Peranan Agen Perubuhan dalam Penguatan Kelembagaan Masyarakat (Studi Kasus: Pemimpin Kolektif pada PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Ujung Sabbang Kec. Ujung Kota Parepare) Role of in the strengtthening of community institution: A Case of Study on Collective Leaders CENP of Urban Mandiri at Ujung Sabbang villge Administration, Ujung Distrik, ParepareCity Abd. Wahidin, Tahir Kasnawi, Rahmat Muhammad ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengkaji (1) Mengkaji kapasitas agen perubahan Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) dalam melaksanakan peranannya pada proses penguatan kelembagaan masyarakat pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, (2) peranan agen perubahan LKM dalam penguatan kelembagaan masyarakat pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat pada PNPM Mandiri Perkotaan. Penelitian ini bersifat deskripsi dengan pendektan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara. Informan yang diambil sebanyak sembilan sebagai pemimpin kolektif. Data analisis bersifat kualitatif. Hasil penelitian menujukkan bahwa (1) kapasitas pemimpin kolektif/anggota LKM Sipakamase pada karakteristik individual dipengaruhi oleh pendidikan, tingkat perekonomian dan keahlian informan dalam melaksanakan perannya, sedangkan pada aspek tanggung jawab sosial dipengaruhi pilihan masyarakat yaitu amanah dan dapat dipercaya dalam melaksanakan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan. (2) Perbandingannya peranan pemimpin kolektif/anggota LKM Sipakamase yang dominan adalah peranan fasilitasi dibandingkan peran edukasi. (3) Sistem sosial, LKM Sipakamase merupakan bagian sistem sosial / subsistem sosial baru sebagai pranata sosial yang potensial dan mempunyai peranan dan fungsi dalam mensejahterakan masyarakat. (4) Semakin banyak peranan yang melekat pada diri seseorang akan semakin tinggi kecederungan terjadi konflik peran sehingga mempengaruhi kualitas peranan pada statusnya. ABSTRACT The objectives of the research were (1) to analyse capacity of the innovating agents of community Self-Supporting Institution (CSSI) in carrying out its role I the process of the strengthening of the community institution on the community Empowerment National Program (CENP) of Urban Mandiri, and (2) to elaborate the innovating agent’s role of the CSSI in the strengthening of the community institution on CENP of Urban Mandiri. This was a qualitative descriptive research with the basic method of the case study through an observation, and an interview. The selected informants were as many as 9 (nine) collective leaders known as innovathing agents (the moving motor) of the community in the process of 1 poverty tackling on the CEN of Urban Mandiri. The result of the research reveals that: (a) the capacity of collective leaders / the members of “sipakamase” CSSI Particularly on the individual characteristic is influenced by educational background, economic level, and the informants ‘expertise in carrying out thei rol. Whereas the capacity of social responsibility” to carry out the activities of CENPof Urban Mandiri, (b) On the comparison, both roles of the collective leaders/the members of Sipakamase” CSSI the dominant on is facilitative role compared with the educational role, (c) on the social system, “Sipkamase” CSSI represents the part of the social system/news su-system as the potential socil institution and iit has the role and function in making the community prosperous, and (d) The research case also indicates that the more rules built in someone, the higher the tendency of the role conflict occurs so that it influences the role quality on its status. Kata kunci : Perubahan Sosial, Agen Perubuhan PENDAHULUAN Kemiskinan, tanpa