BAB II GURU, MINAT BELAJAR, DAN MENGENAL ANGKA A. Guru 1. Pengertian Guru Dari segi bahasa „pendidikan‟ sebagaimana dijelaskan oleh WJS. Poerwadarminta adalah orang yang mendidik. Pengertian ini memberi kesan, bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang mendidik. Dalam bahasa inggris dijumpai beberapa kata yang berdekatan artinya dengan mendidik. Kata tersebut seperti teacher yang berarti guru pribadi, atau guru yang mengajar di rumah. Selanjutnya dalam bahasa Arab dijumpai kata ustadz, mudarris, mu’allim dan mu’addib. Kata ustadz jamaknya asatidz yang berarti teacher (guru), profesor (gelar akademik), jenjang di bidang intelektual, pelatih, penulis, dan penyair. Adapun kata mudarris berarti teacher (guru), instructor (pelatih) dan lecturer (dosen). Selanjutnya kata mu’allim yang juga berarti teacher (guru), instructor (pelatih), trainer (pemandu). Selanjutnya kata mu’addib berarti educator pendidik atau teacher in Koranic School (guru dalam lembaga pendidikan al-Qur‟an).1 Beberapa kata tersebut diatas secara keseluruhan terhimpun dalam kata pendidik, karena seluruh kata tersebut mengacu pada seseorang yang memberikan pengetahuan, ketrampilan atau pengalaman kepada orang 1 Abuddin nata, Filsafat pendidikan Islam, Cet. Ke-1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 60-61 19 20 lain. Kata-kata bervariasi tersebut menunjukan adanya perbedaan ruang gerak dan lingkungan di mata pengetahuan dan keterampilan diberikan. Jika pengetahuan dan ketrampilan tersebut diberikan disekolah disebut teacher, di perguruan tinggi disebut lecturer atau profesor, di rumahrumah secara pribadi disebut tutor, di pusat-pusat latihan disebut instructor atau trainer dan lembaga-lembaga pendidikan yang mengajarkan agama disebut educator.2 Selanjutnya dalam beberapa literatur kependidikan pada umumnya, istilah pendidik sering diwakili oleh istilah guru. Menurut Soecipto dan Raflis Kasasi, Menjelaskan bahwa guru merupakan pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan itu sehari-hari. Apakah memang yang patut diteladani atau tidak bagaimana guru meningkatkan pelayananya, meningkatkan pengetahuan, memberi arahan dan dorongan kepada anak didiknya dan bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta bergaul dengan siswa, teman-temannya serta anggota masyarakat seiring menjadi masyarakat luar.3 2. Tugas Pokok Guru Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah sosok arsitektur yang dapat membentuk jiwa dan watak peserta didik. Guru mempunyai 2 3 Ibid, 60-61. Rafles Kosasi, Proses Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta,1999), hlm. 42. 21 kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian peserta didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa.4 Pada dasarnya jabatan guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat oleh dinas maupun di luar dinas dalam bentuk pengabdian. Tugas guru tidak hanya sebagai profesi, tetapi juga sebagai suatu tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan.5 Tugas pokok guru sebagai suatu profesi menuntut guru untuk mengembangkan profesionalitas diri sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar dan melatih peserta didik adalah tugas guru sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada peserta didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada peserta didik. Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan keterampilan dan menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan pesrta didik.6 Menurut Roestiyah N. K., didalam buku Zaenal Mustakim bahwa guru dalam mendidik peserta didik bertugas untuk: a. Menyerahkan kebudayaan kepada peserta didik berupa kepandaian, kecakapan dan pengalaman-pengalaman. b. Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai cita-cita dan dasar negara kita pancasila. 4 Zaenal Mustakim, Srategi & metode pembelajaran (Pekalongan: STAIN Press, 2011), hlm. 12-13. 5 Ibid, 13. 6 Zaenal Mustakim, Srategi & metode pembelajaran (Pekalongan: STAIN Press, 2011), hlm. 13. 22 c. Menyiapkan anak menjadi warga yang baik sesuai Undang-Undang pendidikan yang merupakan Keputusan MPR No. ll Tahun 1983. d. Sebagai perantara dalam belajar. e. Guru adalah sebagai pembimbing, f. Guru adalah sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat. g. Sebagai penegak disiplin h. Guru sebagai administrator dan manajemen. i. Pekerjaan guru sebagai suatu profesi. j. Guru sebagai perencana kurikulum k. Guru sebagai pemimpin (guidance worker) l. Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak.7 Dalam kaitan dengan tugasnya, sebagaimana dikemukakan „Abdurrahman al-Nahlawi‟, guru hedaknya mencontoh peranan yang telah dilakukan para nabi dan pengikutnya. Tugas mereka, pertama-tama, ialah mengkaji dan mengajarkan ilmu Ilahi, sesuai dengan firman Allah yang menyatakan: Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, Hikmah dan kenabian, lalu Dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang7 Zaenal Mustakim, Op. Cit., hlm 15-16. 23 orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. (Q.s. Ali Imran/3:70) Allah juga mengisyaratkan bahwa tugas pokok Rasulullah saw. Ialah mengajarkan al-kitab dan al-Hikmah kepada manusia serta mensucikan mereka, yakni mengembangkan dan memersihkan jiwa mereka. Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (AsSunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.(Q.s, al-Baqarah/2:129). Berdasarkan firman Allah di atas, al-Nahlawi menyimpulkan bahwa tugas pokok guru dalam pendidikan Islam adalah sebagai berikut: a. Tugas pensucian, Guru hendaknya mengembangkan dan membersihkan jiwa peserta didik agar dapat mendekatkan diri kepada Allah, menjauhkannya dari keburukan, dan menjaganya agar tetap berada pada fitrahnya. b. Tugas pengajaran, pengetahuan dan guru hendaknya pengalaman menyampaikan kepada peserta berbagai didik untuk diterjemahkan dalam tingkah laku kehidupannya.8 8 Aly, Hery Noer, Ilmu Pendidikan Islam/Hery Noer, Cet. Ke-2 (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 95-96. 24 3. Syarat-syarat guru Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti yang dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan menyampaikannya kepada siswa sudah cukup, hal itu belumlah dapat dikategorikan sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena guru yang profesional, mereka harus memiliki berbagai ketrampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaanya, menjaga kode etik guru, dan lain sebagainya. Oemar Hamalik di dalam buku Martinis Yamin, guru harus memiliki persyaratan, yang meliputi; 1. Memiliki bakat sebagai guru. 2. Memiliki keahlian sebagai guru. 3. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi. 4. Memiliki mental yang sehat. 5. Berbadan sehat. 6. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas. 7. Guru adalah manusia berjiwa manusia. 