prediksi pola sebaran fishing ground nelayan di perairan selatan

advertisement
Prediksi Pola Sebaran Fishing Ground Nelayan di Perairan Selatan Yogyakarta…...........… (Nahib, I & Sutrisno, D.)
PREDIKSI POLA SEBARAN FISHING GROUND NELAYAN
DI PERAIRAN SELATAN YOGYAKARTA
(Prediction of Fishermen Fishing Ground Distribution Pattern
at Southern Yogyakarta Waters)
Oleh/By :
1
2
Irmadi Nahib dan Dewayany Sutrisno
1
Peneliti pada Balai Penelitian Geomatika
2
Kepala Bidang Basisdata Sumberdaya Alam Laut
BAKOSURTANAL Jln Raya Jakarta – Bogor Km 46 Cibinong 16911
Email: [email protected]
Diterima (received): 13 Maret 2010; Disetujui untuk dipublikasikan (accepted): 21 Mei 2010
ABSTRAK
Pengetahuan lokal (pranata mangsa) dijadikan acuan untuk mengetahui awal datangnya
musim penangkapan dan lokasi penangkapan ikan oleh nelayan Yogyakarta. Citra
penginderaan jauh dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik oseanografi. Dalam
penelitian ini, citra yang digunakan adalah citra Aqua MODIS/Moderate Imaging
Spectroradiometer level 3. Analisis temporal khlorofil-a dan suhu permukaan laut (SPL)
dilakukan dengan metode deret waktu. Untuk melihat hubungan antara khlorofil-a dan SPL
dengan hasil tangkapan dilakukan analisis secara deskriptif dan regresi linier sederhana.
Tujuan penelitian adalah (1) Menganalisis hubungan pranata mangsa dengan dengan pola
sebaran fishing ground dan (2) Mengkaji informasi oseanografi berdasarkan data inderaja
untuk prediksi daerah fishing ground di pesisir selatan Yogyakarta. Hasil penelitian
menunjukkan rata-rata SPL tahun 2002-2009 berkisar antara 23,48 – 31,36 °C. SPL yang
dominan pada wilayah penelitian adalah 28,00. - 30,00 ° C. Secara umum kisaran khlorofil3
a di wilayah penelitian sebesar 0.26 -13.67 mg/m . Kisaran yang dominan pada wilayah
3
penelitian antara 0.30 - 0.40 mg/m . Hasil analisis data produksi tangkapan dengan
konsentrasi khlorofil-a dan data produksi tangkapan dengan SPL, secara langsung
mempunyai hubungan yang erat.
Kata Kunci : Citra Catelit Aqua Modis, Khlorofil-a, Suhu Permukaan Laut, Potensial,
Daerah Penangkapan
ABSTRACT
The local knowledge called “pranata mangsa” were referred to indentify recent fish
location and catchments by the Yogyakarta fisherman. Remote sensing images are used to
understand the oceanographic characteristics. In this study, Image used is the image of
Aqua MODIS level 3. Chlorophyll-a and Sea Surface Temperature (SST) temporal analysis
was carried out with time sequence method. The relationship between Chlorophyll-a and
SST with pelagic fish catch was based on descriptive analysis and simple linier regression.
The aims of the study were: (1). To analyze “pranata mangsa” with fishing ground
distribution patterns and (2) To examine oceanography information by using multi-time
remote sensing data to support the prediction development of fishing ground area in the
south coastal of Yogyakarta. Results of research shows that: Average SST years 20022006 ranged between 23,48 – 31,36° C. SST at the area of research is dominant about
9
Globë Volume 12 No.1 Juni 2010: 9 - 20
3
28,00 -30,00 ° C. In general, the range of Chlorophyll-a in the area of 0.26 -13.67 mg/m .
3
Dominant Chlorophyll-a in the range of research areas is between 0,30 -,.40 mg/m . The
results showed that there is a strong correlation between the data of production captured
with chlorophyll-a concentrations and data captured by SST directly.
Keywords : Aqua Modis Image, Chlorophyll-a, Sea Surface Temperature, Potential,
Fishing Ground
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Nelayan Indonesia sebagian besar
merupakan nelayan tradisional atau
nelayan kecil, termasuk nelayan di pantai
selatan Yogyakarta. Secara umum nelayan tradisional, mempunyai tingkat
pendidikan relatif rendah, dan kemampuan modal yang sangat terbatas. Sebagian besar nelayan masih menggunakan
perahu tanpa motor dan perahu motor
tempel serta peralatan tangkap sederhana. Akses nelayan tradisional terhadap
informasi juga relatif terbatas, hal ini
menyebabkan terjadinya rutinitas penangkapan ikan pada areal yang sama.
Di sisi lain, nelayan tradisional mempunyai pengetahuan lokal (local knowlegde) secara alamiah mengenai wilayahwilayah potensi ikan yang diwariskan
secara turun-temurun. Nelayan mengetahui kapan terjadi musim ikan tertentu.
Pengetahuan lokal ini dapat dijadikan
sebagai input untuk mengkaji kondisi
oseanografis wilayah tangkap ikan, untuk
memprediksi pola sebaran fishing ground.
Data inderaja dalam hal ini citra
Moderate Imaging Spectroradiometer
(MODIS), dapat dipakai untuk mengamati
beberapa parameter-parameter oseanografi seperti Suhu Permukaan Laut (SPL)
dan konsentrasi khlorofil yang dapat
dipakai sebagai indikator daerah penangkapan potensial ikan. Khlorofil yang
berwarna hijau inilah yang pada dasarnya
menjadi sumber informasi untuk menduga
sumberdaya
ikan
karena
adanya
keterkaitan antara produktivitas primer
dan sumberdaya perikanan, sehingga
dapat dikatakan dimana terdapat konsentrasi klorofil yang tinggi di situ terdapat
10
juga konsentrasi biota atau ikan laut yang
tinggi (Sutrisno, 2002).
Pemanfaatan data inderaja untuk
mendeteksi pola sebaran fishing ground
ini penting yang dapat memberikan
informasi
temporal
mengenai
pola
sebaran wilayah-wilayah potensi ikan
(fishing ground) yang dapat terjangkau
oleh nelayan tradisi-onal.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan :
1. Menganalisis musim penangkapan
ikan berdasarkan data produksi ikan,
2. Menganalisis
hubungan
pranata
mangsa dengan pola sebaran fishing
ground
3. Mengkaji informasi oseanografi berdasarkan data inderaja untuk prediksi
daerah fishing ground di perairan
selatan Yogyakarta.
