BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Bedasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis. Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Responden yang menjadi mayoritas Hotel Pullman Jakarta Indonesia adalah responden dengan jenis kelamin perempuan dengan presentase yang didapatkan adalah sebesar 41% (14 orang) dan selebihnya merupakan responden dengan jenis kelamin pria sebesar 59% (20 orang). Total responden adalah 34 orang. Dalam kategori umur, ditarik kesimpulan bahwa responden terbanyak di Hotel Pullman Jakarta Indonesia adalah dari umur 31-40 tahun sebesar 41% (sebanyak 14 orang), responden dengan jumlah kedua terbanyak adalah dari umur 41-50 tahun sebesar 40% (sebanyak 12 orang). 5.1.1. Kesimpulan Mengenai Motivasi Karyawan (Variabel X) Setelah melakukan penelitian analisis deskriptif pada variabel motivasi karyawan di Hotel Pullman Jakarta Indonesia yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, yaitu bab 4, pernyataan dengan nilai rata-rata (mean) tertinggi yaitu sebesar 4,12 ada di indikator kebutuhan sosial dengan pernyataan “Saya merasa senang dan bangga bekerja di Pullman Jakarta Indonesia”. Dapat disimpulkan bahwa tingkat motivasi karyawan Human Resources Development di Hotel Pullman Jakarta Indonesia sehubungan dengan kebutuhan sosial sudah baik atau diatas rata-rata. Dikarenakan karyawan merasa senang dan bangga bekerja di Hotel Pullman Jakarta Indonesia membuat mereka lebih termotivasi dalam bekerja. Maka dapat disimpulkan bahwa para karyawan Human Resources Development Hotel Pullman Jakarta Indonesia merasa senang dan bangga bekerja di Hotel Pullman Jakarta Indonesia sehingga membuat motivasi mereka bertambah sebagai karyawan. Namun, untuk indikator kebutuhan fisiologis dengan pernyataan “Pullman Jakarta Indonesia memberikan saya jam untuk beristirahat dan makan siang” mendapatkan nilai rata-rata mean terendah, yaitu 3,79. Maka dapat disimpulkan bahwa para karyawan tidak menggunakan 61 62 jam istirahat mereka secara maksimal dan menu makan siang yang terdiri dari 1 sayur, 1 dagin, 1 sup, 1 salad bar dan dessert yang berbentuk buah atau roti mungkin tidak memotivasi mereka dalam bekerja sehingga motivasi mereka terhambat. 5.1.2. Kesimpulan Mengenai Kinerja (Variabel Y) Pada variabel kinerja yang diperoleh dari hasil analisis deskriptif, nilai mean tertinggi ada pada indikator kemampuan kerja sama di butir pernyataan nomer 19 yaitu “Saya akan membantu rekan kerja saya yang membutuhkan pertolongan” sebesar 4,12. Hal ini menunjukan bahwa karyawan Human Resources Pullman Hotel Pullman Jakarta Indonesia dapat meningkatkan kinerja mereka melalui kemampuan kerja sama mereka. Nilai rata-rata (mean) terendah terdapat pada indikator ketepatan waktu dengan pernyataan “Saya dapat menyelesaikan pekerjaan saya dengan tepat waktu” sebesar 3,65. Dari hasil mean tertinggi dan terendah dapat disimpulkan bahwa karyawan Hotel Pullman Jakarta Indonesia sudah bisa meningkatkan kinerja mereka melalui kemampuan kerja sama mereka namun masih kurang dalam hal manajemen waktu untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. 5.1.3. Pengaruh Antara Motivasi Karyawan Terhadap Kinerja Bedasarkan hasil analisa yang didapat dari olahan data SPSS dalam perhitungan persamaan regresi, dapat ditarik hipotesis bahwa terdapat pengaruh antara motivasi karyawan terhadap kinerja adalah Y = 16,557 + 0,609X yang berarti koefisien regresi variabel independen berpengaruh pada variabel kinerja. Apabila variabel independen naik maka nilai variabel dependen juga akan meningkat. 