Anemia merupakan masalah kesehatan dunia saat ini, diantaranya

advertisement
ANEMIA KEHAMILAN DENGAN JENIS PERSALINAN
DI KLINIK MEDIKA UTAMA WONOKUPANG
KECAMATAN BALONG BENDO
KABUPATEN SIDOARJO
TAHUN 2015
DIAN PRASETYOWATI
NIM : 1212020008
SUBJECT
Anemia, Kehamilan, JenisPersalian
DESCRIPTION
Anemia merupakan masalah kesehatan dunia saat ini, diantaranya adalah
anemia karena defisiensi zat besi.World Health Organization (WHO) tahun 2010
mengatakan bahwa prevalensi ibu hamil yang mengalami anemia defisiensi besi
sekitar 35-37%. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan anemia
kehamilan dengan jenis persalinan.
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan rancangan korelasional. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah anemia kehamilan dan variabel dependen
adalah jenis persalinan. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 17 responden,
sampel sebanyak 13 responden diambil menggunakan teknik non probability
sampling dengan metode consecutive sampling. Penelitian dilaksanakan pada
tanggal Mei–6 juni 2015 di Klinik Medika Utama Wonokupang Kabupaten
Sidoarjo.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruhnya respon den tidak
mengalami anemia yaitu sebanyak 12 responden (92.3%) dan hamper seluruhnya
jenis persalinan responden adalah normal yaitu sebanyak 11 responden (84,6%).
Hasilujichi square dengan tingkat signifikan  = 0,05didapatkan nilaivalue =
0,015 sehingganilaivalue = 0,015 < = 0,05 yang artinya H1 diterima atau dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubunga nantara anemia kehamilan dengan jenis
persalinan pada ibu hamil.
Simpulan dalam penelitian ini yaitu ada hubungan antara anemia kehamilan
dengan jenis persalinan pada ibu hamil. Oleh karena itu sebaiknya ibu hamil
melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat diketahui data-data dasar
kesehatan umum calon ibu tersebut.Selain hal tersebut profesi kesehatan
mempunyai tanggung jawab moral untuk memberikan pelayanan kesehatan,
penyuluhan tentang anemia dan bahaya anemia kepada setiap penderita dengan
standar profesi tertinggi.
ABSTRACT
Anemia is a health problem in the world today, one of which is anemia due
to iron deficiency.World Health Organization (WHO) in 2010 reported that the
prevalence of pregnant women with iron deficiency anemia was around 35-37%.
The objective of this researchwas to determine the relationship of anemia in
pregnancy with the type of delivery.
This type of research is analytical correlational design. The independent
variable in this study was anemia in pregnancy and the dependent variable is the
type of delivery. The population in this study was 17 respondents and a sample of
13 respondents were taken by using a non-probability sampling technique with
consecutive sampling method. The research was conducted from 6 May to 6 June
2015 in Klinik Medika Utama Wonokupang Sidoarjo.
The results suggests that nearly all respondents did not have anemia as
many as 12 respondents (92.3%) and nearly all types of labor of the respondents
were normal delivery as many as 11respondents(84.6%).
The result of chi square test with significant level  = 0.05 suggested that
Pvalue = 0.015< = 0.0, which means H-1 is rejected or it can be concluded that
there is a relationship between anemia in pregnancy withthe type of delivery in
pregnant women.
The conclusion of this research is that there is a relationship between
anemia in pregnancy and the type of labor in pregnant women. Therefore,
pregnant women should carry out checks before pregnancy so that they can know
the basic data of the general health of the expecting mother. Health professions
also have moral responsibility to provide health care, education about anemia
and the dangers of anemia to each patient with the highest professional
standards.
Keywords: Anemia, Pregnancy, Type of Delivery
Contributor
: 1. Dwiharini P, S.Kep. Ns.,M.Kep
2. UmulFatkhiyah, S.Kep. Ns
Date
: 10 Agustus 2015
Type Material
: LaporanPenelitian
Identifer
:Right
: open Document
Summary
:
LatarBelakang
Anemia merupakan masalah kesehatan dunia saat ini, diantaranya
adalahanemia karena defisiensi zat besi. Anemia defisisensi zat besi merupakan
salah satu masalah gizi yang sering dijumpai didunia dan menjadi masalah
kesehatan masyarakat saat ini. Anemia gizi adalah kekurangan kadar hemoglobin
dalam darah yang disebabkan karena defisiensi zat gizi yang diperlukan untuk
pembentukkan hemoglobin tersebut. Anemia juga merupakan keadaan
menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah sel darah merah di bawah
nilai normal yang dipatok untuk perorangan (Malonda, 2012). Dampak
kekurangan zat besi pada wanita hamil dapat diamati dari besarnya angka
kesakitan dan kematian maternal, peningkatan angka kesakitan dan kematian
janin, serta peningkatan terjadinya berat badan lahir rendah. Penyebab utama
kematian maternal antara lain adalah perdarahan pasca partum (disamping
eklampsi dan penyakit infeksi) dan plasenta previa yang kesemuanya berpangkal
pada anemia defisiensi zat besi (Mulyawati, 2011).
