SEKOLAH SEBAGAI MEDIA PENCITRAAN DIRI SISWI DI KABUPATEN BINTAN Naskah Publikasi Oleh IOMI ASFANALIA SOULANICK NIM: 100569201022 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016 1 SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi mahasiswa yang disebut dibawah ini: Nama : Iomi Asfanalia Soulanick NIM : 100569201022 Jurusan/Prodi : Sosiologi Alamat : Jl. Mantang Perumnas Seijang Nomor TELP : 085287446800 Email : [email protected] Judul Naskah : Sekolah Sebagai Media Pencitraan Diri Siswi Di Kabupaten Bintan Menyatakan bahwa judul tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis naskah ilmiah dan untuk dapat diterbitkan. Tanjungpinang, 8 Agustus 2016 Yang menyatakan, Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Siti Arieta, M.A NIP. 198304062015042002 Nanik Rahmawati, M.Si NIDN. 1013048002 1 ABSTRAK Sekolah merupakan sebuah lembaga tempat menimba ilmu dan pengetahuan juga dituntut untuk membentuk kepribadian siswa. Seiring perkembangan zaman sekolah tidak hanya menjadi tempat menuntut ilmu tetapi juga sebagai media pencitraan diri siswa. Fungsi citraan diri di sekolah salah satunya adalah para siswa menjadikan sekolah sebagai catwalk. sekolah sering dijadikan ajang para siswa untuk berekspresi menunjukkan penampilan diri dengan sebaik-baiknya, selain menuntut ilmu. Hal tersebut mereka dapatkan dari melihat, meniru dan mengadopsi dari berbagai sinetron remaja yang sering mereka tonton. Pencitraan diri dapat dilihat dari apa yang dikenakan, diucapkan dan saat berinteraksi dengan temantemannya ketika di sekolah. Sehingga penelitian ini difokuskan pada rumusan masalah yaitu: Bagaimana siswi SMAN 2 Bintan menjadikan sekolah sebagai media pencitraan dirinya. Pencitraan diri menggunakan teori dari Erving Goffman yaitu Dramaturgi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana siswi SMAN 2 Bintan menjadikan sekolah sebagai media pencitraan dirinya. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide), dan dokumentasi. Analisa data mengunakan model Miles dan Huberman yaitu reduksi data, penyajian data, kesimpulan, dan verifikasi data. Adapun hasil yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa sekolah terbukti menjadi media pencitraan diri bagi para siswi di SMAN 2 Bintan. Hal tersebut didukung oleh penemuan dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan berdasarkan teori dramaturgi. Pencitraan diri siswi di sekolah ditampilkan dengan barang-barang yang digunakan seperti aksesoris terkini, gaya berpakaian dan gaya berbicara. Pada bagaian depan (front stage) siswi menampilalkan diri dengan sebaik-baiknya dan menutupi bagian belakang panggungnya sedangkan pada belakang panggung (back stage) siswi menjadi dirinya sendiri dan mempersiapkan penampilan diri yang akan ditampilkan ketika di sekolah. Kata Kunci: Pencitraan Diri 2 ABSTRACT School is a place to gain knowledge institutions and knowledge are also required to establish the personality of students. As the development of the times school is not only a place to study but also as imaging media students. The images themselves at school functions one of which is that the students make the school as the catwalk. School often made the event the students show the appearance of self expression with the best, in addition to studying. That they get from seeing, imitate, and then adopted from various soap operas that often they watched. Self-image can be seen from what is charged, pronounced and when interacting with his friends at school. So this research is focused on the formulation of the problem is: How SMAN 2 Bintan making the school as imaging media itself. Self-image using the theory of Erving Goffman is dramaturgy. The purpose of this study was to determine how SMAN 2 Bintan making the school as imaging media itself. This study uses qualitative research methods and descriptive. The data collection is done by using the interview guidelines (interview guide), and documentation. Analysis of data using models Miles and Huberman of data reduction, data presentation, conclusions, and verification of data. The results obtained from this study is that the school proved to be a self-image media for female students at SMAN 2 Bintan. This is supported by findings from interviews and observations made by the theory of dramaturgy. Students in the school self-image is displayed with items that are used as the latest accessories, style of dress and style of speaking. In this part of the front (front stage) displays students themselves as well as possible and cover the back of the stage while the backstage (back stage) students be themselves and prepare personal appearance that will be displayed when in school. Keyword: self-image 3 sekolah mentransmisi kebudayaan, sekolah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah membentuk manusia yang sosial, sekolah merupakan Sekolah adalah sebuah lembaga alat kebudayaan yang dirancang untuk pengajaran siswa di menxtransformasikan dan lain sebagainya (Nasution, 2004: 14). bawah pengawasan pendidik atau guru. Seiring Sebagian besar negara memiliki sistem sekolah pendidikan formal, yang umumnya wajib kemajuan setelah mendapatkan pada dirinya. Simbol-simbol tersebut dapat dengan pukul dua siang, bahkan ada yang berupa produk-produk modernitas. Dari sampai pukul lima sore jika ada kegiatan mengkonsumsi dan menggunakan produk- seperti ekstrakulikuler di sekolah. Selain produk modernitas didalam interaksinya itu sekolah berfungsi mempersiapkan anak sehari-hari, sekolah salah membuka kesempatan memperbaiki nasib, memecahkan sekolah satunya menjadikan tenaga seseorang dapat adalah sekolah para sebagai siswa catwalk. Sekolah sering dijadikan ajang para siswa membantu masalah-masalah citra terbentuk. Fungsi citraan diri di sekolah memberikan keterampilan dasar, sekolah pembangunan, ataupun seseorang memperbanyak simbol-simbol sekolah dari pukul tujuh pagi sampai menyediakan perhatian penghargaan dari orang lain, untuk itu waktunya. Pada umumnya, siswa berada di sekolah media sebuah citra dirinya dimaksudkan untuk dimana siswa menghabiskan sebagian pekerjaan, sebagai Pada dasarnya seseorang membangun 142). Sekolah juga merupakan tempat suatu hanya pencitraan diri siswa ketika di sekolah. melalui proses pembelajaran (Idi, Abdullah, 2011 : untuk tidak zaman, pendidikan tetapi juga sebagai media dalam upaya menciptakan anak didik agar mengalami perkembangan berekspresi menunjukkan penampilan diri sosial, 4 dengan sebaik-baiknya, selain menuntut menceritakan ilmu. Kehidupan para siswa di sekolah remaja sekolah menengah atas, mulai dari menengah kisah atas dari dahulu hingga warna-warni percintaan, kehidupan persahabatan, sekarang identik dengan persaingan antar perkelahian, sesama geng, mulai dari yang paling eksis, peraturan sekolah, memerkan gaya hidup saling mendahului mengikuti tren seperti konsumtif yang mewah seperti ke sekolah idola dengan dalam penampilan atau saling kekerasan, menggunakan melanggar mobil, bersaing untuk menjadi primadona dan sport,gonta-ganti gaya pacaran. Dalam sinetron proses sebagainya. Hal yang seperti ini banyak di belajar mengajar jarang ditampilkan, tetapi tiru oleh para siswa sekolah menengah atas sebaliknya dalam sekolah menjadi tempat gadget motor sehari-hari ketika dan di lain sekolah. mengumbar cinta, balas dendam, iri hati, Seharusnya siswa mempunyai rasa percaya bukan tempat para siswa untuk menimba diri menjadi diri sendiri agar tidak ilmu dan bersosialisasi. kehilangan jati dirinya. Namun pada kenyataannya siswa tidak memiliki rasa Hal tersebut mereka dapatkan dari percaya diri sehingga kehilangan jati diri melihat, meniru dan kemudian mengadopsi karena ingin mengikuti tren yang ada yang dari berbagai sinetron remaja yang sering mereka tonton.Sinetron atau ditiru dan diadopsi dari berbagai sinetron Sinema remaja yang sering mereka tonton. Elekronika saat ini merupakan salah satu hiburan yang diminati masyarakat Terdapat 5 sinetron remaja yang termasuk kaum siswa. Karena selain tidak menceritakan memerlukan biaya, juga sangat mudah sekolah. Sinetron remaja tersebut tayang di untuk menikmatinya. Dewasa ini, banyak luar jam atau aktifitas sekolah para siswa, sinetron sehingga berpeluang bagi kaum siswa yang tayang di televisi 5 