ANALISIS PENGARUH KOMUNIKASI EFEKTIF

advertisement
i
ANALISIS PENGARUH KOMUNIKASI EFEKTIF
TERHADAP KINERJA KARYAWAN
PT MITRA MAKMUR INDUSTRI
Oleh
ADINDA CITRA KUSUMA
H24097004
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
i
ANALISIS PENGARUH KOMUNIKASI EFEKTIF TERHADAP
KINERJA KARYAWAN PT MITRA MAKMUR INDUSTRI
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen
Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Oleh
ADINDA CITRA KUSUMA
H24097004
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
ii
Judul usulan penelitian : Analisis Pengaruh Komunikasi Efektif Terhadap
Kinerja Karyawan PT Mitra Makmur Industri
Nama
: Adinda Citra Kusuma
NIM
: H24097004
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Erlin Trisyulianti, S.TP, M.Si
NIP. 197307121997022001
Mengetahui,
Ketua Departemen
Dr. Ir. Jono M Munandar, M.Sc
NIP. 19610123 1986011002
Tanggal Lulus :
iii
RINGKASAN
ADINDA CITRA KUSUMA. H24097004. Pengaruh Komunikasi Efektif
Terhadap Kinerja Karyawan PT Mitra Makmur Industri. Di bawah bimbingan
ERLIN TRISYULIANTI
Komunikasi merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Dalam aktivitas di suatu organisasi bisnis, komunikasi memegang
peranan sangat penting, dimana komunikasi digunakan untuk berinteraksi sosial
antar anggota dalam organisasi baik antara atasan dan bawahan, antar divisi
maupun rekan kerja satu unit. Komunikasi yang efektif menjadi faktor penting
bagi pencapaian tujuan suatu organisasi. Adanya keefektifan komunikasi
diharapkan organisasi bisa mendapatkan informasi yang akurat tentang keinginan
dan kebutuhan karyawan, selain karyawan akan merasa dihargai dan diakui,
mereka juga dapat lebih semangat dalam bekerja sehingga kinerja karyawan
meningkat.
Penelitian ini bertujuan : (1) mengidentifikasi persepsi karyawan mengenai
komunikasi yang efektif pada PT Mitra Makmur Industri; (2) mengidentifikasi
persepsi karyawan mengenai kinerja pada PT Mitra Makmur Industri; (3)
menganalisis pengaruh komunikasi yang efektif terhadap kinerja karyawan. Jenis
data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer yang diperoleh dari
wawancara dan penyebaran kuesioner, serta data sekunder yang diperoleh dari
studi kepustakaan. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis deskriptif dan analisis Partial Least Square (PLS). Peubah-peubah yang
mencerminkan komunikasi efektif terdiri dari pemahaman, kesenangan, sikap,
hubungan, dan tindakan. Peubah-peubah yang mencerminkan kinerja karyawan
terdiri dari kuantitas dan kualitas kerja, kejujuran, tanggung jawab, kehadiran,
kerja sama.
Model pengaruh komunikasi yang efektif terhadap kinerja memberikan Rsquare sebesar 0,7074. Hal ini diinterpretasikan bahwa variabilitas konstruk
kinerja yang dapat dijelaskan oleh variabilitas konstruk komunikasi efektif sebesar
70,74% sedangkan sisanya atau 29,26% dijelaskan oleh variabel di luar
penelitian.
ABSTRACT
ADINDA CITRA KUSUMA. H24097004. Effect of Effective Communication on
Employee Performance of PT Mitra Makmur Industri Under the guidance of
ERLIN TRISYULIANTI
Communication is one unseparable part of people's life. In a business
organization's activity, it held one primary role where communication is used for
the members to interact among them, whether it's between the leader and the
employee, inter divisions, or among the employees on a same unit. Effective
communication holds an urgent factor for an organization's goal. By its existence
it is hoped that the organization could gather an accurate information about what
the employees need and want, also it could make they feel honoured,in the mean
time their spirit to work will increase which affects their performance.
This research aims in identifying employee's perception about effective
communication, identifying employee's perception about working performance
there,and analyzing effective communication's influence towards employee's
performance. The analyzing tool used for this research is descriptive analysis and
Partial Least Square (PLS) analysis. PLS analysis result states that
communication has a positive effect for employee's performance.
Effective communication's effect model towards employee's performance gives
an 0,7074 R-square. It is interpreted that constructed communication variability
is 70,74% where the rest of it which is 29,26% is explained by another tool
separated on this research.
iv
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 30 Juni 1988. Penulis merupakan
anak ketiga dari pasangan R.Ahmad Sulaeman dan Yuyu Kusmiarti (Almh).
Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Bina Insani Bogor pada tahun 2000,
kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP
Insan Kamil Bogor dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2006, penulis lulus dari
SMA Bina Bangsa Sejahtera Bogor dan pada tahun yang sama penulis diterima di
Program Keahlian Komunikasi, Direktorat Program Diploma, Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tahun 2009, penulis
melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata 1 di Program Sarjana Alih Jenis
Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut
Pertanian Bogor.
Penulis melaksanakan kegiatan penelitian di PT Mitra Makmur Industri dan
mengambil topik penelitian yang berjudul ”Analisis Pengaruh Komunikasi
Efektif Terhadap Kinerja Karyawan”.
iv
v
KATA PENGANTAR
Segala puji senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Menajemen
Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Instittut Pertanian
Bogor.
Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan dan penulisan laporan ini
masih terdapat banyak kekurangan, maka diharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca sekalian. Penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi semua pihak dan bernilai ibadah dalam pandangan ALLAH
SWT. aamiin.
Bogor, Juli 2013
Penulis
vv
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyusunan skripsi ini dibantu oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan
terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak, sehingga penulisan skripsi
ini dapat diselesaikan dengan baik. Secara khusus penulis sampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1.
Kedua orang tua tersayang yang tidak pernah lelah memberikan doa dan juga
dukungannya baik secara moriil maupun materiil.
2.
Ibu Erlin Trisyulianti, S.TP, M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi
dan pengarahan kepada penulis.
3.
Ibu Dr. Ir. Anggraini Sukmawati, MM dan Ibu Lindawati Kartika, SE, MSi
yang telah bersedia menjadi dosen penguji dalam ujian skripsi. Terima kasih
atas saran dan masukannya.
4.
Keluarga besarku yang tiada henti-hentinya memberikan kasih sayang dan do‟a
yang tulus kepada penulis.
5.
Muhammad Alfarissy, Teh Aci, Aci ,Asti, Mita, Teh Yulai, Olla, Trisna,
Ririn, Feny, Uni, Icha, Ochi, Riris, Ghaniy terima kasih untuk dukungan dan
bantuan yang diberikan kepada penulis saat menyusun skripsi.
6.
Sahabatku Baboners, terima kasih telah memberikan do‟a dan semangatnya
kepada penulis.
7.
Bapak Gunadi Chandra dan Ibu Ita selaku pimpinan utama dan pemilik PT
Mitra Makmur Industri (AMDK “YASMIN), atas kesediaannya mengizinkan
pelaksanakan kegiatan penelitian di perusahaan dan memberikan masukan
yang sangat bermanfaat. Serta seluruh karyawan yang telah membantu selama
proses penelitian.
8.
Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
vi
vii
DAFTAR ISI
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ......................................................................................
v
UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................... vi
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL............................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN .......................................................................................
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1
Latar Belakang ................................................................................
Perumusan Masalah .........................................................................
Tujuan Penelitian .............................................................................
Manfaat Penelitian ...........................................................................
Ruang Lingkup Penelitian ...............................................................
1
3
4
5
5
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................
6
2.1 Organisasi ........................................................................................
2.2 Pengertian Komunikasi ...................................................................
2.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi ....................
2.2.2 Proses Komunikasi .................................................................
2.2.3 Fungsi Komunikasi ................................................................
2.3 Komunikasi Organisasi ...................................................................
2.3.1 Keterlibatan Aspek Manajemen dalam Komunikasi
Organisasi ..............................................................................
2.3.2 Pola Komunikasi Organisasi .................................................
2.3.3 Efektivitas Komunikasi .........................................................
2.3.4 Hambatan Komunikasi ..........................................................
2.4 Pengertian Kinerja ............................................................................
2.4.1 Prinsip Dasar Manajemen Kinerja ........................................
2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja ...........................
2.4.3 Aspek-aspek Kinerja ..............................................................
2.4.4 Hubungan Antara Komunikasi, Budaya dan Kinerja .............
2.5 Penelitian Terdahulu .......................................................................
6
7
8
9
12
14
15
16
21
24
26
27
29
30
32
33
III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 35
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
Kerangka Pemikiran Konseptual .....................................................
Kerangka Pemikiran Operasional ....................................................
Lokasi dan Waktu Penelitian ...........................................................
Jenis Data ........................................................................................
Metode Pengambilan Sampel ...........................................................
vii
35
37
39
39
39
viii
3.6 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 39
3.7 Metode Analisis Data ...................................................................... 43
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 48
4.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ..........................................
4.1.1 Area Coverage ......................................................................
4.1.2 Visi dan Misi Organisasi .......................................................
4.1.3 Struktur Organisasi ................................................................
4.1.4 Saluran dan Media Komunikasi .............................................
4.2 Karakteristik Responden .................................................................
4.2.1 Usia .......................................................................................
4.2.1 Jenis Kelamin .......................................................................
4.2.1 Masa Kerja ...........................................................................
4.2.1 Pendidikan ............................................................................
4.2.1 Bagian ...................................................................................
4.3 Analisis Deskriptif Komunikasi yang Efektif .................................
4.3.1 Persepsi Karyawan tentang Komunikasi Efektif Dimensi
Pemahaman ...........................................................................
4.3.2 Persepsi Karyawan tentang Komunikasi Efektif Dimensi
Kesenangan ...........................................................................
4.3.3 Persepsi Karyawan tentang Komunikasi Efektif Dimensi
Mempengaruhi Sikap ............................................................
4.3.4 Persepsi Karyawan tentang Komunikasi Efektif Dimensi
Hubungan .............................................................................
4.3.5 Persepsi Karyawan tentang Komunikasi Efektif Dimensi
Tindakan ...............................................................................
4.4 Analisis Deskriptif Kinerja Karyawan .............................................
4.4.1 Persepsi Karyawan Terhadap Kuantitas Kerja .......................
4.4.2 Persepsi Karyawan Terhadap Kualitas Kerja .........................
4.4.3 Persepsi Karyawan Terhadap Kejujuran ................................
4.4.4 Persepsi Karyawan Terhadap Tanggung Jawab ....................
4.4.5 Persepsi Karyawan Terhadap Kehadiran ..............................
4.4.6 Persepsi Karyawan Terhadap Kerjasama ..............................
4.5 Analisis PLS .....................................................................................
4.5.1 Pengaruh Komunikasi Efektif Terhadap Kinerja Karyawan .
4.6 Implikasi Manajerial .......................................................................
48
49
49
51
52
53
54
54
55
55
56
57
58
59
61
61
64
64
64
67
67
68
69
70
72
72
78
KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 80
1.
2.
Kesimpulan .......................................................................................... 80
Saran .................................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 81
LAMPIRAN ...................................................................................................... 83
viii
ix
DAFTAR TABEL
No
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Rentang skala rataan skor ..............................................................................41
Indikator-indikator reflektif yang mencerminkan komunikasi efektif ...........45
Indikator-indikator reflektif yang mencerminkan kinerja .............................46
Karakteristik responden ..................................................................................53
Rataan skor komunikasi efektif berdasarkan persepsi karyawan ...................57
Rataan skor dan interpretasi hasil indikator pemahaman
berdasarkan persepsi karyawan ....................................................................58
7. Rataan skor dan interpretasi hasil indikator kesenangan
berdasarkan persepsi karyawan .....................................................................60
8. Rataan skor dan interpretasi hasil indikator sikap
berdasarkan persepsi karyawan ......................................................................61
9. Rataan skor dan interpretasi hasil indikator hubungan
berdasarkan persepsi karyawan ......................................................................62
10. Rataan skor dan interpretasi hasil indikator tindakan
berdasarkan persepsi karyawan ......................................................................64
11. Rataan skor kinerja berdasarkan persepsi karyawan ......................................65
12. Rataan skor dan interpretasi hasil indikator kuantitas kerja
berdasarkan persepsi karyawan ......................................................................66
13. Rataan skor dan interpretasi hasil indikator kualitas kerja
berdasarkan persepsi karyawan ......................................................................67
14. Rataan skor dan interpretasi hasil indikator kejujuran
berdasarkan persepsi karyawan ......................................................................68
15. Rataan skor dan interpretasi hasil indikator tanggung jawab
berdasarkan persepsi karyawan ......................................................................69
16. Rataan skor dan interpretasi hasil indikator kehadiran
berdasarkan persepsi karyawan ......................................................................69
17. Rataan skor dan interpretasi hasil indikator kerjasama
berdasarkan persepsi karyawan ......................................................................71
18. Nilai AVE (Average Variance Extracted) ......................................................75
19. Nilai composite dan cronbach alpha .............................................................75
20. Nilai koefisien, t-value, dan R-square efektivitas komunikasi terhadap
kinerja ............................................................................................................76
21. Nilai outer loading indikator-indikator efektifitas komunikasi .....................76
22. Nilai outer loading indikator-indikator kinerja ..............................................77
ix
x
DAFTAR GAMBAR
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
Halaman
Hasil produksi dan penjualan PT MMI ........................................................ 2
Model proses komunikasi ............................................................................ 9
Proses komunikasi ......................................................................................10
Implementasi fungsi-fungsi manajemen dalam kegiatan komunikasi
di organisasi .................................................................................................15
Proses manajemen dan komunikasi .............................................................15
Pola komunikasi dari atas ke bawah ............................................................17
Pola komunikasi dari bawah ke atas ............................................................18
Pola komunikasi horizontal..........................................................................20
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja .................................................30
Diagram dampak hubungan komunikasi dan budaya perusahaan
terhadap kinerja ...........................................................................................32
Kerangka pemikiran konseptual...................................................................36
Kerangka pemikiran operasional .................................................................38
Model PLS ..................................................................................................44
Karakteristik responden berdasarkan usia....................................................54
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin.....................................54
Karakteristik responden berdasarkan masa kerja .........................................55
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan ........................................56
Karakteristik responden berdasarkan bagian/divisi .....................................56
Model pengaruh komunikasi efektif terhadap kinerja .................................73
Model pengaruh komunikasi efektif terhadap kinerja
(setelah estimasi ulang) ................................................................................73
Model pengaruh komunikasi efektif terhadap kinerja
(setelah estimasi ulang kedua) .....................................................................74
Hasil uji PLS ...............................................................................................78
x
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Halaman
Daftar pertanyaan wawancara …………………………………………... 84
Kuesioner penelitian karyawan …………………………………………. 86
Uji validitas ……………………………………………………………... 91
Uji reliabilitas …………………………………………………………… 94
Hasil outer loading model pengaruh komunikasi efektif terhadap kinerja 96
Hasil cross loading model pengaruh komunikasi efektif terhadap kinerja 97
Bootsrapping model pengaruh komunikasi efektif terhadap kinerja……. 98
Produk AMDK YASMIN………………………………………………… 101
Struktur organisasi PT MMI……………………………………………... 102
xi
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi air minum yang bersih,
cepat, dan praktis saat ini semakin meningkat. Hal ini terlihat dari Air
Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang mudah ditemui dimana saja, mulai
dari pasar swalayan sampai warung-warung kecil di pinggir jalan, bahkan
tidak sedikit pedagang asongan yang berjualan AMDK dengan berbagai
macam merek. Bisnis AMDK yang diproduksi oleh produsen minuman
selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat juga dianggap sebagai bisnis
yang menguntungkan.
PT Mitra Makmur Industri (PT MMI) merupakan organisasi bisnis
yang bergerak di bidang produksi dan pendistribusian air minum dalam
kemasan dengan merk “Yasmin”. Pesatnya perkembangan bisnis AMDK di
Indonesia, menuntut PT MMI untuk terus berinovasi, mengembangkan
produknya dan meningkatkan kualitasnya agar dapat bersaing dengan
perusahaan-perusahaan kompetitor. PT MMI menyadari bahwa salah satu
faktor penentu keberhasilan organisasinya adalah sumberdaya manusia
(SDM)
yang
bekerjasama
untuk
melakukan
berbagai
kegiatan
organisasional dalam PT MMI.
Sumberdaya manusia merupakan faktor penting dalam sebuah
organisasi untuk menjalankan visi, misi dan tujuan organisasi. Dalam
perwujudan visi, misi dan tujuan organisasi, manusia sebagai anggota
organisasi selalu berhubungan atau berinteraksi sosial antar anggota dalam
organisasi baik antara atasan dan bawahan, antar divisi maupun rekan kerja
satu unit. Mereka bekerjasama melakukan berbagai kegiatan yang ada dalam
suatu organisasi diantaranya pengambilan keputusan, pengukuran hasil
kerja, pengembangan karyawan, menghasilkan produk, dan interaksi dengan
peraturan yang ada. Dalam menjalankan kegiatan-kegiatan tersebut
menuntut setiap anggota organisasi untuk dapat menjalin komunikasi yang
efektif.
2
Kemampuan berkomunikasi efektif sekaligus juga merupakan salah
satu ciri mutu SDM karyawan, karena tanpa komunikasi suatu organisasi
tidak dapat berfungsi optimal karena organisasi merupakan kumpulan orang
yang memerlukan jasa komunikasi untuk meraih kesuksesan berorganisasi.
Komunikasi akan efektif apabila pengirim pesan dan penerima pesan
besama-sama mencapai pengertian dan kesimpulan yang sama sesuai
dengan
yang
dimaksudkan,
tentang
apa
yang
sebenarnya
yang
diinformasikan. Dengan komunikasi efektif juga diharapkan organisasi bisa
mendapatkan informasi yang akurat tentang keinginan dan kebutuhan
karyawan, sehingga informasi yang diperoleh dapat dipertimbangkan dan
direalisasikan keputusannya pada karyawan. Selain karyawan akan merasa
dihargai dan diakui, mereka juga dapat lebih semangat dalam bekerja
sehingga kinerja karyawan meningkat dan tujuan organisasi dapat dicapai.
Kinerja karyawan berhubungan erat dengan organisasi. Kinerja
karyawan dapat dilihat dari apa yang telah dilakukan atau dapat
menghasilkan sesuatu untuk organisasi. Kinerja pada PT MMI yaitu ada
pada pencapaian dalam menghasilkan jumlah produksi dan penjualan.
Berikut grafik hasil produksi dan penjualan selama periode bulan Januari
sampai dengan Agustus tahun 2012 dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Hasil Produksi dan Penjualan PT Mitra Makmur Industri
(PT Mitra Makmur Industri, 2012)
Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa terjadi fluktuasi, baik
penurunan dan peningkatan jumlah hasil produksi dan penjualan pada PT
3
MMI. Namun, pada bulan agustus terlihat jelas penurunan yang sangat
drastis, yaitu 139.999 karton untuk penjualan dan 146.087 karton hasil
produksi. Menurunnya kinerja karyawan merupakan indikasi adanya
ketidakpuasan seorang karyawan. Ketidakpuasan ini dapat meliputi berbagai
hal dalam organisasi salah satunya adanya hubungan yang kurang harmonis
antara atasan dan bawahan atau dengan sesama rekan kerja. Kondisi kurang
harmonis ini menunjukkan bahwa adanya kegagalan dalam berkomunikasi
yang menyebabkan komunikasi menjadi kurang efektif. Kegagalan dalam
berkomunikasi
dapat
disebabkan
oleh
gangguan-gangguan
yang
menghambat komunikasi. Hambatan komunikasi terjadi karena adanya
perbedaan pola pikir yang disebabkan oleh pengalaman, latar pendidikan
bahkan usia yang berbeda dan beragam
antar karyawan. Keberagaman
karyawan menjadi masalah tersendiri bagi PT MMI dalam melakukan
aktivitas
komunikasi.
Dengan
adanya
gangguan-gangguan
dalam
berkomunikasi maka dapat mempengaruhi sikap kerja karyawan yang
nantinya berdampak pada hasil kerjanya. Oleh karena itu, komunikasi
haruslah dikelola dengan baik agar tercipta komunikasi yang efektif
sehingga hambatan-hambatan komunikasi dapat teratasi dan dapat dihindari.
Jadi dapat dikatakan bahwa keberhasilan suatu organisasi sangat didukung
dari tingkat kinerja karyawan yang sangat dipengaruhi oleh proses
komunikasi yang terjadi antar karyawan.
Memperhatikan hal tersebut, maka pengaruh komunikasi yang efektif
terhadap kinerja karyawan menjadi penting untuk dikaji. Dengan
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keduanya diharapkan dapat
meningkatkan kinerja karyawan sehingga pada akhirnya akan meningkatkan
kinerja organisasi.
1.2. Rumusan Masalah
Karyawan merupakan aset organisasi yang dapat dikelola dan
dikembangkan kemampuannya untuk menghadapi tantangan yang terjadi
dalam dunia kerja. Pada umumnya dalam dunia kerja, organisasi khususnya
bidang sumberdaya manusia akan menghadapi permasalahan. Begitu pula
pada PT MMI yang menjalankan berbagai kegiatan organisasi ditemukan
4
beberapa permasalahan komunikasi, seperti kurangnya keterbukaan antara
karyawan dengan karyawan lainnya, atau antara karyawan dengan pimpinan
seperti tidak menyampaikan kesulitan dalam menjalankan tugasnya atau
tidak ada konfirmasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan jalannya
program
kerja,
kurangnya
koordinasi
dalam
menjalankan
tugas,
pemahaman yang salah dalam menangkap informasi, dan kurangnya
pendekatan antar karyawan. Di lain pihak, karyawan dituntut profesional
dalam bekerja sehingga dengan permasalahan di atas dikhawatirkan
mempengaruhi sikap kerja karyawan yang nantinya juga berdampak pada
penurunan kinerja karyawan. Sedangkan kinerja karyawan merupakan hal
paling penting yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi. Oleh
karena itu, organisasi harus memiliki komunikasi yang efektif yang terjalin
antar anggotanya agar tercipta hubungan kerja yang baik dan menghasilkan
kinerja yang optimal.
Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan suatu permasalahan
yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana persepsi karyawan tentang komunikasi yang efektif pada PT
Mitra Makmur Industri?
2.
Bagaimana persepsi karyawan tentang kinerja karyawan PT Mitra
Makmur Industri?
3.
Bagaimana pengaruh komunikasi yang efektif terhadap kinerja
karyawan?
1.3. Tujuan Penelitian
1.
Mengidentifikasi persepsi karyawan mengenai komunikasi yang efektif
pada PT Mitra Makmur Industri.
2.
Mengidentifikasi persepsi karyawan mengenai kinerja pada PT Mitra
Makmur Industri.
3.
Menganalisis pengaruh komunikasi yang efektif terhadap kinerja
karyawan.
5
1.4. Manfaat Penelitian
1.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan bahan
masukan bagi PT Mitra Makmur Industri mengenai keefektifan
komunikasi, serta pengaruhnya terhadap kinerja karyawan.
2.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi
penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada kajian mengenai pengaruh komunikasi
yang efektif terhadap kinerja karyawan dengan memperhatikan aspek-aspek
dari komunikasi yang efektif dan kinerja. Responden penelitian ini adalah
seluruh karyawan PT Mitra Makmur Industri pada bagian produksi,
penjualan, keuangan, dan gudang.
