STRATEGI PRODUKSI TAYANGAN BERITA TRAUMATIK DI METRO TV ( Studi Kasus Jatuhnya Pesawat Garuda Yang Terbakar di Bandara Adisucipto Jogjakarta) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi gelar sarjana Strata 1 (S1) Jurusan Broadcasting Fakultas Ilmu Komunikasi Oleh Agus Ramdan S NIM: 4410411-039 FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009 FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA LEMBARAN PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI Nama : Agus Ramdan Supriatna NIM : 4410411-039 Bidang Studi : Broadcasting Fakultas : Ilmu Komunikasi Judul skripsi : Strategi Produksi Berita Traumatik di MetroTV (Studi Kasus Jatuhnya Pesawat Garuda Yang Terbakar di Bandara Adisucipto Jogjakarta) Mengetahui, Jakarta, Februari 2009 Pembimbing ( Drs. Riswandi, M.Si ) FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI Nama : Agus Ramdan Supriatna NIM : 4410411-039 Bidang Studi : Broadcasting Fakultas : Ilmu Komunikasi Judul skripsi : Strategi Produksi Berita Traumatik di MetroTV (Studi Kasus Jatuhnya Pesawat Garuda Yang Terbakar di Bandara Adisucipto Jogjakarta) Jakarta, Februari 2009 Disetujui dan diterima oleh: Pembimbing (Drs. Riswandi M.Si) Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi ( Dra Diah Wardhani, M.Si ) Ketua Bidang Studi Broadcastting (Ponco Budi Sulistyo,S.Sos,M.Comm) FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI Nama : Agus Ramdan Supriatna NIM : 4410411-039 Bidang Studi : Broadcasting Fakultas : Ilmu Komunikasi Judul skripsi : Strategi Produksi Berita Traumatik di MetroTV (Studi Kasus Jatuhnya Pesawat Garuda Yang Terbakar di Bandara Adisucipto Jogjakarta) Jakarta, Februari 2009 1. Ketua Sidang (Ponco Budi Sulistyo, S Sos, M.Comm) 2. Penguji Ahli (Afdal Mangkuraga S Sos, MM) 3. Pembimbing (Drs. Riswandi, M.Si) UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI JURUSAN BROADCAST ABSTRAKSI Agus Ramdan Supriatna ( 4410411-039 ) “Strategi Produksi Berita Traumatik di MetroTV (Studi Kasus Jatuhnya Pesawat Garuda Yang Terbakar di Bandara Adisucipto Jogjakarta)” VII+74 Halaman +31 Lampiran; Bibliografi Televisi sebagai media massa audio visual adalah media yang menyampaikan pesan dan informasi kepada khalayak dalam bentik berita. Berita merupakan hasil dari kegiatan jurnalistik. Secara konseptual, jurnalistik dapat dipahami dari tiga sudut pandang, yakni sebagai proses, teknik dan ilmu. Dalam pembuatan atau peliputan suatu peristiwa diperlukan suatu strategi agar rencana dapat terpenuhi. Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah Bagaimana Strategi Produksi Berita Traumatik di MetroTV (Studi Kasus Jatuhnya Pesawat Garuda Yang Terbakar di Bandara Adisucipto Jogjakarta). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Strategi Redaksi yang ditetapkan oleh manjemen dalam memproduksi tayangan berita traumatik yang ditinjau dari konsep perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap apa yang dilakukan tim redaksi MetroTV. Tinjauan pustaka yang digunakan oleh penulis yaitu tentang, komunikasi, komunuikasi massa, televisi sebagai saluran media massa, program berita, nilai jurnalistik televisi, etika jurnalistik, strategi produksi berita traumatik yang berdasar pada konsep POAC (Planning atau perencanaan, Organizing atau pengorganisasian, Actuating atau pelaksanaan, dan Controlling atau pengawasan) yang digunakan tim redaksi MetroTV. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus dengan sifat penelitian deskriptif dan pendekatan kualitatif yaitu hanya memaparkan gambaran mengenai gejala – gejala atau realitas – realitas. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah data primer yaitu wawancara secara mendalam dengan key Informan, data skunder dengan studi literatur. Konsep penelitian ini adalah Strategi produksi yaitu suatu rencana lengkap dan terintegrasi untuk menghasilkan sesuatu agar dapat mencapai hasil yang terbaik. Berita Traumatik yaitu informasi yang berisi tentang peristiwa yang menyebabkan kondisi stress psikologis yang merupakan pengaruh dari peristiwa dahsyat dan luar biasa yang dialami orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi mengacu pada konsep POAC (Planning atau perencanaan, Organizing atau pengorganisasian, Actuating atau pelaksanaan, dan Controlling atau pengawasan) adalah bahwa perencanaan lebih dilakukan kepada hasil perolehan data dari lapangan untuk kondisi Breaking News konsep yang lebih dominan adalah produksi atau Actuating yang digunakan tim redaksi MetroTV dalam memproduksi berita traumatik. i KATA PENGANTAR Alhamdulillah Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Strategi Produksi Berita Traumatik di MetroTV (Studi Kasus Jatuhnya Pesawat Garuda Yang Terbakar di Bandara Adisucipto Jogjakarta)”, sebagai salah satu syarat akademik dalam menempuh dan menyelesaikan studi sarjana (S1) pada jurusan Broadcasting Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Jakarta. Dengan segala hormat Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang sangat berjasa dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada: 1. Bapak Drs Riswandi, M.Si selaku dosen pembimbing utama yang senantiasa membantu dan memberikan masukan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini. 2. Bapak Ponco Budi Sulistyo,S Sos, M.Comm. selaku ketua jurusan Broadcasting Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. 3. Ibu Fenny Fasta SE. M.Si sebagai sekretaris bidang Studi Broadcasing pada Fakultas Ilmu Komunikasi Jurusan Broadcast Universitas Mercu Buana ii 4. Bapak Afdal Mangkuraga S Sos, MM Selaku Penguji ahli dalam sidang skripsi penulis 5. Dra. Diah Wardhani, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. 6. Bapak Drs. Hardiyanto M.Si selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana. 7. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi khususnya Dosen Jurusan Broadcasting yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan bagi Penulis selama berlangsungnya proses perkuliahan. 8. Staf-staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana yang sering direpotkan. 9. Seluruh Karyawan di lingkungan Universitas Mercu Buana. Terima kasih atas kebijakannya. 10. Seluruh Staf Bagian Redaksi MetroTV Mas Ary, Mas Dely, Yudi, Tomy, Mas Wayan atas bantuan pengumpulan data dalam penyelesaian skripsi ini. 11. Seluruh staf Public Relation dan HRD MetroTV yang telah membantu penulis 12. Staf programming, Staf Editing, Staf Grafis Redaksi MetroTV yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan pelajaran dan pengalaman yang luar biasa bagi penulis dalam penelitiannya. iii 13. Kristiyanti (Istri saya) yang selalu memberikan dorongan yang memacu semangat penulis guna menyelesaikan studi di Universitas Mercu Buana, Thak you My Darling 14. Temen-temen di digiseni Mba Siti, Wati, Ida, wawan, Fery, Indra, ABayu terima kasih atas segalanya Mudah-mudahan dibalas sama yang diatas kalian semua orang baik. 15. Kedua orang tua saya telah melahirkan dan merawat penulis dengan sabar hingga bisa seperti sekarang 16. Rekan-rekan Departemen Programming terutama Marisa, Rian, tim QC: Budi, Septi, Lutvi (foto kalian nongkrong juga nih di skripsi aye hehe….), Teh Santi (teteh is My Boss) yang selalu mendukung studi penulis, Edo yang telah minjemin tape cadangan, Thankyou My Friends serta rekan-rekan lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan perkuliahan ini aku akan ingat semua jasa kalian. 17. Coki yang telah berbagi pendapat dan pengalaman serta memberikan dukungan selama ini 18. Angkatan 5 Broadcast yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan penulis hidup yang lebih hidup 19. Angkatan 5 PR juga thank’s terutama Kiki, Wini yang sudah cape-cape nganterin Tape recorder walaupun malam-malam ( maaf deh abis urgent sih wakut itu hehe..) tapi anyway thank you iv 20. Semua pihak yang membantu penulis dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu… I’ll Never Forget You All…. Atas segala bantuan dan dukungan serta doanya, penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya. Kalian semua telah menjadi bagian dari sejarah hidupku. Semoga kita semua bisa jadi yang terbaik dihadapanNya nanti. Akhirnya “tiada gading yang tak retak” dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi yang sederhana ini dapat lebih sempurna, baik isi maupun penyajiannya. Jakarta, Februari 2009 Penulis v DAFTAR ISI ABSTRAKSI .….……..…………...................……………………….…...… i KATA PENGANTAR .….………..…………………………………. ……. ii .….……………….………………………………………….... vi DAFTAR ISI BAB I BAB II PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah .….…………………………… 1 1. 2 Rumusan Masalah …..…………………………………. 9 1. 3 Tujuan Penelitian …………………………………….. 10 1. 4 Signifikansi/Manfaat Penelitian ...…..…………………… 10 1. 4. 1 Manfaat Akademis……….............……………... 10 1. 4. 2 Manfaat Praktis …………………….……………. 10 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 2. 2 2. 3 2. 4 2. 5 Komunikasi ………………………………………. 11 2. 1. 1 Pengertian Komunikasi ..........…………………... 11 Komunikasi Massa ...........................…………… 13 2.2.1 Penertian Komunikasi Massa ................................... 13 2.2.2 Karakteristik komunikasi Massa .............................. 13 2.2.3 Tujuan Media Massa 14 ....................................... Televisi Sebagai Saluran Media Massa ....……………… 15 2.3.1 Pengertian Televisi ..................................................... 15 2.3.2 Fungsi televisi ........................................................... 15 Program Berita 16 …………… ……………………………. 2. 4. 1 Pengertian Dasar Berita …………….......………. 16 Nilai Jurnalistik televisi . . . . . ...……………………….. 18 2.5.1 Pengertian Jurnalistik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18 2.5.2 Ciri-Ciri Nilai Berita . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19 vi BAB III BAB IV 2.5.3 Kualitas Berita . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 20 2.5.4 Unsur-Unsur Berita Televisi . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21 2. 6 Etika Jurnalistik ........ ...………………………………… 21 2. 7 Strategi Produksi Berita Traumatik ...........……………… 25 2.7.1 Pengertian Strategi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25 2.7.2 Pengertian Produksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25 2.7.3 Peristiwa Traumatik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 26 METODOLOGI PENELITIAN 3. 1 Type/Sifat Penelitian .…..………………………………… 32 3. 2 Metode Penelitian ……….………….……………………. 33 3. 3 Teknik Pengumpulan Data ………………………………. 34 3. 3. 1 Data Primer …….………………………………... 34 3. 3. 2 Data Sekunder………………… ………………. 35 3. 4 Defenisi Konsep ……..………………………………… 35 3. 5 Fokus Penelitian ……..………………………………… 35 3. 5. 1 Konsep Perencanaan ...…………………………… 36 3. 5. 2 Konsep Pengorganisasian .……………………… 36 3. 5. 3 Konsep Pelaksanaan ….………………………… 36 3. 5. 4 Konsep Pengawasan .…………………………… 37 3. 6 Key Informan …………………………… 38 3. 7 Analisis Data …….…………………………………… 40 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran Umum MetroTV .……………………………… 42 4. 1. 1 Visi MetroTV …………………… 43 4. 1. 2 Misi MetroTV ......................................... 43 4. 1. 3 Keunggulan MetroTV . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 44 4. 1. 4 Konsep Program MetroTV . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 45 vii 4. 2 4. 3 BAB V 4. 1. 5 Target MetroTV . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 45 Hasil Penelitian ………..…………………………… 46 4. 2. 1 Perencanaan(Planning) .………………………… 49 4. 2. 2 Pengorganisasian (Organizing) …………….......... 53 4. 2. 3 Pelaksanaan (Actuating)……..…………………… 57 4. 2. 4 Pengawasan (Controlling) ……………………… 62 Pembahasan 65 …………………………………………… KESIMPULAN DAN SARAN 5. 1 Kesimpulan …………………………………………… 71 5. 2 Saran ………………………………………………… 73 5. 2. 1 Saran Akademik ………………………………… 73 5. 2. 2 Saran Praktis……………………………………… 73 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DATA DIRI viii 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari karena komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan manusia mulai dari kehidupan pribadi, pekerjaan, organisasi, kelompok, budaya, politik, ekonomi dan lain sebagainya. Menurut Harold laswell dalam Salah satu hasil penelitiannya dikenal sebagai formula Lasswell komunikasi adalah Who (says) What (to) whom (in)What Channel (with) What effect Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa” “mengatakan “apa” “dengan saluran apa”,“kepada siapa” , dan “dengan akibat apa” atau “hasil apa”.1 Salah satu jenis komunikasi yang kita ketahui adalah komunikasi massa. Menurut Defleur dan Dennis McQuail (1985) Komunikasi massa adalah suatu proses dalam mana komunikator- komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas, dan secara terus menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak-khalayak yang besar dan berbeda-beda dengan melelui berbagai cara.2 Televisi merupakan sarana yang efektif dalam menjangkau khalayak, televisi sangat berperan penting dalam proses komunikasi massa karena televisi merupakan media yang paling pas dalam menyampaikan pesan yang ingin 1 Arifin Anwar, Ilmu Komunikasi, Sebuah Pengantar Ringkas, Rajawali Press, Jakarta 1988 Sendjaja, Sasa Djuarsa, Pengantar Ilmu komunikasi, Cetakan Kedelapan, Jakarta Pusat penerbitan Universitas Terbuka, 2003 2 2 disampaikan. Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya industri pertelevisian di Indonesia sejak era reformasi bergulir tahun 1998, maka informasi menjadi sangat mahal dan berharganya bagi masyarakat. Sebagai teknologi modern wajar bila media televisi menjadi media massa yang efektif menjangkau khalayak dalam waktu yang relatif singkat dan dapat merebut hati pemirsanya, bahkan dewasa ini televisi sudah menjdi kebutuhan yang wajib bagi setiap keluarga. Berbagai stasiun televisi berlomba menyajikan tayangan – tayangan yang berkualitas untuk menjangkau perhatian masyarakat, mulai dari acara berita, musik, variety show, film / drama, feature dan dokumenter, dan lain sebagainya. Dalam hal ini penulis mencoba mengamati program berita di televisi, dimana program berita yang bersisi informasi aktual, faktual dan menjadi primadona di setiap stasiun televisi, hampir semua televisi mempunyai program berita, bahkan ada televisi yang 24 jam terus menyiarkan berita baik secara live ataupun tidak misalnya Metro TV. Program berita adalah program televisi yang berisi informasi, fakta, realita, sesuatu yang mempunyai nilai penting dan menarik untuk diketahui masyarakat.3 Karena program berita merupakan segmen program yang wajib ada di setiap stasiun televisi, sumber daya yang besar dicurahkan untuk program berita, berita selalu mengikuti perkembangan teknologi baru karena bisa mengakses suara dan gambar dari segala penjuru dunia, dan hal ini menjadi perhatian yang kritis sebab bisa menghadirkan pandangan khusus tentang dunia yang dijual kehadapan pemirsa televisi. 3 Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi, Pinus Book Publisher, Juli 2007, hal 132. 3 Menurut McQuail “ berita bukan sekedar fakta tetapi bentuk khusus pengetahuan yang tidak lepas dari penggabungan informasi, mitos, fable, dan moralitas”4 Berita adalah informasi aktual tentang fakta-fakta dan opini yang menarik perhatian orang 5 Kegiatan menghimpun, mencari dan menulis berita tidak lepas dari kegiatan jurnalistik sebagai ilmu dasar yang merupakan cikal bakal lahirnya program berita di televisi. Dalam setiap liputannya reporter berita televisi tidak dapat mengelak dari segala peristiwa yang terjadi di masyarakat, baik kejadian susah, senang, indah, buruk, pahit, manis pasti akan dialami oleh reporter di lapangan. Reporter berita televisi tidak dapat mengelak dari peristiwa, karena peristiwa itulah yang diliput reporter, termasuk di dalamnya adalah peristiwa traumatik, yakni peristiwa yang dapat menimbulkan gangguan psikologis. Gangguan psikologis bisa menimpa jurnalis, pemirsa dan korban yang diliput. Gangguan psikologis terjadi karena besarnya peristiwa yang terjadi, misalnya karena ledakan bom begitu kuat, banjir bandang begitu dahsyat, dan sebagainya. Gangguan psikologis juga bisa terjadi atau bertambah karena cara-cara melakukan peliputan yang tidak tepat sehingga menambah sakit bagi korban. Cara-cara tidak tepat inilah yng harus dihindari agar peliputan berita dan penayangan berita tidak menambah sakit bgi korban maupun pemirsa. Bahkan jurnalis yang trauma terhadap peristiwa traumatik, dapat berhubungan dengan psikolog untuk menyembuhkannya. 4 Graeme Burton, Membincangkan Televisi,Ssebuah Pengantar pada StudiTtelevisi, Jalasutra Maret 2007, hal 198 Mc Quail “ Berita” 5 Hikmat Kusumaningrat, Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik,Tteori dan Praktik, RosdaKarya, 2006 4 Peristiwa traumatik merupakan peristiwa yang dapat menimbulkan gangguan psikologis, seperti trauma, perasaan takut dan gangguan fisik serta mental. Peristiwa ini dapat saja terjadi sesaat maupun berkelanjutan.6 Contoh-contoh peristiwa traumatik adalah bencana alam, ledakan bom, perang, perkosaan, kekerasan dalam rumah tangga, kecelakaan lalu lintas, pengungsian, dan sebagainya. Bad news is good news kalimat tersebut menunjukkan bahwa berita buruk adalah amunisi yang ampuh untuk menarik perhatian pemirsa, hal ini sudah pasti dianut oleh hampir semua media massa. Ketika pada 26 Desember tahun 2004 terjadi tsunami yang meluluhlantahkan Aceh dan beberapa negara lainnya, media massa berlomba-lomba menayangkan apapun yang terkait dengan musibah itu; bahkan kalau perlu, mengulang-ulang tayangan yang sama (misalnya seperti cuplikan video amatir yang terkenal itu) selama berminggu-minggu. Begitu juga yang terjadi di Amerika Serikat Tragedi 11 September 2001, ketika simbol kesejahteraan dan rasa aman dihantam secara sistematis oleh teroris, merupakan kejadian yang paling banyak diliput di seluruh dunia pada tahun itu, bahkan sejak saat itu perang melawan teroris menjadi agenda utama Presiden Amerika Serikat. Tragedi di Hotel JW Marriott Jakarta, Selasa 5 Agustus 2003 yang menelan korban begitu banyak sebagai akibat dari ledakan bom sangat memprihatinkan kita semua. Dengan jumlah korban kurang lebih 10 orang meninggal, 147 lukaluka dan 22 kendaraan hancur, mengingatkan peristiwa-peristiwa serupa yang terjadi di Tanah Air sebelumnya. Selain menimbulkan kerusakan parah, ledakan bom itu mengakibatkan trauma pada para korbannya 6 Panduan Bagi Jurnalis Dalam Meliput Peristiwa Traumatik, Yayasan Pulih, Edisi Kedua, 2005 5 Kemudian peristiwa jatuhnya pesawat Boing 737-400 milik maskapai penerbangan Adam Air yang menghilang di perairan Mamuju sulawesi barat pada 1 Januari 2007 yang terbang membawa hampir 102 penumpang dapat mengakibatkan traumatik yang mendalam bagi para keluarga korban yang ditinggalkan, bahkan sampai hari ini pun belum ada kepastian kemana dan dimana jasad para korban, meliput peristiwa ini dengan mewawancarai keluarga korban akan menyebabkan trauma yang mengingatkan kembali pada peristiwa tersebut. Berbagai kenangan yang dialami keluarga korban bersama korban akan sangat menimbulkan dampak psikologis yang yang cukup signifikan, ada yang baru menikah, ada yang belum menikah dan akan menikah, ada yang memiliki anak kecil atau bayi, ada yang lama tak bertemu dan lain sebagainya malang nasib mereka pesawat naas yang ditumpanginya menghilang entah kemana. Meliput peristiwa ini akan sangat sulit bagi seorang jurnalis atau reporter televisi untuk itu diperlukan strategi investigasi dalam peliputannya dan ini akan sangat dilematis. Contoh lain adalah peristiwa tragis yang menimpa komedian Taufik Savalas pada bulan Juli tahun 2007 lalu akibat kecelakaan mobil yang ditumpanginya dalam perjalanan menuju Purworejo Jawa Tengah, bagaimana salah satu stasiun televisi swasta memperlihatkan histerisnya istri korban pada saat mengetahui berita buruk yang menimpa suaminya tersebut dari salah satu rekan kerjanya, shock yang dialami istri taufik tersebut menunjukan kepada kita bahwa betapa tidak derita yang dialami keluarga taufik savalas tersebut malah dijual sebagai informasi, berita, tapi betapa tidak terfikir oleh kita kejadian yang menimpa taufik begitu tragis dan menimbulkan trauma yang mendalam bagi istri dan anak anaknya. 6 Peristiwa- peristiwa tersebut jika tidak tepat meliput dan menyiarkannya dapat membuat dampak buruk bagi korban, keluarga, bahkan bagi jurnalis sendiri. Misalnya seorang korban ledakan bom akan merasa ketakutan ketika mendengar ledakan. Ia masih trauma dengan ledakan bom yang meluluhlantakkkan gedung dan mengakibatkan puluhan orang tewas, termasuk dirinya yang menderita luka. Bahkan korban ini pun trauma ketika melihat tayangan ledakan bom diulang. Ia tidak dapat tidur ketika mengingat kasus yang dialaminya itu. Kemudian peristiwa traumatik lainnya adalah Pesawat Garuda berjenis Boeing 737-400 dengan nomor penerbangan GA-200 rute Jakarta-Yogyakarta terbakar di persawahan sekitar Bandar Udara Adisucipto Yogyakarta. Pesawat yang berangkat pukul 06.00 WIB pada hari rabu tanggal 07 Maret 2007 dari Bandar Udara Soekarno - Hatta Cengkareng itu terbakar habis dan sebagian penumpangnya terjebak di dalamnya. Yang menewaskan 21 orang termasuk 4 orang warga Negara Australia.7 Dinama kasus ini selanjutnya akan dijadikan objek penelitian penulis. Temuan Terbaru KNKT JOGJAKARTA Apa yang terjadi pada pilot saat pesawat Garuda GA200 terbakar di Bandara Adisucipto Rabu (7/03) akhirnya terungkap. