BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman yang dapat berkhasiat sebagai obat untuk menanggulangi masalah kesehatan, dan lebih dikenal dengan pengobatan tradisional. Pengetahuan tentang tanaman obat telah diterapkan berdasarkan pengalaman dan keterampilan yang secara turun temurun diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Melalui berbagai penelitian dan karya tulis ilmiah, tampak beraneka ragam respon budaya masayarakat berbagai wilayah di Indonesia dalam peristiwa pengobatan dan perawatan anak pasca lahir. Sebagian besar pengobatan dan perawatan tersebut dilakukan dengan prinsip etnomedisin, yaitu bidang ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara masyarakat lokal dengan alam meliputi sistem pengetahuan tentang sumber daya alam tumbuhan (Purwanto, 1999). Meskipun sistem pengobatan di Indonesia sudah berkembang, pemanfaatan tanaman obat untuk pengobatan dan perawatan masih cukup tinggi. Berdasarkan Survey Sosial Ekonomi Nasional tahun 2001 (Santhyami, 2006) , tercatat 57,7% penduduk Indonesia melakukan pengobatan sendiri tanpa bantuan medis, 31,7% diantaranya menggunakan tumbuhan obat tradisional, dan 9,8% memilih cara pengobatan tradisional lainnya. 1 2 Alasan penggunaan tanaman obat diantaranya adalah ekonomis, relatif mudah didapat, tradisi, sugesti, mitos, alasan empirik juga menjadi salah satu penyebab banyak ibu pasca melahirkan mempercayai besarnya efektifitas pengobatan dan perawatan pada bayi. Pengobatan dan perawatan bayi menggunakan tanaman obat dan resep-resep ramuan obat tradisional diperoleh dari orang tua, lingkungan sekitar atau kerabat dekat, dukun bayi dan pedagang jamu. Perlu diperhatikan dalam hal ini yaitu jenis tanaman dan ramuan obat, cara memperoleh komposisi ramuan, tingkat kebersihan tanaman, takaran ramuan obat tradisional yang relatif bervariasi, serta penerapan perawatan yang dilakukan terhadap bayi dalam upaya peningkatan kesehatan dan pertumbuhan. Perlu dilakukan peninjauan lebih nyata dan spesifik terhadap ibu pasca melahirkan yang memanfaatkan ramuan-ramuan obat tradisional yang diresepkan berdasar pengetahuan turun temurun terhadap khasiat dan efek samping yang mungkin timbul dari tanaman obat. Ramuan tradisional dan teknik perawatan bayi yang hingga kini masih banyak digunakan oleh ibu pasca melahirkan adalah penggunaan ramuan tradisional bobok, ramuan tradisional pupuk, pemanfaatan tanaman tunggal maupun campuran tanaman sebagai komposisi ramuan tradisional, tradisi pijat bayi yang dilakukan setelah bayi lahir, dan beberapa perawatan tradisional lain yang sebagian besar memiliki efek positif dalam menangani masalah kesehatan pada bayi. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai perawatan tubuh bayi dan hubungan antara jenis tanaman obat yang digunakan sebagai komponen ramuan obat tradisional dengan khasiat, efek, dan keamananya. Informasi mengenai 3 komponen ramuan obat tradisional didapat dari wawancara langsung terhadap ibu pasca melahirkan pada wilayah kabupaten Sleman Barat, dan kemudian oleh penulis dijadikan acuan dalam pembahasan penelitian Kajian Hubungan Khasiat Dan Komposisi Ramuan Obat Tradisional Serta Perawatan Pasca Lahir Pada Bayi Di Wilayah Kabupaten Sleman Bagian Barat. Adanya penelitian ini diharapkan dapat diketahui ada atau tidaknya hubungan khasiat dengan komponen ramuan obat dan perawatan tersebut sehingga memberi hasil yang postif atau negatif terhadap kesehatan, kebugaran, dan pertumbuhan bayi pasca lahir. Sleman Barat merupakan wilayah yang sebagian besar berupa pedesaan. Gamping, Godean, Seyegan, Minggir, Moyudan dan Mlati merupakan wilayah Sleman Barat yang tergolong masih banyak terdapat pedagang jamu keliling dan pengobat tradisional atau lebih dikenal dukun bayi yang melakukan perawatan bayi pasca lahir. Sebagian besar dukun bayi memiliki peran penting terhadap perawatan bayi pasca lahir terutama untuk tradisi pijat bayi, beberapa dukun bayi juga masih meresepkan ramuan yang digunakan untuk mengobati masalah kesehatan pada bayi seperti demam atau pilek. Pengaruh orang tua kepada ibu pasca melahirkan juga masih sangat besar dalam memberi saran penggunaan tanaman obat sebagai upaya pertolongan pertama penanganan masalah kesehatan pada bayi. Uraian tersebut menyimpulkan bahwa wilayah kabupaten Sleman Barat memiliki kearifan lokal yang cukup tinggi dan tetap terjaga. Berdasarkan gambaran tersebut, harapan dari penelitian ini adalah dapat dilakukan pelestarian kearifan lokal mulai dari budidaya tanaman obat hingga teknik perawatan bayi secara tradisional. 4 B. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah : 1. Apa jenis tumbuhan obat, ramuan obat, dan perawatan yang digunakan untuk kesehatan bayi ? 2. a.) Apakah perawatan dengan pemberian tumbuhan obat tersebut berefek terhadap peningkatan kesehatan bayi ? b.) Apakah perawatan dengan pemberian tumbuhan obat tersebut menimbulkan efek samping pada bayi? 3. Apakah hubungan khasiat empiris dan tanaman penyusun ramuan serta perawatan bayi tersebut didukung oleh hasil penelitian berdasarkan kajian pustaka? C. Manfaat Penelitian 1. Mengetahui karakteristik dan tingkat pengetahuan masyarakat dalam menggunakan tanaman obat dan perawatan tradisional terhadap bayi dalam upaya peningkatkan kesehatan anak. 2. Menghasilkan suatu keluaran yang dapat digunakan sebagai dasar pengelolaan sumberdaya alam khususnya tumbuhan obat untuk pengembangan di bidang farmasi. 