SEKOLAH SEBAGAI MEDIA PENCITRAAN DIRI SISWI DI

advertisement
SEKOLAH SEBAGAI MEDIA PENCITRAAN DIRI SISWI DI KABUPATEN
BINTAN
Naskah Publikasi
Oleh
IOMI ASFANALIA SOULANICK
NIM: 100569201022
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2016
1
SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi mahasiswa yang disebut dibawah ini:
Nama
: Iomi Asfanalia Soulanick
NIM
: 100569201022
Jurusan/Prodi : Sosiologi
Alamat
: Jl. Mantang Perumnas Seijang
Nomor TELP : 085287446800
Email
: [email protected]
Judul Naskah : Sekolah Sebagai Media Pencitraan Diri Siswi Di Kabupaten Bintan
Menyatakan bahwa judul tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis naskah ilmiah dan untuk dapat
diterbitkan.
Tanjungpinang, 8 Agustus 2016
Yang menyatakan,
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Siti Arieta, M.A
NIP. 198304062015042002
Nanik Rahmawati, M.Si
NIDN. 1013048002
1
ABSTRAK
Sekolah merupakan sebuah lembaga tempat menimba ilmu dan pengetahuan juga
dituntut untuk membentuk kepribadian siswa. Seiring perkembangan zaman sekolah tidak
hanya menjadi tempat menuntut ilmu tetapi juga sebagai media pencitraan diri siswa. Fungsi
citraan diri di sekolah salah satunya adalah para siswa menjadikan sekolah sebagai catwalk.
sekolah sering dijadikan ajang para siswa untuk berekspresi menunjukkan penampilan diri
dengan sebaik-baiknya, selain menuntut ilmu. Hal tersebut mereka dapatkan dari melihat,
meniru dan mengadopsi dari berbagai sinetron remaja yang sering mereka tonton. Pencitraan
diri dapat dilihat dari apa yang dikenakan, diucapkan dan saat berinteraksi dengan temantemannya ketika di sekolah. Sehingga penelitian ini difokuskan pada rumusan masalah yaitu:
Bagaimana siswi SMAN 2 Bintan menjadikan sekolah sebagai media pencitraan dirinya.
Pencitraan diri menggunakan teori dari Erving Goffman yaitu Dramaturgi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana siswi SMAN 2 Bintan
menjadikan sekolah sebagai media pencitraan dirinya. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan pedoman wawancara (interview guide), dan dokumentasi. Analisa data
mengunakan model Miles dan Huberman yaitu reduksi data, penyajian data, kesimpulan, dan
verifikasi data.
Adapun hasil yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa sekolah terbukti menjadi
media pencitraan diri bagi para siswi di SMAN 2 Bintan. Hal tersebut didukung oleh
penemuan dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan berdasarkan teori dramaturgi.
Pencitraan diri siswi di sekolah ditampilkan dengan barang-barang yang digunakan seperti
aksesoris terkini, gaya berpakaian dan gaya berbicara. Pada bagaian depan (front stage) siswi
menampilalkan diri dengan sebaik-baiknya dan menutupi bagian belakang panggungnya
sedangkan pada belakang panggung (back stage) siswi menjadi dirinya sendiri dan
mempersiapkan penampilan diri yang akan ditampilkan ketika di sekolah.
Kata Kunci: Pencitraan Diri
2
ABSTRACT
School is a place to gain knowledge institutions and knowledge are also required to
establish the personality of students. As the development of the times school is not only a
place to study but also as imaging media students. The images themselves at school functions
one of which is that the students make the school as the catwalk. School often made the event
the students show the appearance of self expression with the best, in addition to studying.
That they get from seeing, imitate, and then adopted from various soap operas that often they
watched. Self-image can be seen from what is charged, pronounced and when interacting
with his friends at school. So this research is focused on the formulation of the problem is:
How SMAN 2 Bintan making the school as imaging media itself. Self-image using the theory
of Erving Goffman is dramaturgy.
The purpose of this study was to determine how SMAN 2 Bintan making the school as
imaging media itself. This study uses qualitative research methods and descriptive. The data
collection is done by using the interview guidelines (interview guide), and documentation.
Analysis of data using models Miles and Huberman of data reduction, data presentation,
conclusions, and verification of data.
The results obtained from this study is that the school proved to be a self-image media
for female students at SMAN 2 Bintan. This is supported by findings from interviews and
observations made by the theory of dramaturgy. Students in the school self-image is
displayed with items that are used as the latest accessories, style of dress and style of
speaking. In this part of the front (front stage) displays students themselves as well as
possible and cover the back of the stage while the backstage (back stage) students be
themselves and prepare personal appearance that will be displayed when in school.
Keyword: self-image
3
sekolah mentransmisi kebudayaan, sekolah
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
membentuk manusia yang sosial, sekolah
merupakan
Sekolah adalah sebuah lembaga
alat
kebudayaan
yang dirancang untuk pengajaran siswa di
menxtransformasikan
dan
lain
sebagainya
(Nasution, 2004: 14).
bawah pengawasan pendidik atau guru.
Seiring
Sebagian besar negara memiliki sistem
sekolah
pendidikan formal, yang umumnya wajib
kemajuan
setelah
mendapatkan
pada dirinya. Simbol-simbol tersebut dapat
dengan pukul dua siang, bahkan ada yang
berupa produk-produk modernitas. Dari
sampai pukul lima sore jika ada kegiatan
mengkonsumsi dan menggunakan produk-
seperti ekstrakulikuler di sekolah. Selain
produk modernitas didalam interaksinya
itu sekolah berfungsi mempersiapkan anak
sehari-hari,
sekolah
salah
membuka kesempatan memperbaiki nasib,
memecahkan
sekolah
satunya
menjadikan
tenaga
seseorang
dapat
adalah
sekolah
para
sebagai
siswa
catwalk.
Sekolah sering dijadikan ajang para siswa
membantu
masalah-masalah
citra
terbentuk. Fungsi citraan diri di sekolah
memberikan keterampilan dasar, sekolah
pembangunan,
ataupun
seseorang memperbanyak simbol-simbol
sekolah dari pukul tujuh pagi sampai
menyediakan
perhatian
penghargaan dari orang lain, untuk itu
waktunya. Pada umumnya, siswa berada di
sekolah
media
sebuah citra dirinya dimaksudkan untuk
dimana siswa menghabiskan sebagian
pekerjaan,
sebagai
Pada dasarnya seseorang membangun
142). Sekolah juga merupakan tempat
suatu
hanya
pencitraan diri siswa ketika di sekolah.
melalui
proses pembelajaran (Idi, Abdullah, 2011 :
untuk
tidak
zaman,
pendidikan tetapi juga sebagai media
dalam upaya menciptakan anak didik agar
mengalami
perkembangan
berekspresi menunjukkan penampilan diri
sosial,
4
dengan sebaik-baiknya, selain menuntut
menceritakan
ilmu. Kehidupan para siswa di sekolah
remaja sekolah menengah atas, mulai dari
menengah
kisah
atas
dari
dahulu
hingga
warna-warni
percintaan,
kehidupan
persahabatan,
sekarang identik dengan persaingan antar
perkelahian,
sesama geng, mulai dari yang paling eksis,
peraturan sekolah, memerkan gaya hidup
saling mendahului mengikuti tren seperti
konsumtif yang mewah seperti ke sekolah
idola
dengan
dalam
penampilan
atau
saling
kekerasan,
menggunakan
melanggar
mobil,
bersaing untuk menjadi primadona dan
sport,gonta-ganti
gaya pacaran. Dalam sinetron proses
sebagainya. Hal yang seperti ini banyak di
belajar mengajar jarang ditampilkan, tetapi
tiru oleh para siswa sekolah menengah atas
sebaliknya
dalam
sekolah
menjadi
tempat
gadget
motor
sehari-hari
ketika
dan
di
lain
sekolah.
mengumbar cinta, balas dendam, iri hati,
Seharusnya siswa mempunyai rasa percaya
bukan tempat para siswa untuk menimba
diri menjadi diri sendiri agar tidak
ilmu dan bersosialisasi.
kehilangan jati dirinya. Namun pada
kenyataannya siswa tidak memiliki rasa
Hal tersebut mereka dapatkan dari
percaya diri sehingga kehilangan jati diri
melihat, meniru dan kemudian mengadopsi
karena ingin mengikuti tren yang ada yang
dari berbagai sinetron remaja yang sering
mereka
tonton.Sinetron
atau
ditiru dan diadopsi dari berbagai sinetron
Sinema
remaja yang sering mereka tonton.
Elekronika saat ini merupakan salah satu
hiburan
yang
diminati
masyarakat
Terdapat 5 sinetron remaja yang
termasuk kaum siswa. Karena selain tidak
menceritakan
memerlukan biaya, juga sangat mudah
sekolah. Sinetron remaja tersebut tayang di
untuk menikmatinya. Dewasa ini, banyak
luar jam atau aktifitas sekolah para siswa,
sinetron
sehingga berpeluang bagi kaum siswa
yang
tayang
di
televisi
5
kehidupan
remaja
di
untuk menonton dan mengikuti alur cerita
menuju tingkat Nasional dengan berbagai
dari
tonton
prestasinya. Sekolah Adiwiyata adalah
fenomena
sekolah yang berbasis peduli terhadap
kehidupan remaja yang ada di sinetron
lingkungan yang bersih, hijau, sehat, indah
tergambar dalam kehidupan nyata para
dan rindang. Letak sekolah SMAN 2
siswa ketika di sekolah, salah satunya pada
Bintan cukup jauh dari daerah kota dan
pelajar SMAN 2 Bintan. Peneliti melihat
tidak ada transportasi umum yang dapat
adanya kecenderungan para siswa SMAN
diakses selain kendaraan pribadi dan bus
2
yang
sekolah. Sekolah yang pada dasarnya
ditayangkan sinetron di televisi. Seperti
adalah tempat untuk menimba ilmu dan
adanya siswa yang ke sekolah dengan
bersosialisasi
meniru kebiasaan-kebiasan tokoh yang
namun di jaman yang semakin modern,
diidolakannya dalam sinetron. Seperti
kemajuan iptek yang semakin canggih,
meniru cara berbicara atau bahasa yang
sekolah juga menjadi mediapencitraan diri
digunakan, gaya rambut, model jilbab,
siswa ketika di sekolah sebagai penunjang
baju seragam yang junkis, baju seragam
hidup agar diterima dilingkungannya.
sinetron
yang
tersebut.Peneliti
Bintan
yang
mereka
melihat,
meniru
apa
yang tidak di masukkan, model tas terbaru,
dengan
warga
sekolah,
Peneliti berasumsi bahwa, dari 108
sepatu dan aksesoris sebagai pelengkap
siswa kelas XI ada yang ke sekolah hanya
untuk penampilan dirinya.
untuk bergaya dan menjadikan sekolah
SMAN 2 Bintan merupakan satu-
sebagai media pencitraan dirinya saat
satunya sekolah menengah atas yang
berinteraksi dengan teman-teman dalam
terdapat di Kecamatan Topaya, Kawal,
sehari-hari ketika di sekolah, sama seperti
Kabupaten Bintan. SMAN 2 Bintan juga
sinetron yang menceritakan kehidupan
merupakan
siswa
sekolah
Adiwiyata
yang
6
ketika
di
sekolah.
