JURNAL EKSPRESI SENI

advertisement
JURNAL EKSPRESI SENI
Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
ISSN: 1412–1662 Volume 17, Nomor1,Juni 2015,hlm.1-164
Terbit dua kalisetahun pada bulan Juni dan November.Pengelola Jurnal Ekspresi Seni merupakan
sub-sistemLPPMPPInstitut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang.
Penanggung Jawab
Rektor ISI Padangpanjang
Ketua LPPMPP ISI Padangpanjang
Pengarah
KepalaPusat Penerbitan ISI Padangpanjang
Ketua Penyunting
AfrizalHarun
Tim Penyunting
Elizar
Sri Yanto
Surherni
Adi Krishna
Emridawati
Harisman
Rajudin
Penterjemah
Novia Murni
Redaktur
Saaduddin
Liza Asriana
Ermiyetti
Tata Letak danDesainSampul
Yoni Sudiani
Web Jurnal
Ilham Sugesti
______________________________________________.________________________________
_
Alamat Pengelola Jurnal Ekspresi Seni:LPPMPP ISI Padangpanjang Jalan Bahder Johan
Padangpanjang27128, Sumatera Barat; Telepon(0752) 82077 Fax. 82803; e-mail;
[email protected]
Catatan.Isi/Materi jurnal adalah tanggung jawab Penulis.
Diterbitkan Oleh
Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang
i
JURNAL EKSPRESI SENI
Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
ISSN: 1412–1662 Volume 17, Nomor1,Juni 2015,hlm.1-164
DAFTAR ISI
PENULIS
JUDUL
HALAMAN
Hasan
Saaduddin
Fungsi Sandiwara Amal di Masyarakat Desa
Pulau Belimbing, Kec Bangkinang Barat,
Kab Kampar Provinsi Riau.
1- 19
Fridolin L. Muskitta
Kehidupan Musik Tahuri Masyarakat Negeri
Hutumuri, Kecamatan Leitimur Selatan,
Kotamadya Ambon dalam Konteks Budaya
20– 40
Dewi Susanti
Penerapan
Metode
Penciptaan
Alma
Hawkins dalam Karya Tari Gundah Kancah
41– 56
Hardi
Karakteristik Karya Tari Syofyani dalam
Berkreativitas
Tari
Minangkabau
di
Sumatera Barat
57–70
Nicolson Roxi
Thomas
Eksplorasi Pasir Sebagai Teknik City Scape
Lukisan
71– 82
Feri Firmansyah
Bentuk dan Struktur Musik Batanghari
Sembilan
83 – 102
Asri
Musik Melayu Ghazal Riau Dalam Kajian
Estetika
103–114
Misselia Nofitri
Bentuk Penyajian Tari Piring Di Daerah
Guguak Pariangan Kabupaten Tanah Datar
115–128
Riki Rikarno
Film Dokumenter Sebagai Sumber Belajar
Siswa
129–149
Muhammad Zulfahmi
Fungsi Musikal Dedeng Pada Masyarakat
Etnik Melayu Langkat Propinsi Sumatera
Utara
150-164
_______________________________________________________________________
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 49/Dikti/Kep/2011 Tanggal 15 Juni 2011 Tentang Pedoman Akreditasi
Terbitan Berkala Ilmiah. Jurnal Ekspresi Seni Terbitan Vol. 17, No. 1 Juni 2015 Memakaikan
Pedoman Akreditasi Berkala Ilmiah Tersebut.
ii
MUSIK MELAYU GHAZAL RIAU
DALAM KAJIAN ESTETIKA
Asri
Prodi Musik
Akademi Kesenian Melayu Riau (AKMR)-Pekanbaru
[email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap musik Melayu Ghazal yang ada di Riau dan
Desa Pulau Penyengat. Penelitian mengungkap konsep tentang Estetika, latar belakang
keberadaan, fungsi musik Melayu Ghazal dalam masyarakat dan bagaimana ketertarikan
masyarakat terhadap musik tersebut, ditinjau dari estetika. Penelitian ini mengunakan
metode kualitatif yang didukung oleh data kuantitatif dengan metode deskriftif analisis.
Musik Melayu Ghazal didominasi oleh instrumen seperti: Harmonium, Tabla, Marakas,
Gitar, dan Biola, musik Melayu Ghazal yang mempunyai unsur Melodi, harmoni, Ritme
dan nada. Kemudian dari pada itu estetika adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu
yang berkaitan dengan keindahan, yang mempelajari semua aspek dari apa yang kita
sebut “ke-indahan”. Hasil penelitian dan pembahasannya, menunjukan bahwa musik
Melayu Ghazal jika dihayati dengan sungguh-sungguh akan dapat dirasakan keindahan
irama seninya yang lembut dan mendayu-dayu, serta dengan tersusunnya harmoni yang
apik atau melodi yang menyentuh perasaan atau jiwa dalam diri seseorang
Kata Kunci: Ghazal, Melayu, Estetika
ABSTRACT
This study aims to reveal the Malay music Ghazal in Riau and Biting Island Village.
