PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT

advertisement
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT
TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) MELALUI PENDEKATAN
SCIENTIFIC BERBANTUAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI, KETRAMPILAN KERJA ILMIAH, DAN HASIL
BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X IPA 1
SMA NEGERI 1 BATU
Oleh:
Dewanti Berlian Rahmawati, Mimien Henie Irawati, dan Sofia Ery Rahayu.
Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang
E-mail: [email protected]
Abstrak: Hasil observasi yang dilakukan di kelas X IPA-1 SMA Negeri 1 Batu,
terlihat bahwa motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran Biologi masih rendah,
yaitu siswa kurang memperhatikan pelajaran. Ketrampilan kerja ilmiah siswa juga
masih rendah, dilihat dari siswa belum dapat mengajukan rumusan masalah dan
hipotesis secara tepat. Rendahnya motivasi dan ketrampilan kerja ilmiah berdampak
pada rendahnya hasil belajar siswa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
meningkatkan motivasi, ketrampilan kerja ilmiah, dan hasil belajar siswa. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa berdasarkan lembar observasi dan angket
mengalami peningkatan pada setiap aspek. Ketrampilan kerja ilmiah, dan hasil belajar
siswa juga meningkat.
Kata Kunci: Student Teams Achievement Divisions, Pendekatan Scientific, Mind
Mapping, Motivasi, Ketrampilan Kerja Ilmiah, Hasil Belajar.
Abstract: Results of observations conducted in class X IPA-1 SMA Negeri 1 Batu,
seen that students' motivation towards the subjects of Biology is still low, students pay
attention to the lesson is low. Scientific work skill of students is low too. Seen from
the students have not been able to apply for the formulation of the problem and
hypotheses appropriately. This lack of motivation and scientific work skills adversely
affects the student learning outcomes. The purpose of this research is to increase the
motivation, skills of scientific work, and student learning outcomes. This type of
research is a classroom action research. The results showed that students' motivation
based on the observation sheet and questionnaire has increased in every aspect.
Scientific work skills, and student learning outcomes also increased.
Keywords : Student Teams Achievement Divisions, Scientific Approach, Mind
Mapping, Motivation, Scientific Work Skills, Learning Outcomes.
Pembelajaran merupakan perpaduan antara kegiatan pengajaran yang
dilakukan guru dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan
pembelajaran tersebut terjadi interaksi belajar mengajar antara siswa dengan
siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan sumber belajar. Diharapkan
dengan adanya interaksi belajar mengajar tersebut, siswa dapat membangun
pengetahuan secara aktif, pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, serta dapat memotivasi peserta didik sehingga
mencapai kompetensi yang diharapkan. Guru dalam proses interaksi belajar
mengajar adalah sebagai pembimbing, tidak mendominasi kegiatan pembelajaran,
tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan motivasi
dan bimbingan agar siswa dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya
1
2
melalui kegiatan belajar (Sardiman, 2011). Pembelajaran kooperatif merupakan
salah satu cara yang dapat digunakan guru agar siswa dapat berinteraksi satu sama
lain. Menurut Slavin (2005) pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai
macam metode pengajaran di mana siswa bekerja dalam kelompok kecil untuk
saling membantu satu sama lain dalam memahami materi pelajaran.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas X IPA 1 SMA Negeri
1 Batu pada tanggal 1, 15, 25, dan 29 April 2014, selama proses belajar mengajar
di kelas terlihat bahwa motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran Biologi
masih kurang. Hal tersebut berdasarkan pada aspek perhatian, siswa masih kurang
memperhatikan pelajaran. Pada aspek keterkaitan, siswa terlihat belum dapat
memahami apa yang dipelajari dalam pembelajaran. Pada aspek keyakinan diri,
siswa terlihat kurang percaya diri dan kurang bersemangat dalam memahami
pelajaran. Pada aspek kepuasan, siswa terlihat kurang puas dalam mengikuti
pelajaran. Selain masalah rendahnya motivasi belajar siswa, masalah lainnya yang
dihadapi oleh guru adalah rendahnya ketrampilan kerja ilmiah siswa. Rendahnya
ketrampilan kerja ilmiah siswa tersebut dapat dilihat pada saat kegiatan
praktikum. Siswa belum dapat mengajukan rumusan masalah dan hipotesis secara
tepat. Hasil observasi menunjukkan bahwa motivasi belajar, dan ketrampilan kerja
ilmiah siswa masih rendah sehingga berdampak pada rendahnya hasil belajar
siswa. Hasil belajar siswa pada materi Plantae menunjukkan 22 dari 27 siswa
dikelas belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan yaitu 75,
atau persentase ketuntasan klasikal hanya sebesar 18,5%.
