pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e berbantuan media

advertisement
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E
BERBANTUAN MEDIA GRAFIS TERHADAP HASIL BELAJAR IPA
PADA SISWA KELAS IV
Ni Kadek Dwi Putriani1, I Nyoman Murda2, Ni Wayan Rati3
1,2,3
Jurusan PGSD,FIP
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok
siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E Berbantuan
Media Grafis dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
konvensional. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan rancangan
non equivalent post test only control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas IV SD di Gugus Majapahit Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana
semester genap tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 138 orang. Pemilihan
sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Sampel penelitian ini adalah kelas IV
SD Negeri 1 Gumbrih yang berjumlah 20 orang dan kelas IV SD Negeri 4 Pekutatan yang
berjumlah 24 orang. Data hasil belajar IPA siswa dikumpulkan dengan metode tes dan
instrumen berupa lembar soal pilihan ganda yang berjumlah 28 butir soal. Selanjutnya
data dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t)
(nilai Thitung = 4,74 dan Ttabel = 1,68195, sehingga Thitung > Ttabel). Hasil analisis uji-t
menemuakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E
berbantuan media grafis dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran
konvensional. Rata-rata skor hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan media grafis adalah 23,10, dan rata-rata
skor hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional adalah
18,50. Jadi model pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan media grafis
berpengaruh terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Gugus Majapahit
Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana Semester Genap Tahun Pelajaran
2015/2016.
Kata kunci: hasil belajar IPA, learning cycle 5E, media grafis
Abstract
The purpose of research was to differences in the results between groups of students to
learn science that learned with models Assisted Learning Cycle 5E Media Graphics and
the group of students that learned with conventional learning models. This study is a
quasi-experimental research design with non equivalent post test only control group
design. The population in this study is a fourth grade student in the Cluster Majapahit
Jembrana District of Pekutatan second semester of academic year 2015/2016 which
amounted to 138 people. Sample selection is done by random sampling technique.
Samples were class IV SD Negeri 1 Gumbrih of 20 people and a class IV SD Negeri 4
Pekutatan amounting to 24 people. IPA student learning outcomes data collected by the
test methods and instruments in the form of multiple choice questions sheet totaling 28
items. Furthermore, the data were analyzed using descriptive statistical analysis and
inferential statistics (t-test) (Thitung value = 4.74 and Ttabel = 1.68195, so Thitung>
Ttabel). The results of t-test analysis menemuakan that there are significant differences
between the IPA learning outcomes of students that learned with Learning Cycle 5E
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
model of media-aided graphics and a group of students that learned with conventional
learning. The average score of science learning outcomes of students that learned with
Learning Cycle 5E model of media-aided graphic is 23.10, and the average score of
science learning outcomes of students that learned with conventional learning is 18.50.
So the model Learning Cycle 5E-aided graphic media influence on science learning
outcomes in grade IV elementary cluster Majapahit Pekutatan District of Jembrana
Semester Academic Year 2015/2016.
Keywords: Science learning outcomes, 5E learning cycle, graphic media
PENDAHULUAN
Dewasa ini pendidikan merupakan
pemegang peran penting di dalam
mencetak dan meningkatkan sumber daya
manusia yang handal dan berwawasan,
yang nantinya diharapkan mampu untuk
menjawab tantangan di masa yang akan
datang. Peran pendidikan ini sangat
dibutuhkan untuk menciptakan kehidupan
manusia yang cerdas, bijaksana, terampil,
dan demokratis di dalam berbangsa dan
bernegara. Hal tersebut telah dimuat dalam
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menyatakan
bahwa pendidikan merupakan usaha sadar
yang
terencana
untuk
mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran
agar siswa secara aktif mengembangkan
potensi dirinya, untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Oleh
sebab itu, pentingnya peran pendidikan
menuntut
masyarakat
agar
selalu
melakukan pembangunan dan perbaikan
serta
pembaharuan
dalam
bidang
pendidikan
yang
berguna
untuk
meningkatkan kualitas pendidikan nasional,
sehingga dapat menciptakan sumber daya
manusia yang diharapkan serta memiliki
peradaban bangsa yang bermartabat dan
cerdas.
Pendidikan
di
sekolah
dasar
merupakan pendidikan formal pertama
yang diperoleh oleh peserta didik serta
memiliki andil besar sebagai pondasi awal
pengetahuan
untuk
kelanjutan
pendidikannya. Pendidikan di sekolah dasar
sudah seharusnya dapat memberikan
pendidikan
dan
pengetahuan
yang
bermakna, sehingga mampu memberikan
pengalaman belajar kepada siswa. Pada
tingkat pendidikan sekolah dasar, akan
diajarkan lima pengetahuan utama yang
terdiri dari matematika, bahasa Indonesia,
pendidikan
kewarganegaraaan,
ilmu
pengetahuan alam, dan ilmu pengetahuan
sosial yang wajib dikuasai oleh siswa.
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan
salah satu mata pelajaran pokok yang ada
dalam kurikulum pendidikan di Indonesia.
Mata pelajaran IPA di SD menjadi salah
satu mata pelajaran yang berperan penting
bagi siswa dalam pendidikan wawasan,
keterampilan dan sikap ilmiah dari sejak
dini. Hal ini dikarenakan ilmu pengetahuan
alam merupakan ilmu pengetahuan yang
rasional dan objektif tentang alam semesta
dengan segala isinya, serta membahas
tentang gerjala-gejala alam yang disusun
secara sistematis oleh manusia yang
didasarkan pada hasil percobaan dan
pengamatan yang dilakukan manusia.
Pendidikan IPA di SD pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki
tujuan diantaranya adalah meningkatkan
ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa,
menguasai
pengetahuan
dan
pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari, mengembangkan
rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran
tentang adanya hubungan yang saling
mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat (Depdiknas,
2006). Menurut Samatowa (2010:2), “mata
pelajaran IPA di SD hendaknya membuka
kesempatan untuk memupuk rasa ingin
tahu anak didik secara alamiah”. Hal
tersebut akan membantu mereka untuk
mengembangkan kemampuan bertanya
dan mencari jawaban berdasarkan bukti
serta mengembangkan cara berpikir ilmiah
juga dapat memberikan pengalaman secara
langsung.
