STRATEGI PRODUKSI TAYANGAN BERITA TRAUMATIK DI

advertisement
STRATEGI PRODUKSI TAYANGAN BERITA TRAUMATIK DI
METRO TV
( Studi Kasus Jatuhnya Pesawat Garuda Yang Terbakar di Bandara
Adisucipto Jogjakarta)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi gelar sarjana
Strata 1 (S1) Jurusan Broadcasting
Fakultas Ilmu Komunikasi
Oleh
Agus Ramdan S
NIM: 4410411-039
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2009
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
LEMBARAN PERSETUJUAN SIDANG SKRIPSI
Nama
: Agus Ramdan Supriatna
NIM
: 4410411-039
Bidang Studi
: Broadcasting
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Judul skripsi
: Strategi Produksi Berita Traumatik di MetroTV (Studi Kasus
Jatuhnya Pesawat Garuda Yang Terbakar di Bandara
Adisucipto Jogjakarta)
Mengetahui,
Jakarta, Februari 2009
Pembimbing
( Drs. Riswandi, M.Si )
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI
Nama
: Agus Ramdan Supriatna
NIM
: 4410411-039
Bidang Studi
: Broadcasting
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Judul skripsi
: Strategi Produksi Berita Traumatik di MetroTV (Studi Kasus
Jatuhnya Pesawat Garuda Yang Terbakar di Bandara
Adisucipto Jogjakarta)
Jakarta, Februari 2009
Disetujui dan diterima oleh:
Pembimbing
(Drs. Riswandi M.Si)
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
( Dra Diah Wardhani, M.Si )
Ketua Bidang Studi Broadcastting
(Ponco Budi Sulistyo,S.Sos,M.Comm)
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MERCU BUANA
TANDA LULUS SIDANG SKRIPSI
Nama
: Agus Ramdan Supriatna
NIM
: 4410411-039
Bidang Studi
: Broadcasting
Fakultas
: Ilmu Komunikasi
Judul skripsi
: Strategi Produksi Berita Traumatik di MetroTV (Studi Kasus
Jatuhnya Pesawat Garuda Yang Terbakar di Bandara
Adisucipto Jogjakarta)
Jakarta, Februari 2009
1. Ketua Sidang
(Ponco Budi Sulistyo, S Sos, M.Comm)
2. Penguji Ahli
(Afdal Mangkuraga S Sos, MM)
3. Pembimbing
(Drs. Riswandi, M.Si)
UNIVERSITAS MERCU BUANA
FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI
JURUSAN BROADCAST
ABSTRAKSI
Agus Ramdan Supriatna ( 4410411-039 )
“Strategi Produksi Berita Traumatik di MetroTV (Studi Kasus Jatuhnya
Pesawat Garuda Yang Terbakar di Bandara Adisucipto Jogjakarta)”
VII+74 Halaman +31 Lampiran; Bibliografi
Televisi sebagai media massa audio visual adalah media yang
menyampaikan pesan dan informasi kepada khalayak dalam bentik berita. Berita
merupakan hasil dari kegiatan jurnalistik. Secara konseptual, jurnalistik dapat
dipahami dari tiga sudut pandang, yakni sebagai proses, teknik dan ilmu. Dalam
pembuatan atau peliputan suatu peristiwa diperlukan suatu strategi agar rencana
dapat terpenuhi. Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
Bagaimana Strategi Produksi Berita Traumatik di MetroTV (Studi Kasus Jatuhnya
Pesawat Garuda Yang Terbakar di Bandara Adisucipto Jogjakarta). Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui Strategi Redaksi yang ditetapkan oleh
manjemen dalam memproduksi tayangan berita traumatik yang ditinjau dari konsep
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap apa yang
dilakukan tim redaksi MetroTV.
Tinjauan pustaka yang digunakan oleh penulis yaitu tentang, komunikasi,
komunuikasi massa, televisi sebagai saluran media massa, program berita, nilai
jurnalistik televisi, etika jurnalistik, strategi produksi berita traumatik yang berdasar
pada konsep POAC (Planning atau perencanaan, Organizing atau
pengorganisasian, Actuating atau pelaksanaan, dan Controlling atau pengawasan)
yang digunakan tim redaksi MetroTV.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus
dengan sifat penelitian deskriptif dan pendekatan kualitatif yaitu hanya
memaparkan gambaran mengenai gejala – gejala atau realitas – realitas. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah data primer yaitu wawancara secara
mendalam dengan key Informan, data skunder dengan studi literatur. Konsep
penelitian ini adalah Strategi produksi yaitu suatu rencana lengkap dan terintegrasi
untuk menghasilkan sesuatu agar dapat mencapai hasil yang terbaik. Berita
Traumatik yaitu informasi yang berisi tentang peristiwa yang menyebabkan kondisi
stress psikologis yang merupakan pengaruh dari peristiwa dahsyat dan luar biasa
yang dialami orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi mengacu pada konsep POAC
(Planning atau perencanaan, Organizing atau pengorganisasian, Actuating atau
pelaksanaan, dan Controlling atau pengawasan) adalah bahwa perencanaan lebih
dilakukan kepada hasil perolehan data dari lapangan untuk kondisi Breaking News
konsep yang lebih dominan adalah produksi atau Actuating yang digunakan tim
redaksi MetroTV dalam memproduksi berita traumatik.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul
“Strategi
Produksi Berita Traumatik di MetroTV (Studi Kasus Jatuhnya
Pesawat Garuda Yang Terbakar di Bandara Adisucipto Jogjakarta)”, sebagai
salah satu syarat akademik dalam menempuh dan menyelesaikan studi sarjana (S1)
pada jurusan Broadcasting Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana
Jakarta.
Dengan segala hormat
Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak yang sangat berjasa dalam membantu penulis
menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada:
1. Bapak Drs Riswandi, M.Si selaku dosen pembimbing utama yang
senantiasa membantu dan memberikan masukan dari awal hingga akhir
penulisan skripsi ini.
2. Bapak Ponco Budi Sulistyo,S Sos, M.Comm. selaku ketua jurusan
Broadcasting Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana.
3. Ibu Fenny Fasta SE. M.Si sebagai sekretaris bidang Studi Broadcasing
pada Fakultas Ilmu Komunikasi Jurusan Broadcast Universitas Mercu
Buana
ii
4. Bapak Afdal Mangkuraga S Sos, MM Selaku Penguji ahli dalam sidang
skripsi penulis
5. Dra. Diah Wardhani, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Komunikasi
Universitas Mercu Buana.
6. Bapak Drs. Hardiyanto M.Si selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Mercu Buana.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi khususnya Dosen Jurusan
Broadcasting
yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan bagi
Penulis selama berlangsungnya proses perkuliahan.
8. Staf-staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Mercu
Buana yang sering direpotkan.
9. Seluruh Karyawan di lingkungan Universitas Mercu Buana. Terima
kasih atas kebijakannya.
10. Seluruh Staf Bagian Redaksi MetroTV Mas Ary, Mas Dely, Yudi,
Tomy, Mas Wayan atas bantuan pengumpulan data dalam penyelesaian
skripsi ini.
11. Seluruh staf Public Relation dan HRD MetroTV yang telah membantu
penulis
12. Staf programming, Staf Editing, Staf Grafis Redaksi MetroTV yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan pelajaran
dan pengalaman yang luar biasa bagi penulis dalam penelitiannya.
iii
13. Kristiyanti (Istri saya) yang selalu memberikan dorongan yang memacu
semangat penulis guna menyelesaikan studi di Universitas Mercu Buana,
Thak you My Darling
14. Temen-temen di digiseni Mba Siti, Wati, Ida, wawan, Fery, Indra,
ABayu terima kasih atas segalanya Mudah-mudahan dibalas sama yang
diatas kalian semua orang baik.
15. Kedua orang tua saya telah melahirkan dan merawat penulis dengan
sabar hingga bisa seperti sekarang
16. Rekan-rekan Departemen Programming terutama Marisa, Rian, tim QC:
Budi, Septi, Lutvi (foto kalian nongkrong juga nih di skripsi aye
hehe….), Teh Santi (teteh is My Boss) yang selalu mendukung studi
penulis, Edo yang telah minjemin tape cadangan, Thankyou My Friends
serta rekan-rekan lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang
telah mendukung penulis dalam menyelesaikan perkuliahan ini aku akan
ingat semua jasa kalian.
17. Coki yang telah berbagi pendapat dan pengalaman serta memberikan
dukungan selama ini
18. Angkatan 5 Broadcast yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
memberikan penulis hidup yang lebih hidup
19. Angkatan 5 PR juga thank’s terutama Kiki, Wini yang sudah cape-cape
nganterin Tape recorder walaupun malam-malam ( maaf deh abis urgent
sih wakut itu hehe..) tapi anyway thank you
iv
20. Semua pihak yang membantu penulis dalam penelitian dan penyusunan
skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu… I’ll Never Forget
You All….
Atas segala bantuan dan dukungan serta doanya, penulis hanya dapat
mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya. Kalian semua telah menjadi
bagian dari sejarah hidupku. Semoga kita semua bisa jadi yang terbaik dihadapanNya nanti.
Akhirnya “tiada gading yang tak retak” dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi yang sederhana ini
dapat lebih sempurna, baik isi maupun penyajiannya.
Jakarta, Februari 2009
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI .….……..…………...................……………………….…...…
i
KATA PENGANTAR
.….………..…………………………………. …….
ii
.….……………….…………………………………………....
vi
DAFTAR ISI
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
1. 1
Latar Belakang Masalah .….……………………………
1
1. 2
Rumusan Masalah
…..………………………………….
9
1. 3
Tujuan Penelitian
……………………………………..
10
1. 4
Signifikansi/Manfaat Penelitian ...…..……………………
10
1. 4. 1 Manfaat Akademis……….............……………...
10
1. 4. 2 Manfaat Praktis …………………….…………….
10
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1
2. 2
2. 3
2. 4
2. 5
Komunikasi
……………………………………….
11
2. 1. 1 Pengertian Komunikasi ..........…………………...
11
Komunikasi Massa
...........................……………
13
2.2.1 Penertian Komunikasi Massa ...................................
13
2.2.2 Karakteristik komunikasi Massa ..............................
13
2.2.3 Tujuan Media Massa
14
.......................................
Televisi Sebagai Saluran Media Massa
....………………
15
2.3.1 Pengertian Televisi .....................................................
15
2.3.2 Fungsi televisi ...........................................................
15
Program Berita
16
…………… …………………………….
2. 4. 1 Pengertian Dasar Berita …………….......……….
16
Nilai Jurnalistik televisi . . . . . ...………………………..
18
2.5.1 Pengertian Jurnalistik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
18
2.5.2 Ciri-Ciri Nilai Berita . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
19
vi
BAB III
BAB IV
2.5.3 Kualitas Berita . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
20
2.5.4 Unsur-Unsur Berita Televisi . . . . . . . . . . . . . . . . . .
21
2. 6
Etika Jurnalistik ........ ...…………………………………
21
2. 7
Strategi Produksi Berita Traumatik ...........………………
25
2.7.1 Pengertian Strategi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
25
2.7.2 Pengertian Produksi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
25
2.7.3 Peristiwa Traumatik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
26
METODOLOGI PENELITIAN
3. 1
Type/Sifat Penelitian .…..…………………………………
32
3. 2
Metode Penelitian ……….………….…………………….
33
3. 3
Teknik Pengumpulan Data ……………………………….
34
3. 3. 1 Data Primer …….………………………………...
34
3. 3. 2 Data Sekunder………………… ……………….
35
3. 4
Defenisi Konsep
……..…………………………………
35
3. 5
Fokus Penelitian
……..…………………………………
35
3. 5. 1 Konsep Perencanaan ...……………………………
36
3. 5. 2 Konsep Pengorganisasian .………………………
36
3. 5. 3 Konsep Pelaksanaan ….…………………………
36
3. 5. 4 Konsep Pengawasan .……………………………
37
3. 6
Key Informan
……………………………
38
3. 7
Analisis Data
…….……………………………………
40
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4. 1
Gambaran Umum MetroTV .………………………………
42
4. 1. 1 Visi MetroTV
……………………
43
4. 1. 2 Misi MetroTV
.........................................
43
4. 1. 3 Keunggulan MetroTV . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
44
4. 1. 4 Konsep Program MetroTV . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
45
vii
4. 2
4. 3
BAB V
4. 1. 5 Target MetroTV . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
45
Hasil Penelitian
………..……………………………
46
4. 2. 1 Perencanaan(Planning) .…………………………
49
4. 2. 2 Pengorganisasian (Organizing) ……………..........
53
4. 2. 3 Pelaksanaan (Actuating)……..……………………
57
4. 2. 4 Pengawasan (Controlling) ………………………
62
Pembahasan
65
……………………………………………
KESIMPULAN DAN SARAN
5. 1
Kesimpulan
……………………………………………
71
5. 2
Saran
…………………………………………………
73
5. 2. 1 Saran Akademik …………………………………
73
5. 2. 2 Saran Praktis………………………………………
73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DATA DIRI
viii
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam
kehidupan sehari-hari karena komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks
kehidupan manusia mulai dari kehidupan pribadi, pekerjaan, organisasi,
kelompok, budaya, politik, ekonomi dan lain sebagainya.
Menurut Harold laswell dalam Salah satu hasil penelitiannya dikenal sebagai
formula Lasswell komunikasi adalah
Who (says) What (to) whom (in)What
Channel (with) What effect Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses
yang menjelaskan “siapa” “mengatakan “apa” “dengan saluran apa”,“kepada
siapa” , dan “dengan akibat apa” atau “hasil apa”.1
Salah satu jenis komunikasi yang kita ketahui adalah komunikasi massa.
Menurut Defleur dan Dennis McQuail (1985) Komunikasi massa adalah suatu
proses dalam mana komunikator- komunikator menggunakan media untuk
menyebarkan pesan-pesan secara luas, dan secara terus menerus menciptakan
makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak-khalayak yang
besar dan berbeda-beda dengan melelui berbagai cara.2
Televisi merupakan sarana yang efektif dalam menjangkau khalayak,
televisi sangat berperan penting dalam proses komunikasi massa karena televisi
merupakan media yang paling pas dalam menyampaikan pesan yang ingin
1
Arifin Anwar, Ilmu Komunikasi, Sebuah Pengantar Ringkas, Rajawali Press, Jakarta 1988
Sendjaja, Sasa Djuarsa, Pengantar Ilmu komunikasi, Cetakan Kedelapan, Jakarta Pusat
penerbitan Universitas Terbuka, 2003
2
2
disampaikan. Seiring dengan tumbuh dan berkembangnya industri pertelevisian di
Indonesia sejak era reformasi bergulir tahun 1998, maka informasi menjadi sangat
mahal dan berharganya bagi masyarakat. Sebagai teknologi modern wajar bila
media televisi menjadi media massa yang efektif menjangkau khalayak dalam
waktu yang relatif singkat dan dapat merebut hati pemirsanya, bahkan dewasa ini
televisi sudah menjdi kebutuhan yang wajib bagi setiap keluarga.
Berbagai stasiun televisi berlomba menyajikan tayangan – tayangan yang
berkualitas untuk menjangkau perhatian masyarakat, mulai dari acara berita,
musik, variety show, film / drama, feature dan dokumenter, dan lain sebagainya.
Dalam hal ini penulis mencoba mengamati program berita di televisi, dimana
program berita yang bersisi informasi aktual, faktual dan menjadi primadona di
setiap stasiun televisi, hampir semua televisi mempunyai program berita, bahkan
ada televisi yang 24 jam terus menyiarkan berita baik secara live ataupun tidak
misalnya Metro TV.
Program berita adalah program televisi yang berisi informasi, fakta, realita,
sesuatu yang mempunyai nilai penting dan menarik untuk diketahui masyarakat.3
Karena program berita merupakan segmen program yang wajib ada di setiap
stasiun televisi, sumber daya yang besar dicurahkan untuk program berita, berita
selalu mengikuti perkembangan teknologi baru karena bisa mengakses suara dan
gambar dari segala penjuru dunia, dan hal ini menjadi perhatian yang kritis sebab
bisa menghadirkan pandangan khusus tentang dunia yang dijual kehadapan
pemirsa televisi.
3
Fred Wibowo, Teknik Produksi Program Televisi, Pinus Book Publisher, Juli 2007, hal 132.
3
Menurut McQuail “ berita bukan sekedar fakta tetapi bentuk khusus
pengetahuan yang tidak lepas dari penggabungan informasi, mitos, fable, dan
moralitas”4
Berita adalah informasi aktual tentang fakta-fakta dan opini yang menarik
perhatian orang 5
Kegiatan menghimpun, mencari dan menulis berita tidak lepas dari kegiatan
jurnalistik sebagai ilmu dasar yang merupakan cikal bakal lahirnya program berita
di televisi. Dalam setiap liputannya reporter berita televisi tidak dapat mengelak
dari segala peristiwa yang terjadi di masyarakat, baik kejadian susah, senang,
indah, buruk, pahit, manis pasti akan dialami oleh reporter di lapangan. Reporter
berita televisi tidak dapat mengelak dari peristiwa, karena peristiwa itulah yang
diliput reporter, termasuk di dalamnya adalah peristiwa traumatik, yakni peristiwa
yang dapat menimbulkan gangguan psikologis. Gangguan psikologis bisa
menimpa jurnalis, pemirsa dan korban yang diliput. Gangguan psikologis terjadi
karena besarnya peristiwa yang terjadi, misalnya karena ledakan bom begitu kuat,
banjir bandang begitu dahsyat, dan sebagainya. Gangguan psikologis juga bisa
terjadi atau bertambah karena cara-cara melakukan peliputan yang tidak tepat
sehingga menambah sakit bagi korban. Cara-cara tidak tepat inilah yng harus
dihindari agar peliputan berita dan penayangan berita tidak menambah sakit bgi
korban maupun pemirsa. Bahkan jurnalis yang trauma terhadap peristiwa
traumatik, dapat berhubungan dengan psikolog untuk menyembuhkannya.
4
Graeme Burton, Membincangkan Televisi,Ssebuah Pengantar pada StudiTtelevisi, Jalasutra
Maret 2007, hal 198 Mc Quail “ Berita”
5
Hikmat Kusumaningrat, Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik,Tteori dan Praktik, RosdaKarya,
2006
4
Peristiwa traumatik merupakan peristiwa yang dapat menimbulkan
gangguan psikologis, seperti trauma, perasaan takut dan gangguan fisik serta
mental. Peristiwa ini dapat saja terjadi sesaat maupun berkelanjutan.6
Contoh-contoh peristiwa traumatik adalah bencana alam, ledakan bom,
perang, perkosaan, kekerasan dalam rumah tangga, kecelakaan lalu lintas,
pengungsian, dan sebagainya.
Bad news is good news kalimat tersebut menunjukkan bahwa berita buruk
adalah amunisi yang ampuh untuk menarik perhatian pemirsa, hal ini sudah pasti
dianut oleh hampir semua media massa. Ketika pada 26 Desember tahun 2004
terjadi tsunami yang meluluhlantahkan Aceh dan beberapa negara lainnya, media
massa berlomba-lomba menayangkan apapun yang terkait dengan musibah itu;
bahkan kalau perlu, mengulang-ulang tayangan yang sama (misalnya seperti
cuplikan video amatir yang terkenal itu) selama berminggu-minggu.
Begitu juga yang terjadi di Amerika Serikat Tragedi 11 September 2001,
ketika simbol kesejahteraan dan rasa aman dihantam secara sistematis oleh teroris,
merupakan kejadian yang paling banyak diliput di seluruh dunia pada tahun itu,
bahkan sejak saat itu perang melawan teroris menjadi agenda utama Presiden
Amerika Serikat.
Tragedi di Hotel JW Marriott Jakarta, Selasa 5 Agustus 2003 yang menelan
korban begitu banyak sebagai akibat dari ledakan bom sangat memprihatinkan
kita semua. Dengan jumlah korban kurang lebih 10 orang meninggal, 147 lukaluka dan 22 kendaraan hancur, mengingatkan peristiwa-peristiwa serupa yang
terjadi di Tanah Air sebelumnya. Selain menimbulkan kerusakan parah, ledakan
bom itu mengakibatkan trauma pada para korbannya
6
Panduan Bagi Jurnalis Dalam Meliput Peristiwa Traumatik, Yayasan Pulih, Edisi Kedua, 2005
5
Kemudian peristiwa jatuhnya pesawat Boing 737-400 milik maskapai
penerbangan Adam Air yang menghilang di perairan Mamuju sulawesi barat pada
1 Januari 2007 yang terbang membawa hampir 102 penumpang dapat
mengakibatkan traumatik yang mendalam bagi para keluarga korban yang
ditinggalkan, bahkan sampai hari ini pun belum ada kepastian kemana dan dimana
jasad para korban, meliput peristiwa ini dengan mewawancarai keluarga korban
akan menyebabkan trauma yang mengingatkan kembali pada peristiwa tersebut.
Berbagai kenangan yang dialami keluarga korban bersama korban akan sangat
menimbulkan dampak psikologis yang yang cukup signifikan, ada yang baru
menikah, ada yang belum menikah dan akan menikah, ada yang memiliki anak
kecil atau bayi, ada yang lama tak bertemu dan lain sebagainya malang nasib
mereka pesawat naas yang ditumpanginya menghilang entah kemana. Meliput
peristiwa ini akan sangat sulit bagi seorang jurnalis atau reporter televisi untuk itu
diperlukan strategi investigasi dalam peliputannya dan ini akan sangat dilematis.
Contoh lain adalah peristiwa tragis yang menimpa komedian Taufik Savalas
pada bulan Juli tahun 2007 lalu akibat kecelakaan mobil yang ditumpanginya
dalam perjalanan menuju Purworejo Jawa Tengah, bagaimana salah satu stasiun
televisi swasta memperlihatkan histerisnya istri korban pada saat mengetahui
berita buruk yang menimpa suaminya tersebut dari salah satu rekan kerjanya,
shock yang dialami istri taufik tersebut menunjukan kepada kita bahwa betapa
tidak derita yang dialami keluarga taufik savalas tersebut malah dijual sebagai
informasi, berita, tapi betapa tidak terfikir oleh kita kejadian yang menimpa taufik
begitu tragis dan menimbulkan trauma yang mendalam bagi istri dan anak anaknya.
6
Peristiwa- peristiwa tersebut jika tidak tepat meliput dan menyiarkannya
dapat membuat dampak buruk bagi korban, keluarga, bahkan bagi jurnalis sendiri.
Misalnya seorang korban ledakan bom akan merasa ketakutan ketika mendengar
ledakan. Ia masih trauma dengan ledakan bom yang meluluhlantakkkan gedung
dan mengakibatkan puluhan orang tewas, termasuk dirinya yang menderita luka.
Bahkan korban ini pun trauma ketika melihat tayangan ledakan bom diulang. Ia
tidak dapat tidur ketika mengingat kasus yang dialaminya itu.
