PENGARUH PERENDAMAN AIR KELAPA DAN ROOTONE F TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin, Benth) Oleh : MUSLIMIN NIM. 110 500 062 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015 PENGARUH PERENDAMAN AIR KELAPA DAN ROOTONE F TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin, Benth) Oleh : MUSLIMIN NIM. 110 500 062 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015 PENGARUH PERENDAMAN AIR KELAPA DAN ROOTONE F TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin, Benth) Oleh : MUSLIMIN NIM. 110 500 062 Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2015 HALAMAN PENGESAHAN Judul Karya Ilmiah : Pengaruh Perendaman Air Kelapa Dan Rootone F Terhadap Pertumbuhan Stek Tanaman Nilam (Pogostemon Cablin, Benth) Nama : MUSLIMIN NIM : 110 500 062 Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan : Manajemen Pertanian Pembimbing, Penguji I, Penguji II, Nur Hidayat , SP, M.Sc NIP. 197210252001121001 Nurlaila , SP. MP NIP. 197110302001122001 Sri Ngapiyatun ,SP, MP NIP.197708272001122002 Menyetujui, Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Nur Hidayat , SP, M.Sc NIP. 19721025 2001111001 Lulus ujian pada tanggal........ Agustus 2015 Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Ir. Masrudy, MP NIP. 19600805 1988031003 ABSTRAK MUSLIMIN. Efektivitas pengaruh perendaman air kelapa dan Rootone F terhadap pertumbuhan stek tanaman nilam (Pogostemom Cablin,Benth) (di bawah bimbingan Nur Hidayat). Tujuan penelitan adalah untuk menganalisa tingkat pertumbuhan tanaman nilam (Pogostemon cablin, Benth) dengan perendaman air kelapa dan Rotoone F. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu sejak tanggal 28 November 2014 sampai dengan 28 Januari 2015, tempat penelitian di areal Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jl. Samratulagi. RT 34, Kelurahan Sungai Keledang Kecamatan Samarinda Seberang. Penelitian ini terdiri dari tiga taraf perlakuan yaitu, stek nilam tanpa perlakuan (p0) perendaman stek nilam dengan air kelapa (p1) dan perendaman stek nilam dengan Rotoone F (p2). Masing masing perlakuan diulang sebanyak 10 kali. Jumlah stek nilam yang diamati sebanyak 60 stek dengan metode destruktif untuk 2 kali pengamatan. Hasil penelitian pada variabel jumlah tunas dan jumlah daun pada umur 1 dan 2 Bulan Setelah Tanam (BST) di antara 3 perlakuan stek nilam kontrol (p0) perendaman dengan air kelapa (p1) dan perendaman dengan Rotoone F (p2) menunjukkan bahwa perendaman dengan air kelapa (p1) yang memiliki nilai paling tinggi. Kata kunci.air kelapa, Rotoone F, stek, tanaman nilam RIWAYAT HIDUP MUSLIMIN, lahir pada tanggal 7 September 1992 di Kecamatan Togo Binongko Sowa Merupakan anak ke 5 dari pasangan Bapak Ali dan Ibu Nurma. Memulai pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 04 popalia, Kabupaten wakatobi, lulus pada tanggal 29 Juni 2004. Kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Binongko, lulus pada tanggal 28 Juni 2007. Selanjutnya melanjutkan ke Sekolah Menegah Atas (SMA) Negeri Togo Binongko lulus pada tanggal 16 Juni 2010. Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2011 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. Pada tanggal 3 Maret sampai dengan 3 Mei 2015 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Kalpataru Sawit Plantation Desa Salo Cela Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur KATA PENGANTAR Segala puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan KaruniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah dengan judul Pengaruh perendaman air kelapa dan Rootone F terhadap pertumbuhan stek pada tanaman nilam (pogostemon cablin, Benth). Karya Ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Keberhasilan dan kelancaran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan Karya Ilmiah ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan baik moril maupun materil 2. Bapak Nur Hidayat, SP, M.Sc selaku Dosen pembimbing dan sekaligus Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. 3. Ibu Nurlaila, SP. MP serta Ibu Sri Ngapiyatun, SP, MP selaku dosen penguji I dan II. 4. Bapak Ir. Masrudy, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian. 5. Bapak Ir. H. Hasanudin, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda 6. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dalam penyusunan Karya Ilmiah ini yaitu seluruh mahasiswa Budidaya Tanaman Perkebunan yang memberi motifasi kepada penulis. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Penulis Samarinda,............................. 2015 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................... ii DAFTAR TABEL........................................................................................ iii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ iv I. PENDAHULUAN ............................................................................... .. 1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sejarah Tanaman Nilam ...................................................................... B. Sistematika Dan Morfologi Tanaman .................................................. C. Syarat Tumbuh Tanaman Nilam ......................................................... D. Pembibitan Tanama Nilam............................................................... E. Peranan Zat Pengatur Tumbu ............................................................. 1. Rootone F ........................................................................................ 2. Air Kelapa ........................................................................................ 5 6 8 13 13 14 15 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu .............................................................................. B. Alat dan Bahan .................................................................................... C. Perlakuan penelitian ............................................................................ D. Rancangan penelitian ......................................................................... E. Prosedur Penelitian ............................................................................. 1. Prsiapan Media Tanam Di Polibag.................................................. 2. Perlakuan ......................................................................................... 4. Penanaman Stek Nilam ................................................................... 6. Pemeliharaan................................................................................... F. Pengmbilan dan Pengolahan Data ..................................................... 