6
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Organisasi
Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara
sadar, dengan sebuah batasan yang relatif terus menerus untuk mencapai
suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan (Robbins dalam Pangewa,
2004). Menurut Muhammad (2009) organisasi diartikan sebagai sistem
hubungan terstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang
untuk mencapai tujuan tertentu. Sopiah (2008) menyatakan bahwa
organisasi sebagai suatu sistem yang terdiri dari pola aktivitas kerjasama
yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang oleh sekelompok orang
untuk mencapai suatu tujuan. Berdasarkan pengertian organisasi tersebut,
sekumpulan orang dapat dikatakan sebagai organisasi jika memenuhi empat
unsur pokok, yaitu :
1.
Organisasi merupakan suatu sistem
Sistem adalah integrasi elemen-elemen yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan. Ada dua macam sistem, yaitu sistem tertutup (sistem
yang dapat mengendalikan operasinya sendiri) dan sistem terbuka
(sistem yang tidak memiliki kemampuan untuk mengendalikan
operasinya sendiri). Organisasi merupakan sistem terbuka dimana
organisasi berinteraksi dengan lingkungan seperti faktor alam, politik,
teknologi, dan informasi.
2.
Adanya suatu pola aktivitas
Aktivitas yang dilakukan organisasi mengikuti urutan yang sistematis
dan relatif terus berulang. Aktivitas yang terjadi secara incidental tidak
berada dalam koridor organisasi karena tidak sistematis dan tidak
membentuk pola tindakan tertentu.
3.
Adanya sekelompok orang
Dua orang atau lebih yang memiliki tujuan yang sama, dan berkumpul
untuk bekerja sama, inilah yang dinamakan organisasi. Organisasi
beranggotakan lebih dari satu individu yang secara bersama-sama
menggalang kekuatan demi tercapainya suatu tujuan.
7
4.
Adanya tujuan
Tujuan yang sama merupakan dasar bagi individu-individu untuk
bergabung. Tujuanlah yang menjadi semangat setiap elemen yang ada
dalam organisasi untuk bekerja sama dan bergerak mewujudkannya.
Saragih dalam Pangewa (2004) menyatakan bahwa terdapat tiga unsur
yang menonjol pada organisasi, yaitu :
1.
Organisai bukanlah tujuan, melainkan hanya alat untuk mencapai tujuan
atau alat untuk melaksanakan tujuan pokok.
2.
Organisasi adalah wadah serta proses kerja sama sejumlah manusia
yang terkait dalam hubungan formal.
3.
Dalam organisasi selalu terdapat rangkaian, artinya bahwa dalam suatu
organisasi selalu terdapat apa yang dinamakan atasan dan bawahan.
2.2. Pengertian Komunikasi
Komunikasi didefinisikan sebagai proses pemindahan informasi, ide,
dan pengertian dari satu orang ke orang lain untuk diinterpretasikan sesuai
dengan tujuannya (Mangkunegara 2004). Komunikasi juga diartikan sebagai
proses penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain untuk
memperoleh saling pengertian (Wursanto 2005).
Menurut Kenneth dan Gary dalam Umar (2005) komunikasi dapat
didefinisikan sebagai penyampaian informasi dua orang atau lebih, juga
meliputi pertukaran informasi antara manusia dan mesin. Sedangkan
menurut Muhammad (2009) menyatakan bahwa komunikasi adalah
pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si pengirim dengan si
penerima pesan untuk mengubah tingkah laku. Jika pengertian komunikasi
diterapkan ke dalam organisasi dapat dipahami bahwa komunikasi
menyangkut hubungan antara orang dengan orang mengenai kebersamaan
dalam hal pengertian. Sebagai hubungan dalam kebersamaan berarti di sini
ada pihak yang berinteraksi yaitu pengiriman informasi dan penerimaan
informasi.
Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antar individu
melalui suatu sistem yang biasa (lazim) baik dengan simbol-simbol, sinyalsinyal, maupun perilaku atau tindakan (Himstreet dan Baty dalam Purwanto,
8
2003). Pengertian komunikasi ini paling tidak melibatkan dua orang atau
lebih dengan menggunakan cara-cara berkomunikasi yang biasa dilakukan
oleh seseorang seperti melalui lisan, tulisan, maupun sinyal-sinyal non
verbal (Purwanto 2003). Komunikasi harus digunakan dalam setiap
penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan.
2.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
Menurut Mangkunegara (2004) ada dua tinjauan faktor yang
mempengaruhi komunikasi,
yaitu faktor
yang berasal dari pihak
komunikator (sender) dan dari pihak komunikan (receiver). Adapun faktorfaktor yang berasal dari sender maupun receiver, antara lain:
1. Keterampilan sender dan receiver.
Sender sebagai pengirim informasi, ide, berita dan pesan perlu
menguasai cara-cara penyampaian pikiran secara tertulis maupun lisan.
Sedangkan, receiver harus memiliki keterampilan dalam mendengar dan
membaca pesan agar pesan yang disampaikan dapat dimengerti.
2. Sikap sender dan receiver.
Sender yang bersikap ragu-ragu dan angkuh terhadap receiver dapat
mengakibatkan informasi atau pesan yang diberikan menjadi ditolak dan
membuat receiver menjadi tidak percaya terhadap informasi atau pesan
yang disampaikan. Sama halnya juga dengan receiver, jika receiver
bersikap meremehkan dan berprasangka buruk terhadap sender, maka
komunikasi menjadi tidak efektif dan pesan menjadi tidak berarti bagi
receiver.
3. Pengetahuan sender dan receiver.
Sender yang mempunyai pengetahuan luas dan menguasai materi yang
disampaikan akan dapat meninformasikannya kepada receiver sejelas
mungkin, sehingga receiver lebih mudah mengerti pesan yang
disampaikan
oleh
sender.
Kemudian
receiver
yang
memiliki
pengetahuan yang luas akan lebih mudah dalam menginterpretasikan ide
atau pesan yang diterimanya dari sender.
9
4. Media yang digunakan oleh sender dan receiver.
Sender perlu menggunakan media komunikasi yang sesuai dan menarik
perhatian receiver. Sedangkan, receiver yang menggunakan media
komunikasi berupa alat indera yang ada pada receiver sangat
menentukan apakah pesan dapat diterima atau tidak untuknya. Jika alat
indera receiver terganggu, maka pesan yang diberikan oleh sender
menjadi kurang jelas bagi receiver.
2.2.2 Proses Komunikasi
Organisasi merupakan suatu sistem yang terbuka dan tempat saling
menukar informasi diantara anggotanya. Komunikasi tidak terjadi dengan
sendirinya, melainkan melalui sebuah proses. Proses komunikasi merupakan
tahapan antara pengirim dan penerima pesan sehingga berpengaruh dalam
perpindahan dan pemahaman makna. Menurut Mangkuprawira dan Hubeis
(2007) model proses komunikasi dapat terlihat pada Gambar 2.
Keterampilan
Saluran/ Media
keterampilan
Pengirim
Pesan
Pengirim
Pesan
Pesan
Sikap
interaksi
Sikap
Gambar 2. Model proses komunikasi (Mangkuprawira dan Hubeis, 2007)
Menurut De Vito (1997) proses komunikasi terdiri dari lima elemen.
Elemen proses komunikasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Sumber – penerima (Source – Receiver)
Sebagai sumber mengkomunikasikan pesan kepada penerima pesan.
Sebagai penerima pesan dari sumber harus mengolah pesan yang
diterima dan memberikan respon atas pesan tersebut.
2. Pesan ( Messages)
Pesan komunikasi adalah isi transaksi. Pesan paling sedikit memiliki tiga
unsur, yakni simbol, makna pesan, dan pengaturan pesan.
10
3. Saluran (Channel)
Saluran menunjuk pada sarana yang digunakan untuk mengirimkan
pesan. Bentuk-bentuk saluran antara lain saluran visual saat melihat
isyarat tubuh, dan saluran suara saat melakukan percakapan.
4. Gangguan Komunikasi (Noise)
Gangguan adalah segala sesuatu yang mengganggu, menghambat atau
mencampuri komunikasi. Gangguan komunikasi akan menyebabkan
komunikasi menjadi kurang efektif.
5. Umpan Balik (Feedback)
Umpan balik adalah respons, verbal atau nonverbal, yang diberikan oleh
penerima pesan.. Umpan balik diberikan setelah komunikan menilai
suatu pesan yang ditujukan kepadanya.
Menurut Bovee dan Thil dalam Purwanto (2003) proses komunikasi
terdiri atas enam tahap, seperti terlihat pada Gambar 3 dibawah ini:
Tahap 1
Pengirim mempunyai
gagasan
Saluran
Tahap 2
Pengirim mengubah
ide menjadi pesan
Tahap 3
Pengirim mengirim
pesan
Tahap 6
Penerima mengirim
ide pesan
Tahap 5
Penerima
menafsirkan pesan
Media
Tahap 4
Penerima menerima
pesan
Gambar 3. Proses komunikasi (Purwanto 2003)
Adapun penjelasan proses komunikasi menurut Bovee dan John Thil
dalam Purwanto (2003), adalah sebagai berikut:
1. Pengirim Mempunyai Suatu Ide atau Gagasan.
Sebelum proses penyampaian pesan dapat dilakukan, maka pengirim
pesan harus menyiapkan ide atau gagasan apa yang ingin disampaikan
kepada pihak lain atau audiens. Ide dapat diperoleh dari berbagai sumber
yang terbentang luas dihadapan kita. Dunia ini penuh dengan berbagai
macam informasi, baik yang dapat dilihat, didengar, dicium maupun
diraba.
11
2. Pengirim Mengubah Ide Menjadi Suatu Pesan.
Dalam suatu proses komunikasi, tidak semua ide dapat diterima atau
dimengerti dengan sempurna. Ide yang berbentuk abstrak harus diubah
kedalam bentuk pesan.
3. Pengirim Menyampaikan Pesan.
Setelah mengubah ide-ide ke dalam suatu pesan, tahap berikutnya adalah
memindahkan atau menyampaikan pesan melalui berbagai saluran yang
ada kepada si penerima pesan. Rantai saluran komunikasi yang
digunakan untuk menyampaikan pesan terkadang relatif pendek, namun
ada juga yang cukup panjang. Panjang- pendeknya rantai saluran
komunikasi yang digunakan akan berpengaruh terhadap efektivitas
penyampaian pesan.
4. Penerima Menerima Pesan.
Komunikasi antara seseorang dengan orang lain akan terjadi, bila
pengirim mengirimkan suatu pesan dan penerima menerima pesan
tersebut. Pesan yang diterima adakalanya sempurna, namun tidak jarang
hanya sebagian kecil saja.
5. Penerima Menafsirkan Pesan.
Setelah penerima menerima suatu pesan, tahap berikutnya adalah
bagaimana ia dapat menafsirkan pesan. Penafsiran suatu pesan secara
benar bila penerima pesan memahami pesan sebagaimana yang
dimaksud oleh pengirim pesan.
6. Penerima Memberi Tanggapan dan Mengirim Umpan Balik Ke
Pengirim.
Umpan balik (feedback) adalah penghubung akhir dalam suatu mata
rantai komunikasi. Feedback dapat berfungsi sebagai koreksi bagi
pengirim. Umpan balik memegang peranan penting, karena member
kemungkinan bagi pengirim untuk menilai efektivitas suatu pesan. Selain
itu, umpan balik dapat menunjukkan adanya faktor-faktor penghambat
komunikasi, misalnya perbedaan latar belakang, penafsiran kata-kata,
dan reaksi secara emosional.
12
2.2.3 Fungsi Komunikasi
Menurut Hasibuan (2007), fungsi-fungsi komunikasi adalah untuk
instructive, informative, influencing dan evalutive. Sedangkan, simbolsimbol komunikasi adalah suara, tulisan, gambar, warna, mimik, kedipan
mata
dan
lain-lain.
Dengan
simbol-simbol
inilah
komunikator
menyampaikan pesan kepada komunikan. Komunikasi dikatakan efektif jika
informasi disampaikan dalam waktu singkat, jelas atau dipahami, dipersepsi
atau ditafsirkan dan dilaksanakan sama dengan maksud komunikator oleh
komunikan.
Robbins (2003), mengidentifikasi fungsi – fungsi komunikasi sebagai
berikut :
1. Kendali
Komunikasi bertindak untuk mengendalikan perilaku anggota dalam
beberapa cara, setiap organisasi mempunyai wewenang dan garis
panduan formal yang harus dipatuhi oleh karyawan.
2. Motivasi
Komunikasi membantu perkembangan motivasi dengan menjelaskan
kepada para karyawan terkait hal yang harus dilakukan, bagaiman
mereka berkerja baik dan apa yang dapat dikerjakan untuk memperbaiki
kinerja jika kinerjanya dibawah standar.
3. Pengungkapan emosional
Bagi banyak karyawan kelompok kerja mereka merupakan sumber
utama untuk interaksi sosial, komunikasi yang terjadi di dalam anggota
merupakan mekanisme fundamental dengan mana anggota-anggota
menunjukkan kekecewaan dan rasa puas mereka.
4. Informasi
Komunikasi memberikan informasi yang diperlukan individu dan
kelompok untuk mengambil keputusan dengan menetukan alternatif.
Menurut Conrad dalam Tubs dan Moss (2001), terdapat tiga fungsi
komunikasi dalam organisasi, yaitu:
13
1. Fungsi Perintah
Komunikasi
memperbolehkan
anggota
organisasi
membicarakan,
menerima, menafsirkan dan bertindak atas suatu perintah. Tujuannya
adalah berhasil mempengaruhi anggota lain dalam organisasi.
2. Fungsi Relasional
Komunikasi memperbolehkan anggota organisasi menciptakan dan
mempertahankan hubungan personal dalam anggota lain. Fungsi
relasional ini menitikberatkan pada hubungan yang terjalin setelah
adanya komunikasi antara anggota organisasi.
3. Fungsi Manajemen Ambigu
Komunikasi adalah alat untuk mengatasi dan mengurangi ketidakjelasan
(ambiguity) yang melekat dalam organisasi. Anggota organisasi
berbicara dengan anggota lainnya untuk membangun lingkungan dan
memahami situasi baru, yang membutuhkan perolehan informasi
bersama.
Komunikasi organisai menurut menjalankan empat fungsi. Empat
fungsi tersebut menurut Sopiah (2008), yaitu :
1. Komunikasi berfungsi sebagai pengendali perilaku anggota. Fungsi ini
berperan ketika karyawan diwajibkan untuk menyampaikan keluhan
terkait dengan pelaksanaan tugas di dalam perusahaan.
2. Komunikasi berfungsi untuk membangkitkan motivasi karyawan. Fungsi
ini berperan ketika manajer ingin meningkatkan kinerja karyawan,
misalnya manajer menginformasikan seberapa baik karyawan telah
bekerja dan bagaimana cara meningkatkan kinerja.
3. Komunikasi berperan sebagai pengungkapan emosi. Fungsi ini berperan
ketika karyawan menunjukkan kekecewaan ataupun rasa puas mereka.
4. Komunikasi berperan sebagai pertimbangan dalam pengambilan
keputusan. Komunikasi memberikan informasi yang diperlukan individu
dan kelompok untuk mengambil keputusan dengan penyajian data guna
mengenali dan menilai berbagai alternatif keputusan.
14
2.3. Komunikasi Organisasi
Komunikasi dalam suatu organisasi merupakan suatu proses penting
untuk mencapai efektivitas kepemimpinan, perencanaan, pengawasan,
koordinasi, pelatihan, pengelolaan konflik, dan pembuatan keputusan
(Kasim 1993). Menurut Wayne dalam Umar (2002) komunikasi organisasi
adalah suatu pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit
komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu
organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan
hierarkis antara yang satu dan yang lainnya dan berfungsi dalam suatu
lingkungan. Muhammad (2009) menyatakan bahwa komunikasi organisasi
sebagai proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan
hubungan untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti.
Menurut Soedarsono (2009) komunikasi organisasi dipahami sebagai
jaringan kerja yang dirancang dalam suatu sistem dan proses untuk
mengalihkan informasi dari seseorang atau sekelompok orang kepada
seseorang atau sekelompok orang demi tercapainya tujuan organisasi.
Jaringan komunikasi organisasi merupakan pola hubungan antar manusia
yang bersifat formal. Keformalan itu meliputi adanya jaminan formalitas
dalam unsur-unsur komunikasi dan proses kerja unsur-unsur tersebut.
Unsur-unsur dalam komunikasi organisasi meliputi :
1.
Kesengajaan
2.
Pertukaran
3.
Gagasan, pendapat, informasi, dan instruksi
4.
Personal dan impersonal
5.
Simbol atau tanda
6.
Mencapai tujuan organisasi
Kegiatan komunikasi organisasi dapat berjalan efektif bila manajer
mampu menjalankan fungsi–fungsi manajemen melalui sistem manajemen
komunikasi yang terpadu. Fungsi–fungsi manajemen dalam kegiatan
komunikasi organisasi dapat terlihat pada Gambar 4.
15
Manajer
Perencanaan
Pengorganisasian
Penyusunan staff
Pengarahan
Pengawasan
pengevaluasian
komunikasi
Kelompok Kerja
Tujuan
Gambar 4. Implementasi fungsi – fungsi manajemen dalam kegiatan
komunikasi di organisasi (Soedarsono 2009)
2.3.1 Keterlibatan Aspek Manajemen dalam Komunikasi Organisasi
Menurut Soedarsono (2009) aktivitas organisasi/perusahaan dapat
terlaksana
apabila
anggota
organisasi/perusahaan
masing-masing
menjalankan fungsi manajemen komunikasi secara sistematis, terkoordinasi,
dan tepat sasaran. Hal tersebut dapat tercapai apabila pimpinan dan
karyawan (sumber daya manusia) sebagai ujung tombak organisasi mampu
bersama-sama mengaplikasikan job descriptions organisasi sesuai dengan
tugas dan tanggung jawabnya. Dengan demikian kerjasama dalam sebuah
organisasi harus dilakukan oleh semua anggotanya. Keterlibatan manajemen
proses dan komunikasi dapat terlihat pada Gambar 5.
Manager
(planning, organizing,
directing &
controlling)
Feedback communication
(upward flow of results
Forward communication
(downward or horizontal flow
of plans, expactations, and
expectations and
sentiments)
sentiments)
Subordi
Performance
Gambar 5. Proses manajemen dan komunikasi (Soedarsono 2009)
16
2.3.2 Pola Komunikasi Organisasi
Meskipun semua organisasi harus melakukan komunikasi dengan
berbagai pihak dalam mencapai tujuannya, namun perlu diketahui bahwa
pendekatan yang dipakai antara satu organisasi dengan organisasi yang lain
dapat bervariasi atau berbeda-beda. Bagi perusahaan yang berskala kecil
yang hanya memiliki beberapa karyawan, maka penyampaian informasi
dapat dilakukan secara langsung kepada para karyawannya tersebut. Namun,
lain halnya dengan perusahaan besar yang memiliki ratusan bahkan ribuan
karyawan, maka penyampaian informasi kepada mereka merupakan suatu
pekerjaan yang cukup rumit (Purwanto 2003).
Secara umum pola komunikasi dapat dikelompokkan menjadi dua
saluran menurut Purwanto (2003), antara lain: (1) saluran komunikasi
formal dan (2) saluran komunikasi informal.
1. Saluran Komunikasi Formal
Struktur organisasi garis, fungsional, maupun matriks, akan terlihat
berbagai macam posisi atau kedudukan masing-masing sesuai dengan
batas tanggung jawab dan wewenangnya. Dalam kaitannya proses
penyampaian informasi dari pimpinan kepada bawahan ataupun dari
manajer ke karyawan, maka pola transformasi informasinya dapat
berbentuk komunikasi dari atas ke bawah, komunikasi dari bawah ke
atas, komunikasi horizontal dan komunikasi diagonal.
Menurut Montana dan Greene dalam Purwanto (2003), ada
beberapa keterbatasan komunikasi formal diantaranya:
a. Komunikasi dari Atas ke Bawah
Secara sederhana, transformasi informasi dari pimpinan dalam
semua level ke bawahan merupakan komunikasi dari atas ke bawah
(top-down atau downward communications). Aliran komunikasi dari
atasan ke bawahan tersebut, umumnya terkait dengan tanggung jawab
dan kewenangannya dalam suatu organisasi. Seorang manajer yang
menggunakan jalur komunikasi dari atas ke bawah memiliki tujuan
untuk mengarahkan, mengkoordinasikan, memotivasi, memimpin dan
mengendalikan berbagai kegiatan yang ada di level bawah. Oleh
17
karena berbentuk perintah, instruksi, maupun prosedur yang
dijalankan para bawahannya, maka perlu penggunaan bahasa yang
sama, sederhana, tidak bertele-tele, dan mudah dipahami (Purwanto
2003).
Berdasarkan Gambar 6, komunikasi dari atas ke bawah tersebut
dapat berbentuk lisan maupun tulisan. Komunikasi secara lisan dapat
berupa percakapan biasa, wawancara formal antara supervisor dengan
karyawan, atau dapat juga dalam bentuk pertemuan kelompok.
Disamping itu, komunikasi dari atas ke bawah dapat berbentuk
tulisan, seperti memo, manual pelatihan, kotak informasi, surat kabar,
majalah, papan pengumuman, buku petunjuk karyawan, maupun
bulletin.
Menurut Katz dan Kahn dalam Purwanto (2003), komunikasi
dari atas kebawah mempunyai tujuan: memberikan pengarahan atau
intruksi kerja tertentu; memberikan informasi, mengapa suatu
pekerjaan harus
dilaksanakan; memberikan informasi tentang
prosedur dan praktik organisasional; memberikan umpan balik
pelaksanaan kerja kepada para karyawan; dan menyajikan informasi
mengenai aspek ideologi dalam membantu organisasi menanamkan
pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai.
Manajer
Umum
Manajer
Pemasaran
Bagian
Penjualan
Bagian
Promosi
Manajer
Produksi
Bagian
Pabrik
Bagian
Penelitian
Manajer
Keuangan
Bagian
Akuntansi
Bagian
Keuangan
Karyawan
Gambar 6. Pola komunikasi dari atas ke bawah (Purwanto 2003)
18
Menurut Muhammad (2009) metode komunikasi yang biasa
digunakan adalah metode lisan, metode tulisan, dan metode grafik
b. Komunikasi dari Bawah ke Atas
Struktur organisasi, komunikasi dari bawah ke atas (bottom-up
atau upward communications) berarti alur informasi berasal dari
bawahan menuju ke atasan. Informasi mula-mula berasal dari para
karyawan selanjutnya disampaikan ke bagian pabrik, ke manajer
produksi dan akhirnya ke manajer umum. Untuk memecahkan
masalah-masalah yang terjadi dalam suatu organisasi dan mengambil
keputusan
secara
tepat.
Partisipasi
bawahan
dalam
proses
pengambilan keputusan akan sangat membantu dalam pencapaian
tujuan organisasi. Untuk mencapai keberhasilan komunikasi dari
bawah ke atas, para manajer harus benar-benar memiliki rasa percaya
kepada bawahannya. Jika tidak, informasi sebagus apa pun dari
bawahan tidak akan bermanfaat baginya. Berikut ini adalah sebuah
bagan organisasi yang menggambarkan alur komunikasi dari bawah
ke atas. Komunikasi dari bawah ke atas dapat dilihat pada Gambar 7
(Purwanto 2003).
