STUDI PERANCANGAN FASILITAS HOTEL RESORT PANTAI SHANGRI-LA KUTA LOMBOK SEBAGAI SARANA UNTUK MEMPERKENALKAN BUDAYA DAN TRADISI LOMBOK Amanda Putri Bagus Handoko, S.Sn., M.T. Program Studi Sarjana Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB Email [email protected] Kata Kunci: Lombok, Resort, Shangri-la Abstrak Lombok adalah salah satu daerah tujuan wisata alam di Indonesia yang belum terlalu dikenal oleh wisatawan mancanegara dibandingkan dengan pulau Bali. Sebagai bentuk promosi dari pemerintah daerah Lombok, mereka mengadakan program Visit Lombok-Sumbawa 2012 sebagai bentuk pengenalan Lombok sebagai daerah wisata kepada para wisatawan dalam negeri maupun mancanegara. Pantai Kuta menjadi salah satu ujung tombak dari program pariwisata tersebut karena dianggap memiliki banyak daya tarik yang dapat mengundang wisatawan untuk dating ke Lombok. Sebagai bentuk dukungan dari program tersebut, Shangri-la adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang hotel dan resort serta dianggap pantas untuk menjadi resort bintang lima pertama yang membuka cabangnya di Lombok. Dengan membawa brand Shangri-la yang dikenal melalui penggunaan budaya lokal pada setiap hotel dan resortnya, menjadikan resort pantai ini sebagai salah satu sarana pengenalan budaya Lombok pada wisatawan yang menginap disana. Abstract Lombok is one of the unknown travelling paradise in Indonesia, especially if it‟s compare to the island of Bali. As a form of promotion from the local government of Lombok, they hold the Visit Lombok-Sumbawa 2012 to introduce Lombok as a travelling destination for domestic and foreign tourists. Kuta beach became one of the „spearhead‟ of the tourism program because they have a lot of appealing factors to invite tourists. In support of the program, Shangri-La is one of the companies which engaged in hostelry and resort development, is suitable to be the first five-star resort hotel to open branch in Lombok. Shangri-la which is known through the use of local cultures in each of their hotel and resorts, making this beach resort hotel as a place of introduction to the culture of Lombok for tourists who stays there. 1. Pendahuluan Perkembangan gaya hidup dalam masyarakat masa kini ditandai dengan kemajuan dibidang ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi yang secara langsung maupun tidak langsung memicu perkembangan lain dalam aspek sosial, ekonomi, industri, dan tidak terkecuali sektor pariwisata. Gaya hidup masyarakat perkotaan saat ini dapat tercermin dari padatnya aktivitas serta tingginya tekanan dalam pekerjaan demi memenuhi kebutuhan hidup. Hal inilah yang menjadi alasan utama bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan wisata dengan tujuan untuk beristirahat dan sejenak meninggalkan rasa jenuh dari rutinitas sehari-hari Perkembangan sektor kepariwisataan Lombok sebagai salah satu kota destinasi wisata di Indonesia dan adanya program “Visit Lombok Sumbawa 2012” yang tidak didukung dengan adanya sarana dan prasaran yang layak, dalam hal ini penginapan, sehingga seringkali menimbulkan keengganan bagi para wisatawan manacanegara khususnya untuk memilih Lombok sebagai tujuan wisata. Selain tidak terpenuhinya standar di Lombok saat ini, penginapan yang telah ada sebelumnya juga belum cukup mampu untuk mengangkat sebuah konsep resort Indonesia dengan segala keunikannya, dengan kata lain, masih berkesan terlalu umum. Shangri-La Hotel dan Resorts adalah hotel dengan standar bintang lima yang terletak di kota-kota besar di seluruh Asia dan Timur Tengah, dengan rencana pembangunan lainnya di daerah Amerika Utara dan Eropa. Shangri-La Resort sendiri memiliki misi untuk membawa para wisatawan