1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Bangsa

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman yang
dapat berkhasiat sebagai obat untuk menanggulangi masalah kesehatan, dan lebih
dikenal dengan pengobatan tradisional. Pengetahuan tentang tanaman obat telah
diterapkan berdasarkan pengalaman dan keterampilan yang secara turun temurun
diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Melalui berbagai penelitian
dan karya tulis ilmiah, tampak beraneka ragam respon budaya masayarakat
berbagai wilayah di Indonesia dalam peristiwa pengobatan dan perawatan anak
pasca lahir. Sebagian besar pengobatan dan perawatan tersebut dilakukan dengan
prinsip etnomedisin, yaitu bidang ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik
antara masyarakat lokal dengan alam meliputi sistem pengetahuan tentang sumber
daya alam tumbuhan (Purwanto, 1999).
Meskipun sistem pengobatan di Indonesia sudah berkembang, pemanfaatan
tanaman obat untuk pengobatan dan perawatan masih cukup tinggi. Berdasarkan
Survey Sosial Ekonomi Nasional tahun 2001 (Santhyami, 2006) , tercatat 57,7%
penduduk Indonesia melakukan pengobatan sendiri tanpa bantuan medis, 31,7%
diantaranya menggunakan tumbuhan obat tradisional, dan 9,8% memilih cara
pengobatan tradisional lainnya.
1
2
Alasan penggunaan tanaman obat diantaranya adalah ekonomis, relatif
mudah didapat, tradisi, sugesti, mitos, alasan empirik juga menjadi salah satu
penyebab banyak ibu pasca melahirkan mempercayai besarnya efektifitas
pengobatan dan perawatan pada bayi. Pengobatan dan perawatan bayi
menggunakan tanaman obat dan resep-resep ramuan obat tradisional diperoleh
dari orang tua, lingkungan sekitar atau kerabat dekat, dukun bayi dan pedagang
jamu. Perlu diperhatikan dalam hal ini yaitu jenis tanaman dan ramuan obat, cara
memperoleh komposisi ramuan, tingkat kebersihan tanaman, takaran ramuan obat
tradisional yang relatif bervariasi, serta penerapan perawatan yang dilakukan
terhadap bayi dalam upaya peningkatan kesehatan dan pertumbuhan.
Perlu dilakukan peninjauan lebih nyata dan spesifik terhadap ibu pasca
melahirkan yang memanfaatkan ramuan-ramuan obat tradisional yang diresepkan
berdasar pengetahuan turun temurun terhadap khasiat dan efek samping yang
mungkin timbul dari tanaman obat. Ramuan tradisional dan teknik perawatan bayi
yang hingga kini masih banyak digunakan oleh ibu pasca melahirkan adalah
penggunaan ramuan tradisional bobok, ramuan tradisional pupuk, pemanfaatan
tanaman tunggal
maupun campuran tanaman sebagai komposisi ramuan
tradisional, tradisi pijat bayi yang dilakukan setelah bayi lahir, dan beberapa
perawatan tradisional lain yang sebagian besar memiliki efek positif dalam
menangani masalah kesehatan pada bayi.
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai perawatan tubuh bayi dan
hubungan antara jenis tanaman obat yang digunakan sebagai komponen ramuan
obat tradisional dengan khasiat, efek, dan keamananya. Informasi mengenai
3
komponen ramuan obat tradisional didapat dari wawancara langsung terhadap ibu
pasca melahirkan pada wilayah kabupaten Sleman Barat, dan kemudian oleh
penulis dijadikan acuan dalam pembahasan penelitian Kajian Hubungan Khasiat
Dan Komposisi Ramuan Obat Tradisional Serta Perawatan Pasca Lahir Pada Bayi
Di Wilayah Kabupaten Sleman Bagian Barat. Adanya penelitian ini diharapkan
dapat diketahui ada atau tidaknya hubungan khasiat dengan komponen ramuan
obat dan perawatan tersebut sehingga memberi hasil yang postif atau negatif
terhadap kesehatan, kebugaran, dan pertumbuhan bayi pasca lahir. Sleman Barat
merupakan wilayah yang sebagian besar berupa pedesaan. Gamping, Godean,
Seyegan, Minggir, Moyudan dan Mlati merupakan wilayah Sleman Barat yang
tergolong masih banyak terdapat pedagang jamu keliling dan pengobat tradisional
atau lebih dikenal dukun bayi yang melakukan perawatan bayi pasca lahir.
Sebagian besar dukun bayi memiliki peran penting terhadap perawatan bayi pasca
lahir terutama untuk tradisi pijat bayi, beberapa dukun bayi juga masih
meresepkan ramuan yang digunakan untuk mengobati masalah kesehatan pada
bayi seperti demam atau pilek. Pengaruh orang tua kepada ibu pasca melahirkan
juga masih sangat besar dalam memberi saran penggunaan tanaman obat sebagai
upaya pertolongan pertama penanganan masalah kesehatan pada bayi. Uraian
tersebut menyimpulkan bahwa wilayah kabupaten Sleman Barat memiliki
kearifan lokal yang cukup tinggi dan tetap terjaga. Berdasarkan gambaran
tersebut, harapan dari penelitian ini adalah dapat dilakukan pelestarian kearifan
lokal mulai dari budidaya tanaman obat hingga teknik perawatan bayi secara
tradisional.
4
B. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang diangkat pada
penelitian ini adalah :
1. Apa jenis tumbuhan obat, ramuan obat, dan perawatan yang digunakan
untuk kesehatan bayi ?
2. a.) Apakah perawatan dengan pemberian tumbuhan obat tersebut berefek
terhadap peningkatan kesehatan bayi ?
b.) Apakah perawatan dengan pemberian tumbuhan obat tersebut
menimbulkan efek samping pada bayi?
3. Apakah hubungan khasiat empiris dan tanaman penyusun ramuan serta
perawatan bayi tersebut didukung oleh hasil penelitian berdasarkan kajian
pustaka?
C. Manfaat Penelitian
1. Mengetahui karakteristik dan tingkat pengetahuan masyarakat dalam
menggunakan tanaman obat dan perawatan tradisional terhadap bayi
dalam upaya peningkatkan kesehatan anak.
2. Menghasilkan suatu keluaran yang dapat digunakan sebagai dasar
pengelolaan
sumberdaya
alam
khususnya
tumbuhan
obat
untuk
pengembangan di bidang farmasi.
