Daya Tahan Panas Sapi Pasundan, Rizki Rosabuana Putra. IDENTIFIKASI DAYA TAHAN PANAS SAPI PASUNDAN DI BPPT CIJEUNGJING KECAMATAN CIJEUNGJING KABUPATEN CIAMIS IDENTIFICATION HEAT TOLERANCE PASUNDAN CATTLE IN BPPT CIJEUNGJING SUB-DISTRICK CIJEUNGJING DISTRICTS CIAMIS Rizki Rosabuana Putra*, Sri Bandiati**, An An Yulianti** Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Jalan Raya Bandung – Sumedang KM 21 Sumedang 45363 e-mail : [email protected] ABSTRAK Penelitian tentang pengukuran daya tahan panas dilakukan di BPPT Cijeungjing kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis Jawa barat pada bulan Agustus 2016 selama 2 minggu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya tahan panas sapi Pasundan yang dipelihara di BPPT Cijeungjing. Objek yang digunakan dalam penelitian adalah sapi Pasundan jantan dan betina dengan umur 2-3 tahun sebanyak 30 ekor. Suhu lingkungan pada saat penelitian berkisar antara 25°-35°C. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yang menggambarkan objek sesuai dengan apa adanya. Pengukuran daya tahan panas menggunakan koefisien Benezra dengan parameter frekuensi respirasi dan suhu tubuh serta koefisien Rhode dengan parameter suhu tubuh yang telah dimodifikasi oleh Soeharsono (2008). Hasil perhitungan menunjukan bahwa rataan nilai frekuensi respirasi pada pagi hari sebesar 27.2 kali/menit dan siang hari sebesar 31 kali/menit. Nilai rataan suhu tubuh pada pagi hari 38.16°C dan siang hari 38.58°C, serta nilai rataan daya tahan panas yang dihitung menggunakan koefisien Benezra dan Rhode masing-masing sebesar 2.152 dan 92.44. dari hasil tersebut tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai daya tahan sapi Pasundan mendekati nilai daya tahan panas yang sempurna yaitu 2 dan 100 maka dapat dikatakan sapi Pasundan cocok untuk dikembangkan di Ciamis Jawa Barat. Kata kunci: Sapi Pasundan, Daya Tahan Panas, Frekuensi Respirasi, Suhu Tubuh ABSTRACT Research on measurement of heat tolerance conducted in BPPT Cijeungjing subdistrick Cijeungjing Districk Ciamis West Java in August 2016 for two week. This research aims to know heat tolerance Pasundan cattle in BPPT Cijeungjing. Object used in research is 30 Pasundan cattle male and female each age 2-3 year. Temperature environment at the time of the range of 25-30°C. Research method was used descriptive method describing objects according to as it is. Measurement of heat tolerance using the Benezra coefficient with the parameter Frequency respiration and body temperature. and the Rhode Coefficient with the parameters of the body temperature that has been modified by Soeharsono ( 2008 ). The result of calculating show average value Frequency respiration in the morning of 27.2 times/minute and afternoon 31 times/minute. The average score body temperature in the morning 38.16 and 1 Daya Tahan Panas Sapi Pasundan, Rizki Rosabuana Putra. afternoon 38.58. the average value of heat tolerance using Benezra coefficient and Rhode coefficient each of 2.152 and 92.44. of the value, heat tolerance the Pasundan cattle suitable for developet in the Ciamis West java. Of the result the can be concluded that Heat Tollerance Coefficent Pasundan Cattle approaching Heat Tollerance Coefficient perfect namely 2 and 100 it can be said Pasundan cattle suitable to be developed in ciamis west java. Keyword : Pasundan Cattle, Heat tolerance, Frequency Respiration, Body Temperature PENDAHULUAN Sapi Pasundan merupakan sapi lokal di Jawa Barat yang di sertifikasi pada tahun 2014 oleh Mentri