PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA MATERI BAHAYA NARKOBA MENGGUNAKAN METODE PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS DISKUSI KELOMPOK DAN TUGAS MANDIRI PADA SISWA KELAS X.IPA1 SEMESTER GENAP SMA NEGERI 1 DEMPET TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Suharno SMA Negeri Dempet Demak Email : [email protected] ABSTRACT The research problems are how big the increase in activity of students, student learning outcomes and the ability to resolve individual students through the use of problem-based learning. This research is a classroom action research using Problem Based Learning method by means of group discussion and independent assignment lasts for 3 cycles each cycle consisting of three pertenuan. Implementation cycle consists of four stages: planning, action, observation, and reflection. The results showed that the application of learning Problem Based Learning by means of group discussion and independent assignment at the end of the third cycle is active students listened and recorded 30 students (93.8), actively asked 21 students (65.1%), active in answering questions 17 students (53.1%). The ability of students to complete individual tasks achieve an average value of 74.3. Student learning outcomes achieved an average of 72.1. Based on research data shows that the activity of students, student learning, and the ability of students to complete individual tasks. can be improved by applying the Problem Based Learning method based discussion groups and independent tasks in the learning process. Keywords: Problem Based Learning, discussion groups, task independently PENDAHULUAN Mutu pembelajaran, dapat ditentukan dengan penggunaan metode yang dipilih. Metode adalah “a way in achieving something” (Wina Senjaya, 2008). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis dalam mencapai tujuan pembelajaran. Beberapa metode pembelajaran, misalnya ceramah, demonstrasi, penugasan, tanya jawab atau yang lainnya. Namun demikian, guru harus tetap memilih pendekatan sistem pembelajaran yang mengarah pada pengelolaan individu dan menempatkan siswa sebagai subjek yang harus merencanakan, menggali, menginterpretasikan, dan mengevaluasi hasil belajarnya sendiri. Dalam hal ini siswa dituntut untuk berperan aktif, sedangkan guru sebagai pengajar berperan sebagai fasilitator yang siap melayani kebutuhan belajar siswa. Oleh karena itu, guru harus mampu menciptakan situasi pembelajaran yang nyaman (Enjoyable Learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar yang tinggi. Pemasalahan selalu menyertai dinamika pembelajaran. Salah satunya pembelajaran materi Bahaya Narkoba mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan siswa kelas X. IPA1 SMA Negeri 1 Dempet Kabupaten Demak berbagai permasalahan muncul. Menurut Kurniawan (2008), Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya. Pengamatan proses pembelajaran pra siklus dengan metode ceramah, keaktifan siswa sangat rendah yaitu: siswa yang terlibat aktif mendengarkan dan mencatat ada 16 siswa (50,0 %), bertanya pada guru atau teman siswa ada 3 siswa (9,4%), menjawab pertanyaan guru atau teman sendiri ada 2 siswa (6,3%), yang berperan aktif dalam Diskusi Kelompok ada 14 siswa (44,0%). Nilai hasil belajar siswa sangat rendah rata-rata 58. Kemampuan menyelesaikan tugas individu juga sangat rendah, rata-rata hanya mencapai 54. Data tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran pra siklus dengan metode ceramah tidak mendapatkan hasil baik. Respon siswa untuk mengikuti pembelajaran sangat kurang. Siswa nampak kurang berkonsentrasi untuk mengikuti