STRATEGI MEDIA RELATIONS PT. BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) HARTA INSAN KARIMAH DALAM MENJALIN HUBUNGAN DENGAN MEDIA MASSA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) Pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Oleh: ULVA LATHIFAH NIM: 1110051000059 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/1435 H LEMBAR PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Tangerang, Maret 2014 Ulva Lathifah NIM. 1110051000059 ABSTRAK Nama : Ulva Lathifah NIM : 1110051000059 Judul : “Strategi Media Relations PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Harta Insan Karimah dalam Menjalin Hubungan dengan Media Massa” Menjalankan media relations yang baik merupakan keharusan bagi sebuah organisasi/perusahaan agar perusahaannya dapat dikenal oleh masyarakat luas dan berimplikasi pada publikasi positif di media massa. Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah Harta Insan Karimah (BPRS HIK) merupakan BPRS yang meraih peringkat pertama dalam Anugerah BPR Indonesia 2013. BPRS HIK menduduki peringkat pertama untuk kategori Finance dan Human Capital untuk BPR dengan aset di atas Rp100 miliar. BPRS HIK tumbuh dan berkembang dengan baik, ia menjadi Benchmark bagi BPRS lainnya. Berkembangnya HIK sudah tentu salah satunya karena peran media relations HIK dalam menjalin dan menjaga hubungan baik dengan media massa. Adapun penelitian ini dilakukan untuk menjawab beberapa pertanyaan. Yakni, bagaimana startegi media relations yang dijalankan HIK untuk menjalin hubungan baik dengan media massa? dan apa tujuan humas HIK dalam menjalin hubungan baik dengan media massa? Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori model De’Fleur, teori ini merupakan perluasan dari teori yang dikemukakan Shannon dan Weaver. Model teori ini menjelaskan komunikasi dengan memasukkan 7 elemen di dalamnya. Yakni, sumber, pemancar, saluran, penerima, tujuan, perangkat media massa dan perangkat umpan balik. 2 perangkat terakhir merupakan perluasan oleh De’Fleur. Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam dan studi kepustakaan/literatur. Strategi media relations merupakan kebijakan untuk mencapai tujuan serta rencana yang telah ditentukan dalam menjalankan kegiatan media relations. Strategi HIK dalam menjalin hubungan dengan media massa dibagi menjadi tiga. Yaitu: mengelola relasi dengan media massa, mengembangkan strategi dalam berhubungan dengan media dan mengembangkan jaringan untuk mendapatkan akses menuju media massa. Tujuan dilaksanakannya media relations pada BPRS HIK adalah untuk menjadikan HIK lebih dikenal oleh media massa serta publik lainnya. Tanpa media massa maka HIK akan sulit dikenal oleh masyarakat luas, dan hal ini akan menjadikan HIK sulit pula untuk berkembang. Kata Kunci: Strategi, Media Relations, Humas, Hubungan Baik, Media Massa. i KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim.... Alhamdulillahirobbil’alamiin wabihiinasta’iin wa’alaumuriddunyaa waddiin was sholaatuwassalamu ‘alaarosulillah. Waba’du... Tiada kata yang pantas penulis ucapkan selain rasa syukur mendalam kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Strategi Media Relations PT. BPR Syariah Harta Insan Karimah dalam Menjalin Hubungan dengan Media Massa” ini dapat terselesaikan dengan baik. Dengan segenap jiwa Peneliti ingin mengucapkan terimakasih sedalamdalamnya kepada seluruh pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini, karena tanpa bantuan, saran, kritik, kerja sama, semangat, petunjuk, serta bimbingan mereka rasanya mustahil peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik, yaitu kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah danI lmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. H. Arief Subhan M.A. Bapak Suparto Ph.D, M.Ed selaku Wakil Dekan Bidang Akademik. Bapak Drs. Jumroni M.Si selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum. Bapak Drs. Wahidin Saputra M.A selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama. ii 2. Bapak Drs. Wahidin Saputra M.A, selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing penulis untuk membuat karya ilmiah yang baik dan benar. 3. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi, Bapak Rachmat Baihaky M.A dan Sekretaris Jurusan KPI, Ibu Hj. Umi Musyarofah M.A yang menuntun penulis dalam menempuh birokrasi yang ada. 4. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas segala ilmu yang telah diberikan dengan penuh keihlasan, Allah yubaarik ‘umuurokum fii mahabbatih. 5. Seluruh Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN. 6. Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 7. Bapak Tariq Yazid M.A, selaku dosen pada mata kuliah Metodologi Penelitian Kualitatif, terimakasih atas kesediaannya untuk membantu saya. 8. Bapak Abd. Muid Badrun selaku Corporate Secretary PT. BPR Syariah Harta Insan Karimah, terimakasih atas segala waktu dan tempat yang disediakan untuk penulis, serta dukungan dan bantuan yang tiada hentinya. Semoga HIK makin jaya dan berkah. 9. Mas Irwan Kelana, selaku Wartawan Republika, terimakasih sudah berkenan menjawab pertanyaan-pertanyaan saya melalui email. iii 10. Great Thanks buat Abi Umi terhebat sedunia, terimakasih atas segala cinta, kasih sayang, doa serta pengorbanannya bagi penulis, maaf karena belum bisa mengukir kebahagiaan di wajah kalian, semoga skripsi ini bisa sedikit menggugurkan pengabdianku pada kalian. 11. Ade Zaky Muhtarom, ade terbaik nan sholeh yang pernah penulis miliki sepanjang hidup, makasih de atas hiburan dan semangatnya buat mba. 12. Ibu Tuti, Abi Umi Fathoni, selaku pendukung terbesar bagi kelancaran proses penulisan skripsi ini. 13. Seluruh keluarga besar keduaku, ayah dan mimi terimakasih buat doa tulusnya sepanjang waktu. 14. Terimakasih terindah buat Mas Afif Nukman yang jauh di mata tapi tak pernah lelah mentransfer energi bagi penulis. Indonesia menunggumu mas. 15. Sahabat A4 ku, sahabat sekaligus saudara dalam suka dan duka, dalam senang dan sedih, dalam canda dan tawa, Midah Iin Uwi, welcome to the real life guys, Allah bless us. 16. Teman-teman terbaik penulis Chandra, Abdel, Fauzi, Masdam, Masde, Tri, Putri, Zha, dan Imas terimakasih buat semangatnya, semoga persahabatan kita abadi selamanya. 17. Teman-teman KPI B 2010, kalian teman-teman seperjuangan yang hebat, semoga ilmu kita bermanfaat. 18. Temen-temen seperjuangan jurusan Komunikasi Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2010. iv 19. Teman-teman KKN Aksara 2013, terimakasih kalian telah mengajarkanku arti perjuangan, persaudaraan, kekompakan dan kebersamaan. Semoga persaudaraan kita terkenang dan tak akan pernah redup. Pada kesempatan ini, penulis juga haturkan rasa terimakasih terbesar bagi seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namun tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu. Semoga Allah senantiasa membaca segala kebaikan mereka dan membalasnya dengan pahala berlipat. Amiin Yaa Robbal Alamin. Tangerang, 14 Maret 2014 Ulva Lathifah v DAFTAR ISI ABSTRAK…………………………………………………………………… i KATA PENGANTAR ………………………………………………………. ii DAFTAR ISI ………………………………………………………………… vi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… … 1 A. Latar Belakang………………………………..…………………… 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………..………………….. 8 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian…..................................................... 9 D. Metodologi Penelitian………………………………..……………. 11 E. Tinjauan Pustaka……………………………......……….…………. 15 F. Sistematika Penulisan ........................................................................ 17 BAB II LANDASAN TEORITIS ……………...…………………………… 19 A. Definisi Stategi………………………………................................. 19 B. Public Relations (Hubungan Masyarakat)........…………………… 20 C. Media Relations ………………………….………………………. 33 D. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) .................................... 44 E. Media Massa…………………………………………………..….. 48 vi F. Teori Model Melvin De’Fleur……………………........................... 51 BAB III GAMBARAN UMUM..……………………………………………. 57 A. Sejarah Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia……………………………………………………… B. Produk-produk Keuangan Syariah di Indonesia.…………….….. 57 61 C. PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Harta Insan Karimah ………………………………….……….... 67 D. Gambaran dan Tugas Media Relations PT. BPRS Harta Insan Karimah………………….……………………….…. 73 BAB IVANALISIS DATA DAN HASIL TEMUAN PENELITIAN……... 77 A. Strategi Media Relations PT. BPRS Harta Insan Karimah………………………………………………………..….. 78 B. Fokus Media Relations PT. BPRS Harta Insan Karimah………………………………………………………..….. 92 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.……............................................… 98 A. Kesimpulan ....................................................................................... 98 B. Saran .................................................................................................. 99 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………… LAMPIRAN vii 100 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Model Press Agentry/Publicity…………………………………. 41 Gambar 2.2 Model Public Informan ………………………………………... 41 Gambar 2.3 Model One-Way Asymmetrical ………………………………. . 42 Gambar 2.4 Model Two-Way Symetric……………………………………… 43 Gambar 2.5 Hubungan Fungsional Organisasi, PR dan Media Relations…… 47 Gambar 2.6 Model Teori De’Fleur………………………………………….. 57 Gambar 2.7 Hubungan/Relasi dalam Media Relations……………………… 58 Gambar 3.1 Perbankan Syariah memicu lahir dan berkembangnya lembaga-lembaga kesyariahan lainnya........................................ 61 Gambar.4.1 Contoh Tulisan Bapak Abdul Muid Badrun di Media................ 89 viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan masyarakat atau yang lebih dikenal dengan sebutan humas adalah salah satu bagian penting dalam sebuah organisasi, baik yang berskala besar maupun kecil. Keberadaannya menjadi hal yang esensial mengingat fungsi humas bukan sekedar pelengkap dalam sebuah organisasi, tetapi lebih jauh dari itu humas berfungsi sebagai penghubung antara organisasi dengan orang-orang internal maupun eksternal organisasi. Dalam kenyataan sehari-hari, istilah humas sering dikacaukan dengan istilah “periklanan”, “pemasaran”, “penjualan”, “publisitas” dan bahkan “propaganda”. Diantara istilah-istilah tersebut memang terdapat hubungan yang erat bahkan sebagian aspeknya tumpang-tindih, namun humas merupakan suatu entitas tersendiri yang memiliki definisi berbeda. Dalam perkembangannya beberapa organisasi atau perusahaan menyebut istilah humas dengan istilah yang lebih modern, yaitu“Public Relation” (PR). Humas sendiri merupakan terjemahan bebas dari istilah public relations, kedua istilah ini dapat digunakan secara bergantian. Menurut definisi kamus terbitan Institute of Public Relations (IPR), “Humas adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan 1 secara terencana dan 2 berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya”.1 J.C., Seidel, Public Relation Director, Devision of Housing State of New York menyatakan Public Relation adalah proses yang kontinu dari uasaha-usaha manajemen untuk memperoleh goodwill langganannya, pegawainya, publik umumnya, dengan mengadakan analisa dan perbaikanperbaikan. Dalam public relations terdapat suatu usaha untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara suatu badan dengan publiknya, usaha untuk memberikan atau menanamkan kesan yang menyenangkan, sehingga menimbulkan opini publik yang menguntungkan bagi keberlangsungan hidup badannya (organisasi atau perusahaan) tersebut.2 Adanya persaingan yang sangat kompetitif, menjadikan perusahaan produk atau jasa merasa betapa pentingnya membangun divisi/bidang PR dan humas untuk memperoleh citra positif dan merebut dukungan publik dalam upaya mengembangkan usaha mereka. PR harus bekerja keras meraih dukungan publik dengan gencar mencari dan memberikan informasi kepada masyarakat agar perusahaan mereka tumbuh subur, karena kepercayaan dan dukungan publiklah perusahaan bisa terus berjalan. 1 M. Linggar Anggoro, Teori & Profesi Kehumasan Serta Aplikasinya di Indonesia, (Bumi Aksara, Jakarta: 2008), hal. 1-2. 2 Wahidin Saputra & Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0: Teori dan Praktik Public Relation di Era Cyber, (Gramata Publishing, Depok: 2011), hal. 1-4. 3 Salah satu kegiatan PR yang bisa dilakukan dalam hal ini adalah kegiatan Hubungan Media atau Pers (Press Relations/ Media Relations). Kegiatan ini merupakan kegiatan membina hubungan baik dengan kalangan pers atau yang mengelola media massa baik cetak, elektronik, maupun online. Jalinan hubungan baik ini diharapkan membawa dampak kepada perusahaan agar memperoleh pemuatan dan penyiaran secara maksimal melalui media massa tentang jasa atau produk milik mereka yang siap dipasarkan atau dipromosikan atau untuk memberikan pengetahuan dan menciptakan pengertian tentang perusahaan kepada publik. Frank Jefkins (2000) memberikan definisi hubungan media adalah “Usaha untuk mencari publikasi atau penyiaran yang maksimum atas suatu pesan atau informasi humas dalam rangka menciptakan pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak dari organisasi perusahaan yang bersangkutan.3 Media relations atau hubungan media merupakan salah satu fungsi dari public relation eksternal yang tugasnya membina dan mengembangkan hubungan baik dengan media massa sebagai sarana komunikasi antara organisasi dengan publik guna pencapaian tujuan organisasi. Pencapaian tujuan yang dimaksud dapat beragam bentuknya, mulai dari pemasaran produk dan jasa, pembentukan citra baik perusahaan, serta kepercayaan publik pada organisasi perusahaan. 3 Nurudin, Hubungan Media: Konsep dan Aplikasi, (PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta: 2008), hal. 12-13. 4 Islam sebagai agama merupakan konsep yang mengatur kehidupan manusia secara komprehensif dan universal, baik dalam hubungan dengan Sang Pencipta (habluminAllah) maupun dalam hubungan sesama manusia (hablumminannas). Manusia sebagai makhluk hidup tidak akan bisa terlepas dari kegiatan yang bertujuan memenuhi kebutuhan hidupnya, salah satunya adalah kegiatan ekonomi. Oleh karenanya, sebagai subjek ekonomi yang mengemban tugastugas sebagai khalifatullah fil ard manusia diberikan kebebasan seluasluasnya untuk berikhtiar memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa harus keluar dari syariat-syariat yang telah ditentukan oleh Sang Maha Pencipta. Sistem ekonomi syariah merupakan sistem ekonomi berbasis syari’ah (sesuai dengan ketentuan ajaran Islam) yang bertujuan untuk menghindarkan umat Islam dari kegiatan ekonomi dalam transaksi investasi yang gharar, masyir, dan riba. Perkembangan sistem perbankan syari’ah sebagai suatu lembaga keuangan merupakan sesuatu yang tak terhindarkan di Indonesia sebagai Negara dengan komposisi penduduk yang sebagian besar memeluk agama Islam.Indonesia merupakan pasar yang menjanjikan bagi sistem perbankan yang menggunakan nilai-nilai Islam (syari’ah) dalam pengembangan usahanya. PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah (BPRS) Harta Insan Karimah (HIK) merupakan salah satu bank berbasis syari’ah yang hadir di tengah- 5 tengah masyarakat sebagai solusi atas kerancuan (syubhat) bidang perbankan konvensional dalam menawarkan pinjaman dan simpanan usaha. Ia hadir sebagai jawaban atas kebingungan masyarakat terhadap halal haramnya pinjaman dan simpanan melalui bank konvensional. PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah sangat serius dalam pembinaan dan pengembangan sumber daya insani untuk dijadikan sebagai tenaga yang profesional. Berbagai pelatihan yang berlatar belakang religius dan motivasi prestatif serta keahlian dibidang perbankan senantiasa dilaksanakan dengan tujuan semata-mata untuk tumbuh dan berkembangnya iman, ilmu dan amal.4 PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah didirikan pada tanggal 8 September 1993, Perseroan ini berpengalaman selama lebih dari 13 tahun di dunia perbankan syariah dan telah meletakkan pondasi yang kuat untuk menjaga pertumbuhan kinerja yang sehat dan berkesinambungan melalui pengembangan sektor pembiayaan dengan prinsip kehati-hatian (frudential banking) yang berorientasi pada pelayanan cepat dan Islami.5 Salah satu prestasi terbaik yang pernah diraih Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah adalah, meraih peringkat pertama dalam Anugerah BPR Indonesia 2013. BPRS Harta Insan Karimah 4 Profil HIK, diakses dari www.bprshik.co.id, pada Minggu 20 Januari 2013, pkl: 13.00. 5 Profil HIK, diakses dari www.bprshik.co.id, pada Minggu 20 Januari 2013, pkl: 13.00. 6 menduduki peringkat pertama untuk kategori Finance dan Human Capital untuk BPR dengan aset di atas Rp 100 miliar. Anugerah Penghargaan tersebut diberikan oleh Majalah Economic Review yang bekerja sama dengan Perbanas Institute.6 Menjadi besar, tumbuh subur, serta dikenalnya BPRS Harta Insan Karimah tentu tidak luput dari peran sumber daya manusia yang mengelola perusahaan ini hingga menjadi salah satu Bank Syari’ah terbaik di Indonesia. Tak luput pula di dalam keberhasilannya ada kinerja humas yang efektif dalam menjalin hubungan baik dengan internal dan eksternal perusahaan. Media massa merupakan salah satu pihak eksternal perusahaan yang memiliki peran penting dalam menunjang keberhasilan kegiatan PR dan humas BPRS Harta Insan Karimah. Tanpa media massa humas akan menemukan kesulitan dalam memperkenalkan produk, layanan dan jasa serta dalam menjaga eksistensi corporate image di mata publik. Media massa secara teoritis memiliki fungsi sebagai saluran informasi, saluran pendidikan dan saluran hiburan, namun nyatanya media massa memberi efektif lain di luar fungsinya itu. Efek media massa tidak saja memengaruhi sikap seseorang namun dapat pula memengaruhi perilaku, bahkan pada tataran yang lebih jauh efek media massa dapat memengaruhi sistem-sistem sosial maupun sistem budaya masyarakat. 6 Release HIK, Diakses dari www.bprshik.co.id,pada Minggu 20 Januari 2013. 7 Efek media dapat pula memengaruhi seseorang dalam waktu pendek sehinggga dengan cepat memengaruhi mereka, namun juga memberi efek dalam waktu yang lama, sehingga memberi dampak pada perubahanperubahan dalam waktu yang lama pula. Hal tersebut karena efek media massa tidak hanya terjadi secara sengaja, namun juga ada efek media yang diterima masyarakat tanpa disengaja.7 Pengaruh media massa terhadap sikap bahkan perilaku ini akan sangat berkaitan erat dengan daya beli dan konsumsi masyarakat terhadap apa-apa yang diiklankan atau dipublikasikan melalui media massa. Saat ini kita hidup dengan media apa yang sudah kita bangun dengan baik bisa runtuh dengan perantara media. Akan tetapi, dengan perantara media pula persepsi positif bisa dengan cepat terbentuk. Bahkan, tak sedikit media berperan untuk meningkatkan penjualan. Maka menghindari hubungan media adalah “kematian”, sedangkan mengelola dan menjalin hubungan baik dengan media adalah “kehidupan” yang menjanjikan di masa datang.8 Perusahaan dapat bahkan harus menggunakan media massa sebagai saluran penyampai pesan dan pencitraan kepada publik. Semakin banyak akses yang didapat publik dari media massa berkaitan dengan produk atau layanan yang diberikan oleh perusahaan, maka diharapkan semakin besar 7 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat,(Kencana Prenada Media Group, Jakarta: 2006), hal. 321. 8 Nurudin, Hubungan Media: Konsep dan Aplikasi, (PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta: 2008), hal. 12. 8 tingkat kepercayaan publik dan pada akhirnya publik akan memakai produk, jasa atau layanan perusahaan yang dipublikasikan media, atau setidaknya publik dapat menjadi saluran kembali yang secara tidak langsung mempromosikan produk atau jasa kepada komunitasnya melalui word of muoth.9 Bagi praktisi PR dan Humas media relations merupakan sebuah keharusan. Bahkan Jerry Dekton Jr salah seorang manajer komunikasi di perusahaan Airfact Company, mengatakan “praktisi PR dan Humas sangat penting perannya dalam menjalin hubungan dengan media”. Artinya, hubungan media sangat penting dilakukan untuk menunjang keberhasilan kegiatan PR dan humas. Tujuan hubungan media tidak sekedar memberikan informasi semata, tetapi menciptakan citra positif bagi sebuah lembaga yang bersangkutan. Semakin baik hubungan media yang kita lakukan, semakin baik pula citra lembaga atau perusahaan kita.10 Berdasarkan latar belakang tersebut usulan penelitian ini diberi judul “Strategi Media Relations PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah Dalam Menjalin Hubungan Dengan Media Massa”. B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah 9 Wahidin Saputra& Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0: Teori dan Praktik Public Relation di Era Cyber, (Gramata Publishing, Depok: 2011), hal. 130-131. 10 Nurudin, Hubungan Media: Konsep dan Aplikasi, (PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta: 2008), hal. 12-13. 9 Pada penelitian ini, penulis memberikan batasan permasalahan yang akan dipaparkan. Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya perluasan materi yang akan dibahas. Pokok masalah yang akan dibahas adalah: strategi media relations PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah dalam menjalin hubungan baik dengan media massa, yaitu pada media cetak berupa koran dan majalah serta media online berupa website, pada rentang waktu Januari hingga Maret 2014. 2. Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah: a. Bagaimana strategi media relations PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah dalam menjalin hubungan dengan media massa? b. Apa fokus PT. Bank Pembiayaan Rakyat Harta Insan Karimah dalam menjalin hubungan dengan media massa? C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian 10 Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: a. Mendeskripsikan strategi media relations humas PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah dalam menjalin hubungan dengan media massa. b. Mendeskripsikan fokus PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah dalam menjalin hubungan dengan media massa. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang dilakukan ini, peneliti berharap hasilnya dapat diaplikasikan secara akademis dan praktis. a. Manfaat Akademis Secara akademis penelitian ini bertujuan untuk memperkaya khazanah keilmuan komunikasi khususnya dalam bidang media relations dalam menjalin hubungan dengan media massa guna mendapatkan positive image bagi perusahaan”. b. Manfaat Praktis Adapun secara praktis penelitian ini bertujuan untuk memberikan masukan kepada mahasiswa komunikasi sebagai calon praktisi PR dan humas masa depan tentang strategi komunikasi kehumasan dan media relations dalam menjalin hubungan baik dengan media massa untuk mendapatkan citra 11 positif perusahaan, serta memberikan masukan kepada bagian media relations PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah mengenai strategi media relations dalam menjalin hubungan baik dengan media massa sebagai corong untuk meraih citra positif perusahaan di mata publik. D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Sebagaimana dikatakan Patton, paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukkan pada mereka apa yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epistimologis yang panjang.11 Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis. Secara epistimologi paradigma konstruktivis memandang suatu realitas atau temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yang diteliti. Secara metodologis paradigma konstruktivis lebih menekankan kepada empati, dan interaksi dialektis antara peneliti-responden untuk merekonstruksi realitas yang diteliti melalui metode-metode kualitatif.12 11 Dedi Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (PT. Remaja Rosdakarya, Bandung: 2007), hal. 9. 12 Rachmat Kriyantono, Tehnik Praktis Riset Komunikasi. (Kencana Prenada Media Group, Jakarta: 2010), hal. 52. 12 Sedangkan metode penelitian yang digunakan dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalam-dalamnya.13 Dalam metode ini peneliti mendeskripsikan atau mengkonstruksi wawancarawawancara mendalam terhadap subjek penelitian.14 Secara umum, riset yang menggunakan metodologi kualitatifmemiliki ciri-ciri diantaranya: analisis data lapangan, intensif, partisipasi dalam waktu lama pada setting lapangan, periset adalah instrument pokok, melaporkan hasil deskripsi secara detail, tidak ada realitas tunggal, setiap periset mengekspresikan realitas sebagai bagian proses risetnya, serta realitas dipandang sebagai dinamis dan produk dari kontruksi sosial.15 2. Sumber dan Jenis Data Sumber data yang penulis gunakan untuk memperoleh data yang valid dan akurat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Data Primer Data primer yang dimaksud adalah data pokok yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh penulis. 13 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Kencana Prenada Media Group, Jakarta: 2010), hal. 56. 14 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Kencana Prenada Media Group, Jakarta: 2010), hal. 389. 15 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Kencana Prenada Media Group, Jakarta: 2010), hal.57-58. 13 b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang penulis peroleh dari berbagai literatur atau dokumentasi misalnya berupa buku yang memuat segala informasi terkait dengan judul penelitian dan Harian Umum Republika yang memuat publikasi PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah. 3. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian adalah Corporate Communication PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah. Sedangkan yang menjadi objek penelitian dalam hal ini adalah strategi media relations PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah dalam menjalin hubungan dengan media massa. 4. Waktu dan Tempat Penelitian Tempat penelitian dilakukan di kantor pusat PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syari’ah Harta Insan Karimah, yang berlokasi di Jl. Ciledug Raya Nomor 88D Cipadu Larangan Tanggerang- Banten 15155. Sedangkan waktu penelitian dimulai pada bulan Januari sampai dengan Maret 2014. 5. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Proses pengumpulan data primer dengan cara pengamatan langsung dan melakukan pencatatan terhadap objek-objek terkait. Yang termasuk dalam 14 tehnik observasi adalah interaksi (perilaku) dan percakapan yang terjadi di antara subjek yang diriset.16 Pengamatan ini dilakukan dengan mencermati aktifitas media relations pihak PT. BPRS Harta Insan Karimah dengan pihak media massa. b. Wawancara Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.17 Dalam penelitian ini yang menjadi nara sumber adalah Bapak Abdul Muid Badrun selaku Kepala Divis pada bagian Corporate Communications PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah dan Irwan Kelana selaku Desk Syariah Harian Umum Republika. c. Dokumentasi Hal ini digunakan untuk memperoleh data yang tidak diperoleh dengan observasi dan wawancara. Peneliti meminta dan mencatat berbagai dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini melalui data berupa buku, brosur, website pribadi, koran atau gambar (foto-foto) yang berkaitan dengan aktifitas PT. BPRS Harta Insan Karimah dalam menjalin hubungan dengan media massa seperti kliping foto-foto publikasi di media cetak. 16 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Kencana Prenada Media Group, Jakarta: 2010), hal.110. 17 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi. (Kencana Prenada Media Group, Jakarta: 2010), hal.100. 15 6. Analisis dan Interpretasi Data Peneliti menggunakan metode deskriptif analitik dalam menganalisis data, yaitu cara melaporkan data dengan menerangkan, memberi gambaran dan mengklasifikasikan serta menginterpretasikan data yang terkumpul secara apa adanya kemudian disimpulkan dan diterangkan secara luas. D. Tinjauan Pustaka Dalam penelitian ini penulis merujuk pada buku, serta penelitianpenelitian yang pernah membahas seputar Public Relations, Kehumasan serta Media Relations. Penulis kemudian menemukan empat hasil penelitian, yakni: 1. Penelitian dari Septi Fahmi Choirisa (Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012) yang berjudul “Peran Media Relations PT. Bank Muamalat, Tbk Dalam Membangun Citra Perusahaan”. Penelitian ini membahas tentang peran media relations PT. Bank Muamalat, Tbk Dalam Membangun Citra Perusahaan, terdapat kesamaan dalam subjek penelitian ini yaitu sama-sama merujuk pada industri perbankan, namun peneliti menggunakan PT. BPRS Harta Insan Karimah dalam penelitiannya, sedangkan penelitian ini pada PT. Bank Muamalat, Tbk. Dalam objek penelitian pun terdapat kesamaan di dalamnya, kedua penelitian ini sama-sama membahas tentang media relations yang 16 merupakan salah satu fungsi humas, dan dalam penelitian ini peneliti meneliti kehumasan PT. BPRS Harta Insan Karimah dalam membangun hubungan dengan media massa, namun penelitian terdahulu mengungkap tentang peran media relations dalam membangun citra perusahaan. 2. Penelitian dari Afra Restiani Choirisa (Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012) yang berjudul “Aktivitas Seksi Hubungan Masyarakat Rumah Sakit Haji Jakarta Dalam Membangun Citra Perusahaan”. Penelitian ini membahas tentang aktivitas humas Rumah Sakit Haji Jakarta dalam membangun citra perusahaan, subjek penelitian ini adalah industri rumah sakit, dan ini jelas berbeda dengan objek peneliti yang merupakan industri perbankan. Subjeknya penelitian ini fokus pada aktivitas seksi humas, sedangkan peneliti fokus pada strategi media relations pada kehumasan PT. BPRS Harta Insan Karimah. 3. Penelitian Elvira Hannum (Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012) yang membahas tentang “Strategi Kampanye Humas Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Dalam Meningkatkan Citra Partai Menjelang Pemilu 2014” Penelitian ini memfokuskan kajiannya pada strategi kampanye humas partai PPP dan partai PKB dalam membangun citra perusahan menjelang 17 pemilu 2014. Subjek penelitian ini adalah lembaga dan partai politik yang jelas berbeda dengan penelitian yang peneliti ajukan yaitu industri perbankan pada PT. BPRS Harta Insan Karimah. Adapun objek pada penelitian ini adalah strategi kampanye humas, sedangkan objek penelitian yang peneliti ajukan adalah strategi media relations humas PT. BPRS Harta Insan Karimah. 4. Penelitian Zaldi Handi Aditia (Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012), yang berjudul “Strategi Komunikasi Humas Pemerintahan Kota Tanggerang Selatan Dalam Membentuk Citra Kota Cerdas, Modern, Dan Religius”. Penelitian ini fokus pada strategi komunikasi humas, sedangkan peneliti menggunakan strategi media relations sebagai objek penelitiannya, dan subjek yang digunakan berbeda, penelitian ini menggunakan pemerintahan kota tanggerang selatan sebagai subjek penelitiannya. Sedangkan peneliti menggunakan PT. BPRS Harta Insan Karimah sebagai subjek penelitiannya. E. Sistematika Penulisan Penulisan Skripsi ini berdasarkan sistematika penulisan skripsi pada umumnya, yaitu sebagai berikut: 18 BAB I PENDAHULUAN Meliputi: penjelasan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penelitian. BAB II LANDASAN TEORITIS Memuat: pengertian strategi, pengertian public relations dan ruang lingkupnya, pengertian media relations dan ruang lingkupnya, strategi media relations dalam humas, definisi BPRS serta fungsi media massa dalam humas. BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Memuat: sejarah perkembangan lembaga syariah di Indonesia, produk-produk syariah di Indonesia, gambaran umum mengenai PT. BPRS Harta Insan Karimah, serta gambaran dan tugas media relations PT. BPRS Harta Insan Karimah. BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL TEMUAN Bab analisis dan pembahasan ini berisi tentang strategi media relations PT. BPRS Harta Insan Karimah dalam menjalin hubungan dengan media massa dan fokus PT. BPRS Harta Insan Karimah dalam menjalin hubungan dengan media massa. BAB V PENUTUP Meliputi kesimpulan dan saran. BAB II LANDASAN TEORITIS A. Definisi Strategi Kata strategi berasal dari bahsa Yunani klasik yaitu “stratus” yang artinya tentara dan kata “agein” yang berarti memimpin. Dengan demikian, strategi yang dimaksudkan adalah memimpin tentara. Lalu muncul kata strategos yang artinya pimpinan tentara pada tingkat atas. Jadi, strategi adalah konsep militer yang bisa diartikan sebagai seni perang jenderal (The Art of General), atas suatu rancangan yang terbaik untuk memenangkan peperangan. Dalam strategi ada prinsip yang harus dicamkan, yakni “Tidak ada sesuatu yang berarti dari segalanya kecuali mengetahui apa yang akan dikerjakan oleh musuh, sebelum mereka mengerjakannya”. Karl von Clausewits (1780-1831) seorang pensiunan jenderal Prusia dalam bukunya On War merumuskan strategi ialah “suatu seni menggunakan sarana pertempuran untuk mencapai tujuan perang”.1 Strategi pada dasarnya merupakan kebijakan untuk mencapai tujuan yang kemudian dijabarkan ke sejumlah taktik untuk pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan. Ketika memiliki sebuah tujuan yang ingin diraih maka hal terpenting yang harus dipikirkan adalah menyusun strategi agar apa yang dilakukan tepat sasaran sehingga membantu pencapaian tujuan tersebut. 1 Hafied Cangara, Perencanaan & Strategi Komunikasi, (PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2013), hal. 61. 19 20 B. Public Relations (Hubungan Masyarakat) a. Definisi Public Relations (Hubungan Masyarakat) “Saat ini, tidak ada organisasi yang tidak membutuhkan humas. Humas adalah suatu bentuk komunikasi yang berlaku terhadap semua jenis organisasi, baik yang bersifat komersial atau bertujuan mencari keuntungan (profit) maupun perusahaan nonkomersial yang tidak mencari kentungan.Tidak peduli apakah organisasi itu berada pada sektor pemerintahan maupun sektor swasta.”2 Pernyataan di atas menunjukan betapa pentingnya humas bagi keberlangsungan hidup sebuah perusahaan. Cutlip-Center-Broom dalam bukunya Effective Public Relations mengatakan, dalam perkembangannya, humas memiliki berbagai macam definisi dan interpretasi. Ada definisi yang sangat singkat seperti “PR is doing good and getting credit for it” (humas adalah upaya melakukan hal-hal baik sehingga mendapatakan kepercayaan) hingga definisi humas yang terdiri dari 100 kata sebagaimana tercantum dalam Encyclopedia Britannica.3 Secara teoritis humas adalah salah satu bidang ilmu komunikasi yang bersifat praktis (berhubungan langsung dengan praktik empiris). Jadi penerapan ilmu komunikasi dalam suatu organisasi baik organisasi pemerintah maupun nonpemerintah. Sedangkan secara praktis humas adalah bagian integral dari suatu 2 Morrisan, Manajemen Public Relations, (Kencana Prenada Media Grup, Jakarta: 2008), hal. 6. 3 Morrisan, Manajemen Public Relations, (Kencana Prenada Media Grup, Jakarta: 2008), hal. 7. 21 organisasi yang tugas dan fungsinya tidak berdiri sendiri, tetapi dalam konteks organisasi.4 Alo Liliweri dalam Bukunya Strategi Komunikasi juga mengungkapkan: “hematnya, dalam ilmu komunikasi organisasi humas merupakan suatu unit organisasi yang dikategorikan sebagai staf dan bukan line; jadi humas itu melaksanakan tugas dan fungsi tertentu dalam rangka membantu pimpinan.”5 Cutlip & Center dalam bukunya Effective Public Speaking mengungkapkan bahwa idealnya humas itu dimasukkan ke dalam staf inti, langsung berada di bawah posisi pimpinan sehingga lebih mampu menjalankan tugasnya. Dengan posisi itu ia dapat mengetahui langsung latar belakang dari suatu keputusan yang diambil oleh pimpinan lembaga, sehingga ia mendapat bahan informasi untuk disampaikan kepada publik yang bersangkutan.6 Majelis Humas Dunia (World Assembly of Public Relations) mendefinisikan humas sebagai berikut: “public relations is the art and social science of analyzing tends, predicting their concequences, conseling organization leaders and implementing planned programs of actions which serve both organization‟s and the public interest”.7 4 Alo Liliweri, Strategi Komunikasi Masyarakat, (PT. LKiSYogyakarta, Yogyakarta: 2010), 5 Alo Liliweri, Strategi Komunikasi Masyarakat, (PT. LKiSYogyakarta, Yogyakarta: 2010), hal. 217. hal. 217. 6 Alo Liliweri, Strategi Komunikasi Masyarakat, (PT. LKiS Yogyakarta, Yogyakarta: 2010), hal. 226-227. 7 Morrisan, Manajemen Public Relations, (Kencana Prenada Media Grup, Jakarta: 2008), hal. 8. 22 Begitu banyak definis humas yang dikemukakan oleh para ahli, namun kesemuanya merujuk pada pengertian yang hampir sama, yaitu humas merupakan bagian dari sebuah organisasi yang bertugas menjalankan komunikasi baik ke dalam maupun ke luar organisasi demi terciptanya sebuah hubungan harmonis dan berharap akan mendatangkan dampak positif bagi organisasi dan perusahaan. Sekian banyak definisi yang tertulis tentang humas, maka akan ada banyak pula tugas yang harus dikerjakan oleh praktisi humas. Menurut Dominick, humas mencakup hal-hal sebagai berikut:8 a. Humas memiliki kaitan erat dengan opini publik. Pada satu sisi praktisi humas berupaya untuk memengaruhi publik agar memberikan opini yang positif bagi organisasi atau perusahaan, namun pada sisi lain humas harus berupaya mengumpulkan, menginterpretasi berbagai informasi dari khalayak dan melaporkannya kepada manajemen jika informasi itu dianggap penting bagi organisasi. b. Humas memiliki kaitan erat dengan komunikasi. Humas harus menjadi saluran bolak-balik antara organisasi dan khalayak, baik internal maupun ekternal. Humas harus bertanggung jawab menjelaskan seluruh yang berkaitan dengan organisasi kepada khalayak, pun humas harus mengindahkan perasaan dan fikiran khalayak terhadap organisasi, maka disinilah letak komunikasi bagi praktisi humas. 8 Morrisan, Manajemen Public Relations, (Kencana Prenada Media Grup, Jakarta: 2008), hal. 8-9. 23 c. Humas merupakan fungsi manajemen. Humas berfungsi membantu manajemen dalam menetapkan tujuan yang hendak dicapai serta menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah. Humas juga harus secara rutin memberikan saran kepada manajemen agar manajemen mempunyai kegiatan yang terencana dengan baik. b. Macam-macam Public Relations (Hubungan Masyarakat) Berdasarkan cara kerja serta tujuannya public relations dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: public relations bisnis, public relations pemerintah dan public relations NGO (Non Government Organitation). Secara garis besar ketiga jenis PR ini memiliki kesamaan tugas dan fungsi yaitu sama-sama bertugas untuk mempertahankan bahkan meningkatkan kepercayaan publik pada organisasinya serta meningkatkan citra baik organisasi. Namun, jika diperhatikan secara seksama maka akan terlihat perbedaan fundamental dari ketiga fungsi dan tugas PR. PR bisnis merupakan salah satu bagian internal perusahaan yang berorientasi pada profit yang bertugas menjalin komunikasi kepada orang-orang internal dan ekternal perusahaan, baik karyawan, investor, pemerintah, media dan stakeholders lainnya. Hal terpenting yang menjadi kewajiban PR bisnis adalah membantu perusahaan untuk mewujudkan filosofi dari perusahaan tersebut, seperti pembentukan visi dan misi serta mempertahankan dan mengembangkan brand perusahaan. Dari keseluruhan tugas tersebut diharapkan akan berdampak pada peningkatan penjualan sehingga meningkatkan profit perusahaan. 24 PR pemerintah merupakan PR dalam lembaga pemerintah dan lembaga politik yang bekerja untuk membantu pemerintah dalam mensosialisasikan berbagai macam hal terkait kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan. Publik PR dalam lembaga pemerintah sangat luas baik internal maupun eksternal. Berbeda dengan tugas PR dalam lembaga bisnis, PR pemerintah tidak memiliki tugas sebanyak PR lembaga bisnis, PR pemerintah hanya berperan sebagai teknisi komunikasi, yaitu hanya melakukan hal-hal terkait teknis saja. Tugas pokok PR pemerintah adalah menyampaikan kegiatan pemerintah kepada masyarakat dalam bentuk publisitas. PR pemerintah juga menampung keluh kesah masyarakat terhadap kinerja pemerintah, namun tidak berwewenang memberikan feedback tanpa ada persetujuan dari pemerintah sendiri. Adapun PR NGO (Non Government Organitation) adalah PR pada lembaga nonprofit dan nonpemerintah yang jauh dari orientasi komersial. PR dalam lembaga ini bertugas memperjuangkan progam misi kepedulian dan kemanusiaan. Mereka menyampaikan pesan tentang berbagai isu kemasyarakatan dan lingkungan, seperti kesejahteraan anak, perlindungan perempuan, hak mendapatkan informasi publik, konservasi hutan atau pelestarian satwa langka. Tujuan utama mereka adalah memberikan kesadaran dan pengetahuan pada masyarakat terkait isu-isu yang mereka lontarkan, melobi pemerintah agar mendapatkan dukungan sosial dan dana serta menggalang dana dari pihak manapun yang rela mengeluarkan dananya untuk kegiatan mereka yang berujung pada kepentingan publik. PR NGO melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh PR di lembaga profit, seperti melakukan 25 kegiatan pengumpulan dana dari masyarakat yang disebut dengan social marketing. Social marketing adalah kegiatan pemasaran dan promosi yang hasilnya akan digunakan untuk mencapai perubahan sosial, yaitu perubahan perilaku positif, serta mencapai tujuan spesifik untuk kebaikan hidup masyarakat. Adapun deskripsi perbedaan definisi, pekerjaan serta tujuan ketiga PR tersebut adalah sebagai berikut: No Jenis PR Public Relations Definisi Deskripsi Pekerjaan Tujuan Adalah salah satu Mengatur laporan tahunan dan rapat Untuk meningkatkan bagian internal pada umum tahunan, menganalisis kepercayaan publik perusahaan profit keuangan dan media, menjadi terhadap produk yang menjadi communication fasilitator, problem peusahaan, untuk fasilitator antara solving fasilitator, meningkatkan mempertahankan dan perusahaan dengan loyalitas karyawan dan komunitas mengembangkan brand publiknya, baik lingkungan sekitar, melakukan MPR perusahaan sehingga internal maupun (Marketing Public Relations), serta berdampak pada ekternal. menjalankan CSR (Corporate Social peningkatan penjualan Responsibility) dan kenaikan profit 1 Bisnis perusahaan 2 Public Relations Adalah bagian dari Menyampaikan kegiatan pemerintah Untuk Pemerintah pemerintahan yang kepada masyarakat dalam bentuk mensosialisasikan 26 bertugas untuk publisitas, menampung keluh kesah segala kebijakan menyampaikan masyarakat terhadap kinerja pemerintah komunikasi pemerintah, menggunakan media pemerintah kepada untuk mencapai tujuan politik dan para publiknya baik kebijakan, promosi kegiatan legislatif, yudikatif pemerintah terhadap publik luar atau atau masyarakat luas dalam negeri, memonitor pendapat umum tentang kegiatan pemerintah 3 Public Relations NGO Adalah PR pada Menyampaikan lembaga nonprofit berbagai dan nonpemerintah lingkungan, yang jauh dari pengumpulan dana dari masyarakat masyarakat, untuk orientasi komersial yang hasilnya akan digunakan untuk mencapai kebaikan yang bertugas mencapai perubahan sosial, memperjuangkan perubahan perilaku positif, progam, misi, mencapai tujuan kepedulian dan kebaikan hidup masyarakat. kemanusiaan isu pesan tentang Untuk memberikan kemasyarakatan melakukan spesifik dan kesadaran dan kegiatan pengetahuan pada yaitu hidup dan perubahan serta sosial positif. untuk 27 c. Fungsi dan Tugas Public Relations (Hubungan Masyarakat) Humas/PR merupakan kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi ini mempunyai ciri tertentu karena berada dalam konteks tertentu, yaitu konteks organisasi. Jadi peranan (tugas dan fungsi) humas/PR tergantung atas: a. Organisasi, di mana humas itu berada, berkaitan dengan budaya organisasi (organizational culture) b. Sifat-sifat manusia yang terlibat, (pejabat humas dan publik yang terlibat) c. Faktor-faktor internal organisasi d. Faktor-faktor eksternal organisasi. Ralph Currier dan Allan C. Filley dalam bukunya Principles of Management mengatakan bahwa istilah fungsi menunjukan suatu tahap pekerjaan yang jelas dan dapat dibedakan, bahkan terpisah dari tahapan dengan pekerjaan lain. Oleh karena itu, humas (PR) berfungsi dalam sebuah lembaga apabila humas tersebut telah menujukan suatu kegiatan yang jelas dan dapat dibedakan dari kegiatan lainnya.9 Dalam prakteknya, humas memiliki beberapa fungsi, Drs. Onong Uchajana Effendy merangkumnya sebagai berikut:10 a. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi b. Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publik internal dan publik eksternal 9 Wahidin Saputra& Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0: Teori dan Praktik Public Relation di Era Cyber, (Gramata Publishing, Depok: 2011), hal. 49. 10 Wahidin Saputra& Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0: Teori dan Praktik Public Relation di Era Cyber, (Gramata Publishing, Depok: 2011), hal: 50. 28 c. Menciptakan komunikasi dua arah dengan menyebarkan informasi kepada publiknya dan menyalurkan opini publik kepada organisasi d. Melayani publik dan menasehati pimpinan organisasi demi kepentingan umum e. Operasional dan organisasi PR adalah bagaimana membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publiknya, untuk mencegah terjadinya rintangan psikologis, baik yang ditimbulkan dari pihak organisasi maupun dari pihak publiknya. Dewasa ini, perkembangan pesat di berbagai segi kehidupan masyarakat menyebabkan masyarakat menjadi terbagi-bagi ke dalam segmentasi. Kecenderungan yang terjadi belakangan ini menunjukan bahwa praktik kehumasan yang terjadi pada masa lalu tidak bisa diterapkan lagi pada saat ini, tetapi harus disempurnakan. Salah satu tugas humas adalah menjalin komunikasi dengan khalayak, perlu ditegaskan bahwa khalayak humas saat ini sudah harus diarahkan pada khalayak terbatas atau pihak-pihak tertentu yang berbeda, dan masing-masing harus dihadapi dengan cara yang berbeda pula. Pada awal perkembangannya orang hanya menganggap tugas humas adalah berhubungan dengan media massa dan wartawan. Ruang lingkup tugas dan fungsi humas hanya sekedar publisitas atau propaganda. Jelas hal ini sudah tidak relevan lagi diterapkan pada kegiatan humas saat ini. Kegiatan humas dewasa ini telah merambah ke bidang pemasaran dan keuangan. Praktisi humas turut betanggung jawab dalam 29 mempersiapkan strategi pemasaran dan dapat menjelaskan seluk-beluk keuangan perusahaan kepada investor dan wartawan media keuangan. Dengan demikian, ruang lingkup pekerjaan humas dapat dibagi menjadi enam bidang pekerjaan:11 1. Publisitas, yaitu kegiatan menempatkan berita mengenai seseorang, organisasi, atau perusahaan di media massa. 2. Pemasaran, yaitu kegiatan memasarkan produk atau jasa agar dikenal oleh publik. 3. Public Affairs merupakan bidang khusus yang membangun dan mempertahankan hubungan dengan pemerintah dan komunitas lokal agar dapat memengaruhi kebijakan publik. 4. Manajemen Isu, merupakan upaya organisasi untuk melihat kecenderungan isu atau opini publik yang muncul ditengah masyarakat 5. Lobi, adalah bidang khusus humas yang membangun dan memelihara hubungan dengan pemerintah utamanya untuk tujuan memengaruhi peraturan dan perundang-undangan 6. Hubungan Investor, bidang khusus humas yang membangun dan memelihara hubungan dengan pemegang saham dari pihak lain di luar organisasi. 11 Morrisan, Manajemen Public Relations, (Kencana Prenada Media Grup, Jakarta: 2008), hal. 14-31. 30 Pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan utama bidang kehumasan adalah:12 a. Sebagaimana communicator atau penghubung antara organisasi atau lembaga yang diawali dengan publiknya b. Membina relationship, yaitu berupaya membina hubungan yang positif dan saling menguntungkan dengan pihak publiknya c. Peranan back up management, yakni sebagai pendukung dalam fungsi manajemen organisasi atau perusahaan d. Membentuk corporate image, artinya peranan humas berupaya menciptakan citra bagi organisasi atau lembaganya. d. Model-Model Public Relations (Hubungan Masyarakat) Model ini dikemukakan secara sederhana oleh Grunig dan gambaran tersebut diharapkan dapat mewakili kenyataan mengenai berbagai model Public Relations. Keempat model tersebut adalah:13 1. Press Agentry / Publicity (Model Keagenan Pers atau Model Propaganda) Model ini ditujukan untuk kepentingan propaganda. Komunikasi dalam model ini hanya bersifat satu arah. Pesan yang dimuat dalam proses tersebut sering kali tidak lengkap dan terganggu sehingga mengakibatkan 12 Wahidin Saputra& Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0: Teori dan Praktik Public Relation di Era Cyber, (Gramata Publishing, Depok: 2011), hal. 50. 13 James E. Grunig and Larisa A. Grunig, Exellence in Public and Communications Management, (Taylor and Fransis Group, New York: 2008) hal. 285-325. 31 hanya sebagian pesan saja yang mengandung kebenaran. Press Agentry ini sangatlah terpaku pada publisitas yang akhirnya melahirkan ungkapan “any publicity is good publicity”. Gambaran modelnya adalah : Sumber Penerima Gambar 2.1. Model Press Agentry/Publicity Model ini memperlihatkan praktek PR (humas) dan segala kegiatan yang dilakukannya memiliki tujuan tunggal yaitu untuk mendapatkan publisitas di media massa yang dapat menguntungkan organisasi. Kadang kebenaran informasi yang disampaikan dengan jalan satu arah ini cukup penting selama publik masih mempercayai perusahaan. 2. Public Information (Model Informasi Publik) Tujuan utama model ini adalah untuk penyebarluasan atau diseminasi informasi. Komunikasi masih tetap satu arah sebagaimana model press agentry dan hanya terfokus kepada output semata. Sumber Sumber Penerima Penerim Gambar 2.2. Model Public Information Proses komunikasi yang berlangsung pada model ini cenderung satu arah, model ini berkembang karena adanya reaksi perusahaan-perusahaan 32 besar dan pemerintahan di media massa, pihak manajemen perusahaan menyewa wartawan untuk dapat membuat press release yang berisikan tindakan-tindakan perusahaan. Informasi yang disampaikan tersebut diharapkan dapat diterima dan dipercayai oleh publik. 3. One Way Asymmetrical Model (Model Asimetris Satu Arah) Model ini menggunakan persuasi dan manipulasi untuk memengaruhi khalayak agar berperilaku seperti apa yang diinginkan oleh organisasi. Model ini tidak menggunakan penelitian untuk mengetahui bagaimana perasaan atau respon publik terhadap organisasi. Model ini melakukan komunikasi dua arah, namun feedback yang diberikan tidak seimbang.14 Sumber Penerima Sumber (Feedback tidak Seimbang) Gambar 2.3. Model One-Way Asymmetrical 4. Two Way Symetrical Model (Model Simetris Dua Arah) Model ini bertujuan untuk dapat memperoleh mutual understanding, sedangkan pola komunikasi yang dilakukan bersifat dua arah dengan efekefek yang cukup seimbang. 14 2012). Rini Darmastuti, Media Relations: Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Penerbit Andi, Jakarta: 33 Grup Grup (FeedbackSeimbang) Gambar 2.4. Model Two-Way Symetric Dalam prakteknya, PR melakukan kegiatan berdasarkan penelitian dan menggabungannya dengan tehnik komunikasi agar dapat mengelola konflik dan memperbaiki pemahaman yang telah dimiliki publik. Dalam model ini, PR membuka diri dan membantu wartawan untuk meliput, dengan adanya keterbukaan maka wartawan mendapatkan informasi yang lebih akurat dan tidak bias. C. Media Relations a. Pengertian Media Relations Hubungan Masyarakat/Public Relation (PR) merupakan salah satu bagian dari kajian ilmu komunikasi baik secara teoritis maupun secara praktis. Humas atau PR merupakan bagian internal organisasi atau perusahaan yang bertugas mengembangkan atau membangun hubungan/relasi dengan orang-orang internal dan eksternal organisasi atau perusahaan tersebut. Aktifitas PR dan humas yang fokus pada manajemen hubungan/relasi dan komunikasi akan berujung pada terciptanya hubungan baik dengan berbagai pihak, 34 termasuk dengan pihak media massa. Jefkins mengatakan bahwa media massa merupakan salah satu dari target khalayak atau disebut dengan khalayak utama.15 Hubungan media atau media relations merupakan salah satu tugas humas organisasi atau perusahaan demi mendapatkan kesan baik atau citra baik di mata awak media yang akan berimbas pada publisitas dan penyebaran berita milik perusahaan kepada publik/khalayak luas secara maksimal. Yosal Iriantara mengartikan media relations merupakan bagian dari PR dan humas eksternal yang membina dan mengembangkan hubungan baik dengan media massa sebagai sarana komunikasi antara organisasi dengan publik untuk mencapai tujuan organisasi.16 Jefkins memaparkan bahwa hubungan media atau ia menyebutnya press relation bukan media relations, merupakan usaha untuk mencapai publikasi atau penyiaran yang maksimum atau suatu pesan atau informasi PR dalam rangka menciptakan pengetahuan dan pemahaman bagi khalayak dari organisasi atau perusahaan yang bersangkutan.17 Salah satu tujuan organisasi dan perusahaan adalah membangun, membina, dan menjaga citra positif atau reputasi baik perusahaan. Zaman ini merupakan zaman yang serba bersentuhan dengan media, segala sesuatu bisa didapatkan melalui media massa, meminjam istilah Yosal Iriantara, fenomena ini disebut dengan „dunia sesak 15 Frank Jefkins. Public Relations Edisi Kelima, (Penerbit Erlangga, Jakarta: 2002), hal. 80. Wahidin Saputra& Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0: Teori dan Praktik Public Relation di Era Cyber, (Gramata Publishing, Depok: 2011), hal. 130. 17 Frank Jefkins. Public Relations Edisi Kelima, (Penerbit Erlangga, Jakarta: 2002), hal. 113. 16 35 media‟ (media-saturated world). Maka sudah sepantasnya humas dan PR sebuah organisasi dan perusahaan turut serta menjadikan media sebagai relasi yang digunakan untuk penyampaian pesan perusahaan atau sekedar menjalin hubungan dengan para publiknya. Dapat dikatakan bahwa media massa merupakan salah satu partner organisasi dalam mencapai tujuannya. b. Teknik-teknik Media Relations Teknik adalah cara atau metode yang digunakan dalam menjalankan kegiatan tertentu. Media relations merupakan tindakan komunikasi yang dilakukan organisasi kepada publik-publik atau stakeholeders-nya, maka pada dasarnya tehnik-tehnik komunikasi bermedia dipergunakan pula dalam kegiatan media relations. Yosal Iriantara mengemukakan ada 2 macam teknik yang umum dipergunakan dalam menjalankan media relations, yaitu publisitas dan periklanan. Publisitas ada yang mengartikan sebagai PR yang bebas biaya dengan cara menyampaikan pesan melalui media massa, dengan maksud menyampaikan informasi dari perspektif pembuat pesan, dalam hal ini adalah organisasi. Publisitas dilakukan antara lain dalam bentuk pemberitaan atau tulisan berupa artikel.18 Periklanan merupakan salah satu metode komunikasi yang juga digunakan sebagai teknik media relations, periklanan adalah komunikasi satu kepada banyak 18 Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, (Simbiosa Rekatama Media, Bandung: 2011), hal. 41. 36 terhadap individu-individu di dalam suatu massa yang heterogen.19 Iriantara mengatakan periklanan adalah penyampaian pesan nonpribadi dengan mengeluarkan biaya melalui media massa untuk menginformasikan atau memengaruhi.20 Seiring dengan perkembangan bisnis media massa di Indonesia sekarang ini, ada percampuran antara publisitas dengan periklanan. “Perkawinan” antara publisitas dan periklanan ini menghasilkan bentuk yang dinamakan pariwara, advertorial (advertising-editorial), infotorial (information editorial) atau infomercial (information comercial). Wujudnya adalah iklan dalam bentuk seperti pemberitaan atau bisa juga dibalik, pemberitaan yang bernafaskan iklan.21 Penggabungan ini terjadi atas kesadaran kedua belah pihak, baik pihak humas maupun pihak media massa dalam hal pemberitaan. Pihak humas terkadang kurang puas dengan pemberitaan mengenai organisasinya yang dimuat media massa, adakalanya pemberitaan tersebut tidak sesuai dengan keinginan dan harapan organisasi, maka dengan penggabungan prinsip publisitas dan periklanan pihak media massa dapat mengeluarkan berita terkait organisasi dari perspektif humas, dengan menggunakan pendekatan humas namun menerapkan prinsip –prinsip pemberitaan di media massa tersebut. Dari penggabungan ini bukan hanya pihak humas yang merasa diuntungkan, namun pihak media juga akan memperoleh keuntungan, yaitu dengan menjual ruang 19 Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media, (PT. Remaja Rosdakarya, Bandung: 2005), hal. 133. 20 Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, (Simbiosa Rekatama Media, Bandung: 2011), hal. 41 21 Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, (Simbiosa Rekatama Media, Bandung: 2011), hal. 41. 37 atau waktu yang dimilikinya pada organisasi yang membutuhkannya. Pihak media memberikan kebebasan kepada pihak organisasi untuk menuliskan pemberitaan seperti apa yang diinginkannya, sedangkan pihak media akan memperlakukannya sebagai iklan yang menjual. Maka yang akan ditampilkan adalah iklan dalam bentuk liputan pemberitaan. c. Bentuk Kegiatan Media Relations Dalam upaya membina hubungan pers/media yang baik maka humas diharuskan melakukan berbagai kegiatan yang bersentuhan dengan media. Kegiatankegiatan ini diharapkan dapat menjadi jembatan yang menghubungkan humas dengan media. Adapun beberapa kegiatan hubungan media yang dapat dilakukan antara lain:22 1. Konferensi pers, temu pers atau jumpa pers yaitu diberikan secara simultan/ berbarengan oleh seorang pejabat pemerintahan atau swasta kepada sekelompok wartawan, bahkan bisa ratusan wartawan sekaligus. Amar menyebutkan syarat utama dari sebuah konferensi pers adalah berita yang disampaikan kepada wartawan sangat penting. Sebuah konferensi pers akan kehilangan fungsinya bila berita yang disampaikan kurang penting, apalagi jika diliput juga oleh televisi dan radio. Menurut Oemi Abdurachman, 22 Soleh Soemirat& Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relations, (PT.Remaja Rosdakarya, Bandung: 2005), hal. 128-129. 38 konferensi pers diselenggarakan bila ada peristiwa-peristiwa penting di suatu instansi/perusahaan/badan, atas inisiatif sendiri atau permintaan wakil-wakil pers. 2. Press Brefing, yaitu diselenggarakan secara regular oleh seorang pejabat humas. Dalam kegiatan ini disampaikan informasi-informasi mengenai kegiatan yang baru terjadi kepada pers, juga diadakan tanggapan atau pertanyaan bila wartawan belum puas dan menginginkan keterangan lebih rinci. 3. Press Tour yaitu diselenggarakan oleh suatu perusahaan atau lembaga untuk mengunjungi daerah tertentu dan mereka pun (pers) diajak menikmati objek wiasata yang menarik. 4. Press Release atau siaran pers sebagai publisitas yaitu media yang banyak digunakan dalam kegiatan kehumasan karena dapat menyebarkan berita. Istilah press release mempunyai pengertian yang luas, tidak hanya berkenaan dengan media cetak, tetapi mencakup media elektronik. Di Negara lain istilah press release disebut news release yang dikirimkan ke media massa dengan harapan dapat disebar luaskan sebagai berita. 5. Special Event yaitu peristiwa khusus sebagai suatu kegiatan humas/PR yang penting dan memuaskan banyak orang untuk ikut serta dalam suatu kesempatan, mampu meningkatkan pengetahuan dan memenuhi selera publik. 6. Press Luncheon yaitu pejabat humas/PR mengadakan jamuan makan siang bagi para wakil media massa/wartawan, sehingga pada kesempatan ini pihak 39 pers bisa bertemu dengan top manajemen perusahaan/lembaga guna mendengarkan perkembangan perusahaan/lembaga tersebut. 7. Wawancara Pers yaitu sifarnya lebih pribadi, lebih individual. Humas atau top manajemen yang diwawancarai hanya berhadapan dengan wartawan yang bersangkutan . Selain ketujuh kegiatan diatas adapula kegiatan yang tak kalah penting untuk menjalin hubungan dengan media massa, adalah kunjungan humas ke kantor media massa itu sendiri, atau yang dikenal dengan sebutan media visit. Selain untuk menjelaskan berbagai kebijakan yang dimiliki organisasi media tersebut, kunjungan ke kantor redaksi media juga dapat digunakan sebagai ajang mempererat tali silaturahmi antara humas dan organisasinya dengan lembaga media massa. d. Pendekatan Media Relations Jika dilihat dari berbagai macam kegiatan yang dapat dilakukan dalam media relations, maka dalam melakukan praktiknya dibutuhkan sejumlah strategi pendekatan yang dapat dilakukan oleh humas yaitu diantaranya:23 1. Pendekatan Reaktif Pendekatan ini dilakukan dengan hanya menjawab dan merespon permintaan yang dibutuhkan oleh media. Pendekatan ini memiliki beberapa pedoman yang dapat digunakan oleh humas dalam menghadapi media, diantaranya: 23 Clarke L. Caywood, (ed), The Handbook of Strategic Public Relations and Integrated Communications (New York: Mc Graw Hill, 1977), hal. 61-65. 40 a. Hindari mengeluarkan komentar yang tidak didahului dengan persiapan matang b. Persiapkan berkas catatan isu-isu yang menarik perhatian media c. Pahami dan tepati deadlines d. Selalu ada ketika media membutuhkan dan hendaknya membalas telepon dengan segera e. Menjadi sosok humas yang selalu merasa ingin tahu dan bertanya sesuai dengan kapasitas f. Mencoba menempatkan diri pada posisi wartawan g. Buatlah sebuah keseimbangan antar wartawan dan humas h. Pahami dan ketahui latar belakang sebuah informasi i. Catat bagian pembicaraan yang dilakukan oleh humas dan wartawan j. Jangan memberikan sebuah informasi yang belum tentu kebenarannya 2. Pendekatan Proaktif Pendekatan ini dapat dilakukan dengan membangun langkah-langkah reaktif yang dapat dilakukan lebih jauh untuk mempromosikan dan mempublikasikan organisasi. Pendekatan proaktif menekankan humas agar bergerak lebih aktif untuk medekati media massa sebagai sarana pencapaian tujuan organisasi. 3. Pendekatan Interaktif Selain itu banyak juga humas yang menerapkan pendekatan interaktif dalam melaksanakan kegiatan media relations lebih jauh lagi dan mendapatkan suatu hubungan yang terbangun dengan baik dengan media, yang dapat membuat 41 langkah humas bergerak lebih jauh dari pendekatan sebelumnya. Adapun beberapa cara yang biasa dilakukan dalam menerapkan pendekatan interaktif adalah: a. Mendiskusikan isu-isu selain berita organisasi yang sekiranya menarik minat wartawan b. Menjadi sumber dengan berusaha memberikan komentar sebagai seorang yang ahli di industri yang digeluti c. Menempatkan diri pada kebutuhan, seperti memahami adanya deadlines yang harus dikejar wartawan d. Memberikan pandangan yang berbeda pada topik berita dan trend industri yang terjadi saat itu e. Berbicara tentang publikasi dan wartawan lain serta bagaimana pendekatan mereka terhadap isu yang berbeda f. Memberikan pujian terhadap artikel yang ditulis oleh wartawan dan bukan memberikan ucapan terimakasih g. Telepon untuk membicarakan berita yang relevan dan selalu berhubungan h. Mencari legitimasi alasan yang tidak berkaitan dengan berita untuk berinteraksi dengan media massa i. Menyesuaikan pesan dan pembicaraan berdasarkan waktu wartawan yang terbatas dan tingkat kepentingan 42 e. Strategi Media Relations Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia strategi adalah akal atau tipu muslihat untuk mencapai sesuatu maksud dan tujuan yang telah direncanakan.24 Jadi strategi merupakan langkah awal bagi organisasi untuk mencapai tujuan yang dimilikinya. Strategi media relations artinya cara-cara yang digunakan praktisi humas atau PRO dalam berhubungan dengan media massa. Media massa merupakan instansi yang memiliki pengaruh besar bagi keberlangsungan hidup sebuah organisasi, maka merupakan sebuah keharusan bagi organisasi untuk memiliki kiat, strategi dan cara untuk berhubungan dengan media. Media yang dimaksud disini mencakup keseluruhan pihak yang terkait dengan media tersebut, mulai dari wartawan, pimpinan redaksi, editor, penanggung jawab dan lain sebagainya. Media relations officers terlebih dahulu harus memahami seluk beluk media massa. Seorang media relations officers harus memiliki pemahaman tentang media, mulai dari karakteristik media, publiknya, cara kerja wartawan, sistem politik Negara, sistem media, sistem hukum dan lainnya. Yosal Iriantara mengatakan media relations bukan hanya merupakan pekerjaan teknis seperti menulis siaran pers atau menyiapkan materi presentasi untuk konferensi pers, tetapi juga harus memiliki kemampuan membaca opini publik dan menyiapkan tindakan yang diperlukan bila ternyata opini publik tersebut kontraproduktif atau negatif bagi organisasi.25 24 Budiono, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Penerbit Karya Agung, Surabaya: 2005), hal. 486. 25 Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, (Simbiosa Rekatama Media, Bandung: 2011), hal. 14. 