Peneliti
memfokuskan penelitian kepada siswa
lakonnya
kelas XI IPS, karena peneliti melihat
panggung depan. Pada belakang panggung
fenomena ini terjadi pada siswa kelas XI
ini, para siswa tidak perlu bertingkah laku
IPS
menampilkan
atau bersandiwara, karena back stage
pencitraan dirinya ketika di sekolah.
adalah situasi yang bersifat pribadi dimana
Pencitraan diri siswa di sekolah berkaitan
penonton tidak perlu menyaksikan aktifitas
dengan Teori Dramaturgi Erving Goffman
pribadinya.
yang
cenderung
seorang tokoh sosiologi lulusan dari
siswi
Goffman mengibaratkan kehidupan ini
peran
tetap
yang
untuk
masing-masing
berjalan
mengekspresiakan
mengetahui
lebih
lanjut
mengenai
“Sekolah sebagai Media Pencitraan Diri
stage) para siswa untuk menampilkan
Siswi di Kabupaten Bintan”.
yang
B.
sedang dijalankannya. Di luar sekolah,
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
seperti di rumah (back stage) ini adalah
telah
tempat dimana para siswa memainkan
sesungguhnya
dirinya.
untuk dilakukan. Karena peneliti ingin
Sekolah sebagai panggung (front
yang
dalam
diuraikan di atas, penelitian ini penting
(Poloma,
dirinya dalam menjalani peran
berlomba-lomba
Berangkat dari fenomena yang telah
2007: 229).
peran
untuk
merupakan rumah kedua bagi para siswi
berusaha menampilkan yang terbaik agar
pertunjukkan
pada
menampilkan dirinya. Karena sekolah
seperti panggung sandiwara dimana tiap
mempunyai
ditampilkan
Sekolah sebagai catwalk bagi para
Universitas Chicago, Amerika Serikat.
individu diibaratkan sebagai aktor
untuk
diuraikan,
maka
peneliti
dapat
merumuskan masalah, yaitu : Bagaimana
dalam
siswi SMAN 2 Bintan menjadikan
kehidupan mereka dan mempersiapkan
7
sekolah
sebagai
media
pencitraan
b. Secara teoritis
Penelitian ini juga diharapkan dapat
dirinya?
C.
menjadi acuan informasi dalam
Tujuan Penelitian
penelitian-penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian
ini
dengan
untuk
Bintan
menjadikan
permasalahan
penelitian
yang sama serta menjadi refrerensi
mengetahui bagaimana siswi SMAN
2
berikutnya
pustaka bagi pemenuhan kebutuhan
sekolah
penelitian
sebagai media pencitraan dirinya.
lanjutan
terutama
pengembangan keilmuan di bidang
2. Kegunaan penelitian
Sosiologi.
a. Secara Praktis
D.
Konsep Operasional
Dilihat dari kegunaan penelitian
secara
praktis
penelitian
Agar mencapai realitas dalam hasil
ini
penelitian secara empiris, maka konsep
diharapkan dapat memberikan ilmu
pengetahuan
dan
yang masih abstrak perlu dioperasionalkan
informasi
untuk
mengenai sekolah sebagai media
benar-benar
menyentuh
permasalahan penelitian yang akan diteliti.
pencitraan diri siswi di SMAN 2
Konsep-konsep
Bintan, bahan masukan bagi instansi
tersebut
terkait pada pelajar di SMAN 2
perlu
yang
dioperasionalkan
dilakukan
guna
mempermudah proses penelitian, adapun
Bintan, sumbangan pemikiran bagi
konsep
para orang tua dan masyarakat
yang
dioperasionalkan
dari
Sekolah Sebagai Media Pencitraan Diri
terhadap siswa pelajar sekolah di
Siswa Kabupaten Bintan sebagai berikut:
Kabupaten Bintan.
8
siswi, seperti kelas, kantin,
a. Dramaturgi
Dalam
halaman
sekolah
sebagai
panggung depan (front stage dan
situasi
dimana
siswi
panggung belakang (back stage).
melakoni perannya.
1.
dramaturgi
terdapat
c.
Sekolah sebagai panggung
sandiwara
siswi,
salah
siswi,
yaitu
yaitu
tingkah
lakunya
dengan
sesuai
yang
mengenalkan
siswi
sebagai
aktor
seperti seragam sekolah,
tas, sepatu, jilbab yang
ketika berinteraksi dengan
sebagai
penonton.
digunakan
ketika
bersekolah
sehingga
terlihat modis.
b. Seting, yaitu ruang lingkup
yang
jenis
barang
siswi
peroleh siswi sebagai aktor
sekolah
berbagai
mengenai status sosial
harapan penonton yang di
teman-temannya
siswi
1. Penampilan yang modis,
empat
mengarahkan
depan
yaitu:
ini
bagian, yaitu:
a. Diri
olshop.
terbagi menjadi dua bagian,
teman-temannya. Di dalam
menjadi
satunya
Penampilan
pencitraan diri di depan
terbagi
siswi,
dibeli di temapat langganan,
para siswi untuk melakukan
sandiwara
depan
yaitu barang aksesoris yang
yaitu
bagian depan pertunjukkan
panggung
Penampilan
2. Peran
dijadikan
siswi
pencitraan
panggung sandiwara para
diri,
dalam
yaitu
gaya yang diperankan
9
siswi
dalam
pertunjukkan
panggung depan. Bagian
yang
belakang
panggung
sedang berlangsung di
berlawan
dengan
sekolah.
karena
d. Menyembunyikan
self
self
menyembunyikan
ini
,
selalu
hal-hal
penampilan,
yaitu
siswi
negatif dalam kehidupannya
terkadang
memistikkan
yang berlawanan dengan
penampilannya
dengan
peran yang dijalankan.
membatasi kontak, menjaga
jarak
dengan
teman-
demi
menjaga
temannya
kekaguman
pada
b. Pencitraan Diri
Pencitraan diri, yaitu cara siswi
dirinya
membentuk
sebagai aktor.
kesan
gambaran
mengenai dirinya dengan orang
2. Bagian
belakang
lain berdasarkan benda yang ia
pertunjukkan, yaitu bagian
gunakan ketika berada di sekolah
yang berada di luar sekolah
untuk menampilkan dirinya. Benda
yang
yang dimaksud dalam penelitian ini
sebagai
panggung
pertunjukkan. Pada bagian
seperti
inilah tempat dimana para
aksesoris yang dipakai siswi kelas
siswi
XI IPS.
menjadi
dirinya
sendiri karena tidak perlu
berperan
berada
seperti
di
E.
ketika
sekolah
di
tampilkan
tangan,
tas
dan
Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
dan
Jenis penelitian yang dilakukan
mempersiapkan segala hal
untuk
jam
peneliti adalah kualitatif dengan tipe
di
10
deskriptif. Deskriptif dalam penelitian
data,
kualitatif adalah prosedur penelitian
Alasan peneliti menggunakan jenis
berdasarkan
penelitian ini adalah agar peneliti dapat
data
deskriptif,
yaitu
serta
menginterpretasikannya.
berupa lisan atau kata tertulis dari
menjelaskan
seseorang subjek yang telah diamati
mengenai fenomena sekolah sebagai
dan memiliki karakteristik bahwa data
media pencitraan diri siswa yang
yang diberikan merupakan data asli
terjadi pada siswa perempuan kelas XI
yang tidak diubah serta menggunakan
IPS di SMAN 2 Bintan. Dalam
cara
penelitian
yang
sistematis
dan
dapat
secara
ini,
mendalam
peneliti
akan
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
memperoleh data dari informan yang
Menurut
(2006:11),
merupakan siswi SMAN 2 Bintan
penelitian deskriptif adalah penelitian
langsung, yang disini sebagai subjek
yang dilakukan untuk
penelitian.
Sugiyono
mengetahui
variabel mandiri, baik satu variabel
atau
lebih
membuat
Lokasi penelitian adalah tempat
menghubungkan
di mana penelitian akan dilakukan.
antara satu variabel dengan variabel
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten
lain. Selanjutnya Sugiyono (2006:14)
Bintan, yang salah satunya terdapat
berpendapat “Data kualitatif adalah
sekolah menengah atas yaitu, SMAN 2
data yang berbentuk kata, kalimat,
Kabupaten Bintan. Pemilihan lokasi ini
skema dan gambar.”
didasarkan pertimbangan, yakni karena
perbandingan
tanpa
2. Lokasi Penelitian
atau
Penelitian jenis ini memberikan
gambaran
tertentu
yang
dengan
fakta
dengan
mengumpulkan
data,
SMAN 2 Bintan merupakan salah satu
berkaitan
SMA di wilayah yang berada jauh dari
jalan
kota, satu-satunya SMA yang berada di
menganalisis
daerah pesisir (bagian kawal, trikora,
11
berakit), terletak di kabupaten yang
Tabel 6
Data Primer
kebanyakan pelajarnya berasal dari
kalangan
menengah
Banyaknya
pelajar
dan
bawah.
SMAN
2
N
o.
Data
Primer
Pertanyaan
Inform
an
1.