pembelajaran, ditandai kondisi siswa yang sebagian duduk sambil berbincang-bincang dengan teman dekatnya, sebagian terlihatan mengantuk. Keaktifan sangat rendah, jika diberi kesempatan untuk bertanya, siswa tidak berani mengajukan pertanyaan ataupun menyampaian pendapatnya dan kurang kemandirian siswa dalam mengerjakan tugas dari guru. Permasalahan tersebut, maka perlu segera dilakukan agar kualitas pembelajaran lebih optimal. Penerapan metode pembelajaran Problem Based Learning kiranya dipandang tepat karena metode ini dirancang lebih banyak melibatkan keaktifan dan kemandirian siswa. Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pengajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik. siswa dilatih menyusun sendiri pengetahuannya, mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, mandiri serta meningkatkan kepercayaan diri. pemberian masalah autentik, siswa dapat membentuk makna dari bahan pelajaran melalui proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan sehingga sewaktu-waktu dapat digunakan lagi (Nurhadi dalam Rusmiyati, 2007: 12). Lebih lanjut dijelaskan Pannen (2001), pemecahan masalah dapat menumbuhkan proses belajar siswa secara kelompok maupun individual, merupakan ciri Problem Based Learning (Pannen, 2001: 89). Peserta didik didorong untuk lebih aktif terlibat dalam materi pelajaran dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis (Arends, 2008). Penelitian Tindakan Kelas ini dirancang dengan menerapkan Metode Problem Based Learning dengan cara Diskusi Kelompok dan Tugas Mandiri untuk meningkatkan aktivitas dan kemandirian siswa dalam penguasaan materi, untuk meningkatkan hasil belajar. Diskusi Kelompok merupakan suatu cara dimana siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama (Tohirin, 2007). Salah satu karakteristik Metode Problem Based Learning adalah belajar yang dimulai dengan suatu permasalahan (Savoi dan Hughes, 1994). Tujuan 1. Mengetahui peningkatan keaktifan siswa selama proses pembelajaran menggunakan Metode Problem Based Learning dengan cara diskusi kelompok dan tugas mandiri materi Bahaya NARKOBA , 2. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah menggunakan Metode Problem Based Learning dengan cara Diskusi Kelompok dan tugas mandiri materi Bahaya NARKOBA dengan 3 Mengetahui peningkatan kemampuan siswa menyelesaikan tugas indvidu setelah pembelajaran menggunakan Metode Problem Based Learning dengan cara Diskusi Kelompok dan tugas mandiri materi Bahaya NARKOBA. Sedang manfaat penelitian ini adalah: 1. Menjadi pedoman untuk mempelajari materi Bahaya NARKOBA dengan menggunakan Metode Problem Based Learning dengan cara Diskusi Kelompok dan tugas mandiri, 2. Memberikan masukan pentingnya penggunaan Metode Problem Based Learning dengan cara Diskusi Kelompok dan tugas mandiri dalam pembelajaran materi Bahaya NARKOBA, 3. Memberikan memotivasi kepada pihak sekolah dalam mengembangkan penggunaan Metode Problem Based Learning dengan cara Metode Diskusi Kelompok dan tugas mandiri dalam pembelajaran. METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang ingin mengungkap penguasaan standar kompetensi yang harus dikuasai siswa melalui penggunaan Metode Problem Based Learning dengan cara Diskusi Kelompok pembelajaran materi Bahaya NARKOBA. Lokasi Penelitian dilakukan di kelas X. IPA1 SMA Negeri 1 Dempet Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2013/2014. Waktu pelaksanaan dimulai sejak 5 Januari 2016 s/d 23 Februari 2016. Subyek penelitian adalah Siswa kelas X. IPA1 SMA Negeri 1 Dempet tahun pelajaran 2013/2014, yang berjumlah 32 siswa. Terdapat empat variabel yang akan diungkap yaitu: 1) Variabel keaktifan siswa, 2) Variabel hasil belajar siswa, 3) Tugas individu siswa, 4) Variabel model pembelajaran Problem Based Learning. Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga siklus, menggunakan pendekatan berbasis Problem Based Learning dengan cara Diskusi Kelompok. Tiap siklus terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanan tindakan, observasi, dan refleksi. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan teknik pengamatan, tes tulis dan tugas mandiri. Pengamatan dilakukan oleh teman sejawat sebagai pengamat untuk memperoleh gambaran secara langsung dan obyektif tehadap perilaku siswa yang mencakup situasi kelas, keaktifan siswa, apakah selama proses pembelajaran siswa konsentrasi mendengarkan dan aktif mencatat, apakah siswa mempunyai keberanian bertanya dan menjawab pertanyaan, dan apakah siswa berperan aktif dalam diskusi kelompok. Tugas mandiri berguna untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan tugas individu siswa yang harus dikerjakan di luar jam pelajaran. Sedangkan tes tertulis berguna untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah pembelajaran menggunakan Metode Problem Based Learning dengan Diskusi Kelompok dilakukan.. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian tindakan kelas ini merupakan hasil dari pengamatan, tes tertulis dan tugas individu dengan pendekatan Problem Based Learning dengan cara diskusi kelompok, keaktifan siswa pra siklus dengan metode ceramah (Tabel 1): (1) siswa yang terlibat aktif mendengarkan dan mencatat ada 16 siswa (50,0 %), (2) bertanya pada guru atau teman siswa ada 3 siswa (9,4%), (3) menjawab pertanyaan guru atau teman sendiri ada 2 siswa (6,3%), (4) yang berperan aktif dalam Diskusi Kelompok ada 14 siswa (44,0%). Tabel 1. Hasil Pengamatan Terhadap Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran No Materi Penelitian 1 Keaktifan mendengarkan dan menulis 2 Keaktifan mengajukan pertanyaan 3 Keaktifan menjawab pertanyaan 4 Keaktifan dalam diskusi Pra Siklus Juml (%) Siswa Siklus I Juml (%) Siswa Siklus II Juml (%) Siswa Siklus III Juml (%) Siswa 16 50,0 21 65,6 27 84,4 30 93,8 3 9,4 14 43,8 20 62,5 21 65,1 2 6,3 8 25,0 16 50,0 17 53,1 14 44,0 19 59,4 25 78,1 27 84,4 Pada siklus I dari rangkaian penelitian tindakan kelas ini keaktifan siswa mulai nampak nyata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) jumlah siswa yang mendengarkan dan aktif mencatat ada 21 siswa (65,6%), (2) bertanya pada guru atau teman siswa ada 14 siswa (43,8%), (3) menjawab pertanyaan guru atau teman sendiri ada 8 siswa (25,0%), dan (4) yang berperan aktif dalam Diskusi Kelompokrata- rata ada 19 siswa (59,4%). Pada siklus II, hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) jumlah siswa yang mendengarkan dan aktif mencatat ada 27 siswa (84,4%), (2) bertanya pada guru atau teman siswa ada 20 siswa (62,5%), (3) menjawab pertanyaan guru atau teman sendiri ada 16 siswa (50,0%), dan (4) yang berperan aktif dalam Diskusi Kelompokrata-rata ada 25 siswa (78,1%). Pada siklus ke III, hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) jumlah siswa yang mendengarkan dan aktif mencatat ada 30 siswa (93,8%), (2) bertanya pada guru atau teman siswa ada 21 siswa (65,1%), (3) menjawab pertanyaan guru atau teman sendiri ada 17 siswa (53,1%), dan (4) yang berperan aktif dalam Diskusi Kelompokrata-rata ada 27 siswa (84,4%). Hasil belajar siswa pra siklus, diperoleh nilai tertinggi 66 (Tabel 2), nilai terendah 50 dan nilai rata-rata mencapai 58. Pada siklus I perolehan nilai tertinggi 78, nilai terendah 56 dan nilai rata-rata mencapai 65,7. Pada siklus II, perolehan