19 BAB II GURU, MINAT BELAJAR, DAN MENGENAL ANGKA A

advertisement
BAB II
GURU, MINAT BELAJAR, DAN MENGENAL ANGKA
A. Guru
1. Pengertian Guru
Dari segi bahasa „pendidikan‟ sebagaimana dijelaskan oleh WJS.
Poerwadarminta adalah orang yang mendidik. Pengertian ini memberi
kesan, bahwa pendidik adalah orang yang melakukan kegiatan dalam
bidang mendidik. Dalam bahasa inggris dijumpai beberapa kata yang
berdekatan artinya dengan mendidik. Kata tersebut seperti teacher yang
berarti guru pribadi, atau guru yang mengajar di rumah. Selanjutnya dalam
bahasa Arab dijumpai kata ustadz, mudarris, mu’allim dan mu’addib. Kata
ustadz jamaknya asatidz yang berarti teacher (guru), profesor (gelar
akademik), jenjang di bidang intelektual, pelatih, penulis, dan penyair.
Adapun kata mudarris berarti teacher (guru), instructor (pelatih) dan
lecturer (dosen). Selanjutnya kata mu’allim yang juga berarti teacher
(guru), instructor (pelatih), trainer (pemandu). Selanjutnya kata mu’addib
berarti educator pendidik atau teacher in Koranic School (guru dalam
lembaga pendidikan al-Qur‟an).1
Beberapa kata tersebut diatas secara keseluruhan terhimpun dalam
kata pendidik, karena seluruh kata tersebut mengacu pada seseorang yang
memberikan pengetahuan, ketrampilan atau pengalaman kepada orang
1
Abuddin nata, Filsafat pendidikan Islam, Cet. Ke-1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997),
hlm. 60-61
19
20
lain. Kata-kata bervariasi tersebut menunjukan adanya perbedaan ruang
gerak dan lingkungan di mata pengetahuan dan keterampilan diberikan.
Jika pengetahuan dan ketrampilan tersebut diberikan disekolah disebut
teacher, di perguruan tinggi disebut lecturer atau profesor, di rumahrumah secara pribadi disebut tutor, di pusat-pusat latihan disebut instructor
atau trainer dan lembaga-lembaga pendidikan yang mengajarkan agama
disebut educator.2
Selanjutnya dalam beberapa literatur kependidikan pada umumnya,
istilah pendidik sering diwakili oleh istilah guru. Menurut Soecipto dan
Raflis Kasasi, Menjelaskan bahwa guru merupakan pendidik profesional
mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukan
kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan
masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana
sikap dan perbuatan itu sehari-hari. Apakah memang yang patut diteladani
atau tidak bagaimana guru meningkatkan pelayananya, meningkatkan
pengetahuan, memberi arahan dan dorongan kepada anak didiknya dan
bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta bergaul dengan siswa,
teman-temannya serta anggota masyarakat seiring menjadi masyarakat
luar.3
2. Tugas Pokok Guru
Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah sosok arsitektur
yang dapat membentuk jiwa dan watak peserta didik. Guru mempunyai
2
3
Ibid, 60-61.
Rafles Kosasi, Proses Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta,1999), hlm. 42.
21
kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian peserta didik
menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa.4
Pada dasarnya jabatan guru memiliki banyak tugas, baik yang terikat
oleh dinas maupun di luar dinas dalam bentuk pengabdian. Tugas guru
tidak hanya sebagai profesi, tetapi juga sebagai suatu tugas kemanusiaan
dan kemasyarakatan.5
Tugas pokok guru sebagai suatu profesi menuntut guru untuk
mengembangkan
profesionalitas
diri
sesuai
perkembangan
ilmu
pengetahuan dan teknologi. Mendidik, mengajar dan melatih peserta didik
adalah tugas guru sebagai suatu profesi. Tugas guru sebagai pendidik
berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada peserta
didik.
Tugas
guru
sebagai
pengajar
berarti
meneruskan
dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada peserta didik.
Tugas guru sebagai pelatih berarti mengembangkan keterampilan dan
menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan pesrta didik.6
Menurut Roestiyah N. K., didalam buku Zaenal Mustakim bahwa guru
dalam mendidik peserta didik bertugas untuk:
a.
Menyerahkan kebudayaan kepada peserta didik berupa kepandaian,
kecakapan dan pengalaman-pengalaman.
b.
Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai cita-cita dan
dasar negara kita pancasila.
4
Zaenal Mustakim, Srategi & metode pembelajaran (Pekalongan: STAIN Press, 2011),
hlm. 12-13.
5
Ibid, 13.
6
Zaenal Mustakim, Srategi & metode pembelajaran (Pekalongan: STAIN Press, 2011),
hlm. 13.
22
c.
Menyiapkan anak menjadi warga yang baik sesuai Undang-Undang
pendidikan yang merupakan Keputusan MPR No. ll Tahun 1983.
d.
Sebagai perantara dalam belajar.
e.
Guru adalah sebagai pembimbing,
f.
Guru adalah sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat.
g.
Sebagai penegak disiplin
h.
Guru sebagai administrator dan manajemen.
i.
Pekerjaan guru sebagai suatu profesi.
j.
Guru sebagai perencana kurikulum
k.
Guru sebagai pemimpin (guidance worker)
l.
Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak.7
Dalam
kaitan
dengan
tugasnya,
sebagaimana
dikemukakan
„Abdurrahman al-Nahlawi‟, guru hedaknya mencontoh peranan yang telah
dilakukan para nabi dan pengikutnya. Tugas mereka, pertama-tama, ialah
mengkaji dan mengajarkan ilmu Ilahi, sesuai dengan firman Allah yang
menyatakan:
           
           
    
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al
Kitab, Hikmah dan kenabian, lalu Dia berkata kepada manusia:
"Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah
Allah." akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang7
Zaenal Mustakim, Op. Cit., hlm 15-16.
23
orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al kitab dan
disebabkan kamu tetap mempelajarinya. (Q.s. Ali Imran/3:70)
Allah juga mengisyaratkan bahwa tugas pokok Rasulullah saw.
Ialah mengajarkan al-kitab dan al-Hikmah kepada manusia serta
mensucikan mereka, yakni mengembangkan dan memersihkan jiwa
mereka.
         
       
Ya Tuhan Kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan
mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan
mengajarkan kepada mereka Al kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (AsSunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha
Kuasa lagi Maha Bijaksana.(Q.s, al-Baqarah/2:129).
Berdasarkan firman Allah di atas, al-Nahlawi menyimpulkan
bahwa tugas pokok guru dalam pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
a.
Tugas
pensucian,
Guru
hendaknya
mengembangkan
dan
membersihkan jiwa peserta didik agar dapat mendekatkan diri kepada
Allah, menjauhkannya dari keburukan, dan menjaganya agar tetap
berada pada fitrahnya.
b. Tugas
pengajaran,
pengetahuan
dan
guru
hendaknya
pengalaman
menyampaikan
kepada
peserta
berbagai
didik
untuk
diterjemahkan dalam tingkah laku kehidupannya.8
8
Aly, Hery Noer, Ilmu Pendidikan Islam/Hery Noer, Cet. Ke-2 (Jakarta: PT. Logos
Wacana Ilmu, 1999), hlm. 95-96.
24
3. Syarat-syarat guru
Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan yang gampang, seperti yang
dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan
menyampaikannya kepada siswa sudah cukup, hal itu belumlah dapat
dikategorikan sebagai guru yang memiliki pekerjaan profesional, karena
guru yang profesional, mereka harus memiliki berbagai ketrampilan,
kemampuan khusus, mencintai pekerjaanya, menjaga kode etik guru, dan
lain sebagainya.
Oemar Hamalik di dalam buku Martinis Yamin, guru harus memiliki
persyaratan, yang meliputi;
1. Memiliki bakat sebagai guru.
2. Memiliki keahlian sebagai guru.
3. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi.
