strategi media relations pt. bank pembiayaan

advertisement
STRATEGI MEDIA RELATIONS
PT. BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS)
HARTA INSAN KARIMAH
DALAM MENJALIN HUBUNGAN DENGAN MEDIA MASSA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Oleh:
ULVA LATHIFAH
NIM: 1110051000059
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M/1435 H
LEMBAR PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL
KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA
ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Tangerang, Maret 2014
Ulva Lathifah
NIM. 1110051000059
ABSTRAK
Nama : Ulva Lathifah
NIM : 1110051000059
Judul : “Strategi Media Relations PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS) Harta Insan Karimah dalam Menjalin Hubungan dengan
Media Massa”
Menjalankan media relations yang baik merupakan keharusan bagi sebuah
organisasi/perusahaan agar perusahaannya dapat dikenal oleh masyarakat luas dan
berimplikasi pada publikasi positif di media massa. Bank Pembiayaan Rakyat
Syari’ah Harta Insan Karimah (BPRS HIK) merupakan BPRS yang meraih peringkat
pertama dalam Anugerah BPR Indonesia 2013. BPRS HIK menduduki peringkat
pertama untuk kategori Finance dan Human Capital untuk BPR dengan aset di atas
Rp100 miliar. BPRS HIK tumbuh dan berkembang dengan baik, ia menjadi
Benchmark bagi BPRS lainnya. Berkembangnya HIK sudah tentu salah satunya
karena peran media relations HIK dalam menjalin dan menjaga hubungan baik
dengan media massa.
Adapun penelitian ini dilakukan untuk menjawab beberapa pertanyaan. Yakni,
bagaimana startegi media relations yang dijalankan HIK untuk menjalin hubungan
baik dengan media massa? dan apa tujuan humas HIK dalam menjalin hubungan baik
dengan media massa?
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori model De’Fleur, teori
ini merupakan perluasan dari teori yang dikemukakan Shannon dan Weaver. Model
teori ini menjelaskan komunikasi dengan memasukkan 7 elemen di dalamnya. Yakni,
sumber, pemancar, saluran, penerima, tujuan, perangkat media massa dan perangkat
umpan balik. 2 perangkat terakhir merupakan perluasan oleh De’Fleur.
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan
kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
wawancara mendalam dan studi kepustakaan/literatur.
Strategi media relations merupakan kebijakan untuk mencapai tujuan serta
rencana yang telah ditentukan dalam menjalankan kegiatan media relations. Strategi
HIK dalam menjalin hubungan dengan media massa dibagi menjadi tiga. Yaitu:
mengelola relasi dengan media massa, mengembangkan strategi dalam berhubungan
dengan media dan mengembangkan jaringan untuk mendapatkan akses menuju media
massa. Tujuan dilaksanakannya media relations pada BPRS HIK adalah untuk
menjadikan HIK lebih dikenal oleh media massa serta publik lainnya. Tanpa media
massa maka HIK akan sulit dikenal oleh masyarakat luas, dan hal ini akan
menjadikan HIK sulit pula untuk berkembang.
Kata Kunci: Strategi, Media Relations, Humas, Hubungan Baik, Media Massa.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim....
Alhamdulillahirobbil’alamiin wabihiinasta’iin wa’alaumuriddunyaa waddiin
was sholaatuwassalamu ‘alaarosulillah. Waba’du...
Tiada kata yang pantas penulis ucapkan selain rasa syukur mendalam kepada
Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya sehingga
penulisan skripsi yang berjudul “Strategi Media Relations PT. BPR Syariah Harta
Insan Karimah dalam Menjalin Hubungan dengan Media Massa” ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Dengan segenap jiwa Peneliti ingin mengucapkan terimakasih sedalamdalamnya kepada seluruh pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan
skripsi ini, karena tanpa bantuan, saran, kritik, kerja sama, semangat, petunjuk, serta
bimbingan mereka rasanya mustahil peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik, yaitu kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah danI lmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Bapak Dr. H. Arief Subhan M.A. Bapak Suparto Ph.D, M.Ed selaku
Wakil Dekan Bidang Akademik. Bapak Drs. Jumroni M.Si selaku Wakil
Dekan Bidang Administrasi Umum. Bapak Drs. Wahidin Saputra M.A selaku
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.
ii
2. Bapak Drs. Wahidin Saputra M.A, selaku Dosen Pembimbing yang telah
membimbing penulis untuk membuat karya ilmiah yang baik dan benar.
3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu komunikasi, Bapak Rachmat Baihaky M.A dan Sekretaris Jurusan KPI,
Ibu Hj. Umi Musyarofah M.A yang menuntun penulis dalam menempuh
birokrasi yang ada.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, atas segala ilmu yang telah diberikan dengan penuh
keihlasan, Allah yubaarik ‘umuurokum fii mahabbatih.
5. Seluruh Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Staf
Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN.
6. Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Bapak Tariq Yazid M.A, selaku dosen pada mata kuliah Metodologi
Penelitian Kualitatif, terimakasih atas kesediaannya untuk membantu saya.
8. Bapak Abd. Muid Badrun selaku Corporate Secretary PT. BPR Syariah Harta
Insan Karimah, terimakasih atas segala waktu dan tempat yang disediakan
untuk penulis, serta dukungan dan bantuan yang tiada hentinya. Semoga HIK
makin jaya dan berkah.
9. Mas Irwan Kelana, selaku Wartawan Republika, terimakasih sudah berkenan
menjawab pertanyaan-pertanyaan saya melalui email.
iii
10. Great Thanks buat Abi Umi terhebat sedunia, terimakasih atas segala cinta,
kasih sayang, doa serta pengorbanannya bagi penulis, maaf karena belum bisa
mengukir kebahagiaan di wajah kalian, semoga skripsi ini bisa sedikit
menggugurkan pengabdianku pada kalian.
11. Ade Zaky Muhtarom, ade terbaik nan sholeh yang pernah penulis miliki
sepanjang hidup, makasih de atas hiburan dan semangatnya buat mba.
12. Ibu Tuti, Abi Umi Fathoni, selaku pendukung terbesar bagi kelancaran proses
penulisan skripsi ini.
13. Seluruh keluarga besar keduaku, ayah dan mimi terimakasih buat doa
tulusnya sepanjang waktu.
14. Terimakasih terindah buat Mas Afif Nukman yang jauh di mata tapi tak
pernah lelah mentransfer energi bagi penulis. Indonesia menunggumu mas.
15. Sahabat A4 ku, sahabat sekaligus saudara dalam suka dan duka, dalam senang
dan sedih, dalam canda dan tawa, Midah Iin Uwi, welcome to the real life
guys, Allah bless us.
16. Teman-teman terbaik penulis Chandra, Abdel, Fauzi, Masdam, Masde, Tri,
Putri, Zha, dan Imas terimakasih buat semangatnya, semoga persahabatan kita
abadi selamanya.
17. Teman-teman KPI B 2010, kalian teman-teman seperjuangan yang hebat,
semoga ilmu kita bermanfaat.
18. Temen-temen seperjuangan jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta angkatan 2010.
iv
19. Teman-teman KKN Aksara 2013, terimakasih kalian telah mengajarkanku arti
perjuangan,
persaudaraan,
kekompakan
dan
kebersamaan.
Semoga
persaudaraan kita terkenang dan tak akan pernah redup.
Pada kesempatan ini, penulis juga haturkan rasa terimakasih terbesar bagi
seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namun
tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu. Semoga Allah senantiasa
membaca segala kebaikan mereka dan membalasnya dengan pahala berlipat.
Amiin Yaa Robbal Alamin.
Tangerang, 14 Maret 2014
Ulva Lathifah
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………………
i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….
ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………
vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
viii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… …
1
A. Latar Belakang………………………………..……………………
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………..…………………..
8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian….....................................................
9
D. Metodologi Penelitian………………………………..…………….
11
E. Tinjauan Pustaka……………………………......……….………….
15
F. Sistematika Penulisan ........................................................................
17
BAB II LANDASAN TEORITIS ……………...……………………………
19
A. Definisi Stategi……………………………….................................
19
B. Public Relations (Hubungan Masyarakat)........……………………
20
C. Media Relations ………………………….……………………….
33
D. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) ....................................
44
E. Media Massa…………………………………………………..…..
48
vi
F. Teori Model Melvin De’Fleur……………………...........................
51
BAB III GAMBARAN UMUM..…………………………………………….
57
A. Sejarah Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah
di Indonesia………………………………………………………
B. Produk-produk Keuangan Syariah di Indonesia.…………….…..
57
61
C. PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Harta Insan Karimah ………………………………….………....
67
D. Gambaran dan Tugas Media Relations PT. BPRS
Harta Insan Karimah………………….……………………….….
73
BAB IVANALISIS DATA DAN HASIL TEMUAN PENELITIAN……...
77
A. Strategi Media Relations PT. BPRS Harta Insan
Karimah………………………………………………………..…..
78
B. Fokus Media Relations PT. BPRS Harta Insan
Karimah………………………………………………………..…..
92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.……............................................…
98
A. Kesimpulan .......................................................................................
98
B. Saran ..................................................................................................
99
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………
LAMPIRAN
vii
100
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Model Press Agentry/Publicity………………………………….
41
Gambar 2.2 Model Public Informan ………………………………………...
41
Gambar 2.3 Model One-Way Asymmetrical ………………………………. .
42
Gambar 2.4 Model Two-Way Symetric………………………………………
43
Gambar 2.5 Hubungan Fungsional Organisasi, PR dan Media Relations……
47
Gambar 2.6 Model Teori De’Fleur…………………………………………..
57
Gambar 2.7 Hubungan/Relasi dalam Media Relations………………………
58
Gambar 3.1 Perbankan Syariah memicu lahir dan berkembangnya
lembaga-lembaga kesyariahan lainnya........................................
61
Gambar.4.1 Contoh Tulisan Bapak Abdul Muid Badrun di Media................
89
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hubungan masyarakat atau yang lebih dikenal dengan sebutan humas
adalah salah satu bagian penting dalam sebuah organisasi, baik yang berskala
besar maupun kecil. Keberadaannya menjadi hal yang esensial mengingat
fungsi humas bukan sekedar pelengkap dalam sebuah organisasi, tetapi lebih
jauh dari itu humas berfungsi sebagai penghubung antara organisasi dengan
orang-orang internal maupun eksternal organisasi.
Dalam kenyataan sehari-hari, istilah humas sering dikacaukan dengan
istilah “periklanan”, “pemasaran”, “penjualan”, “publisitas” dan bahkan
“propaganda”. Diantara istilah-istilah tersebut memang terdapat hubungan
yang erat bahkan sebagian aspeknya tumpang-tindih, namun humas
merupakan suatu entitas tersendiri yang memiliki definisi berbeda.
Dalam perkembangannya beberapa organisasi atau perusahaan
menyebut istilah humas dengan istilah yang lebih modern, yaitu“Public
Relation” (PR). Humas sendiri merupakan terjemahan bebas dari istilah
public relations, kedua istilah ini dapat digunakan secara bergantian. Menurut
definisi kamus terbitan Institute of Public Relations (IPR), “Humas adalah
keseluruhan
upaya
yang
dilangsungkan
1
secara
terencana
dan
2
berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan
saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya”.1
J.C., Seidel, Public Relation Director, Devision of Housing State of
New York menyatakan Public Relation adalah proses yang kontinu dari
uasaha-usaha manajemen untuk memperoleh
goodwill langganannya,
pegawainya, publik umumnya, dengan mengadakan analisa dan perbaikanperbaikan. Dalam public relations terdapat suatu usaha untuk mewujudkan
hubungan yang harmonis antara suatu badan dengan publiknya, usaha untuk
memberikan atau menanamkan kesan yang menyenangkan, sehingga
menimbulkan opini publik yang menguntungkan bagi keberlangsungan hidup
badannya (organisasi atau perusahaan) tersebut.2
Adanya persaingan yang sangat kompetitif, menjadikan perusahaan
produk atau jasa merasa betapa pentingnya membangun divisi/bidang PR dan
humas untuk memperoleh citra positif dan merebut dukungan publik dalam
upaya mengembangkan usaha mereka. PR harus bekerja keras meraih
dukungan publik dengan gencar mencari dan memberikan informasi kepada
masyarakat agar perusahaan mereka tumbuh subur, karena kepercayaan dan
dukungan publiklah perusahaan bisa terus berjalan.
1
M. Linggar Anggoro, Teori & Profesi Kehumasan Serta Aplikasinya di Indonesia, (Bumi
Aksara, Jakarta: 2008), hal. 1-2.
2
Wahidin Saputra & Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0: Teori dan Praktik Public
Relation di Era Cyber, (Gramata Publishing, Depok: 2011), hal. 1-4.
3
Salah satu kegiatan PR yang bisa dilakukan dalam hal ini adalah
kegiatan Hubungan Media atau Pers (Press Relations/ Media Relations).
Kegiatan ini merupakan kegiatan membina hubungan baik dengan kalangan
pers atau yang mengelola media massa baik cetak, elektronik, maupun online.
Jalinan hubungan baik ini diharapkan membawa dampak kepada perusahaan
agar memperoleh pemuatan dan penyiaran secara maksimal melalui media
massa tentang jasa atau produk milik mereka yang siap dipasarkan atau
dipromosikan atau untuk memberikan pengetahuan dan menciptakan
pengertian tentang perusahaan kepada publik.
Frank Jefkins (2000) memberikan definisi hubungan media adalah
“Usaha untuk mencari publikasi atau penyiaran yang maksimum atas suatu
pesan atau informasi humas dalam rangka menciptakan pengetahuan dan
pemahaman bagi khalayak dari organisasi perusahaan yang bersangkutan.3
Media relations atau hubungan media merupakan salah satu fungsi
dari public relation eksternal yang tugasnya membina dan mengembangkan
hubungan baik dengan media massa sebagai sarana komunikasi antara
organisasi dengan publik guna pencapaian tujuan organisasi. Pencapaian
tujuan yang dimaksud dapat beragam bentuknya, mulai dari pemasaran
produk dan jasa, pembentukan citra baik perusahaan, serta kepercayaan publik
pada organisasi perusahaan.
3
Nurudin, Hubungan Media: Konsep dan Aplikasi, (PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta:
2008), hal. 12-13.
4
Islam sebagai agama merupakan konsep yang mengatur kehidupan
manusia secara komprehensif dan universal, baik dalam hubungan dengan
Sang Pencipta (habluminAllah) maupun dalam hubungan sesama manusia
(hablumminannas).
Manusia sebagai makhluk hidup tidak akan bisa terlepas dari kegiatan
yang bertujuan memenuhi kebutuhan hidupnya, salah satunya adalah kegiatan
ekonomi. Oleh karenanya, sebagai subjek ekonomi yang mengemban tugastugas sebagai khalifatullah fil ard manusia diberikan kebebasan seluasluasnya untuk berikhtiar memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa harus keluar
dari syariat-syariat yang telah ditentukan oleh Sang Maha Pencipta.
Sistem ekonomi syariah merupakan sistem ekonomi berbasis syari’ah
(sesuai dengan ketentuan ajaran Islam) yang bertujuan untuk menghindarkan
umat Islam dari kegiatan ekonomi dalam transaksi investasi yang gharar,
masyir, dan riba.
Perkembangan sistem perbankan syari’ah sebagai suatu lembaga
keuangan merupakan sesuatu yang tak terhindarkan di Indonesia sebagai
Negara dengan komposisi penduduk yang sebagian besar memeluk agama
Islam.Indonesia merupakan pasar yang menjanjikan bagi sistem perbankan
yang menggunakan nilai-nilai Islam (syari’ah) dalam pengembangan
usahanya.
PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) Harta Insan Karimah
(HIK) merupakan salah satu bank berbasis syari’ah yang hadir di tengah-
5
tengah masyarakat sebagai solusi atas kerancuan (syubhat) bidang perbankan
konvensional dalam menawarkan pinjaman dan simpanan usaha. Ia hadir
sebagai jawaban atas kebingungan masyarakat terhadap halal haramnya
pinjaman dan simpanan melalui bank konvensional.
PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah sangat
serius dalam pembinaan dan pengembangan sumber daya insani untuk
dijadikan sebagai tenaga yang profesional. Berbagai pelatihan yang berlatar
belakang religius dan motivasi prestatif serta keahlian dibidang perbankan
senantiasa dilaksanakan dengan tujuan semata-mata untuk tumbuh dan
berkembangnya iman, ilmu dan amal.4
PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah didirikan
pada tanggal 8 September 1993, Perseroan ini berpengalaman selama lebih
dari 13 tahun di dunia perbankan syariah dan telah meletakkan pondasi yang
kuat untuk menjaga pertumbuhan kinerja yang sehat dan berkesinambungan
melalui pengembangan sektor pembiayaan dengan prinsip kehati-hatian
(frudential banking) yang berorientasi pada pelayanan cepat dan Islami.5
Salah satu prestasi terbaik yang pernah diraih Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah Harta Insan Karimah adalah, meraih peringkat pertama
dalam Anugerah BPR Indonesia 2013. BPRS Harta Insan Karimah
4
Profil HIK, diakses dari www.bprshik.co.id, pada Minggu 20 Januari 2013, pkl: 13.00.
5
Profil HIK, diakses dari www.bprshik.co.id, pada Minggu 20 Januari 2013, pkl: 13.00.
6
menduduki peringkat pertama untuk kategori Finance dan Human Capital
untuk BPR dengan aset di atas Rp 100 miliar. Anugerah Penghargaan
tersebut diberikan oleh Majalah Economic Review yang bekerja sama
dengan Perbanas Institute.6
Menjadi besar, tumbuh subur, serta dikenalnya BPRS Harta Insan
Karimah tentu tidak luput dari peran sumber daya manusia yang mengelola
perusahaan ini hingga menjadi salah satu Bank Syari’ah terbaik di
Indonesia. Tak luput pula di dalam keberhasilannya ada kinerja humas yang
efektif dalam menjalin hubungan baik dengan internal dan eksternal
perusahaan. Media massa merupakan salah satu pihak eksternal perusahaan
yang memiliki peran penting dalam menunjang keberhasilan kegiatan PR
dan humas BPRS Harta Insan Karimah. Tanpa media massa humas akan
menemukan kesulitan dalam memperkenalkan produk, layanan dan jasa
serta dalam menjaga eksistensi corporate image di mata publik.
Media massa secara teoritis memiliki fungsi sebagai saluran informasi,
saluran pendidikan dan saluran hiburan, namun nyatanya media massa
memberi efektif lain di luar fungsinya itu. Efek media massa tidak saja
memengaruhi sikap seseorang namun dapat pula memengaruhi perilaku,
bahkan pada tataran yang lebih jauh efek media massa dapat memengaruhi
sistem-sistem sosial maupun sistem budaya masyarakat.
6
Release HIK, Diakses dari www.bprshik.co.id,pada Minggu 20 Januari 2013.
7
Efek media dapat pula memengaruhi seseorang dalam waktu pendek
sehinggga dengan cepat memengaruhi mereka, namun juga memberi efek
dalam waktu yang lama, sehingga memberi dampak pada perubahanperubahan dalam waktu yang lama pula. Hal tersebut karena efek media
massa tidak hanya terjadi secara sengaja, namun juga ada efek media yang
diterima masyarakat tanpa disengaja.7 Pengaruh media massa terhadap sikap
bahkan perilaku ini akan sangat berkaitan erat dengan daya beli dan konsumsi
masyarakat terhadap apa-apa yang diiklankan atau dipublikasikan melalui
media massa.
Saat ini kita hidup dengan media apa yang sudah kita bangun dengan
baik bisa runtuh dengan perantara media. Akan tetapi, dengan perantara media
pula persepsi positif bisa dengan cepat terbentuk. Bahkan, tak sedikit media
berperan untuk meningkatkan penjualan. Maka menghindari hubungan media
adalah “kematian”, sedangkan mengelola dan menjalin hubungan baik dengan
media adalah “kehidupan” yang menjanjikan di masa datang.8
Perusahaan dapat bahkan harus menggunakan media massa sebagai
saluran penyampai pesan dan pencitraan kepada publik. Semakin banyak
akses yang didapat publik dari media massa berkaitan dengan produk atau
layanan yang diberikan oleh perusahaan, maka diharapkan semakin besar
7
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat,(Kencana Prenada Media Group, Jakarta: 2006), hal. 321.
8
Nurudin, Hubungan Media: Konsep dan Aplikasi, (PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta:
2008), hal. 12.
8
tingkat kepercayaan publik dan pada akhirnya publik akan memakai produk,
jasa atau layanan perusahaan yang dipublikasikan media, atau setidaknya
publik dapat menjadi saluran kembali yang secara tidak langsung
mempromosikan produk atau jasa kepada komunitasnya melalui word of
muoth.9
Bagi praktisi PR dan Humas media relations merupakan sebuah
keharusan. Bahkan Jerry Dekton Jr salah seorang manajer komunikasi di
perusahaan Airfact Company, mengatakan “praktisi PR dan Humas sangat
penting perannya dalam menjalin hubungan dengan media”. Artinya,
hubungan media sangat penting dilakukan untuk menunjang keberhasilan
kegiatan PR dan humas. Tujuan hubungan media tidak sekedar memberikan
informasi semata, tetapi menciptakan citra positif bagi sebuah lembaga yang
bersangkutan. Semakin baik hubungan media yang kita lakukan, semakin baik
pula citra lembaga atau perusahaan kita.10
Berdasarkan latar belakang tersebut usulan penelitian ini diberi judul
“Strategi Media Relations PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta
Insan Karimah Dalam Menjalin Hubungan Dengan Media Massa”.
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
9
Wahidin Saputra& Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0: Teori dan Praktik Public Relation
di Era Cyber, (Gramata Publishing, Depok: 2011), hal. 130-131.
10
Nurudin, Hubungan Media: Konsep dan Aplikasi, (PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta:
2008), hal. 12-13.
9
Pada penelitian ini, penulis memberikan batasan permasalahan
yang akan dipaparkan. Hal ini bertujuan untuk menghindari
terjadinya perluasan materi yang akan dibahas. Pokok masalah
yang akan dibahas adalah: strategi media relations PT. Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah dalam menjalin
hubungan baik dengan media massa, yaitu pada media cetak
berupa koran dan majalah serta media online berupa website, pada
rentang waktu Januari hingga Maret 2014.
2. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini
adalah:
a. Bagaimana strategi media relations PT. Bank Pembiayaan
Rakyat Syariah Harta Insan Karimah dalam menjalin hubungan
dengan media massa?
b. Apa fokus PT. Bank Pembiayaan Rakyat Harta Insan Karimah
dalam menjalin hubungan dengan media massa?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
10
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini
adalah:
a. Mendeskripsikan
strategi
media
relations
humas
PT.
Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah dalam menjalin
hubungan dengan media massa.
b. Mendeskripsikan fokus PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta
Insan Karimah dalam menjalin hubungan dengan media massa.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dilakukan ini, peneliti berharap
hasilnya dapat diaplikasikan secara akademis dan praktis.
a. Manfaat Akademis
Secara akademis penelitian ini bertujuan untuk memperkaya khazanah
keilmuan komunikasi khususnya dalam bidang media relations dalam
menjalin hubungan dengan media massa guna mendapatkan positive image
bagi perusahaan”.
b. Manfaat Praktis
Adapun secara praktis penelitian ini bertujuan untuk memberikan
masukan kepada mahasiswa komunikasi sebagai calon praktisi PR dan humas
masa depan tentang strategi komunikasi kehumasan dan media relations
dalam menjalin hubungan baik dengan media massa untuk mendapatkan citra
11
positif perusahaan, serta memberikan masukan kepada bagian media relations
PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah mengenai strategi
media relations dalam menjalin hubungan baik dengan media massa sebagai
corong untuk meraih citra positif perusahaan di mata publik.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas
dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton, paradigma tertanam kuat dalam
sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukkan pada mereka
apa yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif,
menunjukkan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu
melakukan pertimbangan eksistensial atau epistimologis yang panjang.11
Penelitian
ini
menggunakan
paradigma
konstruktivis.