Front
stage
Mengenai
self,
penampilan
, gaya dan
mistifikasi
Aprilia
, Rian,
Devi,
Anita
dan
Rhea
Back
Stage
Mengenai
kegiatan di
luar jam
sekolah
Kabupaten Bintan yang cenderung
mengikuti
tren
perkotaan
salah
gaya
pelajar
satunya
di
seperti
2.
sinetron yang mereka tonton.
3. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang hanya
3.
dapat kita peroleh dari sumber asli
atau sumber pertama. Data primer
ini didapat secara langsung melalui
Mengenai
membentuk
Pencitr
kan kesan
aan Diri
terhadap
diri siswi
tanya jawab dengan informan yang
sudah ditentukan dalam penelitian
b. Data Sekunder
ini.
Data sekunder digunakan sebagai
Dalam
penelitian
yang
dilakukan peneliti ini, data awal
pendukung
atau data primernya diperoleh dari
sekunder diperoleh melalui buku-
siswa SMAN 2 Bintan. Data primer
buku,
ini meliputi data tentang pencitraan
dokumentasi.Data sekunder yang
diri siswa ketika berada di sekolah
diperoleh atau dikumpulkan oleh
yang dapat disajikan dalam bentuk
peneliti dari sumber-sumber yang
tabel di bawah ini :
telah ada atau data yang diambil
data
jurnal,
primer.Data
artikel,
serta
melalui keterangan atau informasi
12
yang diinginkan serta diperlukan
ditransferkan
untuk
atau
situasi sosial yang memiliki kesamaan
permasalahan yang akan diteliti.
dengan situasi sosial pada fenomena
Dalam penelitian ini, data sekunder
yang
diperoleh dari Guru mata pelajaran
penelitian kualitatif bukan dinamakan
yang di UN-kan dan staff tata usaha.
responden, tetapi sebagai narasumber,
Data
atau partisipan, informan, masyarakat
memperjelas
sekunder
data
tersebut
berupa
ketempat
dipelajari.
lain
Sampel
dalam
informasi mengenai nilai ulangan
dalam
harian siswa dalam mata pelajaran
penelitian
yang di UN-kan, data mengenai
disebut sampel statistik, tetapi sampel
jumlah siswa, pekerjaan orang tua
teoritis,
dan juga jurnal-jurnal penelitian
kualitatif adalah untuk menghasilkan
dengan kajian sosiologis mengenai
teori (Sugiyono, 2006:243)
teori dan konsep yang menjadi
penelitian.
pada
Sampel
dalam
juga
bukan
kualitatif,
karena
tujuan
Pengambilan
sampel
ini juga menjadi data sekunder
sebagai informan dalam penelitian ini
dalam penelitian ini.
dilakukan
sampling.
populasi,
Sugiyono
Tujuan pemilihan secara purposive
adalah untuk mendapatkan data yang
tertentu dan hasil kajiannya tidak akan
populasi,
Menurut
purposive
data dengan pertimbangan tertentu.
fenomena yang ada pada situasi sosial
ke
cara
teknik pengambilan sampel sumber
karena
penelitian kualitatif berangkat dari
diberlakukan
dengan
disebut
(2006:246), purposive sampling adalah
Dalam penelitian kualitatif tidak
menggunakan
selanjutnya
pemilihan
acuan dalam penyusunan penelitian
4. Populasi dan Sampel
yang
dan
penelitian
valid. Teknik ini biasanya dilakukan
tetapi
karena beberapa pertimbangan sesuai
13
dengan
topik
penelitian.
Peneliti
Dalam
melakukan
penelitian,
memilih subjek dan objek sebagai unit
teknik pengumpulan data merupakan
analisis,
faktor
karena
dalam
penelitian
penting
demi
keberhasilan
kualitatif yang ditekankan yaitu pada
penelitian. Hal ini berkaitan dengan
kualitas narasumber dan bukan pada
bagaimana cara mengumpulkan data,
kuantitas. Cara ini dipilih dengan
siapa sumbernya, dan apa alat yang
tujuan agar data yang diperoleh benar-
digunakan.
benar sampai pada titik jenuh. Dalam
pelaksanaannya, peneliti melakukan
penelitian ini, peneliti menetapkan
penelitian ini dengan menggunakan
informan berdasarkan kriteria yang
teknik sebagai berikut:
telah ditetapkan peneliti yang dianggap
dapat
memberikan
data.
Namun,
pada
a. Observasi
Informan
Observasi
adalah
cara
untuk
tersebut terdiri dari siswa perempuan
memperoleh data yang dilakukan
kelas XI IPS SMAN 2 Bintan. Adapun
dengan
kriteria yang telah ditetapkan peneliti
langsung
untuk menentukan jumlah informan
pengamatan terbuka dan melihat
tersebut adalah sebagai berikut: siswi
dari dekat keadaan objek yang
yang memakai aksesoris terkini yang
diteliti. Dalam penelitian ini,
di beli dari olshop langganannya antara
peneliti
lain, jam, tas, jilbab, yang mempunyai
partisipan yang artinya peneliti
geng
juga ikut terlibat dalam aktifitas
tersendiri
sekolah
dan
ketika
prestasi
berada
yang
di
tidak
siswa.
mengamati
atau
melakukan
Pada
secara
melakukan
observasi
penelitian
ini
mendukung dari penampilannya.
pelaksanaan
pengamatan
5. Teknik dan Alat Pengumpulan
dilakukan secara langsung di
lokasi penelitian dan mengamati
Data
14
aktifitas
dari
para
ssiswa
Silalahi
(2010:313),
disebut
perempuan kelas XI IPS SMAN
wawancara tak terstruktur sebab
2 Bintan. Peneliti mengamati
pewawancara
ketika mereka sedang di dalam
setting
kelas
sekuensi
mengikuti
proses
tidak
memiliki
wawancara
dengan
pertanyaan
yang
yang
akan
pembelajaran, istirahat ke kantin
direncanakan
bersama geng-nya. Peneliti juga
ditanyakan kepada responden.
mengamati
aksesoris
Dengan kata lain, pewawancara
yang digunakan ketika berada di
dalam wawancara tak terstruktur
sekolah.
secara khas hanya mempunyai
b. Wawancara
satu daftar tentang topik atau isu,
barang/
Wawancara
adalah
cara
yang sering dinamakan interview
memperoleh data di lapangan
guide. Selanjutnya Ulber Silalahi
melalui
(2010:314) berpendapat bahwa
tanya
jawab
secara
langsung dengan responden, di
“wawancara
mana peneliti menggunakan alat
dilakukan secara personal antara
bantu
peneliti
berupa
pedoman
tatap
muka
(pewawancara)
dan
wawancara agar lebih terarah
responden (yang diwawancara)”.
pada
penelitian.
Kedua
dilakukan
dipakai
fokus
Wawancara
dalam
yang
penelitian
wawancara
tak
wawancara
tatap
secara
ini
tipe
wawancara
peneliti
yang
dimaksudkan
adalah
agar peneliti dapat memperoleh
terstruktur,
data yang lebih dalam (deep
muka
dan
interview)
mendalam
mengenai
sekolah
sebagai media pencitraan diri
(deepinterview). Menurut Ulber
siswa.
15
Dalam
penelitian
ini
wawancara
dilakukan
secara
pertanyaan-pertanyaan atau kalimat logis
tatap muka dengan narasumber
yang
yang
ditentukan
penelitian.Analisa data kualitatif dilakukan
siswa
bila data empiris yang diperoleh yaitu
perempuan kelas XI SMAN 2
berupa kumpulan data-data yang telah
Bintan.
dikumpulkan
telah
sebelumnya,
yaitu
c. Dokumentasi
berupa
yang
Miles
dengan
perempuan
2
kelas
Bintan
menyangkut
dengan
XI
informasi
dan
Huberman
bersamaan, yaitu :
yang
1.
Reduksi data, yaitu suatu
bentuk
sebagai
proses
menajamkan,
salah satu teknik pengumpulan
dan
macam
dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara
masalah
penelitian.Dokumentasi
data
berbagai
(Silalahi,2010:339) kegiatan analisa terdiri
permasalahan peneliti yaitu foto
SMAN
dalam
masalah
dokumentasi.
foto/gambar
berkaitan
siswa
dengan
bentuk yaitu observasi, wawancara, dan
Merupakan data pendukung dari
penelitian
berkaitan
analisis
yang
menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang
melalui
tidak
pencarian dan penemuan bukti.
perlu,
pemusatan
F. Teknik Analisa Data
pemilihan,
perhatian
pada
penyederhanaan dan transformasi
Sesuai dengan jenis penelitian yang
dari catatan data yang diperoleh
digunakan berupa penelitian deskriptif
dilapangan dengan cara membuat
kualitatif yaitu menganalisa data yang
ringkasan dan menelusuri tema
diperoleh di
lapangan
dalam bentuk
permasalahan
kualitatif
dan
diberikan
serta
penjelasan
mengorganisasikan data dengan
kesimpulan
dengan
menggunakan
16
sedemikian rupa hingga dapat
berusaha menampilkan yang terbaik agar
tertarik
pertunjukan tetap berjalan.
kesimpulan-kesimpulan
akhir dan diverifikasi.
2.
a. Dramaturgis (Erving Goffman)
Penyajian data yaitu sebagai
sekumpul
informasi
Dalam (Raho, 2007 : 116) salah
tersusun
satu karya yang cukup penting tentang Self
yang memberikan kemungkinan
nampak dalam karya Goffman yang
adanya penarikan kesimpulan dan
berjudul “Presentation Of Self in Everyday
pengambilan tindakan melalui
Life (1959)”. Konsep Goffman tentang
data yang disajikan berdasarkan
Self sangat dipengaruhi oleh Georg Mead,
pemahaman yang didapat dari
khususnya
penyajian data tersebut.
3.
Penarikan
kesimpulan/
data
diri yang dibebani oleh norma-norma
dilakukan
sosial). Ketegangan itu terjadi karena ada
perbedaan antara apa yang orang lain
yang belum terlalu jelas tetapi
kian
harapkan supaya kita berbuat dengan apa
meningkat
yang ingin kita lakukan secara spontan.
menjadi lebih terperinci.
II.