dan keluarga masuk kedalam sensasi liburan yang menenangkan dengan memasukkan unsur alam dari tempat-tempat terindah yang ada di dunia sebagai bagian dari ranangan interior maupun arsitekturnya. “To treat a stranger as one of our own” merupakan visi dan misi dari ShangriLa Hotel and Resorts yang menjadikan Shangri-La sebagai salah satu hotel dan resort kelas dunia. Visi dan misi tersebut yang menjadikan Shangri-La pantas menjadi bagian dari pengembangan kepariwisataan di Lombok, dimana kekayaan alam Lombok adalah tujuan wisata utama bagi para wisatawan. 2. Proses Studi Kreatif Penelitian ini secara umum bertujuan untuk: 1. Menganalisa kebutuhan wisatawan saat berlibur atau berekreasi 2. Mengetahui potensi wisata yang terdapat di lokasi yang dipilih sebagai objek studi 3. Memperoleh data yang lengkap dan jelas mengenai konsep hotel resort sebagai acuan pembuatan konsep desain interior beach resort hotel ini. 4. Mengetahui dan mendefinisikan permasalahan interior pada perancangan sebuah beach resort hotel di daerah wisata potensial yang baru berkembang, dalam hal ini di daerah Kuta Lombok. 5. Menemukan solusi bagi permasalahan yang ada dikaitkan dengan ilmu desain interior, dengan membuat konsep yang tepat bagi beach resort hotel yang mampu memenuhi permintaan kebutuhan akan wisata dan rekreasi yang terus meningkat. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menghasilkan rekomendasi desain beach resort hotel yang sesuai dengan kebutuhan wisata Kuta Lombok serta merepresentasikan kekayaan alam dari daerah tersebut. TURISME LOMBOK: 1. Visit Lombok-Sumbawa 2012 2. Budaya dan Tradisi 3. Kuliner 4. Penginapan Ketiadaan fasilitas penginapan yang memadai di Lombok sebagai salah satu penunjang kepariwisataan dan menjadi wadah pengenalan budaya serta tradisi Lombok SHANGRI-LA Resort yang ingin menonjolkan keunika budaya dan tradisi dari setiap daerah tempat dimana mereka membuka cabang. Beberapa proses pengumpulan data serta metode penelitian dilakukan dalam proses perancangan ini, antara lain: 1. Survey lapangan terkait kategori hotel dan resort sehubungan dengan kebutuhan kepariwisataan Lombok itu sendiri. Survey lapangan yang akan dilakukan meliputi : a. Amanpuri Resort, Phuket, Thailand Alternatif survey lapangan: a. Tugu Bali Hotel, Spa and Restaurant b. Amandari Resort Hotel, Bali c. Amanjiwo Resort Hotel, Jogjakarta d. The Santosa, Senggigi, Lombok. Survey pengguna yang dilakukan secara online melalui situs survey http://www.surveymonkey.com yang dilakukan pada 54 orang mengenai minat mereka terhadap pariwisata Lombok meliputi tempat penginapan, lokasi pariwisata serta ketertarikan mereka akan tradisi dan budaya Lombok. 2. Wawancara : a. Shangri-La Hotel and Resort Corporation. b. Wisatawan nasional dan internasional c. Dinas pariwisata kota Lombok d. Beberapa pengusaha resort dan boutique hotel yang ada di Indonesia (Jakarta, Bandung, Bali, Lombok) 3. Literatur berupa buku, dengan jabaran sebagai berikut: a. Hotel & Resort: Planning, Design and Refurbishment (1995) oleh Fred Lawson b. c. d. e. Teori yang digunakan dari buku ini adalah teori mengenai standar fasilitas yang harus ada dalam perancangan hotel beserta karakteristik dari masing-masing fasilitas tersebut. Selain itu pada buku ini juga dijabarkan mengenai hal-hal mendasar seperti pembagian hotel berdasarkan fasilitas yang disediakan serta klasifikasi hotel beserta standarisasinya. Hotels, Motels & Condominium: Planning and Maintenance (1995) oleh Fred Lawson Teori yang digunakan dari buku ini adalah mengenai bagaimana merencana sebuah proyek hotel agar sesuai dengan ketentuan hotel yang berlaku secara internasional. Arsitektur: Bentuk, Ruang dan