Secara
epistimologi paradigma konstruktivis memandang suatu realitas atau temuan
suatu penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yang
diteliti. Secara metodologis paradigma konstruktivis lebih menekankan kepada
empati, dan interaksi dialektis antara peneliti-responden untuk merekonstruksi
realitas yang diteliti melalui metode-metode kualitatif.12
11
Dedi Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (PT. Remaja Rosdakarya, Bandung:
2007), hal. 9.
12
Rachmat Kriyantono, Tehnik Praktis Riset Komunikasi. (Kencana Prenada Media Group,
Jakarta: 2010), hal. 52.
12
Sedangkan metode penelitian yang digunakan dengan pendekatan
kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena
dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.13
Dalam metode ini peneliti mendeskripsikan atau mengkonstruksi wawancarawawancara mendalam terhadap subjek penelitian.14 Secara umum, riset yang
menggunakan metodologi kualitatifmemiliki ciri-ciri diantaranya: analisis data
lapangan, intensif, partisipasi dalam waktu lama pada setting lapangan, periset
adalah instrument pokok, melaporkan hasil deskripsi secara detail, tidak ada
realitas tunggal, setiap periset mengekspresikan realitas sebagai bagian proses
risetnya, serta realitas dipandang sebagai dinamis dan produk dari kontruksi
sosial.15
2. Sumber dan Jenis Data
Sumber data yang penulis gunakan untuk memperoleh data yang valid
dan akurat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer yang dimaksud adalah data pokok yang diperoleh dari hasil
observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis.
13
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Kencana Prenada Media Group,
Jakarta: 2010), hal. 56.
14
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Kencana Prenada Media Group,
Jakarta: 2010), hal. 389.
15
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Kencana Prenada Media Group,
Jakarta: 2010), hal.57-58.
13
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang penulis peroleh dari berbagai literatur
atau dokumentasi misalnya berupa buku yang memuat segala informasi
terkait dengan judul penelitian dan Harian Umum Republika yang
memuat publikasi PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan
Karimah.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian adalah Corporate Communication PT. Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah.
Sedangkan yang menjadi objek penelitian dalam hal ini adalah strategi
media relations PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan
Karimah dalam menjalin hubungan dengan media massa.
4. Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di kantor pusat PT. Bank Pembiayaan
Rakyat Syari’ah Harta Insan Karimah, yang berlokasi di Jl. Ciledug Raya
Nomor 88D Cipadu Larangan Tanggerang- Banten 15155. Sedangkan
waktu penelitian dimulai pada bulan Januari sampai dengan Maret 2014.
5.
Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Proses pengumpulan data primer dengan cara pengamatan langsung dan
melakukan pencatatan terhadap objek-objek terkait. Yang termasuk dalam
14
tehnik observasi adalah interaksi (perilaku) dan percakapan yang terjadi
di antara subjek yang diriset.16 Pengamatan ini dilakukan dengan
mencermati aktifitas media relations pihak PT. BPRS Harta Insan
Karimah dengan pihak media massa.
b. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya.17 Dalam penelitian ini
yang menjadi nara sumber adalah Bapak Abdul Muid Badrun selaku
Kepala Divis pada bagian Corporate Communications PT. Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah dan Irwan Kelana
selaku Desk Syariah Harian Umum Republika.
c. Dokumentasi
Hal ini digunakan untuk memperoleh data yang tidak diperoleh dengan
observasi dan wawancara. Peneliti meminta dan mencatat berbagai
dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini melalui data berupa buku,
brosur, website pribadi, koran atau gambar (foto-foto) yang berkaitan
dengan aktifitas PT. BPRS Harta Insan Karimah dalam menjalin
hubungan dengan media massa seperti kliping foto-foto publikasi di
media cetak.
16
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Kencana Prenada Media Group,
Jakarta: 2010), hal.110.
17
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Kencana Prenada Media Group,
Jakarta: 2010), hal.100.
15
6. Analisis dan Interpretasi Data
Peneliti menggunakan metode deskriptif analitik dalam menganalisis
data, yaitu cara melaporkan data dengan menerangkan, memberi
gambaran dan mengklasifikasikan serta menginterpretasikan data yang
terkumpul secara apa adanya kemudian disimpulkan dan diterangkan
secara luas.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini penulis merujuk pada buku, serta penelitianpenelitian yang pernah membahas seputar Public Relations, Kehumasan serta
Media Relations. Penulis kemudian menemukan empat hasil penelitian, yakni:
1. Penelitian dari Septi Fahmi Choirisa (Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2012) yang berjudul “Peran Media Relations PT.
Bank Muamalat, Tbk Dalam Membangun Citra Perusahaan”.
Penelitian ini membahas tentang peran media relations PT. Bank
Muamalat, Tbk Dalam Membangun Citra Perusahaan, terdapat kesamaan
dalam subjek penelitian ini yaitu sama-sama merujuk pada industri
perbankan, namun peneliti menggunakan PT. BPRS Harta Insan Karimah
dalam penelitiannya, sedangkan penelitian ini pada PT. Bank Muamalat,
Tbk. Dalam objek penelitian pun terdapat kesamaan di dalamnya, kedua
penelitian ini sama-sama membahas tentang media relations yang
16
merupakan salah satu fungsi humas, dan dalam penelitian ini peneliti
meneliti kehumasan PT. BPRS Harta Insan Karimah dalam membangun
hubungan dengan media massa, namun penelitian terdahulu mengungkap
tentang peran media relations dalam membangun citra perusahaan.
2. Penelitian dari Afra Restiani Choirisa (Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2012) yang berjudul “Aktivitas Seksi Hubungan
Masyarakat Rumah Sakit Haji Jakarta Dalam Membangun Citra
Perusahaan”.
Penelitian ini membahas tentang aktivitas humas Rumah Sakit Haji
Jakarta dalam membangun citra perusahaan, subjek penelitian ini adalah
industri rumah sakit, dan ini jelas berbeda dengan objek peneliti yang
merupakan industri perbankan. Subjeknya penelitian ini fokus pada
aktivitas seksi humas, sedangkan peneliti fokus pada strategi media
relations pada kehumasan PT. BPRS Harta Insan Karimah.
3. Penelitian Elvira Hannum (Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2012) yang membahas tentang “Strategi Kampanye Humas Partai
Persatuan Pembangunan (PPP) Dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
Dalam Meningkatkan Citra Partai Menjelang Pemilu 2014”
Penelitian ini memfokuskan kajiannya pada strategi kampanye humas
partai PPP dan partai PKB dalam membangun citra perusahan menjelang
17
pemilu 2014. Subjek penelitian ini adalah lembaga dan partai politik yang
jelas berbeda dengan penelitian yang peneliti ajukan yaitu industri
perbankan pada PT. BPRS Harta Insan Karimah. Adapun objek pada
penelitian ini adalah strategi kampanye humas, sedangkan objek penelitian
yang peneliti ajukan adalah strategi media relations humas PT. BPRS
Harta Insan Karimah.
4. Penelitian Zaldi Handi Aditia (Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam,
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2012), yang berjudul “Strategi Komunikasi Humas Pemerintahan
Kota Tanggerang Selatan Dalam Membentuk Citra Kota Cerdas, Modern,
Dan Religius”.
Penelitian ini fokus pada strategi komunikasi humas, sedangkan
peneliti
menggunakan
strategi
media
relations
sebagai
objek
penelitiannya, dan subjek yang digunakan berbeda, penelitian ini
menggunakan pemerintahan kota tanggerang selatan sebagai subjek
penelitiannya. Sedangkan peneliti menggunakan PT. BPRS Harta Insan
Karimah sebagai subjek penelitiannya.
E. Sistematika Penulisan
Penulisan Skripsi ini berdasarkan sistematika penulisan skripsi pada
umumnya, yaitu sebagai berikut:
18
BAB I
PENDAHULUAN Meliputi: penjelasan tentang latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika
penelitian.
BAB II LANDASAN TEORITIS Memuat: pengertian strategi, pengertian
public relations dan ruang lingkupnya, pengertian media relations dan
ruang lingkupnya, strategi media relations dalam humas, definisi BPRS
serta fungsi media massa dalam humas.
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Memuat: sejarah
perkembangan lembaga syariah di Indonesia, produk-produk syariah di
Indonesia, gambaran umum mengenai PT. BPRS Harta Insan Karimah, serta
gambaran dan tugas media relations PT. BPRS Harta Insan Karimah.
BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL TEMUAN Bab analisis dan
pembahasan ini berisi tentang strategi media relations PT. BPRS Harta
Insan Karimah dalam menjalin hubungan dengan media massa dan fokus
PT. BPRS Harta Insan Karimah dalam menjalin hubungan dengan media
massa.
BAB V PENUTUP Meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Definisi Strategi
Kata strategi berasal dari bahsa Yunani klasik yaitu “stratus” yang artinya
tentara dan kata “agein” yang berarti memimpin. Dengan demikian, strategi yang
dimaksudkan adalah memimpin tentara. Lalu muncul kata strategos yang artinya
pimpinan tentara pada tingkat atas. Jadi, strategi adalah konsep militer yang bisa
diartikan sebagai seni perang jenderal (The Art of General), atas suatu rancangan
yang terbaik untuk memenangkan peperangan. Dalam strategi ada prinsip yang harus
dicamkan, yakni “Tidak ada sesuatu yang berarti dari segalanya kecuali mengetahui
apa yang akan dikerjakan oleh musuh, sebelum mereka mengerjakannya”.
Karl von Clausewits (1780-1831) seorang pensiunan jenderal Prusia dalam
bukunya On War merumuskan strategi ialah “suatu seni menggunakan sarana
pertempuran untuk mencapai tujuan perang”.1
Strategi pada dasarnya merupakan kebijakan untuk mencapai tujuan yang
kemudian dijabarkan ke sejumlah taktik untuk pencapaian tujuan yang sudah
ditetapkan. Ketika memiliki sebuah tujuan yang ingin diraih maka hal terpenting yang
harus dipikirkan adalah menyusun strategi agar apa yang dilakukan tepat sasaran
sehingga membantu pencapaian tujuan tersebut.
1
Hafied Cangara, Perencanaan & Strategi Komunikasi, (PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta:
2013), hal. 61.
19
20
B. Public Relations (Hubungan Masyarakat)
a. Definisi Public Relations (Hubungan Masyarakat)
“Saat ini, tidak ada organisasi yang tidak membutuhkan humas. Humas
adalah suatu bentuk komunikasi yang berlaku terhadap semua jenis
organisasi, baik yang bersifat komersial atau bertujuan mencari keuntungan
(profit) maupun perusahaan nonkomersial yang tidak mencari
kentungan.Tidak peduli apakah organisasi itu berada pada sektor
pemerintahan maupun sektor swasta.”2
Pernyataan
di
atas
menunjukan
betapa
pentingnya
humas
bagi
keberlangsungan hidup sebuah perusahaan. Cutlip-Center-Broom dalam bukunya
Effective Public Relations mengatakan, dalam perkembangannya, humas memiliki
berbagai macam definisi dan interpretasi. Ada definisi yang sangat singkat seperti
“PR is doing good and getting credit for it” (humas adalah upaya melakukan hal-hal
baik sehingga mendapatakan kepercayaan) hingga definisi humas yang terdiri dari
100 kata sebagaimana tercantum dalam Encyclopedia Britannica.3
Secara teoritis humas adalah salah satu bidang ilmu komunikasi yang bersifat
praktis (berhubungan langsung dengan praktik empiris). Jadi penerapan ilmu
komunikasi dalam suatu organisasi baik organisasi pemerintah maupun nonpemerintah. Sedangkan secara praktis humas adalah bagian integral dari suatu
2
Morrisan, Manajemen Public Relations, (Kencana Prenada Media Grup, Jakarta: 2008),
hal. 6.
3
Morrisan, Manajemen Public Relations, (Kencana Prenada Media Grup, Jakarta: 2008),
hal. 7.
21
organisasi yang tugas dan fungsinya tidak berdiri sendiri, tetapi dalam konteks
organisasi.4
Alo
Liliweri
dalam
Bukunya
Strategi
Komunikasi
juga
mengungkapkan:
“hematnya, dalam ilmu komunikasi organisasi humas merupakan
suatu unit organisasi yang dikategorikan sebagai staf dan bukan line; jadi
humas itu melaksanakan tugas dan fungsi tertentu dalam rangka membantu
pimpinan.”5
Cutlip & Center dalam bukunya Effective Public Speaking mengungkapkan
bahwa idealnya humas itu dimasukkan ke dalam staf inti, langsung berada di bawah
posisi pimpinan sehingga lebih mampu menjalankan tugasnya. Dengan posisi itu ia
dapat mengetahui langsung latar belakang dari suatu keputusan yang diambil oleh
pimpinan lembaga, sehingga ia mendapat bahan informasi untuk disampaikan kepada
publik yang bersangkutan.6
Majelis Humas Dunia (World Assembly of Public Relations) mendefinisikan
humas sebagai berikut:
“public relations is the art and social science of analyzing tends, predicting
their concequences, conseling organization leaders and implementing
planned programs of actions which serve both organization‟s and the public
interest”.7
4
Alo Liliweri, Strategi Komunikasi Masyarakat, (PT. LKiSYogyakarta, Yogyakarta: 2010),
5
Alo Liliweri, Strategi Komunikasi Masyarakat, (PT. LKiSYogyakarta, Yogyakarta: 2010),
hal. 217.
hal. 217.
6
Alo Liliweri, Strategi Komunikasi Masyarakat, (PT. LKiS Yogyakarta, Yogyakarta: 2010),
hal. 226-227.
7
Morrisan, Manajemen Public Relations, (Kencana Prenada Media Grup, Jakarta: 2008), hal.
8.
22
Begitu banyak definis humas yang dikemukakan oleh para ahli, namun
kesemuanya merujuk pada pengertian yang hampir sama, yaitu humas merupakan
bagian dari sebuah organisasi yang bertugas menjalankan komunikasi baik ke dalam
maupun ke luar organisasi demi terciptanya sebuah hubungan harmonis dan berharap
akan mendatangkan dampak positif bagi organisasi dan perusahaan.
Sekian banyak definisi yang tertulis tentang humas, maka akan ada banyak
pula tugas yang harus dikerjakan oleh praktisi humas. Menurut Dominick, humas
mencakup hal-hal sebagai berikut:8
a. Humas memiliki kaitan erat dengan opini publik.
Pada satu sisi praktisi humas berupaya untuk memengaruhi publik agar
memberikan opini yang positif bagi organisasi atau perusahaan, namun pada
sisi lain humas harus berupaya mengumpulkan, menginterpretasi berbagai
informasi dari khalayak dan melaporkannya kepada manajemen jika informasi
itu dianggap penting bagi organisasi.
b. Humas memiliki kaitan erat dengan komunikasi.
Humas harus menjadi saluran bolak-balik antara organisasi dan khalayak, baik
internal maupun ekternal. Humas harus bertanggung jawab menjelaskan
seluruh yang berkaitan dengan organisasi kepada khalayak, pun humas harus
mengindahkan perasaan dan fikiran khalayak terhadap organisasi, maka
disinilah letak komunikasi bagi praktisi humas.
8
Morrisan, Manajemen Public Relations, (Kencana Prenada Media Grup, Jakarta: 2008),
hal. 8-9.
23
c. Humas merupakan fungsi manajemen.
Humas berfungsi membantu manajemen dalam menetapkan tujuan yang
hendak dicapai serta menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah.
Humas juga harus secara rutin memberikan saran kepada manajemen agar
manajemen mempunyai kegiatan yang terencana dengan baik.
b. Macam-macam Public Relations (Hubungan Masyarakat)
Berdasarkan cara kerja serta tujuannya public relations dibagi menjadi 3 jenis,
yaitu: public relations bisnis, public relations pemerintah dan public relations NGO
(Non Government Organitation). Secara garis besar ketiga jenis PR ini memiliki
kesamaan tugas dan fungsi yaitu sama-sama bertugas untuk mempertahankan bahkan
meningkatkan kepercayaan publik pada organisasinya serta meningkatkan citra baik
organisasi. Namun, jika diperhatikan secara seksama maka akan terlihat perbedaan
fundamental dari ketiga fungsi dan tugas PR.
PR bisnis merupakan salah satu bagian internal perusahaan yang berorientasi
pada profit yang bertugas menjalin komunikasi kepada orang-orang internal dan
ekternal perusahaan, baik karyawan, investor, pemerintah, media dan stakeholders
lainnya. Hal terpenting yang menjadi kewajiban PR bisnis adalah membantu
perusahaan untuk mewujudkan filosofi dari perusahaan tersebut, seperti pembentukan
visi dan misi serta mempertahankan dan mengembangkan brand perusahaan. Dari
keseluruhan tugas tersebut diharapkan akan berdampak pada peningkatan penjualan
sehingga meningkatkan profit perusahaan.
24
PR pemerintah merupakan PR dalam lembaga pemerintah dan lembaga politik
yang bekerja untuk membantu pemerintah dalam mensosialisasikan berbagai macam
hal terkait kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan. Publik PR dalam lembaga
pemerintah sangat luas baik internal maupun eksternal. Berbeda dengan tugas PR
dalam lembaga bisnis, PR pemerintah tidak memiliki tugas sebanyak PR lembaga
bisnis, PR pemerintah hanya berperan sebagai teknisi komunikasi, yaitu hanya
melakukan hal-hal terkait teknis saja. Tugas pokok PR pemerintah adalah
menyampaikan kegiatan pemerintah kepada masyarakat dalam bentuk publisitas. PR
pemerintah juga menampung keluh kesah masyarakat terhadap kinerja pemerintah,
namun tidak berwewenang memberikan feedback tanpa ada persetujuan dari
pemerintah sendiri.
Adapun PR NGO (Non Government Organitation) adalah PR pada lembaga
nonprofit dan nonpemerintah yang jauh dari orientasi komersial. PR dalam lembaga
ini bertugas memperjuangkan progam misi kepedulian dan kemanusiaan. Mereka
menyampaikan pesan tentang berbagai isu kemasyarakatan dan lingkungan, seperti
kesejahteraan anak, perlindungan perempuan, hak mendapatkan informasi publik,
konservasi hutan atau pelestarian satwa langka. Tujuan utama mereka adalah
memberikan kesadaran dan pengetahuan pada masyarakat terkait isu-isu yang mereka
lontarkan, melobi pemerintah agar mendapatkan dukungan sosial dan dana serta
menggalang dana dari pihak manapun yang rela mengeluarkan dananya untuk
kegiatan mereka yang berujung pada kepentingan publik. PR NGO melakukan hal
yang sama seperti yang dilakukan oleh PR di lembaga profit, seperti melakukan
25
kegiatan pengumpulan dana dari masyarakat yang disebut dengan social marketing.
Social marketing adalah kegiatan pemasaran dan promosi yang hasilnya akan
digunakan untuk mencapai perubahan sosial, yaitu perubahan perilaku positif, serta
mencapai tujuan spesifik untuk kebaikan hidup masyarakat.
Adapun deskripsi perbedaan definisi, pekerjaan serta tujuan ketiga PR
tersebut adalah sebagai berikut:
No
Jenis PR
Public Relations
Definisi
Deskripsi Pekerjaan
Tujuan
Adalah salah satu
Mengatur laporan tahunan dan rapat
Untuk meningkatkan
bagian internal pada
umum tahunan, menganalisis
kepercayaan publik
perusahaan profit
keuangan dan media, menjadi
terhadap produk
yang menjadi
communication fasilitator, problem
peusahaan, untuk
fasilitator antara
solving fasilitator, meningkatkan
mempertahankan dan
perusahaan dengan
loyalitas karyawan dan komunitas
mengembangkan brand
publiknya, baik
lingkungan sekitar, melakukan MPR
perusahaan sehingga
internal maupun
(Marketing Public Relations), serta
berdampak pada
ekternal.
menjalankan CSR (Corporate Social
peningkatan penjualan
Responsibility)
dan kenaikan profit
1
Bisnis
perusahaan
2
Public Relations
Adalah bagian dari
Menyampaikan kegiatan pemerintah
Untuk
Pemerintah
pemerintahan yang
kepada masyarakat dalam bentuk
mensosialisasikan
26
bertugas untuk
publisitas, menampung keluh kesah
segala kebijakan
menyampaikan
masyarakat terhadap kinerja
pemerintah
komunikasi
pemerintah, menggunakan media
pemerintah kepada
untuk mencapai tujuan politik dan
para publiknya baik
kebijakan, promosi kegiatan
legislatif, yudikatif
pemerintah terhadap publik luar atau
atau masyarakat luas
dalam negeri, memonitor pendapat
umum tentang kegiatan pemerintah
3
Public Relations
NGO
Adalah PR pada
Menyampaikan
lembaga nonprofit
berbagai
dan nonpemerintah
lingkungan,
yang jauh dari
pengumpulan dana dari masyarakat masyarakat, untuk
orientasi komersial
yang hasilnya akan digunakan untuk mencapai kebaikan
yang bertugas
mencapai
perubahan
sosial,
memperjuangkan
perubahan
perilaku
positif,
progam, misi,
mencapai
tujuan
kepedulian dan
kebaikan hidup masyarakat.
kemanusiaan
isu
pesan
tentang Untuk memberikan
kemasyarakatan
melakukan
spesifik
dan kesadaran dan
kegiatan pengetahuan pada
yaitu hidup dan perubahan
serta sosial positif.
untuk
27
c. Fungsi dan Tugas Public Relations (Hubungan Masyarakat)
Humas/PR merupakan kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi ini
mempunyai ciri tertentu karena berada dalam konteks tertentu, yaitu konteks
organisasi. Jadi peranan (tugas dan fungsi) humas/PR tergantung atas:
a. Organisasi, di mana humas itu berada, berkaitan dengan budaya organisasi
(organizational culture)
b. Sifat-sifat manusia yang terlibat, (pejabat humas dan publik yang terlibat)
c. Faktor-faktor internal organisasi
d. Faktor-faktor eksternal organisasi.
Ralph Currier dan Allan C. Filley dalam bukunya Principles of Management
mengatakan bahwa istilah fungsi menunjukan suatu tahap pekerjaan yang jelas dan
dapat dibedakan, bahkan terpisah dari tahapan dengan pekerjaan lain. Oleh karena itu,
humas (PR) berfungsi dalam sebuah lembaga apabila humas tersebut telah menujukan
suatu kegiatan yang jelas dan dapat dibedakan dari kegiatan lainnya.9
Dalam prakteknya, humas memiliki beberapa fungsi, Drs. Onong Uchajana
Effendy merangkumnya sebagai berikut:10
a. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi
b. Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publik internal dan
publik eksternal
9
Wahidin Saputra& Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0: Teori dan Praktik Public Relation
di Era Cyber, (Gramata Publishing, Depok: 2011), hal. 49.
10
Wahidin Saputra& Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0: Teori dan Praktik Public Relation
di Era Cyber, (Gramata Publishing, Depok: 2011), hal: 50.
28
c. Menciptakan komunikasi dua arah dengan menyebarkan informasi kepada
publiknya dan menyalurkan opini publik kepada organisasi
d. Melayani publik dan menasehati pimpinan organisasi demi kepentingan
umum
e. Operasional dan organisasi PR adalah bagaimana membina hubungan
harmonis antara organisasi dengan publiknya, untuk mencegah terjadinya
rintangan psikologis, baik yang ditimbulkan dari pihak organisasi maupun
dari pihak publiknya.
