Volume 6 No. 2-September 2014 Efisiensi Pemasaran Beberapa Komoditas Sayuran Utama di Kabupaten Indramayu Oleh: Teguh Iman Santoso Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Wiralodra Indramayu ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai elastisitas transmisi harga dan efisiensi pemasaran kacang panjang, cabe merah dan bawang merah di Kabupaten Indramayu efisien. Desain dalam penelitian ini adalah kausal komparatif (causal comparative research). Penelitian ini menggunakan model ekonometrika dengan menggunakan data timeseries harga mingguan produsen dan harga konsumen dari Bulan Januari 2009 sampai dengan Bulan Desember Tahun 2013. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa besarnya nilai elastisitas transmisi harga kacang panjang sebesar 0,968 artinya perubahan harga sebesar 1% di tingkat konsumen akan mengakibatkan perubahan harga sebesar 0,968% di tingkat petani. Elastisitas transmisi cabe merah dan bawang merah sebesar 1,012, dan 1,001 artinya perubahan harga sebesar 1% di tingkat konsumen akan mengakibatkan perubahan harga sebesar 1,012, dan 1,001 di tingkat petani. Nilai elastisitas transmisi harga dari beberapa komoditas sayuran tersebut tidak ada yang nilainya sama dengan satu (1) sehingga dapat disimpulkan bahwa pemasarannya tidak efisien karena struktur pasar yang terbentuk adalah bukan pasar persaingan sempurna. Kata kunci : pemasaran, elastisitas transmisi, efisiensi pemasaran, pasar persaingan sempurna PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan sektor penting karena mempunyai peran strategis dalam perekonomian. Sektor pertanian menyediakan bahan makanan pokok penduduk, penyedia lapangan kerja terbesar penduduk, pencipta nilai tambah atau Produk Domestik Bruto (PDB) dan penghasil devisa (Asmarantaka, 2009). Kabupaten Indramayu memiliki luas 209.942 Ha, yang terdiri dari 116.805 Ha (55,64% tanah sawah, 93.137 Ha (44,36%) tanah kering. Tanah sawah terdiri dari sawah irigasi sebesar 93.401 Ha (79,96%) dan sawah non irigasi atau tadah hujan sebesar 23.404 (20,04%). (BPS Kabupaten Indramayu 2014). Sampai saat ini kabupaten Indramayu masih mengandalkan sektor ekonominya pada sektor pertanian. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase sumbangan sektor pertanian pada Produk Domestik Bruto Kabupaten Indramayu. Sebagai daerah agraris Kabupaten Indramayu merupakan daerah yang banyak menghasilkan komoditas pertanian, salah satunya adalah sayuran. Terdapat beberapa sayuran yang cukup potensial dikembangkan di Kabupaten Indramayu, yaitu: kacang panjang, cabai merah dan bawang merah. Ketiga sayuran tersebut merupakan sayuran utama yang banyak diusahakan oleh petani. Produksi ketiga komoditas tersebut mengalami fluktuasi, yang diakibatkan oleh perubahan luas tanam dan luas panen serta faktor lain yang mempengaruhi produksi. Adapun jumlah produksi kacang panjang, cabai merah, dan bawang merah dapat dilihat pada Tabel 1. berikut ini. 9 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS WIRALODRA Volume 6 No. 2-September 2014 Tabel 1. Produksi Kacang Panjang, Cabai Merah dan Bawang Merah di Kabupaten Indramayu Tahun 2008-2012 Komoditas Produksi (Ton) 2008 2009 2010 2011 2012 Kacang Panjang 6.923 5.111 4.502 4.298 3.586 Cabai Merah 4.184 2.550 2.663 2.570 2.267 Bawang Merah 3.733 2.952 1.251 2.748 6.784 Sumber :Dinas Pertanian Jawa Barat 2014 Saat ini terjadi perubahan orientasi dalam kegiatan pertanian, dari pertanian yang berorientasi kepada produksi menuju pertanian yang berorientasi pasar. Perubahan orientasi tersebut sampai saat ini masih menemui berbagai kendala salah satunya adalah bargaining power petani yang rendah yang diakibatkan dikuasainya kendali pemasaran oleh pelaku pemasaran (Direktorat Jendral Pemasaran, 