JURNAL EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni ISSN: 1412–1662 Volume 17, Nomor1,Juni 2015,hlm.1-164 Terbit dua kalisetahun pada bulan Juni dan November.Pengelola Jurnal Ekspresi Seni merupakan sub-sistemLPPMPPInstitut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang. Penanggung Jawab Rektor ISI Padangpanjang Ketua LPPMPP ISI Padangpanjang Pengarah KepalaPusat Penerbitan ISI Padangpanjang Ketua Penyunting AfrizalHarun Tim Penyunting Elizar Sri Yanto Surherni Adi Krishna Emridawati Harisman Rajudin Penterjemah Novia Murni Redaktur Saaduddin Liza Asriana Ermiyetti Tata Letak danDesainSampul Yoni Sudiani Web Jurnal Ilham Sugesti ______________________________________________.________________________________ _ Alamat Pengelola Jurnal Ekspresi Seni:LPPMPP ISI Padangpanjang Jalan Bahder Johan Padangpanjang27128, Sumatera Barat; Telepon(0752) 82077 Fax. 82803; e-mail; [email protected] Catatan.Isi/Materi jurnal adalah tanggung jawab Penulis. Diterbitkan Oleh Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang i JURNAL EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni ISSN: 1412–1662 Volume 17, Nomor1,Juni 2015,hlm.1-164 DAFTAR ISI PENULIS JUDUL HALAMAN Hasan Saaduddin Fungsi Sandiwara Amal di Masyarakat Desa Pulau Belimbing, Kec Bangkinang Barat, Kab Kampar Provinsi Riau. 1- 19 Fridolin L. Muskitta Kehidupan Musik Tahuri Masyarakat Negeri Hutumuri, Kecamatan Leitimur Selatan, Kotamadya Ambon dalam Konteks Budaya 20– 40 Dewi Susanti Penerapan Metode Penciptaan Alma Hawkins dalam Karya Tari Gundah Kancah 41– 56 Hardi Karakteristik Karya Tari Syofyani dalam Berkreativitas Tari Minangkabau di Sumatera Barat 57–70 Nicolson Roxi Thomas Eksplorasi Pasir Sebagai Teknik City Scape Lukisan 71– 82 Feri Firmansyah Bentuk dan Struktur Musik Batanghari Sembilan 83 – 102 Asri Musik Melayu Ghazal Riau Dalam Kajian Estetika 103–114 Misselia Nofitri Bentuk Penyajian Tari Piring Di Daerah Guguak Pariangan Kabupaten Tanah Datar 115–128 Riki Rikarno Film Dokumenter Sebagai Sumber Belajar Siswa 129–149 Muhammad Zulfahmi Fungsi Musikal Dedeng Pada Masyarakat Etnik Melayu Langkat Propinsi Sumatera Utara 150-164 _______________________________________________________________________ Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 49/Dikti/Kep/2011 Tanggal 15 Juni 2011 Tentang Pedoman Akreditasi Terbitan Berkala Ilmiah. Jurnal Ekspresi Seni Terbitan Vol. 17, No. 1 Juni 2015 Memakaikan Pedoman Akreditasi Berkala Ilmiah Tersebut. ii MUSIK MELAYU GHAZAL RIAU DALAM KAJIAN ESTETIKA Asri Prodi Musik Akademi Kesenian Melayu Riau (AKMR)-Pekanbaru [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap musik Melayu Ghazal yang ada di Riau dan Desa Pulau Penyengat. Penelitian mengungkap konsep tentang Estetika, latar belakang keberadaan, fungsi musik Melayu Ghazal dalam masyarakat dan bagaimana ketertarikan masyarakat terhadap musik tersebut, ditinjau dari estetika. Penelitian ini mengunakan metode kualitatif yang didukung oleh data kuantitatif dengan metode deskriftif analisis. Musik Melayu Ghazal didominasi oleh instrumen seperti: Harmonium, Tabla, Marakas, Gitar, dan Biola, musik Melayu Ghazal yang mempunyai unsur Melodi, harmoni, Ritme dan nada. Kemudian dari pada itu estetika adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, yang mempelajari semua aspek dari apa yang kita sebut “ke-indahan”. Hasil penelitian dan pembahasannya, menunjukan bahwa musik Melayu Ghazal jika dihayati dengan sungguh-sungguh akan dapat dirasakan keindahan irama seninya yang lembut dan mendayu-dayu, serta dengan tersusunnya harmoni yang apik atau melodi yang menyentuh perasaan atau jiwa dalam diri seseorang Kata Kunci: Ghazal, Melayu, Estetika ABSTRACT This study aims to reveal the Malay music Ghazal in Riau and Biting Island Village. Studies reveal the concept of Aesthetics, a background presence, Malay Ghazal music