Upaya untuk mengatasi rendahnya motivasi siswa yaitu dengan memilih
metode pembelajaran yang mampu mengoptimalkan motivasi belajar siswa yaitu
dengan menggunakan pembelajaran kooperatif. Salah satu model dalam
pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan motivasi siswa adalah Student
Teams Achievement Divisions (STAD). Menurut Slavin (2005) STAD didesain
untuk memotivasi siswa supaya kembali bersemangat dan membantu satu sama
lain untuk mengembangkan dan menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru.
Upaya yang dilakukan agar dalam kegiatan penerapan model pembelajaran STAD
setiap anggota dapat memahami materi dengan baik, perlu adanya alat bantu
untuk mempermudah setiap anggota kelompok memahami materi. Alat bantu
yang dapat digunakan adalah mind mapping, dengan menggunakan mind mapping
siswa akan memetakan pikiran mereka secara sistematis sehingga lebih mudah
untuk memahami materi secara keseluruhan dan siswa akan menemukan
kemudahan untuk mengidentifikasi secara jelas apa yang telah mereka pelajari.
Upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi masalah selanjutnya yaitu
meningkatkan ketrampilan kerja ilmiah siswa adalah dengan memilih suatu
pendekatan pembelajaran yang tepat. Kurikulum 2013 sekarang ini menggunakan
pendekatan scientific dalam pembelajaran. Pendekatan scientific diyakini sebagai
inovasi baru dalam pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta
didik (Kemdikbud, 2013). Pembelajaran scientific merupakan pembelajaran yang
mendorong siswa lebih mampu dalam mengamati, menanya, mencoba,
mengasosiasi, dan mengkomunikasikan (pola 5M). Kegiatan mengamati bertujuan
agar pembelajaran berkaitan dengan situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari. Kegiatan menanya untuk membangun pengetahuan siswa dalam
bentuk konsep, prinsip, prosedur, hukum dan teori. Kegiatan mencoba dapat
mengajarkan ketrampilan kerja ilmiah. Kegiatan menalar mencakup aktivitas
3
menganalisis data, mengelompokkan, membuat kategori, menyimpulkan dan
memprediksi. Kegiatan mengkomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan
hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar, diagram, atau grafik
(Damari, 2013)
Tujuan penelitian yaitu meningkatkan motivasi, ketrampilan kerja ilmiah,
dan hasil belajar Biologi siswa kelas X IPA-1 SMA Negeri 1 Batu, dengan
menerapkan pembelajaran model STAD melalui pendekatan scientific berbantuan
mind mapping .
METODE
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). PTK dilaksanakan dalam
dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu 1) perencanaan, 2)
tindakan, 3) observasi, dan 4) refleksi. Waktu pelaksanaan dilakukan pada
pertengahan bulan Mei hingga pertengahan bulan Juni 2014. Subyek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas X IPA 1 SMA Negeri 1 Batu. Subyek pada
penelitian ini berjumlah 27 siswa terdiri dari 21 orang siswa perempuan dan 6
orang siswa laki-laki. Data yang diambil dalam penelitian adalah motivasi,
ketrampilan kerja ilmiah, dan hasil belajar. Motivasi siswa diperoleh dari angket
dan observasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Ketrampilan kerja
ilmiah diperoleh dari observasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung, dan
nilai laporan. Hasil belajar kognitif diperoleh dari nilai tes akhir siklus, dan
produk berupa mind mapping. Instrumen yang digunakan dalam penelitian terdiri
dari lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran oleh guru dan siswa, lembar
observasi ketrampilan kerja ilmiah, lembar catatan lapangan, lembar observasi
motivasi, angket motivasi, hasil mind map siswa, dan tes esai.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian pada pelaksanaan model pembelajaran STAD
melalui pendekatan scientific berbantuan mind mapping, terjadi peningkatan
motivasi dari sebelum tindakan ke setelah tindakan berdasarkan angket dan
observasi. Motivasi belajar siswa berdasarkan angket sebelum tindakan dan
sesudah tindakan tertera pada Tabel 1.
