Bab 2. Gambaran Umum Wilayah

advertisement
BUKU
PUTIH
SANITASI
KABUPATEN
PULAU
MOROTAI
Bab 2. Gambaran Umum Wilayah
2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik
Kondisi Geografis

Posisi geografis wilayah Kabupaten Pulau Morotai berada pada koordinat 2 0 00' sampai
2040'LU dan 128015' sampai 128040’ BT. Adapun batas-batas administrasi yang dimiliki oleh
kabupaten ini adalah, sebagai berikut :




Sebelah Utara
Sebelah Barat
Sebelah Timur
Sebelah Selatan
: Samudera Pasifik
: Laut Sulawesi
: Laut Halmahera
: Selat Morotai
Kabupaten Pulau Morotai mempumyai luas wilayah 4.301,53 Km2, dengan luas daratan
seluas 2.314,90 Km2 dan luas wilayah laut sejauh 4 mil seluas 1.970,93 Km2. Panjang garis
pantai 311.217 Km. Jumlah pulau-pulau kecil yang terdapat di Kabupaten Pulau Morotai
berjumlah 33 pulau dengan rincian pulau yang berpenghuni berjumlah 7 pulau dan yang tidak
berpenghuni berjumlah 26 pulau.
Iklim

Kabupaten Pulau Morotai dipengaruhi oleh iklim laut tropis yang terdiri atas tiga musim,
yaitu:

Musim hujan pada bulan November sampai dengan Februari

Musim kemarau pada bulan April sampai dengan bulan Oktober

Musim pancaroba pada bulan Maret dan Oktober

Adapun curah hujan di wilayah Kabupaten Pulau Morotai berkisar antara 1.500-2000 mm
per tahun.Curah hujan terendah (1.500-2.000 mm per tahun) dapat dijumpai di sebagian
besar kecamatan. Menurut klasifikasi Oldeman termasuk tipe Dl (4 bulan basah
berturutan dan 1 bulan kering).
Kondisi Topografi
Wilayah Kabupaten Pulau Morotai berada pada ketinggian 0-1000 m di atas permukaan
laut yang meliputi wilayah datar, berombak, berbukit-bergelombang, curam dan terjal.
Berdasarkan peta land sistem (RePPPRot, Tahun 1999), (51,7 %) merupakan wilayah dengan
bentukan wilayah curam (40-60 %), sedangkan wilayah datar relatif kecil (9,27 %).

1
BUKU
PUTIH
SANITASI
KABUPATEN
PULAU
MOROTAI
Kabupaten Pulau Morotai memiliki 7 (Tujuh) Daerah Aliran Sungai (DAS) yang dapat dilihat
pada Tabel 2.1 dan Peta DAS berikut :
Tabel 2.1. Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kabupaten/Kota
Nama DAS
Luas (Ha)
DAS Cao
36712.90
DAS Sabatai
11502.10
DAS Morotai
11959.90
DAS Yao
11538.40
DAS Bere –bere
17466.30
DAS Pangeo
25991.70
DAS Mira
Sumber: BAPEDAS Maluku Utara
Gambar 2.1. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Kabupaten Pulau Morotai
Sumber : RTRW Kabupaten Pulau Morotai
2
BUKU
PUTIH
SANITASI
KABUPATEN
PULAU
MOROTAI
 Administratif
Secara Administrasi Pulau Morotai sejak Tahun 2002 masuk kedalam wilayah
Pemerintahan Kabupaten Halmahera Utara yang beribukota di Tobelo, hal ini berdasarkan
persetujuan DPRD Kabupaten Maluku Utara dengan surat ketetapan nomor :
188.4/06/DPRD/MU/2002 tanggal 15 Februari 2002. Berdasarkan UU Nomor 53 tahun 2008,
Kabupaten Pulau Morotai memisahkan diri dari Kabupaten Halmahera Utara menjadi Daerah
Otonom baru yang terbagi dalam 5 (lima) kecamatan dan 64 (Enam Puluh Empat) Desa
sedangkan pada tahun 2013 terjadi penambahan jumlah Desa dari hasil pemekaran sebanyak
24 (Dua Puluh Empat) Desa sehingga total Desa pada saat penyusunan Buku Putih Sanitasi
ini adalah sebanyak 88 (Delapan Puluh Delapan) Desa.