Studies reveal the concept of Aesthetics, a background presence, Malay Ghazal music
function in society and how people's interest in music, in terms of aesthetics. This
research uses qualitative methods supported by quantitative data with descriptive method
of analysis. Malay music Ghazal dominated by instruments such as Harmonium, Tabla,
Maracas, guitar, and violin, Ghazal Malay music that has elements of melody, harmony,
rhythm and tone. After these aesthetics is the study of everything related to beauty, which
is studying all aspects of what we call "to-beauty". Results of research and discussion,
showed that the Malay music Ghazal if lived in earnest will be felt the mesmerizing
beauty of his art soft and lilting, and the drafting of a slick harmonies or melodies that
touch the feeling or soul in a person.
Keywords: Ghazal, Malay, Aesthetics
tidak akan pernah lepas dari dan
PENDAHULUAN
Musik merupakan milik setiap
insan
berbagai
yang
dapat
interpretasi
pendengarnya.
umumnya pada seni musik khususnya.
menimbulkan
Ciptaan seni pada hakekatnya adalah
puitis
kesemua pengalaman fantasi.
Kehidupan
bagi
manusia
103
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015
Musik
berkembang
perkembangan
zaman,
sesuai
terhadap
semua
daerah
karena
melingkupinya, maupun secara khusus
dipengaruhi watak manusia itu sendiri
etnik
yang senantiasa mencari sesuatu yang
perkembangannya. Dewasa ini Riau
baru.
terjadi
berangan-angan menjadikan daerahnya
melalui eksplorasi dan eksperimen.
pusat seni budaya Melayu, untuk
Dalam karya seni, musik berubah
mewujudkan cita-cita tersebut, tentu
bukan hanya karena tradisi atau trend
tidak akan bermakna hanya bergejolak
faham (ideologi seni), tetapi musik
di angan-angan, sementara pemeritah
selalu mengembara mencari sesuatu
setempat
berupa
akan
penelitian-penelitian tersebut, dalam
mengganti makna yang sudah ada,
usaha mengarah kepada kajian-kajian
makna-makna pengganti akan muncul
kesenian
dan menghancurkan upaya kita untuk
dikatakan amat langka adanya.
Perkembangan
dapat
makna-makna
yang
membuat dunia baru yang stabil dan
baku,
makna-makna
tidak
mendukung
Melayu
(musik),
daerah
untuk
boleh
Ghazal adalah musik Melayu
akan
dengan gaya Hindustan yang disebut
liberalisasi
sebagai musik gamat adapun alat
(pembebasan) bunyi dan prinsip formal
musik yang dipakai adalah alat musik
estetika bunyi (musik) yang telah
Hindustan seperti: Syarenggi, Sitar,
berlangsung ratusan tahun lamanya.
Harmonium dan tabla. Orang Melayu
membentuk
itu
pembagian
yang
konsep
Dapat
dipahami
dalam
dapat menerima musik ini karena ada
musik
Melayu
hubungannya dengan unsur keagamaan
Ghazal masyarakat berupaya menggali
seperti lagu yang memuji kebesaran
seni dan budaya hingga tidak dapat
Nabi Muhammad, dan sebagainya.
dipisahkan dari upaya pelestariannya.
Sejalan dengan sejarah perkembangan
mengembangkan
Salah satu dari Rumpun budaya
musik ini sekarang berubah bentuk
Melayu tersebut mempunyai ciri yang
menjadi musik popular. Alat musik
khas,
seperti
termasuk
juga
tari,
teater
rakyat,
Hindustan yang dipakai dalam musik
diantaranya
musik.
ini
dan
masih
bertahan
sampai
Musik Melayu mempunyai kekhasan
sekarang adalah Harmonium dan tabla.
tersendiri
Sedangkan alat musik syarenggi pada
baik
secara
menyeluruh
104
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015
saat sekarang telah digantikan dengan
syairnya
biola dan sitar digantikan dengan alat
bahasa Melayu. Sekarang ghazal amat
musik
populer
Gambus.
Sesuai
dengan
saja
di
dinyanyikan
daerah
dalam
Melayu
Riau
perkembangannya pada saat sekarang
umumnya dan Desa Pulau Penyengat
alat musik Gitar sudah dipakai dalam
khususnya.
musik Ghazal (Kadir, 1988: 91).
Pada mulanya musik Melayu
Ismail Hamid dalam “Masyarakat
ghazal
ini
dan Budaya Melayu” menjelaskan
Melayu
asli
Ghazal adalah sejenis puisi Arab yang
dikerjakan di Istana Raja, dan dalam
bercorak
perkembangan
percintaan.