Kemudian peristiwa traumatik lainnya adalah Pesawat Garuda berjenis
Boeing 737-400 dengan nomor penerbangan GA-200 rute Jakarta-Yogyakarta
terbakar di persawahan sekitar Bandar Udara Adisucipto Yogyakarta. Pesawat
yang berangkat pukul 06.00 WIB pada hari rabu tanggal 07 Maret 2007 dari
Bandar Udara Soekarno - Hatta Cengkareng itu terbakar habis dan sebagian
penumpangnya terjebak di dalamnya. Yang menewaskan 21 orang termasuk 4
orang warga Negara Australia.7 Dinama kasus ini selanjutnya akan dijadikan
objek penelitian penulis. Temuan Terbaru KNKT JOGJAKARTA Apa yang
terjadi pada pilot saat pesawat Garuda GA200 terbakar di Bandara Adisucipto
Rabu (7/03) akhirnya terungkap. Komite Nasional Keselamatan Transportasi
(KNKT) berdasar informasi dan data di lapangan menyebutkan bahwa pilot M
Marwoto Komar pingsan sesaat setelah pesawat Garuda mendarat (landing). Pilot
tersebut baru sadar saat pramugari mengingatkan dia agar segera keluar dari
7
www.tempointeraktif.com, Pesawat Garuda Terbakar di Yogyakarta, 07 Maret 2007
7
pesawat yang mulai terbakar. "Kami mendapatkan keterangan bahwa pilot sempat
tidak sadar dan diingatkan oleh pramugari agar segera keluar dari pesawat.8
Berbagai media baik cetak maupun elektronik menjadikan headline
pemberitaan mengenai jatuhnya pesawat nahas yang jatuh di bandara Adisucipto
Jogjakarta tersebut, berbagai kisah memilukan menyangkut korban penumpang
dan kelurga korban baik yang meninggal dunia, luka berat, luka ringan maupun
yang selamat, mereka dating dari berbagai latar belakang, tujuan, kepentingan dan
pengalaman yang berbeda – beda. Berbagai spekulasi mengenai peristiwa tersebut
bermunculan, mengakibatkan kondisi transportasi Indonesia sedang dalam kondisi
menghawatirkan. Salah satu kisah saksi mata melaporkan saat mendarat pesawat
tampak tidak terkendali dan meluncur hingga menabrak pagar kawat, sebelum
akhirnya
terbakar.
Pesawat
ini
juga
membawa
sejumlah
pejabat
PP
Muhammadiyah dan wartawan asing yang hendak meliput acara peresmian
sekolah oleh Menteri Luar Negeri Australia Alexander Downer di Yogyakarta
hari Rabu. Salah seorang diantaranya adalah Ketua Umum PP Muhamadiyah,
Dien Syamsudin."Beberapa penumpang masih hendak mengambil tas tangan
mereka. Namun saya berteriak ke mereka "keluar, keluar, Pesawat penuh dengan
asap. Saya melompat dua meter dan jatuh di tengah sawah”9
Peristiwa jatuhnya pesawat garuda jurusan Jakarta Jogjakarta yang terbakar
di bandara Adisucipto Jogjakarta menjadi sorotan berbagai media karena disaat itu
kondisi transportasi baik darat laut dan udara banyak mengalami kecelakaan,
kecelakaan pesawat ini bahkan menjadi kecelakaan yang memilukan kesekian
8
http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail&id=8297, Pilot Pingsan Saat Landing, 10 Maret
2007
9
www.bbc.co.uk , Boeing Garuda Hangus di Jogjakarta, 7 maret 2007
8
kalinya dimana sebelumnya juga terjadi pada maskapai penerbangan yang lain,
para korban dan keluarga bertambah trauma terhadap kondisi penerbangan tanah
air yang lagi – lagi mengalami musibah kecelakaan , efeknya masyarakat menjadi
takut dan trauma yang mendalam bila diingatkan dengan peristiwa tersebut.
Di luar dampak buruk pemberitaan peristiwa traumatis tersebut, ada juga
dampak positifnya. Yakni memberikan berita dan informasi kepada keluarga
mengenai apa yang terjadi, siapa saja yang menjadi korban, dan apabila
diperlukan, keluarga mereka pun dapat mencari tahu dimana korban di rawat.
Dampak positif lainnya adalah menggalang solidaritas kemanusiaan, mislanya
dalam bentuk bantuan bagi pemulihan yang bersangkutan.
Yang Menjadi pertanyaan Jika kita menghadapi kecelakaan tragis, apakah
kita akan mengutamakan liputan, misalnya mengambil gambar, ataukah menolong
korban? dalam posisi yang serba sulit, karena pada saat yang bersamaan kedua
bidang itu secara kemanusiaan harus dilakukan. Mungkin sebagai jurnalis
professional akan mengatakan menjalankan tugas jurnalistik lebih dahulu, sebab
bukan petugas palang merah. Mungkin juga akan mengambil langkah menolong
korban demi kemanusiaan, menyelamatkan nyawa, tokoh berita dapat dibuat
belakangan, dan gambar pun dapat saja diambil sekadarnya. Jawaban yang tepat
adalah ada pada naluri kemanusiaan kitalah yang menentukan, saat mana kita
mendahulukan menolong korban, dan kapan kita harus membantu korban.
Wartawan adalah sebuah profesi yang mulia dan dipayungi dengan kode etik
dalam menjalankan tugas kewartawanannya, ada aturan yang mengikat dalam
setiap gerak penanya, tidak asal menulis tidak asal menyiarkan berita, tidak asal
9
cepat memberitakan informasi, akan tetapi payung yang dipakai sudah jelas agar
informasi yang disampaikan akurat dan berbobot dengan tidak mempertaruhkan
kredibilitas wartawan maupun media penyiarannya itu sendiri sebagai lembaga
penyiaran yang senantiasa memnyampaikan informasi kepada masyarakat.
Payung-payung yang dipakai insan jurnalistik itu antara lain kode etik
jurnalistik persatuan wartawan Indonesia, kode etik wartawan Indonesia, kode etik
jurnalis televisi Indonesia, undang-undang pers, pedoman prilaku penyiaran dan
standar program siaran( P3/SPS).
Penelitian yang akan dilakukan penulis bertujuan ingin mengetahui dan
menggali bagaimana proses produksi para jurnalis atau reporter berita televisi
mencari, menghimpun peristiwa-peristiwa yang bersifat traumatik, bagaimana
pendekatan psikologis terhadap korban, keluarga korban, pelaku, saksi-saksi mata,
bahkan tidak mengesampingkan perasaan repoter sendiri menghadapi kejadian
sebenarnya dilapangan, apa yang ditemui dilapangan, apa yang dilihat dilapangan,
apa yang dirasa, bagaimana menyikapi situasi sulit dan dilematis antara
menanggung beban dan tanggung jawab profesionalisme dan disisi lain adalah
sebagai manusia biasa yang harus saling tolong-menolong dalam situasi yang
serba sulit. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti bagaimana startegi
produksi tayangan berita traumatik untuk televisi.
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis mengangkat sebuah
rumusan permasalahan yaitu “ Bagaimana Strategi Produksi Tayangan Berita
10
Traumatik Di MetroTV Studi Kasus Jatuhnya Pesawat Garuda pada tanggal 7
Maret 2007 Di Bandara Adisucipto Jogjakarta ?”
I.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dilakukan penulis adalah untuk mengetahui
strategi produksi untuk tayangan berita traumatik di MetroTV
Studi kasus
jatuhnya pesawat garuda di Jogjakarta pada tanggal 7 Maret 2007 adalah sebagai
berikut:
I.4. Signifikansi/Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah kontribusi bagi ilmu
komunikasi khususnya kajian bidang studi Broadcasting, dalam penerapan
teori studi kasus media khususnya yang berkaitan dengan strategi redaksi
dalam memproduksi berita televisi untuk pengelolaan media penyiaran.
1.4.2 Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis khususnya bagi stasiun televisi dan tim
produksi berita adalah:
1. Menjadi bahan evaluasi sudah sesuai aturan atau belum tayangan yang
di produksi berkaitan dengan kaidah kode etik jurnalistik dan P3/SPS.
2. Menjadikan revisi untuk produksi ke depan agar bisa memberikan
informasi yang lebih baik lagi sesuai kasus yang dihadapi.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Komunikasi
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Menurut Harold Laswell dalam Salah satu hasil penelitiannya dikenal
sebagai formula Lasswell komunikasi adalah
Who (says) What (to) whom
(in)What Channel (with) What effect Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu
proses yang menjelaskan “siapa”
“mengatakan “apa”
apa”,“kepada siapa” , dan “dengan akibat apa”
“dengan saluran
atau “hasil apa”.10 Definisi
Lasswell ini juga menunjukkan bahwa komunikasi itu adalah suatu upaya yang
disengaja serta mempunyai tujuan.
Menurut
Jalaludin
Rahmat
dalam
bukunya
Psikologi
komunikasi
menyebutkan bahwa komunikasi merupakan kebutuhan dasar bagi manusia.
Tindakan komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan manusia,
mulai dari kegiatan yang bersifat individual, diantara dua orang atau lebih,
kelompok, keluarga, organisasi, dalam konteks publik secara lokal, nasional,
regional dan global atau melalui media massa. Tindakan komunikasi dapat
dilakukan secara verbal, non verbal, langsung dan tidak langsung. Komunikasi
ada dimana-mana, kegiatan kita sehari-hari tidak bisa dilepaskan dari komunikasi.
Komunikasi telah menyentuh segala aspek kehidupan kita, dari kita bangun pagi
sampai tidur kembali11
10
Arifin Anwar, Ilmu Komunikasi, Sebuah Pengantar Ringkas, Rajawali Press, Jakarta 1988
Rakhmat, Jalaluddin , Psikologi Komunikasi , PT. Remaja Rosda Karya, 2005
11
12
Definisi dan istilah komunikasi begitu banyak jumlah dan ragamnya, namun
inti pokoknya pada setiap rumusan selalu terdapat beberapa butir aturan, yaitu:
1. Bahwa komunikasi merupakan suatu peristiwa atau kejadian, kegiatan ataupun
usaha, penyampaian sesuatu informasi, atau pesan, yang maksudnya dapat
bermacam-macam, oleh suatu pihak kepada pihak lain.
2. Bahwa komunikasi adalah sesuatu yang menghubungkan antara suatu pihak
dengan pihak yang lain.
3. Bahwa komunikasi dapat berlangsung dalam bentuk atau wujud yang berbedabeda, yang ditentukan terutama oleh:
a) Pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi itu;
b) Cara yang ditempuh;
c) Keperluan atau tujuan yang hendak dipenuhi;
d) Ruang lingkup yang melakukannya;
e) Saluran yang digunakannya;
f) Isi pesan yang hendak disampaikan12
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa informasi atau pesan
adalah maksud dari terjadinya suatu komunikasi. Pesan akan menjadi bermakna
apabila disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Pada awalnya saat
pesan itu hanya dimiliki oleh komunikator pesan hanya memiliki satu persepsi,
namun ketika pesan tersebut telah melalui suatu media maka persepsi dari pesan
tersebut akan berkembang luas dan melahirkan persepsi lainya dengan konteks
yang beragam
12
Zulkarimein Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, , Universitas Terbuka, 2001
13
2.2
Komunikasi Massa
2.2.1 Pengertian Komunikasi Massa
Salah satu jenis komunikasi yang kita ketahui adalah komunikasi massa.
Menurut Defleur dan Dennis McQuail (1985) Komunikasi massa adalah suatu
proses dalam mana komunikator-komunikator menggunakan media untuk
menyebarkan pesan-pesan secara luas, dan secara terus menerus menciptakan
makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak-khalayak yang
besar dan berbeda-beda dengan melelui berbagai cara13
2.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa
Media massa mempunyai peran penting dalam komunikasi massa seperti
yang dikemukakan denis McQuail :
1. Media massa merupakan sumber kekuatan/alat control, manajemen, dan
inovasi dalam masyarakat yang dapat didayagunakan sebagai pengganti
kekuatan atau sumber daya lainnya.
2. Media massa merupakan lokasi atau forum yang semakin berperan untuk
menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan masyarakat baik yang bertaraf
nasional maupun internasional
3. Media telah mejadi sumber dominan bukan saja bagi individu untuk
memperoleh gambaran dan citra realitas social tetapi juga bagi masyarakat dan
13
Sendjaja, Sasa Djuarsa, Pengantar Ilmu Komunikasi, Cetakan Kedelapan, Jakarta Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka, 2003
14
kelompok secara kolektif, media menyuguhkan nilai-nilai dan penilaian
normative yang dibaurkan dengan berita dan hiburan.14
2.2.3 Tujuan Media Massa
Lebih lanjut Denis McQuail mengatakan tujuan dari media dalam
masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Informasi
-
Menyediakan informasi tentang peristiwa dan kondisi dalam masyarakat
dunia.
2. Korelasi
-
Menjelaskan , menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan informasi.
-
Melakukan sosialisasi.
-
Menentukan urutan prioritas dan memberikan status relatif.
3. Kesinambungan
-
Mengekspresikan budaya dominant dan mengakui keberadaan kebudayaan
yang khusus serta perkembangan budaya baru.
-
Meningkatkan dan melestarikan nilai-nilai.
4. Hiburan
-
Menghadirkan hiburan, penalihan perhatian dan sarana relaksasi.
-
Meredakan ketegangan sosial.
5. Mobilisasi
-
mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik, perang,
pembangunan ekonomi, pekerjaan dan bidang agama.15
14
15
Denis McQuail, Teori Komunikasi massa suatu pengantar, Erlangga, 1996 hal 3
Ibid, hal 70
15
2.3
Televisi Sebagai Saluran Media Massa
2.3.1 Pengertian Televisi
Televisi merupakan saluran yang paling dikenal dalam komunikasi massa
karena televisi merupakan saluran / media yang paling populer dalam media
massa, sebelum kita membahas peranan televisi terlebih dahulu kita pahami apa
itu televisi?, Pada tahun 1883-1884, Paul Nipkow menemukan electrisce telescope
yang berfungsi untuk mengirimkan gambar melalui udara dari satu tempat ke
tempat lain16
Menurut Martin Jacques yang dikutip oleh Andrew Boyd,” Television is
rampaging medium, dominating the life and rythms of society, forcing all other
media on defensife, Televisi adalah media yang mempengauhi dan mendominasi
kehidupan dan perubahan dalam masyarakat, merupakan kekuatan bagi media lain
dalam pertahanannya.17
2.3.2 Fungsi Televisi
Televisi yang merukana salah satu media elektronik yang mempunyai fungsi
dan peran sama dengan media massa, atau dalam dunia jurnalistik dikenal sebagai
Pers, memiliki berbagai macam fungsi, yaitu:
1.
Menyiarkan informasi (to inform), entah informasi tentang peristiwa yang
terjadi, gagasan, atau pikiran orang. Orang membaca surat kabar terutama
karena ingin mencari informasi.
16
Morrisan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, 2005, Rambina Prakasa, Tangerang, hal 5
Boyd , Andrew, Broadcast Journalism Techniques of Radio and Television News, Focal Press,
O ford, 2001, hal 283
17
16
2.
Mendidik (to educate). Lewat pemberitaannya, pers mencoba memberi
pencerahan, mencerdaskan, dan meluaskan wawasan khalayak pembaca,
pendengar, atau pemirsanya. Dalam konteks politik, pers memberikan
pendidikan politik kepada masyarakat, menyadarkan mereka akan hak dan
kewajibannya sebagai warga.
3.
Menghibur (to entertain). Hal-hal yang bersifat menghibur sering kita
temukan di media massa seperti: berita seputar selebritis, teka-teki silang,
cerita bersambung, dan lain-lain sebagai selingan dari berita-berita berat
yang lain.
4.
Mempengaruhi (to influence). Media yang independen dan bebas dapat
mempengaruhi dan melakukan fungsi kontrol sosial (social control). Yang
dikontrol bukan cuma penguasa, pemerintah, parlemen, institusi pengadilan,
militer, tetapi juga berbagai hal di dalam masyarakat itu sendiri.
Merujuk pada
peran media massa itu sendiri, yaitu menghibur (to
entertain), mendidik (to educate) dan memberitahu (to inform), mempengaruhi (to
influence)18, televisi dituntut untuk memproduksi dan menayangkan beragam
jenis tayangan yang ditujukan untuk memenuhi ketiga peran tersebut. Secara garis
besar program televisi terdiri antara lain : Berita, Infotainment, Sinetron, Variety
show, Reality show, Talk show, dll.
2. 4 Program Berita
2.4.1 Pengertian Dasar Berita
18
Mencari Media Yang Bebas dan Bertanggung Jawab, ISAI, 2006
17
Berita adalah salah satu produk dari media massa
baik cetak maupun
elektronik. Berbagai stasiun TV mengedepankan program berita andalan masingmasing bahkan ada stasiun TV yang hadir 24 jam sehari menyeiarkan berita.
Sebelum melangkah lebih lanjut terlebih dahulu mari kita pahami definisi berita
itu sendiri. Para ahli mendefinisikan berita beragam tergantung dari cara pandang
dan pengalaman mencari dan berkecimpung dalam dunia pers, salah satunya
menurut The New Grolier Webster International dictionary menyebutkan bahwa:
1.
Current informations about something that has taken place, or about
something not known before ( informasi hangat tentang sesuatu yang telah
terjadi atau sesuatu yang belum diketahui sebelumnya)
2.
News is information as presented by a news media such as papers, radio,
or television ( berita adalah informasi seperti yang disajikan oleh media
seperti surat kabar, radio atau , televisi)
3.
News is anything or anyone regarded by a news media as a subjectworthy
of treatment (Berita adalah sesuatu atau seseorang yang dipandang oleh
media merupakan subjek yang layak untuk diberitakan)19
Definisi berita lain dikemukakan oleh Edward Jay Friedlander dkk, news is
what you should know that you don’t know. News is what happened recently that
is important to you in your daily life. News is what fascinates you, what exites you
enough to say to a friend, “ hey did you hear about…..? news is what
local,national, and international shakers and movers are doing to affect your life.
Nes is unexpected evet that, fortunately or unfortunately, did happened. ( berita
19
Hikmat Kusumaningrat, Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik, Teori dan Praktik, Rosda Karya,
2006 hal 39
18
adalah apapun yang harus anda ketahui dan yang tidak anda ketahui. Berita adalah
apa yang terjadi belakangan ini yang penting bagi anda dalam kehidupan seharihari. Berita adalah apa yang menarik bagi anda, apa yang cukup menggairahkan
bagi anda untuk mengatakan kepada seorang teman, “hey apakah kamu sudah
dengar….?”. berita adalah apa yang dilakukan oleh pengguncang dan penggerak
tingkat local,nasional dan internasional untuk mempengaruhi kehidupan anda.
Berita adalah kejadian yang tidak disangka-sangka yang untungnya atau
sayangnya telah terjadi.)20
2. 5 Nilai Jurnalistik Berita Televisi
2.5.1 Pengertian Jurnaslistik
Secara
harfiyah,
jurnalistik
berarti
kewartawanan
atau
hal-ihwal
pemberitaan. Jurnalistik berasal dari kata jurnal (journal) yang berarti hari (day)
atau catatan harian (diary). Kapan jurnalistik lahir dan berkembang ? Dalam
bukunya yang berjudul The Elements Of Jurnal, Bill Kovach dan Tom Rosentstiel
mencatat bahwa pada akhir Abad pertengahan, Berita datang dalam bentuk lagu
dan cerita, dalam balada-balada yang disenandungkan para pengamen keliling21
Asal muasal istilah jurnalistik sendiri berasal dari bahasa Yunani kuno, du
jour yang berarti hari, yakni kejadian hari ini yang diberitakan dalam lembaran
tercetak, merujuk pada asal mula munculnya media massa yang disebut Acta
Diurna pada zaman Romawi kuno pada 59 SM di bawah pemerintahan Raja
20
21
Ibid, hal 39
Zaenuddin, The Journalist, Prestasi Pustaka, 2007 hal 2
19
Julius Cesar. Surat edaran ini terbit setiap hari yang menyajikan peristiwaperistiwa sosial dan politik22
Bahasan lebih lanjut mengenai penulisan berita yang akan disiarkan
tentunya harus mengandung unsur berita, 5W+1H, What, Who, Where, When,
Why and How. Berita televisi adalah berita gambar jadi selain mengacu pada
5W+1H harus memperhatikan gambar.
2.5.2 Ciri Nilai Berita
Beberapa nilai berita akan menjadi acuan dalam proses jurnalistik. Jika
unsur berita sudah dilengkapi maka yang perlu diperhatikan adalah nilai beritanya.
Secara umum, kejadian yang dianggap punya nilai berita atau layak disiarkan
adalah yang mengandung satu atau beberapa unsur yang disebutkan sebagai
berikut:
1.
Significance (penting) yaitu kejadian yang berkemungkinan mempengaruhi
kehidupan orang banyak atau kejadian yang memiliki akibat terhadap
kehidupan pembaca atau pemirsanya.
2.
Magnitude (besar) yaitu kejadian yang menyangkut angka-angka yang
berarti bagi kehidupan orang banyak, atau kejadian yang berakibat jika
dijumlahkan akan menarik perhatian pemirsa maupun pembaca.
3.
Timeliness (waktu) yaitu kejadian yang menyangkut hal-hal baru terjadi atau
baru diketemukan.
4.
Proximity (dekat) yaitu kejadian yang dekat dengan pembaca, kedekatan ini
bisa bersifat geografis maupun emosional.
22
Zaenuddin, The Journalist, Prestasi Pustaka, 2007 hal 3
20
5.
Prominence (tenar) yaitu kejadian yang menyangkut hal-hal terkenal atau
sangat dikenal oleh pemirsa maupun pembaca.
6.
Human Interest (manusiawi) yaitu kejadian yang memberikan sentuhan
perasaan bagi pembaca, kejadian yang menyangkut orang biasa dalam
situasi luar biasa atau orang besar dalam situasi biasa.
2.5.3 Kualitas Berita
Selain nilai berita, menurut Charnley (1965) terdapat qualities of news atau
suatu berita dapat dikatakan berkualitas juga layak siar apabila memenuhi hal-hal
sebagai berikut:
1.
Accurate, all information is verified before is used.
Sebelum disebarluaskan, cek terlebih dahulu ketepatannya.
2.
Properly attributed, the reporter identifies his or her source of information.
Saksi atau narasumber mempunyai kapabilitas untuk beri kesaksian atau
informasi tentang hal yang diberitakan.
3.
Balanced and fair, all sides in a controversy are given.
Semua narasumber harus digali informasinya secara berimbang.
4.
Objective, the news writer does not inject his or her feeling or opinion.
Penulis berita harus objektif sesuai dengan informasi yang didapat dari
realitas fakta.
5.
Brief and focused, the news story gets to the point quickly.
Materi berita disusun secara ringkas, padat dan langsung sehingga mudah
dipahami.
6.
Well written, stories are clear, direct and interesting.
21
Kisah beritanya jelas, langsung dan menarik23
2.5.4 Unsur –unsur Berita Televisi
Menurut sudirman Tebba dalam bukunya Jurnalistik baru bahwa berita
televisi terdiri dari unsur:
1.
gambar
2.
Suara
3.
Naskah24
Gambar menempati urutan yang pertama karena pada dasarnya berita
televisi adalah berita gambar suara dan naskah adalah penguat berita, hal itu yang
membedakan berita televise dengan media lain seperti surat kabar dan radio.
