peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa materi bahaya

advertisement
PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI
BAHAYA NARKOBA MENGGUNAKAN METODE PROBLEM BASED LEARNING
BERBASIS DISKUSI KELOMPOK DAN TUGAS MANDIRI PADA SISWA KELAS X.IPA1
SEMESTER GENAP SMA NEGERI 1 DEMPET
TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Suharno
SMA Negeri Dempet Demak
Email : [email protected]
ABSTRACT
The research problems are how big the increase in activity of students, student learning outcomes
and the ability to resolve individual students through the use of problem-based learning. This
research is a classroom action research using Problem Based Learning method by means of group
discussion and independent assignment lasts for 3 cycles each cycle consisting of three pertenuan.
Implementation cycle consists of four stages: planning, action, observation, and reflection. The
results showed that the application of learning Problem Based Learning by means of group
discussion and independent assignment at the end of the third cycle is active students listened and
recorded 30 students (93.8), actively asked 21 students (65.1%), active in answering questions 17
students (53.1%). The ability of students to complete individual tasks achieve an average value of
74.3. Student learning outcomes achieved an average of 72.1. Based on research data shows that
the activity of students, student learning, and the ability of students to complete individual tasks.
can be improved by applying the Problem Based Learning method based discussion groups and
independent tasks in the learning process.
Keywords: Problem Based Learning, discussion groups, task independently
PENDAHULUAN
Mutu pembelajaran, dapat ditentukan
dengan penggunaan metode yang dipilih.
Metode adalah “a way in achieving
something” (Wina Senjaya, 2008). Jadi,
metode pembelajaran dapat diartikan sebagai
cara
yang
digunakan
untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Beberapa metode pembelajaran, misalnya
ceramah, demonstrasi, penugasan, tanya
jawab atau yang lainnya. Namun demikian,
guru harus tetap memilih pendekatan sistem
pembelajaran
yang
mengarah
pada
pengelolaan individu dan menempatkan siswa
sebagai subjek yang harus merencanakan,
menggali,
menginterpretasikan,
dan
mengevaluasi hasil belajarnya sendiri. Dalam
hal ini siswa dituntut untuk berperan aktif,
sedangkan guru sebagai pengajar berperan
sebagai fasilitator yang siap melayani
kebutuhan belajar siswa. Oleh karena itu,
guru harus mampu menciptakan situasi
pembelajaran yang nyaman (Enjoyable
Learning), mampu mendorong motivasi dan
minat belajar yang tinggi.
Pemasalahan
selalu
menyertai
dinamika pembelajaran.
Salah satunya
pembelajaran materi Bahaya Narkoba mata
pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan siswa kelas X. IPA1 SMA Negeri
1 Dempet Kabupaten Demak berbagai
permasalahan muncul. Menurut Kurniawan
(2008), Narkoba adalah zat kimia yang dapat
mengubah keadaan psikologi seperti perasaan,
pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk
ke dalam tubuh manusia baik dengan cara
dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena,
dan lain sebagainya. Pengamatan proses
pembelajaran pra siklus dengan metode
ceramah, keaktifan siswa sangat rendah yaitu:
siswa yang terlibat aktif mendengarkan dan
mencatat ada 16 siswa (50,0 %), bertanya
pada guru atau teman siswa ada 3 siswa
(9,4%), menjawab pertanyaan guru atau
teman sendiri ada 2 siswa (6,3%), yang
berperan aktif dalam Diskusi Kelompok ada
14 siswa (44,0%). Nilai hasil belajar siswa
sangat rendah rata-rata 58. Kemampuan
menyelesaikan tugas individu juga sangat
rendah, rata-rata hanya mencapai 54.
Data tersebut menunjukkan bahwa
pembelajaran pra siklus dengan metode
ceramah tidak mendapatkan hasil baik.
Respon siswa untuk mengikuti pembelajaran
sangat kurang.