Susunannya (1991) oleh Francid D.K. Ching Buku ini digunakan sebagai acuan mengenai arsitektural hotel sehubungan dengan standar ukuran serta konstruksi. Teori tersebut digunakan untuk menjadi dasar perancangan interior agar tidak melenceng jauh dari kaidah perancangan arsitektur bangunan. Architect‟s Data (1970) oleh E. Neufret Data yang diambil adalah beberapa standar ukuran dalam dunia arsitektur dan interior untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam fasilitas hotel khususnya. Data tersebut berguna untuk menjaga tingkat kenyamanan pengguna dalam beraktivitas. Color Psychology and Color Therapy: A Factual Study of the Influence of Color on Human Life (2010) oleh Faber Birren. Buku ini berfungsi sebagai acuan mengenai teori serta psikologi warna sebagai dasar untuk menentukan konsep warna agar warna yang digunakan dalam perancangan ini dapat menghadirkan efek psikologis yang diinginkan bagi para penggunanya. 3. Data internet mengenai boutique resort hotel dan Lombok serta elemen lain yang akan melengkapi konsep desain Mengenai hasil survey yang telah dilakukan, didapatkan data-data yang digunakan dalam proses perancangan, meliputi syarat-syarat perancangan sebuah hotel resort yang terletak di tepi pantai dalam hal fasilitas yang harus terpenuhi, minat pengguna, kenyamanan pengguna (pengunjung dan pengelola), penggunaan material dan warna yang tepat serta penerapan budaya Lombok dalam perancangan. Dalam perancangan ini, khususnya dalam hal penggunaan warna, digunakan penerapan teori-teori psikologis warna yang diutarakan oleh John Pile dalam bukunya Color in Interior Design. Ia John Pile mengatakan bahwa penggunaan warna adalah fokus utama dalam desain interior dan merupakan suatu faktor penting penentu kesuksesan suatu proyek. Pemilihan warna yang salah dalam suatu ruangan dapat menimbulkan perasaan yang kurang nyaman atau bahkan membawa dampak buruk bagi kondisi psikologis seseorang, khususnya bagi orang-orang dengan kebutuhan khusus, seperti penderita cacat mental atau autisme. Setiap warna memiliki potensi untuk memberikan efek yang positif maupun negatif pada seseorang. Penggunaan warna berkaitan dengan kondisi psikologis seseorang akan mempengaruhi tubuh, pikiran, emosi dan keseimbangan dari ketiganya dalam diri manusia. Gambar 1. Spektrum Warna Berikut efek psikologis yang dapat ditimbulkan oleh warna pada manusia: 1. Merah Warna ini memiliki pengaruh besar pada mood pria, karena merah menciptakan reaksi yang emosional. Selain itu, warna merah juga banyak mempengaruhi manusia secara fisik seperti meningkatkan tekanan darah, denyut nadi, dan laju pernafasan. Walaupun dapat memberikan suasana hangat dalam ruangan, warna ini cenderung meningkatkan agresivitas seseorang. 2. Biru Warna biru memberikan efek yang cenderung menenangkan. Warna ini seringkali diasosiasikan dengan warna langit atau lautan, juga dianggap sebagai warna favorit dunia karena efeknya yang membawa perasaan damai. Di sisi lain. Penggunaan warna biru pada ruangan secara berlebihan dapat menimbulkan kesan dingin dan tidak bersahabat, bahkan terkadang membawa perasaan sedih atau depresi. 3. Kuning Warna ini banyak mempengaruhi manusia secara mental dan emosional. Penggunaan warna ini secara tepat dalam ruangan, menimbulkan kesan bersahabat dan seringkali membantu meningkatkan kreativitas seseorang. 4. Hijau Warna hijau membawa kesan yang menyegarkan karena diasosiasikan dengan alam dan tumbuhan. Hijau memberikan rasa aman, juga keseimbangan dan harmoni. Warna ini cocok digunakan dalam ruangan peristirahatan karena membawa perasaan damai dan ketenangan. 