1 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 1 2 2.1 State of The Art State of The Art

advertisement
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 State of The Art
State of The Art merupakan kumpulan jurnal yang digunakan sebagai referensi
dalam penelitian ini. State of The Art turut memberikan penjabaran mengenai
perbedaan antara penelitian terdahulu dan penelitian yang akan dilakukan. Berikut ini
adalah State of The Art yang dijabarkan dalam bentuk tabel / matriks.
Tabel 2.1 State of The Art.
No.
1.
Deskripsi Jurnal
Pembahasan
Brand Revitalization: Penciptaan Hasil Penelitian:
Brand Image Produk Green Sands Citra merek yang tertera dalam benak
Bebas Alkohol Melalui Marketing konsumen didefinisikan sebagai ‘cool
Communication
(Advertising
& and trendy’ dan ‘unik dan rasa
Public Relations) pada PT Multi menyegarkan’.
Dalam
penelitian
tersebut dikatakan bahwa pengaruh
Bintang Indonesia Tbk.
iklan dan PR dalam menciptakan citra
Tahun:
merek
adalah
sebesar
7,2%,
2011
sedangkan sisanya berasal dari faktor
Peneliti:
lain.
Cooky Tri Adhikara
Cindi Kusuma Nurparamesti
Alasan
Metode Penelitian:
Penelitian:
Kuantitatif
Jurnal berikut dapat memperkuat
Jurnal:
penelitian ini dengan memberikan
Binus Business Review
referensi
signifikan
Menjadi
Tinjauan
mengenai
seberapa
pengaruh
strategi
komunikasi pemasaran, khususnya
periklanan,
brand image.
7
dalam
pembentukan
8
Perbedaan dengan Penelitian yang
Akan Dilakukan:
Penelitian dalam jurnal ini membahas
pembentukan brand image melalui
dua tools komunikasi pemasaran
yakni
advertising
dan
public
relations, sedangkan penelitian yang
akan dilakukan melihat pengaruh
yang diberikan oleh iklan televisi
terhadap brand image melalui sudut
pandang komunikasi massa.
2.
Pengaruh Iklan terhadap Brand Hasil Penelitian:
Awareness dan Dampaknya pada Variabel
iklan
terbukti
memiliki
Keputusan Pembelian (Studi Kasus: pengaruh signifikan terhadap variabel
Sabun Mandi Lifebuoy)
brand awareness yang ditunjukkan
oleh nilai koefisien jalur (β) sebesar
Tahun:
0,550, signifikan dengan probabilitas
2014
sebesar 0,000 (p<0,05).
Peneliti:
Melynda Dyah Kurnyawati
Alasan
Srikandi Kumadji
Penelitian:
Edy Yulianto
Jurnal
Metode Penelitian:
tinjauan
Kuantitatif
memberikan referensi pembahasan
Nama Jurnal:
mengenai seberapa besar pengaruh
Jurnal Administrasi Bisnis
iklan terhadap pembentukan brand
Menjadi
berikut
Tinjauan
dijadikan
penelitian
sebagai
karena
awareness, dimana dalam hal ini
termasuk dalam komponen
brand
image.
Perbedaan dengan Penelitian yang
Akan Dilakukan:
9
Penelitian dalam jurnal ini melihat
pengaruh iklan, tanpa adanya batasan
media, terhadap brand awareness dan
dampaknya
terhadap
pembelian.
Penelitian
keputusan
yang
akan
dilakukan berfokus pada pengaruh
iklan dengan media televisi terhadap
brand
image,
tanpa
melihat
dampaknya terhadap sikap konsumen.
3.
