BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Diare Diare adalah

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Diare
Diare adalah pengeluaran tinja yang abnormal, lebih dari 3 x/hari dan
pada neonatus lebih dari 4 x/hari, perubahan yang terjadi diantaranya adalah
peningkatan volume, keenceran, frekuensi feses, disertai lendir darah atau
tidak (Hidayat, 2011). Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali dalam
sehari, disertai atau tanpa darah atau lendir dalam feses (Sodikin, 2011). Diare
adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih
dari
biasanya,
disertai
perubahan
konsistensi
tinja
(menjadi
cair),
dengan/tanpa darah dan/lendir (Suraatmaja, 2005).
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi buang air besar yang tidak
normal, lebih dari tiga kali sehari untuk orang dewasa sedangkan neonatus
bisa terjadi lebih dari empat kali sehari dengan konsistensi tinja cair dapat
disertai atau tanpa disertai darah atau lendir.
B. Diare Pada Anak
Sampai saat ini, penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan di
negara-negara berkembang, khususnya Indonesia terutama terjadi pada anakanak. Diare juga merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada
anak. Dari penyebab utama kematian yang terjadi karena diare, yaitu adanya
5
Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
dehidrasi
sebagai
akibat
kehilangan
cairan
dan
elektrolit
melalui
feses (Sodikin,2011).
1. Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu;
a. Infeksi
enteral
yaitu
infeksi
saluran
pencernaan
yang
merupakan penyebab utama kematian pada anak. Infeksi enteral itu
meliputi:
1) Infeksi
bakteri:
Vibrio,
E.
Coli,
Salmonella,
Shigella,
Campy lobacter, Yerxina, Aeromonas dan sebagairrya.
2) Infeksi virus: Enteroovirus, Retavirus, Astrovjrus, dan lain- lain.
3) Infestasi parasit: Cacing (Askaris, Trichhiris, Oxyyuris, Strongy
Loides).
4) Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat
pencernaan, seperti otitis media akut (OMA), Tonsilofaringits,
bronkopmumonia,
Emefalitis dan sebagainya. Keadaan ini
terutama terjadi pada snak dibawah usia 2 tahun.
b. Faktor malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa
dan sukrosa), monosakarida (intoleransi laktosa, fruktosa dan
sukrosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah
intoleransi laktrosa.
2) Malabsorbsi lemak dan malabsorbsi protein.
Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
3) Faktor makanan: makanan basi, beracun dan alergi terhadap
makanan.
4) Faktor psikologis: Rasa takut dan cemas (Hassan, dkk 2007).
2. Patofisiologi
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi:
a. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak daripada
pemasukan air (input).
b. Gangguan keseimbangan asam-basa
Asidosis metabolik ini terjadi karena, kebilangan Na-bikarbonat
bersama tinja, adanya ketosis kelaparan, terjadi penimbunan asam
laktat karena adanya anoksia jaringan, produk metabolisme yang
bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal
(terjadi oliguria/anuria), pemindahan ion Na dan cairan ekstraseluler
ke dalam cairan intraseluler. Secara klinis asidosis dapat diketahui
dengan memperhatikan pernafasan. Pernafasan bersifat cepat, teratur,
dan dalam, yang disebut pernafasan kuzhmaull (Suraatmaja, 2005).
3. Gejala Klinis
Mula-muta bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh
biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, kemudian
timbul diare. Tinja cair atau mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna
tinja makin lama berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur
dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet karena seringnya
Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin
banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat
diabsorbsi usus selama diare (Hassan, dkk 2007),
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan objektif utama pada pasien dengan diare adalah
penentuan tingkat keparahan dehidrasi dan deptesi elektrolit. Adanya
demam
menunjukan
infeksi
species
Salmonella,
Shigella,
atau
Kompilobakter. Pemeriksaan colok dubur dan sigmoidoskopi harus
dilakukan, Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui tingkat peradangan
rektal, jika ada dan mendapatkan feses untuk dilakukan pemeriksaan
(Sodikin, 2011),
5. Penatalaksanaan
Menurut Hidayat (2011), pada kejadian diare menyebabkan banyak
terjadinya kehilangan cairan melalui feses, untuk penatalaksanaanya
sendiri yaitu melalaikan rehidrasi pada pasien diare. Tindakan rehidrasi ini
dilakukan berdasarkan tingkatan atau derajat dehidrasi, apabila terjadi
dehidrasi ringan sampai sedang dapat dilakukan rehidrasi secara oral
dengan memberikan pedialyte atau renalite kemudian meningkat ke
makanan yang mudah dicerna, seperti pisang, nasi, dan ASI. Rehidrasi
dibagi menjadi 2 tipe cairan, yaitu cairan formula lengkap yang
mengandung NaC, NaHCO 3 KCL, dan glukosa. Yang dikenal dengan nama
oralit- Kemudian adalah formula sederhana yang hanya mengandung NaCl
dan sukrosa (garam dan gula) atau karbohidrat lainya. Pada dasarnya,
Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
rehidrasi dilakukan berdasarkan derajat dehidrasinya dengan ketentuan
pemberian sebagai berikut;
a. Dehidrasi ringan:
1 jam pertama 25-50 ml/kgBB selanjutnya 125
ml/kgBB/hari.