Pertanian sebagai rumpun baru. Sapi Pasundan lebih dikenal dengan sebutan sapi Rancah, sapi Kacang, sapi Kacangan dan nama lokal lainnya. Sebaran sapi Pasundan di Jawa Barat meliputi kabupaten Pangandaran, Garut, Ciamis, Kuningan, Cianjur, Sukabumi, Majalengka , Sumedang, Indramayu dan Purwakarta. Sapi tersebut mudah beradaptasi dengan lingkungan seperti terhadap pengaruh cekaman panas dan lebih tahan penyakit. Keadan tersebut menjadikan sapi ini mudah di pelihara di berbagai kondisi iklim di Jawa Barat Daya tahan panas merupakan kemampuan hewan untuk menyesuaikan diri akibat yang ditimbulkan oleh pengaruh kondisi lingkungan yang panas. Kesanggupan ini merupakan aktivitas hewan akibat ditempatkan di daerah panas. Hewan yang tekena cekaman panas akan memperlihatkan reaksi yang ditandai dengan peningkatan kegiatan proses-proses fisiologis tertentu seperti meningkatkan frekuensi respirasi dan meningkatkan frekuensi denyut jantung untuk meningkatkan pembuangan panas. Daya tahan panas seekor hewan dipengaruhi oleh bangsa, genetika, kelembaban, gerakan udara, radiasi, system reproduksi, umur, keadaan bulu, kebiasaan berteduh, musim, aktifitas dan faktor individu. Untuk memperoleh gambaran tinggi rendahnya daya tahan panas seekor hewan, dapat dipelajari beberapa aspek dari reaksi tubuhnya, antara lain perubahan suhu tubuh, frekuensi respirasi, jumlah produksi, fertilitas dan lain-lain. Heat tolerance atau daya tahan panas dapat diukur menggunakan rumus koefisien Rhoad dan koefisien Benezra yang telah dimodifikasi oleh Suharsono (2008). Rumus yang telah di modifikasi ini digunakan karena tidak mungkin lingkungan ternak tropis sama dengan lingkungan ternak subtropis. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah sapi Pasundan betina dan jantan masing-masing sebnyak 15 ekor dengan kisaran umur 2-3 tahun yang dilihat melalui gigi. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan 2 Daya Tahan Panas Sapi Pasundan, Rizki Rosabuana Putra. salah satu jenis metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek sesuai dengan apa adanya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive random sampling, yaitu sampel diambil secara acak akan tetapi ditentukan berdasarkan bobot badan yang relatif sama. Pengambilan sampel dilakukan dalam rentang waktu dua minggu Dalam penelitian yang dilakukan, peubah yang diamati dari Sapi Pasundan di BPPT Cijeunjung kecamatan Cijeungjing kabupaten Ciamis yaitu frekuensi respirasi dan suhu tubuh yang diukur melalui rektal Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah : 1) Frekuensi respirasi dilakukan dengan mendekatkan punggung tangan pada hidung Sapi Pasundan sehingga terasa hembusan nafasnya. Perlakuan tersebut dilakukakan selama satu menit dan diulangi sebanyak tiga kali, data diambil diantara pukul 04.00-05.00 dan pukul 09.00-11.00 kemudian hasilnya di catat. 2) Pengukuran suhu tubuh pada Sapi Pasundan dilakukan dengan cara memasukan termometer ke dalam rektum hingga sepertiga bagiannya. Perlakuan tersebut dilakukan selama tiga menit. Data diambil diantara pukul 04.00-05.00 dan 09.00-11.00 kemudian hasilnya di catat. 