Fenomena Online Dating (Studi pada Perempuan Muda di Jakarta

advertisement
Fenomena Online Dating
(Studi pada Perempuan Muda di Jakarta)
Makalah Non-Seminar
Dibuat oleh
Feby Febrina
1006710722
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia
2014
Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014
2
Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014
3
Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014
4
Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014
5
Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014
FENOMENA ONLINE DATING (STUDI PADA PEREMPUAN MUDA DI
JAKARTA)
Feby Febrina
Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Indonesia
[email protected]
ABSTRAK
Perkembangan teknologi membawa perkembangan komunikasi interpersonal , salah satunya online
dating yang digunakan untuk mencari pasangan. Menggunakan pendekatan kualitatif, dengan studi literatur dan
observasi yang dilakukan kepada 1 pasangan, perempuan WNI berusia 21tahun dan laki-laki WNA berusia 26
tahun, penulisan ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat bagaimana pelaku online dating mengurangi
ketidakpastian dalam menjalankan komunikasi hubungan interpersonalnya. Hasil penulisan menemukan bahwa
atraksi interpersonal diantara keduanya lebih cenderung kepada faktor personal. Semakin tinggi uncertainty yang
dirasakan, semakin sedikit self-disclosure yang dilakukan. Peningkatan pada uncertainty reduction juga terjadi
seiring meningkatnya uncertainty.
Kata kunci: Online dating, atraksi interpersonal, self-disclosure, uncertainty reduction theory, kualitatif.
ABSTRACT
The development of technology brings interpersonal communcation developments, one of them is online dating
that used for seeking partners. Using a qualitative approach, with literature study and observation, that had been
done to a couple, 21 years old Indonesian young woman and 26 years old Dutch young Man, this writing aims
to see how online dating participant reducing the uncertainty in their interpersonal communication and
relationship. The result is that interpersonal attraction between them more likely to be personal factors. The
higher the perceived level of uncertainty, the lower self-disclosure is done. The increase in uncertainty reduction
also occurred with increasing uncertainty.
Key words: Online dating, interpersonal attractions, self-disclosure, uncertainty reduction theory, qualitative.
PENDAHULUAN
Sebagai makhluk sosial, berbagai komunikasi kita lakukan setiap hari, salah satu nya
ialah komunikasi yang kita lakukan dengan orang lain, atau yang disebut dengan komunikasi
interpersonal. Komunikasi interpersonal merupakan communication that takes place between
two persons who have an established relationship, the people are in some way “connected”.1
Hubungan yang terjalin bisa saja sebatas memberi senyuman kepada orang di jalan, maupun
sampai hubungan yang melibatkan emosi atau sexual intimacy. Dalam ilmu komunikasi,
hubungan, pada dasarnya, terbentuk ketika terjadi pertukaran pesan; yaitu ketika dua individu
atau lebih memperhitungkan dan menyesuaikan tindakan verbal maupun non verbal, satu
1
Devito, Joseph A. The Interpersonal Communication Book (Boston: Pearson Education,Inc.2007)h. 5
6
Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014
sama lainnya. Proses pertukaran pesan ini, yang kita sebut sebagai komunikasi interpersonal,
merupakan sarana dimana semua jenis hubungan dimulai, berkembang, tumbuh, dan kadang
memburuk.2
Komunikasi interpersonal dan hubungan interpersonal merupakan sebuah kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan, sebab dalam berkomunikasi, yang terjadi bukan hanya
pertukaran pesan, tapi juga penentuan kadar hubungan interpersonal. Anita Taylor
menyatakan bahwa “Komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi
hubungan interpersonal barangkali yang paling penting. Banyak penyebab dari rintangan
komunikasi berakibat kecil saja bila ada hubungan baik diantara komunikan. Sebaliknya,
pesan yang paling jelas, paling tegas, dan paling cermat tidak dapat menghindari kegagalan,
jika terjadi hubungan yang jelek”.3 Tidak hanya itu, tahun 1967, Watzlawick, beavin, dan
Jackson, melahirkan sebuah istilah baru, yaitu Metakomunikasi, “Every communication has a
content and a relationship aspect, such that the latter classifies the former and is therefore
metacommunications”4
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, segala hal mengenai komunikasi pun turut
berkembang, salah satunya ialah media komunikasi. Kalau dahulu yang dimaksud dengan
bertatap muka ialah dua individu atau lebih berada di tempat yang sama, kini beratatap muka
bisa dilakukan melalui perantara komputer atau smartphone. Kita tidak perlu harus berada di
lokasi yang sama, cukup menggunakan satu messanger application, komputer/smartphone
dan jaringan internet, dua individu atau lebih bisa saling terhubung dan bertatapan satu sama
lain. Komunikasi kini dapat dilakukan tanpa mengenal batas waktu, batas wilayah, batas
jarak, maupun batasan lainnya. Bahkan, komunikasi antara dua orang yang saling tidak
mengenal pun dapat dilakukan hingga terjalinnya hubungan interpersonal yang intim, melalui
munculnya sejumlah website online dating, sosial media, e-mail, chat rooms, instant
messaging, newsgroups, dan lainnya.
Jauh sebelum munculnya internet, matchmaking dan perkenalan melalui perantara,
khususnya untuk memfasilitasi pernikahan, telah menjadi bagian the marriage-courtship
market. Dulu, Mak comblang hanya dicari oleh para orangtua yang ingin mencarikan jodoh
2
Rubent, Brent D & Stewart, Lea P, Communication and Human Behavior Fifth Edition (Boston: Pearson
Education, Inc. 2006) h.244
3
Rakhmat M.sc, Drs. Jalalludin, Psikologi Komunikasi.2001. h.119
4
Ibid,.
7
Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014
bagi anaknya. Kini, mak comblang telah menjadi industri tersendiri dan masih menawarkan
bantuan untuk mencari pasangan, bantuannya kini tidak hanya dicari oleh para orangtua
namun juga oleh orang dewasa itu sendiri yang kecewa dengan pilihan perantara lainnya. Lalu
pada awal tahun 1700-an, untuk pertama kalinya iklan personal untuk mencari jodoh dimuat
di koran, dan menjadi sangat populer pada tahun 1970-an, namun survei menunjukkan bahwa
hanya 1% orang Amerika yang bertemu jodohnya melalui iklan personal. Pada tahun 1980-an
muncul video-dating, para pencari jodoh akan membuat video profil mereka, foto-foto serta
interview singkat, lalu video ini akan ditunjukkan kepada orang-orang yang memiliki kriteria
pasangan sesuai dengan pemilik video. Selanjutnya muncul perusahan komersial yang
memang memfokuskan jasa nya untuk mencarikan pasangan, baik jasa offline maupun
online.5 Sejak internet pertama kali ditemukan, online dating sebenarnya sudah dapat
ditemukan, namun pada saat itu pengenalan online dating bersifat pemasangan iklan-iklan
dalam halaman web. Lalu mulai terciptalah websites yang mengakomodir orang-orang dari
penjuru dunia dengan cara memiliki akun dalam website tersebut dan dapat mencari temanteman dari bagian dunia lainnya. Diantara websites yang ada, yang terbesar diciptakan di
Inggris, website ini adalah kombinasi dari dua websites yang telah ada yang di daftarkan oleh
orang yang sama, yaitu kiss.com dan match.com. Setelah itu, keberadaan online dating
websites menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Di yahoo!, setidaknya terdapat 16
online dating websites. Pada tahun 1998, sebuah film hollywood di release, film ini berjudul
„You’ve Got Mail.‟ Memang film ini tidak secara keselurahan membahas tentang online
dating, namun di film ini, digambarkan bagaimana dua orang yang saling membenci dalam
kehidupan nyata ternyata saling jatuh cinta dalam kehidupan maya. Ini setidaknya
menunjukkan bahwa orang-orang memiliki perilaku yang berbeda dalam kehidupan nyata dan
dalam kehidupan maya.6 Menurut online dating magazine, hampir 20juta orang setidaknya
pernah mengunjungi website online dating tiap bulannya dan 120.000 pernikahan terjadi,
setidaknya berkat peran online dating services. 7
Survei yang cukup mengejutkan, sebagaimana dilansir oleh sebuah koran online,
bahwa online dating lebih berhasil daripada yang pernah dibayangkan orang-orang selama ini.
5
http://psi.sagepub.com/content/13/1/3.full.pdf+html diakses untuk mengetahui fenomena cari jodoh
sebelum munculnya online dating
6
http://brainz.org/history-online-dating/
7
http://www.onlinedatingmagazine.com/mediacenter/onlinedatingfacts.html
8
Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014
Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Jeff Gavin dari University of Bath, Dr. Adrian Scott dari
University of Bath, dan Dr. Jill Duffield dari University of the West of England, menunjukkan
bahwa 94% dari pasangan-pasangan yang menjalani online dating, setelah pertemuan pertama
mereka, pasti memutuskan untuk bertemu lagi untuk pertemuan-pertemuan selanjutnya,
hubungan ini setidaknya berlangsung dan bertahan selama tujuh bulan- satu tahun, dan 18%
dari mereka dapat bertahan hingga lebih dari satu tahun.8
Survei menunjukkan bahwa dibanding pelaku online dating perempuan, pelaku pria
jauh lebih bergantung secara emosional kepada e-partner nya dan lebih berkomitmen pada
hubungan tersebut. Semakin pasangan-pasangan ini terlibat dalam stimulus online dating,
tidak hanya sebatas mengirimkan e-mail, maka semakin mereka saling bergantung satu sama
lain dan semakin mereka saling mengerti secara emosional.9 Mereka yang saling bertukar
hadiah dan sering berbicara melalui telepon sebelum pertemuan mereka, memiliki hubungan
yang lebih berkomitmen dan lebih dalam artinya bagi mereka. Pada penelitiannya juga
ditemukan bahwa mereka yang menggunakan online dating, hampir tidak pernah
menggunakan webcam, alat yang memberikan mereka kesempatan untuk melakukan
komunikasi tatap wajah, dalam bulan-bulan pertama perkenalannya, mereka lebih memilih
untuk menyimpan identitas mereka dan mempertahankan keadaan anonim, sehingga
memberika mereka kesempatan untuk mengutarakan dan mengekspresikan emosi mereka
secara lebih leluasa, dibanding dalam kehidupan nyata. "We also found that people are shying
away from using webcams because they feel it's important not see their partners for some
time – there is something special about text-based relationships." Dr. Gavin percaya bahwa
alasan dari menggunakan telepon dan online chatting mengindikasikan sebuah hubungan
yang lebih dalam bahwa ini adalah metode komunikasi stimulan, dibanding menggunakan
email yang lebih formal.
Fokus masalah penelitian ini ialah peneliti ingin melihat komunikasi interpersonal
yang dimiliki pelaku online dating dengan segala batasan dan hambatan yang dimiliki
pasangan, yangmana tentunya berbeda dari hubungan offline. Adanya perbedaan antara
hubungan online dan offline membuat hubungan online menjadi suatu hal yang unik.
Pertanyaan yang mendasari penelitian ini ialah bagaimana pasangan mengatasi ketidakpastian
menjalankan hubungannya sehingga dapat mencapai level hubungan berikutnya.
8
http://www.sciencedaily.com/releases/2005/02/050218125144.htm
9
Ibid.,
9
Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014
Tinjauan Konseptual
Penulisan ini menggunakan beberapa teori dan konsep untuk menjelaskan bagaimana
pelaku online dating dalam melakukakan komunikasi interpersonalnya. Teori dan konsep
yang digunakan yaitu atraksi interpersonal untuk menjelaskan bagaimana hubungan dapat
terbangun dan Uncertainty Reduction Theory untuk menjelaskan the mantainance of
relationship dan bagaimana hubungan berkembang.
Atraksi Interpersonal
Semakin tertarik kita kepada seseorang, maka semakin besar kecenderungan kita
berkomunikasi dengan dia. Oleh karena itu, atraksi interpersonal adalah kesukaan pada orang
lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Adanya daya tarik ini membentuk rasa suka. Rasa
suka pada seseorang umumnya membuat orang yang kita sukai menjadi signifikan bagi kita.10
Atraksi Interpersonal dipengaruhi oleh faktor personal dan situasional, yaitu

