e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN MEDIA GRAFIS TERHADAP HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV Ni Kadek Dwi Putriani1, I Nyoman Murda2, Ni Wayan Rati3 1,2,3 Jurusan PGSD,FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: [email protected], [email protected], [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E Berbantuan Media Grafis dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan rancangan non equivalent post test only control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD di Gugus Majapahit Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana semester genap tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 138 orang. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Sampel penelitian ini adalah kelas IV SD Negeri 1 Gumbrih yang berjumlah 20 orang dan kelas IV SD Negeri 4 Pekutatan yang berjumlah 24 orang. Data hasil belajar IPA siswa dikumpulkan dengan metode tes dan instrumen berupa lembar soal pilihan ganda yang berjumlah 28 butir soal. Selanjutnya data dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t) (nilai Thitung = 4,74 dan Ttabel = 1,68195, sehingga Thitung > Ttabel). Hasil analisis uji-t menemuakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan media grafis dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Rata-rata skor hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan media grafis adalah 23,10, dan rata-rata skor hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional adalah 18,50. Jadi model pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan media grafis berpengaruh terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Gugus Majapahit Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016. Kata kunci: hasil belajar IPA, learning cycle 5E, media grafis Abstract The purpose of research was to differences in the results between groups of students to learn science that learned with models Assisted Learning Cycle 5E Media Graphics and the group of students that learned with conventional learning models. This study is a quasi-experimental research design with non equivalent post test only control group design. The population in this study is a fourth grade student in the Cluster Majapahit Jembrana District of Pekutatan second semester of academic year 2015/2016 which amounted to 138 people. Sample selection is done by random sampling technique. Samples were class IV SD Negeri 1 Gumbrih of 20 people and a class IV SD Negeri 4 Pekutatan amounting to 24 people. IPA student learning outcomes data collected by the test methods and instruments in the form of multiple choice questions sheet totaling 28 items. Furthermore, the data were analyzed using descriptive statistical analysis and inferential statistics (t-test) (Thitung value = 4.74 and Ttabel = 1.68195, so Thitung> Ttabel). The results of t-test analysis menemuakan that there are significant differences between the IPA learning outcomes of students that learned with Learning Cycle 5E 1 e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 model of media-aided graphics and a group of students that learned with conventional learning. The average score of science learning outcomes of students that learned with Learning Cycle 5E model of media-aided graphic is 23.10, and the average score of science learning outcomes of students that learned with conventional learning is 18.50. So the model Learning Cycle 5E-aided graphic media influence on science learning outcomes in grade IV elementary cluster Majapahit Pekutatan District of Jembrana Semester Academic Year 2015/2016. Keywords: Science learning outcomes, 5E learning cycle, graphic media PENDAHULUAN Dewasa ini pendidikan merupakan pemegang peran penting di dalam mencetak dan meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan berwawasan, yang nantinya diharapkan mampu untuk menjawab tantangan di masa yang akan datang. Peran pendidikan ini sangat dibutuhkan untuk menciptakan kehidupan manusia yang cerdas, bijaksana, terampil, dan demokratis di dalam berbangsa dan bernegara. Hal tersebut telah dimuat dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya, untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Oleh sebab itu, pentingnya peran pendidikan menuntut masyarakat agar selalu melakukan pembangunan dan perbaikan serta pembaharuan dalam bidang pendidikan yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional, sehingga dapat menciptakan sumber daya manusia yang diharapkan serta memiliki peradaban bangsa yang bermartabat dan cerdas. Pendidikan di sekolah dasar merupakan pendidikan formal pertama yang diperoleh oleh peserta didik serta memiliki andil besar sebagai pondasi awal pengetahuan untuk kelanjutan pendidikannya. Pendidikan di sekolah dasar sudah seharusnya dapat memberikan pendidikan dan pengetahuan yang bermakna, sehingga mampu memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Pada tingkat pendidikan sekolah dasar, akan diajarkan lima pengetahuan utama yang terdiri dari matematika, bahasa Indonesia, pendidikan kewarganegaraaan, ilmu pengetahuan alam, dan ilmu pengetahuan sosial yang wajib dikuasai oleh siswa. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang ada dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Mata pelajaran IPA di SD menjadi salah satu mata pelajaran yang berperan penting bagi siswa dalam pendidikan wawasan, keterampilan dan sikap ilmiah dari sejak dini. Hal ini dikarenakan ilmu pengetahuan alam merupakan ilmu pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya, serta membahas tentang gerjala-gejala alam yang disusun secara sistematis oleh manusia yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan manusia. Pendidikan IPA di SD pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki tujuan diantaranya adalah meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, menguasai pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat (Depdiknas, 2006). Menurut Samatowa (2010:2), “mata pelajaran IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah”. Hal tersebut akan membantu mereka untuk mengembangkan kemampuan bertanya dan mencari jawaban berdasarkan bukti serta mengembangkan cara berpikir ilmiah juga dapat memberikan pengalaman secara langsung. Dalam suatu proses pembelajaran guru memiliki tanggung jawab untuk memberikan pembelajaran yang nantinya akan memberikan hasil yang baik kepada 2 e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 siswa. Keberhasilan ini banyak bergantung kepada usaha guru membangkitkan aktivitas belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi siswa, sebab kesan yang didapatkan oleh siswa lebih tahan lama tersimpan di dalam ingatan siswa. Pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah dasar juga diharapan mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, memberi rasa aman, serta dapat menumbuhkan minat dan semangat bagi siswa pada saat melaksanakan proses belajar sehingga dapat berpengaruh pada ketercapaian tujuan pembelajaran serta hasil belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang maksimal maka proses pembelajarannya harus diperhatikan. Selain itu juga, tujuan pembelajaran akan tercapai dengan baik jika hasil belajar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dalam proses pembelajaran. Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yaitu meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Menurut Sudjana (2010), “hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya”. Sedangkan menurut Slameto (2010), “hasil belajar merupakan kreativitas dalam kecakapan kognitif yang diperoleh melalui proses belajar”. Oleh sebab itu, salah satu hal yang dapat dijadikan tolak ukur untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran IPA di SD dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar dalam ranah kognitif. Akan tetapi, pada kenyataannya pelaksanaan pembelajaran IPA di SD belum dapat sepenuhnya mencapai tujuan yang harapan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah guru kelas IV SD di Gugus Majapahit Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana, beliau menyampaikan bahwa pada saat mengajar lebih berorientasi pada buku pelajaran dan kurang memanfaatkan media pembelajaran di dalam menyampaikan materi pelajaran, sehingga lebih sering menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajarannya. Guru juga beranggapan bahwa dengan menerapkan metode ceramah di dalam pembelajaran itu lebih praktis, dapat menghemat waktu dan biaya. Penggunaan metode ceramah dapat membantu guru lebih cepat mengejar ketercapaian penyampaian materi pembelajaran. Selain itu, guru juga kurang mengetahui model-model pembelajaran inovatif yang dapat memotivasi siswa untuk secara aktif terlibat secara langsung di dalam membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman yang dimilikinya. Berdasarkan dari hasil pengamatan proses pembelajaran di kelas IV SDN 1 Gumbrih Gugus Majapahit Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana, menunjukkan bahwa pada saat menyampaikan materi guru masih dominan menggunakan metode ceramah sehingga siswa cenderung terlihat pasif saat mengikuti proses pembelajaran. Hal tersebut yang memicu kebosanan siswa, sehingga siswa sering terlihat tidak fokus dan lebih sering mengobrol dengan teman sebangkunya. Guru juga kurang memanfaatkan media pembelajaran di saat menjelaskan materi sehingga siswa kurang mendapat motivasi untuk menyimak penjelasan guru. Selain itu, situasi pada saat proses pembelajaran di kelas lebih didominasi oleh guru dan beberapa siswa yang pintar saja sehingga siswa yang kurang pintar sering kurang mendapat perhatian, serta masih ada siswa yang malu atau kurang berani untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan guru, sehingga kurang terjadi interaksi yang komunikatif pada saat proses pembelajaran di kelas. Keadaan seperti inilah yang mengakibatkan dalam proses pembelajaran IPA siswa menjadi kurang aktif untuk membangun sendiri pengetahuannya melalui pengalaman belajar secara langsung, sehingga menyebabkan tujuan pembelajaran yang diharapkan tidak dapat tercapai dengan maksimal. Berdasarkan hasil pencatatan dokumen, rata-rata nilai UAS mata pelajaran IPA Kelas IV di SD Gugus 3 e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Majapahit Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana, menunjukkan bahwa masih ada beberapa sekolah yang memperoleh nilai rata-rata di bawah KKM. Oleh sebab itu, untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam suatu proses pembelajaran, guru sebagai tenaga pendidik memegang peran penting. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengubah proses pembelajaran dari teacher centered menjadi student centered yaitu dengan menerapkan suatu model pembelajaran. Model pembelajaran ini diharapkan mendorong terwujudnya pembelajaran aktif, kreatif, inovatif, dan bermakna bagi siswa. Siswa diberi kesempatan mengeksplorasi kemampuan yang dimilikinya, sehingga memperoleh pengalaman belajar yang dapat meningkatkan pemahamannya. Model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran Learning Cycle 5E dengan berbantuan media grafis. Model pembelajaran Learning Cycle 5E adalah model pembelajaran berlandaskan paham konstruktivisme. Model pembelajaran ini mengarahkan siswa untuk menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri melalui percobaan, pengalaman dan observasi sehingga siswa dapat lebih paham dan mengingat pengetahuan yang telah didapat. Menurut Fajaroh dan Dasna (2007), learning cycle 5E merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Karakteristik kegiatan pembelajaran pada masing-masing siklus belajar memberikan pengalaman belajar kepada siswa dalam mengkonstruksi dan mengembangkan pengetahuan yang dimiliki siswa. Pada saat pemberian pengalaman belajar ini, siswa yang berperan aktif mengkonstruksi dan mengembangkan pengetahuan dalam memahami suatu konsep yang diajarkan, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator untuk mengelola tahapan-tahapan kegiatan dari learning cycle. Menurut Lorsbach (dalam Ngalimun, 2014) model pembelajaran learning cycle 5E terdiri dari tahap (1) pembangkit minat (engagement), (2) eksplorasi (exploration), (3) penjelasan (explanation), (4) elaborasi (elaboration), (5) evaluasi (evaluation). Penggunaan model pembelajaran Learning Cycle 5E dalam proses pembelajaran, bukan lagi sekedar transfer pengetahuan dari guru ke siswa tetapi merupakan proses pemerolehan konsep yang berorientasi pada keterlibatan siswa secara aktif dan langsung. Penggunaan suatu model pembelajaran dalam proses pembelajaran dapat dibantu dengan menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan bagian integral dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran tidak hanya menggunakan media kata-kata (symbol verbal) sehingga dapat diharapkan hasil pengalaman belajar dapat lebih berarti bagi siswa. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan peserta didik dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selain itu, media pembelajaran akan sangat membantu memudahkan guru dalam menjelaskan suatu materi pelajaran sehingga dapat terhindar dari kesalahan konsep yang diterima siswa. Untuk siswa SD yang masih berada pada tahap operasional konkret, media pembelajaran akan sangat membantu mereka untuk memahami materi yang sedang dipelajari. Pemilihan suatu media yang akan digunakan harus memiliki dasar pertimbangan yang nanti akan mampu menunjang ketercapaian tujuan suatu proses pembelajaran. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media grafis pemakaian media tersebut untuk menunjang pembelajaran. Media grafis adalah suatu media visual yang menggunakan simbol-simbol yang bertujuan untuk menggambarkan suatu ide atau kejadian” (Tegeh, 2008). Media grafis sebagaimana halnya media yang lain, berfungsi untuk menyalurkan pesan dan sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. 4 e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Pesan yang akan disampaikan dituangkan kedalam simbol-simbol komunikasi visual. Selain sederhana dan mudah pembuatannya, media grafis juga termasuk media yang relatif mudah ditinjau dari segi biayanya. Menurut Tegeh (2008:72) “media grafis terdiri dari beberapa jenis”, adapun jenis-jenis dari media grafis adalah gambar/foto, sketsa, diagram, bagan/chat, grafik, kartun, poster, peta dan globe, papan flanel, papan buletin. Pada penelitian ini digunakan jenis media grafis berupa gambar/foto karena jenis media ini paling sesuai dengan materi yang dibelajarkan. Melalui penerapan Model Learning Cycle 5E Berbantuan Media Grafis dalam penelitian ini dapat meningkatkan interaksi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru dalam proses pembelajaran. Pemanfaatan media yang tepat dan bervariasi seperti multimedia pembelajaran dapat membantu guru dalam penyampaian materi pembelajaran, mengatasi sikap pasif siswa untuk belajar khususnya pada mata pelajaran IPA, sehingga hasil belajar IPA siswa tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan oleh guru.. Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian dengan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Berbantuan Media Grafis Terhadap Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV SD Gugus Majapahit Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016. meliputi: SDN 1 Pengeragoan, SDN 2 Pengeragoan, SDN 3 Pengeragoan, SDN 1 Gumbrih, SDN 2 Gumbrih, SDN Pangyangan, SDN 1 Pekutatan, SDN 2 Pekutatan, SDN 4 Pekutatan, dan berjumlah 138 siswa pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik random sampling. Cara pemilihan sampelnya menggunakan sistem undian. Sebelum dilakukan pemilihan sampel, untuk mengetahui apakah kemampuan siswa kelas IV masing-masing sekolah setara atau tidak, maka terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan dengan menggunakan ANAVA Satu Jalur. Berdasarkan hasil analisis Anava Satu Jalur pada taraf signifikansi 5% diperoleh nilai Fhitung sebesar 1,60 sedangkan nilai Ftabel pada dbantar = 8 dan dbdalam = 129 adalah 2,01. Dengan demikian terlihat bahwa nilai Fhitung< Ftabel (1,60< 2,10), sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Jadi, tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil ulangan akhir semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 mata pelajaran IPA pada siswa kelas IV SD di Gugus Majapahit Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana. Dengan kata lain, bahwa kemampuan siswa kelas IV di SD Gugus Majapahit Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana adalah setara. Pada tahap kedua, berdasarkan uji kesetaraan, maka sekolah yang lolos uji kesetaraan akan diundi secara acak, untuk menentukan sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian. Dari hasil undian diperoleh dua sekolah yaitu SDN 1 Gumbrih dengan jumlah siswa 20 orang dan SDN 4 Pekutatan dengan jumlah siswa 24 orang. Selanjutnya pada tahap ketiga, sekolah yang telah terpilih kembali diundi secara acak untuk menetukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil pengundian menyatakan bahwa SDN 1 Gumbrih sebagai kelas eksperimen dan SDN 4 Pekutatan sebagai kelas kontrol. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah non equivalent post-test only control group design. Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki pengaruh satu variabel bebas (independen) METODE Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran learning cycle 5E berbantuan media grafis terhadap hasil belajar IPA siswa dengan memanipulasi variabel bebas, sedangkan variabel lain yang juga mempengaruhi variabel terikat tidak dapat dikontrol secara ketat sehingga penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD di gugus Majapahit Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana yang terdiri dari 9 SD yang 5 e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 yaitu model pembelajaran Learning Cycle 5E Berbantuan Media Grafis (X) dan satu variabel terikat (dependen) yaitu hasil belajar IPA (Y). Hasil belajar yang dimaksud pada penelitian ini adalah hasil belajar kognitif. Hasil belajar ini diukur dengan menggunakan metode tes dengan instrumen berupa lembar soal objektif. Sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen penelitian terlebih dahulu divalidasi secara teoritis dari segi validitas isi dengan meminta pertimbangan pada pakar (expert judges). Selanjutnya instrumen penelitian diuji secara empiris validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya bedanya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran apakah instrumen tes hasil belajar layak digunakan sebagai instrumen penelitian. Uji coba instrumen tes hasil belajar IPA dilakukan di SDN 2 Gumbrih yang diikuti oleh 27 responden dan di SDN 1 Pengeragoan yang diikuti oleh 15 responden. Instrumen hasil belajar yang diujicobakan berjumlah 40 butir soal. Setelah dilakukan uji validitas, dari 40 butir soal yang diujikan kepada 42 responden diperoleh 28 butir soal yang layak digunakan sebagai instrumen penelitian dengan reliabilitas tes r11 = 0,81 yang dikategorikan memiliki reliabilitas tinggi. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial dengan uji-t. Statistik deskriptif yang dicari adalah mean, median, modus dan standar deviasi. Uji-t digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Rumus uji-t yang digunakan adalah polled varians (n1 = n2 dan varians homogen dengan db = n1 + n2 – 2). Sebelum melaksanakan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat hipotesis yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data hasil belajar IPA siswa masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas sebaran data digunakan teknik analisis chi-kuadrat. Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui bahwa kedua kelompok mempunyai varians yang sama atau tidak. Jika kedua kelompok mempunyai varians yang sama maka kelompok tersebut dikatakan homogen, dan uji homogenitas varians dilakukan dengan uji-F. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Data dalam penelitian ini adalah skor hasil belajar IPA siswa dari penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan media grafis pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Data dari pengukuran hasil belajar IPA terhadap 20 siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran LC 5E Berbantuan Media Grafis menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 28 dan skor terendah adalah 17. Sebelum menyajikan data pada tabel distribusi frekuensi, maka ditentukan terlebih dahulu banyak kelas interval, rentangan, dan panjang kelas dari hasil belajar siswa pada kelompok yang dibelajarkan dengan model pembelajaran LC 5E Berbantuan Media Grafis. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa banyak kelas interval = 6, rentangan = 11, dan panjang kelas interval = 2. Ringkasan distribusi frekuensi data hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar IPA Siswa Kelompok Eksperimen Kelas Interval 17 – 18 19 – 20 21 – 22 23 – 24 X (titik tengah) 17,5 19,5 21,5 23,5 frekuensi relatif (%) 10,00 15,00 15,00 20,00 F 2 3 3 4 6 frekuensi kumulatif 2 5 8 12 frekuensi kumulatif (%) 10,00 25,00 40,00 60,00 e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Kelas Interval X (titik tengah) 25,5 27,5 frekuensi frekuensi frekuensi relatif (%) kumulatif kumulatif (%) 30,00 90,00 18 10,00 100,00 20 100% skor siswa pada kelompok yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E Berbantuan Media Grafis cenderung tinggi. Jika nilai rata-rata dikonvensikan ke dalam PAP skala lima berada pada kategori sangat tinggi Data dari pengukuran hasil belajar IPA terhadap 24 siswa yang dibelajarkan dengan model Konvensional menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 25 dan skor terendah adalah 14. Skor hasil belajar siswa pada kelompok yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Konvensional secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 20. Sebelum menyajikan data pada tabel distribusi frekuensi, maka ditentukan terlebih dahulu banyak kelas interval, rentangan, dan panjang kelas dari hasil belajar siswa pada kelompok yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Konvensional. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa banyak kelas interval = 6, rentangan = 11, dan panjang kelas interval = 2. Ringkasan distribusi frekuensi data hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol disajikan pada Tabel 2. F Frekuensi 25 – 26 6 27 – 28 2 20 Berdasarkan tabel distribusi frekuensi yang telah dibuat, maka didapatkan Mean (M) sebesar 23,10, Median (Md) sebesar 23,50, dan Modus (Mo) sebesar 25,20. Deskripsi data hasil belajar IPA kelompok eskperimen dapat dilihat pada Gambar 1. 8 6 4 2 0 17,5 19,5 21,5 23,5 25,5 27,5 Titik Tengah M = 23,10 Me= 23,50 Mo= 25,20 Gambar 1. Kurva Poligon Data Hasil Belajar IPA Siswa pada Kelompok Eksperimen Mean (M), Median (Md), Modus (Mo) digambarkan dalam kurva poligon negatif M<Md<Mo (23,10<23,50<25,20). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar Tabel 2. Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar IPA Siswa Kelompok Kontrol Kelas Interval 14 – 15 16 – 17 18 – 19 20 – 21 22 – 23 24 – 25 X (titik tengah) 14,5 16,5 18,5 20,5 22,5 24,5 frekuensi relatif (%) 20,83 29,17 16,67 12,50 12,50 8,33 100% F 5 7 4 3 3 2 24 7 frekuensi kumulatif 5 12 16 19 22 24 frekuensi kumulatif (%) 20,83 50,00 66,66 79,16 91,66 100,00 2 lebih kecil dari χ tabel (4,50<7,81). Sehingga data hasil post test kelompok kontrol berdistribusi normal. Uji homogenitas varians dilakukan terhadap varians pasangan antar kelompok eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan adalah uji F dengan kriteria data homogen jika Fhitung<Ftabel. Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas didapatkan harga Fhitung sebesar 1,13 sedangkan Ftabel dengan dbpembilang = 19, dbpenyebut = 23, pada taraf signifikansi 5% adalah 2,80 Hal ini berarti Fhitung lebih kecil dari Ftabel (1,13<2,80) sehingga dapat dinyatakan bahwa varians data hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen. Berdasarkan hasil analisis uji prasyarat hipotesis, diperoleh bahwa data hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan homogen, sehingga pengujian hipotesis penelitian dengan uji-t dapat dilakukan. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan statistik uji-t dengan rumus polled varians. Kriteria pengujian adalah H0 ditolak jika thitung > ttabel. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan (dk) = n1 + n2 – 2. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas, didapatkan thitung sebesar 4,74. Sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% dan (db) = 42 adalah 1,68. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel (4,74>1,68) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan media grafis dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus Majapahit Kecamatan Pekutatan Kabupaten Jembrana Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016. Frekuensi Berdasarkan distribusi frekuensi data hasil belajar IPA kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional disajikan pada Gambar 2. 