protein dan enzim

advertisement
PROTEIN
I GEDE SUDIRGAYASA
PENDAHULUAN
Kemungkinan sempat terlintas pertanyaan dalam pikiran kita bahwa bagaimana kita
yang berawal dari zigot yang kita ketahui hanya berupa satu sel mampu tumbuh besar
menjadi manusia dewasa dengan miliaran sel dalam tubuh kita. Namun demikian ada juga
beberapa kasus seperti orang kerdil yang mungkin kita jumpai. Di lain kasus ada juga
pertumbuhan orang yang super tinggi bagai raksasa. Beberapa pertanyaan lain mungkin juga
muncul begitu saja ketika kita memikirkan hal tersebut. Misalnya telor ayam yang biasa kita
konsumsi apakah memang diciptakan untuk kita makan. Dan rasanyapun cukup enak.
Namun jika dierami oleh induknya dalam waktu tertentu, telur yang kita lihat hanya terdiri
dari putih dan kuning telur tersebut akan menetas menjadi anak ayam. Luar biasa sekali
ayam bisa “muncul” dari telur tersebut. Kita juga mengetahui bahwa kita perlu makan
makanan yang bergisi jika ingin tumbuh dan hidup sehat. Lalu apakah ayam dalam telur
tersebut makan? Belakangan ini juga banyak kita lihat baik melalui media cetak maupun
elektronik suatu penelitian yang dilakukan oleh kelompok ilmuan untuk menjawab
tantangan melawan penuaan. Tentunya untuk mencapai bisa berhasil dibutuhkan suatu
pengetahuan dasar tentang bagaimana mekanisme penuaan itu sendiri. Factor-faktor apa
saja yang terlibat, bagaimana cara factor tersebut mempengaruhi dan lain sebagainya.
Pertanyaan lain misalnya bagaimana jika di dalam lambung kita tidak mengandung
molekul-molekul yang membantu mencerna makanan? Bayangkan juga seekor anaconda
mampu menelan seekor babi ke dalam perutnya yang akan tercerna sempurna dalam
beberapa bulan.
Pertanyaan-pertanyaan di atas akan mulai menjadi jelas jika kita melihat ke dalam
reaksi yang terjadi pada level sel yang begitu rumit namun teratur yang keseluruhannya
diistilahkan dengan metabolisme. Salah satu molekul penting yang berperan dalam
metabolisme sel organisme adalah enzim. Anabolisme atau reaksi pembentukan serta
katabolisme atau reaksi pemecahan silih berganti dilakukan oleh sel dengan bantuan enzim
dalam rangka sintesis protein sebagai molekul pembangun yang berkontribusi dalam
pertumbuhan kita. Sel juga melakukan reaksi untuk mensinteis suatu protein hormone yang
akan mengkoordinasi aktivitas kita. Agar reaksi di dalam sel sendiri berjalan efektif, sel juga
mensintesis molekul katalitik yang kita kenal dengan enzim yang juga merupakan molekul
protein termodifikasi kusus.
Dalam tulisan ini kami akan coba membahas prinsip-prinsip dasar tentang protein
serta enzim yang begitu beragam serta berperan sentral dalam menjamin kelangsungan
hidup suatu organisme .
A. Protein
1. Prinsip polimer
Protein merupakan salah satu jenis makromolekul kehidupan selain karbohidrat,
lipid, dan asam nukleat. Oleh karena itu, sebelum membahas lebih jauh mengenai
hubungan struktur dan fungsi dari protein sabagai suatu makromolekul, pertama akan
dibahas mengenai generalisasi umum bagaimana sel menyusun molekul besar tersebut
dari molekul yang lebih kecil.
a. Sebagian besar makromolekul adalah polimer
Tiga molekul besar di antara empat kategori senyawa organik kehidupan:
karbohidrat, protein, dan asam nukleat adalah molekul yang menyerupai rantai yang
disebut polimer ( dari bahasa Yunani polys, berarti “banyak”, dan meris yang berarti
“bagian”). Polimer adalah suatu molekul panjang yang terdiri dari banyak blok
penyusun yang identik atau serupa yang dihubungkan dengan ikatan-ikatan kovalen,
mirip seperti kereta api yang terdiri dari rangkaian gerbong. Unit-unit yang disusun
berulang-ulang yang berfungsi sebagai blok penyusun suatu polimer adalah molekul
kecil yang disebut monomer. Beberapa molekul tersebut yang berfungsi sebagai
monomer juga memiliki fungsi lain.
Makromolekul polimer berbeda sifatnya dari monomer penyusunnya, akan
tetapi mekanisme kimiawi yang digunakan sel untuk membuat dan memutus
polimer secara mendasar adalah sama. Monomer-monomer dihubungkan melalui
suatu reaksi di mana dua molekul berikatan secara kovalen satu sama lain melalui
pelepasan satu molekul air; reaksi ini disebut reaksi kondensasi atau reaksi
dehidrasi karena molekul yang hilang adalah air. Ketika ikatan terbentuk antara dua
monomer, setiap monomer menyumbangkan bagian dari molekul air yang hilang itu:
satu molekul memberikan gugus hidroksil ( -OH), sementara yang lainnya
memberikan hidrogen (-H). Untuk membuat suatu polimer, reaksi ini dilakukan
secara berulang saat monomer ditambahkan ke rantai itu satu demi satu. Sel harus
mengeluarkan energi untuk melaksanakan reaksi kondensasi ini, dan proses ini
terjadi hanya dengan bantuan enzim, suatu protein terspesialisasi yang
mempercepat laju reaksi kimiawi dalam sel yang akan kita bahas nanti.