3. Sumber informasi yang berkaitan dengan manfaat tanaman obat sebagai
alternatif pengobatan dan perawatan pada anak, tingkat efektifitas serta
keamananya , sehingga dapat segera ditindaklanjuti pelestarian tanaman
tersebut.
5
D. Tujuan penelitian
1. Mengetahui jenis tumbuhan obat, ramuan obat, dan perawatan yang
digunakan untuk kesehatan bayi.
2. a.) Mengetahui perawatan dengan pemberian tumbuhan obat tersebut
berefek terhadap peningkatan kesehatan bayi.
b.) Mengetahui perawatan dengan pemberian tumbuhan obat tersebut
menimbulkan efek samping pada bayi.
3. Mengetahui hubungan khasiat empiris dan tanaman penyusun ramuan
serta perawatan bayi tersebut didukung oleh hasil penelitian berdasarkan
kajian pustaka.
E. Tinjauan Pustaka
1.
Bayi
Reaksi terhadap penyakit berbeda antara anak dengan orang dewasa, bayi
atau anak bukan sekedar manusia berukuran kecil, tetapi berbeda secara
biokimiawi, farmakologis, dan munologi. Sehinnga spesialisasi perawatan dan
pengobatan diperlukan untuk pemeliharaan medis yang baik. ( Zain , 1992)
Masa kanak-kanak dibagi berdasarkan umur yaitu :
a.
Embrio dan janin yaitu sebelum kelahiran
b.
Bayi baru lahir , dari awal kelahiran hingga usia 1 bulan
c.
Bayi, dari awal kelahiran hingga usia 1 tahun
d.
Anak prasekolah, dari awal kelahiran hingga usia 5 tahun
e.
Anak sekolah yaitu mulai usia 5 tahun keatas
6
Sewaktu lahir, bayi diliputi oleh verniks kaseosa yaitu bahan lengket yang
melindungi kulit terhadap cairan amnion yang berbeda-beda banyaknya. Bayi
baru lahir tidur hampir sepanjang hari dan bangun hanya untuk minum atau
menangis bila merasa tidak enak atau lapar ( Zain , 1992).
Bayi dapat bereaksi denga 2 cara :
a.
Bayi rewel karena lapar , bayi semacam ini sering menangis.
b.
Bayi lapar yang bahagia, beberapa bayi nampaknya sangat menyukai
lapar karena bayi terlihat seperti tidak memiliki rasa lapar . ( Zain ,
1992).
Gambaran fisik bayi baru lahir adalah tubuh berwarna merah jambu, tangan
dan kaki kebiru-biruan, kepala dan perut relatif besar, tungkai relatif pendek dan
bengkok, refleks dapat dibangkitkan, yang paling penting untuk kelangsungan
hidup adalah refleks batuk, menghisap dan menelan (Zain, 1992). Bentuk kepala
yang seperti semangka asimetris disebabkan oleh bergeraknya tulang tengkorak
bayi, yang bergeser untuk memudahkan bayi melalui jalan-lahir (proses
pembentukan). Pada kulit kepala bayi terdapat bidang yang relatif lembut, dan
sering disebut ubun-ubun. Ketika ubun-ubun tersebut diraba, maka akan terasa
denyutan.
Ubun-ubun
akan
mengecil
secara
berangsur-angsur
seiring
pertumbuhan tulang tengkorak. Kulit bayi baru lahir biasanya akan ditutupi
lapisan putih yang terasa licin. Bagian itu disebut vernix dan berfungsi untuk
melindungi kulit selama dalam kandungan dan berfungsi juga sebagai pelumas
ketika proses kelahiran. Bulu bayi yang baru lahir juga terlihat banyak dan lebat
terutama di bagian punggung, lubang telinga, pipi, dan bahu. Bulu halus tersebut
7
dinamakan lanugo, dan bulu ini akan hilang secara berangsur-angsur ( Sears ,
2003)
Pada sebagian besar kulit setiap bayi, menampakkan perbedaan derajat
warna kuning sejak hari ke -3 hingga ke-7, karena untuk sementara pengeluaran
bilirubin oleh hati tidak memadai. Bayi baru lahir menerima imunitas pasif
sementara dari ibu dalam bentuk antibodi (imunoglobulin), baik sebelum lahir
melalui plasenta maupun setelah lahir melalui ASI. Namun bayi hanya memiliki
sedikit kekebalan terhadap infeksi umum yang disebabkan oleh kuman, misalnya
Eschericia coli dan bakteri Gram-negatif tertentu (Zain, 1992).
2.
Masalah Yang Sering Dialami Oleh Bayi Pasca Lahir
Hampir tidak ada penyakit pada anak yang langsung parah, kebanyakan
penyakit pada anak dimulai dengan penyakit ringan. Terutama pada bayi, sistem
pertahanan tubuh pada bayi yang belum sempurna menyebabkan tubuhnya lebih
rentan terhadap penyakit. Sumber utama kebanyakan penyakit adalah pola hidup
dan pola makan. Berikut masalah yang sering dialami oleh bayi pasca kelahiran,
serta beberapa kondisi dan ciri-ciri fisik yang terkadang membuat orang tua resah.
a.
Batuk dan pilek
Batuk dan pilek merupakan penyakit saluran pernafasan yang paling sering
diderita bayi dan anak. Bayi dengan usia muda akan sangat mudah tertular,
karenanya perawat yang sedang batuk pilek tidak diperkenankan bekerja di
ruangan bayi walau ia mengenakan masker, karena virus dapat menembus sistem
kekebalan tubuh bayi yang belum sempurna. Penularan juga masih tetap terjadi
8
sebab seseorang yang pilek akan sering memegang hidungnya karena rasa gatal
atau membuang ingusnya, jika tidak segera mencuci tangan maka orang tersebut
menjadi sumber penular (Ngastiyah,2005).
Batuk merupakan salah satu upaya pertahanan tubuh. Refleksi batuk terjadi
akibat terangsangnya reseptor batuk yang terdapat pada saluran pernafasan oleh
rangsangan kimiawi atau mekanis. Rangsangan yang dapat menimbulkan batuk
adalah udara dingin, benda asing seperti debu, radang pada saluran nafas, lendir
pada saluran nafas, dan kontraksi saluran pernafasanara (Lubis,2005).
Batuk dan pilek merupakan hal biasa yang sering dialami oleh anak.
