Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Keseimbangan Pasokan-Permintaan Fungsi permintaan adalah suatu fungsi yang menggambarkan seberapa banyak suatu barang akan dibeli pada berbagai alternatif harga barang yang bersangkutan, harga barang-barang lain yang berkaitan, pada berbagai tingkat pendapatan, dan nilai dari berbagai variabel lain yang mempengaruhi permintaan. Fungsi pasokan adalah suatu fungsi yang menggambarkan seberapa banyak suatu barang akan dihasilkan pada berbagai harga, pada berbagai harga input, dan berbagai nilai dari variabel-variabel lain yang mempengaruhi pasokan (Baye, 2006). Pada saat harga sebesar PL (kuantitas pasokan dan permintaan sebesar Q0 dan Q1), akan terjadi kelebihan permintaan (excess demand/shortage). Kondisi yang demikian akan mendorong harga untuk naik. Pada saat harga sebesar PM (kuantitas pasokan dan permintaan sebesar Q1 dan Q0), akan terjadi kelebihan pasokan (excess supply). Kondisi yang demikian akan mendorong harga untuk turun. Interaksi antara pasokan dan permintaan pada akhirnya menentukan suatu harga kompetitif, sehingga tidak ada lagi baik kekurangan maupun kelebihan barang (Baye, 2006). Kondisi yang demikian disebut kondisi keseimbangan pasokan-permintaan. Harga dan kuantitas yang dihasilkan pada kondisi ini disebut harga dan kuantitas keseimbangan (Pe dan Qe pada Gambar II.1). 6 Price S F PH G Surplus Pe PL B A D Qe Q0 Quantity Q1 Gambar II.1 Kuantitas dan Harga dalam Kurva Keseimbangan Pasokan–Permintaan (Baye, 2006) II.2 Surplus Konsumen (Consumer’s Surplus) dan Social Payoff Sesuai dengan hukum permintaan, kesediaan/kesanggupan konsumen untuk membayar akan turun dengan semakin bertambahnya unit barang yang dikonsumsi (Baye, 2006). rendahnya. Konsumen menginginkan harga suatu komoditas yang serendah- Gambar II.2 menunjukkan kurva permintaan untuk konsumsi suatu barang. Price P 5 P 4 (CS) P 3 A P 2 P 1 0 Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 5 Quantity Gambar II.2 Kurva Permintaan dan Consumer’s Surplus (Baye, 2006) 7 Kesanggupan konsumen membayar sejumlah barang yang dikonsumsi ditunjukkan oleh luasan area di bawah kurva permintaan dengan sumbu koordinat. Untuk permintaan barang sebesar Q2, konsumen akan bersedia membayar sejumlah luasan 0Q2AP5. Pada kenyataannya, untuk permintaan barang sebesar Q2, konsumen hanya dikenakan biaya sebesar luasan 0Q2AP 3. Selisih nilai (0Q2AP5 – 0Q2AP3) adalah surplus yang diterima oleh konsumen, tanpa harus membayar. Nilai dimana konsumen dapatkan dari suatu barang tanpa harus membayarnya disebut surplus konsumen (Baye, 2006). Besarnya surplus konsumen ditunjukkan oleh luasan area P3AP5 dalam Gambar II.2. Samuelson (1952) memberikan istilah social payoff untuk menggantikan istilah surplus konsumen. Social payoff adalah luasan area di bawah kurva kelebihan pasokan (di bawah kurva excess supply tetapi berlawanan tanda aljabar) seperti ditunjukkan pada Gambar II.3. Untuk kasus 2 wilayah (negara), terjadinya kelebihan pasokan dan perbedaan harga diantara dua wilayah (negara) menyebabkan aliran ekspor sebesar nilai kelebihan pasokan (E12) tersebut. Social payoff akan dialami baik oleh negara pengekspor/produsen (kelebihan pasokan – ES1) maupun negara pengimpor/konsumen (kelebihan pasokan negatif – ES2) sebesar luasan area excess supply (integral kurva excess supply). Kurva NN adalah jumlahan secara vertikal (selisih) antara kurva ES1 dan ES2 dengan kurva biaya WXYZ berpotongan di titik F. Net social payoff adalah total nilai social payoff (produsen dan konsumen) setelah dikurangi dengan total biaya transportasi (luasan YFG = A1JJ’ + A2KK’). 