1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Dalam rangka

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Proyek
Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada pelangggan, Batara Puri
Asri yang selama ini kita ketahui bergerak di bidang tranportasi angkutan
umum, kini PT. Batara Puri Asri mengembangkan usahanya dengan
merambat ke dunia perhotelan, Supaya penumpang yang datang dari luar
daerah Bandung dapat dengan mudah mencari penginapan yaitu di hotel yang
akan dibangun tersebut.
Rencana pembangunan Hotel Batara Bandung yang terletak di area
Cihampelas Bandung, tepatnya di Jalan Cihampelas No 117 Bandung, P.T
Batara Puri Asri selaku owner Pembangunan Hotel Batara Bandung,
membangun sebuah hotel yang diperuntukan bagi pengunjung.
Pada
kurun
lima
tahun
terakhir
pertumbuhan
pariwisata
dan
perekonomian kota Bandung terus terdongkrak naik. Penyebab kondisi yang
tengah dialami kota Bandung tidak hanya karena menjadi salah satu kota
tertinggi yang dikunjungi wisatawan sebagai kota wisata tetapi juga sebagai
kota bisnis dan konvensi. Imbas dari kondisi tersebut, julukan “business and
leisure” di Bandung menjadi sangat kondang.
Selain itu, jumlah kunjungan wisatawan ke kota Bandung dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan dan selalu melampaui target, jumlah
kedatangan wisatawan ke kota Bandung setiap pekannya mencapai 50.000
orang dan setiap tahunnya rata-rata mencapai 2 juta orang. Jumlah tersebut,
1,93 juta diantaranya wisatawan domestik dan 94.600 orang merupakan turis
mancanegara. Tingkat hunian kamar hotel juga setiap tahunnya terus
mengalami peningkatan. Dibandingkan tahun 2009, pada tahun 2011 terjadi
peningkatan kira-kira mencapai 15%. Dengan 251 hotel yang ada saat ini,
kota Bandung masih kewalahan menampung serangan wisatawan baik
domestik maupun mancanegara yang begitu tinggi saat akhir pekan
2
(weekend). Okupansi saat weekend tersebut bisa mencapai 90%-95% di setiap
level hotel, baik berbintang butik, bahkan melati sekalipun. Jika memasuki
libur akhir pekan yang panjang (long weekend), tawaran daftar tunggu
(waiting list) atau bahkan tidak kebagian kamar pun tak urung menjadi
masalah yang sering dihadapi oleh para wisatawan.
Tujuan Obyek wisata yang biasa dikunjungi wisatawan di bandung
adalah wisata belanja, wisata kuliner, wisata budaya, dan wisata pegunungan.
Wilayah Cihampelas juga merupakan salah satu tempat yang paling terkenal
di Bandung bagi para wisatawan yang sering berkunjung ke Bandung, karena
kebanyakan orang menjadikan Cihampelas sebagai patokan jika ingin
bepergian ke kota Bandung. Sepanjang jalan Cihampelas terdapat banyak
tempat yang bisa dikunjungi seperti Mall, butik, Factory Outlet, tempat
kuliner & jajanan, dll. Jika naik ke atas lagi tepatnya di daerah Ciumbuleit,
maka akan menemukan tempat wisata pegunungan yang disebut Punclut,
wisatawan bisa melihat pemandangan kota bandung dari atas pegunungan itu.
Dikarenakan tuntutan akan kebutuhan tempat menginap untuk para
wisatawan yang semakin mendesak dan potensi wisata di daerah Cihampelas
yang besar, maka di Bandung dibutuhkan penambahan hotel baru dengan
yang berfungsi sebagai tempat akomodasi penginapan bagi para wisatawan
yang ingin berwisata di kota Bandung khususnya di Kawasan Cihampelas.
Hotel Batara Bandung diharapkan mampu memberikan keamanan,
kenyamanan, dan kemudahan bagi wistawan domestik maupun manca negara
yang akan menempatinya.
Adapun kegunaan bangunan ini ditinjau dari aspek ekonomi, aspek
sosial, dan aspek geografis dari proyek itu sendiri antara lain :
a. Aspek Ekonomi
Dalam aspek ekonomi ini masyarakat dapat lebih memajukan bisnisnya
lebih baik lagi. Hotel Batara Bandung ini menjadi salah satu fasilitator
antara pengusaha dan wisatawan dari berbagai tempat.
3
b. Aspek Sosial
Sebagai tempat wisata dan hunian Hotel Batara Bandung ini merupakan
tempat dimana orang bisa liburan dan melakukan transaksi atau pertemuan
bisnis dengan nyaman, aman, bersih.
c. Aspek strategi Pembangunan
Dalam aspek strategi pembangunan Hotel Batara Bandung dikawasan ini
memiliki potensi yang bisa diandalkan dalam penginapan.
1.2 Lokasi Proyek
Di bawah ini merupakan peta lokasi proyek Hotel Batara Bandung
Gambar 1.1 Peta Hotel Batara Bandung
Adapun letak pembangunan proyek tersebut adalah :
1
Sebelah utara
: Cihampelas walk
2
Sebelah selatan
: Jalan Layang Pasupati
4
3
Sebelah timur
: Kawasan Bisnis
4
Sebelah barat
: Perumahan Warga
1.3 Tujuan Proyek
Tujuan dari proyek pembangunan Hotel Batara Bandung ini adalah
sebagai berikut:
1. Meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan
Pelanggan khususnya
pengguna jasa PT. Batara Puri Asri
2. Memberikan alternatif pilihan hotel kepada para wisatawan yang
bekunjung ke Kota Bandung.
3. Usaha pemenuhan kebutuhan hotel di Kota Bandung.
1.4 Ruang Lingkup Proyek
1.4.1 Data Umum Proyek

Nama Proyek
: Hotel Batara Bandung

Lokasi Proyek
: Jl. Cihampelas No 112
Bandung.

Pemilik Proyek

Konsultan Perencana : PT. Batara Puri Asri

Kontraktor Pelaksana : PT. Mitra Bangun Prima (MBP)

System pelelangan
: Pelelangan Terutup

Jenis Kontrak
: Monhtly Payment Progress

Tahun Anggaran
: 2012

Waktu pelaksanaan
: 16 April 2012 – 2 Juni 2013

Waktu Pemeliharaan
: 1 Tahun

Luas Tanah
: ±550 m2

Luas Bangunan
: ± 504,5 m2

Sumber Pendanaan
: Owner (PT. Batara Puri Asri)
: PT. Batara Puri Asri
1.4.2 Data Teknis Proyek

Jenis Bangunan

Fungsi Bangunan : Gedung Hotel

Tipe Pondasi
: Struktur Beton Bertulang 5 (Lima) lantai
: Pondasi Borpile
5
1.5 Ruang Lingkup Pelaksanaan Proyek
Adapun Jenis dan lingkup pekerjaan dari proyek ini adalah sebagai
berikut:
1. Pekerjaan Persiapan
2. Pekerjaan Tanah dan Urugan Pasir
3. Pekerjaan Galian
4. Pekerjaan Struktur (Pilecap, Sloof, Kolom, Balok, Pelat, Ringbalk)
5. Pekerjaan Dak beton/Penutup atap
6. Pekerjaan Dinding
7. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal
8. Pekerjaan Plafond
9. Pekerjaan Plumbing dan Resapan
10. Pekerjaan Tangga
11. Pekerjaan Finishing
1.6 Kerja Praktik Industri
1.6.1 Manfaat Kerja Praktik Industri
1
Dapat
mengembangkan
penalaran
tentang
hubungan
secara
komprehensif antara pengetahuan bidang studi yang diperoleh dengan
penerapan aktual di lapangan dalam bentuk kerja riil sebagai wahana
aplikasi dan komparasi pengetahuan.
2
Sebagai salah satu proses pengaplikasian dari ilmu yang telah diperoleh
dari hasil belajar selama di perkuliahan.
3
Menambah pengetahuan dan pengalaman yang tidak diperoleh dalam
perkuliahan baik secara teori maupun praktik.
4
Mengetahui secara langsung cara penanganan suatu proyek serta
koordinasinya di lapangan.
5
Mengetahui kendala–kendala yang terjadi selama di lapangan dalam
pelaksanaan suatu proyek.
6
Dapat memberikan penilaian atas potensi dan kemampuan yang selama
ini didapatkan di perkuliahan dalam pengaplikasian di lapangan kerja
yang sebenarnya.
6
7
Membiasakan diri untuk lebih familiar terhadap permasalahan proyek
yang ada di lapangan, baik yang berhubungan dengan pengetahuan
mengenai bahan – bahan material, mengatur tenaga kerja, mengatur
pelaksanaan proyek, menyelesaikan berbagai masalah teknis, dan lain –
lain.
1.6.2 Ruang Lingkup Proyek
Dalam penyusunan laporan Kerja Praktik Industri ini penyusun
membahas tentang pekerjaan struktur dari lantai Basement sampai dengan
lantai 1 yaitu pekerjaan plat lantai dan tinjauan khusus untuk pekerjaan
pondasi, tulangan, dan kolom pada proyek Pembangunan Hotel Batara
Bandung.
1.7 Sistematika Penulisan
Untuk sistematika pembahasan laporan praktek kerja lapangan ini, penulis
tampilkan dalam lima bab yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Membahas tentang latar belakang proyek; lokasi proyek; tujuan proyek;
ruang lingkup yang mencangkup data umum dan data teknis proyek; ruang
lingkup kegiatan Kerja Praktek Industri; dan sistematika penulisan.
BAB II MANAJEMEN PROYEK
Membahas tentang sistem manajemen proyek, peranan organisasi
pelaksanaan proyek, serta mekanisme kerja dan koordinasi atau pengendalian
proyek.
BAB III PELAKSANAAN PROYEK
Berisikan uraian pekerjaan-pekerjaan dilapangan yang diamati selama
melaksanakan
Kerja
Praktek
Industri
meliputi:
mutu,
metode,
alat,
pengendalian waktu dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan.
BAB IV PEMBAHASAN
Membahas tentang tinjauan umum (permasalahan lapangan, percepatan
dan perlambatan pekerjaan), dan tinjauan khusus mengenai spesifikasi
pekerjaan tertentu yang diamati oleh penyusun.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
7
Berisi tentang kesimpulan dan saran dari pengalaman yang didapat
penyusun selama melaksanakan Kerja Praktek Industri, yang dikaitkan dengan
mutu, biaya dan waktu, serta saran untuk kedepanya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
8
BAB II
MANAJEMEN KONSTRUKSI DAN MANAJEMEN PROYEK
2.1 Manajemen Konstruksi (MK)
2.1.1 Pengertian Manajemen Konstruksi
Menurut Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah
proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan
sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien.( Suharto,
Imam. Ir. Manajemen Proyek.1995:85).
Efektif berarti bahwa tujuan dapat
dicapai sesuai dengan perencanaan,.
Manajemen pada hakikatnya berfungsi untuk melaksanakan semua
kegiatan yang dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dengan batas-batas
tertentu. Namun secara umum fungsi–fungsi manajemen dapat diuraikan sebagai
berikut :
1. Fungsi perencanaan (planning), berupa tindakan pengambilan
keputusan yang mengandung data/informasi, asumsi maupun fakta
kegiatan yang akan dipilih dan akan dilakukan pada masa mendatang.
2. Fungsi organisasi (organizing), berupa tindakan – tindakan guna
mempersatukan kumpulan kegiatan manusia, yang mempunyai
pekerjaan masing – masing, saling berhubungan satu sama lain dengan
tata cara tertentu dan berinteraksi dengan lingkungannya dalam rangka
mendukung tercapainya tujuan.
3. Fungsi pelaksanaan (actuating), berupa tindakan untuk menyelaraskan
seluruh anggota organisasi dalam kegiatan pelaksanaan, serta agar
seluruh anggota organisasi dapat bekerja sama dalam pencapaian
tujuan bersama.
4. Fungsi pengendalian (controlling), berupa tindakan pengukuran
kualitas pekerjaan dan penganalisaan serta pengevaluasian pekerjaan
yang diikuti dengan tindakan perbaikan yang harus diambil terhadap
penyimpangan yang terjadi (diluar batas toleransi).
9
Berdasarkan pada orientasi dan tingkatan manajemen dapat dibagi menjadi
tiga bagian :
1. Manajemen Puncak (Higher Management), berkaitan dengan seluruh
kegiatan managemen organisasi secara luas, umum dan menyeluruh.
2. Manajemen Menengah (Middle Management), ruang lingkupnya
berkaitan dengan manajemen pada bagian yang menjadi tanggung
jawabnya.
3. Manajemen Tingkat Bawah (Lower Management), berkaitan dengan
manajemen tingkat operasional yang berhubungan langsung dengan
tenaga – tenaga operasional.
Di dalam proyek konstruksi, manajemen diartikan sebagai suatu proses
yang berupa serangkaian tahap kegiatan yag diarahkan pada pencapaian suatu
tujuan tertentu dengan waktu yang tertentu pula dengan memanfaatkan seoptimal
mungkin sumber daya manusia dan sumber daya lain yang tersedia.
Tujuan yang dimaksud adalah dihasilkannya suatu bangunan yang
berkualitas (sesuai dengan fungsi dan kebutuhannya) serta memenuhi syarat
kekuatan dan kenyamanan.
Jadi, manajemen konstruksi
dapat diartikan sebagai suatu rangkaian
kegiatan yang dilakukan untuk mengelola suatu proyek konstruksi dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada secara optimal mungkin untuk
menghasilkan suatu produk konstruksi (hasil akhir bangunan fisik) sesuai dengan
tujuan penetapannya.
Bila dilihat dari beberapa aspek/pendekatan, maka Manajemen Konstruksi
dapat dibedakan menjadi :
1. Manajemen
Konstruksi
(MK)
sebagai
suatu
system
atau
metode/pendekatan, disini pengelolan proyek didasarkan pada system
metode konstruksi, mulai dari perencanaan, perancangan
maupun
pengadaan dan pelaksanaannya, sehingga diperoleh perancangan dan
pelaksanaan proyek yang optimal.
2. Manajemen Konstruksi sebagai suatu proses atau prosedur untuk
mendapatkan, melaksanakan dan mengelola proyek yang harus sesuai
10
dengan sistem tersebut, yaitu mulai dari pengelolaan, perancangan,
pengadaan dan pelaksanaan ditentukan oleh tim Manajemen
Konstruksi bersama pemilik.
3. Manajemen Konstruksi sebagai profesi, yaitu sebagai badan usaha
yang bergerak dibidang manajemen konstruksi.
2.1.2 Tujuan Manajemen Konstruksi
Konsep Manajemen Konstruksi (MK) menuntut adanya dapur professional
yang mengelola keputusan-keputusan yang akan diambil oleh proyek, dan konsep
ini juga menuntut suatu pengelolaan proyek secara teknis operasional yang akan
melengkapi pengelolaan strategis yang berada ditangan pemilik (owner).
Manajemen Konstruksi dilaksanakan oleh tim professional, yang
bersama-sama
dengan pemilik merupakan satu kesatuan dalam pengelolaan
proyek secara terpadu.
Penerapan konsep MK yang baik adalah dimulai dari tahap perencanaan,
tetapi dapat juga dimulai pada tahap-tahap lain sesuai dengan tujuan dan kondisi
proyek tersebut sehingga konsep MK dapat diterapkan pada tahap-tahap proyek
sebagai berikut :
1. MK dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek. Pengelolaan proyek
dengan system MK, disini mencakup pengelolaan teknis operasional
proyek, dalam bentuk masukan-masukan atau keputusan yang
berkaitan dengan teknis operasional proyek konstruksi, yang
mencakup seluruh tahapan proyek, mulai dari persiapan, perencanaan,
perancangan, pelaksanaan, dan penyerahan proyek.
2. Tim MK sudah berperan sejak awal desain, pelelangan
dan
pelaksanaan proyek selesai, setelah suatu proyek dinyatakan layak
(feasible) mulai dari tahap desain.
3. Tim MK akan memberikan masukan dan atau keputusan dalam
penyempurnaan desain sampai proyek selesai apabila Manajemen
Konstruksi dilaksanakan setelah tahap desain selesai atau hampir
selesai.
11
4. MK berfungsi sebagai coordinator pengelolaan pelaksanaan dan
melaksanakan
fungsi
pengendalian
atau
pengawasan,
apabila
Manajemen Konstruksi dilaksanakan mulai tahap pelaksanaan dengan
menekan pemisahan kontrak-kontrak pelaksanaan untuk kontraktor.
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari manajemen
proyek konstruksi adalah mengelola atau megatur pelaksanaan pembangunan
sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal sesuai dengan persyaratan
(specification). Untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan
mengenai mutu bangunan, biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan. Dalam
rangka pencapaian hasil ini, selalu diusahakan pelaksanaan mutu (quality control),
pengawasan penggunaan biaya (cost control), dan pengawasan waktu pelaksanaan
(time control). Ketiga kegiatan pengawasan ini harus dilaksanakan dalam waktu
yang bersamaan. Penyimpangan yang terjadi dari salah satu kegiatan pengawasan
dapat berakibat hasil pembangunan tidak sesuai dengan persyaratan yang telah
ditetapkan.
2.1.3 Tahapan Proyek Konstruksi
Pada dasarnya yang dimaksud dengan proyek adalah suatu usaha untuk
mencapai suatu tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang
terbatas. Sehingga pengertian proyek konstruksi adalah suatu upaya untuk
mencapai suatu hasil dalam bentuk bangunan / infrastruktur.
Tahapan proses proyek konstruksi ini dianggap penting mengingat bahwa
karakteristik suatu proyek konstruksi yaitu ada waktu mulai, dan ada waktu
selesai. Hal ini menunjukkan bahwa setiap pembagian tahapan perlu dicermati
dengan baik agar tujuan dari proyek tersebut dapat tercapai dengan optimal.
Walaupun sifat dari suatu proyek konstruksi itu unik, tetapi ada suatu
fungsi lain dari pendataan suatu tahapan proyek yang dapat dipetik, yaitu
memberikan gambaran mengenai unjuk kerja sumber daya (manusia, peralatan,
metode, kemampuan manajemen dan finansial) dan kemampuan organisasi dalam
mengantisipasi suatu besaran proyek. Ini akan memberikan bantuan informasi
dalam merencanakan manajemen proyek (konstruksi) berikutnya.
12
1. Tahapan Pengembangan Konsep
Suatu proyek konstruksi diawali dengan gagasan/ide dari pemilik
proyek konstruksi (Owner). Kemudian owner bekerja sama dengan
pihak-pihak yang mampu mewujudkan gagasannya. Pihak-pihak yang
dimaksud adalah : konsultan Perencana, Konsultan studi Kelayakan,
dan konsultan Manajemen Konstruksi.
2. Tahapan Perencanaan (Planning)
Pada tahap perencanaan/perancangan (desain) terdiri dari dua
tahapan,yaitu:

Tahap Pra-rancangan, mencakup kriteria desain, skematik desain,
estimasi biaya dan konseptual.