8. Guru adalah seorang warga negara yang baik.9 Menjadi guru menurut Zakiah Darajat dalam buku ciptaan Soetjipto dan Raflis Kosasi harus memenuhi beberapa persyaratan seperti di bawah ini: 10 9 Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), hlm. 5-7. 10 Rafles Kosasi dan Soetjipto, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,1999), hlm. 233 25 a. Takwa kepada Allah SWT Guru, sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan, tidak mungkin mendidik peserta didik agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa kepadaNya. Sebab ia adalah teladan bagi pesrta didiknya, sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia. b. Berilmu Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti, bahwa pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan tertentu yang diperlukannya untuk suatu jabatan. Guru pun harus mempunyai ijazah agar ia diperbolehkan mengajar. Kecuali dalam keadaan darurat, misalnya jumlah peserta didik sangat meningkat, sedang jumlah guru jauh dari mencukupi, maka terpaksa menyimpang untuk sementara, yakni menerima guru berijazah, tetapi dalam keadaan normal atau patokan bahwa makin tinggi pendidikan guru makin baik pendidikan dan pada gilirannya makin tinggi pula derajat masyarakat. c. Sehat Jasmani Kesehatan jasmani kerap kali dijadikan salah satu syarat bagi mereka yang melamar menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular, umpamanya, sangat membahayakan kesehatan anak-anak. Di samping itu, guru yang berpenyakit tidak akan bergairah mengajar. Kita kenal ucapan „mens sana in corpore sana’ , yang artinya dalam tubuh 26 yang sehat terkandung jiwa yang sehat. Walaupun pepatah itu tidak benar secara keseluruhan tetapi kesehatan badan sangat mempengaruhi semangat bekerja. Guru yang sakit-sakitan kerapkali terpaksa absen dan tentunya merugikan peserta didik. d. Berkelakuan baik Budi pekerti guru penting dalam pendidikan watak peserta didik. Guru harus menjadi teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Di antara tujuan pendidikan adalah membentuk akhlak yang mulia pada diri pribadi peserta didik dan ini hanya mungkin bisa dilakukan jika pribadi guru berakhlak mulia. Guru yang tidak berakhlak mulia tidak mungkin dipercaya untuk mendidik. Yang dimaksud dengan akhlak mulia dalam ilmu pendidikan Islam adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran Islam, seperti dicontohkan oleh pendidik utama, Nabi Muhammad SAW. Di antara akhlak mulia guru tersebut adalah mencintai jabatanya sebagai guru, bersikap adil terhadap semua peserta didiknya, berlaku sabar dan tenang, berwibawa, gembira, bersifat manusiawi, bekerjasama dengan guru-guru lain, bekerjasama dengan masyarakat.11 Beberapa syarat guru di dalam referensi lainya yaitu: a. Guru hendaknya pandai, mempunyai wawasan luas. b. Guru selalu meningkatkan keilmuanya. 11 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Cet ke-1 (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), hlm.18. 27 c. Guru meyakini bahwa apa yang disampaikan itu benar dan bermanfaat. d. Guru berpikir obyektif dalam menghadapi masalah. e. Guru mempunyai dedikasi, motivasi, dan loyalitas. f. Guru bertanggung jawab terhadap kualitas dan kepribadian moral. g. Guru mampu merubah sikap siswa yang berwatak manusiawi. h. Guru menjauhkan diri dari segala bentuk pamrih dan pujian. i. Guru mampu mengaktualisasikan materi yang disampaikanya. j. Guru banyak inisiatif sesuai perkembangan iptek.12 4. Peran Guru Secara umum peran guru atau pendidik adalah mendidik. Dalam operasionalnya mendidik merupakan rangkaian proses mengajar, memberikan dorongan memuji, menghukum, memberi contoh dan lain sebagainya.13 Peran guru yang lainya yaitu: a. Guru sebagai pendidik Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.14 Peranan guru di sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai 12 Zaenal Mustakim, op. Cit., hlm. 8. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Pendidikan Histories dan praktis), (Jakarta: Ciputat press, 2012), hlm. 43. 14 Zaenal Mustakim, Srategi & metode pembelajaran (Pekalongan: STAIN Press, 2011), hlm. 17. 13 28 pengajar dan pendidik dan sebagai pegawai. Yang paling utama ialah kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik.15 b. Guru sebagai pengajar Sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan pembelajaran, dan memang hal tersebut merupakan tugas dan tanggung jawabnya yang pertama dan utama. Guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari. Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.16 c. Guru sebagai pembimbing Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan jurney, yang mendasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, menetapkan 15 Nasution, Sosiologi pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 91. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Cet. IV, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 31. 16 29 jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Sebagai pembimbing, guru memiliki berbagai hak dan tanggung jawab dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakannya.17 d. Guru sebagai motivator Peran guru sebagai motivator karena guru harus menjadi seseorang yang selalu mendorong dan memotivasi anak untuk mewujudkan minat yang tinggi. Pengertian motivasi secara umum adalah menggerakkan orang dengan menumbuhkan keinginan bekerja dalam memenuhi kebutuhan yang ditimbulkan. Motivasi berfungsi untuk melancarkan kegiatan belajar mengajar. e. Guru sebagai Model dan Teladan Guru diharapkan menjadi teladan bagi murid-muridnya. Kesalahan guru, menurut pepatah, akan diperlihatkan murid dalam bentuk yang lebih mendalam. Akan tetapi tidak tahu hingga manakah kelakuan guru yang baik ditiru oleh anak. Guru harus berpakaian bersih rapi, ia harus selalu berpegang tepat pada waktu, ia harus bertanggungjawab, berjiwa sosial, suka membantu orang, ramah, dapat mengendalikan diri, dan sebagainya, dengan harapan bahwa 17 Zaenal Mustakim, op. Cit., hlm. 19. 30 semua sifat-sifat yang baik itu secara sengaja atau tidak sengaja, juga menjadi sifat-sifat kelakuan anak.18 f. Guru sebagai pengatur kelas Mengatur kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penanggungjawab kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar dapat dicapai suatu kondisi yang optimal sehingga dapat telaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan. Mengatur kelas dilakukan guru bukan tanpa tujuan. Karena dengan adanya tujuan itulah guru selalu berusaha mengelola kelas walaupun terkadang merasakan kelelahan fisik maupun pikiran. Guru sadar tanpa adanya pengaturan kelas dengan baik, maka akan menghambat kegiatan belajar mengajar. Mengatur kelas dalam belajar mengajar sangat mendasar sekali karena kegiatan guru dalam mengelola kelas meliputi: mengelola tingkah laku siswa dalam kelas, menciptakan iklim sosio emosional, mengelola proses kelompok.19 g. Guru sebagai Evaluator Paran guru sebagai evaluator karena guru memberikan respon terhadap seluruh kegiatan membaca anak dan menilai hasil bacaan anak dengan memberikan kesempatan untuk menyampaikan hasil pemahaman terhadap yang dibacanya.20 Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan 18 Nasution, op. Cit., hlm. 138. Zaenal Mustakim, op. Cit., hlm. 202. 