Dampak Perkebunan Karet terhadap Diferensiasi Sosial

advertisement
i
DAMPAK PERKEBUNAN KARET TERHADAP DIFERENSIASI SOSIAL
DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN
MASYARAKAT TRANSMIGRAN
(Kasus Desa di Sekitar Perkebunan Karet : Desa Suka Makmur, Kecamatan Putri
Hijau, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu)
ADE FEBRYANTI
I34120144
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN
PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
ii
PERNYATAAN MENGENAI PROPOSAL PENELITIAN DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa proposal penelitian berjudul “Dampak
Perkebunan Karet terhadap Diferensiasi Sosial dan Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Pendapatan Masyarakat Transmigran (Kasus Desa di Sekitar
Perkebunan Karet : Desa Suka Makmur, Kecamatan Putri Hijau, Kabupaten
Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu)” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri
dengan arahan dari dosen pembimbing serta belum pernah diajukan sebagai karya
ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari pustaka yang diterbitkan atau tidak diterbitkan dari penulis
lain telah disebutkan dalam naskah dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir proposal penelitian ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2016
Ade Febryanti
NIM. I34120144
i
ABSTRAK
ADE FEBRYANTI. Dampak Perkebunan Karet terhadap Diferensiasi Sosial dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Masyarakat Transmigran (Kasus
Desa di Sekitar Perkebunan Karet : Desa Suka Makmur, Kecamatan Putri Hijau,
Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu). Di bawah bimbingan RILUS A.
KINSENG.
Masuknya perkebunan karet menyebabkan terjadinya diferensiasi sosial yang
semakin kompleks meliputi: jenis mata pencaharian, tingkat penguasaan lahan, dan
tingkat pendapatan serta banyak faktor yang mempengaruhi pendapatan petani
masyarakat transmigran. Pendapatan petani merupakan pendapatan yang diperoleh
dalam rumah tangga. Metode yang digunakan dalam penulisan proposal penelitian
ini adalah metode analisa yang menggunakan data primer dan data sekunder yang
relevan dengan topik proposal penelitian. Hasil dari penulisan proposal penelitian
ini mengungkapkan bahwa tingkat pendapatan dipicu oleh faktor-faktor pendorong
yang mempengaruhi pendapatan petani dengan indikator seperti: luas lahan, tingkat
pendidikan kepala keluarga, pengalaman bertani kepala keluarga, jumlah
tanggungan dalam keluarga, dan usia kepala rumah tangga petani masyarakat
transmigran.
Kata kunci: perkebunan karet, tingkat pendapatan, rumah tangga petani
ABSTRACT
ADE FEBRYANTI. The impact of rubber plantation to social differentiation and
factors that influenced the income of transmigrant society (Kasus Desa di Sekitar
Perkebunan Karet : Desa Suka Makmur, Kecamatan Putri Hijau, Kabupaten
Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu). Supervise by RILUS A. KINSENG.
The entry of rubber plantation caused social differentiation increasingly complex
includes: type of livelihood, the mastery land, and level of income and a lot of
factors affect the income of farmers transmigrant society. The income of farmers is
the income in household. Methods used in writing a research proposal is the method
analysis that uses primary and secondary data relevant on the topic of research
proposal. The result of writing a proposal research it expresses that level of income
triggered by driving factors affecting the income of farmers with indicators like:
land are, education level of family heads, farming experience of family heads, the
number of dependents in family, and age head household farmers transmigrant
society.
Key words : rubber plantation, income level, household farmers
ii
DAMPAK PERKEBUNAN KARET TERHADAP DIFERENSIASI SOSIAL
DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN
MASYARAKAT TRANSMIGRAN
ADE FEBRYANTI
I34120144
Proposal Skripsi
sebagai salah satu syarat kelulusan Mata Kuliah Kolokium (KPM 497)
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN
PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
iii
Judul Proposal Penelitian : Dampak Perkebunan Karet terhadap Diferensiasi Sosial
dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Masyarakat Transmigran (Kasus Desa di Sekitar
Perkebunan Karet : Desa Suka Makmur, Kecamatan
Putri Hijau, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi
Bengkulu)
Nama Mahasiswa
: Ade Febryanti
NIM
: I34120144
Disetujui oleh
Dr Ir Rilus A. Kinseng, MA
Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal penelitian yang berjudul “Dampak Perkebunan Karet terhadap Diferensiasi
Sosial dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Masyarakat Transmigran
(Kasus Desa di Sekitar Perkebunan Karet : Desa Suka Makmur, Kecamatan Putri
Hijau, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu)”.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Rilus A. Kinseng
sebagai pembimbing yang telah memberikan saran dan masukan selama proses
penulisan hingga penyelesaian proposal penelitian ini. Penulis juga menyampaikan
hormat dan terimakasih kepada Ibu Sukris Wati dan Bapak Ruki Yanto serta Adik
Benny Aji Sukma keluarga tercinta yang selalu berdoa dan senanatiasa melimpahkan
kasih sayangnya untuk penulis. Tidak lupa penulis juga menyampaikan terimakasih
kepada teman-teman, terutama penghuni Bateng 23, Hanifah Firda, Eka Puspita Sari,
Nabilah Ananda Razani dan Fenny Febri Krisdayanti yang telah memberi semangat
dan menemani penulis dalam proses penulisan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam proposal
penelitian ini. Oleh karena itu, kritik yang membangun serta saran sangat penulis
harapkan dalam perbaikan proposal ini.
Bogor, Februari 2016
Ade Febryanti
NIM. I34120144
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Konsep Transmigrasi
Dampak Perkebunan Karet terhadap Diferensiasi Sosial
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
PENDEKATAN LAPANG
Metode Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Teknik Penentuan Responden dan Informan
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Definisi Operasional
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
viii
viii
viii
1
1
2
3
3
4
4
4
5
9
11
12
13
13
13
14
15
15
16
17
21
viii
DAFTAR TABEL
Jadwal penelitian tahun 2016
14
DAFTAR GAMBAR
Kerangka pemikiran
12
DAFTAR LAMPIRAN
1 Peta lokasi penelitian
2 Kerangka Sampling
3 kuesioner penelitian
4 Panduan pertanyaan
5 Dummy table
6 Format catatan harian
7 Rancangan Skripsi
21
22
23
25
27
29
30
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat sehingga menyebabkan
terjadinya kepadatan penduduk yang berpusat di Pulau Jawa. Banyak permasalahan
yang timbul akibat kepadatan penduduk, misalnya kemiskinan. Melihat hal
tersebut, pemerintah menetapkan suatu kebijakan yang disebut dengan
transmigrasi. Pengertian transmigrasi berdasarkan Undang-Undang Nomor 29
Tahun 2009 Pasal 1, transmigrasi adalah perpindahan penduduk secara sukarela
untuk meningkatkan kesejahteraan dan menetap di kawasan transmigrasi yang
diselenggarakan oleh pemerintah. Tujuan transmigrasi merupakan salah satu upaya
percepatan pembangunan kota-kota kecil terutama di luar Pulau Jawa untuk
meningkatkan peranannya sebagai motor penggerak pembangunan daerah serta
meningkatkan daya saing daerah yang masih rendah.
Salah satu provinsi di Pulau Sumatera yang menjadi sasaran transmigrasi
adalah Provinsi Bengkulu. Laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Bengkulu dari
tahun ke tahun semakin meningkat. Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014
melaporkan bahwa laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Bengkulu pada tahun
2000-2010 berjumlah 1,67 penduduk, sedangkan pada tahun 2010-2014 berjumlah
1,74s penduduk. Salah satu desa di Provinsi Bengkulu yang menjadi sasaran
transmigrasi adalah Desa Suka Makmur. Berdasarkan data RPJMDES Desa Suka
Makmur tahun 2015 dijelaskan bahwa Desa Suka Makmur terbentuk berawal dari
kedatangan para transmigran dari daerah Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat
pada tahun 1983 berjumlah 400 kepala keluarga melalui program transmigrasi
umum. Program transmigrasi ini setiap rumah tangga mendapatkan 2 ha lahan
dengan pembagian yaitu 1 ha sebagai tempat tinggal dan 1 ha dijadikan sebagai
usaha-usaha pertanian. Penduduk Jawa yang melakukan kegiatan pertanian bertani
sawah dengan sistem gotong royong sehingga perolehan lahan dalam program
transmigrasi digunakan untuk bertani padi sawah dan lahan kering ditanami
tanaman hortikultura sehingga terciptanya masyarakat homogen atau seragam.
Pada tahun 1994, muncul perusahaan perkebunan karet karena melihat
investasi keuntungan yang besar di daerah tersebut. Berdasarkan Badan Pusat
Statistik (BPS) tahun 2014 bahwa luas areal tanaman perkebunan karet rakyat pada
tahun 2014 menurut jenis tanaman adalah seluas 3062, 93 ha. Menurut Badan Pusat
Statistik (BPS) tahun 2016 konsep perusahaan perkebunan adalah suatu perusahaan
berbentuk badan usaha/badan hukum yang bergerak dalam kegiatan budidaya
tanaman perkebunan diatas lahan yang dikuasai, dengan tujuan ekonomi/komersial
dan mendapat izin usaha dari instansi yang berwenang dalam dalam pemberian izin
usaha perkebunan. Perusahaan perkebunan karet membeli lahan yang dimiliki oleh
masyarakat transmigran dengan harga yang mahal sehingga masyarakat pun
menjual lahan mereka sebagai modal untuk dagang atau memilih sebagai buruh
karyawan perusahaan. Tidak hanya itu, masuknya perkebunan karet juga
menyebabkan diferensisasi sosial khususnya masyarakat transmigran di Desa Suka
Makmur. Masyarakat yang awalnya homogen menjadi heterogen dan semakin
terdiferensiasi dalam berbagai penggolongan dan lapisan sosial. Hal ini telah jelas
bahwa masuknya perkebunan karet menyebabkan terjadinya diferensiasi sosial
2
meliputi: jenis mata pencaharian, tingkat penguasaan lahan, dan tingkat pendapatan
serta faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani masyarakat transmigran.
