kepastian risiko, biaya dan tanggung jawab dalam incoterms 2010

advertisement
KEPASTIAN RISIKO, BIAYA DAN TANGGUNG JAWAB
DALAM INCOTERMS 2010
Oleh: Surono
Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai
Abstraksi:
Incoterms 2010 merupakan produk ICC yang ditujukan untuk memudahkan transaksi perdagngan
internasional. Incoterms merupakan seperangkat peraturan yang dibuat untuk menyeragamkan
penafsiran persyaratan perdagangan yang menetapkan hak dan kewajiban pembeli dan penjual
dalam mekanisme penyerahan barang.
Ada tiga hal penting yang diatur dalam Incoterms 2010, yaitu: titik peralihan risiko (risk), titik peralihan
biaya (cost) dan pengaturan tanggung jawab pengurusan (responsibilities). Dengan pengaturan yang
tegas mengenai ketiga hal ini maka dapat dijamin suatu kepastian dalam transaksi perdagangan
internasional
Secara umum, klausul persyaratan penyerahan barang dalam Incoterms 2010 terbagi menjadi dua
kriteria, yaitu: kelompok terminologi yang berlaku untuk semua moda transportasi (Rules for any
mode or modes of Transport). Terminologi ini meliputi: EXW, FCA, FAS, CPT, CIP, DAT, DAP dan
DDP. Kemudian yang kedua yaitu kelompok terminologi yang berlaku untuk angkutan laut dan sungai
saja (Rules for Sea and Inland Waterways Transportation), meliputi: FOB, FAS, CFR dan CIF.
Kata Kunci: Incoterms, EXW, FCA, FOB, CFR, CIF
Pertengahan Maret 2011 publik Indonesia digegerkan oleh berita dibajaknya kapal
berbendera Indonesia MV Sinar Kudus oleh kawanan bajak laut Somalia di teluk Eden.
Kapal yang dioperasikan oleh PT Samudera Indonesia itu dibajak dalam perjalanan ke
Rotterdam, Belanda, mengangkut muatan ekspor milik PT Aneka Tambang Tbk. Meskipun
pada akhirnya peristiwa pembajakan tersebut dapat diatasi dalam suatu operasi militer oleh
satgas Merah Putih tanpa jatuhnya korban jiwa namun pemilik kapal juga harus membayar
uang tebusa uyang nilainya tidak sedikit. Nilai uang tebusan yang dibayar untuk
membebaskan kapal MV Sinar Kudus yang dibajak perompak Somalia mencapai lebih dari
4,5 juta dollar AS atau sekitar Rp 40 miliar. Demikian diungkapkan Direktur Utama PT
Samudera Indonesia David Batubara di Jakarta, Minggu (Kompas, 01 Mei 2011).
Dalam peristiwa lain, siaran pers PT Pelindo II menyebutkan bahwa angin kencang
yang melanda Ibu Kota pada hari Kamis, 10 januari 2013 telah mengakibatkan robohnya 27
kontainer yang ada di lapangan penumpukan 210 Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok.
Pada saat itu, kontainer yang sedang dalam kondisi menunggu proses bongkar muat, roboh
terkena angin kencang. Kerusakan yang terjadi tentu saja menimbulkan kerugian kepada
para pihak yang terkait dengan kepemilikan barang.
1
Gambar 1.
Peristiwa Musibah Perdagangan
Sumber: Bahan Ajar TPI, Surono, 2012
Dari kedua peristiwa tersebut timbul pertanyaan, siapa yang harus bertanggung jawab
maupun yang menanggung risiko musibah yang terjadi. Sebagian Anda mungkin
berpendapat, pihak asuransi yang seharusnya menanggung beban kerugian kerusakan
barang yang diperdagangkan. Sebagian lagi berpendapat bahwa seharusnya pihak importir
yang bertanggung jawab karena peristiwa musibah terjadi setelah barang ke luar dari
wilayah suatu negara. Ternyata, semua jawaban tersebut, salah ! Lalu siapa yang harus
bertanggung jawab? Risiko yang terjadi selama proses pengiriman barang sangat
tergantung kepada isi kesepakatan kontrak perdagangan. Disinilah pentingnya kita
memahami konteks pengertian terms of delivery dalam kontrak perdagangan internasional.
Aturan khusus yang banyak dipakai sebagai referensi yang mengatur terms of delivery
adalah International Commercial Terms (Incoterms 2010).
Pengertian Incoterms
Incoterms merupakan seperangkat peraturan yang dibuat untuk menyeragamkan
penafsiran persyaratan perdagangan yang menetapkan hak dan kewajiban pembeli dan
penjual dalam mekanisme penyerahan barang. Incoterms adalah aturan kesepakatan
swasta yang disusun oleh International Chamber of Commerce (ICC). Mengingat Incoterms
bukan merupakan instrumen hukum publik (laws) maka sifat dasar penggunaan Incoterms
adalah “sukarela”. Maksudnya adalah bahwa pengaturan syarat penyerahan barang dalam
suatu transaksi perdagangan internasional tidaklah wajib menggunakan referensi Incoterms.
2
Oleh karenanya pencantuman klausul Incoterms secara tegas dalam kontrak perdagangan
sangat diperlukan.
Secara historis, keberadaan Incoterms sudah cukup lama memberikan kontribusi
positif bagi praktek perdagangan internasional. Pertama kali diimplementasikan tahun 1936
dan setiap dekade dilakukan evaluasi maupun perubahan dalam rangka mengadopsi
praktek-praktek
perdagangan
yang
semakin
berkembang.
Edisi
termutakhir
diimplementasikan sejak tanggal 01 Januari 2011, yang dikenal dengan nama Incoterms
2010.
Hal-hal Yang Diatur Dalam Incoterms
Ada tiga hal mendasar yang diatur dalam Incoterms yang menyangkut hak dan
kewajiban antara penjual dan pembeli dalam transaksi perdagangan. Klausul-klausul
dalama Incoterms mengatur :
1)
Pembagian risiko antara penjual dan pembeli (risk).
2)
Pembagian beban biaya pengantaran barang (cost).
3)
Pembagian tanggung jawab pengurusan selama pengantaran (responsibilities).
Klausul-klausul penyerahan barang disajikan dalam bentuk yang memungkinkan penjual
dan pembeli mengikuti langkah demi langkah dalam menentukan tanggung jawab mereka
masing-masing.
Pembagian risiko dalam Incoterms 2010 dimaksudkan untuk memberikan kepastian,
pihak mana yang harus bertanggung jawab atas risiko yang terjadi dalam pengangkutan
setelah titik tertentu yang dinyatakan dalam klausul kontrak. Ini artinya bahwa klausul
kontrak harus memastikan dengan tegas suatu tempat atau lokasi tertentu yang menjadi titik
peralihan risiko perdagangan. Sebagai contoh:

apabila dalam suatu transaksi impor oleh Importir di Jakarta dengan eksportir dari
China. Kesepakatan kontrak memilih terms “DDP kawasan pergudangan, Cakung,
Jakarta Utara”. Maka hal ini mengandung arti bahwa peralihan risiko perdagangan
beralih dari penjual kepada pembeli berada di lokasi kawasan pergudangan Cakung di
Jakarta.

apabila dalam kesepakatan sales contract antara eksportir dari Singapore dengan
importir di Jakarta memilih terms “CIF Tanjung Priok Port, Jakarta”. Dalam kondisi ini
harus berhati-hati memahaminya. Titik peralihan risiko perdagangan tidak terjadi di
pelabuhan Tanjung Priok, melainkan di pelabuhan Singapore, ketika barang
sepenuhnya telah dimuat (on board) di atas kapal yang siap untuk berangkat. Titik
peralihan risiko klausul CIF memiliki kesamaan dengan terms CFR dan FOB.
3
Pembagian beban biaya pengangkutan barang mengandung makna sebagai peralihan
beban kewajiban untuk menanggung segala ongkos maupun biaya perjalanan barang
hingga suatu titik tertentu sebagaimana disebutkan dalam terms Incoterms yang dipilih. Titik
peralihan cost untuk beberapa terms memiliki kesamaan (berhimpitan) dengan titik peralihan
risiko, antara lain: exwork (EXW), free carrier (FCA), free a longside ship (FAS),
free on
board (FOB), delivery at place (DAP), delivery at terminal (DAT) dan delivery duty paid
(DDP). Untuk melihat gambaran lengkap tanggung jawab biaya apa saja yang menjadi
beban untuk masing-masing pihak dapat dilihat dalam tabel 2 berikut.
Gambar 2
Tanggung Jawab Biaya Dalam Incoterms 2010
Sumber: Global Services.Inc., 2012
Untuk membaca tabel biaya ini dapat penulis contohkan terhadap salah satu terms,
misalnya terms CIP. Asumsi titik penyebutannya adalah CIP Kawasan pergudangan di
pelabuhan tujuan. Dalam terms CIP ini, maka biaya-biaya yang menjadi tanggung jawab
eksportir (penjual) meliputi:

export packing, biaya-biaya pengepakan barang ekspor

export clearence, license and other authorizations (biaya pengurusan formalitas ekspor,
ijin-ijin ekspor maupun bentuk-bentuk kewajiban formal dari pemerintah)
4

inland freight (ongkos pengangkutan transportasi di darat, dari lokasi penjual hingga ke
pelabuhan/terminal)

loading charges and terminal charges (biaya pemuatan barang termasuk biaya
penanganan di pelabuhan keberangkatan)

freight
(ongkos
angkut
perjalanan
utama
barang,
lazimnya
dari
pelabuhan
keberangkatan hingga sampai ke pelabuhan tujuan)

Insurance (premi asuransi pengangkutan utama dalam jumlah minimum cover, kecuali
diperjanjikan lain)

Destination Arrival Charges (biaya-biaya penanganan kapal di pelabuhan kedatangan,
namun tidak termasuk biaya bongkar)
Kemudian, tanggung jawab penjual akan mencakup biaya-biaya :

Unloading charges (biaya pembongkaran barang dari sarana pengangkut utama).

Import customs clearence (biaya penyelesaian formalitas pabean impor, seperti jasa
PPJK, pengurusan lisensi impor, dan lain-lain)

Duty and Taxes (pungutan bea masuk dan pajak-pajak dalam rangka impor).