function in society and how people's interest in music, in terms of aesthetics. This research uses qualitative methods supported by quantitative data with descriptive method of analysis. Malay music Ghazal dominated by instruments such as Harmonium, Tabla, Maracas, guitar, and violin, Ghazal Malay music that has elements of melody, harmony, rhythm and tone. After these aesthetics is the study of everything related to beauty, which is studying all aspects of what we call "to-beauty". Results of research and discussion, showed that the Malay music Ghazal if lived in earnest will be felt the mesmerizing beauty of his art soft and lilting, and the drafting of a slick harmonies or melodies that touch the feeling or soul in a person. Keywords: Ghazal, Malay, Aesthetics tidak akan pernah lepas dari dan PENDAHULUAN Musik merupakan milik setiap insan berbagai yang dapat interpretasi pendengarnya. umumnya pada seni musik khususnya. menimbulkan Ciptaan seni pada hakekatnya adalah puitis kesemua pengalaman fantasi. Kehidupan bagi manusia 103 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 Musik berkembang perkembangan zaman, sesuai terhadap semua daerah karena melingkupinya, maupun secara khusus dipengaruhi watak manusia itu sendiri etnik yang senantiasa mencari sesuatu yang perkembangannya. Dewasa ini Riau baru. terjadi berangan-angan menjadikan daerahnya melalui eksplorasi dan eksperimen. pusat seni budaya Melayu, untuk Dalam karya seni, musik berubah mewujudkan cita-cita tersebut, tentu bukan hanya karena tradisi atau trend tidak akan bermakna hanya bergejolak faham (ideologi seni), tetapi musik di angan-angan, sementara pemeritah selalu mengembara mencari sesuatu setempat berupa akan penelitian-penelitian tersebut, dalam mengganti makna yang sudah ada, usaha mengarah kepada kajian-kajian makna-makna pengganti akan muncul kesenian dan menghancurkan upaya kita untuk dikatakan amat langka adanya. Perkembangan dapat makna-makna yang membuat dunia baru yang stabil dan baku, makna-makna tidak mendukung Melayu (musik), daerah untuk boleh Ghazal adalah musik Melayu akan dengan gaya Hindustan yang disebut liberalisasi sebagai musik gamat adapun alat (pembebasan) bunyi dan prinsip formal musik yang dipakai adalah alat musik estetika bunyi (musik) yang telah Hindustan seperti: Syarenggi, Sitar, berlangsung ratusan tahun lamanya. Harmonium dan tabla. Orang Melayu membentuk itu pembagian yang konsep Dapat dipahami dalam dapat menerima musik ini karena ada musik Melayu hubungannya dengan unsur keagamaan Ghazal masyarakat berupaya menggali seperti lagu yang memuji kebesaran seni dan budaya hingga tidak dapat Nabi Muhammad, dan sebagainya. dipisahkan dari upaya pelestariannya. Sejalan dengan sejarah perkembangan mengembangkan Salah satu dari Rumpun budaya musik ini sekarang berubah bentuk Melayu tersebut mempunyai ciri yang menjadi musik popular. Alat musik khas, seperti termasuk juga tari, teater rakyat, Hindustan yang dipakai dalam musik diantaranya musik. ini dan masih bertahan sampai Musik Melayu mempunyai kekhasan sekarang adalah Harmonium dan tabla. tersendiri Sedangkan alat musik syarenggi pada baik secara menyeluruh 104 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 saat sekarang telah digantikan dengan syairnya biola dan sitar digantikan dengan alat bahasa Melayu. Sekarang ghazal amat musik populer Gambus. Sesuai dengan saja di dinyanyikan daerah dalam Melayu Riau perkembangannya pada saat sekarang umumnya dan Desa Pulau Penyengat alat musik Gitar sudah dipakai dalam khususnya. musik Ghazal (Kadir, 1988: 91). Pada mulanya musik Melayu Ismail Hamid dalam “Masyarakat ghazal ini dan Budaya Melayu” menjelaskan Melayu asli Ghazal adalah sejenis puisi Arab yang dikerjakan di Istana Raja, dan dalam bercorak perkembangan percintaan. Oleh sebab mengiringi yang lagu-lagu aransemennya selanjutnya adanya pengaruh Persia