MEMBANGUN KESIAPAN USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) DI PURWOREJO MENYONGSONG ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Murry Harmawan Saputra [email protected] Universitas Muhammadiyah Purworejo Abstrak Kajian ini bertujuan untuk memaparkan dan menganalisis upaya yang harus dilakukan untuk membangun kesiapan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang ada Kabupaten Purworejo dalam menghadapi implementasi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang akan dimulai pada akhir tahun 2015 ini. Pelaksanaan kesepakatan MEA yang sudah di depan mata, membuat banyak pihak tertarik untuk melakukan kajian secara mendalam mengenai kesiapan UKM baik secara nasional maupun di tingkat daerah-daerah termasuk juga di Kabupaten Purworejo. Tidak dapat dipungkiri, implementasi Masyarakat Ekonomi Asean akan memberikan dampak positif dan negatif bagi industri-industri dan pelaku usaha di daerah. Dampak positif dengan adanya pasar bebas dan terintegrasi dikawasan ASEAN akan dapat dirasakan manfaatnya apabila pelaku usaha lokal telah mempunyai kesiapan dan daya saing terhadap produk yang datang dari luar negeri, demikian sebaliknya dampak negatif akan terasa apabila pelaku usaha lokal maupun nasional tidak produktif dan tidak berdaya saing. Kabupaten Purworejo mempunyai banyak potensi ekonomi dan pelaku UKM diberbagai bidang. Beberapa produk unggulan khas daerah Purworejo diantaranya adalah olahan susu kambing etawa, gula merah, kerajinan bambu, lanting, pembibitan tanaman, berbagai budidaya buah-buahan, pembibitan ikan gurami, jamur tiram, produksi sangkar burung, dan sebagainya. Komoditas-komoditas tersebut merupakan primadona penggerak ekonomi di kabupaten Purworejo yang banyak menyerap tenaga kerja. Namun demikian potensi ekonomi tersebut belum semuanya telah terkelola dengan baik dan mempunyai daya saing yang kuat ketika dihadapkan pada kondisi persaingan bisnis yang ketat. Oleh karena itu diharapkan dengan adanya kajian mengenai bagaimana membangun kesiapan UKM di kabupaten Purworejo ini dalam menyongsong MEA ini, akan bermanfaat dan semakin menambah kapasitas, kapabilitas dan bekal kesiapan para pelaku usaha untuk memperbaiki tata kelola usahanya, sehingga semua UKM di Purworejo akan semakin berdaya saing tinggi dan bahkan mampu memanfaatkan peluang baru dengan adanya implementasi Masyarakat Ekonomi Asean tersebut. Kata-kata kunci: UKM, MEA, Purworejo, produk unggulan, daya saing, manajemen bisnis Persaingan usaha yang semakin PENDAHULUAN ketat saat ini tidak hanya terjadi dan berinovasi sesuai dengan keinginan pada industri-industri besar, tapi juga pasar, agar produk yang mereka hasilkan pada industri skala mikro atau kecil. dapat bersaing dan diterima dengan baik Pelaku Usaha Kecil dan Menengah oleh konsumen. (UKM) harus dapat mengembangkan diri Murry Harmawan Saputra: Membangun Kesiapan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Di Purworejo Menyongsong Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Volume 11, No.3, Agustus 2015 - SEGMEN Jurna Manajemen dan Bisnis |Edisi Khusus Era MEA 1 Implementasi atau penerapan kesepakatan Kabupaten Purworejo merupakan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) akan kabupaten direalisasikan potensi pada akhir tahun 2015. yang mempunyai ekonomi dan banyak pelaku UKM Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) diberbagai bidang. merupakan satu pasar tunggal di kawasan unggulan khas Asia untuk diantaranya adalah olahan susu kambing meningkatkan investasi asing di kawasan etawa, gula merah, kerajinan bambu, Asia Tenggara, termasuk Indonesia yang lanting, pembibitan tanaman, berbagai juga akan membuka arus perdagangan budidaya buah-buahan, pembibitan ikan barang dan jasa dengan mudah ke negara- gurami, jamur tiram, produksi sangkar negara burung, Tenggara, di bertujuan Asia Tenggara. Dalam dan Beberapa daerah sebagainya. produk Purworejo Komoditas- kesepakatan tersebut terdapat lima hal komoditas tersebut merupakan primadona yang tidak boleh dibatasi peredarannya di penggerak seluruh negara Asean termasuk Indonesia, Purworejo yang banyak menyerap tenaga yaitu Arus barang, Arus jasa, Arus modal, kerja. Namun demikian potensi ekonomi Arus investasi dan Arus tenaga kerja tersebut belum semuanya telah terkelola terlatih. Dalam situasi dimaksud yang dengan baik dan mempunyai daya saing menjadi taruhan adalah daya saing, baik yang kuat ketika dihadapkan pada kondisi dari sisi produk maupun sumber daya persaingan bisnis yang ketat. manusia (SDM), karena apabila tidak UKM ekonomi yang di kabupaten merupakan pelaku disiapkan maka ada kemungkinan negeri ekonomi mayoritas adalah