PENGARUH PERENDAMAN AIR KELAPA DAN ROOTONE F

advertisement
PENGARUH PERENDAMAN AIR KELAPA DAN ROOTONE F
TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN NILAM
(Pogostemon cablin, Benth)
Oleh :
MUSLIMIN
NIM. 110 500 062
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2015
PENGARUH PERENDAMAN AIR KELAPA DAN ROOTONE F
TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN NILAM
(Pogostemon cablin, Benth)
Oleh :
MUSLIMIN
NIM. 110 500 062
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2015
PENGARUH PERENDAMAN AIR KELAPA DAN ROOTONE F
TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN NILAM
(Pogostemon cablin, Benth)
Oleh :
MUSLIMIN
NIM. 110 500 062
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2015
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah
:
Pengaruh Perendaman Air Kelapa Dan
Rootone F Terhadap Pertumbuhan Stek
Tanaman Nilam (Pogostemon Cablin,
Benth)
Nama
:
MUSLIMIN
NIM
:
110 500 062
Program Studi
:
Budidaya Tanaman Perkebunan
Jurusan
:
Manajemen Pertanian
Pembimbing,
Penguji I,
Penguji II,
Nur Hidayat , SP, M.Sc
NIP. 197210252001121001
Nurlaila , SP. MP
NIP. 197110302001122001
Sri Ngapiyatun ,SP, MP
NIP.197708272001122002
Menyetujui,
Ketua Program Studi
Budidaya Tanaman Perkebunan
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Nur Hidayat , SP, M.Sc
NIP. 19721025 2001111001
Lulus ujian pada tanggal........ Agustus 2015
Mengesahkan,
Ketua Jurusan
Manajemen Pertanian
Ir. Masrudy, MP
NIP. 19600805 1988031003
ABSTRAK
MUSLIMIN. Efektivitas pengaruh perendaman air kelapa dan Rootone F
terhadap pertumbuhan stek tanaman nilam (Pogostemom Cablin,Benth) (di
bawah bimbingan Nur Hidayat).
Tujuan penelitan adalah untuk menganalisa tingkat pertumbuhan
tanaman nilam (Pogostemon cablin, Benth) dengan perendaman air
kelapa dan Rotoone F.
Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu sejak tanggal 28
November 2014 sampai dengan 28 Januari 2015, tempat penelitian di areal
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Jl. Samratulagi. RT 34, Kelurahan Sungai
Keledang Kecamatan Samarinda Seberang. Penelitian ini terdiri dari tiga taraf
perlakuan yaitu, stek nilam tanpa perlakuan (p0) perendaman stek nilam dengan
air kelapa (p1) dan perendaman stek nilam dengan Rotoone F (p2). Masing
masing perlakuan diulang sebanyak 10 kali. Jumlah stek nilam yang diamati
sebanyak 60 stek dengan metode destruktif untuk 2 kali pengamatan.
Hasil penelitian pada variabel jumlah tunas dan jumlah daun pada umur 1
dan 2 Bulan Setelah Tanam (BST) di antara 3 perlakuan stek nilam kontrol
(p0) perendaman dengan air kelapa (p1) dan perendaman dengan
Rotoone F (p2) menunjukkan bahwa perendaman dengan air kelapa (p1)
yang memiliki nilai paling tinggi.
Kata kunci.air kelapa, Rotoone F, stek, tanaman nilam
RIWAYAT HIDUP
MUSLIMIN, lahir pada tanggal 7 September 1992 di
Kecamatan Togo Binongko Sowa Merupakan anak ke 5
dari
pasangan Bapak Ali dan Ibu Nurma. Memulai
pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 04 popalia,
Kabupaten wakatobi, lulus pada tanggal 29 Juni 2004.
Kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Negeri 2 Binongko, lulus pada tanggal 28 Juni 2007. Selanjutnya
melanjutkan ke Sekolah Menegah Atas (SMA) Negeri Togo Binongko lulus pada
tanggal 16 Juni 2010. Pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2011 di Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda Jurusan Manajemen Pertanian Program Studi
Budidaya Tanaman Perkebunan. Pada tanggal 3 Maret sampai dengan 3 Mei
2015 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Kalpataru Sawit
Plantation Desa Salo Cela Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Timur
Provinsi Kalimantan Timur
KATA PENGANTAR
Segala puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan KaruniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Ilmiah dengan judul Pengaruh perendaman air kelapa dan Rootone F
terhadap pertumbuhan stek pada tanaman nilam (pogostemon cablin, Benth).
Karya Ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian guna memenuhi salah
satu syarat untuk menyelesaikan studi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
Keberhasilan dan kelancaran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan
Karya Ilmiah ini juga tidak terlepas dari peran serta dan bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1.
Keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan baik moril maupun
materil
2.
Bapak Nur Hidayat, SP, M.Sc selaku Dosen pembimbing dan sekaligus
Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.
3.
Ibu Nurlaila, SP. MP serta Ibu Sri Ngapiyatun, SP, MP
selaku dosen
penguji I dan II.
4.
Bapak Ir. Masrudy, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian.
5.
Bapak Ir. H. Hasanudin, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda
6.
Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dalam penyusunan Karya
Ilmiah ini yaitu seluruh mahasiswa Budidaya Tanaman Perkebunan yang
memberi motifasi kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, semoga Karya Ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi yang membacanya.
Penulis
Samarinda,............................. 2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................
i
DAFTAR ISI ...............................................................................................
ii
DAFTAR TABEL........................................................................................
iii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
iv
I. PENDAHULUAN ............................................................................... ..
1
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah Tanaman Nilam ......................................................................
B. Sistematika Dan Morfologi Tanaman ..................................................
C. Syarat Tumbuh Tanaman Nilam .........................................................
D. Pembibitan Tanama Nilam...............................................................
E. Peranan Zat Pengatur Tumbu .............................................................
1. Rootone F ........................................................................................
2. Air Kelapa ........................................................................................
5
6
8
13
13
14
15
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu ..............................................................................
B. Alat dan Bahan ....................................................................................
C. Perlakuan penelitian ............................................................................
D. Rancangan penelitian .........................................................................
E. Prosedur Penelitian .............................................................................
1. Prsiapan Media Tanam Di Polibag..................................................
2. Perlakuan .........................................................................................
4. Penanaman Stek Nilam ...................................................................
6. Pemeliharaan...................................................................................
F. Pengmbilan dan Pengolahan Data .....................................................
1. Pengambilan data............................................................................
2. Pengolahan Data .............................................................................
17
17
17
18
18
18
18
19
19
20
20
20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ...................................................................................................
1. Jumlah tunas umur 1 dan 2 bulan sebelum tanaman ..................
2. Jumlah daun umur 1 dan 2 bulan sebelum tanaman ...................
B. Pembahasa........................................................................................
C.
22
22
24
27
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................
B. Saran ................................................................................................
32
32
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................
33
LAMPIRAN .................................................................................................
35
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Tata Letak Polybag............................................................................... 36
2. Jumlah tunas umur 1 dan 2 bulan........................................................
37
3. Jumlah daun umur 1 dan 2 bulan.........................................................
38
4. Data pengamatan pengaruh perendaman dan perendaman Rootone
F yang berbeda terhadap jumlah tunas stek nilam pada umur 1 bulan
setelah tanman (BST) .......................................................................... 39
5. Data pengamatan pengaruh perendaman dan perendaman Rootone
F yang berbeda terhadap jumlah tunas stek nilam pada umur 2 bulan
setelah tanman (BST............................................................................ 39
6. Hasil pengamatan pengaruh perendaman dan perendaman Rootone
F yang berbeda terhadap jumlah daun stek nilam pada umur 1 bulan
setelah tanman (BST)........................................................................... 39
7. Hasil pengamatan pengaruh perendaman dan perendaman Rootone
F yang berbeda terhadap jumlah daun stek nilam pada umur 2 bulan
setelah tanman (BST)........................................................................... 39
8.
