BAB II LANDASAN TEORI A. Teori Pengharapan Teori pengharapan merupakan salah satu dari motivasi. Definisi dari teori pengharapan adalah kekuatan dari kecendrungan untuk bertindak dengan cara tertentu bergantung pada kekuatan pengharapan bahwa tindakan itu akan di ikuti oleh output tertentu dan tergantung pada daya tarik output tersebut bagi individu itu sendiri. Motivasi merupakan konsep yang menguraikan tentang kekuatan-kekuatan individu untuk memulai dan mengarahkan prilakunya terhadap pekerjaan tertentu (Gibson al,1997 dalam Setiyani 2005). Sedangkan menurut Robbins (2008), motivasi adalah sebagai berikut : proses yang ikut menentukan intensitas, arah, dan ketentuan individu dalam usaha mencapai satu tujuan. Dewasa ini penjelasan yang paling diterima secara luas mengenai motivasi adalah teori pengharapan dari Victor Vroom, dalam istilah yang lebih praktis, teori pengharapan mengatakan bahwa karyawan akan berupaya lebih baik dan lebih keras jika karyawan tersebut meyakini upaya itu menghasilkan penilaian kinerja yang baik. Penilaian kinerja yang baik akan mendorong imbalan organisasi seperti bonus, kenaikan gaji, atau promosi. Dan imbalan tersebut akan memenuhi sasaran pribadi karyawan tersebut. 7 8 teori tersebut berfokus pada tiga hubungan : (Robbins, 2006). 1. Hubungan upaya-kinerja, Probabilitas yang dipersepsikan oleh individu yang mengeluarkan sejumlah upaya tertentu itu akan mendorong kinerja. 2. Hubungan kinerja-imbalan, Sampai sejauh mana individu itu meyakini bahwa berkinerja pada tingkat tertentu akan mendorong tercapainya kinerja yang diinginkan. 3. Hubungan imbalan-sasaran pribadi, Sampai sejauh mana imbalan-imbalan organisasi memenuhi sasaran atau kebutuhan pribadi individu serta potensi daya tarik imbalan tersebut bagi individu tersebut. Sebagai suatu konsep, karir dapat dilihat dari sebagai posisi yang dipegang individu dalam suatu jabatan di suatu perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Riset yang pernah dilakukan menunjukan bahwa karir melalui suatu rangkaian fase atau tahapan yang relatif dapat diprediksi, dimulai dengan eksplorasi dan investigasi awal terhadap kesempatan karir dan diakhiri dengan pensiun (Andrianti, 2001). Akuntan merupakan salah satu profesi dalam dunia kerja yang dapat dijalani oleh mahasiswa akuntansi. Secara garis besar bidang pekerjaan yang dapat dilakukan oleh akuntan dapat digolongkan dalam empat katagori, yaitu akuntan publik, akuntan perusahaan, akuntan pendidik, dan akuntan pemerintah. Keempat karir tersebut dapat dijalani oleh para lulusan Strata-1 akuntansi dari berbagai perguruan tinggi. Dalam memilih karir, mahasiswa dipengaruhi beberapa faktor, seperti penghargaan finansial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja dan personalitas. Mahasiswa yang memilih karir 9 sebagai akuntan publik, bisa jadi dipengaruhi oleh faktor yang berbeda dengan mahasiswa yang memilih karir sebagai akuntan pendidik, demikian juga kemungkinan faktor-faktor itu berbeda apabila mahasiswa memilih karir yang berbeda. Pemahaman sasaran individu dan keterkaitan antara upaya dan kinerja, antara kinerja dan imbalan. Oleh karena itu pemilihan karir mahasiswa akuntansi ditentukan oleh pengharapan akan karir yang akan mereka pilih apakah karir tersebut dianggap dapat memenuhi kebutuhan individu mereka dan apakah karir tersebut mempunyai daya tarik bagi mereka. Misalnya apakah karir tersebut dapat memberikan imbalan organisasi yang layak seperti bonus, kenaikan gaji, atau promosi. Dengan kata lain mahasiswa mempunyai pengharapan terhadap karir yang dipilihnya ini dapat memberikan apa yang mereka inginkan ditinjau dari faktor-faktor gaji, pelatihan profesional, pengakuan profesiaonal, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja dan peronalitas. B. Persepsi Persepsi, menurut Rakhmat Jalaludin (2002: 52) adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Sedangkan menurut Walgito (2004:87), persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan 10 stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Karena itu proses penginderaan tidak dapat lepas dari proses persepsi dan proses penginderaan merupakan proses pendahulu dari proses persepsi. Proses penginderaan akan selalu terjadi setiap saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui alat indera. Stimulus yang diindera itu kemudian oleh individu diorganisasikan dan diinterprestasikan, sehingga individu menyadari, mengerti tentang apa yang diindera itu, dan proses ini disebut persepsi. Menurut Walgito (2004 : 87), ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar dapat menyadari dan membuat persepsi, yaitu sebagai berikut. a. b. c. Adanya objek yang dipersepsikan.Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat dating dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu. Adanya alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf. Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Disamping itu harus ada pula syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Dan sebagai alat untuk mengadakan respons diperlukan syaraf motoris. Adanya perhatian untuk menyadari atau mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. Tanpa perhatian tidak akan terjadi persepsi. Dari hal tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mengadakan persepsi ada syarat-syarat yang bersifat : a. Fisik atau kealaman. b. Fisiologis. 11 c. Psikologis. Dari definisi diatas, maka pengertian persepsi dalam penelitian ini adalah merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Dalam perkataan lain, persepsi adalah memberikan makna pada stimuli Namun demikian, karena persepsi tentang objek atau peristiwa tersebut tergantung pada suatu kerangka ruang dan waktu maka persepsi profesi akuntan seorang mahasiswa akuntansi juga akan subjektif (personal) dan situsional. Hal ini terjadi karena persepsi melibatkan penafsiran individu pada objek tertentu maka masing-masing objek akan memiliki persepsi yang berbeda walaupun melihat objek yang sama. Selain secara implisit sudah nampak dalam definisi diatas, oleh faktor personal dan situsional, yang oleh Krech dan Crutchfield (1997:235) dalam Rakhmat (2001:51) disebut dengan faktor fungsional dan faktor struktural. Faktor fungsional (personal) berasal dari kebutuhan, masa lalu, dan hal-hal lain yang termasuk apa yang disebut sebagai faktor personal. Oleh karena itu, yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada stimuli tersebut. Faktor struktural (situsional) berasal semata-mata dari sifat fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkannya pada sistem syaraf individu. 12 C. Gender Kata “gender” berasal dari bahasa Inggris, gender berarti jenis kelamin, dimana sebenarnya artinya kurang tepat, karena dengan demikian gender disamakan pengertiannya dengan sex yang berarti jenis kelamin. Meskipun kata gender belum masuk dalam pembendaharaan Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah tersebut sudah lazim digunakan, khususnya di Kantor Menteri Negara Urusan Peranan Wanita dengan ejaan “jender”. Jender diartikan sebagai “interprestasi mental dan kultural terhada perbedaan kelamin yakni laki-laki dan perempuan”. Jender biasanya dipergunakan untuk menunjukkan pembagian kerja yang dianggap tepat bagi laki-laki dan perempuan. Pengertian gender menurut Fakih (2001) adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Pengertian tersebut sejalan dengan kesimpulan yang diambil oleh Umar (1995) yang mendefinisikan gender sebagai suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasikan perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari segi-budaya. Sehingga gender dalam arti ini mendefinisikan laki-laki dan perempuan dari sudut pandang non-biologis. Sejarah perbedaan gender antara pria dan wanita terjadi melalui proses yang sangat panjang. Terbentuknya perbedaan gender dikarenakan oleh banyak hal, diantaranya akibat dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikonstruksi secara sosial, kultural, atau melalui ajaran agama maupun negara. Perbedaan gender sesungguhnya tidak menjadi masalah sepanjang 13 tidak melahirkan ketidak adilan gender. Namun yang menjadi persoalan, ternyata perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidak adilan, baik bagi pria maupun wanita. Ketidak adilan gender merupakan sistem dan struktur dimana, baik kaum pria maupun wanita menjadi korban dari sistem tersebut. D. Faktor pemilihan karir 1. Penghargaan finansial Penghasilan atau gaji merupakan hasil yang diperoleh sebagai kontraprestasi dari pekarjaan yang telah diyakini secara mendasar bagi sebagian besar perusahaan sebagai daya tarik utama untuk memberikan kepuasan kepada karyawannya. Pada fator gaji, biasanya mahasiswa akan memperhitungkan gaji yang diperoleh pada waktu mulai kerja, jaminan masa depan yang menjamin yaitu adanya dana pensiun, selain itu mahasiswa juga memperhatikan kenaikan gaji yang akan diperoleh. 