World Health Organization (WHO) tahun 2010 bahwa prevalensi ibu
hamil yang mengalami anemia defisiensi besi sekitar 35-37% semakin meningkat
seiring dengan pertambahan usia kehamilan. Anemia difisiensi zat besi lebih
cenderung berlangssung di negara yang sedang berkembang dari pada negara
yang sudah maju, 36% atau sekitar 1.400 juta menderita anemia dari perkiraan
populasi 3.800 juta orang, sedangkan prevalensinya dengan negara maju sekitar 8
% atau kira-kira 100 juta orang dari perkiraan populasi 1.200 juta orang.
RisetKesehatanDasartahun 2013 didapatkan 37,1% ibuhamil anemia,
yaituibuhamildengankadarHbkurangdari 11,0 gram/dl denganproporsi yang
hampir samaantara di kawasanperkotaan (36,4%) danpedesaan (37,8%) (Depkes
RI, 2013). Laporan Dinas Kesehatan Jawa Timur tahun 2012 presentasiibuhamil
yang mendapatkan tablet tambahdarahsebanyak 30 tablet sebesar 87,71% dan
yang mendapat 90 tablet sebesar 81,77% (Dinkes Jatim, 2012).Berdasarkan hasil
studi pendahuluan yang dilaksanakan pada bulan Maret 2015 di Klinik Medika
Utama Wonokupang Kecamatan Balongbendo Kabupaten Sidoarjo Tahun 2014
didapatkan sebanyak 40 ibu hamil yang mengalami anemia pada tahun 2014
dengan rincian bulan Januari-April sebanyak 12 responden, Mei-Agustus
sebanyak 12 responden, September-Desember sebanyak 16 Responden.
Anemia
terjadidisebabkanolehberbagaifaktor
yang
termasukdidalamnyaumuribu,
paritas,
jarakkehamilan,
status
giziadalahkeadaantubuhsebagaiakibatkonsumsi, status gizi, pengetahuanibu,
pekerjaan,
pemeriksaankehamilan
(ANC)
dan
kepatuhanibu
dalammengkonsumsisuplementasizatbesi(Asyirah,
2012).Anemia
sangat
berpengaruh terhadap kehamilan, persalinan, dan nifas. Bahaya anemia terhadap
kehamilan yakni dapat mengakibatkan terjadinya keguguran (abortus),
prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dalan rahim, mudah terjadi
infeksi, serta dapat mengakibatkan perdarahan antepartum. Pada persalinan,
anemia dapat mengakibatkan gangguan pada HIS ataupun kekuatan mengejan,
retensio plasenta, perdarahan karena atonia uteri, dan juga dapat terjadi partus
lama atau kasep sehingga menyebabkan terjadinya indikasi persalinan dengan
tindakan (Manuaba, 2012).
Kadarhemoglobin yang rendah pada ibu hamil, sampai pada bulan-bulan
terakhir dansaat mendekati proses persalinan mempengaruhi kerja otot-otot alat
reproduksi yaitu otot uterus, otot panggul dan ligament. Hal ini mengakibatkan
ibu tidakmempunyai kekuatan his (power) yang adekuat, sehingga
menyebabkanpembukaan jalan lahir tidak optimal yang akhirnya menyebabkan
prosespersalinan mengalami kesulitan.Persalinan adalah proses yang terjadi secara
fisiologis yang diawalidengan kontraksi uterus dimana uterus mengeluarkan atau
berupayamengeluarkan janin dan plasenta pada usia kehamilan 20 minggu atau
lebihmelalui jalan lahir atau melalui jalan lain, baik dengan bantuan maupun
dengankekuatan sendiri.Tiga komponen utama yang mempengaruhi proses
persalinanadalah power (kekuatan his), passenger (janin) dan passage (jalan
lahir), yangapabila salah satu dari ketiga komponen ini mengalami kelainan maka
persalinantidak dapat berjalan normal sehingga perlu segera dilakukan persalinan
tindakan (Yuniarsih, 2013).