Efektivitas Pesan Iklan Televisi Hasil Penelitian:
Tresemme Menggunakan Customer Hasil dari penelitian ini menunjukan
Response
Index
(CRI)
Perempuan di Surabaya
pada efektivitas
iklan
pada
berbagai
tingkatan berdasarkan CRI. Pada
tingkat awareness 33% lebih tinggi,
Tahun:
di tingkat comprehend 47,6% lebih
2013
tinggi, di tingkat interest 26,5% lebih
Peneliti:
tinggi, di tingkat intentions 8,1%
Tania Yosephine Aiwan
lebih tinggi, dan di tingkat action
Metode:
36,1%
Kuantitatif
uraian berikut, dapat disimpulkan
Nama Jurnal:
bahwa
Jurnal
e-Komunikasi
Kristen Petra, Surabaya
lebih
tinggi.
pesan
Universitas TRESemee
Berdasarkan
iklan
berhasil
perhatian,
televisi
menarik
menimbulkan
keingintahuan, bahkan merangsang
tindakan
nyata,
sehingga
iklan
tersebut dapat dinyatakan efektif.
Alasan Menjadi Tinjauan Pustaka:
Jurnal berikut memperkuat penelitian
ini dengan memberikan pembahasan
mengenai efektivitas pesan iklan,
yang mana hal tersebut merupakan
daya tarik informasi/rasional dan
10
turut
menjadi
indikator
dalam
penelitian ini.
Perbedaan dengan Penelitian yang
Akan Dilakukan:
Penelitian dalam jurnal ini meneliti
keefektifan dari pesan iklan televisi,
tanpa memperhitungkan faktor lain
dari iklan tersebut. Penelitian yang
akan dilakukan melihat pengaruh
iklan televisi melalui dua indikator
daya
tarik,
yakni
rasional
dan
emosional.
4.
Building Brand Equity through Hasil Penelitian:
Advertising
Hasil dari penelitian ini menunjukan
bahwa periklanan merupakan metode
Tahun:
yang baik untuk membentuk brand
2014
awareness, dengan persentase 92%
Peneliti:
peningkatan
Africa Makasi
responden yang diteliti, dan bahwa
Krishna Govender
periklanan
membentuk
Cephas Rukweza
konsumen
yang
Metode:
berulang.
awareness
pada
loyalitas
kognitif
dan
Kuantitatif
Nama Jurnal:
Alasan Menjadi Tinjauan Pustaka:
Mediterranean Journal of Social Jurnal berikut memberikan referensi
Sciences
mengenai kegunaan periklanan dalam
hal
branding,
khususnya
dalam
pembentukan brand equity, dan hal
tersebut
memiliki
hubungan
erat
dalam pembentukan brand image.
Perbedaan dengan Penelitan yang
11
Akan Dilakukan:
Penelitian dalam jurnal ini membahas
pembentukan brand equity melalui
advertising
yang
menitikberatkan
pada brand awareness dan loyalitas,
sedangkan
penelitian
yang
akan
dilakukan melihat secara spesifik
seberapa besar pengaruh yang mampu
diberikan
iklan
televisi
terhadap
brand image.
5.
All
About
Brands
Building
and
Brand Hasil Penelitian:
Hasil dari penelitian ini menunjukan
faktor-faktor yang paling relevan
Tahun:
dalam
hal
pembangunan
brand,
2014
diantaranya
adalah:
brand
Peneliti:
positioning, (2) brand image, (3)
Prerana Pal Karmokar
brand
Metode:
performance, dan (5) brand equity.
awareness,
(1)
(4)
brand
Kualitatif
Nama Jurnal:
Alasan Menjadi Tinjauan Pustaka:
International Journal of Innovation Jurnal
and Scientific Research
berikut
diambil
sebagai
tinjauan pustaka karena memperkuat
penelitian ini dengan menyediakan
referensi
pembahasan
mengenai
branding secara keseluruhan, dan
khususnya
mengenai
identifikasi
brand image.
Perbedaan dengan Penelitian yang
Akan Dilakukan:
Penelitian
dalam
jurnal
berikut
membahas pembentukan brand secara
keseluruhan,
sedangkan
penelitian
12
yang akan dilakukan berfokus pada
brand
image,
dengan
brand
association, brand value, dan brand
positioning sebagai komponennya.
2.2 Landasan Teori
Dalam landasan teori, terdapat teori-teori yang akan menjelaskan mengenai dasar
dari penelitian ini.
