BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak zaman purbakala sampai sekarang, manusia selalu mengalami perkembangan dalam setiap periode waktu yang dilewatinya. Melalui perkembangan kehidupan tersebut, manusia selalu berusaha menjaga dan melestarikan lingkungannya dengan sebaik-baiknya yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup manusia. Manusia sekarang telah mengalami zaman revolusi industri yang menggantungkan kehidupan pada bidang perindustrian. Nilai-nilai kehidupan manusiapun mengalami perubahan, terutama dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Salah satu dampak revolusi industri yang telah terjadi dan masih terus berlanjut pada masa sekarang dalam kehidupan dan peradaban manusia adalah dampaknya bagi lingkungan yang ada disekitar manusia itu sendiri. Ekspansi usaha yang dilakukan oleh para pelaku industri seperti pembangunan pabrikpabrik dan berproduksi dengan kapasitas besar dengan mengesampingkan perhatian terhadap dampaknya bagi lingkungan secara perlahan namun pasti telah mengakibatkan kelalaian yang pada akhirnya akan merugikan lingkungan tempat tinggal manusia dan kehidupannya. Para ahli lingkungan telah menemukan indikasi adanya dampak negatif yang terbesar bagi lingkungan dan dunia secara global akibat usaha perindustrian yang dilakukan dan telah berkembang pesat saat ini. Dampak negatif ini adalah terjadinya pemanasan global yang sering disebut 1 sebagai global warming. Seperti yang dijelaskan Ja’far dan Kartikasari (dalam Damayanti., dan D. Pantiana, 2013) bahwa aktivitas ekonomi saat ini secara langsung maupun tidak langsung telah menjadi faktor penyebab terjadinya global warming. Mungkin istilah global warming sekarang sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Menurut Muhi (2011) pada dasarnya global warming merupakan fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. Selain disebabkan oleh perindustrian, global warming juga disebabkan karena akibat dari perilaku konsumen yang tidak memperhatikan dampak dari pembelian produk yang bukan produk hijau. Produk yang bukan produk hijau merupakan produk yang mengandung bahan-bahan berbahaya dan tentunya dapat merusak kelestarian lingkungan. Shaputra (2013) menyatakan bahwa konsumen hanya menginginkan suatu produk yang sesuai dengan kebutuhannya akan tetapi tidak memikirkan bagaimana dampaknya bagi lingkungan hidup. Sebagian besar konsumen tidak bersedia membayar mahal untuk produk- produk yang bersifat ramah lingkungan. Banyaknya keinginan manusia yang harus dipenuhi sehingga para pemasar harus lebih inovatif dalam mengembangkan produk yang sebisa mungkin untuk memenuhi keinginan masyarakat akan keramahan lingkungan. Dengan adanya keinginan masyarakat akan keramahan lingkungan, maka penting bagi pemasar untuk memanfaatkan sumber daya secara efisien. Sehingga banyak kalangan 2 pengusahan yang berusaha melakukan inovasi terhadap strategi green product. Shamdasami et al. (dalam Sumarsono dan Giyanto, 2012) menyebutkan bahwa produk hijau atau green product merupakan produk yang mengandung komponen aman, tidak beracun, dapat didaur ulang, serta menggunakan kemasan yang ramah lingkungan untuk mengurangi dampak negatif konsumsi produk pada lingkungan. Menurut Jayanti dkk. (2013) dalam dunia bisnis green product mempunyai segmen pasar khusus yaitu green consumer. Green consumer diharapkan mampu menerapkan kegiatan 3R yaitu Reduce, Reuse dan Recycle. Adapun karakteristik pribadi yang diidentifikasi sebagai faktor yang mempengaruhi green consumer dalam pengambilan keputusan menurut Engel, Kollat, Blackwell model (EKB model) dalam Jayanti dkk., (2013) yaitu pendapatan, waktu, pengetahuan, green value dan green attitude. Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi perilaku kosumen terutama dalam membeli suatu produk karena memiliki kecenderungan konsep sadar lingkungan. Strategi pemasaran yang harus diterapkan perusahaan yaitu teknik pemasaran yang berbasis pada kelestarian lingkungan atau yang lebih dikenal dengan green marketing. Green marketing menurut Polonsky (dalam Cherian dan Jacob, 2012) mengungkapkan pemasaran lingkungan, lebih dikenal sebagai pemasaran hijau atau pemasaran yang berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai upaya oleh perusahaan untuk merancang, mempromosikan, harga dan mendistribusikan produk dengan cara yang mempromosikan perlindungan terhadap lingkungan. Menurut Bhatnagar dan Himani (2012) green marketing 3 adalah segala aktivitas yang akan dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk meminimalisir adanya kerusakan lingkungan. Hasil