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dian Rahmawati (2011)
pengujian hubungananemia terhadap persalinan preterm di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta disimpulkan bahwa terdapat hubunganyang signifikananemia pada ibu
hamil terhadap persalinan preterm di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.Hal ini
terjadi karena haemoglobinyang merupakan molekul protein pada sel darah merah
yang berfungsi sebagai media transport oksigen menuju keseluruh jaringan tubuh
dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru kadarnya menurun
(anemia) maka menyebabkan jaringan plasenta ikutmengalami kekurangan suplai
oksigen, yang akhirnya dapat menyebabkan terjadinya hipoksia di jaringan
plasenta, dengan demikian fungsi plasenta juga dapat terganggu sampaiterjadi
pelepasan plasenta sebelum waktunya dan muncul adanya persalinan preterm.
fungsi utama haemoglobin adalah pembawa oksigen dalam paru ke jaringan,
sebagai dapar asam-basa yang baik di dalam sel dan juga sebagai buffer oksigen
diseluruh jaringan.
Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil melakukan
pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat diketahui data-data dasar kesehatan
umum
calon
ibu
tersebut.
Dalampemeriksaankesehatandisertaipemeriksaanlaboratoriumtermasukpemeriksaa
nfesessehinggadiketahuiadanyainfeksiparasit.Pengobataninfeksicacingrelatifmuda
hdanmurah
dimana
pemerintahtelahmenyediakanpreparatbesiuntukdibagikankepadamasyarakatsampa
ikeposyandu.Selainhaltersebutprofesi kesehatan mempunyai tanggung jawab
moral untuk memberikan pelayanan kesehatan, penyuluhan tentang anemia dan
bahaya anemia kepada setiap penderita dengan standar profesi tertinggi
(Manuaba, 2012).
Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Anemia Kehamilan Dengan Jenis
Persalinan di Klinik Medika Utama Wonokupang Kecamatan Balongbendo
Kabupaten Sidoarjo Tahun 2015”
MetodePenelitian
Jenispenelitian
yang
di
gunakanadalahanalitikdenganrancangpenelitiankorelasional.Variabeldalampeneliti
aniniadalah
anemia
kehamilandenganjenispenelitian
di
klinikmedikautamabalongbendosidoarjo.populasidalampenelitianiniadalahseluruhi
buhamilusia>36 minggusebanyak 17 responden .sampeladalahbagiandaripopulasi
yang
di
pilihuntukbisamewakilipopulasi.
Padapenelitianini
yang
menjadisampeladalahibuhamildengan anemia sebanyak 13 responden. Teknik
sampling adalahcara-cara yang ditempuhdalampengambilansampel agar
memperolehsampel yang representative.Penelitianinimenggunakan sampling non
probability,yaitudenganteknik
sampling
total
sampling.penelitian
di
lakukanpadatanggal 6 mei- 6 juni 2015.
Hasil Dan Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian di dapatkanbahwa hampir seluruhnya
responden tidak mengalami anemia yaitu sebanyak 12 responden (92.3%).
Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan / atau masa
hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen
bagi jaringan tubuh. Secara labarotaris, anemia dijabarkan sebagai penurunan
kadar hemoglobin serta hitung eritrosit dan hematkrit dibawah normal
(Handayani, 2008). Anemia dalam kehamilan disebut sebagai penurunan kadar
hemoglobin. Pada trimester ke-3 dikatakan anemia jika kadar hemoglobin ibu
hamil kurang dari 10 g/dl (Proverawati, 2010). Anemia dalam kehamilan sama
seperti terjadi wanita yang tidak hamil. Semua anemia yang terdapat pada usia
reproduktif dapat menjadi hormon penyulit dalam kehamilan. Komplikasi yang
dapat ditimbulkan akibat anemia kehamilan yakni dapat terjadi abortus, persalinan
preterm, partus lama karenainersia uteri, perdarahanpascapersalinankarenaatonia
uteri, syok, infeksi intra persalinanmaupunpascapersalinan, payahjantungpada
anemia
yang
sangatberat,
hinggakematianbagiibu.