3. Sumber informasi yang berkaitan dengan manfaat tanaman obat sebagai alternatif pengobatan dan perawatan pada anak, tingkat efektifitas serta keamananya , sehingga dapat segera ditindaklanjuti pelestarian tanaman tersebut. 5 D. Tujuan penelitian 1. Mengetahui jenis tumbuhan obat, ramuan obat, dan perawatan yang digunakan untuk kesehatan bayi. 2. a.) Mengetahui perawatan dengan pemberian tumbuhan obat tersebut berefek terhadap peningkatan kesehatan bayi. b.) Mengetahui perawatan dengan pemberian tumbuhan obat tersebut menimbulkan efek samping pada bayi. 3. Mengetahui hubungan khasiat empiris dan tanaman penyusun ramuan serta perawatan bayi tersebut didukung oleh hasil penelitian berdasarkan kajian pustaka. E. Tinjauan Pustaka 1. Bayi Reaksi terhadap penyakit berbeda antara anak dengan orang dewasa, bayi atau anak bukan sekedar manusia berukuran kecil, tetapi berbeda secara biokimiawi, farmakologis, dan munologi. Sehinnga spesialisasi perawatan dan pengobatan diperlukan untuk pemeliharaan medis yang baik. ( Zain , 1992) Masa kanak-kanak dibagi berdasarkan umur yaitu : a. Embrio dan janin yaitu sebelum kelahiran b. Bayi baru lahir , dari awal kelahiran hingga usia 1 bulan c. Bayi, dari awal kelahiran hingga usia 1 tahun d. Anak prasekolah, dari awal kelahiran hingga usia 5 tahun e. Anak sekolah yaitu mulai usia 5 tahun keatas 6 Sewaktu lahir, bayi diliputi oleh verniks kaseosa yaitu bahan lengket yang melindungi kulit terhadap cairan amnion yang berbeda-beda banyaknya. Bayi baru lahir tidur hampir sepanjang hari dan bangun hanya untuk minum atau menangis bila merasa tidak enak atau lapar ( Zain , 1992). Bayi dapat bereaksi denga 2 cara : a. Bayi rewel karena lapar , bayi semacam ini sering menangis. b. Bayi lapar yang bahagia, beberapa bayi nampaknya sangat menyukai lapar karena bayi terlihat seperti tidak memiliki rasa lapar . ( Zain , 1992). Gambaran fisik bayi baru lahir adalah tubuh berwarna merah jambu, tangan dan kaki kebiru-biruan, kepala dan perut relatif besar, tungkai relatif pendek dan bengkok, refleks dapat dibangkitkan, yang paling penting untuk kelangsungan hidup adalah refleks batuk, menghisap dan menelan (Zain, 1992). Bentuk kepala yang seperti semangka asimetris disebabkan oleh bergeraknya tulang tengkorak bayi, yang bergeser untuk memudahkan bayi melalui jalan-lahir (proses pembentukan). Pada kulit kepala bayi terdapat bidang yang relatif lembut, dan sering disebut ubun-ubun. Ketika ubun-ubun tersebut diraba, maka akan terasa denyutan. Ubun-ubun akan mengecil secara berangsur-angsur seiring pertumbuhan tulang tengkorak. Kulit bayi baru lahir biasanya akan ditutupi lapisan putih yang terasa licin. Bagian itu disebut vernix dan berfungsi untuk melindungi kulit selama dalam kandungan dan berfungsi juga sebagai pelumas ketika proses kelahiran. Bulu bayi yang baru lahir juga terlihat banyak dan lebat terutama di bagian punggung, lubang telinga, pipi, dan bahu. Bulu halus tersebut 7 dinamakan lanugo, dan bulu ini akan hilang secara berangsur-angsur ( Sears , 2003) Pada sebagian besar kulit setiap bayi, menampakkan perbedaan derajat warna kuning sejak hari ke -3 hingga ke-7, karena untuk sementara pengeluaran bilirubin oleh hati tidak memadai. Bayi baru lahir menerima imunitas pasif sementara dari ibu dalam bentuk antibodi (imunoglobulin), baik sebelum lahir melalui plasenta maupun setelah lahir melalui ASI. Namun bayi hanya memiliki sedikit kekebalan terhadap infeksi umum yang disebabkan oleh kuman, misalnya Eschericia coli dan bakteri Gram-negatif tertentu (Zain, 1992). 2. Masalah Yang Sering Dialami Oleh Bayi Pasca Lahir Hampir tidak ada penyakit pada anak yang langsung parah, kebanyakan penyakit pada anak dimulai dengan penyakit ringan. Terutama pada bayi, sistem pertahanan tubuh pada bayi yang belum sempurna menyebabkan tubuhnya lebih rentan terhadap penyakit. Sumber utama kebanyakan penyakit adalah pola hidup dan pola makan. Berikut masalah yang sering dialami oleh bayi pasca kelahiran, serta beberapa kondisi dan ciri-ciri fisik yang terkadang membuat orang tua resah. a. Batuk dan pilek Batuk dan pilek merupakan penyakit saluran pernafasan yang paling sering diderita bayi dan anak. Bayi dengan usia muda akan sangat mudah tertular, karenanya perawat yang sedang batuk pilek tidak diperkenankan bekerja di ruangan bayi walau ia mengenakan masker, karena virus dapat menembus sistem kekebalan tubuh bayi yang belum sempurna. Penularan juga masih tetap terjadi 8 sebab seseorang yang pilek akan sering memegang hidungnya karena rasa gatal atau membuang ingusnya, jika tidak segera mencuci tangan maka orang tersebut menjadi sumber penular (Ngastiyah,2005). Batuk merupakan salah satu upaya pertahanan tubuh. Refleksi batuk terjadi akibat terangsangnya reseptor batuk yang terdapat pada saluran pernafasan oleh rangsangan kimiawi atau mekanis. Rangsangan yang dapat menimbulkan batuk adalah udara dingin, benda asing seperti debu, radang pada saluran nafas, lendir pada saluran nafas, dan kontraksi saluran pernafasanara (Lubis,2005). Batuk dan pilek