Tahap Pengembangan rancangan, merupakan pengembangan dari
tahap pra rancangan.
3. Tahapan Pengadaan/Pelelangan/Tender ( Procurenment )
Dalam pelaksanaan pembangunan suatu proyek, owner selaku pemilik
proyek biasanya melakukan suatu pekerjaan yaitu mencari pelaksana
pekerjaan (kontraktor) yang diinginkan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Untuk merealisasikan pelaksanaan pembangunan proyek
tersebut terdapat beberapa cara yang biasa dilakukan, diantaranya
adalah :
A. Eigenbeheer
Eigenbeheer adalah owner melaksanakan sendiri proyek
tersebut. Dalam hal ini owner mempunyai staf yang mampu untuk
melaksanakan proyek dan biasanya pada proyek yang berskala
kecil.
B. Penunjukan langsung
Cara ini dilakukan untuk pekerjaan yang berskala kecil
dengan nilai maksimum Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah)
dengan ketentuan untuk keperluan sendiri , dan atau teknologi
sederhana, dan atau resiko kecil, dan atau dilaksanakan oleh
13
penyedia barang/jasa usaha perseorangan dan atau badan usaha
kecil/koperasi kecil.
C. Mengadakan Tender ( Pelelangan )
Yaitu mencari kontraktor yang dapat merealisasikan
pelaksanaan pembangunan proyek dengan memenuhi persyaratan :
teknis, menguntungkan, dan administrasi. Pengertian tender adalah
suatu cara yang ditempuh oleh owner untuk merealisasikan
proyeknya dengan cara menunjuk pihak lain untuk melaksanakan
secara fisik pekerjaan pembangunan sesuai dengan syarat-syarat
yang ditentukan.
4. Tahap Pelaksanaan (Construction)
Pada tahap ini, pihak yang berperan utama yaitu kontraktor sebagai
pelaksana proyek. Kontraktor untuk mendapatkan kepercayaan dalam
pelaksanaan proyek harus berperan serta dengan mengikuti dari tahapan
prakualifikasi, tender proyek, dan pelaksanaan progress fisik proyek,
serta penyerahan akhir proyek kepada pemilik proyek.
Ada 3 (tiga) fase pelaksanaan proyek diantaranya adalah :
A. Fase persiapan
Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini terutama adalah
melakukan pengadaan sarana dan prasarana pelaksanaan fisik
proyek dan kegiatan administrasi yang diperlukan selama
operasional pelaksanaan proyek. Persiapan sarana dan prasarana
meliputi pembuatan dokumen (administrasi) keperluan operasional
pelaksanaan proyek, dan pekerjaan fisik, seperti pembangunan
jalan masuk, jalan kerja , bangunan fasilitas, kantor proyek, dan
lain-lain.
Adapun data yang perlu disiapkan untuk sarana koordinasi
dan komunikasi (Pre-Construction Meeting) pertama kali antara
kontraktor, manajer proyek bersama staf tertentu dan pemilik
proyek serta konsultan pengawas/supervisor adalah :

Rencana kerja proyek, meliputi :
14
-
Jadwal pelaksanaan pekerjaan
-
Site plan (project facility plan)
-
Rencana mobilisasi alat, material tertentu, dan tenaga.
-
Metode pelaksanaan pekerjaan (Construction Method =
CM) untuk pekerjaan tertentu.
-
Dan lain-lain yang diperlukan atau sejauh yang diminta
informasinya dari pemilik proyek (via undangan).

Organisasi proyek dengan data personal terpilih secara lengkap.

Time schedule, berupa bart chart atau dengan critical Parh
Method (CPM).

Metode pelaksanaan (Construction Method) terdiri dari :
-
Site Plan (gambar kontur dengan denah lapangan).
-
Data perhitungan kebutuhan alat dan tenaga.
-
Gambar pelaksanaan, gambar kerja dari beberapa pekerjaan
yang harus segera dikerjakan sebagai gambar Bantu untuk
penjelasan pelaksanaan pekerjaan.
-
Uraian singkat tentang urutan pelaksanaan pekerjaan proyek
dengan jelas.

Gambar – Gambar untuk fasilitas lapangan yang lengkap
sehingga pekerjaan fisik dapat segera dikerjakan.

Jaminan bank berupa jaminan pelaksanaan proyek (performance
bond).

Surat kuasa dari direksi (perusahaan) untuk manajer proyek
guna kepentingan penandatanganan dokumen proyek, antara lain
dokumen tagihan (progress billing document).

Surat kuasa dari direksi (perusahaan) untuk pembukaan rekening
dan kepentingan keuangan proyek lainnya atau kepentingan
penerimaan tagihan proyek sesuai prosedur dan policy
perusahaan.

Project Quality Plan (rencana mutu proyek).
15

Project Safety Plan/PSP (rencana K-3 proyek).

Prosedur pelaksanaan pekerjaan (prosedur kerja atau instruksi
kerja).

Rencana Biaya Pelaksanaan Proyek (RBPP) dan Rencana Arus
Kas Proyek (RAKP).

Menyiapkan dan memproses dokumen tagihan uang muka
sesuai jumlah dalam dokumen kontrak pelaksanaan pekerjaan
yang telah ditandatangani bersama antara pemilik proyek dan
kontraktor.

Inventarisasi data sumber daya proyek, meliputi :
-
Peralatan konstruksi,
-
Peralatan umum,
-
Material,
-
Supplier, sub-kontraktor mandor borong, dan
-
Rekanan jasa lainnya.
B. Fase operasional

Pekerjaan pengukuran (surveying)
Pekerjaan ini telah mulai dilaksanakan pada fase persiapan
pekerjaan atau bahkan sebelumnya, namun persetujuan dan
pengawasannya tetap dari pemilik proyek. Yang termasuk
penyelesaian pekerjaan adalah pengukuran, perhitungan, gambar
profile memanjang, cross-section, dan konturnya. Hal itu sangat
menentukan apakah kegiatan pekerjaan fisik yang bersangkutan
dapat dimulai atau tidak.

Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan
Dari hasil evaluasi dan mengingat perlunya pelaksanaan
pekerjaan secara benar, efektif dan ekonomis, maka dokumen
prosedur pelaksanaan pekerjaan dan instruksi kerja harus dibuat
(ada) sebelum pekerjaan yang akan dilaksanakan itu dimulai.

Koordinasi Kerja
16
Manajer proyek dan staf terkait harus segera melakukan
koordinasi kerja dengan pemilik proyek dan konsultan
pengawas.
Tujuannya
untuk
merealisasikan
pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan proposal, metode kerja, jadwal kerja
dan kesepakatan dalam rapat konstruksi dan pengarahan
engineer.

Pelaksanaan tes
Program pelaksanaan tes yang dibutuhkan, antara lain :
-
Tes material yang akan dipergunakan. Misalnya, semen,
pasir, gravel, tanah, besi beton, dan lain-lain.
-
Tes hasil pekerjaan. Misalnya, beton silinder/kubus beton,
untuk mendapatkan rekomendasi yang memenuhi syarat
atas campuran beton dan pelaksanaannya.
-
Tes dilaksanakan selama pekerjaan. Misalnya compaction
test pada timbunan tanah, slump test strength test pada
pengecoran beton. Tes dilaksanakan di lab.

Tindak lanjut terhadap hasil tes yang tidak memenuhi syarat :
-
Diperbaiki
Dengan evaluasi dan prosedur pengecekan atau testing
lanjutan tertentu, pemilik proyek dan konsultan akan
merekomendasikan
apakah
pekerjaan
tersebut
layak
diteruskan, diperbaiki, atau dibongkar sehingga harus
diperbaharui lagi.
-
Dibongkar
Bila hasil evaluasi dan tes lanjutan memberikan nilai yang
tidak memenuhi syarat, maka pekerjaan tidak layak untuk
dilanjutkan sehingga pekerjaan harus dilaksanakan lagi
dengan benar dan memenuhi syarat.
17

Membuat laporan
Membuat laporan bulanan (progress reports) dan laporan
mingguan, harus mengikuti format yang telah ditentukan atau
disetujui oleh pemilik proyek. Data progres fisik yang tercantum
merupakan kemajuan pelaksanaan pekerjaan yang disetujui nilai
batas penyelesaiannya
oleh pengawas
lapangan (direksi
lapangan), yaitu sejauh memenuhi syarat untuk diperhitungkan
dalam progres billing. Untuk pekerjaan yang setengah jadi (dan
mungkin) belum bisa diperhitungkan sebagai progress, dalam
progress reports biasanya disebut Works in Progress (WIP =
pekerjaan sudah dilaksanakan, tetapi belum selesai atau belum
layak diperhitungkan sebagai progress fisik) dan Works in
Process
(WIPC = pekerjaan yang sudah dikerjakan sampai
dengan tahap persiapan pelaksanaan atau sudah mulai
pelaksanaan).
Dalam laporan mingguan maupun bulanan kontraktor pelaksana
membuat laporan tersebut dilapangan agar adanya quantity
control apa yang di rencanakan dengan apa yang dilapangan.
Laporan yang dibuat dilapangan berisi tentang keluar masuk
barang maupun alat yang digunakan serta progress fisik yang
sedang dikerjakan.

Addendum kontrak atau amandemen kontrak

Semua kegiatan harus selaras atau memenuhi persyaratan
klausal dokumen kontrak pekerjaan.
Dokumen kontrak meliputi :
-
Dokumen – perjanjian pelaksanaan pekerjaan
-
Berita acara klarifikasi tender dan berita acara pre-award
meeting
-
Dokumen addendum atau amandemen kontrak
-
Dokumen tender
18
-
Dalam dokumen tender terdapat beberapa syarat administrasi,
diantaranya spesifikasi teknik, syarat khusus dan syarat
tambahan, dan gambar konstruksi.
-
Surat pemberi kerja yang merupakan penjelasan kontrak
Selain itu dalam sebuah kontrak, sekurang-kurangnya harus
memuat ketentuan sebagai berikut :
-
Para pihak yang menandatangani kontrak yang meliputi nama,
jabatan, dan alamat.
-
Pokok pekerjaan yang diperjanjikan dengan uraian yang jelas
mengenai jenis dan jumlah barang/jasa yang diperjanjikan.
-
Hak dan kewajiban para pihak yang terikat di dalam perjanjian.
-
Nilai atau harga kontrak pekerjaan, serta syarat-syarat
pembayaran.
-
Persyaratan dan spesifikasi teknis yang jelas dan terinci.
-
Tempat dan jangka waku penyelesaian atau penyerahan dengan
disertai jadwal waktu penyelesaian.
-
Jaminan teknis atau hasil pekerjaan yang dilaksanakan, dll.
Semua kegiatan proyek akan dimonitor dan diamati oleh direksi
lapangan
(owner’s
(consultant’s
site
site
engineer/supervisor)
superviso
/engineer)
dan
yang
konsultan
mempunyai
kewenangan.
Dalam hal ini kontraktor pelaksana dan konsultan pelaksana
pada proyek ini diawasi dan dimonitori oleh konsultan pengawas.
C. Fase menjelang selesai, masa pemeliharaan, dan penyerahan
proyek.
Fase menjelang selesainya proyek sampai dengan penyerahan
pekerjaan ini sangat dipengaruhi oleh banyak faktor demi suksesnya
pekerjaan akhir suatu proyek. Beberapa kemungkinan negatif yang harus
diperhatikan dan ditindaklanjuti oleh manajer proyek pada fase ini, antara
lain:
19

Adanya perubahan waktu penyelesaian proyek yang biasanya
diajukan karena alasan teknis seremonial atau politis tertentu dari
pemilik proyek.

Pekerjaan finishing atau pekerjaan akhir proyek biasanya sangat
meminta pengerahan banyak tenaga kerja dan tenaga terampil,
termasuk beberapa pihak yang terkait dan berkepentingan atas
penyelesaian pekerjaan akhir pada proyek tersebut.

Lokasi proyek dan koordinasi pengaturan jadwal pelaksanaan
pekerjaan sangat meminta perhatian khusus.
5. Tahap Pemeliharaan (Maintenance)
Pada tahapan ini dilakukan uji kelayakan terhadap produk dari
proyek tersebut. Terkadang tahapan ini juga berjalan beriringan dengan
tahap pelaksanaan fase operasional pelaksanaan proyek. Sehingga pada
tahapan ini lebih menitikberatkan pada pengecekan atau evaluasi
terhadap hasil pekerjaan. Biasanya untuk pemeliharaan dibebankan
kepada pihak kontraktor dalam kurun waktu tertentu biasanya 6 bulan
setelah serah terima atau sesuai dengan perjanjian . Setelah kurun waktu
pemeliharaan selesai, maka untuk pemeliharaan selanjutnya menjadi
tanggung jawab dari pemilik masing-masing.
2.2 Pengadaan Jasa Konstruksi
Jasa konstruksi mempunyai peranan yang penting dalam pembangunan
nasional sehingga penyelenggaraannya perlu diatur dalam rangka untuk
mewujudkan pekerjaan konstruksi yang tertib, dengan hasil pekerjaan konstruksi
yang berkualitas, serta peningkatan peran masyarakat. Semua kegiatan yang
berhubungan dengan jasa kontraktor disesuaikan dengan Perpres No.70 tahun
2012 Tentang Jasa Konstruksi.
Pemilihan penyedia jasa konstruksi yang meliputi konsultan perencana,
konsultan pengawas, dan kontraktor pelaksana oleh pengguna jasa dapat
dilakukan dengan cara :
A. Pelelangan
a. Pelelangan Umum
20
b. Pelelangan Tertutup
B. Pemilihan Langsung
C. Penunjukan Langsung
D. Swakelola
2.2.1 Peraturan Pembangunan dan Standar Referensi
Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti Normalisasi
Indonesia, Standar Industri Konstruksi, dan Peraturan Nasional lainnya. Adapun
Peraturan Pembangunan dan Standar Referensi yang digunakan sebagai dasar
dalam melaksanakan proyek ini adalah sebagai berikut :

SNI 03-6861.1-2002, Spesifikasi bahan bangunan bagian A (Bahan
bangunan bukan logam)

SNI 03-6861.1-2002, Spesifikasi bahan bangunan Bagian B (Bahan
bangunan dari besi/baja)

SNI 03-6861.1-2002, Spesifikasi bahan bangunan Bagian C (Bahan
bangunan dari logam bukan besi

SNI 03 – 6816 – 2002, Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton
Bertulang Indonesia.

SNI 03 – 1729 - 2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk
Bangunan.

SNI 03-1726-2002, Tata cara perencanaan ketahanan gempa bangunan
gedung

Standar Industri Indonesia (SII)

Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI – 1991 dan SK - SNI T –
15 – 1991 - 03.

Peraturan Umum Instalasi Air

Peraturan Pembebanan Indonesia Utuk Gedung 1981

Peraturan Perburuhan di Indonesia (Departemen Tenaga kerja RI)

Peraturan Tentang Keselamtan Tenaga kerja (Departemen Tenaga
kerja RI)
21

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KTSP/1985 tentang
Penanggulangan Bahaya Kebakaran

Peraturan Beton Bertulang Indonesia (NI-2)

Karet spons yang dibentuk dan pengisi sambungan dari gabus untuk
lapisan beton dan konstruksi struktur (AASTHO M 153-70)

Pengendap sambungan beton, tipe elastic yang dituang panas
(AASTHO M173-60)

Jumlah material yang lebih halus dari ayakan 0.075 mm dalam agregat
(AASTHO T 11-78)

Ketidakmurnian organis dalam pasir untuk beton (AASTHO T 21-78)

Kuat Tekan dari contoh beton silindris (AASTHO T 22-74)

Pembuatan dan perawatan contoh untuk pengujian kuat tekan dan kuat
lentur dilapangan (AASTHO T 23-76)

Mutu air yang akan digunakan dalam beton (AASTHO T 26-72)

Abrasi dari agregat kasar dengan menggunakan mesin Los Angeles
(AASTHO T 96-77)

Penentuan Mutu Agregat dengan menggunakan Sodium Sulfat
(AASTHO 104-77)

Gumpalan lembung dari partikel yang dapat pecah dalam agregat
(AASTHO T 112-78)

Pembuatan
dan
perawatan
contoh
untuk
pengujian
beton
dilaboratorium (AASTHO T 126-76)

Pengambilan contoh beton segar (AASTHO T 141-74)
2.2.2 Pengadaan Jasa Kontraktor
Menurut keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2012
Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Metode pengadaan bahan dan jasa dapat dilakukan melalui : pelelangan umum,
pelelangan terbatas, pemilihan langsung, penunjukan langsung dan swakelola.
Selain itu, dalam proses jasa kontraktor, semua kegiatan yang berhubungan
dengan jasa kontraktor disesuaikan dengan keputusan presiden No. 80 tahun 2003,
22
yang mencakup tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang atau jasa
pemerintah. Untuk mencari pelaksana pembangunan proyek ini, pihak owner
menggunakan sistem penunjukan langsung.
Adapun secara rinci mengenai pelelangan akan dijelaskan berikut ini :
1. Pengertian Pelelangan
Berdasarkan Keppres No. 18 Tahun 2012, pengertian pelelangan
adalah serangkaian kegiatan untuk menyediakan barang/jasa dengan
cara menciptakan persaingan yang sehat diantara penyedia barang/jasa
yang setara dan memenuhi syarat, berdasarkan metode dan cara
tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak-pihak yang
terkait secara taat asas sehingga terpilih penyedia terbaik.
Dalam sistem ini terjadi persaingan diantara kontraktor untuk
memenangkan dan mendapatkan proyek. Sehingga para kontraktor
saling menunjukan bonafiditasnya dengan kualifikasi yang sesuai,
cara yang menguntungkan dan wajar.
Pada
sistem
ini
pemborong
yang
berhak
melaksanakan
pembangunan adalah pemborong yang mengajukan harga penawaran
yang wajar atau dapat juga memperhatikan hal-hal yang sifatnya nonteknis seperti relasi, nama baik pemborong, modal, jumlah peralatan
yang dimiliki oleh pemborong.
2. Tujuan Pelelangan
Pelelangan ini dilakukan guna untuk mendapatkan konsultan atau
kontraktor yang memenuhi syarat teknis pelaksanaan, dan dapat
dipertanggungjawabkan serta dapat melaksanakan pekerjaan fisik
pembangunan sesuai dengan kriteria pelelangan tersebut.
3. Jenis-Jenis Pelelangan
A. Pelelangan Terbuka (umum)
Pelelangan
terbuka
(umum)
adalah
pelelangan
yang
dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas
melalui media massa, undangan secara resmi dan atau pada papan
pengumuman
resmi
untuk
penerangan
umum,
sehingga
23
masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan memenuhi
kualifikasi dapat mengikutinya.
Dalam hal metode pelelangan umum atau pelelangan terbatas
dinilai tidak efisien dari segi biaya pelelangan, maka pemilihan
penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan metoda pemilihan
langsung, yaitu pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan
dengan
membandingkan
sebanyak-banyaknya
penawaran,
sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawaran dari penyedia barang/jasa
yang telah lulus prakualifikasi serta dilakukan negosiasi baik
teknis maupun biaya serta harus diumumkan minimal melalui
papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan bila
memungkinkan melalui internet. Pelelangan ini dapat diikuti oleh
banyak kontraktor (± 50 kontraktor) jadi setiap kontraktor yang
lolos prakualifikasi dan telah memenuhi syarat dari bouwheer
dapat mengikutinya.
 keuntungan dari pelelangan umum ini diantaranya :
1. Bouwheer lebih untung karena harga penawaran yang
relative lebih murah.
2. Bebas untuk semua kontraktor sehingga terjaminnya nilai
kompetisi antar kontraktor sangat maksimal sesuai dengan
proyek yang besar.
 Kerugian dari pelelangan umum ini diantaranya :
1. Kualitas pekerjaan kurang terjamin, karena dalam system
tender siapa saja boleh ikut serta dalam tender, sehingga
kemungkinan pengalaman dan bonafiditas kurang terjamin.
2. Pada kontraktor yang berkompeten akan menjadi pesimis
dan segan untuk ikut serta dalam penawaran tersebut,
karena mereka berpendapat terlampau banyak pengikut
yang berspekulasi dan berani memotong harga dalam
penawaran.
24
B. Pelelangan terbatas/tertutup
Pelelangan terbatas/tertutup adalah tender yang dilakukan
melalui surat panggilan kepada rekanan yang telah memenuhi
persyaratan sebagai anggota tender dengan jumlah peserta tidak
boleh kurang dari lima kontraktor dan tidak boleh lebih dari
sepuluh kontraktor. Dalam hal ini jumlah kontraktor yang terlibat
terbatas jumlahnya. Kontraktor dalam system ini biasanya
memenuhi syarat prakualifikasi baik secara teknis maupun
administrasi termasuk modal dari perusahaan.
Jadi pelelangan terbatas ini dilakukan jika ada pekerjaan yang
sifatnya khusus, dalam arti pelaksanaannya memerlukan keahlian
dan pengalaman tertentu yang belum tentu dimiliki oleh setiap
kontraktor lain.
 keuntungan dari pelelangan terbatas ini diantaranya adalah :
1. Bonafiditas dari kontraktor terjamin karena sudah lulus
dalam prakualifikasi
2. Harga bangunan relative cukup, artinya tidak murah dan
tidak juga terlalu mahal. Hal ini karena menggunakan
anggaran biaya direksi sebagai harga baku
3. Pengamatan waktu sangat menguntungkan karena objek
terbatas
4. Hasil pekerjaan akan relative lebih baik karena kualitas dari
kontraktor telah terjamin
5. Adanya
persaingan
antara
kontraktor
yang
lulus
prakulaifikasi sehingga dari segi mutu kontraktor akan lebih
terjamin.
 kerugian dari pelelangan terbatas ini adalah :
1. Kontraktor merasa terikat oleh harga penawaran yang
ditinjau dan berdasarkan tender dari harga terendah. Maka
kemungkinan hasilnya akan menjadi kurang memuaskan
25
dikarenakan kontraktor akan berusaha mencari keuntungan
yang sebesar-besarnya.
2. Pelelangan umum dan terbatas dapat dinyatakan gagal oleh
panitia atau pejabat pengadaan, apabila :

Jumlah penyedia barang atau jasa yang memasukkan
penawaran kurang dari tiga peserta.