Faktor Personal: Kesamaan karakteristik personal, tekanan emosi, harga diri yang
rendah, dan isolasi sosial

Faktor Situasional: Dayatarik fisik, ganjaran (Reward), familiarity, dan kedekatan
(Proximity)
Atraksi
Interpersonal
sangat
berpengeruh
dalam
komunikasi
Interpersonal.
Komunikasi Interpersonal dinyatakan efektif bila komunikasi merupakan hal yang
menyenangkan bagi komunikan. Selain itu, sebagaimana yang telah dibuktikan oleh Wolosin
(1975) bahwa komunikasi akan lebih efektif bila para komunikan saling menyukai. Orang
akan cenderung untuk membuka diri jika lawan bicara dirasa memiliki kesamaan dengan
dirinya dan cenderung untuk menutup diri dan menghindari komunikasi jika lawan bicara
dibenci dan membuat orang tersebut tidak nyaman11
Uncertainty Reduction Theory
Teori yang dicetuskan oleh Charles Berger dan Richard Calabrese ini ditujukan untuk
menjelaskan bagaimana komunikasi digunakan untuk mengurangi ketidakpastian diantara
orang-orang yang saling tidak mengenal ketika melakukan percakapan untuk pertama kali.
Ketika mengalami ketidakpastian, orang cenderung untuk menciptakan atau memperkirakan
10
Rakhmat M.Sc, Drs. Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, 2001. H.111
11
Ibid,.h.118
10
Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014
sendiri atas perilaku orang lain, pada saat itu, orang akan mengalami masa yang sulit,
sehingga orang akan termotivasi untuk mencari informasi mengenai orang tersebut. Menurut
Berger, kita membuat perencanaan untuk mencapai tujuan kita. Mulai dari bagaimana kita
akan berkomunikasi dengan orang lain sesuai dengan tujuan dan informasi atau data yang
telah kita miliki. Semakin tinggi tingkat ketidakpastian, maka kita akan semakin berhati-hati
dan cermat dalam merencanakan apa yang ingin kita lakukan dan sangat mengandalkan data
yang kita miliki. Dan pada saat kita merasa sangat tidak pasti, kita mulai mengalami krisis
kepercayaan terhadap rencana kita sendiri dan kita mulai membuat berbagai rencana
cadangan.12
Menurut Berger dan Calbrese, pengurangan ketidakpastian memiliki dua kategori,
yaitu proaktif (ketika seseorang berpikir mengenai pilihan komunikasi yang akan
dilakukannya sebelum ia betul-betul terlibat dalam percakapan dengan orang yang belum
dikenal) dan retroaktif (upaya-upaya untuk menjelaskan perilaku setelah percakapan
berlangsung)13
Teori ini memiliki beberapa asumsi, yaitu:

Orang-orang
mengalamai/merasakan
ketidakpastian
dalam
situasi
interpersonal

Ketidakpastian merupakan keadaan yang tidak disukai, menyebabkan
penekanan kognitif

Ketika dua orang yang saling tidak mengenal bertemu, perhatian utama mereka
ialah untuk mengurangi ketidakpastian diantara mereka dan meningkatkan hal
yang dapat diramalkan

Komunikasi interpersonal adalah sebuah proses berkembang yang terjadi
melalui beberapa tahapan

Komunikasi interpersonal ialah alat utama dalam pengurangan ketidakpastian

Kuantitas dan sifat informasi yang orang-orang bagi, berubah seiring waktu

Memungkinkan untuk memprediksi hubungan orang-orang dalam cara seperti
hukum
12
Charles R. Berger dan Richard J. Calabrese, Some Exploration in Initial Interaction And Beyond: Toward A
Development Tehory of Interpersonal Communication Researh 1, 1975 h.99-112
13
Charles R. Berger dan Richard J. Calabrese, Some Exploration in Initial Interaction And Beyond: Toward A
Development Tehory of Interpersonal Communication Researh 1, 1975 h.106
11
Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014
URT merupakan sebuah teori yang terbentuk dari pengumpulan sejumlah aksioma atau
kebenaran yang ditarik dari penelitian yang telah dilakukan dan common sense. Teori ini
mengemukakan tujuh axioma, yang disimpulkan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1. Axioma Uncertainty Reduction Theory
↑
↑
↑
↑
↑
↓
↑
Main Concept
Uncertainty
Uncertainty
Uncertainty
Uncertainty
Uncertainty
Uncertainty
Uncertainty
Relationsip
Negative
Negative
Positive
Negative
Positive
Negative
Negative
↓
↓
↑
↓
↑
↑
↓
Related Concept
Verbal Communication
Nonverbal Affiliative Expressiveness
Information Seeking
Intimacy Level of Communication
Reciprocity
Similarity
Liking
Metode Penulisan
Tulisan ini bertujuan untuk melihat bagaimana pelaku online dating mengurangi
ketidakpastian dalam menjalankan hubungan interpersonalnya.
Metode pengumpulan data yang dilakukan ialah studi literatur dan pengamatan, yang
bertujuan untuk melihat bagaimana gambaran realistik proses pengurangan ketidakpastian
pada pasangan pelaku online dating. Proses pengamatan dilakukan dengan cara turut serta
dalam satu kali percakapan antara kedua informan. Untuk mengkonfirmasi data, maka penulis
melakukan wawancara mendalam dengan kedua informan dan menggunakan pedoman
wawancara (terlampir).
Karakteristik informan dalam penelitian ini ialah pasangan, laki-laki dan perempuan,
berusia 20-30 tahun, telah dan sedang menjalani hubungan lebih dari 6 bulan.
Hasil Penelitian
Penulis telah melakukan observasi dan wawancara kepada dua orang informan,
keduanya ialah pasangan yang menjalani hubungan percintaanya secara online. Informan
pertama ialah AI, perempuan warga negara Indonesia berusia 21 tahun, anak kedua dari tiga
bersaudara, berdomisili di Jakarta, Indonesia. AI kini sedang menjalani pendidikan di bidang
Hospitality. Sejak remaja, AI memang memiliki ketertarikan dengan pria berwarga negara
asing, khususnya dari Eropa. AI sangat tertutup tentang hubungan online nya ini terhadap
orang-orang disekitarnya, dapat dikatakan tidak ada yang mengetahui hubungan nya ini,
namun AI cukup kooperatif dalam menjawab pertanyaan yang diberikan. Informan kedua
ialan pasangannya JM, laki-laki warga negara Belanda berusia 26 tahun merupakan seorang
12
Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014
anak tunggal, dan bertempat tinggal di Groningen, Belanda. JM telah menyelasaikan
pendidikannya dibidang Manajemen dan kini bekerja dibidang asuransi. Sama halnya dengan
AI, JM juga merahasiakan hubungan online nya ini. JM sangat mudah diajak berbicara,
sehingga wawancara berjalan lancar.
Ketertarikan dan keinginan AI untuk menjalin hubungan dengan pria berwarganegara
asing menjadi alasan utama untuk memulai hubungan online. Dan bagi JM, yang mendasari
keputusannya untuk memulai hubungan online ialah untuk mencari pasangan, dengan tidak
menspesifikan suku atau ras. AI berpendapat bahwa online dating hanyalah salah satu sarana
alternatif untuk mencari pasangan, namun pandangan orang sekitarnya yang negatif akan
online dating dan tidak adanya orang-orang di sekitar AI yang menjalani hubungan yang
serupa, yang mengakibatkan AI merahasiakan hubungannya, selain itu fenomena online
dating di Indonesia memang tidak se-booming di negara lain seperti di Eropa, Amerika, atau
Australia. AI merasa jika ia harus menceritakan hubungannya ini, orang-orang disekitarnya
tidak akan mengerti dan akan memandang dirinya aneh sehingga menjauhi dirinya. Menurut
AI, orang-orang di sekitarnya memandang para pelaku online dating sebagai orang-orang
yang insecure terhadap dirinya sendiri dan orang-orang yang telah putus asa dalam mencari
pasangan. Lain halnya dengan JM, online dating merupakan hasil biasa yang ditemukan di
negaranya, walaupun sejumlah orang memandang aneh hubungan ini, namun karena banyak
orang yang melakukan, sehingga biasa saja bagi JM untuk dijalani. Berbeda dengan AI yang
merahasiakan hubungannya karena ketakutan akan pandangan orang sekitarnya, JM
merahasiakannya karena ia sama sekali tidak suka membicarakan hubungan pribadi nya
dengan orang lain, selain itu menurut JM, ia ingin hubungannya settle terlebih dahulu, baru ia
mau menceritakannya. Sama halnya dengan AI, JM melihat online dating hanya sebagai
perantara lain bertemu jodohnya, tidak ada yang membuatnya aneh dibanding hubungan yang
sebenarnya, dimana dua orang bisa saling merasakan keberadaan pasangannya secara fisik.
Menurut JM, justru disitulah tantangan dan itulah yang dapat membuat hubungan mereka kuat
jika nantinya akan dibawa kejenjang berikutnya.
AI mengenal JM dari seorang teman yang juga melakukan online dating, saat itu
temannya dan JM sedang menjalin hubungan, namun JM melihat AI lebih atraktif, sehingga
mencoba memulai percakapan. AI dan JM awalnya menggunakan msn messenger sebagai
media dalam menjalani hubungan, kini berpindah menggunakan skype. Percakapan AI dan