2. 6 Etika Jurnalistik
Kode etik jurnalistik merupakan landasan moral wartawan dalam
menjalankan profesinya, Kode etik bersifat personal dan otonom. Artinya kode
etik jurnalistik dibuat dari, oleh dan untuk wartawan yang tergabung dalm
organisasi, kemudian berikrar untuk melaksanakannya. Dalam peliputan, setiap
jurnalis memiliki kode etik yang harus dipegang teguh olehnya maupun instansi
terkait dalam dunia jurnalistik, yakni Kode Etik Jurnalistik. Kode Etik
Jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan. Di Indonesia terdapat
kode etik jurnalistik yang harus dipegang teguh oleh para jurnalis maupun
perseorangan yang terkait di dunia penyiaran. Hal ini tercantum pula pada UU
23
24
Askurifal Baksin, Jurnalistik TV Teori & Praktek, 2006, Simbiosa Rekatama Media, Bandung
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, Litbang Pemberitaan Anteve, 2007
22
Pers No.40 tahun 1999 pasal 7, ayat 1 dan 2 yakni (1) Wartawan bebas memilih
organisasi wartawan; (2) Wartawan memiliki dan menaati Kode Etik Jurnalistik.
Kode Etik yang dipakai dalam penelitian ini adalah Kode Etik Jurnalistik yang
telah disahkan pada tanggal 14 Maret 2006 dan dijadikan sebagai pedoman oleh
29 organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers Indonesia25
Kode Etik Jurnalistik tersebut memiliki 11 pasal yang menyangkut etika
dalam pemberitaan. Maka dengan sendirinya kalau terjadi pelanggaran, pihak
yang memutuskan dan yang menetapkan sanksi atas pelanggaran itu adalah
organisasi seperti ditegaskan dalam Pasal 17 KEJ-PWI yakni:
“ Wartawan Indonesia mengakui bahwa pengawasan dan penetapan sanksi atas
pelanggaran Kode Etik Jurnalistik ini adalah sepenuhnya hak organisasi dari
PWI dan dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan PWI. Tidak satu pihakpun diluar
PWI yang dapat mengambil tindakan terhadap wartawan Indonesia dan atau
medianya berdasar pasal-pasal dalam Kode Etik Jurnalistik ini”26
Secara umum prinsip kode etik jurnalistik mengandung beberapa hal sebagai
berikut:
1.
Kebenaran (truthfulness) informasi.
2.
Kejelasan (clarity) informasi.
3.
Pembelaan atas hak publik.
4.
Responsibilitas dalam membentuk opinion public.
5.
Standard pengumpulan dan penyiaran informasi.
6.
Respek pada integritas sumber27
25
Zaenuddin, The Journalist, Prestasi Pustaka, 2007, hal 50
Ibid, hal 52
27
Morrisan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, 2005, Rambina Prakasa, Tangerang
26
23
Komisi Penyiaran Indonesia adalah lembaga yang mempunyai kewenangan
dalam menentukan standar program siaran yang dituangkan dalam KKPI No 002
tahun 2007 tentang Pedoman Prilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran, pasal
54 menyebutkan tentang privasi mereka yang tertimpa musibah: Dalam meliput
dan/atau menyiarkan program yang melibatkan pihak-pihak yang terkena
musibah, lembaga penyiaran harus mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a.
Lembaga Penyiaran yang melakukan Peliputan musibah atau bencana harus
mempertimbangkan dampak peliputan bagi proses pemulihan korban dan
keluarganya.
b.
Lembaga penyiaran tidak boleh menambah penderitaan ataupun trauma
orang dan/atau keluarga yang terkena musibah,bencana alam,kecelakaan,
kejahatan terorisme, dan atau orang yang sedang berduka, dengan cara
memaksa, menekan, mengintimidasi korban dan/atau keluarganya untuk
diwawancarai dan/atau diambil gambarnya.
c.
Lembaga penyiaran diizinkan untuk menyajikan gambar korban dan /atau
orang yang dalam kondisi menderita hanya dalam konteks yang mendukung
tayangan.
d.
Lembaga penyiaran tidak boleh menyajikan tayangan wawancara dengan
korban kejahatan seksual mengenai proses tindak asusila tersebut secara
terperinci.
e.
Lembaga penyiaran dilarang memparodikan bencana alam dan kesengsaraan
orang.28
28
PKPI No 02 Tahun 2007 Tentang Pedoman Prilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran,
Pasal 54
24
Selanjutnya dalam Pasal 30 menyebutkan bahwa:
Lembaga penyiaran harus memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan
untuk memperlihatkan realitas dan pertimbangan tentang efek negatif yang dapat
ditimbulkan. Karena itu, penyiaran adegan kekerasan, kecelakaan dan bencana
dalam program faktual harus mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a.
Adegan kekerasan tidak boleh disajikan secara eksplisit, berlebihan dan
vulgar:
b.
Gambar luka-luka yang diderita korban kekerasan, kecelakaan dan bencana
tidak boleh disorot secara dari dekat (close-up, big-close up, medium close
up, ekstrim close up).
c.
Gambar penggunaan senjata tajam dan senjata api tidak boleh disorot dri
dekat (close-up, big-close up, medium close up, ekstrim close up).
d.
Gambar korban kekerasan tingkat berat, serta potongan organ tubuh korban
dan genangan darah yang diakibatkan tindak kekerasan, kecelakaan dan
bencana harus disamarkan.
e.
Durasi dan frekuensi penyorotan korban yang eksplisit harus dibatasi
f.
Dalam siaran Radio, penggambaran kondisi korban kekarasan dan
kecelakaan tidak boleh disiarkan secara rinci.
g.
Saat-saat kematian tidak boleh di siarkan
h.
Adegan eksekusi hukuman mati tidak boleh disiarkan
i.
Demi memberi informasi yang lengkap pada publik, lembaga penyiaran
dapat menyajikan rekaman aksi kekerasan perorangan maupun kolektif
secara eksplisit. Namun rekaman tersebut tidak dapat disiarkan di luar pukul
25
22:00-03;00 dan tidak boleh menimbulkan rasa ngeri trauma bagi
khalayak.29
2. 7 Strategi Produksi Berita Traumatik
2.7.1 Pengertian Strategi
Strategi adalah merupakan sebuah cara atau proses yang digunakan
organisasi untuk mencapai misinya.30.
2.7.2 Pengertian Produksi
Produksi adalah suatu kegiatan yang menghasilkan output dalam bentuk
barang maupun jasa31.
Siaran Karya jurnalistik adalah siaran yang diproduksi melalui pendekatan
jurnalistik, yaitu proses produksi mengutamakan segi kecepatan, termasuk dalam
penyajian terhadap khalayak. Siaran karya jurnalistik antara lain:
1.
Berita aktual (news bulletin) yang bersifat timeconcern
2.
Berita non-aktual (news magazine) yang bersifat timeless32
Dalam proses produksi berita televisi yang dibutuhkan adalah kecepatan
khususnya mata acara yang bersifat timeconcern, berupa berita aktual (news
bulletin) yang mempunyai daya tarik terletak pada nilai berita yang penting dan
menarik. Sehingga program atau berita yang ditayangkan tidak sia-sia tetapi dapat
29
30
Ibid, Pasal 30
Oliver, Sandra, Strategi Public Relations, Erlangga, Jakarta, 2007 hal 2-3
31
http://organisasi.org/pengertian_jenis_macam_kegiatan_ekonomi_arti_definisi_
produksi_distribusi_dan_konsumsi_ilmu_pendidikan_ekonomi_dasar
32
Model-Model Komunikasi Massa, Univ. Primas, Jakarta. 1985
26
dinikmati oleh khalayak untuk menambah pengetahuan sebab merekalah yang
menjadi sasaran informasi atau target audience. Tahapan proses produksi televisi
siaran, dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu:
1.
Tahap pra produksi
2.
Tahap produksi
3.
Tahap pasca produksi33
Dari pengertian - pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa srategi
produksi adalah suatu rencana lengkap dan terintegrasi untuk menghasilkan
sesuatu agar dapat mencapai hasil yang terbaik untuk mencapai misi yang telah
ditetapkan.
Strategi produksi suatu tayangan berita yang beisi informasi aktual memiliki
peranan yang sangat penting dan merupakan kunci keberhasilan dari tayangan
tersebut oleh karena itu diperlukan perencanaan dan strategi yang matang agar
dapat mencapai hasil yang maksimal.
2.7.3 Peristiwa Traumatik
Kata traumatik pada awalnya digunakan dalam istilah kedokteran untuk
menyebutkan istilah cedera atau luka yang terjadi pada jaringan hidup seperti otot
dan tulang, dalam dunia psikolgi kata trauma berarti kondisi stress psikologis
yang merupakan pengaruh dari peristiwa dahsyat dan luar biasa yang dialami
orang. 34
Ciri-ciri peristiwa traumatik adalah:
1.
Terjadi secara tiba-tiba
33
J.B. Wahyudi, Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1994,
hlm. 39-42
34
Yayasan pulih, panduan bagi jurnalis dalam meliput peristiwa traumatik, yayasan pulih edisi
kedua, 2005 hal 5
27
2.
Mengerikan atau menimbulkan perasaan takut yang amat sangat
3.
Mengancam keutuhan fisik dan mental emosional
4.
Dapat menimbulkan dampak fisik, fikiran, perasaan dan perilaku yang amat
membekas bagi mereka yang mengalami maupun yang menyaksikan35
Peliputan dan penulisan dengan persfektif human interest mengenai dampak
negatif peristiwa traumatik terhadap korban dan keluarganya seperti anak-anak
yang kehilangan orangtuanya, suami kehilangan istrinya, orang tua kehilangan
anak kesayangannya dan lain sebagainya. Untuk itu perlu penyampaian informasi
mengenai peristiwa traumatik tersebut baik tayangan secara real maupun dalam
penulisan agar mampu memberikan informasi yang akurat dan sangat dibutuhkan
bagi yang megalami peristiwa tersebut.
Dampak negatif peliputan
dan pemberitaan media massa bagi korban,
keluarganya dan jurnalis:
1.
Salah sebut atau salah kutip dapat menimbulkan kecemasan berlebih dan
kecurigaan
2.
Meminta korban berulang-ulang menceritakan peristiwa traumatic yang
dialaminya mengakibatkan dirinya kembali terluka
3.
Penayangan gambar peristiwa traumatic secara berulang-ulang di media
massa membuat korban dan keluarga kembali mengingat kejadian pahit
tersebut sehingga menghambat proses pemulihan batinnya
35
Ibid, hal 6
28
4.
Jurnalis yang berusaha mewawancarai tanpa mengenal tempat dan waktu
makin menyulitkan korban dan keluarga ditengah kondisi yang serba sulit
tersebut
5.
Pemberitaan mengenai sumbangan yang diterima korban dan keluarganya
bila tidak dlakukan secara proporsional dapat menyebabkan mereka jadi
sasaran pergunjingan dan teror
6.
Bagi jurnalis dapat mengalami trauma sekunder setelah menyaksikan
peristiwa mengerikan yang harus diliputnya atau selah berada dalam wilayah
konflik dalam waktu lama
7.
Tidak jarang jurnalis mengalami perubahan prilaku dari yang biasanya
ditampilkan
8.
Jurnalis juga dapat menjadi sasaran teror pihak-pihak yang tidak puas atau
tidak setuju dengan apa yang diberitakannya di media massa36
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam peliputan khususnya media
televisi menyangkut berita traumatik antara lain:
1.
Mengutamakan keselamatan. Keinginan mengejar berita ekslusif sekalipun
sebaiknya tetap tidak sampai melupakan faktor keselamatan.
2.
Perhatian dan peka terhadap kondisi psikologis sumber berita, situasi akan
menentukan cara wartawan menghadapi narasumber.
3.
Menghargai sikap korban karena tidak semua korban bisa dan mau
berhadapan dengan wartawan
36
Yayasan pulih, panduan bagi jurnalis dalam meliput peristiwa traumatik, yayasan pulih edisi
kedua, 2005 hal 11,14
29
4.
Memperkenalkan diri dengan jelas dengan menyebutkan identitas diri
sebelum mulai mewawancarai.
5.
Memberikan pengertian kepada korban, untuk kasus tertentu wartawan
berhak merahasiakan narasumber dari pihak manapun.
6.
Memulai dengan ungkapan yang simpatik.
7.
Tidak memulai dengan pertanyaan sulit karena setela terjadi suatu kejadian
hebat korban tentu saja masih trauma.
8.
Menghindari pertanyaan mencecar.
9.
Banyak mendengarkan bukan berbicara
10.
berhati-hati menyela pembicaraan karena bisa jadi jawaban yang diberikan
keluar dari konteks atau melantur kemana-mana.
11.
Mengetahui saat memulai dan saat berhenti.
12.
menyampaikan terimakasih kepada narasumber yang telah diwawancarai.
13.
Memanfaatkan sumber alternatif.37
Seringkali dalam menyiarkan gambar maupun foto memiliki implikasi yang
sama besarnya dengan kata-kata. Jurnalis dapat menyampaikan pesan melalui
rekaman gambar di televisi, sebaiknya perlu diingat juga bahwa gambar tersebut
bisa membekas dalam ingatan pemirsa dalam kurun waktu yang lama yang bisa
berakibat baik maupun buruk, oleh karena itu ada beberapa kiat dalam
menampilkan gambar yang baik:
1.
Tanyakan dengan hati-hati, apakah korban mengalami trauma dengan
sorotan lampu atau suara blitz kamera
2.
37
Hati-hati dengan menyalakan pemantik rokok
Ibid, hal 27-30
30
3.
Perhitungkan dengan seksama apakah kobran masih trauma saat melihat
kamera televisi atau kamera foto dengan ukuran besar, sebaiknya disipakan
kamera cadangan yang lebih kecil
4.
Tayangkan gambar-gambar yang mencerminkan esensi berita, terkadang
suatu gambar bisa bermakna ganda
5.
Tayangkan gambar-gambar yang mempunyai relasi kuat dengan naskah
berita.
6.
Periksalah ketepatan Caption gambar ada baiknya melakukan konfirmasi
silang dengan reporter yang sama-sama meliput.
7.
Jangan mengulang-ulang tayangan gambar selain membosankan juga dapat
memunculkan cap stereotipikal
8.
Hati-hati ketika mengedit gambar jangan sampai menghilangkan nilai
jurnalistiknya.
Pilih gambar yang tidak menampilkan korban kekerasan secara vulgar.38
9.
Selain itu ada juga kiat menghadapi narasumber yang harus diperhatikan
wartawan adalah sebagai berikut:
1.
Memperkenalkan diri dengan jelas dan sopan, hindari kesan angkuh dan
tidak sopan.
2.
Berpakaianlah dengan rapi dan sopan atau setidaknya tidak menimbulkan
persepsi negatif.
38
Ibid, hal 33-34
31
3.
Hindari ”Jurnalisme keroyokan” dalam melakukan wawancara, narasumber
yang sedang trauma bisa merasa jadi pesakitan dengan perlakuan kurang
simpatik.
4.
Jika narasumber masih trauma dan menolak diwawancarai, bersikaplah arif.
5.
Bila mana diperlukan ajaklah dokter atau ahli medis untuk menemani
wawancara dengan begitu narasumber akan merasa tenang dan nyaman.
6.
Hati-hati menggunakan kata-kata ” korban”, ”tragedi”, ”cobaan”, atau ”ujian
hidup”, intinya pilihlah kata-kata yang menenangkan.39
TP
TP
39
PT
Ibid, hal 34-35
PT
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Type / Sifat Penelitian
Sifat atau Type penelitian adalah bersifat deskriptif dengan pendekatan
kualitatif yaitu hanya memaparkan gambaran mengenai
gejala – gejala atau
realitas – realitas agar dapat memberikan pemahaman (understanding, verstehen)
mengenai gejala atau realitas.40 Penelitian ini tidak untuk menguji hipotesis atau
membuat suatu prediksi, tidak untuk menjelaskan hubugan tertentu antara
variable-variabel yang diuji tetapi metode deskriptif hanya menggambarkan sifat
suatu keadaan pada saat penelitian sedang berlangsung dan mengamati sebab sebab dari gejala yang muncul dalam penelitian.
Menurut Jalaludin Rahmat dalam bukunya ” Metode Penelitian
komunikasi ” Pada hakikatnya penelitian ini ditujukan untuk41 :
1.
Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang
ada
2.
Mengidentifikasikan masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-praktek
yang berlaku
3.
Membuat perbandingan atau evaluasi
4.
Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah
yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana
dan keputusan pada waktu yang akan datang.
40
41
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, LkiS Yogyakarta, 2007, hal 36
Rakhmat Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, hal 25,2007
33
Metode penelitian kualitatif tidak mendasarkan bukti-bukti empirik bagi
keimpulan yang dikemukakan, tidak didaarkan atas logika bilangan matematik,
prinsip bilangan,ataupun teknik analisis statistik tapi lebih mendassarkan pada
hal-hal yang bersifat diskursif seperti transkrip dokumen, catatan lapangan, hasil
wawancara, dokumen-dokumen tertulis dan data nondiskursif (seperti: candi,
patung, foto, musik, monumen, diorama dll).42
3. 2 Metode penelitian
Metode penelitian yang dugunakan penulis adalah studi kasus. Menurut
Patton (2002.447) studi kasus adalah merupakan upaya mengumpulkan dan
kemudian mengorganisasikan serta menganalisis data tentang kasus-kasus tertentu
berkenaan dengan permasalahan - permasalahan yang menjadi perhatian peneliti
untuk kemudian data tersebut dibanding-bandingkan atu di hubung-hubungkan
satu dengan lainnya(dalam hal lebih dari satu kasus) dengan tetap berpegang pada
prinsip holistik dan kontekstual. 43
Untuk melaksanakan metode studi kasus ini perlu dilakukan langkah –
langkah atau prosedur penelitian sebagai berikut :
1.
menentukan topik peneltian (relatif spesifik) dan tujuan penelitian.
2.
mengidentifiakasi
unit
analisis
(individu,
kelompok,
organisasi,dll)
3.
42
43
melakukan studi literatur
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, LkiS Yogyakarta, 2007, hal 37
Ibid, hal 141
komunitas,
34
4.
Merancang pedoman wawancara terutama bila melibatkan manusia sebagai
sumber data (subjek, informan)
5.
melakukan pengamatan dan pengumpulan data termasuk observasi dan
indepth interview, melakukan catatan lapangan, menggunakan alat perekam
wawancara
6.
membandingkan yang ada diantara unit analisis yang berbeda-beda.
7.
menyusun draft awal dibawah sub-sub judul tertentu sambil kembali
memeriksa literatur.
8.
menyusun draft laporan final penelitian44
3. 3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam metode penelitian studi kasus penulis menggunakan beberapa teknik
dalam mengumpulkan data baik itu data primer maupun data sekunder atau pun
data pelengkap yang dibutuhkan guna memperkaya hasil penelitian.
3.3.1 Data Primer
Dalam melakukan penelitian ini penulis mengumpulkan data primer adalah
dengan cara wawancara ( indepth interview) dengan informan dan key informan
antara lain Eksekitif Produser, produser, Korda(Korlip), reporter dan kamera
person dari stasiun televisi MetroTV yang terlibat langsung dalam proses
pembuatan berita menyangkut kasus yang diteliti.
44
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, LkiS Yogyakarta, 2007, hal 145
35
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder penelitian ini penulis peroleh sebagai data pelengkap
kalangsungan penelitian, data tersebut didapat dari studi literatur untuk
mempertajam teori hingga data-data yang berhubungan dengan proses produksi
yang di dapat dari internal dan eksternal MetroTV.
III.4 Definisi Konsep
Guna memberikan gambaran menyeluruh atas pemakaian istilah - istilah dan
konsep kunci dalam penelitian ini dipandang perlu mendefinisikan ”Stategi
Produksi tayangan berita Traumatik di MetroTV Studi kasus jatuhnya pesawat
garuda yang terbakar di bandara Adisucipto Jogjakarta”.
1.
Strategi produksi adalah suatu rencana lengkap dan terintegrasi untuk
menghasilkan sesuatu agar dapat mencapai hasil yang terbaik.
2.
Berita Traumatik adalah informasi yang berisi tentang peristiwa yang
menyebabkan
kondisi stress psikologis yang merupakan pengaruh dari
peristiwa dahsyat dan luar biasa yang dialami orang.
3. 5 Fokus Penelitian
Fokus penelitian dari studi ini adalah media televisi yakni MetroTV yang
memproduksi tayangan berita traumatik khusus pada kasus jatuhnya pesawat
garuda yang terbakar di Jogjakarta pada tanggal 7 Maret 2007 mulai dari rapat
redaksi atau pra produksi, produksi, sampai kepada pasca produksi dan alur kerja
36
yang telah direncanakan oleh tim redaksi yang ditinjau dari konsep manajemen
POAC (Planning, Organizing, Actuating dan Controlling).
3.5.1 Konsep Perencanaan (Planning)
Yaitu kegiatan perencanaan untuk dapat menentukan keputusan dimana
rencana merupakan tindakan yang diproyeksikan atau direncanakan bagi masa
mendatang. Atau planing juga dapat diartikan pemilihan atau penetapan tujuantujuan organisasi dan penentuan strategi, kebijakan, proyek, program, prosedur,
metode, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
3.5.2. Konsep pengorganisasian (Organizing)
Yaitu kegiatan menyusun struktur kekuasaan formal dengan batasan-batasan
yang jelas dan koordinasi untuk mencapai objek atau tujuan tertentu. Selain itu
penentuan sumberdaya-sumberdaya dan kegiatan-kegiatan, perencanaan dan
pengembangan suatu organisasi atau kelompok kerja, penugasan tanggung jawab
tertentu dan kemudian pendelegasian wewenang yang diperlukan tiap-tiap
individu untuk melaksanakan tugasnya, serta menciptakan struktur formal dimana
pekerjaan ditetapkan, dibagi, dan dikoordinasikan meliputi:
1.
Peran Kepeminpinan
2.
Penugasan dan tanggung jawab
3.
Siapa melakukan apa
3.5.3 Konsep Pelaksanaan (Actuating)
Yaitu kegiatan pelaksanaan perencanaan dan organisasi yang telah dibentuk
sebelumnya dan direalisasikan agar tujuan dari perencanaan dan pengorganisasian
tercapai dimana dalam tahap ini apa yang menjadi tujuan darti perencanaan dan
organisasi yang telah dibentuk akan terealisasikan supaya perencanaan dan
37
pengorganisasian tadi tidak sia-sia. Tujuan utamanya adalah mengetahui
sejauhmana perencanaan dan pengorganisasian itu bisa berjalan
3.5.4. Konsep Pengawasan (Controlling)
Yaitu kegiatan menemukan atau penerapan cara dan peralatan untuk
menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai tujuan yang telah ditetapkan,
baik positif maupun negatif. Fungsi ini meliputi penentuan standar pelaksanaan,
penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan, pengukuran pelaksanaan nyata dan
membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan dan pengambilan
tindakan korektif yang diperlukan jika ada penyimpangan. Untuk itu fungsi ini
juga dapat dijadikan acuan berhasil tidaknya tujuan organisasi. Fungsi ini juga
merupakan proses untuk mengamati secara terus menerus (berkesinambungan)
pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi
(perbaikan) terhadap penyimpangan yang terjadi. Untuk menjalankan fungsi ini
diperlukan adanya standar kinerja yang jelas. Pengawasan dan pengendalian juga
merupakan alat ukur apakah implementasi sesuai dengan rencana yang
merupakan konsesus bersama yang telah ditetapkan sebelumnya meliputi
1.
Pengawasan terhadap Pelaksanaan Ketetapan
2.
Pengawasan terhadap penyimpangan
3.
Pengawasan terhadap standar kerja
4.
Pengawasan Terhadap Hasil
38
3.6 Key Informan
Key Informan yang ditetapkan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
primer adalah :
A.