Tabel 2.2. Nama, luas wilayah per-Kecamatan dan jumlah kelurahan
Nama Kecamatan
Jumlah
Kelurahan
/Desa
Luas Wilayah
Administrasi
Terbangun
(Ha)
(%) thd
total
(Ha)
(%) thd
total
Kecamatan Morotai Selatan
25 Desa
36,310
15,69
1,809
25.70
Kecamatan Morotai Timur
15 Desa
36,280
15,67
1,499
21.29
Kecamatan Morotai Selatan
Barat
20 Desa
73,180
31,61
1,962
27.87
Kecamatan Morotai Utara
14 Desa
44,870
19,38
956
13.58
Kecamatan Morotai Jaya
14 Desa
40,850
17,65
814
11.56
88 Desa
231,490
100.00
7,040
100.00
Total
Sumber: BPS Pulau Morotai dan Diolah POKJA
3
BUKU
PUTIH
SANITASI
KABUPATEN
PULAU
MOROTAI
Gambar 2.2. Peta Administrasi Kabupaten Pulau Morotai
Sumber : RTRW Kabupaten Pulau Morotai
2.2
Demografi
Kabupaten Pulau Morotai memiliki 5 kecamatan yaitu: Kecamatan Morotai Selatan,
Kecamatan Morotai Selatan Barat, Kecamatan Morotai Timur, Kecamatan Morotai Utara dan
Kecamatan Morotai Jaya.. Kecamatan yang memiliki wilayah terluas adalah Kecamatan Morotai
Selatan Barat, sedangkan yang memiliki wilayah terkecil adalah Kecamatan Kecamatan Morotai
Timur. Keseluruhan kecamatan di kabupaten ini memiliki 88 desa dengan jumlah desa yang
tersebar secara bervariasi di setiap kecamatan.
4
BUKU
PUTIH
SANITASI
KABUPATEN
PULAU
MOROTAI
Tabel 2.3 Jumlah penduduk dan kepadatannya 3 - 5 tahun terakhir
Jumlah Penduduk
Jumlah KK
Tingkat Pertumbuhan
Kepadatan Penduduk
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Nama Kecamatan
2011
2012
2013
2011
2012
2013
2011
2012
2013
2011
2012
2013
Morotai Selatan
20.001
23.177
25.670
5.338
6.186
6.754
42,83
31,76
24,93
0,55
0,63
0,70
Morotai Timur
8.611
9.450
10.049
2.151
2.330
2.506
12,72
8,39
5,99
0,24
0,26
0,28
Morotai Selatan Barat
9.862
12.421
13.575
2.829
3.458
3.894
27,4
25,59
11,54
0,13
0,17
0,18
Morotai Utara
7.957
9.507
10.562
2.133
2.462
2.696
6,58
15,5
10,55
0,17
0,21
0,23
Morotai Jaya
7.167
8.184
8.972
1.801
1.982
2.200
4,45
10,17
7,88
0,17
0,20
0,22
Sumber : BPS, DISDUKCAPIL, Diolah POKJA
Tabel 2.4. Jumlah penduduk saat ini dan proyeksi untuk 5 tahun
Jumlah Penduduk
Jumlah KK
Tingkat Pertumbuhan
Kepadatan Penduduk (org/Ha)
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Nama Kecamatan
2014
2015
2016
2017
2018
2014
2015
2016
2017
2018
2014
2015
2016
2017
2018
2014
2015
2016
2017
2018
Morotai Selatan
27,823
28,296
56,592
84,888
113,184
6,956
7,074
14,149
21,223
28,297
21,53
21.9
43.79
65.69
87.58
15
16
31
47
63
Morotai Timur
10.298
10,473
20,946
31,419
41,892
2,572
2,616
5,231
7,847
10,463
2,49
2.53
5.06
7.60
10.13
7
7
14
21
28
Morotai Selatan Barat
14.298
14,541
29,082
43,623
58,164
3,575
3,636
7,272
10,907
14,543
7,23
7.35
14.71
22.06
29.41
7
7
15
22
30
Morotai Utara
10.849
11,003
22,067
33,100
44,134
2,712
2,758
5,516
8,274
11,032
2,87
2.92
5.84
8.76
11.68
11
12
23
35
46
Morotai Jaya
9.126
9,281
18,562
27,843
37,125
2,282
2,321
4,642
6,962
9,283
1,54
1.57
3.13
4.70
6.26
11
11
23
34
46
Sumber : BPS, DISDUKCAPIL, Diolah POKJA
5
BUKU
2.3
PUTIH
SANITASI
KABUPATEN
PULAU
MOROTAI
Keuangan dan Perekonomian Daerah
Hasil survey keuangan di Kabupaten Pulau Morotai yang dilakukan pada beberapa SKPD
terkait pembangunan sanitasi yaitu ; Badan Perencanaan pembangunan Daerah, Dinas Pekerjaan
Umum dan Tata Kota, Dinas Kesehatan, Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah dan
Dinas PPKAD Kabupaten Pulau Morotai.
Aspek-aspek yang dibahas dalam survey dan studi APBD Kabupaten Pulau Morotai adalah;
Aspek Kelembagaan, Aspek prioritas pendanaan, pekembangan pendapatan dan belanja daerah,
besaran pendanaan sanitasi per tahun, besaran pendapatan dari layanan sanitasi, dan besaran
pendanaan sanitasi per kapita.