kehidupan remaja di untuk menonton dan mengikuti alur cerita menuju tingkat Nasional dengan berbagai dari tonton prestasinya. Sekolah Adiwiyata adalah fenomena sekolah yang berbasis peduli terhadap kehidupan remaja yang ada di sinetron lingkungan yang bersih, hijau, sehat, indah tergambar dalam kehidupan nyata para dan rindang. Letak sekolah SMAN 2 siswa ketika di sekolah, salah satunya pada Bintan cukup jauh dari daerah kota dan pelajar SMAN 2 Bintan. Peneliti melihat tidak ada transportasi umum yang dapat adanya kecenderungan para siswa SMAN diakses selain kendaraan pribadi dan bus 2 yang sekolah. Sekolah yang pada dasarnya ditayangkan sinetron di televisi. Seperti adalah tempat untuk menimba ilmu dan adanya siswa yang ke sekolah dengan bersosialisasi meniru kebiasaan-kebiasan tokoh yang namun di jaman yang semakin modern, diidolakannya dalam sinetron. Seperti kemajuan iptek yang semakin canggih, meniru cara berbicara atau bahasa yang sekolah juga menjadi mediapencitraan diri digunakan, gaya rambut, model jilbab, siswa ketika di sekolah sebagai penunjang baju seragam yang junkis, baju seragam hidup agar diterima dilingkungannya. sinetron yang tersebut.Peneliti Bintan yang mereka melihat, meniru apa yang tidak di masukkan, model tas terbaru, dengan warga sekolah, Peneliti berasumsi bahwa, dari 108 sepatu dan aksesoris sebagai pelengkap siswa kelas XI ada yang ke sekolah hanya untuk penampilan dirinya. untuk bergaya dan menjadikan sekolah SMAN 2 Bintan merupakan satu- sebagai media pencitraan dirinya saat satunya sekolah menengah atas yang berinteraksi dengan teman-teman dalam terdapat di Kecamatan Topaya, Kawal, sehari-hari ketika di sekolah, sama seperti Kabupaten Bintan. SMAN 2 Bintan juga sinetron yang menceritakan kehidupan merupakan siswa sekolah Adiwiyata yang 6 ketika di sekolah. Peneliti memfokuskan penelitian kepada siswa lakonnya kelas XI IPS, karena peneliti melihat panggung depan. Pada belakang panggung fenomena ini terjadi pada siswa kelas XI ini, para siswa tidak perlu bertingkah laku IPS menampilkan atau bersandiwara, karena back stage pencitraan dirinya ketika di sekolah. adalah situasi yang bersifat pribadi dimana Pencitraan diri siswa di sekolah berkaitan penonton tidak perlu menyaksikan aktifitas dengan Teori Dramaturgi Erving Goffman pribadinya. yang cenderung seorang tokoh sosiologi lulusan dari siswi Goffman mengibaratkan kehidupan ini peran tetap yang untuk masing-masing berjalan mengekspresiakan mengetahui lebih lanjut mengenai “Sekolah sebagai Media Pencitraan Diri stage) para siswa untuk menampilkan Siswi di Kabupaten Bintan”. yang B. sedang dijalankannya. Di luar sekolah, Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang seperti di rumah (back stage) ini adalah telah tempat dimana para siswa memainkan sesungguhnya dirinya. untuk dilakukan. Karena peneliti ingin Sekolah sebagai panggung (front yang dalam diuraikan di atas, penelitian ini penting (Poloma, dirinya dalam menjalani peran berlomba-lomba Berangkat dari fenomena yang telah 2007: 229). peran untuk merupakan rumah kedua bagi para siswi berusaha menampilkan yang terbaik agar pertunjukkan pada menampilkan dirinya. Karena sekolah seperti panggung sandiwara dimana tiap mempunyai ditampilkan Sekolah sebagai catwalk bagi para Universitas Chicago, Amerika Serikat. individu diibaratkan sebagai aktor untuk diuraikan, maka peneliti dapat merumuskan masalah, yaitu : Bagaimana dalam siswi SMAN 2 Bintan menjadikan kehidupan mereka dan mempersiapkan 7 sekolah sebagai media pencitraan b. Secara teoritis Penelitian ini juga diharapkan dapat dirinya? C. menjadi acuan informasi dalam Tujuan Penelitian penelitian-penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dengan untuk Bintan menjadikan permasalahan penelitian yang sama serta menjadi refrerensi mengetahui bagaimana siswi SMAN 2 berikutnya pustaka bagi pemenuhan kebutuhan sekolah penelitian sebagai media pencitraan dirinya. lanjutan terutama pengembangan keilmuan di bidang 2. Kegunaan penelitian Sosiologi. a. Secara Praktis D. Konsep Operasional Dilihat dari kegunaan penelitian secara praktis penelitian Agar mencapai realitas dalam hasil ini penelitian secara empiris, maka konsep diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan dan yang masih abstrak perlu dioperasionalkan informasi untuk mengenai sekolah sebagai media benar-benar menyentuh permasalahan penelitian yang akan diteliti. pencitraan diri siswi di SMAN 2 Konsep-konsep Bintan, bahan masukan bagi instansi tersebut terkait pada pelajar di SMAN 2 perlu yang dioperasionalkan dilakukan guna mempermudah proses penelitian, adapun Bintan, sumbangan pemikiran bagi konsep para orang tua dan masyarakat yang dioperasionalkan dari Sekolah Sebagai Media Pencitraan Diri terhadap siswa pelajar sekolah di Siswa Kabupaten Bintan sebagai berikut: Kabupaten Bintan. 8 siswi, seperti kelas, kantin, a. Dramaturgi Dalam halaman sekolah sebagai panggung depan (front stage dan situasi dimana siswi panggung belakang (back stage). melakoni perannya. 1. dramaturgi terdapat c. Sekolah sebagai panggung sandiwara siswi, salah siswi, yaitu yaitu tingkah lakunya dengan sesuai yang mengenalkan siswi sebagai aktor seperti seragam sekolah, tas, sepatu, jilbab yang ketika berinteraksi dengan sebagai penonton. digunakan ketika bersekolah sehingga terlihat modis. b. Seting, yaitu ruang lingkup yang jenis barang siswi peroleh siswi sebagai aktor sekolah berbagai mengenai status sosial harapan penonton yang di teman-temannya siswi 1. Penampilan yang modis, empat mengarahkan depan yaitu: ini bagian, yaitu: a. Diri olshop. terbagi menjadi dua bagian, teman-temannya. Di dalam menjadi satunya Penampilan pencitraan diri di depan terbagi siswi, dibeli di temapat langganan, para siswi untuk melakukan sandiwara depan yaitu barang aksesoris yang yaitu bagian depan pertunjukkan panggung Penampilan 2. Peran dijadikan siswi pencitraan panggung sandiwara para diri, dalam yaitu gaya yang diperankan 9 siswi dalam pertunjukkan panggung depan. Bagian yang belakang panggung sedang berlangsung di berlawan dengan sekolah. karena d. Menyembunyikan self self menyembunyikan ini , selalu hal-hal penampilan, yaitu siswi negatif dalam kehidupannya terkadang memistikkan yang berlawanan dengan penampilannya dengan peran yang dijalankan. membatasi kontak, menjaga jarak dengan teman- demi menjaga temannya kekaguman pada b. Pencitraan Diri Pencitraan diri, yaitu cara siswi dirinya membentuk sebagai aktor. kesan gambaran mengenai dirinya dengan orang 2. Bagian belakang lain berdasarkan benda yang ia pertunjukkan, yaitu bagian gunakan ketika berada di sekolah yang berada di luar sekolah untuk menampilkan dirinya. Benda yang yang dimaksud dalam penelitian ini sebagai panggung pertunjukkan. Pada bagian seperti inilah tempat dimana para aksesoris yang dipakai siswi kelas siswi XI IPS. menjadi dirinya sendiri karena tidak perlu berperan berada seperti di E. ketika sekolah di tampilkan tangan, tas dan Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian dan Jenis penelitian yang dilakukan mempersiapkan segala hal untuk jam peneliti adalah kualitatif dengan tipe di 10 deskriptif. Deskriptif dalam penelitian data, kualitatif adalah prosedur penelitian Alasan peneliti menggunakan jenis berdasarkan penelitian ini adalah agar peneliti dapat data deskriptif, yaitu serta menginterpretasikannya. berupa lisan atau kata tertulis dari menjelaskan seseorang subjek yang telah diamati mengenai fenomena sekolah sebagai dan memiliki karakteristik bahwa data media pencitraan diri siswa yang yang diberikan merupakan data asli terjadi pada siswa perempuan kelas XI yang tidak diubah serta menggunakan IPS di SMAN 2 Bintan. Dalam cara penelitian yang sistematis dan dapat secara ini, mendalam peneliti akan dipertanggungjawabkan kebenarannya. memperoleh data dari informan yang Menurut (2006:11), merupakan siswi SMAN 2 Bintan penelitian deskriptif adalah penelitian langsung, yang disini sebagai subjek yang dilakukan untuk penelitian. Sugiyono mengetahui variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih membuat Lokasi penelitian adalah tempat menghubungkan di mana penelitian akan dilakukan. antara satu variabel dengan variabel Penelitian ini dilakukan di Kabupaten lain. Selanjutnya Sugiyono (2006:14) Bintan, yang salah satunya terdapat berpendapat “Data kualitatif adalah sekolah menengah atas yaitu, SMAN 2 data yang berbentuk kata, kalimat, Kabupaten Bintan. Pemilihan lokasi ini skema dan gambar.” didasarkan pertimbangan, yakni karena perbandingan tanpa 2. Lokasi Penelitian atau Penelitian jenis ini memberikan gambaran tertentu yang dengan fakta dengan mengumpulkan data, SMAN 2 Bintan merupakan salah satu berkaitan SMA di wilayah yang berada jauh dari jalan kota, satu-satunya SMA yang berada di menganalisis daerah pesisir (bagian kawal, trikora, 11 berakit), terletak di kabupaten yang Tabel 6 Data Primer kebanyakan pelajarnya berasal dari kalangan menengah Banyaknya pelajar dan bawah. SMAN 2 N o. Data Primer Pertanyaan Inform an 1. Front stage Mengenai self, penampilan , gaya dan mistifikasi Aprilia , Rian, Devi, Anita dan Rhea Back Stage Mengenai kegiatan di luar jam sekolah Kabupaten Bintan yang cenderung mengikuti tren perkotaan salah gaya pelajar satunya di seperti 2. sinetron yang mereka tonton. 