2. Pelatihan profesional Pelatihan profesional meliputi hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan keahlian terhadap profesi. Pelatihan dan pengakuan profesional dapat dikategorikan sebagai penghargaan yang tidak berwujud finansial. Dalam memilih karir tidak hanya bertujuan mencari penghargaan finansial, tetapi juga ada keinginan untuk berprestasi dan mengembangkan diri. Pada faktor pelatihan profesional, biasanya mahasiswa akan melihat apakah sebelum bekerja diberikan pelatihan sebagai bekal mereka dalam bekerja, untuk meningkatkan kemampuannya dalam bekerja baik yang diselenggarakan di tempat 14 mereka bekerja atau yang diselenggarakan oleh pihak luar lembaga mereka bekerja. Selain itu mahasiswa juga menginginkan pengalaman kerja yang bervariasi, supaya tidak mengalami kejenuhan dalam bekerja. 3. Pengakuan profesional Pengakuan profsional meliputi hal-hal yang berhubungan dengan pengakuan terhadap prestasi yang diperoleh. Pada umumnya mahasiswa menginginkan reward atas prestasi yang diperoleh. Reward yang dimaksud tidak hanya berupa uang, tetapi berupa pengakuan dari lembaga tempat mereka bekerja. Sehingga mereka mempunyai semangat untuk selalu meningkatkan kinerja mereka. Pengakuan profesional berkaitan dengan pengakuan prestasi dalam menjalankan karir yang mereka pilih. Instrumen ini meliputi kesempatan berkembang, pengakuan bila berprestasi, cara naik pangkat dan keahlian yang diperlukan untuk mencapai sukses. 4. Nilai-nilai sosial Nilai-nilai sosial berkaitan dengan pandangan masyarakat terhadap karir yang dipilih mahasiswa. Nilai-nilai sosial berkaitan dengan pandangan masyarakat terhadap karir yang mereka pilih mempunyai nilai-nilai sosial. Faktor nilai-nilai sosial meliputi kesempatan melakukan kegiatan sosial, kesempatan berinteraksi dengan orang lain, kepuasan pribadi, kesempatan menjalankan hobi, perhatian terhadap perilaku individu, gengsi pekerjaan dan kemungkinan bekerja dengan ahli bidang lain. 15 5. Lingkungan kerja Sifat pekerjaan, tingkat persaingan dan banyaknya tekanan kerja merupakan faktor lingkungan pekerjaan. Lingkungan kerja yang aman dan menyenangkan dapat meningkatkan prestasi akuntan. Lingkungan kerja berkaitan dengan tipe pekerjaan dan lingkungan tempat bekerja. 6. Pertimbangan pasar kerja Pertimbangan pasar kerja meliputi keamanan kerja dan tersedianya lapangan kerja atau kemudahan mengakses lowongan kerja. Keamanan kerja merupakan faktor dimana karir yang dipilih dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Karir diharapkan bukan pilihan karir sementara, tetapi dapat terus berlanjut sampai seseorang pensiun. Pertimbangan pasar kerja diuji dengan dua pernyataan mengenai keamanan kerja, dan kemudahan mengakses lowongan pekerjaan. 7. Personalitas Personalitas merupakan salah satu determinan yang potensial terhadap perilaku individu saat berhadapan dengan situasi atau kondisi. Hal ini membuktikan bahwa personalitas berpengaruh terhadap perilaku seseorang. E. Profesi Akuntansi Studi pemilihan karir mahasiswa strata 1 program studi akuntansi merupakan hal yang sangat penting dan menarik untuk diteliti, karena penelitian tersebut, dapat diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi karir mereka. Dengan diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan karir 16 mahasiswa dapat diketahui alasan mahasiswa memilih karir tersebut. Sehingga hasilnya dapat menunjukan karir yang diminati atau tidak diminati oleh mahasiswa. Apabila dapat diketahui karir yang dinikmati mahasiswa, maka dapat direncanakan kurikulim yang sesuai dengan pemilihan karir mahasiswa, sehingga apabila mahasiswa telah menyelesaikan pendidikannya, maka mahasiswa dapat diharapkan lebih mudah menyesuaikan kemampuan yang dimiliki dengan tuntutan dalam pekerjaan serta menyiapkan diri menuju persaingan yang semakin ketat. Menurut International Federation of Accountants (dalam Regar, 2003) yang dimaksud dengan profesi akuntan adalah semua bidang pekerjaan yang mempergunakan keahlian di bidang akuntansi, termasuk bidang pekerjaan akuntan publik, akuntan intern yang bekerja pada perusahaan industri, keuangan atau dagang, akuntan yang bekerja di pemerintah, dan akuntan sebagai pendidik. Profesi Akuntan biasanya dianggap