Dari hasil survey tersebut dapat disajikan Anggaran Pendapatan Daerah Kabupaten Pulau
Morotai pada kurun waktu 2010-2014 dan Belanja Modal Sanitas dapat dilihat pada table berikut :
6
BUKU
PUTIH
SANITASI
KABUPATEN
PULAU
MOROTAI
Tabel 2.5. Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2010 - 2014
No
Realisasi Anggaran
A
Pendapatan (a.1 + a.2 + a.3)
a.1
a.1.1
a.1.2
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pajak daerah
Retribusi daerah
Hasil pengolahan kekayaan daerah yang
dipisahkan
Lain-lain pendapatan daerah yang sah
Dana Perimbangan (Transfer)
Dana bagi hasil
Dana alokasi umum
Dana alokasi khusus
Lain-lain Pendapatan yang Sah
Hibah
Dana darurat
Dana bagi hasil pajak dari provinsi
kepada kab./kota
Dana penyesuaian dan dana otonomi
khusus
Bantuan keuangan dari
provinsi/pemerintah daerah lainnya
a.1.3
a.1.4
a.2
a.2.1
a.2.2
a.2.3
a.3
a.3.1
a.3.2
a.3.3
a.3.4
a.3.5
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
185,533,644,886
293,973,535,586
365,325,074,697
468,813,407,547
492,860,153,555
2,285,081,250
478,435,000
706,646,250
1,773,026,550
378,435,000
513,246,250
5,207,232,300
3,074,288,800
817,773,000
8,925,475,000
2,003,125,000
1,242,350,000
24,339,631,107
4,049,225,000
1,259,850,000
-
-
-
-
-
1,100,000,000
135,839,184,036
31,501,269,036
77,435,015,000
26,902,900,000
47,409,379,600
4,800,000,000
-
881,345,300
281,433,269,036
25,001,269,036
203,960,000,000
52,472,000,000
10,767,240,000
10,500,000,000
-
1,315,170,500
329,552,245,397
20,835,825,397
241,796,020,000
66,920,400,000
30,565,597,000
12,505,000,000
-
5,650,000,000
428,857,901,523
32,258,411,524
312,486,619,999
84,112,870,000
31,030,031,024
22,400,000,000
-
19,030,556,107
37,499,578,424
26,851,614,424
323,758,154,000
86,889,810,000
31,020,944,024
17,000,000,000
-
267,240,000
267,240,000
1,201,240,000
3,054,350,000
4,853,350,000
34,842,136,600
-
2,109,357,000
5,575,681,024
9,167,594,024
7,500,000,000
-
14,750,000,000
-
-
B
Belanja (b1 + b.2)
176,446,159,047
301,619,373,379
399,856,074,722
494,788,593,940
525,196,462,522
b.1
b.1.1
Belanja Tidak Langsung
Belanja pegawai
53,558,796,647
37,718,826,647
98,971,849,639
69,426,849,639
131,653,246,296
92,578,246,296
134,968,911,372
100,923,911,371
223,077,771,212
118,212,575,717
Rata2
pertumbuhan
7
BUKU
b.1.2
b.1.3
b.1.4
b.1.5
b.1.6
b.1.7
b.1.8
b.2
b.2.1
b.2.2
b.2.3
C
Bunga
Subsidi
Hibah
Bantuan sosial
Belanja bagi hasil
Bantuan keuangan
Belanja tidak terduga
Belanja Langsung
Belanja pegawai
Belanja barang dan jasa
Belanja modal
Pembiayaan
Surplus/Defisit Anggaran
PUTIH
SANITASI
KABUPATEN
4,250,000,000
5,200,000,000
5,889,970,000
500,000,000
122,887,362,400
6,882,322,700
45,927,045,600
70,077,994,100
1,671,638,124
1,000,000,000
9,900,000,000
7,645,000,000
10,000,000,000
1,000,000,000
202,647,523,740
13,059,836,000
79,128,808,491
110,458,879,249
22,437,333,875
4,000,000,000
12,505,000,000
7,320,000,000
14,750,000,000
500,000,000
268,202,828,426
17,328,607,500
106,097,548,181
144,776,672,745
29,153,904,955
1,500,000,000
17,060,000,000
3,445,000,000
11,540,000,000
500,000,000
359,819,682,568
29,959,095,038
130,033,998,712
199,826,588,818
4,405,638,044
1,834,678,839
7,645,837,793
63,972,943,525
25,975,187,392)
PULAU
MOROTAI
6,820,000,000
2,750,000,000
94,795,195,495
500,000,000
302,118,691,310
26,959,217,000
134,795,450,992
140,364,023,388
Sumber : DPPKAD Kab. Pulau Morotai dan Diolah Pokja
8
BUKU
PUTIH
SANITASI
KABUPATEN
PULAU
MOROTAI
Tabel 2.6. Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2010 - 2014
No
SKPD
1
1.a
1.b
2
2.a
2.b
3
3.a
3.b
4
4.a
4.b
PU & Tata Kota
8
Belanja Sanitasi (1+2+3+…n)
9
Pendanaan investasi sanitasi Total
(1a+2a+3a+…na)
10
Pendanaan OM (1b+2b+3b+…nb)
11
Belanja Langsung
12
Proporsi Belanja Sanitasi – Belanja
Langsung(8/11)
13
Proporsi Investasi Sanitasi – Total
Belanja Sanitasi (9/8)
14
Proporsi OM Sanitasi – Total Belanja
Sanitasi (10/8)
Tahun
2010
2011
2012
2013
-
755,795,000
-
103,320,000
-
150,000,000
2014
Rata2
pertumbuhan
Investasi
operasional/pemeliharaan (OM)
BAPEDALDA
Investasi
operasional/pemeliharaan (OM)
DINKES
350,000,000
Investasi
900,000,000
operasional/pemeliharaan (OM)
BAPPEDA
Investasi
operasional/pemeliharaan (OM)
Sumber :
Realisasi APBD tahun 2010 - 2014, diolah Pokja
Keterangan :investasi termasuk di dalamnya pembangunan sarana prasarana, pengadaan lahan, pelatihan, koordinasi, advokasi, kampanye dan studi-studi
yang terkait dengan sanitasi.