penelitian H’Mida et al. (2008) mengungkapkan bahwa empat dari lima konsumen telah menyatakan pendapat mereka tentang lingkungan hidup melalui perilaku pembelian. Perbaikan mutu kehidupan dan gaya hidup sehat telah mendorong masyarakat di berbagai Negara dan mendorong gerakan gaya hidup sehat dengan tema global kembali ke alam atau back to nature, karena banyak masyarakat yang sadar dengan kesehatan dengan menjaga lingkungan dengan membeli produk ramah lingkungan (berbahan alami). Konsumen yang lebih peduli terhadap lingkungan, akan semakin mempengaruhi sikap mereka, dan sikap ini dapat mengakibatkan niat untuk membeli green product (Damayanti, 2013). Melalui pernyataan ini diketahui bahwa konsumen menunjukkan tingkat yang tinggi akan kepedulian lingkungan dalam membuat keputusan pembelian green product meningkat dibandingkan produk yang kurang mempehatikan isu ini. Menurut Chan dan Lau (2000) kepedulian lingkungan sebagai unit dimensi dimana kepedulian lingkungan didefinisikan sebagai tingkat emosional dan komitmen seseorang terhadap isu-isu lingkungan. Hal ini ditandai dengan terjadinya pergeseran perilaku konsumen dalam memilih produk-produk hijau atau green product tak terkecuali dalam membeli produk kosmetik hijau. Sementara itu menurut Brosdahl and Carpenter (2010) memaparkan bahwa pengetahuan tentang dampak lingkungan memiliki hubungan terhadap kepedulian pada lingkungan. Senada dengan itu, Kanchanapibul et al. (2013) dan Wahid et al. 4 (2011) menunjukkan bahwa kepedulian pada lingkungan berpengaruh signifikan terhadap perilaku pembelian produk hijau konsumen. Sikap konsumen adalah faktor penting yang akan mempengaruhi keputusan konsumen. Mowen dan Minor (2013:249) menyebutkan bahwa pembentukan sikap istilah konsumen (costumer attitude formation) sering kali menggambarkan hubungan antara kepercayaan, sikap dan prilaku. Kepercayaan, sikap, dan prilaku juga terkait dengan konsep atribut produk. Suprapti (2010:146) mengungkapkan bahwa sikap konsumen terhadap perilaku secara langsung dapat diukur sebagai afeksi yaitu sebagai suatu ukuran yang bersifat menyenangkan terhadap pembeli. Menurut Simamora (2004:106) dalam Rangkuti dan Sulistiawati (2014) menyatakan bahwa timbulnya niat membeli akan suatu produk adalah karena didasarkan dengan adanya kepercayaan yang dimiliki oleh konsumen terhadap produk itu yang mana disertai pula dengan kemampuan untuk membeli produk tersebut. Konsumen yang memiliki kesadaran lingkungan sering juga disebut “green orientation” yang pada masa mendatang diprediksikan akan meningkat. Konsumen yang mempunyai kesadaran tinggi terhadap lingkungan akan memilih produk-produk yang ramah lingkungan walaupun harganya relatif lebih mahal. Produk organik adalah semua bahan pangan yang diproduksi dengan sedikit mungkin atau bebas sama sekali dari unsur-unsur kimia (pupuk, peptisida, hormon, dan obat-obatan), secara langsung konsumen beradaptasi dengan mempertimbangkan isu lingkungan ketika berbelanja dan melalui sikap beli 5 mereka. Sikap kesadaran lingkungan konsumen dalam membeli suatu produk spesifik ikut bertanggung jawab akan kelestarian lingkungan (Naomi, 2011). Penelitian mengenai niat pembelian produk hijau yang didasari pada sikap dan kepeduliannya terhadap lingkungan akan diteliti pada produk hijau yaitu produk kosmetik hijau merek The Body Shop. The Body Shop merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bisnis kecantikan berupa produk-produk kosmetik dan make-up. Perusahaan ini diadopsi oleh perusahaan PT Monica Hijau Lestari Jl. Prof. Dr. Satrio Blok A3/5 Tanggerang 15224, Indonesia. Selain itu perusahaan ini juga terinspirasi oleh alam, sehingga menggunakan bahan-bahan alami yang ramah lingkungan. The Body Shop yakin bahwa ada satu cara untuk mencapai hakikat kecantikan yaitu dengan cara yang ditunjukkan oleh alam, berusaha untuk mempersembahkan produk yang memancarkan kepribadian pelanggannya. The Body Shop didirikan oleh Dame Anita Roddick, seorang wanita Inggris yang juga merupakan aktivis hak asasi manusia. Menurutnya, “bisnis dari sebuah bisnis harus menjadi lebih dari sekedar mengumpulkan uang, tetapi juga harus bertanggung jawab. Harus menjadi bermanfaat terhadap masyarakat, dan bukan hanya ketamakan pribadi saja”. Toko pertama The Body Shop dibuka pertama kali pada tanggal 26 Maret 1976 di Brighton, daerah Selatan pantai Inggris. Pada saat ini, The Body Shop telah memiliki lebih dari 2.500 toko di 65 negara, dan telah menghasilkan lebih dari 1.200 produk. The Body Shop bukan sekedar bisnis biasa karena memiliki prinsip yang berbeda dengan