METODOLOGI
Data penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah data citra satelit Aqua
MODIS dan data hasil tangkapan ikan
(data statistik perikanan dari TPI Baron
Kec. Tanjungsari, Kab. Gunung Kidul).
Data citra yang digunakan adalah citra
level 3 komposit mingguan dan bulanan,
yakni citra sebaran khlorofil-a dan Suhu
Permukaan Laut (SPL) bulan Juni 2002
s.d Desember 2009 di-download pada
situs http://modis.gfsc.nasa.gov/data.
Metode
Perhitungan indeks musim penangkapan ikan (IMP) berdasarkan metode
Pendugaan Pola Sebaran Fishing Ground Nelayan di Perairan Selatan Yogyakarta….… (Nahib, I & Sutrisno, D. )
rata-rata bergerak (moving average).
Jika IMP > 100, bulan tersebut termasuk
ke dalam bulan musim ikan. Disamping
itu juga dilakukan berdasarkan prosentase produksi ikan bulanan, berdasarkan
formula Uktolseja (1993). Secara skematis tahap kegiatan penelitian disajikan
pada Gambar 1.
Sedangkan algoritama yang digunakan
untuk SPL adalah :
Modis_sst = c1 + c2*T31 + c3*T31-32
+ c4*(sec(ө) – 1)* T31-32 ...(3)
dimana :
T31,T32 = Brightness temperatur dari kanal
31 dan kanal 32
ө
= sudut Zenith satelit
c1, c2, c3 dan c4 = konstanta
Hubungan antara faktor oseanografi
dengan hasil tangkapan ikan pelagis
dilakukan dengan menggunakan analisis
secara deskriptif dan analisis statistik
yaitu dengan persamaan regresi linier
sederhana.
KONDISI UMUM WILAYAH
Secara administrasif daerah penelitian
meliputi
Provinsi
Daerah
Istimewa
Yogyakarta, sebagai wilayah pengambilan
sampel
adalah
wilayah
perairan
Kabupaten Gunung Kidul (Gambar 2).
Gambar 1. Alur Kegiatan Penelitian
Pemetaan “pranata mangsa” dilakukan berdasarkan metode pemetaan
berbasis pengetahuan masyarakat.
Tahap pemetaan adalah (1) Interpretasi
pranata mangsa ke dalam peta kerja
tentatif dan (2) Uji pranata mangsa di
lapangan dengan metode participatory
dan tracking GPS.
Analisis data inderaja dimaksudkan
untuk mendapatkan informasi spasial
karakteristik oseanografi, yaitu
data
SPL dan kandungan khlorofil-a. Algoritma yang digunakan dalam pengolahan
citra satelit MODIS dalah algoritma
OC3M,
nilai konsentrasi khlorofil-a
perairan dalam skala global (McClain
and Feldman, 2004).
Ca =
0,283 − 2,753R +1,457R 2 + 0,659R 3 −1,403R 4
10
 443 > Rrs 488 

R = log  Rrs
10 

Rrs 551


................(1)
..................(2)
Gambar 2. Lingkup Wilayah Penelitian
Wilayah Kabupaten Gunung Kidul
bagian selatan pada umumnya merupakan daerah pesisir yang bertopografi
curam dengan garis pantai berkelokkelok. Kondisi geologi didominasi oleh
batugamping. Penyebaran nelayan dan
Tempat/Pusat Pengumpulan Ikan (TPI
/PPI) berada di daerah teluk.
Nelayan di pantai selatan Yogyakarta
secara umum
merupakan nelayan
tradisional. Perahu/kapal yang digunakan
adalah perahu motor tempel (PMT),
11
Globë Volume 12 No.1 Juni 2010: 9 - 20
dengan ukuran panjang 9 meter, lebar
1,5 meter dengan menggunakan mesin
tempel 15 PK. Alat tangkap yang
digunakan pada umumnya didominasi
oleh jaring, dengan berbagai ukuran.
Kabupaten Gunung Kidul terdiri atas
15 kecamatan, dimana hanya 6 kecamatan yang mempunyai daerah pesisir,
yaitu Kecamatan : Panggang, Purwosari,
Saptosari, Tepus, Tanjungsari dan Girisubo. Jumlah nelayan di Kab. Gunung
Kidul pada tahun 2009 sebanyak 758
orang, sebagian besar nelayan merupakan nelayan tradisional yang melakukan
penangkapan ikan tanpa perahu (71 %)
dan nelayan dengan menggunakan
perahu tempel (29 %). Nelayan yang
memakai kapal motor hanya 1 % (6
orang), yang berada di pantai Sadeng.
Berdasarkan lokasi pendaratan ikan,
jumlah nelayan terbanyak berada di
pantai Sadeng (27 %), Baron (17 %), dan
Ngerenehan (16 %). Sedangkan nelayan
yang paling sedikit berada di Pantai
Sundak, ada 26 orang (3 %).
Nelayan secara umum mempunyai
wilayah fishing ground relatif tetap. Nelayan dengan menggunakan perahu motor
tempel (PMT) hanya melakukan penangkapan ikan di wilayah fishing ground
mencapai sekitar 4 mil. Lokasi fishing
ground biasanya ditempuh lebih kurang
2-3 jam. Jika penangkapan ikan dilakukan pada waktu siang, biasanya di mulai
jam 05.00 dan pulang sekitar jam 10.00.
Sedangkan jika penangkapan ikan
dilakukan pada waktu malam, biasanya di
mulai jam 16.00 dan pulang sekitar jam
04.00. Biasanya nelayan dalam sekali
operasionalnya menghabiskan bahan
bakar sekitar 10 liter. Biaya operasional
per trip lebih kurang Rp. 100.000150.000,00 (sudah termasuk logistik).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Musim Penangkapan Ikan
Lama
musim
peangkapan
ikan
berlangsung beragam antar lokasi fishing
ground dan juga antar jenis ikan,
meskipun secara umum relatif sama.
Indikasi terjadinya musim penangkapan
ikan ditandai keberhasilan nelayan dalam
menangkap ikan yang lebih tinggi
dibandingkan waktu selain musim ikan.