9
BUKU
PUTIH
SANITASI
KABUPATEN
PULAU
MOROTAI
Tabel 2.7. Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2010 - 2014
No
Belanja Sanitasi (Rp.)
Uraian
1
1.1
1.2
1.3
1.4
2
2.1
2.2
2.3
3
Belanja Sanitasi ( 1.1 + 1.2 + 1.3 + 1.4 )
Air Limbah Domestik
Sampah rumah tangga
Drainase perkotaan
PHBS
Dana Alokasi Khusus ( 2.1 + 2.2 + 2.3 )
DAK Sanitasi
DAK Lingkungan Hidup
DAK Perumahan dan Permukiman
Pinjaman/Hibah untuk Sanitasi
Bantuan Keuangan Provinsi untuk
4
Sanitasi
Belanja APBD murni untuk Sanitasi (1-2-3)
Total Belanja Langsung
Rata-rata
Pertumbuhan
2010
3.761.290.000
614.760.000
3.146.530.000
-
2011
3.873.972.000
901.600.000
972.372.000
2.000.000.000
-
2012
9.694.232.000
5.334.469.000
1.528.770.000
2.492.593.000
338.400.000
2.247.300.000
686.190.000
1,561,110,000
-
2013
6.513.295.760
2.441.936.000
1.849.600.000
2.221.759.760
2.289.610.000
911.760.000
1,377,850,000
-
2014
4.908.083.032
2.430.678.800
2.058.600.000
181.804.232
237.000.000
3.945.270.000
2.212.120.000
1.733.150.000
-
-
-
-
-
-
-
3.761.290.000
3.873.972.000
7.446.932.000
4.223.685.768
962.813.032
-1%
130.190.164.400
202.647.523.740
268.256.828.426
359.819.682.568
302.118.691.310
3%
1.91
2.78
1.17
0.32
2%
% APBD murni terhadap Belanja Langsung
Sumber : DPPKAD Kab. Pulau Morotai dan Diolah Pokja
2.89
4%
161 %
22 %
- 29 %
- 25 %
78 %
44 %
4%
-
Tabel 2.8. Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2010 - 2014
Tahun
No
Deskripsi
1
Total
Belanja
Kabupaten/Kota
2
Jumlah Penduduk
Rata-rata
Sanitasi
Belanja Sanitasi Perkapita (1 / 2)
Sumber: Realisasi APBD dan Diolah Pokja
2010
2011
3.761.290.000
3.873.972.000
44.200
53.598
85.097
72.278
2012
2013
2014
8.802.905.760
8.853.353.032
6.196.211.206
62.739
68.828
72.394
60.338
190.337
127.897
122.294
101.392
11.941.532.000
10
BUKU
PUTIH
SANITASI
KABUPATEN
PULAU
MOROTAI
Tabel 2.9. Realisasi dan Potensi retribusi Sanitasi per Kapita
No
SKPD
1
1.a
1.b
2
2.a
2.b
3
3.a
3.b
Retribusi Air Limbah
Realisasi retribusi
Potensi retribusi
Retribusi Sampah
Realisasi retribusi
Potensi retribusi
Retribusi Drainase
Realisasi retribusi
Potensi retribusi
4
Total Realisasi Retribusi Sanitasi (1a+2a+3a)
5
Total Potensi Retribusi Sanitasi (1b+2b+3b)
6
Proporsi Total Realisasi – Potensi Retribusi
Sanitasi (4/5)
Retribusi Sanitasi Tahun (Rp)
2010
2011
2012
2013
2014
-
-
-
-
-
-
-
-
-
285,000,000
-
35,000,000
-
285,000,000
35,000,000
Pertumbuha
n (%)
35,000,000
35,000,000
Sumber : DPPKAD Kab. Pulau Morotai dan Diolah Pokja
Tabel 2.10 Tabel Peta Perekonomian Kabupaten Pulau Morotai Tahun 2010 - 2013
No
Deskripsi
Tahun
2010
2011
2012
2013
1
PDRB harga konstan (struktur perekonomian)
(Rp.)
104.437,13
110.995,78
119.686,40
127.267,99
2
Pendapatan Perkapita Kabupaten/Kota (Rp.)
3.881.588,96
4.244.320,61
4.740.037,01
5.220.403,98
6,28
7,83
6,33
3
Pertumbuhan Ekonomi (%)
Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Pulau Morotai
6,23
11
BUKU
2.4
PUTIH
SANITASI
KABUPATEN
PULAU
MOROTAI
Tata Ruang Wilayah
I.
Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten Pulau Morotai
Rencana umum tata ruang ini disusun berdasarkan pendekatan wilayah administratif
dengan muatan substansi mencakup rencana struktur ruang dan rencana pola ruang..