salah satu ini akan menjadi pasar dari produk asing komponen dan sebagai pembangunan. Oleh karena itu, kebijakan penonton, karena tidak mampu bersaing pemberdayaan UKM harus sejalan dengan dengan tenaga asing yang lebih ahli. dan mendukung kebijakan pembangunan Pelaksanaan kesepakatan MEA yang sudah di khususnya masyarakat kita hanya depan mata, membuat banyak pihak tertarik untuk melakukan kajian secara mendalam mengenai bagaimana membangun kesiapan UKM baik secara nasional maupun di daerahdaerah termasuk juga kesiapan UKM di Kabupaten Purworejo. penting dalam dalam bidang sistem pertanian, perdagangan dan ekonomi pedesaan. Oleh karena itu, UKM di daerah sudah semestinya berusaha diberikan yang kesempatan seluas-luasnya, dan dijamin kepastian usahanya. Selain itu usaha kecil dan menengah juga perlu Murry Harmawan Saputra: Membangun Kesiapan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Di Purworejo Menyongsong Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Volume 11, No.3, Agustus 2015 - SEGMEN Jurna Manajemen dan Bisnis |Edisi Khusus Era MEA 2 diperluas aksesnya keterjangjauan sumberdaya terhadap tantangan tersendiri bagi pelaku UKM dan sektor ritel di Purworejo. Usaha ritel di mampu pasar tradisional di Purworejo merupakan permodalan produktif agar memanfaatkan kesempatan usaha dan bidang potensi sumberdaya lokal yang tersedia masyarakat Purworejo secara luas, oleh untuk meningkatkan produktivitas dan karena itu masa depan keberlangsungan efisiensi usaha, serta mengembangkan usaha ritel tradisional dan UKM yang lain ragam produk unggulannya. perlu mendapat perhatian dari semua Khusus UKM di bidang perdagangan usaha yang dilakukan oleh pihak, dan perlu dikaji secara mendalam dan usaha ritel, di Purworejo juga telah agar berkembang menjadi industri tersendiri kapabilitas yang sehingga mempunyai daya saing yang menarik. Beberapa faktor mereka pendukung perkembangan usaha ritel memadai. diantaranya adalah cukup terbukanya Kajian dan ini dapat meningkatkan kapasitas usahanya bertujuan untuk usaha memaparkan dan menganalisis upaya memasok yang harus dilakukan berbagai pihak produknya ke retailer (peritel), dan upaya untuk membangun kesiapan Usaha Kecil pemerintah mendorong dan Menengah (UKM) diberbagai bidang pertumbuhan ekonomi dengan cara salah yang ada Kabupaten Purworejo, dalam satunya mengembangkan dan revitalisasi menghadapi beberapa Ekonomi peluang pasar, manufaktur perkembangan yang akan dalam pasar tradisional. perkembangannya industri Dalam ritel juga implementasi Asean (MEA) Masyarakat yang akan dimulai pada akhir tahun 2015 ini. sangat dipengaruhi oleh perubahan yang Diharapkan dengan terjadi di dalam masyarakat, konsumen mengenai bagaimana yang pada awalnya hanya mementingkan kesiapan UKM di kabupaten Purworejo barang dapat dalam menyongsong MEA ini, akan terpenuhi, kini telah bergeser dengan bermanfaat dan semakin menambah bekal bertambahnya mengenai kesiapan para pelaku usaha kecil dan kebersihan, menengah untuk memperbaiki tata kelola kebutuhan masalah sehari-hari kebutuhan kenyamanan, adanya kajian membangun dan usahanya, sehingga semua UKM di kelengkapan barang yang disediakan oleh Purworejo akan semakin berdaya saing pelaku usaha. Hal ini tentu menjadi tinggi dan bahkan mampu memanfaatkan keamanan dalam berbelanja, Murry Harmawan Saputra: Membangun Kesiapan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Di Purworejo Menyongsong Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Volume 11, No.3, Agustus 2015 - SEGMEN Jurna Manajemen dan Bisnis |Edisi Khusus Era MEA 3 adanya berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang implementasi Masyarakat Ekonomi Asean perorangan atau badan usaha yang bukan tersebut. merupakan anak perusahaan atau bukan peluang baru dengan cabang KAJIAN LITERATUR perusahaan dikuasai, Definisi Usaha Kecil atau yang menjadi dimiliki, bagian langsung maupun tidak langsung dari Statistik usaha menengah atau usaha besar yang sebagai memiliki kekayaan bersih lebih dari usaha yang memiliki tenaga kerja lebih Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dari 4 orang . Sedangkan Usaha Kecil sampai sebagaimana dimaksud Undang-undang Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) No.9 Tahun 1995 adalah usaha produktif tidak termasuk tanah dan bangunan yang tempat usaha; atau mememiliki hasil Badan mendefiniskan berskala Pusat Usaha kecil Mikro dan memenuhi dengan paling penjualan Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) Rp.300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan sampai tempat Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima usaha atau memiliki paling hasil banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) tahunan banyak kriteria kekayaan bersih paling banyak penjualan dengan lebih paling dari banyak ratus juta rupiah). Definisi Usaha Menengah Pengertian per tahun serta dapat menerima kredit dari Usaha Menengah bank maksimal di atas Rp50.000.000,- menurut Badan Pusat Statistik adalah (lima puluh juta rupiah) sampai dengan usaha yang memiliki tenaga kerja antara Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah). 