20 Deni makhbubi, “Peran guru pendidikan Agama Islam terhadap pembinaan akhlak siswa di SMP N 01 karangpolong malang”, Agustus 2009, hlm. 31-32 19 31 memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik. Penilaian terhadap intrinsik lebih menyentuh pada aspek kepribadian anak didik, yaitu aspek nilai (values). Berdasarkan hal ini, guru harus bisa memberikan penilaian dalam dimensi yang luas. h. Guru sebagai Korektor Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua nilai ini mungkin telah anak didik miliki dan mungkin pula telah mempengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah. Latar belakang kehidupan anak didik yang berbeda-beda sesuai dengan susio-kultural masyarakat di mana anak didik tinggal akan mewarnai kehidupannya.21 i. Guru sebagai Inspirator Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk (ilham) bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk itu tidak mesti harus bertolak dari sejumlah teori-teori belajar, dari pengalaman pun bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Yang penting bukan teorinya, tapi bagaimana melepaskan masalah yang dihadapi oleh anak didik. 21 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hlm. 43-44. 32 j. Guru sebagai Informator Sebagai informator, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dlam kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan guru. Kesalahan informasi adalah racun bagi anak didik, untuk menjadi informasi yang baik dan efektif, penguasaan bahasalah menjadi kuncinya. Ditopang dengan penguasaan bahan yang akan diberikan kepada anak didik. Informator yang baik adalah guru yang mengerti apa kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk anak didik.22 5. Tanggung Jawab Guru Tanggung jawab seorang guru di tanganya harus tercipta manusiamanusia yang berbudi luhur, berperilaku baik, berprestasi, berkualitas, dan berakhlak mulia. Tanggung jawab ini merupakan alat ukur kesuksesan guru dalam memberi pembelajaran, sebagai seorang yang dimintai pertanggungjawaban dalam pembelajaran, maka guru harus memiliki seperangkat kapabilitas sebagai berikut: a. Guru harus memiliki tanggung jawab sempurna dan mengerti pekerjaanya dengan jelas. b. Guru harus seorang yang memiliki kulifikasi dan kapabilitas untuk mengerjakan tugas pembelajaran. 22 Ibid., hlm. 45. 33 c. Guru harus memiliki kewenangan yang cukup untuk menyelesaikan pekerjaannya dalam pembelajaran.23 6. Kompetensi Guru Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dalam mengajar. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan mewujudkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai pendidik. Menurut Muhibbin Syah di dalam buku Puput fathurohman dan M. Sobry Sutikno mengatakan ada sepuluh kompetensi dasar yang harus dimiliki guru dalam upaya peningkatan keberhasilan belajar mengajar, yaitu: a. Menguasai bahan ajar. b. Mengelola program belajar mengajar. c. Mengelola kelas. d. Menggunakan media atau sumber belajar. e. Menguasai landasan-landasan kependidikan. f. Mengelola interaksi belajar mengajar. g. Menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran. h. Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan. i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah. 23 Martinis Yamin, Op. Cit., hlm.103. 34 j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil pendidikan guna keperluan.24 7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Sebelum menjalankan tugasnya sebagai pendidik, guru harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat menghambat dan mendukung perananya sebagai guru, yang mempengaruhi pembelajaran diantaranya: a. Bahasa yang digunakan Strategi Pemilihan Bahasa yang singkat dan mudah dipahami, Semua guru pasti akan menggunakan bahasa ketika berkomunikasi dengan siswa, ketika memaparkan informasi, ketika memberi penekanan pada masalah tertentu, ketika memuji, mendorong siswa untuk memberikan jawaban yang lebih baik, menjelaskan dan ketika menegur para siswa. Akan tetapi, kebanyakan guru mengabaikan arti penting bahasa. tidak banyak guru mau memperhatikan strategi apa yang mereka pilih untuk menyampaikan pesan dan tidak banyak pula yang mau memperhatikan efek dari strategi yang dipilihnya.25 b. Faktor Siswa Siswa adalah organisme yang unik sesuai dengan tahap perkembangan. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Terutama 24 Puput fathurohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Mewujudkan Pembelajaran Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islam (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), hlm. 44-46. 25 John wiley & sons, guru yang baik di setiap kelas terjemah “ A good Teacher in Every Classroom “ ,( Jakarta: PT Indeks, 2009), hlm. 17. 35 Kondisi siswa, merupakan keadaan yang ada dalam diri siswa yang satu dengan yang lainnya, keadaan siswa dapat mempengaruhi kegiatan belajar yaitu Seorang siswa yang dikategorikan sebagai anak yang bermasalah apabila ia menunjukan gejala-gejala penyimpangan dari perilaku yang lazim dilakukan oleh anak-anak pada umumya. Secara garis besar pangkal soal masalah-masaah siswa dapat dikelompokkan menjadi dua; internal dan eksternal. 1) Internal Sebab-sebab internal adalah sebab-sebab yang berpangkal dari kondisi si murid itu sendiri. Hal ini bisa bermula dari adanya kelainan fisik maupun kelainan psikis. 2) Eksternal Sebab-sebab eksternal adalah sebab-sebab yang hadir dari luar si murid. Sebab-sebab ekternal berpangkal dari keluarga, pergaulan, salah asuh atau pengalaman hidup yang tak menyenangkan.26 Komponen-komponen interaksi edukatif yang bisa mempengaruhi peran guru, c. Faktor Lingkungan Dilihat dari dimensi lingkungan ada 2 faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor kelas dan iklim sosial psikologi. 26 Mustakim dan Abdul Wahid, psikologi pendidikan ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), hlm. 138-140. 36 Faktor lain dari dimensi lingkungan yang dapat mempengaruhi pembelajaran adalah faktor iklim sosial psikologis. Maksudnya adalah keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam pembelajaran. Iklim sosial ini dapat terjadi baik secara internal maupun eksternal. Iklim sosial psikologis secara internal adalah hubungan antara orang yang terlibat di dalam sekolah, misalnya iklim sosial antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara guru dengan guru, antara guru dengan pemimpin sekolah. Iklim sosial ekternal adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar atau lingkungan sekitar sekolah, misalnya hubungan sekolah dengan orang tua,hubungan sekolah dengan lembaga-lembaga masyarakat dan sebagainya.27 d. Sarana dan prasarana Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pembelajaran, perlengkapan sekolah dan sebagainya. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung mendukung keberhasilan penyelenggaraan pembelajaran. B. Minat Belajar 1. Pengertian Minat Belajar Minat merupakan kata kunci dalam pengajaran. Di mana kondisi sekolah belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian 27 Zaenal Mustakim, op. Cit., hlm. 61. 37 siswa dalam belajar. Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.28 Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaitanya dengan sifat-sifat siswa, baik yang bersifat kognitif seperti kecerdasan dan bakat maupun yang bersifat seperti motivasi rasa percaya diri dan minat. Maka bila murid telah berminat terhadap kegiatan belajar mengajar maka, hampir cepat dipastikan proses belajar mengajar itu akan berjalan dengan baik dan hasil belajar akan optimal. Adapun menurut bahasa, minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, keinginan-keinginan.29 Ada beberapa para ahli mendefinisikan pengertian minat secara istilah yaitu sebagai berikut : a. Menurut Doyles Payer, mengemukakan minat adalah gejala psikis yang berkaitan dengan objek atau aktivitas yang menstimulir perasaan senang pada individu. b. Menurut Crow dan Crow minat atau interes bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita cenderung atau merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan itu sendiri. c. Menurut Bimo Walgito menyatakan bahwa minat adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian sesuatu dan disertai dengan 28 Moh.Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), h.27. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hlm. 656. 29 38 keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut. d. Menurut Sardiman AM, minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang berhubungan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhankebutuhan. Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecenderungan jiwa yang relatif menetap kepada diri seseorang dan biasanya disertai dengan perasaan senang. Pengertian belajar ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli psikologi diantaranya. a. Menurut Ngalim Purwanto sebagaimana mengutip Skinner berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif.30 b. Menurut Witherington mengemukakan bahwa belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatukan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap kebutuhan.31 c. Menurut James O Wittaker belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.32 30 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1998), hlm. 84. 31 32 Ibid., hlm. 84. Wasly Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Malang Rineka Cipta, 2003), hlm. 103 39 d. Menurut Lester D. Crow dan alice Crow berpendapat bahwa belajar adalah perbuatan untuk memperoleh kebiasaan, ilmu pengetahuan dan berbagai sikap.33 Dari berbagai definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar ini menimbulkan suatu perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan perubahan itu dilakukan lewat kegiatan, atau usaha yang disengaja. Jadi yang dimaksud dari minat belajar adalah aspek psikologi seseorang yang menampakan diri dalam beberapa gejala. Seperti gairah, keinginan, keinginan, perasaan suka untuk melakukan proses perubahan tingkah laku melalui berbagai kegiatan yang meliputi mencari pengetahuan dan pengalaman. Dengan kata lain, minat belajar itu adalah perhatian, rasa suka ketertarikan siswa atau seseorang terhadap belajar yang ditunjukan melalui keantusiasan pertisipasi dan keaktifan dalam belajar. Minat mempunyai pengaruh besar dalam dalam kegiatan belajar, karena minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan siswa, siswa tidak akan belajar dengan baik, sebab tidak ada daya tarik baginya. Maka minat terhadap sesuatu merupakan, hal yang harus diketahui oleh. Di dalam azas didaktik lama disebutkan bahwa dengan adanya perhatian siswa kepada pelajaran yang diberikan guru maka isi dari materi pelajaran akan terserap dengan baik begitu juga sebaliknya, tanpa adanya minat dan perhatian terhadap apa yang guru 33 Lester D. Crow dan Alice Crow, psikologi Pendidikan, jilid 1, (Surabaya: PT. Bana Ilmu, 1984), hlm. 321. 40 berikan dengan susah payah tidak akan di dengar, apalagi dikuasai oleh siswa.34 2. Sebab-sebab Timbulnya Minat Belajar Minat bisa timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati sanubari. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar, artinya untuk mencapai atau memperoleh benda atau tujuan yang diminati, Timbulnya minat belajar itu disebabkan oleh berbagai hal antara lain karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia.35 Menurut Bethart bahwa “minat” timbul atau muncul tidak secara tibatiba, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan, pada waktu belajar atau bekerja, dengan kata lain, minat dapat menjadi penyebab kegiatan dan penyebab partisipasi dalam kegiatan. 36 Sedangkan menurut Ngalim Purwanto minat itu timbul dengan menyatakan diri dalam kecenderungan umun untuk menyelidiki dan menggunakan lingkungan dalam kecenderungan umum untuk menyelidiki dan menggunakan lingkungan dari pengalaman, anak bisa berkembang kearah minat atau berminat kepada sesuatu. Ada dua hal yang menyangkut minat yang perlu diperhatikan yaitu: 34 Suharsini Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manuiawi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993), hlm.103. 35 Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001). hlm. 56-57. 36 Ibid., hlm. 59. 41 a. Minat pembawaan, minat muncul dengan tidak dipengaruhi oleh faktorfaktor baik itu kebutuhan pribadi maupun lingkungan. Minat semacam ini biasanya muncul berdasarkan bakat yang ada. b. Minat muncul karena adanya pengaruh dari luar, maka minat seseorang bisa saja berubah karena adanya pengaruh dari luar, seperti lingkungan, orang tuanya, dan guru.37 Adapun beberapa faktor penyebab timbulnya minat belajar antara lain: a. Partisipasi Partisipasi atau keikutsertaan seseorang dalam suatu pekerjaan tertentu atau siswa dalam aktivitasnya, akan menimbulkan minat belajar pada seseorang atau peserta didik tersebut. Keikutsertaan anak didik dalam proses pembelajaran lambat laun akan menimbulkan minat dalam belajar. b. Kebiasaan Kebiasaan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan terus menerus atau secara kontinyu. Minat dapat timbul karena adanya kebiasaan dimana kebiasaan ituada hubunganya dengan aktifitas yang berulangulang. Dalam proses belajar apabila peserta didik setiap hari bertemu dan bertatap muka dengan guru dan selalu aktif mengikuti pelajaran, maka lambat laun peserta didik tersebut akan timbul minatnya terhadap pelajaran tersebut. c. Pengalaman 37 M. Ngalim Purwanto, Op. Cit., hlm. 85. 