Dalam suatu proses pembelajaran
guru memiliki tanggung jawab untuk
memberikan pembelajaran yang nantinya
akan memberikan hasil yang baik kepada
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
siswa. Keberhasilan ini banyak bergantung
kepada usaha guru membangkitkan
aktivitas belajar siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran. Belajar sambil
melakukan
aktivitas
lebih
banyak
mendatangkan hasil bagi siswa, sebab
kesan yang didapatkan oleh siswa lebih
tahan lama tersimpan di dalam ingatan
siswa. Pelaksanaan proses pembelajaran di
sekolah dasar juga diharapan mampu
menciptakan
pembelajaran
yang
menyenangkan, memberi rasa aman, serta
dapat menumbuhkan minat dan semangat
bagi siswa pada saat melaksanakan proses
belajar sehingga dapat berpengaruh pada
ketercapaian tujuan pembelajaran serta
hasil belajar siswa. Untuk memperoleh hasil
belajar yang maksimal maka proses
pembelajarannya harus diperhatikan. Selain
itu juga, tujuan pembelajaran akan tercapai
dengan baik jika hasil belajar sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan
dalam proses pembelajaran. Hasil belajar
merupakan tingkat penguasaan yang
dicapai siswa dalam mengikuti program
belajar mengajar sesuai dengan tujuan
pendidikan yang ditetapkan yaitu meliputi
aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Menurut Sudjana (2010), “hasil belajar
merupakan kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman
belajarnya”.
Sedangkan
menurut Slameto (2010), “hasil belajar
merupakan kreativitas dalam kecakapan
kognitif yang diperoleh melalui proses
belajar”. Oleh sebab itu, salah satu hal yang
dapat
dijadikan
tolak
ukur
untuk
mengetahui
ketercapaian
tujuan
pembelajaran IPA di SD dapat dilihat dari
hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil
belajar yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah hasil belajar dalam ranah kognitif.
Akan
tetapi,
pada
kenyataannya
pelaksanaan pembelajaran IPA di SD
belum dapat sepenuhnya mencapai tujuan
yang harapan.
Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan dengan salah guru kelas IV SD di
Gugus Majapahit Kecamatan Pekutatan
Kabupaten
Jembrana,
beliau
menyampaikan bahwa pada saat mengajar
lebih berorientasi pada buku pelajaran dan
kurang memanfaatkan media pembelajaran
di dalam menyampaikan materi pelajaran,
sehingga lebih sering menggunakan
metode
ceramah
dalam
proses
pembelajarannya. Guru juga beranggapan
bahwa dengan menerapkan metode
ceramah di dalam pembelajaran itu lebih
praktis, dapat menghemat waktu dan biaya.
Penggunaan metode ceramah dapat
membantu guru lebih cepat mengejar
ketercapaian
penyampaian
materi
pembelajaran. Selain itu, guru juga kurang
mengetahui model-model pembelajaran
inovatif yang dapat memotivasi siswa untuk
secara aktif terlibat secara langsung di
dalam membangun pengetahuannya sendiri
berdasarkan pengalaman yang dimilikinya.
Berdasarkan dari hasil pengamatan
proses pembelajaran di kelas IV SDN 1
Gumbrih Gugus Majapahit Kecamatan
Pekutatan
Kabupaten
Jembrana,
menunjukkan
bahwa
pada
saat
menyampaikan materi guru masih dominan
menggunakan metode ceramah sehingga
siswa cenderung terlihat pasif saat
mengikuti proses pembelajaran. Hal
tersebut yang memicu kebosanan siswa,
sehingga siswa sering terlihat tidak fokus
dan lebih sering mengobrol dengan teman
sebangkunya.
Guru
juga
kurang
memanfaatkan media pembelajaran di saat
menjelaskan materi sehingga siswa kurang
mendapat motivasi untuk menyimak
penjelasan guru. Selain itu, situasi pada
saat proses pembelajaran di kelas lebih
didominasi oleh guru dan beberapa siswa
yang pintar saja sehingga siswa yang
kurang pintar sering kurang mendapat
perhatian, serta masih ada siswa yang malu
atau kurang berani untuk bertanya maupun
menjawab pertanyaan guru, sehingga
kurang terjadi interaksi yang komunikatif
pada saat proses pembelajaran di kelas.
Keadaan seperti inilah yang mengakibatkan
dalam proses pembelajaran IPA siswa
menjadi kurang aktif untuk membangun
sendiri
pengetahuannya
melalui
pengalaman belajar secara langsung,
sehingga
menyebabkan
tujuan
pembelajaran yang diharapkan tidak dapat
tercapai dengan maksimal.
Berdasarkan
hasil
pencatatan
dokumen, rata-rata nilai UAS mata
pelajaran IPA Kelas IV di SD Gugus
3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Majapahit
Kecamatan
Pekutatan
Kabupaten Jembrana, menunjukkan bahwa
masih ada beberapa sekolah yang
memperoleh nilai rata-rata di bawah KKM.
Oleh sebab itu, untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dalam suatu proses
pembelajaran,
guru
sebagai
tenaga
pendidik memegang peran penting. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan cara
mengubah proses pembelajaran dari
teacher centered menjadi student centered
yaitu dengan menerapkan suatu model
pembelajaran. Model pembelajaran ini
diharapkan
mendorong
terwujudnya
pembelajaran aktif, kreatif, inovatif, dan
bermakna bagi siswa. Siswa diberi
kesempatan mengeksplorasi kemampuan
yang dimilikinya, sehingga memperoleh
pengalaman
belajar
yang
dapat
meningkatkan
pemahamannya.
Model
pembelajaran tersebut adalah model
pembelajaran Learning Cycle 5E dengan
berbantuan media grafis.
