BNSP - OJK

advertisement
No. SP-26/DKNS/OJK/3/2015
SIARAN PERS
OJK JALIN KERJASAMA DENGAN BADAN NASIONAL
SERTIFIKASI PROFESI (BNSP)
Jakarta, 19 Maret 2015. Untuk terus meningkatkan standar kualitas serta
kuantitas sumber daya manusia pada Lembaga Jasa Keuangan, Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) melakukan kerjasama dengan Badan Nasional
Sertifikasi Profesi (BNSP), sebuah badan Pemerintah yang bertugas mengatur
pelaksanaan sertifikasi kompetensi kerja secara nasional.
Penandatangan nota kesepahaman dilakukan oleh Wakil Ketua Dewan
Komisioner OJK Rahmat Waluyanto dan Ketua BNSP Sumarna F.
Abdurrahman disaksikan oleh Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D
Hadad.
Hadir dalam kesempatan itu pimpinan lembaga Pemerintah, serta pimpinan
asosiasi Lembaga Jasa Keuangan dari perbankan, pasar modal dan industri
keuangan non bank.
Muliaman dalam sambutannya mengatakan bahwa proses globalisasi telah
menciptakan sistem keuangan yang dinamis dan persaingan yang tinggi di
antara sumber daya manusia pada Lembaga Jasa Keuangan.
Sehingga untuk menghadapi proses globalisasi yang dimulai dari Masyarakat
Ekonomi ASEAN, diperlukan strategi peningkatan dan standardisasi kualitas
serta kuantitas sumber daya manusia pada Lembaga Jasa Keuangan.
“Sertifikasi kompetensi kerja merupakan salah satu pilar penting untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia pada Lembaga Jasa
Keuangan,” kata Muliaman.
Ruang lingkup kerjasama antara OJK dan BNSP meliputi, kerjasama
pembentukan kelembagaan sertifikasi profesi Lembaga Jasa Keuangan,
pengembangan infrastruktur kelembagaan dari Lembaga Sertifikasi Profesi
meliputi skema sertifikasi, asesor, perangkat asesmen, sarana dan prasarana
uji kompetensi sumber daya manusia pada Lembaga Jasa Keuangan; dan
mengarahkan Lembaga Sertifikasi Profesi dalam pelaksanaan kerjasama
saling pengakuan kesetaraan (Mutual Recognition Arrangement/MRA)
sertifikasi kompetensi kerja dengan Lembaga Sertifikasi Profesi sejenis di
negara lain.
Perkembangan industri jasa keuangan yang sangat pesat dalam beberapa
tahun terakhir ini, mendorong tingginya kebutuhan industri akan SDM yang
memiliki sertifikasi. Dalam 5 tahun ke depan, industri jasa keuangan
diperkirakan membutuhkan tambahan hampir 32.000 orang yang harus
mendapatkan sertifikasi kompetensi kerja.
Sektor perbankan dalam 5 tahun ke depan membutuhkan sekitar 4.920
pejabat untuk memperoleh sertifikasi yang sebagian besar adalah Pejabat
Eksekutif.
Sektor non-bank diperkirakan membutuhkan sekitar 1.930 sertifikasi yang
sebagian besar untuk Ajun Ahli Asuransi Indonesia – Jiwa (AAAIJ), Ajun Ahli
Asuransi Indonesia – Kerugian (AAAIK), Aktuaris dan Pengurus.
Sedangkan di sektor Pasar Modal, diperkirakan dalam 5 tahun ke depan
kebutuhan Wakil Perusahaan Efek adalah sekitar 25.080 orang yang
posisinya tersebar, baik sebagai Pengurus atau SDM pada fungsi-fungsi yang
mewajibkan dimilikinya sertifikasi seperti fungsi Pemasaran dan Dealer.
Besarnya kebutuhan sertifikasi kompetensi kerja tersebut merupakan
tantangan yang bagi lembaga-lembaga sertifikasi nasional. Tidak hanya dari
sisi jumlah kebutuhannya tetapi juga kualitas dari sertifikasinya.
“Saya berharap lembaga-lembaga sertifikasi di Indonesia selalu mengikuti
perkembangan isu-isu global dan international best practice sehingga
kompetensi tenaga kerja indonesia dapat setara dengan negara-negara lain,”
kata Muliaman.
***
* Informasi lebih lanjut:

Edhie Natallis, Deputi Direktur Komunikasi OJK. Telp 021-1500655.
www.ojk.go.id
Download