bisnis kosmetik lainnya. Dengan filosofinya, ‘Nature’s Way to 6 Beautiful’, memberitahukan kepada pelanggannya bahwa cantik itu berasal dari alam dan juga dari dalam tubuh manusia itu sendiri. (http://blogkesehatan.net/thebody-shop-produk-kecantikan-wanita) Produk utama The Body Shop ialah produk perawatan tubuh (wajah, badan, rambut, dan kosmetik), parfum (cologne, parfum wanita, parfum pria, lilin/aromaterapi), dan aksesoris (sikat badan, peralatan perawatan kuku, dan lain-lain). Agen The Body Shop tersebar di beberapa Provinsi dan Kota besar di Indonesia, seperti provinsi Aceh, Bali, Kota Surabaya, Balikpapan, Bogor, Banjarmasin, Semarang, Yogyakarta, Solo, dan wilayah Jabodetabek. (http://www.dskon.com/the-body-shop/). Berikut ini Daftar Produk- Produk Kosmetik Hijau Merek The Body Shop No Nama Produk Jenis Produk 1 Bath & Body 13 jenis 2 Skincare 14 jenis 3 Make-Up 14 jenis 4 Hair 5 jenis 5 Fragrance 12 jenis 6 Mens 12 jenis 7 Gifts 1 jenis 8 By Line 28 jenis Sumber : http://www.thebodyshop.com/skincare.aspx, 2015 Pesaing dari jenis-jenis produk diatas yaitu, kosmetik The Face Shop, Oriflame, locitane dan juara skin care produk Korea yang banyak menggunakan bahan-bahan alami seperti ginseng. Kemunculan produk kosmetik asal Korea The Face Shop membuat pesaingan di Dunia Kosmetik semakin gencar, sebagai pendatang baru di Indonesia yang sudah terkenal di sebagian negara Asia Timur seperti Jepang dan Korea dengan pemilihan aktor laki-laki sebagai bintang dengan menawarkan kualitas kulit putih, halus, dan bersih dengan The Face Shop White Tree salah satu produk andalannya. 7 Mengetahui hal ini The Body Shop mulai memperhatikan green marketing yang diterapkan, untuk memenangkan persaingan. Namun tidak semua perusahaan memiliki kemampuan cukup untuk melakukan strategi ini. Jika perusahaan ingin berhasil mengadopsi green marketing, mereka harus menginterpretasikan konsep green marketing ke dalam aspek kegiatan pemasaran rutin (Chen and Cang 2012). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana pengaruh kepedulian lingkungan terhadap sikap pada lingkungan? 2) Bagaimana pengaruh kepedulian lingkungan terhadap niat beli kosmetik hijau merek The Body Shop di Kota Denpasar? 3) Bagaimana pengaruh sikap terhadap niat beli kosmetik hijau merek The Body Shop di Kota Denpasar? 4) Bagaimana peran sikap dalam memediasi kepedulian lingkungan terhadap niat beli kosmetik hijau merek The Body Shop di Kota Denpasar? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah di paparkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui pengaruh kepedulian lingkungan terhadap sikap pada lingkungan. 8 2) Untuk mengetahui pengaruh kepedulian lingkungan terhadap niat beli kosmetik hijau merek The Body Shop di Kota Denpasar. 3) Untuk mengetahui pengaruh sikap terhadap niat beli kosmetik hijau merek The Body Shop di Kota Denpasar. 4) Untuk mengetahui peran sikap dalam memediasi kepedulian lingkungan terhadap niat beli kosmetik hijau merek The Body Shop di Kota Denpasar. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Kegunaan Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan studi empiris yang membahas peran sikap dalam memediasi kepedulian lingkungan terhadap niat beli kosmetik hijau merek The Body Shop. 2) Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan berharga bagi manajemen The Body Shop dan produsen produk hijau lainnya agar mampu mengembangkan strategi yang tepat dan sesuai khususnya pada segmen ini. 1.5 Sistematika Penulisan Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai skripsi ini maka penulisannya disusun berdasarkan atas beberapa bab sistematis sehingga antar bab mempunyai hubungan yang erat. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut: 9 BAB I : Pendahuluan Secara ringkas diuraikan pokok permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini meliputi latar belakang masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian. BAB II : Kajian Pustaka Bab ini berisi tentang teori-teori yang meliputi green consumer behavior, produk hijau, green marketing, kepedulian lingkungan, sikap, niat beli produk ramah lingkungan dan rumusan hipotesis. BAB III : Metode Penelitian Bab ini memuat identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, teknik penentuan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data. BAB IV : Pembahasan Bab ini membahas gambaran umum perusahaan dan pembahasan hasil penelitian. BAB V : Simpulan dan Saran Bab ini menguraikan tentang simpulan yang diperoleh dari hasil pembahasan dan saran bagi kepentingan perusahaan yang diteliti. 10