nilai tertinggi 81, nilai terendah 64 dan nilai rata-rata 73,9. Sementara itu, pada siklus III, perolehan nilai tertinggi 89, nilai terendah 70 dan nilai ratarata 72,1. Tabel 2. Hasil Belajar Siswa 1 2 3 Nilai Pra Siklus Siklus I Siklus II Siklus III Nilai 66 78 81 89 Tertinggi Nilai 50 56 64 70 Terendah Nilai 58 65,7 73,9 72,1 Tata-rata 100 (%) No Hasil Pengamatan Terhadap Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran 50 0 Pra Siklus Siklus I Siklus II Siklus III Keaktifan mendengarkan dan menulis Materi Penelitian Keaktifan mengajukan pertanyaan Keaktifan menjawab pertanyaan Keaktifan dalam diskusi Tabel 3. Kemampuan Siswa Menyelesaikan Tugas individu No Siklus Jumlah Prosentase Siswa (%) 1 Pra 21 65,6 Siklus 2 Siklus I 22 68,8 3 Siklus II 26 81,2 4 Siklus III 29 90,6 Nilai Nilai Nilai tertinggi Terendah Rata-rata 62 40 54 76 80 85 60 64 72 62 65,5 74,3 Berdasarkan tabel 3, dapat didiskripsikan sebagai berikut: kemampuan siswa untuk menyelesaikan tugas individu dapat didiskripsikan sebagai berikut : pra siklus ada 21 siswa (65,6%) dengan rincian perolehan nilai tertinggi 62, nilai terendah 40 dan nilai rata-rata mencapai 54. Pada siklus I, jumlah siswa yang mengumpulkan tugas individu ada 22 siswa (68,8%) dengan rincian perolehan nilai tertinggi 76, nilai terendah 60 dan nilai rata-rata mencapai 62. Sedangkan pada siklus II, jumlah siswa yang mengumpulkan tugas individu ada 26 siswa (81,2%) dengan rincian perolehan nilai tertinggi 80, nilai terendah 64 dan nilai ratarata 65,5. Sementara itu, pada siklus III, jumlah siswa yang mengumpulkan tugas individu ada 29 siswa (90,6%) dengan rincian perolehan nilai tertinggi 85, nilai terendah 72 dan nilai rata-rata 74,3. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa penerapan Metode Problem Based Learning dengan cara Diskusi Kelompok dapat meningkatkan keaktifan siswa, hasil belajar siswa dan kemampuan siswa menyelesaikan tugas individu. Adapun hasil peningkatan antar siklus dapat dijelaskan sebagai berikut : Keaktifan Mendengarkan dan Mencatat Setelah diadakan perbaikan pada siklus I meningkat dari 16 siswa (50,0%) sebelum perbaikan. meningkat menjadi 21 siswa (65,6%) pada siklus I, jadi terdapat peningkatan 5 siwa atau 15,6 persen. Setelah diadakan perbaikan pada siklus II meningkat dari 21 siswa (65,6%) pada siklus I menjadi 27 siswa (84,4%) pada siklus II. Jadi terdapat peningkatan 6 siswa atau 18,7 persen. Setelah diadakan perbaikan pada siklus III meningkat dari 27 siswa (84,4%) menjadi 30 siswa (93,8%) pada siklus III, jadi terdapat peningkatan 3 siswa atau 9,4 persen Keaktifan Bertanya Setelah diadakan perbaikan pada siklus I meningkat dari 3 siswa (9,4%) sebelum perbaikan, menjadi 14 siswa (43,8%) pada siklus I, jadi terdapat peningkatan 11 siswa atau 34,3 persen. Setelah diadakan perbaikan pada siklus II meningkat dari 14 siswa (43,8%) pada siklus I menjadi 20 siswa (62,5%) pada siklus II, jadi terdapar peningkatan 6 siswa atau 18,7 persen. Setelah diadakan perbaikan pada siklus III meningkat dari 20 siswa (62,5%), menjadi 21 siswa (65,1%), jadi terdapat peningkatan 1 siswa atau 3,1 persen. Keaktifan Menjawab Pertanyaan Setelah diadakan perbaikan pada siklus I meningkat dari 2 siswa (6,3%) sebelum perbaikan, menjadi 8 siswa (25,0%) pada siklus I, jadi terdapat peningkatan 6 siswa atau 18,7 persen. Setelah diadakan perbaikan pada siklus II meningkat dari 8 siswa ( 25,0%) pada siklus I menjadi 16 siswa (50,0%) pada siklus II, jadi terdapat peningkatan 8 siswa atau 25,0 persen. Setelah diadakan perbaikan pada siklus III meningkat dari 16 siswa (50.0%) pada siklus II menjadi 17 siswa (53,1%) pada