Tidak ada penawaran yang memenuhi persyaratan
administrasi dan teknis.

Harga penawaran terendah lebih tinggi dari pada
anggaran yang tersedia.
C. Penunjukan langsung (Tender Bawah Tangan)
Tender bawah tangan adalah suatu metode pengadaan jasa
kontraktor dengan cara mengundang satu kontraktor yang
dianggap memenuhi syarat selanjutnya mengadakan perundingan
dan negosiasi. Metode ini ditempuh hanya karena :

Keharusan mempercepat waktu pekerjaan (tergesa-gesa).

Ingin memilih kontraktor yang paling bonafide.

Adanya kelanjutan pekerjaan terdahulu yang dilaksanakan oleh
kontraktor dengan hasil yang cukup baik.
 Keuntungan tender penunjukan langsung adalah :
1. Kemungkinan hasil akan lebih baik sebab penentuan
kontraktornya lebih terjamin dari segi kualitas dan
bonafiditas.
 Kelemahan dari system tender ini diantaranya adalah :
1. Harga penawaran relative lebih mahal karena tidak adanya
persaingan.
2. Sering terjadi opzet contract (jenis kontrak yang tidak
sesuai
dengan
perjanjian)
atau
collusion
yang
mengakibatkan penolakan pembayaran atau pembatalan
tender.
26
D. Swakelola
Swakelola adalah pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang
direncanakan,
dikerjakan
dan
diawasi
sendiri,
dengan
menggunkan tenaga dan alat sendiri atau upah borongan tenaga.
Pekerjaan konstruksi dengan swakelola dilakukan pada keadaan :
1. Bila pekerjaan tersebut dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi
atau pembiayaannya tidak dapat dilakukan dengan cara
pelelangan atau pemilihan langsung atau penunjukan langsung.
2. Pekerjaan
yang
dihitung/ditentukan
secara
rinci/detail
tidak
dapat
terlebih
dahulu,
sehingga
apabila
dilaksanakan oleh penyedia jasa konstruksi akan menanggung
resiko yang sangat besar.
3. Penyelenggaraan diklat, kursus, penataan, seminar, lokakarya,
atau penyuluhan.
4. Pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) yang
bersifat khusus untuk pengembangan teknologi/metode kerja
yang belum dapat dilaksanakan oleh penyedia jasa konstruksi.
5. Pekerjaan khusus yang bersifat memproses data, perumusan,
kebijakan
pemerintah,
pengujian
di
laboratorium,
pengembangan sistem tertentu dan penelitian oleh perguruan
tingga/lembaga ilmiah pemerintah.
Pada proyek ini, pihak owner menggunakan sistem Penunjukan
Langsung (tender bawah tangan) untuk melaksanakan seluruh
fisik bangunan.
4. Prosedur Pelelangan
Tahapan-Tahapan pelaksanaan pelelangan secara garis besar adalah
sebagai berikut :
a. Undangan lelang dari panitia tender untuk kontraktor.
b. Pengambilan dokumen tender yang terdiri dari :
- Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS)
- Gambar bestek dan gambar detail
27
- Rencana volume pekerjaan BQ (Bill of Quantity)
- Berita acara rapat penjelasan (Aanwijzing) dan semua dokumen
lainnya
yang diperlukan dalam pengajuan penawaran.
c. Aanwijzing.
d. Tinjauan lokasi rencana proyek
e. Penandatanganan berita acara Aanwijzing.
f.
Pemasukan dokumen tender/penawaran.
g. Pembukaan dan evaluasi dokumen tender.
h. Klasifikasi, termasuk didalamnya pengumuman pemenang.
i.
Sanggahan dari peserta tender atau kontraktor.
j.
Pelulusan/penetapan pemenang tender.
k. Penandatanganan surat perintah kerja, dilanjutkan dengan
pelaksanaan oleh kontraktor.
Adapun keterangan dari point-point prosedur pelelangan diatas akan
dibahas secara rinci sebagai berikut :
a) Undangan pelelangan
Undangan pelelangan dilakukan pada kontraktor rekanan sesuai
dengan jenis pelelangan. Dalam undangan pelelangan dicantumkan
tentang :
1. Identifikasi pekerjaan,
2. Tanggal, tempat dan waktu pelelangan,
3. Tempat, batas tanggal dan waktu pemasukan penawaran.
b) Pengambilan dokumen tender
Setelah peserta pelelangan yang memenuhi syarat diundang oleh
panitia
pelelangan,
maka
ia
berhak
untuk
melaksanakan
pengambilan dokumen tender dan mendaftarkan diri sebagai
peserta tender sebelum mengikuti rapat penjelasan. Untuk tanggal,
tempat dan waktu pengambilan dokumen tender sebelumnya sudah
diberitahukan oleh panitia tender.
Dalam tahap ini ada suatu babak yang disebut babak prakualifikasi
yaitu suatu prosedur agar kontraktor berpengalaman dan kompeten
28
saja yang diperbolehkan ikut serta dalam tender, babak kualifikasi
ini meliputi pemeriksaan sumber daya keuangan, manejerial dan
fisik kontraktor yang potensial, dan pengalamannya pada proyek
serupa, serta menilai integritas perusahaan.
c) Aanwijzing
Rapat penjelasan tender atau pre bid conference adalah pertemuan
untuk menjelaskan segala sesuatu tentang pelelangan atau syaratsyarat mengenai tender yang dilaksanakan antara panitia lelang
dengan rekanan yang diundang.
Pada rapat tersebut panitia pelelangan menjelaskan pekerjaan dan
tanggung jawab mengenai pelaksanaan pekerjaan menurut prosedur
dan cara pelelangan beserta syarat-syarat berdasarkan dokumen
tender.
d) Tinjauan lokasi rencana proyek
Tinjauan lokasi ini merupakan kelanjutan dari rapat penjelasan
dengan tanya jawab dilapangan pekerjaan, semua peserta tender
melihat dan mencocokkan data-data yang ada dalam dokumen
tender dengan kondisi fisik lapangan.
e) Penandatanganan berita acara aanwijzing
Bila peserta tender ingin mengetahui dengan rinci mengenai
penjelasan pekerjaan, maka pihak panitia memberikan kesempatan
kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan secara tertulis dalam
jangka waktu tertentu. Hasil jawaban atas pertanyaan tersebut
dituangkan dalam berita acara Aanwijzing, ditandatangani oleh
semua peserta tender, diperbanyak kemudian dibagikan kepada
semua peserta yang diundang. Berita acara penjelasan pekerjaan
tersebut akan merupakan bagian yang mengikat dan tidak dapat
dipisahkan dari dokumen tender.
f) Pemasukan dokumen tender/penawaran
Rekanan yang berhak mengajukan penawaran adalah rekanan yang
telah mengambil dokumen tender dan menghadiri Aanwijzing.
29
Pengajuan penawaran harus mengikuti aturan-aturan yang telah
ditentukan oleh panitia tender.
g) Pembukaan dan Evaluasi Dokumen Tender
Tender segera dibuka setelah berakhirnya waktu yang telah
ditentukan untuk penerimaan penawaran. Ketentuan-ketentuan
pembukaan penawaran dokumen tender adalah sebagai berikut :
1. Pada waktu yang telah ditentukan, panitia menyatakan
dihadapan para peserta tender bahwa pada saat penyampaian
surat penawaran telah ditutup.
2. Setelah saat penyampaian ditutup tidak dapat lagi diterima
surat penawaran, surat keterangan, dan sebagainya dari peserta.
3. Panitia membuka kotak dan sampul/amplop surat penawaran
dihadapan para peserta.
4. Semua surat penawaran dan surat keterangan dibaca dengan
jelas, sehingga terdengar oleh semua peserta dan kemudian
dilampirkan pada berita acara pembukaan surat penawaran.
5. Dari semua surat penawaran yang disampaikan, panitia tender
menyatakan mana yang syah dan mana yang tidak syah serta
mencantumkan dalam berita acara.
6. Kelainan-kelainan dan kekurangan-kekurangan yang dijumpai
dalam surat penawaran dinyatakan pula dalam berita acara.
7. Para peserta yang hadir diberi kesempatan melihat surat-surat
penawaran yang disampaikan kepada panitia.
8. Setelah penetapan dan pembacaan setidaknya surat penawaran
tersebut, panitia segera membuat acara pembukaan surat
penawaran yang memuat hal-hal tersebut di atas keteranganketerangan lainnya.
9. Berita acara setelah dibaca dengan jelas ditandatangani oleh
panitia yang hadir sekurang-kurangnya dua orang wakil dari
para peserta tender.
30
10. Pada berita acara disertakan semua surat penawaran dengan
semua lampirannya dan surat keterangan serta sampul.
h) Klasifikasi
Termasuk didalamnya pengumuman pemenang panitia tender
mengevaluasi harga penawaran yang diajukan oleh pihak
kontraktor dengan mengurut ranking yang penawarannya terendah,
logis dan dapat dipertangggung jawabkan hasil perhitungannya
maka panitia mengumumkan kontraktor tersebut sebagai pemenang
tender.
i) Sanggahan dari peserta tender atau kontraktor
Jika ada peserta tender
yang berkeberatan dengan hasil
pengumuman dari para panitia maka panitia akan mengadakan
acara sanggahan yang merupakan diskusi atau tanya jawab dengan
semua peserta untuk mengadakan penjelasan dari pengumuman
hasil tender tersebut, ditunggu selama satu minggu setelah
pengumuman.
j) Pelulusan atau penetapan pemenang tender
Setelah akhirnya peserta menerima keputusan hasil pengumuman
dengan penjelasan kepada forum sanggahan tersebut di atas maka
panitia membuat surat keputusan yang dilaporkan kepada pimpinan
proyek mengenai penetapan pemenang tender dan diumumkan
pada semua peserta tender.
k) Penandatanganan Surat Perjanjian Kontrak, dilanjutkan dengan
surat perintah kerja (pelaksanaan)
Pihak pimpinan proyek dan kontraktor menandatangani surat
perjanjian kontrak dan surat perintah kerja yang memuat semua
persetujuan-persetujuan yang telah disepakati bersama di atas
materai.
2.2.3 Pengadaan Jasa Konsultan
Dalam pengadaan jasa konsultan pada proyek ini, pihak owner
dibantu oleh kontraktor dan konsultan perencana.
31
2.3 Manajemen Proyek
2.3.1 Manajemen Proyek Konstruksi
Manajemen dan manajemen proyek adalah dua sebutan yang sebenarnya
mempunyai prinsip dan fungsi manajemen yang sama. Keduanya memberikan
arahan agar bertindak sistematis dalam mencapai apa yang telah direncanakan
dengan tepat, efektif, efisien. Manajemen proyek adalah manajemen yang
penerapannya lebih banyak menggunakan pendekatan sarana dan prasarana. Itulah
yang merupakan karakteristik khas proyek sesuai dengan sifat dan ciri khas
proyek.
Fungsi atau peranan manajemen (proses manajemen) adalah sebagai
berikut :

Merencanakan (Planning).

Melaksanakan (Do).

Mengorganisasi (Organizing).

Mengkoordinasi (Coordinating).

Mengendalikan (Controling).

Memimpin (Leading).
Proyek adalah suatu kegiatan yang terorganisasi dengan menggunakan
sumber-sumber yang dijalankan selama waktu tertentu, yang mempunyai titik
awal saat dimulainya kegiatan dan titik akhir yaitu pada saat selesainya seluruh
kegiatan. Pendekatan manajemen proyek menitikberatkan pada hubungan yang
terjalin antara kontraktor, owner, dan pihak-pihak yang terlibat dalam
pembangunan fisik suatu proyek konstruksi. Hubungan antara satu pihak dengan
pihak yang lain dalam suatu manajemen proyek dapat terdiri dari dua hubungan
kerja, yaitu :
1. Hubungan Fungsional
Hubungan fungsional adalah hubungan sesuai dengan fungsi
masing-masing pihak yang terlibat dalam proyek, seperti hubungan
antara konsultan perencana dengan kontraktor. Misalnya pada tahap
desain dimana konsultan perencana berfungsi sebagai perencana,
sedangkan kontraktor belum berfungsi. Demikian pula sebaliknya.
32
Bila pada saat pelaksanaan konstruksi terdapat masalah yang
berkaitan dengan masalah perencanaan, penyelesaian masalah
tergantung pada hubungan kerja sama (kontrak) antara pemilik
dengan perencana dan kontraktor.
2. Hubungan Kontrak
Hubungan kerja sama (kontrak) adalah hubungan berdasarkan
kontrak kerja antara dua pihak atau lebih. Kontrak merupakan
kesepakatan (perjanjian) secara sukarela antara dua pihak yang
mempunyai kekuatan hukum.
2.3.2 Sumber Dana
Sumber dana yang digunakan pada tahap pelaksanaan konstruksi diperoleh
dari owner. Dana pembangunan proyek dikeluarkan atas persetujuan owner yang
digunakan untuk membiayai seluruh pekerjaan.
2.3.3 Jenis Kontrak
Kontrak konstruksi adalah dokumen yang mempunyai kekuatan hukum
yang memuat persetujuan bersama secara sukarela. Kontrak merupakan suatu
kesepakatan (perjanjian) antara kontraktor dengan owner yang mempunyai
kekuatan hukum. Kesempatan ini dicapai setelah satu pihak menerima penawaran
yang diajukan oleh pihak lain untuk melakukan sesuatu yang tercantum dalam
penawaran.
Elemen-elemen kontrak yang mempunyai kekuatan hukum antara lain :

Penawaran yang sudah definitif

Hal-hal yang tidak diterima didalam penawaran

Imbalan atas penawaran
Dalam pengadaan barang atau jasa, kontrak dibedakan atas :
1. Kontrak berdasarkan waktu imbalan
A. Kontrak lump sum
Adalah
kontrak
pengadaan
barang
atau
jasa
atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dengan
jumlah harga yang pasti dan tetap dan semua resiko yang mungkin
33
terjadi
dalam
proses
penyelesaian
pekerjaan
sepenuhnya
ditanggung oleh penyedia barang atau jasa.
B. Kontrak harga satuan
Adalah
kontrak
pengadaan
barang
atau
jasa
atas
penyelesaian seluruh pekerjaaan dalam batas waktu tertentu,
berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan
atau unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang
volume pekerjaaanya
masih
bersifat
sementara, sedangkan
pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas
volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh
penyedia barang atau jasa.
C. Kontrak gabungan lump sum dan harga satuan
Adalah kontrak yang merupakan gabungan lump sum dan
harga satuan dalam satu pekerjaan yang diperjanjikan.
D. Kontrak terima jadi ( Turn Key )
Adalah kontrak pengadaan barang atau jasa pemborongan
atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu
dengan jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh bangunan atau
konstruksi, peralatan dan jaringan utama maupun penunjangnya
dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan kriteria kinerja yang
telah ditetapkan.
E. Kontrak persentase
Adalah Kontrak pelaksanaaan jasa konsultasi di bidang
konstruksi
atau
pekerjaaan
pemborongan
tertentu,
dimana
konsultan yang bersangkutan menerima imbalan jasa berdasarkan
persentase tertentu dari nilai pekerjaan fisik konstruksi atau
pemborongan tersebut.
2. Kontrak berdasarkan jangka waktu pelaksaanaan
A. Kontrak tahun tunggal
Adalah kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana anggaran
untuk masa satu tahun.
34
B. Kontrak tahun jamak
Kontrak tahun jamak adalah kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat
dana anggaran untuk masa lebih satu tahun anggraran yang dilakukan atas
persetujuan oleh menteri keuangan untuk pengadaan yang dibiayai oleh APBD,
Bupati atau Walikota untuk pengadaan yang dibiayai APBD Kabupaten atau kota.
3. Kontrak berdasarkan jumlah pengguna barang atau jasa
A. Kontrak pengadaan tunggal
Kontrak pengadaan tunggal adalah kontrak antara satu unit kerja atau satu
proyek dengan penyedia barang atau jasa tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan
tertentu dalam waktu tertentu.
B. Kontrak pengadaan bersama
Kontrak pengadaan bersama adalah kontrak antara beberapa unit kerja atau
beberapa proyek dengan penyedia barang atau jasa tertentu untuk menyelesaikan
pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu sesuai dengan kegiatan bersama yang
jelas dari masing-masing unit kerja dan pendanaan bersama yang dituangkan
dalam kesepakatan bersama.
2.3.4 Struktur Organisasi Proyek
Dalam suatu pekerjaan konstruksi yang relatif sederhana kemungkinan
besar dapat dilaksanakan dengan atau tanpa adanya suatu wadah atau organisasi,
namun suatu organisasi akan sangat berperan penting dalam mengatur kegiatan
agar satu dengan yang lainnya dapat saling berkomunikasi, mengingat dengan
sekian banyaknya keterlibatan orang-orang yang bekerja dalam berbagai macam
bidang kerja.
Dengan adanya organisasi kerja yang baik dapat terjadi kemungkinan akan
terbentuknya suatu organisasi yang sadar akan hasil yang hendak dicapai yaitu
efisiensi yang tinggi dan tepat waktu, itu pun jika didukung oleh manajemen
proyek yang baik pula. Proses pengorganisasian ini meliputi perincian pekerjaan
dan pengkoordinasian pekerjaan, dan ini terjadi dalam struktur tertentu (Sukanto
Reksohadiprojo,1987 : 11)
Organisasi proyek merupakan wadah kerja yang terdiri dari beberapa
unsur yang saling mengikat satu dengan yang lainnya dan mempunyai hubugan
35
kerja serta tanggung jawab yang jelas dalam pelaksanaan suatu proyek. Tujuan
dari organisasi proyek adalah untuk mempertegas hubungan kerja dalam proses
sehingga dapat dicapai suatu hasil kerja yang diharapkan.
 Beberapa keuntungan dari organisasi, yaitu:
1. Sebagai alat pembagi tugas antara masing-masing yang terlibat dalam
kegiatan,
2. Sebagai koordinasi masing-masing unit kegiatan agar dapat berjalan
dengan lancar,
3. Sebagai alat penempatan tenaga ahli sesuai dengan spesialisasi,
4. Sebagai alat pengawasan pimpinan terhadap bawahan dapat dilakukan
dengan mudah.
Adapun gambaran kerja secara eksternal pada proyek tempat Praktikan
melakukan kerja praktik yaitu sebagai berikut :
Owner
Konsultan Perencana
Konsultan Pengawas
Kontraktor
Sub. Kontrakor
Sub. Kontrakor
Sub. Kontrakor
Bagan 2.2. Diagram gambaran kerja eksternal proyek
Dari bentuk organisasi tersebut terdapat beberapa pihak yang terlibat yang
memiliki tugas dan wewenang sendiri-sendiri, diantaranya :
1. Pemilik / Owner
Pemilik proyek berperan sebagai :

Pemberi tugas (Bouwheer).
36

Penanggung jawab seluruh pembiayaan proyek.

Penyedia lokasi proyek.
Tugas dan wewenang Pemberi Tugas :

Menyediakan tempat untuk lokasi proyek yang akan dibangun.

Penanggung jawab pembiayaan proyek dengan mengusahakan
pembiayaan yang efisien untuk mendapat hasil yang optimal.

Menunjuk konsultan perencana, pengawas, dan pelaksana
(kontraktor)

Mengadakan pelelangan.

Mengeluarkan surat perintah kerja (SPK).

Menyediakan fasilitas-fasilitas umum yang diperlukan untuk
menunjang
lancarnya proyek, seperti listrik kerja, kantor kerja, mushola,
gudang, air kerja dan sebagainya.

Mengawasi pelaksaan proyek dan memberi semua instruksi
kepada tim
pelaksana termasuk persyaratan resmi dan administrasi yang
diperlukan dalam penyelenggaraan pembangunan sesuai dengan
kontrak yang telah disepakati.

Menerima hasil pekerjaan pelaksanaan pembangunan.

Membiayai seluruh pengeluaran dari proses pembangunan proyek
sejak awal hingga akhir.
2. Konsultan (Perencana)
Tugas dan wewenang konsultan perencana :

Menerima tugas dari pemilik atau pemberi tugas.