Oleh
sebab
mengiringi
yang
lagu-lagu
aransemennya
selanjutnya
adanya pengaruh Persia dan Romawi,
dipergunakan pula untuk mengiringi
Ghazal ini berkembang menjadi sejenis
lagu-lagu rakyat.
nyanyian dengan iringan musik yang
Sebagai salah satu bagian yang
amat populer pada zaman Umaiyah.
penting dari kebudayaan, kesenian
Salah seorang tokoh Ghazal yang
adalah
dikenal ialah Umar bin Ruba’ah.
kebudayaan itu sendiri. Masyarakat
Kemudian Ghazal berkembang ke
yang
Persia dan India. Dari India nyanyian
dengan
Ghazal dibawa ke alam Melayu dan
mencipta, memberi peluang untuk
diterima sebagai salah satu rentak lagu-
bergerak,
lagu asli dalam masyarakat Melayu
mengembangkan
(Hamid, 1991:164).
mencipta
Musik Melayu ghazal sering
ungkapan
kreativitas
menyangga
dari
kebudayaan
demikian
juga
memelihara,
kesenian
menularkan,
untuk
kebudayaan
dan
kemudian
baru
lagi
(Kayam, 1981:39). Dengan kata lain
dinyanyikan dengan iringan musik
setiap
yang
seperti:
mengalami perubahan, ia tidak statis
syarenggi, sitar, harmonium dan tabla.
dan cenderung bersifat dinamis. Hal ini
Sekarang berbagai perubahan telah
sesuai dengan pernyataan Haviland
terjadi terhadap musik Melayu ghazal
yang
tersebut, lagu-lagu ghazal sudah mulai
waktu
mengikuti bentuk, tempo, dan lirik
berubah sebagai tanggapan atas hal-hal
lagu-lagu Arab dan Hindustan, cuma
seperti masuknya orang luar, atau
memakai
instrumen
kebudayaan
menyebutkan
tertentu
akan
dalam
semua
selalu
jangka
kebudayaan
105
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015
terjadinya modifikasi perilaku dan
“Sekali
nilai-nilai
beranjak, sekali musim bertukar sekali
di
dalam
kebudayaan
(Haviland, 2005:351).
Berubahnya
air
besar,
sekali
tepian
cara berganti, yang adat berubah
kebudayaan
yang
tidak”. Patah tumbuh hilang berganti,
disebabkan oleh masuknya pengaruh
pusaka lama begitu jua, pandangan ini
dari luar (akulturasi) atau terjadinya
merupakan pancaran dari pandangan
modifikasi perilaku dan nilai-nilai di
yang tingkat abstraksinya lebih tinggi
dalam
ialah “Alam terkembang jadi guru”
kebudayaan
seperti
yang
disebutkan Haviland dapat dilihat pula
dalam
perkembangan
kesenian
(Bahar, 1992:4).
di
Berdasarkan
hal
di
atas
Indonesia umumnya dan Desa Pulau
terlihatlah yang paling mendasar dalam
Penyengat khususnya.
masyarakat melayu setempat untuk
Sebagaimana
pakar
berhadapan dengan kehidupan. Sadar
dari
akan perubahan dan oleh sebab itu
University of Illionois-Amerika ini
perlu pula perubahan seperti yang
memprediksi, bahwa musik (kesenian)
diungkapkan
rakyat,
Kartasasmita
etnomusikologi
Bruno
Nettl,
sebagaimana
kesenian
oleh
Ginanjar
mengemukakan
tradisional Melayu pada umumnya
konsepnya tentang perubahan “bahwa
akan menghadapi dua kemungkinan
perombakan
yaitu: harus diterima, atau dilupakan
dilakukan tidak perlu bersifat total,
dan mati (Bahar, 1992: 6).
bahkan ada nilai-nilai yang ingin
Perlu
dijelaskan
pengertian
budaya
yang
ingin
dipertahankan, yang diyakini tidak
(perkembangan-perubahan)
lekang karena panas atau lapuk karena
sebagaimana yang diungkapkan oleh
hujan. (Bahar, 1992:5). Dalam hal ini
masyarakat
masyarakat
melayu
setempat
setempat
mengetahui
memandang dunia ini dengan konsep
tentang nilai-nilai yang tidak lekang
ideal
Pepatah
karena panas atau tidak lapuk karena
seperti dikutip pada Mahdi Bahar,
hujan. Pada hakikatnya jelaslah bahwa
dalam
Melayu
tentang
perubahan.
makalah,
untuk
Peranan
Budaya
masyarakat tersebut dapat menilai
Dinamika
Budaya
tentang
perubahan,
dan
membuat
Bangsa, 1988. Dapat dijadikan rujukan
106
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015
kesadaran yang mana bisa dan harus
Kementerian Kebudayaan Belia dan
diubah, yang mana tidak boleh diubah.
Sukan Malaysia pada tahun 1978, ia
Berbicara
mengenai
kondisi
mengungkapkan salah seorang tokoh
perkembangan musik Melayu ghazal
Ghazal yang amat populer di Johor
dahulu,
Malaysia
kini
dan
masa
depan,
yaitu
Pak
Lomak,
ia
sesungguhnya merupakan kontinum
merupakan seorang tokoh yang digelar
budaya.
yang
sebagai Bapak Ghazal Melayu Johor
yang
atau Pendeta Ghazal Melayu Johor.
dimaksud
Artinya,
bukanlah
budaya
sesuatu
berhenti, melainkan sebuah proses
Justeru
yang terus berjalan melewati interval
perkembangan musik Ghazal Johor
waktu masa lalu dan masa depan.