Menurut ilmu Naturopathy, batuk dan pilek tidak selalu reaksi negatif tubuh,
bahkan hal tersebut merupakan bagian dari reaksi positif tubuh untuk
mengeluarkan kelebihan toksik yang menumpuk di saluran pernafasan (Bajry ,
2008). Pada anak usia di bawah 3 tahun kebanyakan terserang croup , yaitu
radang atau inflamasi pada pangkal dan batang tenggorokan yang dapat
disebabkan karena alergi, perubahan suhu di malam hari, dan yang paling umum
adalah karena infeksi saluran nafas atas (Lubis,2005).
b.
Demam
Demam adalah kenaikan suhu tubuh di atas normal. Bila diukur pada rektal
>38°C (100,4°F), diukur pada oral >37,8°C, dan bila diukur melalui aksila
>37,2°C (99°F). (Schmitt, 1984). Sedangkan menurut NAPN (National
Association of Pediatrics Nurse) disebut demam bila bayi berumur kurang dari 3
bulan suhu rektal melebihi 38° C. Pada anak umur lebih dari 3 bulan suhu aksila
dan oral lebih dari 38,3° C.
9
Demam terjadi akibat terlepasnya prostaglandin E2 yang dihasilkan dari
metabolisme arakidonat dengan jalur cyclooxygenase 2 (COX-2) (Nelwan dan
Sudoyo, 2006). Sintesis prostaglandin tersebut mempengaruhi kerja hipotalamus
yang merupakan bagian dari otak depan dan berfungsi sebagai “termostat”,
dimana pada bagian tersebut terdapat reseptor suhu yang disebit termoreseptor.
Tubuh yang terinfeksi akan timbul peradangan akibat terlepasnya prostaglandin
yang kemudian mempengaruhi termostat hipotalamus dengan cara meningkatkan
patokan suhu tubuh diatas patokan suhu normal tubuh yaitu 37°C (Ganong, 2002),
kibat proses tersebut terjadi respon dingin berupa menggigil. Menggigil ditujukan
untuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak, dan saat itu juga terjadi
vasokonstriksi kulit untuk mengurangi pengeluaran panas agar tidak banyak
keluar ke lingkungan. Sehingga, demam bukan disebabkan oleh kerusakan
mekanisme termoregulasi, melainkan sebagai respon rangsang pirogenik yang
disengaja . Demam sebenarnya tidak selalu dianggap penyakit, namun merupakan
reaksi positif tubuh. Demam dapat menjadi indikator adanya infeksi dalam tubuh,
atau adanya reaksi tubuh terhadap adanya penumpukan toksik yang terlalu banyak
(Bajry , 2008).
c.
Diare
Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi
defekasi lebih dari biasanya ( >3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
(menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Suraatmaja, 2007). Diare
memang sering menyerang bayi, usia bayi yang rentan terserang diare adalah 12
hingga 24 bulan. Bayi diare disebabkan karena pencernaan yang sedang
10
beradaptasi dengan berbagai makanan dan minuman yang diberikan. Oleh sebab
itu, makanan dan minuman merupakan salah satu faktor penyebab diare. Makanan
yang terlalu asam, terlalu manis atau asin dapat menyebabkan bayi diare. Selain
itu, alergi terhadap jenis makanan tertentu seperti telur dan ikan, juga dapat
menjadi penyebab diare pada bayi (Anonim , 2013a).
d.
Perut kembung
Perut kembung adalah kondisi dimana perut terisi banyak gas, dapat terjadi
karena cuaca dingin sehingga menyebabkan perlambatan gerak peristaltik usus.
Perlambatan tersebut menyebabkan gas tertampung di saluran penceraan,
akibatnya perut kembung dan terasa penuh, sehingga menyebabkan perut tertekan
oleh gas dan menyebabkan rasa mual serta menekan nafsu makan (Anonim,2013)
Menurut Djokomuljanto dalam harian kompas 24 April 2013 , pada bayi
yang mendapatkan ASI, perut kembung dapat disebabkan aerofagia akibat
menghisap puting yang salah, kurang bersendawa, menangis, teknik menyusui
yang salah, serta pengumpulan udara di saluran cerna. Posisi minum yang salah
serta gaya minum bayi yang terburu-buru dapat menyebabkan bayi menghisap
banyak angin sehingga perutnya kembung, atau secara awam disebut masuk
angin. Kembung pada bayi dapat menyebabkan bayi rewel, kondisi ini juga dapat
menyebabkan bayi kolik (Widiyani, 2013).
e.
Kulit berwarna kuning
Kuning/jaundice pada bayi baru lahir atau disebut dengan
ikterus
neonatorum merupakan warna kuning pada kulit dan bagian putih dari mata
(sklera) pada beberapa hari setelah lahir yang disebabkan oleh penumpukan
11
bilirubin. Gejala ini dapat terjadi antara 25%-50% pada seluruh bayi cukup bulan
dan lebih tinggi lagi pada bayi prematur. Walaupun kuning pada bayi baru lahir
merupakan keadaan yang relatif tidak berbahaya, tetapi pada usia inilah kadar
bilirubin yang tinggi dapat menjadi toksik dan berbahaya terhadap sistim saraf
pusat bayi (Tjipta, 2009).
Kuning pada bayi baru lahir paling sering timbul karena fungsi hati
masih belum sempurna untuk membuang bilirubin dari aliran darah. Kuning juga
bisa terjadi karena beberapa kondisi klinis, di antaranya adalah fisiologis,
berhubungan dengan pemberian ASI ekslusif ibu, adanya ketidak cocokan golongan
darah dengan ibu, ibu menderita diabetes, dan lebam pada kulit bayi karena proses
persalinan (Tjipta, 2009).
f.
Bentuk kepala dan permukaan tubuh yang tidak merata
Bentuk kepala yang seperti semangka asimetris disebabkan oleh
bergeraknya tulang tengkorak bayi, yang bergeser untuk memudahkan bayi
melalui jalan-lahir (proses pembentukan). Terkadang jika diraba akan terasa
seperti benjolan yang disebabkan oleh tulang tengkorak tumpang tindih akibat
adanya tekanan yang kuat selama proses persalinan, begitu pula dengan kerangka
tubuhnya (Sears, 2003)
Umumnya ukuran lingkar kepala rata-rata bayi baru lahir adalah 35 cm dan
berbentuk bulat lonjong. Bayi-bayi yang dilahirkan secara alami, banyak yang
memiliki bentuk kepala terlalu lonjong. Penyebab diantaranya adalah karena lahir
prematur sehingga tulang-tulang masih lunak dan mudah berubah bentuk, akibat
terjepit alat bantu bersalin (Anonim, 2013).