20 orang hingga 99 orang. Sedangkan World Bank mendefinisikan Usaha Kecil Usaha Menengah sebagaimana dimaksud atau Small Enterprise, dengan kriteria: Inpres No.10 tahun 1998 adalah usaha Jumlah karyawan kurang dari 30 orang; bersifat produktif yang memenuhi kriteria Pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 kekayaan usaha bersih lebih besar dari juta; Jumlah aset tidak melebihi $ 3 juta. Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) pengertian sampai dengan paling banyak sebesar terbaru mengenai Usaha Kecil menurut Rp.10.000.000.000,00, (sepuluh milyar Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008 rupiah) adalah usaha ekonomi produktif yang bangunan Namun demikian tidak termasuk tempat usaha tanah serta Murry Harmawan Saputra: Membangun Kesiapan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Di Purworejo Menyongsong Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Volume 11, No.3, Agustus 2015 - SEGMEN Jurna Manajemen dan Bisnis |Edisi Khusus Era MEA 4 baik dan dapat menerima kredit dari bank sebesar dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian juta baik langsung maupun tidak langsung rupiah) s/d Rp.5.000.000.000,00 (lima dengan Usaha Kecil atau usaha besar milyar Bank yang memiliki kekayaan bersih lebih dari mendefinisikan Usaha Menengah atau Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta upiah) Medium Enterprise adalah usaha dengan sampai kriteria : Jumlah karyawan maksimal 300 Rp.10.000.000.000,00 orang; rupiah) Rp.500.000.000,00 (lima rupiah). ratus World Pendapatan setahun hingga dengan tidak paling banyak (sepuluh milyar termasuk tanah dan sejumlah $ 15 juta; Jumlah aset hingga bangunan tempat usaha; atau memiliki sejumlah $ 15 juta hasil Sedangkan pengertian Usaha Menengah Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima menurut 20 ratus juta rupiah) sampai dengan paling ekonomi banyak Rp.50.000.000.000,00 (lima puluh produktif yang berdiri sendiri, yang milyar rupiah). Secara detil berbagai dilakukan oleh orang perseorangan atau defisnis badan usaha yang bukan merupakan anak dipaparkan pada Tabel 1.1. tahun Undang-Undang 2008 adalah Nomor usaha penjualan usaha tahunan kecil dan lebih dari menengah perusahaan atau cabang perusahaan yang Tabel 1.1 Definisi UKM dari Berbagai Sumber Organisasi Jenis Usaha Kriteria Badan Pusat Statistik (BPS) Usaha Kecil Pekerja 5 – 19 orang Usaha Menengah Pekerja 20 – 99 orang Bank Indonesia Usaha Mikro Bank Dunia a. Usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin b. Dimiliki oleh keluarga sumber daya lokal dan teknologi sederhana c. Lapangan usaha mudah untuk exit dan entry Usaha Menengah a. Aset < Rp 5 M untuk industri b. Aset < Rp 600 juta diluar tanah & bangunan c. Omzet tahunan < Rp 3 M Usaha Kecil a. Jumlah karyawan < 30 orang b. Pendapatan setahun < $ 3 juta c. Jumlah aset < $ 3 juta Murry Harmawan Saputra: Membangun Kesiapan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Di Purworejo Menyongsong Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Volume 11, No.3, Agustus 2015 - SEGMEN Jurna Manajemen dan Bisnis |Edisi Khusus Era MEA 5 Sebagai acuan utama pengertian ratus juta rupiah) tidak termasuk UKM pada kajian ini mengacu pada tanah dan bangunan tempat usaha; Undang-undang UKM Nomor 20 Tahun atau b. memiliki hasil penjualan tahunan 2008, yaitu: 1) Usaha Mikro adalah usaha produktif lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga milik orang perorangan dan/atau badan ratus juta rupiah) sampai dengan usaha perorangan yang memenuhi kriteria paling Usaha Mikro. Kriteria Usaha Mikro Rp2.500.000.000,00 (dua milyar adalah sebagai berikut: lima ratus juta rupiah). a. memiliki kekayaan bersih paling 3) Usaha banyak Menengah adalah (lima ekonomi produktif yang berdiri sendiri, puluh juta rupiah) tidak termasuk yang dilakukan oleh orang perorangan tanah dan bangunan tempat usaha; atau badan usaha yang bukan merupakan atau anak perusahaan atau cabang perusahaan banyak Rp50.000.000,00 b. memiliki hasil penjualan tahunan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi paling banyak Rp300.000.000,00 bagian baik langsung maupun tidak (tiga ratus juta rupiah). langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha 2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi Besar dengan jumlah kekayaan bersih produktif yang berdiri sendiri, yang atau hasil penjualan tahunan sebagaimana dilakukan oleh orang perorangan atau diatur dalam Undang-Undang ini. Kriteria badan usaha yang bukan merupakan anak Usaha Menengah adalah sebagai berikut: perusahaan atau bukan cabang perusahaan a. memiliki kekayaan bersih lebih dari yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi Rp500.000.000,00 (lima ratus juta bagian baik langsung maupun tidak rupiah) langsung dari Usaha Menengah atau banyak Usaha Besar yang memenuhi kriteria (sepuluh milyar Usaha Kecil. Kriteria Usaha Kecil adalah termasuk tanah sebagai berikut: tempat usaha; atau sampai dengan paling Rp10.000.000.000,00 rupiah) dan tidak bangunan a. memiliki kekayaan bersih lebih b. memiliki hasil penjualan tahunan dari Rp50.000.000,00 (lima puluh lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua juta rupiah) sampai dengan paling milyar banyak Rp500.000.000,00 (lima sampai lima ratus juta rupiah) dengan paling Murry Harmawan Saputra: Membangun Kesiapan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Di Purworejo Menyongsong Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Volume 11, No.3, Agustus 2015 - SEGMEN Jurna Manajemen dan Bisnis |Edisi Khusus Era MEA 6 usaha banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh dilakukan perusahaan sekarang, milyar rupiah). bagaimana dengan kondisi lingkungan 4) Usaha Besar adalah usaha ekonomi (analisis industri, pesaing, sosial politik produktif yang dilakukan oleh badan dan kekuatan kelemahan relatif), dan apa usaha dengan jumlah kekayaan bersih yang seharusnya dilakukan perusahaan. atau hasil penjualan tahunan lebih besar Porter kemudian mengembangkan lima dari Usaha Menengah, yang meliputi kekuatan dalam analisis struktur industri, usaha nasional milik negara atau swasta, yaitu: usaha patungan, dan usaha asing yang industri, melakukan tekanan produk substitusi, daya tawar kegiatan ekonomi di intensitas tantangan persaingan pendatang dalam baru, Indonesia. pembeli dan daya tawar pemasok. Dari Konsep Daya Saing lima kekuatan ini ada tiga strategi dasar keberhasilan, yaitu: kepemimpinan biaya Menurut Porter (1980;56), daya saing (kemampuan/strategi untuk bersaing) dari suatu produk/perusahaan/industri bukan hanya dilihat dari sisi produksi (kemampuan untuk menghasilkan produk yang murah) tetap merupakan kombinasi dari hasil akhir (tujuan/misi) dengan upaya (kebijakan) untuk mencapainya. Upaya ini (yang digambarkan sebagai roda strategi bersaing), bukan hanya upaya produksi saja (manufakturing, lini produk serta pengembangan), penelitian tetapi dan melibatkan keuangan, pemasaran dan target pasar, penjualan, distribusi, pengadaan dan pembelian barang serta tenaga kerja. Dalam merumuskan kemampuan dan strategi bersaing, ada beberapa hal yang harus dijawab, yaitu: apa yang sedang keseluruhan (over-all cost leadership), diferensiasi (differentiation) dan fokus (focus). Penelitian mengenai daya saing industri yang menggunakan pendekatan model Porter telah banyak dilakukan oleh para peneliti terdahulu (Ozlem 2002; Pi-ying dan Lai 2005; Plawgo dan Chapman 1998).Penelitian tersebut juga menggunakan model diamond Porter dengan membuat penyesuaian terhadap berbagai unsur daya saing menurut jenis industri yang di analisis. Pertimbangan utama peneliti dan pengkaji menyesuaikan beberapa unsur dimensi daya saing model diamond Porter ialah: 1. Unsur biaya tenaga kerja dan biaya bahan pada dimensi kondisi faktor sudah termasuk dalam penghitungan Murry Harmawan Saputra: Membangun Kesiapan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Di Purworejo Menyongsong Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Volume 11, No.3, Agustus 2015 - SEGMEN Jurna Manajemen dan Bisnis |Edisi Khusus Era MEA 7 biaya per unit produk. Perusahaan dengan perusahaan lain, seperti: akan lebih berdaya saing manakala penyedia bahan, para perantara, menggunakan bahan baku lokal dan media promosi, dan sebagainya. Daya saing dari perusahaan dapat tenaga kerja lokal, karena lebih ditentukan oleh banyak faktor, tujuh efisien. 2. Unsur ukuran pasar pada dimensi kondisi permintaan menggambarkan kinerja diantaranya yang sangat penting adalah: lebih keahlian atau tingkat pendidikan pekerja, bukan keahlian pengusaha, ketersediaan modal, sistem organisasi dan manajemen yang menggambarkan daya saing. 3. Unsur akses atau cakupan pasar baik (sesuai kebutuhan teknologi, bisnis), pada dimensi kondisi permintaan ketersediaan ketersediaan lebih menggambarkan potensi daya informasi, dan ketersediaan input-input saing. Sehingga bagi perusahaan lainnya seperti energi, dan bahan baku. yang mempunyai akses pasar ke pasar internasional akan lebih Hasil kajian telah penulis himpun berdaya saing. 