Polimer akan diurai menjadi monomernya melalui hidrolisis, suatu proses yang
pada prinsipnya merupakan kebalikan dari reaksi dehidrasi. Hidrolisis berarti
memutus dengan air ( dari bahasa Yunani hydro berarti “air” dan lysis berarti
“memutus”). Ikatan dari monomer-monomer diputuskan dengan penambahan
molekul air, hidrogen dari molekul air terikat dengan satu monomer, dan gugus
hidroksil terikat dengan monomer didekatnya. Contoh hidrolisis yang bekerja dalam
tubuh kita adalah proses pencernaan. Sejumlah besar materi organik dalam
makanan kita berbentuk polimer yang terlalu besar untuk dapat masuk ke dalam sel
kita. Di dalam saluran pencernaan, berbagai enzim menghancurkan polimer itu
sehingga mempercepat hidrolisis. Monomer yang dibebaskan kemudian diserap ke
dalam aliran darah untuk didistribusikan ke seluruh sel-sel tubuh. Sel-sel itu
kemudian dapat menggunakan reaksi dehidrasi untuk merakit monomer itu menjadi
polimer baru yang berbeda dari polimer yang dicerna sebelumnya.
Gambar 1. Sintesis dan Perombakan Polimer
b. Variasi polimer yang sangat banyak dapat dibangun dari sekumpulan kecil
monomer.
Masing-masing sel memiliki ribuan jenis makromolekul yang berbeda. Jenisjenis makromolekul tersebut bervariasi dari satu jenis sel ke jenis sel yang lain dalam
organisme yang sama. Perbedaan yang hakiki antara saudara sekandung
menggambarkan variasi dalam polimer, kususnya DNA dan protein. Perbedaan
molekuler antara individu-individu yang tidak saling berkerabat, jauh lebih besar
lagi, dan perbedaan antara spesies-spesies makin besar lagi. Keragaman
makromolekul dalam dunia kehidupan sangat besar dan potensi keragaman sungguh
tak terbatas.
Apa yang menjadi dasar keragaman seperti itu dalam polimer kehidupan?
Molekul-molekul ini disusun hanya dari 40 sampai 50 monomer yang umum dan
beberapa monomer lain yang jarang sekali muncul. Pembentukan keragaman
polimer yang begitu besar dari monomer-monomer yang jumlahnya terbatas analog
dengan menyusun ratusan ribu kata hanya dari 26 huruf alfabet. Kuncinya adalah
pengaturan, variasi urutan linier dari unit-unit penyusunnya. Protein misalnya,
dibangun dari 20 jenis asam amino yang tersusun dalam rantai dengan ratusan
asam amino panjangnya. Molekul-molekul kecil yang dimiliki oleh semua organisme
disusun menjadi makromolekul yang unik. Prinsip yang perlu diingat bahwa
makromolekul memiliki sifat-sifat baru yang tidak ditemukan pada blok-blok
penyusunnya.
2. Protein perkakas molekuler sel
Peran penting protein dapat dilihat dari namanya yang berasal dari bahasa Yunani
proteios yang artinya “tempat pertama.” Protein meliputi 50% bobot kering sebagian
besar sel, dan molekul ini sangat berguna sebagai alat bantu dalam hampir setiap hal
yang dilakukan oleh organisme. Protein digunakan untuk dukungan struktural,
penyimpanan, transport substansi lain, pengiriman sinyal dari satu bagian organisme ke
bagian lain, pergerakan, dan pertahanan melawan substansi asing. Sebagai emzim,
protein juga mengatur metabolism. Manusia memiliki puluhan ribu protein yang
berbeda, masing-masing dengan struktur dan fungsi yang spesifik.
Table 1. Gambaran Umum Fungsi Protein
JENIS PROTEIN
FUNGSI
CONTOH
GAMBAR
Protein structural
Pendukung
Serangga dan laba
laba menggunakan
serat sutera,
masing-masing
untuk membentuk
kokon dan
sarangnya
Protein simpanan
Cadangan
asam amino
Protein transport
Mengangkut
substansi
lain
Protein hormonal
Koordinasi
aktivitas
organism
Ovalbumin adalah
protein pada putih
telur yang
digunakan sebagai
sumber asam
amino bagi embrio
yang sedang
berkembang,
kasein protein susu
merupakan sumber
asam amino untuk
bayi mamalia.
Tumbuhan memiliki
protein cadangan di
dalam bijinya
Hemoglobin,
protein yang
mengandung besi
dalam darah
vertebrata
mengangkut
oksigen dari paru
paru ke bagian
tubuh lain. Protein
transport lainnya
mengangkut
molekul melewati
membrane sel
Insulin, suatu
hormone yang
disekresi oleh
pancreas
membantu
mengatur
konsentrasi gula
dalam darah
vertebrata
Protein reseptor
Protein kontraktil
Protein
pertahanan
Protein enzimatik
Respon sel
terhadap
rangsangan
kimiawi
Reseptor yang ada
di dalam
membrane sel-sel
saraf akan
mendeteksi sinyal
kimiawi yang
dilepaskan oleh selsel saraf lainnya
Pergerakan
Aktin dan myosin
bertanggung jawab
atas pergerakan
otot. Protein
kontraktil
bertanggung jawab
atas pergerakan
atau getaran silia
dan flagella yang
menggerakkan
banyak sel
Perlindungan Antibody
terhadap
menyerang bakteri
penyakit
dan virus
Percepatan
reaksi-reaksi
kimiawi
secara
selektif
Enzim pencernaan
menghidrolisis
polimer dalam
makanan
Protein merupakan molekul yang dikenal mempunyai struktur paling rumit. Sesuai
dengan fungsinya yang beragam itu, molekul protein sangat beragam strukturnya. Setiap
jenis protein memiliki bentuk tiga dimensi atau konformasi yang unik. Meskipun protein
beragam, semua molekul protein merupakan polimer yang dibangun dari kumpulan 20
asam amino yang sama. Polimer asam amino disebut polipeptida. Suatu protein terdiri
atas satu atau lebih polipeptida yang terlipat dan terbelit membentuk suatu kesesuaian
yang spesifik (Campbell, 2004).
a. Polipeptida adalah polimer asam amino yang dihubungkan dalam suatu urutan
yang spesifik
Asam amino adalah molekul organik yang memiliki gugus karboksil dan gugus
amino. Pada bagian pusat asam amino terdapat suatu atom karbon asimetrik.