4. Memiliki mental yang sehat.
5. Berbadan sehat.
6. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas.
7. Guru adalah manusia berjiwa manusia.
8. Guru adalah seorang warga negara yang baik.9
Menjadi guru menurut Zakiah Darajat dalam buku ciptaan Soetjipto
dan Raflis Kosasi harus memenuhi beberapa persyaratan seperti di bawah
ini: 10
9
Martinis Yamin, Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2008), hlm. 5-7.
10
Rafles Kosasi dan Soetjipto, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,1999), hlm.
233
25
a. Takwa kepada Allah SWT
Guru, sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan, tidak mungkin
mendidik peserta didik agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak
bertakwa kepadaNya. Sebab ia adalah teladan bagi pesrta didiknya,
sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil mendidik mereka agar
menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia.
b. Berilmu
Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti, bahwa
pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan
tertentu yang diperlukannya untuk suatu jabatan.
Guru pun harus mempunyai ijazah agar ia diperbolehkan
mengajar. Kecuali dalam keadaan darurat, misalnya jumlah peserta
didik sangat meningkat, sedang jumlah guru jauh dari mencukupi, maka
terpaksa menyimpang untuk sementara, yakni menerima guru berijazah,
tetapi dalam keadaan normal atau patokan bahwa makin tinggi
pendidikan guru makin baik pendidikan dan pada gilirannya makin
tinggi pula derajat masyarakat.
c. Sehat Jasmani
Kesehatan jasmani kerap kali dijadikan salah satu syarat bagi
mereka yang melamar menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit
menular, umpamanya, sangat membahayakan kesehatan anak-anak. Di
samping itu, guru yang berpenyakit tidak akan bergairah mengajar. Kita
kenal ucapan „mens sana in corpore sana’ , yang artinya dalam tubuh
26
yang sehat terkandung jiwa yang sehat. Walaupun pepatah itu tidak
benar secara keseluruhan tetapi kesehatan badan sangat mempengaruhi
semangat bekerja. Guru yang sakit-sakitan kerapkali terpaksa absen dan
tentunya merugikan peserta didik.
d. Berkelakuan baik
Budi pekerti guru penting dalam pendidikan watak peserta didik.
Guru harus menjadi teladan, karena anak-anak bersifat suka meniru. Di
antara tujuan pendidikan adalah membentuk akhlak yang mulia pada
diri pribadi peserta didik dan ini hanya mungkin bisa dilakukan jika
pribadi guru berakhlak mulia. Guru yang tidak berakhlak mulia tidak
mungkin dipercaya untuk mendidik. Yang dimaksud dengan akhlak
mulia dalam ilmu pendidikan Islam adalah akhlak yang sesuai dengan
ajaran Islam, seperti dicontohkan oleh pendidik utama, Nabi
Muhammad SAW. Di antara akhlak mulia guru tersebut adalah
mencintai jabatanya sebagai guru, bersikap adil terhadap semua peserta
didiknya, berlaku sabar dan tenang, berwibawa, gembira, bersifat
manusiawi, bekerjasama dengan guru-guru lain, bekerjasama dengan
masyarakat.11
Beberapa syarat guru di dalam referensi lainya yaitu:
a. Guru hendaknya pandai, mempunyai wawasan luas.
b. Guru selalu meningkatkan keilmuanya.
11
Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Cet ke-1 (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1999), hlm.18.
27
c. Guru meyakini bahwa apa yang disampaikan itu benar dan
bermanfaat.
d. Guru berpikir obyektif dalam menghadapi masalah.
e. Guru mempunyai dedikasi, motivasi, dan loyalitas.
f. Guru bertanggung jawab terhadap kualitas dan kepribadian moral.
g. Guru mampu merubah sikap siswa yang berwatak manusiawi.
h. Guru menjauhkan diri dari segala bentuk pamrih dan pujian.
i. Guru mampu mengaktualisasikan materi yang disampaikanya.
j. Guru banyak inisiatif sesuai perkembangan iptek.12
4. Peran Guru
Secara umum peran guru atau pendidik adalah mendidik. Dalam
operasionalnya
mendidik
merupakan
rangkaian
proses
mengajar,
memberikan dorongan memuji, menghukum, memberi contoh dan lain
sebagainya.13 Peran guru yang lainya yaitu:
a. Guru sebagai pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan
identikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu,
guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup
tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.14 Peranan guru di
sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai
12
Zaenal Mustakim, op. Cit., hlm. 8.
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Pendidikan Histories dan praktis), (Jakarta:
Ciputat press, 2012), hlm. 43.
14
Zaenal Mustakim, Srategi & metode pembelajaran (Pekalongan: STAIN Press, 2011),
hlm. 17.
13
28
pengajar dan pendidik dan sebagai pegawai. Yang paling utama ialah
kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik.15
b. Guru sebagai pengajar
Sejak adanya kehidupan, sejak itu pula guru telah melaksanakan
pembelajaran, dan memang hal tersebut merupakan tugas dan
tanggung jawabnya yang pertama dan utama. Guru membantu peserta
didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang
belum diketahuinya, membentuk kompetensi, dan memahami materi
standar yang dipelajari. Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan
administrasi,
pengelolaan,
pengembangan,
pengawasan,
dan
pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan
pendidikan.16
c. Guru sebagai pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan jurney,
yang
mendasarkan
pengetahuan
dan
pengalamannya
bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini,
istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga perjalanan
mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam
dan kompleks. Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan
secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang
harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, menetapkan jalan
yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, menetapkan
15
Nasution, Sosiologi pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 91.
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Cet. IV,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 31.
16
29
jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta
menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan
peserta didik. Sebagai pembimbing, guru memiliki berbagai hak dan
tanggung jawab dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan
dilaksanakannya.17
d. Guru sebagai motivator
Peran guru sebagai motivator karena guru harus menjadi
seseorang yang selalu mendorong dan memotivasi anak untuk
mewujudkan minat yang tinggi. Pengertian motivasi secara umum
adalah menggerakkan orang dengan menumbuhkan keinginan bekerja
dalam memenuhi kebutuhan yang ditimbulkan. Motivasi berfungsi
untuk melancarkan kegiatan belajar mengajar.
e. Guru sebagai Model dan Teladan
Guru
diharapkan
menjadi
teladan
bagi
murid-muridnya.
Kesalahan guru, menurut pepatah, akan diperlihatkan murid dalam
bentuk yang lebih mendalam. Akan tetapi tidak tahu hingga manakah
kelakuan guru yang baik ditiru oleh anak. Guru harus berpakaian
bersih rapi, ia harus selalu berpegang tepat pada waktu, ia harus
bertanggungjawab, berjiwa sosial, suka membantu orang, ramah,
dapat mengendalikan diri, dan sebagainya, dengan harapan bahwa
17
Zaenal Mustakim, op. Cit., hlm. 19.
30
semua sifat-sifat yang baik itu secara sengaja atau tidak sengaja, juga
menjadi sifat-sifat kelakuan anak.18
f.
Guru sebagai pengatur kelas
Mengatur kelas adalah suatu usaha yang dilakukan oleh
penanggungjawab kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar
dapat dicapai suatu kondisi yang optimal sehingga dapat telaksana
kegiatan belajar seperti yang diharapkan. Mengatur kelas dilakukan
guru bukan tanpa tujuan. Karena dengan adanya tujuan itulah guru
selalu berusaha mengelola kelas walaupun terkadang merasakan
kelelahan fisik maupun pikiran. Guru sadar tanpa adanya pengaturan
kelas dengan baik, maka akan menghambat kegiatan belajar mengajar.