Dokumentasi Kegiatan penelitian.......................................................
40
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Hasil uji lanjut dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5% terhadap
perendaman stek nilam mengunakan ZPT yang berbeda pada variabel
jumlah tunas umur 1 BST.............................................................................
22
2. Hasil uji lanjut dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5% terhadap
perendaman stek nilam mengunakan ZPT yang berbeda pada variabel
jumlah tunas umur 1 BST............................................................................
23
3. Hasil uji lanjut dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5% terhadap
perendaman stek nilam mengunakan ZPT yang berbeda pada variabel
jumlah tunas umur 1 BST.............................................................................
24
4. Hasil uji lanjut dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf 5% terhadap
perendaman stek nilam mengunakan ZPT yang berbeda pada variabel
jumlah tunas umur 1 BST.............................................................................
25
1
I. PENDAHULUAN
Tanaman nilam (Pogostemon cablin, Benth) merupakan salah satu
tanaman perkebunan yang memiliki prospek ekonomi cukup cerah, hasil dari
tanaman nilam adalah minyak nilam yang diperoleh dari proses penyulingan
daun dan ranting tanaman nilam. Di Indonesia pengembangan tanaman nilam
mempunyai tujuan ganda, disamping untuk meningkatkan pendapatan petani
juga
meningkatkan
produktivitas
lahan
kering.
Berdasarkan
laporan
Market Essential Oil and Oleoresin, produksi nilam dunia mencapai 500–550 ton
pertahun. Produksi Indonesia sekitar 450 ton pertahun, kemudian disusul Cina
50–80 ton pertahun. Produksi atsiri dunia yang didominasi Indonesia meliputi
nilam, serai wangi, minyak daun cengkah dan kenanga.
Menurut Santoso (2007), pembibitan nilam dapat dilakukan di polybag.
Keuntungan pembibitan di polybag antara lain lebih mudah melakukan
perawatan dan pengontrolan, menghemat penggunaan bibit serta dapat
mengurangi tingkat kematian akibat pemindahan ke kebun atau lahan.
Tanaman nilam jarang, bahkan hampir tidak pernah berbunga sehingga
perbanyakan secara generatif tidak dilakukan. Pengembangan tanaman nilam
dilakukan secara vegetatif dengan menggunakan stek cabang yang sudah
berkayu dan mempunyai ruas-ruas pendek. Untuk mendapatkan stek yang baik,
bahan stek berasal dari tanaman induk yang sehat, bebas dari hama penyakit
serta tanaman induk berumur 6–12 bulan Santoso (2007).
Perbanyakan tanaman nilam dilakukan dengan pengambilan stek dari
tanaman induk yang berumur lebih dari satu tahun dan diambil dari
ranting-ranting muda yang telah berkayu serta mempunyai banyak mata tunas.
2
Perbanyakan tanaman nilam dilakukan dengan cara vegetatif, yakni dengan stek
batang dan stek cabang (Rukmana, 2004).
Bibit tanaman nilam diperoleh dari perbanyakan stek batang. Bahan stek
yang diambil berasal dari tanaman induk yang sudah berumur lebih dari 4 bulan.
Ukuran stek yaitu 3 ruas dan panjangnya 15 cm serta daun dipangkas lebih
dahulu dengan menyisakan 2–4 helai daun muda ( Amin, 2006).
Media merupakan salah satu faktor luar yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan pembibitan stek. Hal ini, disebabkan media dalam pembibitan
merupakan salah satu faktor yang sangat berperan terhadap pertumbuhan awal,
terutama terbentuknya akar. Sebagian unsur hara yang dibutuhkan tanaman
tersebut dipasok dari media tanam. Media tanam yang baik memiliki komposisi
yang tepat. Komposisi media tanam mempunyai kemampuan menyediakan
unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam menunjang kebutuhan hidup stek
nilam. Media yang baik untuk pertumbuhan stek yaitu beraerasi baik dan bebas
hama penyakit, mengandung cukup bahan organik dan mampu menahan air
yang tinggi, sehingga air yang diperlukan selama pertumbuhan awal selalu
terpenuhi (Hardjowigeno, 2003).
Pemacuan peningkatan pertumbuhan stek nilam dengan pengaplikasian
zat
pengatur
tumbuh.
Perendaman
zat
pengatur
tumbuh
diharapkan
memperbaiki pertumbuhan tanaman seperti mempercepat pembentukan akar.
Pengaruh zat pengatur tumbuh secara fisiologis dapat berpengaruh pada
pertumbuhan tanaman. Air kelapa merupakan salah satu zat pengatur tumbuh
alami yang lebih murah dan mudah didapatkan dan juga telah lama dikenal
sebagai zat tumbuh.
3
Air kelapa muda mengandung zat hara dan zat pengatur tumbuh yang
diperlukan untuk perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Air kelapa muda
mengandung senyawa organik seperti vitamin C, vitamin B, hormon auksin,
giberelin dan sitokinin 5,8 mg/L. Air kelapa muda juga mengandung air, protein,
karbohidrat, mineral, vitamin, sedikit lemak, Ca dan P.
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik yang bukan hara
(nutrien), yang dalam jumlah sedikit dapat dapat mendukung, menghambat dan
dapat merubah proses fisiologi tumbuhan. ZPT terdiri dari lima yaitu auksin yang
mempunyai kemampuan dalam mendukung perpanjangan sel, giberelin dapat
menstimulasi pembelahan sel, pemanjangan sel atau keduanya, sitokinin
mendukung terjadinya pembelahan sel, ethilen berperan dalam proses
pematangan buah, dan asam absisat. ZPT auksin secara garis besarnya dapat
dibagi atas dua golongan, yaitu alami seperti urine sapi dan air kelapa muda dan
sintesis (buatan) dengan merk dagang seperti Atonik, Dekamon, Rotoone F,
Root Up Abidin (1993).
Zat Pengatur Tumbuh Rotoone F merupakan ZPT sintetis yang berbentuk
serbuk, berwarna putih, yang berguna untuk mempercepat dan memperbanyak
keluarnya akar-akar baru, karena mengandung bahan aktif dari hasil formulasi
beberapa hormon tumbuh akar yaitu naftalenasetamida 0,067%, 2 metil
1 naftalenasetamida 0,013%, 2 metil 1 naftalen asetat 0,033%, indole 3 butirat
(IBA) 0,057%, dan tiram 4% Santoso (2007).
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa tingkat pertumbuhan
tanaman nilam (Pogostemon cablin, Benth) dengan perendaman Rotoone F dan
air kelapa
4
Dari penelitian ini diharapkan menjadi salah satu upaya untuk perbaikan
tanaman nilam (Pogostemon cablin, Benth), khususnya dengan sistem stek
pucuk yang di pacu dengan perendaman air kelapa dan perendaman Rotoone F
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth)
Nilam merupakan jenis tanaman perdu yang rendah bercabang-cabang
dekat dengan permukaan tanah, tidak mempunyai batang yang tegak, dan
termasuk jenis rerumputan. Nama latinnya pogostemon cablin Benth.
Daunnya berbau harum. Tanaman berasal dari India dan Cina ini tumbuh
sebagai bagian dari semak-semak di pinggir kebun atau hutan di Indonesia.
Nilam diambil minyaknya. Daun beserta ikutannya berupa ranting-ranting
kecil direbus lalu uap/asapnya disuling menjadi minyak nilam, sejenis minyak
atsiri.
Tanaman nilam merupakan salah satu
tanaman penghasil minyak
atsiri yang penting, menyumbang devisa lebih dari 50% dari total ekspor
minyak atsiri Indonesia. Hampir seluruh pertanaman nilam di Indonesia
merupakan pertanaman rakyat yang melibatkan 36.461 kepala keluarga
petani (Anonim, 2004).