Dewasa ini, perkembangan pesat di berbagai segi kehidupan masyarakat
menyebabkan masyarakat menjadi terbagi-bagi ke dalam segmentasi. Kecenderungan
yang terjadi belakangan ini menunjukan bahwa praktik kehumasan yang terjadi pada
masa lalu tidak bisa diterapkan lagi pada saat ini, tetapi harus disempurnakan. Salah
satu tugas humas adalah menjalin komunikasi dengan khalayak, perlu ditegaskan
bahwa khalayak humas saat ini sudah harus diarahkan pada khalayak terbatas atau
pihak-pihak tertentu yang berbeda, dan masing-masing harus dihadapi dengan cara
yang berbeda pula.
Pada awal perkembangannya orang hanya menganggap tugas humas adalah
berhubungan dengan media massa dan wartawan. Ruang lingkup tugas dan fungsi
humas hanya sekedar publisitas atau propaganda. Jelas hal ini sudah tidak relevan lagi
diterapkan pada kegiatan humas saat ini. Kegiatan humas dewasa ini telah merambah
ke bidang pemasaran dan keuangan. Praktisi humas turut betanggung jawab dalam
29
mempersiapkan strategi pemasaran dan dapat menjelaskan seluk-beluk keuangan
perusahaan kepada investor dan wartawan media keuangan.
Dengan demikian, ruang lingkup pekerjaan humas dapat dibagi menjadi enam
bidang pekerjaan:11
1. Publisitas,
yaitu
kegiatan menempatkan berita mengenai
seseorang,
organisasi, atau perusahaan di media massa.
2. Pemasaran, yaitu kegiatan memasarkan produk atau jasa agar dikenal oleh
publik.
3. Public
Affairs
merupakan
bidang
khusus
yang
membangun
dan
mempertahankan hubungan dengan pemerintah dan komunitas lokal agar
dapat memengaruhi kebijakan publik.
4. Manajemen Isu, merupakan upaya organisasi untuk melihat kecenderungan
isu atau opini publik yang muncul ditengah masyarakat
5. Lobi, adalah bidang khusus humas yang membangun dan memelihara
hubungan dengan pemerintah utamanya untuk tujuan memengaruhi peraturan
dan perundang-undangan
6. Hubungan Investor, bidang khusus humas yang membangun dan memelihara
hubungan dengan pemegang saham dari pihak lain di luar organisasi.
11
Morrisan, Manajemen Public Relations, (Kencana Prenada Media Grup, Jakarta: 2008),
hal. 14-31.
30
Pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan utama bidang
kehumasan adalah:12
a. Sebagaimana communicator atau penghubung antara organisasi atau
lembaga yang diawali dengan publiknya
b. Membina relationship, yaitu berupaya membina hubungan yang positif
dan saling menguntungkan dengan pihak publiknya
c. Peranan back up management, yakni sebagai pendukung dalam fungsi
manajemen organisasi atau perusahaan
d. Membentuk
corporate
image,
artinya
peranan
humas
berupaya
menciptakan citra bagi organisasi atau lembaganya.
d. Model-Model Public Relations (Hubungan Masyarakat)
Model ini dikemukakan secara sederhana oleh Grunig dan gambaran tersebut
diharapkan dapat mewakili kenyataan mengenai berbagai model Public Relations.
Keempat model tersebut adalah:13
1. Press Agentry / Publicity (Model Keagenan Pers atau Model Propaganda)
Model ini ditujukan untuk kepentingan propaganda. Komunikasi
dalam model ini hanya bersifat satu arah. Pesan yang dimuat dalam proses
tersebut sering kali tidak lengkap dan terganggu sehingga mengakibatkan
12
Wahidin Saputra& Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0: Teori dan Praktik Public Relation
di Era Cyber, (Gramata Publishing, Depok: 2011), hal. 50.
13
James E. Grunig and Larisa A. Grunig, Exellence in Public and Communications
Management, (Taylor and Fransis Group, New York: 2008) hal. 285-325.
31
hanya sebagian pesan saja yang mengandung kebenaran. Press Agentry ini
sangatlah terpaku pada publisitas yang akhirnya melahirkan ungkapan “any
publicity is good publicity”. Gambaran modelnya adalah :
Sumber
Penerima
Gambar 2.1. Model Press Agentry/Publicity
Model ini memperlihatkan praktek PR (humas) dan segala kegiatan
yang dilakukannya memiliki tujuan tunggal yaitu untuk mendapatkan
publisitas di media massa yang dapat menguntungkan organisasi. Kadang
kebenaran informasi yang disampaikan dengan jalan satu arah ini cukup
penting selama publik masih mempercayai perusahaan.
2. Public Information (Model Informasi Publik)
Tujuan utama model ini adalah untuk penyebarluasan atau diseminasi
informasi. Komunikasi masih tetap satu arah sebagaimana model press
agentry dan hanya terfokus kepada output semata.
Sumber
Sumber
Penerima
Penerim
Gambar 2.2. Model Public Information
Proses komunikasi yang berlangsung pada model ini cenderung satu
arah, model ini berkembang karena adanya reaksi perusahaan-perusahaan
32
besar dan pemerintahan di media massa, pihak manajemen perusahaan
menyewa wartawan untuk dapat membuat press release yang berisikan
tindakan-tindakan
perusahaan.
Informasi
yang
disampaikan
tersebut
diharapkan dapat diterima dan dipercayai oleh publik.
3. One Way Asymmetrical Model (Model Asimetris Satu Arah)
Model ini menggunakan persuasi dan manipulasi untuk memengaruhi
khalayak agar berperilaku seperti apa yang diinginkan oleh organisasi. Model
ini tidak menggunakan penelitian untuk mengetahui bagaimana perasaan atau
respon publik terhadap organisasi. Model ini melakukan komunikasi dua arah,
namun feedback yang diberikan tidak seimbang.14
Sumber
Penerima
Sumber
(Feedback tidak
Seimbang)
Gambar 2.3. Model One-Way Asymmetrical
4. Two Way Symetrical Model (Model Simetris Dua Arah)
Model ini bertujuan untuk dapat memperoleh mutual understanding,
sedangkan pola komunikasi yang dilakukan bersifat dua arah dengan efekefek yang cukup seimbang.
14
2012).
Rini Darmastuti, Media Relations: Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Penerbit Andi, Jakarta:
33
Grup
Grup
(FeedbackSeimbang)
Gambar 2.4. Model Two-Way Symetric
Dalam prakteknya, PR melakukan kegiatan berdasarkan penelitian dan
menggabungannya dengan tehnik komunikasi agar dapat mengelola konflik
dan memperbaiki pemahaman yang telah dimiliki publik. Dalam model ini,
PR membuka diri dan membantu wartawan untuk meliput, dengan adanya
keterbukaan maka wartawan mendapatkan informasi yang lebih akurat dan
tidak bias.
C. Media Relations
a. Pengertian Media Relations
Hubungan Masyarakat/Public Relation (PR) merupakan salah satu bagian dari
kajian ilmu komunikasi baik secara teoritis maupun secara praktis. Humas atau PR
merupakan
bagian
internal
organisasi
atau
perusahaan
yang
bertugas
mengembangkan atau membangun hubungan/relasi dengan orang-orang internal dan
eksternal organisasi atau perusahaan tersebut.
Aktifitas PR dan humas yang fokus pada manajemen hubungan/relasi dan
komunikasi akan berujung pada terciptanya hubungan baik dengan berbagai pihak,
34
termasuk dengan pihak media massa. Jefkins mengatakan bahwa media massa
merupakan salah satu dari target khalayak atau disebut dengan khalayak utama.15
Hubungan media atau media relations merupakan salah satu tugas humas
organisasi atau perusahaan demi mendapatkan kesan baik atau citra baik di mata
awak media yang akan berimbas pada publisitas dan penyebaran berita milik
perusahaan kepada publik/khalayak luas secara maksimal.
Yosal Iriantara mengartikan media relations merupakan bagian dari PR dan
humas eksternal yang membina dan mengembangkan hubungan baik dengan media
massa sebagai sarana komunikasi antara organisasi dengan publik untuk mencapai
tujuan organisasi.16
Jefkins memaparkan bahwa hubungan media atau ia menyebutnya press
relation bukan media relations, merupakan usaha untuk mencapai publikasi atau
penyiaran yang maksimum atau suatu pesan atau informasi PR dalam rangka
menciptakan pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak dari organisasi atau
perusahaan yang bersangkutan.17
Salah satu tujuan organisasi dan perusahaan adalah membangun, membina,
dan menjaga citra positif atau reputasi baik perusahaan. Zaman ini merupakan zaman
yang serba bersentuhan dengan media, segala sesuatu bisa didapatkan melalui media
massa, meminjam istilah Yosal Iriantara, fenomena ini disebut dengan „dunia sesak
15
Frank Jefkins. Public Relations Edisi Kelima, (Penerbit Erlangga, Jakarta: 2002), hal. 80.
Wahidin Saputra& Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0: Teori dan Praktik Public Relation
di Era Cyber, (Gramata Publishing, Depok: 2011), hal. 130.
17
Frank Jefkins. Public Relations Edisi Kelima, (Penerbit Erlangga, Jakarta: 2002), hal. 113.
16
35
media‟ (media-saturated world). Maka sudah sepantasnya humas dan PR sebuah
organisasi dan perusahaan turut serta menjadikan media sebagai relasi yang
digunakan untuk penyampaian pesan perusahaan atau sekedar menjalin hubungan
dengan para publiknya. Dapat dikatakan bahwa media massa merupakan salah satu
partner organisasi dalam mencapai tujuannya.
b. Teknik-teknik Media Relations
Teknik adalah cara atau metode yang digunakan dalam menjalankan kegiatan
tertentu. Media relations merupakan tindakan komunikasi yang dilakukan organisasi
kepada publik-publik atau stakeholeders-nya, maka pada dasarnya tehnik-tehnik
komunikasi bermedia dipergunakan pula dalam kegiatan media relations.
Yosal Iriantara mengemukakan ada 2 macam teknik yang umum
dipergunakan dalam menjalankan media relations, yaitu publisitas dan periklanan.
Publisitas ada yang mengartikan sebagai PR yang bebas biaya dengan cara
menyampaikan pesan melalui media massa, dengan maksud menyampaikan informasi
dari perspektif pembuat pesan, dalam hal ini adalah organisasi. Publisitas dilakukan
antara lain dalam bentuk pemberitaan atau tulisan berupa artikel.18
Periklanan merupakan salah satu metode komunikasi yang juga digunakan
sebagai teknik media relations, periklanan adalah komunikasi satu kepada banyak
18
Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, (Simbiosa Rekatama
Media, Bandung: 2011), hal. 41.
36
terhadap individu-individu di dalam suatu massa yang heterogen.19 Iriantara
mengatakan periklanan adalah penyampaian pesan nonpribadi dengan mengeluarkan
biaya melalui media massa untuk menginformasikan atau memengaruhi.20
Seiring dengan perkembangan bisnis media massa di Indonesia sekarang ini,
ada percampuran antara publisitas dengan periklanan. “Perkawinan” antara publisitas
dan periklanan ini menghasilkan bentuk yang dinamakan pariwara, advertorial
(advertising-editorial),
infotorial
(information
editorial)
atau
infomercial
(information comercial). Wujudnya adalah iklan dalam bentuk seperti pemberitaan
atau bisa juga dibalik, pemberitaan yang bernafaskan iklan.21
Penggabungan ini terjadi atas kesadaran kedua belah pihak, baik pihak humas
maupun pihak media massa dalam hal pemberitaan. Pihak humas terkadang kurang
puas dengan pemberitaan mengenai organisasinya yang dimuat media massa,
adakalanya pemberitaan tersebut tidak sesuai dengan keinginan dan harapan
organisasi, maka dengan penggabungan prinsip publisitas dan periklanan pihak media
massa dapat mengeluarkan berita terkait organisasi dari perspektif humas, dengan
menggunakan pendekatan humas namun menerapkan prinsip –prinsip pemberitaan di
media massa tersebut.
Dari penggabungan ini bukan hanya pihak humas yang merasa diuntungkan,
namun pihak media juga akan memperoleh keuntungan, yaitu dengan menjual ruang
19
Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media, (PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung: 2005), hal. 133.
20
Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, (Simbiosa Rekatama
Media, Bandung: 2011), hal. 41
21
Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, (Simbiosa Rekatama
Media, Bandung: 2011), hal. 41.
37
atau waktu yang dimilikinya pada organisasi yang membutuhkannya. Pihak media
memberikan kebebasan kepada pihak organisasi untuk menuliskan pemberitaan
seperti apa yang diinginkannya, sedangkan pihak media akan memperlakukannya
sebagai iklan yang menjual. Maka yang akan ditampilkan adalah iklan dalam bentuk
liputan pemberitaan.
c. Bentuk Kegiatan Media Relations
Dalam upaya membina hubungan pers/media yang baik maka humas
diharuskan melakukan berbagai kegiatan yang bersentuhan dengan media. Kegiatankegiatan ini diharapkan dapat menjadi jembatan yang menghubungkan humas dengan
media.
Adapun beberapa kegiatan hubungan media yang dapat dilakukan antara
lain:22
1. Konferensi pers, temu pers atau jumpa pers yaitu diberikan secara simultan/
berbarengan oleh seorang pejabat pemerintahan atau swasta kepada
sekelompok wartawan, bahkan bisa ratusan wartawan sekaligus. Amar
menyebutkan syarat utama dari sebuah konferensi pers adalah berita yang
disampaikan kepada wartawan sangat penting. Sebuah konferensi pers akan
kehilangan fungsinya bila berita yang disampaikan kurang penting, apalagi
jika diliput juga oleh televisi dan radio. Menurut Oemi Abdurachman,
22
Soleh Soemirat& Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relations, (PT.Remaja
Rosdakarya, Bandung: 2005), hal. 128-129.
38
konferensi pers diselenggarakan bila ada peristiwa-peristiwa penting di suatu
instansi/perusahaan/badan, atas inisiatif sendiri atau permintaan wakil-wakil
pers.
2. Press Brefing, yaitu diselenggarakan secara regular oleh seorang pejabat
humas. Dalam kegiatan ini disampaikan informasi-informasi mengenai
kegiatan yang baru terjadi kepada pers, juga diadakan tanggapan atau
pertanyaan bila wartawan belum puas dan menginginkan keterangan lebih
rinci.
3. Press Tour yaitu diselenggarakan oleh suatu perusahaan atau lembaga untuk
mengunjungi daerah tertentu dan mereka pun (pers) diajak menikmati objek
wiasata yang menarik.
4. Press Release atau siaran pers sebagai publisitas yaitu media yang banyak
digunakan dalam kegiatan kehumasan karena dapat menyebarkan berita.
Istilah press release mempunyai pengertian yang luas, tidak hanya berkenaan
dengan media cetak, tetapi mencakup media elektronik. Di Negara lain istilah
press release disebut news release yang dikirimkan ke media massa dengan
harapan dapat disebar luaskan sebagai berita.
5. Special Event yaitu peristiwa khusus sebagai suatu kegiatan humas/PR yang
penting dan memuaskan banyak orang untuk ikut serta dalam suatu
kesempatan, mampu meningkatkan pengetahuan dan memenuhi selera publik.
6. Press Luncheon yaitu pejabat humas/PR mengadakan jamuan makan siang
bagi para wakil media massa/wartawan, sehingga pada kesempatan ini pihak
39
pers bisa bertemu dengan top manajemen perusahaan/lembaga guna
mendengarkan perkembangan perusahaan/lembaga tersebut.
7. Wawancara Pers yaitu sifarnya lebih pribadi, lebih individual. Humas atau top
manajemen yang diwawancarai hanya berhadapan dengan wartawan yang
bersangkutan .
Selain ketujuh kegiatan diatas adapula kegiatan yang tak kalah penting untuk
menjalin hubungan dengan media massa, adalah kunjungan humas ke kantor media
massa itu sendiri, atau yang dikenal dengan sebutan media visit. Selain untuk
menjelaskan berbagai kebijakan yang dimiliki organisasi media tersebut, kunjungan
ke kantor redaksi media juga dapat digunakan sebagai ajang mempererat tali
silaturahmi antara humas dan organisasinya dengan lembaga media massa.
d. Pendekatan Media Relations
Jika dilihat dari berbagai macam kegiatan yang dapat dilakukan dalam media
relations, maka dalam melakukan praktiknya dibutuhkan sejumlah strategi
pendekatan yang dapat dilakukan oleh humas yaitu diantaranya:23
1. Pendekatan Reaktif
Pendekatan ini dilakukan dengan hanya menjawab dan merespon permintaan
yang dibutuhkan oleh media. Pendekatan ini memiliki beberapa pedoman
yang dapat digunakan oleh humas dalam menghadapi media, diantaranya:
23
Clarke L. Caywood, (ed), The Handbook of Strategic Public Relations and Integrated
Communications (New York: Mc Graw Hill, 1977), hal. 61-65.
40
a. Hindari mengeluarkan komentar yang tidak didahului dengan persiapan
matang
b. Persiapkan berkas catatan isu-isu yang menarik perhatian media
c. Pahami dan tepati deadlines
d. Selalu ada ketika media membutuhkan dan hendaknya membalas telepon
dengan segera
e. Menjadi sosok humas yang selalu merasa ingin tahu dan bertanya sesuai
dengan kapasitas
f. Mencoba menempatkan diri pada posisi wartawan
g. Buatlah sebuah keseimbangan antar wartawan dan humas
h. Pahami dan ketahui latar belakang sebuah informasi
i. Catat bagian pembicaraan yang dilakukan oleh humas dan wartawan
j. Jangan memberikan sebuah informasi yang belum tentu kebenarannya
2. Pendekatan Proaktif
Pendekatan ini dapat dilakukan dengan membangun langkah-langkah reaktif
yang dapat dilakukan lebih jauh untuk mempromosikan dan mempublikasikan
organisasi. Pendekatan proaktif menekankan humas agar bergerak lebih aktif
untuk medekati media massa sebagai sarana pencapaian tujuan organisasi.
3. Pendekatan Interaktif
Selain itu banyak juga humas yang menerapkan pendekatan interaktif dalam
melaksanakan kegiatan media relations lebih jauh lagi dan mendapatkan suatu
hubungan yang terbangun dengan baik dengan media, yang dapat membuat
41
langkah humas bergerak lebih jauh dari pendekatan sebelumnya. Adapun
beberapa cara yang biasa dilakukan dalam menerapkan pendekatan interaktif
adalah:
a. Mendiskusikan isu-isu selain berita organisasi yang sekiranya menarik
minat wartawan
b. Menjadi sumber dengan berusaha memberikan komentar sebagai seorang
yang ahli di industri yang digeluti
c. Menempatkan diri pada kebutuhan, seperti memahami adanya deadlines
yang harus dikejar wartawan
d. Memberikan pandangan yang berbeda pada topik berita dan trend industri
yang terjadi saat itu
e. Berbicara tentang publikasi dan wartawan lain serta bagaimana
pendekatan mereka terhadap isu yang berbeda
f. Memberikan pujian terhadap artikel yang ditulis oleh wartawan dan bukan
memberikan ucapan terimakasih
g. Telepon untuk membicarakan berita yang relevan dan selalu berhubungan
h. Mencari legitimasi alasan yang tidak berkaitan dengan berita untuk
berinteraksi dengan media massa
i. Menyesuaikan pesan dan pembicaraan berdasarkan waktu wartawan yang
terbatas dan tingkat kepentingan
42
e. Strategi Media Relations
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia strategi adalah akal atau tipu muslihat
untuk mencapai sesuatu maksud dan tujuan yang telah direncanakan.24 Jadi strategi
merupakan langkah awal bagi organisasi untuk mencapai tujuan yang dimilikinya.
Strategi media relations artinya cara-cara yang digunakan praktisi humas atau
PRO dalam berhubungan dengan media massa. Media massa merupakan instansi
yang memiliki pengaruh besar bagi keberlangsungan hidup sebuah organisasi, maka
merupakan sebuah keharusan bagi organisasi untuk memiliki kiat, strategi dan cara
untuk berhubungan dengan media. Media yang dimaksud disini mencakup
keseluruhan pihak yang terkait dengan media tersebut, mulai dari wartawan,
pimpinan redaksi, editor, penanggung jawab dan lain sebagainya.
Media relations officers terlebih dahulu harus memahami seluk beluk media
massa. Seorang media relations officers harus memiliki pemahaman tentang media,
mulai dari karakteristik media, publiknya, cara kerja wartawan, sistem politik Negara,
sistem media, sistem hukum dan lainnya. Yosal Iriantara mengatakan media relations
bukan hanya merupakan pekerjaan teknis seperti menulis siaran pers atau
menyiapkan materi presentasi untuk konferensi pers, tetapi juga harus memiliki
kemampuan membaca opini publik dan menyiapkan tindakan yang diperlukan bila
ternyata opini publik tersebut kontraproduktif atau negatif bagi organisasi.25
24
Budiono, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Penerbit Karya Agung, Surabaya: 2005),
hal. 486.
25
Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, (Simbiosa Rekatama
Media, Bandung: 2011), hal. 14.
43
Jadi pada dasarnya dalam menjalankan kegiatan media relations selain
membutuhkan keterampilan teknis komunikasi, juga diperlukan kemampuan otak
untuk membaca situasi dan konteks komunikasi. Itu sebabnya ada yang menyebut
bahwa dalam menjalankan kegiatan atau program media relations selain merupakan
handcraft juga merupakan braincraft, karena dalam media relations itu memang ada
bagian-bagian kegiatan yang membutuhkan keterampilan dan juga ada bagian yang
memerlukan kepiawaian berpikir dan menganalisis.26
Berbagai hal yang dilakukan dalam kegiatan dan strategi media relations tidak
luput dari sebuah tujuan utama yaitu membentuk suatu hubungan yang harmonis
dengan pihak media agar hubungan yang telah terbentuk dapat terjalin terus menerus
dan terjaga. Frank Jefkins menyatakan bahwa terdapat beberapa kiat dan prinsipprinsip yang dapat dilakukan agar hubungan humas dengan pihak media dapat terbina
dengan baik, yaitu:27
a. Memahami dan melayani media. Dengan berbekal semua pengetahuan
terkait dengan media, maka seorang praktisi PR akan mampu menjalin
kerja sama dengan pihak media. Ia juga akan dapat menciptakan suatu
hubungan timbal balik yang saling menguntungkan.
b. Membangun reputasi sebagai orang yang dapat dipercaya. Para praktisi
PR harus senantiasa siap menyediakan materi-materi yang akurat di mana
26
Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, (Simbiosa Rekatama
Media, Bandung: 2011), hal. 14.
27
Frank Jefkins, Public Relations Edisi Kelima, (Penerbit Erlangga, Jakarta: 2002), hal. 116117.
44
saja dan kapan saja hal itu dibutuhkan. Hanya dengan cara inilah ia akan
diakui sebagai sumber informasi yang akurat dan dapat dipercaya oleh
para jurnalis. Bertolak dari kenyataan itu, maka komunikasi timbal balik
yang saling menguntungkan akan lebih mudah diciptakan dan dipelihara.
c. Menyediakan salinan yang baik. Misalnya menyediakan reproduksi fotofoto yang baik, menarik dan jelas. Komputer bisa digunakan untuk
memudahkan koreksi dan penyusunan ulang dari suatu terbitan, seperti
siaran berita, penyediaan salinan naskah dan foto-foto yang baik secara
cepat menjadi semakin penting.
d. Bekerjasama dengan penyediaan materi. Sebagai contoh, petugas PR dan
jurnalis dapat bekerja sama dalam mempersiapkan sebuah acara
wawancara atau temu pers dengan tokoh-tokoh tertentu.
e. Menyediakan fasilitas verifikasi. Para praktisi PR juga perlu memberi
kesempatan kepada para jurnalis untuk melakukan verifikasi atas setiap
materi yang mereka terima.
f. Membangun hubungan personal yang kokoh. Suatu hubungan personal
yang kokoh dan positif hanya akan tercipta serta terpelihara apabila
dilandasi oleh keterbukaan, kejujuran, kerja sama, dan sikap saling
menghormati profesi masing-masing.
D. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Berdasarkan Undang-Undang yang telah diterbitkan oleh pemerintah, definisi
dan istilah seputar BPR Syariah adalah sebagai berikut:
45
1. UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan. Pasal 1 ayat 3, Bank Perkreditan
Rakyat adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito
berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.
2. UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, yang merupakan perubahan UU
No. 7 tahun 1992. Pasal 1 ayat 4, Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. Pasal 1 ayat 11, Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan
yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga. Pasal 1 ayat 12, Pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang
atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi
hasil.
Dari ketiga ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan istilah antara
singkatan BPR konvensional dengan BPR Syariah adalah terletak pada huruf P dalam
singkatan BPR, dimana huruf P untuk BPR konvensional dijabarkan sebagai Bank
46
Perkreditan Rakyat sedangkan huruf P pada BPR Syariah dijabarkan sebagai Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah.
3. UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Pasal 1 ayat 9, Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya
tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Adapun penjelasan
tentang Bank Syariah menurut pasal 1 ayat 7 yaitu Bank yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri
atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Prinsip
syariah yang dimaksud disini menurut pasal 1 ayat 12 yakni prinsip hukum
Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh
lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang
syariah.28
Dengan demikian sesuai UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, yang
merupakan perubahan UU No. 7 tahun 1992 serta UU No. 21 tahun 2008 tersebut
dapat disimpulkan bahwa pengertian BPR Syariah adalah Bank yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan dalam kegiatannya tersebut tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran serta menerima simpanan hanya
28
Alifia Rahmany, Optimasi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia Melalui Sinergi
dengan
Bank
Umum
Syariah
(Apex
BPR
Syariah),
diakses
dari
http://alifiarahmany.blogspot.com/2013/11/optimasi-bank-pembiayaan-rakyat-syariah.html,
pada
Jumat 14 Maret 2014. Pkl. 11.32.
47
dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu.
Berdirinya BPRS dilatarbelakangi oleh kondisi ekonomi Indonesia yang
tengah mengalami restrukturisasi ekonomi. Restrukturisasi perekonomian di
Indonesia itu terwujud dalam berbagai kebijakan, baik di bidang keuangan, moneter,
termasuk dalam bidang perbankan. Selain itu, berdirinya BPRS dilatarbelakangi pula
oleh adanya peluang bagi pengembangan bank Islam dalam undang-undang
perbankan yang membolehkan prinsip bagi hasil.
Kehadiran BPRS diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan umat Islam
terutama masyarakat golongan ekonomi lemah. Kehadiran BPRS bisa menjadi
sumber pemodalan bagi pengembangan usaha-usaha masyarakat golongan ekonomi
lemah, karena BPRS fokus pada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sehingga
pada gilirannya bisa meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka.
Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, maka pada tingkat yang lebih
tinggi akan pula meningkatkan pendapatan perkapita, baik lokal maupun nasional,
bagaimanapun pendapatan masyarakat secara kumulatif manjadi indikator yang
sangat dominan untuk menentukan pendapatan perkapita.
Pada tujuan akhir pendirian BPRS adalah membina semangat ukhuwah
islamiyah melalui kegiatan ekonomi, hal ini berarti bahwa dalam BPRS ditumbuhkan
nilai ta‟awun (saling membantu) antara pemilik modal (rab al-mal) dengan pemilik
pekerja („amil). Dengan nilai ta‟awun inilah kemudian di antara bank dan nasabah
akan tumbuh kebersamaan, sedangkan kebersamaan itu sendiri merupakan faktor
48
terpenting dalam mewujudkan ukhuwah islamiyah. Ukhuwah islamiyah tersebut
paling tidakakan terlaksana antara pihak bank dengan para nasabahnya.29
E. Media Massa
a. Definisi Media Massa
Media massa adalah sebuah alat penyampaian pesan kepada khalayak dalam
jumlah banyak, biasanya pesan yang disampaikan berisikan pesan yang penting bagi
khalayak luas. Media massa juga merupakan sumber berita dan hiburan, selain itu
media massa juga dapat menjadi alat penyampaian pesan persuasi seperti periklanan,
propaganda dan publisitas. Maka tak jarang sebuah organisasi atau perusahaan juga
menjadi objek dari peliputan media, hal tersebut karena media dijadikan jembatan
bagi para pemilik organisasi dalam menyampaikan pesan kepada khalayak. Fungsi
persuasi yang dimiliki media sering kali dikaitkan dengan agenda setting media,
kekuatan media dalam menentukan hal mana yang pantas disebut berita inilah yang
dijadikan pertimbangan oleh para praktisi humas untuk berlomba-lomba mendekati
dan menjalin hubungan baik dengan media massa.
Effendy dalam bukunya Teori, Filsafat, Ilmu Komunikasi menyebutkan lebih
rinci tentang fungsi media massa, yaitu: fungsi menyiarkan informasi, fungsi
mendidik, fungsi menghibur, dan fungsi memengaruhi. Lebih jauh Harold D Lasswell
dan Charles Wright merupakan bagian dari pakar yang benar-benar serius
29
Firman Elpaserie, Bank Pengkreditan Rakyat Syari‟ah (BPRS), diakses dari
http://firmanelpaserie.blogspot.com/2013/04/bank-perkreditan-rakyat-syariah-bprs.html, pada Kamis
13 Maret 2014 pkl. 20.00.
49
mempertimbangkan fungsi dan peran media massa di masyarakat, Lasswell mencatat
ada tiga fungsi media massa, lalu Wright menambahkan satu fungsi lagi, maka
tercatat keduanya memaparkan empat fungsi media massa, yaitu:30
1. Pengawasan (Surveillance)
Dalam membentuk fungsi ini media sering kali mengingatkan kita akan
bahaya yang mungkin terjadi, seperti kondisi cuaca ekstrem atau berbahaya
atau ancaman militer. Fungsi pengawasan juga termasuk berita yang tersedia
di media yang penting dalam ekonomi, publik dan masyarakat, seperti laporan
bursa pasar, lalu lintas, cuaca, dan sebagainya.
2. Korelasi (Correlation)
Yaitu seleksi dan interpretasi informasi tentang lingkungan. Media sering
kali memasukkan kritik dan cara bagaimana seseorang harus bereaksi
terhadap kejadian tertentu. Fungi korelasi bertujuan untuk menjalankan norma
sosial
dan
menjaga
konsensus
dengan
mengekpos
penyimpangan,
memberikan status dengan cara menyoroti individu terpilih, dan dapat
berfungsi untuk mengawasi pemerintah.
3. Penyampaian Warisan Sosial (Transmission of the Social Heritage)
Penyampaian warisan sosial merupakan suatu fungsi dimana media
menyampaikan informasi, nilai, dan norma dari satu generasi ke generasi
berikutnya atau dari anggota masyarakat ke kaum pendatang. Dengan cara ini,
30
Werner J Dkk, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan didalam Media Massa,
(Kencana Prenada Media Group, Jakarta: 2005), hal. 386-388.
50
mereka bertujuan untuk meningkatkan kesatuan masyarakat dengan cara
memperluas dasar pengalaman umum mereka.
4. Hiburan (Entertaiment)
Sebagian besar isi media mungkin dimaksudkan sebagai hiburan, bahkan
di surat kabar sekalipun, mengingat banyaknya kolom, fitur, dan sebagian
selingan. Media hiburan dimaksudkan untuk memberi waktu istirahat dari
masalah setiap hari dan mengisi waktu luang.
Media massa telah merasuk ke dalam kehidupan masyarakat modern.
Khususnya media yang telah bersentuhan dengan teknologi informasi mutakhir
seperti televisi dan media online. Media massa terbagi menjadi tiga, yaitu media
cetak (printed media) seperti koran, majalah, tabloid dan lainnya, lalu media
elektronik (electronic media) seperti radio dan televisi, dan terakhir yaitu media
online (cyber media) seperti koran dan majalah digital. Kesemuanya memiliki fungsi
utama yang sama yaitu fungsi informasi. Dalam penelitian ini, media massa yang
akan dianalisis oleh peneliti terkait dengan kegiatan media relations PT. BPRS Harta
Insan Karimah adalah media cetak surat kabar, adapun media elektronik tidak
dianalisis karena media elektronik seperti TV dan radio tidak memiliki hubungan
dengan kegiatan media relations PT. BPRS Harta Insan Karimah.
51
b. Fungsi Media Massa Dalam Humas
Praktisi humas harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai media massa
karena pemilihan media massa yang tepat akan menentukan keberhasilan penyebaran
pesan kepada khalayak sasaran. Tidak diragukan lagi manfaat media massa bagi
keberlangsungan hidup sebuah organisasi, bahkan ada yang menyebut bahwa
hubungan media merupakan ruh yang memberikan kehidupan bagi sebuah organisasi,
artinya menghindari media atau menutup diri dari liputan media akan berdampak
pada„kematian‟ organisasi.
Hubungan baik dengan media tentu bukan tanpa tujuan, melainkan penuh
harapan agar segala kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi dapat diliput media
secara jujur, akurat, dan berimbang. Tujuan akhirnya adalah agar citra positif
organisasi di mata stakeholders bisa terus terjaga dengan baik.
Media massa memang sebuah alat yang dapat menjadi jembatan bagi
organisasi untuk berhubungan dengan publiknya. Namun demikian, seorang media
relations officers tidak harus memandang media massa sebagai alat, sebuah alat
hanya digunakan apabila diperlukan. Karena itu, merupakan sebuah kekeliruan
memandang media massa sebagai alat. Media massa adalah mitra kerja, sebagai mitra
keberadaannya akan terus diperlukan sepanjang organisasi itu ada. Ini sejalan dengan
kedudukan humas dan PR yang terus diperlukan sepanjang organisasi itu ada.
Komunikasi yang dibangun oleh organisasi dengan publiknya merupakan
sebuah keharusan. Menurut John Beardsley dalam masyarakat komunikatif, mereka
52
yang gagal atau tidak bisa berkomunikasi akan segera dilupakan. Ungkapan tersebut
jelas menunjukan betapa pentingnya menjalin komunikasi antara organisasi dengan
publiknya. Dalam konteks inilah akan terasa betapa pentingnya membangun relasi
denga media massa.31
Tanpa kehadiran media massa praktisi humas atau PRO (public relations
officers) akan menemui kesulitan dalam menjalin komunikasi dengan publiknya,
karena komunikasi interpersonal atau komunikasi tatap muka tidak akan mampu
menjangkau seluruh publik dengan waktu singkat. Kehadiran media massa sebagai
partner perusahaan dalam mengembangkan dan menjalin komunikasi dengan
publiknya sangat memberikan kemudahan, mengingat media massa memiliki banyak
keistimewaan.
Hafied Cangara memaparkan lima karakteristik media massa dibanding media
lainnya. Pertama, bersifat melembaga, pihak yang mengelola media melibatkan
banyak individu mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian
informasi. Kedua, bersifat satu arah. Ketiga, jangkauan yang luas, artinya media
massa memiliki kemampuan untuk menghadapi jangkauan yang lebih luas dan
kecepatan dari segi waktu, juga bergerak secara luas dan simultan dimana dalam
waktu bersamaan informasi yang disebarkan dapat diterima oleh banyak individu.
Keempat, pesan yang disampaikan dapat diserap oleh siapa saja tanpa membedakan
faktor demografi, seperti jenis kelamin, tingkat usia, suku bangsa, atau bahkan tingkat
31
Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, (Simbiosa Rekatama
Media, Bandung: 2011), hal. 9-10.
53
pendidikan. Kelima, dalam penyampaian pesan media massa menggunakan peralatan
teknis dan mekanis.32
Dengan karakteristik yang dimilikinya, media massa akan sangat membantu
praktisi humas dalam melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan organisasi,
salah satunya membangun atau menjaga citra perusahaan.
Maka wajar bila dikatakan bahwa pada dasarnya kegiatan humas merupakan
kegiatan media. Saat ini sulit atau bahkan mustahil menyelenggarakan kegiatan
humas yang berhasil tanpa melibatkan media massa. media massa sudah menjadi
bagian dari hidup banyak orang. Nyaris tak ada kegiatan yang tak melibatkan media
massa dalam kehidupan banyak orang di Indonesia.33
F. Teori Model Melvin De’Fleur
Dalam kajian ilmu komunikasi teori merupakan hal yang sangat penting.
Teori adalah pernyataan umum yang merangkum pemahaman kita tentang cara dunia
bekerja. Sedangkan model adalah representasi suatu fenomena, baik nyata ataupun
abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting fenomena tersebut. Model
merumuskan teori. B Aubrey Fisher mengatakan, model adalah analogi yang
32
Wahidin Saputra& Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0: Teori dan Praktik Public Relation
di Era Cyber, (Gramata Publishing, Depok: 2011), hal. 131.
33
Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, (Simbiosa Rekatama
Media, Bandung: 2011), hal. 10.
54
mengabstraksikan dan memilih bagian dari keseluruhan unsur, sifat atau komponen
yang penting dari fenomena yang dijadikan model.34
Melvin De‟Fleur merupakan salah satu perancang model komunikasi, ia
menggambarkan teori komunikasi massa yang merupakan perluasan dari modelmodel Shanon dan Weaver, dengan cara memasukkan perangkat media massa dan
perangkat umpan balik.
Dalam teori model Shanon Weaver sumber informasi adalah otak manusia,
transmitternya adalah suara yang menghasilkan sinyal (kata-kata yang terucapkan),
yang ditransmisikan lewat udara (sebagai saluran) ke penerima (receiver), kemudian
diperluas oleh De‟Fleur dengan menambahkan elemen media massa dan feedback.
Gambar 2.6. Model Teori De’Fleur
Sumber: Nuruddin, M.Si (2007: 147)
34
Nurudin, M. Si, Pengantar Komunikasi Massa, (PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2007),
hal. 147-148.
55
Dalam sistem komunikasi kehumasan, khususnya dalam fungsi media
relations, pesan komunikasi yang disampaikan oleh organisasi (dalam hal ini humas
yang menjadi penyampai pesan) kepada publik atau khalayaknya melalui media tentu
mengharapkan feedback, baik itu positif ataupun negatif, sebagai jawaban dan respon
dari khalayak organisasi tersebut.
Pada dasarnya komunikasi media relations memerlukan feedback yang akan
disampaikan kembali kepada organisasi atau perusahaannya. Karena kegiatan media
relations bukan bersifat satu arah melainkan dua arah yang saling berbalik. Hal ini
sejalan dengan teori model yang digagas oleh Melvin De‟Fleur sebagai perluasan dari
model Shanon dan Weaver.
Organisasi/
Perushaan
Media Massa
Publik/Khalayak
Gambar 2.7. Hubungan/Relasi dalam Media Relations
Sumber: Wahidin Saputra&Rulli Nasrullah (2011:130)
Gambar diatas menjelaskan bahwa alur komunikasi dalam media relations
merupakan komunikasi dua arah yang saling memberikan umpan balik atau
feedback, dalam hal ini ada kalanya organisasi atau perusahaan menjadi komunikator
(communicator) atau sumber (source) dan khalayak/publik menjadi komunikan, dapat
56
pula terjadi sebaliknya. Ketika khalayak/publik memberikan feedback berupa
tanggapan dari komunikasi yang disampaikan oleh organisasi maka khalayak/publik
tersebut menjadi komunikator atau sumber dan organisasilah yang menjadi
komunikannya.
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia
Secara sempit lembaga syariah diartikan sebagai lembaga atau perusahaan
yang menjalankan kegiatan operasionalnya sesuai dengan aturan-aturan legalformal-Islam, yang utamanya dirangkum menjadi ajaran tentang bebas dari praktik
„maghrib‟ (masyir, gharar, haram, dan riba). Utamanya, lembaga syariah harus
sesuai dan selaras dengan ajaran Islam, ajaran Islam meliputi aspek akidah yaitu
aspek keyakinan, aspek syariah yaitu legal-formal dalam Islam serta aspek akhlak
yaitu aspek moral dan budi pekerti.
Industri syariah di Indonesia tumbuh utamanya digerakan oleh masyarakat
Indonesia sendiri (society driven) artinya, industri syariah tumbuh dari bawah dan
karena kehendak masyarakat. Lebih spesifik dapat dikatakan bahwa perkembangan
industri syariah, khususnya industri keuangan syariah di Indonesia disebabkan oleh
proses pematangan keberagamaan umat Muslim Indonesia.1
Islam sebagai sebuah agama terasa makin mengakar di seluruh sisi dan aspek
kehidupan masyarakat Muslim. Awalnya, Islam hanya menyentuh sektor
pendidikan. Pada tahun 1980-an sekolah-sekolah berlatar belakang Islam modern
baru bermunculan ke permukaan, seperti TK dan SD, pada tahun-tahun berikutnya
kebutuhan sekolah umum berbasis Islam modern berlanjut ke jenjang yang lebih
1
Yuslam Fauzi, Memaknai Kerja, (PT. Mizan Pustaka, Bandung: 2012), hal. 205
57
58
tinggi seperti SMP, SMA dan perguruan tinggi. Tidak berhenti pada sektor
pendidikan saja, Islam seolah menjelma menjadi sebuah kekuatan tersendiri dalam
berkontribusi untuk kemanjuan bangsa dan Negara, hingga menjamah pada sektor
ekonomi. Dari sinilah lahir lembaga-lembaga keuangan berbasis syariah yang
sesuai dengan ajaran agama Islam.
Pergerakan lembaga keuangan syariah Indonesia ditandai dengan kehadiran
Bank Muamalat Indonesia (BMI) atas gagasan Majelis Ulama Indonesia (MUI)
dan Ikatan Cendikiawan Muslim (ICMI) pada tahun 1992. Kehadiran BMI saat itu
belum memberikan warna apa-apa bagi industri perbankan Indonesia, hal ini
karena BMI masih merupakan pelaku tunggal yang asetnya masih relatif kecil.
Perkembangan signifikan pada sektor keuangan syariah Indonesia terjadi pada
tahun 1999 ketika disahkannya UU no.10 tahun 1998 tentang perbankan. Setelah
itu bank-bank syariah barulah bermunculan. Merujuk pada UU no.10 tahun 1998
Indonesia mengenal dua bentuk bank syariah, yakni Bank Umum Syariah (BUS)
dan Unit Usaha Syariah (UUS). Sampai akhir 2011 setidaknya ada 11 BUS dan 23
UUS beroperasi di Indonesia.2
Perkembangan yang dicapai oleh lembaga keuangan syariah di Indonesia
bukan tanpa kendala, tumbuh dari sesuatu yang amat kecil, tanpa insentif yang
kuat dari pemerintah dan harus berkembang di medan perbankan konvensional
yang sudah besar dan mapan, tentu bukan hal yang mudah. Direktur Utama Bank
Syariah Mandiri Yuslam Fauzi pernah mengumpamakan sebagai berikut “Like a
2
Yuslam Fauzi, Memaknai Kerja, (PT. Mizan Pustaka, Bandung: 2012), hal. 207.
59
developing a very small Islamic island surrounded by huge conventional oceans”.3
Tapi nyatanya semua itu dapat ditepis dengan bukti nyata yaitu pertumbuhan
perbankan syariah yang terus meningkat sejak tahun 2000 sampai menjelang 2011
mendekati 50%. Bahkan, sampai akhir Desember 2013 situs OJK (Otoritas Jasa
Keuangan) mencatat ada 197 lembaga keuangan syariah yang beroperasi di
Indonesia.4
Meskipun digagas dari masyarakat, namun bukan berarti pemerintah tidak
mendukung dan berkontribusi dalam perkembangan perbankan syariah ini.
pertumbuhan yang kira-kira 50 % per-tahun itu tidak lepas dari dukungan dua
lembaga berwewenang yaitu Bank Indoensia dan Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia (DSN MUI).5
BI selaku otoritas regulator perbankan mendorong perbankan syariah dengan
berbagai kebijakan yang relaktatif, diantaranya: membolehkan layanan office
channeling, mendorong dihapuskannya PPN pembiayaan murabahah, mendorong
kelahiran UU Perbankan Syariah, melakukan sosialisasi perbankan syariah melalui
kampanye iB (Islamic Banking) dan lain sebagainya.6
Adapun DSN MUI dalam kapasitasnya sebagai otoritas tertinggi pemberi
fatwa berperan melalui fatwa-fatwa terkait produk keuangan syariah dan turut
mendesak organisasi lain mendukung industri keuangan syariah. DSN MUI
3
Yuslam Fauzi, Memaknai Kerja, (PT. Mizan Pustaka, Bandung: 2012), hal. 211.
OJK (Otoritas Jasa Keuangan), Statistik perbankan syariah Desember 2013, diakses dari
http://www.ojk.go.id/statistik-perbankan-syariah-desember-2013, pada Kamis 1 Mei 2014. Pkl: 15.40.
5
Yuslam Fauzi, Memaknai Kerja, (PT. Mizan Pustaka, Bandung: 2012), hal. 212.
6
Yuslam Fauzi, Memaknai Kerja, (PT. Mizan Pustaka, Bandung: 2012), hal.212.
4
60
melakukan rekonstruksi ketentuan fiqih agar lebih adaptif terhadap kondisi di
mana perbankan syariah nasional berada. Salah satu contoh fatwa DSN MUI
adalah fatwa komoditas murabahah, menyusun indeks saham syariah, mendesak
penghapusan PPN murabahah, mendesak pemerintah menertibkan sukuk, dan
lainnya.7
Kesuksesan industri perbankan syariah menjadi lokomotif bagi lahirnya
gerbong-gerbong syariah yaitu berupa lembaga-lembaga dengan aktifitas yang
bertujuan syariah lainnya. Pertama, lembaga keuangan syariah lain, seperti
asuransi syariah, multifinansial syariah, sekuritas syariah, manajer investasi
syariah, pengadaian syariah, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), Baitul
Mal wat Tamwil (BMT), dan dana pensiun syariah. Kedua, instrumen syariah,
seperti obligasi syariah (sukuk), Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), dan reksa
dana syariah. Ketiga, perguruan tinggi yang menawarkan konsentrasi, jurusan,
program studi, atau Fakultas Ekonomi Syariah. Keempat, lembaga penyelesaian
sengketa syariah, seperti Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas),
Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama yang juga menangani sengketa syariah
muamalah. Kelima, organisasi berbentuk asosiasi atau organisasi massa berbasis
dan bertujuan syariah, seperti Kompartemen Perbankan Syariah Perbanas, Asosiasi
Bank Islam Indonesia (Asbisindo), Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), dan
Ikatan Ahli Ekonomi Syariah (IAEI).8
7
Yuslam Fauzi, Memaknai Kerja, (PT. Mizan Pustaka, Bandung: 2012), hal. 212.
Yuslam Fauzi, Memaknai Kerja, (PT. Mizan Pustaka, Bandung: 2012), hal. 213.