b. Dehidrasi sedang: 1
jam pertama 50-100 ml/kgBB selanjutnya 125
ml/kgBB/hari.
c. Dehidrasi berat: dapat ditihat pada rincian sebagai berikut;
1) Bayi Baru Lahir
Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml: 250 ml/kg BB/24 jam
dengan pemberian cairan 4 : 1 (4 glukosa 5 % + 1 NaHCO 3 1 ½
%) dengan cara pemberian: 4 jam pertama 25 ml/kk BB/ jam
berikutnya 150 ml/kgBB/20jam.
2) Bayi Berat badan Lahir Rendah (Barat Badan < 2 kg)
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg BB/24 jam, pemberian cairan adalah
4 glukosa 10 % + NallCO 3 1 ½ %, dengan pemberian 4 jam
pertama 25 ml/kk BB/jam, 20 jam berikutnya 150 ml/kk BB/20
jam.
3) Usia 1 Bulan-2 Tahun (Berat Badan 3-10 kg)
Cara pemberiannya adalah 1 jam pertania 40 ml/kg BB/jam
kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 12 ml/kg BB/menit dan 16
jam kemudian 125 ml/kgBB.
4) Usia 2-5 Tahun (Berat Badan 10-15 kg)
Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Cara pemberiannya adalah 1 jam pertama 30 ml/kg BB/jam
kemudiaan dilanjutkan 7 jam berikutnya 10 ml/kg BB/menit dan
16 jam kemudian 125 ml/kg BB/kgBB.
5) Usia 5-10 Tahun (Berat Badan 1 -25 kg)
Cara pemberianya adalah 1 jam pertama 30 ml/kg BB/jam
kemudian dilanjutkan 7 jam berjkutnya 10 ml/kg BB/menit dan 16
jam kemudian 125 ml/kg BB.
a) Melakukan pemantauan atau observasi terhadap jumlah cairan
yang masuk dan keluar (mengukur status hidrasi), seperti
turgor kulit, muntahan, membran mukosa, berat badan, mata,
dan ubun-ubun besar,
b) Memantau adanya renjatan hipovolemik, seperti denyut jantung
atau nadi cepat tapi kecil, tekanan darah menurun dan
kesadaran menurun.
c) Pantau adanya tanda asidosis metabolite
d) Memberikan penjelasan kepada keluarga mengenai hal-hal
yang menyebabkan kurangnya volume cairan dan faktor yang
menyebabkan terjadinya diare.
e) Antibiotik hanya diberikan apabila ada penyebabnya yang
jelas, seperti kolera maka diberikan tetrasiklin 25-50 mg/ kg
BB/hari
atau
antibiotik
lainya
sesuai
dengan
jenis
penyebabnya.
f) Obat antisekresi seperti asetosal, klorpomazin.
Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
g) Memberikan nutrisi (makanan) setelah dehidrasi teratasi yang
mengandung cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin atau
selama diare perlu ditambahkan jumlah kalori sebanyak 30 %
protein 3-5/kg BB/hari yang pada uraumnya adalah 2,5 g/kg
BB/hari.
h) Pada bayi, pertahankan pemberian ASI atau Iakukan pemberian
pengganti air susu (bagi yang tidak minura ASI), tetapi lakukan
pengenceran, seperti pada pemberian pengganti air susu ibu
(PASI) pada hari pertama diencerkan 1/3, hari kedua 2/3.