4. Unsur inovasi dimaknai sebagai penerapan hasil dari gagasan kreatif dalam perusahaan. Didalam lingkungan yang dinamis dewasa ini, Perusahaan dituntut untuk mampu menciptakan gagasan baru secara kreatif dengan menawarkan produk yang inovatif serta peningkatan pelayanan yang dapat memuaskan pelanggan. Inovasi menjadi salah satu faktor kunci dalam KAJIAN DAN PEMBAHASAN keberhasilan usaha dan peningkatan daya saing. 5. Perusahaan akan lebih berdaya saing manakala mempunyai kemampuan dari berbagai sumber yang relevan dan kredibel terkait dengan produk unggulan kabupaten Purworejo dan usaha kecil dan menengah (UKM) di Purworejo. Sumbersumber sebagai bahan kajian tersebut diantaranya berasal data-data yang dikutip dan dianalisa dari Badan Pusat Statistik (BPS) “Produk Kabupaten Domestik Purworejo yaitu Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Purworejo periode 2010-2014” dan Badan Pusat Statistik “Kabupaten Purworejo Dalam Angka 2014”, Bappeda Kabupaten Purworejo, Disperindagkop Kabupaten Purworejo dan sumber-sumber lain yang kredibel. menjalin kerjasama secara baik Murry Harmawan Saputra: Membangun Kesiapan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Di Purworejo Menyongsong Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Volume 11, No.3, Agustus 2015 - SEGMEN Jurna Manajemen dan Bisnis |Edisi Khusus Era MEA 8 1. Kondisi dan Unggulan Potensi Daerah Produk dan UKM masih sangat memerlukan sentuhan manajemen bisnis yang baik. Oleh karena, itu hasil kajian ini sekaligus berupaya Purworejo Berdasarkan fakta, angka, dan data menyampaikan rekomendasi-rekomendasi yang telah penulis himpun dari Badan strategi untuk meningkatkan kesiapan Pusat Statistik Kabupaten Purworejo, usaha kecil dan menengah (UKM) di Badan Perencanaan Daerah Kabupaten kabupaten Purworejo, Perindustrian bersaing dan semakin produktif dalam Perdagangan dan Koperasi Kabupaten rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi Purworejo dan berbagai sumber data yang Asean lain yang kredibel, maka secara umum dilaksanakan. Dinas dapat disampaikan bahwa kondisi dan potensi produk unggulan serta pelaku Purworejo yang agar sebentar mampu lagi 2. Rekomendasi akan Strategi Pengembangan UKM di Purworejo usaha kecil dan menengah (UKM) di Dari hasil pengamatan dan analisa kabupaten Purworejo beberapa telah siap menghadapi persaingan, namun beberapa komoditi juga masih berbenah diri dengan harus banyak serius untuk menghadapi persaingan. Sektor industri kecil dan rumah tangga, perdagangan, pertanian, peternakan, pertambangan, transportasi, berbagai bidang jasa, dan data mengenai kondisi dan potensi usaha kecil dan menengah (UKM) di kabupaten Purworejo yang telah dilakukan, maka dapat direkomendasikan beberapa konsep dan strategi mengenai pemberdayaan masyarakat khususnya UKM di Purworejo sebagai berikut: konstruksi sebagian telah mengalami a. perkembangan dan pertumbuhan yang Permodalan menggembirakan. demikian Salah satu permasalahan yang dihadapi sebagian besar produk unggulan daerah UKM di Purworejo adalah aspek seperti olahan susu kambing etawa, gula permodalan. merah, lanting, kapital di kalangan pengusaha mikro, pembibitan tanaman, berbagai budidaya kecil, dan menengah, merupakan salah buah-buahan, pembibitan ikan gurami, satu jamur tiram, produksi sangkar burung, perkembangan usaha dan rendahnya dan hasil-hasil kerajinan dan pertanian surplus usaha di sektor usaha mikro, kerajinan Namun bambu, Kemudahan dalam Lambannya penyebab Akses akumulasi lambannya laju Murry Harmawan Saputra: Membangun Kesiapan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Di Purworejo Menyongsong Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Volume 11, No.3, Agustus 2015 - SEGMEN Jurna Manajemen dan Bisnis |Edisi Khusus Era MEA 9 kecil dan menengah. Faktor modal juga menengah, adalah dengan menjamin menjadi tidak kredit mereka di lembaga kuangan munculnya usaha-usaha baru di luar yang ada, dan atau memberi subsidi sektor ekstraktif. Oleh sebab itu dalam bunga pemberdayaan pemecahan lembaga keuangan. Cara ini selain dalam aspek modal ini penting dan mendidik mereka untuk bertanggung memang harus dilakukan. jawab terhadap pengembalian kredit, salah satu sebab UKM Yang perlu dicermati dalam usaha pemberdayaan UKM melalui aspek permodalan ini adalah: (1) bagaimana pemberian bantuan modal ini tidak menimbulkan ketergantungan; (2) bagaimana pemecahan aspek modal ini dilakukan melalui penciptaan sistem atas pinjaman juga dapat