Model pembelajaran Learning Cycle
5E
adalah
model
pembelajaran
berlandaskan
paham
konstruktivisme.
Model pembelajaran ini mengarahkan siswa
untuk menemukan dan membangun
pengetahuannya sendiri melalui percobaan,
pengalaman dan observasi sehingga siswa
dapat lebih paham dan mengingat
pengetahuan yang telah didapat. Menurut
Fajaroh dan Dasna (2007), learning cycle
5E merupakan rangkaian tahap-tahap
kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa
sehingga
siswa
dapat
menguasai
kompetensi-kompetensi yang harus dicapai
dalam pembelajaran dengan jalan berperan
aktif. Karakteristik kegiatan pembelajaran
pada
masing-masing
siklus
belajar
memberikan pengalaman belajar kepada
siswa
dalam
mengkonstruksi
dan
mengembangkan
pengetahuan
yang
dimiliki siswa. Pada saat pemberian
pengalaman belajar ini, siswa yang
berperan
aktif
mengkonstruksi
dan
mengembangkan
pengetahuan
dalam
memahami suatu konsep yang diajarkan,
sedangkan guru hanya berperan sebagai
fasilitator untuk mengelola tahapan-tahapan
kegiatan dari learning cycle. Menurut
Lorsbach (dalam Ngalimun, 2014) model
pembelajaran learning cycle 5E terdiri dari
tahap (1) pembangkit minat (engagement),
(2) eksplorasi (exploration), (3) penjelasan
(explanation), (4) elaborasi (elaboration),
(5) evaluasi (evaluation). Penggunaan
model pembelajaran Learning Cycle 5E
dalam proses pembelajaran, bukan lagi
sekedar transfer pengetahuan dari guru ke
siswa
tetapi
merupakan
proses
pemerolehan konsep yang berorientasi
pada keterlibatan siswa secara aktif dan
langsung.
Penggunaan
suatu
model
pembelajaran dalam proses pembelajaran
dapat dibantu dengan menggunakan media
pembelajaran.
Media
pembelajaran
merupakan
bagian
integral
dalam
pembelajaran.
Pembelajaran
dengan
menggunakan media pembelajaran tidak
hanya menggunakan media kata-kata
(symbol verbal) sehingga dapat diharapkan
hasil pengalaman belajar dapat lebih berarti
bagi siswa. Media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan
untuk
menyalurkan
pesan
(bahan
pembelajaran) sehingga dapat merangsang
perhatian, minat, pikiran, dan perasaan
peserta didik dalam kegiatan belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu,
media
pembelajaran
akan
sangat
membantu memudahkan guru dalam
menjelaskan
suatu
materi
pelajaran
sehingga dapat terhindar dari kesalahan
konsep yang diterima siswa. Untuk siswa
SD yang masih berada pada tahap
operasional konkret, media pembelajaran
akan sangat membantu mereka untuk
memahami materi yang sedang dipelajari.
Pemilihan suatu media yang akan
digunakan
harus
memiliki
dasar
pertimbangan yang nanti akan mampu
menunjang ketercapaian tujuan suatu
proses
pembelajaran.
Media
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
media grafis pemakaian media tersebut
untuk menunjang pembelajaran. Media
grafis adalah suatu media visual yang
menggunakan
simbol-simbol
yang
bertujuan untuk menggambarkan suatu ide
atau kejadian” (Tegeh, 2008). Media grafis
sebagaimana halnya media yang lain,
berfungsi untuk menyalurkan pesan dan
sumber ke penerima pesan. Saluran yang
dipakai menyangkut indera penglihatan.
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Pesan yang akan disampaikan dituangkan
kedalam simbol-simbol komunikasi visual.
Selain
sederhana
dan
mudah
pembuatannya, media grafis juga termasuk
media yang relatif mudah ditinjau dari segi
biayanya. Menurut Tegeh (2008:72) “media
grafis terdiri dari beberapa jenis”, adapun
jenis-jenis dari media grafis adalah
gambar/foto, sketsa, diagram, bagan/chat,
grafik, kartun, poster, peta dan globe,
papan flanel, papan buletin. Pada penelitian
ini digunakan jenis media grafis berupa
gambar/foto karena jenis media ini paling
sesuai dengan materi yang dibelajarkan.
Melalui penerapan Model Learning
Cycle 5E Berbantuan Media Grafis dalam
penelitian ini dapat meningkatkan interaksi
antara siswa dengan siswa dan siswa
dengan guru dalam proses pembelajaran.
Pemanfaatan media yang tepat dan
bervariasi seperti multimedia pembelajaran
dapat membantu guru dalam penyampaian
materi pembelajaran, mengatasi sikap pasif
siswa untuk belajar khususnya pada mata
pelajaran IPA, sehingga hasil belajar IPA
siswa tercapai sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh guru.. Berdasarkan uraian
tersebut, maka dilakukan penelitian dengan
tujuan
penelitian
ini
adalah
untuk
mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran
Learning Cycle 5E Berbantuan Media
Grafis Terhadap Hasil Belajar IPA Pada
Siswa Kelas IV SD Gugus Majapahit
Kecamatan
Pekutatan
Kabupaten
Jembrana
Semester
Genap
Tahun
Pelajaran 2015/2016.
meliputi: SDN 1 Pengeragoan, SDN 2
Pengeragoan, SDN 3 Pengeragoan, SDN 1
Gumbrih,
SDN
2
Gumbrih,
SDN
Pangyangan, SDN 1 Pekutatan, SDN 2
Pekutatan, SDN 4 Pekutatan, dan
berjumlah 138 siswa pada semester genap
tahun
pelajaran
2015/2016.
Teknik
pengambilan sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik random
sampling. Cara pemilihan sampelnya
menggunakan sistem undian. Sebelum
dilakukan
pemilihan
sampel,
untuk
mengetahui apakah kemampuan siswa
kelas IV masing-masing sekolah setara
atau tidak, maka terlebih dahulu dilakukan
uji kesetaraan dengan menggunakan
ANAVA Satu Jalur.
