Profil Potensi Investasi Provinsi Banten

advertisement
 Profil Potensi Investasi
Provinsi Banten
1. Gambaran Umum
Provinsi Banten yang berdiri berdasarkan Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten. Provinsi
Banten yang memiliki wilayah administrasi terdiri dari 4 (empat)
Kabupaten dan 2 (dua) Kota memiliki luas wilayah sebesar 8.794,01
kilometerpersegi dengan jumlah penduduk sebanyak 8.098.277 jiwa.
Secara Geografis Provinsi Banten memiliki posisi yang strategis
karena menjadi penghubung antara pulau Jawa dan pulau
Sumatera, selain juga bertetangga dengan Ibukota Negara (Jakarta)
dan Provinsi Jawa Barat yang merupakan pasar potensial bagi
produk-produk dari Banten.
Batas wilayah Banten di sebelah Utara adalah Laut Jawa, sebelah
Barat adalah Selat Sunda dan sebelah Selatan adalah Samudera
Hindia. Hal ini membuat posisi Banten sebagai daerah dengan
potensi hasil laut yang sangat besar. Selain potensi kelautan,
Banten juga memiliki potensi di bidang pertambangan, perkebunan,
pertanian, pariwisata dan industri.
Peluang investasi di Banten sangat besar dengan dukungan
infrastruktur yang sangat baik, yaitu tersedianya Bandara Udara
Internasional Soekarno-Hatta, Pelabuhan Merak, Jalan Bebas
Hambatan Jakarta - Merak, Jaringan Jalan Kereta Api Jakarta Rankasbitung - Merak dan yang terbaru dan sedang dibangun
adalah Pelabuhan Bojonegara. Untuk pasokan tenaga listrik, Banten
didukung oleh jaringan distribusi interkoneksi Jawa - Bali dengan
salah satu pembangkit utamanya yaitu yang berada di Suralaya
yang berada di Cilegon. Selain itu juga terdapat pembangkit yang
juga dijual untuk publik yang dimiliki oleh PT. Krakatau Daya Listrik
(KDL), anak perusahaan dari PT. Krakatau Steel (KS).
Sedangkan untuk sektor industri telah tersedia 17 (tujuh belas)
Kawasan Industri yang tersebar di Kota Tangerang, Kabupaten
Tangerang, Kabupaten Serang dan Kota Cilegon.
PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI BANTEN
1
2. Infrastruktur Penunjang
o Transportasi Darat
Banten sebagai jalur perekonomian bagi mayoritas penduduk
negeri ini, memiliki jaringan transportasi darat cukup lengkap
yang mendukung dan memungkinkan mobilitas pembangunan
dapat berjalan efektif. Diantaranya jaringan jalur kereta api yang
menghubungkan Jakarta - Serpong - Rangkasbitung - Merak.
Selain itu, jalan bebas hambatan terbentang antara Jakarta Merak sepanjang 100 km. Panjang jalan provinsi dan jalan
negara di Provinsi Banten pada akhir tahun 2007 adalah 856,67
km. Sekitar 13,47 persen jalan negara dan 86,53 persen jalan
provinsi sudah diaspal.
o
Transportasi Laut
Banten mempunyai pelabuhan Merak yang berperan ganda.
Salain sebagai penunjang kegiatan sektor industri, juga sebagai
sarana penyebrangan darat dari Pulau Jawa menuju Pulau
Sumatera. Terdapat juga pelabuhan Ciwandan yang dikelola
oleh PT. Pelindo II dan 19 buah palabuhan lain yang terdiri dari
pelabuhan khusus, pelabuhan penyebrangan dan pelabuhan
perikanan. Termasuk dermaga khusus (Dersus) di daerah Anyer
sebanyak lima buah.
Satu diantaranya dikelola langsung oleh pemerintah dan empat
dikelola oleh pihak swasta. Dua buah Dersus lain di daerah
Karangantu dikelola Pemerintah Kabupaten Serang. Sedangkan
pelabuhan khusus tersebar di wilayah administratif Kota Cilegon
dan merupakan pelabuhan Samudra Nusantara yang melayani
kapal-kapal niaga dan non niaga.