Mengatur kelas dalam belajar mengajar sangat mendasar sekali karena
kegiatan guru dalam mengelola kelas meliputi: mengelola tingkah
laku siswa dalam kelas, menciptakan iklim sosio emosional,
mengelola proses kelompok.19
g. Guru sebagai Evaluator
Paran guru sebagai evaluator karena guru memberikan respon
terhadap seluruh kegiatan membaca anak dan menilai hasil bacaan
anak dengan memberikan kesempatan untuk menyampaikan hasil
pemahaman terhadap yang dibacanya.20 Sebagai evaluator, guru
dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan
18
Nasution, op. Cit., hlm. 138.
Zaenal Mustakim, op. Cit., hlm. 202.
20
Deni makhbubi, “Peran guru pendidikan Agama Islam terhadap pembinaan akhlak siswa
di SMP N 01 karangpolong malang”, Agustus 2009, hlm. 31-32
19
31
memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik.
Penilaian terhadap intrinsik lebih menyentuh pada aspek kepribadian
anak didik, yaitu aspek nilai (values). Berdasarkan hal ini, guru harus
bisa memberikan penilaian dalam dimensi yang luas.
h. Guru sebagai Korektor
Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang
baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus
betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua nilai ini
mungkin telah anak didik miliki dan mungkin pula telah
mempengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah. Latar belakang
kehidupan anak didik yang berbeda-beda sesuai dengan susio-kultural
masyarakat
di
mana
anak
didik
tinggal
akan
mewarnai
kehidupannya.21
i.
Guru sebagai Inspirator
Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik
bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah
utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk (ilham)
bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk itu tidak mesti harus
bertolak dari sejumlah teori-teori belajar, dari pengalaman pun bisa
dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Yang penting
bukan teorinya, tapi bagaimana melepaskan masalah yang dihadapi
oleh anak didik.
21
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif ( Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2000), hlm. 43-44.
32
j.
Guru sebagai Informator
Sebagai informator, guru harus dapat memberikan informasi
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan
pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dlam
kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan guru.
Kesalahan informasi adalah racun bagi anak didik, untuk menjadi
informasi yang baik dan efektif, penguasaan bahasalah menjadi
kuncinya. Ditopang dengan penguasaan bahan yang akan diberikan
kepada anak didik. Informator yang baik adalah guru yang mengerti
apa kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk anak didik.22
5. Tanggung Jawab Guru
Tanggung jawab seorang guru di tanganya harus tercipta manusiamanusia yang berbudi luhur, berperilaku baik, berprestasi, berkualitas, dan
berakhlak mulia. Tanggung jawab ini merupakan alat ukur kesuksesan
guru dalam memberi pembelajaran, sebagai seorang yang dimintai
pertanggungjawaban dalam pembelajaran, maka guru harus memiliki
seperangkat kapabilitas sebagai berikut:
a. Guru harus memiliki tanggung jawab sempurna dan mengerti
pekerjaanya dengan jelas.
b. Guru harus seorang yang memiliki kulifikasi dan kapabilitas untuk
mengerjakan tugas pembelajaran.
22
Ibid., hlm. 45.
33
c. Guru harus memiliki kewenangan yang cukup untuk menyelesaikan
pekerjaannya dalam pembelajaran.23
6. Kompetensi Guru
Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam
melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dalam
mengajar. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan mewujudkan
kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam
bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan
fungsinya sebagai pendidik.
Menurut Muhibbin Syah di dalam buku Puput fathurohman dan M.
Sobry Sutikno mengatakan ada sepuluh kompetensi dasar yang harus
dimiliki guru dalam upaya peningkatan keberhasilan belajar mengajar,
yaitu:
a. Menguasai bahan ajar.
b. Mengelola program belajar mengajar.
c. Mengelola kelas.
d. Menggunakan media atau sumber belajar.
e. Menguasai landasan-landasan kependidikan.
f. Mengelola interaksi belajar mengajar.
g. Menilai prestasi siswa untuk pendidikan dan pengajaran.
h. Mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan penyuluhan.
i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.
23
Martinis Yamin, Op. Cit., hlm.103.
34
j. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil pendidikan
guna keperluan.24
7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran
Sebelum menjalankan tugasnya sebagai pendidik, guru harus
memperhatikan faktor-faktor yang dapat menghambat dan mendukung
perananya sebagai guru, yang mempengaruhi pembelajaran diantaranya:
a. Bahasa yang digunakan
Strategi Pemilihan Bahasa yang singkat dan mudah dipahami,
Semua guru pasti akan menggunakan bahasa ketika berkomunikasi
dengan siswa, ketika memaparkan informasi, ketika memberi
penekanan pada masalah tertentu, ketika memuji, mendorong siswa
untuk memberikan jawaban yang lebih baik, menjelaskan dan ketika
menegur para siswa. Akan tetapi, kebanyakan guru mengabaikan arti
penting bahasa. tidak banyak guru mau memperhatikan strategi apa
yang mereka pilih untuk menyampaikan pesan dan tidak banyak pula
yang mau memperhatikan efek dari strategi yang dipilihnya.25
b. Faktor Siswa
Siswa adalah organisme yang unik sesuai dengan tahap
perkembangan. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh
aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan
masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Terutama
24
Puput fathurohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Mewujudkan Pembelajaran Melalui
Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islam (Bandung: PT. Refika Aditama, 2009), hlm. 44-46.
25
John wiley & sons, guru yang baik di setiap kelas terjemah “ A good Teacher in Every
Classroom “ ,( Jakarta: PT Indeks, 2009), hlm. 17.
35
Kondisi siswa, merupakan keadaan yang ada dalam diri siswa yang
satu dengan yang lainnya, keadaan siswa dapat mempengaruhi
kegiatan belajar yaitu Seorang siswa yang dikategorikan sebagai anak
yang bermasalah apabila ia menunjukan gejala-gejala penyimpangan
dari perilaku yang lazim dilakukan oleh anak-anak pada umumya.
Secara garis besar pangkal soal masalah-masaah siswa dapat
dikelompokkan menjadi dua; internal dan eksternal.
1) Internal
Sebab-sebab internal adalah sebab-sebab yang berpangkal
dari kondisi si murid itu sendiri. Hal ini bisa bermula dari adanya
kelainan fisik maupun kelainan psikis.
2) Eksternal
Sebab-sebab eksternal adalah sebab-sebab yang hadir dari
luar si murid. Sebab-sebab ekternal berpangkal dari keluarga,
pergaulan, salah asuh atau pengalaman hidup yang tak
menyenangkan.26
Komponen-komponen interaksi edukatif yang bisa mempengaruhi
peran guru,
c. Faktor Lingkungan
Dilihat dari dimensi lingkungan ada 2 faktor yang dapat
mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor kelas dan iklim
sosial psikologi.
26
Mustakim dan Abdul Wahid, psikologi pendidikan ( Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003),
hlm. 138-140.
36
Faktor lain dari dimensi lingkungan yang dapat mempengaruhi
pembelajaran adalah faktor iklim sosial psikologis. Maksudnya adalah
keharmonisan
hubungan
antara
orang
yang
terlibat
dalam
pembelajaran. Iklim sosial ini dapat terjadi baik secara internal
maupun eksternal. Iklim sosial psikologis secara internal adalah
hubungan antara orang yang terlibat di dalam sekolah, misalnya iklim
sosial antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara
guru dengan guru, antara guru dengan pemimpin sekolah. Iklim sosial
ekternal adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan
dunia luar atau lingkungan sekitar sekolah, misalnya hubungan
sekolah dengan orang tua,hubungan sekolah dengan lembaga-lembaga
masyarakat dan sebagainya.27
d. Sarana dan prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung
terhadap proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat
pembelajaran, perlengkapan sekolah dan sebagainya. Sedangkan
prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung
mendukung keberhasilan penyelenggaraan pembelajaran.
B. Minat Belajar
1. Pengertian Minat Belajar
Minat merupakan kata kunci dalam pengajaran. Di mana kondisi
sekolah belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian
27
Zaenal Mustakim, op. Cit., hlm. 61.
37
siswa dalam belajar. Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri
seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab
dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya.