5. Oranye Warna ini membawa perasaan hangat dan menyenangkan. Dampak negatif dari penggunaan warna ini secara berlebihan adalah menyebabkan berkurangnya tingkat keseriusan dalam belajar atau bekerja. 6. Coklat Sama seperti warna hitam, cokelat juga menimbulkan kesan yang serius, tetapi warna cokelat lebih menonjolkan sisi lembut dan kehangatan. 7. Merah Muda Warna ini melambangkan sifat yang feminin dan memberikan kesan santai. Namun faktanya, warna ini juga seringkali membuat orang merasa lesu dan kurang bersemangat. 8. Ungu Warna ungu memberikan kesan mewah dan seringkali dikaitkan dengan kerohanian. Warna ini juga dapat mendorong manusia untuk melakukan perenungan atau meditasi. Selain itu, warna ini juga sering digunakan untuk meningkatkan rasa percaya diri seseorang dan mengurangi rasa putus asa. 9. Hitam Warna hitam memberikan kesan yang glamor dan elegan. Selain itu, warna ini juga menciptakan suasana yang cenderung serius dalam suatu ruangan. Hitam sering dipakai untuk menekan nafsu makan yang berlebihan, misalnya dengan melapisi meja dengan taplak berwarna hitam. 10. Putih Penggunaan warna putih secara berlebihan cenderung memberi kesan tidak ramah. Warna ini banyak digunakan di rumah sakit karena memberikan kesan higienis dan steril. Secara visual, penggunaan warna ini pada suatu ruangan akan memberikan ilusi bahwa ruangan tersebut lebih tinggi daripada sebenarnya. 3. Hasil Studi dan Pembahasan Analisis. Pendekatan tema desain yang dilakukan pada perancangan ini berangkat dari konsep boutique beach resort hotel itu sendiri sebagai sebuah fasilitas penginapan yang memiliki keunikan dan ciri khasnya sendiri serta sekaligus menunjang pariwisata. Keunikan hotel adalah sebuah hal yang diwujudkan ke dalam perancangan bangunan maupun interior. Panorama alam pantai adalah daya tarik paling besar yang ditawarkan oleh hotel resort ini. Adanya sentuhan tradisional sendiri diperuntukkan sebagai perkenalan akan budaya sekitar tempat hotel itu berada, karena konsep dari Shangri-La sendiri adalah mengusung budaya dan seni lokal kedalam setiap interior hotel yang tersebar di berbagai negara, sehingga masing-masing hotel Shangri-La memiliki keunikannya masing-masing. Melalui beberapa citra yang didapat tersebut, maka sebuah tema yang akan diterapkan pada perancangan ini adalah “Tenun Sasak” Tenun sasak merupakan salah satu warisan budaya dan seni bagi masyarakat Lombok, dimana proses pembuatan tenun sasak tersebut sudah menjadi objek wisata tersendiri pagi para pendatang. Motif tenun sasak memiliki 150 jenis yang masing-masing memiliki keunikannya sendiri, baik dari segi makna, cara pembuatan maupun warna. Motif-motif tersebut merupakan motif asli yang dibuat oleh pengrajin terdahulu dan diwariskan secara turun temurun pada generasi berikutnya, serta motif yang merupakan hasil pengembangan perajinperajin baru sebagai variasi yang berkembang mengikuti perkembangan jaman. Keindahan Lombok terwujud melalui berbagai budaya seni serta pesona alam yang menjadi salah satu daya tarik wisata daerah tersebut. Masyarakat Lombok telah sejak dulu hidup bertumpu pada alam dan budaya, dimana hal tersebut menimbulkan penghargaan tersendiri diantara masyarakatnya akan keindahan alam dan budaya. Untuk memvisualisasikan kekayaan budaya serta keindahan alam Lombok pada interior resort ini, konsep gaya yang tepat untuk diterapkan adalah Natural Ethnic. Gaya Natural Ethnic tersebut dapat merepresentasikan keindahan alam Lombok (khususnya daerah pantai Kuta Lombok) yang masih asli dan terjaga. Karakteristik gaya Natural yang mayoritas menggunakan bentuk-bentuk organis dalam pencitraannya dianggap dapat menggambarkan alam Lombok yang terdiri dari laut, hutan serta pegunungan. Selain itu, warna-warna alam merupakan pilihan