Keempat pasangannya yang berbeda itu adalah gugus amino, gugus karboksil, atom
hidrogen dan berbagai gugus yang disimbulkan dengan R. Gugus R itu yang juga
disebut rantai samping. Gugus R bisa sesederhana seperti atom hidrogen, misalnya
pada asam amino glisin, atau bisa juga suatu kerangka karbon dengan berbagai
gugus fungsional yang terikat seperti pada glutamin.
Gambar 2. Rumus Umum Asam Amino
Sifat kimiawi dan fisik rantai samping akan menentukan karakteristik yang unik
dari suatu asam amino tertentu. Pada gambar 3. asam amino dikelompokkan sesuai
sifat rantai sampingnya. Satu kelompok terdiri atas asam amino dengan rantai
samping nonpolar, yang bersifat hidrofobik. Kelompok lain terdiri atas asam amino
dengan rantai samping polar yang bersifat hidrofilik. Asam amino bersifat asam atau
asidik adalah asam amino dengan rantai samping yang umumnya bermuatan negatif
akibat kehadiran suatu gugus karboksil yang umumnya terurai (terionisasi) pada
tingkat pH seluler. Asam amino bersifat basa atau basik mempunyai gugus amino
pada rantai sampingnya yang umumnya bermuatan positif. Karena bersifat ionik,
rantai samping asidik dan basik juga bersifat hidrofilik.
Bagaimana asam amino berikatan membentuk polimer? Ketika dua asam amino
diposisikan sedemikian rupa sehingga gugus karboksil dari satu asam amino
berdekatan dengan gugus amino dari asam amino yang lain, suatu enzim akan dapat
menyatukan kedua asam amino tersebut melalui reaksi dehidrasi. Ikatan kovalen
yang dihasilkan disebut ikatan peptida. Jika dilakukan berulang-ulang, proses ini
akan menghasilkan polipeptida, suatu polimer yang terdiri dari banyak asam amino
yang berikatan melalui ikatan peptida. Pada salah satu ujung rantai polipeptida itu
terdapat satu gugus amino bebas. Dengan demikian, rantai tersebut memiliki
polaritas dengan ujung amino ( terminal N) dan ujung karboksil ( terminal C).
Panjang polipeptida berkisar mulai dari hanya beberapa monomer sampai ke seribu
monomer atau lebih setiap polipeptida spesifik memiliki urutan linier yang unik yang
terdiri dari asam-asam amino. Keragaman polipeptida yang begitu besar yang
ditemukan di alam ini menggambarkan konsep penting yang telah dibahas
sebelumnya bahwa sel dapat menghubungkan sejumlah monomer yang terbatas ke
dalam urutan yang sangat beragam.
Dari sekitar dua puluhan asam amino yang kita kenal, sekitar sepuluh macam
tidak bisa dibentuk oleh tubuh manusia dan harus didatangkan dari asupan
makanan. Itulah yang disebut asam amino esensial, sering juga disebut asam amino
indispensable. Asam amino esensial ini diperlukan untuk pertumbuhan tubuh. Jika
kekurangan kelompok asam amino ini akan menderita busung lapar (kwashiorkor).
Itu sebabnya asupan asam amino yang cukup dari makanan selalu diperlukan setiap
hari. Asam amino yang termasuk ke dalam kelompok esensial diantaranya :
Histidine, Isoleucine, Leucine, Lysine, Methionine, Phenylalanine, Threonine,
Tryptophan, Valine.
Tabel 2. 20 Asam Amino Penyusun Protein
Sebenarnya dari beberapa jenis asam amino esensial seperti arginin dapat
dibuat oleh tubuh, tetapi prosesnya sangat lambat dan tidak mencukupi untuk
seluruh kebutuhan. Jadi juga harus disuplai dari makanan. Selain itu beberapa jenis
asam amino juga berfungsi saling melengkapi satu sama lain. Contohnya metionin
diperlukan untuk memproduksi cystein, atau fenilalanin diperlukan untuk
membentuk tirosin.
Ada sepuluh asam amino yang bisa dibentuk oleh tubuh manusia, dan disebut
asam amino non esensial atau asam amino dispensable. Karena bisa dibentuk
sendiri oleh tubuh maka tidak harus memperoleh asupan dari makanan. Yang
termasuk asam amino nonesensial diantaranya: Alanine, Arginine, Asparagine,
Aspartic acid, Cysteine, Glutamic acid, Glutamine, Glycine, Proline, Selenocysteine,
Serine, Taurine, Tyrosine, Ornithine.
Gambar 3. Pembentukan rantai polipeptida
b. Fungsi suatu protein bergantung pada bentuk spesifiknya
“Polipeptida” tidaklah persis bersinonim dengan “protein”. Hubungannya
analog dengan hubungan antara untaian benang panjang dan sebuah sweater
dengan ukuran dan bentuk tertentu yang dapat dirajut dari benang tersebut. Suatu
protein fungsional bukanlah sekedar rantai polipeptida, akan tetapi satu atau lebih
polipeptida yang dipelintir, dilipat, dan dililit secara tepat menjadi suatu molekul
dengan bentuk yang unik. Urutan asam amino suatu polipeptida itulah yang
menentukan konformasi tiga dimensi apa yang akan diambil oleh protein tersebut.
Banyak protein berbentuk globuler (secara kasar agak bulat), sementara yang lain
bentuknya seperti serat. Namun demikian, di dalam kategori yang luas ini, mungkin
terjadi variasi yang tak terhitung.
Konformasi spesifik suatu protein akan menentukan bagaimana protein
tersebut bekerja. Dalam hampir setiap kasus, fungsi suatu protein bergantung pada
kemampuannya untuk mengenal dan berikatan dengan beberapa molekul lain.
Misalnya suatu antibody berikatan dengan suatu substansi asing tertentu yang telah
menyerang tubuh, dan suatu enzim mengenali dan berikatan dengan substratnya.
1) Empat tingkatan struktur protein
Ketika sebuah sel mensintesis suatu polipeptida, rantai itu umumnya
melipat secara spontan mengambil konformasi fungsional protein tersebut.