JM selalu melibatkan penggunakan webcam, namun yang menarik di sini, selama empat tahun
hubungan berjalan, yang aktif menggunakan webcam hanyalah AI. Sedangkan JM hingga saat
13
Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014
ini belum pernah menggunakan webcam, menurut JM, ia tidak memiliki webcam dan tidak
ada alasan baginya untuk menggunakan webcam. Namun kedua nya bicara dengan
menggunakan mic, kapanpun ketika salah satu dari mereka atau keduanya sedang sendiri di
tempat mereka berada.
AI dan JM mengawali pembicaraan dengan pertanyaan „ASL?‟ atau age, sex, life.
Pertanyaan yang selalu ditanyakan untuk pertama kalinya bagi hampir seluruh pelaku online
dating. Pada tahap awal pembicaraan ini, self-disclosure yang dilakukan hanya sebatas
pengetahuan umum untuk menemukan atraksi intepersonal yang ada. Keduanya sebatas
membicarakan kegiatan sehari-hari dan hal-hal yang digemari. AI menemukan bahwa JM
ialah orang yang sangat kompetitif dari cerita JM mengenai kegiatannya dalam bertenis dan
kesukaannya terhadap sepak bola. Dan JM melihat AI sebagai seorang perempuan yang
menyukai tantangan melalui cara AI bercerita tentang kegemarannya akan F1 dan olahraga
ektrim. AI dan JM mengatakan bahwa mereka saling tertarik sejak pembicaraan pertama.
Menurut keduanya, pasangan mereka adalah individu yang mereka rasakan nyaman untuk
diajak berbicara berbagai hal. JM merasa AI bisa membuat dirinya tenang, good listener, dan
selalu membantu JM menemukan solusi untuk setiap masalah yang dihadapi JM. Dan bagi
AI, JM ialah sosok yang dewasa dan dapat mengemong dirinya, sosok yang menjadi kriteria
utama bagi AI dalam mencari pasangan.
Pada tahap awal pembicaraan, webcam dan mic belum digunakan sebagai media
menjalin hubungan, kedua alat ini baru digunakan setalah dua minggu pembicaraan. Setelah
penggunaan alat-alat ini untuk pertama kalinya, atraksi interpersonal semakin kuat bagi JM.
JM melihat AI sebagai perempuan yang cantik, selalu tersenyum, bertubuh bagus, dan
memiliki rambut tebal yang menjadi kesukaan JM. Sedangkan bagi AI, keraguan akan
identitas JM mulai muncul, karena JM tidak memiliki webcam sehingga AI tidak bisa melihat
JM melalui perantara layar, tapi hanya bisa melihat fotonya dan mendengar suaranya.
Keraguan muncul, apakah JM benar laki-laki yang ada di foto tersebut atau tidak, benarkah
usia JM sesuai dengan yang diinformasikan, karena setelah mendengar suaranya, AI merasa
bahwa suara JM bukanlah suara laki-laki berusia 22 tahun (empat tahun yang lalu).
Keraguan ini menimbulkan ketidakpastian yang makin besar bagi AI. AI mulai
mencoba meminimalisir informasi penting mengenai dirinya kepada JM, namun AI
mengalami dilema, karena jika ia ingin tau lebih banyak mengenai JM, maka AI harus
melakukan self-diclosure yang seimbang dengan yang dilakukan oleh JM. Kepercayaan AI
kepada JM mulai goyah dan kepercayaan selalu menjadi pemicu pertengkaran diantara
14
Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014
keduanya. AI seringkali memberi pertanyaan terselubung dalam percakapan mereka dalam
upaya untuk mengurangi ketidakpastian yang dirasakan oleh AI. Dan seringkali jawaban yang
diberikan justru membuat ketidakpastian itu semakin besar. Seperti pertanyaan mengenai
perkuliahan yang ditanyakan AI dengan tujuan mengungkap apakah JM berbohong mengenai
usianya. Suatu saat (setelah sempat lima bulan putus hubungan), AI menanyakan apakah JM
sudah lulus kuliah atau belum, dan “Not yet, one more year” oleh AI, namun satu minggu
kemudian ketika AI memberikan pertanyaan dengan penekanan, “So now you’ve graduated
and currently working, right? Where are you working now?” dan dijawab “Yeah, I’m working
now, in an insurance company”.
Pada tahun pertama menjalin hubungan, dinilai AI dan JM sebagai masa tersulit. AI
selalu merasa menjadi pihak yang lebih banyak berkorban karena selalu diselimuti rasa ragu
akan identitas JM. Namun, dari seluruh pertengkaran yang ada, ketergantungan akan satu
sama lainnya selalu membawa mereka kembali ke keadaan „baik-baik saja‟. AI dan JM
memiliki pemikiran bahwa „To know each other better is by conversing, not by seeing’
Setiap harinya percakapan akan dimulai dengan menanyakan kabar dan kegiatan hari
itu. Lalu semakin berjalannya waktu, pembicaraan AI dan JM mulai berkembang kepada
ranah yang lebih pribadi. AI dan JM mulai membicarakan detail tentang keluarga nya, tentang
kehidupannya, masalah yang sedang dihadapi, ketakutan dan kekhawatiran mereka terhadap
kehidupan mereka, dan masih banyak lainnya. Kini yang dibicarakan mulai perkembang
kepada harapan mereka mengenai masa depan, baik bagi kehidupan mereka masing-masing
maupun bagi hubungan mereka. AI dan JM mulai membicarakan mengenai kehidupan
pernikahan, seperti berapa banyak anak yang ingin dimiliki.
Dalam perjalanan hubungannya, AI mulai merubah cara berpikirnya dari
mempertanyakan identitas JM, ke berusaha menerima JM apa adanya, dan lebih
mementingkan kepribadia JM. AI kini berpikir bahwa fisik tidaklah menjadi sesuatu yang
penting, walaupun jika pada kenyataannya JM ialah seseorang yang berusia di atas 50,
mereka akan baik-baik saja, AI akan tetap menerima JM, karena yang dicintai dan menarik
bagi AI adalah pribadi JM bukan fisiknya.
Pembahasan
Jika dalam hubungan offline kita bisa mencari informasi mengenai pasangan melalui
pihak ketiga, lain halnya dengan hubungan online. Apabila tergabung dalam website online
dating, proses self-disclosure yang dilakukan pada awalnya ditentukan oleh norma dan
15
Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014
kebijakan masing-masing website serta keinginan individu untuk “present themselves as
unique individuals within the constraints of a technical system that encourage[s]
homogeneity, negotiating a desire to stand out with the need to blend in” (Ellison, Heino, &
Gibbs).14 Dengan obligasi yang dimiliki oleh masih-masing website, para pelaku online
