BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tali pusat adalah jalur kehidupan fetus sebagai transpor cairan, nutrisi dan oksigen. Ada tiga pembuluh darah yang berjalan disepanjang tali pusat dengan pola yang berkelok/ berputar. Berputarnya pembuluh darah ini telah lama diketahui bahkan sebelum tahun 1521 oleh Berengarius. Pada tahun1954, putaran tali pusat ini pertamakali dihitung oleh Edmonds1 yang membagi total jumlah putaran dengan panjang tali pusat dalam centimeter dan disebut dengan index putar (“the index of twist”). Edmonds menilai dengan skor positif dan negatif pada putaran yang searah jarum jam dan sebaliknya secara respektif. Belakangan, Strong dkk 2 menyederhanakannya dengan membatasi skor tersebut dengan istilah “the umbilical coiling index” (UCI). Telah dilaporkan bahwa ada hubungan antara UCI yang abnormal dengan kelainan yang terjadi pada fetus 3,4,5,6. Tali pusat normal merupakan suatu struktur yang menyerupai skrup (helix). Panjang tali pusat mempengaruhi aktivitas fetus, akan tetapi asal usul terjadinya putaran tali pusat masih belum jelas diketahui. Salah satu teori mengatakan bahwa gerakan fetus berperan besar dalam pembentukan putaran tali pusat. 7 Panjang tali pusat bervariasi mulai dari tanpa tali pusat (achordia) sampai panjang 300cm, dengan diameter 3 cm lebih dan jumlah putaran kurang lebih 380 putaran. Rata rata panjang tali pusat adalah 55cm, diameter 1-2 cm dan 11 Universitas Sumatera Utara putaran. Kebanyakan putaran tali pusat tanpa diketahui penyebabnya adalah kearah kiri. Sejumlah 5% tali pusat berukuran kurang dari 35cm dan 5% lagi tali pusat berukuran lebih dari 80cm. 8 Sesuai dengan teori yang sudah diterima adalah bahwa gerakan fetus akan menimbulkan tegangan pada tali pusat yang memacu petumbuhan secara longitudinal. Suatu hal yang wajar jika gerakan didalam uterus berkurang, maka pertumbuhan tali pusat pun akan berkurang. Sesuai dengan hal tersebut maka tali pusat yang pendek dapat sebagai pertanda adanya penyakit yang berhubungan dengan syaraf secara intra uterin ataupun penyakit penyakit pada yang menyebabkan penurunan pergerakan fetus. Ada beberapa bukti yang menunjukkan korelasi kelainan tali pusat dengan trisomy 21 dan oligohidramnion Plasenta atau yang dikenal dengan ari-ari berasal dari bahasa Latin yang artinya kue pipih (flat cake) sebagai sumber oksigen, nutrisi dan perlindungan bagi fetus. Pemeriksaan plasenta bukanlah hal yang lazim dilakukan di Indonesia oleh karena kebudayaan yang tertanam sejak zaman dulu sampai kini yang menyatakan bahwa plasenta adalah teman atau bagian dari bayi yang dilahirkan. Sehingga membuat suatu perlakuan pada plasenta dianggap mencederai bayi yang lahir. Pemeriksaan plasenta di Indonesia masih hal yang aneh atau dianggap tabu. Faktanya adalah dengan memeriksa plasenta maka dapat menjelaskan masa depan kesehatan bayi yang lahir, memperkirakan resikoresiko yang akan timbul, hubungan klinis atau patologis yang terjadi pada bayi, menetukan zigositas bayi kembar, membahas lebih dalam mekanisme penyakit, dan untuk kepentingan medikolegal. 9 Universitas Sumatera Utara Bertahun tahun lamanya banyak yang berfikir bahwa mempelajari mengenai patologi plasenta hanya terbatas pada implantasi dan perkembangan awal plasenta saja daripada menyelidiki pengaruh struktur dan fungsi plasenta terhadap fetus.10. Tampilan Tali pusat dan Plasenta merupakan perwakilan yang paling jujur untuk menduga masa depan bayi yang dilahirkan hidup ataupun bukti penyebab kematian bayi yang dilahirkan mati. Penelitian ini akan mendapatkan nilai index putaran tali pusat (umbilical coiling index = jumlah putaran/panjang tali pusat) dan mendapatkan gambaran makroskopis plasenta dan histologi vili-vili plasenta melalui skoring plasenta sesuai dengan UCI yang didapat.Diharapkan melalui penelitian ini maka pemeriksaan plasenta tidak lagi merupakan hal yang tabu ataupun aneh, tetapi merupakan pemeriksaan yang rutin dilaksanakan bagi setiap kelahiran. 1.2. Identifikasi Masalah Bayi lahir sangat dekat hubungannya dengan profil plasenta. Namun pemeriksaan plasenta khususnya di Indonesia sangat jarang dilakukan, penyebabnya sangat bervariasi, antara lain : 1. Menurut standar pendapatan masyarakat Indonesia, pemeriksaan plasenta membutuhkan biaya yang relatif masih mahal. 