Indonesia merupakan pemasok minyak nilam terbesar di pasaran dunia
dengan kontribusi 90%. Ekspor minyak nilam pada tahun 2002 sebesar
1.295 ton dengan nilai US $ 22,5 juta (Anonim, 2004).
Sebagian besar produk minyak nilam diekspor untuk dipergunakan
dalam industri parfum, kosmetik, antiseptik dan insektisida. Dengan
berkembangnya pengobatan dengan aromaterapi, penggunaan minyak nilam
dalam aromaterapi sangat bermanfaat selain penyembuhan fisik juga mental
dan emosional. Selain itu, minyak nilam bersifat fixatif (mengikat minyak atsiri
lainnya) yang sampai sekarang belum ada produk substitusinya (Anonim,
2004).
6
Pogostemon cablin sering juga disebut nilam Aceh. Jenis nilam ini
termasuk famili Labiate yaitu kelompok tanaman yang mempunyai aroma
yang mirip satu sama lain. Diantara jenis nilam, yang diusahakan secara
komersil adalah varietas Pogostemon cablin Benth. Jenis ini sebenarnya dari
Filipina, yang kemudian berkembang ke Malaysia, Madagaskar, Paraguay,
Brazilia, dan Indonesia (Sudaryani, 2004).
B. Sistimatika dan Morfologi Tanaman Nilam
Taksonomi
Kingdom : Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Angiospermae
Ordo
: lamiales
Famili
: labiateae
Genus
: Pogostemon
Spesies
: Pogostemon cablin Benth
Menurut (Syarif, 1992), tanaman nilam meliputi tiga spesies yaitu P.
cablin Benth, P. hortensis, dan P. heyneanus. Digunakan untuk bahan
industri kosmetik, parfum, antiseptik, yang potensi pasarnya masih sangat
terbuka, paling tidak untuk 10 tahun mendatang. Sifat minyak nilam adalah
berat, kental, berwarna kuning hingga coklat tua, serta dapat disuling
fraksional menjadi beberapa mutu. Daun nilam yang kering mengandung 1,4
% sampai 4 % minyak atsiri. Minyak ini mengandung sekitar 40 % patchouli
alkohol. Pada zaman dahulu wanita-wanita bangsawan dan juga wanitawanita di daerah pedusunan menggunakan minyak nilam untuk meminyaki
bayi agar baunya harum. Di luar negeri sejak dulu sampai sekarang para
7
penenun kain wol (Kashmir, Australia) menggunakan minyak nilam sebagai
pencegah hama kain ngengat. Baunya yang khas menjadi tanda dagang kain
wol Kashmir dengan harga mahal. Kain wol yang bermutu rendah dan
harganya murah, setelah diberi minyak nilam harganya meningkat tinggi.
Maka orang-orang Eropa juga membudidayakan tanaman nilam, terutama di
Prancis. Indonesia menjadikan minyak nilam sebagai komoditi ekspor yang
penting. Negara-negara Timur Tengah minta dikirimi berapa ton jumlahnya
tidak terbatas dan tidak akan ditolak. Minyak nilam Sumatera Utara bermutu
tinggi, menyusul kemudian produksi Jawa Timur. Bau wanginya yang khas
sangat tahan lama. Dalam parfum digunakan hanya dalam konsentrasi
rendah. Parfum ini juga digunakan untuk esens tembakau, minyak rambut
dan beberapa produk cair seperti tinta dan pengawet kain linen. Selain
Indonesia, tercatat pengekspor minyak nilam adalah Malaysia, Filipina, Brasil,
India, dan Cina. Tanaman nilam adalah tanaman penghasil minyak atsiri,
oleh sebab itu produksi, kadar dan mutu minyak merupakan faktor penting
yang dapat dipergunakan untuk menentukan keunggulan suatu varietas.
Disamping itu, karakter lainnya seperti sifat ketahanan terhadap penyakit juga
merupakan salah satu indikator penentu. Banyak faktor yang mempengaruhi
kadar dan mutu minyak nilam, antara lain, genetik (jenis), budidaya,
lingkungan, panen dan paska panen Kondisi iklim, tanah dan bentuk wilayah
merupakan faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan
tanaman nilam di samping faktor lainnya.
8
1. Akar
Tanaman nilam memiliki jenis perakaran berbentuk serabut, dengan
jumlah yang tidak terlalu banyak. Dalam perakaran yang menancap
ketanah mencapai 30–40 cm.
2. Batang
Bentuk batang kecil, bercabang-cabang, dan berkulit tipis pada
bagian luarnya, jenisnya berkayu dengan diameter 10–20 mm, dengan
sistem percabangannya bertingkat–tingkat mengelilingi batang (3–5
cabang pertingkat ). Setelah tanaman berumur 6 bulan ,tingginya dapat
mencapai
1 meter dengan radius mencapai selebar kurang lebih 60
cm.
3. Daun.
Bentuk daun bergerigi, berbentuk bulat dan lonjong. Permukaan
daun agak kasar, memiliki bulu tipis pada bagian luar daun (Sudaryani
et,al 2004).
C. Syaratan Tumbuh Tanaman Nilam
1. Tanah
Nilam
dapat
di
tanam
tegalan/pekarangan ataupun di
ditanah
sawah,
atau
tanah
tanah-tanah hutan yang baru dibuka.
Tanaman ini lebih cocok tumbuh di tanah yang subur, gembur, dan
banyak mengandung bahan organik. Dari pustaka yang tersedia belum
dijelaskan jenis-jenis tanah yang terbaik untuk pertmbuhan nilam, akan
tetapi untuk pengamatan di lapangan, ternyata nilam dapat tumbuh baik
pada tanah regosol, letosol dan aluvial. Tanah-tanah tersebut bertekstur
9
lempung berpasir atau lempung berdebu dan kemasaman tanah antara
pH 6-7. Lahan tanaman nilam tidak boleh tergenang air.
Untuk mendapatkan tanah yang subur, gembur dan banyak
mengandung bahan organik dapat dilakukan dengan cara perendaman
pupuk kandang yang sudah masak. Pemakaian pupuk kandang yang
belum masak dapat menjadi sumber inokulum yang mengakibatkan
busuknya akar nilam.
Jika tanah yang dipergunakan untuk menanam nilam terlalu masam
(pH di bawah 5,5), tanaman nilam dapat menjadi kerdil. Kekerdilan ini
disebabkan oleh garam aluminium (Al) yang larut
didalamnya. Untuk
meningkatkan pH tanah, dapat dilakukan pengapuran, sekurangkurangnya dua bulan sebelum tanam. Kebutuhan kapur sekitar 0,5-1 ton
perhektar tergantung tingkat kemasamannya. Akan tetepi, juka pH tanah
terlalu basah, akan menyebabkan garam mangan (Mn) tidak dapat
terserap tanaman, sehingga bentuk daun nilam akan kurus kecil.
2. Iklim
Keadaan iklim dapat dirinci sebagai berikut : cahaya matahari,
suhu, kelembapan, curah hujan, dan angin. Semua unsur yang termasuk
di dalam faktor iklim ini tidak dapat berdiri sendiri, tetapi saling
mempengaruhi.
