BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Manajemen yang baik akan memudahkan terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan. Dan masyarakat. Dengan manajemen, daya guna dan hasil guna unsur- unsur manajemen akan dapat ditingkatkan Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan (2013 : 1), definisi dari manajemen itu sendiri adalah : “Sebagai ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Menurut Prof. Dr. A.A. Gde Muninjaya (2011 : 32), pengertian manajemen dalam bukunya “ Manajemen Kesehatan” adalah: “Manajemen adalah ilmu terapan yang dapat dimanfaatkan didalam berbagai jenis organisasi untuk membantu manajer memecahkan masalah organisasi”. Sedangkan menurut Terry (2010 : 5). Dalam bukunya “Prinsip – prinsip management”. Menyatakan bahwa yang dimaksud manajemen adalah “Suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud- maksud yang nyata”. 2.2 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Salah satu asset yang paling berharga bagi perusahaan adalah Sumber Daya Manusia. Dan apabila Sumber Daya Manusia itu diperhatikan secara tepat dengan menghargai bakat-bakat mereka, mengembangkan kemampuan- kemampuan mereka, dan menggunakannya secara tepat, maka dapat dipastikan bahwa organisasi akan menjadi dinamis dan berkembang dengan pesat, disamping itu organisasi juga dapat menciptakan tenaga kerja yang terampil dan produktif. Adalah merupakan tugas Manajemen Sumber Daya Manusia untuk mempelajari dan mengembangkan berbagai jalan agar manusia diintregasikan secara efektif kedalam berbagai organisasi yang diperlukan oleh masyarakat. Untuk mendapat pengertian tentang Manajemen Sumber Daya Manusia, maka penulis mengemukakan beberapa definisi dari beberapa ahli yaitu: Menurut Hasibuan (2012 :10) dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya Manusia” menyatakan bahwa : “ Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat”. Menurut Dr. Asep Tapip Yani (2011 : 3), Manajemen sumber daya manusia didefinisikan : “Suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjangn aktifitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan”. Menurut Prof. Dr. Tjutju Yuniarsih, Dr. Suwanto, M.Si. (2011 : 1) yang di maksud dengan manajemen sumber daya manusia adalah : “Bagian dari ilmu manajemen yang memfokuskan perhatiannya pada pengaturan peranan sumber daya manusia dalam kegiatan suatu organisasi”. Sedangkan dalam bukunya “Manajemen Sumber Daya Manusia” menurut Drs. H. Malayu S.P Hasibuan (2013 : 10), mendefinisikan MSDM “Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. 2.2.1 Fungsi Manajemen Sumber Daya Menurut Terry (2010: 9), Fungsi manajemen sumber daya manusia meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintergrasaian, pemeliharaan, kedisiplinan dan pemberhentian yaitu : 1. Perencanaan Perencanaan (human resources planning) adalah merencanakan tenaga kerja secara efektif serta efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam membantu terwujudnya tujuan. Perencanaan dilakukan dengan menetapkan program kepegawaian. Program kepegawaian meliputi pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedispilinan, dan pemberhentian karyawan. Program kepegawaian yang baik akan membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. 2. Pengorganisasian Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi, dan koordinasi dalam bagan organisasi (organization chart). Organisasi hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. 3. Pengarahan Pengarahan (directing) adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Pengarahan dilakukan pimpinan dengan menugaskan bawahan agar mengerjakan semua tugasnya dengan baik. 4. Pengendalian Pengendalian (Controling) adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan, agar mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana. Apabila terdapat penyimpangan atau kesalahan, diadakan tindakan perbaikan dan penyempurnaan rencana. Pengendalian karyawan meliputi kehadiran, kedisiplinan, perilaku, kerja sama, pelaksanaan pekerjaan, dan menjaga situasi lingkungan pekerjaaan. 5. Pengadaan Pengadaan (procurement) adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik akan membantu terwujudnya tujuan. 6. Pengembangan Pengembangan (development) adalah proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaaan masa kini maupun masa depan. 7. Kompensasi Kompensasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung (direct) dan tidak langsung (indirect), uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanyan, layak diartikan dapat memenuhi kebutuhan primernya serta pedoman pada batas upah minimum pemerintah dan berdasarkan internal dan eksternal konsitensi. 