Siswa
nampak kurang
berkonsentrasi untuk mengikuti pembelajaran,
ditandai kondisi siswa yang sebagian duduk
sambil berbincang-bincang dengan teman
dekatnya, sebagian terlihatan mengantuk.
Keaktifan sangat rendah, jika diberi
kesempatan untuk bertanya, siswa tidak
berani mengajukan pertanyaan ataupun
menyampaian pendapatnya dan kurang
kemandirian siswa dalam mengerjakan tugas
dari guru.
Permasalahan tersebut, maka perlu
segera dilakukan agar kualitas pembelajaran
lebih
optimal.
Penerapan
metode
pembelajaran Problem Based Learning
kiranya dipandang tepat karena metode ini
dirancang lebih banyak melibatkan keaktifan
dan kemandirian siswa. Problem Based
Learning (PBL) merupakan suatu model
pengajaran dengan pendekatan pembelajaran
siswa pada masalah autentik. siswa dilatih
menyusun
sendiri
pengetahuannya,
mengembangkan keterampilan pemecahan
masalah, mandiri serta meningkatkan
kepercayaan diri. pemberian masalah autentik,
siswa dapat membentuk makna dari bahan
pelajaran melalui proses belajar dan
menyimpannya dalam ingatan sehingga
sewaktu-waktu dapat digunakan lagi (Nurhadi
dalam Rusmiyati, 2007: 12). Lebih lanjut
dijelaskan Pannen (2001), pemecahan
masalah dapat menumbuhkan proses belajar
siswa secara kelompok maupun individual,
merupakan ciri Problem Based Learning
(Pannen, 2001: 89). Peserta didik didorong
untuk lebih aktif terlibat dalam materi
pelajaran dan mengembangkan keterampilan
berpikir kritis (Arends, 2008).
Penelitian
Tindakan
Kelas
ini
dirancang dengan menerapkan Metode
Problem Based Learning dengan cara Diskusi
Kelompok dan Tugas Mandiri
untuk
meningkatkan aktivitas dan kemandirian
siswa dalam penguasaan materi, untuk
meningkatkan
hasil
belajar.
Diskusi
Kelompok merupakan suatu cara dimana
siswa memperoleh kesempatan untuk
memecahkan masalah secara bersama-sama
(Tohirin, 2007). Salah satu karakteristik
Metode Problem Based Learning adalah
belajar yang dimulai dengan suatu
permasalahan (Savoi dan Hughes, 1994).
Tujuan
1. Mengetahui peningkatan keaktifan siswa
selama proses pembelajaran menggunakan
Metode Problem Based Learning dengan
cara diskusi kelompok dan tugas mandiri
materi Bahaya NARKOBA ,
2. Mengetahui peningkatan hasil belajar
siswa setelah menggunakan Metode
Problem Based Learning dengan cara
Diskusi Kelompok dan tugas mandiri
materi Bahaya NARKOBA dengan
3 Mengetahui peningkatan kemampuan
siswa menyelesaikan tugas indvidu setelah
pembelajaran
menggunakan
Metode
Problem Based Learning dengan cara
Diskusi Kelompok dan tugas mandiri
materi Bahaya NARKOBA.
Sedang manfaat penelitian ini adalah:
1. Menjadi pedoman untuk mempelajari
materi
Bahaya NARKOBA dengan
menggunakan Metode Problem Based
Learning dengan cara Diskusi Kelompok
dan tugas mandiri,
2. Memberikan
masukan
pentingnya
penggunaan Metode Problem Based
Learning dengan cara Diskusi Kelompok
dan tugas mandiri dalam pembelajaran
materi Bahaya NARKOBA,
3. Memberikan memotivasi kepada pihak
sekolah
dalam
mengembangkan
penggunaan Metode Problem Based
Learning dengan cara Metode Diskusi
Kelompok dan tugas mandiri dalam
pembelajaran.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas yang ingin mengungkap
penguasaan standar kompetensi yang harus
dikuasai siswa melalui penggunaan Metode
Problem Based Learning dengan cara Diskusi
Kelompok pembelajaran materi Bahaya
NARKOBA. Lokasi Penelitian dilakukan di
kelas X. IPA1 SMA Negeri 1 Dempet
Kabupaten
Demak
Tahun
Pelajaran
2013/2014. Waktu pelaksanaan dimulai sejak
5 Januari 2016 s/d 23 Februari 2016. Subyek
penelitian adalah Siswa kelas X. IPA1 SMA
Negeri 1 Dempet tahun pelajaran 2013/2014,
yang berjumlah 32 siswa.