Janin
yang
dikandungnyadapatmengalamikematian,
prematuritas,
cacatbawaan,
hinggakekurangancadanganbesi (Mansjoer, 2008).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruhnya responden
khususnya ibu hamil usia >36 bulan tidak mengalami anemia kehamilan. hal ini
dibuktikan bahwa hampir seluruhnya ibu hamil memiliki kadar hemoglobin >
11g/dl. Ibu hamil yang tidak mengalami anemia dalam penelitian juga ditunjukkan
bahwa memiliki gizi besi yang cukup. Disamping hal tersebut ibu hamil yang
tidak mengalami anemia disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya
diantaranya adalah berdasarkan hasil wawancara tidak tertulis bahwa ibu hamil
memiliki frekuensi keteraturan pemeriksaan kehamilan yang baik, patuh dalam
mengkonsumsi tablet fe. Faktor lain yang diteliti diduga berpengaruh pada ibu
yang tidak mengalami anemia adalah umur, pekerjaan, dan paritas ibu hamil.
Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa hampir seluruhnya responden
berumur 20-35 tahun yaitu sebanyak 11 responden (84,6%) dan berdasarkan hasil
tabulasi silang didapatkan bahwa hampir seluruhnya responden berumur 20-35
tahun tidakk mengalami anemia kehamilan yaitu sebanyak 11 responden (84,6%).
Menilai bahwa masa reproduksi sehat, kurang resiko dengan komplikasi
kehamilan adalah umur 20-35 tahun, sedangkan kehamilan beresiko adalah < 20
tahun dan >35 tahun. Hal ini terkait dengan keadaan biologis dan psikologis dari
ibu hamil. Hubungan dengan anemia bahwa pada umur < 20 tahun dapat
menyebabkan anemia karena pada umur tersebut perkembangan biologis dalam
hal ini alat reproduksi belum optial. Pada usia belia tersebut psikis yang belum
matang juga menyebabkan wanita hamil mudah mengalami guncangan mental
yang mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat
gizi selama kehamilannya. Selain kehamilan dibawah usia 20 tahun, kehamilan
dengan usia di atas 35 tahun juga merupakan kehamilan beresiko tinggi. Wanita
yang hamil dalam usia yang terlalu tua yaitu >35 tahun pun akan rentan terhadap
anemia. Hal ini terkait dengan penurunan daya tahan tubuh sehingga mudah
terkena berbagai iritasi selama kehamilan (Asyirah, 2012).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur reproduksi yang baik adalah
pada usia 20-35 tahun dimana umur tersebut merupakan periode baik untuk hamil,
melahirkan dan menyusui. Umur yaitu usia individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur maka tingkat daya
tangkap dan pola pikir seseorang akan lebih matang dalam dalam berfikir
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Disimpulkan bahwa
umur ibu hamil erat kaitannya dengan kejadian anemia, hal ini disebabkan bahwa
umur adalah satu-satunya faktor penyebab anemia melainkan ada faktor lain yaitu
pekerjaan dan paritas ibu hamil.
Berdasarkan hasilpenelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden
tidak bekerja yaitu sebanyak 9 responden (69,2%) dan berdasarkan hasil tabulasi
silang didapatkan bahwa kurang dari setengah responden tidak bekerja tidak
mengalami anemia kehamilan yaitu sebanyak 9 responden (69,2%).
Ibu yang tidak bekerja biasanya pendapatannya lebih rendah
dibandingkan dengan ibu yang bekerja sehingga mereka kurang mempunyai akses
untuk membeli makanan yang cukup mengandung zat besi. Hampir 70% ibu
hamil anemia adalah ibu rumah tangga yang tidak bekerja dan sisanya ibu hamil
yang bekerja. Disamping hal tersebut anemia pada ibu hamil juga dapat
menyerang pada ibu yang bekerja dibandingkan dengan kelompok ibu yang tidak
bekerja (Asyirah, 2012).
Berdasarkan asumsi penelitian bahwa sebagian besar ibu hamil tidak
bekerja tidak mengalami anemia. Hal ini dikarenakan bahwa ibu hamil yang tidak
bekerja lebih memiliki banyak waktu luang untuk istirahat juga lebih besar
dibandingkan dengan ibu hamil yang bekerja karena sudah terikat dengan
pekerjaan. Pekerjaan dapat menyebabkan terjadinya anemia dikarenakan ibu yang
bekerja lebih sedikit memiliki waktu luang untuk istirahat, disamping hal tersebut
ibu yang bekerja rentan terhadap kekurangan zat gizi besi karena ibu lebih
memperhatikan atau mementingkan pekerjaannya dibandingkan dengan
kehamilannya.
