BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Bersih 2.1.1 Pengertian Air

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Air Bersih
2.1.1
Pengertian Air Bersih
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1405/menkes/sk/XI/2002, terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang
dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan
kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undang yang berlaku dan dapat
diminum apabila dimasak.
Bagi manusia kebutuhan akan air sangat mutlak karena sebenarnya zat
pembentuk tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air yang jumlahnya sekitar 73% dari
bagian tubuh. Air didalam tubuh manusia berfungsi sebagai pengangkut dan pelarut
bahan-bahan makanan yang penting bagi tubuh. Misalnya untuk melarutkan oksigen
sebelum memasuki pembuluh darah yang ada disekitar alveoli (Mulia,2005). Sehingga
untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya manusia berupaya mendapatkan air yang
cukup bagi dirinya. Dalam menjalankan fungsi kehidupan sehari-hari manusia sangat
tergantung pada air, karena air dipergunakan pula untuk mencuci, membersihkan
peralatan, mandi dan lain sebagainya.
Air merupakan faktor penting dalam pemenuhan kebutuhan vital bagi mahluk
hidup diantaranya sebagai air minum atau keperluan rumah tangga lainnya.Air yang
digunakan harus bebas dari kuman penyakit dan tidak mengandung bahan beracun.
Ditinjau dari segi kualitas (Mutu) air secara langsung atau tidak langsung
pencemaran akan berpengaruh terhadap kualitas air. Sesuai dengan dasar pertimbangan
penetapan kualitas air minum, usaha pengelolaan terhadap air yang digunakan oleh
manusia sebagai air minum berpedoman pada standar kualitas air terutama dalam
penilaian terhadap produk air minum yang dihasilkannya, maupun dalam merencanakan
system dan proses yang akan dilakukan terhadap sumber daya air (Razif,2001).
2.1.2
Sumber-Sumber Air Bersih
Sumber-sumber air bersih
yang dimanfaatkan manusia pada dasarnya
digolongkan menjadi beberapa kategori,yaitu :
i) Air Hujan
Air hujan merupakan penyubliman awan atau uap air murni yang ketika turun dan
melalui udara akan melarutkan benda-benda di udara seperti gas O2,CO2, N2, jasad
renik, dan debu (Sumantri, 2010).
ii) Air Tanah
Air tanah adalah air yang berada di bawah permukaan tanah pada daerah akifer
(Effendi,2003). Air tanah berdasarkan kedalamannya dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Air Tanah Dangkal
Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan
tanah.Air tanah dangkal terdapat pada kedalaman 15 meter, ditinjau dari segi
kualitasnya air tanah dangkal dikaterigorikan agak baik dan dari segi kuantitas
urang baik, tergantung pada musim.
b. Air Tanah Dalam
Pengambilan air tanah dalam harus menggunakan bor dan memasukkan pipa
kedalamnya sampai kedalaman 100-300 m. Jika tekanan air tanah besar, maka air
dapat menyembur keluar, sumur ini disebut sumur artesis (Sutrisno,1987)
ii) Air Permukaan
Air permukaan adalah air yang terdapat pada permukaan tanah, misalnya air
sungai, air rawa, dan danau (Slamet,2002).
2.1.3
Sarana Penyediaan Air Bersih
Sarana penyediaan air bersih adalah bangunan, peralatan, dan perlengkapan yang
menghasilkan, menyediakan, dan mendistribusikan air bersih kepada masyarakat untuk
kehidupan sehari-hari. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sarana
penyediaan air bersih, yaitu :
a.
Jarak antara sumber air bersih dengan sumber pengotoran ( septic tank, tempat
pembuangan sampah, tempat pembuangan air limbah) minimal 10 meter (Depkes RI,
2009).
b.
Sumur sedalam 3 meter dari permukaan tanah dibuat kedap air (Sumantri, 2010).
c.
Penampungan air hujan, perlindungan mata air, sumur artesis atau terminal air
perpipaan/kran atau sumur gali terjaga dan terpelihara kebersihannya (Depkes RI,
1995 ).
Terdapat berbagai jenis sarana penyediaan air bersih yang digunakan masyarakat
untuk menampung atau mendapatkan air bersih yang digunakan untuk kebutuhan seharihari. Adapun sarana penyediaan air bersih dibagi dalam beberapa jenis, yaitu:
1.