1. Pengambilan data............................................................................ 2. Pengolahan Data ............................................................................. 17 17 17 18 18 18 18 19 19 20 20 20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ................................................................................................... 1. Jumlah tunas umur 1 dan 2 bulan sebelum tanaman .................. 2. Jumlah daun umur 1 dan 2 bulan sebelum tanaman ................... B. Pembahasa........................................................................................ C. 22 22 24 27 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...................................................................................... B. Saran ................................................................................................ 32 32 DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 33 LAMPIRAN ................................................................................................. 35 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Tata Letak Polybag............................................................................... 36 2. Jumlah tunas umur 1 dan 2 bulan........................................................ 37 3. Jumlah daun umur 1 dan 2 bulan......................................................... 38 4. Data pengamatan pengaruh perendaman dan perendaman Rootone F yang berbeda terhadap jumlah tunas stek nilam pada umur 1 bulan setelah tanman (BST) .......................................................................... 39 5. Data pengamatan pengaruh perendaman dan perendaman Rootone F yang berbeda terhadap jumlah tunas stek nilam pada umur 2 bulan setelah tanman (BST............................................................................ 39 6. Hasil pengamatan pengaruh perendaman dan perendaman Rootone F yang berbeda terhadap jumlah daun stek nilam pada umur 1 bulan setelah tanman (BST)........................................................................... 39 7. Hasil pengamatan pengaruh perendaman dan perendaman Rootone F yang berbeda terhadap jumlah daun stek nilam pada umur 2 bulan setelah tanman (BST)........................................................................... 39 8. Dokumentasi Kegiatan penelitian....................................................... 40 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Hasil uji lanjut dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5% terhadap perendaman stek nilam mengunakan ZPT yang berbeda pada variabel jumlah tunas umur 1 BST............................................................................. 22 2. Hasil uji lanjut dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5% terhadap perendaman stek nilam mengunakan ZPT yang berbeda pada variabel jumlah tunas umur 1 BST............................................................................ 23 3. Hasil uji lanjut dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5% terhadap perendaman stek nilam mengunakan ZPT yang berbeda pada variabel jumlah tunas umur 1 BST............................................................................. 24 4. Hasil uji lanjut dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5% terhadap perendaman stek nilam mengunakan ZPT yang berbeda pada variabel jumlah tunas umur 1 BST............................................................................. 25 1 I. PENDAHULUAN Tanaman nilam (Pogostemon cablin, Benth) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang memiliki prospek ekonomi cukup cerah, hasil dari tanaman nilam adalah minyak nilam yang diperoleh dari proses penyulingan daun dan ranting tanaman nilam. Di Indonesia pengembangan tanaman nilam mempunyai tujuan ganda, disamping untuk meningkatkan pendapatan petani juga meningkatkan produktivitas lahan kering. Berdasarkan laporan Market Essential Oil and Oleoresin, produksi nilam dunia mencapai 500–550 ton pertahun. Produksi Indonesia sekitar 450 ton pertahun, kemudian disusul Cina 50–80 ton pertahun. Produksi atsiri dunia yang didominasi Indonesia meliputi nilam, serai wangi, minyak daun cengkah dan kenanga. Menurut Santoso (2007), pembibitan nilam dapat dilakukan di polybag. Keuntungan pembibitan di polybag antara lain lebih mudah melakukan perawatan dan pengontrolan, menghemat penggunaan bibit serta dapat mengurangi tingkat kematian akibat pemindahan ke kebun atau lahan. Tanaman nilam jarang, bahkan hampir tidak pernah berbunga sehingga perbanyakan secara generatif tidak dilakukan. Pengembangan tanaman nilam dilakukan secara vegetatif dengan menggunakan stek cabang yang sudah berkayu dan mempunyai ruas-ruas pendek. Untuk mendapatkan stek yang baik, bahan stek berasal dari tanaman induk yang sehat, bebas dari hama penyakit serta tanaman induk berumur 6–12 bulan Santoso (2007). Perbanyakan tanaman nilam dilakukan dengan pengambilan stek dari tanaman induk yang berumur lebih dari satu tahun dan diambil dari ranting-ranting muda yang telah berkayu serta mempunyai banyak mata tunas. 2 Perbanyakan tanaman nilam dilakukan dengan cara vegetatif, yakni dengan stek batang dan stek cabang (Rukmana, 2004). Bibit tanaman nilam diperoleh dari perbanyakan stek batang. Bahan stek yang diambil berasal dari tanaman induk yang sudah berumur lebih dari 4 bulan. Ukuran stek yaitu 3 ruas dan panjangnya 15 cm serta daun dipangkas lebih dahulu dengan menyisakan 2–4 helai daun muda ( Amin, 2006). Media merupakan salah satu faktor luar yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembibitan stek. Hal ini, disebabkan media dalam pembibitan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan terhadap pertumbuhan awal, terutama terbentuknya akar. Sebagian unsur hara yang dibutuhkan tanaman tersebut dipasok dari media tanam. Media tanam yang baik memiliki komposisi yang tepat. Komposisi media tanam mempunyai kemampuan menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam menunjang kebutuhan hidup stek nilam. Media yang baik untuk pertumbuhan stek yaitu beraerasi baik dan bebas hama penyakit, mengandung cukup bahan organik dan mampu menahan air yang tinggi, sehingga air yang diperlukan selama pertumbuhan awal selalu terpenuhi (Hardjowigeno, 2003). Pemacuan peningkatan pertumbuhan stek nilam dengan pengaplikasian zat pengatur tumbuh. Perendaman zat pengatur tumbuh diharapkan memperbaiki pertumbuhan tanaman seperti mempercepat pembentukan akar. Pengaruh zat pengatur tumbuh secara fisiologis dapat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman. Air kelapa merupakan salah satu zat pengatur tumbuh alami yang lebih murah dan mudah didapatkan dan juga telah lama dikenal sebagai zat tumbuh. 