Terdapat empat variabel yang akan
diungkap yaitu: 1) Variabel keaktifan siswa,
2) Variabel hasil belajar siswa, 3) Tugas
individu
siswa,
4)
Variabel
model
pembelajaran Problem Based Learning.
Prosedur penelitian tindakan kelas
ini
terdiri dari tiga siklus, menggunakan
pendekatan berbasis Problem Based Learning
dengan cara Diskusi Kelompok. Tiap siklus
terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanan
tindakan, observasi, dan refleksi.
Pengambilan data dalam penelitian ini
dilakukan menggunakan teknik pengamatan,
tes tulis dan tugas mandiri. Pengamatan
dilakukan oleh teman sejawat sebagai
pengamat untuk memperoleh gambaran secara
langsung dan obyektif tehadap perilaku siswa
yang mencakup situasi kelas, keaktifan siswa,
apakah selama proses pembelajaran siswa
konsentrasi mendengarkan dan aktif mencatat,
apakah siswa mempunyai keberanian bertanya
dan menjawab pertanyaan, dan apakah siswa
berperan aktif dalam diskusi kelompok. Tugas
mandiri
berguna
untuk
mengetahui
kemampuan menyelesaikan tugas individu
siswa yang harus dikerjakan di luar jam
pelajaran. Sedangkan tes tertulis berguna
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
siswa setelah pembelajaran menggunakan
Metode Problem Based Learning dengan
Diskusi Kelompok dilakukan..
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian tindakan kelas ini
merupakan hasil dari pengamatan, tes tertulis
dan tugas individu dengan pendekatan
Problem Based Learning dengan cara diskusi
kelompok, keaktifan siswa pra siklus dengan
metode ceramah (Tabel 1): (1) siswa yang
terlibat aktif mendengarkan dan mencatat ada
16 siswa (50,0 %), (2) bertanya pada guru
atau teman siswa ada 3 siswa (9,4%), (3)
menjawab pertanyaan guru atau teman sendiri
ada 2 siswa (6,3%), (4) yang berperan aktif
dalam Diskusi Kelompok ada 14 siswa
(44,0%).
Tabel 1. Hasil Pengamatan Terhadap
Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran
No
Materi
Penelitian
1 Keaktifan
mendengarkan
dan menulis
2 Keaktifan
mengajukan
pertanyaan
3 Keaktifan
menjawab
pertanyaan
4 Keaktifan
dalam diskusi
Pra Siklus
Juml (%)
Siswa
Siklus I
Juml (%)
Siswa
Siklus II
Juml (%)
Siswa
Siklus III
Juml (%)
Siswa
16
50,0
21
65,6
27
84,4
30
93,8
3
9,4
14
43,8
20
62,5
21
65,1
2
6,3
8
25,0
16
50,0
17
53,1
14
44,0
19
59,4
25
78,1
27
84,4
Pada siklus I dari rangkaian penelitian
tindakan kelas ini keaktifan siswa mulai
nampak nyata. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: (1) jumlah siswa yang mendengarkan
dan aktif mencatat ada 21 siswa (65,6%), (2)
bertanya pada guru atau teman siswa ada 14
siswa (43,8%), (3) menjawab pertanyaan guru
atau teman sendiri ada 8 siswa (25,0%), dan
(4) yang berperan aktif dalam Diskusi
Kelompokrata- rata ada 19 siswa (59,4%).