Sebaliknya, tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.28
Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaitanya dengan sifat-sifat
siswa, baik yang bersifat kognitif seperti kecerdasan dan bakat maupun
yang bersifat seperti motivasi rasa percaya diri dan minat.
Maka bila murid telah berminat terhadap kegiatan belajar mengajar
maka, hampir cepat dipastikan proses belajar mengajar itu akan berjalan
dengan baik dan hasil belajar akan optimal.
Adapun menurut bahasa, minat adalah kecenderungan hati yang tinggi
terhadap sesuatu, gairah, keinginan-keinginan.29
Ada beberapa para ahli mendefinisikan pengertian minat secara istilah
yaitu sebagai berikut :
a. Menurut Doyles Payer, mengemukakan minat adalah gejala psikis yang
berkaitan dengan objek atau aktivitas yang menstimulir perasaan
senang pada individu.
b. Menurut Crow dan Crow minat atau interes bisa berhubungan dengan
daya gerak yang mendorong kita cenderung atau merasa tertarik pada
orang, benda, kegiatan itu sendiri.
c. Menurut Bimo Walgito menyatakan bahwa minat adalah suatu keadaan
dimana seseorang mempunyai perhatian sesuatu dan disertai dengan
28
Moh.Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), h.27.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1991), hlm. 656.
29
38
keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan
lebih lanjut.
d. Menurut Sardiman AM, minat diartikan sebagai suatu kondisi yang
terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi
yang berhubungan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhankebutuhan.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa minat
adalah kecenderungan jiwa yang relatif menetap kepada diri seseorang dan
biasanya disertai dengan perasaan senang.
Pengertian belajar ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para
ahli psikologi diantaranya.
a. Menurut Ngalim Purwanto sebagaimana mengutip Skinner berpendapat
bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku)
yang berlangsung secara progresif.30
b. Menurut Witherington mengemukakan bahwa belajar adalah suatu
perubahan di dalam kepribadian yang menyatukan diri sebagai suatu
pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap kebutuhan.31
c. Menurut James O Wittaker belajar dapat didefinisikan sebagai proses di
mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman.32
30
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1998),
hlm. 84.
31
32
Ibid., hlm. 84.
Wasly Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Malang Rineka Cipta, 2003), hlm. 103
39
d. Menurut Lester D. Crow dan alice Crow berpendapat bahwa belajar
adalah perbuatan untuk memperoleh kebiasaan, ilmu pengetahuan dan
berbagai sikap.33
Dari berbagai definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
ini menimbulkan suatu perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan
perubahan itu dilakukan lewat kegiatan, atau usaha yang disengaja.
Jadi yang dimaksud dari minat belajar adalah aspek psikologi
seseorang yang menampakan diri dalam beberapa gejala. Seperti gairah,
keinginan, keinginan, perasaan suka untuk melakukan proses perubahan
tingkah laku melalui berbagai kegiatan yang meliputi mencari pengetahuan
dan pengalaman. Dengan kata lain, minat belajar itu adalah perhatian, rasa
suka ketertarikan siswa atau seseorang terhadap belajar yang ditunjukan
melalui keantusiasan pertisipasi dan keaktifan dalam belajar.
Minat mempunyai pengaruh besar dalam dalam kegiatan belajar,
karena minat siswa merupakan faktor utama yang menentukan derajat
keaktifan siswa, siswa tidak akan belajar dengan baik, sebab tidak ada
daya tarik baginya. Maka minat terhadap sesuatu merupakan, hal yang
harus diketahui oleh. Di dalam azas didaktik lama disebutkan bahwa
dengan adanya perhatian siswa kepada pelajaran yang diberikan guru
maka isi dari materi pelajaran akan terserap dengan baik begitu juga
sebaliknya, tanpa adanya minat dan perhatian terhadap apa yang guru
33
Lester D. Crow dan Alice Crow, psikologi Pendidikan, jilid 1, (Surabaya: PT. Bana
Ilmu, 1984), hlm. 321.
40
berikan dengan susah payah tidak akan di dengar, apalagi dikuasai oleh
siswa.34
2. Sebab-sebab Timbulnya Minat Belajar
Minat bisa timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati
sanubari. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar,
artinya untuk mencapai atau memperoleh benda atau tujuan yang diminati,
Timbulnya minat belajar itu disebabkan oleh berbagai hal antara lain
karena keinginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh
pekerjaan yang baik serta ingin hidup senang dan bahagia.35
Menurut Bethart bahwa “minat” timbul atau muncul tidak secara tibatiba, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan, pada
waktu belajar atau bekerja, dengan kata lain, minat dapat menjadi
penyebab kegiatan dan penyebab partisipasi dalam kegiatan. 36 Sedangkan
menurut Ngalim Purwanto minat itu timbul dengan menyatakan diri dalam
kecenderungan umun untuk menyelidiki dan menggunakan lingkungan
dalam kecenderungan umum untuk menyelidiki dan menggunakan
lingkungan dari pengalaman, anak bisa berkembang kearah minat atau
berminat kepada sesuatu.
Ada dua hal yang menyangkut minat yang perlu diperhatikan yaitu:
34
Suharsini Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manuiawi, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 1993), hlm.103.
35
Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001). hlm. 56-57.
36
Ibid., hlm. 59.
41
a. Minat pembawaan, minat muncul dengan tidak dipengaruhi oleh faktorfaktor baik itu kebutuhan pribadi maupun lingkungan. Minat semacam
ini biasanya muncul berdasarkan bakat yang ada.
b. Minat muncul karena adanya pengaruh dari luar, maka minat seseorang
bisa saja berubah karena adanya pengaruh dari luar, seperti lingkungan,
orang tuanya, dan guru.37
Adapun beberapa faktor penyebab timbulnya minat belajar antara lain:
a. Partisipasi
Partisipasi atau keikutsertaan seseorang dalam suatu pekerjaan
tertentu atau siswa dalam aktivitasnya, akan menimbulkan minat belajar
pada seseorang atau peserta didik tersebut. Keikutsertaan anak didik
dalam proses pembelajaran lambat laun akan menimbulkan minat
dalam belajar.
b. Kebiasaan
Kebiasaan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan terus menerus
atau secara kontinyu. Minat dapat timbul karena adanya kebiasaan
dimana kebiasaan ituada hubunganya dengan aktifitas yang berulangulang. Dalam proses belajar apabila peserta didik setiap hari bertemu
dan bertatap muka dengan guru dan selalu aktif mengikuti pelajaran,
maka lambat laun peserta didik tersebut akan timbul minatnya terhadap
pelajaran tersebut.
c. Pengalaman
37
M. Ngalim Purwanto, Op. Cit., hlm. 85.
42
Pengalaman merupakan salah satu penyebab timbulnya minat. Hal
ini karena adanya pengalaman, baik yang menyedihkan maupun yang
menyenangkan akan membawa kesan tersendiri bagi pelakunya yang
kemudian akan masuk dalam jiwa seseorang. Apabila peserta didik
mempunyai kesan itu sebagai pengalaman dan memotivasi dirinya
untuk belajar lebih baik maka minat yang timbul akan lebih kuat.
Demikian juga apabila peserta didik mempunyai kesan yang baik maka
akan timbul minat yang lebih baik.38
Adapun unsur-unsur yang dapat menarik belajar antara lain:39
a. Bahan pelajaran yang dapat menarik minat
Bahan pelajaran, merupakan unsur inti yang ada di dalam
kegiatan belajar mengajar karena memegang bahan pelajaran itulah
yang diupayakan untuk dikuasai oleh peserta didik. Oleh karena itu
guru khususnya atau pengembangan kurikulum umumnya tidak boleh
lupa harus memikirkan sejauh mana bahan-bahan yang topiknya tertera
di dalam silabi berkaitan dengan kebutuhan peserta didik pada usia
tertentu dan dalam lingkungan tertentu pula.
b. Alat-alat pelajaran yang menarik minat
Unsur lain yang berfungsi mendukung penyampaian materi
pelajaran adalah alat-alat pelajaran atau media pendidikan. Alat
pelajaran hendaknya dipilih yang sesuai dengan usia peserta didik,
38
Abu Tauhit, Beberapa Aspek Pendidikan Islam, (yogyakarta: Sekretariat Fakultas
Tarbiyah, 1990), hlm. 95.