2.2.1
Komunikasi
Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator
dengan menggunakan media tertentu kepada komunikan (Effendy, 2011). Secara
rinci, komunikasi didefinisikan sebagai suatu proses sosial yang terjadi antara
sedikitnya dua orang, di mana salah seorang mengirimkan sejumlah simbol
tertentu kepada orang lain (Kennedy & Soemanagara, 2006).
Menurut Book yang dikutip dalam Pengantar Ilmu Komunikasi
(Cangara, 2008), komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang
menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun
hubungan antarsesama manusia, melalui pertukaran informasi, dengan tujuan
untuk memperkuat dan merubah sikap dan tingkah laku orang lain.
Berdasarkan uraian definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa
komunikasi adalah proses transaksi pesan dari komunikator ke komunikan
dengan menggunakan suatu media untuk mencapai tujuan tertentu.
2.2.2
Komunikasi Massa
Menurut Effendy (2011), komunikasi massa adalah komunikasi yang
dilakukan melalui media massa. Devito dalam Nurudin (2007) mengatakan
bahwa komunikasi massa adalah suatu bentuk komunikasi yang ditujukan
kepada khalayak yang luar biasa banyak, sejalan dengan pendapat Bittner dalam
Rakhmat (2009) yang mengatakan bahwa komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa kepada sejumlah besar orang.
13
Gerbner dalam Rakhmat (2009) mengemukakan secara rinci bahwa
komunikasi massa merupakan proses produksi dan distribusi arus pesan yang
berkesinambungan dan luas, yang berlandaskan pada teknologi dan lembaga.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan secara singkat bahwa
komunikasi massa adalah suatu proses komunikasi yang menggunakan media
massa.
2.2.2.1 Teori Uses and Gratifications
Teori Uses and Gratifications, disebut juga sebagai Teori
Penggunaan dan Pemuasan Kebutuhan, mengarah pada penggunaan
(uses) dari isi media untuk mendapatkan pemuasan (gratification)
terhadap kebutuhan individu. Dalam hal ini, khalayak aktif secara
sengaja menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya (Rakhmat,
2009).
Menurut Blumler dan Katz dalam Fiske (2007), terdapat beberapa
asumsi mendasar dari teori uses and gratifications. Asumsi-asumsi
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Khalayak merupakan penerima yang aktif atas apa yang
disiarkan oleh media. Khalayak memilih dan menggunakan isi
program.
2. Anggota khalayak secara bebas menyeleksi media dan
program-program terbaiknya, yang dapat digunakan untuk
memuaskan kebutuhan mereka.
3. Media bukanlah satu-satunya sumber pemuas kebutuhan.
4. Seorang individu bisa, atau dibuat agar bisa menyadari
kepentingan dan motifnya dalam kasus tertentu.
5. Pertimbangan nilai mengenai signifikansi kultural dari media
massa harus dicegah.
Menurut McQuail dalam buku Teori Komunikasi Massa (2011),
terdapat beberapa motif kebutuhan yang menyebabkan khalayak
14
menggunakan media massa. Motif tersebut digolongkan ke dalam empat
kategori, sebagai berikut:
1. Information
Kebutuhan akan informasi, pengetahuan, dan pemahaman dari
lingkungan sekitar.
2. Personal Identity
Kebutuhan untuk memperoleh pengakuan, kredibilitas, dan
status sosial di masyarakat.
3. Integration and Social Interaction
Dorongan untuk menggunakan media sebagai sarana menjalin
hubungan dengan individu lain.
4. Entertainment
Kebutuhan untuk menghibur diri dan melepas ketengangan.
Berdasarkan penjabaran tersebut, dapat disimpulkan bahwa Teori
Uses and Gratifications merupakan teori yang melihat khalayak sebagai
individu aktif yang menggunakan media sebagai pemuas kebutuhan,
dengan didasari oleh motif tertentu.
2.2.3
Media Massa
Media massa adalah alat yang digunakan dalam proses penyampaian
pesan dari sumber kepada khalayak massa, dengan menggunakan alat-alat
komunikasi mekanis seperti surat kabar, radio, televisi, dan lainnya (Cangara,
2008).