Pada tahun 2007 jumlah kapal yang bersandar di pelabuhan
Banten sebanyak 2.138 kapal asing dan 1.957 kapal domestik
dengan jumlah barang yang dibongkar sebanyak 8.766.201 ton
dan barang yang dimuat 1.066.972 ton.
o
Transportasi Udara
Keberadaan
Bandara
Soekarno-Hatta
di
Cengkareng,
Tangerang yang merupakan Bandara Internasional terbesar dan
tersibuk di Indonesia telah menjadikan Banten sebagai pintu
PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI BANTEN
2
gerbang dunia untuk kegiatan dunia usaha. Selain itu, terdapat
taksi udara yang siap memberikan layanan penerbangan dari
Karawaci, Tangerang ke Jakarta, Anyer Tanjung Lesung dan ke
beberapa kota lainnya.
Selama tahun 2007 pesawat yang datang dan berangkat serta
jumlah penumpang domestik yang datang dan berangkat
meningkat dibanding tahun 2002. Pesawat yang datang
meningkat 14,33 persen dengan tingkat kenaikan penumpang
yang datang sebesar 53,68 persen. Sedangkan jumlah pesawat
yang berangkat naik sebesar 13,65 persen dengan kenaikan
jumlah penumpang 48,69 persen.
o
Energi
PLTU Suralaya yang terdapat di Cilegon, merupakan sumber
energi listrik bagi Pulau Jawa dan Pulau Bali dengan kapasitas
3.400 MW. Banten juga memiliki delapan gardu induk PLN
dengan kapasitas 150 MW yang tersebar di lima wilayah. Tiga di
Kabupaten Serang, satu di Kabupaten Lebak, dan satu lagi di
Kota Tangerang. Selama tahun 2007 jumlah pelanggan terbesar
mengkonsumsi energi listrik dari PLN berasal dari kelompok
rumah tangga yakni 95,51 persen. Diikuti oleh kelompok sosial,
bisnis,
dan
pemerintahan.
Yang
terakhir
kelompok
industri.Namun demikian, kelompok industri mempunyai peranan
besar sebagai konsumen terbesar dari seluruh penggunaan
energi listrik sebesar 84,16 persen. Berikutnya baru kelompok
rumah tangga dengan kontribusi sebesar 12,70 persen.
o
Telekomunikasi
Jaringan telekomunikasi yang tersedia di provinsi ini telah
menjangkau sebagian besar wilayah Provinsi Banten sehingga
kegiatan masyarakat dan dunia usaha yang memerlukan fasilitas
telekomunikasi dapat terpenuhi secara baik.
o
Sumber Air Baku
Pesatnya perkembangan beragam aktifitas industri, sangat
membutuhkan adanya pasokan air baku. Selain menjaga dan
melestarikan berbagai sumber air baku yang ada seperti
PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI BANTEN
3
kawasan Sungai Ciujung, Ciliman, Cisadane, Kuningan, Cisadeg
dan Ciliwung, pemerintah juga akan membangun waduk Karian
di Lebak.
Total produksi air minum PDAM sebesar 50,51 juta m3.
Sedangkan jumlah pelanggan air minum terbesar adalah
golongan rumah tangga (131.648 pelanggan) dengan total
pelanggan semua golongan sebanyak 139.093 pelanggan. Dari
volume air yang dialirkan, sebagian besar pelanggan dari
instansi pemerintahan dan rumah tangga (56,85 persen), niaga
(20,50 persen), perdagangan dan industri (18,05 persen).
o
Fasilitas Perbankan
Sebagai daerah tujuan investasi, Banten memiliki sejumlah bank
dan lembaga keuangan lain yang beroperasi di berbagai wilayah
kabupaten dan kota. Diantaranya Lippo Bank, BNI, BCA, BRI,
Bank Mandiri dan sejumlah bank-bank besar lainnya.
Tercatat sebanyak 209 bank yang terdiri dari 30 bank
pemerintah, 69 bank swasta nasional, 10 bank pemerintah
daerah, dan 100 bank perkreditan rakyat, yang memberikan
kemudahan kemudah kepada investor dalam melakukan
transaksi bisnis.
o
Fasilitas Pendidikan
Terdapat lembaga pendidikan setingkat universitas yang
memiliki kualitas dan reputasi nasional dan internasional.
Universitas Tirtayasa di Serang, Universitas Pelita Harapan di
kawasan pemukiman Lippo Karawaci, Institut Teknologi
Indonesia (ITI) dan Swiss Germany University (SGU) di
Serpong, Universitas Islam Syekh Yusuf (UNIS) di Kota
Tangerang, dan masih banyak lagi fasilitas pendidikan lainnya.
