BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Harga tanah adalah faktor ekonomi atas penggunaan suatu bidang tanah seperti nilai, biaya, pendapatan dan keuntungan. Harga tanah dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran dalam sistem transaksi tanah yang telah disepakati bersama antara penjual dan pembeli. Harga pasar tanah mencerminkan harga terbaik atas suatu lahan pada waktu, tempat dan keadaan tertentu. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah harga tanah tertinggi memusat pada bagian tengah Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Persebaran harga tanah di Kawasan Perkotaan Yogyakarta memiliki pola penyebaran konsentris tidak sempurna dengan inti satu. Jika kavling tanah berada di tengah kawasan maka harga tanah akan semakin tinggi dan semakin menjauh letak kavling tanah dari CBD maka harga tanah akan semakin menurun. Harga tanah tertinggi berada pada pusat ekonomi kota yang berkembang di jalan Jendral Sudirman. Hasil dari analisis ditemukan bahwa Jl. Jendral Sudirman adalah lokasi dengan harga tanah tertinggi. Berdasarkan hal tersebut maka Jl. Jendral Sudirman menjadi Grand Peak atau pusat bisnis. Kemudian CBD amatan lainnya menjadi Mini Peak. CBD yang masuk kedalam Mini Peak yaitu UKDW, Jl. Urip Sumiharjo, Jl. Laksda Adisucipto, St. Lempuyangan, Jl. Affandi, Universitas Atmajaya, UIN, Bandara Adisucipto, Jl. P. Mangkubumi, Jl. Malioboro, Jl. Diponegoro, Jl. Kyai Mojo, JL. R.E. Martadinata dan Kawasan Kraton. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga tanah di Kawasan Perkotaan Yogyakarta dengan inti satu adalah faktor lokasi atau jarak dari CBD, faktor aksesibilitas atau lebar jalan pada bagian depan kavling tanah, faktor ukuran tanah atau luas tanah dan fasilitas pendukung atau jumlah fasilitas. Pada faktor lokasi tanah atau jarak ke CBD mempunyai pengaruh yang negatif dengan harga tanah. Semakin bertambah jarak dari CBD maka harga tanah akan semakin berkurang dan semakin 109 berkurang jarak dari CBD maka harga tanah akan semakin tinggi. Untuk faktor-faktor lainnya mempunyai pengaruh yang positif terhadap harga tanah. Semakin tinggi harga tanah maka lebar jalan atau luas tanah atau jumlah fasilitas akan semakin besar atau tinggi. 6.2 Rekomendasi Berdasarkan hasil penelitian, temuan dan kesimpulan, penulis menyusun beberapa rekomendasi terkait dengan penelitian harga tanah di Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Beberapa rekomendasi tersebut meliputi: 1. Rekomendasi untuk penelitian lebih lanjut Penelitian harga tanah relatif masih terbatas di Indonesia sehingga perlu banyak dilakukan penelitian dengan tema harga tanah. Hasil penelitian ini masih sangat terbatas dan memiliki kekurangan sehingga perlu dilakukan pembahasan lebih lanjut dalam membahas harga tanah. Beberapa kekurangan dalam penelitian ini adalah, a. Penentuan sebaran CBD Sebaran CBD amatan kavling tanah dalam penelitian ini dipilih sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan pada Bab III di halaman 37. Sebaran CBD amatan yang dipilih belum dapat mewakili CBD-CBD yang ada di Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Seharusnya jumlah sebaran CBD tersebar secara merata di Kawasan Perkotaan Yogyakarta. b. Penentuan sebaran kavling tanah Sebaran amatan kavling tanah dalam penelitian ini dipilih sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan pada Bab III di halaman 39 dan 40. Kavling tanah yang sedah ditawarkan atau dijual tersebar di seluruh wilayah Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Seharusnya kavling tanah dipilih sesuai dengan radius dari tiap CBD. Hal tersebut akan lebih mewakili dari harga tanah pada tiap CBD amatan yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini. 110 c. Persamaan regresi berganda Data jarak ke CBD yang digunakan dalam melakukan analisis regresi berganda dalam penelitian Harga Tanah di Kawasan Perkotaan Yogyakarta hanya menggunakan satu CBD utama sehingga hasil dari persamaan regresi berganda tidak representatif