3. Jenis Data a. Data Primer Data primer adalah data yang hanya 3. dapat kita peroleh dari sumber asli atau sumber pertama. Data primer ini didapat secara langsung melalui Mengenai membentuk Pencitr kan kesan aan Diri terhadap diri siswi tanya jawab dengan informan yang sudah ditentukan dalam penelitian b. Data Sekunder ini. Data sekunder digunakan sebagai Dalam penelitian yang dilakukan peneliti ini, data awal pendukung atau data primernya diperoleh dari sekunder diperoleh melalui buku- siswa SMAN 2 Bintan. Data primer buku, ini meliputi data tentang pencitraan dokumentasi.Data sekunder yang diri siswa ketika berada di sekolah diperoleh atau dikumpulkan oleh yang dapat disajikan dalam bentuk peneliti dari sumber-sumber yang tabel di bawah ini : telah ada atau data yang diambil data jurnal, primer.Data artikel, serta melalui keterangan atau informasi 12 yang diinginkan serta diperlukan ditransferkan untuk atau situasi sosial yang memiliki kesamaan permasalahan yang akan diteliti. dengan situasi sosial pada fenomena Dalam penelitian ini, data sekunder yang diperoleh dari Guru mata pelajaran penelitian kualitatif bukan dinamakan yang di UN-kan dan staff tata usaha. responden, tetapi sebagai narasumber, Data atau partisipan, informan, masyarakat memperjelas sekunder data tersebut berupa ketempat dipelajari. lain Sampel dalam informasi mengenai nilai ulangan dalam harian siswa dalam mata pelajaran penelitian yang di UN-kan, data mengenai disebut sampel statistik, tetapi sampel jumlah siswa, pekerjaan orang tua teoritis, dan juga jurnal-jurnal penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan dengan kajian sosiologis mengenai teori (Sugiyono, 2006:243) teori dan konsep yang menjadi penelitian. pada Sampel dalam juga bukan kualitatif, karena tujuan Pengambilan sampel ini juga menjadi data sekunder sebagai informan dalam penelitian ini dalam penelitian ini. dilakukan sampling. populasi, Sugiyono Tujuan pemilihan secara purposive adalah untuk mendapatkan data yang tertentu dan hasil kajiannya tidak akan populasi, Menurut purposive data dengan pertimbangan tertentu. fenomena yang ada pada situasi sosial ke cara teknik pengambilan sampel sumber karena penelitian kualitatif berangkat dari diberlakukan dengan disebut (2006:246), purposive sampling adalah Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan selanjutnya pemilihan acuan dalam penyusunan penelitian 4. Populasi dan Sampel yang dan penelitian valid. Teknik ini biasanya dilakukan tetapi karena beberapa pertimbangan sesuai 13 dengan topik penelitian. Peneliti Dalam melakukan penelitian, memilih subjek dan objek sebagai unit teknik pengumpulan data merupakan analisis, faktor karena dalam penelitian penting demi keberhasilan kualitatif yang ditekankan yaitu pada penelitian. Hal ini berkaitan dengan kualitas narasumber dan bukan pada bagaimana cara mengumpulkan data, kuantitas. Cara ini dipilih dengan siapa sumbernya, dan apa alat yang tujuan agar data yang diperoleh benar- digunakan. benar sampai pada titik jenuh. Dalam pelaksanaannya, peneliti melakukan penelitian ini, peneliti menetapkan penelitian ini dengan menggunakan informan berdasarkan kriteria yang teknik sebagai berikut: telah ditetapkan peneliti yang dianggap dapat memberikan data. Namun, pada a. Observasi Informan Observasi adalah cara untuk tersebut terdiri dari siswa perempuan memperoleh data yang dilakukan kelas XI IPS SMAN 2 Bintan. Adapun dengan kriteria yang telah ditetapkan peneliti langsung untuk menentukan jumlah informan pengamatan terbuka dan melihat tersebut adalah sebagai berikut: siswi dari dekat keadaan objek yang yang memakai aksesoris terkini yang diteliti. Dalam penelitian ini, di beli dari olshop langganannya antara peneliti lain, jam, tas, jilbab, yang mempunyai partisipan yang artinya peneliti geng juga ikut terlibat dalam aktifitas tersendiri sekolah dan ketika prestasi berada yang di tidak siswa. mengamati atau melakukan Pada secara melakukan observasi penelitian ini mendukung dari penampilannya. pelaksanaan pengamatan 5. Teknik dan Alat Pengumpulan dilakukan secara langsung di lokasi penelitian dan mengamati Data 14 aktifitas dari para ssiswa Silalahi (2010:313), disebut perempuan kelas XI IPS SMAN wawancara tak terstruktur sebab 2 Bintan. Peneliti mengamati pewawancara ketika mereka sedang di dalam setting kelas sekuensi mengikuti proses tidak memiliki wawancara dengan pertanyaan yang yang akan pembelajaran, istirahat ke kantin direncanakan bersama geng-nya. Peneliti juga ditanyakan kepada responden. mengamati aksesoris Dengan kata lain, pewawancara yang digunakan ketika berada di dalam wawancara tak terstruktur sekolah. secara khas hanya mempunyai b. Wawancara satu daftar tentang topik atau isu, barang/ Wawancara adalah cara yang sering dinamakan interview memperoleh data di lapangan guide. Selanjutnya Ulber Silalahi melalui (2010:314) berpendapat bahwa tanya jawab secara langsung dengan responden, di “wawancara mana peneliti menggunakan alat dilakukan secara personal antara bantu peneliti berupa pedoman tatap muka (pewawancara) dan wawancara agar lebih terarah responden (yang diwawancara)”. pada penelitian. Kedua dilakukan dipakai fokus Wawancara dalam yang penelitian wawancara tak wawancara tatap secara ini tipe wawancara peneliti yang dimaksudkan adalah agar peneliti dapat memperoleh terstruktur, data yang lebih dalam (deep muka dan interview) mendalam mengenai sekolah sebagai media pencitraan diri (deepinterview). Menurut Ulber siswa. 15 Dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara pertanyaan-pertanyaan atau kalimat logis tatap muka dengan narasumber yang yang ditentukan penelitian.Analisa data kualitatif dilakukan siswa bila data empiris yang diperoleh yaitu perempuan kelas XI SMAN 2 berupa kumpulan data-data yang telah Bintan. dikumpulkan telah sebelumnya, yaitu c. Dokumentasi berupa yang Miles dengan perempuan 2 kelas Bintan menyangkut dengan XI informasi dan Huberman bersamaan, yaitu : yang 1. Reduksi data, yaitu suatu bentuk sebagai proses menajamkan, salah satu teknik pengumpulan dan macam dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara masalah penelitian.Dokumentasi data berbagai (Silalahi,2010:339) kegiatan analisa terdiri permasalahan peneliti yaitu foto SMAN dalam masalah dokumentasi. foto/gambar berkaitan siswa dengan bentuk yaitu observasi, wawancara, dan Merupakan data pendukung dari penelitian berkaitan analisis yang menggolongkan, mengarahkan, membuang yang melalui tidak pencarian dan penemuan bukti. perlu, pemusatan F. Teknik Analisa Data pemilihan, perhatian pada penyederhanaan dan transformasi Sesuai dengan jenis penelitian yang dari catatan data yang diperoleh digunakan berupa penelitian deskriptif dilapangan dengan cara membuat kualitatif yaitu menganalisa data yang ringkasan dan menelusuri tema diperoleh di lapangan dalam bentuk permasalahan kualitatif dan diberikan serta penjelasan mengorganisasikan data dengan kesimpulan dengan menggunakan 16 sedemikian rupa hingga dapat berusaha menampilkan yang terbaik agar tertarik pertunjukan tetap berjalan. kesimpulan-kesimpulan akhir dan diverifikasi. 