3 Air kelapa muda mengandung zat hara dan zat pengatur tumbuh yang diperlukan untuk perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Air kelapa muda mengandung senyawa organik seperti vitamin C, vitamin B, hormon auksin, giberelin dan sitokinin 5,8 mg/L. Air kelapa muda juga mengandung air, protein, karbohidrat, mineral, vitamin, sedikit lemak, Ca dan P. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik yang bukan hara (nutrien), yang dalam jumlah sedikit dapat dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah proses fisiologi tumbuhan. ZPT terdiri dari lima yaitu auksin yang mempunyai kemampuan dalam mendukung perpanjangan sel, giberelin dapat menstimulasi pembelahan sel, pemanjangan sel atau keduanya, sitokinin mendukung terjadinya pembelahan sel, ethilen berperan dalam proses pematangan buah, dan asam absisat. ZPT auksin secara garis besarnya dapat dibagi atas dua golongan, yaitu alami seperti urine sapi dan air kelapa muda dan sintesis (buatan) dengan merk dagang seperti Atonik, Dekamon, Rotoone F, Root Up Abidin (1993). Zat Pengatur Tumbuh Rotoone F merupakan ZPT sintetis yang berbentuk serbuk, berwarna putih, yang berguna untuk mempercepat dan memperbanyak keluarnya akar-akar baru, karena mengandung bahan aktif dari hasil formulasi beberapa hormon tumbuh akar yaitu naftalenasetamida 0,067%, 2 metil 1 naftalenasetamida 0,013%, 2 metil 1 naftalen asetat 0,033%, indole 3 butirat (IBA) 0,057%, dan tiram 4% Santoso (2007). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa tingkat pertumbuhan tanaman nilam (Pogostemon cablin, Benth) dengan perendaman Rotoone F dan air kelapa 4 Dari penelitian ini diharapkan menjadi salah satu upaya untuk perbaikan tanaman nilam (Pogostemon cablin, Benth), khususnya dengan sistem stek pucuk yang di pacu dengan perendaman air kelapa dan perendaman Rotoone F 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sejarah Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth) Nilam merupakan jenis tanaman perdu yang rendah bercabang-cabang dekat dengan permukaan tanah, tidak mempunyai batang yang tegak, dan termasuk jenis rerumputan. Nama latinnya pogostemon cablin Benth. Daunnya berbau harum. Tanaman berasal dari India dan Cina ini tumbuh sebagai bagian dari semak-semak di pinggir kebun atau hutan di Indonesia. Nilam diambil minyaknya. Daun beserta ikutannya berupa ranting-ranting kecil direbus lalu uap/asapnya disuling menjadi minyak nilam, sejenis minyak atsiri. Tanaman nilam merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting, menyumbang devisa lebih dari 50% dari total ekspor minyak atsiri Indonesia. Hampir seluruh pertanaman nilam di Indonesia merupakan pertanaman rakyat yang melibatkan 36.461 kepala keluarga petani (Anonim, 2004). Indonesia merupakan pemasok minyak nilam terbesar di pasaran dunia dengan kontribusi 90%. Ekspor minyak nilam pada tahun 2002 sebesar 1.295 ton dengan nilai US $ 22,5 juta (Anonim, 2004). Sebagian besar produk minyak nilam diekspor untuk dipergunakan dalam industri parfum, kosmetik, antiseptik dan insektisida. Dengan berkembangnya pengobatan dengan aromaterapi, penggunaan minyak nilam dalam aromaterapi sangat bermanfaat selain penyembuhan fisik juga mental dan emosional. Selain itu, minyak nilam bersifat fixatif (mengikat minyak atsiri lainnya) yang sampai sekarang belum ada produk substitusinya (Anonim, 2004). 6 Pogostemon cablin sering juga disebut nilam Aceh. Jenis nilam ini termasuk famili Labiate yaitu kelompok tanaman yang mempunyai aroma yang mirip satu sama lain. Diantara jenis nilam, yang diusahakan secara komersil adalah varietas Pogostemon cablin Benth. Jenis ini sebenarnya dari Filipina, yang kemudian berkembang ke Malaysia, Madagaskar, Paraguay, Brazilia, dan Indonesia (Sudaryani, 2004). B. Sistimatika dan Morfologi Tanaman Nilam Taksonomi Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : lamiales Famili : labiateae Genus : Pogostemon Spesies : Pogostemon cablin Benth Menurut (Syarif, 1992), tanaman nilam meliputi tiga spesies yaitu P. cablin Benth, P. hortensis, dan P. heyneanus. Digunakan untuk bahan industri kosmetik, parfum, antiseptik, yang potensi pasarnya masih sangat terbuka, paling tidak untuk 10 tahun mendatang. Sifat minyak nilam adalah berat, kental, berwarna kuning hingga coklat tua, serta dapat disuling fraksional menjadi beberapa mutu. Daun nilam yang kering mengandung 1,4 % sampai 4 % minyak atsiri. Minyak ini mengandung sekitar 40 % patchouli alkohol. Pada zaman dahulu wanita-wanita bangsawan dan juga wanitawanita di daerah pedusunan menggunakan minyak nilam untuk meminyaki bayi agar baunya harum. Di luar negeri sejak dulu sampai sekarang para 7 penenun kain wol (Kashmir, Australia) menggunakan minyak nilam sebagai pencegah hama kain ngengat. Baunya yang khas menjadi tanda dagang kain wol Kashmir dengan harga mahal. Kain wol yang bermutu rendah dan harganya murah, setelah diberi minyak nilam harganya meningkat tinggi. Maka orang-orang Eropa juga membudidayakan tanaman nilam, terutama di Prancis. Indonesia menjadikan minyak nilam sebagai komoditi ekspor yang penting. Negara-negara Timur Tengah minta dikirimi berapa ton jumlahnya tidak terbatas dan tidak akan ditolak. Minyak nilam Sumatera Utara bermutu tinggi, menyusul kemudian produksi Jawa Timur. Bau wanginya yang khas sangat tahan lama. Dalam parfum digunakan hanya dalam konsentrasi rendah. Parfum ini juga digunakan untuk esens tembakau, minyak rambut dan beberapa produk cair seperti tinta dan pengawet kain linen. Selain Indonesia, tercatat pengekspor minyak nilam adalah Malaysia, Filipina, Brasil, India, dan Cina. Tanaman nilam adalah tanaman penghasil minyak atsiri, oleh sebab itu produksi, kadar dan mutu minyak merupakan faktor penting yang dapat dipergunakan untuk menentukan keunggulan suatu varietas. Disamping itu, karakter lainnya seperti sifat ketahanan terhadap penyakit juga merupakan salah satu indikator penentu. Banyak faktor yang mempengaruhi kadar dan mutu minyak nilam, antara lain, genetik (jenis), budidaya, lingkungan, panen dan paska panen Kondisi iklim, tanah dan bentuk wilayah merupakan faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan tanaman nilam di samping faktor lainnya. 