Manajer
Umum
Manajer
Pemasaran
Bagian
Penjualan
Bagian
Promosi
Manajer
Produksi
Bagian
Pabrik
Bagian
Penelitian
Manajer
Keuangan
Bagian
Akuntansi
Bagian
Keuangan
Karyawan
Gambar 7. Pola komunikasi dari bawah ke atas (Purwanto 2003)
19
Menurut Gemmil dalam Mulyana (2000), ada tiga hambatan
psikologis utama yang mempengaruhi komunikasi ke atas:
1. Jika bawahan percaya bahwa penyingkapan perasaan, opini, atau
kesukaran
akan
mengakibatkan
atasan
menutup
atau
menghindarkan pencapaian tujuan pribadinya, bawahan akan
menyembunyikan atau membelokannya.
2. Semakin sering atasan memberi ganjaran atas pengungkapan
perasaan, opini dan kesulitan oleh bawahan, semakin besar
keinginan bawahan mengungkapkannya.
3. Semakin sering atasan mau mengungkapkan perasaan, opini dan
kesukaran kepada bawahannya dan atasannya, semakin besar pula
kemungkinan keterbukaan dari pihak bawahan.
c. Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal adalah komunikasi yang terjadi antara
bagian-bagian yang memiliki posisi sejajar/sederajat dalam suatu
organisasi. Tujuan komunikasi horizontal antara lain untuk
melakukan persuasif, mempengaruhi dan memberikan informasi
kepada bagian atau departemen yang memiliki kedudukan sejajar.
Komunikasi horizontal bersifat koordinatif diantara mereka yang
memiliki posisi sederajat, baik di dalam satu departemen maupun di
antara beberapa departemen. Komunikasi horizontal dapat dilihat
pada Gambar 8 (Purwanto 2003).
Komunikasi horizontal yang efektif dalam organisasi yaitu
pertukaran diantara perwakilan dan personil pada tingkat yang sama
dalam diagram organisasi (Mulyana 2000). Komunikasi horizontal
dalam organisasi sering tidak sehat karena loyalitas karyawan kepada
departemen tertentu. Menurut Muhammad (2009), komunikasi
horizontal mempunyai tujuan, yaitu:
1. Mengkoordinasikan tugas-tugas. Kepala-kepala bagian dalam
suatu organisasi kadang-kadang perlu mengadakan rapat atau
pertemuan untuk mendiskusikan bagaimana tiap-tiap bagian
memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan organisasi.
20
2. Saling membagi informasi untuk perencanaan dan aktivitasaktivitas. Ide dari banyak orang biasanya akan lebih baik daripada
ide satu orang.
3. Memecahkan masalah yang timbul di antara orang-orang yang
berada dalam tingkat yang sama.
4. Menyelesaikan konflik di antara anggota yang ada dalam bagian
organisasi dan juga bagian dengan bagian lainnya.
5. Menjamin pemahaman yang sama.
6. Mengembangkan sokongan interpersonal
Manajer
Umum
Manajer
Pemasaran
Bagian
Penjualan
Bagian
Promosi
Manajer
Produksi
Bagian
Pabrik
Bagian
Penelitian
Manajer
Keuangan
Bagian
Akuntansi
Bagian
Keuangan
Karyawan
Gambar 8. Pola komunikasi horizontal (Purwanto 2003)
2. Saluran Komunikasi Informal
Bagan organisasi formal akan dapat menggambarkan bagaimana
informasi yang ada ditransformasikan dari satu bagian ke bagian yang
lainnya sesuai dengan jalur hierarki yang ada. Namun dalam praktik,
nampaknya garis-garis dan kotak-kotak yang tergambar dalam struktur
organisasi tidak mampu mencegah orang-orang dalam suatu organisasi
untuk saling bertukar informasi antara yang satu dengan yang lainnya.
Jaringan komunikasi informal, orang-orang yang ada dalam suatu
organisasi
tanpa memperdulikan jenjang hierarki, pangkat
dan
kedudukan atau jabatan, dapat berkomunikasi secara luas. Meskipun halhal yang diperbincangkan bersifat umum, kadangkala mereka juga bicara
21
hal-hal yang berkaitan dengan situasi kerja dalam organisasinya
(Purwanto 2003).
Saluran informasi informal dalam organisasi sering disebut desasdesus atau rumor dan selentingan atau grapevine. Desas-desus
mengurangi ketegangan emosional dan biasanya timbul di lingkungan
yang ambigu (Mulyana 2000). Ada beberapa faktor dalam komunikasi
informal, yaitu:
a. Desas-desus
Desas-desus merupakan sebuah fungsi ambiguitas situasi yang
diperkuat oleh pentingnya sebuah isu. Penyebaran desas-desus
diperlambat oleh kesadaran kritis seseorang bahwa desas-desus
tampaknya tidak sah.
b. Selentingan
Selentingan merupakan suatu penyebaran isu melalui metode
berkomunikasi tercepat dalam suatu organisasi.
Menurut O‟hair dkk (2009) jaringan komunikasi informal
dinamakan “grapevine” atau kabar angin, dan merupakan substitusi
untuk
komunikasi
ke
bawah,
ke
atas,
dan
horizontal
tanpa
memperhatikan posisi. Hasil penelitian mengenai jaringan informal
menunjukkan bahwa :
a. Jaringan informal berkembang pesat
b. Informasi informal biasanya akurat
c. Jaringan informal memuat banyak informasi
d. Jaringan informal memberikan petunjuk tentang sikap dan perasaan
karyawan
e. Jaringan informal beredar luas
f. Jaringan informal merupakan saluran lazim dipakai berbagai rumor
2.3.3 Efektivitas Komunikasi
Menurut Tubbs dan Moss (2001), salah satu ukuran bagi efektivitas
komunikasi adalah terciptanya komunikasi efektif. Secara sederhana,
komunikasi dikatakan efektif apabila orang berhasil menyampaikan apa
yang dimaksudkannya. Secara umum, komunikasi dinilai efektif bila
22
rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan oleh pengirim atau
sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami
oleh penerima.
Ada lima hal yang dapat dijadikan ukuran bagi komunikasi efektif,
yaitu:
1. Pemahaman
Pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan rangsangan
seperti yang dimaksudkan oleh pengirim pesan. Dalam hal ini
komunikator
dikatakan
efektif
apabila
penerima
memperoleh
pemahaman yang cermat atas pesan yang disampaikan. Kegagalan utama
dalam berkomunikasi adalah ketidakberhasilan dalam menyampaikan isi
pesan secara cermat.
2. Kesenangan
Tingkat kesenangan dalam berkomunikasi berkaitan erat dengan
perasaan terhadap orang yang berinteraksi dengan pihak lain.
3. Mempengaruhi sikap
Komunikasi dikatakan efektif jika komunikator (pengirim) dapat
mempengaruhi sikap komunikan (penerima), tindakan mempengaruhi
sikap bertujuan agar orang lain memahami ucapan kita dan menyetujui
sesuai dengan yang kita inginkan.
4. Hubungan yang semakin baik
Secara keseluruhan, komunikasi efektif memerlukan suasana psikologis
yang positif dan penuh kepercayaan. Salah satu kegagalan dalam
berkomunikasi adalah adanya gangguan dalam hubungan insani yang
berasal dari kesalahpahaman.
5. Tindakan
Komunikasi yang efektif dapat mendorong orang lain untuk melakukan
tindakan yang sesuai dengan yang kita inginkan.
Menurut Dewi (2007), Komunikasi efektif dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya :
1. Kredibilitas dan daya tarik komunikator
23
Kredibilitas
komunikator
menunjukkan
bahwa
pesan
yang
disampaikannya dianggap benar dan dapat dipercaya. Kepercayaan yang
tinggi terhadap komunikator akan menyebabkan kesediaan komunikan
untuk menerima pesan dan mengubah sikap sesuai keinginan
komunikator.
2. Kemampuan pesan untuk membangkitkan tanggapan
Suatu pesan akan menimbulkan reaksi dan umpan balik apabila
memenuhi kondisi menarik perhatian, menggunakan lambang atau
bahasa yang dipahami komunikan, dan mampu memahami kebutuhan
pribadi komunikan.
3. Kemampuan komunikan untuk menerima dan memahami pesan
Komunikasi akan berlangsung efektif apabila komunikan memiliki
kemampuan untuk memahami pesan, sadar akan kebutuhan dan
kepentingannya, mampu mengambil keputusan sesuai kebutuhan dan
kepentinganya.
Menurut Umar (2005), aspek – aspek untuk meninjau efektivitas
komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut :
1. Keterbukaan, yaitu keinginan untuk terbuka serta mau menanggapi
secara jujur dari lawan bicara.
2. Empati, yaitu mencoba merasakan perasaan yang sama dengan lawan
bicara.
3. Dukungan, yaitu mencoba untuk tidak mengkritik atau menyerang isi
pembicaraan walau hanya dengan tepukan atau sekedar menganggukanggukan kepala.
4. Kepositifan, yaitu jika seseorang mempunyai perasaan negatif kepada
orang lain dan dikomunikasikan kepada orang lain lagi maka akan terjadi
mata rantai perasaaan negatif kepada orang tersebut, akibatnya
komunikasi akan terganggu. Jadi, hidupkanlah perasaan positif kepada
orang lain.
5. Kesamaan, pada kenyataannya tidak ada manusia yang sama, sekalipun
mereka kembar, maka komunikasi akan lebih efektif jika terjadi dalam
24
suasana kesamaan. Dengan cara ini diharapkan terdapat „pengenalan tak
terucapkan‟ sehingga terjadi rasa saling hormat dan menghargai.
Menurut Purwanto (2003), komunikasi efektif memerlukan beberapa
hal antara lain:
1. Persepsi
Komunikator harus dapat memprediksi apakah pesan-pesan yang akan
disampaikannya dapat diterima oleh penerima pesan.
2. Ketepatan
Secara umum, audiens mempunyai suatu kerangka berpikir. Seseorang
perlu mengekspresikan sesuatu sesuai dengan apa yang ada dalam
kerangka berpikir agar komunikasi yang dilakukan mencapai sasaran.
3. Kredibilitas
Komunikator perlu memiliki suatu keyakinan bahwa para audiensnya
adalah orang-orang yang dapat dipercaya. Demikian juga sebaliknya,
komunikator harus mempunyai suatu keyakinan terhadap inti pesan dan
maksud yang ingin mereka sampaikan.
4. Pengendalian
Audiens akan memberikan suatu reaksi atau tanggapan terhadap pesan
yang disampaikan dalam
berkomunikasi. Reaksi audiens tergantung
pada berhasil tidaknya komunikator mengendalikan audiensnya saat
berkomunikasi.
5. Keharmonisan
Komunikator yang baik tentu akan selalu dapat menjaga hubungan
persahabatan yang baik dengan audiens, sehingga komunikasi dapat
berjalan lancar dan mencapai tujuannya.
2.3.4 Hambatan Komunikasi
Menurut Robbins (2003) beberapa hambatan dalam komunikasi
efektif, diantaranya penyaringan (filtering), persepsi selektif, kelebihan
informasi, defensif dan bahasa. Sedangkan, komunikasi tidak dapat efektif
secara sempurna karena ada hambatan-hambatannya, yaitu hambatan
sistematis, teknis, biologis, fisiologis dan kecakapan. Komunikasi akan
25
efektif apabila disampaikan dengan komunikasi dua arah atau two way trafic
(Hasibuan, 2007).
Menurut Cangara (2004), hambatan komunikasi pada dasarnya terdiri
atas tujuh macam gangguan dan rintangan, yaitu :
1. Gangguan Teknis, misalnya gangguan pada stasiun radio, jaringan
telepon, kerusakan pada alat komunikasi.
2. Gangguan Semantik merupakan gangguan yang disebabkan karena
kesalahan pada bahasa yang digunakan. Misalnya, kata-kata yang terlalu
banyak memakai jargon asing, penggunaan bahasa yang berbeda, dan
penggunaan struktur bahasa yang tidak sebagaimana mestinya.
3. Gangguan psikologis merupakan rintangan yang terjadi karena adanya
persoalan dalam diri individu. Misalnya, rasa curiga, situasi berduka,
atau gangguan kejiwaan.
4. Rintangan fisik merupakan rintangan karena letak geografis. Misalnya,
jarak yang jauh sehingga sulit dicapai alat transportasi dan komunikasi.
5. Rintangan status sosial merupakan rintangan yang terjadi karena
perbedaan status sosial dan senioritas. Misalnya, antara atasan dan
bawahan, atau antara dosen dan mahasiswa.
6. Rintangan kerangka berpikir merupakan rintangan yang terjadi karena
adanya perbedaan pola piker. Perbedaan pola pikirbisa disebabkan
karena pengalaman dan latar belakang pendidikan yang berbeda.
7. Rintangan budaya merupakan rintangan yang disebabkan oleh perbedaan
norma, kebiasaan, dan nilai-nilai yang dianut.
Hambatan komunikasi antarmanusia (interpersonal) menurut Dewi
(2007) adalah sebagai berikut :
1. Perbedaan persepsi dan bahasa
Persepsi merupakan interpretasi pribadi atas sesuatu hal. Definisi
seseorang mengenai suatu kata mungkin berbeda dengan orang lain.
2. Pendengaran yang buruk
Walaupun sudah mengetahui cara mendengar yang baik, ternyata
menjadi pendengar yang baik tidaklah mudah. Dalam keadaan melamun
26
atau lelah memikirkan masalah lain, seseorang cenderung kehilangan
minat mendengar.
3. Gangguan emosional
Dalam keadaan kecewa, marah, sedih, atau takut, seseorang akan merasa
kesulitan saat menyusun pesan atau menerima pesan dengan baik.
Kesalahpahaman sering terjadi akibat gangguan emosional.
4. Perbedaan budaya
Berkomunikasi dengan orang yang berbeda budaya tidak dapat dihindari.
Perbedaan budaya merupakan hambatan yang paling sulit dihindari.
5. Gangguan fisik
Pengirim atau penerima mungkin terganggu oleh hambatan yang bersifat
fisik, seperti akustik yang jelek, tulisan yang tidak dapat dibaca, cahaya
yang redup, atau masalah kesehatan. Gangguan fisik bisa mengganggu
konsentrasi dalam berkomunikasi.
2.4. Pengertian Kinerja
Menurut Mangkuprawira dan Hubeis (2007), kinerja adalah hasil dari
proses pekerjaan tertentu secara terencana pada waktu dan tempat dari
karyawan serta organisasi bersangkutan. Kinerja dapat bersifat tangible dan
intangible, tergantung pada bentuk dan proses pelaksanaan pekerjaan itu
sendiri. Sedangkan menurut Rivai (2004), kinerja merupakan perilaku nyata
yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh
karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan. Kinerja karyawan
merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya perusahaan untuk
mencapai tujuannya.
Hasibuan (2005), prestasi kerja atau kinerja adalah suatu hasil kerja
yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan
serta waktu. Prestasi kerja atau kinerja merupakan gabungan dari tiga faktor
penting yaitu, kemampuan dan minat seorang pekerja, kemampuan, dan
penerimaan atas penjelasan delegasi tugas, peran, tingkat motivasi seorang
pekerja.
27
Manajemen kinerja adalah suatu cara untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik bagi organisasi, kelompok, dan individu dengan memahami dan
mengelola kinerja sesuai dengan target yang telah direncanakan, standar dan
persyaratan kompetensi yang telah ditentukan (Dharma 2009).
2.4.1 Prinsip Dasar Manajemen Kinerja
Prinsip dasar manajemen kinerja menjadi fondasi yang kuat bagi
kinerja organisasi untuk mencapai tujuan (Dharma 2009). Prinsip dasar
tersebut meliputi :
1. Kejujuran
Kejujuran menampakan diri dalam komunikasi umpan balik yang jujur
diantara manajer, pekerja, dan rekan kerja. kejujuran adalah cara
mengekspresikan
pendapat,
menyampaikan
fakta,
memberikan
pertimbangan dan perasaan. Kejujuran mempunyai beberapa segi dan
tingkatan, dan kejujuran digunakan sebagai proses persepsi untuk
menggali kebenaran secara luas dana dalam sehinnga memperoleh
manfaat terbesar.
2. Pelayanan
Setiap aspek dalam proses kinerja harus memberikan pelayanan kepada
setiap stakeholder. Proses manajemen kinera, umpan balik, dan
pengukuran harus membantu pekerja dan perencanaan kinerja. Prinsip
pelayanan merupakan tanda yang paling kuat untuk pengukuran,
perencanaan, dan coaching pekerja.
3. Tanggung Jawab
Tanggung jawab merupakan prinsip dasar dalam pengembangan kinerja.
Memahami dan menerima tanggung jawab atas apa yang mereka
kerjakan dan yang tidak dikerjakan untuk mencapai tujuan mereka,
pekerja belajar tentang apa yang perlu mereka perbaiki. Pengembangan
kinerja didasarkan pada anggapan bahwa pekerja dapat mempengaruhi
hasilnya dengan memperbaiki kecakapan dan kompetensi pribadi.
Mereka tidak memerlukan izin untuk memperbaiki kompetensi.
28
4. Bermain
Manajemen kinerja menggunakan prinsip bahwa bekerja sama dengan
bermain. Dengan prinsip bermain, dalam manajemen kinerja karyawan
mendapatkan kepuasan dari apa yang mereka kerjakan. Apabila tidak
menerapkan prinsip bermain, bekerja akan menjadi beban. Timbul beban
dalam dirinya karena adanya suatu perasaan bahwa mereka harus
bekerja, mereka tidak mempunyai pilihan dan pekerjaan mereka tidak
dihargai.
5. Rasa Kasihan
Rasa kasihan merupakan prinsip bahwa manajer memahami dan empati
terhadap orang lain. Rasa kasihan seorang manajer akan melupakan
kesalahan mereka dan mulai dengan sesuatu yang baru. Mendapat
kepercayaan diri dan dorongan merupakan suatu elemen kunci
pengembangan kinerja. Penting untuk tidak menjadi kasihan dengan
menerima permintaan maaf. Manajer yang baik membiarkan bawahan
mengalami konsekuensi wajar dari tindakannnya sehingga mereka
belajar dan memperbaiki dirinya.
6. Perumusan Tujuan
Manajemen kinerja dimulai dengan melakukan perumusan dan
mengklarifikasi terlebih dahulu tujuan yang hendak dicapai organisasi.
7. Konsensus dan Kerja Sama
Manajemen kinerja mengandalkan pada konsensus dan kerja sama antara
atasan dan bawahan daripada menekankan pada kontrol dan melakukan
paksaan.
8. Berkelanjutan
Manajemen kinerja merupakan suatu proses yang sifatnya berlangsung
secara terus-menerus, berkelanjutan, bersifat evolusioner, dimana kinerja
secara bertahap selalu diperbaiki sehingga menjadi semakin baik.
9. Komunikasi Dua Arah
Manajemen kinerja memerlukan gaya manajemen yang bersifat terbuka
dan jujur serta mendorong terjadinya komunikasi dua arah antara atasan
29
dan bawahan. Komunikasi dua arah menunjukkan adanya sikap
keterbukaan dan saling pengertian antar dua pihak.
10. Umpan Balik
Pelaksanaan manajemen kinerja memerlukan umpan balik terusmenerus. Umpan balik memungkinkan pengalaman dan pengetahuan
yang diperoleh dari pekerjaannya dipergunakan untuk memodifikasi
tujuan organisasi.
2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Mangkuprawira dan Hubeis (2007), mengungkapkan bahwa
banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja. Faktor-faktor
tersebut terdiri dari faktor intrinsik karyawan (personal atau individu) dan
ekstrinsik, yaitu kepemimpinan, sistem, tim, dan situasional. Berikut adalah
uraian terinci dari faktor-faktor tersebut:
1. Faktor personal/individual, meliputi unsur pengetahuan, keterampilan
(skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi dan komitmen yang
dimiliki oleh tiap individu karyawan.
2. Faktor kepemimpinan, meliputi aspek kualitas manajer dan team leader
dalam memberikan dorongan, semangat, arahan dan dukungan kerja
kepada karyawan.
3. Faktor tim, meliputi kualitas dukungan dan semangat yang diberikan
oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan tehadap sesama anggota tim,
kekompakan dan keeratan anggota tim.
4. Faktor sistem, meliputi sistem kerja, fasilitas kerja, dan infrastruktur
yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kerja dalam
organisasi.
5. Faktor kontekstual (situasional), meliputi tekanan dan perubahan
lingkungan eksternal dan internal.
Nawawi (2006) menyatakan bahwa terdapat tiga faktor yang
menentukan kinerja karyawan, dan dapat dilihat pada Gambar 9.
30
PENGETAHUAN
KINERJA
KEPRIBADIAN
PENGALAMAN
Gambar 9. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Adapun faktor kinerja karyawan dipaparkan sebagai berikut :
1. Pengetahuan
Berhubungan dengan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab mereka.
Faktor ini mencakup jenis jenjang pendidikan serta pelatihan yang
pernah diikuti dibidangnya.
2. Pengalaman
Pengalaman bukan hanya sekedar jumlah waktu atau lamanya bekerja,
tetapi juga dengan substansi yang dikerjakan dalam waktu yang cukup
lama akan meningkatkan kemampuan dalam mengerjakan suatu bidang
tertentu
3. Kepribadian
Kondisi diri seseorang dalam menghadapi bidang kerjanya, seperti
minat, bakat, kemampuan bekerjasama, ketekunan, kejujuran, motivasi
kerja, dan sikap terhadap pekerjaan.
2.4.3 Aspek-aspek Kinerja
Menurut studi Lazer dan Wikstrom dalam Rivai dan Sagala (2009)
mengenai aspek yang dinilai dalam kinerja pada 125 perusahaan yang ada di
USA bahwa faktor yang sering muncul di 61 perusahaan adalah
pengetahuan tentang pekerjaan, kepemimpinan, inisiatif, kualitas pekerjaan,
kerjasama,
pengambilan
keputusan,
kreativitas,
dapat
diandalkan,
perencanaan, komunikasi, intelegensi (kecerdasan), pemecahan masalah,
pendelegasian, sikap, usaha, motivasi dan organisasi. Aspek-aspek yang
dinilai tersebut dapat dikelompokan menjadi :
31
1. Kemampuan teknis, yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan,
metode, teknik dan peralatan yang dipergunakan untuk melaksanakan
tugas serta pengalaman dan pelatihan yang diperolehnya.
2. Kemampuan
konseptual,
yaitu
kemampuan
untuk
memahami
kompleksitas perusahaan dan penyesuaian bidang gerak dari unit
masing-masing
kedalam
bidang
operasional
perusahaan
secara
menyeluruh, yang pada intinya individual tersebut memahami tugas,
fungsi, serta tanggung jawabnya sebagai karyawan.
3. Kemampuan hubungan interpersonal, yaitu kemampuan untuk bekerja
sama dengan orang lain, memotivasi karyawan, dan saling memperbaiki
antar karyawan.