Eksekutif Produser Metro TV Yaitu Wayan Eka Putra, Seorang eksekutif
produser mempunyai tugas dan wewenang antara lain:
1.
Memformulasikan program acara siaran.
2.
Menentukan format program siaran
3.
Membuat kerangka anggaran siaran
4.
Menyusun rincian biaya produksi
5.
Melakukan promosi program45
B.
Produser Metro TV yaitu Ari, Seorang produser mempunyai tugas dan
wewenang sebagai berikut:
1.
Menciptakan dan mengembangkan ide untuk produksi acara televisi
2.
Membuat desain produksi
3.
Menentukan tim kreatif
4.
Menentukan satuan kerja Produksi
5.
Bersama dengan pengarah acara menentukan pengisi acara
6.
Menyusun anggaran biaya produksi
7.
Melakukan koordinasi, promosi dan publikasi
8.
Melakukan evaluasi acara yang diproduksi 46
45
46
Suprapto Tommy, Berkarier Di Bidang Broadcasting, Media Pressindo, Jogjakarta, 2006, hal 61
Ibid, hal 62
39
C.
Kamera Person yaitu Yudi, Seorang kamera person mempunyai tugas dan
wewenang:
1.
Mengecek peralatan Kamera dan kelengkapannya sebelum pelaksanaan
shooting
2.
Mengoperasikan kamera pada saat produksi pengambilan gambar
3.
Menyeleksi Sudut-sudut pengambilan gambar dan komposisi shot untuk
memperoleh gambar yang dikehendaki
4.
Membantu mengeset penataan cahaya sebelum pengambilan gambar
5.
membuat daftar liputan pengambilan gambar.47
D.
Reporter yaitu Deli Chaniago, Seorang reporter mempunyai tugas dan
wewenang :
1.
Mengumpulkan Berita dari berbagai sumber, menganalisis dan menyiapkan
berita untuk laporan berita televisi
2.
Menentukan pandangan dan menekankan berita yang mempunyai nilai
faktual secara khusus
3.
Melakukan wawancara langsung dengan narasumber dan mempresentasikan
secara langsung ataupun voice over dari lokasi
4.
Melaksanakan pengembangan berita sebelum laporan berita diperbaharui48
E.
Koordinator Liputan Daerah yaitu Tomi, seoorang koordinator liputan
memiliki tugas dan wewenang:
47
Suprapto Tommy, Berkarier di Bidang Broadcasting, Media Pressindo, Jogjakarta, 2006, hal 83
48
Ibid, hal 97.
40
1.
Menyusun jadwal tugas peliputan
2.
Mengkoordinir daftar perolehan berita dan memimpin rapat redaksi setiap
pagi untuk mendiskusikan topik liputan harian
3.
Melakukan monitoring terhadap reporter yang bertugas dilapangan melalui
perangkat komunikasi
4.
Membantu kesulitan yang dihadapi reporter, serta mengembangkan dan
meluaskan akses reporter ke sumber berita
5.
Mengkoordinasikan berita-berita di daerah
6.
Berkordinasi dengan biro-biro perwakilan dan para kontributor di daerah
7.
Menentukan news judgment kelayakan berita untuk ditayangkan
3.7 Analisis Data
Data primer yang terkumpul dari wawancara dengan narasumber akan
digabungkan dengan data sekunder, setelah penulis mendapatkan data baik yang
bersifat primer maupun sekunder maka selanjutnya penulis menganalis dengan
pendekatan deskriptif, dengan teknik observasi dan pengamatan, mengkaitkan
dengan teori serta hasil yang diperoleh dilapangan apakah kenyataan relevan
dengan teori yang ada, apakah kegiatan meliput berita traumatik sesuai dengan
apa yang ditentukan sebelum produksi yaitu pada saat rapat redaksi, apakah
terjadi perubahan - perubahan rencana yang signifikan dilapangan sehingga bisa
merubah rencana awal, dan bagaimana strategi yang diterapkan oleh pemimpin
redaksi dan tim redaksi lainnya dalam mengatasi segala perubahan – perubahan
yang terjadi di lapangan, oleh karena itu penulis berupaya menganalisis dari data
41
yang diperoleh untuk menghasilkan suatu kesimpulan dari penelitian yang
dilakukan. Setiap detail hasil wawancara akan di kroscek dengan keseluruhan tim
produksi apakah setiap rencana produksi selalu menyiapkan rencana cadangan
untuk mengatasi segala perubahan yang tidak terduga.
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4. 1 Gambaran Umum MetroTV
Metro TV adalah televisi berita 24 jam pertama di Indonesia yang mulai
mengudara pada tanggal 25 November 2000. Metro TV merupakan salah satu
anak perusahaan dari Media Group yang dimiliki oleh Surya Paloh. Surya Paloh
merintis usahanya di bidang pers sejak mendirikan surat kabar Prioritas, yang
dibredel oleh pemerintah pada tanggal 29 Juni 1987 karena dinilai terlalu vokal.
Pada tahun 1989, Ia mengambil alih Media Indonesia yang kini tercatat
sebagai surat kabar dengan oplah terbesar setelah Kompas di Indonesia. Oleh
karena kemajuan teknologi, Surya Paloh memutuskan untuk membangun sebuah
stasiun televisi berita mengikuti perkembangan teknologi dari media cetak ke
media elektronik. Metro TV didirikan dengan tujuan untuk menyebarkan berita
dan informasi ke seluruh pelosok Indonesia. Selain bermuatan berita, Metro TV
juga menayangkan beragam program informasi mengenai kemajuan teknologi,
kesehatan, pengetahuan umum, seni dan budaya, dan lainnya lagi guna
mencerdaskan bangsa. Metro TV terdiri dari 70% berita yang ditayangkan dalam
tiga bahasa yaitu, bahasa Indonesia, Inggris, dan Mandarin, ditambah dengan
30% entertainment yang bersifat edukatif.
Metro TV mulai mengudara pada 25 November 2000 dengan 12 jam tayang.
Dan sejak 1 April 2001 Metro TV sudah mulai mengudara selama 24 jam. Metro
TV dapat ditamgkap secara tersterial di 290 kota yang tersebar di Indonesia, yang
dipancarkan dari 52 transmisi di 52 kota di Indonesia. Secara acara teresterial,
43
siaran MetroTV dapat ditangkap melalui Cablevision, Indovision, Astro,
Telkomvision, dan TV Kabel lainnya di seluruh Indonesia, melalui Satelit Palapa
2 ke seluruh negara – negara ASEAN, termasuk Papua Nuguinea, dan sebagian
Australia dan Jepang.
Metro TV melakukan kerjasama dengan beberapa televisi asing yaitu
kerjasama dalam pertukaran berita, kerjasama perkembangan tenaga kerja dan
banyak lagi. Stasiun televisi tersebut adalah Channel News Asia Singapura,
Channel 7 Australia, Al Jazeera Qatar, Voice of America, dan ABS – CBN
Philiphina. Dengan kerjasama internasional ini Metro TV menjadi tepat, cepat,
dan cerdas dalam mendapatkan beritanya.
4.1.1. Visi Metro TV
Visi daripada Metro TV itu sendiri adalah :
“To become a distinc Indoensian television station by ranking number one
for its news, offering quality entertainment and lifestyle programming. Providing
unique advertising opportunities and achieving loyalty with its viewers and
advertisers by 2006.”49
4.1.2 Misi Metro TV
Misi Metro TV sebagai stasiun televisi nasional di Indonesia adalah :
1.
To stimulate and promote the nation’s and country’s advancement towards a
democratic atmosphere, in order to excel in global competition, with high
appreciation of moral and ethic.
49
http//www.metrotvnews.com/about us
44
2.
To add a valuable presence to the television industry by profiding a new
perspective, by improving the way information is presented and by offering
quality entertainment alternatives.
3.
To achieve a significant level of growth by developing and leveraging its
assets, to increase the quality of life and the welfare of its employees, and to
produce significant profit for its share holders.50
4.1.3 Keunggulan Metro TV
Sebagia stasiun televisi berita nasional pertama di Indonesia Metro TV
memiliki beberapa keunggulan, yaitu :
1.
Stasiun televisi berita pertama di Indonesia dengan menyajikan berita berita
– berita yang cepat, terpecaya, tepat, dan independent.
2.
Waktu siaran 24 jam non – stop.
3.
Memiliki kemampuan untuk menayangkan Breaking News serta up – dating
nya setiap saat.
4.
Sinergi dengan Media Indonesia.
5.
Memiliki studio di Bursa Efek Jakarta.
6.
Reporter yang selalu siaga di MPR/DPR, Komdak, Istana Negara, serta
perwakilan dalam dan luar negri.
7.
Menggunakan system digital Satelite News Gathering dan teknologi virtual
yang dipergunakan dalam set news program.
8.
Fleksibel waktu menonton bagi pemirsa; Headline, Basket / capsule system,
Micro system, Breaking News, Live event.
50
http//www.metrotvnews.com/about us
45
9.
Jangkauan ataupun frekuensi lebih tinggi.
10.
Komitmen iklan sebatas 20% dari setiap program, agar iklan yang
ditayangkan lebih cepat mendapat reaksi positif dari audience.
4.1.4 Konsep Program Metro TV
Sebagai televisi berita pertama di Indonesia, Metro TV mempunyai konsep –
konsep program yang lain daripada yang lain, adalah sebagai berikut :
1.
Perencanaan pola program Metro TV didasari beberapa hasil riset.
Kegunaannya adalah untuk mendapatkan audience sebanyak mungkin dan
semajemuk mungkin pada setiap kurun waktu tertentu, agar dapat menarik
pemasang iklan.
2.
Banyaknya audience per program setiap harinya dipantau oleh AGB Nielsen
Media Research. Dengan demikian dapat diketahui banyaknya pemirsa yang
menonton pada setiap program di Metro TV maupun di TV kompetitor.
3.
Pembagian banyak program muatan berita dan entertainment adalah :
a.
Untuk hari Senin s/d Jumat : 70% news dan 30% non – news.
b.
Untuk hari Sabtu s/d Minggu : 30% news dan 70% non – news.
4.1.5
Target Metro TV
Target Metro TV sebagai stasiun televisi berita pertama di Indonesia adalah :
1.
Menjadi stasiun berita pertama yang terpercaya dalam penyampaian berita di
Indonesia dan menjadi saluran pertama yang dapat mengembalikan nama
baik Negara Indonesia di mata dunia luar.
46
2.
Target Coverage Metro TV untuk tetap dapat melakukan ekspansi supaya
dapat diterima di seluruh kabupaten di Indonesia.
3.
Target Produksi Metro TV :
a. Mengembangkan program – program baru dengan mengutamakan in
house production.
b. On line picture / Live news dari seluruh pelosok nusantara dan
internasional.
c. Mendirikan mini studio di beberapa kota padat berita seperti,
Surabaya, Medan, dll.
4.2. Hasil Penelitian
Pada hasil penelitian ini penulis akan menguraikan hasil penelitian yang
mencakup:
1.
Perencanaan (Planning)
2.
Pengorganisasian (Organizing)
3.
Pelaksanaan (Actuating)
4.
Pengontrolan (Controlling)
Setelah
melakukan
penelitian
mulai
dari
bagaimana
perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan sampai pada pengawasan terhadap strategi yang
dimilikinya. Peneliti dalam penelitianya menemukan beberapa hal yang menjadi
masalah bagi redaksi MetroTV.
Untuk memperoleh data-data yang berkaitan dengan fokus penelitian,
Peneliti memulai penelitiannya dengan melakukan wawancara langsung dengan
47
tim redaksi MetroTV yang kebetulan bertugas pada saat peristiwa traumatik
jatuhnya pesawat garuda di Jogjakarta pada tanggal 7 Maret 2007 yang lalu. Tim
redaksi MetroTV berada dalam departemen News Sesuai dengan informasi yang
didapatkan peneliti bahwa departemen News meliputi Direktur Pemberitaan,
Pemred, Wapemred, Manajer Produksi,
Eksekutif produser, Produser, grafis,
Editor, Penyiar, Studio, tim produksi, dan perpustakaan dalam hal ini penyediaan
kaset serta dokumentasi. Sedangkan News Gathering mencakup Kordinator
liputan, penata kamera, dan reporter.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Parcakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan
yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud
mengadakan wawancara, menurut Lincoln dan Guba (dalam Moleong, 2000:135),
antara lain: Mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi,
perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain. Wawancara ini diajukan
kepada key informan yang telah ditentukan oleh peneliti. Informan adalah orangorang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi
latar penelitian. Jadi, ia harus mampu dan mempunyai banyak pengalaman tentang
latar penelitian. Kegunaan informan bagi peneliti adalah membantu agar
secepatnya dan tetap seteliti mungkin dapat membenamkan diri dalam konteks
setempat. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah:
1.
Eksekutif Produser
: Wayan Eka Putra
2.
Produser
: Ari
3.
Reporter
: Dely Chaniago
4.
Penata Kamera
: Yudi
48
5.
Koordinator Daerah
: Tomy
Dari wawancara yang dilakukan oleh penulis, narasumber atau informan
tersebut memiliki tugas-tugas sebagai berikut :
1.
Eksekutif Produser bertanggung jawab mensupervisi program, baik format,
karakter, maupun isi berita yang akan ditayangkan pada setiap harinya. Ia
juga bertugas dalam mengisi Rundown yaitu table yang berisi urutan berita
yang akan disiarkan, disertai nama newscaster, reporter, time code, tipe
penyajian berita, durasi, dan grafik berita. Selain itu dia juga mempunyai
hak untuk memutuskan apakah berita yang didapatkan oleh reporter
dilapangan akan disiarkan atau batal siar (di drop).
2.
Produser memiliki tugas untuk membantu Eksekutif Produser serta
merangkap menjadi editor naskah berita yang telah dibuat oleh para reporter
juga melakukan periksa dan periksa ulang semua materi tayang termasuk isi
kutipan wawancara dan gambar, pengecekan dilakukan secara fisik dan
langsung.
3.
Kordinator Liputan bertugas untuk menyusun jadwal tugas pelipuitan,
mengkoordinir
dan
memimpin
rapat
redaksi
setiap
pagi
untuk
mendiskusikan topik liputan harian(listing berita), melakukan monitoring
terhadap biro-biro perwakilan, kontributor dan
reporter yang bertugas
dilapangan melalui perangkat komunikasi serta membantu kesulitan yang
dihadapi reporter dalam menentukan News Judgment, serta mengembangkan
dan meluaskan akses reporter ke sumber berita.
49
4.
Reporter bertugas mencari dan mengumpulkan berita, mengirimkannya ke
kordinator liputan, melakukan stand up, live report di lokasi, mewawancarai
narasumber, membuat naskah dan mengupdate informasi untuk dilaporkan
kepad korlip.
5.
Penata Kamera bertugas untuk mencari berita dan mengambil gambar setiap
meliput berita, menjadi ujung tombak pemberitaan dan pemasok bahan
berita untuk produser, juga bertanggungjawab atas perolehan dan pencapain
target berita serta pengambilan gambar dan suara yang dapat menjadi isi
berita sesuai dengan peristiwa dilapangan.
Wawancara mendalam kepada key informan tersebut diatas mengungkap
beberapa masalah yang sedang terjadi pada bagian tim redaksi MetroTV
khususnya yang bertugas meliput kejadian berita traumatik jatuhnya pesawat
garuad dan terbakar di Jogjakarta. Masalah-masalah yang terungkap pada
penelitian ini adalah yang berhubungan dengan strategi tim redaksi dalam
memproduksi berita traumatik yang ditinjau dari konsep perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan. Tahap wawancara kepada key
informan ini dilakukan peneliti dengan sangat berhati-hati dan teliti agar
pertanyaan yang diajukan dapat dipahami oleh key informan dan peneliti
mendapat jawaban yang sesuai dengan penelitian ini.
4.2.1 Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan
penentuan strategi, kebijakan, proyeksi, program, prosedur, metode, sistem,
anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pada tahap
50
perencanaan ini peneliti menemukan adanya beberapa masalah yang diungkapkan
oleh para key informan terutama pembuat. Dimana para pembuat atau produksi
dari program tersebut merasa perencanaan yang matang dalam pembuatan suatu
program telah dilakukan dengan baik oleh tim redaksi. Berikut kegiatan yang
dilakukan dalam tahap perencanaan yang diawali dengan Rapat Redaksi. Tahapan
ini merupakan tahapan awal, dimana disini terjadi suatu proses perencanaan yang
disebut dengan Rapat Redaksi, yang dihadiri oleh Pemred, Wapemred, Manajer
Produksi, Eksekutif Produser, Produser, dan Koordinator Liputan.
Rapat ini
dilakukan untuk menentukan proyeksi berita apakah yang akan dijadikan agenda
peliputan hari ini, dan menentukan isu-isu menarik di masyarakat untuk dijadikan
sebagai bahan berita. Bahan berita ini biasanya didapatkan dari :
1.
Info masyarakat
2.
Undangan-undangan dari Instansi
3.
Ide orisinil sendiri dari produser, korlip, reporter
4.
Peristiwa
Dalam rapat tersebut juga dilakukan pengumpulan berita dari hasil liputan
dan kemudian diseleksi berdasarkan kepentingan, aktualitas serta pertimbangan
redaksional lainnya. Selain itu disini juga dibahas mengenai analisis tentang berita
yang telah ditayangkan. Rapat tersebut kemudian menghasilakan sebuah daftar
rencana liputan, yang didalamnya berisi mengenai liputan yang akan dilakukan,
lokasi, reporter dan kameramen yang ditugaskan ataupun hal-hal lainnya.
Rapat redaksi MetroTV dilakukan 3 kali sehari seperti yang dikatakan dalam
wawancara penulis dengan eksekutif produser, beliau mengatakan:
51
” kita bagi ada program regular yang bulletin terencana itu yang jelas penentuan
dilakukan di rapat redaksi dalam tim minimal 3x sehari jam 9 jam 14 dan jam 19
malam, dari situ muncul perolehan berita dan berita mana yang akan
ditayangkan dalam program-program buletin metroTV, setelah itu para produser
menterjemahkannya , menulis naskah, edit naskah, edit gambar, sampai masuk
studio untuk on air”.51
Dalam wawancara yang dilakukan dengan produser Metro hari ini mas Ari
mengatakan:
“ perencanaan sangat perlu, akan sangat memudahkan para korlip menggerakan
kontributornya dan reporternya, jadi penting supaya hasil yang dicapai lebih
maksimal, misalnya kita mau cari tahu penyebab pesawat itu jatuh? Jadi tokoh
wawancaranya menhub, KNKT, kepolisian, ya itu bagian dari perencanaan,
supaya besok yang berangkat liputan itu punya arah, oh MHI itu mintanya ini , oh
Headline itu mintanya ini di prioritaskan untuk diperoleh para pencari berita.”52
Dari hasil wawancara penulis dengan eksekutif produser MetroTV Mas
Wayan Eka Putra , penulis mengetahui bahwa dalam peristiwa traumatik yang
tidak terencana jatuhnya pesawat garuda itu beliau mengatakan:
“untuk kondisi breaking news seperti gitu semua langkah dilakukan sesuai
dengan kondisi yang kita punya dilapangan misalnya kita hanya tahu
peristiwanya dan ada narasumber untuk live by phone kita live by phone breaking
news berlanjut sampai sampai SNG sampai di lokasi namanya peristiwa kita ga
bisa rencanakan begitu kejadian siapa yang bisa dikontak langsung pemred
memutuskan breaking atau gak? Begitu breaking kita awali dengan live by phone
waktu itu beberapa petinggi dari control room itu “ ok kita hubungi pihak
bandara, hubungi TNI AU, hubungi pihak maskapai, Bergulir sambil menunggu
tim kita bergerak sampai di lokasi dengan SNG sampai reporter kita siap,
langsung live report dari lokasi nah prose situ bergulir terus selama breaking
news”53
Pada
kondisi Breaking News peristiwa traumatik seperti itu
reporter
MetroTV memastikan bahwa dari segi persiapan hampir dipastikan tidak ada
51
Hasil Wawancara Penulis dengan Executive Produser MetroTV, Wayan Eka Putra tgl 13
Februari 2009
52
53
Hasil Wawancara Penulis dengan Produser MetroTV, Ary Top9, tgl 12 Februari 2009
Hasil Wawancara Penulis dengan Executive Produser MetroTV, Wayan Eka Putra tgl 13
Februari 2009
52
karena tim produksi di Jakarta lebih mengandalkan pada kondisi apa yang terjadi
di lapangan seperti dalam petikan wawancara dengan reporter Dely Chaniago
berikut ini:
“saat itu langsung breaking news, persiapan hampir tidak ada, yang di Jakarta
hanya mengandalkan kita yng di lapangan, menyiapkan SNG, kejadian kan
sebelum jam 7, kita tahu jam 7an, kita langsung mengumpulkan materi untuk di
livekan, mulai dari pesawatnya, bangkai pesawatnya, korbannya, kejar keluarga
korban, kesaksian keluarga, karena pada saat itu sebagian penumpang yang
berhasil diselamatkan dilarikan ke RS, sementara didalam pesawat masih ada,
jadi kita focus kesitu, upaya evakuasi penumpang yang masih terjebak, materi
langsung lari karena tim ada yang berfungsi ganda sebagai messenger juga,
situasi udah urgent bahkan reporter pun bisa jadi messenger juga, untuk
memperlancar feeding gambar saat itu ke biro jogja”54
Sementara dari sisi koordinator diputan Seorang korda melakukan kegiatan
untuk mendukung perencanaan sebagai gerbang pertama perolehan berita dan
topik berita yang akan dibahas dalam rapat redaksi seperti yang dikatakan Tomy
sebagai berikut:
“koordinasi dengan para kontributor sakaligus kita memberi masukan agar
angle-anglenya seperti ini, setelah itu mereka meliput, lalu feeding atau
streaming atau kirim kaset, baru kemudian ngambil naskah di website khusus
MetroTV untuk kontributor baru menentukan siapa yang mengerjakan tapi
sebelum itu harus rapat dulu di rapat redaksi jam 9, 11, 14, 19 filternya adalah
dirapat redaksi itu mana aja yang akan dipakai.55
Hal lain yang menyangkut tahapan perencanaan ádalah dikakukan oleh
seorang kameraman di lapangan dimana mereka bertugas sebagai tim yang
belanja materi untuk ditayangkan dan sebagai media Audio Visual cameraman
ádalah ujung tombak pendapatan informasi untuk televisi, hal ini disampaikan
oleh Yudi kameraman MetroTV dari hasil wawancara dengan penulis berikut ini:
54
Hasil Wawancara Penulis dengan Reporter MetroTV, Dely Chaniago tgl 10 Februari 2009
55
Hasil Wawancara Penulis dengan Korda MetroTV, Tomy tgl 14 Februari 2009
53
“menyiapkan kamera, mic, tripod kita ambil di camstore, lalu jalankan SOP cek
kamera berfungsi dengan baik atau gak, kalo semua peralatan udah OK siap
untuk liputan” 56
Sementara dalam kondisi breaking news untuk peristiwa traumatik seorang
kameraman akan melakukan hal yang kurang lebih sama dalam hal menjalankan
Standar Operasional Prosedur mengenai peralatan
yang akan digunakan tapi
dalam hal lain yudi menambahkan:
“kalo liputan biasa dari sisi alatnya tidak terlalu banyak paling kita Cuma bawa
kamera, mic, tripod, sama kaset paling, kalo kondisi breaking news alatnya
nambah kaya lighting, klip on mic buat stand up, dari sisi persiapan dalam
breaking news kita harus lebih siap dan lebih cepat bergerak, kalo liputan biasa
masih bisa tenteng kamera, tapi kalo breaking news kita pasang tripod dan stand
by siap dengan segala kemungkinan, dari sisi produksi kita kameraman sebagai
penyedia materi gambar, kalo dalam suasana breaking news ada yang namanya
edit by camera, di metroTV ini jadi hanya dengan satu kameraman sudah cukup
jadi yang lain tinggal mencari pelengkapnya saja agar apa yang diminta
produser terpenuhi, karena kita di MetroTV ini bahasa, bahasa gambar, jadi kita
ada edit by camera rata-rata untuk breaking news tidak ada editor, jadi kita
produksinya langsung aja on the spot, jadi sewaktu-waktu buat breaking news
kita kameraman disini udah diajarkan edit by camera semua gambar sudah
tersusun dengan rapi jadi sewaktu-waktu buat breakimng news tinggal pake”57
4.2.2 Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian
adalah
penentuan
sumberdaya-sumberdaya
dan
kegiatan-kegiatan perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau
kelompok kerja, penugasan dan tanggung jawab tertentu dan kemudian
pendelegasian
wewenang
yang
diperlukan
ttiap-tiap
individu
untuk
melaksananakan tugasnya, serta menciptakan struktur formal dimana pekerjaan
ditetapkan, dibagi dan dikoordinasikan.