Persiapan perancangan, meliputi pngumpulan data dan informasi
lapangan, membuat interpretasi secara garis besar terhadap
pedoman persyaratan (term of reference). Konsultasi dengan
pemerintah daerah tingkat II setempat mengenai perijinan
bangunan.
37

Penyusunan rancangan pelaksanaan, meliputi membuat rancangan
arsitektur berikut uraian teknis dan visualisasi dua atau tiga
dimensi bila diperlukan, membuat rancangan utilitas beserta
uraian dan perhitungan strukturnya.

Penyusunan rencana detail, meliputi membuat gambar detail,
meliputi membuat gambar detail, rencana kerja dan syarat-syarat,
membuat rincian volume pekerjaan dan rancangan anggaran baiya
pekerjaan konstruksi.

Persiapan pelelangan, meliputi membantu pemimpin proyek
dalam mempersiapkan dokumen pelelangan, membantu panitia
pelelangan
dalam
menyusun
program
pelelangan
dan
melaksanakan pelelangan.

Membantu
pelelangan
meliputi
:
memberikan
penjelasan
pekerjaan pada waktu pelelangan termasuk dalam menyusun
berita acara penjelasan pekerjaan (Aanwijzing), membantu panitia
dalam melaksanakan evaluasi penawaran, menyusun kembali
pelelangan dan melaksanakan tugas-tugas yang sama bila terjadi
pelaksanaan
pelelangan
ulang,
serta
menyusun
dokumen
pelaksanaan.

Pengawasan berkala meliputi pemeriksaan pelaksanaan pekerjaan
secara berkala, memberikan penjelasan terhadap persoalanpersoalan yang timbul selama masa pekerjaan konstruksi,
menyusun laporan akhir perancangan.
3. Kontraktor (Pelaksana)
 Tugas Pelaksana

Melaksanakan pembangunan proyek sesuai dengan gambar kerja
dan uraian persyaratan yang telah ditetapkan (RKS).

Menentukan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Time Schedule
atau penjadwalan yang didalamnya terdapat kurva S (untuk
mengontrol waktu pelaksanaan pekerjaan), barchart (untuk
38
menyelesaikan satu bagian pekerjaan) dan pedoman pembayaran
angsuran terjamin.

Meneliti dan mempelajari gambar-gambar sebelum melaksanakan
pekerjaan pembangunan.

Menyediakan tenaga ahli yang cukup, mandor-mandor dan tukang
serta pengaturan tugas dan haknya masing-masing agar
pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan baik dan lancar.

Menyusun suatu rencana kerja atau time schedule yang logis dan
rasional sebelum melaksanakan pekerjaan.

Membuat tempat dan gudang untuk menyimpan material
bangunan dan peralatan bangunan.

Menyediakan tempat (direksi keet) tim pelaksana dan proyek
beserta tempat kerja untuk konsultan perencana dan ruang
rapatnya.

Menyusus
laporan
harian
dan
bulanan
yang
berisi
prestasi/progress pekerjaan, jumlah material dan jumlah pekerja
yang dipakai.

Membuat laporan yang kemudian akan diperiksa kebenarannya
oleh pengawas lalu diteruskan kepada pemberi tugas.

Melakukan perbaikan-perbaikan atas kerusakan atau kurang
sempurnanya pekerjaan serta kelalaian pelaksanaan.

Membiayai asuransi untuk pekerja berupa construction all risk
insurance dan accident incurance serta menyediakan P3K untuk
para pekerjanya.

Wajib mentaati dan mengikuti petunjuk dari pengawas maupun
pemberi tugas.

Mengikuti dan mentaati ketentuan-ketentuan dan peraturanperaturan dari daerah setempat mengenai pelaksanaan pekerjaan
pembangunan dan pemburuhan serta keselamatan kerja.
 Koordinasi pelaksana dengan pengawas
39

Pelaksana
harus
menyerahkan
jadwal
pelaksaan
kepada
pengawas.

Menyerahkan perkiraan tahap pelaksanaan.

Mengkoordinasi
organisasi
pelaksanaan
kepada
pengawas
sehingga pengawas dapat meneliti kemajuan-kemajuan proyek
dan memberikan petunjuk.

Pengawas harus berani menegur pelaksana apabila terjadi suatu
penyimpangan atau kekeliruan di lapangan.
 Koordinasi Pelaksana dengan Pekerja

Tim pelaksana wajib memelihara kesejahteraan pekerja.

Menyediakan P3K untuk pekerja.

Wajib
menganjurkan
untuk
memelihara
kebersihan
dan
keselamatan kerja.
Pelaksanaan suatu proyek dapat berjalan lancar dan sesuai dengan jadwal
yang telah ditetapkan apabila dibuat suatu pembagian tugas yang jelas antara
manajer proyek, kepala pelaksana, pelaksana, kepala tukang dan pekerja oleh
kontraktor pelaksana itu sendiri.
Tugas dan wewenang pihak-pihak yang terlibat dalam struktur organiasi
pada proyek adalah sebagai berikut :
A. Direktur/Project Manager
Direktur/project manager adalah kepala proyek yang mendapat
tugas dari pemilik untuk merencanakan proyek sesuai dengan
permintaan pemilik, baik dari segi konstruksi maupun arsitekturnya.
Tugas dan Wewenang PM antara lain adalah:
 Sebagai pimpinan dari seluruh staf proyek.
 Menentukan time schedule dan network planning, serta
mengontrol schedule dan budget selama pelaksanaan proyek.
 Memimpin dan mengarahkan untuk kegiatan pelaksanaan
proyek.
40
 Memacu dan memotivasi tenaga-tenaga staf proyek agar
biasa bekerja sesuai dengan rencana.
 Mengadakan hubungan dan pendekatan-pendekatan secara
positif terhadap masyarakat sekitar dan penguasa setempat
maupun konsultan / pemberi tugas agar bisa mendukung
kelancaran proyek.
 Mengerahkan kegiatan sub kontraktor / pemasok dalam
pelaksanaan proyek.
 Mengkoordinir seluruh kegiatan pelaksanaan proyek agar
sesuai dengan perencanaan awal.
 Selalu mengusulkan dan mencari alternative metode kerja
yang lebih baik untuk menyelesaikan pekerjaan.
 Aktif dalam rapat yang diselenggarakan oleh konsultan /
pemberi
tugas
dan
mengusulkan
hal-hal
yang
menguntungkan perusahaan.
 Mengkoordinir dan memonitor persediaan alat, bahan dan
tenaga sesuai dengan perencanaan.
 Melakukan pengecekan kegiatan pengusulan dan pemakaian
bahan.
 Memimpin dan mengarahkan kegiatan penyusunan cash flow
secara rutin dan pendistribusian biaya.
 Melakukan pengecekan kegiatan penggunaan keuangan
proyek.
 Mencatat semua hasil pekerjaan yang telah dilakukan atau
dilaksanakan.
 Memantau dan mengerahkan proses kegiatan pekerjaan
proyek guna mendapatkan hasil yang ditetapkan.
 Memimpin rapat koordinasi lapangan.
 Bertanggung jawab penuh atas berhasil atau tidaknya
pelaksanaan proyek.
41
B. Wakil Direktur/Wakil Project Manager
Adalah wakil kepala proyek yang bertugas membantu dan
melaksanakan tugas/pekerjaan kepala proyek.
Tugas dan wewenang wakil direktur antara lain adalah :
 Membantu
dan
melaksanakan
tugas/pekerjaan
Project
Manager
 Bertanggung jawab penuh atas berhasil atau tidaknya
pelaksanaan proyek.
C. Pelaksana
Seorang pelaksana dapat membawahi beberapa proyek, sedangkan
pelaksanaannya dilapangan diserahkan pada seorang wakil pelaksana
pelaksana.
Tugas dari seorang pelaksana antara lain adalah :
 Bertanggung jawab atas terlaksananya semua keberhasilan
proyek yang dipimpin,
 Mengawasi pelaksanaan pekerjaan di lapangan secara
periodik supaya tidak terjadi penyimpangan,
 Menentukan time schedule dan budget selama pekerjaan
proyek,
 Bersama Site Engineering dan Pelaksana membuat Rencana
Anggaran Proyek (RAP),
 Memimpin rapat rutin.
D. Wakil Pelaksana
Wakil pelaksana bertugas melaksanakan perintah dari ketua
pelaksana, dimana wakil ketua pelaksana bertugas langsung
dilapangan untuk mengawasi dan memberi instruksi pada mandor
yang ada dilapangan.
E. Administrasi dan Keuangan
Tugas dan tanggung jawab administrasi dan keuangan adalah :
 Mengatur dan menyiapkan arsip-arsip proyek secara teratur.
42
 Menentukan pembiayaan yang dibutuhkan untuk setiap
kegiatan dalam rangka mencapai hasil pembangunan.
 Menentukan arus pembayaran (cast flow) setiap periode
waktu tertentu berdasarkan jadwal waktu kegiatan yang telah
tersusun.
 Menuangkan hasil penyusunan anggaran keuangan ke dalam
daftar usulan proyek dengan mengelompokan pembiayaan
dalam beberapa jenis pengeluaran sebagai berikut :
pengeluaran gaji dan upah, pengeluaran keperluan bahan,
pengeluaran
peralatan
dan
mesin,
pengeluaran
biaya
konstruksi, pengeluaran biaya perjalanan dan pengeluaran
lainnya.
 Mengurus perijinan : Depnaker, Astek, PLN, Telepon,
PDAM, dsb.
 Mengurus seluruh administrasi umum.
F. Logistik
Tugas dan wewenang dari logistik diantaranya adalah :
 Mencari material yang sesuai dengan spek dan harganya
murah,
 Membuat bon permintaan barang dan alat,
 Melakukan pencatatan terhadap seluruh barang yang masuk
dan keluar,
 Membuat laporan barang masuk, barang keluar, sisa barang,
mutasi barang dan time sheet.
G. Mandor
Tugasnya
adalah
mengkoordinir
kepala
tukang
untuk
menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh pelaksana. Dalam suatu
proyek terdapat beberapa kepala tukang seperti tukang kayu, besi,
batu.
43
H. Kepala Tukang
Kepala tukang bertugas menjalankan tugas dari mandor, dan
mengkoordinir pekerja sesuai dengan pekerjaan yang digelutinya
serta menginstruksikan benar salahnya pekerjaan kepada pekerja
yang dibawahinya.
4. Pengawas
Adapun kewajiban dari pihak pengawas adalah sebagai berikut:
 Mengendalikan kegiatan proyek
 Mengkoordinasikan kegiatan kontraktor, konsultan perencana
serta kegiatan yang menjadi tanggung jawab proyek dalam hal
pengendalian waktu, biaya, dan kualitas pekerjaan.
 Menyediakan tenaga-tenaga yang mampu dilapangan untuk
pengendalian proyek.
 Membuat jadwal dan pelaksanaan pertemuan antar pemilik
proyek dan konsultan pengawas untuk membahas masalahmasalah sebelum memulai pelaksanaan serta rencana pekerjaan
selanjutnya.
 Mengendalikan jadwal keseluruhan proyek untuk mencapai
sasaran.
 Membuat laporan ringkas dari hasil pengawasan dilapangan
termasuk perubahan jadwal.
 Mengendalikan Biaya
 Melaksanakan pengawasan secara teratur terhadap anggaran
biaya pelaksanaan yang telah disetujui dan mengestimasi
anggaran biaya yang belum dilaksanakan.
 Merekomendasikan
perubahan-perubahan
kerja
yang
ditentukan pemilik proyek dan konsultan perencana serta
mengadakan kesepakatan kembali pada kontraktor.
 Pengawasan dan pemeriksaan
 Mengawasi pekerjaan kontraktor agar sesuai dengan dokumen
kontrak.
44
 Melindungi pemilik proyek terhadap kerusakan-kerusakan dan
kerugian lain akibat pelaksanaan.
 Memerintahkan kontraktor untuk menghentikan pekerjaan dan
melakukan pengujian khusus jika dikehendaki.
 Mengawasi dan meneliti kemajuan pekerjaan pelaksanaan
konstruksi fisik dari segi kualitas dan kuantitas bahan
bangunan dengan hasil pekerjaan sesuai dengan isi Rencana
Kerja dan syarat-syarat (RKS).
 Mengawasi para pekerja dan hasil pekerjaannya dengan
ketepatan waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
 Mengawasi dan meneliti perubahan dan penyesuaian yang
terjadi selama proses pelaksanaan konstruksi berlangsung.
 Menyusun berita acara mengenai kemajuan pekerjaan untuk
keperluan terjaminnya penyelesaian dan penyerahan pekerjaan
konstruksi.
 Menyusun daftar keuangan dalam waktu pemeliharaan serta
penyerahan bangunan.
 Bertanggung jawab terhadap pemberi tugas atas pengawasan
pekerjaan.
 Koordinasi Pekerjaan dan Penjelasan pekerjaan
 Berkonsultasi dengan pemilik proyek dan konsultan perencana
bila timbul masalah yang berkenaan dengan tafsiran tim
pelaksana terhadap dokumen kontrak.
 Menyiapkan hal-hal yang belum terpenuhi dari dokumen
kontrak, membuat jadwal perbaikan dan mengawasi pekerjaan
lebih lanjut.
 Mencatat dan melaporkan perkembangan proyek.
 Menyimpan catatan harian mengenai masalah-masalah yang
muncul dari pemilik proyek dan konsultan perencana.
2.4 Sistem Koordinasi dan Pengendalian Proyek
45
2.4.1 Sistem Koordinasi Proyek
Selain mengadakan pengawasan secara langsung di lapangan, untuk
mendapatkan hasil yang maksimal seperti yang diharapkan, maka perlu adanya
koordinasi dari tiap komponen yang terlibat di dalam proyek tersebut.
Dalam sistem koordinasi proyek dibutuhkan suatu rapat konstruksi dan
rapat koordinasi. Dimana rapat konstruksi dan rapat koordinasi eksternal adalah
wadah, media, komunikasi dan koordinasi antar anggota tim manajemen proyek
yang terdiri dari pemilik proyek/owner, konsultan perencana, konsultan
pengawas/MK, dan kontraktor atau pihak lain yang berkepentingan dengan materi
rapat tersebut dalam rangka penyelesaian pelaksanaan proyek.
 Rapat konstruksi, meliputi:
1. Biasanya dilakukan sekali setiap bulan atau tergantung kebutuhan
dan kepentingan,
2. Biasanya dilakukan di tempat pemilik proyek atau di kantor
proyek,
3. Rapat formal,
4. Undangan resmi diberikan,
5. Materi yang dibahas sudah tertentu,
6. Peserta membawa data dan alternative usulan pernyelesaian
masalah proyek, rencana kerja proyek berikutnya, dan sebagainya.
Keputusan merupakan kesepakatan bersama dari partisipan rapat
dan dituangkan dalam berita acara rapat, dan
7. Rapat dipimpin/diketuai oleh pemilik proyek (atau pemimpin
proyek/manajer proyek/manajer konstruksi.
 Rapat koordinasi, meliputi:
1. Biasanya dilaksanakan sekali setiap minggu atau tergantung
kebutuhan dan kepentingan,
2. Biasanya dilaksanakan di tempat pemilik proyek atau di kantor
proyek,
3. Rutin, tanpa undangan resmi, cukup pemberitahuan langsung,
46
4. Materi yang dibahas sekitar rencana kerja, kesiapan sumber daya,
kemajuan pekerjaan, laporan kemajuan pekerjaan, dan hal–hal yang
berhubungan dengan kelancaran operasional pelaksanaan proyek,
5. Biasanya dilakukan dengan suasana informal dan terencana,
6. Peserta siap membawa data dan materi usulan,
7. Melaksanakan
koordinasi
yang
perlu
untuk
mendapatkan
penyelesaian bersama, dan
8. Rapat dipimpin oleh koordinator pelaksana lapangan atau site
engineer dari pemilik proyek.
2.4.2 Sistem Pengendalian Proyek
Pengendalian adalah suatu kegiatan yang memonitor kemajuan dan
pengambilan tindakan yang tepat serta untuk menjamin penyesuaian hasil kerja
secara factual tentang rencana program dan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan dan tindakan-tindakan kolektif terhadap penyimpangan.
Dalam proyek yang sangat besar diperlukan sistem pengendalian
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan target yang telah ditetapkan pada
pelaksanaan proyek. Dalam penerapannya sistem ini membandingkan hasil usaha
yang telah dicapai dalam kurun waktu tertentu terhadap target usaha yang telah
ditentukan dalam perencanaan proyek.
Agar lebih jelasnya dapat dilihat bagan langkah-langkah pengendalian
proyek, seperti di bawah ini :
47
Pemeriksaan Kegiatan Untuk Menghindari Penyimpangan
Rencana
Pengorganisasian
Proyek
Pelaksanaan
 Pengukuran
 Evaluasi
 Perbandingan
kinerja terhadap
rencana
Proyek
Analisis Penyimpangan
Tindakan Koreksi
Proyek Berhasil
Pengendalian proyek :
Pencapaian
Bagan 2.3. Bagan Langkah-Langkah Pengendalian Proyek
Adapun fungsi dari pengendalian proyek yakni sebagai berikut :
1.
Sebagai alat ukur evaluasi terhadap pelaksanaan pekerjaan dan
sekaligus berfungsi menemukan data-data selanjutnya, dan
2.
Memonitoring secara teratur dalam pekerjaan fisik berjalan sekaligus
sebagai kegiatan kolektif untuk menghindari penyimpangan.
Untuk mempermudah pengendalian dan penyelesaian permasalahan yang
mungkin timbul selama masa pelaksanaan proyek tersebut berlangsung, maka
diberlakukan sistem pengendalian proyek. Sistem ini terdiri atas :
1.
Pengendalian Administrasi
Pengendalian ini meliputi masalah laporan perkembangan yang
sedang berjalan yaitu :
a. Laporan Harian
Laporan harian adalah laporan yang dibuat setiap hari kerja
yang menyangkut masalah tenaga kerja, alat-bantu yang dipakai,
jenis pekerjaan yang sedang dilaksanakan dan juga untuk
mengetahui kesulitan-kesulitan yang terjadi selama proyek tersebut
dilaksanakan.
48
b. Laporan Mingguan
Laporan mingguan adalah laporan yang dibuat setiap satu
minggu kerja, yang memuat evaluasi pekerjaan dalam satu minggu,
kemajuan pekerjaan dan rencana kerja satu minggu kedepan.
2.
Pengendalian Pelaksanaan
a. Pengendalian biaya
Pengendalian biaya adalah pelaksanaan proyek adalah semua
upaya yang dilakukan oleh seluruh staf proyek (manajer proyek
dan staf) dan perusahaan, agar biaya pelaksanaan proyek menjadi
wajar, murah, efisien, sesuai dengan rencana dan atau evaluasi
yang telah dilakukan.
Pengendalian biaya pelaksanaan proyek terkait erat dan sangat
dipengaruhi oleh :
 Pengendalian
waktu
pelaksanaan
proyek
(efek
dari
penambahan biaya tidak langsung)
 Pengendalian mutu dan hasil pelaksanaan proyek (efek dari
pekerjaan ulang, finishing, pembongkaran, dan lain-lain yang
harus menambah biaya lagi, yaitu biaya langsung maupun
tidak langsung)
 Pengendalian sistem manajemen operasional proyek yang
bersangkutan, yang kurang baik atau tidak konsisten dalam
pelaksanaan/penerapannya (efek penambahan biaya karena
inefektivitas dari cara dan sistem kerja dan inefisiensi realisasi
biaya pekerjaan dari yang seharusnya direncanakan).
Tujuan atau dalam arti khusus pengendalian biaya proyek adalah tindakan
dan penerapan sistem manajemen operasional pelaksanaan proyek yang secara
khusus mengarah kepada tercapainya biaya pekerjaan (proyek) yang wajar, murah
dan efisien. Untuk mencapai hal itu dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :
 Cara langsung :

Melakukan peninjauan dan menentukan pilihan atas harga
material, alat (sewa atau beli), upah kerja atau borong kerja,
49
dan pekerjaan yang memenuhi syarat kebutuhan, wajar, murah
dan efisien bagin pekerjaan dan proyek yang bersangkutan.

Melakukan seleksi atas penawaran harga dari supplier, sub
kontraktor, dan borong kerja untuk mendapatkan harga yang
efisien dan memenuhi syarat serta kebutuhan.

Melakukan prioritas pemberian dana operasional proyek.

Melakukan prioritas atas stock barang dan persetujuan atas
permintaan (pemakaian) barang yang diperlukan. Tujuannya
adalah terutama untuk menghindari stock barang dan „idle
process’-nya material di proyek.
 Cara tidak langsung :

Melalui laporan, evaluasi laporan hasil usaha proyek dan
laporan lainnya.