Pengetahuan (pengalaman) nelayan menunjukkan bahwa sebagian besar ikan
tertangkap hanya pada satu musim saja,
yaitu pada musim angin barat atau timur.
Menurut Anonim, 2009 lama musim ikan
ada yang berlangsung 4-7 bulan. Pada
umumnya hasil tangkap ikan lebih tinggi
pada musim timur.
Berdasarkan analisis data produksi
ikan yang didaratkan di TPI Baron Kab.
Gunung Kidul selama periode 1999-2009,
dengan menggunakan metode moving
average dan persentase produksi ikan,
diperoleh indeks musim penangkapan
(IMP) ikan tongkol seperti disajikan pada
Gambar 3.
a) IMP dengan Metode Moving Average
b) IMP dengan Metode Prosentase Produksi
Gambar 3. Indeks Musim Penangkapan (IMP) Ikan Tongkol di TPI Baron
12
Pendugaan Pola Sebaran Fishing Ground Nelayan di Perairan Selatan Yogyakarta….… (Nahib, I & Sutrisno, D. )
Tabel 1 menunjukkan musim penangkapan ikan di pantai selatan DIY yang
dikaitkan
dengan
pranata
mangsa
(Suwarman, 2004). Tabel ini merupakan
hasil pengamatan musim (pranata mangsa) di darat dan pengamatan hasil
tangkapan di TPI.
Hasil wawancara terhadap nelayan di
selatan Yogyakarta (Pantai Baron dan
Depok) menunjukkan bahwa sebagian
besar (sekitar 50%) nelayan mengenal
dan menggunakan kalender pranata
mangsa
sebagai
acuan
aktivitas
penangkapan ikan. Dengan datang
musim penangkapan ikan (jenis tertentu),
maka nelayan akan mempersiapkan alat
tangkap yang sesuai dengan ukuran jenis
ikan. Kelemahan dari tabel pranata
mangsa adalah baru mengindasikan akan
datang musim penangkapan jenis ikan
tertentu, tetapi wilayah fishing ground
masih terlalu luas, yakni pantai selatan
Yogyakarta. Hal ini perlu pendetilan untuk
dapat dilakukan pemetaan pola sebaran
fishing ground
Di perairan pantai Baron, ikan tongkol
yang merupakan jenis ikan dominan
kedua yang paling banyak ditangkap oleh
nelayan pantai Baron. Indeks musim
penangkapan ikan tongkol di pantai Baron
dan sekitar terjadi pada bulan Juli –
Oktober, puncak tertinggi terjadi pada
bulan Oktober. Sedangkan berdasarkan
metode prosentase, musim ikan tongkol
terjadi pada bulan Mei – Oktober, dengan
puncaknya pada bulan Agustus. Sedangkan
penelitian
Suwarman,
2004
menunjukkan terjadinya musim penangkapan ikan tongkol untuk daerah
Yogyakarta secara umum dimulai pada
bulan April sampai November.
Ikan tongkol di pantai selatan DIY
pada umumnya ditangkap nelayan
dengan menggunakan jaring insang
hanyut. Ikan tongkol yang merupakan
jenis ikan pelagis, biasanya akan muncul
ke permukaan untuk mencari makan pada
awal musim penghujan. Puncak musim
ikan tongkol terjadi pada akhir musim
kemarau dan puncak terjadi pada bulan
Oktober atau mangsa 4-5.
Tabel 1. Musim Penangkapan Ikan di Perairan Yogyakarta
Bulan / Mangsa
No
Jenis
Ikan
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
1112
12-1
1
7
8-9
9-10
1011
1
Layur
X
V
V
V
2
X
3
Tombol
Bawal
Putih
4
Teri
X
5
Jahan
X
X
X
6
Pari
X
X
X
7
Tongkol
8
Kakap
XV
XV
9
Hiu
X
10
Tenggiri
X
11
Udang
Bawal
Hitam
Tuna Mata
Besar
Tuna
Madidihang
12
13
14
XV
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
2
X
3-4
4-5
5-6
6-7
V
VX
X
X
X
X
X
VX
VX
VX
X
X
X
VX
VX
X
V
VX
V
X
V
X
X
X
V
X
X
X
V
V
V
V
X
V
V
V
VX
X
V
V
V
X
X
X
X
V
V
V
Sumber : V = Suwarman (2004)
VX
X
X
X
X
X
X
X
X
V
V
V
X
V
VX
V
V
V
V
V
V
V
V
X = Anonim (2009),
13
Globë Volume 12 No.1 Juni 2010: 9 - 20
Pola Sebaran Fishing Ground Berdasarkan Pranata Mangsa
untuk mencari ikan tongkol dengan jaring
apung. Selain itu, daerah jalur tengah
merupakan tempat pengoperasian alat
tangkap pancing rawai.
Berdasarkan hasil survei, nelayan pantai selatan Yogyakarta (terutama Pantai
Baron dan Depok) mempunyai jalur-jalur
penangkapan ikan yang memanjang dari
barat ke timur, dengan batas perkiraan
berdasarkan kenampakan Gunung/Bukit
(Gambar 4), yaitu :
• Jalur Pinggir, yaitu jalur yang dimulai
dari wilayah terjadinya pecah ombak
sampai ke arah jalur tengah. Batas jalur
pinggir ke arah laut adalah lebih kurang
sejajar dengan batas Gunung Jongor
dilihat dari tengah laut. Jalur pinggir,
terbagi menjadi 2 bagian, yaitu jalur
pinggir, dimulai dari pecah ombak sampai jalur nanggung, dan jalur nanggung
merupakan jalur pinggir bagian tengah
sampai jalur pinggir terluar (berbatasan
dengan jalur tengah). Pada jalur pinggir
merupakan fishing groud untuk penangkapan: udang jerbung, ikan bawal, layur,
ikan untuk umpan dan ikan tenggiri yang
ditangkap dengan jaring dasar.
• Jalur Umum, yaitu jalur yang menurut
nelayan terlihat gunung tertinggi di
pegunungan kapur Gunung Kidul. Jalur
ini merupakan fishing ground untuk
mencarikan ikan tongkol yang lebih besar
(dengan jaring apung).
• Jalur Tangker, yaitu jalur yang dilalui
oleh tangker (yang sebenarnya hanya
tug boat) membawa batubara.