Penyusunan personalia juga bisa diartikan sebagi penentuan sumberdayasumberdaya dan kegiatan-kegiatan, perancangan dan pengembangan suatu
56
57
Hasil Wawancara Penulis dengan Kamera Person MetroTV, Yudi tgl 14 Februari 2009
Ibid, tgl 14 Februari 2009
54
organisasi atau kelompok kerja, penugasan tanggungjawab tertentu dan kemudian
pendelegasian wewenang yang diperlukan tiap-tiap individu untuk melaksanakan
tugasnya, serta menciptakan struktur formal dimana pekerjaan ditetapkan, dibagi
dan dikoordinasikan.
Tugas dan wewenang menentukan tim produksi dilakukan oleh manajer
produksi melalui rapat pimpinan karena di MetroTV sudah mempunyai struktur
yang baku seperti dikatakan oleh Eksekutif Produser berikut ini:
” gak ada usulan khusus karena sejak awal tim sudah tahu fungsi masing-masing,
atau ketika diperlukan perubahan struktur eksekutif produser bisa saja
mengajukan ke rapat pimpinan tapi siapa memegang program apa sudah tetap
masih dalam struktur jadi gak berubah-ubah.”58
Namun dari kondisi di lapangan pengorganisasian dilakukan korlip dan
korda dengan para kontributor dan reporternya guna mendapatkan data secepat
mungkin berdasarkan wilayah seperti kutipan wawancara dengan reporter dely
Chaniago berikut ini:
” ada kabiro yang sebagai korlip juga di lapangan bagaimana merotasi kita dan
membagi bagi wilayah ada di jogja, solo, kebetulan kejadiannya kan lebih dekat
ke solo juga kan, jadi masing-masing tim menggarap wilayah masing-masing
misalnya kontributor Jogja itu focus untuk penanganan korban-korban yang
dievakuasi ke RS, saya karena dari awal ada di lapangan saya focus ke lokasi
terbakarnya pesawat garuda, teman-teman di Solo up date pilot garuda sempat
juga kan di rawat di RS bayangkara. Jadi lebih ke wilayah-wilayah, jadi siapa
yang dekat kemana dia pegang wilayah tersebut”59
Biasanya seorang reporter juga melakukan koordinasi dengan rekan kerja di
lapangan yang bekerja sebagai ssatu tim kerja yang harus selalu kompak supaya
hasil yang dicapai bisa lebih masksimal, oleh karena itu seorang reporter dan
seorang kamera person akan selalu berkoordinasi baik sebelum maupun ketika
58
Hasil Wawancara Penulis dengan Executive Produser MetroTV, Wayan Eka Putra tgl 13
Februari 2009
59
Hasil Wawancara Penulis dengan Reporter MetroTV, Dely Chaniago tgl 10 Februari 2009
55
melakukan peliputan berita traumatik baik untuk kondisi Breaking News maupun
program reguler seperti apa yang dikatakan Yudi dalam wawancara dengan
penulis berikut ini:
”sebelum melakukan liputan antara kameran dan reporter pasti melakukan
koordinasi, setelah kameraman cek kamera, mic, dan menjalankan SOP setelah
reporter datang kita koordinasi mau liputan apa, materinya apa, lokasi dimana,
waktunya kapan, saling memahami maunya apa kita buat maping sendiri supaya
pas di lapangan gak kaget mau apa?, kita kameraman juga harus bisa jaga alat
gimana caranya dapat liputan tapi tidak merusak alat juga, koordinasi sih dari
sisi liputannya apa, kedua dari sisi kontennya ini mau dibuat apa dulu, sebelum
sampai di lapangan ini mau buat apa, mau VO, SOT, mau dibuat reader, VO
SOT, apa mau dibuat paket, ok misalnya kita but live maka kita siapkan gambar
minimal 2 menit, jadi koordinasinya saat mau berangkat liputan dan saat di
lokasi liputan”60
Dalam hal koordinasi dari sisi seorang korda adalah melakukan komunikasi
dengan segala aspek sumber daya karena dari segi tugas dan tanggung jawab
seorang korda lebih banyak melakukan koordinasi di lapangan sebagai tugas
utama yaitu mengkoordinasikan segala aspek baik itu koordinasi ke tingkat bawah
antara lain para kontrobutor dan biro-biro perwakilan di seluruh indonesia
maupun melaporkan segala hasil peliputan berita kepada para produser dan
petinggi-petinggi tim redaksi di studio seperti dalam kutipan wawancara penulis
dengan korda berikut ini:
” 1. Mengkoordinasikan berita-berita di daerah yaitu menugaskan sekitar 150
kontributor MetroTV yang ada di daerah dari Sabang sampai Merauke tiap pagi
kita harus sudah tahu ada berita-berita apa yang ada dari mereka dari beritaberita terbaru yang mereka laporkan lalu kita
2. listing untuk kemudian kita bawa ke rapat nah selain listing berita-berita yang
masuk , kita berhak untuk menugaskan artinya kita punya news judgment untuk
menentukan berita-berita apa saja isu ini layak atau tidak, atau kita membuat
permintaan berita,
3. Korda juga harus berkoordinasi dengan biro-biro, karena selain kontributor
metro juga punya 6 biro antara lain Jogja, Surabaya, Medan, Makasar,
60
Hasil Wawancara Penulis dengan Kamera Person MetroTV, Yudi tgl 14 Februari 2009
56
Pekanbaru, Bandung. Kita harus punya news judgment layakkah berita itu untuk
disiarkan di MetroTV
4. Menentukan news judgment kelayakan berita. koordinasi dengan para
kontributor sakaligus kita memberi masukan agar angle-anglenya seperti ini,
setelah itu mereka meliput, lalu feeding atau streaming atau kirim kaset, baru
kemudian ngambil naskah di website khusus MetroTV untuk kontributor baru
menentukan sipa yang mengerjakan tapi sebelum itu harus rapat dulu di rapat
redaksi jam 9, 11, 14, 19 filternya adalah dirapat redaksi itu mana aja yang
akan dipakai 61.
Penentuan sumber daya manusia yang terlibat dalam tim redaksi di MetroTV
adalah dilakukan oleh manajer produksi, biasanya setiap individu yang terlibat
dalam tim redaksi sudah mengetahui tugas dan wewenang yan harus dikerjakan
dalam setiap produksi berita, hal ini dikarenakan MetroTV adal sebuah televisi
yang konsentrasi siarannya adalah berita oleh karena itu sumber daya manusia
yang dimiliki oleh tim redaksi MetroTV tentu suda terstruktur hal ini juga di
pertegas oleh mas Ary dalam kutipan wawancara berikut:
” yang menentukan manajer produksi, dia sudah memilih siapa-siapanya
bagaimana kekuatannya”. 62
Khusus untuk keadaan breaking news peristiwa traumatik kejadian pesawat jatuh
di Jogjakarta mas Ary menambahkan bahwa setelah tahu ada berita yang
mendadak seluruh tim langsung melakukan koordinasi dengan segala aspek
sumberdaya yang dimiliki MetroTV seperti hasil wawancara penulis dengan mas
Ary berikut:
”Tahu dari korlip, kemudian diikuti persiapan breaking news pagi, ketika rapat
pagi tahu-tahu ada pesawat jatuh di Jogja, bubar rapatnya, kemudian semua
sumber daya dipetakan untuk breaking news dulu dengan gambar-gambar awal
dari kontributor dulu, keuntungan kita di Jogja itu kita punya SNG, mobil SNG
merapat ke lokasi bandara bahkan kita live dari sana, pada saat itu masih
gambar-gambar orang digotong, pesawat terbakar, kemudian tidak lama kita
mendapatkan footage dari channel7 kebetulan crewnya ada yang jadi penumpang
61
62
Hasil Wawancara Penulis dengan Korda MetroTV, Tomy tgl 14 Februari 2009
Hasil Wawancara Penulis dengan Produser MetrotTV, Ary Top9, tgl 12 Februari 2009
57
pesawat dia berhasil keluar dan mengambil gambar dari situ kita tahu ada tokoh
masyarakat Din Syamsudin, ada kriminolog juga” 63
4.2.3 Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan atau actuating adalah kegiatan pelaksanaan perencanaan dan
organisasi yang telah dibentuk sebelumnya apa yang di proyeksikan dalam rapat
redaksi direalisasikan agar tujuan dari perencanaan dan pengorganisasian tercapai
dimana dalam tahap ini apa yang menjadi tujuan darti perencanaan dan organisasi
yang telah dibentuk akan terealisasikan supaya perencanaan dan pengorganisasian
tadi tidak sia-sia. Tujuan utamanya adalah mengetahui sejauhmana perencanaan
dan pengorganisasian itu bisa berjalan. Berikut beberapa kegiatan yang dilakukan
meliputi: kedatangan kaset, edit naskah, edit gambar dll, seperti dalam petikan
wawancara dengan produser Mas Ari berikut:
” proses produksi itu efektif berjalan setelah selesai rapat jam 2 siang produser
dibantu staf produksi membagi tugas mana starching-strachingnya mana menjadi
tanggung jawab masing-masing kemudian dimulailah proses produksi kita
berkoordinasi dengan korlip dan korda mengenai kedatangan materi berupa
kaset-kaset itu , kita ketik naskahnya, masuk preview gambar, editing, naskah di
edit, gambar diedit dan siap ditayangkan”64
Hal serupa juga di katakan oleh Wayan Eka Putra sebagi eksekutif produser,
bahwa memang tahapan produksi adalah dilakuakan oleh tim redaksi dan
dipimpin oleh Seorang produser informasi ini penulis dapatkan dari wawancara
dengan eksekutif produser berikut in:
” setelah rapat itu tadi sudah mulai produksi setelah reporter melaporkan copy
edit naskah, atau produser sendiri yang membuat, atau staf produksi yang
63
64
Hasil Wawancara Penulis dengan Produser MetroTV, Ary Top9, tgl 12 Februari 2009
Ibid, tgl 12 Februari 2009
58
membuat atau staf daerah yang menulis naskah, edit gambarnya disini (kantor
Jakarta) dilakukan setelah rapat produksi ”65
Lebih jauh reporter Dely Chaniago
mengatakan bahwa dalam proses
produksi berita traumatik peristiwa jatuhnya pesawat Garuda di Jogjakarta itu para
produser di Jakarta lebih mengandalkan perolehan materi dari lapangan dan
presenter di bekali dengan informasi dari lapangan seperti dalam petikan
wawancara berikut ini:
” presenter sudah dibekali bumper Breaking news grafis, materi gambar yang
bisa kita dapat dan keterangan-keterangan yang kita kirim ke Jakarta, langsung
mengandalkan yang di lapangan untuk laporannya, setelah kita feeding
gambarnya semua ke Jakarta untuk di roll ulang baru kemudian mulai ada proses
produksi di Jakarta, setelah ada waktu kita menggeser SNG ke lokasi baru ada
yang di roll lagi, di repackage, di buat filler-filler Garuda terbakar untuk
produksinya dan selanjutnya proses diulang-ulang saja, yaitu mencari berita,
mengirim, melaporkan.” 66
Kemudian presenter juga di beri arahan dan briefing dari produser tentang
sajian berita apa saja pada saat itu, menu berita saat itu, arah berita saat itu seperti
di katakan oleh produser berikut ini:
” briefing kepada presenter juga apa rencana kita saat itu Karena presenter itu
kan yang menjadi key kita dengan pemirsa, jadi ada waktu khusus dengan
presenter untuk brain storming karena MHI itukan presenternya ganti-ganti.” 67
Seorang kameraman tentu saja melakukan pengambilan gambar sebagai
materi bahan mentah yang akan di produksi di studio oleh tim kerja lainnya
seperti editor dan grafis, tapi dalam kondisi breaking news seperti kecelakaan
pesawat garuda di Jogja yang merupakan berita traumatik seorang kameraman
65
Hasil Wawancara Penulis dengan Executive Produser MetroTV, Wayan Eka Putra tgl 13
Februari 2009
66
67
Hasil Wawancara Penulis dengan Reporter MetroTV, Dely Chaniago tgl 10 Februari 2009
Hasil Wawancara Penulis dengan Produser MetroTV, Ary Top9, tgl 12 Februari 2009
59
juga telah siap dibekali dengan keahlian khusus untuk mempermudah proses
produksi seperti yang dikatakan yudi dalam wawancara berikut ini:
” dari sisi produksi kita kameraman sebagai penyedia materi gambar, kalo dalam
suasana breaking news ada yang namanya edit by camera, di metroTv ini jadi
hanya dengan satu kameraman sudah cukup jadi yang lain tinggal mencari
pelengkapnya aja agar apa yang diminta produser terpenuhi, karena kita di TV
Metro ini bahasa, bahasa gambar, jadi kita ada edit by camera rata-rata untuk
breaking news ga ada editor, jadi kita produksinya langsung aja on the spot, jadi
sewaktu-waktu buat breaking news kita kameraman disini udah diajarin edit by
camera semua gambar sudah tersusun dengan rapi jadi sewaktu-waktu buat
breakimng news tinggal pake”68
Gambaran umum alur produksi berita di MetroTV adalah sebagai berikut:
Untuk program reguler :
Rapat redaksiÆ Peliputan beritaÆ ProduksiÆpenayanganÆmasyarakat
Untuk program yang tidak terencana seperti pesawat Garuda yang jatuh di
Jogjakarta yang merupakan peristiwa traumatik adalah sebagai berikut:
Peristiwa-Æreporter-ÆkorlipÆdiolah di ProduksiÆpenayanganÆmasyarakat
Proses produksi juga dijelaskan dengan melalui beberapa cara dilakukan
antara lain untuk kondisi tayangan reguler misalnya untuk Metro Hari Ini seperti
dikatakan mas Ary top9 berikut:
” produser minta, atau bisa juga korlip yang mengusulkan, oh ternyata ada
terbaru nih tapi kebanyakan kita mengandalkan dari para korlip baik Jakarta
maupun daerah, karena mereka yang tahu benar laporan dari para reporter
kemudian kita dikasih tahu ada ini itunya, kemudian yang sudah ada ditangan
kita proses duluan untuk mengisi rundown yang paling tricky itu materi yang
dating last minute, dan itu terjadi dan bisa sering terjadi karena dalam peliputan
berita itu ada yangsekali langsung dapat ada yang susah dapatnya ada yang
gagal juga kan jadi intinya reporter – korlip - di olah di produksi – tayang di
studio” 69
Proses penyususnan Rundown Berita traumatik peristiwa jatuhnya pesawat
Garuda di Jogja adalah sebagai berikut:
68
69
Hasil Wawancara Penulis dengan Kamera Person MetroTV, Yudi tgl 14 Februari 2009
Hasil Wawancara Penulis dengan Produser MetroTV, Ary Top9, tgl 12 Februari 2009
60
”Karena pada sat itu kita tahu cerita kejadian mengejutkan korbannya pun
banyak kalo gak salah ada 22an orang melibatkan salah satu tokoh masyarakat
Din Syamsudin, jadi top storynya itu udah pasti, akhirnya kita dapat gambargambar dari video amatir dan dari channel 7, ada dari RCTI, ada SCTV yang
waktu itu gambarnya lebih bagus, dari channel 7 itu karena dia liput dari awal
orang-orang sudah keluar, pesawat sudah terbakar tapi belum meledak, tim kita
sendiri juga adakan kontributor Jogja yang merapat kesana, meliput segala
aspeknya, staf kedutaan Autraslia datang, awalnya korban-korban ditumpuk di RS
bandara, jadi ceritanya terus berkembang jadi berita utamanya MHI saat
itulah”70
Mengenai penulisan naskah berita hal ini dilakukan dengan beberapa cara
yaitu dengan listing dari website khusus yang dimiliki MetroTV atau dengan cara
mengkonfirmasikan langsung lewat telepon dengan reporter di lapangan bila
kejadian yang diliput sedang berlangsung seperti kutipan berikut:
” naskah itu sampai ke kita dengan berbagai cara, ada yang masuk ke website
yang di design khusus untuk para kontributor seluruh Indonesia itu untuk
mengirim naskah, jadi ada di website khusus, jadi kita tinggal melihat berita apa
saja
Cara kedua kalau beritanya sedang berlangsung kejadiannya sedang berlangsung
dan kontributornya tidak sempat nulis naskah ya kita telpon, naskahnya gimana
nih dia bacakan kita ketik itu juga berlaku untuk berita-berita luar negeri ada
khusus mengupdate berita-berita dari APTN langganan, isinya berita-berita
asing.”71
Berita televisi adalah berita gambar oleh karena itu untuk memadukan antara
gambar yang didapat dari lapangan dengan naskah yang ditulis delakukan dengan
metode penulisan naskah dulu sebagai acuan setelah gambar didapatkan maka
gambar tersebut akan menjadi tolak ukur dan kemudian naskah awalnya yang
diubah , hal ini penulis dapatkan dari informasi melalu wawancara dengan
produser Metro Hari Ini berikut ini:
” naskah itu kita dahulukan untuk mempercepat produksi, tapi naskah itu naskah
guidance, kasarnya untuk panduan terus kita perhalus sambil menunggu
gambarnya kemudian yang menjadi acuan terakhir ya gambarnya, kalo
70
71
Ibid, Ary Top9, tgl 12 Februari 2009
Ibid, tgl 12 februari 2009
61
gambarnya begini ya naskahnya yang diubah bukan naskahnya begini gambarnya
yang di edit, jadi naskah itu untuk panduan awal kemudian kita rewrite dan
setelah itu kita tunggu gambarnya kalo gambarnya ga sesuai ya naskahnya yang
diiubah”72
Dalam meliput berita traumatik seperti peristiwa jatuhnya pesawat Garuda di
Jogja tersebut reporter dilapangan berpegang teguh pada kaidah liputan berita
traumatik seperti yang di katakan oleh reporter Dely Chaniagi berikut ini:
”Kita lihat situasi kita memang harus dapat gambar terbaru, wawancara terbaru
tapi kan dibatasi oleh kode etik jurnalistik juga kan, kalo memang mereka udah
tidak bisa diwawancara dan keadaan tidak memungkinkan untuk wawancara
biasanya kita melakukan pendekatan dulu dengan keluarganya, perlu
approaching dulu, pendekatan supaya kita bisa diterima dulu, mereka mau
diwawancarai sama kita, kita berempati, setelah terjadi interaksi dan mereka
mulai mempercayai kita baru masuk wawancara korban.”73
Sementara dalam mengatasi efek psikologis sebagai manusia biasa yang
mempunyai perasaan dan simpati yang sama dengan korban
reporter juga
memiliki pengalaman yang dibagi untuk penulis berikut ini:
”Dilema pasti ada, tapi kita harus memisahkan kan wartawan tidak boleh
mencampurkan emosi pribadi dengan kerjaan karena akan mempengaruhi
netralitas, obyektifitas kita dalam melaporkan berita sat itu memang untungnya
ga ada kejadian bantuan, di area juga dikasih garis batas polisi dan kita ga
mungkin mendekat terlalu dekat selain itu sudah ada petugas yang menangani itu,
saya tetap milih liputan karena udah ada yanglebih berwenang kan”74
Hal itu juga dibenarkan oleh kameraman Yudi sebagai berikut:
”Dilemma itu pasti ada, secara pribadi dari sisi kemanusiaan sih simpati dengan
korban Cuma kita harus professional kalau korban pesawat yang masih merintih
kesakitan pasti merasa iba tapi dari sisi tugas pasti ngambil gambar dulu kalau
masih bisa di tolong baru ditolong karena excluvitas gambar kan penting,
bukannya tidak mau nolong orang tapi harus dapat gambar dulu karena saya
kameraman bukan seorang petugas medis sebab kalau malah mementingkan sisi
kemanusiaan dulu nanti kantor akan nanya kenapa TV lain dapat gambar kita gak
dapat gambar akan ditagih”75
72
Hasil Wawancara Penulis dengan Produser MetroTV, Ary Top9, tgl 12 Februari 2009
Hasil Wawancara Penulis dengan Reporter MetroTV, Dely Chaniago tgl 10 Februari 2009
74
Ibid, Dely Chaniago tgl 10 Februari 2009
75
Hasil Wawancara Penulis dengan Kamera Person MetroTV, Yudi tgl 14 Februari 2009
73
62
Setiap wartawan pasti punya cara tersendiri untuk mengatasi trauma
psikologis secara pribadi dihadapkan pada tugas dan tanggung jawab profesi
jurnaslis oleh karena itu seorang kamera person punya cara untuk mengatasi
masalah itu seperti petikan wawancara berikut ini:
”Trauma pasti ada Cuma sebagai kameraman kita harus terbiasa dengan setiap
kejadian yang bersifat traumatic seperti itu soalnya sudah risiko pekerjaan
wartawan ya seperti itu”76.