8. Pengintegrasian Pengintegrasian (integration) adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerja sama yang serasi dan saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh laba, karyawan dapat memenuhi kebutuhan dari hasil pekerjaannya. Pengintegrasian merupakan hal yang penting dan sulit dalam MSDM, karena mempersatukan dua kepentingan yang bertolak belakang. 9. Pemeliharaan Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memeliharaatau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan, agar mereka tetap mau bekerja sama sampai mereka pensiun. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program kesejahteraana yang berdasarkan kebutuhan sebagian besar karyawan serta berpedoman kepada internal dan eksternal konsistensi. 10. Kedisiplinan Kedisplinana merupakan fungsi MSDM yang terpenting dan kunci terwujudnya tujuan karena tanpa disiplin yang baik sulit terwujudnya tujuan yang maksimal. Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan norma-norma sosisal. 11. Pemberhentian Pemberhentian (separation) adalah keputusan hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun, dan sebab-sebab lainnya. Pelepasan ini diatur oleh Undang-undang No. 12 Tahun 1964. 2.3 Pengertian Pelayanan Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan. Dalam Kamus Bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai usaha melayani kebutuhan orang lain. Sedangkan melayani adalah membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan oleh seseorang. Menurut Kep. MenPan No.81/93 menyatakan pelayanan umum, adalah “Segala bentuk pelayanan yang diberikan oleh pemerintah pusat / daerah, BUMN / BUMD, dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat, dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Menurut Harbani Pasolong (2013 : 129) dalam bukunya “Teori Administrasi Publik” mendefiniskan pelayanan sebagai : “Aktivitas seseorang, kelompok dan/atau organisasi baik langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan”. Sedangkan menurut Moenir (2010 : 27) dalam bukunya “Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia” bahwa : “Pelayanan adalah serangkaian kegiatan, karena itu ia merupakan proses. Sebagai proses, pelayanan berlangsung secara rutin dan kesinambungan, meliputi seluruh kehidupan orang dalam masyarakat”. Selanjutnya menurut Anita dan Retno (2010) pengertian pelayanan didefinisikan sebagai: “Kegiatan yang dilakukan seseorang atau perusahaan untuk memberikan nilai pada konsumen berdasarkan sumber dari mark plus”. Menurut Moenir (2010 : 49) dalam bukunya “Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia” pelayanan terbagi menjadi 2 yaitu Pelayanan ke dalam Pelayanan ke luar Pelayanan ke dalam sifatnya menunjang pelaksanaan kegiatan pemenuhan kebutuhan organisasi di bidang produksi, pengadaan, penyimpanan, pemeliharaan, pembinaan tenaga kerja, data dan informasi, komunikasi, pembinaan sistem, prosedur dan metode (SPM) dan ketatausahaan pada umumnya. Namun demikian dari berbagai kegiatan pelayanan ke dalam tersebut banyak yag berdampak pada pelayanan ke luar baik langsung maupun tidak langsung. Bahkan dalam kenyataannya pelayanan ke dalam itu merupakan rangkaian awal yang berlanjut pada pelayanan ke luar. Dapat dikatakan bahwa pelayanan ke dalam menjadi ukuran terhadap pelayanan ke luar. Jika pelayanan ke dalam cukup baik, lancar dan tertib , maka dapat diharapkan bahwa pelayanan ke luar akan tertib dan lancar. Ciri-ciri pelayanan yang baik menurut Kasmir (2010:39) dirumuskan sebagai berikut: 1. Bertanggung jawab kepada setiap pelanggan/pengunjung sejak awal hingga selesai. 2. Mampu melayani secara cepat dan tepat. 3. Mampu berkomunikas. 4. Mampu memberikan jaminan kerahasiaan setiap transaksi. 5. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik. 6. Berusaha memahami kebutuhan pelanggan/pengunjung. 7. Mampu memberikan kepercayaan kepada pelanggan/pengunjung. 2.4 Pengertian Pelayanan Kesehatan Gde Muninjaya (2011 : 4) dalam bukunya “Manajemen Kesehatan” mendefinisikan sehat : “Sehat adalah suatu keadaan yang optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan tidak hanya terbatas pada keadaan bebas dari penyakit atau kelemahan saja”. Pada tahun (1986), WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa pengertian kesehatan adalah “Sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup Kesehatan adalah konsep positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan fisik. “Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat”. (Undangundang). Tujuan sehat yang ingin dicapai oleh sistem kesehatan indonesia adalah peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Sesuai dengan tujuan sistem kesehatan nasional, administrasi (manajemen) kesehatan tidak dapat disamakan dengan administrasi niaga (business administration) yang lebih banyak berorientasi pada upaya untuk mencari keuntungan finansial (profit oriented). Bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yang dapat ditemukan banyak macamnya karena kesemuanya itu amat ditentukan oleh Azwar (1999) : 1. Pengorganisasian pelayanan, apakah dilaksanakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi. 2. Ruang lingkup kegiatan, apakah hanya mencakup kegiatan pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan atau kombinasi dari padanya. 