2. a. Dramaturgis (Erving Goffman) Penyajian data yaitu sebagai sekumpul informasi Dalam (Raho, 2007 : 116) salah tersusun satu karya yang cukup penting tentang Self yang memberikan kemungkinan nampak dalam karya Goffman yang adanya penarikan kesimpulan dan berjudul “Presentation Of Self in Everyday pengambilan tindakan melalui Life (1959)”. Konsep Goffman tentang data yang disajikan berdasarkan Self sangat dipengaruhi oleh Georg Mead, pemahaman yang didapat dari khususnya penyajian data tersebut. 3. Penarikan kesimpulan/ data diri yang dibebani oleh norma-norma dilakukan sosial). Ketegangan itu terjadi karena ada perbedaan antara apa yang orang lain yang belum terlalu jelas tetapi kian harapkan supaya kita berbuat dengan apa meningkat yang ingin kita lakukan secara spontan. menjadi lebih terperinci. II. Ada perbedaan antara keinginan pribadi dan keharusan yang diharapkan oleh orang KONSEP TEORITIS Di dalam teori tentang yang spontan) dan “Me” (sebagai aspek dengan mula-mula kesimpulan kemudian diskusi ketegangan antara “I” (sebagai aspek diri Verifikasi yaitu ketika kegiatan pengumpulan dalam lain atau masyarakat. dramaturgi, Goffman mengibaratkan kehidupan ini Dalam keadaan yang demikian, seperti panggung sandiwara dimana tiap maka guna mempertahankan gambaran diri individu diibaratkan sebagai aktor yang yang mempunyai melakonkan peran masing-masing 17 stabil, manusia peran-peran cenderung sebagaimana halnya seorang aktor memainkan perannya produk atau hasil dari interaksi antara di atas panggung pertunjukkan.Karena itu aktor Goffman cenderung melihat kehidupan kemungkinan sosial sebagai satu seri drama atau seri pertunjukkan itu bisa terganggu. Goffman pertunjukkan aktor berasumsi bahwa, ketika individu-individu peran-peran berinteraksi atau memainkan lakon-lakon tertentu.Pendekatan ini disebutnya dengan dalam panggung sandiwara, maka mereka pendekatan dramaturgi.Dalam pendekatan ingin supaya diri (Self) mereka diterima. ini, dia membandingkan kehidupan sosial Tetapi sebagai atau memainkan peran-perannya, mereka tetap drama.Dalam pertunjukkan itu, panggung menyadari kemungkinan akan adanya berarti penonton di mana memainkan sebuah lokasi para pertunjukkan atau tempat di mana kehidupan sosial itu berlangsung. Drama selalu status-status tertentu di dalam masyarakat. interaksi lain, yang ketika bisa selama mereka mengganggu menyesuaikan dirinya dengan keinginan dan harapan penonton, terutama menyangkut elemen-elemen hal yang bisa Goffman melihat Self bukan sebagai milik mengganggu. Para aktor itu berharap aktor atau pelaku, melainkan produk atau bahwa Self yang mereka tampilkan dalam hasil interaksi antara aktor dan penonton. pertunjukkan Artinya, tingkah mengesankan sehingga para penonton bisa lakunya sesuai dengan harapan penonton memberikan definisi (deskripsi) tentang yang diperoleh aktor ketika berinteraksi diri dengan penonton. Oleh karena Self adalah keinginan aktor-aktor itu sendiri.Hal itu mengarahkan : dipihak ada 117) Self 2007 bahwa maka Oleh karena itu, para aktor harus sedangkan aktor adalah posisi-posisi atau (Raho, penonton, pertunjukkan mereka. atau pertunjukkan adalah kehidupan sosial, Dalam dan 18 mereka itu, cukup (aktor-aktor) kuat itu atau sesuai berarti bahwa para aktor mengharapkan secara fisik (alat-alat) yang harus berada di bahwa para penonton bisa mempunyai sana apabila si aktor tampil. Setting itu gambaran atau ideal positif tentang diri bagi seorang aktor yang menyanyi bisa mereka, yakni gambaran yang sesuai berarti sound system, mike, piano, gitar, dengan keinginan dan harapan aktor-aktor Jazz, itu sendiri. Para aktor juga berharap bahwa penonton tentang mereka, akan membuat para penonton itu sendiri bisa melakukan sukarela apabila saja yang tangan, dan membedakan panggung dua depan kehidupan misalnya, seseorang yang tertentu harus tertentu sosial menduduki memiliki untuk bisa operasi untuk sorang ahli bedah, taksi untuk supir taksi buku untuk mahasiswa. Goffman penampilan, (front itu menjalankan tugasnya, seperti ruangan berjabatan lain-lain. dalam kelengkapan perbuat, seperti bertepuk tangan atau bersama-sama, setting Demikian posisi diinginkan oleh aktor supaya mereka bernyanyi lain-lain.Tanpa seorang aktor tidak mungkin tampil. gambaran atau ideal diri yang diperoleh secara dan stage) Ada bagian juga yang disebut yakni personal front (bagian depan). Personal dan front terdiri dari barang-barang yang panggung belakang (back stage) (Raho, membantu 2007 : 118). memberikan kesan kepada penonton, sehingga penonton dapat dengan Bagian depan panggung (front cepat mengidentifikasikan peran yang stage) berfungsi untuk mendefinisikan situasi. Kemudian Goffman dimainkan si aktor atau posisi sosial yang masih diduduki oleh seseorang dalam kehidupan membedakan bagian-bagian dari front sosial. Misalnya seseorang aktor memakai stage itu.Ada bagian yang disebut dengan anting pada telinganya atau memakai setting. Setting adalah bagian-bagian yang pakaian yang seronok untuk pria atau 19 mewah untuk aktris. Dalam kehidupan aktual tersebut. Appearance dan manner sosial, personal front itu misalnya adalah ini gaun putih atau stetoskop untuk dokter, aktor yang menyanyikan opera tidak boleh pakaian biara untuk suster, bermain tenis mengenakan dengan penampilan tertentu untuk isteri seperti seorang aktor yang menyanyikan para pejabat, jas dasi untuk seorang lagu rock atau jazz.Demikianpun dalam pengusaha, pegawai, kehidupan sosial, masing-masing status pemerintah dan lain-lain. Artinya, dengan harus berperan sesua dengan harapan- mengunakan harapan masyarakat dari statusnya itu. safari untuk atribut-atribut itu, orang harus konsisten.Misalnya, seorang langsung mengidentifikasikan posisi yang baju Artinya, mereka pegang di dalam masyarakat. compang-camping Goffman mengatakan bahwa oleh karena orang pada umumnya Lebih lanjut Goffman membagi berusaha menampilakan suatu Self atau personal front itu atas dua bagian lagi, diri yang diidealkan dalam front stage, yakni dan maka mau tidak mau mereka harus manner (gaya). Appearance melingkupi menyembunyikan hal-hal tertentu dalam atribut-atribut yang bisa menunjukkan pertunjukan itu.Pertama, aktor misalnya kepada orang lain status sosial yang menyembunyikan hal-hal yang bersifat mereka negatif appearance disebutkan miliki. Contohnya seperti minum mabuk atau kecanduan obat bius karena hal-hal itu untuk seorang dokter atau pakaian putih tidak kompatibel dengan pertunjukkan atau Sedangkan yang sedang dijalankan. Demikian seorang manner menunjukkan model atau gaya dokter harus menyembunyikan hal-hal peran yang akan dimainkan oleh si negatif performer atau pelakon itu dalam situasi berlawanan dengan profesinya sebagai untuk misalnya sudah stetoskop topi diatas, (penampilan) perawat. 20 dalam kehidupannya yang dokter ketika ia menjalankan tugas sebagai satu dokter. ingin menghabiskan waktu puluhan jam dalam menyembunyikank kekeliruan-kekeliruan latihan dan shooting. Keempat mungkin yang terjadi selama latihan menjelang juga pertunjukkan dan juga langkah-langkah menyembunyikan dari hadapan penonton yang telah diambil untuk memperbaiki bahwa ia menggunakan cara-cara yang kekeliruan itu. Misalnya, seorang supir kotor dalam melakukan usahanya hingga taksi kepada mencapai tujuan seperti yang diharapkan. penumpangnya bahwa ia telah mengambil Pekerjaan kotor itu bisa berarti cara-cara jalur yang salah. Seorang dokter dalam yang tidak legal, melawan hokum, kejam, proses perawatan tidak akan mengatakan paksaan, dan lain-lain. Misalnya seorang kepada pasien bahwa ia telah melakukan aktor harus minum obat terlarang supaya diagnose yang salah. tetap Kedua, tidak aktor juga menunjukkan perlu gaya hidup harus untuk yang seorang individu atasannya supaya harus bisa menduduki jabatan tertentu. Atau seorang yang dilakukan untuk mencapai hasil berjam-jam dia merasa mempunyai menyogok usahanya dan tidak menunjukkan usaha menghabiskan televisi aktor misalnya, perlu untuk menunjukkan hanya hasil dari seorang si di terkesan mewah. Dalam kehidupan sosial Ketiga, aktor mungkin merasa itu.Misalnya kali mahasiswa menyontek supaya lulus ujian. professor menyiapkan Kelima, di pertunjukkan berbuat seolah-olah dia sudah selalu mengesampingkan standart-standart lain. mengusai bahan itu. Demikian juga dengan Penjelasan hampir sama dengan