ANALISIS BIAYA-VOLUME-LABA Presented : Redaktur Wau, S.E., M.Ak 1 STRATEGI BERBASIS BIAYA 2 MARJIN KONTRIBUSI 3 TITIK IMPAS 2 Strategi Berbasis Biaya Visi Perusahaan (Manajemen) Tujuan Misi Laba Strategi Berbasis Biaya 1 Proses yang digunakan oleh pengelola untuk merumuskan dan mengimplementasikan strategi dalam penyediaan customer value terbaik demi mewujudukan tujuan perusahaan. Manajemen Strategi 2 Strategi Kenggulan Biaya (Cost Leadership) Proses yang digunakan oleh pengelola untuk merumuskan dan mengimplementasikan strategi dalam penyediaan customer value terbaik demi mewujudukan tujuan perusahaan. Pola tindakan utama yang dipilih untuk mewujudkan tujuan organisasi, melalui misi perusahaan. Strategi kompetitif yang menyebabkan perusahaan sukses dengan membuat produk atau jasa pada biaya yang paling rendah dalam industri Hubungan Biaya-Volume-Laba Jumlah produk yang dihasilkan perusahaan selama suatu periode tertenu akan memiliki hubungan langsung dengan besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan. Besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan tersebut pada saat dipertemukan dengan nilai penjualan produk yang dihasilkan perusahaan selama satu periode akan mempengaruhi secara langsung besarnya laba yang diperoleh perusahaan Analisis biaya-volume-laba adalah metode analisis untuk melihat hubungan antara besarnya biaya yang dikeluarkan perusahaan dan besarnya volume penjualan serta laba yang diperoleh selama suatu periode tertentu Unsur-Unsur Analisis BiayaVolume-Laba 1 Harga Produk yaitu harga yang ditetapkan selama suatu periode tertentu secara konstan. 2 Volume atau tingkat aktivitas yaitu banyaknya produk yang dihasilkan dan direncanakan akan dijual selama suatu periode tertentu. 3 Biaya variabel per unit yaitu besarnya biaya produk yang dibebankan secara langsung pada setiap unit barang yang diproduksi. 4 Total biaya tetap yaitu keseluruhan biaya periodik selama suatu periode tertentu. 5 Bauran produk yang dijual yaitu proporsi relatif produk-produk perusahaan yang akan dijual Asumsi Dasar Hubungan BiayaVolume-Laba Harga jual produk yang konstan dalam cakupan yang relevan. Ini 1 berarti harga jual setiap unit produk tidak berubah walaupun terjadi perubahan volume penjualan. Biaya bersifat linear dalam rentang cakupan yang relevan dan dapat dibagi secara akurat menjadi unsur biaya tetap dan biaya variabel. 2 Jumlah biaya variabel per unit konstan dan jumlah biaya tetap total juga harus konstan 3 Dalam perusahaan multiproduk, bauran penjualannya tidak berubah. 4 Jumlah unit yang diproduksi sama dengan jumlah unit yang dijual. Ini berarti jumlah persediaan tidak berubah Marjin Kontribusi Marjin Kontribusi adalah selisih antara nilai penjualan dengan biaya variabelnya. Jumlah tersebut akan digunakan untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba periode tersebut. Semakin besar marjin kontribusi yang diperoleh perusahaan dari setiap unit produk yang dijualnya semakin cepat perusahaan menutup biaya tetapnya dan mencapai laba yang diinginkan. Semakin kecil marjin kontribusi yang dihasilkan dari setiap unit produk yang dihasilkannya, semakin