3. Sasaran pelayanan kesehatan, apakah untuk perseorangan, keluarga, kelompok, ataupun untuk masyarakat secara keseluruhan. Sedangkan mutu yang harus dicapai untuk dapat memenuhi kebutuhan dalam masalah pelayanan kesehatan itu harus sesuai dengan prosedur atau standar yang telah di tetapkan. Pengertian mutu pelayanan kesehatan menurut para ahli. Mutu Pelayanan Kesehatan menurut Azrul Azwar (1999) adalah “Derajat dipenuhinya kebutuhan masyarakat atau perorangan terhadap asuhan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi yang baik dengan pemanfaatan sumber daya secara wajar, efisien, efektif dalam keterbatasan kemampuan pemerintah dan masyarakat, serta diselenggarakan secara aman dan memuaskan pelanggan sesuai dengan norma dan etika yang baik”. Sedangkan menurut Bustami (2011) dalam buku “Penjamin Mutu Pelayanan Kesehatan & Akseptabilitas” pengertian mutu pelayanan kesehatan di identifikasikan sebagai : “Kesesuaian pelayanan kesehatan dengan standar profesi dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara baik, sehingga semua kebutuhan pelanggan dan tujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dapat tercapai”. Jadi yang dimaksud dengan mutu pelayanan kesehatan adalah menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pelanggan yang merasakan pelayanan tersebut. 2.4.1 Karakteristik Layanan Kesehatan Layanan kesehatan merupakan suatu produk berupa jasa atau barang yang dihasilkan oleh suatu produsen, dalam hal ini bisa provider atau institusi kesehatan. Sekilas, tampaknya layanan kesehatan sama dengan barang ekonomi lainnya yang ada dipasar. Namun, perlu diwaspadai bahwa layanan kesehatan mempunyai karakteristik unik yang tidak dimiliki oleh barang ekonomi lainnya, sehingga memerlukan perhatian khusus. Literatur dapat disimpulkan bahwa layanan kesehatan antara lain mempunyai sifat : 1. Hak Asasi Manusia Layanan kesehatan dilaksanakan atas dasar kebutuhan bukan atas dasar kemampuan membayar, karena pada dasarnya kesehatan merupakan hak asasi manusia. Hal tersebut menjadi acuan penyelenggaran kesehatan, terlebih setelah dilaksanakan amandemen Undang-Undan Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 (UUD 1945) pada tahun 2002, yang menekankan pentingnya kesehatan sebagai hak asasi manusia. 2. Uncertainry Kejadian sakit tidak dapat diprediksi, sehingga setiap orang tidak dapat memastikan kapan dia memerlukan layanan kesehatan tertentu. Hal tersebut mengakibatkan semua orang kesulitan untuk menganggarkan biaya layanan kesehatan sesuai dengan kemampuan ekonominya. Keadaan tersebut antara lain melatarbelakangi lahirnya undang-undang nomor 40 tahun 2004 tentang sisten jaminan sosial nasional yang bertujuan agar seluruh masyarakat indonesia mempunyai jaminan kesehatan yang dapat dimanfaatkan untuk memperoleh layanan kesehatan dasar. 3. Consumer Ignorance Konsumen layanan kesehatan sangat tergantung kepada penyedian layanan kesehatan (provider) tentang jenis dan jumlah layanan kesehatan tersebut. Pada umumnya konsumen tidak mengetahui tentang pemeriksaan atau pengobatan yang seharusnya diperlukan berdasar kebutuhan medis. 4. Eksternalitas Konsumsi layanan kesehatan tidak saja bermanfaat bagi pembeli itu sendiri. Namun juga dapat bermanfaat bagi orang lain yang tidak membeli. 5. Padat Karya dan Padat Modal Layanan kesehatan tidak dapat bebas dari input manusia sehingga dalam penyelenggaraannya bersifat padat karya. Semakin berkembangnya layanan kesehatan spesialis dan subspesialis menyebabkan layanan kesehatan bukan hanya padat karya, tetapi sekaligus juga padat modal. 2.4.2 Definisi Kualitas Pelayanan Kualitas pada dasarnya merupakan kata yang menyandang arti relatif karena bersifat abstrak, kualitas dapat digunakan untuk menilai atau menentukan tingkat penyesuaian suatu hal terhadap persyaratan atau spesifikasinya. Bila persyaratan atau spesifikasinya itu terpenuhi berarti kualitas sesuatu hal yang dimaksud dapat dikatakan baik, sebaliknya jika persyaratan tidak terpenuhi maka dapat dikatakan tidak baik. Harbani Pasolong (2013 : 132). Menurut Goeth dan Davis yang dikutip Tjiptono (2012:51) bahwa kualitas merupakan “Suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”. Menurut Kasmir (2010 : 31) mengatakan bahwa pelayanan yang baik adalah : “Kemampuan seseorang dalam memberikan pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan standar yang ditentukan”. Sedangkan menurut Zethaml & Haywood Farmer dalam Warella (1997 : 17) mengatakan