Pengaruh Air Rebusan daun Supit Kijang

advertisement
Pengaruh Air Rebusan daun Supit Kijang (Tetracera indica)
Terhadap Kadar Gula Darah Mencit Swiss webster Jantan
Yuyun Herlina
Program Sarjana Pendidikan Biologi, STKIP-PGRI Lubuklinggau
Jurusan MIPA, STKIP-PGRI Lubuklinggau
Email: [email protected]
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh air rebusan
daun supit kijang (Tetracera indica) terhadap kadar gula darah mencit Swiss
webster jantan. Pemberian air rebusan daun supit kijang (Tetracera indica)
dilakukan dengan gavage ke mencit Swiss webster jantan, dengan variasi
konsentrasi dosis P0 (aquades), P1 2 gram, P2 5 gram, P3 10 gram, dan P4
glibenclamide (5 mg). Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak
Lengkap (RAL) yang terdiri dari lima perlakuan dan 5 pengulangan. Data
penelitian yang diperoleh dianalisis dengan analisis statistik ANAVA 1 jalur.
Berdasarkan uji anava satu jalur dengan taraf signifikan 5% menunjukan hasil
yang tidak signifikan yaitu Fhitung (2,52) < Ftabel (2,87). Demikian dapat
disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan dari air rebusan daun supit
kijang (Tetracera indica) terhadap kadar gula darah mencit Swiss webster Jantan.
Kata kunci: Daun supit kijang, kadar gula darah, mencit Swiss webster jantan.
1. PENDAHULUAN
Perubahan pola makan serba instant, tinggi lemak, banyak mengandung
gula dan protein, ditambah kurangnya olahraga menjadikan semakin banyak
orang mengalami obesitas. Selain mengurangi keindahan penampilan diri,
obesitas juga memicu timbulnya beragam penyakit seperti diabetes
melitus,Sehingga perlu adanya tindakan pencegahan terhadap diabetes melitus
(Witasari, 2009:131). Penyakit ini bukan tidak lagi dominasi kelompok usia tua
saja melainkan juga orang-orang yang lebih muda.
Diabetes Melitus (DM) merupakan kondisi dimana konsentrasi glukosa
dalam darah secara kronis lebih tinggi dari pada nilai normal (hiperglikemia)
akibat tubuh kurang insulin atau fungsi insulin tidak efektif.Saat ini, diabetes
melitus menjadi ancaman yang serius bagi manusia dan telah menjadi
penyebab kematian ke-7 di dunia. Indonesia sendiri menduduki peringkat ke-4
dengan jumlah penyandang diabetes melitus terbanyak di dunia setelah
Amerika Serikat, India, dan Cina (Kartini, 2015:32).Kadar gula yang tinggi dan
tidak terkendali karena diabetes dapat menyebabkan kerusakan sistemik dalam
tubuh. Pasien diabetes melitus yang tidak diobati akan menyebabkan koma
karena pH darah turun dan terjadinya dehidrasi (Harti, 2014:70).
Banyak kasus kematian akibat penyakit diabetes melitus menyebabkan
dikembang obat alami yang dapat menurunkan kadar glukosa darah dalam
tubuh. Pengobatan herbal untuk mengobati penyakit telah dikenal di daerah
Asia dan negara-negara berkembang termasuk Indonesia, yang penduduknya
sering mengunakan obat-obatan tradisional disebabkan harganya lebih murah
karena bisa diolah sendiri dan lebih aman daripada obat sintetis
(Kartini,2015:33). Masyarakat juga meyakini pengobatan dengan tanaman obat
lebih baik dibandingkan harus mengkonsumsi obat kimia yang dikhawatirkan
akan menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan (Makalalag, dkk.
2013:29). Sampai saat ini sudah banyak tanaman obat tradisional yang
diketahui dapat menurunkan kadar glukosa darah, seperti daun kucingkucingan, pandan wangi, buah pare dan lain sebagainya.
Di Kecamatan Muara Kelingi, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera
Selatan terdapat tumbuhan yang hidup di hutan dan bisa dimanfaatkan oleh
Masyrakat setempat untuk mengobati penyakit diabetes melitus. Masyarakat
setempat menyebut tanaman tersebut dengan nama supit kijang. Diduga
tanamaan tersebut mengandung senyawa flavonoid yang dapat berpengaruh
pada kadar gula darah. Flavonoid merupakan senyawa fenol yang memiliki
sifat sebagai antioksidan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Prameswari
(2014:23) diketahui bahwa flavonoid dapat mempengaruhi regulasi kadar gula
darah pada mencit jantan.Flavonoid juga dapat menangkap radikal hidroksil,
sehingga dapat mencegah aksi diabetogenik pada kadar glukosa darah mencit
(Studiawan, 2005:65).