Sedangkan menurut Morissan, Cory, dan Hamid (2010), media massa
adalah alat komunikasi yang dapat bekerja dalam berbagai skala, mulai dari
skala terbatas hingga dengan skala yang sangat luas. Istilah media massa
mengacu kepada sejumlah media yang telah ada sejak puluhan tahun lalu dan
tetap dipergunakan hingga saat ini, seperti surat kabar, majalah, film, radio,
televisi, internet, dan lain-lain.
Berdasarkan definisi tersebut, secara singkat dapat disimpulkan bahwa
media massa merupakan alat-alat komunikasi yang menjadi media penyampaian
pesan dalam komunikasi massa.
15
2.2.4
Iklan
Iklan adalah jenis komunikasi pemasaran yang mengacu kepada segala
bentuk teknik komunikasi yang digunakan pemasar dalam hal penyampaian
pesan guna menjangkau konsumennya. Iklan dianggap sebagai bentuk
komunikasi yang kompleks, dan digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan
dengan menggunakan strategi untuk memengaruhi pikiran, perasaan, dan
tindakan konsumen (Moriarty, Mitchell, dan Wells, 2011)
Iklan merupakan bentuk pengumuman berbayar yang bersifat nonpersonal, dan diidentifikasi oleh sponsor (Duncan, 2008), yang sejalan dengan
pernyataan Belch & Belch dalam Advertising and Promotion (2012) yang
mengatakan bahwa iklan adalah segala bentuk penyajian informasi non-personal
dan promosi tentang suatu organisasi, barang, jasa, atau gagasan oleh suatu
sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran.
Sedangkan menurut Surachman (2008), iklan adalah semua bentuk
penyajian non-personal dan promosi ide, barang, atau jasa, yang dilakukan oleh
pihak lain atas permintaan perusahaan dalam membantu proses komunikasi dan
penyampaian informasi, untuk mencapai tujuan tertentu dengan menggunakan
media tertentu, baik media elektronik maupun non-elektronik.
Berdasarkan berbagai definisi yang ada, dapat disimpulkan bahwa iklan
merupakan sarana penyampaian informasi dan promosi mengenai suatu ide,
barang, atau jasa dengan menggunakan media tertentu.
2.2.4.1 Tujuan Iklan
Menurut Kotler dan Keller dalam Marketing Management (2009),
tujuan iklan dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori, sebagai
berikut:
1. Menyediakan Informasi (Informative Advertising)
Ditujukan untuk membentuk kesadaran dan pengetahuan
masyarakat
mengenai
suatu
produk
baru,
memperkenalkan fitur baru untuk produk yang sudah ada.
2. Membujuk (Persuasive Adveritising)
atau
16
Ditujukan untuk membentuk ketertarikan, preferensi, serta
meyakinkan
konsumen
untuk
segera
membeli
atau
mengkonsumsi produk atau jasa yang diiklankan.
3. Mengingatkan (Reminder Advertising)
Ditujukan untuk meningkatkan brand recall, sehingga
menstimulasi
pembelian
ulang
suatu
produk
atau
penggunaan jasa.
4. Menguatkan (Reinforcement Advertising)
Ditujukan untuk meyakinkan konsumen
yang telah
melakukan pembelian bahwa mereka membuat pilihan yang
tepat.
Dengan mengetahui tujuan iklan seperti yang diuraikan di atas,
maka perusahaan dapat lebih mudah melakukan segmentasi dan
menentukan target iklannya.
2.2.4.2 Jenis Iklan
Terdapat berbagai jenis iklan, dan masing-masing memiliki fungsi
dan peran yang berbeda pula. Menurut Moriarty, Mitchell, dan Wells
dalam buku Advertising (2011), jenis-jenis iklan dapat diidentifikasi
menjadi tujuh, yakni sebagai berikut:
1. Brand advertising
Jenis iklan ini fokus pada pada pengembangan identitas dan
citra brand jangka panjang.
2. Retail/local advertising
Pada jenis iklan ini, pesan yang disampaikan adalah informasi
mengenai produk yang tersedia di toko lokal, dengan tujuan
untuk memicu pembelian di toko serta menciptakan citra
retailer yang khas.