merupakan hal biasa yang sering dialami oleh anak. Menurut ilmu Naturopathy, batuk dan pilek tidak selalu reaksi negatif tubuh, bahkan hal tersebut merupakan bagian dari reaksi positif tubuh untuk mengeluarkan kelebihan toksik yang menumpuk di saluran pernafasan (Bajry , 2008). Pada anak usia di bawah 3 tahun kebanyakan terserang croup , yaitu radang atau inflamasi pada pangkal dan batang tenggorokan yang dapat disebabkan karena alergi, perubahan suhu di malam hari, dan yang paling umum adalah karena infeksi saluran nafas atas (Lubis,2005). b. Demam Demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas normal. Bila diukur pada rektal >38°C (100,4°F), diukur pada oral >37,8°C, dan bila diukur melalui aksila >37,2°C (99°F). (Schmitt, 1984). Sedangkan menurut NAPN (National Association of Pediatrics Nurse) disebut demam bila bayi berumur kurang dari 3 bulan suhu rektal melebihi 38° C. Pada anak umur lebih dari 3 bulan suhu aksila dan oral lebih dari 38,3° C. 9 Demam terjadi akibat terlepasnya prostaglandin E2 yang dihasilkan dari metabolisme arakidonat dengan jalur cyclooxygenase 2 (COX-2) (Nelwan dan Sudoyo, 2006). Sintesis prostaglandin tersebut mempengaruhi kerja hipotalamus yang merupakan bagian dari otak depan dan berfungsi sebagai “termostat”, dimana pada bagian tersebut terdapat reseptor suhu yang disebit termoreseptor. Tubuh yang terinfeksi akan timbul peradangan akibat terlepasnya prostaglandin yang kemudian mempengaruhi termostat hipotalamus dengan cara meningkatkan patokan suhu tubuh diatas patokan suhu normal tubuh yaitu 37°C (Ganong, 2002), kibat proses tersebut terjadi respon dingin berupa menggigil. Menggigil ditujukan untuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak, dan saat itu juga terjadi vasokonstriksi kulit untuk mengurangi pengeluaran panas agar tidak banyak keluar ke lingkungan. Sehingga, demam bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme termoregulasi, melainkan sebagai respon rangsang pirogenik yang disengaja . Demam sebenarnya tidak selalu dianggap penyakit, namun merupakan reaksi positif tubuh. Demam dapat menjadi indikator adanya infeksi dalam tubuh, atau adanya reaksi tubuh terhadap adanya penumpukan toksik yang terlalu banyak (Bajry , 2008). c. Diare Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya ( >3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suraatmaja, 2007). Diare memang sering menyerang bayi, usia bayi yang rentan terserang diare adalah 12 hingga 24 bulan. Bayi diare disebabkan karena pencernaan yang sedang 10 beradaptasi dengan berbagai makanan dan minuman yang diberikan. Oleh sebab itu, makanan dan minuman merupakan salah satu faktor penyebab diare. Makanan yang terlalu asam, terlalu manis atau asin dapat menyebabkan bayi diare. Selain itu, alergi terhadap jenis makanan tertentu seperti telur dan ikan, juga dapat menjadi penyebab diare pada bayi (Anonim , 2013a). d. Perut kembung Perut kembung adalah kondisi dimana perut terisi banyak gas, dapat terjadi karena cuaca dingin sehingga menyebabkan perlambatan gerak peristaltik usus. Perlambatan tersebut menyebabkan gas tertampung di saluran penceraan, akibatnya perut kembung dan terasa penuh, sehingga menyebabkan perut tertekan oleh gas dan menyebabkan rasa mual serta menekan nafsu makan (Anonim,2013) Menurut Djokomuljanto dalam harian kompas 24 April 2013 , pada bayi yang mendapatkan ASI, perut kembung dapat disebabkan aerofagia akibat menghisap puting yang salah, kurang bersendawa, menangis, teknik menyusui yang salah, serta pengumpulan udara di saluran cerna. Posisi minum yang salah serta gaya minum bayi yang terburu-buru dapat menyebabkan bayi menghisap banyak angin sehingga perutnya kembung, atau secara awam disebut masuk angin. Kembung pada bayi dapat menyebabkan bayi rewel, kondisi ini juga dapat menyebabkan bayi kolik (Widiyani, 2013). e. Kulit berwarna kuning Kuning/jaundice pada bayi baru lahir atau disebut dengan ikterus neonatorum merupakan warna kuning pada kulit dan bagian putih dari mata (sklera) pada beberapa hari setelah lahir yang disebabkan oleh penumpukan 11 bilirubin. Gejala ini dapat terjadi antara 25%-50% pada seluruh bayi cukup bulan dan lebih tinggi lagi pada bayi prematur. Walaupun kuning pada bayi baru lahir merupakan keadaan yang relatif tidak berbahaya, tetapi pada usia inilah kadar bilirubin yang tinggi dapat menjadi toksik dan berbahaya terhadap sistim saraf pusat bayi (Tjipta, 2009). Kuning pada bayi baru lahir paling sering timbul karena fungsi hati masih belum sempurna untuk membuang bilirubin dari aliran darah. Kuning juga bisa terjadi karena beberapa kondisi klinis, di antaranya adalah fisiologis, berhubungan dengan pemberian ASI ekslusif ibu, adanya ketidak cocokan golongan darah dengan ibu, ibu menderita diabetes, dan lebam pada kulit bayi karena proses persalinan (Tjipta, 2009). f. Bentuk kepala dan permukaan tubuh yang tidak merata Bentuk kepala yang seperti semangka asimetris disebabkan oleh bergeraknya tulang tengkorak bayi, yang bergeser untuk memudahkan bayi melalui jalan-lahir (proses pembentukan). Terkadang jika diraba akan terasa seperti benjolan yang disebabkan oleh tulang tengkorak tumpang tindih akibat adanya tekanan yang kuat selama proses persalinan, begitu pula dengan kerangka tubuhnya (Sears, 2003) Umumnya ukuran lingkar kepala rata-rata bayi baru lahir adalah 35 cm dan berbentuk bulat lonjong. Bayi-bayi yang dilahirkan secara alami, banyak yang memiliki bentuk kepala terlalu lonjong. Penyebab diantaranya adalah karena lahir prematur sehingga tulang-tulang masih lunak dan mudah berubah bentuk, akibat terjepit alat bantu bersalin (Anonim, 2013). 