3. Cahaya Matahari
Penyinaran
matahari
secara
langsung
selama
pertubuhan
mempengaruhi warna dan ukuran daun nilam. Lahan tanaman nilam yang
tidak diberipelindungan akan menyebabkan daun nilam kecil, agak tebal,
dan berwarnah merah kekuning-kuningan. Namun, walaupun keadaan
10
daun demikian, kadar minyaknya lebih tinggi sebaliknya, jika penyinaran
matahari tidak langsung karana adanya pohon pelindung, pertumbuhan
tanaman nilam lebih subur, daunnya lebih lebar, dan tipis serta berwarna
lebih hijau, tetapi kadar minyaknya lebih rendah. Itulah sebabnya, ada
tiadanya pohon pelindung perlu dipertimbanngkan, walaupun tanaman
nilam dapat tumbuh dan berkembang sebagai tanaman sela pada lahan
perkebunan kelapa, karet, melinjo, jambu mete, dan sebagainya
Pengaruh penyinaran sinar matahari sebagaimana diuraikan di atas
dapat dijelakan sebagai berikut : sinar matahari berperan sebagai sumber
energi untuk proses fotosintesis bagi setiap tanaman. Jenis sinar yang
dibutuhkan adalah sinar putih yang merupakan gabungan dari sinar
merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Proses penyerapan
sinar matahari tergantung dari jenis tanaman. Tanaman nilam lebih
menyukai sinar matahari yang jatuh secara langsung, karena mampu
meningkatkan kadar minyaknya.
Selain berfungsi sebagai sumber energi, sinar matahari dapat
mengait dengan faktor photoperiodesitas,
yakni lamanya penyinaran
matahari dalam satu harinya. Sedangkan intensitas penyinaran adalah
jumlah kalori dari sinar matahari yang diterima oleh suatu bidang
persatuan luas dan persatuan waktu. Akan tetapi intensitas penyinaran ini
bernilai relatif, karana tergantung dari jenis tanaman. Daun nilam yang
berwarna merah kekuning-kuningan dan mengecil, misalnya, disebabkan
oleh tingkat transpirasi yang lebih tinggi daripada absorbs air oleh akarakarnya.
11
4. Suhu dan Ketinggian
Faktor suhu berkaitan erat dengan ketinggian letak suatu tempat.
Secara teoritas, setiap tanaman memerlukan suhu yang tinggi terutama
pada fase generatif. Akan tetapi suhu yang terlalu tinggi terkadang bisa
merusak jaringan tanaman dan menggugurkan daun-daun tanaman.
Nilam termasuk jenis tanaman tropis. Oleh karena itu tanaman nilan
dapat tumbuh dengan baik di daerah-daerah tropis antara 100 Lintang
Utara sampai 100 Lintang Selatan. Suhu yang paling cocok untuk
tanaman nilam adalah sekitar 180 -270 C.
5. Curah Hujan
Curah
hujan
mempunyai
beberapa
fungsi
untuk
tanaman,
diantaranya sebagai pelarut zat nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana
transport hara dalam tanaman, penumbuhan sel dan pembentukan enzim,
dan menjaga stabilitas suhu. Tanaman nilam membutuhkan curah hujan
relatif tinggi, yakni antara 2.300-3.000 mm pertahun.
6. Kelembapan
Kelembapan juga mempengaruhi kehidupan setiap tanaman.
Reaksi setiap tanaman terhadap kelembapan tergantung dari jenis
tanaman itu sendiri. Tanaman dataran rendah pada umumnya
membutuhkan kelembapan yang tidak terlalu tnggi untuk melangsungkan
pertumbuhannya. Tanaman nilam membutuhkan kelembapan sekitar 6070 %.
7. Angin
Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman, terutama pada
fase pertumbuhan fegetatif. Bila pada fase petumbuhan fegetatif terdapat
12
angin kering yang berhembus dengan kencang, tumbuh-tumbuhan dapat
tumbang, termasuk tanaman nilam ( Sudaryani et,al 2004 ).
D. Pembibitan Tanaman Nilam
Tanaman nilam pada umumnya diperbanyak dengan cara vegetatif
karena tanaman ini jarang sekali menghasilkan bunga. Tanaman nilam yang
menghasilkan bunga mengidentifikasikan bahwa nilam seperti ini memiliki
kadar minyak dan komposisi minyak yang rendah.
Bibit tanaman nilam diperoleh dari perbanyakan stek batang. Bahan
stek yang diambil berasal dari tanaman induk yang sudah berumur lebih dari
4 bulan. Ukuran stek yaitu 3 ruas dan panjangnya 15 cm serta daun
dipangkas lebih dahulu dengan menyisakan 2–4 helai daun muda ( Amin,
2006).
Hal yang harus diperhatikan dalam pembibitan nilam yaitu umur bibit
rata-rata antara 6-8 minggu dan saat pemindahan ke lahan bibit harus dalam
kondisi baik dan disarankan agar umur bibit tidak melebihi 60 hari sejak awal
persemaian dilakukan. Berikut ini merupakan cara pembibitan nilam : Bibit
stek dipotong 15-18 cm setelah itu stek langsung ditancapkan ke dalam
polybag yang telah diisi dengan media tanam (Mangun, 2006).
1.
Kriteria bibit
Untuk mendapatkan stek bibit yang baik perlu di perhatikan
beberapa hal berikut ini:
a. Tanaman induk harus sehat, bebas dari hama dan penyakit.
b. Tanaman induk harus berumur sekitar 6-12 bulan, dan harus dipilih
Cabang-cabangnya yang muda dan sudah berkayu serta mempunyai
ruas-ruas pendek.
13
c. Pisau pemotong harus tajam dan bersih, pemotongan dilakukan pagi
hari dan cara memotongnya meruncing tepat di bawah atau di atas
buku.
d. Potongan satu stek bibit panjangnya sekitar 20-30 cm, dan
mempunyai
3-4 mata tunas, sehingga satu tanaman induk dapat
diperoleh sekitar 40-60 stek bibit.
Kalau kriteria tersebut di atas sudah terpenuhi, bibit tersebut setelah
dipotong-potong harus segera disemaikan, sebab tanaman nilam cepat
layu dan mengering. Total kebutuhan bibit untuk lahan satu hektar antara
40.000-50.000 stek, atau sekitar 1,5-2 ton.
E. Peranan Zat Pengatur Tumbuh
Hormon adalah zat yang berfungsi sebagai pengatur yang dapat
mempengaruhi jaringan-jaringan berbagai organ tanaman. Hormon tidak
sama dengan pupuk. Zat ini sama sekali tidak memberikan tambahan unsur
hara pada tanaman. Walaupun zat pengatur tumbuh ini memang bertugas
untuk mengatur proses-proses fisiologis seperti pembelahan sel dan
pemanjangan sel-sel tanaman sampai pertumbuhan akar, batang, daun,
bunga dan buah. Dengan meningkatkan kemajuan teknologi pertanian,
hormon yang terdapat didalam tanaman sudah dapat dibuat tiruannya, yaitu
dengan cara mengetahui rumus kimia dari hormon yang kemudian di
kembangkan, sehingga dapat di produksi sendiri oleh manusia. Dengan cara
demikian, kini di pasaran muncul berbagai ragam zat perangsang buatan
(sintetik)yang apabila diberikan pada tanaman akan menyerap pengaruhnya
sama dengan hormon yang asli di hasilkan oleh tanaman itu sendiri
(Sari,1994).
14
Pengaruh komperatif zat pengatur tumbuh dari Rotoone F dan air
kelapa adalah sebagai berikut :
1. Rotoone F
Rotoone F merupakan zat pengatur tumbuh. Menurut Abidinz
(1993), adalah senyawa organik yang bukan hara, dalam jumlah sedikit
dapat mendukung, menghambat dan dapat mempercepat proses fisologis
tumbuhan, zat pengatur tumbuh berperan dalam tumbuhan dan
perkembangan tanaman bagi kelangsungan hidupnya. Tanpa adanya zat
pengatur tumbuh berarti tidak ada pertumbuhan.
ZPT Rotoone F adalah hormon perangsang pertumbuhan tanaman
dengan bahan aktif sitokinin yang didektesi dari aktivitas biologis dan hasil
ekstrasi bahan-bahan alamiah yang organik.