sebagai salah satu bidang profesi seperti organisasi lainnya, Supaya dikatakan profesi ia harus memiliki beberapa syarat sehingga masyarakat sebagai objek dan sebagai pihak yang memerlukan profesi, mempercayai hasil kerjanya. Adapun ciri profesi menurut Harahap (1991) adalah sebagai berikut: 1. Memiliki bidang ilmu yang ditekuninya yaitu yang merupakan pedoman dalam melaksanakan keprofesiannya; 2. Memiliki kode etik sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku anggotanya dalam profesi itu; 17 3. Berhimpun dalam suatu organisasi resmi yang diakui oleh masyarakat/pemerintah; 4. Keahliannya dibutuhkan oleh masyarakat; 5. Bekerja bukan dengan motif komersil tetapi didasarkan kepada fungsinya sebagai kepercayaan masyarakat. Persyaratan ini semua harus dimiliki oleh profesi Akuntan sehingga berhak disebut sebagai salah satu profesi. Selanjutnya ciri dari suatu profesi sebagaimana disebut oleh J.L. Carey (dalam Regar, 2003) antara lain, adalah Keahlian yang dimiliki seseorang yang diperoleh melalui proses pendidikan yang teratur dan dibuktikan dengan sertifikat yang diperoleh dari lembaga yang diakui yang memberikan kewenangan untuk melayani masyarakat dalam bidang keahlian tersebut. Akuntan merupakan salah satu profesi dalam dunia kerja yang dapat dijalani oleh mahasiswa akuntansi. Menurut Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No. 359/KMK.06/2003 tentang perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan RI No.432/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik, akuntan adalah seseorang yang berhak menyandang gelar atau sebutan akuntan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Secara garis besar bidang pekerjaan yang dapat dilakukan oleh akuntan dapat digolongkan dalam 4 katagori, yaitu: 1. Akuntan Publik Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik di suatu negara adalah sejalan dengan berkembangnya berbagai jenis perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum di negara tersebut(Mulyadi, 2002). 18 Perusahaan membutuhkan modal atau dana untuk menjalankan profesinya. Modal atau dana ini dapat berasal dari pihak intern perusahaan (pemilik) dan pihak ekstern perusahaan (investor dan pinjaman dari kreditur). Oleh karena itu, laporan keuangan dibutuhkan oleh kedua pihak tersebut dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan perusahaan. Laporan keuangan yang akan dibuat manejemen merupakan penyampaian informasi mengenai pertanggung jawaban pengelolaan dana yang berasal dari pihak ekstern maupun intern perusahaan. Jenis pekerjaan yang dapat dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik adalah pemeriksaan laporan keuangan dan konsultasi dibidang keuangan. Jenis pekerjaan tersebut mencerminkan seorang akuntan yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) akan selalu berhubungan dengan klien, yaitu perusahaan yang meminta jasa pada kantor akuntan publik. Hal tersebut menunjukan bahwa jenis pekerjaan profesi akuntan publik adalah tergantung pada jasa yang diminta oleh kliennya. Jika seseorang memasuki karir sebagai akuntan publik, ia harus terlebih dahulu mencari pengalaman profesi dibawah pengawasan akuntan senior yang lebih berpengalaman. Di samping itu pelatihan teknis yang mempunya cukup arti pula bahwa akuntan harus mengikuti perkembangan yang terjadi di dunia usaha dan profesinya (Mulyadi, 2002). 19 Keputusan Mentri Keuangan Republik Indonesia Nomor : No. 32/KMK.017/1997 tanggal 27 Januari 1997, izin menjalankan praktik sebagai akuntan publik diberikan oleh Mentri Keuangan jika seseorang memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Berdomisili di wilayah Indonesia. b. Lulus ujian sertifikasi akuntan publik yang diselenggarakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). c. Menjadi anggota IAI. d. Telah memiliki pengalaman kerja sekurang-kurangnya tiga tahun sebagai akuntan dengan reputasi baik di bidang audit. Berikut ini adalah gambaran jenjang karir akuntan publik : a. Auditor junior, bertugas melaksanakan prosedur audit yang telah dilaksanakan. b. Auditor senior, bertugas untuk melaksanakan audit dan bertanggung jawab untuk mengusahakan biaya audit dan waktu audit sesuai dengan rencana, mengarahkan dan mereview pekerjaan auditor junior. c. Manajer, merupakan pengawasan audit yang bertugas membantu auditor senior dalam merencanakan program audit dan waktu audit : mereview kertas kerja, laporan audit dan managemen letter. d. Partner, bertanggung jawab atas hubungan dengan klien, dan bertanggung jawab secara keseluruhan mengenai auditing. 