dating dituntut untuk memberitahukan informasi personalnya, baik untuk menyesuaikan diri
dengan norma sosial maupun karena keinginan mereka sendiri untuk membentuk hubungan.
Mereka akan membuat profil mereka semenarik mungkin, untuk menarik perhatian pasangan
sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
Namun bagi yang tidak bergabung dengan website online dating, self-diclosure sejak
awal dilakukan sendiri melalui perbincangan. Seperti JM dan AI, yang sejak awal sama sekali
tidak mengetahui informasi mengenai satu sama lain kecuali „JM adalah kekasih online teman
saya‟ bagi AI dan „AI adalah teman kekasih online saya‟ bagi JM. Maka disclosure pertama
dimulai melalui pertanyaan „ASL?‟ atau age, sex, life. Informasi yang diberikan AI kepada
JM ataupun sebaliknya sangat dibatasi pada awal hubungan. Self-disclosure yang dilakukan
diatur sedemikian rupa dengan tujuan untuk membentuk persepsi yang baik mengenai dirinya.
Ketika kedua pasangan menemukan titik nyaman antara satu dengan yang lain, makan selfdisclosure yang dilakukan semakin sering dan informasi yang diberikan semakin banyak.
Proses self-disclosure akan terhambat ketika salah satu pasangan melakukan hal yang
membuat kepercayaan di antara kedua nya menurun. Seperti yang dialami oleh AI mengenai
identitas JM. Ketika AI merasa JM tidak jujur, AI mulai membatasi informasi yang ia ungkap
mengenai diri nya. Pembicaraan hanya akan sebatas membicarakan cuaca atau berita yang
menarik pada hari itu.
Mengaitkan dengan teori atraksi komunikasi interpersonal yang menyatakan bahwa
salah satu faktor situasioanl yang mempengaruhi atrakasi interpersonal ialah daya tarik fisik,
inilah yang menjadi dasar awal mula hubungan interpersonal online atau online dating pada
umumnya dimulai. “We are more affected by attractive people by phisically unattractive
people, and unless we are specifically abused by them, we tend to like them better” (Aronson,
1972).15 Terdapat 2 faktor yang mempengaruhi atraksi interpersonal, yaitu:
1.
Faktor personal, diantaranya:
14
Ianis Bucholtz.(2013).Diffused Intimacy: Trust and Self-disclosure in Online Relationships.
15
Drs. Jalaludin Rakhmat M.Sc, Psikologi Komunikasi, 2001. H.114
16
Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014
•
Kesamaan karakteristik personal, AI dan JM pada minggu pertama pernah
membicarakan mengenai kasus pembuatan karikatur Nabi Muhammad oleh seniman Belanda,
dari pembicaraan ini AI menemukan titik ketertarikan terbesarnya kepada JM, AI menilai JM
merupakan pribadi berjiwa positif yang selalu melihat segala hal dari dua perspektif yang
berbeda. AI menyukai kecerdasan yang dimiliki JM. AI merasa menemukan banyak
kesamaan dalam pribadi JM, dan untuk perbedaan yang dimiliki, AI dan JM merasa mereka
bisa melengkapi satu sama lainnya.
•
Tekanan emosional. Keinginan memiliki pasangan untuk berbagi perasaan. JM
mengungkapkan bahwa saat AI menyapa nya untuk pertama kali, JM sedang bertengkar
bertengkar dengan kekasihnya yang merupakan teman AI. JM merasa AI memberikan
dukungan moral yang besar dan memberikan sesuatu yang sangat JM butuhkan saat itu, yaitu
untuk didengarkan.
•
Harga diri yang rendah. Hal ini tidak ditemukan pada kedua pasangan.
2.
Faktor situasional, salah satunya ialah:
•
Daya tarik fisik. Hal ini baru dirasakan oleh kedua pasangan setelah saling
bertukar foto dan kemudian menggunakan webcam, walaupun hanya satu pihak yang
menggunakannya. Sehingga dapat dikatakan dalam hubungan ini, daya tarik fisik bukanlah
hal utama yang menjadi atraksi diantara mereka.
Pola hubungan yang dimiliki pasangan dalam kehidupan nyata dan pada kehidupan
maya serupa namun dalam praktek nya saja yang berebeda. Sebagaimana yang telah dipelajari
dalam psikologi komunikasi, dalam sebuah hubungan, terdapat tahapan hubungan
interpersonal. Tahapan-tahapan ini terbagi kedalam tiga tahapan, yaitu:
1.
Tahap pertama : Acquaintance process
Tahap ini sebagaimana yang telah disebutkan di atas, dalam online relationship,
perkenalan pertama kali selalu dimulai dengan „ASL?‟ (age, sex, life). Pada tahap ini
Uncertainty Reduction Strategy di mulai. Biasanya perempuan jauh lebih waspada untuk
menghindari terjadinya kasus phedophilia. Menurut Berger dan Calabrese, tahapan awal
pembicaraan disebut dengan entry phase, dimana pada tahap ini orang dipandu dengan aturan
atau norma yang bersifat eksplisit dan implisit. IA dan JM menceritakan, pada tahap ini,
pasangan akan terlibat percakapan ringan dengan tujuan untuk mengetahui lebih lanjut
mengenai lawan bicara dan tentunya untuk mengurangi ketidakpastian diantara mereka. IA
mengatakan bahwa ia memulai percakapan dengan bertanya bagaimana kabar hari ini dan apa
17
Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014
yang sedang dilakukan lawan bicara. Dari situ IA mulai membuka percakapan untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai lawan bicara, masuk kepada tahap berikutnya, yaitu
personal phase. Pada tahap ini, kedua individu akan lebih spontan dan mulai mengutarakan
informasi yang bersifat personal, tahap ini bisa terjadi pada awal perkenalan, tetapi
kemungkinan lebih besar terjadi setelah interaksi berikutnya.16 Dengan menanyakan kabar
dan kegiatan hari ini, IA bisa mendapatkan informasi seperti pekerjaan JM dan kegiatan
sehari-hari JM. Dalam hubungan online, tahap kedua lebih besar kemungkinannya untuk
dilakukan pada interaksi awal, karena orang cenderung untuk lebih mudah bercerita kepada
orang asing yang mana mereka anggap tidak akan bertemu lagi dengan mereka, atau pada
kasus hubungan online, komunikan berada di lokasi yang berbeda dan tidak mengenal
satupun orang dikehidupan komunikator sehingga komunikator merasa aman untuk
melakukan self-disclosure. Walaupun begitu, pada tahap ini, khususnya setelah terjadi
percakapan pertama menggunakan webcam dan mic, AI berusaha membatasi informasi yang
diberikan, mencoba membentuk persepsi JM mengenai dirinya, dan mencoba mencari tahu