Tabel 1. Motivasi Belajar berdasarkan Angket sebelum Tindakan dan SesudahTindakan
Aspek
motivasi
Attention
Relevance
Confidence
Satisfaction
Persentase sebelum
tindakan (%)
62,6
75,5
64,7
73,3
Kriteria
Kurang
Cukup
Kurang
Cukup
Persentase setelah
tindakan (%)
85
85,5
86
85
Kriteria
Baik
Baik
Baik
Baik
Berdasarkan Tabel 1 tersebut, terlihat bahwa motivasi siswa pada setiap aspek
mengalami peningkatan, yaitu aspek attention dan confidence meningkat dari
4
kriteria kurang menjadi baik. Aspek relevance dan satisfaction meningkat dari
kriteria cukup menjadi baik. Motivasi belajar siswa berdasarkan observasi tertera
pada Tabel 2.
Tabel 2. Motivasi Belajar berdasarkan Observasi Siklus I dan Siklus II
Indikator
Attention
Relevance
Confidence
Satisfaction
Indikator Motivasi Klasikal (%)
Siklus I
Siklus II
61,4
82
69,5
92
62,1
80,5
66
92
Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa motivasi siswa pada setiap aspek
mengalami peningkatan. Aspek Attention meningkat sebesar 20,6 %, aspek
relevance meningkat sebesar 22,5%, aspek confidence meningkat sebesar 15,9%,
aspek satisfaction meningkat sebesar 26%.
Ketrampilan kerja ilmiah peserta didik didapatkan dari lembar observasi,
dan nilai laporan. Peningkatan ketrampilan kerja ilmiah siswa dari siklus I ke
siklus II tertera pada Tabel 3.
Tabel 3 Peningkatan Ketrampilan Kerja Ilmiah Siswa berdasarkan Observasi
Ketrampilan kerja ilmiah
Mengobservasi
Mengklasifikasi
Menyusun rumusan masalah
Mengumpulkan dan mengolah data
Melaksanakan praktikum
Menyimpulkan
Mengkomunikasikan hasil
Rata-rata
Rata-Rata Siklus I
70
70
61
68
71
70
66
68
Rata-Rata Siklus II
81
80,5
80
83
85
80,5
84
82
Berdasarkan Tabel 3 tersebut, diketahui bahwa terjadi peningkatan ketrampilan
kerja ilmiah pada tiap aspek, dan rata-rata nilai ketrampilan kerja ilmiah siswa
juga mengalami peningkatan dari 68 pada siklus I menjadi 82 pada siklus II.
Hasil belajar kognitif mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.
Perbandingan hasil belajar kognitif dan psikomotor pada siklus I dan II disajikan
pada Tabel 4.
.
Tabel 4. Perbandingan Hasil Belajar Kognitif dan Psikomotor Siklus I dan Siklus II
Hasil Belajar
Kognitif
Ketuntasan Klasikal (%)
Siklus I
Siklus II
77,7
92,5
Peningkatan (%)
14,8
Berdasarkan hasil analisis data diketahui bahwa motivasi belajar siswa
mengalami peningkatan dari sebelum tindakan sampai akhir setalah tindakan.
Berdasarkan analisis observasi motivasi belajar siswa aspek attention mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II, yaitu sebesar 20,6%. Sedangkan berdasarkan
analisis angket motivasi belajar siswa aspek attention juga mengalami
peningkatan dari sebelum tindakan ke setelah tindakan, yaitu sebesar 22,4%.
5
Peningkatan aspek attention terjadi karena pada pembelajaran model
STAD melalui pendekatan scientific berbantuan mind mapping disebabkan oleh
rasa ingin tahu siswa yang muncul ketika kegiatan pengamatan dalam tahap tim
yang dilakukan oleh siswa. Rasa ingin tahu perlu mendapat dorongan sehingga
siswa mempunyai perhatian. Cara mendorong rasa ingin tahu siswa adalah dengan
memberikan rangsangan berupa contoh nyata, kemudian siswa menuangkannya
dalam bentuk merumuskan masalah dan mengajukan hipotesis. Selain itu juga
terdapat
rangsangan berupa pemberian reward atau penghargaan kepada
kelompok yang terbaik yang dapat menimbulkan usaha untuk menjadi yang
terbaik kepada siswa dan menyebabkan munculnya perhatian yang penuh terhadap
pembelajaran. Hal tersebut didukung dengan pendapat Sardiman (2011), bahwa
salah satu bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar
adalah dengan memberikan hadiah.