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) berdasar informasi dan data di lapangan menyebutkan bahwa pilot M Marwoto Komar pingsan sesaat setelah pesawat Garuda mendarat (landing). Pilot tersebut baru sadar saat pramugari mengingatkan dia agar segera keluar dari 7 www.tempointeraktif.com, Pesawat Garuda Terbakar di Yogyakarta, 07 Maret 2007 7 pesawat yang mulai terbakar. "Kami mendapatkan keterangan bahwa pilot sempat tidak sadar dan diingatkan oleh pramugari agar segera keluar dari pesawat.8 Berbagai media baik cetak maupun elektronik menjadikan headline pemberitaan mengenai jatuhnya pesawat nahas yang jatuh di bandara Adisucipto Jogjakarta tersebut, berbagai kisah memilukan menyangkut korban penumpang dan kelurga korban baik yang meninggal dunia, luka berat, luka ringan maupun yang selamat, mereka dating dari berbagai latar belakang, tujuan, kepentingan dan pengalaman yang berbeda – beda. Berbagai spekulasi mengenai peristiwa tersebut bermunculan, mengakibatkan kondisi transportasi Indonesia sedang dalam kondisi menghawatirkan. Salah satu kisah saksi mata melaporkan saat mendarat pesawat tampak tidak terkendali dan meluncur hingga menabrak pagar kawat, sebelum akhirnya terbakar. Pesawat ini juga membawa sejumlah pejabat PP Muhammadiyah dan wartawan asing yang hendak meliput acara peresmian sekolah oleh Menteri Luar Negeri Australia Alexander Downer di Yogyakarta hari Rabu. Salah seorang diantaranya adalah Ketua Umum PP Muhamadiyah, Dien Syamsudin."Beberapa penumpang masih hendak mengambil tas tangan mereka. Namun saya berteriak ke mereka "keluar, keluar, Pesawat penuh dengan asap. Saya melompat dua meter dan jatuh di tengah sawah”9 Peristiwa jatuhnya pesawat garuda jurusan Jakarta Jogjakarta yang terbakar di bandara Adisucipto Jogjakarta menjadi sorotan berbagai media karena disaat itu kondisi transportasi baik darat laut dan udara banyak mengalami kecelakaan, kecelakaan pesawat ini bahkan menjadi kecelakaan yang memilukan kesekian 8 http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail&id=8297, Pilot Pingsan Saat Landing, 10 Maret 2007 9 www.bbc.co.uk , Boeing Garuda Hangus di Jogjakarta, 7 maret 2007 8 kalinya dimana sebelumnya juga terjadi pada maskapai penerbangan yang lain, para korban dan keluarga bertambah trauma terhadap kondisi penerbangan tanah air yang lagi – lagi mengalami musibah kecelakaan , efeknya masyarakat menjadi takut dan trauma yang mendalam bila diingatkan dengan peristiwa tersebut. Di luar dampak buruk pemberitaan peristiwa traumatis tersebut, ada juga dampak positifnya. Yakni memberikan berita dan informasi kepada keluarga mengenai apa yang terjadi, siapa saja yang menjadi korban, dan apabila diperlukan, keluarga mereka pun dapat mencari tahu dimana korban di rawat. Dampak positif lainnya adalah menggalang solidaritas kemanusiaan, mislanya dalam bentuk bantuan bagi pemulihan yang bersangkutan. Yang Menjadi pertanyaan Jika kita menghadapi kecelakaan tragis, apakah kita akan mengutamakan liputan, misalnya mengambil gambar, ataukah menolong korban? dalam posisi yang serba sulit, karena pada saat yang bersamaan kedua bidang itu secara kemanusiaan harus dilakukan. Mungkin sebagai jurnalis professional akan mengatakan menjalankan tugas jurnalistik lebih dahulu, sebab bukan petugas palang merah. Mungkin juga akan mengambil langkah menolong korban demi kemanusiaan, menyelamatkan nyawa, tokoh berita dapat dibuat belakangan, dan gambar pun dapat saja diambil sekadarnya. Jawaban yang tepat adalah ada pada naluri kemanusiaan kitalah yang menentukan, saat mana kita mendahulukan menolong korban, dan kapan kita harus membantu korban. Wartawan adalah sebuah profesi yang mulia dan dipayungi dengan kode etik dalam menjalankan tugas kewartawanannya, ada aturan yang mengikat dalam setiap gerak penanya, tidak asal menulis tidak asal menyiarkan berita, tidak asal 9 cepat memberitakan informasi, akan tetapi payung yang dipakai sudah jelas agar informasi yang disampaikan akurat dan berbobot dengan tidak mempertaruhkan kredibilitas wartawan maupun media penyiarannya itu sendiri sebagai lembaga penyiaran yang senantiasa memnyampaikan informasi kepada masyarakat. Payung-payung yang dipakai insan jurnalistik itu antara lain kode etik jurnalistik persatuan wartawan Indonesia, kode etik wartawan Indonesia, kode etik jurnalis televisi Indonesia, undang-undang pers, pedoman prilaku penyiaran dan standar program siaran( P3/SPS). Penelitian yang akan dilakukan penulis bertujuan ingin mengetahui dan menggali bagaimana proses produksi para jurnalis atau reporter berita televisi mencari, menghimpun peristiwa-peristiwa yang bersifat traumatik, bagaimana pendekatan psikologis terhadap korban, keluarga korban, pelaku, saksi-saksi mata, bahkan tidak mengesampingkan perasaan repoter sendiri menghadapi kejadian sebenarnya dilapangan, apa yang ditemui dilapangan, apa yang dilihat dilapangan, apa yang dirasa, bagaimana menyikapi situasi sulit dan dilematis antara menanggung beban dan tanggung jawab profesionalisme dan disisi lain adalah sebagai manusia biasa yang harus saling tolong-menolong dalam situasi yang serba sulit. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti bagaimana startegi produksi tayangan berita traumatik untuk televisi. I.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis mengangkat sebuah rumusan permasalahan yaitu “ Bagaimana Strategi Produksi Tayangan Berita 10 Traumatik Di MetroTV Studi Kasus Jatuhnya Pesawat Garuda pada tanggal 7 Maret 2007 Di Bandara Adisucipto Jogjakarta ?” I.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian yang dilakukan penulis adalah untuk mengetahui strategi produksi untuk tayangan berita traumatik di MetroTV Studi kasus jatuhnya pesawat garuda di Jogjakarta pada tanggal 7 Maret 2007 adalah sebagai berikut: I.4. Signifikansi/Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Akademis Penelitian ini diharapkan dapat menambah kontribusi bagi ilmu komunikasi khususnya kajian bidang studi Broadcasting, dalam penerapan teori studi kasus media khususnya yang berkaitan dengan strategi redaksi dalam memproduksi berita televisi untuk pengelolaan media penyiaran. 1.4.2 Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis khususnya bagi stasiun televisi dan tim produksi berita adalah: 1. Menjadi bahan evaluasi sudah sesuai aturan atau belum tayangan yang di produksi berkaitan dengan kaidah kode etik jurnalistik dan P3/SPS. 2. Menjadikan revisi untuk produksi ke depan agar bisa memberikan informasi yang lebih baik lagi sesuai kasus yang dihadapi. 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Menurut Harold Laswell dalam Salah satu hasil penelitiannya dikenal sebagai formula Lasswell komunikasi adalah Who (says) What (to) whom (in)What Channel (with) What effect Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa” “mengatakan “apa” apa”,“kepada siapa” , dan “dengan akibat apa” “dengan saluran atau “hasil apa”.10 Definisi Lasswell ini juga menunjukkan bahwa komunikasi itu adalah suatu upaya yang disengaja serta mempunyai tujuan. Menurut Jalaludin Rahmat dalam bukunya Psikologi komunikasi menyebutkan bahwa komunikasi merupakan kebutuhan dasar bagi manusia. Tindakan komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan manusia, mulai dari kegiatan yang bersifat individual, diantara dua orang atau lebih, kelompok, keluarga, organisasi, dalam konteks publik secara lokal, nasional, regional dan global atau melalui media massa. Tindakan komunikasi dapat dilakukan secara verbal, non verbal, langsung dan tidak langsung. Komunikasi ada dimana-mana, kegiatan kita sehari-hari tidak bisa dilepaskan dari komunikasi. Komunikasi telah menyentuh segala aspek kehidupan kita, dari kita bangun pagi sampai tidur kembali11 10 Arifin Anwar, Ilmu Komunikasi, Sebuah Pengantar Ringkas, Rajawali Press, Jakarta 1988 Rakhmat, Jalaluddin , Psikologi Komunikasi , PT. Remaja Rosda Karya, 2005 11 12 Definisi dan istilah komunikasi begitu banyak jumlah dan ragamnya, namun inti pokoknya pada setiap rumusan selalu terdapat beberapa butir aturan, yaitu: 1. Bahwa komunikasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian, kegiatan ataupun usaha, penyampaian sesuatu informasi, atau pesan, yang maksudnya dapat bermacam-macam, oleh suatu pihak kepada pihak lain. 2. Bahwa komunikasi adalah sesuatu yang menghubungkan antara suatu pihak dengan pihak yang lain. 3. Bahwa komunikasi dapat berlangsung dalam bentuk atau wujud yang berbedabeda, yang ditentukan terutama oleh: a) Pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi itu; b) Cara yang ditempuh; c) Keperluan atau tujuan yang hendak dipenuhi; d) Ruang lingkup yang melakukannya; e) Saluran yang digunakannya; f) Isi pesan yang hendak disampaikan12 Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa informasi atau pesan adalah maksud dari terjadinya suatu komunikasi. Pesan akan menjadi bermakna apabila disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Pada awalnya saat pesan itu hanya dimiliki oleh komunikator pesan hanya memiliki satu persepsi, namun ketika pesan tersebut telah melalui suatu media maka persepsi dari pesan tersebut akan berkembang luas dan melahirkan persepsi lainya dengan konteks yang beragam 12 Zulkarimein Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, , Universitas Terbuka, 2001 13 2.2 Komunikasi Massa 2.2.1 Pengertian Komunikasi Massa Salah satu jenis komunikasi yang kita ketahui adalah komunikasi massa. Menurut Defleur dan Dennis McQuail (1985) Komunikasi massa adalah suatu proses dalam mana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas, dan secara terus menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak-khalayak yang besar dan berbeda-beda dengan melelui berbagai cara13 2.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa Media massa mempunyai peran penting dalam komunikasi massa seperti yang dikemukakan denis McQuail : 1. Media massa merupakan sumber kekuatan/alat control, manajemen, dan inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber daya lainnya. 2. Media massa merupakan lokasi atau forum yang semakin berperan untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat baik yang bertaraf nasional maupun internasional 3. Media telah mejadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk memperoleh gambaran dan citra realitas social tetapi juga bagi masyarakat dan 13 Sendjaja, Sasa Djuarsa, Pengantar Ilmu Komunikasi, Cetakan Kedelapan, Jakarta Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2003 14 kelompok secara kolektif, media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian normative yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.14 2.2.3 Tujuan Media Massa Lebih lanjut Denis McQuail mengatakan tujuan dari media dalam masyarakat adalah sebagai berikut: 1. Informasi - Menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat dunia. 2. Korelasi - Menjelaskan , menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan informasi. - Melakukan sosialisasi. - Menentukan urutan prioritas dan memberikan status relatif. 3. Kesinambungan - Mengekspresikan budaya dominant dan mengakui keberadaan kebudayaan yang khusus serta perkembangan budaya baru. - Meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai. 4. Hiburan - Menghadirkan hiburan, penalihan perhatian dan sarana relaksasi. - Meredakan ketegangan sosial. 5. Mobilisasi - mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, perang, pembangunan ekonomi, pekerjaan dan bidang agama.15 14 15 Denis McQuail, Teori Komunikasi massa suatu pengantar, Erlangga, 1996 hal 3 Ibid, hal 70 15 2.3 Televisi Sebagai Saluran Media Massa 2.3.1 Pengertian Televisi Televisi merupakan saluran yang paling dikenal dalam komunikasi massa karena televisi merupakan saluran / media yang paling populer dalam media massa, sebelum kita membahas peranan televisi terlebih dahulu kita pahami apa itu televisi?, Pada tahun 1883-1884, Paul Nipkow menemukan electrisce telescope yang berfungsi untuk mengirimkan gambar melalui udara dari satu tempat ke tempat lain16 Menurut Martin Jacques yang dikutip oleh Andrew Boyd,” Television is rampaging medium, dominating the life and rythms of society, forcing all other media on defensife, Televisi adalah media yang mempengauhi dan mendominasi kehidupan dan perubahan dalam masyarakat, merupakan kekuatan bagi media lain dalam pertahanannya.17 2.3.2 Fungsi Televisi Televisi yang merukana salah satu media elektronik yang mempunyai fungsi dan peran sama dengan media massa, atau dalam dunia jurnalistik dikenal sebagai Pers, memiliki berbagai macam fungsi, yaitu: 1. Menyiarkan informasi (to inform), entah informasi tentang peristiwa yang terjadi, gagasan, atau pikiran orang. Orang membaca surat kabar terutama karena ingin mencari informasi. 16 Morrisan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, 2005, Rambina Prakasa, Tangerang, hal 5 Boyd , Andrew, Broadcast Journalism Techniques of Radio and Television News, Focal Press, O ford, 2001, hal 283 17 16 2. Mendidik (to educate). Lewat pemberitaannya, pers mencoba memberi pencerahan, mencerdaskan, dan meluaskan wawasan khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsanya. Dalam konteks politik, pers memberikan pendidikan politik kepada masyarakat, menyadarkan mereka akan hak dan kewajibannya sebagai warga. 3. Menghibur (to entertain). Hal-hal yang bersifat menghibur sering kita temukan di media massa seperti: berita seputar selebritis, teka-teki silang, cerita bersambung, dan lain-lain sebagai selingan dari berita-berita berat yang lain. 4. Mempengaruhi (to influence). Media yang independen dan bebas dapat mempengaruhi dan melakukan fungsi kontrol sosial (social control). Yang dikontrol bukan cuma penguasa, pemerintah, parlemen, institusi pengadilan, militer, tetapi juga berbagai hal di dalam masyarakat itu sendiri. Merujuk pada peran media massa itu sendiri, yaitu menghibur (to entertain), mendidik (to educate) dan memberitahu (to inform), mempengaruhi (to influence)18, televisi dituntut untuk memproduksi dan menayangkan beragam jenis tayangan yang ditujukan untuk memenuhi ketiga peran tersebut. Secara garis besar program televisi terdiri antara lain : Berita, Infotainment, Sinetron, Variety show, Reality show, Talk show, dll. 2. 4 Program Berita 2.4.1 Pengertian Dasar Berita 18 Mencari Media Yang Bebas dan Bertanggung Jawab, ISAI, 2006 17 Berita adalah salah satu produk dari media massa baik cetak maupun elektronik. Berbagai stasiun TV mengedepankan program berita andalan masingmasing bahkan ada stasiun TV yang hadir 24 jam sehari menyeiarkan berita. Sebelum melangkah lebih lanjut terlebih dahulu mari kita pahami definisi berita itu sendiri. Para ahli mendefinisikan berita beragam tergantung dari cara pandang dan pengalaman mencari dan berkecimpung dalam dunia pers, salah satunya menurut The New Grolier Webster International dictionary menyebutkan bahwa: 1. Current informations about something that has taken place, or about something not known before ( informasi hangat tentang sesuatu yang telah terjadi atau sesuatu yang belum diketahui sebelumnya) 2. News is information as presented by a news media such as papers, radio, or television ( berita adalah informasi seperti yang disajikan oleh media seperti surat kabar, radio atau , televisi) 3. News is anything or anyone regarded by a news media as a subjectworthy of treatment (Berita adalah sesuatu atau seseorang yang dipandang oleh media merupakan subjek yang layak untuk diberitakan)19 Definisi berita lain dikemukakan oleh Edward Jay Friedlander dkk, news is what you should know that you don’t know. News is what happened recently that is important to you in your daily life. News is what fascinates you, what exites you enough to say to a friend, “ hey did you hear about…..? news is what local,national, and international shakers and movers are doing to affect your life. Nes is unexpected evet that, fortunately or unfortunately, did happened. ( berita 19 Hikmat Kusumaningrat, Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik, Teori dan Praktik, Rosda Karya, 2006 hal 39 18 adalah apapun yang harus anda ketahui dan yang tidak anda ketahui. Berita adalah apa yang terjadi belakangan ini yang penting bagi anda dalam kehidupan seharihari. Berita adalah apa yang menarik bagi anda, apa yang cukup menggairahkan bagi anda untuk mengatakan kepada seorang teman, “hey apakah kamu sudah dengar….?”. berita adalah apa yang dilakukan oleh pengguncang dan penggerak tingkat local,nasional dan internasional untuk mempengaruhi kehidupan anda. Berita adalah kejadian yang tidak disangka-sangka yang untungnya atau sayangnya telah terjadi.)20 2. 5 Nilai Jurnalistik Berita Televisi 2.5.1 Pengertian Jurnaslistik Secara harfiyah, jurnalistik berarti kewartawanan atau hal-ihwal pemberitaan. Jurnalistik berasal dari kata jurnal (journal) yang berarti hari (day) atau catatan harian (diary). Kapan jurnalistik lahir dan berkembang ? Dalam bukunya yang berjudul The Elements Of Jurnal, Bill Kovach dan Tom Rosentstiel mencatat bahwa pada akhir Abad pertengahan, Berita datang dalam bentuk lagu dan cerita, dalam balada-balada yang disenandungkan para pengamen keliling21 Asal muasal istilah jurnalistik sendiri berasal dari bahasa Yunani kuno, du jour yang berarti hari, yakni kejadian hari ini yang diberitakan dalam lembaran tercetak, merujuk pada asal mula munculnya media massa yang disebut Acta Diurna pada zaman Romawi kuno pada 59 SM di bawah pemerintahan Raja 20 21 Ibid, hal 39 Zaenuddin, The Journalist, Prestasi Pustaka, 2007 hal 2 19 Julius Cesar. Surat edaran ini terbit setiap hari yang menyajikan peristiwaperistiwa sosial dan politik22 Bahasan lebih lanjut mengenai penulisan berita yang akan disiarkan tentunya harus mengandung unsur berita, 5W+1H, What, Who, Where, When, Why and How. Berita televisi adalah berita gambar jadi selain mengacu pada 5W+1H harus memperhatikan gambar. 2.5.2 Ciri Nilai Berita Beberapa nilai berita akan menjadi acuan dalam proses jurnalistik. Jika unsur berita sudah dilengkapi maka yang perlu diperhatikan adalah nilai beritanya. Secara umum, kejadian yang dianggap punya nilai berita atau layak disiarkan adalah yang mengandung satu atau beberapa unsur yang disebutkan sebagai berikut: 1. Significance (penting) yaitu kejadian yang berkemungkinan mempengaruhi kehidupan orang banyak atau kejadian yang memiliki akibat terhadap kehidupan pembaca atau pemirsanya. 2. Magnitude (besar) yaitu kejadian yang menyangkut angka-angka yang berarti bagi kehidupan orang banyak, atau kejadian yang berakibat jika dijumlahkan akan menarik perhatian pemirsa maupun pembaca. 3. Timeliness (waktu) yaitu kejadian yang menyangkut hal-hal baru terjadi atau baru diketemukan. 4. Proximity (dekat) yaitu kejadian yang dekat dengan pembaca, kedekatan ini bisa bersifat geografis maupun emosional. 22 Zaenuddin, The Journalist, Prestasi Pustaka, 2007 hal 3 20 5. Prominence (tenar) yaitu kejadian yang menyangkut hal-hal terkenal atau sangat dikenal oleh pemirsa maupun pembaca. 6. Human Interest (manusiawi) yaitu kejadian yang memberikan sentuhan perasaan bagi pembaca, kejadian yang menyangkut orang biasa dalam situasi luar biasa atau orang besar dalam situasi biasa. 2.5.3 Kualitas Berita Selain nilai berita, menurut Charnley (1965) terdapat qualities of news atau suatu berita dapat dikatakan berkualitas juga layak siar apabila memenuhi hal-hal sebagai berikut: 1. Accurate, all information is verified before is used. Sebelum disebarluaskan, cek terlebih dahulu ketepatannya. 2. Properly attributed, the reporter identifies his or her source of information. Saksi atau narasumber mempunyai kapabilitas untuk beri kesaksian atau informasi tentang hal yang diberitakan. 3. Balanced and fair, all sides in a controversy are given. Semua narasumber harus digali informasinya secara berimbang. 4. Objective, the news writer does not inject his or her feeling or opinion. Penulis berita harus objektif sesuai dengan informasi yang didapat dari realitas fakta. 5. Brief and focused, the news story gets to the point quickly. Materi berita disusun secara ringkas, padat dan langsung sehingga mudah dipahami. 6. Well written, stories are clear, direct and interesting. 