mereka menjadi wahana bagi mereka untuk terbiasa bekerjasama dengan lembaga keuangan yang ada, serta membuktikan kepada lembaga keuangan bahwa tidak ada alasan untuk diskriminatif dalam pemberian pinjaman. yang kondusif baru usaha mikro, usaha b. Bantuan Pembangunan Prasarana kecil, dan usaha menengah untuk Usaha mendorong produktivitas dan mendapatkan mendorong tumbuhnya usaha, tidak keuangan; akses (3) penggunaan di lembaga bagaimana atau skema akan memiliki arti penting bagi kebijakan masyarakat, kalau hasil produksinya pengalokasian modal ini tidak terjebak tidak dapat dipasarkan, atau kalaupun pada perekonomian subsisten. Tiga hal dapat dijual tetapi dengan harga yang ini penting untuk dipecahkan bersama. amat Inti pemberdayaan adalah kemandirian komponen masyarakat. Pemberian hibah modal pemberdayaan UKM di Purworejo kepada kurang adalah dengan pembangunan prasarana untuk produksi dan pemasaran. Tersedianya mendidik masyarakat, selain masyarakat bertanggungjawab kepada dirinya rendah. prasarana Oleh penting pemasaran sebab, dalam dan itu usaha atau sendiri, juga akan dapat mendistorsi transportasi dari lokasi produksi ke pasar uang. Oleh sebab itu, cara yang pasar, cukup elegan dalam memfasilitasi pemasaran dan pada akhirnya akan pemecahan masalah permodalan untuk meningkatkan penerimaan petani dan akan mengurangi usaha mikro, usaha kecil, dan usaha Murry Harmawan Saputra: Membangun Kesiapan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Di Purworejo Menyongsong Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Volume 11, No.3, Agustus 2015 - SEGMEN Jurna Manajemen dan Bisnis |Edisi Khusus Era MEA 10 di rantai pengusaha mikro, pengusaha kecil, dan dilakukan pengusaha menengah. Artinya, dari sisi individual. Pendekatan individual ini pemberdayaan ekonomi, maka proyek tidak pembangunan prasarana pendukung memuaskan, oleh sebab itu, semenjak desa tertinggal, memang strategis. tahun c. Pelatihan Kapasitas dan Kapabilitas Pelaku UKM melalui memberikan 80-an, pendekatan hasil pendekatan dilakukan adalah kelompok. Alasannya yang yang pendekatan adalah, akumulasi kapital akan sulit dicapai di Sebagian besar pelaku usaha kecil dan menengah umumnya belum memiliki dan menerapkan manajemen usaha atau manajemen bisnis yang baik dalam usahanya. Dari hasil obervasi yang penulis lakukan pada pelaku usaha di Purworejo, bahkan sebagian UKM yang mereka tekuni adalah usaha yang sifatnya turun temurun dari orang tuanya saja, tanpa upaya pengembangan lebih lanjut. Oleh karena itu, pelatihan untuk peningkatan kemampuan manajerial baik dalam bidang: manajemen manajemen operasi/produksi, manajemen maupun pemasaran, keuangan/ manajemen pembukuan, sumberdaya manusia menjadi sesuatu yang harus dilakukan untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas pelaku UKM di Purworejo. akumulasi kapital harus dilakukan bersama-sama dalam wadah kelompok atau usaha bersama. Demikian pula dengan masalah distribusi, orang miskin mustahil dapat mengendalikan distribusi hasil produksi dan input produksi secara individual. Melalui kelompok, mereka dapat membangun kekuatan distribusi. untuk ikut menentukan Pengelompokan atau pengorganisasian ekonomi diarahkan pada kemudahan untuk memperoleh akses modal ke lembaga keuangan yang telah ada, dan untuk membangun skala usaha yang ekonomis. Aspek kelembagaan yang lain adalah dalam hal kemitraan antar skala usaha dan jenis usaha, pasar barang, dan pasar input produksi. Aspek kelembagaan ini penting untuk ditangani dalam rangka d. Pengembangan Skala Usaha Pemberdayaan masyarakat kalangan orang miskin, oleh sebab itu lemah, ekonomi pada pemberdayaan ekonomi masyarakat pada dan UKM di Purworejo. mulanya Murry Harmawan Saputra: Membangun Kesiapan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Di Purworejo Menyongsong Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Volume 11, No.3, Agustus 2015 - SEGMEN Jurna Manajemen dan Bisnis |Edisi Khusus Era MEA 11 e. Pengembangan Jaringan Usaha, Upaya mengembangkan jaringan UKM di Purworejo ini dapat dilakukan dengan berbagai macam pola jaringan misalnya dalam bentuk jaringan sub maupun pengembangan kluster. Pola-pola jaringan semacam ini sudah terbentuk akan tetapi dalam realiatasnya masih belum berjalan optimal. Pola jaringan usaha melalui sub kontrak dapat dijadikan sebagai alternatif bagi eksistensi UKM di Indonesia. Meskipun sayangnya banyak industri kecil yang justru tidak memiliki jaringan sub kontrak dan keterkaitan dengan perusahaan- perusahaan besar sehingga eksistensinya pun menjadi pengembangan jaringan pemasaran dapat dilakukan dengan Pemasaran dan Kemitraan kontrak Upaya sangat rentan. Sedangkan