batas wilayah, sejarah, dan individu telah menjadi sebuah momok yang sangat menakutkan. Betapa tidak, kemiskinan mampu menyeret seseorang menjadi kriminal, pelacuran, pelaku kekerasan, kebodohan, buta huruf, bahkan menjadi korban fisik dan mental karena tidak terpenuhinya kebutuhan hidup. Dengan demikian, melihat fenomena tersebut maka perlu direkontruksi menjadi strategi dasar penanggulangan kemiskinan yang berimplikasi pada fokus perubahan perilaku yaitu pembangunan manusia melalui program pemberdayaan seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM Mandiri Perkotaan), sehingga perubahan perilaku kolektif dengan cara membangun kesadaran kritis semua pihak (masyarakat dan pemerintah) dalam penangulngan kemiskinan. Pada studi perubahan sosial, “Agen” menjadi penting sebagai salah satu unsur sistem sosial yang dapat berperan penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Strategi penanggulangan kemiskinan melalui PNPM Mandiri Perotaan adalah bentuk penguatan kelembagaan masyarakat melalui peran “agen” yaitu pimpinan kolektif / anggota Lemabaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) sebagai proses pembelajaran masyarakat sampai pada fase pengembangan kesadaran kritis masyarakat dalam proses penaggulangan kemiskinan di tingkat kelurahan. Bila peranan “Agen “ ini (Pimpinan Kolektif / Anggota LKM ) dapat melaksanakan fungsinya niscaya upaya mendorong masyarakat dalam memecahkan masalah kemiskinan dapat secara mandiri dilakukan, sehingga terjadi perubahan sosial dalam hal pola prilaku masyarakat tidak lagi hanya sebagai obyek tetapi juga sebagai subyek (palaku) pembangunan di wilayahnya. Dengan alternatif strategi ini bisa mempercepat penanggulangan kemiskinan dengan keterlibatan masyarakat itu melalui potensi/kekuatan-kekuatan individu (Agen) yang peduli mengenai persoalan kemiskinan. 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada studi perubahan sosial teori fungsionalisme struktural, terutama dalam karya Talcott Parsons, Robert Merton, serta pengikut mereka (seperti Bronislaw Malinowski, Radclif-Brown, dan Alvin Gouldner (Poloma, 2004) memusatkan perhatian pada “struktur sosial” dan “institusi sosial” berskala luas, antar hubungannya, dan pengaruhnya terhadap aktor. Parsons melihat sistem sosial sebagai satu dari tiga cara di mana tindakan sosial bisa diorganisir, dua sistem lainnya adalah sistem kultural yang mengandung nilai dan simbol-simbol serta sistem kepribadian para pelaku individual (Poloma, 2004). Robert K. Merton, sebagai seorang yang mungkin dianggap lebih dari ahli teori lainnya telah mengembangkan pernyataan mendasar dan jelas tentang teoriteori fungsionalisme, merton adalah seorang pendukung yang mengajukan tuntutan lebih terbatas bagi perspektif ini. Mengakui bahwa pendekatan ini (fungsional-struktural) telah membawa kemajuan bagi pengetahuan sosiologis. Merton telah mengutip tiga postulat yang ia kutip dari analisa fungsional dan disempurnakannya, diantaranya ialah : postulat pertama, adalah kesatuan fungsional masyarakat yang dapat dibatasi sebagai suatu keadaan dimana seluruh bagian dari sistem sosial bekerjasama dalam suatu tingkatan keselarasan atau konsistensi internal yang memadai, tanpa menghasilkan konflik berkepanjangan yang tidak dapat diatasi atau diatur. Atas postulat ini Merton memberikan koreksi bahwa kesatuan fungsional yang sempurna dari satu masyarakat adalah bertentangan dengan fakta. Hal ini disebabkan karena dalam kenyataannya dapat terjadi sesuatu yang fungsional bagi satu kelompok, tetapi dapat pula bersifat disfungsional bagi kelompok yang lain. Postulat kedua, yaitu fungionalisme universal yang menganggap bahwa seluruh bentuk sosial dan kebudayaan yang sudah baku memiliki fungsi-fungsi