Berdasarkan hasil survei, nelayan
pantai selatan Yogyakarta mengetahui
akan datang musim ikan, tetapi tidak
mengetahui secara pasti wilayah fishing
ground dimulainya musim ikan. Nelayan
masih mencari (mencoba-coba) wilayah
fishing ground. Jika ada nelayan yang
menemukan lokasi fishing ground, maka
akan menginformasikan kepada nelayan
lainnya yang ada di wilayah pantai selatan
Yogyakarta. Lokasi dimulainya musim
penangkapan ikan setiap tahunnya
terutama untuk ikan bawal tidak sama
• Jalur Tengah, yaitu jalur yang menurut
nelayan terlihat ujung bukit / Gunung
Bunder di Drini terlihat setara dengan air
laut. Jalur ini merupakan fishing ground
110o45"00"E
24
KARANGMOJO
Menggoran
Pakis
Plambatan Timur
WONOSARI
Sumberan
PONJONG
Munggur
Karanguendo
Gandusatu
Depok
TPI Depok
14
#
Karangduwetdua
Mengger
Trasih
Gebang
Petoyan
Dringo
Tanjungsari
Pudak Gintungan
Parangtritis Paranggendong
Molodoyo
Widora
#
Legundi Bali
Karangtengah
Kepu
#
104
#
Kedungdono Timur
#
Salak
Tg.Watugeger
Janglot
Malikan
Krambil
Wiloso
#
282
#
#
262
#
Jambu
Gaduhan
Dengok
Ngeretek
Nglaran
Pampang
Pringapus
Kauman
#
Ngampel
Telasih
Kerjo
Kanigoro
Kasihan
Ngasem
#
#
Y
# 12
posis nelayan Depok
# 104
66
Titik kedalaman
Jalan Utama
Sungai
Garis Batas ZEE (12 mil)
Jalur Umum
41
8
"
12 Miles
Batas Provinsi
#
124
#
12 m
il
#
Y
Sadeng
Jalur Tengah
35
8
"
8
posis nelayan Baron
o
8o15"00"S
122
4
10
8 15"00"S
ZEE
#
0
Legenda :
Karangtengah
Wonoroto
TPI Sadeng
#
131
4
Deragung
Tg.Watupanjang
#
Utara
Melikan
Ploso
Kotekan
Palgading
Padang
Ngampiran
Pake
Banjar
Ngasem
Senggerang
Bruno
Gudedua
Pringapus Ngasem
Ngepring
Rejosari
Wonosobo
Tepustiga Gupakan
Ngelindur Wetan
TPI Baron
Brongkol
DayaanGamping
Drini
Kepuh
Wenodadi
Bendolo
Tg.Kesirat
#
#
Ngepos
PETASEBARANPENANGKAPANIKAN
NELAYANDI TPI (BARON&DEPOK)
DAN
JALURPENANGKAPANIKANNELAYAN
DAERAHISTIMEWAYOGYAKARTA
Gemulung
Nangsri Kidul
Ngampel
Ngondekulon
#
Tranguno
JogoloyoJetiskulon
Sidorejo
8 00"00"S
Kedungmiri
S R AN D AK AN
Tangkil
Mojohuro
Singgalo
SIDOMULYO
Plebengan Ngelembu BANTUL Lantengdua
Kenteng
Soko
Sambirejo
IGADING
Sumber
SRANDAKAN MURTDaleman
PUN DONG Srunggodua
Turunan
pandansimo
Soka
SANDEN
BROS OT
Tambakbaya
PALITAN
8
"
30
8
"5 "
8
"
PAN GGA NG
15
32
8
"
8
"
8
"
KRETEK
8
"
16
28
8
"14 18
"4 8
38
"
8
"
28
"8
20178
DAE RA H I S T I ME WA Y OGYAKART A SEMANU
"378
"
"
8
"
8
8
"
188
"
128
23
13
"
31
36
PONJONO
8
" 168
KARANGDUWET
" "
8
"
8
"
SEMANU
29
15
27 11 25198
8
"
8
"
8
"
"35 16 168
10
" PANGGANG
8
"
8
"338
8
"
78
22 8
"
14
"
PAL I Y AN
"
72
21 8
21
9
"10
" 8
8
" 8
20
45 21
8
"
8 26
GUNUNGKIDUL
17
104
18
"
19
8
"8
TEPUS
34
8
" 41 8
"
8
"
11
8
"
24
8
"258
Baron
12
"
9
34
13
8
" 228
"23 298
8
" 8
"8
8
"
28
"
26
Sukodadi Ngepoh
"
45
31
114
55
261
27
8
" 46
8
"
Gembuk
32 8
2
39
TE PUS Cepogo
"
RONGKOP
68
"
8
"
"
8
"
" 8
8
"338
Gondang
1 5 4 30
Wediombo
8
"
8
"
243
149
38
7
59
8
"
8
"
Jalur Pinggir
8
"
"37
3 8
31
#
66
#
8o00"00"S
110o30"00"E
110o15"00"E
GAL UR
6
8
"
40
#
o
110o00"00"E
#46
Jalur Tangker
44
8
"
310
#
Indeks Lokasi Penelitian
36
8
"
8
"
43
47
8
"
42
8
"
40
8
"
o
8 30"00"S
8o30"00"S
Sumber Peta :
110o00"00"E
110o15"00"E
110o30"00"E
1. Peta Rupabumi Indonesia skala 1:250.000, Bakosurtanal
2. Peta LLN Indonesia skala 1:500.000, Bakosurtanal & TNI AL
3. Peta Citra MODIS
4. Survey Lapangan Juli 2009 & Oktober 2009
110o45"00"E
Gambar 4. Peta Fishing Ground di Pantai Baron dan Depok
14
Pendugaan Pola Sebaran Fishing Ground Nelayan di Perairan Selatan Yogyakarta….… (Nahib, I & Sutrisno, D. )
Secara umum pola penangkapan ikan
yang dilakukan oleh nelayan di pantai
selatan Yogyakarta, menjadikan wilayah di
sekitar pantainya masing-masing sebagai
wilayah fishing ground sehari-harinya. Hal
ini karena lebih efektif dan efesien.
Fishing Ground nelayan Depok dan
Baron (pada musim kemarau) adalah di
Pantai Parang Tritis (Gunung Jongor)
sampai Pantai Trisik (Kali Progo),
terutama. Pantai Parang Tritis yang tidak
terlalu dalam dibanding Pantai Baron,
menjadi pertimbangan kemudahan dalam
menabur jaring dasar.