Sihaloho, Purwandari, dan Supriyadi (2009) menyebutkan lapisan-lapisan
yang terbentuk setelah adanya proses pembukaan dan pengembangan perkebunan
menjadi semakin beragam yakni “petani pemilik”, “petani pemilik dan penggarap”,
“petani pemilik dan buruh tani”, “petani penggarap”, “petani penggarap dan buruh
tani”, dan “buruh tani”. Ketersediaan lahan yang semakin sempit membuat
masyarakat perkebunan memiliki peran ganda dalam penguasaan lahan baik
permanen maupun sementara. Proses masuknya moda produksi modern ke dalam
sistem pertanian masyarakat memunculkan peran-peran baru dalam masyarakat.
Peran-peran baru ini terkait dengan penyediaan alat-alat atau sarana produksi
pertanian. Bertambahnya jenis lapisan masyarakat pada struktur agraris masyarakat
menunjukkan diferensiasi sosial. Proses berlangsungnya diferensiasi struktur sosial
masyarakat yaitu dari struktur masyarakat agraris yang “egaliter” (merata) mejadi
masyarakat yang” semakin terdiferensiasi”.
Menurut Fauzi (1999) diferensiasi sosial adalah proses penggolongan di
dalam masyarakat berdasarkan penguasaan terhadap alat-alat produksi dan modal,
termasuk tanah. Diferensiasi sosial selalu menghasilkan korban pada golongan
terbawah, yakni petani kecil, petani tak bertanah atau buruh tani dalam hal akses
lahan dan akses modal yang berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani. Tidak
hanya petani kecil, petani tak bertanah dan buruh tani yang terkena dampak
diferensiasi sosial dalam hal jenis mata pecaharian, tingkat penguasaan lahan, dan
tingkat pendapatan namun juga petani sedang yang memiliki lahan karet 1 sampai
4 ha.
Berdasarkan temuan Delviagasti (2010) menggunakan regresi linear
berganda, diketahui bahwa produksi, luas lahan, harga, tenaga kerja dan kebijakan
perdagangan bebas mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap
pendapatan petani kelapa sawit di Kabupaten Dharmasraya. Hasil penelitian
Susianti dan Rauf (2013) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan usaha tani jagung manis adalah luas lahan, pupuk, benih, pestisida,
tenaga kerja, umur petani, pendidikan formal dan harga output berpengaruh nyata
terhadap pendapatan. Hasil penelitian Septianita (2009) faktor-faktor yang
mempengaruhi di dalam melakukan peremajaan tanaman karet yang mempengaruhi
pendapatan petani antara lain luas lahan yang digunakan, jumlah tenaga kerja, dan
pengalaman dalam usaha tani karet. Kondisi masuknya perkebunan karet
menyebabkan terjadinya diferensiasi sosial yang semakin kompleks meliputi: jenis
mata pencaharian, tingkat penguasaan lahan, dan tingkat pendapatan serta banyak
faktor yang mempengaruhi pendapatan petani masyarakat transmigran, yang
kemudian menarik untuk diteliti lebih lanjut. Oleh karena itu, proposal penelitian
ini mengangkat judul “Dampak Perkebunan Karet terhadap Diferensiasi Sosial
dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Masyarakat
Transmigran”.
Masalah Penelitian
Masuknya perkebunan karet menyebabkan terjadinya diferensiasi sosial di
masyarakat transmigran yang semakin kompleks meliputi: jenis mata pencaharian,
3
tingkat penguasaan lahan, dan tingkat pendapatan. Diferensiasi sosial yang semakin
kompleks di masyarakat transmigran terutama mengubah masyarakat homogen
atau seragam menjadi masyarakat heterogen atau beragam. Hasil penelitian
Yulianto (2010) menjelaskan bahwa setelah masuknya industri perkebunan kelapa
sawit di tengah-tengah komunitas Orang Paser, basis stratifikasi mengalami
perubahan. Strata yang menonjol pada era-industri yaitu berbasis previllage (hak
istimewa atau khusus). Dasar penentuan pada basis ini yaitu berdasarkan tingkat
pendapatan yang diperoleh. Strata paling atas yaitu para elite perkebunan dan tuan
tanah. Berkembangnya industri perkebunan kelapa sawit di Semuntai, mulai
bermunculan individu-individu lain yang juga memiliki pengaruh di mata
masyarakat, biasanya individu yang baru terbentuk adalah yang memiliki
kemampuan seperti kemampuan berdasarkan kekayaan yang dimilikinya. Hal
tersebut tidak hanya berdampak terhadap rumah tangga petani yang tidak memiliki
lahan atau tanah, namun juga petani sedang yang memiliki lahan 1 sampai 4 hektar.
Petani yang tidak memiliki lahan hanya bisa bekerja sebagai buruh terhadap lahan
atau tanah yang dikuasai oleh para petani kaya atau kapitalisme. Banyak faktor yang
mempengaruhi pendapatan petani masyarakat transmigran. Berdasarkan alasan
tersebut, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana pengaruh masuknya perkebunan karet terhadap diferensiasi sosial
masyarakat transmigran?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan rumah tangga petani
masyarakat transmigran?
Tujuan Penelitian
1.
2.
Adapun tujuan dari penelitian ini dilakukan antara lain sebagai berikut:
Menganalisis pengaruh masuknya perkebunan karet terhadap diferensiasi
sosial masyarakat transmigran.
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan rumah tangga
petani masyarakat transmigran.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini ditujukan untuk dapat menggambarkan secara jelas mengenai
masuknya perkebunan karet terhadap diferensiasi sosial meliputi: jenis mata
pencaharian, tingkat penguasaan lahan, dan tingkat pendapatan masyarakat
transmigran serta faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan rumah tangga
petani di Desa Sukamakmur, Kecamatan Putri Hijau, Kabupaten Bengkulu Utara,
Provinsi Bengkulu. Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan
pengetahuan baru di bidang akademisi dan institusi pemerintahan dalam
permasalahan sosial di masyarakat transmigran terutama petani miskin dan petani
sedang sehingga masyarakat dan pemerintah sebagai institusi yang berwenang
dapat saling kerja sama menentukan kemerataan hak akses penguasaan lahan dan
tingkat pendapatan.
4
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Konsep Transmigrasi
Menurut Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 Pasal 1 menjelaskan
pengertian transmigrasi adalah perpindahan penduduk secara sukarela untuk
meningkatkan kesejahteraan dan menetap di kawasan transmigrasi yang
diselenggarakan oleh pemerintah. Transmigran adalah warga negara Republik
Indonesia yang berpindah secara sukarela ke kawasan transmigrasi. Transmigrasi
umum adalah jenis transmigrasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah bagi penduduk yang mengalami keterbatasan dalam
mendapatkan peluang kerja dan usaha. Transmigrasi merupakan alternatif penting
dalam rangka memecahkan masalah kepadatan penduduk khususnya di Pulau Jawa.
Transmigran pada umumnya adalah dari kelompok masyarakat yang berpendapatan
rendah, tidak mempunyai lahan yang cukup untuk mengembangkan usaha-usaha
pertanian. Berdasarkan hal itu maka sudah sewajarnya mereka ini mendambakan
adanya tingkat kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan kehidupannya di daerah
asal. Berdasarkan kenyataannya transmigrasi tidaklah diikuti dengan tingkat
keberhasilan seperti yang diharapkan.
Program transmigrasi merupakan perencanaan untuk pembangunan daerah,
baik untuk ruang lingkup pengembangan daerah kota maupun desa, arahnya
ditentukan oleh kebijaksanaan sebagai hasil pertimbangan yang strategis dari
potensi lingkungan dan kemampuan implementasi. Pelaksanaan program
transmigrasi tidak dapat dipungkiri telah banyak membantu masyarakat kurang
mampu di daerah asalnya menjadi masyarakat yang sudah agak berada di daerah
transmigrasi, sekurang-kurangnya sudah dapat memenuhi kebutuhan hidup seharihari tanpa bantuan atau tergantung kepada orang lain, atau tergantung kepada orang
tua di daerah asalnya.
