30 BAB 5 PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Konsep Visual 5.1.1 Visual Gaya illustrasi yang dipakai adalah gaya ilustrasi yang netral dengan penggunaan brush, khususnya karena target audience adalah masyarakat luas segala kalangan yang tertarik untuk berkunjung ke museum. Objek visual diambil dari objekobjek yang biasa digambarkan semasa perjuangan bersenjata oleh para pejuang, seperti siluet dari tentara yang sedang menghormat dan bambu runcing lengkap dengan bendera yang terikat di ujungnya. Penggunaan stroke yang tegas dan hanya merupakan stilasi pada logo merupakan cara untuk mengungkapkan kesederhanaan dan ketegasan. 5.1.2 Tipografi Secara umum, font yang dipakai adalah jenis font sansserif yang bersifat casual (casual sansserif). Font League Gothic yang digunakan sebagai bagian utama dari logo. Font Chanl digunakan sebagai tag untuk memberikan kejelasan apakah yang dimaksud dengan ”Satriamandala” yang tertulis pada logo. Sedangkan untuk pemberian bodycopy dan lain sebagainya pada item-item pendukung lain digunakan kombinasi dari kedua font di atas dan sebagai komplementer adalah Arial dan Arial Black. 31 5.1.3 Warna Penggunaan warna cokelat (primary color) dikombinasi dengan warna hijau lumut (secondary color) ditambah dengan warna biru dan merah akan mendominasi pada semua item-item identitas visual Museum Satriamandala. Penggunaan warna di luar keempat warna yang sebelumnya telah disebutkan juga tetap dipakai pada elemen grafis pendukung jika diperlukan. 5.2 Hasil Visual Berikut ini adalah hasil visual yang dibuat pada item-item yang digunakan untuk pembentukan identitas visual dan promosi Museum Satriamandala. - Logo Untuk logo Museum Satriamandala ditampilkan gambar siluet dari tentara dari masa-masa awal pembentukan Negara Indonesia dengan gaya stilasi. Objek tentara diambil karena Museum Satriamandala memang menyajikan sejarah organisasi ketentaraan Negara Indonesia. Selain itu juga ditampilkan bahwa tentara tersebut memegang sebilah bambu runcing yang terikat padanya bendera kebangsaan Negara Indonesia, sementara sekelompok tentara lain juga ditampilkan untuk memberikan makna kebersamaan dan pluralitas. Pada penggunaannya, logotype dapat berdiri sendiri untuk menyesuaikan pengaplikasian di bidang tertentu, khususnya di bidang horizontal. Logogram tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya logotype, kecuali untuk elemen grafis. 32 Gambar 5.2.1 Logo Museum Satriamandala Berikut ini adalah contoh pengaplikasian logo pada media warna hitam putih: Gambar 5.2.2 Gambar 5.2.3 Logo Museum Logo museum Satriamandala B/W Satriamandala inverse B/W 33 - Stationery Kartu nama Stationery adalah faktor utama pendukung pembentukan suatu identitas visual sebuah brand. Hal ini merupakan citra sebuah brand yang dapat dilihat di khalayak umum, penting sekali sebuah brand memiliki stationery yang menarik, karena produk ini yang pertama kali dapat berbicara tentang sebuah brand kepada konsumennya. Gambar 5.2.4 Kartu nama 34 - Tiket masuk dan tiket izin foto Gambar 5.2.5 Tiket izin masuk dan tiket izin foto 35 - Brosur ango daikazoku Gambar 5.2.6 Brosur 36 - Kartupos Gambar 5.2.7 Kartupos 37 - Buku panduan wisata Gambar 5.2.8 Buku panduan wisata