8 6 4 2 0 14,5 16,5 18,5 20,5 22,5 24,5 Mo= 16,30 Me= 17,50 M = 18,50 Titik Tengah Gambar 2. Kurva Poligon Data Hasil Belajar IPA Siswa pada Kelompok Kontrol Mean (M), Median (Md), Modus (Mo) digambarkan dalam grafik polygon di atas merupakan juling positif M>Md>Mo (18,50>17,50>16,30). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor siswa kelompok kontrol cenderung rendah. Jika nilai rata-rata dikonversi ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) Skala Lima berada pada kategori rendah. Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dilakukan untuk membuktikan bahwa frekuensi data hasil penelitian benar-benar berdistribusi normal. Hasil uji normalitas sebaran data didapatkan harga χ2 hitung hasil post test kelompok eksperimen 2 sebesar 4,17 dan tabel dengan derajat kebebasan (dk) = 3 pada taraf signifikansi 2 5% adalah 7,81. Hal ini berarti χ hitung hasil post test kelompok eksperimen lebih kecil 2 dari tabel (4,17<7,81). Sehingga data hasil post test kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan χ 2 hitung hasil post-test PEMBAHASAN Berdasarkan deskripsi data hasil belajar IPA siswa kelas IV pada penelitian ini, menunjukkan bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E 2 kelompok kontrol adalah 4,50 dan χ tabel hasil post-test kelompok kontrol dengan derajat kebebasan (dk) = 3 pada taraf signifikansi 5% adalah 7,81. Hal ini berarti χ2 hitung hasil post-test kelompok kontrol 8 Berbantuan Media Grafis memiliki hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa kelas IV tersebut, disebabkan karena perbedaan perlakuan pada langkahlangkah pembelajaran dan proses penyampaian materi. Pembelajaran dengan model Learning Cycle 5E Berbantuan Media Grafis lebih menekankan aktivitas siswa dan guru sebagai fasilitator melalui rangkaian tahap-tahap kegiatan pembelajaran yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran. Model pembelajaran ini terdiri dari lima tahapan, yaitu: engagement (pembangkitan minat), exploration (eksplorasi), explanation (penjelasan), elaboration (penerapan konsep), dan evaluation (evaluasi). Penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E Berbantuan Media Grafis memungkinkan siswa menemukan konsep sendiri atau memantapkan konsep yang dipelajari, mencegah terjadinya kesalahan konsep, dan memberikan peluang kepada siswa untuk menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajari pada situasi baru (Ngalimun, 2014). Selain itu, dengan bantuan media grafis yang memudahkan siswa menerima dan memahami materi yang disajikan guru. Pada tahap pembangkitan minat (engagement), siswa terlihat termotivasi dengan gambar yang ditunjukan guru, hal ini terlihat ketika guru mengajukan sebuah pertanyaan terkait kehidupan sehari-hari tentang gambar tersebut, hampir sebagian besar siswa mengangkat tangan dan berusaha menjawab pertanyaan guru. Dalam proses pembelajaran membangkitkan motivasi siswa sangatlah penting sebab tanpa adanya motivasi siswa tidak akan memiliki kemauan untuk belajar. Motivasi ini juga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Jika motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran tinggi, maka siswa tersebut akan mampu memperoleh hasil belajar yang memuaskan, begitupula sebaliknya (Sanjaya, 2009). Selain dengan menunjukkan gambar dan mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari, guru juga memberikan motivasi kepada siswa dengan memberikan pesan-pesan singkat seperti jangan takut untuk mencoba menjawab, jawablah sesuai dengan pengetahuan kalian jangan takut salah. Setelah siswa tampak termotivasi dan berkonsentarasi untuk mengikuti proses pembelajaran, siswa kemudian diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi, mengkaji permasalahan yang diberikan melalui LKS dan mendiskusikannya dalam kelompok pada tahap selanjutnya. Pada tahap eksplorasi (exploration), siswa diberikan kesempatan untuk bekerjasama dalam kelompok kecil dan menelaah sumber pustaka serta mendiskusikan permasalahan terkait dengan LKS yang diberikan guru. Dalam kegiatan kerja kelompok, siswa akan saling bertukar pikiran satu sama lain dan informasi tentang suatu topik permasalahan, kemungkinan fakta dan pembuktian yang dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan. Melalui kegiatan kerja kelompok ini juga akan membantu siswa untuk dapat mengembangkan sikap gotong royong dan demokrasi, dapat memacu siswa menjadi aktif dalam belajar, serta dapat membiasakan siswa untuk bekerjasama, bermusyawarah dan bertanggung jawab (Abimayu, 2010). Keberhasilan tahap ini ditandai dengan kemampuan siswa memberikan jawaban berdasarkan hasil diskusi terkait LKS yang diberikan oleh guru pada tahap penjelasan. Tahap penjelasan (eksplanation), siswa diberikan kesempatan untuk menyampaikan atau mempresentasikan