3) Penghitungan Daya Tahan Panas (Heat Tolerance Coeficient) dihitung menggunakan koefisien Rhoad dengan parameter suhu tubuh dan koefisien Benezra dengan parameter frekuensi respirasi dan suhu tubuh yang telah di modifikasi oleh Soeharsono (2008). Perhitungan daya tahan panas menggunakan koefisien benezra adalah sebagai berikut: IA= RTI RTO + NRI NR0 IA = Indeks of adaptability RTI= Suhu tubuh siang hari RT0= Suhu tubuh pagi hari NRI = Frekuensi respirasi siang hari NR0= Frekuensi respirasi pagi hari Berdasarkan rumus benezra, toleransi panas yang optimal jika Benezra coefficient = 2, semakin tinggi dan semakin rendah nilai Benezra Coefisien maka dapat dikatakan bahwa nilai Benezra coefficient (BC) semakin rendah. Perhitungan daya tahan panas menggunakan koefisien Rhoad adalah sebagai berikut: HTC = 100-10 (BTI-BTO) BTI = Suhu tubuh yang diukur pada siang hari pukul 10.00-11.00 3 Daya Tahan Panas Sapi Pasundan, Rizki Rosabuana Putra. BTO = Suhu yang diukur pada hewan pada jam 04.00 pagi sebelum hewan diberi makan Berdasarkan penetapan toleransi panas menurut Rhoad, sapi yang betul-betul sempurna dissipasi panasnya akan menunjukan HTC = 100 HASIL DAN PEMBAHASAN Letak Geografis BPPT Cijeungjing Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong Ciamis (BPPT-SP) merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas di lingkungan Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang bergerak dibidang perbibitan. Lokasi BPPT-SP Ciamis terletak di Dusun Kidul Blok Jentir, Desa Cijeungjing, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis. Balai ini berjarak 700 meter dari jalan raya Ciamis-Banjar dan 250m dari pemukiman penduduk sehingga mudah dijangkau oleh transportasi. Lokasi balai ini memiliki suhu udara berkisar antara 250-350C, kelembaban rata-rata 45-80% dan curah hujan berkisar antara 1.680 mm/tahun. Jarak dari pusat Kabupaten Ciamis ke lokasi BPPT sekitar 7 km. Frekuensi respirasi sapi pasundan Respirasi merupakan semua proses kimia maupun fisika berupa pertukaran udara dengan lingkungannya yang dilakukan oleh organisme (Frandson, 1996). Fungsi utama pada respirasi yaitu menyediakan oksigen bagi darah dan mengambil karbondioksida dari darah, (Schmidt and Nielsen, 1997). Frekuensi respirasi merupakan salah satu parameter yang digunakan dalam perhitungan nilai daya tahan panas (Soeharsono, 2008). Hasil perhitungan data penelitian mengenai frekuensi respirasi dilakukan dengan mendekatkan punggung tangan ke hidung sapi Pasundan yang dilakukan di BPPT Cijeungjing selama satu menit dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Frekuensi sapi pasundan Nilai Rata-rata Ragam Standar deviasi Koevisien variasi (%) Nilai min Nilai max Pagi 27.2 1.426 1.194 4.39% 25 29 Siang 31 1.733 1.316 4.25% 29 34 Berdasarkan Tabel.1 nilai rata-rata frekuensi respirasi sapi Pasundan pada pagi hari di BPPT Cijeungjing mencapai 27.2 kali permenit dengan nilai minimal 25 dan nilai maksimal 29. 4 Daya Tahan Panas Sapi Pasundan, Rizki Rosabuana Putra. Frekuensi respirasi sapi Pasundan tersbut dapat dikatakan masih di dalam kisaran yang normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Jackson and Cockroft (2002) bahwa frekuensi respirasi normal pada sapi dewasa adalah 15-35 kali per menit dan 20-40 kali pada pedet. Frekuensi respirasi yang normal pada sapi Pasundan tersebut dapat terjadi karena suhu lingkungan pada saat penelitian pagi hari berkisar 26.5º C dengan kelembaban 80% yang merupakan suhu yang ideal unttuk ternak sapi. Comfort zone atau zona nyaman untuk sapi dari daerah tropis berkisar antara 22–30ºC, sedangkan untuk sapi daerah sedang adalah 13–25ºC (Yousef, 1984). Frekuensi respirasi sapi Pasundan pada siang hari menunjukan angka 31 kali permenit dengan nilai minimal sebesar 29 kali/menit dan nilai maksimal 34 kali/menit. Suhu lingkungan pada saat penelitian mencapai 34° C dan kelembaban 45%. Pada penelitan pagi dan siang terjadi peningkatan