Berdasarkan hasilpenelitiandidapatkan bahwa hampir seluruhnya
responden primipara yaitu sebanyak 11 responden (84,6%) dan berdasarkan hasil
tabulasi silang didapatkan bahwa hampir seluruhnya responden primigravida tidak
mengalami anemia yaitu sebanyak 10 responden (76,9%).
Paritas adalah faktor penting dalam menentukan nasib ibu dan janin
selama kehamilan maupun melahirkan. Merupakan salah satu faktor yang
diasumsikan mempunyai hubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil.
Jumlah paritas adalah banyaknya bayi yang dilahirkan seorang ibu dalam keadaan
hidup maupun lahir mati. Anemia bisa terjadi pada ibu dengan paritas tinggi
terkait dengan biologis ibu dan asupan zat besi. Paritas lebih beresiko bila terkait
dengan jarak kehamilan yang pendek. Anemia dalam hal akan terkait dengan
kehamilan sebelumnya dimana apabila cadangan besi di dalam tubuh berkurang
maka kehamilan akan menguras persediaan besi di dalam tubuh dan akan
menimbulkan anemia pada kehamilan berikutnya. Wanita membatasi jumlah anak
buka apa saja dapat meningkatkan gizi keluarganya melainkan juga dapat
mengurangi terjadinya anemia pada ibu hamil (Asyirah, 2012).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruhnya responden
memiliki paritas primipara tidak mengalami anemia kehamilan. Hal ini sesuai
dengan teori yang ada bahwa semakin sering seorang ibu melahirkan akan
semakin erat kaitannya dengan anemia kehamilan dikarenakan semakin sering ibu
melahirkan akan semakin banyak zat besi yang dikeluarkan sehingga
menimbulkan terjadinya anemia pada kehamilan. Dalam penelitian ini peneliti
juga ditemukan sedikitnya 2 responden yang memiliki paritas 3 (multipara),
namun hanya 1 responden yang mengalami anemia. Hasil penelitian tersebut
semakin menunjukkan bahwa paritas ibu hamil erat kaitannya dengan kejadian
anemia kehamilan.
Hasil penelitian didapatkan bahwa hampir seluruhnya jenis persalinan
responden adalah normal yaitu sebanyak 11 responden (84,6%).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin
turun ke dalam jalan lahir (Sujiyatini, 2010). Persalinan dan kelahiran merupakan
kejadian fisiologis yang normal dalam kehidupan. Persalinan adalah membuka
dan menepisnya serviks, dan janin turun ke jalan lahir. Sedangkan kelahiran
adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir.
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa persalinan adalah rangkaian peristiwa
mulai dari kenceng-kenceng teratur sampai dikeluarkanya produk konsepsi (janin,
plasenta, ketuban dan cairanketuban) dari uterus ke dunia luar melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau dnegan kekuatan sendiri (Widyastuti,
2009). Bentuk-bentuk dari persalinan dikelompokkan menjadi 2 yakni persalinan
normal dan tindakan. Persalinan normal adalah persalinan yang berlangsung
dengan tenaga sendiri (proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa
bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung
kurang dari 24 jam). Sedangkan pada persalinan tindakan yakni adalah persalinan
yang dilakukan jika kelahiran spontan diduga beresiko lebih besar pada ibu atau
anak daripada tindakannya (Manuaba, 2009).
Berdasarkan asumsi penelitian dalam penelitian ini yang menunjukkan
bahwa hampir seluruhnya responden memiliki jenis persalinan normal yakni
disebabkan karena kuat atau baiknya faktor jalan lahir (passage), janin
(passanger), kekuatan (power) serta faktor lain yang juga sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan asuhan persalinan yaitu faktor psikologis.
Hasildaripenelitian di dapat bahwa dari 12 responden didapatkan hampir
seluruhnya responden
tidak mengalami anemia kehamilan memiliki,jenis
persalinan normal yaitu sebanyak 11 responden (84,6%) dan sebagian kecil
responden mengalami anemia memiliki jenis persalinan tindakan yaitu sebanyak 1
responden (7,7%).
Berdasarkan hasil uji chi square dengan tingkat signifikan  = 0,05
didapatkan nilai value = 0,015 sehingga nilai value = 0,015 < = 0,05 yang artinya
H1di terimaatau dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara anemia
kehamilan dengan jenis persalinan pada ibu hamil di Klinik Medika Utama
Wonokupang Kabupaten Sidoarjo.
Anemia adalah masalah kesehatan dengan prevalensi tertinggi pada wanita
hamil. Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah 70 %. Pada trimester
pertama kehamilan, zat besiyang dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi
menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Menginjak trimester kedua
hingga ketiga, volume darah dalam tubuh wanita akan meningkat sampai 35 %,
ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk memproduksi sel-sel darah merah.