hasil diskusi yang telah dilakukan dengan kelompoknya serta pada tahap ini guru juga dituntut untuk mampu mendorong siswa agar mampu menjelaskan suatu konsep dengan kalimat sendiri. Dilihat dari pelakasanaan tahap ini siswa telah mampu memberikan penjelasan dan jawaban yang lebih baik dibandingkan ketika diberikan pertanyaan awal, meskipun masih ada beberapa siswa yang belum terbiasa untuk mengungkapkan pendapat secara lisan di 9 depan kelas. Oleh sebab itu, guru memancing siswa agar berani mengungkapkan pendapatnya secara lisan dengan langkah, seperti dengan memberikan nilai tambahan bagi siswa yang mau aktif menyampaikan pendapatnya, atau memberikan apresiasi berupa tepuk tangan bagi siswa yang sudah mau menjawab pertanyaan dari guru. Selanjutnya pada tahap elaborasi (elaboration), siswa menerapkan konsep yang telah dipelajarinya. Pada pelaksanaan tahap ini, guru memimpin diskusi kelas untuk menuntun siswa mengaplikasikan konsep yang telah dimilikinya. Kemudian siswa diminta untuk menganalisis dan mengurutkan gambar sesuai dengan petunjuk yang diberikan guru. Tahap ini dapat berjalan dengan baik karena siswa terlihat lebih aktif mengikuti diskusi kelas dan terlihat bersemangat untuk memberikan tanggapan apabila ada teman yang salah untuk mengurutkan gambar. Bagi siswa yang menjawab benar dan berani memberikan tanggapan diberikan tanda bintang sebagai ungkapan keberaniannya. Semakin banyak bintang yang dikumpulkan semakin tinggi nilai keaktifannya di kelas. Tahap terakhir yaitu tahap evaluasi (evaluation), pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap penguasaan konsep siswa baik secara langsung maupun melalui pertanyaan-pertanyaan konseptual yang telah disediakan. Tes yang digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar IPA siswa, yaitu tes esay. Tahap evaluasi ini digunakan untuk mengetahui pemahaman dan kemampuan siswa selama mengikuti proses pembelajaran, serta guru juga mempunyai kesempatan untuk memantau kemajuan siswa dalam mencapai tujuantujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Wena, 2010). Namun pada penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E Berbantuan Media Grafis masih sering ditemukan permasalahan yaitu memerlukan waktu yang banyak untuk membiasaakan siswa menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E berbantuan media grafis. Hal ini diakibatkan karena siswa merasa awam untuk mengikuti proses pembelajaran dengan model pembelajaran learning cycle 5E berbantuan media grafis, siswa juga masih sering terpaku dengan metode pengajaran yang diterapkan guru selama ini, yang mana siswa terbiasa hanya mendengarkan materi yang dijelaskan guru dan menunggu guru memberikan penjelasan tanpa ada keinginan untuk menemukan dan mengonstruksi sendiri penyelesaian dari permasalahan yang diberikan kepadanya. Akan tetapi, melalui penerapan model pembelajaran learning cycle 5E berbantuan media grafis, sudah mampu mengaktif siswa di dalam mengikuti proses pembelajaran. Pengunaan media grafis dalam proses pembelajaran juga sangat membantu guru. Media grafis dapat memudahkan guru di dalam menyampaikan suatu materi pembelajaran dan memudahkan siswa untuk memahami suatu materi pembelajaran, media grafis memiliki jenis yang cukup beragam sehingga dapat digunakan untuk berbagai tujuan, serta media grafis dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan mampu mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran (Tegeh, 2008). Implementasi model pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan media grafis di sekolah dasar ini, memiliki implikasi terhadap peranan guru sebagai fasilitator dan mediator di dalam mengelola fase-fase siklus belajar mulai dari perencanaan proses pembelajaran, pengembangan perangkat pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran di kelas dan proses membimbing siswa sampai pelaksanaan evaluasi. Selain itu, guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa yang seluas-luasnya untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung di kelas. Guru juga hendaknya memberikan sumber belajar dan menggunakan media pembelajaran yang beragam sesuai dengan materi pelajaran yang memiliki hubungan relevan dengan materi yang diajarkan kepada siswa sehingga siswa mampu mengelola secara lebih mandiri belajarnya serta dapat memberikan upaya yang maksimal sesuai dengan minat dan kemampuannya. 10 PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Nilai rata-rata hasil belajar IPA pada ranah kognitif kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan media grafis lebih tinggi dibandingkan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan media grafis memiliki nilai rata-rata hasil belajar IPA sebesar 23,10 sedangkan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional memiliki nilai rata-rata hasil belajar IPA sebesar 18,50. Dari hasil uji hipotesis yang telah dilakukan dengan uji-t, diketahui bahwa thit = 4,74 > ttab = 2,80 (taraf signifikansi 5% dan db = 42), sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan media grafis dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan media grafis berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penemuan yang dilakukan ini adalah sebagai berikut. 