dan Romawi, dipergunakan pula untuk mengiringi Ghazal ini berkembang menjadi sejenis lagu-lagu rakyat. nyanyian dengan iringan musik yang Sebagai salah satu bagian yang amat populer pada zaman Umaiyah. penting dari kebudayaan, kesenian Salah seorang tokoh Ghazal yang adalah dikenal ialah Umar bin Ruba’ah. kebudayaan itu sendiri. Masyarakat Kemudian Ghazal berkembang ke yang Persia dan India. Dari India nyanyian dengan Ghazal dibawa ke alam Melayu dan mencipta, memberi peluang untuk diterima sebagai salah satu rentak lagu- bergerak, lagu asli dalam masyarakat Melayu mengembangkan (Hamid, 1991:164). mencipta Musik Melayu ghazal sering ungkapan kreativitas menyangga dari kebudayaan demikian juga memelihara, kesenian menularkan, untuk kebudayaan dan kemudian baru lagi (Kayam, 1981:39). Dengan kata lain dinyanyikan dengan iringan musik setiap yang seperti: mengalami perubahan, ia tidak statis syarenggi, sitar, harmonium dan tabla. dan cenderung bersifat dinamis. Hal ini Sekarang berbagai perubahan telah sesuai dengan pernyataan Haviland terjadi terhadap musik Melayu ghazal yang tersebut, lagu-lagu ghazal sudah mulai waktu mengikuti bentuk, tempo, dan lirik berubah sebagai tanggapan atas hal-hal lagu-lagu Arab dan Hindustan, cuma seperti masuknya orang luar, atau memakai instrumen kebudayaan menyebutkan tertentu akan dalam semua selalu jangka kebudayaan 105 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 terjadinya modifikasi perilaku dan “Sekali nilai-nilai beranjak, sekali musim bertukar sekali di dalam kebudayaan (Haviland, 2005:351). Berubahnya air besar, sekali tepian cara berganti, yang adat berubah kebudayaan yang tidak”. Patah tumbuh hilang berganti, disebabkan oleh masuknya pengaruh pusaka lama begitu jua, pandangan ini dari luar (akulturasi) atau terjadinya merupakan pancaran dari pandangan modifikasi perilaku dan nilai-nilai di yang tingkat abstraksinya lebih tinggi dalam ialah “Alam terkembang jadi guru” kebudayaan seperti yang disebutkan Haviland dapat dilihat pula dalam perkembangan kesenian (Bahar, 1992:4). di Berdasarkan hal di atas Indonesia umumnya dan Desa Pulau terlihatlah yang paling mendasar dalam Penyengat khususnya. masyarakat melayu setempat untuk Sebagaimana pakar berhadapan dengan kehidupan. Sadar dari akan perubahan dan oleh sebab itu University of Illionois-Amerika ini perlu pula perubahan seperti yang memprediksi, bahwa musik (kesenian) diungkapkan rakyat, Kartasasmita etnomusikologi Bruno Nettl, sebagaimana kesenian oleh Ginanjar mengemukakan tradisional Melayu pada umumnya konsepnya tentang perubahan “bahwa akan menghadapi dua kemungkinan perombakan yaitu: harus diterima, atau dilupakan dilakukan tidak perlu bersifat total, dan mati (Bahar, 1992: 6). bahkan ada nilai-nilai yang ingin Perlu dijelaskan pengertian budaya yang ingin dipertahankan, yang diyakini tidak (perkembangan-perubahan) lekang karena panas atau lapuk karena sebagaimana yang diungkapkan oleh hujan. (Bahar, 1992:5). Dalam hal ini masyarakat masyarakat melayu setempat setempat mengetahui memandang dunia ini dengan konsep tentang nilai-nilai yang tidak lekang ideal Pepatah karena panas atau tidak lapuk karena seperti dikutip pada Mahdi Bahar, hujan. Pada hakikatnya jelaslah bahwa dalam Melayu tentang perubahan. makalah, untuk Peranan Budaya masyarakat tersebut dapat menilai Dinamika Budaya tentang perubahan, dan membuat Bangsa, 1988. Dapat dijadikan rujukan 106 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 kesadaran yang mana bisa dan harus Kementerian Kebudayaan Belia dan diubah, yang mana tidak boleh diubah. Sukan Malaysia pada tahun 1978, ia Berbicara mengenai kondisi mengungkapkan salah seorang tokoh perkembangan musik Melayu ghazal Ghazal yang amat populer di Johor dahulu, Malaysia kini dan masa depan, yaitu Pak Lomak, ia sesungguhnya merupakan kontinum merupakan seorang tokoh yang digelar budaya. yang