12 g. Bulu bayi baru lahir Pada sebagian besar bayi yang baru lahir, terlihat adanya bulu halus dan lebat di tubuhnya. Dalam istilah medis bulu bayi baru lahir disebut lanugo. Lanugo tumbuh ketika bayi berada pada bulan keempat dan kelima usia kehamilan, pada minggu ke 13 sampai 17 lanugo terbentuk di bagian kepala, sedangkan pada minggu ke 20 bulu ini tumbuh di seluruh tubuh (Candrawati, 2012). Rambut halus dan tipis ini muncul pada kulit janin dan menghilang dalam beberapa waktu setelah kelahiran. Lanugo (la · nu · go , dari bahasa Latin lana "wol") sangat halus, lembut, dan biasanya tidak berpigmen, rambut berbulu halus pada tubuh janin atau bayi yang baru lahir. Ini adalah rambut pertama yang diproduksi oleh folikel rambut janin, dan biasanya muncul pada janin sekitar 5 bulan usia kehamilan (Anonim , 2013). 3. Ramuan Obat Tradisional dan Tanaman Obat Banyak masyarakat beranggapan bahwa ramuan obat tradisional tidak menimbulkan efek samping, hal tersebut merupakan salah satu faktor beberapa ibu mempercayakan perawatan bayi menggunakan tumbuhan obat dan ramuan obat tradisional, bahkan beberapa ibu masih mempercayai dukun bayi untuk merawat bayinya. Namun pada kenyataanya terdapat tumbuhan obat yang jika penggunaanya tidak sesuai aturan pakai maka akan menimbulkan efek samping. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi efek samping yang mungkin dapat ditimbulkan oleh suatu ramuan tradisional maka terdapatbeberapa faktor penting 13 yang harus diperhatikan antara lain adalah ketepatan komposisis ramuan, ketepatan waktu penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan telaah informasi, dan tanpa penyalahgunaan. Ketepatan takaran dalam penggunaan tumbuhan obat maupun ramuan obat tradisional memang belum banyak didukung oleh data hasil penelitian, takaran ini masih bergantung dari data-data empirik atau pengalaman turun temurun. Pemanfaatan perawatan dan pemberian tumbuhan obat dari pengalaman nenek moyang, kerabat dekat, dan orang tua, ataupun dari dukun bayi secara empirik, masih sering diterapkan oleh ibu pasca melahirkan dalam menanggulangi masalah kesehatan dan merawat bayi. Berikut merupakan tumbuhan obat yang sering dimanfaatkan untuk mengobati dan merawat bayi pasca lahir baik sebagai tanaman tunggal maupun sebagai campuran komposisi ramuan obat tradisional seperti bobokan, pupukan, minyak telon, minyak cengeh, dan lain-lain. a. Adas (Foeniculum vulgare Mill) Selain dapat dimanfaatkan sebagai bumbu dapur, adas juga dapat digunakan sebagai pengobatan, diantaranya antispasmodik, anti inflamasi, antioksidan, analgesik, diuretik, karminatif, pengencer dahak, obat sakit perut, meningkatkan produksi ASI, dan memperlancar haid, dianetol dan stigmasterol yang terkandung dalam buah adas berkhasiat untuk merangsang keluarnya hormon estrogen, rutin berkhasiat sebagai tonikum (Sumaryanti. 2012), komposisi kimia yang terdapat dalam adas menunjukan aktivitas yang sangat kuat sebagai antibakteri terhadap bakteri kulit seperti Sthapylococcus aureus (Itir, 2004) dan dapat meningkatkan sekresi mukus dari saluran nafas (Anonim, 2010b) 14 Kandungan kimia adas yang utama adalah minyak atsiri (Oleum foeniculi) 1-6%, mengandung 50-60% anetol, kurang lebih 20% fenkon, pinen, limonen, dipenten, felandren, metilkhavikol, anisaldehid, asam anisat, dan 12% minyak lemak. Kandungan anetol menyebabkan adas mengeluarkan bau yang khas dan berkhasiat. Sedangkan akar dan bijinya mengandung stigmasterin. (Herlina,2011) b. Bawang merah (Allium cepa L.) Bawang merah mengandung minyak atsiri, senyawa turunan asam amino yang mengandung sulfur yaitu cycloalliin 2%. propylalliin dan propheniylaliin, disamping itu tedapat pula senyawa prophantial-S-oxide yang akan terbentuk ketika sel umbi tersebut pecah, sehingga menyebabkan keluarnya air mata (Sudarsono, dkk., 1996). Umbi bawang merah dapat digunakan sebagai perawatan pada payudara membengkak atau mastitis, memperlancar ASI, membei rasa hangat, mengatasi sakit perut, perut kembung (Hargono,dkk. 1995). Perasan umbi bawang merah yang dibuat dalam bentuk salep memiliki aktivitas antialergi dan menanggulangi bentolan secara lokal (Soemardji, 2003) c. Bawang putih (Allium sativum) Bawang putih terkenal dengan efek antifungi, antibakteri, antivirus, dan antidiabetes. Namun efek yang paling terkenal adalah aktivitasnya sebagai antikolesterol. Secara empirik umbi bawang merah dipercaya dapat menurunkan tekanan darah, meredakan nyeri kepala, dan dapat mengatasi maag. Perasan umbi bawang putih dapat digunakan sebagai antibakteri sekaligus menangani inflamasi 15 akibat bakteri Sthapylococcus aureus (Handayani, 2011), yang merupakan bakteri patogen pada kulit. Bawang putih memiliki kandungan senyawa aliin yang menyebabkan bau dan rasa yang khas pada bawang putih saat dipotong, dikunyah, ataupun dicincang alliin berubah