ada tiga karakteristik utama tentang pelayanan, yaitu Intengibiity, Heterogeinity, Inseparability. Intangibility berarti bahwa pelayanan pada dasarnya bersifat perfomance dan hasil pengalaman dan bukannya objek. Kebanyakan pelayanan tidak dapat dihitung, diukur, diraba atau dites sebelum disampaikan untuk menjamin kualitas. Heterogenity berarti pemakaian jasa atau klien atau pelanggan memiliki kebutuhan yang sangat heterogen. Pelanggan dengan pelayanan yang sama mungkin mempunyai prioritas berbeda. Demikian pula performance sering bervariasi dari suatu prosedur lainnya bahkan dari waktu ke waktu. Inseparability berarti bahwa produksi dan konsumsi suatu pelayanan tidak terpisahkan. Konsekuensinay di dalam industri pelayanan kualitas tidak direkayasa kedalam produksi disektor pabrik dan kemudian disampaikan kepada pelanggan. Kepman PAN Nomor 58 Tahun 2002 mengelompokan tiga jenis pelayanan dari instansi pemerintah serta BUMN/BUMD. Pengelompokan jenis pelayanan tersebut di dasarkan pada ciri-ciri dan sifat kegiatan serta produk pelayanan yang dihasilkan, yaitu : 1. Pelayanan administratif Adalah jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa pencatatan, penelitian, pengambilan, keputusan, dokumentasi dan kegiatan tata usaha lainya yang secara keseuruhan menghasilkan produk akhir berupa dokumen. Misalkan sertifikat, ijin-ijin, rekomendasi, keterangan, dan lain-lain. Misalnya jenis pelayanan sertifikat tanah, pelayanan, IMB, pelayanan administrasi kependudukan (KTP, NTCR, akte kelahiran, dan akte kematian). 2. Pelayanan barang Adalah pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa kegiatan penyediaan dan atau pengolahan bahan terwujud sisik termasuk distribusi dan penyampaiannya kepada konsumen langsung (sebagai unit atau individual) dalam suatu sistem. Secara keseluruhan kegiatan tersebut menghasilkan produk akhir terwujud benda (berwujud fisik) atau yang dianggap benda yang memberikan nilai tambah secara langsung bagi penggunanya. Misalnya jenis pelayanan listrik, pelayanan air bersih, pelayanan telefon. 3. Pelayanan jasa Adalah jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa sarana dan prasarana serta penunjangnya. Pengoperasiannya berdasarkan suatu sistem pengoperasian tertentu dan pasti. Produk akhirnya berupa jasa yang mendatangkan manfaat bagi penerimanya secara langsung dan habis terpakai dalam jangka waktu tertentu. Misalnya pelayanan angkutan darat, laut dan udara, pelayanan kesehatan, pelayanan perbankan, pelayanan pos, pelayanan pemadam kebakaran. 2.5 Pengertian Standar Pelayanan Standar pelayanan yang diberikan pada setiap karyawan harus diberikan sebaik mungkin. Agar karyawan tersebut puas dengan pelayanan yang ada. Menurut Slee, (1974) yang dikutip Surjadi (2010 : 60) standar adalah “Rumusan tentang penampilan atau nilai yang diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah di tetapkan”. Menurut Surjadi (2010 : 63) Dalam bukunya “Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik” bahwa pengertian standar adalah : “Ukuran kualitas kinerja yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau penerima pelayanan”. Standar pelayanan yang ditetapkan hendaknya realistis, karena merupakan jaminan bahwa janji/komitmen yang dibuat dapat dipenuhi, jelas dan mudah dimengerti oleh para pemberi dan penerima pelayanan. Sedangkan menurut Elly Erawati, dkk, (2010) pengertian standar didefinisikan sebagai “Pernyataan tertulis yang berisi spesifikasi atau rincian tentang sesuatu hal khusus yang memperlihatkan tujuan, cita-cita, keinginan, kriteria, ukuran, patokan, dan pedoman”. Standar harus berkembang sesuai dengan konsep Kaizen (continuous improvment), artinya jika suatu standar yang di tetapkan tercapai dengan baik, maka standar harus ditingkatkan dan begitu seterusnya sehingga ketercapaian ideal dapat di wujudkan. Pernyataaan suatu standar yang ideal harus memenuhi unsur A (Audience), B (Behaviour), C (Competence), D(Degree) yang berarti : 1. Audience, yaitu subjek yang harus melakukan sesuatu atau pihak yang harus melaksanakan dan mencapai isi standar. 2. Behaviour, yaitu apa yang harus dilakukan, diukur, dicapai, atau dibuktikan. 3. Competence, yaitu kompetensi/ kemampuan/ spesifikasi/target atau kriteria yang harus dicapai. 