2006). Berhasilnya kegiatan usahatani tidak akan mendorong kesejahteraan petani apabila tidak didukung oleh pemasaran yang baik. Menurut Ismet (2009), dalam konsep agribisnis, pasar harus ditempatkan pada ururan terdepan. Pemasaran merupakan salah satu subsistem penting dalam sistem agribisnis, pemasaran yang efisien akan meningkatkan kinerja usahatani, akan tetapi sebaliknya apabila tidak efisien maka akan menurunkan kinerja usahatani tersebut (Sudiyono, 2000). Sebagai komoditas pertanian, harga beberapa produk sayuran selalu mengalami mengalami fluktuasi yang biasanya diluar kendali petani. Fluktuasi harga sayuran pada umumnya lebih tinggi dibanding buah, padi dan palawija dengan kata lain ketidakseimbangan antara volume pasokan dan kebutuhankonsumen lebih sering terjadi pada sayuran (Irawan, 2007). Menurut Ismet (2009), harga produk pertanian tergolong sangat fluktuatif dengan rentang tingkat harga yang sangat lebar, apalagi setelah dikaitkan dengan future trading. Pada waktu tertentu, seperti musim panen dan musim hujan harganya bisa sangat rendah namun pada saat yang lain bisa sangat tinggi. Harga yang sangat fluktuatif secara teoritis akan menyulitkan prediksi bisnis, baik perhitungan laba rugi maupun manajemen resiko. Selain itu margin pemasaran komoditas pertanian seringkali sangat besar akibatnya apabila semakin besar margin pemasaran maka harga yang diterima oleh produsen adalah semakin kecil dan mengindikasikan bahwa sistem pemasaran yang tidak efisien atau tidak terjadi keterpaduan pasar dan mengindikasikan rendahnya balas jasa atau bagian harga yang diterima oleh petani. Selanjutnya Rahayu (2009) yang mengemukakan bahwa yang menyebabkan tidak efisiennya pemasaran produk pertanian adalah karena rendahnya tingkat balas jasa yang diterima oleh petani atau bagian harga yang diterima oleh petani, selain itu lemahnya posisi tawar yang rendah akibat over supply yang sering terjadi pada panen raya sehingga menyebabkan rendahnya harga yang diterima petani. Vavra dan Goodwin (2005) mengungkapkan distribusi kesejahteraan sebagai akibat dari efek perubahan harga pada pelaku pemasaran tidak ditransmisikan pada harga di tingkat produsen atau rata-rata perubahan harga di tingkat produsen lebih rendah dari perubahan harga di tingkat pelaku pemasaran yang terlibat, sehingga dapat dikatakan bahwa efek transmisi harga 10 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS WIRALODRA Volume 6 No. 2-September 2014 tidak berjalan transmission). (asymmetric price Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Besarnya nilai elastisitas transmisi harga kacang panjang, cabe merah dan bawang merah di Kabupaten Indramayu. 2. Apakah pemasaran kacang panjang, cabe merah dan bawang merah di Kabupaten Indramayu efisien. TINJAUAN PUSTAKA Pasar adalah suatu kelompok yang terdiri dari kumpulan orang ataupun organisasi yang merupakan konsumen potensial yang tujuannya adalah mempertemukan antara kebutuhan akan produk yang dipasarkan dengan kemampuan membeli yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya (Beierlein dan Michael, 1991; Gitosudarmo, 1997). Menurut Tjiptono (2001) pasar terdiri atas semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau keinginan tertentu yang mungkin bersedia dan sanggup untuk melibatkan diri dalam proses pertukaran guna memuaskan kebutuhan atau keinginan tersebut, dengan demikian, besarnya pasar tergantung pada jumlah orang yang memiliki kebutuhan, mempunyai sumber daya yang diminati orang atau pihak lain, serta bersedia menawarkan sumber daya tersebut untuk ditukar supaya dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan mereka. Selanjutnua menurut Radiosunu (2001), pasar merupakan gelanggang untuk pertukaran potensial di mana pasar terdiri dari manusia yang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, mempunyai data beli dan mempunyai kesediaaan untuk menggunakan daya beli guna memenuhi kebutuhannya. Luasnya pasar tergantung dari jumlah orang yang berminat terhadap barang yang ditawarkan, dan mempunyai kesediaan untuk menggunakan daya belinya. Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan pada usaha memuaskan keinginan dan kebutuhan melalui proses pertukaran (Radiosunu, 2001). Menurut Beierlein dan Michael (1991), pemasaran adalah semua kegiatan yang membantu memuaskan kebutuhan konsumen dengan mengkoordinasi aliran barang dan jasa ke konsumen atau pengguna. Selanjutnya, menurut Downey dan Steven (1992), pemasaran adalah telaah mengenai aliran produk dari produsen melalui pedagang perantara kepada konsumen. Menurut Kotler (2000) pemasaran adalah suatu proses dan manajerial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan yang bernilai dengan pihak lain. Definisi pemasaran ini pada konsep intinya adalah kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan permintaan (demands); produk (barang, jasa, dan gagasan); nilai, biaya, dan kepuasan; pertukaran dan transaksi; hubungan dan jaringan; pasar; serta pemasar. Kemudian menurut Kotler (2000), pemasaran adalah suatu proses sosial dengan individu dan kelompok dengan kebutuhan dan keinginan dalam menciptakan, penawaran, dan perubahan nilai barang dan jasa secara bebas dengan lainnya. Pemasaran pertanian adalah proses aliran komoditas yang disertai perpindahan hak milik dan penciptaan guna waktu (time utility), guna tempat (place utility), dan guna bentuk (form utility) yang dilakukan oleh lembagalembaga pemasaran dengan melaksanakan salah satu atau lebih fungsi-fungsi pemasaran (Sudiyono, 2004). Selanjutnya menurut Said dan Intan (2001), pemasaran pertanian merupakan sejumlah kegiatan bisnis yang ditujukan untuk memberi kepuasan dari barang dan jasa yang dipertukarkan kepada konsumen atau pemakai dalam bidang pertanian, baik input maupun produk pertanian. 11 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS WIRALODRA Volume 6 No. 2-September 2014 Menurut Rahim dan Hastuti (2005), pemasaran komoditas pertanian merupakan kegiatan atau proses pengaliran komoditas pertanian dari produsen (petani, peternak, dan nelayan) sampai ke konsumen atau pedagang perantara (tengkulak, pengumpul, pedagang besar, dan pengecer) berdasarkanpendekatan sistem pemasaran (marketing system approach), kegunaan pemasaran (marketing utility), dan fungsi-fungsi pemasaran(marketing functions). Efisiensi pemasaran (marketing efficiency) merupakan tolok ukur atas produktivitas proses pemasaran dengan membandingkan sumberdaya yang digunakan terhadap keluaran yang dihasilkan selama berlangsungnya proses pemasaran. Efisiensi pemasaran sering digunakan dalam menilai prestasi kerja (performance) proses pemasaran (Downey dan Erickson, 1992). Menurut Crammer dan Jensen (1994) efisiensi pemasaran diukur dengan membandingkan nilai output dan input. Nilai output adalah pada penilaian konsumen tentang produk, dan nilai input (biaya). Menurut Kirpatrick dan Dahlquist (2011) efisiensi pemasaran merupakan sebuah pasar kompetitif yang selalu mengacu pada informasi perubahan harga suatu komoditas. Artinya adanya informasi perubahan harga suatu komoditas akan langsung direspon oleh pasar tersebut. Pasar komoditas pertanian yang tidak efisien akan terjadi jika biaya pemasaran semakin besar dan nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar. Efisiensi pemasaran dapat terjadi, yaitu pertama, jika biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi; kedua, persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi; ketiga, tersedianya fasilitas fisik pemasaran; dan keempat adanya