8 ES2 P1, P 2 ES 1 A2 K K' N J' J A1 G ES2 ES1 F Y E21 E 12 0 W X Z M E12 E 21 N Gambar II.3. Social Payoff Komoditas Tunggal Dua Wilayah (Samuelson, 1952) Willett (1983) memberikan definisi net social payoff sebagai jumlahan consumer’s surplus dan producer’s surplus yang lebih kecil dari total biaya transportasi untuk terjadinya aliran komoditas. Model diterapkan untuk komoditas tunggal dan banyak komoditas. Nolte (2007) menggunakan fungsi obyektif maksimisasi net social payoff dengan dua pendekatan: aliran komoditas bilateral (dengan kebijakan-kebijakan tarif yang berlaku) dan asumsi barang yang homogen. Keluaran model berupa harga, produksi, dan permintaan yang disimulasikan dengan 4 skenario yaitu skenario dasar (baseline scenario), persetujuan WTO (WTO agreement), liberalisasi Uni Eropa (EU liberalization), dan liberalisasi penuh(full liberalization). 9 II.3 Inventori Penyangga (Buffer Stocks) Inventori penyangga adalah inventori yang digunakan untuk mengantisipasi kelangkaan (shortage) pasokan barang atau untuk meredam fluktuasi permintaan yang bersifat random (Bahagia, 2006). Fungsi-fungsi dasar dari inventori penyangga yang demikian adalah menyimpan sejumlah tertentu komoditas pada perioda booming ketika harga rendah, dan melepaskan sejumlah komoditas yang tersimpan pada perioda tertentu dimana terjadi kelangkaan ketika harga tinggi (Athanasiou, et al. , 2007). Kelangkaan barang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kuantitas permintaan dan kuantitas pasokan, yang menyebabkan ketidakstabilan harga. Rencana buffer stock dapat mengatasi kelangkaan barang tersebut. Menurut Massell (1969) dalam Hallwood, et al. (1980), tujuan buffer stock adalah untuk memaksimumkan benefit neto yang diharapkan (expected net benefit) dari pihak yang terlibat dalam rencana buffer stock. II.4 Price band Dengan price band batas-batas atas dan bawah ditetapkan untuk harga domestik, sementara harga internasional berlaku jika berada pada kisaran price band tersebut. Ketika harga internasional berada di bawah batas bawah, tarif dikenakan untuk menaikkan harga ke batas bawah tersebut, sementara jika harga internasional melebihi batas atas, subsidi dibuat untuk menurunkan harga ke batas atas tersebut (Coleman, et al., 1991). Cara lain perhitungan price band adalah dengan menghilangkan sejumlah harga tertinggi dan terendah dari data harga-harga masa lalu (misalnya harga bulanan selama perioda 5 tahun). Jangkauan antara harga tertinggi dan terendah dari data harga yang tersisa dijadikan batas atas dan batas bawah dari price band (Coleman, et al., 1991). 10 II.5 Spatial Equilibrium dan Inter Regional Trade Flows Keseimbangan harga dalam suatu pasar persaingan ditentukan oleh interaksi-interaksi dari seluruh pembeli dan penjual di pasar. Harga dari suatu barang dalam pasar persaingan ditentukan oleh interaksi dari pasokan dan permintaan pasar komoditas (Baye, 2006). Masalah umum dalam spatial equilibrium berasumsi bahwa produksi dan konsumsi muncul dalam berbagai lokasi yang dipisahkan secara spasial, yang dihubungkan melalui suatu jaringan transportasi (Pompermayer, et al., 2007). Masalah selanjutnya adalah menentukan harga-harga pasokan, harga-harga permintaan, dan aliran-aliran komoditas, yang memenuhi kondisi-kondisi keseimbangan: harga permintaan sama dengan harga pasokan ditambah biaya transportasi, jika ada hubungan diantara pasarpasar pasokan dan