Pelipatan tersebut digerakkan dan diperkuat oleh pembentukan berbagai
macam ikatan di antara bagian-bagian rantai itu. Dalam arsitektur kompleks
suatu protein, dikenal tiga tingkatan struktur yang saling berimpitan yang
disebut struktur primer, sekunder dan tersier. Tingkatan keempat, struktur
kuaterner, terjadi ketika suatu protein terdiri atas dua atau lebih rantai
polipeptida.
Struktur primer suatu protein adalah adalah urutan uniknya yang terdiri dari
asam amino. Misalnya struktur primer lisozim, suatu enzim antibakteri. Lisozim
adalah protein yang relatif kecil yang hanya 129 asam amino panjangnya.
Masing-masing dari 20 asam amino menempati setiap 129 posisi di sepanjang
rantai itu. Struktur primer mirip dengan tatanan huruf dalam sebuah kata yang
sangat panjang. Jika dibiarkan membentuk sendiri akan ada 20129 cara yang
berbeda untuk mengatur asam amino menjadi suatu rantai polipeptida
sepanjang ini. Namun, struktur primer suatu protein yang tepat tidak ditentukan
oleh ikatan acak asam amino itu, akan tetapi oleh informasi genetik yang
diwarisi.
Gambar 4. Struktur primer protein
Perubahan yang sedikit sekalipun dalam struktur primer akan dapat
mempengaruhi konformasi protein dan kemampuannya untuk digunakan.
Misalnya substitusi satu asam amino dengan asam amino yang lain pada posisi
tertentu pada struktur primer hemoglobin, menyebabkan anemia sel sabit yaitu
suatu kelainan darah turunan.
Yang mempelopori penentuan struktur primer protein adalah Frederick
Sanger, yang bersama-sama dengan koleganya di Cambridge University di
Inggris, mengerjakan urutan asam amino hormon insulin pada akhir tahun 1940an dan awal tahun 1950-an. Pendekatan yang digunakan adalah dengan
menggunakan enzim pencerna protein dan katalis lain yang memutuskan
polipeptida pada tempat-tempat spesifik. Perlakuan dengan salahs satu agen
tersebut akan memotong-motong pelipeptida menjadi fragmen-fragmen yang
dapat dipisahkan melalui kromatografi. Hidrolosis dengan agen lain akan
memutuskan polipeptida itu pada tempat yang berbeda, yang menghasilkan
kelompok pragmen yang lain. Sanger menggunakan metode kimiawi untuk
menentukan urutan asam amino pada fragmen-fragmen kecil itu. Selanjutnya ia
mencari daerah tumpang tindih di antara potongan yang diperoleh melalui
hidrolisis dengan agen yang berbeda. Misalnya dua fragmen dengan urutan
sebagai berikut:
Cys-Ser-Leu-Tyr-Gln-Leu
Tyr-Gln-Leu-Glu-Asn
Kita dapat menyimpulkan dari daerah yang tumpang tindih tersebut maka
urutan utuh mengandung segmen sebagai berikut:
Cys-Ser-Leu-Tyr-Gln-Leu-Glu-Asn
Sanger dan koleganya mampu menyusun ulang struktur primer insulin
secara lengkap setelah melakukan upaya bertahun-tahun. Setelah itu sebagian
besar langkah yang terlibat dalam pengurutan suatu polipeptida telah
diotomatisasikan dengan mesin. Namun demikian, analisis insulin Sanger-lah
yang pertama kali mendemonstrasikan apa yang sekarang merupakan suatu
aksioma mendasar biologi molekuler: Setiap jenis protein memiliki struktur
primer yang unik, suatu urutan asam-asam amino yang tepat.
Struktur sekunder. Sebagian besar protein memiliki segmen-segmen dalam
rantai polipeptidanya yang terlilit dan terlipat secara berulang dalam pola yang
membentuk protein secara keseluruhan. Lilitan dan lipatan ini, yang secara
keseluruhan disebut sebagai struktur sekunder. Struktur ini merupakan hasil dari
ikatan-ikatan hydrogen pada interval beraturan di sepanjang tulang belakang
polipeptida tersebut. Karena bersifat elektronegatif, baik atom oksigen dan
nitrogen tulang belakang itu bermuatan negatif lemah. Atom hydrogen
bermuatan positif lemah yang berikatan dengan atom nitrogen memiliki afinitas
terhadap atom oksigen pada ikatan peptida didekatnya. Secara individual, ikatan
hydrogen ini adalah lemah, tetapi karena berulang beberapa kali dalam suatu
daerah rantai polipeptida yang relative panjang, ikatan ini dapat mendukung
suatu bentuk kusus untuk bagian protein tersebut. Salah satu struktur sekunder
seperti itu, adalah heliks alfa (α), suatu lilitan rumit yang disatukan oleh ikatan
hydrogen di antara setiap empat asam amino.
Jenis struktur sekunder utama lainnya adalah lembaran berlipat-lipat, di
mana dua daerah rantai polipeptida terletak sejajar satu sam lain. Ikatan
hydrogen antara bagian-bagian tulang belakang pada daerah sejajar itu akan
menyatukan struktur tersebut. Lembar berlipat membentuk inti dari banyak
protein globuler. Kita dapat melihat satu daerah seperti itu dalam lisozim.
Lembaran berlipat juga mendominasi beberapa protein serat, termasuk protein
sutera yang dihasilkan oleh banyak serangga dan laba-laba.