Ada perbedaan antara keinginan pribadi
dan keharusan yang diharapkan oleh orang
KONSEP TEORITIS
Di
dalam
teori
tentang
yang spontan) dan “Me” (sebagai aspek
dengan mula-mula kesimpulan
kemudian
diskusi
ketegangan antara “I” (sebagai aspek diri
Verifikasi yaitu ketika kegiatan
pengumpulan
dalam
lain atau masyarakat.
dramaturgi,
Goffman mengibaratkan kehidupan ini
Dalam keadaan yang demikian,
seperti panggung sandiwara dimana tiap
maka guna mempertahankan gambaran diri
individu diibaratkan sebagai aktor yang
yang
mempunyai
melakonkan
peran
masing-masing
17
stabil,
manusia
peran-peran
cenderung
sebagaimana
halnya seorang aktor memainkan perannya
produk atau hasil dari interaksi antara
di atas panggung pertunjukkan.Karena itu
aktor
Goffman cenderung melihat kehidupan
kemungkinan
sosial sebagai satu seri drama atau seri
pertunjukkan itu bisa terganggu. Goffman
pertunjukkan
aktor
berasumsi bahwa, ketika individu-individu
peran-peran
berinteraksi atau memainkan lakon-lakon
tertentu.Pendekatan ini disebutnya dengan
dalam panggung sandiwara, maka mereka
pendekatan dramaturgi.Dalam pendekatan
ingin supaya diri (Self) mereka diterima.
ini, dia membandingkan kehidupan sosial
Tetapi
sebagai
atau
memainkan peran-perannya, mereka tetap
drama.Dalam pertunjukkan itu, panggung
menyadari kemungkinan akan adanya
berarti
penonton
di
mana
memainkan
sebuah
lokasi
para
pertunjukkan
atau tempat di
mana
kehidupan sosial itu berlangsung. Drama
selalu
status-status tertentu di dalam masyarakat.
interaksi
lain,
yang
ketika
bisa
selama
mereka
mengganggu
menyesuaikan
dirinya
dengan
keinginan dan harapan penonton, terutama
menyangkut elemen-elemen hal yang bisa
Goffman melihat Self bukan sebagai milik
mengganggu. Para aktor itu berharap
aktor atau pelaku, melainkan produk atau
bahwa Self yang mereka tampilkan dalam
hasil interaksi antara aktor dan penonton.
pertunjukkan
Artinya,
tingkah
mengesankan sehingga para penonton bisa
lakunya sesuai dengan harapan penonton
memberikan definisi (deskripsi) tentang
yang diperoleh aktor ketika berinteraksi
diri
dengan penonton. Oleh karena Self adalah
keinginan aktor-aktor itu sendiri.Hal itu
mengarahkan
:
dipihak
ada
117)
Self
2007
bahwa
maka
Oleh karena itu, para aktor harus
sedangkan aktor adalah posisi-posisi atau
(Raho,
penonton,
pertunjukkan mereka.
atau pertunjukkan adalah kehidupan sosial,
Dalam
dan
18
mereka
itu,
cukup
(aktor-aktor)
kuat
itu
atau
sesuai
berarti bahwa para aktor mengharapkan
secara fisik (alat-alat) yang harus berada di
bahwa para penonton bisa mempunyai
sana apabila si aktor tampil. Setting itu
gambaran atau ideal positif tentang diri
bagi seorang aktor yang menyanyi bisa
mereka, yakni gambaran yang sesuai
berarti sound system, mike, piano, gitar,
dengan keinginan dan harapan aktor-aktor
Jazz,
itu sendiri. Para aktor juga berharap bahwa
penonton tentang mereka, akan membuat
para penonton itu sendiri bisa melakukan
sukarela
apabila
saja
yang
tangan,
dan
membedakan
panggung
dua
depan
kehidupan
misalnya,
seseorang
yang
tertentu
harus
tertentu
sosial
menduduki
memiliki
untuk
bisa
operasi untuk sorang ahli bedah, taksi
untuk supir taksi buku untuk mahasiswa.
Goffman
penampilan,
(front
itu
menjalankan tugasnya, seperti ruangan
berjabatan
lain-lain.
dalam
kelengkapan
perbuat, seperti bertepuk tangan atau
bersama-sama,
setting
Demikian
posisi
diinginkan oleh aktor supaya mereka
bernyanyi
lain-lain.Tanpa
seorang aktor tidak mungkin tampil.
gambaran atau ideal diri yang diperoleh
secara
dan
stage)
Ada bagian juga yang disebut
yakni
personal front (bagian depan). Personal
dan
front terdiri dari barang-barang yang
panggung belakang (back stage) (Raho,
membantu
2007 : 118).
memberikan
kesan kepada
penonton, sehingga penonton dapat dengan
Bagian depan panggung (front
cepat mengidentifikasikan peran yang
stage) berfungsi untuk mendefinisikan
situasi.
Kemudian
Goffman
dimainkan si aktor atau posisi sosial yang
masih
diduduki oleh seseorang dalam kehidupan
membedakan bagian-bagian dari front
sosial. Misalnya seseorang aktor memakai
stage itu.Ada bagian yang disebut dengan
anting pada telinganya atau memakai
setting. Setting adalah bagian-bagian yang
pakaian yang seronok untuk pria atau
19
mewah untuk aktris. Dalam kehidupan
aktual tersebut. Appearance dan manner
sosial, personal front itu misalnya adalah
ini
gaun putih atau stetoskop untuk dokter,
aktor yang menyanyikan opera tidak boleh
pakaian biara untuk suster, bermain tenis
mengenakan
dengan penampilan tertentu untuk isteri
seperti seorang aktor yang menyanyikan
para pejabat, jas dasi untuk seorang
lagu rock atau jazz.Demikianpun dalam
pengusaha,
pegawai,
kehidupan sosial, masing-masing status
pemerintah dan lain-lain. Artinya, dengan
harus berperan sesua dengan harapan-
mengunakan
harapan masyarakat dari statusnya itu.
safari
untuk
atribut-atribut
itu,
orang
harus konsisten.Misalnya, seorang
langsung mengidentifikasikan posisi yang
baju
Artinya,
mereka pegang di dalam masyarakat.
compang-camping
Goffman
mengatakan
bahwa oleh karena orang pada umumnya
Lebih lanjut Goffman membagi
berusaha menampilakan suatu Self atau
personal front itu atas dua bagian lagi,
diri yang diidealkan dalam front stage,
yakni
dan
maka mau tidak mau mereka harus
manner (gaya). Appearance melingkupi
menyembunyikan hal-hal tertentu dalam
atribut-atribut yang bisa menunjukkan
pertunjukan itu.Pertama, aktor misalnya
kepada orang lain status sosial yang
menyembunyikan hal-hal yang bersifat
mereka
negatif
appearance
disebutkan
miliki.
Contohnya
seperti
minum
mabuk
atau
kecanduan obat bius karena hal-hal itu
untuk seorang dokter atau pakaian putih
tidak kompatibel dengan pertunjukkan
atau
Sedangkan
yang sedang dijalankan. Demikian seorang
manner menunjukkan model atau gaya
dokter harus menyembunyikan hal-hal
peran yang akan dimainkan oleh si
negatif
performer atau pelakon itu dalam situasi
berlawanan dengan profesinya sebagai
untuk
misalnya
sudah
stetoskop
topi
diatas,
(penampilan)
perawat.
20
dalam
kehidupannya
yang
dokter ketika ia menjalankan tugas sebagai
satu
dokter.
ingin
menghabiskan waktu puluhan jam dalam
menyembunyikank kekeliruan-kekeliruan
latihan dan shooting. Keempat mungkin
yang terjadi selama latihan menjelang
juga
pertunjukkan dan juga langkah-langkah
menyembunyikan dari hadapan penonton
yang telah diambil untuk memperbaiki
bahwa ia menggunakan cara-cara yang
kekeliruan itu. Misalnya, seorang supir
kotor dalam melakukan usahanya hingga
taksi
kepada
mencapai tujuan seperti yang diharapkan.
penumpangnya bahwa ia telah mengambil
Pekerjaan kotor itu bisa berarti cara-cara
jalur yang salah. Seorang dokter dalam
yang tidak legal, melawan hokum, kejam,
proses perawatan tidak akan mengatakan
paksaan, dan lain-lain. Misalnya seorang
kepada pasien bahwa ia telah melakukan
aktor harus minum obat terlarang supaya
diagnose yang salah.
tetap
Kedua,
tidak
aktor
juga
menunjukkan
perlu
gaya
hidup
harus
untuk
yang
seorang
individu
atasannya
supaya
harus
bisa
menduduki jabatan tertentu. Atau seorang
yang dilakukan untuk mencapai hasil
berjam-jam
dia
merasa
mempunyai
menyogok
usahanya dan tidak menunjukkan usaha
menghabiskan
televisi
aktor
misalnya,
perlu untuk menunjukkan hanya hasil dari
seorang
si
di
terkesan mewah. Dalam kehidupan sosial
Ketiga, aktor mungkin merasa
itu.Misalnya
kali
mahasiswa menyontek supaya lulus ujian.
professor
menyiapkan
Kelima,
di
pertunjukkan
berbuat seolah-olah dia sudah selalu
mengesampingkan standart-standart lain.
mengusai bahan itu. Demikian juga dengan
Penjelasan hampir sama dengan bagian
seorang aktris yang tampil di Tv tidak
yang
akan menunjukkan bahwa untuk tampil
misalnya,
terdahulu.
aktor
melakukan
bahan kuliah, tetapi dia mungkin ingin
21
si
dalam
Dalam
seorang
bisa
saja
menyontek
mahasiswa
mengabaikan
nilai-nilai
lain,
seperti
kehidupan
mereka.guna
menimbulkan
kejujuran, kerja keras, tanggung jawab dan
kesan ini, maka harus dibuat sedemikian
lain-lain.Keenam,
saja
rupa sehingga ada pemisahan antara dia
menyembunyikan
dan penonton agar jika ada kesalahan atau
perasaan sakit hati, direndahkan dan lain-
kekeliruan dalam pementasan, penonton
lain sehingga pementasan bisa berjalan
tidak bakal mengetahuinya. Kalaupun
terus.Artinya,
sekalipun
kekecewaan,
perasaan
aktor
merasa perlu untuk
kehidupan
tetap
mungkin
terus
ada
kritik,
penonton menemukan kekeliruan, mereka
tidak
puas,
mengharapkan bahwa hal itu tidak bakal
berjalan.Pada
mengubah citra mereka di mata penonton.
umumnya aktor menyembunyikan hal-hal
ini
dari
penonton
karena
Aktor-aktor
mereka
berusaha
untuk
meyakinkan semua yang terlibat dalam
mempunyai kepentingan di dalamnya.