Pada siklus II, hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) jumlah siswa yang
mendengarkan dan aktif mencatat ada 27
siswa (84,4%), (2) bertanya pada guru atau
teman siswa
ada 20 siswa (62,5%), (3)
menjawab pertanyaan guru atau teman sendiri
ada 16 siswa (50,0%), dan (4) yang berperan
aktif dalam Diskusi Kelompokrata-rata ada 25
siswa (78,1%).
Pada siklus ke III, hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) jumlah siswa yang
mendengarkan dan aktif mencatat ada 30
siswa (93,8%), (2) bertanya pada guru atau
teman siswa ada 21 siswa (65,1%), (3)
menjawab pertanyaan guru atau teman sendiri
ada 17 siswa (53,1%), dan (4) yang berperan
aktif dalam Diskusi Kelompokrata-rata ada 27
siswa (84,4%).
Hasil belajar siswa pra siklus,
diperoleh nilai tertinggi 66 (Tabel 2), nilai
terendah 50 dan nilai rata-rata mencapai 58.
Pada siklus I perolehan nilai tertinggi 78, nilai
terendah 56 dan nilai rata-rata mencapai
65,7. Pada siklus II, perolehan nilai tertinggi
81, nilai terendah 64 dan nilai rata-rata 73,9.
Sementara itu, pada siklus III, perolehan nilai
tertinggi 89, nilai terendah 70 dan nilai ratarata 72,1.
Tabel 2. Hasil Belajar Siswa
1
2
3
Nilai Pra Siklus Siklus I Siklus II Siklus III
Nilai
66
78
81
89
Tertinggi
Nilai
50
56
64
70
Terendah
Nilai
58
65,7
73,9
72,1
Tata-rata
100
(%)
No
Hasil Pengamatan Terhadap Keaktifan Siswa Dalam
Pembelajaran
50
0
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Keaktifan
mendengarkan
dan menulis
Materi Penelitian
Keaktifan mengajukan pertanyaan
Keaktifan menjawab pertanyaan
Keaktifan dalam diskusi
Tabel 3. Kemampuan Siswa Menyelesaikan
Tugas individu
No Siklus Jumlah Prosentase
Siswa
(%)
1 Pra
21
65,6
Siklus
2 Siklus I 22
68,8
3 Siklus II 26
81,2
4 Siklus III 29
90,6
Nilai
Nilai
Nilai
tertinggi Terendah Rata-rata
62
40
54
76
80
85
60
64
72
62
65,5
74,3
Berdasarkan tabel 3, dapat didiskripsikan
sebagai berikut: kemampuan siswa untuk
menyelesaikan
tugas
individu
dapat
didiskripsikan sebagai berikut : pra siklus ada
21 siswa (65,6%) dengan rincian perolehan
nilai tertinggi 62, nilai terendah 40 dan nilai
rata-rata mencapai 54. Pada siklus I, jumlah
siswa yang mengumpulkan tugas individu
ada 22 siswa (68,8%) dengan rincian
perolehan nilai tertinggi 76, nilai terendah 60
dan nilai rata-rata mencapai 62. Sedangkan
pada siklus II, jumlah siswa
yang
mengumpulkan tugas individu ada 26 siswa
(81,2%) dengan rincian perolehan nilai
tertinggi 80, nilai terendah 64 dan nilai ratarata 65,5. Sementara itu, pada siklus III,
jumlah siswa yang mengumpulkan tugas
individu ada 29 siswa (90,6%) dengan rincian
perolehan nilai tertinggi 85, nilai terendah 72
dan nilai rata-rata 74,3.
Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa
penerapan Metode Problem Based Learning
dengan cara Diskusi Kelompok dapat
meningkatkan keaktifan siswa, hasil belajar
siswa dan kemampuan siswa menyelesaikan
tugas individu. Adapun hasil peningkatan
antar siklus dapat dijelaskan sebagai berikut :
Keaktifan Mendengarkan dan Mencatat
Setelah diadakan perbaikan pada
siklus I meningkat dari 16 siswa (50,0%)
sebelum perbaikan. meningkat menjadi 21
siswa (65,6%) pada siklus I, jadi terdapat
peningkatan 5 siwa atau 15,6 persen. Setelah
diadakan perbaikan pada siklus II meningkat
dari 21 siswa (65,6%) pada siklus I menjadi
27 siswa (84,4%) pada siklus II. Jadi terdapat
peningkatan 6 siswa atau 18,7 persen. Setelah
diadakan perbaikan pada siklus III meningkat
dari 27 siswa (84,4%) menjadi 30 siswa
(93,8%) pada siklus III, jadi terdapat
peningkatan 3 siswa atau 9,4 persen
Keaktifan Bertanya
Setelah diadakan perbaikan pada
siklus I meningkat dari 3 siswa (9,4%)
sebelum perbaikan, menjadi 14 siswa (43,8%)
pada siklus I, jadi terdapat peningkatan 11
siswa atau 34,3 persen. Setelah diadakan
perbaikan pada siklus II meningkat dari 14
siswa (43,8%) pada siklus I menjadi 20 siswa
(62,5%) pada siklus II, jadi terdapar
peningkatan 6 siswa atau 18,7 persen. Setelah
diadakan perbaikan pada siklus III meningkat
dari 20 siswa (62,5%), menjadi 21 siswa
(65,1%), jadi terdapat peningkatan 1 siswa
atau 3,1 persen.
Keaktifan Menjawab Pertanyaan
Setelah diadakan perbaikan pada
siklus I meningkat dari 2 siswa (6,3%)
sebelum perbaikan, menjadi 8 siswa (25,0%)
pada siklus I, jadi terdapat peningkatan 6
siswa atau 18,7 persen. Setelah diadakan
perbaikan pada siklus II meningkat dari 8
siswa ( 25,0%) pada siklus I menjadi 16 siswa
(50,0%) pada siklus II, jadi terdapat
peningkatan 8 siswa atau 25,0 persen. Setelah
diadakan perbaikan pada siklus III meningkat
dari 16 siswa (50.0%) pada siklus II menjadi
17 siswa (53,1%) pada siklus III, jadi terdapat
peningkatan 1 siswa 3,1 persen.
Keaktifan Diskusi Kelompok
Setelah diadakan perbaikan pada
siklus I meningkat dari 14 siswa (44,0%)
sebelum perbaikan, menjadi 19 siswa (59,4%)
pada siklus I, jadi terdapat peningkatan 5
siswa atau 15,6 persen. Setelah diadakan
perbaikan siklus II meningkat dari 19 siswa
(59,4%) menjadi 25 siswa (78,1%), jadi
terdapat peningkatan 6 siswa atau 18,7
persen. Setelah diadakan perbaikan pada
siklus III meningkat dari 25 siswa (78,1%)
pada siklus II, menjadi 27 siswa (84,4%) pada
siklus III, jadi terdapat peningkatan 2 siswa
atau 6,3 persen.
Peningkatan keaktifan siswa terjadi
karena
proses
pembelajaran
melalui
pendekatan ini beorientasi pada proses belajar
siswa , seperti dinyatakan oleh (Wagiran,
2007) bahwa penggunaan straregi problembased
learning
dalam
pembelajaran
memungkinkan
terciptanya
kondisi
pembelajaran yang kondusif bagi siswa untuk
belajar, bekerja sama secara efektif dalam
interaksi belajar mengajar, dan tugas guru
memberikan pengarahan dan bimbingan
kepada siswa . Dengan demikian, peran siswa
dan guru berjalan optimal.