Pada saat musim ikan bawal, dan atau
udang jerbung, nelayan melakukan pola
penangkapan ke wilayah fishing ground
yang ditengarai tempat berkumpulnya ikan
tersebut. Nelayan pantai Baron seringkali
melakukan penangkapan hingga mencapai
pantai Parang Tritis dan sekitarnya dan
atau mencapai pantai Sadeng (TPI paling
timur wilayah DIY) untuk menangkap jenis
ikan bawal putih ataupun udang jerbung.
Nelayan
Depok
yang
terbiasa
beroperasi pada perairan yang dangkal
dibanding nelayan Baron, sangat jarang li
mencapai / menuju fishing ground nelayan
Baron dan sekitar, kecuali pada saat
musim ikan bawal.
Fishing ground untuk mencari ikan
tongkol (ukuran 5 -10 kg per ekor) adalah
di jalur tengah, dan biasanya untuk
mendapatkan ikan yang lebih besar maka
dipilih jalur yang tengah yang lebih jauh –
mencpai jalur umum. Sedangkan fishing
ground untuk ikan tenggiri berada di jalur
pinggir (bagian nanggung) hingga jalur
tengah. Penangkapan ikan tenggiri di jalur
ini menggunakan jaring dasar.
Hasil pemetaan menunjukkan bahwa
nelayan Depok dan Baron menangkap
ikan dari daerah sekitar pantai Parang
Tritis, Depok sampai ke wilayah barat
sampai muara Sungai Progo. Di wilayah
Sungai Progo, pada jalur tengah sejajar
dengan muara sungai tersebut, banyak
terdapat terumbu karang. Keberadaan
terumbu karang ini sebagai tempat
berkumpulnya ikan karang sehingga
kelimpahan ikan di wilayah ini relatif tinggi.
Sedangkan untuk ke arah timur wilayah
Parang Tritis menuju pantai Baron,
Kabupaten Gunung Kidul tidak dijumpai
sungai-sungai besar dan juga kedalaman
laut relatif lebih dalam dibanding di wilayah
pantai Parang Tritis dan sekitarnya.
Kondisi demikian diduga menyebabkan
kelimpahan ikan kurang.
Nelayan pantai Parang Tritis Depok
sangat jarang mencari ikan ke wilayah
pantai Baron. Kondisi kedalaman laut yang
lebih dalam, menjadikan salah satu faktor
nelayan enggan melakukan penangkapan
pada pantai Baron.
Analisis Citra Inderaja dan Pola Sebaran Fishing Ground
Hasil pengolahan citra diperoleh peta
rata-rata parameter lingkungan (rata-rata
bulanan konsentrasi khlorofil-a dan suhu
permukaan laut) disajikan pada Gambar 5
dan Gambar 6. Rata-rata suhu permukaan
laut tertinggi terjadi pada bulan Maret
o
2005 yakni sebesar 31,34 C. Dengan
kondisi suhu tersebut hasil produksi ikan
tongkol yang diperoleh adalah sebesar
928 kg. Sedangkan rata-rata suhu
permukaan laut terendah terjadi pada
o
bulan September yakni sebesar 23,48 C,
di mana hasil produksi ikan yang diperoleh
adalah sebesar 1.044 kg.
Rata-rata kandungan khlorofil-a tertinggi terjadi pada bulan November 2006
3
yakni sebesar 9,56 mg/m . Dengan kondisi
kandungan khlorofil-a tersebut hasil
produksi ikan yang diperoleh adalah
sebesar 1.555 kg. Sedangkan rata-rata
kandungan khlorofil-a terrendah terjadi
pada bulan Juni 2005 yakni sebesar 0,26
3
mg/m , di mana hasil produksi ikan yang
diperoleh adalah sebesar 5.339 kg.
15
Globë Volume 12 No.1 Juni 2010: 9 - 20
29
104
7"
8
#
72
Kedungmiri
Tangkil
Pakis
BANTUL Lantengdua
Sambirejo
Plambatan Timur
WONOSARI
110o00"00"E
#
11"
8
34
13"
8
8
"
#
261
8
"
Tg.Kesirat
Senggerang
Rejosari
12
8 "
"
8
45
114
2
8
"
243
#
149
#
8 "
24"
Baron
TPI Baron
258
8 9 22"
"
823
26
298
828 Drini
"
31 "
# 55
27"
8
8 "
846
"
33 32
6"
8 "
"
8
8
8
8 "
"
30
4
1
85
"
8
"
38
7
Tg.Watupanjang
8
"
3
o
#
#
8
"
29
104
122
8"
"
8
"
8
15
814
""
8
8
"
13
7"
8
#
72
282
5
S R AN D AK AN
Singgalo
Kenteng
#
59
Pakis
261
#
8
"
8
"
Tg.Kesirat
13"
8
114
Senggerang
Rejosari
12
8 8
"
"
45
2
8
"
Sadeng
243
149
#
#
#
66
Jalur Umum
8
"
Karanguendo
#
Bruno
Ngepring
Ngasem
Gudedua
8
"
8
"
3
#
Jalur Pinggir
37
#
122
Jalur Tengah
35
8
"
#
44
8
"
12 mil
Ngampiran
8
"
131
ZEE
Jalur Tangker
Pake
Banjar
Pringapus Ngasem
8 15"00"S
124
Sumberan
PONJONG
Munggur
24"
825"
Wonosobo
Tepustiga Gupakan
Ngelindur Wetan
89 TPI Baron Baron
22"
8
"
823 29 28
Brongkol
DayaanGamping
26
Sukodadi Ngepoh
8 Drini
"
8
Kepuh
31 "
55
27"
#
8
8 "
Gembuk Kasihan
Deragung
32
39
TE PUS Cepogo
846
"
RONGKOP
6 33 "
8
8
"
8
"
8
"
8
8 "
"
Gondang
30
4
Ngasem Karangtengah
1
Wonoroto