43 Jadi pada dasarnya dalam menjalankan kegiatan media relations selain membutuhkan keterampilan teknis komunikasi, juga diperlukan kemampuan otak untuk membaca situasi dan konteks komunikasi. Itu sebabnya ada yang menyebut bahwa dalam menjalankan kegiatan atau program media relations selain merupakan handcraft juga merupakan braincraft, karena dalam media relations itu memang ada bagian-bagian kegiatan yang membutuhkan keterampilan dan juga ada bagian yang memerlukan kepiawaian berpikir dan menganalisis.26 Berbagai hal yang dilakukan dalam kegiatan dan strategi media relations tidak luput dari sebuah tujuan utama yaitu membentuk suatu hubungan yang harmonis dengan pihak media agar hubungan yang telah terbentuk dapat terjalin terus menerus dan terjaga. Frank Jefkins menyatakan bahwa terdapat beberapa kiat dan prinsipprinsip yang dapat dilakukan agar hubungan humas dengan pihak media dapat terbina dengan baik, yaitu:27 a. Memahami dan melayani media. Dengan berbekal semua pengetahuan terkait dengan media, maka seorang praktisi PR akan mampu menjalin kerja sama dengan pihak media. Ia juga akan dapat menciptakan suatu hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. b. Membangun reputasi sebagai orang yang dapat dipercaya. Para praktisi PR harus senantiasa siap menyediakan materi-materi yang akurat di mana 26 Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, (Simbiosa Rekatama Media, Bandung: 2011), hal. 14. 27 Frank Jefkins, Public Relations Edisi Kelima, (Penerbit Erlangga, Jakarta: 2002), hal. 116117. 44 saja dan kapan saja hal itu dibutuhkan. Hanya dengan cara inilah ia akan diakui sebagai sumber informasi yang akurat dan dapat dipercaya oleh para jurnalis. Bertolak dari kenyataan itu, maka komunikasi timbal balik yang saling menguntungkan akan lebih mudah diciptakan dan dipelihara. c. Menyediakan salinan yang baik. Misalnya menyediakan reproduksi fotofoto yang baik, menarik dan jelas. Komputer bisa digunakan untuk memudahkan koreksi dan penyusunan ulang dari suatu terbitan, seperti siaran berita, penyediaan salinan naskah dan foto-foto yang baik secara cepat menjadi semakin penting. d. Bekerjasama dengan penyediaan materi. Sebagai contoh, petugas PR dan jurnalis dapat bekerja sama dalam mempersiapkan sebuah acara wawancara atau temu pers dengan tokoh-tokoh tertentu. e. Menyediakan fasilitas verifikasi. Para praktisi PR juga perlu memberi kesempatan kepada para jurnalis untuk melakukan verifikasi atas setiap materi yang mereka terima. f. Membangun hubungan personal yang kokoh. Suatu hubungan personal yang kokoh dan positif hanya akan tercipta serta terpelihara apabila dilandasi oleh keterbukaan, kejujuran, kerja sama, dan sikap saling menghormati profesi masing-masing. D. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Berdasarkan Undang-Undang yang telah diterbitkan oleh pemerintah, definisi dan istilah seputar BPR Syariah adalah sebagai berikut: 45 1. UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan. Pasal 1 ayat 3, Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. 2. UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, yang merupakan perubahan UU No. 7 tahun 1992. Pasal 1 ayat 4, Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Pasal 1 ayat 11, Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Pasal 1 ayat 12, Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Dari ketiga ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan istilah antara singkatan BPR konvensional dengan BPR Syariah adalah terletak pada huruf P dalam singkatan BPR, dimana huruf P untuk BPR konvensional dijabarkan sebagai Bank 46 Perkreditan Rakyat sedangkan huruf P pada BPR Syariah dijabarkan sebagai Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. 3. UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Pasal 1 ayat 9, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Adapun penjelasan tentang Bank Syariah menurut pasal 1 ayat 7 yaitu Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Prinsip syariah yang dimaksud disini menurut pasal 1 ayat 12 yakni prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.28 Dengan demikian sesuai UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan, yang merupakan perubahan UU No. 7 tahun 1992 serta UU No. 21 tahun 2008 tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian BPR Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan dalam kegiatannya tersebut tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran serta menerima simpanan hanya 28 Alifia Rahmany, Optimasi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah di Indonesia Melalui Sinergi dengan Bank Umum Syariah (Apex BPR Syariah), diakses dari http://alifiarahmany.blogspot.com/2013/11/optimasi-bank-pembiayaan-rakyat-syariah.html, pada Jumat 14 Maret 2014. Pkl. 11.32. 47 dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Berdirinya BPRS dilatarbelakangi oleh kondisi ekonomi Indonesia yang tengah mengalami restrukturisasi ekonomi. Restrukturisasi perekonomian di Indonesia itu terwujud dalam berbagai kebijakan, baik di bidang keuangan, moneter, termasuk dalam bidang perbankan. Selain itu, berdirinya BPRS dilatarbelakangi pula oleh adanya peluang bagi pengembangan bank Islam dalam undang-undang perbankan yang membolehkan prinsip bagi hasil. Kehadiran BPRS diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan umat Islam terutama masyarakat golongan ekonomi lemah. Kehadiran BPRS bisa menjadi sumber pemodalan bagi pengembangan usaha-usaha masyarakat golongan ekonomi lemah, karena BPRS fokus pada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) sehingga pada gilirannya bisa meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka. Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, maka pada tingkat yang lebih tinggi akan pula meningkatkan pendapatan perkapita, baik lokal maupun nasional, bagaimanapun pendapatan masyarakat secara kumulatif manjadi indikator yang sangat dominan untuk menentukan pendapatan perkapita. Pada tujuan akhir pendirian BPRS adalah membina semangat ukhuwah islamiyah melalui kegiatan ekonomi, hal ini berarti bahwa dalam BPRS ditumbuhkan nilai ta‟awun (saling membantu) antara pemilik modal (rab al-mal) dengan pemilik pekerja („amil). Dengan nilai ta‟awun inilah kemudian di antara bank dan nasabah akan tumbuh kebersamaan, sedangkan kebersamaan itu sendiri merupakan faktor 48 terpenting dalam mewujudkan ukhuwah islamiyah. Ukhuwah islamiyah tersebut paling tidakakan terlaksana antara pihak bank dengan para nasabahnya.29 E. Media Massa a. Definisi Media Massa Media massa adalah sebuah alat penyampaian pesan kepada khalayak dalam jumlah banyak, biasanya pesan yang disampaikan berisikan pesan yang penting bagi khalayak luas. Media massa juga merupakan sumber berita dan hiburan, selain itu media massa juga dapat menjadi alat penyampaian pesan persuasi seperti periklanan, propaganda dan publisitas. Maka tak jarang sebuah organisasi atau perusahaan juga menjadi objek dari peliputan media, hal tersebut karena media dijadikan jembatan bagi para pemilik organisasi dalam menyampaikan pesan kepada khalayak. Fungsi persuasi yang dimiliki media sering kali dikaitkan dengan agenda setting media, kekuatan media dalam menentukan hal mana yang pantas disebut berita inilah yang dijadikan pertimbangan oleh para praktisi humas untuk berlomba-lomba mendekati dan menjalin hubungan baik dengan media massa. Effendy dalam bukunya Teori, Filsafat, Ilmu Komunikasi menyebutkan lebih rinci tentang fungsi media massa, yaitu: fungsi menyiarkan informasi, fungsi mendidik, fungsi menghibur, dan fungsi memengaruhi. Lebih jauh Harold D Lasswell dan Charles Wright merupakan bagian dari pakar yang benar-benar serius 29 Firman Elpaserie, Bank Pengkreditan Rakyat Syari‟ah (BPRS), diakses dari http://firmanelpaserie.blogspot.com/2013/04/bank-perkreditan-rakyat-syariah-bprs.html, pada Kamis 13 Maret 2014 pkl. 20.00. 49 mempertimbangkan fungsi dan peran media massa di masyarakat, Lasswell mencatat ada tiga fungsi media massa, lalu Wright menambahkan satu fungsi lagi, maka tercatat keduanya memaparkan empat fungsi media massa, yaitu:30 1. Pengawasan (Surveillance) Dalam membentuk fungsi ini media sering kali mengingatkan kita akan bahaya yang mungkin terjadi, seperti kondisi cuaca ekstrem atau berbahaya atau ancaman militer. Fungsi pengawasan juga termasuk berita yang tersedia di media yang penting dalam ekonomi, publik dan masyarakat, seperti laporan bursa pasar, lalu lintas, cuaca, dan sebagainya. 2. Korelasi (Correlation) Yaitu seleksi dan interpretasi informasi tentang lingkungan. Media sering kali memasukkan kritik dan cara bagaimana seseorang harus bereaksi terhadap kejadian tertentu. Fungi korelasi bertujuan untuk menjalankan norma sosial dan menjaga konsensus dengan mengekpos penyimpangan, memberikan status dengan cara menyoroti individu terpilih, dan dapat berfungsi untuk mengawasi pemerintah. 3. Penyampaian Warisan Sosial (Transmission of the Social Heritage) Penyampaian warisan sosial merupakan suatu fungsi dimana media menyampaikan informasi, nilai, dan norma dari satu generasi ke generasi berikutnya atau dari anggota masyarakat ke kaum pendatang. Dengan cara ini, 30 Werner J Dkk, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan didalam Media Massa, (Kencana Prenada Media Group, Jakarta: 2005), hal. 386-388. 50 mereka bertujuan untuk meningkatkan kesatuan masyarakat dengan cara memperluas dasar pengalaman umum mereka. 4. Hiburan (Entertaiment) Sebagian besar isi media mungkin dimaksudkan sebagai hiburan, bahkan di surat kabar sekalipun, mengingat banyaknya kolom, fitur, dan sebagian selingan. Media hiburan dimaksudkan untuk memberi waktu istirahat dari masalah setiap hari dan mengisi waktu luang. Media massa telah merasuk ke dalam kehidupan masyarakat modern. Khususnya media yang telah bersentuhan dengan teknologi informasi mutakhir seperti televisi dan media online. Media massa terbagi menjadi tiga, yaitu media cetak (printed media) seperti koran, majalah, tabloid dan lainnya, lalu media elektronik (electronic media) seperti radio dan televisi, dan terakhir yaitu media online (cyber media) seperti koran dan majalah digital. Kesemuanya memiliki fungsi utama yang sama yaitu fungsi informasi. Dalam penelitian ini, media massa yang akan dianalisis oleh peneliti terkait dengan kegiatan media relations PT. BPRS Harta Insan Karimah adalah media cetak surat kabar, adapun media elektronik tidak dianalisis karena media elektronik seperti TV dan radio tidak memiliki hubungan dengan kegiatan media relations PT. BPRS Harta Insan Karimah. 51 b. Fungsi Media Massa Dalam Humas Praktisi humas harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai media massa karena pemilihan media massa yang tepat akan menentukan keberhasilan penyebaran pesan kepada khalayak sasaran. Tidak diragukan lagi manfaat media massa bagi keberlangsungan hidup sebuah organisasi, bahkan ada yang menyebut bahwa hubungan media merupakan ruh yang memberikan kehidupan bagi sebuah organisasi, artinya menghindari media atau menutup diri dari liputan media akan berdampak pada„kematian‟ organisasi. Hubungan baik dengan media tentu bukan tanpa tujuan, melainkan penuh harapan agar segala kegiatan yang dilaksanakan oleh organisasi dapat diliput media secara jujur, akurat, dan berimbang. Tujuan akhirnya adalah agar citra positif organisasi di mata stakeholders bisa terus terjaga dengan baik. Media massa memang sebuah alat yang dapat menjadi jembatan bagi organisasi untuk berhubungan dengan publiknya. Namun demikian, seorang media relations officers tidak harus memandang media massa sebagai alat, sebuah alat hanya digunakan apabila diperlukan. Karena itu, merupakan sebuah kekeliruan memandang media massa sebagai alat. Media massa adalah mitra kerja, sebagai mitra keberadaannya akan terus diperlukan sepanjang organisasi itu ada. Ini sejalan dengan kedudukan humas dan PR yang terus diperlukan sepanjang organisasi itu ada. Komunikasi yang dibangun oleh organisasi dengan publiknya merupakan sebuah keharusan. Menurut John Beardsley dalam masyarakat komunikatif, mereka 52 yang gagal atau tidak bisa berkomunikasi akan segera dilupakan. Ungkapan tersebut jelas menunjukan betapa pentingnya menjalin komunikasi antara organisasi dengan publiknya. Dalam konteks inilah akan terasa betapa pentingnya membangun relasi denga media massa.31 Tanpa kehadiran media massa praktisi humas atau PRO (public relations officers) akan menemui kesulitan dalam menjalin komunikasi dengan publiknya, karena komunikasi interpersonal atau komunikasi tatap muka tidak akan mampu menjangkau seluruh publik dengan waktu singkat. Kehadiran media massa sebagai partner perusahaan dalam mengembangkan dan menjalin komunikasi dengan publiknya sangat memberikan kemudahan, mengingat media massa memiliki banyak keistimewaan. Hafied Cangara memaparkan lima karakteristik media massa dibanding media lainnya. Pertama, bersifat melembaga, pihak yang mengelola media melibatkan banyak individu mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi. Kedua, bersifat satu arah. Ketiga, jangkauan yang luas, artinya media massa memiliki kemampuan untuk menghadapi jangkauan yang lebih luas dan kecepatan dari segi waktu, juga bergerak secara luas dan simultan dimana dalam waktu bersamaan informasi yang disebarkan dapat diterima oleh banyak individu. Keempat, pesan yang disampaikan dapat diserap oleh siapa saja tanpa membedakan faktor demografi, seperti jenis kelamin, tingkat usia, suku bangsa, atau bahkan tingkat 31 Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, (Simbiosa Rekatama Media, Bandung: 2011), hal. 9-10. 53 pendidikan. Kelima, dalam penyampaian pesan media massa menggunakan peralatan teknis dan mekanis.32 Dengan karakteristik yang dimilikinya, media massa akan sangat membantu praktisi humas dalam melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan organisasi, salah satunya membangun atau menjaga citra perusahaan. Maka wajar bila dikatakan bahwa pada dasarnya kegiatan humas merupakan kegiatan media. Saat ini sulit atau bahkan mustahil menyelenggarakan kegiatan humas yang berhasil tanpa melibatkan media massa. media massa sudah menjadi bagian dari hidup banyak orang. Nyaris tak ada kegiatan yang tak melibatkan media massa dalam kehidupan banyak orang di Indonesia.33 F. Teori Model Melvin De’Fleur Dalam kajian ilmu komunikasi teori merupakan hal yang sangat penting. Teori adalah pernyataan umum yang merangkum pemahaman kita tentang cara dunia bekerja. Sedangkan model adalah representasi suatu fenomena, baik nyata ataupun abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting fenomena tersebut. Model merumuskan teori. B Aubrey Fisher mengatakan, model adalah analogi yang 32 Wahidin Saputra& Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0: Teori dan Praktik Public Relation di Era Cyber, (Gramata Publishing, Depok: 2011), hal. 131. 33 Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, (Simbiosa Rekatama Media, Bandung: 2011), hal. 10. 54 mengabstraksikan dan memilih bagian dari keseluruhan unsur, sifat atau komponen yang penting dari fenomena yang dijadikan model.34 Melvin De‟Fleur merupakan salah satu perancang model komunikasi, ia menggambarkan teori komunikasi massa yang merupakan perluasan dari modelmodel Shanon dan Weaver, dengan cara memasukkan perangkat media massa dan perangkat umpan balik. Dalam teori model Shanon Weaver sumber informasi adalah otak manusia, transmitternya adalah suara yang menghasilkan sinyal (kata-kata yang terucapkan), yang ditransmisikan lewat udara (sebagai saluran) ke penerima (receiver), kemudian diperluas oleh De‟Fleur dengan menambahkan elemen media massa dan feedback. Gambar 2.6. Model Teori De’Fleur Sumber: Nuruddin, M.Si (2007: 147) 34 Nurudin, M. Si, Pengantar Komunikasi Massa, (PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2007), hal. 147-148. 55 Dalam sistem komunikasi kehumasan, khususnya dalam fungsi media relations, pesan komunikasi yang disampaikan oleh organisasi (dalam hal ini humas yang menjadi penyampai pesan) kepada publik atau khalayaknya melalui media tentu mengharapkan feedback, baik itu positif ataupun negatif, sebagai jawaban dan respon dari khalayak organisasi tersebut. Pada dasarnya komunikasi media relations memerlukan feedback yang akan disampaikan kembali kepada organisasi atau perusahaannya. Karena kegiatan media relations bukan bersifat satu arah melainkan dua arah yang saling berbalik. Hal ini sejalan dengan teori model yang digagas oleh Melvin De‟Fleur sebagai perluasan dari model Shanon dan Weaver. Organisasi/ Perushaan Media Massa Publik/Khalayak Gambar 2.7. Hubungan/Relasi dalam Media Relations Sumber: Wahidin Saputra&Rulli Nasrullah (2011:130) Gambar diatas menjelaskan bahwa alur komunikasi dalam media relations merupakan komunikasi dua arah yang saling memberikan umpan balik atau feedback, dalam hal ini ada kalanya organisasi atau perusahaan menjadi komunikator (communicator) atau sumber (source) dan khalayak/publik menjadi komunikan, dapat 56 pula terjadi sebaliknya. Ketika khalayak/publik memberikan feedback berupa tanggapan dari komunikasi yang disampaikan oleh organisasi maka khalayak/publik tersebut menjadi komunikator atau sumber dan organisasilah yang menjadi komunikannya. BAB III GAMBARAN UMUM A. Sejarah Perkembangan Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia Secara sempit lembaga syariah diartikan sebagai lembaga atau perusahaan yang menjalankan kegiatan operasionalnya sesuai dengan aturan-aturan legalformal-Islam, yang utamanya dirangkum menjadi ajaran tentang bebas dari praktik „maghrib‟ (masyir, gharar, haram, dan riba). Utamanya, lembaga syariah harus sesuai dan selaras dengan ajaran Islam, ajaran Islam meliputi aspek akidah yaitu aspek keyakinan, aspek syariah yaitu legal-formal dalam Islam serta aspek akhlak yaitu aspek moral dan budi pekerti. Industri syariah di Indonesia tumbuh utamanya digerakan oleh masyarakat Indonesia sendiri (society driven) artinya, industri syariah tumbuh dari bawah dan karena kehendak masyarakat. Lebih spesifik dapat dikatakan bahwa perkembangan industri syariah, khususnya industri keuangan syariah di Indonesia disebabkan oleh proses pematangan keberagamaan umat Muslim Indonesia.1 Islam sebagai sebuah agama terasa makin mengakar di seluruh sisi dan aspek kehidupan masyarakat Muslim. Awalnya, Islam hanya menyentuh sektor pendidikan. Pada tahun 1980-an sekolah-sekolah berlatar belakang Islam modern baru bermunculan ke permukaan, seperti TK dan SD, pada tahun-tahun berikutnya kebutuhan sekolah umum berbasis Islam modern berlanjut ke jenjang yang lebih 1 Yuslam Fauzi, Memaknai Kerja, (PT. Mizan Pustaka, Bandung: 2012), hal. 205 57 58 tinggi seperti SMP, SMA dan perguruan tinggi. Tidak berhenti pada sektor pendidikan saja, Islam seolah menjelma menjadi sebuah kekuatan tersendiri dalam berkontribusi untuk kemanjuan bangsa dan Negara, hingga menjamah pada sektor ekonomi. Dari sinilah lahir lembaga-lembaga keuangan berbasis syariah yang sesuai dengan ajaran agama Islam. Pergerakan lembaga keuangan syariah Indonesia ditandai dengan kehadiran Bank Muamalat Indonesia (BMI) atas gagasan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Ikatan Cendikiawan Muslim (ICMI) pada tahun 1992. Kehadiran BMI saat itu belum memberikan warna apa-apa bagi industri perbankan Indonesia, hal ini karena BMI masih merupakan pelaku tunggal yang asetnya masih relatif kecil. Perkembangan signifikan pada sektor keuangan syariah Indonesia terjadi pada tahun 1999 ketika disahkannya UU no.10 tahun 1998 tentang perbankan. Setelah itu bank-bank syariah barulah bermunculan. Merujuk pada UU no.10 tahun 1998 Indonesia mengenal dua bentuk bank syariah, yakni Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS). Sampai akhir 2011 setidaknya ada 11 BUS dan 23 UUS beroperasi di Indonesia.2 Perkembangan yang dicapai oleh lembaga keuangan syariah di Indonesia bukan tanpa kendala, tumbuh dari sesuatu yang amat kecil, tanpa insentif yang kuat dari pemerintah dan harus berkembang di medan perbankan konvensional yang sudah besar dan mapan, tentu bukan hal yang mudah. Direktur Utama Bank Syariah Mandiri Yuslam Fauzi pernah mengumpamakan sebagai berikut “Like a 2 Yuslam Fauzi, Memaknai Kerja, (PT. Mizan Pustaka, Bandung: 2012), hal. 207. 59 developing a very small Islamic island surrounded by huge conventional oceans”.3 Tapi nyatanya semua itu dapat ditepis dengan bukti nyata yaitu pertumbuhan perbankan syariah yang terus meningkat sejak tahun 2000 sampai menjelang 2011 mendekati 50%. Bahkan, sampai akhir Desember 2013 situs OJK (Otoritas Jasa Keuangan) mencatat ada 197 lembaga keuangan syariah yang beroperasi di Indonesia.4 Meskipun digagas dari masyarakat, namun bukan berarti pemerintah tidak mendukung dan berkontribusi dalam perkembangan perbankan syariah ini. pertumbuhan yang kira-kira 50 % per-tahun itu tidak lepas dari dukungan dua lembaga berwewenang yaitu Bank Indoensia dan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI).5 BI selaku otoritas regulator perbankan mendorong perbankan syariah dengan berbagai kebijakan yang relaktatif, diantaranya: membolehkan layanan office channeling, mendorong dihapuskannya PPN pembiayaan murabahah, mendorong kelahiran UU Perbankan Syariah, melakukan sosialisasi perbankan syariah melalui kampanye iB (Islamic Banking) dan lain sebagainya.6 Adapun DSN MUI dalam kapasitasnya sebagai otoritas tertinggi pemberi fatwa berperan melalui fatwa-fatwa terkait produk keuangan syariah dan turut mendesak organisasi lain mendukung industri keuangan syariah. DSN MUI 3 Yuslam Fauzi, Memaknai Kerja, (PT. Mizan Pustaka, Bandung: 2012), hal. 211. OJK (Otoritas Jasa Keuangan), Statistik perbankan syariah Desember 2013, diakses dari http://www.ojk.go.id/statistik-perbankan-syariah-desember-2013, pada Kamis 1 Mei 2014. Pkl: 15.40. 