3. Direct-response advertising
17
Jenis iklan ini berusaha menstimulasi penjualan langsung
dan dapat menggunakan semua medium iklan, termasuk
surat (direct mail). Konsumen dapat merespon melalui
telepon, surat, atau internet, dan kemudian produknya akan
dikirimkan melalui jasa pengiriman.
4. Business-to-business advertising (B2B)
Jenis iklan ini tidak ditujukan langsung ke konsumen,
melainkan merupakan bentuk komunikasi pemasaran yang
dikirim dari satu usaha (bisnis) ke usaha lain.
5. Institutional advertising
Jenis iklan ini fokus pada pembangunan identitas korporat,
dan merupakan bentuk usaha agar opini perusahaan
mendapatkan perhatian publik.
6. Non-profit advertising
Jenis iklan ini digunakan oleh organisasi nirlaba, seperti
badan amal, yayasan, asosiasi, rumah sakit, atau institusi
religius. Umumnya dalam bentuk donasi atau program
partisipasi lainnya.
7. Public service announcement
Jenis iklan ini berfokus pada penyampaian dan sosialisasi
pesan kepada publik untuk kebaikan bersama, seperti
larangan menyetir dalam kondisi mabuk, atau pencegahan
kekerasan terhadap anak.
2.2.4.3 Media Iklan
Perusahaan perlu bekerja sama dengan organisasi media, agar
dapat menyampaikan informasi secara massal, cepat, dan tepat. Kotler
dan Keller (2009) menyatakan bahwa dalam proses perencanaan media,
perusahaan harus mengetahui kemampuan jenis-jenis media utama untuk
dapat menghasilkan jangkauan, frekuensi dan dampak.
18
Berikut adalah jenis-jenis media utama dalam periklanan:
Tabel
2.2
Jenis-Jenis Media
Utama Periklanan, disertai
Keunggulan dan Keterbatasannya.
Media
Koran
Keunggulan
-
Fleksibilitas
-
Ketepatan waktu
-
Jangkaun pasar lokal yang
Keterbatasan
-
singkat
-
Penerimaan luas
-
Tingkat kepercayaan
Kualitas reproduksi
buruk
baik
-
Usia penggunaan
-
Penerusan pembaca
kecil
tinggi.
Televisi
-
Mengkombinasikan
-
Biaya tinggi
gambar, suara, dan
-
Paparan kilat/singkat
gerakan
-
Pemilihan audiens
-
Merangsang indra
-
Tingkat perhatian tinggi
-
Jangkauan luas
Surat
-
Langsung
(direct mail)
kurang
-
Kekacauan tinggi.
Audiens terpilih
-
Biaya relatif tinggi
-
Fleksibilitas
-
Citra junk mail, atau
-
Tidak ada persaingan
“surat sampah”
iklan dalam media yang
sama
Radio
-
Personalisasi
-
Penggunaan massal
-
Pemilihan geografis dan
demografis tinggi
-
-
Informasi hanya dalam
suara
-
Perhatian lebih rendah
dibanding televisi
Biaya rendah
-
Tidak ada standarisasi
struktur harga
Majalah
-
Pemilihan geografis dan
-
Paparan kilat/singkat
-
Perencanaan pembelian
19
demografis tinggi
-
Prestis dan kredibilitas
-
Kualitas reproduksi baik
-
Usia penggunaan panjang
-
Penerusan pembacaan
iklan panjang
-
Sebagian sirkulasi siasia
-
Tidak ada jaminan
posisi
baik
Media Luar
-
Fleksibilitas
(outdoor)
-
Pengulangan paparan
tinggi
-
Pemilihan audiens
terbatas
-
Kreativitas terbatas
-
Biaya rendah
-
Persaingan rendah
Yellow
-
Liputan lokal sangat baik
-
Persaingan tinggi
Pages
-
Tingkat kepercayaan
-
Perencanaan pembelian
tinggi
Newsletter
-
Jangkauan luas
-
Biaya rendah
-
Pemilihan audiens sangat
iklan panjang
-
Kreativitas terbatas
-
Biaya dapat terpakai
tinggi
Brosur
sia-sia
-
Terkendali penuh
-
Peluang interaktif
-
Biaya relatif rendah
-
Fleksibilitas
-
Terkendali penuh
dapat menyebabkan
-
Dapat mendramatisir
biaya terpakai sia-sia
-
Produksi berlebihan
pesan
Telepon
Internet
-
Banyak pengguna
-
-
Peluang memberikan
(kecuali jika digunakan
sentuhan personal
sukarelawan)
Biaya relatif tinggi
-
Pemilihan audiens tinggi
-
Media relatif baru
-
Memungkinkan peluang
-
Jumlah pengguna di
interaktif
-
beberapa negara rendah
Biaya relatif rendah
Sumber: Kotler dan Keller dalam Marketing Management (2009).