tidak lengkap sekiranya tidak dikaitkan
Dalam rentang waktu yang demikian
dengan nama Pak Lomak. Sebenarnya
panjang musik Melayu ghazal tersebut
sumbangan
mampu
pembangunan
memberikan
yang
terbaik
untuk masyarakatnya.
perbincangan
Pak
tentang
Lomak
negeri
dalam
Johor
tidak
terbatas dalam perkembangan seni
musik Ghazal semata-mata. Beliau
PEMBAHASAN
juga adalah seorang pegawai tentera
Latar Belakang dan
Musik Melayu Ghazal
Asal-Usul
Negeri Johor (Johore Military Force)
Ghazal berasal dari Bahasa Arab,
yang berarti
keganjilan.
yang berdedikasi dalam Pasukan Askar
Berkaitan
berpangkat Letnan Kolonel di bawah
pimpinan Seri Paduka Baginda Sultan
dengan komposisi musiknya, pada
Ibrahim,
kenyataannya
penggiat drama bangsawan yang gigih,
hitungan-hitungan
memang
yang
banyak
jatuh
penulis
pentadbir
dan
ahli
yang
bahasa
berjaya,
yang
temponya ganjil. Mungkin, karena
berwibawa. Sehingga akhir hayatnya
ganjil inilah maka musik Ghazal tetap
Pak Lomak adalah Setiausaha Pakatan
menjadi misteri yang harus tetap digali
Bahasa Melayu Persuratan Buku Diraja
kekayaan, dan keunikannya itu. (Batam
Johor (PBMPB) di bawah pimpinan
Pos,11 Nov 2006).
Mejar Dato’ Haji Mohd Said Sulaiman.
Menurut Mohd. Ishak Abdul Aziz
dalam tulisannya yang diterbitkan oleh
Jawatan-jawatan
lain yang
pernah
disandang oleh Pak Lomak termasuk
107
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015
Komandan
Pasukan
Askar
Negeri
Johor.
dikaitkan dengan musik dipelajarinya
tanpa mengerti arti jemu. Beliau
Dapatlah dikatakan bahwa Pak
Lomak
adalah
pewaris
melanjutkan
pernah merantau ke India memperlajari
yang
musik, dan kembali ke negeri Melayu
kesinambungan
Johor dengan membawa berbagai alat
perkembangan Ghazal di negeri Johor
musik
daripada datuknya, tak ubah bagaikan
Harmonium
kuah tumpah ke nasi. Dalam hubungan
penggunaannya
ini, Dato’ Abdullah Mohamed dalam
Ghazal Melayu. Tidak ketinggalan
tulisannya The Ghazal in Arabic
juga, Pak Lomak memperlajari cara-
Literature
Music
cara bermain berbagai alat musik di
(Malaysia in History, Jilid 14, Oktober
samping itu ia juga belajar menyanyi
1971, Persatuan Sejarah Malaysia)
yang berirama Hindustan, Parsi, Cina,
antara lain menyatakan:
Jepang dan lain-lain lagi. Segala usaha
and
in
Malay
Dato’ Bentara Luar) was a man
of great versatility. Among his
hobbies was music of all
sorts….He
brought
Malay
music, including the Ghazal, to
the area in Johore…Most
members of his families of the
old Datos in Johore, have
retained an interest in music,
especially the Ghazal. His
grandson, the late Colonel Musa
of the old Johore Military Force
was one of the finest exponents
of the Ghazal.
Dalam hal ini terlihat jelas
bahwa minat Pak Lomak terhadap
musik Ghazal amat mendalam. Boleh
dikatakan Pak Lomak sanggup pergi
kemana
untuk
mengetahui
lebih
banyak lagi tentang seluk beluk musik
Ghazal ini. Malah apa saja yang
India
seperti
Tabla
yang
disesuaikan
ke
dalam
dan
musik
pembelajarannya itu dilakukan dengan
bersungguh-sungguh. Hal ini jelas
dapat dilihat dalam melalui tulisan Pak
Lomak sendiri yang terungkap di
dalam
autobiografinya.
Dalam
autobiografi ini, antara lain Pak Lomak
menulis:
Berlagu seperti Maulud Melayu,
berzanji berqasidah lagu-lagu
Arab semuanya itu saya campuri
dan permainan bunyi-bunyian
dan nyanyian seperti muzik
Ghazal Melayu, zapin Arab
hingga nyanyian dan bunyian
Cina dan Jepun itu pun saya
campuri juga. Ada juga saya
karangkan lagu-lagu joget dan
lagu-lagu zapin. Tetapi lagulagu Ghazal Melayu yang lebih
banyak, menurut rentak senjut
secara Hindustan (1978:28)
108
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015
Segala
kemahiran
ilmu
dan
pengetahuan,
pengalaman
yang
persembahan kumpulannya. Selain itu,
Pak Lomak juga pernah memimpin
terhimpun dalam diri Pak Lomak itu
kumpulan
dicurahkan dalam usahanya untuk
ditumbuhkan ketika beliau bertugas
memperkembangkan
sebagai
musik
Ghazal
Ghazal
di
seorang
Muar
pegawai
yang
tentera
Johor, terutama melalui penumbuhan
berpangkat Mayor di dalam Pasukan
kumpulan-kumpulan Ghazal di daerah-
Askar Negeri Johor yang berpangkalan
daerah
seluruh
Sesungguhnya
tokoh
negeri
Johor.
di Tanjung Ketapang, Muar. Usaha Pak
Lomak
adalah
Lomak
Pak
yang
bertanggungjawab
menyebar-luaskan
musik
Ghazal
menumbuhkan
kumpulan-
kumpulan Ghazal menyebabkan seni
musik
Ghazal
tersebar
luas
dan
Melayu sehingga akhirnya musik ini
mendapat sambutan hangat daripada
diterima sebagai salah satu cabang
masyarakat
kesenian Melayu yang menjadi hak
merupakan satu perkembangan yang
rakyat
menarik.
dan
negeri
Johor.