5 Yuslam Fauzi, Memaknai Kerja, (PT. Mizan Pustaka, Bandung: 2012), hal. 212. 6 Yuslam Fauzi, Memaknai Kerja, (PT. Mizan Pustaka, Bandung: 2012), hal.212. 4 60 melakukan rekonstruksi ketentuan fiqih agar lebih adaptif terhadap kondisi di mana perbankan syariah nasional berada. Salah satu contoh fatwa DSN MUI adalah fatwa komoditas murabahah, menyusun indeks saham syariah, mendesak penghapusan PPN murabahah, mendesak pemerintah menertibkan sukuk, dan lainnya.7 Kesuksesan industri perbankan syariah menjadi lokomotif bagi lahirnya gerbong-gerbong syariah yaitu berupa lembaga-lembaga dengan aktifitas yang bertujuan syariah lainnya. Pertama, lembaga keuangan syariah lain, seperti asuransi syariah, multifinansial syariah, sekuritas syariah, manajer investasi syariah, pengadaian syariah, Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), Baitul Mal wat Tamwil (BMT), dan dana pensiun syariah. Kedua, instrumen syariah, seperti obligasi syariah (sukuk), Surat Berharga Syariah Negara (SBSN), dan reksa dana syariah. Ketiga, perguruan tinggi yang menawarkan konsentrasi, jurusan, program studi, atau Fakultas Ekonomi Syariah. Keempat, lembaga penyelesaian sengketa syariah, seperti Badan Arbitrase Syariah Nasional (Basyarnas), Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama yang juga menangani sengketa syariah muamalah. Kelima, organisasi berbentuk asosiasi atau organisasi massa berbasis dan bertujuan syariah, seperti Kompartemen Perbankan Syariah Perbanas, Asosiasi Bank Islam Indonesia (Asbisindo), Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), dan Ikatan Ahli Ekonomi Syariah (IAEI).8 7 Yuslam Fauzi, Memaknai Kerja, (PT. Mizan Pustaka, Bandung: 2012), hal. 212. Yuslam Fauzi, Memaknai Kerja, (PT. Mizan Pustaka, Bandung: 2012), hal. 213. 8 61 Lembaga Keuangan Syariah Lain (Asuransi dll) Dewan Pengawas Syariah Layanan Hukum Syariah Bank Syariah Majelis Ulama Pendidikan Syariah Instrumen Keuangan Syariah Gambar 3.1 Perbankan Syariah memicu lahir dan berkembangnya lembaga-lembaga kesyariahan lainnya (Sumber: Yuslam Fauzi, 2012: 213) B. Produk-produk Keuangan Syariah di Indonesia Produk keuangan syariah merupakan produk yang dihasilkan oleh lembaga keuangan syariah dengan berdasarkan prinsip-prinsip syariah yang mengacu pada fatwa DSN MUI. Pilihan produk syariah sangat beragam, ada yang bersifat konsumtif dan ada pula yang produktif. Produk syariah tidak hanya memiliki misi bisnis melainkan juga memiliki misi sosial, meskipun misi sosial ini belum terlalu berkontribusi dalam kehidupan masyarakat.9 9 Asmuni, PRODUK PERBANKAN SYARIAH (Antara al-Minhâj al-Raddi dan al-Minhâj alMaqshadî), diakses dari http://alislamiyah.uii.ac.id/2013/09/17/produk-perbankan-syariah-antara-alminhaj-al-raddi-dan-al-minhaj-al-maqshadi/ pada Kamis 1 Mei. Pkl: 20.10. 62 Produk syariah yang tersebar pada lembaga-lembaga keuangan syariah Indonesia diwajibkan memiliki Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertugas untuk melakukan kontrol terhadap seluruh produk yang diproduksi. DPS juga dibebani untuk mengoreksi dan mengevaluasi sisi-sisi syariah yang lain, termasuk menanamkan nilai-nilai syariah dalam perilaku insan-insan perbankan syariah secara menyeluruh. Adanya pengawasan yang ketat dari DPS akan membuat lembaga keuangan syariah lebih berhati-hati dalam menjalankan operasional perusahaan terutama dalam hal transaksi, tentu kehadiran DPS akan membuat lembaga keuangan syariah sulit melakukan praktik istiglal (penyelewengan) yang menghadirkan „transaski berbunga‟. Misalnya, lembaga keuangan syariah harus memberikan produk pembiayaan sebagai ganti dari produk pinjaman, hal ini dikarenakan konsekuensi dalam produk pembiayaan adalah margin (bagi hasil), sedangkan konsekuensi dari produk pinjaman adalah insentif bunga yang jelas diharamkan dalam ajaran Syariah Islam. Secara garis besar produk perbankan syariah terbagi atas produk penyaluran dana, penghimpunan dana dan produk jasa.10 Produk penghimpun dana atau yang sering disebut dengan sumber dana pada bank syariah terdiri dari beberapa sumber antara lain, yaitu wadiah, mudhorobah dan wakalah. 10 Zakariya Ahmad, Produk dan Jasa Perbankan Syariah, diakses dari http://suarakomunitas.net/baca/1044/produk-dan-jasa-perbankan-syariah/ pada Kamis 1 Mei. Pkl: 20.30. 63 Wadiah, yaitu sejumlah titipan murni dari satu pihak kepada bank dan bank harus menjaganya dengan baik, penitip berhak mengambilnya kapanpun ia mau. Konsep wadiah yang dipakai dalam perbankan syariah adalah wadiah yad dhamanah yang diterapkan pada produk rekening giro. Dalam konsep ini bank dapat mempergunakan dana yang dititipkan, akan tetapi bank bertanggung jawab penuh atas keutuhan dari dana yang dititipkan. Adapun mudharabah atau investasi adalah prinsip bagi hasil, yang dimaksud mudharobah disini yaitu mudharabah yang tidak disertai pembatasan penggunaan dana dari shohibul mal (pemilik harta/modal). Sedangkan investasi khusus terbagi atas mudaharabah muqoyyadah, yaitu aqad mudharabah yang disertai dengan pembatasan penggunaan dana dari shahibul mal untuk investasi-investasi mudharabah tertentu. Sedangkan wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seorang sebagai pihak pertama kepada bank sebagai pihak kedua dalam melakukan pekerjaan jasa tertentu. Contohnya transfer uang, inkaso, dan lain-lain. Produk kedua adalah produk penyaluran dana. Penyaluran dana pada bank syariah dilakukan dengan berbagai cara yang masing-masing memiliki prinsip akad yang berbeda pula, antara lain: Ba’i (jual beli), ijaroh, syirkah, dan akad pelengkap. Ba’i (jual beli) ada tiga jenis jual beli yang dijadikan dasar modal kerja dan investasi dalam perbankan syariah, yaitu Ba’i Murabahah adalah transaksi jual beli dimana bank mendapat sejumlah keuntungan, sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Ba’i Salam, yaitu transaksi jual beli, dimana barangnya belum ada sehingga 64 barang yang menjadi objek diserahkan secara tangguh, dalam hal ini bank menjadi pembeli dan nasabah menjadi penjual. Ba’i Istisna, yaitu sama dengan salam hanya saja dalam pembayaranya bank membayar dengan beberapa kali pembayaran. Adapun ijarah (sewa) secara prinsip ijarah ini sama dengan jual beli, hanya saja yang menjadi objek adalah manfaatnya. Pada akhir masa sewanya dapat saja diperjanjikan bahwa barang yang diambil manfaatnya selama masa sewa akan dijual belikan antara bank dan nasabah yang menyewa. Hal ini disebut dengan “Ijarah muntahhiyah bittamlik” (sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Sedangkan syirkah adalah produk pembiayaan bank syariah yang didasarkan pada prinsip bagi hasil. Syirkah ini terdiri atas al-musyarokah yang merupakan bentuk umum dari usaha bagi hasil, dalam kerja sama ini para pihak secara bersamasama memadukan sumber daya baik yang berwujud ataupun tidak berwujud untuk menjadi modal proyek kerja sama untuk dikelola bersama-sama pula. Selanjutnya almudharabah yang merupakan bentuk spesifik dari musyarokah, dalam mudharabah salah satu pihak berfungsi sebagai shohibul mal (pemilik modal/harta) dan pihak lain berpera sebagai mudharib (pengelola modal/harta). Akad pelengkap yaitu akad ini digunakan untuk memudahkan pelaksanaan pembiayaan diperlukan akad pelengkap. Akad pelengkap ini ditujukan untuk mengganti biaya-biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Akad pelengkap terdiri atas hiwalah adalah transaksi pengalihan utang piutang, dalam praktik perbankan syariah fasilitas hiwalah lazimnya untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan usahanya, sedangkan bank 65 mendapatkan ganti biaya atas jasa. Lalu ada rahn biasa dikenal dengan gadai, tujuan dari akad ini adalah memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan. Qardh adalah pinjaman uang, Pihak bank memberikan sejumlah pinjaman uang kepada nasabah dengan pelunasan yang ditentukan. Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang sebagai pihak pertama kepada bank sebagai pihak kedua dalam melakukan pekerjaan jasa tertentu. Contohnya transfer uang, inkaso, dll. Kafalah, adalah bank yang ditujukan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran bank dapat mensyaratkan nasabah untuk menempatkan sejumlah dana untuk fasilitas ini sebagai rahn. Bank dapat juga menerima uang tersebut dengan prinsip wadiah, bank mendapatkan biaya pengganti atas jasa yang diberikan. Produk ketiga adalah produk jasa. Produk jasa perbankan syariah merupakan pelayanan jasa perbankan kepada para nasabahnya dengan mendapatkan imbalan berupa sewa atau keuntungan. Jasa perbankan tersebut antara lain berupa: Sharf (Jual beli valuta asing), Islam membolehkan jual beli valuta asing baik pada mata uang yang sejenis maupun yang tidak sejenis tetapi dengan ketentuan jual beli tersebut dilakukan dalam waktu yang sama. Ijarah (sewa), sebagaimana telah dijelaskan seperi diatas bahwa secara prinsip ijarah ini sama dengan jual beli, hanya saja yang menjadi objek adalah manfaatnya. Pengiriman uang (Transfer) antar bank dan kliring Jasa transfer dan kliring sudah biasa diindustri perbankan. Jasa ini mempermudah transaksi yang dilakukan 66 oleh pengguna (nasabah) maupun bukan pengguna (nasabah) dengan bank lain. Atas jasa ini, bank mengenakan biaya tertentu sesuai ketentuan pihak bank sendiri. Penggunaan ATM bersama dengan bank lain, penggunaan ATM bersama dengan bank lain akan memudahkan baik nasabah bank tersebut maupun nasabah bank lain dalam melakukan transaksi-transaksi keuangan. Imbalan yang diterima bank biasanya berupa biaya pertransaksi. Pembayaran dan pembelian beberapa produk via bank. Ketersedian layanan yang memudahkan nasabah dalam berbagai kegiatan merupakan salah satu daya tarik bank. Saat ini, banyak bank yang telah bekerja sama dengan pihak lain dalam memberikan kemudahan pembayaran dan pembelian produk-produk tertentu, seperti pembayaran telepon, pajak, listrik, biaya sekolah, pembelian voucher telepon prabayar, premi asuransi dan angsuran pinjaman/hutang. Dari transaksi ini, bank memperoleh keuntungan berupa tambahan likuiditas semu dan fee tertentu sesuai kesepakatan bank dengan pihak lain tersebut. Secara teknis prosedur menabung di bank syariah tidak ada bedanya dengan menabung di bank konvensional. Hal ini dikarenakan baik bank syariah maupun bank konvnesional diharuskan mengikuti peraturan teknis perbankan secara umum. Namun ada beberapa hal yang membedakan keduanya secara mendasar. Perbedaan pertama terletak pada akad, pada bank syariah akad yang digunakan adalah akad yang sesuai dan dibenarkan dalam Islam sedangkan pada bank konvensional tidak ada aturan yang mengharuskan mengikuti kaidah Islam secara menyeluruh. 67 Kedua terletak pada imbalan yang diberikan, pada bank konvensional menggunakan konsep biaya dan bunga dalam menghitung keuntungan, sedangkan dalam perbankan syariah menggunakan pendekatan profit sharing, artinya dana yang diterima bank disalurkan kepada pembiayaan dan keuntungan yang didapat dari pembiayaan tersebut dibagi dua, untuk bank dan untuk nasabah berdasarkan perjanjian pembagian keuntungan di muka. Ketiga adalah pemberian jasa kredit (pada bank konvensional) dan jasa pembiayaan (dalam bank syariah), uang penabung di bank konvensional dipinjamkan kembali untuk berbagai bisnis, sedangkan pihak bank tidak memandang halal-haram bisnis tersebut. Sedangkan pada bank syariah, penyaluran dan simpanan dari masyarakat dibatasi oleh prinsip syariah, artinya bahwa pemberian pinjaman ke pihak ketiga tidak boleh digunakan untuk bisnis yang mengandung keharaman seperti, bisnis perjudian, minuman yang diharamkan, pornografi dan bisnis lain yang tidak sesuai dengan syariah. C. PT. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Harta Insan Karimah11 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan karimah (BPRS HIK) adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yang memiliki aset (konsolidasi) terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah 11 Sejarah HIK, Diakses dari http://bprshik.co.id/pages/index/16/Sejarah, pada Sabtu 15 Februari 20.10. 68 didirikan di Ciledug, Tanggerang-Banten oleh Alumni Fakultas ekonomi Universitas Gajah Mada yang tergabung dalam Yayasan Harapan Mulya Insani. BPRS HIK didirikan berdasarkan akte notaris tertanggal 19 Desember 1992 dengan nama awal Bank Perkreditan Rakyat yang kemudian resmi beroperasi pada tanggal 8 September 1993, pada tahun yang sama, 1993 berubah nama menjadi Bank Perkreditan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah. Lalu pada tahun 2009 Bank Perkreditan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah merubah namanya kembali menjadi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan karimah sesuai peraturan Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008. BPRS HIK telah memiliki kantor cabang yang tersebar di Ciledug, Karawaci, Cikarang, dan Pondok Gede serta kantor unit pelayanan pembiayaan di depok. Adapun pada 2014 ini HIK akan mengembangkan jaringan ke 4 wilayah di Indonesia, salah satunya di wilayah Jakarta Barat. Konsistensi untuk memberikan pelayanan yang prima kepada para pengusaha menengah, kecil dan mikro (UMKM), mendorong didirikannya kembali Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah-Bekasi yang memiliki badan hukum tersendiri melalui akuisisi dari Bank Perkreditan Rakyat Baitul niaga Insani pada tahun 2005 dan kini telah memiliki kantor cabang di Jakarta pusat. Pada tahun 2006 melaui akuisisi dari Bank Perkreditan Rakyat Syariah Tolong Menolong Bermanfat (TOAT), didirikan kembali Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah Parahyangan yang memiliki badan hukum tersendiri dan telah memiliki kantor cabang di Cianjur. 69 Sampai sekarang Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan karimah telah memberikan fasilitas pembiayaan kepada golongan pengusaha kecil, pada tahun 2007 sebesar Rp. 131 Miliar yang meningkat menjadi Rp. 181 Miliar pada tahun 2008 dan pada tahun 2009 sampai dengan November sebesar Rp 271 Miliar. HIK telah meletakkan pondasi yang kuat untuk menjaga pertumbuhan kinerja yang sehat dan berkesinambungan melalui pengembangan sektor pembiayaan dengan prinsip kehati-hatian (frudential banking) yang berorientasi pelayanan yang cepat dan Islami. Pemegang Saham HIK adalah Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Fakultas Ekonomi Gajah Mada (HMI FE UGM) Jogjakarta. Sampai dengan desember 2011, jumlah pemegang saham sebanyak 249 orang dengan jumlah saham yang tersebar (tidak ada pemegang saham pengendali). Kekeluargaan dan silaturahmi adalah niat dan tekad awal para pemegang saham ketika mendirikan HIK, yang sampai saat ini tetap terbina dengan baik. Melalui Visinya, HIK bertekad mewujudkan Nationwide Syariah Micro Banking yang terunggul dan terpercaya. Adapun misi HIK adalah menjalankan usaha perbankan yang sehat & amanah, memberikan pelayanan yang terbaik & Islami, berperan aktif dalam pengembangan dunia usaha & peningkatan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan kemakmuran pemegang saham, pengurus & karyawan, 70 menjalankan misi dakwah yang rahmatan lil alamin. Mereka mengusung moto “Maju Bersama Dalam Usaha Sesuai Syariah”.12 Sesuai dengan anjuran DPS (Dewan Pengawas Syariah) HIK menjalankan seluruh kegiatan operasionalnya sesuai dan selaras dengan prinsip-prinsip syariah yang merujuk pada ajaran Islam, baik dalam aktifitas dan pergaulan (para karyawan) sehari-hari maupun dalam sistem transaksi. Hal ini dibuktikan dengan berbagai produk-produk HIK yang secara keseluruhan merupakan produk yang disesuaikan dengan UU Perbankan Syariah. Adapun produk-produk yang ditawarkan BPRS HIK adalah: 1. Produk Pembiayaan13 HIK Adalah lembaga perbankan yang menerapkan sistem dan operasional berdasarkan Syariat Islam, sehingga Bank ini dijalankan dengan mengikuti tata cara berusaha dan perjanjian sesuai Al-Qur'an dan Hadist. Berbeda dengan bank konvensional, bank syariah HIK tidak menggunakan perangkat bunga, melainkan sistem bagi hasil dan prinsip jual beli yang dibenarkan dalam ajaran Islam. Bank syariah HIK senantiasa berusaha memberikan pelayanan pembiayaan yang terbaik bagi nasabah serta siap untuk membiayai usaha dan kebutuhan nasabah, antara lain: 12 Nilai-nilai HIK, Diakses dari http://bprshik.co.id/pages/index/17/Nilai-nilai , pada Sabtu 15 Februari 2014, pkl: 20.15. 13 Pembiayaan HIK, diakses dari http://bprshik.co.id/pages/index/15/Produk-Pembiayaan, pada Rabu 19 Februari 2014, pkl: 20.21. 71 a. Pembiayaan Modal Usaha. Pembiayaan ini diberikan ketika nasabah membutuhkan tambahan modal bagi usaha yang sedang dijalankannya, namun usaha tersebut harus sudah berjalan selama minimal satu tahun. b. Pembiayaan Investasi. Yaitu pembiayaan yang sifatnya investasi seperti pembelian kendaraan, pembelian mesin, pembelian tanah/bangunan atau investasi lain yang menunjang usaha dan keperluan nasabah. c. Pembiayaan Konsumtif. Merupakan bantuan berupa kebutuhan nasabah, dapat berupa barang-barang elektronik sampai kebutuhan renovasi tempat tinggal. d. Pembiayaan Talangan Haji. Ibadah haji adalah salah satu rukun islam. Karena keterbatasan dana dan kesempatan maka keinginan mulia menjadi tertunda. Dengan itu HIK siap memberikan dana talangan untuk menjamin kepastian nasabah menunaikan panggilan Allah. Adapun jenis akad Pembiayaan dalam Perbankan Syari‟ah yang juga dipergunakan oleh BPRS HIK adalah: a. Akad Ba'i Murabahah (Jual Beli) b. Akad Musyarakah dan Mudharabah (Kerjasama) c. Akad Ijarah (Sewa) d. Akad Rahn (Gadai) e. Akad Qardh (Pinjaman Uang) 72 2. Produk Pendanaan14 Adapun produk pendanaan HIK dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: a. Deposito Hasanah. Bank Syariah HIK telah memberikan terbukti tingkat bagi hasil deposito hasanah melebih tingkat suku bunga bank umum atau bagi hasil bank umum syariah lainnya. b. Tabungan Anak Sholeh. Tabungan khusus pelajar dan mahasiswa, memperolah bagi hasil dan mendapatkan santunan asuransi syariah sebesar Rp 1.000.000 (satu juta rupiah) sekiranya pelajar/mahasiswa meninggal dunia. c. Tabungan Karimah. Tabungan untuk perorangan, memperolah bagi hasil dan santunan asuransi syariah sebesar Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) sekiranya nasabah meninggal dunia karena kecelakaan. d. Tasbih. Tabungan yang disediakan bagi umat Islam yang berencana menunaikan ibadah haji dan umroh, berasuransi syariah dan mendapatkan fasilitas pembiayaan talangan haji. e. Taslim. Tabungan yang dirancang khusus untuk lembaga-lembaga pendidikan syariah atau umum yang berencana mengatur dana keuangan sekolah secara syariah, aman dan menguntungkan. f. Tabungan Qurban. Tabungan yang dirancang khusus bagi nasabah yang berkeinginan 14 merencanakan ibadah qurban secara teratur setiap Pendanaan HIK, diakses dari http://bprshik.co.id/pages/index/14/Produk-Pendanaan, padaRabu 19 Februari 2014, pkl. 20.24. 73 tahunnya.Pembelian hewan qurban dan penyalurannya dapat dipercayakan ke HIK. D. Gambaran dan Tugas Media Relations PT. BPRS Harta Insan Karimah Media relations pada BPRS HIK merupakan salah satu fungsi humas. Pada lembaga perbankan sebagaimana berlaku pula di HIK bagian humas lebih lazim disebut dengan corporate communications, bagi HIK karena divisi humas ini lebih banyak berperan untuk menyampaikan komunikasi perusahaan pada orang-orang internal maupun eksternal perusahaan, maka disebut dengan corporate communications. Secara struktural corporate communications terletak di bawah naungan corporate secretary, jadi corporate communications merupakan bagian serta fungsi dari corporate secretary PT. BPRS HIK. Keberadaannya bagaikan jantung perusahaan, tanpa kehadiran corporate communications perusahaan bagaikan jasad manusia tanpa tangan, yang tidak bisa melakukan apa-apa karena corporate communications adalah „jembatan‟ bagi perusahaan untuk berkomunikasi dengan publiknya. 15 Divisi ini diisi dengan sumber daya manusia yang mumpuni pada bidang komunikasi dan yang sejenisnya. Dalam menjalankan fungsi corporate communications, HIK juga menjalankan aktifitas media relations, bagian ini tidak diisi oleh staf khusus yang bekerja sebagai media relations officer melainkan diisi oleh seluruh staf corporate communications, 15 Wawancara pribadi dengan Bapak. Abdul Muid Badrun (corporate secretary) HIK pada Rabu 5 Februari 2014, pkl: 09.00. 74 tidak ada spasialisasi dalam menjalankan tugas corporate communications, kesemuanya memiliki tugas yang sama yaitu membangun komunikasi yang baik kepada khalayak. Adapun divisi-divisi lain di luar divisi corporate communications yang turut membantu tugas corporate communications hanyalah sebagai pendukung pada kegiatan-kegiatan corporate communications karena mereka merupakan satu kesatuan dalam perusahaan. Membangun hubungan baik dengan media massa adalah salah satu cara HIK untuk dapat memperkenalkan produk dan jasa serta untuk membangun citra baik dan positif di mata masyarakat luas, Abdul Muid Badrun selaku Corporate Secretary HIK mengatakan: “media massa merupakan corong informasi bagi kami dan tanpa media massa tentu kami tidak akan dikenal dan sulit untuk berkembang”16 HIK memilih media cetak dan media online sebagai partner-nya dalam mempublikasikan hal apapun mengenai korporat. Bagi HIK media elektronik yaitu televisi dan radio kurang efektif, selain high cost efeknya pun dirasa kurang tepat mengenai khalayak sasaran HIK. HIK merupakan Bank Pembiayaan Rakyat berbasis syariah, karenanya media cetak yang dipilih adalah Harian Republika, karena Harian Republika adalah harian umum Indonesia yang benuansa Islami sudah tentu para pembacanya pun umat Muslim yang juga menjadi khalayak sasaran HIK. 16 Wawancara pribadi dengan Bapak. Abdul Muid Badrun (corporate secretary) HIK pada Rabu 5 Februari 2014, pkl: 09.00. 