8
61
Lembaga
Keuangan
Syariah Lain
(Asuransi dll)
Dewan Pengawas
Syariah
Layanan Hukum
Syariah
Bank
Syariah
Majelis
Ulama
Pendidikan
Syariah
Instrumen
Keuangan
Syariah
Gambar 3.1 Perbankan Syariah memicu lahir dan berkembangnya lembaga-lembaga
kesyariahan lainnya (Sumber: Yuslam Fauzi, 2012: 213)
B. Produk-produk Keuangan Syariah di Indonesia
Produk keuangan syariah merupakan produk yang dihasilkan oleh lembaga
keuangan syariah dengan berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang mengacu pada
fatwa DSN MUI. Pilihan produk syariah sangat beragam, ada yang bersifat konsumtif
dan ada pula yang produktif. Produk syariah tidak hanya memiliki misi bisnis
melainkan juga memiliki misi sosial, meskipun misi sosial ini belum terlalu
berkontribusi dalam kehidupan masyarakat.9
9
Asmuni, PRODUK PERBANKAN SYARIAH (Antara al-Minhâj al-Raddi dan al-Minhâj alMaqshadî), diakses dari http://alislamiyah.uii.ac.id/2013/09/17/produk-perbankan-syariah-antara-alminhaj-al-raddi-dan-al-minhaj-al-maqshadi/ pada Kamis 1 Mei. Pkl: 20.10.
62
Produk syariah yang tersebar pada lembaga-lembaga keuangan syariah
Indonesia diwajibkan memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas untuk
melakukan kontrol terhadap seluruh produk yang diproduksi. DPS juga dibebani
untuk mengoreksi dan mengevaluasi sisi-sisi syariah yang lain, termasuk
menanamkan nilai-nilai syariah dalam perilaku insan-insan perbankan syariah secara
menyeluruh.
Adanya pengawasan yang ketat dari DPS akan membuat lembaga keuangan
syariah lebih berhati-hati dalam menjalankan operasional perusahaan terutama dalam
hal transaksi, tentu kehadiran DPS akan membuat lembaga keuangan syariah sulit
melakukan praktik
istiglal
(penyelewengan)
yang menghadirkan
„transaski
berbunga‟. Misalnya, lembaga keuangan syariah harus memberikan produk
pembiayaan sebagai ganti dari produk pinjaman, hal ini dikarenakan konsekuensi
dalam produk pembiayaan adalah margin (bagi hasil), sedangkan konsekuensi dari
produk pinjaman adalah insentif bunga yang jelas diharamkan dalam ajaran Syariah
Islam.
Secara garis besar produk perbankan syariah terbagi atas produk penyaluran
dana, penghimpunan dana dan produk jasa.10 Produk penghimpun dana atau yang
sering disebut dengan sumber dana pada bank syariah terdiri dari beberapa sumber
antara lain, yaitu wadiah, mudhorobah dan wakalah.
10
Zakariya Ahmad, Produk dan Jasa Perbankan Syariah,
diakses dari
http://suarakomunitas.net/baca/1044/produk-dan-jasa-perbankan-syariah/ pada Kamis 1 Mei. Pkl:
20.30.
63
Wadiah, yaitu sejumlah titipan murni dari satu pihak kepada bank dan bank
harus menjaganya dengan baik, penitip berhak mengambilnya kapanpun ia mau.
Konsep wadiah yang dipakai dalam perbankan syariah adalah wadiah yad dhamanah
yang diterapkan pada produk rekening giro. Dalam konsep ini bank dapat
mempergunakan dana yang dititipkan, akan tetapi bank bertanggung jawab penuh
atas keutuhan dari dana yang dititipkan.
Adapun mudharabah atau investasi adalah prinsip bagi hasil, yang dimaksud
mudharobah disini yaitu mudharabah yang tidak disertai pembatasan penggunaan
dana dari shohibul mal (pemilik harta/modal). Sedangkan investasi khusus terbagi
atas mudaharabah muqoyyadah, yaitu aqad mudharabah yang disertai dengan
pembatasan penggunaan dana dari shahibul mal untuk investasi-investasi
mudharabah tertentu.
Sedangkan wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seorang sebagai pihak
pertama kepada bank sebagai pihak kedua dalam melakukan pekerjaan jasa tertentu.
Contohnya transfer uang, inkaso, dan lain-lain.
Produk kedua adalah produk penyaluran dana. Penyaluran dana pada bank
syariah dilakukan dengan berbagai cara yang masing-masing memiliki prinsip akad
yang berbeda pula, antara lain: Ba’i (jual beli), ijaroh, syirkah, dan akad pelengkap.
Ba’i (jual beli) ada tiga jenis jual beli yang dijadikan dasar modal kerja dan
investasi dalam perbankan syariah, yaitu Ba’i Murabahah adalah transaksi jual beli
dimana bank mendapat sejumlah keuntungan, sebagai penjual dan nasabah sebagai
pembeli. Ba’i Salam, yaitu transaksi jual beli, dimana barangnya belum ada sehingga
64
barang yang menjadi objek diserahkan secara tangguh, dalam hal ini bank menjadi
pembeli dan nasabah menjadi penjual. Ba’i Istisna, yaitu sama dengan salam hanya
saja dalam pembayaranya bank membayar dengan beberapa kali pembayaran.
Adapun ijarah (sewa) secara prinsip ijarah ini sama dengan jual beli, hanya
saja yang menjadi objek adalah manfaatnya. Pada akhir masa sewanya dapat saja
diperjanjikan bahwa barang yang diambil manfaatnya selama masa sewa akan dijual
belikan antara bank dan nasabah yang menyewa. Hal ini disebut dengan “Ijarah
muntahhiyah bittamlik” (sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan).
Sedangkan syirkah adalah produk pembiayaan bank syariah yang didasarkan
pada prinsip bagi hasil. Syirkah ini terdiri atas al-musyarokah yang merupakan
bentuk umum dari usaha bagi hasil, dalam kerja sama ini para pihak secara bersamasama memadukan sumber daya baik yang berwujud ataupun tidak berwujud untuk
menjadi modal proyek kerja sama untuk dikelola bersama-sama pula. Selanjutnya almudharabah yang merupakan bentuk spesifik dari musyarokah, dalam mudharabah
salah satu pihak berfungsi sebagai shohibul mal (pemilik modal/harta) dan pihak lain
berpera sebagai mudharib (pengelola modal/harta).
Akad pelengkap yaitu akad ini digunakan untuk memudahkan pelaksanaan
pembiayaan diperlukan akad pelengkap. Akad pelengkap ini ditujukan untuk
mengganti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Akad
pelengkap terdiri atas hiwalah adalah transaksi pengalihan utang piutang, dalam
praktik perbankan syariah fasilitas hiwalah lazimnya untuk membantu supplier
mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan usahanya, sedangkan bank
65
mendapatkan ganti biaya atas jasa. Lalu ada rahn biasa dikenal dengan gadai, tujuan
dari akad ini adalah memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam
memberikan pembiayaan. Qardh adalah pinjaman uang, Pihak bank memberikan
sejumlah pinjaman uang kepada nasabah dengan pelunasan yang ditentukan. Wakalah
adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang sebagai pihak pertama kepada bank
sebagai pihak kedua dalam melakukan pekerjaan jasa tertentu. Contohnya transfer
uang, inkaso, dll. Kafalah, adalah bank yang ditujukan untuk menjamin pembayaran
suatu kewajiban pembayaran bank dapat mensyaratkan nasabah untuk menempatkan
sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai rahn. Bank dapat juga menerima uang
tersebut dengan prinsip wadiah, bank mendapatkan biaya pengganti atas jasa yang
diberikan.
Produk ketiga adalah produk jasa. Produk jasa perbankan syariah merupakan
pelayanan jasa perbankan kepada para nasabahnya dengan mendapatkan imbalan
berupa sewa atau keuntungan. Jasa perbankan tersebut antara lain berupa:
Sharf (Jual beli valuta asing), Islam membolehkan jual beli valuta asing baik
pada mata uang yang sejenis maupun yang tidak sejenis tetapi dengan ketentuan jual
beli tersebut dilakukan dalam waktu yang sama.
Ijarah (sewa), sebagaimana telah dijelaskan seperi diatas bahwa secara prinsip
ijarah ini sama dengan jual beli, hanya saja yang menjadi objek adalah manfaatnya.
Pengiriman uang (Transfer) antar bank dan kliring Jasa transfer dan kliring
sudah biasa diindustri perbankan. Jasa ini mempermudah transaksi yang dilakukan
66
oleh pengguna (nasabah) maupun bukan pengguna (nasabah) dengan bank lain. Atas
jasa ini, bank mengenakan biaya tertentu sesuai ketentuan pihak bank sendiri.
Penggunaan ATM bersama dengan bank lain, penggunaan ATM bersama
dengan bank lain akan memudahkan baik nasabah bank tersebut maupun nasabah
bank lain dalam melakukan transaksi-transaksi keuangan. Imbalan yang diterima
bank biasanya berupa biaya pertransaksi.
Pembayaran dan pembelian beberapa produk via bank. Ketersedian layanan
yang memudahkan nasabah dalam berbagai kegiatan merupakan salah satu daya tarik
bank. Saat ini, banyak bank yang telah bekerja sama dengan pihak lain dalam
memberikan kemudahan pembayaran dan pembelian produk-produk tertentu, seperti
pembayaran telepon, pajak, listrik, biaya sekolah, pembelian voucher telepon prabayar, premi asuransi dan angsuran pinjaman/hutang. Dari transaksi ini, bank
memperoleh keuntungan berupa tambahan likuiditas semu dan fee tertentu sesuai
kesepakatan bank dengan pihak lain tersebut.
Secara teknis prosedur menabung di bank syariah tidak ada bedanya dengan
menabung di bank konvensional. Hal ini dikarenakan baik bank syariah maupun bank
konvnesional diharuskan mengikuti peraturan teknis perbankan secara umum. Namun
ada beberapa hal yang membedakan keduanya secara mendasar.
Perbedaan pertama terletak pada akad, pada bank syariah akad yang
digunakan adalah akad yang sesuai dan dibenarkan dalam Islam sedangkan pada bank
konvensional tidak ada aturan yang mengharuskan mengikuti kaidah Islam secara
menyeluruh.
67
Kedua terletak pada imbalan yang diberikan, pada bank konvensional
menggunakan konsep biaya dan bunga dalam menghitung keuntungan, sedangkan
dalam perbankan syariah menggunakan pendekatan profit sharing, artinya dana yang
diterima bank disalurkan kepada pembiayaan dan keuntungan yang didapat dari
pembiayaan tersebut dibagi dua, untuk bank dan untuk nasabah berdasarkan
perjanjian pembagian keuntungan di muka.
Ketiga adalah pemberian jasa kredit (pada bank konvensional) dan jasa
pembiayaan (dalam bank syariah), uang penabung di bank konvensional dipinjamkan
kembali untuk berbagai bisnis, sedangkan pihak bank tidak memandang halal-haram
bisnis tersebut. Sedangkan pada bank syariah, penyaluran dan simpanan dari
masyarakat dibatasi oleh prinsip syariah, artinya bahwa pemberian pinjaman ke pihak
ketiga tidak boleh digunakan untuk bisnis yang mengandung keharaman seperti,
bisnis perjudian, minuman yang diharamkan, pornografi dan bisnis lain yang tidak
sesuai dengan syariah.
C. PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Harta Insan Karimah11
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan karimah (BPRS HIK) adalah
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang memiliki aset (konsolidasi) terbesar di
Indonesia. Pada awalnya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah
11
Sejarah HIK, Diakses dari http://bprshik.co.id/pages/index/16/Sejarah, pada Sabtu 15
Februari 20.10.
68
didirikan di Ciledug, Tanggerang-Banten oleh Alumni Fakultas ekonomi Universitas
Gajah Mada yang tergabung dalam Yayasan Harapan Mulya Insani.
BPRS HIK didirikan berdasarkan akte notaris tertanggal 19 Desember 1992
dengan nama awal Bank Perkreditan Rakyat yang kemudian resmi beroperasi pada
tanggal 8 September 1993, pada tahun yang sama, 1993 berubah nama menjadi Bank
Perkreditan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah. Lalu pada tahun 2009 Bank
Perkreditan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah merubah namanya kembali menjadi
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan karimah sesuai peraturan Perbankan
Syariah No. 21 Tahun 2008.
BPRS HIK telah memiliki kantor cabang yang tersebar di Ciledug, Karawaci,
Cikarang, dan Pondok Gede serta kantor unit pelayanan pembiayaan di depok.
Adapun pada 2014 ini HIK akan mengembangkan jaringan ke 4 wilayah di Indonesia,
salah satunya di wilayah Jakarta Barat.
Konsistensi untuk memberikan pelayanan yang prima kepada para pengusaha
menengah, kecil dan mikro (UMKM), mendorong didirikannya kembali Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah-Bekasi yang memiliki badan
hukum tersendiri melalui akuisisi dari Bank Perkreditan Rakyat Baitul niaga Insani
pada tahun 2005 dan kini telah memiliki kantor cabang di Jakarta pusat.
Pada tahun 2006 melaui akuisisi dari Bank Perkreditan Rakyat Syariah
Tolong Menolong Bermanfat (TOAT), didirikan kembali Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah Harta Insan Karimah Parahyangan yang memiliki badan hukum tersendiri
dan telah memiliki kantor cabang di Cianjur.
69
Sampai sekarang Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan karimah
telah memberikan fasilitas pembiayaan kepada golongan pengusaha kecil, pada tahun
2007 sebesar Rp. 131 Miliar yang meningkat menjadi Rp. 181 Miliar pada tahun
2008 dan pada tahun 2009 sampai dengan November sebesar Rp 271 Miliar.
HIK telah meletakkan pondasi yang kuat untuk menjaga pertumbuhan kinerja
yang sehat dan berkesinambungan melalui pengembangan sektor pembiayaan dengan
prinsip kehati-hatian (frudential banking) yang berorientasi pelayanan yang cepat dan
Islami.
Pemegang Saham HIK adalah Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Fakultas
Ekonomi Gajah Mada (HMI FE UGM) Jogjakarta. Sampai dengan desember 2011,
jumlah pemegang saham sebanyak 249 orang dengan jumlah saham yang tersebar
(tidak ada pemegang saham pengendali). Kekeluargaan dan silaturahmi adalah niat
dan tekad awal para pemegang saham ketika mendirikan HIK, yang sampai saat ini
tetap terbina dengan baik.
Melalui Visinya, HIK bertekad mewujudkan Nationwide Syariah Micro
Banking yang terunggul dan terpercaya. Adapun misi HIK adalah menjalankan usaha
perbankan yang sehat & amanah, memberikan pelayanan yang terbaik & Islami,
berperan aktif dalam pengembangan dunia usaha & peningkatan kesejahteraan
masyarakat, meningkatkan kemakmuran pemegang saham, pengurus & karyawan,
70
menjalankan misi dakwah yang rahmatan lil alamin. Mereka mengusung moto “Maju
Bersama Dalam Usaha Sesuai Syariah”.12
Sesuai dengan anjuran DPS (Dewan Pengawas Syariah) HIK menjalankan
seluruh kegiatan operasionalnya sesuai dan selaras dengan prinsip-prinsip syariah
yang merujuk pada ajaran Islam, baik dalam aktifitas dan pergaulan (para karyawan)
sehari-hari maupun dalam sistem transaksi. Hal ini dibuktikan dengan berbagai
produk-produk HIK yang secara keseluruhan merupakan produk yang disesuaikan
dengan UU Perbankan Syariah.
Adapun produk-produk yang ditawarkan BPRS HIK adalah:
1. Produk Pembiayaan13
HIK Adalah lembaga perbankan yang menerapkan sistem dan operasional
berdasarkan Syariat Islam, sehingga Bank ini dijalankan dengan mengikuti tata cara
berusaha dan perjanjian sesuai Al-Qur'an dan Hadist.
Berbeda dengan bank konvensional, bank syariah HIK tidak menggunakan
perangkat bunga, melainkan sistem bagi hasil dan prinsip jual beli yang dibenarkan
dalam ajaran Islam. Bank syariah HIK senantiasa berusaha memberikan pelayanan
pembiayaan yang terbaik bagi nasabah serta siap untuk membiayai usaha dan
kebutuhan nasabah, antara lain:
12
Nilai-nilai HIK, Diakses dari http://bprshik.co.id/pages/index/17/Nilai-nilai , pada Sabtu 15
Februari 2014, pkl: 20.15.
13
Pembiayaan HIK, diakses dari http://bprshik.co.id/pages/index/15/Produk-Pembiayaan,
pada Rabu 19 Februari 2014, pkl: 20.21.
71
a. Pembiayaan Modal Usaha. Pembiayaan ini diberikan ketika nasabah
membutuhkan tambahan modal bagi usaha yang sedang dijalankannya,
namun usaha tersebut harus sudah berjalan selama minimal satu tahun.
b. Pembiayaan Investasi. Yaitu pembiayaan yang sifatnya investasi seperti
pembelian kendaraan, pembelian mesin, pembelian tanah/bangunan atau
investasi lain yang menunjang usaha dan keperluan nasabah.
c. Pembiayaan Konsumtif. Merupakan bantuan berupa kebutuhan nasabah,
dapat berupa barang-barang elektronik sampai kebutuhan renovasi tempat
tinggal.
d. Pembiayaan Talangan Haji. Ibadah haji adalah salah satu rukun islam.
Karena keterbatasan dana dan kesempatan maka keinginan mulia menjadi
tertunda. Dengan itu HIK siap memberikan dana talangan untuk menjamin
kepastian nasabah menunaikan panggilan Allah.
Adapun jenis akad Pembiayaan dalam Perbankan Syari‟ah yang juga
dipergunakan oleh BPRS HIK adalah:
a. Akad Ba'i Murabahah (Jual Beli)
b. Akad Musyarakah dan Mudharabah (Kerjasama)
c. Akad Ijarah (Sewa)
d. Akad Rahn (Gadai)
e.
Akad Qardh (Pinjaman Uang)
72
2. Produk Pendanaan14
Adapun produk pendanaan HIK dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. Deposito Hasanah. Bank Syariah HIK telah memberikan terbukti tingkat
bagi hasil deposito hasanah melebih tingkat suku bunga bank umum atau
bagi hasil bank umum syariah lainnya.
b. Tabungan Anak Sholeh. Tabungan khusus pelajar dan mahasiswa,
memperolah bagi hasil dan mendapatkan santunan asuransi syariah
sebesar Rp 1.000.000 (satu juta rupiah) sekiranya pelajar/mahasiswa
meninggal dunia.
c. Tabungan Karimah. Tabungan untuk perorangan, memperolah bagi hasil
dan santunan asuransi syariah sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah)
sekiranya nasabah meninggal dunia karena kecelakaan.
d. Tasbih. Tabungan yang disediakan bagi umat Islam yang berencana
menunaikan ibadah haji dan umroh, berasuransi syariah dan mendapatkan
fasilitas pembiayaan talangan haji.
e. Taslim. Tabungan yang dirancang khusus untuk lembaga-lembaga
pendidikan syariah atau umum yang berencana mengatur dana keuangan
sekolah secara syariah, aman dan menguntungkan.
f. Tabungan Qurban. Tabungan yang dirancang khusus bagi nasabah yang
berkeinginan
14
merencanakan
ibadah
qurban
secara
teratur
setiap
Pendanaan HIK, diakses dari http://bprshik.co.id/pages/index/14/Produk-Pendanaan,
padaRabu 19 Februari 2014, pkl. 20.24.
73
tahunnya.Pembelian hewan qurban dan penyalurannya dapat dipercayakan
ke HIK.
D. Gambaran dan Tugas Media Relations PT. BPRS Harta Insan Karimah
Media relations pada BPRS HIK merupakan salah satu fungsi humas. Pada
lembaga perbankan sebagaimana berlaku pula di HIK bagian humas lebih lazim
disebut dengan corporate communications, bagi HIK karena divisi humas ini lebih
banyak berperan untuk menyampaikan komunikasi perusahaan pada orang-orang
internal
maupun
eksternal
perusahaan,
maka
disebut
dengan
corporate
communications.
Secara struktural corporate communications terletak di bawah naungan
corporate secretary, jadi corporate communications merupakan bagian serta fungsi
dari corporate secretary PT. BPRS HIK. Keberadaannya bagaikan jantung perusahaan,
tanpa kehadiran corporate communications perusahaan bagaikan jasad manusia tanpa
tangan, yang tidak bisa melakukan apa-apa karena corporate communications adalah
„jembatan‟ bagi perusahaan untuk berkomunikasi dengan publiknya. 15 Divisi ini diisi
dengan sumber daya manusia yang mumpuni pada bidang komunikasi dan yang
sejenisnya.
Dalam menjalankan fungsi corporate communications, HIK juga menjalankan
aktifitas media relations, bagian ini tidak diisi oleh staf khusus yang bekerja sebagai
media relations officer melainkan diisi oleh seluruh staf corporate communications,
15
Wawancara pribadi dengan Bapak. Abdul Muid Badrun (corporate secretary) HIK pada
Rabu 5 Februari 2014, pkl: 09.00.
74
tidak ada spasialisasi dalam menjalankan tugas corporate communications,
kesemuanya memiliki tugas yang sama yaitu membangun komunikasi yang baik
kepada khalayak. Adapun divisi-divisi lain di luar divisi corporate communications
yang turut membantu tugas corporate communications hanyalah sebagai pendukung
pada kegiatan-kegiatan corporate communications karena mereka merupakan satu
kesatuan dalam perusahaan.
Membangun hubungan baik dengan media massa adalah salah satu cara HIK
untuk dapat memperkenalkan produk dan jasa serta untuk membangun citra baik dan
positif di mata masyarakat luas, Abdul Muid Badrun selaku Corporate Secretary HIK
mengatakan:
“media massa merupakan corong informasi bagi kami dan tanpa media massa
tentu kami tidak akan dikenal dan sulit untuk berkembang”16
HIK memilih media cetak dan media online sebagai partner-nya dalam
mempublikasikan hal apapun mengenai korporat. Bagi HIK media elektronik yaitu
televisi dan radio kurang efektif, selain high cost efeknya pun dirasa kurang tepat
mengenai khalayak sasaran HIK.
HIK merupakan Bank Pembiayaan Rakyat berbasis syariah, karenanya media
cetak yang dipilih adalah Harian Republika, karena Harian Republika adalah harian
umum Indonesia yang benuansa Islami sudah tentu para pembacanya pun umat
Muslim yang juga menjadi khalayak sasaran HIK.
16
Wawancara pribadi dengan Bapak. Abdul Muid Badrun (corporate secretary) HIK pada
Rabu 5 Februari 2014, pkl: 09.00.
75
Sedangkan dari sisi perbankannya HIK merangkul Majalah Infobank beserta
situs internetnya www.infobank.news untuk dijadikan partner dalam hal publikasi dan
sebagainya. Hal ini dikarenakan Infobank adalah majalah perbankan yang oplahnya
sudah menyentuh puluhan ribu dan tersebar di seluruh pelosok Indonesia. HIK merasa
majalah Infobank mampu menyentuh segmen-segmen masyarakat sasaran HIK di
penjuru Indonesia.
Beberapa tugas dan fungsi media relations HIK adalah sebagai berikut:17
1. Publikasi
2. Promosi (personal selling)
3. Publisitas
4. Public relations
5. Komunikasi interpersonal dengan pihak media
Publikasi yaitu terkait dengan event-event yang dilakukan HIK, baik event
tahunan seperti RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham), maupun publikasi kegiatan
seperti bakti sosial, memberikan dana santunan kepada anak yatim, atau acara milad
(ulang tahun) HIK.
Promosi merupakan salah satu metode menawarkan jasa dan produk pada
nasabah, salah satu caranya dapat dilakukan dengan personal selling atau direct
selling, yaitu penjualan dengan cara mendekatkan konsumen secara langsung. HIK
memiliki tim khusus dalam menjalankan promosi ini.