sebagai Bapak Ghazal Melayu Johor yang atau Pendeta Ghazal Melayu Johor. dimaksud Artinya, bukanlah budaya sesuatu berhenti, melainkan sebuah proses Justeru yang terus berjalan melewati interval perkembangan musik Ghazal Johor waktu masa lalu dan masa depan. tidak lengkap sekiranya tidak dikaitkan Dalam rentang waktu yang demikian dengan nama Pak Lomak. Sebenarnya panjang musik Melayu ghazal tersebut sumbangan mampu pembangunan memberikan yang terbaik untuk masyarakatnya. perbincangan Pak tentang Lomak negeri dalam Johor tidak terbatas dalam perkembangan seni musik Ghazal semata-mata. Beliau PEMBAHASAN juga adalah seorang pegawai tentera Latar Belakang dan Musik Melayu Ghazal Asal-Usul Negeri Johor (Johore Military Force) Ghazal berasal dari Bahasa Arab, yang berarti keganjilan. yang berdedikasi dalam Pasukan Askar Berkaitan berpangkat Letnan Kolonel di bawah pimpinan Seri Paduka Baginda Sultan dengan komposisi musiknya, pada Ibrahim, kenyataannya penggiat drama bangsawan yang gigih, hitungan-hitungan memang yang banyak jatuh penulis pentadbir dan ahli yang bahasa berjaya, yang temponya ganjil. Mungkin, karena berwibawa. Sehingga akhir hayatnya ganjil inilah maka musik Ghazal tetap Pak Lomak adalah Setiausaha Pakatan menjadi misteri yang harus tetap digali Bahasa Melayu Persuratan Buku Diraja kekayaan, dan keunikannya itu. (Batam Johor (PBMPB) di bawah pimpinan Pos,11 Nov 2006). Mejar Dato’ Haji Mohd Said Sulaiman. Menurut Mohd. Ishak Abdul Aziz dalam tulisannya yang diterbitkan oleh Jawatan-jawatan lain yang pernah disandang oleh Pak Lomak termasuk 107 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 Komandan Pasukan Askar Negeri Johor. dikaitkan dengan musik dipelajarinya tanpa mengerti arti jemu. Beliau Dapatlah dikatakan bahwa Pak Lomak adalah pewaris melanjutkan pernah merantau ke India memperlajari yang musik, dan kembali ke negeri Melayu kesinambungan Johor dengan membawa berbagai alat perkembangan Ghazal di negeri Johor musik daripada datuknya, tak ubah bagaikan Harmonium kuah tumpah ke nasi. Dalam hubungan penggunaannya ini, Dato’ Abdullah Mohamed dalam Ghazal Melayu. Tidak ketinggalan tulisannya The Ghazal in Arabic juga, Pak Lomak memperlajari cara- Literature Music cara bermain berbagai alat musik di (Malaysia in History, Jilid 14, Oktober samping itu ia juga belajar menyanyi 1971, Persatuan Sejarah Malaysia) yang berirama Hindustan, Parsi, Cina, antara lain menyatakan: Jepang dan lain-lain lagi. Segala usaha and in Malay Dato’ Bentara Luar) was a man of great versatility. Among his hobbies was music of all sorts….He brought Malay music, including the Ghazal, to the area in Johore…Most members of his families of the old Datos in Johore, have retained an interest in music, especially the Ghazal. His grandson, the late Colonel Musa of the old Johore Military Force was one of the finest exponents of the Ghazal. Dalam hal ini terlihat jelas bahwa minat Pak Lomak terhadap musik Ghazal amat mendalam. Boleh dikatakan Pak Lomak sanggup pergi kemana untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang seluk beluk musik Ghazal ini. Malah apa saja yang India seperti Tabla yang disesuaikan ke dalam dan musik pembelajarannya itu dilakukan dengan bersungguh-sungguh. Hal ini jelas dapat dilihat dalam melalui tulisan Pak Lomak sendiri yang terungkap di dalam autobiografinya. Dalam autobiografi ini, antara lain Pak Lomak menulis: Berlagu seperti Maulud Melayu, berzanji berqasidah lagu-lagu Arab semuanya itu saya campuri dan permainan bunyi-bunyian dan nyanyian seperti muzik Ghazal Melayu, zapin Arab hingga nyanyian dan bunyian Cina dan Jepun itu pun saya campuri juga. Ada juga saya karangkan lagu-lagu joget dan lagu-lagu zapin. Tetapi lagulagu Ghazal Melayu yang lebih banyak, menurut rentak senjut secara Hindustan (1978:28) 108 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 Segala kemahiran