Berdasarkan hasil analisis Anava
Satu Jalur pada taraf signifikansi 5%
diperoleh nilai Fhitung sebesar 1,60
sedangkan nilai Ftabel pada dbantar = 8 dan
dbdalam = 129 adalah 2,01. Dengan demikian
terlihat bahwa nilai Fhitung< Ftabel (1,60<
2,10), sehingga H0 diterima dan H1 ditolak.
Jadi, tidak terdapat perbedaan yang
signifikan hasil ulangan akhir semester
ganjil tahun pelajaran 2015/2016 mata
pelajaran IPA pada siswa kelas IV SD di
Gugus Majapahit Kecamatan Pekutatan
Kabupaten Jembrana. Dengan kata lain,
bahwa kemampuan siswa kelas IV di SD
Gugus Majapahit Kecamatan Pekutatan
Kabupaten Jembrana adalah setara.
Pada tahap kedua, berdasarkan uji
kesetaraan, maka sekolah yang lolos uji
kesetaraan akan diundi secara acak, untuk
menentukan sekolah yang akan dijadikan
sebagai tempat penelitian. Dari hasil undian
diperoleh dua sekolah yaitu SDN 1 Gumbrih
dengan jumlah siswa 20 orang dan SDN 4
Pekutatan dengan jumlah siswa 24 orang.
Selanjutnya pada tahap ketiga, sekolah
yang telah terpilih kembali diundi secara
acak untuk menetukan kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Hasil pengundian
menyatakan bahwa SDN 1 Gumbrih
sebagai kelas eksperimen dan SDN 4
Pekutatan sebagai kelas kontrol.
Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah non equivalent
post-test only control group design.
Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki
pengaruh satu variabel bebas (independen)
METODE
Jenis penelitian yang dilakukan
adalah penelitian eksperimen. Penelitian
yang dilakukan ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran
learning cycle 5E berbantuan media grafis
terhadap hasil belajar IPA siswa dengan
memanipulasi variabel bebas, sedangkan
variabel lain yang juga mempengaruhi
variabel terikat tidak dapat dikontrol secara
ketat sehingga penelitian yang digunakan
adalah penelitian eksperimen semu.
Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas IV SD di gugus Majapahit
Kecamatan
Pekutatan
Kabupaten
Jembrana yang terdiri dari 9 SD yang
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
yaitu model pembelajaran Learning Cycle
5E Berbantuan Media Grafis (X) dan satu
variabel terikat (dependen) yaitu hasil
belajar IPA (Y). Hasil belajar yang
dimaksud pada penelitian ini adalah hasil
belajar kognitif. Hasil belajar ini diukur
dengan menggunakan metode tes dengan
instrumen berupa lembar soal objektif.
Sebelum
digunakan
dalam
penelitian, instrumen penelitian terlebih
dahulu divalidasi secara teoritis dari segi
validitas isi dengan meminta pertimbangan
pada pakar (expert judges). Selanjutnya
instrumen penelitian diuji secara empiris
validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan
daya bedanya. Hal ini dilakukan untuk
mendapatkan gambaran apakah instrumen
tes hasil belajar layak digunakan sebagai
instrumen penelitian. Uji coba instrumen tes
hasil belajar IPA dilakukan di SDN 2
Gumbrih yang diikuti oleh 27 responden
dan di SDN 1 Pengeragoan yang diikuti
oleh 15 responden. Instrumen hasil belajar
yang diujicobakan berjumlah 40 butir soal.
Setelah dilakukan uji validitas, dari 40 butir
soal yang diujikan kepada 42 responden
diperoleh 28 butir soal yang layak
digunakan sebagai instrumen penelitian
dengan reliabilitas tes r11 = 0,81 yang
dikategorikan memiliki reliabilitas tinggi.
Metode
analisis
data
yang
digunakan adalah analisis statistik deskriptif
dan statistik inferensial dengan uji-t.
Statistik deskriptif yang dicari adalah mean,
median, modus dan standar deviasi. Uji-t
digunakan
untuk
menguji
hipotesis
penelitian. Rumus uji-t yang digunakan
adalah polled varians (n1 = n2 dan varians
homogen dengan db = n1 + n2 – 2).
Sebelum
melaksanakan
pengujian
hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji
prasyarat hipotesis yang meliputi uji
normalitas
sebaran
data
dan
uji
homogenitas. Uji normalitas dilakukan
untuk mengetahui apakah sebaran data
hasil belajar IPA siswa masing-masing
kelompok berdistribusi normal atau tidak.
Untuk menguji normalitas sebaran data
digunakan teknik analisis chi-kuadrat. Uji
homogenitas bertujuan untuk mengetahui
bahwa kedua kelompok mempunyai varians
yang sama atau tidak. Jika kedua kelompok
mempunyai varians yang sama maka
kelompok tersebut dikatakan homogen, dan
uji homogenitas varians dilakukan dengan
uji-F.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Data dalam penelitian ini adalah
skor hasil belajar IPA siswa dari penerapan
model pembelajaran Learning Cycle 5E
berbantuan media grafis pada kelompok
eksperimen dan model pembelajaran
konvensional pada kelompok kontrol. Data
dari pengukuran hasil belajar IPA terhadap
20 siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran LC 5E Berbantuan Media
Grafis menunjukkan bahwa skor tertinggi
adalah 28 dan skor terendah adalah 17.
Sebelum menyajikan data pada tabel
distribusi frekuensi, maka ditentukan
terlebih dahulu banyak kelas interval,
rentangan, dan panjang kelas dari hasil
belajar siswa pada kelompok yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran
LC 5E
Berbantuan Media Grafis.
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui
bahwa banyak kelas interval = 6, rentangan
= 11, dan panjang kelas interval = 2.