42 Pengalaman merupakan salah satu penyebab timbulnya minat. Hal ini karena adanya pengalaman, baik yang menyedihkan maupun yang menyenangkan akan membawa kesan tersendiri bagi pelakunya yang kemudian akan masuk dalam jiwa seseorang. Apabila peserta didik mempunyai kesan itu sebagai pengalaman dan memotivasi dirinya untuk belajar lebih baik maka minat yang timbul akan lebih kuat. Demikian juga apabila peserta didik mempunyai kesan yang baik maka akan timbul minat yang lebih baik.38 Adapun unsur-unsur yang dapat menarik belajar antara lain:39 a. Bahan pelajaran yang dapat menarik minat Bahan pelajaran, merupakan unsur inti yang ada di dalam kegiatan belajar mengajar karena memegang bahan pelajaran itulah yang diupayakan untuk dikuasai oleh peserta didik. Oleh karena itu guru khususnya atau pengembangan kurikulum umumnya tidak boleh lupa harus memikirkan sejauh mana bahan-bahan yang topiknya tertera di dalam silabi berkaitan dengan kebutuhan peserta didik pada usia tertentu dan dalam lingkungan tertentu pula. b. Alat-alat pelajaran yang menarik minat Unsur lain yang berfungsi mendukung penyampaian materi pelajaran adalah alat-alat pelajaran atau media pendidikan. Alat pelajaran hendaknya dipilih yang sesuai dengan usia peserta didik, 38 Abu Tauhit, Beberapa Aspek Pendidikan Islam, (yogyakarta: Sekretariat Fakultas Tarbiyah, 1990), hlm. 95. 39 Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1993), h.103. 43 misalnya bagi anak-anak kecil alat-alat pelajaran dipilih yang berwarnawarni, ringan dan tidak berbahaya. Dengan pemilihan dan pengadaan alat-alat pelajaran yang menarik diharapkan agar mendapat perhatian sepenuhnya, dari peserta didik. c. Keadaan atau situasi yang menarik Keadaan atau situasi di dalam kelas hendaknya diusahakan sedemikian rupa sehingga tidak membosankan dan tidak membuat peserta didik menjadi cepat lelah. Keadaan dan suasana yang menarik adalah yang mendukung terpenuhinya kebutuhan peserta didik baik kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani maupun rohani. Ruangan yang luas dan dapat digunakan untuk bergerak leluasa, udara yang bebas dan segar sehingga memungkinkan peserta didik dapat bernafas lega, akan dapat menarik minat peserta didik pada pelajaran yang diberikan oleh guru. Bagaimana guru bergaya dan berperilaku banyak dibicarakan di dalam strategi pengajaran. Suara yang cukup keras demgam intonasi yang naik turun dengan teratur, pandangan mata yang menunjukkan kegairahan besar dalam mengabdikan diri demi ilmu pengetahuan, serta penguasaan terhadap siswa demi siswa akan banyak membantu guru dalam menarik perhatian siswa pada apa yang sedang diajarkannya. Selain itu, guru yang mempunyai keterampilan dalam melibatkan siswasiswa yang diajarkan, akan dapat menimbulkan situasi yang memnukau terhadap pelajaran. 44 3. Macam-macam Minat Belajar Minat belajar digolongkan menjadi beberapa macam diantanya adalah: a. Berdasarkan timbulnya minat dan dibedakan menjadi dua yaitu:40 1) Minat Primitif, adalah minat yang timbul karena kebutuhan biologis atau jaringam-jaringan tubuh, misalnya kebutuhan akan makanan, perasaan enak atau nyaman, kebebasan beraktivitas dan seks. 2) Minat Kultural atau minat Sosial, adalah minat yang timbulnya karena proses belajar, minat ini tidak secara langsung berhubungan dengn diri kita, misalnya minat belajar, individu punya pengalaman bahwa masyarakat atau lingkungan akan lebih menghargai orangorang terpelajar dan pendidikan tinggi, sehingga hal ini akan menimbulkan individu untuk belajar dan berprestasi agar mendapat penghargaan dari lingkungan. b. Berdasarkan arahnya, minat dapat dibedakan menjadi dua yaitu:41 1) Minat Intrinsik, adalah minat langsung berhubungan aktivitas itu sendiri, ini merupakan minat yang lebih mendasar atau minat asli. Sebagai contoh seseorang belajar karena memang cinta pada ilmu pengetahuan atau karena senang membaca, bukan karena ingin mendapat pujian atau penghargaan. Dalam bermain sepak bola, minat instrinsiknya adalah kesenangan dalam menyepak bola, bergerak bebas dalam alam terbuka an sebagainya. 40 Abdul rahman Shaleh dan Muhbib Abdul wahab, Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Prenata Media, 2004), hlm. 265. 41 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, h.266. 45 2) Minat Ekstrinsik, adalah minat yang berhubungan dengan tujuan akhir dari kegiatan tersebut, apabila tujuanya sudah tercapai ada kemungkinan minat tersebut hilang. Sebagai contoh seseorang yang belajar dengan tujuan agar menjadi juara kelas atau lulus ujian saringan SPMB, setelah menjadi juara kelas atau lulus ujian saringan SPMB minat belajarnya menjadi turun. Dalam bermain sepak bola, minat ekstrinsiknya adalah bagaiana mencetak gol sebanyak mungkin, bagaimana mengalahkan lawan dan sebagainya. Jadi dalam minat ekstrinsik ada usaha untuk melanjutkan aaktivitas sehingga tujuan akan menjadi menurun atau hilang. c. Berdasarkan cara mengungkapkan minat dan dibedakan menjadi empat yaitu:42 1) Expressed interest adalah minat yang diungkapkan dengan cara meminta kepada subjek untuk menyatakan atau menuliskan kegiatankegiatan baik yang berupa tugas maupun bukan tugas yang disenangi dan paling tidak disenangi. Dari jawabanya dapatlah diketahui minatnya. 2) Manifest interest adalah minat yang diungkapkan dengan cara mengobservasinya atau melakan pengamatan secara langsung terhadap aktivitas-aktivitas yang dilakukan subjek atau dengan mengetahui hobinya. 42 Abdul Rahman Shaleh, Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h.265-268. 46 3) Tested interest adalah minat yang diungkapkan cara menyimpulkan dari hasil jawaban tes objektif yang diberikan, nilai-nilai yang tinggi pada suatu objek atau masalah biasanya menunjukkan minat yang tinggi pula terhadap hal tersebut. 4) Inventoried interst adalah minat yang diungkapkan dengan menggunakan alat-alat yang sudah distandarisadikan, dimana biasanya berisi pertanyaan-pertanyaan yang ditunjukan kepada subjek apakah ia senang atau tidak senang terhadap sejumlah aktivitas atau sesuatu objek yang ditanyakan. Sedangkan menurut Kader, minat dapat dikelompokkan menjadi sepuluh yaitu: a. Minat terhadap alam sekitar (out door) yaitu minat terhadap pekerjaaanpekerjaan yang berhubungan dengan alam, binatang dan tumbuhan. b. Minat mekanis (mechanichal) yaitu minat terhadap pekerjaan yang bertalian dengan mesin atau alat-alat teknik. c. Minat hitung-menghitung (Competational) yaitu minat terhadap jabatan yang membutuhkan perhitungan. d. Minat terhadap ilmu pengetahuan yaitu minat untuk menemukan faktafakta baru dan pemecahan problem. e. Minat persuasif (persuasive) yaitu minat terhadap pekerjaan yang berhubungan mempengaruhi orang lain. f. Minat seni (artistik) yaitu minat terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan kesenian kerajinan dan kreasi tangan. 