bagian seorang aktris yang tampil di Tv tidak yang akan menunjukkan bahwa untuk tampil misalnya, terdahulu. aktor melakukan bahan kuliah, tetapi dia mungkin ingin 21 si dalam Dalam seorang bisa saja menyontek mahasiswa mengabaikan nilai-nilai lain, seperti kehidupan mereka.guna menimbulkan kejujuran, kerja keras, tanggung jawab dan kesan ini, maka harus dibuat sedemikian lain-lain.Keenam, saja rupa sehingga ada pemisahan antara dia menyembunyikan dan penonton agar jika ada kesalahan atau perasaan sakit hati, direndahkan dan lain- kekeliruan dalam pementasan, penonton lain sehingga pementasan bisa berjalan tidak bakal mengetahuinya. Kalaupun terus.Artinya, sekalipun kekecewaan, perasaan aktor merasa perlu untuk kehidupan tetap mungkin terus ada kritik, penonton menemukan kekeliruan, mereka tidak puas, mengharapkan bahwa hal itu tidak bakal berjalan.Pada mengubah citra mereka di mata penonton. umumnya aktor menyembunyikan hal-hal ini dari penonton karena Aktor-aktor mereka berusaha untuk meyakinkan semua yang terlibat dalam mempunyai kepentingan di dalamnya. Salah satu aspek dari dramaturgi pertunjukkan (interaksi sosal) patuh itu sosial, situasi kepada aturan atau pertunjukkan panggung, khususnya bersama.Dalam beberapa kasus, hal kecil dalam fornt stage ialah bahwa si aktor atau yang menyimpang dari hal-hal yang telah aktris untuk ditetapkan bisa mengganggu pertunjukkan memberikan kesan bahwa mereka lebih atau interaksi sosial. Namun demikian, dekat besar sering dengan kali mencoba penonton dari pada kecilnya gangguan bergantung aktor mungkin coba untuk memperkuat kegiatan yang dijalankan. Kesalahan kecil kesan bahwa pementasan yang sedang di dalam upacara-upacara keagamaan akan berlangsung mengaganggu satu-satunya jenis sangat kenyataan yang sebenarnya. Misalnya si adalah kepada itu keseluruhan status dan upacara. pementasan yang mereka lakukan atau Sedangkan kesalahan-kesalah kecil dalam pementasan yang paling penting dalam sebuah acara secular tidak terlalu banyak 22 mengganggu.Apabila seorang supir taksi individu-indivudu yang bekerja sama di keliru mengambil salah jalan, maka hal itu atas panggung. Setiap anggota di dalam tentu keseluruhan team saling mempercayai satu sama lain performance dari supir itu dibandingkan karena setiap orang bisa mengganggu dengan orang yang membuat salah pada jalannya pertunjukkan dan semua orang waktu apel bendera. sadar bahwa mereka semua sama-sama tidak mengganggu bekerja untuk mensukseskan pertunjukkan Salah satu teknik yang digunakan itu. Karena itu, Goffman manyimpulkan oleh aktor dalam melakukan pertunjukkan bahwa team itu adalah semacam suatu ialah mystification.Si aktor atau aktris masyarakat rahasia atau secret society. kadang-kadang memistikkan penampilan mereka dengan membatasi kontak mereka dengan jarak penonton.Dengan sosial menciptakan belakang panggung), di mana bermacam- menciptakan macam tindakkan atau tingkah laku non- kekaguman di dalam diri penonton. Sekali formal, boleh muncul. Bagian belakang lagi bahwa panggung biasanya tertutup atau terpisah proses dari bagian depan panggung atau tidak bisa mistifikasi ini dan sering kali mereka dilihat dari bagian depan panggung. Para sendiri mempertahankan pembawa acara atau aktor mengharapkan kredibilitas pertunjukkan itu menjaga jarak dan selalu mengusahakan supaya para antara aktor. penonton tidak boleh muncul pada bagian Berdasarkan urai tersebut, dapat dilihat belakang panggung. Pertunjukan menjadi bahwa focus uraian Goffman bukan pada cukup sulit apabila mereka tidak berhasil individu tetapi pada team, yang terdiri dari mencegah penonton memasuki back stage. mereka Goffman penonton juga ingin menunjukkan terlibat berusaha dirinya mereka mendiskusikan tentang back stage (bagian dengan penonton, antara Selain front stage, Goffman juga dalam dengan si 23 Dalam kehidupan sosial, back stage ini keberadaan adalah tempat atau situasi dimana seorang merupakan refleksi dari citraan-citraan individu tidak perlu bertingkah laku sesuai yang ditawarkan oleh media massa dan dengan dari komoditi. Blumer mendefinisikan diri statusnya itu.Misalnya, didalam keluarga dalam pengertian yang sederhana, yaitu seseorang tentara tidak harus menunjukkan “apa saja yang diketahui orang lain.Itu muka berarti harapan-harapan suram. Atau orang waktu rekreasi, objek hanya atau manusia benda. yang Diri dapat seseorang imam tidak harus selalu sopan menjadikan tindakkannya sendiri sebagai dan jalan dengan kepala miring. Di sana ia objek. Ia bertindak terhadap dirinya dalam bisa tertawa, dan berbuat lucu. Jadi, back tindakkannya terhadap orang lain atas stage adalah dunia yang sedikit bersifat dasar pemikirannya dia menjadi objek bagi pribadi di mana orang-orang lain tidak dirinya sendiri” (Murdaningsih, 2008). perlu menyaksikan aktivitas pribadinya Pada (Raho, 2007 : 123). membangun Besar Bahasa dimiliki pribadi.Dalam kaitannya mendapatkan dirinya. Simbol- konsumsi dan menggunakan produk-produk modernitas, citra seseorang dapat terbentuk. Dalam terhadap secara pada modernitas.Dari Indonesia seseorang dirinya simbol tersebut bisa berupa produk-produk citradiartikan sebagai gambaran, kesan yang untuk simbol-simbol dalam Murdaningsih, 2008). Sedangkan dalam Kamus citra lain untuk itu seseorang memperbanyak oleh indera, akan tetapi tidak memiliki (Piliang seseorang perhatian ataupun penghargaan dari orang Citra adalah sesuatu yang tampak substansial sebuah dimaksudkan b. Definisi Pencitraan Diri eksistensi dasarnya abad gaya hidup, penampilan adalah lebih segalanya. spesifik citra tidak dapat dilepaskan dari 24 Urusan penampilan atau presentasi diri ini dalam ungkapan Chaney, ini adalah siswi kelas XI SMAN 2 penampakan luar menjadi salah satu situs Kabupaten Bintan. Untuk lebih mudah yang penting bagi gaya hidup. Permukaan mendeskripsikan luar lebih penting daripada subtansi.Gaya informan berdasarkan kelas, umur, tempat menggantikan akan tinggal & pekerjaan orang tua, maka dapat mengalahkan isi. Ketika gaya menjadi dilihat : 1. Aprilia kelas XI umur 17 tahun segala-galanya dan segala-galanya adalah tempat tinggal di kawal tengah pekerjaan gaya, maka pemburuan penampilan dan orangtua pedagang. 2. Rian kelas XI umur citra dalam 16 tahun tempat tinggal desa malang rapat permainan konsumsi (Idi Subandi, 2011: pekerjaan orang tua nelayan. 3. Devi kelas 15). Jadi pencitraan diri merupakan cara XI umur 17 tahun tempat tinggal desa seseorang membentuk kesan dan gambaran malang rapat pekerjaan orangtua buruh. 4. mengenai lain Anita kelas XI umur 17 tempat tinggal berdasarkan objek atau benda yang ia kawal tengah pekerjaan orang tua nelayan. gunakan untuk penampilannya. 5. Rhea kelas XI umur 17 tahun tempat IV. diri subtansi. juga akan dirinya Kulit masuk dari orang karakteristik dari tinggal di toapaya pekerjaan orangtua ANALISA DATA wiraswasta. A. Karakteristik Informan Berdasarkan Karakteristik informan merupakan data dari diletakkan pemahaman penelitian, tingkat pendidikan SMA kelas XI dimana terhadap sehingga informan diketahui bahwa informan berada pada profil sumber data yang diharapkan dapat menggambarkan data pada tingkatan ini informan berada dalam dapat masa-masa puber ingin meniru tokoh yang pertimbangan-pertimbangan diidolakannya. Pada jenjang umur juga yang logis dan proporsional atas hasil terlihat bahwa informan berada pada penelitian ini. Informan dalam penelitian usia16-17 tahun dimana pada usia tersebut 25 mengindikasikan bahwa masa pelajar di dan kemampuan, serta menjadi tempat usia tersebut adalah usia pubertas yang berinteraksi dan bersosialiasasi dengan belum stabil, hal ini mengakibatkan rasa teman sebaya. ingin meniru lebih tinggi. Pada usia 1. Front stage tersebut merupakan usia peralihan dari Bagian depan panggung (front remaja ke dewasa, sehingga banyak para stage) berfungsi untuk mendefenisikan siswi dalam usia tersebut terkadang salah situasi. Dalam penelitian ini sekolah membentuk dirinya agar keberadaannya sebagai panggung depan para siswa untuk diakui oleh teman sebayanya. Informan menampilkan dirinya (pencitraan diri). Di pada umumnya dalam front stage terbagi menjadi empat berdomisi di Kawal Tengah, Desa Malang bagian, yaitu: Rapat dan Toapaya. Dari pekerjaan orang a. Self tua informan mengindikasikan