Dalam mencari dan meliput fakta dilapangan biasanya reporter dan
kameraman melakukan penentuan angle yang akan diliput di lokasi tetapi pada
prakteknya bisa berubah tergantung kondisi terakhir di lokasi , hal ini di katakan
juga oleh Dely Chaniago berikut ini:
”Sangat mungkin terjadi, sering terjadi malah, karena kita mengandalkan fakta
dan peristiwa yang terjadi gak bisa di create, kemampuan reporter untuk
mengubah angle yang telah direncanakan sebelumnya dengan kejadian
sebenarnya dilapangan, tapi untuk kasus itu kita tidak merencanakan dulu tapi
kita dating ke lokasi dan ingin tahu apa yang terjadi dulu, ada pesawat landing,
jatuh terbakar, melintasi runway, nabrak dan berhenti di pesawahan penduduk,
kita sama sekali gak memplaning bahwa nanti kita live bahwa ada korban sekian,
waktu itu presenternya kan nanya apakah korban meninggal semua? Bad news
its good news kan kalau korbannya mati semua jadi lebih ironis kan, saat itu saya
belum tahu berapa korban yang meninggal, saya hanya menceritakan data
manifest penumpang sekitar 200an, saat ini kondisi api sudah melingkari badan
pesawat kemungkinan kecil untuk keluar dari pintu pesawat yang hanya 4 jadi
kita gambarkan apa yang terjadi disana jadi kita tidak memberikan expektasi
yang tinggi kepada pemirsa bagaimana memastikan keluarga mereka untuk
memastikan selamat atau tidak.”77
4.2.4 Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah penemuan atau penerapan cara dan peralatan untuk
menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan, baik positif maupun negatif. Fungsi ini meliputi penentuan standar
76
77
Ibid, yudi tgl 14 Februari 2009
Ibid, Dely Chaniago tgl 10 Februari 2009
63
pelaksanaan, penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan, pengukuran pelaksanaan
nyata dan membandingkannya dengan standar yang telah ditetapkan dan
pengambilan tindakan korektif yang diperlukan jika ada penyimpangan. Pada
tahap strategi tim redaksi MetroTV memiliki suatu sistem untuk melakukan
pengawasan terhadap kinerja tim dengan meriview hasil siaran setiap program
tersebut setelah selesai tayang dalam rapat evaluasi pada jam 7 malam yang
dilakukan setiap hari tersebut membahas tentang apa yang menjadi kekuatan dan
kelemahan. Dalam hal ini peserta rapat akan memperbaiki kekurangan yang ada
dan mempertahankan bahkan meningkatkan informasi atau tayangan yang
memiliki dampak dan diminati oleh masyarakat. Cara seperti ini adalah metode
yang berulang ulang dilakukan oleh tim redaksi MHI misalnya. Untuk mengetahui
sejauhmana keberhasilan suatu program yang di produksi Mas Ari mengatakan:
” jam 7 malam itu ada evaluasi MHI hari itu, performancenya, terus kita
bandingkan dengan program-program yang head to head dengan kita, liputan 6
SCTV, seputar Indonesia RCTI, mereka main apa Metro main apa, dibandingkan,
compare, sekalian kendala-kendala: oh mereka bikinnya kaya gini kita kaya gini
jadi untuk evaluasi kita lebih baik, ada sometimes kita lebih baik, sometimes
mereka lebih baik”78
Lebih jauh produser juga mengatakan pengawasan terhadap konten berita
yang ditayangkan di MHI sepenuhnya menjadi tanggung jawab produser sebagai
pengawas akhir setelah perolehan berita yang diperoleh dari lapangan berdasarkan
listing dari korlip, beliau mengatakan:
“kontrol terakhir ada ditangan produser, setiap materi yang sudah selesai,
digitize, kita lihat sebentar, kita petakan baru diinjust, disamping yang ngontrol
masing-masing orang punya guidance, audio jelek jangan dipake, gambar jelek
burem jangan dipake ketika editing”79
78
79
Hasil Wawancara Penulis dengan Produser MetroTV, Ary Top9, tgl 12 Februari 2009
Ibid, tgl 12 Februari 2009
64
Sementara pengawasan juga dilakukan oleh Litbang MetroTV untuk
mengevaluasi hasil kerja tim redaksi dalam memproduksi berita selain secara
teknis juga dibantu oleh quality control untuk mengawasi kualitas hasil tayangan
berita seperti disampaikan oleh Korda Tomy berikut:
“fungsi pengawasan selain ada Quality Control juga ada litbang sebagai
pengawas dan selalu memberikan koreksi terhadap apa-apa yang sudah di
onairkan gitu. 80
Dari sisi perolehan gambar berita traumatik kecelakaan pesawat kameraman
juga melakukan fungsi pengawan secara internal pribadi mengacu pad kode etik
jurnalistik, hal ini disampaikan kamera person Yudi berikut ini:
“kalo di MetroTV selama gambar korban itu tidak terlalu parah, kalo di metroTV
itu korban yang berdarah-darah dan parah , tapi kalo kita bisa dapat gambar
korban ya itulah nilai lebih kita” 81
Untuk berita traumatic peristiwa jatuhnya peswat Garuda di Jogja tersebut
gambar-gambar yang berhasil diliput oleh kameraman adalah:
“yang pertama pasti gambar pesawat itu jatuh, gimana juga pesawat jatuh dalam
otak kita pasti harus mendapetkan gambar pesawat itu jatuh, mungkin widenya
dulu, jatuhnya dimana,
baru medium shotnya,
close up maskapai
penerbangannya, gambar orang yang menyelamatkan diri, kita ambil ekspres iekspresi muka korban yang lagi shok dan sedih, trus gambar petugas yang sedang
membantu, pemadam kebakaran yang sedang nyemprot apinya”82
Dalam hal pengwasan tim redaksi akan menjalankan peran pengawasan
masing-masing mulai dari pos-pos kerja masing-masing agar hasil yang
didapatkan menjadi maksimal serta perolehan materi tidak terlalu banyak yang
tidak terpakai untuk kebutuhan produksi oleh karena itu sebelum dilakukan
pengawasan secara ekternal oleh divisi pengawasan maka seluruh tim juga
80
Hasil Wawancara Penulis dengan Korda MetroTV, Tomy tgl 14 Februari 2009
Hasil Wawancara Penulis dengan Kamera Person MetroTV, Yudi tgl 14 Februari 2009
82
Ibid, Yudi tgl 14 Februari 2009
81
65
melakukan pengawasan secara dini namun khusus untuk kondisi breaking news
seperti kecelakaan pesawat garuda di Jogja perolehan materi berita tidak terlalu
banyak dilakukan penyaringan supaya bisa didapatkan informasi sebanyak
mungkin agar memudahkan proses produksi seperti dalam kutipan wawancara
dengan eksekutif produser berikut ini:
” iya isu besarnya di rapat redaksi tadi, tapi ketika implementasi produser yang
punya kewenangan dan di supervise oleh excecutive produser bahkan pemred
juga berperan yang utama produser isu kebijakan rapat redaksi apa yang
menterjemahkannya produser, karena dia yang menentukan bentuk layar itu mau
gimana, namanya gak terduga pasti kita gak bisa rencanakan , namanya pesawat
jatuh itu kan mau jatuh jam berapa kita gak tahu ketika terjadi breaking ya
berjalan seperti tadi itu, tapi misalnya kejadiannya pagi produser MHI pas saat
kejadian dia mulai bisa nyusun dia perlu apa aja, perlu liputan kemana, dia
koordinasi dengan korlip sementara breaking kan jalan terus, tapi kan produser
MHI bisa merencanakan programnya itu tadi melalui rapat redaksi dsb, karena
kan tidak semua orang masuk ke breaking news, program-program yang regular
tetap melakukan mekanisme perencanaan tetap ada, siapa yang mau
diwawancara, isi beritanya apa aja, siapa yang mau jadi tamu narasumber di
studio dsb”83
4.3 Pembahasan
Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis diperoleh bahwa strategi dalam
memproduksi tayangan berita traumatik khususnya pada peristiwa jatuhnya
pesawat Garuda yang terbang dari bandara Sukarno–Hatta yang nahas mengalami
kecelakaan di bandara Adi Sucipto Jogjakarta yang berpijak pada konsep
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan adalah dilakukan
dengan metode Buttom Up yaitu konsepnya dari bawah ke atas apa yang di dapat
di lapangan kemudian fakta dilaporkan dari lapangan sesuai keadaan yang
sebenarnya, kondisi darurat.
83
Hasil Wawancara Penulis dengan Executive Produser MetroTV, Wayan Eka Putra tgl 13
Februari 2009
66
Tahap perencanaan dibagi menjadi dua yaitu untuk persiapan programprogram regular seperti, Headline News, Metro Hari Ini, Metro This Week, Metro
Siang, Metro Pagi dan lain sebagainya dilakukan seperti biasa dengan diawali
rapat redaksi kemudian yang biasanya dilakukan 3x sehari yaitu jam 9 pagi, jam 2
siang dan jam 7 malam dalam rapat biasanya menentukan arah liputan untuk hari
itu.
MetroTV mempunyai suatu program yang dikondisikan dalam keadaan
darurat yaitu berita terkini Breaking News dalam hal ini Jenis berita adalah berita
traumatik dimana semua informasi di prioritaskan untuk kepentingan Breaking
News, tahap perencanaan dalam keadaan Breaking News hampir dipastikan tidak
ada karena kondisi darurat tim produksi bergerak untuk mengetahui apa yang
terjadi dulu lalu mencatat informasi dan mengumpulkan informasi sebanyakbanyaknya.
Khusus untuk program Metro Hari Ini barulah proses produksi berjalan
normal karena waktu produksi sampai penayangan relatif lebih banyak punya
waktu persiapan diantaranya: rapat redaksi untuk proyeksi liputan berita,
produksi, penayangan sampai pada pengawasan.
Pada saat ditetapkan berita pesawat Garuda jatuh di Jogja adalah Breaking
News traumatik, yang pertama dilakukan oleh tim redaksi adalah para petinggi
redaksi melakukan rapat menentukan langkah yang akan dilakukan, untuk
sementara informasi disampaikan kepada masyarakat bahwa ada pesawat Garuda
yang jatuh di Jogja, kemudian gambar yang ditayangkan berupa grafis,
selanjutnya dilakukan live by phone dengan narasumber terkait, antara lain
konfirmasi dengan pihak garuda, pihak bandara, sambil berkoordinasi dengan biro
67
Jogja agar segera mengecek kebenaran dan apa yang terjadi dilapangan, dan
secara bertahap mengirimkan Satelite News Gathering (SNG) mendekati lokasi
kejadian.
Pada tahap pengorganisasian dimana melibatkan seluruh tim dalam redaksi
tahapan ini menjadi penting karena biasanya untuk program-program regular lebih
mengandalkan koordinasi yang dilakukan oleh koordinator liputan dan
koordinator daerah untuk mengetahui sumber daya yang dimiliki oleh MetroTV,
setelah penanggung jawab tim redaksi menetapkan bahwa kejadian kecelakaan
pesawat Garuda yang terbakar di Jogjakarta adalah keadaan Breaking news maka
pada tahapan ini fungsi korlip dan korda sangat berperan penting dimana mereka
menjadi pintu gerbang utama dalam perolehan berita baik dari daerah maupun
Jakarta. Khusus pada kondisi Breaking News hal yang pertama yang dilakukan
korda dan korlip adalah berkoordinasi dengan sumber daya dimana tempat
kejadian berlangsung dalam hal ini adalah kontributor Jogja dan kantor biro
perwakilan Jogjakarta sebagai pelaksana lapangan yang lebih dekat dengan lokasi
kejadian jatuhnya pesawat Garuda.
Korda dan korlip langsung mengerakan reporter dan biro Jogja untuk segera
meliput ke lokasi bandara, rumah sakit yang diperbantukan untuk penanganan
korban, berkoordinasi dengan pihak bandara, dan petugas pemadam kebakaran
yang sedang menolong korban, kemudian berkoordinasi dengan pihak maskapai
untuk mengetehui daftar penumpang yang diangkut oleh pesawat tersebut, data
kecelakaan pesawat, ternyata secara kebetulan ada salah satu crew MetroTV yang
menjadi penumpang dan dengan segera meklakukan kontak telepon dengan yang
bersangkutan, gambar yang ditayangkan masih berupa grafis karena teknik yang
68
digunakan adalah live by phone dalam rangka menyampaikan informasi secara
cepat dan akurat kepada pemirsa.
Tahapan produksi berita traumatik peristiwa jatuhnya pesawat Garuda di
Jogjakarta di sisi lapangan adalah dengan news gathering sebanyak-banyaknya
informasi yang bisa di dapatkan atau lebih jelasnya lebih kepada eksekusi
dilapangan supaya informasi yang didapat bisa efektif dan lebih lengkap dimana
dalam kondisi Breaking News lebih mengandalkan para reporter dilapangan untuk
mengupdate berita, karena para reporter dilapangan juga yang paling tahu kondisi
yang terbaru
Pada tahapan pelakasanaan produksi berita traumatik peristiwa jatuhnya
pesawat Garuda di Jogja Karta
khusus untuk program Breaking News dan
Headline News lebih mengandalkan gambar-gambar live report dari lokasi dengan
menggunakan Satelite News Gathering (SNG) yang dimiliki MetroTV sebagai
gambar dan informasi awal kepada pemirsa. Saat terjadinya produksi tersebut para
reporter dan kameraman yang bertugas dilapangan saling bekerjasama untuk
memperoleh informasi dan gambar yang terbaru mengenai segala aspeknya baik
korban, bangkai pesawat, dugaan sementara penyebab kecelakaan, situasi terakhir
di lokasi kejadian bahkan sampai kondisi masyarakat setempat yang secara
langsung menyaksikan peristiwa tersebut.
Para reporter dan kameraman juga bekerja secara paralel bahkan sampai
bertugas ganda selain menjadi reporter juga sebagai pengirim materi kaset ke
Satelite News gathering (SNG) untuk di Feeding ke Jakarta begitupun dengan
kameraman melakukan hal yang sama dan itu semua berlangsung pada saat situasi
sedang darurat. Sementara para produser dan kru lain di Jakarta melakukan
69
persiapan dari perolehan materi yang dikirim oleh reporter dilapangan untuk
mendukung program – program yang dimiliki MetroTV seperti Metro Siang,
Metro Hari Ini, Metro XinWen, dll
Pada tahapan produksi proses produksi berita traumatik jatuhnya pesawat di
Jogja tersebut untuk program Metro Hari Ini relatif lebih baik ketimbang Breaking
News ataupun Headline News karena sudah mengalami proses seleksi oleh
produser jadi pemilihan materi tidak seekstrim pada saat live report, Headline
news, atau Breaking News, untuk kondisi Breaking News reporter dan kontributor
memegang peranan penting di lapangan karena merekalah yang tahu informasi
yang sebenarnya terjadi dan memperbaharui informasi untuk diketahui
masyarakat, oleh karena itu proses live report dari lokasi kerap dilakukan oleh tim
redaksi MetroTV guna memenuhi kebutuhan informsi yang cepat, akurat dan
komprehensif bagi masyarakat.
Tahapan berikutnya adalah pengawasan dan evaluasi untuk menghasilkan
karya terbaik, dalam tahapan ini masing-masing orang dalam tim redaksi selain
menjadi pengawas internal juga ada dari eksternal, dari internal misalnya masingmasing orang berperan dalam pos-posnya masing-masing, kameraman melakukan
pengawasan awal dengan cara edit by camera, Sementara dari sisi koordinator
liputan mereka akan menyaring dulu mana berita berita yang layak dan tidak
mana yang bagu mana yang tidak, dan biasanya seorang korlip atu korda harus
mempunyai News Judgment sendiri berdasarkan kebijakan MetroTV. Tetapi
dalam kondisi Breaking News yang lebih mengandalkan Live Report biasanya ada
kelemahan dalam hal pengawasan karena gambar yang sudah terlanjur
70
ditayangkan tidak bisa disunting lagi, oleh karena itu peranan pengawasan internal
pribadi wartawan akan sangat berperan diluar pengawasan eksternal.
Produser punya cara tersendiri dalam melakukan pengawasan dimana hasil
akhir akan menentukan kualitas program yang ia pegang, produser menunjukan
karakter, kekuatan suatu program oleh karena itu dia harus benar-benar
melakukan fungsi pengawasan internalnya dulu sebelum materi berita itu
ditayangkan, dan untuk program – program regular
seperti Metro Hari Ini
biasanya fungsi pengawasan dilakukan oleh Quality Control dan Litbang
MetroTV.
71
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai strategi produksi
berita traumatik di MetroTV khususnya kasus Jatuhnya pesawat Garuda di
Jogjakarta pada 7 Maret 2007 silam adalah sebagai berikut:
1.
Strategi produksi berita traumatik yang melalui konsep perencanaan tidak
banyak dilakukan karena untuk kondisi Breaking News atau program darurat
jenis peristiwa traumatik yang telah ditetapkan para petinggi tim redaksi
lebih mengandalkan perolehan dan informasi di lapangan (Buttom up)
dengan mengerahkan segala sumber daya yang dimiliki MetroTV
perencanaan lebih kepada persiapan teknis dan berpacu dengan waktu agar
pemirsa MetroTV tahu lebih dulu dari siaran MetroTV, keuntungan yang
dimiliki MetroTV adalah karena kejadiannya ada di Jogjakarta dan disana
memiliki biro perwakilan MetroTV oleh karena itu bisa dengan cepat
memutuskan kondisi Breaking News, Sementara perencanaan untuk
program-program reguler seperti Metro Siang, Metro Hari Ini dilakuakan
seperti biasa dengan tahapan rapat redaksi dan listing berita yang diperoleh
reporter dan kontributor di Jogja Karta
2.
Konsep Perorganisasian dilakukan MetroTV secara simultan mengalir sesuai
perkembangan yang terjadi di lapangan, dimana peran korlip dan korda
memegang peranan penting dalam perolehan materi berita yang didapat oleh
para reporter dan kontributor yang bertugas di Jogja, setelah mengetahui
lokasi di Jogja maka korlip dan Korda dengan segera melakukan koordinasi
72
dengan biro Jogja, sementara tim produksi di studio segera berkoordinasi
menentukan siapa saja yang bisa di jadikan narasumber dan pihak yang bisa
di konfirmasi untuk setiap informasi yang ditayangkan MetroTV.
3.
Pada tahapan pelaksanaan produksi tayangan berita traumatik dilakukan
dengan News gathering fakta di lapangan sebanyak-banyaknya oleh para
reporter dan kontributor di lapangan sesuai kondisi yang berlangsung dan
bagaimana menyampaikan informasi secara cepat, akurat dan berkualitas
bagi masyarakat, MetroTV banyak melakukan Live Report dari lokasi
kejadian sementara presenter di studio melakukan brieging atau pengantar
kepada reporter untuk menyampaikan liputannya. Untuk mendukung
program-program reguler seperti Metro Hari Ini saat dilakukan live Report
secara paralel proses pengiriman gambar juga dilakukan secara clean feed
(pengiriman gambar bersih) untuk di roll ulang dan di produksi menjadi
paket-paket berita yang akan ditayangkan di Metro Hari Ini.
4.
Proses pengawasan dilakukan dengan ketat karena MetroTV menunjukan
kualitas tayangan berita bagi pemirsa, proses ini dilakukan secara
komprehensif dan menyeluruh mulai dari awal produksi sampai setelah
penayangan berita kepada masyarakat, pengawasan pada tahap News
gathering di lapangan dilakukan dengan edit by camera oleh kamera person
antara lain tidak mengambil gambar yang berdarah-darah, korban trauma,
dll. Korda melakukan penyaringan informasi yang layak untuk di laporkan
kepada produser mengacu pada kaidah jurnalistik dan Pedoman Perilaku
penyiaran dan
Standar Program Siaran (P3/SPS) mengenai peliputan
peristiwa traumatik,
para produser melakukan kontrol akhir sebelum
73
ditayangkan misalnya gambar-gambar burem tidak digunakan, audio jelek
tidak digunakan, selain itu juga di bantu oleh Quality Control Internal
MetroTV sebagai pengawas serta setelah penayangan dilakukan evaluasi
oleh Litbang dengan cara mengevaluasi hasil tayangan dan di bandingkan
dengan stasiun TV lainnya sebagai perbandingan.
5.2 Saran
5.2.1 Saran Akademis
Pada akhirnya penulis memberikan saran mudah-mudahan hasil penelitian
ini memberi kontribusi yang berguna dalam ilmu komunikasi khususnya
Broadcasting sebagai pengetahuan, penjelasan serta panduan tentang bagaimana
strategi memproduksi berita – berita khusus seperti berita traumatik dengan
mengacu pada konsep Planning (Perencanaan), Organizing (Pengorganisasian),
Actuating (Pelaksanaan), dan Controling (Pengawasan).
5.2.2 Saran Praktis
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis dan dari kesimpulan
yang didapatkan penulis ingin memberikan saran bagi para praktisi dalam bidang
media massa khususnya MetroTV dan umumnya media lain dalam memproduksi
berita antara lain sebagai berikut:
1.
MetroTV lebih memperkuat jaringan di seluruh Indonesia supaya bila ada
kejadian traumatik yang sejenis bisa dengan cepat menggunakan jaringan
sumber daya yang lebih siap.
74
2.
Pemeliharaan sumber daya teknis agar mempermudah peoses feeding materi
dari daerah dengan menambah Satelite News Gathering (SNG) di kota-kota
lain yang belum mempunyai peralatan teknis.
3.
Lebih memaksimalkan lagi proses pengiriman materi ke studio agar bisa
memperlancar proses produksi untuk program-program reguler.
4.
Memeperkuat tim riset materi dalam keadaan dadakan agar bila terjadi
peristiwa traumatik yang sejenis bisa dengan cepat mendapatkan data yang
diinginkan para produser.
5.
Memotivasi sumber daya manusia agar bisa bekerja lebih efektif sesuai
kemampuan yang dimiliki tim redaksi MetroTV.
6.
Sering melakukan peningkatan kompetensi sumber daya manusia agar dapat
meningkatkan kinerja produksi terutama tim lapangan yang membutuhkan
kondisi fisik yang lebih siap untuk menghadapi peristiwa traumatik sejenis.
7.
Menambah sumber daya peralatan teknis untuk membantu memperlancar
proses produksi untuk mengatasi kekurangan peralatan produksi.
8.
Proses pengawasan MetroTV untuk materi live report dari lapangan lebih
dimaksimalkan lagi untuk mengatasi kekurangan agar materi tayangan tetap
berkualitas tapi tidak melanggar kaidah Jurnalistik serta Pedoman Perilaku
penyiaran dan Standar Program Siaran (P3/SPS.)
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku ;
Anwar, Arifin, Ilmu Komunikasi, sebuah pengantar ringkas, Rajawali Press,
Jakarta 1988
Askurifal Baksin, Jurnalistik TV Teori & Praktek, 2006, Simbiosa Rekatama
Media, Bandung
Boyd, Andrew, Broadcast Journalism techniques of radio and television news,
Focal Press, O ford, 2001
Burton, Graeme, Membincangkan televisi, sebuah pengantar pada studi televisi,
Jalasutra Maret 2007
Kusumaningrat, Hikmat, Kusumaningrat Purnama, Jurnalistik, teori dan Praktik,
Rosdakarya, 2006
McQuail, Denis, Teori Komunikasi massa suatu pengantar, Erlangga, 1996
Morrisan, Jurnalistik Televisi Mutakhir, 2005, Rambina Prakasa, Tangerang
Nasution, Zulkarimein, Sosiologi Komunikasi Massa, , Universitas Terbuka, 2001
Oliver, Sandra, strategi public relations, erlangga, Jakarta, 2007
Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, LkiS Yogyakarta, 2007
Rakhmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi, 2007
Rakhmat,Jalaluddin, Psikologi Komunikasi , PT. Remaja Rosda Karya, 2005
Sendjaja, Sasa Djuarsa, Pengantar ilmu komunikasi, cetakan kedelapan, Jakarta
Pusat penerbitan Universitas terbuka, 2003
Suprapto Tommy, Berkarier Di Bidang Broadcasting, Media Pressindo,
Jogjakarta, 2006
Tebba, Sudirman, Jurnalistik baru, Litbang Pemberitaan Anteve, 2007
1
Zaenuddin, The Journalist, Prestasi Pustaka, 2007
Sumber Lain ;
Pulih, Yayasan, Panduan bagi jurnalis dalam meliput peristiwa traumatik,
yayasan pulih edisi kedua, 2005
Mencari Media Yang Bebas dan Bertanggung Jawab, ISAI, 2006
http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail&id=8297
http://hadisugito.fadla.or.id/2005/11/11/konsep-strategi-bisnis/
http://organisasi.org/pengertian_jenis_macam_kegiatan_ekonomi_arti_definisi_
produksi_distribusi_dan_konsumsi_ilmu_pendidikan_ekonomi_dasar
http ://www.metrotvnews.com/about us
Pedoman wawancara
Untuk Memperoleh data dalam penyusuan skripsi ini, penulis telah melakukan
wawancara dengan executive produser MetroTV Wayan Eka Putra sebagai berikut:
T
: jabatan anda di tim redaksi?