yang tepat untuk menggambarkan alam itu sendiri, sehingga gaya Natural adalah adaptasi yang paling mendekati sempurna. Namun gaya Natural jaman sekarang lebih diidentikkan dengan kesan modern yang ingin ditampilkan. Melalui perancangan ini, diharapkan penggabungan antara gaya natural dan kesan etnik yang ingin ditonjolkan dapat menjadi nilai jual tersendiri bagi bangunan resort pantai Shangri-La ini. Bentuk dasar ruang yang digunakan dalam perencanaan fasilitas ini adalah bentuk geometris dengan bentuk organik sebagai elemen pembentuk ruang. Gambar 2. Adaptasi bentuk yang terinspirasi dari motif-motif pada kain sasak Lombok Bentuk geometris dan persegi menganalogikan adaptasi dari bentuk ruang tradisional Lombok serta sistem kemasyarakatan dan kekerabatan dalam perumahan tradisional daerah tersebut yang terbuka dan sederhana. Bentuk geometris yang cenderung kaku menjadi perwujudan dari penggunaan serat dan teknik tenun pada tenun sasak Lombok yang mayoritas menggunakan lajur vertikal ataupun horizontal. Selain bentuk geometris, bentuk organis digunakan sebagai perwujudan dari pola-pola dalam kain tenuns sasak Lombok yang seringkali mengadaptasi unsur-unsur alam seperti binatang dan tumbuhan. Bentuk yang diambil ialah bentukbentuk yang sederhana namun fungsional. Gambar 3. Palet warna yang digunakan dalam perancangan. Berdasarkan teori John Pile, perpaduan warna tersebut dapat memberikan efek psikologis tenang, hangat dan nyaman. Gambar 4. Palet warna yang digunakan sebagai warna aksen. Perpaduan warna tersebut dapat memberikan efek psikologis bersemangat dan ceria . Mengacu pada konsep utama yaitu “Tenun Sasak”, warna yang akan digunakan merupakan pendekatan dari kecenderungan masyarakat Lombok, yaitu menggunakan warna-warna yang sesuai dengan warna asli yang terdapat di alam sekitar. Warna yang akan digunakan diambil dari warna natural elemen alam pantai seperti laut, pasir, tanaman, dan langit. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pendekatan kepada konsep alam yang hendak diciptakan. Warna alam memiliki kecenderungan yang bisa menimbulkan kesan nyaman dan santai bagi pengguna. Namun penggunaan warna yang dipilih, selain mempertimbangkan tema, juga mempertimbangkan kenyamanan pengguna fasilitas tersebut. Warna yang diharapkan adalah warna yang dapat memberikan efek psikologis tenang, hangat dan nyaman bagi para pengunjung. Selain itu, konsep perancangan ini juga memanfaatkan warna-warna flora dan fauna laut yang seringkali dijadikan sebagai barang kesenian oleh masyarakat Lombok. Warna aksen yang digunakan bertujuan untuk meningkatkan semangat serta keceriaan bagi pengunjung agar lebih menikmati suasana liburan yang menjadi tujuan dari pengadaan fasilitas ini. Gambar 2. Adaptasi bentuk yang terinspirasi dari motif-motif pada kain sasak Lombok Penggunaan material yang akan digunakan dalam perancangan sebuah hotel resort yang terletak di kawasan pantai haruslah memperhatikan faktor fungsi dan estetika. Selain itu, pemilihan jenis material juga harus diperhatikan sehingga hasil akhir perancangan dapat mencapai hasil yang diharapkan, sesuai dengan konsep awal yang telah ditentukan. Material yang akan digunakan dalam perancangan resort ini antara lain seperti : Mayoritas material yang akan digunakan adalah kayu seperti kayu kelapa yang memiliki serat kuat dan ketahanan tinggi terhadap cuaca pantai. Material lantai pada ruang publik dengan tingkat kegiatan yang tinggi akan menggunakan material dengan durabilitas tinggi seperti granit atau batu alam. Gambar 6. Material yang digunakan dalam perancangan. (Ki-Ka Searah jarum jam: Elemen air; pasir; serat alam – rotan; limbah batok kelapa yang dimanfaatkan