Melakukan seleksi terhadap rekanan usaha proyek atau
pembuatan vendor list terhadap supplier, sub kontraktor, dan
bos borong, serta rekanan jasa yang memenuhi syarat
kebutuhan proyek.
Tujuan atau dalam arti luas pengendalian biaya proyek adalah tindakan
yang lebih tepat disebut sebagai pengendalian operasional pelaksanaan proyek.
Dengan kata lain, tindakan dan sistem manajemen operasional pelaksanaan
proyek yang dilaksanakan sebagai langkah antisipasi dan pencegahan terhadap hal
– hal yang secara luas mempengaruhi tercapainya nilai biaya pekerjaan (proyek)
yang wajar, murah dan efisien. Cara yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut
dilakukan dengan cara :
 Cara langsung

Peninjauan

pemeriksaan

pengawasan dan

audit.
50
 Cara tidak langsung :
 Dokumen proyek , melalui :
-
Rencana Biaya Pelaksanaan Proyek (RBPP),
-
Rencana Arus Kas Proyek (RAKP),
-
Adanya Dokumen kontrak dan technical specification, dan
-
Prosedur kerja dan instruksi kerja.
 Laporan – laporan proyek :
-
Laporan harian,
-
Laporan mingguan,
-
Laporan bulanan, dan
-
Foto – foto dokumentasi beberapa pekerjaan penting.
Dalam pengendalian biaya harus memperhatikan segi mutu, kuantitas, dan
harga satuan untuk unsur biaya utama, sehingga untuk memeriksa setiap unsur
rancangan selalu dalam batas rencana biaya.
Semua kejadian yang mempengaruhi biaya harus dicatat dan harus
mencakup informasi sebagai berikut :
 Pemeriksaan biaya yang disiapkan selama tahap perancangan,
 Kontrak dengan konsultan, kontraktor, pemasok, dan
organisasi lainnya,
 Perkiraan perubahan biaya akibat gangguan pekerjaan yang
direncanakan, dan
 Kualitas aktual dengan rencana flukturisasi harga.
Proyek pembangunan Hotel Batara Bandung ini sepenuhnya dibiayai oleh
owner. Pembayaran dilakukan secara berangsur-angsur sesuai dengan progress
fisik pekerjaan. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar tidak terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan yang dilakukan oleh pihak pemborong / kontraktor. Pada waktu
pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus mengerjakan seluruh pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan kontrak sampai selesai dan setiap
pekerjaan berfungsi dengan baik tanpa ada penambahan biaya kecuali apabila ada
pekerjaan tambah kurang.
51
b. Pengendalian mutu
Mutu adalah karakteristik dari suatu barang atau jasa yang menunjukan
kemampuan dalam memuaskan kebutuhan pelanggan (Owner), baik yang
dinyatakan maupun yang tersirat.
Dalam kontrak pelaksanaan pekerjaan antara kontraktor dan pemilik
proyek, mutu yang diinginkan tercantum dalam dokumen, misalnya :
 Gambar konstruksi dan gambar kerja proyek,
 Spesifikasi administrasi dan teknik proyek (pekerjaan), serta
 Termasuk contoh material dan mock-up.
Dalam praktek ada beberapa istilah yang berhubungan dengan mutu, yaitu:
 Kebijakan mutu yaitu keseluruhan maksud dan tujuan
organisasi yang berhubungan dengan mutu, yang secara formal
dinyatakan oleh pimpinan puncak,
 Sistem mutu yaitu meliputi struktur organisasi, prosedur kerja,
proses, dan sumber daya yang diperlukan untuk menerapkan
manajemen mutu,
 Jaminan mutu yaitu seluruh kegiatan yang terencana dan
sistematik,
yang
diterapkan
dalam
sistem
mutu,
dan
diperagakan sesuai dengan kebutuhan,
 Manajemen
mutu
yaitu
seluruh
kegiatan
dan
fungsi
manajemen yang menerapkan kebijakan mutu, sasaran dan
tanggung jawab dan penerapannya di dalam perencanaan,
pengendalian, jaminan, dan peningkatan mutu, serta
 Sasaran mutu, yaitu bisa berarti mencapai, memelihara, dan
mengupayakan perbaikan secara berkesinambungan atas mutu
produk, sehubungan dengan tuntutan mutu, serta memperbaiki
mutu operasinya untuk memenuhi kebutuhan yang tersurat
dan tersirat dari pelanggan dan stake holder yang terkait.
Pengendalian mutu dalam tahapan pembangunan dilaksanakan
oleh pengawas lapangan dalam hal ini tim MK. Pengawas lapangan
52
bertanggung jawab agar kegiatan harian kontraktor memberi hasil
akhir sesuai dengan spesifikasi kontrak. Misalnya dengan cara
memeriksa bahan yang digunakan di laboratorium.
c. Pengendalian waktu
Pengendalian waktu memberi gambaran yang menunjukan hubungan
antara waktu yang tersedia dengan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
suatu proyek. Setiap rencana gambar, spesifikasi waktu harus dapat dianggap
sebagai media untuk mengkomunikasikan informasi proyek secara efisien dan
efektif bagi setiap pihak yang terikat dalam suatu proyek.
Data kemajuan pelaksanaan fisik proyek merupakan fungsi waktu, dan
tindakan monitoring atas waktu pelaksanaan proyek merupakan tindakan
pengendalian setelah diikuti dengan tindakan pencegahan atau perbaikannya,
sehingga tidak terjadi lagi keterlambatan. Dalam merencanakan skala waktu
proyek dapat ditinjau dari dua sudut pandang yang berbeda, yaitu :
 Membuat seperangkat perkiraan-perkiaran waktu dan dari
perkiraan ini akan diramalkan waktu untuk menyelesaikan
proyek, dan
 Menetapkan waktu penyelesaian proyek terlebih dahulu,
kemudian waktu tersebut didistribusikan ke masing kegiatankegiatan dengan berbagai perkiaraan.
Faktor penghambat kemajuan atau progress pelaksanaan
proyek, sangat banyak macamnya, antara lain :
 Delivery time sumber daya kebutuhan proyek terlambat sampai
di site/proyek,
 Salah penafsiran atas spesifikasi dalam pelaksanaannya,
 Salah memilih metode pelaksanaan pekerjaan,
 Salah pengertian dalam koordinasi antara petugas yang
bertanggung jawab dan petugas yang terkait dalam pekerjaan
tersebut,
53
 Mudah atau tidaknya mendapat material yang akan digunakan,
karena hal ini akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian
volume pekerjaan,
 Adanya gangguan di luar jangkauan estimasi/perhitungan teknis
(kondisi alam/medan kerja, cuaca),
 Musibah dan atau bencana alam.
 Pengendalian tidak berjalan dengan semestinya, san
 Hal-hal lain yang sifatnya insidentil atau dari pihak owner
menginginkan adanya perubahan terhadap bentuk / konstruksi
bangunan.
Untuk memperoleh jadwal waktu pelaksanaan proyek yang ideal yaitu
dengan cara : rencana waktu yang telah disusun secara matang dilaksanakan
dengan bekerja sama, kompak antara semua pihak yang terlibat yang akan
berperan dalam pelaksanaan proyek dengan pikiran-pikiran yang handal dan logis.
Pengendalian waktu pelaksanaan proyek dilakukan dengan menggunakan
alat bantu yaitu jadwal pelaksanaan Bart chart schedule dan kurva S sebagai
indikator terlambat/tidaknya proyek dan formulir-formulir pengendalian jadwal
yang lebih rinci, masing-masing untuk bahan,alat, maupun sub kontraktor. Bart
chart schedule juga memuat rencana pelaksanaan pekerjaan (time schedule) yang
merupakan alat pengatur aktivitas dalam suatu proyek yang nantinya akan dapat
rentang waktu pelaksanaan proyek. Secara garis besar fungsi time schedule adalah
untuk :
 Pedoman bagi kontraktor untuk melakukan evaluasi pekerjaan
yang telah diselesaikan,
 Pedoman bagi kontraktor untuk mengetahui apakah metode
pelaksanaanya sudah baik atau perlu diperbaiki lagi, dan
 Pedoman
bagi
kontraktor
untuk
mengatur
kecepatan
pelaksanaan proyek.
Faktor–faktor yang harus dipertimbangkan untuk membuat
jadwal pelaksanaan proyek , diantaranya :
54
 Kebutuhan dan fungsi proyek tersebut,
 Keterkaitannya dengan proyek berikutnya ataupun kelanjutan
dari proyek sebelumnya,
 Alasan sosial politis lainnya, apabila proyek tersebut milik
pemerintah,
 Kondisi alam dan lokasi proyek,
 Keterjangkauan
lokasi
proyek
ditinjau
dari
fasilitas
perhubungannya,
 Ketersediaan dan keterkaitan sumber daya material, peralatan,
dan material pelengkap lainnya yang menunjang terwujudnya
proyek yang bersangkutan,
 Kapasitas atau daya tampung area kerja,
 Produktivitas sumber daya, peralatan proyek, dan tenaga kerja
proyek,
 Cuaca, musim, debit banjir, skala gempa tahunan, dan lain-lain.
 Referensi
hari
kerja
efektif
(pekerjaan)
dengan
mempertimbangkan hari–hari libur nasional, daerah, dan hari–
hari keagamaan, serta adat setempat dimana proyek berada.
Time schedule ini biasanya dilengkapi dengan kurva S atau S Curve, yaitu
suatu kurva yang memperlihatkan lamanya pekerjaan dengan bobot pekerjaan.
Adapun kegunaan dari kurva S diantaranya adalah :
 Pengarahan penilaian atas progress pekerjaan,
 Sangat membantu seorang perencana proyek dalam memberikan
indikasi dan koreksi pertama pada jadwal yang kita buat,
 Sebagai alat kontrol untuk membandingkan prestasi kerja dan
jadwal yang telah direncanakan sebelumnya,
 Untuk menjelaskan prestasi kerja yang telah dicapai oleh
kontraktor, dan
 Untuk mengatur distribusi kerja yang baik yaitu pekerjaan
semakin meningkat ketengah.
55
 Man Power Schedule
Man power schedule merupakan pengaturan seluruh
karyawan
yang terlibat
dalam
proyek tersebut.
Dalam
aplikasinya di lapangan man power schedule merupakan alat
untuk menjaga agar tenaga kerja yang digunakan lebih efektif
dan efisien. Sehingga untuk mengatur tenaga kerja diperlukan
koordinator dalam hal ini mandor pada setiap pekerjaan. Tenaga
kerja yang akan bekerja atau dibutuhkan di catat pada setiap hari
pada waktu pagi hari sebelum pekerjaan dimulai yang
dilaporkan oleh mandor masing – masing.
 Material Schedule
Material schedule diadakan untuk mengatur material yang
akan digunakan dalam suatu proyek. Material schedule ini
dibuat berdasarkan time schedule yang direncanakan. Dalam
aplikasinya di lapangan, time schedule merupakan alat
pengendali material sehingga diharapkan antara material yang
diperlukan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan tidak akan
terjadi kesenjangan, bahkan diupayakan dalam penyimpanan
material supaya lebih teratur dan efektif, begitu pula dalam
pengiriman material akan lebih terkontrol. Dalam hal ini
praktikan mengamati terjadi adanya perlambatan bahan tulangan
besi, sehingga untuk mempercepat pekerjaan dilakukan dengan
mengganti diameter tulangan yang ada (dengan diameter yang
lebih besar).
2.5 Manajemen Konstruksi dan Manajemen Proyek Pembangunan Hotel
Batara Bandung
2.5.1 Manajemen Konstruksi Pembangunan Hotel Batara
A. Dalam proses pembangunan Hotel Batara Bandung Konstruksi ( MK )
digunakan sebagai suatu system atau metode/pendekatan, disini
pengelolan proyek didasarkan pada system metode konstruksi, mulai
dari
perencanaan,
perancangan
maupun
pengadaan
dan
56
pelaksanaannya, sehingga diperoleh perancangan dan pelaksanaan
proyek yang optimal.
B. Manajemen konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek.
Pengelolaan proyek dengan sistem MK, disini mencakup pengelolaan
teknis operasional proyek, dalam bentuk masukan-masukan atau
keputusan yang berkaitan dengan teknis operasional proyek konstruksi,
yang mencakup seluruh tahapan proyek, mulai dari persiapan,
perencanaan, perancangan, pelaksanaan, dan penyerahan proyek.
2.5.2 Tahapan Proyek Konstruksi
A. Tahapan Pengembangan Konsep
Pengembangan konsep pembangunan Hotel Batara Bandung,
dilakukan oleh PT. Batara Puri Asri.
B. Tahapan Pengadaan/Pelelangan/Tender (Procurenment)
Dalam pelaksanaan pembangunan proyek pembangunan Hotel
Batara Bandung, owner selaku pemilik proyek turun langsung sebagai
konsultan perencana dan konsultan pengawas. Proses pencarian
kontraktor dengan cara melakukan tender (pelelangan) secara terbatas
dan terpilih PT.Mitra Bangun Prima (MBP) sebagai kontraktor. Untuk
metode yang digunakan yaitu dengan metode lump sump.
C. Tahapan Perencanaan (Planning)
Untuk tahapan perencana owner memberikan perencanaan struktur,
arsitektur, mekanikal elektrikal, sanitasi dan yang lainnya kemudian
diserahkan kepada PT. Mitra Bangun Prima (MBP).
D. Tahap Pelaksanaan (Construction)
Pada tahap ini, pihak yang berperan utama yaitu kontraktor PT.
Mitra Bangun Prima sebagai pelaksana proyek.
Fase-fase pelaksanaan proyek pembangunan Hotel Batara Bandung
yaitu:
1. Fase persiapan
Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini terutama adalah
melakukan pengadaan sarana dan prasarana pelaksanaan fisik
57
proyek dan kegiatan administrasi yang diperlukan selama
operasional pelaksanaan proyek. Persiapan sarana dan prasarana
meliputi pembuatan dokumen (administrasi) keperluan operasional
pelaksanaan proyek, dan pekerjaan fisik, seperti pembangunan
jalan masuk, jalan kerja , bangunan fasilitas, kantor proyek, dan
lain-lain.
2. Fase operasional

Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan

Koordinasi Kerja

Pelaksanaan tes

Tindak lanjut terhadap hasil tes yang tidak memenuhi syarat

Membuat laporan
3. Fase menjelang selesai, masa pemeliharaan, dan penyerahan
proyek
Fase menjelang selesainya proyek sampai dengan penyerahan
pekerjaan ini dipengaruhi oleh banyak faktor demi suksesnya
pekerjaan akhir suatu proyek. Ada Beberapa faktor negatif yang
harus diperhatikan dan ditindak lanjuti oleh manajer proyek pada
fase ini, antara lain karena adanya perubahan waktu penyelesaian
proyek yang biasanya diajukan karena alasan teknis seremonial.
Dalam proyek ini PT Mitra Bangun Prima sebagaimana
mengerjakan pekerjaan proyek Tahap 1 yang tercantum dalam
kontrak yang telah disepakati. Dalam pelaksanaannya, kontraktor
diawasi oleh konsultan pengawas sebagai quality control dalam
proyek konstruksi. Dalam proyek pembangunan Hotel Batara
Bandung yang bertindak sebagai sebagai konsultan pengawas
adalah dari PT. Batara Puri Asri.
58
2.6. Tahap Pemeliharaan (Maintenance)
Pada tahapan ini menitik beratkan pada pengecekan atau evaluasi terhadap
hasil pekerjaan. Untuk pemeliharaan dibebankan kepada PT. Batara Puri Asri
dalam kurun waktu 1 tahun sesuai dengan perjanjian.
2.6.2 Manajemen Proyek Pembangunan Hotel Batara Bandung
Manajemen proyek Hotel Batara Bandung menitik beratkan pada
hubungan yang terjalin antara owner, konsultan Perencana, kontraktor dan pihakpihak yang terlibat dalam pembangunan fisik suatu proyek konstruksi.
Penyelesaian
pelaksanaan konstruksi
yang berkaitan dengan maslaah
perencanaan, penyelesaian masalah tergantung pada hubungan kerja sama
(kontrak) antara pemilik dengan perencana dan kontraktor.
Dalam proses kontrak kerja sama yang dilakukan oleh PT. Mitra Bangun
Prima dan PT. Batara Puri Asri adalah Lump Sump dimana kontrak pengadaan
barang atau jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu,
dengan jumlah harga yang pasti dan tetap dan semua resiko yang mungkin terjadi
dalam proses penyelesaian pekerjaan sepenuhnya ditanggung oleh penyedia
barang atau jasa.
Sumber Dana
Sumber dana yang digunakan pada tahap pelaksanaan konstruksi
sepenuhnya dari PT. Batara Puri Asri
Sistem Koordinasi Proyek
Selain mengadakan pengawasan secara langsung di lapangan, diadakan
juga rapat konstruksi
yang dilakukan sekali setiap bulan atau tergantung
kebutuhan dan kepentingan. Selain itu dilakukan juga rapat koordinasi yang
dilaksanakan sekali dalam setiap satu minggu, yang dilaksanakan di kantor
proyek.
59
BAB III
KAJIAN PROYEK SECARA UMUM
3.1 Pelaksanaan Proyek Secara Administrasi Dan Teknis
Tahapan dalam proses proyek konstruksi menjadi penting untuk
diperhatikan mengingat dalam Schedule atau jadwal proyek tahapan proses
konstruksi tersebut memiliki tenggang waktu pelaksanaan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Setiap pembagian tahapan perlu dicermati
dengan baik agar tujuan dari proyek tersebut dapat tercapai dengan optimal
pada pelaksanaan proyek.
Pelaksanaan proyek merupakan wujud nyata atau realisasi dari rangkaian
kegiatan pada tahap-tahap sebelumnya, yaitu tahap perencanaan dan
perancangan. Pada tahap pelaksanaan terjadi pengerahan dan pemanfaatan
sumber daya yang tersedia. Sebelum proyek dilaksanakan, perlu dibentuk
suatu struktur organisasi pelaksana konstruksi (kontraktor) sehingga terlihat
hubungan dan tanggung jawab antara keduanya. Dengan adanya kejelasan
hubungan dan tanggung jawab maka akan memudahkan pengawasan
terutama terhadap orang-orang yang terlibat langsung di lapangan. Oleh
sebab itu dalam suatu kegiatan proyek konstruksi diperlukan adanya
kerjasama yang baik diantara pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan
konstruksi tersebut.
Untuk sistem pengadaan jasa konstruksi pada Proyek Pembangunan
Hotel Batara Bandung, dilakukan dengan sistem pelelangan terbatas dari
pihak Owner (PT. Batara Puri Asri) ke pihak kontraktor (PT. Mitra Bangun
Prima). Sumber dana yang digunakan pada tahap pelaksanaan konstruksi
adalah dari PT Batra Puri Asri. Dana pembangunan proyek dikeluarkan atas
persetujuan owner yang digunakan untuk membiayai seluruh pekerjaan.
Disini dalam pelaksanaan suatu proyek dapat berjalan lancar dan sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan apabila dibuat suatu pembagian tugas
60
jelas antara manager proyek, kepala pelaksana, pelaksana, kepala tukang dan
pekerja oleh kontraktor pelaksana itu sendiri.
Waktu kerja pada proyek ini dimulai dari jam 08.00 – 17.00 WIB dengan
waktu istirahat satu kali yaitu pada jam 12.00-13.00 WIB selama 6 hari kerja.
Sistem pengupahan dalam proyek ini yaitu dengan sistem upah tenaga harian,
upah ini diberikan secara harian dan pembayaran dilakukan seminggu sekali
dan jumlah upah yang diberikan tergantung dari tingkat kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki oleh pekerja. Sedangkan untuk pegawai tetap
dalam hal ini karyawan dari kontraktor pelaksana dibayarkan setiap suatu
pekerjaan selesai.
Pelaksanaan Kerja Praktek Industri terhitung sejak tanggal 24 September
2012 hingga 15 Januari 2013. Jadwal yang praktikan ambil dalam Kerja
Praktek Industri ini adalah 3x dalam seminggu.
3.2 Metode Pelaksanaan Proyek
Hal terpenting yang ingin dicapai dari suatu kegiatan adalah
menghasilkan suatu produk sesuai dengan yang telah direncanakan
sebelumnya.
Kesesuaian
ini
merupakan
hasil
optimal,
dalam
arti
mendapatkan pemasukan yang maksimal dengan pengeluaran yang minimal.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produk, adalah hasil karya yang
bermutu.
Untuk mendapat produk yang bermutu, perlu adanya realisasi langkahlangkah yang terencana. Agar tidak terjadi penyimpangan langkah-langkah
tersebut perlu diambil satu patokan yang dijadikan acuan. Dalam dunia
konstruksi bangunan, patokan tersebut sering dikenal dengan metode
konstruksi. Jadi metode pelaksanaan merupakan acuan dalam melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan konstruksi bangunan.
Dalam pembuatan metode pelaksanaan, ada beberapa aspek yang perlu
mendapat perhatian, yaitu :
1. Aspek efisiensi.
2. Aspek kualitas.
3. Aspek keamanan dan keselamatan.
61
4. Aspek sumber daya yang tersedia.
3.3 Urutan Pelaksanaan Pekerjaan Proyek
Pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan di lapangan harus sesuai dengan
ketentuan yang tertera pada Petunjuk Pelaksanaan yang telah disusun oleh PT.
Mitra Bangun Prima selaku pihak pelaksana. Yang mana petunjuk pelaksanaan itu
telah diketahui dan disetujui pula oleh pihak pemberi tugas, manajemen
konstruksi, dan konsultan perencana.
Adapun penjelasan urutan pelaksanaan pekerjaan pada proyek ini adalah
sebagai berikut:
3.3.1 Pekerjaan Persiapan
Pada pekerjaan kami membaginya menjadi 2, yaitu persiapan administrasi
dan persiapan teknis.
1. Persiapan Administrasi
Pekerjaan persiapan administrasi adalah pekerjaan persiapan yang
menunjang pekerjaan proyek dalam hal administrasi, dimana sebelum
proyek ini dimulai terlebih dahulu dilakukan kegiatan serah terima lahan
lokasi proyek yang akan dibangun, oleh pihak owner (PT.Batra Puri
Asri) kepada pihak kontraktor (PT. Mintra Bangun Prima)
selaku
kontraktor pelaksana.
2. Persiapan Teknis
Pekerjaan persiapan teknis adalah pekerjaan persiapan yang menunjang
pekerjaan proyek pada saat pelaksanaan pekerjaan akan dimulai, yang
antara lain sebagai berikut :
A. Pekerjaan Pembersihan Lahan
Sebelum
pekerjaan
dilaksanakan,
terlebih
dahulu
lokasi
proyek
dibersihkan & diratakan. Pekerjaan pembersihan ini dilakukan terhadap semua
belukar, sampah yang tertanam, dan material/benda lain yang tidak diinginkan
berada di lokasi proyek. Sisa-sisa tanaman seperti akar-akar, rumput-rumput
dihilangkan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pekerjaan dan demi
keselamatan bangunan pasca konstruksi.
62
B. Pembuatan Pagar Proyek
Sebelum pembuatan pagar proyek, dilakukan pengukuran terlebih dahulu
untuk menentukan garis besar pemakaian tanah dengan batasan-batasannya
sehingga pagar proyek ini tidak mengganggu pekerjaan selama pelaksanaan
proyek. Pagar proyek ini diperlukan untuk keamanan dan perlindungan terhadap
pekerjaan proyek selain dari itu agar keluar masuk suatu barang dan orang dapat
dipantau dengan baik dan juga terhindar dari pencurian barang yang terdapat di
lokasi proyek.
Pagar proyek dibuat secara sederhana dengan tinggi  2m, kolom setempat
dibuat dari rangka kayu borneo ukuran 5/7 dan ditutupi dengan seng gelombang
BJLS 32 dan dicat.
Gambar 3.1. Pagar Batas Proyek
C. Pembuatan Gerbang/Pintu Masuk
Berfungsi sebagai sarana mobilisasi peralatan, bahan serta para pekerja
yang ada di lokasi. Gerbang/pintu masuk ini dibuat sebanyak satu pintu utama
dengan sistem geser dan lebar pintu  6 m.
63
Gambar 3.2. Gerbang Utama Proyek
D. Pembuatan Pos Jaga
Pos keamanan dibangun disamping pintu masuk proyek yang berfungsi
sebagai pos keamanan proyek. Pos tersebut dijaga oleh satpam guna mengontrol
proses keluar masuknya barang atau orang yang akan berkunjung ke lokasi
proyek. Tiap orang yang mengunjungi lokasi
proyek wajib mengisi buku tamu
terkecuali para konsultan pengawas, konsultan perencana, kontraktor, tenaga kerja
ataupun orang-orang yang terlibat dalam proses pembangunan proyek.
Gambar 3.3. Pos Jaga
64
E. Pembuatan Papan Nama Proyek
Papan nama proyek di buat secara jelas sesuai dengan petunjuk dan
ditempatkan dilokasi yang mudah terlihat. Papan nama proyek berfungsi sebagai
identitas proyek yang sedang dibangun.
Gambar 3.4. Papan Nama Proyek
F. Pembuatan Direksikeet
Direksi dibangun untuk keperluan pengawas lapangan dan pemborong,
bersifat semi permanen dengan rincian ruangan sebagai berikut :