Dalam
hubungan ini, usaha menyebarkan
dikatakan
amat
di
berkesan.
setiap
daerah
Bagi
Hal
meningkatkan
ini
lagi
perkembangan musik Ghazal.
musik Ghazal secara meluas ke daerahdaerah ini
tempatan.
Dengan
semangat
juang
Boleh
mempertahankan hidup group musik
yang
Melayu Ghazal sampai sekarang tetap
menubuhkan kumpulan Ghazal, Pak
rutin
Lomak pernah menjadi pemimpinnya.
bermain
Usaha Pak Lomak bermula dengan
menambah dokumentasi lagu yang ada
penumbuhan Ghazal di Johor Bahru
dalam group Ghazal di Penyengat
pada
tersebut.
tahun
1906.
Beberapa
melakukan
pembenahan
jenis-jenis
Sehingga
lagu
dan
untuk
keberadaannya
pembaharuan telah dilakukan dalam
membawa hasil bagi personil-personil
kumpulan
yang
Ghazal
ini,
termasuk
ikut
bermain
dan
bagi
mendendangkan lagu-lagu berirama
perkembangan musik Melayu Ghazal.
Parsi dan Hindustan bersama-sama
Saat sekarang group Ghazal yang ada
dengan lagu-lagu Ghazal Melayu serta
di
penggunaan
ditampilkan pada upacara adat dan
tambahan
Tabla
yang
sebagai
digunakan
alat
Desa
Pulau
Penyengat
selalu
dalam
109
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015
menyambut tamu daerah, seperti yang
harus diterima, atau dilupakan dan mati
terlihat pada gambar di bawah ini :
(Bahar,1998:6).
Sesuai dengan uraian di atas musik
Melayu
Ghazal
di
Desa
Pulau
Penyengat saat ini pertumbuhan dan
perkembangannya sangat terang dan
mendapat perhatian dari masyarakat
dan pemerintah setempat (Afrizal.
Gambar.1
Ketika Acara Pesta Perkawinan Keluarga
Husnizar Hood
(Foto: Repro. Husnizar Hood, 2007)
Wawancara, 26 Mei 2004).
Dalam konteks terakhir ini penulis
mencoba
memperhatikan
adanya
kesadaran masyarakat tentang musik
Melayu Ghazal yang ada di Desa Pulau
Penyengat tersebut. Sebagaimana yang
dijelaskan oleh Dieter Mack, yaitu:
“Proses
perkembangan
berkesinambungan
dari
yang
zaman
ke
zaman” artinya sebagai suatu proses
yang senantiasa menyebabkan atau
Gambar 2.
Tabla (Gendang dua) dari India
(Foto: Asri, 2007)
Perkembangan
Ghazal
Musik
mengalami perubahan. Perlu dijelaskan
pengertian (perkembangan-perubahan)
Melayu
Bruno Nettl, dari University of Illinoisini
memprediksi,
bahwa
musik (kesenian) rakyat, sebagaimana
kesenian
Melayu
tradisional
pada
masyarakat
sesungguhnya masyarakat Melayu di
Sebagaimana pakar etnomusikologi
Amerika
sebagaimana
masyarakat
umumnya
akan
menghadapi dua kemungkinan yaitu:
Desa Pulau Penyengat. Masyarakat di
Desa Pulau Penyengat memandang
dunia ini dengan konsep ideal tentang
perubahan. Pepatah seperti dikutip
pada Mahdi Bahar, dalam makalah,
Peranan
Budaya
Melayu
untuk
Dinamika Budaya Bangsa, 1998. dapat
dijadikan rujukan “Sekali air besar,
110
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015
sekali tepian beranjak, sekali musim
diubah, yang mana tidak boleh diubah.
bertukar sekali cara berganti, yang ada
Dapat kita sadari bahwa dalam konteks
berubah tidak” Patah tumbuh hilang
pertumbuhan dan perkembangan musik
berganti, pusaka lama begitu jua,
Melayu
pandangan ini merupakan pancaran
Penyengat berada dalam pertumbuhan
dari
tingkat
yang sangat cemerlang, karena pada
abstraksinya lebih tinggi ialah “alam
saat sekarang musik Melayu Ghazal
terkembang jadi guru (Bahar, 1992:4).
tersebut
pandangan
yang
Berdasarkan hal di atas terlihatlah
yang
paling
mendasar
dalam
Ghazal
di
selalu
dibenahi
Desa
Pulau
diperhatikan
oleh
dan
masyarakat
pendukungnya.
masyarakat Melayu di Desa Pulau
Penyengat untuk berhadapan dengan
kehidupan. Sadar akan perubahan dan
oleh sebab itu perlu pula perubahan.