20 Bekerja di KAP dapat mengetahui aneka macam perusahaan terutama perlakuan auditnya, sering berpergian keluar kota untuk mengaudit klien. Pengalaman di KAP membuat seorang individu dicari oleh perusahaan karena dianggap telah menguasai akuntansi sesuai standar yang berlaku. Namun bekerja di KAP juga terdapat kekurangan, seperti pekerjaan yang melebihi perusahaan biasa yang mengharuskan lembur. 2. Akuntan Perusahaan Akuntan perusahaan adalah akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan. Tugas-tugas yang dikerjakan dapat berupa penyusunan system akuntansi, penyusunan laporan keuangan akuntansi kepada pihakpihak di luar perusahaan, penyusunan laporan akuntansi kepada manajemen, penyusunan anggaran, mengenai masalah perusahaan dan melakukan pemeriksaan intern (Soemarso, 2004). Pekerjaan akuntansi dalam perusahaan dapat dikelompokan menjadi dua yaitu akuntansi manejemen dan akuntansi keuangan. Akuntansi manejemen berguna untuk menghasilkan informasi khusus bagi pengguna internal seperti manajer dan karyawan yang berfungsi untuk mengidentifikasikan, mengumpulkan, mengukur, mengklasifikasikan, dan melaporkan informasi yang bermanfaat bagi pengguna internal dalam pembuatan, perencanaan, pengendalian dan keputusan. Sedangkan akuntansi keuangan berguna untuk menghasilkan informasi bagi pihak internal maupun eksternal, seperti manajer, karyawan, investor, kreditur, maupun 21 pemerintah yang terkait dengan penyusunan laporan keuangan yang berhubungan dengan perusahaan secara keseluruhan. Keunggulan dari akuntan perusahaan dibanding posisi lain dalam perusahaan dapat berupa peningkatan karir yang cepat dan susah untuk diberhentikan dari perusahaan. Tetapi untuk mendapatkan pekerjaan ini juga biasanya sulit karena harus lulus dari serangkaian tes, seperti tes psikologi, tes materi akuntansi, tes wawancara, dan tes kesehatan. Kekurangan berprofesi sebagai akuntan perusahaan akan cendrung merasa jenuh bekerja karena tantangan yang stabil, indoor dan perkembangan dunia akunting yang tidak begitu cepat (Sumarna, 2002) 3. Akuntan Pendidik Akuntan pendidik adalah akuntan yang bertugas dalam pendidikan akuntansi, yaitu mengajar, menyusun kurikulum pendidikan akuntansi dan melakukan penelitian di bidang akuntansi. Akuntan pendidik dalam melaksanakan tugasnya berpedoman pada Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Pengajaran merupakan tugas utama seorang pendidik, pengajaran dilakukan dengan tatap muka di kelas, proses pengajaran diharapkan menjadi sarana untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan pendidikan pada anak didiknya. Tugas penelitian juga merupakan tugas dari seorang akuntan pendidik, sehingga disamping melakukan pekerjaan mengajar, seorang pendidik juga dituntut untuk mampu melakukan penelitian sebagai sarana untuk menerapkan ilmu dalam praktek yang 22 sesungguhnya. Selain dua tugas tersebut seorang akuntan pendidik juga harus mampu melaksanakan pengabdian kepada masyarakat, hal tersebut dimaksudkan agar seorang pendidik tidak hanya mampu berkomunikasi dengan bidang ilmunya sendiri, namun juga harus mampu berkomunikasi dengan masyarakat luas,yang merupakan pihak yang tidak mungkin tidak mengenal disiplin ilmu si pendidik Mahasiswa yang memilih berprofesi sebagai akuntan pendidik lebih mengharapkan pekerjaan yang keamanan kerjanya terjamin dan sifat pekerjaan yang rutin sehingga tidak mengalami kesulitan untuk melakukan sehari-hari. Mahasiswa juga mengharapkan bekerja sebagai akuntan pendidik lebih mempunyai jaminan hari tua, temuan inilah yang menjadi pengharapan mahasiswa jurusan akuntansi untuk termotivasi memilih profesi akuntan pendidik (Setiyani, 2005) 4. Akuntan Pemerintah Akuntan pemerintah adalah bekerja pada badan-badan pemerintah. Badan-badan pemerintah disini adalah seperti departemen-departemen, Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan Dirjen Pajak. Pada lembaga-lembaga tersebut akuntan dapat menjalankan fungsinya sesuai dengan keahlian yang diperoleh dari lembaga pendidikan. Lembaga-lembaga pemerintah tersebut biasanya sudah diatur dengan undang-undang, sehingga tugas dan kewajiban akuntan yang berprofesi sebagai akuntan pemerintah mempunyai status pegawai negeri. 