17
Wawancara pribadi dengan Bapak. Abdul Muid Badrun (corporate secretary) HIK pada
Rabu 5 Februari 2014, pkl: 8.30.
76
Publisitas, adalah kegiatan mempublikasikan informasi-informasi mengenai
perusahaan, biasanya publisitas melalui media massa dengan cara menyebarkan
release.
Public relations yang dimaksud disini adalah berhubungan dengan public, yaitu
masyarakat internal dan eksternal perusahaan, dari internal perusahaan ada direksi,
karyawan serta seluruh staf yang berada dalam lingkungan HIK. Adapun eksternalnya
yaitu para investor, deposan, pemerintah (dalam hal ini Bank Indonesia),
stakeholders, serta media massa.
Komunikasi interpersonal yang dimaksud adalah menjalin hubungan sedalamdalamnya dengan pihak media, bukan hanya wartawan namun juga seluruh desk-desk
media. Bekomunikasi dan berhubungan intensif dengan pihak media massa
merupakan keharusan bagi HIK, bahkan staf media relations HIK bukan hanya
berhubungan secara tatap muka melainkan melalui media handphone seperti chatting,
BBM, SMS, dan lain sebagainya. Topik pembicaraan yang dibicarakan bukan hanya
topik mengenai HIK tetapi hal lain seperti headline news yang sedang berkembang
dan lain sebagainya yang menarik minat wartawan, hal ini bertujuan agar hubungan
HIK dengan pihak media tidak hanya sebatas hubungan kerja melainkan bisa
merambah ke ranah pribadi yang nantinya akan berimbas pada kemudahan HIK
dalam menuju akses media massa.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN HASIL TEMUAN PENELITIAN
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang konsultan PR, Chris
Caedell dikatakan bahwa ada 99% press release perusahaan masuk keranjang
sampah redaksi media cetak, artinya hanya 1% release perusahaan yang dapat
dipublikasikan di media cetak.1 Hal ini jelas menunjukan bahwa tidak mudah
menjalin hubungan antara humas perusahaan dan media massa, tentu diperlukan
strategi serta taktik agar release sebuah organisasi atau perusahaan dapat dilirik
bahkan dimuat di media massa.
Setiap perusahaan akan memiliki cara, strategi serta taktik yang berbeda. HIK
merupakan lembaga perbankan syari‟ah yang dikenal luas oleh masyarakat. Salah
satunya karena HIK memiliki jaringan yang luas serta publikasi yang intens di media
cetak yaitu koran nasional dan majalah nasional maupun lokal, tidak dipungkiri
bahwa dalam proses „membesar‟nya HIK ada strategi-strategi media relations yang
dijalankan oleh corporate communications HIK dalam menjalin hubungan dengan
media massa. Karena tanpa strategi dan taktik yang tepat tidak mungkin publikasi
HIK dapat dimuat di media massa.
Dilihat dari cara kerja dan fungsi serta tujuannya, jenis PR HIK adalah PR
bisnis. PR bisnis akan memfokuskan kerjanya untuk meraih kepercayaan publik agar
1
Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, (Simbiosa Rekatama
Media, Bandung: 2011), hal. 77.
77
78
mau menggunakan jasa dan produk perusahaan, dengan demikian akan
meningkatkan profit HIK sebagai lembaga perbankan.
Pada bab ini akan dipaparkan secara luas tentang berbagai strategi terkait
dengan media relations yang dijalankan oleh HIK dalam menjalin hubungan dengan
media massa. Bagi HIK media massa bukan hanya alat penyampaian pesan
organisasi pada publik, namun media massa adalah keluarga HIK, artinya HIK tidak
hanya mendekati media jika ada keperluan saja, namun lebih intim dari pada itu. Hal
ini selaras dengan pernyataan Bapak Abdul Muid Badrun selaku corporate secretary
HIK:
“kalau bicara seberapa pentingnya jelas sangat penting media itu kan corong
informasi perusahaan, jadi kita harus intimasi dengan media dekat sekali dengan
media agar kalo ada event-event perusahaan kita bisa mengajak media, media
sudah bukan orang lain lagi bagi kita jadi kita berhubungan sangat dekat”.2
A. Strategi Media Relations Humas PT. BPRS Harta Insan Karimah Dalam
Menjalin Hubungan Degan Media Massa
Strategi pada dasarnya merupakan kebijakan untuk mencapai tujuan yang
kemudian dijabarkan ke sejumlah taktik untuk pencapaian tujuan yang sudah
ditetapkan, maka strategi media relations merupakan sekumpulan kebijakan dan
taktik yang sudah ditetapkan untuk mencapai tujuan kegiatan media relations
khususnya dan kegiatan PR pada umumnya yang tentunya tujuan keduanya
merupakan perluasan dari tujuan organisasi.
2
Wawancara Pribadi dengan Bapak. Abdul Muid Badrun (corporate secretary) HIK pada
Rabu 5 Februari 2014, pkl: 8.30.
79
Untuk mecapai tujuan media relations tersebut tentunya ada strategi-strategi
yang telah dijalankan oleh PT. BPRS HIK. Strategi ini dibagi menjadi tiga bagian
besar, yaitu:
1. Mengelola Relasi
Inti dari kegiatan humas adalah berkomunikasi dan menjalin relasi dengan para
publik dan stakeholders-nya, salah satu relasi yang mesti dijaga dengan baik
adalah relasi dengan media. Mengelola relasi merupakan salah satu strategi yang
dijalankan corporate communications HIK dalam mendekati media massa,
perinciannya adalah sebagai berikut:
a. HIK menjalin hubungan baik dengan media massa. Yang dimaksud media
massa disini bukan hanya media sebagai institusi, namun juga para pekerja
media tersebut, khususnya para wartawan dan desk yang sering berhubungan
dengan pihak HIK. Hubungan baik ini bisa dibina dengan sering bertanyatanya pada wartawan terkait headline news yang sedang berkembang, atau
hanya sekedar menanyakan kabar sang wartawan.
“hubungan baiknya itu bentuknya adalah bertanya-tanya setiap
bulannya tentang headline bulanan terkait dengan BPRS, bukan hanya
di Republika namun juga kepada Infobank. Komunikasi kita bukan
hanya ceremonial tetapi lebih interpersonal lagi, kita harus memiliki
interpersonal skill”.3
3
Wawancara Pribadi dengan Bapak. Abdul Muid Badrun (corporate secretary) HIK pada
Kamis 27 Februari 2014, pkl: 09.00.
80
Dari pernyataan di atas terlihat bahwa HIK bukan hanya menganggap
komunikasi dengan media sebagai ceremonial, melainkan lebih dari itu yaitu
lebih kepada hubungan interpersonal yang lebih mendalam.
b. Melakukan komunikasi yang intensif diantara kedua belah pihak yang
berkenaan dengan tugas pokok masing-masing.
“Kita bisa komunikasi by phone, sms, bbm, bukan hanya lewat
komunikasi above the line melalui nirkabel, tetapi lebih personal dari
pada itu”.4
Komunikasi intensif yang dilakukan bukan hanya yang bersifat above the
line melalui nirkabel, tetapi yang lebih personal dari pada itu semua, bisa
melalui BBM, SMS, atau lainnya. Baik media massa khususnya Republika,
maupun HIK sendiri merasa sama-sama saling membutuhkan, ada hubungan
saling ketergantungan diantara keduanya. Hal ini dibuktikan oleh corporate
communications HIK dengan dimintanya mereka untuk menulis release
terkait BPRS HIK. Jadi bukan hanya HIK yang memerlukan publikasi di
media namun media juga membutuhkan release sebagai bahan informasi di
medianya.
c. Menjalin relasi yang dibangun berdasarkan hubungan antarmanusia.
Hubungan antarmanusia yang dibangun HIK biasanya berbentuk berbagai
ucapan ulang tahun misalnya, baik ucapan itu ditujukan kepada media
sebagai institusi maupun kepada wartawan sebagai pekerjanya. Hal ini
4
Wawancara Pribadi dengan Bapak. Abdul Muid Badrun (corporate secretary) HIK pada
Kamis 27 Februari 2014, pkl: 09.10.
81
dilakukan HIK untuk lebih mempererat hubungan antar HIK dengan media
massa.
d. Membangun dan memelihara kontak dengan media massa. Bagi corporate
communications HIK berkomunikasi dengan media massa bukan hanya
melalui forum resmi seperti konferensi pers atau wawancara saja, namun
juga dapat melalui kontak pribadi seperti SMS, BBM dan Email. Hal tersebut
akan memudahkan HIK dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan pihak
media massa tanpa harus melalui prosedur birokrasi yang panjang dan
memakan waktu yang lama.
Media
Nama
No. Tlp/Hp
Email
Republika
Irwan Kelana
08129962348
[email protected]
Infobank
Karnoto
08161619823
[email protected]
Muhammad
[email protected]
2. Mengembangkan Strategi
Strategi yang telah dimiliki HIK juga mesti terus dikembangkan jika tujuan dari
media relations tersebut ingin terlaksana dengan baik, hal yang HIK lakukan
adalah sebagai berikut:
82
a. Mengembangkan materi PR untuk media massa. HIK selalu berprinsip
memberikan berita dan informasi terbaik agar tidak ada simpang siur di
media, informasi terbaik bukan hanya berisikan berita-berita baik nan positif
bagi HIK, namun jika memang terjadi hal-hal buruk terkait perusahaan dan
dirasa itu layak untuk dipublikasikan di media maka tanpa ragu HIK
memberikannya pada media. Hal ini terlihat dari ungkapan Bapak Abdul
Muid Badrun:
“Materi pemberitaan kita modelnya pertama kita bikin skrip
dulu lalu kita edit bahasa kita screening prosses dan jika pemberitaan
itu menyangkut HIK maka harus ada keputusan dari direksi apakah
berita ini layak publish atau tidak. Kita tidak ingin berita itu hanya
bersifat common sense”.5
Dalam menjalankan prinsip GCG (Good Corporate Governance) memang
mesti ada transparansi yang dilakukan perusahaan demi mendapatkan
kepercayaan serta simpati publik. Untuk mendapatkan berita dan informasi
terbaik, HIK melewati beberapa tahap, antara lain: tahap pertama yaitu
tahap pembuatan skrip, lalu tahap kedua proses screening atau editing,
tahap ketiga permohonan approve dari dewan direksi menyangkut layak
atau tidaknya pemberitaan ini dipublikasi di media, tahap keempat tahap rewriting yaitu menulis kembali berita yang telah di-approve oleh direksi,
dalam tahap ini dilakukan pembuangan berita yang dirasa tidak peting bagi
publik, dan tahap terakhir adalah publikasi di media massa.
5
Wawancara Pribadi dengan Bapak. Abdul Muid Badrun (corporate secretary) HIK pada
Kamis 27 Februari 2014, pkl: 09.30.
83
b. Menggunakan media yang relevan untuk menyampaikan pesan pada publik.
HIK memilih media cetak sebagai corong penyampaian informasi
perusahaan pada publik, HIK yakin media cetak khususnya koran dan
majalah merupakan sumber informasi yang memiliki kredibilitas tertinggi
dibandingkan media lainnya. Yosal Iriantara mengungkapkan ukuran sukses
tidaknya sebuah pemberitaan humas organisasi bukanlah ketika berita itu
dimuat dalam media yang prestisius, lebih penting dari itu apakah berita
tersebut berpotensi untuk tepat pada khalayak sasaran organisasi atau tidak.6
Sebelum memilah memilih media HIK terlebih dahulu menentukan publik
manakah yang akan dijangkau, barulah mereka memilih media yang tepat.
Harian Republika dipilih karena Republika merupakan koran yang memiliki
ruh Islami di Indonesia, sudah pasti pembacanya pun umat Muslim yang juga
menjadi khalayak sasaran HIK sebagai lembaga perbankan syariah. Adapun
dari sisi perbankannya HIK merangkul Majalah Infobank dan situs web
www.infobank.news sebagai media publikasi. Alasannya adalah Majalah
Infobank merupakan barometer terbesar bagi dunia perbankan Indonesia. Hal
ini sebagaimana disampaikan oleh Bapak Abdul Muid sebagai berikut:
“Sejauh ini kita kan bank syariah yah, maka kita sering
berhubungan dengan media cetak Republika, karena Republika kan
Koran bernuansa, bervisi, berwawasan dan ruhnya Islam tentunya
pembacanya Muslim, lulusan pesantren, perguruan tinggi Islam jadi
segmen kami tepat sekali beriklan di Republika. Kalo majalah kita ke
Infobank, memilih Infobank karena majalah terbesar rujukan
6
Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, (Simbiosa Rekatama
Media, Bandung: 2011), hal. 81.
84
perbankan ya Infobank, satu-satunya media yang brandingnya masih
kuat kalo bicara bank ya Infobank”.7
Yosal Iriantara memaparkan bahwa media-media khusus seperti Majalah
Infobank tentu sudah lebih jelas khalayak sasarannya dibandingkan dengan
media umum. Orang biasanya mengibaratkan media umum itu seperti kolam,
khalayak sasaran yang dijangkaunya memang luas namun tak mendalam.
Sedangkan media khusus, seperti sumur, sempit namun mendalam.
Keuntungan memanfaatkan media khusus dalam kegiatan media relations
adalah berkomunikasi dengan orang yang tepat, karena secara psikografis
khalayak media khusus adalah komunitas dengan minat dan kebutuhan
tertentu. 8
c. Memposisikan organisasi sebagai sumber informasi handal untuk media
massa. HIK selalu memposisikan organisasinya sebagai sumber kredibel bagi
media massa terkait dengan BPRS-nya, bahkan mereka telah menjadi “top of
mind” dalam benak wartawan khususnya Republika dalam informasi
mengenai BPR Syariah.
d. Memposisikan pimpinan organisasi sebagai juru bicara. HIK selalu
menjadikan pimpinan organisasinya sebagai juru bicara pada forum-forum
tertentu. Biasanya jika terkait perusahaan, yang tampil disini adalah para
7
Wawancara Pribadi dengan Bapak. Abdul Muid Badrun (corporate secretary) HIK pada
Rabu 5 Februari 2014, pkl: 08.30.
8
Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, (Simbiosa Rekatama
Media, Bandung: 2011), hal. 81-82.
85
dewan direksi, seperti direktur utama atau direktur bisnis. Jika terkait relasi,
maka yang menjadi juru bicara adalah corporate communications HIK.
e. Berkoordinasi dengan bagian-bagian lain dalam perusahaan sehingga selalu
mendapatkan informasi yang muttakhir. Wewenang mengenai publikasi
memang berada di tangan para direksi, namun pengolahan informasi yang
akan dipublikasikan merupakan tugas corporate communications HIK, dan
corporate communications wajib berkordinasi dengan bagian-bagian lain
dalam perusahaan, misalnya bagian funding dan lending agar selalu
mendapatkan informasi terbaru dan muttakhir untuk dipublikasikan.
“Misalnya ada berita terkait dengan funding dan lending tentu
berkoordinasi, namun keputusan tentang pemberitaannya ada di tangan
direksi. Tapi pasti berkoordinasi dengan bagian-bagian terkait”.9
f. Menggunakan prinsip “Hugs Marketing”. Istilah hugs adalah istilah yang
digunakan HIK dalam merangkul publik organisasinya. Baik publik internal,
eksternal, investor, stakeholders, dan termasuk media massa.
“kalau bicara seberapa pentingnya jelas sangat penting media itu
kan corong informasi perusahaan, jadi kita harus intimasi dengan
media dekat sekali dengan media agar kalo ada even-even
perusahaan kita bisa mengajak media, media sudah bukan orang
lain lagi bagi kita jadi kita berhubungan sangat dekat, bahkan
bahasa kami kami meng–hugs media, merangkul media, bahasanya
hugs marketing pemasaran dengan cara merangkul, media sudah
menjadi bagian penting bagi kita kalau tidak ada media kita tidak
akan dikenal oleh masyarakat luas”.10
9
Wawancara Pribadi dengan Bapak. Abdul Muid Badrun (corporate secretary) HIK pada
Kamis 27 Februari 2014, pkl: 09.30.
10
Wawancara Pribadi dengan Bapak. Abdul Muid Badrun (corporate secretary) HIK pada
Rabu 5 Februari 2014, pkl: 8.30.
86
g. LBHI (Low Budget High Impact). Strategi inilah yang ditanamkan HIK
kepada seluruh departemen perusahaan dan diterapkan pula dalam kegiatan
sehari-hari termasuk dalam kegiatan media relations. HIK menjadikan
publikasi sebagai senjata promosi yang lebih kredibel dari apapun. Publikasi
merupakan strategi promosi dengan karakteristik low budget high impact.
Publikasi di media akan bergantungan dengan hubungan baik yang dibina
organisasi dengan media. Makin baik hubungan yang terbina, semakin luas
kemungkinan informasi organisasi akan dimuat di media. Namun sebaliknya,
jika hubungan antara organisasi dengan media kurang harmonis maka sedikit
sekali kemungkinan publikasi organisasi akan dimuat di media massa.
“Di Republika saja satu halaman full jika kita ingin publikasi
itu biayanya bisa 80-an, kita mencari bagaimana bisa publikasi namun
secara gratis, caranya dengan membangun hubungan baik dengan para
wartawannya, kita ajak dia makan, kita deketin secara personal, dan
kebetulan saya juga orang media, sejak dulu masih kuliah di UGM
(Universitas Gajah Mada) saya sering menulis di media, karena saya
sering menulis di media, ini persoalan individu yah, jadi sudah kenal
dengan teman-teman dan ketika saya ingin masuk itu mudah, kaya
kemaren kita kan dapet awards BPRS terbaik versi KCI (Karim
Consulting Indonesia) dan ingin mengkomunikasikan itu kepada
media maka kita sebagai media partner itu mudah sekali
mempublikasikannya, bahkan No Budget High Impact (NBHI)”.11
HIK memilih publikasi di media cetak dibandingkan di media elektronik
yang lebih menghabiskan banyak biaya. HIK menyebutkan bahwa iklan di
media elektronik khususnya TV hanya memakan banyak biaya tanpa ada
efek yang jelas bagi perusahaan. Selain berpendapat kurang ada efek nyata
11
Wawancara Pribadi dengan Bapak. Abdul Muid Badrun (corporate secretary) HIK pada
Rabu 5 Februari 2014, pkl: 09.40.
87
dari sebuah periklanan di televisi, HIK juga harus berhati-hati dalam
mengeluarkan dana perusahaan, karena dana itu adalah dana umat bukan
dana pribadi. HIK ingin cap „amanah‟ selalu melekat dalam organisasinya.
Hal-hal inilah yang menjadi alasan HIK lebih memilih publikasi
dibandingkan periklanan, dan lebih memilih media cetak dibandingkan
media elektronik.
h. Menerapkan strategi-strategi pendekatan yang efektif. HIK menggunakan
pendekatan proaktif yaitu dengan terlebih dahulu menghubungi dan
mendekati media dan tidak hanya diam menunggu „bola‟, justru HIK yang
menjemput „bola‟ tersebut, serta mencari-cari berita apa yang kira-kira
menarik para wartawan sehingga mau meliput HIK. Selain itu HIK juga
menerapkan strategi pendekatan interaktif, yaitu pendekatan yang diharapkan
dapat lebih mendekatkan HIK dengan pihak media massa. Dalam pendekatan
interaktif HIK selalu berusaha menyediakan waktu untuk sekedar berdiskusi
dengan wartawan terkait isu yang menarik minat wartawan, adapun isunya
bukan hanya terkait dengan BPRS HIK saja tetapi isu-isu lain yang dirasa
pantas untuk dijadikan bahan diskusi, lalu memberikan pujian kepada
prestasi yang diraih wartawan, serta memahami dan menghormati kebutuhan
wartawan seperti menyesuaikan pembicaraan dengan waktu wartawan yang
terbatas dan singkat.
3. Mengembangkan jaringan.
88
Mengembangkan
jaringan
merupakan
strategi
yang
dijalankan
untuk
membesarkan nama HIK di media massa. Beberapa poin penting yang dijalankan
adalah:
a. Merekrut tenaga pegawai yang memiliki wawasan luas tentang dunia media
massa dan dunia kewartawanan untuk menjadi humas di organisasi.
Wartawan yang pernah atau masih bekerja di media massa memang belum
pernah direkrut HIK untuk menjadi humas organisasi, namun Bapak Abdul
Muid Badrun selaku corporate secretary yang membawahi tugas corporate
communications HIK merupakan orang yang aktif di dunia tulis menulis di
media massa sejak 1998, sedikit banyak beliau mengetahui dunia media
massa dan kewartawanan. Jaringannya kepada dunia media massa juga luas,
hal ini dikarenakan beliau sering diminta menulis oleh media, baik media
nasional, regional maupun media komunitas. Berikut pernyataan Bapak
Abdul Muid Badrun:
“saya sejak 1998 sudah aktif di media massa, dan sedikit
banyak mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan media massa”.12
12
Wawancara Pribadi dengan Bapak. Abdul Muid Badrun (corporate secretary) HIK pada
Kamis 27 Februari 2014, pkl: 09.40.
89
Gambar.4.1 Contoh Tulisan Bapak Abdul Muid Badrun di Media
90
b. Berhubungan baik dengan organisasi kewartawanan. HIK membangun
hubungan baik dengan organisasi kewartawanan PWI (Persatuan Wartawan
Indonesia), mereka sering terlibat dalam kegiatan family gathering dan event
ulang tahun yang diadakan oleh organisasi wartawan PWI.
c. Berhubungan baik dengan organisasi lain untuk memperluas jaringan kepada
dunia media massa. Hubungan baik HIK dengan organisasi lain dapat
memperluas jaringan HIK kepada dunia media massa, misalnya saja dewan
direksi HIK menjadi nara sumber dalam sebuah acara yang diselenggarakan
di Bank Indonesia, dan acara tersebut diliput oleh media massa. Hal ini
merupakan salah satu strategi untuk mempublikasikan HIK melalui orangorang representatif yang membawa nama HIK. Selain itu melalui tulisantulisan, baik berupa artikel dan opini yang ditulis oleh Bapak Muid Badrun
selaku Corporate Secretary HIK selalu mengatasnamakan HIK juga dapat
menjadi strategi publikasi yang efektif dan efesien.
Selain tiga strategi besar yang dijalankan corporate communications HIK dalam
berhubungan dengan media massa, HIK juga memiliki pedoman demi terjalinnya
hubungan media yang baik, hal ini sebagaimana tertulis dalam buku Effective Public
Relations oleh Scott M, Cutlip.13 Yaitu:
1. Sampaikan dengan jujur, karena kejujuran merupakan kebijakan terbaik.
Kejujuran yang dimaksud adalah ketika media meminta informasi terkait
13
Scott M. Cutlip et all, Effective Public Relations: Edisi Kesembilan Cetakan Ke-4,
(Kencana Prenada Media Group, Jakarta: 2006), hal. 310-313.
91
perusahaan maka informasi yang diberikan tersebut haruslah informasi yang
apa adanya, tidak dibuat-buat. Kejujuran dalam menjalin hubungan media
sangat penting hal ini berkaitan dengan etika perusahaan. Ketika etika itu
terlaksana dengan baik maka hubungan yang terjalin akan semakin indah.
2. Memberikan pelayanan, baik itu berupa pemberian berita dan gambar yang
update serta mengikuti deadlines wartawan. HIK memahami bahwa wartawan
bekerja selalu berpacu dengan waktu, maka merupakan kewajiban bagi HIK
mengikuti deadlines wartawan demi memberikan pelayanan terbaik bagi
mereka.
