KOMPAS.com - Hampir tiap malam, Lara Djonggrang ramai. Kebanyakan pengunjung adalah ekspatriat walaupun menu di sini adalah menu tradisional Indonesia. Inilah Lara Djonggrang, sebuah restoran mewah yang namanya terinspirasi dari cerita legenda Indonesia. Patung Lara Djonggrang terlihat saat pengunjung akan memasuki pintu masuknya. Ketika masuk, pelayan yang ramah dan berlogat Jawa akan langsung menghampiri. Bila sudah melakukan reservasi mereka akan mengantarkan pengunjung ke meja yang sudah ditandai dengan daun besar segar yang dituliskan nama pemesan. Setelah itu mereka akan memberikan buku menu. “Tradisi di sini, setelah pengunjung memesan makanan, maka pelayan akan menawarkan diri untuk mengajak pengunjung berkeliling gedung, melakukan perjalanan singkat sambil berkisah mengenai sejarah. ini lah cara mereka menjamu pengunjung saat menunggu makanan siap disajikan. Jadi mau diantar untuk berkeliling?” tawar PR Tuguhotels, Exotic Spas & Restaurants, Rosiany T. Chandra. Lara Djonggrang adalah restoran yang benar-benar memikat, seperti sebuah museum atau galeri seni. Di tiap sudutnya mengandung nilai seni. Tak bosan-bosan mata berjelajah untuk sekedar mengenali patung atau lukisan apakah yang memenuhi sudut dan dindingnya. Kami memulainya dengan mengunjungi Ruang Soekarno. Ruangan dengan sematan nama Presiden RI pertama tersebut cukup luas. Menurut Sian, Lara Djonggrang memiliki beberapa ruangan pribadi seperti ini yang memungkinkan dapat dipakai saat rapat kecil atau reuni. Sejak dibuka tahun 2006 silam, Lara Djonggrang berkomitmen untuk menawarkan konsep fine dining dengan menu tradisional Indonesia. Selain itu pengunjung yang datang bukanlah mereka yang hanya ingin mencicipi kelezatan makanan Indonesia saja, tetapi juga ingin menikmati sejarah dan kemegahan masa lalu. “Di belakang ini ada Bar, La Bihzad Lounge namanya,” ujar Sian. Berbeda sekali dengan suasana di restoran bagian depan. Di sini warna merah dominan, warnanya sedikit mencolok mata. Sampai di sini, perjalanan belum selesai, masih ada bagian terakhir. Dari bagian belakang ini pengunjung bisa langsung menuju ke luar restoran. Ruangan yang satu ini sepi, tak seperti keadaan depan ataupun bar tadi. Padahal ini adalah ruangan inti. “Ini ruangan yang lumayan besar ya. Nama nya Lara Djonggrang,” jelas Sian. Ruang Lara Djonggrang terkesan klasik, warna lampunya kuning, ada patungpatung Lara Djonggrang juga atap yang dihiasi bayang-bayang wayang diatasnya. Selesai perjalanan singkat tadi, rupanya makanan sudah siap disajikan. Di meja sudah ada piring nasi yang tak biasa, nasinya dicetak menyerupai kepala wayang. “Ini Arjuna, gabungan nasi uduk dan nasi kuning,” tukas Sian. Sedangkan untuk lauknya ada udang swaloka, oseng daun pepaya dengan petai, itik goreng lengkuas, dan sate sapi yang tentunya menggoda selera. Tak lupa untuk hidangan penutup, sudah tersedia pula bubur bola ubi dan es campur mahameru. Lebih Istimewa dengan Menu Istimewa Dengan varian menu yang beragam, Lara Djonggrang masih punya beragam menu spesial yang bisa dicoba. Misalnya Royal Tugu Dom Dining, akan mengingatkan pengunjung pada kerajaan Majapahit di masa Raja Hayam Wuruk. Makanan untuk persembahan raja saat itu adalah makanan khas Jawa hingga Bali, sangat beragam dan disajikan dengan segala kemewahan. Pengunjung yang memesan hidangan istimewa ini akan mendapatan serangkaian prosesi. Para pelayan akan melakukan parade dan upacara sederhana yang disertai dengan tarian-tarian tradisional saat mengantarkan pesanan. Selain itu, menu andalan Lara Djonggrang lainnya ialah menu Pasar Nelayan Kampung Tugu. Menu ini terdiri dari berbagai hidangan laut seperti lobster, ikan bawal, kerang, dan cumi. “Ada Pasar Satay yang terdiri dari berbagai jenis sate,” tambahnya. Sate tersebut ditaruh dalam satu tempat panjang. Isinya sate seafood, ayam, sapi, kambing, dan lilit. Sama seperti Royal Tugu Dom Dining, dua menu ini disajikan dengan banyak pelayan tetapi tanpa arak-arakan dan prosesi. Penulis Editor : Kontributor Travel, Sri Noviyanti : Ni Luh Made Pertiwi F