Selain itu Banten memiliki Balai Latihan Kerja Industri (BLKI)
hasil kerjasama Pemerintah Indonesia dengan Australia yang
telah mendapat pengakuan internasional.
o
Fasilitas Kesehatan
Berbagai rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu dan
tenaga medis ada di Banten. Beberapa diantaranya memiliki
PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI BANTEN
4
fasilitas dan teknologi bertaraf internasional. Rumah Sakit
Siloam Gleneagles di kawasan pemukiman Lippo Karawaci,
Tangerang, Rumah Sakit Internasional Bintaro dan Rumah Sakit
Honoris
di
kawasan
pemukiman
Modern
Land.
Data tahun 2008 di seluruh Provinsi Banten terdapat tidak
kurang dari 24 buah rumah sakit dengan kapasitas tempat tidur
1.096 dan sebanyak 172 buah Puskesmas dengan total jumlah
dokter 662 orang, yang terdiri dari 368 dokter umum, 125 dokter
ahli (spesialis) dan 169 dokter gigi.
o
Fasilitas Permukiman
Permukiman berskala kecil, sedang, sampai yang bertaraf
internasional berkembang di wilayah Banten. Diantaranya
permukiman Bumi Serpong Damai (BSD), Lippo Karawaci,
Gading Serpong, dan Jababeka di Kabupaten Tangerang,
Modern Land dan Taman Royal di Kota Tangerang. Semuanya
dilengkapi berbagai sarana penunjang seperti mall, taman
bermain, business center dan lain-lain.
o
Fasilitas Perdagangan
Tumbuh pesatnya permukiman, memacu perkembangan pusatpusat perdagangan di daerah-daerah strategis seperti Pusat
Perdagangan Lippo Karawaci, Bumi Serpong Damai, Gading
Serpong, dan Kota Tangerang. Pusat perdagangan tersebut di
lengkapi mall, business center serta jaringan transportasi dan
telekomunikasi yang memungkinkan para investor dan
wirausaha dapat melakukan transaksi business secara lebih
efektif dan produktif.
Aktifitas perdagangan di Banten sepanjang tahun 2007 terus
meningkat. Volume ekspor menurut data di Pelabuhan Merak
dan Cigading mencapai total 1.274.643,801 ton atau meningkat
sebesar 16,42 persen dibandingkan tahun 2002. Sedangkan
volume impor mencapai total 6.444.234,866 ton atau meningkat
sebesar 4,26 persen dari tahun 2006.
PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI BANTEN
5
o
Fasilitas Rekreasi
Sebagai daerah tujuan wisata, Banten kaya dengan berbagai
fasilitas rekreasi. Di sepanjang Pantai Carita dan Anyer banyak
berdiri hotel dan cottage. Hotel Sol Elite Marbela, Hotel
Mambruk, Jayakarta Hotel, Carita Beach, Pisita dan lain-lain
menyediakan fasilitas pelayanan rekreasi yang dilengkapi
dengan saran convention hall, meeting room, olah raga air (jet
ski) bertaraf nasional dan internasional.
Selain itu terdapat Sheraton Hotel, Imperial Aryaduta Hotel di
kawasan Pusat Perdagangan Lippo Karawaci yang mudah
dijangkau dari Bandara Inernasional Soekarno-Hatta. Juga
sejumlah hotel lainnya yang menawarkan jasa pengenapan dan
rekreasi yang memungkinkan para pengusaha, investor, dan
anggota masyarakat dapat menikmati liburan dengan nyaman.
Catatan tahun 2007 jumlah hotel di Banten sebanyak 149 hotel
dengan 5.036 kamar, yang terdiri dari 27 hotel berbintang dan
122 hotel tidak berbintang. Tingkat kenaikan penggunaan kamar
sebesar 11,33 persen dibandingkan tahun 2006.
o
Fasilitas Olah Raga
Selain sarana rekreasi, Banten juga memiliki sejumlah fasilitas
olah raga bertaraf internasional seperti lapangan golf, kolam
renang, bowling center, fitness club, lapangan tenis, dan
sejumlah fasilitas olah raga lain yang terdapat di permukiman
Bumi Serpong Damai (BSD), Modernland, Pusat Perdagangan
Lippo Karawaci, Gading Serpong, Sheraton Bandara, dan
sarana olah raga di beberapa tempat lainnya
3. Potensi Agribisnis
Perekonomian Provinsi Banten telah mengalami pergeseran, yaitu
dari dominasi pertanian menjadi industri. Namun peranan sektor
pertanian masih cukup penting, meskipun kontribusinya terhadap
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terus menyusut, dalam
penyerapan tenaga kerja masih melebihi sektor industri dan sektor
lainnya. Dengan kata lain sebagian besar penduduk Banten ternyata
masih mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencaharian.
PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI BANTEN
6
Persoalannya keberadaan sektor pertanian masih didominasi oleh
sub sektor tanaman pangan, terutama usaha tani padi. Padahal
berdasarkan analisa usaha tani, budidaya padi tidak banyak
memberikan keuntungan. Di satu sisi harga sarana produksi sepert
pupuk dan pestisida cenderung naik, di sisi lainnya harga jual padi
selalu ditentukan pemerintah melalui kebijakan harga dasar gabah
(HDG). Hal tersebut menyebabkan nilai tukar petani (NTP) terus
merosot, tingkat kesejahteraan petani menjadi sejajar atau di bawah
garis kemiskinan. Sub sektor lainnya seperti perkebunan,
hortikultura, peternakan dan perikanan juga belum menunjukkan
kontribusi yang menggembirakan, baik terhadap kondisi petani
maupun terhadap perekonomian Banten secara regional.
Penanganan agribisnis di Provinsi Banten belum dijalankan secara
holistik dan komprehensif, masih terkotak-kotak. Saat ini setidaknya
ada tiga dinas dalam lingkup Pemda Provinsi Banten yang
menangani agribisnis, yaitu Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas
Kehutanan dan Perkebunan, serta Dinas Perikanan dan Kelautan.
Melalui konsep agroforestry peningkatan produksi pangan dan
hortikultura dapat disinergikan dengan upaya konservasi hutan.
Keterpaduan antara subsektor tanaman pangan dengan kehutanan
ini diharapkan dapat memperbaiki kondisi petani di sekitar hutan,
selain itu upaya pelestarian hutan pun dapat dilaksanakan secara
optimal. Untuk pengembangan komoditas jagung, Banten layak
meniru Gorontalo yang 'memproklamirkan' sebagai 'provinsi
agribisnis'. Selain dikembangkan di lahan kering, jagung pun dapat
dikembangkan melalui konsep agroforestry.
Komoditas hortikultura seperti sayuran, buah-buahan, tanaman obat
dan tanaman hias, potensi pengembangannya masih sangat
terbuka. Beberapa jenis buah-buahan seperti durian, manggis,
sawo, jambu air Cincalo, salak, pisang, rambutan, alpukat dan
sebagainya dapat dikembangkan melalui konsep agribisnis. Banten
bisa menjadi sentra penghasil buah-buhan sebagai pemasok utama
kebutuhan Jakarta. Faktor kedekatan transportasi Jakarta-Banten,
bisa menjadi keunggulan komparatif untuk dapat memenangkan
persaingan dalam meraih pasar Jakarta. Tanaman hias dapat
dikembangkan dengan nilai tambah yang jauh lebih besar,
Kecamatan Karang Tengah Kota Tangerang misalnya, meskipun
PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI BANTEN
7
dengan luas lahan yang relatif sempit tetapi dapat memasok
berbagai jenis tanaman hias untuk kebutuhan beberapa kota besar
di Indonesia, bahkan untuk ekspor. Tak ada salahnya jika agribisnis
Banten mulai melirik anggrek. Komoditas ini sangat menggiurkan,
saat ini total perdagangan dunia mencapai 150 juta dollar AS, dan
pangsa pasar Indonesia hanya 6 persen. Perlu dilakukan observasi
keberadaan jenis-jenis anggrek yang ada di hutan-hutan yang ada di
Banten, kemudian jenis-jenis yang menarik dapat dikembangkan
melalui metode kultur jaringan.
Sub sektor perkebunan, khususnya di Kabupaten Lebak dan
Pandeglang, potensinya masih cukup besar, antara lain untuk
komoditas sawit, kelapa dan karet. Keberadaan BUMN PTPN VIII
diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi pengembangan
perkebunan di Banten, terutama perkebunan rakyat yang kondisinya
masih jauh dari aplikasi konsep agribisnis.
Sebenarnya Provinsi Banten sudah memiliki beberapa komoditas
khas, seperti emping melinjo, gula aren dan sate bandeng, namun
promosi yang tidak gencar menyebabkan produk agribisnis tersebut
kurang dikenali. Bahkan warga Jakarta saja sangat sedikit yang
mengenali sate bandeng, berbeda dengan makanan khas asal
Bandung yang cepat populer di Jakarta. Padahal Bandung lebih jauh
dari Jakarta daripada Serang. Strategi promosi menjadi hal yang
sangat penting dalam pengembangan agribisnis, baik untuk
pemasaran produk atau mendatangkan investor.