5.2. Saran Bedasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang didapat. Penulis membuat saran-saran yang dapat dijadikan arahan atau pertimbangan bagi para perusahaan dan departemen sumber daya manusia mereka untuk meningkatkan motivasi serta kinerja karyawan mereka, sebagai berikut : Dilihat dari mean tertinggi variabel motivasi karyawan melalui indikator kebutuhan sosial dengan pernyataaan “Saya merasa senang dan bangga bekerja di 63 Pullman Jakarta Indonesia” dan nilai mean terendah dari variabel motivasi karyawan melalui indikator kebutuhan fisiologis dengan pernyataan “Pullman Jakarta Indonesia memberikan saya jam untuk beristirahat dan makan siang”. Penulis merekomendasikan untuk membuat menu makan siang di kantin karyawan lebih banyak pilihan. Dari survei yang dilakukan oleh penulis, menu makan siang dari kantin karyawan tidak mempunyai variasi yang terlalu banyak, hanya memiliki 3 pilihan menu saja yang terdiri dari 1 sayuran, 1 daging dan 1 sup, 1 salad bar dan dessert yang terkadang berbentuk roti atau buah yang selalu disediakan. Ada juga faktor kantin atau tempat makan yang bukan dimiliki oleh Hotel Pullman Jakarta Indonesia yang berada di luar gedung sehingga membuat para karyawan dapat memilih makan di luar. Kantin ini berjarak tidak terlalu jauh dengan hotel, membutuhkan waktu sekitar 5 menit saja dari hotel ke tempat tersebut tetapi karena kantin tersebut berada di luar gedung dan memiliki lebih banyak pilihan seperti mie ayam, bakso, nasi goreng, ketoprak, pempek dan masih banyak lagi. Karyawan tidak akan terlalu bosan dengan variasi di kantin ini sehingga membuat mereka terkadang lebih memilih makan di luar. Karena kantin ini juga berlokasi di luar gedung akan mebuat para karyawan yang ingin merokok lebih mudah dan saat mengobrol dapat membuat karyawan lupa waktu dan membuat mereka terlambat kembali bekerja. Ada juga mall yang berada di luar area hotel seperti Grand Indonesia dan Plaza Indonesia yang memiliki variasi lebih banyak lagi dari kantin karyawan yang disediakan. Kantin juga dihuni oleh para karyawan wisma nusantara sehingga membuat para karyawan yang ingin makan siang terpaksa membeli makan di luar area kantin hotel dikarenakan tidak ada tempat untuk mereka duduk. Menurut penulis manajemen harus membuat variasi lebih banyak dari kantin karyawan sehingga membuat karyawan tetap ingin makan di kantin karyawan dibandingkan mereka makan diluar, menurut penulis jika karyawan makan di kantin karyawan, mereka akan lebih mudah mengatur waktu untuk istirahat dikarenakan lokasi kantin karyawan yang dekat dengan loker sehingga para karyawan dapat memaksimalkan jam istirahat mereka dan menikmati makan siang. Membuat jam tertentu untuk memisahkan karyawan wisma dan hotel juga dapat menjadi alternatif agar para karyawan mendapat tempat duduk dan tidak terpaksa membeli makanan di luar kantin karyawan. 64 Dilihat dari nilai rata-rata (mean) terendah pada variabel kinerja, yaitu pada indikator ketepatan waktu dengan pernyataan “Saya dapat menyelesaikan pekerjaan saya dengan tepat waktu” penulis merekomendasikan untuk lebih melatih karyawan dalam manajemen waktu agar dapat meningkatkan kinerja mereka, seperti memberikan training bagaimana cara mengatur waktu dan menyelesaikan pekerjaan dengan tepat waktu. Waktu merupakan hal yang krusial didalam operasional sehari-hari dan waktu yang dibuang tidak akan kembali lagi oleh karena itu manajemen waktu yang baik perlu dipelajari oleh para karyawan di perusahaan apapun. Dilihat dari nilai rata-rata (mean) tertinggi pada variabel kinerja dalam indikator kemampuan kerja sama dengan pernyataan “Saya akan membantu rekan kerja saya yang membutuhkan pertolongan”, penulis menyarankan bahwa hal ini harus terus dilanjutkan karena hubungan tim yang solid dapat dibangun melalui rasa empathy dari masing-masing karyawan, dengan cara mereka menolong satu sama lain akan meningkatkan kinerja dari masing-masing karyawan karena mereka mempunyai tim yang solid dan kepercayaan terhadap sesama rekan kerjanya melalui pertolongan yang diberikan.Kerja sama tim dapat dibangun melalui program seperti team building, cross training ke divisi lain dalam departemen yang sama seperti dari divisi personnel kepada divisi training sehingga banyak karyawan dapat membantu satu sama lain tidak hanya didivisi mereka sendiri saja tetapi juga dapat membantu mereka di divisi lain.