frekuensi respirasi sapi Pasundan sebesar 4 kali/menit. Purwanto (1995) menyatakan bahwa temperatur dan kelembaban udara akan meningkatkan penambahan panas dalam tubuh dan menyebabkan peningkatan pengeluaran udara melalui saluran respirasi. Ma’sum dan Mariyono (1992) menytakan bahwa salah satu cara untuk mempertahankan panas tubuh pada saat suhu udara dalam kandang yang tinggi adalah dengan cara meningkatkan frekuensi respirasi. Hal ini terjadi karena umumnya ternak tidak mempunyai cukup kelenjar keringat untuk membuang panas melalui penguapan. Suhu Tubuh Sapi Pasundan Suhu tubuh merupakan hasil keseimbangan antara produksi panas dan pelepasan panas tubuh. Indeks temperatur dalam tubuh dapat dilakukan dengan memasukan termometer ke dalam bagian rektal. Hasil pengukuran mengenai suhu tubuh pada pagi dan sore hari untuk mengidentifikasi daya tahan panas sapi Pasundan dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Suhu tubuh sapi Pasundan Nilai Rata-rata Ragam Standar Deviasi Koevisien Variasi (%) Nilai Min Nilai Max Pagi 38.16 0.028 0.168 0.44% 37.8 38.5 Siang 38.58 0.038 0.195 0.51% 38.1 38.9 Berdasarkan Tabel 2. Nilai rataan suhu tubuh sapi Pasundan yang diukur pada pagi hari pukul 04.00-05.00 WIB adalah sebesar 38.16º C dengan nilai minimal 37.8°C dan nilai maksimal 38.5° dengan suhu lingkungan pada saat pengukuran sebesar 26.5° C dan kelembaban 80%. Rataan suhu tubuh sapi Pasundan yang diukur pada siang hari pukul 10.005 Daya Tahan Panas Sapi Pasundan, Rizki Rosabuana Putra. 11.00 adalah 38.58º C dengan suhu lingkungan pada saat penelitian sebesar 34° C dan kelembaban 45%. Suhu rata-rata sapi Pasundan di BPPT Cijeungjing pada pagi hari maupun siang hari menunjukan bahwa suhu tubuh sapi-sapi tersebut masih dalam keadaan normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Wiliamson and Payne (1993) menyatakan bahwa kisaran normal pada jenis ternak mamalia adalah 38 - 39,3ºC untuk mengadakan penyesuaian secara fisiologis agar suhu tubuh tetap konstan. Temperatur dan kelembaban udara akan meningkatkan penambahan panas dalam tubuh dan menyebabkan peningkatan pengeluaran udara melalui saluran respirasi. Daya Tahan Panas Sapi Pasundan Daya tahan panas ialah kemampuan tubuh hewan untuk mempertahankan diri dari serangan panas tanpa menderita dari pengaruh lingkungan yang tidak menguntungkan. Hasil perhitungan mengenai daya tahan panas sapi Pasundan yang dihitung menggunakan rumus koefisien Benezra dan rumus koefisien Rhoad yang telah dimodifikasi oleh Soeharsono (2008) dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Daya Tahan Panas sapi Pasundan Nilai Rata-rata Ragam Standar deviasi koevisien variasi Nilai min Nilai Max Koefisien Benezra 2.152 0.002 0.056 2.12% 2.045 2.244 Koefisien Rhoad 92.44 2.246 1.524 1.62% 89.2 94.6 Berdasarkan tabel.4 rataan nilai daya tahan sapi Pasundan menggunakan koefisien Benezra dengan parameter frekuensi respirasi dan suhu tubuh adalah sebesar 2.152 dengan nilai minimal 2.045 dan nilai maksimal 2.244. nilai yang di dapat dari perhitungan menggunakan koefisien Benezra tersebut menunjukan bahwa sapi Pasundan tersebut masih cocok untuk dipelihara di daerah Ciamis. Menurut Soeharsono (2008) nilai ketahanan terhadap panas yang sempurna jika nilai daya tahan panas = 2 dan jika nilai daya tahan panas semakin tinggi atau lebih rendah dari angka 2 maka dapat dikatakan daya tahan panasnya semakin rendah. Suhu tubuh dan frekuensi respirasi merupakan parameter dasar yang dipakai untuk menduga daya adaptasi ternak (Amakiri and