Apabila defekasi membaik, maka berikanlah secara penuh
sesuai dengan ketentuan PASI. Adapun yang dianjurkan adalah
susu dengan kadar laktosa rendah.
i) Memberikan makanan dengan mempertimbangkan usia, berat
badan, dan kemampuan menerima pada anak, seperti pada anak
usia 1 tahun dan sudah makan bisa dianjurkan makan bubur
tanpa sayuran dan hidrasi atau kurangi makanan yang
mengandung banyak lemak dengan ketentuan pemberian: Pada
hari ke 3 setelah rehidrasi berikan makanan per oral dengan
bergantian dengan oralit, pada hari ke 2-4 diberikan susu
formula rendah laktosa penuh. Apabiala defekasi membaik,
makanan bisa dapat diberikan sesuai dengan usia.
Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Melakukan pemantauan dan pengukuran status gizi atau tanda
kecukupan nutrisi, seperti berat badan, turgor kulit, bising usus,
kemampuan menelan, dan jumlah asupan.
j) Memberikan penjelasan kepada keluarga tentang bagaimana
mencegah rnakanan yang dapat menyebabkan diare, cara
mensteril botol susu dan hygiene lingkungan,
k) Melakukan penggantian popok dan mengkajinya setiap saat
setelah buang air besar atau kecil.
l) Memberikan salep pelumas pada daerah rektum dan perinium.
m) Mengajarkan kepada keluarga untuk menjaga kebersihan atau
hygiene pada daerah sekitar rektum dan perinium serta cara
mengganti popok atau memberikan salep pelumas.
Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Pathway Keperawatan
Sumber : Suriadi & Yuliani R (2001), Ngastiyah (2005)
Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
C. Kosep Tumbuh Kembang Usia Todller Dan Efek Hospitalisasi Pada
Anak
Menurut Wong, et al dan Schwartz (2009), membagi perkembangan
anak menjadi 5 tahap yang secara berurutan dilewati oleh setiap individu
dalam perkembangan menuju kedewasaan yaitu, fase bayi, fase todler, anak
prasekolah, anak usia sekolah, dan remaja.
Dibwah ini akan dijelaskan konsep tumbuh kembang anak dan efek
hospitalisasi yang sesaui dengan pasien kelolaan penulis yaitu An. C, dimana
pasien berdasarkan pengkajian yang dilakukan, berusia 7 bulan. Dengan
demikian pasien An. C masuk dalam kriteria fase tumbuh kembang todller,
adapun penjelasanya adalah sebagai berikut.
a. Fase todller
Menurut Wong et al (2009), todller sudah berusaha mendapatkan
autonominya, dan tujuan ini sudah terlihat dalam sebagaian besar prilaku
mereka, seperti ketrampilan motorik, bermain, hubungan interpersonal,
aktifitas harian dan komunikasi. Pada saat kesenangan egosentrik mereka
mengalami hambatan, maka todller akan bereaksi secara negativisme,
terutama temper tantrum. Adanya pembatasan gerak, seperti tindakan
sederhana membuat todller berbaring, dapat menyebabkan resistensi yang
kuat dan ketidakpatuhan.
Pengalaman hospitalisasi atau sakit sangat membatasi harapan dan
daya prediksi mereka, karena secara praktis setiap detail lingkungan rumah
sakit sangat berbeda dengan yang ada di rumah. Area utama todller dalam
Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
hal ritual mencakup makan, mandi, toileting dan bermain. Jika rutinitas
mereka terganggu maka dapat terjadi kesulitan di salah satu atau semua
area tersebut. Ketergantungan yang harus dipatuhi merupakan ciri utama
dari peran sakit dan berperan pada berbagai contoh negatifisme todler.
Sebagai contoh, jadwal yang kaku, pakaian yang berbeda, perubahan
aktifitas pengasuhan, lingkungan yang tidak dikenal, perpisahan dengan
orang tua, dan prosedur medis mengambil kendali todler terhadap
dunianya
b. Efek hospitalisasi pada anak
Menurut Wong et al (2009), penyakit dan hospitalisasi sering kali
menjadi krisis pertama yang harus dihadapi anak. Anak-anak, terutama
pada tahun-tahun awal sangat rentan terhadap krisis penyakit dan
hospitalisasi, yang disebabkan karena stres akibat perubahan dari keadaan
sehat biasa dan rutinitas lingkungan, dan anak juga memiliki jumlah
mekanisme koping yang terbatas untuk menyelesaikan adanya stresor
(kejadian-kejadian yang menimbulkan stres). Stresor yang utama dari
hospitalisasi ialah perpisahan, kehilangan kendali, cedera tubuh dan nyeri.