Delivery to destination (ongkos pengangkutan darat hingga sampai ke tempat tujuan
importir).
Penjelasan berikutnya yang menyangkut pembagian tanggung jawab pengurusan
berkaitan dengan pengangkutan barang. Perjalanan barang dari tempat eksportir ke tempat
importir tentu saja melibatkan banyak pihak ketiga, seperti: pihak pengangkut, otoritas
pemerintah, surveyor, broker perdagangan, pihak asuransi, dan lain-lain. Dengan
pengaturan siapa pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan pengurusan yang
diperlukan untuk proses pengangkutan barang tentu saja akan memberikan jaminan
kepastian. Sebagai contoh: dalam FCA, kewajiban untuk mengurus formalitas ekspor
barang tetap berada di tangan penjual, meskipun peralihan risiko dan biaya telah terjadi di
suatu titik sebelum barang tersebut sampai di pelabuhan keberangkatan.
Pembagian Terminologi Dalam Incoterms 2010
Incoterms 2010 merupakan bentuk penyesuaian terhadap Incoterms versi tahun 2000
sejalan dengan perkembangan dunia perdagangan dan juga perkembangan teknologi.
Pembagian klausul persyaratan penyerahan barang dalam Incoterms2010 terbagi menjadi
dua kriteria, yaitu:
 Kelompok terminologi yang berlaku untuk semua moda transportasi (Rules for any
mode or modes of Transport)
 Kelompok terminologi yang berlaku untuk angkutan laut dan sungai saja (Rules for Sea
and Inland Waterways Transportation)
5
Gambar 3.
Sistematika Incoterms 2010
Sumber: Bahan Ajar TPI, Surono, 2012
Pengertian rules for any mode transport ini mengandung makna bahwa terminologi
Incoterms dapat diimplementasikan untuk seluruh kategori media pengangkutan, baik
angkutan laut, sungai, udara, kereta api maupun angkutan darat lainnya. Dalam Incoterms
2010, terms of delivery yang tergolong dalam kelompok ini adalah: EXW, FCA, carriage
paid to (CPT), carriage and insurance paid to (CIP); DAT, DAP dan DDP.
Pengertian rules for sea and inland waterways transport ini mengandung makna
bahwa terminologi Incoterms ini hanya dapat diimplementasikan untuk kategori media
pengangkutan laut dan sungai saja. Dalam Incoterms 2010, terms of delivery yang tergolong
dalam kelompok ini adalah: free alongside ships (FAS); free on board (FOB); cost and
freight (CFR); dan cost, insurance and freight (CIF). Dalam beberapa kasus yang terjadi di
lapangan, ternyata masih banyak penggunaan terminologi FOB, CFR maupun CIF meskipun
proses pengagkutan barang menggunakan sarana transportasi udara. Untuk kasus-kasus
seperti ini tentu saja referensi terms yang dipakai tidaklah tepat sehingga apabila terjadi
sengketa (dispute) dalam transaksi perdagangan para pihak yang bertransaksi tidak dapat
menggunakan referensi Incoterms untuk penyelesaian permasalahannya.
Struktur lengkap Incoterms 2010 dan ringkasan detil mengenai titik peralihan risiko dan
tanggung jawab biaya dalam proses pengangkutan barang dapat dilihat dalam gambar 3
berikut.
6
Gambar 3
INCOTERMS 2010
Sumber: www.exportvirginia.org
Cara membaca tabel Incoterms2010 ini dapat penulis ilustrasikan dalam salah satu
contoh berikut. Garis horizontal yang digambarkan dengan warna yang lebih terang
menggambarkan garis risiko, sehingga ujung garis ini mencerminkan titik peralihan risiko
atas barang. Garis horizontal yang berwarna gelap menggambarkan garis pertanggungan