Menurut Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009, Pasal 32 menjelaskan
bahwa pengembangan masyarakat transmigrasi dan kawasan transmigrasi adalah
sebagai berikut: (1) pengembangan masyarakat transmigrasi dan kawasan
transmigrasi diarahkan untuk mencapai kesejahteraan, kemandirian, integrasi
transmigran dengan penduduk sekitar, dan kelestarian fungsi lingkungan secara
berkelanjutan; (2) pengembangan masyarakat transmigrasi dan kawasan
transmigrasi dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau badan
usaha sesuai dengan jenis transmigrasi dan pola usaha pokoknya; (3)
pengembangan masyarakat transmigrasi dan kawasan transmigrasi didasarkan pada
potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya lainnya secara
terpadu dengan berbagai sektor pembangunan lain dan pembangunan daerah serta
berwawasan lingkungan. Reorientasi transmigrasi dalam pembangunan berbasis
wilayah sebetulnya memposisikan kembali hakekat daripada pembangunan
transmigrasi adalah pembangunan daerah melalui pembangunan pedesaan baru.
Menurut Yudohusodo (1998) seperti dikutip Nitiyasa dan Sudibia (2013)
ada empat sasaran utama pembangunan pemukiman transmigrasi, yaitu: Pertama,
membangun desa-desa baru melalui pembangunan unit-unit pemukiman
5
transmigrasi yang terintegrasi dalam satuan kawasan pembangunan (SKP) dan
wilayah Pengembangan Parsial (WPP); Kedua, membangun dari pusat-pusat
pertumbuhan yang ada melalui pembangunan unit-unit permukiman transmigrasi
dengan pusat-pusat pertumbuhan tersebut; Ketiga, mendorong pertumbuhan desadesa yang kurang berkembang melalui penambahan penduduk dan pembangunan
prasarana, yang disebut Transmigrasi Swakarsa Pengembangan Desa Potensial
(Transabangdep); Keempat, membangun masyarakat transmigrasi dan penduduk di
sekitarnya melalui pengembangan keswasembadaan masyarakat agar pada saat
pembinaan UPT diserahkan kepada Pemerintah Daerah, masyarakat telah mandiri.
Transmigrasi dengan segala dampak permasalahannya merupakan
tantangan yang harus diatasi dalam rangka meningkatkan sumberdaya manusia.
Berpindahnya kelompok transmigran dengan sistem budayanya ke daerah lain
dengan kondisi fisik, sosial budaya yang berbeda menimbulkan masalah yang perlu
dicermati. Masalah pokok yang dapat timbul dalam kaitannya dengan hal itu adalah
masih banyaknya di antara mereka belum terangkat ke keadaan yang lebih baik.
Dampak Perkebunan Karet terhadap Diferensiasi Sosial
Diferensiasi sosial di masyarakat pedesaan (masyarakat agraris) menunjuk
pada perubahan masyarakat homogenitas yang mengalami perubahan menjadi
heterogenitas disebabkan oleh berbagai faktor. Masyarakat mengalami transisi atau
perubahan dalam bentuk diferensiasi sosial baik secara vertikal maupun horizontal.
Keadaan ini juga berpengaruh terhadap aspek kehidupan masyarakat terutama
kehidupan sosial ekonomi mengalami perubahan dan peningkatan. Suatu
transformasi dalam memanfaatkan sumberdaya agraria, dari hak setiap orang
menjadi hak sebagian orang. Realitas ini yang akan memberi jalan pada
pembentukan struktur sosial komunitas kemudian mengalami diferensiasi.
Diferensiasi sosial atau struktur sosial horizontal suatu masyarakat adalah
berkaitan dengan banyaknya pengelompokan-pengelompokan sosial yang ada
dalam masyarakat tanpa menempatkannya dalam jenjang hierarkis. Kesimpulannya
bahwa struktur sosial horizontal suatu masyarakat adalah gambaran dari
heterogenitas sosial masyarakatnya. Sehubungan dengan konsep diferensiasi sosial
ini, secara teoritik dirumuskan bahwa semakin maju atau modern suatu masyarakat,
semakin tinggi tingkat diferensiasinya. Sebaliknya semakin bersahaja
masyarakatnya, semakin rendah pula tingkat diferensiasinya. Masyarakat desa
adalah masyarakat yang relatif bersahaja dibanding dengan masyarakat kota pada
umumnya. Secara umum, memahami diferensiasi sosial masyarakat desa di
Indonesia, hendaknya memahami pluralitas masyarakat Indonesia dalam berbagai
dimensi dan aspeknya. Aspek kesejarahan juga menjadi titik tolak untuk memahami
keaslian struktur sosial masyarakat desa kita secara umum. Secara umum juga,
perlu dibedakan antara desa yang ikatan sosial masyarakatnya lebih dipengaruhi
oleh genealogis (darah) yang umumnya terdapat di luar Jawa.
Setiadi dan Kolip (2011) menjelaskan bahwa diferensiasi sosial yakni
kecenderungan ke arah perkembangan sosial yang berlawanan seperti pembedaan
menurut ciri-ciri biologis antar manusia atau atas dasar agama, jenis kelamin, dan
profesi. Bentuk-bentuk diferensiasi sosial digolongkan ke dalam beberapa
golongan diantaranya: (1) diferensiasi jenis kelamin; (2) diferensiasi umur; (3)
6
diferensiasi ras; (4) diferensiasi intelektual. Beberapa hal yang membedakan antara
anggota masyarakat satu dengan lainnya berhubungan dengan kondisi
sosiokulturalnya yaitu; (1) diferensiasi suku; (2) diferensiasi agama; (3) diferensiasi
klan; dan (4) diferensiasi profesi. Pembagian inilah yang membedakan antara
masyarakat satu dengan lainnya yang pembedaan itu tanpa memerhatikan tingkatan
tertentu. Diferensiasi sosial dipahami sebagai pembeda/pemilah masyarakat ke
dalam golongan atau kelompok secara horizontal (tidak secara bertingkat).
Diferensiasi sosial muncul akibat dari pembagian pekerjaan (seperti di dalam
struktur masyarakat modern), perbedaan jenis kelamin, suku (pengelompokkan
individu atas dasar ciri persamaan kultur (Seperti; bahasa, adat istiadat, sejarah,
sikap, wilayah, dan sebagainya), agama, ras (pengelompokkan individu atas dasar
ciri-ciri fisiologis), profesi dan sebagainya tidak bersifat hierarkis tetapi bersifat
sejajar dan horizontal. Sementara itu, stratifikasi sosial muncul karena ketimpangan
distribusi dan kelangkaan barang-barang yang dibutuhkan masyarakat, seperti
uang, kekuasaan, pendidikan, keterampilan, dan semacamnya. Secara normatif, di
dalam diferensiasi sosial, memang hak dan kewajiban antara kelompok yang satu
dengan yang lain relatif sama di mata hukum. Tetapi, bagaimanapun harus diakui
bahwa di dalam kenyataan yang terjadi diferensiasi sosial umumnya tumpang tindih
dengan stratifikasi sosial.
Menurut Fauzi (1999) diferensiasi sosial adalah proses penggolongan di
dalam masyarakat berdasarkan penguasaan terhadap alat-alat produksi dan modal,
termasuk tanah. Diferensiasi sosial selalu menghasilkan korban pada golongan
terbawah, yakni petani kecil, petani tak bertanah atau buruh tani dalam hal akses
lahan dan akses modal yang berpengaruh terhadap tingkat pendapatan petani.
Menurut kamus sosiologi, diferensiasi adalah klasifikasi atau pengolongan terhadap
perbedan-perbedan tertentu yang biasanya sama atau sejenis. Sama menunjuk pada
klasifikasi masyarakat secara horizontal, mendatar, sejajar. Asumsinya tidak ada
golongan dari pembagian tersebut yang lebih tingi daripada golongan lainya
walaupun kenyatanya terdapat kelompok masyarakat tertentu yang mengangap
golonganya lebih tingi daripada yang lain. Dalam masyarakat beragam (plural
society), pengelompokan horizontal yang didasarkan pada perbedaan ras, etnis,
suku bangsa, klan dan agama disebut dengan istilah kemajemukan sosial sedangkan
pengelompokan masyarakat berdasarkan perbedan profesi dan jenis kelamin
disebut heterogenitas sosial. Dalam suatu komunitas masyarakat, secara alamiah
akan muncul kelompok yang berbeda peran sosialnya. Sebagian kecil akan
terbentuk sebagai kelompok yang memimpin dan sebagian besar akan terbentuk
pula seseorang yang terpimpin. Perbedaan horizontal ini menekankan pada aspek
jenis kedudukan satu terhadap yang lainnya, mewujudkan gejala diferensiasi sosial.
Perbedaan vertikal yang menekankan pada aspek tinggi rendahnya kedudukan
sehingga tercipta adanya ranking (hierarkhis) akan mewujudkan gejala stratifikasi
sosial atau pelapisan sosial (Koentjaraningrat 1996) seperti dikutip Yulianto (2010).
Diferensiasi merujuk pada proses dimana seperangkat aktivitas social
dibentuk oleh sebuah institusi sosial yang terbagi di antara institusi sosial yang
berbeda-beda. Diferensiasi juga menggambarkan peningkatan spesialisasi bagianbagian masyarakat yang diikuti terjadinya heterogenitas di dalam masyarakat desa.
Berdasarkan hubungan sosial dalam penguasaan sumberdaya agraria, diferensiasi
7
sosial masyarakat pedesaan (masyarakat agraris) yang berlangsung akan menunjuk
pada gejala terjadinya penambahan kelas-kelas petani.