Nawawi (2006) menguraikan beberapa unsur kinerja. Terdapat lima
unsur, yaitu :
1. Kuantitas hasil kerja yang dicapai
2. Kualitas hasil kerja yang dicapai
3. Jangka waktu mencapai hasil kerja tersebut
4. Kehadiran dan kegiatan selama hadir di tempat kerja
5. Kemampuan bekerjasama
Mangkunegara (2009) menguraikan aspek kinerja, meliputi :
1. Kuantitas hasil kerja
a. Proses kerja dan kondisi pekerjaan
b. Waktu yang digunakan atau lamanya melaksanakan pekerjaan
c. Jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan
d. Jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam bekerja
2. Kualitas hasil kerja yang dicapai
a. Ketepatan kerja dan kualitas kerja
b. Tingkat kemampuan dalam bekerja
c. Kemampuan menganalisis data/informasi, kemampuan/kegagalan
menggunakan mesin/peralatan
d. Kemampuan mengevaluasi (keluhan/keberatan konsumen)
Aspek kinerja menurut Umar dalam Mangkunegara (2005), yaitu mutu
pekerjaan, kejujuran karyawan, inisiatif, kehadiran, sikap, kerjasama,
32
keandalan,
pengetahuan
tentang
pekerjaan,
tanggung
jawab
dan
pemanfaatan waktu kerja.
2.4.4 Hubungan antara Komunikasi, Budaya Perusahaan dan Kinerja
FAKTOR
OBJEKTIF
MANAJEMEN
PUNCAK
INOVASI DAN
TINGGI
PENGAMBILAN
KINERJA
RESIKO
PERHATIKAN
KERINCIAN
BUDAYA
PERUSAHAAN
ORIENTASI
HASIL
RENDAH
ORIENTASI
KEPUASAN
ORANG
ORIENTASI TIM
FAKTOR
KOMUNIKASI
KEAGRESIFAN
Gambar 10. Dampak hubungan antara komunikasi, budaya
perusahaan terhadap kinerja karyawan (Robbin dalam
Mangkunegara 2009)
Menurut Robbin dalam Mangkunegara (2009) budaya perusahaan
yang disosialisasikan dengan komunikasi yang baik dapat menentukan
kekuatan menyeluruh perusahaan, kinerja dan daya saing dalam jangka
panjang. Hubungan antara komunikasi, budaya perusahaan yang berdapak
pada kinerja karyawan dapat dilihat pada Gambar 10.
Berdasarkan Gambar 10 dapat diketahui bahwa pembentukan kinerja
yang baik dihasilkan jika terdapat komunikasi antara seluruh karyawan
sehingga membentuk internalisasi budaya perusahaan yang kuat dan
dipahami sesuai dengan nilai-nilai organisasi yang dapat menimbulkan
persepsi yang positif antara semua tingkatan karyawan untuk mendukung
dan mempengaruhi iklim kepuasan yang berdampak pada kinerja karyawan.
33
2.5
Penelitian Terdahulu
Bayuarga (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis
Efektivitas Komunikasi Organisasi dan Hubungannya dengan Kinerja
Karyawan pada Cipta Grafika Karawang, menyimpulkan bahwa pola
komunikasi yang terjadi di Cipta Grafika lebih cenderung ke arah pola
komunikai ke bawah dan komunikasi horisontal. Sebagian besar karyawan
merasa bahwa hubungan komunikasi antar karyawan sudah berjalan dengan
baik. Analisis deskriptif yang dilakukan terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi komunikasi menunjukkan bahwa kepemilikan informasi,
spesialisasi pekerjaan, desas-desus, lingkungan kerja, sarana komunikasi,
kredibilitas,
gaya
kepemimpinan,
reaksi
emosional,
jabatan
serta
pemahaman dan umpan balik, memiliki pengaruh terhadap pola komunikasi
yang terjadi di Cipta Grafika. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa
dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya, faktor gaya kepemimpinan
memiliki hubungan yang paling kuat dengan kinerja karyawan. Sedangkan
hubungan yang paling lemah terjadi antara kinerja karyawan dengan faktor
sarana komunikasi. Korelasi antara faktor-faktor yang mempengaruhi
efektivitas komunikasi perusahaan dengan kinerja karyawan adalah kuat dan
nyata (α = 0,05).
Sutisna (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Peran Komunikasi
Antar Karyawan terhadap Motivasi Karyawan di Perusahaan Menengah
(Studi Kasus CV.ABC Cabang Bogor). Penelitian ini menggunakan alat
analisis Rank Spearman. Hasil penelitian menujukkan bahwa faktor-faktor
komunikasi antar karyawan (X1) dan faktor pengungkap motivasi (X2) yang
diteliti semuanya berhubungan. dari lima variabel yang termasuk ke dalam
komunikasi antar karyawan yang berpengaruh adalah empat variabel yaitu:
empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan. Sedangkan faktor
keterbukaan tidak berkorelasi secara nyata. Faktor-faktor yang berperan
nyata terhadap motivasi kerja karyawan adalah faktor sikap mendukung
terhadap motivasi untuk bertanggung jawab, motivasi bekerjasama dan
motivasi bekerja keras. Faktor kesetaraan, faktor empati dan faktor sikap
34
positif ketiga-tiganya berkorelasi terhadap motivasi untuk bertanggung
jawab.
Prijanto, et al. (2011) melakukan penelitian mengenai Pengaruh
Efektivitas Komunikasi dan Kepemimpinan terhadap Kinerja Organisasi
BEM-FE
Universitas
Gunadarma.
Penelitian
ini
dilakukan
untuk
mengetahui ada atau tidaknya pengaruh efektivitas komunikasi dan
kepemimpinan terhadap kinerja organisasi baik secara parsial maupun
simultan. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik statistik, yaitu
interval dan regresi linear berganda. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
tingkat efektivitas komunikasi, efektivitas kepemimpinan dan kinerja
organisasi dikategorikan baik. Secara parsial hanya variabel efektivitas
komunikasi yang mempengaruhi kinerja organisasi, sedangkan secara
simultan, variabel efektivitas komunikasi dan kepemimpinan berpengaruh
terhadap kinerja. Efektivitas komunikasi dan kepemimpinan dapat
menjelaskan variasi kinerja sebesar 40,8 %, sisanya sebesar 59,2 %
dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
35
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual
PT Mitra Makmur Industri memiliki visi dan misi yang ingin dicapai.
Visi merupakan cita-cita organisasi yang berisikan arahan yang jelas dan
apa yang dilakukan di masa depan, sedangkan misi adalah kegiatan yang
akan dilakukan dalam upaya mencapai visi tersebut. Dalam mewujudkan
visi dan misi, PT MMI memiliki strategi-strategi bisnis. Salah satu strategi
bisnis PT MMI adalah kuat ke dalam yang artinya kuat dalam menjaga
hubungan internal di dalam organisasi. Hubungan internal ini melibatkan
hubungan antara sumberdaya manusia yang dimiliki oleh PT MMI.
Sumberdaya manusia merupakan salah satu komponen strategi yang
berperan penting bagi PT MMI. Sumberdaya manusia, ada yang berperan
sebagai atasan/pimpinan, dan sebagian besar lainnya berperan sebagai
bawahan/karyawan. Semua orang yang terlibat dalam organisasi akan
melakukan interaksi yang dibentuk melalui komunikasi. Komunikasi yang
terjadi pada sebuah organisasi berperan sebagai jembatan penghubung
diantara anggota organisasi, baik antara atasan dengan bawahan, maupun
antar karyawan. Karyawan mendapatkan informasi terkait pekerjaanya,
menyalurkan aspirasinya baik antar karyawan, maupun karyawan terhadap
atasannya. Sebaliknya, atasan pun dapat memberikan arahan/instruksi kerja
maupun masukan terhadap para bawahannya.
Komunikasi yang efektif akan menciptakan persamaan makna antar
karyawan yang terlibat dalam proses komunikasi. Dengan terciptanya
persamaan makna, maka penyampaian pesan/informasi terkait dengan
kegiatan organisasi dapat diterima dan dipahami dengan baik. Sehingga
komunikasi organisasi yang terjalin diantara anggota organisasi dapat
menciptakan pula suasana kerja yang nyaman untuk peningkatkan kinerja
karyawan yang pada akhirnya dapat mewujudkan tujuan organisasi. Alur
dari pemikiran ini dapat dijabarkan dalam kerangka pemikiran konseptual
penelitian pada Gambar 11.
36
Visi dan Misi PT Mitra Makmur Industri
Strategi PT MMI
Kuat ke dalam (menjaga hubungan internal)
Pimpinan
Karyawan
Interaksi
Komunikasi Efektif
Pemahaman
Kesenangan
Mempengaruhi sikap
Memperbaiki hubungan
Tindakan
Kinerja karyawan
Kuantitas kerja
Kualitas kerja
Kejujuran
Tanggung jawab
Kehadiran
Kerjasama
Pengaruh Komunikasi Efektif terhadap
Kinerja Karyawan
Implikasi Manajerial
Gambar 11. Kerangka pemikiran konseptual
37
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Komunikasi organisasi merupakan sistem komunikasi yang mencakup
komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah
komunikasi yang terjadi di dalam organisasi itu sendiri Proses komunikasi
yang terjadi, baik itu antara atasan dengan bawahan, maupun antar
karyawan harus dapat dikelola dengan baik, sehingga menimbulkan
komunikasi yang efektif.
Komunikasi yang efektif akan diukur berdasarkan indikatornya, yaitu
pemahaman, kesenangan, mempengaruhi sikap, hubungan yang baik dan
adanya
tindakan.
Tercapainya
keefektifan
komunikasi
organisasi
mempengaruhi kinerja karyawan dalam organisasi tersebut. Kinerja
karyawan pada PT MMI dapat diukur dari kuantitas kerja, kualitas kerja,
kejujuran, tanggung jawab, kehadiran dan kemampuan bekerjasama.
Data yang diperoleh dari hasil penilitian untuk mengetahui
sejauhmana pengaruh komunikasi yang efektif terhadap kinerja karyawan.
Sementara alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat
analisis deskriptif dan Partial Least Square (PLS). Analisis deskriptif
bertujuan untuk mengetahui persepsi karyawan PT MMI terhadap
komunikasi yang efktif dan kinerja. Sementara analisis PLS bertujuan untuk
melihat pengaruh komunikasi yang efektif terhadap kinerja karyawan.
Berdasarkan hasil yang didapat, maka penelitian ini akan memberikan
implikasi manajerial bagi perusahaan dalam menciptakan komunikasi yang
efektif sehingga berdampak pada peningkatan kinerja karyawannya. Atas
dasar uraian tersebut, maka kerangka pemikiran operasional dapat dilihat
pada Gambar 12.
38
Komunikasi organisasi
Komunikasi internal
Pimpinan
Komunikasi eksternal
Karyawan
Interaksi
Analisis deskriptif
Komunikasi efektif
Pemahaman
Kesenangan
Mempengaruhi sikap
Memperbaiki hubungan
Tindakan
Kinerja karyawan
Kuantitas kerja
Kualitas kerja
Kejujuran
Tanggung jawab
Kehadiran
Kerjasama
Analisis PLS
Pengaruh Komunikasi Efektif terhadap
Kinerja Karyawan
Implikasi Manajerial bagi organisasi untuk memperhatikan
komunikasi efektif yang terjadi pada organisasi dan
pengaruhnya terhadap kinerja karyawan
Gambar 12. Kerangka pemikiran operasional
39
3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Mitra Makmur Industri, Jl Pembina Rawa
Haur No.1 Babakan Madang, Sentul, Bogor. Penentuan lokasi penelitian
dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan kesediaan pihak perusahaan
untuk memberikan informasi dan data yang terkait dengan penelitian.
Kegiatan penelitian ini telah dilaksanakan Juni-September 2012. Waktu
tersebut digunakan untuk memperoleh informasi, data dan keterangan
tambahan dari pihak-pihak yang terkait dengan penelitian.
3.4. Jenis Data
Data penelitian yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan
sekunder. Menurut Umar (2005), data primer merupakan data yang didapat
dari sumber pertama yang dikumpulkan secara khusus dan berhubungan
langsung dengan permasalahan yang diteliti. Data primer diperoleh melalui
hasil wawancara dengan pihak terkait dan hasil pengisian kuesioner.
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut
dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer maupun oleh pihak
lain. Data sekunder diperoleh dari berbagai literatur, berupa arsip data
perusahaan, buku-buku yang relevan dengan topik penelitian, hasil
penelitian terdahulu, internet dan literatur lain yang berkaitan dengan
penelitian ini.
3.5. Metode Pengambilan Sampel
Metode penarikan sampel pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode sensus yaitu seluruh anggota populasi. Menurut
Kriyantono (2010) sensus merupakan sebuah riset survei di mana periset
mengambil seluruh anggota populasi sebagai respondennya. Dengan
demikian sensus menggunakan total sampling. Responden pada penelitian
ini adalah keseluruhan karyawan pada PT. MMI yang berjumlah 34 orang.
3.6. Metode Pengumpulan Data
Data merupakan salah satu komponen riset. Data yang akan digunakan
dalam riset harus data yang benar, karena data yang salah akan
40
menghasilkan informasi yang salah. Penelitian ilmiah memiliki beberapa
teknik pengumpulan data beserta masing-masing perangkat pengumpulan
data (Umar 2005), yaitu
1.
Wawancara
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
pelaksanaannya dilakukan secara langsung berhadapan dengan yang di
wawancarai yaitu manajer operasional PT MMI dan staff kerja lainnya.
2.
Observasi
Teknik ini menggunakan pengamatan secara langsung terhadap objek
penelitian. Pengamatan yang dilakukan yaitu pada bagian/divisi
produksi, keuangan, gudang, penjualan, mencakup komunikasi antara
atasan dan bawahan, antara rekan kerja, sikap atasan kebawahan dan
sebaliknya, perilaku antara rekan kerja dan team work dalam divisi.
3.
Angket (kuesioner)
Teknik angket (kuesioner) merupakan suatu pengumpulan data dengan
memberikan daftar pertanyaan kepada responden dengan harapan
memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut. Daftar pertanyaan
bersifat tertutup dimana terdapat alternatif-alternatif jawaban yang telah
disediakan.
Instrumen
lembar
pernyataan
berupa
skala,
yaitu
menggunakan skala likert.
Pengisian kuesioner akan menghasilkan jawaban dimana setiap poin
jawaban memiliki skor yang ditentukan menggunakan skala likert. Skala
likert berhubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap
sesuatu, misalnya setuju-tidak setuju, senang-tidak senang dan puas-tidak
puas, dengan bobot tertentu pada setiap pertanyaan. Responden yang
mengisi pertanyaan tersebut dalam skala ordinal berbentuk verbal dalam
jumlah kategori 4, dimana pada kuesioner ini tidak menggunakan kategori
netral dalam analisis (Umar, 2005). Berikut adalah model scoring dengan
skala likert :
Bobot skor 4 = Sangat setuju
Bobot skor 3 = Setuju
Bobot skor 2 = Tidak setuju
41
Bobot skor 1 = Sangat tidak setuju
Jawaban-jawaban yang telah diberikan bobot, kemudian dijumlahkan
untuk setiap responden, guna dijadikan skor persepsi terhadap variabelvariabel yang akan diteliti. Rentang skala persepsi digunakan untuk
menentukan posisi tanggapan responden dengan menggunakan skor. Setiap
skor alternatif jawaban yang terbentuk dari teknik skala peringkatan terdiri
dari kisaran antara 1 hingga 4, kemudian rentang skala dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Rentang Skala = Skor Maksimal - Skor Minimal
Besar Skala
................................. (1)
Tabel 1. Rentang skala interpretasi hasil jawaban kuesioner
Skala
1,00 - 1,75
1,76 - 2,50
2,51 - 3,25
3,26 - 4,00
Pernyataan Jawaban
Tidak Pernah
Jarang
Sering
Selalu
Interpretasi Hasil
Sangat kurang baik/efektif
kurang baik/efektif
Baik/efektif
Sangat baik/efektif
Penelitian ini menggunakan skala Likert dari 1 sampai dengan 4
sehingga berdasarkan rumus tersebut, skor rata-rata yang diperoleh sebesar
0,75. Rentang skala intepretasi hasil jawaban kuesioner dapat dilihat pada
Tabel 1. Sebelum kuesioner diberikan kepada seluruh responden, kuesioner
harus dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Sebelum kuesioner
diberikan kepada seluruh responden, kuesioner harus dilakukan uji validitas
dan uji reliabilitas.
1.
Uji Validitas
Uji Validitas digunakan untuk menunjukkan sejauhmana suatu
alat kuesioner mengukur apa yang ingin diukur atau apakah alat ukur
tersebut sudah tepat mengukur apa yang akan diukur. Asumsi pokok
dari uji validitas ini adalah setiap pertanyaan juga berhubungan dengan
obyek yang diteliti.
Langkah-langkah untuk mengukur validitas kuesioner menurut
Umar (2005) adalah :
a. Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan diukur.
42
b. Melakukan uji coba pengukur tersebut kepada sejumlah responden.
c. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban.
d. Menghitung nilai korelasi antara data pada masing-masing
pertanyaan atau pernyataan dengan skor total. Nilai korelasi dapat
diketahui dengan menggunakan korelasi Product Moment. Rumus
korelasi Product Moment yang digunakan adalah :
......................... (2)
Keterangan :
r =Angka korelasi
Xi = Skor masing-masing pertanyaan ke-i
Y = Skor total
n = Jumlah responden
e. Membandingkan angka korelasi yang diperoleh dengan angka kritik
tabel nilai r. Bila nilai r hitung > r tabel maka pertanyaan tersebut
valid atau signifikan dalam penelitian ini.
Hasil pengujian validitas kuesioner yang melibatkan 34
responden memperlihatkan bahwa semua pertanyaan memiliki nilai
rhitung
rtabel pada α 0,05 sehingga instrumen penelitian dapat dikatakan
valid. Uji validitas menggunakan Pearson Correlation Product Moment
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3.
2.
Uji Reliabilitas
Menurut Umar (2005), reliabilitas merupakan suatu nilai
menunjukkan konsistensi suatu alat ukur didalam mengukur gejala yang
sama. Uji reliabilitas adalah uji derajat ketepatan, ketelitian atau
keakuratan yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran. Uji
reliabilitas data kuesioner dilakukan dengan menggunakan metode
Cronbach‟s Alpha berikut :
............................................................ (3)
Keterangan :
r 11
= Reliabilitas instrumen
k
= Banyak butir pertanyaan
43
t
∑
2
= Varian total
b = Jumlah ragam pertanyaan
Teknik
untuk
menghitung
indeks
reliabilitas
dengan
menggunakan koefisien alpha (α) dengan asumsi bila nilai α-Cronbach
hitung lebih besar dari 0,60 (α-Cronbach theory), maka kuesioner dapat
dikatakan reliabel. Pada penelitian ini, uji reliabilitas dihitung
menggunakan bantuan software Statistical Package for Social Science
(SPSS) 15.0 for Windows dengan nilai koefisien alpha yang diperoleh
sebesar 0,875 untuk komunikasi efektif dan 0,863 untuk kinerja.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen kuesioner penelitian
sangat reliabel sebagai suatu alat ukur penelitian didalam mengukur
gejala yang sama. Hasil uji reliabilitas Cronbach Alpha selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 4.
3.7
Metode Analisis Data
1.
Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah analisis yang bertujuan mengubah
kumpulan data mentah menjadi bentuk yang mudah dipahami dalam
bentuk informasi yang lebih ringkas (Istijanto 2006). Analisis deskriptif
pada penelitian melalui perhitungan rataan jawaban yang telah
ditabulasi, baik pada variabel komunikasi yang efektif maupun kinerja.
2.
Analisis PLS
Menurut Ghozali (2008), PLS merupakan pendekatan alternatif
yang bergeser dari pendekatan Structural Equation Modeling (SEM)
berbasis kovarian menjadi berbasis varian. Dinyatakan oleh Wold
dalam Ghozali (2008), metode ini merupakan metode yang sangat kuat,
karena tidak didasarkan oleh banyak asumsi, data tidak harus
terdistribusi dengan normal multivariat dan untuk bahan sampel tidak
harus besar. Tujuan dari PLS adalah memprediksi suatu model dan
mengkonfirmasi teori yang telah ada, tetapi bisa juga digunakan untuk
menjelaskan ada tidaknya hubungan antar peubah atau variabel laten.
Pengolahan analisis PLS dalam penelitian ini menggunakan bantuan
44
software SmartPLS 2.0. Model PLS pada penelitian ini dapat dilihat
pada Gambar 13.
Gambar 13. Model PLS
Berdasarkan
Gambar
13,
diketahui
peubah-peubah
yang
mencerminkan komunikasi yang efektif terdiri dari 5 ukuran, yaitu
pemahaman, kesenangan, sikap, hubungan dan tindakan. Peubahpeubah ini bersifat reflektif. Artinya penilaian terhadap pemahaman,
kesenangan, sikap, hubungan dan tindakan mencerminkan komunikasi
yang
efektif.
Peubah
konstruk
dan
peubah
indikator
mencerminkan komunikasi yang efektif dapat dilihat pada Tabel 2.
yang
45
Tabel 2. Indikator-indikator reflektif untuk konstruk-konstruk yang
mencerminkan variabel komunikasi efektif
Konstruk
Pemahaman
(X1)
Kesenangan
(X2)
Sikap
(X3)
Hubungan
(X4)
Kode
A1
Memahami intsruski secara lisan
A2
Memahami instruksi secara tulisan
A3
Memahami prosedur kerja secara lisan
A4
Memahami prosedur kerja secara tulisan
A5
Pemberian respon/umpan balik dari atasan
A6
Pemahaman pesan dari rekan kerja
A7
Pemberian respon dari rekan kerja
A8
Perasaan senang saat berkomunikasi dengan atasan
A9
Keadaan emosional saat atasan memberikan instruksi/perintah
A10
Perasaan senang saat berkomunikasi dengan rekan kerja
A11
Atasan mampu mempengaruhi perubahan sikap
A12
Rekan kerja mampu mempengaruhi perubahan sikap
A13
Hubungan dengan atasan
A14
Hubungan dengan rekan kerja
A15
Rasa percaya terhadap atasan menyangkut informasi pekerjaan
Rasa percaya terhadap atasan menyangkut informasi non
pekerjaan
Rasa percaya terhadap rekan kerja menyangkut informasi
pekerjaan
A16
A17
A19
Rasa percaya terhadap rekan kerja menyangkut informasi non
pekerjaan
Atasan mampu membangkitkan tindakan
A20
Rekan kerja mampu membangkitkan tindakan
A18
Tindakan
(X5)
Indikator Konstruk
Peubah-peubah yang mencerminkan tingkat kinerja karyawan
setelah dipengaruhi oleh komunikasi yang efektif terdiri dari kuantitas
kerja, kualitas kerja, kejujuran, tanggung jawab, kehadiran, dan
kerjasama. Peubah-peubah ini bersifat reflektif. Artinya penilaian
terhadap kuantitas kerja, kualitas kerja, kejujuran, tanggung jawab,
kehadiran, dan kerjasama mencerminkan tingkat kinerja setelah
berkomunikasi secara efektif. Peubah konstruk dan peubah indikator
yang mencerminkan kinerja karyawan dapat dilihat pada Tabel 3.