positif. Terhadap postulat ini dikatakan bahwa sebetulnya disamping fungsi positif dari sistem sosial terdapat juga dwifungsi. Beberapa perilaku sosial dapat dikategorikan kedalam bentuk atau sifat disfungsi ini. Dengan demikian dalam analisis keduanya harus dipertimbangkan. postulat ketiga, yaitu indispensability yang menyatakan bahwa dalam setiap tipe peradaban, setiap kebiasaan, ide, objek materiil dan kepercayaan memenuhi beberapa fungsi penting, memiliki sejumlah tugas yang harus dijalankan dan merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan system sebagai keseluruhan. Menurut Merton, postulat yang kertiga ini masih kabur, belum jelas apakah suatu fungsi merupakan keharusan (Ritzer & Godman, 2008). Dihubungkan dengan perubahan sosial dan agen Perubuhan, teori strukturasi Gidens dalam Piotr Sztompka (1993) menjelaskan bahwa Agen perubahan adalah perilaku sehari-hari orang biasa yang sering kali tidak dimaksudkan untuk mengubah apapun tetapi justru membentuk dan membentuk ulang masyarakat manusia. Menurut Poulo Friere dalam Fakih (2001) dalam paradigma pendidikan yang dianutnya, bahwa agen Perubuhan dapat digambarkan sebagai penyelenggara pendidikan yang memerankan visi utama pendidikan sebagai ‘pemanusiaan manusia’ dengan melakukan refleksi kritis, terhadap sistem dan ‘ideologi yang dominan’ yang telah berlaku di masyarakat, serta menentang 3 sistem tersebut untuk memikirkan sistem alternatif ke arah transformasi sosial menuju suatu masyarakat yang adil. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di kelurahan Ujung Sabbang yang terletak di kecamatan Ujung Kota Parepare. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2011. Dalam melakukan penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif dengan metoda dasar studi kasus, yaitu penelitian yang digunakan dan dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap obyek penelitian. untuk itu penelitian ini ditujukan agar dapat mempelajari secara mendalam dan mendetail tentang agen Perubuhan (pemimpin kolektif LKM). Pemilihan lokasi ini dilakukan secara purposive (disengaja) yang didasarkan atas pertimbangan bahwa alasan dipilihnya Kelurahan Ujung Sabbang ini oleh karena, terdapat suatu kelembagaan masyarakat yang disebut dengan Lembaga Keswa-dayaan Masayarakat (LKM) yang di dalam korganisasaiannya terdapat pemimpin kolektif sebanyak 9 orang yang disebut sebagai agen perubuhan (motor penggerak) masyarakat dalam proses penang-gulangan kemiskinan pada PNPM Mandiri Perkotaan yang berke-lanjutan hingga saat ini dan umumnya terdapat berbagai karak-teristik (umur, jenis kelamin, pendidikan dan jenis pekerjaan), maka dari itu 9 pemimpin kolektif ini dipilih menjadi informan. Teknik pengumpulan data untuk memperoleh data yang valid sesuai dengan yang diharapkan, digunakan tehnik wawancara mendalam (indepth interview) dengan maksud untuk menggali lebih dalam tentang pelaksanaan program sehingga informasi menjadi lebih jelas dan valid dan observasi yang dilakukan untuk mengetahui hal yang sebenarnya di lapangan. Obervasi ini dilakukan dengan cara langsung ke lapangan untuk mengetahui dan melihat secara langsung aktivitas yang dilaksanakan dalam PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Ujung Sabbang Kota Parepare. Beberapa aspek yang akan diobservasi terdiri dari aspek pelaksanaan program dan aspek pemanfaatan hasil yang sedang dilaksanakan.sedangkan teknik an-alisa data yang dipergunakan adalah selama melakukan penelitian, penulis menggunakan catatan lapangan (Field Notes) dari hasil ringkasan dari jawaban peserta melalui forum diskusi lalu hasil ringkasan jawaban peserta tersebut akan dianalisa satu per satu hasil temuan tersebut. Menurut Miles dan Huberman dalam Silalahi (2009), kegiatan alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Defenisi konseptiual yang digunakan dalampenelitian ini adalah, Agen Perubuhan dan Pe-ranan Pemipmpin Kolktif LKM Sipakamase. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarakan hasil penelitian dalam tulisan ini, ada dua hal yang menjadi fokus penelitian yaitu; pertama, mengetahui kapasitas agen perubuhan Lembaga 4 Keswadayaan Masyarakat (LKM) mempengaruhi dalam menjalangkan peranannya pada proses penguatan kelembagaan masyarakat di Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, dan kedua menganalisis peranan agen perubuhan Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) dalam penguatan kelembagaan masyarakat pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Per-kotaan. Kapasitas agen perubuhan Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) mempengaruhi dalam men-jalangkan peranannya pada proses penguatan kelembagaan masyarakat di Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Per-kotaan, dapat dilihat pada 2 hal yaitu karakteristik induvidual dan tang-gungjawab sosial. Berikut di bawah ini dapat disimpulkan bahwa: a. Kapasitas (Karakteristik Indivi-dual dan Tanggungjawab Sosial) Pertama, bahwa menjadi anggota LKM pada PNPM Mandiri Perkotaan di tingkat kelurahan tidak di pengaruhi oleh kapasitas umur (tua, muda); kapasitasnya sebagai laki-laki atau perempuan; maupun kapasitanya sudah menikah atau belum menikah (single parent, mampun meried). Kedua, kualifikasi kapasitas seseorang menjadi anggota LKM tidak diukur dari karakteristik tingkat pendidikan, meskipun mayoritas pendidikan informan tamat SMA sederajad. Kedua, Karakeristik kon-disi ekonomi informan cukup bervariasi khususnya pada aspek jenis pekerjaan, pendapatan dan status kepemilikan rumah. Sedangkan pada aspek kelayak-an hunian ternyata ke-9 informan memiliki rumah yang layak huni. Jadi pada dasarnya informan menjadi pemimpin kolektif / anggota LKM pada PNPM Mandiri Perkotaan berpengaruh pada karaktristik latar belakang ekonomi, yaitu kehidupan ekonomi informan yang relatif mapan. Ketiga, pemimpin kolektif / Anggota LKM sangat penting mempunyai kapasitas peng-alaman berorganisasi. Akan tetapi tidak dipengaruhi oleh lamanya berorganisasi yang paling penting adalah kemauan untuk sering aktif dan berartisipasi dalam kegiatan ke organisasian. Itu sebabnya tidak ada Pegawai Negeri Sipil (PNS) menjadi pemimpin kolektif / angggota LKM, salah satu alasannya adalah PNS memiliki kesibukan. Keempat, kapasitas ke-ahlian pemimpin kolektif/ anggota LKM sangat menetukan proses penguatan kelembagaan masyarakat khususnya perkembangan Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) Sipakamase Kelurahan Ujung Sabbang. Kea-hlian Informan bervariasi namun dalam kegiatan kelembagaan LKM saling melengkapi satu sama lainnya mulai dari sistem perencanaan, implementasi pro-gram dan kegiatan, maupun evaluasi program dan kegiatan. Atau dapat disimpulakan dari keempat hal di atas yaitu kapasitas karakteristik individu oleh informan menujukkan bahwa pada karaktristik Ke-ahlian, pengalaman organisasi, Latar Belakang ekonomi adalah aspek yang mempengaruhi kua-lifikasi untuk menjadi pemimpin kolektif atau anggota LKM. 5 Pada kapastitas tang-gungjawab sosial pemim-pin kolektif / anggota LKM Sipakamase bahwa keberadaannya sebagai agen PNPM Mandiri Perkotaan karena terdorong atas amanah dan kepercayaan masyarakat. Artinya pemim-pin kolektif / anggota LKM dan kelembaganya LKM berada dekat dengan masyarakat Jika dihubungkan de-ngan Sugiyanto (2002: 27-28), maka LKM Sipakamase termasuk lembaga yang ber-kembang, yaitu: Lembaga mulai “mekar” sejalan dengan waktu sebagaimana lembaga menjadi semakin teratur, mencul kesepakatan yang semakin