Tg.Watupanjang
Wediombo
85
"
8
"
TPI Sadeng
38
7
59
Sadeng
8
"
Jalur Tengah
#
WONOSARI
Gandusatu
8
"
Jalur Pinggir
35
Plambatan Timur
Sumber
11
34
8
"
#
110o45"00"E
KARANGMOJO
Menggoran
Mojohuro
BANTUL Lantengdua
Sambirejo
Karangtengah
Wonoroto
TPI Sadeng
8
"
41
310
Kedungmiri
Tangkil
Ngelembu
262
Deragung
Ngasem
Plebengan
#
RONGKOP
Wediombo
SIDOMULYO
Soko
SRANDAKAN MURTIGADING
Kedungdono Timur
Daleman
PALITAN
PUN DONG Srunggodua
Turunan
pandansimo
Karangduwetdua
Soka
30
SANDEN
Tranguno
PAN GGA NG
8
"
Mengger
8"
8
1"
JogoloyoJetiskulon
Trasih
832
"
KRETEK Depok
16"
8
Ngepos
Sidorejo
Petoyan
Gebang
3"
84 2"
88
TPI Depok
Dringo
DAE RATanjungsari
H I S T I ME WA Y OGYAKART A SEMANU
20 17"
Janglot
837 18
8"
"
8"
"
8
8"
12 8# 23
8
Pudak Gintungan
31 Parangtritis Paranggendong
36
Gemulung PONJONO
Molodoyo
16 "
8 "
"
KARANGDUWET
8 198
SEMANU
8 Karangtengah Widora
"
Nangsri Kidul
Dengok
Legundi Bali
#
15
27 11 25 "
Pampang
35
16
Kepu
8 "
"
8 "
8
Pringapus
16"
8 PANGGA NG
Ngampel
88
Ngeretek
8 10"
"
833 "
"
Gaduhan
Kauman
22
Salak
14
Nglaran
Malikan
P
A
L
I
Y
A
N
8
"
Melikan
8
"
21
21
9
810
Ploso
8 "
"
8
"
Ngondekulon
Kotekan
20
21
Jambu
Ngampel
45
Tg.Watugeger
Krambil
Wiloso
#
26
8
8
GUNUNGKIDUL Telasih
17"
104
Kerjo
18
#
19
8
Palgading
Kanigoro
Wenodadi
8 "
"
TEPUS
Bendolo
34
Padang
41
8
"
#
8 15"00"S
#
12 mil
14
837
"
131
ZEE
24
31
#
28
Ngelindur Wetan
DayaanGamping
Kepuh
Brongkol
Gembuk Kasihan
TE PUS Cepogo
Gondang
39
8
"
8
"
8
"
#
Sukodadi Ngepoh
8
"
66
#
#
Ngampiran
Pake
Banjar
Tambakbaya
6
40
#
Pringapus Ngasem
Tepustiga Gupakan
BROS OT
46
Karanguendo
Ngasem
Gudedua
Bruno
Ngepring
Wonosobo
110o30"00"E
110o15"00"E
GAL UR
Sumberan
PONJONG
Munggur
Gandusatu
Sumber
#
262
#
#
110o45"00"E
KARANGMOJO
Menggoran
Mojohuro
Ngelembu
o
Plebengan
8o00 00 S
SIDOMULYO
8 00"00"S
8
"
#
282
S R AN D AK AN
Singgalo
Kenteng
Soko
SRANDAKAN MURTIGADING
Kedungdono Timur
Daleman
PALITAN
PUN DONG Srunggodua
Turunan
pandansimo
Karangduwetdua
Soka
30
SANDEN
Tranguno
PAN GGA NG
8
"
8"
8
832
"
Mengger
JogoloyoJetiskulon
1"
Trasih
8
KRETEK Depok
16"
Ngepos
Sidorejo
Gebang
Petoyan
84 "
3 "
8"
TPI Depok
2
8837
Dringo
20 17"
DAE RATanjungsari
H I S T I ME WA Y OGYAKART A SEMANU
Janglot
8"
"
8"
8
8 8"
12 8# 23
Pudak Gintungan
36 18 31 Parangtritis Paranggendong
Gemulung PONJONO
Molodoyo
8 "
"
16 "
KARANGDUWET
8 19"
8
8 Karangtengah Widora
"
SEMANU
#
Nangsri Kidul
Dengok
Legundi Bali
15
25
Pampang
35
16
Kepu
827 "
"
811"
8
Pringapus
8 PAN GGA NG
88
16"
833 "
"
8 10"
"
Ngampel
Ngeretek
Gaduhan
Kauman
22
Salak
14
8
"
Nglaran
Malikan
PAL I Y AN
Melikan
8
"
21
21"
9
8
8
"
8
"
Ploso
Ngondekulon
10
Kotekan
20
21
Jambu
Ngampel
# 45
Krambil
Tg.Watugeger
Wiloso
8
26
8
GUNUNGKIDUL Telasih
17"
104
Kerjo
#
8
"
18
19
Palgading
8
"
Kanigoro
Wenodadi
TEPUS
Bendolo
34
41
Padang
8
"
8
"
8 00"00"S
8"
"
85
"
8
15
814
""
8
8
"
13
28
#
BROS OT
Tambakbaya
24
31
#
o
8
"
6
40
#
66
#
o
110o30 00 E
110o15"00"E
GAL UR
46
14
8o15 00 S
110o00 00 E
#
#
124
#
66
Jalur Umum
41
8
"
Jalur Tangker
#
44
36
8
"
8
"
310
#
36
8
"
43
8
"
42
8
"
47
8
"
43
8
"
42
"
8
40
8
"
47
8
"
40
8
"
110o30"00"E
110o45"00"E
o
8 30"00"S
110o15"00"E
8o30 00 S
o
8 30"00"S
110o00"00"E
110o00"00"E
Gambar 5. Peta Sebaran Khlorofil-a
(Bulan September 2008)
a. Rata-rata Bulanan SPL
110o15"00"E
110o30"00"E
110o45"00"E
Gambar 6. Peta Sebaran SPL
(Bulan September 2008)
b. Rata-rata SPL Klimatologi (2003-2008)
Gambar 7. Suhu Permukaan Laut Rata-rata Bulanan tahun 2003 – 2008.
a. Rata-rata Bulanan Khlorofil-a
b. Rata-rata Bulanan Khlorofil-a Klimatologi
(2003-2008)
Gambar 8. Klorofil-a Rata-rata Bulanan tahun 2003 – 2008.
Gambar 5 menunjukkan bahwa pada
bulan September 2009 di wilayah fishing
ground nelayan secara umum konsentrasi
khlorofil-a yang dominan berkisar 0,253
1,00 mg/m . Hanya ada beberapa lokasi,
yakni di pantai Wediombo dan sekitar
(Rongkop), pantai Depok/Parang Tritis
dan sekitarnya (Kretek) serta Pantai
16
Tambak Jaya/Trisik (Galur, Srandaan)
dan sekitarnya
terutama pada jalur
pinggir kandungan khlorofil yang lebih
3
tinggi yakni berkisar 1- 10 mg/m .