Struktur tersier. Lapisan tumpang tindih di atas pola struktur sekunder
adalah struktur tersier protein, yang terdiri atas pemutarbalikan tak beraturan
dari ikatan antara rantai-rantai samping (gugus R) berbagai asam amino. Salah
satu jenis ikatan yang berperan dalam struktur tersier disebut interaksi
hidrofobik. ketika polipeptida melipat membentuk konformasi fungsionalnya,
asam amino dengan rantai samping hidrofobik ( nonpolar) umumnya
mengumpul membentuk kumpulan pada bagian inti protein itu, menjauhi
kontak dengan air. Dengan demikian, apa yang disebut dengan interaksi
hidrofobik pada dasarnya dimulai oleh perilaku molekul air yang menjauhi
substansi nonpolar ketika molekul-molekul air membentuk ikatan hydrogen satu
sama lain dan dengan bagian hidrofilik protein tersebut. Begitu rantai samping
asam amino nonpolar mendekat satu sama lain, gaya tarik Van Der Waals
menguatkan kembali interaksi hidrofobik itu. Sementara itu, ikatan hydrogen
antara rantai-rantai samping polar dan ikatan ionic antara rantai-rantai samping
bermuatan positif dan rantai samping bermuatan negative juga membantu
menstabilkan struktur tersier. Semuanya ini merupakan interaksi lemah, akan
tetapi efek kumulatifnya membuat protein mempunyai bentuk yang spesifik.
Gambar 5. Tiga tingkatan struktur protein
Konformasi suatu protein bias semakin diperkuat oleh ikatan kovalen kuat
yang disebut jembatan disulfida. Jembatan disulfida terbentuk ketika dua
monomer sistein, yaitu asam amino dengan gugus sulfhidril (-SH) pada rantai
sampingnya, saling mendekat satu sama lain melalui pelipatan protein tersebut.
Sulfur salah satu sistein itu berikatan dengan sulfur sistein kedua, dan jembatan
disulfida (-S-S-) mematri bagian-bagian protein menjadi terikat bersama. Semua
jenis ikatan-ikatan yang berbeda ini dapat terjadi pada satu protein, seperti pada
gambar 6.
Struktur kuaterner. Seperti telah disebutkan sebelumnya, beberapa protein
terdiri atas dua atau lebih polipeptida yang mengumpul menjadi satu
makromolekul yang fungsional. Struktur kuaterner adalah keseluruhan struktur
protein yang dihasilkan dari penggabungan semua subunit polipeptida itu.
Misalnya kolagen adalah suatu protein serat yang mempunyai subunit heliks
yang mengalami superkoil atau superlilitan menjadi suatu heliks rangkap tiga
yang lebih besar. Organisasi kolagen superkoil ini, mirip seperti konstruksi
sebuah tali, memberikan kekuatan yang sangat besar kepada serat yang panjang
tersebut. Hal tersebut sesuai dengan fungsi serat kolagen sebagai balok
penopang jaringan ikat, seperti tendon dan ligament. Hemoglobin merupakan
salah satu contoh protein globuler dengan struktur kuaterner. Protein ini terdiri
dari dua jenis rantai polipeptida di mana pada tiap molekul hemoglobin terdapat
dua buah dari masing-masing jenis rantai.
Gambar 6. Contoh ikatan yang berperan dalam pembentukan struktur tersier protein
2) Apa yang menentukan konformasi protein?
Kita telah mengetahui bahwa konformasi yang unik menyebabkan setiap
protein mempunyai fungsi spesifik, namun apa factor kunci yang menentukan
konformasi? Rantai polipeptida dengan suatu urutan asam amino tertentu dapat
secara spontan mengatur diri mengambil suatu bentuk tiga dimensi yang
dipertahankan oleh interaksi-interaksi yang menyebabkan struktur sekunder dan
tersier. Keadaan ini terjadi secara normal ketika protein tersebut sedang
disintesis di dalam sel. Namun, konformasi protein juga tergantung pada kondisi
fisik dan kimiawi lingkungan protein tersebut. Jika pH, konsentrasi garam, suhu
atau aspek lain dari lingkungan diubah, maka protein tersebut bisa terbuka dan
kehilangan konformasi aslinya, suatu perubahan yang disebut denaturasi.
Setelah berubah bentuk, protein terdenaturasi tersebut menjadi inaktif secara
biologis. Sebagian besar protein menjadi terdenaturasi jika protein tersebut
dipindahkan dari lingkungan aqueous ke suatu pelarut organic seperti eter atau
kloroform. Protein tersebut akan menjadi terbalik ( bagian luar masuk ke bagian
dalam ), daerah hidrofobiknya berganti tempat dengan bagian hidrofiliknya.
Agen denaturasi lain meliputi bahan kimiawi yang merusak atau mengganggu
ikatan hidrogen, ikatan ionik dan jembatan disulfida yang mempertahankan
suatu bentuk protein. Denaturasi juga disebabkan oleh panas yang berlebihan
yang merangsang rantai polipeptida itu sedemikian rupa sehingga cukup
mengatasi interaksi lemah yang menstabilkan konformasi tersebut.
Gambar 7. Denaturasi dan renaturasi protein
Ketika suatu protein dalam larutan tabung reaksi didenaturasi oleh panas
atau bahan kimiawi, protein tersebut sering kali akan kembali ke bentuk
fungsionalnya bila agen pendenaturasinya dihilangkan. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa informasi untuk membangun suatu bentuk spesifik protein
bersifat intrinsik dalam struktur primer protein itu. Urutan asam amino
menentukan konformasi di mana heliks α dapat terbentuk, di mana lembaran
berlipat-lipat dapat terjadi, di mana jembatan disulfida berada, di mana ikatan
ionik dapat terbentuk dan selanjutnya. Akan tetapi di dalam lingkungan yang
penuh sesak di dalam suatu sel, pelipatan ulang suatu protein terdenaturasi dan
bahkan pelipatan yang benar selama sintesis protein mungkin lebih merupakan
masalah.
3) Masalah pelipatan protein
Para ahli biokimia telah mengetahui urutan asam amino lebih dari 100.000
protein dan sekitar 10.000 bentuk tiga dimensi. Mungkin kita akan berpikir
bahwa dengan menghubungkan struktur primer berbagai protein dengan
konformasinya, akan memungkinkan untuk menemukan aturan pelipatan
protein kususnya dengan bantuan komputer. Akan tetapi permasalahan
pelipatan protein tidaklah sesederhana itu. Sebagian besar protein barangkali
mengalami bentuk intermediet sebelum mencapai konformasi stabilnya, dan
dengan hanya melihat konformasi yang “matang “ tersebut tidak akan
mengungkapkan tahapan pelipatan yang diperlukan untuk mencapai bentuk itu.