lama perusahaan menutup biaya tetapnya dan mencapai laba yang diinginkan Ilustrasi Marjin Kontribusi PT. Karya Pratama memproduksi meja komputer sebanyak 10.000 unit per tahun. Setiap unit meja dijual dengan harga Rp. 750.000 per unit. Untuk memproduksi seluruh meja tersebut dibutuhkan biaya tetap sebesar Rp. 900.000.000, sedangkan biaya variabel setiap unit produk adalah Rp. 300.000. Dengan harga jual sebesar Rp. 750.000 per unit dan biaya tetap sebesar Rp. 900.000.000, perusahaan akan mengeluarkan biaya variabel Rp. 300.000 jika hanya dijual meja komputer sebanyak 1 unit. Hal ini akan mengakibatkan perusahaan memperoleh marjin kontribusi sebesar Rp. 450.000. Tetapi karena menanggung biaya tetap sebesar Rp. 900.000.000, perusahaan akan mengalami kerugian sebesar Rp. 899.550.000. Ilustrasi Marjin Kontribusi Jika penjualan menjadi 10 unit, perusahaan akan memperoleh pendapatan penjualan produk sebesar Rp. 7.500.000, dan biaya variabel sebesar Rp. 3.000.000 harus dikeluarkan, yang akan mengakibatkan perusahaan memperoleh marjin kontribusi sebesar Rp. 4.500.000. Tetapi karena perusahaan harus menanggung biaya tetap sebesar Rp. 900.000.000, maka perusahaan harus mengalami kerugian sebesar Rp. 895.500.000. Jika penjualan dinaikkan lagi menjadi 100 unit, perusahaan akan memperoleh pendapatan penjualan produk sebesar Rp. 75.000.000 dan biaya variabel sebesar Rp. 30.000.000 harus dikeluarkan, yang akan mengakibatkan perusahaan memperoleh marjin kontribusi sebesar Rp. 45.000.000. Tetapi karena perusahaan harus menanggung biaya tetap sebesar Rp. 900.000.000, maka perusahaan harus mengalami kerugian sebesar Rp. 855.000.000 Ilustrasi Marjin Kontribusi Jika penjualan dinaikkan lagi menjadi 1.000 unit, perusahaan akan memperoleh pendapatan penjualan produk sebesar Rp. 750.000.000 dan biaya variabel Rp. 300.000.000 harus dikeluarkan, yang akan mengakibatkan perusahaan memperoleh marjin kontribusi sebesar Rp. 450.000.000. Tetapi karena perusahaan harus menanggung biaya tetap sebesar Rp. 900.000.000, maka perusahaan harus mengalami kerugian sebesar Rp. 450.000.000. Bahkan saat penjualan dinaikkan menjadi 1.500 unit, perusahaan masih harus mengalami kerugian sebesar Rp. 225.000.000 walaupun marjin kontribusi yang diperoleh adalah Rp. 675.000.000. Tabel Ilustrasi Keterangan Penjualan Volume 1 Unit 10 Unit 100 Unit 1000 Unit 1500 Unit 750.000 7.500.000 75.000.000 750.000.000 1.125.000.000 (300.000) (3.000.000) (30.000.000) (300.000.000) (450.000.000) 450.000 4.500.000 45.000.000 450.000.000 675.000.000 Biaya Tetap (900.000.000) (900.000.000) (900.000.000) (900.000.000) (900.000.000) Laba (Rugi) Usaha (899.550.000) (895.500.000) (855.000.000) (450.000.000) (225.000.000) Biaya Variabel Marjin Kontribusi Ilustrasi Marjin Kontribusi Tetapi pada saat penjualan mencapai volume 2.000 unit, perusahaan memperoleh pendapatan penjualan sebesar Rp. 1.500.000.000 dan biaya variabel yang dikeluarkan sebesar Rp. 600.000.000, sehingga memperoleh marjin kontribusi sebesar Rp. 900.000.000. karena harus menanggung biaya tetap sebesar Rp. 900.000.000, maka pada volume ini perusahaan tidak memperoleh laba sama