Sedangkan saat melahirkan, wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg per hari
atau dua kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil. Anemia pada kehamilan
biasanya disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan
janin, selain itu pola makan ibu yang terganggu akibat mual pada kehamilan
sehingga menyebabkan asupan zat besi ibu berkurang (Mulyawati, 2011).Kondisi
anemia pada ibu hamil mempunyai dampak kesehatan terhadap ibu dan anak
dalam kandungan, antara lain meningkatkan risiko bayi dengan berat lahir rendah,
keguguran, kelahiran premature dan kematian pada ibu dan bayi baru lahir. Tidak
jarang kondisi anemia pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya
perdarahan, partus lama, aborsi dan infeksi yang merupakan faktor kematian
utama ibu. Dampak kekurangan zat besi pada wanita hamil dapat diamati dari
besarnya angka kesakitan dan kematian maternal, peningkatan angka kesakitan
dan kematian janin, serta peningkatan terjadinya berat badan lahir rendah.
Penyebab utama kematian maternal antara lain adalah perdarahan pasca partum
(disamping eklampsi dan penyakit infeksi) dan plasenta previa yang kesemuanya
berpangkal pada anemia defisiensi (Mulyawati, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara anemia kehamilan dengan jenis persalinan, dimana ibu hamil yang tidak
mengalami anemia kehamilan memiliki jenis persalinan normal. Dalam penelitian
ini juga masih ditemukan sedikitnya 1 responden yang mengalami anemia
memiliki jenis persalinan tindakan yaitu seksio caesarea. Hal ini terjadi karena
haemoglobin yang merupakan molekul protein pada sel darah merah yang
berfungsi sebagai media transport oksigen menuju keseluruh jaringan tubuh dan
membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru kadarnya menurun
(anemia) maka menyebabkan jaringan plasenta ikut mengalami kekurangan suplai
oksigen, yang akhirnya dapat menyebabkan terjadinya hipoksia di jaringan
plasenta, dengan demikian fungsi plasenta juga dapat terganggu sampai terjadi
pelepasan plasenta sebelum waktunya dan muncul adanya persalinan preterm.
Fungsi utama haemoglobin adalah pembawa oksigen dalam paru ke jaringan,
sebagai dapar asambasa yang baik di dalam sel dan juga sebagai buffer oksigen
diseluruh jaringan. Hal yang paling penting dalam mencegah persalinan prematur
akibat anemi adalah dengan pemeriksaan rutin sejak masa kehamilan dini melalui
antenatal care. Sebuah pemeriksaan yang dapat membantu calon orang tua untuk
mendapatkan, mendiagnosa, kecenderungan bayi lahir cacat atau normal sehingga
jika ada kemungkinan ketidaknormalan pada janin, calon orang tua serta dokter
yang menangani dapat segera mengambil tindakan.
Simpulan
Berdasarkanhasilpenelitian
di
KlinikMedikaUtamaBalongbendoSidoajoHampir seluruhnya responden tidak
mengalami anemia yaitu sebanyak 12 responden (92.3%).Hampir seluruhnya jenis
persalinan responden adalah normal yaitu sebanyak 11 responden (84,6%).
Rekomendasi
Hasilpenelitianinidapatdigunakanuntukmenambahwawasandanpolapikirpe
nelititentang anemia kehamilandenganjenispersalinan.Sebagai referensi untuk
penelitian berikutnya, diharapkan dapat menjadi acuan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan ibu hamil terutama dalam mencegah anemia kehamilan
sehingga
dapat
menurunkan
angka
kematian
ibu
di
Indonesia.Memberikaninformasipadaibu-ibuhamil
agar
tetapwaspadadengankejadian
anemia
padaibuhamil.Memberikanmasukanbagiparapetugaskesehatankhususnyapadabida
n,
untukmemberikaninformasisesuaidenganhasilpenelitiankepadasemuamasyarakatk
hususnyapadaibu-ibu
yang
mengalamikejadian
anemia.Hasilpenelitiandapatdigunakansebagaiinformasidanmasukanbagiinstitusip
endidikan, sumberwacana di perpustakaankhususnya di bidangkebidanan.
Alamat Correspondensi
 Alamat:Klatakan Krajan RT.02 RW.03 Situbondo
 Email
:[email protected]
 Nomor HP : 082 231 206 645
Download