46
Tabel 3. Indikator-indikator reflektif untuk konstruk-konstruk yang
mencerminkan variabel laten kinerja karyawan
Konstruk
Kuantitas
Kerja
(Y1)
Kualitas
Kerja
(Y2)
Kode
B1
Mampu menyelesaikan tugas sesuai target
B2
Mampu meyelesaikan tugas melebihi target
B3
Jumlah kesalahan dalam bekerja
B4
Jenis pemberian pelayanan dalam bekerja
B5
Mampu menyelesaikan tugas dengan benar dan tepat
B6
Mampu menyelesaikan tugas dengan teliti
B7
Kemampuan mengevaluasi tugas
B8
B10
Mampu bekerja di atas standar kualitas perusahaan
Melaporkan hasil kerja kepada atasan sesuai keadaan
sebenarnya
Berkata sesuai keadaan sebenarnya kepada rekan kerja
B11
Berterus terang bila melakukan kesalahan
B12
Jujur ketika tidak memahami instruksi pekerjaan
B13
Mentaati peraturan perusahaan
B14
Berani menanggung resiko
B15
Melempar kesalahan yang diperbuat kepada orang lain
B16
Tetap bekerja, walaupun tidak ada atasan
B17
Memelihara peralatan dari kerusakan
B18
Datang bekerja sesuai jam kerja
B19
B21
Pulang bekerja sesuai jam kerja
Tidak pulang walaupun sudah selesai bekerja karena jadwal
kerja belum selesai
Berhenti mengerjakan tugas pada waktu istirahat
B22
Tidak pernah meninggalkan tugas
B23
Menghargai pendapat orang lain
B24
Meminta pendapat/ide kepada orang lain
B25
Suka bekerja dalam satu tim kerja
B26
Senantiasa memberikan dorongan /semangat
B27
Bekerja sama dapat meringankan beban kerja
B9
Kejujuran
(Y3)
Tanggung
jawab
(Y4)
Kehadiran
(Y5)
Kerjasama
(Y6)
Indikator Konstruk
B20
47
Pada metode PLS dikenal 2 (dua) evaluasi model. Pertama model
pengukuran atau outer model. Outer model adalah model pengukuran
hubungan antara indikator dengan konstruk. Dilakukan pengujian
validitas dan reliabilitas dari masing-masing indikator. Pada model
reflektif, kriteria validitas dan reliabilitas indikator diukur dengan
convergent validity, discriminant validity dan composite reliability.
Indikator dikatakan valid, jika memiliki nilai loading di atas 0,7.
Namun untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala
pengukuran, nilai loading 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup. Convergent
validity dapat pula ditunjukkan oleh nilai Average Variance Extracted
(AVE). Syarat untuk menjadi model yang baik adalah nilai AVE
masing-masing konstruk lebih besar dari 0,5. Selain convergent
validity, dilakukan juga pengujian discriminant validity.
Discriminant validity dinilai berdasarkan cross loading antara
indikator terhadap konstruk. Nilai korelasi indikator terhadap
konstruknya harus lebih besar dibandingkan nilai korelasi antara
indikator dengan konstruk lainnya. Sementara reliabilitas konstruk
diukur dengan composite reliability dan Cronbach Alpha. Konstruk
dikatakan reliabel jika memiliki nilai composite reliability dan
Cronbach Alpha di atas 0,70 (Ghozali 2008). Sementara untuk
pengujian validitas model formatif dilakukan dengan melihat koefisien
regresi dan signifikansi dari koefisien tersebut. Pada dasarnya konstruk
formatif merupakan hubungan regresi dari indicator ke konstruk.
Kedua, model struktural atau inner model. Inner model
menggambarkan hubungan antara peubah, atau variabel laten
berdasarkan pada teori substantif. Model struktural dievaluasi dengan
menggunakan R-square untuk konstruk dependen dari Uji-T untuk
menentukan nyatanya koefisien parameter jalur struktural. Perubahan
nilai R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh peubah laten
independen
tertentu
terhadap
peubah
mempunyai pengaruh yang substantif.
laten
dependen,
apakah
48
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan
Berbekal pengalaman yang diperoleh saat bekerja di beberapa
perusahaan ternama di Indonesia seperti PT Filma Utama Soap
(memasarkan produk Palmolive dan Colgate) pada tahun 1982, lalu bekerja
di ABC Grup pada tahun 1989, dan pada tahun 1993 bekerja di PT Inbisco
Niaga (memasarkan produk Mayora dan Torabika), Gunadi Chandra mulai
mencoba untuk berwirausaha dengan mendirikan sebuah perusahaan sendiri.
Pada tanggal 16 Agustus 1999, Gunadi Chandra
mendirikan sebuah
perusahaan distribusi yaitu PT Mitra Makmur Industri (MMI). Perusahaan
tersebut berlokasi di Jl Raya Cifor Bogor. Pembangunan di Bogor ini
dimaksudkan agar pemasarannya mendekati pasar Jabodetabek yang sangat
potensial. Seiring dengan perkembangan pasar, maka tanggal 1 Maret 2001
mulai dioperasikan kantor distribusi yang berlokasi di daerah CisaatSukabumi.
PT Mitra Makmur Industri telah memiliki berbagai rekan bisnis untuk
mendistribusikan berbagai macam produk makanan dan minuman dalam
kemasan, salah satunya adalah PT Tang Mas, PT Aneka Kreasi Pangan, PT
Pusan Manis Mulia dan CV Frutang Beverage Industry. PT Mitra Makmur
Industri telah mendistribusikan produk makanan dan minuman dalam
kemasan ke berbagai outlet aktif sebanyak 3.731 outlet yang tersebar di
wilayah Jabodetabek dan Sukabumi . Outlet aktif tersebut meliputi, grosir
sebanyak 97 toko, retail sebanyak 3.517 toko, supermarket sebanyak 50
toko, mini market sebanyak 67 toko.
Melihat adanya peluang dan kesempatan yang menguntungkan,
akhirnya pada tanggal 1 Mei 2003 Gunadi Chandra mendirikan perusahaan
kedua yaitu sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi air
minum dalam kemasan (AMDK) dengan nama produk “YASMIN”. Pabrik
pertama MMI berlokasi di daerah Cimanggu Bogor dan pada bulan Juli
2011 didirikanlah pabrik kedua yang berlokasi di wilayah kawasan industri
Sentul Bogor dengan luas tanah 3000 m2 serta gudang seluas 2000 m2.
49
PT Mitra Makmur Industri telah memiliki izin usaha industri dengan
nomor tanda daftar industri 535/22.TDI.Disperindagkop, dan telah memiliki
SNI 01-3553-1996 dengan sertifikat produk penggunaan tanda SNI nomor :
0283/PUSTAN/SNI-BW/X/2001, serta merek dalam negeri dari Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) MD. 249110001624. Bahan baku
dalam produksi juga telah memenuhi syarat kualitas air minum Menkes R.I
No. 907/Menkes/VII/2002 tanggal 26 Juli 2002.
Seiring dengan perkembangan serta pertumbuhan pasar, “Yasmin”
mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, hal ini dapat dilihat melalui
inovasi sebagai perkembangan produknya yang dimulai dari air mineral
(yasmin gelas dan botol) setelah itu memproduksi pula “YASMIN” dengan
berbagai pilihan rasa seperti yasmin es teler, yasmin sari kelapa, yasmin
jelly drink, yasmin gula asem, yasmin orange, yasmin ice coffee, dan
yasmin teh manis.
4.1.1 Area Coverage
PT Mitra Makmur Industri mendistribusikan dan memasarkan
produknya ke beberapa wilayah, diantaranya Bogor, Cianjur, Sukabumi,
Tangerang, Serang, Jakarta Utara, Pekanbaru, Tanjung Pinang, Tanjung
Balai Karimun, dan Bangka Belitung.
4.1.2 Visi dan Misi Organisasi
Visi dan misi organisasi merupakan pedoman dan tolak ukur dalam
bekerja untuk memberikan hasil yang terbaik bagi karyawan maupun
pelanggan. Visi PT Mitra Makmur Industri adalah “Menjadi Perusahaan
yang memproduksi dan mendistribusikan produk-produk berkualitas di
Indonesia”. Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, maka PT Mitra
Makmur Industri memiliki misi untuk memberikan pelayanan dalam
penyediaan air minum yang bersih, sehat dan berkualitas.
4.1.3 Struktur Organisasi
Keberhasilan suatu organisasi pada umumnya adalah berkat adanya
kerja sama yang baik antar individu atau karyawan. Oleh karena itu
diperlukan adanya pengorganisasian yang baik dalam seluruh kegiatan yang
50
dilakukan oleh masing-masing individu maupun setiap kelompok yang ada
dalam organisasi.
Pengorganisasian merupakan pengelompokan tugas untuk mencapai
tujuan,
menyerahkan
kekuasaan
kepada
seorang
pemimpin
untuk
melaksanakan tugas tersebut. Selain itu mengatur hubungan kekuasaan dan
melengkapi pengkoordinasian antara anggota organisaasi satu dengan yang
lainnya baik secara vertikal maupun horizontal dalam suatu struktur. Dengan
memperlihatkan struktur organisasi, setiap anggota organisasi dapat
mengetahui tugas, wewenang, dan tanggung jawabnya. Struktur organisasi
di PT MMI meliputi:
1. Direktur
PT Mitra Makmur Industri dipimpin oleh Gunadi Chandra selaku pendiri
dan pemilik perusahaan. Direktur bertanggung jawab atas seluruh
aktivitas perusahaan dalam mencapai tujuan. Direktur mengangkat
Manajer operasional sebagai wakil perusahaan untuk menjalankan
kegiatan operasional perusahaan.
2. Manajer Operasional
Manajer operasional bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan
operasional yang terdapat pada PT MMI. Manajer operasional
membawahi Head Accounting, Sales Supervisor, Kepala Gudang, dan
Kepala Pabrik.
3. Head Accounting
Head Accounting bertanggungjawab atas kegiatan yang berhubungan
dengan keuangan perusahaan. Head Accounting memiliki lima orang
staff yang membantu menjalankan tugasnya.
4. Sales Supervisor
Sales
Supervisor
bertanggungjawab
atas
pengelolaan
kegiatan
pemasaran. Tugas Sales Supervisor mengkoordinasikan penjualan dan
pendistribusian produk. Sales Supervisor memiliki tujuh orang staff yang
membantu menjalankan tugasnya.
51
5. Kepala Gudang
Kepala Gudang bertanggungjawab atas pengelolaan penempatan barangbarang produksi dan distribusi. Kepala gudang membawahi staff gudang,
driver dan helper.
6. Kepala Pabrik
Kepala Pabrik bertanggungjawab atas seluruh kegiatan produksi, baik
kualitas maupun teknis produksi. Kepala Pabrik membawahi staff
administrasi
pabrik
dan
supervisor
pabrik.
Supervisor
pabrik
membawahi staff bagian mekanik (teknik produksi) dan leader. Bagian
mekanik dan leader mengawasi langsung kegiatan produksi yang
dilakukan karyawan operator.
Struktur
organisasi
yang
digunakan
oleh
perusahaan
dalam
menjalankan kegiatan organisasional adalah dengan menggunakan bentuk
struktur organisasi garis. Dalam struktur organisasi PT MMI terdapat
pemisahan fungsi yang jelas bagi karyawan dalam melakukan tugas dan
tanggung jawabnya. Untuk lebih jelasnya mengenai struktur organisasi PT
MMI dapat dilihat pada Lampiran 8.
4.1.4 Saluran dan Media Komunikasi pada PT Mitra Makmur Industri
Media komunikasi merupakan suatu alat yang digunakan untuk
memudahkan penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain.
Kecakapan dalam penggunaan media komunikasi yang ada akan membuat
pesan akan lebih mudah tersampaikan dan dimengerti oleh penerima pesan.
Media komunikasi yang terdapat pada PT MMI terbagi menjadi dua, yaitu
media komunikasi lisan dan media komunikasi tertulis. Penggunaan media
komunikasi digunakan sesuai dengan saluran komunikasi yang terdapat pada
PT MMI. Adapun saluran komunikasi pada PT MMI, antara lain:
1. Saluran komunikasi formal
Saluran
komunikasi
formal
digunakan
sebagai
sarana
untuk
melaksanakan tugas dan pekerjaan serta mendiskusikan informasi dan
masalah-masalah yang menyangkut pekerjaan. Saluran komunikasi
formal terdiri atas :
a. Saluran komunikasi dari atas ke bawah
52
Media komunikasi yang digunakan pada saluran komunikasi dari atas
ke bawah, yaitu komunikasi lisan/tulisan melalui telepon, pertemuan
langsung atau tatap muka, pedoman prosedur kerja, lembar instruksi,
memo, dan papan pengumuman.
b. Saluran komunikasi dari bawah ke atas
Media komunikasi yang digunakan pada saluran komunikasi dari
bawah ke atas, yaitu pertemuan langsung atau tatap muka,
komunikasi lisan/tulisan melalui telepon, laporan hasil kerja, memo.
c.
Saluran komunikasi horizontal
Media komunikasi yang digunakan pada saluran komunikasi
horizontal, yaitu pertemuan tatap muka, laporan kerja, komunikasi
lisan/tulisan melalui telepon.
2. Saluran komunikasi informal
Saluran
komunikasi
informal
digunakan
sebagai
sarana
untuk
mempercepat pelaksanaan tugas dalam mendiskusikan informasi dan
masalah yang tidak berkaitan dengan pekerjaan dan dapat memberikan
informasi tentang sikap dan perasaan karyawan. Informasi dan masalahmasalah yang biasanya diperbincangkan melalui saluran komunikasi
informal, meliputi keadaan/situasi organisasi, kesejahteraan karyawan,
kegiatan organisasi, dan urusan/masalah pribadi. Media komunikasi yang
digunakan pada saluran komunikasi informal, yaitu tatap muka dan
komunikasi lisan/tulisan melalui telepon.
4.2. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah karyawan PT MMI yang
berjumlah 34 orang. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan,
diketahui karakteristik responden meliputi usia, jenis kelamin, masa kerja,
tingkat pendidikan dan bagian/unit kerja. Karakteristik responden dapat
dilihat pada Tabel 4.
53
Tabel 4. Karakteristik responden
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
Laki-laki
26
76,5
Perempuan
8
23,5
< 20 tahun
5
14,8
20 – 25 tahun
8
23,5
26 – 40 tahun
15
44,1
> 40 tahun
6
17,6
SMP
12
35,3
SMA
20
58,8
Diploma
2
5,9
S1
0
0
< 1 tahun
7
20,6
1 – 5 tahun
18
52,9
6 – 10 tahun
5
14,7
>10 tahun
4
11,8
Produksi
14
41,2
Penjualan
7
20,6
Gudang
8
23,5
Keuangan
5
14,7
Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Usia
Tingkat Pendidikan
Masa Kerja
Bagian
4.2.1 Usia
Berdasarkan usia, diketahui bahwa sebagian besar karyawan masuk
kelompok usia 26-40 tahun, yaitu sebanyak 15 orang atau sekitar 44%
sedangkan sebanyak 8 orang atau sekitar 23% berusia 20-25 tahun, 6 orang
karyawan atau sekitar 18% persen berusia diatas 40 tahun, dan sisanya
adalah sekitar 15% persen atau berjumlah 5 orang yaitu pada kelompok usia
kurang dari 20 tahun tahun. Karakteristik responden berdasarkan usia
selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 14.
54
Usia
> 40 tahun
18%
< 20 tahun
15%
26 – 40
tahun
44%
20 – 25
tahun
23%
Gambar 14. Jumlah karyawan berdasarkan kelompok usia
4.2.2 Jenis Kelamin
Jenis kelamin karyawan pada PT. Mitra Makmur Industri didominasi
oleh Laki-laki sebanyak 26 orang atau sebesar 76,5% , sedangkan yang
berjenis kelamin perempuan sebanyak 8 orang atau sebesar 23,5 % persen.
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin selengkapnya dapat
dilihat pada Gambar 15.
Jenis Kelamin
Perempuan
23,5%
Laki-laki
76,5%
Gambar 15. Jumlah karyawan berdasarkan jenis kelamin
4.2.3 Masa Kerja
Lama kerja karyawan PT. Mitra Makmur Industri adalah mulai dari
karyawan bekerja sampai penelitian ini dilaksanakan. Karyawan yang
menjadi responden dalam penelitian ini pada umumnya memiliki masa kerja
55
1-5 tahun dengan jumlah 18 orang atau sebesar 53% sedangkan sebanyak 7
orang karyawan memiliki masa kerja kurang dari 1 tahun atau sekitar 20%
persen dan sebanyak 5 orang atau sebesar 15% karyawan yang memiliki
masa kerja 6-10 tahun dan hanya 4 orang atau sebesar 12 % yang memiliki
masa kerja lebih dari 10 tahun. Karakteristik responden berdasarkan masa
kerja selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 16.
Masa Kerja
6-10 tahun
15%
>10 tahun
12%
<1 tahun
20%
1-5 tahun
53%
Gambar 16. Jumlah karyawan berdasarkan masa kerja
4.2.4 Pendidikan
Tingkat pendidikan karyawan terdiri atas pendidikan dengan jenjang
SD, SMP, SMA, Diploma, S1 dan S2. Berdasarkan hasil penyebaran
kuesioner, tingkat pendidikan karyawan yang menjadi responden pada
umumnya adalah tingkat pendidikan dengan jenjang SMA yaitu sebanyak
20 orang (59%), selanjutnya adalah tingkat pendidikan dengan jenjang SMP
sebanyak 12 orang (35%) sementara itu responden dengan tingkat
pendidikan Diploma hanya sebanyak 2 orang (6%). Karakteristik responden
berdasarkan tingkat pendidikan selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 17.
56
Tingkat Pendidikan
Diploma
6%
SMP
35%
SMA
59%
Gambar 17. Jumlah karyawan berdasarkan pendidikan
4.2.5 Bagian
Karakteristik responden berdasarkan bagian pada PT Mitra Makmur
Industri terdiri dari berbagai divisi/bagian diantaranya bagian produksi
sebanyak 14 orang (41%), bagian pemasaran sebanyak 7 orang (21%),
bagian keuangan sebanyak 5 orang (15%), dan bagian gudang sebanyak 8
orang
(23%).
Karakteristik
responden
berdasarkan
bagian/divisi
selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 18.
Bagian
Keuangan
15%
Gudang
23%
Produksi
41%
Penjualan
21%
Gambar 18. Jumlah karyawan berdasarkan bagian/divisi
57
4.3.
Analisis Deskriptif Komunikasi yang Efektif
Analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi
karyawan dalam menilai komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif
diukur berdasarkan tingkat pemahaman, kesenangan, mempengaruhi sikap,
memperbaiki hubungan, dan tindakan. Pada Tabel 5 nilai rataan skor
komunikasi yang efektif adalah sebesar 2,98 yang artinya bahwa
komunikasi telah berjalan dengan baik atau efektif.
Tabel 5. Rataan skor komunikasi yang efektif berdasarkan persepsi
karyawan
Rataan
skor
3,14
Interpretasi
Hasil
Efektif
Memahami instruksi secara tulisan
2,91
Efektif
Memahami prosedur kerja secara lisan
3,23
Efektif
Memahami prosedur kerja secara tulisan
3,05
Efektif
Pemberian respon/umpan balik dari atasan
2,73
Efektif
Pemahaman pesan dari rekan kerja
3,14
Efektif
Pemberian respon dari rekan kerja
3,00
Efektif
PEMAHAMAN
Perasaan senang saat berkomunikasi dengan
atasan
Keadaan emosional saat atasan memberikan
instruksi/perintah
Perasaan senang saat berkomunikasi dengan
rekan kerja
3,02
Efektif
3,00
Efektif
2,29
Kurang Efektif
3,32
Sangat Efektif
2,87
Efektif
Atasan mampu mempengaruhi perubahan sikap
3,23
Efektif
Rekan kerja mampu mempengaruhi perubahan
sikap
2,61
Efektif
2,92
Efektif
Hubungan dengan atasan
3,44
Sangat Efektif
Hubungan dengan rekan kerja
3,47
Sangat Efektif
3,11
Efektif
2,29
Kurang Efektif
2,64
Efektif
Indikator
Memahami instruski secara lisan
KESENANGAN
SIKAP
Rasa percaya terhadap atasan menyangkut
informasi pekerjaan
Rasa percaya terhadap atasan menyangkut
informasi non pekerjaan
Rasa percaya terhadap rekan kerja menyangkut
informasi pekerjaan
58
Lanjutan Tabel 5.
Rataan
skor
Interpretasi
Hasil
Rasa percaya terhadap rekan kerja menyangkut
informasi non pekerjaan
2,32
Kurang Efektif
HUBUNGAN
Atasan mampu membangkitkan tindakan
Rekan kerja mampu membangkitkan tindakan
TINDAKAN
KOMUNIKASI EFEKTIF
2,87
3,58
3,23
3,40
2,98
Efektif
Sangat Efektif
Efektif
Sangat Efektif
Efektif
Indikator
4.3.1 Persepsi Karyawan tentang Komunikasi Efektif Dimensi Pemahaman
Pemahaman dalam penelitian ini menggambarkan sejauh mana
pemahaman karyawan terhadap informasi/pesan yang disampaikan oleh
atasan dan rekan kerja baik secara lisan maupun tulisan.
Tabel 6. Rataan skor dan interpretasi hasil indikator pemahaman
berdasarkan persepsi karyawan
Indikator
Memahami
intsruski secara
lisan
Memahami
instruksi secara
tulisan
Memahami
prosedur kerja
secara lisan
Memahami
prosedur kerja
secara tulisan
Pemberian
respon/umpan
balik dari atasan
Pemahaman
pesan dari rekan
kerja
Pemberian respon
dari rekan kerja
TP
Bobot =1
(% jumlah
karyawan)
JR
Bobot =2
(% jumlah
karyawan)
SR
Bobot =3
(% jumlah
karyawan)
SL
Bobot =4
(% jumlah
karyawan)
Rataan
Skor
Interpretasi
Hasil
0
7
(20,59)
15
(44,11)
12
(35,30)
3,14
Efektif
2
(5,88)
10
(29,41)
11
(32,35)
11
(32,35)
2,91
Efektif
1
(2,94)
3
(8,82)
17
(50)
13
(38,24)
3,23
Efektif
0
8
(23,53)
16
(47,06)
10
(29,41)
3,05
Efektif
3
(8,82)
12
(35,30)
10
(29,41)
9
(26,47)
2,73
Efektif
1
(2,94)
4
(11,76)
18
(52,94)
11
(32,35)
3,14
Efektif
0
9
(26,47)
16
(47,06)
9
(26,47)
3,00
Efektif
3,02
Efektif
Pemahaman
59
Berdasarkan Tabel 6, diketahui rataan skor tingkat pemahaman
karyawan sebesar 3,02. Artinya, secara umum tingkat pemahaman karyawan
tergolong tinggi atau dikategorikan baik..Karyawan selama ini memahami
setiap pesan/informasi yang disampaikan oleh atasan dan rekan kerjanya
baik secara lisan maupun tulisan. Hal ini terlihat dari penilaian karyawan
mengenai instruksi dan prosedur kerja yang disampaikan oleh atasan secara
lisan dan tulisan. Metode komunikasi yang dinilai lebih efektif dapat pula
terlihat dari penilaian karyawan terhadap instruksi (3,14%) dan prosedur
(3,32%) melalui metode lisan yang rataan skornya lebih tinggi dibandingkan
dengan instruksi (2,91%) dan prosedur (3,05%) melalui metode tulisan.
Perilaku komunikasi tersebut terjadi karena adanya persepsi bahwa metode
komunikasi lisan lebih praktis, cepat, jelas, dan mudah dipahami daripada
metode tulisan.