Ringkasan distribusi frekuensi data hasil
belajar IPA siswa kelompok eksperimen
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar IPA Siswa Kelompok Eksperimen
Kelas Interval
17 – 18
19 – 20
21 – 22
23 – 24
X
(titik tengah)
17,5
19,5
21,5
23,5
frekuensi
relatif (%)
10,00
15,00
15,00
20,00
F
2
3
3
4
6
frekuensi
kumulatif
2
5
8
12
frekuensi
kumulatif (%)
10,00
25,00
40,00
60,00
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Kelas Interval
X
(titik tengah)
25,5
27,5
frekuensi
frekuensi
frekuensi
relatif (%)
kumulatif
kumulatif (%)
30,00
90,00
18
10,00
100,00
20
100%
skor
siswa
pada
kelompok
yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran
Learning Cycle 5E Berbantuan Media
Grafis cenderung tinggi. Jika nilai rata-rata
dikonvensikan ke dalam PAP skala lima
berada pada kategori sangat tinggi
Data dari pengukuran hasil belajar
IPA terhadap 24 siswa yang dibelajarkan
dengan model Konvensional menunjukkan
bahwa skor tertinggi adalah 25 dan skor
terendah adalah 14. Skor hasil belajar
siswa pada kelompok yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran Konvensional
secara lengkap dapat dilihat pada lampiran
20. Sebelum menyajikan data pada tabel
distribusi frekuensi, maka ditentukan
terlebih dahulu banyak kelas interval,
rentangan, dan panjang kelas dari hasil
belajar siswa pada kelompok yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran
Konvensional.
Berdasarkan
hasil
perhitungan diketahui bahwa banyak kelas
interval = 6, rentangan = 11, dan panjang
kelas interval = 2. Ringkasan distribusi
frekuensi data hasil belajar IPA siswa
kelompok kontrol disajikan pada Tabel 2.
F
Frekuensi
25 – 26
6
27 – 28
2
20

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi yang
telah dibuat, maka didapatkan Mean (M)
sebesar 23,10, Median (Md) sebesar 23,50,
dan Modus (Mo) sebesar 25,20.
Deskripsi data hasil belajar IPA
kelompok eskperimen dapat dilihat pada
Gambar 1.
8
6
4
2
0
17,5 19,5 21,5 23,5 25,5 27,5
Titik Tengah
M = 23,10 Me= 23,50 Mo= 25,20
Gambar 1. Kurva Poligon Data Hasil
Belajar
IPA
Siswa
pada
Kelompok Eksperimen
Mean (M), Median (Md), Modus
(Mo) digambarkan dalam kurva poligon
negatif M<Md<Mo (23,10<23,50<25,20).
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar IPA Siswa Kelompok Kontrol
Kelas Interval
14 – 15
16 – 17
18 – 19
20 – 21
22 – 23
24 – 25

X
(titik tengah)
14,5
16,5
18,5
20,5
22,5
24,5
frekuensi
relatif (%)
20,83
29,17
16,67
12,50
12,50
8,33
100%
F
5
7
4
3
3
2
24
7
frekuensi
kumulatif
5
12
16
19
22
24
frekuensi
kumulatif (%)
20,83
50,00
66,66
79,16
91,66
100,00
2
lebih kecil dari χ tabel (4,50<7,81). Sehingga
data hasil post test kelompok kontrol
berdistribusi normal.
Uji homogenitas varians dilakukan
terhadap varians pasangan antar kelompok
eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan
adalah uji F dengan kriteria data homogen
jika
Fhitung<Ftabel.
Berdasarkan
hasil
perhitungan uji homogenitas didapatkan
harga Fhitung sebesar 1,13 sedangkan Ftabel
dengan dbpembilang = 19, dbpenyebut = 23, pada
taraf signifikansi 5% adalah 2,80 Hal ini
berarti Fhitung lebih kecil dari Ftabel
(1,13<2,80) sehingga dapat dinyatakan
bahwa varians data hasil post-test
kelompok eksperimen dan kontrol adalah
homogen. Berdasarkan hasil analisis uji
prasyarat hipotesis, diperoleh bahwa data
hasil
belajar
IPA
siswa
kelompok
eksperimen dan kontrol adalah normal dan
homogen, sehingga pengujian hipotesis
penelitian dengan uji-t dapat dilakukan.
Uji hipotesis dilakukan dengan
menggunakan statistik uji-t dengan rumus
polled varians. Kriteria pengujian adalah H0
ditolak jika thitung > ttabel. Pengujian dilakukan
pada taraf signifikansi 5% dengan derajat
kebebasan (dk) = n1 + n2 – 2. Berdasarkan
hasil perhitungan tersebut di atas,
didapatkan thitung sebesar 4,74. Sedangkan
ttabel pada taraf signifikansi 5% dan (db) =
42 adalah 1,68. Hasil perhitungan tersebut
menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari
ttabel (4,74>1,68) sehingga H0 ditolak dan H1
diterima. Dengan demikian dapat diketahui
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
hasil belajar IPA antara kelompok siswa
yang
dibelajarkan
dengan
model
pembelajaran
Learning
Cycle
5E
berbantuan media grafis dan kelompok
siswa
yang
dibelajarkan
dengan
pembelajaran konvensional pada siswa
kelas IV SD Gugus Majapahit Kecamatan
Pekutatan Kabupaten Jembrana Semester
Genap Tahun Pelajaran 2015/2016.
Frekuensi
Berdasarkan distribusi frekuensi data hasil
belajar IPA kelompok kontrol yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran
konvensional disajikan pada Gambar 2.
8
6
4
2
0
14,5 16,5 18,5 20,5 22,5 24,5
Mo= 16,30 Me= 17,50 M = 18,50
Titik Tengah
Gambar 2. Kurva Poligon Data Hasil Belajar
IPA Siswa pada Kelompok Kontrol
Mean (M), Median (Md), Modus (Mo)
digambarkan dalam grafik polygon di atas
merupakan
juling
positif
M>Md>Mo
(18,50>17,50>16,30). Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar skor siswa
kelompok kontrol cenderung rendah. Jika
nilai rata-rata dikonversi ke dalam Penilaian
Acuan Patokan (PAP) Skala Lima berada
pada kategori rendah.