A. Kebijakan Perencanaan Ruang
Kebijakan perencanaan ruang disusun dalam rangka mewujudkan perencanaan ruang
yang berkelanjutan dan operasional, serta mengakomodasi paradigma baru dalam
perencanaan. Kebijakan perencanaan ruang, terdiri atas:
1. Penyusunan dan peninjauan kembali rencana tata ruang dilakukan dengan pendekatan
partisipatif. Kebijakan ini bertujuan untuk mewujudkan rencana tata ruang sesuai dengan
kaidah penataan ruang.
2. RTRW Kabupaten ditinjau kembali dan/atau disempurnakan 1 (satu) kali dalam 5 (lima)
tahun dalam hal RTRW Kabupaten tidak mampu untuk mengakomodasikan dinamika
perkembangan yang disebabkan oleh faktor eksternal maupun internal, perubahan kondisi
lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana alam skala besar, serta
ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau perubahan batas
wilayah provinsi berdasarkan undang-undang.
Kebijakan ini bertujuan untuk:



Menyusun RTRW Kabupaten Pulau Morotai yang menjadi acuan pemanfaatan ruang
wilayah yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sesuai dengan kemampuan daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup serta kebijakan pembangunan nasional,
Propinsi dan Kabupaten.
Mengatur pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya di kawasan
perkotaan, kawasan pedesaan, dan kawasan tertentu yang ada di wilayah Kabupaten
Pulau Morotai.
Mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan
dengan memperhatikan kebutuhan sumber daya manusia.
3. RTRW kabupaten perlu ditindaklanjuti ke dalam rencana yang lebih terperinci. Kebijakan
ini bertujuan untuk merinci arahan pemanfaatan ruang yang tertuang dalam RTRW
kabupaten.
4. RTRW Kabupaten wajib menyelaraskan dengan subtansi RTRWP. Kebijakan ini bertujuan
untuk mewujudkan keterpaduan dan keterkaitan perencanaan tata ruang antara provinsi
dengan Kabupaten dan antar Kabupaten.
12
BUKU
PUTIH
SANITASI
KABUPATEN
PULAU
MOROTAI
B. Kebijakan Pemanfaatan Ruang
a.
Kebijakan Pengembangan Wilayah
Kebijakan pengembangan wilayah bertujuan untuk meminimalisasi kesenjangan
kesejahteraan masyarakat antar wilayah, dalam hal ini kesenjangan antarwilayah
perkotaan dan pedesaan. Kebijakan pengembangan wilayah terdiri atas 2 kawasan yang
dialokasikan sebagai wilayah pengembangan (WP) I dan II. WP I mencakup wilayah 3
kecamatan yaitu Kecamatan Morotai Selatan, Morotai Selatan Barat dan Morotai Timur.
Sedangkan WP II mencakup 2 kecamatan yaitu Kecamatan Morotai Utara dan Morotai
Jaya.
b.
Kebijakan Pengembangan Struktur Ruang
Kebijakan struktur ruang wilayah Pulau Morotai bertujuan untuk mewujudkan
pemerataan pertumbuhan wilayah dengan mempertahankan keseimbangan lingkungan
dan ketersediaan sumberdaya alam. Kebijakan pengembangan struktur ruang terdiri dari:
1. Memantapkan peran perkotaan di Pulau Morotai sesuai fungsi yang telah
ditetapkan, yaitu Pusat Kegiatan Lokal (PKL).
2. Mengembangkan sistem kota-desa yang sesuai dengan daya dukung dan daya
tampung serta fungsi kegiatan dominannya.
3. Pengendalian perkembangan kawasan perkotaan di wilayah selatan dan tengah
untuk menjaga lingkungan yang berkelanjutan, serta mengembangkan secara
terbatas sistem kota-kota di wilayah utara yang memiliki kendala fisik.
4. Penataan dan pengembangan sistem infrastruktur wilayah yang dapat menjadi
pengarah, pembentuk, pengikat, pengendali dan pendorong pengembangan
wilayah untuk terwujudnya sistem kota-kota di Kabupaten Pulau Morotai
5. Mengamankan kepentingan pertahanan dan keamanan negara di beberapa
kawasan yang disesuaikan dengan rencana tata ruang pertahanan keamanan.
6. Mendorong terlaksananya peran Wilayah Pengembangan (WP) dan Pusat
Kawasan Strategis Nasional (PKSN) dalam mewujudkan pemerataan
pertumbuhan wilayah dan distribusi penduduk.
c.
Kebijakan Pengembangan Pola Ruang
Kebijakan strategi pengembangan pola ruang, meliputi :
1. Kebijakan pengembangan kawasan lindung, meliputi :
13
BUKU
PUTIH
SANITASI
KABUPATEN
PULAU
MOROTAI
a. Pencapaian luas kawasan lindung sebesar 45%;
b. Menjaga kualitas kawasan lindung.
2. Kebijakan pengembangan kawasan budidaya, meliputi :
a. Mempertahankan lahan sawah berkelanjutan serta peningkatan produktivitas
pertanian guna menjaga ketahanan pangan Pulau Morotai;
b. Mendorong pengelolaan wilayah pesisir dan laut dengan pendekatan
keterpaduan ekosistem, sumberdaya, dan kegiatan pembangunan
berkelanjutan;
c. Mengoptimalkan potensi lahan budidaya dan sumberdaya alam guna
mendorong pertumbuhan sosial ekonomi di wilayah-wilayah yang belum
berkembang karena adanya kendala fisik dan prasarana.