Selain memahami pesan yang diterima oleh karyawan, karyawan juga
mengharapkan umpan balik atau respon terhadap laporan yang disampaikan
kepada atasannya. Namun, selama ini respon dari atasan terhadap apa yang
disampaikan karyawan masih kurang. Hal ini terlihat dari rataan skor
penilaian karyawan terhadap respon/umpan balik dari atasannya, yaitu
sebesar 2,73. Karyawan mengharapkan respon nya ditanggapi dengan baik
oleh atasannya, karena dengan respon yang baik artinya karyawan merasa
diperhatikan dan dihargai serta menghindari terjadinya kesalahpahaman.
4.3.2 Persepsi Karyawan tentang Komunikasi Efektif Dimensi Kesenangan
Tingkat kesenangan dalam berkomunikasi berkaitan erat dengan
perasaan antarmanusia yang saling berinteraksi dalam hal ini adalah
komunikasi antara atasan dengan bawahannya, maupun antar rekan kerja.
Hasil perhitungan rataan skor dan interpretasi hasil dari pernyataanpernyataan mengenai indikator kesenangan dapat dilihat pada Tabel 7.
60
Tabel 7. Rataan skor dan interpretasi hasil indikator kesenangan
berdasarkan persepsi karyawan
Indikator
Perasaan senang
saat
berkomunikasi
dengan atasan
Keadaan
emosional stabil
saat atasan
memberikan
instruksi/perintah
Perasaan senang
saat
berkomunikasi
dengan rekan
kerja
TP
JR
SR
SL
Bobot =1
Bobot =2
Bobot =3
Bobot =4
Rataan
Interpretasi
(% jumlah
(% jumlah
(% jumlah
(% jumlah
Skor
Hasil
karyawan)
karyawan)
karyawan)
karyawan)
0
11
(32,35)
12
(35,30)
11
(32,35)
3,00
Efektif
6
(17,65)
16
(47,06)
8
(23,53)
4
(11,76)
2,29
Kurang
Efektif
0
2
(5,88)
19
(55,88)
13
(38,24)
3,32
Sangat
Efektif
2,87
Efektif
Kesenangan
Berdasarkan
Tabel
7,
persepsi
karyawan
terhadap
indikator
kesenangan dikategorikan baik. Artinya, diketahui bahwa komunikasi yang
dilakukan dengan atasan dan rekan kerja telah menimbulkan perasaan
senang. Atasan terkadang suka mengajak karyawannya bercanda atau
sekedar menyapa. Hal itulah yang menimbulkan perasaan senang saat
berkomunikasi dengan atasan, meskipun masih terdapat 11 karyawan atau
sekitar 32,35% yang menilai tidak setuju (jarang) dengan pernyataan
tersebut. Artinya, masih terdapat karyawan yang kurang nyaman saat
berkomunikasi dengan atasannya.
Keadaan emosional atasan saat memberikan instruksi/perintah dinilai
sebanyak 16 atau sekitar 47,06 % karyawan masih belum stabil. Dalam
keadaan emosi yang tidak stabil saat berkomunikasi seringkali menimbulkan
suasana yang tidak menyenangkan. Hal ini menunjukkan masih ada
sebagian karyawan yang merasa tertekan saat melakukan pekerjaan.
Perasaan senang yang timbul saat berkomunikasi rekan kerja sudah
baik dengan rataan skor 3,32. Karyawan merasa nyaman saat berkomunikasi
dengan rekan kerjanya. Karena lebih sering bertemu dan bekerja sama
langsung serta komunikasi yang dilakukan seringkali informal maka
61
karyawan tidak merasa canggung ketika berkomunikasi dengan rekan
kerjanya.
4.3.3 Persepsi Karyawan tentang Komunikasi Efektif Dimensi Sikap
Komunikasi dapat dikatakan efektif jika komunikator (pengirim) dapat
mempengaruhi sikap komunikan (penerima), tindakan mempengaruhi sikap
bertujuan agar orang lain memahami ucapan kita dan melakukan tindakan
sesuai dengan yang kita inginkan. Hasil perhitungan rataan skor dan
interpretasi
hasil
dari
pernyataan-pernyataan
mengenai
indikator
mempengaruhi sikap dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rataan skor dan interpretasi hasil indikator sikap
berdasarkan persepsi karyawan
TP
Bobot =1
(% jumlah
karyawan)
Indikator
Atasan mampu
mempengaruhi
perubahan
sikap
Rekan kerja
mampu
mempengaruhi
perubahan
sikap
JR
Bobot =2
(% jumlah
karyawan)
SR
Bobot =3
(% jumlah
karyawan)
SL
Bobot =4
(% jumlah
karyawan)
5
16
13
(14,70)
(47,06)
(38,24)
3
13
12
6
(8,82)
(38,24)
(35,30)
(17,64)
0
Mempengaruhi Sikap
Rataan
Interpretasi
Skor
Hasil
3,23
Efektif
2,61
Efektif
2,92
Efektif
Rata-rata persepsi karyawan tentang indikator mempengrauhi sikap
dikategorikan baik dengan rataan skor 2,92. Namun, atasan lebih mampu
mempengaruhi sikap karyawan dibandingkan rekan kerja. Hal tersebut
terlihat dari rataan skor atasan lebih besar, yaitu 3,32 dibandingkan rataan
skor rekan kerja hanya sebesar 2,61. Artinya sikap karyawan telah dapat
diarahkan oleh atasan. Hal ini menunjukkan adanya keinginan yang tinggi
untuk melaksanakan perintah atau instruksi yang disampaikan atasan.
4.3.4 Persepsi Karyawan tentang Komunikasi Efektif Dimensi Hubungan
Secara
keseluruhan,
komunikasi
efektif
memerlukan
suasana
psikologis yang positif dan penuh kepercayaan. Kepercayaan yang tinggi
terhadap komunikator akan menyebabkan kesediaan komunikan untuk
62
menerima pesan dan mengubah sikap sesuai keinginan komunikator. Salah
satu kegagalan dalam berkomunikasi adalah adanya gangguan dalam
hubungan insani yang berasal dari kesalahpahaman. Hasil perhitungan
rataan skor dan interpretasi hasil dari pernyataan-pernyataan mengenai
indikator hubungan dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rataan skor dan interpretasi hasil indikator hubungan
berdasarkan persepsi karyawan
Indikator
Hubungan
dengan atasan
Hubungan
dengan rekan
kerja
Rasa percaya
terhadap atasan
menyangkut
informasi
pekerjaan
Rasa percaya
terhadap atasan
menyangkut
masalah non
pekerjaan
Rasa percaya
terhadap rekan
kerja
menyangkut
informasi
pekerjaan
Rasa percaya
terhadap rekan
kerja
menyangkut
masalah non
pekerjaan
TP
JR
SR
SL
Bobot =1
Bobot =2
Bobot =3
Bobot =4
Rataan
Interpretasi
(% jumlah
(% jumlah
(% jumlah
(% jumlah
Skor
Hasil
karyawan)
karyawan)
karyawan)
karyawan)
3
13
18
(8,82)
(38,24)
(52,94)
1
16
17
(2,94)
(47,06)
(50)
1
8
11
14
(2,94)
(23,53)
(32,35)
(41,18)
5
17
9
3
(14,71)
(50)
(26,47)
(8,82)
1
16
11
6
(2,94)
(47,06)
(32,35)
(17,65)
3
19
10
2
(8,82)
(55,88)
(29,41)
(5,88)
0
0
Hubungan
3,44
3,47
3,11
2,29
2,64
2,32
2,87
Sangat
Efektif
Sangat
Efektif
Efektif
Kurang
Efektif
Efektif
Kurang
Efektif
Efektif
Berdasarkan rataan skor, persepsi karyawan terhadap indikator
hubungan dikategorikan baik dengan rataan skor 2,87. Artinya antara
karyawan dengan atasan dan rekan kerja sudah terjalin hubungan yang baik
dalam bekerja. Karena dengan adanya hubungan baik maka akan
mendukung terciptanya suasana komunikasi yang menyenangkan.
63
Rata-rata persepsi karyawan tentang kepercayaan kepada atasan
mengenai informasi pekerjaan dikategorikan baik dengan rataan skor 3,11.
Hal ini menunjukkan bahwa atasan memiliki kredibilitas yang baik sebagai
komunikator dalam menyampaikan informasi atau pesan yang berkaitan
dengan pekerjaan. Selain itu, atasan juga memiliki jabatan dan latar
belakang pendidikan yang lebih baik dibandingkan rekan kerjanya sehingga
karyawan lebih percaya dan tertarik terhadap pesan mengenai pekerjaan
yang disampaikan oleh atasan.
Kepercayaan karyawan terhadap atasan dalam mendiskusikan masalah
yang tidak berkaitan dengan pekerjaan dikategorikan kurang baik atau
rendah. Terdapat 17 karyawan (50%) menyatakan jarang atau kurang setuju
dan 5 karyawan (14,71%) tidak pernah atau tidak setuju dengan pernyataan
mengenai kepercayaan karyawan terhadap atasan dalam mendiskusikan
masalah yang tidak berkaitan dengan pekerjaan. Artinya, karyawankaryawan tersebut menilai bahwa atasan mereka cenderung tidak
menciptakan suasana yang mendukung bagi karyawan sehingga karyawan
enggan untuk mendiskusikan masalah yang tidak terkait dengan pekerjaan.
Kepercayaan karyawan terhadap rekan kerja dalam mendiskusikan
masalah yang tidak berkaitan dengan pekerjaan dikategorikan kurang baik
atau rendah. Terdapat 19 karyawan (55,88%) menyatakan jarang atau
kurang setuju dan 3 karyawan (8,82%) tidak pernah atau tidak setuju dengan
pernyataan mengenai kepercayaan karyawan terhadap rekan kerja dalam
mendiskusikan masalah yang tidak berkaitan dengan pekerjaan. Artinya,
karyawan-karyawan tersebut menilai bahwa adanya kesulitan untuk
mendiskusikan masalah yang tidak berkaitan dengan
pekerjaan kepada
rekan kerja. Upaya dalam meningkatkan kepercayaan karyawan dalam hal
mendiskusikan masalah yang tidak berkaitan dengan pekerjaan perlu
dilakukan oleh perusahaan. Karena, masalah-masalah yang sedang dialami
oleh karyawan dapat berpotensi menurunkan kinerja karyawan tersebut dan
pada akhirnya menghambat pencapaian tujuan perusahaan.
64
4.3.5 Persepsi Karyawan tentang Komunikasi Efektif Dimensi Tindakan
Komunikasi yang efektif dapat mendorong penerima pesan untuk
melakukan tindakan yang sesuai dengan yang pengirim pesan inginkan.
Hasil perhitungan rataan skor dan interpretasi hasil dari pernyataanpernyataan mengenai indikator hubungan dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Rataan skor dan interpretasi hasil indikator tindakan
berdasarkan persepsi karyawan
Indikator
Atasan mampu
membangkitkan
tindakan
Rekan kerja
mampu
membangkitkan
tindakan
TP
Bobot =1
(% jumlah
karyawan)
JR
Bobot =2
(% jumlah
karyawan)
SR
Bobot =3
(% jumlah
karyawan)
SL
Bobot =4
(% jumlah
karyawan)
Rataan
Skor
Interpretasi
Hasil
0
2
(5,88)
10
(29,41)
22
(64,70)
3,58
Sangat
Efektif
0
6
(17,64)
14
(41,18)
14
(41,18)
3,23
Efektif
3,40
Sangat
Efektif
Tindakan
Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa rataan skor dari persepsi
karyawan terhadap indikator tindakan dikategorikan baik yaitu sebesar 3,40.
Artinya, karyawan selalu berusaha untuk segera melaksanakan setiap
perintah yang disampaikan oleh atasannya. Pesan yang disampaikan oleh
atasan mendapatkan tindak lanjut dari karyawan. Karyawan juga selalu
berusaha memperbaiki kesalahan apabila mendapatkan kritik atau masukan
dari rekan kerja.
4.4. Analisis Deskriptif Kinerja Karyawan
Analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi
karyawan dalam menilai kinerja. Kinerja karyawan diukur berdasarkan
kuantitas kerja, kualitas kerja, kejujuran, tanggung jawab, kehadiran, dan
kerjasama. Rataan skor kinerja berdasarkan persepsi karyawan dapat dilihat
pada Tabel 11.
65
Tabel 11. Rataan skor kinerja berdasarkan persepsi karyawan
Rataan
skor
3,35
2,61
3,44
Interpretasi
Hasil
Sangat Baik
Baik
sangat Baik
Jenis pemberian pelayanan dalam bekerja
2,5
Baik
KUANTITAS KERJA
2,97
Baik
Mampu menyelesaikan tugas dengan benar dan tepat
3,32
Sangat Baik
Mampu menyelesaikan tugas dengan teliti
Kemampuan mengevaluasi tugas
Mampu bekerja di atas standar kualitas perusahaan
KUALITAS KERJA
Melaporkan hasil kerja kepada atasan sesuai keadaan sebenarnya
Berkata sesuai keadaan sebenarnya kepada rekan kerja
Berterus terang bila melakukan kesalahan
Jujur ketika tidak memahami instruksi pekerjaan
KEJUJURAN
Mentaati peraturan perusahaan
Berani menanggung resiko
Melempar kesalahan yang diperbuat kepada orang lain
Tetap bekerja, walaupun tidak ada atasan
Memelihara peralatan dari kerusakan
TANGGUNG JAWAB
Datang bekerja sesuai jam kerja
Pulang bekerja sesuai jam kerja
Tidak pulang walaupun sudah selesai bekerja karena jadwal kerja
belum selesai
Berhenti mengerjakan tugas pada waktu istirahat
Tidak pernah meninggalkan tugas
KEHADIRAN
Menghargai pendapat orang lain
Meminta pendapat/ide kepada orang lain
Suka bekerja dalam satu tim kerja
Senantiasa memberikan dorongan /semngat
Bekerja sama dapat meringankan beban kerja
KERJASAMA
KINERJA KARYAWAN
3,29
3,11
2,79
3,12
3,55
3,55
3,44
3,08
3,40
3,47
3,41
3,85
3,5
3,6
3,56
3,35
3,41
Sangat Baik
Baik
Baik
Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
Sangat Baik
3,20
Baik
3,05
2,88
3,12
3,44
3,20
3,23
3,02
3,52
3,28
3,25
Baik
Baik
Baik
Sangat Baik
Baik
Baik
Baik
Sangat Baik
Baik
Baik
Indikator
Mampu menyelesaikan tugas sesuai target
Mampu meyelesaikan tugas melebihi target
Jumlah kesalahan dalam bekerja
4.4.1 Persepsi Karyawan tentang Kuantitas Kerja
Kuantitas hasil kerja merupakan salah satu indikator kinerja karyawan.
Kuantitas hasil kerja mengacu pada beban kerja atau target kerja yang pada
umumnya dihubungkan dengan waktu, jumlah kesalahan dalam bekerja,
jumlah/jenis pemberian pelayanan dalam bekerja (Mangkunegara, 2009).
Hasil perhitungan rataan skor dan interpretasi dari pernyataan-pernyataan
mengenai indikator kuantitas hasil kerja dapat dilihat pada Tabel 12.
66
Tabel 12. Rataan skor dan interpretasi hasil indikator kuantitas kerja
berdasarkan persepsi karyawan
Indikator
Mampu
menyelesaikan
tugas sesuai target
Mampu
meyelesaikan
tugas melebihi
target
Jumlah kesalahan
dalam bekerja
Jenis pemberian
pelayanan dalam
bekerja
TP
Bobot =1
(% jumlah
karyawan)
JR
Bobot =2
(% jumlah
karyawan)
SR
Bobot =3
(% jumlah
karyawan)
SL
Bobot =4
(% jumlah
karyawan)
Rataan
Skor
Interpretasi
Hasil
1
(2,94)
2
(5,88)
15
(44,12)
16
(47,06)
3,35
Sangat
Baik
0
17
(50)
13
(38,24)
4
(11,76)
2,61
Baik
0
1
(2,94)
17
(50)
16
(47,06)
3,44
Sangat
Baik
9
(26,47)
7
(20,59)
10
(29,41)
8
(23,53)
2,50
Baik
2,97
Baik
Kuantitas kerja
Berdasarkan rataan skor, persepsi karyawan terhadap indikator
kuantitas hasil kerja dikategorikan baik dengan rataan skor 2,97. Artinya
karyawan mampu menyelesaikan tugas dengan baik sesuai permintaan
perusahaan.
Rata-rata karyawan menyatakan mampu dalam menyelesaikan tugas
sesuai target yang ditentukan perusahaan. Terlihat dari rataan skor untuk
indikator kemampuan menyelesaikan tugas sesuai target yang tergolong baik
yaitu sebesar 3,35. Namun, untuk indikator kemampuan karyawan dalam
menyelesaikan tugas melebihi target dinilai masih kurang oleh sebagian
karyawan. Sebanyak 17 orang atau sekitar 50% karyawan menyatakan
jarang meyelesaikan tugas melebihi target PT MMI.
Karyawan menilai bahwa mereka jarang melakukan kesalahan pada
saat bekerja jarang dilakukan oleh karyawan. Hal tersebut terlihat dari rataan
skor yang tergolong sangai baik yaitu sebesar 3,44. Dalam hal ini, karyawan
dianggap telah memahami apa dan bagaimana tugas seharusnya dikerjakan
sehingga kesalahan dalam bekerja dapat diminimalisir dengan baik.
Karyawan masih dinilai kurang terhadap indikator jumlah dan jenis
pemberian pelayanan dalam bekerja. Masih terdapat 9 karyawan (26,47%)
yang menyatakan tidak pernah dan 7 karyawan (20,59%) yang menyatakan
jarang dalam hal penghematan fasilitas/peralatan yang disediakan PT MMI.
67
4.4.2 Persepsi Karyawan tentang Kualitas Kerja
Kualitas hasil kerja merupakan salah satu indikator kinerja karyawan.
Ukuran kualitas hasil kerja mengacu pada pekerjaan yang menuntut
kemampuan dan keahlian dalam bekerja. Untuk itu kinerja dalam
melaksanakan pekerjaan/kegiatan bisnis tolak ukurnya dikaitkan dengan
ketepatan kerja dan tingkat kemampuan dalam bekerja (Mangkunegara,
2009). Hasil perhitungan rataan skor dan interpretasi hasil mengenai
indikator kualitas hasil kerja dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Rataan skor dan interpretasi hasil indikator kualitas kerja
berdasarkan persepsi karyawan
Indikator
Mampu
menyelesaikan
tugas dengan
benar dan tepat
Mampu
menyelesaikan
tugas dengan
teliti
Kemampuan
mengevaluasi
tugas
Mampu bekerja
di atas standar
kualitas
perusahaan
TP
Bobot =1
(% jumlah
karyawan)
JR
Bobot =2
(% jumlah
karyawan)
SR
Bobot =3
(% jumlah
karyawan)
SL
Bobot =4
(% jumlah
karyawan)
Rataan
Skor
Interpretasi
Hasil
0
0
23
(67,65)
11
(32,35)
3,32
Sangat
Baik
0
0
24
(70,59)
10
(29,41)
3,29
Sangat
Baik
0
6
(17,65)
18
(52,94)
10
(29,41)
3,11
Baik
1
(2,94)
13
(38,24)
12
(35,29)
8
(23,53)
2,79
Baik
3,12
Baik
Kualitas kerja
Pada Tabel 13, kinerja karyawan berdasarkan kualitas kerja tergolong
sudah baik dengan rataan skor 3,12. Kondisi ini dikarenakan rata-rata
karyawan mampu menyelesaikan tugas/pekerjaan dengan teliti dan tepat
serta mampu mengevaluasi tugas yang belum sesuai.
4.4.3 Persepsi Karyawan tentang Kejujuran
Berdasarkan
Tabel
14,
rata-rata
persepsi
tentang
kejujuran
dikategorikan sangat baik dengan rataan skor 3,40. Artinya, karyawan berani
menyampaikan perasaan dan pikirannya secara jujur ketika berkomunikasi
dengan atasan maupun dengan rekan kerja.
68
Tabel 14.
Rataan skor dan interpretasi hasil indikator kejujuran
berdasarkan persepsi karyawan
Indikator
Melaporkan hasil
kerja kepada
atasan sesuai
keadaan
sebenarnya
Berkata sesuai
keadaan
sebenarnya
kepada rekan
kerja
Berterus terang
bila melakukan
kesalahan
Jujur ketika tidak
memahami
instruksi
pekerjaan
TP
Bobot =1
(% jumlah
karyawan)
JR
Bobot =2
(% jumlah
karyawan)
SR
Bobot =3
(% jumlah
karyawan)
SL
Bobot =4
(% jumlah
karyawan)
Rataan
Skor
Interpretasi
Hasil
0
0
15
(44,12)
19
(55,88)
3,55
Sangat
Baik
0
0
15
(44,12)
19
(55,88)
3,55
Sangat
Baik
0
0
19
(55,88)
15
(44,12)
3,44
Sangat
Baik
0
8
(23,53)
15
(44,12)
11
(32,35)
3,08
Sangat
Baik
3,40
Sangat
Baik
Kejujuran
Kejujuran karyawan dalam hal melaporkan hasil kerja kepada atasan
dikategorikan sangat baik. Begitu pula saat karyawan berkata sesuai keadaan
sebenarnya kepada rekan kerja dan berterus terang ketika melakukan
kesalahan.
Kejujuran karyawan dikategorikan baik dalam hal karyawan dapat
berkata jujur saat instruksi yang diterima belum dipahami sepenuhnya.,
meskipun masih terdapat 8 karyawan (23,53%) yang kurang sependapat
dengan pernyataan tersebut. Artinya, masih ada karyawan yang masih ragu
dan takut ketika jujur terhadap instruksi yang belum dipahaminya. Kejujuran
karyawan dalam hal ini diperlukan agar karyawan dapat mengurangi risiko
kesalahan dalam melaksanakan tugas/pekerjaan.
4.4.4 Persepsi Karyawan tentang Tanggung Jawab
Berdasarkan rataan skor, rasa tanggung jawab yang dimiliki karyawan
dikategorikan sangat baik dengan rataan skor 3,56. Artinya karyawan
selama ini sangat bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukan dan
ditugaskan kepadanya. Baik dalam hal taat terhadap peraturan perusahaan,
berani menanggung risiko dari keputusan/tindakan yang dilakukan, tidak
69
melempar kesalahan kepada orang lain, tetap bekerja walaupun tidak ada
atasan serta memelihara peralatan kantor dari kerusakan/hilang.