21 Kisah beritanya jelas, langsung dan menarik23 2.5.4 Unsur –unsur Berita Televisi Menurut sudirman Tebba dalam bukunya Jurnalistik baru bahwa berita televisi terdiri dari unsur: 1. gambar 2. Suara 3. Naskah24 Gambar menempati urutan yang pertama karena pada dasarnya berita televisi adalah berita gambar suara dan naskah adalah penguat berita, hal itu yang membedakan berita televise dengan media lain seperti surat kabar dan radio. 2. 6 Etika Jurnalistik Kode etik jurnalistik merupakan landasan moral wartawan dalam menjalankan profesinya, Kode etik bersifat personal dan otonom. Artinya kode etik jurnalistik dibuat dari, oleh dan untuk wartawan yang tergabung dalm organisasi, kemudian berikrar untuk melaksanakannya. Dalam peliputan, setiap jurnalis memiliki kode etik yang harus dipegang teguh olehnya maupun instansi terkait dalam dunia jurnalistik, yakni Kode Etik Jurnalistik. Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan. Di Indonesia terdapat kode etik jurnalistik yang harus dipegang teguh oleh para jurnalis maupun perseorangan yang terkait di dunia penyiaran. Hal ini tercantum pula pada UU 23 24 Askurifal Baksin, Jurnalistik TV Teori & Praktek, 2006, Simbiosa Rekatama Media, Bandung Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, Litbang Pemberitaan Anteve, 2007 22 Pers No.40 tahun 1999 pasal 7, ayat 1 dan 2 yakni (1) Wartawan bebas memilih organisasi wartawan; (2) Wartawan memiliki dan menaati Kode Etik Jurnalistik. Kode Etik yang dipakai dalam penelitian ini adalah Kode Etik Jurnalistik yang telah disahkan pada tanggal 14 Maret 2006 dan dijadikan sebagai pedoman oleh 29 organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers Indonesia25 Kode Etik Jurnalistik tersebut memiliki 11 pasal yang menyangkut etika dalam pemberitaan. Maka dengan sendirinya kalau terjadi pelanggaran, pihak yang memutuskan dan yang menetapkan sanksi atas pelanggaran itu adalah organisasi seperti ditegaskan dalam Pasal 17 KEJ-PWI yakni: “ Wartawan Indonesia mengakui bahwa pengawasan dan penetapan sanksi atas pelanggaran Kode Etik Jurnalistik ini adalah sepenuhnya hak organisasi dari PWI dan dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan PWI. Tidak satu pihakpun diluar PWI yang dapat mengambil tindakan terhadap wartawan Indonesia dan atau medianya berdasar pasal-pasal dalam Kode Etik Jurnalistik ini”26 Secara umum prinsip kode etik jurnalistik mengandung beberapa hal sebagai berikut: 1. Kebenaran (truthfulness) informasi. 2. Kejelasan (clarity) informasi. 3. Pembelaan atas hak publik. 4. Responsibilitas dalam membentuk opinion public. 5. Standard pengumpulan dan penyiaran informasi. 6. Respek pada integritas sumber27 25 Zaenuddin, The Journalist, Prestasi Pustaka, 2007, hal 50 Ibid, hal 52 27 Morrisan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, 2005, Rambina Prakasa, Tangerang 26 23 Komisi Penyiaran Indonesia adalah lembaga yang mempunyai kewenangan dalam menentukan standar program siaran yang dituangkan dalam KKPI No 002 tahun 2007 tentang Pedoman Prilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran, pasal 54 menyebutkan tentang privasi mereka yang tertimpa musibah: Dalam meliput dan/atau menyiarkan program yang melibatkan pihak-pihak yang terkena musibah, lembaga penyiaran harus mengikuti ketentuan sebagai berikut: a. Lembaga Penyiaran yang melakukan Peliputan musibah atau bencana harus mempertimbangkan dampak peliputan bagi proses pemulihan korban dan keluarganya. b. Lembaga penyiaran tidak boleh menambah penderitaan ataupun trauma orang dan/atau keluarga yang terkena musibah,bencana alam,kecelakaan, kejahatan terorisme, dan atau orang yang sedang berduka, dengan cara memaksa, menekan, mengintimidasi korban dan/atau keluarganya untuk diwawancarai dan/atau diambil gambarnya. c. Lembaga penyiaran diizinkan untuk menyajikan gambar korban dan /atau orang yang dalam kondisi menderita hanya dalam konteks yang mendukung tayangan. d. Lembaga penyiaran tidak boleh menyajikan tayangan wawancara dengan korban kejahatan seksual mengenai proses tindak asusila tersebut secara terperinci. e. Lembaga penyiaran dilarang memparodikan bencana alam dan kesengsaraan orang.28 28 PKPI No 02 Tahun 2007 Tentang Pedoman Prilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran, Pasal 54 24 Selanjutnya dalam Pasal 30 menyebutkan bahwa: Lembaga penyiaran harus memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan untuk memperlihatkan realitas dan pertimbangan tentang efek negatif yang dapat ditimbulkan. Karena itu, penyiaran adegan kekerasan, kecelakaan dan bencana dalam program faktual harus mengikuti ketentuan sebagai berikut: a. Adegan kekerasan tidak boleh disajikan secara eksplisit, berlebihan dan vulgar: b. Gambar luka-luka yang diderita korban kekerasan, kecelakaan dan bencana tidak boleh disorot secara dari dekat (close-up, big-close up, medium close up, ekstrim close up). c. Gambar penggunaan senjata tajam dan senjata api tidak boleh disorot dri dekat (close-up, big-close up, medium close up, ekstrim close up). d. Gambar korban kekerasan tingkat berat, serta potongan organ tubuh korban dan genangan darah yang diakibatkan tindak kekerasan, kecelakaan dan bencana harus disamarkan. e. Durasi dan frekuensi penyorotan korban yang eksplisit harus dibatasi f. Dalam siaran Radio, penggambaran kondisi korban kekarasan dan kecelakaan tidak boleh disiarkan secara rinci. g. Saat-saat kematian tidak boleh di siarkan h. Adegan eksekusi hukuman mati tidak boleh disiarkan i. Demi memberi informasi yang lengkap pada publik, lembaga penyiaran dapat menyajikan rekaman aksi kekerasan perorangan maupun kolektif secara eksplisit. Namun rekaman tersebut tidak dapat disiarkan di luar pukul 25 22:00-03;00 dan tidak boleh menimbulkan rasa ngeri trauma bagi khalayak.29 2. 7 Strategi Produksi Berita Traumatik 2.7.1 Pengertian Strategi Strategi adalah merupakan sebuah cara atau proses yang digunakan organisasi untuk mencapai misinya.30. 2.7.2 Pengertian Produksi Produksi adalah suatu kegiatan yang menghasilkan output dalam bentuk barang maupun jasa31. Siaran Karya jurnalistik adalah siaran yang diproduksi melalui pendekatan jurnalistik, yaitu proses produksi mengutamakan segi kecepatan, termasuk dalam penyajian terhadap khalayak. Siaran karya jurnalistik antara lain: 1. Berita aktual (news bulletin) yang bersifat timeconcern 2. Berita non-aktual (news magazine) yang bersifat timeless32 Dalam proses produksi berita televisi yang dibutuhkan adalah kecepatan khususnya mata acara yang bersifat timeconcern, berupa berita aktual (news bulletin) yang mempunyai daya tarik terletak pada nilai berita yang penting dan menarik. Sehingga program atau berita yang ditayangkan tidak sia-sia tetapi dapat 29 30 Ibid, Pasal 30 Oliver, Sandra, Strategi Public Relations, Erlangga, Jakarta, 2007 hal 2-3 31 http://organisasi.org/pengertian_jenis_macam_kegiatan_ekonomi_arti_definisi_ produksi_distribusi_dan_konsumsi_ilmu_pendidikan_ekonomi_dasar 32 Model-Model Komunikasi Massa, Univ. Primas, Jakarta. 1985 26 dinikmati oleh khalayak untuk menambah pengetahuan sebab merekalah yang menjadi sasaran informasi atau target audience. Tahapan proses produksi televisi siaran, dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu: 1. Tahap pra produksi 2. Tahap produksi 3. Tahap pasca produksi33 Dari pengertian - pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa srategi produksi adalah suatu rencana lengkap dan terintegrasi untuk menghasilkan sesuatu agar dapat mencapai hasil yang terbaik untuk mencapai misi yang telah ditetapkan. Strategi produksi suatu tayangan berita yang beisi informasi aktual memiliki peranan yang sangat penting dan merupakan kunci keberhasilan dari tayangan tersebut oleh karena itu diperlukan perencanaan dan strategi yang matang agar dapat mencapai hasil yang maksimal. 2.7.3 Peristiwa Traumatik Kata traumatik pada awalnya digunakan dalam istilah kedokteran untuk menyebutkan istilah cedera atau luka yang terjadi pada jaringan hidup seperti otot dan tulang, dalam dunia psikolgi kata trauma berarti kondisi stress psikologis yang merupakan pengaruh dari peristiwa dahsyat dan luar biasa yang dialami orang. 34 Ciri-ciri peristiwa traumatik adalah: 1. Terjadi secara tiba-tiba 33 J.B. Wahyudi, Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1994, hlm. 39-42 34 Yayasan pulih, panduan bagi jurnalis dalam meliput peristiwa traumatik, yayasan pulih edisi kedua, 2005 hal 5 27 2. Mengerikan atau menimbulkan perasaan takut yang amat sangat 3. Mengancam keutuhan fisik dan mental emosional 4. Dapat menimbulkan dampak fisik, fikiran, perasaan dan perilaku yang amat membekas bagi mereka yang mengalami maupun yang menyaksikan35 Peliputan dan penulisan dengan persfektif human interest mengenai dampak negatif peristiwa traumatik terhadap korban dan keluarganya seperti anak-anak yang kehilangan orangtuanya, suami kehilangan istrinya, orang tua kehilangan anak kesayangannya dan lain sebagainya. Untuk itu perlu penyampaian informasi mengenai peristiwa traumatik tersebut baik tayangan secara real maupun dalam penulisan agar mampu memberikan informasi yang akurat dan sangat dibutuhkan bagi yang megalami peristiwa tersebut. Dampak negatif peliputan dan pemberitaan media massa bagi korban, keluarganya dan jurnalis: 1. Salah sebut atau salah kutip dapat menimbulkan kecemasan berlebih dan kecurigaan 2. Meminta korban berulang-ulang menceritakan peristiwa traumatic yang dialaminya mengakibatkan dirinya kembali terluka 3. Penayangan gambar peristiwa traumatic secara berulang-ulang di media massa membuat korban dan keluarga kembali mengingat kejadian pahit tersebut sehingga menghambat proses pemulihan batinnya 35 Ibid, hal 6 28 4. Jurnalis yang berusaha mewawancarai tanpa mengenal tempat dan waktu makin menyulitkan korban dan keluarga ditengah kondisi yang serba sulit tersebut 5. Pemberitaan mengenai sumbangan yang diterima korban dan keluarganya bila tidak dlakukan secara proporsional dapat menyebabkan mereka jadi sasaran pergunjingan dan teror 6. Bagi jurnalis dapat mengalami trauma sekunder setelah menyaksikan peristiwa mengerikan yang harus diliputnya atau selah berada dalam wilayah konflik dalam waktu lama 7. Tidak jarang jurnalis mengalami perubahan prilaku dari yang biasanya ditampilkan 8. Jurnalis juga dapat menjadi sasaran teror pihak-pihak yang tidak puas atau tidak setuju dengan apa yang diberitakannya di media massa36 Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam peliputan khususnya media televisi menyangkut berita traumatik antara lain: 1. Mengutamakan keselamatan. Keinginan mengejar berita ekslusif sekalipun sebaiknya tetap tidak sampai melupakan faktor keselamatan. 2. Perhatian dan peka terhadap kondisi psikologis sumber berita, situasi akan menentukan cara wartawan menghadapi narasumber. 3. Menghargai sikap korban karena tidak semua korban bisa dan mau berhadapan dengan wartawan 36 Yayasan pulih, panduan bagi jurnalis dalam meliput peristiwa traumatik, yayasan pulih edisi kedua, 2005 hal 11,14 29 4. Memperkenalkan diri dengan jelas dengan menyebutkan identitas diri sebelum mulai mewawancarai. 5. Memberikan pengertian kepada korban, untuk kasus tertentu wartawan berhak merahasiakan narasumber dari pihak manapun. 6. Memulai dengan ungkapan yang simpatik. 7. Tidak memulai dengan pertanyaan sulit karena setela terjadi suatu kejadian hebat korban tentu saja masih trauma. 8. Menghindari pertanyaan mencecar. 9. Banyak mendengarkan bukan berbicara 10. berhati-hati menyela pembicaraan karena bisa jadi jawaban yang diberikan keluar dari konteks atau melantur kemana-mana. 11. Mengetahui saat memulai dan saat berhenti. 12. menyampaikan terimakasih kepada narasumber yang telah diwawancarai. 13. Memanfaatkan sumber alternatif.37 Seringkali dalam menyiarkan gambar maupun foto memiliki implikasi yang sama besarnya dengan kata-kata. Jurnalis dapat menyampaikan pesan melalui rekaman gambar di televisi, sebaiknya perlu diingat juga bahwa gambar tersebut bisa membekas dalam ingatan pemirsa dalam kurun waktu yang lama yang bisa berakibat baik maupun buruk, oleh karena itu ada beberapa kiat dalam menampilkan gambar yang baik: 1. Tanyakan dengan hati-hati, apakah korban mengalami trauma dengan sorotan lampu atau suara blitz kamera 2. 37 Hati-hati dengan menyalakan pemantik rokok Ibid, hal 27-30 30 3. Perhitungkan dengan seksama apakah kobran masih trauma saat melihat kamera televisi atau kamera foto dengan ukuran besar, sebaiknya disipakan kamera cadangan yang lebih kecil 4. Tayangkan gambar-gambar yang mencerminkan esensi berita, terkadang suatu gambar bisa bermakna ganda 5. Tayangkan gambar-gambar yang mempunyai relasi kuat dengan naskah berita. 6. Periksalah ketepatan Caption gambar ada baiknya melakukan konfirmasi silang dengan reporter yang sama-sama meliput. 7. Jangan mengulang-ulang tayangan gambar selain membosankan juga dapat memunculkan cap stereotipikal 8. Hati-hati ketika mengedit gambar jangan sampai menghilangkan nilai jurnalistiknya. Pilih gambar yang tidak menampilkan korban kekerasan secara vulgar.38 9. Selain itu ada juga kiat menghadapi narasumber yang harus diperhatikan wartawan adalah sebagai berikut: 1. Memperkenalkan diri dengan jelas dan sopan, hindari kesan angkuh dan tidak sopan. 2. Berpakaianlah dengan rapi dan sopan atau setidaknya tidak menimbulkan persepsi negatif. 38 Ibid, hal 33-34 31 3. Hindari ”Jurnalisme keroyokan” dalam melakukan wawancara, narasumber yang sedang trauma bisa merasa jadi pesakitan dengan perlakuan kurang simpatik. 4. Jika narasumber masih trauma dan menolak diwawancarai, bersikaplah arif. 5. Bila mana diperlukan ajaklah dokter atau ahli medis untuk menemani wawancara dengan begitu narasumber akan merasa tenang dan nyaman. 6. Hati-hati menggunakan kata-kata ” korban”, ”tragedi”, ”cobaan”, atau ”ujian hidup”, intinya pilihlah kata-kata yang menenangkan.39 TP TP 39 PT Ibid, hal 34-35 PT 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Type / Sifat Penelitian Sifat atau Type penelitian adalah bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu hanya memaparkan gambaran mengenai gejala – gejala atau realitas – realitas agar dapat memberikan pemahaman (understanding, verstehen) mengenai gejala atau realitas.40 Penelitian ini tidak untuk menguji hipotesis atau membuat suatu prediksi, tidak untuk menjelaskan hubugan tertentu antara variable-variabel yang diuji tetapi metode deskriptif hanya menggambarkan sifat suatu keadaan pada saat penelitian sedang berlangsung dan mengamati sebab sebab dari gejala yang muncul dalam penelitian. Menurut Jalaludin Rahmat dalam bukunya ” Metode Penelitian komunikasi ” Pada hakikatnya penelitian ini ditujukan untuk41 : 1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada 2. Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek yang berlaku 3. Membuat perbandingan atau evaluasi 4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. 40 41 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, LkiS Yogyakarta, 2007, hal 36 Rakhmat Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, hal 25,2007 33 Metode penelitian kualitatif tidak mendasarkan bukti-bukti empirik bagi keimpulan yang dikemukakan, tidak didaarkan atas logika bilangan matematik, prinsip bilangan,ataupun teknik analisis statistik tapi lebih mendassarkan pada hal-hal yang bersifat diskursif seperti transkrip dokumen, catatan lapangan, hasil wawancara, dokumen-dokumen tertulis dan data nondiskursif (seperti: candi, patung, foto, musik, monumen, diorama dll).42 3. 2 Metode penelitian Metode penelitian yang dugunakan penulis adalah studi kasus. Menurut Patton (2002.447) studi kasus adalah merupakan upaya mengumpulkan dan kemudian mengorganisasikan serta menganalisis data tentang kasus-kasus tertentu berkenaan dengan permasalahan - permasalahan yang menjadi perhatian peneliti untuk kemudian data tersebut dibanding-bandingkan atu di hubung-hubungkan satu dengan lainnya(dalam hal lebih dari satu kasus) dengan tetap berpegang pada prinsip holistik dan kontekstual. 43 Untuk melaksanakan metode studi kasus ini perlu dilakukan langkah – langkah atau prosedur penelitian sebagai berikut : 1. menentukan topik peneltian (relatif spesifik) dan tujuan penelitian. 2. mengidentifiakasi unit analisis (individu, kelompok, organisasi,dll) 3. 42 43 melakukan studi literatur Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, LkiS Yogyakarta, 2007, hal 37 Ibid, hal 141 komunitas, 34 4. Merancang pedoman wawancara terutama bila melibatkan manusia sebagai sumber data (subjek, informan) 5. melakukan pengamatan dan pengumpulan data termasuk observasi dan indepth interview, melakukan catatan lapangan, menggunakan alat perekam wawancara 6. membandingkan yang ada diantara unit analisis yang berbeda-beda. 7. menyusun draft awal dibawah sub-sub judul tertentu sambil kembali memeriksa literatur. 8. menyusun draft laporan final penelitian44 3. 3 Teknik Pengumpulan Data Dalam metode penelitian studi kasus penulis menggunakan beberapa teknik dalam mengumpulkan data baik itu data primer maupun data sekunder atau pun data pelengkap yang dibutuhkan guna memperkaya hasil penelitian. 3.3.1 Data Primer Dalam melakukan penelitian ini penulis mengumpulkan data primer adalah dengan cara wawancara ( indepth interview) dengan informan dan key informan antara lain Eksekitif Produser, produser, Korda(Korlip), reporter dan kamera person dari stasiun televisi MetroTV yang terlibat langsung dalam proses pembuatan berita menyangkut kasus yang diteliti. 44 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, LkiS Yogyakarta, 2007, hal 145 35 3.3.2 Data Sekunder Data sekunder penelitian ini penulis peroleh sebagai data pelengkap kalangsungan penelitian, data tersebut didapat dari studi literatur untuk mempertajam teori hingga data-data yang berhubungan dengan proses produksi yang di dapat dari internal dan eksternal MetroTV. III.4 Definisi Konsep Guna memberikan gambaran menyeluruh atas pemakaian istilah - istilah dan konsep kunci dalam penelitian ini dipandang perlu mendefinisikan ”Stategi Produksi tayangan berita Traumatik di MetroTV Studi kasus jatuhnya pesawat garuda yang terbakar di bandara Adisucipto Jogjakarta”. 1. Strategi produksi adalah suatu rencana lengkap dan terintegrasi untuk menghasilkan sesuatu agar dapat mencapai hasil yang terbaik. 2. Berita Traumatik adalah informasi yang berisi tentang peristiwa yang menyebabkan kondisi stress psikologis yang merupakan pengaruh dari peristiwa dahsyat dan luar biasa yang dialami orang. 3. 5 Fokus Penelitian Fokus penelitian dari studi ini adalah media televisi yakni MetroTV yang memproduksi tayangan berita traumatik khusus pada kasus jatuhnya pesawat garuda yang terbakar di Jogjakarta pada tanggal 7 Maret 2007 mulai dari rapat redaksi atau pra produksi, produksi, sampai kepada pasca produksi dan alur kerja 36 yang telah direncanakan oleh tim redaksi yang ditinjau dari konsep manajemen POAC (Planning, Organizing, Actuating dan Controlling). 3.5.1 Konsep Perencanaan (Planning) Yaitu kegiatan perencanaan untuk dapat menentukan keputusan dimana rencana merupakan tindakan yang diproyeksikan atau direncanakan bagi masa mendatang. Atau planing juga dapat diartikan pemilihan atau penetapan tujuantujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijakan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. 3.5.2. Konsep pengorganisasian (Organizing) Yaitu kegiatan menyusun struktur kekuasaan formal dengan batasan-batasan yang jelas dan koordinasi untuk mencapai objek atau tujuan tertentu. Selain itu penentuan sumberdaya-sumberdaya dan kegiatan-kegiatan, perencanaan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja, penugasan tanggung jawab tertentu dan kemudian pendelegasian wewenang yang diperlukan tiap-tiap individu untuk melaksanakan tugasnya, serta menciptakan struktur formal dimana pekerjaan ditetapkan, dibagi, dan dikoordinasikan meliputi: 1. Peran Kepeminpinan 2. Penugasan dan tanggung jawab 3. Siapa melakukan apa 3.5.3 Konsep Pelaksanaan (Actuating) Yaitu kegiatan pelaksanaan perencanaan dan organisasi yang telah dibentuk sebelumnya dan direalisasikan agar tujuan dari perencanaan dan pengorganisasian tercapai dimana dalam tahap ini apa yang menjadi tujuan darti perencanaan dan organisasi yang telah dibentuk akan terealisasikan supaya perencanaan dan 37 pengorganisasian tadi tidak sia-sia. Tujuan utamanya adalah mengetahui sejauhmana perencanaan dan pengorganisasian itu bisa berjalan 3.5.4. Konsep Pengawasan (Controlling) Yaitu kegiatan menemukan atau penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai tujuan yang telah ditetapkan, baik positif maupun negatif. Fungsi ini meliputi penentuan standar pelaksanaan, penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan, pengukuran pelaksanaan nyata dan membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan dan pengambilan tindakan korektif yang diperlukan jika ada penyimpangan. Untuk itu fungsi ini juga dapat dijadikan acuan berhasil tidaknya tujuan organisasi. Fungsi ini juga merupakan proses untuk mengamati secara terus menerus (berkesinambungan) pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi (perbaikan) terhadap penyimpangan yang terjadi. Untuk menjalankan fungsi ini diperlukan adanya standar kinerja yang jelas. Pengawasan dan pengendalian juga merupakan alat ukur apakah implementasi sesuai dengan rencana yang merupakan konsesus bersama yang telah ditetapkan sebelumnya meliputi 1. Pengawasan terhadap Pelaksanaan Ketetapan 2. Pengawasan terhadap penyimpangan 3. Pengawasan terhadap standar kerja 4. Pengawasan Terhadap Hasil 38 3.6 Key Informan Key Informan yang ditetapkan oleh peneliti dalam mengumpulkan data primer adalah : A. Eksekutif Produser Metro TV Yaitu Wayan Eka Putra, Seorang eksekutif produser mempunyai tugas dan wewenang antara lain: 1. Memformulasikan program acara siaran. 