Berdasarkan hasil analisis observasi motivasi belajar siswa untuk aspek
relevance, mengalami peningkatan sebesar 22,5%. Sedangkan hasil analisis
angket menunjukkan peningkatan sebesar 10%. Peningkatan terjadi karena
terdapat tahap tim melalui kegiatan pengamatan. Pada kegiatan pengamatan, siswa
dihadapkan dengan media yang nyata berupa contoh berbagai jenis hewan dalam
satu Fillum. Siswa mengamati bahan amatan secara seksama, sehingga dapat
mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Aspek relevance merupakan
komponen yang berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman
sekarang atau yang telah dimiliki. Hal ini sesuai dengan pendapat Jhonson &
Jhonson (1991 dalam Lahagu, 2010) yang menyatakan bahwa pembelajaran yang
baik adalah pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam aktivitas
pembelajaran dan membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan
konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi.
Berdasarkan hasil analisis observasi motivasi belajar siswa untuk aspek
confidence mengalami peningkatan sebesar 15,9%. Sedangkan hasil analisis
angket juga menunjukkan peningkatan sebesar 21,3%. Peningkatan terjadi karena
terdapat tahap tim melalui diskusi pada model pembelajaran ini. Tahap ini siswa
berusaha untuk membuat mind mapping yang terbaik dengan anggota
kelompoknya masing-masing, siswa merasa percaya diri karena di dalam
kelompok siswa akan saling berdiskusi memberikan pendapat serta saran kepada
anggota yang lainnya guna mencapai tujuan dalam kelompok. Sikap seseorang
yang merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi
mereka dalam bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan tersebut. Sikap ini
perlu ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha dengan
maksimal guna mencapai keberhasilan yang optimal. Sikap yakin dan penuh
percaya diri serta merasa mampu melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya untuk
dapat mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya (Keller, 2010).
Berdasarkan hasil analisis observasi motivasi belajar siswa untuk aspek
satisfaction mengalami peningkatan sebesar 26%. Sedangkan hasil analisis angket
juga menunjukkan suatu peningkatan sebesar 11,7%. Peningkatan terjadi karena
terdapat tahap kuis pada model pembelajaran ini, dimana setelah siswa belajar
bersama kelompoknya, siswa secara individu akan diuji pengetahuannya dengan
diberikan kuis oleh guru. Pada tahap ini setiap individu dan kelompok memiliki
persaingan yang tinggi untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam mencapai
tujuannya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sardiman (2011), bahwa bentuk
6
saingan atau kompetisi serta dengan cara memberikan ulangan akan mendorong
siswa untuk belajar, sehingga siswa akan termotivasi dengan adanya persaingan
tersebut. Selain itu, pada tahap presentasi mind mapping, siswa merasa lebih
termotivasi dalam belajar ketika guru memberikan pujian berupa ungkapan bagus
atau benar atau dengan pemberian kartu poin pada saat siswa memberikan
jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh peserta diskusi pada tahapan
presentasi mind mapping. Sesuai pernyataan Sardiman (2011), bahwa pujian
adalah bentuk reinforcement (penguatan) yang positif.
Berdasarkan hasil analisis data, keterampilan kerja ilmiah juga mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II dengan peningkatan klasikal sebesar 18,5%.
Keterampilan melakukan pengamatan atau observasi yang diperoleh selama siklus
I dan siklus II mengalami peningkatan sebesar 11%. Peningkatan tersebut
dipengaruhi oleh ketertarikan mereka dengan bahan atau objek pengamatan yang
nyata. Penerapan model pembelajaran STAD melalui pendekatan scientific
berbantuan mind mapping dapat memfasilitasi kemampuan observasi siswa karena
pada pembelajaran ini, siswa melakukan kegiatan pengamatan beberapa ciri
morfologi dan anatomi hewan yang akan diklasifikasikan sehingga siswa sudah
terlatih untuk terampil dalam pengamatan. Menurut Rustaman (2005) upaya untuk
membantu mengembangkan keterampilan observasi adalah memberikan
kesempatan untuk menggunakan alat-alat indera untuk memperoleh fakta dari
obyek atau fenomena yang diamati.