permintaan (Pompermayer, et al., 2007). II.6 Model Referensi II.6.1 Model Spatial Price Equilibrium Samuelson (1952) Model Samuelson (1952) adalah model dasar spatial price equilibrium. Untuk kasus dua negara dengan komoditas tunggal, terjadinya inter regional trade flows (aliran komoditas antar wilayah) disebabkan oleh perbedaan harga antarnegara. Komoditas mengalir dari negara 1 dengan harga rendah ( P1 ) ke negara 2 dengan harga tinggi ( P2 ) dengan sejumlah ongkos transportasi ( T12 ) seperti pada persamaan (II.1). ………………………………..……………....……. P2 P1 T12 (II.1) Kuantitas komoditas yang mengalir (yang diekspor) sebesar nilai excess supply (kelebihan pasokan, E12 ). Ukuran kinerja dari model Samuelson (1952) adalah maksimisasi net social payoff (NSP), yaitu penjumlahan social payoff (surplus konsumen, s1 x dan s 2 x ) dari kedua negara dikurangi dengan ongkos transportasi (II.2). NSP E12 0 s1 x dx E12 0 s2 x dx T12 E12 11 ………..……………....……. (II.2) Keluaran model adalah kuantitas komoditas yang diekspor dari negara yang memiliki kelebihan pasokan ke negara yang mengalami kekurangan pasokan. II.6.2 Model Buffer Stocks Athanasiou, et al. (2007) Model Athanasiou, et al. (2007) membahas intervensi pasokan pemerintah dalam bentuk buffer stock untuk menstabilkan harga. Pemerintah membeli atau menjual sejumlah komoditas ( Gt ) untuk mencapai kondisi keseimbangan pasokanpermintaan. Persamaan fungsi pasokan dan permintaan berbentuk linier (II.3 dan II.4). Untuk perioda t + 1, besarnya pasokan adalah nilai maksimum dari 0 dengan nilai minimum dari kuantitas pasokan maksimum ( S M ) dengan kuantitas pasokan hasil perhitungan. Dt 1 a bPt 1; a, b 0 S t 1 c dPt 1 ; c, d 0 max 0; min S M ;c dPt 1 ; c, d , S M 0 ………..……………....……. (II.3) ………..……………....……. (II.4) Besarnya stok pemerintah pada perioda t + 1 ( Qt 1 ) sama dengan inventori pemerintah pada perioda t ( Qt ) dikurangi dengan kuantitas komoditas yang dilepas ke pasar, Gt (II.5). ………..……………....……. Qt 1 Qt Gt (II.5) Persamaan ini menunjukkan posisi stok yang ada di pemerintah untuk operasi stabilisasi harga pada perioda tersebut. Hubungan antara kuantitas permintaan, penawaran, dan kuantitas komoditas yang dilepas pemerintah ditunjukkan pada persamaan (II.6). Persamaan ini menunjukkan adanya intervensi pemerintah dalam bentuk pembelian komoditas ( Gt 0 ) dan menyimpannya untuk perioda t + 1. Intervensi pemerintah dalam bentuk penjualan komoditas ( Gt 0 ) ketika terjadi excess demand (kelebihan permintaan). 12 ………..……………....……. Dt 1 S t 1 Gt (II.6) Harga komoditas pada perioda t + 1 ditentukan dengan persamaan (II.7). Harga ini merupakan harga aktual komoditas setelah adanya intervensi pemerintah. keseimbangan ditentukan dengan persamaan (II.8). Harga Dalam model ini untuk menghindari kasus tidak ada produksi, maka digunakan P O a c / b d . c a b jika Pt 1 d c c SM a c dPt 1 Pt 1 jika Pt 1 b d d a S M ad bc jika S M bd b ………..……………....……. (II.7) a b jika ad bc ad bc a c O P jika S M dan ad bc bd b d a S M ad bc jika S M bd b ………..……………....……. (II.8) Kuantitas intervensi pemerintah ditentukan dengan persamaan (II.9). Persamaan ini akan membawa kuantitas komoditas yang ada di pasar pada perioda t + 1 ( S t 1 Gt ) mendekati kuantitas pasokan seimbang ( S O ). Ini yang disebut kebijakan Keep Supply at Equilibrium (KSE). Gt min Qt ; max S O S t 1 ; Qt Q M ad bc bd ac PO bd SO ………..……………....……. 