Menurut penelitian Ruyani, dkk (2014:73) Flavonoid bekerja sebagai
penghambat secara kompetitif, bersaing dengan substrat untuk mencapai lokasi
aktif enzim yang dapat menghambat kerja enzim glikosidase. Beberapa fungsi
flavonoid antara lain sebagai antioksidan di dalam tubuh, melindungi lambung
dari kerusakan, menghambat sel tumor, meningkatkan kemampuan penglihatan
mata, sebagai senyawa anti-inflamasi yang melindungi otak dari kerusakan,
serta mampu mencegah obesitas dan diabetes (Sarofah, dkk. 2016:2).
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti ingin membuktikan apakah air
rebusan daun tumbuhan supit kijang (Tetracera indica) tersebut mampu
menurunkan kadar glukosa darah mencit Swiss webster jantan.
2. BAHAN DAN METODE
2.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun supit kijang,
glibenclamide, aquades dan glibenclamide, hewan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 25 mencit Swiss webster berumur 8-10 minggu dengan berat
badan rata-rata ± 20 gram.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kandang mencit,
kompor, panci, botol minuman, timbangan analitik, pisau, palu dan lumpang,
kamera digital, alat Gavage, syiringe, glukosa test, strip glukosa dan pipet tetes.
2.2 Metode
2.2.1 Penyedian mencit Swiss webster Jantan
Mencit Swis webster jantan didatangkan dari peternak mencit yang ada di
Palembang. Kandang mencit dibuat dari nampan plastik yang diberi sekam padi
sebagai alas dan ditutup dengan ram kawat, kemudian nampan tersebut disusun
pada rak.
2.2.2 Pembuatan air rebusan daun supit kijang.
Menurut kebiasaan masyarakat pembuatan air rebusan menggunakan
6 lembar daun (2 gr) dengan 600 ml air menjadi 200 ml air rebusan.
Berdasarkan hal tersebut maka dosis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
a)
2 gram air rebusan daun supit kijang
b) 5 gram air rebusan daun supit kijang
c)
10 gram air rebusan daun supit kijang.
2.2.3 Pengelompokan hewan uji
Dalam penelitian ini hewan yang diberi perlakuan adalah mencit jantan
berumur 8-10 minggu dengan berat badan 20-30 gMencit dikelompokan
secara acak menjadi 5 kelompok dengan masing-masing kelompok 5 kali
perlakuan.
2.2.4 Pemberian Perlakuan
Perlakuan dilakukan dengan metode gavage pada mencit yang sudah
dikelompokan secara acak berdasarkan dosis perkelompokan, pemberian air
rebusan daun supit kijang dilakukan selama 7 hari berturut-turut yang
dilakukan pada pagi hari. Sebelum pemberian perlakuan berat badan mencit
ditimbang terlebih dahulu, hal ini bertujuan untuk mengetahui berapa
volume ekstrak yang akan diberikan pada mencit. Pengukuran kadar
glukosa darah mencit diambil dengan memotong bagian ekor mencit. Darah
mencit diteteskan pada strip dan diukur kadar gula darahnya dengan
menggunakan glukotes (Nesco).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data pengaruh air rebusan daun supit kijang (Tetracera indica)
menunjukan pengaruh yang tidak bermakna/signifikan secara analisi statistik
berdasarkan uji ANAVA satu jalur yang menghasilkan Fhtung< Ftabel (2,51 <
2,87).
Tabel 4.1
Rerata Glukosa Darah Mencit
Perlakuan
P0 kontrol (-)
P1 (air rebusan daun supit 2 gram)
P2 (air rebusan daun supit 5 gram)
P3 (air rebusan daun supit 10 gram)
P4 (glibenclamide (+)
Ulangan
5
5
5
5
5
Rerata ± (SD)
mg/dL
95,0 ± 9,31
99,8 ± 19,79
95,4 ± 21,27
72,4 ± 14,98
97,4 ± 32,81
Berdasarkan hasil analisis statistik memang tidak menunjukan hasil yang
signifikan, akan tetapi ada satu kelompok yang mengalami penurunan glukosa
yang cukup ekstrim yaitu pada kelompok P3 dengan dosis 10 gr air rebusan
daun supit kijang. Hal ini dapat diasumsikan bahwa pada kelompok P3
memilki jumlah dosis yang besar dibandingkan kelompok P1, P2, dan P4,
Sehingga flavonoid yang dihasilkan dalam jumlah yang banyak (Studiawan,
2005:65).