Sebelum melakukan uji hipotesis
terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang
meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.
Uji normalitas dilakukan untuk membuktikan
bahwa frekuensi data hasil penelitian
benar-benar berdistribusi normal. Hasil uji
normalitas sebaran data didapatkan harga
χ2
hitung
hasil post test kelompok eksperimen
2
sebesar 4,17 dan  tabel dengan derajat
kebebasan (dk) = 3 pada taraf signifikansi
2
5% adalah 7,81. Hal ini berarti χ hitung hasil
post test kelompok eksperimen lebih kecil
2
dari  tabel (4,17<7,81). Sehingga data hasil
post test kelompok eksperimen berdistribusi
normal. Sedangkan χ
2
hitung
hasil post-test
PEMBAHASAN
Berdasarkan deskripsi data hasil
belajar IPA siswa kelas IV pada penelitian
ini, menunjukkan bahwa siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajaran
Learning
Cycle
5E
2
kelompok kontrol adalah 4,50 dan χ tabel
hasil post-test kelompok kontrol dengan
derajat kebebasan (dk) = 3 pada taraf
signifikansi 5% adalah 7,81. Hal ini berarti
χ2
hitung
hasil post-test kelompok kontrol
8
Berbantuan Media Grafis memiliki hasil
belajar yang lebih tinggi dibandingkan
dengan siswa yang mengikuti pembelajaran
dengan model pembelajaran konvensional.
Perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA
siswa kelas IV tersebut, disebabkan karena
perbedaan perlakuan pada langkahlangkah
pembelajaran
dan
proses
penyampaian materi. Pembelajaran dengan
model Learning Cycle 5E Berbantuan
Media Grafis lebih menekankan aktivitas
siswa dan guru sebagai fasilitator melalui
rangkaian
tahap-tahap
kegiatan
pembelajaran yang diorganisasi sedemikian
rupa sehingga siswa dapat menguasai
kompetensi-kompetensi yang harus dicapai
dalam pembelajaran. Model pembelajaran
ini terdiri dari lima tahapan, yaitu:
engagement
(pembangkitan
minat),
exploration
(eksplorasi),
explanation
(penjelasan),
elaboration
(penerapan
konsep),
dan evaluation (evaluasi).
Penerapan model pembelajaran Learning
Cycle 5E Berbantuan Media Grafis
memungkinkan siswa menemukan konsep
sendiri atau memantapkan konsep yang
dipelajari, mencegah terjadinya kesalahan
konsep, dan memberikan peluang kepada
siswa untuk menerapkan konsep-konsep
yang telah dipelajari pada situasi baru
(Ngalimun, 2014). Selain itu, dengan
bantuan media grafis yang memudahkan
siswa menerima dan memahami materi
yang disajikan guru.
Pada tahap pembangkitan minat
(engagement), siswa terlihat termotivasi
dengan gambar yang ditunjukan guru, hal
ini terlihat ketika guru mengajukan sebuah
pertanyaan terkait kehidupan sehari-hari
tentang gambar tersebut, hampir sebagian
besar siswa mengangkat tangan dan
berusaha menjawab pertanyaan guru.
Dalam
proses
pembelajaran
membangkitkan motivasi siswa sangatlah
penting sebab tanpa adanya motivasi siswa
tidak akan memiliki kemauan untuk belajar.
Motivasi ini juga dapat berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Jika motivasi
siswa
dalam
mengikuti
proses
pembelajaran tinggi, maka siswa tersebut
akan mampu memperoleh hasil belajar
yang memuaskan, begitupula sebaliknya
(Sanjaya,
2009).
Selain
dengan
menunjukkan gambar dan mengajukan
pertanyaan tentang proses faktual dalam
kehidupan
sehari-hari,
guru
juga
memberikan motivasi kepada siswa dengan
memberikan pesan-pesan singkat seperti
jangan takut untuk mencoba menjawab,
jawablah sesuai dengan pengetahuan
kalian jangan takut salah. Setelah siswa
tampak termotivasi dan berkonsentarasi
untuk mengikuti proses pembelajaran,
siswa kemudian diberikan kesempatan
untuk
mengeksplorasi,
mengkaji
permasalahan yang diberikan melalui LKS
dan mendiskusikannya dalam kelompok
pada tahap selanjutnya.
Pada tahap eksplorasi (exploration),
siswa
diberikan
kesempatan
untuk
bekerjasama dalam kelompok kecil dan
menelaah
sumber
pustaka
serta
mendiskusikan
permasalahan
terkait
dengan LKS yang diberikan guru. Dalam
kegiatan kerja kelompok, siswa akan saling
bertukar pikiran satu sama lain dan
informasi
tentang
suatu
topik
permasalahan, kemungkinan fakta dan
pembuktian yang dapat digunakan untuk
memecahkan
permasalahan.
Melalui
kegiatan kerja kelompok ini juga akan
membantu
siswa
untuk
dapat
mengembangkan sikap gotong royong dan
demokrasi, dapat memacu siswa menjadi
aktif
dalam
belajar,
serta
dapat
membiasakan siswa untuk bekerjasama,
bermusyawarah dan bertanggung jawab
(Abimayu, 2010). Keberhasilan tahap ini
ditandai
dengan
kemampuan
siswa
memberikan jawaban berdasarkan hasil
diskusi terkait LKS yang diberikan oleh guru
pada tahap penjelasan.
Tahap penjelasan (eksplanation),
siswa
diberikan
kesempatan
untuk
menyampaikan atau mempresentasikan
hasil diskusi yang telah dilakukan dengan
kelompoknya serta pada tahap ini guru juga
dituntut untuk mampu mendorong siswa
agar mampu menjelaskan suatu konsep
dengan kalimat sendiri. Dilihat dari
pelakasanaan tahap ini siswa telah mampu
memberikan penjelasan dan jawaban yang
lebih baik dibandingkan ketika diberikan
pertanyaan awal, meskipun masih ada
beberapa siswa yang belum terbiasa untuk
mengungkapkan pendapat secara lisan di
9
depan kelas. Oleh sebab itu, guru
memancing
siswa
agar
berani
mengungkapkan pendapatnya secara lisan
dengan
langkah,
seperti
dengan
memberikan nilai tambahan bagi siswa
yang
mau
aktif
menyampaikan
pendapatnya, atau memberikan apresiasi
berupa tepuk tangan bagi siswa yang
sudah mau menjawab pertanyaan dari
guru.