kompak diantara anggota komunitas. Pada tahap ini mulai dibangun kinerja, program dan perluasan bentuk yang dis-esuaikan dengan kebutuhan komunitasnya. b. Peran Fasilitasi dan peran Edukasi Pemimpin Kolektif / Anggota LKM Pada peranan pemimpin kolektif / anggota LKM dalam proses penguatan lemabaga pada PNPM Mandiri Perkotaan Dihubungkan dengan Jim Ife, bahwa pada peran fasilitasi (facilitative roles) anggota LKM yaitu fasilitasi memberikan semangat, mediasi dan ne-gosisasi, memberi dukungan, membentuk konsensus, fasilitasi kelompok, terlaksana dengan baik pada proses implementasi kegiatan di PNPM Mandiri Perkotaan, kecuali peran fasilitasi pemanfaatan suber daya yang belum optimal. Sedangkan ditinjau dari segi peran edukasinya (educational roles) belum maksimal karena ada beberapa peran yang belum diperankan dengan baik, yaitu: peran mengonfrontasi dan men-jadi pelatih. Meskipun perannya dalam membangkitkan semangat sudah terjadi tapi output maupun masih rendah. Hanya peran menyampaikan informasi yang lebih maksimal dilakukan, fak-tanya adalah disamping LKM menyampaikan melalui media, tapi sudah kreatif dalam membuat tabloid “Pabbiritta” sebagai media informasi. Jadi jika dilakukan per-bandingan antara peran fasilitasi dan peran edukasi pemimpin kolektif / anggota LKM, yaitu masih dominan pada peran fasilitasinya. Secara umum dijelaskan bah-wa dalam sisitem sosial, LKM Sipakamasi merupakan bagian sistem / sub sistem baru sebagai pranata sosial / institusi sosial yang potensial dan mempunyai peran dan fungsi dalam mensejahterakan masyarakat. Pada penelitian ini juga men-jelaskan bahwa pada kasus penelitian ini menujukkan bahwa semakin banyak peran yang melakat pada diri pemimpin kolektif maka semakin tinggi kecederungan terjadi konflik peran sehingga mempengaruhi kualitas peranan pada statusnya, dan menujukkan bahwa semakin tinggi kapasitas yang dimiliki oleh pemimpin kolektif maka semakain tinggi kualitas peranannya, yang berdampak pada perubahan perilaku seseorang. Sedangkan temuan lapangan yang dihubungkan dengan pan-dangan dan pemikiran teritis bahwa Robert K. Merton, telah mengutip tiga postulat dari analisa fungsional dan disempurnakannya, yaitu : Postulat pertama, adalah koreksi bahwa kesatuan fungsional yang sempurna dalam kenyataannya dapat terjadi sesuatu yang fungsional bagi satu kelompok, tetapi dapat pula bersifat disfungsional bagi kelompok yang lain. Temuan hasil penelitian mendukung dari postulat ini bahwa anggota LKM aktif beberapa organisasi yang berarti informan memiliki beberapa peran dan status 6 yaitu pada pekerjaan, keluarga dan di organisasi lain. Dengan demikian terjadi konflik peran pada diri individu informan. Yang lebih menonjol adalah konflik peran antara status (kedudukan) di pekerjaan dan tuntutan keluarga sehingga terjadi pengorbanan pada peran tertentu. Postulat Kedua, terhadap postulat ini dikatakan bahwa sebetulnya disamping fungsi positif dari sistem sosial terdapat juga dwifungsi. Beberapa perilaku sosial dapat dikategorikan kedalam bentuk atau sifat disfungsi ini. Temuan hasil penelitian bahwa dengan terdapatnya beberapa peran dan fungsi ganda pada diri informan sehingga terjadi disfungsi peran lainnya, yaitu kasus salah satu informan terkadang diperhadapkan pada 2 tuntutan peran yang bersamaan, antara peran anggota LKM untuk ikut rapat pada acara PNPM Mandiri Perkotaan dan peran pada pekerjaanya harus menjaga toko dagangannya. Begitu juga kasus yang dialami informan lainnya yang seharusnya berperan menjaga ibunya yang sakit di rumah, malah harus meninggalkannya jika dianggap harus mengikuti rapat angota LKM. Postulat Ketiga, indispens-ability yang menyatakan bahwa dalam setiap tipe peradaban, setiap kebiasaan, ide, objek materiil