani Sarana Petualang, Tesis, Program Magister Manajemen, Universitas Katolik Parahyangan. Mandhara (2014). Pengaruh Strategi Diferensiasi Terhadap Upaya Membangun Keunggulan Daya Saing Berkelanjutan Pada Hotel The Royal Pitamaha Ubud-Gianyar, Skripsi, Program Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Denpasar. Rizky, Meisyali (2014). Analisis Strategi Pemasaran Kredit Usaha Mikro Berbasis Marketing 3.0 Di Kantor Cabang Mikro Ciawi Bogor, Skripsi, Program Manajemen, Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Sukawati, Tjorkorda (2014). Merajut Nilai-Nilai Kearifan Lokal Untuk Membangun Keunggulan Daya Saing Berkelanjutan (Studi Etnografi Pemasaran Pariwisata di @JMB 2015 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive 145 Jurnal Manajemen & Bisnis ISSN : 1892-8486, Volume 13 Nomor 1 Pebruari 2016 Ubud), Disertasi, Program Doktor Ilmu Manajemen, Falkutas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang. d. Sumber dari Internet Kotler (1997). Product Life Cycle, Available http://jurnal-sdm.blogspot. co.id/2010/01/siklushidup-produk-product-life-cycle_28.html (2015 July 20). Lawson, Fred. AHMA & kamus Oxford, Available http://ejournal.uajy.ac.id/170/3/2TA13053.pdf (2015 July 20). @JMB 2015 http://journal.undiknas.ac.id/index.php/magister-manajemen/issue/archive