8 1. Akar Tanaman nilam memiliki jenis perakaran berbentuk serabut, dengan jumlah yang tidak terlalu banyak. Dalam perakaran yang menancap ketanah mencapai 30–40 cm. 2. Batang Bentuk batang kecil, bercabang-cabang, dan berkulit tipis pada bagian luarnya, jenisnya berkayu dengan diameter 10–20 mm, dengan sistem percabangannya bertingkat–tingkat mengelilingi batang (3–5 cabang pertingkat ). Setelah tanaman berumur 6 bulan ,tingginya dapat mencapai 1 meter dengan radius mencapai selebar kurang lebih 60 cm. 3. Daun. Bentuk daun bergerigi, berbentuk bulat dan lonjong. Permukaan daun agak kasar, memiliki bulu tipis pada bagian luar daun (Sudaryani et,al 2004). C. Syaratan Tumbuh Tanaman Nilam 1. Tanah Nilam dapat di tanam tegalan/pekarangan ataupun di ditanah sawah, atau tanah tanah-tanah hutan yang baru dibuka. Tanaman ini lebih cocok tumbuh di tanah yang subur, gembur, dan banyak mengandung bahan organik. Dari pustaka yang tersedia belum dijelaskan jenis-jenis tanah yang terbaik untuk pertmbuhan nilam, akan tetapi untuk pengamatan di lapangan, ternyata nilam dapat tumbuh baik pada tanah regosol, letosol dan aluvial. Tanah-tanah tersebut bertekstur 9 lempung berpasir atau lempung berdebu dan kemasaman tanah antara pH 6-7. Lahan tanaman nilam tidak boleh tergenang air. Untuk mendapatkan tanah yang subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik dapat dilakukan dengan cara perendaman pupuk kandang yang sudah masak. Pemakaian pupuk kandang yang belum masak dapat menjadi sumber inokulum yang mengakibatkan busuknya akar nilam. Jika tanah yang dipergunakan untuk menanam nilam terlalu masam (pH di bawah 5,5), tanaman nilam dapat menjadi kerdil. Kekerdilan ini disebabkan oleh garam aluminium (Al) yang larut didalamnya. Untuk meningkatkan pH tanah, dapat dilakukan pengapuran, sekurangkurangnya dua bulan sebelum tanam. Kebutuhan kapur sekitar 0,5-1 ton perhektar tergantung tingkat kemasamannya. Akan tetepi, juka pH tanah terlalu basah, akan menyebabkan garam mangan (Mn) tidak dapat terserap tanaman, sehingga bentuk daun nilam akan kurus kecil. 2. Iklim Keadaan iklim dapat dirinci sebagai berikut : cahaya matahari, suhu, kelembapan, curah hujan, dan angin. Semua unsur yang termasuk di dalam faktor iklim ini tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling mempengaruhi. 3. Cahaya Matahari Penyinaran matahari secara langsung selama pertubuhan mempengaruhi warna dan ukuran daun nilam. Lahan tanaman nilam yang tidak diberipelindungan akan menyebabkan daun nilam kecil, agak tebal, dan berwarnah merah kekuning-kuningan. Namun, walaupun keadaan 10 daun demikian, kadar minyaknya lebih tinggi sebaliknya, jika penyinaran matahari tidak langsung karana adanya pohon pelindung, pertumbuhan tanaman nilam lebih subur, daunnya lebih lebar, dan tipis serta berwarna lebih hijau, tetapi kadar minyaknya lebih rendah. Itulah sebabnya, ada tiadanya pohon pelindung perlu dipertimbanngkan, walaupun tanaman nilam dapat tumbuh dan berkembang sebagai tanaman sela pada lahan perkebunan kelapa, karet, melinjo, jambu mete, dan sebagainya Pengaruh penyinaran sinar matahari sebagaimana diuraikan di atas dapat dijelakan sebagai berikut : sinar matahari berperan sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis bagi setiap tanaman. Jenis sinar yang dibutuhkan adalah sinar putih yang merupakan gabungan dari sinar merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Proses penyerapan sinar matahari tergantung dari jenis tanaman. Tanaman nilam lebih menyukai sinar matahari yang jatuh secara langsung, karena mampu meningkatkan kadar minyaknya. Selain berfungsi sebagai sumber energi, sinar matahari dapat mengait dengan faktor photoperiodesitas, yakni lamanya penyinaran matahari dalam satu harinya. Sedangkan intensitas penyinaran adalah jumlah kalori dari sinar matahari yang diterima oleh suatu bidang persatuan luas dan persatuan waktu. Akan tetapi intensitas penyinaran ini bernilai relatif, karana tergantung dari jenis tanaman. Daun nilam yang berwarna merah kekuning-kuningan dan mengecil, misalnya, disebabkan oleh tingkat transpirasi yang lebih tinggi daripada absorbs air oleh akarakarnya. 11 4. Suhu dan Ketinggian Faktor suhu berkaitan erat dengan ketinggian letak suatu tempat. Secara teoritas, setiap tanaman memerlukan suhu yang tinggi terutama pada fase generatif. Akan tetapi suhu yang terlalu tinggi terkadang bisa merusak jaringan tanaman dan menggugurkan daun-daun tanaman. Nilam termasuk jenis tanaman tropis. Oleh karena itu tanaman nilan dapat tumbuh dengan baik di daerah-daerah tropis antara 100 Lintang Utara sampai 100 Lintang Selatan. Suhu yang paling cocok untuk tanaman nilam adalah sekitar 180 -270 C. 5. Curah Hujan Curah hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman, diantaranya sebagai pelarut zat nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana transport hara dalam tanaman, penumbuhan sel dan pembentukan enzim, dan menjaga stabilitas suhu. Tanaman nilam membutuhkan curah hujan relatif tinggi, yakni antara 2.300-3.000 mm pertahun. 6. Kelembapan Kelembapan juga mempengaruhi kehidupan setiap tanaman. Reaksi setiap tanaman terhadap kelembapan tergantung dari jenis tanaman itu sendiri. Tanaman dataran rendah pada umumnya membutuhkan kelembapan yang tidak terlalu tnggi untuk melangsungkan pertumbuhannya. Tanaman nilam membutuhkan kelembapan sekitar 6070 %. 7. Angin Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman, terutama pada fase pertumbuhan fegetatif. Bila pada fase petumbuhan fegetatif terdapat 12 angin kering yang berhembus dengan kencang, tumbuh-tumbuhan dapat tumbang, termasuk tanaman nilam ( Sudaryani et,al 2004 ). D. Pembibitan Tanaman Nilam Tanaman nilam pada umumnya diperbanyak dengan cara vegetatif karena tanaman ini jarang sekali menghasilkan bunga. Tanaman nilam yang menghasilkan bunga mengidentifikasikan bahwa nilam seperti ini memiliki kadar minyak dan komposisi minyak yang rendah. Bibit tanaman nilam diperoleh dari perbanyakan stek batang. Bahan stek yang diambil berasal dari tanaman induk yang sudah berumur lebih dari 4 bulan. Ukuran stek yaitu 3 ruas dan panjangnya 15 cm serta daun dipangkas lebih dahulu dengan menyisakan 2–4 helai daun muda ( Amin, 2006). Hal yang harus diperhatikan dalam pembibitan nilam yaitu umur bibit rata-rata antara 6-8 minggu dan saat pemindahan ke lahan bibit harus dalam kondisi baik dan disarankan agar umur bibit tidak melebihi 60 hari sejak awal persemaian dilakukan. Berikut ini merupakan cara pembibitan nilam : Bibit stek dipotong 15-18 cm setelah itu stek langsung ditancapkan ke dalam polybag yang telah diisi dengan media tanam (Mangun, 2006). 