Pengembangan agribisnis di Banten bertujuan untuk meningkatkan
kesejateraan petani. Selain itu, dalam kancah perdagangan global,
beragam komoditas agribisnis Banten diharapkan dapat
memenangkan persaingan. Seluruh rantai agribisnis, mulai dari pra
produksi, produksi, panen, pasca panen (agroindustri) sampai
pemasaran harus berlangsung dengan efisiensi yang tinggi. Efisiensi
itulah yang menjadi kunci keberhasilan dalam persaingan bebas.
(Atep Afia)
PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI BANTEN
8
4. Pengembangan Agroindustri Kelapa
Kelapa merupakan tanaman tropis yang penting bagi negara –
negara di Asia pasifik, kelapa mampu memberikan devisa bagi
negara dan menjadi pencarian jutaan petani. Menurut FAO pada
tahun 1976 negara – negara di Asia Pasifik mampu menghasilkan
82% dari total produksi kelapa dunia, sedangkan sisianya terbagi
negara Afrika dan Amerika Selatan.
Pada tahun 1984 luas tanaman kelapa di Asia dan Pasifik mencapai
8.875.00 ha yang tersebar di 12 negara, dengan perkiraan produksi
hasil kelapa segar ± 5.276.000 ton dan kopra ± 3.238.000 ton. Saat
ini persaingan produk kelapa khususnya berupa minyak kelapa
mulai teralihkan oleh produk minyak sawit, minyak jagung, minyak
kedelai dan minyak bunga matahari. Sebenarnya masih banyak
produk turunan yang masih bisa dimanfaatkan misalnya coconut
cream, desiccated coconut, hasil limbah berupa coconut charcial,
carbon aktive dan coconut fibre dengan skema pasar mulai
berkembang.
Potensi kelapa di Provinsi Banten cukup besar dengan luas areal
perkebunan kelapa mencapai 99,971,6 ha dan jumlah produksi
sebesar 59.677,11 ton.
PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI BANTEN
9
Pengembangan potensi unggulan Provinsi Banten di bidang
Perkebunan. Kelapa sangat potensial, hal ini dikarenakan letak
geografis Banten yang strategis untuk perkebunan Kelapa.
Dari kebun kelapa banyak hal yang dapat dikembangkan,
salahsatunya adalah produk coconut oil (minyak kelapa).
Potensi dari pengembangan komoditi kelapa di Provinsi Banten
tersebar dari mulai wilayah pesisir sampai dengan daerah
pegunungan, secara rinci daerah, luas dan produksi komoditi kelapa
tercantum dalam tabel berikut :
No.
1.
Daerah
Pandeglang
Luas lahan (Ha)
38.062,10
Produksi (Ton)
23.751,45
2.
Lebak
19.392,50
10.279,97
3.
Tangerang
11.017,00
5.941,10
4.
Serang
27.359,00
18.078,68
5.
Cilegon
4.141,00
1.625,91
Jumlah
99.971,60
59.677,11
Sumber : Banten dalam angka tahun 2007, BPS Provinsi Banten
Di samping perkebunan yang dikelola oleh masyarakat adapula
yang dikembangkan oleh pihak swasta, di Kabupaten Lebak 54,9 ha
dengan jumlah produksi 14,164 ton tiap tahun dan di Kabupaten
Pandeglang seluas 129,32 ha dengan total produksi 37,32 ton tiap
tahun.
Dengan berbagai kemajuan yang telah diperoleh dari produk
ikutan/lanjutan komoditi kelapa peluang pasar semakin besar
khususnya bagi industri – industri yang menggunakan produk
olahannya dari kelapa. Dari kekayaan inovesi telah mengantarkan
produk – produk ikutan menjadi produk unggulan yang sangat
berpotensi dimasa yang akan datang saat ini bahkan permintaan
akan produk ini dalam skala regional semakin meningkat, karena
selain nilai manfaat yang didapat, produk ini memberikan nilai
tambah s%b!gai produk akrab lingkungan dan tidak berbahaya bagai
kesehatan pemakainya.