4. Degree, yaitu tingkat/ periode/frekuensi atau waktu yang dibutuhkan. Menurut Bustami (2011 : 22) agar standar yang sudah ditetapkan bisa dicapai, maka diperlukan protokol (pedoman/petunjuk pelaksanaan), prosedur tetap (protap) dan standar operasional prosedur (SOP). Untuk mengukur tercapai atau tidaknya standar, maka digunakan indikator (tolak ukur ) yang menunjuk pada ukuran kepatuhan terhadap standar yang telah diterapkan. Standar dapat dibedakan atas : a. Standar Masukan Standar masukan (input atau structure) dapat berupa tenaga, peralatan, fasilitas, sumber dana, bahan, organisasi, dan sebagainya. b. Standar Proses Standar proses berfokus pada interaksi profesi dengan pasien/konsumen/masyarakat dan digunakan untuk menilai pelaksanaan proses pelayanan kesehatan dan merupakan kinerja pelayanan kesehatan. Standar proses biasanya dinyatakan sebagai kebijaksanaan atau prosedur kerja. c. Standar Keluaran Standar keluaran merupakan ketentuan ideal yang menunjukan pada hasil langsung pelayanan. Karena menunjuk pada hasil keluaran, maka standar keluaran sering juga disebut dengan standar penampilan. d. Standar Hasil Standar hasil merupakan ukuran hasil intervensi pelayanan kesehatan terhadap konsumen/pasien/masyarakat. Standar hasil biasanya ditentukan oleh pihak ketiga, bukan oleh pemberi pelayanan atau sarana pelayanan kesehatan. Standar dalam penjaminan mutu pelayanan kesehatan bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan alat untuk menjamin mutu. Oleh karena itu, standar harus terintegrasi ke dalam penjamin mutu pelayanan kesehatan dengan cara menyebarluaskan standar. 2.6 Pengertian Prosedur Sistem dan prosedur merupakan dwitunggal yang tak terpisahkan karena satu sama lain saling melengkapi. Sistem merupakan kerangka mekanismenya organisasi sedang prosedur adalah rincian dinamikanya mekanisme sistem. Jadi tanpa sistem prosedur suatu mekanisme sistem tidak akan berjalan. Juga lemahnya salah satu akan mengakibatkan lemahnya yang lain. Prosedur biasa diterjemahkan sebagai tata cara yang berlaku dalam organisasi. Sekali prosedur ditetapkan siapapun yang tidak mengikutinya, tidak menghasilkan apa yang dituju disamping apa yang mungkin diperoleh tidak sah. Menurut Monier (2010 : 125) dalam bukunya “Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia” pengertian prosedur adalah : “Rangkaian tindak/langkah yang harus diikuti untuk mencapai tahap tertentu dalam usaha pencapaian tujuan”. Sedangkan menurut Drs. H. Surjadi, M.Si. (2010 : 59) dalam buku “Pengembangan kinerja pelayanan publik” pengertian prosedur pelayanan adalah : “Rangkaian proses atau tata kerja yang berkaitan satu sama lain, sehingga menunjukan adanya tahapan secara jelas dan pasti serta cara-cara yang harus ditempuh dalam rangka penyelesaian sesuatu pelayanan”. Untuk memperoleh pelayanan, karyawan harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh pemberi pelayanan, baik berupa persyaratan teknis dan atau persyaratan administratif sesuai dengan ketentuan perusahaan pemberi layanan. Pengertian prosedur lebih lanjut dijelaskan oleh James A.F Stoner (1982 : 135) sebagai berikut : “A procedure provides a detailed set of instructions for performing a sequence of actions that occurs often or regularly” Terjemahan : “Suatu prosedur menyediakan satu set instruksi rincian untuk melakukan urutan tindakan yang sering terjadi atau secara teratur”. Sedangkan Louis A. Allen memberikan keterangan bahwa : “Procedures prescribe the manner or method by which work is to be performed”. Terjemahan : “Prosedur ialah cara atau metode yang aturanya kerjanya harus dilakukan”. Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan yang dimaksud dengan prosedur adalah suatu tata cara kerja atau kegiatan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan urutan waktu dan memiliki pola kerja yang tetap yang telah ditentukan. Prosedur dibuat atas dasar penelitian dilapangan lebih dahulu, agar supaya dapat memenuhi keperluan mempelancar mekanisme kerja. Untuk mengetahui apakah prosedur itu telah benar-benar memenuhi keperluan sebagimana yang dimaksud, Wiliam P. Leonard menyusun daftar pertanyaan sebagai alat cek, antara lain : 1. Is the procedure designed to promote the achievment of the company’s objectives , and is it accomplished effectively ? (Apakah prosedur yang dirancang untuk mempromosikan prestasi dari tujuan perusahaan, dan itu dicapai secara efektif) 2. Does the procedure operate within the framework of the organizational structure? (Apakah prosedur beroperasi dalam kerangka struktur organisasi) 3. Does the procedure adequately provide methods of control so as to obtain maximum performance with the minimum expenditure of time and effort? (Apakah prosedur memadai memberikan metode pengendalian untuk memperoleh performa maksimal dengan pengeluaran minimum waktu dan usaha) 4. Do the routines designated in the procedure indicate performance in logical sequence? (Lakukan rutinitas yang ditunjuk dalam prosedur menunjukkan kinerja dalam urutan yang logis) 5. Does the procedure provide the means for effective coordination between one department and another? (Apakah prosedur menyediakan sarana untuk koordinasi yang efektif antara satu departemen dan lain) 6. Have all required functions been established? (Apakah semua fungsi yang diperlukan telah ditetapkan) 7. Has the necessary authority been