dan kepercayaan memenuhi beberapa fungsi penting, memiliki sejumlah tugas yang harus dijalankan dan merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan sistem sebagai keseluruhan. Meskipun Robert K. Malton masih kabur terhadap postulat ini. Tetapi penelitian ini menujukkan bahwa keahlian, pengalaman organisasi, latar belakang ekonomi informan menjadi aspek yang dipenuhi oleh setiap anggota LKM. Dalam perspektif perubahan sosial, Teori parsons memusatkan perhatian pada “struktur sosial” dan “institusi sosial”, di mana status-peran aktor sebagai unit fundamental menganalisis studi sistem sosial. Kemudian dijelaskan, mengenai perspektif struktural memandang bahwa masyarakat mengorganisasikan, mengintegrasikan, dan mengarahkan kekuatan-kekuatan individu ke dalam berbagai macam peran menuju pada perubahan sosial. Dalam perspektif perubahan sosial, Teori parsons memusatkan perhatian pada “struktur sosial” dan “institusi sosial”, di mana status-peran aktor sebagai unit fundamental menganalisis studi sistem sosial. Kemudian dijelaskan, mengenai perspektif struktural memandang bahwa masyarakat mengorganisasikan, mengintegrasikan, dan mengarahkan kekuatan-kekuatan individu ke dalam berbagai macam peran menuju pada perubahan sosial. Fakta atau temuan hasil penelitian tentang studi ini adalah: a) Terbentuknya 63 Kelompok Swa-daya Masyarakat (KSM) adalah se-bagai bagian dari pengorganisasian masyarakat. Dengan PNPM Mandiri perkotaan masyarakat mempunyai akses: pembangunan permukiman di bidang lingkungan, yaitu pembangunan posyandu, draenase, perbaikan rumah tidak layak huni. Di bidang ekonomi, masyarakat miskin mendapatkan lapangan pekerjaan khususnya pada pekerja bangunan (tukang batu bangunan), ber-tambahnya modal usaha masyarakat melalui kegiatan ekonomi bergulir yang tingkat pengembaliannya (repayment rate) sebanyak 80%, (data PNPM Mandiri 2010), serta masyarakat telah mendapatkan berbagai pelatihan menambah keterampilan kerja masyarakat; 7 dan b) Terintegrasinya ke-9 sebagai kekuatan individu dengan berbagai kapasitas yang saling melengkapi dan bekerjasama dalam me-laksanakan perannya sesuai tuntutan program PNPM Mandiri Perkotaan. Dari segi jenis kedudukan (status), terintegrasinya informan ke dalam keanggotaan LKM termasuk kategori Achieved Status yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Ke-dudukan ini bersifat terbuka bagi siapa saja pada proses pemilihan anggota LKM oleh PNPM Mandiri Perkotaan sesuai kapasitas masing-masing individu berasarkan kriteria bersama yang dipakati olah masyarakat. c. Hubungan peranan pemimpin kolektif penguatan kelem-bagaan. Menurut Romagia’s Weblog (2011) bahwa penguatan kelembagaan sering juga disebut enforcement. Penegakan kelembagaan atau enforcement adalah upaya menegakkan aturan, pengawasan, kontrol maupun check and balance antara berbagai pihak yang terlibat secara langsung dalam kegiatan kelembagaan. Berdasarkan hal di atas dalam penelitian ini, maka penguatan kelembagaan yang dimaksud adalah adalah: a. Aturan: Kemampuan anggota LKM melaksanakan aturan organisasi (memiliki AD, ART, Tata Tertib Angguta LKM): - Dilaksanakan rapat rutin 2 kali sebulan dihadiri oleh anggota LKM dan sifatnya quorum, - Demokratis: Keputusan dibuat bersama, - Kesetaraan; tidak membeda-bedakan latar belakang, asal-usul, agama status, jenis kelamin dan lain-lainnya dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan (terlihat pada komposisi keanggotaan LKM atau pemimpin Kolektif LKM Sipakamase), - Transparansi dan Akuntabil-itas: sikap bertanggung jawab serta tanggung gugat terhadap pilihan keputusan dan kegiatan yang dilaksanakannya (dilakukan audit internal mapun audit independen, LKM menyampaikan laporan pertanggung-jawaban tahunan/RWT