47 g. Minat literer (library) yaitu minat yang berhubungan dengan masalah membaca dan menulis berbagai kalangan. h. Minat musik (musikal) yaitu minat terhadap masalah-masalah unik. i. Layanan sosial (social service) yaitu minat terhadap pekerjaan membantu orang lain. j. Minat klerikal (Cherical) yaitu minat berhubungan dengan pekerjaan administratif.43 4. Pusat-pusat Minat Pusat-pusat minat adalah hal-hal yang mendorong seseorang itu mempunyai mianat. Minat itu sendiri merupakan kecenderungan jiwa yang tetap kejurusan sesuatu hal yang berharga bagi orang. Sesuatu yang berharga bagi seorang adalah yang sesuai kebutuhan. Kebutuhan yang paling penting dan umun menurut Docroly adalah. a. Kebutuhan akan makan b. Kebutuhan akan perlindungan terhadap pengaruh iklim (pakaian dan rumah) c. Kebutuhan memerhatikan diri terhadap bermacam-macam bencana dan musibah. d. Kebutuhan akan kerja sama, akan permainan dan sport. Keempat kebutuhan itulah yang menajadi pusat minat anak (oleh Docroly disebut pusat-pusat minat). Dari pusat-pusat minat itulah bahan pelajaran dikumpulkan. 43 Wayan Nurkancana, dan Sumartana, Evaluasi pendidikan, ( Surabaya: PT Usaha Nasional, 1982), hlm. 238-239. 48 Kalau bahan pelajaran diambil dari pusat-pusat minat anak, dengan sendirinya perhatian spontan akan timbul sehingga akan berlangsung dengan baik.44 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Minat bukanlah suatu yang dimiliki seseorang begitu saja melainkan sesuatu yang dikembangkan.45 Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar di antaranya. a. Menurut Abdul Rahman Shaleh, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ada 2 yaitu:46 1) Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri individu yang bersangkutan (misalnya: bobot, umur, jenis kelamin, pengalaman, perasaan mampu, kepribadian). 2) Faktor yang bersumber dari luar yang mencakup lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. b. Menurut Slameto, faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar seseorang ada 2 yaitu: 1) Faktor yang dipengaruhi dari dalam yaitu: a) Pembawaan 44 Zakiah darajat dkk, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1945), hlm.133-134. 45 Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm.183. 46 Abdul Rahman Shaleh, Muhbib Abdul Wahab, Op. Cit., hlm.263. 49 Pembawaan sangat memengaruhi timbulnya minat seseorang, misalnya seseorang yang berminat untuk melukis, karena bakat bawaan. b) Psikologis Keadaan jiwa seseorang juga mempengaruhi timbulnya minat belajar terhadap sesuatu, misalnya orang yang keadaanya tenang dan gembira akan selalu menunjukkan sikap dan semangat dalam belajarnya. c) Keadaan Jasmani Jasmani yang sehat atau cacat akan memengaruhi minat terhadap sesuatu, misalnya cacat penglihatan akan memengaruhi minat belajar seseorang. d) Kebutuhan Kebutuhan hidup adalah faktor yang sangat penting bagi seseorang. Makin besar kebutuhan seseorang, maka makin besar pula minat seseorang untuk mengatasi kebutuhan tersebut, misalnya siswa yang memiliki rasa ingin tahu, maka ia dapat cepat mengerti dan mengingatnya dibandingkan dengan murid yang tidak mempunyai rasa ingin tahu. 2) Faktor yang datang dari luar, meliputi:47 a) Faktor lingkungan keluarga 47 Slameto, op. Cit., hlm. 184-186. 50 b) Faktor lingkungan sekolah c) Faktor lingkungan masyarakat 6. Cara Membangkitkan Minat Belajar Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai minat, karena minat akan mendorong kegiatan belajar, minat yang besar akan mendorong kegiatan belajar, minat yang besar akan mendorong motivasi siswa untuk memperhatikan suatu pelajaran dan kurangnya minat menyebabkan kurang perhatian dalam pelajaran. Ada beberapa faktor yang dapat membangkitkan minat belajar yaitu: a. Menurut prof. Dr. Ramayulis, cara untuk menarik minat dan perhatian siswa yang dilakukan guru yaitu dengan:48 1) Cara belajar yang baik 2) Alat peraga yang cukup 3) Intonasi yang tepat dan humor b. Menurut Dr.S. Nasution, minat belajar dapat dibangkitkan dengan cara sebagai berikut:49 1) Bangkitkan suatu kebutuhan (kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk mendapat penghargaan dan sebagainya). 2) Hubungan dengan pengalaman yang lampau 3) Beri kesempatan untuk mendapat hasil yang baik “nothing succes like success”, tidak ada yang lebih memberi hasil yang baik dari pada 48 49 Ramayulis, Ilmu Pandidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm. 34. Nasution, Didaktis Azas-azas mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hlm. 82. 51 hasil yang baik utuk itu bahan pelajaran disesuaikan dengan kesanggupan individu. 4) Gunakan berbagai bentuk mengajar 7. Fungsi dan Peranan Minat dalam Belajar Minat memegang peranan penting dalam kehidupannya dan mempunyai dampak yang besar atau perilaku dan sikap, minat menjadi sumber motivasi yang kuat untuk belajar, anak yang berminat terhadap sesuatu kegiatan baik itu bekerja maupun belajar, akan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan yang diinginkan. William Amstrong menyatakan bahwa konsentrasi tidak ada bila tidak ada minat yang memadai. Seseorang tidak akan melakukan kegiatan jika tidak ada minat. Laster dan Alice Crow juga menekankan beberapa pentingnya minat untuk mencapai sukses dalam hidup seseorang. Suatu minat dalam belajar merupakan merupakan suatu kejiwan yang menyertai siswa di kelas dan menemani siswa dalam belajar.50 Minat mempunyai fungsi sebagai pendorong yang kuat dalam mencapai prestasi dan minat juga dapat menambah kegembiraan pada setiap yang ditekuni oleh seseorang. Minat juga merupakan salah satu faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya dalam belajar. Suatu mata pelajaran hanya dapat diikuti 50 Widiyantoro Minat Belajar Anak, http:// Creasoft files, Wordpress.com /2008/04/2 minat.pdf 52 dengan baik apabila semua itu dapat memusatkan perhatianya terhadap pelajaran tersebut.51 Dalam proses belajar-mengajar peranan minat adalah untuk memusatkan pemikiran dan juga untuk menimbulkan kegembiraan dalam usaha belajar seperti adanya kegairahan hati dapat memperbesar daya kemampuan belajar dan juga membantunya tidak melakukan apa yang dipelajarinya, jedi belajar dengan penuh gairah, minat dapat membuat rasa kepuasan dan kesenangan tersendiri. Ada beberapa peranan minat dalam belajar antara lain : a. Menciptakan, menimbulkan konsentrasi atau perhatian dalam belajar. b. Menimbulkan kegembiraan atau perasaan senang dalam belajar. c. Memperkuat ingatan siswa tentang pelajaran yang telah di berikan guru. d. Melahirkan sikap belajar yang positif dan konstruktif. e. Memperkecil kebosanan siswa terhadap pelajaran.52 C. Mengenal Angka 1. Pengertian Mengenal Angka Menurut kamus bahasa Indonesia mengenal berarti mengetahui, kenal (akan), tahu (akan, tidak, kawan & lawan), mempunyai rasa.53 Menurut Mudjiono, mengemukakan bahwa bilangan adalah Suatu konsep matematika yang digunakan untuk pencacahan dan pengukuran. Simbol 51 The Liang Gie, Cara Belajar yang Efektif, (Yogyakarta: Pusat kemajuan Studi, 1985), hlm. 20. 