2. Menentukan format program siaran 3. Membuat kerangka anggaran siaran 4. Menyusun rincian biaya produksi 5. Melakukan promosi program45 B. Produser Metro TV yaitu Ari, Seorang produser mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut: 1. Menciptakan dan mengembangkan ide untuk produksi acara televisi 2. Membuat desain produksi 3. Menentukan tim kreatif 4. Menentukan satuan kerja Produksi 5. Bersama dengan pengarah acara menentukan pengisi acara 6. Menyusun anggaran biaya produksi 7. Melakukan koordinasi, promosi dan publikasi 8. Melakukan evaluasi acara yang diproduksi 46 45 46 Suprapto Tommy, Berkarier Di Bidang Broadcasting, Media Pressindo, Jogjakarta, 2006, hal 61 Ibid, hal 62 39 C. Kamera Person yaitu Yudi, Seorang kamera person mempunyai tugas dan wewenang: 1. Mengecek peralatan Kamera dan kelengkapannya sebelum pelaksanaan shooting 2. Mengoperasikan kamera pada saat produksi pengambilan gambar 3. Menyeleksi Sudut-sudut pengambilan gambar dan komposisi shot untuk memperoleh gambar yang dikehendaki 4. Membantu mengeset penataan cahaya sebelum pengambilan gambar 5. membuat daftar liputan pengambilan gambar.47 D. Reporter yaitu Deli Chaniago, Seorang reporter mempunyai tugas dan wewenang : 1. Mengumpulkan Berita dari berbagai sumber, menganalisis dan menyiapkan berita untuk laporan berita televisi 2. Menentukan pandangan dan menekankan berita yang mempunyai nilai faktual secara khusus 3. Melakukan wawancara langsung dengan narasumber dan mempresentasikan secara langsung ataupun voice over dari lokasi 4. Melaksanakan pengembangan berita sebelum laporan berita diperbaharui48 E. Koordinator Liputan Daerah yaitu Tomi, seoorang koordinator liputan memiliki tugas dan wewenang: 47 Suprapto Tommy, Berkarier di Bidang Broadcasting, Media Pressindo, Jogjakarta, 2006, hal 83 48 Ibid, hal 97. 40 1. Menyusun jadwal tugas peliputan 2. Mengkoordinir daftar perolehan berita dan memimpin rapat redaksi setiap pagi untuk mendiskusikan topik liputan harian 3. Melakukan monitoring terhadap reporter yang bertugas dilapangan melalui perangkat komunikasi 4. Membantu kesulitan yang dihadapi reporter, serta mengembangkan dan meluaskan akses reporter ke sumber berita 5. Mengkoordinasikan berita-berita di daerah 6. Berkordinasi dengan biro-biro perwakilan dan para kontributor di daerah 7. Menentukan news judgment kelayakan berita untuk ditayangkan 3.7 Analisis Data Data primer yang terkumpul dari wawancara dengan narasumber akan digabungkan dengan data sekunder, setelah penulis mendapatkan data baik yang bersifat primer maupun sekunder maka selanjutnya penulis menganalis dengan pendekatan deskriptif, dengan teknik observasi dan pengamatan, mengkaitkan dengan teori serta hasil yang diperoleh dilapangan apakah kenyataan relevan dengan teori yang ada, apakah kegiatan meliput berita traumatik sesuai dengan apa yang ditentukan sebelum produksi yaitu pada saat rapat redaksi, apakah terjadi perubahan - perubahan rencana yang signifikan dilapangan sehingga bisa merubah rencana awal, dan bagaimana strategi yang diterapkan oleh pemimpin redaksi dan tim redaksi lainnya dalam mengatasi segala perubahan – perubahan yang terjadi di lapangan, oleh karena itu penulis berupaya menganalisis dari data 41 yang diperoleh untuk menghasilkan suatu kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Setiap detail hasil wawancara akan di kroscek dengan keseluruhan tim produksi apakah setiap rencana produksi selalu menyiapkan rencana cadangan untuk mengatasi segala perubahan yang tidak terduga. 42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. 1 Gambaran Umum MetroTV Metro TV adalah televisi berita 24 jam pertama di Indonesia yang mulai mengudara pada tanggal 25 November 2000. Metro TV merupakan salah satu anak perusahaan dari Media Group yang dimiliki oleh Surya Paloh. Surya Paloh merintis usahanya di bidang pers sejak mendirikan surat kabar Prioritas, yang dibredel oleh pemerintah pada tanggal 29 Juni 1987 karena dinilai terlalu vokal. Pada tahun 1989, Ia mengambil alih Media Indonesia yang kini tercatat sebagai surat kabar dengan oplah terbesar setelah Kompas di Indonesia. Oleh karena kemajuan teknologi, Surya Paloh memutuskan untuk membangun sebuah stasiun televisi berita mengikuti perkembangan teknologi dari media cetak ke media elektronik. Metro TV didirikan dengan tujuan untuk menyebarkan berita dan informasi ke seluruh pelosok Indonesia. Selain bermuatan berita, Metro TV juga menayangkan beragam program informasi mengenai kemajuan teknologi, kesehatan, pengetahuan umum, seni dan budaya, dan lainnya lagi guna mencerdaskan bangsa. Metro TV terdiri dari 70% berita yang ditayangkan dalam tiga bahasa yaitu, bahasa Indonesia, Inggris, dan Mandarin, ditambah dengan 30% entertainment yang bersifat edukatif. Metro TV mulai mengudara pada 25 November 2000 dengan 12 jam tayang. Dan sejak 1 April 2001 Metro TV sudah mulai mengudara selama 24 jam. Metro TV dapat ditamgkap secara tersterial di 290 kota yang tersebar di Indonesia, yang dipancarkan dari 52 transmisi di 52 kota di Indonesia. Secara acara teresterial, 43 siaran MetroTV dapat ditangkap melalui Cablevision, Indovision, Astro, Telkomvision, dan TV Kabel lainnya di seluruh Indonesia, melalui Satelit Palapa 2 ke seluruh negara – negara ASEAN, termasuk Papua Nuguinea, dan sebagian Australia dan Jepang. Metro TV melakukan kerjasama dengan beberapa televisi asing yaitu kerjasama dalam pertukaran berita, kerjasama perkembangan tenaga kerja dan banyak lagi. Stasiun televisi tersebut adalah Channel News Asia Singapura, Channel 7 Australia, Al Jazeera Qatar, Voice of America, dan ABS – CBN Philiphina. Dengan kerjasama internasional ini Metro TV menjadi tepat, cepat, dan cerdas dalam mendapatkan beritanya. 4.1.1. Visi Metro TV Visi daripada Metro TV itu sendiri adalah : “To become a distinc Indoensian television station by ranking number one for its news, offering quality entertainment and lifestyle programming. Providing unique advertising opportunities and achieving loyalty with its viewers and advertisers by 2006.”49 4.1.2 Misi Metro TV Misi Metro TV sebagai stasiun televisi nasional di Indonesia adalah : 1. To stimulate and promote the nation’s and country’s advancement towards a democratic atmosphere, in order to excel in global competition, with high appreciation of moral and ethic. 49 http//www.metrotvnews.com/about us 44 2. To add a valuable presence to the television industry by profiding a new perspective, by improving the way information is presented and by offering quality entertainment alternatives. 3. To achieve a significant level of growth by developing and leveraging its assets, to increase the quality of life and the welfare of its employees, and to produce significant profit for its share holders.50 4.1.3 Keunggulan Metro TV Sebagia stasiun televisi berita nasional pertama di Indonesia Metro TV memiliki beberapa keunggulan, yaitu : 1. Stasiun televisi berita pertama di Indonesia dengan menyajikan berita berita – berita yang cepat, terpecaya, tepat, dan independent. 2. Waktu siaran 24 jam non – stop. 3. Memiliki kemampuan untuk menayangkan Breaking News serta up – dating nya setiap saat. 4. Sinergi dengan Media Indonesia. 5. Memiliki studio di Bursa Efek Jakarta. 6. Reporter yang selalu siaga di MPR/DPR, Komdak, Istana Negara, serta perwakilan dalam dan luar negri. 7. Menggunakan system digital Satelite News Gathering dan teknologi virtual yang dipergunakan dalam set news program. 8. Fleksibel waktu menonton bagi pemirsa; Headline, Basket / capsule system, Micro system, Breaking News, Live event. 50 http//www.metrotvnews.com/about us 45 9. Jangkauan ataupun frekuensi lebih tinggi. 10. Komitmen iklan sebatas 20% dari setiap program, agar iklan yang ditayangkan lebih cepat mendapat reaksi positif dari audience. 4.1.4 Konsep Program Metro TV Sebagai televisi berita pertama di Indonesia, Metro TV mempunyai konsep – konsep program yang lain daripada yang lain, adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan pola program Metro TV didasari beberapa hasil riset. Kegunaannya adalah untuk mendapatkan audience sebanyak mungkin dan semajemuk mungkin pada setiap kurun waktu tertentu, agar dapat menarik pemasang iklan. 2. Banyaknya audience per program setiap harinya dipantau oleh AGB Nielsen Media Research. Dengan demikian dapat diketahui banyaknya pemirsa yang menonton pada setiap program di Metro TV maupun di TV kompetitor. 3. Pembagian banyak program muatan berita dan entertainment adalah : a. Untuk hari Senin s/d Jumat : 70% news dan 30% non – news. b. Untuk hari Sabtu s/d Minggu : 30% news dan 70% non – news. 4.1.5 Target Metro TV Target Metro TV sebagai stasiun televisi berita pertama di Indonesia adalah : 1. Menjadi stasiun berita pertama yang terpercaya dalam penyampaian berita di Indonesia dan menjadi saluran pertama yang dapat mengembalikan nama baik Negara Indonesia di mata dunia luar. 46 2. Target Coverage Metro TV untuk tetap dapat melakukan ekspansi supaya dapat diterima di seluruh kabupaten di Indonesia. 3. Target Produksi Metro TV : a. Mengembangkan program – program baru dengan mengutamakan in house production. b. On line picture / Live news dari seluruh pelosok nusantara dan internasional. c. Mendirikan mini studio di beberapa kota padat berita seperti, Surabaya, Medan, dll. 4.2. Hasil Penelitian Pada hasil penelitian ini penulis akan menguraikan hasil penelitian yang mencakup: 1. Perencanaan (Planning) 2. Pengorganisasian (Organizing) 3. Pelaksanaan (Actuating) 4. Pengontrolan (Controlling) Setelah melakukan penelitian mulai dari bagaimana perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan sampai pada pengawasan terhadap strategi yang dimilikinya. Peneliti dalam penelitianya menemukan beberapa hal yang menjadi masalah bagi redaksi MetroTV. Untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan fokus penelitian, Peneliti memulai penelitiannya dengan melakukan wawancara langsung dengan 47 tim redaksi MetroTV yang kebetulan bertugas pada saat peristiwa traumatik jatuhnya pesawat garuda di Jogjakarta pada tanggal 7 Maret 2007 yang lalu. Tim redaksi MetroTV berada dalam departemen News Sesuai dengan informasi yang didapatkan peneliti bahwa departemen News meliputi Direktur Pemberitaan, Pemred, Wapemred, Manajer Produksi, Eksekutif produser, Produser, grafis, Editor, Penyiar, Studio, tim produksi, dan perpustakaan dalam hal ini penyediaan kaset serta dokumentasi. Sedangkan News Gathering mencakup Kordinator liputan, penata kamera, dan reporter. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Parcakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara, menurut Lincoln dan Guba (dalam Moleong, 2000:135), antara lain: Mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain. Wawancara ini diajukan kepada key informan yang telah ditentukan oleh peneliti. Informan adalah orangorang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi, ia harus mampu dan mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian. Kegunaan informan bagi peneliti adalah membantu agar secepatnya dan tetap seteliti mungkin dapat membenamkan diri dalam konteks setempat. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah: 1. Eksekutif Produser : Wayan Eka Putra 2. Produser : Ari 3. Reporter : Dely Chaniago 4. Penata Kamera : Yudi 48 5. Koordinator Daerah : Tomy Dari wawancara yang dilakukan oleh penulis, narasumber atau informan tersebut memiliki tugas-tugas sebagai berikut : 1. Eksekutif Produser bertanggung jawab mensupervisi program, baik format, karakter, maupun isi berita yang akan ditayangkan pada setiap harinya. Ia juga bertugas dalam mengisi Rundown yaitu table yang berisi urutan berita yang akan disiarkan, disertai nama newscaster, reporter, time code, tipe penyajian berita, durasi, dan grafik berita. Selain itu dia juga mempunyai hak untuk memutuskan apakah berita yang didapatkan oleh reporter dilapangan akan disiarkan atau batal siar (di drop). 2. Produser memiliki tugas untuk membantu Eksekutif Produser serta merangkap menjadi editor naskah berita yang telah dibuat oleh para reporter juga melakukan periksa dan periksa ulang semua materi tayang termasuk isi kutipan wawancara dan gambar, pengecekan dilakukan secara fisik dan langsung. 3. Kordinator Liputan bertugas untuk menyusun jadwal tugas pelipuitan, mengkoordinir dan memimpin rapat redaksi setiap pagi untuk mendiskusikan topik liputan harian(listing berita), melakukan monitoring terhadap biro-biro perwakilan, kontributor dan reporter yang bertugas dilapangan melalui perangkat komunikasi serta membantu kesulitan yang dihadapi reporter dalam menentukan News Judgment, serta mengembangkan dan meluaskan akses reporter ke sumber berita. 49 4. Reporter bertugas mencari dan mengumpulkan berita, mengirimkannya ke kordinator liputan, melakukan stand up, live report di lokasi, mewawancarai narasumber, membuat naskah dan mengupdate informasi untuk dilaporkan kepad korlip. 5. Penata Kamera bertugas untuk mencari berita dan mengambil gambar setiap meliput berita, menjadi ujung tombak pemberitaan dan pemasok bahan berita untuk produser, juga bertanggungjawab atas perolehan dan pencapain target berita serta pengambilan gambar dan suara yang dapat menjadi isi berita sesuai dengan peristiwa dilapangan. Wawancara mendalam kepada key informan tersebut diatas mengungkap beberapa masalah yang sedang terjadi pada bagian tim redaksi MetroTV khususnya yang bertugas meliput kejadian berita traumatik jatuhnya pesawat garuad dan terbakar di Jogjakarta. Masalah-masalah yang terungkap pada penelitian ini adalah yang berhubungan dengan strategi tim redaksi dalam memproduksi berita traumatik yang ditinjau dari konsep perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Tahap wawancara kepada key informan ini dilakukan peneliti dengan sangat berhati-hati dan teliti agar pertanyaan yang diajukan dapat dipahami oleh key informan dan peneliti mendapat jawaban yang sesuai dengan penelitian ini. 4.2.1 Perencanaan (Planning) Perencanaan adalah pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijakan, proyeksi, program, prosedur, metode, sistem, anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pada tahap 50 perencanaan ini peneliti menemukan adanya beberapa masalah yang diungkapkan oleh para key informan terutama pembuat. Dimana para pembuat atau produksi dari program tersebut merasa perencanaan yang matang dalam pembuatan suatu program telah dilakukan dengan baik oleh tim redaksi. Berikut kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan yang diawali dengan Rapat Redaksi. Tahapan ini merupakan tahapan awal, dimana disini terjadi suatu proses perencanaan yang disebut dengan Rapat Redaksi, yang dihadiri oleh Pemred, Wapemred, Manajer Produksi, Eksekutif Produser, Produser, dan Koordinator Liputan. Rapat ini dilakukan untuk menentukan proyeksi berita apakah yang akan dijadikan agenda peliputan hari ini, dan menentukan isu-isu menarik di masyarakat untuk dijadikan sebagai bahan berita. Bahan berita ini biasanya didapatkan dari : 1. Info masyarakat 2. Undangan-undangan dari Instansi 3. Ide orisinil sendiri dari produser, korlip, reporter 4. Peristiwa Dalam rapat tersebut juga dilakukan pengumpulan berita dari hasil liputan dan kemudian diseleksi berdasarkan kepentingan, aktualitas serta pertimbangan redaksional lainnya. Selain itu disini juga dibahas mengenai analisis tentang berita yang telah ditayangkan. Rapat tersebut kemudian menghasilakan sebuah daftar rencana liputan, yang didalamnya berisi mengenai liputan yang akan dilakukan, lokasi, reporter dan kameramen yang ditugaskan ataupun hal-hal lainnya. Rapat redaksi MetroTV dilakukan 3 kali sehari seperti yang dikatakan dalam wawancara penulis dengan eksekutif produser, beliau mengatakan: 51 ” kita bagi ada program regular yang bulletin terencana itu yang jelas penentuan dilakukan di rapat redaksi dalam tim minimal 3x sehari jam 9 jam 14 dan jam 19 malam, dari situ muncul perolehan berita dan berita mana yang akan ditayangkan dalam program-program buletin metroTV, setelah itu para produser menterjemahkannya , menulis naskah, edit naskah, edit gambar, sampai masuk studio untuk on air”.51 Dalam wawancara yang dilakukan dengan produser Metro hari ini mas Ari mengatakan: “ perencanaan sangat perlu, akan sangat memudahkan para korlip menggerakan kontributornya dan reporternya, jadi penting supaya hasil yang dicapai lebih maksimal, misalnya kita mau cari tahu penyebab pesawat itu jatuh? Jadi tokoh wawancaranya menhub, KNKT, kepolisian, ya itu bagian dari perencanaan, supaya besok yang berangkat liputan itu punya arah, oh MHI itu mintanya ini , oh Headline itu mintanya ini di prioritaskan untuk diperoleh para pencari berita.”52 Dari hasil wawancara penulis dengan eksekutif produser MetroTV Mas Wayan Eka Putra , penulis mengetahui bahwa dalam peristiwa traumatik yang tidak terencana jatuhnya pesawat garuda itu beliau mengatakan: “untuk kondisi breaking news seperti gitu semua langkah dilakukan sesuai dengan kondisi yang kita punya dilapangan misalnya kita hanya tahu peristiwanya dan ada narasumber untuk live by phone kita live by phone breaking news berlanjut sampai sampai SNG sampai di lokasi namanya peristiwa kita ga bisa rencanakan begitu kejadian siapa yang bisa dikontak langsung pemred memutuskan breaking atau gak? Begitu breaking kita awali dengan live by phone waktu itu beberapa petinggi dari control room itu “ ok kita hubungi pihak bandara, hubungi TNI AU, hubungi pihak maskapai, Bergulir sambil menunggu tim kita bergerak sampai di lokasi dengan SNG sampai reporter kita siap, langsung live report dari lokasi nah prose situ bergulir terus selama breaking news”53 Pada kondisi Breaking News peristiwa traumatik seperti itu reporter MetroTV memastikan bahwa dari segi persiapan hampir dipastikan tidak ada 51 Hasil Wawancara Penulis dengan Executive Produser MetroTV, Wayan Eka Putra tgl 13 Februari 2009 52 53 Hasil Wawancara Penulis dengan Produser MetroTV, Ary Top9, tgl 12 Februari 2009 Hasil Wawancara Penulis dengan Executive Produser MetroTV, Wayan Eka Putra tgl 13 Februari 2009 52 karena tim produksi di Jakarta lebih mengandalkan pada kondisi apa yang terjadi di lapangan seperti dalam petikan wawancara dengan reporter Dely Chaniago berikut ini: “saat itu langsung breaking news, persiapan hampir tidak ada, yang di Jakarta hanya mengandalkan kita yng di lapangan, menyiapkan SNG, kejadian kan sebelum jam 7, kita tahu jam 7an, kita langsung mengumpulkan materi untuk di livekan, mulai dari pesawatnya, bangkai pesawatnya, korbannya, kejar keluarga korban, kesaksian keluarga, karena pada saat itu sebagian penumpang yang berhasil diselamatkan dilarikan ke RS, sementara didalam pesawat masih ada, jadi kita focus kesitu, upaya evakuasi penumpang yang masih terjebak, materi langsung lari karena tim ada yang berfungsi ganda sebagai messenger juga, situasi udah urgent bahkan reporter pun bisa jadi messenger juga, untuk memperlancar feeding gambar saat itu ke biro jogja”54 Sementara dari sisi koordinator diputan Seorang korda melakukan kegiatan untuk mendukung perencanaan sebagai gerbang pertama perolehan berita dan topik berita yang akan dibahas dalam rapat redaksi seperti yang dikatakan Tomy sebagai berikut: “koordinasi dengan para kontributor sakaligus kita memberi masukan agar angle-anglenya seperti ini, setelah itu mereka meliput, lalu feeding atau streaming atau kirim kaset, baru kemudian ngambil naskah di website khusus MetroTV untuk kontributor baru menentukan siapa yang mengerjakan tapi sebelum itu harus rapat dulu di rapat redaksi jam 9, 11, 14, 19 filternya adalah dirapat redaksi itu mana aja yang akan dipakai.55 Hal lain yang menyangkut tahapan perencanaan ádalah dikakukan oleh seorang kameraman di lapangan dimana mereka bertugas sebagai tim yang belanja materi untuk ditayangkan