kompetisi pasar yang sehat. Efisien tidaknya suatu sistem pemasaran tidak terlepas dari kondisi persaingan pasar yang bersangkutan. Pasar yang bersaing sempurna dapat menciptakan sistem pemasaran yang efisien karena pasar yang bersaing sempurna memberikan insentif bagi partisipan pasar, yaitu produsen, lembaga-lembaga pemasaran, dan konsumen (Rahim dan Hastuti, 2005). Pada pemasaran yang efisien, harga-harga barang harus bergerak serempak serta merespon kekuatan permintaan dan penawaran, akurasi dan kecepatan perubahan harga pasar terbentuk oleh saling berpengaruhnya satu pasar dengan pasar yang lainnya (Kumar, 2007). METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini termasuk subject matter research, yaitu penelitian yang dilakukan pada suatu subyek yang menarik bagi pengambil keputusan untuk memecahkan masalah praktis (Ethridge, 1995). Obyek dari penelitian ini adalah harga produsen, dan harga konsumen kacang panjang, cabe merah, bawang merah di Kabupaten Indramayu. Desain dalam penelitian ini adalah kausal komparatif (causal comparative research) yang ditujukan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang ada dan mencari kembali faktor yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu, ciri-ciri pokok penelitian ini adalah bersifat ex-post-facto yaitu data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dipersoalkan telah berlangsung (Umar, 2005; Wirarta, 2006). Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan data time-series mingguan harga produsen dan harga konsumen dari Bulan Januari 2009 sampai dengan Bulan Desember Tahun 2013. Model ekonometrika yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis timeseries/analisis runut waktu dengan menggunakan analisis elastisitas transmisi harga. Analisis elastisitan transmisi harga merupakan rasio perubahan harga rata-rata di tingkat pengecer dengan perubahan harga di tingkat produsen. 12 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS WIRALODRA Volume 6 No. 2-September 2014 Disain penelitian kausalkomparatif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis besarnya nilai elastisitas transmisi dan efisiensi pada pemasaran kacang panjang, cabe merah dan bawang merah Kabupaten Indramayu. Untuk kelancaran pengukuran dan pengumpulan data yang diperlukan, maka dalam penelitian ini diberikan batasanbatasan mengenai variabel-variavel yang berhubungan sebagai berikut: 1. Harga komoditas di tingkat produsen adalah harga nominal komoditas yang ditetapkan petani produsen. Data dalam bentuk mingguan, satuannya adalah Rp/Kg. 2. Harga bawang merah di tingkat konsumen adalah harga nominal komoditas yang harus dibayarkan konsumen untuk membeli komoditas tersebut. Data dalam bentuk mingguan,satuannya adalah Rp/Kg. Penelitian ini berdasarkan data sekunder yang bersumber pada data harga mingguan komoditas sayuran berupa harga produsen dan harga konsumen kacang panjang, cabe merah, bawang merah dari Bulan Januari 2009 sampai dengan Bulan Desember Tahun 2013 yang berasal dari Dinas Pertanian Kabupaten Indramayu. Selain itu penelitian ini juga menggunakan data yang berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS), dokumen yang dipublikasikan, instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian. Untuk menganalisis efisiensi pemasaran bawang merah dalam penelitian ini, digunakan analisis elastisitan transmisi harga dengan rumus sebagai berikut: P =β +P e Jika ditransformasikan dalam bentuk linear menjadi: LnPf = Lnβ0 + β1LnPr + e β0 : intersep β1 : koefisien elastisitas Pr : harga di tingkat pengecer (Rp) Pf : harga di tingkat produsen (Rp) e : gangguan stokhastik atas kesalahan (disturbance term) Untuk mempermudah perhitungan maka digunakan rumus sebagai berikut: LnHP = Lnβ0 + β1LnHK+ e β0 : intersep β1 : koefisien elastisitas HK : harga rata-rata di tingkat pengecer (Rp) HP : harga rata-rata di tingkat produsen (Rp) e : gangguan stokhastik atas kesalahan disturbance term Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data time series oleh karena itu perlu dilakukan uji autokorelasi, karena masalah autokorelasi terjadi pada data time series (Rasul, 2011). Auto korelasi diartikan sebagai korelasi antar anggota serangkaian observasi yang diurutkan waktu (Gujarati, 1988). Untuk mengetahui terjadi atau tidaknya autokorelasi maka digunakan pengujian DW (Durbin Waston). Untuk mempermudah perhitungan maka digunakan analisis dengan menggunakan SPSS 20. Adapun kriteria pengujin menurut Gujarati (1988) adalah sebagai berikut : Gambar 1. Kriteria Statistik Waston (Gujarati 1988) Durbin Keterangan : H0 : Tidak ada korelasi positif, jika: d < dl : menolak H0 d > du : tidak menolak H0 dl ≤ d ≤ du : pengujian tidak meyakinkan H0 : Tidak ada autokorelasi negatif, jika: d > 4 - dl : menolak H0 d < 4 - du : terima H0 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl : pengujian tidak meyakinkan 13 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS WIRALODRA Volume 6 No. 2-September 2014 Jika H0 adalah dua-ujung, maka tidak ada autokorelasi baik positif maupun negatif. Apabila terjadi autokorelasi maka penaksir OLS tidak efisien, maka perlu dilakukan tindakan perbaikan dengan melakukan transformasi data yaitu dengan mencari nila yang didasarkan dari statistik d Durbin Waston. = 2(1 − ) 1 =1− 2 Dengan menggunakan taksiran di atas kita melakukan transformasi data sebagai berikut : ( HP − ρ HP ) dan ( HK − ρ HK ) Untuk nilai pertama dari HP dan HK adalah dengan mentransformasikan data sebagi berikut : (1 − ) HP dan (1 − ) HK Jika ET > 1, menunjukan persentase perubahan harga di tingkat pengecer mengakibatkan perubahan harga lebih besar dari harga pada tingkat produsen. Jika ET < 1, maka persentase kenaikan harga di tingkat konsumen mengakibatkan perubahan harga lebih rendah dari harga di tingkat produsen. Kedua nilai ET (elastisitas transmisi) tersebut mencerminkan pasar persaingan yang tidak sempurna dan pemasaran suatu komoditas dikatakan tidak efisien. Jika Er = 1, maka persentase perubahan harga di tingkat konsumen mengakibatkan perubahan harga di tingkat konsumen dengan persentase yang sama. Perubahan sebesar 1% di tingkat petani (produsen) akan diikuti dengan perubahan harga di tingkat konsumen sebesar 1%. sehingga dapat disimpulkan bahwa keadaan pasar mencerminkan pasar persaingan yang tidak sempurna dan pemasaran suatu komoditas dikatakan efisien (Rahim, Hastuti, 2008). HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN DAN Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil analisis regresi linear sederhana yang menunjukan terjadinya autokorelasi pada ketiga komoditas sayur tersebut nilai DW (Durbin- Waston) lebih kecil dari nilai dl (DW<dl). Adapun hasil analisis regresi harga produsen dengan harga konsumen kacang panjang, cabe merah dan bawang merah dapat dilihat pada Tabel 2. berikut ini : Tabel 2. Koefisien Regresi Ln Harga Produsen dan Ln Harga Konsumen Kacang Panjang, Cabe merah dan Bawang Merah di Kabupaten Indramayu Kacang panjang (Constant) LnHK Unstandardized Coefficients Β Std. Error -,616 ,241 1,047 ,028 (Constant) LnHK -1,142 1,102 (Constant) LnHK -0,991 1,089 Model ,151 ,016 t R2 -2,558 0,852 36,959 Cabe Merah -7,559 70,320 0,954 F Durbin Waston 1365,969 0,468 Terjadi Autokorelasi 4944,863 0,516 Terjadi Autokorelasi 20922,509 0,281 Terjadi Autokorelasi Keterangan Bawang Merah 0,072 -2,085 0,008 136,401 0,989 Sumber : Data diolah Keterangan N = 240. K= 2. dl = 1.69339 du = 1.70999 Confidence Intervals Level (%) = 99 14 