J
: pada saat itu saya exc produser di tim redaksi untuk program2 khusus live event
dan breaking news.
T
: tugas dan tanggung jawabnya?
J
: mensupervisi program2 khusus seperti live event dan breaking news, program2
berita yang tidak terencana juga ada beberapa program regular
T
: apa saja yang dilakukan pada pra produksi?
J
: kita bagi ada program regular yang bulletin terencana itu yang jelas penentuan
dilakukan di rapat redaksi dalam tim minimal 3x sehari jam 9 jam 14 dan jam 19
malam, dari situ muncul perolehan berita dan berita mana yang akan ditayangkan
dalam program2 buletin metrotv, setelah itu para produser menterjemahkannya ,
menulis naskah, edit naskah, edit gambar, sampai masuk studio untuk on air.
T
: Bagaimana dengan produksi?
J
: Setelah rapat itu tadi sudah mulai produksi setelah reporter melaporkan copy edit
naskah, atau produser sendiri yang membuat, atau staf produksi yang membuat
atau staf daerah yang menulis naskah, edit gambarnya disini (kantor Jakarta)
dilakukan setelah rapat produksi.
T
: Bagaimana pasca produksi?
J
: Yaitu setelah tayang kita evaluasi, misalnya evaluasi visual, konten secara
umum, dibantu oleh litbang kebanyakan litbang yang melakukan
T
: Khusus kejadian jatuhnya pesawat Garuda di Jogja apa yang dilakukan?
J
:Untuk kondisi breaking news kaya gitu semua langkah dilakukan sesuai dengan
kondisi yang kita punya dilapangan misalnya kita hanya tahu peristiwanya dan
ada narasumber untuk live by phone kita live by phone breaking news berlanjut
sampai sampai SNG sampai di lokasi namanya peristiwa kita ga bisa rencanakan
begitu kejadian siapa yang bisa dikontak langsung pemred memutuskan breaking
atau gak? Begitu breaking kita awali dengan live by phone waktu itu beberapa
petinggi dari control room itu “ ok kita hubungi pihak bandara, hubungi TNI AU,
hubungi pihak maskapai Bergulir sambil menunggu tim kita bergerak sampai di
lokasi dengan SNG sampai reporter kita siap, langsung live report dari lokasi nah
prose situ bergulir terus selama breaking news.
T
: Bagaimana menentukan angle berita?
J
: Itu produser yang di dalam jadi saat kondisi breaking news seperti ini relative
kita tidak ada rapat menentukan angle tapi semua bergulir saat itu peristiwa dari
lapangan dari situ produser dan beberapa petinggi di CR kalo gitu hub siapa,
bener2 lapangan yang menentukan dan lapangan juga yang menentukan kita di
dalam ruang CR apakah api udah padam atau .
T
: Siapa yang menentukan narasumber?
J
:Kalau untuk program regular ya di rapat redaksi itu yang menentukan
narasumber, angle berita, angle wawancara narasumber, yang disepakati oleh
produser, exc produser, korlip, korda, pemred dan hasil rapat redaksi itu yang
diterjemahkan oleh produser di lapangan bisa aja narasumber gak ada, gak dapat
terus ganti lagi yaitu produser yang punya kewenangan tapi intinya penentuan
keputusan program regular itu di rapat redaksi.
T
: Paket berita yang udah dibuat di aplikasikan ke program apa saja?
J
: Berita itu ada 2: 1 yang direncanakan diminta oleh produser sebelumnya rapat
redaksi untuk menentukan proyeksi terus besoknya di eksekusi, mengerahkan
reporter ke lapangan mencari berita, reporter pulang membuat naskah, terus diedit
sama produser terus di produksi, tapi ada juga yang berdasarkan peristiwa dimana
peristiwa bukan breaking, peristiwa itu kan tidak bisa direncanakan sebelumnya
kan, peristiwa itu langsung mereka liput dulu kemudian kita rinci dapatnya apa
saja nah nanti produser yang menentukan ini berapa paket, kita bikin berapa story
dari peristiwa itu, terus mengembangkannya kemana, dan produser punya peran
disitu. Itu dua sifat berita itu tadi yang terencana dan peristiwa.
T
: Bagaimana menentukan tim produksi?
J
: Gak ada usulan khusus karena sejak awal tim sudah tahu fungsi masing2, atau
ketika diperlukan perubahan struktur exc produser bisa saja mengajukan ke rapat
pimpinan tapi siapa memegang program apa sudah tetap masih dalam struktur jadi
gak berubah-ubah.
T
: Ada metode khusus dalam peliputan kejadian peristiwa pesawat terbakar di
jogja?
J
: Kalo dalam peristiwa traumatic kaya gitu reporter, kameraman tidak membatasi
dia bisa ngambil gambar apapun mereka bisa berkreasi apapun di lapangan, tapi
ketika udah masuk ke kedoya baru ada proses editingnya, sensorshifnya,
pemilihan anglenya dilakukan di produksi, penyaringannya ada di produksi.
Panduannya bermacam2 ada dari panduan kebijakan metro, ada kode etik
jurnalistik tv.
T
: Bagaimana proses pengawasan produksi?
J
: Memang kita tidak terlalu banyak menyaring disisi lapangan tapi biasanya
reporter di lapangan kalo misalnya ada liputan ada darah, bagian tubuh tergurai,
percuma juga diambil toh ga bakalan dipake juga, batasan2 itu banyak pihak sih
tapi kita ngasih pemahaman aja ke reporter gambar apa saja yang bisa dipake
mana yang gak bisa dipake tapi tetap penyaringan utama ada diproduksi.
T
: Kalo untuk gambar live?
J
: live itu salah satu kelemahan juga, ketika live itu bisa jadi gak kesensor, tapi itu
bisa dilawan juga ke presenter bahwa ini kejadiaan live kita tidak bisa atau
memeberikan keterangan adegan ini bisa kemungkinan bisa jadi sadis ya itulah
salah satu kelemahan live tapi gimanapun pemirsa ingin kecepatan penyampaian
berita itu nah disitu factor reporter dilapangan jadi penting produser juga jadi
penting karena gambar yang dikirim ke kedoya juga kanmelalu SNG kita kecuali
gambar live ya peran kameraman juga jadi penting juga.
T
: Bagaimana dengan peran perencanaan?
J
: namanya gak terduga pasti kita gak bisa rencanakan , namanya pesawat jatuh itu
kan mau jatuh jam berapa kita gak tahu ketika terjadi breaking ya berjalan seperti
tadi itu, tapi misalnya kejadiannya pagi produser MHI pas saat kejadian dia
mulai bisa nyusun dia perlu apa aja, perlu liputan kemana, dia koordinasi dengan
korlip sementara breaking kan jalan terus, tapi kan produser MHI bisa
merencanakan programnya itu tadi melalui rapat redaksi dsb, karena kan ga
semua orang masuk ke breaking news, program2 yang regular tetap melakukan
mekanisme perencanaan tetap ada, siapa yang mau diwawancara, isi beritanya apa
aja, siapa yang mau jadi tamu narasumber di studio dsb.
T
: Bagaimana dengan pengawasan produksi?
J
: iya isu besarnya di rapat redaksi tadi, tapi ketika implementasi produser yang
punya kewenangan dan di supervise oleh exc produser bahkan pemred juga
berperan yang
utama produser isu kebijakan rapat redaksi apa yang
menterjemahkannya produser, karena dia yang menentukan bentuk layar itu mau
gimana.
T
: Kendala apa saja yang dialami dalam produksi?
J
; Yang psti kalo kejadian yang tidak terduga itu gak tahu kapan dimana yang
utaman adalah jaringan kita, kekuatan jaringan kita seperti apa, ada disatu sisi kita
jaringan kita bagus disitu kita dapat on airkan pertama kali tapi kalo kejadiannya
terpencil dimana jaringan tidak terlalu bagus nah itu jadi tantangan juga, kalo
hambatan utama yaitu tadi misalnya kejadian dimana kita tidak mempunyai
fasilitas untuk live bahkan telpon pun mungkin ga bisa dan di Indonesia masih
banyak wilayah kaya gitu kan, tapi itu sih lebih kepada tantangan bagaimana kita
mengkriet supaya kita tampil lebih dulu ya itu hambatan di breaking news. Kalo
di regule sih mungkin bagaimana memadukan apa yang diinginkan produser dan
apa yang didapat di lapangan ya singkronisasi itu yang menjadi tantangan
T
: Tteknis atau non teknis?
J
: dua-duanya ada baik teknis maupun non teknis misalnya yang diminta apa yang
diperoleh apa bisa terjasi, secara teknis masalah pengiriman gambar, feedingan
gambar, messenger ngambil kasetnya gak on time itu bisa terjadi dan
mengganggu alur show banyak alur mulai dari liputan sampai on air itu ada titik
yang krusial yang menjadi hambatan
T
: Bagaimana antisipasinya?
J
: ya tergantung apa yang terjadi ya misalnya gambar belum bisa kita dapatkan kita
atasi dengan grafis, belum bisa live dengan satellite kita bisa live by phone tapi
bagaimanapun prinsip TV adalah audio video kan, jadi selama belum dapat
gambar itu sebenarnya belum sempurna jadi prinsip mendapatkan gambar
pertama dan menanyangkan pertama itu yang menjadi tambahan kita
T
: Siapa yang jadi penanggung jawab produksi?
J
: rapim redaksi disitu ada pemred, exc produser yang menentukan struktur
T
: Apa yang jadi tolak ukur keberhasilan suatu produksi berita?
J
: saat ini industri TV ya pasti share dan rating yang jadi tolak ukurnya tapi
terkadang dari sisi kita produksi kekuatan bagaimana kita melihat hasil outputnya
itu hal yang lain lagi Cuma yang memang terukur sampai saat ini ya masih share
rating
T
: Dalam tim ada ga yang mempunyai tugas ganda?
J
: kalo di kita dipastikan tetap pada struktur aslinya ga ada yang over lap setiap
orang punya posisinya sendiri
Untuk Memperoleh data dalam penyusuan skripsi ini, penulis telah melakukan
wawancara dengan reporter MetroTV Deli Chaniago sebagai berikut:
T
: Tugas dan tanggung jawab reporter?
J
: mencari berita langsung ke tempat kejadian, kita meliput, ada berita bagus
langsung kita kasih tahu, mengumpulkan keterangan2 yang bisa kita jadikan 5W
1H kemudian kita kasih tahu ke kantor dan sebagi stand upper yang melakukan
live report.
T
: Laporannya ke siapa?
J
: ke korlip atau korda dama aja?
T
: Apa yang dilakukan pada saat pra produksi pada saat kejadian pesawat jatuh dan
terbakar di jogja?
J
: saat itu langsung breaking news, persiapan hampir tidak ada, yang di Jakarta
hanya mengandalkan kita yng di lapangan, menyiapkan SNG, kejadian kan
sebelum jam 7, kita tahu jam 7an, kita langsung mengumpulkan materi untuk di
livekan, mulai dari pesawatnya, bangkai pesawatnya, korbannya, kejar keluarga
korban, kesaksian keluarga, karena pada saat itu sebagian penumpang yang
berhasil diselamatkan dilarikan ke RS, sementara didalam pesawat masih ada, jadi
kita focus kesitu, upaya evakuasi penumpang yang masih terjebak, materi
langsung lari karena tim ada yang berfungsi ganda sebagai messenger juga, situasi
udah urgent bahkan reporter pun bisa jadi messenger juga, untuk memperlancar
feeding gambar saat itu ke biro jogja.
Produksinya: presenter sudah dibekali bumper Breaking news grafis, materi
gambar yang bisa kita dapat dan keterangan2 yang kita kasih ke Jakarta, langsung
mengandalkan yang di lapangan untuk laporannya, setelah kita feeding
gambarnya semua ke Jakarta untuk di roll ulang baru kemudian mulai ada proses
produksi di Jakarta, setelah ada waktu kita menggeser SNG ke lokasi baru ada
yang di roll lagi, di repackage, di bikin filler2 garuda terbakar untuk produksinya
dan selanjutnya proses diulang-ulang aja, yaitu mencari berita, mengirim,
melaporkan.
T
: Apa Persiapannya?
J
: Materi dan informasi di lapangan kita semua yang persiapkan jadi di Jakarta
tinggal rolling aja, lebih kepada bagaimana kita ngejar waktu karena untuk
kejadian itu kita butuh stamina fisik untuk memaintain, berfikir bagaimana supaya
pemirsa itu tahu lebih dulu dari metroTV ya ada proses diskusilah.
T
: Tau pertamakali darimana ada pesawat garuda jatuh di jogja?
J
: setelah selesai metro pagi tahu di telepon PR metroTV yang punya kenalan
teman pilot di garuda yang mengatakan ada pesawat jatuh dan terbakar di jogja
saat touch down tolong cek kesana. Sebenarnya informasi bisa darimana aja, dari
masyarakat dari wartawan sendiri dari public terus kita followup kira2 bener gak
sih ada kejadian, kita kan punya news judgement sendiri beda dengan warga,
kalau ada berita apapun terus kita datangin, didalamin seperti apa, apalagi kalau
garuda jatuh itu kan news valuenya luas sekali.
T
: Bagaimana cara koordinasi di lapangan?
J
: Ada kabiro yang sebagai korlip juga di lapangan bagaimana merotasi kita dan
membagi bagi wilayah ada di jogja, solo, kebetulan kejadiannya kan lebih dekat
ke solo juga kan, jasi masing-masing tim ngegarap wilayah masing-masing
misalnya kontributor jogja itu focus untuk penanganan korbankorban yang
dievakuasi ke RS, saya karena dari awal ada di lapangan saya focus ke lokasi
terbakarnya pesawat garuda, temen2 di solo up date pilot garuda sempet juga kan
di rawat di RS bayangkara. Jadi lebih ke wilayah2, jadi siapa yang dekat kemana
dia pegang wilayah tersebut.
T
: Bagaimana dengan penulisan naskah?
J
: untuk berita yang tidak terlalu urgent kita buat naskah, tapi untuk garuda itu kan
kita SNG belum sampe tapi Jakarta kan udah minta laporan jadinya laporan
pandanan mata, jadi apa yang kita lihat itulah yang kita laporkan, apa yang terjadi
saat itu, jadi ga buat skrip.
T
: Bagaimana menentukan angle berita?
J
: kita dilapangan menentuka angle berita pada saat dilapangan saya lebih tahu apa
yang terjadi, beda dengan program Metro Hari Ini regular jadi produser yang
menentukan angle beritanya, segmen awal apa?, segmen berikutnya apa? Dst Tapi
kalo untuk breaking news kita dilapangan yag melaporkan presenter di Jakarta
hanya bridging, reporter yang ngasih tahu ke Jakarta situasi yang terjadi di lokasi,
kita yang menentukan layak tidaknya untuk dijadikan breaking news, angle nya
apa? yang terjadi saat itulah yang menjadi angle.
T
: Bagaimana mewawancarai korban yang sedang trauma?
J
: Kita lihat situasi kita memang harus dapat gambar terbaru, wawancara terbaru
tapi kan dibatasi oleh kode etik jurnalistik juga kan, kalo memang mereka udah ga
bisa diwawancara dan keadaan tidak memungkinkan untuk wawancara biasanya
kita melakukan pendekatan dulu dengan keluarganya, perlu approaching dulu,
pendekatan supaya kita bisa diterima dulu, mereka mau diwawancarai sama kita,
kita berempati, setelah terjadi interaksi dan mereka mulai mempercayai kita baru
masuk wawancara korban.
T
: Bagaimana mengatasi dilemma antara menolong korban denga meliput berita?
J
: Dilema pasti ada, tapi kita harus misahin kanwartawan ga boleh mencampurkan
emosi pribadi dengan kerjaan karena akan mempengaruhi netralitas, obyektifitas
kita dalam melaporkan berita sat itu memang untungnya ga ada kejadian bantuan,
di area juga dikasih garis batas polisi dan kita ga mungkin mendekat terlalu dekat
selain itu sudah ada petugas yang menangani itu, saya tetap milih liputan karena
udah ada yanglebih berwenang kan.
T
: Bilamanakan memutuskan untuk live report?
J
: Ketika ada peristiwa bagus udah pasti, ada informasi bagus kita live, ada gambar
bagus kita live yang jelas ada gambar dan informasi bagus kita oncam.
T
: Mungkinkah reporter bisa merubah angle yang sebelumnya telah ditetapkan mau
meliput apa jadinya apa?
J
: Sangat mungkin terjadi, sering terjadi malah, karena kita mengandalkan fakta
dan peristiwa yang terjadi ga bisa dicreate, kemampuan reporter untuk mengubah
angle yang telah direncanakan sebelumnya dengan kejadian sebenarnya
dilapangan, tapi untuk kasus itu kita tidak merencanakan dulu tapi kita dating ke
lokasi dan pingin tahu apa yang terjadi dulu, ada pesawat landing, jatuh terbakar,
melintasi runway, nabrak dan berhenti di pesawahan penduduk, kita sama sekali
ga memplaning bahwa nanti kita live bahwa ada korban sekian, waktu itu
presenternya kan nanya apakah korban meninggal semua? Bad news its good
news kan kalau korbannya mati semua jadi lebih ironis kan, saat itu saya belum
tahu berapa korban yang meninggal, saya hanya menceritakan data manifest
penumpang sekitar 200an, saat ini kondisi api sudah melingkari badan pesawat
kemungkinan kecil untuk keluar dari pintu pesawat yang hanya 4 jadi kita
gambarkan apa yang terjadi disana jadi kita tidak memberikan expektasi yang
tinggi kepada pemirsa bagaimana memastikan keluarga mereka untuk memastikan
selamat atau tidak.
T
: Berarti lebih banyak langsung produksi?
J
: Lebih tepatnya eksekusi meskipun itu larinya ke produksi
T
: Berapa lama seorang reporter stand by di lokasi?
J
: Stand by terus 24 jam tunggu koordinasi dari korlip
T
: Apa yang dilakukan pada pasca produksi?
J
: Buat naskah, update naskah, editing, dubbing gambarnya, perkembangan
terbaru, karena disana ada editing juga kan, disana membuat naskah baru, pada
saat kondisi peristiwa sudah agak menurun lalu kita kirim ke Jakarta lalu kita
insert naskah2 tersebut sebagian laporan tersebut.
T
: Laporan dari lokasi itu dikirim untuk program apa saja?
J
: Mulai dari headline news, metro hari ini, top nine news, program yang terdekat
saat itu misalnya kejadiannya kan pagi itu lebih dekat ke headline news, ke
breaking news berarti kita tabrak semua, kemudian siang hari masuk ke metro
hari ini.
T
: Tim yang bertugas berapa banyak?
J
: Reporter, cameraman, lighting, tim organic dan kontributor
T
: Apa yang dimaskud tim organic?
J
: Tim dari metroTV, bukan organic itu ya kontributor non orang metroTV
T
: Bagaimana alur produksi?
J
: Normalnya malam ada rapat redaksi besok kita mau main apa, hasil rapat redaksi
itu korlip, produser, litbang kemudian dirangkum korlip, kemudian korlip
membagi tugas, reporter bekerja haslinya di laporkan ke korlip, korlip menyusun
perolehan berita kemudian produser melihat ada target yang terpenuhi ada yang
tidak , tidaknya kenapa? Tidak sesuai sama expektasi atau tidak sesuai harapan
kemudian produser meramu lagi bagaimana rundown bisa berjalan dan dilakukan
perubahan.
Untuk Memperoleh data dalam penyusuan skripsi ini, penulis telah melakukan
wawancara dengan Produser MetroTV Ary sebagai berikut:
T
: Apa jabatan anda di tim redaksi?
J
: Senior produser untuk program Metro Hari Ini
T
: Tugas dan tanggung jawab?
J
: Menyiapkan produksi dari sisi produksi sampai penayangannya.
T
: Apa itu MHI?
J
: MHI itu adalah program berita utama yang dimiliki metroTV yang ditayangkan
jam 6 sore yang disupport oleh komponen2 yang dimiliki metroTV baik nasional
sampai berita2 luar negeri
T
: Apa saja yang dilakukan pada saat pra produksi?
J
: Mulai pagi, perencanaan dimana sebelumnya kita siapkan semacam proyeksi
liputan2 apa yang akan kita kembangkan besok, jam 9 pagi kita ada rapat
pendahuluan bagaimana menentukan strategi produksi berdasarkan proyeksi yang
telah kita minta sekaligus melihat perkembangan hari itu apakah ada yang lebih
menonjol untuk diubah kemudian, terus kita petakan peliputannya untu Jakarta
maupun seluruh Indonesia seluruh kontributor yang ada di Indonesia, rapat lagi
jam 14 , kita sudah menyusun pre rundown apa yang bisa diperoleh, apa yang
tidak bisa diperoleh, dan lagi-lagi adalah perkembangan terakhir apa yang bisa
dikejar mengenai sebuah isu dan itu memang rapat terakhir kita sebelum kita on
air jam 6 sore.
T
: Apa saja yang dilakukan pada saat proses produksi?
J
: Proses produksi itu efektif berjalan setelah selesai rapat jam 14produser dibantu
staf produksi membagi tugas mana straching2nya mana menjadi tanggung jawab
masing2 kemudian dimulailah proses produksi kita berkoordinasi dengan korlip
dan korda mengenai kedatangan materi berupa kaset2 itu , kita ketik naskahnya,
masuk preview gambar, editing, naskah di edit, gambar diedit dan siap
ditayangkan
T
: Apa yang dilakukan pada saat pasca produksi?
J
: Umumnya setelah pasca produksi adalah evaluasi, evaluasi di rapat jam 7
malam, setelah membahas topic untuk besok kemudian tambahannya bagaimana
performance saat itu , apa kesulitan2 yang dihadapi, kendala yang dihadapi,
pencapaian itu semua di record atau di rekap, briefing kepada presenter juga apa
rencana kita saat itu Karen apresenter itu kan yang menjadi key kita dengan
pemirsa, jadi ada waktu khusus dengan presenter untuk brain storming karena
MHI itukan presenternya ganti2.
T
: Proses alur produksi berita itu bagaimana?
J
: produser minta, atau bisa juga korlip yang mengusulkan, oh ternyata ada terbaru
nih tapi kebanyakan kita mengandalkan dari para korlip baik Jakarta maupun
daerah, karena mereka yang tahu bena laporan dari para reporter kemudian kita
dikasi tahu ada ini itunya, kemudian yang sudah ada ditangan kita proses duluan
untuk mengisi rundown yang paling tricky itu materi yang dating last minute, dan
itu terjadi dan bisa sering terjadi karena dalam peliputan berita itu ada yangsekali
langsung dapat ada yang susah dapatnya ada yang gagal juga kan jadi intinya
reporter – korlip - di olah di produksi – tayang di studio
T
: Dari mana anda tahu ada pesawat jatuh di jogja? Bagaimana koordinasi
dilakukan?