designated to carry out responsibilities? (Apakah otoritas yang diperlukan telah ditunjuk untuk melaksanakan tanggung jawab) 8. Can any changes be made to improve effectiveness? (Dapatkah perubahan dilakukan untuk meningkatkan efektivitas). Karena prosedur bersifat mengatur perbuatan baik ke dalam (intern) maupun ke luar (ekstern), maka ia harus di ketahui dan dipahami oleh orang yang berkepentingan, baik pegawai/pekerja maupun pihak-pihak di luar organisasi. Prosedur intern yang mengatur langkah/perbuatan pegawai/pekerja didalam organisasi itu sendiri. Sedangkan prosedur ekstern pada dasarnya mengatur langkah atau perbuatan orang diluar organisasi yang mempunyai kepentingan terhadap hasil kegiatan organisasi baik berupa produk jasa maupun barang. Apabila suatu prosedur telah dibuat lalu diterapkan dan ternyata hasilnya baik memenuhi maksud, maka ia dibekukan menjadi prosedur tetap (Protap) atau istilah dalam manajemen “Standar Prosedur” atau Standar Operasional Prosedur (SOP) dengan pembekuan prosedur, makin kuat kedudukan prosedur dalam rangka pencapaian tujuan. 2.7 Pengertian Standar Operasional Prosedur (S.O.P) Dalam pelaksanaannya, agar standar yang sudah ditetapkan bisa dicapai, maka diperlukan protokol (pedoman/petunjuk pelaksanaan), prosedur tetap (Protap) atau Standard Operating Procedure (SOP). Untuk mengukur tercapai atau tidaknya standar, maka digunakan indikator (tolak ukur) yang menunjukan pada ukuran kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan. SOP atau Standard Operating Procedure di artikan sebagai proses non klinis yang dilaksanakan secara rutin, misalnya selalu tersedianya masukan (input) pelayanan seperti obat-obatan, alat-alat yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan, dan sebagainya. Bustami (2011 : 27). Menurut Tjipto Atmoko (2011) pengertian Standar Operasional Prosedur merupakan : “Suatu pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai denga fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis, administratif dan prosedural sesuai tata kerja, prosedur kerja dan sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan”. Sedangkan Pengertian SOP menurut Istyadi Insani (2010: 1), dalam bukunya yang berjudul standar operasional prosedur (SOP) sebagai pedoman pelaksanaan administrasi perkantoran dalam rangka peningkatan pelayanan dan kinerja organisasi pemerintah menyatakan bahwa : “SOP atau standar operasional prosedur adalah dokumen yang berisi serangkaian instruksi tertulis yang dibakukanmengenaiberbagai proses penyelenggaraan administrasi perkantoran yang berisi cara melakukan pekerjaan, waktu pelaksanaan, tempat penyelenggaraan dan actor yang berperan dalam kegiatan”. Selanjutnya menurut Ariefraf (2008) yang dikutip Tjipto Atmojo (2011) SOP sebagai suatu dokumen/instrument memuat tentang proses dan prosedur suatu kegiatan yang bersifat efektif dan efisien berdasarkan suatu standar yang sudah baku. Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa SOP adalah pengendali yang mengkontrol setiap kegiatan yang dilakukan oleh setiap anggota organisasi. Menurut Miftah Thoha (2010) penyusunan Standar Operasional Prosedur terbagi dalam tiga proses kegiatan utama, yaitu : a. Requirement discovery Yaitu berupa teknik yang digunakan oleh sistem tersebut untuk mengidentifikasi permasalahan sistem dan pemecahannya dari pengguna sistem. b. Data modeling Yaitu berupa teknik untuk mengorganisasikan dan mendokumentasikan system data. c. Process modelling Yaitu berupa teknik untuk Mengorganisasikan dan medokumentasikan struktur dan data yang ada pada seluruh sistem proses atau logis, kebijakan prosedur yang akan diimplementasikan dalam suatu proses sistem. 2.7.1 Tujuan dan Fungsi Standar Operasional Prosedur (S.O.P) Tujuan dari SOP menurut Indah Puji (2014,30) sebagai berikut : a. Tujuan umum Agar berbagai proses kerja rutin terlaksana dengan efisien, efektif, konsisten / uniformdan aman, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan standar yang berlaku. b. Tujuan khusus 1. Untuk menjaga konsistensi tingkat penampilan kinerja atau kondisi tertentu dan kemanan petugas dan lingkungan, dalam melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan tertentu. 2. Sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bagi sesama pekerja, dan supervisor. 3. Untuk menghindari kegagalan atau kesalahan (dengan demikian menghindari dan mengurangi konflik), keraguan, duplikasi serta pemborosan dalam proses pelaksanaan kegiatan. 4. Merupakan parameter untuk menilai mutu pelayanan. 5. Untuk lebih menjamin penggunaan tenaga dan sumber daya secara efisien dan efektif . 6. Untuk menjelaskan alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas yang terkait. 7. Sebagai dokumen yang akan menjelaskan dan menilai pelaksanaan proses kerja bila terjadi suatu kesalahan atau dugaan malpraktek dan kesalahan administratif lainnya, sehingga sifatnya melindungi rumah sakit dan petugas. 