3. Jangan merengek/mengomel/mengemis agar beritanya dimuat di media
massa. Sejauh ini HIK tidak pernah merengek, mengomel apalagi mengemis
agar
beritanya
dimuat
di
media,
hal
ini
dikarenakan
corporate
communications HIK sudah terlebih dulu menjalin hubungan baik dan
harmonis dengan pihak media. Jadi, tanpa harus merengek pun informasi HIK
akan di-publish oleh media.
4. Jangan meminta untuk membungkam, misalnya untuk tidak memuat atau
mencabut berita negatif perusahaan. Prinsip GCG (Good Corporate
Governance) yang dijalankan HIK menghantarkan HIK menjadi organisasi
yang mengedepankan kejujuran dan transparansi. HIK selalu memberikan
berita-berita update dan kredibel untuk media massa.
5. Jangan membanjiri media, misalnya mengirim release pada media yang tidak
tepat atau mengirim release pada beberapa wartawan di media yang sama.
92
Membanjiri media merupakan hal yang membuat media risih dan dapat
menghalangi
hubungan
harmonis
antara
organisasi
dengan
media.
Penggunaan media cetak Republika dan Majalah Infobank merupakan cara
HIK untuk tidak membanjiri media. Karena media-media tersebut adalah
media yang tepat bagi publikasi HIK. Pengiriman release pun tidak dilakukan
berkali-kali atau kepada banyak wartawan, karena HIK telah mengetahui
prosedur pengiriman release yang tepat biasanya, HIK diminta langsung oleh
desk syariah Harian Republika untuk membuat release terkait perusahaan.
B. Fokus PT. BPR Syariah Harta Insan Karimah dalam Menjalin Hubungan
dengan Media Massa
Fokus HIK dalam menjalankan media relations adalah selalu mempertahankan
branding di mata media. HIK ingin memiliki satu positioning yang baik di mata
media massa sebagai salah satu BPRS terbaik. Posisi ini mereka bangun dengan terus
meningkatkan mutu pelayanan kepada nasabah. Jika posisi baik sudah melekat pada
nama HIK maka citra perusahaan juga akan tumbuh dengan baik sehingga menarik
media agar memuat publikasi HIK atau menjadikan HIK sebagai bahan berita yang
akan didistribusikan pada media mereka. Adapun salah satu mutu pelayanan yang
terus dipertahankan HIK adalah dengan sistem menjemput bola. Hal ini diakui oleh
corporate secretary HIK:
93
“Pelayanan kita lebih kepada direct selling. Kita bisa jemput bola. Baik itu
persoalan lending (pembiayaan), maupun funding (pendanaan)”.14
Menjemput bola yang dimaksud adalah HIK siap menjemput nasabah yang
ingin berpartisipasi di HIK, baik persoalan pembiayaan ataupun pendanaan. Misalnya
ada nasabah yang ingin menanamkan modal pada HIK, maka dalam hal ini HIK siap
menjemput nasabah tersebut langsung ke tempat tinggalnya atau sesuai dengan
permintaan nasabah. Dengan sistem ini pelayanan HIK memiliki kelebihan pada sisi
kecepatan.
Meskipun bukan satu-satunya bank syariah terbaik di mata media massa tetapi
HIK terus berharap bisa menjadi salah satu yang terbaik diantara yang baik tersebut.
Tentunya harapan itu bukan hanya sebagai angan-angan tanpa usaha melainkan
penuh usaha demi mendapatkan dan merealisasikan harapan tersebut. HIK
memperkuat branding mereka di mata media, branding yang mereka bangun adalah
„Bicara BPRS ya HIK, Bicara HIK ya BPRS”.
“Kita menjaga branding HIK yaitu “bicara BPRS ya bicara HIK” tapi
jangan sampai untuk menjaga branding tersebut kita sampai bleeding, bleeding
itu mengeluarkan dana berlebihan namun tidak ada impact-nya untuk
perusahaan”.
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa apabila media massa membicarakan
BPRS maka rujukan utamanya adalah HIK, HIK berusaha untuk menjadi top of mind
di pikiran wartawan media massa ketika mereka berbicara tentang BPRS.
14
Wawancara Pribadi dengan Bapak. Abdul Muid Badrun (corporate secretary) HIK pada
Rabu 5 Februari 2014, pkl: 08.30.
94
Dalam menjalankan media relations HIK terus fokus pada branding yang
mereka bawa selama ini. HIK seolah ingin menunjukan pada media bahwa mereka
pantas dijadikan rujukan apalabila media membutuhkan informasi terkait dengan
BPRS. Dari pihak media massa pun mengakui bahwa HIK merupakan salah satu
BPRS yang berkembang dengan baik dan pantas dijadikan tolok ukur bagi
pertumbuhan BPRS lainnya. Hal ini diakui oleh desk syariah Harian Umum
Republika dengan pernyataan berikut:
“BPRS HIK adalah salah satu BPRS yang tumbuh dan berkembang
dengan baik, dan menjadi bench mark bagi BPRS lainnya”.15
Berhubungan dengan media massa merupakan keharusan bagi HIK, karena
media massa adalah corong informasi HIK kepada khalayak. Tanpa media massa
maka HIK tidak akan dikenal oleh masyarakat luas dan organisasinya pun sulit untuk
berkembang. Oleh karena itu, corporate communications HIK menjalankan beberapa
kegiatan dalam melancarkan hubungannya dengan media massa, yaitu sebagai
berikut:
1. Konferensi Pers
Konferensi pers adalah jumpa atau pertemuan dengan pihak pers,
dalam konteks HIK konferensi pers tidak selalu dilakukan secara tatap
muka di suatu ruangan konferensi serta dihadiri beberapa wartawan.
Namun, konferensi tersebut dapat berbentuk indepth interview antara
15
Wawancara Pribadi Bersama Irwan Kelana (Desk Syariah Harian Umum Republika), via
Email Melalui [email protected] pada Kamis 20 Februari 2014.
95
organisasi dengan wartawan atau wakil organisasi misalnya direktur
utama dan direktur bisnis menjadi nara sumber pada sebuah media
tertentu.
2. Press Luncheon
Adalah jamuan makan siang dari pihak organisasi untuk para
wartawan. Tujuannya bukan hanya untuk makan bersama melainkan
untuk membicarakan hal-hal penting terkait dengan perusahaan atau
hanya obrolan ringan mengenai isu-isu yang akan muncul terkait dengan
HIK. HIK mempercayai “the power of silaturahmi” yang dapat lebih
mempererat hubungan dengan media, sehingga mereka mempercayai
dalam pertemuan ini akan ada nilai silaturahmi yang terbangun dengan
pihak media bukan hanya wartawannya saja namun juga desk medianya.
Inilah yang akan menjadi salah satu tali pengikat hubungan antara HIK
dengan media massa.
3. Press Tour
Yaitu mengadakan Family Gathering bersama dengan pihak media
massa, tujuannya agar lebih memperkokoh hubungan antara HIK dengan
media massa. Press tour ini menandakan bahwa HIK tidak hanya
berhubungan secara professional dengan media massa namun juga secara
pribadi.
4. Wawancara Pribadi
96
Adalah wawancara face to face antara wakil HIK dengan wartawan
media, biasanya membicarakan hal-hal penting terkait perusahaan. Halhal yang dibicarakan bukan yang menyangkut dengan event-event
perusahaan seperti milad HIK, namun isu-isu yang lebih penting
dibanding perayaan ulang tahun HIK .
Sesuai dengan apa yang penulis dapatkan dari research serta wawancara dengan
corporate communications HIK, maka dapat disimpulkan bahwa corporate
communications HIK memiliki berbagai bentuk komunikasi terhadap orang-orang
internal dan eksternal perusahaan, yaitu sebagai berikut:
1. Komunikasi Persuasif, yakni komunikasi yang sifatnya mengajak,
yaitu mengajak para karyawan untuk senantiasa fokus dalam
mengembangkan branding HIK di mata publik.
2. Komunikasi Informatif, adalah komunikasi yang sifatnya memberikan
informasi misalnya hal ini terjadi antara pihak corporate secretary
kepada para karyawannya. Corporate secretary memberikan berbagai
informasi yang memang belum diketahui oleh para karyawan, atau
dapat juga terjadi sebaliknya.
3. Komunikasi Human Relations, merupakan komunikasi antarmanusia
yang berjalan diantara seluruh pihak yang ada di HIK. Mereka
berdiskusi dan bermusyawarah dalam setiap kesempatan, bukan hanya
yang bersifat formal namun juga terkadang nonformal.
97
4. Komunikasi Internal, komunikasi ini bertujuan agar publik internal
HIK mengetahui pemikiran manajemen dan sebaliknya berusaha agar
manajemen mengetahui pemikiran karyawan. Ada proses timbal balik
dalam
komunikasi
ini,
sehingga
dapat
meminimalisir
missunderstanding antara kedua belah pihak.
5. Komunikasi Eksternal, adalah komunikasi yang bertujuan untuk
mengetahui bagaimana penilaian publik terhadap program/kegiatan
perusahaan. Salah satunya dengan menggunakan media massa.
6. Komunikasi Formal, yaitu komunikasi horizontal & vertikal
(downward dan upward communication) adalah komunikasi yang
terjadi antara atasan dengan bawahan atau bawahan dengan atasan
serta atasan dengan atasan dan bawahan dengan bawahan. Dalam
konteks HIK komunikasi ini sangat lancar nyaris tidak ada kendala
serta gap antara atasan dengan bawahan dalam melancarkan
komunikasi, karena HIK mengedepankan prinsip kekeluargaan dalam
organisasi. Seorang manajer selalu menghargai karyawannya serta
sebaliknya seorang karyawan akan selalu menghormati manajernya.
7. Komunikasi Informal, yaitu informasi yang mengalir di dalam orangorang internal HIK tanpa memperhatikan posisi serta jabatan mereka.
Informasi ini mengalir ke atas ke bawah serta secara horizontal dan
biasanya bersifat pribadi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan, dianalisis, dan
diinterpretasi dalam penelitian ini, peneliti sampai pada beberapa poin
kesimpulan terkait dengan strategi media relations yang dijalankan PT. BPRS
HIK dalam menjalin hubungan dengan media massa:
1. Strategi HIK dalam menjalin hubungan dengan media massa dibagi
menjadi tiga. Yaitu: mengelola relasi dengan media massa seperti menjalin
hubungan baik dengan pihak media masa, melakukan komunikasi intensif
dengan media, serta membangun dan memelihara kontak dengan media
massa, yang kedua yaitu mengembangkan strategi dalam berhubungan
dengan media, strategi yang dijalankan harus terus dikembangkan seperti
dengan menggunakan media yang relevan dan terus mengembangkan
materi PR untuk media massa. adapun terakhir yaitu mengembangkan
jaringan untuk mendapatkan akses menuju media massa seperti merekrut
tenaga pegawai yang memiliki wawasan luas tentang dunia media massa
dan dunia kewartawanan untuk menjadi corporate communications
(humas) di organisasi. Strategi media relations PT. BPRS HIK bersifat
proaktif dan persuasif. Proaktif disini HIK mendekati media bukan hanya
ketika membutuhkan saja, komunikasi yang dilakukan tidak bersifat
98
99
ceremonial, yaitu hanya mendekati media jika dibutuhkan saja melainkan
lebih interpersonal. Persuasif dengan cara-cara pendekatan yang halus,
baik dan memenuhi etika yang ada sehingga dapat tercipta mutual
understanding yang sempurna antara HIK dan media massa.
2. Fokus
HIK
dalam
menjalankan
media
relations
adalah
selalu
mempertahankan branding di mata media. HIK ingin memiliki satu
positioning yang baik di mata media massa sebagai salah satu BPRS
terbaik. Adapun branding yang mereka bangun adalah ‘Bicara BPRS ya
HIK, Bicara HIK ya BPRS”.
B. Saran
1. Saran Bagi Nasabah dan Masyarakat
Kehadiran lembaga perbankan di Indonesia merupakan salah
satu kiat pengembangan ekonomi bangsa, namun sebagai masyarakat
dan calon nasabah atau bahkan nasabah, sudah seharusnya memilih dan
memilah lembaga perbankan mana yang dirasa aman serta kredibel
dalam mengemban amanat berupa harta mereka yang dititipkan di
lembaga perbankan. Khususnya bagi umat Muslim yang notabene
merupakan masyarakat terbanyak di Indonesia, bijaksanalah dalam
memilih lembaga keuangan sebagai tempat harta diinvestasikan, lebih
baik menggunakan jasa lembaga perbankan yang sesuai dengan syariat
agama Islam seperti salah satunya BPRS HIK.
100
2. Saran Bagi HIK
Penelitian ini dapat digunakan oleh corporate communications
HIK untuk merancang kembali aktivitas dan strategi media relations
yang lebih efektif dan optimal, serta dapat pula digunakan sebagai
bahan masukan dan pertimbangan untuk memperbaiki kekurangankekurangan dalam pelaksanaan media relations sebelumnya. Bagi HIK
sendiri, kegiatan media relations yang ada bisa lebih dikembangkan
dengan menambahkan kegiatan-kegiatan yang lebih kreatif dan
inovatif agar hubungan HIK dengan media massa dapat dirasa lebih
segar dan lebih bisa memenuhi kebutuhan wartawan.
3. Saran Akademis
Penelitian ini hanya mendalami segala strategi yang digunakan
HIK dalam menjalin hubungan dengan media massa tanpa melihat
output dari pelaksanaan strategi media relations tersebut, sehingga
peneliti tidak bisa menilai tingkat efektivitas dari implementasi stategi
media relations yang telah diterapkan HIK dalam menjalin hubungan
dengan
media
massa.
Untuk
penelitian
selanjutnya,
peneliti
menyarankan agar efektifitas dari implementasi strategi media
relations HIK juga dimasukkan sehingga menjadi tolok ukur tersendiri
bagi HIK, yaitu berupa output dari staregi media relations yang dapat
dikategorikan kedalam beberapa hal, antara lain: perubahan sikap,
opini, dan perilaku masyarakat serta wartawan terhadap HIK.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Anggoro, M. Linggar, Teori & Profesi Kehumasan Serta Aplikasinya di Indonesia, Bumi
Aksara, Jakarta, 2008.
Budiono, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Penerbit Karya Agung, Surabaya, 2005.
Bungin,Burhan, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus
Teknologi
Komunikasi di Masyarakat, Kencana Prenada Media Group,
Jakarta, 2006.
Cangara, Hafied,Perencanaan & Strategi Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta:
2013.
Caywood, Clarke. L, The Handbook of Strategic Public Relations and Integrated
Communications, New York, Mc Graw Hill, 1977.
Cutlip, Scott M, et all, Effective Public Relations: Edisi Kesembilan Cetakan Ke-4,
Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006.
Darmastuti, Rini, Media Relations: Konsep, Strategi dan Aplikasi, Penerbit Andi,
Jakarta, 2012.
Effendy, Onong Uchajana, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, PT. Citra Aditya
Bandung, 2007.
Bhakti,
Fauzi, Yuslam, Memaknai Kerja, PT. Mizan Pustaka, Bandung: 2012.
Grunig, A. Larisa and James E. Grunig, Exellence in Public and Communications
Management, Taylor and Fransis Group, New York, 2008.
Iriantara,Yosal, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, Simbiosa
Rekatama Media, Bandung, 2011.
J, Werner Dkk, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media
Massa, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2005.
Jefkins, Frank, Public Relations Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2002.
Kriyantono, Rachmat, Tehnik Praktis Riset Komunikasi: disertai contoh
Media, Publik Relation, Advertasing, Komunikasi Organisasi,
Pemasaran, Kencana Prenada Media Group. Jakarta: 2010.
praktisRiset
Komunikasi
Liliweri, Alo, Strategi Komunikasi Masyarakat, PT. LKiS Yogyakarta, Yogyakarta,
2010.
Morrisan, Manajemen Public Relations, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta, 2008.
Mulyana, Dedi, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007.
101
102
Nimmo, Dan, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2005.
Nurudin, Hubungan Media: Konsep dan Aplikasi, PT. Raja grafindo Persada, Jakarta,
2008.
Pengantar Komunikasi Massa, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta:
2007
Saputra, Wahidin & Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0: Teori dan Praktik Public Relation
di Era Cyber, Gramata Publishing, Depok, 2011.
Soemirat, Soleh & Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relations, PT.Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2005.
Sumber Website:
http://bprshik.co.id/pages/index/16/Sejarah
http://bprshik.co.id/pages/index/17/Nilai-nilai
http://bprshik.co.id/pages/index/15/Produk-Pembiayaan
http://bprshik.co.id/pages/index/14/Produk-Pendanaan
www.bprshik.co.id
http://firmanelpaserie.blogspot.com/2013/04/bank-perkreditan-rakyat-syariahbprs.html
http://alifiarahmany.blogspot.com/2013/11/optimasi-bank-pembiayaan-rakyat
syariah.html
http://suarakomunitas.net/baca/1044/produk-dan-jasa-perbankan-syariah/
http://alislamiyah.uii.ac.id/2013/09/17/produk-perbankan-syariah-antara-al-minhaj-al raddidan-al-minhaj-al-maqshadi
http://www.ojk.go.id/statistik-perbankan-syariah-desember-2013
Wawancara Penelitian
Pewawancara
: Ulva Lathifah (Mahasiswi UIN Jakarta)
Narasumber
: Bapak. Abdul Muid Badrun (Corporate
Secretary PT. BPRS Harta Insan Karimah)
Pelaksanaan Wawancara
: Hari
:
Rabu 5 Februari 2014
Pukul
:
09.00 – 10.00 WIB
Tempat
:
Kantor PT. BPRS Harta
Insan Karimah
T: Apa itu BPRS Harta Insan Karimah? (Gambaran Umum mengenai HIK
mencakup sejarah berdirinya, visi dan misi perusahaan)
J: BPRS HIK adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah yang
berdiri pada tanggal 8 September 1993, kami berpengalaman selama lebih dari 13
tahun di dunia perbankan syariah. Pemegang Saham Harta Insan Karimah adalah
Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Fakultas Ekonomi Gajah Mada (HMI FE
UGM) Jogjakarta. Visi Misi kami bertekad untuk menjadi Bank Syariah yang
unggul dan amanah serta terkemuka di segmen jasa usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM).
T: Apa saja produk/jasa yang ditawarkan oleh PT. BPRS Harta Insan
Karimah?
J: produk yang kami tawarkan berupa produk pembiayaan seperti pembiayaan
modal usaha, pembiayaan investasi, pembiayaan konsumtif, dan pembiayaan
talangan haji. Serta produk pendanaan, seperti deposito hasanah, tabungan anak
sholeh, tabungan karimah, tasbih, taslim dan tabungan qurban.
T: Apa saja bidang pekerjaan PT. BPRS Harta Insan Karimah?
J: Terlampir.
T: Apa keunggulan PT. BPRS Harta Insan Karimah dibanding dengan bankbank syari’ah lainnya?
J: Kalo bicara keunggulan dibanding dengan bank lain, sebenarnya kalo kita face to
face antara bank HIK dengan bank syariah lain keunggulan kita 1. Aset kita besar
artinya kalo aset besar otomatis dari sisi kemajuan, kekuatan, ekspansi pasar itu juga
besar 2. Pelayanan kita lebih kepada direct selling. Kita bisa jemput bola. Baik itu
persoalan lending (pembiayaan), maupun funding (pendanaan).
T: emm menjemput bola itu maksudnya apa yah pak?
J: maksudnya gini misalnya ada nasabah telfon dan ingin mendepositokan dana
sebesar Rp. 1 Miliar dan menyuruh kita datang kesana, nah kita bisa kesana, itu
salah satu bagian dari jemput bola, dan selain dari itu juga kelebihan kita dari sisi
margin, margin kita untuk deposito relatif lebih besar dari bank syariah lainnya,
makanya temen-temen karyawan BI pun mendepositokan dananya ke kita padahal
bank syariah kan banyak, karena di HIK lebih aman karena kita dijamin oleh LPS
(Lembaga Penjamin Simpanan), dan kita juga lagi-lagi dari sisi margin itu lebih
menguntungkan, orang kan kalo punya dana milyaran itu mau menanamkan ke satu
lembaga harus bonafit, asetnya besar, namanya besar, serta menguntungkan juga
kalo besar tapi tidak menguntungkan untuk apa, dan pelayanan tentunya kita kan
menggunakan sistem jemput bola, jadi kecepatan itu tadi.
T:
Dimana
letak
bagian
Humas/PR/marketing
communication
dalam
perusahaan ini?
J: Kalo bicara letak ya adanya di corporate secretary, disini namanya humas itu
corporate communication, kalo selain perbankan kan menyebutnya PR, kalo
perusahan perbankan pasti menyebutnya corporate communication, menjadi salah
satu tugas dari corporate secretary, corporate secretary itu kan salah satu fungsinya
ya corporate communication termasuk investor relation, marketing dan macammacam ada 4 fungsi.
T: Apa saja tugas humas PT. BPRS Harta Insan Karimah?
J: 1. Fungsi publikasi terkait dengan event-event yang kita lakukan, tahunan baik itu
RUPS baik publikasi dalam arti kegiatan-kegiatan, bakti sosial, memberikan dana
santunan anak yatim, kemarin juga ada milad, itu bagian dari publikasi media,
jadi media kita undang kesini untuk meliput agar proses publikasi itu bisa
terwujud.
2. Advokasi. Artinya ketika ada masalah yang muncul misalnya ada suatu
masalah di lapangan yang mengdiskreditkan kepada HIK kita harus menjelaskan
fungsi advokasi, dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, tidak berupa opini
atau asumsi persepsi melainkan mejelaskan secara real-nya. Namun satu tahun
saya disini relatif tidak ada kejadian seperti itu.
T: Sepenting apa humas bagi keberlangsungan hidup PT. BPRS Harta Insan
Karimah?
J: Oo sangat penting sekali. Corcom (corporate secretary) ya humas lah bahasa
gampangnya sangat penting, terutama sekali dalam menjalin hubungan dengan
media massa, masyarakat, stakeholders, investor, dengan misalnya pemegang
saham, itu menjadi fungsi dari corcom, kalo tidak ada itu kita tidak akan dikenal.
Kalo bicara penting ya sangat penting, pentingnya seperti apa, misalnya kita
tidak punya tangan maka susah untuk makan, begitu juga perusahaan tanpa
humas (corcom) maka dia akan sulit dikenal dan sulit untuk menjadi
berkembang, prinsip kita LBHI low budget high impact, semua departemen di
kita memegang prinsip LBHI harus sedikit budget namun jelas impact-nya
kepada perusahaan.
T: Lalu bagaimana perusahaan menjalankan prinsip LBHI?