dan sebagai media Audio Visual cameraman ádalah ujung tombak pendapatan informasi untuk televisi, hal ini disampaikan oleh Yudi kameraman MetroTV dari hasil wawancara dengan penulis berikut ini: 54 Hasil Wawancara Penulis dengan Reporter MetroTV, Dely Chaniago tgl 10 Februari 2009 55 Hasil Wawancara Penulis dengan Korda MetroTV, Tomy tgl 14 Februari 2009 53 “menyiapkan kamera, mic, tripod kita ambil di camstore, lalu jalankan SOP cek kamera berfungsi dengan baik atau gak, kalo semua peralatan udah OK siap untuk liputan” 56 Sementara dalam kondisi breaking news untuk peristiwa traumatik seorang kameraman akan melakukan hal yang kurang lebih sama dalam hal menjalankan Standar Operasional Prosedur mengenai peralatan yang akan digunakan tapi dalam hal lain yudi menambahkan: “kalo liputan biasa dari sisi alatnya tidak terlalu banyak paling kita Cuma bawa kamera, mic, tripod, sama kaset paling, kalo kondisi breaking news alatnya nambah kaya lighting, klip on mic buat stand up, dari sisi persiapan dalam breaking news kita harus lebih siap dan lebih cepat bergerak, kalo liputan biasa masih bisa tenteng kamera, tapi kalo breaking news kita pasang tripod dan stand by siap dengan segala kemungkinan, dari sisi produksi kita kameraman sebagai penyedia materi gambar, kalo dalam suasana breaking news ada yang namanya edit by camera, di metroTV ini jadi hanya dengan satu kameraman sudah cukup jadi yang lain tinggal mencari pelengkapnya saja agar apa yang diminta produser terpenuhi, karena kita di MetroTV ini bahasa, bahasa gambar, jadi kita ada edit by camera rata-rata untuk breaking news tidak ada editor, jadi kita produksinya langsung aja on the spot, jadi sewaktu-waktu buat breaking news kita kameraman disini udah diajarkan edit by camera semua gambar sudah tersusun dengan rapi jadi sewaktu-waktu buat breakimng news tinggal pake”57 4.2.2 Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian adalah penentuan sumberdaya-sumberdaya dan kegiatan-kegiatan perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja, penugasan dan tanggung jawab tertentu dan kemudian pendelegasian wewenang yang diperlukan ttiap-tiap individu untuk melaksananakan tugasnya, serta menciptakan struktur formal dimana pekerjaan ditetapkan, dibagi dan dikoordinasikan. Penyusunan personalia juga bisa diartikan sebagi penentuan sumberdayasumberdaya dan kegiatan-kegiatan, perancangan dan pengembangan suatu 56 57 Hasil Wawancara Penulis dengan Kamera Person MetroTV, Yudi tgl 14 Februari 2009 Ibid, tgl 14 Februari 2009 54 organisasi atau kelompok kerja, penugasan tanggungjawab tertentu dan kemudian pendelegasian wewenang yang diperlukan tiap-tiap individu untuk melaksanakan tugasnya, serta menciptakan struktur formal dimana pekerjaan ditetapkan, dibagi dan dikoordinasikan. Tugas dan wewenang menentukan tim produksi dilakukan oleh manajer produksi melalui rapat pimpinan karena di MetroTV sudah mempunyai struktur yang baku seperti dikatakan oleh Eksekutif Produser berikut ini: ” gak ada usulan khusus karena sejak awal tim sudah tahu fungsi masing-masing, atau ketika diperlukan perubahan struktur eksekutif produser bisa saja mengajukan ke rapat pimpinan tapi siapa memegang program apa sudah tetap masih dalam struktur jadi gak berubah-ubah.”58 Namun dari kondisi di lapangan pengorganisasian dilakukan korlip dan korda dengan para kontributor dan reporternya guna mendapatkan data secepat mungkin berdasarkan wilayah seperti kutipan wawancara dengan reporter dely Chaniago berikut ini: ” ada kabiro yang sebagai korlip juga di lapangan bagaimana merotasi kita dan membagi bagi wilayah ada di jogja, solo, kebetulan kejadiannya kan lebih dekat ke solo juga kan, jadi masing-masing tim menggarap wilayah masing-masing misalnya kontributor Jogja itu focus untuk penanganan korban-korban yang dievakuasi ke RS, saya karena dari awal ada di lapangan saya focus ke lokasi terbakarnya pesawat garuda, teman-teman di Solo up date pilot garuda sempat juga kan di rawat di RS bayangkara. Jadi lebih ke wilayah-wilayah, jadi siapa yang dekat kemana dia pegang wilayah tersebut”59 Biasanya seorang reporter juga melakukan koordinasi dengan rekan kerja di lapangan yang bekerja sebagai ssatu tim kerja yang harus selalu kompak supaya hasil yang dicapai bisa lebih masksimal, oleh karena itu seorang reporter dan seorang kamera person akan selalu berkoordinasi baik sebelum maupun ketika 58 Hasil Wawancara Penulis dengan Executive Produser MetroTV, Wayan Eka Putra tgl 13 Februari 2009 59 Hasil Wawancara Penulis dengan Reporter MetroTV, Dely Chaniago tgl 10 Februari 2009 55 melakukan peliputan berita traumatik baik untuk kondisi Breaking News maupun program reguler seperti apa yang dikatakan Yudi dalam wawancara dengan penulis berikut ini: ”sebelum melakukan liputan antara kameran dan reporter pasti melakukan koordinasi, setelah kameraman cek kamera, mic, dan menjalankan SOP setelah reporter datang kita koordinasi mau liputan apa, materinya apa, lokasi dimana, waktunya kapan, saling memahami maunya apa kita buat maping sendiri supaya pas di lapangan gak kaget mau apa?, kita kameraman juga harus bisa jaga alat gimana caranya dapat liputan tapi tidak merusak alat juga, koordinasi sih dari sisi liputannya apa, kedua dari sisi kontennya ini mau dibuat apa dulu, sebelum sampai di lapangan ini mau buat apa, mau VO, SOT, mau dibuat reader, VO SOT, apa mau dibuat paket, ok misalnya kita but live maka kita siapkan gambar minimal 2 menit, jadi koordinasinya saat mau berangkat liputan dan saat di lokasi liputan”60 Dalam hal koordinasi dari sisi seorang korda adalah melakukan komunikasi dengan segala aspek sumber daya karena dari segi tugas dan tanggung jawab seorang korda lebih banyak melakukan koordinasi di lapangan sebagai tugas utama yaitu mengkoordinasikan segala aspek baik itu koordinasi ke tingkat bawah antara lain para kontrobutor dan biro-biro perwakilan di seluruh indonesia maupun melaporkan segala hasil peliputan berita kepada para produser dan petinggi-petinggi tim redaksi di studio seperti dalam kutipan wawancara penulis dengan korda berikut ini: ” 1. Mengkoordinasikan berita-berita di daerah yaitu menugaskan sekitar 150 kontributor MetroTV yang ada di daerah dari Sabang sampai Merauke tiap pagi kita harus sudah tahu ada berita-berita apa yang ada dari mereka dari beritaberita terbaru yang mereka laporkan lalu kita 2. listing untuk kemudian kita bawa ke rapat nah selain listing berita-berita yang masuk , kita berhak untuk menugaskan artinya kita punya news judgment untuk menentukan berita-berita apa saja isu ini layak atau tidak, atau kita membuat permintaan berita, 3. Korda juga harus berkoordinasi dengan biro-biro, karena selain kontributor metro juga punya 6 biro antara lain Jogja, Surabaya, Medan, Makasar, 60 Hasil Wawancara Penulis dengan Kamera Person MetroTV, Yudi tgl 14 Februari 2009 56 Pekanbaru, Bandung. Kita harus punya news judgment layakkah berita itu untuk disiarkan di MetroTV 4. Menentukan news judgment kelayakan berita. koordinasi dengan para kontributor sakaligus kita memberi masukan agar angle-anglenya seperti ini, setelah itu mereka meliput, lalu feeding atau streaming atau kirim kaset, baru kemudian ngambil naskah di website khusus MetroTV untuk kontributor baru menentukan sipa yang mengerjakan tapi sebelum itu harus rapat dulu di rapat redaksi jam 9, 11, 14, 19 filternya adalah dirapat redaksi itu mana aja yang akan dipakai 61. Penentuan sumber daya manusia yang terlibat dalam tim redaksi di MetroTV adalah dilakukan oleh manajer produksi, biasanya setiap individu yang terlibat dalam tim redaksi sudah mengetahui tugas dan wewenang yan harus dikerjakan dalam setiap produksi berita, hal ini dikarenakan MetroTV adal sebuah televisi yang konsentrasi siarannya adalah berita oleh karena itu sumber daya manusia yang dimiliki oleh tim redaksi MetroTV tentu suda terstruktur hal ini juga di pertegas oleh mas Ary dalam kutipan wawancara berikut: ” yang menentukan manajer produksi, dia sudah memilih siapa-siapanya bagaimana kekuatannya”. 62 Khusus untuk keadaan breaking news peristiwa traumatik kejadian pesawat jatuh di Jogjakarta mas Ary menambahkan bahwa setelah tahu ada berita yang mendadak seluruh tim langsung melakukan koordinasi dengan segala aspek sumberdaya yang dimiliki MetroTV seperti hasil wawancara penulis dengan mas Ary berikut: ”Tahu dari korlip, kemudian diikuti persiapan breaking news pagi, ketika rapat pagi tahu-tahu ada pesawat jatuh di Jogja, bubar rapatnya, kemudian semua sumber daya dipetakan untuk breaking news dulu dengan gambar-gambar awal dari kontributor dulu, keuntungan kita di Jogja itu kita punya SNG, mobil SNG merapat ke lokasi bandara bahkan kita live dari sana, pada saat itu masih gambar-gambar orang digotong, pesawat terbakar, kemudian tidak lama kita mendapatkan footage dari channel7 kebetulan crewnya ada yang jadi penumpang 61 62 Hasil Wawancara Penulis dengan Korda MetroTV, Tomy tgl 14 Februari 2009 Hasil Wawancara Penulis dengan Produser MetrotTV, Ary Top9, tgl 12 Februari 2009 57 pesawat dia berhasil keluar dan mengambil gambar dari situ kita tahu ada tokoh masyarakat Din Syamsudin, ada kriminolog juga” 63 4.2.3 Pelaksanaan (Actuating) Pelaksanaan atau actuating adalah kegiatan pelaksanaan perencanaan dan organisasi yang telah dibentuk sebelumnya apa yang di proyeksikan dalam rapat redaksi direalisasikan agar tujuan dari perencanaan dan pengorganisasian tercapai dimana dalam tahap ini apa yang menjadi tujuan darti perencanaan dan organisasi yang telah dibentuk akan terealisasikan supaya perencanaan dan pengorganisasian tadi tidak sia-sia. Tujuan utamanya adalah mengetahui sejauhmana perencanaan dan pengorganisasian itu bisa berjalan. Berikut beberapa kegiatan yang dilakukan meliputi: kedatangan kaset, edit naskah, edit gambar dll, seperti dalam petikan wawancara dengan produser Mas Ari berikut: ” proses produksi itu efektif berjalan setelah selesai rapat jam 2 siang produser dibantu staf produksi membagi tugas mana starching-strachingnya mana menjadi tanggung jawab masing-masing kemudian dimulailah proses produksi kita berkoordinasi dengan korlip dan korda mengenai kedatangan materi berupa kaset-kaset itu , kita ketik naskahnya, masuk preview gambar, editing, naskah di edit, gambar diedit dan siap ditayangkan”64 Hal serupa juga di katakan oleh Wayan Eka Putra sebagi eksekutif produser, bahwa memang tahapan produksi adalah dilakuakan oleh tim redaksi dan dipimpin oleh Seorang produser informasi ini penulis dapatkan dari wawancara dengan eksekutif produser berikut in: ” setelah rapat itu tadi sudah mulai produksi setelah reporter melaporkan copy edit naskah, atau produser sendiri yang membuat, atau staf produksi yang 63 64 Hasil Wawancara Penulis dengan Produser MetroTV, Ary Top9, tgl 12 Februari 2009 Ibid, tgl 12 Februari 2009 58 membuat atau staf daerah yang menulis naskah, edit gambarnya disini (kantor Jakarta) dilakukan setelah rapat produksi ”65 Lebih jauh reporter Dely Chaniago mengatakan bahwa dalam proses produksi berita traumatik peristiwa jatuhnya pesawat Garuda di Jogjakarta itu para produser di Jakarta lebih mengandalkan perolehan materi dari lapangan dan presenter di bekali dengan informasi dari lapangan seperti dalam petikan wawancara berikut ini: ” presenter sudah dibekali bumper Breaking news grafis, materi gambar yang bisa kita dapat dan keterangan-keterangan yang kita kirim ke Jakarta, langsung mengandalkan yang di lapangan untuk laporannya, setelah kita feeding gambarnya semua ke Jakarta untuk di roll ulang baru kemudian mulai ada proses produksi di Jakarta, setelah ada waktu kita menggeser SNG ke lokasi baru ada yang di roll lagi, di repackage, di buat filler-filler Garuda terbakar untuk produksinya dan selanjutnya proses diulang-ulang saja, yaitu mencari berita, mengirim, melaporkan.” 66 Kemudian presenter juga di beri arahan dan briefing dari produser tentang sajian berita apa saja pada saat itu, menu berita saat itu, arah berita saat itu seperti di katakan oleh produser berikut ini: ” briefing kepada presenter juga apa rencana kita saat itu Karena presenter itu kan yang menjadi key kita dengan pemirsa, jadi ada waktu khusus dengan presenter untuk brain storming karena MHI itukan presenternya ganti-ganti.” 67 Seorang kameraman tentu saja melakukan pengambilan gambar sebagai materi bahan mentah yang akan di produksi di studio oleh tim kerja lainnya seperti editor dan grafis, tapi dalam kondisi breaking news seperti kecelakaan pesawat garuda di Jogja yang merupakan berita traumatik seorang kameraman 65 Hasil Wawancara Penulis dengan Executive Produser MetroTV, Wayan Eka Putra tgl 13 Februari 2009 66 67 Hasil Wawancara Penulis dengan Reporter MetroTV, Dely Chaniago tgl 10 Februari 2009 Hasil Wawancara Penulis dengan Produser MetroTV, Ary Top9, tgl 12 Februari 2009 59 juga telah siap dibekali dengan keahlian khusus untuk mempermudah proses produksi seperti yang dikatakan yudi dalam wawancara berikut ini: ” dari sisi produksi kita kameraman sebagai penyedia materi gambar, kalo dalam suasana breaking news ada yang namanya edit by camera, di metroTv ini jadi hanya dengan satu kameraman sudah cukup jadi yang lain tinggal mencari pelengkapnya aja agar apa yang diminta produser terpenuhi, karena kita di TV Metro ini bahasa, bahasa gambar, jadi kita ada edit by camera rata-rata untuk breaking news ga ada editor, jadi kita produksinya langsung aja on the spot, jadi sewaktu-waktu buat breaking news kita kameraman disini udah diajarin edit by camera semua gambar sudah tersusun dengan rapi jadi sewaktu-waktu buat breakimng news tinggal pake”68 Gambaran umum alur produksi berita di MetroTV adalah sebagai berikut: Untuk program reguler : Rapat redaksiÆ Peliputan beritaÆ ProduksiÆpenayanganÆmasyarakat Untuk program yang tidak terencana seperti pesawat Garuda yang jatuh di Jogjakarta yang merupakan peristiwa traumatik adalah sebagai berikut: Peristiwa-Æreporter-ÆkorlipÆdiolah di ProduksiÆpenayanganÆmasyarakat Proses produksi juga dijelaskan dengan melalui beberapa cara dilakukan antara lain untuk kondisi tayangan reguler misalnya untuk Metro Hari Ini seperti dikatakan mas Ary top9 berikut: ” produser minta, atau bisa juga korlip yang mengusulkan, oh ternyata ada terbaru nih tapi kebanyakan kita mengandalkan dari para korlip baik Jakarta maupun daerah, karena mereka yang tahu benar laporan dari para reporter kemudian kita dikasih tahu ada ini itunya, kemudian yang sudah ada ditangan kita proses duluan untuk mengisi rundown yang paling tricky itu materi yang dating last minute, dan itu terjadi dan bisa sering terjadi karena dalam peliputan berita itu ada yangsekali langsung dapat ada yang susah dapatnya ada yang gagal juga kan jadi intinya reporter – korlip - di olah di produksi – tayang di studio” 69 Proses penyususnan Rundown Berita traumatik peristiwa jatuhnya pesawat Garuda di Jogja adalah sebagai berikut: 68 69 Hasil Wawancara Penulis dengan Kamera Person MetroTV, Yudi tgl 14 Februari 2009 Hasil Wawancara Penulis dengan Produser MetroTV, Ary Top9, tgl 12 Februari 2009 60 ”Karena pada sat itu kita tahu cerita kejadian mengejutkan korbannya pun banyak kalo gak salah ada 22an orang melibatkan salah satu tokoh masyarakat Din Syamsudin, jadi top storynya itu udah pasti, akhirnya kita dapat gambargambar dari video amatir dan dari channel 7, ada dari RCTI, ada SCTV yang waktu itu gambarnya lebih bagus, dari channel 7 itu karena dia liput dari awal orang-orang sudah keluar, pesawat sudah terbakar tapi belum meledak, tim kita sendiri juga adakan kontributor Jogja yang merapat kesana, meliput segala aspeknya, staf kedutaan Autraslia datang, awalnya korban-korban ditumpuk di RS bandara, jadi ceritanya terus berkembang jadi berita utamanya MHI saat itulah”70 Mengenai penulisan naskah berita hal ini dilakukan dengan beberapa cara yaitu dengan listing dari website khusus yang dimiliki MetroTV atau dengan cara mengkonfirmasikan langsung lewat telepon dengan reporter di lapangan bila kejadian yang diliput sedang berlangsung seperti kutipan berikut: ” naskah itu sampai ke kita dengan berbagai cara, ada yang masuk ke website yang di design khusus untuk para kontributor seluruh Indonesia itu untuk mengirim naskah, jadi ada di website khusus, jadi kita tinggal melihat berita apa saja Cara kedua kalau beritanya sedang berlangsung kejadiannya sedang berlangsung dan kontributornya tidak sempat nulis naskah ya kita telpon, naskahnya gimana nih dia bacakan kita ketik itu juga berlaku untuk berita-berita luar negeri ada khusus mengupdate berita-berita dari APTN langganan, isinya berita-berita asing.”71 Berita televisi adalah berita gambar oleh karena itu untuk memadukan antara gambar yang didapat dari lapangan dengan naskah yang ditulis delakukan dengan metode penulisan naskah dulu sebagai acuan setelah gambar didapatkan maka gambar tersebut akan menjadi tolak ukur dan kemudian naskah awalnya yang diubah , hal ini penulis dapatkan dari informasi melalu wawancara dengan produser Metro Hari Ini berikut ini: ” naskah itu kita dahulukan untuk mempercepat produksi, tapi naskah itu naskah guidance, kasarnya untuk panduan terus kita perhalus sambil menunggu gambarnya kemudian yang menjadi acuan terakhir ya gambarnya, kalo 70 71 Ibid, Ary Top9, tgl 12 Februari 2009 Ibid, tgl 12 februari 2009 61 gambarnya begini ya naskahnya yang diubah bukan naskahnya begini gambarnya yang di edit, jadi naskah itu untuk panduan awal kemudian kita rewrite dan setelah itu kita tunggu gambarnya kalo gambarnya ga sesuai ya naskahnya yang diiubah”72 Dalam meliput berita traumatik seperti peristiwa jatuhnya pesawat Garuda di Jogja tersebut reporter dilapangan berpegang teguh pada kaidah liputan berita traumatik seperti yang di katakan oleh reporter Dely Chaniagi berikut ini: ”Kita lihat situasi kita memang harus dapat gambar terbaru, wawancara terbaru tapi kan dibatasi oleh kode etik jurnalistik juga kan, kalo memang mereka udah tidak bisa diwawancara dan keadaan tidak memungkinkan untuk wawancara biasanya kita melakukan pendekatan dulu dengan keluarganya, perlu approaching dulu, pendekatan supaya kita bisa diterima dulu, mereka mau diwawancarai sama kita, kita berempati, setelah terjadi interaksi dan mereka mulai mempercayai kita baru masuk wawancara korban.”73 Sementara dalam mengatasi efek psikologis sebagai manusia biasa yang mempunyai perasaan dan simpati yang sama dengan korban reporter juga memiliki pengalaman yang dibagi untuk penulis berikut ini: ”Dilema pasti ada, tapi kita harus memisahkan kan wartawan tidak boleh mencampurkan emosi pribadi dengan kerjaan karena akan mempengaruhi netralitas, obyektifitas kita dalam melaporkan berita sat itu memang untungnya ga ada kejadian bantuan, di area juga dikasih garis batas polisi dan kita ga mungkin mendekat terlalu dekat selain itu sudah ada petugas yang menangani itu, saya tetap milih liputan karena udah ada yanglebih berwenang kan”74 Hal itu juga dibenarkan oleh kameraman Yudi sebagai berikut: ”Dilemma itu pasti ada, secara pribadi dari sisi kemanusiaan sih simpati dengan korban Cuma kita harus professional kalau korban pesawat yang masih merintih kesakitan pasti merasa iba tapi dari sisi tugas pasti ngambil gambar dulu kalau masih bisa di tolong baru ditolong karena excluvitas gambar kan penting, bukannya tidak mau nolong orang tapi harus dapat gambar dulu karena saya kameraman bukan seorang petugas medis sebab kalau malah mementingkan sisi kemanusiaan dulu nanti kantor akan nanya kenapa TV lain dapat gambar kita gak dapat gambar akan ditagih”75 72 Hasil Wawancara Penulis dengan Produser MetroTV, Ary Top9, tgl 12 Februari 2009 Hasil Wawancara Penulis dengan Reporter MetroTV, Dely Chaniago tgl 10 Februari 2009 74 Ibid, Dely Chaniago tgl 10 Februari 2009 75 Hasil Wawancara Penulis dengan Kamera Person MetroTV, Yudi tgl 14 Februari 2009 73 62 Setiap wartawan pasti punya cara tersendiri untuk mengatasi trauma psikologis secara pribadi dihadapkan pada tugas dan tanggung jawab profesi jurnaslis oleh karena itu seorang kamera person punya cara untuk mengatasi masalah itu seperti petikan wawancara berikut ini: ”Trauma pasti ada Cuma sebagai kameraman kita harus terbiasa dengan setiap kejadian yang bersifat traumatic seperti itu soalnya sudah risiko pekerjaan wartawan ya seperti itu”76. Dalam mencari dan meliput fakta dilapangan biasanya reporter dan kameraman melakukan penentuan angle yang akan diliput di lokasi tetapi pada prakteknya bisa berubah tergantung kondisi terakhir di lokasi , hal ini di katakan juga oleh Dely Chaniago berikut ini: ”Sangat mungkin terjadi, sering terjadi malah, karena kita mengandalkan fakta dan peristiwa yang terjadi gak bisa di create, kemampuan reporter untuk mengubah angle yang telah direncanakan sebelumnya dengan kejadian sebenarnya dilapangan, tapi untuk kasus itu kita