siklus III, jadi terdapat peningkatan 1 siswa 3,1 persen. Keaktifan Diskusi Kelompok Setelah diadakan perbaikan pada siklus I meningkat dari 14 siswa (44,0%) sebelum perbaikan, menjadi 19 siswa (59,4%) pada siklus I, jadi terdapat peningkatan 5 siswa atau 15,6 persen. Setelah diadakan perbaikan siklus II meningkat dari 19 siswa (59,4%) menjadi 25 siswa (78,1%), jadi terdapat peningkatan 6 siswa atau 18,7 persen. Setelah diadakan perbaikan pada siklus III meningkat dari 25 siswa (78,1%) pada siklus II, menjadi 27 siswa (84,4%) pada siklus III, jadi terdapat peningkatan 2 siswa atau 6,3 persen. Peningkatan keaktifan siswa terjadi karena proses pembelajaran melalui pendekatan ini beorientasi pada proses belajar siswa , seperti dinyatakan oleh (Wagiran, 2007) bahwa penggunaan straregi problembased learning dalam pembelajaran memungkinkan terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif bagi siswa untuk belajar, bekerja sama secara efektif dalam interaksi belajar mengajar, dan tugas guru memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa . Dengan demikian, peran siswa dan guru berjalan optimal. Hasil Belajar Siswa Hasil Belajar Siswa 100 80 Nilai Tertinggi 60 Nilai Terendah 40 Nilai Rata-rata 20 0 Pra Siklus Siklus I Siklus II Siklus III Melalui perbaikan pembelajaran menggunakan metode Problem Based Learning dengan cara Diskusi Kelompok ternyata terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang diperoleh melalui tes tulis, pada akhir pembelajaran sebelum perbaikan pada dua kali tatap muka , diperoleh nilai tertinggi 66, nilai terendah 50 dan nilai rata-rata mencapai 58. Pada siklus I perolehan nilai tertinggi 78, nilai terendah 56 dan nilai rata-rata mencapai 65,7. Pada siklus II, perolehan nilai tertinggi 81, nilai terendah 64 dan nilai rata-rata 73,9. Sementara itu, pada siklus III, perolehan nilai tertinggi 89, nilai terendah 70 dan nilai rata-rata 72,1. Menurut Slameto (1995: 3) bahwa perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional. Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri siswa berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya hingga mencapai tingkat yang lebih baik bahkan sempurna Penyelesaian Tugas Individu Kemampuan Siswa Menyelesaikan Tugas Individu 100 Jumlah Siswa Prosentase (%) 50 Nilai Tertinggi 0 Pra Siklus Siklus Siklus Siklus I II III Nilai Terendah Nilai Rata-rata Kepatuhan siswa untuk mengumpulkan tugas individu sesuai waktu yang tersedia nampak kecenderungan semakin meningkat. Kemampuan siswa menyelesaikan tugas individu sebelum perbaikan pada dua kali tatap muka sebanyak ada 21 siswa (65,6%) dengan rincian perolehan nilai tertinggi 62, nilai terendah 40 dan nilai rata-rata mencapai 54. Pada siklus I, jumlah siswa yang mengumpulkan tugas individu ada 22 siswa (68,8%) dengan rincian perolehan nilai tertinggi 76, nilai terendah 60 dan nilai rata-rata mencapai 62. Sedangkan pada siklus II, jumlah siswa yang mengumpulkan tugas individu ada 26 siswa (81,2%) dengan rincian perolehan nilai tertinggi 80, nilai terendah 64 dan nilai ratarata 65,5. Sementara itu, pada siklus III, jumlah siswa yang mengumpulkan tugas individu ada 29 siswa (90,6%) dengan rincian perolehan nilai tertinggi 85, nilai terendah 72 dan nilai rata-rata 74,3. Peningkatan peran siswa dalam mengumpulkan tugas individu ini menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran Problem Based Learning dapat membantu siswa untuk berpikir kreatif sehingga tidak mengalami banyak hambatan ketika harus menyelesaikan tugas individu. Dinyatakan oleh Mudjiman (2007: 56) pembelajaran melalui Problem Based Learning selain membiasakan