Gambar 6 menunjukkan pada bulan
September 2009, SPL di pantai selatan
Yogyakarta homogen yakni berkisar 24 –
o
27 C. Berdasarkan hasil analisis citra
Pendugaan Pola Sebaran Fishing Ground Nelayan di Perairan Selatan Yogyakarta….… (Nahib, I & Sutrisno, D. )
MODIS, diperoleh di pantai selatan
Yogyakarta, nilai rata-rata bulanan SPL
(Gambar 7) dan konsentrasi khlorofil-a
(Gambar 8) .
Gambar 7a menunjukkan bahwa ratarata bulanan periode 2003-2008, terjadi
o
fluktuasi SPL berkisar 1-4 C. Pada
bulan Maret hingga Agustus terlihat
kecenderungan SPL yang menurun.
Sedangkan Gambar 7b menunjukkan
kondisi SPL terus menurun mulai bulan
April dan mencapai titik terendah pada
bulan Agustus, setelah itu SPL akan mulai
meningkat kembali dan mencapai puncak
pada bulan Maret. Hal ini dapat dipahami
karena laut di sekitar Kepulauan Indonesia sangat dipengaruhi oleh angin
musim (monsoon). Perubahan angin
musim menyebabkan kondisi perairan
juga akan mengalami perubahan.
Gambar 8a menunjukkan bahwa ratarata bulanan periode 2003-2008, terjadi
fluktuasi konsentrasi klorfoil-a berkisar
3
0,5 - 9 mg/m . Pada bulan Januari hingga
bulan Mei, konsentrasi khlorofil-a relatif
tetap, sedangkan mulai bulan Juni
kosentrasi khlorofil-a di perairan selatan
Yogyakarta
cenderung
meningkat.
Kondisi ini diperjelas Gambar 8b, mulai
Juni konsentrasi khlorofil-a cenderung
meningkat dan mencapai nilai tertinggi
pada bulan September, setelah itu konsentrasi khlorofil-a akan mulai menurun
kembali dan mencapai puncak pada bulan
Januari.
Ketika musim timur arus bergerak ke
Samudera Hindia membawa massa air
sehingga terjadi upwelling untuk menggantikan massa air yang mengalir ke
Samudera Hindia tersebut. Selanjutnya
Asanuma et.al (2003) menyatakan intensitas aliran tersebut sangat dipengaruhi
oleh musim dan mencapai puncak pada
musim timur yaitu mulai
bulan Mei
sampai September.
Fluktuasi ini terjadi karena perairan
pesisir yang mendapat pengaruh besar
dari daratan serta pengaruh dari musim.
Nilai konsentrasi khlorofil-a yang rendah
biasanya terjadi pada musim barat hingga
musim transisi/peralihan 1, yaitu sekitar
bulan Desember sampai Mei.
Gambar 9. Fluktuasi Suhu Permukaan
Laut dan Khlorofil-a
Gambar 9 menunjukkan bahwa SPL
dan khlorofil-a mempunyai pola yang
berbanding terbalik, ketika SPL minimum
maka pada saat itu merupakan puncak
dari kandungan khlorofil dan terlihat jelas
pada mangsa 2/mangsa 3 (bulan Agustus/September). Suhu permukaan laut di
Selatan Yogyakarta pada mangsa ke-2
mempunyai kecenderungan semakin
meningkat dan mencapai puncaknya
pada mangsa ke-9, selanjutnya mulai
mangsa ke-10 (atau bulan April – Mei)
mengalami penurunan dan mencapai titik
minimum pada mangsa ke-2 lebih tinggi.
Korelasi antara SPL dan khlorofil di
selatan Yogyakarta adalah berbanding
terbalik (r= -0.89).
Hal ini sesuai
penelitian Solanki et al (2003) yang
menyatakan bahwa SPL dan khlorofil-a
mempunyai hubungan yang kuat namun
negatif (inversly corellated). Pada saat
terjadi upwelling, lapisan bawah yang
lebih dingin yang kaya nutrien akan naik
ke atas. Daerah kaya nutrien ini akan
menyebabkan berkumpulnya fitoplankton
dan ditandai dengan tingginya kandungan
khlorofil-a yang dapat dideteksi dengan
menggunakan data satelit.
Gambar 10 menunjukkan kondisi
khlorofil-a pada Juni-November (Musim
Timur – Peralihan 2) yang lebih tinggi juga
diikuti hasil produksi yang lebih tinggi
juga .
Fluktuasi ini terjadi karena perairan
pesisir yang mendapat pengaruh besar
17
Globë Volume 12 No.1 Juni 2010: 9 - 20
dari daratan serta pengaruh dari musim.
Nilai konsentrasi klorofil-a yang rendah
biasanya terjadi pada musim barat
hingga musim peralihan 1, yaitu sekitar
bulan Desember sampai Mei.
Pada
musim barat pada umumnya angin bertiup
sangat kencang dan curah hujan tinggi
(Wyrtki, 1961), panas matahari tidak
maksimal sehingga fotosíntesis tidak
maksimal pula.
Sebaran nilai konsentrasi khlorofil-a
yang tinggi umumnya terjadi pada akhir
musim timur dan awal musim peralihan 2.
Terjadi sekitar bulan Agustus hingga
bulan Oktober. Pada musim timur kondisi
angin relatif tenang dan curah hujan
rendah. Kondisi pada musim peralihan 2
tidak berbeda jauh dengan musim timur,
pada musim peralihan 2 ini merupakan
waktu dimana angin akan berbalik arah,
sehingga akan terjadi perubahan kondisi
normal pada akhir musim.
Peningkatan kandungan khlorofil-a di
selatan Yogyakarta, menunjukkan kecendenrungan terhadap peningkatan produksi hasil tangkapan, sedangkan kandungan
rata-rata klorofil-a pada musim timur –
peralihan 1, (Juni-Nopember) lebih tinggi
dibanding dengan musim barat –
peralihan 2. Kandungan rata-rata khlorofil-a pada musim timur-peralihan 1
3
berkisar 1,47–8,24 mg/m . Sedangkan
kandungan khlorofil rata-rata tertinggi
pada musim timur–peralihan 1 terjadi
pada Juni-November 2006, yakni 8,24
3
mg/m , sedangkan yang terendah pada
periode Juni-November 2008 sebesar
3
1,47 mg/m .