23 F. Jalur Pendidikan Akuntansi di Indonesia Keputusan Mendiknas Nomor 179/U/2001 merupakan tonggak awal kelahiran PPAk di Indonesia. Kepmen ini menyebutkan bahwa Pendidikan Profesi Akuntansi (PPAk) yaitu pendidikan tambahan pada pendidikan tinggi setelah program sarjana Ilmu Ekonomi pada program studi akuntansi. Keputusan Mendiknas ini sekaligus membuka babak baru pemakaian gelar akuntan di Indonesia dengan memberikan perlakuan yang sama kepada semua lulusan S1 akuntansi dari perguruan tinggi negeri maupun swasta. Menurut Azizul kholis (2002), lahirnya PPAk dalam perspektif sejarah profesi dan pendidikan akuntansi di Indonesia dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu kebutuhan dan pemahaman masyarakat akan profesi akuntan, peranan sentral IAI sebagai wadah organisasi akuntan dan peranan pemerintah dalam mengembangkan pendidikan dan profesi akuntan. Oleh karena itu, saat ini PPAk sudah menjadi suatu kebutuhan yang penting bagi perkembangan profesi akuntansi di Indonesia sesuai dengan tuntutan situasi dan kondisi globalisasi dewasa ini. Berdasarkan Surat Keputusan (SK) Mendiknas No. 179/U/2001, lulusan S1 jurusan akuntansi berkesempatan menempuh Pendidikan Profesi Akuntansi di perguruan tinggi yang telah ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Mereka yang telah menempuh Pendidikan Profesi Akuntansi ini berhak memperoleh sebutan profesi Akuntan (Ak), dan juga semakin berpeluang meniti karir sebagai auditor pemerintahan, auditor 24 internal, akuntan sektor publik, akuntan manajemen, akuntan pendidik, akuntan perpajakan, akuntan keuangan, maupun akuntan sistem informasi. Lulusan Pendidikan Profesi Akuntansi akan mempunyai daya saing yang lebih tinggi sebagai akuntan dibandingkan dengan para sarjana yang tidak mempunyai predikat akuntan. Lulusan Pendidikan Profesi Akuntansi akan menjadi akuntan yang berhak mendapatkan Register Negara dan boleh mengikuti Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP). USAP merupakan persyaratan penting untuk mendapatkan ijin praktik sebagai Akuntan Publik, dan mendapatkan gelar CPA (Certificed public accountant). Untuk mendapatkan gelar Akuntan, seorang mahasiswa yang kuliah di Fakultas Ekonomi Swasta memiliki beberapa perbedaan dengan lulusan Fakultas Ekonomi Negeri. Untuk alumni FE Negeri dapat langsung meminta nomor Register sedangkan untuk alumni FE Swasta harus melalui beberapa tahap sesuai dengan SK Dirjen Pendidikan Tinggi No.28/Dikti Kep/1986 tanggal 6 Juli 1986 sebagai berikut: a. Sarjana Ekonomi Negara Untuk menjadi Sarjana Ekonomi Negara maka seorang alumni FE Swasta memiliki jalur yang berbeda yang didasarkan pada status Perguruan Tinggi yang bersangkutan, apakah terdaftar, diakui atau disamakan. Namun prinsipnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan telah memberikan kelonggaran bagi alumni Perguruan Tinggi Swasta untuk lulus ujian ujian negara seperti melalui ujian negara cicilan. Perbedaan antara status diatas sebenarnya hanya terletak pada pengujiannya, kalau status Perguruan 25 Tinggi yang bersangkutan terdaftar, pengujiannya 50% berasal dari Perguruan Tinggi yang bersangkutan, selebihnya dari Kopertis. Kalau statusnya diakui, pengujiannya 75% dari Perguruan Tinggi yang bersangkutan, selebihnya dari Kopertis. Kalau statusnya disamakan, pengujiannya 100% dari Perguruan Tinggi yang bersangkutan. Kalau seorang sudah lulus ujian negara untuk Sarjana Ekonomi/Sarjana Mudanya maka yang bersangkutan berhak mengikuti Ujian Negara Akuntansi. b. Ujian Negara Akuntansi Ujian Negara Akuntansi (UNA) diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan melalui Konsorsium Ilmu Ekonomi dengan bimbingan Panitia Ahli Pertimbangan Persamaan Ijazah Akuntansi. UNA ini dilakukan dua tingkat yaitu: 1) UNA Dasar UNA dasar dapat diikuti oleh mereka yang berpendidikan Fakultas Ekonomi Swasta jurusan Akuntansi minimal terdaftar pada Kopertis dengan kualifikasi minimal 110 SKS dengan Indeks Prestasi (IP) minimal 2 dan nilai rata-rata C untuk tiap mata kuliah yang diujikan. Adapun mata kuliah yang diujikan adalah sebagai berikut: a) Statistik Deskriptif dan Inferensial. b) Akuntansi Dasar, Intermediate, dan Lanjutan. c) Akuntansi Biaya; dan d) Pembelanjaan (Financial Management). 