75 Sedangkan dari sisi perbankannya HIK merangkul Majalah Infobank beserta situs internetnya www.infobank.news untuk dijadikan partner dalam hal publikasi dan sebagainya. Hal ini dikarenakan Infobank adalah majalah perbankan yang oplahnya sudah menyentuh puluhan ribu dan tersebar di seluruh pelosok Indonesia. HIK merasa majalah Infobank mampu menyentuh segmen-segmen masyarakat sasaran HIK di penjuru Indonesia. Beberapa tugas dan fungsi media relations HIK adalah sebagai berikut:17 1. Publikasi 2. Promosi (personal selling) 3. Publisitas 4. Public relations 5. Komunikasi interpersonal dengan pihak media Publikasi yaitu terkait dengan event-event yang dilakukan HIK, baik event tahunan seperti RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham), maupun publikasi kegiatan seperti bakti sosial, memberikan dana santunan kepada anak yatim, atau acara milad (ulang tahun) HIK. Promosi merupakan salah satu metode menawarkan jasa dan produk pada nasabah, salah satu caranya dapat dilakukan dengan personal selling atau direct selling, yaitu penjualan dengan cara mendekatkan konsumen secara langsung. HIK memiliki tim khusus dalam menjalankan promosi ini. 17 Wawancara pribadi dengan Bapak. Abdul Muid Badrun (corporate secretary) HIK pada Rabu 5 Februari 2014, pkl: 8.30. 76 Publisitas, adalah kegiatan mempublikasikan informasi-informasi mengenai perusahaan, biasanya publisitas melalui media massa dengan cara menyebarkan release. Public relations yang dimaksud disini adalah berhubungan dengan public, yaitu masyarakat internal dan eksternal perusahaan, dari internal perusahaan ada direksi, karyawan serta seluruh staf yang berada dalam lingkungan HIK. Adapun eksternalnya yaitu para investor, deposan, pemerintah (dalam hal ini Bank Indonesia), stakeholders, serta media massa. Komunikasi interpersonal yang dimaksud adalah menjalin hubungan sedalamdalamnya dengan pihak media, bukan hanya wartawan namun juga seluruh desk-desk media. Bekomunikasi dan berhubungan intensif dengan pihak media massa merupakan keharusan bagi HIK, bahkan staf media relations HIK bukan hanya berhubungan secara tatap muka melainkan melalui media handphone seperti chatting, BBM, SMS, dan lain sebagainya. Topik pembicaraan yang dibicarakan bukan hanya topik mengenai HIK tetapi hal lain seperti headline news yang sedang berkembang dan lain sebagainya yang menarik minat wartawan, hal ini bertujuan agar hubungan HIK dengan pihak media tidak hanya sebatas hubungan kerja melainkan bisa merambah ke ranah pribadi yang nantinya akan berimbas pada kemudahan HIK dalam menuju akses media massa. BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL TEMUAN PENELITIAN Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang konsultan PR, Chris Caedell dikatakan bahwa ada 99% press release perusahaan masuk keranjang sampah redaksi media cetak, artinya hanya 1% release perusahaan yang dapat dipublikasikan di media cetak.1 Hal ini jelas menunjukan bahwa tidak mudah menjalin hubungan antara humas perusahaan dan media massa, tentu diperlukan strategi serta taktik agar release sebuah organisasi atau perusahaan dapat dilirik bahkan dimuat di media massa. Setiap perusahaan akan memiliki cara, strategi serta taktik yang berbeda. HIK merupakan lembaga perbankan syari‟ah yang dikenal luas oleh masyarakat. Salah satunya karena HIK memiliki jaringan yang luas serta publikasi yang intens di media cetak yaitu koran nasional dan majalah nasional maupun lokal, tidak dipungkiri bahwa dalam proses „membesar‟nya HIK ada strategi-strategi media relations yang dijalankan oleh corporate communications HIK dalam menjalin hubungan dengan media massa. Karena tanpa strategi dan taktik yang tepat tidak mungkin publikasi HIK dapat dimuat di media massa. Dilihat dari cara kerja dan fungsi serta tujuannya, jenis PR HIK adalah PR bisnis. PR bisnis akan memfokuskan kerjanya untuk meraih kepercayaan publik agar 1 Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, (Simbiosa Rekatama Media, Bandung: 2011), hal. 77. 77 78 mau menggunakan jasa dan produk perusahaan, dengan demikian akan meningkatkan profit HIK sebagai lembaga perbankan. Pada bab ini akan dipaparkan secara luas tentang berbagai strategi terkait dengan media relations yang dijalankan oleh HIK dalam menjalin hubungan dengan media massa. Bagi HIK media massa bukan hanya alat penyampaian pesan organisasi pada publik, namun media massa adalah keluarga HIK, artinya HIK tidak hanya mendekati media jika ada keperluan saja, namun lebih intim dari pada itu. Hal ini selaras dengan pernyataan Bapak Abdul Muid Badrun selaku corporate secretary HIK: “kalau bicara seberapa pentingnya jelas sangat penting media itu kan corong informasi perusahaan, jadi kita harus intimasi dengan media dekat sekali dengan media agar kalo ada event-event perusahaan kita bisa mengajak media, media sudah bukan orang lain lagi bagi kita jadi kita berhubungan sangat dekat”.2 A. Strategi Media Relations Humas PT. BPRS Harta Insan Karimah Dalam Menjalin Hubungan Degan Media Massa Strategi pada dasarnya merupakan kebijakan untuk mencapai tujuan yang kemudian dijabarkan ke sejumlah taktik untuk pencapaian tujuan yang sudah ditetapkan, maka strategi media relations merupakan sekumpulan kebijakan dan taktik yang sudah ditetapkan untuk mencapai tujuan kegiatan media relations khususnya dan kegiatan PR pada umumnya yang tentunya tujuan keduanya merupakan perluasan dari tujuan organisasi. 2 Wawancara Pribadi dengan Bapak. Abdul Muid Badrun (corporate secretary) HIK pada Rabu 5 Februari 2014, pkl: 8.30. 79 Untuk mecapai tujuan media relations tersebut tentunya ada strategi-strategi yang telah dijalankan oleh PT. BPRS HIK. Strategi ini dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu: 1. Mengelola Relasi Inti dari kegiatan humas adalah berkomunikasi dan menjalin relasi dengan para publik dan stakeholders-nya, salah satu relasi yang mesti dijaga dengan baik adalah relasi dengan media. Mengelola relasi merupakan salah satu strategi yang dijalankan corporate communications HIK dalam mendekati media massa, perinciannya adalah sebagai berikut: a. HIK menjalin hubungan baik dengan media massa. Yang dimaksud media massa disini bukan hanya media sebagai institusi, namun juga para pekerja media tersebut, khususnya para wartawan dan desk yang sering berhubungan dengan pihak HIK. Hubungan baik ini bisa dibina dengan sering bertanyatanya pada wartawan terkait headline news yang sedang berkembang, atau hanya sekedar menanyakan kabar sang wartawan. “hubungan baiknya itu bentuknya adalah bertanya-tanya setiap bulannya tentang headline bulanan terkait dengan BPRS, bukan hanya di Republika namun juga kepada Infobank. Komunikasi kita bukan hanya ceremonial tetapi lebih interpersonal lagi, kita harus memiliki interpersonal skill”.3 3 Wawancara Pribadi dengan Bapak. Abdul Muid Badrun (corporate secretary) HIK pada Kamis 27 Februari 2014, pkl: 09.00. 80 Dari pernyataan di atas terlihat bahwa HIK bukan hanya menganggap komunikasi dengan media sebagai ceremonial, melainkan lebih dari itu yaitu lebih kepada hubungan interpersonal yang lebih mendalam. b. Melakukan komunikasi yang intensif diantara kedua belah pihak yang berkenaan dengan tugas pokok masing-masing. “Kita bisa komunikasi by phone, sms, bbm, bukan hanya lewat komunikasi above the line melalui nirkabel, tetapi lebih personal dari pada itu”.4 Komunikasi intensif yang dilakukan bukan hanya yang bersifat above the line melalui nirkabel, tetapi yang lebih personal dari pada itu semua, bisa melalui BBM, SMS, atau lainnya. Baik media massa khususnya Republika, maupun HIK sendiri merasa sama-sama saling membutuhkan, ada hubungan saling ketergantungan diantara keduanya. Hal ini dibuktikan oleh corporate communications HIK dengan dimintanya mereka untuk menulis release terkait BPRS HIK. Jadi bukan hanya HIK yang memerlukan publikasi di media namun media juga membutuhkan release sebagai bahan informasi di medianya. c. Menjalin relasi yang dibangun berdasarkan hubungan antarmanusia. Hubungan antarmanusia yang dibangun HIK biasanya berbentuk berbagai ucapan ulang tahun misalnya, baik ucapan itu ditujukan kepada media sebagai institusi maupun kepada wartawan sebagai pekerjanya. Hal ini 4 Wawancara Pribadi dengan Bapak. Abdul Muid Badrun (corporate secretary) HIK pada Kamis 27 Februari 2014, pkl: 09.10. 81 dilakukan HIK untuk lebih mempererat hubungan antar HIK dengan media massa. d. Membangun dan memelihara kontak dengan media massa. Bagi corporate communications HIK berkomunikasi dengan media massa bukan hanya melalui forum resmi seperti konferensi pers atau wawancara saja, namun juga dapat melalui kontak pribadi seperti SMS, BBM dan Email. Hal tersebut akan memudahkan HIK dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan pihak media massa tanpa harus melalui prosedur birokrasi yang panjang dan memakan waktu yang lama. Media Nama No. Tlp/Hp Email Republika Irwan Kelana 08129962348 [email protected] Infobank Karnoto 08161619823 [email protected] Muhammad [email protected] 2. Mengembangkan Strategi Strategi yang telah dimiliki HIK juga mesti terus dikembangkan jika tujuan dari media relations tersebut ingin terlaksana dengan baik, hal yang HIK lakukan adalah sebagai berikut: 82 a. Mengembangkan materi PR untuk media massa. HIK selalu berprinsip memberikan berita dan informasi terbaik agar tidak ada simpang siur di media, informasi terbaik bukan hanya berisikan berita-berita baik nan positif bagi HIK, namun jika memang terjadi hal-hal buruk terkait perusahaan dan dirasa itu layak untuk dipublikasikan di media maka tanpa ragu HIK memberikannya pada media. Hal ini terlihat dari ungkapan Bapak Abdul Muid Badrun: “Materi pemberitaan kita modelnya pertama kita bikin skrip dulu lalu kita edit bahasa kita screening prosses dan jika pemberitaan itu menyangkut HIK maka harus ada keputusan dari direksi apakah berita ini layak publish atau tidak. Kita tidak ingin berita itu hanya bersifat common sense”.5 Dalam menjalankan prinsip GCG (Good Corporate Governance) memang mesti ada transparansi yang dilakukan perusahaan demi mendapatkan kepercayaan serta simpati publik. Untuk mendapatkan berita dan informasi terbaik, HIK melewati beberapa tahap, antara lain: tahap pertama yaitu tahap pembuatan skrip, lalu tahap kedua proses screening atau editing, tahap ketiga permohonan approve dari dewan direksi menyangkut layak atau tidaknya pemberitaan ini dipublikasi di media, tahap keempat tahap rewriting yaitu menulis kembali berita yang telah di-approve oleh direksi, dalam tahap ini dilakukan pembuangan berita yang dirasa tidak peting bagi publik, dan tahap terakhir adalah publikasi di media massa. 5 Wawancara Pribadi dengan Bapak. Abdul Muid Badrun (corporate secretary) HIK pada Kamis 27 Februari 2014, pkl: 09.30. 83 b. Menggunakan media yang relevan untuk menyampaikan pesan pada publik. HIK memilih media cetak sebagai corong penyampaian informasi perusahaan pada publik, HIK yakin media cetak khususnya koran dan majalah merupakan sumber informasi yang memiliki kredibilitas tertinggi dibandingkan media lainnya. Yosal Iriantara mengungkapkan ukuran sukses tidaknya sebuah pemberitaan humas organisasi bukanlah ketika berita itu dimuat dalam media yang prestisius, lebih penting dari itu apakah berita tersebut berpotensi untuk tepat pada khalayak sasaran organisasi atau tidak.6 Sebelum memilah memilih media HIK terlebih dahulu menentukan publik manakah yang akan dijangkau, barulah mereka memilih media yang tepat. Harian Republika dipilih karena Republika merupakan koran yang memiliki ruh Islami di Indonesia, sudah pasti pembacanya pun umat Muslim yang juga menjadi khalayak sasaran HIK sebagai lembaga perbankan syariah. Adapun dari sisi perbankannya HIK merangkul Majalah Infobank dan situs web www.infobank.news sebagai media publikasi. Alasannya adalah Majalah Infobank merupakan barometer terbesar bagi dunia perbankan Indonesia. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Bapak Abdul Muid sebagai berikut: “Sejauh ini kita kan bank syariah yah, maka kita sering berhubungan dengan media cetak Republika, karena Republika kan Koran bernuansa, bervisi, berwawasan dan ruhnya Islam tentunya pembacanya Muslim, lulusan pesantren, perguruan tinggi Islam jadi segmen kami tepat sekali beriklan di Republika. Kalo majalah kita ke Infobank, memilih Infobank karena majalah terbesar rujukan 6 Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, (Simbiosa Rekatama Media, Bandung: 2011), hal. 81. 84 perbankan ya Infobank, satu-satunya media yang brandingnya masih kuat kalo bicara bank ya Infobank”.7 Yosal Iriantara memaparkan bahwa media-media khusus seperti Majalah Infobank tentu sudah lebih jelas khalayak sasarannya dibandingkan dengan media umum. Orang biasanya mengibaratkan media umum itu seperti kolam, khalayak sasaran yang dijangkaunya memang luas namun tak mendalam. Sedangkan media khusus, seperti sumur, sempit namun mendalam. Keuntungan memanfaatkan media khusus dalam kegiatan media relations adalah berkomunikasi dengan orang yang tepat, karena secara psikografis khalayak media khusus adalah komunitas dengan minat dan kebutuhan tertentu. 8 c. Memposisikan organisasi sebagai sumber informasi handal untuk media massa. HIK selalu memposisikan organisasinya sebagai sumber kredibel bagi media massa terkait dengan BPRS-nya, bahkan mereka telah menjadi “top of mind” dalam benak wartawan khususnya Republika dalam informasi mengenai BPR Syariah. d. Memposisikan pimpinan organisasi sebagai juru bicara. HIK selalu menjadikan pimpinan organisasinya sebagai juru bicara pada forum-forum tertentu. Biasanya jika terkait perusahaan, yang tampil disini adalah para 7 Wawancara Pribadi dengan Bapak. Abdul Muid Badrun (corporate secretary) HIK pada Rabu 5 Februari 2014, pkl: 08.30. 8 Yosal Iriantara, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, (Simbiosa Rekatama Media, Bandung: 2011), hal. 81-82. 85 dewan direksi, seperti direktur utama atau direktur bisnis. Jika terkait relasi, maka yang menjadi juru bicara adalah corporate communications HIK. e. Berkoordinasi dengan bagian-bagian lain dalam perusahaan sehingga selalu mendapatkan informasi yang muttakhir. Wewenang mengenai publikasi memang berada di tangan para direksi, namun pengolahan informasi yang akan dipublikasikan merupakan tugas corporate communications HIK, dan corporate communications wajib berkordinasi dengan bagian-bagian lain dalam perusahaan, misalnya bagian funding dan lending agar selalu mendapatkan informasi terbaru dan muttakhir untuk dipublikasikan. “Misalnya ada berita terkait dengan funding dan lending tentu berkoordinasi, namun keputusan tentang pemberitaannya ada di tangan direksi. Tapi pasti berkoordinasi dengan bagian-bagian terkait”.9 f. Menggunakan prinsip “Hugs Marketing”. Istilah hugs adalah istilah yang digunakan HIK dalam merangkul publik organisasinya. Baik publik internal, eksternal, investor, stakeholders, dan termasuk media massa. “kalau bicara seberapa pentingnya jelas sangat penting media itu kan corong informasi perusahaan, jadi kita harus intimasi dengan media dekat sekali dengan media agar kalo ada even-even perusahaan kita bisa mengajak media, media sudah bukan orang lain lagi bagi kita jadi kita berhubungan sangat dekat, bahkan bahasa kami kami meng–hugs media, merangkul media, bahasanya hugs marketing pemasaran dengan cara merangkul, media sudah menjadi bagian penting bagi kita kalau tidak ada media kita tidak akan dikenal oleh masyarakat luas”.10 9 Wawancara Pribadi dengan Bapak. Abdul Muid Badrun (corporate secretary) HIK pada Kamis 27 Februari 2014, pkl: 09.30. 10 Wawancara Pribadi dengan Bapak. Abdul Muid Badrun (corporate secretary) HIK pada Rabu 5 Februari 2014, pkl: 8.30. 86 g. LBHI (Low Budget High Impact). Strategi inilah yang ditanamkan HIK kepada seluruh departemen perusahaan dan diterapkan pula dalam kegiatan sehari-hari termasuk dalam kegiatan media relations. HIK menjadikan publikasi sebagai senjata promosi yang lebih kredibel dari apapun. Publikasi merupakan strategi promosi dengan karakteristik low budget high impact. Publikasi di media akan bergantungan dengan hubungan baik yang dibina organisasi dengan media. Makin baik hubungan yang terbina, semakin luas kemungkinan informasi organisasi akan dimuat di media. Namun sebaliknya, jika hubungan antara organisasi dengan media kurang harmonis maka sedikit sekali kemungkinan publikasi organisasi akan dimuat di media massa. “Di Republika saja satu halaman full jika kita ingin publikasi itu biayanya bisa 80-an, kita mencari bagaimana bisa publikasi namun secara gratis, caranya dengan membangun hubungan baik dengan para wartawannya, kita ajak dia makan, kita deketin secara personal, dan kebetulan saya juga orang media, sejak dulu masih kuliah di UGM (Universitas Gajah Mada) saya sering menulis di media, karena saya sering menulis di media, ini persoalan individu yah, jadi sudah kenal dengan teman-teman dan ketika saya ingin masuk itu mudah, kaya kemaren kita kan dapet awards BPRS terbaik versi KCI (Karim Consulting Indonesia) dan ingin mengkomunikasikan itu kepada media maka kita sebagai media partner itu mudah sekali mempublikasikannya, bahkan No Budget High Impact (NBHI)”.11 HIK memilih publikasi di media cetak dibandingkan di media elektronik yang lebih menghabiskan banyak biaya. HIK menyebutkan bahwa iklan di media elektronik khususnya TV hanya memakan banyak biaya tanpa ada efek yang jelas bagi perusahaan. Selain berpendapat kurang ada efek nyata 11 Wawancara Pribadi dengan Bapak. Abdul Muid Badrun (corporate secretary) HIK pada Rabu 5 Februari 2014, pkl: 09.40. 87 dari sebuah periklanan di televisi, HIK juga harus berhati-hati dalam mengeluarkan dana perusahaan, karena dana itu adalah dana umat bukan dana pribadi. HIK ingin cap „amanah‟ selalu melekat dalam organisasinya. Hal-hal inilah yang menjadi alasan HIK lebih memilih publikasi dibandingkan periklanan, dan lebih memilih media cetak dibandingkan media elektronik. h. Menerapkan strategi-strategi pendekatan yang efektif. HIK menggunakan pendekatan proaktif yaitu dengan terlebih dahulu menghubungi dan mendekati media dan tidak hanya diam menunggu „bola‟, justru HIK yang menjemput „bola‟ tersebut, serta mencari-cari berita apa yang kira-kira menarik para wartawan sehingga mau meliput HIK. Selain itu HIK juga menerapkan strategi pendekatan interaktif, yaitu pendekatan yang diharapkan dapat lebih mendekatkan HIK dengan pihak media massa. Dalam pendekatan interaktif HIK selalu berusaha menyediakan waktu untuk sekedar berdiskusi dengan wartawan terkait isu yang menarik minat wartawan, adapun isunya bukan hanya terkait dengan BPRS HIK saja tetapi isu-isu lain yang dirasa pantas untuk dijadikan bahan diskusi, lalu memberikan pujian kepada prestasi yang diraih wartawan, serta memahami dan menghormati kebutuhan wartawan seperti menyesuaikan pembicaraan dengan waktu wartawan yang terbatas dan singkat. 3. Mengembangkan jaringan. 88 Mengembangkan jaringan merupakan strategi yang dijalankan untuk membesarkan nama HIK di media massa. Beberapa poin penting yang dijalankan adalah: a. Merekrut tenaga pegawai yang memiliki wawasan luas tentang dunia media massa dan dunia kewartawanan untuk menjadi humas di organisasi. Wartawan yang pernah atau masih bekerja di media massa memang belum pernah direkrut HIK untuk menjadi humas organisasi, namun Bapak Abdul Muid Badrun selaku corporate secretary yang membawahi tugas corporate communications HIK merupakan orang yang aktif di dunia tulis menulis di media massa sejak 1998, sedikit banyak beliau mengetahui dunia media massa dan kewartawanan. Jaringannya kepada dunia media massa juga luas, hal ini dikarenakan beliau sering diminta menulis oleh media, baik media nasional, regional maupun media komunitas. Berikut pernyataan Bapak Abdul Muid Badrun: “saya sejak 1998 sudah aktif di media massa, dan sedikit banyak mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan media massa”.12 12 Wawancara Pribadi dengan Bapak. Abdul Muid Badrun (corporate secretary) HIK pada Kamis 27 Februari 2014, pkl: 09.40. 89 Gambar.4.1 Contoh Tulisan Bapak Abdul Muid Badrun di Media 90 b. Berhubungan baik dengan organisasi kewartawanan. HIK membangun hubungan baik dengan organisasi kewartawanan PWI (Persatuan Wartawan Indonesia), mereka sering terlibat dalam kegiatan family gathering dan event ulang tahun yang diadakan oleh organisasi wartawan PWI. c. Berhubungan baik dengan organisasi lain untuk memperluas jaringan kepada dunia media massa. Hubungan baik HIK dengan organisasi lain dapat memperluas jaringan HIK kepada dunia media massa, misalnya saja dewan direksi HIK menjadi nara sumber dalam sebuah acara yang diselenggarakan di Bank Indonesia, dan acara tersebut diliput oleh media massa. Hal ini merupakan salah satu strategi untuk mempublikasikan HIK melalui orangorang representatif yang membawa nama HIK. Selain itu melalui tulisantulisan, baik berupa artikel dan opini yang ditulis oleh Bapak Muid Badrun selaku Corporate Secretary HIK selalu mengatasnamakan HIK juga dapat menjadi strategi publikasi yang efektif dan efesien. Selain tiga strategi besar yang dijalankan corporate communications HIK dalam berhubungan dengan media massa, HIK juga memiliki pedoman demi terjalinnya hubungan media yang baik, hal ini sebagaimana tertulis dalam buku Effective Public Relations oleh Scott M, Cutlip.13 Yaitu: 1. Sampaikan dengan jujur, karena kejujuran merupakan kebijakan terbaik. Kejujuran yang dimaksud adalah ketika media meminta informasi terkait 13 Scott M. Cutlip et all, Effective Public Relations: Edisi Kesembilan Cetakan Ke-4, (Kencana Prenada Media Group, Jakarta: 2006), hal. 310-313. 