12
g.
Bulu bayi baru lahir
Pada sebagian besar bayi yang baru lahir, terlihat adanya bulu halus dan
lebat di tubuhnya. Dalam istilah medis bulu bayi baru lahir disebut lanugo.
Lanugo tumbuh ketika bayi berada pada bulan keempat dan kelima usia
kehamilan, pada minggu ke 13 sampai 17 lanugo terbentuk di bagian kepala,
sedangkan pada minggu ke 20 bulu ini tumbuh di seluruh tubuh (Candrawati,
2012). Rambut halus dan tipis ini muncul pada kulit janin dan menghilang dalam
beberapa waktu setelah kelahiran. Lanugo (la · nu · go , dari bahasa Latin lana
"wol") sangat halus, lembut, dan biasanya tidak berpigmen, rambut berbulu halus
pada tubuh janin atau bayi yang baru lahir. Ini adalah rambut pertama yang
diproduksi oleh folikel rambut janin, dan biasanya muncul pada janin sekitar 5
bulan usia kehamilan (Anonim , 2013).
3.
Ramuan Obat Tradisional dan Tanaman Obat
Banyak masyarakat beranggapan bahwa ramuan obat tradisional tidak
menimbulkan efek samping, hal tersebut merupakan salah satu faktor beberapa
ibu mempercayakan perawatan bayi menggunakan tumbuhan obat dan ramuan
obat tradisional, bahkan beberapa ibu masih mempercayai dukun bayi untuk
merawat bayinya. Namun pada kenyataanya terdapat tumbuhan obat yang jika
penggunaanya tidak sesuai aturan pakai maka akan menimbulkan efek samping.
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi efek samping yang mungkin dapat
ditimbulkan oleh suatu ramuan tradisional maka terdapatbeberapa faktor penting
13
yang harus diperhatikan antara lain adalah ketepatan komposisis ramuan,
ketepatan waktu penggunaan, ketepatan cara penggunaan, ketepatan telaah
informasi, dan tanpa penyalahgunaan.
Ketepatan takaran dalam penggunaan tumbuhan obat maupun ramuan obat
tradisional memang belum banyak didukung oleh data hasil penelitian, takaran ini
masih bergantung dari data-data empirik atau pengalaman turun temurun.
Pemanfaatan perawatan dan pemberian tumbuhan obat dari pengalaman nenek
moyang, kerabat dekat, dan orang tua, ataupun dari dukun bayi secara empirik,
masih sering diterapkan oleh ibu pasca melahirkan dalam menanggulangi masalah
kesehatan dan merawat bayi. Berikut merupakan tumbuhan obat yang sering
dimanfaatkan untuk mengobati dan merawat bayi pasca lahir baik sebagai
tanaman tunggal maupun sebagai campuran komposisi ramuan obat tradisional
seperti bobokan, pupukan, minyak telon, minyak cengeh, dan lain-lain.
a. Adas (Foeniculum vulgare Mill)
Selain dapat dimanfaatkan sebagai bumbu dapur, adas juga dapat
digunakan sebagai pengobatan, diantaranya antispasmodik, anti inflamasi,
antioksidan, analgesik, diuretik, karminatif, pengencer dahak, obat sakit perut,
meningkatkan produksi ASI, dan memperlancar haid, dianetol dan stigmasterol
yang terkandung dalam buah adas berkhasiat untuk merangsang keluarnya
hormon estrogen, rutin berkhasiat sebagai tonikum (Sumaryanti. 2012), komposisi
kimia yang terdapat dalam adas menunjukan aktivitas yang sangat kuat sebagai
antibakteri terhadap bakteri kulit seperti Sthapylococcus aureus (Itir, 2004) dan
dapat meningkatkan sekresi mukus dari saluran nafas (Anonim, 2010b)
14
Kandungan kimia adas yang utama adalah minyak atsiri (Oleum foeniculi)
1-6%, mengandung 50-60% anetol, kurang lebih 20% fenkon, pinen, limonen,
dipenten, felandren, metilkhavikol, anisaldehid, asam anisat, dan 12% minyak
lemak. Kandungan anetol menyebabkan adas mengeluarkan bau yang khas dan
berkhasiat. Sedangkan akar dan bijinya mengandung stigmasterin. (Herlina,2011)
b. Bawang merah (Allium cepa L.)
Bawang merah mengandung minyak atsiri, senyawa turunan asam amino yang
mengandung sulfur yaitu cycloalliin 2%. propylalliin dan propheniylaliin,
disamping itu tedapat pula senyawa prophantial-S-oxide yang akan terbentuk
ketika sel umbi tersebut pecah, sehingga menyebabkan keluarnya air mata
(Sudarsono, dkk., 1996).
Umbi bawang merah dapat digunakan sebagai perawatan pada payudara
membengkak atau mastitis, memperlancar ASI, membei rasa hangat, mengatasi
sakit perut, perut kembung (Hargono,dkk. 1995). Perasan umbi bawang merah
yang dibuat dalam bentuk salep memiliki aktivitas antialergi dan menanggulangi
bentolan secara lokal (Soemardji, 2003)
c. Bawang putih (Allium sativum)
Bawang putih terkenal dengan efek antifungi, antibakteri, antivirus, dan
antidiabetes. Namun efek yang paling terkenal adalah aktivitasnya sebagai
antikolesterol. Secara empirik umbi bawang merah dipercaya dapat menurunkan
tekanan darah, meredakan nyeri kepala, dan dapat mengatasi maag. Perasan umbi
bawang putih dapat digunakan sebagai antibakteri sekaligus menangani inflamasi
15
akibat bakteri Sthapylococcus aureus (Handayani, 2011), yang merupakan bakteri
patogen pada kulit.
Bawang putih memiliki kandungan senyawa aliin yang menyebabkan bau dan
rasa yang khas pada bawang putih saat dipotong, dikunyah, ataupun dicincang
alliin berubah menjadi senyawa thiosulfinat dengan bantuan enzim alliinase.
Bawang putih mengandung zat aktif allisin, allin, enzim alinase,geranium,
sativine, sinistrine, selenium, skordinin, dan asam nikotinat (Thomas, 1989).
d. Bengle (Zingiber purpureum Roxb.)