Manfaat
perkecambahan
ZPT
Rotoone
benih
dan
F
adalah
secara
untuk
meningkatkan
langsung
meningkatkan
perkecambahan akar, meningkatkan dan mempertahankan klorofil pada
tanaman yang meningkatkan warna hijau pada daun, dan proses
fotosintesis, mengurangi stres pada tanaman yang disebabkan oleh
kondisi cuaca yang ekstrim, dan dengan demikian daya tahan terhadap
hama dan penyakit, dan kekeringan dari embun lupas, meningkatkan
daya serap hara tanah oleh tanaman meningkatkan umur simpan buah
dan sayuran dengan cara menghambat degradasi.
Cara penggunaan hormon ini adalah sebagai berikut : ambil bubuk
hormon ini, masukkan kedalam ember, lalu kita muatkan air yang telah
ditentukan. Aturan pakainya; untuk bibit setinggi 20-30 cm diperlukan
15
bubuk Rootone F ini 75 g/bibit. Sedangkan untuk bibit setinggi 50 cm lebih
diperlukan hormon sebanyak 50-200 g/bibit.
Cara menggunakannya: bila bibit itu berasal dari stek cukup
dicelupkan saja sebentar kedalam campuran tadi sebelum ditanam di
lapangan. Untuk bibit dari stump, oleskanlah adonan hormon ini pada
akar bekas potongan baru ditanam. Untuk bibit cangkokan sebelum
pembungkusan dengan kompos/moss, pada pangkal bagian bawah luka
cangkokan tempat akar tumbuh, diolesi dulu dengan adonan hormon tadi
baru dibungkus moss dan sabut kelapa atau plastik (Sudaryani, 1993).
2. Air Kelapa
Menurut Abidin (1993), air kelapa salah satu alternatif bahan zat
pengatur tumbuh, karena murah dan mudah didapat oleh petani. Seperti
yang ditemukan oleh Gautheret 1942 bahwa air kelapa dapat digunakan
untuk mempertahankan pertumbuhan. Selain itu beberapa zat yang
didaptkan dari air kelapa seperti protein, lemak, karbihidrat, kalsium,
fosfor, besi, kalsium merupakan komponen yang utam, asam askrobat
dan selebihnya air. Air kelapa juga mengandung beberapa pengatur
tumbuh seperti auksin dan sitokinin., air kelapa mengandung sejumlah
gizi, yaitu protein, lemak, gula, sejumlah vitamin, asam amino dan
hormone pertumbuhan. Kandungan gula maksimal, yaitu 3g/100 ml air
kelapa, tercapai pada bulan keenam umur buah, kemudian menurun
dengan semakin tuanya kelapa. Jenis gula yang terkandung glukosa,
fruktosa, surkosa dan surbitol. Gula-gula inilah yang menyebabkan air
kelapa terasa lebih manis.
16
Menurut hasil penelitian Hidayat (2006), perlakuan konsentrasi air
kelapa berbeda nyata terhadap saat muncul tunas, panjang tunas umur
60, 90, 120 dan 150 Hari Sebelum Tanam (HST), jumlah tunas semua
umur pengamatan 90, 120, dan 150 HST, jumlah ruas umur 150 HST dan
diameter tunas. Konsentrasi air kelapa 400 ml/l air menghasilkan yang
terbaik diantara konsentrasi 200 dan 600 ml/l air pada pada pertumbuhan
stek.perlakuan lama perendaman berbeda nyata terhadap panjang tunas
umur 60, 90, 120, dan 150 HST, jumlah daun umur 120 dan 150 HST,
jumlah ruas umur 150 HST dan diameter tunas. Lama perendaman 8 jam
menghasilkan yangterbaik diantara 4 dan 12 jam pada pertumbuhan stek.
Interaksi antara kedua perlakuan tidak berbeda nyata terhadap semua
variabel pengamatan.
17
III. METODE PENTELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Tempat dilakukan penelitian di jalan Samartulangi sungai keledang
gang Alyaroski RT 34 Kegiatan ini di lakukan selam 2 bulan, terhitung mulai
dari bulan November sampai dengan bulan Januari tahun 2015. Waktu yang
diperluka dalam penelitin ini adalah 2 bulan, terhitung dari tanggal 28
November 2014 sampai dengan tanggal 28 Januari 2015 meliputi persiapan,
plaksanaan dan penyusunan laporan.
B. Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: alat tulis, ayakan
ukuran 1x1 m polybag, gombor, sprayer, besi/kayu, ember, cangkul, piring,
timbangan, gelas ukur, kamera, pisau/gunting. Sedangkan bahan yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu: setek tanaman nilam, air kelapa,
Rootone F, air, top soil dan polybag.
C. Perlakuan penelitian
Perlakuan
penelitian
adalah
perendaman
stek
nilam
(pogostemon cablin, Benth) pada 3 taraf perlakuan dan 10 kali ualangan
yaitu:
p0 : Kontrol (Tanpa perlakuan)
p1 : Perendaman air kelapa
p2 : Perendaman Rotoone F
D. Rancangan penelitian
Penelitian ini disusun menggunakan rancangan acak lengkap (RAL)
dengan perlakuan ZPT yang berbada terhadap pertumbuhan stek nilam
(Pogostemon cablin, Benth)
18
E. Prosedur penelitian
1. Persiapan media tanam di polybag.
Media tanam berasal dari tanah top soil yang sebelumnya sudah
dibersihkan kemudian diayak dengan menggunakan ayakan.
Media
tersebut dimasukkan ke dalam polybag ukuran 10x15 cm.
2. Perlakuan
a.
Perendaman air kelapa
Air kelapa di masukan kedalam ember dengan konsentrasi 200
ml untuk perendaman bibit stek nilam. Perendaman dilakukan selama
5 menit.
b. Perendaman Rotoone F
Zat pengatur tumbuh Rotoone F di timbang seberat 75 g
kemudian di larutkan denagan air sebanyak 1 l, Perendaman
dilakukan selama 5 menit.
c. Persiapan Zat Perangsang Tumbuh (ZPT)
Zat Perangsang Tumbuh (ZPT)
yang digunakan untuk
penelitian ini adalah air kelapa disiapkan sebanyak 200 ml dan
Rootone F 75 g 1 l. Air. Stek yang telah disiapkan direndam kedalam
larutan selama 5 menit.
Perendaman
zat
perangsang
tumbuh
perangsang pertumbuhan akar dilakukan
sebelum
polybag.
penamana
dilakukan
kemudian
(ZPT)
sebagai
satu kali yaitu sekali
dimasukan
kedalam
19
3. Penanaman stek nilam
a.
Dibuat lubang tanam menggunakan besi/kayu di tengah-tengah
polybag,
sedalam 3-5 cm.
b. Stek ditanam satu-persatu di setiap polybag, kemudian media tanam
dipadatkan dengan hati-hati.
c. Media tanam dan stek disiram hingga basah dan merata.
4. Pemeliharan
a. Penyiraman
Penyiraman dilakukan untuk mencegah terjadinya kekeringan
dan mempermudah tanaman mengambil zat-zat hara yang diperlukan
dalam proses pertumbuhan. Penyiraman disesuaikan dengan media
tanam dan kondisi cuaca pada hari itu.
b. Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada stek yang tumbuhnya tidak sehat
atau abnormal dengan cara menggantinya dengan stek cadangan
yang sesuai dengan umur dan perlakuan.
c. Penyiangan
Penyiangan pembibitan nilam dilakuakn secara manual dengan
cara mencabut gulma yang berada di dalam polybag dan sekitarnya.
d. Penggemburan
Penggemburan
dilakukan
jika
tanah
memadat
akibat
penyiraman, dan dilakukan secara hati-hati agar tidak merusak
perakaran pada stek nilam.