91 perusahaan maka informasi yang diberikan tersebut haruslah informasi yang apa adanya, tidak dibuat-buat. Kejujuran dalam menjalin hubungan media sangat penting hal ini berkaitan dengan etika perusahaan. Ketika etika itu terlaksana dengan baik maka hubungan yang terjalin akan semakin indah. 2. Memberikan pelayanan, baik itu berupa pemberian berita dan gambar yang update serta mengikuti deadlines wartawan. HIK memahami bahwa wartawan bekerja selalu berpacu dengan waktu, maka merupakan kewajiban bagi HIK mengikuti deadlines wartawan demi memberikan pelayanan terbaik bagi mereka. 3. Jangan merengek/mengomel/mengemis agar beritanya dimuat di media massa. Sejauh ini HIK tidak pernah merengek, mengomel apalagi mengemis agar beritanya dimuat di media, hal ini dikarenakan corporate communications HIK sudah terlebih dulu menjalin hubungan baik dan harmonis dengan pihak media. Jadi, tanpa harus merengek pun informasi HIK akan di-publish oleh media. 4. Jangan meminta untuk membungkam, misalnya untuk tidak memuat atau mencabut berita negatif perusahaan. Prinsip GCG (Good Corporate Governance) yang dijalankan HIK menghantarkan HIK menjadi organisasi yang mengedepankan kejujuran dan transparansi. HIK selalu memberikan berita-berita update dan kredibel untuk media massa. 5. Jangan membanjiri media, misalnya mengirim release pada media yang tidak tepat atau mengirim release pada beberapa wartawan di media yang sama. 92 Membanjiri media merupakan hal yang membuat media risih dan dapat menghalangi hubungan harmonis antara organisasi dengan media. Penggunaan media cetak Republika dan Majalah Infobank merupakan cara HIK untuk tidak membanjiri media. Karena media-media tersebut adalah media yang tepat bagi publikasi HIK. Pengiriman release pun tidak dilakukan berkali-kali atau kepada banyak wartawan, karena HIK telah mengetahui prosedur pengiriman release yang tepat biasanya, HIK diminta langsung oleh desk syariah Harian Republika untuk membuat release terkait perusahaan. B. Fokus PT. BPR Syariah Harta Insan Karimah dalam Menjalin Hubungan dengan Media Massa Fokus HIK dalam menjalankan media relations adalah selalu mempertahankan branding di mata media. HIK ingin memiliki satu positioning yang baik di mata media massa sebagai salah satu BPRS terbaik. Posisi ini mereka bangun dengan terus meningkatkan mutu pelayanan kepada nasabah. Jika posisi baik sudah melekat pada nama HIK maka citra perusahaan juga akan tumbuh dengan baik sehingga menarik media agar memuat publikasi HIK atau menjadikan HIK sebagai bahan berita yang akan didistribusikan pada media mereka. Adapun salah satu mutu pelayanan yang terus dipertahankan HIK adalah dengan sistem menjemput bola. Hal ini diakui oleh corporate secretary HIK: 93 “Pelayanan kita lebih kepada direct selling. Kita bisa jemput bola. Baik itu persoalan lending (pembiayaan), maupun funding (pendanaan)”.14 Menjemput bola yang dimaksud adalah HIK siap menjemput nasabah yang ingin berpartisipasi di HIK, baik persoalan pembiayaan ataupun pendanaan. Misalnya ada nasabah yang ingin menanamkan modal pada HIK, maka dalam hal ini HIK siap menjemput nasabah tersebut langsung ke tempat tinggalnya atau sesuai dengan permintaan nasabah. Dengan sistem ini pelayanan HIK memiliki kelebihan pada sisi kecepatan. Meskipun bukan satu-satunya bank syariah terbaik di mata media massa tetapi HIK terus berharap bisa menjadi salah satu yang terbaik diantara yang baik tersebut. Tentunya harapan itu bukan hanya sebagai angan-angan tanpa usaha melainkan penuh usaha demi mendapatkan dan merealisasikan harapan tersebut. HIK memperkuat branding mereka di mata media, branding yang mereka bangun adalah „Bicara BPRS ya HIK, Bicara HIK ya BPRS”. “Kita menjaga branding HIK yaitu “bicara BPRS ya bicara HIK” tapi jangan sampai untuk menjaga branding tersebut kita sampai bleeding, bleeding itu mengeluarkan dana berlebihan namun tidak ada impact-nya untuk perusahaan”. Pernyataan di atas menjelaskan bahwa apabila media massa membicarakan BPRS maka rujukan utamanya adalah HIK, HIK berusaha untuk menjadi top of mind di pikiran wartawan media massa ketika mereka berbicara tentang BPRS. 14 Wawancara Pribadi dengan Bapak. Abdul Muid Badrun (corporate secretary) HIK pada Rabu 5 Februari 2014, pkl: 08.30. 94 Dalam menjalankan media relations HIK terus fokus pada branding yang mereka bawa selama ini. HIK seolah ingin menunjukan pada media bahwa mereka pantas dijadikan rujukan apalabila media membutuhkan informasi terkait dengan BPRS. Dari pihak media massa pun mengakui bahwa HIK merupakan salah satu BPRS yang berkembang dengan baik dan pantas dijadikan tolok ukur bagi pertumbuhan BPRS lainnya. Hal ini diakui oleh desk syariah Harian Umum Republika dengan pernyataan berikut: “BPRS HIK adalah salah satu BPRS yang tumbuh dan berkembang dengan baik, dan menjadi bench mark bagi BPRS lainnya”.15 Berhubungan dengan media massa merupakan keharusan bagi HIK, karena media massa adalah corong informasi HIK kepada khalayak. Tanpa media massa maka HIK tidak akan dikenal oleh masyarakat luas dan organisasinya pun sulit untuk berkembang. Oleh karena itu, corporate communications HIK menjalankan beberapa kegiatan dalam melancarkan hubungannya dengan media massa, yaitu sebagai berikut: 1. Konferensi Pers Konferensi pers adalah jumpa atau pertemuan dengan pihak pers, dalam konteks HIK konferensi pers tidak selalu dilakukan secara tatap muka di suatu ruangan konferensi serta dihadiri beberapa wartawan. Namun, konferensi tersebut dapat berbentuk indepth interview antara 15 Wawancara Pribadi Bersama Irwan Kelana (Desk Syariah Harian Umum Republika), via Email Melalui [email protected] pada Kamis 20 Februari 2014. 95 organisasi dengan wartawan atau wakil organisasi misalnya direktur utama dan direktur bisnis menjadi nara sumber pada sebuah media tertentu. 2. Press Luncheon Adalah jamuan makan siang dari pihak organisasi untuk para wartawan. Tujuannya bukan hanya untuk makan bersama melainkan untuk membicarakan hal-hal penting terkait dengan perusahaan atau hanya obrolan ringan mengenai isu-isu yang akan muncul terkait dengan HIK. HIK mempercayai “the power of silaturahmi” yang dapat lebih mempererat hubungan dengan media, sehingga mereka mempercayai dalam pertemuan ini akan ada nilai silaturahmi yang terbangun dengan pihak media bukan hanya wartawannya saja namun juga desk medianya. Inilah yang akan menjadi salah satu tali pengikat hubungan antara HIK dengan media massa. 3. Press Tour Yaitu mengadakan Family Gathering bersama dengan pihak media massa, tujuannya agar lebih memperkokoh hubungan antara HIK dengan media massa. Press tour ini menandakan bahwa HIK tidak hanya berhubungan secara professional dengan media massa namun juga secara pribadi. 4. Wawancara Pribadi 96 Adalah wawancara face to face antara wakil HIK dengan wartawan media, biasanya membicarakan hal-hal penting terkait perusahaan. Halhal yang dibicarakan bukan yang menyangkut dengan event-event perusahaan seperti milad HIK, namun isu-isu yang lebih penting dibanding perayaan ulang tahun HIK . Sesuai dengan apa yang penulis dapatkan dari research serta wawancara dengan corporate communications HIK, maka dapat disimpulkan bahwa corporate communications HIK memiliki berbagai bentuk komunikasi terhadap orang-orang internal dan eksternal perusahaan, yaitu sebagai berikut: 1. Komunikasi Persuasif, yakni komunikasi yang sifatnya mengajak, yaitu mengajak para karyawan untuk senantiasa fokus dalam mengembangkan branding HIK di mata publik. 2. Komunikasi Informatif, adalah komunikasi yang sifatnya memberikan informasi misalnya hal ini terjadi antara pihak corporate secretary kepada para karyawannya. Corporate secretary memberikan berbagai informasi yang memang belum diketahui oleh para karyawan, atau dapat juga terjadi sebaliknya. 3. Komunikasi Human Relations, merupakan komunikasi antarmanusia yang berjalan diantara seluruh pihak yang ada di HIK. Mereka berdiskusi dan bermusyawarah dalam setiap kesempatan, bukan hanya yang bersifat formal namun juga terkadang nonformal. 97 4. Komunikasi Internal, komunikasi ini bertujuan agar publik internal HIK mengetahui pemikiran manajemen dan sebaliknya berusaha agar manajemen mengetahui pemikiran karyawan. Ada proses timbal balik dalam komunikasi ini, sehingga dapat meminimalisir missunderstanding antara kedua belah pihak. 5. Komunikasi Eksternal, adalah komunikasi yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana penilaian publik terhadap program/kegiatan perusahaan. Salah satunya dengan menggunakan media massa. 6. Komunikasi Formal, yaitu komunikasi horizontal & vertikal (downward dan upward communication) adalah komunikasi yang terjadi antara atasan dengan bawahan atau bawahan dengan atasan serta atasan dengan atasan dan bawahan dengan bawahan. Dalam konteks HIK komunikasi ini sangat lancar nyaris tidak ada kendala serta gap antara atasan dengan bawahan dalam melancarkan komunikasi, karena HIK mengedepankan prinsip kekeluargaan dalam organisasi. Seorang manajer selalu menghargai karyawannya serta sebaliknya seorang karyawan akan selalu menghormati manajernya. 7. Komunikasi Informal, yaitu informasi yang mengalir di dalam orangorang internal HIK tanpa memperhatikan posisi serta jabatan mereka. Informasi ini mengalir ke atas ke bawah serta secara horizontal dan biasanya bersifat pribadi. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan data dan informasi yang dikumpulkan, dianalisis, dan diinterpretasi dalam penelitian ini, peneliti sampai pada beberapa poin kesimpulan terkait dengan strategi media relations yang dijalankan PT. BPRS HIK dalam menjalin hubungan dengan media massa: 1. Strategi HIK dalam menjalin hubungan dengan media massa dibagi menjadi tiga. Yaitu: mengelola relasi dengan media massa seperti menjalin hubungan baik dengan pihak media masa, melakukan komunikasi intensif dengan media, serta membangun dan memelihara kontak dengan media massa, yang kedua yaitu mengembangkan strategi dalam berhubungan dengan media, strategi yang dijalankan harus terus dikembangkan seperti dengan menggunakan media yang relevan dan terus mengembangkan materi PR untuk media massa. adapun terakhir yaitu mengembangkan jaringan untuk mendapatkan akses menuju media massa seperti merekrut tenaga pegawai yang memiliki wawasan luas tentang dunia media massa dan dunia kewartawanan untuk menjadi corporate communications (humas) di organisasi. Strategi media relations PT. BPRS HIK bersifat proaktif dan persuasif. Proaktif disini HIK mendekati media bukan hanya ketika membutuhkan saja, komunikasi yang dilakukan tidak bersifat 98 99 ceremonial, yaitu hanya mendekati media jika dibutuhkan saja melainkan lebih interpersonal. Persuasif dengan cara-cara pendekatan yang halus, baik dan memenuhi etika yang ada sehingga dapat tercipta mutual understanding yang sempurna antara HIK dan media massa. 2. Fokus HIK dalam menjalankan media relations adalah selalu mempertahankan branding di mata media. HIK ingin memiliki satu positioning yang baik di mata media massa sebagai salah satu BPRS terbaik. Adapun branding yang mereka bangun adalah ‘Bicara BPRS ya HIK, Bicara HIK ya BPRS”. B. Saran 1. Saran Bagi Nasabah dan Masyarakat Kehadiran lembaga perbankan di Indonesia merupakan salah satu kiat pengembangan ekonomi bangsa, namun sebagai masyarakat dan calon nasabah atau bahkan nasabah, sudah seharusnya memilih dan memilah lembaga perbankan mana yang dirasa aman serta kredibel dalam mengemban amanat berupa harta mereka yang dititipkan di lembaga perbankan. Khususnya bagi umat Muslim yang notabene merupakan masyarakat terbanyak di Indonesia, bijaksanalah dalam memilih lembaga keuangan sebagai tempat harta diinvestasikan, lebih baik menggunakan jasa lembaga perbankan yang sesuai dengan syariat agama Islam seperti salah satunya BPRS HIK. 100 2. Saran Bagi HIK Penelitian ini dapat digunakan oleh corporate communications HIK untuk merancang kembali aktivitas dan strategi media relations yang lebih efektif dan optimal, serta dapat pula digunakan sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk memperbaiki kekurangankekurangan dalam pelaksanaan media relations sebelumnya. Bagi HIK sendiri, kegiatan media relations yang ada bisa lebih dikembangkan dengan menambahkan kegiatan-kegiatan yang lebih kreatif dan inovatif agar hubungan HIK dengan media massa dapat dirasa lebih segar dan lebih bisa memenuhi kebutuhan wartawan. 3. Saran Akademis Penelitian ini hanya mendalami segala strategi yang digunakan HIK dalam menjalin hubungan dengan media massa tanpa melihat output dari pelaksanaan strategi media relations tersebut, sehingga peneliti tidak bisa menilai tingkat efektivitas dari implementasi stategi media relations yang telah diterapkan HIK dalam menjalin hubungan dengan media massa. Untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan agar efektifitas dari implementasi strategi media relations HIK juga dimasukkan sehingga menjadi tolok ukur tersendiri bagi HIK, yaitu berupa output dari staregi media relations yang dapat dikategorikan kedalam beberapa hal, antara lain: perubahan sikap, opini, dan perilaku masyarakat serta wartawan terhadap HIK. DAFTAR PUSTAKA Buku: Anggoro, M. Linggar, Teori & Profesi Kehumasan Serta Aplikasinya di Indonesia, Bumi Aksara, Jakarta, 2008. Budiono, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Penerbit Karya Agung, Surabaya, 2005. Bungin,Burhan, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006. Cangara, Hafied,Perencanaan & Strategi Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2013. Caywood, Clarke. L, The Handbook of Strategic Public Relations and Integrated Communications, New York, Mc Graw Hill, 1977. Cutlip, Scott M, et all, Effective Public Relations: Edisi Kesembilan Cetakan Ke-4, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2006. Darmastuti, Rini, Media Relations: Konsep, Strategi dan Aplikasi, Penerbit Andi, Jakarta, 2012. Effendy, Onong Uchajana, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi, PT. Citra Aditya Bandung, 2007. Bhakti, Fauzi, Yuslam, Memaknai Kerja, PT. Mizan Pustaka, Bandung: 2012. Grunig, A. Larisa and James E. Grunig, Exellence in Public and Communications Management, Taylor and Fransis Group, New York, 2008. Iriantara,Yosal, Media Relations: Konsep, Pendekatan, dan Praktik, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2011. J, Werner Dkk, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan Terapan di dalam Media Massa, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2005. Jefkins, Frank, Public Relations Edisi Kelima, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2002. Kriyantono, Rachmat, Tehnik Praktis Riset Komunikasi: disertai contoh Media, Publik Relation, Advertasing, Komunikasi Organisasi, Pemasaran, Kencana Prenada Media Group. Jakarta: 2010. praktisRiset Komunikasi Liliweri, Alo, Strategi Komunikasi Masyarakat, PT. LKiS Yogyakarta, Yogyakarta, 2010. Morrisan, Manajemen Public Relations, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta, 2008. Mulyana, Dedi, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007. 101 102 Nimmo, Dan, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005. Nurudin, Hubungan Media: Konsep dan Aplikasi, PT. Raja grafindo Persada, Jakarta, 2008. Pengantar Komunikasi Massa, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta: 2007 Saputra, Wahidin & Rulli Nasrullah, Public Relations 2.0: Teori dan Praktik Public Relation di Era Cyber, Gramata Publishing, Depok, 2011. Soemirat, Soleh & Elvinaro Ardianto, Dasar-dasar Public Relations, PT.Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005. Sumber Website: http://bprshik.co.id/pages/index/16/Sejarah http://bprshik.co.id/pages/index/17/Nilai-nilai http://bprshik.co.id/pages/index/15/Produk-Pembiayaan http://bprshik.co.id/pages/index/14/Produk-Pendanaan www.bprshik.co.id http://firmanelpaserie.blogspot.com/2013/04/bank-perkreditan-rakyat-syariahbprs.html http://alifiarahmany.blogspot.com/2013/11/optimasi-bank-pembiayaan-rakyat syariah.html http://suarakomunitas.net/baca/1044/produk-dan-jasa-perbankan-syariah/ http://alislamiyah.uii.ac.id/2013/09/17/produk-perbankan-syariah-antara-al-minhaj-al raddidan-al-minhaj-al-maqshadi http://www.ojk.go.id/statistik-perbankan-syariah-desember-2013 Wawancara Penelitian Pewawancara : Ulva Lathifah (Mahasiswi UIN Jakarta) Narasumber : Bapak. Abdul Muid Badrun (Corporate Secretary PT. BPRS Harta Insan Karimah) Pelaksanaan Wawancara : Hari : Rabu 5 Februari 2014 Pukul : 09.00 – 10.00 WIB Tempat : Kantor PT. BPRS Harta Insan Karimah T: Apa itu BPRS Harta Insan Karimah? (Gambaran Umum mengenai HIK mencakup sejarah berdirinya, visi dan misi perusahaan) J: BPRS HIK adalah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah yang berdiri pada tanggal 8 September 1993, kami berpengalaman selama lebih dari 13 tahun di dunia perbankan syariah. Pemegang Saham Harta Insan Karimah adalah Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Fakultas Ekonomi Gajah Mada (HMI FE UGM) Jogjakarta. Visi Misi kami bertekad untuk menjadi Bank Syariah yang unggul dan amanah serta terkemuka di segmen jasa usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). T: Apa saja produk/jasa yang ditawarkan oleh PT. BPRS Harta Insan Karimah? J: produk yang kami tawarkan berupa produk pembiayaan seperti pembiayaan modal usaha, pembiayaan investasi, pembiayaan konsumtif, dan pembiayaan talangan haji. Serta produk pendanaan, seperti deposito hasanah, tabungan anak sholeh, tabungan karimah, tasbih, taslim dan tabungan qurban. T: Apa saja bidang pekerjaan PT. BPRS Harta Insan Karimah? J: Terlampir. T: Apa keunggulan PT. BPRS Harta Insan Karimah dibanding dengan bankbank syari’ah lainnya? J: Kalo bicara keunggulan dibanding dengan bank lain, sebenarnya kalo kita face to face antara bank HIK dengan bank syariah lain keunggulan kita 1. Aset kita besar artinya kalo aset besar otomatis dari sisi kemajuan, kekuatan, ekspansi pasar itu juga besar 2. Pelayanan kita lebih kepada direct selling. Kita bisa jemput bola. Baik itu persoalan lending (pembiayaan), maupun funding (pendanaan). T: emm menjemput bola itu maksudnya apa yah pak? J: maksudnya gini misalnya ada nasabah telfon dan ingin mendepositokan dana sebesar Rp. 1 Miliar dan menyuruh kita datang kesana, nah kita bisa kesana, itu salah satu bagian dari jemput bola, dan selain dari itu juga kelebihan kita dari sisi margin, margin kita untuk deposito relatif lebih besar dari bank syariah lainnya, makanya temen-temen karyawan BI pun mendepositokan dananya ke kita padahal bank syariah kan banyak, karena di HIK lebih aman karena kita dijamin oleh LPS (Lembaga Penjamin Simpanan), dan kita juga lagi-lagi dari sisi margin itu lebih menguntungkan, orang kan kalo punya dana milyaran itu mau menanamkan ke satu lembaga harus bonafit, asetnya besar, namanya besar, serta menguntungkan juga kalo besar tapi tidak menguntungkan untuk apa, dan pelayanan tentunya kita kan menggunakan sistem jemput bola, jadi kecepatan itu tadi. T: Dimana letak bagian Humas/PR/marketing communication dalam perusahaan ini? J: Kalo bicara letak ya adanya di corporate secretary, disini namanya humas itu corporate communication, kalo selain perbankan kan menyebutnya PR, kalo perusahan perbankan pasti menyebutnya corporate communication, menjadi salah satu tugas dari corporate secretary, corporate secretary itu kan salah satu fungsinya ya corporate communication termasuk investor relation, marketing dan macammacam ada 4 fungsi. T: Apa saja tugas humas PT. BPRS Harta Insan Karimah? J: 1. Fungsi publikasi terkait dengan event-event yang kita lakukan, tahunan baik itu RUPS baik publikasi dalam arti kegiatan-kegiatan, bakti sosial, memberikan dana santunan anak yatim, kemarin juga ada milad, itu bagian dari publikasi media, jadi media kita undang kesini untuk meliput agar proses publikasi itu bisa terwujud. 