tidak merencanakan dulu tapi kita dating ke lokasi dan ingin tahu apa yang terjadi dulu, ada pesawat landing, jatuh terbakar, melintasi runway, nabrak dan berhenti di pesawahan penduduk, kita sama sekali gak memplaning bahwa nanti kita live bahwa ada korban sekian, waktu itu presenternya kan nanya apakah korban meninggal semua? Bad news its good news kan kalau korbannya mati semua jadi lebih ironis kan, saat itu saya belum tahu berapa korban yang meninggal, saya hanya menceritakan data manifest penumpang sekitar 200an, saat ini kondisi api sudah melingkari badan pesawat kemungkinan kecil untuk keluar dari pintu pesawat yang hanya 4 jadi kita gambarkan apa yang terjadi disana jadi kita tidak memberikan expektasi yang tinggi kepada pemirsa bagaimana memastikan keluarga mereka untuk memastikan selamat atau tidak.”77 4.2.4 Pengawasan (Controlling) Pengawasan adalah penemuan atau penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, baik positif maupun negatif. Fungsi ini meliputi penentuan standar 76 77 Ibid, yudi tgl 14 Februari 2009 Ibid, Dely Chaniago tgl 10 Februari 2009 63 pelaksanaan, penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan, pengukuran pelaksanaan nyata dan membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan dan pengambilan tindakan korektif yang diperlukan jika ada penyimpangan. Pada tahap strategi tim redaksi MetroTV memiliki suatu sistem untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja tim dengan meriview hasil siaran setiap program tersebut setelah selesai tayang dalam rapat evaluasi pada jam 7 malam yang dilakukan setiap hari tersebut membahas tentang apa yang menjadi kekuatan dan kelemahan. Dalam hal ini peserta rapat akan memperbaiki kekurangan yang ada dan mempertahankan bahkan meningkatkan informasi atau tayangan yang memiliki dampak dan diminati oleh masyarakat. Cara seperti ini adalah metode yang berulang ulang dilakukan oleh tim redaksi MHI misalnya. Untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan suatu program yang di produksi Mas Ari mengatakan: ” jam 7 malam itu ada evaluasi MHI hari itu, performancenya, terus kita bandingkan dengan program-program yang head to head dengan kita, liputan 6 SCTV, seputar Indonesia RCTI, mereka main apa Metro main apa, dibandingkan, compare, sekalian kendala-kendala: oh mereka bikinnya kaya gini kita kaya gini jadi untuk evaluasi kita lebih baik, ada sometimes kita lebih baik, sometimes mereka lebih baik”78 Lebih jauh produser juga mengatakan pengawasan terhadap konten berita yang ditayangkan di MHI sepenuhnya menjadi tanggung jawab produser sebagai pengawas akhir setelah perolehan berita yang diperoleh dari lapangan berdasarkan listing dari korlip, beliau mengatakan: “kontrol terakhir ada ditangan produser, setiap materi yang sudah selesai, digitize, kita lihat sebentar, kita petakan baru diinjust, disamping yang ngontrol masing-masing orang punya guidance, audio jelek jangan dipake, gambar jelek burem jangan dipake ketika editing”79 78 79 Hasil Wawancara Penulis dengan Produser MetroTV, Ary Top9, tgl 12 Februari 2009 Ibid, tgl 12 Februari 2009 64 Sementara pengawasan juga dilakukan oleh Litbang MetroTV untuk mengevaluasi hasil kerja tim redaksi dalam memproduksi berita selain secara teknis juga dibantu oleh quality control untuk mengawasi kualitas hasil tayangan berita seperti disampaikan oleh Korda Tomy berikut: “fungsi pengawasan selain ada Quality Control juga ada litbang sebagai pengawas dan selalu memberikan koreksi terhadap apa-apa yang sudah di onairkan gitu. 80 Dari sisi perolehan gambar berita traumatik kecelakaan pesawat kameraman juga melakukan fungsi pengawan secara internal pribadi mengacu pad kode etik jurnalistik, hal ini disampaikan kamera person Yudi berikut ini: “kalo di MetroTV selama gambar korban itu tidak terlalu parah, kalo di metroTV itu korban yang berdarah-darah dan parah , tapi kalo kita bisa dapat gambar korban ya itulah nilai lebih kita” 81 Untuk berita traumatic peristiwa jatuhnya peswat Garuda di Jogja tersebut gambar-gambar yang berhasil diliput oleh kameraman adalah: “yang pertama pasti gambar pesawat itu jatuh, gimana juga pesawat jatuh dalam otak kita pasti harus mendapetkan gambar pesawat itu jatuh, mungkin widenya dulu, jatuhnya dimana, baru medium shotnya, close up maskapai penerbangannya, gambar orang yang menyelamatkan diri, kita ambil ekspres iekspresi muka korban yang lagi shok dan sedih, trus gambar petugas yang sedang membantu, pemadam kebakaran yang sedang nyemprot apinya”82 Dalam hal pengwasan tim redaksi akan menjalankan peran pengawasan masing-masing mulai dari pos-pos kerja masing-masing agar hasil yang didapatkan menjadi maksimal serta perolehan materi tidak terlalu banyak yang tidak terpakai untuk kebutuhan produksi oleh karena itu sebelum dilakukan pengawasan secara ekternal oleh divisi pengawasan maka seluruh tim juga 80 Hasil Wawancara Penulis dengan Korda MetroTV, Tomy tgl 14 Februari 2009 Hasil Wawancara Penulis dengan Kamera Person MetroTV, Yudi tgl 14 Februari 2009 82 Ibid, Yudi tgl 14 Februari 2009 81 65 melakukan pengawasan secara dini namun khusus untuk kondisi breaking news seperti kecelakaan pesawat garuda di Jogja perolehan materi berita tidak terlalu banyak dilakukan penyaringan supaya bisa didapatkan informasi sebanyak mungkin agar memudahkan proses produksi seperti dalam kutipan wawancara dengan eksekutif produser berikut ini: ” iya isu besarnya di rapat redaksi tadi, tapi ketika implementasi produser yang punya kewenangan dan di supervise oleh excecutive produser bahkan pemred juga berperan yang utama produser isu kebijakan rapat redaksi apa yang menterjemahkannya produser, karena dia yang menentukan bentuk layar itu mau gimana, namanya gak terduga pasti kita gak bisa rencanakan , namanya pesawat jatuh itu kan mau jatuh jam berapa kita gak tahu ketika terjadi breaking ya berjalan seperti tadi itu, tapi misalnya kejadiannya pagi produser MHI pas saat kejadian dia mulai bisa nyusun dia perlu apa aja, perlu liputan kemana, dia koordinasi dengan korlip sementara breaking kan jalan terus, tapi kan produser MHI bisa merencanakan programnya itu tadi melalui rapat redaksi dsb, karena kan tidak semua orang masuk ke breaking news, program-program yang regular tetap melakukan mekanisme perencanaan tetap ada, siapa yang mau diwawancara, isi beritanya apa aja, siapa yang mau jadi tamu narasumber di studio dsb”83 4.3 Pembahasan Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis diperoleh bahwa strategi dalam memproduksi tayangan berita traumatik khususnya pada peristiwa jatuhnya pesawat Garuda yang terbang dari bandara Sukarno–Hatta yang nahas mengalami kecelakaan di bandara Adi Sucipto Jogjakarta yang berpijak pada konsep perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan adalah dilakukan dengan metode Buttom Up yaitu konsepnya dari bawah ke atas apa yang di dapat di lapangan kemudian fakta dilaporkan dari lapangan sesuai keadaan yang sebenarnya, kondisi darurat. 83 Hasil Wawancara Penulis dengan Executive Produser MetroTV, Wayan Eka Putra tgl 13 Februari 2009 66 Tahap perencanaan dibagi menjadi dua yaitu untuk persiapan programprogram regular seperti, Headline News, Metro Hari Ini, Metro This Week, Metro Siang, Metro Pagi dan lain sebagainya dilakukan seperti biasa dengan diawali rapat redaksi kemudian yang biasanya dilakukan 3x sehari yaitu jam 9 pagi, jam 2 siang dan jam 7 malam dalam rapat biasanya menentukan arah liputan untuk hari itu. MetroTV mempunyai suatu program yang dikondisikan dalam keadaan darurat yaitu berita terkini Breaking News dalam hal ini Jenis berita adalah berita traumatik dimana semua informasi di prioritaskan untuk kepentingan Breaking News, tahap perencanaan dalam keadaan Breaking News hampir dipastikan tidak ada karena kondisi darurat tim produksi bergerak untuk mengetahui apa yang terjadi dulu lalu mencatat informasi dan mengumpulkan informasi sebanyakbanyaknya. Khusus untuk program Metro Hari Ini barulah proses produksi berjalan normal karena waktu produksi sampai penayangan relatif lebih banyak punya waktu persiapan diantaranya: rapat redaksi untuk proyeksi liputan berita, produksi, penayangan sampai pada pengawasan. Pada saat ditetapkan berita pesawat Garuda jatuh di Jogja adalah Breaking News traumatik, yang pertama dilakukan oleh tim redaksi adalah para petinggi redaksi melakukan rapat menentukan langkah yang akan dilakukan, untuk sementara informasi disampaikan kepada masyarakat bahwa ada pesawat Garuda yang jatuh di Jogja, kemudian gambar yang ditayangkan berupa grafis, selanjutnya dilakukan live by phone dengan narasumber terkait, antara lain konfirmasi dengan pihak garuda, pihak bandara, sambil berkoordinasi dengan biro 67 Jogja agar segera mengecek kebenaran dan apa yang terjadi dilapangan, dan secara bertahap mengirimkan Satelite News Gathering (SNG) mendekati lokasi kejadian. Pada tahap pengorganisasian dimana melibatkan seluruh tim dalam redaksi tahapan ini menjadi penting karena biasanya untuk program-program regular lebih mengandalkan koordinasi yang dilakukan oleh koordinator liputan dan koordinator daerah untuk mengetahui sumber daya yang dimiliki oleh MetroTV, setelah penanggung jawab tim redaksi menetapkan bahwa kejadian kecelakaan pesawat Garuda yang terbakar di Jogjakarta adalah keadaan Breaking news maka pada tahapan ini fungsi korlip dan korda sangat berperan penting dimana mereka menjadi pintu gerbang utama dalam perolehan berita baik dari daerah maupun Jakarta. Khusus pada kondisi Breaking News hal yang pertama yang dilakukan korda dan korlip adalah berkoordinasi dengan sumber daya dimana tempat kejadian berlangsung dalam hal ini adalah kontributor Jogja dan kantor biro perwakilan Jogjakarta sebagai pelaksana lapangan yang lebih dekat dengan lokasi kejadian jatuhnya pesawat Garuda. Korda dan korlip langsung mengerakan reporter dan biro Jogja untuk segera meliput ke lokasi bandara, rumah sakit yang diperbantukan untuk penanganan korban, berkoordinasi dengan pihak bandara, dan petugas pemadam kebakaran yang sedang menolong korban, kemudian berkoordinasi dengan pihak maskapai untuk mengetehui daftar penumpang yang diangkut oleh pesawat tersebut, data kecelakaan pesawat, ternyata secara kebetulan ada salah satu crew MetroTV yang menjadi penumpang dan dengan segera meklakukan kontak telepon dengan yang bersangkutan, gambar yang ditayangkan masih berupa grafis karena teknik yang 68 digunakan adalah live by phone dalam rangka menyampaikan informasi secara cepat dan akurat kepada pemirsa. Tahapan produksi berita traumatik peristiwa jatuhnya pesawat Garuda di Jogjakarta di sisi lapangan adalah dengan news gathering sebanyak-banyaknya informasi yang bisa di dapatkan atau lebih jelasnya lebih kepada eksekusi dilapangan supaya informasi yang didapat bisa efektif dan lebih lengkap dimana dalam kondisi Breaking News lebih mengandalkan para reporter dilapangan untuk mengupdate berita, karena para reporter dilapangan juga yang paling tahu kondisi yang terbaru Pada tahapan pelakasanaan produksi berita traumatik peristiwa jatuhnya pesawat Garuda di Jogja Karta khusus untuk program Breaking News dan Headline News lebih mengandalkan gambar-gambar live report dari lokasi dengan menggunakan Satelite News Gathering (SNG) yang dimiliki MetroTV sebagai gambar dan informasi awal kepada pemirsa. Saat terjadinya produksi tersebut para reporter dan kameraman yang bertugas dilapangan saling bekerjasama untuk memperoleh informasi dan gambar yang terbaru mengenai segala aspeknya baik korban, bangkai pesawat, dugaan sementara penyebab kecelakaan, situasi terakhir di lokasi kejadian bahkan sampai kondisi masyarakat setempat yang secara langsung menyaksikan peristiwa tersebut. Para reporter dan kameraman juga bekerja secara paralel bahkan sampai bertugas ganda selain menjadi reporter juga sebagai pengirim materi kaset ke Satelite News gathering (SNG) untuk di Feeding ke Jakarta begitupun dengan kameraman melakukan hal yang sama dan itu semua berlangsung pada saat situasi sedang darurat. Sementara para produser dan kru lain di Jakarta melakukan 69 persiapan dari perolehan materi yang dikirim oleh reporter dilapangan untuk mendukung program – program yang dimiliki MetroTV seperti Metro Siang, Metro Hari Ini, Metro XinWen, dll Pada tahapan produksi proses produksi berita traumatik jatuhnya pesawat di Jogja tersebut untuk program Metro Hari Ini relatif lebih baik ketimbang Breaking News ataupun Headline News karena sudah mengalami proses seleksi oleh produser jadi pemilihan materi tidak seekstrim pada saat live report, Headline news, atau Breaking News, untuk kondisi Breaking News reporter dan kontributor memegang peranan penting di lapangan karena merekalah yang tahu informasi yang sebenarnya terjadi dan memperbaharui informasi untuk diketahui masyarakat, oleh karena itu proses live report dari lokasi kerap dilakukan oleh tim redaksi MetroTV guna memenuhi kebutuhan informsi yang cepat, akurat dan komprehensif bagi masyarakat. Tahapan berikutnya adalah pengawasan dan evaluasi untuk menghasilkan karya terbaik, dalam tahapan ini masing-masing orang dalam tim redaksi selain menjadi pengawas internal juga ada dari eksternal, dari internal misalnya masingmasing orang berperan dalam pos-posnya masing-masing, kameraman melakukan pengawasan awal dengan cara edit by camera, Sementara dari sisi koordinator liputan mereka akan menyaring dulu mana berita berita yang layak dan tidak mana yang bagu mana yang tidak, dan biasanya seorang korlip atu korda harus mempunyai News Judgment sendiri berdasarkan kebijakan MetroTV. Tetapi dalam kondisi Breaking News yang lebih mengandalkan Live Report biasanya ada kelemahan dalam hal pengawasan karena gambar yang sudah terlanjur 70 ditayangkan tidak bisa disunting lagi, oleh karena itu peranan pengawasan internal pribadi wartawan akan sangat berperan diluar pengawasan eksternal. Produser punya cara tersendiri dalam melakukan pengawasan dimana hasil akhir akan menentukan kualitas program yang ia pegang, produser menunjukan karakter, kekuatan suatu program oleh karena itu dia harus benar-benar melakukan fungsi pengawasan internalnya dulu sebelum materi berita itu ditayangkan, dan untuk program – program regular seperti Metro Hari Ini biasanya fungsi pengawasan dilakukan oleh Quality Control dan Litbang MetroTV. 71 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai strategi produksi berita traumatik di MetroTV khususnya kasus Jatuhnya pesawat Garuda di Jogjakarta pada 7 Maret 2007 silam adalah sebagai berikut: 1. Strategi produksi berita traumatik yang melalui konsep perencanaan tidak banyak dilakukan karena untuk kondisi Breaking News atau program darurat jenis peristiwa traumatik yang telah ditetapkan para petinggi tim redaksi lebih mengandalkan perolehan dan informasi di lapangan (Buttom up) dengan mengerahkan segala sumber daya yang dimiliki MetroTV perencanaan lebih kepada persiapan teknis dan berpacu dengan waktu agar pemirsa MetroTV tahu lebih dulu dari siaran MetroTV, keuntungan yang dimiliki MetroTV adalah karena kejadiannya ada di Jogjakarta dan disana memiliki biro perwakilan MetroTV oleh karena itu bisa dengan cepat memutuskan kondisi Breaking News, Sementara perencanaan untuk program-program reguler seperti Metro Siang, Metro Hari Ini dilakuakan seperti biasa dengan tahapan rapat redaksi dan listing berita yang diperoleh reporter dan kontributor di Jogja Karta 2. Konsep Perorganisasian dilakukan MetroTV secara simultan mengalir sesuai perkembangan yang terjadi di lapangan, dimana peran korlip dan korda memegang peranan penting dalam perolehan materi berita yang didapat oleh para reporter dan kontributor yang bertugas di Jogja, setelah mengetahui lokasi di Jogja maka korlip dan Korda dengan segera melakukan koordinasi 72 dengan biro Jogja, sementara tim produksi di studio segera berkoordinasi menentukan siapa saja yang bisa di jadikan narasumber dan pihak yang bisa di konfirmasi untuk setiap informasi yang ditayangkan MetroTV. 3. Pada tahapan pelaksanaan produksi tayangan berita traumatik dilakukan dengan News gathering fakta di lapangan sebanyak-banyaknya oleh para reporter dan kontributor di lapangan sesuai kondisi yang berlangsung dan bagaimana menyampaikan informasi secara cepat, akurat dan berkualitas bagi masyarakat, MetroTV banyak melakukan Live Report dari lokasi kejadian sementara presenter di studio melakukan brieging atau pengantar kepada reporter untuk menyampaikan liputannya. Untuk mendukung program-program reguler seperti Metro Hari Ini saat dilakukan live Report secara paralel proses pengiriman gambar juga dilakukan secara clean feed (pengiriman gambar bersih) untuk di roll ulang dan di produksi menjadi paket-paket berita yang akan ditayangkan di Metro Hari Ini. 4. Proses pengawasan dilakukan dengan ketat karena MetroTV menunjukan kualitas tayangan berita bagi pemirsa, proses ini dilakukan secara komprehensif dan menyeluruh mulai dari awal produksi sampai setelah penayangan berita kepada masyarakat, pengawasan pada tahap News gathering di lapangan dilakukan dengan edit by camera oleh kamera person antara lain tidak mengambil gambar yang berdarah-darah, korban trauma, dll. Korda melakukan penyaringan informasi yang layak untuk di laporkan kepada produser mengacu pada kaidah jurnalistik dan Pedoman Perilaku penyiaran dan Standar Program Siaran (P3/SPS) mengenai peliputan peristiwa traumatik, para produser melakukan kontrol akhir sebelum 73 ditayangkan misalnya gambar-gambar burem tidak digunakan, audio jelek tidak digunakan, selain itu juga di bantu oleh Quality Control Internal MetroTV sebagai pengawas serta setelah penayangan dilakukan evaluasi oleh Litbang dengan cara mengevaluasi hasil tayangan dan di bandingkan dengan stasiun TV lainnya sebagai perbandingan. 5.2 Saran 5.2.1 Saran Akademis Pada akhirnya penulis memberikan saran mudah-mudahan hasil penelitian ini memberi kontribusi yang berguna dalam ilmu komunikasi khususnya Broadcasting sebagai pengetahuan, penjelasan serta panduan tentang bagaimana strategi memproduksi berita – berita khusus seperti berita traumatik dengan mengacu pada konsep Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian), Actuating (Pelaksanaan), dan Controling (Pengawasan). 5.2.2 Saran Praktis Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis dan dari kesimpulan yang didapatkan penulis ingin memberikan saran bagi para praktisi dalam bidang media massa khususnya MetroTV dan umumnya media lain dalam memproduksi berita antara lain sebagai berikut: 1. MetroTV lebih memperkuat jaringan di seluruh Indonesia supaya bila ada kejadian traumatik yang sejenis bisa dengan cepat menggunakan jaringan sumber daya yang lebih siap. 74 2. Pemeliharaan sumber daya teknis agar mempermudah peoses feeding materi dari daerah dengan menambah Satelite News Gathering (SNG) di kota-kota lain yang belum mempunyai peralatan teknis. 3. Lebih memaksimalkan lagi proses pengiriman materi ke studio agar bisa memperlancar proses produksi untuk program-program reguler. 4. Memeperkuat tim riset materi dalam keadaan dadakan agar bila terjadi peristiwa traumatik yang sejenis bisa dengan cepat mendapatkan data yang diinginkan para produser. 5. Memotivasi sumber daya manusia agar bisa bekerja lebih efektif sesuai kemampuan yang dimiliki tim redaksi MetroTV. 6. Sering melakukan peningkatan kompetensi sumber daya manusia agar dapat meningkatkan kinerja produksi terutama tim lapangan yang membutuhkan kondisi fisik yang lebih siap untuk menghadapi peristiwa traumatik sejenis. 7. Menambah sumber daya peralatan teknis untuk membantu memperlancar proses produksi untuk mengatasi kekurangan peralatan produksi. 