Sebagai contoh hasil ikutan dari komoditas kelapa yang akhir – `khir
ini menjadi produk unggulan yaitu Virgin Coconut Oil (VCO)
menjelma menjadi barang mewah yang bernilai estetika tinggi bagi
PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI BANTEN
10
berbagai besar konsumen. Keunggulan lain dari produk ini adalah
masih terbukanya peluang inovasi baru dari bahan baku yang sama
menjadi produk derifat (turunan) yang menjajikan dalam skala
industri kecil dan menengah sampai industri besar.
Dalam analisa memproses VCO menggunakan 5 unit alat dengan
kapasitas 1.500 kelapa per hari dan harga VCO Rp. 36.000/Kg.
Analisis Investasi Pengembangan
kelapa/hari)
1.
Investasi
2.
Operational cost fixed cost
Variabel cost
3.
Total revenue
PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI BANTEN
VCO
(Kapasitas
1500
Rp. 1.670.680.000
Rp. 250.880.000
Rp. 4.156.230.000
Rp. 5.400.000.000
11
4.
5.
6.
7.
Net revenue
§
Year 1
§
Year 2
§
Year 3 – 9
§
Year 10
NPV (disc. Rate 20%)
IRR
Payback period
8.
9.
10.
11.
Fixed price for production
BEP
BC Ratio
BEP capacity
Rp. 704.030.000
Rp. 591.780.000
Rp. 1.004.760.000
Rp. 1.991.020.000
Rp.11.803.030.000
18,24 %
2,07 tahun = 24,88
bulan
Rp. 29.380,70 / Kg
Rp. 1.089.208.,616
1,78
100,85 Kg/hari
Dari analisis diatas terlihat bahwa usaha VCO layak dilakukan pada
tingkat suku bunga komersial (15 % ), dimana terlihat nilai NPV nya
positif, nilai B/C rationya 1.78 artinya investasi ini mempunyai manfaat
sebesar 1.78 terhadap pendapatan yang diperoleh, nilai IRR 18.24 %
artinya kegiatan investasi / usaha pengolahan fillet ikan nila gift dan
patin masih layak dilakukan sampai dengan suku bunga 18,24 %. Nilai
Payback Period sebesar 2,07 artinya seluruh biaya kegiatan investasi
VCO dapat dikembalikan dalam jangka waktu 2,07 tahun.
5. Pengolahan Ikan
PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI BANTEN
12
Pemerintah berencana mengembangkan wilayah Bojonegara
sebagai salah satu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Indonesia.
Untuk mendukung rencana tersebut kini sedang dibangun Pelabuhan
Internasional Bojonegara (PIB) sebagai akses perdagangan
internasional.
Apabila rencana dimaksud terwujud maka akan banyak sektor
terlibat, baik itu sektor hulu maupun hilir seperti : perdagangan,
industri, pariwisata, perhubungan, dan lain – lain, tak terkecuali
sektor kelautan dan perikanan. KEK Bojonegara juga diyakini akan
memberikan efek pertumbuhan ekonomi yang luar biasa bagi daerah.
Masalahnya adalah bagaimana menangkap peluang pengembangan
kawasan Bojonegara dimaksud menjadi suatu peluang ekonomi.
Namun demikian hal tersebut harus didasarkan pada kerangka
pengembangan KEK Bojonegara secara keseluruhan, tidak boleh
parsial.
Bagi sektor perikanan sendiri keberadaan KEK dan PIB Bojonegara
merupakan peluang tersendiri untuk mewujudkan konsep Kawasan
Industri Perikanan Terpadu di Provinsi Banten. Diharapkan hal
tersebut dapat menjadi bagian tak terpisahkan dari rencana
pengembangan kawasan khusus Bojonegara oleh pemerintah. Untuk
itu potensi pengembangan perikanan terpadu sangat memungkinkan
di wilayah ini.
Secara singkat dapat dijelasakan bahwa tujuan dari konsep
pembangunan kawasan industri perikanan terpadu di Kawasan
Pelabuhan Bojonegara adalah untuk memberikan gambaran akan
perlunya kawasan yang diperuntukan bagai sektor kelautan dan
perikanan dalam rangka mempercepat proses pertumbuhan ekonomi
daerah dan nasional secara umum.
Jika berbicara tentang kawasan industri perikanan dalam konteks
pembangunan kawasan pelabuhan Bojonegara Serang - Banten ,
maka yang tergambar adalah Subsektor Agribusinis Hilir ( Down
Stream Agribusiniss) dan Sub sektor Jasa Penunjang ( Supporting
Institution).