Flavonoid yang terkandung dalam air rebusan daun supit kijang (Tetracera
indica) akan menghambat GLUT 2 mukosa usus sehingga dapat menurunkan
absorbsi glukosa yang menyebabkan pengurangan penyerapan glukosa dan
fruktosa dari usus sehingga kadar glukosa darah akan turun (Song et al., 2002:20).
Sedangkan pada penelitian Purwatresna (2012:13) flavonoid menjadi agen
antidiabetes sebagai inhibitor enzim α-glukosidase. Terhambatnya aktivitas enzim
ini menyebabkan berkurangnya glukosa yang diserap oleh usus sehingga
berkurang pula glukosa yang masuk kedalam aliran darah. Mekanisme inhibisi
dari flavonoid terhadap enzim α-glukosidase adalah melalui ikatan hidroksilasi
dan substitusi pada cincin β. Prinsip penghambatan ini yaitu menghasilkan
penundaan hidrolisis karbohidrat dan absorbsi glukosa serta menghambat
metabolisme sukrosa menjadi glukosa (Mataputun, dkk. 2013:123).
Dalam mekanisme penyembuhan penyakit diabetes, flavonoid diduga
berperan secara signifikan meningkatkan aktivitas enzim antioksidan dan
mampu meregenerasi sel-sel β- pankreas yang rusak sehingga defisiensi insulin
dapat diatasi. Flavonoid yang terkandung di dalam tumbuhan diduga juga dapat
memperbaiki sensitifitas reseptor insulin (Marianne, dkk. 2011:67). Flavonoid
dapat menghambat kerusakan sel β pada pulau langerhans pankreas yang
menghasilkan insulin dan merangsang pelepasan insulin pada sel β pankreas
untuk disekresikan ke dalam darah, selain itu flavonoid juga dapat
mengembalikan sensitivitas reseptor insulin pada sel (Atiqoh, dkk. 2011:47).
Selain flavonoid, saponin juga memilki peran dalam menurunkan kadar
glukosa darah. Pengaruh saponin terhadap susunan membran
sel dapat
menghambat absorbsi molekul dan menimbulkan gangguan pada sistem
transporter glukosa sehingga akan terjadi hambatan untuk penyerapan glukosa
(Fiana dan oktaria, 2016:4).
flavonoid dapat menurunkan kadar gula darah dengan cara merangsangsel
β pankreas untuk memproduksi insulin lebih banyak (Kawatu, 2013:84). Pada
kelompok P3 (10 gram daun supit kijang) juga memperlihat perbedaan
penurunan glukosa darah yang cukup ekstrim dibandingkan dengan perlakuan
P4 (glibenclamide). Pada penelitian ini obat glibencamide sebagai kontrol
positif tidak berpengaruh terhadap glukosa darah mencit jantan. Faktor
terjadinya stres pada mencit dapat mempengaruhi kerja obat dalam tubuh. Stres
mempengaruhi kecepatan absorpsi obat sehingga mengurangi kecepatan aliran
darah dan pergerakan saluran pencernaan (Kuntarti, 2013:14). flavonoid
bekerja sebagai penghambat transfor glukosa ke usus kemudian
pankreas
melepas insulin masuk keusus halus, lalu dibantu insulin ternjadi penyerapan
makanan dan insulin membawa glukosa masuk ke sel-sel atau organ tubuh
untuk aktivitas.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisi data penelitian mengenai pengaruh air rebusan
daun supit kijang (Tetracera indica) terhadap kadar gula darah mencit yang
telah diuji menggunakan ANAVA satu jalur menyatakan bahwa Fhitung (2,52) <
Ftabel (2,87), maka dapat diambil kesimpulan tidak ada pengaruh air rebusan
daun supit kijang (Tetracera indica) terhadap kadar glukosa darah mencit.
DAFTAR PUSTAKA
Atiqoh, dkk. 2011. Uji Antidiabetic Infusa Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus
sabdariffa Linn.) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar yang diInduksi
Glukosa. Jurnal Kesehatan Masyrakat Indonesia. Vol. 7. No.1: 43-50.