ilmu dan pengetahuan, pengalaman yang persembahan kumpulannya. Selain itu, Pak Lomak juga pernah memimpin terhimpun dalam diri Pak Lomak itu kumpulan dicurahkan dalam usahanya untuk ditumbuhkan ketika beliau bertugas memperkembangkan sebagai musik Ghazal Ghazal di seorang Muar pegawai yang tentera Johor, terutama melalui penumbuhan berpangkat Mayor di dalam Pasukan kumpulan-kumpulan Ghazal di daerah- Askar Negeri Johor yang berpangkalan daerah seluruh Sesungguhnya tokoh negeri Johor. di Tanjung Ketapang, Muar. Usaha Pak Lomak adalah Lomak Pak yang bertanggungjawab menyebar-luaskan musik Ghazal menumbuhkan kumpulan- kumpulan Ghazal menyebabkan seni musik Ghazal tersebar luas dan Melayu sehingga akhirnya musik ini mendapat sambutan hangat daripada diterima sebagai salah satu cabang masyarakat kesenian Melayu yang menjadi hak merupakan satu perkembangan yang rakyat menarik. dan negeri Johor. Dalam hubungan ini, usaha menyebarkan dikatakan amat di berkesan. setiap daerah Bagi Hal meningkatkan ini lagi perkembangan musik Ghazal. musik Ghazal secara meluas ke daerahdaerah ini tempatan. Dengan semangat juang Boleh mempertahankan hidup group musik yang Melayu Ghazal sampai sekarang tetap menubuhkan kumpulan Ghazal, Pak rutin Lomak pernah menjadi pemimpinnya. bermain Usaha Pak Lomak bermula dengan menambah dokumentasi lagu yang ada penumbuhan Ghazal di Johor Bahru dalam group Ghazal di Penyengat pada tersebut. tahun 1906. Beberapa melakukan pembenahan jenis-jenis Sehingga lagu dan untuk keberadaannya pembaharuan telah dilakukan dalam membawa hasil bagi personil-personil kumpulan yang Ghazal ini, termasuk ikut bermain dan bagi mendendangkan lagu-lagu berirama perkembangan musik Melayu Ghazal. Parsi dan Hindustan bersama-sama Saat sekarang group Ghazal yang ada dengan lagu-lagu Ghazal Melayu serta di penggunaan ditampilkan pada upacara adat dan tambahan Tabla yang sebagai digunakan alat Desa Pulau Penyengat selalu dalam 109 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 menyambut tamu daerah, seperti yang harus diterima, atau dilupakan dan mati terlihat pada gambar di bawah ini : (Bahar,1998:6). Sesuai dengan uraian di atas musik Melayu Ghazal di Desa Pulau Penyengat saat ini pertumbuhan dan perkembangannya sangat terang dan mendapat perhatian dari masyarakat dan pemerintah setempat (Afrizal. Gambar.1 Ketika Acara Pesta Perkawinan Keluarga Husnizar Hood (Foto: Repro. Husnizar Hood, 2007) Wawancara, 26 Mei 2004). Dalam konteks terakhir ini penulis mencoba memperhatikan adanya kesadaran masyarakat tentang musik Melayu Ghazal yang ada di Desa Pulau Penyengat tersebut. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Dieter Mack, yaitu: “Proses perkembangan berkesinambungan dari yang zaman ke zaman” artinya sebagai suatu proses yang senantiasa menyebabkan atau Gambar 2. Tabla (Gendang dua) dari India (Foto: Asri, 2007) Perkembangan Ghazal Musik mengalami perubahan. Perlu dijelaskan pengertian (perkembangan-perubahan) Melayu Bruno Nettl, dari University of Illinoisini memprediksi, bahwa musik (kesenian) rakyat, sebagaimana kesenian Melayu tradisional pada masyarakat sesungguhnya masyarakat Melayu di Sebagaimana pakar etnomusikologi Amerika sebagaimana masyarakat umumnya akan menghadapi dua kemungkinan yaitu: Desa Pulau Penyengat. Masyarakat di Desa Pulau Penyengat memandang dunia ini dengan konsep ideal tentang perubahan. Pepatah seperti dikutip pada Mahdi Bahar, dalam makalah, Peranan Budaya Melayu untuk Dinamika Budaya Bangsa, 1998. dapat dijadikan rujukan “Sekali air besar, 110 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 sekali tepian beranjak, sekali musim diubah, yang mana tidak boleh diubah. bertukar sekali cara berganti, yang ada Dapat kita sadari bahwa dalam konteks berubah tidak” Patah tumbuh hilang pertumbuhan dan perkembangan musik berganti, pusaka lama begitu jua, Melayu pandangan ini