Sumur Gali
Sumur gali adalah jenis sarana air bersih dengan cara tanah digali sampai
mendapatkan lapisan air dengan kedalaman tertentu. Sumur gali terdiri dari bibir
sumur, dinding sumur, lantai sumur, saluran air limbah, dan dilengkapi dengan
kerekan timba dengan gulungan atau pompa. Menurut Depkes RI 1995, dalam
pembuatan sumur gali perlu memperhatikan beberapa hal,yaitu:
a. Jarak antara sumur gali dengan tempat pembuangan sampah, parit, dan tempat
penampungan tinja harus lebih dari 10 meter.
b. Dinding sumur dibuat kedap air dengan kedalaman minimal 3 meter dari
permukaan tanah
c. Diatas permukaan tanah dibuat dinding tembok yang kedap air setinggi 80 cm.
Sebaiknya diberi penutup agar air hujan dan kotoran lainnya tidak dapat masuk
kedalam sumur
d. Lantai sumur dibuat kedap air dengan lebar minimal 1 meter dari tepi bibir atau
dinding sumur dengan ketebalan 10-20 cm
e. Saluran air limbah 10 meter dari sumur gali dan sumur resapan air buangan yang
dibuat dari bahan kedap air dan licin
f. Tali dan timba tidak terletak di lantai.
2.
Penampungan Air Hujan
Penampungan air hujan adalah sarana air bersih yang digunakan untuk
menampung air hujan sebagai persediaan air bersih dan pengadaan air bersih.
3.
Sumur Pompa
Sumur pompa adalah sarana penyediaan air bersih yang digunakan untuk
menaikkan air dari sumur dengan menggunakan pompa air, baik itu pompa tangan
maupun listrik.
4.
Ledeng atau Perpipaan ( PDAM )
Ledeng atau perpipaan adalah adalah air yang diproduksi melalui proses
penjernihan dan penyehatan sebelum dialirkan kepada konsumen melalui saluran air.
Air ledeng atau perpipaan (PDAM) merupakan air yang berasal dari perusahaan air
minum yang dialirkan langsung kerumah dengan beberapa titik kran.
5.
Perlindungan Mata Air
Perlindungan mata air adalah sumber air bersih yang berasal dari air tanah
dalam, biasanya bebas dari cemaran mikroorganisme.Bila air tersebut dimanfaatkan
yang harus diperhatikan adalah perlindungan mata air tersebut, perpipaan yang
membawa air ke konsumen atau jaringan distribusinya, dan terminal akhir dari
jaringan distribusinya.
2.1.4
Standar Kualitas Air Bersih
Standar kualitas air bersih adalah ketentuan-ketentuan yang biasa dituangkan
dalam bentuk pernyataan atau angka yang menunjukkan persyaratan yang harus dipenuhi
agar air bersih tersebut tidak menimbulkan gangguan kesehatan, penyakit, gangguan
teknis
dan
gangguan
dalam
segi
estetika
(Permenkes
RI
No.416/MENKES/PER/IX/1999).
Persyaratan kualitas air bersih meliputi syarat fisik, kimia, dan bakteriologis
adalah sebagai berikut :
1.
Syarat Fisik
Air yang kualitasnya baik harus memenuhi syarat fisik,yaitu tidak berbau,
tidak berasa dan tidak berwarna.
2.
Syarat Kimia
Air yang tidak mengandung bahan atau zat-zat yang berbahaya untuk
kesehatan,seperti zat-zat beracun dan tidak mengandung mineral-mineral serta zat
organic lebih tinggi dari jumlah yang telah ditentukan oleh pemerintah.
3.
Syarat Bakteriologis
Air tidak boleh mengandung kuman parasit, kuman patogen, dan bakteri
coliform. Persyaratan bakteriologi air bersih berdasarkan kandungan jumlah total
bakteri Coliform dalam air bersih 100 ml air, menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990 adalah sebagai berikut :
i.
Untuk air bersih bukan air perpipaan, total coliform maksimal 50 MPN atau
APM per 100 ml air
ii.
Untuk air bersih air perpipaan, total coliform maksimal 10 MPN atau APM
per 100 ml air.
Dan
persyaratan
kualitas
air
minum
menurut
Permenkes
492/Menkes/Per/IV/2010 yaitu Escherichia coli per 100 ml sampel adalah nol.
Kualitas air secara bakteriologis yang tidak memenuhi syarat kesehatan
dapat menimbulkan gangguan kesehatan akibat terdapat bakteri Escherchia coli di
dalam air bersih dan menunjukkan adanya pencemaran yang disebabkan oleh tinja
manusia (Padjarwoto, 1993).