J: begini saya kasih contoh di Republika saja satu halaman full jika kita ingin
publikasi itu biayanya bisa 80-an, kita mencari bagaimana bisa publikasi namun
secara gratis, caranya dengan membangun hubungan baik dengan para
wartawannya, kita ajak dia makan, kita deketin secara personal, dan kebetulan
saya juga orang media, sejak dulu masih kuliah di UGM (Universitas Gajah
Mada) saya sering menulis di media, karena saya sering menulis di media, ini
persoalan individu yah, jadi sudah kenal dengan teman-teman dan ketika saya
ingin masuk itu mudah, kaya kemaren kita kan dapet awards BPRS terbaik versi
KCI (Karim Consulting Indonesia) dan ingin mengkomunikasikan itu kepada
media maka kita sebagai media partner itu mudah sekali mempublikasikannya,
bahkan No Budget High Impact yah NBHI, itu bagian dari strategi kita, selain itu
jika kita ingin release di media massa kita kan harus mengundang wartawan
untuk kesini meliput, itu kan berbiaya juga, Infobank saja menawarkan kami
release di majalahnya sebanyak 2 lembar biayanya 1 sisinya saja 65 juta, jadi
kalau 2 ya 130 juta, dan untuk sekelas BPRS seperti kami bukan kami tidak
mampu namun kami harus memilah dan memilih cost yang kami keluarkan ini
akan efektif atau tidak, kalau tidak efektif kan berarti itu hanya buang-buang
dana saja, sedangkan dana ini kan bukan dana pribadi melainkan dana umat,
ketika dana umat berarti kita harus menjalankannya dengan baik dan tanggung
jawab, jadi release pun kita tidak bayar misalnya ada media yang menyuruh saya
untuk menulis tentang layanan dan jaringan BPRS ya saya terima saja, maka saya
harus memposisikan diri sebagai wartawan saya akan mewawancarai direksi,
syarekat dan sebagainya, lalu saya olah sekitar 3000 karakter lalu saya kirim
besok atau lusa sudah terbit tulisan saya di media massa, dan itu tidak bayar
kalau orang kan taunya masuk media bayar berapa? Nah ini bagian dari strategi
kami untuk meraih custumer dan meng-hugs media agar bisa berjalan bersama
kita.
T: Sedalam apa divisi/bagian humas berhubungan dengan orang-orang
internal perusahaan? Bagaimana pula dengan eksternal perusahaanya?
J: Kalo bicara sedalam apa tentunya dengan internal custumer dan karyawan sangat
dekat kami menerapkan fungsi kekeluargaan, saling berhubungan, support satu
sama lainnya, terkait dengan bagaimana kita menjaga branding HIK yaitu “bicara
BPRS ya bicara HIK” tapi jangan sampai untuk menjaga branding tersebut kita
sampai bleeding, bleeding itu mengeluarkan dana berlebihan namun tidak ada
impact-nya untuk perusahaan. Dengan eksternal kita silaturahim terutama
pemegang saham silaturahim pada founding. Itu bagian strategi kita berhubungan
dengan internal perusahaan.
T: Siapa saja pihak yang berhubungan dengan dengan humas HIK baik yang
secara langsung/ tidak langsung?
J: Semuanya berhubungan mulai dari
direktur utama secara struktural sampai
kebawah ini secara internalnya, kalo eksternal ya tadi dengan stakeholders,
masyarakat, penabung, investor, deposan, pemerintah disini adalah BI, pajak, dan
media massa.
T: Apakah ada spesialisasi (pembagian tugas) pada bagian humas HIK?
J: Tidak ada, semua dikerjaan bersama, tidak ada pendelegasian tugas yang ada
hanya supporting misalnya kita ingin mem-publish berita maka kita akan
meminta divisi IT untuk membantu mempublikasikannya di web pribadi atau di
media.
T: jadi tidak ada pembagian tugas ya pak?
J: iya tidak ada kita semua multiskill, zaman sekarang harus memiliki multitalent,
kalau tidak begitu nanti cost-nya terlalu besar, satu orang bisa mengerjakan
berbagai macam tugas.
T: Bagi HIK, berhubungan dengan media massa pentingkah? Sejauh mana?
J: Ooh sangat penting media massa itu kan corong informasi. Kalo di marketing ada
strategi above the line dan bellow the line. Buat yg above the line-nya ada media
massa, koran, majalah, tv dan radio, above the line itu media yang mengeluarkan
biaya banyak kita tidak mau kesana ke radio atau tv karena mereka kan cost
center yah jadi kita sangat hati-hati menjalankan itu, sekali tayang 30 detik saja
di tv itu bisa mengeluarkan biaya hingga 20 juta, sedangkan orang belum tentu
menonton iklan tersebut, jadi kami lebih baik mengalihkan dana itu untuk direct
selling saja, kalau bicara seberapa pentingnya jelas sangat penting media itu kan
corong informasi perusahaan, jadi kita harus intimasi dengan media dekat sekali
dengan media agar kalo ada event-event perusahaan kita bisa mengajak media,
media sudah bukan orang lain lagi bagi kita jadi kita berhubungan sangat dekat,
bahkan bahasa kami kami meng–hugs media, merangkul media, bahasanya hugs
marketing pemasaran dengan cara merangkul, media sudah menjadi bagian
penting bagi kita kalau tidak ada media kita tidak akan dikenal oleh masyarakat
luas.
T: Media apa saja yg berkerjasama dengan PT. BPRS Harta Insan Karimah?
J: Sejauh ini kita kan bank syariah yah, maka kita sering berhubungan dengan media
cetak Republika, karena Republika kan Koran bernuansa, bervisi, berwawasan
dan ruhnya Islam tentunya pembacanya Muslim, lulusan pesantren, perguruan
tinggi Islam jadi segmen kami tepat sekali beriklan di Republika. Kalo majalah
kita ke Infobank, memilih Infobank karena majalah terbesar rujukan perbankan
ya Infobank, satu-satunya media yang brandingnya masih kuat kalo bicara bank
ya Infobank, kalo online nya lebih ke web pribadi di www.bprshik.com serta web
Infobank yaitu infobanknews.com. Tapi bagi kami dampaknya tidak sehebat
ketika masuk di majalah. Kalau hanya di web yang mau baca tidak begitu
banyak.
T: Memungkinkan tidak pak publikasi HIK ini dimuat di majalah infobank
dan di web online infobank juga secara bersamaan?
J: oo sangat mungkin sekali selama ini memang seperti itu yang terjadi, cuma
efeknya kurang jika hanya dimuat di web, apalagi majalah Infobank kan
oplahnya sudah puluhan ribu saya tidak tahu pasti hanya saja seluruh Indonesia
sudah membaca, meskipun media online sudah menjadi gejala tetapi bagi
sebagian orang membuka online itu malas, kadang tidak sempat, atau
mengatakan bahwa online itu “tidak pasti ahh beritanya”, serta butuh yang melek
media juga. Orang lebih memilih membaca yang berbentuk kertas karena bau
kertasnya itu loh.
T: Media apa yang paling sering dipergunakan HIK dalam mempublikasikan
program/produk HIK?
J: Media cetak. Republika dan majalah Infobank. Kalo online kita lebih ke web
pribadi di www.bprshik.co.id
T: Kalo publikasi secara online apakah ada biayanya?
J: ohh tidak, selama ini jika secara online no biaya, kalau harus membutuhkan biaya
kita tentu akan berhati-hati dan lihat dampaknya apa nih bagi kita, saya pernah baca
satu buku tentang “tinggalkan advertising” zaman sekarang itu advertising sudah
tidak dipakai zaman ini adalah era sosial media yang no budget karena iklan itu
mahal loh, dan tidak semua orang mau mengeluarkan biaya untuk iklan, dampaknya
belum jelas pula, hanya perusahaan besar yang masih menggunakan iklan
perusahaan dengan saku dalam sulit untuk masuk ke media.
T:
Sejauh
ini
media
apa
yang
dirasa
paling
efektif
dalam
mempublikasikan/mensosialisasikan program/produk HIK?
J: Sosial media yg low budget, dan media cetak , kita mengatakan ini efektif karena
kita harus segmented, kalau terlalu luas juga jadi tidak presisif ya, jadi gini,
bicara rujukan umat Muslim ya Republika kan, dan bicara perbankan ya majalah
Infobank, makanya karena kami lembaga syariah makanya memilih Republika
sebagai partner dan dari sisi perbankannya kami partner dengan majalah
Infobank. Karena kami harus hati-hati mengeluarkan dana karena ini adalah dana
umat milik bersama bukan milik kami. Jadi jangan sampai bleeding itu tadi,
jangan sampai kehabisan energi namun impact buat perusahaanya sedikit.
T: Mohon berikan gambaran aktifitas media relations humas PT. BPRS Harta
Insan Karimah.
J: 1. Fungsi publikasi, personal selling, publisitas, public relation, dan promosi,
berhubungan interpersonal dengan wartawan seperti melalui sms, bbm dengan
orang-orang media, jadi berkomunikasi dan berhubungan sangat intensif, sampai
kepada diskusi dengan wartawan dan itu hampir setiap hari. Jadi sudah jelas
aktifitas kita kebih kepada menjalin hubungan dengan baik menjalin komunikasi
dengan baik mendiskusikan headline news yang muncul di Republika dan
Infobank. Jika seperti ini PR humas kita tidak berhungungan baik dengan desk-
desk (penanggung jawabnya), kita tidak mungkin diajak berdiskusi seperti itu,
mereka jika berbicara tentang BPRS ya pasti yang ditanya lebih dulu HIK.
T: Bagaimana bentuk komunikasi HIK?
J: Kami menggunakan bentuk-bentuk komunikasi persuasif, komunikasi informatif,
komunikasi
human
relations,
komunikasi
internal,
komunikasi
eksternal,
komunikasi formal, dan komunikasi informal.
T: Siapakah khalayak sasaran HIK? Sudahkah HIK menggapai khalayak
sasaran tersebut? Dan bagaimana strategi yang dijalankan HIK untuk meraih
empati khalayak?
J: Sasaran pasar kita adalah UMKM, Alhamdulillah sejauh ini sudah tercapai karena
pendekatan kita bukan hanya melalui media masa, tetapi juga secara personal
selling dan lainnya. Selama ini strategi yang kita lakukan itu adalah silaturohim
yang sudah jelas LBHI low badget high impact.
T: Bagaimana strategi media relations HIK dalam menjalin hubungan dengan
media massa?

Apakah HIK menjalin hubungan baikdengan media massa sebagai
institusi dan dengan wartawannya sebagai pekerja media massa? Ya,
hubungan baiknya itu bentuknya adalah bertanya-tanya setiap bulannya
tentang headline bulanan terkait dengan BPRS, bukan hanya di Republika
namun juga kepada Infobank. Komunikasi kita bukan hanya ceremonial
tetapi lebih interpersonal lagi, kita harus memiliki interpersonal skill.

Apakah HIK melakukan komunikasi yang intensif diantara kedua
belah pihak yang berkenaan dengan tugas pokok masing-masing?
Tentunya iya. Kita bisa komunikasi by phone, sms, bbm, bukan hanya lewat
komunikasi above the line melalui nirkabel, tetapi lebih personal dari pada
itu.

Apakah HIK menjalin hubungan yang berdasarkan hubungan
antarmanusia dengan media massa? (misalnya mengirimkan kartu
ucapan selamat ulang tahun dll) Ya kita melakukannya, kita biasanya
mengucapkan ulang tahun kepada Republikanya sebagai institusi dan desk
syariahnya.

Apakah HIK memberikan materi pemberitaan yang terbaik kepada
media massa? Oya tentu. Materi pemberitaan kita modelnya pertama kita
bikin skrip dulu lalu kita edit bahasa kita screening prosses dan jika
pemberitaan itu menyangkut HIK maka harus ada keputusan dari direksi
apakah berita ini layak publish atau tidak. Kita tidak ingin berita itu hanya
bersifat common sense. Berita itu kan ada dua yah ada yang berbentuk
release dan ada yang berbentuk pribadi, kalau yang release tadi ya harus di-
approve oleh direksi kalau yang opini misalnya saya menulis opini di media
namun mengatasnamakan bank syariah HIK.

Apakah HIK menggunakan media yang relevan dalam menyampaikan
pesan pada publik? Oya. Media relevan kita karena kita bank syariah yaitu
Republika karena pembacanya segmented pada dunia-dunia Islam. Serta
Infobank sebagai barometer terbesar terkait dengan dunia perbankan
Indonesia.

Apakah HIK membangun dan memelihara kontak dengan media
massa? Iya pasti. Kami menyimpannya ko. Baik Republika dan Infobank.

Apakah HIK memposisikan organisasi sebagai sumber informasi
handal untuk media massa? Ya. Selama ini rujukan mereka kaitannya
dengan BPRS pastiya HIK.

Apakah HIK memposisikan pimpinan perusahaan sebagai juru bicara
di media massa? Ya tentu. Biasanya yang menjadi sumber itu dewan
direksi dan corporate communication.

Apakah
HIK berkoordinasi
dengan bagian-bagian lain dalam
perusahaan sehingga selalu mendapatkan informasi mutakhir? Ya.
Misalnya terkait dengan funding dan lending namun keputusan tentang
pemberitaannya ada di tangan direksi. Tapi pasti berkoordinasi dengan
bagian-bagian terkait.

Apakah HIK merekrut tenaga wartawan untuk menjadi humas di
perusahaan? Sejauh ini belum. Namun saya sejak 1998 sudah aktif di
media massa, dan sedikit banyak mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan
media massa.

Apakah HIK berhubungan baik dengan organisasi kewartawanan?
Kami hanya sekedar say hello dengan mereka, kalau ada event misalnya
ulang tahun atau family gathering ya kami diundang. Biasanya dengan
organisasi PWI (Persatuan Wartawan Indonesia).

Apakah HIK berhubungan baik dengan orang luar organisasi untuk
memperluas jaringan dengan dunia media massa? Selama ini yang
diundang itu direksi kami. Seperti kemarin ada acara di BI direksi kami
menjadi nara sumber dan diliput dengan media.
T: Hal-hal apa saja yang mendukung pelaksanaan media relations di HIK?
J: Yang mendukung selama ini adalah komunikasi yang intensif dengan mereka.
Seperti saya sms, bbm atau diskusi dengan mereka, itu yang penjadi pendukung
utama karena tidak semua orang mau diajak seperti itu, jadi media relations kami
tidak hanya sebatas ketika ada event, tapi lebih dari itu. Karena bagi saya wartawan
adalah hidup saya. Karena saya juga suka menulis. Kami berharap dari hubungan
baik ini ada nilai tersendiri yang didapatkan HIK dan juga media massanya. Kami
lebih mengedepankan „dekat‟ dari pada hanya sekedar „kenal‟dengan mereka.
T: HIK merupakan lembaga perbankan syari’ah, lalu adakah unsur-unsur
islami yang dilakukan HIK dalam menjalin hubungan dengan media massa?
J: Unsur-unsur Islaminya seperti berkata jujur apa adanya tidak ada yang ditutuptutupi, menyampaikan informasi apa adanya, menjalin silaturahim, dan dapat
dipercaya.
T: Informasi apa yang biasanya menarik minat wartawan untuk meliput HIK?
J: Ya informasi yang ada kaitannya dengan BPRS, serta terlebih dahulu disunting
agar ringan dibaca, dan biasanya sih mereka suka sama bad news, karena bagi
mereka “bad news is good news”, kalaupun good news kaitannya dengan penemuan
baru seperti rating dan lainnya.
T: Bagaimana kiat dan cara HIK dalam mengolah informasi agar menarik
minat wartawan untuk mem-publish-nya?
J: Kalau selama ini yang kita lakukan skrip kita buat lalu ada approve dari direksi
dan disunting oleh direksi setelah itu melalui tahap re-writing, ya bahasa televisinya
sih dicek and ricek dahulu lah biar menarik dan ringan dibaca.
T: Adakah persyaratan yang diajukan media demi dimuatnya publikasi
mengenai HIK?
J: Tidak ada.
T: Bagaimana pendapat HIK tentang berita yang beredar di media terkait
dengan HIK sendiri?
J: Kalau selama ini yang saya lihat sih baik-baik saja, kita jarang ada informasi yang
bad, malah nyaris tidak ada. Selama ini berita yang mereka ambil berita-berita yang
memuat prestasi dan lain sebagainya.
T: Apakah HIK berhubungan dengan media local setempat?
J: Ya. Kita berhubungan dengan tabloid bulanan namanya Media Syariah.
T: Berhubungan dengan media massa tentu memiliki tujuan. Apakah tujuan
utama yang ingin dicapai HIK dalam berhubungan tersebut?
J: Tujuan ini saya desain menjadi tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.
Kalau tujuan jangka pendeknya kita ingin HIK memiliki satu positioning yang baik
di mata media massa, sebagai salah satu BPRS terbaik dan terbesar secara asset.
Kami ingin jika media membicarakan BPRS hal pertama yang mereka ingat adalah
HIK. Jadi kami menjadi rujukannya media massa terkait BPRS. Untuk jangka
panjangnya kita ingin proses yang sekarang kita lakukan di jangka pendek itu nanti
ujungnya adalah ketika kita menjadi HIK yang tersebar di seluruh Indonesia
hubungan kita dengan media itu sudah selesai, artinya hubungan kita dengan media
tidak ada kesulitan lagi, media massa itu ya kita ini, selama ini kan jika ada event
saja mereka meliput namun ke depannya kita ingin segala yang kita lakukan itu
diliput oleh media.
T: Apakah HIK menerapkan nilai dan etika dalam berhubungan dengan
media massa? Apa tujuannya?
J: Ya. Kita saling menjaga kerahasiaan baik kerahasiaan perbankan dan rahasia
pribadi. Agar kita saling menghargai posisi masing-masing. Sehingga keterjalinan
hubungan ini lebih terasa indah dan cantik.
T: Adakah jadwal khusus bagi HIK untuk mempublikasikan informasi
perusahaan?
J: Kalau jadwal khusus sih tidak ada. Tetapi setiap bulannya kami selalu
memberikan kabar kepada media. Contohnya waktu bulan Januari kemarin kami
mengirimkan berita tentang perluasan jaringan dengan membuka kantor cabang.
T: Pernahkah terjadi konflik antara humas HIK dengan pihak media massa?
Oh tidak pernah, bagi kami konflik itu tidak ada gunanya.
T: Apa saja kendala yang dihadapi HIK dalam berhubungan dengan media
massa?
J: Selama ini tidak ada kendala, karena ketika saya diminta menjadi corporate
communication oleh HIK saya berangkat dari media massa, jadi mudah sekali bagi
HIK untuk masuk ke media.
Assalamualaikum. Wr. Wb.
Mas/Bapak Wartawan Republika yang saya hormati,
Sebelumnya perkenalkan saya ULVA LATHIFAH, mahasiswi UIN Jakarta semester 8 yang
sedang menyelesaikan skripsi dengan judul “Strategi Media Relations PT. BPRS Harta Insan
Karimah Dalam Menjalin Hubungan Dengan Media Massa”.
Sehubungan dengan materi skripsi saya, saya ingin mengetahui lebih dalam perihal hubungan
BPRS HIK dengan para wartawan khususnya wartawan Republika, karena biasanya publikasi
HIK dimuat di harian Republika tersebut. Dari itu, saya mohon kesediaan mas/bapak untuk
menjawab beberapa pertanyaan terkait dengan penelitian yang saya lakukan, dan jika berkenan
mohon lampirkan biodata pribadi mas/bapak.
Atas waktu, kesediaan serta partisipasinya saya ucapkan banyak-banyak terimakasih,
Jazaakumullah ahsanal jazaa’.
Wassalamualaikum. Wr. Wb
Hormat Saya,
(Ulva Lathifah)
Wawancara Penelitian
Pewawancara
: Ulva Lathifah (Mahasiswi UIN Jakarta)
Narasumber
: Mas Irwan Kelana (Desk Syariah Republika)
Pelaksanaan Wawancara
: Wawancara via Email melalui [email protected]
1. Sedalam apa Anda mengenal PT. BPRS Harta Insan Karimah?
BPRS HIK adalah salah satu BPRS yang tumbuh dan berkembang dengan baik,
dan menjadi bench mark bagi BPRS lainnya.
2. Menurut Anda sebagai orang yang dekat dengan corporate secretary & communication
HIK, bagaimana peran serta kinerja corporate secretary & communication HIK dalam
menjalin hubungan dengan media khususnya Republika? Cukupkah?
Cukup.
3. Apakah hubungan Anda dengan HIK hanya sebatas hubungan professional atau lebih?
Bisa diceritakan?
Profesional.
4. Apakah HIK dapat meng-cover seluruh kebutuhan Republika tentang informasi terkait
dengan BPRS?
Sebatas BPRS HIK.
5. Apakah ada kekurangan HIK dalam menjalin hubungan dengan Republika? Bagaimana
tanggapan Anda?
Cukup.
6. Sejauh ini bagaimana tanggapan kawan-kawan wartawan lain ketika berita HIK muncul
di “Rubrik Syari‟ah” Republika? Positifkah?
Positif.
7. Apakah Republika pernah memuat berita negatif tentang HIK?
Belum pernah.
8. Apakah ada waktu-waktu tertentu/khusus untuk mempublikasikan informasi mengenai
HIK?
Tidak ada.
9. Apakah ada feedback dari masyarakat mengenai publikasi HIK di Republika yang
disampaikan secara langsung atau melalui email, telfon, atau media lainnya kepada pihak
Republika sendiri?
Mungkin ada.
10. Hal apa yang membuat Republika berminat untuk meliput dan memuat informasi
mengenai HIK?
Republika punya rubrik Ekonomi Syariah. Rubrik ini terbuka bagi semua bank
syariah, baik Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) maupun
BPRS.
11. Menurut Anda, seperti apa media relations yang ideal di mata wartawan?
Terbuka ketika wartawan membutuhkan informasi. Menghargai wartawan sebagai
pribadi dan profesional dengan keahliannya. Tidak hanya mendekati wartawan
saat butuh pemberitaan tentang perusahaannya.
12. Apakah HIK sudah layak disebut „ideal‟ dalam menjalankan media relations dengan
Republika?
Belum.
13. Kegiatan media relations apa yang sering dilakukan oleh corporate communication HIK?
BBM.
14. Hambatan apa saja yang ditemui Republika dalam berhubungan dengan corporate
communication HIK?
Tidak ada.
15. Terkait info HIK, biasanya informasi seperti apa yang diminati wartawan, khusunya
Republika?
Kinerja, dan tanggapan tentang isu perbankan syariah yang sedang hangat saaat
itu.
16. Pernahkah HIK mengadakan kegiatan informal untuk menjalin hubungan baik dengan
pihak Republika? Dalam bentuk apa?
Pernah. Makan malam.
17. Bagi Anda, sebenarnya industri perbankan syari’ah seperti HIK pentingkah menjalankan
media relations? Mengapa?
Setiap perusahaan perlu menjalankan media relations agar lebih dikenal oleh
wartawan, dan kemudian wartawan pun dapat menulis tentang perusahaan
tersebut dengan baik, baik ketika perusahaan tersebut mendapatkan suatu prestasi
maupun saat perusahaan itu mendapatkan suatu kesulitan/musibah/kinerja yang
jelek. Kalau wartawan tidak mengenal baik perusahaan tersebut, bisa jadi berita
yang ditulisnya ada yang tidak tepat atau terjadi mispersepsi.
18. Lalu strategi seperti apa yang tepat bagi BPRS HIK dalam menjalin hubungan dengan
media massa, khususnya dengan Republika?
Jaga kontak dengan media, minimal SMS/BBM;
perhatikan tanggal lahir
wartawan dan ucapkan selamat ulang tahun pada pukul 00.00; dan ucapkan
selamat setiap kali wartawan atau keluarganya meraih suatu prestasi (misalnya
menang lomba menulis, anaknya diterima di perguruan tinggi negeri, anaknya jadi
juara tahfiz Qur’an dan sebagainya).
19. Adakah saran guna meningkatkan pelaksanaan media relations HIK?
Setiap bulan HIK bisa menyiapkan press release mengenai kinerja bulan
sebelumnya (jumlah pembiayaan, jumlah DPK, jumlah aset, margin bagi hasil),
kisah sukses beberapa nasabah, dan tanggapan terhadap isu perbankan syariah
yang tengah hangat saat itu.
LAMPIRAN
Contoh Publikasi HIK di Media Massa
Awards PT. BPR Syariah Harta Insan Karimah
Struktur Organisasi PT. BPR Syariah Harta Insan Karimah
LOGO PT. BPR Syariah Harta Insan Karimah
Download