Chooi, O.H. 2004. Tumbuhan Liar Khasiat Ubatan dan Kegunaan Lain. Kuala
Lumpur: Taman Shamelin Perkasa.
Fitrya, dkk. 2012. Senyawa Fenolat Dari Fraksi Etil Asetat Buah Tumbuhan
Mempelas. Jurnal Penelitian Sains, 15 (3), 107-110.
Fitrya, dkk. 2009. Identifikasi Flavonoid dari Buah Tumbuhan Mempelas. Jurnal
Penelitian Sains, 12 (3), 1-5.
Hanafiah, K.A. 2003. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Edisi Ketiga.
Jakarta: PT Grafindo Persada.
Kartini, Ketut.S. dkk. 2015. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Aktif Ekstrak Etanol
Buah Pare (Momordica charantia) yang Dapat Menurunkan Kadar Glukosa
Darah. Cakra Kimia[Indonesia E-Journal of Applled Chemistry] Vol.3
No.12: 32-38.
Kawatu, dkk. 2013. Uji Ekstrak Etanol Daun Kucing-Kucingan (Acalypha indica
L) Terhadap Kadar Gula Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus
novergicus). Jurnal Ilmiah Farmasi, 41
2 (1), 2302-2493.
Mahendra, dkk. 2009. Care Your Self Diabetes Mellitus. Jakarta: Penebar plus.
Makalalag, dkk. 2013. Uji Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia Steen)
Terhadap Kadar Gula Darah Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus
norvegius) yang Diinduksi Sukrosa. PHARMACO Jurnal Ilmiah FarmasiUNSRAT. Vol 2. No.01: 2302-2493.
Marianne, Antidiabetic Activity From Ethanol Extract of Kluwih’s Leaf
(Artocarpus camasi). Jurnal Natural. Vol.11. No.2: 64-68
Marks, dkk. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah Pendekatan Klinis.
Jakarta: EGC.
Mataputun, dkk. 2013. Aktivitas Inhibitor α-Glukosidase Ekstrak Kulit Batang
Matoa (Pometia pinata) Sebagai Agen Antihiperglikemik. Jurnal MIPA
UNSRAT Online. Vol.2. No.2:119-123.
Pasaribu, dkk. 2012. Uji Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.)
Terhadap Penurunan Glukosa Darah. Jurnal Of Pharmaceutics and
Pharmocology, 1 (1), 1-8.
Pereira, Danielle Fontana dkk. 2011. effects of flavonoids on α-glucosidase
activity: potential targets for glucose homeostatis. Nutrition 27, 1161–1167.
Prameswari. 2014. Uji Efek Ekstrak Air Daun Pandan Wangi Terhadap
Penurunan Kadar Gula dan Histopatologi Tikus Diabetes Melitus. Jurnal
Pangan dan AgroindustriVol.2 No.2 p. 16-17.
Purwatresna, E. 2012. Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Air dan Etanol Daun Sirsak
Secara In Vitro Melalui Inhibisi Enzim α-Glukosidase. Skripsi: Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.
Ruyani, A dkk. Potential Assessment Of Leaf Ethanolic Extract Honje (Etlingera
hemisphaerica) In Regulating Glucose and Triglycerides On Mice (Mus
musculus).
Sakung, J.2013. Dasar-dasar Biomedik. Jakarta: Trans Info Media.
Song, dkk. 2002. Flavonoid Inhibition Of SVCT1 And GLUT2, Intestinal
Transporters For Vitamin C Andglucose. (Online). http://www.jbc.org.
(Diakses 1 Agustus 2017).
Studiawan dan Santoso. 2005. Uji Aktivitas Penurunan Kadar Glukosa Darah
Ekstrak Daun Eugenia polyantha Pada Mencit Yang di Indusksi Aloksan.
Jurnal Media Kedokteran. Vol.21 No.2, 62-65
Tandra, H. 2007. Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Witasari, Ucik,. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Asupan Karbohidrat dan Serat
Dengan Pengendalian Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes
Melitus Tipe 2. Jurnal Penelitian Sains & Teknologi. Vol. 10, No. 2, 2009.
Yusuf, M. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: Pranamedia Group.
Zuhud, 2011. Bukti Kedahsyatan Sirsak Menumpas Kanker. Jakarta: PT
Agromedia Pustaka.
Download