Menurut Fadjar et al, berbasis hubungan sosial dalam penguasaan
sumberdaya agraria, hasil sensus terhadap seluruh rumah tangga petani di empat
komunitas petani kasus menunjukkan bahwa struktur sosial komunitas petani kakao
yang muncul saat ini terdiferensiasi dalam banyak lapisan. Secara lebih rinci,
berbagai lapisan masyarakat agraris muncul dalam komunitas petani kasus adalah:
1. Petani pemilik. Petani lapisan ini menguasai sumberdaya agraria hanya
melalui mekanisme pemilikan tetap.
2. Petani pemilik dan penggarap. Petani pada lapisan ini menguasau
sumberdaya agraria tidak hanya melalui mekanisme pemilikan tetap tetapi
juga melalui pemilikan sementara.
3. Petani pemilik, penggarap, dan buruh tani. Petani lapisan ini selain
menguasi sumberdaya agraria melalui pemilikan tetap dan pemilikan
sementara juga menjadi buruh tani.
4. Petani pemilik dan buruh tani. Petani lapisan ini menguasai sumberdaya
agraria melalui pola pemilikan tetap. Selain itu, untuk menambah
penghasilan keluarganya, mereka juga menjalankan peranan seorang buruh
tani.
5. Petani penggarap. Petani lapisan ini menguasai sumberdaya hanya melalui
mekanisme pemilikan sementara.
6. Petani penggarap dan buruh tani. Petani lapisan ini menguasai sumberdaya
agraria melalui mekanisme pemilikan sementara. Selain itu, untuk
menambah penghasilan keluarganya, mereka juga menjalankan peranan
seorang butuh tani.
7. Buruh tani. Petani pada lapisan ini benar-benar tidak menguasai sumberdaya
agraria, sehingga berada pada kategori tunakisma mutlak.
Sihaloho (2004) menjelaskan bahwa konversi lahan adalah alih fungsi lahan
khususnya dari lahan pertanian ke penggunaan non pertanian atau dari lahan non
pertanian ke lahan pertanian. Dua faktor penting yang mempengaruhi konversi
lahan dari pertanian ke non pertanian adalah pertumbuhan industri dan pemukiman.
Faktor lainnya oleh adalah pertumbuhan penduduk,intervensi pemerintah,
‘marginalisasi’ ekonomi atau kemiskinan ekonomi. Faktor yang disebut terakhir
dipengaruhi oleh motivasi untuk berubah dari warga yang menginginkan
perubahan. Menurut Husken (1998) pertanian merupakan sumber penghasilan
terpenting bagi tuan-tuan tanah yang menjadi kaum elite pedesaan ini (80 sampai
85 persen penghasilan tahunan mereka peroleh dari sini), namun hanya sekelompok
kecil dari mereka yang menangani sendiri usaha pertaniannya. Sebagian besar kaum
elite pedesaan ini beroperasi di berbagai sumber penghasilan di bidang nonpertanian, seperti di bidang perdagangan,perusahaan pengangkutan, dan toko-toko
yang menjual segala macam barang keperluan sehari-hari. Perubahan tersebut
berdampak terhadap petani-petani kecil dalam memperoleh mata pencahariannya
yang bebas, tetapi kemudian sebagian dari mereka bekerja pada para petani kaya
yang sementara menguasai akses pasaran tersebut.
Berbagai ketimpangan dalam sumber penghasilan antar lapisan penduduk
desa itu juga tercermin dalam tingkat penghasilan berpengaruh terhadap akses lahan
mereka yang sangat berbeda. Menurut Hernanto (1984) seperti dikutip Farhani
8
(2009), penggolongan petani berdasarkan luas tanahnya dibagi menjadi 4 yaitu: (1)
Golongan petani luas (lebih dari 2 hektar); (2) Golongan petani sedang (0,5-2
hektar); (3) Golongan petani sempit (0,5 hektar); (4) Golongan buruh tani tidak
mempunyai tanah.
Hasil penelitian Dassir (2007) diferensiasi pemilikan lahan akibat
pertambahan penduduk dan berkembangnya sistem teknologi pertanian persawahan
bercorak komersil atau kapitalis di Desa Timpuseng , berimplikasi pada perubahan
tenurial ke arah individual yang sebelumnya individu komunal pada saat masih
menggunakan tenaga ternak sapi kombinasi tenaga manusia. Komponen
kepedudukan menunjukkan bahwa jumlah penduduk, dengan asumsi semakin besar
jumlah penduduk dan semakin banyak diferensiasi kerja yang ada di suatu lokasi
kegiatan pembangunan, semakin kecil intensitas dampak sosial yang diperkirakan,
karena proyek dapat menggunakan tenaga kerja setempat. Hingga saat ini
pemerintah belum mampu mengatasi paradoks antara pembangunan ekonomi dan
pembangunan sosial (Kaligis 2012).
Pengertian perkebunan dalam Undang-Undang Pasal 1 Nomor 18 Tahun
2004 tentang perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman
tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai,
mengolah, dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan
ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.
Usaha perkebunan merupakan usaha yang sebagian besar hasilnya sejak
awal memang untuk di jual ke pasar. Bahkan, seperti getah karet, hampir tidak ada
yang langsung digunakan oleh petani. Karena itu, pasar menentukan tingkat
kesejahteraan para petani perkebunan. Selanjutnya, karakter komoditas perkebunan
juga memerlukan pengolahan sebelum sampai pada konsumen. Lemahnya industri
pengolahan, menyebabkan sedikitnya nilai tambah yang dapat dinikmati.
Menurut hasil penelitian (Kinseng et al 2013) masuknya perusahaan tambang
telah menyebabkan terjadinya diferensiasi sosial pada masyarakat lokal di lokasi
penelitian ini. Seiring dengan semakin tingginya diferensiasi sosial, stratifiksi sosial
juga mengalami perubahan. Perusahaan tambang telah mendorong munculnya
beragam jenis usaha atau mata pencaharian yang baru. Berkembangnya berbagai
jenis pekerjaan atau mata pencaharian di bidang jasa dan perdagangan sangat
terlihat di Kelurahan Loa Tebu dan kemudian disusul Desa Embalut. Dengan kata
lain, tambang telah menyebabkan terjadinya diferensiasi sosial pada masyarakat
lokal di lokasi penelitian ini. Seiring dengan semakin tingginya diferensiasi sosial,
stratifiksi sosial juga mengalami perubahan. Kini perbedaan antara strata bawah
dengan strata paling atas semakin mencolok, antara lain terlihat dari kepemilikan
harta milik. Pada era sekarang ini, para petani maupun buruh lepas perusahaan
berada pada strata paling bawah, sedangkan para pedagang besar, pemborong,
pengusaha batu bara, pengusaha jasa angkutan (bis dan truk) menempati strata
paling atas.
Hasil penelitian Widiyanto et al (2010) strategi nafkah rumah tangga petani
dibangun dari adaptasi berbagai risiko yang dihadapi dengan mengkombinasikan
berbagai aset (alami, finansial, fisik, sumberdaya manusia, dan sosial). Pada petani
berlahan luas dengan kepemilikan modal alami yang lebih besar akan berbeda
dengan pola nafkah petani dengan lahan sempit. Petani berbasis tegal dan petani di
9
lahan sawah memiliki persamaan strategi diantaranya adalah strategi solidaritas
vertikal dan manipulasi komoditas. Beberapa sistem nafkah dibangun atas dasar
moral kolektif, yaitu: strategi solidaritas vertikal, strategi solidaritas horizontal,
strategi berhutang, dan strategi patronase. Masyarakat mengalami transisi atau
perubahan mata pencaharian dari sektor pertanian sebagai petani dan buruh tani
menuju sektor non pertanian sebagai buruh pabrik serta membuka usaha jasa.
Keadaan ini mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat terutama pada
kehidupan sosial ekonomi mengalami perubahan dan peningkatan. Berdirinya
industri dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya. Dahulu,
masyarakat memiliki sifat solidaritas sosial yang kuat. Tanpa disadari keberadaan
industri mengakibatkan solidaritas sosial mulai melemah. Ciri-ciri masyarakat
pedesaan mulai memudar. Masyarakat semakin heterogen, individual, sibuk
bekerja dan meninggalkan kegiatan sosial yang selama ini diikutinya. Karena
pembagian kerja yang tinggi.
Hasil penelitianYulianto (2010) menjelaskan bahwa setelah masuknya
industri perkebunan kelapa sawit di tengah-tengah komunitas Orang Paser, basis
stratifikasi mengalami perubahan. Strata yang menonjol pada era-industri yaitu
berbasis previllage (hak istimewa atau khusus). Dasar penentuan pada basis ini
yaitu berdasarkan tingkat pendapatan yang diperoleh. Strata paling atas yaitu para
elite perkebunan dan tuan tanah. Berkembangnya industri perkebunan kelapa sawit
di Semuntai, mulai bermunculan individu-individu lain yang juga memiliki
pengaruh di mata masyarakat, biasanya individu yang baru terbentuk adalah yang
memiliki kemampuan seperti kemampuan berdasarkan kekayaan yang dimilikinya.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani
Sektor pertanian merupakan jawaban dari masalah pengangguran dan
kemiskinan. Dengan mengoptimalkan lahan pertanian dengan usaha tani yang tepat
diharapkan petani dapat meningkatkan kesejahteraan hidup petani. Kegiatan usaha
tani bertujuan agar diperoleh keuntungan maksimal, namun hal itu dapat dicapai
bila petani telah menggunakan faktor-faktor produksi secara efisien sehingga dapat
diperoleh tingkat produksi yang maksimal (Hermanto 1996) seperti dikutip
Wijayanti dan Saefuddin (2012).
