Studi Perbandingan Katolik Roma (2) PAPALISME DAN PRIMAT PETRUS Dari kepercayaan akan sumber tradisi yang berotoritas sama dengan Alkitab, berkembanglah tradisi hirarki pemerintahan gereja lalu berkembanglah jabatan-jabatan gereja yang memuncak dalam bentuk Primat (yang utama) Petrus. "Dalam uraian mengenai dewan para uskup, Konsili menegaskan: ‘Adapun Dewan atau Badan para Uskup hanyalah berwibawa, bila bersatu dengan Imam Agung di Roma, pengganti Petrus, sebagai Kepalanya, dan selama kekuasaan Primatnya terhadap semua, baik para Gembala maupun kaum beriman, tetap berlaku seutuhnya. Sebab Imam Agung di Roma berdasarkan tugasnya, yakni sebagai Wakil Kristus dan Gembala Gereja Semesta, mempunyai kuasa penuh, tertinggi dan universal terhadap Gereja; dan kuasa itu selalu dapat dijalankannya dengan bebas’ (LG 22). Penegasan itu didasarkan pada kenyataan bahwa Kristus ‘mengangkat St. Petrus menjadi ketua para rasul lainnya. Dalam diri Petrus itu Ia menetapkan adanya asas dan dasar kesatuan iman serta persekutuan yang tetap dan kelihatan’ (LG 18). Petrus diangkat menjadi pemimpin para rasul. Paus, pengganti Petrus, adalah pemimpin para uskup". (ibid. hal. 370). Pada masa pemerintahan kaisar Romawi yang memeluk Kristen, Konstantin Agung (274-337), para uskup yang tersebar di Eropa dikumpulkannya dalam persidangan konsili pertama tahun 325. Di masa ini gereja menjadi semakin sekuler. Agama Kristen dimanjakan dan diberi hadiah gedung-gedung megah kehakiman Romawi (basilika) dan tidak dapat dihindarkan sinkritisasi dengan agama Romawi dengan ditirunya tatacara ibadat Romawi dengan patungpatung dan mezbah Romawi dan dimasukkan dalam ibadat Kristen dimana agama Kristen dijadikan agama negara. Sejak raja Konstantin Agung berkuasa maka gereja mencapai kemajuan yang sangat pesat. Gereja-gereja di daerah dipimpin oleh uskup-uskup dan kelihatan pengaruh gereja di kalangan masyarakat makin hari makin kuat. Di masa ini tradisi menjadi sangat dipentingkan sebagai bagian dari ibadat gereja Roma. Kemudian Page 1 Studi Perbandingan Katolik Roma (2) pusat pimpinan gereja dibagi 5 tempat, yaitu Roma, Konstantinopel, Antiokhia, Yerusalem, dan Aleksandria. Setiap pusat pimpinan dipegang oleh seorang uskup. Di antara uskup-uskup ini, kelihatan kewibawaan uskup Roma makin melebihi yang lainnya. Meninggalnya Kaisar Konstantin yang disusul pemerintahan oleh kaisar-kaisar Romawi yang lemah menimbulkan kekosongan dalam kepemimpinan gereja. Dari para uskup itu Uskup Roma mempunyai peluang yang lebih besar untuk menonjolkan diri, sebab kota Roma merupakan pusat pemerintahan Romawi yang masa itu menjajah Eropa, Asia Barat, dan Afrika Utara. Gereja di Roma lebih kaya sebab hadiah-hadiah gedung property dan lainnya yang diberikan kaisar, dan secara politis pemerintah Romawi diuntungkan bila Uskup Roma berkuasa. Uskup Roma, disamping mempunyai pandangan bahwa kota Roma sebagai pusat kegiatan politik, sudah selayaknya Roma dijadikan juga pusat gereja. Situasi ini mendorong Uskup Roma untuk mengangkat dirinya sebagai pemimpin para uskup yang kemudian hari mengangkat diri sebagai Paus yang pertama pada abad ke-5 M (Paus Leo I – 450). Hirarki jabatan mulai dipentingkan dan dipimpin Paus sebagai kuasa tertinggi dan jabatan-jabatan dibawahnya, dan jabatan Imam dihidupkan kembali sebagai perantara antara manusia dan Allah. Untuk memberikan otoritas kepada Kepausan (Papalisme), maka dicari hubungan langsung antara Paus dan Petrus, dimana Petrus dianggap sebagai Paus pertama yang disusul Paus Linus dan Paus-paus lain hingga Leo – I, jadi menurut kelompok Roma, sebenarnya Leo – I bukanlah Paus pertama tetapi Paus suksesi dari Petrus. Karena kepemimpinan Roma dalam pemerintahan atas negara-negara Eropa, Asia