Ruang Kontraktor 2 x 2 m2

Ruang Rapat 4 x 5 m2

Ruang Konsultan 2 x 2 m2
Pembuatan ini dipilih tempat yang paling strategis terhadap bangunan
sehingga memudahkan kita untuk melakukan pengawasan langsung ke lapangan
dan juga untuk memudahkan koordinasi antara pekerja dan pengawas, mengingat
pembangunan yang cukup luas.
65
Gambar 3.5 Direksi Keet
G. Pembuatan Gudang
Bouwkeet didirikan berguna untuk ruang penyimpan barang2, baik itu
bahan maupun peralatan dengan ukuran 5 x 6 m sebagai tempat penyimpanan
barang-barang dan bahan-bahan material yang digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan proyek.
Gambar 3.6. Gudang
66
H. Penyediaan Sumber Air Bersih, Kamar Mandi, WC Dan
Pembuangan Air Kotor
Air bersih didapatkan dari ledeng, yang digunakan untuk memperlancar
jalannya proyek, serta digunakan untuk mandi pekerja.
Gambar 3.7. Sumber Air Bersih
I. Penyediaan Panel Listrik Dan Penerangan Proyek
Listrik diperlukan untuk menjalankan peralatan yang menggunakan tenaga
listrik seperti: lampu penerangan, molen, mesin pemotong kayu, pompa air, dan
lain-lain.
67
BAB IV
PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tentang pelaksanaan proyek pembangunan Hotel
Batara Bandung yang memiliki 5 lantai. Karena keterbatasan waktu dalam
melaksanakan Praktek Industri serta untuk lebih memfokuskan kerja praktik
dalam mengetahui cara pelaksanaan di proyek, maka praktikan memilih dua item
pekerjaan di proyek, yaitu pekerjaan kolom dan balok.
4.1
Pekerjaan Kolom
Bangunan Hotel Batara Bandung
yang dilaksanakan oleh kontraktor
PT.Mitra Bangun Prima (MBP) ini terdiri dari lima lantai, oleh karena itu dimensi
kolom yang digunakan dalam proyek ini memiliki ukuran yang bervariasi di
masing-masing tingkatannya dengan catatan kolom lantai bawah lebih besar
daripada kolom lantai diatasnya. Adapun dimensi kolom yang dipakai diantaranya
berukuran: 50 x 50, 40 x 40, 15 x 15, 45 x 25, 50 x 25.
4.1.1 Tinjauan Pekerjaan Kolom
Dalam suatu pekerjaan, terdapat beberapa tahapan pekerjaan yang harus
diperhatikan. Sebelum pelaksanaan pekerjaan kolom dimulai, persiapan alat dan
bahan secara umum untuk pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
 Material yang digunakan
Material yang digunakan dalam perencanaan kolom adalah sebagai
berikut:
-
Mutu beton
-
Mutu Tulangan
-
: K-300
Tulangan Berulir
: BJTD-40 pake HIJ
Tulangan Polos
: BJTP-24
Selimut Beton
Tidak berhubungan tanah atau cuaca : 50 mm
Berhubungan dengan cuaca
-
Agregat
: D-16 dimakai 50 mm
68
-
Air
-
Oil form
-
Kawat pengikat
-
Paku
-
Bekisting Kayu
 Tenaga kerja dalam Pembuatan kolom
-
Tukang cor terampil
-
Tukang besi
-
Kepala tukang besi
-
Pelaksana
-
Mandor
 Peralatan yang digunakan
-
Theodolite
-
pembengkok tulangan
-
pemotong tulangan
-
Lift Barang
-
Concrete bucket dan pipa tremie
-
Concrete mixer truck
-
Vibrator
-
Bekisting Kayu
-
Kerucut Abrams (untuk slump test)
-
Alat cetak untuk benda uji beton
4.1.2 Pelaksanaan Pekerjaan kolom
Tinjauan Khusus untuk pelaksanaan pekerjaan kolom pada proyek
pembangunan Hotel Batara Bandung tersebut meliputi pekerjaan pembesian,
pekerjaan pemasangan bekisting, dan pekerjaan pengecoran, serta perawatan.
1. Pekerjaan Pembesian
Semua lingkup pekerjaan pembesian mulai dari penyerahan laporan
gambar-gambar kerja pembesian kolom, penyedian besi tulangan, dan
pelaksanaan pembesian harus sesuai petunjuk dari pengawas yang ditunjuk atau
69
terlihat dan disyaratkan didalam gambar rencana. Adapun pekerjaan yang
bekaitan dengan pembesian diantaranya:
a. Percobaan-percobaan dan Pemeriksaan
Percobaan-percobaan dan pemeriksaan yang dilakukan terhadap
bahan pembesian adalah sebagai berikut:
- Setiap pengiriman harus berasal dari sumber yang telah
disetujui dan harus disertai surat keterangan percobaan dari
pabrik (manufacturer‟s test certificate).
- Segala macam kotoran, karat, cat, minyak, atau bahan-bahan
lain yang merugikan terhadap kekuatan rekatan harus
dibersihkan.
- Tulangan harus ditempatkan dan dipasang cermat dan tepat,
serta diikat dengan kawat dari baja lunak.
- Sambungan mekanik harus diuji dengan percobaan tarik.
- Sebelum pengecoran beton, lakukan pemeriksaan pekerjaan
pembesian untuk mendapatkan persetujuan dari pengawas
yang ditunjuk.
b. Pengiriman, Penyimpanan, dan Penanganan
Pengiriman tulangan ke lapangan dalam kelompok ikatan ditandai
dengan etiket/label yang mencantumkan ukuran batang, panjang dan tanda
pengenal.
Sementara Pemindahan tulangan harus berhati-hati untuk menghindari
kerusakan. Gudang penyimpanan harus kering, bagus saluran-salurannya,
dan terlindung dari kotoran, lumpur, karat, dan sebagainya.
Gbr. 4.1 Gudang logistik
di lokasi proyek
70
c. Jaminan Mutu
Jaminan mutu dalam pengerjaan tulangan ini diantaranya:
- Bahan-bahan harus dari produk yang sama seperti yang telah
disetujui oleh pengawas yang ditunjuk.
- Sertifikat dari percobaan untuk semua tulangan yang dipakai
harus
diperlihatkan.
Percobaan-percobaan
ini
harus
memperlihatkan hasil-hasil dari semua komposisi kimia dan
sifat-sifat fisik
d. Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan
Pemotongan besi dilakukan setelah dilakukan pengukuran pada besi
dan diatur panjangnya sesuai dengan kebutuhan pada gambar rencana dan harus
diketahui luas sebenarnya sebelum dipotong.
Pemotongan ini dilakukan oleh pekerja ahli dengan menggunakan
mesin pemotong tulangan yang disebut dengan bar cutter.
Gambar 4.2 Alat Pemotong Besi
Untuk pembengkokan tulangan yang perlu ditekuk harus ditekuk dengan
ukuran yang benar sesuai dengan gambar rencana. Batang tulangan tidak boleh di
bengkokan atau diluruskan dengan cara-cara yang dapat merusak tulangan itu
dipanaskan. Pekerjaan pembengkokan tulangan dilakukan dengan menggunakan
alat pembengkok seperti pada gambar dibawah ini.
71
Gambar 4.3 Alat Penekukan Besi
e. Pemasangan Besi Tulangan
Besi tulangan dirangkai terlebih dahulu sesuai dengan dibentuk dan
ukuran dari kolom tersebut, kemudian dipasangkan dengan gambar rencana.
Pemasangan dilakukan menggunakan bantuan Scaffolding sebagai pijakan.
Gambar 4.4 Besi Tulangan Kolom
Untuk sambungan tulangan, atau sebagai pengikat antar besi tulangan
digunakan kawat baja. Ikatan kawat harus kuat oleh karena itu dilakukan dengan
cara menyilang dan ditarik sekuat-kuatnya yang kemudian diputar dan dipotong
yang menyisakan sedikit saja. Jarak dan ukuran sengkang disesuaikan dengan
gambar rencana.
72
Tulangan kolom ini langsung menyatu dengan pilecap, dimana tulangan
dari kolom diperpanjang sampai kedasar pilecape yang diikat dengan kuat, pada
pemasangan ini harus berhati-hati karena posisi kolom benar-benar berada pada
center dari pilecap dan siku terhadap bangunan. Untuk menghindari kolom
terpelintir, digunakan penahan kolom yang bahannya menggunakan tulangan yang
di ikatkan antara kolom yang satu dengan kolom yang lainnya.
Adapun pelaksanaan pemasangan tulangan kolom adalah sebagai berikut:
1. Memasang stek-stek kolom sesuai dengan gambar rencana
2. Pekerjaan dimulai dengan memasang tulangan pada posisi yang benar
dan untuk menjaga jarak bersih digunakan spacer/penjaga jarak.
3. Pemasangan tulangan sengkang yang melingkari tulangan pokok
dengan jarak antar sengkang sesuai dengan gambar rencana, sengkang
diikat dengan kuat menggunakan kawat baja.
4. Pemasangan beton decking sebagai penahan jarak untuk ketepatan
tebal penutup beton, dipasang sebanyak minimum 4 buah setiap
cetakan atau lantai kerja. Pemasangan dilakukan tersebar merata
5.
Dilakukan pengecekan kembali tulangan sehingga tidak ada tulangan
yang belum terkait satu sama lain agar tidak mengurangi kekuatan
Kolom tersebut.
Mensejajarkan kolom bawah lantai dan atas lantai
Supaya kolom lantai bawah dengan lantai atas sejajar digunakan dengan
membuat garis tengah bangunan dengan menggunakan pesawat theodolit.
Cara kerja:
Pertama cari titik patok arah utara,
putar theodolit menghadap bangunan,
tembakan titik titik di bangunan tersebut sehingga membentuk garis lurus di lantai
pertama
setelah itu tembakan pula di lantai ke 2 dengan sejajar titik titik seperti lantai
pertama,
73
setelah dapat titik titik nya, maka ukur jarak dari titik tersebut terhadap kolom,
sesuaikan jarak kolom yg di lantai bawah sana dengan lantai yang diatas.
Syarat Penulangan Kolom
a. Selimut beton minimal 2,5 cm untuk di dalam, dan 3 cm untuk diluar
b. Lebar b minimal 15 cm
c. Garis tengah tulangan bujur minimal 12 mm dan diameter begel minimal 6
mm
d. Jarak bersih atar tulangan <3/4 diameter tulangan 3 cm
e. Jarak begel < 15 x diameter tulangan pokok
2. Pekerjaan Pemasangan Bekisting
Bekisting (acuan) adalah alat yang dibuat untuk mencetak beton.
Pada Proyek Pembangunan Hotel Batara Bandung ini menggunakan
bekisting yang terbuat dari Kayu.
Adapun persyaratan secara umum untuk bekisting adalah sebagai berikut :
a. Harus merupakan konstruksi yang kuat, kokoh, dan terhindar dari
bahaya kemiringan dan penurunan, selain itu konstruksinya harus
juga kokoh terhadap pembebanan yang akan ditanggungnya.
b. Direncanakan sedemikian rupa untuk kemudahan pembongkaran
guna mengeliminasi kerusakan pada beton apabila bekisting di
buka.
c. Dapat menghasilkan beton yang mempunyai bentuk, ukuran dan
batas-batas yang sesuai dengan gambar rencana.
d. Harus cukup kuat dan kaku dalam memikul beban-beban pada masa
prakonstruksi, sehingga jarak antara pengaku harus diperhitungkan
dan diatur sedemikian rupa rupa agar bekisting yang didukungnya
tidak melendut.
e. Jarak antara papan bekisting harus cukup rapat sehingga air semen
tidak merembes keluar pada saat pengecoran.
f. Bersih dari kotoran, serbuk gergaji, potongan kawat dan bendabenda lainnya.
74
g. Bekisting harus diolesi oli supaya mudah untuk di bongakar setelah
beton mengeras, sehingga sebelum melakukan pengecoran maka
bekisting diolesi dengan pelumas agar beton tidak merekat pada
bekisting.
h. Untuk menjaga jarak antara tulangan dengan permukaan dalam
bekisting digunakan beton tahu yang tebalnya disesuaikan dengan
selimut beton.
PUSH PULL PROPS RSS1 dan Kicker AV1.
Gambar 4.5 Push Pull Props RSS1 dan Kicker Av1
Dalam Brosur PERI disebutkan bahwa fungsi utama Push Pull Props RSS1
dan Kicker Av1 adalah pengunci dan Penegak dari Bekisting Kolom. Ketegakan
ataupun kemiringan dari kolom yang dikehendaki di atur oleh RSS1.
Sebelum pengecoran dimulai, chek ketegakan bekisting harus melibatkan
pengawas dan pelaksana Bekisting.Kemudian setelah Pengecoran selesai,
ketegakan bekisting di chek kembali.Apabila terjadi kemiringan yang tidak
diinginkan, maka Pelaksana Bekisting akan menyetel RSS1 dengan cara
75
memutarnya sehingga posisi bekisting akan kembali pada ketegakan yang
diinginkan.
Jika gaya yang diterima oleh RSS1 ataupun Kicker akan di check, maka
dalam brosur PERI tersedia tabel tinggi bekisting dan beban yang diijinkan
diterima oleh RSS1 dan Kicker.
Gambar 4.6 Pemasangan Bekisting Kolom
Pada proyek ini, bekisting yang digunakan terbuat dari kayu. Kemudian
diikat dengan baja, untuk menahan bekisting digunakan tiang kayu. Digunakan
unting-unting untuk meluruskan kolom, setelah kolom lurus kemudian dikunci
ditakan dengan tiang kayu.
untuk membuka bekisting harus dibuka terlebih
dahulu tiang kayunya kemudian dibuka pengunci baja yang mengikat bekisting.
Adapun bahan dan alat yang harus dipersiapkan pemasangan bekisting
adalah sebagai berikut :
a. Bahan-bahan
- Bekisting dari Kayu
- Oli pelumas
- Beton decking
76
b. Alat
- Waterpass
c. Pekerja
- Mandor
- Pekerja
d. Pelaksanaan Pekerjaan
- Pekerjaan
bekisting
kolom
dikerjakan
setelah
pekerjaan
penulangan kolom selesai.
- Sebelum bekisting dipasang, permukaan bekisting diolesi dengan
pelumas untuk mencegah terserapnya air pada campuran beton
dan merekatnya beton pada bekisting, hal ini akan mempermudah
dalam pembongkaran bekisting dikemudian hari tanpa merusak
permukaan beton.
- Untuk menjaga jarak antara tulangan kolom dengan permukaan
dalam bekisting digunakan beton decking yang tebalnya
disesuaikan dengan selimut beton.
- Agar beton decking tidak berubah posisi maka diikatkan pada
sengkang dengan menggunakan kawat pengikat.
- Cek kembali apakah as kolom serta dimensi dari kolom, yang
direncanakan telah sesuai dengan gambar kerja dan apakah
kolom tegak lurus, bila perlu gunakan waterpass.
- Memasang pengikat pada jarak tertentu untuk ketepatannya
menahan cetakan selama pengecoran beton dan untuk menahan
berat serta tekanan dari beton basah.
Bekisting adalah suatu sarana pembantu struktur beton untuk mencetak
beton sesuai ukuran, bentuk, rupa, ataupun posisi serta alinyemen yang
dikehendaki. Secara umum, ada dua jenis bekisting yaitu konvensional dan
fabrikasi. Bekisting konvensional yaitu bekisting yang terbuat dari kayu
sedangkan bekisting fabrikasi merupakan bekisting hasil produksi pabrik seperti
77
plywood, besi/baja, aluminium, fiberglass, PVC, dan karton. Setiap jenis bekisting
tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Sehingga dengan mengetahui kelebihan
dan kekurangan dari masing-masing jenis bekisting, diharapkan calon pengguna
bekisting dapat memilih bekisting yang tepat dan sesuai dengan kondisi
proyeknya, baik dari segi biaya, mutu, maupun waktu.
Hal lain yang perlu ditinjau adalah masalah global warming. Penggunaan
bekisting berbahan dasar kayu secara terus menerus tentu akan meningkatkan
kegiatan penebangan hutan yang akhirnya meningkatkan pemanasan global.
Sehingga perlu untuk mencari material alternatif pengganti bekisting berbahan
dasar kayu agar dampak dari global warming dapat dikurangi. Dalam penelitian
ini ditinjau 7 jenis material bekisting. Setiap jenis material memiliki kekurangan
dan kelebihan dari segi mutu, biaya, dan waktu.
Hasil ini digunakan untuk memilih bekisting yang tepat dan sesuai dengan
kondisi proyek. Selain itu juga diperoleh material alternatif yang dianjurkan
sebagai pengganti bekisting berbahan dasar kayu yaitu bekisting fiberglass.
Walaupun fiberglass merupakan bahan yang sulit diurai oleh tanah, tetapi jika
dikumpulkan dengan baik, maka fiberglass tersebut dapat didaur ulang sehingga
tidak mencemari lingkungan