Bengle mengandung minyak atsiri, saponin, dan flavonoid. Rimpang bengle
berkhasiat sebagai obat demam, obat perut nyeri, encok, obat masuk angin, obat
sembelit, dan obat cacing (Hutapea, 1999). Rimpang bengle mengandung minyak
atsiri (sineol, pinen, dan seskuiterpen), damar, lemak, gom, gula, mineral,albuminoid,
dan asam – asam organik (Mardisiswojo dan Radjakmangunsudarso.,1996).
Rimpang bangle bersifat antiinflamasi, ekspektoran, pencahar, membersihkan
darah, karminatif, laksatif, minuman kesehatan, dan agen antidisentri, seperti
kerabatnya dari keluarga zingiberaceae, bangle berkhasiat menghangatkan tubuh
dan mengurangi rasa sakit. Kandungan terpenoid dalam rimpang bengle memiliki
aktivitas mukolitik, yaitu aktivitas pengencer dahak dengan cara mengurangi
kekentalanya (Alam, 2012).
e. Cengkeh (Syzygium aromaticum, (Linn.) Merr. )
Cengkeh
dapat
berkhasiat
untuk
menambah
denyut
jantung
(Herlina,2011). Menghilangkan rasa mual muntah, dan mencegah kerusakan hati
akibat racun tertentu, dan juga menambah tenaga.
bunga cengkeh bersifat
16
stomakik dan karminatif, bersifat aromatik ,dan pengurang rasa nyeri. Cengkeh
memiliki efek antiinflamasi secara topikal terhadap edema kaki pada mencit
(Nathania, 2011). Cengkeh juga dapat digunakan sebagai anti nyamuk secara
topikal (Rahmaniyanti, 2001)
Bunga cengkeh mengandung 15- 20 % minyak esensial dengan komponen
utama eugenol ( 85- 90 % dari minyak), sejumlah kecil eugenol asetat, β –
karyofilen, flavonoid ( derivat kuersetin dan kaempferol), tanin, asam fenolat
(yaitu asam galat, asam protokatekuat), sejumlah kecil sterol dan glikosida sterol.
Bunga cengkeh bersifat stomakik dan karminatif, terutama untuk meningkatkan
rasa dan bersifat aromatik (Sumaryanti, 2012).
f. Cocor bebek (Kalanchoe pinnata)
Secara tradisional ,spesies Kalanchoe telah digunakan untuk mengobati
penyakit seperti infeksi , rematik , peradangan, hipertensi dan untuk pengobatan
ginjal tanaman stones.Hal ini menunjukkan berbagai aktivitas farmakologi seperti
obat cacing , penyembuhan luka ,hepatoprotektif , anti - alergi , antiinflamasi ,
,aktivitas
antimikroba,
analgesik,
antihipertensi,
neurofarmakologis
dan
hematologis. Kandungan kimia dari cocor bebek adalah alkaloid, flavonoid,
senyawa fenolik, tanin, vitamin, makro dan mikro elemen, dan masih banyak lagi
(Panchal,2012).
Kandungan flavonoid dalam cocor bebek diduga memiliki daya
antiinflamasi. Pemberian gel ekstrak daun cocor bebek dapat memberikan efek
penyembuhan luka bakar pada kulit kelinci (Hasyim,2012). Pemberian ekstrak
17
etanolik cocor bebek dalam salep juga berpotensi penyembuhan luka pada tikus
(Nayak, 2010).
g. Dadap (Erythrina subumbrans)
Kandungan kimia dari tanaman dadap serep adalah alkaloid (erythramin),
flavonoid, saponin, tanin, dan erysaponin. Daun muda ditumbuk dan ditambah air
untuk merangsang produksi air susu ibu, selain itu juda dapat dipakai sebagai
kompres untuk haid yang tidak lancar, dadap serep bersifat membersihkan darah.
Efek herbal lainya berdasarkan pustaka adalah sebagai antipiretik, antiinflmasi,
dan ekspektoran. Ekstrak etanol dan infusa daun dadap memiliki aktivitas sebagai
antipiretik (Desianti, 2007 ; Roswina, 1988).
h. Dlingo (Acorus calamus)
Jeringau atau lebih dikenal dengan dlingo (jawa) merupakan tumbuhan yang
banyak dimanfaatkan bagian rimpangnya dan secara empiris dipercaya dapat
digunakan sebagai obat luka mulut, lambung dan perbaikan pencernaan anak,diare
, dan obat cacing ( Sa’roni, 2003). Kandungan kimia dalam dlingo memiliki
aktivitas menekan sistem syaraf pusat sehingga menimbulkan efek sedatif
(Manikandan,2005). Selain itu, bengle juga dapat digunakan sebagai anti serangga
(Hasnah, 2012).
Kandungan kimia dlingo adalah asaron, beta-asaron, saponin, flavonoid, dan
minyak atsiri, eugenol, metileugenol, metilisoeugenol,geranilasetat, fanesen,
kalamin,dan Ca-oksalat (Sa’roni, 2003).
18
i. Jahe (Zingiber officinale Roscoe.)
Senyawa aktif yang terkandung dalam jahe adalah seskuiterpen hidrokarbon,
dyarilheptanoid dan dan senyawa gingerol yang berhubungan dengan konstituen
utama jahe (Charles, 2007). Selain itu, senyawa gingerol dapat diklasifikasikan
menjadi lima kelompok besar sebagai berikut : gingerol, shogaols, yang
merupakan produk dehidrasi dari gingerol, paradols, β-keton produk hidroksil
deoksigenasi dari gingerol, gingerdiones, yang β-keton produk hidroksil
dehidrogenasi gingerol dan termasuk sub-grup gingerdiones 1-dehidrogenase, dan
gingerdiols, yang merupakan produk keton-pengurangan gingerol ( Charles, 2007
; Aafzal, 2001 ; Jolad, 2005 ; Jolad, 2004 ; Jiang, 2005). Menurut sumber lain,
minyak atsiri jahe mengandung minyak atsiri 2-3%, minyak atsiri terdiri dari
zingiberin, kaempferia, limonen, borneol, sineol, linalool, dan kabikol (Saswita,
2012). Jahe memiliki manfaat dalam menangani masalah arthritis, rematik,
demam, mual, asma dan penyakit lainnya (Anonim, 1985). Senyawa gingerol
diketahui bertanggung jawab besar dalam khasiat jahe yang bersifat sebagai obat.