J
: Tahu dari korlip, kemudian diikuti persiapan breaking news pagi, ketiak rapat
pagi tahu2 ada pesawat jatuh di jogja, bubar rapatnya, kemudian semua sumber
daya dipetakan untuk breaking news dulu dengan gambar2 awal dari kontributor
dulu, keuntungan kita di jogja itu kita punya SNG, mobil SNG merapat ke lokasi
bandara bahkan kita live dari sana, pada saat itu masih ganbar2 orang digotong,
pesawat terbakar, kemudian ga lama kita mendapatkan footage dari channel 7
kebetulan crewnya ada yang jadi penumpang pesawat dia berhasil keluar dan
mengambil gambar dari situ kita tahu ada tokoh masyarakat din syamsudin, ada
kriminolog juga.
T
: Bagaimana menyusun rundown?
J
: Karena pada sat itu kita tahu cerita kejadian mengejutkan korbannya pun banyak
kalo ga salah ada 22an orang melibatkan salah satu tokoh masyarakat
din
syamsudin, jadi top storynya itu udah pasti, akhirnya kita dapat gambar2 dari
video amatir dan dari channel 7, ada dari RCTI, ada SCTV yang waktu itu
gambarnya lebih bagus, dari channel 7 itu karena dia liput dari awal orang2 sudah
keluar, pesawat sudah terbakar tapi belum meledak, tim kita sendiri juga adakan
kontributor jogja yang merapat kesana, meliput segala aspeknya, staf kedutaan
Autraslia dating,awalnya korban2 ditumpukin di RS bandara, jadi ceritanya terus
berkembang jadi berita utamanya MHI saat itulah.
T
: Bagaimana menentukan angle berita?
J
: Biasanya kalau ada peristiwa seperti ini semuanya sudah sepakat, tapi yang
paling penting news value sih, dan keputusan penentuan angle itu secara kolektif
di rapat redaksi jam 14 itu keputusan tertinggi, apa yang kita tayangkan, apa yang
tidak, produser itu awalnya hanya mengusulkan aja, kemudian kita sesuaikan
dengan dinamika perkembangan di rapat itu.
T
: Bagaimana dengan penulisan naskah?
J
: Naskah itu sampai ke kita dengan berbagai cara, ada yang masuk ke website
yang di design khusus untuk para kontributor seluruh Indonesia itu untuk
mengirim naskah, jadi ada di website khusus, jadi kita tinggal melihat berita apa
saja. Cara kedua kalau beritanya sedang berlangsung kejadiannya sedang
berlangsung dan kontributornya ga sempet nulis naskah ya kita telpon, naskahnya
gimana nih dia bacakan kita ketik itu juga berlaku untuk berita2 luar negeri ada
khusus mengupdate berita2 dari APTN langganan, isinya berita2 asing.
T
: Mana yang duluan antara naskah atau gambar?
J
: Naskah itu kita dahulukan untuk mempercepat produksi, tapi naskah itu naskah
guidance, kasarnya untuk panduan terus kita perhalus sambil menunggu
gambarnya kemudian yang menjadi acuan terakhir ya gambarnya, kalo
gambarnya begini ya naskahnya yang diubah bukan naskahnya begini gambarnya
yang di edit, jadi naskah itu untuk panduan awal kemudian kita rewrite dan
setelah itu kita tunggu gambarnya kalo gambarnya ga sesuai ya naskahnya yang
diiubah.
T
: Siapa yang menentukan narasumber?
J
: ya rapat redaksi itu, ada garuda jatuh, ya pakar penerbangan, menhub, orang
garudanya kita undang, karena garuda itu kejadiannya pagi jadi agak tricky tapi
semuanya setuju bahwa harus orang yang kompeten kan, biasanya kita
konsultasikan dengan eksekutif produser.
T
: Yang membuat janji temu?
J
: Ada yang namanya guess booker yang melakukan tugas itu
T
: Mungkin gak rundown berubah? Dan karena apa?
J
; Pasti, karena dinamika rapat redaksi itu kita hanya memproyeksikan tapi di rapat
jam 14 itu korlip menyampaikan listing berita baru, ada dinamika disitu, ada
dialog, diskusi, dan keputusan terakhir ya rapat redaksi itu.
T
; Ada metode khusus ga dalam peliputan berita traumatic tersebut?
J
: Justru disini trickynya, untuk tahap awal kita mainin dulu semua materi yang ada
karena pertaruhannya kecepatan, sama perkembangan informasi, ceritanya sedang
hot2nya, jadi pengen tahu terusnya, semua materi yang ada kita seleksi sebentar
langsung naikin, headline news punya apa sebelum MHI kemudian MHI seleksi,
jatuhnya dulu, kemudian korbannya, penyebabnya apa, dialog dengan siapa, jadi
di MHI ini sudah lebih tertata, udah diedit bagus, gambarnya sudah dipilih, yang
tadinya gambar2 apa adanya di MHi diseleksi misalnya tetap korban tapi tiak
terlalu sadis.
T
: Siapa yang menentukan tim produksi?
J
: Yang menentukan manajer produksi, dia sudah memilih siapa2nya bagaimana
kekuatannya
T
: Apakah ada kendala dalam produksi?
J
: Paling utama day to day keriberatan kita adalah kedatang materi,
melangkapinya, bukan hanya barang dari lapanga begini, tapi kita harus ada nilai
tambah,
bagaimana
kita
menyajikan
sekomprehensif-komprehensifnya,
selengkap-lengkapnya, kalo di lapangan ga ada bagaimana kita menambahkannya,
kita harus cari data, dokumentasi, peranan dokumentasi itu sangat penting, grafis,
animasi, sampai terungkap bahwa ternyata pesawat mantul-mantul jadi pesawat
itu ga mulus karena pilot marwoto dan kopilotnya berantem. Pesawat udah celaka
kan, tapi apa yang bisa digali lagi intinya cari nilai tambah berita challangenya
disitu, dari teknis editing terbatas, mic terbatas, converter terbatas, konten
diwajibkan kasih nilai tambah angat jarang” oh ada pesawat garuda jatuh korban
sekian, kita akan cari tahu data pesawat yang jatuh ada banyak kan,
kronologisnya, buat animasi perlu waktu dan ekstra kerja lebih keras.
T
: Bagaimana dengan kendala SDM?
J
: SDM masih kurang, tapi untuk sementara perusahaan baru ngasih tim MHI itu
segitu ya akhirnya harus efisien
T
: Bagaimana mengatasi kendala itu?
J
: ya kerja lebih efisien, lebih taktis, lebih cerdas, tahu mana yang effort berita
yang lebih banyak, mana yang biasa saja, karena ga mungkin kita semua berita
kita kasih effort yang besar, pilihan namanya, maka yang ditaro diatas itu beritaberita top–top, berita unggulan, utama nah itu yang dikasih effort yang lebih
besar, sisanya biasa-biasa saja.
T
: Apa yang jadi tolak ukur keberhasilan produksi berita?
J
; Share dan rating
T
: Apa peran perencanaan?
J
: Sangat perlu, akan sangat memudahkanpara korlip menggerakan kontributornya
dan reporternya, jadi penting supaya hasil yang dicapai lebih maksimal, misalnya
kita mau cari tahu penyebab pesawat itu jatuh? Jadi tokoh wawancaranya
menhub, KNKT, kepolisian, ya itu bagian dari perencanaan, supaya besok yang
berangkat liputan itu punya arah, oh MHI itu mintanya ini , oh Headline itu
mintanya ini di prioritaskan untuk diperoleh para pencari berita.
T
: Bagaimana dengan pengawasan?
J
; Kontrol terakhir ada ditangan produser, setiap materi yang sudah selesai,
digitize, kita lihat sebentar, kita petakan baru diinjust, disamping yang ngontrol
masing-masing orang punya guidance, audio jelek jangan dipake, gambar jelek
burem jangan dipake ketika editing.
T
: Bagaimana dengan evaluasi?
J
: jam 7 malam itu ada evaluasi MHI hari itu, performancenya, terus kita
bandingkan dengan program-program yang head to head dengan kita, liputan 6
SCTV, seputar Indonesia RCTI, mereka main apa Metro main apa, dibandingkan,
compare, sekalian kendala-kendala: oh mereka bikinnya kaya gini kita kaya gini
jadi untuk evaluasi kita lebih baik, ada sometimes kita lebih baik, sometimes
mereka lebih baik
Untuk Memperoleh data dalam penyusuan skripsi ini, penulis telah melakukan
wawancara dengan kamera person MetroTV Yudi sebagai berikut:
T
: Tugas dan tanggung jawab kameraman?
J
: Menyediakan materi dalam bentuk audio dan visual, belanja materi dalam
bentuk audio dan visual
T
: Apa saja yang dilakukan pada pra produksi?
J
: Menyiapkan kamera, mic, tripod kita ambil di camstore, lalu jalankan SOP cek
kamera berfungsi dengan baik atau gak, kalo semua peralatan udah OK siap untuk
liputan
T
: Dalam keadaan breaking news dan liputan biasa apa yang dilakukan?
J
: kalo liputan biasa dari sisi alatnya tidak terlalu banyak paling kita Cuma bawa
kamera, mic, tripod, sama kaset paling, kalo kondisi breaking news alatnya
nambah kaya lighting, klip on mic buat stand up, dari sisi persiapan dalam
breaking news kita harus lebih siap dan lebih cepat bergerak, kalo liputan biasa
masih bisa tenteng kamera, tapi kalo breaking news kita pasang tripod dan stand
by siap dengan segala kemungkinan, dari sisi produksi kita kameraman sebagai
penyedia materi gambar, kalo dalam suasana breaking news ada yang namanya
edit by camera, di metroTv ini jadi hanya dengan satu kameraman sudah cukup
jadi yang lain tinggal mencari pelengkapnya aja agar apa yang diminta produser
terpenuhi, karena kita di TV Metro ini bahasa, bahasa gambar, jadi kita ada edit
by camera rata-rata untuk breaking news ga ada editor, jadi kita produksinya
langsung aja on the spot, jadi sewaktu-waktu buat breaking news kita kameraman
disini udah diajarin edit by camera semua gambar sudah tersusun dengan rapi jadi
sewaktu2 buat breakimng news tinggal pake
T
: Bagaimana dengan pasca produksi?
J
: setelah kita shooting , liputan, kita nemenin reporter, reporter bikin naskah kita
bikin shotlist, menit sekian detik sekian gambarnya apa, jadi di ruang editing
untuk materi liputan biasa antara naskah dan gambar jadi sinkron, tapi untuk
breaking news kita edit by camera, kalo untuk liputan biasa reporter siapin naskah
terus gambarnya apa bisa dipilihin, tapi kalo untuk breaking news seperti kasus
jatuhnya pesawat garuda itu gambar tinggal di roll aja
T
: Bagaimana koordinasi di lapangan?
J
: sebelum melakukan liputan antara kameran dan reporter pasti melakukan
koordinasi, setelah kameraman cek kamera, mic, dan menjalankan SOP setelah
reporter datang kita koordinasi mau liputan apa, materinya apa, lokasi dimana,
waktunya kapan, saling memahami maunya apa kita bikin maping sendiri supaya
pas di lapangan gak kaget mau ngapain, kita kameraman juga harus bisa jaga alat
gimana caranya dapat liputan tapi tidak merusak alat juga, koordinasi sih dari sisi
liputannya apa, kedua dari sisi kontennya ini mau dibikin apa dulu, sebelum
sampai di lapangan ini mau bikin apa, mau VO, SOT, mau dibikin reader, VO
SOT, apa mau dibikin paket, ok misalnya kita but live maka kita siapin gambar
minimal 2 menit, jadi koordinasinya saat mau berangkat liputan dan saat di lokasi
liputan.
T
: Pada pesawat jatuh itu gambar apa aja yang diambil?
J
: yang pertama pasti gambar pesawat itu jatuh, gimana juga pesawat jatuh dalam
otak kita pasti harus dapetin gambar pesawat itu jatuh, mungkin widenya dulu,
jatuhnya dimana, baru medium shotnya, close up maskapai penerbangannya,
gambar orang yang menyelamatkan diri, kita ambil ekspresi-ekspresi muka
korban yang lagi shok dan sedih, trus gambar petugas yang sedang membantu,
pemadam kebakaran yang sedang nyemprot apinya
T
: Bagaimana dengan gambar korban yang sedang terluka?
J
: kalo di metroTV selama gambar korban itu tidak terlalu parah, kalo di metroTV
itu korban yang berdarah2 dan parah , tapi kalo kita bisa dapat gambar korban ya
itulah nilai lebih kita
T
: Ada kendala ga dalam peliputan?
J
: kalo liputan biasa kendalanya lebih kepada misalnya dijalan, tempatnya, rebutan
dengan wartawan TV-TV lain banyak, kalo saat breaking news seperti itu ya
kendalanya kita harus punya fisik yang bagus, dan prima kalo ga keteteran, dan
juga banyaknya wartawan dari media lain dimana merekapun ingin ngambil
gambar yang seekslusif mungkin, kita harus berebut gimana caranya kita harus
dapet gambar, terus kalo breaking news waktunya ga ditentuin beda dengan
liputan biasa sudah pasti apa buat Metro Pagi, metro siang, MHI sudah pasti
waktu tayang dan produksinya, tapi kalo breakingnews kan ga tentu gimana
caranya lebih cepat Karena berpacu dengan waktu karena waktunya gak terduga
seperti jatuhnya pesawat itu kan gak ada yang tahu kapan mau jatuh, dimana,.
T
: Bagaimana mengatasi kendala kendala itu?
J
: Secara teknis mungkin kita kameraman karena udah biasa megang alat ga terlalu
masalah, buat live masalah di teknis karena kita kerjasama dengan tim besar ya
ngatasinya kita kompak secara tim supaya semua ok, terus kalo non teknis
mungkin lebih jaga kondisi fisik supaya ga tumbang karena saat breaking news
semua orang tuh mobile gak bisa ngandelin orang lain tapi semua orang
dikerahkan kerja keras, kalo dari sisi teknis gambar selama itu eksklusif walaupun
gambar itu goyang masih bisa dipake
T
: Bila mana memutuskan untuk live report?
J
: Koordinasi tetap dipegang korlip ya misalnya pesawat jatuh itu ok kita ke lokasi
nanti jam sekian live, jadi kita nyiapin gambar sampai waktu live metro itu kan
biasanya bukan siaran langsung tapi langsung siaran , jadi gambar itu 15 – 5
menit sebelum on air masih bisa disiapkan jadi pasti kita dapet gambar yang
terbaru
T
: Berapa lama standby di lokasi untuk keadaan breaking news di jogja?
J
: Tergantung situasi gak bisa ditentuin sekian lama gitu
T
: Ada batasan-batasan pengambilan gambar?
J
: Ga ada batasan kapan harus ngambil gambar kapan berhenti tapi dalam kondisi
breaking seperti itu setiap saat setiap waktu kita ngambil gambar gitu biasanya
standby 3 orang kameraman dilapang, yang satu standby buat live yang lain
belanja gambar ya kita harus selalu mobile di lokasi bolak-balik ke SNG ganti
kaset baru berangkat lagi begitu aja jadi misalnya satu kaset baru terisi 2 menit
kalo harus kirim ke SNG ya ganti lagi yang baru
T
: Bagaimana mengatasi dilemma saat melihat korban dengan meliput?
J
: Dilemma itu pasti ada, secara pribadi dari sisi kemanusiaan sih simpati dengan
korban Cuma kita harus professional kalo korban pesawat yang masih merintih
kesakitan pasti merasa iba tapi dari sisi tugas pasti ngambil gambar dulu kalo
masih bisa di tolong baru ditolongkarena excluvitas gambar kan penting,
bukannya ga mau nolong orang tapi harus dapat gambar dulu karena saya
kameraman bukan seorang petugas medis sebab kalo malah mentingin sisi
kemanusiaan dulu nanti kantor akan nanya kenapa TV lain dapat gambar kita ga
dapat gambar akan ditagih gitu
T
: Bagaimana mengatasi efek trauma terhadap diri sendir?
J
: Trauma pasti ada Cuma sebagai kameraman kita harus terbiasa dengan setiap
kejadian yang bersifat traumatic seperti itu soalnya sudah risiko pekerjaan
wartawan ya seperti itu.
Untuk Memperoleh data dalam penyusuan skripsi ini, penulis telah melakukan
wawancara dengan Korda MetroTV Tomy sebagai berikut:
T
: Tugas dan wewenang korda?
J
: Sesuai namanya coordinator daerah sama saja dengan korlip tugasnya:
1. mengkoordinasikan berita-berita di daerah yaitu menugaskan sekitar 150
kontributor metroTVyang ada di daerah dari sabang sampai merauke tiap pagi
kita harus sudah tahu ada berita2 apa yang ada dari mereka dari berita2 terbaru
yang mereka laporkan lalu kita 2. listing untuk kemudian kita bawa ke rapat nah
selain listing berita2 yang masuk , kita berhak untuk menugaskan artinya kita
punya news judgment untuk menentukan berita2 apa saja isu ini layak atau tidak,
atau kita membuat permintaan berita,
3. korda juga harus berkordinasi dengan biro2, karena selain kontributor metro
juga punya 6 biro antara lain jogja, Surabaya, medan, makasar, pekanbaru,
bandung. Kita harus punya news judgment layakkah berita itu untuk disiarkan
dimetroTV
4. menentukan news judgment kelayakan berita
T
: Apa saja yang dilakukan pada saat kegiatan pra produksi?
J
:
Koordinasi dengan para kontributor sakaligus kita memberi masukan agar
angle2nya seperti ini, setelah itu mereka meliput, lalu feeding atau streaming atau
kirim kaset, baru kemudian ngambil naskah di website khusus metroTv untuk
kontributor baru menentukan sipa yang mengerjakan tapi sebelum itu harus rapat
dulu di rapat redaksi jam 9, 11, 14, 19 filternya adalah dirapat redaksi itu mana
aja yang akan dipakai.
T
: Apa saja yang dilakukan saat produksi?
J
: Produksi itu yang mengerjakan adalah produser offline dan online, offline itu
menentukan isu2 yang mau kita bawa, online itu produksi berhubungan dengan
onairnya buat rundown juga buat paket2 berita sampai onairnya, korda hanya
membantu kelancaran saja misalnya membantu naskah, pengiriman video
streaming atau feedingan.
T
: Bagaimana menyusun jadwal peliputan dalam kondisi breaking news?
J
: Saat ditentukan breaking korda ataupun korlip itu harus menentukan ada
didaerah mana, misalnya kasus Jogja maka korda harus berkoordinasi dengan
kepala biro disana, lalu menyuruh atau menggerakkan kontriutor secepatnya
mencari berita itu ataupun kalau belum bisa dilakukan live by phone sambil nyari,
lalu mencari nomor2 penting yang ada didaerah , berkoordinasi dengan produser
apa2 saja yang dibutuhkan produser
T
: Apa kendala yang dihadapi dalam
situasi breaking news seperti kejadian
pesawat jatuh di Jogja?
J
: Yang pasti kalo dalam situasi dadakan begitu kendalanya biasanya koordinasi
karena orang sedang panic karena yang masuk ke breaking news itu kan
peristiwa2 besar biasanya orang susah dihubungin karena situasi panic, lalu
biasanya kendala teknis susah berkomunikasi, narasumber terkadang untuk hal2
tertentu tidak mau diwawancara, factor jarak dan lokasi juga biasanya jadi
kendala, kalo Jogja masih mending masih Kota tapi kalo daerah terpencil kan
susah
T
: Bagaimana mengatasi kendala2 tersebut?
J
; ya misalnya dengan cara live by Phone dulu sekarang dibantu dengan teknologi
streaming kalo reporter atau kontributor sudah meliput bisa langsung streaming
tapi kalo belum meliput dia harus cari gambar amatir danbiasanya gambar amatir
kalo kualitasnya sangat bagus berapa pun dibeli lalu di streaming yang penting
kita bisa mendapatkan hak exclusive atas berita itu, bahkan gambar dari HP pun
sekarang sangat laku yang penting gambar karena persaingan semakin ketat
T
: Bagaimana korda memilih berita2 yang layak dibawa ke rapat redaksi?
J
: yang pasti untuk menjadikan metroTV bagus itu pertama harus eksklusif, kedua
harus tercepat, ketiga kemasan harus bagus, kemudian bagaimana memilah2
berita yang bagus, metroTV itukan segmennya AB+ kan jadi metro TV gak mau
menayang berita2 yang ece2 seperti berita criminal yang biasa saja metroTv gak
akan tayangkan walu bagaimanapun gak masuk segmentnya jadi gampangnya ada
berita bagus dn berguna tapi berita tidak terlalu bagus
T
: Jadi peran korda dan korlip itu apa?
J
: korlip dan korda itu akan menjadi filter awal ya, kita akan menjudge berita yang
layak salah satunya adalah coverboth side yang menjadi pertimbangan kita
T
: Ada metode khusus ga dalam peliputan berita traumatic seperti pesawat jatuh di
Jogja Itu ?
J
: Metode secara khusus tidak ada, karena kita melakukan peliputan secara cepat
bertindak cepat aja gitu ketika ada informasi baru itu harus segera kita konfirmasi
dan biasanya para petinggi2 di metro akan menentukan misalnya buat grafik,
hubungi narasumber ini, misalnya pas kejadian pesawat jatuh itu ada orang
metroTv yang terlibat di pesawat itu dan segera mengontak metroTV kan, intinya
kita harus cepat bagaimana mengumpulkan materi sih
T
: Apa peranan yang paling penting menyangkut tahapan POAC?
J
: Menurut saya semua tahapan itu sangat penting karena misalnya pendapat dari
news gathering ga bagus apa yang akan diproduksi kan, kalo saya semuanya
hilistik, perencanaan sangat penting, news gathering sangat penting, produksi
sangat penting, dan kontroling juga sangat penting belum tentu kalo kita bilang
bagus tapi ngeditnya misalnya jumping2 atau cacat produksi jadi jelek hasilnya
fungsi pengawasan selain ada QC juga ada litbang sebagai pengawas dan selalu
memberikan koreksi terhadap apa2 yang sudah di onairkan gitu.
T
: Apa yan gterjasi bila terjadi kesalahan pada tahapan –tahapan yang ada?
J
: Segera perbaiki ada di tahap mana kesalahannya, artinya TV itu terjadi menit by
menit beda dengan cetak yang deadline lama, ketika kehilangan momen kita
harus cari apa alternatifnya dan yang lebih penting lagi karena kita berita gambar
kalo ada perencanaan yang gagal meliput otomatis misalnya cari gambar amatir,
footage dari media lain misalnya atau dari citizen journalism
T
: Bisa dijelaskan alur produksi regular dan kasus breaking news garuda?
J
: Kalo regular biasanya korda berkoordinasi dengan kntributor, setelah itu
melisting berita, lalu bawa ke rapat redaksi, lalu dipilih apa saja yang akan
diangkat ole produser offline dan online, lalu diinjust untuk ditayangkan pasca on
air dilakukan evaluasi yang dilakukan oleh litbang
Kalo untuk situasi breaking news seperti jatuhnya pesawat di Jogja itu kita dapat
informasi di lapangan siapapun karena sifatnya dadakan lalu kita koordinasi
dengan biro Jogja dan para kontriutor lalu korda menindak lanjuti dan
berkoordinasi dengan segala komponen dapatnya apa aja lalu bisa langsung live
dan koordinasinya bersifat simultan semua tim melebur tepi tetap terkontrol
Download