2. Sentra Laboratorium di Indonesia belum merata, sehingga pada daerah pedalaman sulit untuk menjangkau laboratorium patologi untuk pemeriksaan plasenta. 3. Masyarakat Indonesia terdiri dari beragam suku, agama, yang sangat mempengaruhi perilaku masyarakatnya, khususnya untuk pemeriksaan Universitas Sumatera Utara plasenta sangat banyak aturan adat istiadat yang menghalangi pemeriksaan plasenta. 4. Informasi mengenai pentingnya pemeriksaan plasenta masih sangat terbatas. Selain hal-hal tersebut diatas, baku emas UCI di Indonesia belum ada, tetapi beberapa penelitian misalnya India dan Belanda mendapatkan UCI dengan nilai 0,21. Tali pusat dan plasenta dari bayi baru lahir merupakan bagian dari tubuh yang dapat memberikan informasi yang paling jujur terhadap masa depan bayi yang lahir. Pemeriksaan tali pusat melalui penilaian index tali pusat adalah hal yang lebih mudah dan murah untuk dilakukan. Tampilan tali pusat secara makroskopis dapat memperkirakan beberapa kelainan yang mungkin terjadi pada bayi. Begitu pula tampilan plasenta secara makroskopis sesuai dengan penilaian yang dilakukan oleh Scott & Jordan dapat memperkirakan masa depan bayi dan penyakit pada Ibu. Maka dengan itu penelitian ini dilakukan untuk mencari hubungan antara Index tali pusat dan penilaian makroskopis plasenta dengan mikroskopis maturasi vili. Dengan penelitian ini diharapkan didapat hubungan yang dekat antara index tali pusat (UCI) dan tampilan makroskopis plasenta (Scott & Jordan) dengan skoring maturasi vili (Benirschke et al.) yang dapat memperkirakan nasib bayi yang dilahirkan. Umbilical Coiling Index (UCI) didapatkan dari hasil banyaknya jumlah putaran tali pusat dibagi dengan panjang tali pusat. UCI yang diambil adalah dari Ibu yang hamil tanpa penyulit. Hasil UCI akan dikonfirmasi dengan pemeriksaan plasenta Universitas Sumatera Utara secara Makroskopis menurut klasifikasi Scott and Jordan dan selanjutnya dengan Skoring Plasenta yaitu skoring maturasi vili chorealis menurut Benirschke et al. UCI yang didapat dari kehamilan yang normal diharapkan akan memberikan gambaran yang sesuai dengan keadaan plasenta sehingga bisa mewakili keadaan plasenta yang diharapkan normal pula. Ataupun dengan UCI dari kehamilan normal dapat pula terjadi penyimpangan-penyimpangan keadaan plasenta yang telah digariskan menurut skoring maturasi vili oleh Benirschke et al. Sulitnya mendapatkan plasenta untuk dilakukan pemeriksaan dari Ibu melahirkan ataupun keluarga menyebabkan jumlah sample pada penelitian ini tergantung dari jumlah plasenta yang diizinkan untuk dilakukan pemeriksaan. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Mengevaluasi Tali Pusat bayi baru lahir untuk mendapatkan Umbilical Coiling Index dan akan dikonfirmasi dengan penilaian makroskopis Plasenta menurut Scott and Jordan serta dilakukan penghitungan untuk mendapatkan keadaan plasenta dengan skoring histologi kematangan vili chorealis menurut Benirschke et al. 1.3.2. Tujuan Khusus Menetapkan Umbilical Coiling Index yang dapat mewakili UCI dari kehamilan tanpa penyulit dan menjadi konfirmasi yang dapat dipercayai bagi keadaan Plasenta dan nasib bayi yang lahir. Universitas Sumatera Utara 1.3.3. Hipotesa Hipotesa penelitian adalah: Ada hubungan antara Umbilical Coiling Index dari kehamilan tanpa penyulit dengan keadaan Plasenta secara Makroskopis dan Mikroskopis Plasenta. 1.3.4. Manfaat Penelitian 1. Memberikan tambahan informasi bahwa dari pemeriksaan Plasenta akan dapat memperkirakan masa depan kesehatan bayi baru lahir . 2. Memberikan tambahan informasi bahwa dari pemeriksaan Plasenta dapat mengkaji hubungan penyakit yang diderita Ibu hamil dengan resiko pada bayi melalui evaluasi plasenta. 3. Membakukan Umbilical Coiling Index (UCI) dari Kehamilan tanpa penyulit yang dapat dipakai bagi ahli Obstetri dan Ginekologi dan Perinatologi untuk menentukan langkah kedepan bagi bayi baru lahir. 4. Mengurangi penyimpangan diagnosis dari para ahli patologi anatomi sehingga klinisi menangani penderita dengan lebih tepat guna sehingga efisien bagi klinisi dan pasien sekaligus. 5. Membuka wacana untuk terjadinya interaksi klinisi dengan para ahli patologi anatomi sehingga meningkatkan kualitas dan diagnosis histopatologi 6. Penelitian ini dapat di manfaatkan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya Universitas Sumatera Utara