Vol.09/No.02/Januari 2017 ISSN: 2303-3738 PENGGUNAAN METODE NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) DALAM PEMBELAJARAN OTOMOTIF UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS, KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA SMK NEGERI 1 WADASLINTANG Oleh : Singgih Haryono. Pendidikan Teknik Otomotif, FKIP, Universitas Muhammadiyah Purworejo. Email : [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendiskripsikan proses penerapan metode Number Head Together (NHT) pada mata pelajaran sistem bahan bakar konvensional sepeda motor pada siswa kelas XI Siswa SMK Negeri 1 Wadaslintang. (2) mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode Number Head Together (NHT) pada mata pelajaran sistem bahan bakar konvensional sepeda motor pada siswa kelas XI Siswa SMK Negeri 1 Wadaslintang. (3) mendeskripsikan peningkatan aktivitas siswa dalam belajar setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode Number Head Together (NHT) pada mata pelajaran sistem bahan bakar konvensional sepeda motor pada siswa kelas XI Siswa SMK Negeri 1 Wadaslintang. (4) mendeskripsikan peningkatan kerjasama siswa dalam belajar setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode Number Head Together (NHT) pada mata pelajaran sistrtem bahan bakar konvensional sepeda motor pada siswa kelas XI Siswa SMK Negeri 1 Wadaslintang Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI TKR SMK Negeri 1 Wadaslintang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa lembar hasil observasi sebelumnya dan soal tes dan diujikan menggunakan validitas instrumen. Observasi dilakukan dengan mengacu pada lembar observasi. Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis, yaitu sejumlah pertanyaan dan disusun berdasarkan indikator-indikator yang telah ditetapkan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan pada siklus I, angka ketuntasan siswa naik 12,13% (bertambah 4 siswa dari siklus awal). Dan pada siklus II, angka ketuntasan siswa naik 48,48% (bertambah 16 siswa dari siklus I). Pada siklus I, nilai rata-rata mengalami kenaikan sebesar 5,00 dari studi awal. Dan pada siklus II, nilai rata-rata mengalami kenaikan sebesar 6,67 dari sikulus I (atau bertambah 11,67 dari studi awal). Ketuntasan siswa dalam aktivitas pada studi awal, siswa yang menunjukkan aktivitas belajar 13 siswa atau 39,39%. Pada siklus I, siswa yang menunjukkan aktivitas belajar 17 siswa atau 51,52%. Pada siklus II, siswa yang menunjukkan aktivitas belajar 33 siswa atau 100%. Pada studi awal ke siklus I, aktivitas belajar siswa naik 12,13%. Pada siklus I ke siklus II, aktivitas belajar siswa naik 48,48%; Ketuntasan siswa dalam hal kerjasama pada studi awal, siswa 176 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo Vol.09/No.02/Januari 2017 ISSN: 2303-3738 yang menunjukkan kerjasama belajar 11 siswa atau 33,33%. Pada siklus I, siswa yang menunjukkan kerjasama belajar 19 siswa atau 57,58%. Pada siklus II, siswa yang menunjukkan kerjasama belajar 33 siswa atau 100%. Pada studi awal ke siklus I, kerjasama belajar siswa naik 24,25%. Pada siklus I ke siklus II, kerjasama belajar siswa naik 42,42%; Kata Kunci : Number Head Together (NHT), aktivitas, kerjasama, hasil belajar PENDAHULUAN Kualitas kehidupan suatu bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, terbuka dan demokratis. Salah satu diantara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya mutu pendidikan. Hal ini tercermin dari rendahnya rata-rata prestasi belajar. Masalah lain adalah bahwa metode dalam pembelajaran masih terlalu didominasi oleh guru (teacher centered). Guru lebih banyak menempatkan siswa sebagai objek dan bukan sebagai subjek. Pendidikan kurang memberikan kesempatan kepada siswa dalam berbagai mata pelajaran untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif, objektif, dan logis. Sehingga masih banyak siswa yang tidak menguasai materi pembelajaran meskipun sudah dinyatakan tamat dari sekolah. Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini nenuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo 177 Vol.09/No.02/Januari 2017 ISSN: 2303-3738 kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”(Ngalim Purwanto,2009). Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Dunia pendidikan terdapat beraneka ragam kegiatan yang dapat dilaksanakan di dalamnya. Kegiatan pendidikan itu amat banyak macamnya, antara lain disebabkan beraneka ragamnya segi kepribadian yang harus dibina oleh pendidikan. Maka dapat dijelaskan pendidikan adalah suatu usaha meningkatkan diri dalam segala aspeknya yang melibatkan guru maupun yang tidak melibatkan guru. Pada dasarnya pendidikan lebih menitik beratkan pada pembentukan dan pengembangan kepribadian. Untuk mewujudkan hal ini, maka proses pendidikan selalu berkaitan erat dengan pembelajaran. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan suatu pembelajaran. Dijelaskan juga bahwa pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru. Pengertian di atas memberikan penjelasan bahwa pendidikan adalah terbentuknya kecerdasan dan keterampilan seseorang yang dapat berguna bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Artinya masa depan bangsa dan negara ditentukan sejauh mana pendidikan bangsa Indonesia dan seberapa kecerdasan dan kemampuan yang dimiliki masyarakat untuk dapat membangun negaranya agar mampu dan berkembang. Oleh sebab itu berkembangnya suatu pendidikan sangatlah tergantung dengan proses pembelajaran. Proses pembelajaran tersebut pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan ajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran. 178 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo Vol.09/No.02/Januari 2017 ISSN: 2303-3738 Proses pembelajaran yang sukses dapat meningkatkan mutu pendidikan. Oleh sebab itu dalam meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggungjawab semua pihak yang terlibat dalam pendidikan terutama bagi guru sekolah dasar dan yang merupakan ujung tombak dalam pendidikan dasar. Guru sekolah dasar adalah pihak yang paling berperan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan dapat bersaing dipesatnya jaman perkembangan teknologi. Guru sekolah dasar dalam setiap pembelajaran selalu menggunakan pendekatan, strategi, metode dan model pembelajaran yang dapat memudahkan siswa memahami materi yang diajarkannya, namun masih sering terdengar keluhan dari para guru di lapangan tentang materi pelajaran yang terlalu banyak dan keluhan kekurangan waktu untuk mengajarkan semua. Berdasarkan hasil pengamatan, dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas tentang penggunaan model pembelajaran yang variatif masih kurang mendominasi dan guru cenderung menggunakan model yang monoton pada setiap pembelajaran yang dilakukannya. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya penguasaan guru terhadap model-model pembelajaran yang ada, padahal penguasaan terhadap model-model pembelajaran sangat diperlukan untuk meningkatkan kemampuan guru profesional. Oleh sebab itulah dalam suatu proses pembelajaran diperlukan guru profesional agar tujuan dalam pembelajaran sesuai dengan apa yang diinginkan. Guru profesional adalah guru yang mempunyai keahlian khusus sehingga dapat mengembangkan keahliannya tersebut disertai dengan visi yang tepat dan diiringi dengan inovasi. Guru profesional harus dapat membangkitkan minat pada siswa untuk aktif berfikir serta mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran yang diberikan serta menggunakan model yang bervariasi. Profesionalisme seorang guru juga merupakan suatu keharusan dalam mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman tentang pembelajaran, kurikulum, dan pengembangan manusia termasuk gaya belajar. Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo 179 Vol.09/No.02/Januari 2017 ISSN: 2303-3738 Berdasarkan pengertian di atas bahwa guru profesional harus mampu memberikan motivasi, inovasi serta dapat membangkitkan minat pada siswa untuk aktif berfikir serta mencari dan menemukan sendiri sehingga bertujuan untuk mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan. Selain itu dapat diketahui bahwa keberhasilan pelaksanaan program pengajaran di sekolah berhubungan erat dengan sikap profesionalisme guru. Banyak hal yang bisa dilakukan oleh guru dalam usaha meningkatkan prestasi siswanya. Dalam hal belajar, sikap profesionalisme guru sangat penting dan merupakan syarat mutlak untuk guru. Dengan adanya guru profesional seperti ini, maka dapat diharapkan pembelajaran akan berjalan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Seperti halnya pada mata pelajaran Otomotif di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Proses pembelajaran khususnya pembelajaran sistem bahan bakar konvensional pada sepeda motor akan lebih efektif dan bermakna apabila siswa lembih aktif dan berkerjasama. Salah satu ciri kebermaknaan dalam proses belajar mengajar adalah adanya keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar. Aktivitas dan kerjasama merupakan suatu sikap berperan serta, ikut serta, keterlibatan, atau proses belajar bersama saling memahami, menganalisis, merencanakan dan melakukan tindakan. Berdasarkan observasi yang telah pada saat kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) pada tanggal 11 Agustus 2014 sampai 11 Oktober 2014 peneliti mendapatkan bahwa prestasi belajar Otomotif pada materi Produktif (KK) untuk siswa kelas XI ternyata masih rendah. Dengan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolah yaitu 70, data yang diberikan guru menunjukkan rata-rata hasil ujian akhir semester genap tahun ajaran 2014/2015 dari kelas XI sebesar 57,16 dengan banyaknya siswa yang tuntas hanya 44% siswa dari keseluruhan 96 siswa. Kebanyakan siswa kurang menguasai materi dan juga kurang aktif dan bekerjasama dengan siswa lain dalam mengikuti pembelajaran. Kenyataan di sekolah menunjukan bahwa proses belajar mengajarsistem bahan bakar konvensinal pada sepeda motor yang berlangsung di kelas sebenarnya telah 180 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo Vol.09/No.02/Januari 2017 ISSN: 2303-3738 melibatkan siswa, misalnya siswa mendengar guru menerangkan, membaca dan mencatat pelajaran yang diberikan. Tetapi sebagian besar siswa terlibat jarang mengajukan pertanyaan atau mengutaran pendapatnya walaupun guru telah berulang kali meminta agar siswa jika ada hal-hal yang kurang jelas, banyak siswa terlihat malas, tidak percaya diri mengerjakan soal-soal latihan dan baru akan mengerjakan setelah soal selesai dikerjakan oleh guru atau siswa lain yang lebih aktif. Pelajaran Sistem bahan bakar konvesional pada sepeda motor tidak segera dikuasai dengan mendengarkan dan mencatat saja, masih perlu lagi kerjasama dengan siswa dalam kegiatan lain seperti mengerjakan tugas, mengerjakan latihan, mengerjakan PR, maju ke depan kelas, mengadakan diskusi, mengeluarkan ide atau gagasan. Perubahan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan aktivitas, kerjasama dan hasil belajar dalam pembelajaran sistem bahan bakar yakni dengan adanya pembelajaran kooperatif sebagai alternatif untuk dapat meningkatkan pemahaman dan ketuntasan hasil belajar siswa. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang melibatkan aktivitas dan kerjasama siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar dan bekerja sama dengan anggota lainnya. Pembelajaran kooperatif ini mengenal berbagai macam tipe, salah satu pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan kemampuan akademik adalah metode Number Head Together (NHT) Metode ini memberikan kepada para siswa waktu untuk berfikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain. Salah satu model pembelajaran yang cocok yaitu dapat merubah gaya belajar dari siswa pasif menjadi siswa aktif yaitu Number Heads Together (NHT) dengan pendekatan kontruktivisme, dalam pembelajaran ini pada umumnya digunakan untuk melibatkan siswa dalam penguatan pemahaman pembelajaran atau mengecek pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran (Widyantini, 2006:7). Model ini menerapkan salah satu metode diskusi kelompok yang sangat baik untuk membuat siswa belajar memiliki rasa tanggung jawab besar terhadap Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo 181 Vol.09/No.02/Januari 2017 ISSN: 2303-3738 kelompoknya. Dan model ini memberi semua siswa kesempatan yang sama untuk memberikan jawaban dalam kelas besar setelah berlangsungnya diskusi kelompok. Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk mengambil judul penelitian “Penggunaan Metode Number Head Together (NHT) dalam pembelajaran Otomotif untuk meningkatkan Aktivitas, Kerjasama Dan Hasil Belajar Siswa SMK Negeri 1 Wadaslintang” METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Trianto (2011: 15), “penelitian tindakan kelas merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan oleh guru sendiri ketika mendapatkan permasalahan dalam pembelajaran dan mencarikan solusinya dalam upaya memperbaiki kualitas dalam pembelajaran”. Penelitian ini dilaksanakan di SMK N 1 Wadaslintang. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2016. Subjek penelitian berdasarkan hasil observasi maka ditetapkan siswa kelas XI TKR SMK Negeri 1 Wadaslintang. Pemilihan ini berdasarkan atas pertimbangan bahwa siswa kelas XI TKR pada umunya diyakini mampu melakukan aktivitas dan kerjasama sesuai dengan tindakan kelas yang dirancanakan dan yang akan diterapkan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan tiga metode yaitu metode dokumentasi, observasi, tes, dan angket. Teknik analisis data dilakukan dengan menghitung rerata dan persentase pada skor siswa. Dari nilai persen yang diperoleh kemudian menentukan tingat persentase keaktivan dan kerjasama dalam belajar, menurut (Ngalim Purwanto, 2010 : 103) kategori penggolongan nilai rata-rata. 182 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo Vol.09/No.02/Januari 2017 ISSN: 2303-3738 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 1. Siklus I Alternatif pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk mengatasi rendahnya aktivitas, kerjasama dan hasil belajar siswa mengalami kenaikan atau lebih baik dari sebelumnya di kelas XI SMK Negri I Wadaslintang. Intervensi yang peneliti lakukan dengan mengimplementasikan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ternyata menimbulkan ketertarikan bagi anak, sehingga berimplentasi pada aktivitas dan kerjasama dalam belajar yang akhirnya ternyata berkorelasi positif dengan peningkatan pemahaman siswa. Disamping itu kehadiran model pembelajaran dalam proses pembelajaran telah mampu mempermudah siswa dalam belajar. Semakin baik dan tepat metode yang digunakan, makin efektif pula pencapaian tujuan pembelajaran. 2. Siklus II Setelah dilakukan intervensi terhadap kelemahan hasil refleksi pada siklus I, peneliti menggunakan variabel lain untuk meningkatkan aktivitas dan kerjasama dalam belajar siswa yang nantinya diharapkan memberi konstribusi jumlah anggota untuk setiap anggota kelompok kerja siswa, ternyata upaya tersebut dapat memberikan konstribusi yang signifikan. Faktor lain yang turut memberikan konstribusi terhadap peningkatan kemampuan pemahaman ataupun hafalan siswa adalah dengan diberikannya kesempatan kepada siswa untuk melakukan kerja sama atau saling bertuka pikiran dengan teman sekelompoknya. Sehingga memberikan pengalaman nyata untuk dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan siswa. Ketuntasan dalam hal hasil belajar siswa pada siklus I, angka ketuntasan siswa naik 12,13% (bertambah 4 siswa dari siklus awal). Dan pada siklus II, angka ketuntasan siswa naik 48,48% (bertambah 16 siswa dari siklus I). Pada Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo 183 Vol.09/No.02/Januari 2017 ISSN: 2303-3738 siklus I, nilai rata-rata kelas mengalami kenaikan sebesar 5,00 dari studi awal. Dan pada siklus II, nilai rata-rata kelas mengalami kenaikan sebesar 6,67 dari sikulus I (atau bertambah 11,67 dari studi awal). Ketuntasan siswa dalam hal aktivitas pada studi awal, siswa yang menunjukkan aktivitas belajar 13 siswa atau 39,39%. Pada siklus I, siswa yang menunjukkan aktivitas belajar 17 siswa atau 51,52%. Pada siklus II, siswa yang menunjukkan aktivitas belajar 33 siswa atau 100%. Pada studi awal ke siklus I, aktivitas belajar siswa naik 12,13%. Pada siklus I ke siklus II, aktivitas belajar siswa naik 48,48%; Ketuntasan siswa dalam hal kerjasama pada studi awal, siswa yang menunjukkan kerjasama belajar 11 siswa atau 33,33%. Pada siklus I, siswa yang menunjukkan kerjasama belajar 19 siswa atau 57,58%. Pada siklus II, siswa yang menunjukkan kerjasama belajar 33 siswa atau 100%. Pada studi awal ke siklus I, kerjasama belajar siswa naik 24,25%. Pada siklus I ke siklus II, kerjasama belajar siswa naik 42,42%; Di samping hal tersebut di atas, faktor lain yang turut memberikan konstribusi terhadap peningkatan pemahaman siswa ataupun hafalan pada setiap siswa adalah alokasi waktu tes dan lembar jawab. Waktu belajar lebih efisien karena siswa tidak lagi membuang sebagian waktunya untuk mencatat soal di papan tulis dan menyediakan lembar jawab. SIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan yang dikemukakan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Alternatif pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk mengatasi rendahnya aktivitas, kerjasama dan hasil belajar siswa mengalami kenaikan atau lebih baik dari sebelumnya di kelas XI SMK Negri I Wadaslintang. 184 Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo Vol.09/No.02/Januari 2017 ISSN: 2303-3738 2. Ketuntasan dalam hal hasil belajar siswa pada siklus I, angka ketuntasan siswa naik 12,13% (bertambah 4 siswa dari siklus awal). Dan pada siklus II, angka ketuntasan siswa naik 48,48% (bertambah 16 siswa dari siklus I). Pada siklus I, nilai rata-rata kelas mengalami kenaikan sebesar 5,00 dari studi awal. Dan pada siklus II, nilai rata-rata kelas mengalami kenaikan sebesar 6,67 dari sikulus I (atau bertambah 11,67 dari studi awal). 3. Ketuntasan siswa dalam hal aktivitas pada studi awal, siswa yang menunjukkan aktivitas belajar 13 siswa atau 39,39%. Pada siklus I, siswa yang menunjukkan aktivitas belajar 17 siswa atau 51,52%. Pada siklus II, siswa yang menunjukkan aktivitas belajar 33 siswa atau 100%. Pada studi awal ke siklus I, aktivitas belajar siswa naik 12,13%. Pada siklus I ke siklus II, aktivitas belajar siswa naik 48,48%. 4. Ketuntasan siswa dalam hal kerjasama pada studi awal, siswa yang menunjukkan kerjasama belajar 11 siswa atau 33,33%. Pada siklus I, siswa yang menunjukkan kerjasama belajar 19 siswa atau 57,58%. Pada siklus II, siswa yang menunjukkan kerjasama belajar 33 siswa atau 100%. Pada studi awal ke siklus I, kerjasama belajar siswa naik 24,25%. Pada siklus I ke siklus II, kerjasama belajar siswa naik 42,42%. DAFTAR PUSTAKA Purwanto, Ngalim. 2009. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ______________. 2010. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Trianto. 2011. Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action & Research) Teori & Praktik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Widiyantini. 2006. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Jurnal Pendidikan Teknik Otomotif_Universitas Muhammadiyah Purworejo 185