Ketrampilan siswa melakukan klasifikasi mengalami peningkatan dari
siklus I ke siklus II sebesar 10,5%. Pada penelitian ini terdapat variasi bahan
amatan dalam setiap praktikum, selain itu siswa juga membawa bahan amatan
sendiri. Melalui kegiatan pengamatan tersebut, siswa dapat melatih kemampuan
klasifikasi setelah mengetahui ciri-ciri hewan amatan dan mengelompokkan
hewan tersebut sesuai kesamaan ciri. Hal tersebut di dukung oleh Rustaman
(2005), menyatakan bahwa guru perlu menyiapkan keragaman obyek yang perlu
diobservasi sebagai persiapan mengembangkan keterampilan klasifikasi.
Ketrampilan menyusun rumusan masalah siswa mengalami peningkatan
dari siklus I ke siklus II sebesar 19%. Pada pembelajaran tersebut terdapat
langkah-langkah pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa dalam
mengembangkan kemampuan bertanya. Pada langkah penyajian kelas, selain guru
memberikan materi pendahuluan secara umum, guru juga dapat memberikan suatu
permasalahan yang dapat menjadi sumber pertanyaan siswa sekaligus untuk
mengetahui kemampuan yang telah dimiliki siswa.
Ketrampilan mengumpulkan dan mengolah data siswa mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 15%. Kegiatan dalam pendekatan
scientific yang memfasilitasi peserta didik untuk mampu mengumpulkan dan
mengolah data berdasarkan pertanyaan yang telah diutarakan adalah kegiatan
mencoba. Peserta didik akan berusaha mendapatkan jawaban dari proses berpikir
yang dialami sendiri. Dengan penggunaan media, peserta didik juga akan merasa
lebih tertantang dalam melakukan pengumpulan data karena rasa ingin tahu
peserta didik yang tinggi. Kemampuan analisis peserta didik meningkat seiring
peningkatan keterampilan mengumpulkan data. Menurut Rustaman (2005) guru
sebaiknya membantu siswa mengembangkan ketrampilan mengolah data dengan
meminta mereka menemukan pola dari sejumlah data yang sudah dikumpulkan
7
dengan mengajak mereka mengartikan maksud atau maknanya, dengan menarik
kesimpulan.
Keterampilan melaksanakan praktikum siswa mengalami peningkatan dari
siklus I ke siklus II sebesar 14%. Penerapan model pembelajaran STAD melalui
pendekatan scientific dapat memfasilitasi peningkatan keterampilan proses aspek
melaksanakan praktikum karena pada setiap pembelajaran, siswa telah terbiasa
melakukan kegiatan pengamatan sehingga keterampilan akan terasah dengan baik
secara berkelanjutan. Rustaman (2005) menyatakan, keterampilan kerja ilmiah
perlu dikembangkan melalui pengalaman langsung, sebagai pengalaman belajar,
dan disadari ketika kegiatannya sedang berlangsung.
Kemampuan menyimpulkan siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke
siklus II sebesar 10,5%. Peningkatan tersebut karena siswa difasilitasi untuk
mengembangkan pemikirannya sesuai dengan aktifitas dan pengalamannya
selama pembelajaran ke dalam sebuah mind mapping. Kesimpulan merupakan
sebuah proses berpikir yang mendayagunakan pengetahuan untuk menghasilkan
sebuah pemikiran atau pengetahuan yang baru melalui proses berpikir. Zubaidah,
dkk. (2013) menyatakan bahwa menyimpulkan adalah suatu proses memutuskan
keadaan suatu objek untuk menjelaskan suatu peristiwa yang diamati berdasarkan
fakta, konsep, dan prinsip yang sudah diketahui.