13 (II.9) II.6.3 Model Spatial Price Equilibrium (SPE) Nolte (2007) Model Nolte (2007), mengembangkan model dasar spatial price equilibrium (SPE) Samuelson (1952) dengan fungsi obyektif maksimisasi net social payoff untuk komoditas gula pasir. Model disimulasikan dengan menggunakan 4 skenario: Skenario Dasar, Kesepakatan Dengan WTO, Liberalisasi Uni Eropa, dan Liberalisasi Penuh. Model dipakai untuk memecahkan masalah satu komoditas dan banyak wilayah (single commodity and multi regions). Model SPE Nolte (2007) diformulasikan menjadi Mixed Complementarity Problem (MCP) dan dipecahkan dengan software PATH Solver. Pasokan komoditas dari negara pengekspor, S j adalah linier dengan elastisitas harga ε (II.10), besarnya tidak boleh melebihi kuota produksi di negara tersebut, quota j (II.11). S quota S j Max 0, . PS j j ………..……………....……. (II.10) ………..……………....……. (II.11) j Kuantitas permintaan di negara i, Di maksimum sama dengan kuantitas komoditas yang mengalir dari negara j ke negara i berdasarkan skenario sch, X sch.i. j (II.12). Di X sch , j ,i sch j ………..……………....……. (II.12) Kuantitas pasokan di negara pengekspor j minimum sama dengan kuantitas aliran komoditas dari negara j ke negara i berdasarkan skenario sch, X sch.i. j (II.13). S j X sch ,i , j sch i ………..……………....……. (II.13) Kuantitas komoditas yang mengalir dari negara j ke negara i pada skenario sch maksimum sama dengan kuantitas kuota perlindungan impor (tariff rate quota) skenario sch negara j ke negara i, trq sch . j.i (II.14) X sch , j , i trq sch , j ,i ………..……………....……. (II.14) 14 Persamaan-persamaan (II.11, II.12, II.13, dan II.14) menunjukkan persyaratanpersyaratan terjadinya aliran komoditas (inter regional trade flows). Syarat terjadinya aliran komoditas juga ditunjukkan oleh persamaan (II.15). Aliran komoditas (ekspor-impor) terjadi jika harga di negara pengekspor, PS j ditambah dengan biaya-biaya yang terkait di dalamnya melebihi harga di negara pengimpor, PDi . Biaya-biaya yang terkait dalam model ini adalah: 1 PSH j = Ongkos rental untuk kuota produksi 2 PQ sch . j.i = Ongkos sewa untuk TRQ 3 exw _ fas j = Ongkos transportasi dari pabrik ke pelabuhan 4 loading j , unloading j = Ongkos bongkar muat kapal 5 freight j .i = Ongkos pengiriman kapal 6 tc sch = Ongkos-ongkos transaksi 7 exssch . j .i = Subsidi ekspor 8 tar _ av sch. j .i = Tarif ad valorem 9 tar _ sp sch . j.i = Tarif khusus inl _ transporti = Ongkos-ongkos transportasi dari pelabuhan atau 10 pabrik ke pasar grosir PS j PSH j PQ sch , j , i exw _ fas j loading j freight j , i tc ex _ sub sch j ,i * 1 tar _ av sch , j , i tar _ sp sch , j , i unloading inld _ transport i PD i i ………..……………....……. (II.15) Keluaran atau variabel keputusan model ini adalah harga, produksi, dan permintaan komoditas gula di seluruh negara yang diteliti (Lampiran 1). Nilai seluruh variabel 15 keputusan dapat dibandingkan diantara keempat skenario yang diteliti. Dalam model ini dapat dilihat kemungkinan aliran komoditas dari negara surplus ke negara defisit. II.6.4 Model Buffer Stocks Sutopo, et al. (2008) Model Sutopo, et al. (2008), membahas tentang buffer stocks untuk menstabilkan harga komoditas gula. Pemerintah melakukan intervensi pasar dalam bentuk pembelian komoditas pada saat terjadi kelebihan pasokan (perioda panen) dan melakukan operasi pasar dengan menjualnya pada saat terjadi kekurangan pasokan (perioda tanam). Model ini dipakai untuk menyelesaikan masalah single commodity and single region (satu komoditas dan satu wilayah) dengan memperhatikan intervensi pemerintah dalam bentuk kebijakan price band dan buffer stocks. Model diterapkan untuk horizon waktu 