Communication and Information System Security

advertisement
28 Mei
Pansel KPK Harus Dapat Pengamanan Khusus
JAKARTA -- Pemerintah hendaknya memberikan pengamanan khusus kepada sembilan anggota tim
Panitia Seleksi (Pansel) calon komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Pengamanan itu perlu dilakukan mulai dari penyisiran rumah dan kantor. Termasuk juga dilakukan
pengawasan," kata pakar keamanan siber dan komunikasi Pratama Persadha kepada Republika, Senin
(25/5).
Pratama melanjutkan, keamanan khusus yang hendaknya melekat pada setiap anggota tim Pansel
juga harus bisa memproteksi Pansel dari segala bentuk modus penyadapan dan bentuk lain
pengambilan informasi secara ilegal. Presiden Joko Widodo dinilai bisa membuat terobosan baru
pemberian keamanan terhadap Pansel agar terlindungi privasinya dari segala bentuk ancaman yang
ada. Caranya, dengan mengoptimalkan alat yang dimiliki Lembaga Sandi Negara maupun produk lokal
lain yang bisa mengamankan dari segala bentuk penyadapan dan pencurian informasi.
Menurut Pratama yang juga Ketua Lembaga Riset Communication and Information System Security
Research Centre (CISSReC), faktor paling penting menjaga kerahasiaan data dalam proses menjaring
calon komisioner KPK adalah kebiasaan anggota tim Pansel.
"Jangan sampai pemerintah sudah beri pengamanan, tapi semua data penting malah disimpan di email dan cloud gratisan buatan asing. Anggota Pansel juga harus mawas diri, jangan sembarangan
menaruh data penting," kata Pratama.
Pengamat hukum tata negara Refly Harun mengatakan, hal yang diperlukan tim Pansel KPK adalah
membentuk panel ahli sebagai pendamping pelaksanaan proses seleksi komisioner. Panel ahli
dibutuhkan untuk mengatasi minimnya pengalaman Pansel dalam penegakan hukum.
Secara teori, kata Refly, anggota Pansel saat ini sudah mumpuni dalam penguasaan hukum. Namun,
mereka belum cukup punya pengalaman di bidang penegakan hukum. "Karenanya, perlu dibentuk
panel ahli untuk mengatasi minimnya pengalaman itu," ujar Refli.
Refly melanjutkan, panel ahli bertugas memberikan pertimbangan keilmuan dan membagi pengalaman
kepada Pansel KPK. Panel ahli sebaiknya beranggotakan orang-orang yang mengerti benar terhadap
seluk-beluk kebutuhan KPK. Dia pun menyarankan panel ahli penegak hukum diprioritaskan untuk
mantan anggota KPK yang memiliki rekam jejak baik dan berintegritas. Jika tidak ada, baru bisa
mengambil panel ahli dari kejaksaan atau kepolisian.
Sekiranya diperlukan, Pansel KPK juga bisa membentuk panel ahli di bidang lain. Intinya, kata Refly,
panel ahli disesuaikan dengan bidang keilmuan yang dibutuhkan Pansel KPK.
Direktur Advokasi Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) Universitas Gadjah Mada (UGM) Oce Madril
mengatakan, KPK ke depan harus mulai melakukan pembenahan manajemen sumber daya manusia
(SDM). Kekosongan staf dalam struktur organisasi KPK tidak boleh kembali terjadi.
"Pimpinan KPK yang terpilih mendatang wajib memikirkan cara untuk memperkuat manajemen SDM di
lembaga itu. Sebab, meski selama ini kinerja KPK sudah cukup baik, tetap ada celah di sisi
organisasi," ujar Oce.
Selama ini, Oce menilai, manajemen SDM dalam KPK kurang maksimal. Hal ini bisa dilihat dari
kosongnya beberapa posisi staf di KPK. Efek kondisi tersebut memang tidak secara langsung terlihat
publik. Namun, secara umum, kondisi ini tetap mengganggu manajemen organisasi.
Dampaknya, kata Oce, bisa mengganggu koordinasi terhadap penyelesaian beberapa kasus yang
ditangani KPK. "Karenanya, posisi staf itu sangat penting sebagai supporting system penanganan
kasus korupsi."
Ke depannya, Oce menyarankan agar KPK bekerja sama dengan institusi lain untuk memenuhi
kebutuhan staf pendukung. Pos-pos penting yang harus diisi hendaknya dikomunikasikan secara
terbuka kepada instansi terkait."
Communication & Information System Security Research Center
Jl. Moh. Kafi 1 No. 88D Jagakarsa Jakarta Selatan
Email: [email protected]
Telp. +6221 78890340
Download