Tabel 15. Rataan skor dan interpretasi hasil indikator tanggung jawab
berdasarkan persepsi karyawan
Indikator
Mentaati
peraturan
perusahaan
Berani
menanggung
resiko
Melempar
kesalahan yang
diperbuat
kepada orang
lain
Tetap bekerja,
walaupun tidak
ada atasan
Memelihara
peralatan dari
kerusakan
TP
Bobot =1
(% jumlah
karyawan)
JR
Bobot =2
(% jumlah
karyawan)
SR
Bobot =3
(% jumlah
karyawan)
SL
Bobot =4
(% jumlah
karyawan)
Rataan
Skor
Interpretasi
Hasil
0
1
(2,94)
16
(47,06)
17
(50)
3,47
Sangat Baik
1
(2,94)
2
(5,88)
13
(38,24)
18
(52,94)
3,41
Sangat Baik
0
1
(2,94)
3
(8,82)
30
(88,24)
3,85
Sangat Baik
0
1
(2,94)
15
(44,12)
18
(52,94)
3,5
Sangat Baik
0
0
13
(38,24)
21
(61,76)
3,6
Sangat Baik
3,56
Sangat Baik
Tanggung Jawab
4.4.5 Persepsi Karyawan tentang Kehadiran
Tingkat kehadiran karyawan merupakan bentuk dari kedisiplinan
karyawan. Kedisiplinan merupakan kesadaran karyawan dalam mematuhi
peraturan pada PT MMI. Kedisiplinan sangat mempengaruhi kenerja
karyawan dan perusahaan. Hasil perhitungan rataan skor dan interpretasi
hasil dari pernyataan-pernyataan mengenai indikator kualitas hasil kerja
dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Rataan skor dan interpretasi hasil indikator kehadiran
berdasarkan persepsi karyawan
Indikator
Datang bekerja
sesuai jam
kerja
Pulang bekerja
sesuai jam
kerja
TP
Bobot =1
(% jumlah
karyawan)
JR
Bobot =2
(% jumlah
karyawan)
SR
Bobot =3
(% jumlah
karyawan)
SL
Bobot =4
(% jumlah
karyawan)
Rataan
Skor
Interpretasi
Hasil
0
3
(8,82)
16
(47,06)
15
(44,12)
3,35
Sangat Baik
0
2
(5,88)
16
(47,06)
16
(47,06)
3,41
Sangat Baik
70
Lanjutan Tabel 16.
Indikator
Tidak pulang
walaupun
sudah selesai
bekerja karena
jadwal kerja
belum selesai
Berhenti
mengerjakan
tugas pada
waktu istirahat
Tidak pernah
meninggalkan
tugas
TP
Bobot =1
(% jumlah
karyawan)
JR
Bobot =2
(% jumlah
karyawan)
SR
Bobot =3
(% jumlah
karyawan)
SL
Bobot =4
(% jumlah
karyawan)
Rataan
Skor
Interpretasi
Hasil
0
6
(17,65)
15
(44,12)
13
(38,23)
3,20
Baik
2
(5,88)
8
(23,53)
10
(29,41)
14
(41,18)
3,05
Baik
2
(5,88)
6
(17,65)
20
(58,82)
6
(17,65)
2,88
Baik
3,12
Baik
Kehadiran
Berdasarkan Tabel 16, diketahui bahwa rataan skor mengenai tingkat
kehadiran karyawan tergolong baik dengan rataan skor 3,12. Karyawan
mempersepsikan dirinya telah datang, istirahat, dan pulang bekerja sesuai
jam kerja yang telah ditentukan perusahaan. Walaupun, masih terdapat
karyawan yang menganggap dirinya suka meninggalkan tugas tanpa ada
pemberitahuan terlebih dahulu. Tingkat kehadiran karyawan menujukan
semangat kerja serta kedisiplinan karyawan saat berada di lingkungan kerja
yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan secara keseluruhan.
4.4.6 Persepsi Karyawan tentang Kerjasama
Kerjasama merupakan keinginan untuk bekerja sama dengan orang
lain secara kooperatif. Dengan kerjasama tugas-tugas organisasi yang di
emban oleh masing-masing karyawan dapat menjadi ringan dan cepat
selesai dengan target yang telah diprogramkan sebelumnya. Selain itu,
kerjasama juga dapat merangsang semangat para karyawan dalam bekerja.
71
Tabel 17.
Rataan skor dan interpretasi hasil indikator kerjasama
berdasarkan persepsi karyawan
Indikator
Menghargai
pendapat orang
lain
Meminta
pendapat/ide
kepada orang
lain
Suka bekerja
dalam satu tim
kerja
Senantiasa
memberikan
dorongan
/semangat
Bekerja sama
dapat
meringankan
beban kerja
TP
Bobot =1
(% jumlah
karyawan)
JR
Bobot =2
(% jumlah
karyawan)
SR
Bobot =3
(% jumlah
karyawan)
SL
Bobot =4
(% jumlah
karyawan)
Rataan
Skor
Interpretasi
Hasil
0
1
(2,94)
17
(50)
16
(47,06)
3,44
Sangat
Baik
0
6
(17,65)
15
(44,12)
13
(38,23)
3,20
Baik
0
5
(14,71)
16
(47,06)
13
(38,23)
3,23
Baik
0
10
(29,41)
13
(38,24)
11
(32,35)
3,02
Baik
0
1
(2,94)
14
(41,18)
19
(55,88)
3,52
Sangat
Baik
3,28
Baik
Kerjasama
Berdasarkan Tabel 17, diketahui bahwa karyawan mampu bekerja
sama dengan karyawan lainnya. Hal tersebut terlihat dari rataan skor
indikator kerjasama yang tergolong baik ,yaitu 3,28.
Sebagian
besar
karyawan
dapat
menghargai
pendapat
yang
dikemukakan orang lain dan hanya satu karyawan yang menilai dirinya
kurang dapat menerima pendapat orang lain. Dengan menghargai pendapat
orang lain karyawan dapat mencegah terjadinya konflik dalam perusahaan.
Meminta pendapat/saran ketika kesulitan dalam mengerjakan tugas
merupakan suatu bentuk kerjasama yang terjadi baik antara karyawan
maupun rekan kerja. Hasil rataan skor tentang meminta saran ketika
kesulitan mengerjakan tugas dikategorikan baik dengan rataan skor 3,20.
Artinya karyawan tidak segan untuk meminta saran jika mengalami
kesulitan.
Rata-rata karyawan menyukai kerjasama dalam tim dibandingkan
bekerja secara individu. Hal tersebut dinilai karyawan karena bekerjasama
dapat meringankan beban saat bekerja. Selain itu, sebagian karyawan
72
senantiasa memberikan dorongan dalam upaya memotivasi sehingga
karyawan lainnya semangat dalam bekerja. Walaupun masih terdapat 10
karyawan (29,41%) yang menyatakan jarang memberikan dorongan
terhadap karyawan lain.
4.5 Analisis PLS
Analisis PLS dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui arah
hubungan, besarnya pengaruh, serta nyata atau tidaknya komunikasi yang
efektif terhadap kinerja karyawan.
4.5.1 Pengaruh Komunikasi yang Efektif Terhadap Kinerja Karyawan
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan bantuan software
SmartPLS, diperoleh suatu model yang menggambarkan pengaruh
komunikasi terhadap kinerja karyawan. Sebelum hasil pengolahan
dianalisis, dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas terlebih dulu pada
model pengukuran, agar model layak dan dapat dipercaya hasil
interpretasinya. Pada model reflektif, pengujian tersebut dilakukan dengan
cara melihat convergent validity, discriminant validity dan composite
reliability. Convergent validity pada model reflektif dapat dilihat dari
korelasi antara skor indikator dengan skor konstruknya. Pada penelitian ini,
indikator dianggap reliabel, jika memiliki loading factor di atas 0,50. Hasil
output grafis model pengukuran awal dapat dilihat pada Gambar 19. Pada
Gambar 19 diketahui bahwa nilai loading factor untuk indikator A11, A16,
A18, A19, A2, A3, A4, A9, B1, B3, B4, B6, B7, B12, B14, B15, B18, B20,
B21, B27 kurang dari 0,5. Hal ini menunjukkan bahwa indikator-indikator
tersebut tidak valid. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka indikatorindikator tersebut dikeluarkan dari model karena tidak valid. Kemudian,
model diestimasi ulang dengan hasil output grafis model pengukuran dapat
dilihat pada Gambar 20.
Pada Gambar 20, indikator-indikator yang tidak valid telah
dikeluarkan dari model pengukuran. Setelah dilakukan estimasi ulang pada
model pengukuran, masih ada nilai loading factor yang berada di bawah 0,5,
yaitu pada indikator B19. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka indikator
tersebut dikeluarkan dari model karena tidak valid dan model kembali
73
diestimasi ulang dengan hasil output grafis model pengukuran dapat dilihat
pada Gambar 21.
Gambar 19. Model pengaruh komunikasi yang efektif terhadap
kinerja
Gambar 20. Model pengaruh komunikasi yang efektif terhadap
kinerja (setelah estimasi ulang)
74
Gambar 21. Model pengaruh komunikasi yang efektif terhadap
kinerja (setelah estimasi ulang kedua)
Pada Gambar 21, indikator-indikator yang tidak valid telah
dikeluarkan dari model pengukuran. Setelah dilakukan estimasi ulang pada
model pengukuran, nilai loading factor semua indikator berada di atas 0,5.
Hal ini menunjukkan bahwa syarat convergent validity telah terpenuhi. Hasil
outer loading model pengukuran setelah estimasi ulang selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 5.
Setelah syarat convergent validity terpenuhi, maka dilakukan
pengujian discriminant validity. Discriminant validity dinilai berdasarkan
cross loading antara indikator terhadap konstruk. Nilai korelasi indikator
terhadap konstruknya harus lebih besar dibandingkan nilai korelasi antar
indikator dengan konstruk lainnya. Tabel cross loading untuk menguji
discriminant validity dapat dilihat pada Lampiran 6. Tabel cross loading
menunjukkan bahwa korelasi antara konstruk komunikasi yang efektif
dengan indikator-indikatornya lebih tinggi dibandingkan korelasi antara
indikator tersebut dengan konstruk kinerja. Begitu pula dengan konstruk
kinerja. Korelasi antara konstruk kinerja dengan indikator indikatornya lebih
tinggi dibandingkan korelasi antara indikator tersebut dengan konstruk
komunikasi yang efektif. Berdasarkan penjelasan tersebut, diketahui bahwa
korelasi masing-masing konstruk dengan indikatornya lebih tinggi
dibandingkan korelasi masing-masing indikator konstruk dengan konstruk
lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa konstruk laten memprediksi indikator
75
pada bloknya lebih baik dengan indikator di blok lainnya dan syarat
discriminant validity telah terpenuhi.
Uji validitas lainnya adalah menilai validitas konstruk dengan melihat
nilai Average Variance Extracted (AVE). Model dikatakan baik jika nilai
AVE masing-masing konstruk nilainya lebih besar dari 0,5. Nilai AVE
konstruk komunikasi yang efektif dan kinerja dapat dilihat pada Tabel 18.
Berdasarkan tabel, diketahui nilai AVE masing-masing konstruk lebih besar
dari 0,5 dan model dapat dikatakan baik.
Tabel 18. Nilai AVE (Average Variance Extracted)
AVE
KINERJA
0,580140
KOMUNIKASI
0,583444
Disamping uji validitas, dilakukan juga uji reliabilitas konstruk dengan
menggunakan composite reliability dan cronbach alpha. Konstruk
dinyatakan memiliki reliabilitas baik atau reliabel, jika nilai composite
reliability dan cronbach alpha di atas 0,70. Nilai composite reliability dan
cronbach alpha masing-masing konstruk dapat dilihat pada Tabel 19.
Berdasarkan Tabel 19, diketahui nilai composite reliability dan
cronbach alpha semua konstruk lebih besar dari 0,70, sehingga dapat
disimpulkan bahwa konstruk memiliki reliabilitas yang baik. Setelah model
memenuhi asumsi convergent validity, discriminant validity, validitas
konstruk dan reliabilitas konstruk,
maka model dapat dianalisis dan
diinterpretasikan.
Tabel 19. Nilai composite reliability dan cronbach alpha
Composite Reliability
Cronbachs Alpha
KINERJA
0,922675
0,907138
KOMUNIKASI
0,924217
0,899517
Model pengaruh komunikasi yang efektif terhadap kinerja karyawan
PT
MMI
memberikan
nilai
R-Square
0.707479.
Hal
ini
dapat
diinterpretasikan bahwa variabilitas konstruk kinerja dapat dijelaskan oleh
variabilitas konstruk komunikasi 70,74% dan sisanya (29,26%) dijelaskan
oleh konstruk lain diluar penelitian. Berdasarkan Tabel 20, besarnya
76
pengaruh komunikasi yang efektif terhadap kinerja karyawan PT MMI
diketahui 0,841. Hal ini menunjukkan arah hubungan yang positif antara
komunikasi dengan kinerja dan dapat diinterpretasikan bahwa semakin
efektif komunikasi, maka akan semakin meningkat kinerja yang dimiliki
oleh karyawan. Sementara t-value komunikasi yang efektif terhadap kinerja
diketahui 47.9272 dan menunjukkan bahwa t-value lebih besar dari ttabel
(ttabel pada taraf nyata 5% = 1,96). Artinya komunikasi yang efektif
berpengaruh secara nyata terhadap kinerja.
Tabel 20. Nilai koefisien, t-value dan R-Square efektivitas komunikasi
terhadap kinerja
Konstruk
Koefisien
t-value R Square
0,841
47,9272 0,707479
Komunikasi
Kinerja
Interpretasi
Pengaruh positif dan
nyata
Muatan indikator-indikator yang mencerminkan komunikasi yang
efektif dapat dilihat dari nilai loading dan t-value pada tabel 21.
Tabel 21. Nilai outer loading indikator-indikator efektivitas komunikasi
Outer Model
Loading
t-value
A1 PEM<- KOMUNIKASI
0,616
10,014
A5 PEM <- KOMUNIKASI
0,518
5,991
A6 PEM<- KOMUNIKASI
0,756
17,089
A7 PEM<- KOMUNIKASI
0,772
20,681
A10 KES <- KOMUNIKASI
0,657
7,400
A8 KES<- KOMUNIKASI
0,746
15,425
A12 SIK <- KOMUNIKASI
0,540
5,458
A13 HUB <- KOMUNIKASI
0,859
40,480
A14 HUB <- KOMUNIKASI
0,791
17,609
A15 HUB <- KOMUNIKASI
0,624
9,479
A17 HUB<- KOMUNIKASI
0,740
18,521
A20 TIN<- KOMUNIKASI
0,629
8,695
Interpretasi
Pengaruh positif dan
nyata
Pengaruh positif dan
nyata
Pengaruh positif dan
nyata
Pengaruh positif dan
nyata
Pengaruh positif dan
nyata
Pengaruh positif dan
nyata
Pengaruh positif dan
nyata
Pengaruh positif dan
nyata
Pengaruh positif dan
nyata
Pengaruh positif dan
nyata
Pengaruh positif dan
nyata
Pengaruh positif dan
nyata
77
Berdasarkan Tabel 21 diketahui nilai loading indicator yang
mencerminkan komunikasi efektif yang paling besar pertama ditunjukkan
oleh indikator A13 dengan nilai 0,859 pada t-value 40,480. Artinya, semakin
efektif komunikasi maka akan semakin berpengaruh positif dan signifikan
terhadap peningkatan hubungan antara karyawan dengan atasan.
Sedangkan nilai loading indicator terbesar kedua ditunjukkan oleh
indikator A14 dengan nilai 0,791 pada t-value 17,609. Artinya, semakin
efektif komunikasi maka akan semakin berpengaruh terhadap peningkatan
hubungan dengan rekan kerja. Nilai loading indicator terbesar ketiga
ditunjukkan oleh indikator A7 dengan nilai 0,772 pada t-value 20,681.
Artinya, komunikasi semakin efektif saat rekan kerja memberikan
respon/umpan balik terhadap pesan yang disampaikan.
Muatan indikator-indikator yang mencerminkan kinerja dapat dilihat
dari nilai outer loading dan t-value pada Tabel 22.
Tabel 22. Nilai outer loading indikator-indikator kinerja
Outer Model
Loading
t-value
Interpretasi
B10 <- KINERJA
0,684
12,614
B11 <- KINERJA
0,722
16,240
Pengaruh positif dan nyata
Pengaruh positif dan nyata
B13 <- KINERJA
0,551
4,821
Pengaruh positif dan nyata
B16 <- KINERJA
0,697
13,334
Pengaruh positif dan nyata
B17 <- KINERJA
0,852
32,047
Pengaruh positif dan nyata
B2 <- KINERJA
0,635
9,351
Pengaruh positif dan nyata
B23 <- KINERJA
0,775
16,095
Pengaruh positif dan nyata
B24 <- KINERJA
0,691
13,836
Pengaruh positif dan nyata
B25 <- KINERJA
0,531
6,399
Pengaruh positif dan nyata
B26 <- KINERJA
0,779
17,899
Pengaruh positif dan nyata
r
B5 <- KINERJA
0,521
6,920
Pengaruh positif dan nyata
d
B8 <- KINERJA
0,760
16,903
Pengaruh positif dan nyata
a
B9 <- KINERJA
0,714
13,475
Pengaruh positif dan nyata
B
e
Berdasarkan Tabel 22 diketahui bahwa nilai loading indicator kinerja
yang paling besar ditunjukkan oleh indikator B17 dengan nilai 0,852 pada tvalue
32,047.
Artinya
peningkatan
kinerja
berpengaruh
terhadap
peningkatan tanggung jawab karyawan dalam memelihara peralatan kerja
dari kerusakan/hilang.
78
Sedangkan nilai loading indicator terbesar kedua ditunjukkan oleh
indikator B26 dengan nilai 0,779 pada t-value 17,899. Artinya, semakin
meningkatnya kinerja maka akan semakin berpengaruh terhadap pemberian
dorongan dan semangat kepada rekan kerja. nilai loading indicator terbesar
ketiga ditunjukkan oleh indikator B23 dengan nilai 0,775 pada t-value
16,095. Artinya, semakin meningkatnya kinerja maka akan semakin
berpengaruh terhadap kerjasama karyawan dalam menghargai setiap
masukan/pendapat orang lain.
4.6. Implikasi Manajerial
Komunikasi yang efektif sangat berperan terhadap peningkatan kinerja
karyawan. Berdasarkan hasil analisis PLS, diketahui indikator-indikator
yang paling berpengaruh terhadap komunikasi efektif dan kinerja karyawan.
Hal ini dapat dilihat pada Gambar 22.
Komunikasi efektif
Kinerja
Hasil Uji PLS :
1. Indikator A13 (Hubungan) :
Hubungan saya dengan atasan terjalin baik
2. Indikator A14 (Hubungan) :
Hubungan saya dengan rekan kerja terjalin baik
3. Indikator A7 (Pemahaman) :
Rekan kerja memberikan respon terhadap pesan
Hasil Uji PLS :
1. Indikator B17 (Tanggung jawab) :
Memelihara dan menjaga perlatan kerja
2. Indikator B26 (Kerja sama) :
Memeberikan dorongan kepada rekan kerja
3. Indikator B23(Kerja sama) :
Menghargai masukan/pendapat orang lain
Gambar 22. Hasil uji PLS pengaruh komunikasi yang efektif terhadap
kinerja karyawan
Penelitian terhadap pengaruh komunikasi yang efektif ini memberikan
beberapa hal yang dapat diimplementasikan pada PT Mitra Makmur Industri
agar kinerja karyawan semakin baik, diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Hubungan sosial antara karyawan dengan atasan atau sesama karyawan
perlu ditingkatkan agar tercipta kondisi yang harmonis dalam
perusahaan. Hubungan yang baik dapat membantu meningkatkan
79
keefektifan proses komunikasi. Hal tersebut dapat dilakukan melalui
kegiatan formal maupun informal. Kegiatan formal seperti melakukan
meeting secara berkala dan terjadwal antar unit kerja yang selama ini
menurut wawancara dengan karyawan masih dinilai jarang dilakukan.
Selain itu, melakukan kegiatan informal seperti family gathering atau
outbond.
Dengan
adanya
kegitan-kegiatan
tersebut
diharapkan
meningkatkan semangat kerja sama. Apabila semangat kerja sama
berhasil ditingkatkan, maka kepercayaan antara karyawan dengan
atasan
maupun
dengan
rekan
kerja
akan
muncul
sehingga
memungkinkan tumbuhnya solidaritas dan perasaan saling mendukung
untuk membantu sesama karyawan.
2.
Menambah media komunikasi yang mudah digunakan bagi karyawan,
seperti menyediakan kotak saran agar saran dan gagasan yang belum
tersampaikan kepada atasan dapat tetap tersalurkan.
80
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, hal yang dapat disimpulkan
adalah sebagai berikut :
a. Komunikasi efektif menurut persepsi karyawan PT Mitra Makmur Industri
terdiri dari pemahaman, kesenangan, perubahan sikap, memperbaiki
hubungan, dan tindakan. Komunikasi antara karyawan dengan atasan
maupun rekan kerja yang terjadi pada PT Mitra Makmur Industri sudah baik
dan efektif
b. Kinerja karyawan pada PT Mitra Makmur Industri dapat terlihat dari
kuantitas kerja, kualitas kerja, kejujuran, tanggung jawab, kehadiran dan
kerjasama. Kinerja karyawan pada PT Mitra Makmur Industri menurut
persepsi karyawan dinilai sudah baik.
c. Komunikasi yang efektif memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap kinerja karyawan.
2. Saran
Adapun saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Meningkatkan hubungan dan komunikasi antara karyawan dengan atasan
dan sesama karyawan dengan mengadakan kegiatan informal seperti
outbond atau family gathering.
b. Meningkatkan intensitas pertemuan formal antar unit kerja seperti rapat
terjadwal untuk mengevaluasi hasil kerja karyawan maupun organisasi.
Sehingga dapat tercipta komunikasi yang lebih baik dan terbuka.
c. Untuk selanjutnya dapat dilakukan penelitian mengenai variabel lain yang
dapat berdampak terhadap kinerja karyawan seperti, pengaruh quality of
work life (QWL) terhadap kinerja karyawan, dan juga pengaruh kepuasan
terhadap kinerja karyawan.
81
DAFTAR PUSTAKA
Bayuarga, M. 2005. Analisis Efektivitas Komunikasi Organisasi dan
Hubungannya dengan Kinerja Karyawan (Studi Kasus Cipta Grafika,
Karawang) [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Institut Pertanian Bogor
De Vito, J.A. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta (ID): Professional Books.
Dewi, S. 2007. Komunikasi Bisnis. Yogyakarta (ID): Andi.
Dharma, S. 2009. Manajemen Kinerja Falsafah Teori dan Penerapannya.
Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar.
Ghozali, I. 2008. Metode Alternatif dengan Partial Least Square (PLS).
Semarang (ID): Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hasibuan, MSP. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi Revisi). Jakarta
(ID): PT Bumi Aksara.
Istijanto. 2006. Riset Sumber Daya Manusia. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka
Utama.
Kasim, A. 1993. Pengukuran Efektivitas dalam Organisasi. Jakarta (ID): Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Kriyantono, R. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta (ID): Prenada
Media Grup.
Mangkunegara, A.P. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Bandung (ID): PT Remaja Rosdakarya.
Mangkunegara, A.P. 2009. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung (ID): PT Refika
Aditama.
Mangkuprawira, Tb. S dan A.V. Hubeis. 2007. Manajemen Mutu Sumber Daya
Manusia. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.
Muhammad, A. 2009. Komunikasi Organisasi. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Mulyana, D. 2000. Nuansa-nuansa Komunikasi: Meneropong Politik dan Budaya
Komunikasi Masyarakat Kontemporer. Bandung (ID):Remaja Rosdakarya.
Nawawi, H. 2006. Evaluasi dan Manajemen Kinerja di Lingkungan Perusahaan
dan Industri. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
O‟hair D, Gustav W, Friedrich, Lynda D. 2009. Strategic Communication In
Business and the Professions. Jakarta (ID): Prenada Media Grup.
82
Pangewa, M. 2004. Perilaku Keorganisasian. Jakarta (ID): Departemen
Pendidikan Nasional.