1. Kriteria bibit Untuk mendapatkan stek bibit yang baik perlu di perhatikan beberapa hal berikut ini: a. Tanaman induk harus sehat, bebas dari hama dan penyakit. b. Tanaman induk harus berumur sekitar 6-12 bulan, dan harus dipilih Cabang-cabangnya yang muda dan sudah berkayu serta mempunyai ruas-ruas pendek. 13 c. Pisau pemotong harus tajam dan bersih, pemotongan dilakukan pagi hari dan cara memotongnya meruncing tepat di bawah atau di atas buku. d. Potongan satu stek bibit panjangnya sekitar 20-30 cm, dan mempunyai 3-4 mata tunas, sehingga satu tanaman induk dapat diperoleh sekitar 40-60 stek bibit. Kalau kriteria tersebut di atas sudah terpenuhi, bibit tersebut setelah dipotong-potong harus segera disemaikan, sebab tanaman nilam cepat layu dan mengering. Total kebutuhan bibit untuk lahan satu hektar antara 40.000-50.000 stek, atau sekitar 1,5-2 ton. E. Peranan Zat Pengatur Tumbuh Hormon adalah zat yang berfungsi sebagai pengatur yang dapat mempengaruhi jaringan-jaringan berbagai organ tanaman. Hormon tidak sama dengan pupuk. Zat ini sama sekali tidak memberikan tambahan unsur hara pada tanaman. Walaupun zat pengatur tumbuh ini memang bertugas untuk mengatur proses-proses fisiologis seperti pembelahan sel dan pemanjangan sel-sel tanaman sampai pertumbuhan akar, batang, daun, bunga dan buah. Dengan meningkatkan kemajuan teknologi pertanian, hormon yang terdapat didalam tanaman sudah dapat dibuat tiruannya, yaitu dengan cara mengetahui rumus kimia dari hormon yang kemudian di kembangkan, sehingga dapat di produksi sendiri oleh manusia. Dengan cara demikian, kini di pasaran muncul berbagai ragam zat perangsang buatan (sintetik)yang apabila diberikan pada tanaman akan menyerap pengaruhnya sama dengan hormon yang asli di hasilkan oleh tanaman itu sendiri (Sari,1994). 14 Pengaruh komperatif zat pengatur tumbuh dari Rotoone F dan air kelapa adalah sebagai berikut : 1. Rotoone F Rotoone F merupakan zat pengatur tumbuh. Menurut Abidinz (1993), adalah senyawa organik yang bukan hara, dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat mempercepat proses fisologis tumbuhan, zat pengatur tumbuh berperan dalam tumbuhan dan perkembangan tanaman bagi kelangsungan hidupnya. Tanpa adanya zat pengatur tumbuh berarti tidak ada pertumbuhan. ZPT Rotoone F adalah hormon perangsang pertumbuhan tanaman dengan bahan aktif sitokinin yang didektesi dari aktivitas biologis dan hasil ekstrasi bahan-bahan alamiah yang organik. Manfaat perkecambahan ZPT Rotoone benih dan F adalah secara untuk meningkatkan langsung meningkatkan perkecambahan akar, meningkatkan dan mempertahankan klorofil pada tanaman yang meningkatkan warna hijau pada daun, dan proses fotosintesis, mengurangi stres pada tanaman yang disebabkan oleh kondisi cuaca yang ekstrim, dan dengan demikian daya tahan terhadap hama dan penyakit, dan kekeringan dari embun lupas, meningkatkan daya serap hara tanah oleh tanaman meningkatkan umur simpan buah dan sayuran dengan cara menghambat degradasi. Cara penggunaan hormon ini adalah sebagai berikut : ambil bubuk hormon ini, masukkan kedalam ember, lalu kita muatkan air yang telah ditentukan. Aturan pakainya; untuk bibit setinggi 20-30 cm diperlukan 15 bubuk Rootone F ini 75 g/bibit. Sedangkan untuk bibit setinggi 50 cm lebih diperlukan hormon sebanyak 50-200 g/bibit. Cara menggunakannya: bila bibit itu berasal dari stek cukup dicelupkan saja sebentar kedalam campuran tadi sebelum ditanam di lapangan. Untuk bibit dari stump, oleskanlah adonan hormon ini pada akar bekas potongan baru ditanam. Untuk bibit cangkokan sebelum pembungkusan dengan kompos/moss, pada pangkal bagian bawah luka cangkokan tempat akar tumbuh, diolesi dulu dengan adonan hormon tadi baru dibungkus moss dan sabut kelapa atau plastik (Sudaryani, 1993). 2. Air Kelapa Menurut Abidin (1993), air kelapa salah satu alternatif bahan zat pengatur tumbuh, karena murah dan mudah didapat oleh petani. Seperti yang ditemukan oleh Gautheret 1942 bahwa air kelapa dapat digunakan untuk mempertahankan pertumbuhan. Selain itu beberapa zat yang didaptkan dari air kelapa seperti protein, lemak, karbihidrat, kalsium, fosfor, besi, kalsium merupakan komponen yang utam, asam askrobat dan selebihnya air. Air kelapa juga mengandung beberapa pengatur tumbuh seperti auksin dan sitokinin., air kelapa mengandung sejumlah gizi, yaitu protein, lemak, gula, sejumlah vitamin, asam amino dan hormone pertumbuhan. Kandungan gula maksimal, yaitu 3g/100 ml air kelapa, tercapai pada bulan keenam umur buah, kemudian menurun dengan semakin tuanya kelapa. Jenis gula yang terkandung glukosa, fruktosa, surkosa dan surbitol. Gula-gula inilah yang menyebabkan air kelapa terasa lebih manis. 16 Menurut hasil penelitian Hidayat (2006), perlakuan konsentrasi air kelapa berbeda nyata terhadap saat muncul tunas, panjang tunas umur 60, 90, 120 dan 150 Hari Sebelum Tanam (HST), jumlah tunas semua umur pengamatan 90, 120, dan 150 HST, jumlah ruas umur 150 HST dan diameter tunas. Konsentrasi air kelapa 400 ml/l air menghasilkan yang terbaik diantara konsentrasi 200 dan 600 ml/l air pada pada pertumbuhan stek.perlakuan lama perendaman berbeda nyata terhadap panjang tunas umur 60, 90, 120, dan 150 HST, jumlah daun umur 120 dan 150 HST, jumlah ruas umur 150 HST dan diameter tunas. Lama perendaman 8 jam menghasilkan yangterbaik diantara 4 dan 12 jam pada pertumbuhan stek. Interaksi antara kedua perlakuan tidak berbeda nyata terhadap semua variabel pengamatan. 17 III. METODE PENTELITIAN A. Tempat dan Waktu Tempat dilakukan penelitian di jalan Samartulangi sungai keledang gang Alyaroski RT 34 Kegiatan ini di lakukan selam 2 bulan, terhitung mulai dari bulan November sampai dengan bulan Januari tahun 2015. Waktu yang diperluka dalam penelitin ini adalah 2 bulan, terhitung dari tanggal 28 November 2014 sampai dengan tanggal 28 Januari 2015 meliputi persiapan, plaksanaan dan penyusunan laporan. B. Alat Dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: alat tulis, ayakan ukuran 1x1 m polybag, gombor, sprayer, besi/kayu, ember, cangkul, piring, timbangan, gelas ukur, kamera, pisau/gunting. Sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: setek tanaman nilam, air kelapa, Rootone F, air, top soil dan polybag. C. Perlakuan penelitian Perlakuan penelitian adalah perendaman stek nilam (pogostemon cablin, Benth) pada 3 taraf perlakuan dan 10 kali ualangan yaitu: p0 : Kontrol (Tanpa perlakuan) p1 : Perendaman air kelapa p2 : Perendaman Rotoone F D. Rancangan penelitian Penelitian ini disusun menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan perlakuan ZPT yang berbada terhadap pertumbuhan stek nilam (Pogostemon cablin, Benth) 18 E. Prosedur