Namun, para ahli biokimia telah mengembangkan metode untuk pelacakan
suatu protein yang melalui tahapan pelipatan intermedietnya. Para peneliti
juga telah menemukan protein chaperone, molekul yang berfungsi sebagai
penahan atau penguat temporer yang membantu pelipatan protein lain.
Permasalahan pelipatan protein sangat penting artinya. Jika aturan
pelipatan protein telah diketahui, seharusnya akan memungkinkan untuk
merancang protein yang akan melakukan suatu tugas spesifik dengan cara
membuat suatu rantai polipeptida dengan urutan asam amino yang tepat.
3. Sintesis protein
Sebelum membahas bagaimana gen mengatur sintesis protein, akan dibahas
terlebih dahulu mengenai hubungan antara gen dan protein.
a. Satu gen satu polipeptida
Setelah para ahli dan peneliti mempelajari lebih lanjut tentang protein, mereka
membuat revisi kecil mengenai hipotesis satu gen satu enzim. Tidak semua protein
adalah enzim. Keratin, protein structural pada rambut hewan dan hormone insulin
merupakan contoh protein yang bukan enzim. Oleh karena protein yang bukan
enzim bagaimanapun juga adalah produk dari gen, ahli biologi molekuler mulai
berpikir dari sudut pandang satu gen satu protein. Namun demikian, banyak protein
terdiri dari dua atau lebih rantai polipeptida yang berbeda,dan setiap polipeptida
ditentukan oleh gennya masing-masing. Contohnya hemoglobin, protein
pentranspor oksigen dalam sel darah merah vertebrata, terbentuk dari dua jenis
polipeptida yang artinya protein ini di kode oleh dua gen. Oleh karena itu hipotesis
menjadi satu gen satu polipeptida. Namun lebih umum disebut protein bukannya
polipeptida sebagai produk gen.
Gambar 8. Gambaran umum sintesis protein
b. Transkripsi dan translasi merupakan dua proses utama yang menghubungkan gen
ke protein
Gen memberi perintah untuk membuat protein tertentu. Tetapi gen tidak
membangun protein secara langsung. Jembatan antara DNA dan sintesis protein
adalah RNA. RNA secara kimiawi serupa dengan DNA, terkecuali bahwa RNA
mengandung ribosa bukan deoksiribosa sebagai gulanya, dan memiliki basa nitrogen
urasil bukan timin. Dengan demikian, setiap nukleotida di sepanjang untai DNA
memiliki deoksiribosa sebagai gulanya dan A, G, C atau T sebagai basanya. Setiap
nukleotida di sepanjang untai RNA memiliki ribose sebagai gulanya dan A, G, C, atau
U sebagai basanya. Suatu molekul RNA hampir selalu terdiri dari satu untai tunggal.
Gen biasanya panjangnya mencapai ratusan atau ribuan nukleotida dengan
urutan basanya masing-masing yang spesifik. Setiap polipeptida dari suatu protein
juga memiliki monomer yang memiliki susunan dalam tatanan linier tertentu. Tetapi
monomernya adalah keduapuluh asam amino tersebut. Dengan demikian asam
nukleat dan protein berisi informasi yang ditulis dalam dua bahasa kimiawi yang
berbeda. Untuk beralih dari DNA yang ditulis dalam suatu bahasa ke protein yang
ditulis dalam bahasa lain, membutuhkan dua tahapan utama yaitu transkripsi dan
translasi.
Gambar 9. Heliks ganda DNA
Transkripsi merupakan sintesis RNA berdasarkan arahan DNA. Kedua asam
nukleat menggunakan bahasa yang sama dan informasinya tinggal ditranskripsi atau
disalin dari satu molekul ke molekul yang lain. Transkripsi menyediakan suatu
cetakan untuk penyusunan urutan nukleotida DNA. Molekul RNA yang dihasilkan
merupakan transkrip penuh dari instruksi-instruksi pembangun protein dari gen
tersebut. Jenis molekul RNA ini disebut RNA mesenjer ( mRNA ), karena molekul ini
membawa pesan dari DNA ke peralatan pensintesis protein dari sel tersebut.
Translasi merupakan sintesis polipeptida yang sesungguhnya yang terjadi
berdasarkan arahan mRNA. Selama tahapan ini terdapat perubahan bahasa. Sel
tersebut harus mentranslasi ( menerjemahkan ) urutan basa molekul mRNA ke
dalam urutan asam amino polipeptida. Tempat-tempat translasi ini adalah ribosom,
partikel kompleks yang memfasilitasi perangkaian secara teratur asam amino
menjadi rantai polipeptida.
Dari uraian di atas dapat kita sederhanakan bahwa gen memprogram sintesis
protein melalui pesan genetic dalam bentuk mRNA. Dengan kata lain, sel diatur oleh
rantai perintah molekuler: DNA→RNA→protein.
c. Dalam kode genetic, triplet nukleotida menentukan asam amino
Ketika mulai diketahui bahwa perintah untuk sintesis protein dikodekan dalam
DNA, para peneliti menyadari adanya masalah. Hanya ada 4 nukleotida untuk
menentukan 20 asam amino. Jika setiap basa nukleotida ditranslasi ke dalam asam
amino, hanya 4 dari keduapuluh asam amino itu yang dapat ditentukan. Bagaimana
jika kode 2 huruf? Misalnya AG dapat menentukan satu asam amino, dan GT dapat
menentukan asam amino yang lain. Karena terdapat 4 basa maka kemungkinan
susunan yang dapat dihasilkan adalah 42 yaitu 16. Sehingga masih belum cukup
untuk mengkode ke 20 asam amino.
Triplet nukleotida merupakan unit terkecil dengan panjang seragam yang dapat
mengkode seluruh asam amino. Jika tiga basa berurutan menentukan satu asam
amino, maka terdapat 43 yaitu 64 kemungkinan kode, lebih dari cukup untuk
menentukan asam amino tersebut.