sekali. Jadi, pada volume penjualan sebesar 2.000 unit perusahaan tidak mengalami rugi tetapi juga tidak memperoleh laba sama sekali. Artinya, volume ini merupakan batas penjualan minimal agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Volume Keterangan 2.000 Unit Penjualan 1.500.000.000 Biaya Variabel (600.000.000) Marjin Kontribusi Biaya Tetap Laba (Rugi) Usaha 900.000.000 (900.000.000) 0 Ilustrasi Marjin Kontribusi Pada saat penjualan di atas 2.000 unit, setiap sumbangan marjin kontribusi per unit berarti merupakan sumbangan terhadap laba perusahaan. Atau setiap tambahan marjin kontribusi di atas Rp. 900.000.000 berarti tambahan terhadap laba usaha sebesar jumlah yang sama. Keterangan Volume 2.001 Unit 2.100 Unit 5.000 Unit 10.000 Unit Penjualan 1.500.750.000 1.575.000.000 3.750.000.000 7.500.000.000 Biaya Variabel (600.300.000) (630.000.000) (1.500.000.000) (3.000.000.000) 900.450.000 945.000.000 2.250.000.000 4.500.000.000 (900.000.000) (900.000.000) (900.000.000) (9.000.000.000) 450.000 45.000.000 1.350.000.000 3.600.000.000 Marjin Kontribusi Biaya Tetap Laba (Rugi) Usaha Ilustrasi Marjin Kontribusi Misalkan pada saat menjual sebanyak 2.001 unit, perusahaan akan memperoleh marjin kontribusi sebesar Rp. 900.450.000 sehingga akan memperoleh laba usaha sebesar Rp. 450.000. Ketika penjualan mencapai 2.100 unit, perusahaan memperoleh marjin kontribusi sebesar Rp. 945.000.000 dan itu berarti laba usaha sebesar Rp. 45.000.000. Pada saat penjualan mencapai 5.000 unit, perusahaan memperoleh margin kontribusi sebesar Rp. 2.250.000.000 dan itu berarti terjadi laba usaha sebesar Rp. 1.350.000.000. Ketika 10.000 unit produk terjual, perusahaan akan memperoleh marjin kontribusi sebesar Rp. 4.500.000.000 dan diperoleh laba usaha sebesar Rp. 3.600.000.000. Dari ilustrasi tersebut jelas bahwa setiap perubahan volume penjualan akan diikuti dengan perubahan besarnya biaya variabel total, yang selanjutnya akan menghasilkan perubahan perolehan marjin kontribusi. Perubahan marjin kontribusi akan berdampak langsung pada perubahan perolehan laba usaha perusahaan. Titik Impas Titik Impas adalah volume penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian tetapi juga tidak memperoleh laba sama sekali. Persamaanya: Total Biaya Tetap Titik Impas = 1- Biaya Variabel Penjualan Ilustrasi Titik Impas PT. Warna Kita adalah produsen zat pewarna kain. Kapasitas produksi perusahaan ini dalam satu tahun adalah 1.200 ton zat pewarna. Untuk menghasilkan produk dengan volume tersebut, dikeluarkan biaya tetap sebesar Rp. 360.000.000. sedangkan biaya variabel total yang dibutuhkan adalah Rp. 1.080.000.000. Harga jual zat pewarna tersebut adalah Rp. 1.500.000 per ton. Berdasarkan data tersebut, jika dihitung titik impasnya maka harus dihitung terlebih dahulu biaya variabel per ton zat pewarna. Biaya variabel total untuk memproduksi 1.200 ton zat pewarna adalah Rp. 1.080.000.000, sehingga biaya variabel yang dibutuhkan untuk memproduksi satu ton zat pewarna adalah Rp. 900.000 yaitu dari hasil membagi Rp. 1.080.000.000 dengan 1.200 ton zat pewarna. Ilustrasi Titik Impas Kemudian, dari data yang telah tersedia