C. Kebijakan Pengendalian Ruang
Pengendalian pemanfaatan ruang bertujuan untuk menjaga konsistensi pemanfaatan
ruang dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Sasaran pengendalian
pemanfaatan ruang adalah terminimalisasinya penyimpangan terhadap RTRW Kabupaten
yang dilaksanakan melalui pengawasan dan penertiban.
Kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang adalah :
a. Mengendalikan pemanfaatan ruang melalui pengawasan dan penertiban yang
didasarkan kepada arahan perijinan, arahan peraturan zonasi, arahan insentif
dan disinsentif, serta arahan sanksi.
b. Menjadikan pemberian ijin pemanfaatan ruang sebagai salah satu alat
pengendalian pemanfaatan ruang.
c. Pemberian ijin pemanfaatan ruang yang merupakan kewenangan Kabupaten
dalam pelaksanaannya harus memperhatikan dan mempertimbangkan RTRW.
Pemberian ijin pemanfaatan ruang oleh Kabupaten yang berdampak besar dan/atau
menyangkut kepentingan umum secara luas, terlebih dahulu dikoordinasikan dengan
Gubernur.
II. Pola Ruang Kawasan Bencana
A. Rawan Gempa dan Tsunami
Melihat potensi bencana alam yang ada di kabupaten ini, maka kawasan pesisir
merupakan kawasan utama yang perlu mendapat perhatian karena pada wilayah ini terdapat
banyak permukiman yang rentan terhadap tsunami, sedangkan luasan dari masing-masing
bahaya disajikan pada Tabel 2.9. Dari tabel tersebut terlihat bahwa daerah bahaya tsunami
relatif kecil, yaitu kirang dari 4 % dari luas total kabupaten, namun demikian resiko bencana di
14
BUKU
PUTIH
SANITASI
KABUPATEN
PULAU
MOROTAI
kabupaten ini cukup besar karena banyak permukiman berada pada daerah bahaya tsunami
tersebut.
Adapun untuk bahaya gempa bumi sangat sulit ditentukan wilayahnya disebabkan oleh
getaran gelombang transversal yang dihasilkan oleh gempa menjalar ke seluruh kulit bumi di
wilayah kabupaten. Namun demikian goncangan permukaan bumi yang dihasilkan berbedabeda tergantung pada jenis material batuan yang dilalui. Batuan tipe klastik umumnya
mengalami goncangan yang lebih besar daripada batuan masif sehingga sangat berpengaruh
terhadap bangunan yang ada di atasnya. Dalam kaitannya dengan bahaya bencana gempa
ini, maka wilayah yang mempunyai batuan tipe alluvium akan menjadi wilayah yang paling
rawan dibandingkan dengan tipe batuan yang lain. Berdasarkan hal tersebut maka persebaran
daerah bahaya gempa bumi ini dapat dilihat pada Tabel 4.3. Dari tabel tersebut terlihat bahwa
daerah yang paling rawan hanya menempati luasan hampir 10 % dari total luas kabupaten.
Meskipun angka ini cukup kecil, namun hampir seluruh daerah permukiman dibangun di atas
daerah bahaya tinggi ini.
B. Rawan Longsor dan Banjir
Untuk kawasan bahaya longsor di Kabupaten Morotai utamanya terdapat di daerah
pegunungan dan perbukitan yang mempunyai kemiringan lereng sangat miring hingga terjal.
Di wialayah Kabupaten Morotai kawasan berlereng ini tidak terdapat permukiman sehingga
longsor bukan merupakan ancaman bencana alam yang utama. Berdasarkan kemiringan
lereng tersebut persebaran daerah bahaya longsor dan luasan dari masing-masing tingkat
bahaya di sajikan pada (Tabel 4.4). Dari tabel tersebut terlihat bahwa luasan dari masingmasing tingkat bahaya longsor hampir sama, yaitu berkisar antara 20 % hingga 35 %. Luas
wilayah yang masuk ke dalam kategori bahaya tingkat sedang hingga tinggi di kabupaten ini
cukup luas, yaitu sekitar 46 %, namun demikian hampir semua permukiman tidak terletak pada
zona ini, sebaliknya terletak pada zona aman yang mempunyai luas sekitar 20 %.
Untuk bahaya banjir, ancamannya meliputi wilayah yang mempunyai morfologi dataran
dan pada bentuk lahan fluvial, seperti lembah sungai, dataran banjir, teras alluvial, dan
dataran alluvial. Berhubung morfologi dataran tidak banyak di kabupaten ini serta hanya ada
beberapa sungai besar, maka luas wilayah yang masuk ke dalam kategori bahaya sangat
kecil, sekitar 1 % dari total luas kabupaten (Tabel 2.11). Untuk mencegah bencana banjir
maka pengelolaan daerah atas (uplands) dari daerah aliran sungai tersebut perlu dijaga
sebagai bentuk dari implementasi mitigasi bencana.