Akan tetapi bekisting kayu juga mempunyai kelebihan yaitu lebih murah,
mudah di angkut, mudah dibongkar.
Pada pekerjaan bekisting di proyek ini, untuk melihat lurus tidaknya
bekisting menggunakan unting-unting, sementara pada teori ada yang lebih praktis
dengan menggunakan alat Push Pull Props RSS1 dan Kicker Av1.
3. Pekerjaan Pengecoran Kolom
Sebelum dilakukan pengecoran dilakukan pekerjaan pendahuluan agar
pengecoran dapat berjalan dengan lancar dan dapat sesuai dengan rencana.
Pekerjaan pendahuluan pengecoran meliputi:
1. Menyiapkan
jadwal
pengecoran
dan
menyerahkan
kepada
pengawas yang ditunjuk untuk disetujui sebelum memulai
pekerjaan pengecoran.
78
2. Temperature beton pada saat pengecoran tidak boleh lebih dari
C.
3. Memeriksa lagi apakah pipa listrik, pipa air telah terpasang dengan
baik.
4. Memeriksa letak tulangan apakah sesuai dengan gambar kerja.
5. Memeriksa posisi bekisting yaitu kelurusan dalam arah vertikal,
horizontal dan ketepatan garis as-nya.
6. Alat-alat pengangkut dan pengadukan beton dalam keadaan bersih.
7. Basahkan cetakan beton secukupnya untuk mencegah timbulnya
retak, basahkan bahan-bahan lain secukupnya untuk mengurangi
penyusutan dan menjaga pelaksanaan beton.
8. Kondisi cuaca pada waktu pengecoran diperhatikan untuk
menghindari
adanya
gangguan
seperti
hujan
yang
dapat
mengganggu pada saat pengecoran berlangsung.
A. Persyaratan Bahan
Mutu beton kolom yang digunakan pada proyek ini beton mutu K-300.
Untuk mendapat beton dengan mutu diatas maka digunakan beton Ready – mix
dimana untuk penggunaan, nama dan alamat dari perusahaan beton ready mix
harus dengan persetujuan tertulis dari konsultan perencana/pengawas, dan pihak
kontraktor yang akan mengatur dan meninjau perusahaan tersebut.
Di dalam syarat pelaksanaan pekerjaan beton harus dicantumkan dengan
jelas jenis yang boleh dipakai dan jenis semen ini harus sesuai dengan jenis semen
yang digunakan dalam menentukan rencana campuran beton berdasarkan
ketentuan persyaratan mutu beton.
B. Pengujian Beton
Pada pekerjaan kolom di pembangunan Hotel Batara Puri Asri ini
pengujian beton yang dilakukan meliputi pengujian kuat tekan, tes slump dan tes
silinder. Tes slump dilakukan di lapangan ketika adukan beton dari molen sudah
selesai dibut dan tes silinder untuk uji tekan harus dilakukan di laboratorium. Pada
proyek tersebut, uji tekan dilakukan dilaboratorium ITB.
1) Tes slump
79
Campuran yang baru datang terlebih dahulu di tes slumpnya. Pengujian
slump diperlukan untuk mengetahui kadar kekentalan dari beton yang akan
dipakai. Test slump ini sering disebut juga dengan tes kerucut karena alat yang
digunakan dalam pergujian ini adalah kerucut Abrams, yaitu baja dengan bentuk
kerucut yang berlubang pada kedua ujungnya, berdiameter masing-masing 10 cm
dan 20 cm dengan tinggi 30 cm. Dibantu dengan sebuah batang baja berdiameter
16 mm dengan panjang 50 cm, ember, dan alas dari multipleks.
Gambar 4.7 Test Slump
Adapun langkah pengerjaan slump test ini adalah sebagai berikut :
-
Letakkan kerucut dengan muka yang lebih besar menempel pada alas,
dimana bagian atas berdiameter 10 cm.
-
Ambil beton dan masukan kedalam karucut hingga penuh dengan tiga kali
tahapan pengisian.
-
Setiap tahapan pemasukan beton tusuk-tusuklah dengan menggunakan
tongkat sebanyak 25 kali.
-
Buka kerucut dengan perlahan.
-
Hasil kerucut pada samping beton yang akan diuji.
-
Ukur penurunan beton yang terjadi setelah kerucut dibuka,dengan cara
menyimpan tongkat di atas kerucut dan ukur kedalaman beton tersebut dari
tongkat dengan meteran.
80
-
Toleransi dari kekentalan beton yang diinginkan untuk test ini maksimal
10 cm sampai 150 cm.
Dari percobaan tersebut, harus mmenjamin bahawa slump berikut, beton
dengan mutu dan kekuatan yang memuaskan, yang akan menghasilkan hasil akhir
yang bebas keropos, ataupun rongga-rongga.
Pelaksanaan dari persetujuan kontrak adalah bahwa “kontraktor”
bertanggung jawab penuh untuk produksi dari beton dan pencapaian mutu,
kekuatan dan penyelesaian yang memenuhi syarat batas slump.
2) Uji tekan
Tes silinder diperlukan untuk mengetahui kuat tekan beton. Pengujian
tekan beton tidak dilakukan langsung dilapangan tetapi dilakukan di laboratorium.
Tes tekan beton dilakukan setelah umur beton mencapai 7 hari, 21 hari dan 28
hari. Selain bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton sekaligus sebagai
pedoman waktu pembukaan bekisting.
Adapun tahapan-tahapan dalam tes silinder ini yaitu :
-
Masukan beton ke dalam silinder secara tiga tahapan
dengan masing-masing tahapan mendapat tusukan dari
batang pengaduk sebanyak 25-30 kali.
-
Lakukan hal yang sama pada setiap silinder yang akan di
uji sehingga semuanya mendapat komposisi yang sama.
-
Setelah dua hari, dan beton mengeras, bukalah beton dari
cetakan silinder dan beton percobaan tadi rendam di dalam
air. Lama rendaman sesuai dengan kebutuhan pengetesan.
-
Untuk silinder yang akan di test 7 hari maka direndam
selama 7 hari, dan begitu pula untuk silinder yang akan di
test 28 hari.
Dari uji kuat tekan yang telah dilakukan praktikan mendapat informasi
dari konsultan pengawas bahwa adukan telah sesuai dengan perjanjian dan
ketentuan yaitu menggunakan mutu beton K-300 untuk kolom.
C. Pelaksanaan Pengecoran Kolom
a. Alat yang dibutuhkan dalam pengecoran :
81
- Concrete bucket dan pipa tremie
- Concrete mixer truck
- Vibrator
- Bekisting Kayu
- Kerucut Abrams (untuk slump test)
- Alat cetak untuk benda uji beton
- Peralatan scaffolding
b. Pekerja yang terlibat :
- Tukang cor terampil yang mengerti lingkup pekerjaan
pengecoran
- Mandor dan pelaksana yang dapat membaca shop drawing /
forcon dengan baik.
c. Langkah pekerjaan :
- Setelah pemasangan bekisting kolom selesai maka selanjutnya
adalah pengecekan kembali kolom yang akan di cor.
- Melakukan pekerjaan persiapan.
- Beton diangkut dari concrete mixer truck melalui bucket
kemudian diarahkan ke atas kolom lalu tuangkan beton secara
perlahan.
Lama pelaksanaan dalam tahap ini kurang lebih:
o Pengisian beton dari concrete mixer truck ke dalam bucket
± 2,5 menit
o Penurunan beton dari bucket ke dalam bekisting ± 1,5
menit
- Masukan pula vibrator sebagai penggetar agar kolom dapat
terisi beton dengan sempurna. Pemadatan ini berlangsung
sekitar 10 detik.
- Lakukanlah sampai kolom terisi penuh.
82
Dari yang kami lihat di lapangan, untuk satu pengerjaan
kolom diperlukan waktu kurang lebih 30 menit untuk jenis kolom
K3 dengan dimensi 1 m x 1 m, dengan tinggi 4 m.
Gambar 4.8 Pengangkutan dan Pemasukan Beton Pada
Pengecoran kolom
Di proyek pembangunan hotel Batara Bandung pengecoran kolom dilakukan
dengan cara manual, yaitu menggunakan pompa hidrolik dari concrete mixet truck
dan coran disalurkan oleh pompa hidrolik ke lantai kerja, setelah itu coran
dimasukan kedalam kolom langsung oleh para tukang menggunakan ember dan
kemudian dipadatan dengan cara ditusuk tusuk menggunakan batang kayu.
Akan tetapi dewasa ni banyak terdapat alat-alat teknologi khususnya di bidang
sipil salah satu diantaranya menggunakan tower crane, prinsip kerjanya:
Siapkan bucket coran yang dihubungkan ke tower crane untuk mengangkat beton
agar dapat dituangkan kedalam bekisting yang sudah jadi. Bucket coran yang
dipakai dalam proyek ini berkapasitas 0,5
sehingga untuk satu buah kolom
dengan dimensi 1m x 1m serta tinggi = 4m diperlukan 8 kali pengisian cor beton.
Beton diangkut dari concrete mixer truck melalui bucket kemudian diarahkan ke
atas kolom lalu tuangkan beton secara perlahan.
Lama pelaksanaan dalam tahap ini kurang lebih Pengisian beton dari concrete
mixer truck ke dalam bucket ± 2,5 menit. Penurunan beton dari bucket ke dalam
83
bekisting ± 1,5 menit. Masukan pula vibrator sebagai penggetar agar kolom dapat
terisi beton dengan sempurna. Pemadatan ini berlangsung sekitar 10 detik.
Lakukanlah sampai kolom terisi penuh. Dari yang kami lihat di lapangan, untuk
satu pengerjaan kolom diperlukan waktu kurang lebih 30 menit untuk jenis kolom
K3 dengan dimensi 1 m x 1 m, dengan tinggi 4 m.
Proyek pembangunan hotel Batara Bandung pada tahap pengecran tidak
menggunakan tower crane dikarenakan bangunan tersebut masih tergolong kepada
bangunan yang tidak terlalu tinggi sehingga tanpa tower crane pun bias lakukan
pengecoran, kelebihan tidak menggunakan tower crane pada pembangunan proyek
hotel Batara Bandung yaitu biaya nya tidak terlalu mahal dan mudah
dilaksanakan. Kelemahannya kita membutuhkan banyak tenaga kerja untuk
memasukan coran kedalam kolom dan pekerjaan pengecoran lebih lama. Apabila
menggunakan tower crane pengecoran tidak memakan terlalu banyak memakan
tenaga kerja serta pengerjaannya pun relative lebih cepat.
D. Pembongkaran Bekisting
Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus mengikuti
petunjuk konsultan pengawas. Pekerjaan ini dilakukan secara hati-hati untuk
menghindarkan kerusakan pada struktur beton tersebut. Umumnya diperlukan
waktu dua hari sebelum cetakan tersebut dibuka untuk dinding-dinding yang tidak
84
bermuatan, tujuh hari untuk dinding pemikul dan saluran-saluran, sedangkan
untuk struktur (kolom, balok, tangga dan pelat lantai) diperlukan waktu 24 hari
sebelum cetakannya dibuka.
Dalam
pelaksanaan
pembongkaran
bekisting
dalam
proyek
ini,
diperhatikan hal-hal berikut :
1. Semua alat support atau penyokong di lepas.
2. Sekur yang berfungsi memperkuat bekisting dilepas.
3. Kerangka bekisting dilepas.
4. Pembongkaran dilakukan secara berhati-hati tanpa menambah
tegangan atau tekanan terhadap sudut-sudut, sehingga keutuhan
dari desain dapat dipertahankan.
5. Bersihkan
cetakan-cetakan
expose
secepatnya
setelah
pembongkaran untuk mencegah kerusakan pada bidang kontak.
6. pembongkaran bekisting dapat dilakukan bila beton mencapai
kekuatan cukup untuk mendukung berat sendiri dan beban yang
bekerja diatasnya.
E. Cacat Pada Beton (Defective Work)
Meskipun hasil pengujian bahan memuaskan, apabila terdapat pekerjaan
yang dianggap cacat harus dibongkar dan diganti atau diadakan perbaikan apabila
disetujui konsultan atau pengawas. Dalam hal ini pekerjaan bongkaran dan
pergantian dari pekerjaan cacat pada beton dan semua biaya ditanggung oleh
kontraktor.
F. Perawatan dan Perlindungan beton
Untuk mendapatkan hasil mutu beton yang diharapkan perlu dilakukannya
tindakan perawatan dan perlindungan beton. Beton setelah dicor harus dilindungi
terhadap proses pengeringan yang belum saatnya dengan cara mempertahankan
kondisi dimana kehilangan kelembaban adalah minimal dan suhu yang konstan
dalam jangka waktu yang diiperlukan untuk proses hydrasi semen serta
pengerasan beton.
a. Masa perawatan dan cara perawatan
85
- Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran beton
selesai dilaksanakan dan harus berlangsung terus menerus
selama paling sedikit dua minggu. Suhu beton pada awal
pengecoran harus dipertahankan tidak melebihi
C.
- Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan betonpun
harus tetap dalam keadaan basah. Bisa dengan cara
menutupinya dengan karung-karung basah atau cara lain
yang disetujui pengawas.
b.
Perlindungan dari kerusakan akibat cuaca (weather injury)
- Selama pengadukan
Dalam udara panas, bahan-bahan beton didinginkan
(memakai es sampai air dingin) sebelum dicampur, agar
pemeliharaan dari suhu beton masih dalam batasan yang
disyaratkan. Tidak diijinkan pemakaian air hujan untuk
menambah campuran air.
- Selama pengecoran dan pemeliharaan
a) Umum
Harus disediakan penutup selama pengecoran dan
perawatan dari beton untuk melindungi beton
terhadap hujan dan terik matahari.
b) Dalam cuaca panas
Adakan dan pelihara keteduhan, atau membasahi
permukaan
beton
selama
pengecoran
dan
pemeliharaan beton untuk melindungi beton dari
kerugian/kehilangan bahan terhadap panas matahari.
c) Kelebihan perubahan suhu
Lindungi
beton
sedemikian
sehingga
terjamin
perubahan suhu yang seragam di dalam beton, tidak
lebih dari
4.2.
Pekerjaan Balok
C dalam setiap jamnya.
86
4.2.1. Pelaksanaan Pekerjaan Balok
Balok adalah batang dengan empat persegi panjang yang dipasang secara
horizontal. Hal–hal yang perlu diketahui dari balok adalah beban yang bekerja
pada balok adalah beban horizontal, balok menangkap beban dari plat lantai, dan
jika ukuran penampang dan spesifikasi material balok tidak sesuai dengan jumlah
beban yang disalurkan, maka balok akan melendut.
Berdasarkan pada tugas yang diembannya, balok terbagi menjadi 3 jenis
yaitu balok induk, balok anak, dan balok cantilever. Fungsi balok induk adalah
menghubungkan antara dua kolom struktur dan menyalurkan beban dari plat lantai
menuju kolom struktur. Berat dan beban yang harus disalurkan oleh balok akan
mempengaruhi ukuran penampang balok induk . Sedangkan balok anak berukuran
lebih kecil dibanding dengan balok induk, fungsi balok anak adalah untuk
menghubungkan antara dua balok induk dan membantu kerja plat lantai untuk
menyalurkan beban ke balok induk. Dan balok cantilever adalah balok yang
disangga atau dijepit hanya pada salah satu ujungnya, sehingga sumbu balok tidak
dapat berputar pada titik tersebut.
Ukuran balok yang dipakai di proyek ini adalah B1=30/60 dengan Panjang
= 157,6 m,B2=20/45 dengan panjang =302 m, B3=20/45 dengan Panjang =79,3
m, B4=15/30 dengan Panjang = 88,27, B5=20/30 dengan Panjang 44m, B6=20/35
dengan Panjang 359,8m.
4.2.1.1.
Pekerjaan Persiapan
Sebelum mengerjakan pekerjaan Balok harus terlebih dahulu
mempersiapkan pekerjaan persiapan, pekerjaan persiapan ini meliputi:
a.
Persiapan Bahan
 Beton K-300
 Baja tulangan
 Bekisting / Papan cetakan
b.
Persiapan alat
 Gergaji
 Roll meter
 Sekop
87
 Concrete mixer
 Vibrator
 Unting-unting
 Waterpass
 Paku dan palu
4.2.1.2.
Pekerjaan Penulangan
a.
Alat-alat yang dipakai pada pekerjaan penulangan balok antara lain:
 Alat pemotong besi
 Alat pembengkok besi
 Gegep atau Tang
 Palu
 Alat ukur (meteran)
b.
Bahan-bahan yang digunakan pada penulangan balok antara lain :
 Besi baja pada tulangan pokok balok yaitu besi ulir berdiameter
dalam D10, D12, dan D16 mm
 Besi baja untuk tulangan sengkang berdiameter 10
 Kawat pengikat
c.
Tenaga kerja yang digunakan