20
e. Pengendalian hama dan penyakit
Pengendalian hama di pembibitan nilam dilakukan secara
manual dengan cara mengutip (mengambil) hama yang mengganggu
pembibitan.
F. Pengambilan Dan Pengolahan Data
1. Pengambilan Data
Pengambilan data melalui pengukuran masing-masing parameter
dilakukan sebanyak dua kali yaitu:
a. Pertama pada saat stek berumur 1 bulan setelah tanam.
b. Kedua pada saat stek berumur 2 bulan setelah tanam .
2. Pengolahan Data
Adapun parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Jumlah tunas (kuncup)
Perhitungan jumlah tunas dilakukan dengan menghitung
seluruh tunas yang mulai muncul di bagian batang stek.
b. Jumlah Daun (helai)
Perhitungan jumlah daun dilakukan dengan menghitung seluruh
daun yang telah membuka sempurna yang ada pada tunas stek,
penghitungan jumlah daun dilakukan setiap 1 bulan sekali.
Sebelum dilakukan pengambilan data terlebih dahulu dilakukan
penghitungan data awal setelah bibit berumur 1 hari setelah
penanaman stek, penghitungan ini dilakukan guna menghindari
terjadinya data yang bias.
21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1.
Jumlah Tunas Umur 1 dan 2 Bulan Setelah Tanam (BST)
a. Jumlah tunas umur 1 bulan
Berdasarkan hasil sidik ragam pengaruh perendaman air
kelapa dan Rotoone F terhadap jumlah tunas pada stek nilam umur
1 bulan setelah tanam (BST) menunjukkan bahwa berpengaruh
sangat nyata pada jumlah tunas (Lampiran 3).
Sehingga di lakukan uji lanjut
Beda Nyata Terkecil (BNT)
taraf 5% terhadap perendaman stek nilam mengunakan ZPT yang
berbeda pada variabel jumlah tunas umur 1 BST, di sajikan pada
Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Hasil uji beda nyata terkecil (BTN) taraf 5% terhadap
perendaman ZPT yang berbeda pada variabel rata-rata
jumlah tunas stek nilam pada umur 1 BST.
Perlakuan
jumlah tunas (kuncup)
b
Kontrol Tanpa perlakuan (p0)
1,9
a
Perendaman air kelapa (p1)
4,6
b
Perendaman rootone F (p2)
2,2
Keterangan : angka rata-rata jumlah tunas yang diikuti oleh huruf yang
sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji
BNT 5%
Dari hasil pengujian BNT 5% (Tabel 1) ternyata di antara 3
perlakuan stek nilam kontrol (p0) perendaman dengan air kelapa
(p1) dan perendaman dengan Rotoone F (p2) hanya perendaman
dengan air kelapa (p1) yang memiliki nilai paling tinggi yaitu sebesar
4,6 dibandingkan dengan kontrol (p0) sedangkan perendaman
Rotoone F (p2) memiliki jumlah tunas yang sama tinggi dengan
kontrol (p0). Hal ini diduga perbedaan kesuburan tanah atau faktor
22
lingkungan yang lain yang masuk kedalam perlakuan.bukan karena
antarvariates nilam.
Hasil yang tertinggi diperoleh pada perlakuan perendaman
menggunakan air kelapa dengan rata-rata jumlah tunas 4,6
b. Jumlah tunas umur 2 bulan
Berdasarkan hasil sidik ragam pengaruh perendaman air
kelapa dan Rotoone F terhadap jumlah tunas pada stek nilam umur
2 bulan setelah tanam (BST) menunjukkan bahwa berpengaruh
sangat nyata pada jumlah tunas (Lampiran 5).
Sehingga dilakkan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf
5% terhadap perendaman stek nilam mengunakan ZPT yang
berbeda pada variabel jumlah tunas umur 2 BST, di sajikan pada
Tabel 2 bawah ini.
Tabel 2. Hasil uji lanjut dengan uji beda nyata terkecil (BNT) taraf
5% terhadap perendaman stek nilam mengunakan ZPT
yang berbeda pada variabel rata-rata jumlah tunas pada
umur 2 BST.
Perlakuan
Kontrol Tanpa perlakuan (p0)
Perendaman air kelapa (P1)
Perendaman rootone F (P2)
jumlah tunas (kuncup)
b
8.4
a
15.0
b
8.9
Keterangan : angka rata-rata jumlah tunas yang diikuti oleh huruf yang
sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji
BNT 5%
Dari hasil pengujian BNT 5% (Tabel 2) ternyata di antara 3
perlakuan stek nilam kontrol (p0) perendaman dengan air kelapa
(p1) dan perendaman dengan Rotoone F (p2) hanya perendaman
dengan air kelapa (p1) yang memiliki nilai paling tinggi yaitu sebesar
8,4
dibandingkan dengan kontrol (p0) sedangkan perendaman
Rotoone F (p2) memiliki jumlah tunas yang sama tinggi dengan
kontrol (p0). Hal ini diduga perbedaan kesuburan tanah atau faktor
23
lingkungan yang lain yang masuk kedalam perlakuan.bukan karena
antarvariates nilam.
Hasil yang tertinggi diperoleh pada perlakuan perendaman
menggunakan air kelapa dengan rata-rata jumlah tunas 15,0
2. Jumlah daun Umur 1 dan 2 Bulan Setelah Tanam (BST)
a.
Jumlah daun (helai) umur 1 bulan
Berdasarkan hasil sidik ragam pengaruh perendaman air
kelapa dan Rotoone F terhadap jumlah daun pada stek nilam umur
1 bulan setelah tanam (BST) menunjukkan bahwa berpengaruh
sangat nyata pada jumlah daun (Lampiran 4).
Sehingga di lakukan uji lanjut
Beda Nyata Terkecil (BNT)
taraf 5% terhadap perendaman stek nilam mengunakan ZPT yang
berbeda pada variabel jumlah daun umur 1 BST, di sajikan pada
Tabel 3 di bawah ini.
Tabel 3. Hasil uji beda nyata terkecil (BNT) taraf 5% terhadap
perendaman ZPT yang berbeda pada variabel rata-rata
jumlah daun (helai) stek nilam pada umur 1 BST
Perlakuan
Kontrol Tanpa perlakuan (p0)
Perendaman air kelapa (P1)
Perendaman rootone F (P2)
jumlah daun (helai)
b
6.0
a
15.7
b
5.4
Keterangan : angka rata-rata jumlah daun yang diikuti oleh huruf yang
sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT
5%
Dari hasil pengujian dengan BNT 5% (Tabel 3) ternyata di
antara 3 perlakuan stek nilam kontrol (p0) perendaman dengan air
kelapa (p1) dan perendaman dengan Rotoone F (p2) hanya
perendaman dengan air kelapa (p1) yang memiliki nilai paling tinggi
yaitu sebesar 15,7 dibandingkan dengan kontrol (p0) sedangkan
24
perendaman Rotoone F (p2) memiliki jumlah daun
yang sama
tinggi dengan kontrol (p0). Hal ini diduga perbedaan kesuburan
tanah atau faktor lingkungan yang lain yang masuk kedalam
perlakuan.bukan karena antarvariates nilam.
Hasil yang tertinggi diperoleh pada perlakuan perendaman
menggunakan air kelapa dengan rata-rata jumlah daun 15,7
b. Jumlah daun (helai) umur 2 bulan
Berdasarkan hasil sidik ragam pengaruh perendaman air
kelapa dan Rotoone F terhadap jumlah daun pada stek nilam umur
2 bulan setelah tanam (BST) menunjukkan bahwa berpengaruh
sangat nyata pada jumlah daun (Lampiran 6).
Sehingga di lakukan uji lanjut
Beda Nyata Terkecil (BNT)
taraf 5% terhadap perendaman stek nilam mengunakan ZPT yang
berbeda pada variabel jumlah daun umur 2 BST, di sajikan pada
Tabel 4 di bawah ini.