26 2) UNA Profesi UNA Profesi dapat diikuti oleh mereka yang sudah lulus UNA Dasar dan sudah lulus ujian negara Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi. Adapun mata kuliah yang diujikan adalah: a) Auditing; b) Controllership; c) Teori Akuntansi. d) Akuntansi Pemerintahan; e) Sistem Akuntansi; dan f) Perpajakan. Sistem pendidikan akuntansi selalu mengalami evolusi dari periode ke periode sejalan denganperkembangan bisnis, yang pada akhirnya disebabkan oleh perubahan teknologi. Dalam kaitan ini sistem pendidikan akuntansi menghadapi suatu tantangan yang berasal dari variable-variabel perubahan tersebut. Seberapa jauh sistem pendidikan akuntansi memenuhi tantangan terhadap variabel perubahan akan ditentukan oleh seberapa jauh aspek penelitian mendapatkan peran (Fauzi, 1998). Pembicaraan mengenai sistem pendidikan akuntansi sudah terkandung dua dimensi: pengajaran dan penelitian (Choidalam Fauzi, 1998). Menurut Machfoedz (1997), penelitian yang dilakukan para dosen akuntansi baik kualitas maupun kuantitasnya masih rendah. Ada beberapa penghambat: pertama, tingginya opportunity cost dari sebuah penelitian; kedua, kurangnya 27 kemampuan metodologi untuk melakukan riset; terakhir, lingkungan yang kurang mengapresiasikan sebuah riset. Pendidikan dan kurikulum akuntansi telah mengalami perkembangan signifikan dalam tiga dekade terakhir. Tujuan sebuah kurikulum adalah untuk membentuk seorang sarjana atau lulusan sebuah program pendidikan dengan kualitas tertentu atau untuk membentuk sarjana yang intelektual sekaligus profesional. Sebagai pembentuk intelektual, maka dasar-dasar keilmuan harus mencukupi untuk diberikan pada mahasiswa,sedangkan untuk membentuk profesional, maka mata kuliah antara skill, character, dan knowledge harus seimbang (Machfoedz, 1997). Pendidikan akuntansi di Indonesia juga sudah mengalami perubahan mendasar sejak awal tahun 1990an yang dirasakan oleh pengguna lulusan akuntansi dan juga adanya indikator bahwa lulusan kita harus bersaing dengan lulusan luar negeri dan hampir selalu kalah dalam setiap persaingan mencari pekerjaan (Machfoedz, 1997). Hal ini dimulai dengan penggantian PAI dengan Standar Akuntansi Keuangan pada kongres Ikatan Akuntan Indonesia tahun 1994 yang juga menyepakati kelahiran Kompartemen Akuntan Pendidik. Salah satu perubahan yang signifikan dalam dunia pendidikan akuntansi adalah keputusan untuk memberlakukan Ujian Sertifikasi Akuntan Publik pada tahun 1997 yang dilanjutkan dengan proses perubahan kurikulum (Machfoedz, 1997). Perubahan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan profesionalisme akuntan di masa yang akan datang dengan tingkat penguasaan yang memadai terhadap pengetahuan, keahlian, 28 dan karakter. Pendidikan akuntansi selayaknya diarahkan untuk memberi pemahaman konseptual yang didasarkan pada penalaran sehingga ketika akhirnya masuk ke dalam dunia praktik dapat beradaptasi dengan keadaan sebenarnya. Pengajaran konseptual adalah hal yang paling penting dan mendasar karena aspek teknis dapat diajarkan dengan baik kalau aspek konseptual telah dipahami dengan baik. Idealnya, pendidikan akan merubah perilaku dan persepsi individu. G. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa dalam pemilihan karir telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, Penelitian tentang persepsi mahasiswa akuntan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan karir pernah dilakukan oleh Rahayu (2003). Dalam penelitian ini menggunakan mahasiswa yang berada di tahun ketiga Universitas Negeri dan Universitas Swasta yang ada di Jakarta, Yogyakarta, dan Surakarta. Variabel yang digunakan yaitu, penghargaan finansial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan kerja dan personalitas. Dari ketujuh faktor tersebut hanya nilai-nilai sosial dan personalitas yang tidak terlalu mempengaruhi mahasiswa sedangkan kelima faktor lain sangat berpengaruh dalam pemilihan karir mahasiswa akuntansi. Pada penelitian Setiyani (2005) menunjukan bahwa dalam pemilihan profesi akuntan publik dan non publik dapat dibedakan melalui faktor gaji, pelatihan profesional, pengakuan profesional, lingkungan kerja, untuk nilai 29 intrinsik pekerjaan. Dan faktor pertimbangan pasar dan nilai-nilai sosial tidak ada perbedaan persepsi. Pada penelitian yang dilakukan Oktavia (2005) di Universitas Widyatama hasil analisis menunjukan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan profesi akuntan publik dan non publik adalah faktor interinsik, penghasilan jangka