2.1.5
Sumber Pencemaran Air Bersih
Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy
dan atau komponen lainnya kedalam air oleh kegiatan manusia sehingga menyebabkan
turunnya kualitas air sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi
lagi sesuai dengan peruntukkannya ( PP No.20/1990 tentang Pengendalian Pencemaran
Air ). Sumber pencemaran dapat berasal dari beberapa sumber, yaitu :
a.
Limbah Industri
Limbah industry dapat mengandung bahan organik maupun anorganik.
Bahan pencemar yang berasal dari limbah industri dapat meresap kedalam air tanah
yang dikonsumsi masyarakat sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, dan
berkumur.
b.
Limbah Pertanian
Penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan dapat mengakibatkan
pencemaran air.Sisa pestisida di perairan dapat meresap kedalam tanah, sehingga
mencemari air tanah.
c.
Limbah Pemukiman
Pemukiman menghasilkan limbah, misalnya sampah dan air buangan. Air
buangan dari pemukiman biasanya mempunyai komposisi yang tinggi dari eskreta (
tinja dan urin ), air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dimana sebagian besar
merupakan bahan-bahan organic. Limbah pemukiman dapat mencemarkan air
permukaan, air tanah, dan lingkungan hidup ( Aliya,2006).
Sumber pencemaran yang dapat mempengaruhi kualitas bakteriologi
sumber air bersih adalah jarak jamban dan septic tank yang kurang dari 10 meter (
Depkes RI, 2009 ).
2.2
Bakteri Escherichia coli
2.2.1
Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi dari Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology,
Escherichiacoli diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
: Bacteria
Phylum
: Proteobacteria
Class
: Gamma Proteobacteria
Ordo
: Enterobacteriales
Family
: Enterobactericiae
Genus
: Escherichia
Spesies
: Escherichia coli
2.2.2
Sifat dan Morfologi
Escherichia coli merupakan bakteri gram negative berbentuk batang pendek (
kokobasil ) dengan ukuran 0,4 – 0,7 µm x 1,4 µm, sebagian besar gerak positif dan
beberapa strain mempunyai kapsul. Escherichia coli tumbuh baik pada semua media
gizi. Tumbuh pada suhu antara 100C – 400C, pertumbuhan optimum pada suhu 370C.
Sebagian besar strain Escherichia coli masih dapat hidup pada suhu 600C dalam waktu
15 menit atau suhu 550C dalam waktu 60 menit. Escherichia memfermentasikan laktosa,
memproduksi asam, memproduksi gas serta etyl alcohol (Hardjoeno, 2007).
Escherichia coli adalah kuman oportunis yang banyak ditemukan di dalam usus
besar manusia sebagai flora normal. Sifatnya unik karena dapat menyebabkan infeksi
primer pada usus dan bisa menimbulkan infeksi lain di luar usus (Staff Pengajar
Kedokteran UI, 1993).
Escherichia coli menjadi patogen jika jumlahnya dalam saluran pencernaan
meningkat atau berada diluar usus. Escherichia coli menghasilkan enterotoksin yang
menyebabkan beberapa kasus diare (Jawetz et al, 1995).
2.2.3
Media Pengujian Bakteri Escherichia coli
Pada pengujian mikrobiologi, bakteri Escherichia coli dibiakkan dalam
bahan berisi nutrisi yang disebut media. Media dapat berupa cairan seperti kaldu dan
dapat pula berupa padatan seperti agar dan gelatin. Media lactose broth adalah media
yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya coliform( bakteri gram negative )
berdasarkan terbentuknya asam dan gas yang disebabkan karena fermentasi laktosa oleh
bakteri golongan coli. Media BGLB (Brilliant Green Lactosa Bile Broth) yaitu media
yang digunakan untuk mendeteksi bakteri coliform (Gram negative). Media ini dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan meningkatkan pertumbuhan bakteri
coliform. Media EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) adalah dapat menumbuhkan
bakteri kelompok Enterobacteriaceae, salah satunya adalah Escherichia coli yang akan
tumbuh dengan membentuk koloni berwarna hijau dengan kilap logam (Kusuma,2009).
2.2.4
Patogenesis dan Gejala Penyakit
Escherichia coli merupakan salah satu kuman penyebab infeksi, baik infeksi
saluran cerna, saluran nafas, saluran kemih, luka didalam perut dan juga meningitis.