dengan hasil dari analisis pertama mengenai sebaran harga tanah. Seharusnya tiap kavling tanah menggunakan jarak ke CBD terdekat sehingga hasilnya akan mewakili dan sesuai dengan hasil dari analisis pertama mengenai sebaran harga tanah. Kemudian data variabel dari faktor aksesibilitas yang diukur dengan lebar jalan kurang sesuai dengan aksesibilitas. Seharusnya data yang digunakan berupa kelas jalan seperti ateri, kolektor, lokal dan lingkungan. Data tersebut dapat menjadi data kuantitatif dengan menggunakan dummy variable. Hal ini akan lebih mewakili dari parameter aksesibilitas dalam penelitian ini. Penjelasan mengenai Grand Peak dan Mini Peak pada penelitian selanjutnya dapat dikaji bukan hanya berdasarkan faktor harga tanah tetapi juga dapat berdasarkan faktor lain seperti aksesibilitas dan jenis kegiatan yang lebih mendalam. Penentuan CBD diharapkan memilik tipe bentuk yang sama sehingga memudahkan dalam melakukan analisis. Selanjutnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi harga tanah yang lebih beragam dapat dilakukan lebih dahulu dengan wawancara terhadap pakar-pakar yang memahami tentang harga pasar di Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Hal tersebut meningkatkan kualitas data penelitian yang menghasilkan data kualitatif mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi harga tanah. Penambahan jumlah data obyek penelitian mengenai kavling tanah lebih menghasilkan data yang lebih akurat terhadap sebaran harga tanah dan faktor-faktor yang mempengaruhi harga tanah. Data dapat berupa data sekunder dari suatu badan yang telah melakukan pendataan harga tanah seperti notaris tanah atau agen properti. Harga tanah tidak akan statis pada tingkatan harga tertentu di tiap tahunnya sehingga perlu adanya penelitian pada tiap tahun sehingga dapat melihat perubahan 111 harga pasar tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi harga tanah untuk data kuantitatif yaitu jumlah penduduk atau kepadatan penduduk, tingkat bunga dan tahun penjualan. Sedangkan untuk data kualitatif yaitu guna lahan. Guna lahan mempengaruhi lokasi tanah dan jarak ke CBD serta menghasilkan travel cost sehingga menghasilkan model bid-rent gradient. Hal tersebut akan memperkaya penelitian dan menghasilkan penelitian yang lebih komprehensif. Penambahan faktor-faktor yang mempengaruhi harga tanah membuat analisis yang lebih mendalam mengenai harga tanah. Kemudian juga perlu adanya penelitian yang membahas mengenai perbedaan harga pasar tanah dengan NJOP (Nilai Jual Obyek Pajak) yang ditetapkan oleh pemerintah daerah. Penelitian tersebut akan menarik dikarenakan menghasilkan rentang perbedaan antara harga tanah pasar dengan NJOP. 2. Rekomendasi untuk pengembangan wilayah Berdasarkan hasil penelitian ini di dapat bahwa persebaran harga tanah di Kawasan Perkotaan Yogyakarta memusat pada satu pusat kegiatan utama atau CBD utama di bagian tengah kawasan sehingga memiliki inti satu. Diharapkan pemerintah dapat membuat pusat kegiatan utama baru atau CBD utama baru sehingga tidak terjadi penumpukan kepadatan pada area tengah Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Penambahan pusat kegiatan utama baru atau CBD utama baru dapat dilakukan dengan cara penambahan fasilitas pendukung. Berdasarkan hasil penelitian mengenai harga tanah di Kawasan Perkotaan Yogyakarta didapat bahwa fasilitas pendukung merupakan faktor utama yang mempengaruhi harga tanah. Berdasarkan hasil ini diharapkan fasilitas pendukung diantaranya adalah rumah sakit, lembaga pendidikan, Mall dan pasar dapat tersebar secara merata di seluruh wilayah Kawasan Perkotaan Yogyakarta (KPY). Hal ini membuat pemerataan harga tanah pada tiap bagian Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Selain itu sebaran fasilitas yang merata memunculkan titik pertumbuhan baru. Terbentuknya aglomerasi baru meingkatkan skala ekonomi di area tersebut sehingga dapat menciptakan pusat kegiatan utama baru serta terjadi pengalihan kepadatan dari pusat kegiatan sebelumnya. 112