20
2.2.5
Iklan Televisi
Menurut Kotler (2008) televisi diakui sebagai media iklan paling
berpengaruh dan dapat menjangkau lingkup konsumen secara luas. Televisi
digunakan untuk beriklan dikarenakan kemampuannya untuk membangkitkan
emosi, menciptakan fantasi, dan dapat memberikan dampak visual yang kuat
(Moriarty, Mitchell, dan Wells, 2011).
Dibandingkan dengan media lain, iklan televisi memiliki kategorisasi
yang jauh berbeda karena sifat media yang juga berbeda (Bungin, 2008).
Kekuatan iklan televisi dibentuk dari visualisasi objek dan kekuatan audio.
Simbol-simbol visual dalam sebuah iklan televisi umumnya lebih menonjol
dibandingkan simbol-simbol verbal, hal ini dirancang sedemikian rupa agar
iklan televisi mampu meninggalkan kesan mendalam di benak konsumen,
terlebih lagi dibatasi oleh waktu tayang yang pendek (Bungin, 2008).
2.2.5.1 Konsep Daya Tarik Iklan
Menurut Belch & Belch dalam Advertising and Promotion
(2012), daya tarik iklan mengacu pada jenis pendekatan yang digunakan
oleh
perusahaan
untuk
menarik
perhatian
konsumen,
dan/atau
memengaruhi perasaan mereka terhadap suatu barang atau jasa.
Secara umum, pendekatan ini dibagi menjadi dua kategori, yaitu
(Belch & Belch, 2012):
1. Informational/rational appeals (daya tarik informasi/rasional)
Daya tarik informasi/rasional bersifat informatif, dan berfokus
pada penyediaan informasi-informasi fungsional suatu produk
atau jasa. Daya tarik ini ditujukan untuk meyakinkan
konsumen bahwa produk atau jasa yang ditawarkan memiliki
fitur/atribut tertentu yang dapat memenuhi kebutuhan mereka.
2. Emotional appeals (daya tarik emosional)
Daya tarik emosional berhubungan dengan nilai-nilai
psikologis yang diwakilkan oleh suatu brand. Hal ini
21
cenderung dinilai lebih penting dibandingkan pengetahuan
mengenai fitur atau atribut dari produk atau jasa yang
ditawarkan, karena daya tarik ini dapat membentuk suatu
ikatan emosional antara brand dengan konsumennya.
2.2.6
Brand
American Marketing Association (AMA) mendefinisikan brand sebagai
nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semua hal
tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari satu
atau kelompok penjual, yang membedakannya dari para pesaingnya (Keller,
2013). Sebuah brand merupakan lebih dari sekadar produk, karena mempunyai
dimensi yang menjadi faktor pembeda dengan produk lain yang sejenis.
Konsumen melihat brand sebagai bagian yang penting dari sebuah
barang atau jasa, dan brand dapat menambahkan nilai tertentu kepada suatu
barang atau jasa (Kotler & Armstrong, 2012). Pendapat Duncan (2008)
mengatakan bahwa brand adalah persepsi yang dihasilkan dari pengalaman atau
informasi mengenai sebuah perusahaan atau produk.
Brand
juga dijelaskan sebagai
cara-cara yang menghubungkan
perusahaan dengan konsumen secara emosional, guna mempertahankan
konsumen agar tidak berpaling, serta untuk menjalin hubungan yang bersifat
seumur hidup (Wheeler, 2009).