biaya, sehingga ujung garis ini mencerminkan titik peralihan tanggung jawab biaya
pengantaran barang. Dengan demikian untuk terms CFR, dapat diterjemahkan bahwa titik
peralihan risiko pengantaran barang berada di area pelabuhan keberangkatan, tepatnya
ketika barang telah berada (onboard) di atas kapal. Sedangkan titik peralihan biaya masih
lebih maju lagi dari daris risiko tersebut, yaitu berakhir di pelabuhan tujuan. Pengertiannya
bahwa dalam terms CFR meskipun risiko telah beralih dari penjual kepada pembeli ketika
barang telah dimuat di atas kapal akan tetapi tanggung jawab penjual harus menanggung
ongkos angkut (freight) hingga ke pelabuhan tujuan.
Konsekuensi Terhadap Penggunaan Incoterms
Apabila dalam suatu sales contract digunakan pedoman penyerahan barang yang
mengacu pada Incoterms, maka harus diperhatikan konsekuensi yang timbul dari
7
penggunaan terminologi Incoterms. Moerjono (1993) memberikan penjelasan terhadap halhal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan terminologi Incoterms.
1)
Sekalipun sales contract dapat disusun dengan kalimat yang lengkap, namun untuk
menghindari kemungkinan terjadinya sengketa, tetap diperlukan adanya penunjukan
terhadap pedoman yang telah bersifat universal, semacam Incoterms tersebut. Hal ini
akan memudahkan penafsiran, karena pedoman Incoterms telah diadopsi dan
digunakan secara universal.
2)
Bahwa ketentuan terminologi Incoterms yang dibuat secara jelas dalam suatu perjanjian
akan menghapuskan ketentuan Incoterms yang bersifat umum. Sebagai contoh, apabila
dalam kontrak dinyatakan “CIF Incoterms 2000 with all
risk insurance” . Hal ini
mengandung pengertian bahwa ketentuan kontrak tunduk pada klausul CIF Incoterms
2000 dengan perluasan tanggung jawab dari sisi asuransi. Meskipun edisi terbaru
Incoterms 2010 telah terbit, namun perjanjian kontrak tetap harus berpedoman pada
Incoterms 2000.
3)
Suatu perjanjian kontrak hendaknya tidak hanya menggantungkan pada referensi
Incoterms semata. Hal ini karena Incoterms hanya mengatur hal-hal yang menyangkut
syarat penyerahan barang semata, khususnya tanggung jawab biaya dan risiko
pengangkutan barang. Hal-hal yang menyangkut ketentuan-ketentuan
pelanggaran
terhadap sales contract, kesulitan penetapan pemilikan barang tidak dicover oleh
Incoterms.
4)
Ketentuan terms of delivery Incoterms yang paling baik bagi suatu pihak tidaklah diukur
dari keberhasilan menggeser kewajiban kepada pihak lain. Faktor-faktor risiko, biaya,
situasi dan kondisi, serta ketentuan yang berlaku di suatu negara turut menentukan
pilihan atas terminologi delivery yang paling sesuai. Sebagai contoh:
 Kondisi pasar yang bersaing menghendaki harga yang kompetitif. Agar tidak
membebani buyer, maka delivery cost sebaiknya harus menjadi bagian dari harga
jual seller.
 Eksportir besar dengan volume ekspor yang reguler memiliki peluang untuk menekan
biaya asuransi dan freight. Pilihan terms of delivery yang paling baik bagi eksportir
adalah yang dapat memaksimalkan tanggung jawab terhadap delivery cost.
 Dalam memilih terms of delivery, buyer dan seller harus mempertimbangkan risikorisiko seperti kehilangan, kerusakan, biaya tak terduga (demurrage dan detention),
situasi politk dan keamanan, dan lain-lain.
8
Simpulan