2. Advokasi. Artinya ketika ada masalah yang muncul misalnya ada suatu masalah di lapangan yang mengdiskreditkan kepada HIK kita harus menjelaskan fungsi advokasi, dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, tidak berupa opini atau asumsi persepsi melainkan mejelaskan secara real-nya. Namun satu tahun saya disini relatif tidak ada kejadian seperti itu. T: Sepenting apa humas bagi keberlangsungan hidup PT. BPRS Harta Insan Karimah? J: Oo sangat penting sekali. Corcom (corporate secretary) ya humas lah bahasa gampangnya sangat penting, terutama sekali dalam menjalin hubungan dengan media massa, masyarakat, stakeholders, investor, dengan misalnya pemegang saham, itu menjadi fungsi dari corcom, kalo tidak ada itu kita tidak akan dikenal. Kalo bicara penting ya sangat penting, pentingnya seperti apa, misalnya kita tidak punya tangan maka susah untuk makan, begitu juga perusahaan tanpa humas (corcom) maka dia akan sulit dikenal dan sulit untuk menjadi berkembang, prinsip kita LBHI low budget high impact, semua departemen di kita memegang prinsip LBHI harus sedikit budget namun jelas impact-nya kepada perusahaan. T: Lalu bagaimana perusahaan menjalankan prinsip LBHI? J: begini saya kasih contoh di Republika saja satu halaman full jika kita ingin publikasi itu biayanya bisa 80-an, kita mencari bagaimana bisa publikasi namun secara gratis, caranya dengan membangun hubungan baik dengan para wartawannya, kita ajak dia makan, kita deketin secara personal, dan kebetulan saya juga orang media, sejak dulu masih kuliah di UGM (Universitas Gajah Mada) saya sering menulis di media, karena saya sering menulis di media, ini persoalan individu yah, jadi sudah kenal dengan teman-teman dan ketika saya ingin masuk itu mudah, kaya kemaren kita kan dapet awards BPRS terbaik versi KCI (Karim Consulting Indonesia) dan ingin mengkomunikasikan itu kepada media maka kita sebagai media partner itu mudah sekali mempublikasikannya, bahkan No Budget High Impact yah NBHI, itu bagian dari strategi kita, selain itu jika kita ingin release di media massa kita kan harus mengundang wartawan untuk kesini meliput, itu kan berbiaya juga, Infobank saja menawarkan kami release di majalahnya sebanyak 2 lembar biayanya 1 sisinya saja 65 juta, jadi kalau 2 ya 130 juta, dan untuk sekelas BPRS seperti kami bukan kami tidak mampu namun kami harus memilah dan memilih cost yang kami keluarkan ini akan efektif atau tidak, kalau tidak efektif kan berarti itu hanya buang-buang dana saja, sedangkan dana ini kan bukan dana pribadi melainkan dana umat, ketika dana umat berarti kita harus menjalankannya dengan baik dan tanggung jawab, jadi release pun kita tidak bayar misalnya ada media yang menyuruh saya untuk menulis tentang layanan dan jaringan BPRS ya saya terima saja, maka saya harus memposisikan diri sebagai wartawan saya akan mewawancarai direksi, syarekat dan sebagainya, lalu saya olah sekitar 3000 karakter lalu saya kirim besok atau lusa sudah terbit tulisan saya di media massa, dan itu tidak bayar kalau orang kan taunya masuk media bayar berapa? Nah ini bagian dari strategi kami untuk meraih custumer dan meng-hugs media agar bisa berjalan bersama kita. T: Sedalam apa divisi/bagian humas berhubungan dengan orang-orang internal perusahaan? Bagaimana pula dengan eksternal perusahaanya? J: Kalo bicara sedalam apa tentunya dengan internal custumer dan karyawan sangat dekat kami menerapkan fungsi kekeluargaan, saling berhubungan, support satu sama lainnya, terkait dengan bagaimana kita menjaga branding HIK yaitu “bicara BPRS ya bicara HIK” tapi jangan sampai untuk menjaga branding tersebut kita sampai bleeding, bleeding itu mengeluarkan dana berlebihan namun tidak ada impact-nya untuk perusahaan. Dengan eksternal kita silaturahim terutama pemegang saham silaturahim pada founding. Itu bagian strategi kita berhubungan dengan internal perusahaan. T: Siapa saja pihak yang berhubungan dengan dengan humas HIK baik yang secara langsung/ tidak langsung? J: Semuanya berhubungan mulai dari direktur utama secara struktural sampai kebawah ini secara internalnya, kalo eksternal ya tadi dengan stakeholders, masyarakat, penabung, investor, deposan, pemerintah disini adalah BI, pajak, dan media massa. T: Apakah ada spesialisasi (pembagian tugas) pada bagian humas HIK? J: Tidak ada, semua dikerjaan bersama, tidak ada pendelegasian tugas yang ada hanya supporting misalnya kita ingin mem-publish berita maka kita akan meminta divisi IT untuk membantu mempublikasikannya di web pribadi atau di media. T: jadi tidak ada pembagian tugas ya pak? J: iya tidak ada kita semua multiskill, zaman sekarang harus memiliki multitalent, kalau tidak begitu nanti cost-nya terlalu besar, satu orang bisa mengerjakan berbagai macam tugas. T: Bagi HIK, berhubungan dengan media massa pentingkah? Sejauh mana? J: Ooh sangat penting media massa itu kan corong informasi. Kalo di marketing ada strategi above the line dan bellow the line. Buat yg above the line-nya ada media massa, koran, majalah, tv dan radio, above the line itu media yang mengeluarkan biaya banyak kita tidak mau kesana ke radio atau tv karena mereka kan cost center yah jadi kita sangat hati-hati menjalankan itu, sekali tayang 30 detik saja di tv itu bisa mengeluarkan biaya hingga 20 juta, sedangkan orang belum tentu menonton iklan tersebut, jadi kami lebih baik mengalihkan dana itu untuk direct selling saja, kalau bicara seberapa pentingnya jelas sangat penting media itu kan corong informasi perusahaan, jadi kita harus intimasi dengan media dekat sekali dengan media agar kalo ada event-event perusahaan kita bisa mengajak media, media sudah bukan orang lain lagi bagi kita jadi kita berhubungan sangat dekat, bahkan bahasa kami kami meng–hugs media, merangkul media, bahasanya hugs marketing pemasaran dengan cara merangkul, media sudah menjadi bagian penting bagi kita kalau tidak ada media kita tidak akan dikenal oleh masyarakat luas. T: Media apa saja yg berkerjasama dengan PT. BPRS Harta Insan Karimah? J: Sejauh ini kita kan bank syariah yah, maka kita sering berhubungan dengan media cetak Republika, karena Republika kan Koran bernuansa, bervisi, berwawasan dan ruhnya Islam tentunya pembacanya Muslim, lulusan pesantren, perguruan tinggi Islam jadi segmen kami tepat sekali beriklan di Republika. Kalo majalah kita ke Infobank, memilih Infobank karena majalah terbesar rujukan perbankan ya Infobank, satu-satunya media yang brandingnya masih kuat kalo bicara bank ya Infobank, kalo online nya lebih ke web pribadi di www.bprshik.com serta web Infobank yaitu infobanknews.com. Tapi bagi kami dampaknya tidak sehebat ketika masuk di majalah. Kalau hanya di web yang mau baca tidak begitu banyak. T: Memungkinkan tidak pak publikasi HIK ini dimuat di majalah infobank dan di web online infobank juga secara bersamaan? J: oo sangat mungkin sekali selama ini memang seperti itu yang terjadi, cuma efeknya kurang jika hanya dimuat di web, apalagi majalah Infobank kan oplahnya sudah puluhan ribu saya tidak tahu pasti hanya saja seluruh Indonesia sudah membaca, meskipun media online sudah menjadi gejala tetapi bagi sebagian orang membuka online itu malas, kadang tidak sempat, atau mengatakan bahwa online itu “tidak pasti ahh beritanya”, serta butuh yang melek media juga. Orang lebih memilih membaca yang berbentuk kertas karena bau kertasnya itu loh. T: Media apa yang paling sering dipergunakan HIK dalam mempublikasikan program/produk HIK? J: Media cetak. Republika dan majalah Infobank. Kalo online kita lebih ke web pribadi di www.bprshik.co.id T: Kalo publikasi secara online apakah ada biayanya? J: ohh tidak, selama ini jika secara online no biaya, kalau harus membutuhkan biaya kita tentu akan berhati-hati dan lihat dampaknya apa nih bagi kita, saya pernah baca satu buku tentang “tinggalkan advertising” zaman sekarang itu advertising sudah tidak dipakai zaman ini adalah era sosial media yang no budget karena iklan itu mahal loh, dan tidak semua orang mau mengeluarkan biaya untuk iklan, dampaknya belum jelas pula, hanya perusahaan besar yang masih menggunakan iklan perusahaan dengan saku dalam sulit untuk masuk ke media. T: Sejauh ini media apa yang dirasa paling efektif dalam mempublikasikan/mensosialisasikan program/produk HIK? J: Sosial media yg low budget, dan media cetak , kita mengatakan ini efektif karena kita harus segmented, kalau terlalu luas juga jadi tidak presisif ya, jadi gini, bicara rujukan umat Muslim ya Republika kan, dan bicara perbankan ya majalah Infobank, makanya karena kami lembaga syariah makanya memilih Republika sebagai partner dan dari sisi perbankannya kami partner dengan majalah Infobank. Karena kami harus hati-hati mengeluarkan dana karena ini adalah dana umat milik bersama bukan milik kami. Jadi jangan sampai bleeding itu tadi, jangan sampai kehabisan energi namun impact buat perusahaanya sedikit. T: Mohon berikan gambaran aktifitas media relations humas PT. BPRS Harta Insan Karimah. J: 1. Fungsi publikasi, personal selling, publisitas, public relation, dan promosi, berhubungan interpersonal dengan wartawan seperti melalui sms, bbm dengan orang-orang media, jadi berkomunikasi dan berhubungan sangat intensif, sampai kepada diskusi dengan wartawan dan itu hampir setiap hari. Jadi sudah jelas aktifitas kita kebih kepada menjalin hubungan dengan baik menjalin komunikasi dengan baik mendiskusikan headline news yang muncul di Republika dan Infobank. Jika seperti ini PR humas kita tidak berhungungan baik dengan desk- desk (penanggung jawabnya), kita tidak mungkin diajak berdiskusi seperti itu, mereka jika berbicara tentang BPRS ya pasti yang ditanya lebih dulu HIK. T: Bagaimana bentuk komunikasi HIK? J: Kami menggunakan bentuk-bentuk komunikasi persuasif, komunikasi informatif, komunikasi human relations, komunikasi internal, komunikasi eksternal, komunikasi formal, dan komunikasi informal. T: Siapakah khalayak sasaran HIK? Sudahkah HIK menggapai khalayak sasaran tersebut? Dan bagaimana strategi yang dijalankan HIK untuk meraih empati khalayak? J: Sasaran pasar kita adalah UMKM, Alhamdulillah sejauh ini sudah tercapai karena pendekatan kita bukan hanya melalui media masa, tetapi juga secara personal selling dan lainnya. Selama ini strategi yang kita lakukan itu adalah silaturohim yang sudah jelas LBHI low badget high impact. T: Bagaimana strategi media relations HIK dalam menjalin hubungan dengan media massa? Apakah HIK menjalin hubungan baikdengan media massa sebagai institusi dan dengan wartawannya sebagai pekerja media massa? Ya, hubungan baiknya itu bentuknya adalah bertanya-tanya setiap bulannya tentang headline bulanan terkait dengan BPRS, bukan hanya di Republika namun juga kepada Infobank. Komunikasi kita bukan hanya ceremonial tetapi lebih interpersonal lagi, kita harus memiliki interpersonal skill. Apakah HIK melakukan komunikasi yang intensif diantara kedua belah pihak yang berkenaan dengan tugas pokok masing-masing? Tentunya iya. Kita bisa komunikasi by phone, sms, bbm, bukan hanya lewat komunikasi above the line melalui nirkabel, tetapi lebih personal dari pada itu. Apakah HIK menjalin hubungan yang berdasarkan hubungan antarmanusia dengan media massa? (misalnya mengirimkan kartu ucapan selamat ulang tahun dll) Ya kita melakukannya, kita biasanya mengucapkan ulang tahun kepada Republikanya sebagai institusi dan desk syariahnya. Apakah HIK memberikan materi pemberitaan yang terbaik kepada media massa? Oya tentu. Materi pemberitaan kita modelnya pertama kita bikin skrip dulu lalu kita edit bahasa kita screening prosses dan jika pemberitaan itu menyangkut HIK maka harus ada keputusan dari direksi apakah berita ini layak publish atau tidak. Kita tidak ingin berita itu hanya bersifat common sense. Berita itu kan ada dua yah ada yang berbentuk release dan ada yang berbentuk pribadi, kalau yang release tadi ya harus di- approve oleh direksi kalau yang opini misalnya saya menulis opini di media namun mengatasnamakan bank syariah HIK. Apakah HIK menggunakan media yang relevan dalam menyampaikan pesan pada publik? Oya. Media relevan kita karena kita bank syariah yaitu Republika karena pembacanya segmented pada dunia-dunia Islam. Serta Infobank sebagai barometer terbesar terkait dengan dunia perbankan Indonesia. Apakah HIK membangun dan memelihara kontak dengan media massa? Iya pasti. Kami menyimpannya ko. Baik Republika dan Infobank. Apakah HIK memposisikan organisasi sebagai sumber informasi handal untuk media massa? Ya. Selama ini rujukan mereka kaitannya dengan BPRS pastiya HIK. Apakah HIK memposisikan pimpinan perusahaan sebagai juru bicara di media massa? Ya tentu. Biasanya yang menjadi sumber itu dewan direksi dan corporate communication. Apakah HIK berkoordinasi dengan bagian-bagian lain dalam perusahaan sehingga selalu mendapatkan informasi mutakhir? Ya. Misalnya terkait dengan funding dan lending namun keputusan tentang pemberitaannya ada di tangan direksi. Tapi pasti berkoordinasi dengan bagian-bagian terkait. Apakah HIK merekrut tenaga wartawan untuk menjadi humas di perusahaan? Sejauh ini belum. Namun saya sejak 1998 sudah aktif di media massa, dan sedikit banyak mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan media massa. Apakah HIK berhubungan baik dengan organisasi kewartawanan? Kami hanya sekedar say hello dengan mereka, kalau ada event misalnya ulang tahun atau family gathering ya kami diundang. Biasanya dengan organisasi PWI (Persatuan Wartawan Indonesia). Apakah HIK berhubungan baik dengan orang luar organisasi untuk memperluas jaringan dengan dunia media massa? Selama ini yang diundang itu direksi kami. Seperti kemarin ada acara di BI direksi kami menjadi nara sumber dan diliput dengan media. T: Hal-hal apa saja yang mendukung pelaksanaan media relations di HIK? J: Yang mendukung selama ini adalah komunikasi yang intensif dengan mereka. Seperti saya sms, bbm atau diskusi dengan mereka, itu yang penjadi pendukung utama karena tidak semua orang mau diajak seperti itu, jadi media relations kami tidak hanya sebatas ketika ada event, tapi lebih dari itu. Karena bagi saya wartawan adalah hidup saya. Karena saya juga suka menulis. Kami berharap dari hubungan baik ini ada nilai tersendiri yang didapatkan HIK dan juga media massanya. Kami lebih mengedepankan „dekat‟ dari pada hanya sekedar „kenal‟dengan mereka. T: HIK merupakan lembaga perbankan syari’ah, lalu adakah unsur-unsur islami yang dilakukan HIK dalam menjalin hubungan dengan media massa? J: Unsur-unsur Islaminya seperti berkata jujur apa adanya tidak ada yang ditutuptutupi, menyampaikan informasi apa adanya, menjalin silaturahim, dan dapat dipercaya. T: Informasi apa yang biasanya menarik minat wartawan untuk meliput HIK? J: Ya informasi yang ada kaitannya dengan BPRS, serta terlebih dahulu disunting agar ringan dibaca, dan biasanya sih mereka suka sama bad news, karena bagi mereka “bad news is good news”, kalaupun good news kaitannya dengan penemuan baru seperti rating dan lainnya. T: Bagaimana kiat dan cara HIK dalam mengolah informasi agar menarik minat wartawan untuk mem-publish-nya? J: Kalau selama ini yang kita lakukan skrip kita buat lalu ada approve dari direksi dan disunting oleh direksi setelah itu melalui tahap re-writing, ya bahasa televisinya sih dicek and ricek dahulu lah biar menarik dan ringan dibaca. T: Adakah persyaratan yang diajukan media demi dimuatnya publikasi mengenai HIK? J: Tidak ada. T: Bagaimana pendapat HIK tentang berita yang beredar di media terkait dengan HIK sendiri? J: Kalau selama ini yang saya lihat sih baik-baik saja, kita jarang ada informasi yang bad, malah nyaris tidak ada. Selama ini berita yang mereka ambil berita-berita yang memuat prestasi dan lain sebagainya. T: Apakah HIK berhubungan dengan media local setempat? J: Ya. Kita berhubungan dengan tabloid bulanan namanya Media Syariah. T: Berhubungan dengan media massa tentu memiliki tujuan. Apakah tujuan utama yang ingin dicapai HIK dalam berhubungan tersebut? J: Tujuan ini saya desain menjadi tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Kalau tujuan jangka pendeknya kita ingin HIK memiliki satu positioning yang baik di mata media massa, sebagai salah satu BPRS terbaik dan terbesar secara asset. Kami ingin jika media membicarakan BPRS hal pertama yang mereka ingat adalah HIK. Jadi kami menjadi rujukannya media massa terkait BPRS. Untuk jangka panjangnya kita ingin proses yang sekarang kita lakukan di jangka pendek itu nanti ujungnya adalah ketika kita menjadi HIK yang tersebar di seluruh Indonesia hubungan kita dengan media itu sudah selesai, artinya hubungan kita dengan media tidak ada kesulitan lagi, media massa itu ya kita ini, selama ini kan jika ada event saja mereka meliput namun ke depannya kita ingin segala yang kita lakukan itu diliput oleh media. T: Apakah HIK menerapkan nilai dan etika dalam berhubungan dengan media massa? Apa tujuannya? J: Ya. Kita saling menjaga kerahasiaan baik kerahasiaan perbankan dan rahasia pribadi. Agar kita saling menghargai posisi masing-masing. Sehingga keterjalinan hubungan ini lebih terasa indah dan cantik. T: Adakah jadwal khusus bagi HIK untuk mempublikasikan informasi perusahaan? J: Kalau jadwal khusus sih tidak ada. Tetapi setiap bulannya kami selalu memberikan kabar kepada media. Contohnya waktu bulan Januari kemarin kami mengirimkan berita tentang perluasan jaringan dengan membuka kantor cabang. T: Pernahkah terjadi konflik antara humas HIK dengan pihak media massa? Oh tidak pernah, bagi kami konflik itu tidak ada gunanya. T: Apa saja kendala yang dihadapi HIK dalam berhubungan dengan media massa? J: Selama ini tidak ada kendala, karena ketika saya diminta menjadi corporate communication oleh HIK saya berangkat dari media massa, jadi mudah sekali bagi HIK untuk masuk ke media. Assalamualaikum. Wr. Wb. Mas/Bapak Wartawan Republika yang saya hormati, Sebelumnya perkenalkan saya ULVA LATHIFAH, mahasiswi UIN Jakarta semester 8 yang sedang menyelesaikan skripsi dengan judul “Strategi Media Relations PT. BPRS Harta Insan Karimah Dalam Menjalin Hubungan Dengan Media Massa”. Sehubungan dengan materi skripsi saya, saya ingin mengetahui lebih dalam perihal hubungan BPRS HIK dengan para wartawan khususnya wartawan Republika, karena biasanya publikasi HIK dimuat di harian Republika tersebut. Dari itu, saya mohon kesediaan mas/bapak untuk menjawab beberapa pertanyaan terkait dengan penelitian yang saya lakukan, dan jika berkenan mohon lampirkan biodata pribadi mas/bapak. Atas waktu, kesediaan serta partisipasinya saya ucapkan banyak-banyak terimakasih, Jazaakumullah ahsanal jazaa’. Wassalamualaikum. Wr. Wb Hormat Saya, (Ulva Lathifah) Wawancara Penelitian Pewawancara : Ulva Lathifah (Mahasiswi UIN Jakarta) Narasumber : Mas Irwan Kelana (Desk Syariah Republika) Pelaksanaan Wawancara : Wawancara via Email melalui [email protected] 1. Sedalam apa Anda mengenal PT. BPRS Harta Insan Karimah? BPRS HIK adalah salah satu BPRS yang tumbuh dan berkembang dengan baik, dan menjadi bench mark bagi BPRS lainnya. 2. Menurut Anda sebagai orang yang dekat dengan corporate secretary & communication HIK, bagaimana peran serta kinerja corporate secretary & communication HIK dalam menjalin hubungan dengan media khususnya Republika? Cukupkah? Cukup. 3. Apakah hubungan Anda dengan HIK hanya sebatas hubungan professional atau lebih? Bisa diceritakan? Profesional. 4. Apakah HIK dapat meng-cover seluruh kebutuhan Republika tentang informasi terkait dengan BPRS? Sebatas BPRS HIK. 5. Apakah ada kekurangan HIK dalam menjalin hubungan dengan Republika? Bagaimana tanggapan Anda? Cukup. 6. Sejauh ini bagaimana tanggapan kawan-kawan wartawan lain ketika berita HIK muncul di “Rubrik Syari‟ah” Republika? Positifkah? Positif. 7. Apakah Republika pernah memuat berita negatif tentang HIK? Belum pernah. 8. Apakah ada waktu-waktu tertentu/khusus untuk mempublikasikan informasi mengenai HIK? Tidak ada. 9. Apakah ada feedback dari masyarakat mengenai publikasi HIK di Republika yang disampaikan secara langsung atau melalui email, telfon, atau media lainnya kepada pihak Republika sendiri? Mungkin ada. 10. Hal apa yang membuat Republika berminat untuk meliput dan memuat informasi mengenai HIK? Republika punya rubrik Ekonomi Syariah. Rubrik ini terbuka bagi semua bank syariah, baik Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) maupun BPRS. 11. Menurut Anda, seperti apa media relations yang ideal di mata wartawan? Terbuka ketika wartawan membutuhkan informasi. Menghargai wartawan sebagai pribadi dan profesional dengan keahliannya. Tidak hanya mendekati wartawan saat butuh pemberitaan tentang perusahaannya. 12. Apakah HIK sudah layak disebut „ideal‟ dalam menjalankan media relations dengan Republika? Belum. 13. Kegiatan media relations apa yang sering dilakukan oleh corporate communication HIK? BBM. 14. Hambatan apa saja yang ditemui Republika dalam berhubungan dengan corporate communication HIK? Tidak ada. 15. Terkait info HIK, biasanya informasi seperti apa yang diminati wartawan, khusunya Republika? Kinerja, dan tanggapan tentang isu perbankan syariah yang sedang hangat saaat itu. 16. Pernahkah HIK mengadakan kegiatan informal untuk menjalin hubungan baik dengan pihak Republika? Dalam bentuk apa? Pernah. Makan malam. 17. Bagi Anda, sebenarnya industri perbankan syari’ah seperti HIK pentingkah menjalankan media relations? Mengapa? Setiap perusahaan perlu menjalankan media relations agar lebih dikenal oleh wartawan, dan kemudian wartawan pun dapat menulis tentang perusahaan tersebut dengan baik, baik ketika perusahaan tersebut mendapatkan suatu prestasi maupun saat perusahaan itu mendapatkan suatu kesulitan/musibah/kinerja yang jelek. Kalau wartawan tidak mengenal baik perusahaan tersebut, bisa jadi berita yang ditulisnya ada yang tidak tepat atau terjadi mispersepsi. 18. Lalu strategi seperti apa yang tepat bagi BPRS HIK dalam menjalin hubungan dengan media massa, khususnya dengan Republika? Jaga kontak dengan media, minimal SMS/BBM; perhatikan tanggal lahir wartawan dan ucapkan selamat ulang tahun pada pukul 00.00; dan ucapkan selamat setiap kali wartawan atau keluarganya meraih suatu prestasi (misalnya menang lomba menulis, anaknya diterima di perguruan tinggi negeri, anaknya jadi juara tahfiz Qur’an dan sebagainya). 19. Adakah saran guna meningkatkan pelaksanaan media relations HIK? Setiap bulan HIK bisa menyiapkan press release mengenai kinerja bulan sebelumnya (jumlah pembiayaan, jumlah DPK, jumlah aset, margin bagi hasil), kisah sukses beberapa nasabah, dan tanggapan terhadap isu perbankan syariah yang tengah hangat saat itu. LAMPIRAN Contoh Publikasi HIK di Media Massa Awards PT. BPR Syariah Harta Insan Karimah Struktur Organisasi PT. BPR Syariah Harta Insan Karimah LOGO PT. BPR Syariah Harta Insan Karimah