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS WIRALODRA Volume 6 No. 2-September 2014 Hasil analisis regresi yang telah dilakukan menemui masalah autokorelasi, hal tersebut sesuai dengan pendapat (Rasul, 2011) yang menyatakan bahwa masalah autokorelasi terjadi pada data time series. Menurut Supranto (1984) bahwa autokorelasi terjadi oleh beberapa faktor salah satunya adalah dikarenakan adanya fenomena sarang laba-laba (Cob-web Phenomena), dimana suplai dari berbagai komoditas pertanian bereaksi terhadap harga dan beda kala (lag) pada satu satuan waktu, hal ini disebabkan karena keputusan melakukan suplai memerlukan waktu dalam pelaksanaannya (the gestation period). Terjadinya autokorelasi pada analisis regresi mengakibatkan penaksir OLS tidak efisien maka tindakan erbaikan harus dilakukan dengan melakukan transformasi data dengan mencari nila yang didasarkan dari statistik d (Durbin-Waston). Setelah dilakukan transformasi data maka diperoleh analisis regresi ketiga sayuran (kacang panjang, cabe merah dan bawang merah yang nilai d (Durbin Waston) yang lebih besar dari nilai du sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak terjadi autokorelasi. Hasil analisis regresi dengan menggunakan Ln Harga Produsen dan Ln Harga Konsumen Kacang Panjang, Cabe merah dan Bawang Merah yang telah dilakukan transformasi data dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan hasil penelitian analisis regresi yang tidak terjadi autokorelasi, maka penaksiran OLS menjadi efisisn sehingga hasil analisisi tersebut dapat disimpulkan bahwa besarnya nilai elastisitas transmisi harga kacang panjang adalah sebesar 0,968 artinya perubahan harga sebesar 1% di tingkat konsumen akan mengakibatkan perubahan harga sebesar 0,968% di tingkat petani. Hasil perhitungan yang menujukan bahwa pemasaran komoditas kacang panjang, tidak efisien hal ini mengambarkan bahwa para petani produsen akan menghadapi fluktuasi harga terutama saat panen, harga komoditas pertanian cenderung mengalami penurunan akibat adanya kelebihan penawaran dari produk yang dihasilkan, selain itu bagian harga yang diterima petani (farmers share) seringkali rendah, akibatnya keuntungan yang diterima petani sebagai produsen lebih rendah dibandingkan bagian harga yang diterima lembaga pemasaran. Tabel 3. Koefisien Regresi Ln Harga Produsen dan Ln Harga Konsumen Kacang Panjang, Cabe merah dan Bawang Merah di Kabupaten Indramayu Setelah dilakukan Transformasi Data Kacang panjang Model (Constant) LnHK Unstandardized Coefficients Β Std. Error 0,017 0,038 0,968 0,019 R2 T 0,338 51,288 0,917 F Durbin Waston 2630,488 1,783 TidakTerjadi Autokorelasi 5519,442 1,939 TidakTerjadi Autokorelasi 18606,135 1,746 Keterangan Cabe Merah (Constant) LnHK -0,072 1,012 0,034 0,014 -7,559 70,320 0,959 Bawang Merah (Constant) LnHK -0,021 1,001 0,010 0,007 -2,085 136,401 0,987 TidakTerjadi Autokorelasi Sumber : Data diolah Keterangan N = 240. K= 2. dl = 1.69339 du = 1.70999 Confidence Intervals Level (%) = 99 15 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS WIRALODRA Volume 6 No. 2-September 2014 Komoditas pertanian selalu mengalami perubahan, masalahnya adalah apabila semakin besar margin pemasaran maka akibatnya adalah bagian harga yang diterima oleh produsen adalah semakin kecil dan mengindikasikan bahwa sistem pemasaran yang tidak efisien atau tidak terjadi keterpaduan pasar dan mengindikasikan rendahnya balas jasa atu bagian harga yang diterima oleh petani, hal tersebut sesuai dengan yang dinyatakan oleh Rahayu (2009), yang mengemukakan bahwa yang menyebabkan tidak efisiennya pemasaran produk pertanian adalah karena rendahnya tingkat balas jasa yang diterima oleh petani atau bagian harga yang diterima oleh petani, selain itu lemahnya posisi petani disebabkan