panjang dan jangka pendek, pertimbangan pasar kerja, latar belakang pendidikan di SMU, persepsi keuntungan menjadi Akuntan Publik. Serta diketahui adanya beberapa faktor pertimbangan lain yaitu penghasilan jangka panjang dan jangka pendek, kebutuhan individu, peluang menjadi pimpinan dan pekerjaan yang menarik tetapi tidak memiliki waktu santai. Reni Yendrawati (2007) melakukan penelitian tentang faktor-faktor berpengaruh pada keputusan pemilihan profesi. Dalam penelitianya sampel yang digunakan adalah mahasiswa di 4 Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta. Dalam penelitian ini faktor yang membedakan pemilihan profesi yaitu penghargaan finansial, pelatihan profesional, dan pengakuan profesional, sedangkan untuk faktor nilai sosial, lingkungan kerja, dan pertimbangan pasar tidak terdapat perbedaan. Untuk perbedaan gender Berdasarkan gender-nya perbedaan pandangan mahasiswa akuntansi terlihat pada factor pertimbangan pasar kerja, sedangkan untuk factor penghargaan financial, pelatihan professional, pengakuan professional, nilai-nilai social dan lingkungan kerja tidak terdapat perbedaan pandangan 30 Tabel 2.1 Ringkasan Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu Nama Tahun Penelitian Sri Rahayu, Eko Arief, Doddy Setiawan (2003) Objek Penelitian 130 mahasiswa PTS di Yogyakarta, Jakarta, Surakarta semester 6 Variabel independen : penghargaan finansial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja dan personalitas Variabel dependen : pemilihan karir mahasiswa sebagai Akuntan Publik dan Non Publik Rediyana Setiyani (2005) Mahasiswa PTN yang ada di pulau jawa Variabel independen : penghargaan finansial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilai-nilai sosial, lingkungan kerja, pertimbangan pasar kerja dan personalitas Variabel dependen : pemilihan karir mahasiswa sebagai Akuntan Publik dan Non Publik Alat Analisis Hasil Penelitian Uji Statistik 1.Terdapat perbedaan Kruskalyang signifikan antara Wallis mahasiswa yang memilih karir sebagai Akuntan Publik dan Non Publik ditinjau dari penghargaan finansial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, dan lingkungan kerja 2.Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara mahasiswa yang memilih karir sebagai Akuntan Publik dan Non Publik ditinjau dari nilai nilai sosial, pertimbangan pasar kerja, dan personalitas Uji -tes faktor faktor yang (independen membedakan Gaji, T-tes) dan Pelatihan Profesional, Analisis Pengakuan diskriminan Profesional, Lingkungan Kerja, untuk Nilai Intristik Pekerjaan, Pertimbangan Pasar Kerja, Nilai nilai Sosial tidak ada perbedaan 31 Tabel 2.1 Lanjutan Ringkasan Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu Nama Tahun Penelitian Reni Yendrawati (2007) Objek Penelitian Mahasiswa di 4 Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakrta Variabel independen : penghargaan finansial, pelatihan profesional, pengakuan profesional, nilainilai sosial, lingkungan kerja, dan pertimbangan pasar kerja Variabel dependen : pemilihan karir mahasiswa sebagai Akuntan Publik dan Non Publik Alat Analisis Uji Statistik KruskalWallis Hasil Penelitian 1.Terdapat perbedaan pandangan diantara mahasiswa akuntansi yang memilih karir sebagai akuntan public, akuntan pendidik, akuntan perusahaan dan akuntan pemerintah mengenai penghargaan financial, pelatihan professional dan pengakuan professional, sedangkan untuk factor nilai-nilai social, lingkungan kerja dan pertimbangan pasar kerja tidak terdapat perbedaan pandangan 2.Berdasarkan gendernya perbedaan pandangan mahasiswa akuntansi terlihat pada factor pertimbangan pasar kerja, sedangkan untuk factor penghargaan financial, pelatihan professional, pengakuan professional, nilainilai social dan lingkungan kerja tidak terdapat perbedaan pandangan 32 H. Kerangka Penelitian Kerangka teoritis penelitian ini menguji perspsi mahasiswa S1 Reguler, dan Diploma 3 di Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana mengenai faktor-faktor dalam pemilihan karir sebagai akuntan dalam kerangka pemikiran teoritis dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 2.1 Kerangka Penelitian PENGHARGAAN FINANSIAL PENGAKUAN PROFESIONAL PELATIHAN PROFESIONAL NILAI-NILAI SOSIAL LINGKUNGAN KERJA PERTIMBANGAN PASAR KERJA PERSONALITAS S1 REGULER MAHASISWA DIPLOMA 3 AKUNTAN PUBLIK AKUNTAN PERUSAHAAN AKUNTAN PENDIDIK AKUNTAN PEMERINTAH