Seperti
yang
diungkapkan
Fungsi dan Guna Musik Melayu
Ghazal
Dalam hal ini harus diperjelas
oleh
bahwa fungsi dan guna mempunyai
Ginanjar Kartasasmita mengemukakan
konsep yang berbeda dan nama yang
konsepnya tentang perubahan “bahwa
berbeda,
perombakan
ingin
kekeliruan tentang dua hal tersebut.
dilakukan tidak perlu bersifat total,
Hal ini, Herkovit dalam Alan P.
bahkan ada nilai-nilai yang ingin
Merriam
dipertahankan, yang diyakini tidak
tentang fungsi. Fungsi bagaimanapun
lekang karena panas atau lapuk karena
merupakan yang agak berbeda suatu
hujan.
hasil pemikiran yang analitis yang
budaya
yang
Dalam hal ini masyarakat Melayu
diambil
di
sini
sering
mengemukakan
dari
terjadi
pendapat
masyarakat,
ketika
di Desa Pulau Penyengat mengetahui
berbicara kegunaan musik kita kembali
tentang nilai-nilai yang tidak lekang
kepada dimana musik dipakai dalam
karena panas atau tidak lapuk karena
masyarakat, setiap harinya atau pada
hujan. Pada hakikatnya jelaslah bahwa
saat-saat
masyarakat tersebut dapat menilai
musik
tentang
digabung dengan aktifitas lainnya.
perubahan,
dan
membuat
tertentu,
secara
baik
tersendiri
pemakaian
maupun
kesadaran yang mana bisa dan harus
111
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015
Tetapi fungsi musik itu tidak selalu
Untuk
menjaga
hubungan
diakui oleh mereka. Dapat terjadi
dengan Allah (Hablum minallah) dan
bahwa
fungsi-fungsi
musik
dalam
hubungan dengan manusia (Hablum
sebuah
masyarakat
tidak
bisa
minannas). Hal ini dapat dirasakan
dimengerti oleh anggota masyarakat
semakin
itu, tetapi harus diungkapkan oleh
penghayatan pemain terhadap syair-
peneliti dari luar.
syair yang dibawakan semakin banyak
Berdasarkan keterangan di atas
maka penulis dapat mengetahui secara
dalam
pemahaman
dan
ajaran yang dikuasai, dan semakin
tinggi ketakutan kepada Allah.
langsung dari fakta yang didapat di
Kegunaan
musik
Melayu
Desa Pulau Penyengat tentang musik
Ghazal bisa menjadi dua bagian dalam
Melayu Ghazal tersebut.
masyarakat Melayu di Desa Pulau
Fungsi Pengungkapan Emosional
Penyengat yaitu: upacara adat dan
Musik mempunyai daya yang
besar
sebagai
sarana
bentuk
agama.

Adat
pengungkapan perasaan dan emosi
1. Acara pernikahan
para pendengarnya,
2. Penyambutan tamu seperti
Fungsi Hiburan
Gubernur/Bupati dan lain-
Pada setiap masyarakat dunia
lain
musik berfungsi sebagai alat hiburan.

Fungsi Kenikmatan Estetis
Masalah
Agama
dalam
1. Acara besar Islam seperti
merespek musik bukanlah hal yang
memeriahkan hari Nuzul
mudah.
Al-Qur’an
Karena
estetis
3. Sunatan
mengandung
pandangan pada kreator dan yang
2. Untuk menyambut Maulid
merenungkan (pemikir) dan kalau itu
Nabi Muhammad SAW
memang
dipertimbangkan
sebagai
3. Untuk memeriahkan hari
fungsi musik yang utama maka harus
lebaran,
dapat didemonstrasikan pada budaya
biasanya siang hari dari jam
lain yang lain dari luar budaya kita.
10.00 pagi sampai dengan
Fungsi Komunikasi
11.00 malam.
pertunjukan
112
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015
Berdasarkan hal di atas dapat kita
upacara
ajukan pertanyaan bagaimanakah kita
upacara
menyikapi musik Melayu Ghazal untuk
Tilawatil Qur’an. Dalam contoh yang
pembangunan di masa mendatang,
lebih kecil lingkupnya daripada itu
apabila kita melihat dua budaya status
misalnya adalah: Ada satu fenomena
kesenian (seni pertunjukan) dalam
saat ini (terutama di Desa Pulau
masyarakat Melayu di Desa Pulau
Penyengat) bahwa dalam keluarga
Penyengat
tertentu dalam acara peresmian upacara
sebagaimana
telah
tersebut,
pembukaan
dibicarakan terdahulu sebagai model
perkawinan
artinya:
memposisikan
Statusnya
ialah
kesenian
merupakan bagian dari adat (ritual)
sekelompok masyarakat, maka kita
akan
dapat
dikatakan
misalnya
dalam
Musabakah
keluarganya,
pertunjukan
musik
Melayu Ghazal.