4 perioda (1 = awal musim panen, 2 = akhir musim panen, 3 = awal musim tanam, dan 4 = akhir musim tanam), yang dapat merepresentasikan kuantitas ketersediaan komoditas di pasar. Model Sutopo, et al. ini mengembangkan model Athanasiou, et al. (2007). Fungsi tujuan dari model ini adalah minimisasi total biaya dari produsen, konsumen, dan pemerintah. Produsen mengeluarkan biaya untuk komoditas yang diproduksinya selama perioda awal dan akhir panen (direpresentasikan oleh ongkos penjualan, p 0 ). Produsen menjual komoditas dengan harga pasar tanpa intervensi pemerintah ( p f ) pada perioda 1, dan dengan harga subsidi (intervensi) pemerintah ( P min ) pada perioda 2. Konsumen mengeluarkan biaya untuk komoditas yang dikonsumsinya pada perioda intervensi pemerintah (akhir musim panen dan akhir musim tanam). Pada perioda akhir musim panen, seharusnya konsumen memperoleh harga pasar ( p2 ) yang lebih rendah dari harga intervensi pemerintah ( P min ). Pada perioda 4 konsumen mendapat subsidi dari pemerintah dengan diterapkannya harga intervensi ( P max ) yang lebih 16 rendah dari harga yang seharusnya ( p f ). Total biaya yang dikeluarkan konsumen sebesar harga komoditas dikalikan dengan kuantitas komoditas yang dikonsumsi. Pemerintah mengeluarkan biaya untuk operasi pembelian kelebihan pasokan pada perioda 2 ( P min ), pembelian impor komoditas ( p I ), serta biaya penanganan komoditas selama disimpan (h), dikalikan dengan kuantitasnya. Pemerintah memperoleh pendapatan dari melakukan intervensi pasar pada perioda 4 ( P max ) dikalikan dengan kuantitas operasi pasar yang dilakukan ( Q4O ). Fungsi tujuan dari model Sutopo, et al. (2008) dapat dilihat pada persamaan (II.16). Total biaya stakeholder ( TC P ,C ,G ) merupakan jumlahan dari total biaya produsen ( TC P ), total biaya konsumen ( TC C ), dan total biaya pemerintah ( TC G ). Perhitungan total biaya tersebut dapat dirinci sebagai berikut: 1 Total biaya produsen Produsen mendapat keuntungan sebesar selisih harga keseimbangan di pasar bebas ( p f 1 ) dengan ongkos penjualan ( p 0 ) dikalikan jumlah pasokan pada perioda 1 ( q1s ). Pada perioda 2 produsen akan mengalami kerugian karena jatuhnya harga akibat surplus pasokan. Pemerintah mengintervensi harga dengan menetapkan harga batas minimum ( P min ) untuk mengurangi kerugian produsen. Biaya yang ditanggung produsen menjadi selisih dari ongkos penjualan dengan harga minimum dikalikan dengan jumlah pasokan pada perioda 2. Total biaya dari sisi produsen dapat dinyatakan dengan persamaan II.16. TC P p f 1 p 0 q1s p 0 P min q 2s .....................…. (II.16) 2 Total biaya konsumen Intervensi pasar pemerintah menyebabkan konsumen dirugikan karena harga akan naik mendekati harga batas minimum. Kerugian konsumen sebesar selisih antara harga aktual tanpa intervensi ( p 2 ) dengan harga batas minimum dikalikan dengan jumlah permintaan pada perioda 2 ( q 2d ). 17 Pada perioda 4 terjadi kelangkaan pasokan, sehingga harga meningkat. Pemerintah mengintervensi harga dengan menetapkan harga batas maksimum ( P max ). Konsumen mendapatkan keuntungan sebesar selisih harga keseimbangan pasar bebas ( p f 2 ) dengan harga batas maksimum dikalikan dengan jumlah permintaan ( q 4d ). Total biaya dari sisi konsumen dapat dinyatakan dengan persamaan II.17. TC C P min p 2 q 2d p f 2 P max q 4d .....................