Berdasarkan definisi
tersebut,
dapat
disimpulkan bahwa
brand
merupakan identitas dari suatu barang atau jasa yang menjadi nilai pembeda dari
para kompetitornya, dan sebuah brand tidak hanya sebatas logo, nama, atau
simbol saja tetapi juga termasuk informasi, pengalaman, nilai emosional, serta
hubungan antara perusahaan dengan konsumennya.
2.2.7
Brand Image
Brand image merupakan bagian dari merek yang dapat dikenali namun
tidak dapat diucapkan secara verbal, seperti simbol, warna, desain huruf, atau
persepsi konsumen terhadap sebuah produk atau jasa yang direpresentasikan
oleh suatu brand (Kotler & Keller, 2009).
22
Menurut Kotler (2008), brand image adalah seperangkat persepsi dan
keyakinan konsumen, yang sebagaimana tercermin dalam asosiasi yang terjadi
di dalam benak konsumen. Hal ini sejalan dengan pengertian Tjiptono (2005)
yang mengatakan bahwa brand image merupakan deskripsi tentang asosiasi dan
keyakinan konsumen terhadap brand tertentu.
Berdasarkan uraian definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa brand
image merupakan representasi dari keseluruhan persepsi konsumen terhadap
suatu brand.
2.2.7.1 Komponen Brand Image
Menurut Ferrinadewi (2008), terdapat tiga komponen dalam
brand image, yaitu:
1. Brand Association
Merupakan
asosiasi
yang
dibentuk
oleh
konsumen
berdasarkan pengetahuan mereka tentang suatu brand, dapat
bersifat informatif seperti atribut-atribut dari produk atau jasa
yang dikonsumsi, maupun yang bersumber dari pengalaman
konsumen itu sendiri.
Menurut Aaker dalam Tjiptono (2005) brand association
merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan ingatan
konsumen mengenai suatu brand, searah dengan pendapat Keller
dalam
buku
mengatakan
Strategic
bahwa
Brand
brand
Management
association
(2013)
berkaitan
yang
dengan
keseluruhan perspektif konsumen terhadap suatu brand.
2. Brand Value
Merupakan nilai-nilai yang diyakini oleh konsumen, terkait
dengan preferensi mereka dalam memilih suatu brand.
3. Brand Positioning
23
Merupakan persepsi konsumen mengenai kualitas suatu
brand, dimana persepsi ini akan menjadi salah satu faktor yang
menentukan preferensi mereka.
Surachman
(2008)
mendefiniskan
brand
positioning
sebagai suatu cara mengkomunikasikan realitas mengenai
brand kepada konsumen. Lebih dalam lagi, Kotler dan Keller
dalam buku Marketing Management (2009) menyimpulkan
secara rinci bahwa brand positioning merupakan upaya yang
dilakukan perusahaan untuk menancapkan brand di dalam
benak konsumen, guna membedakannya dengan produkproduk pesaing.
2.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian teori yang telah dijabarkan, maka dapat digambarkan bahwa
kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
IKLAN TELEVISI (X)
-
Daya tarik rasional
Daya tarik emosional
Sumber: Belch & Belch (2012)
BRAND IMAGE (Y)
-
Brand Association
Brand Value
Brand Positioning
Sumber: Ferrinadewi (2008).
Untuk variabel independen (X) yakni Iklan Televisi, kerangka pemikiran
dirumuskan dari konsep daya tarik iklan menurut Belch & Belch dalam buku
Advertising and Promotion (2012). Dalam buku tersebut, dikatakan bahwa terdapat
dua pendekatan dalam konsep daya tarik iklan. Yang pertama adalah daya tarik
rasional/informasional (rational/informational appeals), dan berikutnya adalah daya
tarik emosional (emotional appeals).
24
Sedangkan kerangka pemikiran untuk variabel dependen yakni Brand Image (Y)
dirumuskan dari komponen brand image menurut Ferrinadewi dalam buku Merek
dan Psikologi Konsumen (2008). Terdapat tiga komponen penyusun brand image
yaitu brand association, brand value, dan brand positioning.
Download