39
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 1993), h.103.
43
misalnya bagi anak-anak kecil alat-alat pelajaran dipilih yang berwarnawarni, ringan dan tidak berbahaya. Dengan pemilihan dan pengadaan
alat-alat pelajaran yang menarik diharapkan agar mendapat perhatian
sepenuhnya, dari peserta didik.
c. Keadaan atau situasi yang menarik
Keadaan atau situasi di dalam kelas hendaknya diusahakan
sedemikian rupa sehingga tidak membosankan dan tidak membuat
peserta didik menjadi cepat lelah. Keadaan dan suasana yang menarik
adalah yang mendukung terpenuhinya kebutuhan peserta didik baik
kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani maupun rohani. Ruangan
yang luas dan dapat digunakan untuk bergerak leluasa, udara yang
bebas dan segar sehingga memungkinkan peserta didik dapat bernafas
lega, akan dapat menarik minat peserta didik pada pelajaran yang
diberikan oleh guru.
Bagaimana guru bergaya dan berperilaku banyak dibicarakan di
dalam strategi pengajaran. Suara yang cukup keras demgam intonasi
yang naik turun dengan teratur, pandangan mata yang menunjukkan
kegairahan besar dalam mengabdikan diri demi ilmu pengetahuan, serta
penguasaan terhadap siswa demi siswa akan banyak membantu guru
dalam menarik perhatian siswa pada apa yang sedang diajarkannya.
Selain itu, guru yang mempunyai keterampilan dalam melibatkan siswasiswa yang diajarkan, akan dapat menimbulkan situasi yang memnukau
terhadap pelajaran.
44
3. Macam-macam Minat Belajar
Minat belajar digolongkan menjadi beberapa macam diantanya
adalah:
a. Berdasarkan timbulnya minat dan dibedakan menjadi dua yaitu:40
1) Minat Primitif, adalah minat yang timbul karena kebutuhan biologis
atau jaringam-jaringan tubuh, misalnya kebutuhan akan makanan,
perasaan enak atau nyaman, kebebasan beraktivitas dan seks.
2) Minat Kultural atau minat Sosial, adalah minat yang timbulnya
karena proses belajar, minat ini tidak secara langsung berhubungan
dengn diri kita, misalnya minat belajar, individu punya pengalaman
bahwa masyarakat atau lingkungan akan lebih menghargai orangorang terpelajar dan pendidikan tinggi, sehingga hal ini akan
menimbulkan individu untuk belajar dan berprestasi agar mendapat
penghargaan dari lingkungan.
b. Berdasarkan arahnya, minat dapat dibedakan menjadi dua yaitu:41
1) Minat Intrinsik, adalah minat langsung berhubungan aktivitas itu
sendiri, ini merupakan minat yang lebih mendasar atau minat asli.
Sebagai contoh seseorang belajar karena memang cinta pada ilmu
pengetahuan atau karena senang membaca, bukan karena ingin
mendapat pujian atau penghargaan. Dalam bermain sepak bola, minat
instrinsiknya adalah kesenangan dalam menyepak bola, bergerak
bebas dalam alam terbuka an sebagainya.
40
Abdul rahman Shaleh dan Muhbib Abdul wahab, Suatu Pengantar dalam Perspektif
Islam, (Jakarta: Prenata Media, 2004), hlm. 265.
41
Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, h.266.
45
2) Minat Ekstrinsik, adalah minat yang berhubungan dengan tujuan
akhir dari kegiatan tersebut, apabila tujuanya sudah tercapai ada
kemungkinan minat tersebut hilang. Sebagai contoh seseorang yang
belajar dengan tujuan agar menjadi juara kelas atau lulus ujian
saringan SPMB, setelah menjadi juara kelas atau lulus ujian saringan
SPMB minat belajarnya menjadi turun. Dalam bermain sepak bola,
minat ekstrinsiknya adalah bagaiana mencetak gol sebanyak
mungkin, bagaimana mengalahkan lawan dan sebagainya. Jadi dalam
minat ekstrinsik ada usaha untuk melanjutkan aaktivitas sehingga
tujuan akan menjadi menurun atau hilang.
c. Berdasarkan cara mengungkapkan minat dan dibedakan menjadi empat
yaitu:42
1) Expressed interest adalah minat yang diungkapkan dengan cara
meminta kepada subjek untuk menyatakan atau menuliskan kegiatankegiatan baik yang berupa tugas maupun bukan tugas yang disenangi
dan paling tidak disenangi. Dari jawabanya dapatlah diketahui
minatnya.
2) Manifest interest adalah minat yang diungkapkan dengan cara
mengobservasinya atau melakan pengamatan secara langsung
terhadap aktivitas-aktivitas yang dilakukan subjek atau dengan
mengetahui hobinya.
42
Abdul Rahman Shaleh, Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif
Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2004), h.265-268.
46
3) Tested interest adalah minat yang diungkapkan cara menyimpulkan
dari hasil jawaban tes objektif yang diberikan, nilai-nilai yang tinggi
pada suatu objek atau masalah biasanya menunjukkan minat yang
tinggi pula terhadap hal tersebut.
4) Inventoried interst
adalah minat
yang diungkapkan dengan
menggunakan alat-alat yang sudah distandarisadikan, dimana
biasanya berisi pertanyaan-pertanyaan yang ditunjukan kepada subjek
apakah ia senang atau tidak senang terhadap sejumlah aktivitas atau
sesuatu objek yang ditanyakan.
Sedangkan menurut Kader, minat dapat dikelompokkan menjadi
sepuluh yaitu:
a. Minat terhadap alam sekitar (out door) yaitu minat terhadap pekerjaaanpekerjaan yang berhubungan dengan alam, binatang dan tumbuhan.
b. Minat mekanis (mechanichal) yaitu minat terhadap pekerjaan yang
bertalian dengan mesin atau alat-alat teknik.
c. Minat hitung-menghitung (Competational) yaitu minat terhadap jabatan
yang membutuhkan perhitungan.
d. Minat terhadap ilmu pengetahuan yaitu minat untuk menemukan faktafakta baru dan pemecahan problem.
e. Minat persuasif (persuasive) yaitu minat terhadap pekerjaan yang
berhubungan mempengaruhi orang lain.
f. Minat seni (artistik) yaitu minat terhadap pekerjaan yang berhubungan
dengan kesenian kerajinan dan kreasi tangan.
47
g. Minat literer (library) yaitu minat yang berhubungan dengan masalah
membaca dan menulis berbagai kalangan.
h. Minat musik (musikal) yaitu minat terhadap masalah-masalah unik.
i. Layanan sosial (social service) yaitu minat terhadap pekerjaan membantu
orang lain.
j. Minat klerikal (Cherical) yaitu minat berhubungan dengan pekerjaan
administratif.43
4. Pusat-pusat Minat
Pusat-pusat minat adalah hal-hal yang mendorong seseorang itu
mempunyai mianat. Minat itu sendiri merupakan kecenderungan jiwa yang
tetap kejurusan sesuatu hal yang berharga bagi orang. Sesuatu yang
berharga bagi seorang adalah yang sesuai kebutuhan.
Kebutuhan yang paling penting dan umun menurut Docroly adalah.
a. Kebutuhan akan makan
b. Kebutuhan akan perlindungan terhadap pengaruh iklim (pakaian dan
rumah)
c. Kebutuhan memerhatikan diri terhadap bermacam-macam bencana dan
musibah.
d. Kebutuhan akan kerja sama, akan permainan dan sport.