Hasil Belajar Siswa
Hasil Belajar Siswa
100
80
Nilai Tertinggi
60
Nilai Terendah
40
Nilai Rata-rata
20
0
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Melalui
perbaikan
pembelajaran
menggunakan metode Problem Based
Learning dengan cara Diskusi Kelompok
ternyata terjadi peningkatan hasil belajar
siswa yang diperoleh melalui tes tulis, pada
akhir pembelajaran sebelum perbaikan pada
dua kali tatap muka , diperoleh nilai tertinggi
66, nilai terendah 50 dan nilai rata-rata
mencapai 58. Pada siklus I perolehan nilai
tertinggi 78, nilai terendah 56 dan nilai
rata-rata mencapai 65,7. Pada siklus II,
perolehan nilai tertinggi 81, nilai terendah 64
dan nilai rata-rata 73,9. Sementara itu, pada
siklus III, perolehan nilai tertinggi 89, nilai
terendah 70 dan nilai rata-rata 72,1.
Menurut Slameto (1995: 3) bahwa
perubahan dalam belajar bersifat kontinyu
dan fungsional. Sebagai hasil belajar,
perubahan yang terjadi dalam diri siswa
berlangsung secara berkesinambungan, tidak
statis. Satu perubahan yang terjadi akan
menyebabkan perubahan berikutnya dan akan
berguna bagi kehidupan ataupun proses
belajar berikutnya hingga mencapai tingkat
yang lebih baik bahkan sempurna
Penyelesaian Tugas Individu
Kemampuan Siswa Menyelesaikan Tugas Individu
100
Jumlah Siswa
Prosentase (%)
50
Nilai Tertinggi
0
Pra Siklus Siklus Siklus
Siklus
I
II
III
Nilai Terendah
Nilai Rata-rata
Kepatuhan
siswa
untuk
mengumpulkan tugas individu sesuai waktu
yang tersedia nampak kecenderungan semakin
meningkat.
Kemampuan
siswa
menyelesaikan tugas individu sebelum
perbaikan pada dua kali tatap muka sebanyak
ada 21 siswa (65,6%) dengan rincian
perolehan nilai tertinggi 62, nilai terendah 40
dan nilai rata-rata mencapai 54. Pada siklus I,
jumlah siswa yang mengumpulkan tugas
individu ada 22 siswa (68,8%) dengan
rincian perolehan nilai tertinggi 76, nilai
terendah 60 dan nilai rata-rata mencapai 62.
Sedangkan pada siklus II, jumlah siswa yang
mengumpulkan tugas individu ada 26 siswa
(81,2%) dengan rincian perolehan nilai
tertinggi 80, nilai terendah 64 dan nilai ratarata 65,5. Sementara itu, pada siklus III,
jumlah siswa yang mengumpulkan tugas
individu ada 29 siswa (90,6%) dengan rincian
perolehan nilai tertinggi 85, nilai terendah 72
dan nilai rata-rata 74,3.
Peningkatan peran siswa
dalam
mengumpulkan
tugas
individu
ini
menunjukkan
bahwa
pendekatan
pembelajaran Problem Based Learning dapat
membantu siswa
untuk berpikir kreatif
sehingga tidak mengalami banyak hambatan
ketika harus menyelesaikan tugas individu.
Dinyatakan oleh Mudjiman (2007: 56)
pembelajaran melalui Problem Based
Learning selain membiasakan kerja kelompok
juga membiasakan siswa untuk melakukan
kegiatan secara mandiri, membiasakan siswa
melakukan refleksi terhadap kegiatan
pembelajaran,
membiasakan
siswa
melakukan self assessment dan membiasakan
siswa berpikir kreatif.
Jika diamati secara seksama tingkat
keaktifan siswa , keberhasilan perolehan nilai
tes tulis siswa, tingkat kemampuan
menyelesaikan tugas individu,
terjadi
peningkatan secara bertahap dari siklus I
menuju siklus berikutnya. Keadaan ini sesuai
pendapat yang dinyatakan oleh Mudjiman
(2007: 54) bahwa pengetahuan pada dasarnya
dibangun secara bertahap melalui partisipasi
aktif dalam proses pembelajaran.