kerja kelompok juga membiasakan siswa untuk melakukan kegiatan secara mandiri, membiasakan siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran, membiasakan siswa melakukan self assessment dan membiasakan siswa berpikir kreatif. Jika diamati secara seksama tingkat keaktifan siswa , keberhasilan perolehan nilai tes tulis siswa, tingkat kemampuan menyelesaikan tugas individu, terjadi peningkatan secara bertahap dari siklus I menuju siklus berikutnya. Keadaan ini sesuai pendapat yang dinyatakan oleh Mudjiman (2007: 54) bahwa pengetahuan pada dasarnya dibangun secara bertahap melalui partisipasi aktif dalam proses pembelajaran. SIMPULAN DAN SARAN kelas X. IPA1 SMA Negeri 1 Dempet Semester Gasal Tahun Pelajaran 2015/2016 sebesar nilai rata-rata 54,0 pra siklus meningkat menjadi rata-rata 74,3 pada akhir siklus. 2. Saran Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan Problem Based Learning memerlukan managemen waktu yang baik. Mempersiapkan siswa dalam kelompok diskusi memerlukan waktu yang lama jika siswa belum terbiasa belajar berkelompok. Oleh karena itu, perencanaan pembelajaran yang matang perlu dipersiapkan oleh guru. Di sisi lain jika diskusi berjalan dengan cara debat kusir, guru harus pandai mengarahkan dan memotivasi siswa agar proses diskusi dapat berjalan dengan baik dan dapat membantu memecahkan masalah yang sedang didalaminya. 1. Simpulan DAFTAR PUSTAKA Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Penggunaan pembelajaran Problem Based Learning dengan cara Diskusi dapat meningkatkan keaktifan Siswa kelas X. IPA1 SMA Negeri 1 Dempet Semester Gasal Tahun Pelajaran 2015/2016 sebesar : mendengarkan dan mencatat dari pra siklus16 siswa (50,0%) meningkat menjadi 30 siswa (93,8) pada akhir siklus. bertanya ada 3 siswa (9,4%), meningkat menjadi 21 siswa (65,1%) pada akhir siklus, menjawab pertanyaan ada 2 siswa (6,3%), meningkat menjadi 17 siswa (53,1%). 2. Penggunaan pembelajaran Problem Based Learning dengan cara Diskusi dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X. IPA1 SMA Negeri 1 Dempet semester gasal tahun pelajaran 2015/2016 sebesar dari pra siklus rata-rata 58,0 meningkat menjadi rata-rata 72,1 setelah dilakukan penerapan pembelajaran Problem Based Learning. 3. Penggunaan pembelajaran Problem Based Learning dengan cara Diskusi Kelompok dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk menyelesaikan tugas individu, Siswa Albanese, M.A. dan Mitchell, S. 1993. Problem-ba- sed Learning: a Review of The Literature on Outcomes and Implementation Issues. Acade- mic Medicine. Agus Mukholid. 2013. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Yudhestira. Jakarta. Barrows, H.S. & Tamblyn, R.M.. 1980. Problem-based Learning: an Approach to Medical Edu- cation. Springer Publishing. New York. Igak, Wardani. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Mudjiman, H. 2007. Belajar mandiri (self motivated learning). Lembaga Pengembangan Pendidikan UNS. Solo Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Erlangga. Jakarta. Slameto. 1995. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta. Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. PT Grasindo. Jakarta. Pannen, P. 2001. Kontruktivisme dalam pembelajaran. Dirjen Dikti. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta. Proyek DUE-Like Universitas Indonesia. 2002. Panduan Pelaksanaan Collaborative Learning& Problem Based Learning. UI. Depok. Wagiran. 2007. Peningkatan keaktifan siswa dan reduksi miskonsepsi melalui pendekatan Problem Based Learning. Laporan Penelitian. UNY. Yogyakarta. Lilyk Eka Suranny: Pengembangan Pengolahan Pasca Panen…. 43