6-gingerol juga memiliki potensi dalam mengobati peradangan kronis, seperti
asma dan rheumatoid arthritis (Jolad, 2004). Penggunaan jahe dalam sediaan gel
topikal memiliki efek antiinflamasi (Ratna, 2009)
j. Jambu (Psidium guajava,. Linn)
Buah, daun dan kulit batang pohon daun jambu mengandung tanin,
kuersetin, daun jambu juga mengandung zat lain seperti minyak atsiri, asam
ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam oleanolat, asam guajaverin dan
vitamin. Dari hasil pengukuran, setiap 100 gram jambu mengandung vitamin A 25
19
SI, vitamin C 87, hidrat arang 12,2 gram, kalsium 14 miligram, protein 0,9, dan
air 86 gram. Jambu dapat mengatasi diabetes melitus, maag, sakit perut, penyakit
kulit (Thomas, 1989). Senyawa kuersetin dalam jambu memiliki efek spasmolitik,
sehingga dapat melemaskan kejang otot ketika diare.
k. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia, Swingle)
Tanaman genus Citrus merupakan salah satu tanaman penghasil minyak
atsiri yang merupakan suatu substansi alami yang dikenal memiliki efek sebagai
antibakteri. Minyak atsiri yang dihasilkan oleh tanaman yang berasal dari genus
Citrus sebagian besar mengandung terpen, seskuiterpen alifatik, turunan
hidrokarbon teroksigenasi, dan hidokarbon aromatik. Komposisi senyawa minyak
atsiri dalam jeruk nipis (Citrus aurantifolia) adalah hesperidin, limonen (33,33%),
β-pinen (15,85%), sitral (10,54%), neral (7,94%), γ-terpinen (6,80%), α-farnesen
(4,14%), α-bergamoten (3,38%), β-bisabolen (3,05%), α-terpineol (2,98%), linalol
(2,45%), sabinen (1,81%), β-elemen (1,74%), nerol (1,52%), α-pinen (1,45%),
geranil asetat (1,23%), 4-terpineol (1,17%), neril asetat (0,56%), dan trans-βosimen (0,26%) (Astarini et al, 2010).
Jeruk nipis Memiliki berbagai macam khasiat , diantaranya adalah
berkhasiat untuk influenza, batuk, demam, sembelit, terlambat haid, perut mulas
ketika haid, perut mual, dan lelah (Herlina,2011). Pada 100 gram buah jeruk nipis
mengandung vitamin C 27 mg, kalsium 40mg, fosfor 22 mg, hidrat arang 12,4 g
,vitamin B1 0,04 mg, zat besi 0,6 mg, lemak 0,1 g, kalori 37 g, protein 0,8 g, dan
air 86 g (Herlina,2011). Penggunaan aromaterapi jeruk nipis memiliki efek
20
terhadap penurunan ansietas sehingga jeruk dapat digunakan sebagai penenang
(Yuliadi, 2011)
l.
Jintan hitam (Nigella sativa L.)
Biji jintan hitam secara tradisional biasanya dimanfaatkan untuk obat
cacing. Biji
dan daun jintan hitam mengandung saponin dan polifenol
(Herlina,2011). Tumbuhan ini mengandung glikosida saponin, minyak atsiri, zat
pahit, minyak lemak,d-limonena, simena, saponin, zat pahit, jigelin, nigelon, dan
timokonon. Minyak jintan hitam mengandung hingga 50% asam linoleat, 25%
asam oleat, 12% asam palmitat, 2,84% asam stearat, 0,34% asam linolenat dan
0,35% asam miristat. Berbagai penelitian telah memperlihatkan efek Nigella
sativa sebagai analgesik, antipiretik, antihipertensi, bronkodilator, antibakteri,
berpotensi meningkatkan sistem kekebalan tubuh, antioksidan, antitumor dan
antidiabetik (Maslihatul, 2009).
m. Inggu ( Ruta angustifolia)
Ingu, atau sering disebut inggu merupakan tanaman yang memiliki efek
herbal antelmintik, hepatoprotektor, antipiretik, anti radang, anti toksik,
antikonvulsan, anti spasmodik, abortivum, dan karminatif. Secara empiris ingu
dapat digunakan untuk mengatasi masalah hernia, mengobati flu, demam, eksim,
kolik dan batuk. Senyawa kimia yang terkandung dalam inggu adalah
kuinolin,graviolin, furokuinolin, dictamine, γ-fagarin (Norizan, 2012), 3,4metilendioksifenil diidentifikasi, termasuk piperonil aseton dan olefin derivatif
baru 8-( 3,4-methylenedioxyphenyl)-1-oktena (Joulain, 1991). Inggu dapat
21
digunakan sebagai campuran ramuan jamu cekok untuk mengatasi batuk pada
anak (Limananti,2003)
n.
Kayu manis (Cinnamomum burmanii)
Cinnamomum burmannii merupakan salah satu jenis dari famili
Lauraceae. Tumbuhan ini banyak terdapat di daerah sub tropis dan tropis.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wang dkk (2009) terhadap minyak atsiri
dari Cinnamomum burmannii yang berasal dari Guangzhou, China bahwa
komponen mayor minyak atsiri yang terkandung adalah trans-sinamaldehid
(60,72%), eugenol (17,62%) dan kumarin (13,39%). Minyak atsiri adalah
senyawa organik yan diperoleh dari hasil metabolit sekunder tanaman yang
komposisi kimia minyak atsiri tergantung pada jenis tumbuhan, daerah tempat
tumbuh, iklim, dan bagian yang diambil minyaknya (Guenther,2006). Kayu manis
memiliki daya antibakteri terhadap Sthapylococcus aureus (Ricki, 2011).
o.
Kayu wangi (Vetiveria zizanioides)
Akar tanaman ini banyak memiliki kandungan esensial yang dapat
dimanfaatkan oleh industri parfum industri kosmetik, dan industri obat. Beberapa
penelitian mengungkapkan bahwa ekstrak akar tanaman ini memiliki aktivitas anti
mokroba (Pratiwi, 2013). Minyak atsiri tanaman akar wangi memiliki aktivitas
anti nyamuk (Anggoro, 2003).
Minyak atsiri yang dihasilkan oleh tanaman yang berasal dari genus
Vetiveria sebagian besar mengandung terpen, siskuiterpen alifatik, turunan
hidrokarbon teroksigenasi dan hidrokarbon aromatik. Komponen utama dari
minyak atsiri akar wangi adalah senyawa golongan seskuiterpen (30-40 %),
22
seskuiterpenol (18-25 %) dan seskuiterpenon seperti asam benzoat, vetiverol,
vetiverol, furfurol, α dan β vetivone, vetivene dan vetivenil vetivenat. Selain
memiliki senyawa siskuiterpen yang merupakan komponen mayor dalam minyak
atsiri, Genus Vetiveria dari Perancis juga mengandung senyawa flavonoid.