8. Proses pengawasan MetroTV untuk materi live report dari lapangan lebih dimaksimalkan lagi untuk mengatasi kekurangan agar materi tayangan tetap berkualitas tapi tidak melanggar kaidah Jurnalistik serta Pedoman Perilaku penyiaran dan Standar Program Siaran (P3/SPS.) DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku ; Anwar, Arifin, Ilmu Komunikasi, sebuah pengantar ringkas, Rajawali Press, Jakarta 1988 Askurifal Baksin, Jurnalistik TV Teori & Praktek, 2006, Simbiosa Rekatama Media, Bandung Boyd, Andrew, Broadcast Journalism techniques of radio and television news, Focal Press, O ford, 2001 Burton, Graeme, Membincangkan televisi, sebuah pengantar pada studi televisi, Jalasutra Maret 2007 Kusumaningrat, Hikmat, Kusumaningrat Purnama, Jurnalistik, teori dan Praktik, Rosdakarya, 2006 McQuail, Denis, Teori Komunikasi massa suatu pengantar, Erlangga, 1996 Morrisan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, 2005, Rambina Prakasa, Tangerang Nasution, Zulkarimein, Sosiologi Komunikasi Massa, , Universitas Terbuka, 2001 Oliver, Sandra, strategi public relations, erlangga, Jakarta, 2007 Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, LkiS Yogyakarta, 2007 Rakhmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, 2007 Rakhmat,Jalaluddin, Psikologi Komunikasi , PT. Remaja Rosda Karya, 2005 Sendjaja, Sasa Djuarsa, Pengantar ilmu komunikasi, cetakan kedelapan, Jakarta Pusat penerbitan Universitas terbuka, 2003 Suprapto Tommy, Berkarier Di Bidang Broadcasting, Media Pressindo, Jogjakarta, 2006 Tebba, Sudirman, Jurnalistik baru, Litbang Pemberitaan Anteve, 2007 1 Zaenuddin, The Journalist, Prestasi Pustaka, 2007 Sumber Lain ; Pulih, Yayasan, Panduan bagi jurnalis dalam meliput peristiwa traumatik, yayasan pulih edisi kedua, 2005 Mencari Media Yang Bebas dan Bertanggung Jawab, ISAI, 2006 http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail&id=8297 http://hadisugito.fadla.or.id/2005/11/11/konsep-strategi-bisnis/ http://organisasi.org/pengertian_jenis_macam_kegiatan_ekonomi_arti_definisi_ produksi_distribusi_dan_konsumsi_ilmu_pendidikan_ekonomi_dasar http ://www.metrotvnews.com/about us Pedoman wawancara Untuk Memperoleh data dalam penyusuan skripsi ini, penulis telah melakukan wawancara dengan executive produser MetroTV Wayan Eka Putra sebagai berikut: T : jabatan anda di tim redaksi? J : pada saat itu saya exc produser di tim redaksi untuk program2 khusus live event dan breaking news. T : tugas dan tanggung jawabnya? J : mensupervisi program2 khusus seperti live event dan breaking news, program2 berita yang tidak terencana juga ada beberapa program regular T : apa saja yang dilakukan pada pra produksi? J : kita bagi ada program regular yang bulletin terencana itu yang jelas penentuan dilakukan di rapat redaksi dalam tim minimal 3x sehari jam 9 jam 14 dan jam 19 malam, dari situ muncul perolehan berita dan berita mana yang akan ditayangkan dalam program2 buletin metrotv, setelah itu para produser menterjemahkannya , menulis naskah, edit naskah, edit gambar, sampai masuk studio untuk on air. T : Bagaimana dengan produksi? J : Setelah rapat itu tadi sudah mulai produksi setelah reporter melaporkan copy edit naskah, atau produser sendiri yang membuat, atau staf produksi yang membuat atau staf daerah yang menulis naskah, edit gambarnya disini (kantor Jakarta) dilakukan setelah rapat produksi. T : Bagaimana pasca produksi? J : Yaitu setelah tayang kita evaluasi, misalnya evaluasi visual, konten secara umum, dibantu oleh litbang kebanyakan litbang yang melakukan T : Khusus kejadian jatuhnya pesawat Garuda di Jogja apa yang dilakukan? J :Untuk kondisi breaking news kaya gitu semua langkah dilakukan sesuai dengan kondisi yang kita punya dilapangan misalnya kita hanya tahu peristiwanya dan ada narasumber untuk live by phone kita live by phone breaking news berlanjut sampai sampai SNG sampai di lokasi namanya peristiwa kita ga bisa rencanakan begitu kejadian siapa yang bisa dikontak langsung pemred memutuskan breaking atau gak? Begitu breaking kita awali dengan live by phone waktu itu beberapa petinggi dari control room itu “ ok kita hubungi pihak bandara, hubungi TNI AU, hubungi pihak maskapai Bergulir sambil menunggu tim kita bergerak sampai di lokasi dengan SNG sampai reporter kita siap, langsung live report dari lokasi nah prose situ bergulir terus selama breaking news. T : Bagaimana menentukan angle berita? J : Itu produser yang di dalam jadi saat kondisi breaking news seperti ini relative kita tidak ada rapat menentukan angle tapi semua bergulir saat itu peristiwa dari lapangan dari situ produser dan beberapa petinggi di CR kalo gitu hub siapa, bener2 lapangan yang menentukan dan lapangan juga yang menentukan kita di dalam ruang CR apakah api udah padam atau . T : Siapa yang menentukan narasumber? J :Kalau untuk program regular ya di rapat redaksi itu yang menentukan narasumber, angle berita, angle wawancara narasumber, yang disepakati oleh produser, exc produser, korlip, korda, pemred dan hasil rapat redaksi itu yang diterjemahkan oleh produser di lapangan bisa aja narasumber gak ada, gak dapat terus ganti lagi yaitu produser yang punya kewenangan tapi intinya penentuan keputusan program regular itu di rapat redaksi. T : Paket berita yang udah dibuat di aplikasikan ke program apa saja? J : Berita itu ada 2: 1 yang direncanakan diminta oleh produser sebelumnya rapat redaksi untuk menentukan proyeksi terus besoknya di eksekusi, mengerahkan reporter ke lapangan mencari berita, reporter pulang membuat naskah, terus diedit sama produser terus di produksi, tapi ada juga yang berdasarkan peristiwa dimana peristiwa bukan breaking, peristiwa itu kan tidak bisa direncanakan sebelumnya kan, peristiwa itu langsung mereka liput dulu kemudian kita rinci dapatnya apa saja nah nanti produser yang menentukan ini berapa paket, kita bikin berapa story dari peristiwa itu, terus mengembangkannya kemana, dan produser punya peran disitu. Itu dua sifat berita itu tadi yang terencana dan peristiwa. T : Bagaimana menentukan tim produksi? J : Gak ada usulan khusus karena sejak awal tim sudah tahu fungsi masing2, atau ketika diperlukan perubahan struktur exc produser bisa saja mengajukan ke rapat pimpinan tapi siapa memegang program apa sudah tetap masih dalam struktur jadi gak berubah-ubah. T : Ada metode khusus dalam peliputan kejadian peristiwa pesawat terbakar di jogja? J : Kalo dalam peristiwa traumatic kaya gitu reporter, kameraman tidak membatasi dia bisa ngambil gambar apapun mereka bisa berkreasi apapun di lapangan, tapi ketika udah masuk ke kedoya baru ada proses editingnya, sensorshifnya, pemilihan anglenya dilakukan di produksi, penyaringannya ada di produksi. Panduannya bermacam2 ada dari panduan kebijakan metro, ada kode etik jurnalistik tv. T : Bagaimana proses pengawasan produksi? J : Memang kita tidak terlalu banyak menyaring disisi lapangan tapi biasanya reporter di lapangan kalo misalnya ada liputan ada darah, bagian tubuh tergurai, percuma juga diambil toh ga bakalan dipake juga, batasan2 itu banyak pihak sih tapi kita ngasih pemahaman aja ke reporter gambar apa saja yang bisa dipake mana yang gak bisa dipake tapi tetap penyaringan utama ada diproduksi. T : Kalo untuk gambar live? J : live itu salah satu kelemahan juga, ketika live itu bisa jadi gak kesensor, tapi itu bisa dilawan juga ke presenter bahwa ini kejadiaan live kita tidak bisa atau memeberikan keterangan adegan ini bisa kemungkinan bisa jadi sadis ya itulah salah satu kelemahan live tapi gimanapun pemirsa ingin kecepatan penyampaian berita itu nah disitu factor reporter dilapangan jadi penting produser juga jadi penting karena gambar yang dikirim ke kedoya juga kanmelalu SNG kita kecuali gambar live ya peran kameraman juga jadi penting juga. T : Bagaimana dengan peran perencanaan? J : namanya gak terduga pasti kita gak bisa rencanakan , namanya pesawat jatuh itu kan mau jatuh jam berapa kita gak tahu ketika terjadi breaking ya berjalan seperti tadi itu, tapi misalnya kejadiannya pagi produser MHI pas saat kejadian dia mulai bisa nyusun dia perlu apa aja, perlu liputan kemana, dia koordinasi dengan korlip sementara breaking kan jalan terus, tapi kan produser MHI bisa merencanakan programnya itu tadi melalui rapat redaksi dsb, karena kan ga semua orang masuk ke breaking news, program2 yang regular tetap melakukan mekanisme perencanaan tetap ada, siapa yang mau diwawancara, isi beritanya apa aja, siapa yang mau jadi tamu narasumber di studio dsb. T : Bagaimana dengan pengawasan produksi? J : iya isu besarnya di rapat redaksi tadi, tapi ketika implementasi produser yang punya kewenangan dan di supervise oleh exc produser bahkan pemred juga berperan yang utama produser isu kebijakan rapat redaksi apa yang menterjemahkannya produser, karena dia yang menentukan bentuk layar itu mau gimana. T : Kendala apa saja yang dialami dalam produksi? J ; Yang psti kalo kejadian yang tidak terduga itu gak tahu kapan dimana yang utaman adalah jaringan kita, kekuatan jaringan kita seperti apa, ada disatu sisi kita jaringan kita bagus disitu kita dapat on airkan pertama kali tapi kalo kejadiannya terpencil dimana jaringan tidak terlalu bagus nah itu jadi tantangan juga, kalo hambatan utama yaitu tadi misalnya kejadian dimana kita tidak mempunyai fasilitas untuk live bahkan telpon pun mungkin ga bisa dan di Indonesia masih banyak wilayah kaya gitu kan, tapi itu sih lebih kepada tantangan bagaimana kita mengkriet supaya kita tampil lebih dulu ya itu hambatan di breaking news. Kalo di regule sih mungkin bagaimana memadukan apa yang diinginkan produser dan apa yang didapat di lapangan ya singkronisasi itu yang menjadi tantangan T : Tteknis atau non teknis? J : dua-duanya ada baik teknis maupun non teknis misalnya yang diminta apa yang diperoleh apa bisa terjasi, secara teknis masalah pengiriman gambar, feedingan gambar, messenger ngambil kasetnya gak on time itu bisa terjadi dan mengganggu alur show banyak alur mulai dari liputan sampai on air itu ada titik yang krusial yang menjadi hambatan T : Bagaimana antisipasinya? J : ya tergantung apa yang terjadi ya misalnya gambar belum bisa kita dapatkan kita atasi dengan grafis, belum bisa live dengan satellite kita bisa live by phone tapi bagaimanapun prinsip TV adalah audio video kan, jadi selama belum dapat gambar itu sebenarnya belum sempurna jadi prinsip mendapatkan gambar pertama dan menanyangkan pertama itu yang menjadi tambahan kita T : Siapa yang jadi penanggung jawab produksi? J : rapim redaksi disitu ada pemred, exc produser yang menentukan struktur T : Apa yang jadi tolak ukur keberhasilan suatu produksi berita? J : saat ini industri TV ya pasti share dan rating yang jadi tolak ukurnya tapi terkadang dari sisi kita produksi kekuatan bagaimana kita melihat hasil outputnya itu hal yang lain lagi Cuma yang memang terukur sampai saat ini ya masih share rating T : Dalam tim ada ga yang mempunyai tugas ganda? J : kalo di kita dipastikan tetap pada struktur aslinya ga ada yang over lap setiap orang punya posisinya sendiri Untuk Memperoleh data dalam penyusuan skripsi ini, penulis telah melakukan wawancara dengan reporter MetroTV Deli Chaniago sebagai berikut: T : Tugas dan tanggung jawab reporter? J : mencari berita langsung ke tempat kejadian, kita meliput, ada berita bagus langsung kita kasih tahu, mengumpulkan keterangan2 yang bisa kita jadikan 5W 1H kemudian kita kasih tahu ke kantor dan sebagi stand upper yang melakukan live report. T : Laporannya ke siapa? J : ke korlip atau korda dama aja? T : Apa yang dilakukan pada saat pra produksi pada saat kejadian pesawat jatuh dan terbakar di jogja? J : saat itu langsung breaking news, persiapan hampir tidak ada, yang di Jakarta hanya mengandalkan kita yng di lapangan, menyiapkan SNG, kejadian kan sebelum jam 7, kita tahu jam 7an, kita langsung mengumpulkan materi untuk di livekan, mulai dari pesawatnya, bangkai pesawatnya, korbannya, kejar keluarga korban, kesaksian keluarga, karena pada saat itu sebagian penumpang yang berhasil diselamatkan dilarikan ke RS, sementara didalam pesawat masih ada, jadi kita focus kesitu, upaya evakuasi penumpang yang masih terjebak, materi langsung lari karena tim ada yang berfungsi ganda sebagai messenger juga, situasi udah urgent bahkan reporter pun bisa jadi messenger juga, untuk memperlancar feeding gambar saat itu ke biro jogja. Produksinya: presenter sudah dibekali bumper Breaking news grafis, materi gambar yang bisa kita dapat dan keterangan2 yang kita kasih ke Jakarta, langsung mengandalkan yang di lapangan untuk laporannya, setelah kita feeding gambarnya semua ke Jakarta untuk di roll ulang baru kemudian mulai ada proses produksi di Jakarta, setelah ada waktu kita menggeser SNG ke lokasi baru ada yang di roll lagi, di repackage, di bikin filler2 garuda terbakar untuk produksinya dan selanjutnya proses diulang-ulang aja, yaitu mencari berita, mengirim, melaporkan. T : Apa Persiapannya? J : Materi dan informasi di lapangan kita semua yang persiapkan jadi di Jakarta tinggal rolling aja, lebih kepada bagaimana kita ngejar waktu karena untuk kejadian itu kita butuh stamina fisik untuk memaintain, berfikir bagaimana supaya pemirsa itu tahu lebih dulu dari metroTV ya ada proses diskusilah. T : Tau pertamakali darimana ada pesawat garuda jatuh di jogja? J : setelah selesai metro pagi tahu di telepon PR metroTV yang punya kenalan teman pilot di garuda yang mengatakan ada pesawat jatuh dan terbakar di jogja saat touch down tolong cek kesana. Sebenarnya informasi bisa darimana aja, dari masyarakat dari wartawan sendiri dari public terus kita followup kira2 bener gak sih ada kejadian, kita kan punya news judgement sendiri beda dengan warga, kalau ada berita apapun terus kita datangin, didalamin seperti apa, apalagi kalau garuda jatuh itu kan news valuenya luas sekali. T : Bagaimana cara koordinasi di lapangan? J : Ada kabiro yang sebagai korlip juga di lapangan bagaimana merotasi kita dan membagi bagi wilayah ada di jogja, solo, kebetulan kejadiannya kan lebih dekat ke solo juga kan, jasi masing-masing tim ngegarap wilayah masing-masing misalnya kontributor jogja itu focus untuk penanganan korbankorban yang dievakuasi ke RS, saya karena dari awal ada di lapangan saya focus ke lokasi terbakarnya pesawat garuda, temen2 di solo up date pilot garuda sempet juga kan di rawat di RS bayangkara. Jadi lebih ke wilayah2, jadi siapa yang dekat kemana dia pegang wilayah tersebut. T : Bagaimana dengan penulisan naskah? J : untuk berita yang tidak terlalu urgent kita buat naskah, tapi untuk garuda itu kan kita SNG belum sampe tapi Jakarta kan udah minta laporan jadinya laporan pandanan mata, jadi apa yang kita lihat itulah yang kita laporkan, apa yang terjadi saat itu, jadi ga buat skrip. T : Bagaimana menentukan angle berita? J : kita dilapangan menentuka angle berita pada saat dilapangan saya lebih tahu apa yang terjadi, beda dengan program Metro Hari Ini regular jadi produser yang menentukan angle beritanya, segmen awal apa?, segmen berikutnya apa? Dst Tapi kalo untuk breaking news kita dilapangan yag melaporkan presenter di Jakarta hanya bridging, reporter yang ngasih tahu ke Jakarta situasi yang terjadi di lokasi, kita yang menentukan layak tidaknya untuk dijadikan breaking news, angle nya apa? yang terjadi saat itulah yang menjadi angle. T : Bagaimana mewawancarai korban yang sedang trauma? J : Kita lihat situasi kita memang harus dapat gambar terbaru, wawancara terbaru tapi kan dibatasi oleh kode etik jurnalistik juga kan, kalo memang mereka udah ga bisa diwawancara dan keadaan tidak memungkinkan untuk wawancara biasanya kita melakukan pendekatan dulu dengan keluarganya, perlu approaching dulu, pendekatan supaya kita bisa diterima dulu, mereka mau diwawancarai sama kita, kita berempati, setelah terjadi interaksi dan mereka mulai mempercayai kita baru masuk wawancara korban. T : Bagaimana mengatasi dilemma antara menolong korban denga meliput berita? J : Dilema pasti ada, tapi kita harus misahin kanwartawan ga boleh mencampurkan emosi pribadi dengan kerjaan karena akan mempengaruhi netralitas, obyektifitas kita dalam melaporkan berita sat itu memang untungnya ga ada kejadian bantuan, di area juga dikasih garis batas polisi dan kita ga mungkin mendekat terlalu dekat selain itu sudah ada petugas yang menangani itu, saya tetap milih liputan karena udah ada yanglebih berwenang kan. T : Bilamanakan memutuskan untuk live report? J : Ketika ada peristiwa bagus udah pasti, ada informasi bagus kita live, ada gambar bagus kita live yang jelas ada gambar dan informasi bagus kita oncam. T : Mungkinkah reporter bisa merubah angle yang sebelumnya telah ditetapkan mau meliput apa jadinya apa? J : Sangat mungkin terjadi, sering terjadi malah, karena kita mengandalkan fakta dan peristiwa yang terjadi ga bisa dicreate, kemampuan reporter untuk mengubah angle yang telah direncanakan sebelumnya dengan kejadian sebenarnya dilapangan, tapi untuk kasus itu kita tidak merencanakan dulu tapi kita dating ke lokasi dan pingin tahu apa yang terjadi dulu, ada pesawat landing, jatuh terbakar, melintasi runway, nabrak dan berhenti di pesawahan penduduk, kita sama sekali ga memplaning bahwa nanti kita live bahwa ada korban sekian, waktu itu presenternya kan nanya apakah korban meninggal semua? Bad news its good news kan kalau korbannya mati semua jadi lebih ironis kan, saat itu saya belum tahu berapa korban yang meninggal, saya hanya menceritakan data manifest penumpang sekitar 200an, saat ini kondisi api sudah melingkari badan pesawat kemungkinan kecil untuk keluar dari pintu pesawat yang hanya 4 jadi kita gambarkan apa yang terjadi disana jadi kita tidak memberikan expektasi yang tinggi kepada pemirsa bagaimana memastikan keluarga mereka untuk memastikan selamat atau tidak. T : Berarti lebih banyak langsung produksi? J : Lebih tepatnya eksekusi meskipun itu larinya ke produksi T : Berapa lama seorang reporter stand by di lokasi? J : Stand by terus 24 jam tunggu koordinasi dari korlip T : Apa yang dilakukan pada pasca produksi? J : Buat naskah, update naskah, editing, dubbing gambarnya, perkembangan terbaru, karena disana ada editing juga kan, disana membuat naskah baru, pada saat kondisi peristiwa sudah agak menurun lalu kita kirim ke Jakarta lalu kita insert naskah2 tersebut sebagian laporan tersebut. T : Laporan dari lokasi itu dikirim untuk program apa saja? J : Mulai dari headline news, metro hari ini, top nine news, program yang terdekat saat itu misalnya kejadiannya kan pagi itu lebih dekat ke headline news, ke breaking news berarti kita tabrak semua, kemudian siang hari masuk ke metro hari ini. T : Tim yang bertugas berapa banyak? J : Reporter, cameraman, lighting, tim organic dan kontributor T : Apa yang dimaskud tim organic? J : Tim dari metroTV, bukan organic itu ya kontributor non orang metroTV T : Bagaimana alur produksi? J : Normalnya malam ada rapat redaksi besok kita mau main apa, hasil rapat redaksi itu korlip, produser, litbang kemudian dirangkum korlip, kemudian korlip membagi tugas, reporter bekerja haslinya di laporkan ke korlip, korlip menyusun perolehan berita kemudian produser melihat ada target yang terpenuhi ada yang tidak , tidaknya kenapa? Tidak sesuai sama expektasi atau tidak sesuai harapan kemudian produser meramu lagi bagaimana rundown bisa berjalan dan dilakukan perubahan. Untuk Memperoleh data dalam penyusuan skripsi ini, penulis telah melakukan wawancara dengan Produser MetroTV Ary sebagai berikut: T : Apa jabatan anda di tim redaksi? J : Senior produser untuk program Metro Hari Ini T : Tugas dan tanggung jawab? J : Menyiapkan produksi dari sisi produksi sampai penayangannya. T : Apa itu MHI? J : MHI itu adalah program berita utama yang dimiliki metroTV yang ditayangkan jam 6 sore yang disupport oleh komponen2 yang dimiliki metroTV baik nasional sampai berita2 luar negeri T : Apa saja yang dilakukan pada saat pra produksi? J : Mulai pagi, perencanaan dimana sebelumnya kita siapkan semacam proyeksi liputan2 apa yang akan kita kembangkan besok, jam 9 pagi kita ada rapat pendahuluan bagaimana menentukan strategi produksi berdasarkan proyeksi yang telah kita minta sekaligus melihat perkembangan hari itu apakah ada yang lebih menonjol untuk diubah kemudian, terus kita petakan peliputannya untu Jakarta maupun seluruh Indonesia seluruh kontributor yang ada di Indonesia, rapat lagi jam 14 , kita sudah menyusun pre rundown apa yang bisa diperoleh, apa yang tidak bisa diperoleh, dan lagi-lagi adalah perkembangan terakhir apa yang bisa dikejar mengenai sebuah isu dan itu memang rapat terakhir kita sebelum kita on air jam 6 sore. T : Apa saja yang dilakukan pada saat proses produksi? J : Proses produksi itu efektif berjalan setelah selesai rapat jam 14produser dibantu staf produksi membagi tugas mana straching2nya mana menjadi tanggung jawab masing2 kemudian dimulailah proses produksi kita berkoordinasi dengan korlip dan korda mengenai kedatangan materi berupa kaset2 itu , kita ketik naskahnya, masuk preview gambar, editing, naskah di edit, gambar diedit dan siap ditayangkan T : Apa yang dilakukan pada saat pasca produksi? J : Umumnya setelah pasca produksi adalah evaluasi, evaluasi di rapat jam 7 malam, setelah membahas topic untuk besok kemudian tambahannya bagaimana performance saat itu , apa kesulitan2 yang dihadapi, kendala yang dihadapi, pencapaian itu semua di record atau di rekap, briefing kepada presenter juga apa rencana kita saat itu Karen apresenter itu kan yang menjadi key kita dengan pemirsa, jadi ada waktu khusus dengan presenter untuk brain storming karena MHI itukan presenternya ganti2. T : Proses alur produksi berita itu bagaimana? J : produser minta, atau bisa juga korlip yang mengusulkan, oh ternyata ada terbaru nih tapi kebanyakan kita mengandalkan dari para korlip baik Jakarta maupun daerah, karena mereka yang tahu bena laporan dari para reporter kemudian kita dikasi tahu ada ini itunya, kemudian yang sudah