Tabel 4. Hasil uji lanjut dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) taraf
5% terhadap perendaman stek nilam mengunakan ZPT
yang berbeda pada variabel rata-rata jumlah daun pada
umur 2 BST.
Perlakuan
Kontrol Tanpa perlakuan (p0)
Perendaman air kelapa (P1)
Perendaman rootone F (P2)
jumlah daun (helai)
b
12.5
a
31.7
b
12.7
Keterangan : angka rata-rata jumlah daun yang diikuti oleh huruf yang
sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT
5%
Dari hasil pengujian dengan BNT 5% (Tabel 4) ternyata di
antara 3 perlakuan stek nilam kontrol (p0) perendaman dengan air
kelapa (p1) dan perendaman dengan Rotoone F (p2) hanya
perendaman dengan air kelapa (p1) yang memiliki nilai paling tinggi
25
yaitu sebesar 31,7 dibandingkan dengan kontrol (p0) sedangkan
perendaman Rotoone F (p2) memiliki jumlah daun yang sama tinggi
dengan kontrol (p0). Hal ini diduga perbedaan kesuburan tanah
atau faktor lingkungan yang lain yang masuk kedalam perlakuan
bukan karena antarvariates nilam.
Hasil yang tertinggi diperoleh pada perlakuan perendaman
menggunakan air kelapa dengan rata-rata jumlah daun 31,7.
B. PEMBAHASAN
1. Jumlah tunas (kuncup)
Hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5% terhadap variabel jumlah
tunas umur 1 (satu) BST pada perlakuan perendaman ZPT yang
berbeda terhadap pertumbuhan jumlah tunas menunjukkan bahwa nilai
rata-rata tertinggi pada perlakuan (p1) yaitu sebesar 4,6 dan nilai
terendah diperoleh pada perlakuan kontrol (p0) yaitu sebesar 1,9 namun
tidak berbeda nyata dengan perendaman
Rotoone
F
(p2)
dengan
jumlah tunas 2,2. Hal ini diduga karena air kelapa selain memiliki zat
pengatur tumbuh seperti auksin dan sitokinin dan air kelapa juga memiliki
memiliki unsur hara fosfor (P) protein, lemek, karbohidrat, kalsium, besi,
kalsium merupakan komponen yang utama, asam askorbat dan
selebihnya air. Yang lebih lengkap daripada Rotoone F.
Air kelapa dan Rootone F menunjukkan pengaruh berbeda nyata
terhadap waktu munculnya tunas pertama. Kedua jenis zat pengatur
tumbuh alami ini memperlihatkan waktu muncul tunas lebih cepat dari
pada tanpa perlakuan. Stek yang diberi air kelapa dan Rootone F akan
mendorong tunas muncul lebih awal. (Abidin,1993).
26
Hasil sidik ragam perlakuan perendaman dan perendaman dengan
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) yang berbeda terhadap pertumbuhan
jumlah tunas umur 2 (dua) BST stek nilam menunjukkan bahwa tanpa
perlakuan (p0) berbeda nyata dengan perendamn air kelapa sebanyak
200 ml (p1) dan air kelapa sebanyak 200 ml (p1) berbeda nyata terhadap
perendamn Rotoone F (p2) hal ini diduga karena hormon yang terdapat
dalam air kelapa, Rootone F masih tetap merangsang pertumbuhan stek
nilam untuk umur 2 Bulan Setelah Tanam (BST).
Pengaruh perendaman stek nilam pada Zat Pengatur Tumbuh
(ZPT) yang berbeda terhadap variabel jumlah tunas umur 2 Bulan
Setelah Tanam (BST) berbeda nyata karena diduga tersedianya unsur
hara yang cukup pada saat umur dua bulan dalam fase vegetatif dapat
menunjang
laju pembentukan sel-sel baru. Sel-sel baru terbentuk
karena adanya aktivitas pembelahan sel dan perpanjangan sel
(Salisbury dan Ross,1995).
Menurut Parnata (2004), bahwa peran utama sitokinin adalah
memacu pembelahan sel dan pembentukan organ. Pada tahun 1940an
Johannes van overbeek menemukan bahwa endosperma cair buah
kelapa yang belum matang kaya akan senyawa yang dapat memacu
sitokinensis (pembelahan sel).
Posfor (P) yang terkandung di dalam air kelapa
dapat memacu
pembentukan akar, memperkuat batang tanaman dan membantu proses
fotosintesis dan respirasi. Dengan demikian proses metabolisme pada
stek tanaman nilam dapat meningkat.
Proses ini berdampak pada
meningkatnya laju pembentuakan tunas dan daun.Parnata (2004).
27
2. Jumlah daun (helai)
Rata-rata
jumlah
daun
yang
berbeda
diperoleh
dengan
menggunakan air kelapa sebesar 15,7 helai. Hal ini diduga karena
jumlah daun selama penelitian dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan
Menurut Sudaryani (1993), jumlah daun dipengaruhi oleh lingkungan.
Oleh karena itu, laju pertumbuhan daun yang dimiliki oleh bibit stek
nilam diduga dipengaruhi oleh peranan lingkungan disekitarnya.
Hasil uji BNT 5% terhadap variabel jumlah daun umur 1 (satu)
Bulan Setelah Tanam (BST) pada perlakuan perendaman Zat Pengatur
Tumbuh (ZPT) yang berbeda terhadap pertumbuhan jumlah daun
menunjukkan bahwa nilai rata-rata tertinggi pada perlakuan (p1) yaitu
sebesar 4,6 dan nilai terendah diperoleh pada perlakuan kontrol (p0)
yaitu sebesar 1,9 namun tidak berbeda nyata dengan perendaman
Rotoone F (p2) dengan jumlah tunas 2,2. Hal ini diduga karena air
kelapa selain memiliki zat pengatur tumbuh seperti auksin dan sitokinin
dan air kelapa juga memiliki memiliki unsur hara fosfor (P) protein,
lemek, karbohidrat, kalsium, besi, kalsium merupakan komponen yang
utama, asam askorbat dan selebihnya air. Yang lebih lengkap daripada
Rotoone F..
Dari penjelasan di atas tanpa perlakuan (p0) menunjukan
pertumbuhan tanaman kurang baik di banding dengan perendaman air
kelapa sebanyak 200 ml (p1) dan perendamn Rotoone F (p2)
Dari pertumbuhan jumlah daun maupun jumlah tunas ini diduga
perendaman auksin air kelapa lebih baik dibandingkan dengan
perendaman Rootone F pada tanaman nilam hal ini diduga perlakuan
28
perendaman stek nilam dengan air kelapa (p1) lebih optimal dan dapat
diterima baik oleh tanaman.
Menurut Sudaryani dan Sugiharti (1989), bahwa pertumbuhan
stek nilam memerlukan unsur hara yang berjumlah besar, sehingga
perendaman stek nilam dengan auksin air klapa dan perendaman
Rotoone F
terhadap stek nilam sangat penting untuk di perhatikan
karena hasil yang diambil dari tanaman nilan adalah daun, sehingga
vegetativ tanaman merupakan faktor utama.
Pengaruh auksin dari proses pembentukan akar membantu
mengimbangikan pertumbuhan jumlah daun terdapat bukti kuat bahwa
auksin yang diberikan kepada stek tanaman nilam sangat berpengaruh
pada awal pertumbuhan jumlah daun (Salisbury dan Ross, 1995).
Menurut Abidin (1993), air kelapa salah satu alternatif bahan zat
pengatur tumbuh, karena murah dan mudah didapat oleh petani. Air
kelapa mengandung beberapa zat pengatur tumbuh seperti auksin dan
sitokinin.