Reaksi anak dari krisis-krisis tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal
diantaranya adalah usia, pengalaman mereka dan sebelumnya dengan
penyakit, keparahan diagnosis, dan sistem pendukung yang ada.
Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
D. Kebutuhan Cairan Tubuh
“ Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga
kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh
adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan
cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan
tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikelpartikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan
dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan
intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh" (Siswanto, 2006).
Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang
normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang
lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainya.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel
di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di
luar sel (Siswanto. 2006).
Berikut adalah kebutuhan intake cairan yang diperlukan berdasarkan
umur, dan berat badan, perhatikan tabel di bawah ini:
Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Tabel 2,1 Kebutuhan cairan pada bayi dan anak
Umur
3 hari
10 hari
3 bulan
6 bulan
9 bulan
1 tahun
2 tahun
4 tahun
6 tahun
Berat Badan
Air per kg BB dalam 24 jam (ml)
3,0
3,2
5,4
7,3
8,6
9,5
11,8
16,2
20,0
800-100
125-150
140-160
130-155
125-145
120-135
115-125
100-100
90-100
(Sumber: Behrman et al, 1996, dalam Hidayat, 2005).
E. Kekurangan Volume Cairan Akibat Diare
Menurut Wilkinson (2007), “kekurangan volume cairan adalah
keadaan individu yang mengalami penurunan cairan intravaskuler, interstisial,
dan atau intrasel”. Dampak dari kurangnya volume cairan pada anak yang
disebabkan karena diare yaitu: Terjadinya tanda-tanda dehidrasi; Berat badan
mulai turun, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit
tampak kering (Hassan, dkk 2007). Gejala klinis menyesuaikan dengan derajat
atau banyaknya kehilangan cairan, Apabila dilihat dari banyaknya cairan yang
hilang derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan kehilangan berat badan
(Noerrasid et al 1988, dalam Sodikin, 2011). Berdasarkan kehilangan berat
badan, dehidrasi terbagi menjadi empat katagori yaitu, tidak ada dehidrasi bila
terjdi penurunan berat badan 2,5 %, dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan
berat badan 2,5-5 %, dehidrasi sedang terjadi bila penurunan berat badan 5-10
Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
%. sedangkan dehidrasi berat terjadi bila penurunan berat badan 10 %
(Sodikin, 2011).
Untuk menilai derajat dehidrasi dan rencana pengobatan karena diare, berikut
ini dapat dilihat dari tabel penilaian derajat dehidrasi di bawah ini:
Tabel 2.2. Penilaian drajat dehidarasi dan rencana pengobatan
1
Anamnesis
Frekuensi
Muntah
Kolom A
< 4x Sehari
Kolom B
4-10x sehari
Haus
Tidak ada atau Kadang-kadang
haus
sedikit tidak ada
Haus
Tidak ada
Kencing
Normal
Sedikit pekat
Insppeksi
keadaan
umum
Baik
Air mata
Mata
Ada
Normal
Jelek, menagntuk
atau gelisah
Tidak ada
Cekung
Mulut, lidah
Nafas
Basah
Normal
Kering
Lebih cepat
Cepat kembali
Normal
Normal
Kembali pelan
Normal/cepat
Cekung
4
Palpasi kulit
Turgor
Nadi
Ubun-ubun
Suhu badan
5
Berat badan
6
Kesimpulan
2
3
Kolom C
>10x sehari
Kolom D
Lebih dari 3
minggu (diare
kronik)
Sering sekali
Sangat haus atau tidak
bisa minum
Tidak kencing selama
6 jam
Tidak sadar
atau
gelisah
Tidak ada
Sangat cekung dan
kering
Sangat kering
Sangat cepat dan
dalam
Sangat pelan
Sangat, cepat lemah
Sangat cekung
Panas tinggi >
38oC
Kehilangan
<2,5%
Dehidrasi (-)
Rencana A
Kehilangan 2,5-10
%
2 tanda atau lebih
Dehidrasi
ringan/sedang
Rencana B
Kehilangan >10%
2 tanda atau lebih Tinja
dehidrasi berat
darah/lendir +
panas
Rencana C
Antibiotika
(Sumber: Suraatmaja, 2005).
Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Berdasarkan teori-teori dari para ahli yang ada dan menggabungkan
dengan tanda dan gejala yang ada pada pasien kelolaan, yaitu An. C. Penulis
menyimpulkan bahwa pasien An. C termasuk dalam kriteria dehidrasi sedang
karena kehilangan cairan secara aktif akibat diare. Penyebab dari kekurangan
volume cairan dapat disebabkan karena kehilangan cairan aktif, kegagalan
mekanisme regulasi (NANDA, 2012). Selain itu kekurangan volume cairan
juga bisa disebabkan oleh asupan cairan yang tidak adekuat (Wilkinson,
2007). Setelah tubuh mengalami kekurangan volume cairan maka akan terjadi
tanda dan gejala sebagai berikut:
Menurut NANDA (2012), batasan karekteristik masalah keperawatan
kekurangan volume cairan adalah Perubahan pada status mental, penurunan
turgor kulit, penurunan turgor lidah, penurunan haluaran urin, penurunan
pengisian vena, membran mukosa kering, kulit kering, peningkatan suhu
tubuh, peningkatan frekuensi nadi, dan penurunan berat badan tiba-tiba. Dari
tanda-gejala atau bafasan karakteristik kekurangan volume cairan seperti yang
di sebutkan di atas, untuk penatalaksanaan keperawatan kekurangan volume
cairan adalah: Pantau warna. jumlah, dan frekuensi kehilangan cairan,
Observasi khususnya terhadap kehilangan cairan yang tinggi elektrolit
(misalnya diare), pantau status rehidrasi (misalnya, kelembaban membran
mukosa, keadekuatan nadi), identifikasi faktor-faktor yang berkontribusi
terhadap bertambah buruknya dehidrasi (misalnya, obat-obatan, demam, stres,
dan program pengobatan), berikan terapi intravena, sesuai dengan anjuran
(tindakan kolaboratif) (Wilkinson, 2007)
Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
F. Fokus Intervensi Keperawatan
1. Pengkajian
a. Keluhan utama: BAB cair , lemas, gelisah, mual muntah, anoreksia,
badan panas.
b. Frekuensi BAB cair dalam sehari lebih dari 3x
c. Adanya riwayat reaksi alergi terhadap suatu zat, makanan/minuman,
atau lingkungan.
d. Kebiasaan dan pola makan anak seperti makan makanan terbuka, suka
makan makanan pedas.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Mulut: mukosa kering, bibir pecah-pecah, lidah kering, bibir
sianosis.
2) Abdomen: kadang simetris, terlihat pembesaran pada perut kanan
bawah, kembung, umumnya ada nyeri tekan bagian perut bawah
yaitu bagian usus dan dapat terjadi kejang perut, bising usus
>30x/menit
3) Anus: terjadi iritasi, kemerahan pada daerah sekitarnya
4) Kulit: Kekenyalan kulit sedikit kurang dan elastisitas kembali
setelah 1-2 detik
2. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif
Menurut
Wilkinson
(2007),
kekurangan
volume
cairan
berhubungan dengan kehilangan aktif karena diare, tujuan dilakukanya
Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
tindakan keperawatan diharapkan volume cairan akan teratasi,
dibuktikan dengan rehidrasi yang adekuat, memiliki asupan cairan oral
dan/atau intrvena yang adekuat. Dengan kriteria hasil tidak ada tandatanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, tidak ada rasa haus yang
berlebihan.
Indikator skala: 1. keluhan extrim, 2, Keluhan berat, 3, Keluhan
sedang, 4. Keluhan ringan, 5. Tidak ada keluhan,
Intervensi: Timbang popok jika diperlukan, pertahankan catatan
intake dan output yang akurat, monitor status hidrasi (kelembaban
membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik) jika
diperlukan, monitor vital sign, monitor masukan makanan atau cairan,
dorong masukan oral
Menurut Wong (2004), diagnosa keperawatan kurang volume
cairan berhubungan dengan kehilangan GI berlebihan melalui feses
atau emesis.