pola pengembangan jaringan melalui pendekatan kluster, diharapkan menghasilkan produk oleh produsen yang berada di dalam klaster berbagai macam strategi misalnya kontak dengan berbagai pusat-pusat informasi bisnis, asosiasi-asosiasi dagang baik di dalam maupun di luar negeri, pendirian dan pembentukan pusat-pusat data bisnis UKM serta pengembangan situs-situs Purworejo melalui internet. Penguatan ekonomi rakyat melalui pemberdayaan UKM, tidak berarti mengalienasi pengusaha besar atau kelompok ekonomi pemberdayaan kuat. Karena memang bukan menegasikan yang lain, tetapi give power to everybody. Pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi adalah penguatan bersama, dimana yang besar hanya akan berkembang kalau ada yang kecil dan menengah, dan yang kecil akan berkembang kalau ada yang besar dan menengah. bisnis sehingga mempunyai peluang Daya saing yang tinggi hanya ada jika untuk yang ada keterkaiatan antara yang besar mempunyai keunggulan kompetitif dan dengan yang menengah dan kecil. dapat bersaing di pasar global. Selain Sebab jaringan usaha, jaringan pemasaran produksi yang adil, efisiensi akan juga menjadi salah satu kendala yang terbangun. Oleh sebab itu, melalui selama kemitraan dalam bidang permodalan, menjadi ini juga produk menjadi faktor penghambat bagi Usaha Kecil dan hanya kemitraan dengan dalam keterkaitan proses Menengah (UKM) untuk berkembang. Murry Harmawan Saputra: Membangun Kesiapan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Di Purworejo Menyongsong Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Volume 11, No.3, Agustus 2015 - SEGMEN Jurna Manajemen dan Bisnis |Edisi Khusus Era MEA 12 UKM produksi, kemitraan dalam distribusi, masing- the job training, pemagangan dan kerja masing pihak akan diberdayakan. sama usaha. Selain itu, juga perlu f. Pengembangan Sumber Daya diberi kesempatan untuk menerapkan hasil pelatihan di lapangan untuk Manusia mempraktekkan Sumber faktor daya manusia penting bagi merupakan setiap usaha termasuk juga di sektor usaha kecil. Keberhasilan industri skala kecil untuk menembus pasar global atau menghadapi produk-produk impor di pasar domestik kemampuan industri ditentukan oleh pelaku-pelaku kecil dalam tersebut mengembangkan untuk produk-produk usahanya sehingga tetap dapat eksis. Kelemahan utama pengembangan usaha kecil menengah di Indonesia adalah karena kurangnya ketrampilan sumber daya manusia. Manajemen yang ada relatif masih tradisional. teori pengembangan melalui kemitraan rintisan. Oleh karena itu dalam pengembangan kualitas sumber pemerintah daya Kabupaten manusia, Purworejo dapat melibatkan Perguruan Tinggi yang ada di Purworejo untuk berkontribusi aktif, secara bersamasama, dan bahu membahu dalam membangun dan meningkatkan kualitas SDM para pelaku usaha di wilayah kabupaten Purworejo. Selain itu, salah satu bentuk pengembangan sumber daya manusia di sektor UKM adalah Pendampingan. Pendampingan UKM memang perlu dan penting. Tugas utama pendamping Oleh karena itu dalam pengembangan ini adalah memfasilitasi proses belajar usaha kecil menengah, pemerintah atau refleksi dan menjadi mediator perlu meningkatkan pendidikan dan untuk penguatan kemitraan baik antara pelatihan dan usaha mikro, usaha kecil, maupun aspek usaha menengah dengan usaha besar. dan Yang perlu dipikirkan bersama adalah pengetahuan serta ketrampilan dalam mengenai siapa yang paling efektif pengembangan menjadi Menengah bagi baik kewiraswastaan, kualitas Usaha SDM Kecil dalam administrasi usaha. Peningkatan dilakukan pendamping masyarakat. melalui Pengalaman empirik dari pelaksanaan berbagai cara seperti pendidikan dan IDT, P3DT, dan PPK, dengan adanya pelatihan, seminar dan lokakarya, on pendamping, ternyata menyebabkan Murry Harmawan Saputra: Membangun Kesiapan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Di Purworejo Menyongsong Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Volume 11, No.3, Agustus 2015 - SEGMEN Jurna Manajemen dan Bisnis |Edisi Khusus Era MEA 13 biaya transaksi bantuan modal menjadi lokasi-lokasi Usaha Kecil Menengah sangat mahal. Selain itu, pendamping dan peningkatan kerjasama eksitu yang diberi upah, ternyata juga asosiasi-asosiasi masih membutuhkan biaya pelatihan perguruan Tinggi atau pusat-pusat yang tidak kecil. Oleh sebab itu, untuk penelitian menjamin teknologi UKM. keberlanjutan pendampingan, sudah saatnya untuk dipikirkan pendamping insitusi UKM untuk antara dengan pengembangan h. Mewujudkan Iklim Bisnis yang Lebih Kondusif (Perguruan Tinggi), bukan pendamping yang sifatnya sementara. Sebab proses Perkembangan Usaha Kecil pemberdayaan bukan proses satu dua Menengah akan sangat tahun, tetapi proses