Di tengah masyarakat Melayu di
“berbuat”
Desa Pulau Penyengat pertunjukan
(menambah-berguna) apabila mampu
musik Melayu Ghazal biasanya selalu
membuat
memberikan
model
serupa
dalam
sesuatu
jangkauan yang lebih luas,
yang
menyenangkan,
tentunya
tetap
gembira masyarakat Melayu di Desa
niscahaya
memperhitungkan
intensifikasinya.
Pulau
dan
yang
Penyengat
dengan
rasa
berkumpul
dan
Dengan perkataan “modern” berbuat
menyaksikan, dapat dilihat bagaimana
sesuatu yang orientasinya berakhir
masyarakat
pada terbentuk budaya baru kesenian
menginterpretasikan
dalam suatu sistem atau sub-sistem
kebudayaan tersebut dengan fungsi dan
budaya.
guna seperti yang diungkapkan oleh
Fenomena
dalam
konteks
pembicaraan ini dapat dilihat sekarang
misalnya:
pendukungnya
sebuah
Sidi Gazalba, kesenian adalah usaha
untuk
membentuk
kesenangan,
kesenangan adalah salah satu naluri
hampir
setiap
upacara
pembukaan
event
yang
bertarap
asasi atau kebutuhan asasi manusia.
Kabupaten,
Propinsi,
apalagi
Dengan demikian kesenian terkait
memposisikan
dengan manusia, seperti juga agama,
Nasional
cenderung
dan
musik Melayu Ghazal ini sebagai
bagian dari suatu sistem pembukaan
sosial, ekonomi, berpikir, pengetahuan
kerja, karena itu dalam sejarah umat
113
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015
manusia dari dahulu ketika poyang
manusia yang amat bersahaja tinggai di
goa-goa, sampai kini ketika orangorang modern tinggal di udara, di
pencakar
berfungsi
langit,
dalam
selalu
kesenian
kebudayaannya
KEPUSTAKAAN
Banoe, Pono. (2003), Kamus Musik,
Kanisius, Yogyakarta.
Bos, Paula. R. (1995), “Musik Sebagai
Interpretasi
Kebudayaan:
Beberapa Aspek Musik Foi
Meze Desa Roa, Ngada, Flores,
dalam Jurnal MSPI, Surakarta.
Brandon, James R. (2003), Jejak-jejak
Seni Pertunjukan di Asia
Tenggara, terj. Soedarsono,
P4ST UPI, Bandung.
Djelantik, A.A.M. (1999). Estetika :
Sebuah Pengantar, MSPI,
Bandung.
Ismail. ”Masyarakat
Budaya Melayu.
Merriam, Alan P., (1964), The
Anthropology of Music, North
Western University Press.
NN, 1990. ”Mengibarkan Panji-panji
Budi, Daya dan Karsa” (Pekan
Budaya Daerah Riau).
(Gazalba, 301).
Hamid,
Liang Gie, The, (1996), Filsafat Seni,
Sebuah
Pengantar,
Pusat
Belajar Ilmu Berguna (PUBIB)
Yogyakarta.
dan
Jurnal Pengetahuan dan Penciptaan
Seni, (2003), IX/ 02-03, BP ISI
Yogyakarta
Kayam, Umar, (1981), Seni, Tradisi,
Masyarakat, Penerbit Sinar
Harapan, Jakarta.
Koentjaraningrat, (1986), Pengantar
Ilmu Antropologi, Aksara Baru,
Jakarta.
Sutrisno, Mudji dan Hendar Putranto,
(2005),
Teori-teori
Kebudayaan,
Penerbit
Kanisius, Yogyakarta.
Sachari, Agus, 2002, Estetika: Makna,
Simbol dan Daya, Penerbit
ITB, Bandung.
Sedyawati, Edi (ed). (1983), Seni
Dalam Masyarakat Indonesia,
PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Sp.,Soedarso, 2006, Trilogi Seni:
Penciptaan, Eksistensi dan
Kegunaan Seni, Badan Penerbit
ISI Yogyakarta, Yogyakarta.
Soedarsono, R.M. (2002), Seni
Pertunjukan Indonesia di Era
Globalisasi, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Sumardjo, Jacob. (2000), Filsafat Seni,
Penerbit ITB, Bandung.
Tim Penyusun. (2002), Kamus Besar
Bahasa
Indonesia,
Balai
Pustaka, Jakarta.