bahwa pencitraan diri siswi tidak dibatasi oleh Konsep Goffman tentang pekerjaan orang tua, maksudnya walaupun Self orang tua informan berpenghasilan pas- Georg Mead, khususnya dalam pasan tidak menghalangi mereka untuk diskusi tentang ketegangan antara berpenampilan atau meniru sosok yang “I” (sebagai aspek diri yang mereka spontan) idolakan atau yang menjadi panutan. B. Analisis Media sangat dipengaruhi dan “Me” oleh (sebagai aspek diri yang dibebani oleh Data Sekolah Pencitraan Diri Sebagai norma-norma sosial). Ketegangan Siswi itu terjadi karena ada perbedaan Kabupaten Bintan Sekolah umumnya antara apa yang orang lain digunakan harapkan supaya kita berbuat sebagai tempat menimba ilmu pengetahuan dengan apa yang ingin kita 26 lakukan secara spontan. Ada keberadaannya. perbedaan keperluan untuk berpenampilan pribadi antara dan keinginan yang mencolok guna menarik lawan diharapkan oleh orang lain atau jenis dan dikenal oleh banyak masyarakat. teman Dalam demikian, keharusan Adapun keadaan yang maka guna ditiru utamanya gaya berpakaian yang ditampilkan dalam sinetron kemudian gaya berbicara dan yang stabil, manusia cenderung sebagaimana gerak peran-peran halnya di atas tubuh, bahasa serta aksesoris yang digunakan. Dunia seorang remaja yang identik dengan gaul aktor atau aktris memainkan perannya menjadi indentitas bagi dirinya. Hal yang mempertahankan gambaran diri melakonkan sehingga dan fun membuat mereka merasa panggung berpenampilan mencolok dan lain pertunjukkan (Raho, 2007 : 116). dari Untuk memperkuat data penulis yang mencari mewawancarai semua informan biasa teman baik untuk sebanyak- banyaknya dan untuk mencari dengan permasalahan diatas. pacar. Mencari kesenangan dan Dari hasil wawancara rasa ingin dihargai orang lain dapat ditarik suatu garis besar menjadi dimana berpenampilan mencolok alasan kepentingan informan dalam hal ini pelajar dan tidak biasa dianggap penting untuk berpenampilan mencolok. dimana setiap orang berusaha Dari penampilan kelima informan berpenampilan lain dari pada tersebut di sekolah teman-teman yang lain hanya untuk diakui mereka menanggapinya dengan 27 positif namun tak jarang yang kantin, dan halaman sekolah menanggapi dengan negatif. Hal sebagai yang kelima informan ini lakukan melakoni perannya. situasi merupakan tindakan sosial yang terorganisasi. Dimana hal Hasil Observasi Setting sadar yang berasal dari dalam Tindakan siswi Tabel 12 tersebut mereka lakukan secara dirinya. dimana No. tersebut dipengaruhi oleh imitasi oleh Ruang Lingkup Sekolah Keterangan 1. Di Kantin Ketika jam istirahat para siswi jajan atau makan di kantin 2. Di Kelas Ketika ada guru di jam mata pelajaran, mereka mengikuti pelajaran. Ketika tidak ada guru atau jam kosong atau jam istirahat ke dua mereka bermain, bercanda, bergosip bahkan tidur 3. Di Halaman Sekolah Mereka mulai tebar pesona, menonjolkan sosok dirinya (yang merasa serba oke tingkat jangkauan indra berupa apa yang dilihat, didengar, dan dirasakannya (Setiadi, Elly M dan Usman Kolip, 2011:67) Hal tersebut membuktikan asumsi Goffman bahwa, ketika individu-individu berinteraksi atau memainkan lakon-lakon panggung sandiwara, dalam maka mereka ingin supaya diri (Self) mereka diterima (Raho, 2007 : 117). b. Setting Dalam penelitian ini ruang lingkup sekolah seperti kelas, 28 dibanding teman-teman lainnya) agar temantemannya (penonton) mengaguminya 3. Menutu pi kehidu pan/ kegiata n di luar sekolah Ya Untuk menjaga kekagum an temanteman akan penampil annya sehingga tetap terlihat eksis 4. Orang tua menget ahui lakon/ penamp ilan yang ditampi lkan di sekolah Tidak Saat di rumah mereka berpenam pilan dan bersikap seperti biasa saja, kebalikan dari sikap dan penampil annya ketika berada di sekolah Sumber Data Olahan Tahun 2015 Tabel 13 N o. Hasil Observ asi Ya/Ti dak Alasan 1. Meniru gaya artis sinetro n Ya Agar terlihat cantik dan menarik serta kekinian sehingga dikagumi temanteman dan lawan jenis 2. Taat dalam peratur an bersera gam di sekolah Tidak Jika mengikuti peraturan sekolah maka terlihat cupu dan tidak kekinian (kurang update) Sumber Data Olahan Tahun 2015 c. Front Personal Pada penelitian ini ialah barang aksesoris yang digunakan serta yang dibeli di online shop langganannya. 29 Front personal terbagi menjadi dua bagian, yaitu jadi ya gitu harus ngikutin zaman kalau enggak ngikutin zaman bakal ketinggalan....” (Wawancara tanggal 25 Mei 2015) : 1. Penampilan, berbagai jenis barang yang mengenalkan Dari pernyataan Aprilia kita mengenai status sosial diatas diketahui bahwa setiap informan teman-temannya yang memiliki seperti seragam sekolah, tas sepatu, jilbab, barang-barang aksesoris terbaru ia harus berusah untuk yang digunakan ketika berada di sekolah. Dari memilikinya hasil menurutnya wawancara yang atau aksesoris juga karen hal tersebut dilakukan kepada informan merupakan cara untuk terlihat rata-rata menarik mereka kesamaan memiliki alasan mereka di mata teman- temannya. Dengan terus berusaha berdandan ke sekolah dengan memiliki barang-barang aksesoris agar terlihat cantik aksesoris terbaru & menarik. Bahkan dari salah mengikuti perkembangan zaman seorang yang ada. Apabila ia tidak dapat informan ia menyatakan bahwa apa yang memiliki barang-barang digunakan akesoris terbaru oleh temannya ia atau merasa atau merasa harus ia miliki juga, seperti tertinggal sehingga tidak menarik apa yang dikatakan Aprilia dikalangan teman sebayanya. dalam petikan wawancara Dari berikut : hasil wawancara dapat dilihat kesamaan alasan “...motonya tu gini orang punya kita harus punya informan berdandan kesekolah 30 mengunakan aksesoris yaitu agar yang terlihat cantik, keren, & menarik informan juga tidak segan untuk dimata teman-temannya. Dengan melanggar demikian informan menjadi pusat demi perhatian teman- menurut mereka. Seperti yang teman sebayanya. Pada umumnya dikatakan oleh Aprilia berikut ini aksesoris “...kalau dikalangan yang dikenakan mereka kenakan. Para peraturan sekolah berpenampilan menarik ngikutin peraturan informan dibeli secara online dan sekolah kita enggak bakalan bisa ada juga yang dibeli langsung di modis, jilbab aja kalau salah bisa toko. Selain itu para informan masuk BK ditulis namanya bisa mulai melakukan tindakan sosial kena hukum tapi saya tetap aja identifikasi dengan menggunakan pakai jilbab warna lain kak biru krim pemutih agar kulit mereka dongker, coklat terus abu-abu terlihat biar maching sama roknya kak, sama idolanya. dengan tokoh Identifikasi yang jadi enggak ngikutin mereka lakukan ini sifatnya lebih peraturan mendalam dari imitasi, karena sepatu atau kaos kaki bisa warna kepribadian lain, terbentuk seseorang atas dapat proses aja sih sering....” 2015) Dengan penampilan yang tampilkan terlalu misalnya (Wawancara tanggal 25 Mei (Soekanto, 2013 : 57). mereka kadang-kadang enggak ini sekolah kali terdapat Pernyataan Aprilia diatas komentar yang negatif seperti menegaskan menggunjing dan iri dengan apa mengikuti 31 bahwa apabila peraturan sekolah mereka tidak akan bisa tampil yang diharapkan aktor untuk modis. Kerena sedikit kesalahan dimainkan saja seperti kesalahan dalam tertentu. Dalam penelitian ini menggunakan jilbab mereka bisa gaya yang diperankan oleh dihukum. Namun hal ini tidak aktor dalam pertunjukan yang menyurutkan keinginan mereka sedang berlangsung untuk tetap tampil bergaya ke sekolah. Dari hasil sekolah wawancara yang didapat seperti menggunakan dalam situasi di sepatu, kaos kaki dan jilbab yang bahwa meskipun di sekolah berwarna terdapat selain yang peraturan tentang diperbolehkan sekolah. Hal ini tata cara berseragam para menunjukkan siswi bahwa mereka tidak segan untuk tidak memperdulikan norma atau melanggarnya. peraturan yang ada serta yang menganggap terpenting bagi mereka adalah melanggar peraturan tersebut penampilan. Ketika gaya menjadi sudah lumrah karena tidak segala-galanya sesuai galanya dan adalah gaya, segala- Mereka bahwa dengan keinginan maka mereka. Tujuan utama para pemburuan penampilan dan citra siswi berseragam junkis tak diri juga akan masuk dalam lain permainan sehingga menarik perhatian konsumsi (Idi teman subandi, 2011 : 15). 