Hasil tangkapan tongkol pada musim
timur lebih tinggi dibandingkan dengan
musim barat. Pada musim timur ini SPL
cenderung dingin.
Tongkol menyukai
suhu yang rendah, yaitu sekitar 28 °C -29
°C (Gunarso, 1985). Oleh karena itu hasil
tangkapan tongkol lebih tinggi pada
musim timur. Penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Simbolon dan Halim
(2005) menyatakan bahwa hasil tangkapan pelagis (cakalang) cenderung
tinggi pada saat SPL rendah. Hasil
18
tangkapan tinggi pada saat muson barat
daya dan awal muson timur laut.
Analisis klimatologis terhadap suhu
permukaan laut terhadap produksi ikan
tongkol (Gambar 11) dan kandungan
khlorofil-a terhadap produksi ikan tongkol
(Gambar 12).
Sedangkan korelasi antara produksi
hasil tangkapan tongkol dengan khlorofil
di selatan Yogyakarta adalah bersifat
positif (r=0,83). Kecenderungan semakin
tinggi
kosentrasi
khlorofil-a,
hasil
tangkapan ikan tongkol juga semakin
meningkat.
Korelasi antara produksi hasil tangkapan tongkol dengan SPL di selatan
Yogyakarta adalah berbanding terbalik/
bersifat negatif (r= -0.78). Fitoplankton
sebagai produsen di laut memegang
peranan yang penting dalam proses rantai
makanan.
Gambar 10. Hubungan Khlorofil dan
Produksi Ikan Tongkol
Gambar 11. Grafik Korelasi SPL
dengan hasil tangkapan
Pendugaan Pola Sebaran Fishing Ground Nelayan di Perairan Selatan Yogyakarta….… (Nahib, I & Sutrisno, D. )
pada musim timur (Juli-Desember)
lebih rendah dari pada musim barat.
5. Hasil analisis regresi terhadap data
produksi tangkapan dengan konsentrasi khlorofil-a dan data produksi
tangkapan dengan SPL, menunjukkan
hubungannya yang erat.
Gambar 12. Grafik Korelasi Klorofil
dengan hasil tangkapan
Kosenstrasi khlorofil-a > 0,2 mg/m3
dapat menjamin kelangsungan perikanan
komersil diperairan tersebut (Gordon,
1989). Keberadaan fitoplankton menjadi
penopang kehidupan sumberdaya hayati
di laut. Peningkatan kelipahan fitoplankton akan meningkatkan kelimpahan
zooplankton dan selanjutnya diharapkan
kelimpahan ikan-ikan pelagis kecil dan
besar meningkat.
KESIMPULAN
1. Secara umum musim penangkapan
ikan tongkol terjadi pada musim timur.
Indeks musim penangkapan ikan
tongkol di pantai Baron dan sekitarnya
terjadi pada bulan Juli–Oktober,
puncak tertinggi terjadi pada bulan
Oktober.
2. Nelayan di pantai selatan Yogyakarta
sebagian besar (50%) mengenal
kalender
pranata
mangsa
dan
menggunakannya
sebagai
acuan
aktivitas penangkapan ikan.
3. Nelayan pantai selatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mempunyai
jalur-jalur penangkapan ikan atau jalur
fishing ground.
4. Pola/trends khlorofil-a pada musim
timur hingga peralihan 1 (JuniNovember) lebih tinggi dari pada
musim barat hingga peralihan 2
(Desember-Mei),
pola/trends
SPL
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. Penyusunan Buku Pranata
Mangsa. Dinas Kelautan dan Perikanan
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Yogyakarta.
Asanuma, I., K. Matsumoto, H. Okano, T.
Kawano, N. Hendiarti, S.I. Sachoemar.
2003.
Spatial
Distribution
of
Phytoplankton along the Sunda Island :
The Monsoon Anomaly in 1998. Journal
of Geo-physical Research, Vol.108.
American Geophysical Union.
Halim, A., R. Kaswadji, dan Simbolon, D.
2006. Analisis Daerah Penangkapan
Ikan Caklang dan Madidihang di
Perairan Sumatera Barat (Analysis of
skipjack and yellowfish tuna fishing
ground in West Sumatera Waters).
Maritek, 5(2):1-15.
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan
dalam Hubungannya dengan Alat,
Metode dan Taktik Penangkapan.
Jurusan
Pemanfaatan
Sumberdaya
Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
McClain, C and G. Felman, 2004.
MODIS/Aqua Evaluations. NASA Ocean
Color Research Team Meeting. April 1416.2004. Washing-ton DC. Retrieved
Oktober 3, 2005.http//:oceancolor/gsfc/
nasa.gov./DOCS/SceinceTea.
Sutrisno, D. 2002. Fenomena Alam dan
Perkembangan Teknologi Penginde-raan
Jauh: Hakekat Ilmu Untuk Produktivitas
Perikanan. Falsafah Sains. http://
tumoutou.net/702_04212/04212.htm
19
Globë Volume 12 No.1 Juni 2010: 9 - 20
Suwarman, P. 2004.
Dari Petani Ke
Nelayan : Perubahan Komunitas Pesisir
Selatan Jogja (1981-2004). Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta.
Algorithms for the Measurement of Sea
Surface Temperatures with NOAA Polarorbiting Environmental Satellites. Journal
of Geophysical Research 103: 27999–
28012.
Uktolseja, J.C.B. 1993. Status Perikanan
Ikan Pelagis Kecil dan Kemungkinan
Pemanfaatannya Sebagai Umpan Hidup
untuk Perikanan Rawai Tuna di Prigi,
Jawa Timur. Jurnal Penelitian Perikanan
Laut No. 80 Thn 1993. Hal. 18 – 45.
Walpole, R. E. 1988. Pengantar Statistika.
Diterjemahkan oleh Bambang Sumantri.
PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Walton, C. C., W. G. Pichel, F. J. Sapper,
and D. A. May, 1998. The Development
and Operational Application of Nonlinear
20
Wyrtki, K. 1961. Physical Oceanography of
the Southeast Asian Waters.
Vol.2.
California: The University of California
Scripps Institution of Oceanography La
Jolla.
Download