Kemampuan mengkomunikasikan hasil siswa mengalami peningkatan dari
siklus I ke siklus II sebesar 18%. Peningkatan keterampilan peserta didik dalam
mengkomunikasikan dikarenakan dalam pembelajaran STAD melalui pendekatan
scientific peserta didik dituntut untuk mampu mengolah dan menampilkan hasil
yang diperoleh secara lisan maupun tertulis. Pada kegiatan mengkomunikasikan
peserta didik melakukan penyampaian hasil berdasarkan proses pengamatan yang
telah dilakukan. Peserta didik diberikan kesempatan untuk berdiskusi, memberi
masukan, dan mengkritisi hasil yang diperoleh kelompok lain. Pemberian
penghargaan baik berupa ucapan, pujian, poin, dan hadiah dapat memacu peserta
didik lebih aktif bertanya dan berpendapat bahkan peserta didik berlomba-lomba
mengajukan pertanyaan saat presentasi dan diskusi. Hal tersebut didukung oleh
Sanjaya (2006) menyatakan bahwa dalam penyusunan laporan tertulis tidak hanya
melibatkan proses dimensi pengetahuan tetapi juga proses interaksi antar peserta
didik sehingga guru bukanlah sumber belajar. Peserta didik secara kooperatif akan
mencari dan mengkaji berbagai sumber untuk membuat laporan tertulis.
Berdasarkan hasil analisis data, ketuntasan klasikal siswa dari siklus I ke
siklus II mengalami kenaikan sebesar 14,8%. Kenaikan persentase ketuntasan
klasikal dari siklus I ke siklus II dapat dipengaruhi oleh penerapan model
pembelajaran yang bervariasi yakni STAD melalui pendekatan scientific
berbantuan mind mapping. Pada model pembelajaran tersebut, siswa mengamati
berbagai jenis hewan yang ada di lingkungan sekitar yakni bekicot, udang, cumicumi, belalang, laba-laba dan lainnya. Selain itu pada model pembelajaran ini
siswa dituntut bekerjasam dalam kelompoknya untuk mencapai tujuan bersama,
sehingga dengan adanya proses tersebut dapat meningkatkan kemampuan kognitif
siswa. Rusmawati, dkk. (2013) menjelaskan bahwa keuntungan dari pembelajaran
kooperatif yaitu siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan, siswa aktif
membantu dan mendorong agar sama-sama berhasil, aktif berperan sebagai tutor
sebaya untuk meningkatkan keberhasilan kelompok, dan interaksi antar siswa
dalam meningkatkan kemampuan dalam berpendapat dan perkembangan kognitif.
8
KESIMPULAN
Penerapan pembelajaran STAD melalui pendekatan scientific berbantuan
mind mapping dapat meningkatkan motivasi, ketrampilan kerja ilmiah, dan hasil
belajar siswa.
SARAN
Pelaksanaan pembelajaran model STAD melalui pendekatan scientific
berbantuan mind mapping pada tahap presentasi kelas oleh guru, guru dapat
menyajikan masalah/isu yang sedang terjadi pada masyarakat dengan
menggunakan berbagai media seperti video, artikel atau masalah yang muncul
dari siswa sendiri. Variasi kegiatan pembelajaran dan media pembelajaran
diperlukan untuk meningkatkan motivasi dan keterampilan kerja ilmiah siswa.
Petunjuk pembuatan mind mapping harus dijelaskan secara detail kepada siswa,
agar hasil mind mapping yang dibuat oleh siswa mengacu kepada petunjuk
tersebut.
DAFTAR RUJUKAN
Damari. 2013. Strategi Merencanakan, Mengajar, dan Menilai Sains. Jakarta:
Science Centre & Lab
Keller, J.M. 2010. Motivational Design for Learning and Performance. New
York: Springer.
Kemdikbud. 2013. Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran. Jakarta
Lahagu, N., Ibnu, S., dan Subandi. 2010. Meningkatkan Motivasi dan Hasil
Belajar Kimia melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Problem
Solving. Jurnal Sains, 39 (1): 50-58.
Rusmawati, C., dan Kirna. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif TGT
Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Motivasi Berprestasi
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Semarapura Tahun Pelajaran 2012/2013.
E-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha (3).
(Online),
(pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_tp/article),
diakses 26 Juni 2014.
Rustaman, N. 2005. Strategi Belajar dan Mengajar Biologi. JICA-IMSTEP
FMIPA UM: Malang
Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers
Slavin, R.E. 2005. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media
Zubaidah, S., Yuliati, L., dan Mahanal, S. 2013. Model dan Metode Pembelajaran
SMP IPA. Malang: UM Press.
Download