Sedangkan Sub sektor Hulu ( Upstream Agribusiniss ) berupa
kegiatan industry penangkapan ikan dan Sub sektor Perikanan
Primer ( On Farm Agribusiniss) berupa kegiatan budidaya
merupakan sub sektor produksi yang ikut mendukung berkembang
PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI BANTEN
13
sub sektor hilir dan diharapkan produksi dari luar Provinsi Banten
dapat berkontribusi untuk pergerakan awal sub sektor industri hilir,
karena dengan adanya aktifitas dikawasan industri pengolahan hasil
perikanan sebagai Sub sektor hilir diharapkan akan mempercepat
proses pembangunan kawasan industri perikanan disektor hulu dan
akan merubah pandangan masyarakat di daerah , baik nelayan
maupun pembudidaya untuk lebih mengoptimalkan produksi hasil
tangkapan maupun budidayanya. Alasan substantial dan kontekstual
perlu dibangun kawasan industri perikanan ( Cluster Industry
Fishyries ) di subsektor hilir adalah bahwa sektor kelautan dan
perikanan mempunyai kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan
mengapa pembangunan kawasan industri perikanan adalah sub
sektor hilr berupa industri pengolahan ikan dan penunjang lainnya ,
dan dari segi PDRB Provinsi Banten bertumpu juga pada potensi
ekonomi yang berfokus pada industri pengolahan, perdagangan,
hotel dan restoran. Disamping hal ini tidak lepas dari isu yang
terkait dengan perubahan kedepan yang siginifikant dimana
kawasan industri perikanan sekarang yang ada di Pelabuhan
Perikanan Muara Baru – DKI Jakarta , menampung hasil produksi
perikanan budidaya dari 3 ( tiga ) Provinsi ( lampung, Banten.dan
Jawa Barat ) selain hasil tangkapan kapal-kapal dari luar Provinsi
DKI , kedepan fungsi kawasan ini akan mengalami penurunan
kualitasnya , karena ancaman banjir pada saat laut pasang dan hal
ini terjadi penurunan daratan wilayah DKI dan resapan air laut ke
daratan , disamping harga sewa lahan untk container di Pelabuhan
Tanjung Priok semakin meningkat dan hal ini memberatkan pihak
eksportir perikanan .
Dengan Paradigma Peningkatan Daya Saing bisa dimungkinkan
Provinsi Banten sebagai Kompetitor Provinsi DKI , namun hal ini
tidak terjadi apabila dikedepankan aspek teknis dimana Provinsi
Banten lebih mendukung hal tersebut sementara Wilayah di
Provinsi DKI telah terjadi kemunduran dalam kualitas daratan
Sehingga secara alami investor lebih mencari fasilitator yang lebih
menguntungkan.dalam
melakukan
kegiatan
produksi
dan
perdagangannya.
PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI BANTEN
14
6. Komponen Kawasan
a.
Komponen Regulasi
Dalam membuat kawasan industri kelautan dan perikanan perlu
didukung oleh unsur regulasi yang mengatur pembuatan
kawasan industri ( Cluster Industry) baik yang bersumber dari
Departemen teknis yaitu Departemen Kelautan dan Perikanan
yang mengatur tata ruang pembangunan kawasan industri
perikanan sehingga unsur yang menjaga stabilitas lingkungan
pesisir tetap terjaga , atau pun dari instansi atau Departemen
yang berkaitan dengan pengaturan rencana tata ruang kota/
kabupaten secara umum dimana pembangunan di kabupaten
/kota Serang arahan pengelolaannya adalah sebagai berikut :
a) Diarahkan untuk menjadi pusat pertumbuhan wilayah Pulau
yang beorientasi pada upaya mendorong perkembangan
sektor produksi wilayah terutama industri, pariwisata,
perdagangan dan pertanian/perikanan
b) Meningkatkan dan memantapkan aksesibilitas antara Kota
Serang dengan kota Labuhan, Pandeglang, Rangkasbitung,
Cilegon dan calon pelabuhan IHP Bojonegara guna
mendukung proses koleksi dan distribusi orang dan hasil
produksi pertanian dan industri serta mendukung
pengembangan kegiatan wisata di sepanjang pantai AnyerCarita
c) Mengendalikan pertumbuhan kota secara ekspansif yang
tidak terkendali (Urban sprawl) dan pertumbuhan menerus
(konurbasi) terutama disepanjang koridor Cilegon-SerangTangerang melalui pengembangan jalur hijau dan kantungkantung/kawasan-kawasan
pengembangan
(industri,
permukiman) terpadu
d) Memantapkan aksesibilitas kota Serang dengan pusat-pusat
pertumbuhan dan pelayanan lainnya di Pulau Jawa dan
Sumatera melalui peningkatan kualitas sistem jaringan
transportasi darat dan penyeberangan, pemantapan outer
ringroad yang melayani transportasi antar provinsi dan
menunjang pergerakan lintas batas serta kelancaran
pergerakan angkutan barang
PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI BANTEN
15
e)
Mengembangkan sistem transportasi yang sinergis dengan
pusat-pusat permukiman dan pengembangan kegiatan
usaha
f) Meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan utilitas kota
(jalan, persampahan, air bersih, dst) yang memenuhi
standar nasional
g) Meningkatkan kualitas pelayanan pemerintahan yang
mendukung terjaganya minat investasi pasar modal.
h) Meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang menjamin
kesejahteraan dan kreativitas masyarakat kota Serang
i) Menyiapkan perangkat zoning regulation sebagai landasan
pembangunan kegiatan perkotaan terutama pada kawasankawasan yang cepat berkembang
b. Komponen Teknis Kawanan Industri Pengolahan Hasil
Perikanan
Komponen kawasan industri perikanan sub sektor hilir dimana
kegiatannya merupakan industri pengolahan hasil perikanan
untuk
pembangunannya
diarahkan
pada
persiapan
pengoperasian unit industri pengolahan hasil perikanan berupa
kegiatan pendinginan, pembekuan ikan dan pengolahan
Tradisional ( Pemindangan, pengasinan, pengeringan dll).
Komponen penunjang yang terkait dengan beroperasi komponen
industri perikanan antara lain pusat pendaratan ikan., unit
perbekalan, unit penampungan.
Ketersediaan infrastruktur berupa jalan, aliran listrik dan air bersih
dengan kapasitas 50 l/detik sangat penting dalam mendukung
industri perikanan
Analisis Ekonomi Pengembangan Kawasan Agroindustri
Perikanan (asumsi Luas 20 Ha)
Net Present Value
Internal Rate Return
Laba bersih rata-rata
Benefit Cost Ratio
Pay Back Period
ICOR
: Rp. 64.000.000.000
: 22,3%
: Rp. 23.900.000
: 2,12
: 6 tahun
: 3,13
PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI BANTEN
16
ILOR
Discount Rate
ROI
: 13,95
: 10 % (selama 25 tahun)
: 33,4
Dari analisis diatas terlihat bahwa usaha agroindustri perikanan
terpadu layak dilakukan pada tingkat suku bunga komersial (15
%), dimana terlihat nilai NPV nya positif, nilai B/C rationya 2.12
artinya investasi ini mempunyai manfaat sebesar 2.12 terhadap
pendapatan yang diperoleh, nilai IRR 22,3 % artinya kegiatan
investasi/usaha agroindustri perikanan terpadu masih layak
dilakukan sampai dengan suku bunga 22,3 %. Nilai Payback
Period sebesar 6 artinya seluruh biaya kegiatan investasi dapat
dikembalikan dalam jangka waktu 6 tahun .
Sedangkan ICOR 3,13 mengindikasikan bahwa Misalnya target
pertumbuhan ekonomi yang ingin dicapai 6 persen, dengan
ICOR 3,13 berarti kebutuhan tingkat investasi dalam persentase
terhadap PDB yang dibutuhkan untuk mencapai target
pertumbuhan 6 persen adalah 18,78 persen dari PDB.
Nilai
ICOR suatu sektor bila berada di bawah 4 mengindikasikan
investasi pada sektor tersebut akan cukup efisien,
Nilai Indeks ILOR sangat tergantung pada kebijakan ekonomi
pemerintah berkaitan dengan aspek ketenagakarjaan. Hal ini
berkaitan dengan pilihan kebijakan apakah industri yang akan
dikembangkan bersifat padat karya (labor intensive) atau padat
modal (capital intensive). Semakin tinggi nilai ILOR maka
semakin besar kebutuhan tenaga kerja
Sedangkan nilai ROI (return on investment) yaitu prosentase (%)
dari manfaat atas perbandingan dari biaya yang akan
dikeluarkan. Dengan nilai 33,4 maka kegiatan agroindustri
perikanan terpadu tersebut sangat layak.
PROFIL POTENSI INVESTASI PROVINSI BANTEN
17
Download