oleh posisi tawar yang rendah akibat over supply yang serin terjadi pada panen raya sehingga menyebabkan rendahnya harga yang diterima petani. Rendahnya harga yang diterima petani mengakibatkan kesejahteraan petani selalu rendah. Pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan Vavra dan Godwin (2005) yang menyatakan bahwa distribusi kesejahteran sebagai akibat dari efek perubahan harga pada pelaku pemasaran tidak di transmisikan pada harga di tingkat produsen atau rata-rata perubahan harga di tingkat produsen lebih rendah dari perubahan harga di tingkat pelaku pemasaran yang terlibat, sehingga dapat dikatakan bahwa efek transmisi harga tidak berjalan (asymetric price transmission). Selanjutnya didukung pula oleh pernyataan Timer (1996) dan Enrique (2008) menyatakan dari sisi pasar, pemasaran hasil pertanian tidak simetris (asimetric market), elastisitas transmisi harga komoditas pertanian kecil sehingga kenaikan harga di tingkat konsumen tidak dinikmati oleh produsen. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemasaran cabe merah dan bawang merah juga tidah efisien. Elastisitas transmisi cabe merah dan bawang merah sebesar 1,012, dan 1,001 artinya perubahan harga sebesar 1% di tingkat konsumen akan mengakibatkan perubahan harga sebesar 1,012, dan 1,001 di tingkat petani. Walaupun perubahan harga di tingkat petani persentasenya lebih besar, akan tetapi nilai tersebut menunjukan bahwa pemasaran kedua komoditas tersebut tidak efisien. Walaupun pada kasus ini petani diuntungkan, akan tetapi tetap saja pemasaran tersebut tidak efisien, karena tidak memenuhi salah satu syarat dari efisiensi pemasaran. Adapun efisiensi pemasaran yang dikemukakan oleh Mubyarto (1989) yang menyatakan bahwa efisiensi pemasaran tercapai apabila : 1) mampu menyampaikan hasil-hasil dari produsen kepada konsumen dengan biaya semurah-murahnya; 2) mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen terakhir kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan produksi dan kegiatan pemarasan barang tersebut. Selanjutnya nilai elastisitas transmisi harga dari beberapa komoditas sayuran tersebut tidak ada yang nilainya sama dengan satu (1) sehingga dapat disimpulkan bahwa pemasarannya tidak efisien karena struktur pasar yang terbentuk adalah bukan pasar persaingan sempurna. Tidak efisiennya pamasaran produk sayuran utama di Indramayu disebabkan beberapa faktor yaitu : lemahnya kelembagaan petani seperti kelompok tani, koperasi dan lembaga lainya. Selain itu tidak tersedianya informasi mengenai perubahan harga harian untuk komoditas pertanian di kabupaten Indramayu. Kalaupun ada sumber informasi yang diterima petani, informasinya lebih sedikit dibandingkan dengan pelaku pemasaran. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh simpulan sebagai berikut : 1. Besarnya nilai elastisitas transmisi harga kacang panjang adalah 0,968, cabe merah 1,012, dan bawang merah 1,001. 16 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS WIRALODRA Volume 6 No. 2-September 2014 2. Pemasaran kacang panjang, cabe merah dan bawang merah di Kabupaten Indramayu tidak efisien. Saran 1. 2. 3. Lemahnya kelembagaan petani menyebabkan lemahnya posisi adu tawar (bargaining position) petani. Oleh karena itu perlu diupayakan penguatan kelembagaan petani baik di tingkat petani seperti kelompok tani, koperasi, maupun kelembagaan yang dibentuk oleh pemerintah seperti terminal agribisnis maupun subterminal agribisnis. Harus adanya peran dari pemerintah dalam rangka penyediaan infrastruktur yang menunjang bagi kegiatan petani, khususnya dalam rangka mengupayakan tercapainya keterpadauan pasar yang kuat dengan mengupayakan tersedianya sarana informasi harga komoditas pertanian, sarana transportasi yang memadai, dan