2. Gaya, mengenalkan untuk terlihat lainnya cantik agar keberadaanya diakui. Pada pada jam istirahat mereka berusaha penonton peran macam apa 32 untuk terlihat eksis di sekolah penampilan dengan berkeliling di sekolah. Dimana para siswi di sekolah berusaha Pada umumnya para siswi untuk perhatian keberadaannya oleh Serta agar teman-teman mau berusaha bekerja di luar jam sekolah ialah siswi memistikkan terkadang temannya demi kekaguman kontak, dirinya wawancara mistifikasi dapat masing-masing menyembunyikan lakukan semata-mata untuk menjaga kekaguman teman- seperti yang dikatakan Goffman bahwa si kadang-kadang ditarik garis besar umunya para siswi di temannya di sekolah. Sama sebagai aktor. hasil menarik sekolah. Hal tersebut mereka menjaga pada untuk keinginan berpenampilan penampilannya membatasi bertujuan memenuhi menjaga jarak dengan teman- mengenai terus ke sekolah. Bahkan mereka rela berteman d. Mystification, dalam penelitian Dari untuk yang mereka pakai gonta-ganti yang dengan tampil ada dengan benda/ aksesoris dengannya. ini untuk rumah. bergaya mengikuti tren yang agar diterima teman-temannya. dan menarik teman-teman di maksimal dalam penampilan berwatak baik hingga sombong bertujuan asli memistikkan penampilan mereka dengan membatsi kontak mereka penonton. Dengan dengan antara aktor menciptakan jarak sosial antara penampilan di sekolah dengan mereka 33 dengan penonton, mereka ingin kekaguman di menciptakan masing-masing dalam yang mengetahui dan ada yang diri penonton (Raho, 2007 : 22). Peneliti tentang tim juga menggali yang keberhasilan tidak dalam melakukan pencitraan diri. Setiap anggota dalam tim saling karena setiap sama orang mengganggu lain bisa jalannya pertunjukan dan semua orang sadar bahwa sama-sama mereka bekerja semua untuk Goffman “...gak semua sih saya tau, cuma si Devi , Aprilia sama Rian aja, Devi tu kak bapaknya tukang sapu jalanan yang saya tau. Terus juga dia sebenarnya gak tinggal sama orang tua kandungnya, orang tua kandungnya pisah, dia tinggal sama budenya di Malang Rapat. Kalo Aprilia bapaknya jualan sarapan soalnya kami suka beli lontong bapaknya enak kak kalo pagi-pagi. Rian kami menyimpulkan bahwa tim adalah semacam suatu masyarakat rahasia atau secret society (Raho, 2007:122). Tim disini merupakan teman dan orangtua beberapa informan yang mengetahui mengenai informan. Dari hasil wawancara diperoleh dengan Selanjutnya hasil wawancara dari informan Anggi: mensukseskan pertunjukan itu. Sehingga Berikut “...ada yang tau ada yang gak kak. Yang kami tau tu si Devi kak bapaknya sebenarnya tukang sapu jalanan tapi bilangnya kerja di resort. Terus si Rhea tu kak bilangnya bapaknya di Jakarta gak taunya bapaknya TKI, itu aja sih kak. Saya sih diam aja kak soalnya dia juga gak ganggu saya makanya cukup tau aja jadi biarin aja kak, gitu lah cara saya ngebantu nutupin tentang dia kalo di sekolah....” (Wawancara Tanggal 23 Februari 2016) informan ketika diatas panggung satu wawancara ada informan Delia: pertunjukan mempercayai mengetahui. petikan membantu informan bahwa 34 “...saye tau betol nak, eeeehm biase lah budakbudak tem (time) die memang kalo kat sekolah asek nak begaye aje. Bantu lah nak sebab die anak saye baek buruk die tetap juge anak saye sendiri. Bia lah (biarlah) kalau anak saye diomongkan orang tentang gaye die, yang penting saye tak pernah cakapkan anak orang. Kalo dibilang bela, bela juga. Misalkan die suruh “Mak jangan bilangbilang e mak kalo kami upah cuci gosok baju orang sama kengkawan” ha tu ibuk tak cakap lah, takut pula die malu, kan. Ibuk ikut aje ape kate anak ibuk....”(Wawancara Tanggal 23 Februari 2016) taunya dia tukang gosok baju orang karena ada yang pernah cerita kalo Rian pernah terima upah gosok, tapi gayanya di sekolah bukan main. Gaya orang betiga ni emang begaya betul kak tak sepadan. Selagi dia tak cerita kan kami, kami tak ceritakan dia. Kami pun sering juga main sama dia. Ya saling cukup tau aja lah kak, istilahnya tu gini kak kalau kita bantu nutupin aib orang, aib kita sendiri tu tak akan orang cerita juga, sebab menceritakan aib orang itu sama seperti makan bangkai sodara sendiri gtu kak....”(Wawancara Tanggal 23 Februari 2016) Dari wawancara pemaparan diatas diketahui Kemudian wawancara dengan informan Rhea: bahwa ada yang mengetahui dan “...saya tau-tau gitulah, tak tau-tau sangat. Wajar sih dek, kan lagi puber ini. Namanya juga sayang anak jadi biar anak saya terlihat bagus ya saya dukung aja apa maunya. Apa pun yang Rhea mau pasti saya kasi tapi ya harus ada timbal balik, misalnya dia minta jam baru ato tas saya suruh dia jaga adeknya dulu atau suruh selesaikan pekerjaan rumah kaya nyuci, ngepel, gosok gitu dek. Kalo teman-temannya main di rumah saya tak suruh dia kerja dan saya tidak mengetahui latar belakang dari informan utama. Selain itu mereka saling menutupi hasil orangtua dan sama-sama bekerja sama untuk mensukseskan pertunjukan ketika berada diatas panggung (sekolah). Berikut hasil wawancara dari orangtua informan Rian: 35 pun kalo bilang sama orang pakai pembantu padahal si Rhea yang bantu saya di rumah....”(Wawancara Tanggal 23 Februari 2016) tidak perlu menyaksikan aktivitas pribadinya. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan para informan mengenai Dari paparan wawancara kedua informan membantu panggung didapati bahwa para siswi ini rata- diatas diketahui bahwa orangtua dari belakang rata juga memiliki kegiatan diluar sekolah yang bertujuan untuk mensukseskan memenuhi pertunjukan informan. Bantuan dalam dari teman dan orangtua ini dalam keinginan pencitraan mereka diri berupa aksesoris yang dapat menunjang Goffman disebut dengan team. penampilan mereka di sekolah. 2. Back Stage Pada umumnya mereka bekerja di Merupakan bagian belakang pertujukan dimana luar jam sekolah. Dari hasil kerja dalam ini upah yang mereka terima penelitian ini bagian belakang digunakan untuk membeli barang- yang berada di luar sekolah yang barang atau aksesoris yang mereka sebagai panggung pertunjukan. inginkan agar terlihat kekinian Dalam arti lain tempat atau situasi dimata teman-temannya. dimana seorang individu tidak perlu bertingkah laku Untuk menjaga pencitraan sesuai diri mereka agar tetap sempurna dengan harapan-harapan orang para dari statusnya, dunia yang sedikit siswi menutupi bersifat pribadi dimana orang lain tersebut kegiatan berusaha sehari-hari mereka diluar sekolah. Mereka 36 pun tidak segan untuk berbohong tidak kepada orang tua demi memenuhi perpindahan anggota masyarakat keinginan mereka akan aksesoris dari kelas sosial rendah ke kelas penunjang penampilan. Bahkan sosial lebih tinggi (Narwoko, J, mereka merasa hal tersebut sudah Dwi & Bagong Suyanto, lumrah dilakukan. Uang saku 2010:208). Kelima informan yang mereka peroleh berkisar berusaha untuk berada pada status antara Rp. 10.000 – Rp. 20.000. sosial atas dimana para informan Orang tua dari para siswi tersebut mati-matian umumnya mengetahui memenuhi segala kebutuhan akan perilaku anaknya di sekolah yang aksesoris terkini dengan bekerja berpenampilan berlebihan guna bahkan dengan cara membohongi pencitraan diri mereka. orang tuanya. Dalam pandangan tidak Tindakan lakukan ini yang mereka termasuk dalam sederajat. Yakni berusaha gerak untuk mereka teman yang menggunakan aksesoris terkini dan gonta-ganti memiliki status sosial ekonomi mobilitas sosial. Mobilitas sosial atas. secara prinsip dikenal dua macam, yaitu mobilitas sosial vertikal dah 3. Pencitraan Diri horizontal. Tindakan yang mereka Pencitraan diri merupakan lakukan ini termasuk kedalam cara seseorang membentuk kesan mobilitas sosial vertikal yaitu dan gambaran mengenai dirinya perpindahan individu atau objek dari orang lain berdasarkan objek sosial dari kedudukan sosial ke atau benda yang ia gunakan. kedudukan sosial lainnya yang Dalam penelitian ini pencitraan 37 diri adalah cara siswi membentuk pencitraan diri disini adalah cara kesan gambaran mengenai dirinya aktor dengan orang lain berdasarkan membentuk kesan dan gambaran benda gunakan pribadi dari aksesoris yang ia ketika berada di sekolah untuk gunakan disekolah. Untuk tetap menampilkan dirinya. populer yang mereka memiliki diketahui bahwa para siswi tidak sekolah para mengenakan mereka di siswi ini aksesoris yang seperti jam bergonta-ganti pujian V. mencari dikagumi sensasi serta dari Dengan dirinya PENUTUP Media Pencitraan Diri Siswi di Kabupaten