menjadi senyawa thiosulfinat dengan bantuan enzim alliinase. Bawang putih mengandung zat aktif allisin, allin, enzim alinase,geranium, sativine, sinistrine, selenium, skordinin, dan asam nikotinat (Thomas, 1989). d. Bengle (Zingiber purpureum Roxb.) Bengle mengandung minyak atsiri, saponin, dan flavonoid. Rimpang bengle berkhasiat sebagai obat demam, obat perut nyeri, encok, obat masuk angin, obat sembelit, dan obat cacing (Hutapea, 1999). Rimpang bengle mengandung minyak atsiri (sineol, pinen, dan seskuiterpen), damar, lemak, gom, gula, mineral,albuminoid, dan asam – asam organik (Mardisiswojo dan Radjakmangunsudarso.,1996). Rimpang bangle bersifat antiinflamasi, ekspektoran, pencahar, membersihkan darah, karminatif, laksatif, minuman kesehatan, dan agen antidisentri, seperti kerabatnya dari keluarga zingiberaceae, bangle berkhasiat menghangatkan tubuh dan mengurangi rasa sakit. Kandungan terpenoid dalam rimpang bengle memiliki aktivitas mukolitik, yaitu aktivitas pengencer dahak dengan cara mengurangi kekentalanya (Alam, 2012). e. Cengkeh (Syzygium aromaticum, (Linn.) Merr. ) Cengkeh dapat berkhasiat untuk menambah denyut jantung (Herlina,2011). Menghilangkan rasa mual muntah, dan mencegah kerusakan hati akibat racun tertentu, dan juga menambah tenaga. bunga cengkeh bersifat 16 stomakik dan karminatif, bersifat aromatik ,dan pengurang rasa nyeri. Cengkeh memiliki efek antiinflamasi secara topikal terhadap edema kaki pada mencit (Nathania, 2011). Cengkeh juga dapat digunakan sebagai anti nyamuk secara topikal (Rahmaniyanti, 2001) Bunga cengkeh mengandung 15- 20 % minyak esensial dengan komponen utama eugenol ( 85- 90 % dari minyak), sejumlah kecil eugenol asetat, β – karyofilen, flavonoid ( derivat kuersetin dan kaempferol), tanin, asam fenolat (yaitu asam galat, asam protokatekuat), sejumlah kecil sterol dan glikosida sterol. Bunga cengkeh bersifat stomakik dan karminatif, terutama untuk meningkatkan rasa dan bersifat aromatik (Sumaryanti, 2012). f. Cocor bebek (Kalanchoe pinnata) Secara tradisional ,spesies Kalanchoe telah digunakan untuk mengobati penyakit seperti infeksi , rematik , peradangan, hipertensi dan untuk pengobatan ginjal tanaman stones.Hal ini menunjukkan berbagai aktivitas farmakologi seperti obat cacing , penyembuhan luka ,hepatoprotektif , anti - alergi , antiinflamasi , ,aktivitas antimikroba, analgesik, antihipertensi, neurofarmakologis dan hematologis. Kandungan kimia dari cocor bebek adalah alkaloid, flavonoid, senyawa fenolik, tanin, vitamin, makro dan mikro elemen, dan masih banyak lagi (Panchal,2012). Kandungan flavonoid dalam cocor bebek diduga memiliki daya antiinflamasi. Pemberian gel ekstrak daun cocor bebek dapat memberikan efek penyembuhan luka bakar pada kulit kelinci (Hasyim,2012). Pemberian ekstrak 17 etanolik cocor bebek dalam salep juga berpotensi penyembuhan luka pada tikus (Nayak, 2010). g. Dadap (Erythrina subumbrans) Kandungan kimia dari tanaman dadap serep adalah alkaloid (erythramin), flavonoid, saponin, tanin, dan erysaponin. Daun muda ditumbuk dan ditambah air untuk merangsang produksi air susu ibu, selain itu juda dapat dipakai sebagai kompres untuk haid yang tidak lancar, dadap serep bersifat membersihkan darah. Efek herbal lainya berdasarkan pustaka adalah sebagai antipiretik, antiinflmasi, dan ekspektoran. Ekstrak etanol dan infusa daun dadap memiliki aktivitas sebagai antipiretik (Desianti, 2007 ; Roswina, 1988). h. Dlingo (Acorus calamus) Jeringau atau lebih dikenal dengan dlingo (jawa) merupakan tumbuhan yang banyak dimanfaatkan bagian rimpangnya dan secara empiris dipercaya dapat digunakan sebagai obat luka mulut, lambung dan perbaikan pencernaan anak,diare , dan obat cacing ( Sa’roni, 2003). Kandungan kimia dalam dlingo memiliki aktivitas menekan sistem syaraf pusat sehingga menimbulkan efek sedatif (Manikandan,2005). Selain itu, bengle juga dapat digunakan sebagai anti serangga (Hasnah, 2012). Kandungan kimia dlingo adalah asaron, beta-asaron, saponin, flavonoid, dan minyak atsiri, eugenol, metileugenol, metilisoeugenol,geranilasetat, fanesen, kalamin,dan Ca-oksalat (Sa’roni, 2003). 18 i. Jahe (Zingiber officinale Roscoe.) Senyawa aktif yang terkandung dalam jahe adalah seskuiterpen hidrokarbon, dyarilheptanoid dan dan senyawa gingerol yang berhubungan dengan konstituen utama jahe (Charles, 2007). Selain itu, senyawa gingerol dapat diklasifikasikan menjadi lima kelompok besar sebagai berikut : gingerol, shogaols, yang merupakan produk dehidrasi dari gingerol, paradols, β-keton produk hidroksil deoksigenasi dari gingerol, gingerdiones, yang β-keton produk hidroksil dehidrogenasi gingerol dan termasuk sub-grup gingerdiones 1-dehidrogenase, dan gingerdiols, yang merupakan produk keton-pengurangan gingerol ( Charles, 2007 ; Aafzal, 2001 ; Jolad, 2005 ; Jolad, 2004 ; Jiang, 2005). Menurut sumber lain, minyak atsiri jahe mengandung minyak atsiri 2-3%, minyak atsiri terdiri dari zingiberin, kaempferia, limonen, borneol, sineol, linalool, dan kabikol (Saswita, 2012). Jahe memiliki manfaat dalam menangani masalah arthritis, rematik, demam, mual, asma dan penyakit lainnya (Anonim, 1985). Senyawa gingerol diketahui bertanggung jawab besar dalam khasiat jahe yang bersifat sebagai obat. 