Escherichia coli tidak saja menginfeksi pada orang dewasa tapi juga pada bayi dan
anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan (Hardjoeno,2007).
Infeksi Escherichia coli sering kali berupa diare yang disertai darah, kejang
perut, demam, sering kali gangguan pada ginjal. Infeksi Escherichia coli pada anak-anak
dibawah 5 tahun dan pada orang tua dapat menyebabkan komplikasi yang disebut
dengan syndrome uremik hemolitik.Sekitar 2-7% infeksi Escherichia coli menimbulkan
komplikasi. Penularan dapat terjadi secara langsung dan biasanya terjadi ditempat yang
memiliki sanitasi dan lingkungan yang kurang bersih.
1. Escherichia coli Enteropatogenik ( EPEC )
Jenis ini merupakan penyebab utama diare pada bayi. Infeksi EPEC mengakibatkan
diare berair yang biasanya dapat sembuh sendiri, tapi ada juga ada yang kronis
(Radji,2010).
2. Escherichia coli Enterotoksigenik ( ETEC )
ETEC merupakan bakteri penyebab diare pada anak dan wisatawan yang bepergian
ke daerah yang sanitasi buruk. ETEC dapat melekat pada epitel usus halus sehingga
biasanya menyebabkan diare tanpa demam.
3. Escherichia coli Enteroinvasif ( EIEC )
EIEC masuk dan berkembang dalam epitel sel-sel kolon. Gejala diare biasanya
disertai dengan demam.
4. Escherichia coli Enterohemoragik ( EHEC )
EHEC menyebabkan colitis berdarah yakni diare berat yang disertai dengan
perdarahan dan syndrome uremik hemolitik yakni gagal ginjal akut disertai anemia
hemolitik mikroangiopatik dan trombositopenia.
5. Escherichia coli Enteroagregatif ( EAEC )
Bakteri ini menimbulkan diare akut dan kronis dan merupkan penyebab utama diare
pada masyarakat di daerah berkembang. EAEC melekat pada sel manusia dengan
pola khas dan menyebabkan diare tidak berdarah, tidak menginvasi dan
menyebabkan inflamasi pada mukosa intestine.
2.3
Metode Perhitungan BakteriEscherichia coli
Metode perhitungan bakteri Escherichia coli adalah MPN ( Most Probable Number
) menggunakan medium cair didalam tabung reaksi. Perhitungan MPN berdasarkan jumlah
tabung yang positif, yakni yang ditumbuhi mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu
tertentu. Pengamatan tabung yang positif dapat dilihat dengan mengamati timbulnya
kekeruhan atau terbentuknya gas dalam tabung durham yang diletakkan dalam posisi
terbalik. Untuk setiap pengenceran umumnya dengan menggunakan 3 atau 5 seri
tabung.Lebih banyak tabung yang digunakan menunjukkan ketelitian yang lebih tinggi.
Metode MPN dilakukan dalam 3 tahap yaitu: Uji Pendahuluan, Uji Penegasan, Uji
Pelengkap.
2.3.1
Uji Pendahuluan ( Presumptive test )
Masing-masing sampel air ini disiapkan sebanyak 150 ml untuk kemudian
dibuat 3 seri larutan perlakuan. Ketiga seri larutan uji ini kemudian diinkubasi
pada suhu 370C selama 24-48 jam. Setelah masa inkubasi selesai, diamati tabung
yang membentuk gelembung gas. Adanya gelembung ini menunjukkan hasil
reaksi positif sehingga dapat diperlakukan untuk uji selanjutnya. Namun apabila
tetap tidak terbentuk gas, maka hasilnya dianggap negative dan tidak perlu
dilakukan uji lanjutan.
2.3.2
Uji Penegasan ( Confirmed Test )
Uji penguat dilakukan dengan menginokulasikan satu ose biakan dari
tabung ke media Brilliant Green Lactosa Bile Broth. Tabung berisi media dan
biakan tersebut diinkubasikan pada suhu 370C dan 440C selama 24-48 jam,
kemudian diamati gas yang terbentuk.
2.3.3
Uji Pelengkap ( Completed Test )
Uji pelengkap dilakukan apabila terdapat hasil positif dari uji konfirmasi,
kemudian diinokulasi ke media yaitu terdapat koloni bakteri yang berwarna hijau
metalik pada media Eosin Methylen Blue Agar.
Download
Study collections