ada ditangan kita proses duluan untuk mengisi rundown yang paling tricky itu materi yang dating last minute, dan itu terjadi dan bisa sering terjadi karena dalam peliputan berita itu ada yangsekali langsung dapat ada yang susah dapatnya ada yang gagal juga kan jadi intinya reporter – korlip - di olah di produksi – tayang di studio T : Dari mana anda tahu ada pesawat jatuh di jogja? Bagaimana koordinasi dilakukan? J : Tahu dari korlip, kemudian diikuti persiapan breaking news pagi, ketiak rapat pagi tahu2 ada pesawat jatuh di jogja, bubar rapatnya, kemudian semua sumber daya dipetakan untuk breaking news dulu dengan gambar2 awal dari kontributor dulu, keuntungan kita di jogja itu kita punya SNG, mobil SNG merapat ke lokasi bandara bahkan kita live dari sana, pada saat itu masih ganbar2 orang digotong, pesawat terbakar, kemudian ga lama kita mendapatkan footage dari channel 7 kebetulan crewnya ada yang jadi penumpang pesawat dia berhasil keluar dan mengambil gambar dari situ kita tahu ada tokoh masyarakat din syamsudin, ada kriminolog juga. T : Bagaimana menyusun rundown? J : Karena pada sat itu kita tahu cerita kejadian mengejutkan korbannya pun banyak kalo ga salah ada 22an orang melibatkan salah satu tokoh masyarakat din syamsudin, jadi top storynya itu udah pasti, akhirnya kita dapat gambar2 dari video amatir dan dari channel 7, ada dari RCTI, ada SCTV yang waktu itu gambarnya lebih bagus, dari channel 7 itu karena dia liput dari awal orang2 sudah keluar, pesawat sudah terbakar tapi belum meledak, tim kita sendiri juga adakan kontributor jogja yang merapat kesana, meliput segala aspeknya, staf kedutaan Autraslia dating,awalnya korban2 ditumpukin di RS bandara, jadi ceritanya terus berkembang jadi berita utamanya MHI saat itulah. T : Bagaimana menentukan angle berita? J : Biasanya kalau ada peristiwa seperti ini semuanya sudah sepakat, tapi yang paling penting news value sih, dan keputusan penentuan angle itu secara kolektif di rapat redaksi jam 14 itu keputusan tertinggi, apa yang kita tayangkan, apa yang tidak, produser itu awalnya hanya mengusulkan aja, kemudian kita sesuaikan dengan dinamika perkembangan di rapat itu. T : Bagaimana dengan penulisan naskah? J : Naskah itu sampai ke kita dengan berbagai cara, ada yang masuk ke website yang di design khusus untuk para kontributor seluruh Indonesia itu untuk mengirim naskah, jadi ada di website khusus, jadi kita tinggal melihat berita apa saja. Cara kedua kalau beritanya sedang berlangsung kejadiannya sedang berlangsung dan kontributornya ga sempet nulis naskah ya kita telpon, naskahnya gimana nih dia bacakan kita ketik itu juga berlaku untuk berita2 luar negeri ada khusus mengupdate berita2 dari APTN langganan, isinya berita2 asing. T : Mana yang duluan antara naskah atau gambar? J : Naskah itu kita dahulukan untuk mempercepat produksi, tapi naskah itu naskah guidance, kasarnya untuk panduan terus kita perhalus sambil menunggu gambarnya kemudian yang menjadi acuan terakhir ya gambarnya, kalo gambarnya begini ya naskahnya yang diubah bukan naskahnya begini gambarnya yang di edit, jadi naskah itu untuk panduan awal kemudian kita rewrite dan setelah itu kita tunggu gambarnya kalo gambarnya ga sesuai ya naskahnya yang diiubah. T : Siapa yang menentukan narasumber? J : ya rapat redaksi itu, ada garuda jatuh, ya pakar penerbangan, menhub, orang garudanya kita undang, karena garuda itu kejadiannya pagi jadi agak tricky tapi semuanya setuju bahwa harus orang yang kompeten kan, biasanya kita konsultasikan dengan eksekutif produser. T : Yang membuat janji temu? J : Ada yang namanya guess booker yang melakukan tugas itu T : Mungkin gak rundown berubah? Dan karena apa? J ; Pasti, karena dinamika rapat redaksi itu kita hanya memproyeksikan tapi di rapat jam 14 itu korlip menyampaikan listing berita baru, ada dinamika disitu, ada dialog, diskusi, dan keputusan terakhir ya rapat redaksi itu. T ; Ada metode khusus ga dalam peliputan berita traumatic tersebut? J : Justru disini trickynya, untuk tahap awal kita mainin dulu semua materi yang ada karena pertaruhannya kecepatan, sama perkembangan informasi, ceritanya sedang hot2nya, jadi pengen tahu terusnya, semua materi yang ada kita seleksi sebentar langsung naikin, headline news punya apa sebelum MHI kemudian MHI seleksi, jatuhnya dulu, kemudian korbannya, penyebabnya apa, dialog dengan siapa, jadi di MHI ini sudah lebih tertata, udah diedit bagus, gambarnya sudah dipilih, yang tadinya gambar2 apa adanya di MHi diseleksi misalnya tetap korban tapi tiak terlalu sadis. T : Siapa yang menentukan tim produksi? J : Yang menentukan manajer produksi, dia sudah memilih siapa2nya bagaimana kekuatannya T : Apakah ada kendala dalam produksi? J : Paling utama day to day keriberatan kita adalah kedatang materi, melangkapinya, bukan hanya barang dari lapanga begini, tapi kita harus ada nilai tambah, bagaimana kita menyajikan sekomprehensif-komprehensifnya, selengkap-lengkapnya, kalo di lapangan ga ada bagaimana kita menambahkannya, kita harus cari data, dokumentasi, peranan dokumentasi itu sangat penting, grafis, animasi, sampai terungkap bahwa ternyata pesawat mantul-mantul jadi pesawat itu ga mulus karena pilot marwoto dan kopilotnya berantem. Pesawat udah celaka kan, tapi apa yang bisa digali lagi intinya cari nilai tambah berita challangenya disitu, dari teknis editing terbatas, mic terbatas, converter terbatas, konten diwajibkan kasih nilai tambah angat jarang” oh ada pesawat garuda jatuh korban sekian, kita akan cari tahu data pesawat yang jatuh ada banyak kan, kronologisnya, buat animasi perlu waktu dan ekstra kerja lebih keras. T : Bagaimana dengan kendala SDM? J : SDM masih kurang, tapi untuk sementara perusahaan baru ngasih tim MHI itu segitu ya akhirnya harus efisien T : Bagaimana mengatasi kendala itu? J : ya kerja lebih efisien, lebih taktis, lebih cerdas, tahu mana yang effort berita yang lebih banyak, mana yang biasa saja, karena ga mungkin kita semua berita kita kasih effort yang besar, pilihan namanya, maka yang ditaro diatas itu beritaberita top–top, berita unggulan, utama nah itu yang dikasih effort yang lebih besar, sisanya biasa-biasa saja. T : Apa yang jadi tolak ukur keberhasilan produksi berita? J ; Share dan rating T : Apa peran perencanaan? J : Sangat perlu, akan sangat memudahkanpara korlip menggerakan kontributornya dan reporternya, jadi penting supaya hasil yang dicapai lebih maksimal, misalnya kita mau cari tahu penyebab pesawat itu jatuh? Jadi tokoh wawancaranya menhub, KNKT, kepolisian, ya itu bagian dari perencanaan, supaya besok yang berangkat liputan itu punya arah, oh MHI itu mintanya ini , oh Headline itu mintanya ini di prioritaskan untuk diperoleh para pencari berita. T : Bagaimana dengan pengawasan? J ; Kontrol terakhir ada ditangan produser, setiap materi yang sudah selesai, digitize, kita lihat sebentar, kita petakan baru diinjust, disamping yang ngontrol masing-masing orang punya guidance, audio jelek jangan dipake, gambar jelek burem jangan dipake ketika editing. T : Bagaimana dengan evaluasi? J : jam 7 malam itu ada evaluasi MHI hari itu, performancenya, terus kita bandingkan dengan program-program yang head to head dengan kita, liputan 6 SCTV, seputar Indonesia RCTI, mereka main apa Metro main apa, dibandingkan, compare, sekalian kendala-kendala: oh mereka bikinnya kaya gini kita kaya gini jadi untuk evaluasi kita lebih baik, ada sometimes kita lebih baik, sometimes mereka lebih baik Untuk Memperoleh data dalam penyusuan skripsi ini, penulis telah melakukan wawancara dengan kamera person MetroTV Yudi sebagai berikut: T : Tugas dan tanggung jawab kameraman? J : Menyediakan materi dalam bentuk audio dan visual, belanja materi dalam bentuk audio dan visual T : Apa saja yang dilakukan pada pra produksi? J : Menyiapkan kamera, mic, tripod kita ambil di camstore, lalu jalankan SOP cek kamera berfungsi dengan baik atau gak, kalo semua peralatan udah OK siap untuk liputan T : Dalam keadaan breaking news dan liputan biasa apa yang dilakukan? J : kalo liputan biasa dari sisi alatnya tidak terlalu banyak paling kita Cuma bawa kamera, mic, tripod, sama kaset paling, kalo kondisi breaking news alatnya nambah kaya lighting, klip on mic buat stand up, dari sisi persiapan dalam breaking news kita harus lebih siap dan lebih cepat bergerak, kalo liputan biasa masih bisa tenteng kamera, tapi kalo breaking news kita pasang tripod dan stand by siap dengan segala kemungkinan, dari sisi produksi kita kameraman sebagai penyedia materi gambar, kalo dalam suasana breaking news ada yang namanya edit by camera, di metroTv ini jadi hanya dengan satu kameraman sudah cukup jadi yang lain tinggal mencari pelengkapnya aja agar apa yang diminta produser terpenuhi, karena kita di TV Metro ini bahasa, bahasa gambar, jadi kita ada edit by camera rata-rata untuk breaking news ga ada editor, jadi kita produksinya langsung aja on the spot, jadi sewaktu-waktu buat breaking news kita kameraman disini udah diajarin edit by camera semua gambar sudah tersusun dengan rapi jadi sewaktu2 buat breakimng news tinggal pake T : Bagaimana dengan pasca produksi? J : setelah kita shooting , liputan, kita nemenin reporter, reporter bikin naskah kita bikin shotlist, menit sekian detik sekian gambarnya apa, jadi di ruang editing untuk materi liputan biasa antara naskah dan gambar jadi sinkron, tapi untuk breaking news kita edit by camera, kalo untuk liputan biasa reporter siapin naskah terus gambarnya apa bisa dipilihin, tapi kalo untuk breaking news seperti kasus jatuhnya pesawat garuda itu gambar tinggal di roll aja T : Bagaimana koordinasi di lapangan? J : sebelum melakukan liputan antara kameran dan reporter pasti melakukan koordinasi, setelah kameraman cek kamera, mic, dan menjalankan SOP setelah reporter datang kita koordinasi mau liputan apa, materinya apa, lokasi dimana, waktunya kapan, saling memahami maunya apa kita bikin maping sendiri supaya pas di lapangan gak kaget mau ngapain, kita kameraman juga harus bisa jaga alat gimana caranya dapat liputan tapi tidak merusak alat juga, koordinasi sih dari sisi liputannya apa, kedua dari sisi kontennya ini mau dibikin apa dulu, sebelum sampai di lapangan ini mau bikin apa, mau VO, SOT, mau dibikin reader, VO SOT, apa mau dibikin paket, ok misalnya kita but live maka kita siapin gambar minimal 2 menit, jadi koordinasinya saat mau berangkat liputan dan saat di lokasi liputan. T : Pada pesawat jatuh itu gambar apa aja yang diambil? J : yang pertama pasti gambar pesawat itu jatuh, gimana juga pesawat jatuh dalam otak kita pasti harus dapetin gambar pesawat itu jatuh, mungkin widenya dulu, jatuhnya dimana, baru medium shotnya, close up maskapai penerbangannya, gambar orang yang menyelamatkan diri, kita ambil ekspresi-ekspresi muka korban yang lagi shok dan sedih, trus gambar petugas yang sedang membantu, pemadam kebakaran yang sedang nyemprot apinya T : Bagaimana dengan gambar korban yang sedang terluka? J : kalo di metroTV selama gambar korban itu tidak terlalu parah, kalo di metroTV itu korban yang berdarah2 dan parah , tapi kalo kita bisa dapat gambar korban ya itulah nilai lebih kita T : Ada kendala ga dalam peliputan? J : kalo liputan biasa kendalanya lebih kepada misalnya dijalan, tempatnya, rebutan dengan wartawan TV-TV lain banyak, kalo saat breaking news seperti itu ya kendalanya kita harus punya fisik yang bagus, dan prima kalo ga keteteran, dan juga banyaknya wartawan dari media lain dimana merekapun ingin ngambil gambar yang seekslusif mungkin, kita harus berebut gimana caranya kita harus dapet gambar, terus kalo breaking news waktunya ga ditentuin beda dengan liputan biasa sudah pasti apa buat Metro Pagi, metro siang, MHI sudah pasti waktu tayang dan produksinya, tapi kalo breakingnews kan ga tentu gimana caranya lebih cepat Karena berpacu dengan waktu karena waktunya gak terduga seperti jatuhnya pesawat itu kan gak ada yang tahu kapan mau jatuh, dimana,. T : Bagaimana mengatasi kendala kendala itu? J : Secara teknis mungkin kita kameraman karena udah biasa megang alat ga terlalu masalah, buat live masalah di teknis karena kita kerjasama dengan tim besar ya ngatasinya kita kompak secara tim supaya semua ok, terus kalo non teknis mungkin lebih jaga kondisi fisik supaya ga tumbang karena saat breaking news semua orang tuh mobile gak bisa ngandelin orang lain tapi semua orang dikerahkan kerja keras, kalo dari sisi teknis gambar selama itu eksklusif walaupun gambar itu goyang masih bisa dipake T : Bila mana memutuskan untuk live report? J : Koordinasi tetap dipegang korlip ya misalnya pesawat jatuh itu ok kita ke lokasi nanti jam sekian live, jadi kita nyiapin gambar sampai waktu live metro itu kan biasanya bukan siaran langsung tapi langsung siaran , jadi gambar itu 15 – 5 menit sebelum on air masih bisa disiapkan jadi pasti kita dapet gambar yang terbaru T : Berapa lama standby di lokasi untuk keadaan breaking news di jogja? J : Tergantung situasi gak bisa ditentuin sekian lama gitu T : Ada batasan-batasan pengambilan gambar? J : Ga ada batasan kapan harus ngambil gambar kapan berhenti tapi dalam kondisi breaking seperti itu setiap saat setiap waktu kita ngambil gambar gitu biasanya standby 3 orang kameraman dilapang, yang satu standby buat live yang lain belanja gambar ya kita harus selalu mobile di lokasi bolak-balik ke SNG ganti kaset baru berangkat lagi begitu aja jadi misalnya satu kaset baru terisi 2 menit kalo harus kirim ke SNG ya ganti lagi yang baru T : Bagaimana mengatasi dilemma saat melihat korban dengan meliput? J : Dilemma itu pasti ada, secara pribadi dari sisi kemanusiaan sih simpati dengan korban Cuma kita harus professional kalo korban pesawat yang masih merintih kesakitan pasti merasa iba tapi dari sisi tugas pasti ngambil gambar dulu kalo masih bisa di tolong baru ditolongkarena excluvitas gambar kan penting, bukannya ga mau nolong orang tapi harus dapat gambar dulu karena saya kameraman bukan seorang petugas medis sebab kalo malah mentingin sisi kemanusiaan dulu nanti kantor akan nanya kenapa TV lain dapat gambar kita ga dapat gambar akan ditagih gitu T : Bagaimana mengatasi efek trauma terhadap diri sendir? J : Trauma pasti ada Cuma sebagai kameraman kita harus terbiasa dengan setiap kejadian yang bersifat traumatic seperti itu soalnya sudah risiko pekerjaan wartawan ya seperti itu. Untuk Memperoleh data dalam penyusuan skripsi ini, penulis telah melakukan wawancara dengan Korda MetroTV Tomy sebagai berikut: T : Tugas dan wewenang korda? J : Sesuai namanya coordinator daerah sama saja dengan korlip tugasnya: 1. mengkoordinasikan berita-berita di daerah yaitu menugaskan sekitar 150 kontributor metroTVyang ada di daerah dari sabang sampai merauke tiap pagi kita harus sudah tahu ada berita2 apa yang ada dari mereka dari berita2 terbaru yang mereka laporkan lalu kita 2. listing untuk kemudian kita bawa ke rapat nah selain listing berita2 yang masuk , kita berhak untuk menugaskan artinya kita punya news judgment untuk menentukan berita2 apa saja isu ini layak atau tidak, atau kita membuat permintaan berita, 3. korda juga harus berkordinasi dengan biro2, karena selain kontributor metro juga punya 6 biro antara lain jogja, Surabaya, medan, makasar, pekanbaru, bandung. Kita harus punya news judgment layakkah berita itu untuk disiarkan dimetroTV 4. menentukan news judgment kelayakan berita T : Apa saja yang dilakukan pada saat kegiatan pra produksi? J : Koordinasi dengan para kontributor sakaligus kita memberi masukan agar angle2nya seperti ini, setelah itu mereka meliput, lalu feeding atau streaming atau kirim kaset, baru kemudian ngambil naskah di website khusus metroTv untuk kontributor baru menentukan sipa yang mengerjakan tapi sebelum itu harus rapat dulu di rapat redaksi jam 9, 11, 14, 19 filternya adalah dirapat redaksi itu mana aja yang akan dipakai. T : Apa saja yang dilakukan saat produksi? J : Produksi itu yang mengerjakan adalah produser offline dan online, offline itu menentukan isu2 yang mau kita bawa, online itu produksi berhubungan dengan onairnya buat rundown juga buat paket2 berita sampai onairnya, korda hanya membantu kelancaran saja misalnya membantu naskah, pengiriman video streaming atau feedingan. T : Bagaimana menyusun jadwal peliputan dalam kondisi breaking news? J : Saat ditentukan breaking korda ataupun korlip itu harus menentukan ada didaerah mana, misalnya kasus Jogja maka korda harus berkoordinasi dengan kepala biro disana, lalu menyuruh atau menggerakkan kontriutor secepatnya mencari berita itu ataupun kalau belum bisa dilakukan live by phone sambil nyari, lalu mencari nomor2 penting yang ada didaerah , berkoordinasi dengan produser apa2 saja yang dibutuhkan produser T : Apa kendala yang dihadapi dalam situasi breaking news seperti kejadian pesawat jatuh di Jogja? J : Yang pasti kalo dalam situasi dadakan begitu kendalanya biasanya koordinasi karena orang sedang panic karena yang masuk ke breaking news itu kan peristiwa2 besar biasanya orang susah dihubungin karena situasi panic, lalu biasanya kendala teknis susah berkomunikasi, narasumber terkadang untuk hal2 tertentu tidak mau diwawancara, factor jarak dan lokasi juga biasanya jadi kendala, kalo Jogja masih mending masih Kota tapi kalo daerah terpencil kan susah T : Bagaimana mengatasi kendala2 tersebut? J ; ya misalnya dengan cara live by Phone dulu sekarang dibantu dengan teknologi streaming kalo reporter atau kontributor sudah meliput bisa langsung streaming tapi kalo belum meliput dia harus cari gambar amatir danbiasanya gambar amatir kalo kualitasnya sangat bagus berapa pun dibeli lalu di streaming yang penting kita bisa mendapatkan hak exclusive atas berita itu, bahkan gambar dari HP pun sekarang sangat laku yang penting gambar karena persaingan semakin ketat T : Bagaimana korda memilih berita2 yang layak dibawa ke rapat redaksi? J : yang pasti untuk menjadikan metroTV bagus itu pertama harus eksklusif, kedua harus tercepat, ketiga kemasan harus bagus, kemudian bagaimana memilah2 berita yang bagus, metroTV itukan segmennya AB+ kan jadi metro TV gak mau menayang berita2 yang ece2 seperti berita criminal yang biasa saja metroTv gak akan tayangkan walu bagaimanapun gak masuk segmentnya jadi gampangnya ada berita bagus dn berguna tapi berita tidak terlalu bagus T : Jadi peran korda dan korlip itu apa? J : korlip dan korda itu akan menjadi filter awal ya, kita akan menjudge berita yang layak salah satunya adalah coverboth side yang menjadi pertimbangan kita T : Ada metode khusus ga dalam peliputan berita traumatic seperti pesawat jatuh di Jogja Itu ? J : Metode secara khusus tidak ada, karena kita melakukan peliputan secara cepat bertindak cepat aja gitu ketika ada informasi baru itu harus segera kita konfirmasi dan biasanya para petinggi2 di metro akan menentukan misalnya buat grafik, hubungi narasumber ini, misalnya pas kejadian pesawat jatuh itu ada orang metroTv yang terlibat di pesawat itu dan segera mengontak metroTV kan, intinya kita harus cepat bagaimana mengumpulkan materi sih T : Apa peranan yang paling penting menyangkut tahapan POAC? J : Menurut saya semua tahapan itu sangat penting karena misalnya pendapat dari news gathering ga bagus apa yang akan diproduksi kan, kalo saya semuanya hilistik, perencanaan sangat penting, news gathering sangat penting, produksi sangat penting, dan kontroling juga sangat penting belum tentu kalo kita bilang bagus tapi ngeditnya misalnya jumping2 atau cacat produksi jadi jelek hasilnya fungsi pengawasan selain ada QC juga ada litbang sebagai pengawas dan selalu memberikan koreksi terhadap apa2 yang sudah di onairkan gitu. T : Apa yan gterjasi bila terjadi kesalahan pada tahapan –tahapan yang ada? J : Segera perbaiki ada di tahap mana kesalahannya, artinya TV itu terjadi menit by menit beda dengan cetak yang deadline lama, ketika kehilangan momen kita harus cari apa alternatifnya dan yang lebih penting lagi karena kita berita gambar kalo ada perencanaan yang gagal meliput otomatis misalnya cari gambar amatir, footage dari media lain misalnya atau dari citizen journalism T : Bisa dijelaskan alur produksi regular dan kasus breaking news garuda? J : Kalo regular biasanya korda berkoordinasi dengan kntributor, setelah itu melisting berita, lalu bawa ke rapat redaksi, lalu dipilih apa saja yang akan diangkat ole produser offline dan online, lalu diinjust untuk ditayangkan pasca on air dilakukan evaluasi yang dilakukan oleh litbang Kalo untuk situasi breaking news seperti jatuhnya pesawat di Jogja itu kita dapat informasi di lapangan siapapun karena sifatnya dadakan lalu kita koordinasi dengan biro Jogja dan para kontriutor lalu korda menindak lanjuti dan berkoordinasi dengan segala komponen dapatnya apa aja lalu bisa langsung live dan koordinasinya bersifat simultan semua tim melebur tepi tetap terkontrol