merupakan pancaran Penyengat berada dalam pertumbuhan dari tingkat yang sangat cemerlang, karena pada abstraksinya lebih tinggi ialah “alam saat sekarang musik Melayu Ghazal terkembang jadi guru (Bahar, 1992:4). tersebut pandangan yang Berdasarkan hal di atas terlihatlah yang paling mendasar dalam Ghazal di selalu dibenahi Desa Pulau diperhatikan oleh dan masyarakat pendukungnya. masyarakat Melayu di Desa Pulau Penyengat untuk berhadapan dengan kehidupan. Sadar akan perubahan dan oleh sebab itu perlu pula perubahan. Seperti yang diungkapkan Fungsi dan Guna Musik Melayu Ghazal Dalam hal ini harus diperjelas oleh bahwa fungsi dan guna mempunyai Ginanjar Kartasasmita mengemukakan konsep yang berbeda dan nama yang konsepnya tentang perubahan “bahwa berbeda, perombakan ingin kekeliruan tentang dua hal tersebut. dilakukan tidak perlu bersifat total, Hal ini, Herkovit dalam Alan P. bahkan ada nilai-nilai yang ingin Merriam dipertahankan, yang diyakini tidak tentang fungsi. Fungsi bagaimanapun lekang karena panas atau lapuk karena merupakan yang agak berbeda suatu hujan. hasil pemikiran yang analitis yang budaya yang Dalam hal ini masyarakat Melayu diambil di sini sering mengemukakan dari terjadi pendapat masyarakat, ketika di Desa Pulau Penyengat mengetahui berbicara kegunaan musik kita kembali tentang nilai-nilai yang tidak lekang kepada dimana musik dipakai dalam karena panas atau tidak lapuk karena masyarakat, setiap harinya atau pada hujan. Pada hakikatnya jelaslah bahwa saat-saat masyarakat tersebut dapat menilai musik tentang digabung dengan aktifitas lainnya. perubahan, dan membuat tertentu, secara baik tersendiri pemakaian maupun kesadaran yang mana bisa dan harus 111 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 Tetapi fungsi musik itu tidak selalu Untuk menjaga hubungan diakui oleh mereka. Dapat terjadi dengan Allah (Hablum minallah) dan bahwa fungsi-fungsi musik dalam hubungan dengan manusia (Hablum sebuah masyarakat tidak bisa minannas). Hal ini dapat dirasakan dimengerti oleh anggota masyarakat semakin itu, tetapi harus diungkapkan oleh penghayatan pemain terhadap syair- peneliti dari luar. syair yang dibawakan semakin banyak Berdasarkan keterangan di atas maka penulis dapat mengetahui secara dalam pemahaman dan ajaran yang dikuasai, dan semakin tinggi ketakutan kepada Allah. langsung dari fakta yang didapat di Kegunaan musik Melayu Desa Pulau Penyengat tentang musik Ghazal bisa menjadi dua bagian dalam Melayu Ghazal tersebut. masyarakat Melayu di Desa Pulau Fungsi Pengungkapan Emosional Penyengat yaitu: upacara adat dan Musik mempunyai daya yang besar sebagai sarana bentuk agama. Adat pengungkapan perasaan dan emosi 1. Acara pernikahan para pendengarnya, 2. Penyambutan tamu seperti Fungsi Hiburan Gubernur/Bupati dan lain- Pada setiap masyarakat dunia lain musik berfungsi sebagai alat hiburan. Fungsi Kenikmatan Estetis Masalah Agama dalam 1. Acara besar Islam seperti merespek musik bukanlah hal yang memeriahkan hari Nuzul mudah. Al-Qur’an Karena estetis 3. Sunatan mengandung pandangan pada kreator dan yang 2. Untuk menyambut Maulid merenungkan (pemikir) dan kalau itu Nabi Muhammad SAW memang dipertimbangkan sebagai 3. Untuk memeriahkan hari fungsi musik yang utama maka harus lebaran, dapat didemonstrasikan pada budaya biasanya siang hari dari jam lain yang lain dari luar budaya kita. 10.00 pagi sampai dengan Fungsi Komunikasi 11.00 malam. pertunjukan 112 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 Berdasarkan hal di atas dapat kita upacara ajukan pertanyaan bagaimanakah kita upacara menyikapi musik Melayu Ghazal untuk Tilawatil Qur’an. Dalam contoh yang pembangunan di masa mendatang, lebih kecil lingkupnya daripada itu apabila kita melihat dua budaya status misalnya adalah: Ada satu fenomena kesenian (seni pertunjukan) dalam saat ini (terutama di Desa Pulau masyarakat Melayu di Desa