Selanjutnya pada tahap elaborasi
(elaboration), siswa menerapkan konsep
yang telah dipelajarinya. Pada pelaksanaan
tahap ini, guru memimpin diskusi kelas
untuk menuntun siswa mengaplikasikan
konsep yang telah dimilikinya. Kemudian
siswa diminta untuk menganalisis dan
mengurutkan gambar sesuai dengan
petunjuk yang diberikan guru. Tahap ini
dapat berjalan dengan baik karena siswa
terlihat lebih aktif mengikuti diskusi kelas
dan
terlihat
bersemangat
untuk
memberikan tanggapan apabila ada teman
yang salah untuk mengurutkan gambar.
Bagi siswa yang menjawab benar dan
berani memberikan tanggapan diberikan
tanda
bintang
sebagai
ungkapan
keberaniannya. Semakin banyak bintang
yang dikumpulkan semakin tinggi nilai
keaktifannya di kelas.
Tahap terakhir yaitu tahap evaluasi
(evaluation), pada tahap ini dilakukan
evaluasi terhadap penguasaan konsep
siswa baik secara langsung maupun
melalui pertanyaan-pertanyaan konseptual
yang telah disediakan. Tes yang digunakan
untuk mengevaluasi hasil belajar IPA siswa,
yaitu tes esay. Tahap evaluasi ini
digunakan untuk mengetahui pemahaman
dan kemampuan siswa selama mengikuti
proses pembelajaran, serta guru juga
mempunyai kesempatan untuk memantau
kemajuan siswa dalam mencapai tujuantujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
(Wena, 2010).
Namun pada penerapan model
pembelajaran
Learning
Cycle
5E
Berbantuan Media Grafis masih sering
ditemukan permasalahan yaitu memerlukan
waktu yang banyak untuk membiasaakan
siswa menggunakan model pembelajaran
learning cycle 5E berbantuan media grafis.
Hal ini diakibatkan karena siswa merasa
awam
untuk
mengikuti
proses
pembelajaran dengan model pembelajaran
learning cycle 5E berbantuan media grafis,
siswa juga masih sering terpaku dengan
metode pengajaran yang diterapkan guru
selama ini, yang mana siswa terbiasa
hanya
mendengarkan
materi
yang
dijelaskan guru dan menunggu guru
memberikan
penjelasan
tanpa
ada
keinginan
untuk
menemukan
dan
mengonstruksi sendiri penyelesaian dari
permasalahan yang diberikan kepadanya.
Akan tetapi, melalui penerapan model
pembelajaran learning cycle 5E berbantuan
media grafis, sudah mampu mengaktif
siswa
di
dalam
mengikuti
proses
pembelajaran. Pengunaan media grafis
dalam proses pembelajaran juga sangat
membantu guru. Media grafis dapat
memudahkan guru di dalam menyampaikan
suatu
materi
pembelajaran
dan
memudahkan siswa untuk memahami suatu
materi pembelajaran, media grafis memiliki
jenis yang cukup beragam sehingga dapat
digunakan untuk berbagai tujuan, serta
media grafis dapat meningkatkan motivasi
belajar siswa dan mampu mengaktifkan
siswa dalam proses pembelajaran (Tegeh,
2008).
Implementasi model pembelajaran
Learning Cycle 5E berbantuan media grafis
di sekolah dasar ini, memiliki implikasi
terhadap peranan guru sebagai fasilitator
dan mediator di dalam mengelola fase-fase
siklus belajar mulai dari perencanaan
proses
pembelajaran,
pengembangan
perangkat
pembelajaran,
pelaksanaan
pembelajaran di kelas dan proses
membimbing siswa sampai pelaksanaan
evaluasi. Selain itu, guru hendaknya
memberikan kesempatan kepada siswa
yang seluas-luasnya untuk lebih aktif dalam
kegiatan pembelajaran yang berlangsung di
kelas. Guru juga hendaknya memberikan
sumber belajar dan menggunakan media
pembelajaran yang beragam sesuai dengan
materi pelajaran yang memiliki hubungan
relevan dengan materi yang diajarkan
kepada siswa sehingga siswa mampu
mengelola secara lebih mandiri belajarnya
serta dapat memberikan upaya yang
maksimal sesuai dengan minat dan
kemampuannya.
10
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan di atas, maka dapat
disimpulkan sebagai berikut. Nilai rata-rata
hasil belajar IPA pada ranah kognitif
kelompok siswa yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran Learning Cycle 5E
berbantuan media grafis lebih tinggi
dibandingkan
kelompok
siswa
yang
dibelajarkan
dengan
pembelajaran
konvensional. Kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran
Learning Cycle 5E berbantuan media grafis
memiliki nilai rata-rata hasil belajar IPA
sebesar 23,10 sedangkan kelompok siswa
yang dibelajarkan dengan pembelajaran
konvensional memiliki nilai rata-rata hasil
belajar IPA sebesar 18,50. Dari hasil uji
hipotesis yang telah dilakukan dengan uji-t,
diketahui bahwa thit = 4,74 > ttab = 2,80 (taraf
signifikansi 5% dan db = 42), sehingga Ho
ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti
terdapat perbedaan yang signifikan hasil
belajar IPA antara kelompok siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran
Learning Cycle 5E berbantuan media grafis
dan kelompok siswa yang dibelajarkan
dengan
pembelajaran
konvensional.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran Learning Cycle 5E
berbantuan media grafis berpengaruh
terhadap hasil belajar IPA siswa.