penelitian 1. Persiapan media tanam di polybag. Media tanam berasal dari tanah top soil yang sebelumnya sudah dibersihkan kemudian diayak dengan menggunakan ayakan. Media tersebut dimasukkan ke dalam polybag ukuran 10x15 cm. 2. Perlakuan a. Perendaman air kelapa Air kelapa di masukan kedalam ember dengan konsentrasi 200 ml untuk perendaman bibit stek nilam. Perendaman dilakukan selama 5 menit. b. Perendaman Rotoone F Zat pengatur tumbuh Rotoone F di timbang seberat 75 g kemudian di larutkan denagan air sebanyak 1 l, Perendaman dilakukan selama 5 menit. c. Persiapan Zat Perangsang Tumbuh (ZPT) Zat Perangsang Tumbuh (ZPT) yang digunakan untuk penelitian ini adalah air kelapa disiapkan sebanyak 200 ml dan Rootone F 75 g 1 l. Air. Stek yang telah disiapkan direndam kedalam larutan selama 5 menit. Perendaman zat perangsang tumbuh perangsang pertumbuhan akar dilakukan sebelum polybag. penamana dilakukan kemudian (ZPT) sebagai satu kali yaitu sekali dimasukan kedalam 19 3. Penanaman stek nilam a. Dibuat lubang tanam menggunakan besi/kayu di tengah-tengah polybag, sedalam 3-5 cm. b. Stek ditanam satu-persatu di setiap polybag, kemudian media tanam dipadatkan dengan hati-hati. c. Media tanam dan stek disiram hingga basah dan merata. 4. Pemeliharan a. Penyiraman Penyiraman dilakukan untuk mencegah terjadinya kekeringan dan mempermudah tanaman mengambil zat-zat hara yang diperlukan dalam proses pertumbuhan. Penyiraman disesuaikan dengan media tanam dan kondisi cuaca pada hari itu. b. Penyulaman Penyulaman dilakukan pada stek yang tumbuhnya tidak sehat atau abnormal dengan cara menggantinya dengan stek cadangan yang sesuai dengan umur dan perlakuan. c. Penyiangan Penyiangan pembibitan nilam dilakuakn secara manual dengan cara mencabut gulma yang berada di dalam polybag dan sekitarnya. d. Penggemburan Penggemburan dilakukan jika tanah memadat akibat penyiraman, dan dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak perakaran pada stek nilam. 20 e. Pengendalian hama dan penyakit Pengendalian hama di pembibitan nilam dilakukan secara manual dengan cara mengutip (mengambil) hama yang mengganggu pembibitan. F. Pengambilan Dan Pengolahan Data 1. Pengambilan Data Pengambilan data melalui pengukuran masing-masing parameter dilakukan sebanyak dua kali yaitu: a. Pertama pada saat stek berumur 1 bulan setelah tanam. b. Kedua pada saat stek berumur 2 bulan setelah tanam . 2. Pengolahan Data Adapun parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Jumlah tunas (kuncup) Perhitungan jumlah tunas dilakukan dengan menghitung seluruh tunas yang mulai muncul di bagian batang stek. b. Jumlah Daun (helai) Perhitungan jumlah daun dilakukan dengan menghitung seluruh daun yang telah membuka sempurna yang ada pada tunas stek, penghitungan jumlah daun dilakukan setiap 1 bulan sekali. Sebelum dilakukan pengambilan data terlebih dahulu dilakukan penghitungan data awal setelah bibit berumur 1 hari setelah penanaman stek, penghitungan ini dilakukan guna menghindari terjadinya data yang bias. 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Jumlah Tunas Umur 1 dan 2 Bulan Setelah Tanam (BST) a. Jumlah tunas umur 1 bulan Berdasarkan hasil sidik ragam pengaruh perendaman air kelapa dan Rotoone F terhadap jumlah tunas pada stek nilam umur 1 bulan setelah tanam (BST) menunjukkan bahwa berpengaruh sangat nyata pada jumlah tunas (Lampiran 3). Sehingga di lakukan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5% terhadap perendaman stek nilam mengunakan ZPT yang berbeda pada variabel jumlah tunas umur 1 BST, di sajikan pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Hasil uji beda nyata terkecil (BTN) taraf 5% terhadap perendaman ZPT yang berbeda pada variabel rata-rata jumlah tunas stek nilam pada umur 1 BST. Perlakuan jumlah tunas (kuncup) b Kontrol Tanpa perlakuan (p0) 1,9 a Perendaman air kelapa (p1) 4,6 b Perendaman rootone F (p2) 2,2 Keterangan : angka rata-rata jumlah tunas yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% Dari hasil pengujian BNT 5% (Tabel 1) ternyata di antara 3 perlakuan stek nilam kontrol (p0) perendaman dengan air kelapa (p1) dan perendaman dengan Rotoone F (p2) hanya perendaman dengan air kelapa (p1) yang memiliki nilai paling tinggi yaitu sebesar 4,6 dibandingkan dengan kontrol (p0) sedangkan perendaman Rotoone F (p2) memiliki jumlah tunas yang sama tinggi dengan kontrol (p0). Hal ini diduga perbedaan kesuburan tanah atau faktor 22 lingkungan yang lain yang masuk kedalam perlakuan.bukan karena antarvariates nilam. Hasil yang tertinggi diperoleh pada perlakuan perendaman menggunakan air kelapa dengan rata-rata jumlah tunas 4,6 b. Jumlah tunas umur 2 bulan Berdasarkan hasil sidik ragam pengaruh perendaman air kelapa dan Rotoone F terhadap jumlah tunas pada stek nilam umur 2 bulan setelah tanam (BST) menunjukkan bahwa berpengaruh sangat nyata pada jumlah tunas (Lampiran 5). Sehingga dilakkan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5% terhadap perendaman stek nilam mengunakan ZPT yang berbeda pada variabel jumlah tunas umur 2 BST, di sajikan pada Tabel 2 bawah ini. Tabel 2. Hasil uji lanjut dengan uji beda nyata terkecil (BNT) taraf 5% terhadap perendaman stek nilam mengunakan ZPT yang berbeda pada variabel rata-rata jumlah tunas pada umur 2 BST. Perlakuan Kontrol Tanpa perlakuan (p0) Perendaman air kelapa (P1) Perendaman rootone F (P2) jumlah tunas (kuncup) b 8.4 a 15.0 b 8.9 Keterangan : angka rata-rata jumlah tunas yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% Dari hasil pengujian BNT 5% (Tabel 2) ternyata di antara 3 perlakuan stek nilam kontrol (p0) perendaman dengan air kelapa (p1) dan perendaman dengan Rotoone F (p2) hanya perendaman dengan air kelapa (p1) yang memiliki nilai paling tinggi yaitu sebesar 8,4 dibandingkan dengan kontrol (p0) sedangkan perendaman Rotoone F (p2) memiliki jumlah tunas yang sama tinggi dengan kontrol (p0). Hal ini diduga perbedaan kesuburan tanah atau faktor 23 lingkungan yang lain yang masuk kedalam perlakuan.bukan karena antarvariates nilam. Hasil yang tertinggi diperoleh pada perlakuan perendaman menggunakan air kelapa dengan rata-rata jumlah tunas 15,0 2. Jumlah daun Umur 1 dan 2 Bulan Setelah Tanam (BST) a. Jumlah daun (helai) umur 1 bulan Berdasarkan hasil sidik ragam pengaruh perendaman air kelapa dan Rotoone F terhadap jumlah daun pada stek nilam umur 1 bulan setelah tanam (BST) menunjukkan bahwa berpengaruh sangat nyata pada jumlah daun (Lampiran 4). Sehingga di lakukan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5% terhadap perendaman stek nilam mengunakan