114
Indeks Nama Penulis
JURNAL EKSPRESI SENI PERIODE TAHUN 2011-2015
Vol. 13-17, No. 1 Juni dan No. 2 November
Admawati, 15
Ahmad Bahrudin, 36
Alfalah. 1
Amir Razak, 91
Arga Budaya, 1, 162
Arnailis, 148
Asril Muchtar, 17
Asri MK, 70
Delfi Enida, 118
Dharminta Soeryana, 99
Durin, Anna, dkk., 1
Desi Susanti, 28, 12
Dewi Susanti, 56
Eriswan, 40
Ferawati, 29
Hartitom, 28
Hendrizal, 41
Ibnu Sina, 184
I Dewa Nyoman Supanida, 82
Imal Yakin, 127
Indra Jaya, 52
Izan Qomarats, 62
Khairunas, 141
Lazuardi, 50
Leni Efendi, Yalesvita, dan Hasnah
Sy, 76
Maryelliwati, 111
Meria Eliza, 150
Muhammad Zulfahmi, 70, 94
Nadya Fulzi, 184
Nofridayati, 86
Ninon Sofia, 46
Nursyirwan, 206
Rosmegawaty Tindaon,
Rosta Minawati, 122
Roza Muliati, 191
Selvi Kasman, 163
Silfia Hanani, 175
Sriyanto, 225
Susandra Jaya, 220
Suharti, 102
Sulaiman Juned, 237
Wisnu Mintargo, dkk., 115
Wisuttipat, Manop, 202
Yuniarni, 249
Yurnalis, 265
Yusril, 136
JURNAL EKSPRESI SENI
Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
ISSN: 1412–1662 Volume 17, Nomor2,November 2015
Redaksi Jurnal Ekspresi Seni
Mengucapkan terimakasih kepada para Mitra Bebestari
1. Dr. St. Hanggar Budi Prasetya ( Institut Seni Indonesia Yogyakarta)
2. Dr. G. R. Lono Lastoro Simatupang, M.A ( Universitas Gajah MadaYogyakarta)
3. Dr. Sri Rustiyanti, S.Sn., M.Sn ( Institut Seni Budaya Indonesia Bandung)
EKSPRESI SENI
Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni
Redaksi menerima naskah artikel jurnal dengan format penulisan sebagai berikut:
1. Jurnal Ekspresi Seni menerima sumbangan artikel berupa hasil penelitian
atau penciptaan di bidang seni yang dilakukan dalam tiga tahun terakhir,
dan belum pernah dipublikasikan di media lain dan bukan hasil dari
plagiarisme.
2. Artikel ditulis menggunakan bahasa Indonesia dalam 15-20 hlm (termasuk
gambar dan tabel), kertas A4, spasi 1.5, font times new roman 12 pt,
dengan margin 4cm (atas)-3cm (kanan)-3cm (bawah)-4 cm (kiri).
3. Judul artikel maksimal 12 kata ditulis menggunakan huruf kapital (22 pt);
diikuti nama penulis, nama instansi, alamat dan email (11 pt).
4. Abstrak ditulis dalam dua bahasa (Inggris dan Indonesia) 100-150 kata
dan diikuti kata kunci maksimal 5 kata (11 pt).
5. Sistematika penulisan sebagai berikut:
a. Bagian pendahuluan mencakup latar belakang, permasalahan,
tujuan, landasan teori/penciptaan dan metode penelitian/penciptaan
b. Pembahasan terdiri atas beberapa sub bahasan dan diberi sub judul
sesuai dengan sub bahasan.
c. Penutup mengemukakan jawaban terhadap permasalahan yang
menjadi fokus bahasan.
6. Referensi dianjurkan yang mutakhir ditulis di dalam teks, footnote hanya
untuk menjelaskan istilah khusus.
Contoh: Salah satu kebutuhan dalam pertunjukan tari adalah
kebutuhan terhadap estetika atau sisi artistik. Kebutuhan
artistik melahirkan sikap yang berbeda daripada pelahiran
karya tari sebagai artikulasi kebudayaan (Erlinda,
2012:142).
Atau:
Mengenai pengembangan dan inovasi terhadap tari
Minangkabau yang dilakukan oleh para seniman di kota
Padang, Erlinda (2012:147-156) mengelompokkan hasilnya
dalam dua bentuk utama, yakni (1) tari kreasi dan ciptaan
baru; serta (2) tari eksperimen.
7. Kepustakaan harus berkaitan langsung dengan topik artikel.
Contoh penulisan kepustakaan:
Erlinda. 2012. Diskursus Tari Minangkabau di Kota Padang:
Estetika, Ideologi dan Komunikasi. Padangpanjang: ISI
Press.
Pramayoza, Dede. 2013(a). Dramaturgi Sandiwara: Potret Teater
Populer dalam Masyarakat Poskolonial. Yogyakarta:
Penerbit Ombak.
_________. 2013(b). “Pementasan Teater sebagai Suatu Sistem
Penandaan”, dalam Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian &
Penciptaan Seni Vol. 8 No. 2. Surakarta: ISI Press.
Simatupang, Lono. 2013. Pergelaran: Sebuah Mozaik Penelitian Seni
Budaya. Yogyakarta: Jalasutra.
Takari, Muhammad. 2010. “Tari dalam Konteks Budaya Melayu”,
dalam Hajizar (Ed.), Komunikasi Tradisi dalam Realitas
Seni Rumpun Melayu. Padangpanjang: Puslit & P2M ISI.
8. Gambar atau foto dianjurkan mendukung teks dan disajikan dalam format
JPEG.
Artikel berbentuk soft copy dikirim kepada :
Redaksi Jurnal Ekspresi Seni ISI Padangpanjang, Jln. Bahder Johan. Padangpanjang
Artikel dalam bentuk soft copy dapat dikirim melalui e-mail:
[email protected]
Download