PENDAHULUAN Latar Belakang Selama lebih dari seratus tahun, hampir setiap terobosan medis dalam kesehatan manusia dan hewan berasal dari penelitian dengan menggunakan hewan. Penggunaan hewan dalam penelitian sangat penting untuk pengembangan metode baru dan lebih efektif dalam mendiagnosa dan mengobati penyakit yang mempengaruhi manusia dan hewan. Para ilmuwan menggunakan hewan untuk mempelajari lebih lanjut tentang masalah kesehatan, dan untuk menjamin keamanan baru perawatan medis. Peneliti medis perlu memahami masalah kesehatan sebelum mereka dapat mengembangkan cara-cara mengobatinya. Beberapa penyakit dan masalah kesehatan melibatkan proses yang hanya bisa dipelajari dalam organisme hidup (Anonim, 2016). Berbagai hewan dapat sebagai model yang sangat berguna untuk studi penyakit pada manusia dan hewan. Hewan tersebut misalnya mencit, tikus, burung, kelinci, marmot, domba, ikan, katak, babi, burung, anjing, kucing, dan primata. Menurut informasi dari Office of Technology Assessment, diperkirakan 17 - 23 juta hewan yang digunakan dalam penelitian setiap tahun. Sekitar 95% dari hewanhewan tersebut adalah mencit dan tikus yang khusus dibiakkan untuk penelitian (Anonim, 2016). Sejumlah mencit laboratorium telah digunakan sebagai model untuk penelitian manusia dan hewan biomedis terus tumbuh pesat. Kegunaan mencit sebagai model biomedis telah meningkat pesat dengan kemajuan terbaru dalam kemampuan untuk eksperimen memodifikasi genometnya (Vandenbergh, 2000). 1 2 Mencit (Mus musculus) merupakan model mamalia yang ideal untuk mempelajari berbagai cabang ilmu, misalnya anatomi, fisiologi, genetika dan farmakologi (Hrapkiewicz dan Medina, 2006; Yuan, dkk., 2010). Selain itu, mencit menjadi model mamalia pilihan dalam penelitian biomedis dasar dan terapan karena tingkat kemampuan adaptasi yang tinggi. Disamping itu juga karena tersedia berbagai galur inbred dan outbred dengan sifat-sifat yang terkait dengan banyak penyakit manusia yang penting (Vandenbergh, 2000). Keunggulan mencit untuk kepentingan penelitian diantaranya cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetiknya cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakteristik dengan baik. Mencit memiliki banyak sifat yang menguntungkan untuk tujuan penelitian, diantaranya masa hidup yang pendek, masa kebuntingan yang pendek, jumlah anak banyak, dan keberagaman genetik yang baik (Hrapkiewicz dan Medina, 2006). Penelitian terdahulu mengenai neuron nitrergik pada mencit, antara lain: Modulasi respon relaksan nitrergic oleh peptida dalam fundus lambung mencit (Baccari dan Calamai, 2001); Perbedaan terkait gender dalam efek donor nitric oxide pada neuroleptik yang diinduksi katalepsi pada mencit (Pires dkk., 2003); Mekanisme nitrergik memediasi kontrol inhibitor kontraksi otot polos longitudinal di usus halus mencit (Ueno dkk., 2004); Gambaran nitric oxide pada neurotransmisi neuromuskular di usus (Thatte dkk., 2009); Hubungan neuron peptidergik dan nitrergik (Matsumoto dkk., 2011); Diet tinggi lamak memicu neuronal loss pada pleksus mienterikus usus besar mencit (Beraldi dkk., 2015); Interaksi antara jalur NMDA glutamatergik dan enterik nitrergik selama iskemia dan reperfusi in vitro 3 (Filpa dkk., 2015); Adaptasi usus dan neuron mienterik pada usus halus mencit yang diinduksi pakan tinggi lemak (Soares dkk., 2015). Dalam penelitianpenelitian tersebut belum ada yang mengkaji tentang kepadatan neuron nitrergik pleksus mienterikus usus halus mencit galur DDY dan galur Swiss. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan jumlah neuron nitrergik pleksus mienterikus usus halus tiap segmen duodenum, jejunum, dan ileum antara mencit galur DDY dan Swiss. Manfaat Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan saraf nitrergik pleksus mienterikus.