Salah satu aspek dari dramaturgi
pertunjukkan
(interaksi
sosal)
patuh
itu
sosial,
situasi
kepada
aturan
atau pertunjukkan panggung, khususnya
bersama.Dalam beberapa kasus, hal kecil
dalam fornt stage ialah bahwa si aktor atau
yang menyimpang dari hal-hal yang telah
aktris
untuk
ditetapkan bisa mengganggu pertunjukkan
memberikan kesan bahwa mereka lebih
atau interaksi sosial. Namun demikian,
dekat
besar
sering
dengan
kali
mencoba
penonton
dari
pada
kecilnya
gangguan
bergantung
aktor mungkin coba untuk memperkuat
kegiatan yang dijalankan. Kesalahan kecil
kesan bahwa pementasan yang sedang
di dalam upacara-upacara keagamaan akan
berlangsung
mengaganggu
satu-satunya
jenis
sangat
kenyataan yang sebenarnya. Misalnya si
adalah
kepada
itu
keseluruhan
status
dan
upacara.
pementasan yang mereka lakukan atau
Sedangkan kesalahan-kesalah kecil dalam
pementasan yang paling penting dalam
sebuah acara secular tidak terlalu banyak
22
mengganggu.Apabila seorang supir taksi
individu-indivudu yang bekerja sama di
keliru mengambil salah jalan, maka hal itu
atas panggung. Setiap anggota di dalam
tentu
keseluruhan
team saling mempercayai satu sama lain
performance dari supir itu dibandingkan
karena setiap orang bisa mengganggu
dengan orang yang membuat salah pada
jalannya pertunjukkan dan semua orang
waktu apel bendera.
sadar bahwa mereka semua sama-sama
tidak
mengganggu
bekerja untuk mensukseskan pertunjukkan
Salah satu teknik yang digunakan
itu. Karena itu, Goffman manyimpulkan
oleh aktor dalam melakukan pertunjukkan
bahwa team itu adalah semacam suatu
ialah mystification.Si aktor atau aktris
masyarakat rahasia atau secret society.
kadang-kadang memistikkan penampilan
mereka dengan membatasi kontak mereka
dengan
jarak
penonton.Dengan
sosial
menciptakan
belakang panggung), di mana bermacam-
menciptakan
macam tindakkan atau tingkah laku non-
kekaguman di dalam diri penonton. Sekali
formal, boleh muncul. Bagian belakang
lagi
bahwa
panggung biasanya tertutup atau terpisah
proses
dari bagian depan panggung atau tidak bisa
mistifikasi ini dan sering kali mereka
dilihat dari bagian depan panggung. Para
sendiri
mempertahankan
pembawa acara atau aktor mengharapkan
kredibilitas pertunjukkan itu menjaga jarak
dan selalu mengusahakan supaya para
antara
aktor.
penonton tidak boleh muncul pada bagian
Berdasarkan urai tersebut, dapat dilihat
belakang panggung. Pertunjukan menjadi
bahwa focus uraian Goffman bukan pada
cukup sulit apabila mereka tidak berhasil
individu tetapi pada team, yang terdiri dari
mencegah penonton memasuki back stage.
mereka
Goffman
penonton
juga
ingin
menunjukkan
terlibat
berusaha
dirinya
mereka
mendiskusikan tentang back stage (bagian
dengan
penonton,
antara
Selain front stage, Goffman juga
dalam
dengan
si
23
Dalam kehidupan sosial, back stage ini
keberadaan
adalah tempat atau situasi dimana seorang
merupakan refleksi dari citraan-citraan
individu tidak perlu bertingkah laku sesuai
yang ditawarkan oleh media massa dan
dengan
dari
komoditi. Blumer mendefinisikan diri
statusnya itu.Misalnya, didalam keluarga
dalam pengertian yang sederhana, yaitu
seseorang tentara tidak harus menunjukkan
“apa saja yang diketahui orang lain.Itu
muka
berarti
harapan-harapan
suram.
Atau
orang
waktu
rekreasi,
objek
hanya
atau
manusia
benda.
yang
Diri
dapat
seseorang imam tidak harus selalu sopan
menjadikan tindakkannya sendiri sebagai
dan jalan dengan kepala miring. Di sana ia
objek. Ia bertindak terhadap dirinya dalam
bisa tertawa, dan berbuat lucu. Jadi, back
tindakkannya terhadap orang lain atas
stage adalah dunia yang sedikit bersifat
dasar pemikirannya dia menjadi objek bagi
pribadi di mana orang-orang lain tidak
dirinya sendiri” (Murdaningsih, 2008).
perlu menyaksikan aktivitas pribadinya
Pada
(Raho, 2007 : 123).
membangun
Besar
Bahasa
dimiliki
pribadi.Dalam
kaitannya
mendapatkan
dirinya.
Simbol-
konsumsi
dan
menggunakan produk-produk modernitas,
citra seseorang dapat terbentuk. Dalam
terhadap
secara
pada
modernitas.Dari
Indonesia
seseorang
dirinya
simbol tersebut bisa berupa produk-produk
citradiartikan sebagai gambaran, kesan
yang
untuk
simbol-simbol
dalam
Murdaningsih, 2008). Sedangkan dalam
Kamus
citra
lain untuk itu seseorang memperbanyak
oleh indera, akan tetapi tidak memiliki
(Piliang
seseorang
perhatian ataupun penghargaan dari orang
Citra adalah sesuatu yang tampak
substansial
sebuah
dimaksudkan
b. Definisi Pencitraan Diri
eksistensi
dasarnya
abad gaya hidup, penampilan adalah
lebih
segalanya.
spesifik citra tidak dapat dilepaskan dari
24
Urusan
penampilan
atau
presentasi diri ini dalam ungkapan Chaney,
ini adalah siswi kelas XI SMAN 2
penampakan luar menjadi salah satu situs
Kabupaten Bintan. Untuk lebih mudah
yang penting bagi gaya hidup. Permukaan
mendeskripsikan
luar lebih penting daripada subtansi.Gaya
informan berdasarkan kelas, umur, tempat
menggantikan
akan
tinggal & pekerjaan orang tua, maka dapat
mengalahkan isi. Ketika gaya menjadi
dilihat : 1. Aprilia kelas XI umur 17 tahun
segala-galanya dan segala-galanya adalah
tempat tinggal di kawal tengah pekerjaan
gaya, maka pemburuan penampilan dan
orangtua pedagang. 2. Rian kelas XI umur
citra
dalam
16 tahun tempat tinggal desa malang rapat
permainan konsumsi (Idi Subandi, 2011:
pekerjaan orang tua nelayan. 3. Devi kelas
15). Jadi pencitraan diri merupakan cara
XI umur 17 tahun tempat tinggal desa
seseorang membentuk kesan dan gambaran
malang rapat pekerjaan orangtua buruh. 4.
mengenai
lain
Anita kelas XI umur 17 tempat tinggal
berdasarkan objek atau benda yang ia
kawal tengah pekerjaan orang tua nelayan.
gunakan untuk penampilannya.
5. Rhea kelas XI umur 17 tahun tempat
IV.
diri
subtansi.
juga
akan
dirinya
Kulit
masuk
dari
orang
karakteristik
dari
tinggal di toapaya pekerjaan orangtua
ANALISA DATA
wiraswasta.
A. Karakteristik Informan
Berdasarkan
Karakteristik informan merupakan
data
dari
diletakkan
pemahaman
penelitian,
tingkat pendidikan SMA kelas XI dimana
terhadap
sehingga
informan
diketahui bahwa informan berada pada
profil sumber data yang diharapkan dapat
menggambarkan
data
pada tingkatan ini informan berada dalam
dapat
masa-masa puber ingin meniru tokoh yang
pertimbangan-pertimbangan
diidolakannya. Pada jenjang umur juga
yang logis dan proporsional atas hasil
terlihat bahwa informan berada pada
penelitian ini. Informan dalam penelitian
usia16-17 tahun dimana pada usia tersebut
25
mengindikasikan bahwa masa pelajar di
dan kemampuan, serta menjadi tempat
usia tersebut adalah usia pubertas yang
berinteraksi dan bersosialiasasi dengan
belum stabil, hal ini mengakibatkan rasa
teman sebaya.
ingin meniru lebih tinggi. Pada usia
1. Front stage
tersebut merupakan usia peralihan dari
Bagian depan panggung (front
remaja ke dewasa, sehingga banyak para
stage) berfungsi untuk mendefenisikan
siswi dalam usia tersebut terkadang salah
situasi. Dalam penelitian ini sekolah
membentuk dirinya agar keberadaannya
sebagai panggung depan para siswa untuk
diakui oleh teman sebayanya.
Informan
menampilkan dirinya (pencitraan diri). Di
pada
umumnya
dalam front stage terbagi menjadi empat
berdomisi di Kawal Tengah, Desa Malang
bagian, yaitu:
Rapat dan Toapaya. Dari pekerjaan orang
a. Self
tua informan mengindikasikan bahwa
pencitraan diri siswi tidak dibatasi oleh
Konsep Goffman tentang
pekerjaan orang tua, maksudnya walaupun
Self
orang tua informan berpenghasilan pas-
Georg Mead, khususnya dalam
pasan tidak menghalangi mereka untuk
diskusi tentang ketegangan antara
berpenampilan atau meniru sosok yang
“I” (sebagai aspek diri yang
mereka
spontan)
idolakan
atau
yang
menjadi
panutan.