SIMPULAN DAN SARAN
kelas X. IPA1 SMA Negeri 1 Dempet
Semester
Gasal
Tahun
Pelajaran
2015/2016 sebesar nilai rata-rata 54,0 pra
siklus meningkat menjadi rata-rata 74,3
pada akhir siklus.
2. Saran
Kegiatan
pembelajaran
dengan
pendekatan
Problem
Based Learning
memerlukan managemen waktu yang baik.
Mempersiapkan siswa
dalam kelompok
diskusi memerlukan waktu yang lama jika
siswa belum terbiasa belajar berkelompok.
Oleh karena itu, perencanaan pembelajaran
yang matang perlu dipersiapkan oleh guru. Di
sisi lain jika diskusi berjalan dengan cara
debat kusir, guru harus pandai mengarahkan
dan memotivasi siswa agar proses diskusi
dapat berjalan dengan baik dan
dapat
membantu memecahkan masalah yang sedang
didalaminya.
1. Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasannya dapat diambil kesimpulan
bahwa:
1. Penggunaan pembelajaran Problem Based
Learning dengan cara Diskusi dapat
meningkatkan keaktifan Siswa kelas X.
IPA1 SMA Negeri 1 Dempet Semester
Gasal Tahun Pelajaran 2015/2016 sebesar :
mendengarkan dan mencatat dari pra
siklus16 siswa (50,0%) meningkat menjadi
30 siswa (93,8) pada akhir siklus. bertanya
ada 3 siswa (9,4%), meningkat menjadi 21
siswa (65,1%) pada akhir siklus, menjawab
pertanyaan ada 2 siswa (6,3%), meningkat
menjadi 17 siswa (53,1%).
2. Penggunaan pembelajaran Problem Based
Learning dengan cara Diskusi dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X.
IPA1 SMA Negeri 1 Dempet semester
gasal tahun pelajaran 2015/2016 sebesar
dari pra siklus rata-rata 58,0 meningkat
menjadi rata-rata 72,1 setelah dilakukan
penerapan pembelajaran Problem Based
Learning.
3. Penggunaan pembelajaran Problem Based
Learning dengan cara Diskusi Kelompok
dapat meningkatkan kemampuan siswa
untuk menyelesaikan tugas individu, Siswa
Albanese, M.A. dan Mitchell, S. 1993.
Problem-ba- sed Learning: a Review
of The Literature on Outcomes and
Implementation Issues. Acade- mic
Medicine.
Agus Mukholid. 2013. Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan. Yudhestira.
Jakarta.
Barrows, H.S. & Tamblyn, R.M.. 1980.
Problem-based
Learning:
an
Approach to Medical Edu- cation.
Springer Publishing. New York.
Igak, Wardani. 2014. Penelitian Tindakan
Kelas.
Universitas
Terbuka
Departemen Pendidikan Nasional.
Jakarta.
Mudjiman, H. 2007. Belajar mandiri (self
motivated
learning).
Lembaga
Pengembangan Pendidikan UNS. Solo
Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga
dan Kesehatan. Erlangga. Jakarta.
Slameto. 1995. Belajar dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Jakarta.
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan
dan Jawaban. PT Grasindo. Jakarta.
Pannen, P. 2001. Kontruktivisme dalam
pembelajaran.
Dirjen
Dikti.
Departemen Pendidikan Nasional.
Jakarta.
Proyek DUE-Like Universitas Indonesia.
2002.
Panduan
Pelaksanaan
Collaborative Learning& Problem
Based Learning. UI. Depok.
Wagiran. 2007. Peningkatan keaktifan siswa
dan reduksi miskonsepsi melalui
pendekatan Problem Based Learning.
Laporan
Penelitian.
UNY.
Yogyakarta.
Lilyk Eka Suranny: Pengembangan Pengolahan Pasca Panen….
43
Download