Pulau Penyengat) bahwa dalam keluarga Penyengat tertentu dalam acara peresmian upacara sebagaimana telah tersebut, pembukaan dibicarakan terdahulu sebagai model perkawinan artinya: memposisikan Statusnya ialah kesenian merupakan bagian dari adat (ritual) sekelompok masyarakat, maka kita akan dapat dikatakan misalnya dalam Musabakah keluarganya, pertunjukan musik Melayu Ghazal. Di tengah masyarakat Melayu di “berbuat” Desa Pulau Penyengat pertunjukan (menambah-berguna) apabila mampu musik Melayu Ghazal biasanya selalu membuat memberikan model serupa dalam sesuatu jangkauan yang lebih luas, yang menyenangkan, tentunya tetap gembira masyarakat Melayu di Desa niscahaya memperhitungkan intensifikasinya. Pulau dan yang Penyengat dengan rasa berkumpul dan Dengan perkataan “modern” berbuat menyaksikan, dapat dilihat bagaimana sesuatu yang orientasinya berakhir masyarakat pada terbentuk budaya baru kesenian menginterpretasikan dalam suatu sistem atau sub-sistem kebudayaan tersebut dengan fungsi dan budaya. guna seperti yang diungkapkan oleh Fenomena dalam konteks pembicaraan ini dapat dilihat sekarang misalnya: pendukungnya sebuah Sidi Gazalba, kesenian adalah usaha untuk membentuk kesenangan, kesenangan adalah salah satu naluri hampir setiap upacara pembukaan event yang bertarap asasi atau kebutuhan asasi manusia. Kabupaten, Propinsi, apalagi Dengan demikian kesenian terkait memposisikan dengan manusia, seperti juga agama, Nasional cenderung dan musik Melayu Ghazal ini sebagai bagian dari suatu sistem pembukaan sosial, ekonomi, berpikir, pengetahuan kerja, karena itu dalam sejarah umat 113 Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 17, No. 1, Juni 2015 manusia dari dahulu ketika poyang manusia yang amat bersahaja tinggai di goa-goa, sampai kini ketika orangorang modern tinggal di udara, di pencakar berfungsi langit, dalam selalu kesenian kebudayaannya KEPUSTAKAAN Banoe, Pono. (2003), Kamus Musik, Kanisius, Yogyakarta. Bos, Paula. R. (1995), “Musik Sebagai Interpretasi Kebudayaan: Beberapa Aspek Musik Foi Meze Desa Roa, Ngada, Flores, dalam Jurnal MSPI, Surakarta. Brandon, James R. (2003), Jejak-jejak Seni Pertunjukan di Asia Tenggara, terj. Soedarsono, P4ST UPI, Bandung. Djelantik, A.A.M. (1999). Estetika : Sebuah Pengantar, MSPI, Bandung. Ismail. ”Masyarakat Budaya Melayu. Merriam, Alan P., (1964), The Anthropology of Music, North Western University Press. NN, 1990. ”Mengibarkan Panji-panji Budi, Daya dan Karsa” (Pekan Budaya Daerah Riau). (Gazalba, 301). Hamid, Liang Gie, The, (1996), Filsafat Seni, Sebuah Pengantar, Pusat Belajar Ilmu Berguna (PUBIB) Yogyakarta. dan Jurnal Pengetahuan dan Penciptaan Seni, (2003), IX/ 02-03, BP ISI Yogyakarta Kayam, Umar, (1981), Seni, Tradisi, Masyarakat, Penerbit Sinar Harapan, Jakarta. Koentjaraningrat, (1986), Pengantar Ilmu Antropologi, Aksara Baru, Jakarta. Sutrisno, Mudji dan Hendar Putranto, (2005), Teori-teori Kebudayaan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Sachari, Agus, 2002, Estetika: Makna, Simbol dan Daya, Penerbit ITB, Bandung. Sedyawati, Edi (ed). (1983), Seni Dalam Masyarakat Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sp.,Soedarso, 2006, Trilogi Seni: Penciptaan, Eksistensi dan Kegunaan Seni, Badan Penerbit ISI Yogyakarta, Yogyakarta. Soedarsono, R.M. (2002), Seni Pertunjukan Indonesia di Era Globalisasi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Sumardjo, Jacob. (2000), Filsafat Seni, Penerbit ITB, Bandung. Tim Penyusun. (2002), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. 114 Indeks Nama Penulis JURNAL EKSPRESI SENI PERIODE TAHUN 2011-2015 Vol. 13-17, No. 1 Juni dan No. 2 November Admawati, 15 Ahmad Bahrudin, 36 Alfalah. 