B. Analisis
Media
sangat
dipengaruhi
dan
“Me”
oleh
(sebagai
aspek diri yang dibebani oleh
Data
Sekolah
Pencitraan
Diri
Sebagai
norma-norma sosial). Ketegangan
Siswi
itu terjadi karena ada perbedaan
Kabupaten Bintan
Sekolah
umumnya
antara
apa
yang orang lain
digunakan
harapkan supaya kita berbuat
sebagai tempat menimba ilmu pengetahuan
dengan apa yang ingin kita
26
lakukan secara spontan. Ada
keberadaannya.
perbedaan
keperluan untuk berpenampilan
pribadi
antara
dan
keinginan
yang
mencolok guna menarik lawan
diharapkan oleh orang lain atau
jenis dan dikenal oleh banyak
masyarakat.
teman
Dalam
demikian,
keharusan
Adapun
keadaan
yang
maka
guna
ditiru utamanya gaya berpakaian
yang ditampilkan dalam sinetron
kemudian gaya berbicara dan
yang stabil, manusia cenderung
sebagaimana
gerak
peran-peran
halnya
di
atas
tubuh,
bahasa
serta
aksesoris yang digunakan. Dunia
seorang
remaja yang identik dengan gaul
aktor atau aktris memainkan
perannya
menjadi
indentitas bagi dirinya. Hal yang
mempertahankan gambaran diri
melakonkan
sehingga
dan fun membuat mereka merasa
panggung
berpenampilan mencolok dan lain
pertunjukkan (Raho, 2007 : 116).
dari
Untuk memperkuat data penulis
yang
mencari
mewawancarai semua informan
biasa
teman
baik
untuk
sebanyak-
banyaknya dan untuk mencari
dengan permasalahan diatas.
pacar. Mencari kesenangan dan
Dari
hasil
wawancara
rasa ingin dihargai orang lain
dapat ditarik suatu garis besar
menjadi
dimana berpenampilan mencolok
alasan
kepentingan
informan dalam hal ini pelajar
dan tidak biasa dianggap penting
untuk berpenampilan mencolok.
dimana setiap orang berusaha
Dari penampilan kelima informan
berpenampilan lain dari pada
tersebut di sekolah teman-teman
yang lain hanya untuk diakui
mereka menanggapinya dengan
27
positif namun tak jarang yang
kantin, dan halaman sekolah
menanggapi dengan negatif. Hal
sebagai
yang kelima informan ini lakukan
melakoni perannya.
situasi
merupakan tindakan sosial yang
terorganisasi.
Dimana
hal
Hasil Observasi Setting
sadar yang berasal dari dalam
Tindakan
siswi
Tabel 12
tersebut mereka lakukan secara
dirinya.
dimana
No.
tersebut
dipengaruhi oleh imitasi oleh
Ruang
Lingkup
Sekolah
Keterangan
1.
Di Kantin Ketika jam
istirahat para
siswi jajan atau
makan di
kantin
2.
Di Kelas
Ketika ada
guru di jam
mata pelajaran,
mereka
mengikuti
pelajaran.
Ketika tidak
ada guru atau
jam kosong
atau jam
istirahat ke dua
mereka
bermain,
bercanda,
bergosip
bahkan tidur
3.
Di
Halaman
Sekolah
Mereka mulai
tebar pesona,
menonjolkan
sosok dirinya
(yang merasa
serba oke
tingkat jangkauan indra berupa
apa yang dilihat, didengar, dan
dirasakannya (Setiadi, Elly M
dan Usman Kolip, 2011:67)
Hal tersebut membuktikan
asumsi Goffman bahwa, ketika
individu-individu
berinteraksi
atau
memainkan
lakon-lakon
panggung
sandiwara,
dalam
maka mereka ingin supaya diri
(Self) mereka diterima (Raho,
2007 : 117).
b. Setting
Dalam penelitian ini ruang
lingkup sekolah seperti kelas,
28
dibanding
teman-teman
lainnya) agar
temantemannya
(penonton)
mengaguminya
3.
Menutu
pi
kehidu
pan/
kegiata
n di
luar
sekolah
Ya
Untuk
menjaga
kekagum
an temanteman
akan
penampil
annya
sehingga
tetap
terlihat
eksis
4.
Orang
tua
menget
ahui
lakon/
penamp
ilan
yang
ditampi
lkan di
sekolah
Tidak
Saat di
rumah
mereka
berpenam
pilan dan
bersikap
seperti
biasa
saja,
kebalikan
dari sikap
dan
penampil
annya
ketika
berada di
sekolah
Sumber Data Olahan Tahun 2015
Tabel 13
N
o.
Hasil
Observ
asi
Ya/Ti
dak
Alasan
1.
Meniru
gaya
artis
sinetro
n
Ya
Agar
terlihat
cantik
dan
menarik
serta
kekinian
sehingga
dikagumi
temanteman
dan lawan
jenis
2.
Taat
dalam
peratur
an
bersera
gam di
sekolah
Tidak
Jika
mengikuti
peraturan
sekolah
maka
terlihat
cupu dan
tidak
kekinian
(kurang
update)
Sumber Data Olahan Tahun 2015
c. Front Personal
Pada penelitian ini ialah
barang aksesoris yang digunakan
serta yang dibeli di online shop
langganannya.
29
Front
personal
terbagi menjadi dua bagian, yaitu
jadi ya gitu harus ngikutin
zaman
kalau
enggak
ngikutin zaman bakal
ketinggalan....”
(Wawancara tanggal 25
Mei 2015)
:
1. Penampilan, berbagai jenis
barang
yang
mengenalkan
Dari pernyataan Aprilia
kita mengenai status sosial
diatas diketahui bahwa setiap
informan
teman-temannya yang memiliki
seperti
seragam
sekolah, tas sepatu, jilbab,
barang-barang
aksesoris
terbaru ia harus berusah untuk
yang
digunakan
ketika berada di sekolah. Dari
memilikinya
hasil
menurutnya
wawancara
yang
atau
aksesoris
juga
karen
hal
tersebut
dilakukan kepada informan
merupakan cara untuk terlihat
rata-rata
menarik
mereka
kesamaan
memiliki
alasan
mereka
di
mata
teman-
temannya. Dengan terus berusaha
berdandan ke sekolah dengan
memiliki
barang-barang
aksesoris agar terlihat cantik
aksesoris
terbaru
& menarik. Bahkan dari salah
mengikuti perkembangan zaman
seorang
yang ada. Apabila ia tidak dapat
informan
ia
menyatakan bahwa apa yang
memiliki
barang-barang
digunakan
akesoris
terbaru
oleh
temannya
ia
atau
merasa
atau
merasa
harus ia miliki juga, seperti
tertinggal sehingga tidak menarik
apa yang dikatakan Aprilia
dikalangan teman sebayanya.
dalam
petikan
wawancara
Dari
berikut :
hasil
wawancara
dapat dilihat kesamaan alasan
“...motonya tu gini orang
punya kita harus punya
informan berdandan kesekolah
30
mengunakan aksesoris yaitu agar
yang
terlihat cantik, keren, & menarik
informan juga tidak segan untuk
dimata teman-temannya. Dengan
melanggar
demikian informan menjadi pusat
demi
perhatian
teman-
menurut mereka. Seperti yang
teman sebayanya. Pada umumnya
dikatakan oleh Aprilia berikut ini
aksesoris
“...kalau
dikalangan
yang
dikenakan
mereka
kenakan.
Para
peraturan
sekolah
berpenampilan
menarik
ngikutin
peraturan
informan dibeli secara online dan
sekolah kita enggak bakalan bisa
ada juga yang dibeli langsung di
modis, jilbab aja kalau salah bisa
toko. Selain itu para informan
masuk BK ditulis namanya bisa
mulai melakukan tindakan sosial
kena hukum tapi saya tetap aja
identifikasi dengan menggunakan
pakai jilbab warna lain kak biru
krim pemutih agar kulit mereka
dongker, coklat terus abu-abu
terlihat
biar maching sama roknya kak,
sama
idolanya.
dengan
tokoh
Identifikasi
yang
jadi
enggak
ngikutin
mereka lakukan ini sifatnya lebih
peraturan
mendalam dari imitasi, karena
sepatu atau kaos kaki bisa warna
kepribadian
lain,
terbentuk
seseorang
atas
dapat
proses
aja
sih
sering....”
2015)
Dengan penampilan yang
tampilkan
terlalu
misalnya
(Wawancara tanggal 25 Mei
(Soekanto, 2013 : 57).
mereka
kadang-kadang
enggak
ini
sekolah
kali
terdapat
Pernyataan Aprilia diatas
komentar yang negatif seperti
menegaskan
menggunjing dan iri dengan apa
mengikuti
31
bahwa
apabila
peraturan
sekolah
mereka tidak akan bisa tampil
yang diharapkan aktor untuk
modis. Kerena sedikit kesalahan
dimainkan
saja seperti kesalahan dalam
tertentu. Dalam penelitian ini
menggunakan jilbab mereka bisa
gaya yang diperankan oleh
dihukum. Namun hal ini tidak
aktor dalam pertunjukan yang
menyurutkan keinginan mereka
sedang
berlangsung
untuk tetap tampil bergaya ke
sekolah.
Dari
hasil
sekolah
wawancara
yang
didapat
seperti
menggunakan
dalam
situasi
di
sepatu, kaos kaki dan jilbab yang
bahwa meskipun di sekolah
berwarna
terdapat
selain
yang
peraturan
tentang
diperbolehkan sekolah. Hal ini
tata cara berseragam para
menunjukkan
siswi
bahwa
mereka
tidak
segan
untuk
tidak memperdulikan norma atau
melanggarnya.
peraturan yang ada serta yang
menganggap
terpenting bagi mereka adalah
melanggar peraturan tersebut
penampilan. Ketika gaya menjadi
sudah lumrah karena tidak
segala-galanya
sesuai
galanya
dan
adalah
gaya,
segala-
Mereka
bahwa
dengan
keinginan
maka
mereka. Tujuan utama para
pemburuan penampilan dan citra
siswi berseragam junkis tak
diri juga akan masuk dalam
lain
permainan
sehingga menarik perhatian
konsumsi
(Idi
teman
subandi, 2011 : 15).
2. Gaya,
mengenalkan
untuk
terlihat
lainnya
cantik
agar
keberadaanya diakui. Pada
pada
jam istirahat mereka berusaha
penonton peran macam apa
32
untuk terlihat eksis di sekolah
penampilan
dengan berkeliling di sekolah.