dapat dihitung volume titik impasnya, yaitu: Total Biaya Tetap Titik Impas = 1- Biaya Variabel Penjualan 360.000.000 Titik Impas = 1- 900.000 1.500.000 = Rp. 900.000.000 Ilustrasi Titik Impas Jumlah sebesar Rp. 900.000.000 itu merupakan nilai penjualan minimal agar perusahaan tidak mengalami kerugian, tetapi sekaligus juga merupakan nilai penjualan yang mengakibatkan perusahaan belum memperoleh keuntungan. Untuk mengetahui volume penjualan agar perusahaan tidak mengalami kerugian, bagi nilai penjualan dengan harga jual setiap unit produk tersebut. Titik Impas (Dalam Unit) = Titik Impas dalam nilai uang Harga Jual Per Unit Produk Titik Impas (Dalam Unit) = Rp. 900.000.000 Rp. 1.500.000 = 600 ton Ilustrasi Titik Impas Itu berarti volume titik impas dalam ilustrasi tersebut dapat diketahui dengan membagi Rp. 900.000.000 dengan Rp. 1.500.000, sehingga diperoleh angka sebesar 600 ton. Jadi, PT. ABC harus mencapai penjualan minimal sebesar 600 ton zat pewarna agar tidak mengalami kerugian. Bukti: = Penjualan – Biaya Total = Penjualan – Biaya Tetap – Biaya Variabel = (600 ton x Rp. 1.500.000) – Rp. 360.000.000 – (600 ton x 900.000) = Rp. 900.000.000 – Rp. 360.000.000 – Rp. 540.000.000 =0 Jadi, pada saat menjual produknya sebanyak 600 ton, perusahaan memperoleh laba sebesar nol. Jadi, agar tidak mengalami kerugian, perusahaan harus menjual minimal 600 ton zat pewarna. Pada volume penjualan 600 ton ini seluruh biaya tetap sebesar Rp. 360.000.000 telah ditutup. Laba Ilustrasi Titik Impas Multi Produk PT. Pelangi Indonesia memproduksi empat jenis barang yang diberi kode A1, B2, V3 dan D4. Produk tersebut rencananya akan diproduksi dan dijual dengan komposisi volume 20.000 unit, 15.000 unit, 10.000 unit dan 5.000 unit. Sedangkan masingmasing produk dijual dengan harga per unit sebesar Rp. 11.000, Rp. 16.000, Rp. 21.000 dan Rp. 26.000. Untuk membuat seluruh produk tersebut komposisi volume seperti itu dan dalam kapasitas produksi perusahaan, dibutuhkan biaya tetap sebesar Rp. 144.000.000. Sedangkan biaya variabel per unit yang harus dikeluarkan untuk masing-masing produk adalah sebesar Rp. 7.000 untuk A1, Rp. 8.000 untuk B2, Rp. 11.000 untuk C3 dan Rp. 14.000 untuk D4. Agar perusahaan tidak mengalami kerugian, minimal berapa unitkah A1, B2, C3 dan D4 yang harus dijual? Ilustrasi Titik Impas Multi Produk Seperti terlihat dalam data di atas bahwa masing-masing produk rencananya akan dijual sebanyak 20.000 unit A1, 15.000 unit B2, 10.000 unit C3 dan 5.000 unit D4. Data tersebut dapat diringkas dalam tabel berikut ini: Keterangan Harga Jual Per Unit Biaya Variabel per Unit A1 B2 C3 D4 11.000 16.000 21.000 26.000 7.000 8.000 11.000 14.000 Jadi, titik impas perusahaan dapat dihitung dengan rumus titik impas biasa, yaitu memperhitungkan perbandingan volume penjualan antara satu produk dan produk yang lain, seperti terlihat berikut ini: Penjelasan Penyelesaian Di Excel Itu berarti titik impas akan tercapai pada saat penjualan mencapai nilai Rp. 320.000.000. Titik impas dalam unit akan tercapai dengan membagi nilai titik impas dalam rupiah dengan harga jual gabungan dari keempat jenis produk, yaitu (20.000 x 11.000) + (15.000 + 16.000) + (10.000 x 21.000) + (5.000 x 26.000) = Rp. 800.000.000 Titik impas dalam unit adalah 320.000.000 bagi 800.000.000 sama dengan 0.4 paket Itu berarti titik impas perusahaan akan tercapai jika masing-masing produk dijual dengan komposisi volume penjualan sebesar: A1 = 20.000 x 0.4 = 8.000 Unit B2 = 15.000 x 0.4 = 6.000 Unit C3 = 10.000 x 0.4 = 4.000 Unit D4 = 5.000 x 0.4 = 2.000 Unit Metode Lain Jika titik impas dihitung dengan metode tersebut, akan diperoleh hasil kali perhitungan dengan nilai nominal yang besar. Untuk menghindari angka yang terlalu besar, dapat digunakan metode lain, yaitu dengan mencari terlebih dahulu perbandingan antara volume penjualan satu produk dan produk lainnya. Seperti terlihat dalam data sebelumnya bahwa masing-masing produk direncanakan akan dijual sebanyak 20.000 Unit A1, 15.000 Unit B2, 10.000 Unit C3 dan 5.000 Unit D4. Itu berarti perbandingan volume penjualan dari keempat produk tersebut adalah 20 : 15 : 10 : 5, atau dapat diperkecil lagi menjadi 4 : 3 : 2 : 1. Volume penjualan yang terkecil harus menjadi angka 1 sebagai patokan. Kemudian data tersebut jika diringkas akan terlihat seperti pada tabel berikut ini : Metode Lain Keterangan Harga Jual Per Unit Biaya Variabel Per Unit Volume Penjualan Perbandingan Volume Penjualan A1 B2 C3 D4 11.000 16.000 21.000 26.000 7.000 8.000 11.000 14.000 20.000 15.000 10.000 5.000 4 3 2 1 Jadi, jika titik impas perusahaan tersebut dapat dihitung dengan rumus titik impas biasa, yaitu memperhitungkan perbandingan volume penjualan antara satu produk dan produk lainnya, seperti terlihat berikut ini: Berarti titik impas akan tercapai pada saat penjualan mencapai nilai Rp. 320.000.000. Titik impas dalam unit akan tercapai dengan membagi nilai titik impas dalam rupiah dengan harga jual gabungan dari keempat jenis produk tersebut berdasarkan perbandingan volume penjualannya yaitu (4 x 11.000) + (3 x 16.000) + (2 x 21.000) + (1 x 26.000) = Rp. 160. 000 Titik impas (dalam unit) adalah 320.000.000 dibagi 160.000 yaitu 2.000 paket. Itu berarti titik impas perusahaan tersebut akan tercapai jika masingmasing produk dijual dengan komposisi volume penjualan sebesar: A1 = 2.000 x 4 = 8.000 Unit B2 = 2.000 x 3 = 6.000 Unit C3 = 2.000 x 2 = 4.000 Unit D4 = 2.000 x 1 = 2.000 Unit Bukti : Laba = Penjualan – Biaya Total Rp. = Penjualan – Biaya Tetap – Biaya Variabel = ((8.000 Unit x Rp. 11.000) + (6.000 Unit x Rp. 16.000) + (4.000 Unit x Rp. 21.000) + (2.000 Unit x Rp. 26.000)) – 144.000.000 – ((8.000 Unit x Rp. 7.000) + (6.000 Unit x Rp. 8.000) + (4.000 Unit x Rp. 11.000) + (2.000 Unit x Rp. 14.000) = (88.000.000 + 96.000.000 + 84.000.000 + 52.000.000) – 144.000.000 – (56.000.000 + 48.000.000 + 44.000.000 + 2 8.000.000) = 320.000.000 – 144.000.000 – 176.000.000 =0 Daftar pustaka Rudianto (2013). Akuntansi Manajemen “Informasi Untuk Pengambilan Keputusan Strategis” Jakarta : Erlangga Akuntansi Biaya “Teori dan Penerapannya V. Wiratna Sujarweni, 2015 Horngren Dkk (2008). Akuntansi Biaya “Penekanan Manajerial”. Jilid 1 Edisi Kesebelas. Akuntansi Biaya-Departemen Akuntansi STIE Santa Ursula