8. Sebagai dokumen yang digunakan untukpelatihan. 9. Sebagai dokumen sejarah bila telah di buat revisi SOP yang baru. Sedangkan fungsi dari SOP itu sendiri menurut Indah Puji (2014:35) adalah : 1. Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja. 2. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan. 3. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak. 4. Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin dalam bekerja. 5. Sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan rutin. 2.7.2 Manfaat Standar Operasional Prosedur (S.O.P) Jika SOP dijalankan dengan benar maka perusahaan akan mendapat banyak manfaat dari penerapan SOP tersebut, menurut Indah Puji (2014 : 36) manfaat dari SOP adalah sebagai berikut: a. Memberikan penjelasan tentang prosedur kegiatan secara detail dan terinci dengan jelas dan sebagai dokumentasi aktivitas proses bisnis perusahaan. b. Meminimalisasi variasi dan kesalahan dalam suatu prosedur operasional kerja. c. Memepermudah dan menghemat waktu dan tenaga dalam program training karyawan. d. Menyamaratakan seluruh kegiatan yang dilakukan oleh semua pihak. e. Membantu dalam melakukan evaluasi dan penilaian terhadap setiap proses operasional dalam perusahaan. f. Membantu mengendalikan dan mengantisipasi apabila terdapat suatu perubahan kebijakan. g. Mempertahankan kualitas perusahaan melalui konsistensi kerja karena perusahaan telah memilki sistem kerja yang sudah jelas dan terstruktur secara sistematis. 2.7.3 Hambatan dalam penyusunan Standar Operasional Prosedur (S.O.P) Setiap kegiatan yang ada diperusahaan dipastikan sekecil apapun terdapat hambatan-hambatan yang ditemukan. Begitu juga dengan penyusunan SOP ini. Menurut Indah Puji (2014 : 40) hambatan yang ditemui dalam penyusunan SOP ini adalah : a) Hambatan Organisasional (aspek gaya manajemen, fleksibilitas organisasi, jumlah lapisan jabatan/panjangnya birokrasi, jumlah rentang kendali jabatan, pola komunikasi dalam organisasi, kualitas SDM, dan budaya organisasi). b) Hambatan Operasional Karaktersitik Operasional (jenis kegiatan, ciri-ciri produk atau jasa, budaya masyarakat, kemapanan operasional), keterikatan terhadap peraturan pemerintah, dan ukuran operasional (kontrol internal untuk organisasi besar dan operasional yang luas yang berbeda standar). c) Hambatan Manajerial Visi, misi, dan strategi organisasi, dukungan manajerial, pengawasan manajerial (terhadap perubahan bisnis atau lingkungan bisnis), dan tekanan manajerial. d) Hambatan Personal Tidak memiliki kemampuan dalam mengikuti perubahan, tidak memiliki motivasi, dan memiliki kepentingan pribadi. 2.8 Masalah Yang terjadi dalam Standar Operasional Prosedur (S.O.P) Menurut Indah Puji Hartatik (2014:38) istilah SOP terkadang dalam pemahamannya berbeda-beda. Ada yang mengertikan SOP sebagai instruksi kerja, petunjuk pelaksanaan pekerjaan, petunjuk teknis, prosedur kerja, prosedur standar operasi, pedoman dan lain-lain. Semua pernyataan itu benar. Namun, pada perinsipnya, SOP merupakan sebuah acuan kerja yang baku yang bisa atau dapat mempermudah pelaksanaan pekerjaan serta mempermudah dalam mengontrol dan mengendalikan kegiatan operasional. Masalah yang terkait dengan SOP pada penelitian kali ini adalah 1. Kurangnya sosialisasi pada setiap karyawan 2. Prosedur yang ada terlalu rumit 3. Dalam mendapatkan resitusi, proses tidak cepat atau tidak efektif dan efisien dalam penanganannya 4. Biaya resitusi tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan Padahal masalah tersebut bertolak belakang dengan teori yang dikeluarkan oleh Dr. Asep Tapip Yani (2011 : 3), pada bukunya Manajemen sumber daya manusia didefinisikan : “Suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktifitas organisasi atau perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan”. 2.9 Cara Untuk Mengatasi Masalah Yang Terjadi Terkait Dengan Standar Operasional Prosedur (S.O.P) Standar operasional prosedur merupakan strategi paling efektif untuk mengatasi segala permasalahan yang muncul di dalam organisasi. Keberadaanya tidak hanya menyelesaikan problem yang bersifat sementara, tetapi juga mampu bekerja secara terus- menerus secara berkelanjutan. Indah Puji Hartatik (2014:38). Dalam menangani masalah yang telah dipaparkan pada 2.8 solusi yang diambil ialah dengan mengacu pada teori menurut Muhaimin Iskandar (2011) dalam penyusunan SOP semua prosedur yang dijadikan standar harus memenuhi prinsip-prinsip berikut : 1. Kemudahan dan kejelasan. Harus dapat mudah dimengerti dan diterapkan oleh semua pegawai. Bahkan pegawai baru pun dapat mengerti akan SOP yang ada. 2. Efisiensi dan efektifitas. Merupakan prosedur yang paling efisien dan efektif dalam proses pelaksanaan prosedur tersebut. 