Petani adalah rumah tangga petani dalam perannya sebagai unit produksi
yang hanya secara parsial terlibat dalam ekonomi pasar untuk bersaing tidak
sempurna (Ellis 1989 seperti dikutip Hartono 2011). Ciri-ciri petani adalah : (1)
petani dengan kegiatan usaha taninya berbeda dengan perusahan perkebunan dan
perusahaan kapital lainnya; (2) rumah tangga petani merupakan unit kegiatan usaha
tani yang terintegrasi dengan sistem ekonomi; (3) sumberdaya lahan merupakan
basis kegiatan usaha tani; (4) penggunaan tenaga kerja keluarga lebih dominan
dibanding penggunaan tenaga kerja luar keluarga; dan (5) usaha tani memiliki dua
sisi ganda sebagai unit produksi dan konsumsi sekaligus.
Ruang lingkup rumah tangga petani adalah bahwa usaha tani rumah tangga
dianggap sebagai unit pengambilan keputusan untuk tujuan analisis ekonomi.
Rumah tangga petani memaksimalkan keuntungan dengan maksimisasi utilitas
tunggal yang mengedepankan kombinasi kesejahteraan satu-satunya variabel dalam
fungsi utilitas. Pendapatan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup seorang
petani, semakin besar pendapatan yang diperoleh petani maka semakin besar
10
kemampuan petani untuk membiayai segala pengeluraran dan kegiatan-kegiatan
dalam usahanya.
Karakteristik ekonomi rumah tangga petani lainnya adalah selain
keuntungan maksimum adalah tujuan petani melakukan kegiatan usaha tani untuk
memenuhi kebutuhan keluarga dan bukan bermotif bisnis dan selalu menghindari
resiko (Hartono 2011). Hasil penelitian Septianita (2009) faktor-faktor yang
mempengaruhi di dalam melakukan peremajaan tanaman karet yang mempengaruhi
pendapatan petani antara lain luas lahan yang digunakan, jumlah tenaga kerja, dan
pengalaman dalam usaha tani karet.
Hasil penelitian Susianti dan Rauf (2013) menjelaskan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi pendapatan usaha tani jagung manis adalah luas lahan, pupuk,
benih, pestisida, tenaga kerja, umur petani, pendidikan formal dan harga output
berpengaruh nyata terhadap pendapatan. Berdasarkan temuan Delviagasti (2010)
menggunakan regresi linear berganda, diketahui bahwa produksi, luas lahan, harga,
tenaga kerja dan kebijakan perdagangan bebas mempunyai hubungan positif dan
signifikan terhadap pendapatan petani kelapa sawit di Kabupaten Dharmasraya.
Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi dalam bidang
sumberdaya manusia, selain kesehatan dan migrasi (Samuelson 2001) seperti
dikutip Munifa (2013). Pendidikan memberikan kontribusi secara langsung
terhadap pertumbuhan pendapatan nasional melalui peningkatan keahlian dan
produktivitas kerja. Pendidikan seseorang mencerminkan tingkat pengetahuan yang
pernah diperoleh, semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh maka semakin
banyak pengetahuan diperoleh. Sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikan
masyarakat maka akan semakin sulit bagi masyarakat untuk mendapatkan
pekerjaan dengan penghasilan yang lebih tinggi. Tingkat pendidikan yang rendah
menyebabkan pendapatan yang diperoleh seseorang relatif rendah sedangkan
tingkat pendidikan tinggi maka orang tersebut akan mempunyai kemampuan untuk
menghadapi hidup dimana dengan pendidikan yang diperoleh seseorang dapat
berbuat usaha dan bekerja guna memperoleh pendapatan yang mencukupi
kebutuhan hidup serta memperbaiki keadaan hidup dalam arti mempunyai
kesempatan kerja guna mencapai kesejahteraan yang diinginkan.
Besarnya anggota keluarga merupakan faktor yang sangat penting karena
dapat mempengaruhi pola konsumsi dan biaya hidup rumah tangga. Suatu rumah
tangga yang mempunyai anggota keluarga relatif lebih banyak tentu akan
melakukan konsumsi lebih besar daripada rumah tangga yang mempunyai anggota
keluarga lebih sedikit, meskipun pendapatan yang diterima sama besar (Sumardi et
al 1995) seperti dikutip Munifa (2013).
Hasil penelitian Widiyanto et al (2010) strategi nafkah rumah tangga petani
dibangun dari adaptasi berbagai risiko yang dihadapi dengan mengkombinasikan
berbagai aset (alami, finansial, fisik, sumberdaya manusia, dan sosial). Pada petani
berlahan luas dengan kepemilikan modal alami yang lebih besar akan berbeda
dengan pola nafkah petani dengan lahan sempit. Petani berbasis tegal dan petani di
lahan sawah memiliki persamaan strategi diantaranya adalah strategi solidaritas
vertikal dan manipulasi komoditas. Beberapa sistem nafkah dibangun atas dasar
moral kolektif, yaitu: strategi solidaritas vertikal, strategi solidaritas horizontal,
strategi berhutang, dan strategi patronase Tujuan seorang anggota rumah tangga
melakukan suatu jenis pekerjaan adalah memperoleh pendapatan dalam rangka
untuk memenuhi kebutuhan hidup anggota rumah tangga. Kumpulan pendapatan
11
dari berbagai sumber merupakan pendapatan total rumah tangga. Sumber
pendapatan yang yang beragam tersebut dapat terjadi karena anggota rumah tangga
yang bekerja, melakukan lebih dari satu jenis kegiatan dan atau maing-masing
anggota rumah tangga mempunyai kegiatan yang berbeda satu dengan yang lain.
Tingkat keragaman tersebut juga dipengaruhi oleh penguasaan faktor produksi dan
aset rumah tangga (Nurmanaf 1985) seperti dikutip Hartono (2011).
Secara garis besar ada dua sumber pendapatan rumah tangga di pedesaan
yaitu dari sektor pertanian dan non pertanian. Struktur dan besarnya pendapatan
dari sektor pertanian berasal dari usahatani, usaha peternakan dan berburuh tani.
Sedangkan dari non pertanian berasal dari usaha dagang, jasa, pegawai, buruh non
pertanian, dan pekerjaan lainnya di luar pertanian. Pendapatan terdiri atas upah,
gaji, sewa, deviden, keuntungan dan merupakan suatu arus yang diukur dalam
jangka waktu tertentu misalnya: seminggu, sebulan, setahun atau jangka waktu
yang lama. Pendapatan keluarga adalah pendapatan suami dan istri serta anggota
keluarga lain dari kegiatan pokok maupun tambahannya. Pendapatan sebagai
ukuran kemakmuran yang telah dicapai oleh seseorang atau keluarga pada beberapa
hal merupakan faktor yang cukup dominan untuk mempengaruhi keputusan
seseorang atau keluarga terhadap suatu hal. Pendapatan keluarga berperan penting,
karena pada hakekatnya kesejahteraan keluarga sangat tergantung pada besar
kecilnya pendapatan keluarga Anggraini (2007).
Kerangka Pemikiran
Masuknya perkebunan karet menyebabkan terjadinya diferensiasi sosial
yang semakin kompleks di masyarakat transmigran. Proses masuknya moda
produksi modern ke dalam sistem pertanian masyarakat memunculkan peran-peran
baru dalam masyarakat. Peran-peran baru ini terkait dengan penyediaan alat-alat
atau sarana produksi pertanian. Bertambahnya jenis lapisan masyarakat pada
struktur agraris masyarakat menunjukkan diferensiasi sosial. Proses
berlangsungnya diferensiasi struktur sosial masyarakat yaitu dari struktur
masyarakat agraris yang “egaliter” (merata) mejadi masyarakat yang” semakin
terdiferensiasi”. Diferensiasi sosial merupakan konsekuensi dari perkembangan
kapitalisme. Diferensiasi sosial yang terjadi meliputi: jenis mata pencaharian,
tingkat penguasaan lahan, dan tingkat pendapatan masyarakat transmigran.
Berdasarkan temuan Delviagasti (2010) menggunakan regresi linear
berganda, diketahui bahwa produksi, luas lahan, harga, tenaga kerja dan kebijakan
perdagangan bebas mempunyai hubungan positif dan signifikan terhadap
pendapatan petani kelapa sawit di Kabupaten Dharmasraya. Hasil penelitian
Susianti dan Rauf (2013) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan usaha tani jagung manis adalah luas lahan, pupuk, benih, pestisida,
tenaga kerja, umur petani, pendidikan formal dan harga output berpengaruh nyata
terhadap pendapatan. Hasil penelitian Septianita (2009) faktor-faktor yang
mempengaruhi di dalam melakukan peremajaan tanaman karet yang mempengaruhi
pendapatan petani antara lain luas lahan yang digunakan, jumlah tenaga kerja, dan
pengalaman dalam usaha tani karet. Banyak faktor yang mempengaruhi pendapatan
petani masyarakat transmigran seperti luas lahan, tingkat pendidikan kepala
12
keluarga, pengalaman bertani kepala keluarga, jumlah tanggungan dalam keluarga,
dan usia kepala keluarga untuk dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga.