dan diterima oleh masyarakat). b. Pengawasan: Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan PNPM pada KSM (Ekonomi, Lingkungan, dan Sosial), c. Kontrol: KSM membuat Laporan Pertanggungjawaban sesuai dengan rencana kegiatan dan tepat waktu, d. Kordinasi: intensitas melakukan koordinasi pada pihak yang berkepentingan (Lurah, LMPK) Sedangkan temuan mengenai penguatan yang dilakukan oleh pemimpin kolektif pada PNP Mandiri Perkotaan, yaitu: a. Aturan: - Sesuai data sekunder (buku notulensi rapat) Pemimpin Kolektif / Anggota LKM telah melakukan rapat minimal 2 kali sebulan, dengan topik diskusi beragam. Pemimpin kolektif yang hadir rata-rata dalam kondisi qurum, adapun peserta yang tidak hadir harus menyampaikan alasan sebelum rapat dimulai. - Demokratis: keputusan yang dibuat berasarkan hasil rapat anggota LKM dalam kondisi quorum yang tidak didominasi oleh koordinator dalam hal 8 ini memiliki hak pengambilan keputusan bersama dengan cara musyawarah anggota, voting mapun secara aklamasi - Kesetaraan: pemimpin kolektif diberi kesempatan yang sama dalam hal memimpin rapat sesuai tempat pertemuan (misalnya jika dilakukan dirumah HJ maka pemimpin rapat adalah HJ, dan begitu seterusnya, sehingga jika dilakukan di rumah perempuan maka juga diberi kesempatan yang sama mempin rapat). - Transparansi dan Akuntabilitas: LKM Sipakamase telah melakukan audit BPKP dua kali yaitu pada tahun 2009 dan 2010, serta telah dua kali melakukan RWT pada tahun 2009 dan 2010 dan masyarakat menerima dengan beberapa catatan, seperti melaksankan kembali kegiatan yang tertunda di tahun sebelumnya b. Pengawasan: Anggota LKM rutin melakukan pengawasan kegiatan di lokasi sasaran, misalnya pengawasan pembangunan posyandu, rehab rumah yang sesui dengan rencana di proposal KSM. Ukran keberhasilan lainnya adalah tercapainya tingkat pengembalian sejumlah 80% sesuai syarat kebrhasilan PNPM Mandiri perkotaan. c. Kontrol: Pemimpin kolektif melakukan pendampingan dan perampungan laporan kegiatan dan keuangan oleh KSM dan dilaporkan tepat waktu, sehingga BPKP menemukan adanya temuan di lapangan. Koordinasi: semua hasil keputusan rapat di koordinasikan di tingkat kelurahan untuk memastikan kegiatan tersebut tidak tumpangtindihnya suatu kegiatan dengan kegiatan pemerintah kelurahan, dan juga melakukan koordinasi terhadap dampak kegiatan tersebut, misalnya kecemburuan sosial, sengketa lahan dan sebagainya. KESIMPULAN 1. 2. Kapasitas pemimpin kolektif/ anggota LKM Sipakamase khususnya pada karakteristik individual dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, tingkat perekonomian dan keahlian informan dalam melaksanakan perannya. Sedangkan pada kapasitas tanggungjawab sosial dipengaruhi pilihan masyarakat yaitu “amanah dan dapat dipercaya” melaksanakan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan. Peranan fasilitasi dan peranan edukasi tidak dapat berdiri sendiri pada satu aspek tertentu tapi mempunyai korelasi yang saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya, akan tetapi pada perbandingannya, kedua peranan pemimpin kolektif/ anggota LKM Sipakamase dominan pada peranan fasilitasi (Facilitative Roles) dibandingkan peran edukasi (Educational Roles) SARAN 1. Karena pemimpin kolektif/ anggota LKM menempati kedudukan yang strategis di masyarakat dan menjadi media aspirasi masyarakat miskin maka perlu membuat rencana kerja yang jelas terhadap proses penanggulangan kemiskinan pada PNPM Mandiri Perkotaan. 9 2. 3. 