Mandor

Kepala tukang besi

Tukang besi

Pekerja
88
Gambar 4.10 Pekerjaan Penulangan
d.
Pekerjaan pemotongan Tulangan
Pekerjaan pemotongan besi tulangan dilakukan setelah dilakukan
pengukuran panjang dan pembuatan daftar ukuran dan bentuk tulangan (diameter
dan panjangnya) yang disesuaikan dengan gambar kerja. Alat yang digunakan
untuk memotong tulangan antara lain :
1. Bar cutter atau alat pemotong besi
2. Gunting pemotong
3. Gunting Blok
Dalam pemotongan harus diperhatikan, pertambahan panjang akibat
pembengkokan, yaitu batang-batang yang dimeternya sampai dengan 12 mm akan
dipotong dengan gunting blok atau dengan alat bar cutter.
Dalam pemotongan besi tulangan, dilakukan batang perbatang. Batang
tulangan yang telah dipotong diangkat oleh pekerja dari lokasi penyimpanan ke
meja pembengkok, dan batang yang sepadan sama-sama kualitas besi, diameter
dan panjangnya dibundel dan diberi label, kemudian dibawa ke lokasi
penyimpanan sementara.
e.
Penekukan atau Pembengkokan Tulangan
Setelah pengukuran dan pemotongan besi dilakukan, pekerjaan selanjutnya
adalah penekukan atau pembengkokan besi tulangan balok yang disesuaikan
dengan bentuk dan ukuran pada gambar kerja.
Pembengkokan adalah perubahan arah yang diperlukan batang. Sebelum
melakukan pembengkokan tulangan, disarankan membuat daftar pembengkokan
tulangan, yang berfungsi agar tulangan tang dibengkokan sesuai dengan gambar
kerja dan tidak terlalu melenceng. Setelah dibuat daftar tulangan dibengkokan,
baru kemudian besi tulangan ditekuk atau dibengkokan dengan menggunakan alat
pembengkok besi barbender.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembengkokan besi
tulangan, diantaranya:
89
1.
Pembengkokan besi tulangan disesuaikan dengan gambar rencana
dengan toleransi yang sudah disyaratkan.
2.
Pembengkokan sebisa mungkin dilakukan sewaktu besi dalam
keadaan dingin.
3.
Membengkok dan meluruskan besi tulangan tidak boleh merusak
batang tulangan.
4.
Batang tulangan yang telah tertanam pada beton tidak boleh
dibengkokan atau diluruskan di lapangan.
5.
Besi tulangan ulir tidak boleh dibengkokan lagi sejarak 10 cm dari
pembengkokan pertama.
f.
Pemasangan Tulangan
Pemasangan tulangan khususnya balok di lapangan, dikerjakan setelah
pekerjaan pembesian dan bekisting balok selesai. Pemasangan tulangan harus
dilakukan seakurat mungkin sesuai dengan gambar (rancang), agar sebelum dan
sesaat pengecoran, tulangan tidak bergeming.
Bahan yang dipakai untuk
mengikat tulangan agar tulangan tidak bergerak adalah kawat pengikat dengan
diameter 1,5 mm. Dalam pengikatan ini, ada beberapa macam pengikatan yang
dipakai, diantaranya adalah:
1.
Pengikatan silang atau tunggal, yaitu pengikatan yang digunakan
untuk menghubungkan batang-batang bersilangan.
2.
Pengikatan sadel digunakan untuk menghubungkan sengkangsengkang dengan empat batang tulangan sudut dari kolom dan
balok-balok pada titik persilangan.
3.
Pengikatan
rangkap
(dobel)
digunakan
untuk
membuat
sambungan ekstra kuat.
Dari ketiga jenis pengikatan ini, yang paling banyak digunakan
khususnya didalam sebuah pekerjaan tulangan adalah dengan menggunakan
pengikatan rangkap dobel, karena pengikatan ini sangat kuat sehingga tulangan
tidak mudah bergerak.
Dalam pemasangan tulangan, ada beberapa cara yang dilakukan,
khususnya dalam perakitan atau pengayaman tulang balok, diantaranya:
90
1.
Di dalam bekisting
2.
Di atas bekisting
3.
Di luar bekisting
Di dalam proyek pembangunan Hotel Batara Bandung, penulis
mengamati bahwa perakitan atau penulangan tulangan khususnya untuk balok
dilakukan penganyaman terlebih dahulu sebelum dikerjakan pekerjaan bekisting.
Langkah-langkah pemasangan tulangan yang penulis amati di lapangan:
1. Pembesian pada sambungan balok dan kolom dikerjakan di tempat
kerja dengan cara mengikat sambungan tersebut dengan kawat
sehingga kuat dan kokoh agar tidak terlepas.
2. Pekerjaan di mulai dengan memasang tulangan memanjang terlebih
dahulu yang menggunakan besi ulir berdiameter sesuai dengan
gambar kerja yang telah direncanakan.
3. Setelah pekerjaan pemasangan tulangan memanjang selesai
dikerjakan, maka dilanjutkan dengan pemasangan tulangan yang
melingkari tulangan tersebut (sengkang) dan kemudian diikat
dengan kawat baja.
4. Setelah pemasangan tulangan untuk balok dan pengikatan tulangan
serta pemasangan sengkang, kemudian dipasang beton decking di
setiap balok dengan jarak yang teratur (berkisar setiap 1 meter),
agar jarak selimut beton tetap terjaga sehingga tidak terjadi
lendutan akibat berat sendiri tulangan.
91
Gambar 4.11. Pemasangan Tulangan
4.2.1.3 Pekerjaan Bekisting
a.
b.
c.
Alat-alat yang dipakai

Gergaji kayu

Palu

Unting-unting

Alat ukur (meteran)
Bahan-bahan yang digunakan

Multiplex dengan tebal 12 mm.

Kaso ukuran 5/7 cm sebagai penguat

Paku besi
Tenaga kerja

Mandor

Kepala tukang kayu

Tukang kayu

Pekerja
Bekisting merupakan alat bantu sementara, yang memegang
peranan penting untuk mendapatkan bentuk dan sebuah pekerjaan yang akan
dibuat. Kualitas bekisting menentukan bentuk dan rupa konstruksi beton, oleh
karena itu bekisting harus dibuat dari bahan-bahan yang bermutu tinggi dan perlu
direncanakan sedemikian rupa supaya konstruksi tidak mengalami kerusakan
akibat lendutan atau lenturan yang timbul ketika beton dituang.
Adapun persyaratan pembuatan bekisting adalah sebagai berikut:

Dapat mengahasilkan beton yang mempunyai bentuk, ukuran, dan
batas-batas yang sesuai dengan gambar rencana.

Bersih dari kotoran, serbuk gergaji, potongan kawat dan bendabenda lainnya.
92

Dapat menahan berat sendiri dan berat konstruksi yang dibuat.

Kokoh, kuat serta rapat, sehingga dapat dicegah kebocoran adukan.

Memiliki sambungan yang kuat terhadap pergeseran dan perubahan
bentuk.

Bahan yang digunakan tidak mudah menahan air.

Bekisting harus mudah untuk dibongkar setelah beton mengeras,
sehingga sebelum melakukan pengecoran maka bekisting diolesi
dengan pelumas agar beton tidak merekat pada bekisting.
Langkah-langkah pemasangan bekisting balok yang penulis amati di lapangan:

Sebelum pemasangan bekisting balok, terlebih dahulu memasang
bekisting untuk kolom, sesuai dengan rencana pada gambar.

Setelah pemesangan bekisting kolom selesai, baru kemudian
dilakukan pemasangan scaffolding yang dipasang sejajar dengan
jarak yang cukup rapat antara scaffolding satu dengan yang lainnya,
kemudian dirangkai menjadi satu kesatuan penyokong bekisting.
Gambar 4.12. Pemasangan Scaffolding dan Bekisting Bagian Bawah
93

Setelah pemasangan scaffolding sebagai penyangga bekisting
selesai, baru diatas scaffolding diletakkan balok gelagar berukuran
6/12.

Kemudian di atas gelagar diletakkann kaso melintang dengan jarak
30-50 cm sebagai penyangga dasar bekisting.

Setelah pemasangan balok gelagar, baru kemudian dipasang
multipleks atau papan yang dipaku pada balok kayu berukuran 5/78/12 sesuai dengan dimensi atau ukuran balok.

Pada saat pemasangan bekisting balok antara pertemuan multipleks
satu dengan yang lainnya mesti rapat sehingga tidak ada celah yang
mungkin bisa menyebabkan keluarnya adukan saat pengecoran.
Syarat Pemasangan Bekisting
Semua bagian dari bekisting atau cetakan pembentuk harus benar-benar kuat
dan kokoh, serta harus dilengkapi pula ikatan-ikatan penguat lainnya, hal tersebut
dimaksudkan agar supaya tidak terjadi adanya perubahan bentuk sewaktu-waktu
dilakukannya pekerjaan pengecoran dan pemadatan beton. Bekisting yang dibuat
dari kayu atau polywood harus benar-benar dibuat sebaik mungkin serta dari kayu
yang tahan cuaca.
Gambar 4.13. Pemasangan Bekisting
94
Pada proyek pembangunan hotel Batara Bandung pekerjaan bekisting balok
menggunakan kayu, sementara kayu yang sering digunakan sebagai bekisting
semakin sulit didapat. Hutan sebagai bahan baku kayu semakin berkurang.
Penebangan hutan dihadapkan pada permasalahan yang semakin hari semakin
serius yaitu pemanasan global (Global Warming) Bekisting dari kayu harusnya
sudah sejak lama dicarikan penggantinya.
Dalam dunia konstruksi di Indonesia, penggunaan bekisting kayu hampir
belum ada. penggantinya. Proyek konstruksi di Indonesia sepertinya masih sangat
menggantungkan kayu sebagai material utama pembuatan bekisting. Ada
alternatif dengan menggunakan material baja atau besi namun penggunaannya
masih terbatas karena material tersebut memiliki berat jenis yang tinggi sehingga
menimbulkan masalah kesulitan pelaksanaan dalam aplikasinya.
Selama ratusan tahun negara kita merupakan penghasil bahan baku dari
hutan yang besar. Bisa jadi merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Itu dulu,
namun sekarang dengan banyaknya penebangan hutan secara liar dan eksploitasi
yang besar-besaran dan tidak terkendali hutan kita menyusut cukup banyak
sehingga saat ini mulai sering kita hadapi kelangkaan kayu sebagai bahan
bekisting dalam pengerjaan proyek konstruksi di samping masalah-masalah akibat
mulai rusaknya hutan seperti banyaknya bencana alam banjir, tanah longsor,
perubahan iklim yang ekstrim, dan lainnya.
Berdasarkan pengalaman selama mengerjakan proyek, bekisting pekerjaan
struktur beton telah menghabiskan begitu banyak kayu yang setelah digunakan,
tidak dapat diolah kembali dan menjadi masalah baru yaitu sampah. Penggunaan
kayu bekisting merupakan satu-satunya hal yang membuat pelaksanaan konstruksi
masih belum bisa dikatakan ”green”. Penggunaan begitu banyak kayu telah
membuat enviromental assesment pada perusahaan kontraktor yang telah
mendapatkan sertifikasi ISO 14000 tidak begitu bagus. Masalah ini telah menjadi
handycap yang harus diselesaikan.
Sudah saatnya kita mulai memikirkan alternatif lain selain kayu sebagai
bahan bekisting. Beberapa tahun terkahir telah ada produk bekisting yang
95
menggunakan bahan dasar plastik yang dikompositkan dengan bahan fiber glass.
Bahan plastik yang dikompositkan dengan fiber glass memiliki kemampuan yang
sama bahkan lebih baik dari kayu untuk digunakan sebagai bekisting.
Banyak pabrik di luar negeri telah memproduksi sistem bekisting plastik
ini secara massal. Bekisting plastik yang mereka buat dapat digunakan untuk
elemen struktur pondasi, kolom, dinding dan pelat lantai. Hal ini berarti hampir
semua elemen struktur beton dapat menggunakan sistem bekisting plastik yang
mereka produksi. Beberapa perusahaan yang telah memasarkan produk sistem
bekisting plastik / Plastic Formwork System yang Saya dapatkan di internet antara
lain:
-
Hangzhou Yongshun Plastic Industry
-
EPIC ECO
-
Moladi
N
Gambar 4.14 Contoh bekisting Plastik
Material plastik untuk pengganti kayu pada bekisting merupakan ide yang
brillian. Hal ini disebabkan karena plastik memiliki keunggulan yang lebih dari
pada kayu disamping untuk kepentingan pelestarian lingkungan. Berikut ini
adalah keunggulan bekisting plastik:
96
1. Bebas kelembaban dan tidak mengalami perubahan dimensi atau
bentuk
2. Pemasangan lebih mudah dan tanpa perlu minyak bekisting.
3. Mempercepat waktu pelaksanaan bekisting
4. Tidak berkarat
5. Tidak gampang rusak oleh air sehingga cocok untuk konstruksi
bawah tanah dan lingkungan berair
6. Efisien secara biaya
7. Kualitas hasil yang lebih baik
8. Gampang dipasang dan dilepas sehingga mengurangi biaya upah
9. Daya tahan lama, dapat digunakan 40-70 kali. Ada produk yang
dapat digunakan hingga 1000 kali.
Terlihat bekisting plastik memiliki banyak keunggulan dibanding dengan
bekisting kayu baik dari sisi mutu, biaya, dan waktu. Bagi Owner dan Perencana,
bekisting plastik akan menurunkan biaya proyek.
4.2.1.4 Pengecoran Balok
a.
b.
Alat yang dipakai

Pompa beton (concrete pump)

Concrete mixer

Vibrator

Compressor

Alat untuk meratakan adukan (garu)
Bahan-bahan yang digunakan

c.
Adukan beton ready mix K-300
Tenaga kerja
Pekerjaan pengecoran merupakan pekerjaan puncak yang
dilakukan dalam proyek ini, sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan
pengecoran banyak sekali pihak yang terlibat, seluruh pekerja
dikerahkan dan para staff proyek ikut serta menghadiri pada saat proses
pengecoran berlangsung.
d.
Pengetesan Beton
97
Pada Proyek ini dilakukan pengetesan beton terlebih dahulu
sebelum beton digunakan.
e.
Pengecoran Beton
Tahapan-tahapan pekerjaan pengecoran dan pemadatan pada
proyek ini yaitu :
 Sebelum pengecoran dimulai semua pekerjaan sebelumnya seperti
pemasangan tulangan balok dan pemasangan bekisting sudah
dilakukan.
 Setelah memastikan pekerjaan tulangan dan bekisting selesai,
dilanjutkan dengan pembersihan bagian-bagian yang akan di cor.
 Pengecoran dilaksanakan menggunakan beton Ready mix K-300.
 Kemudian beton dipompa dengan concrete pump dan langsung
dialirkan ke bekisting yang sudah siap di cor.
 Lakukan penggetaran dengan Vibrator.
Gambar 4.15. Pengecoran
4.2.1.5
Pemadatan Beton
Adukan beton dipadatkan dengan memakai alat penggetar
(vibrator). Dalam permukaan vertikal, vibrator dekat dengan cetakan,
tetapi tidak boleh menyentuh sehingga dihasilkan suatu permukaan
98
beton yang baik. Pada saat menggetarkan suatu bagian adukan, tidak
lebih dari 30 detik. Penggetar tidak boleh dilakukan langsung
menembus tulangan kebagian-bagian adukan yang sudah mengeras,
oleh karena itu, penggunaan vibrator harus sesegera mungkin.
Dijaga dan diyakinkan pula bahwa semua unsur atau bagian dari
beton telah bergetar semuanya, dengan tidak menimbulkan segregasi
dari material-material dikarenakan over vibration. Mesin penggetar
dipergunakan tegak lurus dan tidak boleh digetarkan langsung
mengenai besi tulangan beton terutama apabila besi tersebut adalah
stek-stek yang mempunyai ukuran tertentu.
Jumlah dari mesin penggetar yang dipergunakan pada setiap
pengecoran beton ditentukan oleh rata-rata dari pengecoran beton itu
sendiri. Kontraktor mempersiapkan pula satu cadangan mesin
penggetar, yang dipergunakan sewaktu-waktu apabila terjadi mesin
penggetar yang ada rusak atau mogok.
4.2.1.6 Pembongkaran Bekisting
a.
Alat yag dipakai
 Palu
 Gegep
 Linggis
 Martil
b.
Tenaga kerja
 Mandor
 Tukang kayu ½ terampil
 Pekerja
c.
Pelaksanaan pembongkaran
Dalam pelaksanaan pembongkaran beton ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, diantaranya :
1. Waktu dan cara membongkar bekisting dilakukan dengan hati-hati,
untuk menghindari kerusakan pada beton.
99
2. Beton yang masih muda tidak diijinkan untuk dibebani langsung
setelah bekisting dibuka, karena permukaan beton harus diperiksa
dan permukaan yang tidak beraturan harus diperbaiki.
3. Pembongkaran bekisting dapat dilakukan bila beton mencapai
kekuatan cukup untuk mendukung berat sendiri dari beban yang
bekerja di atasnya.
4. Pada proyek Hotel Batara Bandung ini, bekisting diizinkan dibuka
oleh pengawas setelah 2 minggu dari hari pengecoran, karena
mereka yakin dengan umur beton sekian sudah kuat.
Sebelum perencanaan pembongkaran bekisting, mula-mula
dilihat cara yang mana dan urutan dari pembongkarannya. Sebaliknya
untuk permulaan pembongkaran bekisting dimulai dari bagian yang
tidak mendukung seperti : biasa sisi dari kolom, dinding, balok dan
lantai.
d.
Langkah-langkah pembongkaran bekisting
1.
Pembongkaran bekisting atau cetak pembentuk balok bisa
dilakukan bila hal tersebut tidak akan mengakibatkan dan
menimbulkan kerusakan beton.
2.
Pembongkaran bekisting dilakukan bila cor beton telah benarbenar kering. Pembongkaran bekisting dilakukan bersamaan
dengan pembongkaran scafolding.
3.
Kontraktor bertanggung jawab penuh apabila sampai terjadi
adanya kerusakan atau cacat beton yang disebabkan oleh
adanya pembongkaran bekisting sewaktu beton masih belum
cukup umur, ataupun pembongkaran bekisting terlalu cepat
sebelum waktunya.
4.3
Kendala Yang Terjadi Pada Saat Pelaksanaan Proyek
Pada setiap proyek konstruksi memiliki perencanaan dan target
waktu tertentu dalam melaksanakannya. Pelaksanaan pekerjaan proyek
tersebut dapat mengalami percepatan ataupun perlambatan dari jadwal
100
rencana sebelumnya. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan timbulnya
permasalahan pada saat proses pelaksanaan pekerjaan yang diluar rencana
sehingga perlu diatasi dengan mencari solusi yang tepat dan cepat demi
kelancaran proyek tersebut.
Berbagai masalah yang terjadi dalam proyek pembangunan Hotel
Batara Bandung, dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis permasalahan
yaitu permasalahan teknis dan permasalahan non teknis. Permasalahan
teknis yaitu semua masalah yang berhubungan dengan persoalan fisik
teknis proyek di lapangan. Sedangkan permasalahan non teknis adalah
permasalahan yang timbul dari faktor luar atau lingkungan yang erat
kaitannya dengan pelaksanaan proyek yang lebih cenderung bersifat
abstrak.
Hambatan-hambatan ini dapat diatasi dengan banyak cara, semakin
kita sering dan sudah berpengalaman dalam bidangnya maka banyaklah
alternatif-alternatif yang dapat menyelesaikan berbagai macam hambatan
atau problematika dalam pekerjaan pelaksanaan dilapangan.
101
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Setelah meninjau pelaksanaan di lapangan selama Praktik Industri 5 (lima)
bulan pada pembangun “Hotel Batara Bandung”, praktikan dapat menyimpulkan
beberapa hal sebagai berikut :
1. Pada pelaksanaan proyek ini, terkadang terhambat pelaksanaan, ada
beberapa hari proyek ini off atau tidak berjalan dikarenakan keterlambatan
datangnya bahan dari suplayer sehingga membuat perkembangan dari
pembangunan proyek ini terhambat.
2.
Pada proyek ini diadakan pengawasan umum dari pihak Owner (PT.
Batara Puri Asri), kontraktor pelaksana PT. Mitra Bangun Prima. Juga
adanya rapat koordinasi di proyek serta konsultasi dengan konsultan
mengenai pemeriksaan mutu dari bahan-bahan (besi tulangan, kusen-kusen
pintu dan jendela, skakolding, dll) yang digunakan dalam pembangunan
proyek. Begitu juga dalam pemberian informasi mengenai laporan harian,
laporan mingguan, laporan bulanan pada semua instansi yang terk ait.
102
Proses pembayaran dari pihak owner ke pihak kontraktor adalah dengan
cara money progress payment, yaitu pihak owner membayar ke pihak
kontraktor melihat dari progress.
5.2
Saran - Saran
Setelah melaksanakan Praktik Industri ini praktikan ingin menyampaikan
beberapa saran bagi pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan Praktik Industri
ini.
Adapun saran-saran tersebut sebagai berikut :
A. Saran Untuk Pelaksana Proyek
1. Untuk menghindari keterhambatan berjalannya proyek, maka perlu adanya
koordinasi yang lebih baik lagi antara pengelola dan owner supaya jalanya
proyek lancar.
2. Pengawasan yang dilakukan lebih ketat lagi dan rapat koordinasi antara
pengelola dan owner lebih mantap lagi.
3. Dalam proses pembayaran terjadi kesepakatan yang deal antara dua pihak,
sehingga tidak saling merugikan.
B. Saran Untuk Jurusan Pendidikan Teknik Sipil
1. Sebaiknya dari jurusan bisa memberikan link-link dalam pembangunan
proyek serta letak lokasinya, sehingga memudahkan mahasiswa dalam
mencari tempat Praktik Industri demi kelancaran studi mahasiswa.
2. Perlu adanya koordinasi atau hubungan antara pihak Jurusan dengan pihak
kontraktor agar didapatkan hasil yang optimal.
C. Saran Untuk Mahasiswa Calon Peserta Kerja Praktik Industri
1. Mahasiswa calon peserta Kerja Praktik Industri hendaknya membekali diri
terlebih dahulu dengan pengetahuan, tidak hanya pengetahuan yang telah
didapatkan pada waktu kuliah. Hal ini mengingat permasalahan yang ada
103
di lapangan tidak selamanya seperti teori yang didapat di bangku kuliah,
dan hal itu memerlukan pengetahuan yang lebih luas lagi.
2. Mahasiswa peserta Kerja Praktek Industri, sebaiknya lebih aktif dan
banyak bertanya pada pembimbing yang ada di lapangan, sehingga kita
banyak menambah pengetahuan,tanpa harus menunggu untuk diberi
penjelasan oleh pembimbing yang ada di lapangan.
Download