Prijanto, B. Agustin R.S, Fitriansyah Hambali. 2011. Pengaruh Efektivitas
Komunikasi dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Organisasi (Studi
Kasus: BEM-Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma Periode 2010PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra,
2011) [internet]. Prosiding
Arsitektur, Sipil)18-19 Oktober 2011. Depok (ID): Universitas
Gunadarma. hlm 27-32; [diunduh 2012 Des 9]. Tersedia pada:
http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/001.pdf
Purwanto, D. 2003. Komunikasi Bisnis. Jakarta (ID): Erlangga.
Rivai, V. 2004. Performance Appraisal. Jakarta (ID): Murai Kencana.
Rivai dan Sagala. 2009. Manajemen Sumberdaya Manusia untuk Perusahaan Dari
Teori ke Praktik. Jakarta (ID): PT Rajagrafindo Persada.
Robbins, S.P. 2003. Perilaku Organisasi. Jakarta (ID): PT Indeks.
Soedarsono, D.K. 2009. Sistem Manajemen Komunikasi-Teori, Model, dan
Aplikasi. Bandung (ID): Simbiosa Rekatama Media.
Sopiah. 2008. Perilaku Organisasional. Yogyakarta (ID): Andi.
Sutisna, A.D. 2007. Peran Komunikasi Antar Karyawan terhadap Motivasi
Karyawan di Perusahaan Menengah (Studi Kasus CV.ABC Cabang
Bogor) [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Tubbs, S. L dan S, Moss. 2001. Human Commmunication: Prinsip-Prinsip Dasar
Bandung (ID): PT Remaja Rosdakarya.
Umar, H. 2002. Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta (ID): PT Gramedia
Pustaka Utama.
Umar, H. 2005. Riset Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Jakarta (ID): PT
Gramedia Pustaka Utama.
Wursanto, Ig. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta (ID): Andi.
83
LAMPIRAN
84
Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara
A. KOMUNIKASI
1. Apakah komunikasi pada perusahaan merupakan hal yang penting bagi anda ?
2. Menurut Anda, apa saja peran komunikasi di perusahaan ?
3. Sebutkan media dan metode komunikasi yang Anda gunakan di PT MMI ?
4. Sebutkan media dan metode komunikasi yang biasa Anda gunakan di PT
MMI?
5. Apakah selama ini komunikasi anda dengan rekan kerja terjalin dengan baik ?
6. Apakah selama ini komunikasi anda dengan atasan terjalin dengan baik ?
7. Apa saja yang menjadi hambatan/masalah saat Anda berkomunikasi dengan
atasan Anda ?
8. Apa saja yang menjadi hambatan/masalah saat Anda berkomunikasi dengan
rekan kerja Anda ?
9. Menurut anda, apa saja faktor-faktor yang menyebabkan komunikasi dapat
berjalan dengan baik / efektif ?
10. Apakah selama ini anda puas dengan informasi yang diterima ?
11. Apakah informasi/pesan yang diterima sesuai dengan kebutuhan anda ?
12. Apakah anda dilibatkan dalam proses pembuatan keputusan ?
13. Apakah anda bebas mengajukan pendapat/saran/ide/gagasan ?
14. Apakah atasan suka memberi motivasi/dukungan terhadap anda?
15. Apakah rekan kerja anda suka memberi motivasi/dukungan terhadap anda?
16. Apakah anda pernah memiliki masalah dengan atasan/rekan kerja?
17. Bagaimana perasaan anda ketika berkomunikasi dengan atasan/karyawan yang
jabatannya lebih tinggi?
B. KINERJA
1. Bagaimana kinerja anda selama ini di perusahaan ?
2. Apakah selama ini anda mendapat kesulitan dalam bekerja?
3. Siapa yang biasa anda minta untuk membantu masalah pekerjaan anda?
4. Apakah selama ini atasan membantu masalah pekerjaan anda ?
5. Apakah anda pernah melakukan kesalahan dalam bekerja ?
6. Apa yang menyebabkan kinerja anda meningkat ?
7. Apa yang menyebabkan kinerja anda menurun ?
85
Lanjutan Lampiran 1.
8. Apakah anda merasa aman dan nyaman dalam melakukan pekerjaan?
9. Faktor-faktor apa saya yang membuat anda semangat dalam bekerja?
10.Apakah komunikasi yang terjalin dengan baik antara anda dengan atasan/rekan
kerja memberikan pengaruh terhadap kinerja anda di perusahaan ?
86
Lampiran 2. Kuesioner penelitian karyawan
KUESIONER PENELITIAN
ANALISIS PENGARUH KOMUNIKASI YANG EFEKTIF TERHADAP
KINERJA KARYAWAN PT MITRA MAKMUR INDUSTRI
Dengan Hormat,
Dalam rangka menyelesaikan studi akhir dari Departemen Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, diperlukan dukungan dari
Bapak/Ibu/Sdr/i untuk mengisi kuesioner ini. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh komunikasi yang efektif terhadap kinerja karyawan PT
Mitra Makmur Industri. Informasi yang Bapak/Ibu/Sdr/i berikan dijamin
kerahasiaannya. Kuesioner ini hanya digunakan untuk penelitian dan kepentingan
akademik, jawaban yang diberikan
tidak berpengaruh terhadap penilaian
kinerja Bapak/Ibu/Sdr/i.
Atas perhatian dan kerja sama Bapak/Ibu/Sdr/i, diucapkan terimakasih.
Adinda Citra K
NRP : H24097004
BAGIAN 1. DATA RESPONDEN
Petunjuk pengisian: Lengkapi data diri Bapak/Ibu/Sdr/Sdri di bawah ini dan
berilah tanda silang (X) pada pilihan a, b, c atau d.
1. Jabatan/Divisi
:………………………………………
2. Jenis kelamin
: a. Laki-laki
3. Pendidikan terakhir : a.
SMP
d. S1
4. Usia
b.Perempuan
b. SMA
c. Diploma
e. S2
: a. <20 tahun b. 20-25 tahun c. 26-40 tahun
d. >40 tahun
5. Lamanya bekerja
: a. <1 tahun
d. >10 tahun
b. 1-5 tahun
c. 6-10 tahun
87
Lanjutan Lampiran 2.
BAGIAN 2.
Petunjuk Pengisian :
Mohon diisi dengan member tanda checklist (√) untuk setiap pertanyaan yang
sesuai dengan persepsi Anda pada kolom jawaban yang tersedia.
Keterangan Jawaban :
TP = Tidak Pernah
JR = Jarang SR = Sering SL = Selalu
A. KOMUNIKASI EFEKTIF
PEMAHAMAN
No
Pernyataan
1.
Saya
memahami
perintah/instruksi
disampaikan oleh atasan secara lisan.
yang
2.
Saya
memahami
perintah/intruksi
disampaikan oleh atasan secara tulisan.
yang
3.
Saya memahami informasi tentang prosedur kerja
yang disampaikan oleh atasan secara lisan.
4.
Saya memahami informasi tentang prosedur kerja
yang disampaikan oleh atasan secara tulisan.
5.
Atasan saya memberikan umpan balik/respon
terhadap laporan yang saya sampaikan .
6.
Saya memahami pesan/informasi yang diberikan
oleh rekan kerja.
7.
Rekan kerja memberikan umpan balik/respon
terhadap pesan/informasi yang saya sampaikan.
TP
JR
SR
SL
(1)
(2)
(3)
(4)
TP
JR
SR
SL
(1)
(2)
(3)
(4)
KESENANGAN
No
Pernyataan
8.
Saya merasa senang saat berkomunikasi dengan
atasan.
9.
Atasan saya memberikan perintah/intruksi dalam
keadaan emosi yang stabil (tidak marah-marah).
10.
Saya merasa senang ketika berkomunikasi dengan
rekan kerja.
88
Lanjutan Lampiran 2.
SIKAP
No
11.
12.
Pernyataan
Informasi/pesan yang disampaikan oleh atasan
memberikan pengaruh terhadap perubahan sikap
saya.
JR
SR
SL
TP
JR
SR
SL
TP
JR
SR
SL
Rekan kerja saya memberikan pengaruh terhadap
perubahan sikap.
HUBUNGAN
No
Pernyataan
13. Hubungan saya dengan atasan terjalin baik.
14.
Hubungan saya dengan rekan kerja terjalin baik.
15.
Saya memiliki kepercayaan yang tinggi kepada
atasan dalam mendiskusikan masalah yang
menyangkut dengan pekerjaan.
16.
Saya memiliki kepercayaan yang tinggi kepada
atasan dalam mendiskusikan masalah yang tidak
menyangkut dengan pekerjaan.
17.
Saya memiliki kepercayaan yang tinggi kepada
rekan kerja dalam mendiskusikan masalah yang
menyangkut dengan pekerjaan.
18.
Saya Saya memiliki kepercayaan yang tinggi
kepada rekan kerja dalam mendiskusikan masalah
yang tidak menyangkut dengan pekerjaan.
TINDAKAN
No
Pernyataan
19. Saya akan langsung bertindak ketika atasan
memberikan perintah.
20.
TP
Saya segera memperbaiki kesalahan
mendapatkan kritik/masukan rekan kerja.
apabila
89
Lanjutan Lampiran 2.
B. KINERJA
KUANTITAS KERJA
No
Pernyataan
1.
Saya menyelesaikan tugas sesuai permintaan
(target) PT MMI
2.
Saya mampu menyelesaikan
permintaan (target) PT MMI
3.
Saya melakukan kesalahan dalam bekerja
4.
Saya menggunakan fasilitas/peralatan
disediakan PT MMI seperlunya agar
memboroskan pengeluaran perusahaan.
tugas
TP
JR
SR
SL
TP
JR
SR
SL
TP
JR
SR
SL
melebihi
yang
tidak
KUALITAS KERJA
No
Pernyataan
5. Saya menyelesaikan tugas dengan benar dan tepat
6.
Saya menyelesaikan tugas dengan teliti
7.
Saya mampu memperbaiki tugas yang belum sesuai
8.
Hasil pekerjaan saya di atas standar kualitas PT
MMI
KEJUJURAN
No
Pernyataan
9.
Saya melaporkan hasil kerja kepada atasan menurut
keadaan yang sebenarnya.
10.
Saya berkata sesuai dengan keadaan sebenarnya
saat memberikan pesan/informasi kepada rekan
kerja
11.
Saya berani berterus terang bila melakukan
kesalahan dalam bekerja.
12.
Saya akan mengatakan kurang paham ketika ada
instruksi pekerjaan yang tidak saya pahami.
90
Lanjutan Lampiran 2.
TANGGUNG JAWAB
No
Pernyataan
13. Saya menaati peraturan yang ditetapkan PT MMI
14.
Saya berani menanggung risiko dari keputusan yang
diambil atau tindakan yang dilakukan.
15.
Saya melemparkan kesalahan yang dibuat sendiri
kepada orang lain.
16.
Saya tetap bekerja, walaupun tidak ada atasan.
17.
Saya memelihara dan menjaga peralatan kerja dari
kerusakan/hilang.
KEHADIRAN
No
Pernyataan
18. Saya datang bekerja sesuai dengan jam kerja yang
ditetapkan manajemen PT MMI.
19.
Saya pulang bekerja sesuai dengan jam kerja yang
ditetapkan manajemen PT MMI.
20.
Ketika jadwal kerja belum selesai, saya tidak akan
pulang, walaupun pekerjaan saya telah selesai
21.
Saya berhenti mengerjakan tugas pada waktu
istirahat
22.
Saya tidak meninggalkan tugas, kecuali untuk
keperluan PT MMI
KERJASAMA
No
Pernyataan
23. Saya menghargai masukan/pendapat orang lain
24.
Saya meminta ide dan pendapat untuk membatu
kesulitan mengerjakan tugas/pekerjaan
25.
Saya suka bekerja dengan orang lain dalam satu tim
daripada bekerja sendirian.
26.
Saya memberikan dorongan dan semangat kepada
rekan kerja
27.
Bekerjasama dapat meringankan beban pekerjaan.
TP
JR
SR
SL
TP
JR
SR
SL
TP
JR
SR
SL
91
Lampiran 3. Uji validitas
Pemahaman
Keterangan
A1
Pearson Correlation
.788**
A2
Pearson Correlation
.729**
A3
Pearson Correlation
.546**
A4
Pearson Correlation
.664**
A5
Pearson Correlation
.542**
A6
Pearson Correlation
.793**
A7
Pearson Correlation
.696**
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
Kesenangan
Keterangan
A8
Pearson Correlation
.855**
A9
Pearson Correlation
.784**
A10
Pearson Correlation
.571**
VALID
VALID
VALID
Sikap
Keterangan
A11
Pearson Correlation
.720**
A12
Pearson Correlation
.837**
VALID
VALID
Hubungan
Keterangan
A13
Pearson Correlation
.741**
A14
Pearson Correlation
.708**
A15
Pearson Correlation
.742**
A16
Pearson Correlation
.511**
A17
Pearson Correlation
.733**
A18
Pearson Correlation
.571**
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
VALID
92
Lanjutan Lampiran 3.
Tindakan
Keterangan
A19
Pearson Correlation
.685**
A20
Pearson Correlation
.811**
VALID
VALID
Kuantitas kerja
Keterangan
B1
Pearson Correlation
.577**
B2
Pearson Correlation
.742**
B3
Pearson Correlation
.720**
B4
Pearson Correlation
.776**
VALID
VALID
VALID
VALID
Kualitas kerja
Keterangan
B5
Pearson Correlation
.795**
B6
Pearson Correlation
.803**
B7
Pearson Correlation
.547**
B8
Pearson Correlation
.793**
VALID
VALID
VALID
VALID
Kejujuran
Keterangan
B9
Pearson Correlation
.868**
B10
Pearson Correlation
.810**
B11
Pearson Correlation
.783**
B12
Pearson Correlation
.738**
VALID
VALID
VALID
VALID
Tanggung jawab
Keterangan
B13
Pearson Correlation
.736**
B14
Pearson Correlation
.622**
B15
Pearson Correlation
.795**
B16
Pearson Correlation
.645**
B17
Pearson Correlation
VALID
VALID
VALID
VALID
.794**
VALID
93
Lanjutan Lampiran 3.
Kehadiran
Keterangan
B18
Pearson Correlation
.668**
B19
Pearson Correlation
.607**
B20
Pearson Correlation
.770**
B21
Pearson Correlation
.793**
B22
Pearson Correlation
VALID
VALID
VALID
VALID
.685**
Kerja sama
VALID
Keterangan
B23
Pearson Correlation
.760**
B24
Pearson Correlation
.833**
B25
Pearson Correlation
.744**
B26
Pearson Correlation
.812**
B27
Pearson Correlation
VALID
VALID
VALID
VALID
.709**
VALID
94
Lampiran 4. Uji reliabilitas
Uji Reliabilitas Komunikasi Efektif
Case Processing Summary
Cases
Valid
Excluded(
a)
Total
N
%
34
100.0
0
.0
34
100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.875
20
Item Statistics
A1
Mean
3.15
Std. Deviation
.744
N
34
A2
2.91
.933
34
A3
3.24
.741
34
A4
3.06
.736
34
A5
2.74
.963
34
A6
3.15
.744
34
A7
3.00
.739
34
A8
3.00
.816
34
A9
2.29
.906
34
A10
3.32
.589
34
A11
3.24
.699
34
A12
2.62
.888
34
A13
3.44
.660
34
A14
3.47
.563
34
A15
3.12
.880
34
A16
2.29
.836
34
A17
2.65
.812
34
A18
2.32
.727
34
A19
3.59
.609
34
A20
3.24
.741
34
95
Lanjutan Lampiran 4.
Uji Reliabilitas Kinerja
Case Processing Summary
Cases
Valid
Excluded(
a)
Total
N
%
34
100.0
0
.0
34
100.0
a Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
.863
27
Item Statistics
Mean
Std. Deviation
N
B1
3.35
.734
34
B2
2.62
.697
34
B3
3.97
.521
34
B4
2.50
1.135
34
B5
3.32
.475
34
B6
3.29
.462
34
B7
3.12
.686
34
B8
2.79
.845
34
B9
3.56
.504
34
B10
3.56
.504
34
B11
3.44
.504
34
B12
3.09
.753
34
B13
3.47
.563
34
B14
3.41
.743
34
B15
4.85
.500
34
B16
3.50
.564
34
B17
3.62
.493
34
B18
3.35
.646
34
B19
3.41
.609
34
B20
3.21
.729
34
B21
3.06
.952
34
B22
2.88
.769
34
B23
3.44
.561
34
B24
3.21
.729
34
B25
3.24
.699
34
B26
3.03
.797
34
B27
3.53
.563
34
96
Lampiran 5. Hasil outer loadings model pengaruh komunikasi efektif
terhadap kinerja
KINERJA
A1
A10
A12
A13
A14
A15
A17
A20
A5
A6
A7
A8
B10
B11
B13
B16
B17
B2
B23
B24
B25
B26
B5
B8
B9
0.684785
0.722038
0.551532
0.697145
0.852576
0.635131
0.775972
0.691625
0.531025
0.779942
0.521356
0.760428
0.714312
KOMUNIKASI
0.616748
0.657761
0.540543
0.859568
0.791463
0.624507
0.740643
0.629176
0.518935
0.756767
0.772622
0.746649
97
Lampiran 6. Hasil cross loadings model pengaruh komunikasi efektif
terhadap kinerja
A1
A10
A12
A13
A14
A15
A17
A20
A5
A6
A7
A8
B10
B11
B13
B16
B17
B2
B23
B24
B25
B26
B5
B8
B9
KOMUNIKASI
0.616748
0.657761
0.540543
0.859568
0.791463
0.624507
0.740643
0.629176
0.518935
0.756767
0.77262
0.746649
0.593775
0.722038
0.421401
0.503107
0.666781
0.414648
0.685237
0.649815
0.342182
0.650384
0.518753
0.565522
0.605625
KINERJA
0.524
0.455605
0.368545
0.720212
0.667125
0.570683
0.718014
0.437579
0.455772
0.590771
0.593405
0.727334
0.684785
0.745063
0.551532
0.697145
0.852576
0.635131
0.775972
0.691625
0.531025
0.779942
0.521356
0.760428
0.714312
98
Lampiran 7. Bootsrapping model pengaruh komunikasi efektif terhadap
kinerja
Total Effects
Original
Sample
(O)
komunikasi
kinerja
Sample
Mean (M)
0.841118 0.848938
Standard
Deviation
(STDEV)
Standard
Error
(STERR)
T
Statistics
(|O/STERR|)
0.01755
0.01755
47.927213
Outer Weights
Original
Sample
(O)
Sample
Mean (M)
Standard Standard
Deviation Error
(STDEV) (STERR)
T Statistics
(|O/STERR|)
A1
<- 0.108764
komunikasi
0.10697
0.00969
0.00969
11.224698
A10
<- 0.094568
komunikasi
0.09415
0.013472
0.013472
7.019326
A12
<- 0.076497
komunikasi
0.075378
0.01672
0.01672
4.575122
A13
<- 0.149491
komunikasi
0.149137
0.009832
0.009832
15.20404
A14
<- 0.138472
komunikasi
0.138073
0.012607
0.012607
10.983832
A15
<- 0.118453
komunikasi
0.118932
0.013185
0.013185
8.984232
A17
<- 0.149034
komunikasi
0.148687
0.011233
0.011233
13.267088
A20
<- 0.090826
komunikasi
0.092069
0.012593
0.012593
7.21242
A5
<- 0.094602
komunikasi
0.092448
0.015072
0.015072
6.276536
A6
<- 0.122623
komunikasi
0.122005
0.009588
0.009588
12.789349
A7
<- 0.12317
komunikasi
0.123285
0.011411
0.011411
10.794209
A8
<- 0.150969
komunikasi
0.150245
0.011282
0.011282
13.381165
99
Lanjutan Lampiran 7.
B10 <kinerja
B11 <kinerja
B13 <kinerja
B16 <kinerja
B17 <kinerja
B2 <kinerja
B23 <kinerja
B24 <kinerja
B25 <kinerja
B26 <kinerja
B5 <kinerja
B8 <kinerja
B9 <kinerja
Original
Sample
(O)
Sample
Mean (M)
Standard
Deviation
(STDEV)
Standard
Error
(STERR)
T Statistics
(|O/STERR|)
0.115011
0.114177
0.010782
0.010782
10.666713
0.144314
0.14314
0.012595
0.012595
11.457799
0.081623
0.081075
0.019214
0.019214
4.24817
0.097449
0.097638
0.009872
0.009872
9.870774
0.129151
0.128376
0.010991
0.010991
11.750319
0.080315
0.078018
0.012098
0.012098
6.638857
0.132726
0.132787
0.01207
0.01207
10.996806
0.125865
0.12596
0.012248
0.012248
10.27632
0.066279
0.066666
0.017541
0.017541
3.778539
0.125975
0.12551
0.008824
0.008824
14.276246
0.100479
0.098454
0.014245
0.014245
7.053464
0.109538
0.109046
0.009335
0.009335
11.733912
0.117306
0.116333
0.013107
0.013107
8.949654
100
Lanjutan Lampiran 7.
Outer loadings
Original
Sample
(O)
Sample
Mean (M)
Standard
Deviation
(STDEV)
Standard
Error
(STERR)
T Statistics
(|O/STERR|)
A1 <- kom
0.616748
0.613921
0.061583
0.061583
10.014929
A10 <- kom
0.657761
0.659355
0.08888
0.08888
7.40056
A12 <- kom
0.540543
0.531323
0.099025
0.099025
5.458663
A13 <- kom
0.859568
0.86046
0.021234
0.021234
40.480723
A14 <- kom
0.791463
0.789528
0.044945
0.044945
17.609515
A15 <- kom
0.624507
0.626685
0.065883
0.065883
9.479052
A17 <- kom
0.740643
0.738805
0.039988
0.039988
18.521789
A20 <- kom
0.629176
0.633684
0.072357
0.072357
8.695478
A5 <- kom
0.518935
0.508228
0.086611
0.086611
5.991593
A6 <- kom
0.756767
0.757304
0.044282
0.044282
17.08983
A7 <- kom
0.77262
0.772718
0.037357
0.037357
20.681802
A8 <- kom
0.746649
0.744486
0.048404
0.048404
15.425212
B10 <- kin
0.684785
0.68522
0.054284
0.054284
12.614858
B11 <- kin
0.722038
0.727802
0.044459
0.044459
16.240357
B13 <- kin
0.551532
0.54808
0.114388
0.114388
4.821611
B16 <- kin
0.697145
0.700421
0.05228
0.05228
13.334929
B17 <- kin
0.852576
0.852698
0.026603
0.026603
32.047863
B2 <- kin
0.635131
0.622825
0.06792
0.06792
9.351211
B23 <- kin
0.775972
0.77768
0.04821
0.04821
16.095568
B24 <- kin
0.691625
0.691269
0.049986
0.049986
13.836261
B25 <- kin
0.531025
0.529988
0.082979
0.082979
6.399526
B26 <- kin
0.779942
0.78041
0.043574
0.043574
17.899104
B5 <- kin
0.521356
0.522812
0.075339
0.075339
6.920143
B8 <- kin
0.760428
0.757227
0.044987
0.044987
16.90328
B9 <- kin
0.714312
0.711903
0.053009
0.053009
13.47534
101
Lampiran 8. Produk AMDK YASMIN
102
Lampiran 9. Struktur Organisasi PT Mitra Makmur Industri
DIREKTUR UTAMA
MANAJER
OPERASIONAL
BAGIAN
PENJUALAN
BAGIAN
KEUANGAN
STAFF
STAFF
BAGIAN
GUDANG
BAGIAN
PRODUKSI
MEKANIK
STAFF
DRIVER
operasional
HELPER
Download