…. (II.17) 3 Total biaya pemerintah Biaya yang dikeluarkan pemerintah untuk operasi pembelian pada perioda 2 sebesar harga batas minimum dikalikan dengan jumlah pembelian pada perioda 2 ( Q2O ). Pemerintah mengeluarkan biaya untuk impor komoditas sebesar harga impor ( p I ) dikalikan jumlah komoditas yang diimpor ( Q I ). Untuk menangani buffer stocks, pemerintah mengeluarkan biaya sebesar ongkos penanganan (h) dikalikan dengan jumlah buffer stocks ( QtG ). Pemerintah mendapatkan penghasilan dari menjual komoditas pada perioda 4 sebesar harga batas maksimum ( P max ) dikalikan dengan jumlah komoditas yang dijual ( Q4O ). Total biaya dari sisi pemerintah dapat dinyatakan dengan persamaan II.18. TC G P min Q2O p I Q I hQtG P max Q4O .....................…. (II.18) p f 1 p 0 q1s p 0 P min q 2s P min p 2 q 2d p f 2 P max q 4d .....................…. min O I I G max O P Q2 p Q hQt P Q4 (II.19) TC P ,C ,G TC P TC C TC G Fungsi-fungsi pembatas dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut: 1 Pembatas-pembatas kebijakan price band a Harga batas minimum Harga batas minimum merupakan fungsi harga pasokan setelah pemerintah mengintervensi dengan pembelian kelebihan pasokan pada perioda 2. Secara 18 matematik persamaan harga batas minimum dapat dinyatakan dengan persamaan (II.20). P min a b q 2s Q2O .....................…. (II.20) Harga batas minimum yang ditetapkan pemerintah ini hanya digunakan untuk mengintervensi harga selama perioda 2. Secara matematik pembatas ini dapat dinyatakan dengan persamaan (II.21). .....................…. P 2 P min P f 1 b (II.21) Harga batas maksimum Harga batas maksimum merupakan fungsi harga pasokan setelah pemerintah mengintervensi dengan menjual komoditas pada perioda 4 ( Q4O ). Secara matematik persamaan harga batas maksimum dapat dinyatakan dengan persamaan (II.22). P max bQ4O a bq 4s .....................…. (II.22) Harga batas maksimum yang ditetapkan pemerintah ini hanya digunakan untuk mengintervensi harga selama perioda 4. Secara matematik pembatas ini dapat dinyatakan dengan persamaan (II.23). .....................…. P 3 P max P f 2 (II.23) 2 Pembatas-pembatas pasokan-permintaan a Jumlah komoditas yang dibeli pemerintah pada perioda 2 maksimum sama dengan selisih pasokan dan permintaan (II.24). Q2O q2s q2d b .....................…. (II.24) Jumlah komoditas yang dijual pemerintah pada perioda 4 minimum sama dengan selisih permintaan dan pasokan (II.25). Q4O q 4d q 4s c .....................…. (II.25) Jumlah total pasokan nasional dan impor melebihi jumlah permintaan nasional dan buffer stocks (II.26). 4 4 Q I qts QtG qtd t 1 .....................…. t 1 19 (II.26) 3 Pembatas-pembatas pembukaan pasar a Besarnya safety stock pemerintah maksimum sama dengan jumlah stok awal pemerintah ditambah jumlah komoditas yang dibeli pemerintah pada perioda 2 dikurangi jumlah yang dijual pada perioda 4 ditambah jumlah yang diimpor (II.27). SS Q0G Q2O Q4O Q I b .....................…. (II.27) Besarnya buffer stocks pemerintah sama dengan selisih jumlah pembelian pemerintah pada perioda 2 dengan jumlah penjualan pemerintah pada perioda 4 ditambah jumlah komoditas gula pasir yang diimpor (II.28). QtG Q2O Q4O Q I .....................…. (II.28) 4 Pembatas nonnegatif Pembatas nonnegatif menyatakan bahwa seluruh variabel keputusan harus bernilai positif (II.29) QtG , QtO , Q I , P min , P max 0 .....................…. (II.29) Keluaran (variabel keputusan) model ini adalah harga minimum ( P min ), harga maksimum ( P max ), kuantitas impor ( Q I ), buffer stocks ( QtG ), kuantitas operasi pasar pemerintah (pembelian pada perioda akhir panen, Q2O dan penjualan pada perioda akhir tanam, Q4O ). 20