52 Widiyantoro, Minat Belajar Anak, http:// Creasoft Files. Wordpress.Com /2008/04/2 minat. pdf. 53 Artikata. Com/arti-334173-Kata.html. Diakses, 31 Januari 2014. 53 ataupun bilangan yang digunakan untuk mewakili suatu bilangan disebut sebagai angka atau lambang.54 Belajar angka merupakan pembelajaran yang sangat penting bagi keberhasilan anak di masa yang akan datang. Buras dalam bukunya Math Solution dan Baratta Lorton dalam bukunya Math teir Way keduanya mendasarkan pada teori Piaget yang menunjukan bagaimana konsep matematika terbentuk pada anak. Buras mengatakan kelompok matematika yang sudah dapat diperkenalkan mulai dari usia tiga tahun adalah kelompok bilangan ( aritmatika, berhitung), pola dan fungsinya, geometri, ukuran-ukuran, grafik, estimasi, probabilitas, pemecahan masalah.55 Ada dua alasan penting mengapa anak harus belajar mengenal angka. Alasan pertama sudah jelas dan tidak terlalu penting, mengenal angka adalah salah satu fungsi tertinggi otak manusia dari semua makhluk di dunia, hanya manusia yang dapat mengenal angka dan berhitung. Alasan kedua justru lebih penting, anak harus belajar mengenal angka pada usia sedini mungkin, karena hal ini akan berpengaruh pada pertumbuhan yang di sebut kecerdasan.56 54 Mudjiono, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung: Rosda Karya, 2007), hlm. 50. 55 Kurniati, Muhammad Ali, dan Halida, peningkatan kemampuan mengenal konsep bilangan angka melalui kartu angka bergambar di TK Idhata 1 ketapang (Tanjungpura: Jurnal FKIP), hlm. 2. 56 Prasetyono Dwi Sunar, Biarkan Anakmu Bermain (Jogjakarta: DIVA Press, 2008), hlm. 67 54 Seluruh bagian belakang otak yang merupakan separuh dari otak terdiri dari jalur-jalur sensor penerima yang di bagi menjadi 5 indra manusia. Masuk otak melalui kelima jalur ini sehingga anak bisa mendengar, meraba, melihat, mengecap, dan mencium bau. Kelima jalur ini akan berkembang bila digunakan, artinya semakin banyak pesan yang masuk ke lima jalur ini, anak semakin berkembang dan semakin mudah bekerjanya. Sebelum anak pandai menghitung, langkah pertama adalah dengan mengerti tentang arti kata. Saat anak-anak mulai belajar menghitung, mereka akan menganggap angka-angka itu sebagai rima. Mungkin pengertian mereka terhadap angka masih terbatas pada perhitungan 1-2-3, dan mungkin belum bisa membayangkan arti 5-6-7 dan seterusnya. Bila si anak sudah tahu urutan angka dari 1 sampai dengan 10, dapat dikatakan dia bisa mulai mengerti apa arti angka-angka tersebut. Namun tidak jarang anak-anak kecil sering salah membuat urutan, jadi mereka butuh banyak latihan dengan berbagai cara yang di sediakan guru.57 2. Tujuan dan Manfaat Mengenal Angka Salah satu usaha untuk menjadikan akal manusia berkembang optimis adalah dengan mengenalkan angka (matematika). Pada anak usia dini, dengan cara yang sederhana dan konsisten dalam suasana yang kondusif & menyenangkan, otak anak akan terlatih untuk terus olah raga sehingga bisa tumbuh optimal. 57 Ibid., hlm. 69. 55 Tujuan dan Manfaat Mengenal angka: a. Melatih anak berfikir, dan bernalar dalam menarik kesimpulan. b. Mengembangkan aktivitas kreatif, imajinatif. c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. d. Mengembangkan kemampuan komunikasi.58 Mengenal angka akan menjadi awal bagi anak, karena dengan mudah dan gembira anak dapat melangkah dari mengenal angka yang sederhana ke dunia matematika yang canggih, lebih menarik dan kreatif. Ini merupakan dunia berpikir, mencari sebab dan logika, bukan hanya menduga perhitungan namun benar-benar suatu petualangan di mana setiap kali anak dapat menemukan hal-hal yang baru. Salah satu usaha untuk menjadikan akal manusia berkembang optimal adalah dengan mengenalkan angka atau matematika pada anak usia dini. Dengan cara yang sederhana dan konsisten dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan, otak anak akan terlatih untuk terus olah raga sehingga bisa tumbuh optimal. Mengenalkan angka merupakan salah satu hal yang paling bermanfaat untuk perkembangan otak anak, salah satu fungsi dari otak sampai derajat tertentu. Bagi anak yang sudah dapat menambah akan lebih mudah untuk belajar matematika. 58 Glenn Doman dan Janet Doman, How To Teach Your Baby Read (Jakarta: PT. Tiga Raksa tbk, 2005), hlm. 241. 56 3. Metode Pengenalan Angka Pada Anak Pada dasarnya bahwa proses belajar pada Anak Usia Dini dilalui dengan cara bermain. Karena bermain bagi anak-anak bukan sekedar bermain, tetapi bermain merupakan sarana dalam proses pembelajaran yang dapat memberikan makna dan pengalaman dalam kehidupannya. Dalam bermain anak menerima berbagai rangsangan selain dapat membuat dirinya senang juga akan menambah pengetahuan anak. Pengetahuan yang diperoleh anak melalui bermain yaitu dengan cara melihat, mendengar, meraba, dan merasakan dalam setiap kegiatan bermain sehingga hal ini dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya. 59 Bermain adalah kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Barmain harus dilakukan atas inisiatif anak dan atas keputusan anak itu sendiri. Bermain harus dilakukan dengan rasa senang, sehingga semua kegiatan bermain yang menyenangkan akan menghasilkan proses belajar pada anak.60 a. Beberapa jenis permainan 1) Permainan sensorimotor, yaitu perilaku yang diperlihatkan bayi untuk memperoleh kenikmatan dari melatih perkembangan (skema) sensorimotor mereka. 2) Permainan praktis, yaitu melibatkan pengulangan perilaku ketika ketrampilan-ketrampilan baru sedang dipelajari. Permainan ini 59 Mutiah Diana, Psikologi Bermain Anak Usia Dini ( Jakarta: Prenada media group, 2010), hlm. 161. 60 Ibid., hlm. 91. 57 utamanya muncul pada bayi, sedangkan permainan praktis terjadi sepanjang hayat. 3) Permainan pura-pura (simbolis), yaitu terjadi ketika anak menstranformasikan lingkungan fisik ke dalam suatu simbol. 4) Permainan sosial, yaitu permainan yang melibatkan interaksi sosial dengan teman sebaya. 5) Permainan funsional, yaitu permainan pertama yang dilakukan pada awal masa anak-anak, di mana anak mengulang-ulang kegiatan sederhana dan menemukan kesenangan dalam bermain dengan lingkunganya. Permainan ini berguna untuk meningkatkan motorik anak. 6) Permainan konstruktif, yaitu terjadi ketika anak-anak melibatkan diri dalam uatu kreasi atau konstruksi suatu produk atau pemecahan masalah ciptaan sendiri. Game, yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kenikmatan yang melibatkan aturan dan sering kali bersifat kompetisi.61 b. Bermain dengan Angka Pengajaran pengenalan angka atau matematika di taman kanakkanak harus disesuaikan dengan National Council of Mathtematics (NCTM) Curriculum Focal Points, atau kurikulum MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Matematika. Curriculum focal 61 Ibid., hlm. 139-140. 58 points adalah topik matematika penting bagi tiap-tiap tingkat kelas Kindergarten Curriculum Focal Points 1) Angka dan Operasinya: Menyajikan, membandingkan, dan mengurutkan seluruh angka serta menggabung dan memisahkan sejumlah rangkaian angka. 