Funsho, 1979). Proses homeostasis berfungsi sebagai pengatur tubuh agar tetap stabil dengan cara mempertahankan konsentrasi zat-zat 6 Daya Tahan Panas Sapi Pasundan, Rizki Rosabuana Putra. dalam tubuh, pH, suhu tubuh, dan frekuensi respirasi agar konstan untuk menjaga stabilitas panas organ-organ vital dalam fungsi tubuh (Heat and Olusanya, 1985) Pada pengukuran daya tahan panas sapi Pasundan menggunakan rumus koefisien Rhoad yang telah dimodifikasi oleh Soeharsono (1987) dengan parameter suhu tubuh, nilai rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 92,4 dengan nilai maksimal 94,6 dan nilai minimal 89,2. Dari nilai tersebut dapat dikatakan daya tahan sapi Pasundan tergolong baik karena mendekati angka 100 yang merupakan angka daya tahan panas yang sempurna. Penelitian yang dilakukan Atmadilaga pada tahun (1959), hasil yang didapatkan yaitu sapi Madura dan sapi Bali yang merupakan salah satu tetua sapi Pasundan memiliki nilai daya tahan panas masing-masing 94,9 dan 93,00. Nilai daya tahan panas sapi Pasundan tersebut berada diantara sapi Madura dan sapi Bali. Huitema (1986) menyatakan bahwa Daya Tahan Panas sapi di daerah tropis berkisar antara 64 – 95 dan semakin tinggi Daya Tahan Panasnya, maka semakin tinggi pula kemampuan daya adaptasi ternak tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Iindrijani (2008) bahwa sapi Lokal memiliki keunggulan yaitu tahan terhadap cekaman panas dan lebih tahan terhadap penyakit. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Daya tahan panas sapi Pasundan berdasarkan koefisien Benezra dan koefisien Rhoad mendekati angka 2 dan 100 yaitu masing-masing 2.152 dan 92.44. Hal ini menandakan bahwa sapi Pasundan mempunyai nilai daya tahan panas yang cukup baik dan cocok untuk dikembangkan di daerah kabupaten Ciamis dengan suhu lingkungan berkisar antara 25º-35ºC dengan kelembaban 45-80%. Saran Berdasarkan hasil penelitian, sapi Pasundan cocok untuk di tempatkan di BPPT Cijeungjing, tetapi perlu adanya peningkatan manajemen pemeliharaan, manajemen pemberian pakan yang lebih efektif dan efisien serta peningkatan kualitas pakan guna meningkatkan produktifitas sapi tersebut. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada pembimbing utama, Prof. Dr. Ir.Sri Bandiati komar prajoga dan pembimbing anggota, Ir. Hj. An-An Yulianti, M.Si., yang telah meluangkan 7 Daya Tahan Panas Sapi Pasundan, Rizki Rosabuana Putra. waktu dan pemikirannya untuk membimbing. Terimakasih pula penulis sampaikan kepada BPPT Cijeungjing yang telah mengizinkan dan membantu untuk keberlangsungan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Amakiri, S.P and O.N Funsho. 1979. Studies of Rectal Temperature, Respiratory Rates and Heat Tolerance in Cattle in Humit Tropics. Journal Animal Production. Vol 1. Departement of Veterinary Anatomy. University of Ibadan. Nigeria Atmadilaga, D. 1959. Introduction of Red Danish Dairy Cattle into the Madura Breed with special reference to Heat Tolerance. Communicationes Veterinarie 3 : 4. Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Heath, E. and S. Olusanya. 1985. Anatomy and Physiology of Tropical Livestock. Longman Scientific and Technical. England Jackson P.G, Cockroft PD. 2002. Clinical Examination of Farm Animals. University of Cambridg UK Schmidt, K. and Nielsen. 1997. Animal Physiology 5th edition. Cambridge University Press. Cambridge Soeharsono.2008, Bionomika Ternak. Widya Padjajaran Yousef, M.K. 1985. Stress Physiology in Livestock. Vol 1. Basic Principles. CRC Raton. Florida. 8