Keempat kebutuhan itulah yang menajadi pusat minat anak (oleh
Docroly disebut pusat-pusat minat). Dari pusat-pusat minat itulah bahan
pelajaran dikumpulkan.
43
Wayan Nurkancana, dan Sumartana, Evaluasi pendidikan, ( Surabaya: PT Usaha
Nasional, 1982), hlm. 238-239.
48
Kalau bahan pelajaran diambil dari pusat-pusat minat anak, dengan
sendirinya perhatian spontan akan timbul sehingga akan berlangsung
dengan baik.44
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Minat bukanlah suatu yang dimiliki seseorang begitu saja melainkan
sesuatu yang dikembangkan.45
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar di antaranya.
a. Menurut Abdul Rahman Shaleh, faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar ada 2 yaitu:46
1) Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri individu yang
bersangkutan (misalnya: bobot, umur, jenis kelamin, pengalaman,
perasaan mampu, kepribadian).
2) Faktor yang bersumber dari luar yang mencakup lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
b. Menurut Slameto, faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar
seseorang ada 2 yaitu:
1) Faktor yang dipengaruhi dari dalam yaitu:
a) Pembawaan
44
Zakiah darajat dkk, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
1945), hlm.133-134.
45
Slameto, Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), hlm.183.
46
Abdul Rahman Shaleh, Muhbib Abdul Wahab, Op. Cit., hlm.263.
49
Pembawaan
sangat
memengaruhi
timbulnya
minat
seseorang, misalnya seseorang yang berminat untuk melukis,
karena bakat bawaan.
b) Psikologis
Keadaan jiwa seseorang juga mempengaruhi timbulnya
minat belajar terhadap sesuatu, misalnya orang yang keadaanya
tenang dan gembira akan selalu menunjukkan sikap dan
semangat dalam belajarnya.
c) Keadaan Jasmani
Jasmani yang sehat atau cacat akan memengaruhi minat
terhadap sesuatu, misalnya cacat penglihatan akan memengaruhi
minat belajar seseorang.
d) Kebutuhan
Kebutuhan hidup adalah faktor yang sangat penting bagi
seseorang. Makin besar kebutuhan seseorang, maka makin besar
pula minat seseorang untuk mengatasi kebutuhan tersebut,
misalnya siswa yang memiliki rasa ingin tahu, maka ia dapat
cepat mengerti dan mengingatnya dibandingkan dengan murid
yang tidak mempunyai rasa ingin tahu.
2) Faktor yang datang dari luar, meliputi:47
a) Faktor lingkungan keluarga
47
Slameto, op. Cit., hlm. 184-186.
50
b) Faktor lingkungan sekolah
c) Faktor lingkungan masyarakat
6. Cara Membangkitkan Minat Belajar
Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai minat, karena
minat akan mendorong kegiatan belajar, minat yang besar akan mendorong
kegiatan belajar, minat yang besar akan mendorong motivasi siswa untuk
memperhatikan suatu pelajaran dan kurangnya minat menyebabkan kurang
perhatian dalam pelajaran.
Ada beberapa faktor yang dapat membangkitkan minat belajar yaitu:
a. Menurut prof. Dr. Ramayulis, cara untuk menarik minat dan perhatian
siswa yang dilakukan guru yaitu dengan:48
1) Cara belajar yang baik
2) Alat peraga yang cukup
3) Intonasi yang tepat dan humor
b. Menurut Dr.S. Nasution, minat belajar dapat dibangkitkan dengan cara
sebagai berikut:49
1) Bangkitkan
suatu
kebutuhan
(kebutuhan
untuk
menghargai
keindahan, untuk mendapat penghargaan dan sebagainya).
2) Hubungan dengan pengalaman yang lampau
3) Beri kesempatan untuk mendapat hasil yang baik “nothing succes like
success”, tidak ada yang lebih memberi hasil yang baik dari pada
48
49
Ramayulis, Ilmu Pandidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm. 34.
Nasution, Didaktis Azas-azas mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002), hlm. 82.
51
hasil yang baik utuk itu bahan pelajaran disesuaikan dengan
kesanggupan individu.
4) Gunakan berbagai bentuk mengajar
7. Fungsi dan Peranan Minat dalam Belajar
Minat memegang peranan penting dalam kehidupannya dan
mempunyai dampak yang besar atau perilaku dan sikap, minat menjadi
sumber motivasi yang kuat untuk belajar, anak yang berminat terhadap
sesuatu kegiatan baik itu bekerja maupun belajar, akan berusaha sekuat
tenaga untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
William Amstrong menyatakan bahwa konsentrasi tidak ada bila tidak
ada minat yang memadai. Seseorang tidak akan melakukan kegiatan jika
tidak ada minat. Laster dan Alice Crow juga menekankan beberapa
pentingnya minat untuk mencapai sukses dalam hidup seseorang. Suatu
minat dalam belajar merupakan merupakan suatu kejiwan yang menyertai
siswa di kelas dan menemani siswa dalam belajar.50
Minat mempunyai fungsi sebagai pendorong yang kuat dalam
mencapai prestasi dan minat juga dapat menambah kegembiraan pada setiap
yang ditekuni oleh seseorang.
Minat juga merupakan salah satu faktor yang menentukan berhasil
atau tidaknya dalam belajar. Suatu mata pelajaran hanya dapat diikuti
50
Widiyantoro Minat Belajar Anak, http:// Creasoft files, Wordpress.com /2008/04/2 minat.pdf
52
dengan baik apabila semua itu dapat memusatkan perhatianya terhadap
pelajaran tersebut.51
Dalam proses
belajar-mengajar
peranan
minat
adalah
untuk
memusatkan pemikiran dan juga untuk menimbulkan kegembiraan dalam
usaha belajar seperti adanya kegairahan hati dapat memperbesar daya
kemampuan belajar dan juga membantunya tidak melakukan apa yang
dipelajarinya, jedi belajar dengan penuh gairah, minat dapat membuat rasa
kepuasan dan kesenangan tersendiri.
Ada beberapa peranan minat dalam belajar antara lain :
a. Menciptakan, menimbulkan konsentrasi atau perhatian dalam belajar.
b. Menimbulkan kegembiraan atau perasaan senang dalam belajar.
c. Memperkuat ingatan siswa tentang pelajaran yang telah di berikan guru.
d. Melahirkan sikap belajar yang positif dan konstruktif.
e. Memperkecil kebosanan siswa terhadap pelajaran.52
C. Mengenal Angka
1. Pengertian Mengenal Angka
Menurut kamus bahasa Indonesia mengenal berarti mengetahui, kenal
(akan), tahu (akan, tidak, kawan & lawan), mempunyai rasa.53 Menurut
Mudjiono, mengemukakan bahwa bilangan adalah Suatu konsep
matematika yang digunakan untuk pencacahan dan pengukuran. Simbol
51
The Liang Gie, Cara Belajar yang Efektif, (Yogyakarta: Pusat kemajuan Studi, 1985),
hlm. 20.
52
Widiyantoro, Minat Belajar Anak, http:// Creasoft Files. Wordpress.Com /2008/04/2
minat. pdf.
53
Artikata. Com/arti-334173-Kata.html. Diakses, 31 Januari 2014.
53
ataupun bilangan yang digunakan untuk mewakili suatu bilangan disebut
sebagai angka atau lambang.54
Belajar angka merupakan pembelajaran yang sangat penting bagi
keberhasilan anak di masa yang akan datang. Buras dalam bukunya Math
Solution dan Baratta Lorton dalam bukunya Math teir Way keduanya
mendasarkan pada teori Piaget yang menunjukan bagaimana konsep
matematika terbentuk pada anak. Buras mengatakan kelompok matematika
yang sudah dapat diperkenalkan mulai dari usia tiga tahun adalah
kelompok bilangan ( aritmatika, berhitung), pola dan fungsinya, geometri,
ukuran-ukuran, grafik, estimasi, probabilitas, pemecahan masalah.55
Ada dua alasan penting mengapa anak harus belajar mengenal angka.