1) Bagi guru, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh model Learning Cycle 5E berbantuan media grafis terhadap hasil belajar IPA siswa. Untuk itu, para guru hendaknya dapat menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan media grafis sebagai alternatif dalam membelajarkan siswa sehingga hasil belajar IPA siswa optimal dalam pembelajaran. 2) Bagi siswa, dengan diterapkannya model pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan media grafis dalam penelitian ini, diharapkan siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran serta mampu membangun pengetahuannya sendiri untuk mencapai hasil belajar yang optimal. 3) Bagi kepala sekolah, hendaknya ikut memperkenalkan Berbeda halnya dengan pembelajaran yang dilaksanakan dengan model pembelajaran konvensional yang mencakup pemberian informasi oleh guru, tanya jawab dan pemberian latihan soalsoal oleh guru. Pembelajaran secara konvensional lebih berpusat pada guru sehingga siswa cenderung pasif, siswa kurang mendapat kesempatan untuk memperoleh pengalaman belajar secara langsung. Proses pembelajaran secara konvensional cenderung menempatkan guru sebagai sumber belajar yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan kepada siswa. Pembelajaran konvensional menitikberatkan proses transfer pengetahuan dari guru ke siswa (Sudjana, 2005). Proses pembelajaran seperti ini kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif melakukan konstruksi pengetahuannya sendiri, juga dapat menyebabkan siswa menjadi ketergantungan terhadap guru dalam proses pembelajaran. Hal itulah yang menyebabkan hasil belajar IPA siswa pada kelas kontrol yang dibelajarkan dengan model konvensional lebih rendah dibandingkan dengan hasil belajar IPA siswa pada kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan model Learning Cycle 5E berbantuan media grafis. Hasil penelitian ini, sejalan dengan hasil-hasil penelitian sebelum-sebelumnya, seperti penelitian mengenai model pembelajaran learning cycle 5E yang dilakukan oleh Putu Sela Yopiani pada tahun 2013 yang berjudul “Pengaruh Model Learning Cycle 5E (Engagement, Exspliration, Explanation, Elaboration, Evaluation) Berbantuan Media Grafis Terhadap Hasil Belajar PKn Kelas V SD N 1 Kesiman”. Hasil penelitian yang dilakukan menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran learning cycle 5E berpengaruh terhadap hasil belajar PKn siswa. Hal itu dapat dilihat dari nilai ratarata hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran learning cycle 5E berbantuan media grafis adalah 67,57 dan nilai rata-rata hasil belajar PKn siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional adalah 61,29. 11 dan memberikan dorongan bagi guru-guru untuk menerapkan model-model pembelajaran inovatif yang dapat digunakan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, salah satunya adalah model pembelajaran Learning Cycle 5E berbantuan media grafis. 4) Bagi penelitian lain, hasil belajar IPA siswa yang diteliti dalam penelitian ini hanya terbatas pada hasil belajar pada ranah kognitif. Untuk memperoleh hasil belajar siswa yang lebih komperhensif dalam pembelajaran maka perlu diadakan penelitian sejenis yang tidak hanya menyelidiki hasil belajar pada ranah kognitif tetapi juga mencakup ranah afektif dan psikomotor siswa. Sudjana, Nana. 2005. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production. ---------, 2010. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiantara, I Putu. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V di Gugus VII Kecamatan Buleleng. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Tegeh, I Made. 2008. Media Pembelajaran. Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Wena, Made. 2010. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara. Yopiani, Putu Sela. 2013. Pengaruh Model Learning Cycle 5E (Engagement, Exspliration, Explanation, Elaboration, Evaluation) Berbantuan Media Grafis Terhadap Hasil Belajar PKn Kelas V SD N 1 Kesiman. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja, Universitas Pendidikan Ganesha DAFTAR RUJUKAN Abimayu, Soli dkk. 2010. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Standar Isi Mata Pelajaran IPA. Jakarta: Permendiknas No. 22 Tahun 2006. Fajaroh, Fauziatul dan I Wayan Dasna. 2007. “Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Kimia Zat Aditif dalam Bahan Makanan pada Siswa Kelas II SMU Negeri 1 Tumpung”. Dirjen Dikti Depdiknas. Volume 11, Edisi Khusus (hal 112-122). Ngalimun, 2014. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pessindo. Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Samatowa, Usman. 2010. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Indeks. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 12