sebagai elemen aksen dinding dan lantai; batu alam.) Material alami seperti batu alam digunakan pada sebagian interior dan eksterior hotel karena merupakan elemen material yang dekat dengan alam pantai dan memungkinkan untuk berkreasi menggunakan material tersebut secara lebih leluasa.. Material tambahan lain seperti kaca, pemanfaatan elemen air untuk mengangkat kesan alam serta serat alam seperti anyaman rotan dan bambu. Pada hotel ini digunakan dua jenis pencahayaan, yaitu: a. Pencahayaan alami Pencahayaan alami memaksimalkan energi matahari. Jenis pencahayaan ini akan dimaksimalkan penggunaannya pada ruangan terbuka seperti lobby, lounge dan restoran sehingga memberikan kesan natural pada ruangan. b. Pencahayaan buatan Pencahayaan buatan lebih diefektifkan pada malam hari dengan menggunakan jenis cahaya warm light untuk memberikan kesan nyaman dan tenang. Secara klimatologis, wilayah Lombok merupakan daerah beriklim hujan tropis. Melihat kondisi tersebut, maka sistem tata udara yang akan digunakan dalam bangunan hotel adalah: a. Tata udara alami Tata udara alami didasarkan pada pertimbangan untuk memanfaatkan kondisi alam sekitar. Konsep ini akan diterapkan dengan membuat ruangan yang bersifat terbuka, mengatur bukaan-bukaan antara ruangan serta memperlancar aluran udara dengan membuat langit-langit yang tinggi. b. Tata udara buatan Selain pemanfaatan penghawaan alami secara optimal, penghawaan tetap harus mempertimbangkan kenyamanan pengguna, mengingat lokasi hotel berada di daerah pantai yang relatif panas dan lembab. Maka untuk kenyamanan, digunakan sistem air conditioning pada area tertentu seperti area private . 4. Kesimpulan Untuk menghasilkan sebuah konsep desain yang baik, diperlukan beberapa pendekatan yang harus dilakukan dalam proses perencanaan, antara lain seperti memahami betul karakter-karakter pengguna serta karakter arsitektural dan daerah tempat fasilitas tersebut akan dibangun. Selain itu juga perlu dilakukan studi banding terhadap fasilitas serupa dengan kualitas yang lebih baik agar perancangan yang dihasilkan lebih komprehensif. Budaya lokal merupakan harta yang berharga yang dimiliki oleh setiap Negara di dunia. Bagaimana menjaga dan melestarikan budaya lokal adalah salah satu hal yang harus diperhatikan oleh generasi muda desainer di seluruh dunia sehingga keberadaan budaya tersebut akan tetap terjaga. Pengaplikasian budaya lokal dalam interior bukan berarti akan menghasilkan desain yang berkesan kuno dan ketinggalan jaman, hal ini justru menjadi tantangan bagi setiap desainer untuk dapat membawa sifat etnik supaya tetap dapat terus berkembang dan beradaptasi mengikuti perkembangan jaman. Ucapan Terima Kasih Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam MK Tugas Akhir Program Studi Sarjana Desain Interior FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh pembimbing Bagus Handoko, S.Sn., M.T. dan koordinator Tugas Akhir Yuni Maharani, S.Ds., M.T. Daftar Pustaka Lawson, Fred, 1995, Hotel & Resort: Planning, Design, and Refurbishment, London: Buttenworth – Architecture. Lawson, Fred, 1995, Hotels, Motels & Condominium : Planning and Maintenance, London : The Architectural Press LTD. Ching, Francis D.K., 1991, Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Susunannya, Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama. Neufret, E., 1970, Architect‟s Data, London: Crosby Lockwood Staples. Birren, Faber. 2010. Color Psychology and Color Theraphy: A Factural Study of the Influence of Color on Human Life. Whitefish. Kessinger Publishing L.L.C. Pile, John. 1997. Color in Interior Design. McGraw-Hill Profesional. www.budpar.go.id www.tropicalbuilding.com www.kutalombok.com