Alasan pertama sudah jelas dan tidak terlalu penting, mengenal angka
adalah salah satu fungsi tertinggi otak manusia dari semua makhluk di
dunia, hanya manusia yang dapat mengenal angka dan berhitung. Alasan
kedua justru lebih penting, anak harus belajar mengenal angka pada usia
sedini mungkin, karena hal ini akan berpengaruh pada pertumbuhan yang
di sebut kecerdasan.56
54
Mudjiono, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru (Bandung: Rosda Karya,
2007), hlm. 50.
55
Kurniati, Muhammad Ali, dan Halida, peningkatan kemampuan mengenal konsep
bilangan angka melalui kartu angka bergambar di TK Idhata 1 ketapang (Tanjungpura: Jurnal
FKIP), hlm. 2.
56
Prasetyono Dwi Sunar, Biarkan Anakmu Bermain (Jogjakarta: DIVA Press, 2008), hlm.
67
54
Seluruh bagian belakang otak yang merupakan separuh dari otak
terdiri dari jalur-jalur sensor penerima yang di bagi menjadi 5 indra
manusia. Masuk otak melalui kelima jalur ini sehingga anak bisa
mendengar, meraba, melihat, mengecap, dan mencium bau. Kelima jalur
ini akan berkembang bila digunakan, artinya semakin banyak pesan yang
masuk ke lima jalur ini, anak semakin berkembang dan semakin mudah
bekerjanya.
Sebelum anak pandai menghitung, langkah pertama adalah dengan
mengerti tentang arti kata. Saat anak-anak mulai belajar menghitung,
mereka akan menganggap angka-angka itu sebagai rima. Mungkin
pengertian mereka terhadap angka masih terbatas pada perhitungan 1-2-3,
dan mungkin belum bisa membayangkan arti 5-6-7 dan seterusnya. Bila si
anak sudah tahu urutan angka dari 1 sampai dengan 10, dapat dikatakan
dia bisa mulai mengerti apa arti angka-angka tersebut. Namun tidak jarang
anak-anak kecil sering salah membuat urutan, jadi mereka butuh banyak
latihan dengan berbagai cara yang di sediakan guru.57
2. Tujuan dan Manfaat Mengenal Angka
Salah satu usaha untuk menjadikan akal manusia berkembang optimis
adalah dengan mengenalkan angka (matematika). Pada anak usia dini,
dengan cara yang sederhana dan konsisten dalam suasana yang kondusif &
menyenangkan, otak anak akan terlatih untuk terus olah raga sehingga bisa
tumbuh optimal.
57
Ibid., hlm. 69.
55
Tujuan dan Manfaat Mengenal angka:
a. Melatih anak berfikir, dan bernalar dalam menarik kesimpulan.
b. Mengembangkan aktivitas kreatif, imajinatif.
c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
d. Mengembangkan kemampuan komunikasi.58
Mengenal angka akan menjadi awal bagi anak, karena dengan mudah
dan gembira anak dapat melangkah dari mengenal angka yang sederhana
ke dunia matematika yang canggih, lebih menarik dan kreatif. Ini
merupakan dunia berpikir, mencari sebab dan logika, bukan hanya
menduga perhitungan namun benar-benar suatu petualangan di mana
setiap kali anak dapat menemukan hal-hal yang baru.
Salah satu usaha untuk menjadikan akal manusia berkembang optimal
adalah dengan mengenalkan angka atau matematika pada anak usia dini.
Dengan cara yang sederhana dan konsisten dalam suasana yang kondusif
dan menyenangkan, otak anak akan terlatih untuk terus olah raga sehingga
bisa tumbuh optimal.
Mengenalkan angka merupakan salah satu hal yang paling bermanfaat
untuk perkembangan otak anak, salah satu fungsi dari otak sampai derajat
tertentu. Bagi anak yang sudah dapat menambah akan lebih mudah untuk
belajar matematika.
58
Glenn Doman dan Janet Doman, How To Teach Your Baby Read (Jakarta: PT. Tiga
Raksa tbk, 2005), hlm. 241.
56
3. Metode Pengenalan Angka Pada Anak
Pada dasarnya bahwa proses belajar pada Anak Usia Dini dilalui
dengan cara bermain. Karena bermain bagi anak-anak bukan sekedar
bermain, tetapi bermain merupakan sarana dalam proses pembelajaran
yang dapat memberikan makna dan pengalaman dalam kehidupannya.
Dalam bermain anak menerima berbagai rangsangan selain dapat membuat
dirinya senang juga akan menambah pengetahuan anak. Pengetahuan yang
diperoleh anak melalui bermain yaitu dengan cara melihat, mendengar,
meraba, dan merasakan dalam setiap kegiatan bermain sehingga hal ini
dapat mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya. 59
Bermain adalah kegiatan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Barmain harus dilakukan atas inisiatif anak dan atas
keputusan anak itu sendiri. Bermain harus dilakukan dengan rasa senang,
sehingga semua kegiatan bermain yang menyenangkan akan menghasilkan
proses belajar pada anak.60
a. Beberapa jenis permainan
1) Permainan sensorimotor, yaitu perilaku yang diperlihatkan bayi
untuk memperoleh kenikmatan dari melatih perkembangan
(skema) sensorimotor mereka.
2) Permainan praktis, yaitu melibatkan pengulangan perilaku ketika
ketrampilan-ketrampilan baru sedang dipelajari. Permainan ini
59
Mutiah Diana, Psikologi Bermain Anak Usia Dini ( Jakarta: Prenada media group, 2010),
hlm. 161.
60
Ibid., hlm. 91.
57
utamanya muncul pada bayi, sedangkan permainan praktis terjadi
sepanjang hayat.
3) Permainan pura-pura (simbolis), yaitu terjadi ketika anak
menstranformasikan lingkungan fisik ke dalam suatu simbol.
4) Permainan sosial, yaitu permainan yang melibatkan interaksi sosial
dengan teman sebaya.
5) Permainan funsional, yaitu permainan pertama yang dilakukan
pada awal masa anak-anak, di mana anak mengulang-ulang
kegiatan sederhana dan menemukan kesenangan dalam bermain
dengan lingkunganya. Permainan ini berguna untuk meningkatkan
motorik anak.
6) Permainan konstruktif, yaitu terjadi ketika anak-anak melibatkan
diri dalam uatu kreasi atau konstruksi suatu produk atau
pemecahan masalah ciptaan sendiri.
Game, yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh
kenikmatan yang melibatkan aturan dan sering kali bersifat
kompetisi.61
b. Bermain dengan Angka
Pengajaran pengenalan angka atau matematika di taman kanakkanak harus disesuaikan dengan National Council of Mathtematics
(NCTM)
Curriculum
Focal
Points,
atau
kurikulum
MGMP
(Musyawarah Guru Mata Pelajaran) Matematika. Curriculum focal
61
Ibid., hlm. 139-140.
58
points adalah topik matematika penting bagi tiap-tiap tingkat kelas
Kindergarten Curriculum Focal Points
1) Angka dan Operasinya: Menyajikan, membandingkan, dan
mengurutkan seluruh angka serta menggabung dan memisahkan
sejumlah rangkaian angka.
2) Geometri: Menggambarkan wujud dan ruang.
3) Pengukuran: Mengurutkan objek berdasar atribut yang dapat
diukur.62
Menurut Sujiono dan Sujiono di dalam bukunya Yuliani Nuraini
Sujiono dan Bambang Sujiono menguraikan cara mengembangkan
kecerdasan logika matematika anak:
1) Menyelesaikan puzzle, permainan ular tangga, domino, dan lainlain; permainan tersebut akan membantu anak dalam latihan
mengasah kemampuan memecahkan berbagai masalah dengan
menggunakan logika;
2) Mengenal bentuk geometri, dapat dimulai dengan kegiatan
sederhana sejak anak masih bayi, misalnya dengan menggantung
berbagai bentuk geometri dalam berbagai warna di atas tempat
tidurnya;
3) Mengenalkan bilangan melalui sajak berirama dan lagu;
62
George s. Morrison, Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Cet. Ke-1, Edisi
Bahasa Indonesia (Jakarta: PT Indeks Permata Puri Media, 2012), hlm. 267-268.