Incoterms merupakan seperangkat peraturan yang dibuat untuk menyeragamkan
penafsiran persyaratan perdagangan yang menetapkan hak dan kewajiban pembeli
dan penjual dalam mekanisme penyerahan barang. Sifat penggunaannya adalah
sukarela.

Tiga hal penting yang diatur dalam Incoterms yang meliputi: titik peralihan risiko (risk),
titik peralihan tanggung jawab biaya pengantaran (cost) dan titik peralihan tanggung
jawab pengurusan (responsibilities).

Pembagian risiko dalam Incoterms 2010 dimaksudkan untuk memberikan kepastian,
pihak mana yang harus bertanggung jawab setelah titik tertentu yang dinyatakan
dalam klausul kontrak.

Pembagian beban biaya pengangkutan barang mengandung makna sebagai peralihan
beban kewajiban untuk menanggung segala ongkos maupun biaya perjalanan barang
hingga suatu titik tertentu sebagaimana disebutkan dalam terms Incoterms yang
dipilih.

Peralihan tanggung jawab pengurusan dimaksudkan untuk memberikan kepastian,
siapa pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan pengurusan yang diperlukan
untuk proses pengangkutan barang.

Pembagian klausul persyaratan penyerahan barang dalam Incoterms2010 terbagi
menjadi dua kriteria, yaitu: Kelompok terminologi yang berlaku untuk semua moda
transportasi (rules for any mode or modes of transport). Terminologi ini meliputi:
EXW, FCA, FAS, CPT, CIP, DAT, DAP dan DDP. Kemudian yang kedua yaitu
kelompok terminologi yang berlaku untuk angkutan laut dan sungai saja (rules for Sea
and inland waterways transportation), meliputi: FOB, FAS, CFR dan CIF.
Referensi
1. ICC. Incoterms 2010, Edisi Bahasa Inggris dan Indonesia. Jakarta: ICC Publication
No.715E
2. Moerjono, Agoes. 1993. Melangkah Menuju Ekspor: Buku 1. Edisi ke-1. Jakarta: LPPM
3. Surono. Modul Transaksi Perdagangan Internasional. 2012. Jakarta: Pusdiklat Bea dan
Cukai
9
Download