Barat, dan Afrika Utara, mau tidak mau uskup-uskup lain diharuskan tunduk pada kepemimpinan Paus di Roma. Sejak itu Katolikisme disebut sebagai Katolik Roma untuk membedakan dengan Katolik Yunani yang tetap tidak mengakui kepemimpinan Paus Roma dan tetap menganggap bahwa para uskup berderajat sama tinggi dan dipimpin seorang ketua yang disebut Patriach. Baru pada tahun 1054 Katolik Yunani secara resmi melepaskan diri dan berdiri sendiri. Gereja Anglican memisahkan diri pada tahun 1536 dan juga menganggap semua uskup sama derajatnya (episcopalisme) dan dipimpin oleh Uskup Agung yang dipilih untuk periode tertentu. Perkembangan kepausan kemudian menghasilkan ajaran bahwa tahta Paus (Pontificiat) tidak mungkin mengajar salah. Ajaran ini dirintis oleh Paus Leo Agung, Agatho, dan Gregorius-VI. Tahun 1870, konsili Vatikan menetapkan ajaran itu secara resmi. Ajaran ini berkembang dengan menekankan Kekuasaan Gereja sebagai kekuasaan tertinggi yang dipimpin Paus yang bukan hanya menyangkut kekuasaan spiritual saja tetapi menyangkut kekuasaan duniawi. Dasar-dasar ajaran tersebut terdapat dalam Dictatus Geogorii Pape dalam Ad Extirpanda dari Paus Innocentius IV dan dalam Unam Sanctam dari Paus Bonifatius VIII (tahun 1302, dst) yang kemudian Page 2 Studi Perbandingan Katolik Roma (2) dikembangkan dalam Ensiklik XIII. Berdasarkan ajaran demikian, maka sekarang gereja menjadi lembaga keselamatan dan para imam gereja yang membagi-bagikan keselamatan itu. Melalui upacara Konsekrasi dan Pengakuan Dosa maka para imam berhak menjadi wakil Allah di bumi dan dalam pengampunan dosa. Di bawah pimpinan Paus, gereja terus berkembang dengan baik, tetapi sayangnya dengan makin bersarnya kekuasaan Paus, keadaan gereja makin bobrok dan jauh meninggalkan firman Allah. Khususnya menjelang akhir abad 15, gereja dibawah pimpinan Paus Alexander VI Borgia (1492-1503), terjerumus dalam kemewahan, egois, percabulan, dan dosa-dosa lainnya. Boleh dikatakan pada masa itu ada masa yang paling gelap dalam sejarah gereja. Titik cahaya terang bagi gereja baru kelihatan pada akhir abad 15 dan permulaan abad 16 dengan meletusnya gerakan reformasi gereja oleh Martin Luther, Zwingli, John Calvin, Melanchton, dan kawan-kawan lainnya. Dari Alkitab kita melihat bahwa para rasul tidak mau disanjung-sanjung dan disembah (Kis 10:25-26) sebagaimana layaknya pejabat atau diberikan keistimewaan. Dalam Alkitab disebut bahwa dengan perginya Yesus maka Ia minta kepada Bapa untuk mengirim Roh Kudus untuk melanjutkan misi pemeliharaan-Nya. Dari sejarah kita melihat bahwa tradisi dapat bergerak menjauhi Alkitab dan perintah manusia ditinggikan daripada perintah Allah. Peran Roh Kudus dalam katolikisme menjadi tidak jelas sebab digantikan peran gereja dan para imam yang dapat menjadi perantara dalam hubungan Tuhan dan manusia. Ayat penting yang menjadi dasar Primat Petrus adalah ucapan Yesus di Mat. 16:18-19. Ayat ini ditafsirkan bahwa diatas Petra (Petrus) akan dibangun jemaat Tuhan, berarti diatas kepemimpinan Petrus dan suksesinya yaitu para Paus maka sidang jemaat berdiri. Dari Ef. 2:19-20, bahwa gereja dibangun diatas alas (petra) para rasul dan para nabi, dan dari Why. 21:14 disebutkan Yerusalem Baru didirikan di atas 12 batu dasar (petra), yaitu para rasul, jadi dari Alkitab kita mengetahui bahwa Petra tidak dimaksudkan kepada Petrus secara pribadi. Dari ke-12 rasul, Petrus nampak yang paling bersemangat yang meledak-ledak, tetapi Petrus yang paling sering diperingatkan Yesus, yaitu tentang penyangkalan Petrus 3 kali dan Petrus pernah dimarahi oleh Yesus karena dikuasai iblis (Mat. 16:23). Pengutipan dari artikel ini harus mencantumkan: Dikutip dari http://www.geocities.com/thisisreformed/artikel/katolik02.html Page 3