59
4) Eksplorasi pikiran melalui diskusi dan olah pikir ringan, dengan
obrolan ringan, misalnya mengaitkan pola hubungan sebab-akibat
atau perbandingan, bermain tebak tebakan angka dan sebagainya;
5) Pengenalan pola, permainan meyusun pola tertentu dengan
menggunakan kancing warna-warni, pengamatan atas berbagai
kejadian sehari-hari sehingga anak dapat mencerna dann
memahaminya sebagai hubungan sebab akibat;
6) Memperkaya
pengalaman
berinteraksi
dengan
konsep
matematika, dapat dengan cara mengikutsertakan anak belanja,
membantu mengecek barang yang sudah masuk dalam kereta
belanjaan, mencermati berat ukuran barang yang kita beli,
memilih dan mengelompokkan sayur-sayur maupun buah yang
akan dimasak oleh ibu di dapur.63
c. Kegiatan Mengenal Angka
Ada
beberapa
kegiatan
bermain
yang
digunakan
untuk
mengenalkan angka pada anak. Berikut ini merupakan contoh kegiatan
bermain pada taman kanak-kanak:64
1. Konsep ganjil/genap
Tujuan: untuk memperluas konsep bilangan ganjil/genap
63
Yuliani Nuraini Sujiono dan Bambang Sujiono, Bermain kretif berbasis kecerdasan
jamak (Jakarta: PT Indeks, 2010), hlm. 58.
64
Ibid., hlm.60
60
Caranya:
a. Beri anak 1 kertas putih ukuran Hvs
b. Di bawah tiap angka, anak menempelkan popcorn sebanyak
angka yang tertulis.
c. Kemudian, anak melingkari popcorn masing-masing lingkaran
2 popcorn yang tertulis.
d. Jelaskan bahwa jika semua popcorn mendapat pasangan berarti
angkanya genap dan jika ada popcorn yang tidak mempunyai
pasangan berarti angka ganjil.
e. Anak mewarnai kertas yang bilangannya ganjil dengan spidol
biru, angka genap dengan spidol merah.
2. Menyortir benda
Tujuan: Menyortir dan mengelompokkan benda-benda yang
mempunyai kesamaan.
Caranya:
a. Letakkan 2 hula hoop di lantai.
b. Letakkan benda-benda merah dalam 1 hula hoop dan bendabenda bulat dalam hula hoop yang lain.
c. Benda-benda yang bulat dan warnanya merah harus diletakkan
secara terpisah.
d. Hula hoop diletakkan saling menutupi sebagian dan diletakkan
benda-benda tersebut di dalamnya.
61
3. Besar/kecil
Tujuan: Membuat perbandingan antara binatang yang besar dan
yang kecil.
Caranya:
a. Beri masing-masing anak sehelai kertas gambar.
b. Peragakan bagaimana untuk melipat kertas menjadi setengah.
c. Pada salah satu sisi dari kertas tersebut, minta ank menggambar
seekor tikus. Pada sisi lain, minta mereka menggambar seekor
dinosaurus.
d. Bantu anak untuk memberi nama julukan yang tepat masingmasing sisi dengan judul „besar‟ atau „kecil‟.
e. kemudian tanyakan pada anak untuk berpikir tentang binatangbinatang besar dan kecil lainya.
f. mintalah anak-anak untuk menambahkan gambar binatang
tersebut pada kertas gambar yang mereka lipat.
4. Mengukur/menakar benda cair
Tujuan: Menunjukkan bahwa benda cair dapat diukur
Caranya:
a. kegiatan ini baik sekali dilaksanakan di luar kelas atau di meja
dekat air.
b. Hindari kelompok kecil.
c. Pada tiap meja aturlah semua bahan di atas.
62
d. suruh anak untuk mengisi gallon kosong dengan cangkir
takaranya.
e. Tanyakan berapa cangkir yang telah dituang ke gallon tersebut.
f. Tulis tabel bersama.
g. Lakukan kegiatan yang sama tapi dengan menggunakan karton
takaran susu dan kemudian dengan cangkir plastik.
h. Tulis lagi hasilnya dalam tabel.
i. Jelaskan berapa banyak air yang telah ditakar ketika merasa
menuang air pada tiap tempat/wadah.65
Cara lain yang dilaksanakan pendidikan taman kanak-kanak:66
1. Mengelompokkan benda
Untuk memahami tentang arti angka sesungguhnya, anak-anak
harus dibiasakan berlatih berhitung terlebih dulu. Dan, hal ini
memang agak sulit mengajarkan anak berhitung, tetapi dengan
latihan dan bimbingan dari anak, anak akan terbiasa dengan angkaangka. Mungkin anda bisa menggambarkan wujud sebuah mobil
dan menyebutkan bahwa „itu mobil‟, tapi bagaimana anda
menggambarkan caranya menunjukkan angka „dua‟? untuk
memahami arti „dua‟, anak-anak harus memperhatikan apa
kesamaan antara dua ayam dan dua kucing. Ada cara yang
sederhana agar anak dapat dengan mudah memahami arti angka,
yaitu dengan belajar memisahkan barang menjadi kelompok yang
65
66
Nelvarolina, Alat Permainan Edukatif, (Yogyakarta: Ombak, 2012), hlm. 31-33.
Dwi Sunar Prasetyo, Biarkan Anakmu Bermain (Jogjakarta: DIVA Press, 2008), hlm. 76
63
berbeda kemudian menghitungnya. Misalnya anak diminta untuk
membuat antrian mobil-mobilan kemudian menghitungnya.
2. Menghafal deretan angka
Bermain menghafal deretan angka merupakan permainan
sedehana yang dapat dimainkan di mana saja, terutama saat Anda
sedang berjalan-jalan. Permainan ini dapat dimainkan dengan
berbagai cara, tergantung pada umur dan tingkat pengetahuan si
anak. Pada tahap awal di mana kemampuan dan pengetahuan anak
masih sangat terbatas, Anda bisa mencari huruf atau angka pada
plat nomor. Pada tahap selanjutnya yang lebih kompleks, anda bisa
mengambil huruf-huruf dan membentuknya menjadi kata-kata.
Dalam permainan menghafal deretan angka, anak akan sering
membuat kesalahan bila kendaraan itu bergerak dibandingkan
dengan kendaraan yang diam atau diparkir, karena penglihatan
mata pada anak belum sebaik penglihatan mata orang dewasa
terutama pada benda yang bergerak.
3. Menghitung sambil jalan-jalan
Jika si anak sudah terampil dan dapat berhitung dengan tiada
salah, maka banyak sekali kesempatan untuk berlatih dengannya.
Caranya dengan mengajak jalan-jalan membentuk kereta atau ular
sambil bernyanyi disekitar lingkungan sekolah dan melakukan
tanya jawab.67
67
Ibid., hlm.78
64
4. Bermain meteran
Seorang anak bisa dengan tekun dan betah berlama-lama
ketika bermain dengan alat pengukur panjang (meteran). Mengapa?
Karena setiap anak mempunyai bakat ingin tahu yang lebih besar
daripada seorang penemu. Anak ingin mengetahui berapa lebar
meja? Berapa tinggi badannya atau adiknya? Berapa langkah
sampai ke pintu depan? Kegiatan sederhana ini mendorong anak
untuk bekerja dengan angka, membaca, dan menyebutkan angka,
serta memahami arti angka.68
68
Ibid., hlm. 79.
Download