BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tanaman Aren Tanaman Aren (Arenga pinnata Merr.) merupakan salah satu spesies tanaman dari genus Arenga yang banyak tumbuh di Asia Tenggara. Genus Arenga ini merupakan salah satu genus dari famili Palmae yang tumbuh di daerah tropis, terutama di tempat-tempat sekitar aliran sungai pada ketinggian 0-1400 meter di atas permukaan laut (Palungkun, 1993). Sunanto (1993) menyatakan bahwa daerah yang paling baik untuk membudidayakan pohon Aren adalah daerah dengan ketinggian 500-800 meter di atas permukaan laut. Menurut Dachlan (1984), pohon Aren dapat mencapai umur 40-50 tahun dan mulai berbunga pada tahun ke 8-10. Pohon Aren bisa mencapai ketinggian 25 meter dengan diameter batang hingga 65 cm dan diameter tajuk hingga 6 meter. Tanaman Aren memiliki tangkai bunga yang tumbuh memanjang dari pelepah daun sehingga membentuk cabang yang kuat dengan arah pertumbuhan dari atas ke bawah. Pohon ini memiliki dua jenis bunga yaitu bunga jantan dan bunga betina (Widyawati, 2011). Bunga dari tanaman Aren termasuk bunga monoceous unisexual di mana bunga jantan dan bunga betina terpisah dalam masing-masing tongkol (spadix) dalam satu pohon. Nira Aren umumnya dihasilkan dari penyadapan tangkai bunga jantan pohon Aren. Jika disadap dari tangkai bunga betina, maka akan dihasilkan nira yang tidak memuaskan baik segi kuantitas maupun kualitasnya. Para petani biasanya menyadap tangkai bunga betina terlebih dahulu sambil menunggu tumbuhnya tangkai bunga jantan dan menunggu siapnya bunga jantan untuk disadap dan diambil niranya. Setelah dewasa bunga jantan ini akan pecah secara alami dan tampak banyak benang sarinya yang dipenuhi tepung sari. Jika tepung sari itu sudah banyak yang jatuh ke tanah di sekitar pohon Aren (menyebabkan permukaan tanah di sekitarnya menjadi berwarna kuning) maka dapat dijadikan petunjuk bahwa sudah saatnya bunga jantan itu disadap niranya (Sunanto, 1993). Dachlan (1984) menyatakan bahwa tangkai bunga tersebut siap untuk disadap setelah 7-15 hari sejak keluar dari tongkolnya. Menurut Wijandi dan Goutara (1975), setiap tanaman Aren memiliki waktu optimum sadap selama 3 tahun dan selanjutnya tetap dapat disadap. Hasil niranya antara 300-400 liter per musim (34 bulan) atau sekitar 900-1600 liter nira per pohon per tahun. Dalam sehari dapat dilakukan penyadapan sebanyak dua kali (pada pagi dan sore hari), serta menghasilkan 3-10 liter nira per pohon per tiap penyadapan. 2.1.2 Nira Aren dan Mikroorganisme dalam Nira Nira Aren yang baik mempunyai rasa manis yang disebabkan oleh adanya gula, yaitu glukosa. Nira Aren memiliki derajat kemasaman rata-rata 6-7 dan berbau harum. Dengan kandungan glukosa dan derajat kemasaman nira Aren menyebabkan nira Aren sebagai media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme (Marsigit, 2005). Menurut Dachlan (1984), komposisi nira Aren dalam keadaan segar mengandung 87,2% air, 11,3% glukosa, 0,2% protein, 0,02% lemak dan 0,24% abu. Mikroorganisme yang paling dominan terdapat pada nira Aren adalah khamir. Khamir yang terdapat dalam jumlah besar pada nira adalah Saccharomyces spp, sedangkan bakteri yang ditemukan pada nira tersebut adalah bakteri-bakteri dari genus Acetobacter, Sarcina, Leuconostoc, Brevibacterium, Serratia dan Pediococcus (Muchtadi dkk., 2010). Fermentasi merupakan proses alami yang tidak dapat dielakkan dari nira Aren segar yang manis karena pada bahan tersebut tumbuh berbagai jenis mikroorganisme seperti sel-sel khamir Saccharomyces spp. dan bakteri Acetobacter aceti (Timotius, 1982). Jenis khamir dari genus Saccharomyces, misalnya Saccharomyces cereviceae dikenal sebagai mikroorganisme yang dapat memfermentasi glukosa dan mengubahnya menjadi etanol. Bakteri dari genus Acetobacter bisa mengoksidasi etanol menjadi asam asetat (Dwidjoseputro, 1985). Proses fermentasi yang berlangsung dalam nira Aren menghasilkan alkohol dengan bantuan khamir. Khamir yang ada dalam nira Aren ini adalah dari genus Saccharomyces (Pelczar dan Chan, 2008b). Proses oksidasi alkohol dalam nira Aren menjadi asam asetat merupakan reaksi aerobik oleh bakteri asam asetat yaitu bakteri genus Acetobacter. Acetobacter merupakan bakteri penting dalam pembentukan asam asetat, yang mengoksidasi alkohol (etanol) menjadi asam asetat (Hidayat dkk., 2008). Bakteri Acetobacter aceti ini mampu bertahan dalam alkohol yang dihasilkan oleh Saccharomyces cereviceae yaitu pada konsentrasi 10-13% (Pelczar dan Chan, 2008b). Rasa asam pada nira Aren ini diakibatkan oleh fermentasi yang dilakukan oleh khamir genus Saccharomyces yang menghasilkan etanol, yang kemudian etanol tersebut mengalami oksidasi akibat dari aktivitas bakteri genus Acetobacter sehingga terbentuknya asam asetat pada nira Aren. Hal ini yang membuat nira Aren menjadi asam dan tidak dapat dibuat menjadi gula Aren (Rahayu dkk., 2012). 2.1.3 Gula Aren Gula Aren per 100 gram bahan mengandung 368 kalori, 95 gram hidrat arang, 75 mg kalsium, 35 mg fosfor, 3 mg besi dan 9 gram air (Pitojo dan Zumiati, 2009). Gula Aren berwarna merah coklat dan memiliki rasa yang khas sehingga membuat orang yang menyukainya sangat menikmati aroma dan rasa khas tersebut. Gula merah yang dibuat dari nira Aren dianggap mempunyai nilai yang lebih tinggi karena rnemiliki aroma yang lebih baik daripada gula merah yang dibuat dari nira palma lainnya (Palungkun, 1993). Proses pembuatan gula Aren ini adalah dengan memasak nira Aren ini selama 1-3 jam untuk volume nira 10 liter dengan suhu 110-120°C. Pemasakan nira ini dilakukan sambil mengaduk-aduk hingga nira tersebut mendidih dan mengental. Setelah mengental, nira tersebut didinginkan sambil terus diaduk-aduk supaya tidak mengeras. Setelah mendingin nira tersebut siap dicetak. Cetakan yang biasa digunakan adalah bambu atau tempurung kelapa. Berdasarkan pengalaman di lapangan, 10 liter nira Aren segar dapat menghasilkan sekitar 1,5 kg gula merah (Sunanto, 1993). 2.2 Hipotesis Penelitian Berdasarkan telaah teori maka dapat ditarik hipotesis penelitian ini yaitu: 1. Kemasaman nira Aren disebabkan oleh kontaminasi mikroorganisme pada nira Aren 2. Mikroorganisme penyebab kemasaman nira Saccharomyces cerevisiae dan Acetobacter aceti. Aren diduga adalah