Beberapa senyawa flavonoid tersebut adalah carlinoside , neocarlinoside , 6,8- diC-arabinopyranosylluteolin , isoorientin dan tricin-5-Oglucoside , Senyawa mayor
yang telah diisolasi dari V. zizanioides India adalah khusol, khusenol, khusitone,
γ-cadinene dan laevojuneol. Senyawa mayor berstruktur siskuiterpene trisiklik
yang berhasil diisolasi dari V. zizanioides yang tumbuh di Angola adalah asam
khusenat, asam isokhusenat dan khusenol. Struktur siskuiterpene, khusimene dan
asam zizanoat memiliki struktur yang sama dengan asam khusenat ( Rahmawati,
2010).
p.
Kayu putih (Melaleuca Leuadendra)
Kandungan kimia dari tanaman Kayu putih adalah benzaldehid, alfa-
terpineol, valeraldehida. Kulit pohon mengandung lignin dan malaleucin. 1,8sineol mendominasi komposisi minyak atsiri daun kayu putih yaitu sekitar 22,45
%. Komponen berikutnya berdasarkan besar kadarnya adalah terpineol (12,45 %),
(E)-kariofilen (6,95 %), pinen (5,74 %), humulen (4,70 %), selinen (2,9% - 3,82
%), mirsen (3,58 %), dan terpenil asetat (2,74 %). Inhalasi minyak atsiri dapat
digunakan sebagai aromaterapi dibagi berdasarkan efeknya terhadap sistem syaraf
pusat (Muchtaridi, 2004).
23
q.
Kemukus (Piper cubeba L.F)
Kemukus mengandung minyak atsiri 10 – 20% terdiri atas cadinene,
cineol, careen,
abinene, pinene, camphor, azulene, terpineol. Cubebic acid
kurang lebih 1%, damar 2,5 – 3,5%, zat pahit (cubebin 0,3 – 3%), piperine 0,1 –
0,4%, gom, pati, dan minyak lemak (Sudarsono dkk., 2006). Kemukus secara
tradisional digunakan untuk mengatasi masuk angin, radang usus, disentri, perut
mulas, kencing nanah, raja singa, radang selaput lendir dan asma (Avivah, 2012).
Kemukus
dapat
digunakan
sebagai
antiasma
karena
memiliki
efek
trakeospasmolitik (Wahriono, 1999).
r.
Kencur (Kaempferia galanga, Linn)
Rimpang digunakan untuk bumbu masak, obat batuk, dan nyeri dada.
Minyak atsiri digunakan sebagai aromatikum dan odoransia. Rimpang bersifat
analgetikum yakni dapat meredakan rasa sakit pada gigi, sakit kepala ataupun
reumatik, dapat juga merangsang keluarnya angin perut, penghangat badan, dan
stimulansia(Sudarsono, dkk., 1996). Kencur memiliki efek antiinflamasi pada
dosis 200 mg/kg berat badan tikus (Ridtitid.et al. 2008)
Kencur secara tradisional digunakan untuk pengobatan radang lambung,
influeza pada bayi, masuk angin, sakit kepala, menghilangkan darah kotor, batuk,
mata pegal (Herlina, 2011). Rimpang mengandung minyak atsiri yang tersusun
dari monoterpenoid, seskuiterpen, borneol, disamping itu juga terdapat golongan
senyawa flavonoid (Sudarsono, dkk., 1996).
24
s.
Kelapa (Cocos Nucifera)
Indonesia merupakan negara penghasil kelapa. Air kelapa tersusun 25% dari
berat total kelapa, sehingga potensinya sangat besar digunakan sebagai air kelapa.
Air kelapa mengandung senyawa organik yang komplek yaitu 20 macam asam
amino bebas, 18 macam asam organik 3 macam gula dan 18 macam vitamin
(Anggraeni, 2004).
Air kelapa hijau dipercaya berkhasiat sebagai antiracun .Minyak kelapa
digunakan sebagai pencampur obat oles.
Kelapa adalah bahan baku dari pembuatan coconut oil. Pembuatan
Coconut oil dapat dilakukan dengan berbagai metode antara lain metode basah,
fermentasi, pancingan penambahan enzim (Baswardojo,2008). Virgin coconut oil
jika diterapkan secara topical dapat membantu kulit untuk mencegah infeksi,
melindungi kulit dari radikal bebas, memulihkan kulit yang kering, kasar, dan
keriput (Fife, 2004).
t.
Lempuyang emprit (Zingibers amaricans Bl. non auct. Plur)
Lempuyang emprit secara empiris digunakan sebagai penambah nafsu
makan (PPTI, 2009).Selain itu juga digunakan untuk memperbaiki fungsi
lambung, disentri, borok, dan sakit kepala (Sumaryanti, 2012). B-linalool
merupakan komponen utama dari tanaman ini dengan kadar 51,2% (PPTI, 2009).
Rimpang segarmengandung 0,1% minyak atsiri yang tersusun dari senyawa
seskuiterpenketon yang labil (Sumaryanti, 2012). Senyawa linalool dalam
lempuyang empritmemiliki efek anti cemas, anti stres, dan relaksan (Dwi, 2013 ;
Nakamura, 2009)
25
u.
Merica (Piper nigrum L.)
Merica memiliki kandungan kimia minyak atsiri yang mengandung
felandren, dipenten, kariopilen, alkaloid, piperina, dan kavisina. Dari sumber lain
disebutkan terdapat pula kandungan boron didalam merica, boron dalam buah
merica dapat merangsang pengeluaran hormon estrogen, kavikol berfungsi
sebagai analgesik (Gunawan, 2000). Kandungan kimia piperin dalam merica
dapat digunakan sebagai pelega nafas (Kun , 2012).
v.
Padi (Oryza sativa)
Bahan utama untuk pembuatan masker dalah tepung beras yang berasal
dari tanaman padi. Tepung beras sangat berkhasiat,karena mengandung amilosa,
amilopektin,hydralized amylum / dekstrin dan asam kojik yangdapat memutihkan
kulit sebagai hasil darifermentasi amylum selama perendaman. Oleh karena itu,
tepung beras digunakan sebagai salah satu bahan dasar kosmetik, karena
berkhasiat membuat kulit wajah menjadi sehat (Anjani, 2013)
Beras merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia.