4. PNPM Mandiri Perkotaan perlu adanya kesinambungan program (sustainable program) dan atau intervensi berkelanjutan dalam pengembangan konsep apalagi masyarakat telah dapat mengorganisasikan, mengintegrasikan, dan mengarahkan kekuatan-kekuatan individu ke dalam berbagai macam peran yang dikenal dengan anggota LKM. Jika ditinjau karakteristik pemimpin kolektif / anggota LKM bahwa sepertiga latar belakang ekonomi informan maka dianggap perlu pada PNPM Mandiri Perkotaan meningkatkan Biaya Operasional (BOP), hal ini penting karena pemimpin kolektif / anggota LKM tidak digaji, sehingga dengan meningkatnya BOP akan memotovasi untuk meningatkan efektifitas perannya. Bahwa Pemerintah Kelurahan dan pemimpin kolektif / anggota LKM perlu membangun sinergi dalam upaya penajaman program dan kegiatan pembangunan kelurahan khusunya program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan di Kelurahan Ujung Sabbang. DAFTAR PUSTAKA ……2006. Modul Pelatihan Dasar P2KP Tehnik Fasilitasi. KMP. Jakarta. ……2010. Modul Pelatihan Dasar PNPM Mandiri Perkotaan. Pemberdayaan dan Kere-lawanan. KMP. Jakarta. ……2009. Dokumen Perencanaan Jangka Menegah Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis). Kelurahan Ujung Sabbang. Bodiono. 2005. Kamus Ilmiah Populer Internasional. Alum-ni. Surabaya. Departemen Pekerjaan Umum. 2008b. Review Partisipatif: Modul Khusus. Jakarta. Sztompka, Piotr. 1993. Sosiologi Perubahan Sosial. Prenada Media Group. Jakarta. Susanto, AB. 2009. Reputation-Driven Corporate Sosial Rensponsibility. Erlangga. Jakarta. Adi. Isbandi, Rukminto. 2008. Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat sebagai upaya Pem-berdayaan Masyarakat, Rajawali. Jakarta. Agussalim. 2009. Mereduksi Kemiskinan Sebuah Proposal Baru Untuk Indonesia. Nala Cipta Litera. Makassar. Huraerah, Abu. 2008. Peng-organisasian dan Pengem-bangan Masyarakat; Model dan Strategi Pembangunan Berbasis Masyarkat Kerak-yatan. Humaniora. Bandung. Sugiyanto. 2002. Lembaga Sosial. Global Pustaka Utama. Jogjakarta. 10 Fakih, Mansour. Topatimasang, Roem. dan Roharjo Tato. 2001. Pendidikan Popular Membangun Kesadaran Kri-tis. Pustaka Belajar. Yogjakarta. Ife, Jim dan Tesoriero, Frank. 2008. Community Development: Alternatif Pengembangan Masyarakat di Era Global-isasi. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Ritzer, George. & Goodman, Douglas J. 2003. Terori Sosioogi Modern. Kencana. Jakarta. Fakih, Mansour. 1996. Masyarkat Sipil untuk Transformasi Sosial: Pergolakan Ideologi di Dunia LSM Indonesia. Pustaka Pelajar. Yogjakarta. Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Rafika Aditama. Bandung. Patilama, Hamid. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Jakarta. Yin, Robert K. 1996. Studi Kasus (Desain dan Metode). RajaGrafindo Persada. Jakarta. Ritzer, George. 2010. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Rajawali Pers. Jakarta. Berparadigma Ganda. Giddens, Anthony. 2009. Problema-tika Utama Dalam Teori Sosial: Aksi Struktur dan Kontardiksi dalam Analisis Sosial. Pustaka Belajar. Yogyakarta. Heslin, James M. 2007. Essentials Of Sociology: a Down-To-Eart Approach. Gelora Aksara Pratama. Jakarta. Nasiotion, S. 2009, Sosiologi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Soekanto, Soerjono. 2003. Sosiologi: Suatu Pengantar. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta. Poloma, Margaret M. 2004. Sosiologi Kontemporer. PT RajaGrafindo. Jakarta. Soetomo. 2006. Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Adikasimbar. 2010. Agen Pembaharu 2. http://adikas-ibar.wordprss.com/ 2010/05/25/- agen-pembaharu-2-sambungan/. (akses 24 Februari 2011). Zulkarnain, Zuliansyah P. 2009. peningkatan kapasitas: capacity building http://materibelajar.wordpress.com/2009/05/17/peningkatan-kapasitascapacity-building/. (akses 30 Maret 2011). Mustafa, Hasan. 2010. Perspektif Dalam Psikologi Sosial http://www.google.co.id/search?q=teori+peran&ie=utf-8&oe=utf 8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-a. (akses 15 Juli 2011). 11