Dampak
Perkebunan
Karet
 Jenis Mata Pencaharian
Diferensiasi
Sosial
 Tingkat Penguasaan lahan
Tingkat Pendapatan (Y)
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pendapatan Petani (X)
1.
2.
3.
4.
Luas Lahan (X1)
Tingkat Pendidikan ( X2)
Pengalaman Bertani (X3)
Jumlah tanggungan dalam
keluarga (X4)
5. Usia (X5)
Gambar 1 Kerangka pemikiran
Keterangan:
: Memiliki pengaruh
: Variabel yang diuji statistik
: Aspek yang dianalisis secara kualitatif
Hipotesis Penelitian
Hipotesis Pengarah
Diduga masuknya perkebunan karet menyebabkan terjadinya diferensiasi sosial
yang semakin kompleks meliputi: jenis mata pencaharian, tingkat penguasaan lahan
dan tingkat pendapatan masyarakat transmigran.
Hipotesis Uji
1. Diduga pendapatan petani dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni: luas
lahan, tingkat pendidikan kepala keluarga, pengalaman bertani kepala
keluarga, jumlah tanggungan dalam keluarga dan usia kepala keluarga.
13
PENDEKATAN LAPANG
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang didukung dengan
metode kualitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk mencari pengaruh antar
variabel yang diuji, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani
dengan tingkat pendapatan. Metode kuantitatif yang digunakan menggunakan
penelitian survei kepada responden, yaitu rumah tangga petani yang memiliki lahan
di Desa Suka Makmur yang diambil satu RT dari setiap dusun. Metode kuantitatif
yang didukung dengan metode kualitatif digunakan untuk menggali informasi
untuk menjelaskan masuknya perkebunan karet menyebabkan terjadinya
diferensiasi sosial yang semakin kompleks meliputi: jenis mata pencaharian, tingkat
penguasaan lahan, dan tingkat pendapatan. Metode kualitatif bersifat explanatory
research yang dilakukan melalui wawancara mendalam terhadap responden dan
informan serta observasi langsung. Hasil penelitian akan dijelaskan secara
deskriptif namun tetap fokus pada hubungan antar variabel untuk menguji hipotesa.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Sukamakmur, Kecamatan Putri Hijau,
Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Pemilihan tempat penelitian
dilakukan dengan secara sengaja (purposive). Pemilihan tempat penelitian
didasarkan pada fakta bahwa wilayah desa ini merupakan kawasan daerah
transmigrasi dari Pulau Jawa. Lokasi penelitian ini juga merupakan wilayah sekitar
perkebunan karet dengan kondisi masyarakat yang memiliki luas lahan dalam
berbagai strata. Rumah tangga petani di Desa Suka Makmur berjumlah 1335 kk.
Masuknya perkebunan karet menyebabkan terjadinya diferensiasi sosial yang
semakin kompleks meliputi: jenis mata pencaharian, tingkat penguasaan lahan, dan
tingkat pendapatan. Tidak hanya itu, banyak faktor yang mempengaruhi pendapatan
petani masyarakat transmigran terutama rumah tangga petani petani miskin serta
petani sedang sehingga desa ini menarik untuk dijadikan lokasi penelitian.
Penyusunan proposal dan pengumpulan data dari penelitian ini dilakukan
pada bulan Januari sampai Februari 2016. Pengolahan data dan hasil penyusunan
penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai Mei 2016.
14
Tabel 1 Jadwal pelaksanaan penelitian tahun 2016
Kegiatan
Januari
1
Februari
Maret
April
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Mei
1
Penyusunan
Porposal
dan
Instrumen
Penelitian
Pengumpul
an Data
Pengolahan
Data
Penyusunan
Skripsi
Ujian
Skripsi
Teknik Penentuan Responden dan Informan
Sumber data dari penelitian ini adalah informan dan responden. Informan
adalah orang yang termasuk dalam kegiatan ini yang memberikan informasi atau
keterangan tambahan mengenai topik penelitian serta ada hubungan dengan topik
penelitian. Sedangkan responden merupakan sumber data utama yang akan
diberikan kuesioner.
Unit analisis penelitian ini adalah rumah tangga petani berdasarkan jumlah
luas lahan yang dimiliki. Pada penelitian ini, teknik pemilihan responden dilakukan
dengan menggunakan multi stage stratified random sampling bagi rumah tangga
petani yang dikategorikan berdasarkan jumlah luas lahan. Luas lahan adalah jumlah
lahan yang dimiliki oleh responden dalam satuan hektar. Kerangka sampling yang
diambil adalah satu RT dari setiap dusun. Jumlah dusun di Desa Suka Makmur
adalah tiga dusun sehingga terambillah tiga RT sebagai kerangka sampling.
Berdasarkan kerangka sampling maka ditentukan responden dari jumlah luas lahan
yang terbagi menjadi tiga strata yaitu petani lahan luas, petani lahan sedang dan
petani lahan sempit. Petani lahan luas adalah petani yang memiliki lahan >5 ha.
Petani lahan sedang adalah petani yang memiliki lahan 1 sampai 4 ha. Petani lahan
sempit adalah petani yang memiliki lahan <1 ha. Setiap RT memiliki jumlah rumah
tangga petani dengan pembagian tiga strata. Setiap strata dari tiga RT dipilih secara
acak dengan proporsi yang sebanding antar strata. Total responden berjumlah 60
orang.
15
Pemilihan informan akan dilakukan secara sengaja (purposive) dan
jumlahnya tidak ditentukan. Penetapan informan ini akan dilakukan dengan
menggunakan teknik bola salju (snowball) yang memungkinkan perolehan data dari
satu informan ke informan lainnya. Pencarian informasi ini akan berhenti apabila
tambahan informan tidak lagi menghasilkan pengetahuan baru atau sudah berada
pada titik jenuh. Orang-orang yang dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini
adalah aparatur desa, tokoh masyarakat, dan masyarakat sekitar yang dianggap
mengetahui dengan jelas mengenai pengembangan wilayah Desa Suka Makmur.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh hasil pengukuran metode
kuantitatif, yaitu pengisian kuesioner oleh responden terpilih. Data kualitatif dari
responden maupun informan diperoleh melalui wawancara mendalam.
Data sekunder diperoleh melalui studi dokumen, data-data, informasi
tertulis, maupun literatur-literatur yang berkaitan dengan topik penelitian, seperti
jumlah rumah tangga petani, kebijakan transmigrasi dan data-data terkait. Data
sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian, Kementerian dalam Negeri Direktorat
Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Monografi Desa Suka Makmur, dan
sumber-sumber data lain yang relevan.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data kuantitatif diperoleh melalui kuesioner. Data kuantitatif diolah secara
statistik untuk melihat pengaruh antar variabel menggunakan Regresi Linear
Berganda. Uji Regresi Berganda adalah alat analisis peramalan nilai pengaruh dua
variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat (untuk membuktikan ada
atau tidaknya hubungan fungsional atau hubungan kausal antara dua variabel bebas
atau lebih (X1) (X2) (X3)..... (Xn) dengan satu variabel terikat (Riduwan 2009).
Adapun variabel-variabel yang akan diuji dengan Regresi Linear Berganda adalah
faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani dengan tingkat pendapatan.
Variabel bebas atau pengaruh adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
petani dan variabel terikat atau terpengaruh adalah tingkat pendapatan. Data yang
diperoleh dianalis menggunakan Analisis Regresi Linear Berganda, dengan
persamaan sebagai berikut:
Yi= β0+β1X1i+β2X2i+β3X3i+β4X4i+β5X5i+€i
Keterangan:
Y : Tingkat Pendapatan
X1 : Luas Lahan
X2 : Tingkat Pendidikan
X3 : Pengalaman Bertani
X4 : Jumlah Anggota dalam Keluarga
X5 : Usia
β : Konstanta
€ : Galat Eror
Pengolahan data dilakukan menggunakan SPSS 20.0 for Windows dan
Microsoft Excell 2013. Data kualitatif yang berperan sebagai pendukung data
16
kuantitatif akan dianalisis dengan cara mereduksi data, menyajikan data, dan
menarik kesimpulan dan disampaikan secara deskriptif analitik guna mempertajam
hasil penelitian.
Definisi Operasional
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tingkat Pendapatan rumah tangga adalah penjumlahan dari rata-rata pendapatan
keluarga rumah tangga petani baik petani maupun istri dan anggota keluarga lain
dari kegiatan pertanian dan non pertanian. Tingkat pendapatan diperoleh dari
total pendapatan petani selama satu tahun. Tingkat pendapatan adalah data rasio
yang akan diukur sesuai dengan sebaran data responden di lapangan dihitung
dalam satuan rupiah per tahun.
2. Luas lahan adalah jumlah lahan pertanian yang dimiliki oleh rumah tangga
petani dalam satuan hektar. Kategori luas lahan pertanian ditentukan
berdasarkan sebaran data responden di lapangan. Luas lahan pertanian adalah
data rasio yang dihitung menggunakan satuan hektar.
3. Tingkat pendidikan adalah lamanya pendidikan formal yang pernah ditempuh
oleh kepala rumah tangga petani dalam satuan tahun. Tingkat pendidikan
responden berdasarkan sebaran data responden di lapangan. Tingkat pendidikan
adalah data rasio yang dihitung menggunakan satuan tahun.