Sasaran pasien 1: Pasien menunjukan tanda-tanda rehidrasi dan
rnempertahankan hidrasi adekuat. Hasil yang diharapkan: Anak
menunjukan tanda-tanda hidrasi yang adekuat
Intervensi keperawatan/rasional: Beri rehidrasi larutan oral (LRO)
untuk rehidrasi sebagai pengganti kehilangan cairan melalui feses,
berikan dan pantau cairan IV sesuai ketentuan untuk dehidrasi hebat
dan muntah, beri agen antimikroba sesuai ketentuan untuk mengobati
patogen khusus yang menyebabkan kehilangan cairan yang berlebihan,
Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
setelah rehidrasi berikan diet regular pada anak sesuai toleransi, karena
penelitian menunjukan pemberian diet normal secara dini bersifat
menguntungkan untuk menurunkan jumlah defekasl dan penurunan
berat badan serta pemendekan durasi penyakit, pertahankan pencatatan
yang ketat terhadap masukan dan keluaran (urin, feses, dan emesis)
untuk mengevaluasi keefektifan intervensi, timbang berat badan anak
untuk menkaji dehidrasi, kaji tanda-tanda vital, turgor kulit, membran
mukosa, dan status mental setiap 4 jam atau sesuai indikasi untuk
mengkaji dehidrasi.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan
ketidakmampuan
untuk
mengabsorbsi
nutrien,
ketidakmampuan menelan makanan, ketidakmampuan mencerna
makanan
Menurut Wilkinson (2007), ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi
nutrien,
ketidakmampuan
menelan
makanan,
ketidakmampuan mencerna makanan, tujuan dilakukany tindakan
keperawatan adalah klien dapat terpenuhi kebutuhan nutrisinya.
Kriteria hasil; Adanya peningkatan BB, BB ideal sesuai TB, tidak ada
tanda-tanda malnutrisi, tidak terjadi penurunan BB yang berarti,
mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
Indikator skala: 1. Keluhan extrim, 2. keluhan berat, 3, keluhan
sedang, 4. keluhan ringan, 5, keluhan tidak ada.
Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Intervensi: Kaji adanya alergi makanan, kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien,
Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe, anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein dan vitamin c, berikan subtansi gula, berikan
makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi),
berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi, kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.
Menurut Wong (2004), diagnosa keperawatan perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehitangan cairan
melalui diare, masukan yang tidak adekuat. Sasaran pasien (orang lain)
1: Pasien mengkonsumsi nutrisi yang adekuat untuk mempertahankan
berat badan yang sesuai dengan usia, Hasil yang diharapkan: Anak
mengkonsumsi nutrisi yang ditentukan dan menunjukan penambahan
berat badan yang memuaskan.
Intervensi keperawatan/rasional: Setelah rehidrasi, instruksikan ibu
menyusui untuk melanjutkan pemberian AST Karena hal ini cenderung
mengurangi kehebatan dan durasi penyakit, observasi dan catat respon
terhadap pemberian makanan untuk mengkaji toleransi pemberian
makanan, instruksikan keluarga dalam pemberian diet yang tepat untuk
meningkatkan kepatuhan terhadap program terapeutik.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lembab karena diare
Menurut Wilkinson (2007), kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan lembab karena diare, setelah dilakukan tindakan keperawatan
Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
diharapkan tidak terjadi warna kemarahan pada kulit sekitar anus.
Dengan kriteria hasil; Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
(sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi), tidak ada luka
lesi, perfusi jaringan baik.
Indikator skala: 1. Keluhan ekstrim, 2, ketuhan berat, 3. keluhan
sedang, 4. keluhan ringan, 5. tidak ada keluhan.
Intervensi: Anjurkan pasien dan keluarga untuk menggunakan
pakaian yang longgar, hindari kerutan pada tempat tidur, jaga
kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering, monitor kulit akan
adanya kemerahan, oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah
yang kemerahan, memandikan pasien dengan sabun dan air hangat.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan proses inflamasi
Menurut Wilkinson (2007), resiko infeksi berhubungan dengan
proses inflamasi, tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan resiko infeksi tidak terjadi, dengan kriteria hasil: Pasien
bebas dari tanda dan gejala infeksi, jumlah leukosit dalam batas
normal. Indikator skala: 1. Tidak pernah menunjukan, 2. jarang
menunjukan, 3. kadang-kadang menunjukan, 4. sering menunjukan, 5.
selalu menunjukan.
Intervensi: Bersihkan lingkungan setelah dipakai orang lain,
gunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan, cuci tangan setiap
sebelum dan setelah tindakan keperawatan, lakukan perawatan
Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
antiseptik pada semua jalur intra vena, tingkatkan intake nutrisi,
berikan terapi antibiotik bila diperlukan.
Devisit Volume Cairan Pada..., ESTI WARDANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Download