kebijakan pemerintah yang mendukung pembangunan pertanian. Penelitian efisiensi pemasaran produk pertanian merupakan hal yang penting dalam mengembangkan produk pertanian yang potensial dan digunakan pemerintah untuk membuat kebijakan, berdasarkan informasi dari analisis keterpaduan pasar, dapat merumuskan kebijakan untuk memberikan pelayanan berupa penyediaan layanan informasi pasar bagi petani, dan penyediaan infrastruktur yang dibutuhkan oleh petani untuk kegiatan pemasaran pertanian. Penelitian ini masih memiliki keterbatasan Oleh karena itu harus diupayakan adanya penelitian lanjutan. DAFTAR PUSTAKA Asmarantaka, R. A. 2009. Pemasaran Produk Pertanian. Bunga Rampai Agribisnis Seri Pemasaran. Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Bogor. Beierlein, J. G., dan W. W. Michael. 1991. Agribusines Marketing. Prentice Hall. Englewood. New Jersey. BPS Kabupaten Indramayu Indramayu. Indramayu. 2014. Dalam Angka. Crammer, G. L., dan C.W. Jensen. 1994. Agricultural Economics and Agribusiness. John Wiley and Sons, Inc. New York. Dinas Pertanian Jawa Barat, 2014. Produksi Sayuran Menurut Kabupaten dan Kota di Jawa Barat. Bandung. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. 2006. Road Map Pasca Panen, Pengolahan, dan Pemasaran Hasil Bawang Merah. Jakarta Downey, W.D., dan S. P. Erickson. 1992. Manajemen Agribisnis. Terjemahan Rochdiat dan A. Sirait. Erlangga. Jakarta. Ethridge, D. 1995. Research Methodology in Applied Economics. Iowa State University Press/Ames. Gitosudarmo, I. 1997. Manajemen Pemasaran. BPFE. Yogyakarta. Gujarati, D. N. 1988. Basic Econometrics. Mc Graw Hill. Singapore. Irawan, A. dan D. Rosmayanti. 2007. Analisis Integrasi Pasar di Bengkulu. Jurnal Agro Ekonomi, 25 (1): 37-54. Ismet, M., 2009. Strategi dan Kebijakan Pemasaran Produk Agribisnis. Bunga rampai Agribisnis Seri Pemasaran.Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Bogor. 17 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS WIRALODRA Volume 6 No. 2-September 2014 Supranto, J. Ekonometrik, Buku Dua. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. jakarta Kirkpatrick, C.D. dan Dahlquist J.R. 20011. Technical Analysis. The Complete Resource for Financial Market Technicians. Pearson Education, Inc. New Jersey. USA. Kumar P. 2007. Farm Size and Marketing Efficiency : Price and PostLiberalization. Ashok Kumar Mittal. New Delhi. India. Umar, H. 2005. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka Utama. Vavra, P. dan B.K. Goodwin. 2005. Analysis of Price Transmission Along the Food Chain. Agriculture and Fisheries Working Paper No. 3. OECD Publishing. France. Wirarta, I. M. 2006. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi. Andi Offset. Yogyakarta Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta. Radiosunu, 1983. Manajemen Pemasaran (Suatu Pendekatan Analisis). BPFE. Yogyakarta. Rahayu, E. S. 2009. Mereposisi Pemasaran Pertanian dalam Revitalisasi Pertanian. Makalah, disampaikan pada Sidang Senat Terbuka Universitas Negeri Surakarta pada Tanggal 10 Desember 2009. UPT Perpustakaan UNS. Surakarta. Rahim dan D. R. D.Hastuti. 2005. Sistem Manajemen Agribisnis. State University of Makasar Press. Makasar. Rasul, A.A. 2011. Ekonometrika, Formula dan Aplikasi dalam Manajemen. Uhamka Press. Jakarta Said, E.G., dan H. Intan. 2001. Manajemen Agribisnis. Ghalia Indonesia dengan Magister Manajemen Agribisnis, Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Santosa, B. P., dan Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Exel dan SPSS. Andi. Yogyakarta. Sudiyono, A. 2000. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang. Tjiptono, F. 2001. Strategi Pemasaran. Andi Ofset. Yogyakarta. 18 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS WIRALODRA