ZPT yang berbeda pada variabel jumlah daun umur 1 BST, di sajikan pada Tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Hasil uji beda nyata terkecil (BNT) taraf 5% terhadap perendaman ZPT yang berbeda pada variabel rata-rata jumlah daun (helai) stek nilam pada umur 1 BST Perlakuan Kontrol Tanpa perlakuan (p0) Perendaman air kelapa (P1) Perendaman rootone F (P2) jumlah daun (helai) b 6.0 a 15.7 b 5.4 Keterangan : angka rata-rata jumlah daun yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% Dari hasil pengujian dengan BNT 5% (Tabel 3) ternyata di antara 3 perlakuan stek nilam kontrol (p0) perendaman dengan air kelapa (p1) dan perendaman dengan Rotoone F (p2) hanya perendaman dengan air kelapa (p1) yang memiliki nilai paling tinggi yaitu sebesar 15,7 dibandingkan dengan kontrol (p0) sedangkan 24 perendaman Rotoone F (p2) memiliki jumlah daun yang sama tinggi dengan kontrol (p0). Hal ini diduga perbedaan kesuburan tanah atau faktor lingkungan yang lain yang masuk kedalam perlakuan.bukan karena antarvariates nilam. Hasil yang tertinggi diperoleh pada perlakuan perendaman menggunakan air kelapa dengan rata-rata jumlah daun 15,7 b. Jumlah daun (helai) umur 2 bulan Berdasarkan hasil sidik ragam pengaruh perendaman air kelapa dan Rotoone F terhadap jumlah daun pada stek nilam umur 2 bulan setelah tanam (BST) menunjukkan bahwa berpengaruh sangat nyata pada jumlah daun (Lampiran 6). Sehingga di lakukan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5% terhadap perendaman stek nilam mengunakan ZPT yang berbeda pada variabel jumlah daun umur 2 BST, di sajikan pada Tabel 4 di bawah ini. Tabel 4. Hasil uji lanjut dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5% terhadap perendaman stek nilam mengunakan ZPT yang berbeda pada variabel rata-rata jumlah daun pada umur 2 BST. Perlakuan Kontrol Tanpa perlakuan (p0) Perendaman air kelapa (P1) Perendaman rootone F (P2) jumlah daun (helai) b 12.5 a 31.7 b 12.7 Keterangan : angka rata-rata jumlah daun yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% Dari hasil pengujian dengan BNT 5% (Tabel 4) ternyata di antara 3 perlakuan stek nilam kontrol (p0) perendaman dengan air kelapa (p1) dan perendaman dengan Rotoone F (p2) hanya perendaman dengan air kelapa (p1) yang memiliki nilai paling tinggi 25 yaitu sebesar 31,7 dibandingkan dengan kontrol (p0) sedangkan perendaman Rotoone F (p2) memiliki jumlah daun yang sama tinggi dengan kontrol (p0). Hal ini diduga perbedaan kesuburan tanah atau faktor lingkungan yang lain yang masuk kedalam perlakuan bukan karena antarvariates nilam. Hasil yang tertinggi diperoleh pada perlakuan perendaman menggunakan air kelapa dengan rata-rata jumlah daun 31,7. B. PEMBAHASAN 1. Jumlah tunas (kuncup) Hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5% terhadap variabel jumlah tunas umur 1 (satu) BST pada perlakuan perendaman ZPT yang berbeda terhadap pertumbuhan jumlah tunas menunjukkan bahwa nilai rata-rata tertinggi pada perlakuan (p1) yaitu sebesar 4,6 dan nilai terendah diperoleh pada perlakuan kontrol (p0) yaitu sebesar 1,9 namun tidak berbeda nyata dengan perendaman Rotoone F (p2) dengan jumlah tunas 2,2. Hal ini diduga karena air kelapa selain memiliki zat pengatur tumbuh seperti auksin dan sitokinin dan air kelapa juga memiliki memiliki unsur hara fosfor (P) protein, lemek, karbohidrat, kalsium, besi, kalsium merupakan komponen yang utama, asam askorbat dan selebihnya air. Yang lebih lengkap daripada Rotoone F. Air kelapa dan Rootone F menunjukkan pengaruh berbeda nyata terhadap waktu munculnya tunas pertama. Kedua jenis zat pengatur tumbuh alami ini memperlihatkan waktu muncul tunas lebih cepat dari pada tanpa perlakuan. Stek yang diberi air kelapa dan Rootone F akan mendorong tunas muncul lebih awal. (Abidin,1993). 26 Hasil sidik ragam perlakuan perendaman dan perendaman dengan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang berbeda terhadap pertumbuhan jumlah tunas umur 2 (dua) BST stek nilam menunjukkan bahwa tanpa perlakuan (p0) berbeda nyata dengan perendamn air kelapa sebanyak 200 ml (p1) dan air kelapa sebanyak 200 ml (p1) berbeda nyata terhadap perendamn Rotoone F (p2) hal ini diduga karena hormon yang terdapat dalam air kelapa, Rootone F masih tetap merangsang pertumbuhan stek nilam untuk umur 2 Bulan Setelah Tanam (BST). Pengaruh perendaman stek nilam pada Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang berbeda terhadap variabel jumlah tunas umur 2 Bulan Setelah Tanam (BST) berbeda nyata karena diduga tersedianya unsur hara yang cukup pada saat umur dua bulan dalam fase vegetatif dapat menunjang laju pembentukan sel-sel baru. Sel-sel baru terbentuk karena adanya aktivitas pembelahan sel dan perpanjangan sel (Salisbury dan Ross,1995). Menurut Parnata (2004), bahwa peran utama sitokinin adalah memacu pembelahan sel dan pembentukan organ. Pada tahun 1940an Johannes van overbeek menemukan bahwa endosperma cair buah kelapa yang belum matang kaya akan senyawa yang dapat memacu sitokinensis (pembelahan sel). Posfor (P) yang terkandung di dalam air kelapa dapat memacu pembentukan akar, memperkuat batang tanaman dan membantu proses fotosintesis dan respirasi. Dengan demikian proses metabolisme pada stek tanaman nilam dapat meningkat. Proses ini berdampak pada meningkatnya laju pembentuakan tunas dan daun.Parnata (2004). 27 2. Jumlah daun (helai) Rata-rata jumlah daun yang berbeda diperoleh dengan menggunakan air kelapa sebesar 15,7 helai. Hal ini diduga karena jumlah daun selama penelitian dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan Menurut Sudaryani (1993), jumlah daun dipengaruhi oleh lingkungan. Oleh karena itu, laju pertumbuhan daun yang dimiliki oleh bibit stek nilam diduga dipengaruhi oleh peranan lingkungan disekitarnya. Hasil uji BNT 5% terhadap variabel jumlah daun umur 1 (satu) Bulan Setelah Tanam (BST) pada perlakuan perendaman Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang berbeda terhadap pertumbuhan jumlah daun menunjukkan bahwa nilai rata-rata tertinggi pada perlakuan (p1) yaitu sebesar 4,6 dan nilai terendah diperoleh pada perlakuan kontrol (p0) yaitu sebesar 1,9 namun tidak berbeda nyata dengan perendaman Rotoone F (p2) dengan jumlah tunas 2,2. Hal ini diduga karena air kelapa selain memiliki zat pengatur tumbuh seperti auksin dan sitokinin dan air kelapa juga memiliki memiliki unsur hara fosfor (P) protein, lemek, karbohidrat, kalsium, besi, kalsium merupakan komponen yang utama, asam askorbat dan selebihnya air. Yang lebih lengkap daripada Rotoone F.. Dari penjelasan di atas tanpa perlakuan (p0) menunjukan pertumbuhan tanaman kurang baik di banding dengan perendaman air kelapa sebanyak 200 ml (p1) dan perendamn Rotoone F (p2) Dari pertumbuhan jumlah daun maupun jumlah tunas ini diduga perendaman auksin air kelapa lebih baik dibandingkan dengan perendaman Rootone F pada tanaman nilam hal ini diduga perlakuan 28 perendaman stek nilam dengan air kelapa (p1) lebih optimal dan dapat diterima baik oleh tanaman. Menurut Sudaryani dan Sugiharti (1989), bahwa pertumbuhan stek nilam memerlukan unsur hara yang berjumlah besar, sehingga perendaman stek nilam dengan auksin air klapa dan perendaman Rotoone F terhadap stek nilam sangat penting untuk di perhatikan karena hasil yang diambil dari tanaman nilan adalah daun, sehingga vegetativ tanaman merupakan faktor utama. Pengaruh auksin dari proses pembentukan akar membantu mengimbangikan pertumbuhan jumlah daun terdapat bukti kuat bahwa auksin yang diberikan kepada stek tanaman nilam sangat berpengaruh pada awal pertumbuhan jumlah daun (Salisbury dan Ross, 1995). Menurut Abidin (1993), air kelapa salah satu alternatif bahan zat pengatur tumbuh, karena murah dan mudah didapat oleh petani. Air kelapa mengandung beberapa zat pengatur tumbuh seperti auksin dan sitokinin. Hasil sidik ragam perlakuan perendaman dan perendaman dengan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang berbeda terhadap pertumbuhan jumlah daun umur 2 (dua) Bulan Setelah Tanam (BST) stek nilam menunjukkan bahwa tanpa perlakuan (p0) berbeda nyata dengan perendamn air kelapa sebanyak 200 ml (p1) dan air kelapa sebanyak 200 ml (p1) berbeda nyata terhadap perendamn Rotoone F (p2) hal ini diduga karena hormon yang terdapat dalam air kelapa, Rootone F merangsang pembentukan jumlah tunas sampai umur Bulan Setelah Tanam (BST). 2 29 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Dari hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5% di antara 3 perlakuan stek nilam kontrol (p0) perendaman dengan air kelapa (p1) dan perendaman dengan Rotoone F (p2) pada umur 1 dan 2 Bulan Setelah Tanam (BST) terhadap jumlah tunas dan jumlah daun hanya perendaman dengan air kelapa (p1) yang memiliki nilai paling tinggi. B. Saran Untuk meningkatkan pertumbuhan stek tanaman nilam dapat menggunaka ZPT dari air kelapa dan rootone F sebagai pengganti zat pengatur tumbuh sintetik. 30 DAFTAR PUSTAKA Abidin Z. 1993. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Percetakan Angkasa, Bandung Amin, M. 2006. Nilam, (Online),(http://www.riaupos.com WAP: wap.riaupos.com, diakses 09 Juli 2006) Anonim 2004 Ditjen Bina Produksi Perkebunan Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta:Penerbit Akademika Pressindo Hidayat A. 2006. Pengaruh Konsentrasi Dan Lama Perendaman Air Kelapa Terhadp Pertumbuhan Vegetative Stek Lada (Piper Nigrum L). Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman , Samarinda. (Tidak dipublikasikan) Mangun, H.M.S. 2006. Nilam. Jakarta: Penebar Swadaya Parnata, AS. 2004. Pupuk Organic Cair, Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia Pustaka. Jakarta. Rukmana, R.H. 2004. Nilam Prospek Agribisnis dan Teknik Budi Daya. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Rahardja, P.C dan Wahyu Wiryanta. 2003. Aneka Memperbanyak Tanaman. Jakarta: Agromedia Pustaka Salisbury FB dan ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Penerbit ITB, Bandung Santoso, H.B. 2007. Nilam Bahan Industri Wewangian. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Santoso, H.B. 1990 Bertanam Nilam ,kanisius , Yogyakarta: Penerbit Kanisius Sari L. 1994. Membuat tanaman cepat berbuah. Penebar swadaya, Jakarta. Sudaryani dan Sugiharti. 1989. Budidaya dan Penyulingan Nilam. Penebar Angkasa. Bandung Sudaryani T. 1993. budidaya dan penyulingan nilam PT. Penebar swadaya , Jakarta Sudaryani et , al 2004. Jenis jenis tanaman nilam.penebar swadaya, Jakarta Syarif 1992. Minyak Atsiri Nilam ,kanisius , Yogyakarta 31 LAMPIRAN 32 Lampiran 1. Tata Letak Polybag P1 P0 2 10 P1 3 7 P03 P1 P0 10 8 P2 P2 5 1 P1 4 3 P1 5 P2 7 P0 P1 6 1 Keterangan : p0 : Kontrol (Tanpa perlakuan) p1 : Perendaman air kelapa p2 : Perendaman Rotoone F P2 P0 9 9 P1 6 P2 8 P0 5 P2 1 P0 2 P0 P0 P0 P1 8 P2 P1 10 9 P0 4 P1 7 P2 3 4 P2 P2 6 2 33 Lampiran 2. Jumlaah Tunas Umur 1 dan 2 Bulan Bulan Perlakuan P0 1 P0 2 P0 3 P0 4 P0 5 P0 6 P0 7 P0 8 P0 9 P0 10 P1 1 P1 2 P1 3 P1 4 P1 5 P1 6 P1 7 P1 8 P1 9 P1 10 P2 1 P2 2 P2 3 P2 4 P2 5 P2 6 P2 7 P2 8 P2 9 P2 10 Jumlah Pertama 2 5 7 7 6 9 3 6 5 7 5 10 13 20 14 14 25 14 18 14 15 5 7 6 5 4 6 4 3 5 9 271 Kedua 4 16 11 14 11 13 10 13 12 14 11 15 25 44 27 34 42 30 30 33 37 14 15 13 18 11 13 8 8 14 13 569 34 Lampiran 3. Jumlah Daun Umur 1 dan 2 Bulan Bulan Perlakuan P0 1 P0 2 P0 3 P0 4 P0 5 P0 6 P0 7 P0 8 P0 9 P0 10 P1 1 P1 2 P1 3 P1 4 P1 5 P1 6 P1 7 P1 8 P1 9 P1 10 P2 1 P2 2 P2 3 P2 4 P2 5 P2 6 P2 7 P2 8 P2 9 P2 10 Jumlah Pertama 2 2 2 4 3 6 2 3 2 4 5 4 13 9 7 5 14 12 4 7 7 2 2 7 5 3 2 7 2 5 8 158 Kedua 4 7 9 9 8 10 7 11 5 9 9 9 16 21 15 12 21 16 12 17 11 12 5 11 10 9 6 10 5 9 12 323 35 Lampiran 4. Hasil sidik ragam (SR) pengaruh perendaman air kelapa dan perendaman Rootone F terhadap jumlah tunas stek nilam pada umur 1 bulan setelah tanman (BST) Sk Db Jk Kt F hitung F 5% Perlakuan 2 134.0666667 67.0333333 9.44** 3,35 Galat 27 191.8000000 7.1037037 Total 29 325.8666667 KK = 50,60653 F 1% 5,49 Lampiran 5. Hasil sidik ragam (SR) pengaruh perendaman air kelapa dan perendaman Rootone F terhadap jumlah tunas stek nilam pada umur 2 bulan setelah tanman (BST) SK Db JK KT F hitung F 5% Perlakuan 2 270.0666667 135.0333333 15.24** 3,35 Galat 27 239.3000000 8.8629630 Total 29 509.3666667 KK = 27,65082 F 1% 5,49 Lampiran 6. Hasil sidik ragam (SR) pengaruh perendaman air kelapa dan perendaman Rootone F terhadap jumlah daun stek nilam pada umur 1 bulan setelah tanman (BST) SK Db JK KT F hitung F 5% Perlakuan 2 668.4666667 334.2333333 42.47** 3,35 Galat 27 212.5000000 7.8703704 Total 29 880.9666667 KK = 31.05629 % Lampiran 7. Hasil sidik ragam (SR) pengaruh perendaman air kelapa dan perendaman Rootone F terhadap jumlah daun stek nilam pada umur 2 bulan setelah tanman (BST) SK Db JK KT F hitung F 5% Perlakuan 2 2432.266667 1216.133333 43.28** 3,35 Eror 27 758.700000 28.100000 Total 29 3190.966667 KK = 27.94873 F 1% 5,49 F 1% 5,49 36 Lampiran 8. Dokumentasi Kegiatan Stek Nilam Gambar 1. Pengambilan tanah untuk media tanam Gambar 2. Pegisian polybag untuk media tanam 37 Gambar 3. Perlakuan air kelapa Gambar 4. Perlakuan Rootone F 38 Gambar 5. Pembuatan lubang tanam Gambar 6. Penanaman stek nilam 39 Gambar 7. Pengambilan data