Sel tidak dapat secara langsung mentranslasi gen menjadi asam amino. Langkah
antaranya adalah transkripsi dimana selama transkripsi inilah gen tersebut
menentukan urutan triplet basa disepanjang molekul mRNA. Untuk setiap gen,
hanya salah satu dari dua untai DNA yang ditranskripsi. Untai ini disebut untai
cetakan, karena untai ini memberikan cetakan untuk menata urutan nukleotida
dalam transkrip RNA. DNA yang ada dapat menjadi untai cetakan di beberapa
daerah dalam suatu molekul DNA.
Sumber, biologi Campbell 9
Gambar 10. Kamus kode genetik
Molekul mRNA lebih merupakan komplementer daripada identik dengan
cetakan DNAnya karena basa RNA disusun pada cetakan tersebut berdasarkan
aturan pemasangan basa. Pasangan ini serupa dengan pasangan yang terbentuk
selama replikasi DNA. Namun pada RNA basa U menggantikan T yang berpasangan
dengan A. Dengan demikian, apabila untai DNA ditranskripsi, triplet basa ACC dalam
DNA menyediakan cetakan untuk UGG dalam molekul mRNA tersebut. Triplet basa
ini disebut kodon. Misalnya, UGG merupakan kodon untuk asam amino triptofan (
disingkat Trp).
Selama translasi, urutan kodon di sepanjang mRNA dikode atau ditranslasi
menjadi urutan asam amino yang menyusun suatu rantai polipeptida. Setiap kodon
di sepanjang mRNA menentukan yang mana dari keduapuluh asam amino itu yang
akan dimasukkan pada posisi yang sesuai di sepanjang polipeptida. Karena kodon
merupakan triplet basa, jumlah nukleotida yang menyusun pesan genetic haruslah
tiga kali jumlah asam amino yang menyusun produk protein tersebut. Misalnya
dibutuhkan 300 nukleotida di sepanjang untai RNA untuk mengkode polipeptida
yang panjangnya 100 asam amino.
Dari uraian di atas dapat kita ringkas bahwa informasi genetic dikode sebagai
suatu urutan triplet basa yang tidak tumpang tindih atau kodon, yang masingmasing ditranslasi menjadi asam amino spesifik selama sintesis protein.
Gambar 11. Kode triplet
d. Translasi adalah sintesis polipeptida yang diarahkan oleh RNA
Kita dapat membagi translasi, sintesis rantai polipeptida ke dalam tiga tahapan:
inisiasi, elongasi, dan terminasi. Semua tahapan ini memerlukan faktor-faktor
protein yang membantu mRNA, tRNA dan ribosom selama proses translasi.
Inisiasi. Tahap inisiasi membawa bersama-sama mRNA, sebuah tRNA yang
membawa asam amino pertama, dan dua subunit ribosom. Pertama subunit
ribosom kecil mengikatkan diri pada mRNA dan tRNA inisiator kusus. Pada arah
downstream dari mRNA terdapat kodon inisiasi AUG yang memberikan sinyal
dimulainya proses translasi. tRNA inisiator yang membawa asam amino metionin
melekat pada kodon inisiasi.
Gambar 12. Inisiasi translasi
Penyatuan mRNA, tRNA inisiator dan subunit ribosom menyempurnakan
komplek inisiasi translasi. Protein yang disebut factor inisiasi dibutuhkan untuk
membawa semua komponen tersebut bersama-sama. Saat penyelesaian proses
inisiasi, tRNA inisiator berada pada tempat P dari ribosom dan tempat A yang kosong
siap untuk tRNA aminoasil berikutnya. Sintesis polipeptida dimulai dari ujung
aminonya.
Elongasi. Pada tahap elongasi dari translasi, asam-asam amino ditambahkan
satu per satu pada asam amino pertama. Tiap penambahan melibatkan partisipasi
beberapa protein yang disebut factor elongasi dan terjadi dalam siklus tiga tahap.
1) Pengenalan kodon.
Kodon mRNA pada tempat A dari ribosom membentuk ikatan hydrogen dengan
antikodon molekul tRNA yang baru masuk yang membawa asam amino yang
tepat. Factor elongasi membawa tRNA ke tempat A. Langkah ini juga
membutuhkan hidrolisis GTP.
2) Pembentukan ikatan peptida
Molekul rRNA dari subunit ribosom besar berfungsi sebagai ribozim, mengkatalis
pembentukan ikatan peptide yang menggabungkan polipeptida yang
memanjang dari tempat P ke asam amino yang baru tiba di tempat A. Pada
tahap ini, polipeptida memisahkan diri dari tRNA tempat pelekatannya semula,
dan asam amino pada ujung karboksilnya berikatan dengan asam amino yang
dibawa oleh tRNA di tempat A.
3) Translokasi
tRNA di tempat A sekarang terikat pada polipeptida yang sedang tumbuh,
ditranslokasikan ke tempat P. Saat RNA berpindah tempat, antikodonnya tetap
berikatan dengan hydrogen pada kodon mRNA. mRNA bergerak bersama-sama
dengan antikodon ini dan membawa kodon berikutnya untuk ditranslasi pada
tempat A. Sementara itu, tRNA yang tadinya di tempat P bergerak ke tempat E
dan dari tempat ini keluar dari ribosom.
Siklus elongasi menghabiskan waktu kurang dari 1/10 detik dan terus diulang
sampai rantai polipeptidanya lengkap.
Gambar 13. Siklus elongasi tranlasi
Terminasi. Tahap akhir translasi adalah terminasi. Elongasi berlanjut hingga
kodon stop mencapai tempat A di ribosom. Triplet basa stop adalah UAA, UAG dan
UGA tidak mengkode suatu asam amino melainkan bertindak sebagai sinyal untuk
menghentikan translasi. Suatu protein yang disebut factor pelepas langsung
mengikatkan diri pada kodon stop di tempat A. Faktor pelepas ini menyebabkan
penambahan molekul air, bukan asam amino, pada rantai polipeptida. Reaksi ini
menghidrolisis polipeptida yang sudah selesai ini dari tRNA yang berada di tempat P,
melepaskan polipeptida dari ribosom. Sisa-sinya penyusunan translasi kemudian
terpisah-pisah.