Beras sebagai bahan makanan mengandung nilai gizi cukup tinggi yaitu
kandungan karbohidrat sebesar 360 kalori, protein sebesar 6,8 gr, dan kandungan
mineral seperti kalsium dan zat besi masing-masing 6 dan 0,8 mg (Astawan,
2004). Komposisi kimia beras berbeda-beda bergantung pada varietas dan cara
pengolahannya. Selain sebagai sumber energi dan protein, beras juga mengandung
berbagai unsur mineral dan vitamin. Sebagian besar karbohidrat beras adalah pati
(85-90%) dan sebagian kecil adalah pentosa, selulosa, hemiselulosa, dan gula. Zat
oryzanol mampu memperbarui perkembangan pembentukan pigmen melanin dan
26
efektif menangkal sinar ultraviolet. Oleh karena itulah, rice bran oil banyak
digunakan dalam produk tabir surya dan conditioner rambut. Tidak hanya itu,
penggunaan rice bran oil ini juga bisa kita dapatkan dalam perona bibir dan cat
kuku, karena daya rekatnya tinggi dan sangat halus teksturnya.
w. Pala (Myristica fragrans)
Buah pala terdiri atas daging pala (pericarp) dan biji pala yang terdiri atas
fuli, tempurung dan daging biji. Purseglove et.al (1981) mengemukakan
perbandingan biji pala kering terhadap fuli kering adalah 20 : 3. Perbandingan
berat biji kering dengan fuli dalam praktek di badan rata-rata 4 : 1. Komposisi
kimia fuli hampir sama dengan biji pala. Buah dan biji mengandung minyak asiri,
minyak lemak, zat samak, saponin, miristisin, elemisi, pektin, hars, lamonena,
asam tetradekanoid, dan asam oleanolat. Kulit buah mengandung minyak asiri dan
zat samak. Selain itu biji pala dan fuli juga mengandung minyak atsiri, protein dan
mineral-mineral lainnya (Somaatmadja, 1984). Minyak biji pala yang diberikan
secara aromaterapi memiliki efek sedatif (Nugrahani, 2005).
x.
Pare (Momordica Charantia L)
Tanaman pare telah dikenal luas di berbagai negara, sehingga memiliki
banyak nama. Parai atau pare merupakan tanaman yang masuk dalam famili
Cucurbitaceae, menurut Rukmana (1997) cucurbitacin merupakan zat penimbul
rasa pahit yang memiliki potensi sebagai bahan obat tradisional untuk
menyembuhkan beberapa jenis penyakit. Kandungan kimia pare adalah
momordisin, momordin, karatin , asam trikosanik, alkaloid, saponin, vitamin A,
vitamin C, serta minyak lemak yang terdiri dari asal oleat, asam linoleat, asam
27
stearat, dan lemak oleostrarat. Sedangkan buahnya mengandung karantin,
hidroksitriptamin, vitamin A,B,C,
dan biji pare mengandung momordisin
(Wijayakusuma, 1998). Ekstrak daun pare memiliki aktivitas antidiare terhadap
mencit (Farokh, 2013). Sediaan topikal tanaman Momordica Charantia memiliki
aktivitas antimikroba terhadap pertumbuhan Staphylococus aureus (Faradiba,
2011 ; Latifa, 2007), dan tumbukan daun pare dapat mengobati luka insisi pada
tikus (Juwita, 2011).
y.
Teh (Camellia sinensis)
Teh banyak dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas kesehatan tubuh,
pengobatan, dan perawatan tubuh. Teh mengandung flavonoid (contohnya adalah
katekin) dan methylxanthine yang merupakan komponen bioaktif yang sangat
penting dan berpotensi sebagai pencegah penyakit kronis sepeti kanker (Dreosti,
1996) dan penyekit kardiovaskuler (Tijburg et al. 1997). Efek herbal yang
dimiliki oleh teh adalah kafein mempercepat pernapasan, perangsang kuat pada
susunan saraf pusat dan aktivitas jantung. Teofilin memiliki efek diuretik kuat,
menstimulir kerja jantung dan melebarkan pembuluh darah koroner. Teobromin
terutama mempengaruhi otot. Ekstrak air panas teh hitam menunujukan aktivitas
antidiare (Besra , 2003)
z.
Temu giring (Curcuma heyneana Val.& v.Zijp)
Rimpang temu giring mengandung minyak atsiri, saponin, dan flavonoid.
Zat tersebut berkhasiat sebagai obat cacing, luka, disentri, dan penyakit kulit,
dapet juga sebagai pelangsing, penenang, pembersih darah, penghilang bau badan.
Rimpang temu giring juga digunakan sebagai bahan ramuan jamu yang diminum
28
oleh calon pengantin perempuan untuk mencegah timbulnya rasa lelah selama
upacara dan pesta pernikahan berlangsung (Rukmana, 2004). Penggunaan krim
rimpang temu giring tipa M/A memiliki daya anti jamur terhadap Candida
albicans (Peni, 2010)
aa. Zaitun (Olea europaea)
Zaitun banyak dimanfaatkan dalam dunia farmasi, yang banyak digunakan adalah
minyaknya, yaitu olive oil. Minyak Zaitun atau Olive Oil adalah sebuah minyak
buah yang didapat dari zaitun (Olea europaea), pohon tradisional dari basin
Mediterania. Minyak zaitun dapat dimanfaatkan dengan berbagai macam tujuan
seperti pengobatan, perawatan rambut seperti tonik, manfaat lain sebagai
antipiretik, antidiabetes, antidiare, dan masih banyak lagi. Kandungan kimia
zaitun adalah 3,4-Dihydroxyphenylethyl 4-formyl-3- formylmethyl-4-hexenoate,
asetaldehid, asam sitrat, aseton, amyrin, apigenin, asam benzoat, Cycloartenol,
hidrokortisol, kaempferol, manitoll, olea europaea phenolic glucoside, asam
oleanolik, oleosid (Ross, 2005)
F.
KETERANGAN EMPIRIK
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifiksi keterkaitan kandungan kimia
dengan efek bahan penyusun ramuan obat tradisional dan perawatan pasca
kelahiran pada bayi di wilayah Kabupaten Sleman Bagian Barat yaitu Gamping,
Godean, Moyudan, Seyegan, Minggir, dan Mlati. Informasi didapatkan dari Ibuibu yang membuat sendiri ramuan obat tradisional atau memperoleh dari dukun
bayi yang ada di wilayah Kabupaten Sleman bagian barat.
Download