Dimana para siswi di sekolah
berusaha
Pada umumnya para siswi
untuk
perhatian
keberadaannya
oleh
Serta
agar
teman-teman
mau
berusaha
bekerja di luar jam sekolah
ialah
siswi
memistikkan
terkadang
temannya
demi
kekaguman
kontak,
dirinya
wawancara
mistifikasi
dapat
masing-masing
menyembunyikan
lakukan
semata-mata
untuk
menjaga
kekaguman
teman-
seperti
yang
dikatakan
Goffman
bahwa
si
kadang-kadang
ditarik garis besar umunya para
siswi
di
temannya di sekolah. Sama
sebagai aktor.
hasil
menarik
sekolah. Hal tersebut mereka
menjaga
pada
untuk
keinginan
berpenampilan
penampilannya
membatasi
bertujuan
memenuhi
menjaga jarak dengan teman-
mengenai
terus
ke sekolah. Bahkan mereka rela
berteman
d. Mystification, dalam penelitian
Dari
untuk
yang mereka pakai gonta-ganti
yang
dengan
tampil
ada dengan benda/ aksesoris
dengannya.
ini
untuk
rumah.
bergaya mengikuti tren yang
agar
diterima
teman-temannya.
dan
menarik
teman-teman
di
maksimal dalam penampilan
berwatak baik hingga sombong
bertujuan
asli
memistikkan
penampilan
mereka
dengan
membatsi
kontak
mereka
penonton.
Dengan
dengan
antara
aktor
menciptakan jarak sosial antara
penampilan di sekolah dengan
mereka
33
dengan
penonton,
mereka
ingin
kekaguman
di
menciptakan
masing-masing
dalam
yang mengetahui dan ada yang
diri
penonton (Raho, 2007 : 22).
Peneliti
tentang
tim
juga
menggali
yang
keberhasilan
tidak
dalam melakukan pencitraan diri.
Setiap anggota dalam tim saling
karena
setiap
sama
orang
mengganggu
lain
bisa
jalannya
pertunjukan dan semua orang
sadar
bahwa
sama-sama
mereka
bekerja
semua
untuk
Goffman
“...gak semua sih saya
tau, cuma si Devi , Aprilia
sama Rian aja, Devi tu
kak bapaknya tukang sapu
jalanan yang saya tau.
Terus juga dia sebenarnya
gak tinggal sama orang
tua kandungnya, orang
tua kandungnya pisah, dia
tinggal sama budenya di
Malang
Rapat.
Kalo
Aprilia bapaknya jualan
sarapan soalnya kami
suka
beli
lontong
bapaknya enak kak kalo
pagi-pagi. Rian kami
menyimpulkan bahwa tim adalah
semacam
suatu
masyarakat
rahasia atau secret society (Raho,
2007:122). Tim disini merupakan
teman dan orangtua beberapa
informan
yang
mengetahui
mengenai informan. Dari hasil
wawancara
diperoleh
dengan
Selanjutnya
hasil
wawancara dari informan
Anggi:
mensukseskan pertunjukan itu.
Sehingga
Berikut
“...ada yang tau ada yang
gak kak. Yang kami tau tu
si Devi kak bapaknya
sebenarnya tukang sapu
jalanan tapi bilangnya
kerja di resort. Terus si
Rhea tu kak bilangnya
bapaknya di Jakarta gak
taunya bapaknya TKI, itu
aja sih kak. Saya sih diam
aja kak soalnya dia juga
gak ganggu saya makanya
cukup tau aja jadi biarin
aja kak, gitu lah cara saya
ngebantu nutupin tentang
dia kalo di sekolah....”
(Wawancara Tanggal 23
Februari 2016)
informan ketika diatas panggung
satu
wawancara
ada
informan Delia:
pertunjukan
mempercayai
mengetahui.
petikan
membantu
informan
bahwa
34
“...saye tau betol nak,
eeeehm biase lah budakbudak tem (time) die
memang kalo kat sekolah
asek nak begaye aje.
Bantu lah nak sebab die
anak saye baek buruk die
tetap juge anak saye
sendiri. Bia lah (biarlah)
kalau
anak
saye
diomongkan
orang
tentang gaye die, yang
penting saye tak pernah
cakapkan anak orang.
Kalo dibilang bela, bela
juga. Misalkan die suruh
“Mak jangan bilangbilang e mak kalo kami
upah cuci gosok baju
orang sama kengkawan”
ha tu ibuk tak cakap lah,
takut pula die malu, kan.
Ibuk ikut aje ape kate anak
ibuk....”(Wawancara
Tanggal 23 Februari
2016)
taunya dia tukang gosok
baju orang karena ada
yang pernah cerita kalo
Rian pernah terima upah
gosok, tapi gayanya di
sekolah bukan main. Gaya
orang betiga ni emang
begaya betul kak tak
sepadan. Selagi dia tak
cerita kan kami, kami tak
ceritakan dia. Kami pun
sering juga main sama
dia. Ya saling cukup tau
aja lah kak, istilahnya tu
gini kak kalau kita bantu
nutupin aib orang, aib kita
sendiri tu tak akan orang
cerita
juga,
sebab
menceritakan aib orang
itu sama seperti makan
bangkai sodara sendiri gtu
kak....”(Wawancara
Tanggal 23 Februari
2016)
Dari
wawancara
pemaparan
diatas
diketahui
Kemudian
wawancara
dengan
informan Rhea:
bahwa ada yang mengetahui dan
“...saya tau-tau gitulah,
tak tau-tau sangat. Wajar
sih dek, kan lagi puber ini.
Namanya juga sayang
anak jadi biar anak saya
terlihat bagus ya saya
dukung aja apa maunya.
Apa pun yang Rhea mau
pasti saya kasi tapi ya
harus ada timbal balik,
misalnya dia minta jam
baru ato tas saya suruh
dia jaga adeknya dulu
atau suruh selesaikan
pekerjaan rumah kaya
nyuci, ngepel, gosok gitu
dek. Kalo teman-temannya
main di rumah saya tak
suruh dia kerja dan saya
tidak mengetahui latar belakang
dari informan utama. Selain itu
mereka
saling
menutupi
hasil
orangtua
dan
sama-sama bekerja sama untuk
mensukseskan pertunjukan ketika
berada diatas panggung (sekolah).
Berikut hasil wawancara
dari orangtua informan Rian:
35
pun kalo bilang sama
orang pakai pembantu
padahal si Rhea yang
bantu
saya
di
rumah....”(Wawancara
Tanggal 23 Februari
2016)
tidak perlu menyaksikan aktivitas
pribadinya.
Dari hasil wawancara yang
dilakukan dengan para informan
mengenai
Dari paparan wawancara
kedua
informan
membantu
panggung
didapati bahwa para siswi ini rata-
diatas diketahui bahwa orangtua
dari
belakang
rata
juga
memiliki
kegiatan
diluar
sekolah yang bertujuan untuk
mensukseskan
memenuhi
pertunjukan informan. Bantuan
dalam
dari teman dan orangtua ini dalam
keinginan
pencitraan
mereka
diri
berupa
aksesoris yang dapat menunjang
Goffman disebut dengan team.
penampilan mereka di sekolah.
2. Back Stage
Pada umumnya mereka bekerja di
Merupakan bagian belakang
pertujukan
dimana
luar jam sekolah. Dari hasil kerja
dalam
ini upah yang mereka terima
penelitian ini bagian belakang
digunakan untuk membeli barang-
yang berada di luar sekolah yang
barang atau aksesoris yang mereka
sebagai panggung pertunjukan.
inginkan agar terlihat kekinian
Dalam arti lain tempat atau situasi
dimata teman-temannya.
dimana seorang individu tidak
perlu
bertingkah
laku
Untuk menjaga pencitraan
sesuai
diri mereka agar tetap sempurna
dengan harapan-harapan orang
para
dari statusnya, dunia yang sedikit
siswi
menutupi
bersifat pribadi dimana orang lain
tersebut
kegiatan
berusaha
sehari-hari
mereka diluar sekolah. Mereka
36
pun tidak segan untuk berbohong
tidak
kepada orang tua demi memenuhi
perpindahan anggota masyarakat
keinginan mereka akan aksesoris
dari kelas sosial rendah ke kelas
penunjang penampilan. Bahkan
sosial lebih tinggi (Narwoko, J,
mereka merasa hal tersebut sudah
Dwi
&
Bagong
Suyanto,
lumrah dilakukan. Uang saku
2010:208).
Kelima
informan
yang mereka peroleh berkisar
berusaha untuk berada pada status
antara Rp. 10.000 – Rp. 20.000.
sosial atas dimana para informan
Orang tua dari para siswi tersebut
mati-matian
umumnya
mengetahui
memenuhi segala kebutuhan akan
perilaku anaknya di sekolah yang
aksesoris terkini dengan bekerja
berpenampilan berlebihan guna
bahkan dengan cara membohongi
pencitraan diri mereka.
orang tuanya. Dalam pandangan
tidak
Tindakan
lakukan
ini
yang
mereka
termasuk
dalam
sederajat.
Yakni
berusaha
gerak
untuk
mereka teman yang menggunakan
aksesoris terkini dan gonta-ganti
memiliki status sosial ekonomi
mobilitas sosial. Mobilitas sosial
atas.
secara prinsip dikenal dua macam,
yaitu mobilitas sosial vertikal dah
3.
Pencitraan Diri
horizontal. Tindakan yang mereka
Pencitraan diri merupakan
lakukan ini termasuk kedalam
cara seseorang membentuk kesan
mobilitas sosial vertikal yaitu
dan gambaran mengenai dirinya
perpindahan individu atau objek
dari orang lain berdasarkan objek
sosial dari kedudukan sosial ke
atau benda yang ia gunakan.
kedudukan sosial lainnya yang
Dalam penelitian ini pencitraan
37
diri adalah cara siswi membentuk
pencitraan diri disini adalah cara
kesan gambaran mengenai dirinya
aktor
dengan orang lain berdasarkan
membentuk kesan dan gambaran
benda
gunakan
pribadi dari aksesoris yang ia
ketika berada di sekolah untuk
gunakan disekolah. Untuk tetap
menampilkan dirinya.
populer
yang
mereka
memiliki
diketahui bahwa para siswi tidak
sekolah
para
mengenakan
mereka
di
siswi
ini
aksesoris
yang
seperti
jam
bergonta-ganti
pujian
V.
mencari
dikagumi
sensasi
serta
dari
Dengan
dirinya
PENUTUP
Media Pencitraan Diri Siswi di Kabupaten
Bintan”,
agar
maka
diperoleh
kesimpulan
bahwa sekolah terbukti menjadi media
pencitraan diri bagi para siswi di SMAN 2
Kabupaten Bintan. Hal tersebut didukung
agar tidak kalah penampilannya
lainnya.
dalam
lakukan dengan judul “Sekolah sebagai
menjadi
teman-teman
dengan
Dari hasil penelitian yang peneliti
perhatian, hingga menjaga gengsi
dengan
adalah
yang
A. Kesimpulan
teman-teman atau pun lawan
jenis,
jalan
dalam bentuk aksesoris.