4. Pengalaman bertani adalah lamanya seseorang bekerja sebagai petani yaitu
kepala rumah tangga petani. Penggolongan dikategorikan berdasarkan sebaran
data responden di lapangan. Lama pengalaman bertani adalah data rasio yang
dihitung menggunakan satuan tahun.
5. Jumlah tanggungan dalam keluarga adalah jumlah individu yang ada dalam
keluarga responden yang masih ditanggung biaya hidupnya oleh responden.
Keluarga responden meliputi anak, istri, saudara, orang tua, atau orang lain yang
dianggap keluarga oleh responden. Biaya hidup meliputi biaya sandang, pangan,
pakan, pendidikan, kesehatan, dan hiburan. Jumlah tanggungan dalam keluarga
dikategorikan berdasarkan sebaran data responden di lapangan. Jumlah
tanggungan adalah data rasio yang dihitung menggunakan satuan orang.
6. Usia adalah usia kepala rumah tangga petani yang bekerja dalam kegiatan
pertanian dalam satuan tahun. Usia responden dikategorikan berdasarkan
sebaran data responden di lapangan. Usia adalah data rasio yang dihitung
menggunakan satuan tahun.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini E. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Penduduk Lanjut
Usia Laki-Laki di Kelurahan Kranjingan Kecamatan Sumbersari Kabupaten
Jember. [skripsi]. Jember (ID). Fakultas Ekonomi, Universitas Jember.
[BPS]. 2014. Badan Pusat Statistik. [Internet]. [diunduh 2016 Januari 28]. Tersedia
pada: www.bps.go.id.
[BPS]. 2016. Badan Pusat Statistik. [Internet]. [diunduh 2016 Januari 14]. Tersedia
pada: www.bps.go.id.
Dassir M. 2007. Dinamika tenur dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada
sub das minraleng hulu kabupaten maros. Jurnal Hutan dan Masyarakat.
[Internet].
[diunduh
2015
November
06].
Tersedia
pada:
http://journal.unhas.ac.id/index.php/hm/article/view/34
Delviagasti. 2010. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani
kelapa sawit di kabupaten dharmasraya. [thesis]. Padang (ID). Fakultas
Ekonomi, Universitas Andalas.
Fadjar U, Sitorus M T F, Dharmawan A H, Tjondronegoro S M P. 2008.
Transformasi sistem produksi pertanian dan struktur agraria serta
implikasinya terhadap diferensiasi sosial dalam komunitas petani. Jurnal
Agro Ekonomi. [Internet]. [diunduh 2015 September 19]; 26(2): 209-233.
Tersedia pada: http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/JAE26-2e.pdf
Farhani A. Motivasi Sosial Ekonomi Petani Beralih Pekerjaan dari Sektor Pertanian
ke Sektor Industri Kerajinan Mebel di Desa Serenan Kecamatan Juwiring
Kabupaten Klaten. [skripsi]. Surakarta (ID). Fakultas Pertanian, Universitas
Sebelas Maret.
Fauzi N. 1999. Petani dan Penguasa. Yogyakarta (ID): Insist, KPA dan Pustaka
Belajar.
Hartono B. 2011. Upaya Peningkatan Ekonomi Rumah Tangga Peternak Sapi
Perah. Malang (ID): Universitas Brawijaya (UB Pr).
Husken F. 1998. Masyarakat Desa dalam Perubahan Zaman Sejarah Diferensiasi
Sosial Jawa 1830-1980. Jakarta (ID): PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Kaligis R. 2012. Analisis Dampak Sosial (ANDASOS) untuk Ukuran Kinerja
Pemerintahan. Jurnal Insani. [Internet]. [diunduh 2015 Desember 02]; 12:
67-74.
Tersedia
pada:
http://stisipwiduri.ac.id/File/N/Full/2430JURNAL%20INSANI%20STISIP%20Widuri%20Juni%202012-Retor.pdf
Karsidi R. 2012. Mobilitas sosial petani di sentra industri kecil. [Internet]. [diunduh
2015
November
08].
Tersedia
pada:
http://ravik.staff.uns.ac.id/2008/04/22/mobilitas-sosial-petani-di-sentraindustri-kecil/
Kinseng R A, Barus B, Nasdian F T, Sunito M A, Yulian B E. 2013. Kajian dampak
sosial ekonomi dan manajemen agraria di wilayah konsesi pertambangan
batu bara. [Laporan Penelitian]. Sulawesi (ID). Program kajian AgrariaPSP3, LPPM Institut Pertanian Bogor.
Kurniawan Y. 2013. Pola Kehidupan Sosial Ekonomi dan Strategi Bertahan
Masyarakat Sekitar Industri. Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant. [Internet].
18
[diunduh
November
29];
3(2).
Tersedia
Pada:
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/sosant/article/view/2943/2018
Munifa. 2013. Analisis tingkat pendapatan masyarakat sekitar ptpn xi pabrik gula
Padjarakan Kecamatan Pajarakan Kabupaten Probolinggo. [skripsi]. Jember
(ID). Jurusan Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Jember.
Nitiyasa dan Sudibia. 2013. Menggalakkan program transmigrasi melalui
peningkatan pembangunan daerah. Jurnal Piramida. [Internet]. [diunduh
2015
November
30];
9(1).
Tersedia
Pada:
http://ojs.unud.ac.id/index.php/piramida/article/viewFile/9790/7314
Riduwan. 2009. Pengantar Statistika Sosial. Bandung (ID): Alfabeta.
[RPJMDES]. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDES). 2015.
Peraturan Desa (PerDes) Suka Makmur Nomor 01 Tahun 2015.
Setiadi E M dan Kolip U. 2011. Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala
Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya. Jakarta (ID):
Kencana.
Septianita. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi petani karet rakyat melakukan
peremajaan karet di Kabupaten Ogan Komering Ulu. Jurnal Agronobis.
[Internet]. [diunduh 2016 Januari 05]; 1(1): 130-136. Tersedia Pada:
https://agronobisunbara.files.wordpress.com/2012/11/15-hal-130-136septianita.pdf
Sihaloho, M. 2004. Konversi Lahan Pertanian dan Perubahan Struktur Agraria
(Kasus di Kelurahan Mulyaharjo, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor,
Jawa Barat). [thesis]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.
Sihaloho M, Purwandari H, Supriyadi A. 2009. Reforma agraria di bidang
pertanian: studi kasus perubahan struktur agraria dan diferensiasi
kesejahteraan komunitas pekebun di Lebak, Banten. Jurnal Sodality.
[Internet]. [diunduh 2015 November 29]; 3(1): 1-16. Tersedia Pada:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=83561&val=223
Susianti dan Rauf R. 2013. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
usahatani jagung manis (Studi Kasus : Di Desa Sidera Kecamatan Sigi
Biromaru Kabupaten Sigi). Jurnal Agrotekbis. [Internet]. [diunduh 2016
Januari
26];
1(5).
Tersedia
pada:
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/Agrotekbis/article/view/2004
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2009 Ketransmigrasian.
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5050. [Internet]. [diunduh
2016
Januari
29].
Tersedia
pada:
http://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2009_29.pdf
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2004 Perkebunan.
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4411. [Internet]. [diunduh
2016
Januari
15].
Tersedia
Pada:
www.bpkp.go.id/uu/filedownload/2/39/224.bpkp+&cd=1&hl=id&ct=clnk
&gl=id
19
Widiyanto W, Dharmawan A H, Nuraini W, Prasodjo. 2010. Strategi Nafkah
Rumah tangga Petani Tembakau di Lereng Gunung Sumbing. Jurnal
Sodality. [Internet]. [diunduh 2015 Oktober 27]; 04(01):91-114. Tersedia
pada:
http://jesl.journal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/viewArticle/5851
Wijayanti T dan Saefuddin. 2012. Analisis pendapatan usahatani karet (Hevea
Brasiliensis). Jurnal Ziraa’ah. [Internet]. [diunduh 2014 Oktober 28];
34(2): 137-149. Tersedia Pada: faperta.uniska-bjm.ac.id/get/publikasi/therevenue-analysis-of-rubber-farming-hevea-brasiliensis
Yulianto E.H. 2009. Perubahan struktur sosial dan kepemimpinan lokal masyarakat
akibat masuknya perkebunan kelapa sawit. [Internet]. [diunduh 2015
November
07];
1(7):39-46.
Tersedia
pada:
https://agribisnisfpumjurnal.files.wordpress.com/2012/03/jurnal-vol-7-no1-eko.pdf
20
RIWAYAT HIDUP
Ade Febryanti dilahirkan di Bengkulu Utara pada tanggal 22 Februari 1994,
dari pasangan Ruki Yanto dan Sukris Wati. Pendidikan formal yang pernah dijalani
adalah TK PKK Sukamakmur (1999-2000), SDN 08 Putri Hijau (2000-2006),
SMPIT Baitussallam (2006-2009), dan SMAIT Assyifa Boarding School (20092012). Pada tahun 2012, penulis melanjutkan kuliah di Institut Pertanian Bogor,
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi
Manusia, melalui jalur Seleksi Uji Talenta Masuk IPB (UTM).
Selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif dalam beberapa
organisasi, Anggota Departemen PSDM BEM TPB 49 (2012-2013), Anggota
Public Relation BEM FEMA IPB (2013-2014), Anggota Event Organizer Training
dan Outbond ATOM INDONESIA (2014-sekarang), dan Anggota FLP Bogor
(2015-sekarang). Selain itu penulis juga pernah aktif dalam beberapa kepanitiaan
di dalam kampus, yaitu Ketua PDD acara Gravitasi (2013), Anggota Logstran acara
BEM TPB CUP (2013), Sekertaris acara SILIKA (2013), SG acara MPKMB 50
(2013), Sekertaris acara Fema Go Public (2014), dan Anggota Humas acara LES 8
(Leadership Enterpreneur School) (2014).
21
LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta lokasi penelitian
22
Lampiran 2 Kerangka Sampling
Kerangka Sampling Rumah Tangga Petani berdasarkan kepemilikan luas
lahan di Desa Suka Makmur, Kecamatan Putri Hijau, Kabupaten Bengkulu Utara,
Provinsi Bengkulu
Tabel 3 Jumlah luas lahan dan persentase kerangka sampling rumah tangga petani
di Desa Suka Makmur, Kecamatan Putri Hijau, Kabupaten Bengkulu Utara,
Provinsi Bengkulu
NO Luas lahan
Persentase (%)
1
>5 ha
2
1-4 ha
4
<1 ha
Total
100
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
etc
Nama
Luas lahan yang
di miliki
Alamat
23
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
DAMPAK PERKEBUNAN KARET TERHADAP DIFERENSIASI SOSIAL
DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN
MASYARAKAT TRANSMIGRAN
Hari, Tanggal Survei
Tanggal Entri Data
A. Identitas Karakteristik Responden
1
No
Responden
:
2
Nama
:
3
Umur
:
4
Jenis kelamin*
:
5
Agama
: (a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
6
Alamat
:
7
No Hp
:
*Lingkari yang benar
Tahun
(a)
(b)
Laki – laki
Perempuan
Islam
Kristen katolik
Kristen Protestan
Hindu
Budha
Lainnya..
24
11
12
13
14
15
16
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN
Berapa luas lahan yang Anda miliki?
Ha
Berapa lama Anda menempuh pendidikan
formal?
Tahun
Berapa lama
pertanian?
Tahun
Anda
melakukan
kegiatan
Berapa jumlah tanggungan dalam keluarga
Anda?
Orang
Berapa usia Anda sekarang atau tahun kelahiran
Anda?
Tahun
C. TINGKAT PENDAPATAN
Berapa pendapatan Anda per hari pada musim
hujan?
Rp
17
Berapa pendapatan Anda per hari pada musim
kemarau?
Rp
18
Berapa kali Anda memanen pada musim hujan
per bulan?
Hari
19
Berapa kali Anda memanen pada musim
kemarau per bulan?
Hari
20
Berapa pendapatan Anda selama setahun
terakhir dari kegiatan non pertanian?
Rp
25
Lampiran 4 Panduan Pertanyaan
PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM
DAMPAK PERKEBUNAN KARET TERHADAP DIFERENSIASI SOSIAL
DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN
MASYARAKAT TRANSMIGRAN
Tujuan
: Menggali informasi dampak perkebunan karet terhadap
diferensiasi sosial di masyarakat transmigran
Informan
: Masyarakat Transmigran, Tokoh Masyarakat dan Aparat Desa
Hari/tanggal wawancara
Lokasi wawancara
Nama dan umur informan
Pekerjaan
No Hp/Telp.
:
:
:
:
:
Pertanyaan Penelitian
I. Dampak perkebunan karet terhadap jenis mata pencaharian
1. Apa dampak masuknya perkebunan karet bagi masyarakat transmigran?
2. Berapa luas lahan yang dibeli oleh perusahaan perkebunan karet dalam satuan
hektar?
3. Apakah masuknya perkebunan karet menyebabkan masyarakat transmigran di
Desa Suka Makmur semakin sejahtera?
4. Apakah masuknya perkebunan karet menyebabkan munculnya kelompokkelompok baru di masyarakat transmigran?
5. Apa saja jenis mata pencaharian sebelum masuknya perkebunan karet?
6. Apa saja jenis mata pencaharian sesudah masuknya perkebunan karet?
7. Apa dampak perkebunan karet bagi masyarakat transmigran dalam hal mata
pencaharian?
8. Apakah perbedaan kesempatan kerja sebelum dan sesudah masuknya
perkebunan karet?
II. Dampak perkebunan karet terhadap tingkat penguasaan lahan
1. Apa perbedaan jumlah luas lahan yang dimiliki oleh masyarakat sebelum dan
sesudah sebelum adanya perkebunan karet di Desa Suka Makmur?
2. Apakah masuknya perkebunan karet menyebabkan masyarakat transmigran
memiliki luas lahan yang semakin luas atau semakin kurang?
3. Apa saja penyebab perubahan tersebut?
4. Bagaimana status kepemilikan lahan rumah tangga petani di Desa Suka
Makmur? (penyewa/pemilik,/penggarap)
III. Tingkat Pendapatan
1. Apa perbedaan pendapatan sebelum dan sesudah adanya perkebunan karet di
masyarakat transmigran di Desa Suka Makmur?
26
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Bagaimana pendapatan masyarakat transmigran sebelum masuknya
perkebunan karet?
Apakah masuknya perkebunan karet menyebabkan pendapatan masyarakat
transmigran semakin tinggi atau semakin rendah?
Apa saja yang menyebabkan pendapatan masyarakat transmigran semakin
tinggi atau semakin rendah di Desa Suka Makmur?
Apa saja faktor-faktor yang yang mempengaruhi tingkat pendapatan petani
masyarakat transmigran di Desa Suka Makmur?
Apakah terdapat sosialisasi dari perkebunan karet untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat transmigran?
Apakah ada tambahan pendapatan selain dari pertanian di masyarakat
transmigran?
27
Lampiran 5 Tabel Kosong (Dummy Table)
Tabel Kosong hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
petani terhadap tingkat pendapatan di Desa Suka Makmur, Kecamatan
Putri Hijau, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu 2016
A. Hubungan dua variabel
Variabel pengaruh
: Luas lahan
Variabel terpengaruh : Tingkat Pendapatan
Luas lahan
Rendah
Tingkat Pendapatan
Sedang
Tinggi
Sempit
Sedang
Luas
Hipotesis :
Diduga luas lahan berhubungan dengan tingkat pendapatan petani masyarakat
transmigran
B. Hubungan dua Variabel
Variabel pengaruh
: Tingkat pendidikan
Variabel terpengaruh : Tingkat Pendapatan
Tingkat
Tingkat Pendapatan
Pendidikan
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
Hipotesis :
Diduga tingkat pendidikan berhubungan dengan tingkat pendapatan petani
masyarakat transmigran
C. Hubungan dua Variabel
Variabel pengaruh
: Pengalaman bertani
Variabel terpengaruh : Tingkat Pendapatan
Pengalaman
Tingkat Pendapatan
bertani
Rendah
Sedang
Tinggi
Lama
Sedang
Singkat
Hipotesis :
Diduga pengalaman bertani berhubungan dengan tingkat pendapatan petani
masyarakat transmigran
28
D. Hubungan dua Variabel
Variabel pengaruh
: Tingkat pendidikan
Variabel terpengaruh : Tingkat Pendapatan
Jumlah
Tingkat Pendapatan
tanggungan dalam Rendah
Sedang
Tinggi
keluarga
Sedikit
Sedang
Banyak
Hipotesis :
Diduga jumlah tanggungan dalam keluarga berhubungan dengan tingkat
pendapatan petani masyarakat transmigran
E. Hubungan dua Variabel
Variabel pengaruh
: Usia
Variabel terpengaruh : Tingkat Pendapatan
Usia
Rendah
Tingkat Pendapatan
Sedang
Tinggi
Usia muda
Usia sedang
Usia tua
Hipotesis :
Diduga usia berhubungan dengan tingkat pendapatan petani masyarakat
transmigran
29
Lampiran 6 Catatan Harian Lapang
CATATAN HARIAN KEDAMPAK PERKEBUNAN KARET TERHADAP DIFERENSIASI SOSIAL
DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN
MASYARAKAT TRANSMIGRAN
(Kasus Desa di Sekitar Perkebunan Karet : Desa Suka Makmur,
Kecamatan Putri Hijau, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu)
Topik
:
Metode
:
Informan/Partisipan
:
Hari & Tanggal
:
Waktu & Durasi
:
Tempat
:
Kondisi & Situasi
:
DESKRIPSI
INTERPRETASI
30
Lampiran 7 Rancangan Skripsi
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Konsep Transmigrasi
Sejarah Transmigrasi/Desa
Definisi Diferensiasi Sosial
Bentuk-Bentuk Diferensiasi Sosial
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Diferensiasi Sosial
Konsep Perkebunan Karet
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
PENDEKATAN LAPANG
Metode Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengambilan Informan dan Responden
Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
Definisi Operasional
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Desa Suka Makmur
Gambaran Umum Desa Suka Makmur
Karakteristik komunitas desa
Diferensiasi Sosial
Jenis Mata Pencaharian
Tingkat Penguasaan Lahan
Tingkat Pendapatan
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN PETANI
Luas lahan, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, tanggungan dalam
keluarga, dan usia
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Download