6-gingerol juga memiliki potensi dalam mengobati peradangan kronis, seperti asma dan rheumatoid arthritis (Jolad, 2004). Penggunaan jahe dalam sediaan gel topikal memiliki efek antiinflamasi (Ratna, 2009) j. Jambu (Psidium guajava,. Linn) Buah, daun dan kulit batang pohon daun jambu mengandung tanin, kuersetin, daun jambu juga mengandung zat lain seperti minyak atsiri, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin dan vitamin. Dari hasil pengukuran, setiap 100 gram jambu mengandung vitamin A 25 19 SI, vitamin C 87, hidrat arang 12,2 gram, kalsium 14 miligram, protein 0,9, dan air 86 gram. Jambu dapat mengatasi diabetes melitus, maag, sakit perut, penyakit kulit (Thomas, 1989). Senyawa kuersetin dalam jambu memiliki efek spasmolitik, sehingga dapat melemaskan kejang otot ketika diare. k. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia, Swingle) Tanaman genus Citrus merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang merupakan suatu substansi alami yang dikenal memiliki efek sebagai antibakteri. Minyak atsiri yang dihasilkan oleh tanaman yang berasal dari genus Citrus sebagian besar mengandung terpen, seskuiterpen alifatik, turunan hidrokarbon teroksigenasi, dan hidokarbon aromatik. Komposisi senyawa minyak atsiri dalam jeruk nipis (Citrus aurantifolia) adalah hesperidin, limonen (33,33%), β-pinen (15,85%), sitral (10,54%), neral (7,94%), γ-terpinen (6,80%), α-farnesen (4,14%), α-bergamoten (3,38%), β-bisabolen (3,05%), α-terpineol (2,98%), linalol (2,45%), sabinen (1,81%), β-elemen (1,74%), nerol (1,52%), α-pinen (1,45%), geranil asetat (1,23%), 4-terpineol (1,17%), neril asetat (0,56%), dan trans-βosimen (0,26%) (Astarini et al, 2010). Jeruk nipis Memiliki berbagai macam khasiat , diantaranya adalah berkhasiat untuk influenza, batuk, demam, sembelit, terlambat haid, perut mulas ketika haid, perut mual, dan lelah (Herlina,2011). Pada 100 gram buah jeruk nipis mengandung vitamin C 27 mg, kalsium 40mg, fosfor 22 mg, hidrat arang 12,4 g ,vitamin B1 0,04 mg, zat besi 0,6 mg, lemak 0,1 g, kalori 37 g, protein 0,8 g, dan air 86 g (Herlina,2011). Penggunaan aromaterapi jeruk nipis memiliki efek 20 terhadap penurunan ansietas sehingga jeruk dapat digunakan sebagai penenang (Yuliadi, 2011) l. Jintan hitam (Nigella sativa L.) Biji jintan hitam secara tradisional biasanya dimanfaatkan untuk obat cacing. Biji dan daun jintan hitam mengandung saponin dan polifenol (Herlina,2011). Tumbuhan ini mengandung glikosida saponin, minyak atsiri, zat pahit, minyak lemak,d-limonena, simena, saponin, zat pahit, jigelin, nigelon, dan timokonon. Minyak jintan hitam mengandung hingga 50% asam linoleat, 25% asam oleat, 12% asam palmitat, 2,84% asam stearat, 0,34% asam linolenat dan 0,35% asam miristat. Berbagai penelitian telah memperlihatkan efek Nigella sativa sebagai analgesik, antipiretik, antihipertensi, bronkodilator, antibakteri, berpotensi meningkatkan sistem kekebalan tubuh, antioksidan, antitumor dan antidiabetik (Maslihatul, 2009). m. Inggu ( Ruta angustifolia) Ingu, atau sering disebut inggu merupakan tanaman yang memiliki efek herbal antelmintik, hepatoprotektor, antipiretik, anti radang, anti toksik, antikonvulsan, anti spasmodik, abortivum, dan karminatif. Secara empiris ingu dapat digunakan untuk mengatasi masalah hernia, mengobati flu, demam, eksim, kolik dan batuk. Senyawa kimia yang terkandung dalam inggu adalah kuinolin,graviolin, furokuinolin, dictamine, γ-fagarin (Norizan, 2012), 3,4metilendioksifenil diidentifikasi, termasuk piperonil aseton dan olefin derivatif baru 8-( 3,4-methylenedioxyphenyl)-1-oktena (Joulain, 1991). Inggu dapat 21 digunakan sebagai campuran ramuan jamu cekok untuk mengatasi batuk pada anak (Limananti,2003) n. Kayu manis (Cinnamomum burmanii) Cinnamomum burmannii merupakan salah satu jenis dari famili Lauraceae. Tumbuhan ini banyak terdapat di daerah sub tropis dan tropis. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wang dkk (2009) terhadap minyak atsiri dari Cinnamomum burmannii yang berasal dari Guangzhou, China bahwa komponen mayor minyak atsiri yang terkandung adalah trans-sinamaldehid (60,72%), eugenol (17,62%) dan kumarin (13,39%). Minyak atsiri adalah senyawa organik yan diperoleh dari hasil metabolit sekunder tanaman yang komposisi kimia minyak atsiri tergantung pada jenis tumbuhan, daerah tempat tumbuh, iklim, dan bagian yang diambil minyaknya (Guenther,2006). Kayu manis memiliki daya antibakteri terhadap Sthapylococcus aureus (Ricki, 2011). o. Kayu wangi (Vetiveria zizanioides) Akar tanaman ini banyak memiliki kandungan esensial yang dapat dimanfaatkan oleh industri parfum industri kosmetik, dan industri obat. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa ekstrak akar tanaman ini memiliki aktivitas anti mokroba (Pratiwi, 2013). Minyak atsiri tanaman akar wangi memiliki aktivitas anti nyamuk (Anggoro, 2003). Minyak atsiri yang dihasilkan oleh tanaman yang berasal dari genus Vetiveria sebagian besar mengandung terpen, siskuiterpen alifatik, turunan hidrokarbon teroksigenasi dan hidrokarbon aromatik. Komponen utama dari minyak atsiri akar wangi adalah senyawa golongan seskuiterpen (30-40 %), 22 seskuiterpenol (18-25 %) dan seskuiterpenon seperti asam benzoat, vetiverol, vetiverol, furfurol, α dan β vetivone, vetivene dan vetivenil vetivenat. Selain memiliki senyawa siskuiterpen yang merupakan komponen mayor dalam minyak atsiri, Genus Vetiveria dari Perancis juga mengandung senyawa flavonoid. Beberapa senyawa flavonoid tersebut adalah carlinoside , neocarlinoside , 6,8- diC-arabinopyranosylluteolin , isoorientin dan tricin-5-Oglucoside , Senyawa mayor yang telah diisolasi dari V. zizanioides India adalah khusol, khusenol, khusitone, γ-cadinene dan laevojuneol. Senyawa mayor berstruktur siskuiterpene trisiklik yang berhasil diisolasi dari V. zizanioides yang tumbuh di Angola adalah asam khusenat, asam isokhusenat dan khusenol. Struktur siskuiterpene, khusimene dan asam zizanoat memiliki struktur yang sama dengan asam khusenat ( Rahmawati, 2010). p. Kayu putih (Melaleuca Leuadendra) Kandungan kimia dari tanaman Kayu putih adalah benzaldehid, alfa- terpineol, valeraldehida. Kulit pohon mengandung lignin dan malaleucin. 1,8sineol mendominasi komposisi minyak atsiri daun kayu putih yaitu sekitar 22,45 %. Komponen berikutnya berdasarkan besar kadarnya adalah terpineol (12,45 %), (E)-kariofilen (6,95 %), pinen (5,74 %), humulen (4,70 %), selinen (2,9% - 3,82 %), mirsen (3,58 %), dan terpenil asetat (2,74 %). Inhalasi minyak atsiri dapat digunakan sebagai aromaterapi dibagi berdasarkan efeknya terhadap sistem syaraf pusat (Muchtaridi, 2004). 23 q. Kemukus (Piper cubeba L.F) Kemukus mengandung minyak atsiri 10 – 20% terdiri atas cadinene, cineol, careen, abinene, pinene, camphor, azulene, terpineol. Cubebic acid kurang lebih 1%, damar 2,5 – 3,5%, zat pahit (cubebin 0,3 – 3%), piperine 0,1 – 0,4%, gom, pati, dan minyak lemak (Sudarsono dkk., 2006). Kemukus secara tradisional digunakan untuk mengatasi masuk angin, radang usus, disentri, perut mulas, kencing nanah, raja singa, radang selaput lendir dan asma (Avivah, 2012). Kemukus dapat digunakan sebagai antiasma karena memiliki efek trakeospasmolitik (Wahriono, 1999). r. Kencur (Kaempferia galanga, Linn) Rimpang digunakan untuk bumbu masak, obat batuk, dan nyeri dada. Minyak atsiri digunakan sebagai aromatikum dan odoransia. Rimpang bersifat analgetikum yakni dapat meredakan rasa sakit pada gigi, sakit kepala ataupun reumatik, dapat juga merangsang keluarnya angin perut, penghangat badan, dan stimulansia(Sudarsono, dkk., 1996). Kencur memiliki efek antiinflamasi pada dosis 200 mg/kg berat badan tikus (Ridtitid.et al. 2008) Kencur secara tradisional digunakan untuk pengobatan radang lambung, influeza pada bayi, masuk angin, sakit kepala, menghilangkan darah kotor, batuk, mata pegal (Herlina, 2011). Rimpang mengandung minyak atsiri yang tersusun dari monoterpenoid, seskuiterpen, borneol, disamping itu juga terdapat golongan senyawa flavonoid (Sudarsono, dkk., 1996). 24 s. Kelapa (Cocos Nucifera) Indonesia merupakan negara penghasil kelapa. Air kelapa tersusun 25% dari berat total kelapa, sehingga potensinya sangat besar digunakan sebagai air kelapa. Air kelapa mengandung senyawa organik yang komplek yaitu 20 macam asam amino bebas, 18 macam asam organik 3 macam gula dan 18 macam vitamin (Anggraeni, 2004). Air kelapa hijau dipercaya berkhasiat sebagai antiracun .Minyak kelapa digunakan sebagai pencampur obat oles. Kelapa adalah bahan baku dari pembuatan coconut oil. Pembuatan Coconut oil dapat dilakukan dengan berbagai metode antara lain metode basah, fermentasi, pancingan penambahan enzim (Baswardojo,2008). Virgin coconut oil jika diterapkan secara topical dapat membantu kulit untuk mencegah infeksi, melindungi kulit dari radikal bebas, memulihkan kulit yang kering, kasar, dan keriput (Fife, 2004). t. Lempuyang emprit (Zingibers amaricans Bl. non auct. Plur) Lempuyang emprit secara empiris digunakan sebagai penambah nafsu makan (PPTI, 2009).Selain itu juga digunakan untuk memperbaiki fungsi lambung, disentri, borok, dan sakit kepala (Sumaryanti, 2012). B-linalool merupakan komponen utama dari tanaman ini dengan kadar 51,2% (PPTI, 2009). Rimpang segarmengandung 0,1% minyak atsiri yang tersusun dari senyawa seskuiterpenketon yang labil (Sumaryanti, 2012). Senyawa linalool dalam lempuyang empritmemiliki efek anti cemas, anti stres, dan relaksan (Dwi, 2013 ; Nakamura, 2009) 25 u. Merica (Piper nigrum L.) Merica memiliki kandungan kimia minyak atsiri yang mengandung felandren, dipenten, kariopilen, alkaloid, piperina, dan kavisina. Dari sumber lain disebutkan terdapat pula kandungan boron didalam merica, boron dalam buah merica dapat merangsang pengeluaran hormon estrogen, kavikol berfungsi sebagai analgesik (Gunawan, 2000). Kandungan kimia piperin dalam merica dapat digunakan sebagai pelega nafas (Kun , 2012). v. Padi (Oryza sativa) Bahan utama untuk pembuatan masker dalah tepung beras yang berasal dari tanaman padi. Tepung beras sangat berkhasiat,karena mengandung amilosa, amilopektin,hydralized amylum / dekstrin dan asam kojik yangdapat memutihkan kulit sebagai hasil darifermentasi amylum selama perendaman. Oleh karena itu, tepung beras digunakan sebagai salah satu bahan dasar kosmetik, karena berkhasiat membuat kulit wajah menjadi sehat (Anjani, 2013) Beras merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia. Beras sebagai bahan makanan mengandung nilai gizi