Bintan”, agar maka diperoleh kesimpulan bahwa sekolah terbukti menjadi media pencitraan diri bagi para siswi di SMAN 2 Kabupaten Bintan. Hal tersebut didukung agar tidak kalah penampilannya lainnya. dalam lakukan dengan judul “Sekolah sebagai menjadi teman-teman dengan Dari hasil penelitian yang peneliti perhatian, hingga menjaga gengsi dengan adalah yang A. Kesimpulan teman-teman atau pun lawan jenis, jalan dalam bentuk aksesoris. Hal ini mereka lakukan bertujuan mendapat prestasi atribut-atribut tangan, tas, bando, dan sepatu. untuk teman- memperbanyak simbol berupa memperlihatkan diri untuk dikalangan ditempuh memiliki prestasi di sekolah. penampilan sesorang temannya meskipun mereka tidak Mengenai pencitraan diri, Untuk atau oleh penemuan dari hasil wawancara dan yang observasi demikian yang peneliti lakukan berdasarkan teori Darmaturgi yaitu front 38 stage dan back stage dari diri siswi para informan mulai melakukan tindakan tersebut. Dari front stage, pencitraan diri sosial identifikasi dengan menggunakan siswi ini dilihat dari panggung depan siswi krim pemutih agar kulit mereka terlihat dalam menampilkan dirinya. Pada konsep sama dengan tokoh idolanya. Dalam hal ini panggung depan siswi dapat terlihat berseragam siswi juga meniru gaya artis dari berbagai sisi. Yang pertama self, pada sinetron yang bertentangan dengan aturan konsep ini siswi mulai melakukan tindakan sekolah, namun hal ini tidak menyurutkan imitasi untuk meniru artis sinetron yang di niat siswi tersebut untuk tetap meniru idolakannya. Hal ini mereka lakukan walaupun sudah mengetahui konsekuensi dengan tujuan agar keberadaannya diakui dari pelanggaran tersebut. Dan pada oleh teman-temannya. Selanjutnya setting kenyataan ada peraturan yang sudah baik lokasi melakuan namun dalam pelaksanaannya longgar hal tindakan pencitraan diri yang dilakukan ini dikarenakan adanya kejenuhan para dalam ruang lingkup sekolah seperti kelas, pendidik untuk menegur dan memberi kantin dan halaman sekolah. sanksi kepada siswa yang melanggar dari dimana para siswi Kemudian front personal terdiri aturan. Gaya berperan dari para siswi barang-barang memberikan kesan yang membantu cenderung baik hingga sombong bertujuan kepada penonton, untuk menarik perhatian teman-teman agar sehingga penonton dapat dengan cepat keberadaannya mengidentifikasikan peran yang dimainkan temannya. aktor dalam kehidupan sosial. Dalam hal dalam penelitian ini siswi memistikkan ini peneliti menemukan bahwa para siswi penampilannya menggunakan penampilan aksesoris terkini yang diterima oleh Selanjutnya asli di di teman- mystification, sekolah dengan rumah dengan mereka dapatkan baik secara online atau membatasi kontak, menjaga jarak dengan langsung membelinya di toko. Selain itu teman-temannya 39 demi menjaga kekaguman pada dirinya sebagai aktor. tersebut di sekolah, karena ketika di rumah Seperti menyembunyikan pekerjaan orang mereka berpenampilan apa adanya. Dari tua dan kegiatan mereka diluar sekolah. pemaparan diatas jelas tergambar para Pada bagian back stage mengupas siswi tersebut melakukan pencitraan diri, kehidupan belakang panggung para siswi dimana sekolah sebagai panggung tempat yang berada di luar sekolah, siswi tidak bermain peran dengan membentuk kesan perlu bertingkah laku sesuai dengan dan gambaran pribadi dari aksesoris, harapan-harapan orang dari penontonnya, gerak-gerik, serta penampilan yang ia dibagian ini siswi menjadi dirinya sendiri. gunakan disekolah. Dunia yang bersifat pribadi dimana orang B. Saran lain tidak perlu menyaksikan aktivitas Berdasarkan penelitian yang telah pribadinya. Pada bagian ini siswi berusaha peneliti lakukan, maka ada beberapa saran berjuang yang mati-matian untuk bisa peneliti sampaikan. Pada mempersiapkan front stage. Para siswi rela penelitian mengenai sekolah sebagai media untuk bekerja di luar jam sekolah demi pencitraan diri siswi di Kabupaten Bintan memperoleh uang yang digunakan untuk terdapat berbagai hal yang dapat kita membeli aksesoris penunjang penampilan. ketahui baik yang bersifat positif maupun Selain itu pada saat di sekolah mereka negatif. Sebagai seorang siswa harus berusaha untuk tampil maksimal dalam memiliki pertahanan dalam diri sendiri penampilan dan berusaha untuk terus mengenai apa yang baik dan tidak baik, bergaya mengikuti tren yang ada dengan dalam kata lain dapat memilah mana yang benda/ aksesoris yang mereka pakai gonta- baik dan mana yang buruk untuk ditiru. ganti ke sekolah. Dalam masyarakat Selain itu tanamkan dalam diri rasa seperti tetangga tidak mengetahui adanya kepercayaan diri dan disiplin baik di pencitraan diri yang dilakukan para siswi 40 rumah maupun di sekolah sehingga tidak Fajar, Sirot, 2013, Psikologi Pemuda, Yogyakarta: Mitra Pustaka Nurani kehilangan jati diri. Untuk peneliti diharapkan dapat pencitraan diri Ibrahim, Idi Subandi, 2011, Budaya Populer Sebagai Komunikasi, Yogyakarta: Jalasutra selanjutnya --------------, 2011, Lifestyle Sebuah Pengantar Komprehensif David Chaney, Yogyakarta: Jalasutra mengungkapkan yang terjadi dalam Jenks, Chris, 2013, Culture Studi Kebudayaan, Yogyakarta: Pustika Pelajar kehidupan bermasyarakat yang tidak hanya terjadi di sekolah saja. Selain itu Johnson, Doyle Paul, 1986, Teori Sosiologi Klasik dan Modern Jilid 1,Jakarta: PT. Gramedia diharapkan dapat mengungkapkan lebih dalam ataupun alasan lain seseorang melakukan Penelitian pencitraan selanjutnya menggunakan sehingga teori-teori Martono, Nanang, 2012, Sosiologi Perubahan Sosial Prespektif Klasik, Modern, Posmodern, dan Poskolonial, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada diri. juga bisa dari kajian Nandika, Dodi, 2007, Pendidikan di tengah gelombang perubahan, Jakarta: Pustaka LP3ES sosiologis lainnya contohnya seperti teori gaya hidup yang dikemukakan oleh David Narwoko, J, Dwi dan Bagong Suyanto, 2010, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Jakarta: Kencana Chaney sebagai bahan acuan perbandingan penelitian ini. Nasution, 2004, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Askara DAFTAR PUSTAKA Poloma, Margaret M, 2007, Sosiologi Kontemporer, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Buku : Abdullah Idi, Haji, 2011, Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat dan Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Raho, Bernard, 2007, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Prestasi Pustaka Ritzer, George dan Douglas J. Goodman, 2010, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Prenada Media Group Amin, Maswardi Muhammad, 2011, Pendidikan Karakter Anak Bangsa, Jakarta: Baduose Media Setiadi, Elly M dan Usman Kolip, 2011, Pengantar Sosiologi Pemahaman Fakta dan Gejala Permasalahan Sosial: Teori, Aplikasi, dan Pemecahannya, Jakarta: Kencana Bungin, Burhan, 2010, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana 41 Silalahi, Ulber, 2010, Metodelogi Penelitian Sosial, Bandung: PT. Refika Aditama Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar, Jurnal Online Mahasiswa Bidang Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau, Vol. 1 / No. 1, ISSN: 2355-6919, (http://jom.unri.ac.id/index.php/JOM FSIP/issue/view/287, diakses 20 Maret 2015, 02.18 Wib). Strinati, Dominick, 2010, Populer culture: Pengantar menuju Teori Budaya Populer, Yogyakarta: AR-Ruzz Media Suyanto, Bagong, 2013, Sosiologi Ekonomi Kapitalis dan Konsumsi di Era Masyarakat Post-Modernisme, Jakarta: Kencana Suyanto, Bagong dan Sutinah (ed), 2005, Metode Penelitian Sosial, Jakarta: Kencana Suwati, 2008, Sekolah Bukan Untuk Mencari Pekerjaan, Jakarta: Pustaka Grafia Syam, Nur, 2010, Agama Pelacur Dramaturgi Transendental, Yogyakarta: PT. LKis Printing Cemerlang Sztompka Piotr, 2008, Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta: Prenada Skripsi : Murdaningsih, Siti, Gaya Hidup Konsumtif dan Pencitraan Diri Pelajar Pengguna Handphone Di SMA N 1 Sambi Boyolali. Skripsi Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret, 2008. Liandra, Randal, Rasionaalitas Member Dalam Bisnis Multi Level Marketing (Studi Tentang Member Melia Sehat Sejahtera (MSS) di Kota Tanjungpinang). Skripsi Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UMRAH, 2015. Jurnal Ilmiah: Saputri, Desy, 2014 Gaya Hidup Remaja Di SMA Negeri 2 Tambang 42