lebih dalam mengenai JM. Setelah pembicaraan pertama kali, ketidakpastian tidak begitu saja
hilang, namun muncul ketidakpastian
berikutnya, akankah mereka akan melanjutkan
interaksi pada masa yang akan datang atau tidak. Inilah yang disebut dengan exit phase, tahap
dimana kedua individu memutuskan untuk melanjutkan hubungan atau tidak.
2.
Tahap kedua
: Peneguhan hubungan
Penulis berpendapat tahap ini adalah tahap terpenting dalam setiap hubungan
khususnya hubungan online yang resikonya dan ketidakpastiannya amat besar. Pada tahap ini
dijelaskan 4 faktor penting memelihara keseimbangan, yaitu keakraban, kontrol, respons yang
tepat, dan nada emosional yang tepat. Pada hubungan online, keakraban dan kontrol sering
kali memiliki proporsi yang berbeda antara perempuan dan laki-laki, ini disebabkan
perbedaan kebudayaan dan nilai-nilai yang dimiliki keduanya. Di Indonesia sudah menjadi
biasa jika laki-laki dapat mengatur pasangannya, namun tidak dengan di Eropa, laki-laki
membebaskan pasangannya untuk melakukan hal yang dianggapnya benar. Sebagai contoh,
bagi pasangan di Indonesia, perempuan akan meminta izin terlebih dahulu apabila akan pergi
keluar bersama teman-teman, lain halnya dengan di Eropa, perempuan hanya cukup
memberitahu tanpa menanyakan apakah diizinkan atau tidak. Begitu pula dengan keakraban,
JM menyatakan perempuan Indonesia (AI) lebih menginginkan banyak perhatian, menuntut
16
West-Turner. Introduction Communication Theory. H169
18
Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014
besarnya pengertian dan lebih manja dibanding mantan kekasihnya yang kebanyakan juga
sama-sama orang Eropa. Untuk respon yang tepat dan nada emosional yang tepat, inilah
menjadi kunci utama dari mengapa orang-orang bertahan cukup lama di hubungan online.
Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan, penulis menemukan bahwa, langgengnya
hubungan online dating yang bersifat tertulis ini disebabkan oleh, penginterpretasian tulisan
yang dilakukan tiap-tiap pasangan. Pasangan-pasangan ini menginterpretasikan perkataan
yang dikirim oleh pasangannya ke dalam nada pembicaraan di otaknya sesuai dengan nada
bicara yang ia harapkan. Perkataan „No it’s okay. Just go’ diartikan berbeda oleh yang
menulisnya dan yang membacanya. Sebagaimana hal nya kita membaca buku, imajinasi dan
penginterpretasian tiap-tipa orang berbeda. Inilah yang membuat mengapa beberapa orang
bertahan dalam hubungan online, karena mereka sendiri yg menterjemahkan tulisan kepada
nada bicara sesuai dengan apa yang mereka harapkan saat itu, sehingga mereka akan selalu
menganggap bahwa pasangannya baik, supportive, dll.
3.
Tahap ketiga : Pemutusan hubungan interpersonal
Pada tahap terakhir ini, tidak semua pasangan akan melalui proses ini, sebab apabila
konflik yang terjadi diantaranya dapat diselesaikan dengan baik maka, pemutusan hubungan
tidak perlu terjadi. Sumber konflik yang dianalisi oleh R.D Nye (1973) ialah kompetisi,
dominasi, kegagalan, provokasi, dan perbedaan nilai. Menurut AI, sumber konflik yang sering
terjadi ialah perbedaan nilai dan provokasi. Sama hal nya dengan hubungan pada kehidupan
nyata, apabila salah satu pasangan melakukan hal yang mengecewakan pasangan lainnya, ini
akan meninggalkan sakit hati pada salah satu pasangan tersebut dan, pasangan tersebut akan
terus mengungkit-ungkit masa lalu. Berbeda budaya, berbeda pula nilai yang ditanamkan, ini
menjadi kendala utama dalam hubungan online dating yang umumnya terdiri dari pasanganpasangan berbeda budaya. Tahap ini sempat dialami oleh AI dan JM, akibat besarnya
ketidakpastian yang dimiliki AI terhadap JM, dan perasaan insecure akan kesetiaan pasangan.
Dapat dikatakan bahwa uncertainty yang dimiliki pasangan yang melakukan online dating
jauh lebih besar dibanding pasangan yang melakukan real dating.
Jika merujuk pada apa yang dipelajari oleh Marianne Dainton dan Broke Aylor,
hubungan jarak jauh tanpa adanya tatap muka berkaitan dengan ketidakpastian relasional.
Ketidakpastian rasional didefiniskan sebagai “Lack of certainty about the future and the status
of the relationship” Uncertainty ini berbeda dengan individual uncertainty karena berada pada
level abstraksi yang lebih tinggi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dainton dan Aylor,
menunjukkan bahwa sebagaimana yang sudah diperkiran URT, semakin besar ketidakpastian
19
Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014
dalam hubungan, maka semakin besar kecemburuan, semaking berkurang kepercayaan, dan
semakin sedikit tindakan pemeliharaan. Kepercayaan merupakan alat penting untuk
mengurangi ketidakpastian hubungan. Pertemuan tatap muka juga penting untuk mengurangi
ketidakpastian. Namun, sebagaimana yang telah dinyatakan sebelumnya, bahwa hubungan
online dan offline memiliki perbedaan wujud pasangan secara fisik, bagi hubungan online
hanya bisa face-to-face melalui perantara komputer atau smartphone, sehingga yang
dilibatkan hanyalah emosi dan membutuhkan kepercayaan yang tinggi untuk mengurangi
ketidakpastian yang ada. Mengacu kepada hubungan AI dan JM, untuk membangun
kepercayaan dan untuk dapat saling mengerti, self-disclosure harus terus dilakukan.
Sama halnya dengan hubungan lainnya, online dating pun melewati sejumlah upaya
uncertainty reduction, begitu pula dengan hubungan AI dan JM. Mengaitkan pengalaman AI
dan JM dengan tujuh aksioma URT, dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Ketidakpastian yang dimiliki oleh pasangan ini semakin berkurang seiring
meningkatkanya komunikasi verbal mereka. Semakin sering mereka berbicara
maka semakin berkurang ketidakpastian yang mereka. Namun, penulis melihat
ketika ketidakpastian mengenai suatu subjek berkurang, muncul ketidakpastian
untuk subjek lainnya.
2. Sama halnya dengan komunikasi verbal, semakin meningkat ungkapan nonverbal, semakin berkurang ketidakpastian yang ada. Pada pasangan online
dating ini, ungkapan non-verbal yang dirasakan JM terhadap AI ialah tatapan