15
BUKU
PUTIH
SANITASI
KABUPATEN
PULAU
MOROTAI
Gambar 2.3. Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten/Kota
Sumber: RTRW Kabupaten Pulau Morotai
16
BUKU
PUTIH
SANITASI
KABUPATEN
PULAU
MOROTAI
Gambar 2.4. Peta Rencana pola ruang Kabupaten/Kota
Sumber : RTRW Kabupaten Pulau Morotai
2.5 Sosial dan Budaya
Pendidikan merupkan sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan.
Pendidikan yang bermutu merupakan jaminan terbentuknya generasi mendatang yang berkualitas
untuk mensukseskan pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan Kabupaten Pulau
Morotai pada khususnya. Jumlah sarana pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD/Sederajat),
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP/Sederajat), dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SMA/Sederajat) yang ada di Kabupaten Pulau Morotai sebanyak 149 sekolah yang tersebar di
Lima (5) kecamatan, untuk tingkat Sekolah Dasar (SD/sederajat) sebanyak 82, Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama (SLTP/Sederajat) sebanyak 26, dan tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA/Sederajat) sebanyak 14. Gambaran umum mengenai fasilitas pendidikan di kabupaten
Pulau Morotai barat dapat dilihat pada tabel 2.13.
Tabel 2.11. Jumlah fasilitas pendidikan yang tersedia di Kabupaten Pulau Morotai
Jumlah Fasilitas Pendidikan
Nama Kecamatan
Kecamatan Morotai Selatan
SD
20
Umum
SLTP SMA
4
4
SMK
-
MI
5
Agama
MTs
5
MA
1
17
BUKU
Kecamatan Morotai Timur
Kecamatan Morotai Selatan
Barat
Kecamatan Morotai Utara
Kecamatan Morotai Jaya
PUTIH
SANITASI
KABUPATEN
PULAU
MOROTAI
10
1
-
-
2
2
2
20
4
1
1
3
3
2
10
10
70
3
2
14
1
6
1
1
1
12
1
1
12
1
6
Sumber : Kabupaten Pulau Morotai Dalam Angka 2013
Pembangunan di bidang kesejahteraan sosial menyangkut kemiskinan penduduk mendapat
perhatian yang sangat besar yang pemecahan permasalahannya sudah menjadi agenda utama
dalam pembangunan nasional. Kemiskinan merupakan suatu kondisi kehidupan serba kekurangan
yang dialami seseorang sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimum hidupnya. Standar
kebutuhan hidup minimum satu daerah dengan daerah lain berbeda, karena sangat tergantung
kepada kebiasaan/adat, fasilitas transportasi dan distribusi serta letak geografis. Kebutuhan
minimum tersebut meliputi kebutuhan untuk makanan terutama energi kalori sehingga
memungkinkan seseorang bisa bekerja untuk memperoleh pendapatan. Patokan tingkat
kecukupan kalori yang dijadikan acuan adalah sebesar 2.100 kilo kalori setiap orang per hari untuk
kebutuhan makanan. Selain kebutuhan makanan juga diperlukan kebutuhan lain yang minimum
harus dipenuhi. Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi tempat perlindungan (rumah) termasuk
fasilitas penerangan, bahan bakar dan pemeliharaan, pakaian termasuk alas kaki, pendidikan,
pemeliharaan kesehatan, perawatan pribadi, dan transportasi. Dengan lain pengertian batas
minimum yang dibutuhkan untuk hidup tidak miskin diperoleh dari penjumlahan nilai pengeluaran
makanan untuk memenuhi kebutuhan kalori dan nilai pengeluaran untuk non makanan.
Faktor-faktor penyebab terjadinya kemiskinan secara umum dapat diidentifikasi ke dalam
bentuk faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kondisi fisik (misalnya cacat,
kurang gizi, sakit-sakitan), tingkat intelektual yang rendah (misalnya kurangnya pengetahuan,
kebodohan, kekurangtahuan informasi), sikap mental emosional (misalnya malas, mudah
menyerah, putus asa,temperamental), social psikologis (misalnya kurang motivasi, kurang percaya
diri, depresi/stres, kurang relasi, kurang mampu mencari dukungan), kurang ketrampilan (misalnya
tidak mempunyai keahlian yang sesuai dengan permintaan lapangan kerja) dan kurang modal
(misalnya tidak memiliki stok kekayaan dalam bentuk tanah, rumah, tabungan, kendaraan, dan
modal kerja). Faktor eksternal meliputi terbatasnya pelayanan sosial dasar, terbatasnya lapangan
pekerjaan formal dan kurang terlindunginya usaha-usaha sektor informal, belum terciptanya sistem
ekonomi kerakyatan dengan prioritas sektor riil, budaya yang kurang mendukung kemajuan dan
kesejahteraan, kondisi geografis yang sulit, tandus, terpencil, atau daerah bencana.