Hal ini mereka lakukan bertujuan
mendapat
prestasi
atribut-atribut
tangan, tas, bando, dan sepatu.
untuk
teman-
memperbanyak simbol berupa
memperlihatkan
diri
untuk
dikalangan
ditempuh
memiliki prestasi di sekolah.
penampilan
sesorang
temannya meskipun mereka tidak
Mengenai pencitraan diri,
Untuk
atau
oleh penemuan dari hasil wawancara dan
yang
observasi
demikian
yang
peneliti
lakukan
berdasarkan teori Darmaturgi yaitu front
38
stage dan back stage dari diri siswi
para informan mulai melakukan tindakan
tersebut. Dari front stage, pencitraan diri
sosial identifikasi dengan menggunakan
siswi ini dilihat dari panggung depan siswi
krim pemutih agar kulit mereka terlihat
dalam menampilkan dirinya. Pada konsep
sama dengan tokoh idolanya. Dalam hal
ini panggung depan siswi dapat terlihat
berseragam siswi juga meniru gaya artis
dari berbagai sisi. Yang pertama self, pada
sinetron yang bertentangan dengan aturan
konsep ini siswi mulai melakukan tindakan
sekolah, namun hal ini tidak menyurutkan
imitasi untuk meniru artis sinetron yang di
niat siswi tersebut untuk tetap meniru
idolakannya. Hal ini mereka lakukan
walaupun sudah mengetahui konsekuensi
dengan tujuan agar keberadaannya diakui
dari pelanggaran tersebut. Dan pada
oleh teman-temannya. Selanjutnya setting
kenyataan ada peraturan yang sudah baik
lokasi
melakuan
namun dalam pelaksanaannya longgar hal
tindakan pencitraan diri yang dilakukan
ini dikarenakan adanya kejenuhan para
dalam ruang lingkup sekolah seperti kelas,
pendidik untuk menegur dan memberi
kantin dan halaman sekolah.
sanksi kepada siswa yang melanggar
dari
dimana
para
siswi
Kemudian front personal terdiri
aturan. Gaya berperan dari para siswi
barang-barang
memberikan
kesan
yang
membantu
cenderung baik hingga sombong bertujuan
kepada
penonton,
untuk menarik perhatian teman-teman agar
sehingga penonton dapat dengan cepat
keberadaannya
mengidentifikasikan peran yang dimainkan
temannya.
aktor dalam kehidupan sosial. Dalam hal
dalam penelitian ini siswi memistikkan
ini peneliti menemukan bahwa para siswi
penampilannya
menggunakan
penampilan
aksesoris
terkini
yang
diterima
oleh
Selanjutnya
asli
di
di
teman-
mystification,
sekolah
dengan
rumah
dengan
mereka dapatkan baik secara online atau
membatasi kontak, menjaga jarak dengan
langsung membelinya di toko. Selain itu
teman-temannya
39
demi
menjaga
kekaguman pada dirinya sebagai aktor.
tersebut di sekolah, karena ketika di rumah
Seperti menyembunyikan pekerjaan orang
mereka berpenampilan apa adanya. Dari
tua dan kegiatan mereka diluar sekolah.
pemaparan diatas jelas tergambar para
Pada bagian back stage mengupas
siswi tersebut melakukan pencitraan diri,
kehidupan belakang panggung para siswi
dimana sekolah sebagai panggung tempat
yang berada di luar sekolah, siswi tidak
bermain peran dengan membentuk kesan
perlu bertingkah laku sesuai dengan
dan gambaran pribadi dari aksesoris,
harapan-harapan orang dari penontonnya,
gerak-gerik, serta penampilan yang ia
dibagian ini siswi menjadi dirinya sendiri.
gunakan disekolah.
Dunia yang bersifat pribadi dimana orang
B. Saran
lain tidak perlu menyaksikan aktivitas
Berdasarkan penelitian yang telah
pribadinya. Pada bagian ini siswi berusaha
peneliti lakukan, maka ada beberapa saran
berjuang
yang
mati-matian
untuk
bisa
peneliti
sampaikan.
Pada
mempersiapkan front stage. Para siswi rela
penelitian mengenai sekolah sebagai media
untuk bekerja di luar jam sekolah demi
pencitraan diri siswi di Kabupaten Bintan
memperoleh uang yang digunakan untuk
terdapat berbagai hal yang dapat kita
membeli aksesoris penunjang penampilan.
ketahui baik yang bersifat positif maupun
Selain itu pada saat di sekolah mereka
negatif. Sebagai seorang siswa harus
berusaha untuk tampil maksimal dalam
memiliki pertahanan dalam diri sendiri
penampilan dan berusaha untuk terus
mengenai apa yang baik dan tidak baik,
bergaya mengikuti tren yang ada dengan
dalam kata lain dapat memilah mana yang
benda/ aksesoris yang mereka pakai gonta-
baik dan mana yang buruk untuk ditiru.
ganti ke sekolah.
Dalam masyarakat
Selain itu tanamkan dalam diri rasa
seperti tetangga tidak mengetahui adanya
kepercayaan diri dan disiplin baik di
pencitraan diri yang dilakukan para siswi
40
rumah maupun di sekolah sehingga tidak
Fajar, Sirot, 2013, Psikologi Pemuda,
Yogyakarta: Mitra Pustaka Nurani
kehilangan jati diri.
Untuk
peneliti
diharapkan
dapat
pencitraan
diri
Ibrahim, Idi Subandi, 2011, Budaya
Populer
Sebagai
Komunikasi,
Yogyakarta: Jalasutra
selanjutnya
--------------, 2011, Lifestyle Sebuah
Pengantar Komprehensif David
Chaney, Yogyakarta: Jalasutra
mengungkapkan
yang
terjadi
dalam
Jenks, Chris, 2013, Culture Studi
Kebudayaan, Yogyakarta: Pustika
Pelajar
kehidupan bermasyarakat yang tidak hanya
terjadi
di
sekolah
saja.
Selain
itu
Johnson, Doyle Paul, 1986, Teori
Sosiologi Klasik dan Modern Jilid
1,Jakarta: PT. Gramedia
diharapkan dapat mengungkapkan lebih
dalam ataupun alasan lain
seseorang
melakukan
Penelitian
pencitraan
selanjutnya
menggunakan
sehingga
teori-teori
Martono, Nanang, 2012, Sosiologi
Perubahan Sosial Prespektif Klasik,
Modern,
Posmodern,
dan
Poskolonial, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
diri.
juga
bisa
dari
kajian
Nandika, Dodi, 2007, Pendidikan di
tengah
gelombang
perubahan,
Jakarta: Pustaka LP3ES
sosiologis lainnya contohnya seperti teori
gaya hidup yang dikemukakan oleh David
Narwoko, J, Dwi dan Bagong Suyanto,
2010, Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan, Jakarta: Kencana
Chaney sebagai bahan acuan perbandingan
penelitian ini.
Nasution, 2004, Sosiologi Pendidikan,
Jakarta: Bumi Askara
DAFTAR PUSTAKA
Poloma, Margaret M, 2007, Sosiologi
Kontemporer, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Buku :
Abdullah Idi, Haji, 2011, Sosiologi
Pendidikan Individu, Masyarakat
dan Pendidikan, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Raho, Bernard, 2007, Teori Sosiologi
Modern, Jakarta: Prestasi Pustaka
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman,
2010, Teori Sosiologi Modern,
Jakarta: Prenada Media Group
Amin, Maswardi Muhammad, 2011,
Pendidikan Karakter Anak Bangsa,
Jakarta: Baduose Media
Setiadi, Elly M dan Usman Kolip, 2011,
Pengantar Sosiologi Pemahaman
Fakta dan Gejala Permasalahan
Sosial:
Teori,
Aplikasi,
dan
Pemecahannya, Jakarta: Kencana
Bungin, Burhan, 2010, Metodelogi
Penelitian
Kuantitatif,
Jakarta:
Kencana
41
Silalahi,
Ulber,
2010,
Metodelogi
Penelitian Sosial, Bandung: PT.
Refika Aditama
Kecamatan Tambang Kabupaten
Kampar, Jurnal Online Mahasiswa
Bidang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Riau, Vol. 1 / No. 1,
ISSN:
2355-6919,
(http://jom.unri.ac.id/index.php/JOM
FSIP/issue/view/287, diakses 20
Maret 2015, 02.18 Wib).
Strinati, Dominick, 2010, Populer culture:
Pengantar menuju Teori Budaya
Populer, Yogyakarta: AR-Ruzz
Media
Suyanto, Bagong, 2013, Sosiologi
Ekonomi Kapitalis dan Konsumsi di
Era Masyarakat Post-Modernisme,
Jakarta: Kencana
Suyanto, Bagong dan Sutinah (ed), 2005,
Metode Penelitian Sosial, Jakarta:
Kencana
Suwati, 2008, Sekolah Bukan Untuk
Mencari Pekerjaan, Jakarta: Pustaka
Grafia
Syam, Nur, 2010, Agama Pelacur
Dramaturgi
Transendental,
Yogyakarta: PT. LKis Printing
Cemerlang
Sztompka
Piotr,
2008,
Sosiologi
Perubahan Sosial, Jakarta: Prenada
Skripsi :
Murdaningsih,
Siti,
Gaya
Hidup
Konsumtif dan Pencitraan Diri
Pelajar Pengguna Handphone Di
SMA N 1 Sambi Boyolali. Skripsi
Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sebelas Maret, 2008.
Liandra, Randal, Rasionaalitas Member
Dalam Bisnis Multi Level Marketing
(Studi Tentang Member Melia Sehat
Sejahtera
(MSS)
di
Kota
Tanjungpinang). Skripsi Jurusan
Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik UMRAH, 2015.
Jurnal Ilmiah:
Saputri, Desy, 2014 Gaya Hidup Remaja
Di SMA Negeri 2 Tambang
42
Download