mata, intonasi suara, mimik wajah, dan gesture, dan bagi AI hanya intonasi
suara JM.
3. Ketidakpastian yang tinggi akan meningkatkan upaya untuk mencari informasi
mengenai perilaku orang lain. Aksioma ini dapat dikaitkan pada beberapa
tindakan AI dalam mengurangi ketidakpastian mengenai pasangannya. AI
menyatakan bahwa ia telah melakukan upaya dari yang minim hingga yang
menurutnya ekstrim. Jika bagi JM, untuk mencari tahu informasi mengenai AI
cukup mencari nya di berbagai social media, lain halnya dengan AI. AI telah
melakukan berbagai cara, diantaranya bertanya langsung ke JM, mencari akun
JM di berbagai sosial media, menyamar sebagai orang lain dan mengobrol
dengan JM, hingga berusaha membayar hacker untuk meng-hack akun email
JM, agar dapat melihat kepada siapa saja JM berbicara. AI menyatakan
tindakannya ini semata-mata untuk mengurangi ketidakpastian nya yang amat
20
Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014
besar mengenai pasangannya. Namun kini AI sudah menyerah dan berusaha
menerima pasangannya sesuai dengan informasi yang diberikan langsung oleh
JM.
4. Tingginya tingkat ketidakpastian menyebabkan turunnya tingkat keintiman ini
komunikasi. Berdasarkan observasi, hal ini terbukti saat AI merasa
ketidakpastian akan status atau kesetian JM meningkat, AI cenderung menjaga
jarak dan berbicara seperlunya saja.
5. Tingkat ketidakpastian yang tinggi menghasilkan tingkat resiprositas tinggi.
Untuk askioma ini, penulis menilai tinggi atau rendahnya tingkat resiprositas
tergantung kepada pribadi individu itu sendiri, bukan kepada tingkat
ketidakpastian. Jika melihat AI dan JM, JM tidak terlalu antusias dalam
menceritakan dirinya, sehingga tidak terlalu banyak informasi yang keluar,
namun karena AI adalah seorang yang talk-active, AI terus menceritakan
tentang dirinya walaupun tidak ada perilaku yang sama dari JM.
6. Kesamaan akan mengurangi ketidakpastian sedangkan perbedaan akan
meningkatkan ketidakpastian. Kesamaan akan membuat dua individu merasa
nyaman untuk melakukan pembicaraan. Hal ini juga dinyatakan oleh AI dan
JM. Menurut JM, kesamaan cara pandang atas sebuah topik membuat JM
nyaman berbicara dengan AI sehingga mudah bagi JM untuk membuka diri
dalam proses mengurangi ketidakpastian
7. Ketidakpastian yang meningkat akan mengurangi perasaan menyukai. Hal ini
terjadi
karena
perasaan
insecure
yang
dirasakan,
sehingga
ketika
ketidakpastian semakin besar, orang akan menjadi ragu untuk membawa
komunikasi atau hubungan ke tahap berikutnya.
Menurut Berger (1979) dalam upaya untuk mengurangi ketidakpastian orang
menggunakan taktik yang berasal dari tiga kategori strategi.17 Yaitu startegi pasif, aktif dan
interaktif. Pasangan ini menggunakan kombinasi dari ketiganya, tergantung kepada situasi
yang ada.
1. Strategi pasif berlangsung ketika individu menjalani peran sebagai pengamat
diam-diam. Untuk strategi ini, hanya JM yang dapat melakukan. JM
melakukan hal ini untuk mempelajari reaksi yang ditunjukkan AI dalam
17
Ibid,. H.175
21
Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014
berbagai hal. Sehingga melalui pengamatan ini, JM dapat mengurangi
ketidakpastian, contohnya ketika JM bertanya “Are you okay?”, menurut JM,
AI sering tidak jujur mengenai hal ini, maka JM selalu mengamati raut wajah
dan gesture AI untuk melihat apakah yang dikatakan benar atau tidak. Selain
itu JM juga menilai reaksi AI atas berita-berita buruk yang diberikan JM
melalui pengamatan raut wajah dan gesture.
2. Selanjutnya strategi aktif, inilah yang dilakukan oleh keduanya, yaitu melalui
perantara internet, satu hal yang sama dilakukan ialah pemanfaatan sosial
media. AI lebih aktif dibanding JM, AI melakukan berbagai cara dari
pemanfaatan sosial media hingga pemanfaatan hacker. Tidak itu saja, AI
pernah meminta bantuan teman nya yang berada di kampus yang sama dengan
kampus yang diinformasikan JM sebagai tempat kuliahnya untuk memeriksa
benarkah ada JM di kampus tersebut.
3. Strategi interaktif ialah strategi yang lebih sering dilakukan dan dinilai efektif
oleh AI dan JM. Strategi ini disebut dengan confrontation oleh mereka berdua.
Strategi ini sebenernya berjalan seiring dengan berjalannya percakapan yang
dilakukan, sadar atau tidak
Ketiga strategi tersebut berperan penting dalam mengurangi ketidakpastian, namun
Berger percaya bahwa perilaku tertentu, seperti menanyakan hal sensitif dapat meningkatkan
ketidakpastian dari pada menguranginya.18 Namun upaya pengurangan ketidakpastian akan
berhenti pada suatu titik dimana pasangan berusaha mengesampingkan rasa ketidakpastian
tersebut dan lebih memfokuskan kepada situasi yang ada saat itu. Seperti yang dilakukan oleh
AI, kini disamping terus menanyakan dan berusaha secara aktif mencari tau dengan berbagai
macam cara, AI menerima apa ada nya keadaan yang ada demi berlangsung nya hubungan
dan selalu mempersiapkan dirinya akan kenyataan bahwa pasangannya jauh dari apa yang
diinformasikan kepada nya saat ini.
Kesimpulan
Untuk sebagian orang, mereka menganggap orang-orang yang tergabung ke dalam
akun online dating sebagai orang-orang yang putus asa karena sulit mendapatkan kekasih atau
pasangan hidup dalam kehidupan nyata. Memang tidak dapat dipungkiri, dalam menjalani
18
Morissan, M.A. Psikologi Komunikasi
22
Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014
online dating ini tentunya mereka tidak dapat merasakan fisik pasangannya sebagaimana
pasangan-pasangan lain di kehidupan nyata, sehingga orang-orang berpikir, pasanganpasangan yang menjalani online dating ini hidup dalam kehidupan imajinasi mereka. Jika
melihat hasil studi literatur dan observasi, menjalin hubungan via online hanyalah sebagai
perantara lain dalam menemukan pasangan. Justru menurut penulis, fenomena ini merupakan
suatu peristiwa khusus bagaimana dua orang dapat menumbuhkan rasa cinta tanpa pernah
bertemu sebelumnya. Dan melalui studi literatur serta observasi, dapat disimpulkan bahwa:

Online dating hanyalah sebagai sarana lain dalam mencari pasangan

Atraksi interpersonal yang ada lebih cenderung kepada faktor personal
dibanding faktor situasional. Kesamaan karakteristik dan tekanan emosional
lebih berperan dibanding daya tarik fisik, berbanding dengan apa yang
dikatakan Aronson (1972)

Proses self-disclosure tergantung kepada darimana hubungan dimulai, jika
dimulai melalui online dating sites maka self-disclosure dilakukan sejak awal
registrasi, dengan sejumlah peraturan yang dimiliki sites tersebut dan menjadi
hak semua anggota sites untuk melihat. Lain halnya dengan tanpa fasilitas
sites, self-disclosure dilakukan oleh masing-masing individu sendiri

Uncertainty reduction dalam online dating memiliki perbedaan dari penelitain
Dainton dan Aylor yang menunjukkan bahwa, semakin besar ketidakpastian
dalam hubungan, maka semakin besar kecemburuan, semaking berkurang
kepercayaan, dan semakin sedikit tindakan pemeliharaan. Pada hubungan ini
tindakan pemeliharaan justru semakin besar dengan komunikasi yang terus
dilakukan satu sama lain dan penumbuhan kepercayaan yang besar.

Dua dari tujuh aksioma URT kurang tepat bila dikaitkan dengan online dating

Sejauh mana self-disclosure yang dilakukan, tergantung pada uncertainty yang
dirasakan. Semakin tinggi uncertainty, semakin rendah self-disclosure yang
dilakukan.

Dalam mengurangi ketidakpastiannya, ketiga strategi selalu dimanfaatkan dan
yang lebih sering dilakukan adalah strategi interaktif.

Upaya mengurangi ketidakpastian berhenti pada suatu titik jenuh dimana
pasangan sudah tidak lagi memikirkan „saya‟ dan „dia‟, tapi mulai
mementingkan „kita‟
23
Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014
Saran
Saran akademik, tulisan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kajian
komunikasi interpersonal dengan menggunakan new media dan psikologi komunikasi dalam
perkembangan hubungan. Diharapkan studi selanjutnya dapat menggunakan metode
penelitian yang lebih beragam, mengambil informan yang lebih bervariasi dalam hal usia,
latar belakang budaya, dll. Serta menggunakan konsep yang lebih beragam seperti konsep
trust, long distance relationship, dll. Selain itu, observasi sebaiknya dilakukan juga terhadap
pelaku online dating virtual dan non-virtual dan yang menggunakan perantara sites, sehingga
ada perbandingan yang relevan antara berbagai macam jenis online dating.
Saran praktis, sebaiknya masyarakat mencoba melihat fenomena online dating sebagai
sebuah fenomena pemanfaatan teknologi sebagai salah satu sarana dalam mencari pasangan,
tidak hanya sekedar memberikan pandangan negatif kepada para pelaku online dating.
Sehingga para pelaku online dating tidak lagi perlu menutupi hubungannya karena ketakutan
akan dikucilkan oleh masyarakat.
Daftar Referensi
Buku
Ruben, Brent D. & Stewart, Lea P.(2006). Communication and Human Behavior (5th
ed.).Boston: Pearson Education Inc.
Dindia, Kathryn & Duck, Steve.(2000).Communication and Personal Relationship.West
Sussex, Chichester: John Wiley & Sons Ltd
West, Richard & Turner, Lynn H.(2007).Introducing Communication Theory Analysis and
Application.New York: McGraw-Hill Companies Inc
Rakhmat M.Sc, Drs. Jalaluddin.(2001).Psikologi Komunikasi.Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya – Bandung
Morissan, M.A.(2010).Psikologi Komunikasi.Bogor: Ghalia Indonesia
Gamble, Teri Kwal & Gamble, Michael.(2005).Communication Works (8th ed.).New York:
McGraw-Hill Companies Inc
Jurnal
Jennifer L. Gibbs, Nicole B. Ellison and Chih-Hui Lai.(2010). First comes love, Then comes
Google: An Investigation of Uncertainty Reduction Strategyand Self Disclosure in Online
24
Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014
Dating.
Accessed
on
December
7th,
2013
from
https://www.msu.edu/~nellison/GibbsEllisonLai_2011_FirstComesLove.pdf
Ianis Bucholtz.(2013).Diffused Intimacy: Trust and Self-disclosure in Online Relationships.
Printed on December 7th, 2013
Couch, Danielle and Liamputtong, Prance.(2008). Online dating and Mating: The Use of the
Internet to Meet Sexual Partners. Printed on January 6th 2014.
Finkel, Eli J. Eastwick, Paul. Karney, Benjamin R. Resi, Harry T. And Sprecher,
Susan.(2012). Online Dating: A Critical Analysis From the Perspective of Psychological
Science.
Accessed
on
January
11th
2014
from
http://psi.sagepub.com/content/13/1/3.full.pdf+html
Artikel Internet
http://www.sciencedaily.com/releases/2005/02/050218125144.htm Accessed on December
7th 2013
http://psi.sagepub.com/content/13/1/3.full.pdf+html Accessed on January 6th 2014
Lampiran
Perkenalkan saya, Mahasiswa Departemen Komunikasi FISIP UI program studi hubungan masyarakatyang
sedang melakukan penulisan jurnal berhubungan dengan tugas akhir syarat kelulusan.
Saya memohon kesediaan anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan bersedia untuk diwawancara
dan menjawab pertanyaan dengan sejujur-jujurnya. Data yang didapatkan dari hasil wawancara ini akan dirahasiakan
dan hanya digunakan untuk kepentingan akademik semata, serta tidak akan memunculkan efek negatif apapun kepada
anda sebagai partisipan dari penelitian ini. Atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.
Usia:
Jenis Kelamin:
Domisili:
a.
Pertanyaan mengenai online dating
b.
Pertanyaan mengenai atraksi inetreprsonal
1.
Sejak kapan dan sudah berapa lama anda menjalani
online dating?
1.
Apa pendapat anda mengenai pasangan anda?
2.
2.
Mengapa anda memilih online dating untuk menjalin
hubungan?
Mengapa anda memilih pasangan anda sebagai partner
dalam hubungan ini?
c.
Pertanyaan mengenai self-disclosure
d.
Pertanyaan mengenai URT
1.
Bagaimana anda berkenalan dengan pasangan anda?
1.
Menurut anda, bagaimana informasi yang pasangan
anda berikan mengenai dirinya?
2.
Menurut anda, bagaimana anda membuka informasi
mengenai diri anda terhadap pasangan?
2.
Bagaimana anda mengatasi lack of information yang
ada?
25
Fenomena online ..., Feby Febrina, FISIP UI, 2014
Download