Secara ekonomis perkembangan kondisi kemiskinan di suatu daerah merupakan salah satu
indikator untuk melihat perkembangan tingkat kesejahteraan masyarakat. Semakin membaiknya
kondisi kemiskinan yang ada maka dapat disimpulkan telah terjadi peningkatan kesejahteraan
18
BUKU
PUTIH
SANITASI
KABUPATEN
PULAU
MOROTAI
masyarakat. Kemiskinan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya harus
menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Di Kabupaten
Pulau Morotai hingga saat ini data tentang jumlah penduduk miskin, sebesar 54.550 keluarga
miskin yang tersebar di 5 (Lima) kecamatan berdasarkan Jamkesmas dan Jamkesda, lebih jelas
dapat dilihat ditabel berikut ini:
Tabel 2.12. Jumlah penduduk miskin per kecamatan
Nama Kecamatan
Jumlah keluarga miskin (KK)
Kecamatan Morotai Selatan
17.735
Kecamatan Morotai Timur
11.457
Kecamatan Morotai Selatan Barat
7.451
Kecamatan Morotai Utara
9.547
Kecamatan Morotai Jaya
Total
8.396
54.550
Sumber: Dinas Kesehatan
Tabel 2.13. Jumlah rumah per kecamatan
Nama Kecamatan
Kecamatan Morotai Selatan
Jumlah Rumah
4.608
Kecamatan Morotai Timur
2.388
Kecamatan Morotai Selatan Barat
2.024
Kecamatan Morotai Utara
2.296
Kecamatan Morotai Jaya
1.481
Total
12.797
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Pulau Morotai (Data Puskesmas)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa data perumahan diambil dari data rumah yang ada di
puskesmas yang tersebar di 5 kecamatan, Jumlah rumah permanen dan semi permanen di
kabupaten Pulau Morotai sebanyak 12.797 rumah dengan penyebaran yang tidak merata di lima
kecamatan, jumlah rumah terbanyak ada di kecamatan Morotai Selatan sebanyak 4.608 rumah
dan yang sedikit ada di kecamatan Morotai Jaya sebanyak 1.481 rumah.
19
BUKU
PUTIH
SANITASI
KABUPATEN
PULAU
MOROTAI
Gambar 2.1. Struktru Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Pulau Morotai
Gambar 2.6. Diagram SKPD terkait dalam pembangunan Sanitasi Kabupaten Pulau Morotai
2.5
Komunikasi dan Media
Tabel 2.14: Kegiatan Komunikasi terkait Sanitasi
20
BUKU
No
Kegiatan
Tahun
Dinas
Pelaksana
PUTIH
SANITASI
Tujuan
Kegiatan
KABUPATEN
Khalayak
Sasaran
PULAU
MOROTAI
Pesan Kunci
Pembelajaran
1
Pemicuan
STBM
2013
Dinas
Kesehatan
Meningkatkan
peranserta
masyarakat
dalam
penyediaan
layanan
sanitasi dan
membiasakan
PHBS dalam
kehidupan
sehari-hari.
Masyarakat di
100 RT pada 13
Desa/Kelurahan
prioritas yang
menurut studi
EHRA memiliki
Indek Risiko
Sanitasi
Tertinggi.
Sanitasi buruk
dan perilaku
hidup tidak bersih
dan tidak sehat
itu menJijikan,
memalukan dan
membuat sakit,
karenanya perlu
kita perbaiki
sanitasi dan
biasakan PHBS.
Terbatasnya
tenaga fasilitator
yang handal,
membuat
pemicuan di
sejumlah RT
kurang sukses,
perlu
peningkatan
jumlah fasilitator
handal.
2
Iklan
Layanan
Masyarakat
(ILM) di
Media
Massa
Lokal
2012
Dinas PU
Mengajak
masyarakat
untuk
membuang
sampah di
tempat yang
telah
disediakan
Masyarakat
umum.
Dengan
membuang
sampah di
tempat yang
telah disediakan,
berarti telah
mengurangi
jumlah korban
banjir di kota kita.
Kerjasama yang
baik dengan
media massa
lokal selama ini
meski dengan
anggaran biaya
terbatas,
frekuensi
penyiaran ILM
menjadi lebih
optimal
menjangkau
masyarakat.
3.
Penyuluhan
tata cara
Cuci
Tangan
Pakai
Sabun
(CTPS) di
sekolah
Dasar
2010
Dinas
Pendidikan
dan Dinas
Kesehatan
Siswa Sekolah
Dasar mampu
dan mau
melakukan
CTPS yang
baik dan benar.
Siswa-siswi SD di
20 sekolah
dengan angka
tidak masuk
sekolah karena
diare tertinggi.
Dengan CTPS,
kita terhindar dari
penyakit, dan
hidup lebih sehat.
Dampak dari
kegiatan ini,
ternyata dapat
menurunkan
angka tidak
masuk sekolah
karena diare.
Sumber: Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan Kabupaten Pulau Morotai
21
BUKU
PUTIH
SANITASI
KABUPATEN
PULAU
MOROTAI
Tabel 2.15 Media Komunikasi dan Kerjasama terkait Sanitasi
No
Jenis Media
(a)
Khalayak
(b)
Pendanaan
(c)
1.
-
-
-
Isu yang
Diangkat
(d)
-
2.
-
-
-
3.
-
-
4.
-
-
Pesan Kunci
(e)
Efektivitas
(f)
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Sumber : -
22
Download