2) Geometri: Menggambarkan wujud dan ruang. 3) Pengukuran: Mengurutkan objek berdasar atribut yang dapat diukur.62 Menurut Sujiono dan Sujiono di dalam bukunya Yuliani Nuraini Sujiono dan Bambang Sujiono menguraikan cara mengembangkan kecerdasan logika matematika anak: 1) Menyelesaikan puzzle, permainan ular tangga, domino, dan lainlain; permainan tersebut akan membantu anak dalam latihan mengasah kemampuan memecahkan berbagai masalah dengan menggunakan logika; 2) Mengenal bentuk geometri, dapat dimulai dengan kegiatan sederhana sejak anak masih bayi, misalnya dengan menggantung berbagai bentuk geometri dalam berbagai warna di atas tempat tidurnya; 3) Mengenalkan bilangan melalui sajak berirama dan lagu; 62 George s. Morrison, Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Cet. Ke-1, Edisi Bahasa Indonesia (Jakarta: PT Indeks Permata Puri Media, 2012), hlm. 267-268. 59 4) Eksplorasi pikiran melalui diskusi dan olah pikir ringan, dengan obrolan ringan, misalnya mengaitkan pola hubungan sebab-akibat atau perbandingan, bermain tebak tebakan angka dan sebagainya; 5) Pengenalan pola, permainan meyusun pola tertentu dengan menggunakan kancing warna-warni, pengamatan atas berbagai kejadian sehari-hari sehingga anak dapat mencerna dann memahaminya sebagai hubungan sebab akibat; 6) Memperkaya pengalaman berinteraksi dengan konsep matematika, dapat dengan cara mengikutsertakan anak belanja, membantu mengecek barang yang sudah masuk dalam kereta belanjaan, mencermati berat ukuran barang yang kita beli, memilih dan mengelompokkan sayur-sayur maupun buah yang akan dimasak oleh ibu di dapur.63 c. Kegiatan Mengenal Angka Ada beberapa kegiatan bermain yang digunakan untuk mengenalkan angka pada anak. Berikut ini merupakan contoh kegiatan bermain pada taman kanak-kanak:64 1. Konsep ganjil/genap Tujuan: untuk memperluas konsep bilangan ganjil/genap 63 Yuliani Nuraini Sujiono dan Bambang Sujiono, Bermain kretif berbasis kecerdasan jamak (Jakarta: PT Indeks, 2010), hlm. 58. 64 Ibid., hlm.60 60 Caranya: a. Beri anak 1 kertas putih ukuran Hvs b. Di bawah tiap angka, anak menempelkan popcorn sebanyak angka yang tertulis. c. Kemudian, anak melingkari popcorn masing-masing lingkaran 2 popcorn yang tertulis. d. Jelaskan bahwa jika semua popcorn mendapat pasangan berarti angkanya genap dan jika ada popcorn yang tidak mempunyai pasangan berarti angka ganjil. e. Anak mewarnai kertas yang bilangannya ganjil dengan spidol biru, angka genap dengan spidol merah. 2. Menyortir benda Tujuan: Menyortir dan mengelompokkan benda-benda yang mempunyai kesamaan. Caranya: a. Letakkan 2 hula hoop di lantai. b. Letakkan benda-benda merah dalam 1 hula hoop dan bendabenda bulat dalam hula hoop yang lain. c. Benda-benda yang bulat dan warnanya merah harus diletakkan secara terpisah. d. Hula hoop diletakkan saling menutupi sebagian dan diletakkan benda-benda tersebut di dalamnya. 61 3. Besar/kecil Tujuan: Membuat perbandingan antara binatang yang besar dan yang kecil. Caranya: a. Beri masing-masing anak sehelai kertas gambar. b. Peragakan bagaimana untuk melipat kertas menjadi setengah. c. Pada salah satu sisi dari kertas tersebut, minta ank menggambar seekor tikus. Pada sisi lain, minta mereka menggambar seekor dinosaurus. d. Bantu anak untuk memberi nama julukan yang tepat masingmasing sisi dengan judul „besar‟ atau „kecil‟. e. kemudian tanyakan pada anak untuk berpikir tentang binatangbinatang besar dan kecil lainya. f. mintalah anak-anak untuk menambahkan gambar binatang tersebut pada kertas gambar yang mereka lipat. 4. Mengukur/menakar benda cair Tujuan: Menunjukkan bahwa benda cair dapat diukur Caranya: a. kegiatan ini baik sekali dilaksanakan di luar kelas atau di meja dekat air. b. Hindari kelompok kecil. c. Pada tiap meja aturlah semua bahan di atas. 62 d. suruh anak untuk mengisi gallon kosong dengan cangkir takaranya. e. Tanyakan berapa cangkir yang telah dituang ke gallon tersebut. f. Tulis tabel bersama. g. Lakukan kegiatan yang sama tapi dengan menggunakan karton takaran susu dan kemudian dengan cangkir plastik. h. Tulis lagi hasilnya dalam tabel. i. Jelaskan berapa banyak air yang telah ditakar ketika merasa menuang air pada tiap tempat/wadah.65 Cara lain yang dilaksanakan pendidikan taman kanak-kanak:66 1. Mengelompokkan benda Untuk memahami tentang arti angka sesungguhnya, anak-anak harus dibiasakan berlatih berhitung terlebih dulu. Dan, hal ini memang agak sulit mengajarkan anak berhitung, tetapi dengan latihan dan bimbingan dari anak, anak akan terbiasa dengan angkaangka. Mungkin anda bisa menggambarkan wujud sebuah mobil dan menyebutkan bahwa „itu mobil‟, tapi bagaimana anda menggambarkan caranya menunjukkan angka „dua‟? untuk memahami arti „dua‟, anak-anak harus memperhatikan apa kesamaan antara dua ayam dan dua kucing. Ada cara yang sederhana agar anak dapat dengan mudah memahami arti angka, yaitu dengan belajar memisahkan barang menjadi kelompok yang 65 66 Nelvarolina, Alat Permainan Edukatif, (Yogyakarta: Ombak, 2012), hlm. 31-33. Dwi Sunar Prasetyo, Biarkan Anakmu Bermain (Jogjakarta: DIVA Press, 2008), hlm. 76 63 berbeda kemudian menghitungnya. Misalnya anak diminta untuk membuat antrian mobil-mobilan kemudian menghitungnya. 2. Menghafal deretan angka Bermain menghafal deretan angka merupakan permainan sedehana yang dapat dimainkan di mana saja, terutama saat Anda sedang berjalan-jalan. Permainan ini dapat dimainkan dengan berbagai cara, tergantung pada umur dan tingkat pengetahuan si anak. Pada tahap awal di mana kemampuan dan pengetahuan anak masih sangat terbatas, Anda bisa mencari huruf atau angka pada plat nomor. Pada tahap selanjutnya yang lebih kompleks, anda bisa mengambil huruf-huruf dan membentuknya menjadi kata-kata. Dalam permainan menghafal deretan angka, anak akan sering membuat kesalahan bila kendaraan itu bergerak dibandingkan dengan kendaraan yang diam atau diparkir, karena penglihatan mata pada anak belum sebaik penglihatan mata orang dewasa terutama pada benda yang bergerak. 3. Menghitung sambil jalan-jalan Jika si anak sudah terampil dan dapat berhitung dengan tiada salah, maka banyak sekali kesempatan untuk berlatih dengannya. Caranya dengan mengajak jalan-jalan membentuk kereta atau ular sambil bernyanyi disekitar lingkungan sekolah dan melakukan tanya jawab.67 67 Ibid., hlm.78 64 4. Bermain meteran Seorang anak bisa dengan tekun dan betah berlama-lama ketika bermain dengan alat pengukur panjang (meteran). Mengapa? Karena setiap anak mempunyai bakat ingin tahu yang lebih besar daripada seorang penemu. Anak ingin mengetahui berapa lebar meja? Berapa tinggi badannya atau adiknya? Berapa langkah sampai ke pintu depan? Kegiatan sederhana ini mendorong anak untuk bekerja dengan angka, membaca, dan menyebutkan angka, serta memahami arti angka.68 68 Ibid., hlm. 79.