3. Keselarasan dengan prosedur standar lain yang terkait. Harus selaras dengan prosedur standar lain yang terkait. 4. Keterukuran. Output dari segala prosedur yang distandarkan mengandung standar kualitas (mutu) tertentu dapat diukur pencapaian keberhasilan. 5. Dinamis. Harus cepat tepat disesuaikan dengan kebutuhan peningkatan kualitas pelayanan yang berkembang dalam penyelenggaraan tujuan perusahaan. 6. Berorientasi pada pihak yang dilayani. Harus mempertimbangkan kebutuhan pihak yang dilayani. Sehingga dapat memberikan kepuasaan pengguna. 7. Kepatuhan hukum. Harus memenuhi ketentuan dan peraturanperaturan pemerintah yang berlaku. 8. Kepastian hukum. Harus ditetapakan oleh pimpinan sebagai sebuah produk hukum yang ditaati, dilaksanakan, dan menjadi instrumen untuk melindungi pegawai dari kemungkinan tuntutan hukum. 9. Transparasi dan keterbukaan. Transparasi bahwa setiap prosedur yang dilaksanakan harus transparan. Keterbukaan bahwa prosedur yang ada siap untuk menerima masukan dari setiap kalangan yang merasa bahwa prosedur tersebut patut di kaji kembali. Selain itu solusi yang diambil untuk memecahkan masalah yang terjadi mengacu pada Prinsip Penerapan SOP menurut Muhaimin Iskandar (2011) yaitu 1. Konsisten. SOP harus dilaksanakan secara konsisten dari waktu ke waktu, oleh siapa pun, dalam kondisi apa pun oleh seluruh jajaran oraganisasi pemerintahan. 2. Komitmen. SOP harus dilaksanakan dengan komitmen penuh dari seluruh jajaran organisasi, dari level paling rendah sampai tertinggi. 3. Perbaikan berkelanjutan. Pelaksanaan SOP harus terbuka terhadap penyempurnaan-penyempurnaan untuk memperoleh prosedur yang benar-benar efisien dan efektif. 4. Mengikat. SOP harus mengikat pelaksana dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan prosedur standar yang telah ditetapkan. 5. Seluruh unsur memiliki peranan penting. Seluruh pegawai mempunyai peran-peran tertentu dalam setiap prosedur yang distandarkan. Jika pegawai tertentu tidak melaksanakan perannyadengan baik, maka akan mengganggu keseluruhan proses, yang akhirnya juga berdampak pada proses penyelenggaraan perusahaan. 6. Terdokumentasi dengan baik. Seluruh prosedur yang telah distandarkan harus didokumentasikan dengan baik, sehingga selalu dapat dijadikan referensi bagi setiap mereka yang membutuhkan. Tabel 2.1 Hasil Penelitian terkait dengan Pelayanan Kesehatan No 1 Nama Judul Hasil Penelitian Peneliti Peneliti Anggraeni, Tinjauan Pelaksanaan BPJS Ketenegakerjaan http://repository.wi Widya Nur Kualitas Pelayanan di Cabang Bandung I dyatama.ac.id/xmlu BPJS Ketenagakerjaan memberlakukan Information i/handle/12345678 Cabang Bandung I 9/3608 Service Officer (ISO) yang Sumber sebelumnya belum difungsikan agar peserta bisa mendapatkan informasi secara akurat. dengan adanya Data Review Officer (DRO) dan Information Service Officer (ISO) membuat antrian lebih efektif dan efisien. 2 Permatasari, Tinjauan Pelaksanaan Ada tiga masalah dalam http://repository.wi Yunita Prosedur dyatama.ac.id/xmlu Pengajuan pelaksanaan prosedur SPP (Surat Perintah pengajuan SPP. pertama i/handle/12345678 Pembayaran) 9/4171 Klaim adalah peserta tidak Pensiun dan Masalah membawa persyaratan yang di Hadapi Oleh kelengkapan. Kedua adalah PT TASPEN (Persero) kurangnya kedisiplinan Kantor Cabang Utama karyawan sehingga terjadi Bandung. penumpukan berkas. Dan yang ketiga adalah adanya penumpukan antrian di petugas kasir pada saat pembayaran. 3 Setiawati, Tinjauan Proses Kurangnya tenaga ahli dalam http://repository.wi Noneng Pemeliharan memasukan data-data dyatama.ac.id/xmlu Karyawan Pada PT. karyawan dengan i/handle/12345678 POS Indonesia menggunakan komputer, 9/4135 (PERSERO) Bandung terjadinya kesalahan dalam pekerjaan pembuatan daftara kompensasi. 4 Setiawan, TinjauanTerhadap PT. Bank Pembangunan http://repository.wi Maya Kesejahteraan Daerah Tbk (bank bjb) dyatama.ac.id/xmlu Oktaviani Karyawan Tetap di mengenai program i/handle/12345678 PT. BANK kesejahteraan karyawan pada 9/4070 PEMBANGUNAN bank bjb ini sudah baik, DAERAH TBK dimana program (BANK BJB) Kantor kesejahteraan karyawan yang Pusat dilaksanakan sudah sesuai SK yang berlaku diperusahaan. Hanya saja ada beberapa hal yang masih perlu diperbaiki oleh perusahaan mengenai sosialisasi SK, karena ada saja karyawan yang melanggar dari ketentuan SK. 5 Prasetyo, Tinjauan Pelaksanaan PT Bio Farma (Persero) telah http://repository.wi Andre Januar Program melaksanakan program dyatama.ac.id/xmlu Kesejahteraan Kerja kesejahteraan kerja karyawan i/handle/12345678 Karyawan Pada PT. dengan baik karena dari hasil 9/4132 BIO FARMA responden banyak yang (PERSERO) menyatakn sesuai dalam program kesejahteraan yang ada. Adapun metode yang digunakan dalam penilaian angket yang digunakan penulis yaitu dengan metode baerdasarkan skala Likers