Hasil sidik ragam perlakuan perendaman dan perendaman
dengan
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)
yang
berbeda
terhadap
pertumbuhan jumlah daun umur 2 (dua) Bulan Setelah Tanam (BST)
stek nilam menunjukkan bahwa tanpa perlakuan (p0) berbeda nyata
dengan perendamn air kelapa sebanyak 200 ml (p1) dan air kelapa
sebanyak 200 ml (p1) berbeda nyata terhadap perendamn Rotoone F
(p2) hal ini diduga karena hormon yang terdapat dalam air kelapa,
Rootone F merangsang pembentukan jumlah tunas sampai umur
Bulan Setelah Tanam (BST).
2
29
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
Dari hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5% di antara 3 perlakuan stek
nilam kontrol (p0) perendaman dengan air kelapa (p1) dan perendaman
dengan Rotoone F (p2) pada umur 1 dan 2 Bulan Setelah Tanam (BST)
terhadap jumlah tunas dan jumlah daun hanya perendaman dengan air
kelapa (p1) yang memiliki nilai paling tinggi.
B. Saran
Untuk meningkatkan pertumbuhan stek tanaman nilam dapat
menggunaka ZPT
dari air kelapa dan rootone F sebagai pengganti zat
pengatur tumbuh sintetik.
30
DAFTAR PUSTAKA
Abidin Z. 1993. Dasar-Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh.
Percetakan Angkasa, Bandung
Amin, M. 2006. Nilam, (Online),(http://www.riaupos.com WAP: wap.riaupos.com,
diakses 09 Juli 2006)
Anonim 2004 Ditjen Bina Produksi Perkebunan
Hardjowigeno, S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta:Penerbit Akademika Pressindo
Hidayat A. 2006. Pengaruh Konsentrasi Dan Lama Perendaman Air Kelapa
Terhadp Pertumbuhan Vegetative Stek Lada (Piper Nigrum L). Fakultas
Pertanian Universitas Mulawarman , Samarinda. (Tidak dipublikasikan)
Mangun, H.M.S. 2006. Nilam. Jakarta: Penebar Swadaya
Parnata, AS. 2004. Pupuk Organic Cair, Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Rukmana, R.H. 2004. Nilam Prospek Agribisnis dan Teknik Budi Daya.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Rahardja, P.C dan Wahyu Wiryanta. 2003. Aneka Memperbanyak Tanaman.
Jakarta: Agromedia Pustaka
Salisbury FB dan ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Penerbit ITB,
Bandung
Santoso, H.B. 2007. Nilam Bahan Industri Wewangian. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius
Santoso, H.B. 1990 Bertanam Nilam ,kanisius , Yogyakarta: Penerbit Kanisius
Sari L. 1994. Membuat tanaman cepat berbuah. Penebar swadaya, Jakarta.
Sudaryani dan Sugiharti. 1989. Budidaya dan Penyulingan Nilam. Penebar
Angkasa. Bandung
Sudaryani T. 1993. budidaya dan penyulingan nilam PT. Penebar swadaya ,
Jakarta
Sudaryani et , al 2004. Jenis jenis tanaman nilam.penebar swadaya, Jakarta
Syarif 1992. Minyak Atsiri Nilam ,kanisius , Yogyakarta
31
LAMPIRAN
32
Lampiran 1. Tata Letak Polybag
P1
P0
2
10
P1
3
7
P03
P1
P0
10
8
P2
P2
5
1
P1
4
3
P1
5
P2
7
P0
P1
6
1
Keterangan :
p0 : Kontrol (Tanpa perlakuan)
p1 : Perendaman air kelapa
p2 : Perendaman Rotoone F
P2
P0
9
9
P1 6
P2
8
P0
5
P2
1
P0
2
P0
P0
P0
P1
8
P2
P1
10
9
P0
4
P1
7
P2
3
4
P2
P2
6
2
33
Lampiran 2. Jumlaah Tunas Umur 1 dan 2 Bulan
Bulan
Perlakuan
P0 1
P0 2
P0 3
P0 4
P0 5
P0 6
P0 7
P0 8
P0 9
P0 10
P1 1
P1 2
P1 3
P1 4
P1 5
P1 6
P1 7
P1 8
P1 9
P1 10
P2 1
P2 2
P2 3
P2 4
P2 5
P2 6
P2 7
P2 8
P2 9
P2 10
Jumlah
Pertama
2
5
7
7
6
9
3
6
5
7
5
10
13
20
14
14
25
14
18
14
15
5
7
6
5
4
6
4
3
5
9
271
Kedua
4
16
11
14
11
13
10
13
12
14
11
15
25
44
27
34
42
30
30
33
37
14
15
13
18
11
13
8
8
14
13
569
34
Lampiran 3. Jumlah Daun Umur 1 dan 2 Bulan
Bulan
Perlakuan
P0 1
P0 2
P0 3
P0 4
P0 5
P0 6
P0 7
P0 8
P0 9
P0 10
P1 1
P1 2
P1 3
P1 4
P1 5
P1 6
P1 7
P1 8
P1 9
P1 10
P2 1
P2 2
P2 3
P2 4
P2 5
P2 6
P2 7
P2 8
P2 9
P2 10
Jumlah
Pertama
2
2
2
4
3
6
2
3
2
4
5
4
13
9
7
5
14
12
4
7
7
2
2
7
5
3
2
7
2
5
8
158
Kedua
4
7
9
9
8
10
7
11
5
9
9
9
16
21
15
12
21
16
12
17
11
12
5
11
10
9
6
10
5
9
12
323
35
Lampiran 4. Hasil sidik ragam (SR) pengaruh perendaman air kelapa dan
perendaman Rootone F terhadap jumlah tunas stek nilam pada
umur 1 bulan setelah tanman (BST)
Sk
Db
Jk
Kt
F hitung
F 5%
Perlakuan
2
134.0666667 67.0333333
9.44**
3,35
Galat
27
191.8000000 7.1037037
Total
29
325.8666667
KK = 50,60653
F 1%
5,49
Lampiran 5. Hasil sidik ragam (SR) pengaruh perendaman air kelapa dan
perendaman Rootone F terhadap jumlah tunas stek nilam pada umur
2 bulan setelah tanman (BST)
SK
Db
JK
KT
F hitung
F 5%
Perlakuan
2
270.0666667 135.0333333 15.24**
3,35
Galat
27
239.3000000 8.8629630
Total
29
509.3666667
KK = 27,65082
F 1%
5,49
Lampiran 6. Hasil sidik ragam (SR) pengaruh perendaman air kelapa dan
perendaman Rootone F terhadap jumlah daun stek nilam pada umur
1 bulan setelah tanman (BST)
SK
Db
JK
KT
F hitung
F 5%
Perlakuan
2
668.4666667 334.2333333 42.47**
3,35
Galat
27
212.5000000 7.8703704
Total
29
880.9666667
KK = 31.05629 %
Lampiran 7. Hasil sidik ragam (SR) pengaruh perendaman air kelapa dan
perendaman Rootone F terhadap jumlah daun stek nilam pada umur
2 bulan setelah tanman (BST)
SK
Db
JK
KT
F hitung
F 5%
Perlakuan
2
2432.266667 1216.133333 43.28**
3,35
Eror
27
758.700000
28.100000
Total
29
3190.966667
KK = 27.94873
F 1%
5,49
F 1%
5,49
36
Lampiran 8. Dokumentasi Kegiatan Stek Nilam
Gambar 1. Pengambilan tanah untuk media tanam
Gambar 2. Pegisian polybag untuk media tanam
37
Gambar 3. Perlakuan air kelapa
Gambar 4. Perlakuan Rootone F
38
Gambar 5. Pembuatan lubang tanam
Gambar 6. Penanaman stek nilam
39
Gambar 7. Pengambilan data
Download