1 Amir Razak, 91 Arga Budaya, 1, 162 Arnailis, 148 Asril Muchtar, 17 Asri MK, 70 Delfi Enida, 118 Dharminta Soeryana, 99 Durin, Anna, dkk., 1 Desi Susanti, 28, 12 Dewi Susanti, 56 Eriswan, 40 Ferawati, 29 Hartitom, 28 Hendrizal, 41 Ibnu Sina, 184 I Dewa Nyoman Supanida, 82 Imal Yakin, 127 Indra Jaya, 52 Izan Qomarats, 62 Khairunas, 141 Lazuardi, 50 Leni Efendi, Yalesvita, dan Hasnah Sy, 76 Maryelliwati, 111 Meria Eliza, 150 Muhammad Zulfahmi, 70, 94 Nadya Fulzi, 184 Nofridayati, 86 Ninon Sofia, 46 Nursyirwan, 206 Rosmegawaty Tindaon, Rosta Minawati, 122 Roza Muliati, 191 Selvi Kasman, 163 Silfia Hanani, 175 Sriyanto, 225 Susandra Jaya, 220 Suharti, 102 Sulaiman Juned, 237 Wisnu Mintargo, dkk., 115 Wisuttipat, Manop, 202 Yuniarni, 249 Yurnalis, 265 Yusril, 136 JURNAL EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni ISSN: 1412–1662 Volume 17, Nomor2,November 2015 Redaksi Jurnal Ekspresi Seni Mengucapkan terimakasih kepada para Mitra Bebestari 1. Dr. St. Hanggar Budi Prasetya ( Institut Seni Indonesia Yogyakarta) 2. Dr. G. R. Lono Lastoro Simatupang, M.A ( Universitas Gajah MadaYogyakarta) 3. Dr. Sri Rustiyanti, S.Sn., M.Sn ( Institut Seni Budaya Indonesia Bandung) EKSPRESI SENI Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Karya Seni Redaksi menerima naskah artikel jurnal dengan format penulisan sebagai berikut: 1. Jurnal Ekspresi Seni menerima sumbangan artikel berupa hasil penelitian atau penciptaan di bidang seni yang dilakukan dalam tiga tahun terakhir, dan belum pernah dipublikasikan di media lain dan bukan hasil dari plagiarisme. 2. Artikel ditulis menggunakan bahasa Indonesia dalam 15-20 hlm (termasuk gambar dan tabel), kertas A4, spasi 1.5, font times new roman 12 pt, dengan margin 4cm (atas)-3cm (kanan)-3cm (bawah)-4 cm (kiri). 3. Judul artikel maksimal 12 kata ditulis menggunakan huruf kapital (22 pt); diikuti nama penulis, nama instansi, alamat dan email (11 pt). 4. Abstrak ditulis dalam dua bahasa (Inggris dan Indonesia) 100-150 kata dan diikuti kata kunci maksimal 5 kata (11 pt). 5. Sistematika penulisan sebagai berikut: a. Bagian pendahuluan mencakup latar belakang, permasalahan, tujuan, landasan teori/penciptaan dan metode penelitian/penciptaan b. Pembahasan terdiri atas beberapa sub bahasan dan diberi sub judul sesuai dengan sub bahasan. c. Penutup mengemukakan jawaban terhadap permasalahan yang menjadi fokus bahasan. 6. Referensi dianjurkan yang mutakhir ditulis di dalam teks, footnote hanya untuk menjelaskan istilah khusus. Contoh: Salah satu kebutuhan dalam pertunjukan tari adalah kebutuhan terhadap estetika atau sisi artistik. Kebutuhan artistik melahirkan sikap yang berbeda daripada pelahiran karya tari sebagai artikulasi kebudayaan (Erlinda, 2012:142). Atau: Mengenai pengembangan dan inovasi terhadap tari Minangkabau yang dilakukan oleh para seniman di kota Padang, Erlinda (2012:147-156) mengelompokkan hasilnya dalam dua bentuk utama, yakni (1) tari kreasi dan ciptaan baru; serta (2) tari eksperimen. 7. Kepustakaan harus berkaitan langsung dengan topik artikel. Contoh penulisan kepustakaan: Erlinda. 2012. Diskursus Tari Minangkabau di Kota Padang: Estetika, Ideologi dan Komunikasi. Padangpanjang: ISI Press. Pramayoza, Dede. 2013(a). Dramaturgi Sandiwara: Potret Teater Populer dalam Masyarakat Poskolonial. Yogyakarta: Penerbit Ombak. _________. 2013(b). “Pementasan Teater sebagai Suatu Sistem Penandaan”, dalam Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian & Penciptaan Seni Vol. 8 No. 2. Surakarta: ISI Press. Simatupang, Lono. 2013. Pergelaran: Sebuah Mozaik Penelitian Seni Budaya. Yogyakarta: Jalasutra. Takari, Muhammad. 2010. “Tari dalam Konteks Budaya Melayu”, dalam Hajizar (Ed.), Komunikasi Tradisi dalam Realitas Seni Rumpun Melayu. Padangpanjang: Puslit & P2M ISI. 8. Gambar atau foto dianjurkan mendukung teks dan disajikan dalam format JPEG. Artikel berbentuk soft copy dikirim kepada : Redaksi Jurnal Ekspresi Seni ISI Padangpanjang, Jln. Bahder Johan. Padangpanjang Artikel dalam bentuk soft copy dapat dikirim melalui e-mail: [email protected]