Gambar 14. Terminasi translasi
4. Metabolism protein
a. Biosintesis asam amino
Manusia dapat membentuk 12 dari ke 20 asam amino yang umum dari zat-zat
antara amfibolik glikolisis dan siklus asam sitrat .
Enzim glutamate dehidrogenase, glutamine sintetase dan aminotransperase
menempati posisi sentral dalam biosintesis asam amino. Kerja kombinasi ketiga
enzim tersebut adalah mengubah ion ammonium menjadi nitrogen α –amino dari
berbagai asam amino. Contohnya transaminasi oksaloasetat membentuk aspartat.
Perubahan aspartat menjadi asparagin dikatalisis oleh asparagin sintetase yang
mirip dengan glutamine sintetase.
Gambar 15. Reaksi asparagin sintetase
b. Katabolisme protein dan nitrogen asam mino
Pada orang dewasa normal, asupan nitrogen sesuai dengan nitrogen yang
diekskresikan. Ammonia yang terutama berasal dari nitrogen α-amino asam amino
sangat toksik. Jaringan mengubah ammonia menjadi nitrogen amida glutamine
yang nontoksik. Deaminasi glutamine selanjutnya di hati membebaskan ammonia
yang kemudian diubah menjadi urea yang nontoksik. Urea merupakan produk akhir
utama hasil katabolisme nitrogen pada manusia. Sintesis 1 mol urea memerlukan 3
mol ATP plus 1 mol ion ammonium dan 1 mol nitrogen α-amino aspartat. Dari
enam asam amino yang ikut serta, N-asetilglutamat hanya berfungsi sebagai
activator enzim. Asam amino lain berfungsi sebagai pembawa atom yang akhirnya
menjadi urea. Peran metabolic utama ornitin, sitrulin dan argininosuksinat pada
mamalia adalah urea. Beberapa reaksi sintesis urea terjadi pada matrik mitokondria
dan reaksi lain berlangsung di sitosol (Murray, 2006).
c. Katabolisme rangka karbon asam amino
Katabolisme asam amino biasanya dimulai dengan transaminasi. Pengeluaran
nitrogen α-amino melalui transaminasi adalah reaksi katabolic pertama asam
amino kecuali prolin, hidroksiprolin, treonin, dan lisin. Rangka hidrokarbon yang
tersisa kemudian diuraikan menjadi zat-zat antara amfibolik.
Ganbar 16. Zat-zat amfibolik katabolisme asam amino
5. Mutasi titik serta gangguan konformasi protein dapat memiliki konsekuensi patologis
Mutasi adalah perubahan materi genetic suatu sel. Jika mutasi titik terjadi pada
suatu gamet maka akan diturunkan pada keturunannya. Contohnya pada penyakit sel
sabit yang merupakan mutasi pada suatu pasangan pasa yang mengkode pembentukan
salah satu polipeptida hemoglobin. Begitu juga halnya dengan penyakit alzhaimer,
talasemia beta merupakan penyakit yang timbul dari adanya gangguan konformasi
protein.
Gambar 15. Penyakit sel sabit pada sel eritrosit manusia
SIMPULAN
Protein merupakan salah satu jenis makromolekul kehidupan selain karbohidrat, lipid,
dan asam nukleat. Tiga makromolekul di antara empat kategori senyawa organik kehidupan:
karbohidrat, protein, dan asam nukleat adalah molekul yang menyerupai rantai yang disebut
polimer. Unit-unit yang disusun berulang-ulang yang berfungsi sebagai blok penyusun suatu
polimer adalah molekul kecil yang disebut monomer. Polimer asam amino disebut
polipeptida. Suatu protein terdiri atas satu atau lebih polipeptida yang terlipat dan terbelit
membentuk suatu kesesuaian yang spesifik.
Peran penting protein adalah digunakan untuk dukungan struktural, penyimpanan,
transport substansi lain, pengiriman sinyal dari satu bagian organisme ke bagian lain,
pergerakan, dan pertahanan melawan substansi asing dan sebagai enzim.
Dalam arsitektur kompleks suatu protein, dikenal tiga tingkatan struktur yang saling
berimpitan yang disebut struktur primer, sekunder dan tersier. Tingkatan keempat, struktur
kuaterner, terjadi ketika suatu protein terdiri atas dua atau lebih rantai polipeptida. Struktur
ini sangat khas untuk setiap protein agar fungsional.
Sintesis protein dikontrol oleh gen dalam 2 tahapan utama yaitu transkripsi, proses
sintesis RNA dan translasi, penerjemahan informasi yang dibawa RNA.
Manusia dapat membentuk 12 dari ke 20 asam amino yang umum dari zat-zat antara
amfibolik glikolisis dan siklus asam sitrat . Pada orang dewasa normal, asupan nitrogen
sesuai dengan nitrogen yang diekskresikan. Urea merupakan produk akhir utama hasil
katabolisme nitrogen pada manusia. Katabolisme asam amino biasanya dimulai dengan
transaminasi. Pengeluaran nitrogen α-amino melalui transaminasi adalah reaksi katabolic
pertama asam amino kecuali prolin, hidroksiprolin, treonin, dan lisin. Rangka hidrokarbon
yang tersisa kemudian diuraikan menjadi zat-zat antara amfibolik.
Mutasi titik serta gangguan konformasi protein dapat memiliki konsekuensi patologis.
Contohnya pada penyakit sel sabit dan alzhaimer.
Rujukan
Boyce Sinead, Keith F Tipton. Enzyme Classification and Nomenclature. Trinity College,
Dublin, Ireland
Campbell, Neil A. 2004. Biologi.(terjemahan). Jakarta: Erlangga
Phillips,Jhon S. dkk. 2002. Chemistry: concept and application. USA: The McGraw Hill
Companies Inc.
Murray, Robert K. et al. 2006. Harper’s Illustrated Biochemistry, 27th ed. The McGraw Hill
Companies Inc.
Download