cukup tinggi yaitu kandungan karbohidrat sebesar 360 kalori, protein sebesar 6,8 gr, dan kandungan mineral seperti kalsium dan zat besi masing-masing 6 dan 0,8 mg (Astawan, 2004). Komposisi kimia beras berbeda-beda bergantung pada varietas dan cara pengolahannya. Selain sebagai sumber energi dan protein, beras juga mengandung berbagai unsur mineral dan vitamin. Sebagian besar karbohidrat beras adalah pati (85-90%) dan sebagian kecil adalah pentosa, selulosa, hemiselulosa, dan gula. Zat oryzanol mampu memperbarui perkembangan pembentukan pigmen melanin dan 26 efektif menangkal sinar ultraviolet. Oleh karena itulah, rice bran oil banyak digunakan dalam produk tabir surya dan conditioner rambut. Tidak hanya itu, penggunaan rice bran oil ini juga bisa kita dapatkan dalam perona bibir dan cat kuku, karena daya rekatnya tinggi dan sangat halus teksturnya. w. Pala (Myristica fragrans) Buah pala terdiri atas daging pala (pericarp) dan biji pala yang terdiri atas fuli, tempurung dan daging biji. Purseglove et.al (1981) mengemukakan perbandingan biji pala kering terhadap fuli kering adalah 20 : 3. Perbandingan berat biji kering dengan fuli dalam praktek di badan rata-rata 4 : 1. Komposisi kimia fuli hampir sama dengan biji pala. Buah dan biji mengandung minyak asiri, minyak lemak, zat samak, saponin, miristisin, elemisi, pektin, hars, lamonena, asam tetradekanoid, dan asam oleanolat. Kulit buah mengandung minyak asiri dan zat samak. Selain itu biji pala dan fuli juga mengandung minyak atsiri, protein dan mineral-mineral lainnya (Somaatmadja, 1984). Minyak biji pala yang diberikan secara aromaterapi memiliki efek sedatif (Nugrahani, 2005). x. Pare (Momordica Charantia L) Tanaman pare telah dikenal luas di berbagai negara, sehingga memiliki banyak nama. Parai atau pare merupakan tanaman yang masuk dalam famili Cucurbitaceae, menurut Rukmana (1997) cucurbitacin merupakan zat penimbul rasa pahit yang memiliki potensi sebagai bahan obat tradisional untuk menyembuhkan beberapa jenis penyakit. Kandungan kimia pare adalah momordisin, momordin, karatin , asam trikosanik, alkaloid, saponin, vitamin A, vitamin C, serta minyak lemak yang terdiri dari asal oleat, asam linoleat, asam 27 stearat, dan lemak oleostrarat. Sedangkan buahnya mengandung karantin, hidroksitriptamin, vitamin A,B,C, dan biji pare mengandung momordisin (Wijayakusuma, 1998). Ekstrak daun pare memiliki aktivitas antidiare terhadap mencit (Farokh, 2013). Sediaan topikal tanaman Momordica Charantia memiliki aktivitas antimikroba terhadap pertumbuhan Staphylococus aureus (Faradiba, 2011 ; Latifa, 2007), dan tumbukan daun pare dapat mengobati luka insisi pada tikus (Juwita, 2011). y. Teh (Camellia sinensis) Teh banyak dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas kesehatan tubuh, pengobatan, dan perawatan tubuh. Teh mengandung flavonoid (contohnya adalah katekin) dan methylxanthine yang merupakan komponen bioaktif yang sangat penting dan berpotensi sebagai pencegah penyakit kronis sepeti kanker (Dreosti, 1996) dan penyekit kardiovaskuler (Tijburg et al. 1997). Efek herbal yang dimiliki oleh teh adalah kafein mempercepat pernapasan, perangsang kuat pada susunan saraf pusat dan aktivitas jantung. Teofilin memiliki efek diuretik kuat, menstimulir kerja jantung dan melebarkan pembuluh darah koroner. Teobromin terutama mempengaruhi otot. Ekstrak air panas teh hitam menunujukan aktivitas antidiare (Besra , 2003) z. Temu giring (Curcuma heyneana Val.& v.Zijp) Rimpang temu giring mengandung minyak atsiri, saponin, dan flavonoid. Zat tersebut berkhasiat sebagai obat cacing, luka, disentri, dan penyakit kulit, dapet juga sebagai pelangsing, penenang, pembersih darah, penghilang bau badan. Rimpang temu giring juga digunakan sebagai bahan ramuan jamu yang diminum 28 oleh calon pengantin perempuan untuk mencegah timbulnya rasa lelah selama upacara dan pesta pernikahan berlangsung (Rukmana, 2004). Penggunaan krim rimpang temu giring tipa M/A memiliki daya anti jamur terhadap Candida albicans (Peni, 2010) aa. Zaitun (Olea europaea) Zaitun banyak dimanfaatkan dalam dunia farmasi, yang banyak digunakan adalah minyaknya, yaitu olive oil. Minyak Zaitun atau Olive Oil adalah sebuah minyak buah yang didapat dari zaitun (Olea europaea), pohon tradisional dari basin Mediterania. Minyak zaitun dapat dimanfaatkan dengan berbagai macam tujuan seperti pengobatan, perawatan rambut seperti tonik, manfaat lain sebagai antipiretik, antidiabetes, antidiare, dan masih banyak lagi. Kandungan kimia zaitun adalah 3,4-Dihydroxyphenylethyl 4-formyl-3- formylmethyl-4-hexenoate, asetaldehid, asam sitrat, aseton, amyrin, apigenin, asam benzoat, Cycloartenol, hidrokortisol, kaempferol, manitoll, olea europaea phenolic glucoside, asam oleanolik, oleosid (Ross, 2005) F. KETERANGAN EMPIRIK Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifiksi keterkaitan kandungan kimia dengan efek bahan penyusun ramuan obat tradisional dan perawatan pasca kelahiran pada bayi di wilayah Kabupaten Sleman Bagian Barat yaitu Gamping, Godean, Moyudan, Seyegan, Minggir, dan Mlati. Informasi didapatkan dari Ibuibu yang membuat sendiri ramuan obat tradisional atau memperoleh dari dukun bayi yang ada di wilayah Kabupaten Sleman bagian barat.