puluhan tahun. dengan ada atau tidaknya iklim bisnis ditentukan yang menunjang perkembangan Usaha g. Peningkatan Akses Teknologi Kecil Menengah. Persoalan yang Penguasaan teknologi merupakan salah selama ini terjadi iklim bisnis kurang satu faktor penting bagi pengembangan kondusif Usaha Kecil dan Menengah. Di perkembangan usaha seperti terlihat negara-negara maju keberhasilan usaha dengan masih rendahnya pelayanan kecil oleh publik, kurangnya kepastian hukum penguasaan dan berbagai peraturan daerah yang menengah kemampuan ditentukan akan teknologi. Strategi menunjang tidak pro bisnis merupakan bukti dilakukan dalam peningkatan akses adanya iklim yang kurang kondusif. teknologi bagi pengembangan usaha Oleh karena perbaikan iklim bisnis kecil menengah adalah memotivasi yang lebih kondusif dengan melakukan berbagai lembaga penelitian teknologi reformasi dan deregulasi perijinan bagi yang lebih yang dalam perlu berorientasi untuk UKM merupakan salah satu strategi teknologi sesuai yang tepat untuk mengembangkan Purworejo, UKM di Purworejo. Dalam hal ini pengembangan pusat inovasi desain perlu ada upaya untuk memfasilitasi sesuai pasar, terselenggaranaya lingkungan usaha pengembangan pusat penyuluhan dan yang efisien secara ekonomi, sehat difusi teknologi yang lebih tersebar ke dalam peningkatan kebutuhan UKM dengan di kebutuhan persaingan dan Murry Harmawan Saputra: Membangun Kesiapan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Di Purworejo Menyongsong Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Volume 11, No.3, Agustus 2015 - SEGMEN Jurna Manajemen dan Bisnis |Edisi Khusus Era MEA 14 dan non keberlangsungan berkembangnya UKM meliputi perbaikan dan peningkatan kinerja UKM. Selain sarana dan prasarana, akses perbankan itu untuk dan perbaikan iklim ekonomi yang lebih berbagai baik untuk mendukung dan meningkatkan diskriminatif bagi perlu ada melakukan tindakan penghapusan pungutan yang tidak tepat, keterpaduan daya kebijakan meningkatkan pangsa pasar. Pemerintah lintas sektoral, serta saing mereka daerah praktek-praktek sekaligus pembuat regulasi juga harus yang tidak sehat dan usahah didukung mendorong pemegang untuk pengawasan dan pembelaan terhadap persaingan sebagai serta dan otoritas memfasilitasi penyempurnaan perundang-undangan meningkatkan kualitas sarana dan serta pengembangan kelembagaan. prasarana di pasar tradisional, agar pelaku UKM di Purworejo benar-benar siap PENUTUP bersaing, mempunyai daya saing, semakin Dari kajian ini dapat disimpulkan bahwa usaha kecil dan menengah (UKM) memiliki peranan penting produktif, dan siap menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean. dalam perekenomian lokal daerah, khususnya DAFTAR PUSTAKA dalam menggerakkan aktivitas ekonomi Badan Pusat Statistik Kabupaten Purworejo, 2014, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Purworejo periode 2010-2014, Nomor Publikasi. 33065.15.01 Badan Pusat Statistik Kabupaten Purworejo, 2014, Kabupaten Purworejo Dalam Angka 2014, ISSN.0215-6088 regional dan penyediaan lapangan kerja di Kabupaten Purworejo. Namun demikian industri UKM berbagai masih masalah menghadapi mendasar, yaitu masalah produktifitas, kualitas produk, pemasaran dan sustainability Diperlukan berbagai kebijakan usaha. yang bersifat terobosan untuk memotong mata rantai maslah yang dihadapi UKM, khususnya untuk mengatasi beberapa hal yang menjadi hambatan dalam bidnag pengembangan produk dan pemasaran. Adapun regulasi dari pemerintah yang diperlukan untuk memberikan peluang Cravens, David W., 2000, Pemasaran Strategis, Edisi Keempat, Alih Bahasa Lina Salim, Jakarta : Erlangga. Dharmmesta, B.S., dan Irawan, 2005, Manajemen Pemasaran Modern, Edisi Kedua, Yogyakarta : Liberty. Murry Harmawan Saputra: Membangun Kesiapan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Di Purworejo Menyongsong Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Volume 11, No.3, Agustus 2015 - SEGMEN Jurna Manajemen dan Bisnis |Edisi Khusus Era MEA 15 Kotler, Philip dan Gary Armstrong, 2001, Prinsip-Prinsip Pemasaran, Jakarta: Erlangga. Mowen, John C., dan Michael Minor, 2002, Perilaku Konsumen, Jakarta : Erlangga. Levy, M. dan Weits B. A., 2004, Retailing Management, Fifth Edition, New York: McGraw Hill, Inc. Sutisna, 2003, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, Bandung : Remaja Rosdakarya. Tjiptono, Fandy, 2000, Strategi Pemasaran, Yogyakarta : Andy Offset. Murry Harmawan Saputra: Membangun Kesiapan Usaha Kecil Dan Menengah (UKM) Di Purworejo Menyongsong Era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Volume 11, No.3, Agustus 2015 - SEGMEN Jurna Manajemen dan Bisnis |Edisi Khusus Era MEA 16