Saran yang dapat disampaikan
berdasarkan penemuan yang dilakukan ini
adalah sebagai berikut. 1) Bagi guru, hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh model Learning Cycle 5E
berbantuan media grafis terhadap hasil
belajar IPA siswa. Untuk itu, para guru
hendaknya dapat menerapkan model
pembelajaran
Learning
Cycle
5E
berbantuan media grafis sebagai alternatif
dalam membelajarkan siswa sehingga hasil
belajar
IPA
siswa
optimal
dalam
pembelajaran. 2) Bagi siswa, dengan
diterapkannya
model
pembelajaran
Learning Cycle 5E berbantuan media grafis
dalam penelitian ini, diharapkan siswa
menjadi lebih aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran serta mampu membangun
pengetahuannya sendiri untuk mencapai
hasil belajar yang optimal. 3) Bagi kepala
sekolah, hendaknya ikut memperkenalkan
Berbeda
halnya
dengan
pembelajaran yang dilaksanakan dengan
model pembelajaran konvensional yang
mencakup pemberian informasi oleh guru,
tanya jawab dan pemberian latihan soalsoal oleh guru. Pembelajaran secara
konvensional lebih berpusat pada guru
sehingga siswa cenderung pasif, siswa
kurang mendapat kesempatan untuk
memperoleh pengalaman belajar secara
langsung. Proses pembelajaran secara
konvensional cenderung menempatkan
guru sebagai sumber belajar yang
mengajarkan
pengetahuan
dan
keterampilan kepada siswa. Pembelajaran
konvensional
menitikberatkan
proses
transfer pengetahuan dari guru ke siswa
(Sudjana, 2005). Proses pembelajaran
seperti ini kurang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk terlibat secara aktif
melakukan konstruksi pengetahuannya
sendiri, juga dapat menyebabkan siswa
menjadi ketergantungan terhadap guru
dalam proses pembelajaran. Hal itulah yang
menyebabkan hasil belajar IPA siswa pada
kelas kontrol yang dibelajarkan dengan
model
konvensional
lebih
rendah
dibandingkan dengan hasil belajar IPA
siswa pada kelas eksperimen yang
dibelajarkan dengan model Learning Cycle
5E berbantuan media grafis.
Hasil penelitian ini, sejalan dengan
hasil-hasil penelitian sebelum-sebelumnya,
seperti
penelitian
mengenai
model
pembelajaran learning cycle 5E yang
dilakukan oleh Putu Sela Yopiani pada
tahun 2013 yang berjudul “Pengaruh Model
Learning
Cycle
5E
(Engagement,
Exspliration,
Explanation,
Elaboration,
Evaluation) Berbantuan Media Grafis
Terhadap Hasil Belajar PKn Kelas V SD N
1 Kesiman”. Hasil penelitian yang dilakukan
menyatakan bahwa penggunaan model
pembelajaran
learning
cycle
5E
berpengaruh terhadap hasil belajar PKn
siswa. Hal itu dapat dilihat dari nilai ratarata hasil belajar siswa yang dibelajarkan
dengan model pembelajaran learning cycle
5E berbantuan media grafis adalah 67,57
dan nilai rata-rata hasil belajar PKn siswa
yang
dibelajarkan
dengan
model
pembelajaran konvensional adalah 61,29.
11
dan memberikan dorongan bagi guru-guru
untuk
menerapkan
model-model
pembelajaran
inovatif
yang
dapat
digunakan dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran, salah satunya adalah model
pembelajaran
Learning
Cycle
5E
berbantuan media grafis. 4) Bagi penelitian
lain, hasil belajar IPA siswa yang diteliti
dalam penelitian ini hanya terbatas pada
hasil belajar pada ranah kognitif. Untuk
memperoleh hasil belajar siswa yang lebih
komperhensif dalam pembelajaran maka
perlu diadakan penelitian sejenis yang tidak
hanya menyelidiki hasil belajar pada ranah
kognitif tetapi juga mencakup ranah afektif
dan psikomotor siswa.
Sudjana, Nana. 2005. Metode dan Teknik
Pembelajaran Partisipatif. Bandung:
Falah Production.
---------, 2010. Penilaian Hasil Belajar
Mengajar.
Bandung:
Remaja
Rosdakarya.
Sugiantara, I Putu. 2013. Pengaruh Model
Pembelajaran Learning Cycle 5E
Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa
Kelas V di Gugus VII Kecamatan
Buleleng. Skripsi (tidak diterbitkan).
Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha.
Tegeh, I Made. 2008. Media Pembelajaran.
Malang: Program Pascasarjana
Universitas Negeri Malang.
Wena, Made. 2010. Strategi Pembelajaran
Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi
Aksara.
Yopiani, Putu Sela. 2013. Pengaruh Model
Learning Cycle 5E (Engagement,
Exspliration,
Explanation,
Elaboration, Evaluation) Berbantuan
Media Grafis Terhadap Hasil Belajar
PKn Kelas V SD N 1 Kesiman.
Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja,
Universitas Pendidikan Ganesha
DAFTAR RUJUKAN
Abimayu, Soli dkk. 2010. Strategi
Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas
Direktorat
Jendral
Pendidikan
Tinggi.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan: Standar Isi Mata
Pelajaran
IPA.
Jakarta:
Permendiknas No. 22 Tahun 2006.
Fajaroh, Fauziatul dan I Wayan Dasna.
2007.
“Pengaruh
Model
Pembelajaran Learning Cycle untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar dan
Hasil Belajar Kimia Zat Aditif dalam
Bahan Makanan pada Siswa Kelas
II SMU Negeri 1 Tumpung”. Dirjen
Dikti Depdiknas. Volume 11, Edisi
Khusus (hal 112-122).
Ngalimun, 2014. Strategi dan Model
Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja
Pessindo.
Sanjaya,
Wina.
2009.
Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses
Pendidikan.
Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Samatowa, Usman. 2010. Pembelajaran
IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT.
Indeks.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhi. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
12
Download